LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL-UTtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ...LAPORAN...

31
LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL-UT PENELITIAN LANJUT KONTAMINASI MIKROPLASTIK DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA Oleh: Dr. Ir. Rinda Noviyanti, M.Si. NIDN: 0003116607 Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si NIDN: 0011116306 UNIVERSITAS TERBUKA OKTOBER 2019

Transcript of LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL-UTtnkarimunjawa.id/assets/fileperpustakaan/laporan_REGTNKJ...LAPORAN...

  • LAPORAN

    PENELITIAN FUNDAMENTAL-UT

    PENELITIAN LANJUT

    KONTAMINASI MIKROPLASTIK

    DI TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA JEPARA

    Oleh:

    Dr. Ir. Rinda Noviyanti, M.Si.

    NIDN: 0003116607

    Dr. Ir. Nurhasanah, M.Si

    NIDN: 0011116306

    UNIVERSITAS TERBUKA

    OKTOBER 2019

  • 2

    BAB 1. PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) adalah salah satu kawasan konservasi

    yang ada di Indonesia. Tujuan pembentukannya adalah melindungi, mengawetkan,

    dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan, serta memperkuat

    produksi ikan, memperkuat penyediaan pangan dan nutrisi, dan meningkatkan

    pendapatan nelayan (Nainggolan et al. 2013; White 2014; Bennet dan Dearden 2014).

    Pemanfaatan Kepulauan karimunjawa di beberapa sector seperti pariwisata, budidaya

    mendapatkan ancaman kerusakan lingkungan yaitu karena masalah sampah.

    Kepulauan karimunjawa memiliki ancaman produksi sampah yang semakin

    meningkat beriringan dengan jumlah wisatawan yang meningkat juga datang ke

    Kepulauan Karimunjawa.

    Sampah merupakan semua jenis limbah berbentuk padat yang berasal dari

    kegiatan manusia dan merupakan sisa dari tumbuhan dan hewan mati, kemudian

    dibuang karena tidak bermanfaat dan tidak digunakan lagi (Tchobanoglous et al.,

    1993). Definisi sampah terlihat lebih sederhana seperti yang tertuang dalam UU

    Nomor 18 tahun 2008 yang menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-

    hari manusia dan/atau proses yang berbentuk padat.

    Menurut Kemenperin (2013), sekitar 1.9 juta ton plastik diproduksi selama

    tahun 2013 di Indonesia dengan rata-rata produksi 1.65 juta ton/tahun. Thompson

    (2006) memperkirakan bahwa 10% dari semua plastik yang baru diproduksi dibuang

    melalui sungai dan berakhir di laut. Hal ini berarti sekitar 165 ribu ton plastik/tahun

    bermuara di perairan laut Indonesia. Potensi efek sampah laut secara kimia cenderung

    meningkat seiring menurunnya ukuran partikel plastik (mikroplastik), sedangkan efek

    secara fisik meningkat seiring meningkatnya ukuran makrodebris (UNEP 2011).

    Makrodebris memberikan dampak secara fisika seperti menutup permukaan sedimen

    dan mencegah pertumbuhan benih mangrove (Smith 2013). Penelitian ini terfokus

    pada mikroplastik (salah satu tipe mikrodebris).

    Mikroplastik merupakan partikel plastik yang diameternya berukuran kurang

    dari 5 mm. Batas bawah ukuran partikel yang termasuk dalam kelompok mikroplastik

    belum didefinisikan secara pasti namun kebanyakan penelitian mengambil objek

    partikel dengan ukuran minimal 300 µm3. Mikroplastik terbagi lagi menjadi kategori

    ukuran, yaitu besar (1-5 mm) dan kecil (

  • 3

    dalam bermacam-macam kelompok yang sangat bervariasi dalam hal ukuran, bentuk,

    warna, komposisi, massa jenis, dan sifat-sifat lainnya.

    Sumber mikroplastik terbagi menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

    Mikroplastik primer merupakan butiran plastik murni yang mencapai wilayah laut

    akibat kelalaian dalam penanganan. Sementara itu, mikroplastik sekunder merupakan

    mikroplastik yang dihasilkan akibat fragmentasi plastik yang lebih besar

    (Karapanagoiti, 2015). Sumber primer mencakup kandungan plastik dalam produk-

    produk pembersih dan kecantikan, pelet untuk pakan hewan, bubuk resin, dan umpan

    produksi plastik. Mikroplastik yang masuk ke wilayah perairan melalui saluran

    limbah rumah tangga, umumnya mencakup polietilen, polipropilen, dan polistiren

    (Gregory, 1996). Sumber sekunder meliputi serat atau potongan hasil pemutusan

    rantai dari plastik yang lebih besar yang mungkin terjadi sebelum mikroplastik

    memasuki lingkungan. Potongan ini dapat berasal dari jala ikan, bahan baku industri,

    alat rumah tangga, kantong plastik yang memang dirancang untuk terdegradasi di

    lingkungan, serat sintetis dari pencucian pakaian, atau akibat pelapukan produk

    plastik (Browne et al., 2011).

    Perumusan Masalah

    Keindahan pantai di Pulau Karimunjawa memiliki daya tarik bagi para turis

    domsetik maupun mancanegara. Jumlah wisatawan yang datang semakin meningkat.

    Penambahan jumlah wisatawan itu menguntungkan masyarakat Karimunjawa.

    Lapangan kerja terbuka luas dan pendapatan masyarakat bertambah (Laksono, 2014).

    Menurut Yoeti (2008), kegiatan wisata dapat menimbulkan dampak negatif seperti:

    pembuangan sampah sembarangan (selain menyebabkan bau tidak sedap, juga

    menurunkan fungsi ekosistem disekitarnya). Sampah plastik yang dibuang ke

    lingkungan pada akhirnya akan masuk ke wilayah perairan, terutama laut. Plastik

    merupakan komponen utama dari sampah yang terdapat di laut. Jumlahnya hampir

    mencapai 95% dari total sampah yang terakumulasi di sepanjang garis pantai,

    permukaan dan dasar laut (Galgani, 2015). Sebagai destinasi wisatawan dari berbagai

    penjuru, pantai ini menjadi buangan sampah oleh masyarakat dan wisatawan. Hal ini

    belum lagi ditambah dengan sampah bawaan yang berasal dari laut. Sampah tersebut

    sangat mengganggu dari sisi estetika dan gangguan terhadap fungsi ekologis pantai

    (Yuliadi, 2017).

  • 4

    Sampah merupakan tantangan terbesar saat ini terutama untuk Indonesia yang

    secara statistik adalah penyumbang terbesar kedua di dunia. Masyarakat Indonesia

    sebagian besar penduduknya berada di wilayah pesisir dan kebanyakan sampah

    ditemukan di tempat ini. Sampah yang berada di pesisir dapat berasal dari aktivitas

    manusia seperti wisatawan, buangan limbah dari rumah, dan bawaan dari sungai. Oleh

    karena itu berpotensi adanya kontaminasi mikroplastik di perairan TNKJ. Menurut

    Karapanagioti (2015), sumber mikroplastik terbagi menjadi dua, yaitu primer dan

    sekunder. Mikroplastik primer merupakan butiran plastik murni yang mencapai

    wilayah laut akibat kelalaian dalam penanganan. Sementara itu, mikroplastik

    sekunder merupakan mikroplastik yang dihasilkan akibat fragmentasi plastik yang

    lebih besar.

    Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan perumusan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1. Mengetahui kontaminasi mikroplastik di perairan TNKJ.

    2. Mengidentifikasi jenis-jenis mikroplastik yang tersebar di perairan TNKJ.

    3. Menganalisis hubungan antara arus laut dengan keberadaan mikroplastik.

  • 5

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    Sampah laut

    Sampah laut adalah setiap buangan manusia, yang berbentuk padat (keadaan

    benda, dengan volume dan bentuk yang tetap) atau materi yang masuk kedalam

    lingkungan air laut baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Engler,

    2012). Sampah laut meliputi segala bentuk yang diproduksi atau bahan yang diproses

    kemudian dibuang atau ditinggalkan di lingkungan laut. Ini terdiri dari barang,

    makanan/snack yang digunakan oleh manusia kemudian dimasukkan ke laut, baik

    sengaja atau tidak sengaja, seperti transportasi laut, drainase, dan sistem pembuangan

    limbah atau sampah oleh angin (Galgani et al., 2010).

    Karakteristik limbah dari manusia telah berubah secara signifikan selama 30

    hingga 40 tahun terakhir seiring dengan maraknya penggunaan bahan sintesis seperti

    plastik (Sheavly, 2007). Banyak penelitian tentang sampah laut telah menunjukkan

    bahwa plastik adalah penyumbang 60 sampai 80 % dari keseluruhan total sampah laut

    (Derraik, 2002). Penggunaan bahan – bahan plastik dan bahan sintesis lainnya dalam

    industri perikanan selama 35 tahun terakhir yang digunakan secara luas telah

    berdampak pada banyaknya sisa alat tangkap ikan di perairan laut dan pantai.

    Kemasan makanan maupun minuman yang saat ini umumnya terbuat dari bahan

    plastik juga banyak ditemukan di pantai dan laut. Sampah ini bersumber dari

    wisatawan maupun kebiasaan buruk membuang sampah ke sungai (Henderson et al.,

    2001).

    NOAA (2013) mendeskripsikan sampah laut (marine debris) sebagai benda

    padat persistent, diproduksi atau diproses oleh manusia, secara langsung atau tidak

    langsung, sengaja atau tidak sengaja, dibuang atau ditinggalkan di dalam lingkungan

    laut. Tipe sampah laut di antaranya plastik, kain, busa, styrofoam, kaca, keramik,

    logam, kertas, karet, dan kayu. Kategori ukuran digunakan untuk mengklasifikasikan

    marine debris, yaitu megadebris (> 100 mm), makrodebris (> 20-100 mm),

    mesodebris (> 5-20 mm), dan mikrodebris (0.3-5 mm). Sampah merupakan masalah

    besar, bukan hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia.

    Sampah Plastik

    Ryan et al., (2009) menemukan bahwa plastik dan jumlah sampah laut di

    pantai Afrika Selatan meningkat selama 21 tahun (1984- 2005). Menurut Kemenperin

  • 6

    (2013), sekitar 1.9 juta ton plastik diproduksi selama tahun 2013 di Indonesia dengan

    rata-rata produksi 1.65 juta ton/tahun. Thompson (2006) memperkirakan bahwa 10%

    dari semua plastik yang baru diproduksi akan dibuang melalui sungai dan berakhir di

    laut. Hal ini berarti sekitar 165 ribu ton plastik/tahun akan bermuara di perairan laut

    Indonesia. Plastik merupakan polimer organik sintetis dan memiliki karakteristik

    bahan yang cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari (Derraik, 2002).

    Plastik adalah polimer organik sintetis (Gorman, 1993). Fleksibilitas dari

    bahan-bahan tersebut telah menyebabkan peningkatan besar dalam penggunaan

    selama tiga dekade terakhir, dan penggunaan plastic hampir digunakan di setiap aspek

    kehidupan (Hansen, 1990; Laist, 1987). Plastik merupakan bahan yang ringan, kuat,

    tahan lama dan memiliki harga yang murah (Laist, 1987), sehingga plastik efisien

    digunakan sebagai bahan utama berbagai produk. Hal ini menjadi alasan serius

    mengapa plastik memiliki dampak berbahaya bagi lingkungan (Pruter, 1987; Laist,

    1987). Salah satu karakteristik dari plastik adalah mengapung sehingga

    penyebarannya sangat luas dan dapat menjadi resisten di perairan dalam waktu yang

    lama (Hansen, 1990; Ryan, 1987; Goldberg, 1995,1997).

    Mikroplastik

    Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel plastic berukuran < 5 mm (Arthur

    et al., 2009) dan dihasilkan dari beberapa sumber seperti kegiatan industri maupun

    domestik yang melewati proses degradasi dan fragmentasi makro-plastik seperti

    disebutkan di atas. Dampak dari fragmentasi dan degradasi sampah plastik di

    lingkungan merupakan salah satu perhatian utama karena sampah plastik ditemukan

    di permukaan air dan kolom air di daerah pantai (Ryan et al., 2009).

    Mikroplastik telah ditemukan pada kolom air dan sedimen laut di berbagai

    tempat seluruh dunia (Browne et al., 2011). Percobaan laboratorium telah

    menunjukkan bahwa partikel-partikel ini dapat dicerna oleh cacing polychaete, teritip,

    amphipoda dan teripang (Thompson et al., 2004), dan dapat di translokasi ke sistem

    peredaran darah hewan (Browne et al., 2008). Plastik juga berpotensi menyerap dan

    melepas bahan kimia berbahaya ke perairan sehingga berdampak buruk dalam sistem

    rantai makanan (biomagnifikasi) (Teuten et al., 2009). Aktivitas industri juga

    diketahui sebagai salah satu penyebab tingginya kepadatan mikroplastik di perairan

    laut karena sampah - sampah sisa kegiatan industri secara langsung dibuang ke sungai

    yang akhirnya bermuara ke laut.(Cole et al., 2011).

  • 7

    Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ)

    Kepulauan Karimunjawa merupakan suatu kelompok pulau-pulau kecil yang

    berjumlah 27 pulau, 22 pulau berada di dalam kawasan taman nasional dan lima pulau

    berada di luar kawasan. TNKJ merupakan kawasan pelestarian alam yang mempunyai

    ekosistem asli dan keanekaragaman terumbu karang yang tinggi, di bawah

    pengelolaan BTNKJ. Pada awalnya kawasan Karimunjawa ditetapkan sebagai Cagar

    Alam Laut Karimunjawa pada 9 April 1986 melalui SK Menhut No. 123/Kpts-II/1986

    seluas 111 625 ha. Kemudian terjadi perubahan fungsi menjadi TNKJ melalui SK

    Menhutbun No. 78/Kpts-II/1999 pada 22 Februari 1999. Pada tahun 2001, seluruh

    kawasan perairan di TNKJ ditetapkan sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan

    melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001 (BTNKJ, 2016). Kawasan

    TNKJ dibagi menjadi sembilan zona yang memiliki fungsi dan peruntukan yang

    berbeda, yang tertuang dalam Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi

    Alam No. SK 28/IV/Set /2012 (BTNKJ, 2016). Kesembilan zona tersebut adalah

    zona: inti, rimba, perlindungan bahari, pemanfaatan darat, pemanfaatan wisata bahari,

    budidaya bahari, religi, rehabilitasi, dan tradisional perikanan. Menurut Ismunarti et al., (2017), bahwa pola arus pada perairan Karimunjawa

    terdapat dua arah atau disebut bi-directional curent. Arah arus menunjukan

    pergerakan arah barat-barat laut (270o - 315o) dan arah timur laut (35o – 70o).

    Pergerakan arus dari timur ke barat disebut musim timur yang berlangsung pada

    Bulan Mei - September (masuk peralihan II) (Yusuf et al., 2012). Sedangkan arah

    arus dari barat ke timur (musim barat) pada Bulan Desember – April (masuk peralihan

    I) (Dinda et al., 2012).

    Kerangka Pemikiran

    TNKJ merupakan kawasan konservasi yang perairannya memiliki

    keanekaragaman biota laut yang sangat tinggi. Aktivitas pariwisata yang terus

    meningkat, dikhawatirkan akan meningkatkan jumlah sampah dikawasan TNKJ.

    Meningkatnya jumlah sampah, mengindikasikan akan terjadinya penumpukan sampah

    yang nantinya akan terdegradasi menjadi mikrodebris. Selain itu, terdapat pengaruh

    arus laut terhadap keberadaan mikroplastik. Penelitian ini bermaksud melihat apakah

    terjadi kontaminasi mikroplastik didaerah TNKJ.

  • 8

    BAB 3. METODE PENELITIAN

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilakukan di Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara,

    Provinsi Jawa Tengah. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan Juni - Juli 2019.

    Peta Lokasi Penelitian tersaji pada Gambar 1.

    Gambar 1. Lokasi penelitian Taman Nasional Karimunjawa

    Pengumpulan Data

    Data primer yang dikumpulkan adalah sampel air dan sedimen di 9 lokasi.

    Sampel air diambil menggunakan plankton net berukuran 20μm pada daerah dekat

    pantai berkisar 100 m dari bibir pantai, kemudian pengulangan dilakukan pada jarak

    100 m berikutnya. Pada sampel sedimen diambil pada daerah lamun yang memiliki

    kedalaman 1-2 m, hal tersebut bertujuan karena mempertimbangkan fungsi dari

    ekosistem lamun itu sendiri sebagai sediment trap di laut. Pemilihan 9 lokasi

    pengambilan sampel yaitu, Tanjung Boma, Legon Lele, Pulau Cilik, Pulau Kemujan,

    Pulau Bengkoang, Pulau Cemara Kecil, Pulau Menjangan Kecil, Pelabuhan

    Syahbandar dan Pelabuhan Perintis.

  • 9

    Tabel 1. Lokasi Pengambilan Sampel

    No. Lokasi Ulangan

    1 Tanjung Boma 3 x

    2 Legon Lele 3 x

    3 Pulau Cilik 3 x

    4 Pulau Kemujan 3 x

    5 Pulau Bengkoang 3 x

    6 Pulau Cemara Kecil 3 x

    7 Pulau Menjangan Kecil 3 x

    8 Pelabuhan Syahbandar 3 x

    9 Pelabuhan Perintis 3 x

    Analisis Data

    Analisis Laboratorium

    A. Identifikasi dengan Mikroskop

    1. Sampel Air

    Manalu (2017) menjelaskan untuk analisa mikroplastik pada air yaitu;

    Sampel air sebanyak 200 ml yang dianalisis terlebih dahulu diberi garam

    sebanyak 90 g untuk pemisahan densitas. Sampel dengan ukuran besar (500-

    5000 µm) dapat dipisahkan dengan penyaringan yang ukuran penyaring 500

    µm ataupun pemisahan secara visual, sedangkan mikroplastik berukuran

    lebih kecil (30-500 µm) dipisahkan dengan menggunakan bantuan mikroskop

    perbesaran 100x. Metode pengklasifikasian secara manual ini tidak dapat

    mengidentifikasi sumber dan tipe dari mikroplastik tersebut. Hasil

    mikroplastik yang diperoleh berupa data kelimpahan yang dibedakan tipe dan

    warna.

    2. Sampel Sedimen

    Sampel yang lolos metal sieve ukuran 0,5mm diberi perlakuan menurut

    Rummel et al., (2016). Sampel diberi larutan H2O2 30% dan dikeringkan.

    Setelah itu diberi larutan ZnCl2 untuk pemisahan densitas lalu diambil dengan

  • 10

    pipet. Sampel dikeringkan dengan kertas whatman ukuran pori 2 μm, dan

    dikeringkan. Hasil penyaringan dilanjutkan pada proses visualisasi

    mikroplastik dengan mikroskop.

    B. Kelimpahan Mikroplastik

    Kelimpahan mikroplastik dapat dihitung dengan membandingkan jumlah

    partikel yang ditemukan dengan volume air yang tersaring atau berat sedimen

    yang diambil (Masura et al., 2015).

    C. Identifikasi dengan FTIR Spectroscopy

    Sampel mikroplastik yang telah di saring akan dilakukan uji unutk

    menduga jenis polimer yang ada pada setiap lokasi sampel menggunakan Fourier

    Transform Infrared (FTIR) spectroscopy dengan metode pelet KBr (Kalium

    Bromida) (Nor dan Obbard 2014). Hasil spektrum akan dilihat berdasarkan Jung

    et al., (2018) dan Coates (2000).

  • 11

    BAB 4. HASIL PENELITIAN

    4.1. Particle Suspected as Mircoplastic (PSM)

    4.1.1. PSM pada Air

    Keberadaan PSM yang ditemukan pada perairan Taman Nasional Karimunjawa

    berdasarkan keragaman bentuk dan warna berturut – turut tersaji pada Gambar 2. dan

    Gambar 3.

    Gambar 2. Kelimpahan PSM dalam Air Berdasarkan Bentuk

    Gambar 3. Kelimpahan PSM dalam Air Berdasarkan Lokasi

    Terlihat bahwa PSM berdasarkan bentuk yang paling banyak ditemukan adalah

    fiber dan yang paling sedikit berbentuk film. Sedangkan PSM berdasarkan Lokasi

    paling banyak ditemukan di Pelabuhan Syahbandar dan yang paling sedikit di Pulau

    Cilik.

  • 12

    4.1.2. PSM pada Sedimen

    Keberadaan PSM dalam sedimen di perairan Taman Nasional Karimunjawa

    berdasarkan keragaman bentuk dan warna berturut – turut tersaji pada Gambar 4. Dan

    Gambar 5.

    Gambar 4. Kelimpahan PSM dalam Sedimen Berdasarkan Bentuk

    Gambar 5. Kelimpahan PSM dalam Sedimen Berdasarkan Lokasi

    Terlihat bahwa kelimpahan PSM berdasarkan bentuk paling banyak ditemukan

    adalah bentuk fiber, dan yang paling sedikit berbentuk film. Sedangkan kelimpahan

    PSM berdasarkan Lokasi paling banyak ditemukan di Pelabuhan Syahbandar dan

    paling di Pulau Bengkoang.

  • 13

    4.1.3. Identifikasi Mikroskopik pada Sampel Air dan Sedimen

    Hasil pengamatan mirkoskopik terhadap PSM dalam sampel air tersaji pada

    Gambar 6 – 8. Pengamatan mikroskop dilakukan dengan perbesaran 100x.

    (a) (b)

    Gambar 6. PSM Berbentuk Fiber dalam Air Perbesaran 100x

    (a) (b)

    Gambar 7. PSM Berbentuk Fragmen dalam Air Perbesaran 100x

    (a) (b)

    Gambar 8. PSM Berbentuk Film dalam Air Perbesaran 100x

  • 14

    Hasil pengamatan mikroskopik terhadap PSM dalam sedimen terjasi pada

    Gambar 9 – 11.

    (a) (b)

    Gambar 9. PSM Berbentuk Fiber dalam Sedimen Perbesaran 100x

    (a) (b)

    Gambar 10. PSM Berbentuk Fragmen dalam Sedimen Perbesaran 100x

    (a) (b)

    Gambar 11. PSM Berbentuk Film dalam Sedimen Perbesaran 100x

  • 15

    4.1.4. Identifikasi Awal PSM dengan FT-IR

    Hasil identifikasi awal PSM pada sedimen menggunakan FT-IR

    Collection time: Tue Sep 24 08:49:13 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:30:07 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:30:05 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-2 Pelabuhan 2 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 66,060

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3482,17 Intensity: 41,818

    Position: 1624,50 Intensity: 52,733

    Position: 1035,61 Intensity: 53,034

    Position: 538,30 Intensity: 55,552

    Position: 471,74 Intensity: 55,568

    Position: 2921,42 Intensity: 56,029

    Position: 1429,20 Intensity: 57,669

    Position: 2365,57 Intensity: 61,624

    47

    1,7

    45

    38

    ,30

    10

    35

    ,611

    42

    9,2

    0

    16

    24

    ,50

    23

    65

    ,57

    29

    21

    ,42

    34

    82

    ,17

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (a)

    Collection time: Tue Sep 24 09:13:06 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:31:20 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:31:13 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-4 Syah Bandar 1 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 61,965

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3491,36 Intensity: 43,810

    Position: 1622,98 Intensity: 53,570

    Position: 468,80 Intensity: 56,253

    Position: 1064,00 Intensity: 56,444

    Position: 2369,89 Intensity: 56,511

    Position: 1429,75 Intensity: 58,656

    46

    8,8

    0

    10

    64

    ,00

    14

    29

    ,75

    16

    22

    ,9823

    69

    ,89

    34

    91

    ,36

    42

    44

    46

    48

    50

    52

    54

    56

    58

    60

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (b)

    Collection time: Tue Sep 24 09:33:54 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:34:26 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:34:23 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-8 Legon Lele 2 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 60,639

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1426,67 Intensity: 30,225

    Position: 1061,36 Intensity: 40,538

    Position: 874,90 Intensity: 41,334

    Position: 1163,99 Intensity: 41,615

    Position: 3420,87 Intensity: 42,714

    Position: 712,38 Intensity: 49,222

    Position: 2906,34 Intensity: 53,099

    Position: 2521,58 Intensity: 56,564

    71

    2,3

    8

    87

    4,9

    0

    10

    61

    ,36

    11

    63

    ,99

    14

    26

    ,67

    25

    21

    ,58

    29

    06

    ,34

    34

    20

    ,87

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (c)

  • 16

    Collection time: Tue Sep 24 10:00:37 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:39:13 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:39:07 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-11 MK2 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 72,275

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3497,73 Intensity: 36,140

    Position: 1624,99 Intensity: 55,349

    Position: 471,01 Intensity: 65,644

    Position: 1061,24 Intensity: 66,038

    47

    1,0

    1

    10

    61

    ,24

    16

    24

    ,99

    34

    97

    ,73

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (d)

    Collection time: Tue Sep 24 10:10:31 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:40:31 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:40:29 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-13 Kemojan 1 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 65,347

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3490,33 Intensity: 42,631

    Position: 1428,34 Intensity: 52,920

    Position: 1626,79 Intensity: 54,470

    Position: 471,40 Intensity: 56,203

    Position: 716,00 Intensity: 57,401

    Position: 875,92 Intensity: 57,850

    Position: 1043,69 Intensity: 57,926

    Position: 408,22 Intensity: 58,430

    40

    8,2

    24

    71

    ,40

    71

    6,0

    0

    87

    5,9

    2

    10

    43

    ,69

    14

    28

    ,34

    16

    26

    ,79

    34

    90

    ,33

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (e)

    Collection time: Tue Sep 24 10:44:50 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:42:04 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:42:02 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-16 Kecil 1 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 66,647

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3455,53 Intensity: 40,217

    Position: 1621,96 Intensity: 56,144

    Position: 1052,35 Intensity: 58,936

    Position: 1439,73 Intensity: 60,552

    Position: 470,93 Intensity: 61,374

    Position: 715,95 Intensity: 61,471

    47

    0,9

    3

    71

    5,9

    5

    10

    52

    ,35

    14

    39

    ,73

    16

    21

    ,96

    34

    55

    ,53 40

    45

    50

    55

    60

    65

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (f)

  • 17

    Collection time: Tue Sep 24 11:08:51 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:44:17 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:44:16 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-19 Cemara K1 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 59,661

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1430,33 Intensity: 28,232

    Position: 874,72 Intensity: 38,233

    Position: 1164,81 Intensity: 40,281

    Position: 3411,64 Intensity: 41,594

    Position: 712,72 Intensity: 48,037

    Position: 2906,93 Intensity: 50,619

    Position: 2521,84 Intensity: 53,353

    Position: 2372,44 Intensity: 56,504

    71

    2,7

    2

    87

    4,7

    2

    11

    64

    ,81

    14

    30

    ,33

    23

    72

    ,44

    25

    21

    ,84

    29

    06

    ,93

    34

    11

    ,64

    25

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (g)

    Collection time: Tue Sep 24 11:28:39 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:49:49 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:49:48 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-23 Bengkoang 2 ZnCl

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 75,018

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1424,65 Intensity: 50,618

    Position: 874,81 Intensity: 58,415

    Position: 1165,34 Intensity: 62,506

    Position: 3424,33 Intensity: 62,765

    Position: 713,99 Intensity: 67,589

    Position: 2920,74 Intensity: 70,445

    Position: 2525,01 Intensity: 71,265

    Position: 2363,08 Intensity: 72,085

    71

    3,9

    9

    87

    4,8

    111

    65

    ,34

    14

    24

    ,65

    23

    63

    ,08

    25

    25

    ,01

    29

    20

    ,74

    34

    24

    ,33

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (h)

    Collection time: Tue Sep 24 11:45:00 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:51:51 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:51:49 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-26 TB2 ZnCl2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 58,930

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3493,81 Intensity: 35,064

    Position: 1622,32 Intensity: 46,521

    Position: 1429,67 Intensity: 50,218

    Position: 1046,50 Intensity: 50,727

    Position: 467,06 Intensity: 50,748

    Position: 717,27 Intensity: 51,937

    Position: 904,99 Intensity: 53,889

    46

    7,0

    6

    71

    7,2

    7

    90

    4,9

    9

    10

    46

    ,50

    14

    29

    ,67

    16

    22

    ,32

    34

    93

    ,81 35

    40

    45

    50

    55

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (i)

    Gambar 12. Grafik spektrum hasil uji FT-IR pada (a) Pelabuhan Perintis, (b)

    Pelabuhan Syahbandar, (c) Legon Lele, (d) Menjangan Kecil, (e)

    Kemujan, (f) Cilik, (g) Cemara Kecil, (h) Bengkoang, dan (i) Tanjung

    Boma

  • 18

    Tabel 2. Pendugaan Jenis Plastik dari Hasil Uji FT-IR Berdasarkan Jung et al., (2018)

    dan Coates (2000)

    Lokasi Pendugaan Jenis Polimer

    Pelabuhan Perintis

    (a)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polystyrene (PS)

    e. Polypropylene (PP)

    Pelabuhan Syahbandar

    (b)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polystyrene (PS)

    e. Polypropylene (PP)

    Legon Lele

    (c)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polyvinyl Chloride (PVC)

    Menjangan Kecil

    (d)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    Kemujan a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (e) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polyvinyl Chloride (PVC)

    Cilik a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (f) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polyvinyl Chloride (PVC)

    Cemara Kecil

    (g)

    a. Polyvinyl Chloride (PVC)

    b. High density polyethylene (HDPE)

  • 19

    Lanjutan Tabel 2.

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    Bengkoang

    (h)

    a. Polyvinyl Chloride (PVC)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    Tanjung Boma a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (i) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polyvinyl Chloride (PVC)

    Hasil identifikasi awal PSM pada air menggunakan FT-IR

    Collection time: Wed Sep 25 08:51:24 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:53:12 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:53:11 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-28 PB1

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 75,780

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1058,97 Intensity: 46,635

    Position: 3412,14 Intensity: 46,911

    Position: 1113,70 Intensity: 49,738

    Position: 1163,35 Intensity: 53,110

    Position: 611,56 Intensity: 58,306

    Position: 666,65 Intensity: 59,661

    Position: 1372,38 Intensity: 59,761

    Position: 2900,74 Intensity: 60,159

    Position: 1430,72 Intensity: 60,682

    Position: 1631,35 Intensity: 63,165

    61

    1,5

    66

    66

    ,65

    10

    58

    ,97

    11

    13

    ,70

    11

    63

    ,35

    13

    72

    ,38

    14

    30

    ,72

    16

    31

    ,35

    29

    00

    ,74

    34

    12

    ,14

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (a)

    Collection time: Wed Sep 25 09:11:43 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:59:46 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 13:59:44 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-32 PK2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 69,083

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1058,79 Intensity: 36,742

    Position: 3406,45 Intensity: 38,790

    Position: 1113,25 Intensity: 40,110

    Position: 1163,19 Intensity: 43,663

    Position: 612,69 Intensity: 49,692

    Position: 666,74 Intensity: 50,862

    Position: 1372,05 Intensity: 51,132

    Position: 1431,11 Intensity: 52,500

    Position: 2900,63 Intensity: 52,837

    Position: 1631,95 Intensity: 57,457

    Position: 2363,27 Intensity: 61,093

    61

    2,6

    96

    66

    ,74

    10

    58

    ,79

    11

    13

    ,25

    11

    63

    ,19

    13

    72

    ,05

    14

    31

    ,1116

    31

    ,95

    23

    63

    ,27

    29

    00

    ,63

    34

    06

    ,45

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (b)

  • 20

    Collection time: Wed Sep 25 09:31:27 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:02:20 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:02:19 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-36 PP3

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 76,124

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1059,01 Intensity: 34,135

    Position: 1114,27 Intensity: 36,872

    Position: 3408,20 Intensity: 37,415

    Position: 1163,96 Intensity: 40,414

    Position: 613,16 Intensity: 47,794

    Position: 1372,18 Intensity: 49,850

    Position: 666,18 Intensity: 50,157

    Position: 2900,51 Intensity: 51,960

    Position: 1431,02 Intensity: 52,060

    Position: 897,00 Intensity: 57,449

    Position: 1643,94 Intensity: 62,585

    Position: 2365,43 Intensity: 70,383

    61

    3,1

    66

    66

    ,18

    89

    7,0

    0

    10

    59

    ,01

    11

    14

    ,27

    11

    63

    ,96

    13

    72

    ,18

    14

    31

    ,02

    16

    43

    ,942

    36

    5,4

    3

    29

    00

    ,51

    34

    08

    ,20

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    75

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (c)

    Collection time: Wed Sep 25 09:54:38 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:04:26 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:04:25 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-39 PB3

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 79,814

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1059,19 Intensity: 36,178

    Position: 3406,60 Intensity: 38,857

    Position: 1114,33 Intensity: 39,271

    Position: 1163,73 Intensity: 43,020

    Position: 613,78 Intensity: 50,741

    Position: 1372,26 Intensity: 52,900

    Position: 2900,29 Intensity: 54,921

    Position: 1430,90 Intensity: 55,307

    Position: 897,21 Intensity: 60,948

    Position: 1638,31 Intensity: 64,950

    61

    3,7

    8

    89

    7,2

    1

    10

    59

    ,19

    11

    14

    ,33

    11

    63

    ,73

    13

    72

    ,26

    14

    30

    ,90

    16

    38

    ,31

    29

    00

    ,29

    34

    06

    ,60

    30

    40

    50

    60

    70

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (d)

    Collection time: Wed Sep 25 10:12:34 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:09:27 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:09:26 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-42 CMK 3

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 76,375

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1059,33 Intensity: 21,196

    Position: 1114,46 Intensity: 24,504

    Position: 3354,04 Intensity: 25,715

    Position: 1163,84 Intensity: 28,425

    Position: 612,49 Intensity: 35,750

    Position: 1371,83 Intensity: 39,579

    Position: 1430,53 Intensity: 42,339

    Position: 2900,61 Intensity: 43,786

    Position: 897,24 Intensity: 50,622

    Position: 1642,27 Intensity: 53,323

    61

    2,4

    9

    89

    7,2

    4

    10

    59

    ,33

    11

    14

    ,46

    11

    63

    ,84

    13

    71

    ,83

    14

    30

    ,53

    16

    42

    ,27

    29

    00

    ,61

    33

    54

    ,04

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (e)

  • 21

    Collection time: Wed Sep 25 10:27:44 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:11:18 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:11:17 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-45 MK 3

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 81,611

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3421,06 Intensity: 60,627

    Position: 1058,40 Intensity: 60,952

    Position: 1113,76 Intensity: 63,039

    Position: 1164,06 Intensity: 65,481

    Position: 612,91 Intensity: 69,958

    Position: 1372,88 Intensity: 70,433

    Position: 2901,15 Intensity: 70,637

    Position: 666,91 Intensity: 70,808

    Position: 1431,75 Intensity: 71,394

    Position: 1633,59 Intensity: 75,524

    Position: 2366,28 Intensity: 77,140

    Position: 2240,39 Intensity: 79,464

    61

    2,9

    16

    66

    ,91

    10

    58

    ,40

    11

    13

    ,76

    11

    64

    ,06

    13

    72

    ,88

    14

    31

    ,75

    16

    33

    ,592

    24

    0,3

    9

    23

    66

    ,28

    29

    01

    ,15

    34

    21

    ,06 60

    65

    70

    75

    80

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (f)

    Collection time: Wed Sep 25 10:41:44 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:13:04 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:13:03 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-46 TB 1

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 71,888

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1059,37 Intensity: 34,321

    Position: 3412,05 Intensity: 36,046

    Position: 1114,90 Intensity: 36,994

    Position: 1163,83 Intensity: 40,311

    Position: 612,92 Intensity: 47,090

    Position: 1372,85 Intensity: 49,390

    Position: 2900,66 Intensity: 50,909

    Position: 1430,76 Intensity: 51,325

    Position: 897,22 Intensity: 56,854

    Position: 1642,95 Intensity: 58,691

    Position: 2129,12 Intensity: 68,596

    61

    2,9

    2

    89

    7,2

    2

    10

    59

    ,37

    11

    14

    ,90

    11

    63

    ,83

    13

    72

    ,85

    14

    30

    ,76

    16

    42

    ,95

    21

    29

    ,12

    29

    00

    ,66

    34

    12

    ,05

    30

    35

    40

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (g)

    Collection time: Wed Sep 25 11:32:18 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:15:46 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:15:44 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-50 LL 2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 69,958

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 1059,20 Intensity: 25,621

    Position: 3412,97 Intensity: 27,957

    Position: 1114,25 Intensity: 28,690

    Position: 1163,99 Intensity: 32,297

    Position: 612,97 Intensity: 40,115

    Position: 1372,09 Intensity: 41,961

    Position: 2900,46 Intensity: 43,949

    Position: 1431,07 Intensity: 44,138

    Position: 1642,98 Intensity: 54,086

    61

    2,9

    7

    10

    59

    ,20

    11

    14

    ,25

    11

    63

    ,99

    13

    72

    ,09

    14

    31

    ,07

    16

    42

    ,98

    29

    00

    ,46

    34

    12

    ,97

    20

    30

    40

    50

    60

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (h)

  • 22

    Collection time: Wed Sep 25 11:54:51 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:20:41 2019 (GMT+07:00)

    Wed Sep 25 14:20:40 2019 (GMT+07:00)

    FIND PEAKS:

    Spectrum: *3050-53 KMJ 2

    Region: 4000,00 400,00

    Absolute threshold: 71,690

    Sensitivity: 50

    Peak list:

    Position: 3418,92 Intensity: 47,299

    Position: 1059,33 Intensity: 47,649

    Position: 1114,51 Intensity: 49,619

    Position: 1163,96 Intensity: 52,017

    Position: 2901,21 Intensity: 57,408

    Position: 613,25 Intensity: 57,730

    Position: 1372,50 Intensity: 57,944

    Position: 666,91 Intensity: 59,051

    Position: 1431,18 Intensity: 59,241

    Position: 1642,99 Intensity: 64,219

    Position: 2365,99 Intensity: 66,862

    Position: 2162,04 Intensity: 69,475

    61

    3,2

    56

    66

    ,91

    10

    59

    ,33

    11

    14

    ,51

    11

    63

    ,96

    13

    72

    ,50

    14

    31

    ,18

    16

    42

    ,99

    21

    62

    ,04

    23

    65

    ,99

    29

    01

    ,21

    34

    18

    ,92

    45

    50

    55

    60

    65

    70

    %T

    ran

    sm

    itta

    nce

    500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000

    Wavenumbers (cm-1)

    (i)

    Gambar 13. Grafik spektrum hasil uji FT-IR pada (a) Bengkoang, (b) Cilik, (c)

    Pelabuhan Perintis, (d) Pelabuhan Syahbandar, (e) Cemara Kecil, (f)

    Menjangan Kecil, (g) Tanjung Boma, (h) Legon Lele, dan (i) Kemujan

    Tabel 3. Pendugaan Jenis Plastik dari Hasil Uji FT-IR Berdasarkan Jung et al., (2018)

    dan Coates (2000)

    Lokasi Pendugaan Jenis Polimer

    Bengkoang

    (a)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polystyrene (PS)

    e. Polypropylene (PP)

    Cilik

    (b)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polystyrene (PS)

    e. Polypropylene (PP)

    Pelabuhan Perintis

    (c)

    a. Polyethylene terephthalate (PET)

    b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

  • 23

    Lanjutan Tabel 3.

    Pelabuhan Syahbandar a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (d) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

    Cemara Kecil a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (e) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

    Menjangan Kecil a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (f) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

    Tanjung Boma a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (g) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

    Legon Lele a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (h) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

    Kemujan a. Polyethylena terephthalate (PET)

    (i) b. High density polyethylene (HDPE)

    c. Low density polyethylene (LDPE)

    d. Polypropylene (PP)

    e. Polystyrene (PS)

  • 24

    4.2. Pembahasan

    4.2.1. Keberadaan Mikroplastik di Taman Nasional Karimunjawa

    Berdasarkan hasil yang didapatkan terlihat bahwa PSM pada air dengan bentuk

    yang paling banyak ditemukan adalah fiber 380 partikel/L dan yang paling sedikit

    berbentuk film 175 partikel/L. Total partikel yang paling banyak ditemukan di

    Pelabuhan Syahbandar sebanyak 160 partikel/L dan yang paling sedikit di Pulau Cilik

    55 partikel/L. Sedangkan PSM pada sedimen bentuk yang paling banyak ditemukan

    adalah fiber 1325 partikel/kg dan yang paling sedikit berbentuk film 495 partikel/kg.

    Total partikel yang paling banyak ditemukan di Pelabuhan Syahbandar sebanyak 585

    partikel/kg dan yang paling sedikit di Pulau Bengkoang sebanyak 135 partikel/kg.

    Pola kelimpahan mikroplastik yang ditemukan di Perairan Karimunjawa baik itu

    pada air ataupun sedimen yaitu, fiber > fragmen > film. Serta, kelimpahan

    mikroplastik terbanyak ditemukan pada Pelabuhan Syahbandar. Lokasi tersebut dekat

    dengan alun – alun, tempat pembuangan sampah, dan banyak kapal bersandar. Hal ini

    berhubungan dengan sumber pencemaranya. Kepulauan Karimunjawa memiliki

    aktivitas antropogenik seperti penangkapan biota laut, kegiatan wisata dan limbah

    rumah tangga. Mikroplastik jenis fiber diduga berasal dari serat kain, jaring nelayan

    dan tali pancing. Sesuai dengan pernyataan Nor dan Obbard (2014), aktivitas nelayan

    seperti penangkapan ikan dengan menggunakan berbagai alat tangkap, dimana

    kebanyakan alat tangkap yang dipergunakan nelayan berasal dari tali (jenis fiber).

    Mikroplastik jenis fiber banyak digunakan dalam pembuatan pakaian, tali, berbagai

    bentuk penangkapan seperti pancing dan jaring tangkap. Sumber mikroplastik bertipe

    fragment yang didapat berasal dari botol-botol, kantong plastik dan potongan pipa

    paralon (Ayuningtyas et al., 2019). Sumber mikroplastik bertipe film berasal dari

    kemasan makanan. Sebagian besar sumber mikroplastik ini berasal dari aktivitas

    manusia dan dipengaruhi oleh arus dan pasang surut (Dewi et al., 2015).

    Kelimpahan mikroplastik pada sedimen > pada air. Hal ini diduga bahwa

    mikroplastik sudah banyak mengendap (terperangkap) pada sedimen, sedangkan pada

    air masih terkena arus dan pasang surut sehingga tidak begitu banyak di temukan.

    Lokasi pengambilan sampel sedimen juga dekat dengan ekosistem lamun yang

    berfungsi sebagai sediment trap. Jika dilihat dari kelimpahannya diduga bahwa

    mikroplastik yang pada air masih terbawa arus dan pasang surut, lalu terperangkap

    oleh sedimen yang dekat dengan pesisir, sehingga menyebabkan kelimpahan

    mikroplastik di sedimen lebih banyak dari air. Sumber - sumber mikroplastik

  • 25

    merupakan hasil uraian (fragmentasi) dari plastik yang lebih besar dan terbawa oleh

    sungai, run off, pasang surut, dan angin. Serta sumber lain terbawa dari laut, meliputi

    alat tangkap, peralatan budidaya dan serat baju yang berasal dari air buangan limbah

    rumah tangga (Law dan Thompson, 2014). Selain masukan dari darat, banyaknya

    konsentrasi mikroplastik disebabkan karena kapalkapal yang melintas memberikan

    kontribusi besar terhadap pencemaran mikroplastik (Gewert et al., 2017). Partikel

    akan mengendap (terperangkap) pada kawasan lamun atau mangrove yang berfungsi

    sebagai sediment trap. Sesuai dengan pernyataan Ayuningtyas et al., (2019), bahwa

    kelimpahan mikroplastik ditemukan banyak pada lokasi mangrove pertikel tersebut

    lebih mudah terperangkap pada akar-akar mangrove sehingga akan terakumulasi lebih

    banyak.

    Jenis mikroplastik dari hasil pedugaan menggunakan uji FT-IR lebih banyak

    pada sedimen 6 jenis yaitu, Polyethylene terephthalate (PET), High density

    polyethylene (HDPE), Low density polyethylene (LDPE), Polystyrene (PS),

    Polypropylene (PP) dan Polyvinyl Chloride (PVC). Sedangkan pada air terdapat 5

    jenis yaitu, Polyethylene terephthalate (PET), High density polyethylene (HDPE),

    Low density polyethylene (LDPE), Polystyrene (PS), Polypropylene (PP). Pedugaan

    sumber jenis mikroplastik tersaji pada tabel 4.

    Tabel 4. Pendugaan Sumber Mikroplastik

    Jenis Pendugaan Sumber Mikroplastik

    Polyethylene terephthalate (PET) Serat sintetis (Tali, Jaring)

    Polystyrene (PS) Styrofoam (wadah makanan)

    Polypropylene (PP) Tekstil (Tali, Karpet), Pengemas makanan

    Polyvinyl Chloride (PVC) Bahan bangunan (Pipa)

    High density polyethylene (HDPE) Kemasan detergen

    Low density polyethylene (LDPE) Kantong plastik

    Dari hasil jenis mikroplastik yang ditemukan dapat diindikasikan bahwa,

    polimer jenis Polyvinyl Chloride (PVC), Polyethylene terephthalate (PET) dan High

    density polyethylene (HDPE) lebih mudah mengendap ke dasar karena densitasnya

    lebih tinggi dibandingkan dengan densitas air laut, sedangkan Polystyrene (PS),

    Polypropylene (PP) dan Low density polyethylene (LDPE) sulit untuk mengendap

  • 26

    karena densitasnya yang lebih kecil dari air laut. Densitas jenis polimer dan air tersaji

    pada Tabel 5.

    Matriks Densitas (g/cm3)

    Air Suling 1

    Air Laut 1,027

    Polystyrene (PS) 0,91 – 0,95

    Polypropylene (PP) 0,90 – 0,92

    Low density polyethylene (LDPE) < 0,935

    High density polyethylene (HDPE) >0,935

    Polyvinyl Chloride (PVC) 1,16 – 1,58

    Polyethylene terephthalate (PET) 1,34 – 1,45

    Sumber : GESAMP (2015), Jung el al., (2018), Hidalgo-Ruz et al., (2012).

    Jenis Polyethylene terephthalate (PET) masih ditemukan pada permukaan air

    laut sedangkan jenis Polyvinyl Chloride (PVC) hanya ditemukan pada sedimen.

    Diduga bahwa Polyethylene terephthalate (PET) yang ditemukan pada air laut

    merupakan sisa serat tali atau jaring ikan yang masih terbawa arus laut, sedangkan

    Polyvinyl Chloride (PVC) merupakan sisa fragmen dari pipa untuk pembangunan dan

    mengendap pada sedimen. Sesuai dengan Nuelle et al., (2014) bahwa, Sedimen pada

    laut memiliki potensi untuk proses akumulasi mikroplastik hingga akhirnya dapat

    tenggelam dan mengendap dalam sedimen. Hal itu pula yang menjelaskan bahwa

    partikel mikroplastik yang ditemukan lebih banyak pada sedimen dibandingkan

    dengan air laut.

    4.2.2. Keberadaan Mikroplastik Terhadap ArusLaut

    Kepulauan Karimunjawa memiliki dua musim yaitu musim barat (arah arus dari

    barat ke timur) dan musim timur (arah arus dari timur ke barat). Berdasarkan hasil

    kelimpahan mikroplastik yang ditemukan, diketahui bahwa bagian timur dan selatan

    dari Pulau Karimunjawa (Pulau Cilik, Kemujan, Tanjung Boma, Legon Lele,

    Menjangan Kecil, Pelabuhan Perintis dan Pelabuhan Syahbandar) memiliki

    kelimpahan mikroplastik yang lebih besar dari bagian barat dan utara (Pulau

    Bengkoang, Cemara Kecil). Hal ini berhubungan dengan musim yang sedang terjadi.

    Pengambilan sampel dilakukan pada akhir Bulan Juni. Bulan tersebut telah

  • 27

    berlangsung musim timur dan mulai memasuki musim peralihan II. Sehingga terjadi

    akumulasi partikel mikroplastik dalam sedimen di lokasi yang terkena arus dari timur.

    Pergerakan arus dari timur ke barat disebut musim timur yang berlangsung pada

    Bulan Mei - September (masuk peralihan II) (Yusuf et al., 2012). Sedangkan arah

    arus dari barat ke timur (musim barat) pada Bulan Desember – April (masuk peralihan

    I) (Dinda et al., 2012).

    Distribusi mikroplastik diduga akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan

    disekitarnya. Gelombang laut di bagian timur Pulau Karimunjawa tinggi serta

    kecepatan arus permukaan laut yang dihitung secara in-situ sebesar 0,13 m/s – 0,21

    m/s dengan arah arus menuju barat – barat laut. Sedangkan di bagian barat gelombang

    laut tidak terlalu tinggi dan kecepatan arus permukaan laut 0,03 m/s – 0,11 m/s

    dengan arah arus menuju barat – timur laut. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa

    bagian timur kepulauan ditemukan lebih banyak partikel mikroplastik karena

    angkutan dari arus laut dan gelombang pada musim timur. Dewi et al., (2015),

    menjelaskan bahwa sumber mikroplastik berasal dari aktivitas manusia dan

    dipengaruhi oleh arus dan pasang surut. Selain itu, distribusi mikroplastik sangat

    dipengaruhi oleh kondisi hidrodinamikanya (Ayuningtyas, 2019)

  • 28

    BAB 5 PENUTUP

    5.1. Kesimpulan

    Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini yaitu :

    1. Pada perairan Taman Nasional Karimunjawa sudah terjadi kontaminasi

    mikroplastik dengan kelimpahan pada air sebanyak 835 partikel/L dan pada

    sedimen 2535 partikel/kg

    2. Bentuk partikel mikroplastik yaitu fiber, fragmen dan film. Serta pendugaan

    jenis polimer melalui uji FT-IR yang ditemukan terdapat 6 jenis yaitu,

    Polyethylene terephthalate (PET), High density polyethylene (HDPE), Low

    density polyethylene (LDPE), Polystyrene (PS), Polypropylene (PP) dan

    Polyvinyl Chloride (PVC).

    3. Kondisi arus laut dan pasang surut mempengaruhi keberadaan mikroplastik

    karena dibagian timur ditemukan lebih banyak partikel mikroplastik

    dibandingkan dengan bagian barat.

    5.2. Saran

    Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu, pada penelitian selanjutnya waktu

    dari pengambilan sampel diperbanyak agar dapat melihat kondisi saat musim barat

    dan musim timur. Serta analisa bagaimana pola persebaran mikroplastik di kawasan

    Taman Nasional Karimunjawa untuk melihat apakah terjadi kontaminasi mikroplastik

    dari darat atau kontaminasi terjadi karena angkutan dari wilayah lain yang terbawa

    oleh arus laut.

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Arthur, C., Baker, J., Bamford, H., (Eds.) 2009. Proceedings of the International

    Research Workshop on the Occurrence, Effects and Fate of Microplastic

    Marine Debris, 9 – 11 September 2008. NOAA Technical Memorandum

    NOS-OR&R-30.

    Ayuningtyas, W. C. et al., 2019. Kelimpahan Mikroplastik pada Perairan Banyuurip,

    Gresik, Jawa Timur. Journal of Fisheries and Marine Research Vol 3(1) : 41-

    45

    Balai Taman Nasional Karimunjawa (BTNKJ). 2016. Statistik Balai Taman Nasional

    Karimunjawa 2016. Semarang: BTNKJ.

    Bennett NJ, Dearden P. 2014. Why local people do not support conservation:

    Community perceptions of marine protected area livelihood impacts,

    governance and management in Thailand. Marine Policy 44:107-116.

    Browne, M.A., Crump, P., Niven, S.J., Teuten, E., Tonkin, A., Galloway, T.S.,

    Thompson, R.C., 2011. Accumulation of microplastic on shorelines

    worldwide: sources and sinks. Environ. Sci. Technol. 45, 9175-9179.

    Browne, M.A., Dissanayake, A., Galloway, T.S., Lowe, D.M., Thompson, R.C.,

    2008. Ingested microscopic plastic translocates to the circulatory system of

    the mussel, Mytilus edulis (L.). Environ. Sci. Technol. 42, 5026-5031

    Coates, J., 2000. Interpretation of infrared spectra, a practical approach. In: Meyers,

    R.A. (Ed.), Encyclopedia of Analytical Chemistry. John Wiley & Sons, Ltd.,

    Chichester, pp. 10815–10837.

    Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., Galloway, T.S., 2011. Microplastics as

    contaminants in the marine environment: a review. Mar. Pollut. Bull. 62,

    2588-2597.

    Derraik JGB. 2002. The pollution of the marine environment by plastic debris: a

    review. Marine Pollution Bulletin Vol 44 : 842-852

    Dewi, I. S., Anugrah, A. B., dan Irwan, R. R. 2015. Distribusi Mikroplastik pada

    Sedimen di Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara. Depik 4(3) : 121-

    131.

    Dinda, M. Yusuf, Denny N.S. 2012. Karakteristik Arus, Suhu dan Salinitas di

    Kepulauan Karimunjawa. Jurnal of Oceanography Vol 1. No 2 hal 186-196

    Engler, 2012. The Complex Interaction between Marine Debris and Toxic Chemicals

    in the Ocean. Office of Wetlands, Oceans, and Watersheds, U.S.

    Environmental Protection Agency, 1200 Pennsylvania Avenue, NW,

    Washington, DC 20460, United States.

    Galgani, F. 2015 The Mediterranean Sea: From litter to microplastics. Micro 2015:

    Book of abstracts.

    Galgani, F., Dina, F., Franeker, J.V., Katsanevakis, S., Maes, T., Mouat, J.,

    Oosterbaan, L., Poitou, I., Hanke, G., Thompson, R., Amato, E., Birkun A.,

    Janssen C. 2010. Marine Strategy Framework Directive—Task Group 10

    Report Marine Litter. Scientific and Technical Research Series. Office for

    Official Publications of the European Communities: 48, Luxembourg.

