Laporan Ekskursi

51
LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI LAPANGAN GENESA MINERAL KECAMATAN KARANGNUNGGAL DAN SEKITARNYA KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT Disusun oleh : A R I F 22113019 BIDANG KHUSUS EKSPLORASI SUMBER DAYA BUMI PROGRAM STUDI REKAYASA PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

description

Genesa

Transcript of Laporan Ekskursi

Page 1: Laporan Ekskursi

LAPORAN KEGIATAN EKSKURSI LAPANGAN

GENESA MINERAL

KECAMATAN KARANGNUNGGAL DAN SEKITARNYA

KABUPATEN TASIKMALAYA

PROVINSI JAWA BARAT

Disusun oleh :

A R I F

22113019

BIDANG KHUSUS EKSPLORASI SUMBER DAYA BUMI

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Page 2: Laporan Ekskursi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterkaitan Dunia pertambangan dengan disiplin ilmu Geologi sangat erat,

karena dimanapun mineral ataupun bahan galian tambang didapat, maka terlebih

dahulu harus diteliti mengenai kondisi, keterjadian, serta penyebaran dari bahan

galian tambang tersebut. Ilmu Geologi salah satu kajiannya adalah mempelajari

genesa dan sejarah mengenai singkapan batuan tersebut, dengan demikian kita

dapat mengetahui keadaan dan kondisi cadangan maupun penyebaran dari bahan

galian yang ada di lokasi penelitian. Dengan melakukan penelitian dan observasi

ke lapangan langsung, maka dapat ditarik satu kesimpulan, apakah daerah

penelitian itu layak atau tidaknya ditambang.

1.2 Maksud

Kegiatan ekskursi lapangan genesa mineral bagi mahasiswa pertambangan

dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan mengenai proses pembentukan

endapan mineral bijih, mulai dari yang berhubungan dengan sifat-sifat serta

kondisi larutan pembawa bijih, proses konsentrasi, kontrol pengendapan,

termodinamika endapan, sampai pada pembahasan mengenai kendala geologi

dengan penekanan pada jenis dan keterdapatan endapan mineral bijih yang ada di

daerah Tasikmalaya.

1

Page 3: Laporan Ekskursi

2

BAB II

GEOLOGI REGIONAL DAERAH JAWA BARAT

2.1 Fisiografi Regional

Van Bemmelen (1949) membagi Fisiografi Jawa Barat menjadi lima

bagian berturut-turut dari arah utara ke selatan yaitu : Dataran Rendah Pantai

Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, Zona Pegunungan Selatan dan Zona

Gunungapi Kuarter. Daerah penelitian termasuk ke dalam Zona Pegunungan

Selatan (Gambar. 1).

Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

2.1.1 Dataran Rendah Pantai Jakarta

Dataran Rendah Pantai Jakarta ini terletak pada bagian utara Jawa Barat,

dengan pelamparan memanjang dari ujung barat Pulau Jawa ke arah timur

mengikuti Pantai Utara Jawa Barat sampai Kota Cirebon, dengan lebar ± 40 km.

2.1.2 Zona Bogor

Daerah ini mempunyai morfologi yang datar, kebanyak an ditutupi

oleh endapan sungai dan sebagian lagi oleh lahar gunungapi muda. Zona ini

terletak di sebelah selatan Dataran Pantai Jakarta, dengan pelamparan memanjang

Page 4: Laporan Ekskursi

3

dari arah barat ke arah timur melalui Kota Bogor, Purwakarta dan menerus ke

Bumiayu di Jawa Tengah, dengan lebar maksimum 40 km. Neogen ekspresi

morfologi Zona Bogor ini adalah berupa bukit-bukit yang telah mengalami pe

rlipatan dan pensesaran yang cukup komplek. Zona Bogor secara setempat

dipengaruhi oleh adanya intrusi- intrusi batuan beku yang memberikan ekspresi

morfologi dengan relief yang terjal. Kenampakan ini ditemui di Cirebon dan

Gunung Sanggabuana di Purwakarta.

2.1.3 Zona Bandung

Zona Bandung merupakan zona yang memanjang dari arah barat

(Sukabumi) melalui Cianjur, Bandung, Garut, hingga Segara Anakan di daerah

Pantai Selatan Jawa Tengah luasnya sekitar 20-30 km. Zona ini terbentuk depresi

di antara jalur pegunungan dengan arah timur-barat, dengan batas utara dan

sekitarnya merupakan deretan gunungapi. Zona ini tersusun dari endapan yang

berumur Tersier dan ditutupi oleh endapan Gunungapi Kuarter.

2.1.4 Zona Pegunungan Selatan

Zona ini terletak di bagian paling selatan Jawa Barat, merupakan deretan

pegunungan yang memanjang dari arah barat ke arah timur, dimulai dari

Pelabuhan Ratu sampai Pangandaran. Penjajaran pegunungan ini mempunyai

pelamparan yang sangat luas dan membentuk dataran dengan kemiringan relatif

landai ke arah selatan.

2.2 Stratigrafi Regional

Martodjojo, 1994 membagi mandala sedimentasi di Jawa Barat

menjadi tiga mandala berdasarkan ciri sedimen di daerah tersebut selama zaman

Tersier, yaitu Mandala Paparan Kontinen, Mandala Cekungan Bogor dan Mandala

Banten. Mandala Paparan Kontinen pada hakekatnya sama dengan Zona

Dataran Pantai Jakarta (Van Bemmelen, 1949) yang umumnya ditempati

oleh endapan paparan dengan lingkungan pengendapan laut dangkal . Mandala

Cekungan Bogor mencakup Zona Bogor, Zona Bandung dan Zona Pegunungan

Selatan (Van Bemmelen, 1949) yang didominasi oleh endapan aliran gravitasi.

Berdasarkan pembagian tersebut daerah penelitian termasuk Zona Pegunungan

Selatan.

Page 5: Laporan Ekskursi

4

2.3 Struktur Geologi Regional

Plunggono dan Martodjojo,1994 dalam Soejono Martojoyo, 1994 yang

mengatakan bahwa pada dasarnya di Pulau Jawa ada tiga arah kelurusan struktur

dominan yaitu :

A. Arah pertama adalah arah timur laut-barat daya (NE-SW) yang

dinamakan dengan arah Meratus, diwakili oleh sesar Cimandiri di Jawa

Barat, yang dapat diikuti ke timur laut sampai batas timur Cekungan Zaitin

dan Cekungan Biliton. Pola singkapan batuan Pra-Tersier di daerah Luk

Ulo (Jawa Tengah) juga menunjukkan arah Meratus. Pola ini merupakan

pola tertua di Pulau Jawa dan sesar-sesar di pola ini diketahui berumur

Kapur-Paleosen. Tatanan tektonik kompresi oleh adanya Lempeng

Samudra India yang menunjam ke bawah benua (paparan) Sunda menjadi

penyebab sesar -sesar pada pola ini adalah pola sesar mendatar.

