laporan tim kunjungan kerja komisi vi dpr ri ke provinsi nusa ...
Transcript of laporan tim kunjungan kerja komisi vi dpr ri ke provinsi nusa ...
LAPORAN
TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
TANGGAL 26 S.D 30 APRIL 2015
MASA PERSIDANGAN III
TAHUN SIDANG 2014-2015
Jakarta 2015
LAPORAN
TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014 – 2015
TANGGAL 26 – 30 APRIL 2015
I. PENDAHULUAN
A. DASAR
1. Rapat Internal Komisi VI DPR RI pada Masa Persidangan III
Tahun Sidang 2014-2015 pada tanggal 24 Maret 2015.
2. Surat Tugas Nomor: ST/25/KOM.VI/DPR RI/IV/2015, tanggal 15
April 2015 tentang Penugasan Anggota Komisi VI DPR RI untuk
melakukan Kunjungan Kerja dalam Reses Masa Persidangan III
Tahun Sidang 2014 – 2015 ke Provinsi Nusa Tenggara Barat.
3. Rapat Koordinasi Komisi VI DPR RI dengan Para Penghubung
Mitra Kerja Komisi VI DPR RI pada tanggal 22 April 2015.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok
permasalahan sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang
menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Provinsi
Nusa Tenggara Barat dalam rangka memenuhi salah satu fungsi
Dewan sebagaimana diatur dalam Peraturan DPR RI tentang Tata
Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah
untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA
Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:
1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan,
khususnya yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI
DPR RI.
2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang
berada di dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.
3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation
(PSO) dan pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait
dengan bidang tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.
5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang
berkembang berkaitan dengan pengembangan industri,
koperasi dan UKM, penciptaan lapangan kerja, serta
peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.
Sedangkan obyek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:
1. Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat;
2. PT. Pertamina (Persero);
3. PT. PLN (Persero);
4. Bank Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat;
5. PT. Bank BRI (Persero);
6. PT. Bank BNI (Persero) ;
7. PT. Bank Mandiri (Persero);
8. PT. Bank BTN (Persero);
9. Bank Nusa Tenggara Barat;
10. PT. Pegadaian (Persero);
11. Indonesia Tourism Development Coorporation (ITDC)
(Persero);
12. PT.Permodalan Nasional Madani (Persero)
13. Perum Bulog;
14. PT. Angkasa Pura I (Persero)
15. PT. Garuda Indonesia (Persero);
16. PT. Pelindo III (Persero);
17. PT. Pelni (Persero);
18. PT. ASDP Ferry Indonesia (Persero);
19. Perum Damri.
D. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA
JADWAL ACARA KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR-RI
KE PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015
TANGGAL 26 S/D 30 APRIL 2015
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
1. Minggu,
26 April 2015
17.00 WIB Tim berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta Terminal IIF
Diatur oleh Set. Komisi VI
18.10 WIB – 21.05 WITA
Tim Kunker take of dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta menuju Bandara Internasional Lombok Prov. Nusa Tenggara Barat dengan Pesawat Garuda Airlines GA ...
s.d.a.
21.05 – 21.30 WITA
Tiba di Bandara Internasional Lombok Prov. Nusa Tenggara Barat, istirahat sejenak di VIP Room
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait
21.30 WITA Tim Kunker Komisi VI DPR RI menuju Hotel Novotel (Check In)
2. Senin,
27 April 2015
07.00 – 08.00 WITA
Sarapan Pagi di Hotel
08.30 – 09.00 WITA
Tim Kunker menuju Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat
09.00 – 12.00 WITA
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dengan Gubernur Nusa Tenggara Barat didampingi Bupati/ Walikota seluruh Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kepala Dinas Perindustri dan Perdagang an, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Kepala BKPMD, dan para Kepala SKPD
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
12.00 – 13.30 WITA
ISOMA
13.30 – 17.00 WITA
Tim Kunker Komisi VI DPR RI menuju Kantor PT. PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat untuk Pertemuan dengan PT. PLN (Persero), dan PT. Pertamina (Persero)
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait
17.00 WIB Tim Kunker Komisi VI DPR RI Kembali ke Hotel
19.30 - 22.00WIB
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dengan Perbankan BUMN/BPD Provinsi Nusa Teng gara Barat (Bank Indonesia Wila yah Nusa Tenggara Barat, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank BRI, Bank Nusa Tenggara Barat dan PT. Pegadaian).
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait di
dahului Makan Malam
3. Selasa,
28 April 2015
07.00 – 08.00 WITA
Sarapan Pagi di Hotel
09.00 – 12.00 WITA
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI
DPR RI dengan PT. ITDC (Indo
nesia Tourism Development Coor
poration) (Persero), PT. PNM
(Persero) dan Perum Bulog
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait
13.00 – 14.00 WITA
ISOMA
15.00 WITA Kembali ke Hotel
19.30 WITA Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dengan PT. Angkasa Pura I (Persero), PT. Garuda Indonesia Airlines (Persero), PT. Pelindo III, PT. ASDP Ferry Indonesia (Persero), PT. Pelni (Persero) dan Perum Damri
Diatur Protokol Pemda bersama Instansi terkait
07.00 – 08.00 WITA
Sarapan Pagi dan persiapan Chek Out di Hotel
4. Rabu,
29 April 2015
09.00 – 12.00 WITA
Meninjau Pelabuhan Lembar (PT. Pelindo III)
12.00 – 13.00 WITA
ISOMA
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
13.00 – 13.40 WITA
Tim Kunker Komisi VI DPR RI menuju Bandara Internasional Lombok Nusa Tengara Barat
14.40 WITA Tim Kunker Komisi VI DPR RI Take Of dari Bandara Interna sional Lombok Prov. Nusa Tenggara Barat dengan Pesa wat Garuda Airlines GA .... menuju Bandara Soekarno Hatta Jakarta
15.40 WIB Tim Kunker Komisi VI DPR RI Sampai di Bandara Soekarno Hatta Jakarta.
E. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA
NO NO ANGG. N A M A KETERANGAN
1. A – 244 DODI REZA ALEX NOERDIN, LIC ECON, MBA PIMPINAN/F. PG
2. A – 430 Ir. H. AZAM AZMAN NATAWIJANA PIMPINAN/ F. PD
3. A – 176 ARIA BIMA ANGGOTA/F.PDI P
4. A – 168 JULIARI P. BATUBARA ANGGOTA/F.PDI P
5. A – 181 ADISATRYA SURYO SULISTO ANGGOTA/F.PDI P
6. A -212 NYOMAN DHAMANTRA ANGGOTA/F.PDI P
7. A – 255 Dr. Ir. H. LILI ASDJUDIREDJA, S.E., Ph.D. ANGGOTA/F. PG
8. A – 296 GDE SUMARJAYA LINGGIH, S.E ANGGOTA/F. PG
9. A – 289 H. MOHAMMAD SURYO ALAM, AK, MBA ANGGOTA/F. PG
10. A – 275 ENDANG SRIKARTI HANDAYANI, SH, H.HUM ANGGOTA/F. PG
11. A – 361 MOHAMMAD HEKAL, MBA ANGGOTA/F. GERINDRA
12. A – 333 H. NURZAHEDI, SE ANGGOTA/F. GERINDRA
13. A – 413 HJ. MELANI LEIMENA SUHARLI ANGGOTA/F. PD
14. A – 76 Dr. K.H. KHOLILURRAHMAN, SH, MSi ANGGOTA/F. PKB
15. A – 540 DRA. HJ. TINA NUR ALAM, MM ANGGOTA/F.PAN
NO NO ANGG. N A M A KETERANGAN
16. A – 522 H. MUKHLISIN ANGGOTA/F. PPP
17. A – 97 Drs. H. ADANG DARADJATUN ANGGOTA/F. PKS
18. A – 2 ZULFAN LINDAN ANGGOTA/F. NASDEM
19. DWIAN PUJASWATI, SE SEKRETARIAT KOMISI VI
20. MIRA SUKANDAR SEKRETARIAT KOMISI VI
21. AMIN SEKRETARIAT KOMISI VI
22. DEWI WURYANDANI, S.T, MM PENELITI/P3DI
23. ESI HANDAYANI TV PARLEMEN
II. ISI LAPORAN
A. Deskripsi Obyek Kunjungan Kerja
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri atas 2 pulau besar
yaitu Lombok dan Sumbawa. Pulau lombok terkenal dengan suku
sasak dan pulau sumbawa dengan suku Bima dan Sumbawa
dengan ibu kota Mataram.
Jumlah penduduk sekitar 5 juta jiwa, pulau 278 pulau kecil.
diantaranya Gili Air, Gili Meno, Gili Trawangan, Gili Gede, Gili
Nanggu, Gili Tangkong, Pulau Moyo, Pulau Bungin, Pulau Satonda,
Pulau Kaung, dan Pulau Panjang. Panjang Pulau Lombok dari
barat ke timur sekitar 80 km sedangkan Pulau Sumbawa dari barat
ke timur sepanjang 300 km dan dari utara ke selatan sekitar 100
km.
Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai kedudukan yang
sangat strategis karena: terletak pada lintas perhubungan Banda
Aceh-Kupang yang secara ekonomis cukup menguntungkan.
Selat Lombok di sebelah barat dan Selat Makasar di
sebelah utara merupakan jalur perhubungan laut strategis yang
semakin ramai dari arah Timur Tengah untuk lalu lintas bahan
bakar minyak dan dari Australia berupa mineral logam ke Asia
Pasifik. Merupakan lintas perdagangan ke Kawasan Timur
Indonesia (Surabaya Makasar). Terletak pada daerah lintas wisata
dunia yang terkenal: Bali-Komodo-Tanah Toraja.
Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat terus
berupaya untuk secara terus-menerus memantapkan percepatan
pembangunan yang telah dicapai melalui pengembangan berbagai
potensi unggulan. Bila dilihat dari beberapa sektor maka
teridentifikasi beberapa potensi yang masih perlu dikembangkan,
baik itu sektor pertanian, perikanan, pariwisata, energi dan
pertambangan.
Untuk perkembangan pembangunan infrastruktur yang
akan menunjang perkonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat
masih menemukan beberapa kendala yaitu: ketersediaan jalan-
jalan menuju lokasi wisata, sarana/prasarana bandara
internasional, Kelayakan dan pengembangan pelabuhan,
pembebasan lahan untuk pembangunan.
Di provinsi Nusa Tenggara Barat juga masih ada beberapa
kendala lainnya seperti disektor perdagangan, industri, koperasi
dan UKM, BUMN dan investasi, diantaranya:
a. Kendala di bidang Perdagangan dan Perindustrian.
Dalam bidang perdagangan dan industri, secara teknis
terdapat beberapa kendala yaitu bagaimana memberi nilai
tambah pada masing-masing sektor unggulan sehingga
dapat bersaing. Sektor unggulan Nusa Tenggara Barat itu
adalah PIJAR (sapi, jagung, rumput laut)
b. Kendala di Bidang Koperasi dan UKM.
Kapasitas Sumber daya Manusia (SDM) pengelola Koperasi
dan UMKM masih terbatas masih perlu pelatihan dan
bimbingan.
Akses untuk masalah pembiayaan masih dirasa sulit, karena
terkendala dengan persyaratan dinyatakan bankable. Untuk
memperoleh LPDP juga hampir sama sulitnya dengan ke
bank.
c. Kendala di Bidang BUMN.
Kendala di Bidang Investasi, masih sulitnya dalam melakukan
pembebasan tanah, selain itu juga terkendala masalah
budaya/adat.
d. Permasalahan terkait dengan investasi infrastruktur :
a. Sarana dan Prasarana Tranportasi Kepulauan
Karakteristik wilayah Nusa Tenggara Barat yang terdiri atas
2 pulau besar serta penyebaran penduduk yang
terkonsentrasi pada daerah-daerah tertentu.
Terbatasnya sarana dan prasarana transportasi.
Terbatas anggaran daerah.
b. Sarana dan Prasarana Listrik
Rendahnya Rasio Elektrifikasi
Terbatas kemampuan PLN dalam menyediakan energi
listrik
Pemadaman masih terjadi
B. BADAN USAHA MILIK NEGARA
B.1. BUMN Bidang usaha Energi, Logistik, dan Perhubungan
1. PT. Pertamina (Persero);
Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki lembaga
penyalur SPBU sebanyak 60 buah, diLombok ada 40 buah dan
di Sumbawa 20 buah. Supply BBM diperoleh dari Bali dan
Surabaya. Untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan BBM oleh
masyarakat Nusa Tenggara Barat, saat ini progres
pembangunan SPBU baru sejumlah 6 SPBU yaitu di Kab.
Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa dan
Kab. Bima serta pembangunan 2 SPDN di Kab. Sumbawa dan
Kab. Lombok Tengah.
Untuk supply LPG Provinsi Nusa Tenggara Barat juga
mendapat pasokan dari Depot LPG Manggis Nusa Penida
(kapasitas 3000 MT) sebanyak 220 MT/hari (200 MT PSO, 20
MT NPSO). Nusa Tenggara Barat sendiri mempunyai 4 SPPBE
PSO dan 1 SPPEK NPSO (total kapasitas Tangki Timbun :
440MT, Total kapasitas Skidtank: 402 MT).
Untuk Penyaluran Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan di Nusa Tenggara Barat dalam 5 tahun terakhir
(2010-2014) tercatat ada kenaikan, namun untuk tahun 2013-
2014 tidak ada lagi penyaluran untuk PKBL.
Kendala
Untuk menunjang ketersediaan BBM, masih terkendala
oleh tempat penyimpanan (tangki). Kapasitas tangki
penyimpanan perlu diperbesar sehingga masalah ketersediaan
BBM di Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat teratasi. Kebutuhan
BBM Nusa Tenggara Barat yang sangat tergantung pada supply
dari Bali dan Surabaya maka sangat dibutuhkan tambahan
tempat penyimpanan BBM untuk bisa mengatasi kekosongan
ketersediaan BBM.
Rekomendasi
Upaya yang dilakukan untuk mencegah potensial lost :
• Menyediakan BBM Nonsubsidi di setiap Kabupaten/Kota di
Nusa Tenggara Barat
• Bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah setempat
Potensial lost yang mungkin terjadi pada konsumen sebagai
berikut :
• Industri kecil
• Pertambangan
• Kegiatan konstruksi atau proyek daerah
• Tambak Udang
Pelaksanaan untuk penyaluran PKBL akan dilanjutkan,
hal ini berkenaan dengan hasil rapat tanggal 24 April 2015 di
DPR dengan Kementerian BUMN.
2. PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero);
Saat ini PT PLN (Persero) wilayah Nusa Tenggara Barat
mempunyai tantangan yang cukup berat untuk 5 tahun kedepan,
seperti:
1. Mencari solusi untuk segera mengatasi masalah pemadaman
listrik yang masih terjadi diberbagai wilayah,
2. Meningkatkan efisiensi PLN, terutama efisiensi biaya produksi
listrik,
3. Meningkatkan daya pasokan listrik nasional
Rasio elektrifikasi (RE) Provinsi Nusa Tenggara Barat
sebesar 70,37% yang tersebar di lombok sebesar 68,72%, di
Sumbawa sebesar 70,44$, dan di Bima sebesar 81,25 %. PLN
wilayah Nusa Tenggara Barat membawahi beberapa bagian
seperti APDP Mataram, sektor pembangkit Lombok, Area
Mataram, Area Sumbawa, Area Bima dan UPK Lisdes.
Tabel1 Komposisi Pembangkit (1)
JENIS PEMBANGKIT
DAYA MAMPU PEMBANGKIT (MW)
Update data: bulan Maret 2015
Saat ini Provinsi Nusa Tenggara Barat masih didominasi
pembangkit sewa sebesar 57%, pembagkit dari PLN sebesar
41% dan 2% disediakan oleh IPP. Total pengguna layanan PLN
hingga kini sebanyak 959.313 dan sebanyak 57,51% adalah
merupakan pelanggan prabayar dengan pertumbuhan kelistrikan
di wilayah Nusa Tenggara Barat sebesar 15,6 % (rata-rata dalam
3 tahun sejak 2011-2014).
Per 20 April 2015 wilayah Lombok, sumbawa, dan bima
pada dasarnya masuk dalam kondisi siaga karena pertumbuhab
beban tahun 2015 sudah menunggu.
Kendala
Kendala yang dihadapi saat ini adalah keterbatasan
daya di sistem Nusa Tenggara Barat, yaitu: Beberapa pem
bangkit baru yg direncanakan COD di thn 2014 tidak terealisasi,
diantaranya :
Lokasi Lombok Sumbawa Bima Nusa Tenggara Barat
PLTD sendirI 62.93 15.5 15.55 94.04
PLTD sewa 102.80 29.00 36.00 167.80
PLTU batu bara 23.50 0.00 0.00 23.50
PLTMH sendiri 1.15 0.40 0.00 1.55
PLTMH IPP 7.00 0.00 0.00 7.00
PLTS 0.82 0.00 0.00 0.82
TOTAL 198.20 44.96 51.55 294.71
PLTU 2 Nusa Tenggara Barat (Jeranjang) #1 & #2 kapasitas 2
x 25 MW (#1 Comissioning Test, Reliability Run, #2 COD
Juni’16)
PLTU 1 Nusa Tenggara Barat (Bonto), Bima, kapasitas 2 x 10
MW (Construction), fisik ± 79,4% (ren COD #1 Okt’16, #2
Des’16)
PLTU Taliwang, Sumbawa Barat, kapasitas 2 x 7 MW
(Construction), fisik± 79,5% (ren COD #1 Mar’16, #2 Mei’16)
Mesin sewa PLTD MFO total kapasitas 89 MW, kontrak th
2013
- PT Cogindo 30 MW rencana COD Mei 2015, secara
bertahap.
- Konsorsium BBC 30 MW, rencana COD juli’15, secara
bertahap
Sehingga akibat dari kendala tersebut konsumsi BBM s.d
desember mencapai 340.496.752 Lt (target: 196.590.161 Lt)
dengan konsumsi BBM perhari sebanyak 932.867 Lt. Adapun
komposisi energi yang digunakan yaitu BBM sebesar 87,62%,
Biodiesel 2,05% dan batubara 10,33%.
Beberapa upaya mengatasi permasalahan kelistrikan
yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, PLN wilayah Nusa
Tenggara Barat melakukan beberapa upaya seperti untuk jangka
pendek (1 tahun) dan jangka menengah (-s.d 5 tahun).
