Laporan diagnosis komunitas

168
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis 1.1.1. Situasi Keadaan Umum Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078 ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24 mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km. Batas-batas wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sebagai berikut : a.Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI Jakarta. b.Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang atau Kecamatan Neglasari. c.Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi. d.Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan atau Pakuhaji. Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam

description

Laporan diagnosis komunitas

Transcript of Laporan diagnosis komunitas

Page 1: Laporan diagnosis komunitas

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis

1.1.1. Situasi Keadaan Umum

Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah

Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, mempunyai luas wilayah

4.763.198 ha (47,631 km2). Terdiri dari luas daratan 2.170.120 ha dan sawah 2.593.078

ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2 - 3 meter dengan curah hujan rata-rata 24

mm/tahun. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Tangerang sekitar 47 km.

Batas-batas wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Laut Jawa atau DKI Jakarta.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Tangerang atau Kecamatan

Neglasari.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sepatan atau Pakuhaji.

Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah Kecamatan Teluk Naga

bagian utara yang terdiri dari enam desa binaan yaitu desa Pangkalan, Tanjung Burung,

Tegal Angus, Tanjung Pasir, Muara dan Lemo.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Desa Tanjung Pasir terletak di utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai , mempunyai luas

Page 2: Laporan diagnosis komunitas

wilayah 564,25 hektar dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian satu

meter dari permukaan laut dengan suhu udara 300-370C.

Luas wilayah terdiri dari sawah seluas 79 hektar, daratan seluas 108,185 hektar

dan empang seluas 377,065 hektar. Pada daratan terdiri dari dua hektar pemakaman

umum.

1.1.2. Batas Wilayah

Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar 1.1

adalah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa.

b. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung.

c. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara.

d. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.

Gambar 1.2 Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir Tahun 2012

Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Puskesmas Tegal Angus terdapat di :

a) Desa Tegal Angus.

b) Jl. Raya Tanjung Pasir.

c) Kode Pos 15510.

d) Status kepemilikan tanah : Tanah Pemkab.

Page 3: Laporan diagnosis komunitas

e) Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.

f) Batas wilayah sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kosambi.

g) Batas wilayah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu.

h) Batas wilayah sebelah Barat dengan Desa Pakuhaji.

Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan oleh:

A. Jalan

Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km, dengan

klasifikasi sebagai berikut :

1. Berdasarkan status

a. Jalan Propinsi : 9,5 km.

b. Jalan Kabupaten : 5 km.

c. Jalan Desa : 93,5 km.

2. Berdasarkan kondisi fisik

a. Jalan hotmik : 17,5 km.

b. Jalan aspal : 67 km.

c. Jalan tanah : 14,5 km.

B. Jembatan

a. Jembatan besi : 1 km.

b. Jembatan beton : 7 km.

C. Sungai atau kali

Sungai atau kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah sungai

Cisadane dengan panjang saluran sejauh 12 km.

a. Irigasi atau Pengairan

Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 ha.

b. Bendungan air atau Dam

Bendungan dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang

menjadi salah satu sumber air bersih yang dimanfaatkan masyarakat.

1.2 Gambaran Umum Secara Demografi

1.2.1 Jumlah Penduduk

Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga

1.485 dan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3,7 jiwa.

Page 4: Laporan diagnosis komunitas

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di

wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti

yang tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah

Tangga Dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir

Tahun 2012

No Desa/Kel

Luas

Wilayah

(km2)

Jumlah

Rat

a-R

ata

Ji

wa/

Ru

mah

Kep

adat

anP

end

ud

uk

(km

2 )

Pen

du

du

k

(Jiw

a)

Pen

du

du

k

Mis

kin

(Jiw

a)

RT

RW

KK

Ru

mah

1 Lemo 3,61 6,682 734 32 15 1,408 1408 10.31 1850.9

7

2 Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77

3 Pangkalan 7,54 16,888 1,495 35 11 3,229 3229 4.08 2239.7

9

4 Tanjung

Burung

5,24 7,699 740 16 8 1,484 1572 3.10 1463.5

5

5 Tanjung

Pasir

5,64 9,513 1,348 31 18 1,936 2319 5.32 1686.7

0

6 Tegal

Angus

2,83 9,513 1,081 23 7 1,895 1895 3.30 3361.4

8

Jumlah 30,02 53,831 5,889 13

9

45 10,74

5

10,74

5

4.33 1794

Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas

Tegal Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini :

Page 5: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas

Tegal Angus Tahun 2012

NO

.

KELOMPOK

UMUR

(TAHUN)

JUMLAH PENDUDUK

LAKI-

LAKI

PEREMPU

AN

LAKI-LAKI +

PEREMPUAN

1 2 3 4 5

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

0-4

5-9

10-14

15-19

20-24

25-29

30-34

35-39

40-44

45-49

50-54

55-59

60-64

65-69

70-74

75+

2,702

2,657

2,896

2,980

2,910

2,877

2,336

1,994

1,704

1,401

1,135

741

546

337

252

203

2,505

2,511

2,563

2,895

2,960

2,790

2,153

1,888

1,613

1,262

925

656

533

318

281

307

5,207

5,168

5,459

5,875

5,870

5,667

4,489

3,882

3,317

2,663

2,060

1,397

1,079

655

533

510

JUMLAH 27,671 26,160 53,831

Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012

1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk

Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup

beragam, hal ini berhubungan dengan letak geografis kecamatan Teluk Naga dimana

terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan akses

ke daerah Jakarta.

Page 6: Laporan diagnosis komunitas

1.2.3 Tingkat Pendidikan

Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi

kualitas kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Naga, khususnya daerah

wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti yang dapat dilihat pada grafik berikut :

SD/MI43,37%

Tidak/belum tamat SD34,72%

SLTP/MTS11,19%

SLTA/MA9,92%

AK/Diploma0,44% Universitas

0,36%

Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Diagram 1.1 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah

Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

1.2.4 Sarana dan Prasarana

1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :

a. Ruang Kepala Puskesmasn : 1 Ruang

b. Ruang TU : 1 Ruang

c. Ruang Dokter : 1 Ruang

d. Ruang Aula : 1 Ruang

e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang

f. Ruang Loket : 1 Ruang

g. Ruang Apotik : 1 Ruang

h. Ruang BP umum : 1 Ruang

i. Ruang BP Anak : 1 Ruang

j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang

k. Ruang KIA dan KB : 1 Ruang

l. Ruang Gizi : 1 Ruang

m.Ruang Gudang Obat : 1 Ruang

n. Ruang TB : 1 Ruang

Page 7: Laporan diagnosis komunitas

o. Ruang Lansia : 1 Ruang

p. Ruang Kesling : 1 Ruang

q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang

r. Ruang Mushola : 1 Ruang

s. Ruang Bidan : 1 Ruang

t. Dapur : 1 Ruang

u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang

v. WC : 9 Ruang

2. Bidan di Desa : 6 orang

3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :

a. Tegal Angus : 7 Posyandu

b. Pangkalan : 10 Posyandu

c. Tanjung Burung : 7 Posyandu

d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu

e. Lemo : 6 Posyandu

f. Muara : 6 Posyandu

4. Pembinaan UKBM ( Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ) :

a. Jumlah Posyandu : 45 buah

b. Jumlah Kader Posyandu dibina : 225 orang

c. Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang

d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang

5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus.

Tabel 1.3 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus

No NAMA

DESA

JUMLAH SEKOLAH

PAU

D

TK RA SD MI SMP MT

S

SM

A

SM

K

MA

1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0

2 Tanjung

Burung

1 0 0 2 1 0 0 0 0 0

3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0

Page 8: Laporan diagnosis komunitas

4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0

5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

PUSKESMA

S

1 3 0 12 4 2 2 1 0 0

Sumber : Program UKS, Puskesmas Tegal Angus, 2012

Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat

dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012

No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah

1 Apotik 0

2 Balai Pengobatan Swasta 2

Gudang Farmasi 0

Laboratorium Klinik Swasta 0

Optikal 0

Pos UKK 0

3 Polindes 0

4 Posbindu 1

5 Poskesdes 1

6 Posyandu 45

Praktek Bidan Swasta 8

7 Praktek dokter (perorangan)

Dokter umum 5

Dokter gigi 0

Dokter spesialis 0

8 Puskesmas 1

10 Puskesmas pembantu (pustu) 1

11 Rumah Sakit Bersalin 0

13 Rumah Sakit Pemerintah 0

14 Rumah Sakit Swasta 0

15 Toko obat 2

Sumber : Puskesmas Tegal Angus

Page 9: Laporan diagnosis komunitas

1.2.5 Kesehatan Dasar

A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu

dengan instansi terkait, dalam hal ini puskesmas untuk pelayanan kesehatan

masyarakat, antara lain :

a. Kunjungan Ibu Hamil K1.

Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang

pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di puskesmas Tegal Angus tahun

2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%.

b. Kunjungan Ibu Hamil K4.

Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling

sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali pada triwulan

pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga

kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan K4 di puskesmas Tegal

Angus tahun 2012 adalah 90% dengan cakupan pemberian Fe3 90%.

c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.

Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang

memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas

Tegal Angus tahun 2012 adalah 90,5%.

d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi (risti).

Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal dapat

dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan

neonatal risti di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari

215 sasaran bumil resti (80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal

risti (68,4%).

e. Pelayanan Neonatal.

Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7 hari

dan satu kali pada umur 8-28 hari.dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas

kesehatan selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling

perawatan bayi kepada ibu.

Page 10: Laporan diagnosis komunitas

2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah.

Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan

pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain

penyuluhan di posyandu dan pembentukan kelas ibu balita.

3. Keluarga berencana.

a. Peserta KB Baru.

Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui penyuluhan terus menerus.

b. Peserta KB Aktif.

4. Imunisasi

a. Desa UCI

Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang

dilakukan sweeping imunisasi.

b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.

Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping

imunisasi campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.

5. Gizi

a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk

Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT pemulihan di klinik gizi

dan MP-ASI untuk perawatan dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk

pemantauan pemberian PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk.

b. ASI Eksklusif

ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif

adalah pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi

yang terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi

sampai berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat

kekebalan tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi,

mudah dan murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih sayang

antara ibu dan anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas

tegal angus pada tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%),

meningkat dari tahun lalu yang hanya sebesar 44, 53%.

c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)

Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak tahun

1970an namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi

utama di Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan

Page 11: Laporan diagnosis komunitas

kebutaan sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis yaitu KVA yang

belum menampakkan gejala nyata masih diderita oleh sekitar 50% di Indonesia.

B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan

Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut

Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut,

dimana pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan

degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan

usia lanjut telah dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.

C. Perilaku Masyarakat

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan melalui

program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk

meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat

dapat menggambarkan derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan

dengan indikator PHBS, adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas

Tegal Angus pada Tahun 2012 dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan ( 90,5% )

2. Rumah yang bebas jentik ( 72,83% )

3. Penimbangan bayi dan balita ( 100% )

4. Memberikan ASI ekslusif ( 73,67% )

5. Menggunakan air bersih ( 99,39% )

6. Menggunakan jamban sehat ( 15,74% )

7. Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari ( 10,09% )

8. Mengkonsumsi makanan seimbang ( 23,5% )

9. Tidak merokok dalam rumah ( 23,5%)

10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM ( 96,85% )

D. Kesehatan Lingkungan

Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang

kesehatan, upaya peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik.

Berikut ini upaya-upaya peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang

dilakukan di puskesmas Tegal Angus :

Page 12: Laporan diagnosis komunitas

a) Penyehatan Perumahan

Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi semua anggota

keluarga dan untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga

kondisi kesehatan perumahan dapat berperan sebagai media penularan

penyakit diantara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Rumah sehat

adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, hasil pemantauan

selama tahun 2012 menunjukkan dari 12.421 rumah yang diperiksa

sebanyak 11,2 % yang memenuhi syarat kesehatan.

b) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar

Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas

Tegal Angus sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel dibawah

ini :

Tabel 1.5 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Tegal

Angus

Tahun TEMPAH

SAMPAH

SPAL SAB

2010 532 188 2245

2011 3579 578 3877

2012 608 608 650

Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2012

Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang

diperiksa mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian

di Puskesmas Tegal Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa

sanitasi dasar. Berdasarkan jumlah rumah yang diperiksa, rumah yang

memiliki tempat sampah sehat hanya 15,7 % dan jamban sehat hanya 5,3

%. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan, ekonomi,

sosial dan kesadaran penduduk yang lebih rendah menyebabkan sulitnya

meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.

c) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)

Page 13: Laporan diagnosis komunitas

Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor

risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk

kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU

secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan sarana perbaikan. Tidak adanya

tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus

menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.

d) Penyehatan Makanan dan Minuman

Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber

utama kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak

dikelola dengan baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif

di dalam penularan penyakit saluran pencernaan.

Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat

pengelolaan air bersih, pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat–

tempat umum pengelolaan makanan. Tidak hanya tenaga sanitarian

melainkan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus menyebabkan

pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.

1.2.6 Ketersediaan Pekarangan

Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan pembelajaran

agar budi daya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga untuk mengurangi

pengeluaran akan kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan keluarga.

Tabel 1.6 Laporan cakupan rumah sehat triwulan iv puskesmas tegal angus tahun 2013

N

O PUSKESMAS DESA

RUMAH

JUMLAH

SELURUHNYA

JUMLAH

DIPERIKSA

%

DIPERIKS

A

JUMLAH

DIPERIKSA

%

SEHAT

1

TEGAL

ANGUS

TANJUNG

BURUNG 2473 22 0,89 19 86,36

PANGKALA

N 4132 28 0,68 22 78,57

Page 14: Laporan diagnosis komunitas

TEGAL

ANGUS 2879 21 0,73 17 80,95

TANJUNG

PASIR 1787 15 0,84 15 100,00

MUARA 496 10 2,02 10 100,00

LEMO 648 13 2,01 12 92,31

JUMLAH 12415 13 2,01 12 92,31

Sumber : Data puskesmas tegal anus 2013

1.2.7. Situasi Derajat Kesehatan

Presentase tentang angka yang menderita ISPA, dan diare sesuai dari data Tegal Angus tahun

2012 dan data 10 angka penyakit tersering pada bulan Januari 2014 dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 1.24 Angka Kejadian 10 Besar Penyakit tahun 2012 dan Januari 2014

No. Penyakit Jumlah Kejadian Presentase

1 ISPA 3113 33,1 %

2 Lain-lain 1391 14,8 %

3 Dermatitis 1016 10,8 %

4 Batuk 657 6,9 %

5 Obs febris 648 6,8 %

6 Hipertensi Esensial 594 6,3 %

7 Gastritis 585 6,2 %

8 Sakit kepala 556 5,9 %

9 Diare 427 4,5 %

10 TBC 411 4,3 %

Page 15: Laporan diagnosis komunitas

Grafik 1.2 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Bulan Januari Tahun 2014

ISPA

DERMATITIS DAN LAIN-LAIN

DEMAM YANG TIDAK DIKETAHUI PENYEBABNYA

DIABETES MELITUS YTT

HIPERTENSI ESSENSIAL

BATUK

SAKIT KEPALA

GASTRITIS

MYALGIA

TUBERKULOSIS PARU KLINIS ( SIMPLEK)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

JUMLAH 10 PENYAKIT TERBAYAK PUSKESMAS TEGAL ANGUS BULAN JANUARI 2014

Sumber : Data Gambaran 10 penyakit terbanyak rawat jalan dan rawat inap Peserta

Jamkesmas di Puskesmas Tegal Angus bulan Januari 2014

1.2.7.1 Situasi Sumber Daya Kesehatan

Upaya pembangunan kesehatan membutuhkan sumber daya kesehatan yang

memadai untuk mencapai target yang ingin dicapai. Bab ini akan menguraikan situasi

sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012.

1.2.7.2. Tenaga Kesehatan

Page 16: Laporan diagnosis komunitas

Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan

pembangunan kesehatan karena merupakan penggerak dari program-program kesehatan.

Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tegal angus berjumlah 27 orang yang terdiri dari

dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga gizi seperti yang tergambar dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 1.7 Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No Kategori Tenaga

Status

JumlahPNS PTT/TKK

Lain-

Lain

1 AKBID 1 6 0 7

2 AKPER 1 0 0 1

3 Bidan 9 0 0 9

4 D3 Gizi 1 0 0 1

5 D3 Kesling 1 0 0 1

6 Dokter Gigi 1 0 0 1

7 Dokter Umum 2 0 0 2

8 Honor 0 0 4 4

9 Pekarya 1 0 0 1

10 Perawat 2 1 0 2

JUMLAH 21 3 4 29

Sumber :Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

1.2.8. Pembiayaan Kesehatan

Salah satu faktor utama di dalam peningkatan pelayanan kesehatan adalah

adanya faktor pembiayaan yang mana dapat digunakan untuk transportasi, jasa

kegiatan program maupun belanja barang. Pembiayaan kesehatan dapat bersumber

dari pemerintah pusat dari APBN seperti dana jamkesmas (jaminan kesehatan

masyarakat miskin) dan jampersal (jaminan persalinan) serta BOK (Bantuan

Page 17: Laporan diagnosis komunitas

Operasional Kesehatan), sementara dana dari pemerintah daerah dari APBD berupa

dana operasional puskesmas dan jamkesda (jaminan kesehatan daerah).

1.2.8.2. Jaminan Kesehatan Prabayar

Sebagai bagian dari amanat UUD 1945, negara harus mengurus masyarakat

miskin. Oleh karena itu pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan

masyarakat miskin (jamkesmas/askeskin).

Hampir 50% penduduk di wilayah tegal angus merupakan masyarakat miskin

dan tidak semua tercakup dalam program jamkesmas. Hal ini disebabkan pendataan

yang kurang akurat, kendala di lapangan adalah data kependudukan yang tidak

lengkap, kriteria miskin yang berbeda dan pemberian kartu jamkesmas yang tidak

tepat.

Masyarakat miskin yang tidak mendapat jaminan melalui program jamkesmas,

akan dipenuhi biaya kesehatannya oleh pemerintah daerah melalui jaminan

kesehatan daerah (Jamkesda). Pemerintah daerah juga membiayai operasional

puskesmas melalui dana operasional puskesmas.

