Laporan Grafting Fix

23
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURA GRAFTING TANAMAN JERUK Oleh: KELOMPOK : 6 Nama Kelompok : Heru Syahrifal Anggara 125040101111027 Anugrah Rizki Pratama 125040101111033 Febri Ida Ramadhani 125040100111087 Bella Rizka 125040101111148 Intan Nurrafika 125040101111017 Miftakhul Jannah 125040100111231 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

description

laporan

Transcript of Laporan Grafting Fix

LAPORAN PRAKTIKUMTEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN HORTIKULTURAGRAFTING TANAMAN JERUK

Oleh:KELOMPOK : 6Nama Kelompok :

Heru Syahrifal Anggara125040101111027Anugrah Rizki Pratama 125040101111033Febri Ida Ramadhani125040100111087Bella Rizka125040101111148Intan Nurrafika125040101111017Miftakhul Jannah125040100111231

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015I. PENDAHULUAN

Perbanyakan tanaman banyak dilakukan dengan berbagai cara, mulai dengan yang sederhana sampai yang rumit. Tingkat keberhasilannya pun bervariasi dari tinggi sampai rendah, keberhasilan perbanyakan tanaman tergantung pada beberapa faktor antara lain: cara perbanyakan yang digunakan, jenis tanaman, waktu memperbanyak, keterampilan pekerja dan sebagainya. Perbanyakan tanaman bisa digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif.Perbanyakan tanaman secara vegetatif bisa dilakukan melalui grafting. Grafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru. Penyambungan disini berarti penyatuan antara batang atas (sepotong cabang dengan dua atau tiga tunas vegetatif) dengan batang bawah yang sehingga gabungan ini bersama-sama membentuk individu yang baru.1.1 Tujuan PraktikumAdapun tujuan praktikum grafting ini adalah untuk: 1. Untuk mengetahui apakah itu penyambungan (grafting).2. Untuk mengetahui cara penyambungan (grafting).3. Untuk mengetahui manfaat penyambungan (grafting).1.2 Alat dan Bahan1. Alat Cutter : untuk memotong batang tanaman jeruk Penggaris : untuk mengukur jarak pemotongan Kamera : untuk dokumentasi 2. Bahan Bibit tanaman jeruk a : sebagai batang bawah Tangkai tanaman jeruk b: sebagai batang atas Plastic : sebagai pembungkus grafting Tali plastic : sebagai pengikat batang grafting Alcohol : sebagai pensteril cutter Kapas : sebagai media pensteril cutter

1.3 Cara KerjaMenyiapkan Alat dan Bahan

Memotong Batang tanaman jeruk 20 cm dari pangkal batang untuk dijadikan sebagai batang bawah

Menyiapkan batang bawah

Memotong batang bawah dan batang atas hingga membentuk huruf V

Menempelkan/menyambung antara batang atas dan batang bawah lalu ikat dengan plastik.

Tutup/bungkus tanaman terutama pada bagian batang atas dengan menggunakan kantong plastik.

Biarkan Selama 2 minggu, apabila dalam 2 minggu batang yang telah disambung masih berwarna hijau berarti hasil grafting berhasil. .

II. HASIL DAN PEMBAHASANII. HASIL DAN PEMBAHASANOleh: Intan Nurrafika1250401011110172.1 Hasil (data dan dokumentasi) HasilTanamanPercobaanPerubahan

Batang BawahBatang Atas

1SebelumNormalNormal

SesudahBerwarna hijauBerwarna hijau

Proses Grafting

Dokumentasi

Hasil Pengamatan setelah dilakukan grafting

2.2 Pembahasan (Perbandingan dengan Literatur)Dari hasil praktikum yang telah dilakukan pada bibit tanaman jeruk didapatkan adanya perubahan pada semua batang bawah sebelum dilakukan penyambungan normal (hidup) dan sesudah penyambungan. Hasil dari perubahan semua batang atas (entris) sebelum penyambungan normal (hidup) dan setelah penyambungan juga batang masih berwarna hijau (normal). sambungan dapat di pastikan hidup atau mati apabila pucuk sambungan masih hijau berarti sambungan berhasil tapi bila pucuk berwarna coklat berarti sambungan gagal. Apabila pucuk sudah mengeluarkan daun, sungkupan dapat di buka. Keberhasilan dari grafting ini karena tanaman yang disambung merupakan satu jenis yang sama yaitu sama-sama jeruknya, dan juga dipengaruhi oleh iklim dan juga waktu saat melakukan grafting yang dilakukan pada sore hari. Beberapa faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam memproduksi bibit dengan metode grafting yaitu (1) faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entris). (2) faktor lingkungan (ketajaman/kesterilan alat, kondisi cuaca, waktu pelaksanaan grafting (pagi, siang, sore hari), dan (3) faktor keterampilan orang yang melakukan grafting (Tirtawinata, 2003; Tambing, 2004). Panjang entris berkaitan dengan kecukupan cadangan makanan/energi untuk pemulihan sel-sel yang rusak akibat pelukaan, makin panjang entris diharafkan makin banyak pula cadangan energinya. Sedang kondisi cuaca atau waktu pelaksanaan grafting berkaitan dengan tingginya laju transpirasi yakni penguapan air dari permukaan tanaman. Menurut penelitian Tambing dan Hadid (2008) Pelaksanaan grafting pada sore hari memperlihatkan keberhasilan pertautan sambungan lebih baik, dan semakin baik lagi jika menggunakan entris yang lebih panjang (12,5cm). Keberhasilan pertautan sambungan lebih tinggi jika grafting dilakukan pada sore hari daripada pagi dan siang hari. Penggunaan entris yang panjang hingga 12,5 cm memberikan pertautan sambungan lebih baik dibanding entris pendek. Hal ini mungkin berkaitan dengan jumlah air yang masih banyak tersisa dalam entris panjang dibanding entris pendek setelah mengalami transpirasi pada siang dan sore hari. Demikian juga halnya dengan cadangan makanan dalam entris panjang tersebut mungkin lebih banyak dikonversi menjadi energi untuk penyembuhan luka dan pertumbuhan sel/jaringan tanaman daripada entris pendek. Pada waktu pagi potensial air dalam tanaman mulai menurun dan sangat rendah pada siang hari, Pada sore hari potensial air kembali meningkat dan mencapai maksimum pada tengah malam, dimana potensial turgor optimum (mendekati 0 bar) yang memungkinkan pertumbuhan tanaman berlangung lebih cepat.Hasil penelitian Tambing dkk. (2008) pada penyambungan nangka, juga mengungkapkan bahwa selain karena kandungan getah pada nangka yang tinggi, juga cekaman suhu udara/radiasi matahari pada siang hari menghambat pertautan sambungan sehingga presentase bibit jadi yang diperoleh sangat rendah. Hal ini dapat membuktikan bahwa air memegang peranan penting dalam segala aspek metabolisme/fisiologis tanaman. Peranan air antara lain: sebagai pelarut dan mdium untuk reaksi kimia, medium untuk transfortasi, penentu tekanan turgor sel, bahan baku fotosntesis dan peredam suhu tanaman (Gardner et al., 1991). Salisbury dan Ross (1992) menyatakan juga bahwa tanaman pada kondisi cukup air (tekanan turgor) tinggi, pertumbuhan sel berlangsung lebih baik; sebaliknya pada tekanan turgor rendah karena kekurangan air mengakibatkan terhentinya pertumbuhan sel sehingga diameter batang lebih kecil dan tanaman tumbuh kerdil/pendek.

II. HASIL DAN PEMBAHASANOleh: 1. Heru Syahrifal A 1250401011110272. Anugrah riski P 125040101111033

2.1 Hasil (data dan dokumentasi)Hasil pengamatan didapatkan bahwa grafting yang dilakukan pada tanaman jeruk berhasil. Indikatornya adalah mata tunas dari pohon yang telah digrafting berwarna hijau. Spiegel-Roy dan Goldschmidt (1996) menyebutkan bahwa salah satu sifat utama dari batang bawah S. Cirumelo bila disambung dengan batang atas tertentu maka sifat batang bawah ini mampu mendorong pertumbuhan batang atas lebih vigor. Diduga hal ini berhubungan dengan fotosintat yang dihasilkan. Pada kondisi kandungan klorofil tinggi, tanaman akan mempunyai laju fotosintesis yang besar. Fotosintat yang dihasilkan lebih besar pula jika didukung dengan jumlah daun lebih banyak dan kandungan klorofil tinggi sehingga memungkinkan tanaman untuk tumbuh pesat.

Gambar 1. Langkah-langkah grafting

Gambar 2. Hasil grafting

2.2 PembahasanPerbandingan dengan jurnal yang berjudul Tanggap Fisiologi Fase Vegetatif Jeruk Besar Cikoneng dan Nambangan pada Beberapa Jenis Batang Bawah dengan parameter pengamatan pada penelitian tersebut adalah diameter batang atas dan diameter batang bawah, kandungan klorofil, kandungan hara daun, kandungan gula, dan kandungan pati daun. Dengan bahan yang digunakan Bahan tanaman yanag digunakan adalah tanaman jeruk besar (umur 14 bulan setelah okulasi) dan telah dilakukan pemangkasan bentuk. Batang atas merupakan jeruk besar (Citrus grandis L. Osbeck) Cikoneng dan Nambangan dengan batang bawah jenis Rangpur Lime (Citrus limonia Osbeck x Troyer citrange), Rough Lemon (Citrus jambhiri lush), Swingle Citrumelo (Citrus paradise x Poncirus trifoliate), Javansche Citroen (Citrus reticulate Blancho).Berdasarkan hasil penelitian hingga tanaman berumur 6 BSP (Bulan Setelah Pemangkasan) kandungan klorofil daun, kandungan hara daun, kandungan gula daun, dan kandungan pati daun tidak menunjukkan perbedaan pada jeruk Cikoneng dan Nambangan. Hara daun pada kisaran mencukupi, hal ini menunjukkan tidak terdapat hambatan penyerapan hara pada tanaman hasil penyambungan.

II. HASIL DAN PEMBAHASANOleh: Miftakhul Jannah1250401001112311.1 Hasil Gambar 2. Pengikatan scion dan entrisGambar 4. Hasil GraftingGambar 3. Pembungkusan graftingGambar 1. Pemotongan scion

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil grafting telah berhasil. Hal ini ditunjukkan dari warna batang atas atau entris yang masih hijau setelah 7 hari dilakukan penyambungan atau grafting.

1.2 PembahasanGrafting adalah salah satu teknik perbanyakan vegetatif menyambungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan, kombinasi ini akan terus tumbuh membentuk tanaman baru (Suwandi, 2008).Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan menunjukkan bahwa hasil grafting telah berhasil. Hal ini dikarenakan batang bawah yang digunakan masih muda, yaitu berumur 3 bulan. Menurut Nahansyah (1990) dalam Sutami et. al. (2010), menyatakan bahwa keberhasilan sambungan dipengaruhi oleh stadia pertumbuhan batang bawah, batang bawah yang lebih muda ternyata lebih mempercepat proses penyatuan antara batang bawah dan entris. Menurut Wijaya et al. (1994) dalam Sutami et. al. (2010), bahwa sel-sel kambium tanaman yang berada dalam keadaan aktif membelah diri, proses pembentukan kalus dan proses penyembuhan luka berlangsung dengan cepat, sehingga keberhasilan sambungan tinggi. Hal ini hanya terjadi pada tanaman yang masih aktif membelah yaitu tanaman yang masih muda.Menurut Suprianto dan Tegopati (1986) dalam Sutami et. al. (2010), bahwa batang bawah dan batang atas (entris ) yang bertaut walaupun hanya salah satu bagian kambiumnya, akan memberikan hasil yang baik, asalkan ditunjang kondisi lingkungan tumbuh yang optimal. Pada saat praktikum, hasil grafting tanaman jeruk diletakkan di tempat yang teduh dan ternaungi oleh beberapa pohon. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk penyambungan menyebabkan persentase keberhasilan sambungan jadi tinggi. Menurut Sutami et.al., (2010) keadaan suhu rata-rata dan kelembaban rata-rata dibawah naungan tempat penyambungan (cukup) optimum yaitu berkisar antara 24 C 39 C dengan kelembaban rata-rata 45% - 76%. Selain itu tanaman diberikan sungkup individual untuk memenuhi suhu dan kelembaban yang diinginkan dalam penyambungan karena suhu dan kelembaban sangat berperan dalam proses pertautan antara batang bawah dan entris.Berdasarkan hasil penelitian oleh Sutami (2010) diketahui bahwa interaksi faktor umur batang bawah dan faktor panjang entris serta faktor mandirinya tidak berpengaruh terhadap persentase sambungan hidup tanaman jeruk. Hal ini karena faktor tanaman yaitu pertautan batang atas dan batang bawah mampu membentuk sambungan hidup dan hidup dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hartmann dan Kester (1978) dalam Sutami et. al. (2010), jika pertautan kambium dari batang bawah dan batang atas semakin banyak dan jaringan kalus semakin cepat terbentuk, maka penyambungan yang akan dilakukan semakin berhasil.Hartman dan Kester (1978) dalam Sutami et. al. (2010), mengungkapkan bahwa, sebab terjadinya inkompatibilitas sambungan antara lain disebabkan oleh keadaan fisiologis tanaman yaitu ketidakmampuan batang atas dan batang bawah menyediakan zat-zat hara dalam jumlah yang diperlukan untuk tumbuh secara normal, keadaan sifat anatomi seperti membentuk getah luka dibagian sambungan menyebabkan sambungan berstruktur lemah. Faktor lain yang diduga mempengaruhi tingkat keberhasilan penyambungan adalah cara dan kecepatan dalam pelaksanaan penyambungan. Menurut Baswarsiati et al.(1993) dalam Sutami et. al. (2010), rendahnya persentase bibit yang tetap tumbuh 90 hari setelah sambung disebabkan oleh pertautan batang atas dan batang bawah yang kurang sempurna, kambium pada daerah pertautan tidak berkembang dan tidak membentuk jaringan secara normal. Persentase sambung hidup delapan minggu setelah sambung lebih rendah dari pada persentase sambung jadi empat minggu setelah sambung. Rendahnya persentase sambung hidup ini karena adanya serangan cendawan.Sedangkan menurut Suwandi (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan grafting yaitu :1. Scion yang dijadikan bahan sambungan tersebut tidak cacat dan masih dalam keadaan segar, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dan berbatang bulat.2. Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan.3. Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya.4. Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit.5. Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulang-ulang.6. Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab.7. Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.

II HASIL DAN PEMBAHASAN Oleh : 1. Bella Rizka 1250401011111482. Febri Ida Ramadhani125040100111087

2.1 Hasil Minggu ke-Dokumentasi Keterangan

0Minggu pertama tanaman jeruk di grafting dengan bantuan penutup plastik

2Setelah minggu ke dua ternyata grafting yang diakukan berhasil karena pucuk berwarna hijau dibiarkan selama 2 mi

Dapat dilihat dari tabel bahwa tanaman jeruk berhasil di grafting dengan batang jeruk yang lain, dapat dilihat pada minggu kedua setelah melakukan grafting daun etap hijau, pad apucuk tangkai tanaman jeruk tidak berubah kecokelatan, tetapi tetap bewarna hijau ini menandakan bahwa grafting yang dilakukan pada tanaman jeruk berhasil.2.2 Pembahasan Membuat bibit tanaman dengan cara vegetatif (tanpa melalui proses perkawinan = aseksual) adalah salah satu cara untuk mempertahankan kualitas genetik Pohon Induk tanaman buah yang telah diketahui mempunyai sifat-sifat unggul : berumur genjah, produktivitas tinggi dengan kualitas buah prima, tahan atau toleran terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, tahan kekeringan, bibit turunan klonalnya mempunyai daya adptasi tinggi di berbagai lokasi tanam, dan lain sebagainya.Salah satu kendala yang dihadapi jika membuat bibit sambung adalah lamanya waktu tunggu untuk mendapatkan batang bawah (rootstock) siap sambung yang biasanya memerlukan waktu berkisar antara 6 hingga 24 bulan, tergantung jenis tanaman dankeperluan pembuatan bibitnya. Beberapa penangkar bahkan menunggu batang bawah tumbuh membesarhingga berumur 2 tahun sebelum akhirnya disambung untuk memperoleh bibit cebol yang diharapkan cepat berbunga dan berbuah, karena entres disambung pada batang bawah berumur cukup "tua".Pada beberapa jenis tanaman buah seperti mangga, alpukat, durian, dan jeruk misalnya, dimungkinkan untuk disambung pada saat umur batang bawah masih sangat muda, berkisar antara 4 hingga 10 minggu pasca semai biji dan biji memunculan batang utama. Penyambungan pada saat batang bawah masih berumur sangat muda ini dikenal dengan istilah "Mini Grafting", dengan beberapa keuntungan sebagai berikut : efisien dari sisi waktu tunggu batang bawah yang lebih singkat, penyatuan batang atas dengan batang bawah (kompatibilitas) yang lebih baik karena titik sambungan umumnya belum berkayu, pertumbuhan yang relatif lebih seragam dan terkontrol dengan baik, serta lebih memudahkan dalam pemeliharaan bibit pasca penyambungan berhasil. Kekurangan jika menggunakan cara ini adalah variabilitasukuran diameterbatang bawah yang beragam karena umur yang masih sangat muda, penyesuaian dan pemilihan ukuran diameter entres yang relatif sulit karena entres umumnya harus berdiameter kecil sementaraentres harus diambil dari pohon besar yang tunas ujung umumnya berukuran lebih besar, relatif mudah terjadi memar batang padasaat penyambungan karena jaringan batang bawah yang lebihlunak akibat belum berkayu. Pohon induk yang akan dibersihkan sebaiknya berasal dari bibit jeruk yang ditanam pada kondisi terkontrol, misalnya ditanam di pot atau polibag. Untuk mendapat tunas muda yang baik, daun tanaman dirompes, media diberi pupuk dan air yang cukup. Tunas akan tumbuh pada 1-2 minggu setelah rompes. sampai bersih. Daun bagian luar dibuang sampai pucuk tersebut mencapai ukuran 1cm, kemudian disterilkan dengan larutanTunas pucuk dipanen, dicuci dengan sabun cair dan dibilas dengan air yang mengalir sodium hipoklorit komersial (bleaching) 5 dan 10% masing-masing 10 dan 15 menit, kemudian dibilas dengan aquades steril sebanyak 3 kali. Di bawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 40 kali, daun luar pada pucuk yang telah disterilkan dibuang, meristem tip beserta 2 primordia daun dengan ukuran 0.14-0.18 mm dipotong untuk disambungkan pada batang bawah jeruk in vitro. Ukuran shoot-tip sangat penting untuk menentukan tingkat keberhasilan sambung pucuk ini serta keberadaan patogen pada tanaman. Semakin besar ukuran shoot-tip yang digunakan, akan semakin besar tingkat keberhasilan penyambungan namun akan semakin rendah jumlah tanaman yang bebas virus.Dapat dilihat di hasil bahwa tanaman jeruk yang di grafting berhasil karena pucuk batang yang disambung bewarna hijau sehingga ini menandakan keberhasilan grafting pada tanaman jeruk. Faktor keberhasilan utama yang terjadi pada hasil grafting yaitu pohon induk yang diperoleh saat pratikum memiliki batang induk jeruk yang sehat, karena keberhasilan grafting terjadi pada batang induk pohon jeruk yang sehat, sehingga hal ini yang menyebabkan grafting pada tanaman jeruk berhasil

III. KESIMPULANDari hasil praktikum yang telah dilakukan pada bibit tanaman jeruk didapatkan adanya perubahan pada semua batang bawah sebelum dilakukan penyambungan normal (hidup) dan sesudah penyambungan. Hasil dari perubahan semua batang atas (entris) sebelum penyambungan normal (hidup) dan setelah penyambungan juga batang masih berwarna hijau (normal). Hal ini dikarenakan kondisi batang bawah dan batang atas yang masih segar serta penyambungan (grafting) yang dilakukan pada sore hari yang merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam grafting.

DAFTAR PUSTAKA

Suwandi. 2002. Petunjuk Teknis Perbanyakan Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). Yogyakarta: Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Tambing, Y., 2004. Respons Pertautan Sambung Pucuk dan Pertumbuhan Bibit Mangga Terhadap Pemupukan Nitrogen pada Batang Bawah. J. Agrisains 5 (3):141-147. Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad 15 (2): 95 100.Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell. 1985. Physiology of Crop Plants. The Iowa State University Press.Tirtawinata, M. R., 2003. Kajian Anatomi dan Fisiologi Sambungan Bibit Manggis Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Disertasi. Program Pascasarjana Institut Pertanian BogorAdinugraha, H. A., Mahfudzi, E. W. Muchtiari, dan S. Huda. 2012. Pertumbuhan dan Perkembangan Tunas pada Bibit Nyamplung Hasil Pembiakan dengan Teknik Sambungan.Pemuliaan Tanaman Hutan, 6(2):91-102.Prastowo, N. H., J. M. Roshetko, G. E. S. Maurung, E. Nugraha, J. M. Tukan, F. Harum. 2006. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF) dan Winrock Internasional.Purnomosidhi, Suparman, J. M. Roshetko, dan Mulawarman.2002.Perbanyakan dan Budidaya Tanaman Buah-Buahan dengan Penekanan pada Durian, Mangga, Jeruk, Melinjo, dan Saw:Pedoman Lapang.Bogor