Laporan Perjalanan Ekskursi (TETEN)

27
BAB II KEGIATAN EKSKURSI 2.1. Pelepasan Peserta Ekskursi Tepat pukul 13.00 WITA pelepasan peserta Ekskursi dilakukan didepan Kantor Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin yang dipimpin langsung oleh Bapak Ilham Alimuddin selaku dosen yang akan ikut bersama dengan kami ke Malaysia dan dilepas oleh Sekertaris Jurusan yaitu Ibu Meutia Farida. Pelepasan ini berlangsung selama 15 menit. Dan setelah pelepasan dilakukan oleh ibu Meutia Farida, seluruh peserta pun bergegas menuju bandara Sultan Hasanuddin. 2.2. Keberangkatan Peserta Ekskursi ke Malaysia Selepas pelepasan dilakukan, seluruh peserta ekskursi menuju bandara Internasional Sultan Hasanuddin pada pukul 13.30 WITA dan tiba pada pukul 14.30 WITA. Kemudian semua peserta melakukan check in dan pemeriksaan passport dan setelah itu menunggu panggilan

description

tugas

Transcript of Laporan Perjalanan Ekskursi (TETEN)

BAB II

KEGIATAN EKSKURSI

2.1. Pelepasan Peserta Ekskursi

Tepat pukul 13.00 WITA pelepasan peserta Ekskursi dilakukan didepan

Kantor Jurusan Teknik Geologi Universitas Hasanuddin yang dipimpin langsung

oleh Bapak Ilham Alimuddin selaku dosen yang akan ikut bersama dengan kami

ke Malaysia dan dilepas oleh Sekertaris Jurusan yaitu Ibu Meutia Farida.

Pelepasan ini berlangsung selama 15 menit. Dan setelah pelepasan dilakukan oleh

ibu Meutia Farida, seluruh peserta pun bergegas menuju bandara Sultan

Hasanuddin.

2.2. Keberangkatan Peserta Ekskursi ke Malaysia

Selepas pelepasan dilakukan, seluruh peserta ekskursi menuju bandara

Internasional Sultan Hasanuddin pada pukul 13.30 WITA dan tiba pada pukul

14.30 WITA. Kemudian semua peserta melakukan check in dan pemeriksaan

passport dan setelah itu menunggu panggilan masuk ke dalam pesawat. Tepan

pukul 15.45 WITA, seluruh rombongan memasuki pesawat Air Asia dan lepas

landas pada pukul 16.15 WITA.

Foto.2.2.1. Menunggu panggilan untuk memasuki pesawat Air Asia di Bandara

Internasional Sultan Hasanuddin

2.3. Hari Pertama tiba di Bandara Kuala Lumpur

Perjalanan dari Bandara Interasional Sultan Hasanuddin menuju Bandara

Internasional Kuala Lumpur memakan waktu selama kurang lebih 3 jam dan tiba

pada pukul 19.30 WITA. Setibanya di Malaysia, seluruh rombongan melakukan

pemeriksaan passport dan pengambilan barang kemudian beristirahat di salah satu

ruang peristirahatan di bandara tersebut hingga menjelang pagi. Jadi selama kami

beristirahat sambil menunggu jemputan dari Universitas Malaysia Kelantan kami

berkeliling disekitar bandara dan berfoto-foto dan melakukan beberapa games

atau permainan untuk mengurangi rasa penat dan rasa bosan.

Foto 2.3.1. Ketibaan di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia

Foto. 2.3.2. Pengecekan passport di Bandara Internasional Kuala Lumpur,

Malaysia

2.4. Hari Kedua (Selasa, 10 Maret 2015) Bukit Bintang, Kuala Lumpur

Pada pukul 07.00 WITA, mahasiswa geologi dari Universitas Malaysia

Kelantan tiba di bandara Kuala Lumpur untuk menjemput kami dan selanjutnya

melakukan perjalanan mengelilingi kota Kuala Lumpur yang menjadi pusat dari

negera Malaysia sendiri. Selama diperjalanan menuju pusat kota Kuala Lumpur,

kita diajak melihat dan mengamati bagaimana kondisi yang ada di kota Kuala

Lumpur tersebut diantaranya kebersihan kotanya, tatanan kota yang sangat baik,

dan terlebih kondisi jalan raya yang tidak dijumpai adanya kemacetan di setiap

jalan.

Pada hari itu seluruh rombongan ekskursi diajak untuk melihat kota yang

bernama Putra Jaya yang merupakan pusat pemerintahan di Malaysia dan Masjid

Putra, Putrajaya Malaysia yang merupakan masjid yang sangat besar yang ada di

kota tersebut.

Foto 2.4.1. Pusat Kota Malaysia (Putrajaya)

Foto 2.4.2. Masjid Putra, Putrajaya, Malaysia

Pada pukul 11.00 WITA, rombongan melanjutkan perjalanan menuju

pusat perbelanjaan yaitu Berjaya Town Square. Di tempat tersebut kami diberi

waktu sampai pukul 16.00 WITA untuk selanjutnya melakukan perjalanan menuju

pelabuhan. Di Berjaya Town Square, kami menjumpai sebuah toko yang

didalamnya menjual batu-batu permata yang kita biasa kita sebut mineral-mineral

seperti Ametyst dan lain sebagainya.

Foto 2.4.3. Berbagai jenis mineral pada Berjaya Town Square

Foto 2.4.4. Salah satu jenis mineral yaitu Ametyst yang berukuran besar

Selanjutnya pada pukul 16.30 WITA, kami kemudian diajak untuk menuju

sebuah tempat yang bernama Rofftop BTS untuk istrahat dan melakukan briefing

dengan menggunakan monorail menuju tempat tersebut.

Foto 2.4.5. Rofftop BTS

Tepat pukul 18.00 WITA kami menuju Petronas dan melihat pertunjukan

air mancur. Tak lama setelah itu, kami melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan.

perjalanan menuju pelabuhan memakan waktu sekitar 8 jam.

Foto2.4.6. Petronas

Foto 2.4.7. Pertunjukan air mancur

Pada pukul 06.00 WITA kami tiba di pelabuhan feri di daerah Kuala Perlis

dan pada pukul 07.00 WITA kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pulau

Langkawi dengan menggunakan kapal Feri. Perjalanan menuju pulau Langkawi

memakn waktu sekitar 2 jam.

2.5. Hari Ketiga (Rabu, 11 Maret 2015)

Setelah tiba di pulau Langkawi, kami pun langsung melanjutkan

perjalanan menuju beberapa pulau yang ada di Langkawi dimana perjalanankali

ini merupakan fieldtrip geologi dinamika pantai.

2.5.1. Pulau Dayang Bunting

Pulau Dayang Bunting merupakan stasiun pengamatan pertama pada

fieldtip kali ini. Perjalanan menuju pulau ini memakan waktu kurang lebih 20

menit dari penginapan dengan menggunakan mobil dan boat. Pada pulau Dayang

Bunting tersebut terdapat 3 fomasi batuan yaitu diantaranya Formasi Setul,

Formasi Singa, dan Formasi Cuping. Formasi Setul meupakan batuan dengan

komposisi basa dan berwarna lebih gelap dan berumr ordovisium. Selanjutnya

Formasi Cuping tersusun atas batugamping yang berwarna lebih terang dan

berumur Devon. Sedangkan Formasi Singa merupakan formasi yang tidak dapat

dilihat langsung pada lapangan karena pada formasi ini dijumpai adanya struktur

yang terjadi sehingga formasi ini tidak tersingkap di permukaan.

Pulau Dayang Bunting ini sangat dilindungi oleh masyarakat sekitar

karena pulau ini merupakan salah satu pulau yang juga dilindungi oleh UNESCO.

Foto 2.5.1.1. Pulau Dayang Bunting

Foto 2.5.1.2. Foto bersama di Pulau Dayang Bunting

Foto 2.5.1.3. Papan informasi yang ada pada Pulau Dayang Bunting

mengenai Formasi yang ada

Pada pulau Dayang Bunting ini terjadi dua struktur yaitu adanya struktur

sesar geser yang melibatkan formasi cuping dan setul selanjutnya terjadi sesar

naik yang kemudian menyebabkan formasi cuping berada diatas fomasi setul yang

lebih tua. Pada Pulau Dayang Bunting ini juga dijumpai adanya marble yang

dihasilkan dari proses metamorfisme pada litologi batugamping daerah tersebut.

Foto 2.5.1.4. Marble pada Pulau Dayang Bunting

2.5.2. Pulau Ular

Pulau Ular merupakan stasiun selanjutnya pada fieldtrip kali ini dimana

pulau ini ditempuh selama 15 menit dengan menggunakan boat. Pulau ini

merupakan Formasi Singa yang tersusun atas litologi batupasir dengan umur

berkisar Devon.

Foto 2.5.2.1. Kenampakan pulau Ular

Pada pulau Ular ini juga, terdapat banyak koral yang sangat melimpah

yang diduga berasal dari pulau Beras Basah yang dapat diamati dengan melihat

arah ombak yang berasal dari pulau tersebut.

Foto 2.5.2.2. Kenampakan koral-koral pada pulau Ular

Adapun struktur sedimen yang terdapat pada kenampakan litologi pada

pulau ular ini yaitu adanya laminasi yang memperlihatkan kesan perbedaan warna

pada setiap ketebalan lapisannya dengan arah perlapisan sedimennya yaitu N

107o/14oE.

Foto 2.5.2.3. Kenampakan struktur laminasi pada batupasir pada pulau Ular

2.5.3. Pulau Anak Tikus

Pulau selanjutnya yang menjadi stasiun selanjutnya yaitu pada pulau Anak

Tikus yang berada disebelah timur pulau Langkawi. Litologi yang terdapat pada

pulau ini yaitu batupasir dan batugamping yang diperkirakan berumur Ordovisium

dan termasuk kedalam Formasi Setul.

