KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin...

65
i KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN OLEORESIN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN WARNA KAIN PENUTUP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Oleh : Agung Adi Nugraha H 0606037 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin...

Page 1: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

i

KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN OLEORESIN TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN VARIASI TEKNIK

PENGERINGAN DAN WARNA KAIN PENUTUP

Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Jurusan/Program Studi Teknologi Hasil Pertanian

Oleh :

Agung Adi Nugraha

H 0606037

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

ii

KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN OLEORESIN TEMULAWAK

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN VARIASI TEKNIK

PENGERINGAN DAN WARNA KAIN PENUTUP

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

AGUNG ADI NUGRAHA

H 0606037

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal: 1 Juli 2010 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Ir. Kawiji, MP

NIP. 196112141986011001

Anggota I

Ir. Windi Atmaka,MP NIP. 196108311988031001

Anggota II

Rohula Utami, STP, MP NIP. 198103062008012008

Surakarta, Juli 2010

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP. 195512171982031003

Page 3: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi dengan

judul “Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol Dan Aktivitas Antioksidan

Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb.) Dengan Variasi Teknik

Pengeringan Dan Warna Kain Penutup”. Penulisan skripsi ini merupakan salah

satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk mencapai gelar Sarjana

Stratum Satu (S-1) pada program studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk

itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Kawiji, MP selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian dan

selaku Pembimbing Utama Skripsi. Masih teringat pesan Bapak ketika selesai

selesai seminar hasil “Kamu harus memperbaiki cara presentasi kamu karena

kamu masih terbata-bata dalam pembawakan presentasi”. Pesan itulah yang

terus mengingatkan saya agar selalu lebih baik dari waktu ke waktu dalam

setiap membawakan presentasi. Terima kasih Bapak.

3. Bapak Ir. Windi Atmaka, MP selaku Pembimbing Pendamping Skripsi yang

selalu memberi masukan dan nasehat kapada saya sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Terima kasih Bapak.

4. Ibu Rohula Utami, STP, MP selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah cermat

dalam memperbaiki skripsi saya. Tanpa bantuan Ibu, kiranya skripsi ini masih

banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Terima kasih Bu Uut.

5. Bapak Godras Jati Manuhara, STP selaku Pembimbing Akademik yang selalu

memberikan motivasi kepada saya agar tidak hanya fokus ke akademik tetapi

juga ikut organisasi.

6. Ibu Sri Liswardani, STP, Pak Slameto, Pak Giyo, Pak Joko, terima kasih

banyak atas segala bantuannya.

Page 4: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

iv

7. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Fakultas Pertanian Universitas

Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan selama masa perkulihan penulis.

8. Skripsi ini, saya persembahkan kepada orang tua saya “Bapak dan Ibu” yang

telah banyak berjasa kepada saya dalam mendidik, merawat dan

menyekolahkan saya sehingga saya dapat lulus menjadi Sarjana (S1),

“kasihmu dan jasamu akan selalu aku kenang sampai akhir hayatku”. Terima

kasih my father dan my mother.

9. Prima Riska Oktaviana, yang selalu mendampingiku dan memberi semangat

disaat diriku rapuh dan tak berdaya. Engkau bagaikan sinar yang telah

menyinari hidupku selama ini. Berkat engkau, hidupku lebih berwarna. Terima

kasih my partner.

10. Kakakku “Arif Setiawan” yang selalu menjagaku dan menjadi teman saat kita

dahulu masih kecil.

11. Teman-teman satu jurusan, satu angkatan, Allawi dan Erna yang banyak

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

12. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan

memberi dukungan, doa serta semangat bagi penulis untuk terus berjuang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2010

Penulis

Page 5: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

DAFTAR ISI..................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

RINGKASAN ................................................................................................... xi

SUMMARY.................................................................................................. . ... xii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 4

1. Tujuan Penelitian ............................................................................... 4

2. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Temulawak.............................................................................................. 5

B. Rimpang temulawak.......................................................................... ...... 6

C. Kurkuminoid........................................................................................... 7

D. Antioksidan............................................................................................. 9

E. Senyawa fenol......................................................................................... 10

F. Pengeringan............................................................................................. 11

G. Warna kain penutup............................................................................... 13

H. Ekstraksi.................................................................................................. 13

I. Oleoresin................................................................................................. 14

J. Hipotesa ................................................................................................. 15

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 16

B. Bahan dan Alat ....................................................................................... 16

Page 6: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

vi

1. Bahan ............................................................................................... 16

2. Alat................................................................................................... 16

C. Tahapan Penelitian ................................................................................. 17

1. Penyiapan Bahan & Perajangan ...................................................... 17

2. Pengeringan...................................................................................... 17

3. Penepungan & Pengayakan.............................................................. 18

4. Ekstraksi............................................................................................ 19

5. Penyaringan....................................................................................... 19

6. Evaporasi.......................................................................................... 19

7. Analisis Senyawa Aktif Oleorasin Temulawak............................... 19

D. Rancangan Penelitian.............................................................................. 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kadar Air .............................................................................................. 22

B. Kadar kurkuminoid.............................................................................. . 24

1. Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak..................................................................... 24

2. Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak..................................................................... 26

3. Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak.................... 28

C. Total Fenol......................................................................................... ... 29

1. Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak..................................................................... 30

2. Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak..................................................................... 31

3. Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak....................... 32

D. Aktivitas Antioksidan............................................................................ 33

1. Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak..................................................................... 34

2. Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak..................................................................... 35

3. Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak...................... 37

Page 7: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

vii

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................................... 39

B. Saran ................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 41

LAMPIRAN..................................................................................................... 46

Page 8: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Karakteristik Mutu Simplisia temulawak............................................ 7

Tabel 3.1 Metode Analisis Senyawa Aktif Oleoresin Temulawak……………..19

Tabel 3.2 Rancangan Percobaan Acak Lengkap Dengan Dua Faktor………….21

Tabel 4.1 Hasil Analisis Air Simplisia Bubuk Temulawak.................................23

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan.......................................................... ...24

Tabel 4.3 Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup......................................................... ...26

Tabel 4.4 Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup.................. ...28

Tabel 4.5 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan.......................................................... ...30

Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup.......................................................... ...31

Tabel 4.7 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup................ ...33

Tabel 4.8 Hasil Analisis Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan.......................................................... ...34

Tabel 4.9 Hasil Analisis Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup.......................................................... ...35

Tabel 4.10 Hasil Analisis Kadar Antioksidan Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup................ ...37

Page 9: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Rimpang Temulawak.................................................................... 6

Gambar 2.2 Rumus Bangun Kurkumin............................................................ 8

Gambar 3.1 Pengeringan Sinar Matahari Langsung dan Solar Dryer................ 17

Gambar 3.2 Diagram Alir Pengujian Kadar Air Simplisia Temulawak............ 20

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian Pembuatan Oleoresin Temulawak.......... 21

Gambar 4.1 Grafik Uji Pembanding antara Sampel dengan As. Askorbat......... 38

Page 10: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Faktor Pengenceran……………………………………… 47

a. Kurkuminoid.................................................................. 47

b. Total Fenol..................................................................... 49

c. Antioksidan.................................................................... 50

2. Metode Analisa.................................................................. 53

a. Analisa Kadar Air.......................................................... 53

b.Analisa Kurkuminoid..................................................... 53

c. Analisa Total Fenol........................................................ 53

d. Analisa Antioksidan....................................................... 54

3. Hasil Analisis Aktivitas Kadar Air..................................... 54

4. Hasil Analisis Analisis Kimia Pengaruh Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup..............................

55

a. Hasil Analisa Kurkuminoid............................................. 55

b. Hasil Analisa Total Fenol............................................... 56

c. Hasil Analisa Antioksidan.............................................. 57

5. Hasil Analisa SPSS Pengaruh Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup......................................................

58

a. Hasil Analisa SPSS Kadar Kurkuminoid........................ 58

b. Hasil Analisa SPSS Total Fenol...................................... 60

c. Hasil Analisa SPSS Aktivitas Antioksidan...................... 62

6. Dokumentasi Penelitian...................................................... 64

Page 11: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xi

KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN OLEORESIN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN WARNA

KAIN PENUTUP

AGUNG ADI NUGRAHA H 0606037

RINGKASAN

Temulawak merupakan tanaman obat yang memiliki banyak manfaat

dalam kesehatan karena kandungan senyawa aktif seperti kurkuminoid, senyawa fenol dan antioksidan. Salah satu pemanfaatan temulawak yaitu dengan menjadikan oleoresin temulawak. Oleoresin temulawak merupakan campuran minyak dan resin yang dihasilkan dari temulawak yang berbentuk cairan kental, memiliki aroma dan rasa tajam seperti temulawak. Oleoresin temulawak dibuat dengan mengekstrak bubuk temulawak dengan metode maserasi yang kemudian dilakukan pemisahan bahan dan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pengeringan dan warna kain penutup serta interaksi keduanya terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin temulawak. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi teknik pengeringan (solar dryer dan sinar matahari langsung) dan warna kain penutup (tanpa penutup, kain hitam & kain putih). Adapun perlakuan tersebut yaitu: SMK (Sinar matahari tanpa kain penutup), SMP (Sinar matahari kain penutup putih), SMH (Sinar matahari kain penutup hitam), SDK (Solar Dryer tanpa kain penutup), SDP (Solar Dryer kain penutup putih), SDH (Solar Dryer kain penutup hitam).

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan solar dryer dan kain penutup berpengaruh terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin temulawak. Selain itu, terjadi interaksi antara teknik pengeringan dan warna kain penutup pada kadar total fenol tetapi tidak terjadi interaksi pada kadar kurkuminoid dan kadar antioksidan oleoresin temulawak. Sedangkan kombinasi solar dryer kain penutup putih merupakan teknik pengeringan yang efektif yang dapat meminimalkan terjadi kerusakan pada senyawa aktif temulawak (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) jika dibandingkan dengan kombinasi lainnya.

Kata kunci : Oleoresin Temulawak , kurkuminoid, aktivitas antioksidan, total fenol

Page 12: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xii

STUDY ON ANTIOXIDANT ACTIVITY, TOTAL PHENOL AND CONCENTRATION CURCUMINOIDS CURCUMA OLEORESIN

(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) IN VARIATION DRYING TECHNIQUE AND FABRIC COLORS CLOSING

AGUNG ADI NUGRAHA

H 0606037

SUMMARY

Curcuma is a medicinal plant that has many health benefits because of the content of active compounds such as curcuminoids, phenolic compounds and antioxidants. One is by making use of curcuma oleoresin . curcuma leoresin is a mixture of oil and resins produced from curcuma shaped viscous liquid, has a sharp smell and taste like turmeric. Created with the extract of curcuma oleoresin from curcuma powder with a maceration method and then performed the separation of materials and solvents with a rotary evaporator.

This study aims to determine the effect of drying techniques and cover fabric color with interaction the two of them on serum antioxidant activity, total phenol and concentration curcuminoids curcuma oleoresin. This research using Completely Randomized Design (CRD) with two factors: variety of drying techniques (solar dryer and direct sunlight) and the color of the fabric cover (without cover, black & white linen cloth). The treatments were as follows: SMK (sun without fabric cover), SMP (Sunlight white cloth), SMH (Sunlight black cloth), SDK (solar dryer without fabric cover), SDP (Solar Dryer white cloth), SDH (Solar Dryer black cloth).

The results showed that using of solar dryer and cloth covering influential on serum antioxidant activity, total phenol and concentration curcuminoids curcuma oleoresin. Beside that, accour interaction between of drying techniques and cover fabric color on concentration total phenol but not interaction on antioxidant activity and concentration curcuminoids curcuma oleoresin. Whereas of solar dryer white cloth combination from effective drying techniques to minimize of active compounds damage the curcuma oleoresin better than other combination. Keywords: Curcuma oleoresin, curcuminoids, antioxidant activity, total phenol

Page 13: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xiii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Temulawak merupakan tanaman obat yang tumbuh merumpun

dengan tinggi mencapai 1 sampai 2 meter. Tanaman ini merupkan tanaman

asli Indonesia yang penyebarannya dimulai dari kawasan Indo-Malaysia. Saat

ini tanaman temulawak selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina,

IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa

negara eropa (Anonima, 2009). Menurut data dari BPS dalam Sembiring

(2006) ekspor rimpang temulawak Indonesia tahun 2003 sebesar 5.452 juta

US$ dengan jumlah 9.149 ton rimpang temulawak. Sedangkan di Jawa

Tengah kebutuhan industri terhadap rimpang temulawak menempati urutan

pertama jika dibandingkan dengan bahan baku obat lainnya yang mencapai

sekitar 3,140 ton/tahun berat segar (Kemala dkk, 2003).

Kandungan utama pada rimpang temulawak terdiri dari fraksi pati,

kurkuminoid dan minyak atsiri. Pati pada rimpang temulawak merupakan

komponen yang paling besar yaitu sekitar 48,18 – 59,64% (Sidik et all, 1995).

Kurkuminoid merupakan zat warna kuning pada temulawak yang terdiri dari

senyawa kurkumin, desmetoksi kurkumin dan bis desmetoksi kurkumin.