Tabel2 Upaya PLN dalam Mengatasi Kendala
Sistem Upaya
Sistem Upaya
Lombok
Jangka pendek
- PLTD Pringgabaya, 30 MW ->Cogindo, secara
bertahap COD mulai Juni 2015
- Memperpanjang masa operasi mesin sewa,
dengan catatan:
• Memperketat target konsumsi bahan bakar
(SFC)
• Mengurangi nilai Capacity Factor minimum
- Optimalisasi pemeliharaan guna meningkat
kan daya mampu pasok mesin pembangkit
milik PLN.
- Mengoptimalkan Operasional Unit 1 PLTU
Jeranjang
Jangka menengah
- Penambahan pembangkit milik PLN PLTGU
Lombok Peaker sesuai RUPTL 150 MW, saat
ini proses pengadaan dan dijadwalkan COD
2017
- Pengoperasian Mesin Sewa Berbahan Bakar
MFO kapasitas total 75 MW, saat ini proses
konstruksi, kontrak th 2014
- Penambahan pembangkit hidro IPP skala kecil
kapasitas total +/-6MW, di lokasi Karang
Bayan, Batu Bedil, Sedau & Kokok Babak
- Penambahan pembangkit milik PLN Mobile
Power Plant (MPP) sesuai RUPTL 50 MW,
dijadwalkan COD 2017
Sumbawa
Jangka pendek
- Memperpanjang masa operasi mesin sewa,
Sistem Upaya
dengan catatan :
• Memperketat target konsumsi bahan bakar
(SFC)
• Mengurangi nilai Capacity Factor minimum
- Mengupayakan pembelian excess power dari
PT NNT khusus pada waktu Beban puncak
(18.00 – 22.00) dgn daya 5 MW
- Optimalisasi pemeliharaan guna mening
katkan daya mampu pasok mesin pembangkit
milik PLN.
Jangka Menengah
- Penambahan Mesin Sewa Berbahan Bakar
MFO kapasitas 7 MW
- Penyelesaian Pembangkit PLTU Sumbawa
Barat 2x7 MW, saat ini proses konstruksi
- Penambahan pembangkit milik PLN PLTMG
Sumbawa sesuai RUPTL 50 MW, dijadwalkan
COD 2017
Bima
Jangka pendek
- Memperpanjang masa operasi mesin sewa,
dengan catatan :
• Memperketat target konsumsi bahan bakar
(SFC)
• Mengurangi nilai Capacity Factor minimum
- Optimalisasi pemeliharaan guna meningkat
kan daya mampu pasok mesin pembangkit
milik PLN
Jangka menegah
Pembangkit PLTU Bonto 2x10 MW, saat ini
proses konstruksi
Sistem Upaya
- Penambahan Mesin Sewa Berbahan Bakar
MFO kapasitas 7 MW
- Penambahan pembangkit milik PLN PLTMG
Bima sesuai RUPTL 50 MW, dijadwalkan
COD 2017
Rekomendasi
Keterbatasan (Defisit) Daya Mampu Pembangkit Listrik di
Sistem Kelistrikan Nusa Tenggara Barat, Disebabkan :
- Keterlambatan Cod Pltu : 2 X 25 MW Lombok, 2x7 MW
Taliwang-sumbawa, Dan 2x10 Mw Bonto-bima
- Kapasitas Derating Pltd Eksisting (Pln Dan Sewa),
Dilakukan Pemeliharaan Berkala
- Pelaksanaan Pemeliharaan Periodik Mesin Pembangkit Pln
Solusi Pemenuhan Atas Keterbatasan Daya Diselesaikan
Dengan Program Jangka Pendek Dan Jangka Menengah
Serta Panjang
- Jangka Pendek : Sewa/Relokasi Mesin Pembangkit,
Peningkatan Kapasitas Mesin2 Eksisting
- Jangka Menengah (3-5 Tahun) Dan Panjang ( > 5 Tahun),
Pembangunan : Pusat Pembangkit, Transmisi, Gardu Induk
Upaya Efisiensi Penyediaan Tenaga Listrik Dilakukan
Dengan:
- Fuel Mix HSD/MFO Ke Batubara, Gas
- Optimalisasi Sumber Energi Renewable (Hidro, Surya)
- Menekan Angka Susut (Losses) Distribusi
Diperlukan Kerja Sama Dan Dukungan Semua Pihak
Khususnya Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan
Tenaga Listrik Yang Meliputi Aspek-aspek :
- Perijinan Pembangungan Pusat Pembangkit Listrik, Jalur
TransmisI, ROW
- Proses Pembebasan Lahan, Ganti Rugi
PROGRAM CSR Lebih Difokuskan Pada Kegiatan Antara
Lain; Bantuan Korban Bencana Alam, Bantuan
Pendidikan/Pelatihan, Bantuan Peningkatan Kesehatan,
Bantuan Pengembangan Prasarana Dan/Atau Sarana Umum,
Bantuan Sarana Ibadah, BantuanPelestarian Alam,
Pengentasan Kemiskinan.
3. Indonesia Tourism Development Coorporation (ITDC)
(Persero)
Pemerintah telah menetapkan Mandalika Resort telah
ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), dengan
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2014, dimana
investor akan menikmati insentif – insentif (tax dan non tax)
sebagai daya tarik investasi di Mandalika Resort. Dan dapat
memberikan multifier effect yang signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat seperti Nusa Dua
resort, di Bali dengan luas 320 hektare telah menyerap 8.000
tenaga kerja lokal hingga akhir 2013 serta pajak hotel dan
restoran sebesar Rp 246.9 Miliar untuk Kabupaten Badung.
Untuk menunjang percepatan pembangunan infrastruktur,
Pemerintah Pusat akan mengucurkan dana dari APBN-P
sebesar 250 Milyar.
Kawasan Mandalika Resort seluas 1.175 hektare akan di
bangun menjadi kawasan untuk terintegrasi yang dikelola oleh
ITDC yang merupakan salah satu BUMN di bidang Pengelola
Kawasan Pariwisata. Mandalika Resort akan memiliki berbagai
fasilitas pariwisata diantaranya hotel – hotel dan villa berbintang
empat dan lima, residential, fasilitas meeting , incentive,
convention dan exibition (MICE), lapangan golf dan rumah sakit.
Mandalika Resort akan memiliki sistem pengolahan
limbah internal, sehingga tidak ada limbah yang keluar dari
kawasan. Sebagai persiapan untuk “Manpower Planning” saat ini
sedang dibahas rencana Pembangunan Sekolah Tinggi
Pariwisata dengan pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat,
Kementerian Pariwisata dan ITDC. Keberadaan Perguruan
Tinggi tersebut diharapkan akan menyediakan sebagian tenaga
kerja masayarakat lokal untuk pengembangan kawasan wisata
Mandalika Resort.
Selain itu juga akan dibangun hotel dengan rencana
anggaran sebesar Rp. 357 milliar, termasuk untuk pembangunan
akses jalan tahap lanjutan. Hotel milik ITDC direncanakan akan
menggunakan operator dengan jaringan international target
“ground breaking” pada tahun 2015 ini dan mulai beroperasi
pada 2017. Properti pariwisata lain yang memiliki target
pembangunan mulai 2015 adalah lapangan golf dan satu hotel
yang akan dibangun oleh MNC, satu hotel yang akan dibangun
oleh Dharmakusala dan satu hotel akan dibangun sendiri atau
menjadi milik ITDC yang akan bekerjasama dengan JW. Marriot.
Kendala
1. Kurangnya suplay air bersih, Bendungan Batujai hanya dapat
menyuplai 40 liter/detik. Sedangkan Mandalika Resort
membutuhkan 240 liter/detik.
2. Kelistrikan, Saat ini sudah dibangun Gardu Induk diarea Kuta
dengan kapasitas 30 MW, akan tetapi kehandalan suply
belum stabil, sering terjadi pemadaman; Investor Ingin segera
membangun PLTS tetapi masih terkendala PPA di
kementerian ESDM, Investor harus mengikuti tender dan
pemenangnya belum tentu dapat membangun di Mandalika.
3. Jaringan telepon, para provider masih menunggu
perkembangan Mandalika Resort.
4. Masalah lahan dan Infrastruktur jalan, sebagian lokasi
rencana Pembangunan Infrastruktur Jalan Baru di dalam
Kawasan ditempati oleh masyarakat dan banyak lahan di
lokasi jalan yang akan dibangun, HPLnya diklaim masyarakat.
Lahan 135 ha yang diklaim tersebut memang kecil dibanding
1.170 ha yg akan dibangun, namun 135 ha tersebut
mengakibatkan 65% lahan tidak dapat dibangun karena 135
ha berada di sepanjang pantai Mandalika Resort.
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh ITDC agar proses
pembangunan Mandalika Resort dapat berjalan lancar dan
sesuai dengan rencana.
4. PT. Angkasa Pura I (Persero)
Pada 20 Oktober 2011 Bandar Udara Internasional
Praya-Lombok diresmikan. Saat ini Melayani 8 Airlines (Garuda
Indonesia, Citilink Indonesia, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Air
Asia, Travira Air, Silk Air). Rute Penerbangan ke 12 Kota
(Jakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Yogyakarta,
Sumbawa, Bima, Benete, Kuala Lumpur, Johor Bahru,
Singapura, Bandung) dengan jumlah Penumpang tahun 2014
mencapai 2.340.161 pax. Jumlah trafik penerbangan per hari
tercatat sebanyak 68 pesawat. Untuk jarak terjauh penerbangan
yaitu ke Jeddah untuk transportasi haji dengan menggunakan
pesawat jenis Airbus 330–200.
Kendala
Secara umum, PT. Angkasa Pura I (Persero) tidak
mengalami hambatan dalam mengelola Bandara Internasional
Lombok. Ada beberapa hal lain yang perlu mendapat perhatian,
antara lain:
Adanya travel tidak resmi
Masyarakat belum sadar tentang lalu lintas pengantar dan
penjemput, khususnya TKI
Penggembalaan ternak
Kerusakan pagar, dll.
Untuk saat ini kendala dihadapi dengan melakukan langkah-
langkah:
Kerjasama dengan Pemprov untuk relokasi PKL
• MoU dengan desa-desa sekitar untuk membantu penertiban
PKL dan travel tidak resmi
• MoU dengan TNI-AU dan Kepolisian untuk menjaga stabilitas
keamanan bandara
• Membangun pagar double fence di area bandara
• Menambah kendaraan patroli & pengoptimalan kegiatan
patroli
• Meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Nusa
Tenggara Barat dan seluruh instansi terkait.
• Untuk meningkatkan perekonomian daerah, PT. Angkasa
Pura I (Persero) berpartisipasi melalui kerjasama dengan
partner strategis.
Kendala lain yang dihadapi:
• Trafik penumpang dan pesawat masih rendah
• Airlines yang membuka jalur penerbangan internasional ke
Lombok masih terbatas, yaitu Silk Air dan Airasia.
• Infrastruktur penunjang menuju destinasi pariwisata masih
kurang
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI DPRRI akan mengundang mitra kerja untuk
membahas permasalahan lebih lanjut dalam rapat dengar
pendapat.
5. PT. Garuda Indonesia (Persero)
Kini Garuda melayani 57 destinasi domestik dan 19
destinasi internasional. Perolehan usaha pada tahun 2014
USD3,9 miliar (naik 4,6% yoy), dengan jumlah penumpang
sebanyak 29,1 juta (naik 16,7% yoy) sedangkan jumlah
armadanya sebanyak 169 pesawat (rata-rata berusia 4,5
tahun). Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja perseroan
tahun 2014
o nilai tukar dan harga avtur mengalami peningkatan biaya
akibat kenaikan harga dolar terhadap rupiah
o Makro ekonomi, pada tahun 2014 indonesia real GDP turun
5,4% yoy
o Persaingan, Ekspansi besar-besaran dari pesaing baik
domestik maupun internasional, terutama dari operator
penerbangan Timur Tengah
o Pengembangan jumlah armada dari 169 armada ditahun
2014 akan ditambah mejadi 190 armada pada rencana di
tahun 2015.
o Pengaruh dari peraturan pemerintah seperti adanya
penerapan batas atas harga tiket kelas ekonomi oleh
pemerintah.
Untuk meningkatkan kinerja dan mengatasi kendala
yang dihadapi, maka PT garuda mengambil langkah-langkah:
o melakukan restukturisasi rute secara berkala
o mengoptimalkan jaringan distribusi penjualan
o meningkatkan pendapatan melalui bisnis penerbangan tidak
terjadwal (charter)
o menjalankan program efisiensi biaya secara intensif
o memperluas jaringan domestik dengan membuka rute-rute
pada secondary city yang potensial
o optimalisasi penerapan jaringan hub dan spoke
Garuda Indonesia melalui Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL) telah menjangkau masyarakat di Nusa
Tenggara Barat dengan total penyaluran sebesar Rp 5,5 M,
terdiri atas Program Kemitraan Rp 4,189,000,000 yang
disalurkan kepada Mitra Binaan seabnyak 218 mitra binaan
yang bergerak di Sektor Industri, Perdagangan, Jasa,
Peternakan, Perikanan dan Pertanian. Sedangkan untuk
Program Bina Lingkungan sebesar Rp1,306,738,266 terbagi
dalam Program-program yang pernah dilaksanakan meliputi
program kepedulian bencana alam, pendidikan/ pelatihan,
sarana ibadah, dan pelestarian alam.
Program Pendidikan/Pelatihan secara berkelanjutan
dilaksanakan melalui program Pelatihan Tenun. Dalam
pelaksanaan program-program tersebut, Garuda Indonesia
berkoordinasi dengan instansi pemerintah, diantaranya Dinas
Kesehatan, BNPBD, PemDa, dst. Program PKBL juga
terlaksana didukung oleh Branch Office di wilayah Nusa
Tenggara Barat.
Kendala
Penerbangan dari dan ke Lombok masih dikontribusi
oleh Jakarta, kini mengalami rugi usaha U$372 juta di tahun
2014. Untuk ekspektasi tahun 2015 diharapkan aka positif.
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI akan mengundang mitra kerja untuk membahas
permasalahan lebih lanjut dalam rapat dengar pendapat.
6. PT. Pelindo III (Persero)
Direksi PT. Pelindo III (Persero) beserta jajaran selalu
berupaya secara maksimal untuk meningkatkan nilai
perusahaan guna menciptakan keuntungan yang berkelanjutan.
Arah dan tujuan PT. Pelindo III (Persero) sudah tergambar jelas
pada Visi dan Misi perusahaan yang diturunkan lagi pada
strategi pengembangan perusahaan sebagaimana berikut :
1. Revitalisasi Pelabuhan
Pelabuhan yang ada di Indonesia sebagian dibangun
pada masa penjajahan Belanda sehingga banyak
pelabuhan yang usianya sudah tua. Strategi
pengembangan ini adalah upaya dari PT. Pelindo III
(Persero) untuk memperoleh nilai maksimal melalui
pemanfaatan fasilitas yang ada dengan cara rekonfigurasi,
klasterisasi serta penataan pelabuhan. Hal ini dilakukan
pada Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan
pelabuhan terbesar kedua di Indonesia, dengan melakukan
rekonfigurasi dan memperbanyak dedicated terminal guna
meningkatkan produktivitas terminal yang ada.
2. Modernisasi Pelabuhan
Salah satu hal yang tidak terlepas dari pelayanan
kepelabuhanan adalah ketersediaan peralatan bongkar
muat. PT. Pelindo III (Persero) sebagai pengelola
pelabuhan juga melakukan strategi modernisasi peralatan
yang ada. Dikarenakan sudah banyak peralatan yang
berusia tua, maka dilakukan modernisasi peralatan yang
dimiliki. Beberapa program yang dilakukan oleh manajemen
adalah otomatisasi alat bongkar muat, penggunaan IT
System dan penyediaan alat bongkar muat berbasis IT
pada Terminal Teluk Lamong, Tanjung Perak dan TPKS.
3. Peningkatan Kapasitas Pelabuhan
Guna mempertahankan akselerasi yang
berkelanjutan yang tidak boleh dilupakan adalah
peningkatan kapasitas pelabuhan melalui berbagai program
yang mendukung. Berbagai program peningkatan fasilitas
pokok maupun fasilitas pendukung telah dilakukan oleh
perusahaan sehingga dapat meningkatkan nilai
perusahaan. Program Alur Pelayaran Barat Surabaya
(APBS) menjadi salah satu contohnya dimana akan
dilakukan pelebaran dan pendalaman alur sebagai jalur
masuk kapal yang akan masuk bersandar pada pelabuhan
Tanjung Perak.
Sumber pendanaan untuk untuk mendanai proyek-
proyek besar yang sedang dikerjakan oleh PT Pelabuhan
Indonesia III (Persero) tersebut berasal dari dana internal
(cadangan penyusutan) dan dana pinjaman luar negeri
PKLN berupa ECA sebesar USD 121 Juta. PT. Pelindo III
(Persero) juga mendapatkan kepercayaan dunia
internasional sehingga mampu mendapatkan global bond
sebesar USD 500 juta.
Kendala
Dalam pengembangan pelabuhan dilingkungan PT.
Pelindo III (Persero), terdapat beberapa hal yang menjadi
kendala utama bagi PT. Pelindo III (Persero) :
o Pembangunan/pengembangan pelabuhan memerlukan
proses perijinan yang panjang dan harus melalui berbagai
instansi. Sebagai salah satu contohnya adalah
pembangunan Terminal Teluk lamong yang sudah
direncanakan pada tahun 1997 namun baru dapat
dilaksanakan pada tahun 2010 dikarenakan panjangnya
proses perijinan/birokrasi institusi terkait.
o Kebijakan pemerintah baru Pemerintah, contohnya
kebijakan terkait penggunaan mata uang asing (USD)
dalam transaksi pelabuhan. dan aturan terkait dengan
Penerimaan Negara Bukan pajak (PNBP).
Kedua hal tersebut diatas menjadi kendala utama yang
seringkali harus dihadapi oleh PT. Pelindo III (Persero) dalam
upayanya mengembangkan pelabuhan di wilayah kerjanya. Hal
ini akan berdampak pada penyerapan investasi yang sudah
direncanakan oleh PT. Pelindo III (Persero) dalam
pengembangan pelabuhan. Pengembangan pelabuhan yang
dilakukan oleh PT. Pelindo III (Persero) bertujuan untuk
memajukan Negara sehingga mohon bantuannya untuk dapat
mempermudah proses perijinan pembangunan/pengembangan
pelabuhan.
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI DPR RI akan mengundang mitra kerja untuk
membahas permasalahan lebih lanjut dalam rapat dengar
pendapat.
7. PT. Pelni (Persero)
Pelni merupakan perusahaan yang bergerak dalam
bidang transportasi laut. Sebagian besar wilayah Nusa
Tenggara Barat adalah kepulauan yang sangat membutuhkan
alat transportasi laut untuk memperlancar mobilitas
masyarakat. Saat ini PT Pelni melayani rute via Nusa Tenggara
Barat (Ampenan dan Bima), adapun tersedia 4 kapal yang
melayani rute trayek via Nusa Tenggara Barat tersebut yaitu
KM. Sirimau, KM. Awu, KM. Tilongkabila dan KM. Kelimutu.
Kinerja Keuangan triwulan I 2015 masih mengalami
kerugian, hal ini dikarenakan meningkatnya biaya yang harus
ditanggung oleh perusahaan saat ini. Namun untuk 3 tahun
sebelumnya PT Pelni selalu mencetak laba walau tidak
signifikan jumlahnya.
Kendala
• Terminal pelabuhan Lembar dan Bima belum steril,
diupayakan dengan berkoordinasi dengan pengelola
pelabuhan dan instansi terkait untuk pengamanan dan
penertiban orang-orang yang tidak berkepentingan di area
pelabuhan.
• Keterbatasan fasilitas ruang tunggu dan dermaga pelabuhan,
saat ini berkoordinasi dengan pengelola pelabuhan untuk
penambahan fasilitas umum penumpang di pelabuhan.
• Pendangkalan pada alur pelabuhan di Bima sehingga
menyulitkan manuver kapal untuk sandar, melakukan
koordinasi dengan pihak terkait untuk dilakukan pengerukan
alur pelabuhan.
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI DPR RI akan mengundang mitra kerja untuk
membahas permasalahan dalam rapat dengar pendapat.
8. PT. ASDP Ferry Indonesia (Persero)
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) wilayah operasi
Nusa Tenggara Barat telah memiliki beberapa cabang yaitu
cabang Lembar (1 lintasan, 2 Pelabuhan, dan 3 Unit kapal),
cabang Kayangan (1 Lintasan, 2 Pelabuhan dan 4 Unit kapal)
dan cabang Sape (2 lintasan, 2 pelabuhan dan 3 kapal). Bidang
pokok usaha yang dilakukan PT. ASDP yaitu angkutan
penyeberangan dan pelabuhan penyeberangan.
Kendala
1. Ketrbatasan lahan di pelabuhan Padangbai yang hanya 2,9
H akan sangat sulit untuk menampung kelancaran sirkulasi
300ribu-500ribu unit kendaraan campuran pertahunnya. Hal
ini sangat beresiko terhadap kemacetan dijalan raya.
2. Jumlah dermaga yang berjumlah 2 unit untuk menampung
operasional 30 unit armada kapal dirasa masih kurang untuk
kelancaran kegiatan bongkar-muat, sehingga dibutuhkan
penambahan 1 unit dermaga, namun untuk pengem
bangannya masih terkendala terhadap keterbatasan luas
lahan Pelabuhan Padangbai.
Untuk saat ini sedang dilakukan kajian untuk pengembangan
lahan Pelabuhan Padangbai untuk mengantisipasi
pertumbuhan angkutan.
3. Kondisi alur masuk ke Pelabuhan masih relatif sempit,
sehingga menyebabkan keterbatasan pengembangan
armada. Saat ini sedang dilakukan pengerukan untuk
menambah tingkat kedalaman alur, namun sejauh ini belum
berhasil dikarenakan sulitnya kondisi alur dan trafik kegiatan
yang tidak dapat dihentikan pada lintas Lembar-Padangbai.
Selain itu memang belum ada pelabuhan alternative
ditempat lain untuk Bali Timur saat ini hanya satu-satu
pelabuhan yang dapat digunakan.
4. Dermaga Kayangan dan Pototano saat ini masing-masing 2
buah dengan jumlah kapal 20 unit, pola pengaturan jadwal
bergantian setiap 24 jam dimana kondisi ini dianggap masih
kurang efektif sehingga diperlukan adanya dermaga tiga
sebagai back up.
5. Pada Pelabuhan Kayangan juga terjadi penyempitan alur
masuk da kolam labuh yang dapat mengakibatkan kapal
kandas
6. kondisi car deck beberapa armada membutuhkan pe-
nyesuaian terhadap rata-rata tinggi muatan diatas kendaraan
yang melebihi standard.
7. Berkembangnya moda transportasi udara dan laut
mengakibatkan penurunan produksi (angkutan
penyeberangan tidak lagi menjadi pilihan utama) disisi lain
jumlah armada bertambah sehingga tingkat load factor
menurun hal ini berdampak terhadap ketersediaan
pelayanan dan fasilitas angkutan penyeberagan yang
memadai.
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI DPR RI akan mengundang mitra kerja untuk
membahas permasalahan dalam rapat dengar pendapat.
9. Perum Damri
Saat ini Perum Damri tersebar di 34 Provinsi.
Keberadaan Perum DAMRI di Mataram sekitar tahun 1962
berlokasi di Jalan Flamboyan No.2 Mataram yang sekarang
menjadi Kantor BAPEDA Tingkat I Nusa Tenggara Barat
dengan Alat Produksi/Kendaraan Bus sebanyak 4 Unit dan 12
Orang Karyawan yang terdiri dari : Pimpinan = 1 (satu) orang,
Staf = 3 (tiga) orang dan Pengemudi = 8 (delapan) orang.
Melayani Trayek ke Labuan Lombok yang sekarang disebut
Pelabuhan Penyebrangan Kayangan.
Pada awal tahun 1970an sempat terjadi vakum selama 4
tahun dan tahun 1974 Perum DAMRI Mataram beroperasi
kembali dengan 6 unit Armada melayani Trayek Mataram –
Labuhan Lombok dan Mataram – Tanjung.
Keberadaan Perum DAMRI Mataram di Jalan
Flamboyan No.2 Mataram ditukar guling berdasarkan Surat
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat
Nomor: 056.641/6 – 1980 tanggal 27 September 1980 perihal
Pemindahan Kantor Perum DAMRI. Dipindahkan alamat ke
Jalan TGH Faisal No.10 – Bengkel Cakranegara hingga
sekarang dengan luas tanah 4.982 M2.
Kendaraan bus medium sebanyak 56 unit terdiri dari
Bantuan Pemerintah (APBN) = 14 unit; Bantuan Pemerintah
(APBD) = 3 unit Bus Medium Ekonomi
Pengadaan Sendiri 39 unit, yaitu 13 unit Bus Medium Ekonomi
dan 26 unit Bus Medium Non-Ekonomi. Hingga kini Perum
Damri masih mengalami kerugian.
Kendala
1. Persaingan tarif dengan angkutan sejenis maupun angkutan
lainnya terutama tarif Ekonomi Angkutan Kota.
2. Pembatasan usia kendaraan maksimal 10 tahun oleh
Pemerintah Daerah.
3. Penerapan perundang-undangan Otonomi Daerah.
4. Banyaknya sarana jalan yang mengalami kerusakan.
5. Berkembangnya industri otomotif dan kemudahan
memperoleh fasilitas kredit kepemilikan kendaraan termasuk
perolehan izin trayek serta pesatnya pertumbuhan sepeda
motor.
6. Tingkat suku bunga pinjaman cenderung meningkat dan
Peraturan OJK tentang penyaluran Kredit dengan Uang
Muka sebesar 30%.
7. Fluktuatif nilai tukar dolar (U$ ) terhadap Rupiah (Rp).
8. Naik bahan bakar minyak (BBM).
9. Kemacetan dijalur utama, antara lain Daerah Pantura dan
Penyeberangan Merak–Bakauheni (Bandar Lampung).
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka Komisi VI
DPR RI akan mengundang mitra kerja untuk membahas
permasalahan dalam rapat dengar pendapat.
B.2. BUMN Bidang usaha Jasa Keuangan, Jasa Konstruksi dan
Jasa Lain.
1. Bank Indonesia Wilayah Nusa Tenggara Barat ;
Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat untuk
tahun 2014 lebih tinggi dibandingkan nasional. Pertumbuhan
yang melambat lebih disebabkan menurunnya kinerja ekspor di
kategori pertambangan Jika kategori pertambangan dikeluarkan
pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat tercatat lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Namun demikian kontribusi PDRB Nusa Tenggara Barat
masih sangat kecil terhadap PDB nasional. Pencapaian inflasi
Nusa Tenggara Barat tahun 2014 lebih rendah baik
dibandingkan nasional maupun inflasi Nusa Tenggara Barat
tahun sebelumnya. Meskipun demikian, pencapaian inflasi ini
masih cukup jauh dari target inflasi tahun 2014 (3,5 – 5,5%).
Sektor pertanian tetap menjadi sektor dengan kontribusi
terbesar untuk PDRB Nusa Tenggara Barat, disusul oleh sektor
Perdagangan dan Pertambangan. Kontribusi Sektor
pertambangan sangat fluktuatif karena hanya bergantung pada
satu perusahaan tambang (Newmont).
Perkembangan inflasi provinsi Nusa Tenggara Barat
Inflasi Nusa Tenggara Barat untuk bulan Maret tercatat
inflasi 0,31% (mtm). Lebih tinggi dibandingkan inflasi bulan
sebelumnya dan inflasi bulanan nasional
Untuk inflasi tahunan Nusa Tenggara Barat bulan Maret
sebesar 5,99% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan inflasi
tahunan Nasional.
Inflasi Kota Mataram untuk bulan Maret 2015 sebesar
0,43% (mtm). Sedangkan Kota Bima mengalami deflasi
sebesar 0,22% (mtm).
