G12 LHP BENY Samas&Kebumen

download G12 LHP BENY Samas&Kebumen

of 106

Transcript of G12 LHP BENY Samas&Kebumen

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    1/106

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    DEPARTEMEN KEHUTANANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

    BALAI PENELITIAN KEHUTANAN SOLO

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    (LHP)

    TAHUN ANGGARAN 2007

    MODEL REHABILITASI LAHAN DAN

    KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR

    Penanggung Jawab Kegiatan :

    Ir. Beny Harjadi, MSc.

    SURAKARTA, DESEMBER 2007

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    2/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    ii

    LEMBAR PENGESAHAN

    LAPORAN HASIL PENELITIAN

    MODEL REHABILITASI LAHAN DAN

    KONSERVASI TANAH PANTAI BERPASIR

    Tahun 2007

    Surakarta, Desember 2007

    Diperiksa oleh :

    Kepala Seksi EP,

    Drs. Prapto Suhendro

    NIP. 710 000 452

    Diperiksa oleh :

    Ketua Kelti KTA,

    Ir. Sukresno, MSc

    NIP. 710 001 486

    Disusun oleh,

    Ketua Tim Pelaksana

    Ir. Beny Harjadi, MSc

    NIP. 710 017 594

    Disahkan oleh :

    Kepala BPK Solo,

    Ir. Edy Subagyo, MP.NIP. 710 008 439

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    3/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    iii

    KATA PENGANTAR

    Laporan kegiatan penelitian lahan pantai berpasir tahun 2007 yang berjudul

    : Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasirmerupakankegiatan pengembangan dan sosialisasi hasil penelitian yang pernah dilakukan di

    Samas, Yogyakarta. Judul tersebut merupakan bagian dari UKP Teknologi dan

    Kelembagaan Rehabilitasi Lahan Terdegradasi.

    Laporan ini berisikan informasi mengenai kegiatan pengembangan pada

    lahan pantai berpasir dengan mengembangkan berbagai macam tanaman tanggul

    angin yang terdiri dari cemara laut, tanaman buah-buahan dan tanaman kehutanan.

    Disamping itu juga dengan tanam tanaman semusim dan kelengkapan sarana dan

    prasarana untuk pengamatan berbagai macam fisik tanah dan iklim, meliputi

    evaporasi, kecepatan angin, erosi tanah, dan lain-lain. Sehingga tujuan penelitian ini

    adalah : untuk menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai

    berpasir yang sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif yang memuat

    kegiatan-kegiatan antara lain :

    1) Mengembangkan jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia.

    2) Mengembangkan sarana pengairan berupa sumur bak renteng.

    3) Mengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.

    4) Meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat

    5) Meningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.

    Dengan selesainya laporan ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan

    untuk penelitian yang sejenis baik di rumah kaca maupun di lapangan. Selanjutnya

    ucapan terima kasih disampaikan kepada seluruh Tim Peneliti, Pemimpin Proyek

    serta rekan-rekan di BPK Solo yang telah memberikan saran dan kritik.

    Surakarta, Desember 2007

    Kepala Balai,

    Ir. Edy Subagyo, MPNIP. 710 008 439

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    4/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    iv

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Oleh :

    Beny Harjadi, S.Andy Cahyono, Dona Octavia,

    Gunawan, Arif Priyanto, dan Siswo

    ABSTRAK

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor10/Men/2002 tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu;dan UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati danEkosistemnya; dan pentingnya pesisir pantai yang kaya akan SDA dan jasalingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai berpasir dilakukan secara baik danbenar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untukmeningkatkan pendapatan masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim dantanaman keras serta buah-buahan yang sesuai dan bernilai ekonomis. Pada wilayahpantai berpasir, dimana berlangsung erosi angin yang terjadi secara terus menerus,kondisi lahannya marginal dan cenderung diabaikan. Peristiwa tersebut menjadikanlahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupunwilayah di belakangnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyediakan saranapengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang sesuai. Pada wilayahpantai berpasir berlangsung erosi angin yang terjadi terus menerus, kondisi lahannyamarginal dan tidak terurus. Peristiwa tersebut menjadikan lahan pantai berpasirmenjadi semakin kritis. Metode penelitian meliputi : (a) Kegiatan penetapan lokasi, pembuatan rancangan, dan pemetaan lokasi antara lain : patok, meteran, kompas,peta dasar. (b).Kegiatan pembuatan sarana penahan erosi pasir tanaman TA, antaralain : Casuarina equisetifolia (cemara laut). (c) Bibit tanaman budidaya semusim untukditanam di antara jalur tanaman TA antara lain : bawang merah dan jagung (Zeamays L.). (d).Kegiatan perbaikan tanah berupa pupuk kandang dengan dosis 20 ton/haserta pupuk anorganik ZA, KCl, urea, TSP, insektisida, dan fungisida. (e).Kegiatan pengembangan sarana pengairan tanaman budidaya antara lain berupa bakrenteng, pralon, gembor, selang, pompa air. (f).Kegiatan pengamatan perlakuan,antara lain: Sand trap, evaporimeter, ombrometer, anemometer, termometer udara,dan termometer tanah. tanaman tanggul angin yang dikembangkan di pantaiberpasir yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia). Tinggi cemara laut dari umursatu tahun sampai 7 tahun tahun rata-rata ketinggiannya berurutan : 58,7; 126,4;130; 125,2; 320, 530, 810 cm. Hasil produksi bawang merah tahun 2007 20,3ton/ha dengan harga jual Rp. 96.425.000,- dan untuk cabe merah Rp 24 ton/hadengan harga jual Rp 96.000.000,-. Kondisi iklim pantai berpasir desaKaranggadung, kecamatan Petanahan kabupaten Kebumen adalah : suhu udara 27-36 oC,, suhu tanah 33-36 oC, evaporasi 0,9 mm/hari, kecepatan angin 12 km/jamdan erosi angin 15,24 g/bulan. Curah hujan berlangsung selama 6 bulan dari bulanOktober sampai Maret dengan rata-rata 113 566 mm/hari.

    Kata Kunci : Rehabilitasi, Konservasi Tanah, Pantai Berpasir, Erosi angin, Kebumen

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    5/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    v

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... iii

    DAFTAR ISI............................................................................................................... vDAFTAR TABEL...................................................................................................... ix

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii

    DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xii

    I. PENDAHULUAN................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

    C. Tujuan dan Sasaran UKP ................................................................................... 2

    D. Tujuan dan Sasaran PPTP .................................................................................. 3

    E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2007.............................................................. 3

    F. Luaran Tahun 2007............................................................................................. 4

    G. Ruang Lingkup Tahun 2007............................................................................... 4

    H. Hasil yang Telah Dicapai................................................................................... 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 8

    A. Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi ................................................................. 8

    B. Erosi Angin......................................................................................................... 9

    1. Proses Erosi Angin......................................................................................... 9

    2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin ........................................................... 11

    3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir..................................................... 11

    C. Model Pengendalian Erosi Angin..................................................................... 12

    1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin...................................................... 12

    2. Metode Pengendalian Faktor Tanah............................................................. 13

    D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan........................................... 15

    1. Tanaman Tanggul Angin ............................................................................ 15

    1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia).................................................. 15

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    6/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    vi

    1.2. Pandan (Pandanus tectorius) ................................................................. 16

    2. Tanaman Tahunan........................................................................................ 17

    2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae ....... 17

    2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae................................ 17

    2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae................................................ 18

    2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae.................................. 18

    3. Tanaman Budidaya...................................................................................... 19

    3.1. Semangka (Citrullus vulgaris) ............................................................... 19

    3.2. Terong Ungu (Solanum melongena) ...................................................... 19

    3.3. Bawang Merah (Allium cepa) ................................................................ 20

    3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum

    ) ............................................ 203.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)........................................................... 21

    E. Sosial, Ekonomi dan Budaya............................................................................ 21

    1. Adopsi .......................................................................................................... 21

    2. Pengertian Partisipasi ................................................................................... 23

    3. Perencanaan Partisipatif ............................................................................... 25

    III. BAHAN DAN METODE ................................................................................... 30

    A. Lokasi Penelitian dan Tata Waktu .................................................................. 30

    B. Bahan dan Metode.......................................................................................... 33

    1. Jenis Kegiatan .............................................................................................. 33

    2. Tahapan Kegiatan......................................................................................... 33

    2.1. Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen Casuarina equisetifolia di

    Samas dan pengembangan jalur tanaman TA di Kebumen ................. 33

    2.2. Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng .................. 36

    2.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai....... 36

    2.4. Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat ...................................... 36

    2.5. Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.......................... 37

    3. Parameter ..................................................................................................... 37

    3.1. Tanaman TA sebagai Pengendali Erosi Pasir ........................................ 37

    3.2. Pengembangan sarana pengairan berupa sumur bak renteng................. 37

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    7/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    vii

    3.3. Pengembangan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai........ 37

    3.4. Peningkatan tingkat pendapatan masyarakat ......................................... 38

    3.5. Peningkatan kenyamanan lingkungan sekitar wisata............................. 38

    4. Pengambilan Data ........................................................................................ 39

    4.1. Tanaman TA Casuarina equisetifolia.................................................... 39

    4.2. Sarana Pengairan................................................................................... 39

    4.3. Model Tanaman Budidaya .................................................................... 39

    4.4. Tingkat Pendapatan Masyarakat ............................................................ 39

    4.5. Kenyamanan Lingkungan Wisata ......................................................... 40

    5. Pengolahan dan Analisa Data....................................................................... 41

    5.1. Tanaman TACasuarina equisetifolia

    ................................................... 415.2. Sarana pengairan berupa sumur bak renteng ........................................ 41

    5.3. Model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai................................ 41

    5.4. Tingkat pendapatan masyarakat............................................................ 41

    5.5. Kenyamanan lingkungan sekitar wisata................................................. 42

    IV. BIAYA DAN ORGANISASI PELAKSANA.................................................... 43

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 45

    A. Pengembangan Jalur TA dengan tanaman Casuarina equisetifolia ................ 45

    a. Pertumbuhan Cemara Laut............................................................................ 45

    b. Tanggul Angin Sementara............................................................................. 48

