Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

44
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN LINGKUNGAN ANALISIS VEGETASI DI DESA BAUMATA OLEH NAMA : KESZYA WABANG NIM : 1206065001 JURUSAN : FISIKA SEMESTER : 2 FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Transcript of Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Page 1: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN LINGKUNGAN

ANALISIS VEGETASI DI DESA BAUMATA

OLEH

NAMA : KESZYA WABANG

NIM : 1206065001

JURUSAN : FISIKA

SEMESTER : 2

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

Page 2: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

2013KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas

Laporan Pengetahuan Lingkungan ini. Terima kasih saya sampaikan

kepada Ibu Dosen Pembimbing dalam penyelesaian Laporan ini, kepada

orang tua yang selalu mendukung dalam doa maupun dana, kepada

teman-teman kelompok untuk kerja samanya, kepada warga desa

Baumata yang telah mengizinkan kami dalam penggunaan lokasi, serta

kepada para penyedia informasi melalui internet.

Laporan ini disusun sesuai standar kurikulum yang berlaku dalam

mata kuliah Pengetahuan Lingkungan. Laporan ini dimaksudkan agar

praktikan dapat lebih memahami tentang Pengetahuan Lingkungan

khususnya vegetasi yang ada di lingkungan dengan langsung turun lokasi

(Desa Baumata).

Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena mohon

kritik dan saran yang membangun, agar ke depannya dapat lebih baik

lagi. Sekian dan terima kasih.

Kupang, Juni 2013

Praktikan

Page 3: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda,

daya ,keadaan, dan mahluk hidup termasuk manusia dan perilakunya

yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan tersebut akan

mengalami perubahan baik segi positif maupun dari segi negatif. Dari

segi positif itu pastinya akan memberikan konstribusi yang bagus

terhadap lingkungan atau dapat meningkatkan kualitas lingkungan itu

sendiri. Sedangkan dari segi negatif akan menghasilkan dampak

berupa penurunan kualitas atau bahkan kerusakan lingkungan.

Masalah lingkungan tersebut pastinya timbul karena pengaruh

aktivitas manusia yang menyebabkan lingkungan tidak atau kurang

sesuai lagi untuk mendukung kehidupan manusia.

Pengetahuan lingkungan merupakan mata kuliah umum yang

diharapkan dapat memperluas cakrawala pengetahuan mahasiswa

tentang keadaan lingkungan masyarakat, sehingga wawasannya tidak

terbatas pada bidang keahliannya masing-masing. Selain itu,

mahasiswa dapat berpikir secara “lintas sektoral” dan generalis

tentang masalah lingkungan merupakan mata kuliah umum dengan

visi berkembangnya mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang

kritis, peka dan arif dalam memahami keragaman kesetaraan dan

kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika dan etika dan

moral dalam berkehidupan bermasyarakat.

Page 4: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk

menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam

mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya.

Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu

komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan,

padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi

vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem

lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh

secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan

pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat

mengalami perubahan drastik karena pengaruh anthropogenik

(Setiadi, 1984).

Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan

dampak positif bagi keseimbangan ekosistem dalam skala yang lebih

luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait

dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam

udara, perbaikan sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata

air tanah dan lain-lain. Meskipun secara umum kehadiran vegetasi

pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya

bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang

tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan

mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan

komposisi tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah

tersebut (Setiadi, 1984).

1.2. Tujuan

Mahasiswa dapat mengetahui dan menganalisis vegetasi yang

terdapat di Desa Baumata dengan menggunakan metode Plot.

1.3. Manfaat

Menambah wawasan mahasiswa akan keanekaragaman

vegetasi khususnya di Desa Baumata.

Page 5: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anonimus (2011), menyatakan bahwa Vegetasi (dari bahasa

Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan

komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang

tersusun dari tetumbuhan yang menempati suatu ekosistem.

Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan

contoh-contoh vegetasi.Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan

ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan

tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.

Tjitrosoepomo (2002 :77),menyatakan bahwa Analisis

komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan

atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Dalam ekologi

hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau diselidiki berupa

komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi konkret dari semua

spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat. Oleh karena itu,

tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah untuk

mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu

wilayah yang dipelajari.

Page 6: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Kimbal (1965 :91),menyatakan bahwa Analisa vegetasi adalah

cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)

vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi

hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya

dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak

contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga

hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan

petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.

Lestari (2006 :76),menyatakan bahwa Dalam ilmu vegetasi

telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu

vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi

sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam

bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan

berbagai kendala yang ada.

Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat

dikelompokkan kedalam 3 pola, yaitu

acak(random),mengelompok(clumped), dan teratur(regular). Tiap-tiap

jenis tumbuhan tentunya mempunyai pola penyebaran yang berbeda-

beda tergantung pada model reproduksi dan lingkungan

mikro(Barbour,1986). Untuk mengetahui skala perubahan-perubahan

komponen ekosistem di alam dapat dilakukan penelitian yang

didalamnya terdapat parameter-parameter yang diukur antara

lain:nilai kerapatan (densitas), dominansi, frekuensi, indeks nilai

penting(INP), dan indeks dominansi(ID). Berdasarkan parameter-

parameter tersebut, maka dapat diketahui pola penyebaran vegetasi

herba tersebut di alam.

Oleh karena itu, dengan diadakan kegiatan analisa vegetasi

herba selain untuk memperoleh data terbaru kondisi penutupan

vegetasi savana. kita dapat lebih mengetahui pola penyebaran dan

berbagai parameter yang dapat diketahui. Adapun tujuan dari

kegiatan ini data dan informasinya dapat dijadikan bahan

Page 7: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

pertimbangan untuk perencanaan pengelolaan bagi pihak pengelola

kedepan.

Analisis Komunitas Tumbuhan

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara

mempelajari susunan atau komposisi jenis dan bentuk atau struktur

tegakan. Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi yang dipelajari atau

diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan asosiasi

konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat.

Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam analisis komunitas adalah

untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada suatu

wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2006).  Hasil analisis komunitas

tumbuhan disajikan secara deskripsi mengenai komposisi spesies dan

struktur komunitasnya. Struktur suatu komunitas tidak hanya dipengaruhi

oleh hubungan antar spesies, tetapi juga oleh jumlah individu dari setiap

spesies organisme (Soegianto, 1994). Lebih lanjut Soegianto, (1994)

menjelaskan, bahwa hal yang demikian itu menyebabkan kelimpahan relatif

suatu spesies dapat mempengaruhi fungsi suatu komunitas, distribusi

individu antarspesies dalam komunitas, bahkan dapat memberikan pengaruh

pada keseimbangan sistem dan akhirnya akan berpengaruh pada stabilitas

komunitas. Struktur komunitas tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan

kuantitatif. Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan

dapat dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara

kuantitatif dengan parameter kuantitatif. Namun persoalan yang sangat

penting dalam analisis komunitas adalah bagaimana cara mendapatkan data

terutama data kuantitatif dari semua spesies tumbuhan yang menyusun

komunitas, parameter kuantitatif dan kualitatif apa saja yang diperlukan,

penyajian data, dan interpretasi data, agar dapat mengemukakan komposisi

floristik serta sifat-sifat komunitas tumbuhan secara utuh dan menyeluruh

(Gopal dan Bhardwaj, 1979).

Parameter Kuantitatif Dalam Analisis Komunitas Tumbuhan

Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), untuk kepentingan deskripsi

suatu komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga macam parameter

kuantitatif antara lain: densitas/kerapatan, frekuensi, dan dominansi.

Kusmana (1997) mengemukakan bahwa untuk keperluan deskripsi vegetasi

Page 8: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

tersebut ada tiga macam parameter kuantitatif yang penting, antara lain

densitas, frekuensi, dan kelindungan. Kelindungan yang sebenarnya sebagai

bagian dari parameter dominansi.

Kelindungan adalah daerah yang ditempati oleh tetumbuhan dan

dapat dinyatakan dengan salah satu atau kedua-duanya dari penutupan

dasar (basal cover) dan penutupan tajuk (canopy cover). Adapun parameter

umum dari dominansi yang dikemukakan oleh Gopal dan Bhardwaj (1979),

meliputi kelindungan, biomassa, dan produktivitas. Kusmana (1997)

mengemukakan bahwa dalam penelitian ekologi hutan pada umumnya para

peneliti ingin mengetahui spesies tetumbuhan yang dominan yang memberi

ciri utama terhadap fisiognomi suatu komunitas hutan. Spesies tumbuhan

yang dominan dalam komunitas dapat diketahui dengan mengukur

dominansi tersebut. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dengan beberapa

parameter, antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal area, indeks

nilai penting, dan perbandingan nilai penting (summed dominance ratio).

Meskipun demikian, masih banyak parameter kuantitatif yang dapat

digunakan untuk mendeskripsikan komunitas tumbuhan, baik dari segi

struktur komunitas maupun tingkat kesamaannya dengan komunitas

lainnya. Parameter yang dimaksud untuk kepentingan tersebut adalah

indeks keanekaragaman spesies dan indeks kesamaan komunitas

(Soegianto, 1994).

Kondisi Komunitas Tumbuhan Hutan

Komunitas tumbuhan hutan memiliki dinamika atau perubahan,

baik yang disebabkan oleh adanya aktifitas alam maupun manusia. Aktifitas

manusia yang berkaitan dengan upaya memanfaatkan hutan sebagai salah

satu faktor penyebab terjadinya perubahan kondisi komunitas tumbuhan

yang ada di dalamnya. Aktifitas manusia di dalam hutan dapat bersifat

merusak, juga bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan,

yang bersifat merusak komunitas tumbuhan misalnya penebangan pohon,

pencurian hasil hutan, peladangan liar, pengembalaan liar, pembakaran

hutan, dan perambahan dalam kawasan hutan. Adapun aktifitas manusia

yang bersifat memperbaiki kondisi komunitas tumbuhan hutan adalah

kegiatan reboisasi dalam rangka merehabilitasi areal kosong bekas

penebangan, areal kosong bekas kebakaran, maupun reboisasi dalam

rangka pembangunan hutan tanaman industri (Indriyanto, 2006).

Page 9: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Untuk mengetahui kondisi komunitas hutan harus dilakukan survey

vegetasi dengan menggunakan salah satu dari beberapa metode

pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan. Kemudian, kondisi

komunitas tumbuhan hutan dapat dideskripsikan berdasarkan parameter

yang diperlukan dan dianalisis untuk menginterpretasi perubahan yang

terjadi. Dengan demikian, kajian kondisi komunitas hutan akan sangat

berguna dalam menerapkan sistem pengelolaan hutan (Indriyanto, 2006).

Potensi dan keadaan hutan yang selalu berubah karena pertumbuhan dan

kematian yang terjadi maupun karena penebangan yang dilakukan manusia,

menyebabkan perlu adanya informasi hutan setiap jangka waktu tertentu.

Informasi ini tidak hanya dilakukan terhadap tegakan baru atau tegakan

yang mengalami perubahan besar saja, tetapi terhadap seluruh tegakan

yang ada (Simon, 2007).

Analisis Tegakan

Menurut Soerianegara dan Indrawan (1978) yang dimaksud analisis

vegetasi atau studi komunitas adalah suatu cara mempelajari susunan

(komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-

tumbuhan.

Cain dan Castro (1959) dalam Soerianegara (1978), menyatakan

bahwa penelitian yang mengarah pada analisis vegetasi, titik berat

penganalisisan terletak pada komposisi jenis. Struktur masyarakat hutan

dapat dipelajari dengan mengetahui sejumlah karakteristik tertentu di

antaranya, kepadatan, frekuensi, dominansi dan indeks nilai penting.

Faktor lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman vegetasi

1. Faktor iklima. Faktor suhub. Faktor curah hujanc. Faktor kelembapand. Faktor cahaya e. Faktor udaraf. Faktor angin

2. Faktor fisiografi dan ketanahan a. Topografib. Tanahc. Lapisan geologi

3. Faktor biologia. Tumbuhan hijau atau tumbuhan lain atau hewanb. Antaraksi antara jasad

Page 10: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

- Pemangsa - Pemakan bangkai - Simbiosis - Parasitismec. Manusia

Metode kuadrat adalah salah satu metode yang tidak

menggunakan petak contoh (plotless) metode ini sangat baik untuk

menduga komunitas yangberbentuk pohon. contohnya vegetasi hutan.

