Laporan DBT Pasca Panen

download Laporan DBT Pasca Panen

of 30

description

Pada bidang pertanian, didapatkan berbagai banyak istilah dalam bertani salah satunya seperti panen. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan lain. Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih dahulu. Dalam penanganan pasca panen, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu. Kerusakan yang terjadi pada sayuran yang telah dipanen, disebabkan karena organ panenan tersebut masih melakukan proses metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam sayuran tersebut. Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena sayuran tersebut sudah terpisah dari pohonnya ataupun telah dicabut (untuk bayam, sawi) sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi sayur dan mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan sayuran dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar jaringan yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan sayur. Menghambat proses tersebut tentunya secara teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat laju perusakan. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Heanding Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil.Times New Roman

Transcript of Laporan DBT Pasca Panen

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPada bidang pertanian, didapatkan berbagai banyak istilah dalam bertani salah satunya seperti panen. Istilah ini paling umum dipakai dalam kegiatan bercocok tanam dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan. Secara kultural, panen dalam masyarakat agraris sering menjadi alasan untuk mengadakan festival dan perayaan lain. Panen pada masa kini dapat dilakukan dengan mesin pemanen seperti combine harvester, tetapi dalam budidaya yang masih tradisional atau setengah trandisional orang masih menggunakan sabit atau bahkan ani-ani. Kegiatan ini dapat langsung diikuti dengan proses pascapanen atau pengeringan terlebih dahulu. Dalam penanganan pasca panen, salah satu permasalahan yang sering dihadapi adalah masih kurangnya kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pasca panen yang baik sehingga mengakibatkan masih tingginya kehilangan hasil dan rendahnya mutu. Kerusakan yang terjadi pada sayuran yang telah dipanen, disebabkan karena organ panenan tersebut masih melakukan proses metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam sayuran tersebut. Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena sayuran tersebut sudah terpisah dari pohonnya ataupun telah dicabut (untuk bayam, sawi) sehingga mempercepat proses hilangnya nilai gizi sayur dan mempercepat senesen. Sedangkan tingkat kerusakan sayuran dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar jaringan yang terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan sayur. Menghambat proses tersebut tentunya secara teoritis dapat pula dilakukan sehingga dapat memperlambat laju perusakan. Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan penanganan pasca panen yang didasarkan pada prinsip-prinsip Good Heanding Practices (GHP) agar dapat menekan kehilangan hasil dan mempertahankan mutu hasil.Tujuan utama dari kegiatan penanganan atau pengelolaan tanaman yaitu agar dapat diperoleh hasil yang baik, dalam arti memenuhi harapan petani dan memenuhi kebutuhan pasar. Oleh karena itu, dalam praktikum ini akan dibahas mengenai tindakan atau kegiatan yang dilakukan ketika panen dan pasca panen.1.2 Tujuan1. Mengetahui pengertian panen dan pasca panen2. Mengetahui kriteria panen3. Mengetahui tahapan penanganan produk pasca panen 4. Mengetahui perubahan fisiologis selama penyimpanan5. Mengetahui penyebab kerusakan produk sayuran6. Mengetahui hasil perlakuan berbeda dalam penanganan pasca panen sayuran pakchoy

