Laporan fartok april baruu (2).docx

64
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar belakang I.2 Maksud dan Tujuan praktikum I.3 Prinsip percobaan a. Sistem saraf otonom b. Sistem saraf pusat 1. Anastesi 2. Hipnotif sedative 3. Antidepresi 4. Stimulan saraf pusat 5. Analgesik 6. Antipiretik 7. Antiimflamasi BAB II Tinjauan pustaka II.1 Teori umum (semua penyakit, defenisi fatofisiologi, neurotransmitter, reseptor) II.2 Uraian bahan 1. Aquadest 2. Karagen 3. Pepton 4. Na cmc 5. Parasetamol 6. Semua obatnya (nama resmi, sinonim, pemerian, kelarutan, penyimpangan, kegunaan) II.3 Uraian obat 1. Parasetamol 2. Asam mefenamat 3. Dsbnya (zat aktif, golongn obat, indikasi, kontraindikasi, efekn samping, farmakokinetik, farmakodinamik, interaksi obat, dosis) II.4 Uraian tanaman (jika ada) II.4.1 Klasifikasi tanaman II.4.2 Morfologi tanaman

Transcript of Laporan fartok april baruu (2).docx

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar belakangI.2 Maksud dan Tujuan praktikumI.3 Prinsip percobaan

a. Sistem saraf otonomb. Sistem saraf pusat

1. Anastesi 2. Hipnotif sedative3. Antidepresi4. Stimulan saraf pusat5. Analgesik6. Antipiretik7. Antiimflamasi

BAB II Tinjauan pustaka II.1 Teori umum (semua penyakit, defenisi fatofisiologi,

neurotransmitter, reseptor)II.2 Uraian bahan

1. Aquadest2. Karagen3. Pepton4. Na cmc5. Parasetamol6. Semua obatnya (nama resmi, sinonim, pemerian,

kelarutan, penyimpangan, kegunaan)

II.3 Uraian obat1. Parasetamol 2. Asam mefenamat3. Dsbnya (zat aktif, golongn obat, indikasi, kontraindikasi,

efekn samping, farmakokinetik, farmakodinamik, interaksi obat, dosis)

II.4 Uraian tanaman (jika ada)II.4.1 Klasifikasi tanamanII.4.2 Morfologi tanamanII.4.3 Kndungan kimiaII.4.4 kegunaan

II.5 Uraian hewan cobaII.5.1 Mencit (Mus musculus)

a. Klasifikasib. karakteristik

II.5.2 kelinci (Oryctolagus cuniculus)a. klasifikasib. karakteristik

BAB III Metode kerjaIII.1 Alat yang digunakan III.2 Bahan yang digunakanIII.3 Hewan cobaIII.4 Cara kera

III.4.1 Pmbuatan bahan 1. Na CMC 1%2. Pepton 1%3. Karagen 1%

III.4.2 Pembuatn bahan obat1. SSO

a. Epinefrinb. Propranololc. Dst

2. Hipnotik sedative3. Dst

III.4.3 Pembutn hewan coba1. System saraf otonom2. Hipnotik sedative3. Anastesi4. Stimula system saraf5. Antidepresi6. Analgesic7. Antipiretik8. Antiinflamasi

BAB IV Data pengamatan IV.1 Tabel pengamatan (semua percobaan )IV.2 perhitungan persen penurunan inflamasi, antipiretik, analgetik

BAB V PEMBAHASAN

BAB VI PENUTUPVI. 1 KesimpulanVI. 2 saran (wajib)

DAFTAR PUSTAKA (Minimal 10 literatur / diatas tahun 2001)

LAMPIRAN 1. Skema kerja semua percobaan 2. Perhitungan dosis semua percobaan 3. Brosur semua obat

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem saraf adalah satu dari dua sistem kontrol utama

tubuh, selain sistem endokrin, sistem saraf dibentuk oleh jaringan

interaktif kompleks dari tiga jenis dasar sel saraf neuron aferen,

neuron eferen dan antarneuron. Sistem saraf terbagi menjadi dua

yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (tepi), sistem saraf

pusat terdiri dari otak dan korda spinalis, yang menerima masukan

mengenai lingkungan internal dan eksternal dari neuron aferen.

Analgetik atau penghilang rasa sakit adalah zat-zat

yang dapat berfungsi mengurangi atau menghilangkan

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran seseorang,

Sedangkan yang dimaksud dengan antipiretik adalah zat-

zat atau senyawa yang dapat menurunkan suhu tubuh

kembali ke keadaan normal. Dan inflamasi adalah

peradangan atau yang dapat menyebabkan

pembengkakan.

Adapun yang melatar belakangi untuk melakukan percobaan

ini yaitu untuk mengetahui efek farmakologi dari obat yang

digunakan setelah masuk kedalam tubuh dengan menggunakan

hewan coba berupa mencit dan kelinci.

B. Maksud Percobaan

Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui dari

obat-obat yang bekerja pada system susunan saraf otonom dan

sistem saraf pusat yang meliputi golongan anastesi, hipnotik sedatif,

depresan, stimulant saraf pusat, analgetik, antipiretik, dan anti

inflamasi.

C. Tujuan Percobaan

Tujuan praktikum ini adalah :

1. Menentukan efektifitas pemberian obat antiinflamasi yakni

dexametason dan natrium diklofenat terhadap hewan coba mencit

(Mus Musculus).

2. Menentukan efektifitas pemberian obat analgetik yakni sanmol®

dan tramadol terhadap hewan coba mencit (Mus Musculus).

3. Menentukan efektifitas pemberian obat antipiretik yakni sanmol®

terhadap hewan coba kelinci (Orictolagus Cuniculus).

D. Prinsip Praktikum

1. Antiinflamasi

Penentuan efektivitas pemberian obat antiinflamasi yakni

dexametason dan natrium diklofenat yang diinduksi dengan karagen

1% berdasarkan pengukuran diameter radang dari kaki hewan coba

mencit ( Mus Musculus ) pada interval waktu 0’, 15’,30’, 45’, 60’.

2. Analgetik

Penentuan efektivitas pemberian obat sistem analgetik yakni

sanmol® dan tramadol terhadap hewan coba mencit (Mus

Musculus) yang diinduksi dengan plat panas berdasarkan jumlah

pengangkatan kaki interval waktu 5 detik, 10 detik, 15 detik .

3. Antipiretik

Penentuan efektivitas pemberian obat antipiretik yakni

sanmol® yang diinduksi dengan pepton 1 % berdasarkan

pengukuran suhu rectal hewan coba kelinci (Oriptolagus cuniculus)

pada interval waktu 0,15’,30’,60’.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

obat analgesic, antipiretik, serta obat inflamasi nonsteroid

(AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan

dan juga digunakan tanpa resep dokter (Gunawan, 2007).

Analgetik atau obat penghalang rasa nyeri adalah zat-zat

yang mengurangi atau menlenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan

kesadaran (Anonim, 2013).

Sistem saraf adalah serangkain organ yang kompleks dan

bersambung serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam

mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulasi eksternal

dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas atau

sensitivitas terhadap stimulus dan konduktivitas atau kemampuan

untuk mentrasmisi suatu respon terhadap stimulasi (Sloane,2009).

Sistem saraf terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf pusat

dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan

sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer dibagi dalam dua bagian

yaitu divisi aferen dan divisi eferen, yakni divisi eferen yang membawa

sinyal dari otak dan medulla spinalis ke jaringan tepi sedangkan divisi

afren yaitu yang membawa informasi dari jaringan perifer ke SSP

(Rahardja.2007).

Reseptor pada kolinergik dibagi menjadi subtype

nikotinik dan muskarinik. Reseptor muskarinik mempunyai 5

subtipe, tiga diantaranya sudah diketahui dengan jelas yaitu

M1, M2 dan M3. Reseptor M1 terdapat pada otak dan sel parietal

lambung, reseptor M2 terdapat pada jantung, dan reseptor M3

terdapat pada otot polos dan kelenjer. Sedangkan reseptor

nikotinik terdapat pada ganglion otonom dan medula adrenal,

dimana efek asetilkolin dapat diblok secara selektif oleh

heksametonium (Neal,2002).

Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap

luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang

merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh

untuk menginaktivasi atau merusak organism yang menyerang,

menghilangkan zat iritan, dan mengatur derajat perbaikan jaringan

Mycek,2001).

Dua faimili kolinoreseptor, ditandai dengan reseptor

muskarinik dan nikotinik, dapat dibedakan diantara

keduanya berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat

yang meniru asetilkolin (obat kolinomimetik) (Guyton. 1987)

Antidepresi adalah obat-obat yang mampu memperbaiki

suasana jiwa dengan menghilangkan atau meringankan gejala

keadaan murung, yang tidak disebabkan oleh kesulitan social

ekonomi,obat-obatan atau penyakit. Antidepresi bekerja dengan jalan

menghambat re-uptake serotonin dan noradrenalin di ujung-ujung

saraf otak dan dengan demikian memperpanjang waktu tersedianya

neurotransmitter tersebut. Disamping itu antidepresiva dapat

mempengaruhi reseptor postsinaptis.adapun efek samping dari

antidepresi ini dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan

dan banyak mirip dengan efek samping antipsikotika yaitu sedasi,

gangguan mood dan lain-lain (Rahardja. 2007).

Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat

yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika

umum) (Tan Hoan Tjay, 2007).

Analgetik adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Nyeri disini adalah

perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan

dengan kerusakan jaringan. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan

mekanis, kimiawai atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada

jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu

yang disebut mediator nyeri. Semua mediator nyeri itu dapat

merangsang reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas dikulit, mukosa

serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi

radang dan kejang-kejang (Rahardja.2007).

Obat yang bekerja pada sistim saraf pusat (SSP) memperlihatkan

efek yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau

menghambat aktifitas SSP secara spesifik atau secara umum.

Beberapa kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas

misalnya analgesic antipiretik yang khusus mempengaruhi pusat

pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat

lain. Sebaliknya anestesi umum dan hipnotik sedative merupakan

penghambat SSP yang bersifat umum sehingga takar lajak yang selalu

disertai koma (Ginaswarna. 1995).

B. Uraian Bahan

1. Aquadest (Ditjen POM , 1979 ; 96)

Nama resmi : Aqua destilata

Nama lain : Aquadest, air suling

Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pelarut

2. Dexamethasonum (Ditjen POM, 1979; 195)

Nama resmi : Dexamethasonum

Nama lain : Deksametason

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak

berbau, rasa agak pahit

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut

dalam 42 bagian etanol (95%) dan

dalam 165 bagian kloroform

Kegunaan : Adrenoglukokortikoidum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya

3. Na-CMC (Ditjen POM, 1979; 401)

Nama Resmi : NATRII CARBOXYMETHYL CELLULOSUM

Nama lain : Natrium karboksimetil selullosa

Berat Molekul : 90.000 – 700.000

Pemerian : Serbuk atau butiran, putih atau putih kuning

gading; tidak berbau atau hampir tidak

berbau hidrofobik.

Kelarutan : Mudah mendispersi dalam air, tidak larut

dalam etanol (95%) eter P dan pelarut

organik lain.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai kontrol.

4. Parasetamol (Ditjen POM, 1979; 37)

Nama resmi : Acetaminophenum

Nama lain : Asetaminofen, parasetamol

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak

berbau rasa pahit

Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7

bagian etanol (95%), dalam 13 bagian

aseton, dalam 40 bagian gliserol, dan

dalam 9 bagian propilenglikol, larut

dalam larutan alkali hidroksida

Kegunaan : Analgetikum, antipiretikum

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung

dari cahaya

1. Pepton (FI III : 721)

Nama resmi : Pepton

Nama lain : Pepton, ragi

Pemberian : Serbuk, kuning kemerahan sampai

cokelat, bau has tidak busuk.

Kelarutan : Larut dalam air; memberikan larutan

berwarna cokelat kekuningan yang

bereaksi asam; praktis tidak larut

dalam etanol (95%) P dan dalam eter P.

Kegunaan : sampel antipiretik/ pemberi efek

demam pada kelinci.

C. Uraian Obat

1. Dexamethason (gunawan,2007)

Zat aktif : Dexamethason

Gol.obat : kortikosteroid

Indikasi : reaksi alergi yang memberi respon

terhadap kortikosteroid

seperti urtikaria, rhinitis alergi,

dermatitis akut atau kronik.

Interaksi obat : meningkatkan efek sedasi obat hipnotik

sedative. Meningkatkan efek

hipokalemia dengan diuretic tertentu.

Kontaindikasi : ulkus peptic, infeksi jamur.

Efek samping : mengantuk, mulut kering, keluhan

lambung, retensi air dan elektrolit

Dosis : dewasa : 1 tab 3-4x/hari

2. Sanmol® (Iso Farmakoterapi hal : 579)

Zat aktif : Paracetamol

Golongan Obat : Analgesik

Indikasi : Meringankan rasa sakit pada kepala

dan sakit gigi serta menurunkan

demam.

Kontra indikasi : Gangguan fungsi hati berat

Efek samping : Kerusakan hati (dosis besar, terapi

jangka lama)

Dosis : Dewasa 1 kaplet 3-4 x/hari. Anak 6-12

tahun ½ -1 kapsul 3-4 x/hari.

3. Natrium diklofenat (IONI,2000:357)

Zat aktif : Natrium diklofenat

Gol.obat : AINS

Indikasi :Nyeri dan radang pada penyakit

reumatik (termasuk juvenile

arthritis) dan gangguan skelet

lainya gout akut, nyeri pasca

bedah.

Interaksi obat : -

Kontaindikasi : Pemakaian selama kehamiolan

tidak dianjurkan.

Farmakokinetik : Ekskresi urin :<1 %, ikatan

diplasma :>99,5% vol. distribusi :

0,17 kurang lebih 0,11 L/kg,

waktu paruh 1,1 kurang lebih 0,2

jam

Farmakodinamik : Diklofenak diakumulasikan untuk

menjelaskan efek terapi sendi (FT IV

1995 : 218)

Efek samping : Mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit

kepala sama seperti obat AINS

Dosis : Oral : 75-150 mg/hari dalam 2-3 dosis,

sebaiknya setelah makan.

4.Tramadol (ernst,1991)

Zat aktif : Tramadol Hcl

Gol.obat : Analgesik opiat

Indikasi : nyeri akut atau kronik berat,termasuk

nyeri pasca operasi

Interaksi obat : efek analgesic dan sedasi

meningkatkan pada penggunaan

bersama dng obat yang bekerja pd ssp

seperti transquilizer dan hipnotik.

Kontaindikasi : hipersensitif terhadap tramadol atau

opiate. Mendapat terapi MAOI,

itoksikasi akut alcohol.

Farmakokinetik : tramadol mengalami metabolisme

dihati dan ekskresi ginjal, dengan masa

paruh eliminasi 6 jam untuk tramadol

dan 7,5 jam untuk metabolit aktifnya.

Analgesia timbul dalam 1 jam setelah

penggunaan secara oral, dan mencapai

puncak dalam 2-3 jam. Lama analgesia

sekitar 6 jam.

Farmakodinamik : tramadol sama efektif dengan

dengan morfin atau meperidin untuk

nyeri ringan sampai sedang, tetapi

untuk nyeri kronok lebih lemah.

Bioavalaibilitas tramadol setelah dosis

tunggal secara oral 68% dan 100% bila

digunakan secara IM.

Efek samping : pusing, lelah, sakit kepala, pruritis,

berkeringat,kulit kemerahan.

Dosis : 50-100mg/jam (IV,IM) maks : 600 mg

D. uraian Hewan Coba

1. Mencit (Mus musculus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Ordo : Rodentia

Family : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

b. Karakteristik

Mencit (Mus musculus)

Berat badan dewasa - jantan : 20-40 g

- betina : 25-40 g

Mulai dikawinkan - jantan : 50 hari

- betina : 50-60 hari

Siklus birahi : 4-5 hari

Produksi anak : 8/bulan

Lama kehamilan : 19-21 hari

Jumlah pernapasan : 94-163/menit

Tidal volume : 0,09-0,23

Detak jantung : 325-780/menit

Volume darah : 76-80 mg/kg

Tekanan darah : 113-147/81-106 mmHg

Glukosa dalam darah : 62-175 mg/dL

Cholesterol : 26-82 mg/dL

Kalsium dalam serum : 3,2-9,2 mg/IL

Phosfat dalam serum : 2,3-9,2 mg/IL

Hemoglobin : 10,2-16,6 mg/dL

2. Kelinci (Oryctolagus cuniculus)

a. Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Cordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Mamalia

Sub class : Theria

Ordo : Cogomorpha

Family : Oryctolagidae

Genus : Oryctolagus

Spesies : Oryctolagus cuniculus

b. Karakteristik (Malole,1989)

Berat badan dewasa - jantan : 2,0-5,0 kg

Luas permukaan tubuh : 2,5 kg : 1270,0 cm2

Temperatur tubuh : 38,0-39,6°C

Mulai dikawinkan - jantan : 6 -10 bulan

- betina : 5-9 hari

Lamanya siklus : tidak ada siklus

(ovulasi sesudah

kawin)

Jumlah anak/kelahiran : 4-10

Produksi anak : 4-6 /bulan

Jumlah pernafasan : 32-60/menit

Volume tidal : 4,6 ml/kg

Volume darah : 57-65 ml/kg

Tekanan darah : 90-130/60-90 mmHg

Glukosa serum : 75-150 mg/dL

Cholesterol : 35-53 mg/dL

E. Patofisiologi

a. Epilepsi (sawan). Kehilangan kesadaran tiba-tiba dalam jangka

pendek atau panjang yang biasanya disertai konvulsi (kejang).

b. Encephalomalacia (Ensefalomalasi; perlunakan atau nekosa otak).

Disebabkan oleh gangguan pada vaskularisasi (emboli, trombosa),

perdarahan-perdarahan otak, radang bernanah, infeksi jamur, dan

defisiensi gizi (Ressang, 1984).

c. Satelitosis. Terjadi akumulasi oligondendroglia

d. Malacia. Pelunakan atau nekrosis pada otak

1. Polioenchephalomalacia : nekrosis pada substansi griseria otak.

2. Leucoenchephalomalacia : nekrosis pada substansi alba otak.

3. Poliomyelomalacia : nekrosis pada substansi alba medulla

spinalis.

4. Leucomyelomalacia : nekrosis pada substansi alba medulla

spinalis.

e. Paralysis. Gangguan atau hilangnya fungsi motorik pada suatu

daerah akibat luka pada sistem saraf dan otot pada daerah tertentu,

juga ada Paresis (paralysis yang tidak total).

1. Paralysis unilateral (hemiplagia) : luka pada cortex otak atau

saraf perifer.

2. Paralysis bilateral (paraplegia) : luka pada medulla spinalis.

f. Spasmus. Kontraksi kuat dan tidak terkoordinasi dari otot atau

sekumpulan otot (infeksi pada otak).

1. Spasmus clonic : kontraksi dan relaksasi terus menerus.

2. Spasmus tonic : kontraksi terus meneus tanpa relaksasi.

g. Neurons.

Central chromatolysis : nucleus ekstrensik (bergeser ke tepi) dan

granula Nissl (granula pada sitoplasma) hilang. Wallerian

degeneration (terdapat pada brainstem) : axon membengkak dan

mengalami demyelinasi (Sutrisno, 2010).

BAB III

METODE KERJA

A. Alat

Alat-alat yang dipakai pada saat paktikum adalah spoit 1 ml,

spoit 5 ml, spoit 10 ml, spoit oral, batang pengaduk, sendok tanduk,

sudip, kertas timbang, vial, lumpang + alu, kateter No.12, labu takar,

kanula, stopwatch, setrika, dan timbangan hewan.

B. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pada saat praktikum adalah

Aquadest, Dexamhetasone, Na CMC, Natrium diklofenat, Pepton,

Sanmol, dan Tromadol.

C. Hewan Coba

Hewan coba yang digunakan pada saat paktikum adalah: Mencit

(Mus musculus), dan Kelinci (Oryctolagus cuniculus ).

D. Cara Kerja

1. Pembuatan bahan

1. Pembuatan Na CMC 1%

a. Ditimbang Na CMC 1% sebanyak 1 gr

b. Dilarutkan dalam 100 ml air suling, dipanaskan

hingga 700C

c. Dimasukkan Na CMC 1% sedikit demi sedikit sambil

di aduk dengan menggunakan mixer dengan

kecepatan tinggi.

d. Larutan Na CMC 1% di masukkan dalam wadah dan

di simpan dalam lemari es.

2. Pembuatan Pepton 1%

a. Ditimbang Pepton 1% sebanyak 1 gr

b. Dilarutkan dalam 100 ml air suling, dipanaskan

hingga 700C

c. Dimasukkan Pepton 1% sedikit demi sedikit sambil

di aduk dengan menggunakan mixer dengan

kecepatan tinggi.

d. Larutan Pepton 1% di masukkan dalam wadah dan

di simpan dalam lemari es.

3. Pembuatan karagen 1%

a. Ditimbang Karagen 1% sebanyak 1 gr

b. Dilarutkan dalam 100 ml Na CMC fisiologis,

dipanaskan hingga 700C

c. Dimasukkan Karagen 1% sedikit demi sedikit sambil

di aduk dengan menggunakan mixer dengan

kecepatan tinggi.

d. Larutan Karagen 1% di masukkan dalam wadah dan

di simpan dalam lemari es.

2. Pembuatan bahan obat

Pembuatan sediaan Dexamhetasone

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Tablet dexamhetasone ditimbang untuk mencari berat rata-

ratanya kemudian digerus.

c. Diambil 7 mg dexamhetasone kemudian dimasukkan ke

dalam lumpang dan ditambahkan dengan Na CMC.

d. Dimasukkan ke dalam vial 5 ml.

Pembuatan sediaan Natrium Diklofenat

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Tablet natrium diklofenat ditimbang untuk mencari berat rata-

ratanya kemudian digerus.

c. Diambil 6,71039 mg natrium diklofenat kemudian

dimasukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan dengan Na

CMC.

d. Dimasukkan ke dalam vial 5 ml.

Pembuatan sediaan Sanmol

1. Untuk Mencit:

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Tablet sanmol ditimbang untuk mencari berat rata-ratanya

kemudian digerus.

c. Diambil 52,7849 mg sanmol kemudian dimasukkan ke

dalam lumpang dan ditambahkan dengan Na CMC.

d. Dimasukkan ke dalam vial 5 ml.

3. Untuk Kelinci:

a) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b) Tablet sanmol ditimbang untuk mencari berat rata-ratanya

kemudian digerus.

c) Diambil 88,610 mg sanmol kemudian dimasukkan ke dalam

lumpang dan ditambahkan dengan Na CMC.

d) Dimasukkan ke dalam vial 5 ml.

3. Perlakuan Hewan Coba

i. Antipiretik

a. Diukur suhu rektal kelinci.

b. Kelinci diberikan pepton (penginduksi demam) per oral

sebagai penginduksi demam.

c. Diukur suhu kelinci.

d. Kelinci diberikan Sanmol per oral kemudian di amati suhunya

melalui rektal.

e. Di ukur suhu kelinci selama 15, 30, 45 dan 60 menit.

ii. Anti inflamasi

a. Diukur volume kaki mencit normal

b. Diinduksi menggunakan karagen 1% (sehari sebelum

praktikum)

c. Diukur volume kaki inflamasi

d. Diberikan obat Dexamhetasone dan Natrium diklofenat

secara per oral

e. Didiamkan selama 30 menit

f. Diukur lagi volume kaki inflamasi dalam waktu 15, 30, 45,

dan 60 menit.

iii. Analgetik

a. Disiapkan hewan coba mencit

b. Diletakkan di atas plat panas (setrika) selama 2 menit

c. Dihitung jumlah pengangkatan kaki mencit

d. Diberikan obat Sanmol dan Tromadol secara per oral

e. Didiamkan selama 30 menit

f. Diletakkan lagi di atas plat panas

g. Dihitung jumlah pengangkatan kaki selama 5, 10, dan 15

detik.

BAB IV

DATA PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan

1. Inflamasi

Obat Bb.Mencit Vpd kaki

normal

d kaki

bengk

ak

d kaki inflamasi

15’ 30’ 45’ 0

Dexamhetasone 24 gr 0,8 0,5 cm 0,6 cm1,2

cm

0,9

cm

0,7

cm

0,51

cm

Na. Diklofenat 22 gr 0,7 0,4 cm 0,6 cm0,45

cm

0,43

cm

0,43

cm

0,4

cm

2. Antipiretik

Oba

t

Bb.

Kelin

ci

V

p

Suhu Rektal Suhu Rektal

Bef

ore

Indu

cet

Afte

r

indu

cet

15 30 45 60

San

mol

16 kg 1

2

,

8

37,5 38,1 38

,1

37

,9

38 37

,9

m

l

3. Analgetik

BAB V

PEMBAHASAN

Sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel

penyokong (neuroglia dan sel schwan). Kedua jenis sel tersebut

demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lain

sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit. Neuron

adalah sel-sel sistem saraf khusus rangsang berfungsi sebagai

satu unit.

Tujuan dilakukan praktikum ini adalah untuk mengetahui

beberapa efek yang ditimbulkan pada pemberian obat beberapa

golongan melalui pengujian hewan coba yaitu mencit (Mus

musculus) dan kelinci (Oryctolagus cuniculus) pada pemberian

obat antiinflamasi, antipiretik dan antianalgetik. Dimana obat

yang digunakan pada pengujian inflamasi adalah dexametashon

dan Na. diklofenat, pada pengujian analgetik adalah sanmo dan

tramadol, dan pada pengujian antipiretik adalah sanmol.

Sebelum melakukan percobaan pada hewan coba terlebih

dahulu harus dipuasakan dengan alasan dapat memudahkan

pengamatan dimana bila dilakukan perlakuan dengan pemberian

obat terabsorbsinya obat itu cepat yang diperlihatkan oleh

hewan coba tersebut, selain itu jika isi perutnya banyak maka

dapat menambah berat badan sehingga terjadi kelebihan dosis

dalam perhitungan per kg berat badan.

Pada pengujian Antiinflamasi disiapkan alat dan bahan

yang akan digunakan, dilakukan pembagian mencit sebanyak 2

ekor yaitu : Ukur masing-masing kaki awal mencit (sebelum

diinduksi), Induksi karagen 1% untuk setiap mencit (pra

perlakuan / 1 hari sebelum praktikum), Ukur diameter kaki

radang, diberikan obat Dexametason, dan Na. diklofenat

kemudian catat efek yang terjadi apakah kaki yang bengkak

pada mencit turun pada menit ke berapa setelah pemberian obat

pada menit 0’ 15’, 30’, 45’, dan 60.

Pada pengujian antipiretik kelinci diukur suhu rektalnya,

diperoleh data suhu kelinci pertama 37,50C kemudian di suntikkan pepton

secara oral dan dibiarkan selama 30 menit. Penyuntikkan dangan pepton

bertujuan untuk menginduksi panas sehingga kelinci menjadi demam.

Selanjutnya, disuntikkan dengan Sanmol. Pemberian pepton pada kelinci

dapat menyebabkan naiknya suhu kelinci yaitu 38,10C. Hal ini karena

obat tersebut berfungsi sebagai antipiretik). Tetapi pada saat praktikum

suhunya meningkat. Mungkin karena pengaruh dari pepton yang

diberikan ke kelinci.

Pada percobaan ini diperoleh data kenaikan suhu setelah

pemberian pepton yaitu kelinci dengan pemberian Sanmol maka suhunya

menjadi 38,10C pada 15 menit pertama, 37,90C pada 30 menit kedua,

380C pada menit ke 45, dan 37,9 pada menit ke 60.

Dari hasil pengamatan analgetik, di ketahui bahwa mencit pertama

di beri obat Sanmol, dimana mencit tersebut mengangkat kaki awal

sebanyak 18 kali, mengangkat kaki sebanyak 2 kali pada 5 detik pertama,

5 kali pada 10 detik kedua dan mengangkat kaki sebanyak 7 kali pada 15

detik ketiga. Sedangkan mencit kedua yang di beri obat tramadol,

sebelum di beri obat mencit tersebut mengangkat kaki sebanyak 17 x,

setelah di beri obat tramadol, mencit tersebut lompatan 1 x pada detik ke

5, 4 kali pada menit ke 10 dan 9 kali pada menit ke 15. Ini menunjukkan

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari percobaan yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan bahwa:

Pada pemberian obat anti inflamasi dimana memberikan efek

penurunan volume bengkak pada kaki mencit paling baik adalah

Dexamhetasone karena lebih cepat menurunkan volume bengkak

pada kaki mencit.

Pada pemberian obat antipiretik dimana memberikan efek

penurunan suhu pada pemberian Sanmol. Pada pengujian ini tidak

adanya perbandingan obat dikarenakan hanya satu obat saja yang

digunakan pada pengujian tersebut

Pada pemberian obat analgetik dimana memberikan efek paling

baik adalah Sanmol, karena pengangkatan kakinya berkurang setelah

diinduksikan obat secara oral yaitu dari 18 kali lompatan menjadi 14

kali lompatan.

B. Saran

Agar kiranya kerjasama lebih ditingkatkan lagi, agar praktikum

dapat berjalan dengan baik dan lancar.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi II, Universitas Muslim Indonesia, Makassar

Ditjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Ganiswarna, G. Sulistia, dkk, (1995), Farmakologi dan Terapi, UI-Press, Jakarta

Gunawan,Gan Sulistia, 2007, Farmakologi dan Terapi Edisi 5, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta.

Guyton. 1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Mycek, J Mary, dkk, 2001, Farmakologi Ulasan Bargambar, Widya Medika, Jakarta.

Neal,M.J,2002, At a Glance Farmakologi Medis.Erlangga Medical Series : Jakarta

Rahardja,Kirana,2002, Obat-Obat Penting, Elex Media Komputindo, jakarta

Sloane Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta

Tan, Hoan, (2002), Obat-Obat Penting, Gramedia, Jakarta

LAMPIRAN

1. Skema Kerja

a. Percobaan SSO

MENCIT

Na.CMC API Epinefrin Atropin Pilokarpin Propanolol Epinefrin+propanolol (Kontrol) (i.p) (i.p) (p.o) (p.o) (i.p)+(p.o) pilokarpin+propanolol

(i.p)+(p.o)

Pengamatan 0, 15, 30, 45, 60

Efek Farmakologi

b. Percobaan Hipnotik Sedatif

MENCIT

Diazepam Fenobarbital Na.CMC (Kontrol)

Onset dan Durasi

c. Percobaan Anastesi

MENCIT

Kloroform Alkohol

Onset dan durasi

d. Percobaan Analgetik

MENCIT

Letakkan pada plat panas

Hitung jumlah pengangkatan kaki awal

Na.CMC PCT Tramadol Piroxicam As.Mefenamat

Letakkan pada plat panas

Hitung jumlah pengangkatan kaki 15, 30, 45, 60

e. Percobaan Antipiretik

KELINCI

Ukur suhu rectal

Induksi dengan pepton

Ukur suhu rektal

Sanmol® Parasetamol

Ukur suhu rectal pada menit 0,15, 30, 60

f. Percobaan Antiinflamasi

MENCIT

Diukur diameter kaki awal

Induksi karagen 1%

Ukur diameter kaki radang

Beri obat

Na.CMC Piroxicam Eflagen® As.Mefenamat Aspilet® Dexametason

(K.Diklofenak) (Asetosal)

Ukur diameter kaki mencit pada menit 0, 15, 30, 45, 60

2. Perhitungan Dosis Semua Obat

a. PROPANOLOL

Dosis : 30 mg

Berat Etiket : 40 mg

Berat Rata-rata : 202,26 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 30 mg X 0,0026

= 0,078 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,078 mg 20

= 0,117 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,117 mg = 1,17 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 1,17 X 202,26 mg 40

= 5,916 mg

b. DIAZEPAM

Dosis : 10 mg

Berat etiket : 5 mg

Berat Rata-rata : 198,06 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 10 mg X 0,0026

= 0,026 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,026 mg20

= 0,039

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml30

= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,039 mg = 0,39 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 0,39 X 198,06 mg 5

= 15,488 mg

c. Fenobarbital

Dosis : 200 mg

Berat Etiket : 30 mg

Berat Rata-rata : 126,56 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 200 mg X 0,0026

= 0,52 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,52 mg20

= 0,78 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml30

= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,78 mg = 7,8 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 7,8 X 126,56 mg 30

= 32,905 mg

d. AMITRIPILIN

Dosis : 50 mg

Berat Etiiket : 25 mg

Berat Rata-rata : 205,58 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 50 mg X 0,0026

= 0,13 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,13 mg20

= 0,195 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml30

= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,195 mg = 1,95 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etike

= 1,95 X 205,58 25

= 16,035 mg

e. PIROKSICAM

Dosis : 20 mg

Berat Etiiket : 20 mg

Berat Rata-rata : 621,68 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 20 mg X 0,0026

= 0,052 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,052 mg20

= 0,078 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml30

= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,078 mg = 0,78 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 0,78 X 621,68 mg 20

= 24,24 mg

f. EFLAGEN ® (KALIUM DIKLOFENAK)

Dosis : 50 mg

Berat Etiket : 50 mg

Berat Rata-rata : 297,7 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 50 mg X 0,0026

= 0,13 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,13 mg 20

= 0,195 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,195 mg = 1,95 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 1,95 X 297,7 mg 50= 11,6103 mg

g. DEXAMETASON

Dosis : 0,5 mg

Berat Etiket : 0,5 mg

Berat Rata-rata : 179,6 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 0,5 mg X 0,0026

= 0,0013 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,0013 mg 20

= 0,00195 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,00195 mg = 0,0195 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 0,0195 X 179,6 mg 0,5= 7,004 mg

h. ASPILET® (ASETOSAL)

Dosis : 500 mg

Berat Etiket : 80 mg

Berat Rata-rata : 226,6 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 500 mg X 0,0026

= 1,3 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1,3 mg 20

= 1,95 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 1,95 mg = 19,5 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 19,5 X 226,5 mg 80= 55,209 mg

i. ASAM MEFENAMAT

Dosis : 500 mg

Berat Etiket : 500 mg

Berat Rata-rata : 652,92 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 500 mg X 0,0026

= 1,3 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1,3 mg 20

= 1,95 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 1,95 mg = 19,5 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 19,5 X 652,92 mg 500= 25,46388 mg

j. PARASETAMOL

Dosis : 500 mg

Berat Etiket : 500 mg

Berat Rata-rata : 602,8 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 500 mg X 0,0026

= 1,3 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1,3 mg 20

= 1,95 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 1,95 mg = 19,5 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 19,5 X 602,8 mg 500= 23,5092 mg

k. KLOPROMAZIN

Dosis : 25 mg

Berat Etiket : 100 mg

Berat Rata-rata : 413,3 mg

Dosis Mencit

Untuk mencit 20 gr = 25 mg X 0,0026

= 0,065 mg

Untuk mencit 30 gr = 30 X 0,065 mg 20

= 0,0975 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 20 gr = 20 X 1 ml 30= 0,666 ml

Untuk mencit 30 gr = 30 X 1 ml 30

= 1 ml

Larutan Stok 10 ml = 10 X 0,975 mg = 9,75 mg/10 ml 1

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 0,975 X 413,3 mg 100= 4,03 mg

l. SANMOL®

Dosis : 500 mg

Berat Etiket : 500 mg

Berat Rata-rata : 675,73 mg

Dosis Kelinci

Untuk kelinci 1,5 kg = 500 mg X 0,07

= 35 mg

Untuk kelinci 2,5 kg = 2,5 X 35 mg 1,5

= 58,33 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 1,5 kg= 1,5 X 50 ml 2,5

= 30 ml

Untuk mencit 2,5 kg= 2,5 X 50 ml 2,5

= 50 ml

Larutan Stok 50 ml = 50 X 58,33 mg= 145,8 mg/10 ml 20

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 145,8 X 675,73mg 500= 197,042 mg

m. PARASETAMOL

Dosis : 500 mg

Berat Etiket : 500 mg

Berat Rata-rata : 602,8 mg

Dosis Kelinci

Untuk kelinci 1,5 kg = 500 mg X 0,07

= 35 mg

Untuk kelinci 2,5 kg = 2,5 X 35 mg 1,5

= 58,33 mg

Volume Pemberian

Untuk mencit 1,5 kg= 1,5 X 50 ml 2,5

= 30 ml

Untuk mencit 2,5 kg= 2,5 X 50 ml 2,5

= 50 ml

Larutan Stok 50 ml = 50 X 58,33 mg= 145,8 mg/10 ml 20

Berat yang Ditimbang= Berat dari larutan stok X Berat Rata-rataBerat Etiket

= 145,8 X 602,8mg 500= 175,776 mg