I01 LHP Pantai Berpasir

download I01 LHP Pantai Berpasir

of 83

Transcript of I01 LHP Pantai Berpasir

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    1/83

    DEPARTEMEN KEHUTANAN

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

    BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    (LHP)

    TAHUN ANGGARAN 2008

    MODEL REHABILITASI LAHAN DAN

    KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR

    Penanggung Jawab Kegiatan :

    Ir. Beny Harjadi, MSc.

    SURAKARTA, DESEMBER 2008

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    2/83

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    MODEL REHABILITASI LAHAN DAN

    KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR

    Tahun 2008

    Surakarta, Desember 2008

    Diperiksa oleh :Kepala Seksi EP,

    Diperiksa oleh :Ketua Kelti KTA,

    Ir. Sukresno, MScNIP. 710 001 486

    Disusun oleh,Ketua Tim Pelaksana

    Ir. Beny Harjadi, MScNIP. 710 017 594

    Disahkan oleh :Kepala BPK Solo,

    Ir. Edy Subagyo, MP.

    NIP. 710 008 439

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    3/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    4/83

    iv

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Oleh :

    Beny Harjadi, Purwanto, Arina Miardini,

    Gunawan, Aris Budiarto, dan Siswo

    ABSTRAK Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; dan UU No.5 Tahun 1990 tentang

    Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir pantai yang kaya

    akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik

    dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk

    meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim dan tanaman keras.

    Pada wilayah pantai berpasir, dimana berlangsung erosi angin yang terjadi secara terus menerus,

    kondisi lahannya marginal dan cenderung diabaikan. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai

    berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya.

    Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan

    pantai berpasir yang sesuai. Pada wilayah pantai berpasir berlangsung erosi angin yang terjadi terus

    menerus, kondisi lahannya marginal dan tidak terurus. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantaiberpasir menjadi semakin kritis. Metode penelitian meliputi : (a) Pemetaan lokasi (b) Kegiatan

    tanaman TA, antara lain : Casuarina equisetifolia (cemara laut). (c) Bibit tanaman budidaya semusim

    untuk ditanam di antara jalur tanaman TA antara lain : cabe merah (Capsicum annuum) dan jagung

    (Zea mays L.). (d) Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta

    pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. (e) Kegiatan pengembangan sarana

    pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bak renteng, pralon, gembor, selang, pompa air.

    (f) Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer,

    anemometer, termometer udara, dan termometer tanah. tanaman tanggul angin yang

    dikembangkan di pantai berpasir yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia). Tinggi cemara laut

    tahun 2006 dari 185,2 226 cm dengan pertambahan tinggi 4 30,8 cm/tahun dan keliling cemara

    laut tanaman tahun 2006 dari 7,5 10,1 cm dengan pertambahan keliling 4 55,2 cm/tahun .

    Pengikisan pasir pada daerah lembah (-0,4 -- -38,4 cm/tahun) dan penimbunan erosi pasir pada

    gisik pasir (+0,4 -- +8,4 cm/tahun). Kecepatan angin tertinggi bulan Januari (9,3 m/det) dan

    terendah bulan Mei (3,8 m/det). Hampir sebagian unsur hara dalam ketersediaannya yang sangat

    rendah kecuali P total (270,51 445,94 ppm) dan Na tersedia (2,07 5,32 me/100 g) sangat tinggi.

    Suhu udara siang (38oC) lebih tinggi dari suhu udara malam hari (22,9

    oC), suhu udara minimal

    pada bulan Januari (24oC) dan September (28

    oC). Suhu tanah lebih tinggi dari suhu udara, suhu

    tanah malam hari (30 oC) lebih rendah suhu tanah siang hari (34 oC). Semakin ke lapisan dalam

    dari lapisan A ke C maka suhu tanah semakin menurun. Produksi tanaman cabe merah 4.000

    70.000 kg/ha dengan harga jual Rp.141.000.000,-dan untuk semangka milik penduduk diperoleh

    keuntungan bersih Rp.23.696.500,-/ha. Curah hujan bulanan tertinggi 743 mm/bl Januari 2006,

    547,6 mm/bl November 2007, dan 482,6 mm/bl Maret 2008. Musim kemarau pada bulan Mei

    sampai September dan musim penghujan pada bulan Oktober sampai April. Kunjungan wisata dari

    tahun 2006 2008 mengalami peningkatan 19 % ( 66.100 81.665 orang) dengan pendapatan

    Rp.161.227.250,-. Penanaman cemara laut sebaiknya bulan Januari dan September dimana pada

    saat itu suhu paling rendah, kecepatan angin paling tinggi dan curah hujan ada kecenderungan

    akan menaik di bulan berikutnya. Bibit hendaknya yang biasa tahan terhadap kekurangan hara

    dan air dengan diameter batang cm dan tinggi kurang dari 1 m dengan umur 6 bulan.

    Kata Kunci : Rehabilitasi, Konservasi Tanah, Pantai Berpasir, Erosi angin, Kebumen

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    5/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    6/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    7/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    8/83

    viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan Lapangan..................................................25

    Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun 1994

    dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005...............................................29

    Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung, KecamatanPetanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005 .........................................30

    Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan Samas,Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994 ................................................................30

    Gambar 5. Tata Letak Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan...............................................33

    Gambar 6. Tata Letak Stik Bambu untuk Pengamatan Erosi Angin di Pantai Berpasir......35

    Gambar 7. Pertumbuhan Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan............................................44

    Gambar 8. Terjadinya Pengikisan (-) dan Penimbunan (+) Partikel Pasir di Pantai................45

    Gambar 9, Rata-rata Perubahan Kecepatan Angin Tahun 2006, 2007 dan 2008 ....................47

    Gambar 10. Tingkatan Kriteria Ketersediaan Unsur Hara dari Sangat Rendah sampai

    Sangat Tinggi......................................................................................................51

    Gambar 11. Perbedaan Kandungan Hara pada Cemara, Tanaman Semusim dan Bero ..........52

    Gambar 12. Kandungan P di Pantai Berpasir Kebumen (K), Bantul (B) dan Pemalang (P)...52

    Gambar 13. Kondisi pH, KPK dan Na Tersedia di Pantai Berpasir ........................................53

    Gambar 14. Suhu Udara pada Malam (M) dan Siang (S) Hari Tahun 2008 ...........................54

    Gambar 15. Suhu Tanah pada Malam Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 20062008.56

    Gambar 16. Suhu Tanah pada Siang Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006--2008.....58

    Gambar 17. Fluktuasi Curah Hujan Bulanan dari Tahun 2006 -- 2008...................................61

    Gambar 18. Fluktuasi Curah Hujan Harian Maximum dan Minimum, Tahun 20062008..62

    Gambar 19. Kunjungan dan Pendapatan Wisata, Oktober dan Total Setahun 20062008 ...66

    Gambar 20. Kunjungan dan Pendapatan Wisata Bulanan, Tahun 2006 2008 ......................67

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    9/83

    ix

    DAFTAR LAMPIRAN

    Tabel Lampiran 1. Kerangka Logis KegiatanModel Rehabilitasi Lahan dan Konservasi

    Tanah Pantai Berpasir(RPTP 2008) ..........................................................................72

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    10/83

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.

    Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantaiberlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau

    andesit (Bloom, 1979).

    Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum

    merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai

    (beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa taaman), bertekstur tanah kasar (pasir), atau

    diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana terdapat

    hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak menuju pantai

    dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga pasokan pasir

    terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir menjadi kritis,

    baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi lahan yang kritis

    tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara alami telah kritis,

    tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal, sehingga bila tidak segera

    ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002

    tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU No.5 Tahun 1990

    tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir

    pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai

    berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk

    mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha

    budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model pengelolaan

    tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar menjadi lahan yang

    potensial untuk dapat diusahakan sebagai lahan budidaya, maka perlu dikembangkan

    dengan model demplot.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    11/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    12/83

    3

    mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai upaya peningkatan

    kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan konservasi tanah

    dan air.

    D. Tujuan dan Sasaran PPTP

    Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk

    menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai,

    berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan antara lain :

    1) Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin

    2) Mengembangkan sarana pengairan air tawar

    3) Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan4) Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat

    5) Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.

    Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang

    kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi

    pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984

    dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk

    pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan

    lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul angin

    Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model pengelolaan tanaman budidaya

    (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam di antara tanaman tanggul angin.

    Keluaran yang diharapkan adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis seluas 1- 2 ha.

    Dampak yang diharapkan adalah masyarakat dapat menerima dan melaksanakan teknik

    konservasi lahan pantai berpasir dengan model pengendali erosi angin sehingga dapat

    meningkatkan produktivitas lahan terlantar.

    E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2008

    Tujuan kegiatan dalam Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) adalah untuk

    menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai,

    berupa demplot yang representatif serta inovatif.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    13/83

    4

    Sasaran kegiatan tahun 2008 antara lain :

    1) Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen di Samas dan pengembangan

    jalur tanaman TA di Kebumen.

    2) Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng

    3) Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.

    4) Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat

    5) Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.

    Kegiatan penelitian pantai berpasir ini sesuai pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990

    tentang kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik

    tertinggi pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No.

    550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan

    kawasan hutan untuk pengembangan jalur hijau hutan pantai, yaitu melalui pengembangan

    model tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam) dan

    model pengelolaan tanaman budidaya yang ditanam di antara tanaman tanggul angin

    (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang dilakukan bersama masyarakat dan

    instansi terkait.

    F. Luaran Tahun 2008

    Luaran yang diharapkan dapat dihasilkan antara lain :

    1. Tersedianya informasi pertumbuhan tanaman C. equisetifolia sebagai tanaman

    jalur TA dan informasi efektivitas jalur TA sebagai pengendali erosi pasir.

    2. Tersedianya informasi sistem pengairan yang sesuai untuk lahan pantai pasir.

    3. Tersedianya informasi pertumbuhan dan hasil jenis-jenis tanaman semusim yang

    sesuai untuk lahan pantai berpasir.

    4. Tersedianya analisis finansial model rehabilitasi lahan dan konservasi tanah

    yang dikembangkan pada lahan pantai berpasir.

    5. Tersedianya informasi kelembagaan, tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat

    terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah) lahan pantai

    berpasir yang mendukung wisata lingkungan terpadu.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    14/83

    5

    G. Ruang Lingkup Tahun 2008

    Ruang lingkup pengembangan meliputi :

    1. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan beberapa sifat tanah yang dimungkinkandicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.