Dimana apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20

cm maka disebut pohon. Metode kuadrat mudah dan lebih cepat

digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan

menaksir volumenya. Metode kuadrat dibagi beberapa jenis :

a.       Liat quadrat : spesies diluar petak sampel

b.      Count/list quadrat : menghitung jumah spesies yang ada

beberapa batang dari masing-masing spesies didalam

petak.

c.       Cover quadrat : penutupan relative dicatat, jadi

persentase tanah yang tertutupi vegetasi. Metode ini

digunakan untuk memperkirakan berapa areal yang

diperluka tiap-tiap spesies dan beberapa total basal dari

vegetasi suatu daerah.

d.      Chart quadrat : penggambaran letak/bentuk tumbuhan

disebut pantograph. Metode ini terutama berguna dalam

memproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan

menentukan letak tiap-tiap spesies yang vegetasinya tidak

begitu rapat. Alat yang digunakan pantograph dan

palnimeter (Anonim,2010).

Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasnya

dinyatakan sebagai suatu persenjumlah total spesies yang ada dalam

komunitas, dan dengan demikian merupan pengukuran yang relatife.

Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat

penting dalam menentukan struktur komunitas(Michael,1995).

Sistem analisis dengen metode kuadrat :

Page 11: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

1.      Kerapatan, ditentukan berdasarkan jumlah individu suatu

populasi jenis tumbuhan didalam areal tersebut.

2.     Keragaman spesies, dapat diambil untuk menandai jumlah

spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah

spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies

yang ada.

3.      Nilai penting, merupakan suatu harga yang didapatkan

dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variable yang

telah diukur(Anonim,2010).

Tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri

dari :

a. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang

cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi

banyak subtangkai.

b. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan

tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin

hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.

c.   Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau

tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan

berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai

daun.

d. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai

kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai

daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan

biasanya terbagi dalam banyak anak daun.

e. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau

berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau

memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar.

f. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun

tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan

lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya

tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang

kadang-kadang keras.

Page 12: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

g.  Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi

dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan

ukuran diameter lebih dari 20 cm.

Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat

permudaannya, yaitu :

a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai

anakan kurang dari 1.5 m.

b.  Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m

sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.

c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai

kurang dari 20 cm (Naughton,1990).

Untuk melakukan analisis vegetasi perlu diketahui beberapa parameter vegetasi meliputi:

1. Kerapatan Mutlak (KM)

KM(i) = n(i) / A

Dimana:

KM(i) = kerapatan mutlak

n(i) = jumlah spesies (i)

A = total luas plot

2.   Kerapatan Relatif (KR)

KR(i) = (KM(i) / ∑ KM)  x  100%

Dimana:

KR(i) = kerapatan relatif spesies (i)

KM(i) = nilai KM spesies (i)

∑ KM = jumlah KM total

3.   Frekuensi Mutlak (FM)

FM(i) = J(i) / K

Dimana:

Page 13: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)

J(i) = jumlah plot yang terisi

K = total plot

4.   Frekuensi Relatif (FR)

FR(i) = (FM(i) / ∑ FM) x 100%

Dimana:

FR(i) = frekuensi relatif spesies (i)

FM(i) = frekuensi mutlak spesies (i)

 ∑ FM = total FM

5.   Dominansi Mutlak (DM)

DM(i) = n(i) / ∑ n

Dimana:

DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)

n(i) = jumlah individu spesies (i)

∑ n = total individu

6.   Dominansi Relatif (DR)

DR(i) = (DM(i) / ∑ DM) x 100%

Dimana:

DR(i) = dominansi relatif spesies (i)

DM(i) = dominansi mutlak spesies (i)

∑ DM = jumlah DM total

7.   Indeks Nilai Penting (INP)

INP(i) = KR(i) + FR(i) + DR(i)

Page 14: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Dimana:

INP(i) = indeks nilai penting spesies (i)

KR(i) = kerapatan relatif spesies (i) (%)

FR(i) = frekuensi relatif spesies (i) (%)

DR(i) = dominansi relatif spesies (i) (%)

Dalam pengambilan sampel vegetasi, tidak hanya

mempelajari spesies apa yang ada, namun juga kepentingan

relatifnya dalam komunitas seperti diperlihatkan oleh

penyebarannya, atau frekuensinya, kelimpahannya dan

rimbunannya. Satuan pengambilan sampel yang merupakan

daerah-daerah dengan ukuran pasti disebut kuadrat. Kuadrat yang

digunakan untuk mengambil sampel tumbuhan dalam suatu

komunitas harus dalam dimensi yang mewakili seluruh spesies yang

ada dalam komunitas itu. Ukuran kuadrat bergantung pada jenis

vegetasi yang ada dalam daerah itu.

Diantara banyak organisme yang membentuk suatu

komunitas, hanya beberapa spesies atau grup yang

memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam memfungsikan

keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif dari organisme dalam

suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun

oleh jumlah, ukuran produksi dan hubungan lainnya. Tingkat

kepentingan suatu spesies biasanya dinyatakan oleh indeks

keunggulannya (dominansi).

Angka banding antara jumlah spesies dan jumlah total

individu dalam suatu komunitas dinyatakan sebagai keragaman

spesies. Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah

spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies

diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada.

Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks

keragaman.

Page 15: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1. Jenis Metode

Jenis metode yang dilakukan yaitu observasi atau

pengamatan. Observasi yang dilakukan menggunakan Plot Kuadrat

bentuk persegi dengan ukuran 5 x 5 m2 sebanyak 10 plot.

3.2. Waktu dan tempat

Hari, tanggal : Sabtu, 1 Juni 2013Waktu : 10.00 – selesai WITATempat : Sekitar Mata Air Baumata, Kupang – NTT

3.3. Alat dan Bahan- Beberapa Kayu Patok- Pisau Cutter- Tali Rafia secukupnya- Camera - Kertas

Page 16: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

- Pena

3.4. Langkah Percobaan1. Menentukan luas area2. Membuat 10 plot dengan ukuran masing-masing plot

berbentuk persegi 5 x 5 m2. Masing-masing plot ditancapkan kayu patok pada sudut-sudutnya kemudian dililit tali rafia membentuk persegi sehingga plot yang satu terpisah dari plot yang lain.

3. Menghitung jumlah populasi vegetasi yang sama dalam setiap plot.

4. Mengidentifikasi tumbuhan (pohon, perdu, anakan) yang berbeda.

5. Diambil gambar dari tumbuhan yang telah diidentifikasi.6. Mencatat hasil percobaan pada tabel data percobaan.

BAB IV

DATA dan ANALISIS

4.1. Data Percobaan

Nama

Tana

man

Plot

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kusa

mbi

8

per

du

2

perd

u

5

perd

u, 1

anak

an

4

perdu

4

perdu

5

per

du

2

per

du

- 2

per

du

2

perd

u

Asam 1

per

du

- 1

perd

u

2

anaka

n

- 1

per

du

- - - -

Page 17: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Lamto

ro

1

per

du

- - - - 2

per

du

- - 1

per

du

1

perd

u

Maho

ni

2

per

du

1

perd

u

- - 1

perdu

- - - 2

per

du

-

Jati

Putih

1

poh

on

- - - - - - - - -

Enau /

Palem

6

per

du

10

perd

u

13

perd

u

1

pohon

, 2

perdu

1

anaka

n, 7

perdu

5

per

du

5

per

du

2

perd

u

1

per

du

-

Jamur 1

poh

on

- - - - - - - - 1

poh

on

Gewa

ng

1

per

du

2

perd

u

1

perd

u

1

perdu

- 2

per

du

1

per

du

7

perd

u

- 2

perd

u

Gamal - - 1

perd

u

1

perdu

- - - - - -

Keladi - - 1

perd

u

- - - - 5

perd

u

3

per

du

-

Mang

ga

- - - 1

pohon

- - - - - -

Centel

a

- - - - 1

perdu

- - - - -

Litsia - - - -

Piper

sp

- - - -

Page 18: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Monst

era sp

- - - 1

pohon

- - - - - -

Nangk

a

- - - - - - - 1

perd

u

- -

Pepay

a

- - - - - - - - 1

poh

on

-

Kapuk - - - - - - - - 2

poh

on

-

Keterangan :

- : Tidak ada : Jumlahnya sangat

banyak (sulit dihitung)

4.2. Analisis Data

Kerapatan Mutlak (KM)1. KM Kusambi = 35/250 = 0,14 / m2

2. KM Asam = 5/250 = 0,02 / m2

3. KM Lamtoro = 5/250 = 0,02 / m2

4. KM Mahoni = 6/250 = 0,024 / m2

5. KM Jati Putih = 1/250 = 0,004 / m2

6. KM Palem = 53/250 = 0,212 / m2

7. KM Jamur = 2/250 = 0,008 / m2 8. KM Gewang = 17/250 = 0,068 / m2

9. KM Gamal = 2/250 = 0,008 / m2

10. KM Keladi = 9/250 = 0,036 / m2

11. KM Mangga = 1/250 = 0,004 / m2

12. KM Centela = 1/250 = 0,004 / m2

13. KM Litsia = 250/250 = 1 / m2

14. KM Piper = 250/250 = 1 / m2

15. KM Monstera = 1/250 = 0,004 / m2 16. KM Nangla = 1/250 = 0,004 / m2

Page 19: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

17. KM Pepaya = 1/250 = 0,004 / m2

18. KM Kapuk = 2/250 = 0,008 / m2

Kerapatan Relatif (KR)1. KR Kusambi = (35/642) x 100% = 5,45 %2. KR Asam = (5/642) x 100% = 0,78 %3. KR Lamtoro = (5/642) x 100% = 0,78 %4. KR Mahoni = (6/642) x 100% = 0,93 %5. KR Jati Putih = (1/642) x 100% = 0,15 %6. KR Palem = (53/642) x 100% = 8,25 %7. KR Jamur = (2/642) x 100% = 0,31 %8. KR Gewang = (17/642) x 100% = 2,65 %9. KR Gamal = (2/642) x 100% = 0,31 %10. KR Keladi = (9/642) x 100% = 1,4 %11. KR Mangga = (1/642) x 100% = 0,15 %12. KR Centela = (1/642) x 100% = 0,15 %13. KR Litsia = (250/642) 100% = 38,94 %14. KR Piper sp = (250/642) x 100% = 38,94 %15. KR Monstera sp = (1/642) x 100% = 0,15 %16. KR Nangka = (1/642) x 100% = 0,15 %17. KR Pepaya = (1/642) x 100% = 0,15 %18. KR Kapuk = (2/642) x 100% = 0,31 %

∑ KR=100%

Frekuensi Mutlak (FM)1. FM Kusambi = 9/10 = 0,92. FM Asam = 4/10 = 0,43. FM Lamtoro = 4/10 = 0,44. FM Mahoni = 4/10 = 0,45. FM Jati Putih = 1/10 = 0,16. FM Palem = 9/10 = 0,97. FM Jamur = 2/10 = 0,2 8. FM Gewang = 8/10 = 0,89. FM Gamal = 2/10 = 0,210. FM Keladi = 3/10 = 0,311. FM Mangga = 1/10 = 0,112. FM Centela = 1/10 = 0,113. FM Litsia = 6/10 = 0,614. FM Piper sp = 6/10 = 0,615. FM Monstera sp = 1/10 = 0,116. FM Nangka = 1/10 = 0,117. FM Pepaya = 1/10 = 0,118. FM Kapuk = 1/10 = 0,1

Page 20: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Frekuensi Relatif (FR)1. FR Kusambi = (0,9/6,4) x 100% = 14,0625 %2. FR Asam = (0,4/6,4) x 100% = 6,25 %3. FR Lamtoro = (0,4/6,4) x 100% = 6,25 %4. FR Mahoni = (0,4/6,4) x 100% = 6,25 %5. FR Jati Putih = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %6. FR Palem = (0,9/6,4) x 100% = 14,0625 %7. FR Jamur = (0,2/6,4) x 100% = 3,125 %8. FR Gewang = (0,8/6,4) x 100% = 12,5 %9. FR Gamal = (0,2/6,4) x 100% = 3,125 %10. FR Keladi = (0,3/6,4) x 100% = 4,6875 %11. FR Mangga = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %12. FR Centela = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %13. FR Litsia = (0,6/6,4) x 100% = 9,375 %14. FR Piper sp = (0,6/6,4) x 100% = 9,375 %15. FR Monstera sp = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %16. FR Nangka = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %17. FR Pepaya = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %18. FR Kapuk = (0,1/6,4) x 100% = 1,5625 %

∑ FR=100%

Dominansi Mutlak (DM)1. DM Kusambi = (35/642) = 0,0545 2. DM Asam = (5/642) = 0,0078 3. DM Lamtoro = (5/642) = 0,0078 4. DM Mahoni = (6/642) = 0,0093 5. DM Jati Putih = (1/642) = 0,0015 6. DM Palem = (53/642) = 0,0825 7. DM Jamur = (2/642) = 0,0031 8. DM Gewang = (17/642) = 0,0265 9. DM Gamal = (2/642) = 0,003110. DM Keladi = (9/642) = 0,01411. DM Mangga = (1/642) = 0,0015 12. DM Centela = (1/642) = 0,0015 13. DM Litsia = (250/642) = 0,3894 14. DM Piper sp = (250/642) = 0,389415. DM Monstera sp = (1/642) = 0,001516. DM Nangka = (1/642) = 0,0015 17. DM Pepaya = (1/642) = 0,001518. DM Kapuk = (2/642) = 0,0031

Dominansi Relatif (DR)1. DR Kusambi = (0,0545/0,9699) x 100% = 5,62 % 2. DR Asam = (0,0078/0,9699) x 100% = 0,8 % 3. DR Lamtoro = (0,0078/0,9699) x 100% = 0,8 %

Page 21: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

4. DR Mahoni = (0,0093/0,9699) x 100% = 0,95 % 5. DR Jati Putih = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 % 6. DR Palem = (0,0825/0,9699) x 100% = 8,5 % 7. DR Jamur = (0,0031/0,9699) x 100% = 0,32 %8. DR Gewang = (0,0265/0,9699) x 100% = 2,73 % 9. DR Gamal = (0,0031/0,9699) x 100% = 0,32 %10. DR Keladi = (0,014/0,9699) x 100% = 1,44 %11. DR Mangga = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 % 12. DR Centela = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 % 13. DR Litsia = (0,3894/0,9699) x 100% = 40,15 % 14. DR Piper sp = (0,3894/0,9699) x 100% = 40,15 %15. DR Monstera sp = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 %16. DR Nangka = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 % 17. DR Pepaya = (0,0015/0,9699) x 100% = 0,15 %18. DR Kapuk = (0,0031/0,9699) x 100% = 0,32 %

∑ DR=100%

Indeks Nilai Penting (INP)1. INP Kusambi = 25,13 % 2. INP Asam = 7,83 %3. INP Lamtoro = 7,83 %4. INP Mahoni = 8,14 %5. INP Jati Putih = 1,86 %6. INP Palem = 30,81 %7. INP Jamur = 3,755 %8. INP Gewang = 17,88 %9. INP Gamal = 3,755 %10. INP Keladi = 7,54 %11. INP Mangga = 1,86 %12. INP Centela = 1,86 %13. INP Litsia = 88,49 %14. INP Piper sp = 88,49 %15. INP Monstera sp = 1,86 %16. INP Nangka = 1,86 % 17. INP Pepaya = 1,86 %18. INP Kapuk = 2,19 %

∑ INP=300 %

Page 22: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

BAB V

PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan analisis vegetasi di area sekitar sumber mata air di Desa Baumata. Praktikum dilaksanakan dari jam 10.00 WITA hingga selesai. Area sekitar sumber mata air ini dapat dikatakan menyerupai hutan sehingga banyak tumbuhan-tumbuhan hutan yang tumbuh di area ini. Praktikum dilakukan dengan menggunakan metode plot dengan membagi area yang ada berbentuk petak-petak (persegi) sebanyak 10 petak dengan ukuran masing-masing 5 x 5 m2. Sehingga total luas area yang diukur adalah 250 m2. Di tancapkan kayu patok pada sudut-sudut setiap plot dan di lilitkan tali raffia agar jelas terlihat petak-petak tersebut. Dapat dilihat petak-petak dibawah ini dengan dibatasi tali raffia berwarna biru. Metode ini sengaja dipilih untuk mempermudah pengidentifikasian tanaman-tanaman yang ada pada daerah cuplikan ini.

Setelah selesai membuat plot, individu-individu yang ada di

identifikasi jenisnya pada setiap plot kemudian dicatat pada laporan sementara kelompok dan didapatilah beberapa tanaman sebagai berikut :

S Kusambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan dari suku Sapindaceae. Pohon berumah dua (dioesis), kekar, sering bengkok, tinggi mencapai 40 m dan gemang batang sampai 2 m, meskipun kebanyakan kecil dari itu. Berbanir kecil, pepagan berwarna abu-abu. Daun-daun majemuk menyirip genap; dengan 4–8 anak daun bentuk jorong memanjang, kadang-kadang bundar telur atau bundar telur sungsang, 4,5—18,5(—25) x 2,5—9 cm, yang ujung terbesar, gundul, seperti kertas atau seperti jangat, yang muda berwarna jambon. Bunga-bunga terkumpul dalam malai berbentuk tandan, 6—15 cm, berjejalan

Page 23: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

pada pangkal tunas yang muda, sering bercabang pendek. Bunga tanpa mahkota; kelopak 4—5, menyatu pada pangkalnya, bertaju bundar telur atau menyegitiga, 1—1,5 mm, berambut tipis di kedua sisinya, kuning hijau. Benang sari 4—9. Buah bentuk gelendong lebar atau agak bulat telur, 1,5—2,5 x 1—2 cm, dengan ujung meruncing, licin atau berduri tempel sedikit, kuning. Biji 1—2 butir, hampir bulat, lk. 12 x 10 x 8 mm, coklat, terselubung salut biji yang kekuningan, tipis, asam manis.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: RosidaeOrdo: SapindalesFamili: Sapindaceae Genus: SchleicheraSpesies: Schleichera oleosa

S Asam (Tamarindus indica), termasuk ke dalam suku Fabaceae (Leguminosae). Spesies ini adalah satu-satunya anggota marga Tamarindus. Pohon asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat. Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk. Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 buah, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm. Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai 10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi.

Klasifikasi

Page 24: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: Rosidae Ordo: Fabales Famili: Fabaceae (suku polong-polongan) Genus: Tamarindus Spesies: Tamarindus indica

S Lamtoro adalah sejenis perdu dari suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan), yang kerap digunakan dalam penghijauan lahan atau pencegahan erosi. Pohon atau perdu memiliki tinggi hingga 20m; meski kebanyakan hanya sekitar 2-10 m.[10] Percabangannya rendah dan banyak, dengan pepagan berwarna kecoklatan atau keabu-abuan, berbintil-bintil dan berlentisel. Ranting-rantingnya berbentuk bulat torak, dengan ujung yang berambut rapat. Daunnya majemuk dan berbentuk menyirip rangkap, siripnya berjumlah 3-10 pasang, kebanyakan dengan kelenjar pada poros daun tepat sebelum pangkal sirip terbawah; daun penumpu kecil, bentuk segitiga. Anak daun tiap sirip 5-20 pasang, berhadapan, bentuk garis memanjang, 6-16(-21) mm × 1-2(-5) mm, dengan ujung runcing dan pangkal miring (tidak sama), permukaannya berambut halus dan tepinya berjumbai. Bunganya majemuk berupa bongkol bertangkai panjang yang berkumpul dalam malai berisi 2-6 bongkol; tiap-tiap bongkol tersusun dari 100-180 kuntum bunga, membentuk bola berwarna putih atau kekuningan berdiameter 12-21 mm, di atas tangkai sepanjang 2-5 cm.[8] Bunga kecil-kecil, berbilangan-5; tabung kelopak bentuk lonceng bergigi pendek, lk 3 mm; mahkota bentuk solet, lk. 5 mm, lepas-lepas. Benangsari 10 helai, lk 1 cm, lepas-lepas. Buahnya polong berbentuk pita lurus, pipih dan tipis, 14-26 cm × 2 cm, dengan sekat-sekat di antara biji, hijau dan akhirnya coklat kehijauan atau coklat tua apabila kering jika masak, memecah sendiri sepanjang kampuhnya. Buah lamtoro mengandung 15-30 biji yang terletak melintang dalam polongan, berbentuk bulat telur sungsang[10] atau bundar telur terbalik, dengan warna coklat tua mengkilap yang berukuran 6-10 mm × 3-4,5 mm. Bijinya mirip petai, namun berukuran lebih kecil dan berpenampang lebih kecil.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Page 25: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Sub Kelas: RosidaeOrdo: FabalesFamili: Fabaceae (suku polong-polongan)Genus: LeucaenaSpesies: Leucaena leucocephala

S Mahoni termasuk pohon besar dengan tinggi pohon mencapai 35-40 m dan diameter mencapai 125 cm. Batang lurus berbentuk silindris dan tidak berbanir. Kulit luar berwarna cokelat kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda, berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua. Mahoni baru berbunga setelah berumur 7 tahun, mahkota bunganya silindris, kuning kecoklatan, benang sari melekat pada mahkota, kepala sari putih, kuning kecoklatan. Buahnya buah kotak, bulat telur, berlekuk lima, warnanya cokelat. Biji pipih, warnanya hitam atau cokelat. Mahoni dapat ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-ternpat lain yang dekat dengan pantai, atau ditanam di tepi jalan sebagai pohon pelindung. Tanaman yang asalnya dari Hindia Barat ini, dapat tumbuh subur bila tumbuh di pasir payau dekat dengan pantai.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas: RosidaeOrdo: SapindalesFamili: Meliaceae Genus: SwieteniaSpesies: Swietenia mahagoni

S Jati Putih termasuk tanaman penghasil kayu yang produktif. Buah: berdaging, panjang 20-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, agak manis. Biji: keras seperti batu, panjang 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat, ujung lain runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm. Berat 1.000 butir biji batu sekitar 400 gr.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Page 26: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: AsteridaeOrdo: LamialesFamili: Verbenaceae Genus: GmelinaSpesies: Gmelina arborea

S Palem (Arecaceae) biasanya berbentuk pohon, semak atau perdu dengan batang yang jarang bercabang dan tumbuh tegak ke atas. Tumbuh secara berbatang tunggal (umpamanya kelapa) dan juga ada yang berumpun (umpamanya salak). Beberapa anggotanya setengah merambat atau memanjat (umpamanya rotan). Akarnya tumbuh dari pangkal batang, berbentuk silinder, kurang bercabang tetapi biasanya tumbuh banyak dan masif (padat). Akar palem biasanya menghunjam dalam ke tanah, sehingga mampu menopang batang yang tumbuh menjulang tinggi (hingga 20m atau bahkan lebih). Batangnya beruas-ruas dan tidak memiliki kambium sejati. Bila diiris melintang, batangnya memperlihatkan saluran pembuluh yang menyebar di bagian dalamnya. Daun majemuk dan tersusun menyirip tunggal yang khas dan menjadi tanda pengenal yang paling mudah. Pada beberapa kelompok ditumbuhi duri. Tangkai daun dilengkapi pelepah daun yang membungkus batang. Bunga tersusun dalam karangan yang bila masih muda terlindung oleh seludang bunga. Karangan bunga palem ini disebut mayang. Tangkai mayang ini bila dilukai akan mengeluarkan cairan manis yang disebut nira. Dalam karangan bunga ini terdapat bunga betina dan/atau bunga jantan. Jika keduanya ditemukan bunga betina terletak di bagian lebih pangkal. Orang Jawa menyebut bunga betina sebagai bluluk. Penyerbukan dilakukan oleh serangga atau burung. Buahnya biasanya memiliki kulit luar yang relatif tebal, yang menutupi bagian dalam (mesokarpium) yang berair atau berserat. Biji dilindungi oleh lapisan buah bagian dalam (endokarpium) yang keras dan berkayu. Pada kelapa, lapisan ini disebut sebagai batok. Serat buah dikenal juga sebagai sabut. Di dalam batok terdapat biji yang ketika buah masih muda relatif cair dan berangsur-angsur membentuk endapan yang semakin lama mengeras. Endapan ini biasanya mengandung banyak lemak dan protein. Beberapa jenis masih menyisakan cairan di dalamnya. Cairan ini dapat diminum sebagai minuman penyegar (seperti pada kelapa dan siwalan).

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: Arecidae

Page 27: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Ordo: ArecalesFamili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)Genus: AiphanesSpesies: Aiphanes caryotafolia

S Jamur kuping hitam (Auricularia polytricha, sinonim Hirneola polytricha) adalah salah satu spesies jamur dari kelas Heterobasidiomycetes (jelly fungi) dengan tubuh buah berwarna coklat tua setengah bening, berbentuk mangkuk menyerupai daun telinga manusia.KlasifikasiFamili: Auriculariaceae Genus: AuriculariaSpesies: Auricularia polytricha

S Gewang berbatang tunggal, tinggi sekitar 15-20 m. Daun-daun besar berbentuk kipas, bulat menjari dengan diameter 2-3,5 m, terkumpul di ujung batang; bertangkai panjang hingga 7 m, lebar, beralur dalam serta berduri tempel di tepinya. Bekas-bekas pelepah daun pada batang membentuk pola spiral. Gewang hanya berbunga dan berbuah sekali, yakni di akhir masa hidupnya. Karangan bunga muncul di ujung batang (terminal), sesudah semua daunnya mati, berupa malai tinggi besar 3-5 m, dengan ratusan ribu kuntum bunga kuning kehijauan yang berbau harum. Buah bentuk bola bertangkai pendek, hijau, 2-3 cm diameternya.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: ArecidaeOrdo: ArecalesFamili: Arecaceae (suku pinang-pinangan)Genus: CoryphaSpesies: Corypha utan

S Gamal (Gliricidia sepium) adalah nama sejenis perdu dari kerabat polong-polongan (suku Fabaceae alias Leguminosae). Perdu atau pohon kecil, biasanya bercabang banyak, tinggi 2–15m dan gemang (besar batang) 15-30 cm. Pepagan coklat keabu-abuan hingga keputih-putihan, kadang kala beralur dalam pada batang yang tua. Menggugurkan daun di musim kemarau.Daun majemuk menyirip ganjil, panjang 15-30 cm; ketika muda dengan rambut-rambut halus seperti beledu. Anak daun 7–17 (-25) pasang yang terletak berhadapan atau hampir berhadapan, bentuk jorong atau lanset, 3-

Page 28: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

6 cm × 1.5-3 cm, dengan ujung runcing dan pangkal membulat Helaian anak daun gundul, tipis, hijau di atas dan keputih-putihan di sisi bawahnya. Karangan bunga berupa malai berisi 25-50 kuntum, 5-12 cm panjangnya. Bunga berkelopak 5, hijau terang, dengan mahkota bunga putih ungu dan 10 helai benangsari yang berwarna putih. Umumnya bunga muncul di akhir musim kemarau, tatkala pohon tak berdaun. Buah polong berbiji 3-8 butir, pipih memanjang, 10-15 cm × 1.5-2 cm, hijau kuning dan akhirnya coklat kehitaman, memecah ketika masak dan kering, melontarkan biji-bijinya hingga sejauh 25 m dari pohon induknya.

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnolipsida

Ordo : Fabales

Famili: Fabaceae/Papilionaceae

Genus: Gliricidia

Spesies: Gliricidia maculate

S Keladi merupakan sekelompok tumbuhan dari genus Caladium (suku talas-talasan, Araceae).

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)Sub Kelas: ArecidaeOrdo: AralesFamili: Araceae (suku talas-talasan)Genus: CaladiumSpesies: Caladium bicolor

S Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman liar yang banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah.Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga

Page 29: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek). Sedangkan pegagan hijau sering banyak dijumpau di daerah pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat agak lembap dan terbuka atau agak ternaungi. Selain itu, tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: RosidaeOrdo: ApialesFamili: Apiaceae Genus: CentellaSpesies: Centella asiatica

S Litsea adalah marga tumbuhan anggota suku Lauraceae yang kebanyakan berupa pohon atau semak.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: MagnoliidaeOrdo: LauralesFamili: Lauraceae Genus: LitseaSpesies: Litsea glutinosa

S Piper sp. merupakan tanaman merambat yang bisa mencapai tinggi 15 m. Batang sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm. Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua benang sari yang pendek sedang pada bulir betina panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan. Buahnya

Page 30: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat kekuningan.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: MagnoliidaeOrdo: PiperalesFamili: Piperaceae (suku sirih-sirihan)Genus: PiperSpesies: Piper betle

S Monstera sp. merupakan tumbuhan yang ketinggiannya dapat mencapai 8-15 m. Daunnya kecil-kecil dan batangnya bercorak putih kehitam-hitaman serta berakar tunggang. Berikut adalah gambar dari pohon Monstera sp.

S Nangka adalah nama sejenis pohon, sekaligus buahnya. Pohon nangka termasuk ke dalam suku Moraceae; nama ilmiahnya adalah Artocarpus heterophyllus. Pohon nangka umumnya berukuran sedang, sampai sekitar 20 m tingginya, walaupun ada yang mencapai 30 meter. Batang bulat silindris, sampai berdiameter sekitar 1 meter. Tajuknya padat dan lebat, melebar dan membulat apabila di tempat terbuka. Seluruh bagian tumbuhan mengeluarkan getah putih pekat apabila dilukai. Daun tunggal, tersebar, bertangkai 1-4 cm, helai daun agak tebal seperti kulit, kaku, bertepi rata, bulat telur terbalik sampai jorong (memanjang), 3,5-12 × 5-25 cm, dengan pangkal menyempit sedikit demi sedikit, dan ujung pendek runcing atau agak runcing. Daun penumpu bulat telur lancip, panjang sampai 8 cm, mudah rontok dan meninggalkan

Page 31: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

bekas serupa cincin. Tumbuhan nangka berumah satu (monoecious), perbungaan muncul pada ketiak daun pada pucuk yang pendek dan khusus, yang tumbuh pada sisi batang atau cabang tua. Bunga jantan dalam bongkol berbentuk gada atau gelendong, 1-3 × 3-8 cm, dengan cincin berdaging yang jelas di pangkal bongkol, hijau tua, dengan serbuk sari kekuningan dan berbau harum samar apabila masak. Bunga nangka disebut babal. Setelah melewati umur masaknya, babal akan membusuk (ditumbuhi kapang) dan menghitam semasa masih di pohon, sebelum akhirnya terjatuh. Bunga betina dalam bongkol tunggal atau berpasangan, silindris atau lonjong, hijau tua. Buah majemuk (syncarp) berbentuk gelendong memanjang, seringkali tidak merata, panjangnya hingga 100 cm, pada sisi luar membentuk duri pendek lunak. 'Daging buah', yang sesungguhnya adalah perkembangan dari tenda bunga, berwarna kuning keemasan apabila masak, berbau harum-manis yang keras, berdaging, kadang-kadang berisi cairan (nektar) yang manis. Biji berbentuk bulat lonjong sampai jorong agak gepeng, panjang 2-4 cm, berturut-turut tertutup oleh kulit biji yang tipis coklat seperti kulit, endokarp yang liat keras keputihan, dan eksokarp yang lunak. Keping bijinya tidak setangkup.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: UrticalesFamili: Moraceae (suku nangka-nangkaan)Genus: ArtocarpusSpesies: Artocarpus heterophyllus

S Pepaya (Carica Papaya L.). Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada batang pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah. Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya kultivar biasanya bercangap dalam. Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul (tidak menghasilkan biji subur), dan dijadikan bahan obat

Page 32: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk. Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning.

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: ViolalesFamili: Caricaceae Genus: CaricaSpesies: Carica papaya L.

S Kapuk (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili terpisah Bombacaceae). Pohon ini tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m.KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: DilleniidaeOrdo: MalvalesFamili: Bombacaceae Genus: CeibaSpesies: Ceiba pentandra L.

Tidak semua tumbuhan ditemukan dalam setiap plot, namun yang paling sering ditemui pada pengidentifikasian dalam setiap plot adalah tumbuhan palem, litsea dan piper sp. Menunjukan bahwa keadaan tanah di sekitar mata air baumata ini sangat cocok untuk tumbuhnya ketiga jenis tanaman ini. Khusus untuk litsea yang adalah tanaman air sehingga ia terdapat sangat banyak di area ini.

Page 33: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

Dalam luas area 250 m2 ini, terdapat 642 individu dengan 18 spesies dan banyak dari individu-individu yang ditemukan adalah masih berbentuk perdu. Masing-masing spesies mempunyai Indeks Nilai Penting yang berbeda-beda yang menunjukan kerapatan, frekuensi dan dominansinya pada sampel area tersebut. Oleh karena itu, Indeks Nilai Penting (INP) dihitung berdasarkan jumlah dari Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR).

Berdasarkan INP, INP terendah adalah Jati Putih, Mangga, Centela, Monstera sp, Nangka, dan Pepaya, yaitu 1,86 %, sedangkan INP tertinggi adalah Litsia dan Piper sp, yaitu 88,49 %. Ini menunjukan tanaman yang paling unggul dan dapat bertahan hidup serta yang cocok untuk area cuplikan (Area Desa Baumata sekitar mata air) adalah Tanaman Litsia dan Tanaman Piper sp. Dapat diamati juga bahwa kedua tanaman ini merupakan tanaman yang menjalar sehingga dengan mudahnya ia dapat menjalar ke tempat atau tanah yang subur untuk pemenuhan nutrisinya.

Selain daripada Litsia dan Piper sp. Tanaman-tanaman lainnya merupakan vegetasi yang kerapatannya rendah atau kurang unggul sehingga terdapat dalam jumlah kecil saja. Berdasarkan data percobaan pada setiap plot, dapat diketahui bahwa penyebaran vegetasi-vegetasi di area ini tidak merata, disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor lingkungan seperti pH, suhu dan kelembaban, adanya kemampuan bersaing terhadap tanaman lain untuk tetap bertahan hidup di lingkungan tersebut, serta faktor hewan (serangga) yang mempengaruhi kehidupan tanaman-tanaman ini.

Page 34: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

BAB Vi

PENUTUP

Kesimpulan

Dari praktikum yang dilaksanakan dapat diambil kesimpulan

bahwa. Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan

yang tumbuh bersama-sama pada satu tempat dimana antara

individu-individu penyusunnya terdapat interaksi yang erat, baik

diantara tumbuhan-tumbuhan maupun dengan hewan yang hidup

didalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Analisis vegetasi adalah

suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara

bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa  perhitungan

dengan menggunakan rumus analisis vegetasi (kerapatan mutlak,

kerapatan relative, frekuensi mutlak, frekuensi relative, dominansi

mutlak, dominansi relative, dan Indeks Nilai Penting) menunjukkan

rata-rata ∑KR =100%, ∑FR=100%, ∑DR=100%, ∑INP=300%. Sehingga

data yang diperoleh 100% hipotesis diterima,

Page 35: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009 . Analisis Vegetasi. http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis- vegetasi.html. (Diakses tanggal 10 Juni 2013)..

Anonim.2010.Analisis Vegetasi Metode Kuadrat. http://biologi08zone.blogspot. com/2009/06/analisis- vegetasi-metode –kuadrat. html. (Diakses tanggal 10 Juni 2013)..

Anonimous. 2009. Analisis Komunitas Tumbuhan.(online).

(http://wordpress.com). (Diakses pada 10 Juni 2013.).

Ford-Robinson. 1971. Karakteristik Pohon . Jakarta : Rajawali Press.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : Institut

Teknologi Bandung Press.

Kimball. 1999.  Biologi Edisi kelima Jilid II . Jakarta : Erlangga.

Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta: UI Press.

Rohman, Fatchur.dkk. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.

Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional.

Soerianegara, I dan Indrawan, A.1988. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor:Institude Pertanian Bogor.

Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Wolf, Larry dan S.J McNaughton.1990.Ekologi Umum. Yogyakarta:UGM

Press.

Page 36: Laporan analisis vegetasi di desa Baumata Kupang NTT