Tabel 1.8 Pembiayaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

No Sumber BiayaAlokasi Anggaran Kesehatan

(Rp)

1 BOK 70.347.000,-

2 Jamkesmas dan Jampersal 90.001.835,-

3 Operasional Puskesmas 69.891.259,-

TOTAL ANGGARAN 230.240.094,-

Sumber : Data TU Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012

Page 18: Laporan diagnosis komunitas

1.3 DENAH RUMAH KELUARGA BINAAN

Keluarga Tn. SITA

Keluarga Tn. Abdul Halim

Keluarga Tn. Ocit Keluarga Ny. Siros

Tanah Kosong

Keluarga Tn. Rohani

Keluarga Tn. Darman

Keluarga Tn. Darwi

Empang

Empang

Page 19: Laporan diagnosis komunitas

1.3.1. Keluarga Tn. Sita

No Nama Status Keluarga

Jenis Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

1 Tn. Sita Suami Laki – laki 43 SD Tambak Ikan

Rp 1,8 juta / bulan

2 Ny. Njun Istri Perempuan 38 SD Pembantu Rumah Tangga

Rp 1 juta / bulan

3 Sri Rahayu

Anak Perempuan 17 SMK Pelajar -

4 Sri Artati Anak Perempuan 10 4 SD Pelajar -

Keluarga Tn. Sita tinggal di Kampung Gaga Dusun 06 RW 06 RT 001, Kelurahan

Tanjung Pasir, Kecamata Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Keluarga ini

terdiri dari sepasang suami istri, dan dua orang anak yang tinggal serumah. Tn. Sita sebagai

kepala keluarga berusia 43 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah dasar.

Ny. Njun sebagai istri berusia 38 tahun dengan latar pendidikan sekolah dasar. Tn. Sita dan

Ny. Njun memiliki dua orang anak perempuan . Anak pertama perempuan bernama Sri

Rahayu berusai 17 tahun dan masih sekolah di bangku kelas 2 SMK . Anak kedua perempuan

bernama Sri Artati berusia 10 tahun dan masih sekolah di bangku kelas 4 SD.

Tn. Sita berprofesi sebagai penjaga tambak ikan dengan pendapatan Rp 1.800.000,-

tiap bulan. Ny.Njun bekerja sebagai pembantu rumah tangga, dengan penghasilan Rp

1.000.000,- tiap bulan.

Keluarga Tn. Sita tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen diatas tanah

seluas 10 x 13 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, lantai menggunakan

kermaik. Atap rumah menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Sita terdiri dari

Page 20: Laporan diagnosis komunitas

sebuah ruang tamu, dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu gudang, satu dapur, dan satu

kamar mandi. Ruang tamu berukuran 3 x 2 m2 beralaskan keramik dan terdapat sofa.

Ditengah terdapat ruang keluarga, dimana terdapat TV dan merupakan tempat biasanya

keluarga berkumpul, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari

pada sisi rumah Tn. Sita tidak terdapat adanya ventilasi udara.

Di rumah Tn. Sita tidak terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapar dapur dan kamar

mandi. Untuk buang air besar (BAB) mereka melakukannya di empang yang berjarak 100

meter dari depan rumah. Dapur Tn. Sita menggunakan kompor gas. Sumber air bersih

didapatkan dari pompa air yang menyedot air dari PAM yang dibeli dengan harga Rp.

100.000/ bulan. Air bersih tersebut di gunakan untuk mandi, masak dan minum.

Keluarga Tn. Sita biasa melakukan cuci tangan sebelum makan, tetapi hanya sesekali

saja menggunakan sabun, kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Sita terbiasa

mencuci tangan menggunakan air cuci tangan yang di taruh didalam mangkuk setelah selesai

makan.

Rumah keluarga Tn. Sita terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar

rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 100

meter dari rumahnya. Keluarga Tn. Sita memiliki kebiasaan membuang sampah di tempat

sampah, lalu dibakar di belakang rumah.

Ruang tamu

Kamar tidur 1 Kamar tidur 2

gudangRuang makan

Dapur Kamar mandi

Ruang TV

13 m

Page 21: Laporan diagnosis komunitas

Keluarga Tn. Sita memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang

biasa dimakan adalah sayur asem, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Tn. Sita tidak memiliki

kebiasaan merokok. Keluarga Tn. Sita mengaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

tetapi tidak mengggunakan sabun. Tn. Sita dan Ny. Njun mengaku jarang melakukan

olahraga. Tn. Sita dan Ny. Njun mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar,

akan tetapi tidak melakukannya dengan cara yang baik dan benar. Tn. Sita dan Ny. Njun

tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami

oleh Tn. Sati , Ny. Njun dan sri rahayu adalah mual dan sakit perut. Biasanya apabila sakit

mereka berobat dengan obat dari warung dan apabila sakit tambah parah mereka berobat ke

mantri. Sekitar 4 bulan lalu ibu dari Ny. Njun meninggal dunia dikarenakan penyakit kencing

manis, dan 40 hari sebelumnya, ayah dari Ny. Njun juga meninggal dikarenakan penyakit

kencing manis, pada keluarga Tn. Sita dan Ny. Njun, tidak ditemukan keluhan yang

mengarah ke penyakit tersebut

Faktor Internal Keluarga Tn. Sita

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tidak ada yang merokok

2 Olah raga Keluarga Tn. Asan tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3 Pola Makan Ny.Sati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan adalah sayur asem, tahu, tempe, telur dan ikan asin

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke mantri untuk minta di suntik.

5 Menabung Keluarga Tn. Sita tidak memiliki kebiasaan menabung

6 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Sita bekerja di tambak ikan, Ia berangkat

jam 08.00 WIB dan pulang pada pukul 19.00

halaman

10 m

Page 22: Laporan diagnosis komunitas

WIB

b. Ny. Sati bekerja sebagai pembantu rumah

tangga, ia berangkat jam 09.00 WIB dan

pulang pukul 15.00 WIB

7 Perilaku mencuci tangan Keluarga tn.Sita memiliki pengetahuan tentang

mencuci tangan yang baik, akan tetapi tidak

melakukannya dengan benar.

Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sita

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 10 x 13 m2

2. Ruangan dalam

rumah

Dalam rumah terdapat ruang tamu, dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu gudang, satu dapur, dan satu kamar mandi.

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah.

4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain

dan tidak bisa dibuka.

b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih.

Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur dan ruang tamu.

5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring, tetapi tidak terdapat

tempat untuk buang air besar.

6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Sita menggunakan air PAM yang

dialirkan menggunakan pipa paralon dari depan desa.

7. Saluran

pembuangan

limbah

Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di belakang rumah

8. Tempat

pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di kumpulkan dibelakang rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibakar.

9. Lingkungan

sekitar rumah

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Sita masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli

Page 23: Laporan diagnosis komunitas

dengan lingkungannya.

Keluarga Tn. Abdul Halim

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerja

an

Penghasilan

1 Tn.

Abdul

Halim

Suami Laki – laki 40 Sekolah

Dasar

Nelayan Rp. 20.000 –

150.000,- /

hari

2 Ny.

Addah

Istri Perempuan 33 Sekolah

Dasar

Ibu

Rumah

Tangga

-

3 Yadi Anak Laki-laki 18 Sekolah

Dasar

- -

4 Arfat Anak Laki-laki 11 Sekolah

Dasar

Pelajar -

5 Wardah Anak Perempuan 11

bulan

- - -

Keluarga Tn. Abdul tinggal di Kampung Telaga Sukmana, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga RT 007/006. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri, dan tiga

orang anak yang tinggal serumah. Tn. Abdul sebagai kepala keluarga berusia 40 tahun

dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah dasar. Tn. Abdul putus sekolah sejak

duduk dibangku kelas 4 SD karena masalah biaya, setelah itu Tn. Abdul menjadi nelayan

untuk membantu perekonomian keluargnya. Tn. Abdul berprofesi sebagai nelayan dengan

pendapatan tidak menentu, dengan penghasilan kira-kira berkisar antara Rp. 20.000 hingga

Rp. 150.000,- perharinya.

Page 24: Laporan diagnosis komunitas

Tn. Abdul memiliki seorang istri yang bernama Ny. Addah berusia 33 tahun dengan

latar pendidikan sekolah dasar. Ny. Addah tidak bekerja, kesehariannya mengurus rumah

seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan mengurus anak. Sebelumnya

Ny. Addah bekerja menjadi buruh pabrik, namun berhenti karena alasan memiliki bayi

dirumah.

Tn. Abdul dan Ny. Addah memiliki dua orang anak laki-laki dan satu orang anak

perempuan. Anak pertama laki-laki berusai 17 tahun, anak kedua laki-laki berusia 11 tahun,

dan ketiga perempuan berusia 11 bulan, dan sudah bisa merangkak, berdiri, dan mengoceh.

Anak pertama Tn. Abdul, bernama Yadi, sekarang berusia 18 tahun, lahir di bidan,

secara normal, dengan berat badan 3300 gram. Ny. Addah mengaku anak pertamanya

mendapatkan imunisasi lengkap. Ibunya juga mengaku rajin memeriksakan kehamilan ketika

masih mengandung. Yadi berhenti sekolah sejak duduk di bangku 5 SD, dan setelah itu

sempat bekerja sebagai buruh pabrik toples. Namun beberapa bulan setelah bekerja di pabrik

tersebut, Yadi berhenti bekerja, dan akhirnya menjadi pengangguran sampai sekarang.

Anak kedua Tn. Abdul bernama Arfat, sekarang berusia 11 tahun, lahir di dukun

beranak, dengan berat badan ±3000 gram. Arfat juga mendapatkan imunisasi lengkap. Ibunya

juga mengaku rajin memeriksakan kehamilan ketika masih mengandung ke Puskesmas. Arfat

sekarang duduk di bangku SD kelas 6. Arfat sekolah setiap hari Senin – Jumat dari pukul

07.00 – 12.00.

Anak ketiga Tn. Abdul bernama Wardah, sekarang berusia 11 bulan, lahir di

Puskesmas Kampung Melayu, dengan berat badan 2900 gram. Wardah juga mendapatkan

imunisasi lengkap. Ibunya mengaku jika Wardah sudah bisa berdiri dan mengoceh beberapa

kata.

Keluarga Tn. Abdul tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen diatas tanah

seluas 7 x 9 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, sebagian berlantaikan

keramik dan sebagian berlantaikan tanah. Atap rumah menggunakan genteng tetapi tidak

dibuat plafon. Rumah Tn. Abdul terdiri dari sebuah ruang tamu yang sekaligus dijadikan

ruang keluarga, 2 buah kamar tidur, 1 ruang dapur yang digabung dengan kamar mandi

disebelahnya. Ruang tamu berukuran 4 x 4 m2 beralaskan keramik dan dipergunakan untuk

menerima tamu, nonton televisi, dan berkumpul bersama keluarga. Diruangan tersebut

Page 25: Laporan diagnosis komunitas

terdapat jendela dan memiliki pintu yang dapat dilewati cahaya matahari. Untuk siang hari

hingga malam keluarga Tn. Abdul menggunakan lampu sebagai penerangan.

Di rumah Tn. Abdul tidak terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapat dapur dan

kamar mandi yang bersebelahan. Untuk buang air besar (BAB) mereka melakukannya di

empang yang berjarak 100 meter dari belakang rumahnya. Untuk membasuh setelah BAB,

keluarga Tn. Abdul harus jalan/lari dulu dari empang sampai kamar mandi dirumahnya. Air

yang digunakan untuk membasuh setelah BAB adalah dengan menggunakan air PAM. Bak

mandi dikuras setiap 1 minggu 2 kali. Sumber air bersih didapatkan dari PAM yang dibeli

dengan harga Rp. 500/ derigen. Air bersih tersebut di gunakan untuk mandi, masak dan

minum. Dapur Tn. Abdul hanya terdapat kompor yang menggunakan kompor minyak.

Rumah keluarga Tn. Abdul terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar

rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan 5 meter dengan rumah depan. Keluarga Tn.

Abdul memiliki kebiasaan membuang sampah di lahan kosong belakang rumah yang berjarak

10 meter dari rumah. Biasanya sampah tersebut di bakar setelah terkumpul banyak.

Denah rumah Tn. Abdul Halim

Page 26: Laporan diagnosis komunitas

Keluarga Tn. Abdul memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari (pagi – siang

– sore). Biasanya menu yang biasa dimakan adalah nasi, ikan, tahu dan tempe. Keluarga Tn.

Abdul jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan.

Tn. Abdul memiliki kebiasaan merokok, biasanya Tn. Abdul menghabiskan 1-2

bungkus rokok, dan mengaku sering merokok didalam rumah jika tidak ada anak bayi

didalam rumah. Tn. Abdul juga mengaku jika Yadi pernah terpergok merokok saat diluar

rumah, namun jika didepan Tn. Abdul, Yadi tidak berani merokok.

Tn. Abdul dan Ny. Addah mengaku jarang mencuci tangan sebelum atau sesudah

melakukan aktivitas. Mereka juga jarang mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.

Biasanya Tn. Abdul dan Ny. Addah mencuci tangan dengan air dari gayung yang berasal dari

bak mandi, dan jarang menggunakan sabun, sabun yang digunakan juga bukan sabun khusus

cuci tangan. Tangan yang dibasuh hanya bagian telapak tangan dan punggung tangan. Setelah

mencuci tangan Tn. Abdul dan Ny. Addah mengeringkan tangannya dengan mengelapnya ke

pakaian yang dipakai.

Tn. Abdul mengaku jarang melakukan olahraga, Tn. Abdul tidak sempat untuk

berolahraga karena berangkat subuh untuk melaut dan pulang malam hari. Sedangkan Ny.

Addah tidak sempat berolahraga karena sibuk untuk mengurus rumah dan menjaga anaknya

yang kecil.

Dalam segi kesehatan, Tn. Abdul mengaku sering masuk angin karena terkena angin

laut. Ny. Addah dan ketiga anaknya tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir

ini, tetapi sebelum nya mengaku terkadang merasa pusing dan meriang. Biasanya apabila

sakit mereka berobat dengan obat dari warung dan apabila sakit tambah parah mereka berobat

ke Puskesmas dan klinik terdekat. Jarak puskesmas dari rumah Tn. Abdul tidak terlalu jauh.

Tn. Abdul memiliki motor untuk transportasi.

Faktor Internal Keluarga Tn. Abdul Halim

No Fakto r Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Abdul memiliki kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam dan diluar rumah atau saat

sedang bekerja di laut.

2 Olah raga Keluarga Tn. Abdul tidak ada yang memiliki

Page 27: Laporan diagnosis komunitas

kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak

pernah melakukan olahraga.

3 Pola Makan Ny. Addah memasak sendiri untuk makan

keluarga, menu makanan yang sering dimakan

adalah nasi, tahu, tempe, dan ikan. Ny. Addah dan

ketiga anaknya makan 3x sehari di rumah (pagi –

siang – manlam), tapi Tn. Abdul makan 1x sehari

pada malam hari dirumah karena Tn. Abdul harus

ke laut pagi hari dan baru balik saat malam hari.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung.

Apabila tidak sembuh, mereka baru berobat ke

Puskesmas dan klinik dokter umum terdekat.

5 Menabung Keluarga Tn. Abdul tidak memiliki kebiasaan

menabung, dikarenakan penghasilan yang

dihasilkan perharinya tidak tetap.

6 Kebiasaan Mencuci Tangan a. Tn. Abdul dan Ny. Addah tidak selalu

mencuci tangan setiap memulai dan

mengakhiri aktivitas, mereka juga jarang

mencuci tangan sebelum dan sesudah

makan.

b. Mencuci tangan hanya punggung dan

telapak tangan.

c. Mencuci tangan tidak dengan

menggunakan sabun.

d. Mencuci tangan dengan air mengalir dari

gayung yang diambil dari bak mandi.

7 Aktivitas sehari-hari c. Tn. Abdul bekerja sebagai nelayan. Ia

berangkat mencari ikan di laut jam 05.00 WIB

dan pulang pada pukul 19.00 WIB

d. Ny. Addah tidak bekerja, dan sehari-hari

mengurus rumah dan mengurus ketiga

anaknya.

e. Anak pertama pengangguran

Page 28: Laporan diagnosis komunitas

f. Anak kedua sekolah dari pukul 07.00 – 12.00

Faktor Eksternal Keluarga Tn. Abdul

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ±7 x 9 m2

2. Ruangan dalam

rumah

Dalam rumah terdapat ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang

kumpul keluarga dengan ukuran ± 4x4m2, dua kamar tidur, dengan

ukuran masing-masing ± 3x4m2, dan satu dapur yang digabung

dengan kamar mandi disebelahnya, dengan ukuran ±5 x 3m2

3. Ventilasi Terdapat empat buah ventilasi di ruang tamu berukuran 20 x 40 cm

yang selalu terbuka, 2 buah jendela berukuran 50x100 cm, dua buah

ventilasi dikamar depan berukuan 15 x 30cm yang bisa masuk cahaya

dan udara.

4. Pencahayaan c. Terdapat jendela pada kamar depan dan ruang tamu.

d. Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah, 4 berwarna kuning.

Lampu terdapat di ruang tamu, kedua kamar tidur, dan dapur.

5. MCK a. Terdapat sarana MCK yang tidak lengkap dikarenakan tidak

adanya lahan dan biaya untuk membuat jamban sendiri

dirumah, berlantai semen.

b. Terdapat ember besar untuk menampung air

c. Tempat cuci baju dan piring bareng dengan tempat mandi

d. Tidak terdapat jentik nyamuk di bak mandi

6. Sumber Air a. Membeli air bersih yang berasal dari PAM, sebanyak 5 jerigen

setiap hari.

b. Air ini digunakan untuk air minum, mencuci, mandi dan buang air

kecil.

Page 29: Laporan diagnosis komunitas

c. Air berwarna kuning keruh, tidak berbau dan rasa asin.

7. Saluran

pembuangan

limbah

Air Limbah rumah tangga di buang ke kolam empang di belakang

rumah. Aliran limbah tidak lancar.

8. Tempat

pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga dibuang di ke lahan kosong belakang rumah.

Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibakar.

9. Lingkungan

sekitar rumah

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di

lingkungan sekitar rumah keluarga Tn. Abdul masih banyak sampah

yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan

lingkungannya. Dibelakang pekarangan rumah terdapat empang

yang sangat kotor penuh dengan sampah.

1.3.5. Keluarga Binaan Tuan Darman

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Darman yang memiliki tiga orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Darman

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

(per bulan)

1 Tn. Darman Suami Laki-laki 30th SD Security Rp.1.500.000,-

2 Ny. Ita Istri Perempua

n

20th SD Ibu rumah

tangga

-

3 An. Siti Anak

Kandung

Perempua

n

8th SD Pelajar -

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung telaga sukamana, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri

Page 30: Laporan diagnosis komunitas

yang menikah 9 tahun yang lalu dan memiliki 1 orang anak. Anak pertama masih tinggal di

rumah Tn.Darman.

Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Darman, 30 tahun.

Ia berprofesi sebagai security dengan rata-rata pendapatan Rp.1.500.000 tiap bulan. Ia

berangkat kerja tergantung jadwal jaga pada hari tersebut, durasi kerja Tn. Darman 8

jam/hari. Setelah kembali kerja, Tn. Darman memiliki kebiasaan untuk langsung istirahat. Ia

juga memiliki kebiasaan merokok setengah bungkus per hari. Saat merokok Tn. Darman

selalu menjauh dari anaknya, di dalam maupun luar rumah.

Tn.Darman memiliki seorang istri yang bernama Ny.Ita berusia 20 tahun. Ny. Ita

merupakan ibu rumah tangga. Keseharian Ny. Ita yaitu bangun pagi pada pukul 6 pagi

kemudian menyuci baju dan masak sambil mengurus keponakannya yang masih bayi.

Tn.Darman hanya terkadang mengeluh sakit perut yang hilang timbul sejak 3 bulan

ini, penyakit tersebut diduga akibat pola makan Tn. Darman yang hanya makan satu kali

dalam sehari. Tn.Darman juga seringkali mengunjungi puskesmas apabila penyakit yang

dirasanya tidak kunjung membaik.

Ny.Ita jarang mengeluh sakit, hanya terkadang pilek batuk. Bila Ny. Ita merasa sakit,

ia langsung berobat ke puskesmas.

Anak pertama Tn. Darman tinggal bersamanya, Saat dilahirkan di tolong oleh bidan,

di puskesmas dengan berat badan ± 3000gr. Semasa hamil Ny. Ita tidak pernah menderita

sakit dan rajin memeriksakan kandungan di bidan terdekat. Imunisasi dasar diakui lengkap

oleh Ny. Ita.

Ny. Ita dan Tn. Darman selalu membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum

makan dan setelah BAB. Ny. Ita dan Tn. Darman selalu mencuci tangan dengan

menggunakan sabun apapun yang ada, tidak harus menggunakan sabun khusus cuci tangan.

Ny. Ita dan Tn. Darman biasa melakukan cuci tangan di dapur mereka.

Keluarga Tn. Darman tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 6 x 5 m

dan tidak memiliki pekarangan. Rumah terdiri dari satu buah ruang keluarga, dua kamar

tidur, dan dapur sekaligus tempat untuk mandi, buang air kecil sekaligus mencuci baju dan

piring .Seluruh lantai rumah terbuat dari keramik. Dinding rumah terbuat dari tembok yang

tidak dicat. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon.

Page 31: Laporan diagnosis komunitas

Rumah keluarga Tn. Darman tidak dilengkapi dengan kamar mandi/jamban. Sehingga

untuk buang air besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir empang yang

berjarak 7 meter dari rumah. Jamban umum yang digunakan Tn. Darman dan keluarga

merupakan tipe jamban cemplung. Ny.Ita mengaku tidak ada sumber air di rumahnya,

sehingga ia harus membeli air PAM di warung setiap hari 4 jerigen.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn.Darman

Tabel 1.10 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Darman

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Darman merokok sekitar setengah bungkus

dalam satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam dan diluar rumah jauh dari

anaknya.

2 Olah raga Tn. Darman memiliki kebiasaan berolahraga di

tempat kerjanya selama 30 menit 3x/minggu.

3 Pola Makan Tn. Darman makan 1x/hari karena ia mengaku

Page 32: Laporan diagnosis komunitas

lelah setelah pulang bekerja. Ny.Ita makan

2x/hari, selalu memasak sendiri setiap jam 7

pagi dan 2 sore dengan komposisi makanan nasi,

sayur, tahu/tempe, telor/ikan. Mengkonsumsi

daging ayam jarang, 3x/bulan. Makan buah-

buahan 3x/minggu, paling sering jeruk bali. Ibu

mengaku tidak pernah jajan makanan. An. Siti

makan 3x sehari dan sering jajan roti di warung..

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka selalu pergi ke puskesmas.

5 Menabung Tn. Darman mengaku selalu menabung

600.000/bulan.

6 Mencuci tangan Tn. Darman, Ny. Ita, An. Siti selalu mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan

menggunakan air bersih yang tidak mengalir dan

memakai sabun, masih belum tahu cara mencuci

tangan yang baik.

7 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai security yang

berangkat tergantung jadwal jaga dengan

durasi kerja 8 jam/hari kemudian saat

pulang selalu langsung istirahat,

mempunyai kebiasaan merokok setengah

bungkus per hari.

b. Ibu bertindak sebagai ibu rumah tangga,

memasak 2x perhari

c. Anak pertama merupakan pelajar SD

Tabel 1.11 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Darman

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6 x 5 m dengan lantai keramik

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran

Page 33: Laporan diagnosis komunitas

3 x 2,5 m, dua kamar tidur yang masing-masing

berukuran 3 x 3 m. Juga terdapat dapur yang

berukuran 2,5 x 1,5 m mencakup tempat mandi,

mencuci dan buang air kecil.

3. Ventilasi Terdapat lima buah ventilasi di ruang tamu

berukuran 15 x 30 cm yang selalu terbuka, dua

buah ventilasi di dalam kamar tidur berukuran

30 x 40 cm. 1 jendela di ruang keluarga yang

tidak bisa dibuka berukuran 40 x 70 cm. 2

jendela di dalam kamar tidur yang masing-

masing berukuran 40 x 70 cm yang selalu dibuka

ketika pagi dan siang hari. Hal ini sesuai dengan

luas lantai rumah.(luas ventilasi lebih dari 10%

dari lantai rumah).

4. Pencahayaan a. Terdapat tiga buah jendela berukuran 40

x 70 cm yang berada di ruang keluarga

dan ruang kamar.

b. Hanya terdapat 1 buah lampu di luar dan

dalam rumah. Sehingga pencahayaan

rumah kurang baik.

5. MCK a. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang

air besar Tn Darman pergi ke jamban

umum yang berada di pinggir empang

berjarak 7 m dari rumahnya.

b. Tempat cuci piring dan baju bareng

dengan tempat mandi, bak, dan

memasak.

c. Tersedia air pam yang dibeli dari

warung.

6. Sumber Air a. Tidak memiliki sumber air di rumahnya,

sehingga harus membeli air pam di

Page 34: Laporan diagnosis komunitas

warung.

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke empang

yang berjarak 7 m dari rumahnya.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di dekat empang, sampah ini

ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian dibakar

oleh siapapun warga sekitar sekitar 2 hari sekali.

9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah dan belakang rumah Tn. Darman

merupakan tanah yang dimiliki oleh

tetangganya. Sebelah kanan rumah langsung

menempel dengan rumah lain yang merupakan

rumah orangtuanya. Sebelah kiri rumah adalah

rumah warga lain yang dibatasi oleh jalan.

Sekitar 7 m sebelah kanan dari rumah Tn.

Darman terdapat empang untuk membuang

limbah, bab dan terdapat sampah.

1.3.6. Keluarga binaan Tn.Darwi

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Darwi yang memiliki empat orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.21 Data Dasar Keluarga Tn. Darwi

N

o

Nama Status

Keluarg

a

Jenis

Kelamin

Usi

a

Pendidika

n

Pekerjaa

n

Penghasilan

1 Tn. Darwi Anak

pertama

ibu necy

Laki-laki 40th Tidak

Sekolah

Security Rp.1.500.000/

bulan

2 Ny. Darmi Anak

kedua

Perempua

n

35th Tamat SD Pembantu

rumah

Rp.900.000/bulan

Page 35: Laporan diagnosis komunitas

ibu necy tangga

3 An.M.Antar

a

Anak

Ny.

Darmi

Laki-laki 4bln - - -

4 Ny. Necy Ibu dari

Tn.Darwi

dan Ny.

Darmi

Perempua

n

77th Tidak

Sekolah

Ibu

Rumah

Tangga

-

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga RT 003/005. Keluarga ini terdiri dari seorang ibu yang tinggal bersama 2 orang

anak beserta 1 orang cucu. Seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Darwi, 40 tahun. Ia

berprofesi sebagai petugas keamanan dengan rata-rata pendapatan Rp.1.500.000 tiap bulan. Ia

bekerja sebagai petugas keamanan di daerah perumahan. Ia berangkat ke tempat kerja pukul 1

siang setelah sholat Dzuhur hingga pukul 12 malam. Ia memiliki kebiasaan merokok satu

bungkus per hari, Ia sering merokok di dalam rumah dan di luar rumah. Tn.Agus belum

memiliki kelurga.

Tn.Darwi memiliki seorang adik yang bernama Ny.Darmi berusia 35 tahun. Ny.

Darmi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ia bekerja di kota Bandung dan sering pulang

ke rumah setiap 1 bulan sekali. Ny. Darmi memilki satu orang anak dan belum lama bercerai

dengan suaminya sekitar 2 tahun yang lalu.

An. M.Antara berusia 4 bulan. Ia tinggal bersama neneknya (Ibu dari Tn. Darwi dan

Ny. Darmi). Ia merupakan anak pertama dari Ny.Darmi. Ia sejak umur 1 bulan dirawat oleh

neneknya. Ia diberikan ASI hanya sampai umur satu bulan. Karena alesan pekerjaan ibunya

yang tidak bisa ditinggal, ia tidak diberikan asi lagi dan diberikan susu formula sampi umur

sekarang. Awalnya ia diberikan susu formula SGM, tetapi semenjak minum susu SGM ia

diare lama, kemudian ia berobat ke dokter dan disaran kan dokter untuk mengganti susunya.

Neneknya kemudian memberikan ia berupa susu Lactogen. Menurut neneknya semenjak

meminum susu lactogen ia tidak diare lagi. Ia sering dibawa neneknya ke puskesmas untuk

imunisasi. Dan rajin sekali menimbang berat badanya di puskesmas dan posyandu.

Ibu kandung Tn.Darwi bernama Ny. Necy, usia 77 tahun, masih tinggal bersama

keluarga Tn.Agus ini. Setiap hari Ny.Ineng hanya beristirahat dirumah karena Ia sudah tidak

Page 36: Laporan diagnosis komunitas

bisa melakukan pekerjaan apapun lagi. Menurut Ny. Samidah, ia sering mengeluh pegal –

pegal dan lemas. Namun atas keluhan ini, Ny.Ineng tidak mau dibawa berobat kemanapun

dengan alasan biaya yang tidak memadai dan tidak ada keluarga yang mengantar. Namun,

Ny. Necy mengakui bahwa ia mengidap hipertensi.

Keluarga Tn. Darwi tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah ±6x5 m. Rumah

terdiri dari satu buah ruang tamu, satu kamar tidur, dan satu dapur yang bersatu dengan

kamar mandi. Lantai rumah sebagian terbuat dari semen dan sebagian lagi dari ubin. Dinding

rumah terbuat dari bilik bambu. Untuk atap rumah terbuat dari genting tanpa plafon.

Pada bagian belakang rumah terdapat tanah kosong. Tanah kosong tersebut biasa

digunakan untuk menimbun sampah kemudian dibakar selama 1 minggu sekali.

Rumah keluarga Tn.Darwi terdapat kamar mandi namun tidak disertai jamban. Kamar

mandi tersebut hanya digunakan untuk mandi, buang air kecil, mencuci baju dan piring.

Kamar mandi hanya dilengkapi oleh ember besar, kamar mandi tersebut seluas 1 x 3 m.

Sehingga untuk buang air besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir

empang. Jamban umum yang digunakan Tn. Darwi dan keluarga merupakan tipe jamban

cemplung.

Kegiatan mencuci piring keluarga Tn.Darwi dilakukan di kamar mandi yang juga

digunakan untuk buang air kecil. Piring – piring kotor ditumpuk di lantai kamar mandi

tersebut, tanpa alas apapun. Piring – piring yang telah dibersihkan, dikeringkan di rak piring

yang berada di dapur yang terletak tidak jauh dari kamar mandi. Kegiatan mencuci tangan di

tiap anggota keluarga sedikit kurang baik. Masing-masing keluarga memiliki kebiasaan

mencuci tangan tetapi tidak menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga biasa dilakukan hanya

ketika mereka setelah makan.

Kamar Tidur

Ruang Tamu

Ruang dapur

Kamar Mandi

Page 37: Laporan diagnosis komunitas

Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn.Agus

Tabel 1.22 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Darwi

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Darwi merokok sekitar satu bungkus dalam

satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam rumah dan di luar rumah.

2 Olah raga Keluarga Tn. Darwi tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga

3 Pola Makan Ny.Necy terkadang memasak sendiri dengan

komposisi makanan nasi, tahu, tempe, ikan,

sayur. Jarang sekali makan daging sapi atau

ayam dan buah-buahan. Keluarga ini jarang beli

makanan di luar.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi ke bidan dan dokter

klinik terdekat dan membeli obat di apotek dan

terkadang membeli diwarung. Mereka juga

sering untuk berobat ke puskesmas.

5 Menabung Ny. Necy tidak menabung. Uang dari anak-

anaknya dijadikan untuk biaya M.Antara dan

untuk kebutuhan sehari-hari.

6 Aktivitas sehari-hari a. Tn, Darwi bekerja sebagai petugas

keamanan, berangkat pukul 1 siang

kemudian pulang pukul 12 malam.

b. Ny. Darmin sebagai pembantu ibu rumah

tangga. Ia bekerja di Bandung. Pulang

kerumah biasa 1 bulan 2 kali.

c. Ny.Necy tidak bekerja. Ia sehari-hari

Page 38: Laporan diagnosis komunitas

memasak dan merawat cucunya.

6 Prilaku Cuci tangan a. Semua anggota keluarga memiliki

prilaku cuci tangan yang tidak baik dan

tidak benar. Mereka melakukan cuci

tangan hanya menggunakan air yang

dialirkan menggunakan gayung dan tidak

menggunakan sabun.

b. Kebiasaan ini juga dilakukan hanya

ketika mereka setelah makan.

Tabel 1. 23 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Darwi

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6x5 m dengan lantai semen dan

ubin

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran3x2

m, satu kamar tidur yang masing-masing

berukuran 2x2m. Juga terdapat dapur disertai

kamar mandi yang berukuran 3x2m dan ruangan

ini tidak disertai dengan adanya tempat

pembuangan asap.

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi sama sekali yang

seharusnya luas ventilasi kurang dari 10% dari

lantai rumah.

4. Pencahayaan Tidak terdapat jendela pada ruang tamu rumah

Tidak terdapat jendela di kedua kamar

Hanya terdapat 3 buah lampu di dalam rumah

yang berwarna kuning untuk ruang tengah,

dapur dan kamar mandi.

5. MCK a. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang

Page 39: Laporan diagnosis komunitas

air besar mereka pergi ke jamban umum

yang berada di pinggir empang.

b. Kamar mandi beralaskan semen dengan

ukuran 1x1m terletak di dalam rumah

yang digunakan untuk cuci piring

c. Tersedia air yang cukup untuk buang air

kecil di dalam ember.

6. Sumber Air a. Sumber Air berasal dari PAM yang

dijual di warung tetangga. Mereka

menghabiskan 4-5 drum air seharga

Rp.500,- per drum.

b. Anggota keluarga memiliki kebiasaan

mencuci tangan tetapi tidak

menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga

biasa dilakukan hanya ketika mereka

setelah makan.

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke empang

yang berjarak 1 meter dari rumah dan limbah

padat di buang di pekarangan belakang rumah.

Aliran limbah ini tidak lancar.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di pekarangan belakang rumah,

sampah ini ditumpuk hingga penuh, lalu

kemudian dibakar oleh keluarga ssehingga

banyak lalat yang menghinggapi tumpukan

sampah tersebut, dan menimbulkan bau.

Keluarga biasa membakar 1 minggu sekali.

9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah Tn. Darwi terdapat halaman.

Samping kanan rumah berhadapan langsung

dengan tetangga yang msaih satu keluarga.

Samping kiri langsung berhadapan dengan

empang. Bagian belakang rumah terdapat

pekarangan yang cukup luas. Empang di

samping rumah Tn.Darwi sedikit kotor dan

Page 40: Laporan diagnosis komunitas

banyak sampah yang menumpuk. Sehingga

banyak lalat yang menghinggap di empang

tersebut.

1.3.3. Keluarga Binaan Tuan Ocit

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Ocit yang memiliki enam orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keenam anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Ocit

No Nama Status

Keluarg

a

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

(per bulan)

1 Tn. Ocit Suami Laki-laki 50th Tidak sekolah Penganggura

n

-

2 Ny. Rami Istri Perempuan 42th Tidak sekolah Pedagang Rp1.500.000,-

3 Tn.. Agus Anak

Kandung

Laki-laki 32th SMP Pedagang

barang

rongsokan

Rp 2000.000,-

4 Ny. Am Anak

Kandung

Perempuan 30th SD Tukang kredit Rp 800.000,-

5 Nn. Iyus Anak

Kandung

Perempuan 25th

SD Penganggura

n

-

6 Amad Anak

Kandung

Laki-laki †

7 Ija Anak

Kandung

Perempua †

Page 41: Laporan diagnosis komunitas

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Telaga Sukamana Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga RT 007/006. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang

menikah 30 tahun yang lalu dan memiliki 5 orang anak. Anak pertama telah menikah dan

tinggal tidak jauh dari rumah Tn.Ocit, anak kedua telah menikah pula dan tinggal tidak jauh

dari rumah Tn.Ocit, anak ketiga telah meninggal dunia sekitar 3 bulan yang lalu, karena

tifoid. Dua anak lain lainnya telah meninggal dunia saat bayi akibat kejang demam.

Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Ocit, 50 tahun

yang tidak memiliki pekerjaan. Sehari-hari, ia menemani istrinya berdagang ke pasar untuk

menjual ikan dari jam 5 pagi, hingga dagangan istrinya habis. Setelah kembali dari pasar, Tn.

Ocit menghabiskan waktunya dengan menonton televisi di rumah dengan istri, atau merawat

dan menjaga cucu-cucunya di rumah anaknya yang tidak jauh dari rumah Tn. Ocit. Ia

memiliki kebiasaan merokok dua bungkus per hari, dan lebih sering merokok di dalam

rumah.