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Definisi Panen dan Pasca PanenMenurut Setyono (2001) panen adalah suatu proses akhir dan tindakan manusia dalam hal budidaya tanaman dimana pertumbuhan tanaman biasanya akan terjadi perubahan secara fisiologis maupun morfologi dari tanaman tersebut. Selain itu, menurut Rumiati (1982) panen adalah hasil dari pertanian kegiatan untuk mengumpulkan dari pengolahan tanah. Istilah ini paling sering digunakan dalam kegiatan pertanian dan menandai berakhirnya kegiatan di lahan.Menurut Soemardi (1986 ) penanganan pasca panen adalah tahapan yang dimulai sejak pemungutan hasil pertanian yang meliputi hasil tanaman pangan, hortikultura, perkebunan sampai siap dipasarkan. 2.2Kriteria PanenMenurut Janick, (1972) Menentukan waktu panen yang tepat yaitu menentukan kematangan yang tepat saat panen yang sesuai dapat dilakukan dengan cara, yaitu :1. Indikator fisikIndikator yang sering digunakan khususnya pada beberapa komoditas buah. Indikatornya adalah:a. Buah mudah atau tidak dilepaskan dari tangkainya, uji kesegaran buah dengan memakai anenetrometer.b. Uji kesegaran buah lebih objektif, karena dapat di kuantitatifkan.2. Indikator visualPaling banyak dipergunakan baik pada komoditas buah ataupun komoditas sayur. Indikatornya adalah:a. Berdasarkan warna, kulit, ukuran, dan bentukb. Berdasarkan karakteristik permukaan dan bagian tanaman yang mengering.Sifatnya sangat subjektif, keterbatasan dari indra pengelihatan manusia. Sering salah paham pemanenan dilakukan terlalu muda/awal/terlalu tua/lewat panen.3. Indikator kimiaTerbatasnya perusahaan besar, lebih banyak pada komoditas buah. Indikatornya adalah:a. Jumlah kandungan zat padat terlarutb. Jumlah kandungan asamc. Jumlah kandungan gula dan pati4. Indikator fisiologisSangat baik diterapkan pada komoditas yang bersifat klimaterik.Saat komoditas tercapai masak fisiologis respirasinya mencapai klimaterik. Indikatornya adalah:a. Laju respirasib. Jumlah konsistensi etilen.5. Indikator komputasiIndeksnya adalah:a. Jumlah dari rata-rata harian selama satu siklus hidup tanaman mulai dari penanaman sampai masak fisiologis.b. Unit panas setiap tanamanDasarnya adalah korelasi positif antara satu lingkungan dengan pertumbuhan tanaman.Dapat diterapkan baik pada komoditas buah maupun sayuran.2.3Faktor-faktor Penyebab Kehilangan Hasil PanenMenurut Soemardi (1986) faktor penyebab kehilangan pasca panen yaitu:Kerusakan fisologis yang terjadi karena perubahan fisik seperti perubahan warna, bentuk, ukuran, lunak, keras atau keriput. Juga bisa timbul aroma, perubahan rasa, peningkatan zat-zat tertentu dalam hasil tanaman tersebut.Kerusakan mekanis yang disebabkan oleh benturan, gesekan, tekanan, tusukan baik antara hasil tanaman tersebut atau dengan benda lain. Kerusakan ini umumnya disebabkan tindakan manusia baik sengaja maupun tidak sengaja. Kerusakan biologis penyebabnya yaitu pengaruh etilen dan penyebab kerusakan biologi dari luar yaitu hama dan penyakit.

