Laporan Perjalanan Ekskursi (TETEN)
description
Transcript of Laporan Perjalanan Ekskursi (TETEN)
BAB II
KEGIATAN EKSKURSI
2.1. Pelepasan Peserta Ekskursi
Tepat pukul 13.00 WITA pelepasan peserta Ekskursi dilakukan didepan
Kantor Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin yang dipimpin langsung
oleh Bapak Ilham Alimuddin selaku dosen yang akan ikut bersama dengan kami
ke Malaysia dan dilepas oleh Sekertaris Jurusan yaitu Ibu Meutia Farida.
Pelepasan ini berlangsung selama 15 menit. Dan setelah pelepasan dilakukan oleh
ibu Meutia Farida, seluruh peserta pun bergegas menuju bandara Sultan
Hasanuddin.
2.2. Keberangkatan Peserta Ekskursi ke Malaysia
Selepas pelepasan dilakukan, seluruh peserta ekskursi menuju bandara
Internasional Sultan Hasanuddin pada pukul 13.30 WITA dan tiba pada pukul
14.30 WITA. Kemudian semua peserta melakukan check in dan pemeriksaan
passport dan setelah itu menunggu panggilan masuk ke dalam pesawat. Tepan
pukul 15.45 WITA, seluruh rombongan memasuki pesawat Air Asia dan lepas
landas pada pukul 16.15 WITA.
Foto.2.2.1. Menunggu panggilan untuk memasuki pesawat Air Asia di Bandara
Internasional Sultan Hasanuddin
2.3. Hari Pertama tiba di Bandara Kuala Lumpur
Perjalanan dari Bandara Interasional Sultan Hasanuddin menuju Bandara
Internasional Kuala Lumpur memakan waktu selama kurang lebih 3 jam dan tiba
pada pukul 19.30 WITA. Setibanya di Malaysia, seluruh rombongan melakukan
pemeriksaan passport dan pengambilan barang kemudian beristirahat di salah satu
ruang peristirahatan di bandara tersebut hingga menjelang pagi. Jadi selama kami
beristirahat sambil menunggu jemputan dari Universitas Malaysia Kelantan kami
berkeliling disekitar bandara dan berfoto-foto dan melakukan beberapa games
atau permainan untuk mengurangi rasa penat dan rasa bosan.
Foto 2.3.1. Ketibaan di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia
Foto. 2.3.2. Pengecekan passport di Bandara Internasional Kuala Lumpur,
Malaysia
2.4. Hari Kedua (Selasa, 10 Maret 2015) Bukit Bintang, Kuala Lumpur
Pada pukul 07.00 WITA, mahasiswa geologi dari Universitas Malaysia
Kelantan tiba di bandara Kuala Lumpur untuk menjemput kami dan selanjutnya
melakukan perjalanan mengelilingi kota Kuala Lumpur yang menjadi pusat dari
negera Malaysia sendiri. Selama diperjalanan menuju pusat kota Kuala Lumpur,
kita diajak melihat dan mengamati bagaimana kondisi yang ada di kota Kuala
Lumpur tersebut diantaranya kebersihan kotanya, tatanan kota yang sangat baik,
dan terlebih kondisi jalan raya yang tidak dijumpai adanya kemacetan di setiap
jalan.
Pada hari itu seluruh rombongan ekskursi diajak untuk melihat kota yang
bernama Putra Jaya yang merupakan pusat pemerintahan di Malaysia dan Masjid
Putra, Putrajaya Malaysia yang merupakan masjid yang sangat besar yang ada di
kota tersebut.
Foto 2.4.1. Pusat Kota Malaysia (Putrajaya)
Foto 2.4.2. Masjid Putra, Putrajaya, Malaysia
Pada pukul 11.00 WITA, rombongan melanjutkan perjalanan menuju
pusat perbelanjaan yaitu Berjaya Town Square. Di tempat tersebut kami diberi
waktu sampai pukul 16.00 WITA untuk selanjutnya melakukan perjalanan menuju
pelabuhan. Di Berjaya Town Square, kami menjumpai sebuah toko yang
didalamnya menjual batu-batu permata yang kita biasa kita sebut mineral-mineral
seperti Ametyst dan lain sebagainya.
Foto 2.4.3. Berbagai jenis mineral pada Berjaya Town Square
Foto 2.4.4. Salah satu jenis mineral yaitu Ametyst yang berukuran besar
Selanjutnya pada pukul 16.30 WITA, kami kemudian diajak untuk menuju
sebuah tempat yang bernama Rofftop BTS untuk istrahat dan melakukan briefing
dengan menggunakan monorail menuju tempat tersebut.