Tn. Ocit memiliki seorang istri yang bernama Ny. Rami berusia 42 tahun. Ny. Rami

bekerja sebagai pedagang ikan dengan penghasilan Rp.50.000 per hari. Keseharian Ny. Rami

hanyalah berdagang dari pagi jam 5 hingga dagangannya habis terjual. Setelah melakukan

kegiatan sehari-harinya Ny.Iyam masak di siang hari, lalu tidur sekitar jam 10 malam.

Semasa hidupnya Tn.Ocit hanya sering mengeluh nyeri perut di bagian ulu hati.

Keluhan sering muncul sebelum makan, akibat waktu makan Tn. Ocit dan istri yang salah.

Mereka hanya makan pada pagi dan siang hari. Namun begitu Tn. Ocit jarang memeriksakan

keadaannya, karena menurutnya rasa sakit ini telah biasa dirasakannya. Namun begitu, Tn.

Ocit selalu memeriksakan keadaannya ke klinik dokter di Tegal Angus, jika mengalami sakit.

Ny.Rami pun seringkali mengeluh sakit perut yang sama dengan Tn. Ocit. Keluhan

ini telah dirasakannya sejak 10 tahun yang lalu. Keluhan ini dirasakan terakhir seminggu

yang lalu, namun Ny.Rami tidak berobat kemanapun karena merasakan ini penyakit biasa.

Ny. Rami juga sering mengeluhkan lutut kirinya sering sakit-sakitan, terutama pada pagi dan

malam hari. Ia mengakui sering mengangkat beban berat untuk memikul ikan dagangannya

saat di pasar.

Ny.Rami memiliki lima orang anak, namun ketiga anak terakhirnya telah meninggal.

Anak ketiga telah meninggal 3 bulan yang lalu akibat penyakit tifoid. Ny. Rami mengaku

Page 42: Laporan diagnosis komunitas

bahwa saat itu anaknya mengalami demam selama hampir 5 hari,dan demam biasa dirasa

tinggi saat malam hari, lalu kemudian Iyus dibawa berobat ke dukun Lalu setelah 3 hari

meminum obat gejala tidak dirasa berkurang, kemudian Iyus dibawa berobat ke klinik dokter

dan didiagnosis demam tifoid dan dirujuk ke RSUD Tangerang. Namun rujukan ditolak

dengan alas an persyaratan yang tidak lengkap. Anak keempat dan kelima Ny. Rami telah

meninggal saat usia bayi yang disebabkan oleh kejang demam, namun Ny. Rami tidak

membawa anaknya ke dokter.

Anak pertama Ny.Rami bernama Tn.Agus yang kini berumur 42 tahun. Saat

dilahirkan di tolong oleh paraji. Alasan dilahirkan di paraji karena Ny. Rami terbiasa dengan

kebiasaan orang-orang setempat yang melahirkan di paraji. Semasa hamil Ny. Iyam tidak

pernah memeriksakan kandungan di bidan terdekat. Semasa kecil, Ny. Rami mengakui bahwa

Tn. Agus tidak mendapatkan imunisasi apapun. Saat ini Tn. Abdul Rahman telah bekerja

sebagai pedagang barang-barang rongsokan dengan penghasilan tidak tetap sekitar

Rp.100.000,- per hari. Saat ini Tn. Agus telah menikah dan memiliki 2 orang nikah, dan

tinggal tidak jauh dari rumah Tn. Ocit dan Ny. Rami.

Anak kedua Ny. Rami bernama Ny. Am, berusia 30 tahun. Saat dilahirkan di tolong

oleh paraji. Alasan dilahirkan di paraji juga sama dengan alasan persalinan anak pertama.

Semasa hamil Ny. Iyam tidak pernah memeriksakan kandungan di bidan terdekat. Imunisasi

dasar diakui tidak didapatkan Ny. Am. Saat ini ia telah menikah dan mempunyai 2 orang

anak, dan tinggal di deket rumah Tn Ocit dan Ny. Rami. Saat ini Ny. Am telah bekerja

sebagai tukang kredit dengan penghasilan Rp.200.000,- per minggu.

Keluarga Tn. Ocit tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 80 m2 dan

pekarangan seluas 8 x 2 m .Rumah terdiri dari satu buah ruang tamu, satu ruang tengah, dua

kamar tidur, satu dapur dan satu kamar mandi yang dilengkapi dengan jamban serta terdapat

tempat mencuci piring dan pakaian di sebelah kamar mandi yang bersekatkan tembok. Lantai

rumah sebagian terbuat dari keramik dan sebagian lagi terbuat dari semen . Dinding rumah

terbuat dari tembok yang sebagian dicat putih dan sebagian lagi tidak dicat. Untuk atap

rumah terbuat dari genteng tanpa plafon, tetapi atap rumah ditutupi oleh plastik.

Pekarangan milik keluarga Tn. Ocit tidak dibatasi dengan pagar yang terbuat dari

bambu. Pada bagian belakang tidak terdapat pekarangan, hanya berada di depan rumah. Di

sebelah rumah terdapat kandang ayam berukuran 2x1 m, dengan tempat penampungan

kotoran di bawahnya. Untuk persediaan air, Ny. Rami megaku bahwa selalu membeli

Page 43: Laporan diagnosis komunitas

persedian air bersih dari tukang jual air yang berkeliling di sekitar rumahnya. Satu jerigen

seharga Rp 500,-. Jumlah jerigen yang dibutuhkan sebanyak 6 buah per hari. Air yang dibeli

ini diakui terkadang berwarna kekuningan namun air tetap digunakan untuk mandi, mencuci

piring, bahkan untuk kebutuhan minum.

Pada kamar mandi, aliran limbah mengalir ke selokan kecil di sebelah rumah. Ny.

Rami mengakui bahwa rumah mereka tidak dilengkapi dengan septic tank, sehingga aliran

kotoran dialirkan ke kali yang tidak jauh di belakang rumah mereka.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Ocit

Tabel 1.10 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Ocit

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Ocit merokok sekitar dua bungkus dalam

satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam dan diluar rumah.

2 Olah raga Keluarga Tn. Udin tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga. Karena menurut mereka

perkerjaan mereka sehari-hari sudah termasuk

Page 44: Laporan diagnosis komunitas

olahraga.

3 Pola Makan Ny.Rami memasak sendiri dengan komposisi

makanan nasi, tahu atau tempe, ikan, serta

lalapan. Jarang sekali makan daging, dan buah.

Ibu juga sering jajan makanan untuk sarapan

pagi hari seperti nasi uduk, dan jarang sekali

makan malam.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi ke klinik dokter

terdekat atau ke puskesmas.

5 Menabung Ny. Rami mengaku tidak pernah menabung,

dikarenakan penghasilan yang didapat selalu

habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

6 Kebiasaan mencuci tangan a. Tn. Ocit dan Ny. Rami selalu mencuci

tangan setelah berdagang, namun mereka

jarang mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan.

b. Mencuci tangan hingga ke lengan bawah,

dan sela-sela jari.

c. Mencuci tangan tidak menggunakan

sabun.

d. Mencuci tangan tidak dengan air

mengalir.

7 Aktivitas sehari-hari a. Bapak tidak bekerja namun menemani

istrinya berdagang ikan di pasar, dari

pukul 5.00 sampai siang hari saat

dagangannya habis terjual.

b. Ibu bertindak sebagai pedagang ikan di

pasar. Ia seringkali mengangkat beban

berat saat berjualan.

Page 45: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 1.11 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Ocit

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 8x10 m dengan lantai keramik

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran

4x3m, dua kamar tidur yang masing-masing

berukuran 3x 2 m dan 4 x 3 m. Juga terdapat

dapur yang berukuran 2x1m dan ruangan ini

tidak disertai dengan adanya tempat

pembuangan asap.

3. Ventilasi Terdapat satu buah ventilasi di ruang tamu

berukuran 0.5 m x 0,5 m dan 0,5 m x 0,5 m yang

selalu ditutup. Serta terdapat ventilasi di kamar

utama yang menghadap ke pekarangan, serta di

dapur (namun selalu ditutup). Hal ini tidak

sesuai dengan luas lantai rumah. (luas ventilasi

kurang dari 10% dari lantai rumah).

4. Pencahayaan a. Terdapat dua buah jendela berukuran 2x1

m pada bagian depan rumah.

b. Hanya terdapat 4 buah lampu di dalam

rumah yang berwarna putih dan satu

buah di teras rumah sehingga penerangan

kurang baik.

5. MCK a. Memiliki jamban di dalam kamar mandi

yang berukuran 0,5 x 0,5 m, berlantai

semen.

b. Tempat buang air kecil di pekarangan

ukuran 0,5 m x 0,5 m , berlantai semen

c. Tempat cuci piring dan baju di sebelah

kamar mandi yang bersekat tembok

seluas 1 x 1 m.

d. Tersedia air yang cukup untuk buang air

Page 46: Laporan diagnosis komunitas

kecil atau mandi di bak.

e. Tidak terlihat adanya jentik nyamuk pada

bak air kamar mandi.

6. Sumber Air a. Membeli air bersih sebanyak 6 jerigen

setiap hari.

b. Air ini digunakan untuk air minum

digunakan mencuci, mandi dan buang air

kecil

c. Air berwarna kuning keruh, tidak berbau

dan rasa asin

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di selokan sebelah

rumah dan limbah padat di buang di kali

belakang rumah. Aliran limbah ini tidak lancar.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di empang depan rumah yang

berjarak 8 m dari rumah, sampah ini ditumpuk

hingga penuh, lalu kemudian dibakar oleh

siapapun warga sekitar sehingga banyak lalat

yang menghinggapi tumpukan sampah tersebut,

dan menimbulkan bau.

9. Lingkungan sekitar rumah Belakang rumah dan samping kanan Tn.Ocit

langsung menempel ke rumah tetangga tanpa

pohon atau pekarangan. Pekarangan rumah

Tn.Ocit di depan yang langsung berhadapan

dengan jalan setapak dan empang tempat

pembuangan sampah.

Page 47: Laporan diagnosis komunitas

1.3.2. Keluarga Ny Siros

No Nama Status Keluarga

Jenis Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

1 Ny. Siros Istri Perempuan 45 Tidak sekolah

Pedagang telur asin

Rp 1 juta / bulan

2 Marisa Anak Perempuan 17 Tidak sekolah

Pengangguran -

3 Yopi Anak Perempuan 10 SMP Pengangguran -

4 Ny. Rohaya

Adik Perempuan 38 SD Pengangguran -

Keluarga Ny. Siros tinggal di Kampung Gaga Dusun 06 RW 06 RT 001, Kelurahan

Tanjung Pasir, Kecamata Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Keluarga ini

terdiri dari seorang istri, dua orang anak dan satu orang adik dari Ny. Siros yang tinggal

serumah. Ny. Siros berusia 45, tidak bersekolah. Ny Siros menjadi kepala keluarga setelah

suaminya yang bernama Tn. Topa meninggal 8 tahun yang lalu dikarenakan sakit asma . Ny.

Siros dan Tn. Topa memiliki satu orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki . Anak pertama

perempuan bernama Marisa berusia 23 tahun seorang tuna rungu sejak balita dan tidak

sekolah . Anak kedua laki-laki bernama Yopi berusia 18 tahun, seorang pengangguran dan

pendidikan terakhir SMP. Ny. Rohaya berusia 38 tahun seorang adik dari Ny. Siros, Ny.

Rohaya tinggal bersama Ny. Siros setelah bercerai dengan suaminya sejak 20 tahun lalu dan

tidak memiliki anak.

Ny. Siros berprofesi sebagai pedagang telur asin dengan pendapatan Rp 1.000.000,-

tiap bulan. Berangkat berjualan pukul 08.00 dan kembali kerumah pukul 17.00.

Keluarga Ny. Siros tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen diatas tanah

seluas 10 x 13 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata dan di cat, lantai

menggunakan keramik. Atap rumah menggunakan genteng dan tidak dilapisi plafon. Rumah

Ny. Siros terdiri dari sebuah ruang tamu, dua kamar tidur, dan satu dapur. Ruang tamu

berukuran 4 x 3 m2 beralaskan keramik dilengkapi jendela serta lubang udara, terdapat TV

serta lemari. Dua buah kamar tidur berukuran 3 x 3 tanpa jendela dan lubang udara.

Page 48: Laporan diagnosis komunitas

Di rumah Ny. Siros tidak terdapat kamar mandi ,WC ( jamban ) dan hanya terdapat

dapur. Untuk mandi keluarga Ny. Siros menumpang di rumah adiknya yang berada sekitar 10

meter dari rumahnya. Untuk buang air besar (BAB) mereka melakukannya di empang yang

berjarak 100 meter dari depan rumah. Dapur Ny. Siros menggunakan kompor gas. Sumber air

bersih didapatkan dari pompa air yang menyedot air dari PAM yang dibeli dengan harga Rp.

100.000/ bulan. Air bersih ditambung di ember tertutup kemudian di gunakan untuk mandi,

masak dan minum.

Keluarga Ny. Siros biasa melakukan cuci tangan sebelum dan setelah makan, tetapi

hanya kadang-kadang saja menggunakan sabun. Apabila selesai beraktivitas di luar rumah

keluarga Ny. Siros jarang mencuci tangan.

Rumah keluarga Ny. Siros terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar

rumah 7 meter disebelah kanan dan kiri dan di belakang berbatasan dengan dinding rumah

tetangga dan terdapat empang tempat membuang sampah yang berjarak 20 meter dari

rumahnya. Keluarga Ny. Siros memiliki kebiasaan membuang sampah di empang depan

rumahnya, yang bila sudah menumpuk dibakar oleh warga sekitar.

13 Meter

10 Meter

Keluarga Ny. Siros memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang

biasa dimakan adalah ikan, tahu, tempe, dan telur asin. Jarang disertai sayuran dan buah.

Keluarga Ny. Siroh tidak memiliki kebiasaan merokok. Keluarga Ny. Siroh mengaku jarang

melakukan olahraga. Ny. Siros tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini,

penyakit yang sering dialami oleh keluarga Ny. Siros adalah pegal-pegal, dan batuk .

Biasanya apabila sakit mereka berobat dengan diurut atau minum obat dari warung dan

apabila sakit tambah parah mereka berobat ke dokter dekat rumah atau ke puskesmas.

KAMAR 1 RUANG TAMU

KAMAR 2DAPUR

Page 49: Laporan diagnosis komunitas

Faktor Internal Keluarga Ny. Siros

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tidak ada yang merokok

2 Olah raga Keluarga Ny. Siros tidak ada yang memiliki kebiasaan berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan olahraga.

3. Kebiasaan Mencuci Tangan 1. Ny. Siros melakukan cuci tangan seperti sebelum dan setelah makan , setelah mencuci telur, saat pulang dari berjualan telur serta setelah BAB dan BAK namun tidak selalu menggunakan sabun dan air yang digunakan yaitu air yang ditampung diember kemudian dialirkan dari gayung.

2. Marisa melakukan cuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah BAB, setelah menceboki bayi namun tidak selalu menggunakan sabun dan air yang digunakan yaitu air yang ditampung di gayung dan mencelupkannya. Marissa sering mengasuh keponakan yang masih balita namun tidak mencuci tangan sebelum memegang bayi.

3. Yopi melakukan cuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah BAB , namun jarang memakai sabun, dan menggunakan air yg ditampung gayung kemudian mencelupkan tangannya.

4. Ny. Rohaya melakukan cuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah BAB, setelah mencuci piring dan baju , dan setelah mencuci telur yang akan dijual oleh Ny. Siros namun tidak selalu menggunakan sabun. Ny. Rohaya mencuci tangan menggunakan air yang dialirkan dari gayung.

3 Pola Makan Ny. Rohaya dan Merisa memasak sendiri untuk makan keluarga, menu makanan yang sering dimakan adalah ikan, tahu, tempe, telur asin.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak sembuh, mereka berobat ke dokter dekat rumah atau ke puskesmas Tegal Angus

Page 50: Laporan diagnosis komunitas

5 Menabung Keluarga Ny. Siros tidak memiliki kebiasaan menabung

6 Aktivitas sehari-hari g. Ny. Siros bekerja sebagai pedagang telur asin,

Ia berangkat jam 08.00 WIB dan pulang pada

pukul 17.00 WIB

h. Ny. Rohaya dan Merisa sehari-hari dirumah

membantu mencuci telur asin yang akan dijual

oleh Ny. Siros

i. Yopi seorang pengangguran yang sering

dirumah atau pergi bertemu dengan teman-

temannya

Faktor Eksternal Keluarga Ny. Siros

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah 10 x 13 m2

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu, , dua kamar tidur, dan satu dapur

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada ruang tamu dan dapur

4. Pencahayaan e. Tidak terdapat jendela pada kamar

f. Terdapat 2 buah lampu di dalam rumah, Lampu

terdapat di ruang tamu, dan di dapur.

5. MCK Terdapat tempat untuk cuci piring, tetapi tidak terdapat

tempat untuk buang air besar, buang air kecil dan mandi.

6. Sumber Air Dalam kesehariannya Ny. Siros menggunakan air PAM

yang dibeli di warung yang berjarak 50 meter dari rumah.

Sehari membeli Air PAM 5-6 drum dengan 1 drum

Page 51: Laporan diagnosis komunitas

seharga 500 rupiah

7. Saluran pembuangan

limbah

Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di depan rumah

8. Tempat pembuangan

sampah

Sampah rumah tangga di buang di empang belakang rumah namun apabila sudah menumpuk dibakar oleh warga sekitar.

9. Lingkungan sekitar rumah Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah keluarga Ny. Siros masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.

1.3.5. Keluarga Binaan Tuan Darman

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Darman yang memiliki tiga orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Darman

No Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan

(per bulan)

1 Tn. Darman Suami Laki-laki 30th SD Security Rp.1.500.000,-

2 Ny. Ita Istri Perempua

n

20th SD Ibu rumah

tangga

-

3 An. Siti Anak

Kandung

Perempua

n

8th SD Pelajar -

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung telaga sukamana, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri

yang menikah 9 tahun yang lalu dan memiliki 1 orang anak. Anak pertama masih tinggal di

rumah Tn.Darman.

Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Darman, 30 tahun.

Ia berprofesi sebagai security dengan rata-rata pendapatan Rp.1.500.000 tiap bulan. Ia

Page 52: Laporan diagnosis komunitas

berangkat kerja tergantung jadwal jaga pada hari tersebut, durasi kerja Tn. Darman 8

jam/hari. Setelah kembali kerja, Tn. Darman memiliki kebiasaan untuk langsung istirahat. Ia

juga memiliki kebiasaan merokok setengah bungkus per hari. Saat merokok Tn. Darman

selalu menjauh dari anaknya, di dalam maupun luar rumah.