Sedangkan menurut Baliwati (2004), faktor penyebab kehilangan pasca panen adalah 1. Internala. Kerusakan fisiologis & fisik Terjadi perubahan fisik seperti, perubahan warna, bentuk, ukuran, tekstur ataupun timbulnya aroma tidak sedap, perubahan rasa pada buah/sayur.b. Kerusakan mekanis Kerusakan yang disebabkan oleh gesekan, benturan atau tekanan antar buah/sayur ataupun dengan benda yang lain.c. Kerusakan biologis Kerusakan yang disebabkan dari dalam tanaman itu sendiri, misalanya: respirasi, produksi etilen, perubahan komposisi kimia, dan transpirasi.2. Eksternala. Kerusakan akibat serangga, jamur, hama/penyakit. Serangan ini dapat menyebabkab buah dan sayur busuk atau tidak layak konsumsi.b. Kerusakan yang disebabkan oleh faktor sirkulasi udara, kelembaban relative, cahaya, angin, dan kompposisi udara. 2.4Macam-macam Kegiatan Penanganan Pasca PanenMenurut Rahmat (1993), macam-macam kegiatan pasca panen adalah:1. Sorting Sorting biasanya dilakukan untuk mengeliminasi produk yang luka, busuk/cacat lainnya sebelum pendinginan/penanganan berikutnya. Sorting juga akan menghemat tenaga karena produk cacat tidak ikut tertangani. Tujuan adalah memisahkan produk-produk yang busuk agar terhindar dari penyebaran infeksi ke produk yang masih bagus.2. Pembersihan ( Cleaning ) Membersihkan dari kotoran/benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak di kehendaki seperti daun, tangkai/akar yang tidak diinginkan.3. Pencucian ( Washing ) Dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran.Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.4. Pengeringan ( Drying ) Bertujuan untuk mengurangi kadar air dari komoditas. Pada biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang merah, pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.5. Pelapisan lilin Melapisi permukaan sayur dengan bahan dapat menekan laju respirasi maupun menekan laju transpirasi sayur selama penyimpanan/pemasaran. Pelapisan juga bertujuan untuk menambah perlindungan bagi sayuran terhadap pengaruh luar.Beberapa penelitian membuktikan bahwa pelapisan dapat memperpanjang masa simpan dan menjaga kesegaran.6. Pengemasan ( Packing ) Hal ini dilakukan pada sayuran yang ditujukan untuk konsumen. Pengemasan dilakukan dengan cara membungkus sayur dengan plastik ataupun bahan lain yang kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang lebih besar.7. Pengangkutan Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan. Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah :a. Fasilitas angkutanb. Jarak yang ditempuh/lama perjalananc. Kondisi lingkungan dan jaland. Perlakuan bongkar-muat yang ditetapkan8. Penyimpanan ( Stronge operation ) Tujuan penyimpanan hasil panen :a. Memperpanjang produk yang melimpahb. Menampung produk yang melimpahc. Menyediakan komoditas tertentu sepanjang lahand. Membantu dalam pengaturan pemasarane. Mempertahankan kualitas dari komoditas yang disimpanf. 2.5Pengaruh Faktor Biotik dan Abiotik Terhadap Penyimpanan Pasca PanenMenurut Mutiarawati (2009) pengaruh terhadap penyimpanan hasil panen ada 2 yaitu :1. Faktor Biotika. SeranggaMerusak bahan pangan bukan hanya memakan bahan pangan seperti biji-bijian, buah-buahan atau sayuran, tetapi karena luka yang ditimbulkannya pada permukaan bahan pangan akan mengundang mikroba untuk mencerna luka tersebut dan tumbuh serta berkembang disana.2. Faktor Abiotika. EnzimEnzim yang terdapat secara alami didalam bahan pangan misalnya enzim polifenol oksidase pada buah salak, apel atau ubi kayu. Enzim polifenol oksidase adalah enzim yang merusak bahan pangan karena warna coklat yang ditimbulkannya.b. Kandungan air dalam bahan panganAir yang terkandung dalam bahan pangan merupakan salah satu factor penyebab kerusakan bahan pangan. Air dibutuhkan untuk berlangsungnya dari reaksi-reaksi kimia yang terjadi didalam bahan pangan, misalnya reaksi-reaksi yang dikatalis oleh enzim.c. SuhuSuhu yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat mempercepat kerusakan bahan pangan. Beberapa jenis buah-buahan dan sayuran mengalami kerusakan yang disebut chilling injung atau rusak karena suhu rendah yang berakibat warna buah berubah atau tekstur cepat melunak.

BAB IIIMETODOLOGI3.1 Alat dan Bahan1. Alata. Wrapping plastic = Untuk mengemas komoditi bahan.b. Piring sterofoam = Sebagai wadah bahan.c. Timbangan = Menimbang bobot bahan selama masa penyimpanan.d. Gunting= Menggunting plastic wrap.e. Kamera = Mendokumentasi selama masa penyimpanan.f. Lemari pendingin = Tempat penyimpanan bahan.g. Alat tulis = Mencatat hasil2. Bahana. Pakchoy = Sebagai bahan pengamatan.b. 3.2 Alur Kerja Siapkan alat dan bahan