B. Pola struktur kedua yang dominan dijabarkan oleh sesar -sesar yang

berarah utara- selatan dan dinamakan Pola Sunda, umumnya terdapat di

bagian barat wilayah Jawa Barat. Di kawasan sebelah timur dari Pola

Meratus, arah utara-selatan ini tidak terlihat. Sesar yang ada pada

umumnya berpola regangan dan dari data seismik di lepas pantai Jawa

Barat tepatnya di Cekungan Zaitun menunjukkan arah pola Sunda ini

mengaktifkan Pola Meratus pada umur Eosen Akhir- Oligosen Akhir,

sehingga disimpulkan Pola Sunda lebih muda dari Pola Meratus.

C. Arah ketiga adalah arah barat -timur yang umumnya dominan di Pulau

Jawa dan disebut Pola Jawa. Pola ini di Jawa Barat diwakili sesar-sesar

naik pada Zona Bogor. Pola ini merupakan pola termuda yang

mengaktifkan kembali seluruh pola yang ada sebelumnya dan data seismik

di Pulau Jawa Utara menunjukkan bahwa pola ini masih aktif sampai

sekarang. Disebutkan pula bahwa pola ini diakibatkan oleh tunjaman baru

di Selatan Jawa yang mengaktifkan Pulau Jawa mengalami kompresi,

sedangkan menurut Agung Basuki, dkk, 1994, dengan didasarkan pada

peta geologi regional, interpretasi foto udara dan citra landsat, wilayah

Jawa Barat bagian barat memperlihatkan pola struktur patahan dan

Page 6: Laporan Ekskursi

5

kelurusan berarah barat laut-tenggara, timur laut-barat daya dan timur-

barat.

Untuk daerah Karangnunggal dikatakan bahwa Seri Bentang terletak

secara tidak selaras di atas Formasi Jampang dimana perlipatan yang terjadi pada

Formasi Jampang lebih kuat dari pada Seri Bentang.

S. Supriatna, dkk (1985) menyatakan bahwa pada Lembar Karangnunggal,

struktur utama yang berkembang adalah sebagai berikut :

a. Sesar Normal umumnya berarah barat laut - tenggara dan utara - selatan.

b. Perlipatan umumnya mempunyai sumbu berarah barat - timur dan utara -

selatan yang terdapat pada bagian timur. Sementara itu, dibagian barat

mempunyai sumbu perlipatan yang berbelok ke arah utara dan timur laut.

2.4 Lokasi Kegiatan

Kegiatan ekskursi lapangan ini terletak di beberapa tempat yaitu

Kecamatan Karangnunggal, Kecamatan Cipatujah, Kecamatan Cikalong,

Kecamatan Cikatomas, dan Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya,

Propinsi Jawa Barat. Dari Kota Bandung ke Kabupaten Tasikmalaya berjarak ±

150 Km dan dapat ditempuh dengan waktu ± 5 jam, dapat dilalui dengan angkutan

umum, kendaraan roda dua dan roda empat.

Page 7: Laporan Ekskursi

66

BAB III

HASIL KEGIATAN LAPANGAN

3. Hasil Kegiatan Lapangan

3.1 Hari Pertama :

Objek dari ekskursi adalah pemahaman sejarah mengenai proses

pembentukan endapan mineral, mulai dari yang berhubungan dengan sifat-sifat

serta kondisi larutan pembawa bijih, proses konsentrasi, kontrol pengendapan,

termodinamika endapan, sampai pada pembahasan mengenai kendala geologi,

struktur, analisis stratigrafis, komoditi tambang yang dapat diperoleh dari suatu

endapan bahan galian serta pemanfaatanya

Lintasan awal dimulai didaerah Karangnunggal yaitu dilokasi

penambangan bentonit yang ditambang dengan skala kecil. Selanjutnya

pengamatan dilakukan dilokasi penambangan mangan, dan pengolahan pasir

besi

& stockfile zeolit di daerah Cipatujah.

Stop : 1

Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013

Waktu : 10.30 WIB

Cuaca : Mendung

Lokasi : Desa Santrijaya Kec. Karangnunggal

Koordinat : X = 182226 mE

Y = 9156975 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Bentonit

Bentonit adalah sejenis lempung yang mengandung mineral

montmorilonit, bentonit sebagai mineral lempung yang terdiri dari 85%

montmorilonit yang mempunyai rumus kimia Al2O3.4SiO2.H2O. Secara

megaskopis bentonit dapat diamati secara langsung dengan ciri khas yaitu :

mempunyai kilap lilin, lunak, berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehijauan.

Bentonit di Kecamatan Karangnunggal ini berada di Desa Santrijaya.

Selain itu bentonit di Kabupaten Tasikmalaya juga tersebar di Kecamatan

Page 8: Laporan Ekskursi

77

Cokatomas Desa Cimuncar dan di Kecamatan Bojong Asih Desa Sindangsari.

Luas sebaran endapan bentonit sekitar 450 Ha dengan sumberdaya sebesar

190.812.600 ton (PPTM 1998) dan nilai CEC sebesar 80,43.

Gambar 2. Bentonit

Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan

aluminium silikat hydrous, yaitu activad clay dan fulle’s Earth. Activated

clay

adalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya

pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara

fuller’s earth digunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.

Secara umum pembentukan bentonit dapat dibagi menjadi empat macam

yaitu :

a. Pelapukan: Pelapukan yang berasal dari tufa (abu vulkanis) yang

berkomposisi intermediet sampai basa. Bentonit yang berasal dari

pelapukan ini dicirikan dengan penyebaran yang relatif merata, terdapat

dipermukaan, dan semakin ke dalam berangsur-angsur menjadi batuan

segar.

b. Alterasi hidrotermal: Prinsipnya hampir sama dengan pelapukan, yang

berbeda hanyalah pada penyebab dari perubahan mineral pada batuan asal.

Mineral pada batuan asal dalam proses ini dapat berubah menjadi mineral

montmorilonit karena adanya alterasi hidrotermal yang melewati batuan

Page 9: Laporan Ekskursi

88

asal. Pada umumnya, penyebaran bentonit ini relatif tidak merata,

mengikuti zona-zona lemah seperti retakan, patahan, batas formasi, batuan

yang permeabel, dan lain sebagainya. Bentuk penyebarannya sebagai

lensa-lensa yang tidak teratur.

c. Transformasi dan Devitrivikasi: Transformasi abu gunung api akan

sempurna bila piroklastik yang terlontar dari gunung api terendapkan

dalam cekungan sedimen seperti danau atau laut. Gelas alam yang terdapat

dalam endapan piroklastik lambat laun akan mengalami devitrivikasi

sehingga akan terbentuk mineral montmorilonit.

d. Pengendapan kimia: Menurut Millot 1970, montmorilonit dapat terbentuk

dari endapan sedimen dalam suasana basa yang sangat silikat, dengan

lingkungan laut dangkal atau danau. Endapan ini terbentuk bersama

karbonat, silika pipih, dan fosfat laut.