Perkembangan dana dan kredit perbankan, terdiri dari
Kredit di dominasi oleh kredit konsumsi sebesar 57 dan Sektor
ekonomi, sebagian besar kredit produktif kepada sektor
perdagangan. Penyaluran KUR 3,58% terhadap total
penyaluran Kredit dan 3,58% terhadap total Kredit UMKM
Perbankan Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Perekonomian Nusa Tenggara Barat ke depan
diperkirakan lebih banyak ditunjang oleh tiga kategori utama,
yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, dan Perdagangan.
Sektor Pariwisata terus menunjukan perkembangan dilihat dari
pertumbuhan kategori Penyediaan Akomodasi Makan dan
Minum yang stabil dan tinggi.
Pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat untuk
tahun 2015 secara kumulatif diperkirakan akan lebih baik
dibandingkan tahun 2014, yaitu sebesar 5,5 – 5,9% (yoy).
Perkiraan ini didasari oleh akan membaiknya sektor pertanian
dan pariwisata di Nusa Tenggara Barat, yang menjadi
penopang perekonomian Nusa Tenggara Barat secara
keseluruhan. Kepastian akan perizinan ekspor konsentrat
tembaga, dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Nusa
Tenggara Barat lebih tinggi lagi.
Inflasi di triwulan I 2015 diperkirakan terjaga dalam
angka yang rendah, mengingat adanya kebijakan penurunan
harga BBM yang diikuti oleh penurunan tarif angkutan umum
serta beberapa komoditas pangan.
Rekomendasi Kebijakan – Pertumbuhan Ekonomi
1. Peningkatan produktivitas pertanian
a. Dalam 5 tahun terakhir kategori pertanian menjadi
kategori dengan kontribusi terbesar terhadap
perekonomian Nusa Tenggara Barat, dengan rata-rata
kontribusi sebesar 23% terhadap PDRB. Namun
demikian, perkembangan kontribusi tersebut cenderung
stagnan
b. penurunan luas lahan panen padi di tahun 2014 sebesar
1,07% dibanding tahun sebelumnya
c. Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah menjaga
kelancaran distribusi pupuk terutama pada masa tanam,
meningkatkan penggunaan teknologi pertanian untuk
efisensi produksi, serta memastikan ketersediaan air
untuk irigasi sawah.
d. Selain itu adanya kemungkinan musim kemarau tahun
2015 yang akan lebih panjang dari yang biasanya
sebagaimana prediksi BMKG, perlu diantisipasi lebih
awal.
2. Mendorong realisasi investasi baik investasi pemerintah
maupun swasta
a. Sejauh ini kontribusi investasi terhadap PDRB Nusa
Tenggara Barat yang sebesar 38% relatif lebih kecil
dibanding kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap
PDRB Nusa Tenggara Barat yang sebesar 84%.
b. Meningkatkan layanan perijinan, sehingga mem
permudah pelaku usaha dalam memulai aktivitas
usahanya.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur pendukung,
seperti kelistrikan. Saat ini rasio elektrifikasi di Provinsi
Nusa Tenggara Barat sekitar 67%, lebih rendah
dibandingkan naisonal yang mencapai 81%.
d. Mendorong realisasi investasi swasta pada sektor
pariwisata, dimana sektor tersebut cukup potensial untuk
dikembangkan mendorong perekonomian Nusa
Tenggara Barat yang selama ini cukup bergantung pada
sektor pertambangan.
3. Stabilitas Harga Barang
a. Adanya risiko-risiko yang dapat menyebabkan inflasi
meningkat seperti: (i) kenaikan harga minyak dunia; (ii)
kondisi cuaca yang tidak menentu yang berpotensi
mengganggu panen; (iii) dampak lanjutan kenaikan
harga BBM dan gas elpiji 12 kg; (iv) rencana kenaikan
tarif cukai rokok; (v) rencana kenaikan tarif dasar listrik
golongan 1300 VA - 2200 VA; dan (vi) rencana kenaikan
gas elpiji 3 kg menjadi hal yang perlu diwaspadai.
b. Menyusun peraturan tertulis (Peraturan Gubernur) terkait
pembatasan dan pengawasan penggunaan gas elpiji
bersubsidi yang diperuntukkan hanya bagi masyarakat
kurang mampu, serta melakukan pengawasan hingga
tingkat pengecer gas elpiji.
2. PT. Bank BRI (Persero)
PT. Bank BRI (Persero) saat ini memiliki 6 KC, 4 KCP, 2
KK, 62 BRI Unit, 59 Teras, 8 terling, 242 ATM, 543 EDC dan
269 Brilink. Perkembangan kredit pada posisi bulan Maret
tahun 2015 masih didominasi oleh pinjaman Mikro sebesar
45,4% dari total pinjaman yaitu 5,680 milyar. Untuk DPK, masih
di dominasi oleh tabungan sebesar 79,6% dari total Rp3,023
milyar dengan NPL 1,80%.
Tingkat pengembalian kredit terlihat dari NPL tersebut
yang menunjukkan penyaluran kredit yang sehat. Pemerintah
melakukan evaluasi terhadap KUR sehingga dihentikan. Sambil
menunggu evaluasi KUR oleh Pemerintah, maka Bank BRI
mengeluarkan produk KUPEDES rakyat sebagai penggantai
KUR, sehingga tetap bias melayani kebutuhan masyarakat
yang feasible namun bankable yang jumlahnya sangat besar di
Indonesia.
Bentuk program kemitraan yang telah dikembangkan
yaitu: fasilitas kredit usaha BRI, fasilitas kredit usaha pesantren,
fasilitas kredit usaha mahasiswa, dan sinergi program
kemitraan dan bina lingkungan.
Kendala
Kendala yang masih dihadapi adalah masih adanya
kredit program kemitraan yang bermasalah, sehingga Bank BRI
melakukan upaya penagihan bagi pinjaman-pinjaman yang
bermasalah serta melakukan langkah restrukturisasi dengan
cara penjadwalan kembali kredit, ataupun penyesuaian
persyaratan pinjaman (reconditioning). Total CSR/BL yang
telah disalurkan pada tahun 2015 ebanyak Rp148.877.000,-
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI DPR RI bahwa harus dilaksanakan karena sifat
keputusan mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi
yang sudah melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS
kembali untuk merubah karena pada bulan April akan
dipertanggungjawabkan pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
3. PT. Bank BNI (Persero)
PT. Bank BNI (Persero) beroperasi di seluruh
kabupaten di Prov. Nusa Tenggara Barat, untuk melayani
kebutuhan Jasa perbankan masyarakat seperti: Penyimpanan
Dana, Penyaluran Kredit dan Jasa-Jasa Keuangan lainnya.
Saat ini Bank BNI Provinsi Nusa Tenggara Barat memiliki 3
KCU, 1 Sentra Kredit, 12 KLN, 6 KK dan 219 ATM. Total
penyaluran kredit sebesar Rp2,070 miliar telah disalurkan ke
sektor produktif, korporasi, menengah, kecil dan konsumer.
Sektor konsumer dengan share sekitar 50% dari total
kredit. Sedangkan untuk penyaluran KUR di Nusa Tenggara
Barat sebesar Rp21,63 milyar yaitu sebesar 0,79% dari total
penyaluran KUR Nasional dan NPL sebesar 5,245.
Perkembangan dana pihak ketiga di tahun 2015 masih
didominasi oleh tabungan dengan share sekitar 52% dari total
DPK sebesar Rp13,674milyar dan LDR sebesar 15,14%.
Kendala
Kendala yang masih dihadapi adalah masih adanya
kredit program kemitraan yang bermasalah, sehingga Bank BNI
telah melakukan beberapa cara diantaranya: melakukan
penagihan dan pemantauan secara intensif; membantu debitur
untuk memperbaiki kinerja usaha; bersama mitra binaan
mencari solusi dalam rangka penyelesaian/penyelamatan
kredit; untuk Kredit KUR, mengajukan klaim ke perusahaan
asuransi apabila telah memenuhi persyaratan klaim.
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI DPR RI bahwa harus dilaksanakan karena sifat
keputusan mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi
yang sudah melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS
kembali untuk merubah karena pada bulan April akan
dipertanggungjawabkan pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
4. PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Hingga tahun 2015 Bank Mandiri di Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki 37 jaringan kantor, yang terdiri dari 1
KC, 34 KCP, 2 Kantor Kas (KK), 143 ATM, dan EDC sebanyak
3.099 unit. Bank Mandiri telah menyalurkan kredit kepada UKM
s.d 31 Maret 2015 secara nasional sebesar Rp63,477 Trilyun
sedangkan untuk provinsi Nusa Tenggara Barat, Bank mandiri
telah menyalurkan kredit UKM s.d. 31 maret 2015 sebesar
Rp593,26 Milyar. Penyaluran kredit kepada koperasi untuk
Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp645 Juta untuk 1
koperasi.
Program kemitraan yang telah dikembangkan berupa
pinjaman modal kerja/investasi dan pembinaan kepada mitra
binaan sedangkan mekanisme penyaluran kemitraan yang
dikembangkan berupa pola penyaluran kemitraan One by One
yaitu penyaluran pinjaman dengan cara langsung kepada calon
mitra binaan dan pola penyalurn linkage yaitu penyaluran
pinjaman kemitraan dimana ada avalist/penjamin yang
menjamin/merekomender calon mitra binaan.