Timbang sayuran sebagai berat awal pakchoy dengan 4 perlakuan

Beri plastik wrapping pada 2 sterofoam dan 2 sterofoam lainnya tanpa plastik wrapping

Beri label pada pakchoy

Letakkan pakchoy yang di wrapping dan tidak wrapping ke dalam lemari pendingin (kulkas)

Letakkan pakchoy yang di wrapping dan tidak wrapping ke ruangan (suhu kamar)

Amati perubahan pada masing-masing perlakuan selama 14 hari (berat, warna, perubahan fisik, munculnya organism, lender dan bau/aroma

Catat hasilnya dan dokumentasi

3.3Analisa PerlakuanPraktikum panen dan pasca panen ini dilakukan untuk mengetahui hasil perlakuan berbeda pada bahan pangan terutama sayuran pasca panen. Untuk kelompok L2 menggunakan sayuran pakchoy sebagai bahan pengamatan saat percobaan. Pada percobaan ini dibutuhkan beberapa pakchoy untuk diberikan 4 perlakuan yang berbeda. Sebelum melakukan percobaan, pakchoy ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat awalnya, setelah itu dilakukan 4 perlakuan. Perlakuan pertama, pakchoy tidak dibungkus plastik wrapping dan diletakkan pada suhu ruang. Perlakuan kedua yaitu pakchoy dibungkus pada plastik wrapping dan diletakkan pada suhu ruang. Sementara itu, perlakuan ketiga yaitu pakchoy dibungkus dengan plastik wrpping dan dimasukkan dalam kulkas. Perlakuan yang ke empat yaitu pakchoy tidak dibungkus dengan plastik wrapping dan dimasukkan dalam kulkas. Setelah dilakukan keempat perlakuan tersebut, dilakukan pengamatan selama 14 hari untuk mengetahui perubahan apa yang terjadi pada sayuran yang telah diberi perlakuan berbeda. Catat perubahan apa yang terjadi dan dokumentasikan.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1HasilTabel 1. Hasil Pengamatan Komoditi Pakchoy Wraping Suhu RuangHari PengamatanIndikator PengamatanDokumentasi

Bobot SayuranWarnaKondisi Perubahan FisikMuncul Mikro-organismeAda/ tidak LendirAroma/Bau

1110 grhijausegar

2105 grhijau, segarpangkal batang sedikit berair

3110 grhijauSebagian batang dan daun layubatang berlendirmulai tercium bau busuk

4120 gr Sebagian daun menguningpangkal batang semakin berair dan mengeluarkan lendirbau semakin busuk

5105 grDaun menguning Pangkal batang lembek Ada lendirBusuk

6100 grDaun menguning dan mulai berwarna coklatHampir seluruh batang lembekmuncul ulatBerlendir Busuk

790 gr

Warna batang sudah coklat sedangkan daunnya masih sebagian yang berwarna coklatBatang dan pangkal daun lembek ulat bertambahLendir tambah banyakBusuk

880 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembek semua ulat matiLendir bertambahBusuk

970 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembekLendir bertambahBusuk

1060 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembekLendir bertambahBusuk

1150 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekLendir bertambahbusuk

1250 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

1345 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

1445 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

Tabel 2. Hasil Pengamatan Komoditi Pakchoy Wraping Suhu KulkasHari PengamatanIndikator PengamatanDokumentasi

Bobot SayuranWarnaKondisi Perubahan FisikMuncul Mikro-organismeAda/ tidak LendirAroma/Bau

190 gr Daun hijausegarTidak berlendir

2110 gr

Berwarna hijauDaun dan batang tetap segarTidak berlendir

3110 gr

daun berwarna hijauTetap segarTidak berlendir

4110 gr

Daun dan batang bagian luar tetap hijauDaun dan batang bagian luar tetap segar sedangkan daun bagian dalam muncul bercak hitamTidak berlendir

5110 grDaun dan batang bagian luar tetap hijauDaun dan batang bagian luar tetap segar sedangkan daun bagian dalam muncul bercak hitamTidak berlendir