    2. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam pada lahan marginal

    pantai berpasir.

    3. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam lahan pantai, dengan

    kombinasi antara tanaman TA: cemara laut, buah-buahan, dan kayu-kayuan

    dengan tanaman hortikultura bawang merah, cabe, jagung, semangka dll.

    4. Analisis biaya dan pendapatan usahatani dari perlakuan yang dicoba.

    5. Tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat serta kelembagaan dalam kegiatan

    rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.

    H. Hasil yang Telah Dicapai

    Penanganan lahan pantai berpasir melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi

    tanah (RLKT) telah dilakukan uji coba oleh BP2TPDAS Surakarta (1997-2000), yaitu

    dengan menerapkan model tanam tanaman tanggul angin (windbreak) dengan tanaman

    budidaya (semusim) yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul angin (TA). Hasil yang

    diperoleh berupa Pedoman Teknis Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir, yang memuat

    antara lain (Sukresno, 1996b) : 1) Jenis tanaman TA permanen yang sesuai adalah jenis

    tanaman-tanaman bergetah seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), Glirisidae, pandan,

    dan mete; 2) Jenis tanaman TA sementara yang sesuai adalah tanaman semusim seperti

    jagung, ketela pohon dan sorghum; 3) Jenis tanaman budidaya yang sesuai untuk ditanam di

    antara jalur tanaman TA adalah semangka, terong, bawang merah, cabe, dan kacang

    panjang; 4) Penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha telah memberikan hasil

    semangka sebanyak 20 ton/ha pada lahan pantai berpasir yang baru dibudidayakan, 21

    ton/ha pada lahan tahun kedua, dan 25 ton/ha pada lahan tahun ketiga; 5) Lahan bekas

    tanaman semangka yang ditanami terong hasil produksinya sebesar 26 ton/ha; 6) Produksi

    bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting dan kacang panjang,

    hasilnya masing-masing sebesar 7.5 ton/ha, 5 ton/ha, dan 26 ton/ha; 7) Hasil analisis input-

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    15/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    16/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    17/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    18/83

    9

    Menurut Setiadi dan Prematuri (1998), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

    rehabilitasi lahan kritis adalah :

    1. Pemilihan jenis pohon, hendaknya dipilih jenis pohon dengan karakteristik:

    a. Adaptif (pohon sesuai dengan lingkungan setempat)

    b. Cepat tumbuh, cepat menutup tanah (tajuk melebar), perakaran intensif

    c. Teknik silvikultur diketahui

    d. Ketersediaan bahan tanaman

    e. Bersimbiosis dengan mikroba

    2. Perbaikan kondisi tanah yang meliputi :

    a. Perbaikan ruang tumbuh

    b. Perbaikan top soil dan bahan organik

    Namun demikian, upaya rehabilitasi lahan ini seyogyanya dikombinasikan

    dengan penerapan teknik konservasi tanah dan air terutama di lahan-lahan berlereng

    curam, serta berbagai teknik tanam.

    B. Erosi Angin

    1. Proses Erosi Angin

    Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat

    melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat ke tempat

    lain yang baru untuk diendapkan (deposition).

    Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat dipengaruhi

    oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanahnya. Adapun

    kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi oleh besarnya kecepatan

    angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah. Sedang jarak tempuh

    perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya dipengaruhi oleh kuat-lemahnya

    kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat tanah.Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah

    sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep) untuk

    partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk partikel tanah

    berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3) dalam bentuk

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    19/83

    10

    suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk beberapa waktu tetap

    dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan pusaran arus angin.

    2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin

    Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka beberapa

    faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah:

    1) Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.

    2) Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.

    3) Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.

    3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir

    Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktor-

    faktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir juga

    mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi di

    sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis (DIY)

    berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo (Tim UGM,

    1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga 1500 meter yang

    diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau merubah posisi endapan

    pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-bukit pasir (sand dune). Daerah

    di belakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik dan dataran aluvial pantai. Oleh

    karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat tinggi sehingga seluruh air permukaan

    meresap ke dalam tanah, gisik dan bukit-bukit pasir pantai ini miskin akan tumbuhan.

    Sedang daerah di belakangnya dimana tanah dan airnya memungkinkan sebagai media

    tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk tegal, sawah, dan pemukiman yang suatu

    ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin berupa endapan pasir bersalinitas tinggi.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    20/83

    11

    C. Model Pengendalian Erosi Angin

    Erosi angin berlangsung jika kondisinya memungkinkan untuk melepaskan dan

    memindahkan partikel tanah untuk selanjutnya pasir tersebut diendapkan di tempat lain.

    Besar erosi angin sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor erodibilitas tanah, kekasaran

    permukaan tanah, kondisi iklim (kecepatan angin dan kelembaban), panjang permukaan

    tanah terbuka, dan penutupan tanaman.

    Metode pengendalian erosi angin melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi

    tanah (RLKT) di lahan pantai berpasir, secara umum yaitu:

    1) Menurunkan kecepatan angin di atas permukaan tanah.

    2) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.

    3) Melindungi tanah permukaan dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak mudah

    tererosi lainnya.

    4) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.

    Mengingat bahwa metode pengendalian erosi angin disini berkaitan dengan

    permasalahan erosi angin di lahan pantai berpasir maka untuk selanjutnya yang dimaksud

    'tanah' adalah lahan pantai berpasir (tanah berpasir).

    1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin

    Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian di atas permukaan tanah yang

    homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui

    bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan posisinya di

    atas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan angin yang tinggi

    pada posisi tertentu di atas permukaan tanah adalah berkaitan dengan kondisi kekasaran

    permukaan tanahnya.

    Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan penahan

    aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin (TA), yaitumodel mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat berupa anyaman

    bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada model tanggul angin

    vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara alami akan lebih tahan.

    Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada kondisi pertumbuhan tanaman

    yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA vegetatif yang umum adalah berupa

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    21/83

    12

    kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat sementara (dengan tanaman semusim)

    maupun permanen (dengan tanaman pohon, semak atau perdu) harus sesuai dengan kondisi

    setempat. Untuk lahan pantai berpasir jenis tanaman TA sementara, yaitu jagung, ketela

    pohon, dan cantel. Sedang jenis yang permanen untuk tanaman pohon, antara lain.,

    Casuarina equisetifolia (cemara laut), Calophyllum inophyllum (nyamplung), Terminalia

    catapa (ketapang), Barringtonia asiatica (rawang), Hibiscus tiliaceus (waru), Glirisidae;

    untuk tanaman semak dan perdu, antara lain.: Pandanun tectorius (pandan), Cyperus

    martima (teki laut), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola taccada (gabusan), Thuarea

    involuta (rumput glinting), Ximenia americana (widuri) dan jenis-jenis tanaman bergetah

    lainnya (Kartawinata, 1979).

    Bentuk tanggul angin yang paling efektif dalam mengendalikan laju kecepatan angin

    adalah menggunakan model vegetatif yang tidak terlalu rapat. Tanggul angin model rapat

    menyebabkan arus balik (putar) di belakang tanggul angin dimana justru menimbulkan erosi

    pasir. Bila model mekanis yang akan digunakan, dalam praktek harus diupayakan agar

    bentuk tanggul angin (misal dengan anyaman bambu) harus diberi angin-angin

    (permeabilitas angin) sebesar 35-40 %. Disamping itu beberapa faktor lain yang juga

    berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian laju kecepatan angin ini, antara lain.: 1)

    lebar, 2) tinggi, dan 3) jarak antar tanggul angin.

    2. Metode Pengendalian Faktor Tanah

    Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah:

    1) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.

    2) Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak

    mudah tererosi lainnya.

    3) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.

    Upaya pengendalian faktor tanah dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu:

    metode konservasi lengas tanah dan metoda perbaikan agregat tanah lapisan atas (top soil).

    Pengendalian lengas tanah dapat dilakukan dengan melindungi tanah permukaan dengan

    penutupan oleh tanaman, mulsa, atau bahan tidak mudah tererosi lainnya. Agar

    pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (mudah dan cepat tumbuh), sehingga lahan pantai

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    22/83

    13

    berpasir yang arealnya banyak terbuka dan peka erosi angin menjadi berkurang luasnya,

    dapat dilakukan dengan penerapan berbagai perlakuan ameliorasi tanah dan pemilihan jenis-

    jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi setempat (Sukresno, 1998).

    Dalam praktek usaha pengendalian kelengasan tanah ini, antara lain, dilakukan

    dengan usaha budidaya pada areal lahan di antara jalur tanggul angin (jalur tanaman cemara

    dan pandan) dengan menanami tanaman semusim bernilai ekonomi tinggi (semangka,

    mentimun, bawang merah, cabe keriting tampar, terong, dll). Upaya perbaikan agregat tanah

    pasiran lapisan permukaan (top soil) di lahan pantai berpasir dilakukan dengan metode

    pemberian ameliorat bahan organik (pupuk kandang) dan tanah liat ke areal budidaya yang

    letaknya berada di antara jalur tanggul angin (Sukresno, 1998). Secara teknis pemberian

    ameliorat pupuk organik dan tanah liat untuk perbaikan agregat adalah untuk meningkatkan

    kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman. Pelaksanaannya dilakukan

    dengan cara membenamkan ameliorat tersebut ke tanah berpasir sedalam + 10 - 30 cm. Hal

    ini dimaksudkan agar kelengasannya tetap terjaga dan beratnya yang ringan bila kering tidak

    mudah tererosi (Sukresno, 1998).

    Berbagai upaya pengendalian erosi angin telah diuji oleh BTPDAS pada tahun

    1997/1998 secara nyata hasilnya telah meningkatkan kondisi tanah dan produktivitas lahan

    pasir pantai menjadi lebih baik (Sukresno, 1998), antara lain.:

    1) Pertumbuhan tanaman tanggul angin (Casuarina equisetifolia, Glirisidae dan

    Pandanun tectorius) mencapai > 60% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan

    produktivitas tanaman-tanaman budidaya (semangka, mentimun dan jagung),

    2) Dampak penerapan jalur tanggul angin dan tanaman-tanaman budidaya secara positip

    memperbaiki iklim mikro setempat (suhu tanah dan laju evaporasi yang lebih rendah),

    3) Perlakuan vegetatif yang diterapkan pada lahan pasir pantai memberikan dampak yang

    baik pada perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya, antara lain.: bahan organik

    tanah lebih tinggi, BV dan BJ lebih rendah, Na tersedia lebih tinggi sebagai akibat dari

    tertangkapnya pasir bergaram oleh tanaman,

    4) Hasil produksi tanaman semangka (jenis New Dragon) yang ditanam di antara

    tanaman tanggul angin tertinggi sebesar 31,6 t/ha (perlakuan kombinasi tanah liat 45

    t/ha dan pupuk kandang 36 t/ha) dengan rata-rata hasil antara 20-30 t/ha).