Foto 2.5.3.1. Pulau Anak Tikus

Pada pulau Anak Tikus ini juga dijumpai adanya fosil trilobita sp. yang

merupakan organism tertua pada pulau Anak Tikus ini.

Foto 2.5.3.2. Kenampakan fosil trilobita sp. pada pulau Anak Tikus

2.5.4. Pulau Langgun

Pulau selanjutnya yaitu Pulau Langgun yang ditempuh selama kurang

lebih 8 menit dengan menggunakan boat dan juga pulau ini masih merupakan

formasi Setul dengan litologi berupa batupasir dan batulempung merah.

Foto 2.5.4.1. Kenampakan litologi batupasir pada pulau Langgun

Pada pulau Langgun ini juga terdapan adanya batupasir yang berselinngan

dengan batulempung merah dan terdapa pula struktur sedimen berupan speroidal

weathering.

Foto 2.5.4.2. Kenampakan batulempung merah pada pulau Langgun

Foto 2.5.4.3. Kenampakan weathering speroidal pada batupasir dan

batulempung merah.

2.6. Hari Keempat (Kamis, 12 Maret 2015)

Hari keempat masih dilanjutkan pada pulau langkawi dan masih diakukan

pengamatan dibeberapa daerah di Langkawi.

2.6.1. Pulau Tengkorak

Pada stasiun pengamatan selanjutnya yaitu berada pada pulau Tengkorak

yang ditempuh selama 20 menit dengan menggunakan mobil dari penginapan.

Foto 2.6.1.1. Kenampakan Pulau Tengkorak

Pulau Tengkorak ini merupakan formasi Macincang yang berumur

Kambrium dengan litologi berupa batupasir, batulempung, dan serpih yang telah

mengalami pengikisan akibat adanya media geologi seperti angi, air, dan gletser.

Foto 2.6.1.2. Kenampakan litologi batupasir, batulempung, dan serpih pada

pulau Tengkorak

Pada pulau Tengkorak terdapat beberapa struktur sedimen yang

diakibatkan oleh beberapa media geologi seperti air, angin, maupun gletser.

Diantaranya yaitu ripplemark, hummocky, tavone, noodle, cross bedding, flute

cast, load cast, laminasi, convolute lamination.

Struktur tavone merupakan struktur yang terbentk akibat adanya

pengikisan berupa air dan angin. Proses pengikisan tavone dimulai ketika adanya

material sedimen yang masih sangat halus yang kemudian terkikis oleh air dan

angin dan kemudian membentuk seperti sarang lebah. Strukur ini merupakan

penciri laut dalam.

Foto 2.6.1.3. Kenampakan struktur tavone pada pulau Tengkorak

Selanjutnya juga dijumpai adanya struktur hummocky yang terbentuk

akibat tiga media geologi yaitu air, angin, dan gletser. struktur ini berbentuk blok-

blok yang kemudian mengisi layer-layer yang ada.

Foto 2.6.1.3. Kenampakan struktur Hummocky pada pulau Tengkorak

Foto 2.6.1.4. Kenampakan struktur Ripplemark pada pulau Tengkorak

Foto 2.6.1.5. Kenampakan struktur Flute Cast pada pulau Tengkorak

Pada pulau tengkorak ini juga dijumpai adanya struktur yang pernah

terjadi pada daerah tersebut dimana adanya kekar-kekar batuan yang terdapat pada

litologi batupasir. Kekar-kekar yang terdapat pada batuan tersebut menandakan

bahwa pada daerah tersebut pernah terjadi aktifitas tektonik yang sangat kuat.

Foto 2.6.1.6. Kenampakan kekar-kekar pada pulau Tengkorak

2.6.2. Pantai Baki

Pantai Baki merupakan stasiun selanjutnya pada hari keempat dimana

pantai Baki ini terletak di bagian barat pulau Langkawi. Di pantai Baki ini

dijumpai litologi batuan beku yaitu berupa Granit dengan umur sekitar Trias.

Granit ini merupakan satuan Gunung Raya yang mengintrusi formasi Macincang.

Batuan Granit pada daerah ini memiliki cirri khas dimana terdapat fenokris

berupa ortoklas dan plagioklas yang memiliki ukuran yang sangat besar dari

mineral yang lain yang ada disekitarnya dengan tekstur faneritik. Ukuran fenokris

dari batuan grankt ini yaitu > 2 cm. Granit pada daerah ini awalnya terbentuk

karena adanya proses kristalisasi magma asam, selanjutnya batuan tersebut

mengalami perubahan temperatur yang tinggi, sehingga granit pada daerah ini

mengalami peleburan, dalam jangka waktu yang lama.

Foto 2.6.2.1. Batuan Granit pada Pantai Baki

Foto 2.6.2.2. Kandungan Plagioklas dan Ortoklas yang menjadi fenokris pada

batuan granit pada pantai Baki

2.7. Skycab