    B. Pengembangan Sarana Pengairan Berupa Sumur Bak Renteng....................... 49

    a. Kondisi Biofisik ............................................................................................ 49

    i. Kesuburan Tanah ....................................................................................... 49

    ii. Suhu Tanah ............................................................................................... 54

    b. Perubahan Iklim ............................................................................................ 56

    i. Evaporasi.................................................................................................... 56

    ii. Curah Hujan.............................................................................................. 60

    iii. Kecepatan angin....................................................................................... 60

    iv. Suhu Udara............................................................................................... 61

    c. Instalasi Air ................................................................................................... 62

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    8/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    viii

    C. Pengembangan Model Pola Tanam Tanaman Budidaya yang Sesuai.............. 63

    a. Tanaman Semusim........................................................................................ 63

    b. Teknik Budidaya Tanaman Semusim ........................................................... 65

    i. PENANAMAN PADI GOGO ................................................................... 65

    ii. PENANAMAN JAGUNG........................................................................ 66

    iii. PENANAMAN KACANG TANAH....................................................... 67

    iv. PENANAMAN LOMBOK/CABE.......................................................... 68

    v. PENANAMAN BAWANG MERAH....................................................... 69

    D. Peningkatan Tingkat Pendapatan Masyarakat.................................................. 71

    a. Kelompok Tani Pasir Makmur..................................................................... 71

    b. Masyarakat Karanggadung .......................................................................... 77c. Kelembagaan................................................................................................ 81

    E. Peningkatan Kenyamanan Lingkungan Sekitar Wisata................................... 83

    a. Kunjungan Wisata........................................................................................ 84

    b. Pendapatan Wisata ....................................................................................... 84

    VI. KESIMPULAN................................................................................................... 85

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 87

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    9/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif ............................... 29

    Tabel 2. Jadwal Kegiatan Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai

    Berpasir 2007 .......................................................................................... 32

    Tabel 3. Tim Pelaksana Kegiatan Tahun 2007 ......................................................... 44

    Tabel 4. Tinggi Cemara Laut Tahun 2005 sampai 2007 di Karanggadung, Kebumen

    ................................................................................................................. 46

    Tabel 5. Tinggi tanaman Cemara Tahun 1994 sampai 2003 di Samas, Bantul ....... 47

    Tabel 6. Perbandingan Unsur Kandungan Unsur Hara Lahan Pantai Berpasir di

    Kebumen dan Bantul............................................................................... 50

    Tabel 7. Kriteria Tingkatan Kandungan Unsur Hara Tanah..................................... 51

    Tabel 8. Data Suhu Tanah Ke dalaman 15, 30 dan > 30 cm di Kebumen Tahun 2007

    ................................................................................................................. 54

    Tabel 9. Data Evaporasi Dekat Pantai Tahun 2007 di Kebumen............................. 57

    Tabel 10. Data Evaporasi Jauh dari Pantai Tahun 2007 di Kebumen...................... 58

    Tabel 11. Data Kecepatan Angin Siang dan Malam Hari di Pantai Berpasir kebumen

    ................................................................................................................. 60

    Tabel 12. Suhu Udara pada Siang dan Malam Hari Tahun 2007 di Kebumen........ 61

    Tabel 13. Data Produksi tanaman Bawang Merah (Brambang) dan Cabe dari Tahun

    2000 sampai 2007 di Bantul.................................................................... 64

    Tabel 14. Anggota Kelompok Tani Pasir Makmur, Karanggadung, Petanahan....... 76

    Tabel 15. Mata pencaharian utama penduduk Desa Karanggadung........................ 79

    Tabel 16. Kunjungan Obyek Wisata di Karanggadung Tahun 2006 dan 2007 ....... 83

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    10/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana ................................................................... 26

    Gambar 2. Lokasi Penelitian Lahan Pantai Berpasir di Samas, Bantul sejak Tahun

    1994 dan Karanggadung, Kebumen Sejak Tahun 2005....................... 30

    Gambar 3. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Karanggadung,

    Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Sejak Tahun 2005 ....... 31

    Gambar 4. Areal Penelitian Lahan Pantai Berpasir di desa Srigading, Kecamatan

    Samas, Kabupaten Bantul, Sejak Tahun 1994 ..................................... 31

    Gambar 5. Layout Pengembangan Demplot Tanaman Budidaya dan Tanaman

    Tanggul Angin ..................................................................................... 35

    Gambar 6. Sebaran Probabilitas Normal Cemara Laut di Kebumen (KT0-KT2) dan

    Bantul (KU1-KU4)............................................................................... 45

    Gambar 7. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 2005 2007 di Karanggadung,

    Kebumen.............................................................................................. 46

    Gambar 8. Tinggi Cemara Laut dari Tahun 1994 2003 di Samas, Bantul............ 47

    Gambar 9. Tanaman Tanggul Angin dari Tanaman Jagung, sudah mengering...... 48

    Gambar 10. Kadar Hara Lahan Pantai : N, K, DHL, K tertukar, Kadar Lengas dan

    Fe total di Kebumen dan Bantul........................................................... 52

    Gambar 11. Kadar Hara Lahan Pantai : Na ttk, Ca ttk, Mg ttk, KPK (Kapasitas

    Pertukaran Kation), pH di Kebumen dan Bantul ................................. 52

    Gambar 12. Kadar Hara Lahan Pantai : Cu total, Zn total, KB (Kejenuhan Basa),Mn total dan P total di Kebumen dan Bantul....................................... 53

    Gambar 13. Suhu Tanah pada Ke dalaman 0 - 15 cm Tahun 2007 di Kebumen..... 55

    Gambar 14. Suhu Tanah pada Ke dalaman 15 - 30 cm Tahun 2007 di Kebumen... 55

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    11/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    xi

    Gambar 15. Suhu Tanah pada Ke dalaman > 30 cm Tahun 2007 di Kebumen....... 56

    Gambar 16. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Dekat Pantai....... 59

    Gambar 17. Evaporasi pada Pengamatan Siang dan Malam hari Jauh dari Pantai.. 59

    Gambar 18. Data Hujan : Maximum Hujan, Rerata, Hari Hujan, Jumlah dan

    Minimum.............................................................................................. 60

    Gambar 19. Kecepatan Angin Siang dan Malam Tahun 2007 di Kebumen............ 61

    Gambar 20. Suhu Udara Tahun 2007 Malam dan Siang Hari di Kebumen............. 62

    Gambar 21. Instalasi Air untuk Distribusi Kebutuhan Air Tanaman semusim. ...... 63

    Gambar 22. Hasil Produksi Bawang Merah dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas,Bantul................................................................................................... 65

    Gambar 23.. Hasil Produksi Cabe dari Tahun 2000 sampai 2007 di Samas, Bantul 67

    Gambar 24. Studi Banding KT. Pasir Makmur di Lahan Berpasir Bantul .............. 71

    Gambar 25. Ternak Besar sebagai pemasok Pupuk Kandang bagi Tanaman di pantai

    Berpasir oleh KT. Mandiri, Srigading, Bantul..................................... 73

    Gambar 26. Komposisi Tempat Tinggal Anggota Kelompok Tani......................... 74

    Gambar 27. Komposisi Kelas Umur Anggota KT. Pasir Makmur ........................... 75

    Gambar 28. Penggunaan Lahan di Desa Karang Gadung Kecamatan Petanahan . 77

    Gambar 29. Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Karang Gadung78

    Gambar 30 Komposisi penduduk berdasarkan usia produktif .................................. 78

    Gambar 31. Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Karanggadung............................. 80

    Gambar 32. Jumlah Pengunjung Wisata di Obyek Wisata Pantai Karanggadung... 84

    Gambar 33. Pendapatan Dari Obyek Wisata Tahun 2006 dan 2007......................... 84

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    12/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Kerangka Logis KegiatanModel Rehabilitasi Lahan dan Konservasi

    Tanah Pantai Berpasir(RPTP 2007)................................................... 87

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    13/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki wilayah pantai yang luas.

    Bentuk lahan (landform) wilayah pantai secara umum dikelompokkan atas wilayah pantaiberlumpur (muddy shores), pantai berpasir (sandy shores), dan pantai berbatu karang atau

    andesit (Bloom, 1979).

    Pada wilayah pantai berpasir (bergisik), pola penggunaan lahan yang umum

    merupakan pola berulang cekungan antara beting pantai (swale) dan punggung pantai

    (beach ridge) yang berupa lahan kosong (tanpa taaman), bertekstur tanah kasar (pasir),

    atau diusahakan untuk tegalan (Tim UGM, 1992). Wilayah ini bersifat dinamis dimana

    terdapat hubungan antara pasokan butir-butir pasir dari hasil abrasi pantai oleh ombak

    menuju pantai dan dari gisik yang merupakan hasil erosi angin kearah daratan, sehingga

    pasokan pasir terjadi terus-menerus. Peristiwa tersebut menyebabkan lahan pantai berpasir

    menjadi kritis, baik untuk wilayah itu sendiri maupun wilayah di belakangnya. Kondisi

    lahan yang kritis tersebut disebabkan tidak hanya oleh faktor biofisik semata yang secara

    alami telah kritis, tetapi juga upaya penanganan yang ada masih belum optimal, sehingga

    bila tidak segera ditangani, dampak negatif yang akan terjadi akan semakin luas.

    Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10/Men/2002

    tentang pedoman umum perencanaan pengelolaan pesisir terpadu; UU No.5 Tahun 1990

    tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya; dan pentingnya pesisir

    pantai yang kaya akan SDA dan jasa lingkungan, hendaknya pemanfaatan lahan pantai

    berpasir dilakukan secara baik dan benar dan dapat berfungsi ganda, yaitu untuk

    mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat melalui

    usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis. Dengan model

    pengelolaan tersebut dimana hasilnya dapat mengubah lahan yang tadinya terlantar

    menjadi lahan yang potensial untuk dapat diusahakan sebagai lahan budidaya, maka perlu

    dikembangkan dengan model demplot.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    14/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    2

    B. Rumusan Masalah

    Pada wilayah pantai berpasir, biasanya berlangsung erosi angin yang terjadi

    secara terus menerus, kondisi lahannya marginal, dan cenderung diabaikan. Peristiwa

    tersebut menjadikan lahan pantai berpasir menjadi semakin kritis, baik untuk wilayah itu

    sendiri maupun wilayah di belakangnya. Dampak peristiwa erosi pasir yang nyata antara

    lain : 1) tanah pada lahan pantai bertekstur kasar dan bersifat lepas sehingga sangat peka

    terhadap erosi angin, 2) hasil erosi berupa endapan pasir (sand dune) dapat menutup

    wilayah budidaya dan pemukiman di daerah di belakangnya, dan 3) butiran pasir bergaram

    yang dibawa dari proses erosi angin dapat merusak dan menurunkan produktivitas

    tanaman budidaya. Kondisi tersebut jika tidak segera ditangani dengan serius maka akan

    berdampak buruk pada lingkungan dan pengaruh negatif yang terjadi akan semakin

    meluas.

