LAPORAN HASIL KEGIATANtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ... · 2020. 2....

25
Pendataan Baseline Profil Perikanan Tangkap, Sosial Ekonomi, Penangkapan Penyu dan Spesies ETP (Endangered, Threatened, and Protected) Lainnya di Pulau Nyamuk, Taman Nasional Karimunjawa LAPORAN HASIL KEGIATAN

Transcript of LAPORAN HASIL KEGIATANtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ... · 2020. 2....

  • Pendataan Baseline Profil Perikanan Tangkap, Sosial Ekonomi, Penangkapan Penyu dan Spesies ETP (Endangered, Threatened, and Protected) Lainnya di Pulau Nyamuk, Taman Nasional Karimunjawa

    LAPORAN HASIL KEGIATAN

  • 1 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    1 LATAR BELAKANG

    Pulau Nyamuk merupakan salah satu dari 27 pulau yang merupakan bagian dari Taman

    Nasional Karimunjawa, Jepara. Pulau Nyamuk terletak di bagian barat Pulau Karimunjawa dan

    memiliki sekitar 300 orang penduduk yang kehidupannya bergantung pada sumber daya dan

    kekayaan alam Pulau Nyamuk. Mayoritas mata pencaharian masyarakat Pulau Nyamuk

    adalah nelayan, sama seperti masyarakat pesisir di wilayah Indonesia lainnya. Sumber daya

    laut di perairan Pulau Nyamuk sangat melimpah, hal ini dikarenakan masih terjaga dan

    sehatnya terumbu karang serta ekosistem di perairan tersebut.

    Gambar 1. Pelabuhan Desa Nyamuk, Pulau Nyamuk

    Untuk menjaga kelestarian sumber daya laut di Pulau Nyamuk, tentunya aktivitas perikanan

    tangkap yang dilakukan di wilayah tersebut perlu dikelola dengan baik. Selain itu, penyu yang

    menjadi hewan ikonik Taman Nasional Karimunjawa serta spesies ETP (Endangered,

    Threatened, and Protected) lainnya juga harus dijaga kelestariannya. Namun dibutuhkan data

    pendahulu atau baseline sebagai acuan sehingga pengelolaan perikanan tangkap dan

    konservasi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan efisien dan efektif.

    Tingginya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan menjadi salah satu alasan

    pentingnya dilakukan pendataan profil perikanan dan sosial ekonomi, karena aktivitas

    manusia merupakan salah faktor yang dapat mempengaruhi kelestarian sumber daya laut.

    Kondisi populasi dua spesies penyu, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik

    (Eretmochelys imbricata), serta spesies ETP lainnya yang merupakan spesies kunci dalam

    menjaga kesehatan dan keseimbangan ekosistem laut juga harus secara rutin dimonitoring.

  • 2 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    TUJUAN

    Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data baseline mengenai profil perikanan tangkap

    di Pulau Nyamuk, Taman Nasional Karimunjawa, untuk menyediakan informasi terbaru

    sebagai landasan dalam pelaksanaan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan dan

    konservasi di wilayah tersebut.

    2 DESKRIPSI DAN TARGET KEGIATAN

    Pendataan akan dilaksanakan selama empat hari dengan metode interview dan kuesioner.

    Form kuesioner berisikan pertanyaan mengenai perikanan tangkap dan spesies ETP. Target

    kegiatan merupakan 30 orang nelayan dan atau masyarakat Pulau Nyamuk.

    3 WAKTU KEGIATAN

    Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:

    Hari/Tanggal : 11-17 September 2019

    Tempat : Pulau Nyamuk, Taman Nasional Karimunjawa

  • 3 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    4 HASIL DAN PEMBAHASAN

    Profil Perikanan Tangkap

    Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan kepada 30 responden nelayan Desa Nyamuk,

    Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa. Kami mendapatkan data seputar informasi umum

    nelayan, praktik penangkapannya, beserta hasil tangkapannya.

    Informasi Umum Nelayan

    Umur (Tahun)

    [21, 38] (38, 55] (55, 72]

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    Tahun

    [4, 21] (21, 38] (38, 55]

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

    Jum

    lah

    Angg

    ota

    Kelu

    arga

    Responden

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    SD SMA Tidak Sekolah

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    Jenjang Pendidikan

    Gambar 1. Umur Responden Nelayan Pulau Nyamuk

    Gambar 2. Lama Responden Menjadi Nelayan

    Gambar 3. Jumlah Anggota Keluarga Nelayan Pulau Nyamuk

    Gambar 4. Pendidikan Terakhir Nelayan Pulau Nyamuk

  • 4 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Informasi umum mengenai nelayan Pulau Nyamuk yang menjadi responden dalam pendataan

    sosial ekonomi dapat dilihat pada Gambar 1-4. Umur nelayan di Pulau Nyamuk cukup

    bervariasi dari 21 tahun hingga 70 tahun. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), usia produktif

    adalah 15-63 tahun menandakan rata-rata nelayan di Pulau Nyamuk masih dalam usia

    produktif. Nelayan di Pulau Nyamuk rata-rata sudah berprofesi sebagai nelayan selama lebih

    dari 20 tahun. Nelayan yang paling lama berprofesi menjadi nelayan sudah 54 tahun melaut,

    sedangkan paling baru hanya 4 tahun.