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    23/83

    14

    Dari kegiatan kajian tahun 1998/1999, hasil yang dicapai (Sukresno, 1999), antara

    lain.:

    1) Tanaman Casuarina equisetifolia (cemara laut) sangat sesuai sebagai tanaman tanggul

    angin di lahan pantai berpasir serta dapat dikembangkan melalui pembiakan vegetatif

    cara merunduk.

    2) Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya di antara jalur tanggul angin

    bermanfaat sangat nyata baik dalam mengendalikan erosi pasir maupun memperbaiki

    iklim mikro setempat.

    3) Tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanggul angin (semangka, terong,

    bawang merah, cabe merah keriting tampar dan kacang panjang) secara nyata dapat

    memberikan hasil seperti yang diharapkan bila beberapa perlakuan diterapkan, seperti:

    pemakaian tanah liat sebagai alternatif pengganti pupuk kandang, pengaturan jarak

    tanam, pengaturan waktu tanam yang sesuai, dan pengaturan pemberian air yang

    sesuai.

    4) Di antara tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan di lahan pantai berpasir,

    perlakuan model pertanaman bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe

    merah keriting tampar dan kacang panjang atau model pertanaman terong,

    memberikan prospek dampak yang positip baik pada aspek ekonomi (peningkatan

    hasil per satuan luas) maupun lingkungan (pengendalian erosi pasir (dipanen secara

    bertahap sampai 180-210 HST).

    D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan

    1. Tanaman Tanggul Angin

    1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)

    Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) merupakan tanaman berumah satu

    (monocious) yang dapat mencapai tinggi 50 m dan diameter batang 100 cm. Kulit kayuberwarna hijau kecoklatan-coklat gelap. Spesies ini banyak diketemukan dekat dengan

    wilayah pantai berpasir di Kalimantan. Kayunya sangat berat, sangat keras dengan BJ 1.04-

    1.18 g/cm3, kelas awet II-III, kelas kekuatan I-II, sehingga sesuai untuk bangunan, lantai,

    dinding, bantalan, tiang listrik, perkapalan, dan arang. tanaman cemara laut merupakan

    tanaman yang tahan terhadap garam, kekeringan, dan keasaman tanah. tanaman ini dapat

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    24/83

    15

    mengikat N dari udara sebanyak 50-80% sehingga akumulasi hara pada lantai hutan sangat

    tinggi, yaitu 1600 kg N/ha dan 85 kg P/ha.

    Untuk pemanfaatan Casuarina equisetifolia sebagai tanaman TA yang terbaik,

    tanaman cemara laut tersebut ditanam pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 3 m x

    3 m dengan sistem selang-seling (gigi belalang) dengan posisi tegak lurus menghadap arah

    angin. Untuk mengembangbiakan tanaman yang dapat dilakukan sebelum tanaman

    menghasilkan biji adalah melalui metode vegetatif, yaitu dengan cara merunduk (layering).

    Untuk memperoleh bibit yang lebih cepat terbentuk, pada bagian batang yang dirundukkan

    diberi perlakuan pengupasan secara melingkar, kemudian pada ujung kulit kayu terkupas

    bagian atas diberikan pasta zat perangsang pertumbuhan jenis rootone-F (Sukresno, 2000).

    1.2. Pandan (Pandanus tectorius)

    Tanaman pandan adalah jenis perdu yang paling banyak tumbuh di daerah pantai

    berpasir. Akarnya berupa akar tunjang yang tumbuh lurus mengikuti pangkal batang

    sehingga bentuk tanaman seperti kerucut. Daunnya panjang-panjang dan berduri di tepi

    kedua sisinya. Buah berupa buah majemuk yang berbentuk seperti bola panjang berwarna

    kuning hingga merah jingga (Kartawinata, 1979).

    Sebagai tanaman perdu untuk mengendalikan erosi pasir, maka tanaman ini ditanam

    secara rapat menurut jalur yang tegak lurus arah angin. Untuk areal budidaya tanam

    tanaman ini dilakukan pada jalur yang merupakan batas antar pemilik penggarap (Sukresno,

    1999b).

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    25/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    26/83

    17

    memangkal perahu, karena bagian luarnya lebih awet di dalam air laut. Karena

    keawetannya yang tinggi, kekuatan serta lukisan kayunya yang indah maka di Jawa kayu

    ini bernilai tinggi.

    Gelam kayu berpotensi sebagai obat. Jika dihilangkan lapisan luarnya, direbus

    dalam air dengan gelam Intsia amboinensis, samama ( Anthocephalus macrophyllus

    HAVIL.) dan gayang laut serta rebusannya diminum, mempunyai khasiat pembersih

    untuk wanita bersalin, mengobati kencing berdarah dan penyakit kencing nanah (Heyne,

    1987). Pohon ini menghasilkan damar yang berguna mengobati rematik (encok), sendi-

    sendi kaku dan pereda kejang yang mujarab. Air rendaman daun dapat dipakai untuk

    mencuci mata yang meradang . Bijinya setelah disalai juga dapat dipakai untuk

    mengobati ruam seperti kudis.

    2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae

    Hibiscus tiliaceus LINN. Di Jawa dikenal dengan nama: Waru. Tumbuhan ini

    ditemukan di daerah-daerah tropis, terutama tumbuh di pantai-pantai berpasir atau di

    dekat pesisir, biasanya berkelompok. Di Jawa pohon ini ditanam di pekarangan dan di

    pinggir-pinggir jalan daerah pesisir, namun jarang sekali di daerah pedalaman. Tumbuhan

    ini dianjurkan agar dibudidayakan untuk menghasilkan kayu bakar pada tanah-tanah tak

    berguna yang berpasir, kering dan asin, terutama sekali di sekitar pantai.

    Rebusan akar Waru setelah dicampur dengan akar tapakliman (daun mangkokan)

    dapat digunakansebagai obat dalam untuk penurun panas (demam).

    Di Madura, daun waru telah digunakan sebagai makanan ternak pada waktu

    kekurangan makanan lain, sakit panas pada saat demam. Daun waru yang dilumatkan dan

    ditaruh pada bisul menjadi obat pematang dan pemecah bisul tersebut. Kepala yang

    dicuci dengan air remasan daun waru muda akan mendatangkan rasa sejuk serta

    menambah kesuburan rambut. Rebusannya pun dianggap berkhasiat mengobati sulitkencing.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    27/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    28/83

    19

    Money Maker No.2 (Jepang). Ciri-ciri jenis Farmer Long adalah umur tanaman pendek,

    pertumbuhannya tegak, tahan penyakit layu Fusarium, buahnya panjang-lurus, warna ungu-

    kemerah merahan, dan berserat halus. Produksi rata-rata terung hibrida adalah 30 ton/ha.

    Tanaman terong yang ditanam sebagai tanaman budidaya setelah semangka di antara

    jalur tanaman TA di pantai Samas, DIY adalah jenis hibrida (ungu), jarak tanam seperti

    semangka 4 m x 0.65 m dan jarak antar bedeng 0.6 m, hasil yang diperoleh 26.4 ton/ha

    (Sukresno, 1999a).

    3.3. Bawang Merah (Allium cepa)

    Tanaman bawang merah termasuk keluarga Liliaceae dengan ciri berumbi lapis,

    berakar serabut, dan berdaun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang

    bersatu dan membentuk batang-batang semu serta berubah bentuk dan fungsinya. Sebagai

    tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 15-20

    cm dan membentuk rumpun. Karena sifat perakaran yang berbentuk serabut maka bawang

    merah kurang tahan (peka) terhadap kekeringan. Dari satu umbi yang ditanam dapat

    membentuk tunas-tunas lateral sebanyak 2-20 tunas, yang akhirnya akan menjadi umbi

    sebagai hasil panennya. Hasil panen bawang merah yang pertumbuhannya baik dan ditanam

    dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat mencapai 10-15 ton/ha.

    Tanaman bawang merah yang ditanam di lahan pantai berpasir di Samas, ditanam

    dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, pupuk kandang 30 ton/ha memberikan hasil 7.5 ton/ha

    (Sutikno dkk., 1998).

    3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum)

    Tanaman cabe adalah tanaman hortikultur, mudah dikenal, banyak manfaat, dan

    merupakan tanaman semusim. tanaman berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70-110

    cm, memiliki banyak cabang dan pada setiap percabangan akan muncul buah cabe. Ukur

    dan bentuk buah tergantung dari jenis dan varietasnya. Untuk jenis cabe cerah dengan

    bentuk ramping-memanjang, umur dapat mencapai 115 HST, dan pedas adalah sesuai untuk

    ditanam dari dataran rendah-dataran tinggi. Produksi rata-rata dari cabe hibrida dengan

    pertumbuhan baik dapat mencapai 30 ton/ha dan untuk cabe lokal berkisar antara 10-15

    ton/ha.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    29/83

    20

    Pemanfaatan lahan pantai berpasir di Samas dengan tanaman cabe besar yang

    ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 25 cm, pupuk kandang 36 ton/ha, dan diberi mulsa

    jerami 6 ton/ha, memberikan hasil sebesar 44.2 ton/ha (Sutikno dkk., 1998). Sedang pada

    tanam tumpang gilir cabe merah keriting dengan kacang panjang yang ditanaman setelah

    bawang merah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil 5 ton/ha (Sukresno,

    1999a).

    3.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)

    Tanaman kacang panjang sudah umum dibudidayakan di antara kacang tunggak,

    kacang uci dan kacang hibrida. Kacang panjang yang merupakan tanaman semusim jenis

    merambat dan setengah membelit memiliki batang yang panjang, liat dan sedikit berbulu

    serta berbuku-buku. Buah kacang panjang berbentuk polong dengan ukuran panjang dan

    ramping, berwarna hijau keputih-putihan (muda) atau kemerah-merahan, namun menjadi

    putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan (tua). Sistem perakaran Tanaman

    ini dapat menembus lapisan olah tanah hingga ke dalaman 60 cm. Tanaman kacang panjang

    termasuk jenis tanaman yang akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium

    untuk mengikat N dari udara. Unsur N terikat dari bintil-bintil akarnya dapat mencapai 198

    kg bintil akar/tahun atau setara dengan 440 kg urea. Produksi polong muda kacang panjang

    dapat mencapai 20 ton/ha.

    Tanam tanaman kacang panjang yang ditanam dengan cabe merah keriting pada

    lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 30 cm x 60 cm, memberikan hasil sebesar 19

    ton/ha (Sukresno, 1999a).

    E. Sosial, Ekonomi dan Budaya

    1. Adopsi

    Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupapengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada diri

    seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses perubahan

    maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan, 1997) yaitu :

    a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang

    ditawarkan

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    30/83

    21

    b) Interestyaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk mengetahui

    lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi.

    c) Evaluation yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang

    meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial budaya dan kesesuaiannya dengan

    kebijaksanaan pembangunan.

    d) Trial yaitu masyarakat mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih

    meyakinkan penilaiannya.

    e) Adoption yaitu menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan

    penilaian dan uji coba yang telah dilakukan sendiri.

    Menurut Pusat Penyuluhan Kehutanan (1997), kecepatan masyarakat

    mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

    a. Sifat inovasi yang ditawarkan yaitu sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya)

    antara lain keunggulan teknis, ekonomis dan budaya, mudah tidaknya

    dikomunikasikan dan diamati, serta sifat ekstrinsik yang mencakup kesesuaian

    lingkungan setempat dan tingkat keunggulan relatif dibanding teknologi yang sudah

    ada.

    b. Sifat sasaran yaitu cepat atau tidaknya sasaran mengadopsi suatu inovasi yang

    menurut dibagi dalam 5 kelompok yaitu : (a) Golongan perintis; (b) Golongan

    penerap dini/pelopor; (c) Golongan penganut dini; (d) Golongan penganut lambat dan

    (e) Golongan kolot/penolak.

    c. Cara pengambilan keputusan, dimana secara individu lebih cepat dibandingkan secara

    kelompok.

    d. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa media masa, kelompok atau media

    antar pribadi.

    e. Keadaan penyuluh yaitu tergantung bagaimana kegigihan dan kerajinan penyuluh

    dalam menyampaikan inovasi.

    f. Sumber informasi yang antara lain media masa, penyuluh, teman, tetangga, serta

    pedagang.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    31/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    32/83

    23

    (PAR). Pendekatan ini menekankan pentingnya proses sharing of knowledge antara

    peneliti dengan masyarakat di lokasi penelitian. Proses analisa dilakukan bersama peneliti

    dan masyarakat. Hasil analisa langsung dikembalikan kepada masyarakat untuk disusun

    rencana tindakan bersama. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut riset aksi, dimana

    ukuran dari pendekatan adalah terjadinya perubahan sosial. Melalui PAR, pihak terkait

    menarik pelajaran dan pengalaman melalui observasi, perencanaan, aksi dan refleksi

    secara bersama dan terus-menerus. Proses interaksi antara pihak terkait melalui siklus

    belajar PAR dijadikan dasar observasi. Dalam hal ini, alat bantu observasi utama adalah

    dokumentasi proses (Kusumanto, 2002).

    Partisipasi dalam pembuatan keputusan berarti mendefinisikan permasalahan,

    memilih alternatif pemecahan masalah yang memuaskan bagi masyarakat dan

    menetapkan bagaimana melaksanakan keputusan tersebut. Pelibatan masyarakat dalam

    suatu proses perencanaan perlu menganut prinsip dasar proses partisipatif, yaitu :

    1. Partisipasi penuh (Full Participation), dimana proses pengambilan keputusan

    melibatkan seluruh pihak terkait dan terkena program, termasuk pihak-pihak yang

    selama ini diabaikan.

    2. Saling pengertian ( Mutual Understanding) dimana kesepakatan kegiatan harus

    bersifat awet. Para pihak yang terlibat dalam kegiatan perlu menerima secara

    terbuka pikiran dan harapan yang berkembang dalam proses pengambilan

    keputusan.

    3. Solusi yang diterima semua pihak ( Inclusive Solution) dimana solusi yang

    diciptakan berangkat dari proses integrasi antara perspektif dan kebutuhan semua

    pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Dengan demikian solusi yang

    diciptakan bisa sesuai dengan visi dan karakteristik yang terlibat dalam kegiatan.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    33/83

    24

    3. Perencanaan Partisipatif

    Perencanaan adalah suatu proses menyusun langkah-langkah untuk mencapai

    suatu tujuan tertentu. Dalam konsteks suatu komunitas (masyarakat), perencanaan berarti

    himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan komunitas tersebut, guna

    mencapai maksud dan tujuan tertentu yang bisa diidentifikasikan sebagai keadaan yang

    lebih baik. Sedang perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya

    melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat (Abe, 2002).

    Menurut Abe (2002), tahap-tahap untuk menyusun perencanaan dari bawah

    adalah penyelidikan, perumusan masalah, menentukan tujuan dan target,

    mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan

    menentukan anggaran yang hendak digunakan dalam realisasi rencana.

    1. Penyelidikan

    Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan

    persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Dalam proses ini, keterlibatan

    masyarakat menjadi faktor kunci. Melalui proses ini, masyarakat diajak untuk

    mengenali secara seksama problem-problem yang mereka hadapi.

    2. Perumusan masalah

    Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Untuk mencapai

    perumusan perlu dilakukan suatu proses analisis atas informasi yang ada, untuk

    menemukan keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Masyarakat harus

    terlibat dalam proses, agar rumusan masalah dapat mencerminkan kebutuhan dari

    komunitas dan bukan sekedar keinginan. (catatan : pendamping/petugas diharapkan

    mampu menjadi teman diskusi/fasilitator yang baik sehingga perumusan masalah

    yang diperoleh merupakan hal yang dapat dicarikan jalan keluarnya).

    Pengorganisasian masalah perlu juga dilakukan untuk menyusun kembali masalah,

    menyeleksi masalah, melihat hubungan sebab-akibat dari masalah tersebut,

    mendiskusikan prioritas masalah dan menggalinya, menganalisis alternatif

    pemecahan masalah, dan pengembangan potensi sosial. Pengorganisasian masalah

    merupakan tahapan yang sangat kritis dalam proses pembangunan masyarakat, karena

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    34/83

    25

    apabila terjadi kesalahan dalam menganalisis dapat mengakibatkan kebutuhan riil

    masyarakat tidak dapat diketahui (Hikmat, 2001).

    3. Identifikasi daya dukung

    Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek yang

    memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan target yang

    telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung konkrit, aktual, ada

    tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan ada atau bisa diusahakan).

    Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan agar rencana kerja yang disusun

    tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan hasil perhitungan yang masak (Gambar 1).

    Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana Kegiatan Lapangan

    4. Perumusan tujuan

    Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan) dan

    karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.

    5. Menetapkan langkah-langkah

    Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana

    tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang hendak

    dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau pembagiantanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan).

    Proses Perencanaan- Mendefinisikan masalah- Menetapkan tujuan dan

    target

    - Identifikasi sumberdayapendukung

    - Merumuskan rencana

    tindakan

    - Menyusun anggaran

    Diskusi

    intensif yangmelibatkan

    masyarakat

    Rumusan Rencana- Situasi, kondisi dan

    kebutuhan

    - Perubahan yangdiinginkan

    - Peluang dan sumberdaya

    yang tersedia- Rincian rencana kerja

    - Anggaran

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    35/83

    26

    6. Anggaran

    Perencanaan anggaran bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha

    untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Hal ini sangat

    menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.

    Dalam konteks perencanaan partisipatif (Abe, 2002), tahapan tersebut bisa

    dikembangkan menjadi tahap-tahap berikut :

    1) Melakukan identifikasi peserta, sehinga ada pengenalan yang lebih seksama

    terhadap mereka yang ingin dilibatkan dalam proses perencanaan.

    2) Melakukan identifikasi persoalan-persoalan desa, potensi dan masa depan yang

    hendak dicapai. Sebaiknya tim awal telah mempersiapkan suatu penyelidikan.

    3) Setelah bahan terkumpul dan dipilah-pilah bersama, apa yang menjadi masalah

    terutama untuk keperluan menemukan sebab dasar dan kaitan antara satu masalah

    dengan masalah lain.

    4) Melakukan analisis tujuan. Disebut analisis karena dalam proses ini dilakukan

    penggalian mengenai apa yang hendak dituju dengan menggunakan pohon

    masalah. Tujuan bisa bermakna penyelesaian masalah atau rumusan yang ingin

    dicapai.

    5) Memilih tujuan untuk persoalan yang komplek sehingga diperlukan langkah-

    langkah sistematik agar tujuan utama dapat tercapai. Memilih tujuan mengandung

    maksud menetapkan apa yang paling mungkin dilakukan, dengan

    mempertimbangkan sumberdaya.

    6) Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

    7) Melakukan perumusan hasil-hasil dalam sebuah matrik program. Dalam matriks

    telah disusun dengan lebih seksama yakni tujuan, target, jenis aktivitas, waktu,

    tahap kerja, penanggung jawab, sampai pada biaya yang dibutuhkan. Matriks

    sebaiknya juga dilengkapi dengan detail kegiatan yang akan dilakukan.8) Menyiapkan organisasi kerja. Rumusan perencananan hanya akan menjadi

    sekedar rencana bila tidak diikuti dengan kejelasan organisasi kerja. Untuk itu,

    semua potensi yang terlibat diharapkan bisa menjadi bagian dari organisasi kerja.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    36/83

    27

    Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan harus

    selalu didorong dan ditumbuhkembangkan secara bertahap, ajeg dan berkelanjutan.

    Prinsip-prinsip penerapan partisipasi (Hikmat, 2001) yang harus dilakukan adalah :

    1) Masyarakat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek

    2) Praktisi berusaha menempatkan diri sebagai insiderbukan outsider

    3) Praktisi berperan sebagai fasilitator, sedang masyarakat yang harus

    mengidentifikasi masalah, mendiskusikan, menganalisis, menyeleksi prioritas

    masalah, menyajikan hasil dan merencanakan kegiatan aksi.

    4) Pelaksanaan evaluasi termasuk penentuan indikator keberhasilan dilakukan secara

    partisipatif.