    Adanya pemanfaatan lahan pantai berpasir secara baik dan benar akan berfungsi

    ganda, yaitu untuk mengendalikan erosi (angin) dan untuk meningkatkan pendapatan

    masyarakat melalui usaha budidaya tanaman semusim yang sesuai dan bernilai ekonomis.

    Dengan model pengelolaan tersebut diharapkan hasilnya dapat mengubah lahan yang

    tadinya terlantar menjadi lahan yang potensial sebagai lahan budidaya.

    C. Tujuan dan Sasaran UKP

    Kegiatan ini merupakan bagian dari UKP Teknologi dan Kelembagaan Lahan

    Terdegradasi yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan teknologi tepat guna,

    kajian sosial ekonomi serta rekomendasi kebijakan/kelembagaan rehabilitasi lahan

    terdegradasi agar lahan terdegradasi dapat berfungsi kembali sebagai habitat flora,

    fauna, dan secara keseluruhan sebagai penyangga kehidupan, termasuk didalamnya

    dapat meningkatkan perekonomian rakyat dengan meningkatkan partisipasi masyarakat

    dari mulai perencanaan, kegiatan pelaksanaan, dan pengelolaan pada pasca rehabilitasi

    lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model-model

    rehabilitasi lahan terdegradasi yang tepat guna dengan pendekatan social forestry.

    Adapun sasaran kegiatan ini adalah pengembangan model rehabilitasi lahan

    pantai berpasir, dengan melibatkan peran masyarakat secara aktif. Dampak yang

    diharapkan yaitu masyarakat sekitar pantai berpasir tetap dapat melanjutkan secara

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    15/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    3

    mandiri pemanfaatan lahan pantai untuk usaha produktif sebagai upaya peningkatan

    kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian alam dan konservasi tanah

    dan air.

    D. Tujuan dan Sasaran PPTP

    Tujuan kegiatan pada Proposal Penelitian Tim Peneliti (PPTP) adalah untuk

    menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang

    sesuai, berupa demplot yang representatif dan inovatif serta memuat kegiatan-kegiatan

    antara lain :

    1) Mengembangkan jalur tanaman tanggul angin

    2) Mengembangkan sarana pengairan air tawar

    3) Mengembangkan model pola tanam tanaman semusim dan tahunan

    4) Meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat

    5) Meningkatkan kenyamanan kawasan wisata dan sekitarnya.

    Sasaran kegiatan adalah agar pelaksanaan Kepres No. 32 tahun 1990 tentang

    kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik tertinggi

    pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No. 550/246/Kpts/4/1984

    dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan kawasan hutan untuk

    pengembangan usaha budidaya pertanian dan jalur hijau hutan pantai yang dipertahankan

    lebarnya 200 m dapat terwujud, yaitu melalui pengembangan model tanaman tanggul

    angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam), model pengelolaan tanaman

    budidaya (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang ditanam di antara tanaman

    tanggul angin. Keluaran yang diharapkan adalah berupa demplot sesuai petunjuk teknis

    seluas 1- 2 ha. Dampak yang diharapkan adalah masyarakat dapat menerima dan

    melaksanakan teknik konservasi lahan pantai berpasir dengan model pengendali erosi

    angin sehingga dapat meningkatkan produktivitas lahan terlantar.

    E. Tujuan dan Sasaran RPTP Tahun 2007

    Tujuan kegiatan dalam Rencana Penelitian Tim Peneliti (RPTP) adalah untuk

    menyediakan sarana pengembangan teknologi rehabilitasi lahan pantai berpasir yang

    sesuai, berupa demplot yang representatif serta inovatif.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    16/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    4

    Sasaran kegiatan tahun 2007 antara lain :

    1) Pemeliharaan jalur tanaman TA permanen di Samas dan pengembangan

    jalur tanaman TA di Kebumen.

    2) Pemeliharaan sarana pengairan berupa sumur bak renteng

    3) Pengembangkan model pola tanam tanaman budidaya yang sesuai.

    4) Peningkatkan tingkat pendapatan masyarakat

    5) Peningkatkan kenyamanan lingkungan sekitar wisata.

    Kegiatan penelitian pantai berpasir ini sesuai pelaksanaan Kepres No. 32 tahun

    1990 tentang kawasan lindung sempadan pantai yang ditentukan minimal 100 m dari titik

    tertinggi pasang-surut kearah daratan maupun SKB Mentan dan Menhut No.

    550/246/Kpts/4/1984 dan No. 082/Kpts-11/1984 tentang pengaturan penyediaan lahan

    kawasan hutan untuk pengembangan jalur hijau hutan pantai, yaitu melalui pengembanganmodel tanaman tanggul angin Casuarina equisetifolia (pembiakan dan pola tanam) dan

    model pengelolaan tanaman budidaya yang ditanam di antara tanaman tanggul angin

    (bawang merah, cabe, semangka, terong, dll) yang dilakukan bersama masyarakat dan

    instansi terkait.

    F. Luaran Tahun 2007

    Luaran yang diharapkan dapat dihasilkan antara lain :

    1. Tersedianya informasi pertumbuhan tanaman C. equisetifolia sebagai tanamanjalur TA dan informasi efektivitas jalur TA sebagai pengendali erosi pasir.

    2. Tersedianya informasi sistem pengairan yang sesuai untuk lahan pantai pasir.

    3. Tersedianya informasi pertumbuhan dan hasil jenis-jenis tanaman semusim

    yang sesuai untuk lahan pantai berpasir.

    4. Tersedianya analisis finansial model rehabilitasi lahan dan konservasi tanah

    yang dikembangkan pada lahan pantai berpasir.

    5. Tersedianya informasi kelembagaan, tingkat adopsi dan partisipasi

    masyarakat terhadap upaya RLKT (Reboisasi Lahan dan Konservasi Tanah)

    lahan pantai berpasir yang mendukung wisata lingkungan terpadu.

    G. Ruang Lingkup Tahun 2007

    Ruang lingkup pengembangan meliputi :

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    17/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    5

    1. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan beberapa sifat tanah yang dimungkinkan

    dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.

    2. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam pada lahan marginal

    pantai berpasir.

    3. Rehabilitasi lahan melalui perbaikan sistem pola tanam lahan pantai, dengan

    kombinasi antara tanaman TA: cemara laut, buah-buahan, dan kayu-kayuan

    dengan tanaman hortikultura bawang merah, cabe, jagung, sorghum, melon

    dll.

    4. Analisis biaya dan pendapatan usahatani dari perlakuan yang dicoba.

    5. Tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat serta kelembagaan dalam kegiatan

    rehabilitasi lahan dan konservasi tanah.

    H. Hasil yang Telah Dicapai

    Penanganan lahan pantai berpasir melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi

    tanah (RLKT) telah dilakukan uji coba oleh BP2TPDAS Surakarta (1997-2000), yaitu

    dengan menerapkan model tanam tanaman tanggul angin (windbreak) dengan tanaman

    budidaya (semusim) yang ditanam di antara jalur tanaman tanggul angin (TA). Hasil yang

    diperoleh berupa Pedoman Teknis Pemanfaatan Lahan Pantai Berpasir, yang memuat

    antara lain (Sukresno, 1996b) : 1) Jenis tanaman TA permanen yang sesuai adalah jenis

    tanaman-tanaman bergetah seperti cemara laut (Casuarina equisetifolia), Glirisidae,

    pandan, dan mete; 2) Jenis tanaman TA sementara yang sesuai adalah tanaman semusim

    seperti jagung, ketela pohon dan sorghum; 3) Jenis tanaman budidaya yang sesuai untuk

    ditanam di antara jalur tanaman TA adalah semangka, terong, bawang merah, cabe, dan

    kacang panjang; 4) Penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha telah memberikan

    hasil semangka sebanyak 20 ton/ha pada lahan pantai berpasir yang baru dibudidayakan,

    21 ton/ha pada lahan tahun kedua, dan 25 ton/ha pada lahan tahun ketiga; 5) Lahan bekas

    tanaman semangka yang ditanami terong hasil produksinya sebesar 26 ton/ha; 6) Produksi

    bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe merah keriting dan kacang panjang,

    hasilnya masing-masing sebesar 7.5 ton/ha, 5 ton/ha, dan 26 ton/ha; 7) Hasil analisis input-

    output atau benefit costper satuan luas pada tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan,

    pola bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan kacang panjang dan cabe merah

    hasilnya lebih tinggi dibanding dengan pola semangka-terong.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    18/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    6

    Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir di Desa Sri Gading, Kecamatan

    Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bagian Selatan, luas

    daerah pengembangan + 1-2 ha untuk tanaman semusim dan 500 m untuk tanaman

    tanggul angin dengan lebar jalur 15 m, yang dilaksanakan tahun 2003 antara lain :

    a. Tanaman Casuarina equisetifolia terbukti efektif sebagai tanaman tanggul angin

    permanen di lahan pantai berpasir, dimana bibitnya dapat dikembangkan sendiri oleh

    masyarakat (petani) setempat dengan cara pembiakan vegetatif metode merunduk

    (layering).

    b. Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya yang dikembangkan, sangat nyata dapat

    mengendalikan erosi pasir dan memperbaiki iklim mikro setempat (kecepatan angin,

    suhu tanah, dan laju evaporasi lebih rendah). Secara finansial, kombinasi tanaman

    budidaya yang paling layak dikembangkan adalah kombinasi bawang merah, terongdan ketimun.

    c. Teknik rehabilitasi lahan pantai berpasir ini akan sulit dikembangkan oleh

    masyarakat sekitar secara swadaya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya biaya

    untuk pembangunan sarana pendukung (infrastruktur) bagi penerapan teknik

    rehabilitasi tersebut, sehingga perlu ada campur tangan pemerintah. Namun

    demikian, sampai saat ini belum terbangun suatu pola pengembangan lahan pantai

    berpasir yang komprehensif dari berbagai instansi terkait.