    Sebagian besar nelayan di Pulau Nyamuk tidak menerima pendidikan formal yang cukup. Hal

    tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 bahwa nelayan didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar

    (SD), sedangkan yang menerima pendidikan hingga jenjang SMA hanya 2 orang dari seluruh

    responden. Menurut responden hal tersebut dikarenakan nelayan tidak membutuhkan

    pendidikan yang tinggi.

    Para nelayan tidak hanya membiayai hidup sendiri, namun ada keluarga yang menjadi

    tanggungan mereka. Anggota keluarga yang dimaksud dapat berupa orang tua, istri, atau

    anak. Rata-rata nelayan mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak 3-4 orang.

    Praktik Perikanan

    Kapal

    Gambar 5. Kapasitas Kapal Nelayan dalam Gross Ton (GT)

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

    Gros

    s Ton

    (GT)

    Responden

  • 5 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Seluruh kapal nelayan memiliki bentuk yang sama, yaitu Jongson. Jongson adalah kapal kecil

    yang digunakan para nelayan, sedangkan ada sebagian kapal telah beralih fungsi menjadi

    kapal wisata di Karimunjawa. Menurut Gambar 5, hanya 23 dari 30 responden yang

    mengetahui berat kotor atau GT dari kapal mereka. Rata nelayan memiliki kapal 3 hingga 4

    GT dengan paling berat 9 GT. Merk mesin kapal yang digunakan sebagian besar responden

    adalah Dong Feng yang mempunyai kekuatan rata-rata 23 hingga 30 PK (bahasa belanda dari

    Tenaga Kuda). Kapal yang mempunyai mesin paling kuat adalah 300 PK, kapal ini lah yang

    memiliki GT paling besar pula. Tipe Mesin didominasi oleh mesin dalam yang berarti mesin

    dipasang dalam lambung kapal, sedangkan hanya 1 responden yang menggunakan tipe mesin

    samping.

    Musim

    Gambar 8. Musim Melaut Nelayan Pulau Nyamuk

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29

    Keku

    atan

    Mes

    in (P

    K)

    Responden Mesin dalam Mesin tempel

    02468

    101214

    Janua

    ri

    Febru

    ari

    Maret Ap

    ril Mei

    Juni

    Juli

    Agus

    tus

    Septe

    mber

    Oktob

    er

    Nove

    mber

    Desem

    ber

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    Bulan

    Puncak

    Sedang

    Paceklik

    Gambar 6. Kekuatan Mesin Kapal Nelayan Pulau Nyamuk

    Gambar 7. Jenis Mesin Nelayan Pulau Nyamuk

  • 6 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Waktu nelayan Pulau Nyamuk melaut dibagi menjadi 3 musim yaitu, Musim Puncak, Musim

    Sedang, dan Musim Paceklik. Musim Puncak merupakan musim dimana para nelayan

    mendapat ikan terbanyak, sedangkan musim sedang merupakan musim mereka

    mendapatkan ikan dengan intensitas sedang. Musim paceklik merupakan musim dimana

    nelayan tidak melaut.

    Musim puncak nelayan Pulau Nyamuk bervariasi bergantung pada cuaca di laut. Dilihat dari

    Gambar 8, mayoritas nelayan menjawab musim puncak untuk mendapatkan ikan adalah pada

    Bulan Maret dan November, sementara musim sedang pada Bulan Juni. Musim Paceklik,

    dimana nelayan tidak berangkat melaut rata-rata jatuh pada Bulan Agustus. Hal ini

    dikarenakan cuaca di kawasan Karimunjawa sudah memasuki musim baratan dimana identik

    dengan gelombang besar. Dengan kapasitas kapal yang relatif tradisional, melaut pada saat

    gelombang besar menjadi berbahaya. Hanya nelayan-nelayan tertentu saja yang berani untuk

    tetap menangkap ikan pada saat musim baratan.