Tn.Darman memiliki seorang istri yang bernama Ny.Ita berusia 20 tahun. Ny. Ita

merupakan ibu rumah tangga. Keseharian Ny. Ita yaitu bangun pagi pada pukul 6 pagi

kemudian menyuci baju dan masak sambil mengurus keponakannya yang masih bayi.

Tn.Darman hanya terkadang mengeluh sakit perut yang hilang timbul sejak 3 bulan

ini, penyakit tersebut diduga akibat pola makan Tn. Darman yang hanya makan satu kali

dalam sehari. Tn.Darman juga seringkali mengunjungi puskesmas apabila penyakit yang

dirasanya tidak kunjung membaik.

Ny.Ita jarang mengeluh sakit, hanya terkadang pilek batuk. Bila Ny. Ita merasa sakit,

ia langsung berobat ke puskesmas.

Anak pertama Tn. Darman tinggal bersamanya, Saat dilahirkan di tolong oleh bidan,

di puskesmas dengan berat badan ± 3000gr. Semasa hamil Ny. Ita tidak pernah menderita

sakit dan rajin memeriksakan kandungan di bidan terdekat. Imunisasi dasar diakui lengkap

oleh Ny. Ita.

Ny. Ita dan Tn. Darman selalu membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum

makan dan setelah BAB. Ny. Ita dan Tn. Darman selalu mencuci tangan dengan

menggunakan sabun apapun yang ada, tidak harus menggunakan sabun khusus cuci tangan.

Ny. Ita dan Tn. Darman biasa melakukan cuci tangan di dapur mereka.

Keluarga Tn. Darman tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 6 x 5 m

dan tidak memiliki pekarangan. Rumah terdiri dari satu buah ruang keluarga, dua kamar

tidur, dan dapur sekaligus tempat untuk mandi, buang air kecil sekaligus mencuci baju dan

piring .Seluruh lantai rumah terbuat dari keramik. Dinding rumah terbuat dari tembok yang

tidak dicat. Atap rumah terbuat dari genteng tanpa plafon.

Rumah keluarga Tn. Darman tidak dilengkapi dengan kamar mandi/jamban. Sehingga

untuk buang air besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir empang yang

berjarak 7 meter dari rumah. Jamban umum yang digunakan Tn. Darman dan keluarga

Page 53: Laporan diagnosis komunitas

merupakan tipe jamban cemplung. Ny.Ita mengaku tidak ada sumber air di rumahnya,

sehingga ia harus membeli air PAM di warung setiap hari 4 jerigen.

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn.Darman

Tabel 1.10 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Darman

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Darman merokok sekitar setengah bungkus

dalam satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam dan diluar rumah jauh dari

anaknya.

2 Olah raga Tn. Darman memiliki kebiasaan berolahraga di

tempat kerjanya selama 30 menit 3x/minggu.

3 Pola Makan Tn. Darman makan 1x/hari karena ia mengaku

lelah setelah pulang bekerja. Ny.Ita makan

2x/hari, selalu memasak sendiri setiap jam 7

pagi dan 2 sore dengan komposisi makanan nasi,

Page 54: Laporan diagnosis komunitas

sayur, tahu/tempe, telor/ikan. Mengkonsumsi

daging ayam jarang, 3x/bulan. Makan buah-

buahan 3x/minggu, paling sering jeruk bali. Ibu

mengaku tidak pernah jajan makanan. An. Siti

makan 3x sehari dan sering jajan roti di warung..

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka selalu pergi ke puskesmas.

5 Menabung Tn. Darman mengaku selalu menabung

600.000/bulan.

6 Mencuci tangan Tn. Darman, Ny. Ita, An. Siti selalu mencuci

tangan sebelum dan sesudah makan

menggunakan air bersih yang tidak mengalir dan

memakai sabun, masih belum tahu cara mencuci

tangan yang baik.

7 Aktivitas sehari-hari d. Bapak bekerja sebagai security yang

berangkat tergantung jadwal jaga dengan

durasi kerja 8 jam/hari kemudian saat

pulang selalu langsung istirahat,

mempunyai kebiasaan merokok setengah

bungkus per hari.

e. Ibu bertindak sebagai ibu rumah tangga,

memasak 2x perhari

f. Anak pertama merupakan pelajar SD

Tabel 1.11 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Darman

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6 x 5 m dengan lantai keramik

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran

3 x 2,5 m, dua kamar tidur yang masing-masing

berukuran 3 x 3 m. Juga terdapat dapur yang

berukuran 2,5 x 1,5 m mencakup tempat mandi,

Page 55: Laporan diagnosis komunitas

mencuci dan buang air kecil.

3. Ventilasi Terdapat lima buah ventilasi di ruang tamu

berukuran 15 x 30 cm yang selalu terbuka, dua

buah ventilasi di dalam kamar tidur berukuran

30 x 40 cm. 1 jendela di ruang keluarga yang

tidak bisa dibuka berukuran 40 x 70 cm. 2

jendela di dalam kamar tidur yang masing-

masing berukuran 40 x 70 cm yang selalu dibuka

ketika pagi dan siang hari. Hal ini sesuai dengan

luas lantai rumah.(luas ventilasi lebih dari 10%

dari lantai rumah).

4. Pencahayaan c. Terdapat tiga buah jendela berukuran 40

x 70 cm yang berada di ruang keluarga

dan ruang kamar.

d. Hanya terdapat 1 buah lampu di luar dan

dalam rumah. Sehingga pencahayaan

rumah kurang baik.

5. MCK d. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang

air besar Tn Darman pergi ke jamban

umum yang berada di pinggir empang

berjarak 7 m dari rumahnya.

e. Tempat cuci piring dan baju bareng

dengan tempat mandi, bak, dan

memasak.

f. Tersedia air pam yang dibeli dari

warung.

6. Sumber Air b. Tidak memiliki sumber air di rumahnya,

sehingga harus membeli air pam di

warung.

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke empang

Page 56: Laporan diagnosis komunitas

yang berjarak 7 m dari rumahnya.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di dekat empang, sampah ini

ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian dibakar

oleh siapapun warga sekitar sekitar 2 hari sekali.

9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah dan belakang rumah Tn. Darman

merupakan tanah yang dimiliki oleh

tetangganya. Sebelah kanan rumah langsung

menempel dengan rumah lain yang merupakan

rumah orangtuanya. Sebelah kiri rumah adalah

rumah warga lain yang dibatasi oleh jalan.

Sekitar 7 m sebelah kanan dari rumah Tn.

Darman terdapat empang untuk membuang

limbah, bab dan terdapat sampah.

1.3.6. Keluarga binaan Tn.Darwi

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Darwi yang memiliki empat orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.21 Data Dasar Keluarga Tn. Darwi

N

o

Nama Status

Keluarg

a

Jenis

Kelamin

Usi

a

Pendidika

n

Pekerjaa

n

Penghasilan

1 Tn. Darwi Anak

pertama

ibu necy

Laki-laki 40th Tidak

Sekolah

Security Rp.1.500.000/

bulan

2 Ny. Darmi Anak

kedua

ibu necy

Perempua

n

35th Tamat SD Pembantu

rumah

tangga

Rp.900.000/bulan

3 An.M.Antar Anak

Ny.

Laki-laki 4bln - - -

Page 57: Laporan diagnosis komunitas

a Darmi

4 Ny. Necy Ibu dari

Tn.Darwi

dan Ny.

Darmi

Perempua

n

77th Tidak

Sekolah

Ibu

Rumah

Tangga

-

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Gaga Desa Tanjung Pasir, Kecamatan

Teluk Naga RT 003/005. Keluarga ini terdiri dari seorang ibu yang tinggal bersama 2 orang

anak beserta 1 orang cucu. Seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Darwi, 40 tahun. Ia

berprofesi sebagai petugas keamanan dengan rata-rata pendapatan Rp.1.500.000 tiap bulan. Ia

bekerja sebagai petugas keamanan di daerah perumahan. Ia berangkat ke tempat kerja pukul 1

siang setelah sholat Dzuhur hingga pukul 12 malam. Ia memiliki kebiasaan merokok satu

bungkus per hari, Ia sering merokok di dalam rumah dan di luar rumah. Tn.Agus belum

memiliki kelurga.

Tn.Darwi memiliki seorang adik yang bernama Ny.Darmi berusia 35 tahun. Ny.

Darmi bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ia bekerja di kota Bandung dan sering pulang

ke rumah setiap 1 bulan sekali. Ny. Darmi memilki satu orang anak dan belum lama bercerai

dengan suaminya sekitar 2 tahun yang lalu.

An. M.Antara berusia 4 bulan. Ia tinggal bersama neneknya (Ibu dari Tn. Darwi dan

Ny. Darmi). Ia merupakan anak pertama dari Ny.Darmi. Ia sejak umur 1 bulan dirawat oleh

neneknya. Ia diberikan ASI hanya sampai umur satu bulan. Karena alesan pekerjaan ibunya

yang tidak bisa ditinggal, ia tidak diberikan asi lagi dan diberikan susu formula sampi umur

sekarang. Awalnya ia diberikan susu formula SGM, tetapi semenjak minum susu SGM ia

diare lama, kemudian ia berobat ke dokter dan disaran kan dokter untuk mengganti susunya.

Neneknya kemudian memberikan ia berupa susu Lactogen. Menurut neneknya semenjak

meminum susu lactogen ia tidak diare lagi. Ia sering dibawa neneknya ke puskesmas untuk

imunisasi. Dan rajin sekali menimbang berat badanya di puskesmas dan posyandu.

Ibu kandung Tn.Darwi bernama Ny. Necy, usia 77 tahun, masih tinggal bersama

keluarga Tn.Agus ini. Setiap hari Ny.Ineng hanya beristirahat dirumah karena Ia sudah tidak

bisa melakukan pekerjaan apapun lagi. Menurut Ny. Samidah, ia sering mengeluh pegal –

pegal dan lemas. Namun atas keluhan ini, Ny.Ineng tidak mau dibawa berobat kemanapun

Page 58: Laporan diagnosis komunitas

dengan alasan biaya yang tidak memadai dan tidak ada keluarga yang mengantar. Namun,

Ny. Necy mengakui bahwa ia mengidap hipertensi.

Keluarga Tn. Darwi tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah ±6x5 m. Rumah

terdiri dari satu buah ruang tamu, satu kamar tidur, dan satu dapur yang bersatu dengan

kamar mandi. Lantai rumah sebagian terbuat dari semen dan sebagian lagi dari ubin. Dinding

rumah terbuat dari bilik bambu. Untuk atap rumah terbuat dari genting tanpa plafon.

Pada bagian belakang rumah terdapat tanah kosong. Tanah kosong tersebut biasa

digunakan untuk menimbun sampah kemudian dibakar selama 1 minggu sekali.

Rumah keluarga Tn.Darwi terdapat kamar mandi namun tidak disertai jamban. Kamar

mandi tersebut hanya digunakan untuk mandi, buang air kecil, mencuci baju dan piring.

Kamar mandi hanya dilengkapi oleh ember besar, kamar mandi tersebut seluas 1 x 3 m.

Sehingga untuk buang air besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir

empang. Jamban umum yang digunakan Tn. Darwi dan keluarga merupakan tipe jamban

cemplung.

Kegiatan mencuci piring keluarga Tn.Darwi dilakukan di kamar mandi yang juga

digunakan untuk buang air kecil. Piring – piring kotor ditumpuk di lantai kamar mandi

tersebut, tanpa alas apapun. Piring – piring yang telah dibersihkan, dikeringkan di rak piring

yang berada di dapur yang terletak tidak jauh dari kamar mandi. Kegiatan mencuci tangan di

tiap anggota keluarga sedikit kurang baik. Masing-masing keluarga memiliki kebiasaan

mencuci tangan tetapi tidak menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga biasa dilakukan hanya

ketika mereka setelah makan.

Gambar 1.8 Denah Rumah Keluarga Tn.Agus

Kamar Tidur

Ruang Tamu

Ruang dapur

Kamar Mandi

Page 59: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 1.22 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Darwi

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tn. Darwi merokok sekitar satu bungkus dalam

satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini

dilakukan didalam rumah dan di luar rumah.

2 Olah raga Keluarga Tn. Darwi tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga

3 Pola Makan Ny.Necy terkadang memasak sendiri dengan

komposisi makanan nasi, tahu, tempe, ikan,

sayur. Jarang sekali makan daging sapi atau

ayam dan buah-buahan. Keluarga ini jarang beli

makanan di luar.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi ke bidan dan dokter

klinik terdekat dan membeli obat di apotek dan

terkadang membeli diwarung. Mereka juga

sering untuk berobat ke puskesmas.

5 Menabung Ny. Necy tidak menabung. Uang dari anak-

anaknya dijadikan untuk biaya M.Antara dan

untuk kebutuhan sehari-hari.

6 Aktivitas sehari-hari d. Tn, Darwi bekerja sebagai petugas

keamanan, berangkat pukul 1 siang

kemudian pulang pukul 12 malam.

e. Ny. Darmin sebagai pembantu ibu rumah

tangga. Ia bekerja di Bandung. Pulang

kerumah biasa 1 bulan 2 kali.

f. Ny.Necy tidak bekerja. Ia sehari-hari

memasak dan merawat cucunya.

6 Prilaku Cuci tangan c. Semua anggota keluarga memiliki

prilaku cuci tangan yang tidak baik dan

Page 60: Laporan diagnosis komunitas

tidak benar. Mereka melakukan cuci

tangan hanya menggunakan air yang

dialirkan menggunakan gayung dan tidak

menggunakan sabun.

d. Kebiasaan ini juga dilakukan hanya

ketika mereka setelah makan.

Tabel 1. 23 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Darwi

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6x5 m dengan lantai semen dan

ubin

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran3x2

m, satu kamar tidur yang masing-masing

berukuran 2x2m. Juga terdapat dapur disertai

kamar mandi yang berukuran 3x2m dan ruangan

ini tidak disertai dengan adanya tempat

pembuangan asap.

3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi sama sekali yang

seharusnya luas ventilasi kurang dari 10% dari

lantai rumah.

4. Pencahayaan Tidak terdapat jendela pada ruang tamu rumah

Tidak terdapat jendela di kedua kamar

Hanya terdapat 3 buah lampu di dalam rumah

yang berwarna kuning untuk ruang tengah,

dapur dan kamar mandi.

5. MCK d. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang

air besar mereka pergi ke jamban umum

yang berada di pinggir empang.

e. Kamar mandi beralaskan semen dengan

Page 61: Laporan diagnosis komunitas

ukuran 1x1m terletak di dalam rumah

yang digunakan untuk cuci piring

f. Tersedia air yang cukup untuk buang air

kecil di dalam ember.

6. Sumber Air c. Sumber Air berasal dari PAM yang

dijual di warung tetangga. Mereka

menghabiskan 4-5 drum air seharga

Rp.500,- per drum.

d. Anggota keluarga memiliki kebiasaan

mencuci tangan tetapi tidak

menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga

biasa dilakukan hanya ketika mereka

setelah makan.

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke empang

yang berjarak 1 meter dari rumah dan limbah

padat di buang di pekarangan belakang rumah.

Aliran limbah ini tidak lancar.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di pekarangan belakang rumah,

sampah ini ditumpuk hingga penuh, lalu

kemudian dibakar oleh keluarga ssehingga

banyak lalat yang menghinggapi tumpukan

sampah tersebut, dan menimbulkan bau.

Keluarga biasa membakar 1 minggu sekali.

9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah Tn. Darwi terdapat halaman.

Samping kanan rumah berhadapan langsung

dengan tetangga yang msaih satu keluarga.

Samping kiri langsung berhadapan dengan

empang. Bagian belakang rumah terdapat

pekarangan yang cukup luas. Empang di

samping rumah Tn.Darwi sedikit kotor dan

banyak sampah yang menumpuk. Sehingga

banyak lalat yang menghinggap di empang

Page 62: Laporan diagnosis komunitas

tersebut.

1.3.7. Keluarga Binaan Tuan Rohani

Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Rohani yang memiliki lima orang anggota

keluarga yang tinggal dalam satu rumah. Kelima anggota keluarga tersebut adalah :

Tabel 1.9 Data Dasar Keluarga Tn. Rohani

N

o

Nama Status

Keluarga

Jenis

Kelamin

Usia Pendidika

n

Pekerjaan Penghasilan

(per bulan)

1 Tn. Rohani Suami Laki-laki 55th SD Pedagang Rp 3.000.000;

2 Ny. Ana Istri Perempuan 50th SD Ibu Rumah

Tangga

3 Tn.

Syarifudin

Anak

Kandung

Perempuan 21th Kuliah Pelajar Rp 500.000;

4 Nn. Nuraini Anak

Kandung

Laki-laki 20th SMP Pelajar -

5 Muhammad

Farhan

Anak

Kandung

Laki-laki 6th SD Pelajar -

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Telaga Sukamana Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga RT 006/007. Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang

menikah 37 tahun yang lalu dan memiliki 3 orang anak. Anak pertama belum menikah dan

masih tinggal dengan Tn.Rohani, anak kedua belum menikah pula dan tinggal masih dengan

Tn.Rohani, dan satu anak lainnya masih berada di rumah keluarga ini.

Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Rohani, 55 tahun.

Ia berprofesi sebagai pedagang dengan rata-rata pendapatan Rp.100.000 tiap harinya.

Page 63: Laporan diagnosis komunitas

Penghasilan ini tidak selalu stabil ia dapatkan, hanya apabila banyak pembeli di warungnya.

Ia memulai membuka warung pada pukul 06.00 pagi hingga 01.00 dini hari. Setelah selesai

melayani warungnya, Tn. Rohani biasanya beristirahat saja dirumah.

Tn. Rohani memiliki seorang istri yang bernama Ny. Ana berusia 50 tahun. Ny. Ana

bekerja sebagai ibu rumah tangga dan membantu Tn. Rohani berdagang di warung milik

mereka. Keseharian Ny. Ana hanyalah berdagang membantu Tn. Rohani, dan mengantarkan

anaknya yang paling kecil pergi mengaji. Setelah melakukan kegiatan sehari-harinya Ny. Ana

masak di sore hari, lalu tidur sekitar jam 11 malam.

Semasa hidupnya Tn. Rohani hanya sering mengeluh pusing yang sering ia

hubungkan dengan usaha berdagangnya yaitu warung. Biasanya jika keluhan itu muncul ia

lebih memilih untuk istirahat dan tidak melayani pembeli warung untuk sementara waktu.

Apabila terdapat sakit yang lebih parah seperti batuk, pilek dan sakit gigi, Tn. Rohani

memilih berobat ke klinik dokter terdekat yang ada di desa tersebut.

Ny. Ana seringkali mengeluh sakit perut yang seringkali ia abaikan. Keluhan sakit

perut ini sering Ny. Ana sebut sebagai sakit Maag. Biasanya Ny. Ana hanya meminum obat

diwarungnya saja dan tidak berobat ke dokter maupun puskesmas.

Ny. Ana memiliki tiga orang anak, anak pertamanya mengalami cedera (patah tulang)

pada tangannya akibat terjatuh dari motor. Ny. Ana mengaku bahwa anaknya tersebut

langsung dilarikan ke klinik terdekat saat setelah terjatuh, yang setelah itu dirujuk oleh klinik

ke rumah sakit terdekat. Anak pertama Ny. Ana belum menikah dan masih tinggal bersama

kedua orangtuanya. Anak pertama Ny. Ana bernama Tn. Syarifudin. Ia bekerja sebagai

pegawai supermarket di daerah desa tempat mereka tinggal. Pendapatan yang dihasilkan Tn.

Syarifudin perbulannya Rp 500.000; dan Tn. Syarifudin juga mengaku masih menjalani

program pendidikan jenjang perkuliahan.

Anak kedua Ny.Ana yang tinggal bersamanya, bernama Nn. Nuraini yang kini

berumur 20 tahun. Saat dilahirkan di tolong oleh bidan, dengan berat badan ± 2800gr. Alasan

dilahirkan di bidan karena anak pertama Ny.Ana juga dilahirkan oleh bidan. Semasa Ny. Ana

hamil, ia tidak pernah menderita sakit dan rajin memeriksakan kandungan di bidan terdekat.

Imunisasi dasar diakui lengkap oleh Ny. Ana. Saat ini Nn. Nuraini belum bekerja dan masih

tinggal dengan kedua orang tuanya. Dalam kesehariannya ia hanya membantu kedua

Page 64: Laporan diagnosis komunitas

orangtuanya di warung untuk melayani pembeli dan berangkat mengaji ke Masjid dengan

adiknya.

Anak ketiga Ny. Ana yang masih serumah dengannya, bernama Muhammad Farhan,

berusia 9 tahun. Saat dilahirkan di tolong oleh bidan, dengan berat badan ± 3000gr. Alasan

dilahirkan di bidan karena anak pertama dan kedua Ny.Ana juga dilahirkan oleh bidan.

Semasa hamil Ny. Ana tidak pernah menderita sakit dan rajin memeriksakan kandunganmya

di bidan terdekat. Imunisasi dasar diakui lengkap oleh Ny. Ana. Saat ini Farhan duduk di

bangku SD, setiap hari ia bersekolah dari jam 8 pagi hingga jam 1 siang. Sebelum berangkat

sekolah ia hanya berada di rumah. Ia mengaku sering jajan diluar rumah dan hampir setiap

hari minum-minuman warung yang diberi es.

Sehari-harinya Ny. Ana biasa mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak,

menyapu, dan mengepel. Ny. Ana selalu membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum

melakukan hal-hal tersebut. Ny. Ana selalu mencuci tangan dengan menggunakan sabun

apapun yang ada, tidak harus menggunakan sabun khusus cuci tangan. Ny. Ana biasa

melakukan cuci tangan di wastafel yang terletak di dapur mereka ataupun di kamar mandi.

Anak Ny. Ana yang pertama, yaitu Tn. Syarifudin tidak rajin mencuci tangan. Tn. Syarifudin

mengaku bahwa karena ia makan menggunakan sendok dan garpu maka ia tidak harus

mencuci tangannya sebelum makan.

Keluarga Tn. Rohani tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah seluas 100 m2 dan

pekarangan seluas 6 x 2 m. Rumah terdiri dari satu buah warung, satu buah ruang tamu, satu

ruang tengah, tiga kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi. Lantai rumah sebagian

terbuat dari keramik dan sebagian lagi terbuat dari semen. Dinding rumah terbuat dari tembok

yang sebagian dicat dan sebagian lagi tidak dicat. Untuk atap rumah terbuat dari genteng

tetapi tanpa plafon. Pekarangan milik keluarga Tn. Rohani dibatasi dengan pagar yang terbuat

dari bambu. Pada bagian depan tidak terdapat pekarangan, hanya berada di belakang yang

dipakai untuk tempat mencuci piring,

Rumah keluarga Ny. Ana dilengkapi dengan kamar mandi. Sehingga untuk buang air

besar mereka tidak harus ke jamban umum yang berada di pinggir empang atau menumpang

di kamar mandi tetangganya. Sedangkan untuk mandi, mereka bisa melakukan di kamar

mandi mereka sendiri. Ny. Ana mengaku sumber air rumahnya adalah air PAM. Air PAM

tersebut dialirkan kedalam rumah Ny. Ana dengan menggunakan pipa saluran air.

Page 65: Laporan diagnosis komunitas

Gambar 1.4 Denah Rumah Keluarga Tn. Rohani

Tabel 1.10 Tabel Faktor Internal Keluarga Tn. Rohani

No Faktor Internal Permasalahan

1 Kebiasaan Merokok Tidak ada yang merokok di keluarga Tn. Rohani

2 Olah raga Keluarga Tn. Rohani tidak ada yang memiliki

kebiasaan berolahraga

3 Pola Makan Ny. Ana terkadang memasak sendiri dengan

komposisi makanan nasi, tahu, tempe, ikan.

Jarang sekali makan daging, sayur dan buah. Ibu

juga sering jajan makanan untuk sarapan pagi

hari seperti nasi uduk, dan jarang sekali makan

malam.

4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka pergi ke klinik dokter

umum terdekat dan membeli obat di apotek dan

terkadang membeli diwarung. Keluarga Tn.

Rohani hanya ke puskesmas apabila penyakitnya

Page 66: Laporan diagnosis komunitas

tidak kunjung sembuh.

5 Menabung Ny. Ana hanya mengikuti kegiatan arisan untuk

menabung sebagian penghasilannya dan

Tn.Rohani.

6 Mencuci Tangan Tn. Rohani, Ny. Ana, dan ketiga anaknya

mempunyai kebiasaan mencuci tangan

menggunakan sabun tetapi tidak dengan air

mengalir.

7 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai pedagang di warung

milik pribadi dari pagi hingga dini hari

b. Ibu bertindak sebagai ibu rumah tangga dan

membantu melayani pembeli warung

c. Anak pertamanya berprofesi sebagai

pegawai supermarket

d. Anak keduanya belum bekerja dan sudah

lulus SMP

e. Anak ketiganya masih bersekolah di jenjang

Sekolah Dasar

Tabel 1.11 Tabel Faktor Eksternal Keluarga Tn. Rohani

No Kriteria Permasalahan

1. Luas Bangunan Luas rumah ± 12x6 m dengan lantai keramik

2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran

4x3m, tiga kamar tidur yang masing-masing

berukuran 3x2m dan 4x3m. Juga terdapat dapur

yang berukuran 2x1m dan juga warung pribadi

yang berukuran 4x3m

3. Ventilasi Terdapat dua buah ventilasi di ruang tamu

berukuran 0.5 m x 0,5 m dan 0,5 m x 0,5 m yang

selalu ditutup. Hal ini tidak sesuai dengan luas

Page 67: Laporan diagnosis komunitas

lantai rumah. (luas ventilasi kurang dari 10%

dari lantai rumah).

4. Pencahayaan a. Terdapat dua buah jendela berukuran

2x1 m pada bagian depan rumah.

b. Terdapat 6 buah lampu di dalam rumah

yang berwarna putih dan satu buah di

teras rumah sehingga penerangan cukup

baik.

5. MCK a. Tn. Rohani memiliki kamar mandi

sendiri, sehingga ia dan keluarganya

tidak harus ke jamban umum

b. Tempat buang air kecil di kamar mandi

c. Tempat cuci piring dan baju di dapur

d. Tersedia air yang cukup untuk mandi,

buang air kecil, buang air besar, dan

mencuci kebutuhan sehari-hari

6. Sumber Air Tn. Rohani menggunakan fasilitas PAM sebagai

sumber air dirumahnya. Air di alirkan

menggunakan pipa saluran kedalam rumahnya

7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke kali yang

berjarak 2 meter dari rumah dan limbah padat di

buang di pekarangan samping rumah. Aliran

limbah ini lancar.

8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di pekarangan samping rumah,

sampah ini ditumpuk hingga penuh, lalu

kemudian dibakar oleh siapapun warga sekitar

sehingga banyak lalat yang menghinggapi

tumpukan sampah tersebut, dan menimbulkan

bau.

Page 68: Laporan diagnosis komunitas

9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah Tn. Rohani menghadap ke rumah

tetangga tanpa pohon atau pekarangan. Samping

rumah Tn. Rohani, tidak jauh terdapat empang

tempat pembuangan sampah. Sedangkan bagian

belakang rumah menempel dengan rumah

tetangganya. Akibat masih banyak sampah di

lingkungan dan empang, ini menyebabkan untuk

saat ini empang yang ada tidak dapat berfungsi

dengan seharusnya dikarenakan banyaknya

sampah yang ada dan ini menimbulkan sarang

nyamuk, lalat, dan banyak tikus yang

berkeliaran di sekitar lingkungan tersebut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Page 69: Laporan diagnosis komunitas

2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas

Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya

suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di

lapangan dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang

ada.Diagnosis dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari

ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi

komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok

orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan

ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen

kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).

2.2 KONSEP PERILAKU

2.2.1.Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus – Organisme – Respon.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan

menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Page 70: Laporan diagnosis komunitas

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung

atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada

perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,

yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang

(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit,

sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini,

perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga

kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.

2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering

disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit dan atau kecelakaan.

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun

sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.3. Domain Perilaku

Page 71: Laporan diagnosis komunitas

Menurut Bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2003), membagi perilaku itu didalam 3

domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan

yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan,

yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut, yang terdiri dari

ranah kognitif (kognitif domain), ranah affektif (affectife domain), dan ranah psikomotor

(psicomotor domain).

Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan

pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :

1. Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Tanpa pengetahuan seseorang

tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan

terhadap masalah yang dihadapi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

a) Faktor Internal

Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi

fisik.

b) Faktor Eksternal

Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.

c) Faktor pendekatan belajar

Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan

metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya.

2) Memahami (Comprehension)

Page 72: Laporan diagnosis komunitas

Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

4) Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam

komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada

kaitannya dengan yang lain.

5) Sintesa

Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.

6) Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi / objek.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus

yang diberikan (obyek).

b. Merespon (responding)

Page 73: Laporan diagnosis komunitas

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan

faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

a. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan

yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

b. Respon terpimpin (guide response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai

dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

c. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah

mancapai praktik tingkat tiga.

d. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang

dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara

terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu

(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi

tindakan atau kegiatan responden.

Page 74: Laporan diagnosis komunitas

Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003),

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut

terjadi proses berurutan yakni :

1. Kesadaran (awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek)

2. Tertarik (interest)

Dimana orang mulai tertarik pada stimulus

3. Evaluasi (evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (trial)

Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Menerima (Adoption)

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku

Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai

kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan

pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari

berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,

persepsi, sikap dan sebagainya.

Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut

dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,

sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap

faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan

dengan kesehatan, antara lain:

Page 75: Laporan diagnosis komunitas

1. Teori Lawrence Green (1980)

Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa

kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes).

Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

2) Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia

atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya

puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3) Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar (1983)

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan

fungsi dari :

1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior itention).

2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).

3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accesebility of information).

4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy).

5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

Page 76: Laporan diagnosis komunitas

3. Teori WHO (1984)

WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :

1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).

(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang

menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu.

(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap

sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap

positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu

tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan

mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu

tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2). Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa

yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

3). Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan

sebagainya.

4)Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu

masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya

disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu

berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia

(Notoatmodjo, 2003).

Page 77: Laporan diagnosis komunitas

2.3 TEORI MENCUCI TANGAN YANG BENAR

Cara mencuci tangan yang benar yang dengan cara mencuci tangan menggunankan

sabun Mencuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan

membersihkan tangan dan jari-jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk

menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun

merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan sering

menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke

orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan

permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung

dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus) dan

makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan

bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditulari.

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk mencegah

penyakit diare dan ISPA, keduanya menjadi penyebab utama kematian anak-anak. Setiap

tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak di seluruh dunia meninggal sebelum mencapai umur lima

tahun karena penyakit diare dan ISPA. Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah

infeksi kulit, mata, kecacingan, dan flu burung. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) sebaiknya

dilakukan pada lima waktu penting, yaitu: (1) sebelum memulai pekerjaan; (2) sesudah

menggunakan toilet; (3) sebelum memegang bayi; (4) sesudah menceboki anak; (5) sebelum

menyiapkan makanan dan sesudah makan. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air

mengalir dapat memutuskan mata rantai kuman yang melekat di jari-jemari. Masyarakat

termasuk anak sering mengabaikan mencuci tangan memakai sabun dengan air mengalir

karena kurangnya pemahaman tentang kesehatan.

Mencuci tangan adalah membersihkan tangan dari segala kotoran, dimulai dari ujung

jari sampai siku dan lengan dengan cara tertentu sesuai kebutuhan. Perilaku cuci tangan

adalah salah satu bentuk kebersihan diri yang penting. Mencuci tangan juga dapat diartikan

menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan

ringkas yang kemudian dibilas di bawah air yang mengalir.

Cuci tangan menggunakan air saja tidaklah cukup untuk melindungi seseorang dari

kuman penyebab penyakit yang merugikan kesehatan. Dari berbagai riset, risiko penularan

penyakit dapat berkurang dengan adanya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat,

perilaku kebersihan, seperti cuci tangan pakai sabun. Perilaku cuci tangan pakai sabun

merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif dibandingkan dengan

intervensi kesehatan dengan cara lain. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan

Page 78: Laporan diagnosis komunitas

debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan

dan kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab

penyakit pada kedua tangan dan lengan serta mengurangi kontaminasi silang. Cuci tangan

dianggap merupakan salah satu langkah yang paling penting untuk mengurangi penularan

mikroorganisme dan mencegah infeksi selama lebih dari 150 tahun. Kesehatan kebersihan

tangan yang baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi frekuensi

infeksi nosokomial.

a. Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan mencuci tangan menggunakan

sabun.

1. Diare

Penyakit diare menjadi penyebab kematian kedua yang paling umum

untuk anak-anak balita. Sebuah ulasan yang membahas sekitar 30 penelitian

terkait menemukan bahwa cuci tangan dengan sabun dapat menurunkan angka

kejadian diare hingga 50%. Penyakit diare seringkali diasosiasikan dengan

keadaan air, namun secara akurat sebenarnya harus diperhatikan juga

penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air kencing, karena kuman-

kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-kotoran ini. Kuman-

kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka masuk mulut

melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,

makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau

terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam

penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi

pencegahan adalah: Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air

olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air

(25%), sumber air yang diolah (11%). (2)

2. Infeksi saluran pernafasan.

Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab kematian utama anak-anak balita.

Mencuci tangan dengan sabun mengurangi angka infeksi saluran pernafasan

ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogen-patogen pernafasan

yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan, 2) dengan

menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus entrentic)

yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala penyakit

pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktik-praktik

menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum dan

Page 79: Laporan diagnosis komunitas

sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi hingga

25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan dengan

sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan pnemonia

pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.

3. Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit.

Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran

pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian

penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk

ascariasis dan trichuriasis.

Gambar 2.1 Diagram Transmisi Penyakit

b. Teknik mencuci tangan yang baik dan benar dan penggunaan sabun

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, maka mencuci tangan haruslah dengan air

bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau disiram dengan gayung,

menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan dengan handuk bersih

atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun dapat menggunakan semua

jenis sabun karena semua sabun sebenarnya cukup efektif dalam membunuh

kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci tangan yang benar harus

menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir dengan langkahlangkah

sebagai berikut:

1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air

yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak

tangan secara.

2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.

Page 80: Laporan diagnosis komunitas

3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.

4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.

5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.

6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan.

7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara

memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan

dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau

tisu.

Gambar 2.2 Langkah-langkah Mencuci Tangan

Karena mikroorganisme tumbuh berkembang biak di tempat basah dan di air yang

menggenang, maka apabila menggunakan sabun batangan sediakan sabun batangan yang

berukuran yang kecil dalam tempat sabun yang kering. Hindari mencuci tangan di waskom

yang berisi air walaupun telah ditambahkan bahan antiseptik, karena mikroorganisme dapat

bertahan dan berkembang biak pada larutan ini. Apabila menggunakan sabun cair jangan

Page 81: Laporan diagnosis komunitas

menambahkan sabun apabila terdapat sisa sabun pada tempatnya, penambahan dapat

menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang baru dimasukkan. Apabila tidak tersedia

air mengalir, gunakan ember dengan kran yang dapat dimatikan sementara menyabuni kedua

tangan dan buka kembali untuk membilas atau gunakan ember dan kendi/teko.

Page 82: Laporan diagnosis komunitas

Kerangka Teori

Kerangka teori berdasarkan Lawrence Green (1980)

Faktor Predisposisi

- Sikap

- Pengetahuano Internal : jasmani, usia

o Eksternal : tingkat

pendidikan, hubungan sosial dan budaya,tingkat ekonomi, pengalaman, media massa

Faktor Pendukung

- Lingkungan

- Tersedianya fasilitas kesehatan

Perilaku

Faktor Pendorong

- Petugas Kesehatan

Page 83: Laporan diagnosis komunitas

Kerangka Konsep

Petugas kesehatan

Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (air bersih)

Tingkat Pendidikan dan ekonomi

Pengetahuan mengenai mencuci tangan yang benar

Perilaku mencuci tangan yang baik dan benar

Informasi media massa

Page 84: Laporan diagnosis komunitas

1. Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur

Skala

1. Perilaku mencuci tangan yang benar

Kebiasaan mencuci tangan yang benar

CeklisKuesioner

ObservasiWawancara

Baik 9-10Cukup 7-8Buruk 5-6

Ordinal

2. Pengetahuan mengenai mencuci tangan yang baik dan benar

Wawasan pengetahuan mengenai mencuci tangan yang benar

Kuesioner Wawancara Baik 11-12Sedang 8-10 Buruk 6-7

Ordinal

3. Tingkat Pendidikan

Meliputi : Cara berfikir dalam penerimaan informasi mengenai mencuci tangan yang benar

Kuesioner Wawancara Tinggi : 5-6Sedang : 3-4Rendah : 1-2

Ordinal

4. Tingkat ekonomi

Hal-hal yang berkaitan antara penghasilan ekonomi dengan pendidikan, fasilitas kesehatan

Kuesioner Wawancara Atas 8-10Menengah : 5-7Bawah : 0-4

Ordinal

5. Ketersediaan fasilitas kesehatan (air bersih dan sabun)

Tersedianya fasilitas kesehatan (air besih dan sabun) di rumah

Kuesioner Wawancara Baik: 3-4Sedang: 1-2Buruk: 0

Ordinal

6. Petugas kesehatan

Petugas kesehatan aktif untuk memberikan penyuluhan mengenai mencuci tangan yang benar

Kuesioner Wawancara Peduli : 1Tidak peduli : 0

Ordinal

7. Informasi media massa

Tersedianya media massa berupa Koran, poster, televisi.

