LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI KE … · 2020. 1. 7. · KUNJUNGAN KERJA...
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI KE … · 2020. 1. 7. · KUNJUNGAN KERJA...
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE KAWASAN INDUSTRI MILLENIUM
TANGERANG-PROVINSI BANTEN
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
28-30 NOVEMBER 2019
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE KAWASAN INDUSTRI MILLENIUM
TANGERANG-PROVINSI BANTEN
PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
28-30 NOVEMBER 2019
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Kunjungan Kerja
Pasal 98 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (MD3), yang direvisi dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2018. Dalam Pasal 98 tersebut diatur bahwa
Komisi dalam melaksanakan tugas di bidang legislasi, anggaran, dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dapat
mengadakan kunjungan kerja. Dalam melaksanakan tugas sesuai bidangnya,
Komisi dapat mengadakan kunjungan kerja di dalam negeri maupun ke luar
negeri.
Keputusan Pimpinan DPR RI tentang Penugasan Anggota Komisi I s.d. XI
DPR RI untuk melakukan Kunjungan Kerja dalam Masa Persidangan I Tahun
Sidang 2019–2020.
Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI mengenai Sasaran dan Objek
Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI dalam Masa Persidangan I Tahun Sidang
2019–2020.
B. Ruang Lingkup
Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok permasalahan
dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang
menyangkut bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Kawasan Industri
Millenium Tangerang. Kunjungan Kerja ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu fungsi Dewan untuk melakukan pengawasan sebagaimana diatur
dalam Peraturan DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan
masukan bagi pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
Sasaran Kunjungan Kerja spesifik Komisi VI DPR RI ini dititikberatkan pada
pengawasan terhadap kebijakan pemerintah yang telah dilaksanakan serta
rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama terkait dengan
bidang Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM), BUMN, Investasi, Perlindungan Konsumen, dan Persaingan Usaha.
Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas adalah peninjauan Kawasan Industri
Millenium Tangerang dibawah pengelolaan PT. Bumi Citra Permai, Tbk.
sebagaimana merujuk pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun
2016 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Kawasan Industri yang
menyatakan, satu hektar (ha) kawasan industri dapat menyerap 100 tenaga kerja
langsung. Dengan luas Kawasan Industri Milenium Industrial Estate di Cikupa
Tangerang seluas 1.800 hektar artinya pada kawasan ini akan dapat menyerap
sekitar 180.000 orang tenaga kerja.
Melalui Kunjungan Kerja Spesifik ke Kawasan Industri Millenium Tangerang,
Komisi VI DPR RI dapat mengetahui sekaligus memastikan perkembangan dari
Kawasan Industri Millenium dalam menarik investasi, penyerapan tenaga kerja
lokal, dan multiplier effect dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan
demikian Komisi VI DPR RI mampu memetakan persoalan sehingga segenap
program dan kebijakan yang telah ditetapkan mitra Komisi VI DPR RI akan dapat
lebih tepat sasaran.
C. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI
(Terlampir)
III. INFORMASI DAN TEMUAN KUNJUNGAN KERJA
Kawasan industri adalah hamparan tanah yang diperuntukan bagi kegiatan
industri yang dilengkapi dengan infrastruktur penunjang dan dikelola oleh Pengelola
Kawasan Industri yang memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Pembangunan
kawasan industri sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 142
Tahun 2015 tentang Kawasan Industri bertujuan untuk mempercepat penyebaran
dan pemerataan pembangunan industri, meningkatkan upaya pembangunan
industri yang berwawasan lingkungan, meningkatkan daya saing investasi dan daya
saing industri, dan memberikan kepastian lokasi sesuai tata ruang.