    Jarak

    Gambar 9. Jarak Melaut dari Fishing Base

    Jarak melaut para nelayan Pulau Nyamuk sangat bervariasi tergantung dari lokasi nelayan

    menangkap ikan, kapal, dan alat tangkap yang digunakan. Mayoritas nelayan Pulau Nyamuk

    melaut tertinggi pada jarak di bawah 10 km dari fishing base (Pulau Nyamuk). Jarak melaut

    dapat dilihat di Gambar 9. Rata-rata nelayan tidak hanya memiliki 1 tempat lokasi menangkap

    ikan, beberapa memiliki 2 sampai 3 lokasi penangkapan yang berbeda.

    Jarak (Km)

    ≤ 10 (10, 30] (30, 50] (50, 70] (70, 90] (90, 100] > 100

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

  • 7 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Alat Tangkap

    Gambar 10. Jenis Alat Tangkap Utama

    Jenis alat tangkap utama yang digunakan nelayan Pulau Nyamuk dapat dilihat di Gambar 10.

    Semua alat tangkap yang digunakan tidak termasuk ke dalam jenis yang dilarang dalam

    peraturan pemerintah. Para nelayan umumnya memiliki lebih dari satu alat tangkap. Selain

    alat tangkap utama, nelayan memiliki alat tangkap sekunder. Pancing merupakan alat tangkap

    sekunder yang paling banyak digunakan para nelayan.

    Mayoritas nelayan Pulau Nyamuk menggunakan alat tangkap utama berupa Bubu dan Panah.

    Bubu (traps) merupakan alat tangkap ramah lingkungan yang bersifat pasif. Prinsip dasar dari

    bubu adalah menjebak ikan sehingga ikan terperangkap di dalamnya. Bubu digunakan

    nelayan yang menangkap ikan jenis Kakap dan Kerapu. Jumlah bubu yang digunakan para

    nelayan bervariasi dari 6-20 buah. Panah (spear gun) digunakan untuk ikan-ikan pelagis

    khususnya Ikan Ekor Kuning. Berbeda dengan alat tangkap lainnya, nelayan yang

    menggunakan panah harus menyelam dengan alat bantu kompresor.

    Selain itu, ada beberapa responden yang juga menggunakan alat bantu sounder atau fish

    finder (8 dari 30 responden). Fish finder adalah alat dengan frekuensi tinggi yang digunakan

    untuk mencari kumpulan ikan. Alat ini menjadi penunjang praktik perikanan. Para nelayan

    yang menggunakan alat bantu ini tercatat memiliki pendapatan yang lebih tinggi.

    38%

    34%

    21%

    7%

    Bubu

    Panah

    Pancing

    Jaring

  • 8 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Biaya Operasional

    Gambar 11. Total Biaya Operasional per Trip (Rupiah)

    Biaya operasional nelayan di Pulau Nyamuk saat melaut untuk menangkap ikan per trip nya

    sangat bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari nelayan tersebut. Lama nya satu kali trip dan

    banyak nya anak buah kapal dapat memengaruhi biaya operasional nelayan dalam melaut.

    Dari Gambar 11 dapat disimpulkan bahwa mayoritas nelayan menghabiskan biaya

    operasional sebesar Rp 1.000.000 hingga Rp 3.000.000.

    Hasil Tangkapan

    Jenis Tangkapan

    Nelayan Pulau Nyamuk menangkap berbagai jenis ikan ekonomis. Jenis yang paling banyak

    ditangkap adalah ikan dari famili Serranidae (grouper/kerapu). 21 dari 30 nelayan menangkap

    ikan kerapu atau yang kerap disebut Ikan Balong dan Ikan Sunu seperti spesies Epinephelus

    malabaricus, Epinephelus ongus, Cephalopholis cyanositgma, dan Plectropomus oligacanthus.

    Selain kerapu, ikan yang banyak ditangkap adalah ikan dari famili Lutjanidae (snapper/kakap),

    dan Caesionidae (fusilier/ekor kuning). 11 dari 30 nelayan menangkap Ikan Ekor Kuning

    seperti jenis Pisang-Pisang (Ptrocaesio tessellata), Caesio teres, dan Caesio cuning. Sedangkan

    Ikan Kakap yang paling banyak ditangkap adalah Kakap Merah (Lutjanus malabricus).

    Berdasarkan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (2018), Kakap

    Merah merupakan ikan yang bernilai ekonomis tinggi, menyumbang 8,2% kepada ekonomi

    nasional. Indonesia juga sebagai produsen utama Kakap Merah dengan persentase tinggi

    senilai 84%.

  • 9 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Gambar 12. Jenis Famili Ikan yang Ditangkap oleh Nelayan Pulau Nyamuk

    Ikan herbivor seperti ikan famili Scaridae juga merupakan tangkapan nelayan Pulau Nyamuk.

