Laporan Diskusi Refleksi Kasus Rs Grasia-edit

download Laporan Diskusi Refleksi Kasus Rs Grasia-edit

of 5

description

RDK

Transcript of Laporan Diskusi Refleksi Kasus Rs Grasia-edit

LAPORAN DISKUSI REFLEKSI KASUSDI RUANG SRIKANDI RS JIWA GHRASIA PROVINSI DIYA. Latar BelakangDiskusi refleksi kasus (DRK) merupakan suatu metode pembelajaran dalam merefleksikan pengalaman tenaga keperawatanyangaktual dan menarik dalam memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan.Di Ruang Srikandi RS Jiwa Grhasia Provinsi DIY saat ini merawat 22 pasien sesuai kapasitas. Diantara 22 pasien yang dirawat terdapat satu pasien yang menurut pandangan kami merupakan pasien yang unik. Pasien ini telah 2 kali dirawat di RS Jiwa Provinsi dan kebetulan juga dua kali dirawat di Ruang Srikandi. Pasien berinisial Nn.E dengan diagnosa medis F.25.0 DD F.20.3, dan diagnosa keperawatan yang muncul 1) Defisit pearawatan diri: Toileting dan berhias, 2) Gangguan proses pikir. Perawat bersama dengan psikiater dan dokter ruangan merasa sudah memberikan perawatan pada pasien ini semaksimal mungkin akan tetapi pasien ini tidak menunjukkan perbaikan tetapi mengalami kemunduran. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien Nn.E merujuk dari Standar Asuhan Keperawatan yang ada di RS Jiwa Grhasia Provinsi DIY.Oleh karena itu, kami menampilkan kasus pada pasien Nn.E ini pada diskusi refleksi kasus. Kami berharap mendapat masukan dari pihak-pihak terkait agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien Nn.E dengan hasil yang maksimal.B. Tujuan1. Mengembangkan profesionalitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.2. Salah satu wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar keperawatan yang telah ditetapkan.C. Manfaat1. Meningkatkan aktualisasi perawat.2. Membangkitkan motivasi belajar perawat.3. Belajar untuk menghargai kerjasama tim kesehatan.4. Memberikan kesempatan individu untuk mengeluarkan pendapat tanpa merasa tertekan.5. Memberikan masukan kepada pimpinan untuk:a) Peningkatan SDM perawat (pelatihan, pendidikan berkelanjutan)b) Penyempurnaan SOP dan SAKc) Pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana.D.PelaksanaanPelaksanaan diskusi refleksi kasus dilakukan pada :Hari/tanggal : Rabu, 11 April 2012Waktu : 09.00 10.30 WIBTempat : Ruang Srikandi RS Jiwa Grhasia Provinsi DIYPeserta :1. Ka.BidKeperawatan2. SuBid.MutuKeperawatan3. Psikiater R. Srikandi4. Ka.Instalasi Rawat Inap5. Ketua SPMMK6. Komite keperawatan7. Semua Kepala Ruang8. Semua Staf perawatan di R.Srikandi.Penyaji : Elmi KuntariModerator : SriyatunObserver : Fitri FitawatiNotulen : Pudji HastutiProses pelaksanaan :Diskusi refleksi kasus dibuka oleh Kepala Ruang Srikandi : Ibu Nuning Sri Wahyuni,SST. Kemudian dilanjutkan dengan penyajian Asuhan keperawatan pada pasien Nn.EWaktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tersebut 90 menit dengan perincian sebagai berikut:a. Pembukaan : 5 menitb. Penyajian : 15 menitc. Tanya jawab/diskusi: 60 menitd. Penutup/kesimpulan: 10 menitE.Hasil DiskusiHasil penyajian telah memberikan beberapa masukan dan pertanyaan dari peserta, antara lain :1. Ibu Indarti W (Karu R.Bima) : pasien sudah lama sakitnya, sejak tahun 2002 sudah 10 tahun, sehingga rentang sakit sudah lama dan merupakan sakit yang kronis. Hal ini termasuk dari sepertiga pasien yang tidak bisa sembuh total, apalagi dukungan keluarga yang kurang.2. Bp.EkaSuwartana (Karu R.UGD) : disarankan untuk memberikan cuti pada pasien agar pasien bisa berkumpul dengan keluarga karena riwayat pasien yang belum pernah pulang ke rumah sejak lama (pasien tinggal di panti dan mondok di RS Jiwa) dan selama dirawat pasien ditengok oleh keluarga hanya satu kali yang bersamaan dengan familiy gathering yang diadakan beberapa waktu yang lalu di R. Srikandi.3. Ibu Krismawati (Katim R.Arimbi) : Pasien sudah lama diberi terapi obat tipikal sehingga menyebabkan kemunduran kognitif. Hal ini mungkin yang menyebabkan terjadinya kemunduran pada pasien.4. Bp. Nyoman S (Katim R.Nakula) : Seharusnya keluarga memberikan dukungan yang kooperatif. Pengalaman di R.Nakula ada kasus pasien seperti ini, tetapi riwayat mondok baru pertama dan merupakan penderita akut, serta adanya keluarga yang mendukung dengan sering menengok pasien. Sehingga menyebabkan pasien bisa berhasil perawatannya dan mengalami perbaikan.5. Ibu Suyatmi (Karu R. Shinta) : Memberikan saran bahwa pasien ditempatkan di Ruangan tersediri dan dikeluarkan ketika pasien akan mandi, BAB, BAK, Makan atau kegiatan tertentu sehingga bisa membatasi aktivitas pasien yang kompulsif.6. Ibu Nuning (Karu R.Srikandi) : Berpendapat bahwa walaupun pasien sudah lama sakitnya dan kronis, masih berharap pasien bisa mengalami perbaikan karena dari kognitf pasien