Di alam dikenal dua jenis bentonit berdasarkan tipenya, yaitu :

a. Bentonit Natrium (tipe Wyoming) : jenis lempung bentonit yang

mengembang apabila dicelupkan ke dalam air (swelling bentonite). Na

bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila

dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air.

Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan

terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan

kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat

diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium (Na+).

b. Bentonit Kalsium Magnesium : jenis bentonit yang kurang mengembang

apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi

secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang

baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal

memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-

ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking,

berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonit

dalam proses pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Kegunaan bentonit :

Na-bentonit digunakan sebagai bahan perekat, pengisi dan lumpur

pemboran. Sesuai sifatnya bentonit mampu membentuk suspensi kental setelah

Page 10: Laporan Ekskursi

99

bercampur dengan air. Sementara itu, Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan

penyerap. Untuk lumpur pemboran, bentonit bersaing dengan jenis lempung lain,

yaitu atapulgit, sepiolit, dan lempung lain yang telah diaktifkan.

Selain digunakan untuk lumpur pemboran, bentonit juga digunakan untuk

pembuatan makanan ternak (Urea Molasses Block), dalam industri kosmetik serta

sebagai bahan pembersih minyak kelapa sawit. Bentonit yang ditambang dari

Kecamatan Karangnunggal, dipasarkan di Bekasi.

Stop : 2

Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013

Waktu : 13.30 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Desa Karangnunggal Kec. Karangnunggal

Koordinat : X = 183274 mE

Y = 9155377 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Mangan

Mangan termasuk salah satu unsur terbesar yang terkandung dalam kerak

bumi. Mineral mangan utama adalah pirolusit dan psilomelan yang mempunyai

komposisi oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan

mempunyai warna abu-abu dengan kilap metalik sampai submetalik, kekerasan

2-

6, berat jenis 4,8, masif, reniform, botriodal, stalaktit, serta kadang-kadang

berstuktur fibrous dan radial. Mangan berkomposisi oksida adalah manganit,

hausmanit, dan lithiofori, sedangkan yang berkomposisi karbonat

adalah rodokrosit, serta rhodonit yang berkomposisi silika.

Mangan di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1854 di daerah

Karangnunggal, Tasikmalaya, Jawa barat, tetapi pengusahaannya baru

dimulai menjelang akhir abad yang lalu. Meskipun tempat penemuan pertama di

Karangnunggal tetapi endapan yang diusahakan terlebih dahulu adalah yang

terdapat Kliripan, Kulon Progo, Yogyakarta.

Secara genesa, endapan mangan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu :

a. Endapan mangan primer: mangan primer terjadi dan terbentuk karena

Page 11: Laporan Ekskursi

1010

proses hidrotermal dengan ciri mengandung silika berbentuk stockwork

atau breksi hidrotermal, mineral ubahan akibat efek termal atau karena

proses penggantian oleh fluida hidrotermal pada batuan samping sehingga

terbentuk bijih mangan pada batuan yang dilaluinya saat terjadi presifitasi.

b. Endapan mangan sekunder: Proses pembentukan endapan ini sangat

didominasi oleh media air permukaan sehingga jejak-jejak

pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul yang

menggambarkan manifestasi tersebut.

Endapan mangan di Karangnunggal terdapat pada daerah dengan

morfologi perbukitan dengan punggungan yang sejajar, perbukitan dengan

pegunungan yang tak beraturan, dan perbukitan kars. Berdasarkan penelitian dari

Andi Sata M, berurutan dari tua sampai muda stratigrafi daerah ini tersusun oleh:

Satuan Tuf (Anggota Genteng Formasi Jampang - Tmjt), Satuan Batugamping

Foraminifera (Formasi Kalipucang - TmkI), Satuan Batugamping Pasiran

(Anggota Batugamping Formasi Pamutuan - Tmpl), Satuan Batupasir Tufan

(Formasi Bentang - Tmbs), Satuan Batuan Terobosan, dan Satuan Aluvial.

Struktur geologi yang berkembang adalah Struktur Perlipatan, Struktur Kekar dan

Struktur Sesar. Sistem regangan dan tegasan yang bekerja diperkirakan

terjadi pada dua periode (Miosen Akhir) dan melibatkan seluruh satuan batuan

kecuali satuan Aluvial. Mineral mangan yang terdapat di daerah ini adalah

psilomelan (Ba(H2O)Mn.Mn4O10) dan pirolusit (MnO2), ke dua jenis mangan ini

merupakan

mangan hidrotermal, dijumpai terperangkap dalam rekahan atau rongga

(cavity filling). Pada sisi lain gejala pengayaan supergen, juga tarnpak dengan

adanya kristal mangan yang bercampur dengan wad (Mn2O3nH2O). Endapan

mangan di daerah Karangnunggal dijumpai di daerah Cihamerung, Nangelasari,

Cidadap dan Cisasah, dimana proses pembentukannya dikontrol oleh struktur

geologi.

Page 12: Laporan Ekskursi

1111

Mangan di Jawa umumnya terdapat sebagai kantong dan lensa dalam batu

gamping yang terletak didalam atau diatas batuan volkanik seperti tufa, breksi.

Bijih mangan didapatkan sebagai pirolusit, psilomelan, dan wad (massa seperti

tanah). Karena kenampakan atau bentuknya didaerah penambangan Mn di

kliripan orang mempunyai istilah setempat yaitu “meling” untuk pirolusit yang

tercampur kalsit menunjukan permukaan yang mengkilat dan “paku” yang

menunjukan

seperti serat, secara mineralogi umumnya pirolusit tetapi dapat pula psilomelan.

Mangan yang ditambang terbatas pada bijih berkadar MnO diatas 75%.

Kegunaan mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-

metalurgi. Untuk tujuan non-metalurgi, mangan digunakan untuk produksi

baterai, kimia, keramik dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi

uranium, dan lainnya. Di Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri

baterai, keramik dan porselein, industri logam, dan industi korek api.

Stop : 3

Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013

Waktu : 15.30 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cipatujah

Koordinat : X = 172620 mE

Y = 9142190 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Pasir Besi

Pasir besi adalah endapan pasir yang mengandung partikel bijih besi

(magnetit), yang terdapat disepanjang pantai, terbentuk karena proses

penghancuran oleh cuaca, air permukaan, dan gelombang terhadap batuan asal

yang mengandung mineral besi seperti magnetit, ilminet, dan oksida besi,

kemudian terakumulasi serta tercuci oleh gelombang air laut. Pasir besi terdapat

Page 13: Laporan Ekskursi

1212

sebagai pasir pantai, coastal dunes, dan near-shore deposits dalam marginal

marine.