Sedangkan menurut Krisnamurthy (1976) minyak atsiri rimpang temulawak

merupakan cairan berwarna kuning atau kuning jingga yang mempunyai rasa

tajam dan bau khas aromatik dengan kadar berkisar 3-12%. Kurkuminoid dan

komponen yang menyusun minyak atsiri seperti kamfor, turmeron,

xanthorrhizol dll merupakan senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan

karena kemampuannya meniadakan radikal-radikal bebas dan menghambat

terbentuknya oksidasi lipida (Sidik et all, 1995).

Salah satu pemanfaatan rimpang temulawak yaitu dengan

mengekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan pelarut organik

kemudian dilakukan proses evaporasi sehingga menjadi suatu produk yang

Page 14: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xiv

disebut oleoresin. Oleoresin merupakan campuran minyak dan resin atau gum

yang dihasilkan melalui ekstraksi menggunakan pelarut organik dari berbagai

jenis rempah baik yang berasal dari buah, biji, daun, kulit maupun rimpang

(Abubakar dkk, 2006). Oleoresin biasanya berbentuk cairan kental, pasta atau

semi padat, yang memiliki aroma dan rasa sesuai dengan bahan yang

diekstrak. Pemanfaatan oleoresin biasanya digunakan sebagai bahan baku

flavor pada industri makanan, bahan baku obat & kosmetik, dan sebagai bahan

pewarna makanan (Anonimb, 2009).

Proses pembuatan oleoresin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

dengan mengekstrak langsung dari temulawak segar dan melalui proses

pengeringan. Tujuan dilakukan proses pengeringan dalam pembuatan

oleoresin adalah menstandarkan bahan yang dibuat menjadi oleoresin. Selain

itu bahan yang dikeringkan terlebih dahulu juga lebih awet, tidak mudah rusak

dan tahan disimpan dalam waktu lama. Proses pengeringan yang efektif sangat

dibutuhkan dalam menghasilkan simplisia yang berkualitas baik. Dengan

proses pengeringan yang efektif dapat meminimalkan terjadinya kerusakan

pada bahan yang dikeringkan. Pada umuumnya proses pengeringan pada

simplisia dilakukan dengan cara penjemuran langsung dibawah sinar matahari

. Cara ini dianggap oleh masyarakat merupakan cara yang sederhana dan

praktis karena tidak membutuhkan biaya yang mahal dan dapat dilakukan oleh

semua orang. Akan tetapi bila dilihat dari segi kualitas simplisia yang

dihasilkan maka cara ini kurang efektif meminimalkan terjadinya kerusakan

terhadap senyawa yang terkandung dalam temulawak.

Salah satu cara alternatif yang dapat digunakan untuk meminimalkan

terjadinya kerusakan senyawa yang terkandung dalam temulawak yaitu proses

pengeringan solar dryer. Solar dryer merupakan alat pengeringan buatan yang

masih menggunakan sinar matahari sebagai sumber panasnya. Prinsip

pengeringan solar dryer berasal dari dua arah yaitu radiasi matahari dan aliran

udara panas dari bawah yang kemudian dibuang keluar menggunakan blower

(Rachman, 2009). Selain solar dryer, cara yang dapat digunakan untuk

meminimalkan terjadinya kerusakan senyawa pada temulawak adalah dengan

Page 15: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xv

menggunakan kain penutup. Kain penutup dapat berfungsi sebagai pelindung

temulawak dari sinar UV dan dapat menghalangi sinar matahari langsung

masuk ke mengenai temulawak. Menurut Hartiwi (2001), tujuan pengeringan

dengan penutup kain hitam adalah untuk menghalangi sinar matahari agar

tidak langsung mengenai temulawak sehingga kerusakan kurkuminoid karena

cahaya dapat diminimalkan. Warna kain berbeda juga dapat mempengaruhi

kandungan senyawa aktif pada temulawak. Hal ini disebabkan karena panjang

gelombang warna tersebut berbeda-beda.

Kandungan senyawa aktif pada temulawak khususnya kurkuminoid

dan antioksidan merupakan senyawa yang penting dalam temulawak karena

sifatnya sebagai antioksidan yang dapat meniadakan radikal-radikal bebas dan

menghambat terbentuknya oksidasi lipida sehingga dapat mencegah penyakit

degeneratif yang disebabkan oleh radikal-radilkal bebas tersebut. Kedua

senyawa tersebut rentan mengalami kerusakan akibat proses pengeringan.

Untuk itu perlu dilakukan proses penanganan yang baik agar dapat

meminimalkan terjadinya kerusakan terhadap senyawa aktif tersebut. Dengan

mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti potensi sumber daya alam

Indonesia yang cukup besar untuk menghasilkan rimpang temulawak,

perlunya proses pengeringan yang efektif terhadap temulawak serta manfaat

yang begitu banyak dari penggunaan oleoresin maka penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan

oleoresin temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dengan variasi teknik

pengeringan dan warna kain penutup.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh teknik pengeringan terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak?

2. Bagaimana pengaruh warna kain penutup terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak?

3. Bagaimana pengaruh interaksi teknik pengeringan dan warna kain

Page 16: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xvi

penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan antioksidan

oleoresin temulawak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh teknik pengeringan terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak.

2. Mengetahui pengaruh warna kain penutup terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak.

3. Mengetahui pengaruh interaksi teknik pengeringan dan warna kain

penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan antioksidan

oleoresin temulawak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang teknik pengeringan yang paling efektif & efisien terhadap

kandungan kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin

temulawak.

2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang besarnya kandungan kurkuminoid, total fenol dan aktivitas

antioksidan oleoresin rimpang temulawak sehingga dapat menjadi acuan

bagi penelitian berikutnya untuk dapat mengembangkan produk olahan

oleoresin temulawak.

Page 17: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Temulawak merupakan tanaman obat yang tumbuh merumpun

dengan tinggi mencapai 1 sampai 2 meter. Tanaman ini merupkan tanaman

asli Indonesia yang penyebarannya dimulai dari kawasan Indo-Malaysia. Saat

ini tanaman temulawak selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina,

IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan beberapa

negara eropa (Anonima, 2009). Menurut data dari BPS dalam Sembiring

(2006) ekspor rimpang temulawak Indonesia tahun 2003 sebesar 5.452 juta

US$ dengan jumlah 9.149 ton rimpang temulawak. Sedangkan di Jawa

Tengah kebutuhan industri terhadap rimpang temulawak menempati urutan

pertama jika dibandingkan dengan bahan baku obat lainnya yang mencapai

sekitar 3,140 ton/tahun berat segar (Kemala dkk, 2003).

Kandungan utama pada rimpang temulawak terdiri dari fraksi pati,

kurkuminoid dan minyak atsiri. Pati pada rimpang temulawak merupakan

komponen yang paling besar yaitu sekitar 48,18 – 59,64% (Sidik et all, 1995).

Kurkuminoid merupakan zat warna kuning pada temulawak yang terdiri dari

senyawa kurkumin, desmetoksi kurkumin dan bis desmetoksi kurkumin.

Sedangkan menurut Krisnamurthy (1976) minyak atsiri rimpang temulawak

merupakan cairan berwarna kuning atau kuning jingga yang mempunyai rasa

tajam dan bau khas aromatik dengan kadar berkisar 3-12%. Kurkuminoid dan

komponen yang menyusun minyak atsiri seperti kamfor, turmeron,

Page 18: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xviii

xanthorrhizol dll merupakan senyawa fenol yang bersifat sebagai antioksidan

karena kemampuannya meniadakan radikal-radikal bebas dan menghambat

terbentuknya oksidasi lipida (Sidik et all, 1995).

Salah satu pemanfaatan rimpang temulawak yaitu dengan

mengekstrak rimpang temulawak dengan menggunakan pelarut organik

kemudian dilakukan proses evaporasi sehingga menjadi suatu produk yang

disebut oleoresin. Oleoresin merupakan campuran minyak dan resin atau gum

yang dihasilkan melalui ekstraksi menggunakan pelarut organik dari berbagai

jenis rempah baik yang berasal dari buah, biji, daun, kulit maupun rimpang

(Abubakar dkk, 2006). Oleoresin biasanya berbentuk cairan kental, pasta atau

semi padat, yang memiliki aroma dan rasa sesuai dengan bahan yang

diekstrak. Pemanfaatan oleoresin biasanya digunakan sebagai bahan baku

flavor pada industri makanan, bahan baku obat & kosmetik, dan sebagai bahan

pewarna makanan (Anonimb, 2009).

Proses pembuatan oleoresin dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

dengan mengekstrak langsung dari temulawak segar dan melalui proses

pengeringan. Tujuan dilakukan proses pengeringan dalam pembuatan

oleoresin adalah menstandarkan bahan yang dibuat menjadi oleoresin. Selain

itu bahan yang dikeringkan terlebih dahulu juga lebih awet, tidak mudah rusak

dan tahan disimpan dalam waktu lama. Proses pengeringan yang efektif sangat

dibutuhkan dalam menghasilkan simplisia yang berkualitas baik. Dengan

proses pengeringan yang efektif dapat meminimalkan terjadinya kerusakan

pada bahan yang dikeringkan. Pada umuumnya proses pengeringan pada

simplisia dilakukan dengan cara penjemuran langsung dibawah sinar matahari

. Cara ini dianggap oleh masyarakat merupakan cara yang sederhana dan

praktis karena tidak membutuhkan biaya yang mahal dan dapat dilakukan oleh

semua orang. Akan tetapi bila dilihat dari segi kualitas simplisia yang

dihasilkan maka cara ini kurang efektif meminimalkan terjadinya kerusakan

terhadap senyawa yang terkandung dalam temulawak.

Salah satu cara alternatif yang dapat digunakan untuk meminimalkan

terjadinya kerusakan senyawa yang terkandung dalam temulawak yaitu proses

1

Page 19: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xix

pengeringan solar dryer. Solar dryer merupakan alat pengeringan buatan yang

masih menggunakan sinar matahari sebagai sumber panasnya. Prinsip

pengeringan solar dryer berasal dari dua arah yaitu radiasi matahari dan aliran

udara panas dari bawah yang kemudian dibuang keluar menggunakan blower

(Rachman, 2009). Selain solar dryer, cara yang dapat digunakan untuk

meminimalkan terjadinya kerusakan senyawa pada temulawak adalah dengan

menggunakan kain penutup. Kain penutup dapat berfungsi sebagai pelindung

temulawak dari sinar UV dan dapat menghalangi sinar matahari langsung

masuk ke mengenai temulawak. Menurut Hartiwi (2001), tujuan pengeringan

dengan penutup kain hitam adalah untuk menghalangi sinar matahari agar

tidak langsung mengenai temulawak sehingga kerusakan kurkuminoid karena

cahaya dapat diminimalkan. Warna kain berbeda juga dapat mempengaruhi

kandungan senyawa aktif pada temulawak. Hal ini disebabkan karena panjang

gelombang warna tersebut berbeda-beda.

Kandungan senyawa aktif pada temulawak khususnya kurkuminoid

dan antioksidan merupakan senyawa yang penting dalam temulawak karena

sifatnya sebagai antioksidan yang dapat meniadakan radikal-radikal bebas dan

menghambat terbentuknya oksidasi lipida sehingga dapat mencegah penyakit

degeneratif yang disebabkan oleh radikal-radilkal bebas tersebut. Kedua

senyawa tersebut rentan mengalami kerusakan akibat proses pengeringan.

Untuk itu perlu dilakukan proses penanganan yang baik agar dapat

meminimalkan terjadinya kerusakan terhadap senyawa aktif tersebut. Dengan

mempertimbangkan hal-hal tersebut, seperti potensi sumber daya alam

Indonesia yang cukup besar untuk menghasilkan rimpang temulawak,

perlunya proses pengeringan yang efektif terhadap temulawak serta manfaat

yang begitu banyak dari penggunaan oleoresin maka penelitian ini ditujukan

untuk mengetahui kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan

oleoresin temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) dengan variasi teknik

pengeringan dan warna kain penutup.

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diambil rumusan masalah adalah

Page 20: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xx

sebagai berikut :

4. Bagaimana pengaruh teknik pengeringan terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak?

5. Bagaimana pengaruh warna kain penutup terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak?

6. Bagaimana pengaruh interaksi teknik pengeringan dan warna kain

penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan antioksidan

oleoresin temulawak?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

4. Mengetahui pengaruh teknik pengeringan terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak.

5. Mengetahui pengaruh warna kain penutup terhadap kadar kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak.

6. Mengetahui pengaruh interaksi teknik pengeringan dan warna kain

penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan antioksidan

oleoresin temulawak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

3. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang teknik pengeringan yang paling efektif & efisien terhadap

kandungan kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin

temulawak.

4. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi

tentang besarnya kandungan kurkuminoid, total fenol dan aktivitas

antioksidan oleoresin rimpang temulawak sehingga dapat menjadi acuan

bagi penelitian berikutnya untuk dapat mengembangkan produk olahan

oleoresin temulawak.