    Jalur tanaman tanggul angin yang dikembangkan di Pantai Petanahan, Desa

    Karanggadung, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen berupa Cemara laut cangkok

    (69,5% hidup) dan biji (98% hidup) serta Pandan (100% hidup), dan tanaman kehutanan

    Mahoni (100% hidup), Akasia (100% hidup), dan buah-buahan Rambutan (100% hidup),

    Mangga (100% hidup). Curah hujan rata-rata di pasir berpantai Karanggadung, Petanahan,

    Kebumen adalah 35 mm/hari. .Evaporasi berkisar antara 0,3 mm/hari (Desember) sampai

    0,9 mm/hari (September). Suhu tanah semakin dalam maka semakin menurun, pada

    malam hari suhu tanah 33oC dan pada siang hari 36

    oC. Suhu udara siang hari antara 27

    36 oC dan pada malam hari 20 oC sampai 24 oC. Kecepatan angin antara 2 sampai 12

    km/jam, dengan Erosi angin 0,5 sampai 3,5 g yang tertangkap pada diameter sandtrap 10

    cm.

    Anggota kelompok tani yang sebagian besar bermata pencaharian utama

    petani mempunyai mata pencaharian sampingan sebagai penderes gula kelapa dan

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    19/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    7

    tukang. Mayoritas anggota kelompok tani adalah tenaga produktif, sehingga tidak

    selalu mempunyai banyak waktu untuk terlibat dalam kegiatan Rehabilitasi Lahan dan

    Konservasi Tanah di lahan pantai bepasir. Pemahaman tentang konsep Rehabilitasi

    Lahan dan Konservasi Tanah di lahan pantai berpasir perlu ditingkatkan, pendampingan

    dari tenaga penyuluh maupun dari instansi pemerintah kabupaten yang terkait masih

    sangat diperlukan. Kerjasama Dinas Pariwisata dengan kelompok tani dalam

    pengelolaan lahan pantai berpasir yang berorientasi konservasi dan dapat meningkatan

    pendapatan masyarakat, tetap perlu dilaksanakan dan dibina khususnya di sekitar lokasi

    lahan pantai berpasir di desa Karanggadung, Petanahan.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    20/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Lahan Kritis dan Upaya Rehabilitasi

    Lahan kritis menurut Departemen Kehutanan (2000) didefinisikan sebagai

    lahan yang tidak mampu lagi berperan menjadi unsur produksi pertanian baik

    sebagai media pengatur tata air maupun sebagai perlindungan alam lingkungan.

    Lahan kritis disebabkan oleh proses degradasi pada lahan. Degradasi lahan

    didefinisikan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan

    lahan untuk mendukung kehidupan. Kehilangan atau perubahan kenampakan

    tersebut menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain (Barrow,1991

    dalam Widjajanto, 2003). Faktor-faktor utama penyebab degradasi lahan adalah: 1)

    bahaya alami, 2) perubahan jumlah populasi manusia, 3) marjinalisasi tanah, 4)

    kemiskinan, 5) status kepemilikan tanah, 6) ketidakstabilan politik dan masalah

    administrasi, 7) kondisi sosial ekonomi, 8) masalah kesehatan, 9) praktek pertanian

    yang tidak tepat, 10) aktifitas pertambangan dan industri. Erosi pantai yang

    merupakan salah satu penyebab terjadinya degradasi biofisik sumberdaya pesisir

    pantai disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya penambangan pasir, penebangan

    bakau, energi gelombang dan pola arus pasang, degradasi DAS, dan meluasnya

    DAS kritis.

    Rehabilitasi adalah proses pengembalian ekosistem atau populasi yang

    telah rusak ke kondisi yang tidak rusak, yang mungkin berbeda dari kondisi semula.

    Salah satu upaya rehabilitasi lahan kritis adalah revegetasi. Tujuan revegetasi adalah

    memperbaiki lahan yang labil, tidak produktif, dan mengurangi erosi. Dalam jangka

    panjang rehabilitasi lahan diharapkan dapat memperbaiki iklim mikro,

    meningkatkan biodiversitas dan memperbaiki lahan agar menjadi lebih produktif.

    Upaya dengan revegetasi antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan reboisasi,

    penghijauan, dan pembangunan hutan rakyat. Selain itu, ada juga upaya peningkatanproduktivitas lahan kritis melalui penambahan bahan organik berupa hijauan

    tanaman maupun pupuk kandang yang telah banyak diteliti oleh Puslit Tanah dan

    Agroklimat (Purnomo, dkk, 1992).

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    21/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    9

    Menurut Setiadi dan Prematuri (1998), hal-hal yang perlu diperhatikan

    dalam rehabilitasi lahan kritis adalah :

    1. Pemilihan jenis pohon, hendaknya dipilih jenis pohon dengan karakteristik:

    a. Adaptif (pohon sesuai dengan lingkungan setempat)

    b. Cepat tumbuh, cepat menutup tanah (tajuk melebar), perakaran intensif

    c. Teknik silvikultur diketahui

    d. Ketersediaan bahan tanaman

    e. Bersimbiosis dengan mikroba

    2. Perbaikan kondisi tanah yang meliputi :

    a. Perbaikan ruang tumbuh

    b. Perbaikan top soil dan bahan organik

    Namun demikian, upaya rehabilitasi lahan ini seyogyanya dikombinasikandengan penerapan teknik konservasi tanah dan air terutama di lahan-lahan berlereng

    curam, serta berbagai teknik tanam.

    B. Erosi Angin

    1. Proses Erosi Angin

    Angin, seperti halnya jatuhan hujan dan aliran air, memiliki gaya yang dapat

    melepaskan (detach) dan memindahkan (transport) butiran tanah dari satu tempat ke

    tempat lain yang baru untuk diendapkan (deposition).

    Kemampuan melepaskan butiran tanah oleh angin ini besarnya sangat dipengaruhi

    oleh kondisi kekasaran permukaan tanah dan besar butiran partikel tanahnya. Adapun

    kemampuan angin untuk memindahkan butiran tanah dipengaruhi oleh besarnya kecepatan

    angin, bentuk agregat, dan komposisi ukuran partikel tanah. Sedang jarak tempuh

    perpindahan partikel tanah hasil erosi tersebut besarnya dipengaruhi oleh kuat-lemahnya

    kecepatan angin, ukuran, dan berat partikel dan agregat tanah.

    Perpindahan partikel-partikel tanah oleh proses erosi angin secara prinsip adalah

    sama seperti pada proses erosi tanah oleh jatuhan hujan, yaitu: 1) merayap (creep) untuk

    partikel tanah berukuran 0,5 - 2,0 mm, 2) meloncat-loncat (saltation) untuk partikel tanah

    berukuran 0,05 - 0,50 mm atau lebih umum antara 0,10 - 0,15 mm, dan 3) dalam bentuk

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    22/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    10

    suspensi partikel tanah halus dengan ukuran < 0,1 mm dan untuk beberapa waktu tetap

    dalam bentuk suspensi di udara karena aliran turbulen dan pusaran arus angin.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    23/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    11

    2. Faktor-faktor Penyebab Erosi Angin

    Seperti yang diperlihatkan dalam proses erosi tanah oleh gaya angin, maka

    beberapa faktor utama yang berpengaruh terhadap terjadinya erosi angin adalah:

    1) Faktor iklim, seperti: temperatur, distribusi hujan, kecepatan dan arah angin.

    2) Faktor tanah, seperti: ukuran butir, kelengasan, dan kekasaran permukaan.

    3) Faktor vegetasi, seperti: bentuk, tinggi, kerapatan, dan distribusi.

    3. Erosi Angin Pada Lahan Pantai Berpasir

    Berdasarkan prinsip yang umumnya berlaku pada proses erosi angin dan faktor-

    faktor penyebabnya, maka proses erosi angin yang terjadi pada lahan pantai berpasir juga

    mengikuti prinsip-prinsip tersebut. Contoh kasus adalah endapan pasir yang terjadi di

    sepanjang pantai Kedu Bagian Selatan (Jawa Tengah) hingga pantai Parangtritis (DIY)

    berasal dari pasir volkanik Gunung Merapi yang terbawa melalui Sungai Progo (Tim

    UGM, 1992). Endapan pasir ini membentuk gisik dengan lebar antara 700 hingga 1500

    meter yang diukur dari garis pantai. Hembusan angin laut di musim kemarau merubah

    posisi endapan pasir dari kedudukannya semula sehingga membentuk bukit-bukit pasir

    (sand dune). Daerah di belakang gisik biasanya berupa laguna, beting gisik dan dataran

    aluvial pantai. Oleh karena permeabilitas lahan pantai berpasir ini sangat tinggi sehingga

    seluruh air permukaan meresap ke dalam tanah, gisik dan bukit-bukit pasir pantai ini

    miskin akan tumbuhan. Sedang daerah di belakangnya dimana tanah dan airnya

    memungkinkan sebagai media tumbuh tanaman, banyak dimanfaatkan untuk tegal, sawah,

    dan pemukiman yang suatu ketika dapat terkena dampak hasil erosi angin berupa endapan

    pasir bersalinitas tinggi.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    24/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    12

    C. Model Pengendalian Erosi Angin

    Erosi angin berlangsung jika kondisinya memungkinkan untuk melepaskan dan

    memindahkan partikel tanah untuk selanjutnya pasir tersebut diendapkan di tempat lain.

    Besar erosi angin sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor erodibilitas tanah, kekasaran

    permukaan tanah, kondisi iklim (kecepatan angin dan kelembaban), panjang permukaan

    tanah terbuka, dan penutupan tanaman.

    Metode pengendalian erosi angin melalui upaya rehabilitasi lahan dan konservasi

    tanah (RLKT) di lahan pantai berpasir, secara umum yaitu:

    1) Menurunkan kecepatan angin di atas permukaan tanah.

    2) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.