    Ikan herbivor ini disebut Ikan Kakak Tua, Ikan Ijo, atau Ikan Betet dengan jenis seperti Scarus

    microrhinos dan Scarus pasioganthus. Ikan terbesar dalam famili ini juga menjadi tangkapan

    yakni Bolbometopon muricatum atau Bumphead Parrotfish. Walaupun ikan herbivor ini

    memiliki fungsi ekologis yang penting, namun penangkapan ikan ini tidak diatur oleh

    pemerintah.

    Nelayan Pulau Nyamuk juga menangkap ikan ekonomis lainnya seperti Tongkol (Euthynnus

    affinis) dan Tenggiri (Spyraena jello). Selain ikan ekonomis, tangkapan para nelayan juga

    termasuk hiu dan pari. Hiu yang ditangkap termasuk Hiu Macan (Tiger shark/ Galeocerdo

    cuvier), Hiu Martil (Hammerhead shark/ Sphyrna lewini), dan Hiu Blacktip (Carcharhinus

    melanopterus). Hiu-hiu yang ditangkap belum dilindungi secara penuh oleh Pemerintah

    Indonesia. Hanya Hiu Martil yang sudah dilindungi di bawah Peraturan Menteri Kelautan dan

    Perikanan no. 5 tahun 2018 dengan larangan ekspor, namun penangkapannya tidak dilarang.

    Sedangkan untuk pari termasuk Pari Gitar (Rhynchobatus sp.) dan Pari Elang (Aetobatus

    narinari).

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    Serranidae Lutjanidae Caesionidae Haemulidae Scaridae Lethrinidae

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    Famili

  • 10 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Total Ikan Hasil Tangkapan

    Gambar 13. Total Hasil Tangkapan per Trip (kg)

    Banyak nya total hasil tangkapan ikan nelayan di Pulau Nyamuk sangat bervariasi bergantung

    pada lama perjalan per trip nya serta alat tangkap apa yang digunakan nelayan. Jika dilihat

    dari Gambar 13 maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari nelayan membawa pulang

    hasil tangkapan ikan tidak lebih dari 100 kg. Hanya sebagian kecil nelayan yang berhasil

    mebawa pulang hasil tangkapan ikan lebih dari 100 kg dan hanya 1 dari 30 nelayan yang

    berhasil membawa pulang lebih dari 500 kg ikan.

    Hasil Penjualan

    Hasil penjualan nelayan Pulau Nyamuk dapat dilihat di Gambar 14. Hasil penjualan per bulan

    dengan kisaran terendah di bawah Rp5.000.000 adalah sebesar Rp3.750.000 dan tertinggi

    sebesar Rp240.000.000. Namun, variasi pendapatan nelayan Pulau Nyamuk perbulannya

    berkisar Rp6.000.000-Rp60.000.000. Pendapatan tersebut didapat dari harga jual ikan

    tangkapan mereka, yang dipengaruhi oleh hari berlayar, kepemilikan kapal, area berlayar,

    serta peralatan yang dipakai. Untuk penangkapan skala besar, hasil penjualannya pun

    semakin besar, berbeda dengan nelayan kecil yang menangkap ikan dengan perlengkapan

    seadanya.

  • 11 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Gambar 14. Hasil Penjualan per Bulan (Rp) Nelayan Pulau Nyamuk

    Pendapatan Bersih

    Gambar 15. Pendapatan Bersih per Tahun (Rp) Nelayan Pulau Nyamuk

    Nilai pendapatan bersih per tahun dari nelayan Pulau Nyamuk berkisar antara Rp6.000.000

    hingga Rp288.000.000. Nilai tersebut didapat dengan memperhitungkan total harga

    penjualan biasanya, total biaya operasional per trip, jumlah hari berlayar, jumlah hari

    perbulan dan jumlah bulan pertahun. Dengan nilai rata-rata pendapatan bersih per tahun

    sebesar Rp96.609.040.63. Pendapatan bersih per tahun dari tiap nelayan berbeda-beda,

    tergantung pada status (sebagai pemilik kapal atau bukan), biaya peralatan yang dipakai,

    bahan bakar, dan lain-lain.

  • 12 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Pemanfaatan Penyu

    Pengambilan data sosial ekonomi dilakukan kepada 10% jumlah penduduk Desa Nyamuk yang

    berjumlah 30 responden. Responden terdiri dari nelayan dan masyarakat yang mengolah

    penyu di Pulau Nyamuk Kami mendapatkan data seputar data penangkapan, pemanfaatan,

    dan peran penyu di Pulau Nyamuk.