Page 21: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxi

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Temulawak

Temulawak termasuk tanaman tahunan yang tumbuh merumpun

dengan habitus mencapai ketinggian 2 – 2,5 meter. Tiap rumpun tanaman ini

terdiri atas beberapa anakan dan tiap anakan memiliki 2-9 helai daun. Daun

temulawak bentuknya panjang dan agak lebar. Panjang daunnya sekitar

50 – 55 cm dan lebar ± 18 cm. Warna bunga umumnya kuning dengan

kelopak bunga kuning tua dan pangkal bunganya berwarna ungu. Rimpang

temulawak bentuknya bulat seperti telur dengan warna kulit rimpang

sewaktu masih muda maupun tua adalah kuning kotor. Warna daging

rimpang adalah kuning dengan cita rasa pahit, berbau tajam dan

keharumannya sedang. Untuk sistem perakaran tanaman temulawak

termasuk tanaman yang berakar serabut dengan panjang akar sekitar 25 cm

dan letaknya tidak beraturan. Berdasarkan kedudukan temulawak dalam tata

nama (sistematika) tanaman temasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma xanthorrhiza ROXB (Rukmana, 1994 dalam Anonima, 2009).

Pemanenan temulawak yang baik dilakukan berdasarkan umur

tanaman untuk mendapatkan produkstivitas yang tinggi yaitu pada umur 10 –

12 bulan setelah tanam dan biasanya daun mulai luruh atau mengering. Cara

Page 22: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxii

panen dapat dilakukan dengan cara menggali dan mengangkat rimpang

secara keseluruhan (Rahardjo dkk, 2005).

B. Rimpang Temulawak

Rimpang temulawak merupakan hasil dari tanaman temulawak yang

didapatkan dari akar. Satu rimpang induk biasanya menghasilkan 3-4

rimpang temulawak. Rimpang temulawak biasanya berbentuk bulat seperti

telur dengan warna kulit rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua,

sedangkan warna daging rimpang orange tua atau kuning (Anonim, 2007).

Rimpang temulawak segar dengan umur 10-12 bulan dapat dilihat pada

Gambar 2.1

Gambar 2.1 Rimpang temulawak

Menurut Sidik et all (1995), temulawak terdiri dari fraksi pati,

kurkuminoid, dan minyak atsiri. Pati merupakan komponen terbesar pada

temulawak yaitu sekitar 48,18%-59,64%. Makin tinggi tempat tumbuh

temulawak maka kadar patinya semakin tinggi pula. Kurkuminoid

merupakan zat warna kuning pada temulawak yang terdiri dari senyawa

kurkumin, desmetoksi kurkumin dan bis desmetoksi kurkumin dengan kadar

sekitar 2 – 3,3% (Raharjo, 2005). Sedangkan minyak atsiri pada temulawak

yang terdiri dari isofuranogermakren, trisiklin, allo-aromadendren,

germakren, xanthorrizol dengan kadar sekitar 6-10% (Setiawan, 2000).

Menurut Sembiring dkk (2006), Karakteristik mutu simplisia temulawak

dapat dilihat pada Tabel 2.1.

5

Page 23: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxiii

Tabel 2.1 Karakteristik Mutu Simplisia Temulawak

C. Kurkuminoid

Kurkuminoid adalah kelompok senyawa fenolik yang terkandung

dalam rimpang tanaman famili Zingiberaceae antara lain : Curcuma longa

syn, Curcuma domestica (kunyit) dan Curcuma xanthorhiza (temulawak).

Kandungan utama dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning.

Fraksi kurkuminoid terdiri kurkumin, demetoksikurkumin dan

bisdemetoksikurkumin. Tiga komponen dari kurkuminoid semuanya berada

dalam bentuk turunan disinnamoilmetan yaitu kurkumin {diferuloilmetan =

1,7 bis (4 hidroksi 3 metoksifenil) hepta 1,6 diene 3,5 dione},

demektoksikurkumin {p-hidroksinnamoilferuloilmetan = 1-(4 hidroksifnil) 7

(4 hidroksi 3 metoksifenil) hepta 1,6 diene 3,5 dione} dan

bisdemektoksikurkumin {p, p-dihidroksidisinnamoilferuloilmetan = 1,7 bis

(4 hidroksifenil) hepta 1,6 diene 3,5 dione} (Stankovic, 2004).

Sifat kimia kurkuminoid yang menarik adalah sifat perubahan warna

akibat perubahan pH lingkungan. Dalam susana asam, kurkuminoid

berwarna kuning atau kuning jingga, sedangkan dalam suasana basa

berwarna merah. Keunikan lain yang terjadi pada sifat kurkumin dalam

suasana basa selain terjadi proses disosiasi adalah terjadi degradasi kurkumin

menjadi asam ferulat dan ferulloilmetan. Degradasi ini terjadi bila kurkumin

Page 24: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxiv

berada dalam lingkungan pH 8,5 – 10,0 dan dalam waktu yang relatif lama.

Salah satu hasil degradasi, yaitu feruloilmetan mempunyai warna kuning

coklat yang akan mempengaruhi warna merah yang seharusnya terjadi

(Y. Kiswanto, 2000).

Di dalam suatu larutan, prinsip pewarnaan dari kurkuminoid adalah

tampilnya bentuk tautomeri keto-enol. Kurkuminoid merupakan zat warna

yang memiliki sifat dapat larut dalam minyak dan mudah larut dalam larutan

basa tetapi tidak larut dalam air pada keadaan pH asam ataupun netral.

Kurkuminoid juga bersifat stabil terhadap suhu tinggi dan dalam keadaan

asam tetapi tidak stabil dalam kondisi basa dan terhadap cahaya

(Stankovic, 2004).

Sedangkan sifat kurkuminoid lain yang penting adalah aktivitasnya

terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya, akan terjadi dekomposisi

struktur berupa siklisasi kurkumin atau terjadi degradasi struktur (Tonnesen

dan Karsen, 1985). Rumus bangun kurkumin dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Rumus bangun kurkumin

Menurut The merck Index (1976) dalam Wahyuni dkk (2004), sifat-

sifat kurkumin adalah sebagai berikut :

1. Berat molekul : 368,37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %).

2. Warna : light yellow

3. Melting point : 183oC

4. Larut dalam alcohol dan asam asetat glacial

5. Tidak larut dalam air

Page 25: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxv

D. Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menangkal radikal bebas

dalam tubuh manusia. Antioksidan rentan teroksidasi dengan adanya efek

seperti cahaya, panas, logam peroksida atau secara langsung bereaksi dengan

oksigen. Ada dua macam anti oksidan, yaitu antioksidan alami dan

antioksidan sintetis. Antioksidan alami dapat diperoleh dari ekstrak bagian

tanaman rempah-rempah atau tanaman obat-obatan seperti akar, batang,

daun, bunga dan biji. Senyawa yang berperan senyawa antioksidan di dalam

ekstrak adalah fenol, amina aromatik, vitamin C, tokoferol, vitamin E,

flavonoid dan lain sebagainya (Sukardi, 2003).

Menurut Jitoe et al (1992), efek antioksidan dari sembilan jenis

rimpang temu-temuan dengan metode Tiosianat dan metode Tiobarbituric

Acid (TBA) dalam sistem air-alkohol menunjukkan bahwa aktivitas

antioksidan ekstrak temulawak ternyata lebih besar dibandingkan dengan

aktivitas tiga jenis kurkuminoid yang diperkirakan terdapat dalam

temulawak. Senyawa yang berperan besar sebagai aktivitas antioksidan pada

temulawak adalah minyak astri yang terdiri dari isofuranogermakren,

trisiklin, allo-aromadendren, germakren dan xanthorrizol.

Kurkumin yang terdapat pada temulawak juga merupakan antioksidan

alami yang lain dimana aktifitasnya lebih besar dibanding dengan α tokoferol

jika diuji dalam minyak (Wahyudi, 2006 dalam Widiyanti, 2006). Sedangkan

antioksidan sintetis merupakan antioksidan buatan yang memiliki

kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Contoh antioksidan sintetis

adalah butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat

dan tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) (Zapsalis,1985 dalam Ratna Widiyanti,

2006). Atas dasar fungsinya antioksidan dapat dibedakan menjadi 5 (lima)

yaitu sebagai berikut :

1. Antioksidan primer yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal

bebas baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi

Page 26: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxvi

molekul yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sampai

bereaksi. Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal

adalah enzim superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting karena

dapat melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal

bebas. Bekerjanya enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral

seperi mangan, seng, tembaga, dan selenium yang harus terdapat dalam

makanan dan minuman.

2. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas serta

mencegah terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan

yang lebih besar. Contoh yang popular dari antioksidan sekunder adalah

vitamin E, vitamin C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-

buahan.

3. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan

jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Antioksidan yang

termasuk kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan

reduktase yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut

bermanfaat untuk memperbaiki DNA pada penderita kanker

4. Oxygen Scavanger yang mengikat oksigen sehingga tidak mendukung

reaksi oksidasi, misalnya vitamin C.

5. Chelators atau Sequesstrants mengikat logam yang mampu mengkatalisis

reaksi oksidasi misalnya asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih,

2006).

E. Senyawa Fenol

Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik

dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa ini fenol kebanyakan

memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol

(Putra, 2009). Kurkumin merupakan molekul dengan kadar polifenol yang

rendah namun memiliki aktivitas biologi yang tinggi antara lain potensi

sebagai antioksidan (Jayaprakasha dkk., 2005 dan Jayaprakasha dkk., 2006).

Senyawa fenol pada bahan makanan dapat dikelompokkan menjadi

fenol sederhana dan asam folat (P-kresol, 3-etil fenol, 3,4-dietil fenol,

Page 27: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxvii

hidroksiquinon, vanilin dan asam galat), turunan asam hidroksi sinamat (p-

kumarat, kafeat, asam fenolat dan asam kloregenat) dan flavonoid (katekin,

proantosianin, antisianidin, flavon, flavonol dan glikosidanya). Fenol juga

dapat menghambat okidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen

kepada radikal bebas. Senyawa fenol (AH) jika berdiri sendiri tidak aktif

sebagai antioksidan, substitusi grup alkil pada posisi 2, 4 dan 6 dapat

meningkatkan densitas elektron gugus hidroksil, sehingga meningkatkan

keaktifannya terhadap radikal lipid. Reaksi fenol dengan radikal lipid

membentuk radikal fenoksil (A-) yang dapat terokidasi lebih lanjut

menghasilkan radikal bebas sebagai berikut :

(Widiyanti, 2006).

F. Pengeringan

Pengeringan bahan simplisia, umumnya dilakukan dengan cara

penjemuran. Penjemuran simplisia pada umumnya dilakukan di tempat

terbuka, namun tidak di bawah terpaan sinar matahari langsung. Penjemuran

di bawah sinar matahari langsung dapat berpotensi merusak kadar senyawa

aktif yang terkadung dalam bahan simplisia. Alas jemur bisa berupa kepang

(anyaman bambu rapat), widik (anyaman jarang-jarang) atau tampir (nyiru).

Cara pengeringan simplisia bisa dengan perajangan terlebih dahulu atau bisa

pula secara utuh. Untuk rimpang biasanya dilakukan proses perajangan

terlebih dahulu sedangkan yang secara utuh biasanya untuk daun-daun

tanaman obat yang digunakan sebagai jamu (Anonimb, 2008). Metode

pengeringan dengan penjemuran di bawah sinar matahari langsung

merupakan metode pengeringan yang murah dan praktis tetapi metode ini

banyak sekali kekurangan yaitu:

AH + ROO- A- + ROOH

AH + RO- A- + ROH

A- + O2 AOO-

AOO- + RH AOOH + R-

A- + RH AH + R-

Page 28: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxviii

1. Mudah terkontaminasi berbagai kotoran.

2. Suhu sulit dikontrol

3. Laju pengeringan yang sangat lambat, mendukung pertumbuhan jamur.

4. Sulit dicapai batas kadar air terendah untuk menghambat pertumbuhan

jamur (Pratomo, 2009).

Perajangan pada rimpang temulawak dilakukan untuk mempercepat

proses pengeringan. Ketebalan untuk rimpang temulawak biasanya sekitar

3-5 mm (Raharjo dkk, 2005). Perajangan yang terlalu tebal memerlukan

waktu lama dalam proses pengeringan dan kemungkinan besar bahan mudah

terkontaminasi baik oleh bakteri maupun jamur. Sedangkan jika terlalu tipis

dapat menyebabkan kadar minyak atsiri maupun zat aktif yang terdapat pada

bahan menurun (Sembiring, 2006). Menurut Anonima (2009), kadar air

simplisia temulawak maksimal 12%.