A. Perkembangan Kawasan Industri
Kawasan industri adalah hamparan tanah yang diperuntukan bagi kegiatan
industri yang dilengkapi dengan infrastruktur penunjang dan dikelola oleh
Pengelola Kawasan Industri yang memiliki Izin Usaha Kawasan Industri. Adapun
tujuan pengembangan kawasan Industri ialah: mempercepat penyebaran
industri, meningkatkan pengembangan industri yang ramah lingkungan,
meningkatkan daya saing investasi, memberikan lokasi yang tepat untuk
investasis sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kawasan industri di Indonesia baru dikembangkan pada awal tahun 1970-an
sebagai suatu usaha untuk memenuhi kegiatan penanaman modal baik dari
dalam maupun dari luar negeri. Pada awalnya pemerintah mengembangkan
kawasan industri melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Seiring dengan
perkembangan investasi yang terus meningkat, kemudian pihak swasta
dilibatkan dalam usaha kawasan industri melalui Keputusan Presiden Nomor 53
tahun 1989 dimana diatur bahwa usaha kawasan industri dapat dilaksanakan
oleh pihak swasta domestik maupun asing dengan atau tanpa partisipasi BUMN.
Sejak pihak swasta diperbolehkan mengembangkan kawasan industri, maka
pertumbuhan kawasan industri bertumbuh dengan pesat sekali.
Diharapkan dengan semakin banyak kawasan industri yang beroperasi akan
menyerap banyak tenaga kerja lokal sehingga mendorong multiplier effect
pertumbuhan ekonomi di sekitar berdirinya kawasan industri, merujuk pada
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Kawasan Industri yang menyatakan, satu hektar (ha) kawasan
industri dapat menyerap 100 tenaga kerja langsung.
Kawasan industri generasi pertama merupakan kawasan-kawasan industri
yang dibangun dan dikelola sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam hal ini,
pemerintah bertindak sebagai developer, operator dan regulator. Tahapan ini
berlangsung dari tahun 1970-1980an. Kawasan industri generasi pertama
contohnya adalah Kawasan Industri Pulogadung-Jakarta, Kawasan Industri
Rungkut-Surabaya, Kawasan Industri Medan, dan Kawasan Industri Makasar.
Pemerintah memegang peranan yang sangat dominan dalam operasionalisasi
kawasan industri di generasi pertama.
Sementara itu, kawasan industri generasi kedua merupakan kawasan-
kawasan industri yang dibangun dengan konsep masih sederhana, yaitu sebagai
lokasi pabrik semata. Kawasan ini berkembang pada saat ekonomi Indonesia
sedang booming antara tahun 1990-2000 dan di tengah meningkatnya semangat
deregulasi dari pemerintah. Kawasan-kawasan industri ini sepenuhnya dibangun
oleh swasta dan pemerintah hanya menjadi regulator.
Pada kawasan industri generasi ketiga pembangunan kawasan industri tidak
hanya dipenuhi dengan pabrik-pabrik, tetapi juga dilengkapi dengan kawasan
pemukiman, bisnis, pendidikan, hiburan dan olahraga sehingga mampu
menjadikan kota industri baru yang modern dan mandiri.
Perkembangan Kawasan Industri Indonesia
Izin Usaha Kawasan Industri diberikan kepada Perusahaan Kawasan
(pengelola) berdasarkan Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.
Pengelola Kawasan Industri dapat berbentuk:
a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah;
b. Koperasi; atau
c. Badan Usaha Swasta.
Investasi pembangunan kawasan industri bisa dengan menggunakan
beberapa skema sebagai berikut:
a. Financing;
b. Developer;
c. Operator; dan
d. Tenantship.
Pembangunan pada kawasan industri harus melengkapi beberapa Pra Syarat
sebagai berikut:
a. Sesuai dengan RTRW;
b. Keberadaan/kompetisi dengan kawasan industri lain di daerah yang sama;
c. Latar Belakang Pengelola (Kemampuan finansial dan pengalaman).
Bisnis utama dari kawasan industri di Indonesia terbagi menjadi tiga bagian
yaitu bisnis utama, bisnis barang jasa dan bisnis pendukung. Dengan rincian
sebagai berikut:
a. Bisnis Utama: Jual/Sewa lahan dan Jual/Sewa bangunan/SFB (Spesific
Factory Building);
b. Bisnis Penunjang Jasa: Penyediaan jasa infrastruktur industri (listrik, air baku,
jalan khusus, keamanan, IT), Pelayanan Perizinan Tenant, Penyediaan SDM
Industri; dan
c. Bisnis Pendukung: Penyediaan sarana komersial (Hotel, Perkantoran,
Pertokoan, dll), Penyediaan Perumahan Terintegrasi Industri, Penyediaan
fasos (rumah sakit, sekolah), Penyediaan pelabuhan, dry port, bandara.