Pasir besi tersebar hampir sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Di daerah

ini pasir besi tersebar di daerah Indihiang, Kawalu, Cikalong dan Cipatujah. Luas

sebaran di daerah ini sekitar 463 Ha dengan sumberdaya hipotetik 28.653.000 ton.

Endapan pasir besi di daerah Pantai Cipatujah dan sekitarnya merupakan

endapan dipermukaan sebagai hasil pengendapan sedimentasi pantai akibat

pelapukan batuan andesit di hulu, yang hasil hancurannya ditranportasi melalui

sungai dan mengalami proses degradasi (perubahan bentuk ukuran), kemudian

karena pengaruh gelombang laut Samudera Hindia yang sangat kuat, partikel

tadi

diendapkan kembali disepanjang pantai, hasilnya dapat dilihat dengan

terbentuknya “Gumuk Pasir Memanjang” mengikuti pantai selatan. Perubahan

muara sungai besar disepanjang pantai selatan Jawa mengakibatkan jumlah dan

jenis endapan pasir sering terjadi akumulasi di daerah pantai dimana muara sungai

berada.

Endapan alluvium yang terbentuk dari hasil rombakan batuan selatan Jawa

Barat oleh Sungai-sungai sekitarnya yang terakumulasi dipantai oleh ombak

air laut dan pasang surutnya Samudera Hindia. Alluvium di daerah ini dapat

dikatakan terjadi dalam waktu yang sama yaitu sedimentasi pantai sekarang.

Kandungan Tio2 berkisar 3,14 – 11,98 %. Kandungan %Fe total berkisar 30% –

60%.

Endapan tersebut berupa endapan aluvial pantai (branding deposit) yang

cebakannya terdiri dari ilminet dan magnetit yang berasosiasi dengan oksida

titanium (titaniferous iron ore). Titanium biasanya dianggap sebagai mineral

pengganggu, disamping kadar besinya yang relatif rendah sehingga kurang sesuai

untuk bahan baku pembuatan besi.

Pasir besi merupakan salah satu endapan besi yang dimanfaatkan sebagai

bahan campuran dalam industri semen dan mempunyai untuk dikembangkan

sebagai bahan baku besi baja sesuai dengan perkembangan teknologi pengolahan

dan kebutuhan pasar.

Stop : 4

Hari/Tanggal : Jumat, 29 November 2013

Page 14: Laporan Ekskursi

1313

Waktu : 16.30 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cipatujah

Koordinat : X = 172620 mE

Y = 9142190 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Zeolit

Zeolit merupakan suatu senyawa aluminium sulfat yang memiliki struktur

rangka berpori yang berisi kation dan molekul air dimana keduanya dapat

berpindah secara bebas dalam batas permukaan ion reversible dan dehidrasi

reversible. Secara umum zeolit terbentuk dari hasil reaksi antara abu vulkanik

dengan air garam. Tetapi selain itu, ada juga zeolit yang terbentuk dari hasil

proses metamorfosis batuan yang terdapat di laut dengan unsur pembentuk adalah

SiO2 dan Al2O4 yang mempunyai bentuk tetrahedral. Pada

lingkunga pengendapan ini terjadi reaksi antara abu vulkanik yang

mengandung masssa gelas aluminosilikat dengan air pori batuan induk

sehingga terbentuklah zeolit. Selain disebabkan oleh air pori yang terdapat pada

batuan induknya, pembentukan juga dipengaruhi oleh lingkungan kimiawi.

Lingkungan kimiawi yang dapat mempengaruhi antara lain temperatur dan

tekanan tinggi dimana sumber ini berasal dari intrusi batuan andesit serta

tersedianya komponen pembentuk zeolit. Pada umumnya di indonesia banyak

terdapat tufa asam, batuan vulkanik berbutir halus dengan komposisi rhyolotil

yang banyak mengandung massa gelas sebagai bahan pembentuk zeolit.

Endapan zeolit yang terdapat di desa cikancra ini termasuk kedalam

endapan sekunder karena telah mengalami ubahan dari batuan asalnya.

Genesa zeolit

Mineral-mineral yang termasuk dalam grup zeolit pada umumnya

dijumpai dalam batuan tufa yang terbentuk dari hasil sedimentasi debu vulkanik

setelah mengalami proses alterasi.

Secara geologi, endapan zeolit terbentuk karena proses sedimentasi debu vulkanik

pada lingkungan danau yang bersifat alkali (air asin), proses diagenetik

(metamorfosa tingkat rendah), dan proses hidrotermal.

a. Endapan sedimen vulkanik

Endapan jenis ini dicirikan oleh zona mineralogi secara lateral akibat

Page 15: Laporan Ekskursi

1414

perubahan komposisi air danau, yaitu mulai dari indikasi debu vulkanik

yang tidak teralterasi dan tersingkap pada batas cekungan danau, diikuti

oleh zona zeolit non-analsimik, dan akhirnya terbentuk zona natrium

felspar ditengah cekungan. Strukturnya sangat sederhana, dengan

ketebalan hingga beberapa meter. Daerah penyebaran cukup luas dan

mempunyai konsentrasi tinggi untuk jenis mineral zeolit tertentu. Secara

umum, dijumpai di daerah yang bersifat asam dan kering, yang terdapat

mineral klinoptilolit, erionit, khabazit, dan fillipsit.

b. Endapan Zeolit yang Berasal dari Hasil alterasi Air Tanah

Endapan jenis ini dicirikan oleh lapisan tufa zeolitik yang tebal. Zona

zeolitik yang terbentuk lebih bersifat vertical disebabkan oleh perubahan

komposisi kimia sebagai akibat dari reaksi air tanah. Ketebalan endapan

ini dapat mencapai ratusan meter. Mineral yang pada umumnya dijumpai

adalah klinoptilolit dan mordenit.

c. Endapan Zeolit Jenis Diagenetik

Endapan jenis ini dicirikan oleh perlapisan sampai ratusan meter dengan

pola sebaran sangat luas, namun kandungan mineral zeolit sangat rendah.

Ciri lain jenis endapan ini adalah struktur geologi yang komplek, sebagai

akibat proses tektonik. Endapan zeolit ini mengandung mineral heulandit

dan laumontit.

d. Endapan Zeolit Hidrothermal

Endapan zeolit jenis ini dicirikan oleh zona mineralisasi klinoptilolit dan

morderit pada daerah intrusi yang terdangkal dan terdingin. Meskipun

endapan zeolit jenis ini mempunyai kadar yang tinggi, keterdapatannya di

alam sangat terbatas, sehingga kurang begitu ekonomis untuk ditambang.

Pemanfaatan zeolit

Penggunaan zeolit pada umumnya didasarkan pada sifat-sifat kimia zeolit,

seperti penyerap, penukar kation, dan katalis.

1. Penyerap

Penyerapan adalah proses ikatan suatu molekul atau unsur pada

permukaan unsur lain. Penggunaan zeolit sebagai bahan penyerap karena :

Zeoit bersifat selektif dan mempunyai kapasitas tukar kation cukup

tinggi.

Page 16: Laporan Ekskursi

1515

Zeolit dapat memisahkan molekul-molekul berdasarkan ukuran dan

bentuk struktur kristal zeolit.

2. Penukar Kation

Kation-kation dalam zeolit dapat dipertukarkan dengan kation lain dalam

suatu larutan. Hal ini disebabkan oleh ion-ion dalam pori-pori kristal zeolit

selalu memelihara kenetralan muatan listriknya. Selain itu juga disebabkan

ion-ion tersebut yang dapat bergerak bebas. Kapasitas pertukaran kation

tergantung kepada ukuran, muatan ion, dan jenis zeolit.

Selain sebagai penukar kation, zeolit juga dapat berfungsi sebagai gugus

hidroksil (OH) pada zeolit memegang peranan penting. Gugus hidroksil

pada zeolit dapat dibentuk dengan metoda deamonisasi melalui proses

pertukaran ion NH 4+ pada zeolit.

3. Katalis

Reaksi katalistik terjadi di dalam pori-pori kristal zeolit. Sifat zeolit yang

sangat penting sebagai katalis adalah ukuran pori-pori dan volume kosong

yang besar. Akan tetapi, sifat ini sangat jarang dijumpai pada zeolit alam,

sehingga pemanfaatan zeolit buatan sebagai katalis lebih umum. Selain

itu, kedudukan kation dalam struktur zeolit dan perbandingan atom Si dan

Al juga mempengaruhi sifat zeolit sebagai katalis.

Pemanfaatan zeolit

Zeolit telah banyak dimanfaatkan di sektor pertanian,

peternakan, perikanan, industri, dan pengontrolan polusi.

a. Bidang Pertanian dan Perkebunan

Zeolit sekarang ini telah banyak digunakan untuk memperbaiki sifat tanah,

terutama tanah yang banyak mengandung pasir (kandungan lempung

sedikit) dan tanah podzolik. Fungsi zeolit disini adalah sebagai bahan

pemantap tanah (soil conditioner), pembawa pupuk (fertilizer carrier),

pengontrol pelepasan ion NH4+ dan K+ (slow release fertilizer), dan

sebagai pengontrol cadangan air.

b. Bidang Peternakan

Dalam bidang peternakan, zeolit telah digunakan secara komersial,

terutama di negara-negara Eropa dan Jepang. Di Indonesia, zeolit telah

digunakan sebagai imbuh pakan ternak babi dan ayam.

Page 17: Laporan Ekskursi

1616

c. Bidang Perikanan

Fungsi zeolit untuk perikanan adalah sebagai pengontrol kandungan ion

NH4+ di dalam air. Pada umumnya, ion ini berasal dari kotoran ikan dan

sisa makanan yang membusuk. Dengan pemberian zeolit, pada ruangan

yang sama jumlah ikan dapat dipelihara lebih banyak.

d. Bidang Industri

- Pemurnian Gas

Zeolit telah umum digunakan dalam proses pemurnian gas methan

(biogas), gas alam, dan lain-lain.

- Bahan Pengisi (Filler)

Zeolit dapat digunakan pada industri kertas dan kayu lapis (multipleks)

sebagai pengisi (filler).

Pada industri kertas, zeolit jenis klinoptilolit dapat menghasilkan

kertas berkualias super untuk menggantikan fungsi kaolin atau kalsium

karbonat.

Pada industri kayu lapis, zeolit digunakan dalam bentuk pasta yang

berfungsi sebagai pengisi dan perekat sebelum dilakukan penekanan

dan pemanasan

e. Bahan Bangunan

Penggunaan zeolit sebagai bahan bangunan dan ornamen telah dilakukan

sejak jaman Romawi kuno. Penggunaan tersebut meliputi jalan, pondasi

rumah atau bangunan, saluran air, jembatan, bahan perekat atau plester,

dan lain-lain. Juga, ornamen yang dibuat untuk dinding berukir dan

patung.

3.2 Hari Kedua :

Selanjutnya pada hari kedua perjalanan dimulai dari Basecamp ketempat

ekskursi. Lintasan pengamatan pada hari kedua dimulai didaerah Cipatujah yaitu

dilokasi penambangan dan pengolahan pasir besi, dilanjutkan dengan perjalanan

dilokasi penambangan endapan tembaga didaerah Cikalong, penambangan

batugamping tufaan daerah Cikatomas dan berakhir dilokasi penambangan emas

milik PT. Bumi Karindo didaerah Salopa.

Stop : 5

Page 18: Laporan Ekskursi

1717

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 November 2013

Waktu : 09.30 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Desa Cikancra Kec. Cikalong

Koordinat : X = 185701 mE

Y = 9140043 mN

Jenis Endapan/Komoditi : TembagaMineralisasi logam dasar di daerah cikalong ini merupakan tipe

volkanogenik (VMS). Terendapkan pada satuan batuan green tuff di lingkungan

pengendapan laut cekungan cikalong dengan karakteristik ditemukannya barit,

urat gypsum, mangan bersama-sama dengan galena, spalerit, kalkopirit, dan pirit

masif. Salah satu contoh bijih barit mengandung 2,17 ppm Au, 622 ppm Ag,

0,83% Cu, 38,64%Pb, 16,94% Zn, dan 16,29% Ba.

Genesa endapan bijih tembaga secara garis besar dapat dibagi 2 (dua)

kelompok, yaitu genesa primer dan genesa sekunder.

1. Genesa Primer

Logam tembaga, proses genesanya berada dalam lingkungan magmatik,

yaitu suatu proses yang berhubungan langsung dengan intrusi magma. Bila

magma mengkristal maka terbentuklah batuan beku atau produk-produk lain.

Produk lain itu dapat berupa mineral-mineral yang merupakan hasil suatu

konsentrasi dari sejumlah elemen-elemen minor yang terdapat dalam cairan sisa.

Pada keadaan tertentu magma dapat naik ke permukaan bumi melalui

rekahan-rekahan (bagian lemah dari batuan) membentuk terowongan (intrusi).

Ketika mendekati permukaan bumii, tekanan magma berkurang yang

menyebabkan bahan volatile terlepas dan temperatur yang turun menyebabkan

bahan non volatile akan terinjeksi ke permukaan lemah dari batuan samping

(country rock) sehingga akan terbentuk pegmatite dan hidrotermal. Endapan

pegmatite sering dijumpai berhubungan dengan batuan plutonik tapi umumnya

granit yang kaya akan unsur alkali, aluminium, kuarsa dan beberapa muskovit dan

biotit.

Endapan hidrotermal merupakan endapan yang terbentuk dari proses

pembentukan endapan pegmatite lebih lanjut, dimana larutan bertambah dingin

dan encer. Ciri khas endapan hidrotermal adalah urat yang mengandung sulfida

yang terbentuk karena adanya pengisian rekahan (fracture) atau celah pada batuan

Page 19: Laporan Ekskursi

1818

semula.

Pada umumnya berkomposisi granodioritik, sebagian terdeferensiasi ke

batuan granitik dan monzonit. Bijih tersebar dalam bentuk urat-urat sangat halus

yang membentuk meshed network sehingga derajat mineralisasinya merupakan

fungsi dari derajat retakan yang terdapat pada batuan induknya (host rock).

Page 20: Laporan Ekskursi

1919

Mineralisasi bijih sulfidanya menunjukkan perkembangan yang sesuai dengan

pola ubahan hidrotermal.

Zona pengayaan pada endapan tembaga porfiri:

Zona pelindian.

Zona oksidasi.

Zona pengayaan sekunder.

Zona primer.

Reaksi yang terjadi pada proses pengayaan tersebut adalah :2- + +5FeS2 + 14Cu2+ + 14SO4 + 12H2O 7Cu2S + 5Fe2 + 2H + 17 2-SO4

Sifat susunan mineral bijih endapan tembaga porfiri adalah:

Mineral utama terdiri : pirit, kalkopirit dan bornit.

Mineral ikutan terdiri : magnetit, hematite, ilmenit, rutil, enrgit, kubanit,

kasiterit, kuebnit dan emas.

Mineral sekunder terdiri : hematite, kovelit, kalkosit, digenit dan tembaga

natif.

Akibat dari pembentukannya yang berasal dari intrusi hidrotermal maka

mineralisasi bijih tembaga porfiri berasosiasi dengan batuan metamorf kontak

seperti kuarsit, marmer dan skarn.

2. Genesa Sekunder

Dalam pembahasan mineral yang mengalami proses sekunder terutama

akan ditinjau proses ubahan (alteration) yang terjadi pada mineral-mineral urat

(vein). Mineral sulfida yang terdapat di alam mudah sekali mengalami perubahan.

Mineral yang mengalami oksidasi dan berubah menjadi mineral sulfida

kebanyakan mempunyai sifat larut dalam air. Akhirnya didapatkan suatu massa

yang berongga terdiri dari kuarsa berkarat yang disebut Gossan (penudung besi).

Sedangkan material logam yang terlarut akan mengendap kembali pada

kedalaman yang lebih besar dan menimbulkan zona pengayaan sekunder.

Pada zona diantara permukaan tanah dan muka air tanah berlangsung

sirkulasi udara dan air yang aktif, akibatnya sulfida-sulfida akan teroksidasi

menjadi sulfat-sulfat dan logam-logam dibawa serta dalam bentuk larutan, kecuali

Page 21: Laporan Ekskursi

2020

unsur besi. Larutan mengandung logam tidak berpindah jauh sebelum proses

pengendapan berlangsung. Karbon dioksit akan mengendapkan unsur Cu sebagai

malakit dan azurit. Disamping itu akan terbentuk mineral lain seperti kuprit,

gunative, hemimorfit dan angelesit. Sehingga terkonsentrasi kandungan logam

dan kandungan kaya bijih.

Apabila larutan mengandung logam terus bergerak ke bawah sampai zona

air tanah maka akan terjadi suatu proses perubahan dari proses oksidasi menjadi

proses reduksi, karena bahan air tanah pada umumnya kekurangan oksigen.

Dengan demikian terbentuklah suatu zona pengayaan sekunder yang dikontrol

oleh afinitas bermacam logam sulfida.

Logam tembaga mempunyai afinitas yang kuat terhadap belerang, dimana

larutan mengandung tembaga (Cu) akan membentuk seperti pirit dan kalkopirit

yang kemudian menghasilkan sulfida-sulfida sekunder yang sangat kaya dengan

kandungan mineral kovelit dan kalkosit. Dengan cara seperti ini terbentuk zona

pengayaan sekunder yang mengandung konsentrasi tembaga berkadar tinggi bila

dibanding bijih primer.

Secara mineralogi, bijih tembaga dibagi menjadi 4 kelompok besar, yaitu

mineral tembaga murni, mineral sulfida tembaga, mineral oksida tembaga, dan

mineral tembaga kompleks. Pembagian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Pengelompokkan mineral pembawa tembaga

Nama Mineral Senyawa kimia % Cu

1. Kelompok unsur

Tembaga murni Cu 100

2. Kelompok sulfida

Kalkopirit CuFeS2 34,5

Bornit Cu5FeS4 63,3

Kalkosit Cu2S 79,8

Kovelit CuS 66,4

Enargit Cu3AsS4 48,3

Tetraedrit Cu8Sb2S7 52,1

Tennanit Cu8As2S7 57,0

Page 22: Laporan Ekskursi

2121

3. Kelompok oksida

Kuprit Cu2O 88,8

Tenorit CuO 79,6

4. Kelompok senyawa kompleks

Malakhit CuCO3Cu(OH)2 57,3

Azurit 2CuCO2Cu(OH)2 55,1

Chrysocella CuSiO3.2H2O 36,0

Antlerit Cu3SO4(OH)4 54,2

Brochantit Cu4SO4(OH)6 56,2

Atacamit CuCl2.3Cu(OH)2 59,4

Mineral-mineral ganggue bijih tembaga yang utama antara lain: kuarsa,

kalsit, dolomit, siderit, rodokrosit, barit, dan zeolit. Pada umumnya bijih tembaga

yang berbentuk sulfida berasosiasi dengan monzonit kuarsa atau batuan yang

sejenis dengannya dan agak jarang berasosiasi dengan intrusi yang bersifat basa.

Sebagian besar endapan tembaga yang ditemukan berasal dari larutan

hidrotermal dan proses penggantian, lebih dominan dibandingkan dengan yang

dihasilkan oleh proses pengisian celah-celah. Endapan yang terbentuk dari hasil

metasomatik kontak dan yang langsung dipisahkan dari magma sangat sedikit dan

hampir tidak berarti.