    Informasi Umum Reponden

    Gambar 18. Umur Responden

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Jum

    lah

    Ibu Rumah Tangga Nelayan Wiraswasta Tidak Bekerja

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    17 21 22 24 26 29 31 33 34 37 38 40 42 45 46 48 49 50 54 55 60 65

    Jum

    lah

    Umur (Tahun)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    Jum

    lah

    SD SMP Tidak lulus SMA

    Gambar 16. Profesi Responden

    Gambar 17. Pendidikan Terakhir Responden

  • 13 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Gambar 19. Lama Responden menjadi Nelayan

    Pendataan sosial ekonomi masyarakat terhadap pemanfaaatan penyu dilakukan di RW 1 dan

    RW 2 Desa Nyamuk, Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa, Jepara. Informasi umum

    mengenai responden Pulau Nyamuk dalam pendataan sosial ekonomi dapat dilihat pada

    Gambar 16-19. Pekerjaan responden di Pulau Nyamuk terdiri dari nelayan dan atau

    masyarakat Pulau Nyamuk yang pernah menangkap dan atau mengolah penyu. Total nelayan

    yang diwawancara sejumlah 17 orang dan masyarakat bukan nelayan sejumlah 13 orang.

    Umur nelayan di Pulau Nyamuk bervariasi mulai dari 17 tahun hingga 65 tahun, dimana angka

    tersebut menunjukkan rata-rata nelayan di Pulau Nyamuk masih dalam usia produktif.

    Nelayan di Pulau Nyamuk paling lama berprofesi menjadi nelayan yaitu selama 53 tahun

    melaut, sedangkan paling baru hanya 4 tahun. Mayoritas pendidikan terakhir masyarakat

    Pulau Nyamuk adalah lulusan SD.

    Nelayan di Pulau Nyamuk rata-rata sudah berprofesi sebagai nelayan selama lebih dari 19

    tahun (52,9%). Apabila data lamanya berprofesi sebagai nelayan disesuaikan dengan umur

    nelayan, rata-rata mereka sudah menjadi nelayan sejak umur 15 tahun atau lulusan SMP.

    Namun, Sebagian besar nelayan di Pulau Nyamuk tidak menerima pendidikan formal yang

    cukup, dimana umumnya hanya mencapai lulusan SD. Tingkat pendidikan terakhir seluruh

    responden dididominasi lulusan SD sebanyak 26 orang, diikuti lulusan SMA sebanyak 2 orang,

    lulusan SMP sebanyak 1 orang dan tidak lulus SD sebanyak 1 orang. Responden nelayan

    didominasi lulusan SD, lainnya lulusan SMA 1 orang dan tidak lulus SD 1 orang. Berdasarkan

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    3

    3,5

    4 8 10 13 14 15 17 20 26 30 40 41 53

    Jum

    lah

    Nel

    ayan

    Tahun

  • 14 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    wawancara, kesadaran akan pentingnya pendidikan yang rendah ini dikarenakan rendahnya

    tingkat ekonomi keluarga nelayan.

    Alat Penangkap Ikan

    Gambar 20. Alat Penangkap Utama Responden Nelayan

    Alat penangkap ikan utama yang digunakan oleh nelayan Pulau Nyamuk ditunjukkan pada

    Gambar 20. didominasi oleh tembakan (spear gun), diikuti oleh jaring, bubu, dan pancing.

    Metode dengan alat panah atau tembakan dilakukan khusus oleh nelayan yang menggunakan

    alat bantu kompresor dengan menyelam langsung ke perairan pada kedalaman 10 hingga 30

    meter. Sebagian besar nelayan jaring dan bubu (6 dari 9 orang) memiliki alat tangkap

    cadangan berupa pancing yang biasanya digunakan saat menunggu hasil jaring dan bubu.

    Pengetahuan Tentang Penyu

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    1

    Jum

    lah

    tembakan jaring bubu pancing

    Tahu100%

    Tahu100%

    Gambar 21. Pengetahuan Tentang Perbedaan Jenis Penyu

    Gambar 22. Pengetahuan Penyu sebagai Hewan yang Dilindungi

  • 15 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Masyarakat Pulau Nyamuk umumnya telah mengetahui perbedaan jenis penyu di Pulau

    Nyamuk. Penyu yang sering terlihat dan diketahui oleh masyarakat Pulau Nyamuk adalah jenis

    Eretmochelys imbricata atau yang dikenal dengan sebutan penyu; dan jenis Chelonia mydas

    yang dikenal dengan sebutan pendok. Kemunculan penyu di lokasi sekitar pulau menurut 57%

    masyarakat Pulau Nyamuk masih sering ditemui, sedangkan sebagian menyatakan sudah

    jarang ditemui. Masyarakat Pulau Nyamuk umumnya telah mengetahui bahwa saat ini penyu

    merupakan hewan yang dilindungi dan dilarang untuk ditangkap serta dimanfaatkan. Hal ini

    didukung dengan adanya Program Konservasi Penyu yang dimulai sejak tahun 2003 oleh tim