6110 grDaun dan batang bagian luar tetap hijauDaun dan batang bagian luar tetap segar sedangkan daun bagian dalam muncul bercak hitamTidak berlendir

7110 grDaun bagian dalam mulai menguning rataDaun bagian dalam mulai menguning dan merataTidak berlendir

8105 grMenguning Daun bagian dalam mulai menguning dan merataTidak berlendir

9100 grMenguning Daun bagian dalam mulai menguning dan merataTidak berlendir

10100 grMenguningDaun bagian dalam mulai menguning dan merataTidak berlendir

1195 grMenguningMenguning dan merataTidak berlendir

1290 grMenguningMenguning dan merataTidak berlendir

1385 grMenguningMenguning dan merataTidak berlendir

1480 grMenguningMenguning dan merataTidak berlendir

Tabel 3. Hasil Pengamatan Komoditi Pakchoy Non-Wraping Suhu RuangHari PengamatanIndikator PengamatanDokumentasi

Bobot SayuranWarnaKondisi Perubahan FisikMuncul Mikro-organismeAda/ tidak LendirAroma/Bau

1160 grDaun hijausegarTidak berlendir

2140 gr

Berwarna hijauBatang dan daun bagian luar layu dan mengering sedangkan Batang dan daun bagian dalam tetap segar.Tidak berlendir

3120 grDaun bagian luar menguning, daun bagian dalam hijau dan segarDaun dan batang bagian luar semakin keringTidak berlendir

4110 grDaun bagian luar menguning, daun bagian dalam hijau dan segarBagian luar daun semakin kuning dan kering Tidak berlendir

5100 grMulai menguningSemakin parah dan daun bagian dalam layuTidak berlendir

690 grMenguning Semakin parah dan layuTidak berlendir

780 grMenguning Semakin parah dan layuTidak berlendir

865 grMenguningSemakin parah dan layuTidak berlendir

950 grMenguning dan kecoklatan Semakin parah dan layuTidak berlendir

1040 grMenguningSemakin parah dan layuTidak berlendir

1130 grKecoklatan Semakin parah dan layuTidak berlendir

1225 grMenguningSemakin parah dan layuTidak berlendir

1320 grKecoklatanSemakin parah dan layuTidak berlendir

1415 gr Menguning dan kecoklatan Semakin parah dan layuTidak berlendir

Tabel 4. Pengamatan Komoditi Pakchoy Non-Wraping Suhu KulkasHari PengamatanIndikator PengamatanDokumentasi

Bobot SayuranWarnaKondisi Perubahan FisikMuncul Mikro-organismeAda/ tidak LendirAroma/Bau

1170 grhijausegar

2160 grhijau, segarpangkal batang sedikit berair

3160 grhijauSebagian batang dan daun layubatang berlendirmulai tercium bau busuk

4150 gr Sebagian daun menguningpangkal batang semakin berair dan mengeluarkan lendirbau semakin busuk

5130 grDaun menguning Pangkal batang lembek Ada lendirBusuk

6120 grDaun menguning dan mulai berwarna coklatHampir seluruh batang lembekmuncul ulatBerlendir Busuk

7100 gr

Warna batang sudah coklat sedangkan daunnya masih sebagian yang berwarna coklatBatang dan pangkal daun lembek ulat bertambahLendir tambah banyakBusuk

880 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembek semua ulat matiLendir bertambah

Busuk

960 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembekLendir bertambahBusuk

1050 grHampir seluruhnya berwarna coklatHampir seluruhnya lembekLendir bertambahBusuk

1140 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekLendir bertambahbusuk