Pemerintah saat ini terus mendorong pembangunan kawasan–kawasan
industri baru ke arah kawasan industri generasi ketiga sehingga mampu
menumbuhkan kota-kota industri baru di seluruh Indonesia. Kawasan industri
nantinya tidak hanya terdiri dari pabrik-pabrik, tetapi juga dilengkapi dengan
kawasan pemukiman, bisnis, pendidikan, hiburan dan olahraga sehingga mampu
menjadi kota industri baru yang modern dan mandiri. Dengan adanya pendidikan
(Politeknik) di setiap kawasan industri tentu saja akan mendekatkan Sumber
Daya Manusia (SDM) sesuai dengan kebutuhan industri.
Kawasan Industri Generasi Ketiga
Perkembangan pembangunan kawasan industri di Indonesia sejak tahun 2014
hingga saat ini dapat dilihat pada tabel dibawah. Hingga tahun 2014 kawasan
industri sepenuhnya terkonsentrasi di pulau Jawa dengan total 59 kawasan
industri. Disusul kawasan industri di pulau Sumatera (19 kawasan industri),
Kalimantan(3 (19 kawasan industri) dan Sulawesi (2 kawasan industri). Selama
waktu 5 tahun dari tahun 2014 hingga tahun 2019 terdapat perkembangan
kawasan industri, jika sebelumnya pulau Jawa mendominasi. Mulai tahun 2019
pemerintah mulai mendorong pembangunan kawasan industri baru khususnya di
luar pulau Jawa, sehingga kawasan industri di pulau Sumatera bertambah dari
19 menjadi 33 kawasan industri, pulau Kalimantan dari 3 berkembang menjadi 8
kawasan industri dan kawasan industri di pulau Sulawesi tumbuh dari 2 menjadi
4. Meskipun dari sisi jumlah peningkatan kawasan industri masih banyak terjadi
di Jawa, tetapi karena di luar Jawa ketersediaan lahan masih relatif luas maka
peningkatan persentase luas kawasan di luar Jawa lebih tinggi dibandingkan
dengan di Jawa.
Mulai tahun 2019, pemerintah mulai mendorong upaya pembangunan
kawasan-kawasan industri baru serta peningkatan daya saing dan produktivitas
khususnya bagi industri di luar pulau Jawa (Maluku, Papua dan Nusa Tenggara),
jikapun ada pertumbuhan kawasan industri di pulau Jawa maka hanya kawasan
industri yang berbasis hi technology yang akan mendapatkan izin pendirian
kawasan industri. Hingga saat ini ada pembangunan 38 kawasan industri yang
sedang masuk kedalam tahap kontruksi dimana komposisi luas kawasan industri
mulai merata terbagi di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan dengan luasan
lahan 27,68%, 27,58% dan 33,62%.
Perkembangan Pembangunan Kawasan Industri
Luas Kawasan Persentase Luas Kawasan Persentase Luas Kawasan Persentase
Industri (Ha) Luas Industri (Ha) Luas Industri (Ha) Luas
1 Sumatera 19 7019.10 19,34% 33 11.962,40 21,68% 7 4.083,00 27,68%
2 Jawa 59 26127.40 71,99% 58 35.376,89 64,11% 15 4.067,48 27,58%
3 Kalimantan 3 946,00 2,61% 8 2.342,13 4,24% 11 4.959,33 33,62%
4 Sulawesi 2 2.203,00 6,07% 4 5.500,00 9,97% 2 849,00 5,76%
5 Maluku Papua 2 600,00 4,07%
6 Nusa Tenggara 1 191,00 1,29%
K.I. Tahap Kontruksi Tahun 2019
Sumber: Kemenperin
No. Wilayah Jumlah Jumlah Jumlah
K.I. Tahun 2014 K.I. Tahun 2019
Persebaran jumlah kawasan industri yang telah beroperasional secara
nasional terdapat sekitar 103 kawasan industri yang tersebar di pulau Sumatera
sebanyak 33 kawasan industri, Kalimantan 8 kawasan industri, Jawa 58 kawasan
industri, dan 4 kawasan industri di Sulawesi. Hingga tahun 2018, sudah ada 21
kawasan industri yang ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional sektor Industri
(OVNI). Penetapan ini dilakukan jika kawasan industri mengusulkan untuk
mendapatkan status OVNI, sehingga tidak semua kawasan mempunyai status
objek vital.
