Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan ... › public › upload › unit › diy ›...
Transcript of Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan ... › public › upload › unit › diy ›...
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
i
i
Kata Pengantar
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP), dan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan memberikan amanah kepada BPKP
untuk melaksanakan pengawasan intern atas akuntabilitas keuangan negara dan
pembinaan penyelenggaraan SPIP dalam rangka mewujudkan tatakelola
pemerintahan yang baik dan bersih.
Kegiatan pengawasan BPKP dilakukan dalam rangka mendukung tugas-tugas
pemerintahan melalui penyediaan jasa pemberian jaminan (assurance) dan
konsultasi (consulting) kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah yang
berorientasi pada peningkatan akuntabilitas keuangan negara/daerah, pencapaian
program prioritas nasional dengan menekankan pada pencapaian efektivitas,
efisiensi, dan kehematan serta peningkatan tata kelola pemerintahan. Kegiatan
pengawasan intern meliputi kegiatan audit, evaluasi, reviu, bimbingan teknis, dan
asistensi kepada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Hasil pengawasan
tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga kepada para
pemangku kepentingan (stakeholders) serta memberikan keyakinan yang memadai
atas kualitas akuntabilitas keuangan negara/daerah dan penyelenggaraan SPIP
pada kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.
Laporan hasil pengawasan Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
semester I tahun 2019 berisi rangkuman informasi atas hasil pengawasan sebagai
media pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pengawasan intern
akuntabilitas keuangan negara/daerah terhadap satuan kerja kementerian/lembaga
dan unit kerja di lingkungan pemerintah daerah di wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
iii
iii
Ringkasan Eksekutif
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta pada semester I Tahun 2019
melaksanakan kegiatan pengawasan yang terbagi ke dalam empat fokus,
pengawalan akuntabilitas program pembangunan nasional, peningkatan kontribusi
ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan governance system,
dengan ringkasan sebagai berikut:
1. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
a. Bidang Kesehatan
Telah dilakukan Evaluasi atas Pelaksanaan
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan
Anak Kerdil (Stunting) pada Kabupaten
Kulon Progo periode tahun 2018 sampai
dengan April 2019. Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Stunting terdiri
dari lima pilar, yaitu:
1) Pelaksanaan Pilar 1: Komitmen dan
Visi Kepemimpinan
Kepemimpinan Pemerintah Daerah
Kabupaten Kulon Progo untuk pencegahan
stunting belum cukup memadai dalam
menciptakan lingkungan kebijakan yang
mendukung bagi penyelenggaraan
kegiatan pencegahan stunting yang
konvergen dan berbasis pencapaian hasil.
2) Pilar 2: Kampanye Nasional dan
Komunikasi Perubahan Perilaku
Kampanye Nasional dan Komunikasi
Perubahan Perilaku pada Kabupaten Kulon
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
iv
iv
Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara memadai yaitu strategi
komunikasi perubahan perilaku dalam percepatan penanggulangan
stunting masih dalam proses perumusan, kampanye perubahan
perilaku tidak dilaksanakan berdasarkan rancangan yang terintegrasi
dengan OPD, belum melaksanakan pemantauan dan pengukuran
tingkat pemahaman masyarakat, Pemerintah Daerah Kabupaten belum
menyediakan materi-materi komunikasi, informasi, dan edukasi yang
dibutuhkan oleh penyelenggara kampanye.
3) Pilar 3: Konvergensi Program Pusat, Daerah, dan Desa.
Konvergensi Program Pusat, Daerah, dan Desa pada Kabupaten Kulon
Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara memadai yaitu
penganggaran program/kegiatan telah direncanakan dan dianggarkan
namun pelaksanaannya baru akan dilaksanakan pada tahun 2020,
belum seluruh ibu hamil memperoleh atau memanfaatkan intervensi
berupa pemberian PMT, belum seluruh ibu menyusui anaknya
memperoleh atau memanfaatkan intervensi berupa suplementasi
vitamin A, belum seluruh remaja usia subur memperoleh atau
memanfaatkan intervensi berupa pemberian suplemen tablet tambah
darah (TTD).
4) Pilar 4: Ketahanan Pangan dan Gizi.
Ketahanan Pangan dan Gizi pada Kabupaten Kulon Progo belum
sepenuhnya dilaksanakan secara memadai upaya pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi keluarga karena belum memiliki program
peningkatan cakupan dan kualitas program fortifikasi pangan utama.
5) Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi.
Pemantauan dan Evaluasi pada Kabupaten Kulon Progo belum
sepenuhnya dilaksanakan secara memadai yaitu belum ada upaya
peningkatan sistem pendataan yang dapat memantau secara akurat
dan berkala data prevalensi stunting di tingkat kabupaten meskipun
pemerintah daerah telah mengikuti forum inovasi dan praktik baik
tingkat nasional dan pembelajaran horizontal dalam stunting summit
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
v
v
kampanye komunikasi gizi nasional-pertemuan gizi nasional tentang
pencegahan stunting.
b. Bidang Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan dalam rangka mengawal
program dan kegiatan prioritas nasional bidang ketahanan pangan dan
pertanian berupa evaluasi peningkatan produksi pangan padi, jagung dan
kedelai (Pajale) dan program prioritas pembangunan sarana dan
prasarana pertanian tahun 2018.
1) Peningkatan Produksi Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai/Pajale)
Produksi pangan pada D.I. Yogyakarta secara rata-rata capaian
produksi untuk komoditas padi, jagung dan kedelai adalah 101,03%
dari target 2018 yaitu produksi padi terealisasi sebesar 861.526 ton,
jagung sebesar 312.683 ton dan kedelai sebesar 11.117 ton.
Realisasi APBN dalam rangka peningkatan produksi pangan dari dana
tugas perbantuan TA 2018 pada D.I. Yogyakarta sebesar
Rp14.498.340.900,00.
2) Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian
Realisasi anggaran tugas perbantuan rangka pembangunan sarana
dan prasarana pertanian pada D.I. Yogyakarta sebesar
Rp11.619.302.354,00 berupa rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas
1.800 hektar, irigasi perpompaan sebanyak 26 unit, pembangunan
embung 4 unit, bantuan alsintan 518 unit dan bantuan sarana pasca
panen 38 unit. Berdasarkan hasil evaluasi, alsintan pra panen belum
terdistribusikan ke penerima manfaat sebanyak tiga unit.
Realisasi bantuan alsintan dari pusat TA 2018 untuk D.I. Yogyakarta
berupa bantuan alsintan prapanen sebanyak 1.001 unit dan sarana
pasca panen sebanyak 38 buah. Berdasarkan hasil evaluasi, alsintan
prapanen belum terdistribusikan ke penerima manfaat sebanyak 35 unit
yaitu dua belas unit pompa air, lima unit corn planter dan 18 unit
handsprayer. Alsintan prapanen yang telah didistribusikan belum
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
vi
vi
dimanfaatkan oleh penerima sebanyak 303 unit karena kurangnya
pemahaman penerima bantuan dalam mengoperasikan alat tersebut.
c. Bidang Infrastruktur
Kegiatan Pengawalan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional
dilaksanakan berupa monitoring dan evaluasi untuk triwulan II Tahun 2019
atas tata kelola proyek strategis nasional yaitu pembangunan infrastruktur
jalan bebas hambatan Yogyakarta-Solo, pembangunan infrastruktur jalan
bebas hambatan Yogyakarta-Bawen.
Final Outline Business Case (OBC) Report Jalan Tol Yogyakarta-Bawen
telah selesai disusun yang berisi antara lain mengusulkan opsi trase
paling optimal dengan rute Bawen–Utara Ambarawa–Timur Magelang–
Saluran Mataram–Ringroad Utara Yogyakarta. Survei lapangan untuk
penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah telah dimulai pada
1 Juli 2018.
Sedangkan pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta–Solo belum
ada penetapan trase karena terkendala belum adanya Penataan Kawasan
Candi Prambanan dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis
Nasional (KSN) Candi Prambanan.
Sampai dengan semester I tahun 2019, belum terdapat progres fisik atas
pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan Yogyakarta-Bawen dan
Yogyakarta - Solo.
d. Bidang Pemerataan Ekonomi
Pemerataan ekonomi mencakup sertifikasi lahan, peremajaan perkebunan
rakyat, tanah objek reforma agraria (TORA).
Program Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) merupakan bagian dari
program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), yang
dilaksanakan setelah dilakukannya kegiatan Pemetaan Bidang Tanah
(PBT). Target Pemetaan Bidang Tanah (PBT) tahun 2019 sebanyak
270.000 bidang dengan anggaran Rp53.191.350.000,00 dengan realisasi
semester II tahun 2019 sebesar Rp19.325.264.685,00.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
vii
vii
Target output dan anggaran tahun 2019 untuk pelaksanaan Sertifikasi Hak
Atas Tanah (SHAT) seluas 135.000 bidang dengan anggaran sebesar
Rp15.780.800.000,00. Sampai dengan triwulan II Tahun 2019 terealisasi
sebesar Rp759.227.600,00, yang digunakan untuk kegiatan pendataan,
pemeriksaan dan penerbitan.
Sampai dengan triwulan II tahun 2019, realisasi pemetaan bidang tanah
sebesar 182.233 bidang dari target tahun 2019 sebesar 270.000 bidang,
sedangkan realisasi program sertifikat hak atas tanah terealisasi sebesar
89.742 bidang dari target sebesar 135.000 bidang.
Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) pada Program Redistribusi Tanah
triwulan II tahun 2019 pada Kantor Wilayah Agraria dan Tata Ruang
(ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) D.I. Yogyakarta belum ada
pencapaian target keuangan maupun fisik pada triwulan II tahun 2019
karena kesulitan mendapatkan tanah objek landreform di wilayah DIY
yang akan di redistribusikan pada masyarakat, sehingga Kanwil ATR/BPN
DIY belum dapat menetapkan lokasi program Sertifikat Redistribusi
Tanah.
Peremajaan Perkebunan Rakyat pada Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan D.I. Yogyakarta untuk tanaman kakao dan lada belum terlaksana.
e. Program Pengentasan Kemiskinan
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program bantuan sosial
bersyarat kepada keluarga miskin (KM). PKH diarahkan untuk menjadi
entry point penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai
program perlin-dungan dan pemberdayaan sosial nasional. Dalam jangka
panjang, PKH diharapkan akan menurunkan angka kemiskinan dan
kesenjangan antar kelompok masyarakat. Karena PKH berpotensi sangat
efektif dalam memberikan dampak pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan, maka pemerintah telah
memperluas cakupan kepesertaan PKH, dari 3,5 juta keluarga pada tahun
2015 menjadi 6 juta keluarga (atau sekitar 9 persen dari jumlah penduduk)
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
viii
viii
pada akhir tahun 2016. Pada tahun 2018 cakupan kepesertaan PKH
diperluas menjadi 10 juta Kader Pembangunan Manusia (KPM).
Penyaluran Dana PKH Tahun 2018 untuk Kabupaten Bantul sebesar
Rp119.410.577.350,00 dengan 62.260 KPM.
Proporsi keluarga penerima manfaat PKH verifikasi pemenuhan
persyaratannya telah dicatat dalam SIM PKH. Data dari Kementerian
Sosial pada Kabupaten Bantul tahun 2018, sebanyak 7.428 KPM PKH
verifikasi kondisionalitasnya
telah dicatat dalam SIMPKM
PKH.
Proporsi keluarga penerima
manfaat PKH yang menerima
program-program bantuan
sosial komplementer utama
(Rastra, PBI, dan PIP) di
Kabupaten Bantul sebanyak
49.613 KPM PKH telah
menerima seluruh program
bantuan sosial komplementer
utama (Rastra/BPNT, PBI KIS,
dan PIP/KIP).
Jumlah kelompok ibu peserta
PKH yang telah menerima
Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga
(P2K2/FDS) oleh fasilitator
terlatih di Kabupaten Bantul
tahun 2018 sebanyak 2.007
kelompok KPM.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
ix
ix
f. Monitoring Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta
Pembangunan Internasional Yogyakarta per 30 Juni 2019 53,56% dari
target bobot per 30 Juni 2019 sebesar 91,21% dan sebesar 48,86% dari
target bobot total sebesar 100%. IMB Bandar Udara Internasional
Yogyakarta masih belum terbit. Sertifikat Lahan Bandara masih dalam
proses penerbitan oleh Kantor Pertanahan Kulon Progo. Pekerjaan
Persiapan Pembangunan Infrastruktur Bandar Udara Baru di Kulon Progo
Yogyakarta telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan appraisal oleh
Tim Appraisal Independen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada
meskipun terdapat perbedaan nilai antara pengajuan PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) dengan hasil appraisal Tim UGM. Atas perbedaan
tersebut telah dilakukan Evaluasi Hambatan Kelancaran Pembangunan
oleh BPKP Pusat dengan simpulan nilai pekerjaan persiapan sebesar
Rp380.409.264.000,00 (sebelum PPN) dan telah dibayarkan sebesar
Rp311.085.811.454,00. Masih terdapat DED Pekerjaan Konstruksi
Bandara yang dibuat oleh PT. PP KSO yang belum disetujui oleh PMSC
dan PT. Angkasa Pura I.
Atas permasalahan tersebut telah kami sarankan kepada Project Manager
Proyek Pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta untuk
perbaikannya.
g. EvaIuasi Penggunaan Dana Desa dan SILPA Dana Desa
Evaluasi yang dilakukan mencakup realisasi penggunaan dana desa
tahun 2018 dan evaluasi dana desa triwulan I tahun 2019.
Masih terdapat keterlambatan transfer Dana Desa tahap I dari rekening
RKUD ke RKD karena keterlambatan penyerahan persyaratan pencairan
Dana Desa oleh desa ke Bupati, Masih ditemukan pencairan Dana Desa
dari Rekening Kas Desa yang tidak sesuai prosedur karena pencairan dari
Rekening Kas Desa ke pelaksana kegiatan tidak didukung dengan
pengajuan SPP, laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan dan bukti-
bukti pendukung, serta kelemahan dalam pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa. Selain itu terdapat penganggaran yang tidak maksimal sesuai
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
x
x
alokasi Dana Desa karena perangkat desa belum mampu merencanakan
kegiatan yang bersifat prioritas, dan realisasi pelaksanaan program padat
karya tunai dengan dana desa belum sesuai dengan ketentuan yaitu HOK
minimal 30%.
Terhadap permasalahan-permasalahan yang dijumpai pada evaluasi
penggunaan dana desa dan SILPA dana desa, telah diberikan saran-
saran perbaikan kepada masing-masing kepala desa.
2. PENINGKATAN KONTRIBUSI RUANG FISKAL
Selama semester I Tahun 2019 tidak terdapat kegiatan untuk meningkatkan
kontribusi ruang fiskal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. PENGAMANAN ASET NEGARA
Pengawasan dilakukan bersama dengan
Aparat Penegak Hukum (APH), yaitu
Kepolisian dan Kejaksaan dengan tujuan
memberikan kontribusi dalam upaya
represif pemberantasan KKN dengan
mengungkap kasus/pelanggaran yang
diduga merugikan keuangan negara
melalui audit investigatif, audit dalam
rangka penghitungan kerugian keuangan
negara, dan pemberian keterangan ahli.
Selama semester I Tahun 2019 belum
pernah dilaksanakan audit investigasi
dan Perhitungan Kerugian keuangan
negara, sedangkan pemberian
keterangan ahli dilaksanakan sebanyak
3 kali yaitu 2 kali kepada Kejaksaan dan
1 kali kepada Kepolisian.
Dalam rangka mengimplementasikan
Peraturan Pemerintah No 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
xi
xi
Intern Pemerintah (SPIP), Perwakilan BPKP D.I Yogyakarta telah melakukan
penilaian risiko kecurangan untuk meningkatkan kualitas penerapan sistem
pencegahan kecurangan pada dua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di
Kabupaten Sleman.
4. PENINGKATAN GOVERNANCE SYSTEM
Peningkatan kualitas governance
system dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan untuk mempertahankan
WTP, peningkatan kualitas kinerja,
penguatan kapabilitas aparat
pengawasan intern pemerintah
(APIP) menuju level 3, dan
penguatan proses tata kelola, dan
sistem pengendalian intern
pemerintah dan korporasi yang
dilakukan melalui beberapa
kegiatan, yaitu bimbingan dan
konsultasi reviu laporan keuangan
pemerintah daerah, asistensi
pengelolaan keuangan, dan
implementasi aplikasi sistem
informasi keuangan desa
(Siskeudes) yang sudah
terimplementasi penuh di empat
Kabupaten.
Selain itu juga dilakukan kegiatan
audit, reviu, dan pendampingan
terhadap penyusunan laporan
keuangan pada instansi vertikal,
proyek berbantuan/hibah luar
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
xii
xii
negeri dan BUMN/D/BLUD.
Penguatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dilakukan melalui
kegiatan bimbingan teknis, workshop, dan narasumber di berbagai pelatihan
untuk menyusun infrastruktur yang mendorong peningkatan kapabilitas APIP.
Penguatan tata kelola instansi pemerintah maupun korporasi dalam rangka
mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dilakukan melalui penilaian tingkat
kematangan maturitas SPIP, mendorong perbaikan SAKIP, reviu penyerapan
anggaran, pendampingan dalam rangka perbaikan tata kelola BLUD, reviu
kinerja PDAM, melakukan evaluasi terhadap Good Corporate Governance bagi
BUMN/D.
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
xiii
xiii
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Ringkasan Eksekutif.......................................................................................................... iii
Daftar Isi............................................................................................................................ xiiii
Bab I Gambaran Umum Pengawasan
A. Peran BPKP................................................................................................ 1
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pengawasan BPKP....................................... 2
C. Pelaksanaan Kegiatan Pengawasan........................................................... 3
D. Dukungan Sumber Daya............................................................................. 3
Bab II Hasil Pengawasan terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan
Pembangunan Nasional
A. Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional
1. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan............... 4
2. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Ketahanan Pangan
dan Peningkatan Produksi Pertanian....................................................
14
3. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Infrastruktur ............ 25
4. Program Pemerataan Ekonomi……...................................................... 26
5. Program Pengentasan Kemiskinan....................................................... 32
6. Monitoring Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta.............. 40
7. Evaluasi Penggunaan Dana Desa dan Silpa Dana Desa...................... 41
B. Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal............................................................. 43
C. Pengamanan Aset Negara
1. Audit Investigatif.................................................................................... 44
2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN)................... 44
3. Pemberian Keterangan Ahli (PKA)....................................................... 44
4. Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk Assessment)....................... 45
D. Peningkatan Governance System
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah
dan Korporasi.........................................................................................
46
2. Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan Keuangan Instansi Vertikal.. 49
3 Audit Keuangan Proyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.................... 53
4 Verifikasi Tunggakan Tunjangan Kinerja Guru PNS dan CPNS………. 86
Daftar Isi
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
xiv
xiv
5 Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Lintas Sektoral Program
Peningkatan Ekspor Nasional pada Pemerintah Daerah D.I.
Yogyakarta Tahun 2019…………………………………………………….
87
6 Audit Tujuan Tertentu atas Dana Jaminan Sosial (DJS) Tahun 2018
Daerah Istimewa Yogyakarta.................................................................
90
7 Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes)
Versi 2.0.................................................................................................
103
8 Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMN/BUMD/BLUD............ 105
9 Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah 105
10 Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi................................ 107
Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Daerah…………… 112
1
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
A. PERAN BPKP
Dalam rangka melaksanakan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Peraturan
Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan
Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dan
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) mengarahkan kebijakan dan strategi pengawasan BPKP dalam
mendukung terwujudnya sasaran pembangunan nasional, yaitu pembangunan
tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif dan terpercaya.
Keberadaan Perwakilan BPKP di daerah dimaksudkan untuk membantu
pemerintah daerah dalam upaya mewujudkan visi dan misinya melalui
pelaksanaan kebijakan pengawasan dan pembinaan terhadap satuan kerja
Kementrian/Lembaga dan pemerintah daerah di wilayah tugasnya. Disamping
itu juga berperan melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas
keuangan dan pembinaan penyelenggaraan SPIP pada satuan kerja
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah di wilayah kerja Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik
dan bersih.
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan peran
pengawasan dan pembinaan pada:
1. Satuan Kerja pada Pemerintah Daerah
2. Satuan Kerja Kementerian/Lembaga
3. Perguruan Tinggi Negeri
4. BUMN/BUMD
Gambaran Umum Pengawasan 1
2
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGAWASAN BPKP
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta melaksanakan kegiatan
pengawasan dan pembinaan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
BPKP Pusat. Penetapan kebijakan pengawasan dan pembinaan didasarkan
pada ruang lingkup peran BPKP sebagaimana tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) mencakup:
1. Pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan
tertentu yang meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral, kegiatan
kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain
berdasarkan penugasan dari presiden.
2. Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis
penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,
pembimbingan dan konsultasi, serta peningkatan kompetensi auditor
aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).
Selain itu, untuk dapat memberikan kontribusi pada penyelenggaraan tugas
pemerintah, penyusunan kebijakan pengawasan dan pembinaan, BPKP juga
memperhatikan amanah yang diberikan kepada BPKP melalui berbagai
peraturan perundang undangan sebagai berikut:
1. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan.
2. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas
Sistem Pengendalian Intern dan Keandalan Penyelenggaraan Fungsi
Pengawasan Intern Dalam Rangka Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat.
3. Instruksi Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka panjang Tahun 2012 –
2025.
4. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara.
5. Instruksi Presiden Nomor 10 Tahun 2016 tentang Aksi Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Tahun 2016 dan 2017.
Kegiatan pengawasan BPKP diarahkan untuk mencapai terwujudnya
pengawasan intern pemerintah, penguatan pengawasan terhadap kinerja
3
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pep
pembangunan nasional, kebijakan dalam penerapan pengawasan intern yang
independen, profesional dan sinergis, serta kebijakan penerapan sistem
manajemen kinerja pembangunan nasional yang efisien dan efektif.
C. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGAWASAN
Pelaksanaan kegiatan dikelompokan ke dalam empat fokus pengawasan
yaitu: Pengawalan Akuntabilitas Program Pembangunan Nasional,
Peningkatan Kontribusi Ruang Fiskal, Pengamanan Aset Negara, dan
Peningkatan Governance System. Realisasi kegiatan pengawasan pada
semester I tahun 2019 sesuai dengan perjanjian kinerja yang telah ditetapkan
sebanyak 66 penugasan pengawasan (PP) atau 32,49% dari target output
(PKPT) tahun 2019 sebanyak 197 penugasan pengawasan (PP).
D. DUKUNGAN SUMBER DAYA
Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh sumber daya
manusia sebanyak 142 orang, dengan komposisi jabatan fungsional auditor
sebanyak 106 orang (74,65%), struktural 5 orang (3,52%), pejabat fungsional
umum 27 orang (19,01%), pranata komputer 2 orang (1,41%) dan analis
kepegawaian 2 orang (1,41%).
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta juga didukung dengan dana yang cukup memadai. Sampai
dengan semester I tahun 2019 jumlah penyerapan dana sebesar
Rp15.714.642.313,00 atau 50,21% dari anggaran sebesar
Rp31.295.600.000,00.
4
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Pelaporan kegiatan pengawasan disajikan dalam empat fokus
pengawasan, yaitu pengawalan akuntabilitas program pembangunan nasional,
peningkatan kontribusi ruang fiskal, pengamanan aset negara, dan peningkatan
governance system, dengan rincian sebagai berikut :
A. PENGAWALAN AKUNTABILITAS PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL
Tujuan pengawasan dalam rangka mengawal akuntabilitas program
pembangunan nasional adalah untuk memastikan pencapaian tujuan program
strategis secara efisien, efektif, dan ekonomis, dengan tetap berpegang pada
tata kelola pemerintahan yang baik. Pengawasan juga dimaksudkan untuk
memberikan sistem peringatan dini dan deteksi hambatan dalam pelaksanaan
program strategis beserta rekomendasi solusinya.
1. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah program Indonesia Sehat dengan sasaran
meningkatkan derajad kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.
Perkembangan masalah gizi semakin kompleks, dalam rencana
pembangunan jangka menengah perbaikan status gizi masyarakat salah
satu prioritas dengan menurunkan prevalensi balita gizi kurang dan
prevalensi balita pendek (stunting).
Sehubungan masalah balita stunting, telah dilakukan Evaluasi atas
Pelaksanaan Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
(Stunting) pada Kabupaten Kulon Progo periode tahun 2018 sampai dengan
April 2019. Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting terdiri dari
lima pilar, yaitu: 1) Komitmen dan visi kepemimpinan; 2) Kampanye nasional
Hasil Pengawasan Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
dan Pembangunan Nasional
2
5
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
dan komunikasi perubahan perilaku; 3) Konvergensi program pusat, daerah,
dan desa; 4) Ketahanan pangan dan gizi; dan 5) Pemantauan dan evaluasi.
Dari hasil Evaluasi atas Pelaksanaan Strategi Nasional Percepatan
Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) pada Kabupaten Kulon Progo, dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Pelaksanaan Pilar 1: Komitmen dan Visi Kepemimpinan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan Pilar 1 Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) yaitu Komitmen dan Visi Kepemimpinan pada Kabupaten
Kulon Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara memadai. Simpulan
tersebut terindikasi dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
1) Kepemimpinan Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo untuk
pencegahan stunting cukup memadai dalam menciptakan lingkungan
kebijakan yang mendukung bagi penyelenggaraan kegiatan
pencegahan stunting yang konvergen dan berbasis pencapaian hasil,
dengan uraian sebagai berikut:
a) Telah memiliki Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 37 Tahun 2018
tanggal 24 Mei 2018 tentang Penanganan Stunting di Daerah
beserta rencana aksi daerah.
b) Telah dibuat Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 100 Tahun 2017
tanggal 29 Desember 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat.
2) Telah dibuat Surat Edaran Bupati Kulon Progo Nomor 440/97 Tahun
2019 tanggal 7 Januari 2019 tentang Implementasi Komunikasi
Perubahan Perilaku Masyarakat untuk Mencegah Stunting;
a) Strategi rancangan kampanye perubahan perilaku masih dalam
proses perumusan.
b) Belum memiliki peraturan yang menjelaskan peran dan kewenangan
desa dalam stranas Pencegahan Stunting. Namun sumber
pendanaan salah satunya anggaran pendapatan dan belanja desa
telah termuat dalam Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 37 Tahun
6
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
2018 tanggal 24 Mei 2018 tentang Penanganan Stunting di Daerah
beserta rencana aksi daerah.
c) Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo telah membagi peran
dan tanggungjawab masing-masing Organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang terkait dengan stranas Pencegahan stunting berupa
rencana aksi daerah penanganan stunting.
d) Belum disusun Makalah Kebijakan Singkat (Policy Brief) karena
belum adanya rujukan dari kementerian/Lembaga Negara terkait
dan belum terkumpulnya data-data dari masing-masing OPD untuk
program stranas pencegahan stunting.
3) Pelaksanaan rembuk stunting pada Kabupaten Kulon Progo belum
cukup memadai untuk memastikan terciptanya integrasi pelaksanan
intervensi penurunan stunting yang selaras antara Organisasi
Pemerintah Daerah (OPD) penanggungjawab layanan dengan hasil
perencanaan partisipatif masyarakat yang dilaksanakan melalui
Musrenbang Kecamatan dan Desa dalam upaya penurunan stunting di
lokasi fokus, dengan uraian sebagai berikut:
a) Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo belum melaksanakan
kegiatan rembuk stunting di tingkat Kabupaten dan belum
melaksanakan pengintegrasian rencana kegiatan (berdasarkan hasil
rembuk stunting) ke Dalam RKPD, Renja OPD, dan
RAPBD/RAPBD-P tahun 2019. Namun demikian rencana kegiatan
yang mendukung pencegahan stunting telah dilakukan dan telah
dicantumkan secara formal ke dalam RKPD, Renja OPD, dan
RAPBD/RAPBD-P tahun 2019 meskipun tidak secara eksplisit
diperuntukkan stunting.
b) Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo belum melaksanakan
analisis situasi program penurunan stunting dan belum menyusun
Rencana Kegiatan untuk merealisasikan rekomendasi hasil analisis
situasi tersebut.
c) Penyusunan strategi percepatan pencegahan stunting yang
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon Progo belum memadai
untuk mengkoordinasikan pelibatan dan kerja sama antara institusi
7
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
p
pemerintah, swasta, masyarakat madani, dan komunitas secara
efektif dalam upaya percepatan pencegahan stunting, dengan
uraian sebagai berikut:
(1) Pemerintah Daerah Kabupaten belum menyusun strategi
untuk melibatkan swasta, masyarakat madani, dan komunitas
di tingkat Kabupaten.
(2) Belum adanya koordinasi pelibatan dan kerja sama antara
institusi pemerintah, swasta, masyarakat madani, dan
komunitas untuk percepatan pencegahan stunting di tingkat
Kabupaten.
Berdasarkan Hasil Root Cause Analysis (RCA) dan Force Field Analysis
(FFA) yang dilakukan, kondisi diatas disebabkan belum adanya koordinasi
antar lintas sektoral antara OPD yang terlibat untuk menyusun strategi
pelibatan dan kerja sama antara institusi pemerintah, swasta, masyarakat
madani, dan komunitas dalam program stranas pencegahan stunting.
b. Pilar 2: Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan Perilaku
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan Pilar 2 Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) yaitu Kampanye Nasional dan Komunikasi Perubahan
Perilaku pada Kabupaten Kulon Progo belum sepenuhnya dilaksanakan
secara memadai. Simpulan tersebut terindikasi dari kondisi-kondisi
sebagai berikut:
1) Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang
konsisten dan berkelanjutan dengan memastikan pengembangan
pesan, pemilihan saluran komunikasi, dan pengukuran dampak
komunikasi yang efektif, efisien, tepat sasaran, konsisten, dan
berkelanjutan di Kabupaten Kulon Progo belum dilakukan secara
memadai, dengan uraian sebagai berikut:
a) Strategi kamunikasi perubahan perilaku dalam percepatan
penanggulangan stunting di Kabupaten Kulon Progo masih dalam
proses perumusan;
8
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
b) Kampanye perubahan perilaku bagi masyarakat umum yang telah
dilaksanakan tidak berdasarkan rancangan yang terintegrasi
dengan OPD yang terkait dan tidak secara eksplisit untuk
intervensi program stranas pencegahan stunting;
c) Belum melaksanakan pemantauan dan pengukuran mengenai
tingkat pemahaman masyarakat tentang pesan yang disampaikan
dalam kampanye perubahan perilaku.
2) Komunikasi antar pribadi sesuai konteks sasaran, dengan
memastikan pengembangan pesan sesuai dengan kebutuhan
kelompok sasaran seperti Posyandu, kunjungan rumah, konseling
pernikahan, konseling reproduksi remaja, dan sebagainya di
Kabupaten Kulon Progo telah dilakukan secara memadai, dengan
uraian sebagai berikut:
a) Rancangan komunikasi antar pribadi dalam percepatan
penanggulangan stunting di Kabupaten Kulon Progo masih dalam
proses perumusan, namun intervensi di masyarakat sudah
dilaksanakan melalui program-program yang telah di laksanakan
dari pihak Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu, seperti
pelayanan kesehatan, KB dan gizi untuk masyarakat, kunjungan
rumah, dan konseling;
b) Pemerintah Daerah belum melaksanakan Pemantauan dan
pengukuran mengenai perubahan perilaku kelompok sasaran.
3) Advokasi berkelanjutan kepada pengambil keputusan, dengan
memastikan terselenggaranya penjangkauan yang sistematis
terhadap para pengambil keputusan untuk mendukung percepatan
pencegahan stunting melalui penyediaan alat bantu, dan
pengembangan kapasitas penyelenggara kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku pada Kabupaten Kulon Progo belum dilakukan
secara memadai, dengan uraian sebagai berikut:
a) Pemerintah Daerah belum memperoleh advokasi berkelanjutan
untuk memberikan dukungan di daerah terkait strategi komunikasi
perubahan perilaku;
9
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
b) Telah memberikan dukungan kebijakan terkait strategi komunikasi
perubahan perilaku di daerah.
4) Pengembangan kapasitas pengelola program, dengan memberikan
pengetahuan dan pelatihan bagi penyelenggara kampanye dan
komunikasi perubahan perilaku yang efektif dan efisien belum
dilakukan secara memadai, dengan uraian sebagai berikut:
a) Pemerintah Daerah Kabupaten belum menyediakan materi-materi
komunikasi, informasi, dan edukasi yang dibutuhkan oleh
penyelenggara kampanye dan komunikasi perubahan perilaku
secara terintegrasi;
b) Pemerintah Daerah telah melaksanakan pelatihan untuk
meningkatkan kapasitas penyelenggara seperti kader posyandu,
kader pembangunan manusia;
c) Belum dilakukan pemantauan dan evaluasi atas strategi
komunikasi perubahan perilaku.
Berdasarkan Hasil Root Cause Analysis pelaksanaan (RCA) dan Force
Field Analysis (FFA) yang dilakukan, kondisi diatas disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut:
1) Draft strategi komunikasi perubahan perilaku dalam percepatan
penanggulangan stunting di Kabupaten Kulon Progo masih dalam
proses perumusan;
2) Belum disusun pedoman format pemantauan dan evaluasi atas
pelaksanaan strategi komunikasi perubahan perilaku;
3) Kurangnya koordinasi antar OPD terkait kampanye perubahan
perilaku dalam percepatan pencegahan stunting.
c. Pilar 3: Konvergensi Program Pusat, Daerah, dan Desa
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan Pilar 3 Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) yaitu Konvergensi Program Pusat, Daerah, dan Desa
pada Kabupaten Kulon Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara
memadai. Simpulan tersebut terindikasi dari kondisi-kondisi sebagai
berikut:
10
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
1) Pemerintah Kabupaten telah memastikan perencanaan dan
penganggaran program/ kegiatan untuk intervensi prioritas,
khususnya di lokasi dengan prevalensi stunting tinggi dan/atau
kesenjangan cakupan pelayanan yang tinggi secara memadai, yaitu
seluruh intervensi prioritas telah direncanakan dan dianggarkan untuk
dilaksanakan pada desa prioritas, namun pelaksanaannya baru akan
dilaksanakan pada tahun 2020.
2) Pemerintah Kabupaten telah memperbaiki pengelolaan layanan untuk
intervensi gizi prioritas dan memastikan bahwa sasaran prioritas
intervensi stunting telah memperoleh dan memanfaatkan paket
intervensi yang disediakan secara memadai, dengan uraian sebagai
berikut:
a) Dari 34 ibu hamil yang disampel terdapat 10 ibu hamil yang belum
memperoleh atau memanfaatkan intervensi berupa pemberian
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil dikarenakan
PMT hanya diberikan kepada ibu hamil yang Kekurangan Energi
Kronik (KEK);
b) Dari 34 ibu menyusui yang disampel terdapat empat ibu menyusui
yang anaknya belum memperoleh atau memanfaatkan intervensi
berupa suplementasi vitamin A;
c) Dari 37 ibu dengan balita yang disampel seluruh balita telah
memperoleh atau memanfaatkan intervensi berupa suplementasi
vitamin A;
d) Dari 32 remaja usia subur yang disampel terdapat 8 remaja usia
subur yang belum memperoleh atau tidak memanfaatkan
intervensi berupa pemberian suplemen tablet tambah darah (TTD)
bagi remaja/wanita usia subur;
e) Dari responden yang disampel pada delapan desa seluruhnya
telah menerima intervensi sanitasi;
f) Dari responden yang disampel pada desa prioritas dan desa non
prioritas, terdapat satu desa yang belum menerima intervensi air
bersih yaitu desa Galur (non prioritas).
11
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
3) Pemerintah Kabupaten telah menerima dukungan pengembangan
kapasitas bagi pemerintah kabupaten untuk melaksanakan aksi
konvergensi/aksi integrasi dari Pemerintah Pusat (Direktorat Jenderal
Bina Pembangunan Daerah, Kementerian Dalam Negeri) secara
memadai, melalui workshop membangun komitmen daerah dan
kelembagaan dalam upaya penanganan stunting.
4) Pemerintah kabupaten belum dinilai kinerjanya dalam pelaksanaan
konvergensi program intervensi oleh Ditjen Bina Bangda Kementerian
Dalam Negeri secara periodik.
5) Seluruh desa prioritas yang menjadi fokus konvergensi program
intervensi stunting yang ada pada Kabupaten Kulon Progo memiliki
dua orang kader yang berfungsi sebagai Kader Pembangunan
Manusia (KPM) untuk memastikan terselenggaranya intervensi
pencegahan stunting di tingkat desa dan melakukan pendataan dan
pelaporan secara berkala kepada Kabupaten.
Berdasarkan Hasil Root Cause Analysis (RCA) dan Force Field Analysis
(FFA) yang dilakukan, kondisi di atas disebabkan Ditjen Bina Bangda
Kementerian Dalam Negeri belum melaksanakan penilaian kinerja dalam
pelaksanaan konvergensi program intervensi secara periodik.
d. Pilar 4: Ketahanan Pangan dan Gizi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan Pilar 4 Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) yaitu Ketahanan Pangan dan Gizi pada Kabupaten Kulon
Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara memadai. Simpulan
tersebut terindikasi dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
1) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah melaksanakan upaya
pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara memadai,
hal tersebut tercermin dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
a) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah memiliki dan
menjalankan program diversifikasi pangan berbasis sumber daya
pangan lokal;
b) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah memiliki dan
menjalankan program Pengembangan Kawasan Rumah Pangan
12
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Lestari (KRPL) yang menjangkau seluruh lokasi (desa), meskipun
desa fokus pencegahan stunting direncanakan menjadi prioritas
pada tahun 2020;
c) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah mendorong
Peningkatkan konsumsi pangan hewani, sayur, dan buah terutama
bagi kelompok sasaran dan kelompok rawan gizi lainnya melalui
sosialisasi kepada ibu hamil dan anak sekolah.
2) Kabupaten Kulon Progo telah menerima perluasan program bantuan
sosial dan bantuan pangan yang bergizi untuk keluarga kurang
mampu melalui Program BPNT yang meliputi penambahan item
bahan pangan yang bergizi selain beras, yaitu telur.
3) Pemerintah Kabupaten Kulon Progo belum memiliki Program
peningkatan cakupan dan kualitas program fortifikasi pangan utama,
seperti fortifikasi garam, tepung terigu, dan minyak goreng secara
memadai sehingga dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
4) Pemeritah Kabupaten Kulon Progo telah melaksanakan penguatan
koordinasi kelembagaan, otoritas kompetensi bidang keamanan dan
mutu pangan baik pangan segar maupun olahan, dan penegakan
hukum terkait dengan label (kehalalan, komposisi bahan, tanggal
kadaluwarsa, dan sebagainya) dan iklan pangan.
Berdasarkan Hasil Root Cause Analysis (RCA) dan Force Field Analysis
(FFA) yang dilakukan, kondisi diatas disebabkan belum adanya
kebijakan/petunjuk teknis dari kementerian/lembaga/ pemerintah daerah
yang digunakan sebagai acuan penerapan program fortifikasi pangan
utama di daerah.
e. Pilar 5: Pemantauan dan Evaluasi.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Pelaksanaan Pilar 5 Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Anak
Kerdil (Stunting) yaitu pemantauan dan evaluasi pada Kabupaten Kulon
Progo belum sepenuhnya dilaksanakan secara memadai. simpulan
tersebut terindikasi dari kondisi-kondisi sebagai berikut:
13
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
1) Belum ada upaya peningkatan sistem pendataan yang dapat
memantau secara akurat dan berkala data prevalensi stunting di
tingkat kabupaten, dengan rincian sebagai berikut:
a) BPS bersama Kementerian Kesehatan telah melaksanakan survei
stunting tahunan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang dapat mengukur prevalensi stunting pada
Kabupaten yang menjadi objek evaluasi;
b) Pemerintah daerah belum melakukan rembug stunting tingkat
kabupaten yang menghasilkan komitmen, kesepakatan, dan
keputusan bersama terkait dengan tindakan-tindakan perbaikan
yang akan diambil di tingkat Kabupaten;
c) Pemerintah daerah belum mengimplementasikan dashboard
pencegahan stunting yang dapat menyediakan data dan informasi
bagi pemerintah pusat dan daerah yang dapat dijadikan rujukan
untuk menyelesaikan masalah penyelenggaran pencegahan
stunting;
d) Pemerintah daerah belum mengimplementasikan kartu skor
konvergensi desa;
e) Telah dilakukan penelitian oleh LIPI “PMT dari pangan lokal untuk
perbaikan gizi buruk pada balita” studi kasus di Kecamatan
Samigaluh dan Kokap;
f) Pemantauan telah dilaksanakan oleh TNP2K sekitar bulan
Desember 2018 dan Bappenas (konsultan) sekitar akhir bulan
Maret 2019.
2) Telah ada upaya percepatan siklus pembelajaran dan berbagi inovasi
dan praktik-praktik terbaik (best practice) yang dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yaitu Pemerintah daerah telah
mengikuti forum inovasi dan praktik baik tingkat nasional dan
pembelajaran horizontal dalam stunting summit “kampanye
komunikasi gizi nasional-pertemuan gizi nasional tentang pencegahan
stunting di Hotel Borobudur Jakarta pada tanggal 28 Maret 2018.
14
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Berdasarkan Hasil Root Cause Analysis (RCA) dan Force Field Analysis
(FFA) yang dilakukan, kondisi diatas disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1) Pemerintah daerah belum melaksanakan rembug stunting tingkat
Kabupaten;
2) Pemerintah daerah belum menyusun panduan terkait implementasi
kartu skor konvergensi desa;
3) Pemerintah daerah belum memperoleh panduan konvergensi
pencegahan stunting berkaitan dengan implementansi kartu skor
konvergensi desa.
Berdasarkan hasil Evaluasi atas Pelaksanaan Strategi Nasional
Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) di Kabupaten Kulon
Progo, telah diberikan rekomendasi kepada pemangku kepentingan untuk
ditindaklanjuti.
2. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Ketahanan Pangan
dan Peningkatan Produksi Pertanian.
Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan dalam rangka mengawal program
dan kegiatan prioritas nasional bidang ketahanan pangan dan pertanian
berupa evaluasi atas pelaksanaan Program Prioritas Peningkatan Produksi
Pangan Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale), Program Prioritas Pembangunan
Sarana dan Prasarana Pertanian Tahun 2018 dan monitoring dan evaluasi
KSP-B12 pada Dinas Pertanian dan Peningkatan Ketahanan Pangan D.I.
Yogyakarta. Sasaran evaluasi adalah pelaksanaan Program Prioritas
Peningkatan Produksi Pangan Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) dan
Program Prioritas Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian pada
Kementerian Pertanian Tahun 2018 sebagaimana ditetapkan dalam RKP
2018 yang dilaksanakan di D.I. Yogyakarta. Program tersebut didanai dari
DIPA APBN Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2018 yang dikelola
Satker Pusat Kementerian Pertanian pada Ditjen Tanaman Pangan dan
Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian maupun Satker Dana Tugas
Perbantuan yang ada di daerah, yang meliputi:
1) Peningkatan Produksi Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai)
Kegiatan prioritas pada program prioritas peningkatan pangan yang
15
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
meli
meliputi peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai.
2) Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian
Kegiatan prioritas pada program prioritas pembangunan sarana dan
prasarana pertanian yang meliputi cetak sawah, rehabilitasi jaringan
irigasi tersier, pembangunan embung pertanian, bantuan alat dan mesin
pertanian (alsintan) prapanen, dan bantuan sarana pascapanen.
Hasil evaluasi atas capaian kinerja peningkatan produksi pangan dan
pembangunan sarana dan prasarana pertanian dapat disimpulkan sebagai
berikut:
(1) Peningkatan Produksi Pangan (Padi, Jagung dan Kedelai/Pajale)
Capaian kinerja program prioritas peningkatan produksi pangan D.I.
Yogyakarta secara rata-rata capaian produksi untuk komoditas padi,
jagung dan kedelai adalah 101,03% dari target 2018. Rincian capaian
luas tanam, luas panen dan produksi untuk padi, jagung dan kedelai
adalah sebagai berikut:
No Komoditas Indikator Target Realisasi % 1. Padi Luas Tanam (Ha) 153.000 157.725 103,09
Luas Panen (Ha) 152.058 153.294,5 100,81
Produksi (Ton) 857.171 861.526 100,51
2. Jagung Luas Tanam (Ha) 65.000 65.643 100,99
Luas Panen (Ha) 64.573 62.315,1 96,50
Produksi (Ton) 305.487 312.683 102,36
3. Kedelai Luas Tanam (Ha) 8.000 8.659 108,24
Luas Panen (Ha) 8.000 8.894 111,18
Produksi (Ton) 10.631 11.117 104,57
Rata-rata produksi 391.096 395.108,67 101,03 Sumber data: Laporan Hasil sinkronisasi data tanaman pangan dengan tim upsus Provinsi,
Kabupaten dan Kota di D.I. Yogyakarta.
Capaian kinerja kegiatan dalam rangka peningkatan produksi pangan
dari dana tugas perbantuan TA 2018 pada D.I. Yogyakarta secara rata-
rata adalah 98,40% dari target yang ditetapkan dengan realisasi
keuangan sebesar Rp14.498.340.900,00 atau 94,44% dari anggaran
sebesar Rp15.352.200.000,00. Rincian capaian kegiatan adalah sebagai
berikut:
16
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Kegiatan Target Realisasi %
Fisik (Ha)
Keuangan (Rp0,00)
Fisik (Ha)
Keuangan (Rp0,00)
Fisik Keu
1. Bantuan Benih Padi Inbrida
20.000 5.129.000.000 20.000 4.809.258.000 100 93,77
2. Bantuan Budidaya Mina Padi
220 475.750.000 207 447.637.500 94,09 94,09
3. Bantuan Budidaya Padi Gogo
500 218.750.000 500 218.750.000 100 100
4. Bantuan Budidaya Padi Inbrida Beras Khusus
25 21.000.000 25 21.000.000 100 100
5. Bantuan Benih Jagung Hibrida
4.020 2.376.268.000 4.020 2.376.265.400
100 99,99
6. Bantuan Peningkatan Produksi Kedelai
7.491 7.131.432.000 6.987,5 6.625.430.000 93,28 92,90
Jumlah 32.256 15.352.200.000 31.739,5 14.498.340.900 98,40 94,44 Sumber data: Laporan Realisasi Anggaran dan SSBP Tahun 2018
Tidak tercapainya target karena :
- Kegiatan bantuan budidaya mina padi, tujuh kelompok tani di
Kabupaten Bantul dengan total luas lahan 13 hektar tidak dapat
melaksanakan kegiatan dan mengembalikan bantuan yang diterima ke
kas negara disebabkan lahan sawah mengalami kekeringan akibat
kemarau yang panjang.
- Kegiatan bantuan peningkatan produksi kedelai, 35 kelompok tani
dengan total luas lahan 503,5 hektar di Kabupaten Kulon Progo tidak
dapat melaksanakan kegiatan dan mengembalikan bantuan yang
diterima ke kas negara disebabkan lahan mengalami kekeringan
akibat kemarau panjang serta saluran irigasi sedang dalam perbaikan.
Sedangkan realisasi bantuan benih dari pusat TA 2018 untuk D.I.
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
No Kegiatan Target Realisasi % Fisik (Ha)
Fisik (Ha)
1. Bantuan Benih Padi Inbrida *) - 2. Bantuan Benih Padi Hibrida *) 5.000 3. Bantuan Benih Jagung Komposit *) - 4. Bantuan Benih Jagung Hibrida *) 9.735 5. Bantuan Benih Kedelai *) - Jumlah *) 14.375
Sumber data: Daftar Penerima Bantuan Benih dari Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta. *) Data target tidak didapatkan karena DIPA ada di Kementerian Pertanian (Pusat)
17
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(2) Pembangunan Sarana dan Prasarana Pertanian
Capaian kinerja kegiatan dalam rangka pembangunan sarana dan
prasarana pertanian (tidak termasuk bantuan pusat) pada D.I.
Yogyakarta rata-rata adalah 100% dari target yang ditetapkan dengan
realisasi keuangan sebesar Rp11.619.302.354,00 atau 95,41% dari
anggarannya. Rincian capaian kegiatan adalah sebagai berikut:
No Kegiatan
Target Realisasi % Fisik (Ha/ Unit)
Keuangan (Rp)
Fisik (Ha/ Unit)
Keuangan (Rp)
Fisik Keu
1. Cetak Sawah (Ha)
- - - - - -
2. Rehabiltasi Jaringan Irigasi Tersier (Ha)
1.800 1.980.000.000 1.800 1.980.000.000 100 100
3. Pengembangan Sumber Air - Irigasi perpompaan (unit)
26 2.205.600.000 26 2.117.730.000 100 96,02
4. Pembangunan Embung Pertanian (Unit)
4 480.000.000 4 480.000.000 100 100
5. Bantuan Alsintan Prapanen (Unit)
518 6.826.850.000 518 6.389.915.354 100 93,60
6. Bantuan Sarana Pascapanen (Unit)
38 685.400.000 38 651.657.000 100 95,08
Jumlah 12.177.850.000 11.619.302.354 100 95,41 Sumber data: Laporan Tahunan dan Laporan Realisasi Anggaran Dinas Pertanian D.I. Yogyakarta
Sedangkan realisasi bantuan alsintan dari pusat TA 2018 untuk D.I.
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
No Kegiatan Target Realisasi % Fisik (Unit)
Fisik (Unit)
1. Bantuan Alsintan Prapanen *) 1.001 *) 2. Bantuan Sarana Pascapanen *) 68 *)
Jumlah *) 1.069 *)
Sumber data: Daftar Poktan Penerima Bantuan Pusat Dinas Pertanian Kabupaten di D.I. Yogyakarta. *) Dinas Pertanian Kabupaten tidak mempunyai data target fisik karena merupakan DIPA Kementerian.
Berdasarkan hasil evaluasi pada kabupaten yang disampel terhadap
penyaluran alsintan pra panen dan paska panen dari dana tugas
18
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
per
perbantuan dan droping dari Kementerian Pertanian, ditemukan
permasalahan yaitu :
a) Bantuan Alsintan Prapanen
(1) Bantuan Alsintan Prapanen Pengadaan Provinsi
Realisasi penyaluran bantuan alsintan prapanen dari dana tugas
perbantuan APBN TA 2018 D.I. Yogyakarta per 31 Desember
2018 untuk Kabupaten yang diuji petik adalah 272 unit atau 100%
dari alokasi yang ditetapkan adalah sebagai berikut:
Bantuan alsintan ini diperuntukkan untuk kelompok tani/gapoktan/
UPJA. Rincian bantuan alsintan prapanen dari dana tugas
perbantuan sebagai berikut:
No Jenis Alsintan Kelompok Tani/ Gapoktan/ UPJA
Brigade Dinas
Total
Unit Unit Unit 1 Traktor roda dua 77 - 77 2 Traktor roda empat - - - 3 Pompa air 50 - 50 4 Rice transplanter 7 - 7 5 Handsprayer 70 - 70 6 Cultivator 38 - 38 7 Corn Planter 30 - 30
Jumlah 272 - 272
Uji petik dilakukan atas tujuh penerima bantuan alsintan prapanen
pengadaan provinsi dengan jumlah alsintan pra panen yang diuji
petik sebanyak sembilan unit diperoleh realisasi sebagai berikut :
Uraian
Jumlah Penerima yang diuji
Jenis Alsintan (Unit)
Total Traktor Roda 2
Rice Transp.
Pompa Air
Hand Spray
er
Corn Planter
Culti Vator
Kab.Sleman Menurut Dinas 5 1 1 1 2 1 1 7 Hasil Uji Fisik 5 1 1 1 2 1 1 7 Selisih - - - - - - - Kab.Gunungkidul Menurut Dinas 2 1 - - 1 - - 2 Hasil Uji Fisik 2 1 - - 1 - - 2 Selisih - - - - - - - -
No Kabupaten Alokasi Realisasi
Unit Unit 1 Sleman 189 189 2 Gunungkidul 83 83
Jumlah 272 272
19
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyaluran alsintan prapanen
dari dana tugas perbantuan ditemukan permasalahan yaitu
alsintan prapanen belum terdistribusikan ke penerima manfaat
sebanyak tiga unit.
Berdasarkan hasil evaluasi, dari 272 unit alsintan yang
dialokasikan untuk Kabupaten Sleman dan Gunungkidul, baru
disalurkan sebanyak 269 unit, masih terdapat tiga alsintan yaitu
corn planter yang belum disalurkan kepada kelompok tani
penerima bantuan alsintan di Kabupaten Sleman.
Belum terdistribusikannya alsintan tersebut karena menunggu
finalisasi kelengkapan dokumen proposal dari kelompok tani.
(2) Bantuan Alsintan Prapanen Pengadaan Pusat
Realisasi penyaluran bantuan alsintan prapanen pengadaan pusat
TA 2018 per 31 Desember 2018 untuk empat kabupaten yang diuji
petik sebanyak 1.001 unit.
Bantuan alsintan ini diperuntukkan untuk kelompok
tani/gapoktan/UPJA. Rincian bantuan alsintan prapanen
pengadaan pusat sebagai berikut:
No Jenis Alsintan Kelompok Tani/ Gapoktan/ UPJA
Brigade Dinas
Total
Unit Unit Unit 1 Traktor roda dua 118 - 118 2 Traktor roda empat 96 - 96 3 Pompa air 131 - 131 4 Rice transplanter 12 - 12 5 Handsprayer 125 - 125 6 Cultivator 13 - 13 7 Corn Planter 6 - 6 8 Tray 500 500
Jumlah 1.001 - 1.001
No Kabupaten Alokasi Realisasi
Unit Unit 1 Bantul 609 609 2 Gunungkidul 85 85 3 Kulon Progo 184 184 4 Sleman 123 123
Jumlah 1.001 1.001
20
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Uji petik dilakukan atas 23 penerima bantuan alsintan prapanen
pengadaan pusat dengan jumlah alsintan pra panen yang diuji
petik sebanyak 523 unit diperoleh realisasi sebagai berikut:
Uraian Jumlah
Penerima yang diuji
Jenis Alsintan (Unit) Total TR
4 TR2
RT HS Tray Culti vator
Pompa Air
Kab. Bantul Menurut Dinas 7 1 1 1 1 500 - 1 505 Hasil Uji Fisik 7 1 1 1 1 500 - 1 505 Selisih - - - - - - - Kab.Gunungkidul Menurut Dinas 5 1 1 - - - 1 2 5 Hasil Uji Fisik 5 1 1 - - - 1 2 5 Selisih - - - - - - - Kab. Kulon Progo Menurut Dinas 5 1 1 - 3 - 1 1 7 Hasil Uji Fisik 5 1 1 - 3 - 1 1 7 Selisih - - - - - - - Kab. Sleman Menurut Dinas 6 1 1 1 1 2 6 Hasil Uji Fisik 6 1 1 1 1 2 6 Selisih - - - - - - -
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyaluran alsintan prapanen
pengadaan pusat ditemukan permasalahan sebagai berikut:
(a) Alsintan prapanen belum terdistribusikan ke penerima
manfaat sebanyak 35 unit.
Dari hasil evaluasi, dijumpai adanya alsintan prapanen yang
belum diserahkan kepada kelompok tani penerima bantuan
sebanyak 35 unit alsintan yaitu :
- Kabupaten Gunungkidul berupa dua unit pompa air.
- Kabupaten Sleman :
- corn planter (lima unit),
- pompa air (sepuluh unit) dan,
- hand sprayer (18 unit).
Belum terdistribusikannya alsintan ini disebabkan :
- Alsintan berupa pompa air di Kabupaten Gunungkidul baru
diterima Dinas pada bulan Desember 2018 sehingga
kelompok tani penerima bantuan alsintan masih dalam
proses finalisasi kelengkapan dokumen proposal.
- Kurangnya koordinasi antara Dirjen PSP Kementan dengan
Dinas Pertanian Sleman sehingga pada saat alsintan
21
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
diterima belum ditetapkan calon kelompok tani penerima
bantuan. Sampai saat ini, masih berlangsung proses
vverifikasi calon kelompok tani penerima bantuan.
(b) Alsintan prapanen sudah terdistribusikan namun belum
dimanfaatkan oleh penerima sebanyak 303 unit.
Hasil observasi terhadap alsintan yang sudah terdistribusikan,
terdapat alsintan yang belum dimanfaatkan sebanyak 303 unit
dengan rincian sebagai berikut:
- Dua unit rice transplanter yang telah didistribusikan pada
KT Ngudi Makmur Srihardono Pundong Bantul dan di KT
Sumber Rejeki Sumberejo Tempel Sleman belum
dimanfaatkan oleh kelompok tani, karena belum adanya
pelatihan penggunaan alat dan kurangnya pemahaman
anggota kelompok tani mengenai manfaat yang lebih efisien
penggunaan rice transplanter;
- 300 unit tray yang telah didistribusikan pada Gapoktan
Makmur Agung Bantul tidak dapat dimanfaatkan, karena
spesifikasi tray yang diterima Gapoktan Makmur Agung
Bantul tidak sesuai dengan rice transplanter yang sudah
dimiliki kelompok tani tersebut,
- Satu unit pompa air yang telah didistribusikan pada KT
Rukun Tani II Ponjong Gunungkidul belum dimanfaatkan,
karena pompa air tersebut baru akan dimanfaatkan oleh
kelompok tersebut pada tahun 2020 bersamaan dengan
rencana perluasan areal persawahan.
b) Bantuan Sarana Pascapanen
(1) Bantuan Sarana Pascapanen Pengadaan Provinsi
Realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen dari dana tugas
perbantuan APBN TA 2018 D.I. Yogyakarta per 31 Desember
2018 untuk wilayah D.I. Yogyakarta sebanyak 38 unit.
Bantuan sarana pascapanen ini diperuntukkan untuk kelompok
brigade alsintan Provinsi D.I. Yogyakarta. Rincian bantuan sarana
22
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pascapanen dari dana tugas perbantuan sebagai berikut:
No Jenis
Alsintan/Sarana
Kelompok Tani/ Gapoktan/ UPJA
Brigade Dinas Provinsi
Total
Unit Unit Unit 1 Power Treasher - 25 25 2 Moisture Tester - 4 4 3 Corn Sheller - 9 9
Jumlah - 38 38
Berdasarkan pemeriksan fisik di gudang Brigade Dinas Pertanian
D.I. Yogyakarta, alsintan yang masih di gudang sebagai berikut :
Uraian Jumlah
Penerima yang diuji
Jenis Alsintan (Unit) Total
RMU VD CH Power
Treasher Corn
Sheller Menurut Dinas 1 - - - 10 1 11 Hasil Uji Fisik 1 - - - 10 1 11 Selisih - - - - - - -
Sedangkan 27 alsintan lainnya sedang dipinjam pakai oleh
kelompok tani.
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyaluran sarana
pascapanen pengadaan dari dana tugas perbantuan APBN TA
2018 D.I. Yogyakarta diketahui bahwa sarana pasca panen yang
dikelola Brigade Dinas Pertanian Provinsi belum dimanfaatkan
oleh penerima manfaat sebanyak 11 unit.
Hasil pemeriksaan fisik di gudang Brigade Dinas Pertanian D.I.
Yogyakarta diketahui dari 38 sarana pasca panen yang dikelola
Brigade alsintan Provinsi D.I. Yogyakarta, telah dipinjam pakaikan
kepada kelompok tani sebanyak 27 alsintan, sehingga alsintan
pasca panen yang masih berada di gudang brigade sebanyak 11
unit. Hal ini disebabkan belum ada kelompok tani yang
mengajukan proposal pinjam pakai alsintan.
(2) Bantuan Sarana Pascapanen Pengadaan Pusat
Realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen dari pengadaan
pusat TA 2018 per 31 Desember 2018 untuk tiga kabupaten yang
diuji petik sebanyak 56 unit.
23
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Bantuan sarana pascapanen ini diperuntukkan untuk kelompok
tani/gapoktan/UPJA. Rincian bantuan sarana pascapanen
pengadaan pusat sebagai berikut:
No Jenis Alsintan Kelompok Tani/ Gapoktan/ UPJA
Brigade Dinas
Total
Unit Unit Unit 1 Combine Harvester 4 - 4 2 Power Treasher 29 - 29 3 Seed Cleaner 11 - 11 4 Corn Sheller 5 5 5 Vertical Dryer 3 3 6 Packaging Beras 3 3 7 RMU 1 1
Jumlah 56 - 56
Uji petik dilakukan kepada sembilan penerima bantuan diperoleh
realisasi sebagai berikut:
Uraian Jumlah
Penerima yang diuji
Jenis Alsintan (Unit) Total
RMU VD CH PT Seed
Cleaner Kab. Gunungkidul Menurut Dinas 1 - - - - 1 1 Hasil Uji Fisik 1 - - - - 1 1 Selisih - - - - - - - Kab. Kulon Progo Menurut Dinas 2 - 1 1 - 2 Hasil Uji Fisik 2 - 1 1 - 2 Selisih - - - - - - - Kab. Sleman Menurut Dinas 6 1 2 2 1 2 8 Hasil Uji Fisik 6 1 2 2 1 2 8 Selisih - - - - - - -
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap penyaluran sarana
pascapanen pengadaan pusat pada sembilan poktan/gapoktan
dan sebelas sarana pasca panen diketahui bahwa sarana
pascapanen sudah terdistribusikan namun belum dapat
dimanfaatkan oleh penerima sebanyak delapan unit alat pasca
panen dengan rincian sebagai berikut :
No Kabupaten Alokasi Realisasi
Unit Unit 1 Gunungkidul 12 12 2 Kulon Progo 28 28 3 Sleman 16 16
Jumlah 56 56
24
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(a) Vertical Dryer (VD) sebanyak tiga unit yang telah
didistribusikan kepada Gapoktan Karya Sejahtera Nanggulan
Kulon Progo dengan kapasitas 10 ton, Gapoktan Agro Jogo
Mandiri Jogotirto Berbah Sleman dengan kapasitas 6 ton, dan
Gapoktan Pandowo Mulyo Pandowoharjo Sleman dengan
kapasitas 10 ton. Ketiga Vertical Dryer (VD) tersebut sampai
dengan saat observasi lapangan belum selesai perakitan dan
pengerjaannya;
(b) Power Treasher satu unit yang telah didistribusikan kepada KT
Ngudi Makmur Bokoharjo Prambanan Sleman. Power
Treasher belum dimanfaatkan karena belum ada pelatihan
penggunaannya kepada kelompok tani;
(c) Seed Cleaner sebanyak dua unit yang telah disalurkan kepada
KT Tani Makmur Sumberharjo Prambanan dan KT Ngudi
Rejeki Sumberejo Prambanan Sleman. Seed Cleaner belum
dimanfaatkan karena belum ada pelatihan penggunaannya
kepada kelompok tani;
(d) Rice Milling Unit (RMU) satu unit yang telah didistribusikan
kepada Gapoktan Pandowo Mulyo Pandowoharjo Sleman.
RMU sampai dengan saat observasi lapangan belum selesai
perakitan dan pengerjaannya;
(e) Combine Harvester yang telah didistribusikan kepada
Gapoktan Pandowo Mulyo Pandowoharjo Sleman. Combine
Harvester belum dimanfaatkan karena belum ada pelatihan
penggunaannya kepada kelompok tani.
Selain bantuan alsintan pra panen dan pasca panen yang diuraikan di
atas, terdapat bantuan dari sumber dana tugas perbantuan APBN TA
2018 di D.I. Yogyakarta berupa sarana bangunan dryer UV untuk KT
Dadi Makmur Ngawen Kabupaten Gunungkidul yang belum dapat
dimanfaatkan karena atap plastik dryer UV mengalami kerusakan.
Sehubungan dengan masih dijumpainya permasalahan terkait
pelaksanaan program prioritas peningkatan produksi pangan padi,
jjagung dan kedelai (pajale) dan pembangunan sarana dan prasarana
25
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pert
pertanian yang dibiayai dari DIPA APBN Kementerian Pertanian TA
2018, telah disarankan kepada pemangku kepentingan untuk
menindaklanjuti.
3. Program dan Kegiatan Prioritas Nasional Bidang Infrastruktur
Kegiatan Pengawalan Program dan Kegiatan Prioritas Nasional dilaksanakan
berupa monitoring dan evaluasi untuk triwulan II Tahun 2019 atas tata
kelola tiga proyek strategis nasional yaitu pembangunan infrastruktur jalan
bebas hambatan Yogyakarta-Solo, pembangunan infrastruktur jalan bebas
hambatan Yogyakarta-Bawen, dan Pembangunan Bandar Udara
Internasional Yogyakarta.
Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta–Bawen dan Yogyakarta –
Solo sebagai infrastruktur jalan bertujuan untuk menghubungkan pusat
kegiatan nasional antara Yogyakarta–Semarang dan Yogyakarta–Solo,
sehingga dapat menaikkan tingkat pemenuhan kebutuhan mobilisasi orang
dan barang.
Final Outline Business Case (OBC) Report Jalan Tol Yogyakarta-Bawen
telah selesai disusun sesuai surat Deputi Bidang Koordinasi Percepatan
Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian selaku ketua tim Pelaksana KPPIP Nomor S-
23/D.IV.M.Ekon.KPPIP/03/2018 tanggal 7 Maret 2018 hal penyampaian hasil
penyusunan Outline Business Case (OBC) Proyek Jalan Tol Yogyakarta–
Bawen yang berisi antara lain mengusulkan opsi trase paling optimal dengan
rute Bawen–Utara Ambarawa–Timur Magelang–Saluran Mataram–Ringroad
Utara Yogyakarta.
Survei lapangan untuk penyusunan dokumen perencanaan pengadaan tanah
dimulai pada 1 Juli 2018 sesuai surat Badan Pengatur Jalan Tol Nomor
UM.01.11-Pt.3/05 tanggal 26 Juni 2018 tentang Permohonan Ijin Survei
Lapangan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen. Hingga saat reviu berlangsung,
survei masih dalam pelaksanaan.
Pembangunan jalan bebas hambatan Yogyakarta–Solo belum ada
penetapan trase karena terkendala belum adanya Penataan Kawasan Candi
26
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Pra
Prambanan dalam Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Nasional
(KSN) Candi Prambanan.
Sampai dengan triwulan II tahun 2019, belum terdapat progress fisik atas
pembangunan infrastruktur jalan bebas hambatan Yogyakarta–Bawen dan
Yogyakarta–Solo.
4. Program Pemerataan Ekonomi
Program kebijakan pemerataan ekonomi mencakup sertifikasi lahan,
perhutanan sosial, legalisasi lahan transmigrasi, peremajaan perkebunan
rakyat, tanah objek reforma agraria (TORA) dan pendidikan dan pelatihan
vokasi. Monitoring terhadap proyek strategis nasional berkaitan dengan
program pemerataan perekonomian adalah:
a. Tata Kelola Proyek Strategis Nasional (PSN) Sertifikasi Hak Atas
Tanah Triwulan II Tahun 2019 pada Kantor Wilayah Agraria dan Tata
Ruang (ATR) Badan Pertanahan Nasional DIY.
Program Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) merupakan bagian dari
program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), yang
dilaksanakan setelah dilakukannya kegiatan Pemetaan Bidang Tanah
(PBT).
Kegiatan Pemetaan Bidang Tanah, terdiri dari kegiatan penyuluhan dan
pengukuran. Sedangkan kegiatan Sertifikasi Hak Atas Tanah terdiri dari
kegiatan: pengumpulan data, pemeriksaan tanah, penerbitan SK Hak,
penerbitan sertifikat dan pelaporan.
Realisasi kegiatan yang telah dilakukan adalah:
1) Pemetaan Bidang Tanah (PBT)
Target dan realisasi anggaran Pemetaan Bidang Tanah (PBT) pada
Kantor Wilayah ATR Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
NO. KABUPATEN/KOTA Target
(bidang)
Anggaran Realisasi
(Rp) (Rp)
1 Kota Yogyakarta 2.500 322.850.000,00 19.721.400,00
2 Kabupaten Sleman 30.000 5.343.050.000,00 1.820.085.600,00
3 Kabupaten Bantul 66.000 12.707.240.000,00 5.245.675.190,00
4 Kabupaten Kulon Progo 19.500 3.423.280.000,00 489.604.700,00
27
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
NO. KABUPATEN/KOTA Target
(bidang)
Anggaran Realisasi
(Rp) (Rp)
5 Kabupaten Gunungkidul
152.000 31.394.930.000,00 11.750.177.795,00
Jumlah 270.000 53.191.350.000,00 19.325.264.685,00
Realisasi penggunaan dana PBT sampai dengan triwulan II tahun
2019 sebesar Rp19.325.264.685,00 atau 36,33% dari anggaran yang
digunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
NO. KEGIATAN TOTAL
(Rp)
(1) Penyuluhan 2.877.994.390,00
(2) Pengukuran 16.447.270.295,00
Jumlah 19.325.264.685,00
2) Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT)
Target dan realisasi anggaran Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) pada
Kantor Wilayah ATR Badan Pertanahan Nasional Daerah Istimewa
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
NO. KABUPATEN/K
OTA TARGET
SHAT
ANGGARAN
(Rp)
REALISASI
(Rp)
(1) Kota Yogyakarta 1.000 115.920.000,00 3.000.000,00
(2) Kabupaten Sleman
30.000 3.328.650.000,00 122.914.400,00
(3) Kabupaten Bantul
66.000 7.501.770.000,00 409.115.280,00
(4) Kabupaten Kulon Progo
10.000 1.159.200.000,00 224.197.920,00
(5) Kabupaten Gunungkidul
28.000 3.245.760.000,00 -
Jumlah 135.000 15.351.300.000,00 759.227.600,00
Realisasi penggunaan dana SHAT sampai dengan triwulan II tahun
2019 sebesar Rp759.227.600,00 atau 4,95% dari anggaran sebesar
Rp15.351.300.000,00 yang digunakan untuk kegiatan-kegiatan
sebagai berikut:
28
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
NO. KEGIATAN TOTAL
(Rp)
(1) Pendataan 345.146.350,00
(2) Pemeriksaan 410.243.450,00
(3) Penerbitan 3.837.800,00
Jumlah 759.227.600,00
b. Pelaksanaan PSN Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL),
meliputi:
1) Pemetaan Bidang Tanah (PBT), dalam proses pelaksanaan terdiri dari
kegiatan:
a) Penyuluhan pada stakeholder antara lain pemerintah kecamatan,
perangkat desa, masyarakat yang telah memiliki sertifikat maupun
yang belum memiliki sertifikat.
b) Pengukuran berupa pengumpulan data fisik yaitu mengukur fisik
tanah dan mencari informasi bidang tanah.
2) Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) belum dilaksanakan, terdiri dari
kegiatan:
a) Pendataan berupa pengumpulan data yuridis (KTP,KK, PBB, Surat
Kematian, Letter C) dan pendampingan terhadap kelompok
masyarakat dalam rangka melaksanakan pemberkasan data
yuridis.
b) Pemeriksaan atas berkas bidang tanah, data yuridis dan fisik oleh
panitia, pengumuman tentang fisik dan yuridis bidang tanah dan
pengesahan dilaksanakan 14 hari setelah pengumuman.
c) Penetapan hak atas bidang tanah.
d) Penerbitan sertifikat dan penyerahan.
e) Pelaporan berupa laporan pelaksanaan PTSL.
Capaian sampai dengan Triwulan II Tahun 2019 pada Kantor Wilayah
BPN DI Yogyakarta adalah sebagai berikut:
29
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Program PBT:
NO. KABUPATEN/KOTA TARGET PBT REALISASI
(1) Yogyakarta 2.500 180
(2) Sleman 32.500 24.319
(3) Bantul 68.500 52.027
(4) Kulon Progo 19.500 9.505
(5) Gunungkidul 147.000 96.202
TOTAL 270.000 182.233
Program SHAT:
NO. KABUPATEN/KOTA TARGET
SHAT K1 K2 K3 K4
(1) Yogyakarta 1.000 79 - 59 2741
(2) Sleman 30.000 3797 - - 5.009
(3) Bantul 66.000 6.037 - 8.097 5.004
(4) Kulon Progo 10.000 2.574 - 1.250 1.102
(5) Gunungkidul 28.000 3.353 - 45.592 5.048
TOTAL 135.000 15.840 - 54.998 18.904
- Kluster 1 (K1), atas bidang tanah yang data fisik dan data
yuridisnya memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertifikat Hak atas
Tanah;
- Kluster 2 (K2), atas bidang tanah yang data fisik dan data
yuridisnya memenuhi syarat untuk diterbitkan Sertifikat Hak atas
Tanahnya namun terdapat perkara di Pengadilan dan/atau
sengketa;
- Kluster 3 (K3), atas bidang tanah yang data fisik dan data
yuridisnya tidak dapat dibukukan dan diterbitkan Sertifikat Hak
atas Tanah karena subjek dan/atau objek haknya belum
memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
Nomor 6 Tahun 2018;
30
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
-
Kluster 4 (K4), atas bidang tanah yang objek dan subjeknya sudah
terdaftar dan sudah bersertifikat Hak atas Tanah, baik yang belum
dipetakan maupun yang sudah dipetakan namun tidak sesuai
dengan kondisi lapangan atau terdapat perubahan data fisik, wajib
dilakukan pemetaannya ke dalam Peta PTSL.
Sampai dengan Triwulan II Tahun 2019 Kantor Pertanahan yang telah
menerbitkan sertifikat adalah baru Kabupaten Bantul sebanyak 677
sertifikat.
c. Reviu Tata Kelola Proyek Strategis Nasional (PSN) atas Tanah Objek
Reforma Agraria (TORA) pada Program Redistribusi Tanah
Triwulan II Tahun 2019 pada Kantor Wilayah Agraria dan Tata Ruang
(ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) D.I. Yogyakarta.
Penganggaran Program Tanah Objek Reforma Agraria (TORA) Tahun
2019 pada Program Redistribusi Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)
pada Kantor Wilayah BPN Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai berikut:
NO. PROVINSI TARGET (BIDANG)
ANGGARAN
(Rp)
REALISASI
(Rp)
1 DI Yogyakarta 500 229.023.000,00 0
Pelaksanaan Proyek
Target dan realisasi Program Redistribusi Tanah sampai dengan
Triwulan II Tahun 2019 per Tanggal 30 Juni 2019 dirinci sebagai berikut:
NO. PROVINSI TARGET (BIDANG)
REALISASI (BIDANG)
PROGRES
(BIDANG)
1 DI Yogyakarta 500 0 0
Sampai dengan Triwulan II Tahun 2019, belum ada realisasi atas
Pelaksanaan Proyek TORA pada Program Sertifikat Redistribusi Tanah,
hal ini disebabkan tanah negara yang diharapkan bisa menjadi objek
sertifika tredistribusi tanah di wilayah D.I. Yogyakarta sangat terbatas
jumlahnya. Tanah yang diharapkan menjadi objek TOL (Tanah Objek
Landreform) adalah tanah bekas milik adat yang pernah dikuasai oleh
penjajahan Pemerintah Jepang pada tahun 1942 yang terletak di
31
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Kab
Kabupaten Bantul, yang dikenal oleh masyarakat sebagai Tanah Tutupan
Jepang. Namun pada prosesnya tanah tersebut belum Clear dan Clean,
karena menurut Kasultanan Yogyakarta tanah tersebut merupakan Sultan
Ground.
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bantul sesuai dengan Surat No:
NT.02/962-34.02/X/2019, tanggal 13 Mei 2019 telah mengajukan usulan
lokasi dan target reditribusi ke Kepala Kantor Wilayah BPN D.I.
Yogyakarta menjadi 200 bidang. Kantor Wilayah BPN D.I. Yogyakarta
telah mengusul kanrevisi DIPA ke Sekretaris Jenderal Kementerian
ATR/BPN dengan surat nomor UP.01/1369-34/VI/2019 tanggal 27 Juni
2019 hal Usulan Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun
Anggaran 2019, di dalam surat tersebut termasuk perubahan program
TORA dari 500 bidang menjadi 200 bidang.
Program sertifikast redistribusi tanah belum ada pencapaian target
keuangan maupun fisik sampai dengan Triwulan II Tahun 2019 karena
kesulitan mendapatkan tanah objek landreform di wilayah DIY yang akan
diredistribusikan pada masyarakat, sehingga Kanwil BPN DIY belum
dapat menetapkan lokasi program Sertifikat Redistribusi Tanah.
d. Pelaksananaan Proyek Strategis Nasional untuk Proyek Peremajaan
Perkebunan Rakyat pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
D.I. Yogyakarta.
Berdasarkan hasil Reviu pelaksanaan kegiatan Proyek Strategis Nasional
pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan D.I.Yogyakarta berupa
Proyek Peremajaan Perkebunan Rakyat untuk tanaman kakao dan lada,
disimpulkan bahwa Kegiatan Proyek Peremajaan Perkebunan Rakyat di
D.I.Yogyakarta dengan target output tahun 2019 yaitu peremajaan
tanaman kakao dan lada seluas 100 hektar dengan anggaran sebesar
Rp535.780.000,00 belum ada realisasi kegiatan per 31 Maret 2019.
Hambatan dan kendala pencapaian target 2019 disebabkan perubahan
nomenklatur Bidang Perkebunan di bawah Satuan Kerja Dinas
Kehutanan dan Perkebunan D.I. Yogyakarta, menjadi Bidang dari Satuan
Kerja Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan D.I. Yogyakarta sesuai
32
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Per
Peraturan Gubernur D.I. Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2019 tanggal 30
Juli 2018 sehingga dilakukan revisi DIPA yang berakibat mundurnya
pelaksanaan kegiatan proyek pada bulan Maret 2019.
5. Program Pengentasan Kemiskinan
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program bantuan sosial
bersyarat kepada keluarga miskin (KM), atau dalam istilah internasional
dikenal sebagai Conditional Cash Transfer (CCT). PKH mulai dilaksanakan
di Indonesia pada tahun 2007, sebagai upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada keluarga miskin dan rentan, membantu
mengurangi beban pengeluaran keluarga dan meningkatkan kualitas
kesehatan dan pendidikan sebagai investasi bagi generasi masa depan.
Melalui PKH, keluarga miskin didorong untuk memiliki akses dan
memanfaatkan pelayanan sosial dasar kesehatan, pendidikan, pangan dan
gizi, dan pendampingan, termasuk akses terhadap berbagai program
perlindungan sosial lainnya yang merupakan program komplementaritas
secara berkelanjutan. PKH diarahkan untuk menjadi entry point
penanggulangan kemiskinan yang mensinergikan berbagai program
perlindungan dan pemberdayaan sosial nasional. Dalam jangka panjang,
PKH diharapkan akan menurunkan angka kemiskinan dan kesenjangan
antar kelompok masyarakat. Karena PKH berpotensi sangat efektif dalam
memberikan dampak pengurangan kemiskinan dan kesenjangan untuk
setiap rupiah yang dikeluarkan, maka pemerintah memutuskan untuk
memperluas cakupan kepesertaan PKH, dari 3,5 juta keluarga pada tahun
2015 menjadi 6 juta keluarga (atau sekitar 9 persen dari jumlah penduduk)
pada akhir tahun 2016. Pada tahun 2018 cakupan kepesertaan PKH
diperluas menjadi 10 juta KPM (Kader Pembangunan Manusia).
Pemerintah Indonesia telah memutuskan untuk memanfaatkan instrumen
Program untuk Hasil (PforR) dari Bank Dunia agar program ini bisa secara
efektif mendukung agenda reformasi pemerintah di sektor bantuan sosial,
terutama yang berkaitan dengan program CCT atau PKH. Kementerian
Sosial yang bertugas sebagai pelaksana PKH juga bertanggung jawab atas
pelaksanaan pada Program untuk Hasil (PforR). Bank Dunia akan
33
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
me
mencairkan dana senilai $200 juta selama empat tahun mendatang
berdasarkan capaian sembilan indikator terkait pencairan dana (DLI) untuk
PKH. Dengan mengaitkan pencairan dana dengan pencapaian hasil yang
nyata dan bisa diverifikasi, fokus PforR berubah dari pembiayaan input
menjadi pembiayaan pencapaian atas hasil, yang melibatkan konsensus
lintas sektoral untuk melaksanakan reformasi.
Kegiatan pengawasan program pengentasan kemiskinan dilakukan untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa asersi atas ketercapaian
Disbursment Link Indicator (DLI) Program Keluarga Harapan (PKH) yang
terdapat dalam laporan yang disampaikan oleh Kementerian Sosial, telah
sesuai dengan Protokol Perhitungan DLI yang telah disepakati Bank Dunia,
dihitung secara akurat dengan bukti-bukti yang relevan dan memadai, yang
ditungkan dalam 4 T, yaitu tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, dan
tepat administrasi.
Kegiatan pengawasan dilakukan melalui verifikasi pada pencapaian DLI
yang dilaporkan oleh Kementerian Sosial secara tahunan dalam rangka
pencairan pinjaman dari Bank Dunia sesuai dengan target yang ditetapkan
dalam Loan Agreement. Terdapat sembilan Indikator Terkait Pencairan Dana
(DLI), yaitu :
a. DLI 1: Peningkatan SIM PKH yang telah diimplementasikan;
b. DLI 2: Proporsi kecamatan dengan keluarga penerima manfaat PKH
yang beralih ke metode pembayaran non-tunai;
c. DLI 3: Impementasi peningkatan sistem penanganan keluhan (Grievance
Redress System, GRS) setelah dilakukannya evaluasi terhadap uji coba
(piloting);
d. DLI 4: Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang verifikasi
pemenuhan persyaratannya telah dicatat dalam SIM PKH;
e. DLI 5: Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang menerima
program-program bantuan sosial komplementer lainnya;
f. DLI 6: Proporsi penerima manfaat PKH yang nomor NIK-nya telah
diverifikasi;
34
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
g. DLI 7: Jumlah kelompok ibu peserta PKH yang telah menerima
Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2/FDS) oleh
fasilitator terlatih;
h. DLI 8: Jumlah keluarga penerima manfaat PKH;
i. DLI 9: Rasio jumlah keluarga peserta PKH terhadap jumlah keluarga
sasaran di Papua dan wilayah yang ditetapkan sebagai wilayah terpencil
lainya oleh Kementerian Sosial.
Verifikasi dan evaluasi atas pelaksanaan program dan kegiatan prioritas
nasional dilaksanakan pada Kabupaten Bantul, DLI yang diverifikasi adalah
DLI nomor 2, 4, 5, 6, 7 dan 9.
Hasil Verifikasi Pencapaian Disbursement Link Indicator (DLI) dan Evaluasi
Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2018 pada Kabupaten Bantul
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penyaluran Dana PKH Tahun 2018 untuk Kabupaten Bantul adalah sebagai
berikut:
No. Tahap
Penyaluran Bank
Penyalur SP2D Realisasi Penyaluran
KPM Jumlah (Rp.) KPM Jumlah (Rp.) 1. Tahap I BNI 68.877 34.438.500.000 68.509 34.254.500.000
BRI 2 1.000.000 2 1.000.000 Mandiri 2 1.000.000 2 1.000.000
2. Tahap II BNI 68.397 34.198.500.000 68.011 34.005.500.000 BRI 2 1.000.000 2 1.000.000 Mandiri 2 1.000.000 2 1.000.000
3. Tahap III BNI 68.166 34.083.000.000 67.992 33.996.000.000 BRI 2 1.000.000 2 1.000.000 Mandiri 2 1.000.000 2 1.000.000
4. Tahap IV BNI 62.257 17.147.511.950 62.257 17.147.511.950 BRI 2 532.700 2 532.700 Mandiri 2 532.700 2 532.700
Jumlah 119.874.577.350 119.410.577.350
Perbedaan antara SP2D dengan realisasi penyaluran tersebut karena
adanya gagal transfer dari pihak Bank Penyalur ke rekening KPM. Pihak
Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak beserta
Pelaksana PKH (PPKH) Kabupaten Bantul telah mengkonfirmasi mengenai
hal tersebut ke pihak Bank Penyalur Kabupaten Bantul namun Bank
Penyalur Kabupaten Bantul hanya menyampaikan beberapa kemungkinan-
kemungkinan alasan gagal transfer seperti perbedaan nama KPM di SP2D
35
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
den
dengan di rekening dan adanya kesalahan NIK KPM, karena penyaluran
dilakukan oleh Himpunan Bank Negara (HIMBARA) Pusat.
Atas laporan kinerja pencapaian DLI yang disampaikan oleh Kementerian
Sosial tahun 2018, berdasarkan hasil verifikasi pencapaian DLI untuk
Kabupaten Bantul sebagai berikut:
No Disbursement Linked
Indicator
Target
Nasional 2018
Capaian DLI
untuk Kab.
Bantulberdasark
an Laporan
Kementerian
Sosial
Simpulan Hasil
Verifikasi
1 DLI 1 – Peningkatan SIM PKH yang telah diimplementasikan
Rencana Aksi Peningkatan diimplementasikan secara memuaskan
2 DLI 2 - Proporsi kecamatan dengan keluarga penerima manfaat PKH yang beralih ke metode pembayaran non-tunai;
39%
17 kecamatan dari Populasi sebanyak 17 kecamatan (100%)
Asersi atas Capaian DLI 2 pada Kab. Bantul dapat diyakini kewajaran pencapaiannya
3 DLI 3 – Impementasi Peningkatan Sistem Penanganan Keluhan (Grievance Redress System, GRS) setelah dilakukannya evaluasi terhadap uji coba (piloting)
Uji coba (pilot) diimplementasikan dan dievaluasi
4 DLI – 4 Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang verifikasi pemenuhan persyaratannya telah dicatat dalam SIM PKH
75%
7.428 KPM dari Populasi Sebanyak 256.524 KPM (3%)
Asersi atas Capaian DLI 4 pada Kab/Kota tidak dapat diyakini kewajaran pencapaiannya
5 DLI – 5 Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang menerima program-program bantuan sosial komplementer lainnya
70%
49.613 KPM dari Populasi Sebanyak 256.524 KPM (19%)
Asersi atas Capaian DLI 5 pada Kab/Kota dapat diyakini kewajaran pencapaiannya
6 DLI – 6 Proporsi penerima manfaat PKH yang nomor NIK-nya telah diverifikasi
90%
243.079 jiwa dari populasi anggota KPM PKH sebanyak 256.524 Jiwa (95%)
Asersi atas Capaian DLI 6 pada Kab/Kota dapat diyakini kewajaran pencapaiannya
36
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Disbursement Linked
Indicator
Target
Nasional 2018
Capaian DLI
untuk Kab.
Bantulberdasark
an Laporan
Kementerian
Sosial
Simpulan Hasil
Verifikasi
7 DLI – 7 Jumlah kelompok ibu peserta PKH yang telah menerima Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2/FDS) oleh fasilitator terlatih
56.000 kelompok
2007 kelompok Asersi atas Capaian DLI 7 pada Kab/Kota tidak dapat diyakini kewajaran pencapaiannya
8 DLI – 8 Jumlah keluarga penerima manfaat PKH
7 juta KPM
9 DLI – 9 Rasio jumlah keluarga peserta PKH terhadap jumlah keluarga sasaran di Papua dan wilayah lainnya yang ditetapkan sebagai wilayah terpencil oleh Kementerian Sosial.
70%
Provinsi D.I. Yogyakarta tidak termasuk dalam wilayah PKH Akses.
Dari enam indikator DLI yang diverifikasi, tiga indikator DLI dapat diyakini
kewajaran pencapaiannya, sedangkan tiga indikator DLI masih perlu
perbaikan yaitu:
a. DLI 4
Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang verifikasi pemenuhan
persyaratannya telah dicatat dalam SIM PKH.
Pencapaian DLI 4 berdasarkan data dari Kementerian Sosial pada
Kabupaten Bantul tahun 2018, sebanyak 7.428 KPM PKH atau 3% dari
256.524 KPM PKH verifikasi kondisionalitasnya telah dicatat dalam PKH
SIM PKH.
Hasil verifikasi berdasarkan Berita Acara Final Closing Pembayaran
Tahap I - IV pada Kabupaten Bantul dan bukti-bukti pendukung berupa
formulir verifikasi serta konfirmasi ke lapangan menunjukkan kondisi
sebagai berikut:
No Kecamatan
KPM yang Kondisionalitas
nya Telah Diverifikasi
Berdasarkan data Kemensos
Hasil Verifikasi
Jumlah KPM Uji
Petik
Jumlah KPM Uji Petik yang
Kondisionalitasnya Telah Sesuai
dengan Laporan Kemensos
Jumlah KPM Uji Petik yang
Kondisionalitasnya tidak Sesuai
dengan Laporan Kemensos
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (5/4) 1 Banguntapan 55 4 2 2 50
37
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Kecamatan
KPM yang Kondisionalitas
nya Telah Diverifikasi
Berdasarkan data Kemensos
Hasil Verifikasi
Jumlah KPM Uji
Petik
Jumlah KPM Uji Petik yang
Kondisionalitasnya Telah Sesuai
dengan Laporan Kemensos
Jumlah KPM Uji Petik yang
Kondisionalitasnya tidak Sesuai
dengan Laporan Kemensos
%
2 Pandak 599 0 0 0 0 3 Pleret 77 3 0 3 0 4 Sewon 402 3 0 3 0
Jumlah 1.133 10 2 8 20
Berdasarkan hasil verifikasi uji petik di atas, dari keseluruhan 80 KPM uji
petik hanya terdapat 10 KPM yang terdaftar di data By Name By Addres
(BNBA) DLI 4 Kemensos.
Tingkat keyakinan terhadap data Kemensos terkait DLI 4 rata-rata
sebesar 20% atau tidak dapat diyakini kewajarannya.
b. DLI 5
Proporsi keluarga penerima manfaat PKH yang menerima program-
program bantuan sosial komplementer utama (Rastra, PBI, dan PIP).
Pencapaian DLI 5 pada Kabupaten Bantul tahun 2018 berdasarkan data
dari Kementerian Sosial, sebanyak 49.613 KPM PKH dari populasi
sebanyak 256.524 KPM PKH di Kabupaten Bantul telah menerima
seluruh program bantuan sosial komplementer utama (Rastra/BPNT, PBI
KIS, dan PIP/KIP).
Hasil verifikasi berdasarkan dokumen yang ada di PPKH Kabupaten
Bantul dan konfirmasi lapangan menunjukkan kondisi sebagai berikut:
No Kecamatan
KPM yang telah menerima
seluruh program
bantuan sosial komplementer
utama Berdasarkan
data Kemensos
Hasil Verifikasi
Jumlah KPM Uji
Petik
Jumlah KPM Uji
Petik yang Komplemen-taritasnya
Telah Sesuai
Laporan Kemensos
Jumlah KPM Uji Petik yang Komplemen-
taritasnya tidak Sesuai
Laporan Kemensos
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (5/4) 1 Banguntapan 2.367 24 24 0 100 2 Pandak 3.538 9 6 3 67 3 Pleret 3.944 23 23 0 100 4 Sewon 4.470 17 16 1 95
Jumlah 14.319 73 69 4 95
Berdasarkan hasil verifikasi uji petik di atas, dari keseluruhan 80 KPM
uji petik terdapat 73 KPM terdaftar di data BNBA DLI 5 Kemensos.
38
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Tingkat keyakinan terhadap data Kemensos terkait DLI 5 rata-rata
sebesar 95% atau dapat diyakini kewajarannya.
Namun demikian, masih terdapat 4 KPM uji petik yang
komplementaritasnya tidak sesuai dengan laporan Kemensos.
c. DLI 7
Jumlah kelompok ibu peserta PKH yang telah menerima Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2/FDS) oleh fasilitator terlatih.
Pencapaian DLI 7 pada Kabupaten Bantul tahun 2018 berdasarkan
data dari Kementerian Sosial sebanyak 2.007 kelompok KPM,
sedangkan capaian pada empat kecamatan uji sebanyak 602 kelompok
KPM PKH telah menerima materi P2K2/FDS dari fasilitator terlatih.
Hasil verifikasi berdasarkan dokumen dan wawancara dengan
kelompok PKH dan fasilitator menunjukkan kondisi sebagai berikut:
No Kecamatan
Jumlah KPM PKH
telah memperoleh
FDS dari Fasilitator
terlatih sesuai
Kemensos
Hasil Verifikasi
Jumlah Kelompok KPM yang di Uji Petik
Jumlah KPM Uji
Petik yang Perolehan FDSnya
telah Sesuai
Laporan Kemensos
Jumlah KPM Uji
Petik yang Perolehan FDSnya belum Sesuai
Laporan Kemensos
%
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (5/4) 1 Pandak 184 2 1 1 50 2 Pleret 120 3 1 2 100 3 Banguntapan 158 6 3 3 50 4 Sewon 140 4 0 4 0
Jumlah 602 15 5 10 33
Dari hasil verifikasi uji petik di atas, terdapat 8 kelompok KPM yang
kondisi perolehan P2K2/FDS-nya tidak sesuai dengan laporan
Kemensos.
Tingkat keyakinan terhadap data Kemensos terkait DLI7 sebesar 33%
atau tidak dapat diyakini kewajarannya.
Sedangkan dari hasil Evaluasi atas Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai
Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2018 pada Kabupaten Bantul,
telah memberikan keyakinan yang memadai bahwa asersi atas
petercapaian Disbursment Link Indicator (DLI) Program Keluarga Harapan
(PKH) yang terdapat dalam laporan yang disampaikan oleh Kementerian
39
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Sos
Sosial, telah sesuai dengan Protokol Perhitungan DLI yang telah disepakati
Bank Dunia, dihitung secara akurat dengan bukti-bukti yang relevan dan
memadai, yaitu tepat sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat
administrasi.
Evaluasi atas Pelaksanaan Family Development Session (FDS), dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan family development session (FDS) PKH
pada Kabupaten Bantul telah dilaksanakan secara memadai dan telah
sepenuhnya efektif dalam mendorong perubahan perilaku KPM. Evaluasi
atas Efektivitas Pencapaian Tujuan Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai
Program Keluarga Harapan (PKH).
Evaluasi atas Efektivitas Pencapaian Tujuan Penyaluran Bantuan Sosial Non
Tunai Program Keluarga Harapan (PKH), dapat disimpulkan bahwa
penyaluran bantuan sosial non tunai PKH pada Kabupaten Bantul belum
sepenuhnya efektif dalam pencapaian tujuan program, yaitu belum
sepenuhnya efektif dalam mengurangi kemiskinan dan kesenjangan.
Selain hal-hal yang telah diungkap di atas masih dijumpai adanya
permasalahan yaitu:
a. Terdapat Perbedaan Data Terkait Pemenuhan Kondisionalitas
(DLI 4) pada masing-masing Komponennya.
Berdasarkan hasil verifikasi pada 8 KPM dijumpai adanya perbedaan
terkait pemenuhan kondisionalitas (DLI 4) antara data Kemensos
dengan data di lapangan.
Ketidaksesuaian terjadi pada komponen “Jumlah Anak SD”, “Jumlah
Anak SMP”, dan “Jumlah Anak SMA”.
Hal ini disebabkan belum dilakukannya rekonsiliasi data antara PPKH
Kabupaten Bantul dengan Kemensos secara rutin.
b. Terdapat Perbedaan Data Terkait Komplementaritas (DLI 5).
Berdasarkan hasil verifikasi pada empat KPM dijumpai adanya
perbedaan terkait komplementaritas (DLI 5) antara data Kemensos
dengan data di lapangan.
Hal ini disebabkan belum dilakukannya rekonsiliasi data antara PPKH
Kabupaten Bantul dengan Kemensos secara rutin.
40
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
c. Terdapat Perbedaan Data Jumlah Kelompok KPM yang Mengikuti
P2K2/FDS dan Data Pelatihan Pendamping (DLI 7).
1) Jumlah Kelompok KPM yang Mengikuti P2K2/FDS.
Berdasarkan hasil konfirmasi terhadap pendamping yang diuji petik,
diketahui adanya perbedaan jumlah kelompok KPM yang telah
mengikuti P2K2/FDS antara data Kemensos dengan data di
lapangan.
Hal ini disebabkan belum dilakukannya rekonsiliasi data antara
PPKH Kabupaten Bantul dengan Kemensos secara rutin.
2) Pelatihan Pendamping.
Berdasarkan hasil verifikasi uji petik terhadap 10 pendamping pada
empat kecamatan, diketahui bahwa terdapat perbedaan data
pelatihan yang diperoleh pendamping dalam data Kemensos
dengan data di lapangan.
Hal ini disebabkan belum dilakukannya rekonsiliasi data
kompetensi pendamping antara PPKH Kabupaten Bantul dengan
Kemensos.
Atas permasalahan penyaluran bantuan sosial non tunai Program Keluarga
Harapan (PKH) Tahun 2018 di Kabupaten Bantul telah diberikan
rekomendasi kepada pemangku kepentingan untuk menindaklanjuti.
6. Monitoring Pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta
Kegiatan monitoring pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta
dilakukan setiap akhir triwulan untuk mengidentifikasi permasalahan dan
menyarankan solusi untuk kelancaran, akuntabilitas, dan efektivitas
pelaksanaan pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta.
Hasil monitoring pembangunan Bandara Internasional Yogyakarta dapat
disampaikan sebagai berikut:
a. Kemajuan fisik pekerjaan per 30 Juni 2019 53,56% dari target bobot per
30 Juni 2019 sebesar 91,21% dan sebesar 48,86% dari target bobot total
sebesar 100%.
b. Permasalahan pengosongan lahan telah dapat diselesaikan.
Bangunan masjid pengganti Masjid Al Hidayah di Desa Palihan telah
diserahterimakan kepada Nadzir sesuai Berita Acara serah terima Nomor
41
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
BA-
BA-292/LB.05.01/2018/PPJOG tanggal 3 Desember 2018. Bangunan
lama masjid Al Hidayah di area bandar udara telah dibongkar tanggal 12
Desember 2018.
c. IMB Bandar Udara Internasional Yogyakarta masih belum terbit.
d. Sertifikat Lahan Bandara masih dalam proses penerbitan oleh BPN.
e. Pekerjaan Persiapan Pembangunan Infrastruktur Bandar Udara Baru di
Kulon Progo Yogyakarta telah selesai dilaksanakan dan telah dilakukan
appraisal oleh Tim Appraisal Independent Fakultas Teknik Universitas
Gadjah Mada.
f. Terdapat perbedaan nilai antara pengajuan PT. Pembangunan
Perumahan (Persero) dengan hasil appraisal Tim UGM dan atas
perbedaan tersebut telah dilakukan Evaluasi Hambatan Kelancaran
Pembangunan oleh BPKP Pusat dengan simpulan nilai pekerjaan
persiapan sebesar Rp380.409.264.000,00 (pembulatan sebelum PPN)
dan telah dibayarkan sebesar Rp311.085.811.454,00.
g. Masih terdapat DED Pekerjaan Konstruksi Bandara yang dibuat oleh PT.
PP KSO yang belum disetujui oleh PMSC dan PT. Angkasa Pura I.
Terhadap pemasalahan yang ditemukan telah disampaikan kepada Project
Manager Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru Internasional
Yogyakarta untuk ditindaklanjuti.
7. EvaIuasi Penggunaan Dana Desa dan SILPA Dana Desa
Evaluasi penggunaan dana desa dan SILPA dana desa dilakukan untuk
menilai kesesuaian penggunaan dana desa dengan prioritas yang ditetapkan
dalam Peraturan Menteri Desa PDTT Nomor 16 Tahun 2018, menilai
ketepatan penggunaan dana desa bagi pembangunan infrastruktur yang
produktif dengan pola padat karya dan pemberdayaan masyarakat desa,
serta mengidentifikasi SILPA dana desa dan penyebab tidak terealisasinya
anggaran belanja yang bersumber dari dana desa.
Evaluasi yang dilakukan mencakup realisasi penggunaan dana desa tahun
2018 dan SILPA dana desa tahun 2017 sampai dengan tanggal 31
Desember 2017 serta evaluasi dana desa triwulan I Tahun 2019.
42
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Kegiatan evaluasi penggunaan dana desa dan SILPA dana desa
dilaksanakan pada enambelas desa di tiga kabupaten di wilayah D.I.
Yogyakarta, yaitu Kabupaten Gunungkidul (Desa Candirejo, Desa Pacarejo
Kecamatan Semanu; Desa Umbulrejo, Desa Ganjahan Kecamatan Ponjong;
Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo; Desa Bleberan, Kecamatan Playen;
Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk; Desa Girikarto, Kecamatan
Panggang) dan Kabupaten Sleman (Desa Sambirejo Kecamatan
Prambanan; Desa Triharjo Kecamatan Sleman; Desa Trihanggo Kecamatan
Gamping; Desa Wonokerto Kecamatan Turi) serta Kabupaten Kulon Progo
(Desa Tanjungharjo, Desa Banyuroto Kecamatan Nanggulan, Desa
Kedondang dan Desa Kaligintung Kecamatan Temon).
Hasil evaluasi penggunaan dana desa tahun 2018 dan SILPA dana desa
tahun 2017 serta dana desa triwulan I Tahun 2019 dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Masih terdapat keterlambatan transfer Dana Desa tahap I dari rekening
RKUD ke RKD karena keterlambatan penyerahan persyaratan pencairan
Dana Desa oleh desa ke Bupati.
b. Pencairan Dana Desa dari Rekening Kas Desa yang tidak sesuai
prosedur karena pencairan dari Rekening Kas Desa ke pelaksana
kegiatan tidak didukung dengan pengajuan SPP, laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan dan bukti-bukti pendukung.
c. Masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan pengadaan barang dan
jasa, antara lain:
1) Item pekerjaan berupa pemasangan prasasti belum selesai pada
kegiatan pembangunan, rehabilitasi dan peningkatan prasarana
jalan desa di Desa Sambirejo.
2) Terdapat kelebihan pembayaran kepada supplier pengadaan
material pembangunan infrastruktur jalan di Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, dan Desa Kedondang Kecamatan Temon.
3) Kegiatan Pelatihan Pengelolaan BUMDes dengan belum terlaksana
di Desa Girikarto.
43
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
4) Tertundanya pelaksanaan Pembangunan Perpustakaan/Taman
Bacaan yang sudah dimulai dengan perataan tanah di Desa
Girikarto.
5) Terdapat pengadaan material untuk kegiatan rehabilitasi rumah
tidak layak huni yang belum dibuatkan kontrak/SPK.
d. Terdapat penganggaran yang tidak maksimal sesuai alokasi Dana Desa
karena perangkat desa belum mampu merencanakan kegiatan yang
bersifat prioritas.
e. Administrasi terkait pengelolaan BUMDes masih kurang sempurna,
antara lain:
1) Dokumen serah terima asset kelolaan BUMDes dari desa belum
dibuat.
2) Investasi yang dilakukan BUMDes Wonokerto ke Desa Wisata
belum belum disertai perjanjian kerjasama.
3) Pembentukan dan penyertaan modal BUMDes Sambimulyo belum
didukung dengan peraturan desa.
4) Penyertaan Modal pada BUMDes belum didukung dengan dokumen
Berita Acara Serah Terima (BAST) pada Desa Nglanggeran dan
Desa Bleberan.
f. Dana Desa dianggarkan untuk bidang diluar prioritas penggunaan Dana
Desa.
g. Realisasi pelaksanaan program padat karya tunai dengan dana desa
belum sesuai dengan ketentuan yaitu HOK minimal 30%.
Terhadap permasalahan-permasalahan yang dijumpai pada evaluasi
penggunaan dana desa dan SILPA dana desa, telah diberikan saran-saran
perbaikan kepada tiap-tiap kepala desa sebagaimana termuat dalam laporan
hasil evaluasi penggunaan dana desa tahun 2018 dan SILPA dana desa
tahun 2017 serta evaluasi dana desa triwulan I Tahun 2019.
B. PENINGKATAN KONTRIBUSI RUANG FISKAL
Kontribusi peningkatan ruang fiskal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
dilaksanakan melalui kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk
meningkatkan kontribusi penerimaan negara/daerah, atau menjadikan
44
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pen
pengeluaran negara/daerah lebih efisien beserta solusi permasalahan yang
menghambat penerimaan negara/daerah.
Periode Semester I tahun 2019 tidak terdapat kegiatan untuk meningkatkan
kontribusi ruang fiskal di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
C. PENGAMANAN ASET NEGARA
Pengawasan atas pengamanan aset negara/daerah dilakukan bersama
dengan Aparat Penegak Hukum (APH), yaitu Kepolisian dan Kejaksaan dengan
tujuan memberikan kontribusi dalam upaya represif pemberantasan KKN yang
dilaksanakan dengan mengungkap kasus/pelanggaran yang diduga merugikan
keuangan negara melalui audit investigatif, audit dalam rangka penghitungan
kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli. Selain itu juga
dilakukan kegiatan membangun sistem pencegahan kecurangan (Fraud Control
Plan) berupa Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk Assessment).
1. Audit Investigatif.
Pada semester I tahun 2019, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak melakukan audit investigatif. Dugaan kasus/pelanggaran yang diduga
merugikan keuangan negara sebagian besar telah mampu dilakukan oleh
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah (Inspektorat Kabupaten/Kota
di D. I. Yogyakarta).
2. Audit Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (PKKN).
Pada semester I tahun 2019, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak melakukan audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan
negara atas kasus yang berindikasi merugikan keuangan negara untuk
menyatakan pendapat mengenai nilai kerugian negara yang timbul dari
kasus penyimpangan guna mendukung tindakan litigasi atas permintaan
APH. Dugaan kasus/pelanggaran yang diduga merugikan keuangan negara
sebagian besar telah mampu dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah Daerah (Inspektorat Kabupaten/Kota di D. I. Yogyakarta).
3. Pemberian Keterangan Ahli (PKA).
Pemberian keterangan ahli bertujuan untuk memberikan pendapat
berdasarkan keahlian di bidang akuntansi dan auditing dalam suatu kasus
45
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
TP
TPK dan/atau perdata untuk membuat jelas suatu kasus bagi penyidik
dan/atau hakim.
Dalam semester I tahun 2019, Perwakilan BPKP Daerah Istimewa
Yogyakarta melakukan kegiatan pemberian keterangan ahli pada instansi
penyidik kepolisian dan kejaksaan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak
tiga kali dari tiga kasus sebagaimana tampak pada tabel dan keterangan di
bawah:
Pemberian Keterangan Ahli
No Instansi Penyidik Jumlah
Kasus PKA
1 Kejaksanaan Tinggi D.I. Yogyakarta 2 2 2 Polda D.I Yogyakarta 1 1 Jumlah 3 3
Pemberian keterangan ahli sebanyak 3 kasus di hadapan Penyidik
Kejaksaan Tinggi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Polda Daerah Istimewa
Yogyakarta, dilakukan untuk melengkapi berkas perkara yang akan
diserahkan kepada Jaksa Penuntut Umum.
4. Penilaian Risiko Kecurangan (Fraud Risk Assessment).
Dalam rangka mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun
2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), BPKP sebagai
pembina penyelenggaraan SPIP dan sebagai upaya memitigasi dampak
kecurangan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam program
pemerintah, dalam semester I tahun 2019 Perwakilan BPKP D.I Yogyakarta
telah melakukan penilaian risiko kecurangan untuk meningkatkan kualitas
penerapan sistem pencegahan kecurangan pada dua Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) di Kabupaten Sleman, sebagai berikut:
a. Kegiatan Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang
dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.
b. Kegiatan Pengelolaan Perparkiran dan Pembangunan Penerangan Jalan
Umum (PJU) yang dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan Kabupaten
Sleman.
46
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Proses penilaian risiko kecurangan dilakukan dalam empat tahap kegiatan
meliputi:
a. Identifikasi risiko fraud organisasi;
b. Penilaian signifikansi/dampak adanya risiko dan tingkat keterjadian
suatu risiko;
c. Peningkatan dan status risiko meliputi sangat rendah, rendah, moderat,
tinggi dan sangat tinggi,
d. Penanganan resiko residual dengan pengendalian yang dibutuhkan
untuk meminimalkan tingkat risiko yang teridentifikasi.
Hasil penilaian risiko kecurangan tersebut saat ini masih dalam proses
penyusunan laporan.
D. PENINGKATAN GOVERNANCE SYSTEM
Peningkatan kualitas governance system dilakukan melalui kegiatan
assurance dan consulting di lingkungan instansi pemerintah, baik pusat
maupun daerah, termasuk pada korporasi/badan usaha milik daerah dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja,
penguatan kapabilitas aparat pengawasan intern pemerintah (APIP) dan
penguatan proses tata kelola, manajemen risiko dan sistem pengendalian intern
pemerintah dan korporasi.
1. Peningkatan Kualitas Pelaporan Keuangan dan Kinerja Pemerintah dan
Korporasi
Kualitas akuntabilitas keuangan pemerintah daerah pada tahun anggaran
2018 secara umum sudah semakin membaik dan perlu dipertahankan. Hal
tersebut ditunjukkan dari perolehan opini laporan keuangan pemerintah
daerah (LKPD) di wilayah DIY tahun anggaran 2018 yang seluruhnya telah
memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK RI.
Perkembangan opini LKPD selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
No Pemerintah Daerah Opini LKPD
2014 2015 2016 2017 2018 1. Daerah Istimewa Yogyakarta WTP WTP WTP WTP WTP 2. Kota Yogyakarta WTP WTP WTP WTP WTP 3. Kabupaten Bantul WTP WTP WTP WTP WTP
47
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Pemerintah Daerah Opini LKPD
2014 2015 2016 2017 2018 4. Kabupaten Sleman WTP WTP WTP WTP WTP 5. Kabupaten Kulon Progo WTP WTP WTP WTP WTP 6. Kabupaten Gunungkidul WDP WTP WTP WTP WTP Sumber: website BPK RI (www.bpk.go.id) dan Kabupaten/kota di DIY
Dalam upaya mempertahankan kualitas pelaporan keuangan dan kinerja
pada pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta, Perwakilan BPKP D.I.
Yogyakarta telah melakukan beberapa kegiatan dan upaya sebagai berikut:
a. Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.
Kegiatan bimbingan dan konsultasi reviu laporan keuangan pemerintah
daerah dilakukan untuk memberikan pemahaman dan transfer
pengetahuan (transfer of knowledge) tentang reviu laporan keuangan
pemerintah daerah berbasis akrual kepada tim reviu Inspektorat Daerah,
serta memberikan pemecahan permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan reviu laporan keuangan pemerintah daerah. Diharapkan
dengan peningkatan pemahaman mengenai reviu LKPD, Inspektorat
dapat mengimplementasikan teknik dan prosedur reviu secara memadai
dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya selaku internal auditor
dalam rangka peningkatan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah.
Selama semester I tahun 2019 telah dilaksanakan bimbingan dan
konsultansi reviu LKPD tahun anggaran 2018 dan LKJiP tahun anggaran
2018.
Dari enam pemerintah daerah di wilayah DIY, satu pemerintah daerah
menggunakan program aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) terintegrasi yang dikembangkan secara mandiri oleh BPKP yaitu
Kabupaten Kulon Progo. Aplikasi SIMDA terintegrasi digunakan untuk
mengelola keuangan pemda secara komprehensif meliputi sistem
keuangan (perencanaan lima tahun, perencanaan satu tahun,
penganggaran, pentausahaan, dan pelaporan, aset daerah dan
pendapatan daerah serta sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
(SAKIP).
48
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Dalam semester I tahun 2019 Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta telah
melakukan kegiatan bimbingan teknis berupa pendampingan reviu laporan
keuangan tahun 2018 pada Inspektorat Kabupaten Sleman;
b. Asistensi Pengelolaan Keuangan pada Pemda.
Kegiatan asistensi pengelolaan keuangan dilakukan untuk memberikan
pemahaman, meningkatkan kompetensi personil pengelola keuangan dan
memberikan alternatif solusi atas permasalahan yang dijumpai dalam
pelaksanaan pengelolaan keuangan pemerintah daerah. Asistensi
pengelolaan keuangan pada pemerintah daerah dilaksanakan dalam
bentuk bimbingan teknis aplikasi SIMDA Terintegrasi yang
menggabungkan SIMDA Perencanaan, SIMDA Keuangan, SIMDA BMD
dan SIMDA Pendapatan, serta SAKIP. Bimbingan teknis penyusunan
laporan keuangan, narasumber penyusunan laporan keuangan, dan
pendampingan reviu laporan keuangan satker/OPD.
Dalam semester I tahun 2019 Perwakilan BPKP D.I. Yogyakarta telah
melakukan kegiatan asistensi berupa bimbingan teknis analisa laporan
keuangan OPD di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Meskipun seluruh pemda di wilayah DIY sudah memperoleh opini WTP
dari BPK RI, namun masih dijumpai beberapa hal yang perlu ditingkatkan
dalam pengelolaan keuangan, sebagai berikut:
1) Penatausahaan aset tetap dalam penerapan akuntansi basis akrual.
2) Penatausahaan OPD dan unit OPD yang menerapkan pola
pengelelolaan keuangan BLUD dalam pelaporan keuangan
konsolidasi.
Untuk mempertahankan opini WTP, pemerintah daerah perlu melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menetapkan SOP pelaksanaan penghapusan aset tetap sebagian dan
SOP atribusi biaya perolehan aset tetap.
2) Mendorong OPD secara berkala melakukan rekonsiliasi aset tetap
antara bendahara pengeluaran dengan pengurus barang, dan
terhadap perbedaan yang timbul agar diberikan penjelasan yang
memadai serta dituangkan dalam berita acara rekonsiliasi.
49
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
2. Bimbingan dan Konsultasi Reviu Laporan Keuangan Instansi Vertikal
Kegiatan pendampingan penyusunan dan pendampingan reviu laporan
keuangan dilakukan untuk memberikan pemahaman, meningkatkan
kompetensi pengelola keuangan dan memberikan pemecahan permasalahan
yang dijumpai dalam pelaksanaan penyusunan dan reviu laporan keuangan
instansi vertikal yang berada di wilayah D.I. Yogyakarta. Kegiatan yang
dilaksanakan berupa pendampingan penyusunan dan reviu laporan
keuangan tahun 2018 Tingkat Satuan Kerja pada 28 Satker di lingkungan
Kepolisian Daerah DIY.
a. Hasil pendampingan penyusunan laporan keuangan adalah seluruh
satker di lingkungan Polda DIY telah menyusun LK Tahun 2018, namun
atas laporan keuangan tersebut masih memerlukan perbaikan pada
CaLK, khususnya pada penyajian angka-angka atau saldo yang
tercantum dalam LRA, LO, dan LPE.
b. Hasil pendampingan reviu laporan keuangan satker di lingkungan Polda
DIY oleh auditor Itwasda, sebanyak 28 laporan keuangan, dengan hasil
sebagai berikut:
1) Akun Kas.
Ditpamobvit, terdapat saldo akun kas di bendahara penerimaan
senilai Rp12.300.000,00 yang merupakan pembayaran dari pihak
ketiga atas jasa pengamanan objek vital yang diterima pada
tanggal 31 Desember 2018.
Atas saldo tersebut telah disetorkan ke kas Negara pada tanggal 4
Januari 2019, namun belum dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
2) Kas Lainnya dan Setara Kas.
Ditlantas, terdapat saldo kas lainnya dan setara kas merupakan
kelebihan pembayaran embosing yang tersimpan di pihak ketiga
dan baru disetorkan oleh rekanan tanggal 4 Januari 2019 senilai
Rp21.232.640,00, namun kondisi ini belum diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan keuangan.
3) Persediaan.
50
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
a) Biro Logistik, belum melakukan opname persediaan per 31
Desember 2018, sehingga saldo persediaan belum dapat
diyakini kebenarannya.
b) Satker Ditreskrimsus, Saldo persediaan pada Neraca dicatat
senilai Rp1.000.100,00, terlalu rendah dari jumlah persediaan
pada akhir tahun 2018 berdasarkan stock opname senilai
Rp7.000.100,00. Hal ini disebabkan belum tercatatnya
persediaan amunisi yang berasal dari transfer masuk.
Pada umumnya saldo persediaan sesuai dengan Berita Acara
Opname Persediaan, namun tidak terdapat dokumen
pendukung untuk mutasi kurang persediaan.
4) Aktiva Tetap.
a) RS Bhayangkara Polda DIY, terdapat aset berupa bangunan
gedung poli mata seluas 23 x 9,5 m2 senilai Rp300.000.000,00
belum tercatat di SIMAK BMN. Pengurus barang belum
mengetahui dengan pasti status bangunan tersebut, apakah
hibah atau kerjasama operasi dengan PT. Sumatera Cahaya
Mandiri.
b) Polres Sleman, Aset dari Mabes Polri berupa 1 unit kendaraan
roda empat Patroli Pamobvit dan kelengkapannya, pengadaan
tahun 2016 senilai Rp466.176.428,00 belum tercatat dalam
SIMAK BMN karena tidak dilengkapi dengan ADK (Arsip Data
Komputer).
5) Aset Lainnya.
a) Satker Intelkam, aset tetap yang dihentikan penggunaannya
senilai Rp1.500.000,00 dibukukan sebagai aset tak berwujud.
b) Satker Spripim, terdapat tiga sepeda motor dengan nilai buku
Rp37.000.000,00 dan satu mobil dengan nilai buku
Rp30.000.000,00 yang sudah tidak digunakan lagi masih
tercatat sebagai aset tetap.
6) Utang kepada Pihak Ketiga.
RS Bhayangkara, saldo utang pada pihak ketiga pada neraca
tercatat Rp969.833.605,00, sedangkan berdasarkan penelusuran
51
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pad
pada dokumen pendukung, jumlah utang pada pihak ketiga senilai
Rp1.302.137.435,00 sehingga terdapat utang yang belum
dibukukan senilai Rp332.303.830,00.
Hal ini disebabkan terjadinya kesalahan input utang jasa medis
serta uang makan bulan Desember 2018.
7) Catatan atas Laporan keuangan.
a) Seluruh satker di lingkungan Polda DIY telah menyusun LK
Tahun 2018, namun RS Bhayangkara Polda DIY belum selesai
menyusun CaLK pada saat pendampingan.
Dari 28 Satker di lingkungan Polda DIY, hampir seluruhnya
belum mengungkapkan dengan memadai penyajian angka-
angka atau saldo dalam laporan keuangan pokok yatu: Laporan
Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Neraca dan Catatan atas Laporan
keuangan (CaLK).
Beberapa catatan tentang penyajian CaLK secara umum sbb:
(1) CaLK hanya menuangkan angka/saldo akun pada LK
pokok tanpa penjelasan.
(2) CaLK keliru menyajikan angka/saldo akun pada LK pokok,
antara lain masih menggunakan rincian laporan keuangan
tahun/semester sebelumnya.
(3) CaLK tidak memuat mutasi tambah dan mutasi kurang
untuk angka/saldo akun neraca.
(4) Untuk akun aktiva, terdapat ketidaksesuaian angka antara
CaBMN dan CaLK.
(5) CaLK belum mengungkapkan hal penting lainnya, antara
lain adanya dana Samsat yang dicatat di luar anggaran,
namun telah diatur dengan Peraturan Kapolri.
(6) CaLK belum dilengkapi lampiran.
(7) Catatan Barang Milik Negara belum dibuat.
b) Angka transfer masuk pada Laporan Perubahan Ekuitas tidak
disertai rincian perolehan pada CaLK, sehingga menyulitkan
52
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
ketika melakukan uji silang angka transfer masuk dengan
penambahan persediaan, aktiva tetap dan akun terkait lainnya.
c) Penyajian Laporan keuangan Pokok pada CaLK tidak sesuai
dengan keluaran aplikasi, pada Dit Samapta, yaitu terdapat
saldo kas pada bendahara pengeluaran senilai
Rp84.917.000,00, sedangkan berdasarkan kas opname dan
rekening koran, saldo kas pada bendahara pengeluaran Nihil.
Hal ini disebabkan penyusun laporan keuangan keliru
memahami TUP yang dianggap sebagai kas di bendahara
pengeluaran.
Terhadap hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut di atas, kami
menyarankan kepada Kepala Kepolisian Daerah D.I. Yogyakarta agar:
a. Menginstruksikan kepada seluruh satker agar menyetorkan seluruh
kas/setara kas ke Kas Negara sebelum berakhirnya tahun anggaran
sehingga saldo kas nihil di akhir tahun anggaran.
b. Menginstruksikan Ditpamobvit dan Ditsatlantas untuk mengungkapkan
dalam CaLK mengenai penyetoran kas/setara kas yang telah dilakukan
dalam periode penyusunan laporan keuangan.
c. Menginstruksikan kepada seluruh satker agar melakukan pencatatan
atas mutasi tambah dan mutasi kurang persediaan dan melakukan
opname persediaan di akhir tahun anggaran yang disahkan oleh atasan
langsung pemegang barang.
d. Menginstruksikan pada RS Bhayangkara agar memastikan perjanjian
dengan PT. Sumatera Cahaya Mandiri terkait bangunan gedung poli
mata, dan mengkonsultasikan dengan KPKNL.
e. Menginstruksikan Polres Sleman untuk berkoordinasi dengan Mabes
Polri terkait aset yang belum lengkap administrasi data komputernya
agar dapat dicatat sebagai aset Polres Sleman.
f. Menginstruksikan Satker Intelkam dan Spripim untuk mereklasifikasi
aset-aset yang rusak dan dihentikan penggunaannya ke akun aset lain-
lain.
g. Menginstruksikan RS Bhayangkara untuk mengkoreksi Utang kepada
pihak ketiga menjadi senilai Rp1.302.137.435,00.
53
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
h. Menginstruksikan kepada Bidang Keuangan untuk memantau
penyelesaian penyusunan/perbaikan Catatan atas Laporan Keuangan
(CaLK) pada seluruh satker di lingkungan POLDA DIY.
3. Audit Keuangan Proyek Pinjaman dan Hibah Luar Negeri.
Audit Laporan Keuangan Dana Bantuan Luar Negeri yang dilaksanakan
oleh Perwakilan BPKP DI Yogyakarta adalah Audit atas Laporan Keuangan
kegiatan yang dananya bersumber dari Bantuan Luar Negeri (Loan) sebagai
audit dukungan dalam rangka pemberian opini, menilai kecukupan dan
efektivitas pengendalian intern, serta menilai ketaatan terhadap ketentuan
Loan/Grant Agreement, melalui kegiatan audit sebagai berikut:
a. Audit Dukungan atas Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku)/National Slum
Upgrading Project (NSUP) Loan IBRD No.8636-ID & 8213 ID pada Satker
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kota Yogyakarta Tahun
Anggaran 2018 pada Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur
Permukiman (PIP) Kota Yogyakarta dan Satker Pengembangan Kawasan
Permukiman D.I. Yogyakarta. Berdasarkan hasil audit diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1) Kota Yogyakarta
Terdapat kelemahan pendampingan baik dari Askot Infrastruktur
maupun Fasilitator Teknik dalam pelaksanaan kegiatan Program
Kotaku tahun 2018, dengan rincian sebagai berikut:
a) Terdapat pembelian bak sampah sejumlah 12 buah dengan total
harga Rp6.900.000,00, yang tidak sesuai dengan Pedoman
Program KOTAKU tahun 2018, yaitu Dana BDI tidak untuk
pembelian bak sampah.
b) Alokasi pendanaan untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Desa
Condong Catur KSM Ngropoh Indah 1 sebesar Rp67.285.000,00
tidak sesuai dengan Pedoman Program KOTAKU tahun 2018,
yaitu dana BDI untuk pembuatan RTH maksimum 10% dari total
nilai BDI kegiatan KSM yang tertuang dalam SPPDL yaitu sebesar
Rp500.000.000,00 atau maksimal Rp50.000.000,00.
54
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
c) Pada Desa Sidoagung terdapat pengadaan dua buah pompa air
dan asesorisnya untuk keperluan pemadam api namun tidak
diikuti dengan pembentukan tim penanggulangan kebakaran dan
belum pernah dilakukan uji coba pemakaian pompa tersebut.
d) Pada Desa Condong Catur KSM Ngropoh Indah 2 terdapat
pembuatan jalan aspalt hotmix sepanjang 287 M atau 883,7 M2
senilai Rp105.722.750,00, dimana pekerjaan tersebut dikontrakan
kepada pihak ketiga yaitu PT. Selo Progo Sakti dengan
penunjukan langsung tanpa dibentuk Tim Pengadaan oleh KSM
dan RAB yang disusun tidak berdasarkan survey harga ke 3 toko
pembanding.
e) Terdapat tiga desa yang memiliki saldo kas melebihi ketentuan
sampai lewat bulan, yaitu Desa Ambarketawang Rp94.076.800,00,
Condongcatur Rp 59.881.200,00, dan Sidoagung Rp47.971.600,-.
Sedangkan yang disyaratkan oleh Pedoman Program Kotaku
adalah dana saldo kas ditetapkan tidak lebih dari Rp5.000.000,00
dalam dua hari kerja.
f) Pembayaran termin pada Desa Bimomartani dari BKM ke KSM
dilakukan secara lima termin. Hal tersebut tidak sesuai dengan
tahapan pencairan dana dalam Pedoman Program Kotaku Tahun
2018 yang seharusnya dilakukan sebanyak tiga termin (60%, 30%,
10%).
g) Setelah dilakukan sampling pada Desa Sardonoharjo diketahui as
built drawing tidak dilengkapi dengan gambar site plan.
2) Daerah Istimewa Yogyakarta
a) Pengisian log book oleh fasilitator tidak lengkap
Berdasarkan uji petik atas dokumen pendukung pertanggung-
jawaban pembayaran gaji dan BOP fasilitator, terdapat pengisian
log book oleh fasilitator yang belum lengkap yaitu tidak tercantum
tanda tangan dan stempel lembaga/pihak yang
dikunjungi/didampingi oleh fasilitator.
Mengacu pada surat perjanjian antara fasilitator dengan satker
PKP pasal 2, salah satu kewajiban fasilitator adalah mengisi kartu
55
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
ken
kendali (log book) untuk pelaksanaan tugas yang ditandatangani
oleh pelaku yang difasilitasi.
Kondisi tersebut disebabkan:
- Kekurang cermatan fasilitator dalam membuat log book.
- Kekurangtelitian verifikator (OSP, Korkot) dalam memverifikasi
kartu kendali (log book) yang di isi oleh fasilitator.
b) Administrasi laporan pertanggungjawaban kegiatan peningkatan
kapasitas Masyarakat belum sepenuhnya tertib.
Berdasarkan hasil audit atas laporan pertanggungjawaban
kegiatan Peningkatan Kapasitas Masyarakat, yang dilakukan
secara uji petik pada 12 BKM di dua Kabupaten, yaitu Sleman dan
Bantul, dengan rincian 8 BKM untuk pencegahan kumuh dan 4
BKM untuk peningkatan kualitas, dijumpai bahwa administrasi
laporan pertanggungjawaban kegiatan belum sepenuhnya tertib
yang terlihat dari hal-hal sebagai berikut :
(1) Beberapa bukti pengeluaran kegiatan pelatihan masyarakat di
atas Rp250.000,00 belum bermaterai. Kondisi ini terjadi di
beberapa desa, yaitu :
(a) Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul,
kegiatan Coaching clinic review perencanaan yaitu:
Bukti pengeluaran tanggal 15 September 2018 sebesar
Rp600.000,00.
(b) Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten
Sleman, kegiatan pengembangan media warga:
- Pembayaran tanggal 17 Juni 2018 sebesar
Rp1.400.000,00.
- Pembayaran tanggal 28 September 2018 sebesar
Rp500.000,00.
- Pembayaran tanggal 28 September 2018 sebesar
Rp500.000,00.
- Pembayaran tanggal 28 September 2018 sebesar
Rp540.000,00.
56
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Desa Selomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman, kegiatan FGD Perubahan Sikap dan Perilaku yaitu
pembayaran tanggal 4 Agustus 2018 sebesar
Rp650.000,00.
(d) Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten
Sleman, kegiatan pengembangan media sosialisasi:
- Pembayaran tanggal 2 Agustus 2018 sebesar
Rp1.890.000,00.
- Pembayaran tanggal 30 Agustus 2018 sebesar
Rp490.000,00.
- Pembayaran tanggal 28 September 2018 sebesar
Rp560.000,00.
(e) Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman,
kegiatan pengembangan media sosialisasi:
- Pembayaran tanggal 28 September 2018 sebesar
Rp560.000,00.
- Pembayaran tanggal 29 Agustus 2018 sebesar
Rp490.000,00.
- Pembayaran tanggal 30 Juli 2018 sebesar
Rp1.890.000,00.
(f) Pelatihan BKM/LKM, Lurah dan Camat Se-Kabupaten
Sleman (75 BKM/LKM):
- Pembayaran tanggal 23 Oktober 2018 sebesar
Rp422.500,00.
- Pembayaran tanggal 25 September 2018 sebesar
Rp300.000,00.
(g) Pelatihan Ketrampilan Kontruksi dan Sertifikasi Tukang Se-
Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu pembayaran tanggal 17
Oktober 2018 sebesar Rp1.500.000,00.
Mengacu kepada PP nomor 24 Tahun 2000 tentang
perubahan tarif bea meterai dan besarnya batas
pengenaan harga nominal yang dikenakan bea meterai,
dinyatakan bahwa meterai 3000 untuk pengeluaran di atas
57
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Rp250.000,00 s/d Rp1.000.000,00 dan meterai 6000 untuk
pengeluaran di atas Rp1.000.000,00.
(2) Terdapat pengeluaran yang belum dibuatkan Bukti Kas Keluar
(BKK).
Beberapa bukti pengeluaran kegiatan pelatihan masyarakat
belum dibuatkan Bukti Kas Keluar (BKK) dengan rincian
sebagai berikut:
(a) Pelatihan BKM/LKM, Lurah dan Camat Se-Kabupaten
Bantul :
- Biaya fotocopy dan jilid tanggal 4 September 2018
sebesar Rp375.000,00.
- Alat tulis kantor tanggal 6 September 2018 sebesar
Rp340.000,00.
- Spanduk tanggal 5 September 2018 sebesar
Rp160.000,00.
- Kertas plano tanggal 4 September 2018 sebesar
Rp75.000,00.
- Alat tulis kantor tanggal 6 September 2018 sebesar
Rp1.500.000,00.
- Fotocopy HVS tanggal 6 September 2018 sebesar
Rp2.225.000,00.
- Fotocopy dan jilid sebesar Rp1.000.000,00.
(b) Pelatihan BKM, Lurah/Kepala Desa dan Camat serta
pelatihan ketrampilan sebesar Rp2.360.000,00 dari Desa
Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.
(c) Belum dilaksanakan pre test dan post test untuk setiap
jenis pelatihan. Kondisi ini terjadi di Desa Pleret,
Kecamatan Pleret Kabupaten Bantul.
(d) Media sosialisasi/buletin belum mencantumkan logo
Kementrian PUPR dan logo Kotaku. Kondisi ini terjadi di
beberapa desa, antara lain:
58
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
- Kabupaten Bantul terjadi di desa Banguntapan, desa
Potorono, desa Jambitan, Kecamatan Banguntapan, dan
desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret.
- Kabupaten Sleman terjadi di desa Caturtunggal
Kecamatan Depok.
Mengacu kepada Kerangka Acuan Peningkatan Kapasitas
Masyarakat (PKM) bahwa dalam buletin dicantumkan logo
KemenPUPR (pojok kiri atas) dan logo KOTAKU (pojok
kanan atas), alamat web KOTAKU: kotaku.pu.go.id,
Medsos: Twitter (kotakunasional), Facebook (kotaku
nasional), Instagram (kotaku.nasional), line
(kotakunasional) dan nomor Pengaduan PPM nomor
0817148048.
Kondisi di atas disebabkan oleh:
- Kekurangcermatan BKM dalam membuat laporan
pertanggungjawaban.
- Kekurang telitian tim verifikasi laporan pertanggung-
jawaban (SF, ASKOT, KMW) dalam memverifikasi
laporan pertanggungjawaban kegiatan peningkatan
kapasitas masyarakat maupun pencegahan kapasitas
masyarakat.
c) Kota Yogyakarta
(1) Terdapat pembelian barang tidak sesuai dengan RAB sehingga
mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar Rp3.000.000,00
Pada tahun 2018, terdapat pekerjaan pengadaan Tempat
Pembuangan Sampah (TPS) Sementara sebanyak satu unit yang
dilaksanakan oleh KSM Jaga 1 pada Kelurahan Purwokinanti
Kecamatan Pakualaman senilai Rp7.500.000,00.
Berdasarkan proposal/RAB yang dibuat oleh KSM, direncanakan
TPS memiliki spesifikasi panjang 2x1,5x1,2 meter dengan harga
sebesar Rp7.500.000,00. Harga dan spesifikasi tersebut telah
berdasarkan hasil survey harga kepada dua pemasok.
59
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Pada saat realisasi di lapangan, terjadi perubahan spesifikasi
menjadi lebih kecil karena menyesuaikan ukuran tempat
diletakkannya tempat sampah tersebut, yaitu ukuran 1,2x1,3x1
meter, dibeli di Toko Bayu Jaya Las Sewon Bantul seharga
Rp7.500.000,00.
Berdasarkan konfirmasi kepada pemasok Toko Bayu Jaya Las
Sewon Bantul, TPS untuk ukuran 1,2x1,3x1 meter tersebut
seharga Rp4.500.000,00.
Sesuai ketentuan, prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa
adalah efisien, efektif, terbuka, bersaing, transparan, adil atau
tidak diskriminatif dan akuntabel.
Hal ini disebabkan kurang efektifnya pengawasan dari UPL dan
fasilitator atas pelaksanaan pengadaan barang.
Akibatnya terjadi kelebihan pertanggungjawaban pengadaan TPS
sementara senilai Rp3.0000.000,00 (Rp7.500.000,00 -
Rp4.500.000,00).
(2) Terdapat hasil pekerjaan yang belum dimanfaatkan
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik ke lapangan di Kelurahan
Purwokinanti Kecamatan Pakualaman, dijumpai pekerjaan yang
belum dimanfaatkan yaitu tempat pembuangan sampah (TPS)
sementara sebanyak 2 unit sudah terpasang namun belum
dimanfaatkan pada KSM Jaga 1 dan Jaga 2, BKM Purwo Raharjo
Kelurahan Purwokinanti Kecamatan Pakualaman.
TPS sementara tidak dimanfaatkan karena petugas pengambil
sampah langsung mengambil sampah dari rumah tangga dengan
gerobak sampah ke tempat pembuangan sampah milik
Pemerintah Kota Yogyakarta. Sedangkan satu TPS sementara di
bawah jembatan letaknya kurang tepat.
Seharusnya, sarana dan prasarana yang pengadaannya telah
direncanakan dalam RAB dimanfaatkan sesuai kesepakatan
dalam RAB.
Hal tersebut disebabkan kurang efektifnya pengawasan dari UPL
maupun fasilitator.
60
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Kondisi tersebut mengakibatkan tujuan program belum tercapai
secara optimal.
(3) Terdapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum di dalam Prosedur Operasional Standar (POS)
Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan Tahun 2018
Berdasarkan hasil audit atas Laporan Pertanggungjawaban
Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan pada KSM,
dijumpai adanya pengadaan tong/bak sampah yang dibiayai dari
dana Bantuan Dana Investasi (BDI) sebesar Rp82.000.000,00,
dengan rincian sebagai berikut:
No. Nama Kel. dan KSM Jenis Pengadaan
Jumlah Harga satuan (Rp)
Jumlah Harga (Rp)
1 Kel Prenggan/ KSM Guyub Rukun
Bak sampah 3 700.000,00 2.100.000,00
2 Kel Purbayan/ KSM Amanah
Keranjang sampah
11 750.000,00 8.250.000,00
3 Kel Baciro/ KSM Sejahtera 4
Tong sampah 20 475.000,00 9.500.000,00
4 Kel Tegalpanggung/ KSM Nakula 3
Bak sampah 5 600.000,00 3.000.000,00
5 Kel Tegalpanggung/ KSM Nakula 4
Bak sampah 20 600.000,00 12.000.000,00
6 Kel Klitren KSM Mulia 4
Tempat sampah 3R
15 400.000,00 6.000.000,00
7 Kel. Purbayan/ KSM Sukowati
Bak sampah 21 750.000,00 15.750.000,00
8 Kel Pandeyan KSM Gambir 7
Tong sampah 9 600.000,00 5.400.000,00
9 Kel Pandeyan/ KSM Gambir 5
Bak sampah 50 400.000,00 20.000.000,00
JUMLAH 154 82.000.000,00
Atas pengadaan bak/tong sampah tersebut, seluruhnya telah
berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
Menurut ketentuan dalam Prosedur Operasional Standar (POS)
Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan Tahun 2018,
diatur bahwa tong/bak sampah tidak termasuk dalam jenis sarana
dan prasarana yang diperkenankan dibiayai dari dana Bantuan
Dana Investasi (BDI). Apabila terdapat pekerjaan tong sampah
agar dibiayai dari dana Non BDI.
Penjelasan dari fasilitator/konsultan, hal tersebut terjadi karena
POS penyelenggaraan infrastruktur baru dirilis di web KOTAKU
61
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
pad
pada bulan Agustus 2018, sedangkan perencanaan masyarakat
yang tertuang dalam proposal/RAB sudah selesai pada bulan Mei
2018. Sebenarnya atas pekerjaan tersebut dapat dilakukan
perubahan/revisi pada saat pelaksanaannya mengikuti ketentuan
yang baru, karena realisasi pembelian bak/tong sampah dilakukan
pada bulan November dan Desember 2018, yaitu setelah terbitnya
POS Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan Tahun
2018, namun hal tersebut tidak dilakukan karena kurang efektifnya
pendampingan oleh fasilitator dalam pelaksanaan pekerjaan.
Akibatnya penggunaan dana BDI tidak sesuai dengan ketentuan
program.
(4) Hasil pekerjaan sumur bor/sumur gali untuk penyediaan air bersih
belum memenuhi syarat kesehatan
Dari hasil cek fisik ke lapangan, dijumpai adanya hasil pekerjaan
pembuatan sumur bor yang kualitas airnya tidak memenuhi syarat
kesehatan. Hal ini terjadi pada pekerjaan sumur bor di BKM Bumi
Artha Guna Kelurahan Bumijo (pelaksana oleh KSM Rukun I)
yang terletak di pinggir ruang terbuka publik. Hasil dari pengujian
kualitas, air yang dihasilkan dari sumur bor mengandung bakteri e
colli dan Fe melebihi ambang batas sehingga kurang layak untuk
dikonsumsi.
Hal ini disebabkan kelompok pemanfaat dan pemelihara (KPP)
tidak melakukan pemantauan kualitas air secara berkala.
Akibatnya tujuan program yaitu untuk memenuhi kebutuhan air
bersih untuk masyarakat yang memenuhi kualitas kesehatan tidak
tercapai.
b. Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
Program PAMSIMAS III Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul
(Loan IBRD Nomor 8578-ID). Berdasarkan hasil audit diperoleh simpulan
sebagai berikut:
1) Kabupaten Sleman
a) Terdapat pertanggungjawaban pelatihan yang tidak benar sebesar
Rp1.375.000,00.
62
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Salah satu kegiatan Pamsimas III Tahun Anggaran 2018 yang
dananya bersumber dari In-Cash masyarakat berupa pelatihan
masyarakat pada 10 desa sasaran dengan anggaran dan realisasi
sebesar Rp34.897.500,00 yang terdiri dari:
- Pelatihan keuangan, administrasi keuangan, pengembangan
organisasi dan kepemimpinan;
- Pelatihan pembangunan sistem air minum dan sanitasi
(SAMS), pengadaan barang dan jasa;
- Pelatihan tentang perilaku hidup sehat/higienis (PHBS) dan
implementasi program PHBS di masyarakat.
- Pelatihan BPSPAM.
Berdasarkan kesepakatan dari koordinator KKM 10 desa sasaran
kegiatan Pamsimas III Kabupaten Sleman, pelaksanaan kegiatan
dilakukan secara bersama sama dalam waktu dan tempat yang
sama, dengan kontribusi biaya pelatihan masing masing desa
sesuai dengan RAB antara Rp3.334.000,00 sampai dengan
Rp3.636.500,00.
Kegiatan pelatihan keuangan, administrasi keuangan,
pengembangan organisasi dan kepemimpinan, pelatihan
pembangunan SAMS, pengadaan barang dan jasa dan pelatihan
tentang perilaku hidup sehat/higienis (PHBS) dan implementasi
program PHBS di masyarakat dilaksanakan tanggal 25 Juli 2018 di
Balai Desa Bangunkerto Kecamatan Turi dengan total kontribusi
dari 10 desa sebesar Rp22.147.500,00 dan pelaksanaan pelatihan
BPSPAM dilaksanakan tanggal 12 November 2018 di Hotel Savita
Inn Sleman dengan total kontribusi dari 10 desa sebesar
Rp12.750.000,00.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen pertanggungjawaban dan
konfirmasi dijumpai hal-hal sebagai berikut:
- Terdapat bukti sewa tempat pelatihan sebesar Rp1.200.000,00
di Balai Desa Bangunkerto tidak disetorkan ke kas Desa
Bangunkerto. Pihak Desa Bangunkerto menyatakan bahwa
63
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
penggunaan balai desa untuk kegiatan pelatihan tersebut tidak
dipungut biaya sewa tempat.
- Berdasarkan hasil konfirmasi kepada peserta pelatihan di Desa
Sumbersari diketahui terdapat pertanggungjawaban uang saku
kehadiran yang tidak benar pada kegiatan pelatihan di Hotel
Savita Inn sebanyak 5 orang @Rp35.000,00 sebesar
Rp175.000,00.
Permasalahan tersebut disebabkan kelalaian Bendahara Pelatihan
dalam mempertanggungjawabakan kegiatan yang disesuaikan
dengan RAB kegiatan dan kelalaian fasilitator dalam melakukan
pendampingan pelaksanaan kegiatan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan adanya pengeluaran yang
tidak benar sebesar Rp1.375.000,00.
Atas permasalahan tersebut telah ditindaklanjuti oleh Ketua Panitia
Pelatihan Sdr. H Sudiyono dengan menyetorkan uang sewa
pelatihan sebesar Rp1.200.000,00 ke rekening desa Bangunkerto
pada tanggal 7 Mei 2019.
b) Kontribusi In –Cash masyarakat di Desa Bangunkerto tidak
terealisasi.
Hasil audit ke kegiatan Pamsimas III Tahun 2018 di Desa
Bangunkerto dijumpai kontribusi dari masyarakat tidak terealisasi
dan APBDes 2018 tidak menganggarkan kegiatan Pamsimas.
Kontribusi In-Cash yang disetorkan ke rekening KKM sebesar
Rp14.000.000,00 berasal dari APBDes tahun 2018 untuk kegiatan
pembinaan dan pemberian stimulan kegiatan pembangunan
pedukuhan. Hal ini dilakukan dengan cara Pedukuhan Kawedan
dan Bangunharjo yang sudah menerima dana APBDes
menyetorkan sebagian dana ke rekening KKM.
Berdasarkan Pedoman Teknis Pamsimas Tahun 2016 terkait
kriteria lokasi desa penerima manfaat Pamsimas III Bab II nomor
2.2.2 nomor 6 menyatakan bahwa adanya pernyataan
kesanggupan pemerintah desa untuk menyediakan minimal 10%
pembiayaan untuk rencana kerja masyarakat (RKM) dari porsi dana
64
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
des
desa atau alokasi dana desa (APBDesa), sedangkan dalam nomor
7.b menyatakan bahwa adanya pernyataan kesanggupan dari
masyarakat untuk menyediakan kontribusi sebesar minimal 20%
dari kebutuhan biaya RKM, yang terdiri dari 4 % in cash dan 16%
in-kind.
Pada tanggal 8 Agustus 2017, Kepala Desa Bangunkerto
Kecamatan Turi mewakili masyarakat Desa, menyatakan dan
berkomitmen antara lain untuk menyediakan kontribusi dari
masyarakat, dengan nilai sesuai proposal yang diajukan sebesar
Rp70.000.000,00 yang terdiri dari uang tunai sebesar
Rp14.000.000,00 dan dalam bentuk barang/lainnya senilai
Rp56.000.000,00. Selain hal tersebut juga menyatakan dan
berkomitmen untuk menyediakan alokasi APBDes untuk
mendukung pembiayaan Rencana Kerja Masyarakat (RKM),
dengan nilai Rp35.000.000,00.
Kondisi tersebut disebabkan:
- Kurangnya dukungan masyarakat pada pelaksanaan kegiatan
Pamsimas Tahun 2018;
- Kelalaian fasilitator senior dan fasilitator masyarakat dalam
mendampingi kegiatan Pamsimas Tahun 2018;
- Kurang intensifnya Satker dalam memonitoring kegiatan
Pamsimas.
Kondisi tersebut mengakibatkan kegiatan:
- Pamsimas Tahun 2018 di Desa Bangunkerto menjadi kurang
berhasil dan tidak sejalan dengan tujuan kegiatan pamsimas
yang ditunjukkan dengan rendahnya pemasangan SR, dari
target 199 SR baru terpasang 2 SR di Kepala Dukuh.
- Penggunaan APBDes yang tidak benar yang mengurangi
jumlah dana kegiatan di dua pedukuhan yaitu Kawedan dan
Bangunharjo.
c) Terdapat kelebihan pembayaran pengadaan pipa dari anggaran
Desa Bangunkerto Kecamatan Turi sebesar Rp312.500,00.
65
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Untuk menunjang kegiatan Pamsimas tahun 2018, pihak Desa
Bangunkerto membelikan pipa GI 2” Medium A sebanyak 58 batang
sebesar Rp38.352.000,00 dan baru dilakukan pembayaran di tahun
2019. Dana yang digunakan untuk pembayaran dari anggaran
APBDes tahun 2019 berasal kegiatan pembinaan dan pemberian
stimulan pedukuhan di dua pedukuhan dengan nilai
Rp20.000.000,00 dan anggaran biaya pemeliharaan sambungan air
bersih sebesar Rp18.665.000,00. Uang sebesar Rp38.665.000,00
tersebut seluruhnya dibayarkan kepada penyedia CV Sanki Utama
tanggal 31 Januari 2019 sebesar Rp20.000.000,00 dan tanggal 2
Mei 2019 sebesar Rp18.665.000,00 sehingga terdapat kelebihan
pembayaran sebesar Rp312.500,00.
Atas kelebihan tersebut telah disetorkan kembali ke rekening desa
tanggal 7 Mei 2019 (saat audit masih berlangsung).
d) Terdapat keterlambatan pengiriman barang dan belum dikenakan
denda keterlambatan sebesar Rp10.653.462,50.
Hasil audit pengadaan barang dan jasa di desa sasaran kegiatan
Pamsimas III tahun 2018 pada 3 desa yang diuji petik dijumpai
adanya keterlambatan pengiriman barang, dengan rincian sebagai
berikut:
- Penerimaan barang di Desa Bangunkerto tidak dibuatkan
Berita Acara Serah Terima Barang. Berdasarkan nota
pengiriman barang diketahui barang selesai dikirim oleh
penyedia yaitu UD Sanki Utama terakhir tanggal 31 Oktober
2018 sehingga terlambat selama 34 hari (dari tanggal 27
September sampai dengan tanggal 31 Oktober 2018) .
Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) Pengadaan
Barang Nomor 012/SPK/Pl/KKM-TMM/DS.Bangunkerto/
VIII/2018 tanggal 23 Agustus 2018 dalam pasal 3 menyatakan
bahwa pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dinyatakan dalam
perjanjian ini akan dilaksanakan selama 30 (tiga puluh hari
kalender kerja), terhitung sejak tanggal surat perjanjian kerja
ditandatangani kedua belah pihak. Sedangkan di pasal 6 ayat
66
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
1
(1) menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan pekerjaan
akibat kelalaian pihak kedua maka yang bersangkutan
dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000
(satu perseribu) per hari dari nilai kontrak, dan maksimum 5%
(lima perseratus) dari nilai kontrak dan akan diperhitungkan
pada saat pembayaran kepada pihak kedua.
Kondisi tersebut diatas mengakibatkan penerimaan Negara
berupa denda keterlambatan sebesar Rp5.083.841,00 (nilai
SPK Rp149.524.700x34 hari keterlambatan x1/1000) yang
belum terealisir.
- Penerimaan barang di Desa Sindumartani tidak dibuatkan
Berita Acara Serah Terima Barang. Berdasarkan nota
pengiriman barang diketahui barang selesai dikirim oleh
penyedia yaitu CV Citra Utama Mandiri terakhir tanggal 7
Oktober 2018 sehingga terlambat selama 3 hari (dari tanggal 5
Oktober sampai dengan tanggal 7 Oktober 2018).
Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) Pengadaan
Barang Nomor 011/SPK/Pl/KKM-TMM/DS.SINDUMARTANI
/IX/2018 tanggal 27 September 2018 dalam pasal 3
menyatakan bahwa pelaksanaan pekerjaan sebagaimana
dinyatakan dalam perjanjian ini akan dilaksanakan selama tujuh
hari, terhitung sejak tanggal surat perjanjian kerja
ditandatangani kedua belah pihak. Sedangkan di pasal 6 ayat
(1) menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan pekerjaan
akibat kelalaian pihak kedua maka yang bersangkutan
dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000
(satu perseribu) per hari dari nilai kontrak dan akan
diperhitungkan pada saat pembayaran kepada pemasok.
Kondisi tersebut diatas mengakibatkan penerimaan Negara
berupa denda keterlambatan sebesar Rp509.401,50 (nilai SPK
Rp169.800.500 x 3 hari keterlambatan x1/1000) yang belum
terealisir.
67
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
- Penerimaan barang di Desa Pakembinangun tidak dibuatkan
Berita Acara Serah Terima Barang. Dari hasil Nota pengiriman
Barang diketahui barang selesai dikirim oleh penyedia yaitu CV
Karya Mandiri Abadi terakhir tanggal 20 Nopember 2018
sehingga terlambat selama 41 hari (dari tanggal 11 Oktober
sampai dengan tanggal 21 Nopember 2018).
Berdasarkan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) Pengadaan
Barang Nomor: 01/KKM-PTL/IX/2018 tanggal 10 September
2018 dalam pasal 3 menyatakan bahwa pelaksanaan
pekerjaan sebagaimana dinyatakan dalam perjanjian ini akan
dilaksanakan selama 30 (tiga puluh hari kalender kerja),
terhitung sejak tanggal surat perjanjian kerja (SPK) ini
ditandatangani kedua belah pihak, yaitu tanggal 10 September
2018 dan selesai taggal 10 Oktober 2018. Sedangkan di pasal
7 ayat 4 menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan
pekerjaan akibat kelalaian pihak kedua maka yang
bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-
kurangnya 1/000 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak, dan
maksimum 5% (lima persen) dari nilai kontrak dan akan
diperhitungkan pada saat pembayaran kepada pihak kedua.
Kondisi tersebut mengakibatkan penerimaan Negara berupa
denda keterlambatan sebesar Rp5.060.220,00 (nilai SPK
Rp123.420.000,00 x 41 hari keterlambatan x1/1000) yang
belum terealisir.
Kondisi tersebut disebabkan kelalaian dari Koordinator KKM,
tim satlak dan tim pengadaan barang dan jasa dalam proses
pengadaan barang dan jasa yang tidak memperhatikan klausul
SPK khususnya jangka waktu penyelesaian pekerjaan dan
kurang intensifnya peran fasilitator dalam pendampingan
pengadaan barang dan jasa kegiatan Pamsimas.
e) Perubahan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) di Desa
Pakembinangun dan Desa Sumbersari tidak sesuai ketentuan
(1) Desa Pakembinangun
68
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Dokumen RKM Desa Pakembinangun Kecamatan Pakem pada
kegiatan pembangunan sarana air minum di Pedukuhan
Purwodadi berupa pembuatan intake 1 unit, pembuatan
reservoir 8 m³, pembuatan bak filter 1 unit, bak pembagi 3 m³
dan sistem perpipaan dan di Pedukuhan Sambi berupa
kegiatan pembuatan bak filter 1 unit dan pembuatan reservoir 9
m³.
Rencana pembuatan intake di Pedukuhan Purwodadi direvisi
menjadi perbaikan PMA. Rencana pembuatan reservoir di
pedukuhan Sambi terdapat perubahan desain dan volume.
Perubahan tersebut telah disetujui oleh DPMU.
Selain itu terdapat perubahan pelaksanaan volume reservoir,
pembatalan pembuatan bak filter dan bak pembagi di
Pedukuhan Purwodadi yang tidak dibuatkan usulan revisinya.
Usulan revisi tersebut baru dibuatkan pada saat audit sehingga
tidak ada tanda tangan persetujuan dari DPMU.
Berdasarkan perjanjian kerjasama (PKS) – BLM APBN antara
KKM Pakem Tirto Lestari Desa Pakembinagun dengan PPK
Satker Nomor 001/PKS-BLM.APBN/2018 tanggal 16 Juli 2018
yang dilanjutkan dengan amademen Nomor
001/AMANDEMEN-PKS-BLM.APBN/2018 tanggal 5 Nopember
2018 antara lain didasarkan pada Rencana Kerja Masyarakat
(RKM) yang telah ditandatangani oleh DPMU. Sedangkan pada
syarat-syarat umum perjanjian kerjasama menyatakan bahwa
penggunaan dana hibah program Pamsimas hanya boleh
digunakan untuk membiayai kegiatan masyarakat yang telah
direncanakan bersama dan dituangkan dalam RKM.
(2) Desa Sumbersari
Kegiatan pembangunan Tower Reservoir dan Pekerjaan
Rumah Panel yang menurut RKM dibangun ditempat terpisah
tetapi realisasinya dibangun menjadi satu dalam bentuk
menara. Atas perubahan tersebut tidak dibuat revisi usulan
perubahan desain dan volume.
69
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Berdasarkan perjanjian kerjasama (PKS) – BLM APBN antara
KKM Pakem Tirto Lestari Desa Pakembinagun dengan PPK
Satker Nomor 008/PKS-BLM.APBN/2018 tanggal 16 Juli 2018
yang dilanjutkan dengan amademen Nomor
008/AMANDEMEN-PKS-BLM.APBN/2018 tanggal 5 Nopember
2018 antara lain didasarkan pada Rencana Kerja Masyarakat
(RKM) yang telah ditandatangani oleh DPMU. Sedangkan pada
syarat-syarat umum perjanjian kerjasama menyatakan bahwa
penggunaan dana hibah program Pamsimas hanya boleh
digunakan untuk membiayai kegiatan masyarakat yang telah
direncanakan bersama dan dituangkan dalam RKM.
Hal tersebut disebabkan kelalaian dari KKM, Satlak dan
Fasilitator dalam melaksanakan kegiatan yaitu tidak menepati
perjanjian dengan DPMU.
Kondisi tersebut mengakibatkan efektifitas dan efisiensi
pelaksanaan kegiatan Pamsimas tidak dapat dinilai.
(3) Terdapat pertanggungjawaban keuangan yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
Hasil audit terkait dengan dokumen pertanggungjawaban pada
empat Desa yang dilakukan uji petik dijumpai kondisi sebagai
berikut:
(a) Terdapat pembayaran pembelian material melebihi nilai
harga barang yang dibeli di Desa Sumbersari sebesar
Rp230.000,00 dengan rincian:
Tanggal kuitansi
Nama Penyedia
Nilai Riil Pembelian
Barang (Rp)
Jumlah yang
dibayarkan (Rp)
Selisih lebih pembayaran
(Rp)
13 Des 2018
CV Umbul Kencana
3.392.000,00 3.592.000,00 200.000,00
13 Des 2018
TB Rejeki 5.947.000,00 5.977.000,00 30.000,00
Total kelebihan 230.000,00
(b) Terdapat pertanggungjawaban tenaga kerja ganda
dengan rincian:
70
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Nama Pekerja Tgl hari kerja
ganda
HOK Inkind (Rp)
HOK Dibayar
BLM (Rp)
Koreksi pembayaran
(Rp)
Keterangan
Desa Sumbersari Gito Raharjo Kiswanto
29 Okt s.d 3 Nop 18
480.000 480.000 390.000 390.000
480.000 390.000
Ganda In-kind Ganda In-kind
Gito Raharjo Kiswanto
4 Okt dan 6 Okt
160.000 160.000 130.000 130.000
160.000 130.000
Ganda In-kind Ganda In-kind
Gito Raharjo Kiswanto
15 Okt s.d 20 Okt
480.000 480.000 390.000 390.000
480.000 390.000
Ganda In-kind Ganda In-kind
Gito Raharjo
5 s.d 10 Nop
480.000 480.000 480.000 Ganda In-Kind dengan Pembayaran Upah
Kiswanto 5 Nop 65.000 65.000 65.000 Ganda In-Kind dengan Pembayaran Upah
Total Koreksi Upah Desa Sumbersari 2.575.000 Desa Bangunkerto
Supriyono 26 Nop s.d 23 Des
1.160.000 1.160.000 270.000 270.000
1.160.000 270.000
Ganda Pembayaran Upah
Basuki 26 Nop s.d 23 Des
1.170.000 360.000 360.000
360.000
Ganda Pembayaran Upah
Rahmat 10 Nop s.d 15 Des
350.000 350.000
350.000 Ganda Pembayaran Upah
Muh Mujib 10 Nop s.d 15 Des
350.000 350.000
350.000 Ganda Pembayaran Upah
Total Koreksi Upah Desa Bangunkerto 2.490.000,00 Desa Pakembinangun
Ari Aryanto 24 s.d 27 Okt
195.000 195.000
195.000
Ganda Pembayaran Upah
Ari Aryanto 29 Okt s.d 1 Nop
130.000 130.000
130.000
Ganda Pembayaran Upah
Yuri P 24 s.d 27 Okt
195.000 195.000
195.000
Ganda Pembayaran Upah
Yuri P 29 s.d 30 Okt
130.000 130.000
130.000
Ganda Pembayaran Upah
Sutiawan 24 s.d 29 Okt
240.000 240.000
240.000
Ganda Pembayaran Upah
Marlan 24 s.d 27 Okt
160.000 160.000
160.000 Ganda Pembayaran Upah
Marlan 29 Okt 80.000 80.000
80.000 Ganda Pembayaran Upah
Total Koreksi Desa Pakembinangun 1.130.000
(c) Pelaporan pertanggungjawaban kegiatan promosi higiene
tidak benar.
71
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Hasil audit terhadap pertanggungjawaban kegiatan
promosi higiene dijumpai adanya pelaporan
pertanggungjawaban melebihi nilai riil bukti pembayaran
dengan rincian sebagai berikut:
Desa
Laporan Pertanggung
jawaban (Rp)
Nilai riil bukti
pembayaran (Rp)
Selisih (Rp)
Bangunkerto 2.901.000 2.679.000 222.000
Sindumartani 2.901.000 2.801.000 100.000
Total 322.000
Permasalahan tersebut diatas disebabkan kekurang
telitian dan kesengajaan KKM dan kurang intensifnya
peran Fasilitator dalam pendampingan kegiatan
Pamsimas, yang mengakibatkan:
- Kelebihan pembayaran material di Desa Sumbersari
sebesar Rp230.000,00.
- Kontribusi In-Kind tenaga dilaporkan lebih tinggi di
Desa Sumbersari sebesar Rp2.575.000,00.
- Kelebihan pembayaran upah di Desa Bangunkerto
sebesar Rp2.490.000,00 dan di Desa Pakembinagun
sebesar Rp1.130.000,00.
- Ketekoran kas di Desa Bangunkerto sebesar
Rp222.000 dan di Desa Sindumartani sebesar
Rp100.000,00
(4) Terdapat pertanggungjawaban keuangan yang tidak sesuai
dengan ketentuan.
Tender pengadaan bahan material di tiga desa sasaran yaitu
Desa Sindumartani, Desa Lumbungrejo dan Desa Wonokerto
dimenangkan oleh CV Bangun Karya Mandiri dan telah
dibuatkan surat perjanjian kerja (SPK) pengadaan barang
dengan jangka waktu perjanjian masing masing desa 30 hari
kalender mulai tanggal 23 Agustus 2018 dengan rincian:
72
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(a) Desa Lumbungrejo SPK Nomor 08/SPK/PL/KKM-
TR/Ds.Lumbungrejo/VIII/2018 tanggal 23 Agustus 2018
dengan nilai perjanjian Rp117.711.000,00.
(b) Desa Sindumartani SPK Nomor 010/SPK/PL/KKM-TR/Ds.
Sindumartani/VIII/2018 tanggal 23 Agustus 2018 dengan
nilai perjanjian Rp163.252.000,00.
(c) Desa Wonokerto SPK Nomor 012/SPK/PL/KKM-
TR/Ds.Wonokerto/VIII/2018 tanggal 23 Agustus 2018
dengan nilai perjanjian Rp148.024.000,00.
Setelah SPK ditandatangani, CV Bangun Karya Mandiri
mengundurkan diri sebagai penyedia tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Atas pengunduran diri, Satuan Pelaksana di ketiga Desa
tersebut membuat surat perjanjian baru dengan pemenang
kedua yaitu CV Citra Utama Mandiri pada tanggal 27
September 2018 dengan jangka waktu pengadaan selama 7
hari kalender dengan rincian:
(a) Desa Lumbungrejo SPK Nomor 09/SPK/PL/KKM-
TR/Ds.Lumbungrejo/IX/2018 tanggal 27 September 2018
dengan nilai perjanjian Rp120.737.500.000,00.
(b) Desa Sindumartani SPK Nomor 011/SPK/PL/KKM-TR/Ds.
Sindumartani/IX/2018 tanggal 27 September 2018 dengan
nilai perjanjian Rp169.800.000,00.
(c) Desa Wonokerto SPK Nomor 013/SPK/PL/KKM-
TR/Ds.Wonokerto/IX/2018 tanggal 27 September dengan
nilai perjanjian Rp149.495.000,00.
Berdasarkan kondisi tersebut mengakibatkan ketidakefisienan
pengadaan bahan di tiga desa sekurang-kurangnya sebesar
Rp11.046.900,00 dengan rincian:
Desa Nilai SPK CV Karya mandiri
(Rp)
Nilai SPK Citra Utama mandiri
(Rp)
Selisih Kontrak (Rp)
Lumbung Rejo 117.711.000 120.737.500 3.026.500 Sindumartani 163.252.000 169.800.500 6.548.500 Wonokerto 148.024.000 149.495.900 1.471.900
Total selisih 11.046.900
73
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(5) Pengadaan pipa GI 2,5” Medium B senilai Rp350.000,00 di
Desa Sumbersari tidak dimanfaatkan.
Hasil pemeriksaan fisik pada kegiatan pembanguan tower
reservoir di Pedukuhan Nasri 1 Desa Sumbersari Kecamatan
Moyudan ditemukan adanya Pipa GI 2,5” sebanyak 1 buah
sepanjang 6 meter dengan nilai Rp350.000,00 tidak
dimanfaatkan.
Hal tersebut disebabkan perencanaan kebutuhan material yang
kurang cermat, yang berdampak pada ketidakefisienan belanja
bahan material.
Pipa yang belum dimanfaatkan tersebut telah dibicarakan
dalam rapat koordinasi KKM Desa Sumbersari tanggal 11 Mei
2019 dengan kesepakatan agar sisa bahan tersebut
diserahkan ke BPSPAM Desa untuk dikelola sebagai
pengembangan jaringan.
(6) Pencapaian target cakupan pelayanan pemasangan
Sambungan Rumah (SR) rendah.
Berdasarkan laporan kegiatan dan pemeriksaan lapangan di
empat desa, menunjukkan pencapaian target pelayanan
pemasangan sambungan rumah (SR) kepada masyarakat di
dua desa masih rendah, dengan rincian sebagai berikut:
Nama
Desa/Kecamatan
Pemasangan SR s.d 31 Desember 2018 Capaian
(%) Target (KK) Realisasi (KK)
1 Desa Pakembingun
128 128 100%
2 Desa Bangunkerto
199 2 1%
3 Desa Sindumartani
200 200 100%
4 Desa Sumbersari
168 20 12%
Hal tersebut disebabkan:
1) Kurang tepatnya pemilihan desa sasaran kegiatan
Pamsimas karena masih terpenuhinya kebutuhan air dari
sumur warga khususnya di Desa Bangunkerto.
74
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
2) Kurangnya pemberdayaan kelembagaan BP SPAMS di
masing-masing lokasi desa kegiatan Pamsimas setelah
pekerjaan fisik sarana air bersih terbangun (pasca
konstruksi).
3) Monitoring dan evaluasi atas capaian cakupan pelayanan
SR dari pelaksana program belum dilaksanakan.
Permasalahan tersebut berdampak pada pencapaian tujuan
program Pamsimas di Kabupaten Sleman belum berhasil
meningkatkan jumlah warga masyarakat desa kurang
terlayani air minum dapat mengakses pelayanan air minum.
(7) As built drawing dibuat tidak sesuai dengan keadaan lapangan.
Pembuatan As Built Drawing tidak sesuai dengan pelaksanaan
atau kondisi di lapangan, karena volume yang terpasang tidak
sesuai dengan volume di As Built Drawing.
Hal tersebut disebabkan kurang telitinya KKM dalam
melakukan opname fisik dan karena lemahnya pembinaan oleh
fasilitator masyarakat. Permasalahan tersebut mengakibatkan
As Built Drawing menjadi tidak akurat sebagai dasar
pencatatan aset serta sarana untuk melakukan pemeliharaan.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut kami
menyarankan Kepala Satuan Kerja Pembangunan Infrastuktur
Permukiman Kabupaten Sleman agar memerintahkan kepada
satuan pelaksana maupun fasilitator untuk memperbaiki as built
drawing, dan melaporkan hasilnya kepada Dinas Pekerjaaan
Umum, Perumahan, dan Kawasan Permukiman Kabupaten
Sleman.
2) Kabupaten Gunungkidul
(a) Terdapat sarana penyediaan air minum (SPAM) yang belum dapat
difungsikan.
Dari hasil pemeriksaan fisik dijumpai adanya dua SPAM yang
belum dapat difungsikan yaitu di Desa Nglipar, Kecamatan
75
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Ngl
Nglipar dan Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Desa Sidoharjo, Kecamatan Tepus memperoleh bantuan
sebesar Rp220.000.000,00 direncanakan untuk membangun
sarana penyediaan air minum (SPAM) berupa:
- Pengeboran sumur 110 m.
- 1 unit reservoar.
- 1 unit pompa submersible beserta rumah panel.
- Jaringan pipa distribusi.
Dalam pelaksanaannya, setelah dilakukan tes geomagnetik
diperoleh hasil bahwa permukaan air tanah diperkirakan
berada pada kedalaman kurang lebih 400 m sehingga dana
yang tersedia tidak mencukupi. Dari hasil musyawarah
diputuskan bahwa persediaan air baku diperoleh dengan
menyambung (tapping) ke pipa PDAM Tirta Handayani. Air
tersebut dari meteran PDAM ditampung ke dalam bak,
selanjutnya dipompa naik ke reservoar kemudian
didistribusikan kepada masyarakat.
Dari hasil peninjauan ke Desa Sidoharjo pada tanggal 15 Mei
2019, instalasi SPAMS sudah selesai dibangun dan sudah
tersambung ke pipa PDAM. Namun instalasi tersebut belum
dapat berfungsi melayani minimal 50 SR pada saat uji fungsi
dari target keseluruhan 208 SR. Sambungan rumah yang ada
baru sebanyak 6 SR.
Pelayanan kepada masyarakat belum dapat dilaksanakan
karena belum adanya kesepakatan antara KKM dengan PDAM
Tirta Handayani terkait:
- Tarif yang dikenakan oleh PDAM disamakan dengan
tarif warung air sebesar Rp8.000,00/m3. Tarif ini lebih
tinggi dibanding tarif untuk rumah tangga yang berkisar
antara Rp4.000,00 s.d Rp6.000,00, sehingga BPSPAMS
Desa Sidoharjo sulit untuk menentukan tarif yang
76
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
kompetitif dan tidak memberatkan masyarakat
penggunanya.
- Kepastian pasokan air yang mampu disediakan oleh
PDAM baik jumlah maupun waktunya.
(2) Desa Nglipar Kecamatan Nglipar memperoleh BLM sebesar
Rp245.000.000,00 untuk pembangunan instalasi SPAMS.
Salah satu lokasi yang dibangun adalah Dusun Karangjati
berupa pembuatan reservoar, pembelian pompa submersible
dan jaringan pipa distribusi senilai Rp82.230.200,00. Nilai
tersebut tidak termasuk biaya pengeboran sumur, menurut
keterangan Koordinator KKM biaya pengeboran berasal dari
bantuan perseorangan (tidak ada dokumen pendukung atas
bantuan ini). Namun, pengeboran sumur tersebut gagal
memperoleh air sehingga instalasi SPAMS yang sudah
dibangun belum dapat difungsikan.
Menurut Petunjuk Teknis Perencanaan Kegiatan Pamsimas
Tingkat Masyarakat pada Tabel 3.8 Prosedur pemilihan opsi
pembangunan sarana air minum oleh Tim Fasilitator
Masyarakat (TFM) dan Koordinator kelompok Masyarakat
(KKM) menjelaskan untung-ruginya masing-masing pilihan
sarana air minum yang ditawarkan, khususnya penjelasan
tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk keperluan operasi
dan pemeliharaan. Penjelasan meliputi pula lima faktor yang
mempengaruhi keberlanjutan sarana air minum yaitu: teknik,
sosial, keuangan, kelembagaan dan lingkungan sehingga
masyarakat mendapatkan gambaran dan pertimbangan
tentang opsi yang dapat mereka pilih.
Permasalahan tersebut disebabkan perencanaan yang kurang
matang dan kurangnya bimbingan dan arahan fasilitator
pendamping.
Akibatnya hasil kegiatan tidak dapat segera dimanfaatkan oleh
masyarakat dan berisiko mangkrak.
77
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(b) KKM belum menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada
PPK.
Pada saat kunjungan ke lima desa yang diuji petik, yaitu desa
Pengkol, Nglipar, Jatiayu, Karangmojo dan Sidoharjo tanggal 13 –
15 Mei 2019, berkas dokumen terkait pertanggungjawaban
pelaksanaan kegiatan masih belum tersusun dan belum
didokumentasi dengan rapi.
Menurut Petunjuk Teknis Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
Bab 4.4 menyatakan: KKM wajib menyusun administrasi,
melaksanakan pencatatan dan pembukuan serta menyimpan
semua pencatatan dan dokumen secara rapi dan aman dan
mempertanggungjawabkan kepada PPK setelah pekerjaan selesai
dengan melampirkan dokumen pendukungnya yaitu:
(1) Surat Pengantar DPMU (PT. 3-09B), didukung dengan
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K,
format PT.6-11) dan Berita Acara Uji Fungsi (format dalam
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat
PT.3-09);
(2) Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan
(SP3K, format dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Kegiatan Tingkat Masyarakat PT.3-09A);
(3) Laporan Perhitungan Dana BLM (format PT.6-14) disertai
Berita Acara Serah Terima Pertanggungjawaban BLM yang
ditanda tangan Koordinator KKM (BAST, format PT.6-13);
Foto/film kegiatan yang dihasilkan; dan Laporan
Penggunaan Dana (LPD) Tahap I, Tahap II dan Tahap III;
(4) Surat Bukti Setoran Sisa Dana ke rekening Kas Negara,
disampaikan oleh KKM kepada PPK apabila terdapat sisa
dana.
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban, PPK melakukan
verfikasi atas laporan pertanggungjawaban; kemudian PPK
mengesahkan Berita Acara Serah Terima (BAST- format PT.6-13)
hasil verifikasi telah sesuai dengan perjanjian kerjasama.
78
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Permasalahan tersebut disebabkan KKM beserta Satlak tidak
mempedomani petunjuk teknis yang ada dan kurangnya
bimbingan dari fasilitator pendamping.
Akibatnya laporan tidak tepat waktu dan verifikasi oleh PPK untuk
menilai kesesuaian pelaksanaan pekerjaan dengan perjanjian
kerjasama belum dapat dilaksanakan.
(c) Berita Acara Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (BAKPK) tidak
didukung dengan lembar kerja.
Dari hasil uji petik pada lima desa yaitu Desa Nglipar, Pengkol,
Jatiayu, Karangmojo dan Sidoharjo pembuatan Berita Acara
Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (BAKPK) tidak dilengkapi
dengan Lembar Kerja Pengisian Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan
(format PT. 6-09).
Formulir tersebut untuk menghitung prosentase pencapaian fisik
pekerjaan sebagai salah satu syarat pencairan dana tahap II dan
tahap III.
Hal ini tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM) Bab 4.2, langkah-langkah pencairan dana BLM
APBN adalah KKM mengajukan permohonan pembayaran yaitu
Berita Acara Permintaan Pencairan Dana (BAPPD) (format PT.6-
04) masing-masing tahap pencairan adalah sebagai berikut:
- Tahap II sebesar 40% dilampiri dengan Berita Acara
Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (BAKPK, format PT.6-08)
minimal sebesar 30%, dan Lembar Kerja Pengisian
Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (format PT.6-09);
- Tahap III sebesar 20% dilampiri dengan Berita Acara
Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan (BAKPK, format PT.6-08)
minimal sebesar 70%, Lembar Kerja Pengisian Kemajuan
Pelaksanaan Kegiatan dan Biaya (format PT.6-09).
Hal tersebut disebabkan KKM tidak memahami ketentuan yang
ada dan kurangnya bimbingan dan arahan fasilitator.
Akibatnya persentase capaian kemajuan pelaksanaan tidak
akuntabel dan pada saat penyelesaian pekerjaan sesuai Perjanjian
79
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Kerj
Kerja Sama (PKS) tidak dapat dilakukan pengujian atas pekerjaan
yang dinyatakan telah selesai 100%.
c. Program Inovasi Desa (PID) Loan IBRD 8217-ID pada Satker Program
Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (P3MD) D.I.
Yogyakarta untuk Tahun Anggaran yang berakhir 31 Desember 2018.
Program Inovasi Desa (PID) pada tiga kabupaten yaitu Kabupaten
Gunungkidul, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul terdapat
pembayaran kegiatan yang tidak sesuai ketentuan dengan uraian
sebagai berikut :
(1) Terdapat pembayaran kegiatan perjalanan dinas dan pelatihan TPID
pada TIK Kabupaten Gunungkidul tidak sesuai ketentuan sebesar
Rp1.125.000,00
Pada Kabupaten Gunungkidul terdapat kegiatan perjalanan dinas
monitoring dan evaluasi P2KTD dilakukan bersamaan pada dua
tempat pada hari yang sama dan dibayarkan biaya transpor dua kali.
Perjalanan dinas tersebut dilaksanakan sesuai dengan Surat
Perintah Tugas masing-masing selama satu hari untuk tiap P2KTD
yang dikunjungi. Realisasi kunjungan dilakukan pada dua P2KTD,
namun secara bergantian dalam satu hari (masing-masing ½ hari
saja) dikarenakan waktu yang mendesak, dengan rincian sebagai
berikut :
Kegiatan
Pelaksana
Tanggal
Bukti Pertanggung
- jawaban transpor 2x
(Rp)
Seharusnya Transpor 1x (Rp)
Kelebihan Bayar (Rp)
- Monitoring P2KTD
ke Aspemako
- Monitoring P2KTD
ke CV Arsilon
Khoiru Rahmat 13/12/2018 150.000 75.000 75.000
E. Dana Susanta 13/12/2018
150.000 75.000 75.000
Pandu Budi 13/12/2018
150.000 75.000 75.000
- Monitoring P2KTD
ke STIE Pariwisata
API
- Monitoring P2KTD
Subroto SIP 14/12/2018 150.000 75.000 75.000
Tri Budi Lestari 14/12/2018 150.000 75.000 75.000
Herry Santoso 14/12/2018 150.000 75.000 75.000
80
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
ke Swadaya
Consultant
- Monitoring P2KTD
ke CV Mata Usaha
- Monitoring P2KTD
ke STIE Hamfara
Suharto, SH 15/12/2018 150.000 75.000 75.000
Surata, S.Sos 15/12/2018 150.000 75.000 75.000
Agus Purnomo 15/12/2018 150.000 75.000 75.000
Pelatihan TPID Kab.
Gunungkidul (peserta
merangkap sebagai
panitia mendapat 2
kali transport di
tempat yang sama)
1. Anik Pujiyati 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
2. Etik Widayanti 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
3. Muryani 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
4. Arif Hanafi 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
5. Ides Lanang PS 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
6. Mawardi 6-8/11/18 150.000 75.000 75.000
Jumlah 2.250.000 1.125.000 1.125.000
(2) Terdapat pembayaran kegiatan verifikasi dan seleksi P2KTD pada
TIK Sleman tidak sesuai ketentuan sebesar Rp800.000,00
Pada Kabupaten Sleman, kegiatan verifikasi dan seleksi P2KTD
dilaksanakan sebanyak lima kali oleh tim verifikasi dan seleksi yang
beranggota delapan orang, dengan surat tugas tanggal 27 dan 30
Oktober 2018 serta tanggal 10, 13 dan 14 November 2018.
Ternyata pada tanggal 14 November 2018 tim verifikasi dan seleksi
mengundang calon P2KTD untuk melakukan paparan profil,
sehingga terdapat satu kunjungan yang tidak dilaksanakan, dengan
nilai sebagai berikut:
Keterangan Jumlah (Rp)
- Verifikasi dan seleksi P2KTD pada TIK Kab. Sleman
(Transpor 5x untuk kunjungan kepada calon P2KTD)
tanggal 27,30 Oktober 2018 dan 13,10,14 November
2018
4.000.000,00
- Realisasi kunjungan hanya 4 kali, yaitu tanggal
27,30 Okt ober 2018 dan 13,10 November 2018
3.200.000,00
- Selisih 800.000,00
81
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(3) Terdapat pembayaran kegiatan pembuatan video pelatihan
P2KTD pada TPID Pleret tidak sesuai ketentuan sebesar
Rp880.000,00
TPID Pleret Kabupaten Bantul, mempertanggungjawabkan
penggunaan dana pembuatan dokumentasi berupa video
pelatihan P2KTD tahun 2018 sebesar Rp880.000,00 tanpa
realisasi kegiatan.
Sesuai Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara pasal 3, menyebutkan: “Keuangan negara
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan”.
Hal tersebut disebabkan kelalaian Tim Inovasi Kabupaten dan
TPID yang tidak melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan.
Akibatnya terjadi penggunaan dana yang tidak sesuai dengan
ketentuan senilai Rp2.805.000,00.
Atas penggunaan dana yang tidak sesuai dengan ketentuan,
seluruhnya telah ditindaklanjuti dengan menyetorkan ke kas
negara sebesar Rp2.805.000,00 dengan rincian sebagai berikut :
- TIK Sleman menindaklanjuti tanggal 14 Juni 2019 dengan
menyetor ke Kas Negara sebesar Rp800.000,00.
- TIK Gunungkidul menindaklanjuti tanggal 14 Juni 2019 dengan
menyetor ke kas negara sebesar Rp1.125.000,00.
- TPID Pleret Kabupaten Bantul menindaklanjuti tanggal 19 Juni
2019 dengan menyetor ke kas negara sebesar Rp880.000,00.
(4) Pembuatan video capturing belum memenuhi kriteria dalam
pedoman
Kami melakukan sampel atas video capture yang dibuat oleh
PPID pada 34 judul video di 4 kabupaten dan 12 kecamatan.
Dari video sebanyak 34 judul tersebut, 7 judul video sudah
memenuhi kriteria dalam pedoman, dan 27 belum memenuhi
pedoman.
82
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Sesuai dengan Panduan Penangkapan Inovasi Desa (capturing)
butir 1. Identifikasi, sub 1.1 Checklist Sortir Inovasi, capturing
seharusnya bisa memenuhi 7 butir check sebagai berikut:
(1) Apakah cara atau pendekatannya berbeda/ada kebaruan;
(2) Apakah inisiatifnya berasal dari warga/masyarakat desa;
(3) Apakah ada pengembangan dari cara sebelumnya;
(4) Apakah inovasi tersebut menjawab masalah/tantangan desa;
(5) Apakah inovasi teresebut telah terbukti berhasil menjawab
masalah/tantangan desa menjadi lebih baik;
(6) Apakah ada manfaat sosial ekonomi dari munculnya inovasi;
(7) Apakah inovasi tersebut berpotensi untuk direplikasi desa
lain.
Permasalahan tersebut disebabkan:
- TPID kurang memahami proses dan kriteria pembuatan video
capturing yang merupakan video dokumenter yang isinya
merupakan keberhasilan desa menjawab tantangan
penangangan masalah.
- TIK, KPW IV D.I.Yogyakarta, Tenaga Ahli Kabupaten, dan
Pendamping Desa kurang intensif dalam mendampingi desa
binaannya.
Akibatnya video capturing yang sudah dibuat oleh TPID sebagian
besar tidak memenuhi syarat sebagai video dokumenter, untuk
ditampilkan dalam Bursa Inovasi Desa (BID) tingkat kabupaten
dan nasional serta belum dapat dicontoh (direplikasi) oleh desa
lainnya.
(5) Pertanggungjawaban atas pelaksanaan pendampingan oleh
P2KTD belum menpedomani PTO
Hasil audit atas sebelas perjanjian kerjasama antara TPID dengan
P2KTD pada enam Kecamatan penerima Program PID dimana
nilai kontrak didasarkan pada musyawarah antara TPID dengan
P2KTD dengan nilai kontrak paling tinggi Rp6.000.000,00. Pada
klausul kontrak pada enam TPID dengan P2KTD pasal 2 Hak dan
83
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Ke
Kewajiban point c menyatakan bahwa pihak kedua (P2KTD) wajib
bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan, administrasi, dan
keuangan atas pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan wajib menyampaikan semua bukti-
bukti pengeluaran serta dokumen pelaksanaan lainnya termasuk
foto dokumentasi atau video kegiatan.
Sesuai Petunjuk Teknis Operasional Pengelolaan Pengetahuan
Inovasi Desa (PPID) dan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa (P2KTD) Program Inovasi Desa yang disusun oleh
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa tahun 2018, BAB IV angka 5.f.
Pertanggunggungjawaban kegiatan P2KTD, adalah menyusun
laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan
pertanggungjawaban terdiri dari laporan kemajuan kegiatan dan
hasil jasa layanan teknis P2KTD.
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman TPID dan P2KTD
mengenai klausul perjanjian kerjasama yang telah disepakati,
karena hanya menyalin format yang dibuat oleh satker pusat
tanpa melakukan reviu isi perjanjian.
(6) Terdapat penyelenggaraan kegiatan pada TIK Kulon Progo dan
TIK Gunungkidul tidak sesuai ketentuan dalam pedoman
Berdasarkan hasil audit pelaksanaan sosialisasi, pelatihan dan
evaluasi kegiatan pada empat Tim Inovasi Kabupaten (TIK),
diketahui bahwa TIK Kulonprogo dan TIK Gunungkidul
menyelenggarakan kegiatan yang tidak sesuai ketentuan dengan
Keputusan Dirjen PMD Nomor 37 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi TA 2018, yaitu telah
dilaksanakan di luar kabupaten yang bersangkutan, dengan
rincian sebagai berikut :
TIK Kabupaten
Acara Tanggal Pelaksanaan Jumlah Peserta &
Panitia
Tempat penyeleng
garaan TIK Kulon Sosialisasi 10-12 Oktober 2018 82 orang Hotel Ruba
84
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
TIK Kabupaten
Acara Tanggal Pelaksanaan Jumlah Peserta &
Panitia
Tempat penyeleng
garaan Progo P2KTD dan
Rakor TIK Graha Yogyakarta
TIK Kulon Progo
Evaluasi PID 10–11 Desember 2018 81 orang Hotel Grand Palace Yogyakarta
TIK Gunungkidul
Evaluasi P2KTD
25–27 Desember 2018 86 orang Hotel Grand Palace Yogyakarta
Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Dirjen PMD Nomor 37
tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi
TA 2018, diatur bahwa Sosialisasi/evaluasi P2KTD dan Rakor TIK
dilaksanakan selama dua hari efektif bertempat di ibukota
kabupaten atau tempat lain dalam kabupaten yang bersangkutan.
Hal tersebut disebabkan hotel yang ada di Kulon Progo dan
Gunungkidul kurang memadai.
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang
diungkapkan dalam audit loan tersebut di atas telah diberikan
rekomendasi kepada pemangku kegiatan untuk ditindaklanjuti.
(7) Pertanggungjawaban atas pelaksanaan pendampingan oleh
P2KTD belum menpedomani PTO
Hasil audit atas sebelas perjanjian kerjasama antara TPID dengan
P2KTD pada enam Kecamatan penerima Program PID dimana
nilai kontrak didasarkan pada musyawarah antara TPID dengan
P2KTD dengan nilai kontrak paling tinggi Rp6.000.000,00. Pada
klausul kontrak pada enam TPID dengan P2KTD pasal 2 Hak dan
Kewajiban point c menyatakan bahwa pihak kedua (P2KTD) wajib
bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan, administrasi, dan
keuangan atas pekerjaan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan wajib menyampaikan semua bukti-
bukti pengeluaran serta dokumen pelaksanaan lainnya termasuk
foto dokumentasi atau video kegiatan.
Sesuai Petunjuk Teknis Operasional Pengelolaan Pengetahuan
Inovasi Desa (PPID) dan Penyedia Peningkatan Kapasitas Teknis
Desa (P2KTD) Program Inovasi Desa yang disusun oleh
85
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Dire
Direktorat Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan
Masyarakat Desa tahun 2018, BAB IV angka 5.f.
Pertanggunggungjawaban kegiatan P2KTD, adalah menyusun
laporan hasil kegiatan dan disampaikan kepada TPID dengan
tembusan pada desa-desa penerima jasa layanan. Laporan
pertanggungjawaban terdiri dari laporan kemajuan kegiatan dan
hasil jasa layanan teknis P2KTD.
Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman TPID dan P2KTD
mengenai klausul perjanjian kerjasama yang telah disepakati,
karena hanya menyalin format yang dibuat oleh satker pusat
tanpa melakukan reviu isi perjanjian.
(8) Terdapat penyelenggaraan kegiatan pada TIK Kulon Progo dan
TIK Gunungkidul tidak sesuai ketentuan dalam pedoman
Berdasarkan hasil audit pelaksanaan sosialisasi, pelatihan dan
evaluasi kegiatan pada empat Tim Inovasi Kabupaten (TIK),
diketahui bahwa TIK Kulonprogo dan TIK Gunungkidul
menyelenggarakan kegiatan yang tidak sesuai ketentuan dengan
Keputusan Dirjen PMD Nomor 37 Tahun 2018 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi TA 2018, yaitu telah
dilaksanakan di luar kabupaten yang bersangkutan, dengan
rincian sebagai berikut :
TIK Kabupaten Acara Tanggal
Pelaksanaan
Jumlah Peserta &
Panitia
Tempat penyelenggaraan
TIK Kulon Progo Sosialisasi
P2KTD dan
Rakor TIK
10 - 12 Oktober
2018
82 orang Hotel Ruba Graha
Yogyakarta
TIK Kulon Progo Evaluasi PID 10 – 11
Desember 2018
81 orang Hotel Grand Palace
Yogyakarta
TIK Gunungkidul Evaluasi
P2KTD
25 – 27
Desember 2018
86 orang Hotel Grand Palace
Yogyakarta
Berdasarkan ketentuan dalam Keputusan Dirjen PMD Nomor 37
tahun 2018 tentang Petunjuk Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi
TA 2018, diatur bahwa Sosialisasi/evaluasi P2KTD dan Rakor TIK
dilaksanakan selama dua hari efektif bertempat di ibukota
kabupaten atau tempat lain dalam kabupaten yang bersangkutan.
86
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Hal tersebut disebabkan hotel yang ada di Kulon Progo dan
Gunungkidul kurang memadai.
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang
diungkapkan dalam audit loan tersebut di atas telah diberikan
rekomendasi kepada pemangku kegiatan untuk ditindaklanjuti.
4. Verifikasi Tunggakan Tunjangan Kinerja Guru PNS dan CPNS
Verifikasi Tunggakan Tunjangan Kinerja Guru PNS dan CPNS di
Lingkungan Kantor Kementerian Agama Daerah Istimewa Yogyakarta
dilakukan untuk meyakinkan bahwa tunggakan tunjangan kinerja guru
PNS dan CPNS yang diajukan telah sesuai dengan peraturan terkait
sebagai dasar pembayaran tunjangan kinerja guru dan meyakinkan
kebenaran, keabsahan serta akibat yang timbul dari penggunaan surat
bukti mengenai hak tagih kepada negara serta mengidentifikasi kendala/
permasalahan yang terjadi dalam penyelesaian tunjangan kinerja guru.
Ruang lingkup verifikasi terbatas pada tunggakan tunjangan kinerja guru
PNS dan CPNS Madrasah periode November 2015 sampai dengan
Desember 2018 di lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Hasil verifikasi tunggakan tunjangan kinerja guru PNS dan CPNS
Madrasah di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Daerah
Istimewa Yogyakarta senilai Rp43.125.139.528 dengan diuraikan
sebagai berikut:
No Uraian Jumlah (Rp) Total
1. Tahun 2015
a. Jumlah tunggakan 2.737.084.100
b. Koreksi positif 92.463.178
c. Koreksi negatif (538.856.322)
d. Tunggakan hasil verifikasi
2.290.690.956
2. Tahun 2016
a. Jumlah data awal tunggakan 14.741.696.464
b. Koreksi Positif 516.820.560
c. Koreksi Negatif (2.801.025.124)
87
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Uraian Jumlah (Rp) Total
d. Tunggakan hasil verifikasi
12.457.491.900
3. Tahun 2017
a. Jumlah data awal tunggakan 13.987.969.126
b. Koreksi Positif 277.707.307
c. Koreksi Negatif (3.299.693.685)
d. Tunggakan hasil verifikasi
10.965.982.748
4. Tahun 2018
a. Jumlah data awal tunggakan 13.109.066.925
b. Koreksi Positif 6.888.547.520
c. Koreksi Negatif (2.586.640.521)
d. Tunggakan hasil verifikasi
17.410.973.924
5. Total Tahun 2015-2018
a. Jumlah data awal tunggakan 44.575.816.615
b. Jumlah koreksi positif 7.775.538.565
c. Jumlah koreksi negatif (9.226.215.652)
d. Jumlah total tunggakan hasil verifikasi
43.125.139.528
5. Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Evaluasi Lintas Sektoral Program
Peningkatan Ekspor Nasional pada Pemerintah Daerah D.I.
Yogyakarta Tahun 2019
Berdasarkan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan intern atas
Program Pengembangan Ekspor Nasional pada Pemerintah D.I.
Yogyakarta dapat kami simpulkan sebagai berikut:
a. Implementasi Pengembangan Ekspor Nasional di Daerah
1) Aspek Kebijakan Pengembangan Ekspor
Pemerintah D.l. Yogyakarta telah mempunyai kebijakan formal
terkait pengembangan produk ekspor yaitu berupa Keputusan
Gubernur tentang produk unggulan, sedangkan untuk kemudahan
di bidang investasi telah didukung dengan Perda tentang
pemberian Insentif dan Kemudahan Investasi khususnya bagi
UMKM. Disamping itu, telah ada kebijakan tentang
mekanisme/tatacara pembinaan dan pemberdayaan UKM/IKM
88
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
ber
berorientasi ekspor dan SOP mengenai proses/mekanisme
kegiatan pameran dagang dan promosi ekspor khususnya bagi
UKM/IKM untuk pengembangan pasar ekspor.
Namun demikian masih ada hal-hal terkait kebijakan yang dapat
mempengaruhi capaian kinerja ekspor yaitu:
a) Disharmoni kebijakan antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah antara Keputusan Gubernur Nomor 31
tahun 2015 dengan Permenperin Nomor 138/M-
IND/PER/10/2009 terkait produk unggulan daeran dan
industri unggulan daerah.
b) Disharmoni kebijakan dari pemerintah pusat seperti antara
UU No. 23 Tahun 2014 dengan UU No.20 Tahun 2008 serta
peraturan pelaksanaannya PP 17 Tahun 2013 terkait
pemberian hibah.
c) Kebijakan/regulasi formal yang belum ada yaitu:
(1) Regulasi formal mengenai standardisasi kualitas produk
ekspor khususnya bagi UKM/IKM untuk pengembangan
produk ekspor non migas.
(2) Regulasi formal mengenai proses/mekanisme kegiatan
fasilitasi kerjasama IKM/UKM berorientasi ekspor
dengan usaha besar, kadin, lembaga
pendidikan/penelitian dan asosiasi industri/profesi.
b. Aspek Implementasi Kebijakan Pengembangan Ekspor
1) Efektifitas Kelembagaan Ekspor
Pemerintah D.I. Yogyakarta telah memiliki atau menetapkan
kelembagaan ekspor yang secara jelas berwenang untuk
sinkronisasi dan efektivitas koordinasi program/kegiatan
pengembangan ekspor nasional/daerah secara terintegrasi baik
ditingkat provinsi maupun kabupaten. Namun tim pengembangan
ekspor dan investasi daerah (PEPIDA) sejak tahun 2009 sampai
saat dilaksanakan pemantauan tidak ada aktivitas (mati suri).
Rencananya akan direvitalisasi kembali untuk tahun 2020. Selama
ini pelaksanaannya masih bersifat sektoral.
89
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
2) Perencanaan dan Penganggaran Program/Kegiatan Ekspor
Pemerintah DI Yogyakarta telah mengakomodir program
pengembangan ekspor nasional yang ada di RPJMN ke dalam
RPJMD DIY, RKPD DIY, APBD DIY, RKA dan DPA. Disamping itu
Pemerintah D.I. Yogyakarta belum menetapkan rencana induk
pengembangan industri daerah (RIPIDA).
3) Pelaksanaan Program/Kegiatan Pengembangan Ekspor
Pemerintah D.l. Yogyakarta telah melaksanakan kegiatan
pengembangan ekspor seperti fasilitasi pelayanan HAKI, temu
bisnis, pendampingan standarisasi mutu produk, pendampingan
sertifikasi produk, bantuan modal dana bergulir, optimalisasi
pembiayaan bagi UMKM, pelatihan ekspor, revitalisasi
pengolahan industri berbasis agro, pameran dagang dalam dan
luar negeri, penguatan kapasitas kemitraan dengan usaha besar,
penghargaan kepada UKM/IKM ekspor.
Namun demikian masih terdapat hal-hal yang perlu mendapat
perhatian lebih lanjut yaitu:
- Akses permodalan bagi UKM/IKM masih rendah karena
peran pemerintah terkait permodalan belum optimal;
- Belum semua pelaku usaha UKM/IKM berorientasi ekspor;
- Pengembangan Fasilitas pengolahan industri di kawasan
industri belum memadai;
- Kegiatan pameran dagang dan promosi ekspor, khususnya
untuk produk UKM/IKM masih bersifat sektoral dan belum
terintegrasi, sehingga belum optimal dalam mendukung
kegiatan promosi ekspor nasional;
- Kurangnya tingkat apresiasi maupun penghargaan
terhadap inovasi produk industri dalam negeri yang
berorientasi ekspor;
- Kualitas dan kuantitas pelayanan informasi ekspor,
khususnya kepada pelaku usaha ekspor UKM/IKM belum
memadai;
- Kualitas promosi dan kelembagaan ekspor dalam rangka
90
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
mendorong peningkatan ekspor non migas kurang optimal.
4) Penatausahaan dan Pelaporan Program/Kegiatan Ekspor
Pemda D.I. Yogyakarta belum memiliki/menyelenggarakan sistem
informasi (database) terkait informasi ekspor (produk ekspor,
pelaku ekspor, pasar ekspor) secara akurat dan update.
5) Monitoring dan Evaluasi Program/Kegiatan Ekspor
Monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan terkait
program pengembangan ekspor telah dilakukan oleh dinas
perindustrian dan perdagangan (Diperindag) selaku SKPD
pengampu program. Namun untuk evaluasi terpisah atas
program/kegiatan pengembangan ekspor oleh APIP belum
dilaksanakan.
Hasil pemantauan tindak lanjut evaluasi lintas sektoral program peningkatan
ekspor nasional menunjukkan bahwa dari 17 rekomendasi atas 17
permasalahan, sebanyak 11 rekomendasi telah ditindaklanjuti dengan tuntas,
dan enam rekomendasi belum tuntas tindak lanjutnya (masih dalam proses).
6. Audit Tujuan Tertentu atas Dana Jaminan Sosial (DJS) Tahun 2018
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pengelolaan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan Tahun 2018 di Daerah
Istimewa Yogyakarta diselenggarakan oleh satu Kantor Divisi Regional yang
membawahi Kantor Cabang BPJS Kesehatan Yogyakarta dan Kantor
Cabang Sleman, yang bekerja sama dengan dengan 388 Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan 66 Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL).
Jumlah peserta BPJS Kesehatan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak
3.195.298 orang dengan jumlah penerimaan iuran pada tahun 2018 sebesar
Rp780.805.514.013,00.
Nilai klaim (INA CBGs dan Non INA CBGs) dari 66 FKRTL di Daerah
Istimewa Yogyakarta yang telah dibebankan kepada BPJS Kesehatan tahun
2018 adalah sebesar Rp2.263.030.659.747,00 dan telah dibayarkan tahun
2018 sebesar Rp1.957.636.999.039,00 sehingga masih terdapat hutang
BPJS Kesehatan sebesar Rp305.393.660.708,00.
91
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Nilai pembayaran kapitasi tahun 2018 dari BPJS Kesehatan kepada 388
FKTP di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebesar
Rp239.244.706.895,00.
Nilai klaim Non Kapitasi dari 388 FKTP di Daerah Istimewa Yogyakarta yang
telah dibebankan kepada BPJS Kesehatan tahun 2018 adalah sebesar
Rp30.844.325.747,00 dan telah dibayarkan tahun 2018 sebesar
Rp30.844.325.747,00.
Kelemahan atas tata kelola, manajemen risiko, dan pengendalian intern
dalam pengelolaan aset Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan dan Aset
Dana BPJS Kesehatan Tahun 2018 adalah sebagai berikut:
a. Sistem IT yang terkait sistem kepesertaan, sistem manajemen iuran dan
penagihan piutang, dan sistem pembayaran manfaat atau pembiayaan
layanan jaminan kesehatan di BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) belum memadai dengan masih
dijumpainya kepesertaan bermasalah yang berdampak pada
pembayaran iuran dan masih dijumpainya klaim missread, klaim ganda,
klaim fiktif dan fraud lainnya seperti manipulasi kelas perawatan dan SIP
dokter yang telah kadaluarsa. Hal tersebut antara lain disebabkan belum
berfungsinya tim pencegahan kecurangan dan belum diterapkannya
pedoman dan kebijakan fraud secara optimal.
b. Pelaksanaan strategic purchasing pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama dan penerapan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan
komitmen pelayanan telah cukup memadai, namun masih dijumpai
adanya peserta PBI APBD yang tercantum dalam SK Bupati/Walikota
tentang Penetapan PBI dalam status meninggal dan ganda, namun
masih aktif dalam kepesertaan yang berpengaruh pada besaran
pembayaran kapitasi dan penerapan KBK untuk dokter praktek
perorangan yang belum berpengaruh pada pembayaran yang
bertentangandengan tujuan dari penerapan KBK.
c. Penggunaan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan untuk Dana
Operasional Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Tahun
2018 telah memadai yang ditunjukkan tidak diijumpainya penerimaan
dan penggunaan dana operasional diluar ketentuan yang berlaku.
92
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Berdasarkan ATT DJS oleh BPJS di Wilayah D.I. Yogyakarta, dijumpai
permasalahan sebagai berikut:
a. Sistem IT yang terkait sistem kepesertaan, sistem manajemen iuran dan
penagihan piutang, dan sistem pembayaran manfaat atau pembiayaan
layanan jaminan kesehatan di BPJS Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
1) Audit Tahap 1
Terdapat klaim ganda pada dua rumah sakit yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran klaim pada RSUD Wonosari sebesar
Rp277.500,00 dan RS Mata Dr. YAP sebesar Rp448.200,00.
Permasalahan tersebut bertentangan dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016 tentang Pedoman Indonesian
Case Base Groups (INA-CBGs) dalam pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional.
Kondisi di atas disebabkan kurang cermatnya verifikator di dalam
memverifikasi kejadian yang merupakan satu episode dan
kelemahan dari sistem fraud rumah sakit yang belum dapat
mengidentifikasi kejadian episode rawat jalan yang tidak dapat
dilaksanakan dalam satu hari pelayanan.
2) Audit Tahap 2
a) Terdapat data kepesertaan bermasalah yaitu
(1). Terdapat kepesertaan ganda hasil cleansing BPJS
Kesehatan KC Yogyakarta pada Desember 2018, dan
baru dilakukan penonaktifan di tahun 2019 dan terdapat
peserta meninggal dimana status kepesertaan di BPJS
Kantor Cabang Yogyakarta merupakan peserta aktif.
Permasalahan tersebut diatas disebabkan antara lain:
- Kurangnya koordinasi BPJS Kesehatan KC
Yogyakarta dengan Instansi terkait seperti Dinas
Kesehatan, Dinas Sosial dan Dukcapil serta badan
usaha terkait dengan jumlah peserta JKN. Koordinasi
dengan Dukcapil dalam tahun 2018 baru dilakukan di
Kabupaten Gunungkidul.
93
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
- Kurang intensifnya BPJS Kesehatan KC Yogyakarta
untuk berkoordinasi dengan pihak rumah sakit di
wilayah KC Yogyakarta untuk menginformasikan
peserta JKN yang telah meninggal di rumah sakit dan
menginputkan data meninggal ke dalam V-klaim.
Permasalahan tersebut berdampak pada pembayaran
iuran dan kapitasi karena mendasarkan pada data yang
tidak valid.
(2). Terdapat Peserta PBI APBD pada BPJS Kesehatan KC
Yogyakarta sebanyak 14.340 peserta yang telah
meninggal namun dalam SK Bupati/Walikota masih
terdaftar aktif sebagai peserta BPJS.
Kondisi tersebut disebabkan tidak ada laporan dari
keluarga peserta yang meninggal kepada BPJS
Kesehatan dan pada saat dilakukan rekonsiliasi antara
BPJS Kesehatan dengan Pemda mengenai data
kepesertaan tidak melibatkan Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota.
Akibatnya terdapat potensi kepesertaan yang tidak layak
untuk mendapatkan pelayanan terdapat kelebihan
pembayaran iuran sebesar Rp329.820.000,00 dan
kelebihan pembayaran kapitasi sebesar Rp60.711.690,00.
(3). Terdapat kepesertaan ganda BPJS KC Yogyakarta dalam
SK Bupati/Walikota tentang PBI APBD sebanyak 4.043
peserta.
Kondisi tersebut disebabkan kelalaian tim penyusun SK
Bupati/Walikota tentang PBI APBD dan belum optimalnya
rekonsiliasi antara BPJS dengan Pemda (Dinas Sosial
dan Dinas Kesehatan).
Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran iuran sebesar
Rp92.989.000,00 dan kelebihan pembayaran kapitasi
sebesar Rp22.840.595,00.
94
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
(4). Terdapat Peserta PBI yang telah meninggal masih
terdaftar aktif sebagai peserta di BPJS Kesehatan Cabang
Sleman sebanyak 3.200 peserta.
Kondisi tersebut disebabkan :
- Tidak ada laporan dari keluarga peserta yang
meninggal kepada BPJS Kesehatan.
- Pada saat dilakukan rekonsiliasi antara BPJS
Kesehatan dengan Pemda mengenai data kepesertaan
tidak melibatkan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten.
Akibatnya terdapat potensi kepesertaan yang tidak layak
mendapatkan pelayanan dan kelebihan pembayaran iuran
sebesar Rp614.652.000,00.
(5). Terdapat kepesertaan ganda dalam SK Bupati Sleman
dan Kulon Progo tentang PBI APBD dan SK Bupati
Sleman tentang PBPU pada BPJS KC Sleman sebanyak
3.097 peserta.
Kondisi tersebut disebabkan kelalaian tim penyusun SK
Bupati yang berdampak pada kelebihan pembayaran
premi sebesar Rp.72.706.000,00.
(6). Terdapat peserta dalam SK Bupati Sleman dan Kulon
Progo tentang PBI APBD yang berstatus non aktif di BPJS
Kesehatan KC Sleman sebanyak 6.831 peserta dan tidak
ditemukan namanya dalam data kepesertaan BPJS
sebanyak 5.534 peserta.
Kondisi tersebut disebabkan proses rekonsiliasi antara
Pemda dan BPJS Kesehatan cabang Sleman tidak
dilakukan dengan akurat.
Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran premi dari
Pemda kepada BPJS Kesehatan selama tahun 2018
sebesar Rp 284.395.000,00.
(7). Terdapat peserta yang telah pindah keluar daerah namun
tetap masuk dalam SK Bupati tentang PBI APBD Sleman
95
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
dan Kulon Progo dan SK PBPU Kabupaten Sleman
sebanyak 669 peserta, sehingga terdapat kelebihan
pembayaran premi sebesar Rp133.253.000,00.
(8). Terdapat peserta yang masuk sebagai peserta PBI APBD
Kabupaten Sleman akan tetapi terdaftar juga ssebagai
peserta PBPU Kabupaten Sleman sebanyak 59 orang.
Akibatnya terdapat potensi kelebihan pembayaran premi
dari Pemda Sleman ke BPJS Kesehatan selama tahun
2018 sebesar Rp 1.504.500,00.
b) Terdapat Klaim ganda pada 14 rumah sakit dengan jumlah
kasus sebanyak 475 dengan nilai temuan sebesar
Rp100.173.100,00 dimana sebesar Rp98.921.900,00 telah
dibayarkan oleh BPJS per 31 Desember 2018.
Kondisi tersebut disebabkan kurang telitinya petugas verifikasi
pada BPJS Kesehatan Kantor Cabang Yogyakarta dan Kantor
Cabang Sleman. Akibatnya terdapat kelebihan klaim INA
CBGs selama tahun 2018 sebesar Rp100.173.100,00 dimana
senilai Rp98.921.900,00 sudah dibayar oleh BPJS kepada
rumah sakit sampai dengan tanggal 31 Desember 2018.
c) Terdapat klaim atas perawatan non kelas namun diklaimkan
dikelas perawatan di atas kelas tiga yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran klaim pada 23 rumah sakit dengan
jumlah kasus sebanyak 642 dengan nilai klaim sebesar
Rp587.346.300,00 dan telah dibayarkan sampai dengan 31
Desember 2018 sebesar Rp582.655.400,00.
Kondisi tersebut disebabkan kurangnya sosialisasi terkait
peraturan yang ada serta perbedaan pemahaman dalam
mensikapi Surat Edaran Menteri Kesehatan Nomor
HK.03.03/MENKES/518/2016.
Akibatnya, terdapat kelebihan klaim INA CBGs sebesar
Rp587.346.300,00 dimana sampai dengan tanggal 31
Desember 2018 dari jumlah klaim tersebut sebesar
Rp582.655.400,00 telah dilakukan pembayaran.
96
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
d) Terdapat Klaim Fiktif, yaitu
(1) Terdapat klaim fiktif atas pelayanan operasi yang batal
dilakukan dan dirujuk pada rumah sakit lain, diklaim
dengan kode tindakan operasi pada RSKB Adelia yang
mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar
Rp7.185.800,00.
Kondisi tersebut disebabkan kesengajaan rumah sakit dan
pengujian Verifikator BPJS hanya menggunakan dokumen
formal yang diajukan rumah sakit. Akibatnya terdapat
kelebihan pembayaran klaim kepada rumah sakit tersebut
sebesar Rp7.185.800,00.
(2) Terdapat pengajuan klaim fiktif atas pelayanan yang tidak
dilakukan pada RSKIA PKU Muhamadiyah Kotagede
sebesar Rp190.400,00.
Permasalahan tersebut terjadi karena sistem V-Klaim
untuk pelayanan rawat jalan saat itu belum bisa mengunci
tanggal sehingga bisa dimajukan serta adanya
kesengajaan dari pihak rumah sakit untuk memundurkan
tanggal untuk menghidari pelayanan satu episiode untuk
rawat jalan dan rawat inapnya dengan tujuan agar dapat
lolos verifikasi. Pada saat audit berlangsung aplikasi
V-Klaim telah dilakukan update sehingga sudah dapat
mengunci hal tersebut.
Kondisi tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran
klaim yang sebesar Rp190.400,00 atas pelayanan yang
tidak diberikan.
e) Terdapat dokter yang melakukan pelayanan pada saat Surat
Ijin Praktek (SIP) telah habis masa berlakunya pada dua
rumah sakit dengan nilai klaim sebesar Rp82.729.000,00.
Hal ini disebabkan ketidaktelitian rumah sakit dalam
mengelola data sumber daya manusia dan verifikator BPJS
dalam memverifikasi klaim serta kelemahan dari sistem di
97
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
BPJ
BPJS yang belum sepenuhnya bisa mendeteksi adanya SIP
yang telah kadaluarsa.
Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran klaim sebesar
Rp82.729.000,00.
f) Terdapat pembayaran klaim atas pelayanan yang tidak sesuai
Kelas Perawatannya pada Rumah Sakit Ludira Husada Tama
dengan nilai klaim sebesar Rp1.876.900,00.
Kondisi tersebut disebabkan kurangnya pemahaman petugas
coding rumah sakit dan kurang telitinya Verifikator BPJS.
Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran klaim kepada RS
Ludira Husada Tama sebesar Rp1.876.900,00.
g) Terdapat klaim atas perawatan rawat inap kurang dari enam
jam dan dirujuk, namun ditagihkan dengan episode rawat inap
pada Rumah Sakit Ludira Husada Tama yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran Klaim sebesar Rp242.800,00.
Kondisi tersebut disebabkan kurang telitinya petugas coding
Rumah Sakit dan Verifikator BPJS. Akibatnya terdapat
kelebihan pembayaran klaim kepada RS Ludira Husada
sebesar Rp242.800,00.
h) Terdapat Klaim Missread, yaitu
(1) Terdapat pengajuan klaim atas resume medis yang sama,
namun dikoding dengan kode INA CBGs yang berbeda
pada Rumah Sakit Permata Husada .
Seharusnya berdasarkan kondisi pasien dengan keluhan
medis yang sama dan prosedur yang dilakukan sama,
dikoding dengan kode INACBGs yang sama.
Hal tersebut disebabkan kelalaian fihak rumah sakit dan
kurang cermatnya verifikator BPJS yang mengakibatkan
kelebihan pembayaran sebesar Rp2.147.000,00.
(2) Pembayaran Klaim atas Diagnosa yang tidak dilakukan
prosedur penanganannya pada tiga rumah sakit dengan
nilai kelebihan klaim sebesar Rp13.231.000,00.
98
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Seharusnya kode diagnosa yang dicantumkan dalam
klaim sesuai dengan resume medis yang dibuat oleh
dokter yang merawat.
Kondisi tersebut disebabkan kurang telitinya petugas
coding Rumah Sakit dan Verifikator BPJS.
Akibatnya terdapat kelebihan pembayaran klaim kepada
Rumah Sakit tersebut sebesar Rp13.231.000,00.
i) Terdapat pembayaran klaim atas pelayanan yang tidak sesuai
Kelas Perawatannya pada lima rumah sakit dengan jumlah
kasusu sebanyak 21 kasus dengan nilai klaim sebesar
Rp10.571.800,00.
Kondisi tersebut disebabkan kurang telitinya petugas coding
Rumah Sakit dan Verifikator BPJS. Akibatnya terdapat
kelebihan pembayaran klaim kepada Rumah Sakit tersebut
sebesar Rp10.571.800,00.
j) Cakupan presentase penduduk yang menjadi peserta jaminan
kesehatan di Wilayah Cabang Sleman belum mencapai
cakupan minimal 95%.
Cakupan presentase penduduk yang menjadi peserta jaminan
kesehatan per 31 Desember 2019 di Wilayah Cabang Sleman
baru mencapai 93,29%, hal ini disebabkan kurangnya
koordinasi yang intens antara pihak BPJS Kesehatan Cabang
Sleman untuk meyakinkan pihak Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo terkait JKN dengan implementasi jaminan kesehatan
yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Kulon
Progo.
k) Badan usaha yang ada di wilayah D.I. Yogyakarta belum
seluruhnya bekerjasama dengan BPJS.
Badan Usaha yang belum bekerjasama dengan BPJS
sebanyak 717 terdiri BPJS Cabang Sleman sebanyak 86 unit
dan BPJS Cabang Yogyakarta 631 unit.
l) Penerimaan Iuran Peserta Penerima Upah Badan Usaha
(PPU BU) Lebih Rendah dari yang Seharusnya.
99
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Terdapat tujuh badan usaha yang belum menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPJS Kesehatan Cabang Sleman dengan
memperbarui data mengenai jumlah pekerja dan atau jumlah
penghasilan pekerjanya sesuai hasil pemeriksaan sehingga
terdapat potensi pekerja yang belum dilaporkan sebanyak
2.762 pekerja dan iuran peserta dari PBPU yang belum dapat
diterima oleh BPJS Kesehatan Cabang Sleman sekurang-
kurangnya sebesar Rp172.841.969,00.
m) Terdapat denda yang belum dibayarkan oleh BPJS Cabang
Sleman sebesar Rp1.087.487.665,00 dan potensi denda yang
harus dibayar karena tagihan pada Bulan November dan
Desember Tahun 2018 di RSUP Dr. Sardjito senilai
Rp1,021.641.212,00 dan RS PKU Muhammadiyah Gamping
sebesar Rp52.067.110,00.
n) Terdapat data klaim di luar kapitasi, obat RJTL CBGs dan
RITL CBGs, non kapitasi non CBGs dan promotif preventif
sebesar Rp64.176.998.418,00 yang belum termasuk dalam
rekapitulasi klaim yang telah dibayarkan pada tahun 2018 di
BPJS Cabang Sleman.
o) Pengajuan klaim manfaat kesehatan rumah sakit ke BPJS
kesehatan KC Yogyakarta pada tahun 2018 terlambat yaitu
melebihi ketentuan dalam peraturan BPJS Nomor 3 Tahun
2017 baik pembayaran klaim RITL dan RJTL maupun
pengajuan klaim obat, ambulan dan alkes.
Penyebab keterlambatan karena keterbatasan sistem V-Klaim
yang masih dalam proses updating, adanya proses migrasi
data yang membutuhkan waktu 1 bulan, keterbatasan SDM
baik dirumah sakit dan BPJS. Keterlambatan pengajuan klaim
menyebabkan kerugian pihak rumah sakit yang tidak dapat
memanfaatkan biaya klaim untuk operasional rumah sakit.
p) Penanganan kasus pengajuan klaim yang dinyatakan pending
dan dispute oleh BPJS belum optimal.
100
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Kondisi tersebut disebabkan adanya ketidakjelasan penyebab
keterangan pending dan kurang komunikasi serta koordinasi
antara verifikator BPJS dengan pihak rumah sakit disamping
faktor SDM yang belum dapat menyelesaikan permasalahan
yang dikonfirmasikan oleh verifikator BPJS.
q) Pelaksanaan vedika di rumah sakit belum efektif.
Kondisi tersebut mengakibatkan pelaksanaan vedika belum
mampu memberikan informasi yang akurat tentang jumlah
pelayanan kesehatan seperti adanya keterlambatan
pengajuan klaim dan kesalahan inputing data dalam aplikasi
e-Klaim.
r) Terdapat hasil audit internal BPJS ke Rumah Sakit PKU
Muhamadiyah Bantul yang belum jelas tindak lanjutnya.
Penyelesaian tindak lanjut hasil audit klaim hanya dilakukan
via telepon tanpa ada pemberitahuan secara resmi kepada
pihak rumah sakit.
s) Terdapat keterlambatan pembayaran klaim rumah sakit oleh
BPJS KC Sleman yang mengharuskan pembayaran denda
keterlambatan sebesar Rp2.900.709.957,00.
Kondisi tersebut disebabkan adanya kelemahan sistem yang
berlaku (vedika), ketidaksiapan SDM dan kecukupan finansial
di BPJS yang mengakibatkan kerugian BPJS atas denda yang
dibayarkan dan bagi rumah sakit keterlambatan tersebut dapt
mengganggu operational rumah sakit.
t) Penggunaan manfaat biaya kapitasi di FKTP masih sangat
rendah sebesar 43% dari total peserta.
Kondisi tersebut tidak selaras dengan kebijakan penggunaan
kapitasi dalam Permenkes Nomor 21 tahun 2016 yang
menyatakan sekurang-kurangnya 60% digunakan untuk jasa
pelayanan, dan sisanya untuk biaya operasional. Hal tersebut
berdampak pada nilai manfaat yang diterima peserta tidak
sebanding dengan biaya kapitasi yang dibayarkan oleh BPJS
karena lebih banyak digunakan untuk jasa pelayanan.
101
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
u) Kebijakan pembayaran iuran peserta PBI perlu ditinjau
kembali.
Jumlah peserta PBI di KC Yogyakarta sebanyak 66,02% dari
total peserta. Disamping terdapat tunggakan iuran sebesar
18% dari total pendapatan, peserta PBPU didominasi oleh
masyarakat ekonomi lemah terbawah dengan kemampuan
keuangan yang rendah dan berpotensi memiliki risiko tinggi
terhadap penyakit.
Kondisi tersebut terkait dengan kebijakan pembayaran iuran di
Perpres Nomor 111 Tahun 2013 dimana iuran PBI sebesar
Rp23.000,00 per orang per bulan dan iuran untuk PBPU
Rp25.500,00 per orang per bulan.
Hal tersebut mengakibatkan kemampuan finansial BPJS KC
Yogyakarta menjadi lebih rendah minimal sebesar
Rp40.572.450.000,00 untuk KC Yogyakarta.
v) Kepesertaan
Terdapat tujuh Badan Usaha yang melaporkan jumlah
pegawainya lebih rendah dari yang seharusnya berdasarkan
hasil penegakan kepatuhan kepesertaan BPJS Kesehatan
Kantor Cabang Yogyakarta
Permasalahan tersebut terjadi sebagian besar disebabkan:
- Fakor SDM dimana pegawai yang bekerja di badan usaha
sudah terdaftar di peserta PBI dan sebagian berasal dari
peserta mandiri yang menunggak dan badan usaha belum
bisa mendaftarkan kembali terhadap pegawai yang
bersangkutan.
- Belum optimalnya pelaksanaan edukasi kepada pekerja
oleh BPJS serta koordinasi dengan pengawas
ketenagakerjaan dan Dinas Tenaga Kerja.
Permasalahan tersebut berdampak pada jumlah kepesertaan
dari segmen PPU BU yang berpengaruh pada capaian target
UHC dan hilangnya potensi penerimaan iuran dari peserta
PPU BU.
102
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
w) Pelaksanaan strategic purchasing pada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (FKTP).
1) Penerapan kapitasi berbasis Komitmen pada dokter
Praktek Perorangan dalam meningkatkan efisiensi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan tidak berjalan
sebagaimana mestinya karena adanya kebijakan
Peraturan Bersama antara Menteri Kesehatan dengan
Direktur BPJS No 2 Tahun 2017, penilaian KBK
khususnya untuk Dokter Praktek Mandiri tidak
mempengaruhi pembayaran kapitasi karena penafsiran
atas kebijakan tersebut bahwa praktek dokter perorangan
menggunakan tarif tunggal disamakan dengan tarif
minimal.
Akibatnya pembayaran kapitasi dokter praktek mandiri
pada Kantor Cabang Yogyakarta yang angka KBKnya
tidak tercapai pada tahun 2018 terjadi ketidakefisienan
biaya kapitasi sekurang-kurangnya sebesar
Rp184.816.800,00 untuk Kantor Cabang Yogyakarta dan
sebesar Rp436.558.600,00 untuk Kantor Cabang Sleman.
2) Terdapat rujukan non spesialistik yang tidak sesuai
dengan kebutuhan sebanyak 5 kasus dengan nilai klaim
sebesar Rp1.480.400,00 yang seharusnya dapat selesai
di FKTP sesuai dengan kesepakatan dengan BPJS tetapi
dirujuk ke FKRTL tanpa ada catatan khusus dan di FKRTL
kondisi pasien hanya melakukan pelayanan rawat jalan.
Hal tersebut berdampak pada ketidakefisienan
pembayaran kapitasi dan biaya manfaat pelayanan
kesehatan.
x) Penggunaan aset Dana Jaminan Sosial Kesehatan untuk
Dana operasional penyelenggaraan program Jaminan
Kesehatan sebagaimana dimaksud Pasal 21 ayat (1) poin b
Peraturan Pemerintah Nomor 87 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Aset Jaminan Sosial Kesehatan.
103
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Atas permasalahan tersebut di atas telah diberikan rekomendasi kepada
pemangku kepentingan untuk menindaklanjuti.
7. Implementasi Aplikasi Sistem Informasi Keuangan Desa (Siskeudes)
versi 2.0.
Untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa, Kementerian Dalam
Negeri dengan dukungan BPKP telah mengembangkan aplikasi Sistem
Informasi Keuangan Desa (Siskeudes). Penerapan aplikasi Siskeudes pada
seluruh pemerintah desa diharapkan akan mempercepat proses
perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, serta
pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan desa. Direktorat Jenderal
Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan
Surat Edaran Nomor 143/8350/BPD tanggal 27 November 2015 tentang
Aplikasi Pengelolaan Keuangan Desa yang meminta seluruh gubernur dan
bupati/walikota untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi
penerapan/pemanfaatan aplikasi Siskeudes dalam pengelolaan keuangan
desa sebagai upaya untuk meningkatkan transparansi, efektivitas dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan desa. Sistem Informasi Keuangan Desa
(Siskeudes) terus dikembangkan oleh BPKP, dan terakhir telah dikeluarkan
versi 2.0 yang menyempurnakan seluruh sistem yang disesuaikan dengan
Permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.
Sampai dengan semester I tahun 2019, empat kabupaten di lingkungan
Pemerintah D.I. Yogyakarta telah mengimplementasikan secara penuh
aplikasi Siskeudes dalam pengelolaan keuangan desa, dan secara bertahap
dan pararel akan menyesuaikan penggunaan aplikasi Siskeudes dengan
versi 2.0. Tahapan yang telah dilakukan oleh masing-masing kabupaten
sampai dengan 30 Juni 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:
No Nama
Kabupaten ∑ Desa
Rekapitulasi Data Monitoring
Sosialisasi Pelatihan/Bimtek/Works
hop
Implementasi Secara Penuh
Sdh/ Blm
∑ Desa
Sdh/ Blm
∑ Desa
Sdh/ Blm
∑ Desa
%
1 Sleman 86 Sdh 86 Sdh 86 Sdh 86 100 2 Bantul 75 Sdh 75 Sdh 75 Sdh 75 100
104
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
No Nama
Kabupaten ∑ Desa
Rekapitulasi Data Monitoring
Sosialisasi Pelatihan/Bimtek/Works
hop
Implementasi Secara Penuh
Sdh/ Blm
∑ Desa
Sdh/ Blm
∑ Desa
Sdh/ Blm
∑ Desa
%
3 Kulon Progo 87 Sdh 87 Sdh 87 Sdh 87 100 4 Gunungkidul 144 Sdh 144 Sdh 144 Sdh 144 100
Jumlah 392 392 392 392 100
Guna mempercepat penerapan aplikasi Siskeudes, Perwakilan BPKP D.I.
Yogyakarta telah melaksanakan beberapa kegiatan bimbingan teknis,
sebagai narasumber pelatihan aplikasi Siskeudes, dan konsultasi
pengelolaan keuangan desa. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan
memberikan pemahaman tentang pengelolaan keuangan desa berdasarkan
peraturan perundangan yang berlaku dengan melatih aparat desa,
pendamping desa, dan staf kecamatan mengenai tata cara penatausahaan
dan pembukuan serta pelaporan keuangan desa dengan menggunakan
aplikasi Siskeudes serta memecahkan permasalahan penatausahaan yang
dihadapi oleh desa.
Selama semester I tahun 2019, kegiatan bimbingan teknis, pelatihan dan
konsultasi yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas tata kelola
keuangan desa adalah:
a. Bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa pada Camat/Aparatur
Kecamatan se Kabupaten Bantul.
b. Bimbingan teknis pengelolaan keuangan desa pada seluruh perangkat
desa se Kabupaten Bantul.
Selain melakukan bimbingan teknis, pelatihan dan konsultasi, Perwakilan
BPKP DIY juga membuat video tutorial dan infografis aplikasi Siskuedes
yang memberikan panduan praktis tentang tata cara penerapan aplikasi
Siskeudes dan pengelolaan dana desa.
Beberapa hal yang menjadi hambatan dalam penerapan aplikasi Siskeudes
antara lain:
a. Pimpinan daerah kurang optimal dalam mengkoordinasikan dan
memfasilitasi penerapan/pemanfaatan aplikasi Siskeudes dalam
pengelolaan keuangan desa sebagai upaya untuk meningkatkan
transparansi, efektivitas dan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa,
105
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
b. Kurangnya pelatihan pengelolaan keuangan desa yang diselenggarakan
oleh pemerintah kabupaten bagi aparat desa dan pengelola keuangan di
desa,
c. Kurangnya SDM aparat desa dan pengelola keuangan di desa yang
memiliki keahlian di bidang pengelolaan keuangan.
8. Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan BUMN/BUMD/BLUD
Untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan BLUD/BUMD, Perwakilan
BPKP DIY telah melaksanakan kegiatan bimbingan dan konsultansi
peningkatan kualitas pelaporan keuangan BLUD menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) BLUD yang dikembangkan oleh BPKP.
Bimbingan dan konsultasi dilaksanakan pada pemerintah Kota Yogyakarta
dengan kegiatan narasumber pendampingan penyusunan laporan keuangan
BLUD melalui aplikasi SIA BLUD pada UPT Dinas Kesehatan dan UPT
lainnya di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta.
Beberapa kelemahan yang masih dijumpai dalam upaya peningkatan
kualitas laporan keuangan antara lain:
a. Kelemahan/keterbatasan personil dalam melakukan input transaksi
keuangan BLUD.
b. Lambatnya perolehan data aset karena masih dalam proses rekonsiliasi.
c. Lambatnya perolehan data persediaan pada beberapa UPT Dinas
Kesehatan Kota Yogyakarta.
d. Kegagalan menu posting pada aplikasi yang menyebabkan perbedaan
nilai piutang pada laporan mutasi piutang dengan neraca.
e. Kesalahan posting pada Belanja Modal sehingga aset tetap tidak sama
dengan Belanja Modalnya.
f. Kesalahan memasukkan saldo awal sehingga surplus/defisit tahun
berjalan pada neraca tidak sama dengan laporan operasional.
9. Penguatan Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Daerah
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang mampu berperan secara
efektif akan mendorong terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih.
Agar berperan efektif, APIP sekurang-kurangnya harus mampu:
106
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
a. Memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan,
efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan penyelenggaraan tugas dan
fungsi instansi pemerintah;
b. Memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen
risiko dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah;
c. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan
tugas dan fungsi instansi pemerintah.
Peran efektif tersebut dapat diwujudkan apabila APIP sekurang-kurangnya
berada pada level 3 (integrated). Enam APIP di Daerah Istimewa Yogyakarta
sudah berada pada level 3 dengan catatan perbaikan sebagaimana dapat
dilihat pada Tabel di bawah.
Leveling Kapabilitas APIP
di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
s.d. Semester I Tahun 2019
No Inspektorat Level
2016
Level
2017
Level
2018
Level
2019
1. Daerah Istimewa Yogyakarta 2 3* 3* 3 2. Kota Yogyakarta 2* 2 3* 3* 3. Kabupaten Bantul 2 3* 3* 3* 4. Kabupaten Sleman 2* 3* 3* 3 5. Kabupaten Kulon Progo 2* 2* 3* 3* 6. Kabupaten Gunungkidul 2* 3* 3* 3*
*dengan catatan perbaikan
Sumber : Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Secara umum, permasalahan yang dihadapi Inspektorat yang berada pada
level 3 dengan catatan perbaikan adalah :
a. Kebutuhan jumlah dan kualitas SDM Inspektorat belum sepenuhnya
dapat terpenuhi, sementara jumlah target kegiatan pengawasan cukup
banyak sehingga Inspektorat mengalami kendala dalam mencapai hasil
pengawasan yang berkualitas;
b. Kebutuhan jumlah anggaran untuk kegiatan pengawasan dan kegiatan
peningkatan kompetensi SDM Inspektorat belum sepenuhnya dapat
terpenuhi;
c. Perencanaan kegiatan pengawasan tahunan (PKPT) belum disusun
berbasis risiko;
107
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
d. Inspektorat belum memiliki dan melaksanakan program peningkatan
kapabilitas individu dan profesionalisme dalam pelaksanaan
pengawasan.
Dalam rangka mendorong peningkatan kapabilitas APIP, Perwakilan BPKP
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam semester I tahun 2019 telah
melaksanakan kegiatan berupa :
a. Bimbingan teknis peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kota
Yogyakarta, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul dan kabupaten
Gunungkidul.
b. Evaluasi peningkatan kapabilitas APIP pada Inspektorat Kabupaten
Bantul dan Kulon Progo.
10. Penguatan Tata Kelola Pemerintah dan Korporasi
Penguatan tata kelola Pemerintah dan Korporasi dilaksanakan dalam rangka
mengimplementasikan Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Sebagai pembina
penyelenggaraan SPIP, BPKP mendorong penerapan SPIP di lingkungan
kementerian/lembaga dan pemerintah daerah melalui berbagai kegiatan di
bawah ini.
a. Peningkatan Kematangan/Maturitas Penyelenggaraan SPIP.
Kualitas penyelenggaraan SPIP pada pemerintah daerah diukur dengan
menggunakan tingkat kematangan/maturitas penyelenggaraan SPIP
yang penilaiannya berdasarkan pada keberadaan sistem pengendalian
intern yang telah dibangun oleh instansi pemerintah.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019 telah menetapkan target indikator pembangunan bidang
aparatur negara dan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang
baik, yang salah satu diantaranya adalah “implementasi penyelenggaraan
SPIP berupa Tingkat Maturitas SPIP berada pada Level 3 dalam tahun
2019 sebesar 85%”.
108
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Sampai dengan akhir semester I tahun 2019, dari enam pemerintah
daerah di wilayah DIY telah berada pada level 3 menuju 4 (terdefinisi)
sebagaimana tabel berikut:
No Pemerintah Daerah Skor
Maturitas SPIP
Kategori
1 Daerah Istimewa Yogyakarta 3,39 Terdefinisi 2 Kota Yogyakarta 3,33 Terdefinisi 3 Kabupaten Bantul 3,17 Terdefinisi 4 Kabupaten Sleman 3,28 Terdefinisi 5 Kabupaten Kulon Progo 3,20 Terdefinisi 6 Pemerintah Kabupaten Gunungkidul 3,08 Terdefinisi
Sumber: Database Hasil Pengawasan Perwakilan BPKP DIY
Kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan SPIP
pada pemerintah daerah yang telah terlaksana selama semester I tahun
2019 adalah:
a. Reviu atas hasil penilaian maturitas SPIP pada pemerintah provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Sleman;
b. Bimbingan teknis self assessment penilaian maturitas SPIP pada
pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
c. Bimbingan teknis E-SPIP pada pemerintah Kabupaten Kulon Progo
dan Pemerintah Kota Yogyakarta.
d. Bimbingan teknis peningkatan implementasi SPIP level 3 pada
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Semakin meningkatnya dana yang dikelola oleh Desa dengan adanya
berbagai sumber pendapatan dari bantuan pemerintah pusat, pemerintah
daerah dan hasil pendapatan sendiri, maka diperlukan tata kelola
pemerintah desa yang baik dengan didukung akuntabilitas dan efektivitas
pelaksanaan sistem pengendalian intern yang memadai. Terkait dengan
pengukuran efektivitas pelaksanaan sistem pengendalian intern yang
memadai di dalam pemerintah desa, Perwakilan BPKP D.I Yogyakarta
telah melakukan pilot project pengukuran efektivitas pengendalian intern
desa pada Desa Sabdodadi dan Desa Panggungharjo di Kabupaten
Bantul. Pilot project ini ke depan akan diperluas di beberapa desa dan
109
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
dih
diharapkan akan dibakukan menjadi sebuah pedoman yang berlaku di
seluruh desa di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang dijumpai dalam pembinaan
penyelenggaraan SPIP dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Konsep SPIP belum sepenuhnya dipahami dan diinternalisasikan oleh
seluruh stakeholder pemerintah daerah;
b. Respon alih pengetahuan dan peningkatan kompetensi pegawai
terkait SPIP belum optimal;
c. Reviu atas penilaian risiko secara periodik dan terstruktur untuk
perbaikan pengendalian belum dilaksanakan;
d. Keterbatasan jumlah SDM dan infrastruktur pemantauan otomatis
yang terintegrasi;
e. Kesadaran SDM untuk membuat dokumentasi secara kontinyu
terhadap seluruh proses kegiatan dalam rangka menjalankan tugas
dan fungsinya, masih kurang.
b. Perbaikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Capaian nilai SAKIP pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta tahun
2013-2017 berdasarkan hasil penilaian Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi tampak pada Tabel di bawah
ini.
No Pemerintah Daerah 2013 2014 2015 2016 2017
1. Daerah Istimewa Yogyakarta
B A A A AA
2. Kota Yogyakarta CC B BB BB BB 3. Kab. Bantul B B BB BB A 4. Kab. Sleman C B BB BB A 5. Kab. Kulon Progo C B BB BB A 6. Kab. Gunungkidul CC CC B B BB
Tabel di atas menunjukkan bahwa perkembangan nilai SAKIP sangat
baik selama lima tahun terakhir. Capaian nilai SAKIP pada enam
pemerintah daerah di wilayah D.I. Yogyakarta masuk kategori baik, yaitu
satu pemda memperoleh nilai AA, tiga pemda memperoleh nilai A dan
dua pemda memperoleh nilai BB.
110
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
Masalah yang menghambat kualitas SAKIP pada pemerintah daerah
terutama terkait pencapaian sasaran kinerja organisasi yang perlu
diperbaiki/ditingkatkan khususnya pada pencapaian outcome, serta hasil
evaluasi SAKIP dapat dipakai dalam memberikan reward dan
punishement pada OPD.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan capaian nilai SAKIP,
pemerintah daerah perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Cascading/penjabaran kinerja dilakukan sampai dengan eselon III,
eselon IV dan individu pada organisasi perangkat daerah;
2) Meningkatkan capaian outcome untuk menaikkan nilai capaian
sasaran kinerja organisasi;
3) Hasil evaluasi SAKIP yang dilaksanakan oleh Inspektorat untuk
seluruh OPD dimanfaatkan untuk memberikan reward and
punishment bagi OPD sebagai upaya peningkatan budaya kerja.
c. Peningkatan Tata Kelola BLUD.
Dalam rangka mendukung peningkatan tata kelola BLUD, telah
dilaksanakan kegiatan Narasumber Reviu Rencana Strategis Bisnis
(RSB) pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman.
Beberapa kelemahan yang masih dijumpai dalam upaya peningkatan
kualitas Rencana Strategis Bisnis adalah :
1) Peserta belum memahami rencana strategis meliputi definisi dan
indikator misi, tujuan, sasaran dan program.
2) Sistematika Rencana Strategis Bisnis Unit BLUD tidak standara dan
lampiran minimal tidak ditetapkan.
3) Unit BLUD tidak membuata cascading rencana strategis sehingga
kesulitan menhubungkan visi, misi, tujuan, sasaran dan program.
d. Evaluasi Kinerja PDAM
Perwakilan BPKP DIY telah melaksanakan evaluasi kinerja pada lima
PDAM di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari lima PDAM yang
dievaluasi seluruhnya atau 100% dalam kategori sehat, namun tiga
111
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
PD
PDAM skornya menurun dari tahun sebelumnya dengan hasil
sebagaimana terlihat pada tabel di bawah.
PDAM telah menunjukkan kinerja baik, namun dua PDAM skornya
menurun dari tahun sebelumnya dengan hasil sebagaimana terlihat pada
tabel 2.6. di bawah.
Hasil Evaluasi Kinerja PDAM Tahun 2016-2018
No PDAM
Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018
Nilai
Kinerj
a
Tingkat
Keseha
tan
Nilai
Kiner
ja
Tingkat
Kesehat
an
Nilai
Kinerj
a
Tingkat
Kesehat
an
1 Kota Yogyakarta 62,49 3,170 62,72 3,405 60,12 3,18
2 Kab Sleman 61,93 3,210 73,07 3,260 62,37 3,09
3 Kab Bantul 62,79 3,310 63,76 3,570 64,30 3,53
4 Kab Kulon
Progo
62,51 3,315 62,93 3,300 65,06 3,47
5 Kab
Gunungkidul
63,90 2,855 64,98 2,935 65,05 3,11
Penurunan ini dipengaruhi adanya surat Badan Peningkatan
Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Nomor;
HM.04.02-Ga/21 tanggal 11 Februari 2019 yaitu perubahan pengali jiwa
per KK yang sebelumnya 6 jiwa per KK menjadi rata-rata jiwa per KK
sesuai data BPS yang dipublikasikan, sehingga rata-rata cakupan
pelayanan tahun 2018 dibanding dengan tahun 2017 mengalami
penurunan sebesar 15,57.
Beberapa kelemahan yang dijumpai pada beberapa PDAM antara lain :
1) RKAP yang disusun belum sepenuhnya mengacu kepada rencana
strategis jangka menengah (corporate plan) dan Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM);
2) PDAM belum siap mendukung target 100% akses air minum nasional
di tahun 2019;
3) Kualitas air yang diproduksi dan didistribusikan PDAM belum
memenuhi kualitas air sebagaimana ditetapkan dalam Permenkes 492
tanggal 19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum;
4) PDAM belum sepenuhnya melakukan kegiatan pengawasan secara
internal atas kualitas air minum sesuai dengan Permenkes
112
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
7
736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan
Kualitas Air Minum;
5) Tingkat kehilangan air di unit produksi dan (non revenue water) NRW
tahun 2016 masih tinggi yaitu lebih dari 20% dari jumlah air yang
produksi dan distribusi;
6) Masih terdapat kapasitas terpasang yang tidak dimanfaatkan oleh
PDAM;
7) Pengenaan tarif kepada pelanggan tidak sesuai ketentuan;
8) Pelaksanaan pemasangan sambungan baru/ penyegelan/
pencabutan/ pembongkaran meter air pelanggan belum dilaksanakan
sesuai SOP.
e. Assessment Good Corporate Governance (GCG)
Dalam rangka mengukur kualitas penerapan GCG perusahaan melalui
penilaian tingkat pemenuhan kriteria GCG dengan kondisi nyata yang
diterapkan, serta mengukur kualitas penerapan GCG perusahaan
melalui penilaian tingkat pemenuhan kriteria GCG dengan kondisi nyata
yang diterapkan, telah dilaksanakan penugasan asesmen penerapan
GCG pada PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu
Boko untuk periode tahun 2018.
Berdasarkan asesmen dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG pada
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko
mencapai skor 82,695 dari skor maksimal 95 atau 87,047%. Capaian
skor tersebut berada dalam kategori predikat “baik”.
Terhadap kelemahan pelaksanaan GCG dan dalam upaya memperbaiki
kinerja pencapaian praktik-praktik terbaik penerapan GCG, kami telah
merekomendasikan kepada Direksi PT. Taman Wisata Candi Borobudur,
Prambanan dan Ratu Boko beberapa hal yang perlu menjadi prioritas
organ perusahaan.
Rencana Tindak Perbaikan Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara
Beberapa hal yang diharapkan menjadi fokus rencana tindak ke depan
adalah sebagai berikut :
1. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah pada seluruh Pemerintah Daerah sampai tingkat SKPD dan
113
Laporan Hasil Pengawasan atas Akuntabilitas Keuangan Negara/Daerah Semester I Tahun 2019
u
unit kerja instansi vertikal dengan meningkatkan pemahaman atas
konsep SPIP melalui alih pengetahuan, meningkatkan jumlah SDM
penggerak SPIP, membangun komitmen yang ditunjukkan dalam
penetapan target maturitas SPIP di RPJMD, roadmap penyelenggaraan
SPIP, penganggaran dan pemantauan untuk membangun dan
mengimplementasikan SPIP.
2. Memeliharan kualitas laporan keuangan pemerintah daerah di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan melakukan revisi/perbaikan
peraturan kepala daerah tentang SAPD dengan mengakomodir
peraturan yang lebih tinggi yang mendasari, menetapkan Standar
Operating Procedure (SOP) yang diperlukan, mendorong SKPD agar
secara berkala melakukan rekonsiliasi aset tetap, memperbanyak
pelatihan dalam rangka peningkatan kompetensi para pengelola
keuangan dalam penatausahaan dan pelaporan keuangan berbasis
akrual, dan melakukan penyesuaian aplikasi pengolaan keuangan yang
digunakan dengan peraturan yang diberlakukan.
3. Mendorong peningkatan kapabilitas Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah (APIP) di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dengan
mengusahakan pemenuhan kebutuhan jumlah dan kualitas SDM,
kebutuhan anggaran kegiatan pengawasan dan peningkatan kompetensi
SDM, dan peningkatan peran serta fungsi Inspektorat dalam rangka
perbaikan tata kelola pemerintahan.
4. Mendorong peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa
melalui peningkatan kapasitas manajemen pemerintah desa,
penggunaan aplikasi dan pengawasan pengelolaan keuangan desa.