Laporan Farmasetika 2A

24
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASETIKA II A “ KEMPA LANGSUNG ” Disusun Oleh : Devianti (10060308082) Sri Eli Lestari (10060308083) Ina Amalia (10060308084) Iin Indrayani (10060308085) Shift/Kelompok : 1/D Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, Oktober 2011 Asisten : Methalini, S.Farm LABORATORIUM FARMASETIKA E

Transcript of Laporan Farmasetika 2A

Page 1: Laporan Farmasetika 2A

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASETIKA II A

“ KEMPA LANGSUNG ”

Disusun Oleh :

Devianti (10060308082)

Sri Eli Lestari (10060308083)

Ina Amalia (10060308084)

Iin Indrayani (10060308085)

Shift/Kelompok : 1/D

Hari/Tanggal Praktikum : Selasa, Oktober 2011

Asisten : Methalini, S.Farm

LABORATORIUM FARMASETIKA E

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2011

Page 2: Laporan Farmasetika 2A

KEMPA LANGSUNG

I. Nama Sediaan

Tablet Vitamin C

II. Kekuatan Sediaan

Kekuatan sediaan : 50 mg / 200 mg

III. Preformulasi Zat Aktif

Vitamin C (Asam askorbat)

1. Pemerian

- Warna : putih atau agak kuning

- Rasa : asam

- Bau : tidak berbau

- Bentuk : serbuk hablur

2. Kelarutan

Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut

dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam benzen P.

3. Titik lebur : 190° C

4. pH larutan : 2,1 – 2,6

5. Bobot jenis : 1,688 g/cm3

6. Stabilitas

Dalam bentuk bubuk asam askorbat relatif stabil di udara. Asam askorbat tidak stabil

dalam larutan, terutama dalam larutan alkali, mudah mengalami oksidasi apabila

terkena udara. Proses oksidasi dapat dipercepat dengan adanya cahaya dan panas,

dapat dikatalisis oleh tembaga dan besi. Asam askorbat memiliki stabilitas maksimum

pada pH 5,4. Asam askorbat harus disimpan dalam wadah tertutup, dan terlindungi

cahaya.

7. Inkompatibilitas

Tidak kompatibel dengan alkali, ion logam berat (khususnya tembaga dan besi),

methenamine, fenilefrin hidroklorida, salisilamid, natrium nitrit, natrium salisilat,

salisilat theobromine, dan picotamide.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi IV hal 43 dan HOPE edisi V hal 48-50.

Page 3: Laporan Farmasetika 2A

IV. Preformulasi Eksipien

Primogel (Carboxymethyl starch/Sodium starch glycolate)

1. Pemerian

- Warna : putih

- Rasa : tidak berasa

- Bau : tidak berbau

- Bentuk : serbuk

2. Kelarutan

Mudah larut dalam etanol (95%) dan praktis tidak larut dalam air..

3. Titik lebur : tidak ada titik leburnya, tetapi dapat hangus pada 200° C

4. pH : 3,0 – 5,0

5. Massa jenis : 1,443 g/cm3

6. Stabilitas

Primojel stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik untuk melindungi dari

kelembaban dan temperatur yang dapat menyebabkan caking.

7. Inkompatibilitas

Primojel inkompatibel dengan asam askorbat.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi III hal 510, HOPE edisi IV hal 508-512, dan HOPE

edisi V hal 701-703.

Amprotab (Starch/Amilum manihot)

1. Pemerian

- Warna : putih

- Rasa : -

- Bau : -

- Bentuk : serbuk sangat halus

2. Kelarutan

Ppraktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol.

3. Titik lebur : -

4. pH : -

5. Massa jenis : -

6. Stabilitas

Page 4: Laporan Farmasetika 2A

Amprotab kering tanpa pemanasan. Stabil jika terlindungi dari kelembaban, ketika

digunakan sebagai eluent atau penghancur dalam formula dosis padat starch

dipertimbangkan inert pada kondisi penimpanan normal..

7. Wadah dan Penyimpanan

Starch harus disimpan pada wadah kedap udara dalam tempat yang sejuk dan kering.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi III hal 510, HOPE edisi IV hal 508-512, dan

HOPE edisi V hal 701-703.

Avicel PH 102 (Microcrystalline cellulose)

1. Pemerian

- Warna : putih

- Rasa : tidak berasa

- Bau : tidak berbau

- Bentuk : serbuk

2. Kelarutan

Mudah larut dalam 5% b/v larutan natrium hidroksida; praktis tidak larut dalam air,

larutan asam, dan beberapa pelarut organik.

3. Massa molekular : 36000 g/mol

4. Massa jenis : 1,512-1,668 g/cm3

5. Titik lebur : 260 – 270° C

6. Stabilitas

Selulosa mikrokristalin stabil meskipun bersifat higroskopik material.

7. Inkompatibilitas.

Selulosa mikrokristalin tidak kompatibel dengan pelarut oksidator kuat..

Sumber : Farmakope Indonesia edisi IV hal 488-489, HOPE edisi IV hal 322-327, dan

HOPE edisi V hal 132-134.

Magnesium Stearate

1. Pemerian

- Warna : putih

- Rasa : berasa khas

- Bau : lemah khas

- Bentuk : serbuk halus

2. Kelarutan

Page 5: Laporan Farmasetika 2A

Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.

3. Massa molekular : 591,34 g/mol

4. Titik lebur : 117-150° C

5. Massa jenis : 1,092 g/cm3

6. Stabilitas

Mg-stearate stabil pada penyimpanan di tempat kering.

7. Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan asam kuat, alkali, dan garam-garam besi. Mg-stearate tidak bisa

digunakan untuk produk-produk seperti aspirin, vitamin, dan garam alkaloida.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi III hal 515-516, HOPE edisi IV hal 354-355, dan

HOPE edisi V hal 430-432.

Laktosa

1. Pemerian

- Warna : putih atau putih krem

- Rasa : sedikit manis

- Bau : tidak berbau

- Bentuk : serbuk/massa hablur keras

2. Kelarutan

Mudah (dan pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih,

sangat sukar larut dalam etanol, tidak berwarna dan tidak berbau.

3. Titik lebur : -

4. pH : -

5. Massa jenis : -

6. Stabilitas

Laktosa stabil dalam wadah tertutup baik.

7. Inkompatibilitas

Laktosa dengan senyawa gugus amina primer, terjadi reaksi kondensasi.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi IV hal 448 dan HOPE edisi V hal 323.

Talcum/Talk

1. Pemerian

- Warna : putih atau putih kelabu

- Rasa : berasa khas

Page 6: Laporan Farmasetika 2A

- Bau : tidak berbau

- Bentuk : serbuk hablur sangat halus

2. Kelarutan

Hampir tidak larut dalam semua pelarut terutama dalam alkali dan asam.

3. pH : 7,0-10,0

4. Stabilitas

Talk merupakan bahan yang stabil dan dapat disterilisasi dengan pemanasan pada

160° C selama ± 1 jam. Talk harus disimpan dalam wadah tertutup baik dan tempat

kering.

5. Inkompatibilitas

Inkompatibel dengan ammonium.

Sumber : Farmakope Indonesia edisi III hal 591-592, Farmakope Indonesia edisi IV hal

771-772, HOPE edisi IV hal 641-642, dan HOPE edisi V hal 767-768.

8. Analisis Formula

Vitamin C (Asam askorbat)

Memiliki sifat mudah mengalir yang memungkinkan untuk langsung dikempa dalam

mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah dan granulasi kering.

Primogel

Sebagai bahan pengisi berfungsi untuk menyesuaikan bobot dan ukuran tablet,

memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa dengan baik, serta mengatasi masalah

kelembaban yang mempengaruhi kestabilan zat aktif.

Avicel PH 102

Digunakan sebagai bahan pengisi berfungsi untuk mengeluarkan udara dari pengisi pada

serbuk agar menjadi lebih rapat. Konsentrasi yang digunakan yaitu 20-90%.

Mg-stearate

Sebagai pelincir (lubrican) untuk mengurangi gesekan antara granul dengan dinding

cetakan selama pengempaan dan pengeluaran tablet. Lubrikan juga berfungsi sebagai

antiadherent dan glidan. Pemakaian lubrikan dan waktu pencampurannya yang tidak

Page 7: Laporan Farmasetika 2A

tepat dapat menurunkan efektivitas disintegran. Lubrikan hidrofobik seperti magnesium

stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet sehingga

mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda disintegrasi tablet, dan

biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya (Ansel, 1989).

Karena itu pemakaian lubrikan harus dalam jumlah yang tepat dan waktu

pencampurannya dengan seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam waktu yang tepat

agar tidak berpengaruh terhadap waktu hancur dan disolusi zat aktifnya. Biasanya

konsentrasi yang digunakan yaitu 0,25-5%.

Talcum/talk

Sebagai anti lengket (antiadherent) untuk mencegah menempelnya masa tablet pada

punch dan untuk mengurangi penempelan pada dinding cetakan. Biasanya konsentrasi

yang digunakan yaitu 1-10%.

9. Perhitungan dan Penimbangan

a. Perhitungan Bahan

Formula B

(pengisi Lactose spray dried)

Untuk 300 tablet

Vitamin C 50 mg

Amprotab 30 mg

Lactose spray dried 211 mg

Mg-stearate 3 mg

Talk 6 mg

50 mg x 300 = 15000 mg = 15 g

30 mg x 300 = 9000 mg = 9 g

211 mg x 300 = 63300 = 63,3 g

3 mg x 300 = 900 mg = 0,9 g

6 mg x 300 = 1800 mg = 1,8 g

b. Penimbangan Bahan

1. Vitamin C = 15 g

2. Amprotab = 9 g

3. Lactose spray dried = 63,3 g

4. Mg stearate = 0,9 g

5. Talk = 1,8 g

10. Prosedur Pembuatan

Ditimbang semua bahan sesuai dengan kebutuhan.

Page 8: Laporan Farmasetika 2A

Dicampurkan bahan-bahan sesuai dengan aturan pencampuran (kecuali Mg-stearate dan

Talk).

Dicampurkan selama 15 menit hingga homogen, kemudian Mg-stearate dan Talk

dicampur selama 2 menit.

Dilakukan evaluasi terhadap massa kempa, seperti evaluasi pada granul.

Massa kempa ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm sesuai dengan

bobot tablet yang telah ditentukan.

Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh.

11. Hasil Evaluasi Sediaan

A. Hasil Evaluasi Granul

1. Kecepatan Alir

Metode yang digunakan dalam penetapan kecepatan alir granul yaitu metode corong.

Hasil yang didapat yaitu:

Waktu yang dibutuhkan semua formula untuk mengalirkan 100 g granul > 10

detik.

Dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran massa kempa kurang baik karena

waktu yang diperlukan > 10 detik (untuk 1000 g granul).

2. Bobot Jenis/Kerapatan

a. BJ nyata

W = 89,56 g dan V = 112 ml

P = W/V

= (89,56 g / 112 ml)

= 0,76 g/ml

b. BJ mampat

W = 89,56 g, V10 = 96 ml, dan V500 = ml

P10 = (89,56 g / 96 ml)

= 0,93 g/ml

P500 = (89,56 g / 92 ml)

= 0,97 g/ml

Page 9: Laporan Farmasetika 2A

c. Bj Sejati

BJ Sejati=(b−a ) x BJ Cairan Pendispersi

(b+d )−(a+c )

Ket : a = bobot piknometer kosong

b = bobot piknometer + 1 g granul

c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin

cair)

d = bobot piknometer + cairan pendispersi

BJ cairan pendispersi = 0,88 g/ml

Hasil praktikum :

Formula B : BJ=(12,378−11,373 ) x 0,88

(12,378+19,649 )−(11,373+20,247) = 2,172 g/ ml

d. Kadar Pemampatan

V0 = 120 ml dan V500 = 96 ml

Kp = { (V0 – V500) / V0 } x 100%

= {( 112 ml - 92 ml ) / 112 ml } x 100%

= 17,86 %

Massa kempa memenuhi syarat karena Kp yang didapat < 20%.

e. Perbandingan Haussner

Angka Haussner = BJsetelah pemampatan / BJsebelum pemampatan

= 0,93 / 0,799

= 1,16 ≈ 1 (pada 10 ketukan).

Angka Haussner = BJsetelah pemampatan / BJsebelum pemampatan

= 0,97 / 0,799

= 1,21 ≈ 1 (pada 500 ketukan).

Massa kempa memenuhi syarat karena sama dengan 1.

f. Persen Kompresibilitas (% K)

% K = {(BJmampat – BJnyata) / BJmampat } x 100%

Page 10: Laporan Farmasetika 2A

= {(0\0,93 – 0,799) / 0,93 } x 100%

= 14,08 % (pada 10 ketukan)

% K = {(BJmampat – BJnyata) / BJmampat } x 100%

= {(0 – 0) / 0 } x 100%

= % (pada 500 ketukan)

Massa kempa pada 10 ketukan memenuhi syarat persen kompresibilitas memiliki

aliran yang sangat baik, sedangkan pada saat 500 ketukan memenuhi syarat

persen kompresibilitas yang menunjukkan bahwa aliran baik.

B. Hasil Evaluasi Tablet

1. Visual / Organoleptik

a. Rupa

Bentuk tablet bagian permukaan tidak rata.

b. Bau

Tablet vitamin C tidak berbau.

c. Rasa

Tablet vitamin C berasa asam dan pahit.

2. Sifat fisika-kimia

a. Keseragaman ukuran

Tablet Tebal (mm) Diameter (mm)

1 0,42 0,81

2 0,42 0,81

3 0, 42 0,81

4 0, 51 0,81

5 0, 54 0,81

6 0, 55 0,81

7 0, 54 0,81

8 0, 55 0,81

9 0, 54 0,81

10 0, 41 0,81

11 0, 41 0,81

12 0, 41 0,81

Page 11: Laporan Farmasetika 2A

13 0, 41 0,81

14 0, 51 0,81

15 0, 57 0,81

16 0, 51 0,81

17 0, 56 0,81

18 0, 54 0,81

19 0, 51 0,81

20 0, 56 0,81

Rata-rata diameter = 0,81

Rata-rata tebal = 0,289

Diameter = 0,81 3 x 0,096

Tebal = 0, 1 ⅓ x 0,216

Range untuk diameter tablet - . Jadi, diameter tablet tidak memenuhi syarat

yang ditetapkan.

b. Friabilitas (kekerasan/kerapuhan)

a = g dan b = g

f = {(a – b) / a} x 100%

= {( – ) / } x 100%

= %

Jadi tablet memiliki friabilitas yang kurang baik karena > 1%.

c. Keragaman bobot

Tablet Bobot tablet (mg) Tablet Bobot tablet (mg)

1 11

2 12

3 13

4 14

5 15

6 16

7 17

8 18

Page 12: Laporan Farmasetika 2A

9 19

10 20

Bobot rata-rata = ( mg / 20)

= mg

12. Pembahasan

Kempa langsung adalah pembuatan tablet tanpa adanya proses granulasi yang

memerlukan eksipien yang cocok sehingga dapat mudah untuk dikempa secara langsung.

Kempa langsung dapat menghindari banyak masalah yang timbul pada granulasi basah

maupun kering. Walaupun demikian perubahan sifat fisik bahan pengisi dapat merubah sifat

alir sehingga tidak sesuai untuk dikempa secara langsung. Metode ini digunakan untuk zat

aktif yang mempunyai sifat aliran dan kompresibilitas baik. Selain itu, kempa langsung

dapat dilakukan untuk zat aktif yang tidak mungkin dilakukan dengan metode granulasi

basah (tidak tahan lembab dan panas) dan granulasi kering (yang melibatkan kompresi

tinggi) (Ansel, 1989). Keuntungan pembuatan tablet dengan metode kempa langsung

adalah:

1. Efisiensi ruangan, proses, tenaga, tahap manufaktur, mesin, proses validasi, dan

konsumsi energi.

2. Menjamin stabilita yang kurang baik untuk zat aktif yang yidak tahan panas dan lembab,

karena tidak melibatkan pelarut dan pemanasan.

3. Tablet dapat langsung hancur menjadi partikel-partikel kecil karena tidak adanya proses

granulasi jika dimasukkan ke dalam media disolusi, sehingga dapat diharapkan

memberikan hasil yang lebih tinggi.

Kerugian pembuatan tablet dengan metode kempa langsung adalah  :

1. Harga eksipien yang dibutuhkan cukup mahal karena dibutuhkan eksipien yang memiliki

aliran, kompresibilitas, serta ikatan antar partikel yang baik.

2. Eksipien dan zat aktif harus memiliki ukuran partikel yang mirip agar tablet dihasilkan

mempunyai keseragaman kandungan yang baik.

3. Kemungkinan terjadi kesulitan dalam mendistribusi zat aktif berdosis kecil serta sulit

dilakukan untuk zat aktif yang berdosis tinggi dengan kompressibilitas buruk.

Page 13: Laporan Farmasetika 2A

Pada proses kempa langsung ini zat aktif dan zat tambahan di campur hingga

homogen, kemudian setelah homogen semua campuran dilakukan uji evaluasi terhadap

massa kempa. Tujuannya adalah agar mengetahui apakah massa kempa tersebut telah sesuai

dengan ketetapan yang berlaku, penjelasannya sbb:

Uji Kecepatan Alir

Massa cetak diletakkan dalam corong alat uji kecepatan alir yang bagian bawahnya

ditutup. Massa cetak yang keluar dari alat tersebut dihitung kecepatan alirannya dengan

menghitung waktu yang diperlukan oleh sejumlah serbuk untuk turun melalui corong alat

penguji dengan menggunakan stopwatch dari mulai dibukanya tutup bagian bawah

hingga semua massa kempa mengalir keluar dari alat uji. Kecepatan alir yang dibutuhkan

oleh massa kempa yaitu g/detik. Dapat disimpulkan bahwa kecepatan aliran massa

kempa kurang baik karena waktu yang diperlukan > 10 detik (untuk 100 gr granul). Hal

ini mungkin disebabkan karena massa yang dihasilkan yang dihasilkan kurang baik.

BJ Nyata

Massa cetak ditimbang (89,56 g), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur seratus

milliliter. Volume awal granul dicatat. Kerapatan nyata adalah berat serbuk dibagi

dengan volume awal massa kempa. Bj nyata yang diperoleh yaitu 0,76 g/ml.

BJ mampat

Massa cetak ditimbang (89,56 g), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur seratus

mililiter. Setelah dilakukan penentuan kerapatan nyata di atas kemudian ketuk-ketukan

gelas ukur tersebut dengan menggunakan alat uji kompresibilitas hingga volume massa

kempa konstan. Kerapatan mampat yang diperoleh yaitu 0,93 g/ml ( P10 ) dan 0,97 g/ml

( P500 ).

Kadar Pemampatan

Kadar pemampatan massa kempa yang didapat yaitu 17,86 %, dapat disimpulkan bahwa

massa kempa ini memenuhi syarat karena Kp yang didapat sama < 20%.

Perbandingan Haussner

Perbandingan haussner granul yang didapat 1,16 ≈ 1 (pada 10 ketukan) dan 1,21 ≈ 1

(pada 500 ketukan).maka dapat disimpulkan bahwa massa kempa ini memenuhi syarat

karena sama dengan 1.

Kompresibilitas

Penentuan kompresibilitas digunakan untuk menghasilkan tablet yang baik.

Kompresibilitas sangat bergantung pada kerapatan nyata maupun kerapatan mampat dari

granul. Kompresibilitas massa kempa yang dihasilkan yaitu 14,08 % (pada 10 ketukan)

Page 14: Laporan Farmasetika 2A

dan ….. % (pada 500 ketukan). Dapat disimpulkan, bahwa massa kempa pada 10

ketukan memenuhi syarat persen kompresibilitas memiliki aliran yang sangat baik,

sedangkan pada saat 500 ketukan juga memenuhi syarat karena memiliki aliran yang

baik yaitu %.

Setelah dilakukan evaluasi terhadap massa kempa, maka dibuat tablet dengan cara

pengempaaan. Penjelasan hasil evaluasi tablet sebagai berikut:

Visual/Organoleptik

Tujuan dari evalusi ini adalah untuk melihat tablet bebas dari kerusakkan, dari

kontaminasi bahan baku atau dari pengotoran saat proses pembuatan. Dari evaluasi tablet

didapatkan bahwa tablet Vitamin C ini berbentuk bundar namun permukaan tidak rata,

tidak berbau, dan berasa asam dan pahit.

Keseragaman ukuran

Pada evaluasi keseragaman ukuran ini bertujuan untuk menentukkan tebal dan diameter

tablet masing-masing dalam satu formulasi tablet tersebut sama. Ketebalan tablet yang

diinginkan harus diperhitungkan terhadap volume dari bahan yang diisikan ke dalam

cetakan, garis tengah cetakan dan besarnya tekanan yang dipakai punch untuk menekan

bahan isian. Oleh karena itu, untuk mendapatkan tablet yang seragam tebalnya harus

dilakukan pengawasan supaya volume bahan yang diisikan dan tekanan yang diberikan

tetap sama. Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian 20 sample tablet ini menunjukkan

hasil nilai rata-rata diameter dan tebal tablet memiliki nilai sama, tetapi menurut FI III

diameter tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1⅓ tebal tablet. Seharusnya range untuk

diameter tablet mm, jadi diameter tablet tidak memenuhi syarat yang ditetapkan.

Friabilitas (kerapuhan)

Pada uji evaluasi tablet Vitamin C ini dilakukan pengujian friablilitas tablet pengujian ini

bertujuan untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang

dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman. Friabilitas diukur dengan friabilator,

prinsipnya adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar

dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran friabilitas, alat diputar

dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan adalah 4 menit. Jadi

ada 100 putaran. Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika

dalam proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet

tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran meragukan (bobot

yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang sebanyak dua kali. Selanjutnya

Page 15: Laporan Farmasetika 2A

tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah dilakukan (Ansel, 1989). Dari hasil

pengamatan diatas memperoleh nilai f= %, sedangkan pada syarat tablet yang baik

memiliki friabilitas < 1%. Dilihat dari hasil friabilitasnya menunjukkan bahwa tablet

tidak memenuhi syarat dan bukan merupakan tablet yang baik. Hal ini mungkin

disebabkan oleh ketidaktahanan tablet terhadap gesekkan karena tablet tersebut terlalu

rapuh atau mudah rapuh pada saat pemutaran alat.

Keragaman bobot

Pada evaluasi keragaman bobot ini bertujuan untuk menentukkan berat tablet masing-

masing dalam satu formulasi tablet tersebut sama. Prinsip kerjanya: jumlah bahan yang

diisikan dalam cetakan akan dimasukan kemudian ditekan untuk menentukan berat tablet

yang dihasilkan. Volume bahan yang diisikan (massa kempa) yang mungkin masuk

dalam cetakan harus disesuaikan dengan beberapa tablet yang diharapkan.Sebenarnya

ukuran tablet yang diproduksi tidak hanya tergantung volume dan berat bahan yang

diisikan, tetapi tergantung pada garis tengah (diameter) cetakan dan tekanan pada bahan

yang diisikan waktu ditekan(Voigt R, 1995). Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian

20 sample tablet ini menunjukkan hasil nilai rata-rata tablet yaitu mg tidak termasuk ke

dalam nilai penyimpangan yang sesuai yaitu penyimpangan A (10%) dan nilai

penyimpangan yang sesuai dengan B (20%). Hal ini mungkin disebabkan karena

kesalahan pada saat proses penimbangan, kecepatan aliran massa kempa yang kurang

baik, distribusi ukuran massa kempa yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin

saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena

adanya distribusi baru pada saat pencetakan (Andayana, 2010). Maka penyelesaiannya

yaitu:

Perbaiki atau ulangi proses pembuatan massa kempa, perbaikan ukuran massa kempa,

pengikat, dan perbaikan pencampuran massa cetak.

Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.

Seharusnya dalam formulasi pembuatan Vitamin C tidak ditambahkan bahan pengisi

Avicel, karena dapat mempercepat oksidasi Vitamin C. Yang baik gunakan Avicel adalah

selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga

granulasi basah tetapi sebagai pengisi.

Tablet yang sudah dicetak harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk

dan terlindung dari cahaya. Tablet khusus yang cenderung hancur bila kena lembab dapat

disertai pengering dalam kemasannya. Tablet yang dirusak oleh cahaya disimpan dalam

Page 16: Laporan Farmasetika 2A

wadah yang dapat menahan masuknya tablet yang disimpan secara tepat dapat stabil dalam

beberapa tahun, dengan sedikit pengecualian. Wadah yang digunakan harus diberi etiket dan

tertulis:

a. Nama tablet atau nama zat berkhasiat

b. Jumlah zat-zat yang berkhasiat dalam setiap tabl

13. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

Granulasi kering adalah metode yang dilakukan dengan cara mengempa langsung zat

aktif dan eksipien tanpa penanganan granulasi basah atau kering.

Digunakan untuk zat aktif yang mempunyai kompresibilitas dan aliran yang baik,dan zat

aktif dosis tinggi.

Dalam formulasi yang dibuat seharusnya jangan dikombinasikan dengan avicel, karena

dapat mempercepat oksidasi vitamin C.

Dari hasil evaluasi massa kempa dan tablet disimpulkan bahwa tablet yang didapat tidak

memenuhi syarat yang ditetapkan.

14. Daftar Pustaka

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerbit

Universitas Indonesia. Jakarta: 259; 298-299.

Anonim I. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: 47; 591-

592.

Anonim II. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: 39;

515-516; 771-772.

Page 17: Laporan Farmasetika 2A

Anonim III. Handbook of Pharmaceutical Excipients Fourth Edition. The Pharmaceutical

Press. London: 108-109; 354-355; 581-583; dan 641-642.

Lund, Walter. 1994. The Pharmaceutical Codex Twelfth Edition. The Pharmaceutical Press.

London.

Voigt,Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Industri. Universitas Indonesia

Press. Jakarta