    GESAMP .2016. Sources, fate and effects of microplastics in the marine environment:

    part two of a global assessment. (Kershaw, P.J., and Rochman, C.M., eds).

    (IMO /FAO /UNESCO - IOC/ UNIDO/ WMO/ IAEA/ UN/ UNEP/ UNDP

    Joint Group of Experts on the Scientific Aspects of Marine Environmental

    Protection). Rep. Stud. GESAMP No. 93, 220 p.

  • 30

    Gewert B., M. Ogonowski, A. Barth, and M. MacLeod. 2017. Abundance and

    composition of near surface microplastics and plastic debris in the Stockholm

    Archipelago, Baltic Sea. Mar. Pollut. Bull., vol. 120, no. 1–2, pp. 292–302.

    Goldberg, E.D., 1995. The health of the oceans––a 1994 update. Chemical Ecology.

    Goldberg, E.D., 1997. Plasticizing the seafloor: an overview. Environmental

    Technology. Gorman, M., 1993. Environmental Hazards Marine Pollution.

    ABC-CLIO Inc, Santa Barbara.

    Gorman, M., 1993. Environmental Hazards Marine Pollution. ABC-CLIO Inc, Santa

    Barbara

    Gregory, M.R., 1996. Plastic ‘scrubbers’ in hand cleansers: a further (and minor)

    source for marine pollution identified. Mar. Pollut. Bull. 32, 867-871

    Hansen, J., 1990. Draft Position Statement on Plastic Debris in Marine Environments.

    Fisheries.

    Henderson, J. 2001. A pre-and post-MARPOL Annex V summary of Hawaiian monk

    seal entanglements and marine debris accumulation in the Northwestern

    Hawaiian Islands, 1982– 1998. Marine Pollution Bulletin.

    Hidalgo-Ruz, V., Gutow, L., Thompson, R.C., Thiel, M., 2012. Microplastics in the

    marine environment: a review of the methods used for identification and

    quantification. Environmental Science and Technology, 46: 3060-3075

    Ismunarti, D.H., Denny N.S., Aris I. 2017. Kajian Karakteristik Arus Laut di

    Kepulauan Karimunjawa, Jepara. ISSN 2339-0883 Vol 6 Hal 254-263

    Jung, M. R., et al., 2018. Validation of ATR FT-IR to identity polymers of plastic

    marine debris, including those ingested by marine organisms. Marine

    Pollution Bulletin Vol 127 : 704-716

    Karapanagioti, H. K. 2015. Hazardous Chemicals and Microplastics in Coastal and

    Marine Environments Micro 2015: Book of abstracts.

    Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. 2013. Konsumsi plastik 1,9 juta ton

    [Internet]. [diunduh 2018 agustus 30]. Tersedia pada:

    http://www.kemenperin.go.id/artikel/6262/Semester-I,-Konsumsi-Plastik -

    1,9- Juta-Ton.

    Laist, D.W., 1987. Overview of the biological effects of lost and discarded plastic

    debris in the marine environment. MarinePollution Bulletin

    Laksono,N.A., Mussadun. 2014. Dampak Aktivitas Ekowisata di Pulau Karimunjawa

    Berdasarkan Persepsi Masyarakat. Jurnal Teknik PWK Vol 3 No 2 Hal 262-

    273

    Law K. L. and R. C. Thompson. 2014. Microplastics in the seas. Science, vol. 345,

    no. 6193, pp. 144–145.

    Masura, J., J.Baker. G. Foster, and C. Arthur. 2015. Laboratory methods for the

    analysis of microplastics in the marine environment: recommendations for

    quantifying synthetic particles in waters and sediments. NOAA Technical

    Memorandum NOS-OR&R-48.

    Nainggolan P, Susanto HA, Megawanto R. 2013. Pendekatan kawasan konservasi

    perairan (marine protected area) dalam pengelolaan ekosistem karang. In

    Nikijuluw V, Adrianto L, Januarini N (Editor). Coral Governance. Bogor:

    IPB Press, hlm 157-254.

    National Oceanic and Atmospheric Administration. 2013. Programmatic

    Environmental Assessment (PEA) for the NOAA Marine Debris Program

    (MDP). Maryland (US): NOAA.

    Nor M. N. H., dan Obbard, J. P. 2014. Microplastics in Singapore’s coastal mangrove

    ecosystems. Marine Pollution Bulletin, 79(1–2), 278–283.

    http://www.kemenperin.go.id/artikel/6262/Semester-I,-Konsumsi-Plastik

  • 31

    Nuelle, M.T., Dekiff, J.H., Remy, D., Fries, E., 2014. A new analytical approach for

    monitoring microplastics in marine sediments. Environmental Pollution, 184:

    161-169

    Pruter, A.T., 1987. Sources, quantities and distribution of persistent plastics in the

    marine environment. Marine Pollution Bulletin.

    Ryan PG, Moore CJ, Van Franeker JA, Moloney CL. 2009. Monitoring the

    abundance of plastic debris in the marine environment. Philosophical

    Transactions of the Royal Society B. 364:1999-2012.doi:10.1098/rstb.2008.

    0207.

    Ryan, P.G., 1987. The origin and fate of artefacts stranded on islands in the African

    sector of the Southern Ocean. Environmental Conservation.

    Sheavly, S. 2007. National Marine Debris Monitoring Program: Final Program

    Report, Data Analysis and Summary. Prepared for U.S. Environmental

    Protection Agency by Ocean Conservancy.

    Smith SDA, Markic A. 2013. Estimates of marine debris accumulation on beaches are

    strongly affected by the temporal scale of sampling. Plos One

    Storck, F.R. et al. 2015. Microplastics in Fresh Water Resources. Global Water

    Research Coalition.

    Tcobanoglous, G., Hillary, Theisen., and Samuel, Virgil., 1993, Integrated Solid

    Waste Management: Engineering Principles and Management Issues,

    McGraw Hill Publishing Company, New York.

    Teuten EL, Saquing JM, Knappe DRU, Barlaz MA, Jonsson S, Bjorn A, Rowland SJ,

    Thompson RC, Galloway TS, Yamashita R et al. 2009. Transport and release

    of chemicals from plastics to the environment and to wildlife. Philosophical

    Transactions of the Royal Society B. 364:2027

    Thompson, R.C., Moore, C.J., vom Saal, F.S., Swan, S.H., 2009. Plastics, the

    environment and human health: current consensus and future trends. Philos.

    Trans. R. Soc. B 364, 2153-2166

    Thompson, R.C., Olsen, Y., Mitchell, R.P., Davis, A., Rowland, S.J., John, A.W.C.,

    McGonigle, D., Russell, A.E., 2004. Lost at Sea: where is all the plastic?

    Science 304 (5672), 838

    United Nations Environment Programme. 2011. UNEP Year Book 2011: Emerging

    Issues in Our Global Environment. Nairobi (KE): UNEP.

    White A. 2014. Building capacity for effective participation in a regional wide system

    of MPAs (CTMPAS) in the coral triangle. IUCN World Parks Congress 14

    November 2014.

    Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi Dan Aplikasi.

    Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

    Yuliadi, L.P.S, Isni, N., Sri, A. 2017. Optimalisasi Pengelolaan Sampah Pesisir Untuk

    Mendukung Kebersihan Lingkungan Dalam Upaya Mengurangi Sampah

    Plastik dan Penyelamatan Pantai Pangandaran. Jurnal Pengabdian

    Masyarakat.Vol 1 No 1 Hal 14-18

    Yusuf, M., Gentur H., Muslim, Sri Y.W. 2012. Karakteristik Pola Arus Dalam

    Kaitannya dengan Kondisi Kualitas Perairan dan Kelimpahan Fitoplankton di

    Perairan Kawasan Taman Nasional Laut Karimunjawa. Buletin Oseanografi

    Marina. Vol 1 hal 63-74