Persebaran Kawasan Industri Operasional Secara Nasional
Sumber: Kemenperin
B. Kebijakan dan Tahapan Pembangunan Kawasan Industri
Kebijakan pengembangan kawasan industri kedepannya pembangunan
kawasan industri di pulau Jawa akan berbasis teknologi tinggi, padat karya dan
hemat air sedangkan kawasan industri di luar pulau Jawa akan berbasis
pengolahan Sumber Daya Alam (SDA), meningkatkan efisiensi sistem logistik,
kawasan industri sebagai pendorong pengembangan pusat ekonomi baru.
Sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 pemerintah ingin memiliki 19 Kawasan Industri Prioritas di luar Jawa
sehingga mendorong multiplier effect di daerah kawasan industri tersebut
berada.
Pembangunan Kawasan Industri mempunyai beberapa tahapan yang terdiri
dari:
a. Tahapan Penyusunan Dokumen Perencanaan: Pra Studi Kelayakan, Studi
Kelayakan, Masterplan, Rencana Strategis, Detail Engineering Design. Dalam
tahapan penyusunan dokumen perencanaan kawasan industri, Kementerian
Perindustrian melakukan pendampingan bagi investor yang ingin mendirikan
kawasan industri;
b. Perizinan: Izin Lokasi, Izin Lingkungan (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) dan Izin Usaha Kawasan Industri. Kegiatan perizinan bagi
industri dan kawasan industri saat ini sudah terintegrasi melalui sistem
perizinan Online Single Submission (OSS), setelah pengelola mendapatkan
Nomor Induk Berusaha (NIB) kemudian pengelola mengurus dokumen
sebagai kelengkapan dilakukan verifikasi;
c. Pembebasan Lahan: Proses pembebasan dan Proses sertifikasi. Untuk
membangun kawasan industri, investor minimal menguasai 50 hektar lahan;
d. Pembangunan: Pematangan lahan, Pembangunan infrastruktur dasar,
Pembangunan fasilitas umum/fasilitas sosial; dan
e. Operasional: setelah semuanya selesai, baru pengelola bisa mulai
memasarkan kawasan industri yang dikelola agar bisa segera diisi oleh tenant.
Tahapan Pembangunan Kawasan Industri
C. Permasalahan dan Upaya Penyelesaian Masalah Kawasan Industri
Nasional.
Kementerian Perindustrian telah memetakan beberapa permasalahan yang
terjadi pada kawasan industri nasional dengan membagi menjadi beberapa tahap
sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan: berupa persiapan pembangunan kawasan meliputi
penyusunan konsep, dokumen perencanaan, inisiasi kerjasama, dan
perizinan terkait pembebasan lahan;
b. Tahap Pembangunan: berupa pembebasan/pengadaan lahan, konstruksi
(pematangan lahan dan pembangunan infrastruktur dasar dalam kawasan),
sertifikasi lahan; dan
c. Tahap Operasional: lahan kawasan siap untuk digunakan oleh tenant,
pengelola telah melakukan kegiatan operasional manajemen kawasan
Rekapitulasi Permasalahan Kawasan Industri Nasional.
Sumber: Kemenperin (per september 2019)
Dari rekapitulasi permasalahan pada kawasan industri nasional, kemudian
Kementerian Perindustrian melakukan upaya penyelesaian permasalahan
dengan menyiapkan strategi sebagai berikut:
Permasalahan Upaya Penyelesaian Pihak Terkait
Infrastruktur Luar Kawasan Industri
1. Melakukan pendataan kebutuhan infrastruktur luar Kawasan industri;
2. Melakukan koordinasi untuk penyediaan infrastruktur di luar kawasan industri dengan kementerian terkait.
Kemenperin, Pemda, Calon Pengelola.