Salah satu alternatif metode pengeringan yang efektif yaitu dengan

menggunakan solar dryer. Pengeringan solar dryer merupakan pengeringan

dengan alat sederharna yang seluruh transparan sehingga sinar matahari

langsung mengenai produk yang berada di dalam alat pengering

(Yani dkk, 2009). Metode ini bersifat ekonomis pada skala pengeringan

besar karena biaya operasinya lebih murah dibandingkan dengan

pengeringan mesin. Prinsip dari solar drying ini adalah pengeringan dengan

menggunakan bantuan sinar matahari. Perbedaan dari pengeringan dengan

sinar matahari biasa adalah solar drying dibantu dengan alat sederhana

sedemikian rupa sehingga pengeringan yang dihasilkan lebih efektif

(Rohman, 2008). Pengeringan dengan solar dryer ini dibagi menjadi dua

kelompok utama yaitu aktif dan pasif. Pada pengering pasif, aliran udara

pengering terjadi karena adanya perbedaan tekanan akibat dari udara yang

dipanaskaan (konveksi bebas), sedangkan pada pengering aktif diperlukan

alat tambahan seperti fan atau blower untuk mengalirkan udara pengering ke

produk yang dikeringkan (konveksi paksa) (Yani dkk, 2009).

G. Warna kain penutup

Page 29: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxix

Selain solar dryer, cara yang dapat digunakan untuk meminimalkan

terjadinya kerusakan senyawa pada temulawak adalah dengan menggunakan

kain penutup. Menurut Hartiwi (2001), tujuan pengeringan dengan penutup

kain hitam adalah untuk menghalangi sinar matahari agar tidak langsung

mengenai temulawak sehingga kerusakan kurkuminoid karena cahaya dapat

diminimalkan. Penggunaan warna kain penutup yang berbeda dapat

mempengaruhi kandungan senyawa aktif pada temulawak. Hal disebabkan

karena panjang gelombang warna tersebut berbeda-beda. Panjang gelombang

warna yang masih bisa ditangkap oleh mata manusia berkisar antara 380-780

nanometer. Warna-warna dengan panjang gelombang itu misalnya merah,

oranye, kuning, hijau, biru, dan ungu. Sedangkan warna di atas panjang

gelombang itu tidak bisa ditangkap oleh mata. Di dalam ilmu warna, hitam

dianggap sebagai ketidakhadiran seluruh jenis gelombang warna. Sementara

putih dianggap sebagai representasi kehadiran seluruh gelombang warna

dengan proporsi seimbang (Anonimc, 2009).

Pada siang hari warna hitam akan lebih menyerap panas, hal ini

disebabkan oleh kepekatan warna hitam (gelap) sehingga cepat sekali

menyerap panas. Penyerapan panas yang cepat tersebut disebabkan karena

semua spectrum cahaya diserap sehingga energi radiasi yang diterima pada

warna hitam menjadi semakin besar seiring bertambahnya spectrum cahaya

yang diserap. Sebaliknya, pada warna putih semua spectrum cahaya

dipantulkan sehingga efek yang dirasakan lebih sejuk. Tentunya bukan warna

hitam saja yang dapat menyerap semua spectrum cahaya, tetapi semua warna

gelap contohnya merah. Kita bisa menyimpulkan dari efek yang dihasilkan

cahaya yaitu, bila cahaya (terang) bertemu dengan warna yang terang (misal :

putih) maka cahaya tersebut akan dipantulkan, kemudian bila cahaya

bertemu dengan warna gelap (misal: hitam) maka cahaya akan diserap

(Yadie, 2009).

H. Ekstraksi

Setelah dilakukan proses pengeringan, tahap selanjutnya untuk

pembuatan oleoresin adalah proses ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu

Page 30: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxx

metode pemisahan berdasarkan perbedaan kelarutan. Secara umum ekstraksi

dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan isolasi zat dari suatu zat

dengan penambahan pelarut tertentu untuk mengeluarkan komponen

campuran dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang

diinginkan bersifat larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat

lainnya tidak dapat larut. Proses tersebut akan menjadi sempurna jika solute

dipisahkan dari pelarutnya, misalnya dengan cara distilasi/penguapan

(Wahyuni dkk, 2004).

Proses ekstraksi temulawak dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

ekstraksi soklet dan ekstraksi dengan cara meserasi. Pada metode soklet,

bahan berupa tepung temulawak dibungkus kertas saring kemudian

dimasukkan ke dalam alat soklet yang telah berisi pelarut organik berupa

alkohol/etanol. Kemudian bahan tersebut diekstrak oleh pelarut tersebut.

Sedangkan maserasi adalah pencampuran bahan berupa tepung temulawak

dengan cara merendam bahan dengan pelarut (Anonimd, 2009). Proses

maserasi pada ekstrak temulawak menggunakan pelarut etanol 96 % dengan

waktu maserasi 1 x 24 jam yang kemudian dilakukan proses penyaringan

dengan menggunakan pompa vacum (Zahro dkk, 2008). Menurut Eryanto

dkk (2009), proses maserasi yang paling baik digunakan yaitu perbandingan

bahan dengan pelarut 1 : 5 (b/v).

I. Oleoresin

Oleoresin merupakan campuran minyak dan resin diperoleh dari hasil

ekstraksi, pemekatan dan stadarisasi minyak atsiri (minyak essential dan

komponen non volatile dari rempah-rempah) melalui proses evaporasi

dengan menggunakan alat rotary evaporator. Oleoresin biasanya berbentuk

cairan kental, pasta atau padat (Anonima, 2008). Menurut Aprita (2008),

keuntungan pengguanan oleoresin antara lain sebagai berikut :

1. Flavor dan warna yang diperoleh lebih seragam.

2. Bahan dapat distandarisasi dengan tepat, terutama berkaitan dengan rasa,

aroma dan warna. Dengan adanya standarisasi ini, kualitas produk

terkontrol.

Page 31: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxi

3. Bersih dan bebas dari kontaminasi mikroba serangga dan kontaminan

lainnya.

4. Bebas enzim dan mengandung antioksidan alami.

5. Kadar air sangat rendah

6. Mempunyai massa simpan yang lama dalam kondisi penyimpanan

normal

7. Bahan mudah dicampur merata ke dalam bahan makanan dan minuman.

8. Menghemat ruang penyimpanan dibandingkan dengan menyimpan

rempah – rempah segar.

Oleoresin temulawak adalah sari temulawak yang mengandung

komponen-komponen temulawak baik menguap (minyak atsiri) maupun

tidak menguap (seperti resin dan pigmen). Oleoresin temulawak diperoleh

dengan mengekstrak temulawak dengan pelarut organik. Jenis pelarut yang

digunakan antara lain alkohol, heksan, etil asetat, etil alcohol, isopropyl

alcohol, aseton, gliserol dan gliseril. Diantara bahan-bahan tersebut alkohol

banyak dipakai karena relative aman untuk makanan dan sifat polarnya

banyak membantu dalam mendapatkan emulsi oleoresin yang baik (Said,

2009). Menurut Huda dkk (2008), proses pembuatan oleoresin dilakukan

dengan menggunakan rotary vacum evaporator pada suhu 50oC setelah

proses meserasi temulawak. Dalam proses rotary vacum evaporator terjadi

pemisahan antara pelarut dengan oleoresin berdasarkan perbedaan titik didih

dengan menggunakan perputaran dan pemvakuman.

J. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Teknik pengeringan yang berbeda (Sinar matahari dan Solar dyer) yang

digunakan diduga mempengaruhi kadar kurkuminoid, total fenol dan

antioksidan oleoresin temulawak.

2. Proses pengeringan dengan penggunaan kain penutup dengan warna

yang berbeda yaitu putih dan hitam diduga mempengaruhi kadar

kurkuminoid, total fenol dan antioksidan oleoresin temulawak.

3. Interaksi teknik pengeringan dan warna kain penutup diduga

Page 32: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxii

mempengaruhi kadar kurkuminoid, total fenol dan antioksidan oleoresin

temulawak.

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Proses

Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Laboratorium Pangan dan Gizi

Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas

Maret Surakarta, Laboratorium CV. CHEM-MIX PRATAMA Bantul,

Yogyakarta dan Institusi Obat dan Bahan Alam Universitas Diponegoro

Semarang. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan mulai

bulan Februari - Mei 2010.

B. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan utama dalam penelitian ini berupa rimpang temulawak yang

dirajang dengan ukuran 3 mm. Dalam proses ekstraksi temulawak

pelarut yang digunakan adalah pelarut etanol 96%. Sedangkan bahan-

bahan yang digunakan untuk analisis antara lain :

a. Analisis Kadar air : toluene (xylene)

b. Analisis kadar kurkuminoid : kurkuminoid standar, etanol 96%

c. Analisis Antioksidan : DPPH (Diphenyl picrylhydrazyl), etanol

d. Analisis Total Fenol : aquadest, folin Ciocalteu, Na2CO3 dan as.

galat

2. Alat

Alat yang digunakan dalam proses pembuatan oleoresin

temulawak adalah 3 buah tampah, 1 solar dryer, kain hitam & putih

(masing-masing 2 buah), mesin penepungan dengan saringan kecil,

Page 33: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxiii

ayakan 80 mesh, rotary evaporator, pipet, bekker glass, pompa vacum,

kertas saring dan termometer. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk

analisis antara lain :

a. Analisis Kadar air : pipet volume, labu destilasi, pipet, alat destilasi.

b. Analisis kadar kurkuminoid : spektofotometer UV-Vis, beker glass,

pipet, gelas ukur, vortex, tabung reaksi.

c. Analisis Antioksidan : spektrofotometer UV-Vis, tabung reaksi,

pipet volume dan vortex

d. Analisis Total Fenol : erlenmeyer 100 ml, gelas ukur, shaker

(vortex), tabung reaksi, spektrofotometer UV-Vis, bekker glass, labu

takar 10 ml, pengaduk, pipet.

C. Tahap Penelitaian

Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan Bahan & Perajangan

Rimpang temulawak yang digunakan berasal dari Batu, Wonogiri

dengan umur rata-rata 10 – 12 bulan. Kemudian rimpang tersebut dicuci

sampai bersih dan dilakukan proses perajangan dengan menggunakan

slicer. Proses perajangan dilakukan untuk mempercepat proses

pengeringan. Ketebalan rimpang temulawak mengacu pada Raharjo dkk

(2005) sekitar 3 mm yang kemudian ditimbang 800 gr untuk masing-

masing sampel.

2. Pengeringan

Proses pengeringan rimpang temulawak dilakukan dengan 2 cara

yaitu pengeringan sinar matahari langsung dan solar dryer. Tiap

pengeringan dilakukan perlakuan berupa : tanpa ditutup kain, ditutup

kain putih dan ditutup kain hitam. Gambar pengeringan sinar matahari

langsung dan solar dryer dapat dilihat pada Gambar 3.1.

16

Page 34: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxiv

Gambar 3.1 Pengeringan Sinar Matahari Langsung dan Solar Dyer

Proses pengeringan tersebut dihentikan sampai kadar air rimpang

temulawak sebesar 12% (rimpang kering bisa dipatahkan) yang mengacu

pada Anonima (2009). Pengujian kadar air dilakukan dengan

pengambilan sampel secara acak dengan menggunakan metode

thermovolumetri (Sudarmajdi dkk, 1997). Diagram alir pengujian kadar

air simplisia temulawak dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Rajangan temulawak

Simplisia kering

Pengujian kadar air

dengan

Pengeringan (Sinar matahari

langsung & Solar

dryer) dengan

perlakuan tidak ditutup

Pengambilan sampel

secara acak

Penepungan

Page 35: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxv

Gambar 3.2 Diagram alir pengujian kadar air simplisia temulawak

3. Penepungan & Pengayak

Proses penepungan simplisia temulawak dilakukan dengan

menggunakan mesin penepung saringan berukuran kecil untuk

menghasilkan bubuk temulawak. Selanjutnya bubuk temulawak

dilakukan proses pengayakan dengan ayakan berukuran 80 mesh dengan

menggunakan mesin pengayak.

4. Ekstraksi

Proses ekstraksi dilakukan dengan metode yang mengacu pada

Eryanto dkk (2009) yang dipadukan dengan Srijanto dkk (2004) dan

Zahro dkk (2008). Ekstrasi temulawak dilakukan dengan cara maserasi

dengan perbandingan bahan dan pelarut 1 : 5 (b/v) selama 1 x 24 jam

pada suhu ruang (28 – 30oC) dan dilakukan pengadukan sebanyak 20

kali dengan arah pengadukan searah jarum jam. Pelarut yang digunakan

dalam proses ekstraksi rimpang temulawak adalah etanol 96%.

5. Penyaringan

Penyaringan digunakan untuk memisahkan antara ampas

(endapan) dan filtrat. Proses penyaringan pada ekstrak temulawak

dilakukan dengan pompa vacum untuk mempercepat proses penyaringan

pada ekstrak temulawak.

6. Evaporasi

Proses pembuatan oleoresin temulawak menggunakan alat rotary

vacum evaporator pada suhu 75oC dengan kecepatan yang konstan dan

proses ini dihentikan setelah pelarut etanol teruapkan semua serta

didapatkan oleoresin yang berbentuk pasta. Dalam proses evaporasi ini

terjadi pemisahan antara pelarut dengan oleoresin berdasarkan

perbedaan titik didih dengan menggunakan perputaran dan

pemvakuman. Diagram alir penelitian pembuatan oleoresin temulawak

Page 36: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxvi

Proses ekstraksi dengan pelarut organik (alkohol)

dengan proporsi pelarutan 1 : 5 (b/v)

dapat dilihat pada Gambar 3.3.

7. Analisis senyawa aktif oleoresin temulawak

Metode analisis senyawa aktif pada oleoresin temulawak dapat

dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Metode analisis senyawa aktif oleoresin temulawak

No Macam uji Metode

1 Kurkuminoid spektrofotometer UV-visible

2 Total fenol folin Ciocalteu

3 Antioksidan

DPPH yang kemudian dilanjutkan dengan

uji pembanding menggunakan As.

Askorbat

Perajangan

Pengujian kadar air

max

Penepungan

Simplisia kering

Rimpang Temulawak bubuk

Proses pengeringan dengan dua faktor perlakuan :

Faktor 1 : teknik pengeringan (sinar matahari & solar

dryer)

Faktor 2 : Warna kain penutup (tanpa kain, kain hitam

Penyaringan Ampas

Rotary Evaporator

Larutan campuran oleoresin dengan pelarut

Pelarut

Penyiapan Bahan (Rimpang Temulawak)

Page 37: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxvii

Gambar 3.3 Diagram Alir Penelitian Pembuatan Oleoresin Temulawak

D. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua

faktor yaitu variasi teknik pengeringan (solar dryer & sinar matahari

langsung) dan warna kain penutup (tanpa penutup, kain hitam & kain putih)

dengan ulangan tiga kali tiap sampelnya. Tabel rancangan percobaan Acak

Lengkap dengan dua faktor yaitu variasi teknik pengeringan dan warna kain

penutup dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Rancangan Percobaan Acak lengkap dengan dua faktor

Teknik Pengeringan Warna kain Penutup

SM SD

K SMK SDK P SMP SDP H SMH SDH

Keterangan :

SM = Sinar Matahari langsung

SD = Solar Dryer

K = tanpa ditutup kain

P = ditutup kain putih

H = ditutup kain hitam

Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan two way

ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan masing-masing

Uji Karakteristik ekstrak temulawak :

1. Uji kadar kurkuminoid

2. Uji aktivitas antioksidan dengan DPPH

Oleoresin

Page 38: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxviii

perlakuan dan interaksi pada kedua perlakuan tersebut pada pada tingkat

α = 0,05, kemudian dilanjutkan dengan one way ANOVA untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan pada masing-masing sampel dengan kedua

perlakuan tersebut pada tingkat α = 0,05.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleoresin temulawak merupakan salah satu produk olahan

temulawak yang berbentuk cairan kental atau pasta yang memiliki aroma

dan rasa temulawak. Oleoresin temulawak dibuat dengan mengekstrak

bubuk temulawak dengan metode maserasi yang kemudian dilakukan

pemisahan bahan dan pelarut dengan menggunakan rotary evaporator.

Dalam pembuatan bubuk temulawak, temulawak terlebih dahulu

dilakukan proses perajangan dan pengeringan hingga terbentuk simplisia

yang kemudian ditepungkan menjadi bubuk temulawak. Perlakuan

sampel pada penelitian ini dilakukan dengan 2 faktor yaitu variasi teknik

pengeringan (solar dryer & sinar matahari langsung) dan warna kain

penutup (tanpa penutup, kain hitam & kain putih). Adapun parameter

yang diamati dalam pengujian meliputi kadar air, kurkuminoid, total

fenol dan aktivitas antioksidan.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang dikehendaki, penelitian ini

dibagi menjadi 3 bagian yaitu membandingkan pengaruh teknik

pengeringan terhadap kadar kurkuminoid, total fenol & aktivitas

antioksidan oleoresin temulawak, membandingkan pengaruh warna kain

penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol & aktivitas atioksidan

oleoresin temulawak dan pengaruh interaksi antara teknik pengeringan

dengan warna kain penutup terhadap kadar kurkuminoid, total fenol &

aktivitas atioksidan oleoresin temulawak.

4.1 Kadar Air

Page 39: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xxxix

Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan.

Meskipun bukan merupakan sumber nutrisi, tetapi air sangat esensial dalam

kelangsungan proses biokimiawi organisme. Dalam bahan pangan air

berfungsi untuk menentukan bentuk, ukuran, kenampakan, kesegaran, cita rasa

dan daya simpan sutu bahan pangan. Terdapatnya air dalam bahan makanan

karena adanya dua tipe pengikat yaitu pengikat air secara kimia dan pengikat

air secara fisik. Air yang terikat secara kimia merupakan komponen penyusun

dan merupakan bagian dari komposisi kimia bahan makanan tersebut. Lain

halnya untuk air yang terikat secara fisik oleh bahan makanan, air ini

mempunyai kekuatan fisik yang cukup sehingga air yang diserap atau diikat

oleh bahan akan saling tarik-menarik dengan molekul bahan. Untuk itu bisa

dilakukan pengurangan kadar air dengan cara dikeringkan. Kadar air bahan

merupakan jumlah air yang terikat secara fisik dalam bahan sehingga bahan

dapat dinyatakan sebagai suatu material basah atau kering. Jumlah kandungan

air dalam bahan makanan akan mempengaruhi daya tahan bahan terhadap

serangan mikrobia. Dengan demikian, pengurangan kadar air hingga jumlah

tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan makanan selama

penyimpanan (Siswanto, 2004).

Salah satu parameter utama untuk menentukan kualitas simplisia

temulawak adalah dengan menentukan kadar airnya. Kadar air simplisia

temulawak menurut Materia Medika Indonesia (1979) dalam penelitiannya

Sembiring, dkk (2006) adalah maksimal 12%. Hasil analisis kadar air

simplisia bubuk temulawak dapat dilihat padaTabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kadar Air Simplisia Bubuk Temulawak

Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rata-rata Sampel

11,4029 % 11,4147 % 11,4620 % 11,4265 %

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air simplisia bubuk

temulawak dengan 3 kali ulangan adalah 11,4029%; 11,4147%; 11,4620%

dengan nilai rata-rata adalah 11,4265%. Dari hasil tersebut menunjukkan

bahwa kadar air simplisia bubuk temulawak pada keseluruhan sampel yang

22

Page 40: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xl

diwakili dari pengambilan sebagian pada masing-masing sampel berada

diangka <12%. Sampel-sampel tersebut memenuhi karakteristik mutu

simplisia temulawak yang dinyatakan oleh Materia Medika Indonesia (1979)

dalam penelitiannya Sembiring, dkk (2006) yang mengatakan bahwa kadar air

simplisia temulawak maksimal 12%. Jika dilihat dari standar mutu simplisia

temulawak menurut RSNI (2006) untuk bahan baku obat nilai kadar air

simplisia temulawak maksimal 10% maka nilai kadar air pada sampel tersebut

tidak memenuhi standar yaitu >10% karena proses pengeringan pada sampel

temulawak ini dihentikan sampai temulawak tersebut bisa dipatahkan. Untuk

mengukur kadar air simplisia tersebut diperlukan suatu indikator yang berupa

penghentian proses pengeringan. Penghentian proses pengeringan mengacu

pada Cahyano (2007) yang mengatakan bahwa pada umumnya indikator yang

digunakan oleh para petani dalam memperoleh gambaran mengenai kadar air

simplisia jika simplisia tersebut bisa dipatahkan. Umumnya kadar air simplisia

yang bisa dipatahkan kira-kira antara 10 – 12%.

4.2 Kadar Kurkuminoid

Kurkuminoid merupakan zat warna yang memiliki sifat dapat larut

dalam pelarut minyak dan mudah larut dalam larutan basa tetapi tidak larut

dalam air pada keadaan pH asam ataupun netral. Kurkuminoid bersifat stabil

terhadap suhu tinggi dan dalam keadaan asam tetapi tidak stabil dalam kondisi

basa dan terhadap cahaya (Stankovic, 2004). Sifat kurkuminoid yang penting

adalah aktivitasnya terhadap cahaya. Bila kurkumin terkena cahaya, akan

terjadi dekomposisi struktur berupa siklisasi kurkumin atau terjadi degradasi

struktur (Tonnesen dan Karsen, 1985). Produk degradasi kurkumin adalah

asam ferulat, feruloilaldehid, dihidroksinaftalen, vinilguaikol, vanillin dan

asam vanilat (Price dan Buescher, 1996).

4.2.1 Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Kadar Kurkuminoid

Oleoresin Temulawak

Pada penelitian ini, perlakuan pengeringan dilakukan dengan

dua cara yaitu dengan sinar matahari langsung dan solar dryer.

Pengeringan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur

Page 41: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xli

temulawak langsung dibawah terik matahari. Sedangkan pengeringan

solar dryer dilakukan dengan alat sederhana yang masih menggunakan

bantuan sinar matahari sebagai sumber panasnya. Hasil pengujian

analisis kadar kurkuminoid oleoresin temulawak dengan perlakuan

teknik pengeringan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak

Pengeringan Kadar (%)

Sinar Matahari Langsung 2,515a

Solar Dryer 2,828b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan

pengeringan sinar matahari langsung dan solar dryer memiliki kadar

kurkuminoid yang saling berbeda nyata. Sampel dengan perlakuan

sinar matahari langsung mempunyai kadar kurkuminoid sebesar

2,515 %. Sedangkan sampel dengan solar dryer mempunyai kadar

kurkuminoid sebesar 2,828%. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa

kadar kurkuminoid pada perlakuan sinar matahari langsung lebih kecil

dibandingkan dengan perlakuan solar dryer. Pada umumnya

pengeringan sinar matahari langsung memiliki suhu yang relatif lebih

tinggi yang berkisar antara 28 – 45oC (Zahro, 2008). Dengan sifat

kurkuminoid stabil terhadap suhu tinggi maka seharusnya tidak terjadi

proses degradasi kurkuminoid (Stankovic, 2004). Tetapi kestabilan itu

hanya terjadi pada kurkuminoid standar (murni) jika dipanaskan

sedangkan untuk ekstrak kurkuminoid dari suatu bahan kurang stabil

terhadap suhu tinggi (Pudjihartati, 1999). Selain suhu yang relatif lebih

tinggi, proses degradasi kurkuminoid juga disebabkan oleh sinar UV.

Hal itu ditandai dengan pucatnya warna simplisia yang dihasilkan pada

pengeringan sinar matahari.

Page 42: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlii

Pengeringan solar dryer merupakan proses pengeringan

dengan bantuan alat yang berupa solar dryer tetapi masih

menggunakan sinar matahari sebagai sumber panasnya. Prinsip

pengeringan solar dryer berasal dari dua arah yaitu radiasi matahari

dan aliran udara panas dari bawah yang kemudian dibuang keluar

menggunakan blower sehingga menyebabkan suhu pengeringan di

dalam solar dryer lebih rendah (Rachman, 2009). Proses pengeringan

solar dryer ini lebih efektif untuk meminimalkan terjadinya degradasi

kurkuminoid jika dibandingkan dengan pengeringan sinar matahari

langsung. Hal ini dibuktikan dengan warna simpilisia temulawak yang

lebih cerah dan kadar kurkuminoid yang lebih tinggi jika dibandingkan

dengan sinar matahari langsung.

Selain itu, pengeringan solar dryer juga dapat melindungi

temulawak dari sinar UV karena desain solar dryer yang seluruhnya

tertutup oleh plastik bening dengan blower di atas sehingga

pengeringan solar dryer merupakan pengeringan yang efektif untuk

mempertahankan kandungan kurkuminoid dari suhu dan sinar UV

yang dihasilkan dari sumber panas yang berupa sinar matahari.

Menurut Zahro (2008), penyebab degradasi kurkuminoid pada proses

pengeringan dengan menggunakan sinar matahari adalah sinar UV.

Dari kedua teknik pengeringan tersebut yang berperan besar dalam

mengakibatkan terjadinya degradasi kurkuminoid adalah sinar UV

yang dihasilkan dari proses pengeringan yang sama-sama

menggunakan sinar matahari. Hal tersebut sesuai dengan sifat

kurkuminoid yang sensitif terhadap cahaya.

