Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

8
ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET HASIL PERCOBAAN Data Awal Percobaan Berat sampel aspirin: 0,6 g Konsentrasi NaOH: 0,1 M Volume larutan: 100 ml Konsentrasi Na₂S₂O₄: 0,1 M Volume larutan yang dititrasi: 10 ml Reaksi Analisis Aspirin Data Pengamatan Analisis Aspirin No Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3 1. Volume NaOH penitrasi (ml) 3,2 3,3 3,1 2. Mol NaOH yang ditambahkan (mlo) 0,00032 0,00033 0,00031 3. Mol aspirin yang bereaksi (mol) 0,00032 0,00033 0,00031 4. Mol aspirin dalam sampel (mol) 0,00032 0,00033 0,00031 5. Massa aspirin dalam sampel (gram) 0,0576 0,0596 0,0558 6. Persen aspirin dalam sampel (%) 9,6 9,9 9,3 Kadar aspirin dalam sampel = 9,6% Reaksi Analisis Kafein Data Pengamatan Analisis Kafein No. Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3 1 Volume Na₂S₂O₃ penitrasi (ml) 2,5 2,0 0,5 2 Mol Na₂S₂O₃ yang ditambahkan (mol) 0,00025 0,0002 0,00005 3 Mol I₂ yang direduksi S₂O₃⁻ (mol) 0,000125 0,0001 0,000025 4 Mol I₂ yang direduksi kafein (mol) 0,00187 0,0019 0,00197 5 Mol kafein dalam sampel (mol) 0,0199 0,01995 0,01998

description

LAPORAN PRAKTIKUM - analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Transcript of Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Page 1: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

ANALISIS ASPIRIN DAN KAFEIN DALAM TABLET

HASIL PERCOBAAN

Data Awal Percobaan

Berat sampel aspirin: 0,6 g Konsentrasi NaOH: 0,1 M

Volume larutan: 100 ml Konsentrasi Na₂S₂O₄: 0,1 M

Volume larutan yang dititrasi: 10 ml

Reaksi Analisis Aspirin

Data Pengamatan Analisis Aspirin

No Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3

1. Volume NaOH penitrasi (ml) 3,2 3,3 3,1

2. Mol NaOH yang ditambahkan (mlo) 0,00032 0,00033 0,00031

3. Mol aspirin yang bereaksi (mol) 0,00032 0,00033 0,00031

4. Mol aspirin dalam sampel (mol) 0,00032 0,00033 0,00031

5. Massa aspirin dalam sampel (gram) 0,0576 0,0596 0,0558

6. Persen aspirin dalam sampel (%) 9,6 9,9 9,3

Kadar aspirin dalam sampel = 9,6%

Reaksi Analisis Kafein

Data Pengamatan Analisis Kafein

No. Uraian Perc. 1 Perc. 2 Perc. 3

1 Volume Na₂S₂O₃ penitrasi (ml) 2,5 2,0 0,5

2 Mol Na₂S₂O₃ yang ditambahkan (mol) 0,00025 0,0002 0,00005

3 Mol I₂ yang direduksi S₂O₃⁻ (mol) 0,000125 0,0001 0,000025

4 Mol I₂ yang direduksi kafein (mol) 0,00187 0,0019 0,00197

5 Mol kafein dalam sampel (mol) 0,0199 0,01995 0,01998

Page 2: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

6 Massa kafein dalam sampel (gram) 3,86 3,87 3,877

7 Persen kafein dalam sampel (%) 664,45 645,05 646,25

Kadar kafein dalam sampel = 645,32%

PEMBAHASAN

Pada percobaan ini akan menentukan besarnya konsentrasi aspirin dan kafein yang

terkandung dalam sebutir tablet.

Sebagai kegiatan pertama yaitu menentukan konsentrasi aspirin, di mana diawali

dengan menimbang satu butir tablet aspirin. Kemudian tablet tersebut digerus sampai halus

dengan lumpang porselin agar nantinya tablet bisa cepat larut.

Tablet yang sudah dihaluskan, dimasukan dalam erlemeyer ditambah 25 ml alkohol.

Digunakan alkohol karena aspirin bersifat polar, alkohol juga polar sehingga dapat saling

melarutkan. Sebagai pelarut tidak digunakanya air dikarenakan dalam air aspirin akan

terurai menjadi asam asetat dan asam salisilat yang menyebabkan aspirin tidak stabil.

Kemudian erlemeyer yang berisi serbuk aspirin dan 25 ml alkohol dikocok kurang

lebih selama 5 menit agar aspirin dan alkohol bercampur (menjadi homogen). Setelah

dipastikan tercampur, selanjutnya erlemeyer dipanaskan.

Alat yang digunakan akan lebih aman jika menggunakan kompor listrik atau

sejenisnya dan menghindari menggunakan spritus. Hal ini dikarenakan larutan yang akan

dipanaskan mengandung unsur alkohol, jadi untuk menghindari adanya kebakaran.