Kendala
Kendala yang masih dihadapi adalah masih adanya
kredit program kemitraan yang bermasalah, sehingga merujuk
pada Peraturan Meneteri BUMN No. PER-05/MBU/2007 tgl
27April 2007 yang diubah menjadi Peraturan Meneteri BUMN
No.PER-08/MBU/2013 tgl 10 September 2013, penanganan/
penyelesaian kredit/pinjaman Program kemitraan yang
bermaslah di Bank Mandiri dilakukan:
a. Pemulihan pinjaman bermasalah
Pemulihan pijnjaman bermaslh dilakukan dengan
penjadwalan ulang atau penyesuaian persyaratan
(reconditioning) dengan syarat mitra binaan memenuhi
kriteria:
1. masih memiliki itikad baik dan kooperatif
2. usaha masih berprospek/usahanya masih berjalan
3. masih mempunyai kemampuan untuk membayar
angsuran
Pelaksanaan rescheduling atau reconditioning harus
mencerminkan kemampuan membayar mitra binaan, dimana
dalam kedua proses tersebut terdapat keringanan jasa
administrasi (bunga) pinjaman maksimal 50% (dalam rangka
pemulihan pinjaman) dan maksimal 100% (dalam rangka
penyelesaian pinjaman).
b. Penyelesaian pinjaman bermasalah
Apabila langkah-langkah pemulihan pinjaman tidak mencapai
hasil yang diharapkan, maka penyelesaian pinjaman
dilakukan dengan pelunasan pinjaman oleh ahli
waris/keluarga mitra binaan (bukan mitra binaan).
c. Penghapusbukuan pinjaman bermasalah
Penghapusbukuan pinjaman bermasalah dilakukan terhadap
pinjaman yang mengalami force majeur (bencana alam,
meninggal dunia dsb) yaitu dengan memasukkan account
pinjaman dimaksud ke dalam pos pinjaman bermasalah,
dimana penanganan pinjaman tersebut hanya sebatas hapus
buku saja (off balance) tetapi bukan hapus tagih.
Terkait dengan masalah KUR, secara akumulasi
penyaluran KUR di Provinsi Nusa Tenggara Barat (periode
Oktober 2007 s.d. 31 desember 2014) mencapai Rp125,40
milyar kepada 5.827 debitur. Selama tahun 2015, belum
terdapat penyaluran KUR baru di bank mandiri, sehubungan
penyaluran KUR tahun 2015 untuk sementara dihentikan
sesuai dengan surat Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian RI No. S-114/DIM.EKON/12/2014 tanggal 9
Desember 2014 perihal Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Sehubungan dengan belum terdapatnya penyaluran
baru untuk KUR pada tahun 2015, maka penururnan nilai
outstanding KUR menyebabkan peningkatan prosentase NPL
KUR di Provinsi Nusa Tenggara Barat (posisi Maret 2015)
menjadi 6,23% dibandingkan dengan Desember 2014 sebesar
3,53%. Dari RP12,4 Milyar JUR yang telah disalurkan, yang
bermasalah dalam pengembalian kredit (maret 2015) adalah
sebesar Rp1,41 Milyar untuk 84 debitur.
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI DPR RI bahwa harus dilaksanakan karena sifat
keputusan mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi
yang sudah melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS
kembali untuk merubah karena pada bulan April akan
dipertanggungjawabkan pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
5. PT. Bank BTN (Persero)
Saat ini PT. Bank BTN (persero) di Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki: 1 unit KC, 1 unit KCP, 1 unit KK, 40
unit KLKK dan 11 unit ATM. Bank BTN KC Mataram telah
menyalurkan pembiayaan di sektor Koperasi dan UKM di
Propinsi Nusa Tenggara Barat dari Th 2008 s.d. 2014 sebesar
Rp 52.166 Juta kepada 348 debitur, dengan baki debet
sebesar Rp 19.836 Juta.
Berdasarkan Baki Debet, s.d. 31 Desember 2014
penyaluran KUR Bank BTN di Propinsi Nusa Tenggara Barat
paling banyak ke sektor Perdagangan Besar dan Eceran
(54.35%), Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa
Perusahaan (18.66%) dan Jasa Kemasyarakatan, sosial
budaya, hiburan dan perorangan lainnya (16.93%).
Untuk perkembangan dana pihak ketiga (tabungan, giro
dan deposito) di tahun 2014 terjadi peningkatan untuk deposito,
hal ini dikarenakan ratenya lebih tinggi meningkat hingga
48,91% dari tahun sebelumnya.
Kendala
Kendala yang masih dihadapi adalah masih adanya
kredit program kemitraan yang bermasalah, dalam hal ini BTN
akan melakukan pembinaan terhadap usaha debitur Program
Kemitraan yang telah dibiayai oleh Bank BTN, sebagai berikut:
a. Memberikan edukasi terhadap pengelolaan usaha debitur
agar dapat lebih berkembang terkait keuangan, penjualan
dan pemasaran.
b. Monitoring terhadap perkembangan usaha debitur.
c. Melakukan penagihan kepada debitur dengan intensif
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI DPR RI bahwa harus dilaksanakan karena sifat
keputusan mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi
yang sudah melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS
kembali untuk merubah karena pada bulan April akan
dipertanggungjawabkan pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
6. Bank Nusa Tenggara Barat (dihadiri oleh: Direktur Unit
Usaha Syariah)
Secara umum PT Bank Nusa Tenggara Barat telah
melayani kebutuhan masyarakat Nusa Tenggara Barat sejak
tahun 1964 melalui Bank Konvensional dan layanan syariah
melalui Pembentukan Unit Usaha Syariah sejak tahun 2005.
Perkembangan baik konvensional maupun Unit Usaha Syariah
terus mennjukkan perkembangan yang cukup baik.
Saat ini PT Bank Nusa Tenggara Barat memiliki 1 unit
Kantor Pusat, 7 unit Cabang Konvensional, 2 unit Cabang
syariah, 12 unit Cabang Pembantu Konvensional, 7 unit
Cabang Pembantu Syariah, 2 unit kantor kas konvensional, 1
unit Kantor Kas Syariah, 5 Unit Kantor Pelayanan dan 101 unit
ATM. (sejak bulan Desember 2014 diseluruh kabupaten Kota di
Provinsi Nusa Tenggara Barat telah beroperasi Bank Nusa
Tenggara Barat baik yang konvensional maupun Syariah).
Dilihat share PT Bank Nusa Tenggara Barat terhadap
perbankan di Nusa Tenggara Barat pada periode Desember
2014, total asset sebesar 20,87 % dari total Asset perbankan di
Nusa Tenggara Barat sebesar Rp 27,8 Trilyun. Dana Pihak
Ketiga (DPK) sebesar 23,87 % dari total DPK perbankan di
Nusa Tenggara Barat Rp 17,1 Trilyun. Untuk DPk sekarng
bergeser kea rah deposito karena ratenya yang sedikit lebih
tinggi. Dan kredit yang diberikan share sebesar 15,34 % dari
total outstanding kredit perbankan di Nusa Tenggara Barat
Rp 26,6 Trilyun. Jumlah KUR yang disalurkan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat sampai dengan tahun 2014 sebesar Rp
177.798 juta. Tingkat NPL masih dibawah 2 % yaitu 1,48 %.
Kendala
Masih terdapat kredit bermasalah terutama untuk daerah
Sumbawa Barat sempat terjadi penurunan produksi di tambang
sehingga berdampak pada pendapatan masyarakat dan daerah
Sumbawa. Tertinggi di wilayah Sumbawa Barat dengan
nominal Rp 2.004 Juta atau 21,46 % dari total kredit KUR,
selanjutnya di Kabupaten Sumbawa dengan nominal sebesar
Rp 533 juta atau 18,75 % dari total kredit KUR.
Upaya penanganannya dengan melakukan monitoring
dan pengawasan. Monitoring dilakukan secara berkala ke
masing-masing Kantor Cabang Operasional dalam bentuk
kunjungan langsung maupun melalui telepon dan meminta
laporan realisasi oleh masing-masing Kantor Cabang
Operasional secara berkala dan tertulis.
Persaingan dengan bank bank asing makin banyak
sehingga Bank Nusa Tenggara Barat menaikkan rate deposito
untuk menarik nasabah. Bank Nusa Tenggara Barat masih
berharap sehingga msh menjadi bagian dari penjaminan dari
pemerintah sehingga masih bisa melayani masyarakat bawah
karena masih banyak yang belum terjamah oleh KUR.
Selama 5 tahun terakhir, untuk CSR didapat 5% dari
laba dibagi yang disesuaikan dengan masing-masing share
pemegang saham. Semenjak RUPS Desember 2014 CSR tidak
lagi diambil dari laba dibagi tp dari biaya yaitu sebesar 5 % nya.
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI DPR RI bahwa harus dilaksanakan karena sifat
keputusan mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi
yang sudah melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS
kembali untuk merubah karena pada bulan April akan
dipertanggungjawabkan pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
7. PT. Pegadaian (Persero)
Saat ini PT Pegadaian Provinsi Nusa Tenggara
Barat memiliki 188 outlet Konvensional dan 29 outlet Syariah.
Rata-rata pinjaman yang disalurkan (omset) secara nasional
per account adalah Rp3,5 Juta atau per nasabah sebesar
Rp4,2 juta. Untuk Agunan masih didominasi oleh emas dengan
nasabah paling banyak adalah wanita usia 26 s.d 45 tahun.
Kendala
Dana kemitraan disalurkan berdasarkan permohonan
dari calon mitra binaan melalui cabang terdekat dengan
melengkapi persyaratan Program Kemitraan yang selanjutnya
dilakukan survey terhadap usaha dari calon mitra binaan oleh
Pemimpin cabang terkait, bila layak untuk diberikan Kredit
Program kemitraan maka permohonan diteruskan ke Kanwil VII
Denpasar untuk diproses lebih lanjut. Hal tersebut
membutuhkan waktu proses lebih lama. Modal kerja sebagian
besar dari hasil kredit yaitu Rp 250 Milyar dana tersebut
termasuk dari penilaian asset sebelumnya.