4.2.2 Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Kurkuminoid

Oleoresin Temulawak

Dalam penelitian ini, perlakuan penggunaan kain penutup

pada masing-masing teknik pengeringan dilakukan dengan tiga cara

yaitu tanpa menggunakan kain penutup, menggunakan kain penutup

warna putih dan menggunakan kain penutup warna hitam. Fungsi kain

Page 43: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xliii

penutup pada pengeringan adalah untuk melindungi bahan yang

dikeringkan dari panas sinar matahari yang dapat menyebabkan

rusaknya kandungan dalam bahan yang dikeringkan. Hasil pengujian

analisis kadar kurkuminoid oleoresin temulawak dengan perlakuan

penggunaan kain penutup yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.3

Tabel 4.3. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak

Warna kain penutup Kadar (%)

Tanpa penutup kain 2,369a

Kain penutup hitam 2,666 b

Kain penutup putih 2,980c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kadar

kurkuminoid pada perlakuan penggunaan kain penutup pada masing-

masing teknik pengeringan berbeda nyata. Hal tersebut dibuktikan

dengan berbedanya huruf yang mengikuti kadar kurkuminoid pada

tiap-tiap perlakuan. Kadar kurkuminoid pada sampel perlakuan tanpa

penutup kain, dengan kain putih dan kain hitam berturut-turut yaitu

2,369%; 2,980% dan 2,666%. Dari data tersebut, kadar kurkuminoid

tertinggi terdapat pada sampel dengan perlakuan kain penutup putih

sedangkan kadar kurkuminoid terendah terdapat pada sampel

perlakuan tanpa penutup kain. Hal tersebut menunjukkan bahwa

dengan perlakuan penggunaan penutup kain dapat melindungi

kandungan kurkuminoid pada temulawak dari suhu dan sinar UV yang

dihasilkan selama proses pengeringan. Seperti sifat kurkuminoid yang

sensitif terhadap cahaya (Tonnesen dan Karsen, 1985), maka dengan

penggunaan kain penutup dapat meminimalkan terjadinya degradasi

kurkuminoid akibat sinar UV yang dihasilkan selama proses

pengeringan.

Jika dilihat dari perlakuan penutup kain putih dan hitam,

perlakuan penutup kain putih memiliki kadar kurkuminoid yang lebih

Page 44: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xliv

tinggi dari pada penutup kain hitam karena warna kain putih bersifat

memantulkan semua spectrum cahaya. Berbeda dengan warna hitam,

sifat warna hitam adalah menyerap semua spectrum cahaya sehingga

energi radiasi yang diterima pada warna hitam menjadi semakin besar

seiring bertambahnya spectrum cahaya yang diserap yang

menyebabkan warna hitam menyerap panas lebih besar dari warna

lainnya (Yadie, 2009). Dengan sifatnya warna hitam yang menyerap

semua spectrum cahaya menyebabkan warna hitam tidak efektif

melindungi kandungan kurkuminoid pada temulawak jika

dibandingkan dengan warna putih yang memantulkan semua spectrum

cahaya.

4.2.3 Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan Dan Warna Kain

Penutup Terhadap Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai

signifikasi teknik pengeringan dan warna kain penutup diatas α 0,05

yang berarti tidak ada interaksi antara teknik pengeringan dengan

warna kain penutup. Hal ini terjadi karena masing-masing perlakuan

teknik pengeringan dan warna kain penutup tidak saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya terhadap kadar

kurkuminoid.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada masing-

masing sampel dengan perlakuan teknik pengeringan dan warna kain

penutup dapat dilanjutkan one way ANOVA pada tingkat α yang sama

yaitu 0,05. Hasil analisis kadar kurkuminoid oleoresin temulawak pada

masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid Oleoresin Temulawak

Sampel Kadar (%)

Sinar matahari tanpa kain penutup 2,2369a

Sinar matahari kain penutup hitam 2,5262b

Sinar matahari kain penutup putih 2,7826c

Page 45: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlv

Solar dryer tanpa kain penutup 2,5019b

Solar dryer kain penutup hitam 2,8053c

Solar dryer kain penutup putih 3,1769d

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa kadar kurkuminoid pada

sampel sinar matahari langsung kain penutup hitam tidak berbeda

nyata dengan sampel solar dryer tanpa kain penutup, sampel sinar

matahari kain penutup putih juga memiliki kadar kurkuminoid yang

tidak berbeda nyata dengan solar dryer kain penutup hitam tetapi

berberda nyata dengan kadar kurkuminoid pada sampel sinar matahari

tanpa kain penutup, solar dryer kain penutup putih dan sinar matahari

kain penutup hitam atau solar dryer tanpa kain penutup. Kadar

kurkuminoid pada masing-masing sampel dari sinar matahari tanpa

kain penutup sampai solar dryer kain penutup putih berturut-turut

adalah 2,2369%; 2,5262%; 2,7826%; 2,5019%; 2,8053% dan

3,1769%. Sampel solar dryer dengan kain penutup putih memiliki

kadar tertinggi dengan nilai sebesar 3,1769% sedangkan kadar

kurkuminoid terendah terdapat pada sampel sinar matahari tanpa kain

penutup dengan nilai sebesar 2,2369%. Rata-rata hasil kurkuminoid

pada semua sampel berada pada rata-rata dibawah 3,17%. Sedangkan

menurut Sembiring (2007) yang mengatakan bahwa kadar kurkumin

oleoresin adalah 2,88%. Komposisi kurkuminoid yang terdiri dari

kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin yang

masing-masing memiliki kadar 80 – 85%, 15 – 20%, 0 – 5% (Ahsan, et

al., 1999). Perbedaan kadar kurkuminoid yang diperoleh dengan hasil

dari penelitian yang lain kemungkinan disebabkan karena verietas

temulawak yang digunakan berbeda dan juga perlakuan yang

dilakukan berbeda pula. Selain itu kadar yang rendah dari keseluruhan

Page 46: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlvi

sampel tersebut mungkin disebabkan tingginya suhu rotary evaporator

yaitu 75oC yang mengakibatkan terjadinya degradasi kurkuminoid.

4.3 Total Fenol

Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik

dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Sifat fenol baik dalam keadaan solid

maupun liquid memiliki titik lebur rendah, yakni 41°C. Fenol sedikit larut

dalam air, dan kelarutan fenol dalam air bervariasi antara suhu 0-65°C.

Sebaliknya fenol sangat larut dalam pelarut organik. Fungsi utama fenol

adalah sebagai desinfektan serta antioksidan (Widiyanti, 2006). Senyawa

fenol berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya meniadakan

radikal-radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam

menghambat oksidasi lipida (Kinsella et al, 1993).

4.3.1 Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Kadar Total Fenol

Oleoresin Temulawak

Pengeringan pada temulawak merupakan faktor penting

karena kandungan temulawak rentan sekali mengalami kerusakan

sehingga perlu dilakukan proses pengeringan yang efektif dalam

meminimalkan kerusakan senyawa-senyawa dalam temulawak. Hasil

analisis kadar total fenol oleoresin temulawak dengan perlakuan teknik

pengeringan yang berbada dapat dilihat pada Tabel 4.5

Tabel 4.5. Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak

Pengeringan Kadar (%)

Sinar Matahari Langsung 9,291a

Solar Dryer 15,160b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Page 47: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlvii

Pengeringan dengan sinar matahari langsung menunjukan

kadar total fenol sebesar 9,291% dan berbeda nyata dengan teknik

pengeringan dengan solar dryer sebesar 15,160 %. Pada pengeringan

matahari kadar total fenolnya lebih rendah jika dibandingkan dengan

solar dryer karena pengeringan sinar matahari ini suhunya relatif

tinggi yaitu berkisar antara 28 – 45oC (Zahro, 2008). Selain suhu

yang relatif lebih tinggi, penyebab rusaknya senyawa fenol

disebabkan oleh sinar UV dan terjadinya kontak oksigen secara

langsung. Sesuai sifat fenol sebagai senyawa antioksidan yang akan

teroksidasi dengan adanya cahaya, panas, dan oksigen

(Zapsalis,1985 dalam Ratna Widiyanti, 2006). Rusaknya senyawa

fenol yang bersifat antioksidan ditandai dengan warna coklat pada

simplisia karena adanya kontak langsung dengan oksigen di udara

(Lestari, 1978).

Sedangkan untuk solar dryer, proses pengeringannya lebih

efektif dari pada sinar matahari karena proses pengeringan berasal

dari dua arah yaitu radiasi dan aliran udara panas dari bawah

(konveksi) yang kemudian dibuang keluar menggunakan blower.

Selain itu solar dryer juga dapat meminimalkan terjadinya kontak

okisgen dan sinar UV secara langsung karena desain solar dryer yang

seluruhnya tertutup oleh plastik bening dengan blower diatas

sehingga pengeringan solar dryer merupakan pengeringan yang

efektif untuk mempertahankan kandungan senyawa fenol dari suhu,

oksigen dan sinar UV.

4.3.2 Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak

Penggunaan kain penutup dalam proses pengeringan dapat

melindungi bahan yang dikeringkan sehingga dapat meminimalkan

terjadinya kerusakan pada bahan tersebut. Hasil analisis kadar total

fenol oleoresin temulawak dengan perlakuan warna kain penutup yang

berbada dapat dilihat pada Tabel 4.6

Page 48: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlviii

Tabel 4.6. Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak

Warna kain penutup Kadar (%)

Tanpa penutup kain 9,840a

Kain penutup hitam 12,312b

Kain penutup putih 14,523c

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.6 bahwa sampel dengan

perlakuan sinar matahari tanpa penutup, dengan kain penutup hitam

dan kain penutup putih berbeda nyata yang ditunjukkan dengan huruf

yang berbeda pada perlakuan tersebut. Kadar total fenol pada

perlakuan tanpa penutup kain memiliki nilai yang lebih kecil jika

dibandingkan dengan perlakuan kain penutup putih dan hitam. Hal ini

disebabkan karena penggunaan kain dapat melindungi bahan dari suhu,

sinar UV dan oksigen yang menyebabkan oksidasi pada senyawa

fenol.

Dari ketiga perlakuan tersebut, penggunaan kain penutup

putih memiliki kadar yang tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan

yang lain yaitu sebesar 14,523%. Hal itu disebabkan penggunaan kain

penutup putih dapat meminimalkan kerusakan senyawa fenol dari

suhu, sinar UV dan oksigen sehingga lebih efektif dari perlakuan yang

lain. Sifat warna juga mempengaruhi tingkat keefektifan dalam

meminimalkan kerusakan fenol. Warna putih merupakan warna yang

bersifat memantulkan semua spektrum cahaya sehingga energi radiasi

yang diterima pada warna putih menjadi semakin kecil seiring

dipantulkannya spectrum cahaya yang menyebabkan warna putih lebih

sejuk dari pada warna hitam (Yadie, 2009).

4.3.3 Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan Dan Warna Kain

Penutup Terhadap Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak

Page 49: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

xlix

Dari hasil analisis statistik menunjukkan terjadi interaksi

antara teknik pengeringan dengan warna kain penutup yang

ditunjukkan dari nilai sigfinikasinya kurang dari α 0,05. Hal ini berarti

antara masing-masing perlakuan teknik pengeringan dan warna kain

penutup saling mempengaruhi satu dengan lainnya terhadap kadar

total fenol.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada masing-

masing sampel dengan perlakuan teknik pengeringan dan warna kain

penutup dapat dilanjutkan one way ANOVA pada tingkat α yang sama

yaitu 0,05. Hasil analisis kadar total fenol oleoresin temulawak pada

masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7. Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak

Sampel Kadar (%)

Sinar matahari tanpa kain penutup 7,018a

Sinar matahari kain penutup hitam 9,690b

Sinar matahari kain penutup putih 11,164c

Solar dryer tanpa kain penutup 12,663d

Solar dryer kain penutup hitam 14,935e

Solar dryer kain penutup putih 17,883f

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α

0,05

Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa kadar total

fenol pada masing-masing sampel saling berbada nyata antara satu

Page 50: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

l

dengan lainnya yang ditunjukkan dengan berbedanya huruf yang

mengikuti kadar total fenol pada tiap-tiap perlakuan tersebut. Sampel

solar dryer dengan kain penutup putih memiliki kadar total fenol

tertinggi dengan nilai sebesar 17,883 % sedangkan kadar total fenol

terendah terdapat pada sampel sinar matahari tanpa kain penutup

dengan nilai sebesar 7,018%. Dengan kadar total fenol yang tertinggi

menunjukkan bahwa perlakuan solar dryer kain penutup putih efektif

dalam meminimalkan terjadinya kerusakan senyawa fenol yang

disebabkan oleh cahaya, panas dan oksigen (Zapsalis,1985 dalam

Ratna Widiyanti, 2006) jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain.

4.4 Aktivitas Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat menyumbangkan satu

atau lebih elektron kepada radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat

diredam (Suhartono, 2002). Berdasarkan sumber perolehannya ada 2 macam

antioksidan, yaitu antioksidan alami dan antioksidan buatan (sintetik)

(Dalimartha dan Soedibyo, 1999). Antioksidan alami dapat diperoleh dari

ekstrak bagian tanaman rempah-rempah atau tanaman obat-obatan seperti

akar, batang, daun, bunga dan biji. Senyawa yang berperan senyawa

antioksidan didalam ekstrak adalah fenol, amina aromatik, vitamin C,

tokoferol, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya (Sukardi, 2003).

Dari sejumlah penelitian pada tanaman obat dilaporkan bahwa

banyak tanaman obat yang mengandung antioksidan dalam jumlah besar. Efek

antioksidan disebabkan karena adanya senyawa fenol seperti yang terdapat

pada minyak atsiri. Selain itu terutama adanya kurkuminoid pada temulawak

yang merupakan molekul dengan kadar polifenol yang rendah namun juga

memiliki potensi sebagai antioksidan. Menurut Majeed dkk (1995),

kurkuminoid tersebut mempunyai kemampuan mencegah terbentuknya

peroksida. Antioksidan tersebut akan teroksidasi dengan adanya cahaya, panas

dan oksigen (Zapsalis,1985 dalam Ratna Widiyanti, 2006).

4.4.1 Pengaruh Teknik Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan

Oleoresin Temulawak

Page 51: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

li

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode

DPPH yaitu ditunjukkan dengan penurunan intensitas warna ungu pada

larutan yang dilakukan dengan mengamati penurunan absorbansi pada

panjang gelombang 517 nm. Hasil analisis aktivitas antioksidan

oleoresin temulawak dengan teknik pengeringan yang berbeda dapat

dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan Oleoresin Temulawak

Pengeringan Aktivitas (%)

Sinar Matahari Langsung 21,619a

Solar Dryer 39,165b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan

pengeringan dengan sinar matahari langsung dan solar dryer berbeda

nyata. Hal ini ditandai dengan berbedanya huruf pada aktivitas

antioksidan tiap-tiap perlakuan. Aktivitas antioksidan dengan

perlakuan sinar matahari memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan

dengan perlakuan solar dryer karena pada proses pengeringan dengan

sinar matahari langsung menghasilkan panas dan sinar UV yang

langsung menuju ke bahan sehingga intensitas bahan yang terkena

panas dan sinar UV lebih banyak. Sedangkan pada pengeringan solar

dryer dapat menjaga antioksidan pada temulawak dari sinar UV dan

suhu yang ditimbulkan dari proses pengeringan. Jika dilihat dari selisih

kadar yang begitu besar maka suhu pengeringan sangatlah berpengaruh

terhadap kerusakan antioksidan pada temulawak yang sebagian besar

terdiri dari komponen-komponen yang bersifat mudah menguap yang

terdapat pada minyak atsiri.

Efek antioksidan disebabkan karena adanya senyawa fenol

seperti yang terdapat pada minyak atsiri. Kurkuminoid pada

Page 52: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lii

temulawak merupakan molekul dengan kadar polifenol yang rendah

namun juga memiliki potensi sebagai antioksidan. Menurut Majeed

dkk (1995), kurkuminoid tersebut mempunyai kemampuan mencegah

terbentuknya peroksida. Mekanisme antioksidan pada kurkumin

dihubungkan dengan adanya atom H dari gugus fenolik (Sun et al.,

2004 dalam Wulandari, 2009). Sebagai penangkap radikal, kurkumin

dapat menjaga integritas membran sel yang diakibatkan peristiwa

degradasi oksidatif karena adanya radikal oksigen dan radikal-radikal

reaktif lainnya (Tonnesen. H.H. and J. Karlsen, 1985).

4.4.2 Pengaruh Warna Kain Penutup Terhadap Aktivitas Antioksidan

Oleoresin Temulawak

Aktivitas antioksidan oleoresin temulawak dengan perlakuan

penggunaan kain penutup yang berbeda yaitu tanpa ditutup kain,

ditutup kain putih dan ditutup kain hitam dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan Oleoresin Temulawak

Warna kain penutup Aktivitas (%)

Tanpa penutup kain 26,2188a

Kain penutup hitam 30,7435b

Kain penutup putih 34,2127c

Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan tujuan

mengetahui aktivitas antioksidan pada sampel temulawak yang dengan

perlakuan tanpa kain penutup, kain penutup putih dan kain penutup

hitam. Dari pengujian tersebut diperoleh bahwa sampel dengan

perlakuan tanpa kain penutup mempunyai aktivitas antioksidan sebesar

27,727% yang lebih kecil dari pada kain penutup hitam dan kain

penutup putih. Hal ini dikarenakan temulawak yang dikeringkan tanpa

kain penutup mengalami tingkat kerusakan antioksidan yang tinggi

yang disebabkan dari interaksi antara oksigen dan sinar UV secara

langsung. Kedua faktor ini dapat menyebabkan rusaknya antioksidan.

Penggunaan kain penutup dapat mengurangi efek negatif dari interaksi

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda

nyata pada taraf α 0,05

Page 53: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

liii

tersebut selain itu dapat melindungi minyak atsiri juga senyawa fenol

dari penguapan yang terlalu cepat. Menurut Anonim (1985), simplisia

yang berupa rimpang dikeringkan dengan cara dirajang dan dijemur di

bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam untuk menghindari

penguapan terlalu cepat yang dapat menurunkan mutu minyak atsiri

dalam bahan.

Jika dilihat dari perlakuan penutup kain putih dan hitam,

perlakuan penutup kain putih memiliki kadar antoksidan yang lebih

tinggi dari pada penutup kain hitam karena warna kain putih bersifat

memantulkan semua spectrum cahaya. Berbada dengan warna hitam,

sifat warna hitam adalah menyerap semua spectrum cahaya sehingga

energi radiasi yang diterima pada warna hitam menjadi semakin besar

seiring bertambahnya spectrum cahaya yang diserap yang

menyebabkan warna hitam lebih panas dari warna lainnya (Yadie,

2009). Dengan sifat tersebut maka kain putih lebih dapat

meminimalkan kerusakan antioksidan dari proses pengeringan.

4.4.3 Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan Dan Warna Kain Penutup Terhadap Aktivitas Antioksidan Oleoresin Temulawak

Dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai

signifikasi teknik pengeringan dan warna kain penutup diatas α 0,05

yang berarti tidak ada interaksi antara teknik pengeringan dengan

warna kain penutup. Hal ini terjadi karena masing-masing perlakuan

teknik pengeringan dan warna kain penutup tidak saling

mempengaruhi antara satu dengan lainnya terhadap aktivitas

antioksidan.

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada masing-

masing sampel dengan perlakuan teknik pengeringan dan warna kain

penutup dapat dilanjutkan one way ANOVA pada tingkat α yang sama

Page 54: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

liv

yaitu 0,05. Hasil analisis kadar total fenol oleoresin temulawak pada

masing-masing sampel dapat dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4.10. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan Oleoresin Temulawak

Sampel Aktivitas (%)

Sinar matahari tanpa kain penutup 16,6413a

Sinar matahari kain penutup hitam 21,4173b

Sinar matahari kain penutup putih 26,7970c

Solar dryer tanpa kain penutup 36,7970d

Solar dryer kain penutup hitam 40,0697e

Solar dryer kain penutup putih 41,6283e

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf

α 0,05

Seperti yang terlihat pada Tabel 4.10 bahwa aktivitas

antioksidan pada sampel solar dryer kain penutup hitam tidak berbeda

nyata dengan solar dryer kain penutup putih tetapi berbeda nyata

dengan aktivitas antioksidan pada sampel sinar matahari tanpa kain

penutup, sinar matahari kain penutup hitam, sinar matahari kain

penutup putih dan solar dryer tanpa kain penutup. Aktivitas antioksidan

masing-masing sampel dari sinar matahari tanpa kain penutup sampai

dengan solar dryer kain penutup putih berturut-turut adalah 16,6413%;

21,4173%; 26,7970%; 36,7970%; 40,0697% dan 41,6283%.

Dalam penelitian ini dilakukan uji pembanding antara kadar

aktivitas antioksidan yang dihasilkan dari sampel dengan asam

askorbat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1

Page 55: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lv

Grafik Uji Pembanding Antara Sampel Dengan As. Askorbat

41.628340.069736.797

26.79721.4173

16.641320.3619

05

1015202530354045

As.Askorbat500 ppm

SMK20%

SMH20%

SMP20%

SDK 20%

SDH 20%

SDP 20%

Konsentrasi

Akt

ivita

s A

ntio

ksid

an (%

)

Gambar 4.1 Grafik uji pembanding antara sampel dengan asam

Askorbat

Berdasarkan grafik terlihat bahwa aktivitas antioksidan asam

askorbat dengan konsentrasi 500 ppm sebesar 20,3619%. Jika dilihat

dari keseluruhan sampel, sampel SMK merupakan sampel yang

memiliki kadar d ibawah asam askorbat dengan aktivitas antioksidan

sebesar 16,6413% yang kadarnya lebih rendah 0,8 kali dibandingkan

dengan asam askorbat. Sampel SMH, SMP, SDK, SDH dan SDP

masing-masing memiliki aktivitas antioksidan di atas asam askorbat

dengan aktivitas antioksidan berturut-turut adalah 21,4173%;

26,797%; 36,797%; 40,0697% dan 41,6283% yang kadarnya masing-

masing lebih tinggi 1,05 kali; 1,32 kali; 1,81 kali; 1,97 kali dan 2,04

kali.

Keterangan :

SMK = Sinar matahari tanpa

kain penutup

SMH = Sinar matahari dengan

kain penutup hitam

SMP = Sinar matahari dengan

kain penutup putih

SDK = Solar dryer tanpa kain

penutup

SDH = Solar dryer dengan kain

Page 56: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lvi

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kadar Kurkuminoid dan

Aktivitas Antioksidan Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Pada Berbagai Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup ini adalah :

1. Penggunaan solar dryer berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif

oleoresin temulawak. Perlakuan dengan solar dryer memiliki kadar

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) yang lebih tinggi

dari pada perlakuan dengan sinar matahari.

2. Penggunaan warna kain penutup berpengaruh terhadap kandungan

senyawa aktif oleoresin temulawak. Perlakuan dengan kain penutup putih

memiliki kadar senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan)

yang lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa kain dan kain penutup hitam.

3. Terjadi interaksi antara teknik pengeringan dan warna kain penutup pada

kadar total fenol tetapi tidak terjadi interaksi pada kadar kurkuminoid dan

kadar antioksidan oleoresin temulawak.

4. Kombinasi solar dryer dan kain penutup putih merupakan teknik

pengeringan yang efektif yang dapat meminimalkan terjadi kerusakan pada

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) temulawak jika

dibandingkan dengan kombinasi lainnya.

B. Saran

1. Penggunaan solar dyer dan kain penutup putih dapat diaplikasikan ke

masyarakat khususnya pembuat jamu karena perlakuan ini dapat

meminimalkan terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu

kurkuminoid, total fenol dan antioksidan.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan alat pengeringan lainnya

yaitu alat pengering listrik seperti oven dan kabinet dryer untuk

mengetahui seberapa efektif pengering tersebut dalam meminimalkan

39

Page 57: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lvii

terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan.

3. Penelitian ini masih perlu disempurnakan dengan penelitian lebih lanjut

tentang oleoresin temulawak pada perlakuan teknik pengeringan dan

warna kain penutup yang dapat dilanjutkan dengan menguji cobakan pada

in vivo untuk mengetahui efek oleoresin temulawak terhadap kesehatan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

C. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kadar Kurkuminoid dan

Aktivitas Antioksidan Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Pada Berbagai Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup ini adalah :

5. Penggunaan solar dryer berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif

oleoresin temulawak. Perlakuan dengan solar dryer memiliki kadar

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) yang lebih tinggi

dari pada perlakuan dengan sinar matahari.

6. Penggunaan warna kain penutup berpengaruh terhadap kandungan

senyawa aktif oleoresin temulawak. Perlakuan dengan kain penutup putih

memiliki kadar senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan)

yang lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa kain dan kain penutup hitam.

7. Terjadi interaksi antara teknik pengeringan dan warna kain penutup pada

kadar total fenol tetapi tidak terjadi interaksi pada kadar kurkuminoid dan

kadar antioksidan oleoresin temulawak.

8. Kombinasi solar dryer dan kain penutup putih merupakan teknik

pengeringan yang efektif yang dapat meminimalkan terjadi kerusakan pada

Page 58: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lviii

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) temulawak jika

dibandingkan dengan kombinasi lainnya.

D. Saran

1. Penggunaan solar dyer dan kain penutup putih dapat diaplikasikan ke

masyarakat khususnya pembuat jamu karena perlakuan ini dapat

meminimalkan terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu

kurkuminoid, total fenol dan antioksidan.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan alat pengeringan lainnya

yaitu alat pengering listrik seperti oven dan kabinet dryer untuk

mengetahui seberapa efektif pengering tersebut dalam meminimalkan

terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan.

3. Penelitian ini masih perlu disempurnakan dengan penelitian lebih lanjut

tentang oleoresin temulawak pada perlakuan teknik pengeringan dan

warna kain penutup yang dapat dilanjutkan dengan menguji cobakan pada

in vivo untuk mengetahui efek oleoresin temulawak terhadap kesehatan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

E. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Kadar Kurkuminoid dan

Aktivitas Antioksidan Oleoresin Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

Pada Berbagai Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup ini adalah :

9. Penggunaan solar dryer berpengaruh terhadap kandungan senyawa aktif

oleoresin temulawak. Perlakuan dengan solar dryer memiliki kadar

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) yang lebih tinggi

dari pada perlakuan dengan sinar matahari.

10. Penggunaan warna kain penutup berpengaruh terhadap kandungan

senyawa aktif oleoresin temulawak. Perlakuan dengan kain penutup putih

39

Page 59: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lix

memiliki kadar senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan)

yang lebih tinggi dari pada perlakuan tanpa kain dan kain penutup hitam.

11. Terjadi interaksi antara teknik pengeringan dan warna kain penutup

pada kadar total fenol tetapi tidak terjadi interaksi pada kadar kurkuminoid

dan kadar antioksidan oleoresin temulawak.

12. Kombinasi solar dryer dan kain penutup putih merupakan teknik

pengeringan yang efektif yang dapat meminimalkan terjadi kerusakan pada

senyawa aktif (kurkuminoid, total fenol dan antioksidan) temulawak jika

dibandingkan dengan kombinasi lainnya.

F. Saran

1. Penggunaan solar dyer dan kain penutup putih dapat diaplikasikan ke

masyarakat khususnya pembuat jamu karena perlakuan ini dapat

meminimalkan terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu

kurkuminoid, total fenol dan antioksidan.

2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan alat pengeringan lainnya

yaitu alat pengering listrik seperti oven dan kabinet dryer untuk

mengetahui seberapa efektif pengering tersebut dalam meminimalkan

terjadinya kerusakan pada senyawa aktif temulawak yaitu kurkuminoid,

total fenol dan antioksidan.

3. Penelitian ini masih perlu disempurnakan dengan penelitian lebih lanjut

tentang oleoresin temulawak pada perlakuan teknik pengeringan dan

warna kain penutup yang dapat dilanjutkan dengan menguji cobakan pada

in vivo untuk mengetahui efek oleoresin temulawak terhadap kesehatan.

39

Page 60: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lx

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar; Edy Mulyono dan Yulianingsih, 2006. Prospek oleoresin dan

penggunaannya di Indonesia. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian.

Bogor.

Ahsan, et al. 1999. Chemico.-Biological Interaction. 121 (2), 161-175.

Anonim, 1985. Simposium Nasional Temulawak. Lembaga Penelitian Universitas

Padjajaran. Bandung.

Anonim. 2007. Curcuma xanthorrhiza (Temulawak): Morfologi, Anatomi dan

Fisiologi.http://toiusd.multiply.com/journal/item/240/Curcuma_xanthorrhi

za_Temulawak_-_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi. Diakses pada

tanggal 29 Desember 2009.

Anonima. 2008. Oleoresin.

http://simonbwidjanarko.wordpress.com/2008/07/03/ekstraksi-oleoresin-

atau-bahan-aktif-tumbuhan-dengan-pelarut/. Diakses pada 30 Desember

2009.

Anonimb. 2008. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat

http://thepharmacyst.blogspot.com/. Diakses pada tanggal 1 Januari 2010.

Anonimaa. 2009. Temulawak. http://www.osun.org/temulawak-pdf-3.html.

Diakses pada tanggal 30 Desember 2009.

Anonimb. 2009. Teknologi Pengolahan Oleoresin.

http://cecepharisnurhidayat.blogspot.com/2009/01/teknologi-pengolahan-

oleoresin.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2010.

Anonimc. 2009. Warna. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-

2006-revelinair-

1655&PHPSESSID=0f42861a12c9da15b5d4cb83ecccc8bd. Diakses pada

tanggal 5 Januari 2010. Diakses pada tanggal 6 Januari 2010.

Anonimd. 2009. Ekstrak temulawak.

http://www.google.co.id/search?hl=id&lr=lang_id&client=firefox-

a&channel=s&rls=org.mozilla:id:official&q=oleoresin&start=20&sa=N

Page 61: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lxi

Aprita, Ika Rezvani. 2008. Gambaran Umum Isolasi Oleoresin dari Jahe secara

Ekstrasi. http://rezvani.blog.friendster.com/. Diakses pada tanggal 5

Januari 2010.

Cahyono, B. 2007. Standardisasi Bahan Baku Obat Alam. Seminar Nasional

Penggunaan Obat Bahan Alam Dalam Pelayanan Kesehatan. Semarang.

Dalimartha, S. dan Soedibyo, M. 1999. Awet Muda Dengan Tumbuhan Obat dan

Diet Supleme., Trubus Agriwidya, Jakarta. hal. 36-40.

Eryanto dkk. 2009. Pengambilan Oleoresin Jahe Dengan Metode Ekstraksi.

http://oleoresin-ekstraksi/detil.php.htm. Diakses pada tanggal 1 Januari

2010.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. 1989. Kimia Organik Jilid 2, Edisi Ketiga.

A.b: Aloyrius Hadyana Pudjaatmaka Ph.D. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Hartiwi. 2001. Pengaruh Waktu Pemanasan dan Kombinasi Ekstrak Jahe, Kunit,

Kencur dan Temulawak Terhadap Daya Tangkap Radikal Bebas (DPPH).

UGM. Yogyakarta.

Huda, Muhammad D.K dkk. 2008. Pengaruh proses pengeringan terhadap

kandungan kurkuminoid dalam rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza

roxb.). Jurusan Kimia FMIPA UNDIP Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang,

Semarang.

Jayaprakasha, G. K., Jagan Mohan Rao, L., dan Sakariah, K. K. 2005. Chemistry

and biological activities of C. longa. Trends in Food Science and

Technology 16, 533-548.

Jayaprakasha, G. K., Jaganmohan Rao. L., dan Sakariah K. K. 2006. Antioxidant

activities of curcumin, demethoxycurcumin and bisdemethoxycurcumin.

Food Chemistry 98, 720-724.

Jitoe A., T. Masuda, I.G.P. Tengah, D.N. Suprapta, I.W. Gara, dan N. Nakatani.

1992. Antioxidant activity of tropical ginger extracts analysis of the

contained curcuminoids. J. Agric. Food Chem. 40: 1337-1340.

Kemala, S., Sussiarto, Pribadi A.R, Yuhono, J.T., Yusron, M. Mauludi, M.

Raharjo, M. Ferry, Y. Waskito, B., dan Nurhayati, H. 2003. Studi Serapan

Pasokan dan Pemnafaatan Tanaman Obat di Indonesia. Laporan teknis

41

Page 62: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lxii

Penelitian Bagian Proyek Penelitian Tanaman Rempah dan Obat APBN

tahun 2004. Balai Peneliian Rempah dan Obat. Bogor.

Kinsella, J.E., Frankel, E., German, B. and Kanmer, J., 1993. Possible Mekanisme

for the Protective role of Antioxidants in Wine and Plant Foods J Food

Technology. 4:5-89.

Krisnamurthy. 1976. Budidaya Temulawak. http://localhost

/budidaya%20temulawak/manfaat%20temulawak%20«%20informasi%20

petani%20INDONESIA.htm. Diakses pada tanggal 1 Januari 2010.

Kumalaningsih, Sri. 2006. Antioksidan Alami. Trubus Agrisarana. Surabaya.

Lestari, S. 1978. Pengaruh Blanching dan Cara Pengeringan Terhadap Kualitas

Temulawak Kering. Fakultas Teknologi Pertanian, UGM. Yogyakarta.

Majeed, M., Badmaev, V., and Rajendran, R., 1999. Bioprotectant Composition

Method of Use and Extraction Process of Curcuminoid, United States

Patent, 5,861,415.

Pudjihartatti, L., 1999. Stabilitas Antioksidan Ekstrak Kunyit ( Curcuma

Domestica) selama penyimpanan Umbi dan Pemanasan. Thesis. UGM.

Yogyakarta.

Putra. 2009. Laporan Praktikum Fitokimia.

http://rizkytrondol.blogspot.com/2009/04/laporan-praktikum-fitokimia-

oleh-rizky.html. Diakses pada tanggal 1 Januari 2010

Pratomo, 2009. Solar Tunnel Driyer, Pengering Pangan Efisien dan Higenis.

http://obortani.com/2009/03/26/solar-tunnel-driyer-pengering-pangan-

efisien-dan-higenis/). Diakses pada tanggal 1 Januari 2010.

Price, L. C., dan Buescher, R. W., 1996. Decomposition of Turmeric

Curcuminoids as Affected by Ligth, Solvent and Oxygen. J. Food Biochem.

20 : 125-133.

Rachman. 2009. Teknologi Pengeringan Bahan Makanan.

http://localhost/pengeringan/Wizz%20Aditya%20Rachman_%20Teknolog

i%20Pengeringan%20Bahan%20Makanan.mht. Diakses pada tanggal 1

Januari 2010

Page 63: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lxiii

Rahardjo, Mono dan Otih Rostiana. 2005. Budidaya tanaman temulawak. Sirkuler

No. 11. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. p.1-7.

Rohman, Saepul 2008. Teknologi-pengeringan-bahan-makanan.

http://majarimagazine.com/2008/12/teknologi-pengeringan-bahan-

makanan/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2009.

RSNI. 2006. Sosialisasi RSNI Temulawak. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB.

Bandung.

Said, Ahmad. 2009. Oleoresin Temulawak.

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&ct=res&cd=11&ved=0C

AcQFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fwww.kadin-

indonesia.or.id%2Fenm%2Fimages%2Fdokumen%2FKADIN-103-1604-

13032007.pdf&rct=j&q=perbandingan+bahan+dan+pelarut+dalam+pemb

uatan+oleoresin&ei=hVw4S7_GOs6GkAWC7pH5DA&usg=AFQjCNFS

PB40CtR9Z9PrCjJ5ojG9BBNt-g. Diakses pada tanggal 5 Januari 2010.

Sembiring, Bagem Br ; Ma'mun ; Ginting, Edi Imanuel. 2006. Pengaruh

kehalusan bahan dan lama ekstraksi terhadap mutu ekstrak temulawak

(Curcuma xanthorriza Roxb). Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan

Obat ; 17 (2) 2006: 53-58.

Sembiring, B. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.

Warta Puslitbangbun Vol. 13 No. 2

Setiawan, Dalimartha. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Trubus Agriwidya.

Jakarta.

Sidik, Moelyono M.W. dan Ahmad Muhtadi, 1995. Temulawak (Curcuma

xanthoriza). Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.

200 hal.

Siswanto, Yuli Widiyastuti. 2004. Penanganan Hasil Panen Tanaman Obat

Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.

Srijanto, Bambang dkk., 2004. Pengaruh waktu, suhu dan perbandingan bahan

baku-pelarut pada ekstraksi kurkumin dari temulawak (curcuma

xanthorriza roxb.) Dengan pelarut aseton. Prosiding seminar nasional

Page 64: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lxiv

rekayasa kimia dan proses 2004 jurusan teknik kimia fakultas teknik f-1-5

universitas diponegoro semarang.

Stankovic, I. 2004. Curcumin Chemical and Techical Assessment (CTA)”, 61st

JECFA.

Sudarmajdi, dkk. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian

(Edisi Keempat). Liberty. Yogyakarta.

Suhartono, E., Fujiati, Aflanie, I. 2002. Oxygen toxicity by radiation and effect of

glutamic piruvat transamine (GPT) activity rat plasma after vitamine C

treatmen, Diajukan pada Internatinal seminar on Environmental Chemistry

and Toxicology, Yogyakarta.

Sukardi. 2003. Studi Stabilitas Antioksidan ekstrak Daun Dewa (Gynura

procumbenslour Merr) Selama Pemanasan Dalam Menangkap Radikal

Bebas. LEMLIT UMM. Malang.

Tonnesen. H.H. and J. Karlsen. 1985. Studies On Curcumin and Curcuminoids

Alkaline Degradation of Curcuming Z.Lebens, Unters, Forsch, 180 : 132-

134.

Wahyuni dkk. 2004. Ekstrak Kurkumin Dari Kunyit. Jurusan Teknik Kimia,

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Yoyakarta.

Water house, A. 1999. Folin Ciocalteau Mikro Methode For Total Fenol In Wine.

Departement of Viiculture and Ekology Universitas of California. USA.

Widiyanti, Ratna. 2006. Analisa Kandungan Antioksidan dan Fenol pada Jahe.

Universitas Indonesia. Jakarta.

Wulandari, Rina Ratna. 2009. Uji Aktivitas Penangkap Radikal DPPH Analog

Kurkumin Siklik dan N-Heterosiklik Monoketon. Universitas

Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Yadie, 2009. Kenapa warna hitam lebih menyerap panas dari pada warna putih.

http://matahatidantelinga.blogspot.com/2009/05/kenapa-warna-hitam-

lebih-menyerap-panas.html. Diakses pada tanggal 18 Januari 2010.

Page 65: KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN ......Tabel 4.6 Hasil Analisis Kadar Total Fenol Oleoresin Temulawak Pada Pengaruh Warna Kain Penutup..... ...31 ... Kandungan utama pada

lxv

Yani, Endri; Abdurrachim; Adjar Pratoto. 2009. Analisis Efisiensi Pengeringan

Ikan Nila Pada Pengering Surya Aktif Tidak Langsung. Jurusan Teknik

Mesin Universitas Andalas. Padang. Sumatera Barat.

Y. Kiswanto.2000. Perubahan kadar senyawa bioaktif Rimpang temulawak dalam

penyimpanan ( Curcuma xanthorrhiza Roxb). Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian (INTAN) Yogyakarta. Yogyakarta.

Zahro, Laely dkk. 2008. Profil Tampilan Fisik dan Kandungan Kurkuminoid dari

Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) pada Beberapa

Metode Pengeringan. Jurnal Sains & Matematika. Volume 17 Nomor 1.

Hal : 24-32