Kuesioner Wawancara Luas : 2Sedikit : 1Tidak ada : 0

Ordinal

Page 85: Laporan diagnosis komunitas

1. Kuesioner

KUESIONER

PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

I. PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BENAR

1. Apakah anda mencuci tangan dengan air yang mengalir?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda menggunakan sabun khusus untuk mencuci tangan pada saat anda akan

mencuci tangan?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mencuci tangan sebelum anda makan?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda mencuci tangan setelah BAB?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda mengeringkan tangan anda dengan handuk kering atau tissue setelah

mencuci tangan?

a. Ya

b. Tidak

NO.

RESPONDEN

Page 86: Laporan diagnosis komunitas

Indikator Penilaian :

1. Jika jawaban YA nilai : 2

2. Jika jawaban TIDAK nilai : 1

Total :

1. Jumlah total 9--10 : Perilaku BAIK

2. Jumlah total 7 – 8: Perilaku CUKUP

3. Jumlah total 5-- 6: Perilaku BURUK

II. PENGETAHUAN MENGENAI MENCUCI TANGAN YANG BENAR

6. Menurut anda air apa yang baik digunakan untuk mencuci tangan?

a. Air bersih yang mengalir

b. Air bersih yang ditampung

c. Air apa saja

7. Menurut anda sabun apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci tangan?

a. Sabun khusus untuk mencuci tangan

b. Sabun apa saja

c. Tidak memakai sabun

8. Langkah pertama mencuci tangan yang baik dan benar adalah?

a. Oleskan sabun

b. Basahkan tangan dengan air bersih

c. Bersihkan telapak tangan

9. Menurut anda, diwaktu apa saja anda harus mencuci tangan?

a. Sebelum makan, sebelum memegang bayi, setelah BAB

b. Sebelum makan, sebelum memasak, sebelum memegang bayi, setelah BAB

c. Sebelum makan, sebelum memasak, sebelum memegang bayi, setelah

BAB, sesudah menceboki bayi

10. Menurut anda ada berapa langkah mencuci tangan yang baik menurut WHO?

a. 3

b. 5

c. 7

Page 87: Laporan diagnosis komunitas

11. Menurut anda, jika anda tidak mencuci tangan, kemungkinan anda akan mengalami

penyakit?

a. Diare

b. Darah tinggi

c. Demam berdarah

Indikator Penilaian :

4. Jika jawaban BENAR nilai : 2

5. Jika jawaban SALAH nilai : 1

Total :

Jumlah total 11 -- 12 : Pengetahuan BAIK

Jumlah total 8 – 10 : Pengetahuan CUKUP

Jumlah total 6 - 7 : Pengetahuan KURANG

III. PENDIDIKAN

12. Pendidikan terakhir bapak/ibu ?

a. Tidak pernah sekolah

b. SD/ Sederajat

c. SLTP/Sederajat

d. SLTA/Sederajat

e. Akademi/Diploma

f. Perguruan Tinggi

NILAI JAWABAN : a : 1 b : 2 c : 3 d : 4 e: 5 f : 6

Total :

Jumlah total 1-2: pendidikan RENDAH

Jumlah total 3-4: pendidikan SEDANG

Jumlah total 5-6: pendidikan TINGGI

Page 88: Laporan diagnosis komunitas

IV. TINGKAT EKONOMI

13. Berapa penghasilan bapak/ibu (keluarga) perbulan ?

a. < 2.000.000

b. 2.000.000 – 2.200.000

c. > 2.000.000 – 2.000.000

14. Apakak bapak/ibu selalu mendapatkan penghasilan yang tetap setiap bulannya?

a. Tidak

b. Kadang-kadang

c. Ya

15. Dari penghasilan tersebut, bagaimana untuk kebutuhan sehari-hari anda?

a. Kurang

b. Cukup

c. Lebih

16. Dari penghasilan tersebut apakah bapak atau ibu dapat membeli barang-barang selain

bahan pokok?

a. Tidak

b. Kadang-kadang

c. Ya

17. Rumah yang dihuni oleh bapak atau ibu adalah rumah?

a. Sewa

b. Menumpang rumah kerabat

c. Rumah pribadi

NILAI JAWABAN : a : 0 b : 1 c : 2

Total :

Jumlah total 0-3 : Penghasilan RENDAH

Jumlah total 4-7 : Penghasilan CUKUP

Jumlah total 8-10 : Penghasilan TINGGI

Page 89: Laporan diagnosis komunitas

V. KETERSEDIAAN FASILITAS

18. Apakah terdapat air mengalir untuk mencuci tangan ?

a. Ada

b. Tidak Ada

19. Apakah terdapat sabun khusus cuci tangan ?

a. Ada

b. Tidak Ada

NILAI JAWABAN : a : 1 b : 0

Total :

Jumlah total 2: Fasilitas BAIK

Jumlah total 1: Fasilitas CUKUP

Jumlah total 0: Fasilitas KURANG

VI. PETUGAS KESEHATAN

20. Apakah petugas kesehatan pernah melakukan penyuluhan mengenai cara mencuci

tangan yang benar?

a. Pernah

b. Tidak pernah

21. Apakah petugas kesehatan pernah memberikan leaflet atau poster tentang cara

mencuci tangan yang baik dan benar

a. Pernah

b. Tidak pernah

NILAI JAWABAN : a : 1 b : 0

Total :

Jumlah total 2: Petugas Kesehatan PEDULI

Page 90: Laporan diagnosis komunitas

Jumlah total 1: Petugas Kesehatan KURANG PEDULI

Jumlah total 0: Petugas Kesehatan TIDAK PEDULI

VII. INFORMASI MEDIA MASSA

22. Apakah media massa yang terdapat di desa Anda ?

a. Tidak ada

b. Koran atau televisi

c. Koran, televisi dan poster

NILAI JAWABAN : a : 0 b : 1 c : 2

Total :

Jumlah total 2: Sumber Informasi MEMADAI

Jumlah total 1: Sumber Informasi CUKUP MEMADAI

Jumlah total 0: Sumber Informasi TIDAK MEMADAI

Page 91: Laporan diagnosis komunitas

CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR MENURUT WHO

NO

KEGIATAN YA TIDAK

1. Membuka keran air.

2. Mencuci tangan dengan air mengalir.3. Membasuh seluruh pergelangan tangan, punggung tangan sampai

ujung jari dengan air mengalir.4. Mengambil sabun secukupnya.5. Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan sampai berbusa.6. Menggosok-gosok kedua telapak tangan .7. Menggosok punggung tangan kanan dengan tangan kiri dan

sebaliknya (bergantian )8. Menggosok sela-sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan

sebaliknya (bergantian)9. Membersihkan buku-buku jari dengan mengatupkan kedua jari

tangan kanan dan kiri (bergantian).10. Menggosok ibu jari dengan cara , ibu jari kanan berputar dalam

genggaman tangan kiri dan sebaliknya (bergantian)11. Meletakkan ujung jari tangan kanan ke telapak tangan kiri

kemudian gosok perlahan secara memutar dan sebaliknya (bergantian).

13. Membilas kedua tangan dengan air mengalir sampai bersih.14. Mengeringkan kedua tangan dengan handuk bersih dan kering.

KETERANGAN :

* Beri tanda Checklist ( √ ) pada jawaban YA jika Responden Melakukannya dan * Beri tanda Checklist ( √ ) pada jawaban TIDAK jika Responden Tidak Melakukannya

Page 92: Laporan diagnosis komunitas

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah,

langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara

objektif dan rasional.

3.1 POPULASI PENGUMPULAN DATA

Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu

dilakukan pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah

keseluruhan objek pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini yang menjadi

populasi adalah RT 006/ RW 007, Kampung Telaga Sukamana, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 SAMPEL PENGUMPULAN DATA

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002).

Dalam hal ini yang menjadi sampel adalah tujuh keluarga binaan di RT 006/ RW 007,

Kampung Telaga Sukamana, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten. Sampel pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung

melakukan observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan

kuesioner diambil dari responden yang berumur >20 tahun.

3.3 JENIS DAN SUMBER DATA

3.3.1 Jenis data

a. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata - kata, bukan dalam

bentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik

pengumpulan data misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah

dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif

adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman video.

Page 93: Laporan diagnosis komunitas

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan.

Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis

menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika.

Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya, data kuantitatif

dapat dikelompokkan dalam dua bentuk yaitu sebagai berikut:

1. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang

diperoleh dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya:

jumlah perempuan dan laki-laki, jumlah orang yang menyelesaikan

pendidikan terakhir. Karena diperoleh dengan cara membilang, data

diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan bilangan pecahan).

2. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat

berbentuk bilangan pecahan. Contoh data kontinum misalnya : umur.

Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan data

harus dilengkapi dengan:

1. Nama pengumpul data

2. Nama peserta yang datanya diambil

3. Tanggal dan waktu pengumpulan data.

4. Lokasi pengumpulan data

5. Keterangan-keterangan tambahan data.

Metode Cheklist merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang

dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat

diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,

dokumentasi, dan sebagainya.

Page 94: Laporan diagnosis komunitas

Berdasarkan uraian–uraian tersebut, maka dipilih instrumen pengumpulan data

dengan menggunakan checklist dan wawancara terpimpin dengan menggunakan

kuesioner. Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur

karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat lebih

mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara langsung

sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan responden, selain itu

dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup yang luas, serta cukup

efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan data. Cara pengumpulan data

melalui pengamatan langsung (observasi) untuk mengetahui dan melihat langsung

kondisi dan keadaan rumah disetiap keluarga.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tujuh

keluarga binaan RT 006/ RW 007, Kampung Telaga Sukamana, Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

a. Data primer

Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah

keluarga binaan RT 006/ RW 007, Kampung Telaga Sukamana, Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi

Banten.

b. Data sekunder

Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus.

c. Data tersier

Data yang didapat dari buku dan internet.

3.3.3 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan mudah.

Instrumen sebagai alat bantu dalam metode pengumpulan data merupakan

sarana yang dapat diwujudkan berupa benda atau alat, seperti cek list, kuesioner,

Page 95: Laporan diagnosis komunitas

perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala, kamera foto dan

sebagainya.

Instrumen pengumpulan data merupakan suatu yang amat penting dan strategis

kedudukannya di dalam keseluruhan kegiatan pengumpulan data atau suatu penelitian.

Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk

menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai tujuan

dan untuk membuktikan hipotesis.

3.3.4 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam suatu langkah-langkah

diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka digunakan

beberapa metode dalam proses pengumpulan data.

3.3.4.1 Metode Cheklist

Check list adalah salah satu cara yang paling sederhana yang lazim

digunakan untuk mengurangi kesalahan atau bahkan kegagalan yang dapat

ditimbulkan oleh keterbatasan memori dan perhatian manusia. Cara ini

membantu untuk memastikan konsistensi dan kesempurnaan dalam

melaksanakan suatu tugas atau kegiatan.

Contoh yang paling sederhana adalah “to do the list” sedangkan contoh

yang lebih kompleks dapat berupa jadwal, yang menjabarkan tugas-tugas

berdasarkan waktu dan faktor berpengaruh lainnya.

Checklist sering dipresentasikan dalam bentuk daftar tugas

dengan checkboxes di sebelah kiri daftar tugas tersebut, kemudian tanda

centang diberikan dalam checkboxes tersebut setelah tiap-tiap daftar tugas

tersebut selesai dilaksanakan.

Banyak hazard  dapat diidentifikasi dengan menggunakan checklist.

Proswdur umum untuk membau checklist adalah sebagai berikut:

1. Tentukan sasaran dari checklist. Apa tujuannya, di mana akan

digunakan, dan hasil akhir apa yang diharapkan? Yang paling penting

adalah hal-hal apa saja yang tidak dapat dicapai dengan hanya

Page 96: Laporan diagnosis komunitas

menggunakan metode ini, dan metode apa lagi yang diperlukan?

Kenali keterbatasan tersebut sebelum memulai.

2. Identifikasi cakupan wilayah keahlian yang diperlukan dalam

checklist, dan pilih orang-orang yang berkompetensi dalam masing-

masing bidang.

3. Mulailah kembangkan checklist. Kemudian bagilah project tersebut

ke dalam beberapa subsistem untuk memudahkan analisis

4. Ambillah penilaian independen dari manajer atau project engineer

berpengalaman. Langkah ini sangat krusial untuk mengidentifikasi

kemungkinan kelebihan prediksi atau bahkan kelalaian menentukan

prediksi.

5. Perbaharui checklist jika diperlukan, ketika informasi-informasi

tamabahan tentang project terebut diproleh.

Namun checklist juga memiliki kekurangan:

Karena tidak memiliki standard khusus, item-item dalam checklist sangat

tergantung pada pengetahuan dan pengalaman para penyusun checklist.

Oleh karena itu, pemilihan personel penuyusun checklist sangat

menentukan keberhasilan project,

Checklist hanya merupakan “yes or no question” yang tidak dapat

menggambarkan secara detil efisiensi dari suatu subsistem dalam project

yang dilaksanakan,

Checklist tidak dapat mengurutkan skala prioritas (rangking) suatu

hazard,

Apabila checklist disusun oleh orang yang kurang berpengalaman,

kemungkinan  terlewatnya suatu hazard menjadi lebih besar.

3.3.4.2 Metode Angket atau Kuesioner (questionnaire)

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak

langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen atau

alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan

Page 97: Laporan diagnosis komunitas

yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan

untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya

Kuesioner merupakan metode penelitian yang harus dijawab responden untuk

menyatakan pandangannya terhadap suatu persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat

dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan

maksud yang jelas. Penggunaan kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat

beberapa keuntungan, diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada

responden dapat distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu

luangnya, pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga

jawabannya dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta

pertanyaan yang diajukan akan lebih tepat dan seragam.

a. Macam – Macam Kuesioner

1) Kuesioner tertutup. Setiap pertanyaan telah disertai

sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih

jawaban yang paling sesuai.

2) Kuesioner terbuka. Dimana tidak terdapat pilihan jawaban

sehingga responden harus memformulasikan jawabannya

sendiri.

3) Kuesioner kombinasi terbuka dan tertutup. Dimana

pertanyaan tertutup kemudian disusul dengan pertanyaan

terbuka.

4) Kuesioner semi terbuka. Pertanyaan yang jawabannya telah

tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan

jawaban.

b. Keuntungan Metode Kuesioner

1) Dalam waktu singkat diperoleh banyak keterangan.

2) Pengisiannya dapat dilakukan di tempat, tanpa dipengaruhi

oleh orang lain.

3) Bila lokasi responden jaraknya cukup jauh, metode

pengumpulan data yang paling mudah adalah dengan

angket.

Page 98: Laporan diagnosis komunitas

4) Pertanyaan-pertanyan yang sudah disiapkan adalah

merupakan waktu yang efisien untuk menjangkau

responden dalam jumlah banyak.

5) Dengan angket akan memberi kesempatan mudah pada

responden untuk mendiskusikan dengan temannya apabila

menemui pertanyaan yang sukar dijawab.

6) Dengan angket responden dapat lebih leluasa menjawabnya

dimana saja, kapan saja, tanpa terkesan terpaksa.

c. Kelemahan Metode Kuesioner

1) Tidak dapat memberikan keterangan lebih lanjut karena

jawaban terbatas pada hal-hal yang ditanyakan.

2) Dapat menjawab tidak sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya jika dia menghendaki demikian.

3) Jawaban hanya mengungkap keadaan pada saat angket

diisi.

4) Apabila penelitian membutuhkan reaksi yang sifatnya

spontan dengan metode ini adalah kurang tepat.

5) Metode ini kurang fleksibel, kejadiannya hanya terpancang

pada pertanyaan yang ada.

6) Jawaban yang diberikan oleh responden akan terpengaruh

oleh keadaan global dari pertanyaan. Sangat mungkin

jawaban yang sudah diberikan di atas secara spontan dapat

berubah setelah melihat pertanyaan di lain nomor.

7) Sulit bagi peneliti untuk mengetahui maksud dari apakah

sudah responden sudah terjawab atau belum.

8) Ada kemungkinan terjadi respons yang salah dari

responden. Hal ini terjadi karena kurang kejelasan

pertanyaan atau karena keragu-raguan responden

menjawab. Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan

dalam teknik kuesioner.

3.3.4.3 Metode Dokumentasi

Page 99: Laporan diagnosis komunitas

Metode dokumentasi adalah sekumpulan berkas berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen, agenda dan sebagainya. Data yang diperoleh

dapat berupa data primer, sekunder dan tersier. Data primer didapatkan dari

pengamatan langsung ke keluarga binaan di Desa Tanjung Pasir, data sekunder

diperoleh dari data Kesling Puskesmas Tegal Angus, sedangkan data tersier diperoleh

dari penelusuran tinjauan pustaka.

Pengumpulan data dilakukan di keluarga binaan RT 006/ RW 007, Kampung

Telaga Sukamana, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten

Tangerang, Provinsi Banten.

Pengumpulan data ini dilakukan selama tujuh hari, mulai dari tanggal 29 Mei

2014 – 5 Mei 2014 dengan menggunakan metode cheklist.

Pengamatan langsung dilakukan terhadap tujuh keluarga binaan yang telah

ditentukan oleh kader pengurus Puskesmas Tegal Angus. Dari ketujuh keluarga

binaan ini dilakukan pengamatan langsung pada setiap rumah.