masih baik, orientasi pasien juga baik, hanya perilaku yang mengalami masalah.7. Bp.Sudiharjo (Sub.BidMutu Keperawatan) : memberi masukan bahwa pasien mungkin bisa dilakukan terapi relaksasi untuk memperbaiki konsentrasi pikiran dan membuat pasien tidak melakukan kegiatan yang diulang-ulang. Terapi relaksasi ini juga perlu dukungan keluarga, sehingga terapi ini bisa diteruskan atau dilakukan oleh keluarga.8. Endang R (perawat R.Srikandi): Mengajari pasien teknik relaksasi harus melihat kondisi pasien.9. Pudji H (Katim R.Srikandi) : Menanyakan tentang diagnosa medis, apakah pasien ini dengan F.25.0 (skizoafektif tipe manik)? Jika dilihat sejak pasien masuk di R.Srikandi pasien tidak menunjukkan gejala manik (hiperaktif, logorhoe, dll) tetapi terjadi masalah pada pasien yang sering melakukan ritual tertentu yaitu pada saat di kamar mandi pasien selalu mandi berkali-kali, ngobok-obok wc berulang-ulang, dll. Apakah ini merupakan gejala obsesi kompulsif, yang merupakan respon dari kecemasan? Hal ini berkaitan bagaimana dengan terapi medis yang diberikan?10. Dr. Kus Sumartinah,SpKJ (Psikiater R.Srikandi) : Memberi penjelasan sekaligus memberikan masukan :a. Rumah sakit belum pernah melakukan kunjungan rumah, untuk mengetahui bagaimana kondisi keluarga yang membuat pasien tidak mendapat dukungan.b. Keluarga kurang kooperatif dalam memberikan dukungan pada pasien, disaranakan ada home visite (kunjungan rumah).c. Perjalanan skizofrenia jika akut gejala positif meningkat, dalam perjalanan waktu gejala positif ini menurun dan gejala negatif meningkat. Obat tipikal bisa menekan gejala positif, tetapi tidak mampu menekan gejala negatif sehingga akan melaju terus. Sehingga pasien ini diberikan obat tipikal agar menekan gejala positif yang ada pasien. Kognitif mengalami kemunduran bukan karena obat tipikal tetapi karena perjalanan penyakitnya. Pada pasien ini yang mengalami gangguan adalah pengendalian impulsnya yang sudah rusak.d. Penanganan pada pasien ini, selain obat tipikal yang diberikan harus dikombinasi dengan terapi perilaku, terapi rehabilitasi, dan dukungan keluarga yang baik.e. Terapi rehabilitasi sebaiknya dilakukan juga di sore hari, tetapi harus ada lingkungan yang mendukung untuk terlaksananya terapi rehabilitasi ini.f. Terapi perilaku dengan memberikan reward dan panisment. Tidak disarankan memberikan reward yang menimbulkan masalah. Bentuk reward yang bisa diberikan adalah manajemen pola makan yang tepat.g. Untuk selanjutnya terapi medis yang diberikan akan diganti sesuai kondisi pasien.h. Usul untuk pimpinan : Dalam perbaikan gedung, kedepan diharapkan untuk lebih memperhatikan sekat-sekat ruangan, seperti di ruangan tertentu ada kamar pasien yang terpisah oleh sekat dengan kamar mandi.11. Bp.AminS (Ka.BidKeperawatan) : Memberikan apresiasi positif pada R.Srikandi telah melakukan diskusi refleksi kasus dan diharapkan di ruangan-ruangan lain juga bisa melakukan. Semua masukan diharapkan bisa ditindak lanjuti, seperti untuk kunjungan rumah (home visite) bisa diusulkan melalui Bidang Pelayanan Medik, usulan bentuk ruangan akan disampaikan ke jajaran manajemen, dalam memberikan panisment pada pasien dengan prinsip tidak menyakiti.12. Bp.UnangS (Ketua SPMKK) : Diskusi refleksi kasus merupakan RTL dari SPMKK. Yang perlu diperhatikan dalam diskusi refleksi kasus ini adalah mengambil atau menemukan masalah dan mencari solusinya. waktu yang digunakan dalam diskusi perlu diatur sehingga jelas waktu yang dibutuhkan. Kegiatan diskusi refleksi kasus ini bisa dilakukan secara terjadwal. Hasil diskusi refleksi kasus ini perlu ditindak lanjuti dengan penyempurnaan SPO dan SAK yang terkait.13. Dr.Sulasmi, SpKJ (Ka.Instalasi Ranap) : mendukung adanya terapi relaksasi yang dilakukan pada pasien, kemudian perlu dilihat kembali terapi medis yang diberikan.F.Kesimpulan dan Rencana Tindak Lanjut1. Kesimpulan :Diskusi refleksi kasus telah berjalan baik dan lancar, peserta aktif memberikan pertanyaan, pendapat, masukan. Pada kasus pasien Nn.E ini terjadi gangguan pada pengendalian impulsnya yang rusak sehingga perlu diberikan beberapa terapi yang mendukung, diantaranya terapi medis yang sesuai, terapi perilaku, terapi kognitif, terapi rehabilitasi,terapi lingkungan,dan terapi relaksasi serta adanya dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga yang kurang kooperatif perlu dilakukan kunjungan rumah (home visite).2. Rencana Tindak Lanjuta. Home visite diusulkan melalui Bidang Pelayanan Medikb. Terapi rehabilitasi dilakukan juga pada sore haric. Pernyempurnaan SAK yang ada, terutama berkaitan dengan terapi perilaku.d. Penyusunan SPO terapi perilaku, terapi kognitif, dlle. Pemberian reward dengan manajemen pola makanf. Pemberian panisment dengan prinsip tidak menyakiti.