    3) Melindungi tanah permukaan dengan tanaman, mulsa, dan bahan tidak mudah

    tererosi lainnya.4) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.

    Mengingat bahwa metode pengendalian erosi angin disini berkaitan dengan

    permasalahan erosi angin di lahan pantai berpasir maka untuk selanjutnya yang dimaksud

    'tanah' adalah lahan pantai berpasir (tanah berpasir).

    1. Metode Pengendalian Kecepatan Angin

    Laju kecepatan angin untuk berbagai ketinggian di atas permukaan tanah yang

    homogen menunjukkan hubungan yang kwadratik. Dari persamaan ini dapat diketahui

    bahwa laju kecepatan angin akan bertambah besar seiring dengan peningkatan posisinya di

    atas permukaan tanah pada kondisi tanah yang homogen. Besar kecepatan angin yang

    tinggi pada posisi tertentu di atas permukaan tanah adalah berkaitan dengan kondisi

    kekasaran permukaan tanahnya.

    Upaya pengendalian kecepatan aliran angin prinsipnya membuat bangunan

    penahan aliran angin yang berupa tanggul angin (windbreak). Bentuk tanggul angin (TA),

    yaitu model mekanis dan model vegetatif. Pada model mekanis bentuknya dapat berupa

    anyaman bambu atau anyaman daun kelapa (perlindungan sementara). Pada model tanggul

    angin vegetatif dimana lebih murah dibanding model mekanis, secara alami akan lebih

    tahan. Ketahanan model vegetatif, efektivitasnya tergantung pada kondisi pertumbuhan

    tanaman yang diterapkan sebagai jalur tanggul angin. Bentuk TA vegetatif yang umum

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    25/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    13

    adalah berupa kelompok jalur-jalur tanaman baik yang bersifat sementara (dengan

    tanaman semusim) maupun permanen (dengan tanaman pohon, semak atau perdu) harus

    sesuai dengan kondisi setempat. Untuk lahan pantai berpasir jenis tanaman TA sementara,

    yaitu jagung, ketela pohon, dan cantel. Sedang jenis yang permanen untuk tanaman pohon,

    antara lain., Casuarina equisetifolia (cemara laut), Calophyllum inophyllum (nyamplung),

    Terminalia catapa (ketapang),Barringtonia asiatica (rawang),Hibiscus tiliaceus (waru),

    Glirisidae; untuk tanaman semak dan perdu, antara lain.: Pandanun tectorius (pandan),

    Cyperus martima (teki laut), Crinum asiaticum (bakung), Scaevola taccada (gabusan),

    Thuarea involuta (rumput glinting),Ximenia americana (widuri) dan jenis-jenis tanaman

    bergetah lainnya (Kartawinata, 1979).

    Bentuk tanggul angin yang paling efektif dalam mengendalikan laju kecepatan

    angin adalah menggunakan model vegetatif yang tidak terlalu rapat. Tanggul angin modelrapat menyebabkan arus balik (putar) di belakang tanggul angin dimana justru

    menimbulkan erosi pasir. Bila model mekanis yang akan digunakan, dalam praktek harus

    diupayakan agar bentuk tanggul angin (misal dengan anyaman bambu) harus diberi angin-

    angin (permeabilitas angin) sebesar 35-40 %. Disamping itu beberapa faktor lain yang juga

    berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian laju kecepatan angin ini, antara lain.: 1)

    lebar, 2) tinggi, dan 3) jarak antar tanggul angin.

    2. Metode Pengendalian Faktor Tanah

    Prinsip pengendalian faktor tanah terhadap tekanan gaya erosif angin adalah:

    1) Menurunkan tingkat erodibilitas tanah.

    2) Melindungi tanah permukaan yang terbuka dengan tanaman, mulsa, dan bahan

    tidak mudah tererosi lainnya.

    3) Meningkatkan kekasaran tanah permukaan.

    Upaya pengendalian faktor tanah dapat dilakukan dengan beberapa metode,

    yaitu: metode konservasi lengas tanah dan metoda perbaikan agregat tanah lapisan atas

    (top soil). Pengendalian lengas tanah dapat dilakukan dengan melindungi tanah

    permukaan dengan penutupan oleh tanaman, mulsa, atau bahan tidak mudah tererosi

    lainnya. Agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik (mudah dan cepat tumbuh),

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    26/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    14

    sehingga lahan pantai berpasir yang arealnya banyak terbuka dan peka erosi angin menjadi

    berkurang luasnya, dapat dilakukan dengan penerapan berbagai perlakuan ameliorasi tanah

    dan pemilihan jenis-jenis tumbuhan yang sesuai dengan kondisi setempat (Sukresno,

    1998).

    Dalam praktek usaha pengendalian kelengasan tanah ini, antara lain, dilakukan

    dengan usaha budidaya pada areal lahan di antara jalur tanggul angin (jalur tanaman

    cemara dan pandan) dengan menanami tanaman semusim bernilai ekonomi tinggi

    (semangka, mentimun, bawang merah, cabe keriting tampar, terong, dll). Upaya perbaikan

    agregat tanah pasiran lapisan permukaan (top soil) di lahan pantai berpasir dilakukan

    dengan metode pemberian ameliorat bahan organik (pupuk kandang) dan tanah liat ke

    areal budidaya yang letaknya berada di antara jalur tanggul angin (Sukresno, 1998). Secara

    teknis pemberian ameliorat pupuk organik dan tanah liat untuk perbaikan agregat adalahuntuk meningkatkan kesuburan tanah, pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman.

    Pelaksanaannya dilakukan dengan cara membenamkan ameliorat tersebut ke tanah

    berpasir sedalam + 10 - 30 cm. Hal ini dimaksudkan agar kelengasannya tetap terjaga dan

    beratnya yang ringan bila kering tidak mudah tererosi (Sukresno, 1998).

    Berbagai upaya pengendalian erosi angin telah diuji oleh BTPDAS pada tahun

    1997/1998 secara nyata hasilnya telah meningkatkan kondisi tanah dan produktivitas lahan

    pasir pantai menjadi lebih baik (Sukresno, 1998), antara lain.:

    1) Pertumbuhan tanaman tanggul angin (Casuarina equisetifolia, Glirisidae danPandanun tectorius) mencapai > 60% sehingga bermanfaat untuk meningkatkan

    produktivitas tanaman-tanaman budidaya (semangka, mentimun dan jagung),

    2) Dampak penerapan jalur tanggul angin dan tanaman-tanaman budidaya secara

    positip memperbaiki iklim mikro setempat (suhu tanah dan laju evaporasi yang lebih

    rendah),

    3) Perlakuan vegetatif yang diterapkan pada lahan pasir pantai memberikan dampak

    yang baik pada perbaikan sifat-sifat fisik dan kimia tanahnya, antara lain.: bahan

    organik tanah lebih tinggi, BV dan BJ lebih rendah, Na tersedia lebih tinggi sebagai

    akibat dari tertangkapnya pasir bergaram oleh tanaman,

    4) Hasil produksi tanaman semangka (jenis New Dragon) yang ditanam di antara

    tanaman tanggul angin tertinggi sebesar 31,6 t/ha (perlakuan kombinasi tanah liat 45

    t/ha dan pupuk kandang 36 t/ha) dengan rata-rata hasil antara 20-30 t/ha).

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    27/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    15

    Dari kegiatan kajian tahun 1998/1999, hasil yang dicapai (Sukresno, 1999), antara

    lain.:

    1) Tanaman Casuarina equisetifolia (cemara laut) sangat sesuai sebagai tanaman

    tanggul angin di lahan pantai berpasir serta dapat dikembangkan melalui pembiakan

    vegetatif cara merunduk.

    2) Tanaman tanggul angin dan tanaman budidaya di antara jalur tanggul angin

    bermanfaat sangat nyata baik dalam mengendalikan erosi pasir maupun memperbaiki

    iklim mikro setempat.

    3) Tanaman budidaya yang ditanam di antara jalur tanggul angin (semangka, terong,

    bawang merah, cabe merah keriting tampar dan kacang panjang) secara nyata dapat

    memberikan hasil seperti yang diharapkan bila beberapa perlakuan diterapkan,

    seperti: pemakaian tanah liat sebagai alternatif pengganti pupuk kandang, pengaturan jarak tanam, pengaturan waktu tanam yang sesuai, dan pengaturan pemberian air

    yang sesuai.

    4) Di antara tanaman-tanaman budidaya yang dicobakan di lahan pantai berpasir,

    perlakuan model pertanaman bawang merah yang ditumpang gilirkan dengan cabe

    merah keriting tampar dan kacang panjang atau model pertanaman terong,

    memberikan prospek dampak yang positip baik pada aspek ekonomi (peningkatan

    hasil per satuan luas) maupun lingkungan (pengendalian erosi pasir (dipanen secara

    bertahap sampai 180-210 HST).

    D. Teknik Budidaya Tanaman yang Dikembangkan

    1. Tanaman Tanggul Angin

    1.1. Cemara Laut (Casuarina equisetifolia)

    Tanaman cemara laut (Casuarina equisetifolia) merupakan tanaman berumah satu

    (monocious) yang dapat mencapai tinggi 50 m dan diameter batang 100 cm. Kulit kayu

    berwarna hijau kecoklatan-coklat gelap. Spesies ini banyak diketemukan dekat dengan

    wilayah pantai berpasir di Kalimantan. Kayunya sangat berat, sangat keras dengan BJ

    1.04-1.18 g/cm3, kelas awet II-III, kelas kekuatan I-II, sehingga sesuai untuk bangunan,

    lantai, dinding, bantalan, tiang listrik, perkapalan, dan arang. tanaman cemara laut

    merupakan tanaman yang tahan terhadap garam, kekeringan, dan keasaman tanah.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    28/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    16

    tanaman ini dapat mengikat N dari udara sebanyak 50-80% sehingga akumulasi hara pada

    lantai hutan sangat tinggi, yaitu 1600 kg N/ha dan 85 kg P/ha.

    Untuk pemanfaatan Casuarina equisetifolia sebagai tanaman TA yang terbaik,

    tanaman cemara laut tersebut ditanam pada lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 3 m x

    3 m dengan sistem selang-seling (gigi belalang) dengan posisi tegak lurus menghadap arah

    angin. Untuk mengembangbiakan tanaman yang dapat dilakukan sebelum tanaman

    menghasilkan biji adalah melalui metode vegetatif, yaitu dengan cara merunduk (layering).

    Untuk memperoleh bibit yang lebih cepat terbentuk, pada bagian batang yang dirundukkan

    diberi perlakuan pengupasan secara melingkar, kemudian pada ujung kulit kayu terkupas

    bagian atas diberikan pasta zat perangsang pertumbuhan jenis rootone-F (Sukresno, 2000).

    1.2. Pandan (Pandanus tectorius)Tanaman pandan adalah jenis perdu yang paling banyak tumbuh di daerah pantai

    berpasir. Akarnya berupa akar tunjang yang tumbuh lurus mengikuti pangkal batang

    sehingga bentuk tanaman seperti kerucut. Daunnya panjang-panjang dan berduri di tepi

    kedua sisinya. Buah berupa buah majemuk yang berbentuk seperti bola panjang berwarna

    kuning hingga merah jingga (Kartawinata, 1979).

    Sebagai tanaman perdu untuk mengendalikan erosi pasir, maka tanaman ini

    ditanam secara rapat menurut jalur yang tegak lurus arah angin. Untuk areal budidaya

    tanam tanaman ini dilakukan pada jalur yang merupakan batas antar pemilik penggarap

    (Sukresno, 1999b).

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    29/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    17

    2. Tanaman Tahunan

    2.1. Keben (Barringtonia asiatica) = Lecythidaceae/Barringtoniaceae

    Barringtonia asiatica KURZ (B. speciosa FORST.). Di Jawa dikenal dengan

    nama:Butun, Keben.

    Pohon dari Asia Tenggara,tinggi hingga 17 m dan gemangnya 50 cm, pada

    umumnya agak bengkok, bercabang-cabang rendah dekat tanah, tumbuhnya berpencar-

    pencar di pantai-pantai yang berpasir dan berkarang, kadang-kadang ditanam karena

    daunnya yang bagus dan bunga-bunganya yang indah. Kayunya lunak dan tidak awet.

    Namun di Kediri menurut pemberitahuan secara lisan, kayu ini dapat digunakan untuk

    membangun rumah.

    Buah-buahnya yang persegi empat dan sebesar kepalan tangan itu terdiri atas

    kulit yang berserabut, dibawahnya yang tanpa tempurung terdapat sebutir biji yang juga

    sedikit banyak bersegi empat. Biji ini keras, di dalamnya putih dan agak berlendir. Biji

    ini, oleh masyarakat Ternate biasa digunakan untuk menangkap ikan-ikan di sungai.

    Di Ternate, biji yang dilumatkan ini dioleskan pada ruam seperti kudis guna

    membasmi parasit-parasit yang menjadi penyebabnya. Abu biji-bijinya yang dipirik

    menjadi serbuk dicampur dengan ramuan-ramuan lain, digunakan sebagai obat dalam

    maupun luar terhadap kolik/mulas (Rumphius dalam Heyne, 1987). Penemuan baru

    membuktikan biji keben berupa obat tetes dapat dipakai untuk mengobati penyakit

    katarak (Trubus No.434, Januari 2006 XXXVII).

    2.2. Bintangur (Calophyllum inophyllum) = Guttiferae

    Calophyllum inophylum LINN., di Indonesia dikenal dengan nama Bintangur

    dan di Jawa dikenal dengan nama Nyamplung. Pohon agak tinggi mencapai 20 m

    dengan diameter batang yang besar hingga 1.50 m, dengan batangnya sangat pendek,

    bercabang rendah dekat permukaan tanah. Pohon ini tersebar di seluruh daerah tropis,

    hampir khusus di sepanjang pantai dan biasanya tumbuh sedikit mengelompok.

    Kayu memiliki berat agak ringan hingga sedang, tetapi padat dan agak halus

    struktumya, berurat kusut, sehingga tak dapat dibelah. Karena kayu ini tidak membelah

    maka baik digunakan untuk roda, poros dan alas meriam berat. Kayu juga dipakai

    untuk memangkal perahu, karena bagian luarnya lebih awet di dalam air laut. Karena

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    30/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    18

    keawetannya yang tinggi, kekuatan serta lukisan kayunya yang indah maka di Jawa

    kayu ini bernilai tinggi.

    Gelam kayu berpotensi sebagai obat. Jika dihilangkan lapisan luarnya, direbus

    dalam air dengan gelam Intsia amboinensis, samama ( Anthocephalus macrophyllus

    HAVIL.) dan gayang laut serta rebusannya diminum, mempunyai khasiat pembersih

    untuk wanita bersalin, mengobati kencing berdarah dan penyakit kencing nanah (Heyne,

    1987). Pohon ini menghasilkan damar yang berguna mengobati rematik (encok), sendi-

    sendi kaku dan pereda kejang yang mujarab. Air rendaman daun dapat dipakai untuk

    mencuci mata yang meradang . Bijinya setelah disalai juga dapat dipakai untuk

    mengobati ruam seperti kudis.

    2.3. Waru (Hibiscus tilliaceus) = Malvaceae

    Hibiscus tiliaceus LINN. Di Jawa dikenal dengan nama: Waru. Tumbuhan ini

    ditemukan di daerah-daerah tropis, terutama tumbuh di pantai-pantai berpasir atau di

    dekat pesisir, biasanya berkelompok. Di Jawa pohon ini ditanam di pekarangan dan di

    pinggir-pinggir jalan daerah pesisir, namun jarang sekali di daerah pedalaman.

    Tumbuhan ini dianjurkan agar dibudidayakan untuk menghasilkan kayu bakar pada

    tanah-tanah tak berguna yang berpasir, kering dan asin, terutama sekali di sekitar pantai.

    Rebusan akar Waru setelah dicampur dengan akar tapakliman (daun

    mangkokan) dapat digunakansebagai obat dalam untuk penurun panas (demam).

    Di Madura, daun waru telah digunakan sebagai makanan ternak pada waktu

    kekurangan makanan lain, sakit panas pada saat demam. Daun waru yang dilumatkan

    dan ditaruh pada bisul menjadi obat pematang dan pemecah bisul tersebut. Kepala yang

    dicuci dengan air remasan daun waru muda akan mendatangkan rasa sejuk serta

    menambah kesuburan rambut. Rebusannya pun dianggap berkhasiat mengobati sulit

    kencing.

    2.4. Ketapang (Terminalia catappa) = Combretaceae

    Terminalia cattapa LINN., di Jawa dikenal dengan nama Ketapang. Raksasa

    rimba memiliki tinggi hingga 40 m dan gemang batangnya 2 m; tingginya 20 m dan

    gemangnya 1 m, tumbuh liar di dataran rendah nusantara. Di Jawa hanya di pantai atau

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    31/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    19

    di tanah masin dekat pesisir; pohon ini ditanam hingga kurang lebih 800 m di atas

    permukaan laut, tetapi terutama sekali di daerah panas dan dekat pesisir.

    Kulit kayu yang kaya akan damar sering digunakan sebagai obat penutup luka

    sariawan dan dapat menyembuhkan radang selaput lendir usus. Biji buah ketapang yang

    dibudidayakan dapat dimakan mentah seperti biji kenari, lebih kering dan rasanya lebih

    enak.

    3. Tanaman Budidaya

    3.1. Semangka (Citrullus vulgaris)

    Tanaman semangka termasuk dalam keluarga buah labu-labuan (Cucurbitaceae)

    yang berasal dari Afrika tropika. Daya tarik budidaya semangka terletak pada nilai

    ekonominya yang tinggi, berumur relatif singkat (70-80 hari). Keuntungan yang dapat

    diperoleh dari budidaya semangka di lahan pantai berkisar antara 1-2 kali lipat dari

    investasinya. Hasil rata-rata semangka jenis New Dragon per hektar di lahan sawah

    mencapai 24 ton.

    Tanaman semangka yang ditanam di antara jalur tanaman TA di pantai berpasir

    Samas, DIY menggunakan bedengan dengan jarak tanam 4 m x 0.65 m dan jarak antar

    bedeng 0.6 m. Dengan pemberian pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha, ZA 500 kg/ha, urea

    150 kg/ha, KCl 350 kg/ha, dan TSP 500 kg/ha dapat memberikan hasil pada tahun I, II,

    dan III masing-masing sebesar 20 ton/ha, 21 ton/ha, dan 25 ton/ha (Sukresno, 1999a).

    3.2. Terong Ungu (Solanum melongena)

    Tanaman terong sudah lama dikenal dan dibudidayakan baik untuk lalapan

    maupun sayuran karena banyak mengandung gizi, terutama vitamin A. Jenis dan varietas

    terong mempunyai aneka bentuk, ukuran, dan warna buah dengan varietas lokal maupun

    unggul. Varietas unggul yang banyak ditanam petani adalah jenis Farmers Long (Taiwan)

    dan Money Maker No.2 (Jepang). Ciri-ciri jenis Farmer Long adalah umur tanaman

    pendek, pertumbuhannya tegak, tahan penyakit layu Fusarium, buahnya panjang-lurus,

    warna ungu-kemerah merahan, dan berserat halus. Produksi rata-rata terung hibrida adalah

    30 ton/ha.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    32/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    20

    Tanaman terong yang ditanam sebagai tanaman budidaya setelah semangka di

    antara jalur tanaman TA di pantai Samas, DIY adalah jenis hibrida (ungu), jarak tanam

    seperti semangka 4 m x 0.65 m dan jarak antar bedeng 0.6 m, hasil yang diperoleh 26.4

    ton/ha (Sukresno, 1999a).

    3.3. Bawang Merah (Allium cepa)

    Tanaman bawang merah termasuk keluarga Liliaceae dengan ciri berumbi lapis,

    berakar serabut, dan berdaun silindris. Umbi lapis tersebut berasal dari pangkal daun yang

    bersatu dan membentuk batang-batang semu serta berubah bentuk dan fungsinya. Sebagai

    tanaman semusim berbentuk rumput yang tumbuh tegak, tingginya dapat mencapai 15-20

    cm dan membentuk rumpun. Karena sifat perakaran yang berbentuk serabut maka bawang

    merah kurang tahan (peka) terhadap kekeringan. Dari satu umbi yang ditanam dapatmembentuk tunas-tunas lateral sebanyak 2-20 tunas, yang akhirnya akan menjadi umbi

    sebagai hasil panennya. Hasil panen bawang merah yang pertumbuhannya baik dan

    ditanam dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dapat mencapai 10-15 ton/ha.