Tabel3.1. Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data

Tanggal Kegiatan

Selasa, 29 Mei 2014 a. Pengumpulan data program wajib

Puskesmas Tegal Angus, laporan penyakit

dan gambaran Desa Tanjung Pasir.

b. Perkenalan dan sambung rasa dengan

keluarga binaan.

c. Pengumpulan data dasar masing-masing

keluarga binaan.

Rabu, 30 Mei 2014 a. Observasi rumah keluarga binaan.

b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal

Angus yang berhubungan dengan beberapa

masalah yang ditemukan pada keluarga

binaan.

c. Diskusi kelompok menentukan area

permasalahan dengan menjabarkan

permasalahan pada keluarga binaan masing-

Page 100: Laporan diagnosis komunitas

masing.

d. Diskusi kelompok menentukan area

permasalahan “Perilaku Cuci Tangan

yang Baik dan Benar Pada Keluarga

Binaan di Kampung Telaga Sukamana

RT 006/RW 007, Desa Tanjung Pasir,

KecamatanTeluk Naga,

KabupatenTangerang, Provinsi Banten,

29 April- 5 Mei 2014”.

Kamis, 1 Mei 2014 a. Diskusi kelompok :

1. Mengumpulkan referensi literatur yang

berkaitan dengan area masalah.

2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan

mengenai seputar faktor-faktor yang

berkaitan dengan area masalah.

3. Menentukan teknik dan instrumen

pengumpulan data, disepakati melalui

observasi dan wawancara dengan

metode checklist

Jumat, 2 Mei 2014 Diskusi kelompok:

1. Membuat kerangka konsep

2. Membuat definisi operasional

3. Membuat checklist

Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas

Sabtu, 3 Mei 2014 1. Mengunjungi keluarga binaan untuk

pengumpulan data.

2. Mengunjungi keluarga binaan untuk

pengamatan langsug menggunakan

metode checklist dan kuesioner

Minggu, 4 Mei 2014 1. Mengolah data yang diperoleh dari

pengamatan langsung

2. Menganalisis data dan menarik kesimpulan

dari hasil checklist dan kuesioner

Page 101: Laporan diagnosis komunitas

3. Membuat laporan

Senin, 5 Mei 2014 Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas

3.3.5 Pengolahan Data dan Analisa Data

Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Cuci Tangan yang Baik dan Benar

Pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga Sukamana RT 006/RW 007, Desa

Tanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga, KabupatenTangerang, Provinsi Banten,

29 April - 5 Mei 2014” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan data

menggunakan Microsoft Word dan Microsoft Excel. Untuk menganalisa data-data

yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.

Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel

dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data

sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang

berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.

Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :

1. Pengetahuan responden mengenai Perilaku Cuci Tangan yang Baik dan Benar.

2. Pendidikan responden terhadap perilaku menciptakan Perilaku Cuci Tangan yang

Baik dan Benar.

3. Paparan informasi mengenai Perilaku Cuci Tangan yang Baik dan Benar dan

dampak yang diakibatkan karena Perilaku Cuci Tangan yang tidak Baik dan

Benar.

4. Peran ekonomi terhadap menciptakan Perilaku Cuci Tangan yang Baik dan

Benar.

5. Hubungan sosial responden dalam menciptakan Perilaku Cuci Tangan yang Baik

dan Benar.

6. Pengalaman responden mengenai Perilaku Cuci Tangan yang Baik dan Benar.

Page 102: Laporan diagnosis komunitas

BAB IV

HASIL ANALISA

4.1 Karakteristik Keluarga Binaan

Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data

karakteristik responden yang terdiri dari lima keluarga binaan di Kampung Telaga

Sukamana RT006/RW 007, DesaTanjungPasir, KecamatanTeluk Naga,

KabupatenTangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga Tn. Abdul, Tn. Sita, Tn. Ocit. Tn.

Rohani, dan Ny. Siros.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga Sukamana, RT

006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

29 April – 2 Mei 2014

Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase

< 20 11 42,3%

21-40 9 34,6%

41-60 5 19,2%

>60 1 3,9%

4%

3%

2%

1%

Distribusi Frekuensi Usia

< 2021-4041-60> 60

Page 103: Laporan diagnosis komunitas

Diagram 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga Sukamana, RT

006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

29 April – 2 Mei 2014

Berdasarkan dari diagram 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga

binaan didapatkan jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia di bawah 20 tahun

(42,3 %).

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga

Sukamana, RT 006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten, 29 April – 2 Mei 2014

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak sekolah 6 23%

2 SD 15 57,7%

3 SMP 2 7,7%

4 SMA 1 3,8%

5 Belum sekolah 2 7,8 %

2.00%

5.00%

1.00%

2.00%

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Tidak Sekolah SD

SMP SMA

Belum sekolah

Diagram 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga

Sukamana, RT 006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,

Provinsi Banten, 29 April – 2 Mei 2014

Berdasarkan dari diagram 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari keluarga

binaan adalah SD (57,7%).

Page 104: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Telaga Sukamana, RT

006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

29 April – 2 Mei 2014

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Tidak Bekerja 4 16,67%

2 Ibu Rumah Tangga 5 20,83%

3 Pembantu Rumah Tangga 1 4,16%

4 Nelayan 2 8,3%

5 Pegawai 1 4,16 %

6 Satpam 2 8,3%

7 Pelajar 6 25%

8 Pedagang 3 12,5%

tidak bekerja

ibu rumah tangga

pembantu rumah tangga

nelayan

pegawai

satpam

pelajar

pedagang

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3

Distribusi Frekuensi Pekerjaan

distribusi frekuensi pekerjaan

Diagram 4.3Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Telaga Sukamana, RT

006/RW 007, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,

29 April – 2 Mei 2014

Dari Diagram 4.3 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan terbanyak adalah pelajar

yaitu sebanyak 25%.

Page 105: Laporan diagnosis komunitas

4.2 Analisis Univariat

Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam

Ceklist yang di survey langsung pada lima rumah keluarga binaan pada bulan April 2014.

Tabel 4.4 Distribusi Responden terhadap aspek perilaku terhadap cara mencuci tangan yang

baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa Tanjung Pasir,

Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Perilaku Jumlah Responden Persentase (%)

Baik - 0%

Cukup - 14,3%

Buruk 12 85,7%

Total 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 12 responden (85,7%) memiliki perilaku

cuci tangan yang buruk (100%)

Tabel 4.5 Distribusi Responden terhadap aspek pengetahuan terhadap cara mencuci tangan

yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Pengetahuan Jumlah Responden Persentase (%)

Baik 11 78,5%

Cukup 3 21,5%

Rendah - 0%

Total 14 100%

Page 106: Laporan diagnosis komunitas

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (78,5%) memiliki

pengetahuan cuci tangan yang baik (100%)

Tabel 4.6 Distribusi Responden terhadap aspek pendidikan terhadap cara mencuci tangan

yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa Tanjung

Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 14 100%

Sedang - 0%

Tinggi - 0%

Total 100%

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 14 responden (100%) memiliki tingkat

pendidikan yang rendah.

Tabel 4.7 Distribusi Responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap cara mencuci

tangan yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Tingkat Ekonomi Jumlah Responden Persentase (%)

Rendah 3 21,5%

Cukup 11 78,5%

Tinggi - 0%

Total 14 100%

Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (21,5%) memiliki tingkat ekonomi

yang rendah (21,5%)

Page 107: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 4.8 Distribusi Responden terhadap aspek ketersediaan fasilitas terhadap cara mencuci

tangan yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Ketersediaan Fasilitas Jumlah Responden Persentase (%)

Terdapat Fasilitas - 0%

Kurang Fasilitas 6 42,9%

Tidak terdapat Fasilitas 8 57,1%

Total 14 100%

Dari Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (57,1%) tidak terdapat fasilitas air

yang mengalir dan sabun khusus untuk cuci tangan.

Tabel 4.9 Distribusi Responden terhadap aspek petugas kesehatan terhadap cara mencuci

tangan yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana Desa

Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April 2014

Aspek Petugas Kesehatan Jumlah Responden Presentase (%)

Peduli - 0%

Kurang Peduli - 0%

Tidak Peduli 14 100%

Total 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 14 responden (100%) mengaku petugas

kesehatan disekitar sana tidak peduli terhadap perilaku cuci tangan.

Page 108: Laporan diagnosis komunitas

Tabel 4.10 Distribusi Responden terhadap aspek informasi media masa terhadap cara

mencuci tangan yang baik dan benar di Pemukiman RT 03/RW 05 Kampung Gaga Sukamana

Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, April

2014

Informasi Media Masa Jumlah Responden Presentase (%)

Lengkap 1 7,14%

Tidak Lengkap 3 21,5%

Tidak Ada 8 57,1%

Total 14 100%

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (57,1%) tidak

mendapatkan informasi yang cukup baik dari Televisi, Koran, maupun Poster kesehatan.

No. Nama Keluarga Skor Kriteria

1 Tn. Sita 13 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

2 Ny. Njun 17 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

3 Tn. Abdul 15 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

4 Ny. Addah 14 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

5 Tn. Darwi 16 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

Page 109: Laporan diagnosis komunitas

6 Ny. Necy 18 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

7 Tn. Darman 21 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

8 Ny. Ita 20 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

9 Tn. Rohani 22 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

10 Ny. Ana 22 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

11 Tn. Ocit 19 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

12 Ny. Rami 14 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

13 Ny. Siros 15 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

14 Ny. Rohaya 17 Perilaku cuci tangan

yang tidak baik dan

tidak benar

Dari data diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa 14 sample anggota keluarga binaan

memiliki perilaku cuci tangan yang tidak baik dan tidak benar (100%).

Page 110: Laporan diagnosis komunitas

4.3 Rencana Itervensi Pemecahan Masalah

4.3.1 Jangka Pendek

a. Pembagian leaflet/selebaran tentang pengertian dan tata cara mencuci tangan

yang baik dan benar kepada keluaga binaan.

b. Memberikan demonstrasi kepada keluarga binaan untuk mencuci tangan

dengan baik dan benar.

c. Memberikan sabun khusus cuci tangan kepada setiap keluarga binaan.

d. Menempelkan pamflet yang berisi gambar tentang 7 langkah cara mencuci

tangan yang baik dan benar menurut WHO di dekat tempat mereka cuci

tangan.

e. Memberikan handuk kering ditempat mereka cuci tangan.

f. Memberikan sarana mengalir berupa galon yang memiliki keran untuk

mengalirkan air.

4.3.2 Jangka Menengah

a. Memberikan informasi terbaru terhadap tenaga kesehatan dan kader desa

setempat tentang cara mencuci tangan yang baik dan benar.

b. Meningkatkan kesadaran para tokoh masyarakat dengan cara penyuluhan

agar dapat mengubah paradigma masyarakat bahwa hal kecil berupa mencuci

tangan yang baik dan benar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

c. Mendukung pelaksanaan program Puskesmas, yakni program kesehatan

Lingkungan.

4.3.3 Jangka panjang

a. Memberikan penyuluhan secara berkala tentang pentingnya mencuci tangan

yang baik dan benar dan informasi terbaru mengenai cuci tangan.

b. Memotivasi setiap anggota keluarga binaan untuk mencuci tangan yang baik

dan benar.

c. Bekerja sama dengan pihak puskesmas dan kader setempat untuk

mengevaluasi penyebaran pengetahuan dan angka kejadian penyakit yang

bisa di sebabkan karena perilaku yang tidak baik di keluarga binaan dan

Page 111: Laporan diagnosis komunitas

lingkungan sekitar Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk

Naga, Kabupaten Tanggerang.

KUESIONER EVALUASI

PRILAKU MENCUCI TANGAN YANG BENAR

IDENTITAS RESPONDEN

6. Nama :

7. Umur :

8. Alamat :

9. Pendidikan :

10. Pekerjaan :

VIII. PENGETAHUAN MENGENAI MENCUCI TANGAN YANG BENAR

1. Air apa yang anda gunakan untuk mencuci tangan?

a. Air bersih yang mengalir

b. Air bersih yang ditampung

c. Air apa saja

2. Sabun apa yang sebaiknya digunakan untuk mencuci tangan?

a. Sabun khusus untuk mencuci tangan

b. Sabun apa saja

c. Tidak memakai sabun

3. Apa langkah pertama mencuci tangan yang baik dan benar?

a. Mengoleskan tangan dengan sabun

b. Membasahkan tangan dengan air bersih

c. Mengusap telapak tangan dari kotoran

4. Kapan saja anda harus mencuci tangan?

a. Sebelum makan, sesudah buang air, sebelum memegang bayi,

sesudah menceboki bayi, sebelum menyiapkan makanan.

b. Sebelum makan, sesudah buang air, sesudah menceboki bayi, sebelum

menyiapkan makanan.

c. Sebelum makan, sesudah buang air, sesudah menceboki bayi.

NO.

RESPONDEN

Page 112: Laporan diagnosis komunitas

5. Berapa langkah mencuci tangan yang baik dan benar menurut WHO?

a. 3

b. 5

c. 7

6. Apa dampak dari tidak mencuci tangan dengan baik dan benar?

a. Diare

b. Darah tinggi

c. Demam berdarah

Indikator Penilaian :

3. Jika jawaban BENAR nilai : 2

4. Jika jawaban SALAH nilai : 1

Total :

Jumlah total 9 -- 12 : Pengetahuan BAIK

Jumlah total 5 – 8 : Pengetahuan CUKUP

Jumlah total 1-- 4 : Pengetahuan KURANG

IX. PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BENAR

1. Apakah anda mencuci tangan dengan air mengalir?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda mencuci tangan dengan menggunakan sabun cuci tangan?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda mencuci tangan sesuai 7 langkah WHO?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda mencuci tangan sebelum makan?

Page 113: Laporan diagnosis komunitas

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda mencuci tangan sebelum memegang bayi?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda mencuci tangan sesudah buang air besar?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah anda mencuci tangan sesudah menceboki bayi?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda mencuci tangan saat sebelum menyiapkan makanan?

a. Ya

b. Tidak

Indikator Penilaian :

1. Jika jawaban YA nilai : 2

2. Jika jawaban TIDAK nilai : 1

Total :

Jumlah total 11 -- 16 : Perilaku BAIK

Jumlah total 6 – 10 : Perilaku CUKUP

Jumlah total 1-- 5 : Perilaku KURANG

Page 114: Laporan diagnosis komunitas

CHECK LIST EVALUASI

PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pendidikan :

5. Pekerjaan :

I. PERILAKU MENCUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

1. Apakah ember yang diberikan terpakai ?

2. Apakah sabun yang diberikan berkurang ?

Langkah-langkah mencuci tangan responden.

3. Membasahi tangan dengan air mengalir.

4. Menuangkan sabun secukupnya ke telapak tangan.

5. Meratakan sabun dengan kedua telapak tangan.

6. Menggosok punggung tangan serta sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan,

dan sebaliknya.

Page 115: Laporan diagnosis komunitas

7. Menggosokkan kedua telapak tangan dan sela-sela jari.

8. Menggosok jari-jari dalam dari kedua tangan saling mengunci.

9. Menggosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan, dan sebaliknya.

10. Menggosok ujung jari-jari tangan kanan dengan memutar ujung jari-jari tangan

kanan di telapak tangan kiri, dan sebaliknya.

11. Membilas kedua telapak tangan dengan air yang mengalir.

12. Mengeringkan tangan dengan handuk setelah mencuci tangan.

Indikator Penilaian :

1. Jika jawaban BENAR nilai : 1

2. Jika jawaban SALAH nilai : 0

Total :

Jumlah total 9 -- 12 : Pengetahuan BAIK

Jumlah total 5 – 8 : Pengetahuan CUKUP

Jumlah total 1-- 4 : Pengetahuan KURANG

Page 116: Laporan diagnosis komunitas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Area Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan

yang bertempat tinggal di RT 02/ RW 03 Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir, maka

dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu

perilaku mencuci tangan yang tidak baik dan tidak benar di keluarga binaan.

5.1.2 Akar Penyebab Masalah a. Rendahnya kesadaran akan pentingnya mencuci tangan yang baik dan benar.

b. Tidak mengetahui langkah-langkah yang baik dan benar dalam mencuci tangan.

c. Ketidaktersediaan air bersih yang mengalir, sabun, dan tempat mencuci tangan

yang memadai.

d. Tidak ada petugas kesehatan yang melakukan penyuluhan mengenai mencuci

tangan yang baik dan benar.

5.1.3 Alternatif Pemecahan masalah

a. Memperbaiki kebiasaan, meningkatkan partisipasi, meningkatkan kesadaran dan

pengetahuan mengenai dampak mencuci tangan yang salah dengan melakukan

penyuluhan, diskusi dan demonstrasi cara mencuci tangan yang baik dan benar.

b. Penyediaan fasilitas mencuci tangan dalam hal ini dengan pemberian ember

berkeran, sabun cuci tangan, handuk kering.

5.1.4 Intervensi yang dilakukan

1. Memberikan penyuluhan, diskusi dan demonstrasi kepada keluarga binaan mengenai :

a. Cara mencuci tangan yang baik dan sehat

b. Dampak buruk akibat tidak mencuci tangan

Page 117: Laporan diagnosis komunitas

2. Melakukan penyuluhan kepada keluarga binaan melalui media berupa:

a. Pamflet mengenai cuci tangan yang baik dan benar

b. Pamflet mengenai kapan waktu yang tepat untuk mencuci tangan

3. Penyediaan alat yang mendukung perilaku mencuci tangan yang baik dan benar berupa ember yang diberi keran, sabun cuci tangan, handuk kering.

5.2 Saran

5.2.1 Intervensi Pemecahan Masalah

1. Memotivasi keluarga untuk mengajarkan cara cuci tangan yang baik dan benar

sejak kecil.

2. Memberikan penyuluhan mengenai mencuci tangan yang baik pada keluarga

binaan melalui media pamphlet mengenai cara mencuci tangan yang baik dan

benar serta waktu-waktu penting untuk mencuci tangan.

3. Memberikan motivasi kepada keluarga binaan untuk mengerti pentingnya

melengkapi sarana dan fasilitas yang telah ada.

4. Pemberian ember berkeran, sabun cuci tangan, dan handuk kering untuk

keluarga binaan.

5. Pemberdayaan masyarakat sekitar dengan cara membentuk kader untuk

mempromosikan dan mengajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

5.2.2 Rekomendasi

a. Kordinasi diantara ketua RT dan masyarakat untuk pengadaan air bersih dan

sarana mencuci tangan yang baik dan benar.

b. Penambahan kader kesehatan di kampung Gaga, desa Tanjung Pasir

kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang.