LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI KE NEGARA ...
Transcript of LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI KE NEGARA ...
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 1
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI
KE NEGARA CHINA DALAM RANGKA MENDAPAT MASUKAN
RUU TENTANG PERDAGANGAN Tanggal, 30 April S.D 05 Mei 2013
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang melimpah menjadi modal dasar bagi
perdagangan Indonesia baik migas maupun non-migas. Dalam
perkembangannya, hasil dari perdagangan baik migas maupun non-migas
mampu memberikan sumbangan yang besar bagi terciptanya pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang stabil dan baik ditengah melemahnya perekonomian
global. Hal ini ditunjukkan bahwa perdagangan ekspor Indonesia masih
meningkat dengan nilai ekspor yang mencapai US$200 miliar pada tahun
2011. Ini sekaligus memperlihatkan bahwa Indonesia mampu
melipatgandakan perolehan ekspor ini sampai 5 (lima) kalinya dalan kurun
waktu 5 (lima) tahun. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa sektor riil
Indonesia masih mampu bergerak dengan baik.
Salah satu upaya untuk meningkatkan volume perdagangan dengan
memperluas pasar, Indonesia telah memutuskan untuk ikut serta dalam forum
perdagangan internasional melalui World Trade Organization (WTO), Asia
Pacific Economic Cooperation (APEC), ASEAN Free Trade Area (AFTA),
ASEAN Frame Work Agreement on Service, dan Asean Tiongkok Free Trade
Area (ACFTA). Secara sadar, forum ini telah membawa Indonesia memasuki
era liberalisasi perdagangan dalam lingkup globalisasi ekonomi dunia yang
menyatukan berbagai macam negara dalam satu wilayah atau kawasan pasar
yang sangat luas dan tak batas (borderless). Hal ini dapat disikapi sebagai
peluang atau tantangan bagi perdagangan Indonesia.
Peluang atau tantangan perdagangan ini harus direspon dengan upaya
peningkatan daya saing komoditas perdagangan. Beberapa upaya harus
dilakukan adalah meningkatkan standar kualitas, meningkatkan nilai tambah
komoditas, meningkatkan keterampilan SDM, meningkatkan aksesibilitas
permodalan dan meminimalisir hambatan perdagangan sebagai akibat dari
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 2
adanya otonomi daerah serta meningkatkan infrastruktur fisik maupun non
fisik (aturan).
Terkait dengan infrastruktur non fisik (aturan) tentang perdagangan,
pemerintah telah memiliki berbagai aturan yang dituangkan dalam Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri dan keputusan menteri. Hanya saja sampai saat
ini, aturan-aturan ini bersifat mengatur secara teknis atas komoditas yang
diperdagangkan, sementara pijakan hukum yang memayungi peraturan-
peraturan yang bersifat teknis ini belum ada. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi tantangan berlakunya perdagangan bebas dan memperkuat
daya saing komoditas perdagangan Indonesia, maka pemerintah bersama-
sama DPR perlu segera membuat kebijakan sebagai payung hukum tentang
perdagangan. Payung hukum ini disusun harus bisa mengatur seluruh aspek-
aspek yang dibutuhkan untuk memperkuat perdagangan nasional sekaligus
menjaga posisi Indonesia dalam perdagangan bebas.
Untuk itu, pada Tahun 2012 ini DPR dan Pemerintah telah menetapkan
Prioritas Tahunan Program Legislasi untuk membahas Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang Perdagangan. RUU ini merupakan usulan dari
Pemerintah. DPR telah mendorong pemerintah untuk segera menyampaikan
Draft RUU ini untuk segera dibahas agar pengaturan perdagangan ini
mempunyai landasan yang kuat sehingga diharapkan perdagangan nasional
mampu dan siap mengantisipasi berlakunya perdagangan global.
Mengingat pengaturan tentang perdagangan ini tidak hanya mengatur
perdagangan dalam negeri tetapi juga luar negeri maka Panitia Kerja Komisi
VI DPR RI memandang perlu untuk melakukan Kunjungan Kerja Luar Negeri
dalam rangka studi perbandingan dan survei ke negara yang telah berhasil
mengembangkan sistem perdagangannya untuk mengetahui bagaimana
pengalaman dalam membuat peraturan dan keberhasilan sistem
perdagangan yang telah dicapai, serta penyesuaian secara langsung dengan
regulasi perdagangan dunia, termasuk pengembangan dari aspek regulasinya
akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi Panitia Kerja Komisi VI
DPR RI dalam merumuskan dan menyempurnakan RUU Perdagangan.
RUU tentang Perdagangan yang diusulkan terdiri dari 16 bab dan 79
pasal, yang secara garis besar materi atau substansi terdiri dari:
1. Perdagangan dalam negeri ;
2. Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah;
3. Standarisasi barang dan jasa;
4. Perdagangan luar negeri;
5. Pengembangan ekspor;
6. Perlindungan dan pengamanan perdagangan;
7. Kerjasama perdagangan internasional;
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 3
8. Perdagangan perbatasan;
9. Perdagangan melalui sistem elektronik; dan
10. Pengawasan.
Penyusunan RUU tentang Perdagangan ini di lakukan dengan landasan pemikiran
sebagai berikut :
1. Landasan konstitusional di bidang perdagangan memiliki urgensi yang tinggi,
dalam arti “mendesak” dan “penting”. Ketentuan-ketentuan di dalam Undang-
Undang tentang Perdagangan haruslah bersifat mendasar dan fundamental
bagi penguatan perdagangan nasional dalam menghadapi persaingan global.
2. Berlakunya otonomi daerah dipandang menciptakan hambatan-hambatan
dalam lalu-lintas perdagangan barang dan jasa antar daerah. Setiap daerah
membuat aturan-aturan sendiri yang berpotensi saling tumpang tindih dengan
aturan yang dibuat oleh pemerintah pusat. Belum adanya acuan baku yang
komprehensif dalam pembuatan aturan perdagangan dipandang sebagai
penyebab belum sinkron dan harmonisnya aturan pemerintah daerah dan
pusat dalam pengaturan perdagangan.
3. Konsekuensi berlakunya era perdagangan bebas berdampak kepada
terjadinya arus perdagangan barang dan jasa secara bebas. Antisipasi
terhadap berlakunya pasar bebas tersebut adalah adanya payung hukum yang
kuat untuk mengatur dan melindungi perdagangan nasional yang sekaligus
mampu menghadapi persaingan perdagangan global. Perubahan tatanan
ekonomi dunia yang sangat cepat, diantaranya membawa implikasi semakin
tajamnya persaingan antar pelaku bisnis, sehingga pelaku perdagangan dalam
negeri perlu membuat dirinya semakin kuat, efisien, produktif, dan bersaing.
Pada situasi tersebut pelaku perdagangan dalam negeri dituntut untuk mampu
mempertahankan pangsa pasar domestik, dan menerobos pasar luar negeri.
4. Aspirasi dan tuntutan para pelaku perdagangan dalam negeri yang
menginginkan adanya aturan yang tidak tumpang tindih yang memberatkan
pengusaha, yang pada akhirnya akan menjadi beban masyarakat. Aturan yang
diharapkan dibuat setidaknya memuat tentang; aturan tentang kelancaran
dalam arus barang dan jasa, perlindungan terhadap kepentingan pengusaha
nasional, aturan yang mendorong tumbuhnya pasar ekspor dan terjaganya
stabilitas pasar domestik, menciptakan kepastian usaha, memperluas
kesempatan berusaha dan lapangan kerja, menciptakan persaingan yang
sehat, memperlancar dan meningkatkan penanaman modal.
Untuk melakukan pembahasan atas Rancangan Undang-Undang
tentang Perdagangan ini maka DPR menugaskan kepada Komisi VI DPR RI
sebagai komisi yang membidangi perdagangan. Menindaklanjuti penugasan ini
dan melakukan pendalaman atas substansi yang kiranya perlu diatur dalam
RUU tentang Perdagangan ini maka Panitia Kerja Komisi VI DPR RI
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 4
membutuhkan dan memerlukan berbagai informasi berkaitan dengan
perdagangan, baik yang bersumber dari dalam negeri untuk mengetahui
permasalahan dan hambatan perdagangan yang dihadapi baik pemerintah
maupun pihak-pihak yang melakukan perdagangan, maupun bersumber dari
luar negeri untuk melakukan pengkajian dan perbandingan aturan
perdagangan di negara lain.
Indonesia belum memilki Undang-Undang tentang Perdagangan,
sehingga dalam menciptakan lalulintas perdagangan antara pemerintah pusat
dan pemerintah daerah masing-masing mengeluarkan peraturan sendiri-sendiri
sehingga sering terjadi tumpang tindih.
Atas dasar hal tersebut, Komisi VI DPR RI berdasarkan surat dari
Pimpinan DPR RI/Wakil Ketua Bidang Korpolkam nomor: TU.04/02287/DPR
RI/III/2012 tanggal 7 Maret 2012 menugaskan Komisi VI DPR RI untuk
membahas RUU tentang Perdagangan. Oleh karena itu, Komisi VI DPR RI
memilih Negara Cina (yang selanjutnya di sebut dengan Republik Rakyat
Tiongkok) dengan pertimbangan, Negara Cina telah berhasil mengembangkan
sistem perdagangan. Atas dasar tersebut Komisi VI DPR RI akan berupaya
untuk melihat secara langsung, untuk menyempurnakan RUU tentang
Perdagangan yang akan dibahas tersebut.
B. Tujuan
Tujuan diadakan kunjungan studi banding ini untuk berdiskusi dengan
Pemerintah dan Parlemen yang terkait dengan tugas dan bidang Komisi VI
DPR RI (bidang perdagangan, perindustrian, BUMN, koperasi dan investasi).
Kunjungan kerja ke Cina akan menambah wawasan Anggota Komisi VI DPR
RI, bagaimana suatu negara mengimplementasikan konsep pembangunan
perekonomian terutama dalam hal kerjasama internasional dibidang
perdagangan, perindustrian dan investasi, maupun peraturan perdagangan
dunia. Hal ini dimaksudkan untuk kemajuan dibidang teknologi, terutama
teknologi telekomunikasi, transportasi dan distribusi untuk peningkatan akses
pasar bagi kalangan bisnis domestik.
C. Kegunaan
Adapun kegunaan dilakukannya kunjungan kerja Luar Negeri adalah sebagai
bahan masukan dan informasi bagi Panitia Kerja Komisi VI DPR-RI dalam
rangka pembahasan dan pembentukan RUU tentang Perdagangan.
II. DELEGASI TIM KUNJUNGAN KERJA
Berikut adalah nama-nama delegasi Tim Kunjungan Kerja Komisi VI ke Republik
Rakyat Tiongkok
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 5
NO. NO.
ANGG. N A M A KETERANGAN
1. A-319 IRMADI LUBIS F.PDIP
2. A-503 IR. IDRIS SUGENG, M.SC F.PD
3. A-429 IMRAN MUCHTAR F.PD
4. A-178 DR.H. CHAIRUMAN HARAHAP,
SH. MH F.PG
5. A-116 PRIMUS YUSTISIO F.PAN
6. A-104 NASRI BAHAR F.PAN
7. A-4 H.A. FERDINAND SAMPURNA
JAYA F. HANURA
III. KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA
A. Waktu Kegiatan
Kunjungan kerja dilakukan selama 6 (enam) hari pada tanggal 30 April sampai
dengan tanggal 5 Mei 2013.
B. Kegiatan
Pada tanggal 1-5 Mei 2013 telah berlangsung kunjungan studi banding anggota
komisi VI ke Beijing yang dipimpin oleh Irmadi Lubis (F.PDIP) dan
beranggotakan Ir. Idris sugeng, MSc (F.PD), Imran Muchtar (F.PD), DR.H.
Chairuman Harahap, SH., MH (F.PG), Primus Yustisio (F.PAN), Nasri Bahar
(F.PAN) dan H.A Ferdinand Sampurna Jaya,(P. Hanura).
Selama kegiatan, delegasi anggota Komisi VI DPR RI ini didampingi
oleh 3 orang tenaga ahli dari Kementerian Perdagangan, Atase Perdagangan
dan Pelaksana Fungsi Ekonomi KBRI Beijing.
Selama berada di Beijing, delegasi Komisi VI DPR RI melakukan acara
temu masyarakat, pertemuan dengan anggota parlemen Republik Rakyat
Tiongkok (Nasional People’s Congress/NPC), Sekretaris Jenderal (Sekjen)
China-ASEAN Business Council (CABC), Wakil Ketua Tiongkok Council for
Promotion of International Trade (CCPIT), kunjungan ke pasar distribusi produk
pertanian Xinfadi, dan pertemuan dengan staf KBRI Beijing dan masyarakat
Indonesia.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 6
Kegiatan delegasi pada Rabu, 1 Mei 2013
a. Meninjau “integrated market” Hong Qiao
Pada pukul 10.30-12.00, Delegasi Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
melakukan peninjauan ke pasar Hong Qiao, Beijing.
b. Pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Beijing
Pada pukul 18.00-21.00, Delegasi Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
melakukan pertemuan di Wisma Duta besar RI di Beijing. Dan diterima oleh
Bapak Imron Cotan selaku Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia. Pada
pertemuan tersebut dibahas mengenai berita-berita terbaru mengenai Neraca
perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok.
Kegiatan Delegasi pada Kamis, 2 Mei 2013
a. Pertemuan dengan anggota NPC
Pada pukul 10-11.30, Delegasi Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
melakukan pertemuan dan diskusi ke gedung kantor NPC mengenai mengenai
kunci keberhasilan pembangunan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT)
dan kebijakan apa saja yang dilakukan pemerintah Tiongkok dalam mendukung
kegiatan ekonomi khususnya dibidang perdagangan. Pada pertemuan ini para
Delegasi di terima oleh:
1. Mr.Wang Li dan Mr. Fu Shuangjian, anggota Parlemen NPC dari Komite
Keuangan dan Perpajakan;
2. Mr. Li Fei, anggota Parlemen NPC dari Komite Bidang Hukum beserta para
stafnya
b. Pertemuan dengan Sekjen Tiongkok- ASEAN Business Council (CABC)
Pukul 14.00-16.00, para Delegasi melakukan pertemuan dan diksusi dengan
Sekretaris Jenderal Tiongkok-ASEAN Business Council Mr. Xu Ningning di
kantor Tiongkok-ASEAN Business Council untuk membahas perkembangan
kerjasama perdagangan antara Indonesia-Cina.
Kegiatan Delegasi pada Jumat, 3 Mei 2013
a. Xinfadi Shuangqiaoshan Agricultural Product Wholesale Markets
Pada pukul 09.00-11.00, para Delegasi melakukan peninjauan ke pusat distribusi
produk pertanian Xinfadi di Beijing.
Di Xinfadi, Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI di terima oleh
Wakil Direktur Mr. Fu, General Manager Deping Wang. Dalam peninjauan
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 7
tersebut bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran Xinfadi sebagai pusat
distribusi terbesar komoditas agrikultural di RRT.
b. Pertemuan dengan Cina Council for Promotion of International Trade
(CCPIT)
Pada pukul 14.00-16.00, para Delegasi melakukan pertemuan dengan Wakil
Kepala CCPIT yaitu Mr. Yu Ping. Dalam pertemuan tersebut dibahas mengenai
promosi dibidang perdagangan yang telah dilakukan oleh RI-Cina dan
memberikan masukan terhadap RUU tentang perdagangan yaitu mengenai
penyederhanaan masalah perijinan usaha dan investasi.
Kegiatan Delegasi pada Sabtu, 4 Mei 2013
a. Zhungguancun
Pada pukul 9.30-11.30, para Delegasi melakukan peninjauan ke Zhungguancun
yang merupakan daerah pusat elektronika terbesar di Beijing, Cina.
IV. HASIL KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA
A. Profil Negara Cina
Nama Negara : People’s Republic of Tiongkok/
Zhonghua Ren min GFonghe
Guo/Republik Rakyat Tiongkok
Ibu kota Negara : Beijing
Jumlah Penduduk : 1,3 miliar jiwa (perkiraan 2012)
Luas wilayah : 9.564.500 km2.
18' LU–54'BT dan 73'BT–135'BT.
Pembagian Administratif : 23 provinsi, 5 daerah otonomi yang
berpenduduk etnis minoritas (Xinjiang, Tibet
atau Xizang, Mongolia Dalam, Guangxi
Zhuang dan Ningxia), 4 kotamadya
setingkat provinsi yaitu Beijing, Shanghai,
Tianjin dan Chongqing, serta 2 Daerah
Administrasi Khusus yakni Hong Kong dan
Macao
Bahasa resmi : Chinese atau Mandarin
Agama : Khonghucu
Hari Nasional : Proklamasi 1 Oktober 1949
Lagu Kebangsaan : The March of the People
Kepala Negara : Presiden (Xi Jinping)
Bentuk Pemerintahan : Republik Sosialis
Kepala Pemerintahan : Perdana Menteri (Li Keqiang)
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 8
Peta:
Bendera :
Mata uang : Renmimbi/Yuan (RMB/CYN)
GDP : US$8,24 triliun, dengan pertumbuhan 7,8%
(2012)
Iklim : Tropis dengan suhu 24–35° Celsius
Perekonomian
a. Sumber Daya Alam
b. Ekspor
c. Komoditas Ekspor
d. Impor
e.Volume Perdagang.
f. Surplus Perdagang.
g. Komoditas Impor
:
:
:
:
:
;
:
Batubara, minyak bumi, gas alam, tungsten,
fosfat, biji besi, tembaga, alumunium, emas,
perak, uranium, mangan, timah, seng,
graphit, fosfor, belerang, potasium, kalum.
US$ 1,82 triliun (2012)
Elektronik, mesin-mesin industri, pakaian,
mainan anak-anak, barang-barang alat
rumah tangga, mobil, keramik, peralatan
militer
US$ 1,82 triliun (2012)
US$ 3,87 triliun (2012)
US$ 233 miliar (2012)
Minyak Bumi, LNG, Minnyak Nabati,
batubara, nikel, iron ore, produk pertanian.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 9
B. Perkembangan perekonomian dan perdagangan RR Cina
1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok dengan Dunia pada periode Januari-
September 2012 sebesar US$ 2.842,39 miliar atau meningkat 6,24%
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, sebesar US$
2.675,45 miliar. Total perdagangan tersebut terdiri dari nilai ekspor RR
Tiongkok ke Dunia sebesar US$ 1.495,93 miliar, meningkat 7,42% bila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, yang tercatat
sebesar US$ 1.392,61 miliar. Sementara itu, nilai impor RR Tiongkok dari
Dunia pada periode Januari-September 2012 sebesar US$ 1.346,46 miliar
meningkat 4,96% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2011, yang tercatat sebesar US$ 1.282,84 miliar.
2. Neraca perdagangan RR Tiongkok dengan Dunia periode Januari-
September 2012 tercatat surplus sebesar US$ 149,47 miliar, atau
meningkat 36,16% apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2011, yang tercatat surplus sebesar US$ 109,77 miliar.
3. Negara tujuan ekspor RR Tiongkok terbesar pada periode ini adalah
Amerika Serikat sebesar US$ 258,25 miliar, meningkat 9,65% dibanding
periode yang sama tahun 2011, sebesar US$ 235,53 miliar; kemudian,
Hongkong sebesar US$ 223,84 miliar, meningkat 15,11% ; dan, ke Jepang
sebesar US$ 112,43 miliar, meningkat 5,00%. Sementara itu, negara asal
impor RR Tiongkok terbesar pada periode ini, adalah Jepang dengan nilai
US$ 136,18 miliar, turun 6,41% dibanding periode yang sama tahun 2011;
Korea Selatan sebesar US$ 120,38 miliar, meningkat 1,17%, dan Taiwan
dengan nilai impor US$ 95,46 miliar, naik sebesar 1,42% .
4. Beberapa komoditi impor Non Migas RR Tiongkok terbesar dari Dunia pada
periode Januari-September 2012, yang meningkat bila dibanding periode
yang sama tahun 2011, antara lain :
Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar
US$ 137,73 miliar, meningkat 9,36%;
Country Specific Special Provisions (HS 9800) sebesar US$ 48,89
miliar, meningkat 45,65% ;
Liquid Crystal Devices Nesoi; Lasers, Other Than L (HS 9013) sebesar
US$ 40,00 miliar, meningkat 1,16% ;
Motor Cars and other Motor Vehicles Designed To Tr (HS 8703)
sebesar US$ 36,41 miliar, meningkat 27,56%;
Electrical Appartus For Line Telephony Or Line (HS 8517) sebesar US$
26,03 miliar, meningkat 23,36% ;
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 10
Automatic Data Processing Machines and Units Thereof (HS 8471)
sebesar US$ 25,65 miliar, meningkat 16,62%;
Soybeans, Whether Or Not Broken (HS 1201) sebesar US$ 25,49
miliar, meningkat 17,63%.
5. Beberapa komoditi ekspor Non Migas RR Tiongkok terbesar ke Dunia,
pada periode Januari-September 2012, yang meningkat bila dibanding
periode yang sama tahun 2011, antara lain :
Automatic Data Processing Machines and Units Thereof (HS 8471)
sebesar US$ 114,20 miliar, meningkat 4,84% dibanding periode yang
sama tahun 2011;
Electrical Apparatus For Line Telephony or Line Te (HS 8517) sebesar
US$ 104,50 miliar, meningkat 11,69% dibanding periode yang sama
tahun 2011;
Electronic Integrated Circuits and Microassemblies (HS 8542) sebesar
US$ 34,75 miliar, meningkat 46,25% dibanding periode yang sama
tahun 2011;
Liquid Crystal Devices Nesoi; Lasers, Other Than (HS 9013) sebesar
US$ 28,34 miliar, meningkat 21,33% dibanding periode yang sama
tahun 2011;
Furniture, Nesoi (Oth Than Seats, Medical) (HS 9403) sebesar US$
19,29 miliar, meningkat 28,97% dibanding periode yang sama tahun
2011.
C. Perkembangan Perdagangan Bilateral RR Tiongkok dengan Indonesia
1. Total nilai perdagangan RR Tiongkok dengan Indonesia pada periode
Januari-September 2012 sebesar US$ 47.755,64 juta, meningkat 9,94%
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, sebesar US$
43.437,80 juta. Total perdagangan tersebut terdiri dari nilai ekspor RR
Tiongkok ke Indonesia sebesar 24.800,89 juta, meningkat sebesar 15,76%
bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011, yang tercatat
sebesar US$ 21.423,61 juta. Sementara itu, nilai impor RR Tiongkok dari
Indonesia pada periode Januari-September 2012 sebesar US$ 22.954,74
juta, meningkat 4,27% apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun 2011, yang tercatat sebesar US$ 22.014,19 juta. Pada periode
Januari-September 2012, neraca perdagangan Indonesia dengan RR
Tiongkok tercatat defisit bagi Indonesia sebesar US$ 1.846,15 juta.
Sementara itu, pada periode Januari-September 2011, Indonesia masih
berhasil surplus sebesar US$ 590,58 juta, dalam neraca perdagangannya
dengan RR Tiongkok.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 11
2. Beberapa komoditi ekspor Indonesia ke RR Tiongkok periode Januari-
September 2012 antara lain, adalah:
Lignite, not Agglomerated, mencapai US$ 2.334,67 juta, naik 44,50% ;
Other Bituminous Coal, Not Agglomerated, mencapai US$ 2.060,63
juta, meningkat 62,93%;
Other Coal, not Agglomerated,nes, mencapai US$ 2.060,63 juta, naik
62,93%;
Nickel Ores & Concentrates, mencapai US$ 1.994,88 juta, naik 5,15%.
D. Informasi Lainnya
1. Metode Penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) RR Tiongkok
Akan Diperbaharui
Badan Statistik Nasional RR Tiongkok akan melakukan pembaruan sistem
penghitungan PDB dan pertumbuhan ekonomi mengikuti standar yang
lebih baru dari PBB. Saat ini, cara penghitungan total PDB berdasar atas
sistem 1993 dari sistem PBB; sistem tersebut telah diperbaharui PBB pada
2008, dan akan diadopsi secara penuh oleh Badan Statistik RR Tiongkok.
Adapun data kuartal ketiga yang telah diumumkan bulan lalu, telah
menggunakan cara baru sebagian yang memberikan detail-detail baru
serta diumumkannya metode akutansinya. Pemerintah RR Tiongkok, juga
akan memperbaharui data pertumbuhan ekonomi kuartalnya di masa-masa
mendatang.
2. Sensus Ekonomi RR Tiongkok Akan Dimulai Pada 2013
Pemerintah merencanakan sensus ekonomi yang ketiga pada 2013
mendatang. Survey akan memasukkan semua perusahaan yang ada pada
sektor sekunder dan tersier. Data kepemilikan perusahaan, status
keuangan, kapasitas produksi serta aktivitas riset dan pengembangan
menjadi fokus utama selama sensus tersebut. Biayanya ditanggung
pemerintah pusat dan daerah; pemerintah pusat mengingatkan pemerintah
daerah agar tidak memalsukan atau mengubah data seperti yang sering
dilakukan pemerintah daerah.
3. Tingkat Gaji RR Tiongkok Meningkat di Sebagian Besar Provinsi
Tingkat gaji minimum ditargetkan pemerintah pada awal tahun sebesar
minimum 15%, telah dilewati di sebagian besar provinsi RR Tiongkok
bahkan pada akhir September lalu, 18 dari 31 provinsi dilaporkan telah
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 12
meningkatkan gaji minimum rata-rata sebesar 19,4% antar tahun, selama
sembilan bulan pertama tahun 2012.
Secara nasional, Shenzhen memiliki standar gaji minimum terbesar
senilai US$ 240 per bulan. Hingga akhir September lalu, sekitar 20 provinsi
telah menyelesaikan panduan kenaikan gaji minimum dengan target
terendah 14% akhir tahun 2012. Kementerian Ketenagakerjaan RR
Tiongkok, sedang merencanakan sistem pengawasan kenaikan gaji di
perusahaan-perusahaan serta menggunakan survei pada perusahaan-
perusahaan.
4. Penduduk kelas menengah dan atas RR Tiongkok dalam jumlah
sangat besar tahun 2020
Badan pemerintah memprediksi struktur kelas ekonomi masyarakat kelas
menengah RR Tiongkok pada 2020 mendatang, akan meningkat hingga
600 juta orang didukung urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi di tingkat
7%. Tingkat urbanisasi yang besar mendukung konsumsi lokal dan struktur
ekonomi perkotaan lebih baik, mengingat lebih tereksposnya penduduk
terhadap kemajuan aktivitas ekonomi. Pada 2011 yang lalu, jumlah
penduduk perkotaan melebihi jumlah penduduk pedesaan, dengan proporsi
51,3% dari total. Pada tahun-tahun mendatang, diperkirakan 200 juta
pekerja migran lainnya, tinggal di daerah perkotaan.
Institut Reformasi dan Pengembangan RR Tiongkok mengumumkan,
kebutuhan investasi hingga US$ 6,3 triliun, selama sepuluh tahun ke
depan. Jumlah ini, untuk mengimbangi total konsumsi masyarakat yang
berlipat ganda pada 2016 mendatang, menjadi US$ 4,77 triliun dari tingkat
US$ 2,54 triliun pada 2011 lalu. Di saat yang sama, jumlah penduduk kaya
RR Tiongkok diperkirakan akan terus meningkat hingga 2020 mendatang.
Perkiraan terakhir, sekitar 20% penduduk RR Tiongkok memiliki status
“kaya” dan secara total memiliki kemampuan belanja hingga US$ 3,1 triliun
per tahunnya, atau 5% dari total konsumsi global. Definisi “kaya” di sini
adalah masyarakat yang berpenghasilan US$ 20 ribu hingga US$ 1 juta.
Sifat konsumen yang semakin konsumerisme dalam pembelian
barang-barang baru dan mewah untuk meningkatkan derajat social, juga
perlu diperhatikan,
Analisa dari Bolton Consulting Group menambahkan, bahwa 75%
orang kaya tersebut, datang dari kota-kota kecil RR Tiongkok. Dengan 40%
pengeluaran untuk barang-barang mewah, yang berasal dari pembelian
online/internet. Tren-tren sosial RR Tiongkok merupakan arahan
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 13
pengembangan pemasaran yang harus diperhatikan untuk dapat sukses
bermain di pasar RR Tiongkok.
5. Lanjutan dukungan pemerintah untuk Industri Panel Surya
Pemerintah RR Tiongkok berencana kembali menambah dukungan
terhadap industri panel surya, dengan proyek-proyek kelistrikan nasional
melalui Badan Listrik Negara State Grid. Rencana tersebut, tengah dikaji
pemerintah pusat. Salah satu poin yang sedang dinegosiasikan, yakni
diperbolehkannya pembangunan pembangkit listrik dengan kapasitas
kurang dari 10.000 kW yang terhubung ke jaringan listrik. Perusahaan
listrik Negara, menanggung biaya penyambungan serta memudahkan
proses persetujuan. Suatu langkah yang memotong banyak biaya dan
waktu. Subsidi dengan besaran US$ 0,05 per kWh dari hasil listrik tenaga
surya juga tengah dipertimbangkan. Hal ini berguna untuk membantu
kinerja industri panel surya, yang turun drastis karena tarif anti dumping
Amerika Serikat.
Pemerintah juga memberlakukan kebijaksanaan subsidi untuk
pemasangan panel surya di hunian penduduk, dengan subsidi hingga US$
0,88 hingga US$ 1,3 per watt; sedangkan panel surya di daerah terpencil,
mendapat subsidi hingga US$ 3,97 per watt. Jumlah total proyek
pemasangan yang mendapat subsidi ini, ditetapkan sekitar 1 giga Watt.
6. Pemerintah RR Tiongkok menambah Subsidi Kesehatan
Pemerintah menargetkan pemotongan hingga 30%, biaya kesehatan yang
dikeluarkan pasien pada 2015 mendatang. Target tersebut ditentukan pada
Forum Kesehatan Amerika – RR Tiongkok awal bulan ini. Pencapaian
target tersebut, sebagian berasal dari pengeluaran pemerintah. Pada tahun
2003, 17% pengeluaran kesehatan pasien ditanggung pemerintah, dan
pada 2010 lalu jumlahnya menjadi 29%. Pada saat ini, biaya kesehatan
yang ditanggung pasien disebutkan sebesar 35,5% saja, dan target 30%
tersebut disebutkan sebagai target yang ambisius.
Pemerintah RR Tiongkok tengah mengusahakan peningkatan
kesehatan masyarakat di tengah kurang meratanya tingkat kesejahteraan
serta bertumbuhnya tingkat penyakit kronis. Dua hal tersebut, dapat
merubah RR Tiongkok menjadi ekonomi negara maju.
7. Pemberian pinjaman kepada bidang agrikultura RR Tiongkok
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 14
Pemerintah melalui beberapa kebijakan baru, tengah mengurangi
pengembangan usaha pertanian karena keterbatasan keuangan. Salah
satunya, melalui regulasi baru pinjaman kepada petani yang diberlakukan
awal tahun depan. Kebijakan tersebut, mempermudah pemberian pinjaman
kepada petani serta membantu kebijakan penjaminan khusus.
Pertumbuhan pemberian pinjaman kepada pihak petani tergolong
lambat di RR Tiongkok. Sejak akhir 2007 hingga akhir Juni 2012, jumlah
total pinjaman hanya bertumbuh sebesar 160%. Secara detail hanya
sekitar 21,4% dari total pinjaman yang diterima oleh petani langsung.
Selain kebijakan tersebut, beberapa daerah RR Tiongkok mulai
mengusahakan kebijakan regionalnya. Salah satunya, adalah Wenzhou
yang mengizinkan penggunaan unggas dan ternak sebagai jaminan
pinjaman. Tindakan ini diperlukan mengingat petani RR Tiongkok tidak
memiliki tanah; karena tanah merupakan milik pemerintah RR Tiongkok.
Jumlah pinjaman bank yang diterima ditentukan 80%, dari nilai pasar
asset tersebut. Sebelumnya, pinjaman petani diperoleh dari koperasi-
koperasi desa dan uang dari kerabat. Langkah serupa juga telah
diberlakukan di Zaozhuang, provinsi Shandong pada 2010.
8. Standar lingkungan pada Industri Berat akan diperketat
Pemerintah terus mengusahakan peningkatan keamanan lingkungan
terutama dari industri berat seperti pembangkit listrik dan produsen besi –
baja. Usaha tersebut, merupakan langkah pemerintah untuk mencapai
target pemotongan intensitas emisi hingga 40% pada 2015 mendatang,
dari tingkat 2005 lalu. Beberapa tindakan yang dilakukan, merupakan
peningkatan kemampuan pengolahan polusi udara dan teknologi beberapa
pembangkit listrik. NDRC, unit tertinggi pengambil keputusan ekonomi RR
Tiongkok, memutuskan proyek untuk itu dengan total sebesar US$ 1,66
miliar.
Dari jumlah total tersebut, ada 4 unit pembangkit berkapasitas masing-
masing 300 MW, satu unit pembangkit 600 MW di Nanjing, Jiangsu, serta
dua pembangkit super critical 350 MW di Xinjiang. Pemerintah
menginginkan adanya investasi pembangkit di daerah-daerah dekat
produsen batu bara utama serta pembangunan proyek-proyek baru
teknologi pembangkit batu bara, disebabkan permintaan batu bara RR
Tiongkok yang tetap meningkat hingga beberapa tahun ke depan.
Pemerintah juga mengisyaratkan tingkat konsumsi listrik RR Tiongkok akan
meningkat berlipat ganda pada 2020 mendatang.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 15
9. RR Tiongkok Membangun Proyek-Proyek Desalinasi Teknologi
Membran
Teknologi membran dalam desalinasi air laut akan dikembangkan dan
diaplikasikan dalam jumlah besar pada tahun-tahun mendatang.
Pada saat ini, kalangan edukator RR Tiongkok berasumsi bahwa
kekurangan air di RR Tiongkok akan mencapai 400 miliar ton pada 2050
mendatang. Hal ini, akan merugikan bidang industri hingga US$ 32 miliar,
dan pada bidang agrikultura US$ 24 miliar. Teknologi membran tersebut
dilaporkan telah dipakai pada 80% proyek desalinasi air RR Tiongkok, dan
dapat mengurangi biaya memperoleh air tawar bagi daerah-daerah pinggir
pantai.
Tiongkok National Bluestar (Group) Co., Ltd. memiliki fasilitas-fasilitas
desalinasi air laut, di pesisir timur RR Tiongkok. Teknologi mirip reverse-
osmosis tersebut, telah diaplikasikan pada sebuah pulau dengan produksi
20.000 ton air tawar per hari. Kota lain seperti Tianjin telah memompa
6.000 ton air desalinasi per harinya. Penggunaan teknologi tersebut,
memerlukan biaya produksi 4 – 5 RMB per ton, yaitu biaya yang dapat
diterima dan layak guna di RR Tiongkok. NDRC memperkirakan RR
Tiongkok memiliki kemampuan desalinasi air total hingga 2,2 – 2,6 juta ton
per hari pada 2015 mendatang, yaitu empat kali lipat angka saat ini.
Sedangkan, secara nilai akan mencapai US$ 1,59 miliar. Potensi bahaya
utama adalah, pemrosesan polusi desalinasi air berkadar garam tinggi.
E. Pokok-Pokok Hasil Pertemuan Adalah Sebagai Berikut:
a. Pertemuan dengan masyarakat Indonesia di Beijing
Pertemuan berlangsung pada tanggal 1 Mei 2013 bertempat di wisma Duta
KBRI Beijing. Pertemuan dihadiri oleh Duta Besar RI untuk RRT dan Mongolia
Bapak Imron Cotan beserta staf KBRI Beijing dan perwakilan anggota
masyarakat dan pelajar/mahasiswa Indonesia di Beijing dan sekitarnya. Tujuan
pertemuan adalah untuk melakukan konsultasi publik dan mendapatkan
masukan dari masyarakat Indonesia mengenai substansi penyusunan RUU
Perdagangan Indonesia.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 16
Gambar 1. Pertemuan Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI dengan Duta Besar
RI untuk Tiongkok, staf KBRI, masyarakat, dan mahasiswa
Indonesia
Duta besar RI menyampaikan mengenai keberhasilan pembangunan di
Tiongkok yang mendorong banyak pihak untuk bekerjasama dan belajar dari
keberhasilan tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Salah satu hal yang telah
dipelajari Indonesia adalah cara Tiongkok membangun infrastruktur yang
terencana dan berskala besar seperti kemudian tercermin dalam masterplan
percepatan pembangunana ekonomi Indonesia (MP3EI). Upaya ini sangat tepat
mengingat RRT adalah negara yang memiliki puluhan mega-airport dan mega–
harbor sehingga mendukung perpindahan orang, barang dan jasa secara
massal dan cost effective.
Dalam kaitannya dengan hubungan ekonomi, perdagangan dan
investasi RI-RRT, RRT saat ini menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia
dengan nilai perdagangan tahun 2012 mencapai US$ 66,6 Milyar atau nail 9,4%
dibandingkan tahun 2011. Kenaikan ini sejalan pula dengan kecenderungan
peningkatan investasi RRT di Indonesia yang mencapai US$ 2,02 Milyar pada
tahun 2023, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 1,2 Milyar,
serta peningkatan jumlah wisatawan RRT dari 775 ribu di tahun 2011 mencapai
850 ribu di tahun 2012.
Meski demikian Duta Besar RI mencatat adanya masalah trust deficit
antara pelaku bisnis Indonesia dan Tiongkok. Karenanya Duta Besar RI
membuka diskusi dengan mengusulkan dibentuknya sebuah lembaga penjamin
transaksi dagang kedua negara untuk mengantisipasi masalah dan sengketa
perdagangan. Lembaga ini dapat memiliki fungsi pengawasan dan penjaminan
atas kualitas dan kuantitas barang, fungsi financing atau pendanaan bagi para
pelaku bisnis atau UKM yang memerlukan, serta asuransi, sehingga pelaku
bisnis Indonesia bisa menembus pasar RRT scara lebih luas dan terencana.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 17
Dalam sesi diskusi, muncul masukan-masukan mengenai pentingnya
dukungan pemerintah dalam bidang perdagangan produk pertanian baik untuk
konsumsi domestik maupun untuk ekspor. Atase Perdagangan KBRI Beijing,
Marolop Nainggolan, memberikan gambaran singkat mengenai sikap protektif
dan besarnya subsidi serta dukungan kebijakan yang diberikan Pemerintah RRT
kepada pelaku dunia usaha Tiongkok. Ketimpangan perdagangan anatara RI
dan RRT salah satunya terjadi akibat peran Pemerintah RRT yang sangat besar
dalam memberikan dukungan dan subsidi bagi infant Industri, dan pemberian
disincentive bagi industri yang tidak kompetitif agar mereka pindah kebidang
usaha lain.
b. Pertemuan dengan anggota (National People’s Congress) NPC
Pertemuan dengan anggota NPC dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2013
bertempat di kantor pusat NPC dan diterima dengan baik oleh 2 (dua) orang
anggota NPC dari Komite Keuangan dan Perpajakan yaitu Mr. Wang Li dan Mr.
Fu Shuangjian dan seorang anggota NPC dari Komite Hukum yaitu Li Fei.
Gambar 2. Pertemuan Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI dengan anggota
NPC
NPC merupakan institusi tertinggi di RRT yang beranggotakan 2.987
orang yang dipilih dan diangkat mewakili daerah, kelompok-kelompok
masyarakat dan militer, tanpa melalui pemilihan umun, dan memiliki
kewenangan untuk membuat undang-undang. Masa tugas anggota NPC adalah
5 tahun dan setiap tahunnya melakukan pertemuan pleno di Beijing. Untuk dapat
menjalankan tugasnya, NPC dibagi kedalam 9 Komite, dimana setiap komitenya
didukung oleh tenaga administratif yang dipimpin seorang pejabat setingkat
direktur jenderal dan tenaga ahli yang memadai.
NPC memiliki fungsi dan kekuasaan kolektif, termasuk memilih
Presiden RRT dan meneyetujui penunjukkan Perdana Menteri. Berdasarkan
Organic Law of the NPC (1982) dan NPC Procedural Rules (1989), proses
penyususan rancangan undang-undang diawali dengan penyiapan naskah UU
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 18
oleh sebuah kelompok kecil. Selanjutnya rancangan tersebut dibahas oleh
kelompok-kelompok yang lebih besar degab menekankan pada prinsip
consensus pada setiap tahapannya. Jika semua tahapan dianggap selesai,
seluruh anggota NPC akan memberikanpersetujuan pada sidang pleno dimana
elemen-elemen utam dalam RUU telah dibahas dan disepakati pada pertemuan
sebelumnya. Standing Committee (NPC) yang beranggotakan 194 orang atau
seluruh anggota NPC pada pertemuan tahunan.
Pada sesi tanya jawab, beberapa hal yang mengemukakan antara lain
adalah mengenai kunci keberhasilan pembangunan ekonomi RRT setelah
proses refomasi dan keterbukaan, keragaman undang-undang perdagangan di
RRT, amandemen yang pernah dilakukan dibidang perdagangan, dan
perbedaan perlakuan bagi pengusaha dibidang perpajakan.
Mengenai kunci keberhasilan pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi RRT pasca reformasi dan keterbukaan, kuncinya terletak pada
keputusan dan komitmen kuat Pemerintah RRT dan Partai Komunis Tiongkok
untuk melaksanakan pembangunan nasional yang didasarkan pada sosialisme
dengan karakteristik Tiongkok. DIbidang ekonomi misalnya, salah satu langkah
yang dilakukan adalah memberikan perhatian besar pada perubahan struktur
ekonomi dan mendorong peningkatan kemampuan usaha kecil dan menegah
(UKM) seperti merubah pajak usaha menjadi pajak pertambahan nilai,
memberikan preferential tax bagi UKM dan potongan pajak tambahan bagi UKM
yang memenuhi syarat.
Mengenai keragaman undang-undang perdagangan di RRT,
dikemukakan antara lain bahwa sejak reformasi dan keterbukaan di RRT,
pertumbuhan ekonomi RRT sangat tergantung pada investasi dan perdagangan.
Karena itu, Pemerintah RRT membuat berbagai undang-undang yang dapat
mendorong investasi dan perdagangan internasional seperti undang-undang
perdagangan internasional, bea dan cukai, anti monopoli, keimigrasian,
karantina pertanian, pemeriksaan produk dan kawasan ekonomi khusus.
Mengenai amandemen undang-undang, Pemerintah RRT sangat
jarang melakukan amandemen. Hal tersebut bisa terjadi karena dalam proses
pembuatannya telah dibahas dengan seksama dalam berbagai tahapan dan
melibatkan semua elemen terkait. Dengan demikian, ketika sudah diundangkan
tinggal melaksanakannya secara konsekuen. Namun demikian dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan perkembangan global, Pemerintah
RRT pernah melakukan amandemen terhadap berbagai macam undang-undang
yang dirasakan sudah tidak sesuai lagi. Sebagai contoh, ketika RRT masuk
WTO, RRT melakukan amandemen terhadap 10 undang-undang dan
menghapuskan 70 undang-undang yang tidak sejalan dengan kepentingan
nasional RRT sebagai anggota WTO.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 19
c. Pertemuan dengan Sekjen Tiongkok- ASEAN Business Council (CABC)
Pertemuan antara anggota Komisi VI DPR RI dengan Sekjen CABC Xu Ningning
berlangsung pada tanggal 2 Mei 2013 di kantor pusat CABC. CABC merupakan
salah satu organisasi yang dibentuk pada tahun 2001 dalam kerangka
kerjasama ASEAN-RRT. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk
mempromosikan China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) dan program
kerjasama ekonomi ASEAN-China Keberadaan CABC ini didukung CCPIT dan
ASEAN Chamber of Commerce and Industry (ACCI), para pengusaha Tiongkok
dan ASEAN serta para pakar dari ASEAN.
Gambar 3. Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI berdiskusi dengan Mr. Xu
Ningning Sekjen CABC.
Sekjen CABC menyambut baik upaya DPR-RI untuk menyusun RUU
Perdagangan. Keberadaan UU Perdagangan ini diharapkan dapat meningkatkan
hubungan perdagangan dan ivestasi ASEAN-RRT yang terus meningkat dari
waktu ke waktu. ASEAN kini telah menjadi mitra dagang terbesar ketiga
Tiongkok dan sebaliknya Tiongkok menjadi mitra terbesar ASEAN. Dalam kaitan
ini, CABC sangat berharap bahwa dengan keberadaan UU perdagangan di
Indonesia nantinya, akan terjadi peningkatan kerjasama, termasuk kerjasama
antar asosiasi yang saat ini dirasakan masih belum maksimal.
d. Pertemuan dengan China Council for Promotion of International Trade
(CCPIT)
Pertemuan antara anggota Komisi VI DPR RI dengan Wakil Kepala CCPIT, Mr.
YU Ping, berlangsung pada tanggal 3 Mei 2013 dikantor pusat CCPIT. CCPIT
adalah organisasi yang dibentuk oleh Pemerintah RRT pada tahun 1952 untuk
mempromosikan perdagangan luar negeri, memanfaatkan investasi asing,
mengenalkan teknologi baru dan melaksanakan kegiatan kerjasama ekonomi
luar negeri, dan hubungan perdagangan antara RRT dan negara mitranya.
Ketua dan Wakil ketua CCPIT adalah pejabat yang diangkat oleh Pemerintah
RRT dengan kedudukan setingkat menteri.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 20
Gambar 4: Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI berdiskusi hangat dengan Mr.
Yu Ping Ketua CCPIT
Mr. Yu Ping menyambut baik kunjungan anggota Komisi VI DPR RI
dalam rangka mendapatkan masukan terkait rencana penyususnan RUU
Perdagangan. Untuk itu CCPIT menyampaikan beberapa masukan anatara lain
mengenai perlunya penyerderhanaan proses perijinan bagi pengusaha dan
investor asing yang berusaha dan berinvestasi di Indonesia. Selain itu perlu
kiranya dimasukkan mengenai perlunya peningkatan pelayanan kerjasama dan
kemudahan untuk mendapatkan mitra kerjasama, termasuk prosedur
penyelesaian sengketa.
e. Kunjungan ke Pasar Hongqiao
Pasar Hongqiao, Beijing atau dikenal juga dengan sebutan Beijing Hongqiao
Pearl Market
Terletak di Tiantan Donglu, Chongwen District, Pasar Hongqiao
terletaktidak jauh dari Tiantan Park. Ini adalah pasar yang terkenal di dunia
dengan mutiaranya. Lebih dari 1.000.000 pengunjung datang ke Pasar
Hongqiao untuk membeli mutiara tahunan. Selain mutiara, pasar tersebut juga
menawarkan seafood, produk digital dan sutra.
Dengan luas total 32.000 meter persegi (sekitar 1,1 hektar), pasar
tersebut memiliki 8 lantai tediri atas 1000 kios dan 2500 pengusaha. Fasilitas
internal Hong Qiao tergolong canggih, lengkap dengan ruang penyimpanan yang
besar.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 21
Gambar 5: Suasana Pasar Hongqiao
Lantai 1 s.d 3 basement, di isi oleh aneka Seafood: Seafood telah
memainkan peran penting sejak pertama kali pasar berdiri. Ada banyak jenis
makanan laut yang dijual di pasar, mulai dari ikan, udang dan kepiting dan yang
juga langka seperti sirip ikan hiu, labu laut dan abalone. Sebagian besar
makanan laut terutama dipasok ke restoran dan hotel sekitar Beijing.