Lahan dan Tata Ruang
1. Menyusun pedoman Kawasan Peruntukan Industri;
2. Mendorong Pemda untuk menyusun RTRW yang mengakomodasi kepentingan Kawasan industri;
3. Pendampingan dan supervisi penyelesaian permasalahan lahan dan tata ruang dengan pihak-pihak terkait;
4. Penerapan skema KPBU pada Kawasan industri yang dikelola BUMN/BUMD;
5. Mendorong Pemda membentuk tim terpadu pengawasan lahan Kawasan Industri;
Kemenperin, Kemen ATR/BPN, Kemendagri, LMAN/Kemenkeu, Pemda, Calon Pengelola.
6. Mendorong BUMN dan Pemda untuk memanfaatkan lahan-lahan yang tidak produktif untuk dibangun kawasan industri.
Perizinan
1. Penyelesaian NSPK Kawasan Industri (Permen IUKI/IUPKI, RKL/RPL, dsb);
2. Pendampingan dan supervisi penyelesaian permasalahan perizinan kawasan industri.
Kemenperin, BKPM.
Infrastruktur Luar Kawasan Industri
1. Melakukan pendataan kebutuhan infrastruktur luar Kawasan industri;
2. Melakukan koordinasi untuk penyediaan infrastruktur di luar kawasan industri dengan kementerian terkait
Kemenperin, Kemen PUPR, Kemenhub, Kemen. ESDM, Pemda, Pengelola Kawasan Industri.
Infrastruktur Dalam Kawasan Industri
1. Penerapan skema KPBU pada Kawasan industri yang dikelola BUMN/BUMD;
2. Mendorong Kawasan Industri yang dikelola BUMD untuk mencari mitra strategis untuk membangun Kawasan industri.
Kemenperin,BKPM, LMAN/Kemenkeu, Pemda, Pengelola Kawasan Industri.
Pengelola & Tenant
1. Melakukan promosi investasi Kawasan Industri;
2. Penerapan standar Kawasan industri
Kemenperin, BKPM, Pemda, pengelola KI
Kenyamanan Berusaha (Keamanan, Perburuhan, Dukungan Pemda)
1. Penerapan OVNI; 2. Pendampingan dan supervisi investasi
dalam Kawasan Industri ke daerah-daerah.
Kemenperin, Polri, Pemda.
Sumber: Kemenperin
D. Kawasan Industri Millenium Tangerang
Kawasan Industri Milenium merupakan Kawasan industri dikelola oleh PT.
Bumi Citra Permai, Tbk. yang telah berdiri sejak tahun 2000. Berlokasi di Jl.
Pemda Baru, Desa Budimulya, Cikupa, Tangerang, Banten dengan total izin
lokasi seluas 1.800 hektar dan baru terbangun 400 hektar. Kawasan ini memiliki
akses 30 Km dari Bandara Soekarno-Hatta, 45 km dari Pelabuhan Tanjung Priok,
75 km dari Pelabuhan Merak-Banten, 5 km dari pintu Tol Balaraja Timur. Selain
itu Kawasan Industri Milenium didukung dengan berbagai fasilitas infrastruktur
untuk menciptakan kenyamanan pelaku usaha maupun industri, antara lain:
Pengolahan Air Bersih (WTP), Jaringan Pipa Gas, Gardu Induk PLN, Jaringan
Telepon, Jaringan Internet, dan Jalanan yang sudah di cor beton. Kawasan
Industri Millenium juga menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 120
hektar demi menciptakan lingkungan industry yang sehat. Selain sebagai
kawasan Industri bebas banjir, Millennium Industrial Estate juga menjamin bebas
kuli bongkar muat dan penyediaan keamanan 24 jam dengan didukung CCTV
kontrol.
Sampai dengan tahun 2019, Millennium Industrial Estate telah dihuni oleh
perusahaan-perusahaan industri yang berasal dari berbagai negara antara lain
adalah: Jepang, Korea, China, Amerika, Australia dan Indonesia. Kawasan
Industri Milenium saat ini telah memiliki 382 mitra usaha/perusahaan (terlampir)
yang bergerak dibidang metalurgi, otomotif dan komponennya, telekomunikasi,
logistik, chemicals, petrochemicals, bahan bangunan serta makanan. 385
perusahaan tersebut menempati berbagai tempat yang telah disediakan oleh PT.
Bumi Citra Permai yaitu: Lahan Industri, Commercial Building 3 lantai dengan
luas bangunan sebesar 5 x 20 m, Gudang Industri dengan ukuran bangunan 12
x 24 m dibangun dengan sistem Cluster, Gudang Industri tipe M-BIG yang
memiliki ukuran bangunan18 x 30 m di bangun dengan sistem cluster.
Sejalan dengan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi, peningkatan investasi di
Kawasan Industri Millennium sampai dengan kuartal ke 3 di tahun 2019
mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya. Diperkiraan total
keseluruhan serapan tenaga kerja pada Kawasan Industri Millenium mencapai
kurang lebih 60.000 tenaga kerja dimana 60% dari tenaga kerja tersebut
merupakan masyarakat disekitar kawasan industri. Kawasan Industri Millennium
saat ini telah menyiapkan investasi untuk pembangunan Dry Port dilokasi
kawasan untuk menunjang dan mengakomodasi pertumbuhan ekonomi daerah
maupun nasional baik dari segi output industri dalam negeri maupun
kesejahteraan masyarakat sekitar. Selain itu sebagai bentuk partisipasi
pembangunan infrastruktur penunjang dan konektivitas, Kawasan Industri
Millennium bekerjasama dengan salah satu pengembang pemukiman dan sesuai
dengan arahan dari Pemerintah Daerah setempat, PT. Bumi Citra Permai saat
ini sedang dalam proses pembangunan jalan akses yang menghubungkkan
akses jalan perumahan Citra Raya-Kawasan Industri Millennium-Komplek
Pemerintah Daerah Kota Tangerang.
Kawasan Industri Millennium telah menyediakan gudang-gudang kecil dan
menengah untuk menampung industri skala kecil. Kawasan Industri Millennium
juga terbuka untuk menjadi penghubung pengusaha mikro untuk bermitra atau
bekerjasama dengan industri-industi yang sudah aktif di kawasan. PT. Bumi Citra
Permai selaku pengelola, sangat mementingkan status tanah. Sehingga status
sengketa tanah atau tanah yang “tidak jelas” tidak terjadi di Kawasan Industri
Millenium. Jika ternyata kedepan ada permasalahan terkait status tanah maka
PT. Bumi Citra Permai selaku pengembang akan mencoba menyelesaikan
terlebih dahulu secara musyawarah.
Berkaitan dengan langkah antisipasi yang dilakukan pengelola kawasan
industri akan hengkangnya pabrik/perusahaan dari Kawasan Industri Millenium
yang diakibatkan oleh kenaikan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Tangerang
maka PT. Bumi Citra Permai mempunyai strategi sebagai berikut:
a. Optimalisasi fasilitas kawasan;
b. Meningkatkan kenyamanan berusaha, seperti keamanan, kebersihan,;
c. Peningkatan fasilitas secara digital menuju Industri 4.0; dan
d. Memposisikan sebagai kawasan industri 4.0 yang membutuhkan tenaga kerja
terampil sehinggga upah UMK terakomodasi dengan bijak.
IV. CATATAN DAN REKOMENDASI
Dari berbagai data dan informasi yang diperoleh pada saat pelaksanaan
kunjungan, ada beberapa catatan dan rekomendasi yang diberikan kepada
Kementerian Perindustrian dan Pengelola Kawasan Industri Millenium diantaranya
adalah:
1. Komisi VI DPR RI meminta Kementerian Perindustrian memfasilitasi produk
baik dari Kawasan Industri Millenium maupun kawasan industri di seluruh
Indonesia pada pameran-pameran baik yang diselenggarakan di dalam negeri
maupun luar negeri, supaya produk dalam negeri lebih dikenal dan mempunyai
daya saing.