Pemanasan itu dilakukan agar memudahkan dan mempercepat reaksi atau untuk

mengaktifkan senyawanya, karena senyawa organik agar sukar bereaksi. Hal ini dibuktikan

dengan pemanasan maka ikatan COOH terputus menjadi COO- dan H+. Pemanasan ini

berlangsung sekiranya sampai larutan mendidih.

Ketika larutan telah mendidih, kemudian diambil 10 ml dan dimasukkan ke

erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam larutan diberi 2 tetes indikator PP dan dititrasi

menggunakan larutan NaOH 0,1 M. Digunakan larutan NaOH karena aspirin bersifat asam

sehingga harus dinetralkan dengan basa. Mengingat indikator yang digunakan adalah

fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada larutan campuran aspirin dan alkohol,

akan menunjukkan warna bening. Namun, ketika telah mencapai pada titik ekivalen, akan

terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda.

Dalam titrasi terjadi reaksi sebagai berikut ini.

+ NaOH

CH3 O C

O

COOH

CH3 O C

O

COONa

Page 3: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Apabila telah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali dan di mana

perubahan warna menjadi merah muda tersebut tetap bertahan selama kurang lebih satu

menit, maka titrasi langsung dihentikan dan volume NaOH yang berkurang kemudian

dicatat. Volume yang berkurang ini menandakan banyaknya volume NaOH yang bereaksi

dengan larutan campuran aspirin dan alkohol. Apabila terjadi kelebihan NaOH dalam titrasi,

maka hasil reaksi tidak akan sesuai dengan yang diharapkan, di mana reaksinya justru akan

menjadi seperti berikut ini.

+ NaOH + COOH

Dengan diketahui besarnya volume yang bereaksi, maka dapat dihitung besarnya

konsentrasi aspirin dalam sebutir tablet aspirin. Dari hasil percobaan didapat konsetrasi

aspirin dalam tablet yakni pada percobaan 1 diperoleh 9,6%, pada percobaan 2 didapat

9,9%, dan pada percobaan 3 didapat 9,3%. Pada hasil percobaan memperlihatkan

konsentrasi aspirin berbeda-beda.

Pada kegiatan kedua yakni penentuan konsentrasi kafein dalam tablet. Proses awal

kegiatan kedua ini hampir sama dengan pada kegiatan pertama. Namun, saat campuran

aspirin dan alkohol dimasukkan ke labu takar 100 mL harus didiamkan dahulu selam kurang

lebih 10 menit. Setelah itu, ke dalam larutan ditambahkan 5 mL 10%. Penambahan

asam sulfat ini akan membuat reaksi berada dalam suasana asam. Pengubahan agar larutan

menjadi bersuasana asam karena larutan memiliki kepekatan yang lebih besar, sehingga jika

dalam suasana asam maka reaksi akan terjadi dibandingkan saat larutan dalam suasana basa

atau netral.

Sementara itu, penambahan larutan iodium akan menyebabkan ikatan c=c pada

kafein akan mengalami reaksi adisi dengan iodium yang ditambahkan. Kafein memiliki dua

ikatan rangkap c=c, sehingga ketika penambahan I2 maka masing-masing ion I akan bereaksi

dengan ikatan rangkap c=c tersebut.

Reaksi yang terbentuk pada proses adisi I2 terhadap kafein adalah sebagai berikut.

CH3 O C

O

COOH ONa

CH3 O C

O

Page 4: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Sebelum dititrasi, larutan disaring terlebih dahulu. Penyaringan ini bertujuan agar

larutan yang hendak dititrasi merupakan larutan murni di mana tidak terdapat endapan-

endapan asing yang dapat mempengaruhi proses berlangsungnya titrasi.

Pada titrasi digunakan indikator amilum yang berbentuk ion komplek berwarna biru

yang berasal dari amilum, reaksi yang terjadi pada indikator amilum adalah sebagai berikut:

I2 + amilum → I2-amilum.

Tujuan penggunaan indikator amilum ini dalam proses titrasi natrium thiosulfat dan

kafein ini dikarena natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum

sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Jadi hal ini

menyebabkan warna berubah kembali seperti semula setelah tercapainya titik ekivalen

pada saat proses titrasi dengan natrium thiosulfat.

Penggunaan larutan 0,1 M sebagai larutan penitrasi dikarenakan kelebihan

iodium pada titrat setelah terjadinya reaksi adisi dan iodium yang teradisi pada kefein dapat

diketahui. Iodium merupakan jenis larutan oksidator. Dikarenakn proses titrasi yang akan

berlangsung adalah titrasi redoks, sehingga dibutuhkan larutan yang bersifat reduktor, yakni

larutan sebagai penitrasi.

Reaksi yang terjadi saat titrasi redoks adalah sebagai berikut.

Reduksi

Oksidasi

Reaksi

Adanya transfer elektron membuktikan bahwa titrasi yang berlangsung merupakan

reaksi redoks. Dikatakan titrasi redoks iodometrik karena titrasi berdasarkan reaksi redoks

antara iodin dengan larutan untuk menentukan kadar iodin.