1230 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

1320 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

1415 grBerwarna coklat semuaSeluruh bagian lembekBerlendir busuk

4.2Grafik Hasil PengamatanGrafik 1. Perbandingan Empat Perlakuan

4.3PembahasanPada saat panen, setiap hasil produksi pasti mengalami perubahan. Menurut Thompson and Burden (1995), selama proses pematangan, sayur mengalami banyak peristiwa perubahan fisik dan biokimiawi. Beberapa perubahan fisik meliputi penampakan, warna, tekstur (kelunakan), dan ukuran sayur, sedangkan perubahan kimia meliputi padatan total terlarut, kandungan karbohidrat, asam, rasa, aroma, tekstur, dan struktur. Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan penanganan pasca panen pada komoditi pakchoy dilakukan 4 perlakuan, pada perlakuan 1 yaitu komoditi pakchoy tanpa menggunakan wrapping dan diletakkan suhu ruang menunjukkan gejala penurunan berat setiap harinya. Bobot terakhir pada hari ke 14 yaitu sebesar 15 gram. Selain penurunan berat, warna dari daun dari pakchoy mengalami perubahan yang signifikan dari yang awalnya hijau cerah menjadi kecoklatan dan terdapat bintik-bintik hitam. Kerusakan pada pakchoy perlakuan 1 dapat digolongkan menjadi kerusakan warna. Menurut Muchtadi (1992) bercak-bercak hitam pada daun dapat menimbulkan kerusakan atau kebusukan laju penguapan air dari dalam sayuran akan semakin cepat bila sayuran dibiarkan di udara terbuka atau suhu ruang,sayuran akan rusak. Pada perlakuan 2 yaitu komoditi pakchoy dengan menggunakan wrapping dan diletakkan pada suhu ruang menunjukkan penurunan bobot paling banyak jika dibanding ke 3 perlakuan dalam penanganan pasca panen. Bobot pakchoy awal yaitu sebesar 170 gram menjadi 15 gram. Menurut Muchtadi (1992) menyatakan bahwa penurunan bobot yang terjadi pada sayuran selama penyimpanan di ruang mengakibatkan penurunan sifat permebilitas dinding sel yang akan menyebabkan hilangnya kemampuan menggelembung sel. Akibat lain dari kehilangan permeabilitas ini adalah cairan sel dapat terlepas kekurangan ekstraseluler dan jaringan pembuluh. Gas-gas yang mengisi ruangan itu terganti oleh cairan sehingga terjadi perubahan struktur air yang terkandungpun menguap atau terjadinya transpirasi. Selain penurunan bobot pada pakchoy perlakuan 2, kondisi fisik daun pakchoy yang awalnya hijau segar menjadi coklat berlendir. Lendir dalam jumlah yang banyak menandakan bahwa dalam sayuran tersebut sudah terjadi aktivitas organisme. Aktivitas tersebut akan memacu proses respirasi yang hasil akhirnya berupa lendir dan terdapat belatung. Menurut Nurrachman (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi adalah kondisi lingkungan yaitu suhu dan gas atmosfer seperti oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan etilen (C2H4). Atmosferik O2 dan CO2 berpengaruh terhadap laju respirasi, dimana semakin rendah kandungan oksigen dan semakin tinggi kandungan karbondioksida di udara maka laju respirasi cenderung menurun.Berdasarkan pengamatan pada perlakuan 3 yaitu komoditi pakchoy tanpa menggunakan wrap dan disimpan pada suhu kulkas. Penurunan bobot yang terjadi tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan komoditi pakchoy pada suhu ruang. Kehilangan air disebabkan oleh proses transpirasi dan respirasi pada sayur yang dapat menjadi penyebab utama deteorisasi karena tidak saja berpengaruh langsung pada kehilangan kuantitatif (susut bobot) tetapi juga dapat menyebabkan kehilangan kualitas dalam penampilan dan tekstur seperti pelunakan buah, hilangnya kerenyahan, dan kandungan juice (Kader, 1992).Kondisi perubahan fisik yang terjadi juga tidak terlalu signifikan hanya mengalami layu dan menyusut. Hal ini disebabkan suhu pada kulkas akan meminimalisir terjadinya peningkatan aktivitas mikroorganisme. Modifikasi atmosfir menurut pada suhu rendah Kader &Moris (1992) akan memperlambat proses pematangan buah, menurunkan laju produksi etilen, memperlambat pembusukan, dan menekan berbagai perubahan yang berhubungan dengan pematangan. Modifikasi atmosfer akan menyebabkan proses respirasi terhambat, sehingga dapat menekan kehilangan substrat dan kehilangan air. Berdasarkan hasil pengamatan pada perlakuan 4 yaitu komoditas pakchoy dengan menggunakan wrap dan disimpan pada suhu kulkas. Penanganan pasca panen ini merupakan penanganan yang paling efisien dan baik. Hal ini dapat diketahui bahwa penurunan bobot tidak terlalu signifikan,serta kondisi fisik yang cenderung konstan dari hari pertama hingga akhir. Dengan penggunaan wrap dan disimpan pada suhu ruang maka akan menhambat laju respirasi dan transpirasi. Menurut Hardenburg (1971) menjelaskan bahwa penyimpanan produk pada suhu rendah serta kelembaban tinggi merupakan cara terbaik untuk memperpanjang umur simpan atau ketahanan komoditi pertanian. Pendinginan secara efektif dapat menghambat laju respirasi sehingga proses pematangan dan penuaan dapat dihambat.

