LAPORAN DIAGNOSA KLINIK (ECHA).docx

33
LAPORAN PRAKTIKUM DIAGNOSA KLINIK VETERINER (PEMERIKSAAN KLINIS HEWAN KECIL SECARA UMUM PADA KUCING) OLEH : MUHAMMAD REZA BASRI O11111004 KELOMPOK 8 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of LAPORAN DIAGNOSA KLINIK (ECHA).docx

LAPORAN PRAKTIKUM

DIAGNOSA KLINIK VETERINER(PEMERIKSAAN KLINIS HEWAN KECIL SECARA UMUM PADA KUCING)

OLEH :

MUHAMMAD REZA BASRIO11111004KELOMPOK 8

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN2013

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDiagnostik klinik merupakan tonggak yang paling penting bagi suatu proses pembelajaran dalam pendidikan ilmu-ilmu kedokteran klinik disiplin kedokteran hewan. Dari diagnostik klinik dimulai langkah-langkah mengenali hewan yang sakit. Diagnostik klinik merangkum seluruh proses pembelajaran mulai dari sinyalemen sampai dengan pengertian tentang terapi. Diagnosis yang tepat merupakan basis suatu tindakan terapi.Dunia diagnostika kedokteran hewan terbagi dalam dua kegiatan besar, yaitu diagnostika klinik dan diagnostika post-mortem. Diagnostika klinik merupakan rangkaian pemeriksaan medic terhadap fisik hewan hidupuntuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis.1.2 Tujuan PraktikumAdapun tujuan dalam praktikum ini adalah, sebagai berikut :1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan klinis secara umum pada kucing.2. Untuk mengetahui cara mendiagnosa kucing.3. Untuk mengetahui jenis dan fungsi alat - alat pemeriksaan dalam mendiagnosa.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam praktikum ini adalah, sebagai berikut :1. Bagaimana teknik pemeriksaan klinis secara umum pada kucing?2. Bagaimana cara mendiagnosa kucing?3. Apa jenis dan fungsi alat alat pemeriksaan dalam mendiagnosa?

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Didalam memahami dan menerapkan ilmu Diagnostik Klinik Veteriner, dokter hewan yang berpraktik dihadapkan kepada kenyataan-kenyataan dilapangan adanya berbagai kegiatan pelayanan jasa veteriner yang menerapkan tahapan disiplin ilmu diagnostis klinik. Hal tersebut dilakukan oleh pelaku yang bukan berlatar belakang kedokteran hewan. Bahkan dijumpai kegiatan yang menilihkan, dalam arti tidak mengikuti tahapan diagnosis klinik. Hal inilah yang menjadi tantangan bagi dokter hewan yang akan berpraktik dalam mengkaji dan mendalami ilmu diagnosis klinik secara utuh, terencana dan tepat diagnosis. Diagnostika klinik merupakan rangkaian pemeriksaan medic terhadap fisik hewan hidup untuk mendapatkan kesimpulan berupa diagnosis sekaligus pemeriksaan dengan menggunakan alat bantu diagnostika sebagai pelengkap untuk mendapatkan peneguhan diagnosis (Widodo, 2011).Pemahaman seorang dokter hewan terhadap terminology gejala klinis dan diagnose yang sering digunakan dalam praktek hewan kecil harus dapat dikuasai sepenuhnya sebelum bekerja di sebuah rumah sakit hewan atau sebuah klinik hewan (Sukamto, 2004). Secara umum pemeriksaan fisik terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, pengukuran suhu, frekuensi respirasi, dan frekuensi pulsus. Suhu tubuh anjing normal dewasa berkisar antara 37.7-39.2 C. Frekuensi respirasi normal pada anjing berkisar 10-30 kali/menit (Eldredge et al. 2007). Frekuensi pulsus pada anjing berkisar antara 80-160 kali/menit (Joanna, 2006). Dokter hewan atau pengelolah hewan diharuskan mempunyai pengetahuan watak perilaku hewan yang ditangani. Watak antara kuda, sapi, kerbau sangat berbeda, demikian pula antara anjing dan kucing serta jenis-jenis lainnya. Bila dokter hewan atau pengelolah hewan berhadapan dengan hewan, sebenarnya mereka tidak berhadapan dengan robot atau benda mati akan tetapi berhadapan dengan makhluk hidup yang mempunyai pikiran serta watak tertentu yang perlu diketahui. Apabila dokter hewan tidak mengetahui watak dari hewan yang ditanganinya maka dapat mengakibatkan kecelakaan baik bagi hewan maupun bagi dokter hewan itu sendiri (Soegiri, 2007).

2.1 SinyalemenSinyalemen atau jati diri atau identitas diri atau ciri-ciri dari seekor hewan merupakan ciri pembeda yang membedakannya dari hewan lain sebangsa dan sewarna meski ada kemiripan satu sama lainnya (twin). Sinyalemen sangat penting untuk dikenali dan dicatat pada awal pemeriksaan fisik (Widodo, 2011).Sinyalemen pada anjing dan kucing terdiri atas (Widodo, 2011) : Nama hewan Jenis hewan Bangsa atau ras Jenis kelamin Umur Warna kulit dan rambut Berat badan Ciri-ciri khusus2.2 AnamnesaAnamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering datang berkonsultasi. Cara-cara mendapatkan sejarah tersebut dari pemilik hewan perlu dipelajari seperti juga dengan tahapan pemeriksaan yang lain. Caranya dengan pertanyaan-pertanyaan menyelidik namun disadari oleh pemilik hewan, seorang dokter hewan berusaha memperoleh keterangan-keterangan selengkap mungkin dari pemilik hewan akan hal-hal seputar kejadian atau ditemukannya hewan yang menunjukkan tanda-tanda subjektif kesakitan misalkan muntahan atau vomitant.Meskipun demikian harus disadari bahwa tidak ada seorang dokterpun yang dapat dengan yakin menyatakan bahwa dia pasti selalu siap dan mampu mendiagosis setiap keluhan pasiennya. Bahkan seorang dokter senior yang sudah berpengalaman sekalipun pasti pernah mengalami kebingungan ketika menghadapi pasien dengan keluhan yang sulit dianalisa (McCurnin. 2006).2.3 Tata Cara PemeriksaanTata cara atau tata urut dapat juga disebut sebagai tahapan yang dipakai untuk menemukan atau mengenali gejala-gejala penyakit adalah bervariasi. Pemeriksaan fisik hewan dapat dilakukan dengan menggunakan catur indra pemeriksa, yakni dengan penglihatan, perabaan, pendengaran serta penciuman (pembauan) (Widodo, 2011). InspeksiInspeksi atau peninjauan atau pemantauan dapat dilakukan dengan cara melihat hewan atau pasien secara keseluruhan dari jarak pandang secukupnya sebelum hewan didekati untuk suatu pemeriksaan lanjut. Yang diinspeksi adalah permukaan luar dari badan hewan dari daerah kepala, leher, badan samping kiri atau kanan, belakang dan kaki-kaki/ekstremitas, aspek kulit, aspek rambut, orifisium eksternum mulut, anus, vulva/vagina atau preputium (Widodo, 2011). Palpasi atau perabaanPemeriksaan permukaan luar ragawi dapat dilakukan dengan cara palpasi atau perabaan dengan tangan. Untuk ragawi bagian luar dapat diperiksa adanya pulsus-pulsus arteria subkutane, kelenjar getah bening atau limfonodus, trachea, pertulangan dada (ossa costae), lekuk liku pertulangan kaki-kaki dan konformitas tulang dahi dengan mudah dipalpasi. Palpasi yang demikian disebut perabaan permukaan atau palpasi suferfisialis. Namun demikian sebagian organ hanya dapat dipalpasi dengan lebih intensif untuk mendapatkan hasilnya. Palpasi demikian disebut palpasi dalam atau palpasi profundal (Widodo, 2011). Perkusi atau mengetukPrinsip perkusi adalah mengetuk atau memukul alat untuk mengeluarkan denting atau gema. Pada pemeriksaan dengan cara pemeriksaan ini adalah mendengarkan pantulan gema yang ditimbulkan oleh alat pleximeter yang diketuk oleh palu (hammer) atau jari pemeriksa (Widodo, 2011). Auskultasi atau mendengarMelakukan auskultasi adalah mendengarkan suara yang ada yang ditimbulkan oleh kerja organ baik pada saat sehat fungsional maupun pada kasus-kasus tertentu. Prinsip penggunaan alat auskultasi adalah mendengarkan suara yang ditimbulkan oleh aktivitas organ ragawi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan keterngan kejadian pada organ yang mengeluarkan suara tersebut (Widodo, 2011). Mencium atau membauiPemeriksaan fisik hewan dengan cara mencium atau membaui ini dimaksudkan untuk mengetahui perubahan aroma atau bau yang ditimbulkan atau dikeluarkan dari lubang umlah hewan yang nantinya akan dapat menuntun pemeriksa fisik hewan pada kejadian penyakit tertentu (Widodo, 2011). Mengukur dan menghitungMelakukan pemeriksaan fisik hewan dengan cara mengukur dan menghitung secara kuantitatif menggunakan satuan-satuan yang lazim untuk pengukuran atau perhitungan, yaitu kali per menit dan derajat celcius (Widodo, 2011). Pungsi pembuktian atau proof punctioPungsi pembuktian atau proof punctio merupakan suatu tindakan medic untuk mendapatkan ketegasan tunggal dari beberapa kemungkinan yang didapat dari inspeksi dan palpasi sebelumnya (Widodo, 2011). Tes alergiKulit dapat dipandang sebagai indicator alergi. Hampir semua kejadian alergi, termasuk alergi makanan, menyebabkan perubahan pada kualitas kulit berupa kemerahan (hyperemia), kebengkakan (vasodilatasi dan pengembangan otot-otot) dan panas (Widodo, 2011). Pemeriksaan laboratorium klinikPemeriksaan laboratorium klinik dilakukan dengan maksud membantu dan melengkapi data pemeriksaan fisik pada hewan/pasien agar dapat diperoleh keputusan diagnostic yang dapat dipertanggungjawabkan (Widodo, 2011).

Pemeriksaan dengan alat diagnostic lainPada bidang kedokteran klinis banyak dikembangkan penggunaan alat endoskopi (laringoskopi, bronchoskopi, rektoskopi), ultrasonografi, x-ray, elektrtokardiografi, Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography Scanning (CT scan) (Widodo, 2011).

BAB IIIMATERI DAN METODE3.1 MateriMateri praktikum meliputi alat dan bahan.3.1.1 Sinyalemena. Alat1. Timbanganb. Bahan1. Kertas Sinyalemen2. Anjing dan Kucing3.1.2 Anamnesa a. Alat :1. Tidak adab. Bahan :1. Kartu Status pasien2. Kucing dan Anjing3. Keterangan Klien3.1.3 Pemeriksaan Umum a. Alat 1. Thermometer2. Spatel3. Pen light4. Hummer5. Stetoskop6. Vagioskop 7. Otoskop8. Stop watchb. Bahan1. Kucing2. Anjing 3. Tisu atau kapas

3.2 Metode (Cara Kerja)3.2.1 Sinyalemen1. Mencatat data pasien dan pemilik yang terdapat pada kertas sinyalemen.2. Jika pemilik tidak mengetahui berat badan kucing atau anjingnya maka dilakukan pengukuran berat badan pada timbangan.3.2.2 AnamnesaMelakukan anamnesa dengan membuat pertanyaan yang singkat tetapi dapat menghasilkan jawaban yang jelas mengenai :a. Gambaran keadaan hewan muali sakit sampai sekarang.b. Kejadian-kejadian di waktu lampau yang ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang diderita.c. Keadaan lingkungan, hewan yang serumah/sekandang, tetangga,dan sebagainya.3.2.3 Fungsi Alat-Alat untuk pemeriksaan1. Menyiapkan alat-alat pemeriksaan umum pada kucing. 2. Menyusun peralatan yakni spatel, stetoskop, stopwatch, pen light, otoskop, vagioskop, hummer dan thermometer. 3.2.4 Pemeriksaan Umum Anjing dan Kucing1. Inspeksi Inspeksi dilakukan dengan cara melihat, membau, dan mendengarkan tanpa alat bantu.2. Pulsus dan Nafas Melakukan palpasi pada arteri femoralis dan menghitung selama satu menit. Bisa juga dengan menghitung selama 15 detik kemudian dikalikan 4. Menghitung frekuensi nafas dari gerakan daerah toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan tenang memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung dengan menggunakan tisu atau kapas.

3. Suhu Tubuh Mengukur suhu tubuh hewan dengan menggunakan thermometer digital. Memasukkan ujung thermometer ke lubang anus dan menghitung suhunya. Bila ada hal yang meragukan pada anus misalnya peradangan pada anus maka dapat dilakukan pada rongga mulut dan berhati-hati agar thermometer tidak tergigit. Kemudian menghitung suhunya.4. Selaput Lendir Konjunctiva dan Mata Memeriksa selaput lender konjunctiva menggunakan ibu jari untuk menggeser kelopak mata ke atas kemudian digantikan ibu jari digantikan dengan telunjuk dan sedikit ditekan, maka akan tampak konjunctiva. Menekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrum akan tampak. Memabndingkan antara konjunctiva kanan dan kiri sehingga dapat meyakinkan bagian konjunctiva yang normal. Pada waktu pemeriksaan konjunctiva, diperhatikan apakah ada perubahan warna, apakah lebih basah atau kering, apakah ada lesi, kotoran, bercak-bercak, dan sebagainya. Memperhatikan konjinctiva bulbi/episclera apakah apakah ada vasa injeksi atau mungkin ada lesi-lesi. Memeriksa kornea, camera oculi anterior, iris, lensa crystalina, retina, dan fundus. Untuk pemerisaan retina dan fundus bisa menggunakan opthalmoscope. Sebelum pemeriksaan diatas perlu dipersiapkan pen light untuk pemeriksaan.5. Selaput Lendir Hidung dan Mulut Memeriksa warna selaput lendir pada hidung dan mulut. Melakukan pemeriksaan CRT (Capillary Refill Time), dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan gusi dan melepaskan kembali kemudian menghitung waktu kembalinya warna gusi dari putih menjadi merah. Pada pemeriksaan ini bisa menggunakan spatel untuk membuka mulut hewan.6. Alat Pencernaan Memperhatikan nafsu makan dan minum, bila perlu diberikan makan dan minum. Memperhatikan abdomen sebelah kanan dan kiri kemudian membandingkannya. Mengamati mulut, dubur dan kulit sekitar dubur dan kaki belakang kemudian memperhatikan cara defekasi dan tinjanya. Memeriksa mulut, pharing dan esophagus dengan cara membuka mulut kucing dengan menekan ke bawah gigi maka dengan mudah mulut dapata dibuka.pakai spatel lidah untuk menekan lidah agar dapat dilakukan inspeksi dengan leluasa. Memperhatikan bau mulut, selaput lender mulut, pharing, lidah, gusi dan gigi-geligi : memperhatikan kemungkinan adanya lesi, benda asing, perubahan warna dan anomaly lainnya. Melakukan palpasi esophagus dari luar sebelah kiri dan raba pharing dari luar. Melakukan palpasi pada rongga perut (abdomen) dengan cara menekan ujung jari tangan kiri dan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuhan atau hanya dibatasi oleh benda atau organ dalam perut (penebalan usus, hepar, gastrium, benda asing, tinja dan sebagainya) serta memanfaatkan kesempatan untuk meraba organ lain selain alat pencernaan (vesica urinaria, ren, dan lain-lain). Melakukan auskultasi (dari sebelah kanan maupun sebelah kiri) unutuk mengetahui peristaltic. Melakukan pemeriksaan rectum dengan melakukan eksplorasi dengan jari kelingking. Kemudian memeriksa anus apakah ada radang dengan cara memencet anus dari dua sisi dengan jari tangan yang dialasi dengan kapas.

7. Alat Pernafasan Pemeriksaan hidung : memperhatikan leleran yang keluar dari hidung, adanya lesi-lesi di dalam rongga hidung. Raba suhu local dengan menepelkan punggung jari tangan pada dinding luar hidung. Melakukan pemeriksaan saluran hidung dengan menggunakan kapas untuk melihat kelancaran pernafasan. Pemeriksaan pharing, laring, dan trachea : memperhatikan kemungkinan adanya reaksi batuk dan suhunya. Meraba lgl. Regional, terutama lgl. Submaxillaris, subrapharingealis, dan parapharingealis, kemudian memperhatikan suhu, konsistensi dan besarnya, dan membandingkan antar lgl kanan dan kiri. Pemeriksaan rongga dada: menentukan daerha perkusi/auskultasi paru-paru kucing dengan menarik garis bayangan lewat titi-titik orientasi sebagai berikut : batas depan, tarik garis lurus dari angulus scapula caudalis ke olecranon ulnae. Batas atas, tarik garis horizontal dari annulus scapulae caudalis sampai intercostae ke 2 dihitung dari belakang. Batas belakang, tarik garis lengkung dari ujung belakang garis batas atas ke olecranon ulnae melalui titik orientas sebagai berikut : daerah 1/3 atas melalui intercostae ke 5 dihitung dari belakang, daerah 1/3 bawah melalui intercostae ke 7 dihitung dari belakang. Melakukanperkusi pada daerah tersebut dengan alas punggung jari tangan. Kemudian melakukan auskultasi pada daerah yang sama dan memperhatikan suaranya.8. Sistem Peredaran darah Pemeriksaan nadi : mengulangi pemeiksaan pulsus yang telah dilakukan pada waktu pemeriksaan umum, dihitung frekuensinya, memperhatikan ritme dan kualitasnya kemudian membandingkan dengan frekuensi detak jantung sinkron atau lebih lambat. Pemeriksaan jantung : Pada anjing daerah sebelah kiri; batas muka dan belakang; dari rusuk ke 3 sampai dengan 6, sebelah atas; hapir sampai dengan batas daerah dada 1/3 bawah (lihat pemeriksaan alat respirasi). Sebelah kanan antara rusuk ke-4 sampai rusuk ke-6. Inspeksi dan palpasi : Dilakukan pada dinding sebelah kiri, amati detak/debar jantung kemudian memperhatikan apakah ada peningkatan kekuatan debar jantung. Juga perhatikan apakah detak jantung dapat di dengar tanpa stetoskop. Memeriksa dinding dada sebelah kanan, apakah tampak/teraba detak/debar jantung pada dinding dada kanan. Perhatikan pula kemungkinan detak/debar yang mengalami percepatan. Perkusi : melaakukan perkusi pada daerah pekak jantung (kiri dan kanan), perhatikan apakah ada pelebaran daerah pekak jantung. Auskultasi : mendengarkan suara detak jantung dan hitung frekuensinya. Lakukan pula bersama-sama dengan pemeriksaan pulsus, memperhatikan apakah detak jantung sinkron dengan pulsus serta perhatikan ritmenya. memperhatikan perbedaan suara I (systole) dengan suara II (diastole). Memperhatikan ritmenya, adanya perubahan kekuatan detak jantung, systole-diastole tak dapat dibedakan, duplikasi sistole. memperhatikan pula kemungkinan adanya suara tambahan (bising, murmur). Vena jugularis : memperhatikan pulsasi dari vena, periksa di 1/3 bawah leher. memperhatikan kemungkinan adanya pulsasi pebesaran vena, aliran/desakan darah kembali ke sebelah atas yang biasanya melampaui daerah 1/3 bawah, dan pulsasi di bagian 1/3 tengah leher. Pembuluhdarah perifer : melihat pemeriksaan selaputlendir/mukosa (pemeriksaan umum). Memperhatikan konjungtiva, selaput lender preputium dan juga CRT.9. System Getah BeningMelakukan palpasi pada limpoglandula kucing yaitu; lgl.submaxillaris, lgl. Parotidea, lgl. Retropharingealis, lgl. Cervicalis anterior, lgl. Cervicalis medius, lgl. Cervicalis caudalis, lgl. Prescapularis, lgl. Axillaris (dapat teraba jika kakidiabduksikan), lgl. Inguinalis superficialis (pada betina disebut lgl. Mammaria), lgl. Poplitea, lgl. Mesenterialis.10. System Lokomotor Memperhatikan cara jalan hewan, sukar berdiri, sukar jongkok/berbaring, pincang kekakuan, ekstremitas sukar atau tidak dapat digerakkan. Muskuli, inspeksi : membandingkan extremitas kanan dan kiri, apakah ada perbedaan besar otot, perbedaan kontur. Melakukan palpasi untuk hal yang sama seperti inspeksi, perhatikan pula suhu, kontur, adanya rasa nyeri dan pengerasan. Tulang : melakukan pemeriksaan yang sama seperti pada peeriksaan muskuli. memperhatikan apakah kaki bengkok, ada pembesaran pada epifise tulang-tulang panjang, jendolan pada sambungan (artikulatio) kosto-kondral (pada rakitis), adanya pembengkakan pada persendian dan pembengkakan pada tulang maxilla dan mandibula (osteodystrophia fibrosa pada kuda). Coba gerak-gerakan apakah ada rasa nyeri atau ungkin ada krepitasi (pada fraktur). Persendian : memperhatikan dengan inspeksi apakah hewan pincang, ada pembengkakan pada persendian, dilakukan palpasi: apakah ada penebalan, cairan (pada kantong sinovial ataukah pada vagina tendinae). Menggerak-gerakan, kemudian memperhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan persendian. Tapi pada praktikum ini belum dilakukan.

BAB IVHASIL DATA / FOTO DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Data/ Foto4. Sinyalemen Terlampir.5. AnamnesaTerlampir. 6. Alat-Alat Pemeriksaan

7. Pemeriksaan Pada Kucing

Gambar. Melakukan palpasi limfonodus

Gambar. Melakukan inspeksi jarak dekat

Gambar. Pemeriksaan pada rongga mulut

Gambar. Melakukan CRT (Capillary Refill Time)

Gambar. Mengukur suhu tubuh

Gambar. Menghitung denyut jantung dengan menggunakan stetoskop dan stopwatch

Gambar. Pemeriksaan fisik pada telinga

IV.2 Pembahasan4.1 SinyalemenDalam pembahasan menjelaskan mengenai beberapa hal yang telah dilakukan didalam praktikum dimana hal yang paling pertama dilakukan adalah mengisi data pasien dan pemilik pada kertas sinyalemen kemudian melakukan pemeriksaan. Saat melakukan pemeriksaan, data pasien yang perlu dicatat adalah Nama/nomor, Ras/Breed, Kelamin/Sex, Umur/Age, Buluh dan Warna, Berat Badan, dan tanda-tanda lain yang penting. Adapun data klien meliputi Nama, Alamat, dan Nomor Telepon.Maksud atau tujuan dari melakukan sinyalemen ini adalah untuk memperoleh data atau informasi tentang permasalahan yang sedang dialami atau dirasakan oleh pasien serta mengetahui data pokok dari pasien yang juga ada kaitannya dengan proses pemeriksaan yang akan dilakukan. Selain itu, juga untuk keperluan administrasi.4.2 AnamnesaAnamnesis atau history atau sejarah hewan adalah berita atau keterangan atau lebih tepatnya keluhan dari pemilik hewan mengenai keadaan hewannya ketika dibawa datang berkonsultasi untuk pertama kalinya, namun dapat pula berupa keterangan tentang sejarah perjalanan penyakit hewannya jika pemilik telah sering datang berkonsultasi. Cara-cara mendapatkan sejarah tersebut dari pemilik hewan perlu dipelajari seperti juga dengan tahapan pemeriksaan yang lain. Caranya dengan pertanyaan-pertanyaan menyelidik namun disadari oleh pemilik hewan, seorang dokter hewan berusaha memperoleh keterangan-keterangan selengkap mungkin dari pemilik hewan akan hal-hal seputar kejadian atau ditemukannya hewan yang menunjukkan tanda-tanda subjektif kesakitan misalkan muntahan atau vomitant.Anamesis yang dilakukan pada praktikum ini adalah mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemilik kucing yang bernama Adawiah Nasir. Adapun pertanyaan yang diajukan adalah tentang Riwayat penyakit sekarang : Riwayat penyakit dahulu, Riwayat penyakit kelompok, Riwayat dan kondisi lingkungan. Data yang kami dapatkan dari 4 garis besar pertanyaan diatas adalah kucing (cucing) adalah kondisinya sehat beberapa bulan terakhir tapi pekan yang lalu pernah mengalami anoreksia namun sekarang sudah makan 3 kali sehari dengan makanan basah, kucing tidak dikandangkan tetapi bebas dan lingkungannya bersih dari penyakit, feses padat, terakhir vaksin 6 bulan yang lalu, obat cacing diberikan akhir tahun lalu. Data ini kemudian sangat dibutuhkan untuk pemeriksaan selanjutnya unsebetuk melihat bagaimana keadaan kucing yang sebenarnya.

4.3 Cara Mendiagnosa Kucinga. Inspeksi.Inspeksi adalah melihat, membaui dan mendengarkan tanpa alat bantu dalam jarak dekat maupun jarak jauh pada kucing.b. Pulsus dan NafasMenentukan atau mengukur pulsus atau pulsasi denyut jantung hewan. Hal ini jug sangat penting untuk melakukan pemeriksaan pulsus. Hal ini karena pulsus juga berkaitan dengan sistem kardiovaskular. Frekuensi fulsus normal pada kucing adalah 92-150 x/menit sedangkan frekuensi nafas yang normal pada kucing yaitu 145-200 x/menit untuk kucing berusia 1-5 tahun. . Namun hasil yang telah dilakukan didapatkan pada kucing 104x/menit erarti masih dalam keadaan normal. c. Suhu TubuhMengukur suhu tubuh menggunakan alat thermometer rectal. Suhu yang didapatkan kemarin adalah 38,70C dimana suhu tubuh normal pada kucing berada pada interval (range) 37,6 - 39,40C. Sebelum memasukkan memasukkan dapat diberi bahan pelican atau di bersihkan menggunakan alcohol agar tidak adanya bakteri yang terkontaminasi.d. Pemeriksaan CRT (capillary refill time)Hal ini bertujuan dilakukan dengan tujuan pemeriksaan warna selaput lender atau jaringan mukosa di hidung, mulut dan vulva. Pertama membuka bibir hewan kucing lalu menekan gusi bagian atas setelah itu melepaskan kembali bersaan dengan menghitung lama waktunya kembali warna gusi dari putih menjadi merah atau normal kembali. Lama waktu kembali dari gusi putih ke gusi normal kembli memiliki lam selama 2 detik, dan itu termasuk normal.e. PalpasiCara memeriksa / mendiagnosa suatu hewan dengan cara merabah seluruh tubuh hewan kucing dengan tujuan mengetahui ada atau tidak adanya lesi. Pada saat praktikum kemarin palpus profundal pada ginjal, usus, esica urinaria dan limfonodus. Dan hasilnya semua kemarin adalah normal.f. Selaput lendir konjunctiva dan mata : pada pemeriksaan konjunctiva tidak didapatkan lesi, kotoran, dan bercak-bercak serta tidak ada perubahan warna yaitu warnanya tetap merah rosa. Pada pemeriksaan mata pupil normal serta bagian-bagian yang lain tidak terlihat lesi-lesi.g. Selaput lendir Hidung dan Mulut : selaput lendir hidung normal karena tidak terdapat eksudat dan tidak ada lesi dan terdapat cairan serosa untuk menjaga kelembaban membrane. Mukosa mulut berwarna merah muda, salvias normal, tidak ada lesi sehinggga dapat dikatakan normal. h. Alat pencernaanMulut, Pharing, Esophagus, Anus : sebelumnya pemeriksaan mulut sudah dilakukan. Pharing : normal karena saat dipalpasi pada daerah ini, kucing tidak melakukan gerakan refleks atau gerakan memberontak. Esophagus : normal karena ketika dipalpasi pada daerah ini, kucing tidak melakukan gerakan refleks atau gerakan memberontak.Anus : normal karena tidak terdapat sisa-sisa kotoran atau feses. Abdomen : normal karena pada saat dilakukan palpasi pada rongga perut, kucing tidak merasakan sakit atau memberontak dan tidak terjadi pembesaran serta pada saat dilakukan auskultasi dari sebelah kanan dan kiri, gerakan peristaltiknya normal.i. Alat pernafasanPemeriksaan hidung : pada pemeriksaan sebelumnya hidung dalam keadaan normal. Pharing, Laring, trachea : normal karena pada saat palpasi kucing tidak memberontak dan tidak ditemukan benda-benda asing. Tidak terdapat reaksi batuk dan bersin yang mengindikasikan suatu kelainan. Rongga dada : dilakukan perkusi dan auskultasi untuk mendengar suara yang terdapat pada daerah ini yang berhubungan dengan paru-paru dan jantung. Setelah dilakukan pemeriksaan kondisinya normal karena daerah 1/3 atas pekat, 1/3 bawah semiresonan, dan 1/3 bawah resonan. j. System Peredaran darah (sirkulasi)Jantung : inspeksi dan palpasi untuk mengamati detak dan debar jantung, hasil yang didapatkan dengan menggunakan stetoskop detaknya cepat karena kucing yang mengalami stress. Perkusi dan auskultasi pada daerah pekak jantung didapatkan kondisi normal karena tidak ada pelebaran daerah pekak jantung. Nadi : Normal sesuai dengan hasil saat pemeriksaan pulsus dan nafas. 4.4 Jenis Dan Fungsi Alat Pemeriksaan Dalam Mendiagnosaa. Tali atau PerbanDigunakan untuk menrestrain b. StopwatchUntuk menghitung pulsus dan pemeriksaan CRT (capillary refill time).c. Thermometer Untuk mengukur suhu badan hewan.d. Pen LightUntuk melihat reflex pupil dan pemeriksaan bagian mulut, dan telingae. StetoskopUntuk mendengarkan dan menghitung denyut jantung hewan.f. Spatel Untuk menekan lidah agar pemeriksaan rongga mulut bagian dalam lebih mudah.

V. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam mendiagnosa hewan kecil ada beberapa tahap yang mesti kita lakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Berupa inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan membaui. Dan ada beberapa alat pembantu yang digunakan dalam mendiagnosa suatu hewan kecil terutama kucing yaitu tali atau perban, stopwatch, thermometer, penlight, dan spatel. Seorang dokter hewan harus mengetahui tahapan-tahapan dalam melakukan pemeriksaan fisik yang baik dan benar, agar mendapatkan hasil diagnosa yang benar, agar treatment yang diberikan tidak salah-salah. Pengenalan akan alat-alat dalam pemeriksan fisik harus di kuasai oleh dokter hewan agar dapat memaksimalkan dan membantu kerja dokter hewan dalam melakukan pemeriksaan fisik. Seorang dokter hewan harus mengetahui dan menguasai teknik-teknik dalam melakukan pemeriksaan fisik, agar pasien merasa nyaman saat dilakukan pemeriksaan dan mendapatkan hasil diagnosa yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Widodo Setyo. 2011. Diagnosa Klinik Hewan Kecil. Bogor : IPB Press.Sukamto. 2004. Kajian Terminology Diagnose Praktek Dokter Hewan Bersama dan Kaitannya Dengan Diagnose Banding, Penggunaan Alat Diagnose, dan Profil Cuaca. Bogor; Fakultas Kedokteran Hewan Institute Pertanian Bogor.Soegiri dan Wulandari Retno. 2007. Cara-Cara Mengekang Hewan. Bogor : IPB Press.McCurnin DM, Bassert JM. 2006. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. USA: Elsevier Inc.

Francisca Joanna. 2006. Profil Penyakit Kulit PadaPasien Anjing : Studi Kasus di Klinik Dokter Hewan Praktek Bersama Drh. Cucu K. Sajuthi Dkk Ruko Green Garden Jakarta.