    Satu kali per bulan

    100%

    Jarang 23%

    Sering57%

    Tidak Tahu 20%

    Setuju90%

    Kurang Setuju

    7%

    Tidak Setuju3%

    Tidak berpengaruh

    90%

    Sedikit berpenga

    ruh10%

    Gambar 23. Sosialisasi mengenai Perlindungan Penyu

    Gambar 24. Kemunculan Penyu di Pulau Nyamuk

    Gambar 25. Tanggapan Terhadap Pelarangan Penangkapan Penyu

    Gambar 26. Pengaruh Perlindungan Terhadap Ekonomi Masyarakat

  • 16 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Balai Taman Nasional Karimunjawa yang meliputi kegiatan sosialisasi, pendataan, evakuasi

    telur, dan pengawasan. Masyarakat Pulau Nyamuk menyatakan sosialisasi mengenai

    perlindungan penyu dilakukan setidaknya satu kali dalam satu bulan untuk terus

    meningkatkan kesadaran masyarakat. Oleh karena itu, aktivitas penangkapan dan

    pemanfaatan penyu oleh nelayan di Pulau Nyamuk mulai berkurang.

    Sebagian besar masyarakat Pulau Nyamuk (90%) menyetujui adanya pelarangan dari

    penangkapan penyu karena kesadaran akan lingkungan dan umumnya tidak melakukan

    perdagangan penyu. Sebagian besar masyarakat Pulau Nyamuk (90%) menyatakan regulasi

    perlindungan penyu tidak berpengaruh terhadap perekonomian karena penyu yang

    tertangkap biasanya hanya untuk dikonsumsi saat acara tertentu, sedangkan 10% lainnya

    menyatakan adanya sedikit pengaruh terhadap perekonomian karena penyu dahulunya

    merupakan sumber penghasilan utama dan adanya pengaruh terhadap wilayah tangkapan

    yang menjadi dibatasi.

    Penangkapan Penyu

    Informasi mengenai penangkapan penyu di Pulau Nyamuk dalam pendataan sosial ekonomi

    dapat dilihat pada Gambar 27-20. Sebagian besar masyarakat Pulau Nyamuk (93%)

    menyatakan kegiatan penangkapan penyu di sekitar pulau masih terjadi, namun dengan

    jumlah penangkapan yang berkurang sejak adanya Program Konservasi Penyu. Seluruh

    nelayan di Pulau Nyamuk pernah melakukan aktivitas penangkapan penyu, dimana 12 dari 17

    orang (70,5%) pernah menangkap sebagai tangkapan sampingan dan 5 dari 17 orang (29,5%)

    Masih ada93%

    Tidak ada4%

    Tidak Tahu3%

    Pernah (Samping

    an)40%

    Pernah (Utama)

    17%

    Tidak Pernah

    43%

    Gambar 27. Penangkapan Penyu di Pulau Nyamuk

    Gambar 28. Persentase Responen Pernah Menangkap Penyu

  • 17 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    pernah menangkap sebagai tangkapan utama. Saat ini, aktivitas penangkapan penyu hanya

    berupa tangkapan sampingan, kecuali saat ada acara khusus.

    Menurut Gambar 29, alat penangkap yang digunakan oleh nelayan di Pulau Nyamuk untuk

    menangkap penyu terdiri dari jaring, tembakan (spear gun), ataupun tanpa alat. Jaring adalah

    alat yang paling banyak menjerat penyu karena penyu cukup sering menjadi tangkapan

    sampingan nelayan jaring. Tembakan (spear gun) adalah alat yang paling sedikit digunakan

    dan umumnya merupakan alat bagi nelayan dengan alat bantu kompresor. Sedangkan, 6 dari

    17 orang nelayan menangkap penyu tanpa menggunakan alat atau hanya menggunakan

    tangan. Penyu yang didapatkan oleh nelayan di Pulau Nyamuk memiliki ukuran dan berat yang

    bervariasi dengan ukuran 30-60 cm dan berat sekitar 5-70 kg. Penyu yang tertangkap biasanya

    (16 dari 30 orang) akan dikonsumsi, dilepas atau kemungkinan terkecil dijadikan kerajinan.

    Masyarakat Pulau Nyamuk menyatakan pilihan penyu tersebut dilepas atau tidak tergantung

    pada tingkat keinginan untuk mengkonsumsi dan kemungkinan sedang ada pihak BTN

    Karimunjawa disekitarnya.