Rekomendasi
Akan dilakukan pertemuan rapat untuk membahas dan
menyelesaikan masalah karena kekacauan pengelolaan PKBL
oleh BUMN dimana swasta juga diwajibkan melakukan PKBL.
Pada 23 April 2015 keputusan dengan Menteri BUMN dan
Komisi VI bahwa harus dilaksanakan karena sifat keputusan
mengikat sesuai. UU MD3 Pasal 60. Sehingga bagi yang sudah
melakukan RUPS harus melaksanakan RUPS kembali untuk
merubah karena pada bulan April akan dipertanggungjawabkan
pada RUPS untuk RKP tahun 2015.
8. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
Perusahaan ini didirikan pada tanggal 1 Juni 1999
sebagai Lembaga Keuangan Khusus yang kegiatan usahanya
meliputi jasa pembiayaan dan jasa manajemen, sebagai
pelakasanaan dari Ketetapan MPR RI No. XVI Tahun 1998
tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi.
Maksud dan tujuan pendiriannya untuk menyeleng
garakan Jasa Pembiayaan termasuk Kredit Program dan Jasa
Manajemen untuk pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan
Menengah termasuk kegiatan usaha lainnya guna menunjang
pelaksanaan kegiatan tersebut.
Per 31 Desember 2014 PT PNM (Persero) telah memiliki
587 Outlet ULaMM sehingga total Kantor Layanan menjadi 715
yang menjangkau 27 Provinsi dengan 2.931 kecamatan.
Di NTB, jaringan ULaMM PNM masuk kedalam klaster
Lombok terdiri dari 5 unit yaitu Unit Aikmel, Unit Mataram, Unit
Narmada, dan Unit Praya. Total Penyaluran sebanyak 890
debitur dengan total pencairan sebesar Rp 77.479.000.000,-
Total NPL per Maret 2015 sebesar 0,40 % atau sekitar
Rp 112 juta atau bila dibandingkan dengan total yang telah
disalurkan sekitar Rp 77,479 juta adalah sekitar 0,14 % yang
bermasalah.
Kendala
Kualitas pembiayaan UMK di NTB termasuk kurang baik
(NPL tinggi), bahkan beberapa Lembaga Keuangan lain
mengambil kebijakan stop lending (sementara tidak
menyalurkan pembiayaan baru). Hal ini dimungkinkan karena
kurangnya edukasi para pelaku UMK dalam pengembangan
usahanya, termasuk manajerial keuangan untuk hutang dan
piutangnya serta riil kebutuhan modal kerjanya.
Untuk antisipasi akan kenaikan NPL perlu ditingkatkan
monitoring serta pembinaan kepada UMK berupa
pengembangan Kapasitas Usaha dalam bentuk pelatihan,
dukungan teknis, pembukaan Akses pasar, dll.
Masalah lain adalah masih dibutuhkan bantuan berupa
fasilitasi untuk nasabah kecil berupa kemudahan mengikuti
pameran yang biayanya lumayan mahal bagi nasabah kecil
(UMKM)
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah yang dihadapi
didaerah, maka Komisi VI DPR RI akan mengundang mitra
kerja untuk membahas permasalahan lebih lanjut dalam rapat
dengar pendapat.
B.3. BUMN Bidang Usaha Agro dan dan Induistri Strategis
1. Perum Bulog
Perum Bulog memiliki tugas terhadap public (INPRES
No. 3 tahun 2012) yaitu melaksanakan kebijakan pembelian
gaba/beras dalam negeri dengan ketentuan harga pembelian
pemerintah bertujuan untuk menjaga harga ditingkat petani;
menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok
masyarakat berpendapatn rendah; menyediakan dan
menyalurkan beras ntuk menjaga stabilitas harga beras,
menjaga kecukupan stok dan menaggulangi keadaan darurat,
bencana dan rawan pangan.
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat, perum Bulog telah
memiliki 1 unit DIVRE, 3 Unit Subdivre, gudang sebanyak 18
unit, dan UPGB 3 unit. Kapasitas gudang beras Divre Nusa
Tenggara Barat sebanyak 160,920 Ton dengan ketahanan stok
5,88 bulan atau hingga bulan September 2015.
Kendala
Tempat untuk penyimpanan beras (gudang) yang
memadai, hal ini terjadi dikala musim panen tiba sehingga
terkadang kualitas beras yang disimpan tidak terjaga. Sehingga
untuk masalah penyimpanan beras harus diatur supaya tidak
ada lagi beras yang busuk
Masalah kualitas beras raskin yang ditengarai
berkualitas buruk, hal ini juga dikarenakan ada saat Bulog
harus tetap membeli beras dari petani, walaupun kualitasnya
rendah. Agar pemberian raskin dapat tepat sasaran sebaiknya
dibuat data base orang miskin atau penerima raskin. Selama ini
data Bulog masih menjadi masalah, karena akurasinya rendah
dan untuk itu pemerintah harus siap.
Rekomendasi
Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka
Komisi VI DPR RI akan mengundang mitra kerja untuk
membahas permasalahan lebih lanjut dalam rapat dengar
pendapat.
IV. SARAN/REKOMENDASI
Adapun beberapa saran untuk meningkatkan pengembangan
dan pembangunan di daerah provinsi Nusa Tenggara Barat, dapa
dilakukan dengan:
1. Mendorong pembangunan pabrik smelter di wilayah Nusa
Tenggara Barat, agar berdampak terhadap perekonomian daerah
2. Mendorong penciptaan lapangan kerja di dalam Nusa Tenggara
Barat, untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi masyarakat lokal
3. Pengawalan proyek-proyek strategis seperti Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) Mandalika, Bandar Kayangan, Pelabuhan Gili Mas,
agar berjalan sesuai dengan rencana.
4. Pembangunan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS)
sebagai media informasi harga pangan bagi masyarakat
5. Perluasan lapangan kerja di wilayah pedesaan, untuk menekan
jumlah penduduk miskin di desa dan meminimalisir arus urbanisasi
6. Penyaluran raskin secara tepat, untuk menekan pertumbuhan garis
kemiskinan
7. Peningkatan pelayanan dan akses kesehatan bagi masyarakat
secara merata di seluruh kab/kota provinsi Nusa Tenggara Barat,
sebagai upaya meningkatkan angka harapan hidup
8. Penguatan kemandirian keuangan daerah melalui:
a) Peningkatan Pendapatan Asli Daerah PAD
b) Peningkatan belanja modal yang diwujudkan dengan
pembangunan infrastruktur dapat meningkatkan aktivitas
perekonomian. Dengan meningkatnya aktivitas perekonomian,
diharapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan
meningkat dan PAD akan meningkat.
Proses pembangunan di daerah tak luput dari peran BUMN
dalam meningkatkan perekonomian daerah. Pada kunjungan kerja
Komisi VI DPR RI ke Povinsi Nusa Tenggara Barat, diberitahukan
mengenai kekacauan dalam penggunaan dan pengalokasian dasar
daripada PKBL. Hal tersebut sudah lama ditengarai sejak lama dan
sekarang sudah dikembalikan sesuai dengan Undang-Undang No. 19
tahun 2003 Pasal 88 mengenai program kemitraan bina lingkungan.
Pada tanggal 23 April 2015 telah dilakukan rapat dengan Menteri
BUMN yang sepakat untuk mencabut semua surat yang terkait dengan
PKBL dan kembali pada Undang-Undang No. 19 tahun 2003 Pasal 88.
Kesepakatan tersebut adalah untuk menggunakan/mengambil sebagian
daripada uang negara dengan menyisihkan sebagian dari laba bersih
untuk diberikan kepada usaha kecil dan koperasi dalam bentuk
kemitraan dan bina lingkungan, namun bagi yang mengalami kerugian
tidak diwajibkan.
Konsekuensi dari hasil rapat tersebut adalah semua perusahaan
BUMN yang telah melakukan RUPS diharap untuk melakukan RUPS
kembali untuk menyusun dan merubah RKAP
V. PENUTUP
Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI ke
Provinsi Nusa Tenggara Barat pada Masa Persidangan III Tahun
Sidang 2014-2015 yang dilaksanakan pada tanggal 26-30 April 2015.
Terkait dengan pengembangan dan pembangunan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat agar selalu memperhatikan masalah local content,
peningkatan pelayanan angkutan udara dan pelabuhan, ketersediaan
bahan bakar gas maupun minyak.
Sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat maupun
industri, ketersediaan pupuk serta hasil hutan, ketersediaan beras, dan
kesiapan perbankan dalam mendukung pembangunan di Provinsi Nusa
Tenggara Barat maka diperlukan sinergisitas kebijakan lintas sektoral
dan lintas wilayah antara Kementerian/Lembaga/Pemda terkait
terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan
menjadikan laporan ini menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI
terutama sebagai bahan bagi fungsi Pengawasan dan Penganggaran
DPR RI. Selain itu hasil Kunjungan Kerja ini juga akan diserahkan
kepada Pemerintah untuk dapat ditindaklanjuti terutama dalam
melakukan perencanaan bagi pembangunan dan atau pemeliharaan
serta perbaikan bagi kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa
Tenggara Barat pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
KOMISI VI DPR RI