Lantai 1 di isi dengan berbagai macam digital produk dan jam: Ada
banyak digital produk internasional yang terkenal dijual di sini yang membuat
pasar ini berdiri setara dengan Zhongguancun (pasar digital yang paling terkenal
di Beijing).
Lantai 2 di isi dengan sutra dan Pakaian: sutra yang berkualitas tinggi
asli Tiongkok dapat ditemukan di pasar ini
Lantai 3 s.d. 5 di isi dengan berbagai jenis mutiara, di sinilah pusat distribusi
terbesar mutiara di Tiongkok Ada banyak jenis mutiara, warna, ukuran atau
kehalusan.
g. Zhungguancun
Sedangkan pasar Zhongguancun merupakan pusat perdagangan elektronik
terbesar di Beijing terletak di distrik Haidian. Pasar tersebut selain sebagai
tempat penjualan barang-barang elektronik, terdapat pula tempat ruang pamer
perkembangan teknologi terkini di Zhinguancun Park.
Daerah Zhongguancun ini disebut juga
sebagai Tiongkok Silicon Valley,
karena di daerah ini tumbuh banyak
universitas dan perusahaan berbasis
IT.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 22
Pasar Hongqiao dan pasar Zhongguancun, kedua pasar ini sangat menarik
untuk dicermati karena pembangunannya didasarkan pada konsep
pengembangan usaha yang mendukung UKM. Sebagian besar pedagang yang
berusaha di kedua pasar ini awalnya adalah UKM yang terus berkembang dan
meningkat dari waktu ke waktu.
h. Xinfadi Shuangqiaoshan Agricultural Product Wholesale Markets
Di Xinfadi, Delegasi Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI di terima oleh
Wakil Direktur Mr. Fu, dan General Manager Deping Wang.
Adapun pasar Xinfadi adalah pasar produk impor dari berbagai negara.
Tujuan pembangunan pasar ini adalah untuk menampung produk-produk
pertanian dari berbagai negara secara langsung, tanpa melewati Hong Kong,
sebelum didistribusikan ke berbagai wilayah di RRT.
Xinfadi didirikan pada Mei 1988, awalnya seluas 15 hektar. Terdiri atas
15 staf manajemen dengan dana awal 150.000 yuan. Pasar memiliki luas 2000
hektar. Komoditas utama yang diperjualbelikan berupa sayuran, buah-buahan,
biji-bijian, minyak, daging, produk air, makanan non-pokok, rempah-rempah,
telur, teh dan produk pertanian lainnya.
Gambar 6: Diskusi antara Para Delegasi Tim Kunker Komisi VI dengan Mr. Fu
- Beberapa Kebijakan Pemerintah RRT Untuk Mendukung Perdagangan
1. Beberapa kebijakan Perdagangan Olahan Holtikultura dan Hewan
Impor agrikultur RRT dalam beberapa tahu terakhir terus menunjukkan peningkatan
signifikan. Diperkirakan jumlahnya dapat lebih besar lagi mengingat terbatasnya
ketersediaan factor alam seperti tanah daerah pertanian untuk mendukung
kebutuhan RRT dalam hal masalah pangan. Salah satunya adalah kebutuhan
jagung yang terus meningkat, dipicu oleh permintaan untuk pakan ternak
(babi,ayam) dan minyak goreng.
a. Tiongkok menandatangani persetujuan impor jagung dari Argentina pertama
kalinya pada bulan Maret 2012
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 23
Perkembangan terakhir untuk pemenuhan kebutuhan ini adalah perjanjian impor
dengan Argentina. Perjanjian ini memberikan RRT alternatif penyedia jagung
selain dari Amerika Serikat. Menyimak perkembangan tahun-tahun sebelumnya,
tingkat impor jagung RRT pada tahun 2012 dapat mencapai 2 juta ton.
b. RRT mengizinkan impor jagung dari Ukraina, November 2012
Pemerintah RRT dan Ukraina telah menandatangani protokoluntuk jagung
Ukraina dapat memasuki pasar RRT. Dari potensi ekspor total jagung dari
Ukraina ke RRT sekitar 3 juta ton telah dijanjikan diimpor oleh RRT. Jagung dari
Ukraina berpotensi untuk lebih disukai mengingat belum ada modifikasi genetic
pada varietas produksinya.
c. Tahun 2011 RRT hanya mengizinkan impor 3 macam kedelai modifikasi genetika
Kenyataan jenis yang tersedia dipasar Amerika dan Brazil dapat mencapai 8-20
macam. Walaupun selama 10 tahun terakhir tiga macam produk tersebut tidak
ditolak masukke RRT mengingat tingginya tingkat ketergantungan untuk impor,
namun tidak adanya penambahan penyetujuan jenis tersebut merupakan contoh
pembatasan dagang melalui regulasi RRT. Kebijakan yang mirip juga
diberlakukan untuk impor jagung hasil modifikasi genetika asal Amerika Serikat.
2. Mengendalikan stabilitas harga dalam negeri melalui kebijakan pemebelian
kelbihan stok di pasaran, seperti:
a. meningkatkan harga minimum pembelian Beras, September 2012.
b. Katun, Juni 2012
c. Gandum
3. Sistem Kuota untuk komoditas penting kategori pangan, seperti gula. Kuota impor
gula oleh RRT dengan batas 1,9 juta ton pada 2012 dan selebihnya dikenakan
pajak tambahan 50%. Pasar gula RRT diwarnai besarnya proporsi gula impor
“ïlegal” dimana perkiraan terakhir menyebutkan impor illegal sebanyak 750 juta
metric ton selam 2011-2012.
4. Standar untuk produk-produk impor tertentu yang belum diberlakukan dengan
tingkat yang sama untuk produk dalam negeri, seperti;
a. Peraturan standard pemeriksaan impor produk akuatik No. 135 dan No. 286
tahun 2012 bulan April. Peraturan ini mempersyaratkan perlunya
penambahan pengecekan/pengetesan standard kesehatan produk-produk
air (laut dan tawar) mengingat standard lama yang kurang lengkap
b. Beberapa standard umum yang berlaku secara umum untuk produk impor
tanaman dan hewan yaitu:
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 24
- Form E untuk perdaganagn ASEAN bagi produk yang berasal dari
tanaman
- certificate of Origin, tanggal produksi dan certificate of sanitary inspection
- melalui karantina tanaman dan hewan dari departemen yang bersangkutan
- imprtir RRT harus memiliki lisensi sanitasi dan izin ekspor impor.
5. Pemerintah mulai memberlakukan sistem registrasi dan tracebility untuk berbagai
produk agrikultur khususnya makanan-minuman.
6. Pemberlakuan pajak tarif impor masuk yang lebih tinggi untuk produk yang kurang
mendukung industri dalam negeri RRT.
7. Pemerintah memberikan export rebate untuk produk-produk yang strategis serta
mendukung industri pemrosesan.
8. Pemerintah berusaha membawa semakin banyak proporsi pemrosesan ke dalam
negeri melalui strategi kebijakan sektor hilir.
9. Pemerintah local juga ikut terlibat dalam pemebrian insentif untuk pengembangan
industry daerahnya, sebagai contoh adalah provinsi Shandong yang
memeberikan pengembalian biaya sewa tanah untuk satu tahun bagi investasi
bernilai US$ 1-5 juta dan bahkan pengembalian biaya sewa tanah hingga dua
tahun untuk unvestasi bernilai US$5 juta.
-Berbagai Pengetatan Impor Dalam Bentuk Non Tariff Untuk Produk
Agrikultural.
Berbagai standar nasional untuk karantina dan pemeriksaan produk impor serta
prosedur yang ketat.
1. Adanya isu sanitasi dan phytosanitary, Beberapa produk dibatasi oleh
permintaan sanitasi yang lebih tinggi dibanding standar global. Contohnya
pembatasan impor beberapa varietas apel Amerika ke RRT dengan alasan
penyakit “fire blight”
2. Standar kesehatan dan penyakit hewan, adanya pembatasan yang terlalu
ekstrim untuk melindungi industrinya. Contohnya toleransi 0% untuk
Samonella, E. Coli dan residu ractopamine pada produk daging.
3. Lisensi dan sertifikasi, semua importer harus mendaftar lisensi impor,
khusunya untuk produk tertentu. Eksportir harus melalui berbagai proses
seperti departemen perdagangan, agrikultura dan AQSIQ yang kadang tidak
saling terhubung.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 25
4. Pajak pertambahan nilai, produsen agrikultur RRT dibebaskan dari pajak
pertambahan nilai sedangkan importir harus membayar secara penuh.
5. Pelabelan dan standarisasi. WTO pada tahun 2010 menyebut bahwa hanya
46% dari total standard nasional RRT yang sesuai dengan standar
internasional. Standanr nasional dapat bertumpukan dengan standar daerah
yang lebih ketat dan untuk label harus dalam bahasa mandarin, serta
beberapa informasi tidak boleh dibuat dalam bentuk stiker.
6. Prosedur bea cukai. Hal ini dapat dihambat dengan pembatasan pemberian
sertifikat QIP dari badan kualitas dan sanitasi negara (AQSIQ), beberapa
barang telah dituntut untuk dalam nilai referensi tertentu sehingga pajak
masuk menjadi lebih mahal.
II. Kebijakan Untuk Perdagangan Dan Industri Domestik
Kebijakan serupa untuk produk holtikultura dan hewan juga diterapkan pada
berbagai aktivitas perdagangan dan industri RRT. Pemerintah mengutamakan
produsen otomotif domestik serta mengusahakan membawa lebih banysk
proses produksi untuk dilaksanakan dalam negeri, yaitu:
a. Kebijakan insentif investasi industri otomotif luar negeri dihapus
b. Pembatasan untuk impor suku cadang luar negeri
c. Pemerintah membantu industri yang belum menguntungkan dan industri
dalam kategori bidang strategis untuk masa depan ekonomi, seperti
kemudahan pajak bagi industri animasi, untuk produsen IC (Integrated
circuit) dan software mendapat tarif pajak preferensial.
d. Pengetatan ekspor lewat pendaftaran lisensi ijin ekspor RRT
e. Pemerintah RRT memberikan pemberlakuan kuota, lelang kuota dan
perizinan yang diperlukan untuk mengekspor sekitar 49 kategori komoditas
pada 2012.
f. Pemerintah juga memegang kendali yang kuat atas perkembangan industri
nasional dengan berbagai kebijakan bertarget seperti konsolidasi industri.
g. Industri domestik dibantu pengembangannya oleh pemerintah, terutama pada
saat kritis, seperti program subsidi pembelian alat-alat elektronika yang hemat
energi.
h. subsidi penjualan peralatan rumah tangga hemat energi
i. Penyesuaian tarif impor dari pemerintah untuk mendukung kekompetitifan
RRT.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 26
j. Untuk industri yang sulit untuk dikendalaikan secara langsung oleh pemerintah
atau adanya ketergantungan terhadap produk luar negeri maka pemerintah
akan melakukan penyesuaian kebijakan.
k. Adanya intervensi pemerintah RRT untuk kenaikan harga minyak masak,
seperti minyak kacang.
l. Pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk menberhentikan pembarian ijin
baru importir bijih besi.
III. Pengembalian Pajak Ekspor Atau Pajak Penambahan Nilai Barang Ekspor.
Salah satu lat yang digunakan RRT untuk mendukung kinerja ekspor adalah
pengembalian pajak ekspor, dimana kebijakan ini terus diubah oleh pemerintah
untuk mengendaliaka atau mendukung. Sisitem ini berarti pada saat sebuah
perusahaan memproduksindengan biaya 100RMB dan pengembalian pajak
ekpor 10% maka ada subsidi pemerintah yang diberikan senilai 10RMB,
berarti perusahaan dapat menjual sengan harga 90 RMB tanpa rugi. Disaat
yang sama, hanya barang yang di ekspor yang mendapat perlakuan tersebut,
barang yang dijual didalam negeri tidak berhak mendapatkan “subsidi”
tersebut. Kebijakan ini ditargetkan untuk mendorong kinerja ekspor sehingga
perusahaan dapat memiliki dana untuk memajukan dan mengembangkan nilai
ekspor perusahaannya.
Kebijakan pengembalian pajak ekspor di sisi lain memberikan efek
negatif dan positif bagi industri dalam negeri terutama untuk harga-harga bagi
konsumen dalam negeri. Efek positifnya adalah adanya celah untuk ekspor dan
reimpor melalui Hongkong untuk mengambil celah perolehan pengembalian
pajak ekspor dan potongan pajak impor terutama bagi produk-produk yang
akan digunakan sebagai bahan manufaktur ekspor. Efek negatif adalah lebih
mahalnya produk-produk RRT di dalam negerinya sendiri sebagai akibat tidak
adanya pengembalian pajak seperti pada kasus ekspor.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kunjungan Kerja Delegasi Tim Komisi VI DPR RI telah melakukan tugasnya dan
memperoleh sambutan yang hangat di setiap kunjungannya.
2. Keberadaan RUU tentang perdagangan diharapkan dapat memberikan legal
clarity, legal certainty, legal enforceability dan legal effectiveness bagi para pelaku
di bidang perdagangan.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 27
3. Perlunya koordinasi antar instansi yang terkait dalam hal penyusunan undang-
undang tentang perdagangan supaya tidak terjadi tumpang tindih antar peraturan
antara daerah dan pusat, begitu pula perlunya pengecekan dengan peraturan-
peraturan dan kerja sama baik itu bilateral maupun internasional.
4. Adanya masalah kurangnya kepercayaan antar pengusaha, dikarenakan masih
minimnya komunikasi yang cepat, akurat dan efektif.
5. Adanya peran Pemerintah RRT yang sangat besar dalam memberikan dukungan
dan subsidi bagi infant Industri, dan pemberian disincentive bagi industri yang
tidak kompetitif agar mereka pindah ke bidang usaha lain.
6. Walaupun terjadi peningkatan kerjasama antara Indonesia-RRT, termasuk
kerjasama antar asosiasi, saat ini dirasakan masih belum maksimal.
7. Mengusulkan dibentuknya sebuah lembaga penjamin transaksi dagang kedua
negara untuk mengantisipasi masalah dan sengketa perdagangan. Lembaga ini
dapat memiliki fungsi pengawasan dan penjaminan atas kualitas dan kuantitas
barang, fungsi financing atau pendanaan bagi para pelaku bisnis atau UKM yang
memerlukan, serta asuransi, sehingga pelaku bisnis Indonesia bisa menembus
pasar RRT secara lebih luas dan terencana.
B. Rekomendasi
1. Pentingnya komunikasi yang aktif baik dari pemerintah, DPR, dan juga para
pengusaha dalam meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia. Karena dengan
adanya komunikasi diharapkan dapat menghilangkan atau meminimalisir trust
defisit yang terjadi.
2. Dalam menyusun RUU tentang Perdagangan, DPR harus melibatkan para ahli di
bidang perdagangan dan hukum internasional yang mengerti, memahami aturan
perdagangan yang berlaku di internasional, untuk mengambil peluang yang ada
dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan perkembangan UKM di Indonesia.
3. Perlunya meningkatkan frekuensi promosi hasil produk-produk buatan Indonesia
dengan melakukan pameran yang informatif sehingga dapat menarik konsumen
domestik maupun luar negeri.
4. Pentingnya penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung baik dari
pemerintah maupun swasta dalam meningkatkan dan memakmurkan para petani
dimana sebagian besar bahan pangan bangsa Indonesia adalah hasil dari
pertanian.
5. Perlunya melakukan seleksi yang lebih cermat dalam melakukan kerja sama baik
secara regional, bilateral maupun internasional agar tidak merugikan kepentingan
nasional dan melindungi para pelaku usaha kecil menengah.
|LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK 28
Demikian Laporan hasil Kunjungan Kerja Delegasi Tim Komisi VI ke Republik
Rakyat Tiongkok (Cina) dengan harapan hasil kunjungan kerja ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dan masukkan dalam pembahasan RUU tentang Perdagangan
yang segera akan dilakukan oleh Komisi VI DPR RI dan Pemerintah.
KOMISI VI DPR-RI