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    Jum

    lah

    Jaring Tembakan Tanpa Alat

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    Jum

    lah

    Konsumsi Lepas Mungkin dilepas Kerajinan

    Gambar 29. Alat Tangkap Penyu

    Gambar 30. Perlakuan Terhadap Penyu

  • 18 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Gambar 31. Lokasi Penangkapan Penyu

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    7

    8

    9

    10Ju

    mla

    h

    Sekitar pulau Nyamuk Karang Krakal Tengah Laut Sekitar pulau Katang Pulau Kembar

    Semakin jauh41%

    Tidak ada59%

    semakin berkurang

    57%tidak ada

    40%

    semakin banyak

    3%

    Tidak ada 70%

    Semakin Besar7%

    Semakin Kecil23%

    Gambar 32. Perubahan Lokasi Penangkapan Penyu

    Gambar 33. Perubahan Jumlah Penyu

    Gambar 34. Perubahan Ukuran Penyu

  • 19 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Lokasi penangkapan penyu oleh nelayan di Pulau Nyamuk cukup beragam, dimana lokasi yang

    paling banyak didatangi nelayan yaitu di sekitar Pulau Nyamuk. Selain itu penyu juga dapat

    ditemui di Karang Krakal, tengah laut, sekitar Pulau Katang, dan Pulau Kembar. Nelayan di

    Pulau Nyamuk sebanyak 10 dari 17 orang menyatakan saat ini jarak lokasi penangkapan

    belum mengalami perubahan (tidak semakin jauh), namun sebagian besar masyarakat Pulau

    Nyamuk (17 dari 30 orang) menyatakan jumlah penyu yang tertangkap semakin berkurang

    setiap tahunnya. Hal ini mungkin juga dipengaruhi dari kesadaran untuk tidak menangkap

    penyu lagi. Sedangkan, 21 dari 30 orang (70%) masyarakat Pulau Nyamuk menyatakan tidak

    adanya perubahan ukuran penyu yang tertangkap tiap tahunnya.

    Pemanfaatan Penyu

    Masih ditemukan aktivitas pemanfaatan penyu seperti penangkapan dan perdagangan bagian

    penyu secara tertutup atau ilegal di Pulau Nyamuk. Spesies penyu yang masih dimanfaakan

    yaitu Penyu sisik (Eretmchelys imbricata) dan penyu hijau (Chelonia mydas). Bagian penyu

    yang di manfaatkan yaitu bagian daging dan karapas pada Gambar 35. Daging dan karapas

    penyu biasanya didapatkan dari nelayan yang dengan sengaja ataupun tanpa sengaja

    memperolah penyu ketika sedang menjaring ikan. Menurut keterangan beberapa masyarakat

    tidak ada nelayan yang khusus mencari penyu.

    Daging penyu di Pulau Nyamuk dikonsumsi saat terdapat acara penting seperti hajatan,

    spesies penyu yang sering dimanfaatkan dagingnya yaitu penyu hijau (Chelonia mydas).

    Karapas (Penyu Sisik)6%

    Daging (Penyu Hijau)

    7%

    Keduanya

    87%

    Konsumsi saat hajatan

    7%

    Kerajinan3%

    Konsumsi dan

    Kerajinan90%

    Gambar 35. Pemanfaatan Bagian Penyu

    Gambar 36. Pengolahan Penyu

  • 20 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Karapas penyu masih banyak dimanfaatkan sebagai kerajinan seperti gelang, cincin, bandul

    dan lainya pada Gambar 36. Spesies penyu yang banyak dimanfaatkan karapasnya yaitu

    penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dikarenakan spesies ini memiliki karapas yang tebal dan

    corak karapas yang unik. Perdagangan produk mengandung karapas penyu sisik itu paling

    banyak dijual secara diam-diam atau illegal.

    Tabel 1. Jenis, Harga, Asal, dan Persediaan Barang Penyu

    No. Jenis Barang Harga (Rp) Asal Persediaan

    1. Daging - Lokal Untuk pribadi

    2. Telur (kg) 40.000 Lokal Permintaan

    3. Gelang 50.000 – 100.000 Lokal Permintaan

    4. Cincin 50.000 Lokal Permintaan

    5. Liontin 100.000 – 200.000 Lokal Permintaan

    6. Karapas utuh kecil 100.000 – 250.000 Lokal Permintaan

    7. Karapas utuh sedang 300.000 Lokal Permintaan

    8. Karapas utuh (per kg) 1.000.000 Lokal Permintaan

    Gambar 37. Konsumen Penyu atau Produk Berbahan Dasar Penyu

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    Jum

    lah

    Warga Pulau Nyamuk Penjual di Karimunjawa Pengunjung Pulau Mahasiswa KKN Warga Jepara

  • 21 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Gambar 38. Tren Permintaan Produk Penyu

    Harga produk mengandung penyu sisik itu ditawarkan dengan harga bervariasi, mulai dari Rp

    40.000 untuk cincin yang sederhana, hingga jutaan rupiah pada Tabel 1. Konsumen kerajinan

    berbahan dasar karapas penyu berasal dari berbagai daerah, mulai dari masyarakat Pulau

    Nyamuk, Pulau Karimun, bahkan dari masyarakat Jepara pada Gambar 37. Proses pembuatan

    kerajinan dimulai dari proses pengeringan, pemotongan, pembakaran, pembentukan,

    pengamplasan, dan dipernis untuk menghasilkan tampilan yang menarik. Berdasarkan

    keterangan beberapa penduduk di Pulau Nyamuk, pemanfaatan daging dan karapas sudah

    sangat menunurun pada Gambar 38. Meski perdagangan daging dan kerajinan penyu di Pulau

    Nyamuk sedah menurun, namun faktanya perdagangan tersebut masih terjadi secara diam-

    diam. penyebab maraknya perdagangan produk mengandung penyu sisik itu adalah akibat

    rendahnya kesadaran masyarakat yang masih membeli produk itu.

    Berkurang57%Tidak ada

    43%

  • 22 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    5 KESIMPULAN

    Nelayan Pulau Nyamuk, Kepulauan Karimunjawa mayoritas adalah masyarakat Desa Nyamuk

    yang berada dalam usia produktifnya. Profesi nelayan menjadi mata pencaharian utama

    untuk membiayai diri sendiri dan keluarga. Praktik perikanan yang dijalani para nelayan

    mayoritas merupakan perikanan tradisional, yaitu perikanan komersial skala kecil dan

    menggunakan metode penangkapan tradisional. Kapal tradisional yang digunakan nelayan

    menyebabkan praktik perikanan sangat tergantung oleh cuaca dan kondisi laut. Walaupun

    begitu, ada beberapa nelayan yang sudah menggunakan alat fish finder. Nelayan yang

    menggunakan alat ini tercatat memiliki jumlah tangkapan ikan dan penghasilan yang lebih

    tinggi.

    Praktik perikanan nelayan Pulau Nyamuk ini terbilang sudah ramah lingkungan, karena telah

    menggunakan alat tangkap yang aman. Jenis tangkapan para nelayan tidak ada yang

    melanggar peraturan pemerintah, namun masih ada ikan-ikan yang bernilai ekologis penting

    seperti hiu dan ikan kakak tua (ikan herbivor) yang ditangkap oleh para nelayan.

    Penghasilan para nelayan sangat bervariasi dipengaruhi oleh lama pelayaran, jenis tangkapan,

    kapal dan alat yang digunakan. Dari hasil penjualan per bulan dengan rata-rata Rp6.000.000-

    Rp60.000.000, pendapatan bersih per tahunnya nelayan Pulau Nyamuk berkisar antara

    Rp6.000.000 hingga Rp288.000.000.

    Kegiatan penangkapan dan pemanfaatan penyu di Pulau Nyamuk masih ditemukan.

    Walaupun begitu, kegiatan ini sudah menurun drastis, namun masih ada perdagangan produk

    yang berbahan dasar penyu masih ada dengan sangat tertutup, yang meliputi perdagangan

    kerajinan berbahan dasar karapas penyu. Pelarangan pemanfaatan penyu oleh pemerintah

    tidak berpengaruh terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat dikarenakan kegiatan

    pemanfaatan tersebut hanya kegiatan sampingan dan bukan merupakan mata pencaharian

    utama masyarakat.

  • 23 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Dokumentasi Kegiatan

    Gambar 39. Hasil Tangkapan Nelayan Pulau Nyamuk (kiri: Kakap Merah, kanan: Kerapu)

    Gambar 40. Interview dengan salah satu responden

    Gambar 41. Nelayan di Pulau Nyamuk

  • 24 | LAPORAN HASIL KEGIATAN

    Tim Sosial-Ekonomi Pulau Nyamuk

    Radila Widya Shafiya1

    Ayu safitri1

    Dinda Ayuniar Zanjabila1

    Cahyani Krisna Hatmoro1

    Maretra Rezkian1

    Faqih Akbar Alghozali2

    Erfian Raditiaz2

    Mustagfirin3

    Afiliasi 1Gaia Conservation, Jl. Gondang Timur IV No.14 D, Bulusan, Tembalang, Semarang

    (gaiaconservation.org) 2Yayasan TAKA, Perum Citra Pesona Blok C 10, Jabungan, Semarang (www.taka.or.id /

    [email protected][email protected]) 3Konsultan TAKA, Jl. Prof. Soedarto, SH. Kampus UNDIP Tembalang, Semarang