    Perencanaan partisipatif dapat dilaksanakan jika praktisi pembangunan tidak

    berperan sebagai perencana untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses

    perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran utama

    sebagai pengelola perencanaan dari mulai tahap identifikasi masalah dan kebutuhan,

    identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan dan

    pengusulan rencana hingga evaluasi dari mekanisme perencanaan. Menurut Hikmat

    (2001), untuk menjadi pendamping yang baik, ada beberapa ketrampilan dasar yang

    harus dimiliki dalam rangka untuk menciptakan kemampuan internal masyarakat antara

    lain :

    1) Kemampuan melakukan diskusi kelompok yang terarah

    2) Kemampuan memfasilitasi analisis pola keputusan yang dilakukan masyarakat

    dalam proses perencanaan.

    3) Negosiasi yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam penawaran

    program, proyek dan kegiatan yang diusulkan kepada sumber-sumber lokal.

    4) Pengambilan keputusan yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat

    dalam mengambil keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan

    akuntabilitas masyarakat.

    5) Pelibatan berbagai pihak (stakeholders) di tingkat lokal, yaitu keahlian

    meningkatkan kemampuan mengidentifikasi semua untur masyarakat yang

    seharusnya memiliki peran yang optimal dalam pembangunan. Stakeholders ini

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    37/83

    28

    harus diidentifikasi bersama masyarakat (siapa, apa perannya dan apa

    kontribusinya terhadap pembangunan).

    Dalam fungsi manajemen, monitoring dan evaluasi harus dilakukan dari mulai

    penyusunan rencana sampai ke pelaksanaan kegiatan untuk memberi masukan pada

    setiap tahap kegiatan. Ada beberapa perbedaan antara evaluasi konvensional dan

    partisipatif (Tabel 1).

    Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif

    Aspek Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatif

    Siapa Ahli dari luar Anggota masyarakat, staf proyek,fasilitator

    Apa Indikator keberhasilan, efisiensi

    biaya dan keluaran hasil/produkyang telah ditentukan

    Masyarakat mengidentifikasi

    sendiri indikator keberhasilantermasuk hasil yang dicapai

    Bagaimana Fokus pada obyektivitasilmiah, ada jarak antara

    evaluator dan partisipan, ada

    pola seragam, prosedur

    kompleks, akses terbatas padahasil

    Evaluasi sendiri, metode sederhanayang diadaptasi dengan budaya

    lokal, terbuka, ada diskusi hasil

    dengan melibatkan partisipan dalam

    proses evaluasi

    Kapan Biasanya tergantung jadwal,

    kadangkala juga ada evaluasi

    midterm

    Bergantung pada proses

    perkembangan masyarakat dan

    intensitas relatif sering

    Mengapa Pertanggungjawaban biasanyasumatif, menentukan biayaselanjutnya

    Pemberdayaan masyarakat lokaluntuk inisiasi, mengontrol,melakukan tindakan koreksi.

    Sumber : Narayan, Deepa. 1993. Participation Evaluation. World Bank Technical Paper

    Number 207. Washington, D. : The World Bank dalam Hikmat, H. 2001.

    Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Humaniora Utama Press. Bandung.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    38/83

    29

    III. BAHAN DAN METODE

    A. Lokasi Penelitian dan Tata Waktu

    Lokasi pengembangan adalah lahan pantai berpasir yang secara administratif

    terletak di Desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Propinsi Jawa

    Tengah. Secara geografi berdasarkan peta topografi skala 1 : 25.000 terletak pada 109o

    35 01,9 BT , 07o 46 31,3 LS sampai 109o 35 34,9 BT , 07o 46 39,1 LS (lihat

    Gambar 2 sampai Gambar 4).. Kondisi Geologi berupa endapan alluvium pasiran dan jenis

    tanah yang terbentuk adalah jenis tanah regosol yang berasal dari endapan pasiran dengan

    topografi umumnya berombak. Puncak hujan pada bulan Oktober dan November dengan

    curah hujan rata-rata 3378 mm, bulan basah 8.3 bulan dan bulan kering (hujan < 50

    mm/bl) selama 3 bulan. Bulan kering pada bulan Juli, Agustus dan September, bulan

    lembab Mei dan Juni, sedangkan lainnya adalah bulan basah mulai dari Oktober. Untuk

    kegiatan pengembangan dipilih pantai berpasir yang letaknya berdekatan dengan garis

    pantai pada areal seluas 11 Ha.

    Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun 1994

    dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    39/83

    30

    Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung, Kecamatan

    Petanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005

    Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan Samas,

    Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    40/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    41/83

    32

    B. Bahan dan Metode

    Bahan dan peralatan kegiatan pengembangan meliputi :

    a. Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara

    lain : patok, meteran, kompas, peta dasar.

    b. Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA, antara lain :

    Casuarina equisetifolia (camara laut) dan jagung (Zea mays L.).

    Bibit tanaman budidaya semusim untuk ditanam di antara jalur tanaman TA

    antara lain : terong, bawang merah, cabe merah, dan ketimun, dll.

    d. Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha serta

    pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida.

    e. Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain

    berupa bak renteng, pralon, gembor, selang, pompa air.

    f. Kegiatan pengamatan perlakuan, antara lain: Sand trap, evaporimeter,

    ombrometer, anemometer, termometer udara, dan termometer tanah.

    g. Kegiatan sosialisasi masyarakat berupa blanko/kuisioner yang relevan.

    1. Jenis Kegiatan

    Kegiatan ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian lahan pantai diSamas yang berlangsung sejak tahun 1997. Disamping itu juga merupakan sarana

    sosialisasi pada masyarakat di Kebumen dan juga dicobakan tanam tanaman kehutanan

    yang berfungsi sebagai tanggul angin sekaligus juga sebagai tanaman permanen yang

    membuat kondisi lingkungan semakin nyaman dan iklim mikro semakin baik.

    2. Tahapan Kegiatan

    2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia di Samas dan

    pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen

    Pemeliharaan dan pengamatan tanaman TA permanen cemara laut di Samas.

    Sedangkan untuk kegiatan di Kebumen rancangan demplot pengembangan yang akan

    dilakukan pada tahun dinas 2008. Upaya rehabilitasi lahan pantai berpasir dilakukan

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    42/83

    33

    untuk mengendalikan erosi angin, memperbaiki iklim mikro dan meningkatkan

    produktivitas lahan. Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan pada lahan pantai berpasir

    di Desa Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen tanaman yang tepat

    sebagai tanggul angin permanen adalah cemara laut (Casuarina equisetifolia), lihat

    Gambar 5.

    Tanam tanaman Casuarina equisetifolia sebagai tanaman tanggul angin

    permanen sepanjang 500 m searah garis pantai selebar 15 m. tanaman tersebut berfungsi

    sebagai tanaman penghijauan untuk melindungi tanaman budidaya yang ditanam di

    antara jalur tanaman tanggul dari pengaruh erosi pasir, tiupan angin dan kadar garam.

    Metode tanam tanaman tanggul tersebut dilakukan dengan jarak tanam 5 m x 5 m setiap

    jalurnya, dengan model gigi belalang dengan 3 jalur tanam.

    Gambar 5. Tata Letak Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    43/83

    34

    2.2. Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng

    Pemeliharaan sarana pengairan dengan menggunakan bak tampung dari buis beton

    yang dipasang secara berentengan. Sumur renteng tersebut dipakai untuk persediaan

    cadangan air tawar sepanjang waktu. Khususnya pada masa pertumbuhan tanamandiperlukan penyiraman air tawar rutin sehari dua kali pagi dan sore.

    2.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai

    Sedang tanaman budidaya terdiri dari bawang merah, terong, cabe merah,

    kacang panjang, ketimun, dan semangka dengan beberapa kombinasi. Oleh karena itu,

    pola yang diterapkan dalam pembuatan demplot untuk upaya pengembangan rehabilitasi

    lahan pantai berpasir di Desa Patanahan akan mengacu pada hasil uji coba yang telah

    dilakukan.

    Tanaman budidaya di antara jalur tanaman tanggul angin untuk sementara

    adalah : bawang merah, terong, cabe merah, kacang panjang, ketimun, dan semangka.

    Adapun kebutuhan bibit per hektar dari masing-masing tanaman budidaya tersebut,

    yaitu: a) Terong sebanyak 10 bungkus (2 kg), b) Bawang merah sebanyak 200 kg, c)

    Cabe merah keriting sebanyak 50 pak (5 kg), benih jagung 20 kg.

    Dosis ameliorat pupuk kandang untuk meningkatkan produktivitas tanaman-

    tanaman budidaya tersebut sebanyak 20 t/ha untuk MT I. Sedang dosis pupuk kimia per

    hektar seperti ZA, urea, KCl, dan TSP masing-masing sebanyak 200kg.

    2.4. Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat

    Untuk tanaman budidaya terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi untuk

    mengetahui jenis yang relatif sesuai dengan kondisi fisik, minat masyarakat dan kebutuhan

    pasar. Demplot akan dibangun pada lahan seluas 1 Ha yang akan dibagi dalam blok-blok

    yang merupakan petak milik petani penggarap dengan luas masing-masing 1.000 m2.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    44/83

    35

    2.5. Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata

    Menyediakan sarana terpadu dalam bentuk tempat-tempat berteduh para

    wisatawan yang nyaman untuk menikmati pemandangan pantai dan juga hasil tanaman

    yang dibudidayakan di sekitar pantai berpasir.

    3. Parameter

    3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir

    Pengembangkan jalur TA antara lain dengan tanaman Casuarina equisetifolia

    dimaksudkan untuk mengendalikan erosi angin. Parameter biofisik yang dikumpulkan

    adalah curah hujan, kecepatan angin, erosi pasir (Gambar 6), evaporasi, kandungan

    garam, suhu tanah, pertumbuhan dan daya tumbuh tanaman cemara laut, serta inputdan

    produksi tanaman budidaya.

    Gambar 6. Tata Letak Stik Bambu untuk Pengamatan Erosi Angin di Pantai Berpasir

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    45/83

    36

    3.2. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng

    Agar perawatan tanaman dapat berjalan dengan baik perlu disediakan sarana

    penyediaan air antara lain dalam bentuk pengembangkan sarana pengairan berupa sumur

    bak renteng. Setiap tandon air dari bius beton akan diamati berapa kali sehari air harus

    dipompa untuk mengisi bak-bak penampung, dan berapa volume air yang diperlukan untuk

    menyirami tanaman tanggul angin, tanaman semusim dan tanaman kehutanan serta buah-

    buahan setiap harinya. Kebutuhan air tersebut dibandingkan pada saat musim kemarau

    (tidak ada hujan) dengan musim penghujan (ada tambahan air dari air hujan). Sehingga

    perlu diketahui tinggi hujan setiap hari dengan memasang penakar hujan ombrometer

    (manual).

    3.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai

    Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai dan untuk

    meningkatakan produktivitas lahan. Parameter data yang dikumpulkan dari lapangan

    tentang tanaman budidaya sebagai indikator perubahan tingkat produktivitas lahan, antara

    lain dengan melakukan pengamatan baik secara : a). vegetatif pertumbuhan tanaman dan

    2). generatif dengan perhitungan dan penimbangan hasil panen.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    46/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    47/83

    38

    4. Pengambilan Data

    Data yang diambil berupa data primer dengan cara pengamatan langsung di

    lapangan dan wawancara.

    4.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia

    - Prosentase daya tumbuh pembibitan tanaman tanggul angin, kayu-kayuan, dan

    buah-buahan

    - Prosentase daya tumbuh, pertumbuhan dan perkembangan tinggi tanaman tanggul

    angin, kayu-kayuan, buah-buahan dan tanaman semusim.

    - Produksi hasil tanaman semusim dengan cara ubinan ukuran 1 m2 diulang masing-

    masing 3 kali.

    - Pengamatan dilakukan selama lima tahun

    4.2. Sarana Pengairan

    - Pengukuran tinggi hujan (mm) harian melalui penakar hujan manual

    (ombrometer) dan diamati pada setiap jam 07.00 pagi.

    - kebutuhan air setiap jenis tanaman dalam satuan volume air cm3 (cc).

    - Kecepatan angin, erosi angin, evaporasi, dan suhu tanah, kandungan garam dan

    lain-lain faktor iklim diukur pada pagi dan sore setiap hari.

    4.3. Model Tanaman Budidaya

    - Pengamatan pertumbuhan tanaman semusim selama lima tahun.

    - Produksi tanaman budidaya dikumpulkan setiap panen, dalam hal ini juga

    dilakukan pemantauan terhadap volume dan frekuensi pemanenan dari masing-

    masing jenis tanaman budidaya.

    - Input tanaman budidaya dikumpulkan mulai tanam sampai dengan panen. Selain

    itu, juga dihitung inputuntuk tanam tanaman TA.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    48/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    49/83

    40

    5. Pengolahan dan Analisa Data

    5.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia

    Data biofisik akan dianalisis secara deskriptif untuk menunjukkan perlakuan

    yang paling efektif. Dengan mengamati prosentase tumbuh tanaman TA cemara laut

    (Casuarina equisetifolia) dan mengamati pertumbuhan setiap bulannya.

    5.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng

    Menyiapkan instalasi saluran irigasi dalam bentuk sumur bak renteng untuk

    mengairi tanaman semusim, tahunan dan tanaman TA dengan air tawar. Menyediakan

    sarana penampungan air dan melengkapi peralatan penyiraman tanaman dengan gembor,

    atau dengan selang plastik.

    5.3. Model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai

    Pengembangan pola tanam tanaman budidaya dengan tanam tanaman semusim

    antara lain Semangka (Citrullus vulgaris), Terong Ungu (Solanum melongena), Bawang

    Merah (Allium cepa), Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum), Kacang Panjang (Vigna

    sinensis) dan tanaman tahunan antara lain : Keben ( Barringtonia asiatica), Bintangur

    (Calophyllum inophyllum), Waru ( Hibiscus tilliaceus), Ketapang (Terminalia catappa).

    Mengamati prosentase tanaman yang tumbuh, dan pengamatan pertumbuhan tanaman

    setiap bulannya. Setiap masa panen dilakukan pengkuran hasil produksi dengan cara

    melakukan pengubinan yang berukuran 1 m2 dan diulang 3 kali.

    5.4. Tingkat pendapatan masyarakat

    Data sosial ekonomi dan budaya dianalisis secara deskriptif, sedang data input

    dan outputuntuk sementara hanya akan dilakukan analisis biaya pendapatan. Data sosek

    yang terkumpul selanjutnya ditabulasi dan dianalisis. Data disajikan dalam bentuk tabeldan grafis. Data dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Analisis yang

    dilakukan antara lain analisis finansial, analisis kependudukan.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    50/83

    41

    5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata

    Menyediakan kenyamanan rekreasi di sekitar lingkungan pengembangan tanaman

    sekitar pantai berpasir sebagai sarana informasi kepada khalayak ramai yang berkunjung ke

    pantai. Penyediaan sarana dengan melibatkan masyarakat sekitar pantai berpasir, dinas

    pariwisata dan pemerintah daerah. Data yang dikumpulkan berupa tingkat frekuensi

    kunjungan masyarakat ke tempat wisata dan lingkungan sekitarnya.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    51/83

    42

    IV. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA

    Biaya penelitian tahun 2008 sebesar Rp. 82.750.000,- ( Delapan Puluh Dua

    Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) dengan perincian biaya penelitian tahun 2008sebagai berikut :

    A. Belanja Bahan (Rp. 14.500.000,-)

    No Jenis Kegiatan Satuan Vol.

    Kebt

    Biaya

    Satuan

    Jumlah

    Biaya (Rp)

    1 Foto copy dan dokumentasi Paket 1 1.000.000 1.000.000

    2. ATK dan Operasional komputer Paket 1 1.500.000 1.500.000

    3 Bahan perlengkapan lapangan Paket 1 2.000.000 2.000.0004 Bahan penelitian Paket 1 10.000..000 10.000..000

    B. Belanja Barang Non Operasional Lainnya (Rp. 6.000.000,-)

    C. Belanja Perjalanan Lainnya (Rp. 62.250.000,-)

    No Jenis Kegiatan Satuan Vol.

    Kebt

    Biaya

    Satuan

    Jumlah

    Biaya (Rp)

    1 Perjalanan dalam rangka

    konsultasi dan koordinasi ke

    Bogor

    OT 2 3.500.000 7.000.000

    2 Perjalanan dalam rangka

    pelaksanaan kegaitan ke

    Kebumen & ke Samas

    OT 17 3.250.000 55.250.000

    No Jenis Kegiatan Satuan Volume

    Kebthn

    Biaya

    Satuan

    Jumlah

    Biaya (Rp)

    1 Analisa data OH 1 1.000.000 1.000.000

    2 Kerjantara di Lapangan HOK 90 4.500.000 4.500.0003 Rapat intern OH 20 25.000 500.000

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    52/83

    43

    Susunan organisasi pelaksana tugas dalam rangka menyelesaikan kajian tentang

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasirtahun 2008 dapat

    dilihat pada Tabel 3.

    Tabel 3. Tim Pelaksana Kegiatan Tahun 2008

    No. Nama Jabatan Pendidikan Bidang

    Keahlian

    Kedudukan

    dalam TIM

    1. Ir. Beny

    Harjadi,MSc

    Peneliti

    Madya

    S2-

    Penginderaan

    Jauh

    Pedologi dan

    Penginderaan

    Jauh

    Ketua Tim/

    Peneliti

    2. Ir. Purwanto Peneliti

    Madya

    S1-

    Kehutanan

    Ekonomi

    Sumberdaya

    Anggota/

    Peneliti

    2. Arina

    Miardini,S.Hut

    Calon

    Peneliti

    S1

    Kehutanan

    Silvikultur Anggota/

    Peneliti

    3. Gunawan Tek

    Litkayasa

    Pelaksana

    STM

    Pertanian

    Pertanian Anggota

    4. ArisBudiono

    CalonTeknisi

    SKMAKehutanan

    Pertanian Anggota

    5. Siswo Calon

    Teknisi

    SKMA

    Kehutanan

    Kehutanan Anggota

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    53/83

    44

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pengembangan Jalur TA dengan Tanaman Casuarina equisetifolia

    0,0

    50,0

    100,0

    150,0

    200,0

    250,0

    Biru Hijau Hitam Kuning Merah

    A B C D K

    Perlakuan Cemara Laut

    Tin

    ggiCemaraLaut(cm)

    0,0

    5,0

    10,0

    15,0

    20,0

    25,0

    keliling

    (K)danDiameter(D),cm

    T7 T107 10 K7 K10

    Gambar 7. Pertumbuhan Cemara Laut pada Berbagai Perlakuan

    Rata-rata pertumbuhan cemara laut untuk penanaman tahun 2006 sekitar 200cm, yaitu dari 185,2 cm sampai 226 cm. Perkembangan keliling tanaman cemara laut

    mengikuti tinggi, yaitu dengan semakin bertambah tinggi maka kelilingnya juga

    bertambah yaitu dari 7,5 cm sampai 22,3 cm. Pertambahan tinggi tanaman dari 1 cm

    sampai 7,7 cm selama tiga bulan pengamatan, sedangkan pertambahan keliling batang

    dari 0,5 sampai 11,8 cm (Gambar 7). Selama satu tahun pengamatan atau empat kali

    triwulan maka diperkirakan pertambahan tinggi tanaman 4 cm sampai 30,8 cm dan

    pertamabahan keliling batang dari 2 cm sampai 47,2 cm.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    54/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    55/83

    46

    Pada Gambar 8 dan Tabel 5 dapat dilihat bahwa pada tempat tertentu akan

    terjadi penimbunan (+) dan pada tempat lain akan terjadi pengikisan (-) yang

    ketebalannya bervariasi. Pengikisan tertinggi 9,6 cm (DT) yaitu dekat dengan pantaiyang terletak di timur, sebaliknya terendah 0,1 cm (JB) yaitu jauh dari pantai sebelah

    barat pada tanaman semusim. Penimbunan partikel pasir akibat erosi angin tertinggi +2,1

    cm (GB) yaitu pada gisik sebelah barat dan terendah = +0,1 cm (GP) yaitu pada gisik

    ditengah.