2. Komisi VI DPR RI mengingatkan kepada pengelola Kawasan Industri Millenium
bahwa pembangunan kawasan industri yang terintegrasi merupakan hal
penting dalam mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi nasional karena
mampu menyediakan lapangan kerja yang luas dan membawa multiplier effect
bagi ekonomi nasional, namun Kawasan Industri Millenium harus tetap
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
a. Dampak terhadap ekosistem dan lingkungan hidup;
b. Menjaga dan menyiapkan langkah antisipasi supaya para investor tidak
merelokasi pabriknya ke daerah lain atau bahkan ke luar negeri;
c. Memprioritaskan tenaga kerja yang berasal dari sekitar Kawasan Industri
Millenium; dan
d. Lebih inovatif dalam pemanfaatan media digital maupun media sosial dalam
mempromosikan kawasan industri.
V. PENUTUP
Demikian laporan kunjungan kerja spesifik Komisi VI DPR RI ke Kawasan
Indutri Millenium di Provinsi Banten pada masa Persidangan I Tahun Sidang 2019-
2020. Kami mengharapkan berbagai data dan informasi yang diperoleh dalam
laporan ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta ditindaklanjuti dalam rapat-
rapat Komisi VI DPR RI.
Jakarta, November 2019
Ketua Tim Kunker Spesifik Komisi VI DPR RI
Ke Kawasan Industri di Provinsi Banten
Ir. H.M. IDRIS LAENA, M.H.
A–274
Lampiran
DAFTAR NAMA KETUA DAN ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VI DPR RI
KE KAWASAN INDUSTRI MILLENIUM TANGERANG PROVINSI BANTEN PADA MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2019 – 2020
28-30 NOVEMBER 2019
NO. NO.
ANGG. N A M A KETERANGAN
1 A-189 ARIA BIMA PIMP. F. PDIP
2 A-209 SONNY T. DANAPARAMITA F.PDIP
3 A-229 ST. ANANTA WAHANA, SH, MH F.PDIP
4 A-208 Dr. H. MUFTI A.N. ANAM F.PDIP F.PDIP F.PDIP F.PDIP F.PDIP F.PDIP F.PDIP F.PDIP FF.PDI F.PDIP
5 A-274 Ir. H.M. IDRIS LAENA F.PG
6 A-334 Drs. MUKHTARUDIN F.PG
7 A-128 Dr. SUPRATMAN ANDI AGTAS, SH, MH F.GERINDRA
8 A-65 Ir. H. LA TINRO LA TUNRUNG F.GERINDRA
9 A-362 Drs. H. NYAT KADIR F. NASDEM
10 A-19 MARWAN JA’FAR F.PKB
11 A-25 SITI MUKAROMAH, S.Ag, MAP F,PKB
12 A-536 Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI F.PD
13 A-447 AMIN, AK, MM F.PKS
14 A-433 H. MAHFUDZ ABDURRAHMAN, S.Sos F.PKS
15 A-481 NASRIL BAHAR, SE F.PAN
16 A-493 EKO HENDRO PURNOMO, S.Sos F.PAN
17 A-472 H. ACH. BAIDOWI. S.Sos, M.Si F.PPP
18 -- ANITA HANDAYANIPUTRI, ST, MT KASUBAG
19 -- JAINURI A. IMAM SUDARKO, SAP SETKOM
20 -- ANNISA SWASTIKA IRAWATI PPNPN
21 -- ADHI PRASETYO SATRIYO WIBOWO, SM
ANALIS APBN
22 -- SUCIATI, S.Sos MEDIA CETAK DAN MEDIA SOSIAL
23 -- ZIKRI AMIN TV PARLEMEN
24 -- MUJIONO TU SET. PIMPINAN
25 -- ENDAT KURNIADI PENGEMUDI
Daftar Mitra Usaha Kawasan Industri Millenium
Lokasi Kawasan Industri Milenium
Site Plan Kawasan Industri Millenium