    Tanaman bawang merah yang ditanam di lahan pantai berpasir di Samas, ditanam

    dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm, pupuk kandang 30 ton/ha memberikan hasil 7.5 ton/ha

    (Sutikno dkk., 1998).

    3.4. Cabe Merah Keriting (Capsicum annuum)Tanaman cabe adalah tanaman hortikultur, mudah dikenal, banyak manfaat, dan

    merupakan tanaman semusim. tanaman berbentuk perdu dengan ketinggian antara 70-110

    cm, memiliki banyak cabang dan pada setiap percabangan akan muncul buah cabe. Ukur

    dan bentuk buah tergantung dari jenis dan varietasnya. Untuk jenis cabe cerah dengan

    bentuk ramping-memanjang, umur dapat mencapai 115 HST, dan pedas adalah sesuai

    untuk ditanam dari dataran rendah-dataran tinggi. Produksi rata-rata dari cabe hibrida

    dengan pertumbuhan baik dapat mencapai 30 ton/ha dan untuk cabe lokal berkisar antara

    10-15 ton/ha.

    Pemanfaatan lahan pantai berpasir di Samas dengan tanaman cabe besar yang

    ditanam dengan jarak tanam 15 cm x 25 cm, pupuk kandang 36 ton/ha, dan diberi mulsa

    jerami 6 ton/ha, memberikan hasil sebesar 44.2 ton/ha (Sutikno dkk., 1998). Sedang pada

    tanam tumpang gilir cabe merah keriting dengan kacang panjang yang ditanaman setelah

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    33/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    21

    bawang merah dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil 5 ton/ha (Sukresno,

    1999a).

    3.5. Kacang Panjang (Vigna sinensis)

    Tanaman kacang panjang sudah umum dibudidayakan di antara kacang tunggak,

    kacang uci dan kacang hibrida. Kacang panjang yang merupakan tanaman semusim jenis

    merambat dan setengah membelit memiliki batang yang panjang, liat dan sedikit berbulu

    serta berbuku-buku. Buah kacang panjang berbentuk polong dengan ukuran panjang dan

    ramping, berwarna hijau keputih-putihan (muda) atau kemerah-merahan, namun menjadi

    putih kekuning-kuningan atau hijau kekuning-kuningan (tua). Sistem perakaran Tanaman

    ini dapat menembus lapisan olah tanah hingga ke dalaman 60 cm. Tanaman kacang

    panjang termasuk jenis tanaman yang akar-akarnya dapat bersimbiosis dengan bakteriRhizobium untuk mengikat N dari udara. Unsur N terikat dari bintil-bintil akarnya dapat

    mencapai 198 kg bintil akar/tahun atau setara dengan 440 kg urea. Produksi polong muda

    kacang panjang dapat mencapai 20 ton/ha.

    Tanam tanaman kacang panjang yang ditanam dengan cabe merah keriting pada

    lahan pantai berpasir dengan jarak tanam 30 cm x 60 cm, memberikan hasil sebesar 19

    ton/ha (Sukresno, 1999a).

    E. Sosial, Ekonomi dan Budaya

    1. Adopsi

    Adopsi dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku baik yang berupa

    pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan (psychomotoric) pada

    diri seseorang setelah menerima inovasi. Mengingat adopsi adalah suatu proses

    perubahan maka ada beberapa tahapan yang dilalui (Pusat Penyuluhan Kehutanan,

    1997) yaitu :

    a) Awareness (kesadaran) yaitu sasaran mulai sadar tentang inovasi yang

    ditawarkan

    b) Interest yaitu tumbuhnya minat yang ditandai oleh keinginan untuk

    mengetahui lebih banyak tentang hal-hal yang berkaitan dengan inovasi.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    34/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    22

    c) Evaluation yaitu penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang

    meliputi aspek teknis, ekonomi, sosial budaya dan kesesuaiannya dengan

    kebijaksanaan pembangunan.

    d) Trial yaitu masyarakat mulai mencoba dalam skala kecil untuk lebih

    meyakinkan penilaiannya.

    e) Adoption yaitu menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan berdasarkan

    penilaian dan uji coba yang telah dilakukan sendiri.

    Menurut Pusat Penyuluhan Kehutanan (1997), kecepatan masyarakat

    mengadopsi suatu teknologi dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :

    a. Sifat inovasi yang ditawarkan yaitu sifat intrinsik (yang melekat pada inovasinya)

    antara lain keunggulan teknis, ekonomis dan budaya, mudah tidaknya

    dikomunikasikan dan diamati, serta sifat ekstrinsik yang mencakup kesesuaianlingkungan setempat dan tingkat keunggulan relatif dibanding teknologi yang sudah

    ada.

    b. Sifat sasaran yaitu cepat atau tidaknya sasaran mengadopsi suatu inovasi yang

    menurut dibagi dalam 5 kelompok yaitu : (a) Golongan perintis; (b) Golongan

    penerap dini/pelopor; (c) Golongan penganut dini; (d) Golongan penganut lambat

    dan (e) Golongan kolot/penolak.

    c. Cara pengambilan keputusan, dimana secara individu lebih cepat dibandingkan

    secara kelompok.

    d. Saluran komunikasi yang digunakan dapat berupa media masa, kelompok atau

    media antar pribadi.

    e. Keadaan penyuluh yaitu tergantung bagaimana kegigihan dan kerajinan penyuluh

    dalam menyampaikan inovasi.

    f. Sumber informasi yang antara lain media masa, penyuluh, teman, tetangga, serta

    pedagang.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    35/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    23

    2. Pengertian Partisipasi

    Secara harfiah, partisipasi berarti turut berperan serta dalam suatu kegiatan;

    keikutsertaaan atau peran serta dalam suatu kegiatan; peran serta secara aktif atau

    proaktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi dapat didefinisikan secara luas sebagai bentuk

    keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-

    alasan dari dalam dirinya (intrinsik) maupun dari luar dirinya (ekstrinsik) dalam

    keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan (Irfani, 2004).

    Sedang menurut Keith Davis (1962) dalam Karyana (2004),participation can

    be defined as mental and emotional involvement of a person in group situation which

    encourages to contribute to group goals and share responsibility in them. Dalam

    definisi tersebut terdapat tiga gagasan yang penting yaitu :

    a) Dalam partisipasi bukan semata-mata keterlibatan secara jasmaniah, tetapi juga

    keterlibatan mental dan perasaan.

    b) Adanya kesediaan memberi sesuatu sumbangan kepada usaha untuk mencapai

    tujuan kelompok.

    c) Adanya tanggung jawab bersama.

    Partisipasi sebagai suatu proses dimana seluruh pihak terkait (stakeholder)

    secara aktif terlibat dalam rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan sampai pada

    pelaksanaan. Pelibatan semua kelompok tidak selalu berarti secara fisik terlibat, tetapi

    yang penting adalah prosedur pelibatan menjamin seluruh pihak dapat terwakili

    kepentingannya. Partisipasi harus sudah dimulai sejak evaluasi sumberdaya yang ada

    sebelum perencanaan disusun.

    Menurut Irfani (2004), pendekatan partisipatif lahir sebagai kritik terhadap

    metode penelitian konvensional antara lain penelitian yang banyak menggunakan logika

    sains dan penelitian etnometodologis. Penelitian konvensional dirasa mengandung

    beberapa kelemahan antara lain : 1) hanya menghasilkan pengetahuan yang empiris-

    analitis dan cenderung tidak mendatangkan manfaat bagi obyek (masyarakat) dan 2)

    banyak bermuatan kepentingan teknis untuk melakukan rekayasa sosial (social

    enginering). Sebagai alternatif muncul pendekatan partisipatif. Kepentingan pendekatan

    ini adalah pelibatan masyarakat. Metode yang menggunakan pendekatan partisipatif

    antara lain Participatory Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Action Research

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    36/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    24

    (PAR). Pendekatan ini menekankan pentingnya proses sharing of knowledge antara

    peneliti dengan masyarakat di lokasi penelitian. Proses analisa dilakukan bersama

    peneliti dan masyarakat. Hasil analisa langsung dikembalikan kepada masyarakat untuk

    disusun rencana tindakan bersama. Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut riset

    aksi, dimana ukuran dari pendekatan adalah terjadinya perubahan sosial. Melalui PAR,

    pihak terkait menarik pelajaran dan pengalaman melalui observasi, perencanaan, aksi

    dan refleksi secara bersama dan terus-menerus. Proses interaksi antara pihak terkait

    melalui siklus belajar PAR dijadikan dasar observasi. Dalam hal ini, alat bantu

    observasi utama adalah dokumentasi proses (Kusumanto, 2002).

    Partisipasi dalam pembuatan keputusan berarti mendefinisikan permasalahan,

    memilih alternatif pemecahan masalah yang memuaskan bagi masyarakat dan

    menetapkan bagaimana melaksanakan keputusan tersebut. Pelibatan masyarakat dalamsuatu proses perencanaan perlu menganut prinsip dasar proses partisipatif, yaitu :

    1. Partisipasi penuh (Full Participation), dimana proses pengambilan keputusan

    melibatkan seluruh pihak terkait dan terkena program, termasuk pihak-pihak

    yang selama ini diabaikan.

    2. Saling pengertian (Mutual Understanding) dimana kesepakatan kegiatan harus

    bersifat awet. Para pihak yang terlibat dalam kegiatan perlu menerima secara

    terbuka pikiran dan harapan yang berkembang dalam proses pengambilan

    keputusan.

    3. Solusi yang diterima semua pihak ( Inclusive Solution) dimana solusi yang

    diciptakan berangkat dari proses integrasi antara perspektif dan kebutuhan

    semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan. Dengan demikian solusi yang

    diciptakan bisa sesuai dengan visi dan karakteristik yang terlibat dalam

    kegiatan.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    37/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    25

    3. Perencanaan Partisipatif

    Perencanaan adalah suatu proses menyusun langkah-langkah untuk mencapai

    suatu tujuan tertentu. Dalam konsteks suatu komunitas (masyarakat), perencanaan

    berarti himpunan langkah untuk memecahkan persoalan dan kebutuhan komunitas

    tersebut, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu yang bisa diidentifikasikan sebagai

    keadaan yang lebih baik. Sedang perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang

    dalam tujuannya melibatkan kepentingan rakyat dan dalam prosesnya melibatkan rakyat

    (Abe, 2002).

    Menurut Abe (2002), tahap-tahap untuk menyusun perencanaan dari bawah

    adalah penyelidikan, perumusan masalah, menentukan tujuan dan target,

    mengidentifikasi sumberdaya (daya dukung), merumuskan rencana kerja, dan

    menentukan anggaran yang hendak digunakan dalam realisasi rencana.

    1. Penyelidikan

    Penyelidikan adalah sebuah proses untuk mengetahui, menggali dan mengumpulkan

    persoalan-persoalan yang berkembang di masyarakat. Dalam proses ini, keterlibatan

    masyarakat menjadi faktor kunci. Melalui proses ini, masyarakat diajak untuk

    mengenali secara seksama problem-problem yang mereka hadapi.

    2. Perumusan masalah

    Perumusan masalah adalah tahap lanjut dari hasil penyelidikan. Untuk mencapai

    perumusan perlu dilakukan suatu proses analisis atas informasi yang ada, untuk

    menemukan keterkaitan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Masyarakat harus

    terlibat dalam proses, agar rumusan masalah dapat mencerminkan kebutuhan dari

    komunitas dan bukan sekedar keinginan. (catatan : pendamping/petugas diharapkan

    mampu menjadi teman diskusi/fasilitator yang baik sehingga perumusan masalah

    yang diperoleh merupakan hal yang dapat dicarikan jalan keluarnya).

    Pengorganisasian masalah perlu juga dilakukan untuk menyusun kembali masalah,menyeleksi masalah, melihat hubungan sebab-akibat dari masalah tersebut,

    mendiskusikan prioritas masalah dan menggalinya, menganalisis alternatif

    pemecahan masalah, dan pengembangan potensi sosial. Pengorganisasian masalah

    merupakan tahapan yang sangat kritis dalam proses pembangunan masyarakat,

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    38/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    26

    karena apabila terjadi kesalahan dalam menganalisis dapat mengakibatkan

    kebutuhan riil masyarakat tidak dapat diketahui (Hikmat, 2001).

    3. Identifikasi daya dukung

    Daya dukung bukan hanya sekedar dana konkrit, tetapi keseluruhan aspek yang

    memungkinkan terselenggaranya aktivitas dalam mencapai tujuan dan target yang

    telah ditetapkan. Daya dukung ini bisa merupakan daya dukung konkrit, aktual, ada

    tersedia dan daya dukung yang merupakan potensi (akan ada atau bisa diusahakan).

    Pemahaman mengenai daya dukung ini diperlukan agar rencana kerja yang disusun

    tidak bersifat asal-asalan tetapi merupakan hasil perhitungan yang masak (Gambar

    1).

    Gambar 1. Proses Penyusunan Rencana

    4. Perumusan tujuan

    Tujuan adalah kondisi yang hendak dicapai (suatu keadaan yang diinginkan) dan

    karenanya dilakukan sejumlah upaya untuk mencapainya.

    5. Menetapkan langkah-langkah

    Proses membuat rumusan yang lebih utuh perencanaan dalam sebuah rencana

    tindakan. Umumnya suatu rencana tindakan akan memuat : 1) apa yang hendak

    dicapai; 2) kegiatan yang hendak dilakukan; 3) pembagian tugas atau pembagian

    tanggung jawab; dan 4) waktu (kapan dan berapa lama kegiatan akan dilakukan).

    Proses Perencanaan

    -Mendefinisikan masalah-Menetapkan tujuan dan

    target

    - Identifikasi sumberdayapendukung

    -Merumuskan rencanatindakan

    -Menyusun anggaran

    Diskusi

    intensif yang

    melibatkan

    masyarakat

    Rumusan Rencana

    -Situasi, kondisi dankebutuhan

    -Perubahan yangdiinginkan

    -Peluang dan sumberdayayang tersedia

    -Rincian rencana kerja-Anggaran

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    39/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    27

    6. Anggaran

    Perencanaan anggaran bukan berarti menghitung uang, melainkan suatu usaha

    untuk menyusun alokasi anggaran atau sumber daya yang tersedia. Hal ini

    sangat menentukan berhasil tidaknya sebuah perencanaan.

    Dalam konteks perencanaan partisipatif (Abe, 2002), tahapan tersebut bisa

    dikembangkan menjadi tahap-tahap berikut :

    1) Melakukan identifikasi peserta, sehinga ada pengenalan yang lebih seksama

    terhadap mereka yang ingin dilibatkan dalam proses perencanaan.

    2) Melakukan identifikasi persoalan-persoalan desa, potensi dan masa depan yang

    hendak dicapai. Sebaiknya tim awal telah mempersiapkan suatu penyelidikan.

    3) Setelah bahan terkumpul dan dipilah-pilah bersama, apa yang menjadi masalah

    terutama untuk keperluan menemukan sebab dasar dan kaitan antara satu

    masalah dengan masalah lain.

    4) Melakukan analisis tujuan. Disebut analisis karena dalam proses ini dilakukan

    penggalian mengenai apa yang hendak dituju dengan menggunakan pohon

    masalah. Tujuan bisa bermakna penyelesaian masalah atau rumusan yang ingin

    dicapai.

    5) Memilih tujuan untuk persoalan yang komplek sehingga diperlukan langkah-

    langkah sistematik agar tujuan utama dapat tercapai. Memilih tujuan

    mengandung maksud menetapkan apa yang paling mungkin dilakukan, dengan

    mempertimbangkan sumberdaya.

    6) Menganalisis kekuatan dan kelemahan.

    7) Melakukan perumusan hasil-hasil dalam sebuah matrik program. Dalam matriks

    telah disusun dengan lebih seksama yakni tujuan, target, jenis aktivitas, waktu,

    tahap kerja, penanggung jawab, sampai pada biaya yang dibutuhkan. Matriks

    sebaiknya juga dilengkapi dengan detail kegiatan yang akan dilakukan.

    8) Menyiapkan organisasi kerja. Rumusan perencananan hanya akan menjadi

    sekedar rencana bila tidak diikuti dengan kejelasan organisasi kerja. Untuk itu,

    semua potensi yang terlibat diharapkan bisa menjadi bagian dari organisasi

    kerja.

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    40/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    28

    Partisipasi warga masyarakat dalam melaksanakan gerakan pembangunan

    harus selalu didorong dan ditumbuhkembangkan secara bertahap, ajeg dan

    berkelanjutan. Prinsip-prinsip penerapan partisipasi (Hikmat, 2001) yang harus

    dilakukan adalah :

    1) Masyarakat dipandang sebagai subyek dan bukan obyek

    2) Praktisi berusaha menempatkan diri sebagai insiderbukan outsider

    3) Praktisi berperan sebagai fasilitator, sedang masyarakat yang harus

    mengidentifikasi masalah, mendiskusikan, menganalisis, menyeleksi prioritas

    masalah, menyajikan hasil dan merencanakan kegiatan aksi.

    4) Pelaksanaan evaluasi termasuk penentuan indikator keberhasilan dilakukan

    secara partisipatif.

    Perencanaan partisipatif dapat dilaksanakan jika praktisi pembangunan tidakberperan sebagai perencana untuk masyarakat tetapi sebagai pendamping dalam proses

    perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat. Masyarakat yang mempunyai peran

    utama sebagai pengelola perencanaan dari mulai tahap identifikasi masalah dan

    kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal, penyusunan

    dan pengusulan rencana hingga evaluasi dari mekanisme perencanaan. Menurut Hikmat

    (2001), untuk menjadi pendamping yang baik, ada beberapa ketrampilan dasar yang

    harus dimiliki dalam rangka untuk menciptakan kemampuan internal masyarakat antara

    lain :

    1) Kemampuan melakukan diskusi kelompok yang terarah

    2) Kemampuan memfasilitasi analisis pola keputusan yang dilakukan masyarakat

    dalam proses perencanaan.

    3) Negosiasi yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

    penawaran program, proyek dan kegiatan yang diusulkan kepada sumber-

    sumber lokal.

    4) Pengambilan keputusan yaitu keahlian meningkatkan kemampuan masyarakat

    dalam mengambil keputusan secara demokratis, transparan dan memperhatikan

    akuntabilitas masyarakat.

    5) Pelibatan berbagai pihak (stakeholders) di tingkat lokal, yaitu keahlian

    meningkatkan kemampuan mengidentifikasi semua untur masyarakat yang

    seharusnya memiliki peran yang optimal dalam pembangunan. Stakeholders ini

  • 8/14/2019 G12 LHP BENY Samas&Kebumen

    41/106

    Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Pantai Berpasir

    Beny Harjadi dkk di BPK Solo

    08122686657, [email protected]

    29

    harus diidentifikasi bersama masyarakat (siapa, apa perannya dan apa

    kontribusinya terhadap pembangunan).

    Dalam fungsi manajemen, monitoring dan evaluasi harus dilakukan dari mulai

    penyusunan rencana sampai ke pelaksanaan kegiatan untuk memberi masukan pada

    setiap tahap kegiatan. Ada beberapa perbedaan antara evaluasi konvensional dan

    partisipatif (Tabel 1).

    Tabel 1. Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Partisipatif

    Aspek Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatif

    Siapa Ahli dari luar Anggota masyarakat, staf proyek,

    fasilitator

    Apa Indikator keberhasilan, efisiensibiaya dan keluaran hasil/produk

    yang telah ditentukan

    Masyarakat mengidentifikasisendiri indikator keberhasilan

    termasuk hasil yang dicapai

    Bagaimana Fokus pada obyektivitas

    ilmiah, ada jarak antara

    evaluator dan partisipan, ada

    pola seragam, prosedur

    kompleks, akses terbatas pada

    hasil

    Evaluasi sendiri, metode sederhana

    yang diadaptasi dengan budaya

    lokal, terbuka, ada diskusi hasil

    dengan melibatkan partisipan

    dalam proses evaluasi

    Kapan Biasanya tergantung jadwal,

    kadangkala juga ada evalua