    Tabel 5. Data Pengamatan Erosi Angin Pantai Berpasir dengan Stik

    U T S B

    DB 1 -0,2 0 0,5 0DB 2 1,6 0,5 1,8 1BARAT (B)

    DB 3 -0,2 -0,4 -0,3 -0,1

    DP 4 -0,5 0 0,4 0,8

    DP 5 1 -0,5 0,2 0

    PUSAT (P)

    DP 6 -0,2 0,5 -1,8 1

    DT 7 -9,6 -9 -9 -8,7

    DT 8 0,6 0,4 0,6 0,5

    DEKAT (D)

    TIMUR (T)

    DT 9 0,5 0,5 1,4 0,5

    GB 10 1 1 2 2,1

    GB 11 2,1 -1,1 0,8 0,5

    BARAT (B)

    GB 12 0 -0,1 0,2 0GP 13 0,5 0,6 -0,4 0

    GP 14 -0,6 0,1 -0,6 0,3

    PUSAT (P)

    GP 15 0,8 0,4 0,9 0,5

    GT 16 -0,4 -1,3 -0,2 0,3

    GT 17 0,2 -0,4 -0,4 -0,3

    GISIK (G)

    TIMUR (T)

    GT 18 1,7 1 0,8 0

    JB 19 0,1 0,2 0,1 0

    JB 20 0 -0,1 0 0,1

    BARAT (B)

    JB 21 -0,1 0 0,2 0

    JP 22 -0,1 -0,2 1 0,6

    JP 23 0 0 -0,8 -0,4

    PUSAT (P)

    JP 24 1 0,6 0,3 0,5

    JT 25 0,3 0,5 0,4 0,5

    JT 26 0,7 0,7 -0,2 1,5

    JAUH (J)

    TIMUR (T)

    JT 27 0,2 -0,8 0,6 0

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    56/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    57/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    58/83

    49

    Kriteria kecukupan unsure hara dari tingkatan sangat rendah (SR) sampai sangat

    tinggi (ST), dengan kisaran sedang (S) untuk beberapa sifat kimia tanah antara lain

    (Tabel 7) :

    - kemasaman tanah (pH) = 7

    - Nitrogen total (N total) = 0,21 0,5%

    - Posfor total (P total) = 101 150 ppm

    - Kalium total (K total) = 21 405

    - Kalium tertukar (K ttk) = 0,4 0,5 me/100 g tanah

    - Kalsium tertukar (Ca ttk) = 6 10 me/100 g tanah

    - Natrium tertukar (Na ttk) = 0,4 0,7 me/100 g tanah

    - Magnesium (Mg) = 1,1 2 me/100 g

    - Kejenuhan basa (KB) = 36 50%

    - Kapasitas Pertukaran Kation (KPK) = 17 24 me/100 g

    - Daya Hantar Listrik (DHL) = 4 8 mS

    - Air tersedia (AT) = 0,2 0,3 = 20 30%

    - Bahan organik (BO) = 2 3%

    - Karbon (C) = 1,2 2%

    Ketersediaan unsur hara di pantai berpasir sebagian besar sangat rendah (SR)

    dan hanya sebagian kecil yang sangat tinggi (ST) yaitu untuk P total (270,51 445,94

    ppm) dan Na tersedia (2,11 5,32 me/100 g), lihat Tabel 8.

    Kemasaman tanah bervariasi tergantung tempat , yaitu untuk lahan pasir pantai

    dekat dengan air laut maka pengaruh garam-garaman sangat tinggi sehingga pH tinggi,

    sedangkan untuk lahan yang ada tanaman cemara laut maka garam-garaman dari laut

    mulai berkurang karena tertangkap oleh daun-daun cemara maka pH pun sedang.Kemasaman terendah pada lahan pasir yang ada tanaman semusim karena pengaruh

    pemupukan maka lama-kelamaan ph akan menurun sehingga pH nya rendah.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    59/83

    Tabel 8. Hasil Analisis Laboratorium Tanah Pantai Berpasir, Kondisi Penutupan Lahan Berbeda di Kebu

    KEBUMEN BANTUL/SAM

    Cemara Laut Pantai Semusim Cemara Laut Pantai

    ANALISIS

    LABORAT

    2008 SATUAN KC KP KS BC BP 0,5 mm/TLP 0,31 0,43 2,09 0,22 0,14 Kadar air

    % 2 mm/KL 0,24 0,36 2,21 0,25 0,19

    Air Tsd -0,07 SR -0,07 SR 0,12 R 0,03 SR 0,05 SR

    pH H2O 7,92 S 8,40 T 6,48 R 8,06 T 7,52 S

    DHL mS 0,17 SR 0,20 SR 0,20 SR 0,20 SR 0,92 SR

    C % 0,27 SR 0,19 SR 2,15 T 0,23 SR 0,16 SR

    BO % 0,47 SR 0,34 SR 3,71 T 0,40 SR 0,27 SR

    N tot % 0,013 SR 0,011 SR 0,121 R 0,017 SR 0,004 SR

    P tot ppm 272,43 ST 270,51 ST 390,42 ST 272,19 ST 382,96 ST

    K tot % 0,02 SR 0,03 SR 0,02 SR 0,02 SR 0,02 SR

    KPK me/100g 5,81 R 4,02 SR 11,65 R 5,42 R 2,40 SR

    Na tsd me/100g 2,27 ST 2,43 ST 2,19 ST 2,07 ST 5,32 ST

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    60/83

    Gambar 10. Tingkatan Kriteria Ketersediaan Unsur Hara dari Sangat Rendah sampai

    Sangat Tinggi

    Dari Gambar 10 nampak bahwa hampir sebagian besar unsur hara pantai

    berpasir baik yang ada di kebumen (KC, KP, KS), Bantul (BC, BP, BS) dan Pemalanag

    (PM) semua dalam ketersediaan yang rendah. Namun demikian lahan pantai berpasir

    dapat produktivitas lahan pantai berpasir dapat ditingkatkan dengan cara mengurangi

    faktor penghambat antara lain ; unsur hara rendah, kadar garam tinggi, angin yang

    kencang dari lautan, dan ketersediaan air tanah yang rendah. Produktivitas lahan berpasir

    dapat ditingkatkan mengingat sifat fisik lahan pantai yang baik antara lain : aerasi yang

    baik, drainase sangat cepat, porositas tinggi, struktur tanah lepas dan tekstur tanah yang

    ringan yaitu sand (S) dan loamy sand (LS). Kondisi tanah tersebut sangat sesuai untuk

    tanaman sayur-sayuran dan hortikultura lainnya yang memiliki nilai komoditi yangtinggi.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    61/83

    52

    -0,50

    0,00

    0,50

    1,00

    1,50

    2,00

    2,50

    3,00

    3,50

    4,00

    Kandung

    anHara

    KC KP KS BC BP BS PM

    Lokasi : K=Kebumen, B=Bantul, P=Pemalang

    Air Tsd

    DHL

    C

    BO

    N tot

    K tot

    Gambar 11. Perbedaan Kandungan Hara pada Cemara, Tanaman Semusim dan

    Bero

    Bahan organik atau kandungan karbon (C) untuk tanaman semusim paling

    tinggi di Kebumen dibandingkan lahan pantai berpasir di Bantul maupun di Pemalang

    (Gambar 11). Perbedaan yang menyolok tersebut kemungkinan disebabkan di Kebumen

    ada tanaman kelapa disekitar tanaman semusim, sehingga timbunan dari daun kelapa

    ditambah banyak semak belukar yang menutupi lahan pantai berpasir menyebabkan

    kandungan karbon lebih tinggi.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    KandunganTotalP

    (ppm)

    KC KP KS BC BP BS PM

    Lokasi : K=Kebumen, B=Bantul, P=Pemalang

    Gambar 12. Kandungan P di Pantai Berpasir Kebumen (K), Bantul (B) dan

    Pemalang (P).

    Kandungan Fosfor (P) sangat tinggi (ST) yaitu dari kisaran 250 sampai 450

    ppm, dengan kandungan fosfor di Bantul dan Pemalang lebih tinggi dibandingkan yang

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    62/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    63/83

    54

    Suhu udara di pantai berpasir untuk siang hari selalu lebih dari pada suhu

    malam hari. Suhu siang hari berkisar dari 24oC sampai 38

    oC, sedangakn malam hari

    berkisar dari 20oC sampai 24

    oC (Gambar 14). Fluktuasi suhu baik suhu udara pada

    malam hari maupun siang hari tidak terlalu beda jauh untuk perubahan suhu bulanan.

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan pengamatan Tahun 2008

    SuhuMalam

    danSiang(oC)

    MMax MRrt MMin

    Smax SRrt SMin

    Gambar 14. Suhu Udara pada Malam (M) dan Siang (S) Hari Tahun 2008

    Suhu udara siang minimal terendah terjadi pada bulan Januari (24 oC) dan pada

    bulan September (28oC), hal tersebut sebagai dimulainya penanaman tanaman keras

    cemara laut maupun tanaman semusim di pantai berpasir. Suhu udara siang maksimum

    terendah pada bulan Oktober, November dan Desember (30oC) disaat musim penghujan

    (Tabel 9).

    Penanaman cemara laut paling cocok ditanam pada bulan Januari dan september

    dimana suhu udara pada siang hari turun paling rendah mencapai 24oC. Pada kedua

    bulan tersebut juga ditunjang kondisi kecepatan angin tertinggi yang menyebabkan suhu

    menurun yaitu pada bulan Januari 21 m/det dan bulan September 14 m/det. Musim

    penghujan juga merupakan faktor pendukung penanaman dilakukan pada kedua bulan

    tersebut yaitu bulan-bulan setelah penanaman curah hujan mengalami peningkatan. Pada

    bulan Januari maka curah hujan akan mulai meningkat di bulan Februari yang seblumnya

    pada saat awal tanaman stres kekurangan air. Begitu juga pada bulan September akan

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    64/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    65/83

    56

    30,4

    30,6

    30,8

    31,0

    31,2

    31,431,6

    31,8

    32,0

    32,2

    32,4

    SuhuTanahMalam,La

    pisanA(oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    MA2006

    MA2007

    MA2008

    30,4

    30,6

    30,8

    31,0

    31,2

    31,4

    31,6

    31,8

    32,0

    32,2

    32,4

    SuhuTanahMalam,LapisanB(

    oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    MB2006

    MB2007

    MB2008

    29,4

    29,6

    29,8

    30,0

    30,2

    30,4

    30,6

    30,8

    31,0

    Su

    huTanahMalam,LapisanC(oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    MC2006

    MC2007

    MC2008

    Gambar 15. Suhu Tanah pada Malam Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun 2006

    2008

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    66/83

    57

    Suhu tanah lapiasan top soil (A), sub soil (B) dan bahan induk (C) pada

    malam hari minimal 30 oC pada bulan Januari dan September (Gambar 15).

    Suhu tanah pada malam hari lebih dari suhu udara berkisar dari 30oC sampai 33

    oC, dengan fluktuasi perbedaan antara suhu tanah malam minimal dan maksimal

    tidak berbeda tidak seperti pada suhu udara. Begitu juga fluktuasi suhu tanah

    pada malam hari untuk lapisan top soil (A), sub soil (B) dan bahan induk (C)

    tidak berbeda jauh, dan semakin kedalam maka ada kecenderungan suhu tanah

    semakin menurun.

    Suhu tanah siang hari juga lebih tinggi dibandingkan suhu tanah pada

    malam hari seperti pada suhu udara yang lebih tinggi pada siang hari (Gambar

    16). Suhu tanah siang hari berkisar 32oC sampai 35

    oC, dengan fluktuasi yang

    tidak terlalu tinggi seperti suhu udara yang perbedaan antara suhu udara terendah

    dengan tertinggi cukup besar. Rata-rata suhu tanah selama tiga tahun

    pengamatan relatif sama yaitu berkisar 34oC. Seperti halnya pada malam hari

    suhu tanah pada siang hari semakin ke lapisan lebih dalam maka suhu akan

    semakin menurun, hal tersebut karena selain tidak kena langsung sinar matahari

    juga kondisi dibawah selalu lembab air.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    67/83

    58

    34,0

    34,2

    34,4

    34,6

    34,8

    35,0

    35,2

    35,4

    SuhuTanahSiang,La

    pisanA(oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    SA2006

    SA2007

    SA2008

    33,0

    33,2

    33,4

    33,6

    33,8

    34,0

    34,2

    34,4

    34,6

    34,8

    35,0

    SuhuTanahSiang,LapisanB(oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    SB2006

    SB2007

    SB2008

    32,6

    32,8

    33,0

    33,2

    33,4

    33,6

    33,8

    34,0

    SuhuTanahSiang,LapisanC(oC)

    JAN FEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SPT OKT NOV DES

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    SC2006

    SC2007

    SC2008

    Gambar 16. Suhu Tanah pada Siang Hari untuk Lapisan A, B, C dari Tahun

    2006--2008

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    68/83

    59

    C. Pengembangan Model Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai

    Pengembangan model penanaman budidaya yang sesuai untuk lahan

    pantai dengan melakukan penanaman cabe besar dengan hasil yang bervariasi

    dari yang berkualitas rendah sampai yang berkualitas baik yaitu menghasilkan

    4.000 kg/ha sampai 70.000 kg/ha (Tabel 10).

    Tabel 10. Hasil Produksi Cabe untuk Kwalitas Baik (A) sampai Kurang (C)

    Tahun 2008

    Kwalitas Ubinan Hasil per Hektar Harga Jula (Rp.)

    CABE Rendah 4 ons/m2 4000 kg/ha 20.000.000

    Sedang 11 ons/m2 11000 kg/ha 55.000.000

    Baik 70 ons/m2 70000 kg/ha 350.000.000

    Sebelum ditanam benih cabe dijemur selama satu hari atau setengah

    hari jika suhu udara cukup panas yaitu pada pukul 09.00 pagi, selanjutnya

    disemaikan ditempat yang sudah diberi tanah. Persemaian dpat dilakukan

    dengan mengecambahkan bibit cabe yang digulung dengan kain basah atau

    kertas basah. Dari benih cabe yang berkecambah baru dipindahkan ditempat

    persemaian. Setelah 20 hari disemaikan maka cabe sudah siap untuk ditanam

    pada lahan pasir yang sudah disiapkan dalam bentuk bedengan per ubinan ukuran

    1 x 14 m dari arah timur ke barat atau arah utara selatan lebih baik.

    Untuk membuat semangat kerja anggota kelompok tani sebaiknya

    dibuat regu kerja, untuk kompetitif bersaing saling memberi semangat satu sama

    lain, sebab kalau hanya satu regu dengan jumlah anggota 30 orang ternyata yang

    kerja tidak lebih dari 10 orang saja.

    Lahan milik petani dengan swadaya dan swasembada mengupayakan

    lahan pantai berpasir didekat tanaman semusim dengan tanaman semangka

    ternyata hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang samapada

    tanah biasa. Penanaman semangka dilakukan setahun 3 kali dengan hasil bersih

    setiap kali panen yaitu sebesar Rp23.696.500,000,-/ha (Tabel 11). Panen

    dilakukan pada malam hari dengan selain alasan keamanan juga alasan kalau

    siang hari sangat panas.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    69/83

    60

    Tabel 11. Produksi Semangka di Pantai Berpasir Tahun 2008, Karanggadung

    Petanahan

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    70/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    71/83

    62

    Curah hujan harian tertinggi setiap tahunnya berbeda, yaitu untuk tahun

    2006 di bulan Februari 80 mm/hr, tahun 2007 di bulan November 78 mm/hr, dan

    tahun 2008 di bulan Desember 100 mm/hr (Gambar 18). Hujan maksimum

    harian dan fluktuasi hujan yang variasinya berbeda setiap tahunnya menunjukkan

    bahwa kondisi iklim di lokasi pantai berpasir berubah-ubah setiap saat.

    Walaupun demikian kecenderungan fluktuasi curah hujan relative sama dan

    musim yang cocok untuk penanaman tanaman kehutanan juga sama yaitu bulan

    Januari dan September. Sedangkan untuk tanaman semusim sekali bisa tanam

    tiga kali dengan pola tanam dari Februari April, Agustus Oktober, November

    Desember. Lahan pantai berpasir diberokan pada saat tidak turun hujan sama

    sekali yaitu pada bulan Mei sampai Agustus.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Ags Spt Okt Nov Des

    Bulan Pengamatan 2006, 2007, 2008

    TinggiH

    ujanMaxdanMin(mm) MX2006

    MX2007

    MX2008

    Mn2006

    Mn2007

    Mn2008

    Gambar 18. Fluktuasi Curah Hujan Harian Maximum dan Minimum, Tahun

    20062008

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    72/83

    63

    D. Peningkatan Tingkat Pendapatan Masyarakat

    Peningkatan pendapatan masyarakat ini merupakan target yang harus

    dipenuhi jika ada suatu kegiatan baru diperkenalkan kepada masyarakat. Untuk

    memudahkan mereka untuk percaya bahwa lahan pasir yang selama ini dianggap

    tanah marjinal karena banyaknya keterbatasan yang ada maka kegiatan studi

    banding yang serupa sangat penting. Pada tahun 2007 Kelompok Tani Pasir

    Makmur mengadakan studi banding ke samas kabupaten Bantul yang sudah lebih

    dulu melakukan usahatani tanaman semusim di lahan berpantai. Dengan

    membandingkan hasil usahatani lahan pantai dengan lahan mineral biasa ternyata

    hasilnya sangat mencengangkan yaitu bisa lipat dua bahkan sampai tiga kalinya.

    Keberhasilan kegiatan di lapangan tidak hanya ditunjukkan dari

    penampakan riil fisik di lapangan saja yang telah sesuai dengan yang dirancangsebelumnya dari kantor. Pengalaman beberapa tempat membuktikan segala bentuk

    kegiatan yang dilakukan di lapangan setelah ditinggalkan maka tamatlah sudah atau

    terbengkalai rusak dan ditinggalkan oleh masyarakat juga karena mereka merasa

    tidak ada rasa kepedulian untuk memiliki kegiatan tersebut. Lebih parahnya lagi

    kalau masyarakat hanya memandang kegiatan proyek tersebut hanya permainan

    sesaat belaka, sehingga setelah ditinggalkan tanaman kayu akan ditebang, begitu

    juga green belt dianggap mengganggu tanaman semusim juga akan dihabiskan.

    Dengan demikian sebagus apapun pernecanaan kita tanpa melibatkan masyarakat

    secara intensif dengan membangun dan upaya memberdayakan masyarakat dengan

    peran aktifnya maka kegiatan tersebut akan terputus ditengah jalan. Padahal target

    untuk tanaman kehutanan atau tanaman keras butuh pemantauan puluhan tahun 30

    50 tahun, sedangkan kegiatan penelitian hanya berkahir selama lima tahun disuatu

    lokasi.

    Berkenaan dengan pemantapan konsep rancangan untuk diterapkan di

    lapangan perlu ada langkah-langkah dengan selalu melibatkan dengan masyarakat

    secara penuh, karena memang nantinya yang merawat dan menjaga tanaman

    tersebut adalah masyarakat. Adapun beberapa hal yang harus dilakukan pada saat

    memberdayakan masyarakat untuk partisipatif aktif dari perencanaan sampai

    pelaksanaan dan evaluasi, antara lain :

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    73/83

    64

    a. Pemantapan Kelompok Tani (KT) dengan mengadakan pertemuan rutin

    dengan program yang jelas untuk menyatukan rencana kantor dengan

    rencana masyarakat setempat dan sekaligus mengajak praktek

    melaksanakan kegiatan di lapangan.

    b. Merubah persepsi masyarakat bahwa lahan yang dulu dianggap lahan

    marjinal dan tidak akan menghasilkan apa-apa, maka dengan sentuhan

    teknologi lahan pantai berpasir dapat menghasilkan sesuatu yang

    memiliki nilai komoditi yang tinggi.

    c. Pendekatan dengan masyarakat atau grounded dengan terjun langsung dan

    berinteraksi secara intensif dengan petani atau penduduk setempat dan

    sering tinggal di lokasi sehingga akan terjalin silaturahmi dan kerjasama

    yang harmonis.d. Sering beradaptasi dan sosialisasi dengan masyarakat baik yang masuk

    sebagai anggota kelompok tani maupun yang bukan anggota kelompok

    tani dengan selalu menceritakan tentang pentingnya melestarikan

    lingkungan dan sama-sama mencari terobosan untuk mengangkat

    kesejahteraan masyarakat.

    e. Penggalian potensi masyarakat dan potensi lahan dengan mengumpulkan

    data primer setiap tahunnya, kalau untuk social ekonomi dan udaya

    (soseklembud) masyarakat dengan pendepakatan bincang-bincang,

    wawancara maupun dengan bertanya menggunkan kuisioner.

    f. Pendekatan dengan tokoh kunci di masyarakat maupun tokoh-tokoh yang

    berpengaruh baik tokoh agama (TOGA) maupun tokoh masyarakat

    (TOMAS), aparat dan semua lembaga yang ada di desa.

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    74/83

  • 8/14/2019 I01 LHP Pantai Berpasir

    75/83

    66

    kali saja. Sedangkan pada bu