Gambar 4. Mineral malakhit dan mineral azurit

Page 23: Laporan Ekskursi

2222

Stop : 6

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 November 2013

Waktu : 12.30 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Kec. Cikatomas

Koordinat : X = 198608 mE

Y = 9158400 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Batugamping Tufaan

Batugamping tufaan merupakan anggota tufa napalan formasi pamutuan

yang terletak selaras diatas formasi jampang. Anggota tufa napalan terdiri dari

tufa napalan berselingan dengan batupasir tufaan dan lempung tufaan dan

menunjukkan struktur perlapisan. Umur satuan ini dikorelasikan dengan batuan

yang sama di lembar pangandaran (Simanjuntak, 1979) berumur miosen tengah

dengan lingkungan pengendapan laut dangkal dan terbuka. Ketebalannya

diperkirakan antara 200 meter sampai 500 meter.

Batugamping didaerah ini tersebar di beberapa lokasi. Selain di cikatomas,

batugamping dapat ditemukan di kecamatan cibalong, salopa, karangnunggal, dan

paca tengah. Luas sebaran sekitar 16.572 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar

3.325.929.143 ton.

Gambar 5. Batugamping Tufaan

Page 24: Laporan Ekskursi

2323

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organik,

secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi

secara organik. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang

dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang

koral/kerang.

Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya

tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organic. Yang

membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut

yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat

semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang

terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut

ataupun air tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping.

Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan

lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali

dipermukaan bumi.

Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsure pengotor yang

mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor

batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya

magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping

dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut

diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran

apabila pengotornya pasir. Persentase unsure-unsur pengotor sangat berpengaruh

terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu

muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,

biasanya disebabkan oleh adanya unsure mangan, sedangkan kehitam-hitaman

disebabkan oleh adanya unsur organik.

Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula

kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous. Batugamping yang

mengalami metamorfosa akan berubah penampakannya maupun sifat-sifatnya.

Hal ini terjadi karena pengaruh tekanan maupun panas, sehingga batugamping

Page 25: Laporan Ekskursi

2424

tersebut menjadi berhablur, seperti yang dijumpai pada marmer. Selain itu, air

tanah juga sangat berpengaruh terhadap penghabluran kembali pada permukaan

batugamping, sehingga terbentuk hablur kalsit.

Dibeberapa daerah endapan batu batugamping seringkali ditemukan di gua

dan sungai bawah tanah. Hal ini terjadi sebagai akibat reaksi tanah. Air hujan

yang mengandung CO3 dari udara maupun dari hasil pembusukan zat-zat organic

dipermukaan, setelah meresap ke dalam tanah dapat melarutkan batugamping

yang dilaluinya. Reaksi kimia dari proses tersebut adalah sebagai berikut :

CaCO3 + 2CO2 + H2O. Ca(HCO3)2 + CO2

Ca(HCO3)2 larut dalam air, sehingga lambat laun terjadi rongga di dalam

tubuh batugamping tersebut. Secara geologi, batugamping erat sekali

hubungannya dengan dolomite. Karena pengaruh pelindian atau peresapan unsure

magnesium dari air laut ke dalam batugamping, maka batugamping tersebut dapat

berubah menjadi dolomitan atau jadi dolomite. Kadar dolomite atau MgO dalam

batugamping yang berbeda akan memberikan klasifikasi yang berlainan pula pada

jenis batugamping tersebut.

Batugamping dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara organic,

secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batugamping di alam terjadi

secara organic. Jenis ini berasal dari pengendapan cangkang atau rumah kerang

dan siput. Foraminifera atau ganggang. Atau berasal dari kerangka binatang

koral/kerang.

Untuk batugamping yang terjadi secara mekanik, sebetulnya bahannya

tidak jauh berbeda dengan jenis batugamping yang terjadi secara organik. Yang

membedakannya adalah terjadinya perombakan dari bahan batu kapur tersebut

yang kemudian terbawa oleh arus dan biasanya diendapkan tidak jauh dari tempat

semula. Sedangkan yang terjadi secara kimia adalah jenis batugamping yang

terjadi dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu dalam air laut

ataupun air tawar.

Selain hal diatas, mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping.

Jenis batugamping ini terjadi karena peredaran air panas alam yang melarutkan

lapisan batugamping dibawah permukaan, yang kemudian diendapkan kembali

dipermukaan bumi.

Page 26: Laporan Ekskursi

2525

Magnesium, lempung dan pasir merupakan unsur pengotor yang

mengendap bersama-sama pada saat proses pengendapan. Keberadaan pengotor

batugamping memberikan klasifikasi jenis batugamping. Apabila pengotornya

magnesium, maka batugamping tersebut diklasifikasikan sebagai batu gamping

dolomitan.

Begitu juga apabila pengotornya lempung, maka batu kapur tersebut

diklasifikasikan sebagai batugamping lempungan, dan batugamping pasiran

apabila pengotornya pasir. Persentase unsur-unsur pengotor sangat berpengaruh

terhadap warna batu kapur tersebut, yaitu mulai dari warna putih susu, abu-abu

muda, abu-abu tua, coklat, bahkan hitam. Warna kemerah-merahan misalnya,

biasanya disebabkan oleh adanya unsur mangan, sedangkan kehitam-hitaman

disebabkan oleh adanya unsur organik.

Batugamping dapat bersifat keras dan padat, tetapi dapat pula

kebalikannya. Selain yang pejal dijumpai pula yang porous.

Stop : 7

Hari/Tanggal : Sabtu,30 November 2013

Waktu : 14.00 WIB

Cuaca : Cerah

Lokasi : Daerah Salopa

Koordinat : X = 196960 mE

Y = 9167520 mN

Jenis Endapan/Komoditi : Emas

Lokasi endapan emas salopa terletak di sebelah tenggara kota bandung

yang berjarak kurang lebih 180 km. Wilayah yang berpotensi terjadi mineralisasi

adalah cikondang, citambal dan ciseel. Mineral logam yang hadir adalah emas dan

beberapa base metal. Kandungan emas yang ditemukan berkisar 6-15 gr/ton Au

vein memiliki ketebalan mulai dari beberapa cm hingga 60 cm, secara lokal bisa

mencapai 1 meter. Sementara itu, tebal vein pada kandungan emas tertinggi tidak

lebih dari 5 cm. Secara genetik, endapan mempunyai karakteristik yang menarik

berupa hadirnya mineral telurida. Untuk memisahkan emas terhadap mineral

Page 27: Laporan Ekskursi

ikutannya dilakukan proses amalgamasi yang dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan.

Geologi regional daerah cineam tersusun oleh litologi endapan vulkanik formasi

jampang yang berumur oligosen-miosen dengan komposisi andesitik-dasit (Van

Bemmelen, 1949). Endapan vulkanik jampang diintrusi oleh diorit, andesit, dasit dan

granodiorit.

Secara tektonik terjadi dua kali peristiwa tektonik, yaitu :

1. Tektonik miosen tengah berupa terjadi pengangkatan yang diikuti dengan

perlipatan, pensesaran, dan intrusi yang menerobos formasi jampang.

2. Tektonik pleistosen yang menghasilkan endapan vulkanik muda.

Stratigrafi daerah cineam tersusun oleh 6 unit litologi mulai yang tertua-

muda :

a. Unit tuff yang berinterkalasi dengan dasitik dan breksi. Unit ini tersebar di wilayah

cisarua, cikaruwet, dan balekambang.

b. Unit lava, terdiri dari andesitik dan basalt, dan tersebar diwilayah ciseel.

c. Unit breksi tuff dan batupasir tufaan, tersebar luas mulai dari utara sampai selatan.

d. Unit diorit (andesit porfiri)

Keterdapatan mineralisasi dan alterasi diindikasikan oleh hadirnya vein kuarsa

yang mengandung emas. Formasi jampang pada bagian bawah tersusun oleh lava dan

breksi vulkanik, sedangkan dibagian atas tersusun oleh tuf dan breksi tuf. Tipe

alterasinya adalah prophylitik, argilic silisification, dan secara lokal adalah phyropylite.

Endapan emas bertipe porpiri. Arah vein kurasa secara umum adalah N330oE – N350oE

dengan dip 60o – 90o. Ketebalan vein bervariasi dari beberapa cm sampai 60 cm, secara

lokal bisa mencapai 1 m.

Terdapat dua tahap utama mineralisasi :

1. Tahap 1 (Cikondang): terbentuk electrum dengan habit platy like tissue or

paper yang berasosiasi dengan stibnite, pyrargyryte, realgar, marcasite,

pyrite, orpiment dan oksida besi.

2. Tahap 2 (Citambal, Cikaruwet, dan Ciseel): terbentuk pyrite, sphalerite,

tetrahedrite-tenanite, galena, chalcopyrite, electrum, hessite, petzite,

proustite, arsenopyrite, dan oksida besi.

Kuarsa berkembang dengan baik pada tahap 2, yaitu pada subtahap 1

sampai subtahap 4. Pada subtahap 5, kuarsa berkurang secara drastis hingga

kurang dari 5%. Pada kasus seperti ini, karbonat (calcite) secara dominan muncul

Page 28: Laporan Ekskursi

sebagai mineral ganggue. Kehadiran telurida merupakan mineral yang spesifik

sebagai petunjuk bahwa kehadiran emas adalah layak.

Mineralization stages

Ore Mineral

I II

Stage ISub Stage

I

Sub Stage

II

Sub Stage

III

Sub Stage

IV

Sub Stage

V

Sub Stage

VI

Sub Stage

VII

Arsenopyrite

Pyrite

Sphalerite

Tetrahedrite – Tennanite

Galena

Chalcopyrite

Electrum

Hessite

Petzite

Pyrargyrite – Proustite

Rutile

Stibnite

Realgar

Orpiment

Ganggue Mineral

Sericite

Quartz

Calcite

Homogenization Temp (oC) 210-260 190-315 220-240 200-240 205-230

Ave./boiling Temp (oC)

210

(boiling)

200

(boiling)230 221 215

Gambar 14. Tahapan Mineralisasi di Formasi Jampang

31

Page 29: Laporan Ekskursi

3232

BAB IV

PENUTUP

4. Kesimpulan

Kegiatan ekskursi lapangan genesa mineral di daerah Kabupaten

Tasikmalaya diharapkan dapat memberikan pengetahuan lebih kepada mahasiswa

mengenai proses pembentukan endapan mineral, mulai dari yang berhubungan

dengan sifat-sifat serta kondisi larutan pembawa mineral, proses konsentrasi,

kontrol pengendapan, termodinamika endapan, sampai pada kendala geologi, jenis

dan keterdapatan endapan mineral bijih yang ada di daerah Tasikmalaya.

Secara geologi, dikaitkan dengan keterdapatan formasi batuan dan genetik

bahan galian, daerah Tasikmalaya mengandung potensi bahan galian yang cukup

beragam baik jenis, kualitas maupun kuantitasnya, diantaranya bentonit, mangan,

pasir besi, zeolit, batugamping, serta tembaga dan emas.

Batugamping sebagian kecil telah dimanfaatkan untuk pembuatan kapur

tohor dan tepung karbonat, disamping bahan galian lainnya yang telah

diusahakan diantaranya zeolit dan bentonit yang sangat dibutuhkan oleh industri-

industri hilir tertentu walaupun pengusahaannya masih dalam produksi terbatas.

Selain bahan galian industri juga terdapat bahan galian logam seperti tembaga,

emas, mangan, pasir besi.

Page 30: Laporan Ekskursi

3333

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul kegiatan ekskursi genesa mineral 2013. Program Studi Rekayasa

Pertambangan. Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan. Institut

Teknologi Bandung.

2. Sata, Andi. M,. 2002. Tesis Magister: Geologi Endapan Mangan Daerah

Karangnunggal Jawa Barat. Departemen Teknik Geologi. Program

pascasarjana. Institut teknologi bandung.

3. Presentasi perkuliahan-TA5103-Materi-10-Endapan Porfiri-2013

4. Presentasi perkuliahan-TA5103-Materi-12-Endapan Sekunder-2013

5. http://bu a na - po e t ra- min i ng.blogspot. c om/2011/1 0 /b e ntonit.html

6. http://st e n l y r o y .blogspot . c om/2011/07/ g e n e s a- b a t u - g a mping.html

7. http://min e r - p a d a ng.blogspot. c om/2011/12/g e n e s a -e nd a p a n - biji h -

t e mb a g a .html

8. http://t a mb a nguns r i.blo g spot. c om/2011/02/g e n e s a - m a ng a n.html

9. http://dod d y s e ti a g ra h a .b l ogspot. c om/2012/09/k o modit i - m a ng a n_23.html

10. http://psdg.bgl. e sdm.go. i d/ind e x.ph p ? option =c om_ c ont e nt & vi e w = a r ti c l e &id=

493:pot e ns i - d a n - p e m a n f a a t a n - z e oli t - di - p r ovins i - j a wa - b a ra t - d a n -

b a nt e n& ca tid = 32:m a k a l a h - bul e tin

11. http://psdg.bgl. e sdm.go. i d/ind e x.ph p ? o p tion =c om_ c ont e nt & vi e w = a r ti c l e &id=

369:k a ji a n - b e ntoni t - di - k a bup a t e n - t a sikm a l a y a & ca t id = 32:m a k a l a h - bul e tin

12. http : //www.i a gi.o r .id/p a p er /pot e ns i - p a sir - b e s i - p a d a-e nd a p a n - l e t a k a n - di-

p a nt a i - p a m e ung p e uk - k a b up a t e n - g a r u t - s e l a t a n - g a s e l a- j a w a - b a ra t