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar

Pada setiap proses titrasi, baik pada titrasi asam basa maupun titrasi redoks

dilakukan perulangan sebanyak 3 kali. Perulangan sebanyak 3 kali ini memiliki tujuan untuk

memastikan hasil percobaan apabila terjadi kesalahan. Kesalahan yang di maksudkan adalah

kesalahan dalam mengukur volume dan kesalahan dalam banyaknya volume larutan standar

yang dititrasi. Sehingga dengan adanya perulangan ini dapat meminilasir kesalahan yang

dapat terjadi.

LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Analisis Aspirin dalam Sampel

Page 5: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Percobaan 1

o Volume NaOH = 3,2 ml

o Konsentrasi NaOH = 0,1M

o Mol NaOH

= 0,1 x 3,2

= 0,32 mmol

Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga

o Mol aspirin

= 0,1 x 3,2

= 0,32 mmol

o Mol aspirin dalam sampel

= 10 x 0,1 x 0,32

= 0,32 mmol

o Massa aspirin dalam sampel

= 0,32 x 180,29

= 0,0576 gram

o % aspirin dalam sampel = 9,6%

Percobaan 2

o Volume NaOH = 3,3 ml

o Konsentrasi NaOH = 0,1M

o Mol NaOH

= 0,1 x 3,3

= 0,33 mmol

Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga

o Mol aspirin

= 0,1 x 3,3

= 0,33 mmol

o Mol aspirin dalam sampel

= 10 x 0,1 x 0,33

= 0,33 mmol

o Massa aspirin dalam sampel

= 0,33 x 180,29

= 0,0594 gram

o % aspirin dalam sampel = 9,9%

Page 6: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

Percobaan 3

o Volume NaOH = 3,1 ml

o Konsentrasi NaOH = 0,1M

o Mol NaOH

= 0,1 x 3,1

= 0,31 mmol

Semua asam salisilat habis bereaksi dengan NaOH, sehingga

o Mol aspirin

= 0,1 x 3,1

= 0,31 mmol

o Mol aspirin dalam sampel

= 10 x 0,1 x 0,31

= 0,31 mmol

o Massa aspirin dalam sampel

= 0,31 x 180,29

= 0,0558 gram

o % aspirin dalam sampel = 9,3%

jadi, rata-rata % aspirin dalam sampel = 9,6%

Analisis Kafein dalam Sampel

Kafein + I₂ I₂ kafein

Percobaan 1

o Volume S₂O₃⁻ = 2,5 ml

o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M

o Mol S₂O₃⁻

= 2,5 x 0,1

= 0,25 mmol

o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻

= 0,5 x 2,5 x 0,1

= 0,125 mmol

o Mol iodium mula-mula

= 20 x 0,1

= 2 mmol

o Mol iodium sisa

= 0,05 x 0,125

= 0,00625 mmol

Page 7: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

o Mol iodium bereaksi

= ( 2 – ( 0,05 x 0,125 ) )

= 1,99375 mmol

o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99375 mmol

o Mol kafein dalam sampel

= 10 x 1,99375

= 19,9375 mmol

o Massa kafein dalam sampel

= 19,9375 x 194

= 3,868 gram

o % kafein dalam sampel = 644,65%

Percobaan 2

o Volume S₂O₃⁻ = 2,0 ml

o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M

o Mol S₂O₃⁻

= 2,0 x 0,1

= 0,20 mmol

o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻

= 0,5 x 2,0 x 0,1

= 0,1 mmol

o Mol iodium mula-mula

= 20 x 0,1

= 2 mmol

o Mol iodium sisa

= 0,05 x 0,125

= 0,00625 mmol

o Mol iodium bereaksi

= ( 2 – ( 0,05 x 0,1 ) )

= 1,995 mmol

o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,995 mmol

o Mol kafein dalam sampel

= 10 x 1,995

= 19,95 mmol

o Massa kafein dalam sampel

= 19,95 x 194

= 3,87 gram

o % kafein dalam sampel = 645,05%

Percobaan 3

o Volume S₂O₃⁻ = 0,5 ml

Page 8: Laporan analisis aspirin dan kafein dalam tablet

o Molaritas S₂O₃⁻ = 0,1 M

o Mol S₂O₃⁻

= 0,5 x 0,1

= 0,05 mmol

o Mol iodium yang direduksi S₂O₃⁻

= 0,5 x 0,05 x 0,1

= 0,025 mmol

o Mol iodium mula-mula

= 20 x 0,1

= 2 mmol

o Mol iodium sisa

= 0,05 x 0,025

= 0,00125 mmol

o Mol iodium bereaksi

= ( 2 – ( 0,05 x 0,025 ) )

= 1,99875 mmol

o Mol kafein = mol iodium bereaksi = 1,99875 mmol

o Mol kafein dalam sampel

= 10 x 1,99875

= 19,9875 mmol

o Massa kafein dalam sampel

= 19,9875 x 194

= 3,878 gram

o % kafein dalam sampel = 646,26%

Jadi, rata-rata % kafein dalam sampel = 645,32%.