BAB VPENUTUP5.1 KesimpulanKegiatan panen dan pasca panen merupakan hasil akhir dari kegiatan budidaya pertanian. Proses pasca panen akan menentukan hasil produksi pertanian. Maka dari itu dalam penanganan pasca panen dilakukan usaha untuk mempertahankan kualitas produksi pertanian. Salah satu kegiatan pasca panen adalah pengemasan. Pengemasan bahan pangan mempunyai tujuan utama untuk mengawetkan dan mempertahankan mutu serta kesegarannya. Pada praktikum dengan komoditi pakchoy menggunakan 4 perlakuan. Perlakuan yang paling baik dan menunjang mutu hasil pertanian adalah pada perlakuan 4 yaitu menggunakan wrap dan disimpan pada suhu kulkas. Kulkas merupakan metode untuk memodifikasi atmosfer pada komoditi sayuran pakchoy agar laju respirasi nya terhambat sehingga tidak menimbulkan dampak seperti keluarnya mikroorganisme. Jadi penyimpanan produk pada suhu rendah serta kelembaban tinggi merupakan cara terbaik untuk memperpanjang umur simpan atau ketahanan komoditi pertanian. Pendinginan secara efektif dapat menghambat laju respirasi sehingga proses pematangan dan penuaan dapat dihambat.5.2SaranEstimasi pengumpulan laporan tolong dipertimbangkan lagi. Semoga praktikum selanjutnya bisa lebih teratur.

DAFTAR PUSTAKAHardenburg, R. E. 1971. Effect of in-package environment on keeping quality of fruit and vegetable. Hort. Sci. VI(3): 198-199.

Janick,J.1972. Holtikultur Science. W.N. Freeman and Co. Son Francisco.586 pp.

Kader, A. A. 1992. Posharvest biology and technology, p. 15-20. In: A. A. Kader (Ed.). Posharvest Technology of Horticulture Crops. Agriculture and Natural Resources Publication, Univ. of Calivornia. Barkeley.

Muchtadi, Deddy. 1992. Penanganan pasca panen hasil pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Mutiarawati. 2009. Penanganan pasca Panenhasil pertanian. UNPAD Press: Bandung.

Nurrachman. 2004. Pengaruh Pelapisan Chitosan terhadap fisiologi Pasca Panen. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Pantastico, Er. B., T. K. Chattopadhyay, dan H. Subramanyam. 1986. Penyimpanan dan operasi penyimpanan secara komersial, hal. 495-536. Dalam: E. R. B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Universitas Gajah Mada Pres. Yogyakarta.

Setyono. 2001. Usaha Tani dan Penanganan Pasca Panen. Bogor:Maju Jaya.

Soemardi. 1986. Panen dan Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.

Wati Anggraeni. 2008. Penggunaan Bahan Pelapis Dan Plastik Kemasan Untuk Meningkatkandaya Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi.Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor