LHP Jamkesmas Kota PADANG

75
LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMKESMAS TA 2008 DAN SEMESTER I TA 2009 PADA PEMERINTAH KOTA PADANG DI PADANG PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR : ……………….. TANGGAL : ……………….

Transcript of LHP Jamkesmas Kota PADANG

Page 1: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMKESMAS

TA 2008 DAN SEMESTER I TA 2009

PADA

PEMERINTAH KOTA PADANG

DI PADANG

PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT

TAHUN ANGGARAN 2009

NOMOR : ………………..

TANGGAL : ……………….

Page 2: LHP Jamkesmas Kota PADANG

DAFTAR ISI

Halaman

RESUME HASIL PEMERIKSAAN ............................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................

BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

.....................................................................................................................

BAB III HASIL PEMERIKSAAN ................................................................................

Evaluasi Sistem Pengendalian Intern ...........................................................................

1

4

18

18

1. Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan Sisa

Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan Petunjuk

Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya Versi BKU

Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang ………...................

26

2. Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang Sebesar

Rp59.052.400,00 Tidak Sesuai Ketentuan ..........................................................

29

3. Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana Jamkesmas

dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang Statusnya SKPD di

Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Keuangan

Daerah ................................................................................................…………..

31

4. Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan

Jamkesda Kota Padang .......................................................................................

34

5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan

Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ............................................

37

6. Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan ...... 39

7. Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak

Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per Bulan

pada Periode Sebelumnya ..................................................................................

40

8. RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien Maskin

Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp19.914.263,52 ......................

41

9. Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk Memberikan

Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah

Sakit...................................................................................................................

43

10. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp20.315.643,00 Yang Terdapat Pada Rekening

Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009 Tidak

Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp5.078.909,00 .............

45

11. Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD Kota

Padang Terlambat ....................................................................................

47

Page 3: LHP Jamkesmas Kota PADANG

12. Luncuran Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil

Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata

Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit ............................................................

49

13. Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim

Pelaksana Program Jamkesmas ........................................................................

51

14. RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai

Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas ....................................................................

51

15. Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d.

Juli 2009 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi Verifikator Independen .........

52

16. Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang

Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas Terlambat ...............

55

17. Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya

Tambahan ..........................................................................................................

56

18. Terdapat Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang

Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009

Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama .........................................

57

19. Proses Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota Padang

dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak

Tertib ..................................................................................................................

58

20. Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Tidak Dilaksanakan PT Askes (Persero)

Kantor Cabang Padang Sesuai Ketentuan ...........................................................

61

21. PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi

Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan Bulanan

Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit ..............

62

LAMPIRAN

Page 4: LHP Jamkesmas Kota PADANG
Page 5: LHP Jamkesmas Kota PADANG
Page 6: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 1 dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas

didasarkan pada :

1. Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G UUD 1945;

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara;

4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan;

5. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Tahun Anggaran 2009

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas

dilakukan dengan mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)

yang ditetapkan dalam Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun 2007.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas

merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu bersifat eksaminasi yang dilakukan

untuk menilai apakah:

1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas manajemen kepesertaan, penyaluran dan

penggunaan dana, pelayanan, serta pertanggungjawaban Program Jamkesmas

telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai.

2. Dana Jamkesmas telah diterima oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dalam

jumlah, waktu dan cara yang tepat.

3. Pemerintah daerah telah memberikan kontribusi dana bagi masyarakat miskin

(maskin) yang tidak tercatat sebagai peserta Jamkesmas.

4. Dana Jamkesmas telah dipergunakan tepat sasaran dan dipertanggungjawabkan

sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku.

Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, sasaran pemeriksaan atas

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi:

1. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Program Jamkesmas pada Kantor Pusat

Departemen Kesehatan (Depkes) yang mencakup kegiatan penetapan alokasi dana

Program Jamkesmas ke dalam Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) masing-

masing unit Eselon I Depkes, meliputi Sekretariat Jenderal (setjen) d.h.i. Biro

Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum, dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan

Kesehatan (PPJK); Direktrorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Ditjen Bina

Yanmedik); Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas);

dan DIPA Dekonsentrasi Setjen Depkes pada masing-masing Dinas Kesehatan

(Dinkes) provinsi.

Dasar

Pemeriksaan

Standar

Pemeriksaa

n

Jenis dan

Tujuan

Pemeriksaan

Sasaran

Pemeriksaan

Page 7: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 2 dari 64

2. Kegiatan pendataan masyarakat miskin peserta Jamkesmas dan penganggaran

dana kontribusi Program Jamkesmas oleh pemerintah daerah (Pemda).

3. Kegiatan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas oleh PT Askes (Persero)

pada Kantor Pusat, Kantor Regional, dan Kantor Cabang/Area Asisten Manajer

(AAM) PT Askes (Persero).

4. Kegiatan penyaluran dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Yanmedik ke masing-

masing PPK Tingkat Lanjutan (RS) dan dari Ditjen Binkesmas ke puskesmas

selaku PPK Tingkat Pertama.

5. Kegiatan penggunaan dan pertanggungjawaban dana Jamkesmas oleh PPK.

6. Kegiatan pelayanan Jamkesmas yang dilaksanakan oleh PPK Tingkat Pertama

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan PPK Tingkat Lanjutan yang

meliputi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), Rumah Sakit Umum Daerah

(RSUD), RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta.

7. Kegiatan pembinaan, pemantauan/monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan

oleh Tim Pengelola Pusat, Tim Pengelola Jamkesmas provinsi/kabupaten/kota dan

ketertiban penyusunan dan penyampaian laporan secara berjenjang mulai dari

RS/puskesmas (PPK), Tim Pengelola Program Jamkesmas tingkat

provinsi/kabupaten/kota sampai dengan Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas

dilakukan terhadap entitas-entitas berikut:

1. Depkes meliputi Setjen d.h.i. PPJK dan Biro Umum; Ditjen Bina Yanmedik, dan

Ditjen Binkesmas.

2. PT Askes (Persero) meliputi kantor pusat, kantor regional, dan kantor cabang.

3. Pemda provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Koordinasi Jamkesmas daerah.

4. Dinkes provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Pengelola Jamkesmas daerah.

5. RSUP, RSUD, RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta.

6. Puskesmas.

Sedangkan entitas pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program

Jamkesmas pada Pemerintah Kota Padang meliputi :

1. Dinas Kesehatan Kota Padang, Puskesmas, dan jaringannya

2. RSUD Kota Padang

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi

TA 2008 dan semester I TA 2009.

Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas

dilakukan untuk menilai aspek-aspek sesuai tujuan pemeriksaan, dilaksanakan secara

uji petik (sampling) melalui:

1. Observasi fisik di PPK;

Entitas yang

Diperiksa

Tahun

Anggaran yang

Diperiksa

Metodologi

Pemeriksaan

Page 8: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 3 dari 64

2. Penyampaian kuesioner;

3. Wawancara;

4. Analisis dokumen; dan

5. Konfirmasi.

Pemeriksaan dilaksanakan secara serentak pada seluruh Provinsi di Indonesia. Untuk

Provinsi Sumatera Barat, Entitas yang diperiksa adalah Pemerintah Provinsi Sumatera

Barat, Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, RSUP M.

Djamil, dan PT Askes Cabang Padang. Entitas yang diperiksa berdasarkan surat tugas

dari Kepala Perwakilan BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat mulai Bulan

Agustus dan berakhir Bulan September 2009.

Pemeriksaan dilaksanakan pada 33 pemerintah provinsi dan 63 pemerintah

kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan total realisasi anggaran Tahun 2008

sebesar Rp4.492.157.570.264,00 dan realisasi anggaran sampai dengan semester I

Tahun 2009 sebesar Rp2.768.311.361.800,00. Sesuai dengan sasaran pemeriksaan,

seluruh Tim telah melaksanakan pemeriksaan terhadap entitas yang diperiksa dengan

cakupan tahun 2008 sebesar Rp2.728.220.022.042,00 atau 60.73 % dari realisasi

anggaran dan untuk tahun 2009 sebesar Rp990.585.791.800,00 atau 35,78 % dari

realisasi anggaran.

Cakupan pemeriksaan pada pemerintah Kota Padang TA 2008 untuk dana kapitasi

puskesmas-puskesmas sebesar Rp1.623.403.000,00, dana operasional Tim Pengelola

dan Tim Koordinasi sebesar Rp57.720.000,00, dan RSUD Kota Padang sebesar

Rp1.734.015.150,00 . Sedangkan untuk TA 2009 (sampai dengan Agustus) dana

kapitasi yang diterima Puskesmas sebesar Rp2.220.012.000,00, RSUD Padang sebesar

Rp1.048.127.000,00. Dana tersebut merupakan dana jamkesmas yang diluncurkan

oleh Departemen Kesehatan kepada Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Padang.

Hambatan yang dihadapi selama pemeriksaan berlangsung adalah luasnya obyek

pemeriksaan yang secara geografis tersebar dengan jarak yang relatif berjauhan

sehingga menyulitkan pelaksanaan pemeriksaan sesuai batas waktu yang telah

ditentukan dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia.

Waktu

Pemeriksaan

Cakupan

Pemeriksaan

Hambatan

Pemeriksaan

Page 9: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 4 dari 64

BAB II

GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Pelaksanaan Program Jamkesmas mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H;

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

6. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

7. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Sejak tahun 1998, pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan

masyarakat miskin, yaitu:

1. Periode 1998—2001 dengan nama Program Jaring Pengaman bidang Kesehatan

(JPS-BK), untuk mengatasi krisis ekonomi tahun 1997.

2. Periode 2001—2002 dengan nama Program Penanggulangan Dampak

Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PDPSE-BK).

3. Periode 2002—2004, dengan nama Program Kompensasi Pengurangan Subsidi

Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PKPS BBM-BK).

Dalam PKPS BBM-BK pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yaitu rumah sakit

(RS) dan puskesmas. Puskesmas dan RS menerima dana langsung untuk

membiayai pelayanan kesehatan yang diberikan.

Permasalahan yang dihadapi adalah terjadi defisit dana pada beberapa RS dan

terjadi surplus dana dibeberapa puskesmas.

4. Periode 2004—2005, pemerintah mengeluarkan suatu Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJK MM), dimana pemerintah

menunjuk PT Askes (Persero) sebagai badan pelaksana (Bapel PJKMM).

Melalui program ini pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya

serta pelayanan kesehatan rujuk di RS dikelola sepenuhnya oleh PT Askes

(Persero). Karena terjadi kendala dilapangan, maka mulai semester II 2005

pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, pembiayaannya

langsung ke puskesmas melalui Bank BRI.

PT Askes (Persero) hanya mengelola pelayanan kesehatan rujukan bagi maskin

yang dilayani oleh rumah sakit.

5. Periode 2006—2007

Dalam rangka memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dan

tidak mampu, pemerintah melalui dana belanja bantuan sosial yang

pengelolaannya dilaksanakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang

dikenal dengan Program Askeskin.

Melalui Program Askeskin ini, pengelolaannya sepenuhnya ditugaskan kepada PT

Askes (Persero).

Hasil evaluasi Depkes, Program Askeskin diubah namanya menjadi Program

Jamkesmas, antara lain dengan pertimbangan sebagai berikut:

Dasar hukum

terkait dengan

penyelenggaraan

Jamkesmas

Latar Belakang

Penyelenggaraan

Program

Jamkesmas

Page 10: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 5 dari 64

a. Belum adanya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana

diamanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN).

b. Penyelenggaraan Askeskin kurang terkendali, hal ini terbukti dalam tahun

2007 terjadi defisit anggaran (hutang klaim) kepada PT Askes (Persero)

sebesar Rp1.130.150.678.334,00.

Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas, terjadi perubahan

yang sangat mendasar, yaitu semula pengelolaannya sepenuhnya dilaksanakan

oleh PT Askes (Persero), maka mulai tahun 2008 pengelolaan diambil alih

langsung oleh pemerintah (Departemen Kesehatan), sementara PT Askes (Persero)

hanya dilibatkan dalam manajemen kepesertaan.

Berdasarkan Manlak tahun 2008, tujuan Program Jamkesmas adalah sebagai berikut:

Tujuan Umum :

Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh maskin dan tidak

mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan

efisien.

Tujuan Khusus :

1. Meningkatnya cakupan maskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan

kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di RS.

2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak

berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya.

3. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh

jaringan PPK Jamkesmas.

4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel.

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009 menyatakan bahwa :

1. Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari Tim Pengelola

dan Tim Koordinasi Jamkesmas di pusat, provinsi dan kabupaten/kota

Tim Pengelola Jamkesmas bersifat internal lintas program di Depkes/Pusat dan

Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Tim Koordinasi Program Jamkesmas

melaksanakan koordinasi penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat miskin

yang melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan

seperti koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian, dan lain-lain.

2. Pelaksana verifikasi di PPK

Kepala Dinkes provinsi atas nama Menkes berdasarkan usul Kepala Dinkes

kabupaten/kota menetapkan pelaksana verifikasi yang bertugas memverifikasi

administrasi kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan.

3. PT. Askes (Persero)

PT Askes (Persero) pusat, regional, dan cabang/AAM atas penugasan Menkes,

melaksanakan tugas-tugas manajemen kepesertaan.

Maksud dan

Tujuan

Program

Jamkesmas

Pengorganisasian

Page 11: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 6 dari 64

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, sasaran program adalah

maskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk

yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Alokasi anggaran Jamkesmas

tahun 2008 sebesar Rp4.742.158.474.097,00 dengan realisasi

Rp4.492.157.570.264,00. Sedangkan tahun 2009 sebesar Rp4.728.960.000.000,00

dengan realisasi sampai semester 1 tahun 2009 adalah Rp2.768.311.361.800,00.

Rincian selengkapnya tampak dalam lampiran 1.

Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dapat diketahui bahwa, realisasi

anggaran tahun 2008 sebesar Rp4.492.157.570.264,00, terinci:

1. Biaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan rumah sakit

mencapai Rp4.168.748.487.728,00, terbagi:

a. Puskesmas untuk pelayanan dasar sebesar Rp571.488.819.500,00

b. Rumah sakit untuk pelayanan rujukan sebesar Rp3.597.259.668.228,00

diantaranya sebesar Rp1.130.150.678.334,00 untuk pelunasan hutang

Askeskin tahun 2007

2. Biaya manajemen kepesertaan PT Askes (Persero) sebesar Rp187.059.500.000,00.

3. Biaya operasional Tim Pengelola, Tim Koordinasi Pusat, Provinsi,

Kabupaten/Kota sebesar Rp136.349.582.536,00

Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, penyelenggaraan manajemen

kepesertaan Program Jamkesmas tahun 2008 dan semester I tahun 2009 dilaksanakan

secara nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, Pemda

dan PT Askes (Persero).

Peserta Program Jamkesmas tahun 2008 adalah setiap orang miskin dan tidak mampu,

yang terdaftar dan memiliki kartu Jamkesmas dan Surat Keterangan Tidak Mampu

(SKTM). Sejak awal September 2008, penggunaan SKTM tidak berlaku lagi, dan

hanya peserta yang memiliki kartu Jamkesmas yang dapat dijamin oleh program ini.

Untuk tahun 2009, peserta Program Jamkesmas adalah pemegang kartu Jamkesmas

dan pemegang kartu Program Keluarga Harapan (PKH). Jumlah sasaran peserta

Program Jamkesmas tahun 2008 dan tahun 2009 bersumber dari data Badan Pusat

Statistik (BPS) tahun 2006, yaitu sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau

sekitar 76,4 juta jiwa, yang terdiri dari 73.770.631 jiwa kuota untuk kabupaten/kota

dan 2.629.369 jiwa kuota bagi gelandangan, pengemis, anak terlantar dan maskin

yang tidak mempunyai identitas. Data BPS tahun 2006 dengan jumlah masyarakat

miskin sebanyak 19,1 juta RTM yang bersangkutan merupakan hasil pendataan sosial

ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2005 dengan menggunakan 14

variabel/kriteria. Angka tersebut dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta

secara nasional oleh Menkes.

Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota

kabupaten/kota, kemudian bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas

kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam

bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan

bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi

tanggung jawab Pemda setempat. Kemudian daftar tersebut segera dikirimkan dalam

Kepesertaan

Sasaran

Kegiatan

Program

Jamkesmas

Page 12: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 7 dari 64

bentuk softcopy dan hardcopy kepada PT Askes (Persero), RS peserta Jamkesmas,

Dinkes provinsi/kabupaten/kota dan Depkes.

Terkait administrasi kepesertaan pada Program Jamkesmas, Depkes melakukan

Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PT Askes (Persero) No

213/MENKES/PKS/III/2008 dan 41/KTR/0308 tanggal 3 Maret 2008. Dalam PKS

Pasal 6, PT Askes (Persero) mempunyai kewajiban melakukan advokasi kepada

bupati/walikota & jajarannya termasuk Dinas Sosial (Dinsos), membuat database

kepesertaan dan mendistribusikan data peserta (masterfile) kepada RS/Balai

Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM)/Balai Kesehatan Mata Masyarakat

(BKMM)/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)/ Balai Besar Kesehatan Paru

Masyarakat (BBKPM)/Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4),

Dinkes provinsi/kabupaten/kota, dan data peserta nasional kepada Depkes. Selain itu

melakukan pencetakan blangko, entry data, penerbitan dan pendistribusian kartu, dan

melakukan analisis kepesertaan berdasarkan aspek demografi (umur dan jenis

kelamin).

Penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 oleh PT Askes (Persero) didasarkan

pada surat Menkes No. 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 perihal

Penugasan PT Askes (Persero) dalam Jamkesmas 2009. Namun PKS antara Depkes

dan PT Askes (Persero) sampai 30 Juni 2009 belum ditandatangani karena belum ada

kesepakatan standar perhitungan biaya yang dipergunakan. Depkes berdasarkan

Standar Biaya Umum (SBU) APBN sedangkan PT Askes (Persero) berdasarkan SBU

Korporat. Penyelenggaraan manajemen kepesertaan ini bertujuan untuk menerbitkan

kartu peserta bagi yang berhak melalui pembentukan Masterfile Nasional

berdasarkan jumlah maskin yang ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK)/Surat

Pernyataan (SP) bupati/walikota yang menjadi dasar identifikasi peserta untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan.

Pelayanan kesehatan dalam Program Jamkesmas ini menerapkan pelayanan berjenjang

berdasarkan rujukan. Pelayanan rawat jalan tingkat primer diberikan di puskesmas dan

jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di RS dan

BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM.

Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar

meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan

kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan

(RITL) dan pelayanan gawat darurat (IGD).

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta adalah sebagai berikut:

1. Peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada

daftar maskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota setempat.

2. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang

bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat

rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan

pelayanan kesehatan.

3. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas

dan jaringannya. Tata cara pelayanan kesehatan dasar di puskesmas diatur dalam

“Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya tahun 2008”,

berdasarkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. HK.02.03/BI.3/2318/08 tanggal

21 Agustus 2008.

Pelayanan

Kesehatan

Pelayanan di

Puskesmas

dan

Jaringannya

Page 13: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 8 dari 64

Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas dan

jaringannya adalah upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif) bagi peserta Jamkesmas meliputi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer

(RJTP), Rawat Inap Tingkat Primer (RITP), persalinan, spesialistik, rujukan, dan

upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada pencegahan yang bersifat

sekunder, yaitu diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit dan

tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor resiko ancaman penyakit tersebut

terhadap masyarakat.

Manajemen pengelolaan puskesmas merupakan tahapan dalam pengelolaan

administrasi yang perlu diperhatikan meliputi:

1. Perencanaan

Penyusunan Plan Of Action (POA) merupakan unsur perencanaan yang wajib

dibuat oleh Puskesmas dan harus mendapat persetujuan Kepala Dinkes

kabupaten/kota untuk pencairan anggaran Program Jamkesmas. Periode POA

dilaksanakan secara tahunan pada awal kegiatan dan POA bulanan/triwulanan

sebagai rencana pelaksanaan kegiatan bulanan/triwulanan.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan diawali dengan proses lokakarya mini untuk membahas

hasil kegiatan bulan lalu, hambatan/masalah yang dihadapi oleh puskesmas, dan

penyusunan POA bulanan/triwulanan bulan selanjutnya. Lokakarya mini yang

dilaksanakan oleh puskesmas diharapkan dihadiri oleh Tim Pengelola Jamkesmas

Dinkes kabupaten/kota dan dilakukan kegiatan pembinaan/supervisi atas

pelaksanaan kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung.

3. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari

termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa

kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan.

Pelayanan rujukan dari puskesmas ke RS dilakukan untuk rawat inap dan pertolongan

atas gawat darurat. Pelayanan rawat inap rujukan dilakukan di ruang rawat inap kelas

III di RS pemerintah termasuk RS khusus, RS TNI/POLRI dan RS swasta yang

bekerjasama dengan Depkes. Depkes melalui Dinkes kabupaten/kota atas nama

Menkes membuat PKS dengan RS setempat yang diketahui kepala Dinkes provinsi.

Ruang lingkup pelayanan rujukan Program Jamkesmas Tahun 2008 di RS tersebut

meliputi RJTL (spesialistik), RITL kelas III, pelayanan obat-obatan, pelayanan

rujukan spesimen dan penunjang diagnostik.

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat lanjut bagi peserta

Jamkesmas:

1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan (RJTL dan RITL),

dirujuk dari puskesmas dan jaringannya disertai kartu peserta Jamkesmas atau

surat/kartu PKH atau surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum

mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat

rujukan.

2. Peserta harus menunjukkan Kartu Jamkesmas atau SKTM (sampai dengan 31

Agustus 2008), surat rujukan dari puskesmas di loket PPATRS, dilengkapi Kartu

Pelayanan di

Rumah Sakit

Page 14: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 9 dari 64

Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk diverifikasi

kebenaran dan kelengkapannya dan selanjutnya PPATRS mengeluarkan Surat

Keabsahan Peserta (SKP). Tata cara penerbitan SKP berpedoman pada Keputusan

Direksi PT Askes No. 143/KEP/0408 tanggal 18 April 2008 tentang “Petunjuk

Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun 2008”.

Anak terlantar, pengemis dan gelandangan yang belum teridentifikasi dan belum

mempunyai kartu Jamkesmas, bersangkutan masih dapat dilayani dengan

mendapatkan surat keterangan/rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinsos

setempat.

Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD peserta harus menunjukkan kartu

peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di loket pusat PPATRS. Bila

peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sebelum mendapatkan

pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja

untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu (anak terlantar,

gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera

mendapatkan SKTM) di mana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan

identitas sebagaimana dimaksud di atas, maka direktur RS dapat menetapkan

status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Jika selama tenggang waktu

tersebut pasien miskin belum mampu menunjukkan identitas miskinnya, pasien

tersebut tidak boleh dibebankan biaya dan seluruh pembiayaannya menjadi beban

RS dan untuk selanjutnya diklaimkan ke Depkes.

3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi

peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi memerlukan pelayanan

dapat langsung diberikan pelayanan dengan menggunakan identitas kepesertaan

orangtuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan KK orang tuanya.

Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baik ibu maupun bayinya,

akan tetapi apabila bayi yang mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan

khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai dengan diagnosanya.

4. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tahun 2009 sama dengan di tahun 2008.

5. Untuk kasus kronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam

waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti Diabetes

Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus

pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai dengan 3 bulan.

6. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan

dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari

Dinsos (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu PKH

bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu Jamkesmas serta surat pengantar

dari petugas yang memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar

daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat

melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes

(Persero) tempat asal pasien.

Bagi PPK penerima rujukan, wajib memberikan jawaban atas pelayanan rujukan

(rujukan balik) ke PPK yang merujuk disertai keterangan kondisi pasien dan

tindak lanjut yang harus dilakukan.

7. Pada keadaan gawat darurat (emergency), apabila setelah penanganan kegawat-

daruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas kepesertaanya belum

Page 15: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 10 dari 64

lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk

melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk pada database

kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero).

Untuk penanganan gawat darurat, seluruh PPK wajib memberikan pelayanan

penanganan gawat darurat kepada peserta Jamkesmas walaupun tidak sebagai

PPK jaringan Jamkesmas. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK

jaringan Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

8. Pelayanan obat di RS dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) di

RS, Instalasi Farmasi/Apotik RS bertanggungjawab menyediakan semua obat

dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan Indonesia

Diagnose Related Group (INA-DRG), pemberian obat didorong agar

menggunakan formularium obat Jamkesmas di RS. Pada tahun 2009,

ketersediaan obat dan beberapa alat dan BMHP, dilakukan dengan perjanjian

kesepahaman dan penugasan beberapa BUMN farmasi oleh Menkes.

2) Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 hari kecuali untuk penyakit-

penyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 hari sesuai dengan

kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu pada

clinical pathway.

9. Sebanyak 15 RSUP Vertikal di seluruh Indonesia (rincian pada lampiran 2) per 1

September 2008 ditetapkan sebagai proyek percontohan penerapan sistem INA-

DRG di Indonesia. Sedangkan untuk RS lainnya baru menerapkan sistem tersebut

per 1 Januari 2009. Pemberlakuan INA-DRG tersebut memerlukan persiapan

perangkat keras, perangkat lunak, administrasi klaim, dan proses verifikasi, serta

SDM.

Software INA-DRG baru tiba di PPK tingkat lanjut pada Bulan April 2009 yang

membutuhkan proses install dan pelatihan/sosialisasi bagi petugas entry data RS

dan verifikator independen. Software ini baru dapat dipergunakan pada Bulan Juli

2009 untuk memverifikasi pertanggungjawaban berkas klaim mulai 1 Januari

2009.

10. Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di RS dilakukan secara terpadu sehingga

biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan

menurut INA-DRG. Agar software ini dapat berjalan dengan baik, dokter harus

menuliskan diagnosa menurut ICD-X dan atau ICD-IX CM, melaksanakan

pelayanan sesuai dengan clinical pathway dan menggunakan sumber daya yang

paling efisien. Coders melakukan pengecekan kesesuaian diagnosa dan

selanjutnya melakukan entry pada software INA-DRG. Selanjutnya petugas

administrasi klaim RS melakukan klaim dan melengkapi data tambahan yang

diperlukan seperti nama pasien, nomor SKP, nama dokter penanggung jawab,

tanda tangan dokter, surat rujukan dan pengesahan Komite Medik atau Direktur

Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh RS

(pada kasus severity level 3) dengan menggunakan format klaim (software) yang

ditentukan dan verifikator melakukan verifikasi klaim RS.

11. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum

tercantum baik kode maupun tarifnya dalam Tarif Paket INA-DRG

(ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for

Page 16: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 11 dari 64

Casemix/Ditjen Bina Yanmedik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan

khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan petunjuk teknis tersendiri,

SK dan surat edaran (SE) lainnya. Proses aktivasi software INA-DRG dilakukan

dengan konsultasi.

12. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3

menurut kode INA-DRG selain harus dilengkapi butir 10 diatas, harus juga

mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau

Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS.

13. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau

instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan satu kode INA-DRG dengan

jenis pelayanan rawat inap.

14. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih

diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari

diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan satu kode INA-DRG.

15. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang

bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya dapat diklaimkan

menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol ulang

di instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z.

16. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin

ketersediaan Alat Medis Habis pakai (AMHP), obat, dan darah. Untuk menjamin

ketersediaan dan harga obat/vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai

dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama antara Menkes dan konsorsium BUMN

Farmasi. RS dan balai-balai kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama

teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama

tersebut

17. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur

biaya oleh PPK dengan alasan apapun.

Pendanaan Program Jamkesmas merupakan program bantuan sosial (bansos).

Pembayaran ke RS dalam bentuk paket berdasarkan klaim. Khusus untuk

BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengan tarif

paket pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap RS . Pembayaran ke PPK disalurkan

langsung dari Kas Negara melalui PT Pos Indonesia (Persero) ke puskesmas dan

KPKN melalui Bank BRI ke rekening BRI RS/BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM.

Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

1. Sumber dan Alokasi Dana Jamkesmas

Sumber Dana Jamkesmas berasal dari APBN sektor Kesehatan TA 2008 dan TA

2009 serta kontribusi APBD. Sumber dana APBN terdiri dari:

1) Biro Umum Setjen Depkes untuk honor tim verifikator independen;

2) Dana dekonsentrasi (Program Kebijakan Manajemen dan Pembangunan

Kesehatan) untuk biaya operasional manajemen di Dinkes provinsi yang

melekat di Satuan Kerja (Satker) 01 Setjen;

3) DIPA PPJK untuk dana operasional PPJK, selaku Tim Pengelola Pusat;

Pendanaan

Page 17: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 12 dari 64

4) Ditjen Binkesmas untuk pelayanan di puskesmas dan jaringannya, tambahan

kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock), dana Tim

Pengelola dan Koordinasi provinsi/kabupaten/kota;

5) Ditjen Bina Yanmedik untuk biaya di RS/PPK tingkat lanjut dan biaya

manajemen kepersertaan ke PT Askes (Persero).

Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan

pelayanan kesehatan bagi maskin di daerah masing-masing, meliputi:

1) Maskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas.

Kontribusi Pemda provinsi/kabupaten/kota seyogyanya mengikuti pola

Jamkesmas. Terkait pelayanan pasien diluar kuota Jamkesmas, pemda

setempat harus membuat komitmen/PKS dengan RS rujukan.

2) Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun 2008.

Dengan diberlakukannya INA-DRG mulai tahun 2009, pelayanan RS

diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya

pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG.

3) Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS

kabupaten/kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukan dari

puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya

operasional puskesmas, sedangkan transportasi pemulangan pasien dari RS

serta rujukan dari RS ke sarana pelayanan kesehatan lainnya menjadi tanggung

jawab Pemda asal PPK lanjutan yang merujuk.

4) Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan;

5) Pendamping pasien rawat inap; dan

6) Menanggulangi kekurangan dana operasional puskesmas.

2. Mekanisme Pendanaan meliputi:

1) Dasar Peluncuran Dana Jamkesmas

(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya

Menkes menetapkan besarnya dana yang akan diluncurkan ke tiap

kabupaten/kota. Berdasarkan SK Menkes tersebut, Dinkes kabupaten/kota

menetapkan SK alokasi dana setiap puskesmas di wilayahnya. Alokasi

dana di tiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan tidak

mampu yang ditetapkan Menkes berdasarkan kuota dikalikan Rp1.000,00

dikalikan 12 bulan.

Langkah-langkah dalam penerbitan SK Kepala Dinkes kabupaten/kota

yaitu menetapkan alokasi dana rawat inap untuk puskesmas perawatan

dengan cara menghitung utilisasi pelayanan rawat inap tahun sebelumnya

di masing-masing puskesmas perawatan. Kemudian, sisa alokasi dana

setelah dikurangi untuk puskesmas perawatan dibagi ke seluruh

puskesmas secara proporsional.

Jumlah dana yang diluncurkan pada tahun 2008 berdasarkan SK Menkes

No. 483/Menkes/SK/V/2008 sebesar Rp559.807.121.000,00. Selain dana

tersebut juga terdapat dana tambahan untuk kegiatan pelayanan di

puskesmas dan jaringannya (buffer stock) sebesar Rp11.681.698.500,00.

Sedangkan dana yang diluncurkan pada tahun 2009, berdasarkan SK

Page 18: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 13 dari 64

Menkes No. 256/Menkes/SK/IV/2009 adalah sebesar

Rp885.248.292.000,00.

(2) PPK tingkat lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM

Sumber dana pelayanan kesehatan di RS/BBKPM/BKMM/

BKPM/BP4/BKIM didasarkan pada DIPA Ditjen Bina Yanmedik yang

didistribusikan ke PPK tingkat lanjut dalam empat tahapan luncuran.

Dalam rangka penyaluran dana Jamkesmas tersebut, Depkes mengadakan

kerja sama dengan PT BRI (Persero) Tbk No. HK.06.01/I-3/643/2008 dan

B.057-DIR/HBL/02/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Penyaluran

Dana Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat

Miskin Tahun 2008. Melalui Surat Ditjen Bina Yanmedik No.

PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan

Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Miskin di RS tahun 2008, Depkes meminta masing-masing RS untuk

membuka Rekening Giro pada Bank BRI di masing-masing tempat

domisili RS. Penggunaan rekening tersebut berlanjut hingga luncuran

dana tahun 2009.

Luncuran selama Tahun 2008 sebesar Rp2.474.418.261.625,00 terinci:

(1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.119/Menkes/SK/II/2008

tanggal 6 Februari 2008 sebesar Rp533.636.869.625,00;

(2)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No.514/Menkes/SK/VI/2008

tanggal 6 Juni 2008 sebesar Rp725.537.140.000,00;

(3)) Luncuran 3 berdasarkan SK Menkes No.1050/Menkes/SK/XI/2008

tanggal 11 November 2008 sebesar Rp1.017.157.326.000,00;

(4)) Luncuran 4 berdasarkan SK Menkes No.1150/Menkes/SK/XII/2008

tanggal 5 Desember 2008 sebesar Rp198.086.926.000,00.

Luncuran s.d Juni 2009 sebesar Rp1.845.258.882.000,00 terinci:

(1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 124/Menkes/SK/II/2009

tanggal 6 Februari 2009 sebesar Rp1.139.696.057.000,00;

(2)) Tambahan Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.

346/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei 2009 sebesar

Rp24.905.480.000,00;

(3)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No. 434/Menkes/SK/VI/2009

tanggal 18 Juni 2009 sebesar Rp 680.657.345.000,00.

(3) Dana bagi Manajemen Kepesertaan

Berdasarkan PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) No.

213/Menkes/ PKS/III/2008 dan No. 41/KTR/0308 tentang Manajemen

Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun 2008

tanggal 3 Maret 2008 dengan total biaya sebesar Rp187.059.500.000,00.

Pembayaran dilakukan dalam empat tahap:

(1)) Tahap 1 sebesar 20% atau Rp37.411.900.000,00 pada tanggal

ditandatanganinya perjanjian;

Page 19: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 14 dari 64

(2)) Tahap 2 sebesar 30% atau Rp56.117.850.000,00 setelah

pendistribusian blanko kartu ke Kantor Cabang PT Askes (Persero)

mencapai 50%;

(3)) Tahap 3 sebesar 40% atau Rp74.823.800.000,00 setelah 70% Kartu

Peserta diserahkan kepada Peserta;

(4)) Tahap 4 sebesar 10% atau Rp18.705.950.000,00 setelah menyerahkan

Laporan Manajemen Kepesertaan Triwulan III.

Pembiayaan manajemen kepesertaan pada penyelenggaraan Program

Jamkesmas tahun 2009 belum diperoleh kesepakatan biaya antara

Depkes dan PT Askes (Persero).

(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota

Penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

(1) Pembayaran honorarium dan operasional

(2) Koordinasi pelaksanaan, konsultasi dan pembinaan program

(3) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media

(4) Rekrutmen tenaga verifikator independen Jamkesmas

(5) Evaluasi program di provinsi/kabupaten/kota

(6) Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas di provinsi/

kabupaten/kota.

Disamping itu, untuk menunjang kelancaran pelayanan kesehatan dasar di

Puskesmas dan jaringannya disediakan pula dana Operasional Manajemen

melalui DIPA Sesditjen Binkesmas langsung ke Dinkes

provinsi/kabupaten/kota.

2) Pencairan dan pemanfaatan dana Jamkesmas

(1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya

Tata cara penyaluran dana ke rekening puskesmas diatur dalam Petunjuk

Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya dimuat dalam Bab III

tahun 2008 dan Bab IV tahun 2009.

Penyaluran dana pelayanan kesehatan ke puskesmas dan jaringannya

dilakukan melalui PT Pos Indonesia (Persero) berdasarkan PKS No.

HK.06.01/BI.1/1938/2008 dan No. 56/DIRBISKUG/0708 tanggal 7 Juli

2008, dengan addendum No. HK.06.01/BI.1/3073/2008 dan No.

95/DIRBISKUG/1108 tanggal 3 November 2008, serta PKS No.

400/YANKESDAS/V/2009 dan No. 28/DIRBISKUG/ 0509 tanggal 13

Mei 2009 tentang Penyaluran Dana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Bagi

Seluruh Penduduk di Puskesmas dan Jaringannya. Jangka waktu

penyaluran dana ke PPK maksimum 75 hari kalender atau sampai dengan

tanggal 4 Agustus 2009.

Dana diluncurkan oleh KPKN Jakarta V melalui PT Pos Indonesia

(Persero) – Sentral Giro Pos dan Layanan Keuangan (SGLK), untuk

selanjutnya dikirim ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) dan diteruskan ke

Kantor Pos Bayar sebagai rekening giro pos puskesmas.

Pencairan dana di puskesmas dilaksanakan dengan membuat POA

berdasarkan kesepakatan dalam lokakarya mini, laporan pemanfaatan

Page 20: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 15 dari 64

dana sebelumnya, dan laporan hasil kegiatan untuk diverifikasi oleh Tim

Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota yang hasilnya dilaporkan ke

Dinkes kabupaten/kota. Berdasarkan persetujuan kepala Dinkes

kabupaten/kota, puskesmas menarik dana dari rekening giro pos untuk

menjadi dana operasional puskesmas.

(2) PPK Tingkat Lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/ BP4/BKIM

Tata cara pembayaran tiap tahap luncuran diatur dalam Pedoman

Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 Bab V tentang Tata laksana

Pendanaan. Luncuran tahap pertama, diperhitungkan berdasarkan rata-rata

pembayaran per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Tahap kedua, dana

pelayanan kesehatan diluncurkan setelah klaim RS diverifikasi oleh tim

verifikator dengan mengacu pada jenis paket dan tarif pelayanan

kesehatan tahun 2008.

Berdasarkan penjelasan dari Tim Pengelola Jamkesmas Pusat, mekanisme

luncuran tahun 2008 belum sesuai dengan ketentuan dalam pedoman

pelaksanaan karena sarana dan prasarana yang mendukung belum siap

(dana DIPA yang terlambat, perubahan dari sistem Askeskin tahun 2007

ke sistem Jamkesmas tahun 2008, tenaga verifikator dan pemahaman tim

medis terhadap penerapan INA-DRG). Dana luncuran tahap kedua dan

seterusnya tetap diluncurkan, tanpa menunggu verifikasi dari verifikator

independen.

Untuk periode klaim Bulan Juli − Desember tahun 2008, dasar besaran

klaim RS mengacu pada Tarif Paket Jamkesmas (INA-DRG).

Pemanfaatan dana yang ada di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM,

antara lain digunakan untuk jasa medik/pelayanan, jasa sarana,

pemenuhan kebutuhan BMHP, dana operasional, pemeliharaan, obat,

darah dan kebutuhan administrasi lainnya.

Penyaluran dana pelayanan kesehatan di PPK tingkat lanjut pada tiap

tahunnya dilakukan dengan cara transfer luncuran dana dari rekening

Bank Operasional I (BO I) KPKN langsung ke rekening RS berdasarkan

SP2D dan SPM yang dikeluarkan Tim Pengelola Pusat. Rekening RS

tersebut adalah rekening BRI yang dibuka untuk “Bantuan Sosial bagi

Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin” sesuai perintah Surat Ditjen

Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal

Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan

Maskin di RS tahun 2008.

Untuk mendapatkan otorisasi dari luncuran dana Jamkesmas, PPK tingkat

lanjut mengajukan klaim yang telah diverifikasi oleh verifikator

independen, dan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas kepada

Depkes atau PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Uraian lebih

lanjut tentang administrasi klaim dan verifikasi oleh tim verifikator diatur

dalam “Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program

Jamkesmas Tahun 2008” yang dikeluarkan oleh PPJK. Administrasi klaim

dan verifikasi pada tahun 2009 masih mengacu pada petunjuk teknis yang

digunakan pada tahun 2008.

(3) Manajemen Kepesertaan

Page 21: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 16 dari 64

Pencairan dana manajemen kepesertaan pada tahun 2008 dilaksanakan

dalam empat tahap. PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) untuk

Tahun 2009 belum dibuat dan DIPA Ditjen Bina Yanmedik belum

menganggarkan manajemen kepesertaan tersebut (masih akan dibuat

revisi DIPA).

(4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota

Pencairan dan pemanfaatan dana bagi operasional manajemen tidak

optimal karena selain DIPA Dekonsentrasi secara definitif baru bisa

dicairkan pada Bulan September 2008. Sedangkan dana bansos dari DIPA

Ditjen Binkesmas bagi Tim Pengelola Jamkesmas

Provinsi/Kabupaten/Kota, SP2D-nya baru terbit tanggal 4 November

2008.

Pelaksanaan verifikasi di puskesmas dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas

Kabupaten/Kota ketika puskesmas mengajukan permintaan pencairan dana.

Sedangkan untuk RS, verifikasi dilakukan oleh tim verifikator independen.

Syarat kelengkapan administrasi klaim yang harus dipenuhi terkait dengan

pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh PPK kepada Depkes (PPJK sebagai

Tim Pengelola Jamkesmas Pusat), yaitu:

1. Bukti kepesertaan, surat rujukan, dan surat keabsahan peserta; dan

2. Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan One Day Care (ODC),

meliputi bukti pemeriksaan, bukti penunjang diagnosis, bukti tindakan medik,

bukti diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, bukti resep dokter, dan bukti

billing pelayanan dari masing-masing unit pelayanan.

Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara

rencana dengan pelaksanaan Program Jamkesmas, sedangkan evaluasi dilakukan

untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan.

Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif

dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan

merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota.

Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester

maupun tahunan, melalui:

1. Pertemuan dan koordinasi.

2. Pengelolaan pelaporan program (pengolahan dan analisis).

3. Kunjungan lapangan dan supervisi.

4. Penelitian langsung (survei/kajian).

Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan

penyelenggaraan Program Jamkesmas secara rutin setiap bulan. Data dan laporan dari

puskesmas dan RS yang mengikuti Program Jamkesmas dikirim ke Tim Pengelola

Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya

dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap

bulan ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

Tim Pengelola Jamkesmas kabupaten/kota membuat dan mengirimkan umpan balik

(feedback) pelaporan ke puskesmas dan RS. Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi

Pemantauan

dan Evaluasi

Program

Pertanggungjawaban

dana Jamkesmas

Page 22: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 17 dari 64

membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas

Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat membuat dan mengirimkan umpan

balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi.

Page 23: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 18 dari 64

BAB III

HASIL PEMERIKSAAN

Hasil pengujian terhadap SPI atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program

Jamkesmas menunjukkan terdapat kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian,

terutama dalam unsur kebijakan terkait pengelolaan dan pertanggungjawaban Program

Jamkesmas yang ditetapkan dengan SK Menkes (Manlak Program Jamkesmas).

Manlak tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum bagi kegiatan yang melibatkan

berbagai instansi lintas sektoral dan penetapan kebijakan dilaksanakan terlambat dan

berlaku surut sehingga pelaksanaannya banyak terjadi ketidaksesuaian dengan Manlak

yang dijadikan acuan. Kebijakan terkait pengelolaan dana Program Jamkesmas juga

menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan karena bertentangan dengan

kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan penetapan maskin peserta

Program Jamkesmas yang diserahkan mekanismenya kepada Pemda juga

menimbulkan banyak permasalahan, karena belum adanya pedoman mengenai

pendataan maskin yang berhak.

Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas, pemerintah pusat

dan daerah telah menetapkan SPI untuk memastikan tercapainya tujuan Program

Jamkesmas. Namun dari hasil pemeriksaan masih ditemukan kelemahan SPI baik pada

tingkat organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur kerja, pencatatan, pelaporan,

personalia, dan pengawasan.

Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas dimulai dari Tingkat Pusat

hingga tingkat kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang didalam

Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 dan 2009.

Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Jamkesmas yang efektif dan efisien di

tingkat kota/kabupaten, Pemerintah Kota Padang telah membentuk :

a. Tim Pengelola Kota melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor

5011 Tahun 2008 tanggal 3 Januari 2008 untuk periode 2008. Sedangkan untuk

periode 2009 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 1085

Tahun 2009 yang bertugas untuk :

1. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan dan

manajemen keuangan;

2. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;

3. Menyusun dan membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan

melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

dengan susunan sebagi berikut:

a) Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang

b) Kordinator : 1 orang

c) Pelayanan : 1 orang

d) Keuangan dan Adm : 1 orang

e) Kepesertaan dan Kord. Verifikator : 1 orang

b. Surat Keputusan Walikota Padang Nomor 188.4.30/SK.SB.Bappeda/I.08 tanggal 8

Januari 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jaminan Pemeliharan

Evaluasi

Sistem

Pengendalian

Intern

Organisasi

Dinas

Kesehatan

Kota Padang

Page 24: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 19 dari 64

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Jamkesmas) Kota Padang Tahun 2008

menyebutkan yang bertugas :

1) Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan,

manajemen keuangan;

2) Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK;

3) Menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri

Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat;

4) Menetapkan arah kebijakan koordinasi dan sinkronisasi program Jamkesmas

tingkat Kota Padang;

5) Melakukan pembinaan dan pengendalian program Jamkesmas tingkat Kota

Padang dengan susunan sebagai berikut :

a) Pelindung : Walikota Padang

b) Ketua : Sekretaris Daerah Kota Padang

c) Anggota : Kepala Bappeda Kota Padang

d) Anggota : Asisten II Bidang Kesra

e) Anggota : Pimpinan RSUD Kota Padang

f) Anggota : Komisi D DPRD Kota Padang

g) Anggota : PT Askes Cabang Padang

h) Sekretariat, terdiri dari

a. Ketua : Kabid. Pemberdayaan Masyarakat dan

Kesehatan Lingkungan

b. Staf Sekretariat : Kabid. Sosbud Bappeda Kota Padang

c. Staf Sekretariat : Sub Bidang Sosial Bappeda Kota Padang

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan tugas, Tim Pengelola belum melaksanakan

tugasnya secara optimal antara lain dalam penyampaian laporan tidak dilaksanakan

secara tepat waktu. Sedangkan Tim Koordinasi belum melakukan pertemuan-

pertemuan dan masih terdapat peserta ganda antara peserta jamkesmas dan jamkesda.

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 17 tahun 2008 tanggal 19

Desember 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kota Padang yang

telah mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi

Perangkat Daerah.

Untuk mensukseskan pelaksanaan program Jamkesmas pada RSUD Kota Padang,

Direktur RSUD Kota Padang telah membentuk Tim Pengelola Jamkesmas melalui

Surat Keputusan Direktur RSUD Padang Nomor 445.549/SK Direktur/RSUD

P/IV/2009 tanggal 1 April 2009 tentang Tim Pengelola Jamkesmas/Jamkesda dan

Askes RSUD Padang yang bertugas untuk melaksanakan administrasi dan klaim

pelayanan terhadap pasien pemegang Kartu Jamkesmas/Jamkesda dan Askes Kota

Padang dengan susunan sebagai berikut :

1. Penanggung Jawab : Direktur RSUD Kota Padang

2. Koordinator : Kabag. Tata Usaha RSUD Kota Padang

Kabid. Keuangan dan Program RSUD Kota Padang

Kabid. Pelayanan RSUD Kota Padang

Kabid. Keperawatan RSUD Kota Padang

RSUD

Kota Padang

Page 25: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 20 dari 64

3. Ketua : 1 orang

4. Sekretaris : 1 orang

5. Anggota : 3 orang

6. Bendahara : 1 orang

Dalam pelaksanaan kegiatan Jamkesmas mulai dari pendaftaran peserta sampai

pengajuan klaim seluruhnya dilaksanakan oleh Tim Pengelola.

Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas sejak tahun 2008,

terjadi perubahan yang sangat mendasar. Departeman Kesehatan (Depkes) semula

sebagai regulator dan dilaksanakan oleh PT Askes, maka dengan Program Jamkesmas

Depkes sekaligus sebagai regulator dan pelaksana.

Perubahan kebijakan tersebut tidak dilakukan secara cermat, hal tersebut dapat

diketahui adanya beberapa kelamahan sebagai berikut:

1. Pedoman atau petunjuk terkait dengan pelaksanaan Program terlambat ditetapkan,

contoh:

1) Pedoman penyelenggraan Program Jamkesmas baru ditetapkan oleh Menkes

pada tanggal 6 Februari 2008 melalui Keputusan No

125/Menkes/SK/III/2008. Ketentuan tersebut berlaku surut sejak 1 Januari

2008.

2) Petunjuk teknis Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya, baru ditetapkan

oleh Dirjen Binkesmas pada tanggal 21 Agustus 2008 melalui keputusan No.

HK.02.03/BI.3/2318/08.

3) Software INA-DRG baru diujicobakan pada 15 RSUP sebagai proyek

percontohan, dimulai Bulan September 2008.

Padahal menurut Manlak Jamkesmas, pembayaran klaim sejak periode Juli

2008 seharusnya menggunakan INA-DRG. Dengan menerapkan INA-DRG

setiap PPK (RS) lanjutan dapat memberikan pelayanan secara efisien dan

efektif, yaitu dengan prinsip kendali biaya dan kendali mutu. Penyerahan

software kepada PPK lanjutan dan pelatihan INA-DRG baru dimulai pada

Bulan April 2009.

Kendala yang dihadapi oleh PPK dalam menerapkan INA-DRG antara lain:

(1) Ketidaksiapan SDM dan perangkat pendukung di RS.

(2) Pertanggungjawaban secara lengkap dengan mengisi file atas form-form

yang ditetapkan dalam softcopy, perlu sosialisasi,sementara software

tersebut digunakan untuk memverifikasi tagihan sejak Januari 2009.

3. Kelemahan lainnya menunjukkan bahwa terdapat kelemahan dalam kebijakan

pendataan yang dilakukan oleh Pemda provinsi/kabupaten/kota yaitu penetapan

kriteria untuk menentukan maskin menjadi peserta Jamkesmas. Selain itu,

sebagian Pemda belum sepenuhnya memberikan kontribusi dana pendamping bagi

pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas dan terjadi ketidaksesuaian kebijakan

pengelolaan dana Jamkesmas antara Pemda berdasarkan Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Mendagri) dan SE Menkes sebagai pemilik program. Melalui surat No.

113/Menkes/II/2008 tanggal 4 Februari 2008 dan No. 028/Menkes/I/2009 tanggal

12 Januari 2009, dinyatakan bahwa dana Jamkesmas merupakan dana bantuan

Kebijakan

Page 26: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 21 dari 64

sosial yang secara langsung dapat digunakan oleh RS/PPK untuk pelayanan

peserta Jamkesmas tanpa dilewatkan menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal

lain yang menjadi kendala dalam penetapan kebijakan pada masing-masing Pemda

adalah Manlak Jamkesmas terlambat disampaikan kepada PPK dan adanya

perubahan kebijakan terkait pola pertanggungjawaban klaim oleh RS, sehingga

berpengaruh pada proses pertanggungjawaban secara keseluruhan.

Pemerintah Kota Padang tidak memiliki kebijakan yang mengatur khusus tentang

pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman

Pelaksanaan (manlak) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas

luncuran dana Jamkesmas tidak disetorkan ke Kas Daerah namun langsung digunakan

oleh UPTD dhi. Puskesmas-puskesmas yang menerima luncuran dana langsung dari

Pusat.

Untuk Puskesmas seluruh alokasi dana luncuran Jamkesmas digunakan secara

langsung dan untuk penggunaannya diatur sesuai dengan Surat Keputusan Kepala

Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 3603/VIII.SK/YANKES-DKK/2008 tanggal

Agustus 2008 tentang Penetapan Proporsi penggunaan Dana Program Jaminan

Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun

2008 yang memutuskan proporsi penggunaan dana Jamkesmas untuk :

a. Pelayanana kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)

b. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)

c. Biaya Persalinan

d. Pelayanan Spesialistik

e. Pelayanan Gawat Darurat

f. Pelayanan Rujukan Gawat Darurat

g. Dukungan Manajemen Puskesmas.

Lebih lanjut diatur dalam Lampiran Keputusan Kepala Dinas dengan rincian sebagai

berikut:

I. Dana Pelayanan Kesehatan Dasar

A. Jasa Pelayanan Kesehatan 20%

B. Biaya transportasi untuk pelayanan kesehatan dasar luar gedung

Rp25.000,00/hari

C. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama (RITP) diluar persalinan

untuk puskesmas perawatan, dengan unit cost rawat inap per hari

Rp50.000,00. Biaya perawatan termasuk akomodasi dan makan pasien,

biaya petugas jaga dan jasa pelayanan. Untuk pengadaan obat dan bahan

habis pakai menggunakan obat-obatan dan bahan habis pakai dari

pengadaan di Kabupaten/Kota.

D. Jasa tindakan pelayanan gawat darurat Rp10.000,00/paket

E. Jasa pelayanan spesialistik disesuaikan dengan peraturan daerah

F. Operasional dan manajemen puskesmas

II. Dana Pelayanan Kebidanan (Persalinan) dengan rincian biaya unit cost paket

rawat inap per hari Rp50.000,00; jasa tindakan persalinan normal

Rp200.000,00; dan jasa tindakan persalinan dengan penyulit (PONED)

Rp500.000,00.

III. Pemanfaatan dana tidak boleh tumpang tindih atau duplikasi dengan sumber

dana lain.

Dinas

Kesehatan

Kota

Page 27: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 22 dari 64

Dana Jamkesmas digunakan untuk operasional puskesmas berdasarkan Planning of

Action (POA) yang dibuat oleh masing-masing puskesmas tersebut, dimana untuk

penggunaannya/pencairannya harus mendapatkan persetujuan dari tim pengelola kota.

Disamping Jamkesmas bagi masyarakat miskin yang tidak terdaftar dalam

keanggotaan Jamkesmas, Pemerintah Kota Padang juga telah menyediakan Jamkesda

yang sumber dananya merupakan sharing cost dengan Provinsi Sumatera Barat sejak

Desember 2007. Anggaran Jamkesda berada pada Dinas Kesehatan Kota Padang yang

bekerjasama dengan PT Askes dengan sistem kontrak asuransi yang diperpanjang

setiap tahunnya. Untuk Tahun 2009 Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara PT Askes

(Persero) Cabang Padang dengan Dinas Kesehatan Kota Padang tentang Pelayanan

Kesehatan Bagi Masyarakat Mendekati Miskin/Tidak Mampu (Program Kemitraan) di

Puskesmas masih dalam proses penyusunan.

Sesuai dengan janji Walikota Incumbent yakni pelayanan kesehatan gratis, maka sejak

tahun 2009 untuk pengobatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) di Puskesmas

tidak dikenakan biaya atau gratis, bahkan untuk warga miskin yang tidak memilki

biaya untuk transportasi ke Puskesmas, maka setelah selesai pengobatan akan

diberikan pengganti transport sebesar Rp2.000,00 per orang per kunjungan. Untuk

sumber dananya dibiayai dari zakat penghasilan pegawai di lingkungan Pemerintah

Kota Padang yang dikelola oleh pihak ketiga, yakni Badan Amil Zakat (BAZ) Kota

Padang.

Dukungan RS terhadap Program Jamkesmas berjalan baik dengan memberikan

kemudahan pelayanan bagi pasien Jamkesmas sehingga berdasarkan wawancara

dengan pasien Jamkesmas, pasien tidak merasa kesulitan dan mengalami hambatan

selama melakukan pengobatan di RS. Pihak Manajemen Rumah Sakit tidak memiliki

kebijakan yang mengatur khusus tentang pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan

Jamkesmas seluruhnya mengacu pada Pedoman Pelaksanaan (manlak) yang

dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan. Perlakuan atas luncuran dana Jamkesmas

tidak melalui Kas Daerah namun langsung ditransfer ke rekening milik Rumah Sakit.

Pada RSUD Kota Padang, seluruh luncuran dana Jamkesmas ditampung pada

rekening penampungan Jamkesmas di BRI, kemudian berdasarkan jumlah klaim yang

telah disetujui oleh verifikator Independen dana tersebut ditarik kemudian digunakan

untuk pembelian obat, pembelian Bahan Habis Pakai (BHP) dan untuk pembayaran

jasa sarana dan prasarana, dan jika masih terdapat kelebihan maka disimpan pada

rekening Bank Nagari atas nama RSUD Padang. Penggunaan dana luncuran

Jamkesmas di RSUD diatur oleh Surat Keputusan Direktur RSUD Nomor 445.580/SK

Direktur/RSUD P/III/2008 tanggal 24 Maret 2008 tentang Petunjuk Operasional

Penggunaan Jasa Pelayanan Pasien Askes Pegawai, Jamkesmas dan Jamkesda Rumah

Sakit Umum Daerah Padang yang antara lain mengatur besarnya jumlah setoran ke

Kas Daerah. Jumlah setoran ke Kas Daerah ditetapkan sebesar 15% dari Jasa Sarana,

sedangkan untuk Jasa sarana sendiri ditetapkan sebesar 60% dari total klaim yang

disetujui. Dengan kata lain, jumlah setoran ke Kas Daerah adalah sebesar 9% dari total

klaim yang disetujui, dan sisanya digunakan langsung untuk operasional Rumah Sakit.

Hasil evaluasi terhadap kebijakan Pemerintah Kota Padang terhadap penerimaan dan

pengeluaran dana Jamkesmas di RSUD Kota Padang dan Puskesmas-puskesmas Kota

Padang belum sesuai dengan pengelolaan Keuangan Daerah. Dana Jamkesmas yang

diterima digunakan langsung oleh puskesmas, sedangkan di RSUD Kota Padang

RSUD

Kota

Padang

Page 28: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 23 dari 64

sebesar 9% dari klaim dana jamkesmas telah disetor ke kas daerah dan sisanya 91%

digunakan langsung.

Hasil evaluasi atas perencanaan yang telah dilakukan oleh Departemen Kesehatan

menunjukkan bahwa perencanaan dalam rangka penyaluran dana pelayanan kesehatan

ke puskesmas dan jaringannya belum memperhatikan kebutuhan puskesmas.

POA merupakan unsur perencanaan yang wajib dibuat oleh puskesmas dan harus

mendapat persetujuan kepala Dinkes kabupaten/kota untuk pencairan anggaran

Jamkesmas. POA yang disusun oleh puskesmas berupa POA tahunan (pada awal

kegiatan) maupun POA bulanan/triwulanan/tahunan sebagai rencana pelaksanaan

kegiatan bulanan/triwulanan. Hasil evaluasi atas kegiatan penyusunan anggaran oleh

puskesmas dalam bentuk POA menunjukkan bahwa secara umum puskesmas belum

menyusun POA bulanan/triwulanan/tahunan.

Hasil evaluasi atas prosedur kerja Pemerintah Kota Padang tidak memiliki SOP untuk:

• Tim Pengelola Jamkesmas

• SOP untuk rekruitmen verifikator independen

• Prosedur monitoring dan evaluasi PPK

• SOP tentang pedataan masyarakat miskin Jamkesmas

• Prosedur koordinasi tim dengan PT Askes, Dinas Kesehatan, Direktur PPK Tingkat

Lanjut, Satker yang melakukan pendataan, atau internal tim.

Seluruh tugas, kegiatan Tim Pengelola Jamkesmas mengacu kepada Pedoman

Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 dan diperbaharui dengan Pedoman Pelaksanaan

Jamkesmas Tahun 2009.

Beberapa prosedur kerja yang belum diatur dalam Manlak Program Jamkesmas yaitu

mekanisme penilaian kinerja verifikator independen, dan mekanisme pembuatan PKS

antara Pemda dengan RS. Selain itu Depkes belum secara optimal dalam menyediakan

sarana dan prasarana pendukung Program Jamkemas di RS, dan kegiatan manajemen

kepesertaan yang telah dilaksanakan oleh PT Askes (Persero) dalam penyelenggaraan

Program Jamkesmas sampai dengan Bulan Juni 2009 belum diikat dengan PKS.

Disamping itu Pertanggungjawaban dan kapitasi pada puskesmas dan jaringannya

tidak terintegrasi dengan sistem pengelolaan keuangan daerah dan pendistribusiannya

mengalami keterlambatan, dan Software Jamkesmas 2008 dan INA-DRG 2009

terlambat diterima dan belum dapat dioperasionalkan oleh RS sesuai kebutuhan.

Penerimaan dana Jamkesmas oleh Puskesmas adalah melalui PT Pos, sedangkan

penerimaan dana Jamkesmas oleh RS adalah melalui rekening RS masing-masing

sesuai dengan yang dilaporkan kepada Depkes. Namun dalam pelaksanaannya SK

tentang Alokasi Dana Jamkesmas dari Depkes tidak rutin diterima setiap awal

triwulan.

Hasil evaluasi atas pencatatan dan pelaporan diketahui bahwa pelaporan secara

berjenjang dari PPK (puskesmas dan RS) sampai ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat

Prosedur

Kerja

Pencatatan

dan

Pelaporan

Perencanaan

Page 29: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 24 dari 64

tidak dilaksanakan secara tertib. Penyampaian laporan dari Tim Pengelola Kota

kepada Tim Pengelola Provinsi tidak disampaikan tepat waktu.

Tim Pengelola Kota Padang telah melakukan pencatatan atas dana yang dikelolanya,

seperti dana Dekon dan dana Bantuan Sosial dari Departemen Kesehatan yang

digunakan untuk biaya operasional dan honor Tim Pengelola Kota. Sedangkan untuk

masing-masing puskesmas memiliki Bendahara tersendiri yang mencatat dan

membukukan transaksi keluar masuk dana Jamkesmas. Bendahara Jamkesmas

biasanya juga merangkap sebagai Bendahara Jamkesda. Paling lambat tanggal 5 setiap

bulannya masing-masing puskesmas membuat laporan penerimaan dan penggunaan

dana Jamkesmas sesuai Manlak yang ditandantangani oleh Kepala Puskesmas.

Kemudian tanggal 10 setiap bulannya Tim Pengelola Kota melakukan kompilasi

laporan dari seluruh Puskesmas tersebut untuk dikirimkan kepada Tim Koordinasi

Provinsi.

Sekretariat Tim Pengelola Program Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang setiap

bulannya melakukan rekapitulasi laporan dari seluruh laporan hasil kegiatan

Puskesmas di wilayah Kota Padang dengan menggunakan format yang telah

ditentukan dalam Juknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008 dan

mengirimkan ke Dinas Kesehatan Provinsi cq Sekretariat Tim Pengelola Program

Jamkesmas Dinas Kesehatan Provinsi.

Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas Kota Padang juga telah membuat

laporan pertanggungjawaban dana Bansos dan Dekon untuk mendanai kegiatannya

dan mengirimkan laporan tersebut ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Pencatatan atas pengelolaan dana Jamkesmas dilaksanakan oleh Tim Pelaksana

Jamkesmas RSUD dengan menunjuk satu orang bendahara Jamkesmas yang

bertanggungjawab terhadap penggunaan dana luncuran dari pusat dan

menyelenggarakan pembukuan dan kelengkapan administrasi penggunaan dana.

Bendahara Jamkesmas telah membuat BKU atas dana jamkesmas yang

pengelolaannya terpisah dari bendahara rutin RSUD. Sejak Tahun 2008 RSUD Kota

Padang telah mengalami pergantian bendahara Jamkesmas sebanyak 4 kali.

RSUD Padang sebagai pemberi pelayanan kesehatan setiap bulannya berkewajian

membuat laporan bulanan yang disampaikan kepada kepada Tim Pengelola Kota

untuk kemudian dikompilasikan dan dikirimkan kepada Tim Pengelola Provinsi.

Namun dalam pelaksanannya, selama Tahun 2008 Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD

Padang tidak pernah membuat laporan bulanan untuk disampaikan kepada Tim

Pengelola Jamkesmas Kota. Sampai saat ini Tim pelaksana RSUD baru membuat

laporan bulan Januari sampai dengan September 2008 pada Februari 2009. Sedangkan

untuk bulan Oktober 2008 sampai Agustus 2009, Tim Pelaksana RSUD belum

membuat laporan pelaksanaan jamkesmas.

Hasil evaluasi terhadap personalia pendukung Program Jamkesmas menunjukkan

adanya kekurangan dan ketidaksiapan tenaga pelaksana Program Jamkesmas. Hal

tersebut terlihat dari kurangnya tenaga pembukuan di puskesmas dan ketidaksiapan

tenaga administrasi, petugas coder, tenaga medis untuk menuliskan diagnosa yang

sesuai dengan sistem INA DRG, bagian farmasi, hingga verifikator independen di RS.

Personalia

Dinas

Kesehatan

RSUD Kota

Padang

Page 30: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 25 dari 64

Tenaga pelaksana di lapangan untuk Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang terdiri

dari 3 orang, dimana Personil yang menangani Jamkesmas hanya 2 orang dan 1 orang

yang menangani Jamkesda. Dibandingkan dengan jumlah kepesertaan untuk program

Jamkesmas dan Jamkesda jumlah personil tersebut sangat minim.Personil yang

menangani Jamkesmas dan Jamkesda adalah sama dan terletak pada satu seksi yang

sama, yakni seksi Pelayanan Kesehatan.

Sedangkan untuk di puskesmas sebagai pemberi pelayanan kesehatan, jumlah tenaga

bidan dan perawat yang tersedia kurang memadai untuk melayani pasien Jamkesmas.

Untuk memperlancar pelaksanaan program Jamkesmas di RSUD, diperlukan SDM

dengan jumlah dan kualitas yang memenuhi standar yang telah ditetapkan dalam

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2008. Pada RSUD

Padang jumlah SDM unit pelayanan masih sangat terbatas untuk pengelolaan program

jamkesmas di Rumah Sakit. Berdasarkan questioner diketahui bahwa RSUD Padang

termasuk RS tipe C dengan rincian tenaga medis sebagai berikut :

a. Jumlah Dokter Umum : 39 orang

b. Jumlah Spesialis : 12 orang

c. Jumlah Sub Spesialis : 2 orang

d. Jumlah Perawat : 87 orang

e. Jumlah Entry Data : 3 orang

f. Jumlah Coder : 11 orang (seluruh pegawai bagian Rekam

Medis

g. Jumlah Verifikator Independen : 2 orang

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga medis sangat tidak

memadai untuk pelayanan rumah sakit dengan tipe C.

Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif

dan efisien sesuai prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan dilaksanakan

oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota secara berkala (bulanan, triwulanan, semesteran,

maupun tahunan) melalui pertemuan dan koordinasi, pengelolaan pelaporan program,

kunjungan lapangan dan supervisi, serta penelitian langsung.

Pelaksanaan pengawasan penyelenggaraan Program Jamkesmas dilakukan oleh Aparat

Pengawasan Fungsional (Itjen Depkes dan BPKP). Pada Bulan November – Desember

tahun 2008 telah dilaksanakan pemeriksaan pelaksanaan Program Jamkesmas oleh

Itjen Depkes dan BPKP.

Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari

termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa kegiatan

pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan. Untuk meningkatkan

kinerja berikutnya, dilakukan analisis terhadap laporan hasil kegiatan.

Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pelayanan di puskesmas- puskesmas telah

dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kota dan telah dituangkan dalam laporan

hasil monitoring. Sedangkan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan pelayanan di RS

dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kota dan Tim Pengelola Jamkesmas

Provinsi. Sejak pelaksanaan Jamkesmas tahun 2008 Tim Pengelola Kota dan Tim

Pengelola Provinsi tidak pernah turun atau melakukan supervisi ke RSUD Padang.

Pengawasan

Dinas

Kesehatan

RSUD

Padang

Page 31: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 26 dari 64

1. Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan

Sisa Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan

Petunjuk Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya

Versi BKU Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas) mengalokasikan

dana kapitasi untuk Puskesmas dalam dua tahap berdasarkan SK Menkes No.

HK.03.05/BI.1/3456/08 tanggal 28 November 2008 tentang Kab./Kota Penerima Dana

Program Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya. Alokasi dana kapitasi tahap ke

dua merupakan tambahan dana kapitasi tahap pertama akibat kesalahan penghitungan

saldo akhir 2007.

Dalam rangka penyaluran dana ke Puskesmas, Ditjen Bina Kesmas menggunakan data

sisa dana kapitasi yang berada di Rekening Giro atas nama Puskesmas di PT POS

Indonesia (Persero). Saldo sisa dana kapitasi tersebut berbeda dengan dana yang

terdapat pada Laporan Pengelolaan Jamkesmas dari Dinas Kesehatan Kab./kota yang

memuat data sisa dana kapitasi seluruh Puskesmas di wilayahnya. Data sisa dana

kapitasi seluruh puskesmas diperoleh dari laporan masing-masing Puskesmas yang

merupakan gabungan saldo dana kapitasi di beberapa rekening yang dibuka

Puskesmas. Saldo tersebut berasal dari program-program jaminan kesehatan tahun-

tahun sebelumnya (PKPS-BBM dan Askeskin) maupun sisa dana yang ada di kas

Puskesmas.

Pada Tahun 2008, Dinas Kesehatan Kota Padang Provinsi Sumatera Barat menerima

dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan

sebesar Rp1.623.403.000,00 dan pada Tahun 2009 sebesar Rp2.220.012.000,00.

Jumlah tersebut telah disalurkan kepada 20 Puskesmas yang ada di Kota Padang

sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2008

Nomor 3603/VII/SK/DKK/VII/2008 tanggal 23 Juli 2008 dan untuk Tahun 2009

berdasarkan SK Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang Nomor 2687/SK/DKK/VI/2009

tanggal 1 Juni 2009.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa:

a. Besarnya dana Jamkesmas yang dialokasikan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang

pada Tahun 2008 dan 2009 dihitung dengan tidak mempertimbangkan saldo dana

Jamkesmas/Askeskin/PKPS-BBM tahun-tahun sebelumnya dengan rincian

sebagai berikut:

No Nama

Puskesmas

No & Nama

Rekening

Saldo tahun

Lalu yg

Dilaporkan

(Rp)

Jumlah Alokasi

Sesuai Maskin

(185.001 x 1000

x 12) (Rp)

Jumlah Alokasi

Seharusnya (Rp)

Realisasi

Penyaluran

Sesuai SK

Dinkes (Rp)

Selisih

1 2 3 4 5 6=5-4 7 8=7-6

Tahun 2008

1 Padang Pasir 2500000 564 91.791.393,00 102.981.442,27

2 Alai 2500000 575 50.155.439,00 43.082.192,94

3 Lapai 2500000 702 12.380.177,00 21.133.171,00

4 Nanggalo 2500000 611 46.525.754,00 45.529.745,75

5 Lubuk Buaya 2500000 520 25.316.165,00 169.118.003,58

Dinas

Kesehatan

Kota

Padang

Temuan

Pemeriksaan

Page 32: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 27 dari 64

No Nama

Puskesmas

No & Nama

Rekening

Saldo tahun

Lalu yg

Dilaporkan

(Rp)

Jumlah Alokasi

Sesuai Maskin

(185.001 x 1000

x 12) (Rp)

Jumlah Alokasi

Seharusnya (Rp)

Realisasi

Penyaluran

Sesuai SK

Dinkes (Rp)

Selisih

1 2 3 4 5 6=5-4 7 8=7-6

6 Air Dingin 2500000 495 64.719.453,00 124.597.105,76

7 Air Tawar 2500000 677 11.713.927,00 19.940.098,67

8 Ulak Karang 2500000 597 11.524.148,36 35.678.126,39

9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 145.668.868,63

10 Seberang Padang 2500000 519 35.927.915,00 30.282.983,11

11 Rawang 2500000 622 69.928.500,85 56.170.898,27

12 Pemancungan 2500000 553 18.493.000,00 55.302.411,79

13 Pauh 2500000 713 91.270.168,00 100.261.939,15

14 Lubuk Kilangan 2500000 531 14.706.786,00 80.839.423,33

15 Lb. Begalung 2500000 688 102.897.476,00 146.072.407,80

16 Pegambiran 2500000 586 122.207.719,00 127.097.294,11

17 Kuranji 2500000 699 40.819.436,00 50.477.486,91

18 Belimbing 2500000 508 74.475.642,00 108.183.588,55

19 Ambacang 2500000 542 34.772.754,00 83.602.789,40

20 Bungus 2500000 644 28.527.070,00 77.383.022,59

Total 1.048.086.383,21 2.220.012.000,00 1.171.925.616,79 1.623.403.000,00 451.477.383,21

Menurut SK Menkes 2008 596.609.000,00 2.220.012.000,00 1.623.403.000,00 1.623.403.000,00 0,00

Selisih 451.477.383,21 0,00 (451.477.383,21) 0,00 451.477.383,21

Tahun 2009

1 Padang Pasir 2500000 564 88.606.535,00 212.500.000,00

2 Alai 2500000 575 60.004.883,00 65.000.000,00

3 Lapai 2500000 702 11.011.038,59 90.000.000,00

4 Nanggalo 2500000 611 43.894.324,00 175.000.000,00

5 Lubuk Buaya 2500000 520 78.669.441,00 212.500.000,00

6 Air Dingin 2500000 495 68.770.008,30 205.000.000,00

7 Air Tawar 2500000 677 3.878.112,00 91.000.000,00

8 Ulak Karang 2500000 597 15.361.424,36 102.500.000,00

9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 140.000.000,00

10 Seberang Padang 2500000 519 22.827.539,00 127.500.000,00

11 Rawang 2500000 622 106.970.143,85 36.512.000,00

12 Pemancungan 2500000 553 35.593.707,00 77.500.000,00

13 Pauh 2500000 713 118.223.441,97 127.500.000,00

14 Lubuk Kilangan 2500000 531 55.391.709,92 77.500.000,00

15 Lb. Begalung 2500000 688 186.506.708,00 47.500.000,00

16 Pegambiran 2500000 586 202.861.036,00 45.000.000,00

17 Kuranji 2500000 699 49.771.422,00 90.000.000,00

18 Belimbing 2500000 508 144.135.850,00 47.500.000,00

19 Ambacang 2500000 542 86.751.293,00 90.000.000,00

20 Bungus 2500000 644 39.910.292,00 160.000.000,00

Total 1.519.072.368,99 2.220.012.000,00 700.939.631,01 2.220.012.000,00 1.519.072.368,99

Sisa dana menurut SK Menkes 2009 0,00 2.220.012.000,00 2.220.012.000,00 2.220.012.000,00 0,00

Selisih 1.519.072.368,99 0,00 1.519.072.368,99) 0,00 1.519.072.368,99

Saldo dana Tahun 2007, berasal dari program-program sejenis tahun sebelumnya

(PKPS BBM, JPK MM, Askeskin). Namun Laporan yang ada tidak memisahkan

sumber dana tersebut secara jelas.

Berdasarkan Tabel di atas diketahui sisa dana Jamkesmas Tahun 2007 yang ada

di Dinas Kesehatan Kota Padang sebesar Rp1.048.086.382.001,21 berbeda

dengan sisa dana Jamkesmas Kota Padang yang tercantum dalam SK Menkes No.

438/Menkes/SK/V/2008 tanggal 28 Mei 2008 tentang penerima dana program

Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya untuk tiap kabupaten/kota TA 2008

yaitu sebesar Rp596.609.000,00. Sedangkan luncuran pada Tahun 2009 tidak

mempertimbangkan sisa dana 2008 (sebesar Rp1.519.072.368,99).

Page 33: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 28 dari 64

Dari kondisi di atas diketahui bahwa sisa dana di Puskesmas yang dijadikan dasar

bagi peluncuran Tahun 2008 lebih kecil bila dibandingkan dengan sisa dana

sesungguhnya yang dimiliki Puskesmas, dengan selisih sebesar

Rp451.477.383,21. Demikian juga dengan alokasi bagi Dinas Kesehatan Kota

Padang di Tahun 2009 sebesar Rp2.220.012.000,00 tidak mempertimbangkan

sisa dana jamkesmas Tahun 2008 dan saldo sisa sebelumya (PKPS BBM,

Askeskin) yakni sebesar Rp1.519.072.368,99

b. Selain itu, dari hasil pemeriksaan lebih lanjut juga diketahui bahwa pengalokasian

dana Jamkesmas untuk Puskesmas pada Tahun 2008, tidak berdasarkan pada

Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008. Dinas

Kesehatan Kota Padang telah mengalokasikan terlebih dahulu dana kapitasi untuk

Puskesmas Rawatan berdasarkan tingkat rawat inap tahun sebelumnya. Untuk

kemudian terhadap sisa dana kapitasi setelah dikurangi bagian Puskesmas

rawatan dialokasikan ke seluruh Puskesmas di Kota Padang. Pengalokasian sisa

dana kapitasi non rawatan ini ke masing-masing Puskesmas tidak berdasarkan

perhitungan yang jelas. (rincian pada lampiran 3.1)

c. Sisa dana yang dilaporkan oleh Puskesmas pada akhir 2007 tidak sama dengan

jumlah yang tercatat pada BKU masing-masing Puskesmas. Ketika

dikonfirmasikan ke Puskesmas dan pihak pengelola Jamkesmas Kota Padang,

diperoleh keterangan bahwa perbedaan tersebut karena kesalahan pengetikan oleh

Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang dalam proses pencatatan

saldo masing-masing puskesmas tersebut.(rincian pada lampiran 3.2)

Hal tersebut tidak sesuai dengan :

a. Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008 Bab III

poin B mengenai Alokasi Dana yang menyatakan bahwa Saldo dana Jamkesmas

yang merupakan bantuan sosial digunakan untuk membiayai kegiatan di tahun

berikutnya. Alokasi dana tiap Kab./Kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan

tidak mampu yang ditetapkan Menkes (kuota) dikalikan Rp1.000,00 dikalikan 12

bulan. Sedangkan alokasi dana tiap Kab./Kota dan selanjutnya dikirim ke

rekening puskesmas, besarannya dikurangi dengan sisa dana Tahun 2007 yang

masih tecatat di rekening giro POS per Januari 2008, sehingga alokasi dana per

puskesmas yang ditetapkan Kepala Dinas Kesehatan Kab./Kota harus

memperhatikan sisa dana di puskesmas.

Hal tersebut mengakibatkan :

a. Dana Jamkesmas yang diterima oleh masing-masing puskesmas tidak tepat

jumlah (berlebih) sebesar Rp451.477.383,21 untuk TA 2008 dan sebesar

Rp1.519.072.368,99 untuk TA 2009.

b. Dana Jamkesmas yang berlebih berpotensi untuk digunakan tidak sesuai

peruntukkannya.

Hal tersebut terjadi karena :

a. Kepala Dinas Kesehatan tidak memperhatikan ketentuan tentang pengalokasian

dana kapitasi.

b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lalai dalam melaporkan

sisa dana yang masih berada pada masing-masing puskesmas yang berada

diwilayahnya.

Page 34: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 29 dari 64

c. Kepala Puskesmas lalai dan tidak melaporkan seluruh saldo rekening mereka di

PT. Pos Indonesia, Bank BRI, Bank BPD dan bank lainnya kepada Tim Pengelola

Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang.

Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menjelaskan bahwa

langkah-langkah yang dilakukan untuk menyalurkan dana kapitasi ke puskesmas

Tahun 2008 yaitu dengan menjumlahkan sisa dana Tahun 2007 yang ditetapkan pusat

ditambah luncuran Tahun 2008, kemudian dialokasikan ke puskesmas berdasarkan

jumlah maskin, utilisasi rawat inap dan rawat jalan. Sedangkan untuk Tahun 2009

adalah dengan mengurangi quota dari pusat dengan sisa dana Tahun 2008 kemudian

diakalikan 2,5 kali dari jumlah sebelumnya.

BPK RI merekomendasikan agar Kepala Dinas Kesehatan dalam menetapkan alokasi

luncuran dana kapitasi kepada puskesmas pembagiannya mempedomani pedoman

pelaksanaan jamkesmas pada puskesmas dan jaringannya.

2. Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang

Sebesar Rp59.052.400,00 Tidak Sesuai Ketentuan

Pemerintah Kota Padang memiliki 20 Puskesmas yang merupakan UPTD Dinas

Kesehatan yang tersebar pada 11 kecamatan. Berdasarkan Surat Keputusan (SK)

Menteri Kesehatan Nomor 483/Menkes/SK/IV/2008 tentang Penerima Dana Program

Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya. Pemerintah Kota Padang mendapatkan

alokasi dana sebesar Rp1.623.403.000,00, sedangkan untuk Tahun 2009 berdasarkan

SK Menkes Nomor 256/Menkes/SK/IV/2009, Pemerintah Kota Padang mendapatkan

alokasi sebesar Rp2.220.012.000,00. Jumlah dana dari pusat tersebut setiap tahunnya

dialokasikan kepada 20 Puskesmas sesuai dengan SK kepala Dinas Kesehatan Kota

Padang No.2687/SK/DKK/VI/2009 tentang penerima alokasi dana pelayanan

kesehatan dasar dan persalinan bagi penduduk miskin Kota Padang Tahun Anggaran

2009, dan SK Kepala Dinas No.3603/VII/SK/DKK/VII/2008 tanggal 22 Juli 2008.

Berdasarkan pemeriksaan secara uji petik pada lima puskesmas yang ada di Kota

Padang diketahui hal-hal berikut:

a. Alokasi dana luncuran untuk ke-lima puskesmas tersebut adalah sebagai berikut :

No. Nama Puskesmas

Tahun

2008

(Rp)

2009

(Rp)

1 Puskesmas Andalas 145.668.868,63 140.000.000,00

2 Puskesmas Padang Pasir 102.981.442,27 212.500.000,00

3 Puskesmas Lubuk Begalung 146.072.407,80 47.500.000,00

4 Puskesmas Bungus 77.383.022,59 160.000.000,00

5 Puskesmas Lubuk Buaya 169.118.003,58 212.500.000,00

Total: 641.223.744,87 772.500.000,00

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap SPJ dari kelima Puskesmas yang diuji

petik terdapat penggunaan dana Jamkesmas tidak sesuai ketentuan yang berlaku,

antara lain sebagai berikut:

Page 35: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 30 dari 64

No. Uraian Nilai (Rp)

1 Puskesmas Andalas

Biaya Konsumsi Mini Lokakarya

Biaya Spanduk

Biaya Service Alat Elektronik

Biaya Pembakaran Sampah Medis

Biaya Cetak Kartu

Biaya Cetak Kertas Resep

10.500.000,00

815.000,00

2.097.000,00

1.191.250,00

1.800.000,00

540.000,00

Jumlah I 16.943.250,00

2 Puskesmas Padang Pasir

Biaya Konsumsi Mini Lokakarya

Biaya Spanduk

Biaya Service elektronik

Biaya Pembakaran Sampah Medis

Biaya Sedot WC

Biaya Kartu

Biaya Registrasi Posyandu

Biaya Foto Dokumentasi

Biaya Cetak Kertas Resep

16.497.100,00

275.000,00

2.583.500,00

1.764.000,00

250.000,00

4.450.000,00

402.000,00

500.000,00

1.050.000,00

Jumlah II 27.771.600,00

3 Puskesmas Lubuk Begalung

Biaya Cetak

3.450.000,00

Jumlah III 3.450.000,00

4 Puskesmas Bungus

Pembakaran Sampah Obat

Biaya Konsumsi Mini Lokakarya

108.000,00

4.329.550,00

Jumlah IV 4.437.550,00

5 Puskesmas Lubuk Buaya

Pajak Kendaraan Bermotor

Biaya Konsumsi Mini Lokakarya

2.660.000,00

3.790.000,00

Jumlah V 6.450.000,00

Jumlah 59.052.400,00

Pemeriksaan lebih lanjut diketahui bahwa untuk Tahun 2008, proporsi penggunaan

dana Jamkesmas Kota Padang diatur berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas

Kesehatan Nomor 3603/VIII/Yankes-DKK/2008 tanggal Agustus 2008 tentang

Penetapan Proporsi Penggunaan Dana Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun 2008. Berdasarkan SK

tersebut proporsi dana tersebut terdiri dari a) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan

Tingkat Pertama (RJTP); b) Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

(RITP); c) Biaya Persalinan; d) Pelayanan Spesialistik; e) Pelayanan Gawat Darurat; f)

Pelayanan Rujukan Gawat Darurat; g) Dukungan Manajemen Puskesmas.

Penggunaan dana lebih lanjut diatur berdasarkan Lampiran Keputusan Kepala Dinas

Kesehatan Kota Padang Tanpa (Nomor --/--SK/YANKES-DKK/2008) tanggal 24 juli

2008 tentang Penetapan jenis kegiatan dan jasa penggunaan dana program jaminan

pemeliharaan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun

2008. Dari lampiran SK tersebut terdapat penggunaan-penggunaan dana yang tidak

sesuai Manlak dan Juknis Pelaksanaan Jamkesmas di Puskesmas, antara lain:

penyelenggaraan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) termasuk

pencatatan dan pelaporan serta kartu rekam medis, biaya untuk perpanjangan STNK

kendaraan operasional Puskesmas, biaya untuk menunjang mutu pelayanan di

puskesmas dan jaringannya.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) di Puskesmas dan Jaringannya Tahun 2008, Bab III Pendanaan, Poin E

Page 36: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 31 dari 64

tentang Pemanfaatan Dana yang mengatakan bahwa pemanfaatan dana disesuaikan

dengan alokasi biaya untuk setiap kegiatan yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Pembayaran Retribusi

b. Operasional Pelayanan Kesehatan

c. Pelayanan Rawat Inap

d. Pertolongan Persalinan

e. Pelayanan Spesialis

f. Transportasi Rujukan

Hal tersebut mengakibatkan pemanfaatan dana Jamkesmas untuk Puskesmas dan

jaringannya tidak tepat sasaran sebesar Rp59.052.400,00;

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Kepala Dinas Kesehatan dalam menerbitkan Surat Keputusan tentang alokasi

dana pelayanan penetapan kesehatan dasar dan persalinan bagi penduduk miskin

di Puskesmas dan Jaringannya tidak mempedomani ketentuan/ aturan yang lebih

tinggi;

b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lemah dalam

melakukan pengawasan dan pengendalian atas penggunaan dana oleh Puskesmas

yang berada dibawah unit kerjanya.

Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan bahwa

dasar pembuatan Surat Keputusan Kepala Dinas tentang penggunaan dana Jamkesmas

masih mengacu pada Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar dan Pertolongan

Persalinan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di

Puskesmas dan Jariangannya Tahun 2007. Selain itu dengan APBD saat ini yang

sangat minim dan dana lainnya tidak memadai, memang puskesmas menggunakan

dana Jamkesmas untuk tambahan biaya operasional.

BPK RI merekomendasikan agar:

a. Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang mempedomani ketentuan yang berlaku

dalam menerbitkan Surat Keputusan;

b. Tim Pengelola Jamkesmas Dinas Kesehatan Kota Padang lebih aktif melakukan

pengendalian dan pengawasan atas penggunaan dana Jamkesmas di puskesmas-

puskesmas se-Kota Padang.

3. Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana

Jamkesmas dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang

Statusnya SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan

Pengelolaan Keuangan Daerah

Seluruh Pemerintah Provinsi dan Kab/Kota menerima bantuan sosial dari Pemerintah

Pusat (Departemen Kesehatan) berupa dana Jamkesmas yang ditransfer langsung ke

rekening penampungan dana Jamkesmas milik Rumah Sakit (RS), termasuk RS yang

masih berstatus SKPD. Atas penerimaan dana luncuran Jamkesmas tersebut setiap

Pemda mempunyai kebijakan akuntansi yang berbeda-beda. Hasil pemeriksaan

terhadap pengelolaan dana Jamkesmas dan penyajiannya pada laporan keuangan atas

RSUD Kota Padang yang disampel diketahui bahwa RSUD Kota Padang menyetorkan

sebagian dana luncuran tersebut ke Kas Daerah sedangkan Puskesmas sebagai UPTD

Page 37: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 32 dari 64

Dinas Kesehatan tidak menyetorkan dana kapitasi pengelolaan Jamkesmas ke Kas

Daerah. Untuk lebih jelasnya digambarkan pada tabel berikut :

No.

Pemberi

Pelayanan

Kesehatan

Kab./Kota

Jumlah

Luncuran 2008

(Rp)

Perlakuan Dana Luncuran

Disetor Kas

Daerah

(Rp)

Digunakan

Langsung

(Rp)

1 RSUD

Padang Padang 1.669.888.423,67 204.989.028,00 1.464.899.395,67

2 20 Puskesmas Padang 1.623.403.000,00 0,00 1.623.403.000,00

a. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)

Selama ini atas dana-dana luncuran Askes Sosial/Pegawai, Jamkesmas, dan

Jamkesda penggunaannya ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Rumah

Sakit Nomor 445.580/SK Direktur/RSUD.P/III/2008 tanggal 24 Maret 2008 yang

mengacu pada SK Menteri Kesehatan yang membagi Penerimaan RSUD sebesar

60% untuk Jasa Sarana dan 40% untuk Jasa Pelayanan. Jumlah yang disetorkan

ke Kas Daerah adalah sebesar 15% dari Jasa Sarana dan dicatat sebagai

pendapatan retribusi pelayanan kesehatan pada LK Kota Padang sedangkan

sisanya digunakan langsung sebagai biaya operasional dan pengadaan obat

RSUD.

b. Puskesmas se Kota Padang

Atas dana Kapitasi Askes Sosial/Pegawai, Jamkesmas dan Jamkesda yang

diterima oleh Puskesmas selama ini tidak disetorkan ke Kas Daerah dan

digunakan langsung oleh Puskesmas untuk kegiatan operasional Puskesmas.

Puskesmas menggunakan dana-dana luncuran tersebut berdasarkan POA yang

telah disetujui oleh Kepala Dinas Kota Padang. Untuk kebijakan penggunaannya

telah diatur dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang

Nomor 3603/VIII/SK/YANKES-DKK/2008 tanggal Agustus 2008 tentang

Penetapan Proporsi Penggunaan Dana Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) Puskesmas Kota Padang Tahun 2008.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Pasal 16 ayat

(2) menyatakan bahwa Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/Daerah

pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.

Dalam menyikapi hal tersebut Pemerintah Kota Padang belum menetapkan suatu

kebijakan khusus yang mengatur hal tersebut. Sampai saat ini berdasarkan Perda

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Nomor 01 tahun 2008 dan Peraturan

Walikota Nomor 22 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota

Padang tidak ditemukan aturan/kebijakan tentang penggunaan pendapatan secara

langsung tersebut. Pemerintah Kota Padang menganut Cash Basis dimana Pendapatan

dan Pengeluaran diakui pada saat disetorkan/dikeluarkan ke/dari Kas Daerah.

Sehingga untuk dana yang ditrasfer langsung dari Pemerintah Pusat ke rekening

SKPD tanpa melalui rekening Kas Daerah tidak pernah tercatat dan dilaporkan oleh

SKPD yang bersangkutan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.

Dengan demikian selama ini Pemerintah Kota Padang belum menganggarkan

pendapatan dan belanja RSUD dan Dinas Kesehatan atas dana Kapitasi Askes

Page 38: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 33 dari 64

Sosial/Pegawai, Jamkesmas, dan Jamkesda dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA) RSUD dan Dinas Kesehatan. Sehingga atas saldo akhir tahun yang masih

terdapat pada masing-masing rekening penampungan Askes Sosial/Pegawai,

Jamkesmas, dan Jamkesda tidak tercatat dalam Laporan Keuangan RSUD maupun

Dinas Kesehatan dan juga tidak dilaporkan ke Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset

(DPKA) Kota Padang sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD).

Atas permasalahan ini telah menjadi Catatan Pemeriksaan atas Pemeriksaan Laporan

Keuangan Kota Padang TA 2008 dengan Nomor LHP 172/S/XVIII.PDG/07/2009

tanggal 30 Juli 2009. Tanggapan pihak RSUD terhadap catatan pemeriksaan tersebut

adalah untuk unit kerja yang bertugas dalam pelayanan langsung kepada masyarakat

sebaiknya dapat mengelola sendiri keuangan unit kerjanya, mengingat jika harus

melalui Kas Daerah untuk mekanisme pengeluarannya membutuhkan waktu yang

relatif lama dan berbelit.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 16:

1) Ayat (2) yang menyatakan bahwa penerimaan harus disetor seluruhnya ke

Kas Negara/Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam peraturan

pemerintah;

2) Ayat (3) yang menyatakan bahwa penerimaan Kementrian

Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah tidak boleh digunakan

langsung untuk membiayai pengeluaran.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah

1) Pasal 57 ayat (2) yang menyatakan bahwa Bendahara Penerima wajib

menyetor seluruh penerimaannya ke rekening kas umum daerah selambat-

lambatnya dalam waktu 1 (satu) hari kerja.

2) Pasal 59 ayat (1) yang menyatakan bahwa penerimaan SKPD yang

merupakan penerimaan daerah tidak dapat diperguakan langsung untuk

pengeluaran

c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 20 ayat (1) yang menyatakan bahwa seluruh

pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah dianggarkan secara

bruto dalam APBD.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Penerimaan dan pengeluaran dana Jamkesmas di RSUD Padang tidak seluruhnya

tercatat dan dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)

Kota Padang

b. Dana Jamkesmas yang dikelola oleh RSUD Kota Padang kurang terkendali.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Kebijakan Kepala Daerah yang mengatur tentang penerimaan dan pengeluaran

RSUD dari dana Jamkesmas belum mempedomani ketentuan pengelolaan

Keuangan Daerah;

b. Belum adanya Kebijakan Kepala Daerah yang mengatur penerimaan dan

pengeluaran Puskesmas dari dana Jamkesmas.

Page 39: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 34 dari 64

Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur RSUD Kota Padang

menyatakan bahwa hal tersebut memang benar, dan atas dana luncuran yang tidak

disetorkan ke Kas Daerah karena dana tersebut merupakan dana bantuan sosial dari

Departemen Kesehatan sehingga tidak diharapkan untuk disetorkan ke Kas Daerah,

dan jika dana jamkesmas ini dimasukkan ke dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)

dikhawatirkan akan menghambat dan menjadi kendala dalam pelayanan masyarakat

miskin sesuai dengan yang diinstruksikan oleh Menteri Kesehatan RI.

BPK RI menyarankan Walikota Padang agar:

a. Membuat kebijakan/peraturan daerah yang mengatur tentang dana Jamkesmas

yang diterima oleh RSUD Padang berpedoman pada ketentuan Pengelolaan

Keuangan Daerah;

b. Membuat kebijakan tentang dana Jamkesmas yang diterima oleh Puskesmas

dengan berpedoman pada ketentuan Pengelolaan Keuangan Daerah.

4. Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan

Jamkesda Kota Padang

Pemerintah Kota Padang telah membuat Keputusan Walikota Padang Nomor 118

Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi

Masyarakat Miskin Kota Padang. Keputusan tersebut memuat 185.001 jiwa yang

merupakan masyarakat miskin yang berhak untuk memperoleh layanan kesehatan

gratis melalui program Askeskin di Tahun 2007. Pada Tahun 2008, untuk program

Jamkesmas, tidak ada perubahan jumlah kuota masyarakat miskin dan nama peserta

Jamkesmas Kota Padang. Hanya dilakukan pendataan ulang atas jumlah data yang

ternyata masih kurang dalam database Askeskin Kota Padang di PT Askes (Persero)

Cabang Padang, sebanyak 36.925 jiwa. Atas jumlah kekurangan database tersebut

tidak diterbitkan Keputusan Walikota yang baru. Data masyarakat untuk mencukupi

kekurangan tersebut hanya diantarkan dalam bentuk softcopy ke PT Askes (Persero)

Cabang Padang. Dan sampai pemeriksaan berakhir, Tim BPK RI tidak berhasil

memperoleh softcopy tersebut.

Selanjutnya, Keputusan Walikota Padang Nomor 118 Tahun 2007 kemudian dirubah

dengan Keputusan Nomor 912 Tahun 2008 tentang Perubahan Keputusan Walikota

Padang Nomor 118 Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan

Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota Padang. Dalam keputusan tersebut

ditetapkan bahwa peserta Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat

Miskin Kota Padang Tahun 2008 sebanyak 38.099 kepala keluarga (185.001 jiwa) dan

dilakukan penggantian sejumlah nama peserta (12.430 jiwa). Jumlah tersebut

merupakan pengganti atas kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan

berbagai sebab (meninggal, pindah alamat, dan lain-lain).

Selain Keputusan Walikota Padang tersebut, juga terdapat Keputusan Kepala Dinas

Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang Nomor

465/II/SK/91/DKS PB2/2008 tentang Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam

Panti Asuhan Swasta Se-Kota Padang Tahun 2008. Lampiran Keputusan Kepala

Dinas Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang ini

memuat nama 572 jiwa, yang terdiri dari 558 jiwa anak panti asuhan dan 14 jiwa

gelandangan, pengemis, dan anak terlantar serta 12 jiwa bayi baru lahir dari peserta

Jamkesmas (belum ada sesuai data PT Askes dan belum ada SK Pemkotnya).

Sehingga jumlah peserta Jamkesmas keseluruhan di Kota Padang dan yang kemudian

Page 40: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 35 dari 64

menjadi database/masterfile peserta Jamkesmas di PT Askes (Persero) Cabang

Padang adalah sebanyak 185.585 jiwa.

Pemerintah Kota Padang juga berpartisipasi pada program Jaminan Kesehatan

Masyarakat Umum (PJKMU) yang pelaksanaannya melalui mekanisme asuransi

kesehatan dan biaya sharing dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Partisipasi

ini terlihat melalui Keputusan Walikota Padang Nomor 67 Tahun 2009 tentang

Penetapan Nama Peserta Penerima Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum

(PJKMU)/Jamkesda Kota Padang Tahun 2008/2009 yang menyatakan bahwa peserta

Jamkesda Kota Padang sebanyak 23.896 jiwa.

Program Jamkesda ini pun dilaksanakan bekerjasama dengan PT Askes (Persero)

Cabang Padang. Mulai dari kepesertaan sampai proses klaim, dengan mekanisme

asuransi kesehatan. Dengan demikian, sepertihalnya Jamkesmas, database peserta

Jamkesda pun terdapat di PT Askes (Persero) Cabang Padang. Kedua database peserta

(Jamkesmas dan Jamkesda) tersebut berasal dari proses pendataan yang dilakukan

oleh Pemerintah Kota Padang. Dalam hal ini Bappeda Kota Padang bekerjasama

dengan Kelurahan-kelurahan.

Berdasarkan penjelasan dari Bappeda Kota Padang yang bertugas menangani

pendataan pendududuk miskin, diketahui bahwa mekanisme pendataan peserta

Jamkesmas Kota Padang yang dilakukan oleh Bappeda sebagai berikut:

a. Pemerintah Kota Padang belum memiliki SOP mengenai pendataan masyarakat

miskin khususnya peserta Jamkesmas.

b. Kriteria masyarakat miskin (maskin) dan database awal yang digunakan adalah

hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat Tahun 2006 untuk

Kota Padang dengan hasil 38.099 Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga Miskin

(RTM).

c. Berdasarkan data BPS tersebut Bappeda meminta masing-masing kelurahan

untuk melengkapi data masing-masing anggota keluarga KK/RTM (nama,

tanggal lahir dan alamat). Hasil dari pendataan seluruh kelurahan (dalam bentuk

hard copy) disampaikan ke Bappeda untuk di input oleh Bappeda dan kemudian

disampaikan ke PT Askes dalam bentuk softcopy. Penyerahan data peserta

Jamkesmas ke PT Askes oleh Bappeda dilakukan secara bertahap tanpa Berita

Acara (BA) serah terima.

d. Data peserta Jamkesmas yang diterima dari Bappeda oleh PT Askes kemudian

diolah dan digabungkan. Data peserta Jamkesmas yang telah digabungkan oleh

PT Askes ini yang kemudian dijadikan sebagai lampiran SK Walikota tentang

Peserta Jamkesmas Kota Padang.

e. Revisi terhadap peserta Jamkesmas dilakukan oleh Bappeda pada Tahun 2009

dengan mengganti data peserta lama dengan peserta baru dan Bappeda tidak

melakukan pendataan berapa jumlah dan siapa peserta Jamkesmas yang direvisi.

Penyerahan data revisi ke PT Askes juga tidak dengan BA serah terima.

f. Bappeda sendiri tidak memiliki database dalam bentuk softcopy hasil pendataan

dari seluruh kelurahan juga data hasil revisi data peserta Jamkesmas Kota Padang

Tahun 2009. Sampai dengan akhir pemeriksaan, tim tidak dapat memperoleh

softcopy database awal kepesertaan dan revisi Tahun 2009, baik dari hasil

pendataan oleh Bappeda maupun dari PT Askes.

Page 41: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 36 dari 64

Hasil pemeriksaan terhadap database/master file peserta (Jamkesmas dan Jamkesda)

Kota Padang yang ada di PT Askes (Persero) Cabang Padang diketahui terdapat hal-

hal sbb:

a. Terdapat data ganda. Baik ganda di dalam (inter) masing-masing database (data

lebih dari satu di dalam database Jamkesmas atau Jamkesda), maupun ganda antar

kedua database (data ada di database Jamkesmas dan Jamkesda). Hasil uji petik

Tim BPK RI terhadap database Jamkesmas dan Jamkesda, diperoleh jumlah data

ganda (inter dan antar database) dengan rincian sebagai berikut:

No. Puskesmas Jumlah Data

Ganda

1. Air Tawar 81 jiwa

2. Air Dingin 208 jiwa

3. Alai 71 jiwa

4. Ambacang 32 jiwa

5. Andalas 1.229 jiwa

6. Belimbing 227 jiwa

7. Bungus 169 jiwa

8. Kuranji 190 jiwa

9. Lapai 186 jiwa

10. Lubuk Begalung 428 jiwa

11. Lubuk Buaya 219 jiwa

12. Lubuk Kilangan 232 jiwa

13. Pauh 239 jiwa

14. Padang Pasir 696 jiwa

15. Pemancungan 48 jiwa

16. Pegambiran 152 jiwa

17. Rawang Barat 72 jiwa

18. Seberang Padang 107 jiwa

19. Siteba 214 jiwa

20. Ulak Karang 104 jiwa

Jumlah: 4.904 jiwa

b. Terdapat data 50 jiwa peserta Jamkesmas yang tidak jelas berasal dari data apa.

Berdasarkan data base peserta Jamkesmas Kota Padang dari PT Askes jumlah

peserta Jamkesmas sebanyak 185.585 jiwa yang terdiri dari:

1) 185.001 jiwa sesuai dengan kuota Menkes (data BPS Kota Padang),

2) 558 jiwa merupakan anak panti (sesuai SK Dinsos No. 465/II/SK/91/DKS

PB2/2008)

3) 14 jiwa gelandangan (sesuai dengan SK Dinsos No. 465/II/SK/91/DKS

PB2/2008)

4) 12 jiwa bayi lahir yang berasal dari peserta Jamkesmas (belum ada SK-nya)

Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap data anak panti sejumlah 558

jiwa terdapat 50 jiwa yang double sehingga seharusnya jumlah peserta Jamkesmas

Kota Padang sebesar 185.535 jiwa.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Kepmenkes No.125/Menkes/SK/II/2008

tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2008 pada BAB

I huruf B angka 2 mengenai sasaran yang menyebutkan bahwa Sasaran program

adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta

jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Hal tersebut mengakibatkan:

Page 42: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 37 dari 64

a. Dana yang diberikan oleh Pemerintah/Depkes melalui Program Jamkesmas untuk

pelayanan kesehatan maskin tidak tepat sasaran;

b. Hilangnya kesempatan masyarakat miskin lainnya yang seharusnya berhak

menjadi peserta Jamkesmas.

Hal tersebut terjadi karena:

a. Pemerintah Kota Padang kurang memahami peraturan yang berlaku terkait

penerbitan SK Penetapan Peserta Jamkesmas;

b. Proses pendataan peserta Jamkesmas 2008 pada Pemerintah Kota Padang yang

dilakukan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan (Bappeda), kurang tertib.

c. Pemerintah Kota Padang tidak memiliki SOP tentang pendataan dan revisi

masyarakat miskin khususnya peserta Jamkesmas.

Atas permasalahan tersebut Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang menyatakan bahwa

untuk data ganda inter yang terjadi akibat salah ketik (human error) telah

ditindaklanjuti dalam bentuk pencabutan kartu yang ganda dan menggantinya dengan

warga miskin yang berhak yang terdaftar dalam database yang kartu jamkesmasnya

tidak keluar, demikian juga dengan kartu Jamkesda. Sedangkan dalam pendistribusian

kartu jamkesda Tahun 2009 terdapat masyarakat yang memiliki kartu ganda karena

mereka takut tidak mendapatkan kartu Jamkesmas pada saat updating data Jamkesmas

pada Desember 2008, sehingga mereka juga mendaftar untuk kepesertaan Jamkesda.

Dan kartu ganda di Jamkesmas disebabkan mereka mendapatkan informasi bahwa

pelayanan kesehatan yang didapat pada Jamkesmas lebih lengkap dari Jamkesda

sehingga peserta Jamkesda yang telah terdaftar pada 2007 mendaftar kembali pada

saat updating data Jamkesmas.

BPK RI menyarankan agar:

a. Walikota Padang Membuat SOP tentang Pendataan peserta Jamkesmas Kota

Padang;

b. Walikota Padang memerintahkan Lurah agar lebih optimal dan selektif dalam

melakukan pendataan warganya;

c. Kepala Bappeda Kota Padang lebih optimal dalam melakukan pengawasan atas

pendataan peserta Jamkesmas dan Jamkesda;

d. Kepala Dinas Sosial Kota Padang meninjau ulang daftar nama peserta yang

termasuk dalam data anak terlantar dan gelandangan, sehingga tidak terdapat

duplikasi data.

5. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan

Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas

Rumah Sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan

pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar

fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem pelaporan yang memadai

seperti yang diatur dalam alur dan format pelaporan program Jamkesmas yaitu antara

lain bahwa Rumah Sakit sebagai Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut (PPK

II) mempunyai kewajiban menyampaikan format laporan PPK IIA (Laporan

Kepesertaan), PPK IIB (10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap), dan PPK IIC

(Asal dan Jenis Penanganan Keluhan) kepada Tim Pengelola Jamkemas Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota.

Page 43: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 38 dari 64

Untuk memperlancar pelaksanaan program Jamkesmas di RSUD Kota Padang, pada

Tahun 2009 Direktur RSUD telah menetapkan Tim Pengelola Jamkesmas, Jamkesda

dan Askes RSUD Kota Padang sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RSUD Kota

Padang Nomor 445.549/SK Direktur/RSUD.P/IV/2009 tanggal 1 April 2009 yang

terdiri dari satu orang penanggung jawab, empat orang koordinator, satu orang ketua,

satu orang sekretaris, 3 orang anggota dan satu orang bendahara. Tim Pengelola

tersebut bertugas untuk melaksanakan administrasi dan klaim pelayanan terhadap

pasien pemegang kartu Jamkesmas, Jamkesda dan Askes Kota Padang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa RSUD Kota Padang selama Tahun

2008 tidak pernah menyampaikan Laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang,

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, dan Tim Pengelola Pusat Departemen

Kesehatan. Laporan yang seharusnya disampaikan setiap bulan selama Tahun 2008

sesuai Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Jamkesmas baru disampaikan pada bulan

Februari 2009. Hal ini dapat diketahui dari surat Kasi Pelayanan atas nama Direktur

RSUD Kota Padang Nomor 445.168/RSUD.P/II/2009 tanggal 6 Februari 2009 perihal

Laporan Pelayanan Jamkesmas 2008 yang berisikan rekapitulasi laporan dari bulan

Januari sampai dengan September 2008, sedangkan untuk periode Oktober sampai

dengan Desember 2008 sampai saat ini tidak dibuatkan Laporan Pelaksanaan

Jamkesmas. Sedangkan untuk Tahun 2009 sampai akhir Agustus 2009 tim pengelola

RSUD Kota Padang belum membuat Laporan Pelaksanaan Jamkesmas karena

menurut penjelasan dari Ketua Tim Pengelola Jamkesmas RSUD, pihaknya belum

membuat Laporan Pelaksanaan karena dalam Pedoman Pelaksanaan (Manlak)

Jamkesmas 2009 tidak ada format laporan seperti Manlak 2008.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008,

alur laporan penyelenggaraan Jamkesmas lampiran V dan format laporan PPK IIA,

IIB dan IIC.

Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan pelayanan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan program Jamkesmas untuk suatu periode tertentu tidak diketahui.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Direktur RSUD belum memahami pentingnya laporan perkembangan pelayanan

Jamkesmas;

b. Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang lemah dalam melakukan pengawasan dan

pengendalian atas Penyampaian Laporan dari RSUD;

c. Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD lalai dalam melaksanakan kewajibannya untuk

menyampaikan laporannya secara periodik dan tepat waktu.

Menurut Direktur RSUD Padang format laporan yang diberikan Dinas Kesehatan

Provinsi Sumbar hanya sampai bulan September 2008 yang mana laporan per bulan

tidak pernah diminta kepada pihak Rumah Sakit, namun pihak RSUD Padang hanya

menerima format rekapitulasi laporan.

BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar:

a. Memerintahkan Tim Pelaksana Jamkesmas RSUD untuk membuat dan

menyampaikan Laporan secara rutin (bulanan) dengan format yang sesuai

Petunjuk Teknis kepada Tim Pengelola Jamkesmas Kota Padang;

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian terkait pembuatan dan penyampaian

Laporan Pelaksanaan Program Jamkesmas tersebut.

Page 44: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 39 dari 64

6. Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan

Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar

meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan (RJ) dan Rawat Inap (RI), serta pelayanan

kesehatan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat

Lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat, tanpa dipungut iur biaya dengan alasan

apapun. Berdasarkan hasil wawancara dengan tujuh belas pasien Jamkesmas di RSUD

Padang, diketahui bahwa terdapat sepuluh pasien Jamkesmas (delapan pasien RITL

dan enam pasien RJTL) masih dikenakan biaya tambahan berupa pembelian obat.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap data obat/resep yang dibeli oleh sepuluh

peserta Jamkesmas dan medical record dibandingkan dengan formularium obat

Jamkesmas di RS, diketahui bahwa obat yang harus di beli/diresepkan adalah obat

yang tidak terdapat dalam formularium obat RS. Adapun data pasien yang dikenakan

biaya obat sbb:

No. Nama

Pasien

No. kartu

Peserta

Jamkesmas

Kamar

Rawat

Inap

Waktu

Perawatan Nama Obat

Nilai Obat

(Rp)

Nilai

Perawatan

(Rp)

1 Nurkayah 0000490220076 Internee 8 hari Tidak diketahui 800.000,00 -

2 Elita Isna 0000489890158 Internee 20 hari Tidak diketahui 2.500.000,00 -

3 Septina Lisa 0000490151935 Internee 3 hari Tutofusin Ops. 5 %, Sonbitol 221.000,00 -

4 Mardiana 0000489916563 Internee 11 hari Ocatablin 20% 50cc 814.687,00 -

5 Nurlis 0000518145052 Internee 4 hari Vit. C Injeksi, DOPAC 154.726,00 -

6 Dafrianto Tidak diketahui Internee 11 hari Beli Obat dari UGD 60.000,00 -

7 Ramdanil Tidak diketahui Internee 11 hari Lizor Tab

365.150,00

(UGD)

40.000,00

8 Yusna 0000490809071 Internee 2 hari Lexatab 100.000,00 -

9 Deni Saputra Tidak diketahui Internee 11 hari Dumocalsin

Tidak

diketahui -

10 Rahima Zakia 0000490217782 Kls III 3 hari Tidak diketahui 82.000,00 -

Berdasarkan pengujian pada dokumen (medical record) terdapat obat kesehatan yang

dibeli pasien tidak ada dalam daftar formularium.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran Surat Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal 8 Februari 2008 tentang Pelaksanaan

Jamkesmas TA 2008 Bab IV nomor 16 yang menyebutkan bahwa pasien Jamkesmas

tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Tujuan pemerintah untuk memberikan pelayanan gratis kepada pasien

Jamkesmasbelum tercapai secara keseluruhan;

b. Hak pasien Jamkesmas belum terpenuhi

Hal tersebut terjadi karena:

Page 45: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 40 dari 64

a. RSUD Padang tidak menyediakan obat sesuai formularium yang tercantum dalam

Pedoman Pelaksanaan;

b. Resep obat yang diberikan oleh Dokter kepada pasien Jamkesmas tidak sesuai

dengan formularium yang tercantum dalam Pedoman Pelaksanaan.

Menurut Direktur RSUD Padang obat yang diberikan sudah sesuai dengan diagnosa

dengan mempertimbangkan kondisi pasien. Akan tetapi obat yang diperlukan tidak

ada di formularium.

BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar:

a. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas pelayanan yang diberikan

kepada pasien khususnya peserta Jamkesmas;

b. Menetapkan kebijakan mengenai pemberian obat sesuai dengan formularium pada

Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas;

c. Memerintahkan kepada dokter-dokter yang melayani pasien Jamkesmas agar

dalam membuat resep pengobatan mengacu kepada formularium Pedoman

Pelaksanaan Jamkesmas.

7. Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak

Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per

Bulan pada Periode Sebelumnya

Dana Jamkesmas ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjut

sebagaimana dijelaskan dalam Manlak Tahun 2008 disalurkan langsung melalui

KPPN Pusat ke rekening Rumah Sakit (RS). RS penerima dana Jamkesmas Tahun

2008 dan 2009 ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang

Luncuran Dana Jamkesmas. Jumlah dana yang diluncurkan dihitung berdasarkan rata-

rata klaim per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Selain memperhitungkan rata-rata

klaim per bulan di PPK Tingkat Lanjut, jumlah dana yang diluncurkan ke RS juga

memperhitungkan kelebihan atau kekurangan dana Jamkesmas/Askeskin/PKPS BBM

tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil pemeriksaan atas berkas pengajuan klaim diketahui bahwa pada

Tahun 2008 dan 2009, RSUD Kota Padang menerima luncuran dana lebih besar dari

rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya, dengan rincian sebagai berikut:

No.

Nama PPK

Tingkat

Lanjut

Rata-Rata

Klaim per

Bulan

(Rp)

Rata-rata

Luncuran per

Bulan

(Rp)

Selisih

(Rp)

Rata-Rata

Klaim per

Bulan

(Rp)

Rata-rata

Luncuran per

Bulan

(Rp)

Selisih

(Rp)

2007 2008 2008 2009

A B c D e = d-c F G h = g-f

1. RSUD Padang 153.197.875,00 144.501.262,50 (8.696.612,50) 139.157.118,64 174.687.833,33 35.530.714,69

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa RSUD Padang menerima luncuran Tahun

2008 sesuai SK Menkes tentang Penerima Dana Penyelenggaraan Jamkesmas sebesar

Rp1.734.015.150,00 dengan rata-rata luncuran per bulan sebesar Rp144.501.262,50.

Sedangkan jumlah total klaim tahun sebelumnya (Tahun 2007) adalah sebesar

Rp1.838.374.500,00 dengan rata-rata klaim per bulan sebesar Rp153.197.875,00,

sehingga terdapat selisih kurang sebesar Rp8.696.612,50 (Rp144.501.262,50 -

Rp153.197.875,00). Selanjutnya sampai dengan Agustus 2009 RSUD Padang telah

menerima dana Luncuran I dan II sebesar Rp1.048.127.000,00 dengan rata-rata

luncuran per bulan sebesar Rp174.687.833,33 sedangkan jumlah total klaim Tahun

Page 46: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 41 dari 64

2008 adalah sebesar Rp1.669.885.423,67 dengan rata-rata klaim per bulan sebesar

Rp139.157.118,64, sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp35.530.714,69

(Rp174.687.833,33 - Rp139.157.118,64).

Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Padang menerima dana luncuran untuk Tahun

2008 lebih kecil dari rata-rata pembayaran per bulan tahun sebelumnya, sedangkan

pada Tahun 2009 RSUD Padang menerima luncuran lebih besar dari rata-rata

pembayaran per bulan tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

jumlah luncuran pada Tahun 2008 dan 2009 tidak memperhitungkan besarnya rata-

rata klaim per bulan tahun sebelumnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Manlak Jamkesmas 2008 Bab. V yang antara

lain menyatakan bahwa:

a. Departemen Kesehatan mengucurkan dana awal pada Februari 2008 ke rekening

RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Besarnya jumlah dana yang dibayarkan

diperhitungkan berdasarkan rata-rata pembayaran per bulan di rumah sakit pada

tahun sebelumnya. Dana luncuran tersebut disalurkan dari Departemen Kesehatan

melalui KPPN Pusat ke rekening RS/BKMM/BBKPM/BKPM/ BP4/BKIM;

b. Kekurangan atau pun kelebihan pembayaran pada bulan Januari sampai dengan

Maret 2008 akan diperhitungkan pada pembayaran berikutnya.

Hal tersebut mengakibatkan jumlah dana pada rekening RSUD berlebih dan kelebihan

dana berpeluang disalahgunakan.

Hal tersebut disebabkan karena RSUD Kota Padang tidak rutin dan tepat waktu

mengirimkan laporan penggunaan dana Jamkesmas ke PPJK (Departemen Kesehatan).

Menurut Direktur RSUD Kota Padang luncuran dana yang diterima RSUD Kota

Padang tidak memperhitungkan sisa dana Jamkesmas dan rata-rata pembayaran per

bulan di Rumah Sakit karena Rumah Sakit hanya memberikan pelayanan kesehatan

bagi pasien Jamkesmas yang datang berobat. Sementara untuk pembayaran klaim

Rumah Sakit sesuai dengan jumlah pasien yang dilayani.

BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar meningkatkan

pengendalian dan pengawasan terhadap unit kerja yang bertanggung jawab atas

pengajuan klaim dan menyampaikan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas

kepada Departemen Kesehatan secara rutin dan tepat waktu.

8. RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien

Maskin Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp19.914.263,52

Berdasarkan Berita Acara Verifikasi Klaim Jamkesmas RSUD Kota Padang oleh

Verifikator Independen yang dilakukan setiap bulan, diketahui bahwa terdapat tagihan

klaim pasien Maskin yang tidak bisa diklaim ke Jamkesmas minimal sebesar

Rp19.914.263,52. Klaim tersebut berasal dari pelayanan terhadap pasien Maskin yang

merupakan peserta Jamkesmas namun berkasnya tidak lengkap. Atas

ketidaklengkapan berkas pasien Jamkesmas tersebut maka RSUD Kota Padang harus

menanggung seluruh biaya pasien Maskin yang tidak bisa ditagihkan ke Jamkesmas.

Adapun rincian klaim yang ditolak adalah sebagai berikut:

No Bulan Jumlah (Rp)

Selisih (Rp) Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi

1 Januari 215.437.312,50 212.526.982,20 2.910.330,30

2 Februari 249.046.687,20 247.922.762,90 1.123.924,30

Page 47: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 42 dari 64

No Bulan Jumlah (Rp)

Selisih (Rp) Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi

3 Maret 158.482.818,30 158.255.180,70 227.637,60

4 April 99.705.140,26 99.018.486,83 686.653,43

5 Mei 138.328.293,60 136.783.401,10 1.544.892,50

Pengajuan Klaim Hasil Verifikasi

6 Juni Tidak ada Berita Acara Verifikasi

7 Juli 117.886.166,10 117.586.166,10 300.000,00

8 Agustus 147.667.602,90 141.481.598,30 6.186.004,60

9 September Tidak ada Berita Acara Verifikasi

10 Oktober 114.895.220,80 111.114.470,90 3.780.749,90

11 November 96.631.064,01 95.951.379,52 679.684,49

12 Desember 142.869.792,40 140.395.406,00 2.474.386,40

1.480.950.098,07 1.461.035.834,55 19.914.263,52

Pemeriksaan atas berkas klaim yang ditolak tersebut diketahui bahwa alasan

penolakan disebabkan antara lain karena tidak ada no SKP, tidak ada surat rujukan,

surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan, tidak ada surat keterangan tidak mampu

(SKTM), tidak ada nomor rekam medis pasien, dan kesalahan diagnosa. Namun atas

klaim yang ditolak tersebut terdapat beberapa berkas klaim yang sebenarnya dapat

dibayarkan namun tidak dibayarkan oleh Verifikator Independen. (rincian pada

lampiran 3.3).

Pemeriksaan lebih lanjut atas pemantauan alur pelayanan pasien Jamkesmas pada

RSUD Padang diketahui bahwa petugas Askes sebagai pihak yang menerbitkan SKP

menerbitkan SKP secara manual, dimana setiap pasien yang datang hanya

menunjukkan copy kartu Jamkesmas kemudian petugas akan membuatkan SKP, tanpa

harus mengecek kedalam data base peserta Jamkesmas. Kemudian setelah selesai jam

pelayanan maka petugas tersebut baru mengentry data pasien Jamkesmas kedalam

sistem Jamkesmas yang ada pada PT Askes. Menurut penjelasan dari petugas tersebut,

pengecekan kedalam data base dan memperlihatkan kartu asli peserta hanya dilakukan

pada saat-saat awal Jamkesmas diberlakukan, kemudian untuk selanjutnya petugas

tersebut sudah mengenal pasien-pasien yang datang berobat ke RSUD Padang.

Sehingga pasien yang datang cukup membawa copy kartu Jamkesmas saja. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian atas penerbitan SKP sangat lemah.

Sedangkan untuk pasien Maskin yang berasal dari dalam wilayah Kota Padang namun

tidak mempunyai kartu Jamkesmas atau Jamkesda, menurut keterangan dari Ketua

Pengelola Jamkesmas Tahun 2009, pihak RSUD akan mengarahkan pasien tersebut ke

Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Padang yang mengelola zakat para pegawai

Pemerintah Kota Padang. Namun untuk pengurusan berkas dan kelengkapannya,

diurus sendiri oleh keluarga pasien tanpa keterlibatan dari pihak RSUD, kemudian

nantinya pihak BAZ Kota Padang yang akan menbayarkan tagihan pasien Maskin

tersebut ke RSUD.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Keputusan Menkes No. 125/Menkes/SK/II/2008 tentang Manlak Program

Jamkesmas Tahun 2008 Bab V huruf F yang menyatakan bahwa proses verifikasi

dalam pelaksanaan Program Jamkesmas salah satunya adalah mengecek

kebenaran dokumen identitas peserta Program Jamkesmas.

Page 48: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 43 dari 64

b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program Jamkesmas Tahun

2008 Butir II:

1. Huruf C tentang syarat-syarat kelengkapan berkas klaim:

a) Pasien yang dilayani benar-benar peserta Jamkesmas dan menyerahkan

foto copy bukti kepesertaan dan surat rujukan (SKP/SKTM/Kartu

Peserta Jamkesmas).

b) Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan ODC dilengkapi

dengan bukti: pemeriksaan, penunjang diagnostik, tindakan medik,

diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, resep dokter, billing

pelayanan dari masing-masing unit pelayanan.

2. Huruf D yang menyatakan bahwa seluruh bukti pelayanan dicatat dalam

formulir yang telah ditentukan dan diajukan oleh PPK kepada verifikator

PPK dalam form 1a s.d 4a, dan verifikator PPK mengirimkan hasil verifikasi

kepada PPK dengan form 1b s.d 4b dan Berita Acara Verifikasi. Selanjutnya

dibuat rekapitulasi dalam form 1c s.d 4c.

c. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas Tahun

2008 terkait dengan persyaratan dan format pengajuan klaim; tugas dan fungsi

verifikator independen.

Hal tersebut mengakibatkan keuangan Rumah Sakit terbebani dan pelayanan Rumah

Sakit terhadap pasien Maskin di luar kuota Jamkesmas berpotensi tidak optimal

karena harus menanggung biaya pelayanan yang seharusnya menjadi tanggung jawab

Pemerintah Pusat.

Hal tersebut terjadi karena:

a. Petugas Rumah Sakit tidak tertib dalam mengadministrasikan berkas klaim.

b. Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) Askes lalai dalam

menerbitkan SKP, sehingga pasien yang berobat tanpa surat rujukan dan SKTM

tetapi SKPnya tetap diterbitkan.

c. Petugas Rekam Medis lalai dalam mencantumkan nomor Rekam Medis Pasien

dan kode diagnosis penyakit.

d. Pengawasan dan Pengendalian Direktur RSUD Kota Padang masih lemah

Menurut Direktur RSUD Padang semua data yang sudah dientri oleh petugas RS dan

yang telah diverifikasi baik yang layak maupun tidak, dokumennya ada dan telah

sesuai dengan ketentuan verifikasi.

BPK RI menyarankan Direktur RSUD Padang agar meningkatkan pengawasan dan

pengendalian terhadap unit kerja yang bertanggung jawab atas pengajuan klaim dan

mengadministrasikan berkas klaim secara tertib.

9. Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk

Memberikan Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan

Di Rumah Sakit

Sesuai dengan Pedoman Pelaksaaan Jamkesmas Tahun 2008 tentang manfaat yang

diperoleh oleh masyarakat miskin dalam hal pelayanan kesehatan di Rumah Sakit

mengenai rawat inap tingkat lanjut yang dilaksanakan di ruang perawatan kelas III

Rumah Sakit, pasien Jamkesmas mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan:

Page 49: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 44 dari 64

a. Akomodasi rawat inap pada kelas III;

b. Konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan kesehatan.

c. Penunjang diagnostik; meliputi laboratorium klinik, radiologi, dan elektromedik.

d. Tindakan medis.

e. Operasi sedang dan besar.

f. Pelayanan rehabilitasi medis.

g. Perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU).

h. Pemberian obat yang mengacu pada formularium RS program Jamkesmas.

i. Pelayanan darah.

j. Bahan dan alat kesehatan habis pakai.

k. Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit.

l. Pelayanan gawat darurat.

Kemampuan RS untuk memenuhi pelayanan tersebut dapat dilihat dengan

membandingkan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Rumah Sakit. Berdasarkan

Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan Tahun 2008.

Pedoman ini disusun sebagai panduan untuk penyelenggaraan pelayanan di Rumah

Sakit kelas B, C, dan D.

Dalam pedoman tersebut, yang dimaksud dengan Rumah Sakit adalah semua sarana

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat,

tindakan medik yang dilaksanakan selama 24 jam melalui upaya kesehatan

perorangan. Klasifikasi Rumah Sakit dibedakan sesuai dengan jenis penyelenggaraan

pelayanan.

Pemeriksaan atas dokumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan dan

pemantauan langsung yang dilakukan pada RSUD Kota Padang Provinsi Sumatera

Barat dapat diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Tipe RSUD Kota Padang adalah tipe C Bersyarat;

b. RSUD Kota Padang sampai saat ini belum mempunyai izin tetap penyelenggaraan

Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan, hal ini diketahui dari Surat Walikota

Padang kepada Menteri Kesehatan Nomor 645/03.58/RSUD-09 tanggal 28 Mei

2009 perihal Usulan Penetapan klasifikasi dan Izin Tetap Rumah Sakit yang

ditujukan kepada Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan pada

poin a), bahwa Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) RSUD Kota Padang telah

mengacu kepada Rumah Sakit Kelas C, namun untuk penetapan klasifikasi rumah

sakit haruslah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia, dan poin

b) bahwa sampai saat ini RSUD Kota Padang belum mempunyai izin tetap

penyelenggaraan Rumah Sakit dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

c. Penetapan tipe RS belum berdasarkan SK Menkes, namun baru berdasarkan

rekomendasi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat kepada Menteri Kesehatan

sesuai dengan Surat Nomor PPK-02/3645/VIII/2009 tanggal 10 Agustus 2009

perihal Rekomendasi Penetapan Kelas RSUD Kota Padang

d. Perbandingan standar Rumah Sakit Tipe C dengan keadaan yang sebenarnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

No. Kondisi Seharusnya Kondisi di Lapangan Keterangan

Page 50: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 45 dari 64

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa RSUD Kota Padang belum memenuhi

standar sesuai dengan kelas RS seperti yang telah ditetapkan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008.

b. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2009.

c. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan di Rumah Sakit Tahun 2008.

Hal tersebut mengakibatkan RSUD Kota Padang tidak dapat melayani pasien,

terutama pasien Jamkesmas secara optimal.

Hal tersebut disebabkan karena Pemerintah Kota Padang dan RSUD Padang kurang

memperhatikan sarana dan prasarana dalam rangka mendukung Program Jamkesmas

khususnya dan pelayanan kepada masyarakat pada umumnya.

Menurut Direktur RSUD Padang sarana dan prasarana yang dimiliki RSUD Padang

sudah sesuai dengan pedoman peralatan Rumah Sakit Umum kelas C. Seluruh pasien

Jamkesmas yang memerlukan perawatan mendapatkan haknya di kelas III.

BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar memperhatikan dan

melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka mendukung

pelaksanaan Program Jamkesmas.

10. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp20.315.643,00 Yang Terdapat Pada Rekening

Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009

Tidak Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp5.078.909,00

Dana Program Jamkesmas disalurkan langsung dari Kas Negara melalui Bank BRI ke

rekening RSUD Kota Padang. Atas dana Program Jamkesmas yang disimpan di Bank

BRI tersebut, RSUD Kota Padang memperoleh jasa giro. Dana Jamkesmas RSUD

1 Tenaga Medik Spesialis Purna Waktu Tidak Ada

2 Pelayanan Medik Dasar harus ada dokter gigi dan

dokter umum sesuai dengan kebutuhan RS

Anak 1 org

Kebidanan &

Kandungan 3 org

Peny. Dalam 2 org

THT 1 org

Paru 1 org

Ortopedi 1 org

Sub.Spesialis

Bedah Digestif 1 org

Mata 1 org

Gigi 2 org

Umum 21 org

3 Pelayanan Medik Spesialis 4 dasar (masing-masing

minimal 2 orang dokter spesialis)

Kebidanan &

Kandungan 3 org

Gigi 2 org

Peny.Dalam 2 org

4 Untuk Radiologi, Patologi klinik, Anestesi dan

Rehabilitasi Medik harus ada dokter spesialisnya Tidak Ada

5 Sudah terakreditasi untuk 5 pelayanan Belum

6 Mempunyai ruangan untuk perawatan intensif

dengan jumlah tempat tidur minimal 1 buah Tidak Ada

Yang ada

HCU (Health

Care Unit)

Page 51: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 46 dari 64

Kota Padang tersebut seluruhnya disimpan pada Bank BRI Cabang Padang dengan

nomor rekening 58-01-001114-30-0 atas nama RSUD Padang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada rekening koran Bank BRI RSUD Kota Padang

diketahui bahwa jumlah jasa giro yang diterima selama Tahun 2008 sebesar

Rp12.920.149,00 dan untuk tahun 2009 sampai dengan 30 Juni 2009 sebesar

Rp12.474.403,00 dengan rincian sebagai berikut:

No Bulan

2008 2009

Jasa Giro

(Rp)

Pajak

(Rp)

Selisih

(Rp)

Jasa Giro

(Rp)

Pajak

(Rp)

Selisih

(Rp)

1 Januari 0,00 0,00 0,00 944.606,00 188.921,00 755.685,00

2 Februari 0,00 0,00 0,00 431.574,00 86.315,00 345.259,00

3 Maret 700.106,00 140.021,00 560.085,00 1.280.923,00 256.185,00 1.024.738,00

4 April 1.551.423,00 310.285,00 1.241.138,00 1.850.276,00 370.055,00 1.480.221,00

5 Mei 1.503.927,00 300.785,00 1.203.142,00 1.793.632,00 358.726,00 1.434.906,00

6 Juni 1.195.472,00 239.094,00 956.378,00 1.856.466,00 371.293,00 1.485.173,00

7 Juli 1.304.658,00 260.932,00 1.043.726,00 2.224.034,00 444.807,00 1.779.227,00

8 Agustus 1.412.381,00 282.476,00 1.129.905,00 2.092.892,00 418.578,00 1.674.314,00

9 September 2.461.213,00 492.243,00 1.968.970,00

10 Oktober 1.120.907,00 224.181,00 896.726,00

11 November 1.046.526,00 209.305,00 837.221,00

12 Desember 623.536,00 124.707,00 498.829,00

12.920.149,00 2.584.029,00 10.336.120,00 12.474.403,00 2.494.880,00 9.979.523,00

Pada tanggal 27 Mei 2009 Direktorat Jenderal Pelayanan Medik (Dirjen Yanmedik)

Departemen Kesehatan mengeluarkan Surat Edaran No. KU.01.08/I/1878/09 yang

menyatakan bahwa Rumah Sakit wajib menyetorkan dana jasa giro ke Kas Negara

tanpa menyebutkan nomor rekening Kas Negara yang dimaksud.

Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan belum ada tindak lanjut atas Surat Edaran

Dirjen Yanmedik tersebut oleh pihak RSUD Padang. Seluruh jasa giro (setelah

dipotong pajak) yang diterima oleh RSUD Padang di Bank BRI Cabang Padang

sampai dengan Agustus 2009 sebesar Rp20.315.643,00 (Rp10.336.120,00 +

Rp9.979.523,00) belum disetorkan ke Kas Negara. Selain itu, pendapatan jasa giro

yang diperoleh pada rekening BRI Cabang Padang selama Tahun 2008 dan 2009

(sampai dengan Juni 2009) dikenakan pajak sebesar Rp5.078.909,00 (Rp2.584.029,00

+ Rp2.494.880,00).

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:

1) Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah Pusat/Daerah berhak

memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank

umum

2) Pasal 25 ayat (1) yang menyatakan bahwa bunga dan/atau jasa giro yang

diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan

Negara/Daerah pasal 24 ayat (3) yang menyatakan bahwa bunga/jasa giro yang

diterima pemerintah disetor ke Kas Negara/Daerah.

c. Penjelasan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan

Pasal 2 ayat (1) yang menyatakan bahwa unit tertentu dari Badan Pemerintah

yang memenuhi kriteria berikut tidak termasuk sebagai Subjek Pajak, yaitu: 1)

Page 52: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 47 dari 64

Dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Dibiayai

dengan dana yang bersumber dari APBN atau APBD; 3) Penerimaan Lembaga

tersebut dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Daerah; dan 4)

Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional Negara.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Jasa giro atas rekening dana Jamkesmas RSUD Padang di BRI Cabang Padang

yang belum disetorkan ke Kas Negara sebesar Rp20.315.643,00 belum dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan negara;

b. Jasa giro yang diterima oleh RSUD Padang pada rekening dana Jamkesmas di

Bank BRI Cabang Padang lebih kecil diterima sebesar Rp5.078.909,00.

Hal tersebut terjadi karena :

a. Pihak RSUD Padang dhi. Pengelola Jamkesmas lalai tidak menindaklanjuti Surat

Edaran Dirjen Yanmedik tanggal 27 Mei 2009;

b. Bank BRI tidak memahamai ketentuan yang berlaku dalam mengenakan pajak atas

jasa giro rekening RSUD Padang di BRI Cabang Padang.

Atas permasalahan tersebut Direktur RSUD Padang menyatakan bahwa jasa giro yang

terdapat pada rekening penampungan Jamkesmas belum disetorkan karena edaran

untuk penyetoran jasa giro baru diterima pada akhir Juli 2009 dan untuk kedepannya

akan segera disetorkan ke Kas Negara.

BPK RI menyarankan agar Bendahara Jamkesmas RSUD Padang berkoordinasi

dengan Departemen Kesehatan terkait penyetoran jasa giro kemudian segera

menyetorkan jasa giro TA 2008 dan TA 2009 yang terdapat pada rekening

penampungan Jamkesmas di BRI ke Kas Negara sebesar Rp20.315.643,00.

11. Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD

Kota Padang Terlambat

Proses pengajuan klaim pasien Jamkesmas dari RSUD Kota Padang ke Departemen

Kesehatan (PPJK) dilakukan dengan bantuan software Jamkesmas. Software ini

digunakan untuk memproses klaim pasien Jamkesmas Tahun 2008. Pengajuan klaim

pasien Jamkesmas sesuai Pedoman Pelaksanaan (Manlak) 2008 dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Petugas Rumah Sakit di Bagian Keuangan melakukan entry data atas berkas klaim

pasien;

b. Data yang telah dientry ke dalam software Jamkesmas tersebut beserta dokumen

sumbernya diberikan kepada Verifikator Independen untuk dilakukan verifikasi;

c. Proses verifikasi yang dilakukan oleh Verifikator Independen tersebut berdasarkan

Manlak Jamkesmas Tahun 2008 dan Juknis verifikasi Tahun 2008;

d. Hasil verifikasi tersebut selanjutnya dikembalikan lagi ke Pihak RS untuk

selanjutnya diotorisasi dan dikirmkan ke Depkes;

Adapun tanggal penyampaian laporan hasil verifikasi dari Verifikator Independen ke

PPJK / Departemen Kesehatan seperti terdapat dalam tabel berikut:

Page 53: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 48 dari 64

No Jenis

Laporan

2008 2009

Ja

n

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Ju

n

Ju

l

Ags

Sep

Ok

t

Nov

Des

Ja

n

1. Form

Laporan 1c

31 Des

‘08

31 Des

‘08

8 Jan

‘09

16 Jan

‘09

5 Feb

‘09

3 Nov

‘08

26 Nov

‘08

16 Des

‘08

30 Sep

‘08

12 Jan

‘09

23 Jan

‘09

2 Feb

‘09

31 Jan

‘09

2. Form

Laporan 2c

31 Des

‘08

31 Des

‘08

8 Jan

‘09

16 Jan

‘09

5 Feb

‘09

3 Nov

‘08

26 Nov

‘08

16 Des

‘08

30 Sep

‘08

12 Jan

‘09

23 Jan

‘09

2 Feb

‘09

31 Jan

‘09

3. Form

Laporan 3c

31 Des

‘08

31 Des

‘08

8 Jan

‘09

16 Jan

‘09

5 Feb

‘09

3 Nov

‘08

26 Nov

‘08

16 Des

‘08

30 Sep

‘08

12 Jan

‘09

23 Jan

‘09

2 Feb

‘09

31 Jan

‘09

4. Form

Laporan 4c

31 Des

‘08

31 Des

‘08

8 Jan

‘09

16 Jan

‘09

5 Feb

‘09

3 Nov

‘08

26 Nov

‘08

16 Des

‘08

30 Sep

‘08

12 Jan

‘09

23 Jan

‘09

2 Feb

‘09

31 Jan

‘09

5. Form

Laporan 5c

31 Des

‘08

31 Des

‘08

8 Jan

‘09

16 Jan

‘09

5 Feb

‘09

3 Nov

‘08

26 Nov

‘08

16 Des

‘08

30 Sep

‘08

12 Jan

‘09

23 Jan

‘09

2 Feb

‘09

31 Jan

‘09

Dari penjelasan tabel diatas dapat diketahui bahwa:

a. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Januari 2008 s.d Februari 2008 baru

disampaikan ke PPJK pada Desember 2008;

b. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Maret 2008 s.d April 2008 baru

disampaikan ke PPJK pada Januari 2009;

c. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Mei 2008 baru disampaikan ke PPJK pada

Februari 2009;

d. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Juni 2008 s.d Juli 2008 baru disampaikan

ke PPJK pada November 2008;

e. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Agustus 2008 baru disampaikan ke PPJK

pada Desember 2009;

f. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode September 2008 disampaikan secara tepat

waktu ke PPJK;

g. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Oktober s.d November 2008 baru

disampaikan ke PPJK pada Januari 2009;

h. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Desember 2008 baru disampaikan ke

PPJK pada Februari 2009;

i. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Januari 2009 disampaikan ke PPJK tepat

waktu.

j. Klaim pasien Jamkesmas periode Februari s.d April 2009 masih dalam proses

verifikasi.

k. Klaim pasien Jamkesmas untuk periode Desember 2008 baru disampaikan ke

PPJK pada Februari 2009.

Penjelasan dari Pengelola Jamkesmas RSUD Kota Padang diperoleh keterangan

bahwa:

a. Penempatan Verifikator Independen baru dilakukan pada awal September 2008;

b. Pada Tahun 2009 software INA-DRG mulai dapat dioperasionalkan sejak Juni

2009 dan membutuhkan waktu lagi untuk mensosialisaikan kode diagnosis kepada

para petugas dan dokter ;

Page 54: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 49 dari 64

c. Petugas entry data pada RSUD Kota Padang hanya 2 orang, sampai saat ini klaim

yang telah diverifikasi baru bulan Januari 2009, berkas yang telah selesai

dientrykan oleh pengelola baru sampai bulan April 2009;

d. Pemakaian Software INA-DRG butuh pelatihan khusus dari RSUP M Djamil

untuk petugas Coding, Costing, Verifikator Independent dan Pengendali

Jamkesmas.

Hal tersebut tidak sesuai dengan :

a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 Bab V (Tata

Laksana Pendanaan) Poin D (Pencairan Dana dan Pemanfaatan Dana di PPK)

yang diantaranya menyatakan bahwa apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit

melebihi 30 hari kalender sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan

dibayarkan;

b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas tahun

2008 Bab II Poin C (Persyaratan Pengajuan Klaim) yang diantaranya menyatakan

bahwa biaya pelayanan kesehatan yang dapat diklaim tidak melebihi waktu 30

(tiga puluh) hari setelah pasien berakhir mendapat pelayanan kesehatan.

Hal tersebut mengakibatkan laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana

Jamkesmas menjadi terlambat.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Departemen Kesehatan sebagai Tim Pengelola Pusat Jamkesmas terlambat dalam

menyediakan software dan melakukan sosialisasi.

b. RSUD Kota Padang belum mempunyai SDM yang berkemampuan memadai

untuk menangani software INA DRG.

Atas permasalahan tersebut Direktur RSUD Padang menyatakan bahwa keterlambatan

pada Tahun 2008 disebabkan karena verifikator independen baru selesai pelatihan

software Jamkesmas 2008 pada bulan Agustus 2008, sementara petugas entri data

Rumah Sakit pelatihannya setelah verifikator indepanden selsai pelatihan. Sedangkan

pada Tahun 2009 keterlambatan tersebut karena program INA-DRG yang berlaku

surut mulai bulan Januari 2009 sementara program INA-DRG baru disosialisasikan

pada bulan Maret 2009 dan setelah itu harus menunggu lisensi dari Depkes agar

program bisa dijalankan.

BPK RI menyarankan kepada Direktur RSUD Kota Padang agar secara berkala dan

berkesinambungan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada petugas RS yang

terkait dengan Program Jamkesmas dhi. bagian pelayanan, petugas coder, petugas

entry, dan bagian keuangan dalam rangka mempercepat dan memperlancar proses

klaim RS.

12. Luncuran Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil

Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata

Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit

Dana Jamkesmas ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Tingkat Lanjut

sebagaimana dijelaskan dalam Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Tahun 2008 disalurkan

langsung melalui KPPN Pusat ke rekening RS. RS penerima dana Jamkesmas Tahun

2008 dan 2009 ditetapkan dengan SK Menkes tentang Penerima Dana

Penyelenggaraan Jamkesmas pada Tahun 2008 dan 2009. Jumlah dana yang

RSUP DR.

M. Djamil

Page 55: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 50 dari 64

diluncurkan dihitung berdasarkan rata-rata klaim per bulan di RS pada tahun

sebelumnya. Selain memperhitungkan rata-rata klaim per bulan di PPK Tingkat

Lanjut, jumlah dana yang diluncurkan ke RS juga memperhitungkan kelebihan atau

kekurangan dana Jamkesmas/Askeskin/PKPS BBM tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa pada Tahun 2008 dan 2009, RSUP Dr.

M. Djamil Padang yang di uji petik menerima luncuran dana lebih besar dari rata-rata

klaim per bulan tahun sebelumnya seperti terlihat pada tabel di bawah ini:

No.

Nama

PPK

Tingkat

Lanjut

Rata-Rata

Klaim per

Bulan

(Rp)

Luncuran I

(Rp) Selisih

(Rp)

Rata-Rata

Klaim per

Bulan

(Rp)

Luncuran I

(Rp) Selisih

(Rp)

2007 2008 2008 2009

A B C D e = d – ( c x 2) F g h = g – ( f x 2)

1. RSUP Dr.

M. Djamil

Padang

2.539.952.878,426.512.790.937,00

1.432.885.180,16 2.410.016.911,08

9.769.186.000,00

4.949.152.177,84

(Rincian lihat Lampiran 3.1)

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa RSUP menerima luncuran I Tahun 2008

yaitu sebesar Rp6.512.790.937,00, sedangkan jumlah rata-rata klaim per bulan tahun

sebelumnya (Tahun 2007) hanya sebesar Rp2.539.952.878,42. Seharusnya, RSUP

hanya menerima dana luncuran I Tahun 2008 sebesar rata-rata klaim perbulan tahun

sebelumnya dikalikan 2 bulan yaitu sebesar Rp5,079,905,756.84

(Rp2.539.952.878,42 x 2 bulan) sehingga terdapat selisih lebih sebesar

Rp1.432.885.180,16 (Rp6.512.790.937,00 – Rp5,079,905,756.84). Selanjutnya pada

awal Tahun 2009, RSUP menerima dana luncuran I Jamkesmas sebesar

Rp9.769.186.000,00, sedangkan jumlah rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya

(Tahun 2008) hanya sebesar Rp2.410.016.911,08. Seharusnya, RSUP hanya menerima

dana luncuran I Tahun 2009 sebesar rata-rata klaim perbulan tahun sebelumnya

dikalikan 2 bulan yaitu sebesar Rp4.820.033.822,16 (Rp2.410.016.911,08 x 2 bulan)

sehingga terdapat selisih lebih sebesar Rp4.949.152.177,84 (Rp9.769.186.000,00 –

Rp4.820.033.822,16). Hal ini menunjukkan bahwa RSUP menerima dana luncuran I

untuk periode Tahun 2008 dan 2009 lebih besar dari rata-rata pembayaran per bulan

tahun sebelumnya dan tidak memperhitungkan besarnya rata-rata klaim perbulan

tahun sebelumnya.

Tahun 2008 dan 2009, RSUP Dr. M. Jamil belum secara rutin dan tepat waktu

menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Jamkesmas ke

Departemen Kesehatan.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) 2008 Bab V (Tata Laksana Pendanaan Poin C.2 (Penyaluran

Dana ke PPK Rumah Sakit) yang antara lain meyatakan bahwa pada tahap pertama

diluncurkan dana awal sebesar 2 (dua) bulan dana pelayanan kesehatan yang

diperhitungkan berdasarkan jumlah klaim rata-rata perbulan tahun sebelumnya.

Hal tersebut mengakibatkan RSUP Dr. M. Djamil Padang menerima dana luncuran

Jamkesmas lebih besar dari rata-rata klaim per bulan tahun sebelumnya dan berpotensi

terjadinya penyalahgunaan dana.

Hal tersebut disebabkan karena RSUP Dr. M. Djamil Padang tidak secara rutin

mengirimkan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana Jamkesmas.

Page 56: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 51 dari 64

13. Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim

Pelaksana Program Jamkesmas

Rumah sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan

pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar

fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem organisasi yang bertanggung

jawab terhadap pelayanan kesehatan pasien Jamkesmas.

Untuk itu, di setiap RS yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien

Jamkesmas dan telah menerima dana luncuran Jamkesmas seharusnya membentuk tim

khusus yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan Program Jamkesmas.

Penetapan tim khusus ini dapat berupa penerbitan surat keputusan Direktur RS

ataupun kebijakan Direktur lainnya.

Pemeriksaan atas dokumen yang diperoleh dari RSUP Dr. M. Djamil Padang

diketahui bahwa RSUP belum membentuk tim khusus yang mengelola Program

Jamkesmas. Pengelolaan Jamkesmas diserahkan kepada unit-unit kerja di RSUP

sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 190/Menkes/SK/III/2008 tentang

Susunan dan Uraian Jabatan serta Tata Hubungan Kerja RSUP Dr. M. Djamil Padang,

dimana setiap unit kerja bertanggung jawab sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

masing-masing. Unit kerja yang terlibat didalam pengelolaan Jamkesmas pada RSUP

antara lain, Bagian Tata Usaha Rawat Pasien (TURP), Bagian Perbendaharaan dan

Mobilisasi Dana (PMD), Instalasi Rekam Medik (Medical Record).

Namun demikian, SK Menkes tentang Susunan dan Uraian Jabatan serta Tata

Hubungan Kerja RSUP Dr. M. Djamil Padang hanya mengatur tentang tatalaksana

RSUP Dr. M. Djamil Padang secara keseluruhan dan bersifat umum. Sedangkan

Jamkesmas merupakan Program Pemerintah Pusat dhi. Depkes dalam rangka

mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin, sehingga butuh

penanganan yang khusus atas pelaksanaan dan pengelolaan Program Jamkesmas di

RSUP.

Pengelolaan Program Jamkesmas di RS secara memadai harus didasarkan kepada

pembentukan organisasi yang khusus mengelola dan mempunyai tanggung jawab atas

pelaksanaan Program Jamkesmas. Pembentukan tim khusus atau unit organisasi yang

menangani Program Jamkesmas merupakan salah satu usaha untuk menuju

pengelolaan Program Jamkesmas dengan baik.

Kondisi tersebut mengakibatkan perancanaan, pelayanan dan penyelenggaraan

program Jamkesmas tidak optimal.

Kondisi tersebut disebabkan Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang lalai dalam

menetapkan Tim Pelaksana Program Jamkesmas khusus di lingkungan satuan

kerjanya.

14. RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai

Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas

Rumah Sakit dalam pelaksanaan Program Jamkesmas berkewajiban memberikan

pelayanan kesehatan rujukan kepada pasien peserta Jamkesmas. Untuk memperlancar

fungsi pemberi pelayanan diperlukan dukungan sistem pelaporan yang memadai

seperti yang diatur dalam alur dan format pelaporan program Jamkesmas yaitu antara

Page 57: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 52 dari 64

lain bahwa RS sebagai PPK tingkat lanjut (PPK II) mempunyai kewajiban

menyampaikan format Laporan PPK IIA (Laporan Kepesertaan, Pelayanan Kesehatan

dan Pendanaan), Laporan PPK IIB (10 Besar Penyakit Rawat Jalan dan Rawat Inap)

dan Laporan PPK IIC (Asal dan Jenis Penangan Keluhan) kepada Tim Pengelola

Jamkemas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa RSUP Dr. M. Djamil Padang belum

membuat laporan bulanan dimaksud. Namun demikian, selama periode Januari s.d.

Agustus 2008 sudah menyampaikan laporan bulanan program Jamkesmas dengan

format yang berbeda dari Manlak. Format laporan belum sesuai dengan yang diatur di

dalam Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas dan penyampaian laporan tidak

dilaksanakan secara rutin setiap bulannya. Laporan tersebut diampaikan kepada

Depkes melalui Surat Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Nomor KU.06.02.06.233

tertanggal 11 Februari 2009 yang ditujukan kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat

d/a Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI dengan tembusan kepada

Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan Kota Padang..

Selanjutnya diketahui bahwa RSUP juga sudah mengirimkan laporan kepada Kepala

Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI sesuai dengan Surat Direktur

Utama RSUP Dr. M. Djamil Nomor PR.03.01.04 tertanggal 22 Agustus 2009 perihal

Instrumen Bimtek Jamkesmas yang berisi tentang Laporan Pemantauan Pekaksanaan

Penyelenggaraan Jamkesmas Rumah Sakit untuk periode semester II Tahun 2008

(bulan Juli s.d. Desember) dan semester I 2009 (Januari s.d. Juni 2009) dengan

tembusan kepada Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat dan Dinas Kesehatan

Kota Padang.

Berdasarkan keterangan lisan Kepala Subbagian Mobilisasi Dana diperoleh informasi

bahwa format pelaporan yang disampaikan sesuai dan mengacu kepada format dari

Depkes RI.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008 dan 2009 Bab VII (Pemantauan dan Evaluasi

Program) Poin E (Pelaporan) yang menyatakan bahwa untuk mendukung pemantauan

dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) secara rutin setiap bulan (sesuai pedoman

pelaporan). Data dan laporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit yang ikut Program

Jamkesmas mengirimkan laporan ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota

untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya dikirim ke Tim Pengelola

Jamkesmas Propinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap bulan ke Tim Pengelola

Jamkesmas Pusat.

Kondisi tersebut mengakibatkan perkembangan pelayanan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan program Jamkesmas untuk suatu periode tertentu tidak diketahui.

Hal tersebut disebabkan karena Pimpinan RSUP Dr. M. Djamil Padang belum

memahami pentingnya laporan perkembangan pelayanan Jamkesmas, dan pengawasan

dari Tim Pengelola Kabupaten/Kota masih lemah.

15. Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d. Juli

2009 sebesar Rp20.994.039.291,64 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi

Verifikator Independen

Page 58: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 53 dari 64

Pedoman Pelaksanaan (Manlak) Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 merupakan acuan

dan digunakan sebagai standar dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program

Jamkesmas yang berlaku secara nasional. Dalam Manlak yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan tersebut, diantaranya diatur tentang administrasi klaim untuk

periode Januari sampai dengan Juni 2008 masih berdasarkan pada Jenis Paket dan

Tarif Pelayanan Kesehatan Tahun 2008, sedangkan untuk periode Juli sampai dengan

Desember 2008 dan seterusnya mengacu pada Tarif Paket Pelayanan Kesehatan

Masyarakat Miskin di Rumah Sakit Tahun 2008 Indonesia Diagnostic Related Group

(INA DRG) sesuai dengan diagnosa penyakit.

RSUP Dr. M. Djamil Padang merupakan salah satu Rumah Sakit vertikal yang

menjadi pilot project berkaitan dengan penerapan sistem INA DRG yang diberlakukan

sejak bulan September 2008. Hasil penelusuran terhadap pengaplikasian sistem INA

DRG diketahui bahwa software INA DRG sendiri baru sampai di RSUP pada bulan

April 2009. Sosialisasi terhadap dokter dan bagian pelayanan juga baru berlangsung

bulan April 2009.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap dokumen klaim RSUP yang telah diverifikasi

oleh verifikator independen diketahui bahwa untuk periode Januari sampai dengan

Agustus 2008 dasar pengajuan dan penilaian klaim oleh verifikator internal dan

verifikator independen masih mengacu pada Jenis Paket dan Tarif Pelayanan

Kesehatan Tahun 2008. Namun, hasil verifikasi oleh Tim Verifikator Independen

tidak dilengkapi dengan Berita Acara Hasil Verifikasi, sehingga tidak diketahui

dengan jelas nilai klaim yang diajukan oleh verifikator internal RSUP dan nilai klaim

RSUP yang tidak layak bayar. Sedangkan pemberlakuan tarif paket INA DRG efektif

digunakan pada bulan April 2009 dan pengaplikasiannya berlaku surut sejak

September 2008. Sampai pemeriksaan BPK RI berakhir pada tanggal 11 September

2009 diketahui bahwa proses verifikasi klaim RSUP dari bulan September 2008

sampai dengan bulan Agustus 2009 oleh Verifikator Independen masih belum selesai.

Meskipun demikian, RSUP Dr. M. Djamil Padang sudah melakukan pencairan

terhadap klaim bulan September 2008 sampai dengan Juli 2009 dengan rincian

sebagai berikut:

No Bulan Nilai Klaim

(Rp)

1 September 2008 1.531.577.897,00

2 Oktober 2008 1.510.097.138,00

3 November 2008 2.020.509.913,00

4 Desember 2008 1.865.374.700,00

5 Januari 2009 2.018.579.353,00

6 Februari 2009 1.713.518.238,00

7 Maret 2009 1.843.051.101,24

8 April 2009 2.036.058.594,49

9 Mei 2009 1.727.562.160,65

10 Juni 2009 2.310.731.785,47

11 Juli 2009 2.416.978.410,79

Jumlah: 20.994.039.291,64

Dari tabel di atas diketahui bahwa selama periode September 2008 sampai dengan Juli

2009 RSUP sudah mencairkan dana Jamkesmas sebesar Rp20.994.039.291,64.

Verifikator Independen ikut mengetahui atas pencairan dana tersebut oleh RSUP,

walaupun belum mengeluarkan hasil verifikasi secara resmi. Pihak Verifikator

Independen membuat pernyataan tertulis bahwa klaim dana Jamkesmas dicairkan

Page 59: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 54 dari 64

berdasarkan hasil verifikasi internal dan bukan hasil verifikasi dari Verifikator

Independen.

Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Bagian Perbendaharaan dan Mobilisasi

Dana dan dari Verifikator Independen diketahui bahwa permasalahan mendasar yang

terjadi selama periode September 2008 s.d. Juli 2009 diantaranya adalah:

a. Belum adanya formulir verifikasi, sehingga verifikator independen tidak dapat

menyelesaikan berkas klaim periode September 2008 s.d. Juli 2009;

b. Kurang lengkapnya berkas klaim yang diajukan pada saat dilakukan verifikasi oleh

verifikator independen.

c. Kurangnya jumlah lisensi untuk menambah jumlah komputer/laptop dan SDM

(petugas input) untuk proses input data pada software INA DRG

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2009 Bab V

(Tata Laksana Pendanaan) Poin D.2.c (Pencairan, Pemanfaatan dan

Pertanggungjawaban Dana) yang diantaranya menyatakan bahwa

Pertanggungjawaban atas dana tersebut menjadi sah setelah mendapat persetujuan

dan ditandatangani Direktur PPK lanjutan dan Verifikator Independen. Untuk

selanjutnya pertanggungjawaban pemanfaatan dana tersebut dikirim secara resmi

kepada Tim Pengelola Jamkesmas Pusat dan ditembuskan kepada Tim Pengelola

Jamkesmas Kabupaten/Kota dan Propinsi sebagai bahan monitoring, evaluasi dan

pelaporan;

b. Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 Bab V

(Tata Laksana Pendanaan) Poin F (Verifikasi) yang diantaranya menyatakan bahwa

tujuan dilaksanakannya verifikasi adalah diperolehnya hasil pelaksanaan program

Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin yang menerapkan prinsip

kendali biaya dan kendali mutu.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Tujuan penggunaan Paket Tarif INA DRG dalam rangka menciptakan kendali

biaya dan kendali mutu pelayanan, pembayaran dan pertanggungkjawaban tidak

berjalan dengan optimal;

b. Besaran nilai klaim yang sudah dicairkan untuk periode September 2008 sampai

dengan Juli 2009 tidak menggambarkan jumlah klaim yang sebenarnya karena

belum diverifikasi oleh Verifikator Independen

Hal tersebut disebabkan:

a. Manajemen RSUP Dr. M. Djamil Padang belum maksimal dalam

mensosialisasikan tentang penerapan INA DRG kepada pihak terkait (dokter dan

bagian pelayanan RSUP) sehingga dapat memperlancar proses pengklaiman RSUP;

b. Manajemen RSUP belum maksimal dalam mengupayakan jumlah lisensi untuk

menambah jumlah komputer/laptop dan SDM (petugas input) untuk proses input

data pada software INA DRG;

c. Departemen Kesehatan dhi. Direktorat Bina Pelayanan Medik belum optimal

dalam upaya memberikan feedback (umpan balik) atas permasalahan yang terjadi

di RSUP.

Page 60: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 55 dari 64

16. Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil

Padang Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas

Terlambat

Proses pengajuan klaim pasien Jamkesmas dari RS ke Depkes dilakukan dengan

bantuan software Jamkesmas. Software ini digunakan untuk menghitung klaim pasien

Jamkesmas Tahun 2008. Pengajuan klaim pasien Jamkesmas dilakukan dengan

tahapan sebagai berikut:

a. Petugas RS di bagian keuangan melakukan entry data atas berkas klaim pasien;

b. Data yang telah dientry ke dalam software Jamkesmas tersebut beserta dokumen

sumbernya diberikan kepada verifikator independen untuk dilakukan verifikasi;

c. Proses verifikasi yang dilakukan oleh verifikator independen tersebut berdasarkan

Manlak Jamkesmas Tahun 2008 dan Juknis verifikasi Tahun 2008;

d. Hasil verifikasi tersebut selanjutnya dikembalikan lagi ke Pihak RS untuk

selanjutnya diotorisasi dan dikirmkan ke Depkes.

Pemeriksaan atas proses entry data oleh petugas RSUP Dr. M. Djamil Padang ternyata

terlambat. Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Verifikator Independen dan

Kasubag. Mobilisasi Dana diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Proses pemberian coder di bagian medical record (MR) membutuhkan waktu lebih

kurang 1 (satu) bulan. Hal ini disebabkan kurangnya jumlah petugas coder yang

masih berjumlah 8 orang;

b. Proses entry data pada bagian keuangan membutuhkan waktu rata-rata 2 – 3

minggu. Sejak penerapan sistem paket INA DRG petugas entry berjumlah

sebanyak 4 orang;

c. Proses verifikasi oleh verifikator independen membutuhkan waktu rata-rata 2 (dua)

minggu;

d. Penempatan verifikator independen baru pada bulan Juni 2008 dan mulai aktif

melakukan verifikasi pada bulan Agustus 2008. Begitu pula software klaim sesuai

Tarif Jamkesmas untuk periode klaim bulan Januari s.d. Agustus 2008 baru

diperoleh pada bulan September 2008 dan dilakukan proses verifikasi ulang oleh

verifikator independen (klaim Januari s.d. Agustus 2008) yang baru selesai pada

bulan Januari 2009;

e. Software INA-DRG diterima oleh RSUP pada bulan Oktober 2008 dan

penerapannya dimulai pada bulan November 2008 hingga saat ini. Hal ini

menyebabkan petugas entry data RSUP kesulitan dalam proses penginputan data

yang berlaku surut sejak bulan September 2008 sampai dengan Juni 2009.

Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, diketahui bahwa untuk periode Januari s.d.

Agustus 2008 sudah selesai diverifikasi oleh Tim Verifikator Independen, sedangkan

untuk periode September 2008 s.d. Agustus 2009 baru dalam tahapan proses verifikasi

oleh Verifikator Independen.

Hal tersebut tidak sesuai dengan:

a. Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas Tahun 2008 dan 2009 Bab V (Tata

Laksana Pendanaan) Poin D (Pencairan Dana dan Pemanfaatan Dana di PPK)

yang diantaranya menyatakan bahwa apabila pengajuan klaim oleh Rumah Sakit

Page 61: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 56 dari 64

melebihi 30 hari kalender sejak pasien pulang, maka klaim tersebut tidak akan

dibayarkan;

b. Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Administrasi Program Jamkesmas tahun

2008 Bab II Poin C (Persyaratan Pengajuan Klaim) yang diantaranya menyatakan

bahwa biaya pelayanan kesehatan yang dapat diklaim tidak melebihi waktu 30

(tiga puluh) hari setelah pasien berakhir mendapat pelayanan kesehatan.

Hal tersebut mengakibatkan Laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana

Jamkesmas menjadi terlambat.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. Departemen Kesehatan sebagai Tim Pengelola Pusat Jamkesmas terlambat dalam

menyediakan software dan melakukan sosialisasi terhadap sistem pengklaiman

yang berdasarkan paket tarif Jamkesmas maupun sistem paket tarif INA DRG;

b. RSUP Dr. M. Djamil Padang belum memiliki SDM yang memadai untuk

melaksanakan sistem paket tarif INA DRG.

17. Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya

Tambahan

Setiap peserta jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar

meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan

kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan

(RITL) dan pelayanan gawat darurat, tanpa dipungut iur biaya dengan alasan apapun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 pasien Jamkesmas pada beberapa bangsal

perawtan diantaranya bangsal anak, kebidanan, bedah dan penyakit dalam (interne),

serta berdasarkan hasil kuesioner diketahui bahwa pasien Jamkesmas yang dirawat di

RSUP Dr. M. Djamil Padang masih dikenakan biaya tambahan berupa pembelian obat

yang tidak tersedia dalam formularium RS, dengan hasil sebagai berikut:

No Nama pasien

No. Kartu

Peserta

Jamkesmas

Kamar

Rawat

Inap

Waktu

Perawatan

Dipungut

Biaya Biaya

Ya Tidak Obat

(Rp)

Perawatan

(Rp)

1 Misiah 657524608 Kebidanan 7 hari √ 350.000,00 -

2 Megawati 490368655 Obgyn 4 hari √ 58.000,00 -

3 Lucia 47434294 Obgyn 3 hari √ 143.000,00 -

4 Saruji 495660745 Interne 11 hari √ 500.000,00 -

5 Syamsudin Interne 12 hari √ 141.500,00 -

6 Yuswar Interne 8 hari √ 107.000,00 -

7 Leo Fernando 523920789 Anak 3 hari √ 81.500,00 -

8 Novandri 490109758 Anak 14 hari √ 101.200,00 -

9 Candika Pujiana 490291896 Anak 2 hari √ 14.600,00 -

10 Rayhan Detrial 501060385 Anak 21 hari √ 2.466.250,00 -

11 Dian 523667799 Bedah 14 hari √ 1.318.400,00 -

12 Ris 484810975 Bedah 2 hari √ 137.000,00 -

13 Oma Irama 645944218 Bedah 7 hari √ 1.408.600,00 -

14 Leni Yafrida (Farel) 645531636 Anak 7 hari √ 189.900,00 -

15 Syafar 489080226 Bedah 1 hari √ 73.000,00 -

Page 62: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 57 dari 64

No Nama pasien

No. Kartu

Peserta

Jamkesmas

Kamar

Rawat

Inap

Waktu

Perawatan

Dipungut

Biaya Biaya

Ya Tidak Obat

(Rp)

Perawatan

(Rp)

16 Lucyana Andria 490246299 Bedah 13 hari √ 48.500,00 -

17 Burmawi 657348761 Bedah 50 hari √ 30.000,00 -

18 Adi Gusmanto 484778676 Bedah 16 hari √ 190.500,00 -

19 Dina 524157478 Anak 18 hari √ 160.000,00 -

Jumlah 7.518.950,00

Dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat 19 pasien Jamkesmas yang masih dikenakan

biaya yang pada umumnya digunakan untuk pembelian obat di apotek pelengkap

RSUP dengan total nilai sebesar Rp7.518.950,00, sedangkan sisanya yaitu sebanyak

11 pasien Jamkesmas tidak mengeluarkan biaya tambahan selama perawatan. Dari

bukti pembayaran yang diperoleh Tim Pemeriksa di lapangan, bukti pembayaran

tersebut tidak mencantumkan merek obat yang dibeli oleh pasien, namun bukti

pembayaran hanya mencantumkan kode obat. Hal ini menyebabkan Tim tidak dapat

menyakini apakah obat yang dibeli tercantum di dalam formularium Manlak atau

tidak.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran SK Menkes No. 125/Menkes/SK/II/2008

tanggal 06 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008 Bab IV (Tatalaksana Pelayanan Kesehatan)

Poin B.2.t (Prosedur Pelayanan) yang menyatakan bahwa dalam pemberian pelayanan

kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan

apapun.

Hal tersebut mengakibatkan:

a. Tujuan pemerintah untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada pasien

Jamkesmas belum tercapai secara menyeluruh;

b. Hak pasien Jamkesmas belum terpenuhi.

Hal tersebut disebabkan karena:

a. RSUP Dr. M. Djamil Padang tidak menyediakan obat sesuai formularium yang

tercantum dalam manlak;

b. Dokter tidak memberikan resep obat sesuai dengan formularium yang tercantum

dalam Manlak.

18. Terdapat Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang

Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009

Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama

PT Askes (Persero) pada Tahun 2009 diberikan penugasan oleh Departemen

Kesehatan (Depkes) untuk melaksanakan manajemen kepesertaan program

Jamkesmas berdasarkan Surat Menkes RI Nomor 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30

Desember 2008. Surat penugasan tersebut sampai saat ini (September 2009) belum

disertai dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Depkes dan PT Askes (Persero).

Meskipun belum didukung PKS, PT Askes (Persero) telah melaksanakan kegiatan-

kegiatan manajemen kepesertaan dan telah mengeluarkan biaya untuk kegiatan

tersebut. PT Askes (Persero) masih memberlakukan peraturan-peraturan mengenai

PT Askes

(Persero)

Cabang

Padang

Page 63: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 58 dari 64

Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun 2008 untuk pelaksanaan

manajemen kepesertaan Tahun 2009.

Berdasarkan Laporan Realisasi Biaya per Akun Program Jamkesmas (Maskin

Overhead) sampai dengan Agustus 2009, PT Askes (Persero) Cabang Padang telah

mengeluarkan biaya sebesar Rp336.619.399,00. Menurut Bagian Keuangan dan

diperkuat oleh keterangan Bagian JKPBI PT Askes (Persero) Cabang Padang, atas

pengeluaran biaya sebesar Rp336.619.399,00 tersebut tidak dapat dirinci pada

kegiatan-kegiatan apa saja terkait manajemen kepesertaan Jamkesmas. Karena seluruh

biaya tersebut dikeluarkan untuk operasional PT Askes (Persero) Cabang Padang

melalui mekanisme joint cost. Namun, berdasarkan keterangan Bagian JKPBI PT

Askes (Persero) Cabang Padang, kegiatan terkait manajemen kepesertaan Jamkesmas

yang mereka lakukan pada Tahun 2009, baru terbatas pada kegiatan penerbitan SKP.

Seharusnya pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah penandatanganan suatu Perjanjian

Kerja Sama (PKS), sehingga hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang

bersangkutan menjadi jelas.

Kondisi tersebut mengakibatkan

a. Pengeluaran PT Askes (Persero) Cabang Padang untuk program Jamkesmas

sebesar Rp336.619.399,00. tidak mempunyai dasar yang kuat;

b. PT Askes (Persero) berisiko menanggung biaya kepesertaan Jamkesmas apabila

sampai akhir tahun 2009 PKS dengan Departemen Kesehatan masih belum

ditandatangani;

c. Departemen Kesehatan mempunyai kewajiban untuk mempertimbangkan

pengeluaran yang telah dibayarkan PT Askes (Persero) dalam negosiasi harga saat

penyusunan PKS Manajemen Kepesertaan Jamkesmas Tahun 2009.

Kondisi tersebut disebabkan karena lambatnya proses pembuatan dan

penandatanganan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Departemen Kesehatan dengan

PT Askes (Persero) di tingkat pusat.

19. Proses Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota

Padang dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang

Padang Tidak Tertib

Wilayah kerja PT Askes (Persero) Cabang Padang meliputi lima Kabupaten/Kota di

Sumatera Barat, yaitu Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman,

Kabupaten Mentawai, dan Kabupaten Pesisir Selatan. Dari lima Kabupaten/Kota

tersebut, Tim BPK RI melaksanakan pemeriksaan terhadap dua daerah, yaitu Kota

Padang dan Kabupaten Padang Pariaman, dengan uraian sebagai berikut:

a. Kota Padang

Pada bulan Mei 2008, PT Askes (Persero) Cabang Padang menghubungi Walikota

Padang melalui surat Nomor 1.376/03-01/0508 perihal konfirmasi data peserta

Jamkesmas Tahun 2008. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT Askes (Persero)

Cabang Padang memerlukan data peserta Jamkesmas Kota Padang Tahun 2008

untuk keperluan penerbitan kartu peserta. Kuota dari Menteri Kesehatan untuk

peserta Jamkesmas Kota Padang adalah sebanyak 185.001 jiwa dan jumlah tersebut

sesuai dengan yang dicantumkan dalam Keputusan Walikota Padang Nomor 118

Page 64: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 59 dari 64

Tahun 2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi

Masyarakat Miskin Kota Padang. Namun data peserta yang ada di PT Askes

(Persero) Cabang Padang hanya sebanyak 148.076 jiwa. Untuk kekurangan data

sebanyak 36.925 jiwa, diharapkan tambahannya dari Pemerintah Kota Padang.

Menurut keterangan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran

(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, data kekurangan peserta tersebut telah

dilengkapi oleh Pemerintah Kota Padang melalui Badan Perencanaan dan

Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Padang bekerjasama langsung dengan

kelurahan-kelurahan. Namun tidak terdapat bukti apakah berupa berita acara serah

terima data maupun Surat Keputusan (Walikota atau Kepala Bappeda), yang

mendukung keterangan tersebut.

Keputusan Walikota Padang berikutnya adalah Keputusan Nomor 912 Tahun 2008

tentang Perubahan Keputusan Walikota Padang Nomor 118 Tahun 2007 tentang

Penetapan Peserta Penerima Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota

Padang. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa peserta Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kota Padang Tahun 2008

sebanyak 38.099 kepala keluarga (185.001 jiwa) dan dilakukan penggantian

sejumlah nama peserta (12.430 jiwa). Jumlah tersebut merupakan pengganti atas

kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan berbagai sebab (meninggal,

pindah alamat, dan lain-lain).

Dalam pelaksanaannya, nama-nama pengganti dalam Keputusan Walikota Padang

Nomor 912 Tahun 2008 tersebut merupakan rekapitulasi dari pengajuan kartu

pengganti yang diterima beberapa kali (tidak serentak) oleh PT Askes (Persero)

Cabang Padang.

Pengajuan kartu pengganti sendiri dapat dilakukan langsung oleh masyarakat

dengan datang ke PT Askes (Persero) Cabang Padang membawa persyaratan yang

ditentukan. Persyaratan dimaksud meliputi Surat Pengantar dari Kelurahan diketahui

Bappeda dan Kartu Jamkesmas yang akan diganti. Atas penggantian kartu peserta

ini, PT Askes (Persero) Cabang Padang langsung melakukan perubahan data di

program mereka.

Selain Keputusan Walikota Padang tersebut, data peserta Jamkesmas Kota Padang

juga diperoleh PT Askes (Persero) Cabang Padang dari Keputusan Kepala Dinas

Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang Nomor

465/II/SK/91/DKS PB2/2008 tentang Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam

Panti Asuhan Swasta Se-Kota Padang Tahun 2008. Lampiran Keputusan Kepala

Dinas Kesejahteraan Sosial, Penanggulangan Banjir, dan Bencana Kota Padang ini

memuat nama 572 jiwa, yang terdiri dari 558 jiwa anak panti asuhan dan 14 jiwa

gelandangan, pengemis, dan anak terlantar.

b. Kabupaten Padang Pariaman

Pada bulan Juni 2008, PT Askes (Persero) Cabang Padang menyurati Bupati Padang

Pariaman melalui surat Nomor 1.502/03-01/0608 perihal konfirmasi data peserta

Jamkesmas Tahun 2008. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa PT Askes (Persero)

Cabang Padang menerima data masyarakat miskin Kabupaten Padang Pariaman

Tahun 2008 sejumlah 108.896 jiwa. Sementara Keputusan Bupati Padang Pariaman

Nomor 90/KEP/BPP/2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang Pariaman

Tahun 2008 menyatakan sejumlah 118.490 jiwa (sesuai kuota Menteri Kesehatan).

Sehingga terdapat kekurangan data sejumlah 9.594 jiwa. Menurut keterangan

Page 65: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 60 dari 64

Bagian JKPBI PT Askes (Persero) Cabang Padang, data kekurangan peserta tersebut

telah dilengkapi oleh Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman melalui Dinas

Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman. Namun tidak terdapat bukti apakah berupa

berita acara serah terima data maupun Surat Keputusan (Walikota atau Kepala Dinas

Kesehatan), yang mendukung keterangan tersebut.

Keputusan Bupati Padang Pariaman berikutnya adalah Keputusan Nomor

143/KEP/BPP/2008 tentang Perubahan Lampiran Keputusan Bupati Padang

Pariaman Nomor 90/KEP/BPP/2007 tentang Penetapan Peserta Penerima Program

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2008. Dalam keputusan tersebut ditetapkan bahwa peserta Program

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Kabupaten Padang

Pariaman Tahun 2008 adalah sebanyak 118.490 jiwa dan dilakukan perubahan

sejumlah nama peserta (9.144 jiwa). Jumlah tersebut merupakan pengganti atas

kartu sebelumnya yang gagal didistribusikan dengan berbagai sebab (meninggal,

pindah alamat, dan lain-lain).

Dalam pelaksanaannya, nama-nama pengganti dalam Keputusan Bupati Padang

Pariaman 143/KEP/BPP/2008 tersebut merupakan rekapitulasi dari pengajuan kartu

pengganti yang diterima beberapa kali (tidak serentak) oleh PT Askes (Persero)

Cabang Padang. Dimana pengajuan kartu pengganti dapat dilakukan oleh pegawai

Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman atau langsung oleh masyarakat

dengan datang ke PT Askes (Persero) Cabang Padang. Persyaratan untuk

penggantian kartu ini photocopy Kartu Keluarga yang dilegalisir Dinas Kesehatan

Kabupaten Padang Pariaman dan Kartu Jamkesmas yang akan diganti. Atas

penggantian kartu peserta ini, PT Askes (Persero) Cabang Padang langsung

melakukan perubahan data di program mereka.

Selain Keputusan Bupati Padang Pariaman tersebut, data peserta Jamkesmas

Kabupaten Padang Pariaman juga diperoleh PT Askes (Persero) Cabang Padang dari

Keputusan Bupati Padang Pariaman (berkop surat Kantor Sosial dan ditandatangani

Kepala Kantor Sosial atas nama Bupati) Nomor 27/KEP/KKS/2008 tentang

Penetapan Nama-nama Anak Terlantar dalam Panti Asuhan Swasta Se-Kabupaten

Padang Pariaman Tahun 2008. Lampiran Keputusan ini memuat nama 248 jiwa

anak panti asuhan.

Pemeriksaan lebih lanjut terhadap data base peserta Jamkesmas dari PT Askes

(Persero) Cabang Padang dibandingkan secara manual dengan data Lampiran

Keputusan yang ada (secara uji petik), terdapat sebagian besar nama yang tidak

terdapat dalam data base (master file) PT Askes (Persero) Cabang Padang.

Pengujian secara keseluruhan dengan fasilitas software audit (seperti ACL atau

Arbutus) tidak mungkin dilaksanakan karena tidak adanya data softcopy yang

lengkap dari Dinas Kesehatan Kabupaten Padang Pariaman.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

a. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 tanggal

06 Februari 2008 tentang Pedoman Pelaksananan Jaminan Kesehatan Masyarakat

2008;

b. Keputusan Direksi PT Askes (Persero) Nonor 143/KEP/0408 tanggal 18 April

2008 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program

Jamkesmas Tahun 2008.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

Page 66: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 61 dari 64

a. Keakuratan data base peserta Jamkesmas pada PT Askes (Persero) Cabang

Padang sulit ditelusuri;

b. Tingginya kemungkinan penerbitan kartu untuk peserta yang tidak berhak;

c. Masyarakat yang sebenarnya terdaftar sebagai peserta, tidak mendapatkan kartu

peserta Jamkesmas.

Kondisi tersebut disebabkan karena:

a. PT Askes (Persero) Cabang Padang tidak mempunyai Standar Operasi dan

Prosedur (SOP) secara tertulis dalam menangani pengumpulan data dan

penggantian kartu peserta Jamkesmas;

b. Kurangnya koordinasi antara PT Askes (Persero) Cabang Padang dengan

Pemerintah Daerah terkait;

c. Keterbatasan waktu dan kondisi sangat mendesak di akhir Tahun 2008.

20. Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Yang Dilaksanakan PT Askes (Persero)

Kantor Cabang Padang Tidak Sesuai Ketentuan

Selama Tahun 2008 dan 2009 (s.d. semester I) dalam Laporan Bulanan pelaksanaan

kegiatan Jamkesmas yang disampaikan oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang

kepada PT Askes (Persero) Regional II Pekanbaru, salah satunya adalah Laporan

Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas. Dalam Laporan tersebut diketahui

jumlah keluhan yang diterima PT Askes (Persero) Cabang Padang, asal keluhan

tersebut, akar permasalahan dari keluhan tersebut, dan tingkat penyelesaian keluhan

dalam periode laporan tersebut (bulanan).

Berdasarkan hasil konfirmasi dengan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima

Bantuan Iuran (JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang dan juga sesuai jenis

keluhan yang dibuat dalam Laporan Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas,

yaitu keluhan mengenai manajemen kepesertaan, akar masalah yang ditampilkan

dalam Laporan tersebut antara lain masyarakat yang tidak masuk dalam SK Walikota

namun membutuhkan kartu Jamkesmas, peserta yang ingin merevisi kartu

Jamkesmasnya, dan lain-lain terkait manajemen kepesertaan. Atas masalah tersebut,

PT Askes (Persero) Cabang Padang melakukan penyelesaian dengan jalan

memberikan informasi pada masyarakat tersebut bahwa PT Askes (Persero) Cabang

Padang belum ada penunjukkan lagi untuk mencetak kartu baru. Masyarakat

disarankan menghubungi Pemerintah Daerah masing-masing terkait pendataan.

Konfirmasi lebih lanjut juga diperoleh keterangan bahwa keluhan yang dilaporkan

dalam Laporan Bulanan Pelaksanaan Kegiatan Jamkesmas PT Askes (Persero)

Cabang Padang hanyalah keluhan yang diterima langsung di kantor PT Askes

(Persero) Cabang Padang, bukan dari petugas Askes di Rumah Sakit. Untuk keluhan

yang diterima oleh petugas Askes di Rumah Sakit, yang pada umumnya menyangkut

masalah pasien Jamkesmas yang masih dikenai biaya oleh pihak Rumah Sakit

(terutama untuk pembelian obat), tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan. Petugas

PT Askes (Persero) di Rumah Sakit langsung menyarankan peserta penyampai

keluhan untuk menemui pihak yang berwenang di Rumah Sakit.

Selain itu, data penanganan keluhan yang dimuat dalam Laporan Bulanan Pelaksanaan

Kegiatan Jamkesmas tersebut, tidak informatif. Meskipun akar permasalahan terlihat

dan dinyatakan telah diselesaikan 100% namun tidak terlihat bentuk penyelesaiannya

Page 67: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 62 dari 64

seperti apa. Sehingga tidak dapat ditarik manfaat serta feedback dari Laporan

Penanganan Keluhan Kepesertaan Jamkesmas.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Petunjuk Teknis Manajemen Kepesertaan

Program Jamkesmas Tahun 2008 Bab IV huruf B, yang menyatakan:

a. Semua keluhan/pengaduan harus memperoleh penanganan dan penyelesaian

secara memadai dan dalam waktu yang singkat, dicatat, dan diberikan umpan

balik kepada pihak yang menyampaikannya;

b. Pada hari diterimanya keluhan segera dibuatkan konsep surat jawaban atau

tanggapan, dimana selambat-lambatnya sudah harus dikirimkan dalam waktu 3

hari kerja ditingkat Kantor Regional dan Kantor Cabang; dan

c. PT Askes Kantor Cabang melakukan rekapitulasi penanganan keluhan setiap akhir

bulan dan dikirimkan ke Kantor Regional, selambat-lambatnya 5 hari kerja setelah

bulan bersangkutan berakhir, dengan dilampiri penjelasan tentang rincian akar

permasalahan dari setiap keluhan dan memuat jumlah keluhan yang terjadi dan

atau telah diselesaikan.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. PT Askes tidak mendapat manfaat dan umpan balik dalam rangka perbaikan

manajemen kepesertaan;

b. Pemerintah (Pusat, Daerah, RS, Puskesmas atau PPK lainnya) tidak dapat

memperbaiki pelayanan kesehatan yang dikeluhkan.

Kondisi tersebut disebabkan:

a. Kelalaian PT Askes (Persero) Cabang Padang yang tidak menangani keluhan

sesuai dengan ketentuan;

b. Kelalaian pihak selain PT Askes (dalam hal ini Pemda dan RS) yang tidak segera

menangani keluhan sehingga keluhan tidak dapat segera diselesaikan;

c. Kurangnya sosialisasi dan informasi kepada masyarakat sehingga mereka

menyampaikan keluhan pada pihak yang kurang tepat.

21. PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi

Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan

Bulanan Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit

Selain kegiatan tata laksana kepesertaan dalam kegiaan manajemen kepesertaan, PT

Askes (Persero) Cabang Padang juga melaksanakan kegiatan tata laksana pelayanan

yang meliputi kegiatan penetapan keabsahan peserta untuk memperoleh pelayanan

kesehatan RJTL, RITL, IGD dan ODC melalui penerbitan SKP. Namun PT Askes

(Persero) Cabang Padang tidak membuat laporan dan melakukan telaahan utilisasi

kepesertaan Jamkesmas.

Kegiatan penerbitan SKP yang dilaksanakan PT Askes (Persero) terkait erat dengan

Laporan Bulanan Pelaksanaan Jamkesmas yang harus dilaporkan secara berjenjang

mulai dari petugas PT Askes (Persero) di Rumah Sakit sampai ke Kantor Regional PT

Askes (Persero). Keterangan dari Bagian Jaminan kesehatan Bagi Penerima Bantuan

Iuran(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, paling lambat tanggal 2 (dua)

setiap bulannya Kantor Regional II Pekanbaru sudah harus menyampaikan Laporan

Kegiatan Jamkesmas kepada Kantor Pusat PT Askes (Persero). Kantor Regional II

Pekanbaru meminta paling lambat tanggal 29 bulan sebelumnya (sama dengan bulan

Laporan), telah menerima Laporan dari Kantor Cabang. Untuk dapat memenuhi

Page 68: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 63 dari 64

permintaan Kantor Regional II Pekanbaru tersebut, PT Askes (Persero) Cabang

Padang mulai bulan Mei 2009 mengambil kebijakan bahwa data penerbitan SKP dari

seluruh PPK yang berada di wilayah mereka, sudah harus diterima paling lambat pada

tanggal 28 bulan laporan.

Kebijakan penyampaian Laporan secara berjenjang ini, tanpa disadari ternyata

membawa dampak terhadap Rumah Sakit dan terhadap Laporan Bulanan PT Askes

(Persero) Cabang Padang sendiri. Aplikasi SKP milik PT Askes hanya mengakomodir

penerbitan SKP dan Laporan Penerbitan SKP (sama dengan Laporan Kunjungan)

berada pada satu bulan yang sama. Sehingga untuk tanggal-tanggal setelah tanggal 28,

terdapat dua alternatif perlakuan yang dilaksanakan oleh Petugas Askes di PPKTL dan

masing-masing membawa dampak yang berbeda, yaitu:

a. Penerbitan SKP akhir bulan tetap dilakukan pada bulan yang bersangkutan.

Karena aplikasi SKP hanya mengakomodir penerbitan SKP dan Laporan

Penerbitan SKP berada pada satu bulan yang sama, padahal SKP yang diterbitkan

sampai dengan tanggal 28 sudah termasuk ke Laporan sebelumnya (yang telah

dilaporkan ke Kantor Regional), akibatnya SKP yang diterbitkan setelah tanggal

28 tidak termasuk di Laporan bulanan yang mana pun.

Contoh: Bulan Juli 2009, telah dibuat dan disampaikan Laporan Penerbitan SKP

periode tanggal 01 s.d. 28 Juli 2009. Tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tetap

dilakukan penerbitan SKP. Pada saat pembuatan Laporan bulan Agustus 2009,

SKP yang termasuk hanya periode tanggal 01 s.d. 28 Agustus. Sehingga SKP

yang diterbitkan pada tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tidak termasuk dalam

Laporan Bulanan baik dalam Laporan Bulan Juli maupun Laporan Bulan Agustus.

b. Penerbitan SKP akhir bulan dilakukan pada awal bulan berikutnya.

Tanggal SKP menjadi berbeda dengan tanggal berkas pelayanan lainnya di Rumah

Sakit, sehingga ketika diverifikasi oleh Verifikator Independen, berkas klaim

dianggap tidak layak. Sehingga menjadi beban Rumah Sakit.

Contoh: Bulan Juli 2009, telah dibuat dan disampaikan Laporan Penerbitan SKP

periode tanggal 01 s.d. 28 Juli 2009. Untuk kunjungan pasien pada tanggal 29, 30,

dan 31 Juli 2009 tidak dilakukan penerbitan SKP (hanya dibuatkan SKP

manual/sementara). Penerbitan SKP untuk kunjungan-kunjungan pada tanggal

tersebut melalui aplikasi, baru dilakukan pada tanggal 01 Agustus 2009 dan akan

masuk di Laporan PT Askes bulan Agustus 2009. Dengan kata lain, tidak ada SKP

yang tidak terlaporkan. Namun tanggal SKP (01 Agustus 2009) menjadi berbeda

dengan tanggal berkas pelayanan lainnya yang sesuai dengan tanggal

pelayanan/kunjungan (29, 30, dan 31 Juli 2009). Ketika berkas pasien Jamkesmas

yang berkunjung tanggal 29, 30, dan 31 Juli 2009 tersebut diserahkan pada

Verifikator Independen, berkas dinyatakan tidak layak, sehingga menjadi beban

Rumah Sakit.

Menurut keterangan Bagian Jaminan Kesehatan Bagi Penerima Bantuan Iuran

(JKPBI) PT Askes (Persero) Cabang Padang, dari sembilan PPK Tingkat Lanjut yang

berada di wilayah kerja mereka, tiga di antaranya menerapkan alternatif yang kedua,

menerbitkan SKP pada bulan berikutnya. Tiga PPK Tingkat Lanjut dimaksud adalah

RSUD Padang, RSJ Prof. Dr .HB. Sa’anin, dan BP4 Lubuk Alung. Sedangkan enam

lainnya (RSUP Dr. M. Djamil, RST Reksodiwiryo, BKMM Sumbar, RSUD Pariaman,

RSUD Painan, dan RSUD Mentawai) menerapkan alternatif pertama, tetap

menerbitkan SKP sesuai tanggal kunjungan.

Page 69: LHP Jamkesmas Kota PADANG

LHP Pengelolaan dan Pertanggungjawaban

Program Jamkesmas Kota Padang halaman 64 dari 64

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:

b. Perjanjian Kerjasama antara Depkes RI dengan Perusahaan Perseroan (Persero)

PT Askes Nomor 213/MENKES/PKS/III/2008 (Nomor 41/KTR/0308) tentang

Manajemen Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun

2008 pada pasal 5 angka 1 huruf c dan pasal 6 angka 2 poin a.8) yang menyatakan

bahwa PT Askes berkewajiban melakukan analisis kepesertaan sesuai variabel

yang ditetapkan Depkes dan menyampaikan laporan analisis pemanfaatan kartu

peserta dalam pelayanan rujukan di Rumah Sakit dan analisis peserta tersebut

kepada Depkes RI secara twriulanan;

c. Petunjuk Teknis Manajemen Kepesertaan Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat Tahun 2008 pada BAB V poin A angka 4 s.d. angka 6 yang antara

lain menyatakan bahwa:

1) Untuk pelayanan rawat jalan di PPK Tingkat Lanjut, peserta harus

menunjukkan identitas miskin dan surat rujukan dari Puskesmas di loket

PPATRS. Bila berkas sudah lengkap, maka petugas PT Askes (Persero)

menerbitkan Surat Keabsahan Peserta (SKP). Untuk selanjutnya peserta

memperoleh pelayanan kesehatan;

2) Untuk kasus pada IGD, peserta harus dapat menunjukkan identitas miskin dan

Petugas PT Askes (Persero) memeriksa kebenaran identitas tersebut. Bila

benar, maka Petugas PT Askes (Persero) akan menerbitkan SKP;

3) Jika setelah pelayanan rawat jalan dan IGD diperlukan rawat inap, maka

peserta membawa surat pengantar rawat inap dari Poli Rawat Jalan/IGD ke

loket PPATRS untuk diterbitkan SKP.

Kondisi tersebut mengakibatkan:

a. Tidak ada hasil analisis pemanfaatan kartu peserta yang dapat dijadikan masukan

bagi Depkes;

b. Jumlah penerbitan SKP pada Laporan Bulanan PT Askes (Persero) Cabang

Padang tidak menggambarkan jumnlah yang sebenarnya;

c. Rumah Sakit terpaksa menanggung biaya atas klaim Jamkesmas yang dinyatakan

tidak layak oleh Verifikator Independen karena ketidaksamaan tanggal pelayanan

dengan SKP.

Kondisi tersebut disebabkan karena:

a. Kepala PT Askes (Persero) Cabang Padang dalam mengambil kebijakan

penyampaian Laporan Bulanan Jamkesmas kurang mempertimbangkan

dampaknya baik terhadap PT Askes sendiri maupun terhadap Rumah Sakit;

b. Aplikasi SKP yang dipergunakan PT Askes (Persero) kurang fleksibel dan tidak

dapat mengakomodir kebutuhan pemakainya.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

Page 70: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 2.1

Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Cakupan (Rp) % Anggaran (Rp) Realisasi sd Juli (Rp) Cakupan (Rp) %

1 DIPA BinkesmasPelayanan di Puskesmas dan Jaringannya

(Kapitasi)Bansos 560.000.000.000 559.807.121.000 72.990.063.000 13,04% 916.800.000.000 885.248.292.000 114.929.136.000 12,98%

2 DIPA BinkesmasTambahan Dana Kapitasi Puskesmas

(Buffer Stock)Bansos 45.000.000.000 11.681.698.500 1.728.939.500 14,80% 0 0 0 0

3 DIPA Binkesmas Bansos Tim Pengelola Provinsi dan

Kab/Kota6.075.060.000 0 0 0

3.908.310.000 0

4 DIPA Bina YanmedikDana luncuran/klaim di PPK Tingkat

Lanjutan (RS)Bansos 2.467.108.989.894 1.219.957.888.672 49,45% 1.842.417.493.000 835.011.079.000 45,32%

5 DIPA Bina Yanmedik Pelunasan hutang Askeskin 2007 Bansos 1.130.150.678.334 1.130.150.678.334 100,00% 0 0 0

6 DIPA Bina Yanmedik Barang 75.000.000.000 74.632.173.903 74.632.173.903 100,00% 0 0 0 0

7 Barang 112.427.326.097 112.427.326.097 112.427.326.097 100,00% 0 0 0 0

8 DIPA PPJKOperasional PPJK selaku Tim Pengelola

PusatPeg, Barang 96.164.550.000 60.848.218.000 60.848.218.000 100,00% 80.050.752.000 20.589.576.800 20.589.576.800 100,00%

9 DIPA Biro Umum Honor Tim Verifikator Independen Pegawai 29.440.000.000 23.788.900.000 23.788.900.000 100,00% 44.160.000.000 20.056.000.000 20.056.000.000 100,00%

10 DIPADekon Dinkes Prov

(01)

Operasional Tim Pengelola/Koordinasi

Prov, Kab/KotaBarang 76.465.450.000 21.712.464.536 21.712.464.536 100,00% 79.949.248.000 0 0 0

Jumlah 4.742.158.474.097 4.492.157.570.264 2.728.220.022.042 60,73% 4.728.960.000.000 2.768.311.361.800 990.585.791.800 35,78%

Biaya manajemen kepesertaanSaldo Dana PTL Askeskin 2007

2009

Bansos 30.000.000.000 30.000.000.000 33,28% 0

Sumber Dana Eselon I

CAKUPAN PEMERIKSAAN (ACOV) PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMKESMAS SERTA ALOKASI ANGGARAN JAMKESMAS TAHUN 2008 DAN 2009

3.717.661.148.000 3.608.000.000.000

No KegiatanJenis

Belanja

2008

Page 71: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 2.2

No Nama Rumah Sakit Kota Status

1 RSU Cipto Mangunkusumo Jakarta BLU PENUH

2 RS Fatmawati Jakarta BLU PENUH

3 RS Persahabatan Jakarta BLU PENUH

4 RSAB Harapan Kita Jakarta BLU PENUH

5 RS Jantung & Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta BLU PENUH

6 RS Kanker Dharmais Jakarta BLU PENUH

7 RS Hasan Sadikin Bandung BLU PENUH

8 RSU Dr. Kariadi Semarang BLU PENUH

9 RS Dr. Sardjito Yogyakarta BLU PENUH

10 RS Dr. M. Djamil Padang BLU PENUH

11 RS Moh. Hoesin Palembang BLU PENUH

12 RS Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar BLU PENUH

13 RS Sanglah Denpasar BLU PENUH

14 RSU H. Adam Malik Medan BLU PENUH

15 RS Prof. Dr. R. D. Kandau Manado BLU PENUH

DAFTAR RUMAH SAKIT VERTIKAL

yang menjadi pilot project INA-DRG

Page 72: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 3.2

Saldo Dana Puskesmas Tahun 2007 (dalam Rupaiah)

No Nama Puskesmas Saldo BKU Des 07

Saldo yang dilaporkan

Dinas Kesehatan Kota

Padang

Selisih

1 2 4 5 6=5-4

1 Padang Pasir 2500000 564 91.791.393,00 91.791.393,00 -

2 Alai 2500000 575 45.563.826,04 50.155.439,00 4.591.612,96

3 Lapai 2500000 702 12.380.177,59 12.380.177,00 (0,59)

4 Nanggalo 2500000 611 46.525.754,00 46.525.754,00 -

5 Lubuk Buaya 2500000 520 53.312.665,00 25.316.165,00 (27.996.500,00)

6 Air Dingin 2500000 495 64.719.453,30 64.719.453,00 (0,30)

7 Air Tawar 2500000 677 10.539.014,00 11.713.927,00 1.174.913,00

8 Ulak Karang 2500000 597 11.522.323,36 11.524.148,36 1.825,00

9 Andalas 2500000 633 99.933.460,00 99.933.460,00 -

10 Seberang Padang 2500000 519 35.927.917,00 35.927.915,00 (2,00)

11 Rawang 2500000 622 20.707.095,00 69.928.500,85 49.221.405,85

12 Pemancungan 2500000 553 24.033.546,00 18.493.000,00 (5.540.546,00)

13 Pauh 2500000 713 85.760.167,97 91.270.168,00 5.510.000,03

14 Lubuk Kilangan 2500000 531 8.706.786,92 14.706.786,00 5.999.999,08

15 Lb. Begalung 2500000 688 136.093.540,00 102.897.476,00 (33.196.064,00)

16 Pegambiran 2500000 586 122.287.719,00 122.207.719,00 (80.000,00)

17 Kuranji 2500000 699 44.956.163,00 40.819.436,00 (4.136.727,00)

18 Belimbing 2500000 508 74.475.642,00 74.475.642,00 -

19 Ambacang 2500000 542 99.911.543,00 34.772.754,00 (65.138.789,00)

20 Bungus 2500000 644 28.524.070,00 28.527.070,00 3.000,00

1.117.672.256,18 1.048.086.383,21 (69.585.872,97)

Saldo Dana Puskesmas Tahun 2008 (dalam Rupaiah)

No Nama Puskesmas Saldo BKU Des 08

Saldo yang dilaporkan

Dinas Kesehatan Kota

Padang

Selisih

1 2 4 5 6=5-4

1 Padang Pasir 2500000 564 86.606.535,00 88.606.535,00 2.000.000,00

2 Alai 2500000 575 60.004.882,04 60.004.883,00 0,96

3 Lapai 2500000 702 11.011.038,59 11.011.038,59 -

4 Nanggalo 2500000 611 43.894.324,00 43.894.324,00 -

5 Lubuk Buaya 2500000 520 78.669.441,00 78.669.441,00 -

6 Air Dingin 2500000 495 68.770.008,30 68.770.008,30 -

7 Air Tawar 2500000 677 3.891.524,00 3.878.112,00 (13.412,00)

8 Ulak Karang 2500000 597 15.359.179,66 15.361.424,36 2.244,70

9 Andalas 2500000 633 134.044.278,00 99.933.460,00 (34.110.818,00)

10 Seberang Padang 2500000 519 22.827.539,00 22.827.539,00 -

11 Rawang 2500000 622 64.754.993,00 106.970.143,85 42.215.150,85

12 Pemancungan 2500000 553 35.593.707,00 35.593.707,00 -

13 Pauh 2500000 713 118.223.441,97 118.223.441,97 -

14 Lubuk Kilangan 2500000 531 55.391.709,92 55.391.709,92 -

15 Lb. Begalung 2500000 688 210.154.683,00 186.506.708,00 (23.647.975,00)

16 Pegambiran 2500000 586 202.860.036,00 202.861.036,00 1.000,00

17 Kuranji 2500000 699 86.751.293,00 49.771.422,00 (36.979.871,00)

18 Belimbing 2500000 508 144.135.850,00 144.135.850,00 -

19 Ambacang 2500000 542 86.751.293,00 86.751.293,00 -

20 Bungus 2500000 644 39.910.292,00 39.910.292,00 -

1.569.606.048,48 1.519.072.368,99 (50.533.679,49)

No & Nama

Rekening

3

Total

No & Nama

Rekening

3

Total

Page 73: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 3.3

No. Tanggal Atas Nama Status Hasil Verifikasi Keterangan

11-Jan-08 Bainar RJTL

Dimasukkan dalam rawat jalan, padahal hari

tersebut libur

2 3-Jan-08 Ernawati RJTL SKTM Tidak ada

3 4-Jan-08 Sarbaini RJTL SKTM Tidak ada

4 7-Jan-08 Anestesia RJTL Surat Rujukan Tidak ada

5 16-Jan-08 Eldi RJTL Surat Rujukan Tidak ada

6 17-Jan-08 Ny. Asrianti RJTL Surat Rujukan Tidak ada

7 18-Jan-08 Asnidar IGD diagnosa Herpes (tidak masuk diagnosa IGD)

8 22-Jan-08 Lasmi RJTL Surat Rujukan Tidak ada

9 23-Jan-08 Syafrudin RJTL Surat Rujukan Tidak ada

10 23-Jan-08 Surya D RJTL Surat Rujukan Tidak ada

11 26-Jan-08 Nurhayati dan By Nurhayati RITL tgl 8 Januari sudah dientrykan oleh orang RS

12 11-Feb-08 By Melda Mitra RITL Nomor MR tidak ada Tidak ada dokumen

13 13-Feb-08 Hartati & Bayi RITL Di entry dua kali Tidak ada dokumen

14 16-Feb-08 Mariani RJTL SKTM Tidak ada

15 19-Feb-08 Salsa RJTL Nomor MR tidak ada

16 25-Feb-08 Aprideni RJTL Surat Rujukan Tidak ada

17 25-Feb-08 Nia Suci D RJTL Surat Rujukan Tidak ada

18 25-Feb-08 Yusma RJTL Surat Rujukan Tidak ada Ada surat rujukan

19 12-Mar-08 Netti RJTL Nomor MR tidak ada

20 24-Mar-08 M. Imran Kamil RJTL SKTM bukan atas nama M. Imran Kamil

21 25-Mar-08 Desniyanti RJTL Nomor MR tidak ada

22 25-Mar-08 Rafli RJTL Nomor MR tidak ada

23 29-Mar-08 Yanti RJTL Nomor MR tidak ada

24 31-Mar-08 Wahyudi RJTL Nomor MR tidak ada

25 31-Mar-08 Ratna Gusya RJTL Nomor MR tidak ada

26 31-Mar-08 Eni Siswi Santi RJTL Surat Rujukan Tidak ada

27 6-Mar-08 Mardawati IGD tumor mamae, tudak masuk diagnosa IGD

28 15-Mar-08 Zarnila IGD Nomor MR tidak ada

292-Apr-08 Adi Putra RJTL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

30 4-Apr-08 Irmansyah IGD Diagnosa tidak masuk IGD Tidak ada dokumen

315-Apr-08 Rosni RJTL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

327-Apr-08 Rivai RJTL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

33 9-Apr-08 Nurjani RITL Tidak tertera dalam SKTM Tidak ada dokumen

3416-Apr-08 Suardi IGD Hemiparise, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD

3524-Apr-08 Rosmam IGD Osteo Artritis, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD

3629-Apr-08 Awaludin RJTL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

37 29-Apr-08 Janewar IGD Atralgia, diagnosa tidak masuk diagnosa IGD

3830-Apr-08 Hasan Husin RJTL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak adaTidak ada dokumen

39 3-May-08 Farel Prawira RJTL Nomor MR tidak ada

40 5-May-08 Zuraini RJTL Tidak ada SKTM

41 6-May-08 Wili RJTL nama pasien tidak ada dalam SKTM

42 23-May-08 Silvia RITL Tidak ada surat rujukan Tidak ada dokumen

43 27-May-08 Deffi Rusmiyati & Bayi Deffi R RITL Tidak ada surat rujukan Tidak ada dokumen

4410-Jul-08 By Ermaini RITL

Np MR tidak ada, setelah dikonfirm kepihak RS

tetap tidak ada

45 21-Aug-08 Reni Susanti RJTL Surat Rujukan Tidak ada

46 20-Aug-08 RizkiPutra RITL SKTM tidak ada

47 22-Aug-08 Gery Fernando RITL SKTM tidak ada

4823-Aug-08

YulnetriRITL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

49 30-Aug-08 Sandra Winata RITL SKTM tidak ada

5013-Aug-08

Bayi ErnawatiRITL

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

514-Aug-08

Sri Kurniati IGD

Nomor MR tidak ada, setelah dikonfirm dengan

pihak RS tetap tidak ada

5226-Aug-08

Jumardi IGD diagnosa Splenomegali tidak masuk diagnosa IGD

53 8-Aug-08 Nabil ODC nama dokter tidak ada

54 1-Oct-08 Nurmaiwati & Bayi RITL Tidak ada Kartu Jamkesmas Tidak ada dokumen

55 2-Oct-08 Yelni Eka Putri IGD SKTM tidak berlaku lagi SKTM tertanggal 28 Mei 2008

56 3-Oct-08 Kasini dan Farhan Ramadhan IGD kartu jamkesmas dan SKTM tidak berlaku lagi

573-Oct-08

Puja dan Serli Feriani IGD

diagnosa post VE dan post SC tidak masuk

diagnosa IGD

58 6-Oct-08 Kasini RJTL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi

59 9-Oct-08 Fitri handayani ODC pasien ODC tidak masuk IGD

60 10-Oct-08 Isnizarti RJTL surat rujukan lewat 2 bulan

61 12-Oct-08 Fatimah ODC pasien ODC tidak masuk IGD

62 13-Oct-08 Janiar RITL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi (kartu BLT) Tidak ada dokumen

63 14-Oct-08 Agung Abdullah ODC pasien ODC tidak masuk IGD

64 20-Oct-08 Yuliani RJTL rujukan lewat 11 hari

65 23-Oct-08 Nabil ODC pasien ODC tidak masuk IGD

66 28-Oct-08 Lukman RITL Kartu Jamkesmas tidak berlaku lagi Tidak ada dokumen

REKAPITULASI BERKAS KLAIM YANG DITOLAK OLEH VERIFIKATOR INDEPENDEN

Page 74: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 3.3

No. Tanggal Atas Nama Status Hasil Verifikasi Keterangan

67 3-Nov-08 Marni RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Surat rujukan tertanggal 3 Nov 2008

68 4-Nov-08 Iswandi RJTL surat rujukan melebihi waktu 2 bulan

69 9-Nov-08 Bayi Nurmeli RITL Tidak ada No.MR Tidak ada dokumen

70 10-Nov-08 Marlis IGD No. SKP dan surat jaminan pelayanan tidak ada Tidak ada dokumen

71 12-Nov-08 Fatmawati RJTL dientrikan 2 kali berkas klaim ada 2

72 12-Nov-08 Yusri IGD Tidak ada No.MR Tidak ada dokumen

7315-Nov-08

Rosmeri, M Reval Ramadhan,

AmirRITL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Tidak ada dokumen

74 17-Nov-08 Heldayanti RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan Tidak ada dokumen

75 17-Nov-08 Debi Amelia RJTL surat rujukan rawat inap kopian, bukan asli Tidak ada dokumen

76 21-Nov-08 Suhatril RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan

77 24-Nov-08 Arnelis RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan

7828-Nov-08 Agung Abdullah RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan

Surat rujukan tertanggal 16 Okt 2008 (1 bulan 12

hari)

79 1-Dec-08 Heldayanti dan Arnelis

80 2-Dec-08 Fitra Dewi RITL No. SKP tidak ada Tidak ada dokumen

81 5-Dec-08 Evi Yuharni RITL Tidak bisa diklaim karena pulang 5 Januari 2009 Tidak ada dokumen

82 14-Dec-08 Zulmaini ODC No. SKP tidak ada

83 16-Dec-08 Darlis ODC No. SKP tidak ada Tidak ada dokumen

84 16-Dec-08 M. Salih RJTL Surat rujukan melebihi jangka waktu 2 bulan

85 17-Dec-08 Syamsinar RJTL Tidak ada dokumen Dokumen ada

86 17-Dec-08 Aditya Ernanda RJTL No MR Tidak ada

87 23-Dec-08 Elita RITL Surat rujukan melebihi jangka waktu 17 hari Tidak ada dokumen

88 25-Dec-08 Ermaini RITL Di entry dua kali Tidak ada dokumen

Page 75: LHP Jamkesmas Kota PADANG

Lampiran 3.4

Rincian Klaim RSUP Tahun 2007

a. Pembayaran klaim oleh PT Askes sebesar Rp7.414.443.598,00, yang terdiri dari:

- Tanggal 30 Juli 2007 Rp291.965.500,00

- Tanggal 27 September 2007 Rp4.646.818.938,00

- Tanggal 22 November 2007 Rp2.475.659.160,00

b. Pembayaran Hutang Askeskin Tahun 2007 oleh Depkes sebesar Rp12.360.482.650,00, yang

terdiri dari:

- Tanggal 22 Agustus 2008 Rp11.103.687.800,00

- Tanggal 28 Agustus 2008 Rp1.256.794.850,00

c. Hutang Askeskin yang belum dibayarkan sebesar Rp10.704.508.293,00 (berdasarkan Surat

Direktur Utama Nomor KU.03.01.06 tanggal 27 Juni 2009 kepada Menteri Kesehatan RI)

Total Klaim selama Tahun 2007 (a+b+c) adalah sebesar Rp30.479.434.541,00

Rata-rata klaim per bulan selama Tahun 2007 adalah sebesar Rp2.539.952.878,42

(Rp30.479.434.541,00 : 12)

Rincian Klaim RSUP Tahun 2008

No Bulan Jumlah Klaim Thn 2008 (Rp) Luncuran Thn 2009

(Rp) Tanggal Diterima Keterangan

1 Januari 3.058.021.847,00

2 Februari 3.000.864.404,00

3 Maret 3.082.744.095,00 9.769.186.000,00 20/03/2009 Luncuran 1

4 April 3.274.895.638,00

5 Mei 2.894.410.357,00

6 Juni 2.889.389.769,00

7 Juli 1.879.551.552,00 3.622.081.000,00 03/07/2009 Luncuran 2

8 Agustus 1.924.423.326,00

9 September 1.698.345.845,00

10 Oktober 1.330.205.279,00

11 November 1.959.390.727,00

12 Desember 1.927.960.094,00

Total 28.920.202.933,00 13.391.267.000,00

Rata-rata/bulan (Rp) 2.410.016.911,08