Foto 2.4.5. Rofftop BTS
Tepat pukul 18.00 WITA kami menuju Petronas dan melihat pertunjukan
air mancur. Tak lama setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan.
perjalanan menuju pelabuhan memakan waktu sekitar 8 jam.
Foto2.4.6. Petronas
Foto 2.4.7. Pertunjukan air mancur
Pada pukul 06.00 WITA kami tiba di pelabuhan feri di daerah Kuala Perlis
dan pada pukul 07.00 WITA kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pulau
Langkawi dengan menggunakan kapal Feri. Perjalanan menuju pulau Langkawi
memakn waktu sekitar 2 jam.
2.5. Hari Ketiga (Rabu, 11 Maret 2015)
Setelah tiba di pulau Langkawi, kami pun langsung melanjutkan
perjalanan menuju beberapa pulau yang ada di Langkawi dimana perjalanankali
ini merupakan fieldtrip geologi dinamika pantai.
2.5.1. Pulau Dayang Bunting
Pulau Dayang Bunting merupakan stasiun pengamatan pertama pada
fieldtip kali ini. Perjalanan menuju pulau ini memakan waktu kurang lebih 20
menit dari penginapan dengan menggunakan mobil dan boat. Pada pulau Dayang
Bunting tersebut terdapat 3 fomasi batuan yaitu diantaranya Formasi Setul,
Formasi Singa, dan Formasi Cuping. Formasi Setul meupakan batuan dengan
komposisi basa dan berwarna lebih gelap dan berumr ordovisium. Selanjutnya
Formasi Cuping tersusun atas batugamping yang berwarna lebih terang dan
berumur Devon. Sedangkan Formasi Singa merupakan formasi yang tidak dapat
dilihat langsung pada lapangan karena pada formasi ini dijumpai adanya struktur
yang terjadi sehingga formasi ini tidak tersingkap di permukaan.
Pulau Dayang Bunting ini sangat dilindungi oleh masyarakat sekitar
karena pulau ini merupakan salah satu pulau yang juga dilindungi oleh UNESCO.
Foto 2.5.1.3. Papan informasi yang ada pada Pulau Dayang Bunting
mengenai Formasi yang ada
Pada pulau Dayang Bunting ini terjadi dua struktur yaitu adanya struktur
sesar geser yang melibatkan formasi cuping dan setul selanjutnya terjadi sesar
naik yang kemudian menyebabkan formasi cuping berada diatas fomasi setul yang
lebih tua. Pada Pulau Dayang Bunting ini juga dijumpai adanya marble yang
dihasilkan dari proses metamorfisme pada litologi batugamping daerah tersebut.
Foto 2.5.1.4. Marble pada Pulau Dayang Bunting
2.5.2. Pulau Ular
Pulau Ular merupakan stasiun selanjutnya pada fieldtrip kali ini dimana
pulau ini ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan boat. Pulau ini
merupakan Formasi Singa yang tersusun atas litologi batupasir dengan umur
berkisar Devon.
Foto 2.5.2.1. Kenampakan pulau Ular
Pada pulau Ular ini juga, terdapat banyak koral yang sangat melimpah
yang diduga berasal dari pulau Beras Basah yang dapat diamati dengan melihat
arah ombak yang berasal dari pulau tersebut.
Foto 2.5.2.2. Kenampakan koral-koral pada pulau Ular
Adapun struktur sedimen yang terdapat pada kenampakan litologi pada
pulau ular ini yaitu adanya laminasi yang memperlihatkan kesan perbedaan warna
pada setiap ketebalan lapisannya dengan arah perlapisan sedimennya yaitu N
107o/14oE.
Foto 2.5.2.3. Kenampakan struktur laminasi pada batupasir pada pulau Ular
2.5.3. Pulau Anak Tikus
Pulau selanjutnya yang menjadi stasiun selanjutnya yaitu pada pulau Anak
Tikus yang berada disebelah timur pulau Langkawi. Litologi yang terdapat pada
pulau ini yaitu batupasir dan batugamping yang diperkirakan berumur Ordovisium
dan termasuk kedalam Formasi Setul.
Foto 2.5.3.1. Pulau Anak Tikus
Pada pulau Anak Tikus ini juga dijumpai adanya fosil trilobita sp. yang
merupakan organism tertua pada pulau Anak Tikus ini.
Foto 2.5.3.2. Kenampakan fosil trilobita sp. pada pulau Anak Tikus
2.5.4. Pulau Langgun
Pulau selanjutnya yaitu Pulau Langgun yang ditempuh selama kurang
lebih 8 menit dengan menggunakan boat dan juga pulau ini masih merupakan
formasi Setul dengan litologi berupa batupasir dan batulempung merah.
Foto 2.5.4.1. Kenampakan litologi batupasir pada pulau Langgun
Pada pulau Langgun ini juga terdapan adanya batupasir yang berselinngan
dengan batulempung merah dan terdapa pula struktur sedimen berupan speroidal
weathering.
Foto 2.5.4.2. Kenampakan batulempung merah pada pulau Langgun
Foto 2.5.4.3. Kenampakan weathering speroidal pada batupasir dan
batulempung merah.
2.6. Hari Keempat (Kamis, 12 Maret 2015)
Hari keempat masih dilanjutkan pada pulau langkawi dan masih diakukan
pengamatan dibeberapa daerah di Langkawi.
2.6.1. Pulau Tengkorak
Pada stasiun pengamatan selanjutnya yaitu berada pada pulau Tengkorak
yang ditempuh selama 20 menit dengan menggunakan mobil dari penginapan.
Foto 2.6.1.1. Kenampakan Pulau Tengkorak
Pulau Tengkorak ini merupakan formasi Macincang yang berumur
Kambrium dengan litologi berupa batupasir, batulempung, dan serpih yang telah
mengalami pengikisan akibat adanya media geologi seperti angi, air, dan gletser.
Foto 2.6.1.2. Kenampakan litologi batupasir, batulempung, dan serpih pada
pulau Tengkorak
Pada pulau Tengkorak terdapat beberapa struktur sedimen yang
diakibatkan oleh beberapa media geologi seperti air, angin, maupun gletser.
Diantaranya yaitu ripplemark, hummocky, tavone, noodle, cross bedding, flute
cast, load cast, laminasi, convolute lamination.
Struktur tavone merupakan struktur yang terbentk akibat adanya
pengikisan berupa air dan angin. Proses pengikisan tavone dimulai ketika adanya
material sedimen yang masih sangat halus yang kemudian terkikis oleh air dan
angin dan kemudian membentuk seperti sarang lebah. Strukur ini merupakan
penciri laut dalam.
Foto 2.6.1.3. Kenampakan struktur tavone pada pulau Tengkorak
Selanjutnya juga dijumpai adanya struktur hummocky yang terbentuk
akibat tiga media geologi yaitu air, angin, dan gletser. struktur ini berbentuk blok-
blok yang kemudian mengisi layer-layer yang ada.
Foto 2.6.1.3. Kenampakan struktur Hummocky pada pulau Tengkorak
Foto 2.6.1.4. Kenampakan struktur Ripplemark pada pulau Tengkorak
Foto 2.6.1.5. Kenampakan struktur Flute Cast pada pulau Tengkorak
Pada pulau tengkorak ini juga dijumpai adanya struktur yang pernah
terjadi pada daerah tersebut dimana adanya kekar-kekar batuan yang terdapat pada
litologi batupasir. Kekar-kekar yang terdapat pada batuan tersebut menandakan
bahwa pada daerah tersebut pernah terjadi aktifitas tektonik yang sangat kuat.
Foto 2.6.1.6. Kenampakan kekar-kekar pada pulau Tengkorak
2.6.2. Pantai Baki
Pantai Baki merupakan stasiun selanjutnya pada hari keempat dimana
pantai Baki ini terletak di bagian barat pulau Langkawi. Di pantai Baki ini
dijumpai litologi batuan beku yaitu berupa Granit dengan umur sekitar Trias.
Granit ini merupakan satuan Gunung Raya yang mengintrusi formasi Macincang.
Batuan Granit pada daerah ini memiliki cirri khas dimana terdapat fenokris
berupa ortoklas dan plagioklas yang memiliki ukuran yang sangat besar dari
mineral yang lain yang ada disekitarnya dengan tekstur faneritik. Ukuran fenokris
dari batuan grankt ini yaitu > 2 cm. Granit pada daerah ini awalnya terbentuk
karena adanya proses kristalisasi magma asam, selanjutnya batuan tersebut
mengalami perubahan temperatur yang tinggi, sehingga granit pada daerah ini
mengalami peleburan, dalam jangka waktu yang lama.