LAPORAN ALSIN FIX
-
Upload
sebelas-maret-university -
Category
Education
-
view
1.901 -
download
2
description
Transcript of LAPORAN ALSIN FIX
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris karena kekayaan alam Indonesia
sangat melimpah. Hal ini dimanfaatkan oleh sebagian besar penduduk untuk
bertani atau bercocok tanam. Sebagai negara agraris yang padat penduduknya,
maka setiap jengkal tanah perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya. Namun
pemanfaatan dari hasil pertanian tersebut masih kurang maksimal. Teknologi
Hasil Pertanian (THP) adalah segala kegiatan yang dilakukan untuk merubah
hasil pertanian dari bahan mentah menjadi produk (jadi atau setengah jadi),
melalui proses automatis, semi automatis atau manual. Selama proses tersebut
terjadi perubahan secara fisis, khemis dan organoleptis. Proses berlangsung
secara khemis/ biokhemis, dan mikrobiologis. Produk yang dihasilkan harus
memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI), memenuhi selera konsumen
(organoleptis), aman (mikrobiologis dan khemis), mempunyai nilai gizi dan
harga terjangkau.
Perkembangan zaman yang sangat pesat menuntut kita menggunakan
teknologi yang berkembang dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam bidang
pengolahan hasil pertanian kita dituntut menggunakan mesin dalam mengolah
hasil pertanian. Selain itu kita juga terdorong untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualitas produk olahan hasil pertanian sehingga nilai jual produk
meningkat.Dengan perkembangan teknologi yang bisa meningkatkan kualitas
produk mempengaruhi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen atas
produk yang dihasilkan. Pemenuhan ini dilakukan dengan memproduksi produk
dengan jumlah besar dan menggunakan menggunakan mesin produksi yang telah
didesain menurut kebutuhan. Sehingga dalam penciptaannya dapat
dipertimbangkan efisiensi bahan baku atau bahan bakar mesin tersebut.
Pengolahan bahan pangan telah berkembang sedemikian rupa sehingga
tidak sedikit pengolahan pangan dilakukan dengan mesin-mesin yang modern.
2
Penggunaan alat dan mesin pertanian yang lebih modern akan lebih
menguntungkan jika digunakan karena lebih efektif dan efisien. Namun sebelum
mempelajari alat dan mesin pertanian yang lebih modern kita sebaiknya
mempelajari mesin-mesin pengolah pangan yang sederhana terlebih dahulu.
Melihat betapa pentingnya alat-alat mesin pengolahan dalam berbagai
proses di bidang industri pertanian, maka praktikum pengenalan alat-alat mesin
pengolahan sangat penting bagi kita sebagi mahasiswa dan mahasiswi pertanian.
Pada praktikum akan mambahas mengenai alat dan mesin-mesin Teknologi Hasil
Pertanian yang meliputi: konstrusi dasar alat dan mesin. Bagian-bagian alat atau
mesin berikut masing-masing fungsi bagian tersebut, cara pengoprasian alat atau
mesin, dan penampilan teknis alat atau mesin.
Materi yang diarahkan oleh Dosen pembimbing mata kuliah alat dan mesin
kepada mahasiswa secara intensif dalam hal ketepatan menggunakan alat dan
mesin Teknologi Hasil Pertanian, terutama pada proses pengolahan yang
dibutuhkan sebagai upaya sebagai upaya pendukung pemakaian alat dan mesin
tersebut. Oleh sebab itu mata kuliah alat dan mesin pengolahan hasil pertanian
secara akademis merupakan syarat kelulusan bagi mahasiwa program D3
Teknologi Pertanian untuk mencapai derajad AMD.
Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
mempraktekkan ilmu yang diperoleh ini sewaktu terjun di masyarakat ataupun
saat kita bekerja sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan produksi. Agar
kita cepat beradaptasi dan dapat menciptakan ide-ide baru dalam membuat
makanan yag sehat. Adapun beberapa alat dan mesin-mesin tersebut diantaranya
adalah alat destilasi, perjangan, penepungan, pengeringan, goreng sangan, sortasi,
penggilingan, pengadukan, pemarutan, press, vacuum frying, oven, sentrifugasi,
rotary evaporator, pendinginan, conveying, vacuum sealer, pengalengan, cup
sealer, bottoling, sealer.
3
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum alat dan mesin adalah
1. Mengetahui konstruksi dasar, bagian-bagian utama serta fungsi dari alat dan
mesin.
2. Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin.
3. Mengetahui mekanisme kerja alat dan mesin.
4. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat dan mesin berikut cara pengaturan
sesuai dengan standar (persyaratan).
5. Mengetahui penampilan teknis mesin antara lain : kapasitas mesin,
randement, klasifikasi kualitas produk.
C. Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum alat dan mesin pertanian adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pengolahan produk pasca panen.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana suatu makanan di proses dengan
kriteria pengolahan sendiri-sendiri.
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan alat dan mesin pertanian.
D. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Alat dan Mesin dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu,
tanggal 3 dan 4 Mei 2014 pada pukul 07.00 WIB – selesai bertempat di
Laboraturium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4
ACARA I
DISTILASI (DISTILATION)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara I Distilasi yaitu :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk distilasi, bagian-bagian, utama
alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/persyaratan.
4. Mengetahui penampilan teknis mesin, antara lain :
a. Kebutuhan bahan bakar (tenaga)
b. Lama proses distilasi
c. Randemen distilasi
B. Tinjauan pustaka
Jika sebuah cairan mengalir berupa senyawa”volatile” dan “non volatile”
maka akan ada kemungkinan senyawa yang “volatile” akan mengalami
penguapan dalam pipa. Pada proses destilasi umpan yang akan masuk kedalam
alat bisa berupa uap lewat panas bias juga berupa cairan dibawah suhu didihnya
dan bias juga cairan yang berada tepat pada suhu didihnya (cairan jenuh). Jika
umpan masuk berupa cairan jenuh makan umpan tersebut akan menggalami
“flashing” lebih dahulu didalam kolam destilasi, hasil flashing yang berupa
cairan akan ikut arus cairan, sedangkan yang berupa uap akan mengikuti arus
uap (Satrijo, 1987).
Industri minyak atsiri di Indonesia masih dilakukan oleh pengusaha-
pengusahayang memiliki modal besar, karena proses destilasi minyak atsiri
yang memerlukan alat destilasi dengan harga yang sangat mahal, sehingga
minyak atsiri belum menjadi industri rumah tangga dengan skala produksi
kecil.Untuk itu perlu dikembangkan alat destilasi yang lebih murah yang
terjangkau oleh industry rumah tangga dan dapat menghasilkan keuntungan
5
bagi pengusahanya, sehingga industri minyak atsiri dapat lebih memasyarakat
agar sumber daya alam khususnya bidang perkebunan dapat dimanfaatkan
secara optimal dan juga dapat menjadi lapangan pekerjaanbaru yang
menyerap sumber daya manusia. Untuk minyak nilam, daerah
budidayatersebar di Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan dan Garut. Alat
destilasi minyak nilam saat ini sudah menggunakan sistem destilasi dengan
menggunakan mesin yang ramah lingkungan (Ruhyat, 2011).
Pada umumnya bunga cengkeh keringdisajikan dalam bentuk utuh, tetapi
ada juga yangdisajikan dalam bentuk bubuk dengan caramenggiling bunga
kering. Tingkat kehalusan daribubuk cengkeh yang dihasilkan bermacam-
macam tergantung dari bahan baku, penggunaandan selera konsumen di tiap
negara. Untukkeperluan ekstraksi dan destilasi diperlukanbubuk dengan butiran
besar (kasar), sedangkanuntuk digunakan langsung dalam makanan
(“foodseasonings”) diperlukan produk yang lebih halus.Untuk memperoleh
bubuk yang halus prosesnyabiasa dilakukan dalam dua tahap. Menurut
Gildemeister dan Hottman dalamGuenther (1950), destilasi dari bunga cengkeh
utuh menghasilkan minyak dengan kadar eugenol tinggi dan bobot jenis di atas
1,06, sedangkan bunga cengkeh yang mengalami pengecilan ukuran (digiling)
menghasilkan minyak dengan kadar eugenol lebih rendah dan bobot jenis di
bawah 1,06. Hal ini disebabkan karena terjadinya penguapan minyak selama
proses penggilingan dan selang waktu antara penggilingan dan penyulingan.
Karena itu untuk mencegah penguapan, proses destilasi harusdilakukan segera
setelah proses penggilingan (Nurddjanah, 2004).
Penelitian minyak atsiri daun sidaguri belum ada publikasinya. Oleh
karena itu dalam penelitian ini dilakukan isolasi minyak atsiri dari daun sidaguri
dengan metode destilasi uap, serta menganalisis komponen-komponen kimia
miyak atsiri daun sidaguri menggunakan alat GC-MS, serta mengetahui
toksisitas minyak atsiri daun sidaguri dengan metodeBSLT, sehingga diketahui
potensi kegunaan dari minyak atsiri daun sidaguri. Sebanyak 4,5 kg daun
6
sidaguri kering didestilasi uap sebanyak 7 kali dengan sekali destilasi dilakukan
selama enam jam sehingga diperoleh destilat berupa minyak atsiri daun sidaguri
yang masih bercampur denganair. Isolasi minyak atsiri daun sidaguri dengan
metode destilasi uap yangdiperoleh berwarna kuning berbentukseperti pasta
berbau khas sidaguridengan rendemen 0,013 % danindeks bias 1,578 (25ºC)
(Kusuma, 2009).
Destilasi merupakan pemisahan komponen-komponen dalam satu larutan
berdasarkan distribusi substansi-substansi pada fase gas dan fase cair dengan
menggunakan perbedaan volatilitas dari komponen komponennya yang cukup
besar. Transfer massa minyak dari dalam butiran padatan ke solvent meliputi dua
proses seri, yakni difusi dari dalampadatan ke permukaan butiran dan transfer
massa dari permukaan padatan ke solven (Guenther, 1987; Ketaren, 1985).
Minyak cengkeh umumnya diproduksi oleh para petani dari daun cengkeh
dengan metode steamdistillation. Minyak cengkeh didestilasi dengan uap air
pada kondisi atmosferis bersuhu 100C, lalu distilat yang merupakan campuran
antara minyak dan air dipisahkan melalui prinsip beda fase danmassa jenis.
Parameter yang paling berpengaruh pada biaya destilasi adalah waktu
destilasi,karena waktu destilasi akan berbanding lurus dengan biaya bahan bakar.
Penelitian ini bertujuanuntuk mempelajari pemakaian super-steam destillation
dimana uap air jenuh yang digunakan untukmendestilasi minyak cengkeh
bersuhu lebih tinggi dari titik didih normal air (100C). Uap jenuh bersuhu tinggi
dapat diperoleh dengan mendidihkan campuran air dan gliserol atau pelarut
lainnyayang bertitik didih tinggi dan larut sempurna dalam air (Sutijan, 2009).
Distilasi adalah proses pemindahan, yaitu memisahkan komponen-
komponen di dalam suatu campuran, membuat suatu kenyataan bahwa beberapa
komponen lebih cepat menguap dari pada yang lain. Pada distilasi berfraksi, uap
dimampatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih lanjut
terjadi. Adalah sukar dan kadang-kadang tidak mungkin untuk mendapatkan
komponen yang murni dengan cara ini, akan tetapi drajat pemisahan dapat
7
dengan mudah dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda. Apabila
diinginkan kemurnian yang tinggi, distilasi yang berturut-turut dapat dilakukan
(Earle, 1969).
Destilasi adalah proses pemisahan termal yang digunakan secara luas
dibidang teknik untuk memisahkan campuran (larutan) dalam jumlah yang besar.
Contohnya destilasi atau penyulingan larutan, untuk menggurangi volumenya,
untuk meningkatkan konsentrasi zat terlarut, atau untuk mengkristalkan bahan
padat terlarut.pada dstilasi pemisahan terjadi oleh penguapan salah stu
komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang
sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap (Bernasconi, 1995).
Untuk extrak minyak esensial dengan destilasi uap, materi sayuran
ditempatkan dalam kolom kaca, yang rendah dan tinggi bagian yang terhubung
ke air labu dan kondensor, masing-masing.Uap air diproduksi dalam labu
melintasi tanaman, diisi dengan minyak esensial kemudian ke kondensor, di
mana ia kental. Setelah kondensasi, minyak dipisahkan dari air dengan dekantasi.
Ekstraksi minyak atsiri dengan destilasi dilakukan di bawah kondisi yang sama
seperti distilasi uap. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa dalam hal ini kasus
masalah sayuran diletakkan dalam labu mengandung air dan unit dibawa ke
mendidih.Uap campuran air-minyak yang diproduksi dalam labu kemudian lolos
ke kondensor, di mana itu adalah kondensor.minyak pulih setelah dekantasi
(Boutekedjiret,2003).
Membran distilasi (MD) adalah suatu proses dimana uap diekstraksi dari
aliran cairan melalui pori-pori membrane mampu mempertahankan antarmuka
gas-cair. Komponen pakan menguap pada interface ini sesuai dengan
keseimbangan uap-cair local dan diangkut melalui ruang pori didorong oleh
gradien tekanan parsial dipertahankan melintasi membran. Dikasus, solusi ionik
berair, spesies menguap adalah air, dan membran yang digunakan adalah
hidrofobik di alam; ini mencegah air memasuki pori-pori membran hingga
disebut tekanan masuk cair. Proses MD memiliki beberapa fitur berpotensi
8
menguntungkan: yang didasarkan pada perubahan fase, adalah mungkin bagi
proses untuk beroperasi pada solusi osmotik pres-Sures yang biasanya
membatasi tekanan didorong pemisahan membran; pada kenyataannya, telah
menunjukkan bahwa fluks yang cukup dapat dicapai bahkan dari solusi air garam
jenuh (Ramon, 2009).
Minyak mentah essestial diperoleh dengan destilasi uap dari berbagai
produk alam seperti plats, rumput, tunggul kayu, serbuk gergaji, bunga, biji dan
benih. Minyak therestelah memainkan peran penting dalam kebersihan pribadi
dan sosial mandkind dalam hal penggunaannya dalam kosmetik, perlengkapan
mandi, formulstoinsobat, aroma terapi, meluncur permukaan, minyak dll.
Sebagian penting yang terjadi di alam, terdiri dari campuran hidrokarbon seperti
terpene, seskuiterpen, senyawa oxyygenated seperti alkoholeters, etherd, aldehid,
ketonlakton, fenoldan lilin (koul, 2004).
Distilasi uap banyak digunakan untuk menghasilkan minyak esensial .
pabrik Bahan terkena uap di bawah tekanan. Itu tidak datang ke kontak dengan
air mendidih. Air mendidih pada 100 ° C , uap memiliki suhu yang lebih tinggi
daripada air mendidih ; sebuah melepuh steam lebih buruk dari sebuah melepuh
dari air mendidih. Penyulingan Minyak Atsiri oleh Steam DistillationAku akan
menggunakan Rosemary lagi karena saya mengambil tempat aku
tinggalkandalam artikel terakhir saya di musim dingin Avena masalah Hydrosols
dan Hydro-distilasi. Saya harap saya bisa menggambarkan perbedaan antara dua
metode distilasi dan perbedaan dalam hydrosols dihasilkan. Ramuan ditempatkan
di kolom; kolom ditempatkan di atas panci air mendidih. Pelat saringan membuat
bahan ramuan di atas air sehingga hanya uap datang ke dalam kontak dengan itu
(Mulvaney, 2012).
The distilasi residuum atmosfer (RAT) adalah fraksi minyak mentah
dengan titik didih di atas 420 ° C, yang diperoleh sebagai aliran bawah dalam
distilasi atmosfer dari minyak mentah. Ini adalah residuum berat molekul tinggi,
viskositas tinggi, titik tuang dan nilai komersial yang rendah.Ekstraksi pelarut
9
adalah proses pemisahan berdasarkankapasitas kelarutan selektif dari komponen
campuran dengan pelarut tertentu dan umumnya digunakan untuk memulihkan
pecahan nilai komersial tinggi hadir dalam RAT. Dalam ekstraksi superkritis
substrat padat atau cair dipisahkan dari campuran melalui gas murni padat atau
campuran gas yang padat yang digunakan sebagai agen ekstraksi. Hilir extractor,
yang diinginkan dipisahkan dari pelarut superkritis dengan cara depressurization
dari aliran produk. Teknik ini merupakan alternatif yang menjanjikan mengenai
pemulihan produk berkualitas tinggi. Selain itu teknik ini dianggap sebagai
teknologi bersih karena kemungkinan minimisasi konsumsi energi dalam pelarut
pemulihan yang didaur ulang untuk proses (mehl, 2009).
Destilasi berarti memisahkan komponen-komponen yang sangat mudah
menguap dari suatu campuran cair dngan cara menguapkanny, yang diikuti
dengan kondensasi uap yang terbentuk dan menampung kondensat yang
dihasilkan. Uap yang dikeluarkan dari campuran disebut uap bebas, kondensasi
yang jatuh sebagai destilat dan bagian cairan yang tidak menguap residu
(Bersanconi, 1982).
C. Gambar Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 1.1 Alat/Mesin Distilasi
10
Bagian Utama dan Fungsi :
a. Kompor listrik : memanaskan bahan yang akan didistilasi,
b. Erlenmeyer : menampung bahan yang akan didistilasi,
c. Pipa penghubung : menghubungkan erlenmeyer dengan kondensor,
d. Kondensor : mendinginkan cairan,
e. Penampung air : menampung air dingin,
f. Penampung produk : menampung produk distilasi.
D. Prinsip kerja
Prinsip kerja alat ini adalah memisahkan air dengan minyak berdasarkan titik
didih.
E. Mekanisme Kerja Alat
Mekanisme kerja alat ini adalah produk dimasukkan dalam tabung yang berisi
air kemudian air setelah itu dididihkan sehingga zat yang terkandung dalam
produk larut dengan air yang mendidih. Campuran uap air dan zat destilan
menguap melalui pipa pendingin sehingga menghasilkan embun dan akhirnya
hasil destilat berupa minyak ditampung dalam bak penampung destilator.
F. Cara Kerja
Bahan daun jeruk
Ditimbang
Dimasukkan ke dalam tabung distilasi (steamer)
Berat bruto gas metana ditimbang
Pompa distilasi diaktifkan
Gelas ukur dipasang
Dicatat dan diamati
11
G. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran destilasi
Sumber: laporan sementara
2. Pembahasan
Destilasi merupakan konstruksi alat yang berfungsi sebagai pemisah
air dan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya. Pada praktikum acara
ini bahan yang didistilasi dapat berupa daun jeruk. Perlengkapan yang
dipergunakan antara lain yaitu kompor listrik sebagai memanaskan bahan
yang akan didistilasi, erlenmeyer sebagai menampung bahan yang akan
didistilasi, pipa penghubung sebagai menghubungkan erlenmeyer dengan
kondensor, kondensor sebagai mendinginkan cairan, penampung air sebagai
Waktu
(pukul
)
Uraian
Kegiatan
Volume
Produk
destilasi
(ml)
Keterangan
08.33 Memanaskan air - -
08.41 Air mendidih - -
08.41 Pompa destilasi
diaktifkan - -
08.51 Proses Destilasi - Menetes satu tetes
09.33 Sd 30 menit 123 Volume mulai bertambah
(kental dan wangi jeruk)
10.03 Sd 60 menit
300 Volume bertambah
banyak
10.33 Sd 90 menit
450 Volume bertambah
banyak
11.03 Sd 120 menit 460
Volume bertambah
sedikit (kekentalan
berkurang)
11.33 Sd 150 menit
480 Volume bertambah
sedikit
12.03 Sd 180 menit 480 Volume tidak bertambah
12.33 Sd 210 menit 480 Volume tidak bertambah
13.03 Sd 240 menit 480 Volume tidak bertambah
12
menampung air dingin, dan penampung produk sebagai menampung produk
destilasi. Proses destilasi mengunakan suhu yang antara 70 -800 C. Rasio
pelarut 1:4 dan waktu yang dibutuhkan 4-5 jam tergantung sesuai bahan dan
keinginan kita. Produk dalam air yang telah dipanasi akan mendidih sehingga
zat yang terkandung dalam produk larut dengan air yang mendidih dan
menguap melalui pipa pendingin yang pada akhirnya mengembun menjadi
cair. Cairan ini merupakan campuran antara air dengan minyak kemudian
ditampung dalam bak penampung destilat.
Kegunaan utama distilasi dalam industri pangan adalah untuk
mengentalkan minyak atsiri. Hal ini membuat suatu kenyataan bahwa
beberapa komponen lebih cepat menguap daripada yang lain. Apabila uap
terbentuk dari suatu campuran, uap ini mengandung komponen asli campuran,
akan tetapi dalam proporsi ini yang ditentukan oleh daya menguap komponen
tersebut. Uap mengandung komponen tertentu yang lebih banyak yaitu yang
mudah menguap, sehingga terjadi pemisahan pada distilasi berfraksi. Uap
dimanfaatkan dan kemudian diuapkan kembali sehingga pemisahan lebih
lanjut terjadi. Dalam hal ini kadang-kadang sukar untuk mendapatkan
komponen yang murni, akan tetapi derajat pemisahan dapat dengan mudah
dicapai apabila penguapan terjadi sangat berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distilasi adalah bahan yang
digunakan dalam distilasi, jumlah air, dan alat distilasi. Di dalam proses
distilasi ini bahan yang digunakan sangat berpengaruh dalam proses distilasi.
Bahan yang akan didestilasi harus memiliki kandungan minyak dan bersifat
volatile yaitu mudah menguap. Semakin volatile bahan maka proses destilasi
akan semakin cepat, sebaliknya apabila bahan yang didestilasi sukar menguap
(non volatile) maka proses destilasi juga lambat. Beberapa faktor lain yang
mempengaruhi cepatnya poses destilasi adalah bobot produk, banyaknya air,
berat bahan bakar, besarnya api pemanas dan suhu pemanasan. Banyaknya
produk dan banyaknya air mempengaruhi kecepatan proses destilasi karena
13
semakin banyak produk dan air maka untuk mencapai titik penguapan
dibutuhkan waktu yang lama dan sebaliknya apabila produk sedikit dan air
yang digunakan juga sedikit maka untuk mencapai titik uap semakin cepat
sehingga proses destilasi berjalan cepat. Besarnya api pemanas akan
mempengaruhi suhu pemanasan. Semakin besar api maka semakin cepat
proses penguapan sehingga destilasi akan semakin cepat. Selain itu dalam
proses destilasi juga harus diperhatikan jangan sampai ada kebocoran uap air
karena ini akan sangat mempengaruhi hasil destilasi. Apabila terjadi
kebocoran maka hasil destilasi tidak maksimal karena produk hasil destilasi
menguap bebas diudara dan tidak masuk kedalam kondensor untuk
didinginkan dan dipisahkan antara produk dengan air.
Pada kondensor terdapat tabung berbentuk spiral, hal ini dibuat untuk
mempertahankan kedinginan minyak di dalam spiral karena jika keadaan
dalam tabung panas maka minyak tidak dapat turun kedalam tabung. Maksud
dari dengan minyak berdasarkan perbedaan titik didihnya pada percobaan ini
titik didih yang rendah adalah alkohol. Karena larutan yang titik didihnya
rendah maka cepat menguap.
14
H. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum Destilasi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Distilasi adalah alat untuk memisahkan air dengan minyak berdasarkan
titik didih.
2. Distilasi berfungsi untuk memisahkan minyak dan air berdasarkan titik
didihnya.
3. Banyaknya produk dan banyaknya air akan mempengaruhi banyak
sedikitnya hasil distilan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil destilasi adalah banyaknya
jumlah bahan/produk, waktu yang digunakan, banyaknya air yang
digunakan, suhu pemanasan dan alat distilasi.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Boutekedjiret, C. 2003.Extraction of rosemary essential oil by steam distillation and
hydrodistillation.Flavour fragr. J. 2003; 18: 481-484.
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor.
Ir. Satrijo, Herry. 1986. “Flash Calculation” Umpan pada Alat Destilasi. Media
Teknik Edisi No. 1 Tahun IX Desember 1986-Maret 1987 No.ISSN 0216-
3012. Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Koul, V, K. 2004. Stream distillation of lemon grass (cymbopogon spp.).Indian
journal of chemical thechnology vol. 11, January 2004, pp. 135-139.
Kusuma, ferawati, 2009.dkk. Isolasi, identifikasi, dan uji toksisitas minyak atsiri
daun sidaguri (Sida rhombifolia Linn). Jurusan Kimia F MIPA. Universitas
Diponeggoro .
Mehl, A. 2009.Atmospheric destilation residuum extraction with supercritical
propane: a study of the process variables influence. Brazilian journal of
petroleum and gas | v. 3 n. 1 | p. 001-009 | 2009 | issn 1982-0593.
Mulvaney, Jill. 2012. Essential Oils and Steam distillation. Journal of the New
Zealand Association of Medical Herbalists.
Nurddjanah, Nanan. 2004. Diversifikasi penggunaan cengkeh. Balai besar penelitian
dan pengembangan pasca panen pertanian.
Ramon, guy. 2009. Heat transfer in vacuum membrane distillation: Effect of velocity
slip. Journal of Membrane Science 331 (2009) 117–125.
Ruhyat, Nanang ST. MT. 2000. Pembuatan Prototype Alat Destilasi Minyak Atsiri
Skala Industri Kecil. Fakultas Teknik Industri. Universitas Mercu Buana.
Sutijan, dkk. 2009. Inovasi super steam distillation pada isolasi minyak cengkeh
untuk menimasi kebutuhan energy.Seminar Nasional Teknik Kimia
Indonesia – SNTKI 2009 .
16
ACARA II
PERAJANGAN (SLICING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum acara II Perajangan yaitu :
1. Mengetahui Konstruksi dasar alat/mesin untuk perajangan, bagian-
bagian utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan
alat sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :
a. Kapasitas alat/mesin
b. Klasifikasi kwalitas produk
B. Tinjauan Pustaka
Sawut dibuat dengan cara merajang ubikayu kupas menggunakan alat
perajang atau penyawut. Alat penyawut tenaga mesin dengan tenaga penggerak
mesin 2-3 HP maka dapat dilakuan penyawutan sampai kapasitas 500-600 kg
umbi kupas per jam.Keuntungan menggunakan alat penyawut besar ini, semua
ubikayu dapat terajang.Sedangkan dengan penyawut kecil bagian pangkal
ubikayu ada sedikit yang tidak terajang.Bagain tak terajang ini dikumpulkan dan
diiris dengan pisau biasa (Misgiyarta, 2011).
Komoditas unggulan lahan lebak diantaranya adalah ubi-ubian dan
hortikultura.Peningkatan produksi perlu diikuti penyediaan teknologi pengolahan
guna mengantisipasi kelebihan produksi dan peningkatan nilai tambah.Teknologi
pengolahan untuk masing-masing komoditas sangat spesifik, karena komoditas
tersebur mempunyai karakteristik yang berbeda.Pengembangan pengolahan perlu
didukung oleh penyediaan peralatan dan peningkatan pengetahuan SDM (sumber
daya manusia) khususnya yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan
17
agroindustri.Pengembangan teknologi pengolahan merupakan salah satu alternatif
penakeragaman produk sebagai penunjang agroindustri (Antarlina, 2000).
Alat perajang yang ada umumnya memiliki pisau pemotong vertikal
dengan sumber tenaga yang berasal dari manusia yaitu kayuahan. Untuk tujuan
meningkatkanefisiensi dan efektifitas perajangan singkong sebagai bahan kripik
maka dilakukan penelitian perancangan mesin perajang dengan pisau horisontal.
Pisau yang umumnya nerputar stasioner pada arah vertical di modifikasi menjadi
bergerak meju mundur arah horizontal (Lutfi, 2010).
Proses perajangan memiliki tujuan agar supaya kelenjar minyak dapat
terbuka sebanyak mungkin. Bahkan pada tanaman yang dirajang pun.Biji-bijian
harus dihancurkan menjadi bentuk hancuran dengan harapan sebagian besar sel-
selnya hancur dan minyak dapat keluar dengan mudah bila uap dialirkan melalui
pecahan-pecahan tersebut.tujuan perajangan itu sendiri yaitu untuk
mempersiapkan bahan siap disuling dan untuk memudahkan penguapan minyak
atsiri dari bahan (Ketaren, 1987).
Perajangan merupakan proses yang paling banyak mengeluarkan tenaga
dan paling beresiko terjadinya kecelakaan merajang dilakukan dimalam hari
supaya hasil rajangan dapat dijemur pada pagi harinya dan harus kering hari itu
juga. selama ini perajangan hanya dilakukan oleh laki-laki. merajang tembakau
secara tradisional umumnya dilakukan dengan posisi duduk menyamping. posisi
perajang terhadap cacak adalah dari samping, sedangkan tumpukan daun
tembakau terletak diatas lantai sehingga perajangan pada waktu mengambil daun
dalam posisi membungkuk (ismayenti, 2004).
Penyiang cakar beroda, dikerjakan dengan tenaga manusia, tetapi dapat
mengurangi beban fisik karena pekerja tidak perlu membungkuk pada saat
menyiang gulma.Pada kegiatan pascapanen, terdapat dua jenis Alsintan
pascapanen, yaitu Alsintan primer dan Alsintan sekunder (Sihono, 2001).
Alsintan pascapanen primer yaitu alat untuk penanganan hasil panen yang
menyangkut prosesing hasil panen yang menyangkut: perontokan, pemipilan,
18
pengepresan, perajangan, penepungan dsb. Alsintan ini mengolah bahan mentah
sehingga dapat disajikan menjadi bahan siap olah dan siap disimpan.Alsintan
pascapanen sekunder adalah alat pengolah hasil dari pascapanen primer menjadi
berbagai macam produk olahan yang siap dimakan.Jenis Alsintan pascapanen
sekunder pada umumnya dilayani anggota masyarakat perempuan
(Suhaeti, 2005).
Keripik dan makanan ringan lain di dunia menyumbang keseluruhan
omset sebesar $ 2,2 miliar dolar mengingat 70 manufaktur dan teknologi pusat
penelitian di dunia. Juga kualitas chip memainkan peran penting dalam
manajemen hotel . Karena ketebalan yang tidak merata irisan yang timbul dari
alat-alat yang tidak tepat banyak pemborosan sayuran yang terjadi menyebabkan
hilangnya produktivitas dan kerusakan lain-lain untuk sayuran . Saat ini metode
manufaktur chip konvensional dan sistem manajemen hotel tidak efisien dan
aman ; ini dijelaskan dalam survei literatur dengan rincian lebih lanjut . Selama
survei literatur dan wawancara sementara produsen chip lokal disadari bahwa ada
kebutuhan yang kuat untuk desain dan pengembangan alat pengiris sayuran multi
fungsional yang efisien , dan aman . Tujuan utama dari desain adalah untuk
menciptakan cara cepat , aman , dan mudah untuk mengiris kentang dengan
peningkatanproduktivitas dan efektivitas biaya . Hal ini juga diperlukan untuk
mempersiapkan irisan yang estetis menarik . Desain ini juga membantu dalam
mengurangi tingkat penolakan (Kartika, 2008).
Salah satu teknik analisis program adalah program yang mengiris .
Aplikasi utama dari program mengiris meliputi berbagai kegiatan rekayasa
perangkat lunak seperti pemahaman Program, debugging, pengujian,
pemeliharaan program pengukuran kompleksitas dan sebagainya . Program
mengiris adalah suatu metode untuk membatasi fokus tugas untuk sub -
komponen tertentu dari sebuah program . Hal ini juga dapat digunakan untuk
mengekstrak laporan program yang relevan dengan perhitungan tertentu . Konsep
sepotong Program diperkenalkan oleh Weiser. Menurut definisi asli, gagasan slice
19
didasarkan pada penghapusan laporan. Slice A adalah subset eksekusi dari
laporan program yang melindungi perilaku asli dari program ini sehubungan
dengan subset dari variabel kepentingan dan pada titik program tertentu .
Beberapa varian dari gagasan ini telah diusulkan dalam literatur, seperti mengiris
dinamis, mengiris statis quasi, simultan mengiris dinamis, dan mengiris
terkondisi. Makalah ini berisi berbagai teknik mengiris dan aplikasi
(Sashirekha, 2011).
Daging adalah daging hewan yang dikonsumsi untuk makanan dan itu
adalah kelezatan makanan yang sangat penting yang telah makan sejak
keberadaan manusia. Konsumsi daging bersama denganmakanan dasar lainnya
sangat penting karena memperkaya baik kandungan gizi makanan dan juga
bertindak sebagai hidangan penting. Ini adalah makanan bergizi yang
mengandung beberapajumlah asam amino esensial, dalam bentuk protein dan juga
mengandung kelompok vitamin. Daging hewan terdiri dari otot, tulang, lemak
dan jaringan ikat,dan dapat dimakan dan gizi bagian utama dari daging adalah
otot atau daging tanpa lemak. Oleh karena itu daging harus dipotong menjadi
potongan besar, dan kemudian menjadi potongan-potongan sehingga membawa
keluar rasa dan membuatnya dalam bentuk yang dapat dimakan. Daging dipotong
menggunakan berbagai alat tajam seperti pertandingan, pisau dan gergaji daging.
Alat ini hanya efisien dalam memotong daging menjadi potongan-potongan dan
de-boning tetapi tidak dapat memotong daging menjadi potongan-potongan kecil
dan sebagai akibat dari ini, mesin yang berbeda telah dikembangkan dari waktu
ke waktu untuk mengiris daging. Prinsip-prinsip mengiris mesin didasarkan pada
tindakan geser dengan pisau dan jenis-jenis pemotong dengan prinsip yang sama
seperti mengiris yang meliputi dampak-jenis cutter, pemotong bar mesin
pemotong dan sistem pisau drive (Odior, 2012).
Dalam rangka untuk memperbaiki masalah terkait ledakan kombinatorial ,
kami memperkenalkan gagasan perhitungan slice. Secara formal, sepotong
perhitungan sehubungan dengan predikat adalah (sub) perhitungan dengan
20
sedikitnya jumlah pemotongan yang konsisten yang berisi semua potongan
konsisten perhitungan predikat memuaskan. Secara intuitif ,slice adalah
representasi singkat dari luka-luka yang konsisten dari perhitungan yang
memenuhi kondisi tertentu . Untuk mendeteksi predikat , daripada mencari negara
- ruang perhitungan , itu jauh lebih efisien untuk mencari negara - ruang slice
.Kami membuktikan bahwa sepotong perhitungan didefinisikan unik untuk semua
predikat . Kami juga menyajikan algoritma yang efisien untuk menghitung
potongan untuk beberapa kelas berguna predikat. Untuk predikat sewenang-
wenang, kita menetapkan bahwa masalah - com puting slice adalah NP - lengkap
pada umumnya. Meskipun demikian, untuk predikat seperti itu, kami
mengembangkan algoritma heuristik yang efisien untuk menghitung irisan
perkiraan. Hasil eksperimen kami menunjukkan bahwa mengiris dapat
menyebabkan peningkatan eksponensi alatas teknik untuk deteksi predikat yang
ada dalam hal waktu dan ruang (Mittal, 2005).
Sebuah algoritma mengiris adalah mekanisme untuk mengatur satu set
node ke dalam kelompok k (irisan), sehingga setiap node dengan cepat belajar
indeks dari slice mana ia berasal. Mengiris dilakukan sehubungan dengan atribut
satu - dimensi . Dengan cara desentralisasi, adaptif bekerja menuju tujuan global
dengan beberapa bentuk berbagi sumber daya proporsional, mengiris harus
menarik . Misalnya, dengan k = 4 layanan mengiris akan mengatur node dalam
kuartil . Dengan node n dan k = n, mengiris macam mereka Tidak ada asumsi
yang dibuat tentang distribusi nilai atribut. Target kami adalah lingkungan sangat
dinamis :node datang dan pergi (churn), dan atribut dapat berubah dengan cepat.
Kami bukan yang pertama untuk mempelajari mengiris. Dalam, penulis
menjelaskan paralel algoritma sorting komunikasi hemat dan sekarang klasifikasi
simpul sebagai aplikasi mungkin, tetapi pendekatan membuat asumsi bahwa
banyak sistem tidak akan memuaskan . Sebagai contoh, membutuhkan distribusi
nilai acak seragam dan tidak dapat mentolerir churn berhubungan dengannilai
atribut (Gramoli, 2009).
21
C. Gambar Alat dan Mesin
Gambar 2.1 Alat/Mesin Perajangan
Bagian Utama dan Fungsi :
a. Tuas penekan : menekan produk agar terpotong pisau disk,
b. Tempat produk : menempatkan produk,
c. Pisau disk : mengiris atau memotong produk,
d. Motor listrik : memutar pisau disk (sumber tenaga),
e. Speed reduction : mengurangi kecepatan motor.
D. Prinsip Kerja Alat
Prinsip kerja alat ini adalah produk didorong oleh tuas penekan kemudian
diiris atau dipotong dengan pisau disk.
22
Mesin dibersihkan dan disiapkan
Posisi blade (pisau pengiris) diatur
Produk ditimbang
Motor listrik diaktifkan
Produk dimasukkan kedalam hopper
Produk ditekan dengan pelan dengan hand feeding
Produk rajangan ditimbang
E. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja alat ini adalah tuas ditarik kebelakang dan produk
diletakkan pada tempat produk kemudian produk ditekan agar produk tidak lepas.
Bersamaan dengan itu motor listrik dinyalakan untuk menggerakkan pisau disk.
F. Cara kerja
23
G. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran perajangan
kelompok Berat
awal(kg)
Berat
akhir(kg)
Kapasitas
(kg/jam)
Rendemen
(%)
Waktu
(jam)
Laju
perajangan
(kg/jam)
1 0,3 0,28 10,909 93,33 0,275 1,018
2 0,3 0,22 3,859 73,33 0,057 3,839
3 0,2 0,2 9,5 100 0,021 9,523
4 0,20 0,22 11,976 110 0,0167 13.1736
5 0,500 0,460 54,3478 92 0,0092 50
6 0,0038 0,0034 0,19 89,47 0,02 0,17
7 0,45 0,41 542,168 82 0,00083 493,97
8 0,034 0,031 10,303 9 0,00083 10,303
9 0,26 0,21 5 80,7 0,052 4,038
10 0,38 0,38 15,833 100 0,024 15,83
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Perajangan adalah proses pengecilan ukuran bahan dengan
menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang potongan yang lebih
kecil dan tipis dengan arah melintang, miring, atau sejajar panjang bahan yang
dipotong. Perajangan bertujuan untuk memperkecil ukuran bahan sehingga
dapat mempercepat proses penepungan. Pada praktikum acara ini bahan yang
digunakan dalam perajangan adalah singkong. Perlengkapan yang
dipergunakan antara lain yaitu tuas penekan digunakan memudahkan
pemotongan, tempat produk digunakan menempatkan produk, pisau disk
digunakan untuk memotong produk, motor penggerak digunakan sumber
tenaga pemutar mesin, speed reduction digunakan mengurangi kecepatan
motor. Bahan yang bisa dirajang antara lain wortel, singkong, ketela, umbi-
umbian lainnya.
Pada praktikum perajangan ini, produk yang digunakan adalah
singkong. Hasil praktikum perajangan ini didapatkan berat awal singkong
adalah 0,26 kg dan berat akhir singkong adalah 0,21 kg dalam waktu 0,52 jam.
Dalam praktikum ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena produk
24
yang digunakan terlalu besar sehingga harus dibagi menjadi dua bagian atau
lebih dan kwalitas hasil perajangan dikatakan sedang karena dalam proses
perajangan didapatkan hasil yang tidak sama tebal tipisnya.
Kapasitas produk yang didapatkan adalah 5 kg/jam. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kapasitas produk perajangan adalah besar kecilnya produk
yang akan dirajang, ketajaman pisau disk dan besar kecilnya tenaga atau
kecepatan perputaran yang digunakan untuk memutar pisau disk. Kualitas
perajangan pada praktikum kali ini adalah cukup baik (sedang), hasil rajangan
dan ketebalan rajangannya cukup seragam meskipun bentuk rajangan tidak
selalu sama. Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar
80,7%.
Randement yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebesar 80,7 %.
Pada praktikum yang dilakukan ini memperoleh hasil yang cukup baik
(sedang) karena tidak terlalu banyak selisih antara berat awal produk sebelum
dirajang dengan berat akhir produk setelah dirajang. Pada praktikum
pengamatan perajangan yang dilakukan oleh kelompok 6,7,8,9,10 dihasilkan
randement masing-masing 89,47%, 82%, 9%, 80,7%, 100%. Dari kelompok
6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling besar adalah pada
kelompok 10 yaitu dengan 100%. Sedangkan Randement yang paling kecil
yaitu kelompok 8 yaitu dengan randement 9%.
Hal yang berpengaruh pada hasil perajangan atau rendemen yang sedikit
adalah alat perajang (slicer) mempunyai tiga mata pisau tetapi hanya dua yang
aktif memotong atau mengiris dengan ketajaman pisau yang kurang, kecepatan
rotasi pisau perajang juga rendah. Kualitas perajangan singkong adalah sedang,
tidak semua hasil perajangan utuh sebagian ada yang utuh dan sebagian lagi
ada yang hancur. Selain dikarenakan faktor pisau perajang, singkong yang
dirajang terlalu lama disimpan sehingga menjadikan kadar airnya menurun
yang mengakibatkan daging singkong agak layu sehingga sulit dirajang.
25
Dalam menentukan kapasitas perajangan sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu jumlah dari bahan yang dirajang, waktu yang diperoleh
pada saat proses perajangan berlangsung, banyak sedikitnya produk yang
dibuang, selain itu ketajaman pisau disk juga mempengaruhi. Ketajaman pisau
disk sangat mempengaruhi besar randement, hal ini disebabkan bila tidak tajam
maka hasil perajangan akan menempel pada dudukan pisau disk yang
kemudian jatuh ke lantai. Sedangkan kapasitas mesin dipengaruhi oleh
kecepatan motor penggerak mesin perajang. Motor penggerak sumber
tenaganya dari berasal dari motor listrik. Hal ini bertujuan agar supaya produk
tidak terkontaminasi bahan bakar motor tersebut.
H. Kesimpulan
Dari pelaksanaan praktikum Perajangan diatas, dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Perajangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperkecil
ukuran bahan sehingga dapat mempercepat pengeringan karena
permukaan yang diperkecil akan mempercepat penurunan kadar air.
2. Kualitas perajangan dipengaruhi oleh tajamnya pisau disk, kualitas bahan yang
dirajang dan kecepatan berputarnya mesin.
3. Kapasitas mesin perajang sebesar 5 kg/jam dengan randement sebesar 80,7% .
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat bruto dan
berat netto dari singkong.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas perajangan adalah jumlah bahan,
struktur serat bahan, ketajaman pisau, dan waktu yang diperlukan selama alat
bekerja.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
26
DAFTAR PUSTAKA
Antaralina, Sri Satya dan S. Umar. 2000. Teknologi Pengolahan Komoditas
Unggulan Mendukung Pengembangan Agroindustri di Lahan Lebak. Balai
Penelitian Pertanian lahan Rawa (Balittra).
Gramoli . 1986. Teknik Pengolahan Hasil Pertanian. Erlangga. Jakarta
Ismayenti, L., Prakoso, D. dan Adi Heru Sutomo. 2011. Pengaruh Penggunaan Alat
Ergonomis dan Posisi Kerja terhadap Kelelahan Otot dan Produktivitas
Perajang Tembakau di Kecamatan Ngadirejo dan Bansari Kabupaten
Temanggung. Sains Kesehatan Vol 17 No 4, Oktober 2004.
kartika, Sartono. 2008. Perajang Mekanik Keripik. Jurnal Media Mesin, Vol.7 No.2,
Juli 2006, 55-62. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Lutfi, mustofa. 2010. Rancang bangun perajang ubi kayu pisau horizontal. Jurnal
Rekayasa Mesin Vol.1, No. 2 Tahun 2010 : 41-46.
Misgiyarta, Suismono, dan Suyanti. 2011. Tepung Kasava Bimo Kian Prospektif.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra).
Mittal dan Nurdjannah, Nanan. 1993. Pengaruh Perajangan dan Lama Pelayuan
terhadap Rendemen dan Mutu Minyak Serai Dapur (Cymbopogon citratus
stapf). Bul Litro, Vol VIII, No 1, 1993.
Mustaniroh, Siti A., Mas’ud, E. dan Safira Aziz Mahdami. 2011. Analisis Kelayakan
Teknis dan Finansial Pengembangan Usaha Kerupuk Waluh dengan Mesin
Perajang Otomatis pada Skala Usaha Kecil. Jurnal Teknologi Pertanian Vol
12 No 3.
Odior , Riles M. 2008. Rancang Bangun Mesin Perajang Cengkeh Menggunakan
Penggerak Motor Listrik 1 HP dengan Kapasitas 19 Kg/Jam. Jurnal Orbith
Vol 4 No 3 Nopember 2008 : 513 - 520.
Peason. 1990. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Volume 5
No 1 Hal 56. Jakarta.
Rita, Nur Suhaeti dan Siwi, Sri Suharni. 2008. Inkorporasi Perspektif Gender dalam
Pengembangan Rekayasa Alat Mesin Pertanian. Jurnal Teknologi Pertanian,
Puslitbang Sosek, Deptan Bogor, dan Balai Penelitian Bioternologi Tanaman
Pangan.
Sashirekha, Meta. 2007. Pangan Aman dan Sehat Prasyarat Kebutuhan Mutlak
Sehari-hari. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar.
Widiyanti. 2006. Produksi Kripik Singkong Dengan Perajangan Mekanik. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
27
Lampiran Perhitungan Perajangan
1) Data Kelompok 1
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,30
0,275 =1,091 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,28
0,30 x 100 % = 93,33%
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,28
0,275 = 1,018 kg/jam
2) Data Kelompok 2
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,30
0,057 =5,263 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,22
0,30 x 100% = 73,33 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,22
0,057 = 3,859kg/jam
3) Data Kelompok 3
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,20
0,021 =9,523 kg/jam
28
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,20
0,20 x 100% = 100 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,20
0,021 = 9,523kg/jam
4) Data Kelompok 4
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,20
0,0,0167 = 11,976 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,22
0,20 x 100% = 110 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,22
0,0167 = 13,173kg/jam
5) Data Kelompok 5
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,50
0,0092 = 54,347 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %
= 0,46
0,50 x 100% = 92 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,46
0,0092 = 50,00kg/jam
29
6) Data Kelompok 6
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,0038
0,02 = 0,190 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,0034
0,0038 x 100% = 89,5 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,0034
0,02 = 0,170 kg/jam
7) Data Kelompok 7
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,45
0,00083 = 542,168 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,41
0,45 x 100% = 91,1 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,41
0,00083 = 493,975 kg/jam
8) Data Kelompok 8
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,34
0,00083 = 409,638 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
30
= 0,31
0,34 x 100% =91,2 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,31
0,00083 =373,493 kg/jam
9) Data Kelompok 9
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,26
0,052 = 5,00 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,21
0,26 x 100% =80,7 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,21
0,052 = 4,038 kg/jam
10) Data Kelompok 10
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,38
0,024 = 15,833 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,38
0,38 x 100% = 100 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,41
0,024 = 15,83kg/jam
31
ACARA III
PENGERINGAN (DRAYING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara III Pengeringan yaitu :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengering, bagian-bagian
utama alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/masin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :
a. Kapasitas pengeringan
b. Kadar air akhir
c. Kwalitas pengeringan
B. Tinjauan Pustaka
Pengaruh pengeringan daun turi terhadap karakteristik degradasi
dalam rumen, melalui metode in sacco menggunakan kantong nilon. Daun
turi segar dan kering dipotong/dicincang untuk mendapatkan sampelyang
homogen dengan ukuran partikel 1 mm. Sebanyak 2 gr dari masing masing
sampel daun dimasukkan ke dalam kantong dan diinkubasi ke dalam fistula
domba dengan tiga ulangan.penurunan yang sangat drastis pada komponen
mudah larut akibat dari pengeringan daun turi. Kenyataan inimembuktikan
bahwa perlakuan pengeringan dapat digunakan untuk memodifikasi kecernaan
bahan makanan dalam rumen, tergantung pada tujuan yang ingin
dicapai.Tentunya penurunan kecernaan di tingkat rumen diharapkan tidak
menurunkan kecernaan bahan makanan tersebut dalam usus halus.Perlakuan
seperti ini biasanya dilakukan untuk melindungi protein makanan dari
terjadinya perombakan yang hebat dalam rumen, tetapi protein tersebut
diharapkan tetap tersedia pascarumen, terutama pada bahan makanan yang
bermutu tinggi, seperti daun turi (Rusdi, 2008).
32
Setiap jenis kayu memiliki respon yang berbeda terhadap pemakaian
suhu dan kelembaban pengeringan sesuai dengan sifat-sifat kayunya. Sifat
dasar kayu yang sangat mempengaruhi sifat pengeringan di antaranya adalah
struktur anatomi dan sifat fisik kayu (Bramhall dan Wellwood 1976).
Perbedaan yang ditunjukan oleh salah satu dari kedua sifat tersebut akan
memberikan respon yang berbeda terhadap sifat pengeringan kayu. Untuk
mendapatkan kualitas pengeringan yang baik dalam waktu yangoptimal pada
kilang pengering (kiln drying), maka pengetahuan operator tentang perilaku
kayu terhadapsuhu dan kelembaban sangat diperlukan. Responsuatu jenis
kayu terhadap suhu tinggi merupakanproses awal dalam menetapkan
jadwalpengeringannya. Jadwal pengeringan yang lazim digunakan diindustri
perkayuan di Indonesia adalah jadwalpengeringan yang berbasis kadar air,
yaitu suatusistem pengaturan besaran suhu dan kelembabanserta
perubahannya dalam kilang pengeringanberdasarkan kadar air rata-rata kayu
yang sedang dikeringkan (Basri, 2007).
Salah satu proses dalam produksi krupuk adalah proses pengeringan,
Proses pengeringanyang dilakukan kebanyakan oleh masyarakat masih secara
konvensional, yaitu pengeringan dilakukandi tempat terbuka yang bergantung
dari sinar matahari. Dalam pengeringan konvensional terdapatbeberapa
permasalahan yaitu panas yang fluktuatif, kebersihan yang tidak terjaga dan
memerlukantempat yang cukup luas.Mengingat di Indonesia terdapat dua
musim yaitu musim kemarau danpenghujan, maka salah satu hal yang
menjadi kendala dalam produksi kerupuk adalah prosespengeringan disaat
musim penghujan. Dimana panas yang dibutuhkan dalam proses pengeringan
tidak bisa terus menerus ada karena adanya hujan. Dengan perkembangan
teknologi, menuntut adanya inovasi untuk menciptakan alat pengering
kerupuk sebagai pengganti pengeringan secara konvensional. Single chip
ATmega 8535 inidigunakan sebagai pengontrol dalam proses pengeringan,
yaitu mengontrol suhu dan lama waktuproses pengeringan secara elektronik
33
dan otomatis. Hal ini akan lebih mudah untuk mengeringkankerupuk tanpa
harus menunggu cuaca cerah (Syafriyudin, 2007).
Dalam sistemindustri, system pengeringan memiliki peranan yang
sangat penting system pengeringan dalam aplikasinya dapat dilakukan dengan
cara yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan dimana system itu
diterapkan. Pada industri pangan proses pengeringan dilakukan untuk
pengawetan makanan yaitu dengan cara menggurangi kadar air sampai batas
tertentu pada makanan tersebut untuk disimpan dalam beberapa waktu.
Makanan yang dimaksud berupa sayuran dan buah-buahan yang banyak
mengandung air seperti jamur, brokoli, anggur, strawberry, pisang, dan lain-
lain. Pada industry pengolahan jamur pasca panen harus melewati masa
pengawetan terlebih dahulu sebelum dipasarkan ke pasaran, sebab jamur itu
sendiri merupakan produk tani yang tidak terlalu tahan lama. Proses
pengeringan itu sendiri merupakan proses pemindahan sejumlah masa uap air
secara simultan, dengan membutuhkan energy untuk menguapkan kandungan
air yang dipindahkan dari permukaan bahan ke media pengering. Proses
pemindahannya sejumlah masa uap air terjadi karena adanya perbedaan suatu
konsentrasi uap air antara suatu bahan dengan lingkungannya
(Swarnadwipa, 2008).
Menurut Soewarno T. Soekarto 1990, menyebutkan bahwa dalam
memilih teknologi pengeringanhendaknya diarahkan pada aspirasi kelompok
pengguna, efisiensi proses dan peningkatan mutu produk akhir. Efisiensi
proses pengeringan tolok ukurnya meliputi : kecepatan proses, kapasitas
produksi, penghematan biaya, kemudahan sumber energi dan kelestarian
lingkungan. Perbaikan mutu tolok ukurnya meliputi keseragaman produk,
peningkatan mutu dan nilai tambah. Dengan terus meningkatnya harga BBM
dan kelangkaan minyak tanah, petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan
telah mengadobsi mesin pengering bahan bakar sekam (Sutrisno, 2005).
34
Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan enersi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya.Keuntungan dari pengeringan adalah bahan menjadi lebih awet
dengan volume bahan menjadi kecil sehingga mempermudah dan menghemat
ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang
sehingga memudahkan pengangkutan (Winarno, 1984).
Pengeringan pangan berarti pemindahan air dengan sengaja dari bahan
pangan. Pada kebanyakan peristiwa, pengeringan berlangsung dengan
penguapan air yang terdapat didalam bahan pangan dan untuk ini panas laten
penguapan harus diberikan. Pengeringan adalah metode tertua pada
pengawetan bahan pangan.Lingkungan primitip melakukan pengeringan
daging dan ikan dengan sinar matahari jauh sebelum catatan sejarah dimulai
(Earle, 1969).
Pengeringan pada dasarnya bertujuan untuk mengeluarkan air dengan
cara pemanasan sedemikian ruapa, sampai mencapai kadar air tertentu.
Dengan sangat terbatasnya kadar air, akan menyebabkan enzim-enzim tidak
aktif dan atau mikroorganisme tidak dapat tumbuh. Pertumbuhan jasad
mikroorganisme dapat dihambat bahkan dimatikan, karena mikroorganisme
seperti umumnya jasad hiduo, membutuhkan air untuk proses
metabolismenya. Enzim tidak mungkin aktif pada bahan yang dikeringkan,
karena reaksi biokimia memerlukan air sebagai medianya (Hudaya, 1982).
Pengeringan biasanya dipakai untuk menentukan kadar air, atau
dilakukan pada zat kimia padat yang akan ditimbang untuk standarisasi,
membuat reagensi dll. Alat yang digunakan adalah oven yang dilengkapi
dengan thermometer, thermostat dan pengatur waktu pengeringan yang
dikehendaki. Alat yang akan dipai sebagai wadah bahan atau kemikalia yang
akan ditimbang harus dikeringkan juga. Alat yang digunakan untuk
35
menyimpan bahan yang sudah dikeringkan adalah eksikator yang kedap
udara, didalamnya ditaruh zat yang bias menyerap uap air sehingga pengaruh
uap air selama penyimpanan bias diabaikan (Sudarmadji, 1976).
Beberapa tumbuhan atau tanaman yang habis dalam keadaan segar
dan mungkin memburuk dalam Beberapa hari setelah panen. Salah satu cara
untuk melestarikan produk tanaman ini adalah untuk mengeringkannya di
baik dengan tradisional pengeringan matahari / naungan atau microwave
pengeringan / oven pengeringan meskipun berfungsi untuk menonaktifkan
enzim polifenol oksidase dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam
Komposisi fitokimia. Umumnya, proses ini dapat menyebabkan atribut
negative terhadap produk pangan akhir, namun penelitian membuktikan
bahwa sifat antioksidan keseluruhan makanan tertentu malah ditingkatkan
karena pembentukan Miliar Reaksi Produk (MRPs), yang dihasilkan dari
reaksi kondensasi antara asam amino (atau protein) dan mengurangi gula atau
produk oksidasi lipid (Annamalai, 2011).
Microwave (MW) yang berhubungan (MW dibantu atau MW -
disempurnakan)Kombinasi pengeringan adalah teknik dehidrasi cepat
yangdapat diterapkan untuk makanan tertentu, khususnya untuk buah-buahan
dan sayuran .Peningkatan kekhawatiran atas kualitas produk dan
produksibiaya telah memotivasi para peneliti untuk menyelidiki danindustri
untuk mengadopsi teknologi pengeringan kombinasi. Keuntungan UM terkait
kombinasi pengeringan meliputi :waktu pengeringan yang lebih pendek,
meningkatkan kualitas produk , danfleksibilitas dalam memproduksi berbagai
macam produk kering . tapiaplikasi saat ini terbatas pada kategori kecil buah-
buahandan sayuran karena biaya start-up tinggi dan relatif rumitteknologi
dibandingkan dengan konveksi konvensionalpengeringan . MW yang
berhubungan dengan kombinasi pengeringan mengambil keuntungan
darimetode pengeringan konvensional dan pemanasan microwave ,
memimpindengan proses yang lebih baik daripada MW pengeringan saja.
36
Makalah ini menyajikankajian komprehensif dari kemajuan terbaru dalam
MW – terkaitdikombinasikanpengeringan penelitian dan rekomendasi untuk
penelitian masa depan untuk menjembatani kesenjangan antara penelitian
laboratorium danaplikasi industri (Zhang, 2006).
Pengeringan adalah unit operasi tertua yang ditemukan di sebagian
besar sektor industri . Sebagai operasi energyintensive kenaikan terus-
menerus dalam minat pengeringan R & D pada skala global terlihat dari
berbagai konferensi internasional yang ditujukan untuk pengeringan . Namun,
sejarah pengeringan R & D sebagai bidang multi -disiplin yang layak bahwa
pasanganfenomena transportasi dengan ilmu material baru berusia sekitar
empat dekade . Sebagian besar literatur teknis sebelum tahun 1980 muncul di
lain selain bahasa Inggris , terutama di Rusia, Jerman , Perancis , Polandia dll
R & sastra D dalam bahasa Inggris mulai muncul hanya sejak 80 's terutama
sebagai hasil dari upaya tunggal tangan dari penulis senior ( ASM ) di McGill
University, Kanada (Mujumdar, 2007).
Untuk pengeringan termal , bahan basah dan gas panas melewati
pengering untuk bertukar panas dan massa untuk mengeringkan bahan basah .
Pengering langsung tersebut merupakan lebih dari 90 % dari pengering
industri dalam operasi hari ini menurut beberapa perkiraan . Ketika gas buang
keluar dari pengering , bahan entrained dalam gas buang harus melalui
kolektor debu yang sesuai, seperti siklon dan rumah kantong untuk
mengumpulkan produk entrained dan untuk memenuhi peraturan knalpot
debit . Bahan , gas pengeringan , dan pengering adalah komponen utama yang
perlu diperhatikan dalam proses pengeringan . Setelah sifat yang diperlukan
material, persyaratan produk , dan skala produksi diketahui , jenis pengering
yang sesuai dipilih . Pemilihan pengering harus mengambil banyak aspek
menjadi pertimbangan . Banyak aturan dan metodologi yang telah diusulkan
dalam literatur tentang pemilihan pengering berdasarkan karakteristik material
dan produk persyaratan . (Wong, 2008).
37
Drying adalah proses perpindahan panas dan massa yang
mengakibatkan penghapusan kelembaban air , dengan penguapan dari padat ,
semi padat atau cair untuk mengakhiri dalam keadaan padat . Teknik
pengeringan mungkin tertua dan metode yang paling penting dari pengawetan
makanan dilakukan oleh manusia . Penghapusan kelembaban mencegah
pertumbuhan dan reproduksi mikroorganisme yang menyebabkan
pembusukan , dan meminimalkan banyak reaksi yg memburuk kelembaban -
dimediasi . Dengan menggunakan metode ini , lebih seragam , higienis dan
menarik berwarnaproduk kering dapat diproduksi dengan cepat . Namun, itu
adalah operasi yang memakan energi dan efisiensi energi yang rendah ,
sehingga lebih banyak penekanan diberikan pada menggunakan sumber energi
matahari karena harga yang tinggi dan kekurangan bahan bakar fosil .
Pengering surya kini semakin banyak digunakan karena mereka adalah pilihan
yang hemat energi lebih baik dan lebih (Wankhade, 2012).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 3.1 Alat Pengering Cabinet Dryer
38
Bagian Utama Alat dan Mesin
a. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan
alat.
b. Tombol power : untuk menyalakan dan mematikan alat.
c. Setting suhu proses : mengeset suhu proses pengeringan.
d. Kaca : melihat hasil pengeringan.
e. Control suhu ruang : mengontrol suhu ruang pengeringan.
f. Cerobong asap : mendistribusikan uap air.
g. Lock : mengunci kabinet dryer.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat ini adalah produk dikeringkan dengan sumber panas
dari kompor listrik.
E. Mekanisme Kerja
Produk diletakan diruang pengering, kompor listrik dinyalakan, panas
dari kompor akan mengeringkan produk secara radiasi. Uap air akan terhisap
oleh blower. Suhu ruang pengering diukur dengan termometer.
39
Produk yang telah ditimbang dimasukkan ke bin pengering
Pemanas diaktifkan
Kipas pengering diaktifkan dan debid udara pengering diatur
Dicatat kadar air awal produk
Kadar air selama pengeringan selang waktu 15 menit diukur
Bila kadar air yang dikehendaki telah dicapai, proses pengeringan
dihentikan
Bobot produk kering ditimbang
F. Cara kerja
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengeringan
Kel Berat
Awal
(kg)
Berat
akhir
(kg)
Waktu
(jam)
Kapasitas
(kg/jam)
Randemen
(%)
Laju
Pengering
1 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994
2 0,5 0,5 0,167 2,994 100 2,994
3 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96
4 0,5 0,49 0,25 2 98 1,96
40
5 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454
6 0,5 0,48 0,33 1,51 96 1,454
7 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165
8 0,5 0,48 0,416 1,201 97 1,165
9 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88
10 0,5 0,44 0,5 1 88 0,88
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air
produk pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses
kimia, kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum
diolah maupun pada saat dipanaskan. Prinsip kerja dari pengeringan adalah
pengurangan kadar air bahan dengan cara pemanasan yang menggunakan
heater/kompor gas (listrik) sebagai sumber panas sedangkan mekanisme kerja
dari pengeringan adalah produk diletakkan dalam rak pengering, mesin
dihidupkan, heater menyala, blower mendistribusikan udara panas ke produk
kemudian blower penghisap menghisap uap air produk dan mendistribusikan
keluar alat melalui cerobong. Pada praktikum ini menggunakan alat/mesin
pengeringan cabinet dryer dan bin dryer, menggunakan bahan singkong hasil
dari praktikum ”Perajangan”.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering seperti suhu. Dan faktor yang
berhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan seperti ukuran bahan,
kadar air awal dan tekanan parsial di dalam bahan. Makin tinggi suhu dan
kecepatan aliran udara pengering makin cepat pula proses pengeringan
berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering makin besar energi panas
yang dibawa oleh udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang
diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kecepatan aliran udara
pengering makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang
41
dipindahkan ke udara. Kelembaban udara mempengaruhi proses pemindahan
uap air. Kelembaban udara yang tinggi maka perbedaan tekanan uap air
didalam dan diluar bahan menjadi kecil sehingga menghambat pemindahan
uap air dari dalam bahan ke luar. Selain itu pengeringan dengan mesin ini ini
juga dipengaruhi oleh besar kecilnya hisapan blower untuk menghisap uap air
yang menguap dalam tempat pengeringan.
Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan
cabinet dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada
pegeringan cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi
dengan rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat
akhir yang berbeda-beda tiap kelompok. Setelah diketahui hasil pengeringan
maka dapat diperoleh laju pengeringan dengan cara berat awal dikurangi berat
akhir dan dibagi waktu. Randemen berbanding lurus dengan berat netto dan
berbanding terbalik dengan bruto. Laju pengeringan berbanding lurus dengan
berat awal dan berat akhir dan berbanding terbalik dengan waktu, kapasitas
berbanding lurus dengan berat awal dan berbanding terbalik dengan waktu.
Dalam praktikum pengeringan ini yang mempengaruhi rendemen adalah
berat akhir dari prodak yang di hasilkan.
Dari praktikum dapat dilihat pada pengeringan ini digunakan waktu
yang berbeda- beda seperti 0,107, 0,107, 0,25, 0,25, 0,33, 0,33,0,416, 0,416,
0,5, 0,5 dan didapatkan kapasitas produk yang berbeda-beda pula. Kapasitas
produk terkecil dihasilkan oleh kelompok 9 dan 10 yaitu 1, lalu pada
kelompok 7 dan 8 sebesar 1,201, lalu pada kelompok 5 dan 6 sebesar1,51,
lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 2 dan pada kelompok 1 dan 2 sebesar
2,994. Dapat disimpulkan semakin lama waktu yang digunakan maka
kapasitas produk semakin besar. Sedangkan pada rendemen 100,100,98,98, 96,
96, 97, 97, 88, 88 dan diperoleh laju pengeringan dimulai dari dari yang ter
kecil. Pada kelompok 9 dan 10 memperoleh laju pengeringan sebesar 0,88,
lalu pada kelompok 7 dan 8 sebesar 1,165, lalu pada kelompok 5 dan 6
42
sebesar 1,454, lalu pada kelompok 3 dan 4 sebesar 1,96 dan pada kelompok 1
dan 2 memperoleh nilai laju pengeringan paling besar yaitu 2,994. Maka dapat
disimpulkan semakin tinggi rendemen makan semakin besar juga nilai laju
pengeringan.
H. Kesimpulan
1. Pengeringan adalah proses pengambilan atau pengurangan kadar air produk
pertanian sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat proses kimia,
kegiatan mikroorganisme dan enzim dalam produk, baik sebelum diolah
maupun pada saat dipanaskan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan yaitu faktor yang
berhubungan dengan udara pengering seperti suhu.
3. Proses pengeringan yang dilakukan pada praktikum ini menggunakan cabinet
dryer dengan bahan yang dikeringkan adalah singkong. Pada pegeringan
cabinet driyer ini hanya dua rak saja yang digunakan yang diisi dengan
rajangan singkong yang masing-masing memiliki berat awal dan berat akhir
yang berbeda-beda tiap kelompok.
4. Pada hasil praktikum kapasitas produk paling besar adalah pada kelompok 1
dan 2 sebesar 2,994 kg/jam , sedangkan rendemen terbesar juga pada
kelompok 1 dan 2 sebesar 100% dan laju pengeringan terbesar juga pada
kelompok 1 dan 2 sebesar 4,672 kg/jam.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
43
DAFTAR PUSTAKA
Annamalai , N. dan W. Hendra. 2011. Pengeringan Jamur dengan dehumidifier.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM Vol. 2 No. 1, Juni 2008 (30-33).
Basri, Efrida dan Yuniarti, Karnita. 2006. Sifat dan Bagan Pengeringan Sepuluh
Jenis Kayu Hutan Rakyat untuk Bahan Baku Mebel. ISSN: 175-182. Bogor.
Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. PT Sastra Hudaya.
Bogor.
Hardjanti, Sri. 2008. Potensi Daun Katuk sebagai Sumber Zat Pewarna Alami dan
Stabilitasnya Selama Pengeringan Bubuk dengan Menggunakan Binder
Maltodekstrin. Jurnal Penelitian Saintek, Vol.13, No.1, April 2008:1-18.
Hudaya, Saripah dan Daradjat, Setiasih. 1981. Dasar-dasar Pengawetan 1.
Depdikbud. Jakarta.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.
Yogyakarta.
Mujumdar, Achmad. 2007. Penelitian Pemanfaatan Langsung Sumber Energi Panas
Bumi untuk Pengeringan Kakao (Cokelat). Jurnal Sains dan Teknologi
Indonesi Vol. 10 No. 3 Desember 2008 Hlm. 135-141.
Sudarmadji , Herti. 1976. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda si Pelangsing Tubuh
dan Peluruh Kolesterol. Gramedia. Jakarta.
Sutrisno , G.B.A. 2005. Pengaruh Suhu Pengeringan terhadap Mutu Tepung Siput
Laut (Littoraria scabra).
Sulikhah, Nelwan L.O. dan I Nengah Suastawa. 2008. Disain dan Uji Kinerja
Pengering Rotari Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal
Keteknikan Pertanian Vol.22, No.2, Agustus 2008.
Wankhade, Lisdiana. 2012. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Winarno, Fardiaz, S. dan Dedi Fardiaz. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT
Gramedia. Jakarta.
Wong , Muh. 2008. Perancangan Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering
Hasil Perkebunan Rakyat. Jurnal Teknologi Volume 9 No. 2 April 2009.
44
Lampiran Perhitungan Pengeringan
1) Data Kelompok 1
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,167 =2,994 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,5
0,5 x 100 % =100%
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,5
0,167 = 2,994 kg/jam
2) Data Kelompok 2
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,167 =2,994 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,5
0,5 x 100 % =100%
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,5
0,167 = 2,994 kg/jam
3) Data Kelompok 3
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,25 =2,00 kg/jam
45
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,5
0,49 x 100% = 98 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,49
0,25 = 1,96kg/jam
4) Data Kelompok 4
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,25 =2,00 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,5
0,49 x 100% = 98 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,49
0,25 = 1,96kg/jam
5) Data Kelompok 5
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,33 = 1,51kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %
= 0,48
0,5 x 100% = 96 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,48
0,33 = 1,454kg/jam
46
6) Data Kelompok 6
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,33 = 1,51kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100 %
= 0,48
0,5 x 100% = 96 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,48
0,33 = 1,454kg/jam
7) Data Kelompok 7
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,416 = 1,201 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,48
0,5 x 100% = 97 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,48
0,416 = 1,165 kg/jam
8) Data Kelompok 8
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,416 = 1,201 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
47
= 0,48
0,5 x 100% = 97 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,48
0,416 = 1,165 kg/jam
9) Data Kelompok 9
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,5 = 1,00 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,44
0,5 x 100% =88 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,44
0,5 = 0,88 kg/jam
10) Data Kelompok 10
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢𝑝𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛
= 0,5
0,5 = 1,00 kg/jam
Randement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 x 100%
= 0,44
0,5 x 100% =88 %
Laju Perajangan = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
= 0,44
0,5 = 0,88 kg/jam
48
ACARA IV
PENEPUNGAN (MILLING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara IV Penepungan yaitu :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin penepung, bagian-bagian utama alat
berikut fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :
a. Kapasitas alat/mesin
b. Kwalitas produk (tepung)
c. Randement produk.
d. Tingkat/derajat kebersihan produk.
B. Tinjauan Pustaka
Keberadaan terigu sudah melekat dengan industri pengolahan
pangan.Akibatnya, ketika harga terigu naik, para produsen makanan olahan dari
terigu, terutama yang termasuk usaha kecil menengah (UKM) menghadapi
masalahyang berat. Di satu sisi, produsen tertekan oleh kenaikan harga terigu,
namun di sisi lain dihadapkan pada daya beli konsumen yang makin menurun.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut adalah memanfaatkan tepung
dari bahan pangan lokal dalam memproduksi makanan berbasis terigu.Budaya
mengonsumsi tepung pada masyarakat Indonesia perlu ditindaklanjuti dengan
mengembangkan aneka tepung lokal untuk mengurangipenggunaan terigu.
Berkaitan dengan hal tersebut, tantangan ke depan adalah mengkaji ulang dan
memanfaatkan bahan pangan serealia lain yang dapat mensubstitusi terigu
(Suarni, 2009).
49
Tepung umbi ialah bentuk hasil pengolahan bahan dengancara penggil
ingan atau penepungan. Pada prosespenggilingan, ukuran bahan diperkecil
dengan cara diremuk yaitu ditekan dengan gaya mekanis dari alatpenggiling.
Perbedaan dengan proses tepung pati terletakpada adanya proses ekstraksi dengan
cara pengepresan,pengendapan untuk memi sahkan pati nya. Pengamatan
karakterisasi tepung umbi dan tepung patiumbi meliputi analisis sifat fisik
proksimat, amilosa, danfungsional tepung dan pati . Karakteristik fisik tepung
umbi dan tepung pati meliputirendemen, granula pati, absorbsi air, dan absorbsi
minyak. Hal tersebut berkaitan erat dengan komposisi kimia. Secara spontan
granula pati basah dapat terdespersi dalam air dan minyak, hal ini menunjukkan
bahwa granula pati dapat memberikan gugus hidrofilik dan hidrofobik
(Richana, 2004).
Kadar serat tepung gadung selama percobaan.berkisar antara 1,59 –
1,62%. menunjukkan bahwa lama perendaman dan besarnya konsentrasi larutan
garam berpengaruh tidak nyata terhadap kadar serat tepung gadung. Kadar air
tepung gadung dengan perlakuan perendaman dalam larutan garam 7,5% lebih
tinggi dibandingkan dengan yang direndam dalam larutan garam 5%. Hal ini
mungkin penyebabnya karena jumlah garam yang tertinggal pada tepung pada
perlakuan perendaman dengan larutan garam 7,5% lebih banyak dari pada
tepung dari perlakuan perendaman larutan garam 5%. Garam bersifat higroskopis
sehingga makin banyak jumlah garam yang tertinggal dalam tepung, kadar air
tepung semakin tinggi (Hardjo, 2005).
Konversi umbi segar talas menjadi bentuk tepung yang siap pakai
terutama untuk produksi makanan olahan disamping mendorong munculnya
produk-produk yang lebih beragam juga dapat mendorong berkembangnya
industri berbahan dasar tepung atau pati talas sehingga dapat meningkatkan nilai
jual komoditas talas. Penepungan talas juga diharapkan dapat menghindari
kerugian akibat tidak terserapnyaumbi segar talas di pasar ketika produksi
panenberlebih.Komposisi pati pada umumnya terdiri dariamilopektin sebagai
50
bagian terbesar dan sisanyaamilosa. Adanya informasi mengenai komposisi
patidiharapkan dapat menjadi data pendukung dalammenentukan jenis produk
yang akan dibuat dari patiatau tepung talas. Penelitian pada 71 sampel umbi
talasyang diambil dari negara Fiji, Samoa Barat danKepualauan Solomon,
diperoleh kadar pati rata-ratasebesar 24,5% dan serat sebesar 1,46%
(Hartati, 2003).
Pada pengolahan tepung ikan, minyak ikan diperoleh degan cara
memisahkan bagian minyak dari cairan hasil pengepresan. mutu minyak ikan
diduga dipengaruhi oleh mutu bahan mentah yang diolah misalnya mutu minyak
ikan lemburu yang digunakan untuk memproses ikan kalengan pada umumnya
lebih tinggi dibandingkan dengan yang digunakan untuk memproduksi tepung
ikan bahkan tepung ikan juga diolah dengan menggunakan limbah pengalengan
(Permana, 2003).
Warna tepung gandum yang masih baru biasanya kekuning-kuningan
dapat berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Perubahan tersebut sering
meninmbulkan sifat organoleptik warna dan penampakan yang tidak diinginkan,
baik selama proses penyimpanan maupun selama proses pembuatan produk
pangan sehingga mengurangi mutu produk. Hal lain bahwa tepung terigu yang
baru berwarna kekuning-kuningan dan bersifat kurang elastis. Bila dijadikan
adonan roti tidak dapat berkaembang dengan baik (Cahyadi, 2006).
Keripik tempe dihasilkan dari percampuran tempe pada adonan tepung
yang telah dibumbui. Proses ini memegang peran penting karena akan
menentukan rasa dari keripik tempe original dan berpengaruh terhadap proses
selanjutnya. Tingkat keenceran suatu adonan menjadi kunci dalam adonan.
Adonan yang terlalu encer akan membuat tepung susah melekat pada tempe,
sedangkan adonan yang terlalu pekat membuat adonan menempel pada tempe
terlalu tebal sehingga keripik tempe menjadi tidak renyah (Sa’diyah, 2009).
Tepung gandung yang dibuat berwarna krem, karena adanya zat xatifil.
Warna tepung akan memutih selama penyimpanan, tetapi ini merupakan proses
51
lambat. Oleh karena kesukaan konsumen akan tepung putih, penggunaan bahan
pemutih tepung telah banyak dipakai. Bahan pemutih yang paling sering
digunakan adalah benzyl peroksida.Mutu tepung roti yang dibuat dari tepung
tertentu ternyata lebih baik bila umur tepung bertambah. Hal ini merupakan
proses yang lambat tetapi dapat dipercepat dengan bahan peningkat mutu.
(Buckle, 1978).
Dalam penelitian berikut penepungan basah proses diselidiki di bawah
penepungan yang berbeda kondisi kalsium karbonat bubur. Bahan grinding media
yang berbed abervariasi dalam berat jenis, ukuran manik-manik dan kecepatan
ujung pengaduk yang digunakan. Untuk menentukan optimum dari konsumsi
energi untuk proses penepungan, berdasarkan modelstres Kwade (Weber, 2010).
Komposisi proksimat dari sampel tepung menunjukkan penurunan sekitar
14 sampai 38% kandungan protein tetapi dengan peningkatan yang signifikan
dalam kadar serat ( 167-967 % ) tergantungpada tingkat substitusi . Lemak dan
abu isinya , serta pH sampel tepung meningkatdengan peningkatan karena adanya
setelah penepungan. Adonan dengan sifat viskoelastik yang baik dan dapat
diterimaroti dengan kualitas yang mirip dengan roti gandum 100 % diproduksi
dari 10 % penambahan tepung tigernut (Omowaye, 2006).
52
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 4.1 Alat/Mesin Penepungan
Bagian Utama Alat dan mesin
a. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran.
b. Belt transmition : menyalurkan tenaga dari motor.
c. Inlet : tempat pemasukkan bahan.
d. Gigi aktif : memukul produk menjadi tepung.
e. Gigi pasif : untuk memukul produk jadi tepung.
f. Screen : menyaring produk berdasar berat ukuran.
g. Outlet : tempat keluarnya produk.
h. Motor listrik : penggerak gigi aktif.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat ini adalah produk dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif.
E. Mekanisme Kerja
Motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkan dalam inlet,
kemudian masuk kedalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif dan
gigi pasif. Produk yang belum halus tertahan oleh saringan kemudian dihantam
lagioleh gigi aktif dan gigi pasif, kemudian produk keluar melalui outlet
53
F. Cara kerja
Produk yang akan ditepung
Ditimbang dan dicatat bobotnya
Motor penggerak dihidupkan
Produk kering
Dimasukkan ke dalam hopper penepung
Dicatat lama waktu penepungan
Produk yang telah menjadi tepung
Ditimbang dan dicatat bobotnya
Diamati tingkat kelembutan tepung
54
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penepungan
Kel Berat
awal
(kg)
Berat
akhir
(kg)
Waktu
(jam)
Kapasitas
(kg/jam)
Randemen
(%)
Kualitas
1 0,5 0,460 0,072 6,944 92 Kasar
2 0,5 0,020 0,140 3,571 4 Halus
3 0,5 0,497 0,091 5,494 99,4 Kasar
4 0,5 0,474 0,0868 5,760 94,8 Halus
5 0,5 0,615 0,1007 4,965 94,8 Kasar
6 0,5 0,482 0,113 4,424 96,4 Halus
7 0,5 0,507 0,0542 9,225 101,4 Halus
8 0,5 0,507 0,044 11,363 101,4 Kasar
9 0,5 0,547 0,160 3,125 109,4 Kasar
10 0,5 0,523 0,086 5,813 104,6 Halus
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Penepungan adalah proses untuk menghaluskan produk dari bahan
padat atau keras. Prinsip kerja dari penepungan ini adalah produk dihantam
oleh gigi aktif dan gigi pasif sedangkan mekanisme kerja dari penepungan ini
adalah motor listrik dihidupkan kemudian produk dimasukkkan dalam inlet
kemudian masuk ke dalam ruang penepung, produk dipukul oleh gigi aktif
dan gigi pasif kemudian disaring dan produk keluar melalui outlet.
Pada praktikum penepungan ini bahan yang digunakan adalah beras.
Sebelum dilakukan penepungan, beras yang akan ditepung direndam terlebih
dahulu di dalam air selama 1 malam, kemudian ditiriskan, hal ini dilakukan
agar beras dalam kondisi agak lembab dan mudah untuk digiling, selain itu
tepung yang dihasilkan nantinya tidak terlalu kering sehingga debunya tidak
berterbangan. Hal ini juga berpengaruh terhadap kecepatan mesin dalam
melakukan penepungan. Karena semakin tinggi kandungan air dalam produk
maka kekerasan produk semakin rendah sehingga memudahkan proses
55
penepungan. Selain berpengaruh terhadap kecepatan penepungan kadar air
dalam produk juga mempengaruhi tingkat kehalusan produk dalam air dalam
produk juga berpengaruh pada tingkat kehalusan tepung yang penepungan.
Semakin tinggi kadar air dalam produk maka tepung yang dihasilkan akan
semakin halus.
Dalam praktikum penepungan kelompok kami ini berat awal beras
sebelum ditepungkan adalah 0,5 kg dan setelah dilakukan penepungan
didapati berat akhir penepungan adalah 0,547 kg dalam waktu 0,160 jam
sehingga dapat diperoleh kapasitas kerja mesin dengan membagi antara berat
awal dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan penepungan. Dari
perhitungan tersebut didapatkan kapasitas kerja mesin 3,125 kg/jam
sedangkan randementnya 109,4%, diperoleh dengan membagi berat akhir
dengan berat awal kemudian dikalikan 100 %. Pada kelompok 7, 8, 9 dan 10
memperoleh randemen lebih dari 100%, hal ini tidak sesuai dengan teori.
Seharusnya nilai randemen <100%. Hal tersebut terjadi karena kurang teliti
sangat menimbang. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus
dibandingkan beras kering yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan.
Hal ini karena beras yang telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih
lembek, jadi ketika beras yang telah direndam dimasukkan ke mesin
penepungan akan mudah dihantam oleh gigi aktif dan gigi pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kapasitas kerja mesin
adalah berat awal produk dan kurang lancarnya produk saat masuk kedalam
mesin penepung sehingga secara tidak langsung menambah waktu yang
diperlukan untuk melakukan penepungan sedangkan faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya randement adalah masih tertinggalnya sebagian
produk di dalam mesin sehingga mengurangi jumlah tepung yang dihasilkan.
Selain itu juga karena masih tertinggalnya sebagian tepung dari kelompok
sebelumnya yang melakukan penepungn sehingga menambah jumlah produk
penepungan. Hal ini membuat kurang validnya data yang diperoleh.
56
H. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum Penepungan adalah:
a. Pengeringan memiliki tujuan yaitu mengurangi kadar air bahan agar enzim-
enzim tidak aktif dan mikroorganisme tidak dapat tumbuh.
b. Salah satu alat pengeringan yaitu cabinet dryer.
c. Kecepatan udara makin tinggi maka semakin cepat pula massa uap air yang
dipindahkan.
d. Beras yang telah direndam hasilnya lebih halus dibandingkan beras kering
yang langsung dimasukkan ke mesin penepungan. Hal ini karena beras yang
telah direndam tekstur beras akan menjadi lebih lembek, jadi ketika beras yang
telah direndam dimasukkan ke mesin penepungan akan mudah dihantam oleh
gigi aktif dan gigi pasif.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
57
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Buckle, K. A. 1985. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sastra Hudaya, Bogor.
Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendinginan
terhadap Konsumsi Bahan Bakar Motor Diesel Stasioner di Sebuah Huller.
Jurnal Teknik Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik,
Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Hardjo, Muljo. 2005. Tepung Gadung (Dioascorea hispida DENNST) Beras Sianida
dengan Merendam Parutan Umbi dalam Larutan Garam. Jurnal
Matematika, Sains, dan Teknologi, Volume 6, Nomor, September 2005,
92-99. Universitas Terbuka.
Hartati, N Sri dan Titik K. Prana. 2003. Analisis Kadar Pati dan Serat Kasar Tepung
bebrapa kultivar Talas. (Coloccasia esculental. Schott). Jurnal Natur
Indonesia 6(1) : 29-33 (2003) ISSN 1210-9379, Pusat Penelitian
Bioteknologi LIPI, Cibinong.
Ir. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.
Omowaye . 2007. Prediction of Breakage during Roller Milling of Mixtures of Wheat
Kernels, Based on Single Kernel Measurements. Jurnal Teknologi, 48(F)
Jun : 75-83, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia.
Suarni. 2009. Prospek Pemafaatan Tepung Jagung untuk Kue kering (Cookies).
Jurnal Litbang Pertanian 28(2). 2009. Balai Penelitian Tanaman Serelia,
Universitas Terbuka.
Weber, Sukandar. 2010. Konversi Satuan Ukuran Rumah Tangga ke dalam Satuan
Berat (Gram) pada Beberapa Jenis Pangan Sumber Protein. Jurnal Gizi
dan Pangan, Maret 2008 3(1): 49 – 60.
58
Lampiran Perhitungan Penepungan dan pengayakan
1) Data Kelompok 9
Kapasitas = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)=
0,5
0,116= 4,310 kg/jam
Rendement = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙𝑥 100% =
0,547
0,5𝑥 100% = 109,4% %
59
ACARA V
GORENG SANGAN (FRYING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara V Goreng sangan yaitu :
1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng sangan, bagian-
bagian, utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang diingankan/disyaratkan.
B. Tinjauan pustaka
Proses penyaringan minyak kelapa sawit sebanyak 2 kali (pengambilan
lapisan lemak jenuh) menyebabkan kandungan asam lemak tak jenuh menjadi
lebih tinggi. Tingginya kandungan asam lemak tak jenuh menyebabkan minyak
mudah rusak oleh proses penggorengan (deep frying), karena selama menggoreng
minyak akan dipanaskan secara terus menerus pada suhu tinggi serta terjadinya
konyak dengan oksigen dari udara luar yang memudahkan terjadinya reaksi
oksidasi pada minyak. Terdapat 2 (dua) cara proses menggoreng, yaitu pan frying
dan deep frying. Menggoreng cara deep frying membutuhkan minyak dalam
jumlah banyak sehingga bahan makanan dapat terendam seluruhnya di dalam
minyak. Proses menggoreng adalah suatu proses persiapan makanan dengan cara
memanaskan bahan makanan di dalam ketel yang berisi minyak (Sartika, 2009).
Arang sekam pada penggorengan suhu tinggi pada penelitian tersebut
memiliki sifat absorb. Penggorengan ini membuthkan banyak minyak dengan
volume besar, sehingga ini membuktikan bahwa arang sekam bersifat absorb.
Arang sekam memiliki kemampuan menyerap (absorb) molekul-molekul radikal
bebas pada minyak goreng bebas. Sifat arang sekam ini akan dimanfaatkan untuk
mengatur kondisi suhu dan kelembapan udara dalam ruang (Setyowati, 2008).
60
Metode penggorengan yang biasa digunakan adalah deep frying.Metode
deep frying merupakan metode menggoreng bahan pangan dengan minyak yang
banyak sehinggabahan pangan terendam seluruhnya.Selain itu, metode ini juga
menggunakan suhu tinggidan jangka waktu yang lama.Pemanasan minyak
berulang pada suhu tinggi dapatmenyebabkan kerusakan minyak goreng.
Kerusakan disebabkan karena proses oksidasidan polimerisasi asam lemak jenuh
yang dikandungnya. Oksidasi lemak akan menghasilkanasam-asam lemak
berantai pendek yang dapat menimbulkan perubahan bau dan rasa serta senyawa
peroksida yang dapat membahayakan kesehatan tubuh (Mahmudan, 2014).
Penggorengan adalah proses pemasakan dan pengeringan bahan melalui
kontak dengan minyak panas secara simultan san terjadi pindah panas dan pindah
massa. proses ini merupkan proses yang sangat vital dalam pembuatan sebuah
kripik. dengan dilakukan penggorengan, akan diperoleh produk yang renyak,
selain itu citarasa yang ditimbulkan juga akan berubah seiring dengan berjalannya
beberapa reaksi seperti maillard dan karamelisasi, serta adanya penyerapan
minyak (Manuel, 2006).
Penggorengan vakum dirancang untuk membuat keripik dari buah-buahan
yang mengandung kadar serat, gula, dan air tinggi, serta buah-buahan yang
mudah mengalami reaksi pencoklatan bila sudah dikupas. Contoh produk hasil
penggorengan vakum antara lain keripik apel, keripik nangka, dan keripik
bengkuang. Selain dapat mengurangi kadar air, sistem penggorengan ini juga
menghasilkan produk dengan tekstur yang baik dan stabil dalam penyimpanan
(Matz, 1982). Penggorengan vakum dilakukan pada tekanan rendah, sehingga
penguapan dapat berlangsung cepat dan merata karena terdapat kesenjangan
tekanan dan kelembaban yang besar antara bagian luar dan bagian dalam bahan.
Kerusakan sifat sensoris produk juga dapat ditekan karenadalam kondisi vakum
tidak dibutuhkan suhu tinggi untuk menguapkan air (Ketaren, 1986). Keuntungan
lain penggunaan sistem penggorengan vakum adalah warna dan zat-zat nutrisi
61
yang terkandung dalam buah tidak banyak mengalami perubahan karena proses
penguapan air berlangsung pada suhu rendah (Rosida, 2008).
Metode dalam penggorengan ada duamacam, yaitu dengan menggunakan
minyak pada suhu rendah (vacuum frying) dan suhu tinggi (deep
frying).Penggoengan suhu rendah dilakukan untuk menjaga keutuhan kandungan
gizi pada bahan, biasanya dilakukan pada sayuran dan buah. Penggorengan tempe
dilakukan dengan metode deep frying, dimana tempe digoreng dengan seluruh
bahan tecelup pada minyak dengan suhu 180-2400 C (Sa’diyah, 2009).
Deep frying lemak adalah salah satu prosedur yang paling populer untuk
pengolahan makanan karena cepat dan mengembangkan rasa diinginkan dan
tekstur ( Sanibal dan Mancini - Filho , 2004) . Selama penggorengan tidak hanya
uap air tetapi juga senyawa lain pindah dari makanan ke dalam lemak , yang
dikombinasikan suhu penggorengan yang tinggi menyebabkan degradasi minyak
goreng ( Mellema , 2003). Degradasi minyak goreng diproduksi senyawa volatil
dan non -volatile . Sebagian besar senyawa volatil menguap di atmosfer dengan
uapdan sisanya senyawa non -volatile dalam minyak mengalami reaksi kimia
lebih lanjut atau diserap dalam makanan yang digoreng . Senyawa-senyawa non -
volatile dalam minyak mempengaruhi sifat fisik dan kimia makanan yang
digoreng , yaitu stabilitas aroma, rasa dan tekstur selama penyimpanan
(Sunisa, 2011).
Ada kekhawatiran konstan untuk menentukan efek bahwa berbagai faktor
yang terlibat dalam proses termal , industri atau kuliner memiliki nilai gizi dari
makanan yang diproses . Ketika lemak menembus makanan , mungkin selektif
mengubah komposisi makanan , seolah-olah semacam proses kromatografi .
Perubahan yang dihasilkan tergantung pada banyak faktor , seperti komposisi
lemak dan menggoreng makanan , tekstur , ukuran dan bentuk dari makanan dan
kondisi penggorengan seperti suhu , durasi , dll Semua faktor ini mempengaruhi
perubahan yang terjadi pada nilai gizi dari makanan yang digoreng . Perubahan
yang tidak diinginkan dapat terjadi bersamaan dengan modifikasi yang
62
diinginkan , salah satu perubahan tersebut menjadi kehilangan nutrisi , terutama
vitamin dan , selama proses penggorengan (Ghidurus, 2010).
Dalam 40 tahun terakhir , penggunaan proses menggoreng deep-fat di
Amerika Serikat dan Eropa telah meningkat dengan pesat . Banyak dari produk
ini adalah makanan ringan dengan kandungan minyak bervariasi dari 6 %
(panggang kacang) ke 40 % (keripik kentang) (Moreira dan lain-lain 1999). Di
Amerika Serikat, sekitar 1,2 miliar pon keripik kentang yang dikonsumsisetiap
tahun (FSA / USDA 2002). Penelitian baru-baru ini dankepentingan dalam
aplikasi vacuum frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain
baru fryer (Moreira dan lain-lain1999) memberikan insentif untuk studi
mendalam akrilamidagenerasi selama penggorengan , sehingga proses yang lebih
baik dapat dirancang untukmengurangi pembentukan produk beracun ini dalam
produk goreng (Granda, 2010).
Goreng adalah salah satu metode memasak tertua dan paling populer yang
ada . Deep frying lemak adalah metode untuk menghasilkan makanan kering di
mana lemak dimakan dipanaskan di atas air mendidih berfungsi sebagai media
transfer panas , lemak juga bermigrasi ke dalam makanan , memberikan nutrisi
dan rasa ( Fan et al . , 2005 dan Tarmizi dan Niranjan , 2011 ) . Kondisi ini
menyebabkan tingginya tingkat perpindahan panas , cepat memasak , browning ,
tekstur , dan pengembangan rasa. Oleh karena itu , menggoreng deep- fat sering
dipilih sebagai metode untuk menciptakan rasa yang unik , warna , dan tekstur
dalam makanan olahan . Namun, gelap permukaan dan banyak efek samping
berlangsung selama menggoreng deep-fat karena suhu tinggi . Karena tekanan
menurunkan , titik didih kedua lemak dan kelembaban dalam makanan
diturunkan . Vacuum frying adalah teknik alternatif untuk meningkatkan kualitas
makanan dehidrasi. Selama vacuum frying , sampeldipanaskan di bawah tekanan
negatif yang menurunkan titik didih minyak goreng dan air dalam sampel
(Amany, 2012).
63
Antioksidan alami telah digunakan dalam minyak goreng ( Jaswir dan
lain-lain 2000) dalam minyak goreng sawit . Para peneliti ini menunjukkan bahwa
kombinasi rosemary , sage , dan asam sitrat adalah yang paling efektif dalam
memperlambat degradasi asam lemak , tetapi asam sitrat saja hanya sedikit lebih
baik daripada tidak ada aditif . Warner dan lain-lain ( 1985) juga melaporkan
bahwa THBQ serta asam sitrat yang digunakan selama pemanasan minyak
kedelai tidak berpengaruh dibandingkan dengan minyak kedelai tanpa aditif .
Kurangnya pengaruh asam sitrat selama penggorengan tidak terduga karena asam
sitrat juga volatilizes pada suhu tinggi seperti halnya antioksidan kimia. Asam
sitrat yang ditambahkan selama pengolahan minyak nabati di tingkat 0,005 %
sampai 0,01 % untuk bertindak sebagai chelator logam dan dengan demikian
membantu melindungi minyak dari oksidasi ( Brekke 1980) . Namun, asam sitrat
terurai pada suhu di atas 150 C , sehingga perlu ditambahkan ke minyak
deodorized pada 130 ◦ Corlessduringcooling setelah deodorisasi ( Frankel 2005).
Selain peran asam sitrat sebagai chelator logam , Jaswir dan Che Man ( 1999)
melaporkan bahwa asam sitrat , bersama dengan antioksidan , dapat dianggap
sebagai sinergis untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dalam minyak sawit
(Warner, 2009).
Pada umumnya proses pembuatan emping melinjo itu menggunakan cara
menggoreng sangan. Dengan dilengkapi pasir, maka biji-biji melinjo yang
digoreng sangan akan dapat masak secara merata ; karena pasir sifatnya cepat
menerima panas (dari api tungku atau kompor), dan dengan mencampurkan biji-
biji melinjo berbaur dengan pasir (Sunanto, 1998).
Penyangraian bji kopi merupakan proses yang penting dalam industri
perkopian dan amat menentukan mutu minuman kopi yang diperolehnya. Proses
mengubah biji-biji kopi yang tidak enak menjadi bahan minuman dengan aroma
dan citarasa yang lezat. Proses pengolahannya menggunakan tekanan atmosfer
dengan udara panas, dengan melalui kontak dengan bahan mutal panas
(Siswoputranto, 2001).
64
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 5.1 alat/mesin goreng sangan
Bagian Utama Alat dan mesin
a. Silinder luar : menyalurkan radiasi panas ke dalam silinder.
b. Silinder dalam : sebagai tempat produk.
b. Tuas pengunci : mengunci agar produk tidak dapat keluar.
c. Outlet : tempat keluar produk.
d. Kompor gas : sumber panas.
e. Belt : menghubungkan tiap-tiap pulley.
f. Speed redustion : untuk mengurangi kecepatan motor listrik.
g. Motor listrik : menggerakkan belt.
h. Pulley mesin : penerima tenaga dari motor.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat ini adalah produk dimatangkan dengan radiasi panas.
E. Mekanisme Kerja
Produk dimasukkan ke dalam silinder dalam, kemudian menutup tuas
pengunci. Dengan mendapatkan sumber panas dari kompor gas. Kemudiaan
diradiasikan ke silinder dalam untuk mematangkan produk.
65
F. Cara kerja
Produk (kacang tanah)
Ditimbang
Alat dibersihkan dan dirangkai
Kompor dinyalakan
Kacang tanah dimasukkan
Motor listrik dihidupkan
Diamati tingkat kematangan @10 menit sampai 60 menit
Dihitung kapasitasnya
Bobot produk kering/ berat akhir ditimbang
66
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran goreng sangan
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk
menggoreng suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan
sangan banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan
tingkat kematangan produk. Apabila produk olahan belum matang berarti
masih banyak mengandung kadar air. Apabila produk sudah tidak
mengandung kadar air maka produk tersebut sudah matang.
Goreng sangan ini dilakukan dengan produk berdasarkan tingkat
kematangan. Produk yang digunakan adalah kacang tanah yang masih mentah.
Untuk lamanya proses pengorengan sangan ini tergantung pada kualitas
kematangan dari kacang tanahnya. Dengan menyusun alat penggorengan
sangan seperti pada rangkaian gambar diatas, maka goreng sangan dapat
dilakukan. Metode yang dipakai dalam percobaan ini adalah merubah keadaan
Kel Berat Awal (kg) Lama Proses (menit) Kadar Air % Tingkat masak
1 1 10 21,1 Kurang masak
2 1 10 21,1 Kurang masak
3 0,5 20 18,7 Kurang masak
4 0,5 20 18,7 Kurang masak
5 0,5 30 16,2 Agak masak
6 0,5 30 16,2 Agak masak
7 0,5 20 18,7 Kurang masak
8 0,5 20 18,7 Kurang masak
9 0,5 15 9,4 Masak
10 0,5 15 9,4 Masak
67
produk, baik sifat fisik maupun kimiawinya sehingga menghasilkan produk
yang lunak dan enak dimakan.
Faktor yang mempengaruhi tingkat kemasakan dari produk adalah
kadar air yang terdapat dalam produk tersebebut. Semakin besar kadar air
pada produk makan tingkat kematangan suatu produk yang di hasilkan juga
akan kurang. Tujuan dari alat mesin goreng sangan ini adalah mengurangi
kadar air yang terkandung dalam sebuah produk atau bahan. Semakin lama
proses maka semakin menurun kadar airnya, tapi bila terlalu lama maka bahan
yang didalam mesin akan gosong, jadi harus diamati setiap beberapa menit hal
ini disebabkan karena produk kehilangan air saat proses pemanasan yang
ditimbukan dari kompor gas.
Banyak faktor yang mempengaruhi goreng sangan diantaranya
semakin lama pemanasan maka produk akan semakin matang. Cepat
lambatnya pemutaran, apabila perputaran silinder lambat maka radiasi panas
yang terima produk semakin besar tetapi distribusi panas kurang merata
sehingga kurang baik untuk pematangan produk. Besar kecilnya api pemanas
memegang peranan penting, karena pematangan produk diatur cepat
lambatnya melalui besar kecilnya api pemanas. Dalam penggorengan sangan
juga dipengaruhi berat produk dan kadar air awal produk yang digoreng,
semakin banyak produk maka proses proses pematangan akan semakin lama
demikian sebaliknya semakin sedikit produk maka penggorengan
memerlukan waktu yang relatif cepat. Sedangkan kadar air awal produk
berpengaruh terhadap waktu yang diperlukan untuk penggorengan sangan
karena penggorengan sangan bertujuan untuk mematangkan produk hingga
matang dan kadar air tertentu.
Pada praktikum diperoleh hasil pada kelompok 1 dan 2 berat awal 1
kg, lama prosesnya 10 menit memiliki kadar air sebesar 21,1% dan tingkat
kemasakannya kurang masak. Pada kelompok 3 dan 4 berat awal 0,5 kg, lama
prosesnya 20 menit memiliki kadar air sebesar 18,7% dan tingkat
68
kemasakannya kurang masak. Pada kelompok 4 dan 5 berat awal 0,5 kg, lama
prosesnya 30 menit memiliki kadar air sebesar 16,2% dan tingkat
kemasakannya agak masak. Pada kelompok 6 dan 7 berat awal 0,5 kg, lama
prosesnya 20 menit memiliki kadar air sebesar 18,7% dan tingkat
kemasakannya kurang masak. Sedangkan pada kelompok 9 dan 10 berat awal
0,5 kg, lama prosesnya 15 menit memiliki kadar air sebesar 9,4% dan tingkat
kemasakannya masak. Hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan pada
kelompok 9 dan 10 sudah panas karena di gunakan oleh beberapa kelompok
sebelumnya jadi dengan waktu yang singkat pun kacang sudah masak.
H. Kesimpulan
1. Mesin penggoreng sangan adalah mesin yang digunakan untuk menggoreng
suatu produk tanpa menggunakan minyak. Dalam penggorengan sangan
banyak hal yang perlu diperhatikan yaitu kadar air, jenis bahan dan tingkat
kematangan produk
2. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemasakan dari produk adalah kadar air
yang terdapat dalam produk tersebebut. Semakin besar kadar air pada produk
makan tingkat kematangan suatu produk yang di hasilkan juga akan kurang.
3. Pada kelompok 9 dan 10 berat awal 0,5 kg, lama prosesnya 15 menit memiliki
kadar air sebesar 9,4% dan tingkat kemasakannya masak. Hal tersebut
disebabkan oleh alat yang digunakan pada kelompok 9 dan 10 sudah panas
karena di gunakan oleh beberapa kelompok sebelumnya jadi dengan waktu
yang singkat pun kacang sudah masak.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
69
DAFTAR PUSTAKA
Amay, M. 2012. Separation of Forest Seed Through Flotation. In Seed Problem.
International Symposium on Seed Processing. Vol. 1, Paper No 16, Bergen,
Norway.64-70 pp.
Ghidurus, 2010.Uji dan Aplikasi Komputasi Paralel pada Jaringan Syaraf
Probabilistik (PNN) untuk Proses Klasifikasi Mutu Tomat. Jurnal
Teknologi, Edisi No.1. Tahun XX, Maret 2006, 34-45 ISSN 0215-1685.
Granda. 2010. Perancanga Proses dan Peralatan Produksi Biji Kakao Kering Hasil
Perkebunan Rakyat. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung
Pandang.
Rosida. 2008. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.
Sa’diyah. 2009. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka, Jakarta.
Siswoputranto. 2001. Pengaruh Suhu dan Lama proses Menggoreng (Deep Frying)
terhadap Pembentukan Asam Lemak Trans. Makara, Sains, Vol.13, No. 1,
April 2009 : 23-29. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Sunanto . 1998. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Sunisa. 2011. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta.
Warner,dkk. 2009. Jurnal Memanfaatkan Arang Sekam untuk Mengatur Suhu dan
Kelembapan Udara dalam Ruangan. Forum Teknik Vol. 32, No. 1, Januari
2008. Fakultas Teknik, Universitas Widya Mataram, Yogyakarta.
70
ACARA VI
SORTASI
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara VI Sortasi antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sortasi, bagian-bagian utama
alat berikut fungsi masing-masing nagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alt/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputu :
a. Kapasitas alat/mesin
b. Tingkat/derajat pembersihan produk
B. Tunjauan Pustaka
Sortasi merupakan pemindahan beras gabah dari sekam, gabah hampa atau
kotoran ringan lainnya yang di dasarkan pada berat jenisnya. Penyusutan
kualitatif atau penyusutan volume terjadi pada saat gabah banyak terbuang saat
panen, hilang pada saat pengankutan, tercecer pada saat perontokan ataupun
penjemuran.Sedang penyusutan kualitatif di sebabkan karena adanya kerusakan
kimiawi atau fisis, seperti gabah banyak yang berkecambah, banyak yang retak,
biji menguning dan lain sebagainya (Noor, 2009).
Sortasi biji yang telah dikeringkan dilaksanakan atas dasar berat biji,
kemurnian, warna dan bahan ikutan serta jamur. Dalam menetapkan kualitas biji,
faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah kulit ari, kadar lemak dan kadar air
turut diperhatikan. Sortasi biji yang dilakukan secara visual adalah dengan
membuang biji yang jelek dan rendah mutunya. Biji yang telah mengalami proses
sortasi dimasukan kedalam karung goni dengan berat maksimum setiap kacang 60
kg (Yanita, 2008).
71
Sortasi buah dilakukan untuk memisahkan buah yang superior (masak, bernas,
seragam) dari buah inferior (cacat, hitam, pecah, berlubang dan terserang
hama/penyakit).Kotoran seperti daun, ranting, tanah dan kerikil harus dibuang,
karena dapat merusak mesin pengupas.Biji merah (superior) diolah dengan
metoda pengolahan basah atau semibasah, agar diperoleh biji kopi kering dengan
tampilan yang bagus. Sedangkan buah campuran hijau,kuning, merah diolah
dengan cara pengolahan kering (Choiron, 2010).
Benih kacang tanah yang berumur 2 minggu setelah panen dengan awal
viabilitas sebesar 90 %. Benih kacang tanah disortir berdasarkan ukurannya
dengan menggunakan Sieve shaker (ayakan yang digerakkan oleh mesin)
penyotiran dilakukan untuk mendapatkan benih ukuran kecil, sedang dan besar.
Sortasi lainnya dilakukan dengan menggunakan larutan NaCl dengan konsentrasi
0,0 % (aquadest), 1,5 % dan 3,0 %. Benih-benih yang digunakan hanyalah benih
yang tenggelam saja di dalam masing-masing konsentrasi NaCl tersebut,
sedangkan benih yang mengapung dibuang.Oleh karena itu didapatkan dua
metode perlakuan untuk penyotiran benih.Untuk menganalisis hubungan antara
metode sortasi terhadap tingkat ketahanan salinitas dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola factorial (Zakaria, 2006).
Manggis merupakan tanaman asli Indonesia dengan sentra produksi Jawa
Barat,Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Bali, NTT, NTB, Maluku, dan Papua.
Permintaan pasar dunia untuk buah manggis cukup besar. Nilai ekspor masih 15%
dari total produksi buah manggis Indonesia. Kecilnya nilai ekspor disebabkan
sering terjadinya penolakan buah manggis Indonesia karena mutu yang tidak
terjamin.Penyortiranbuah manggis Indonesia masih dilakukan secara manual dan
visual, faktor kelelahan dan keragaman visual manusia menyebabkan hasil
evaluasi sering tidak seragam.Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan
perancangan dan pembuatan mesin sortasi otomatis berbasis teknik pemeriksaan
secara nondestruktif dan Jaringan Saraf Tiruan (JST) yang mampu melakukan
72
penyortiran mutu buah manggis berdasarkan pemeriksaan mutu bagian luar dan
bagian dalam dari buah manggis.Teknologi yang dapat digunakan untuk
menentukan mutu luar dari buah manggis adalah teknik pengolahan citra
Teknologi gelombang ultrasonik digunakanuntuk pemutuan bagian dalam seperti;
mendeteksi getah kuning (gummosis), dagingbuah berwarna bening dan mengeras
(transluscent), serta kebusukan (decay) (Nurdin, 2010).
Proses sortasi adalah proses untuk memilih kripik tempe sesuai dengan
kualitas yang diinginkan. Dengan adanya penyortiran, akan dihasilkan
keseragaman sebuah produk sehingga menambah nilai harga jual. Keripik tempe
yang terlalu gosong, berlubang, dan retak harus disortir. Bagian keripik tempe
yang tidak utuh juga perlu disortir (Sa’diyah, 2009).
Sortasi bertujuan untuk memisahkan kotoran dan menyeleksi jika ada
beberapa irisan nata yang tidak sesuai baik bentuk maupun warnanya.Hal ini
dilakukan agar dalam kemasan nata tidak terdapat sedikitpun kotoran apapun nata
yang tidak memenuhi syarat atau standar kualitas. Jika hal ini terjadi, maka akan
dapat menggangu nilai estetika konsumen dan menurunkan selera ataupun minat
beli konsumen (Pambayun, 2004).
Sortasi adalah trans peptida sisistein yang mengkatalisis kovalen penahan
protein permukaan dinding seldi Gram-positif bakteri. Aksi katalitik sortasi
memerlukan ligasipeptida. Reaksi yang terjadi dalam dua langkah dan melibatkan
asil-enzim menengah(1-4) (Dasgupta, 2011).
Penahan Staphylococcus aureus protein permukaan dinding sel dikatalisis oleh
sortasi, a trans peptidase.Kontribusi protein permukaan staphylococcal untuk
pembentukan infeksi diperiksa menggunakan septicarthritis Model Murine.
Inokulasi intravenatikus dengan mutan sortase-kekurangan. Aureusregangan
SMK3 tidak menimbulkan penurunan berat badan atau septikparaharthritis,
berbeda dengan strain induk, S.Aureus (Jonsson, 2002).
Sortasi merupakan tahap usaha untuk menjamin mutu baik biji kopi yang
dihasilkan dan akan dipanaskan. Sortasi sebenarnya perlu dilakukan sejak
73
memilih jenis pohon untuk penanaman secara luas, pada waktu petik buah matang
– merah, melalui penampian buah-buah kopi dikebun untuk membuang buah-
buah muda dan buah kecil yang turut dipetik, membuang potongan dahan dan
kotoran.Sortasi perlu dilakukan setelah biji-biji kopi di ‘huller’ atau setelah biji-
biji kopi dikeringkan (Sunanto, 1998).
Sortasi dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia dengan cara
memisahkan antara produk yang baik dan yang kurang serta dengan kotorannya
tetapi memerlukan waktu dan tenaga yang banyak. Maka penggunaan alat yang
bekerja secara mekanis tampaknya merupakan salah satu alternative yang cocok
untuk sortasi biji kakao yang lebih efisien di masa datang.Penggunaan mesin
sortasi biji ini telah banyak dilakukan pengujian dan hasil pengujian yang
dilakukan oleh para peneliti memberikan hasil yang baik (Pudjogunarto, 2011).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 6.1 Alat/Mesin Sortasi
Bagian Utama Alat dan mesin
a. Blower : menghembuskan udara.
b. Inlet/ hopper : tempat masukkan produk.
c. Katup : mengatur besar kecil produk.
d. Outlet : tempat keluarnya produk.
74
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alt tersebut adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis.
E. Mekanisme Kerja
Bahan atau produk dimasukkan ke dalam inlet kemudian blower dihidupkan.
Bersamaan dengan itu, katub juga diatur agar produk dapat keluar dengan lancar.
Produk keluar melalui outlet.
F. Cara kerja
Alat/mesin sortasi disiapkan dan dibersihkan
Produk ditimbang
Kipas penghembus diaktifkan
Debit udara yang masuk ke dalam alat/mesin diatur sesuai persyaratan
Produk yang akan disortasi
Dituangkan ke dalam alat sortasi, dengan perlahan-lahan
Produk bersih dan kotoran produk ditimbang
75
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran sortasi
Kel Debit
Udara
(%)
Berat
Bersih
(kg)
Randement
(%)
Lama
Proses
(menit)
Kapasitas
(kg/jam)
1
25 1,68 84 0,43 240
50 1,42 71 0,33 25,81
75 1,09 54,5 0,40 181,6
100 1,03 51,5 0,26 257,5
2
25 1,68 84 0,43 240
50 1,42 71 0,33 25,81
75 1,09 54,5 0,40 181,6
100 1,03 51,5 0,26 257,5
3
25 0,80 80 0,17 266,67
50 0,72 72 0,18 240
75 0,58 58 0,23 145
100 0,54 54 0,20 180
4
25 0,80 80 0,17 266,67
50 0,72 72 0,18 240
75 0,58 58 0,23 145
100 0,54 54 0,20 180
5
25 0,90 90 0,12 450
50 0,78 78 0,100 390
75 0,68 68 0,12 340
100 0,66 66 0,28 132
6
25 0,90 90 0,12 450
50 0,78 78 0,100 390
75 0,68 68 0,12 340
100 0,66 66 0,28 132
7
25 1,175 78 0,33 213,6
50 1,100 73 0,28 275
75 1,050 70 0,18 350
100 1,00 60 0,16 333,3
8
25 1,175 78 0,33 213,6
50 1,100 73 0,28 275
75 1,050 70 0,18 350
100 1,00 60 0,16 333,3
76
9
25 0,88 88 0,36 146,67
50 0,78 78 0,20 260,00
75 0,66 66 0,28 165,00
100 0,58 58 0,26 145,00
10
25 0,88 88 0,36 146,67
50 0,78 78 0,20 260,00
75 0,66 66 0,28 165,00
100 0,58 58 0,26 145,00
2. Pembahasan
Sortasi adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis. Prinsip kerja
dari alat/mesin sortasi adalah pemisahan berdasarkan berat jenis. Pertama-
tama bahan dimasukkan kedalam inlet kemudian bahan akan keluar melalui
outlet. Biasanya katup pada rendement yang digunakan ada 4 yaitu 25%, 50%,
75%, dan 100% dengan alasan mengetahui perbedaan berat bersih dan
kapasitas dari berat produk. Semakin besar katup yang dibuka maka semakin
banyak udara yang keluar.
Alat yang digunakan pada praktikum ini memiliki bagian utama yaitu
blower berfungsi menghembuskan udara, inlet/hopper berfungsi tempat
memasukkan produk, katup sebagai mengatur besar kecilnya produk, dan
outlet sebagai tempat keluarnya produk. Pengaruh hembusan blower pada
sortasi adalah untuk menghebuskan udara keluar. Faktor yang mempengaruhi
sortasi adalah jumlah produk, waktu kerja dan besar kecilnya bukaan blower.
Tiap penambahan debit udara dari 25%, 50%, 75%, sampai 100%
randementnya semakin berkurang nilainya, hal ini disebabkan kestabilan atau
kelancaran gabah dalam melewati lubang outlet lebih sulit jika blowernya
berjalan lambat. Semakin lama proses rotasi randemennya semakin
kecil/berkurang, Hal ini dapat terjadi karena angin yang dihembuskan oleh
blower dan berat jenis produk. Faktor-faktor lain yang mempengarui
diantaranya adalah pada permulaan proses sortasi, pemisahan kurang
sempurna. Selain itu dapat disebabkan karena susunan instalasi mesin sortasi
77
yang kurang baik, lubang regulatornya yang tersumbat, dan dapat juga
disebabkan kemampuan penggilingan gabah yang telah turun.
Praktikum sortasi dilakukan atas dasar berat bahan. Pada praktikum ini
menggunakan alat sortasi yang proses kerjanya mnghembuskan udara, maka
biji yang tidak berisi akan keluar dari tempat /outlet pembuangan, dan biji
yang berisi akan terpisah dan keluar dari outlet yang berbeda. Biji yang berisi
kemungkinan besar masih bercampur dengan benda yang berat. Jadi harus
dilakukan sortasi ulang samapai benar-benar bersih.
Faltor-faktor yang mempengaruhi randement dan kapasitas adalah
banyaknya produk, berat jenis produk, waktu dan debit udara yang
dihembuskan oleh blower. Semakin banyak bahan yang mempunyai berat
jenis, dan angin yang dihembuskan oleh blower semakin besar, maka produk
yang dihasilkan (melalui lubang outlet pertama) akan semakin banyak. Selain
faktor tersebut mesin sortasi juga dipengaruhi faktor eksternal yaitu hembusan
udara dari luar mesin sortasi dan banyaknya produk yang tercecer.
Pada percobaan mesin sortasi pada kelompok 9 menggunakan bahan
awal seberat 0,88 kg, 0,78kg, 0,66 kg, 0,58 kg dengan perlakuan debit udara
sebesar 25%, 50%, 75% dan 100%. Masing – masing perlakuan debit udara
menghasilkan lama proses yang berbeda-beda yaitu 0,006 jam, 0,003 jam,
0,004 jam dan 0,004 jam. Sehingga nilai randemen dan kapasitas yang
diperoleh juga berbeda-beda akibat adanya perlakuan perbedaan debit udara.
Nilai randemen dapat diketahui dengan membagi berat bersih produk dengan
berat awal produk kemudian diubah dalam bentuk persen sehingga diperoleh
hasil yaitu 88%, 78%, 66% dan 58%. Sedangkan nilai kapasitas mesin dapat
diketahui dengan membagi berat awal produk dengan lama proses sortasi
sehingga diperoleh hasil sebagai berikut 146,67 kg/jam, 260,00 kg/jam,
165,00 kg/jam dan 145,00 kg/jam. Untuk lama proses yang digunakan pada
proses sortasi dipengaruhi oleh keterampilan operator dalam menggunakan
78
mesin sortasi tersebut. Dimana lama proses tersebut akan berpengaruh pada
nilai kapasitas mesin yang diperoleh.
H. Kesimpulan
1. Sortasi adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis. Prinsip kerja dari
alat/mesin sortasi adalah pemisahan berdasarkan berat jenis.
2. Pengaruh hembusan blower pada sortasi adalah untuk menghebuskan udara
keluar. Faktor yang mempengaruhi sortasi adalah jumlah produk, waktu kerja
dan besar kecilnya bukaan blower.
3. Faltor-faktor yang mempengaruhi randement dan kapasitas adalah banyaknya
produk, berat jenis produk, waktu dan debit udara yang dihembuskan oleh
blower. Semakin banyak bahan yang mempunyai berat jenis, dan angin yang
dihembuskan oleh blower semakin besar, maka produk yang dihasilkan
(melalui lubang outlet pertama) akan semakin banyak.
4. Pengaturan debit udara dalam udara sortasi ini ada 4 yaitu pembukaan debit
udara 25%, 50%, 75%, dan 100 %. rendemen yang dihasilkan pada kelompok
9 berturut-turut sebesar 88%, 78%, 66% dan 58%.
5. Prinsip kerja alat sortasi ini adalah pemisahan produk berdasarkan berat jenis.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Choiron. 2010. Dampak Kebijakan Liberalisasi Perdagangan terhadap Industri
Penggilingan Beras di Indonesia Periode 1994-2000.
Dasgupta. 2011. Mathematical Modeling of Surface Roughness in Surface Grinding
Operation. International Journal of Engineering and Natural Sceinces. Vol
5 No 3.
Hambali, Erliza., Ani Suryani., M. Ihsanur. 2007. Membuat Aneka Olahan Jagung.
Penebar Swadana. Jakarta.
Jonsson. 2002. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech, Yogyakarta.
Noor, Elirza, Adetya Rachman, dan Dondy A Setyabudi. 2009. Proses Pemekatan
Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var microcarpe) dengan Reverse
Osmosis. Jurnal Pascapanen 6(1) 2009 : 21-26. Teknologi Industri
Pertanian, Institute Pertanian Bogor, Bogor.
Noor. 2009. Analysis of Process Parameter for A Surface-Grinding Process Based
on the Taguchi Method. Materials and Technology. Vol 47 No 1. ISSN:
1580-2949.
Nurdin. 2010. Desain dan Pembuatan Alat Penggiling Daging dengan Quality
Function Deployment. Jurnal Teknik Industri Vol. 8 No. 2.
Pambayun. 2004. Simulasi Mesin Penggiling Singkong Menggunakan Motor Stepper
dan Mikrokontroller 89C51 dengan Kendali Program Pascal 7 dan Macro
Assembler 8051.
Pudjogunarto. 2011. Quality of Dendeng Giling on Different Sugar Addition. Jurnal
Ilmu-Ilmu Peternakan Vol. 21 No. 2.
Sa’diyah. 2009. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka, Jakarta.
Sunanto, 1998. Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yanita, 2008. Optimization of Elid Grinding Process of Al/Sic Composite Through
Neuro-fuzzy Network. International Journal Of Engineering Science and
Technology Vol. 3 No. 5.
Yanita, Mirawati, Dwi Ristyadi, dan Ade Yulia. 2008. Proses Pengolahan Ubi Kayu
menjadi kue Klantingan. Jurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 45 tahun
2008 ISSN : 1410-0070. Fakultas Pertania, Universitas Jambi.
Zakaria. 2006. Treatments for Prevention of Persistent Pinking in Dark-Cutting Beef
Patties. Jurnal of Food Science. Vol 64 No 4.
80
Lampiran Perhitungan Sortasi
1) Kapasitas Kerja Mesin
𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑀𝑒𝑠𝑖𝑛 =𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 (𝑘𝑔)
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑗𝑎𝑚)
a) Data Kelompok 9
Kapasitas kerja mesin pada debit 25 = 0,88
0,006 = 146,67 kg/jam
Kapasitas kerja mesin pada debit 50 = 0,78
0,003 = 260,00 kg/jam
Kapasitas kerja mesin pada debit 75 = 0,66
0,004 = 165,00 kg/jam
Kapasitas kerja mesin pada debit 100 = 0,58
0,004 = 145,00 kg/jam
2) Randemen
Randemen = 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 x 100%
a) Data Kelompok 9
Randemen pada debit 25 = 0,88
1 x 100% = 88 %
Randemen pada debit 50 = 0,78
1 x 100% = 78%
Randemen pada debit 75 = 0,66
1 x 100% = 66%
Randemen pada debit 100 = 0,58
1 x 100% = 58%
81
ACARA VII
PENGGILINGAN DAGING
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara VII Penggilingan Dading antara lain :
1. Mengetahui Kontruksi dasar alat/mesin penggilingan daging, bagian-bagian
utama alat berikut fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :
a. Kapasitas alat/mesin
b. Kwalitas penggilingan
B. Tinjauan pustaka
Beras jagung instan merupakan produk pangan instan berbentuk
granulat.Meskipun berpenampilan seperti beras padi, proses pemasakan
berasjagung tidak sama dengan beras padi. Pemasakannya cukup direbus
denganair atau susu dalam waktu singkat. Cara pembuatannya, jagung pipilan
digiling kasar, lalu diayak menggunakanayak dengan ukuran lubang 1,4 mm.
Fraksi yang lolos ayakan adalahdedak,kemudian ditampi untuk menghilangkan
kotoran, lalu dicuci, dandirendamselama dua jam, seterusnya ditiriskan,
dikeringkan hingga permukaankering. Rebus hingga terbentuk bubur,ditandai
oleh mengentalnyaadonan. Kemudian bubur jagung didinginkan, lalu dikemas
dalam plastik.Masukkan kemasan tersebut ke dalam freezer (Suhu -20 C). Setelah
pembekuan selama 24 jam lalu produk dilunakkan (thawing) dengan perendaman
air yang diganti setiap lima menit (Richana, 2005).
82
Seperti halnya pada pengeringan, mesin penggilingan daging RMU singlepass
banyak digunakan oleh petani di lahan pasang surut Sumatera Selatan.Data tahun
2000 menyebutkan lebih dari 80 % petani menggunakan RMU tersebut. RMU ini
mempunyai beberapa keuntungan, antara lain. Harga mesin murah, jumlah
operator sedikit, dan tidak memerlukan ruangan yang luas. Hasil penelitian lain
menyebutkan bahwa apabila mutu gabahnya belum tinggi, penggunaan RMU
single-pass dan RMU doublepass hasil berasnya tidak berbedanyata
(Sutrisno, 2006).
Salah satu proses untuk mengolah daging adalah penggilingan. Proses ini
bertujuan untuk menghancurkan dan menghaluskan daging untuk diproses lebih
lanjut, misalnya untuk membuat bakso. Ada berbagai jenis alat penggiling daging,
salah satunya adalah penggiling yang digerakkan secara manual dengan
tangan.Penggiling ini biasanya terbuat dari bahan besi cor (Anson, 2006).
Sebagai negara agraris, di Indonesia terdapat banyak tempat penggilingan
beras (huller). Kebanyakan huller menggunakan motor diesel stasioner sebagai
tenaga penggerak. Energi yang digunakan untuk menggiling gabah didapatkan
dari pembakaran bahan bakar di ruang bakar. Energi panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran tersebut tidak semuanya digunakan untuk menghasilkan kerja,
sebagian energi tersisa dalam gas buang, sebagian hilang karena kerugian
mekanis dan sebagian lagi terserap media pendingin, baik pelumas maupun air
(Ekadewi, 1999).
Metode yang digunakan dalam pembuatan susu kedelai adalah Metode Illinois
dengan sedikit modifikasi (Yusmarini et al, 1998). Biji kedelai direndam dalam
larutan NaHCO 0,5% selama satu malam (perbandingan kedelai dengan larutan
perendam adalah 1 : 3). Setelah itu, kedelai ditiriskan dan diblanching dalam
larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit (perbandingan kedelai dengan larutan
perendam adalah 1 : 3). Kemudian, kulit kedelai dibuang dan dicuci dengan air
bersih dan ditiriskan. Selanjutnya, kedelai dihancurkan dengan menggunakan
blender sambil ditambah dengan air panas (80-1000 C) dengan perbandingan
83
kedelai dan air sebanyak 1 : 6. Penggilingan dilakukan selama 7 menit dan setelah
itu dilakukan penyaringan.Susu kedelai yang telah disaring siap digunakan untuk
pembuatan soygurt (Yusmarini, 2004).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk kolektif literature hadir pada
penampilan dan kecernaan diet mengandung produk penggilingan padi. Produk
Penggilingan padidapat menjadibahan pakanalternatif ekonomisdiselatan pusat
Amerika Serikat dan California. Namun, penelitian yang terbatas telah
dipublikasikan dalam jurnal mengenai pemanfaatan produk penggilingan padi
dalam Amerika Serikat (Gadberry, 2007).
Baru-baru ini, meningkatnya permintaan konsumen untuk fruktosa pemanis
dan penggunaan methanol sebagai bahan bakar aditif telah mengakibatkan
peningkatan penggilingan basah dan kering jagung. Hal ini mengakibatkan
produksi coproducts, seperti pakan gluten jagung dan baru coproduct etanol.
Selanjutnya disebut sebagai diubah serat jagung (MCF), yang dapat digunakan
sebagai bahan pakan untuk ternak (Peter, 2014).
Pada penggilingan beras langkah pertama adalah menghilangkan kulit.Biji
padi dimasukan diantara dua cakram batu yang terpisah dengan jarak sedikit lebih
panjang dari biji padi, dan cakram batu sebelah atas dapat berputar.Cara memecah
kulit dengan menggunakan hewan dan alat-alat mesin yang kuno diikuti dengan
penampilan masih juga dilakukan. Biji yang diperoleh dengan cara ini dinamakan
beras coklat yang masih tebalut oleh dedak. Langkah selanjutnya adalah
menghilangkan dedak baik dengan menyikat dalam keadaan basa maupun dalam
keadaan penyikatan kering (Buckle, 1987).
Penggilingan gerakan dan penggilingan gas berputar adalah peralatan berat
dan tidak dipergunakan didalam industri pangan secara intensif.Pada penggilingan
geraham bahan dimasukkan dalam antara dua graham berat, yang satu tetap dan
yang turun naik, sehingga seperti pengerjaan bahan jatuh kedalam ruangan yang
bertambah lama bertambah sempit, menggiling bahan ketika bahan
84
bergerak.penggilingan berputar terdiri dari rangka kerucut pepat, di sisi sebuah
kepala penggiling, berputar secara eksentrik (Earle, 1969).
Bahan yang akan dimasak kadang-kadang harus digiling, terutama daging,
agar menjadi empuk dan lembut sesuai resepnya. Sebuah alat giling memiliki
beberapa jenis lubang yang tak sama besarnya, dipergunakan untuk keperluan
yang berbeda pula. Ada makanan yang memiliki daging giling super kasar,
adapula yang lebih halus. Contohnya pada makanan seperti hamburger,steak,
meat loaf, lindstrum, daging untuk kornet, dan lain-lainnya (Bartono, 2000).
Untuk pengolahan bakso skala kecil, penggilingan daging kecil yang di
gerakkan tangan mungkin sudah mencukupi.Namun, untuk skala lebih besar tentu
diperlukan penggilingan daging kapasitas besar yang digerakkan dengan motor
listrik. Untuk pembuatan bakso ikan, selain penggilingan daging juga diperlukan
alat yang dapat memisahkan kulit ikan dengan dagingnya yang disebut meat
separator .alat ini juga berfungsi untuk menghancurkan daging ikan (Wibowo,
1998).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 7.1 Alat/ mesin penggilingan
85
Bagian Utama Alat dan mesin :
a. Crossing : tempat kedudukan screw roller.
b. Hopper : tempat memasukkan produk.
c. Outlet : tempat keluarnya produk.
d. Pisau disk : untuk memotong produk.
e. Screw roller : sebagai rol penghancur produk, bentuk ulir sekrup.
f. Pully mesin : sebagai tenaga penerima dari motor.
g. Motor penggerak : sumber tenaga.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat penggilingan daging adalah produk masuk didorong
oleh pisau spiral (screw roller) kemudian dipotong oleh pisau disk.
E. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja dari alat tersebut yaitu menghidupkan motor listrik
kemudian produk dimasukkan dalam hopper. Kemudian masuk ke dalam ruang
penggiling dan langsung dihancurkan oleh srew roller dengan cara diputar dan
produk keluar melalui otlet.
86
F. Cara kerja
Ketela ditimbang dan disiapkan
Motor listrik dihidupkan
Ketela dimasukkan
Waktu awal penggilingan dicatat
Lama dan tingkat kelembutan ketela dicatat
Produk ditimbang
Alat/mesin penggilingan dibersihkan
87
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Table 7.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran penggilingan
Kel
Berat
awal
(kg)
Berat
akhir
(kg)
Waktu
(jam)
Randemen
(%)
Kapasitas
(kg/jam) Kualitas
1 0,3 0,3 0,0411 100 7,286 Halus
2 0,3 0,22 0,057 73,33 5,263 Halus
3 0,3 0,217 0,027 72,3 11,11 Halus
4 0,3 0,28 0,0385 93,3 7,79 Halus
5 0,3 0,240 0,170 80 15 Halus
6 0,3 0,3 0,023 100 13,043 Halus
7 0,3 0,32 0,038 106,6 7,894 Halus
8 0,3 0,31 0,023 103 13,043 Halus
9 0,3 0,28 0,0283 93,3 10,600 Halus
10 0,3 0,28 0,0892 93,3 0,336 Halus
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Penggilingan merupakan proses memperkecil ukuran atau pemotongan
bahan yang semula berukuran besar setelah digiling ukuran bahan tersebut
menjadi kecil dan karakteristik bahan menjadi halus. Penggilingan bertujuan
untuk menghaluskan bahan agar pemanfaatannya dapat lebih dioptimalkan
untuk proses penanganan selanjutnya. Pada prinsipnya penggilingan bertujuan
untuk menghaluskan suatu bahan agar dapat diolah menjadi makanan yang
88
beragam. Pada proses penggilingan bahan yang dimasukkan kedalam hopper
akan dihancurkan atau dihaluskan oleh screw roller dan sebelum keluar ke
outlet produk tersebut dihaluskan oleh pisau disk. Di dalam proses
penggililngan, ukuran bahan diperkecil dengan mengoyakkannya. Di dalam
proses, bahan ditekan oleh gaya mekanis dari mesin penggiling, penekanan
awal masuk ke tengah bahan sebagai energi desakan. Apabila energi desakan
local melalui tahap kritis, yang merupakan fungsi bahan, terjadi penyobekan
sepanjang garis yang lemah dan energi yang tersimpan dilepaskan. Waktu
juga berpengaruh dalam proses pemotongan pada garis melintang dan terlihat
bahwa akan terpotong pada konsentrasi tekanan yang rendah apabila tekanan
ini berlangsung cukup lama. oleh karena itu penggilingan diperoleh secara
tekanan mekanis yang diikuti oleh penyobekan dan energi yang dibutuhkan
tergantung pada kekerasan bahan dan juga kecenderungan bahan untuk patah
yaitu kerapatan bahan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas kerja produk adalah
banyaknya produk, karakteristik, dan tekstur produk, tingkat ketajaman screw
roller, cara pengunaan elevator sendokan, besar kecilnya potongan produk dan
kuat lemahnya cara penekanan produk. Dapat dijelaskan bahwa semakin kuat
tangan menekankan produk kedalam hopper, maka semakin bagus kualitas
yang di hasilkan. Selain itu, semakin kecil potongan produk maka semakin
singkat waktu yang diperlukan untuk menggiling. Dapat dikatakan bahwa
proses penggilingan singkong ini berjalan efektif. Besar gaya serta waktu
penggilingan mempengaruhi pencapaian penggilinga yang luas. Untuk
penggilingan yang efisien, konsentrasi energi untuk diterapkan pada bahan
harus menimbulkan energi minuman yang dibutuhkan, untuk pemotongan
bahan oleh sisi sekecil mungkin.
Dari praktikum diperoleh hasil penggilingan dengan kualitas halus.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hasil penggilingan adalah
ketajaman dari pisau disk, banyaknya bahan yang digiling, jenis bahan yang
89
digiling, lama penggilingan, kecepatan perputaran srew roller yang
dipengaruhi oleh kecepatan motor listrik.Berdasarkan hasil yang diperoleh
dapat dikatakan bahwa mesin penggiling ini memiliki mutu yang cukup baik
karena tidak hampir setengah bahan yang hilang atau tertinggal di dalam
mesin selama proses berlangsung. Kapasitas alat penggilingan dipengaruhi
oleh berat bahan dan waktu yang dibutuhkan dalam penggilingan. Semakin
banyak bahan yang digiling dan semakin halus teksturnya maka waktu yang
dibutuhkan untuk menggiling semakin lama, karena diperlukan pisau yang
lebih tajam.. Waktu dan berat produk setelah digiling berpengaruh terhadap
kapasitas kerja alat. Semakin banyak bahan dan semakin lama waktunya,
maka kapasitasnya semakin sedikit pula. Dan semakin sedikit waktu yang
diperlukan, maka kapasitas kerja alat semakin besar.
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok 9 ini yaitu
penggilingan didapatkan dengan berat awal sebesar 0,300 kg, berat akhir
sebesar 0,280 kg, waktu yang dipergunakan selama 0,0283 jam, sehingga
didapatkan kapasitas sebesar 10,600 kg/jam dan randement sebesar 93,3%.
Dan menghasilkan produk yang halus. Kapasitas mesin penggiling ini
dipengaruhi oleh kontinuitas pemasukan produk ke dalam mesin, dan waktu
yang diperlukan dalam penggilingan.
Sedikit banyaknya berat akhir produk yang diperoleh akan mempengaruhi
nilai randemen yang diperoleh. Faktor - faktor yang mempengaruhi nilai
randemen antara lain banyaknya produk yang digiling, banyaknya produk
yang tertinggal di dalam mesin serta adanya serat atau kotoran yang ikut
digiling bersama produk yang dapat mengurangi nilai randemen produk yang
diperoleh.
90
H. Kesimpulan
Pada praktikum acara Penggilingan dapat diambil kesimpulan yaitu:
1. Prinsip penggilingan ini adalah produk dihancurkan oleh screw roller dan dihaluskan
oleh pisau disk.
2. Faktor yang mempengaruhi besarnya randement adalah berat awal produk, berat
akhir produk dan adaanya sisa hasil penggilingan yang tertinggal di mesin
penggiling.
3. Faktor yang mempengaruhi proses penggilingan dan kualitas penggilingan adalah
banyaknya bahan, jenis bahan, ketajaman pisau disk, kecepatan perputaran screw
roller dan lamanya penggilingan.
4. Pada percobaan yang telah dilakukan oleh kelompok 9 yaitu didapatkan
dengan berat awal sebesar 0,300 kg, berat akhir sebesar 0,280 kg, dalam
proses 0,0283 jam .
5. Dan didapatkan kapasitas sebesar 10,600 kg/jam dan randement sebesar
93,3%, dan didapatkan hasil produk halus.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
91
DAFTAR PUSTAKA
Anson, Charles, Soejono Tjitro, dan Stefanus Ongkodjojo. 2006. Desain dan
Pembuatan Alat Penggilingan Daging denagn Quality Function
Deployment. Jurnal Teknik Industri Vol. 8, No. 2, Desember 2006 : 106-113.
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Buckle. 1987. Teknologi Kimia Bagian 2 Bab 5-8. Pradnya Paramita, Jakarta.
Earle, R. L. 1969. Satuan Operasi dalam Pengolahan Pangan. Sasta Hudaya, Bogor.
Gadberry. 2007. Analysis of Process Parameter for A Surface-Grinding Process
Based on the Taguchi Method. Materials and Technology. Vol 47 No 1. ISSN:
1580-2949.
Handoyo, Ekadewi Anggraini. 1999. Pengaruh Temperatur Air Pendingin terhadap
Konsumsi Bahan Bakar Motor diesel Stasioner di Sebuah Huller. Jurnal
Mesin Vol. 1, No. 1, April 1999 : 8-13. Fakultas Teknik , Universitas
Kristen Petra, Surabaya.
Peter, 2014. Revitalisasi Penggilingan Padi Melalui Inovasi Penyosohan Mendukung
Swasembada Beras dan Persaingan Global. Pengembangan Inovasi
Pertania 3(3), 2010 : 171-183. Balai Besar dan Pengembangan Pascapanen
Pertanian, Bogor.
Richana. 2005. Budidaya Padi Secara Organik. Swadaya, Jakarta.
Sutrisno dan Budi Raharjo. 2006. Rekayasa Mesin Pengering Padi Bahan Bakar
Sekam (BBS) Kapasitas 10 T Terintregasi untuk Meningkatkan Nilai
Ekonomi Penggilingan padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan.
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 6. Balai Besar Penelitisn Tanaman Padi
Sukamandi, Subang.
Wibowo. 1998. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. Bhratara Karya
Aksara, Jakarta.
Yusmarini, 2004. Membuat Aneka Olahan Jagung. Penebar Swadana. Jakarta.
92
Lampiran Perhitungan Penggilingan
1) Data Kelompok 9
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,3
0,0283
= 10,600 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 280
300 X 100
= 98 %
93
ACARA VIII
PENGADUKAN (MIXING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara VIII Pengadukan yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui Konstruksi dasar alat pengadukan, bagian-bagian utama alat
berikut fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin.
B. Tinjauan Pustaka
Pembuatan edible film dimulai dengan melarutkan pati dengan variasi
konsentrasi 2%, 3%, 4% (b/v) dalam akuades sebanyak 80 ml. campuran tadi
diaduk dengan hot plate magnetic stirrer dan dipanaskan sampai suhu 700 C
selama 15 menit. selanjutnya larutan ditambah plasticizer sorbitol sebanyak 30%
(b/b pati). larutan dipanaskan kembali pada suhu 800 C selama 15 menit. pada
tahap ini ditambah akuades sampai volume total 100ml. setelah 10 menit, larutan
dituang ke dalam plat plastik ukuran 24x16x2 cm dan diratakan. kemudiadilepas
dikeringkan dalam oven dengan suhu 500C selama 24 jam (Pranta, 2002).
selama ini, limbah tulang belulang ayam hanya digunakan untuk bahan
pembuatan pakan ternak atau pupuk sehingga nilai ekonomisnya sangat rendah.
padahal, tulang ayam mengandung bahan organik yang bersifat fungsional seperti
protein. untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu cara pemanfaatan limbah
tulang ayam dapat dilakukan dengan mengekstrak protein yang terkandung
didalamnya. penelitian ini ditunjukan untuk mengkaji pengaruh pH dan kecepatan
pengadukan pada ekstrasi protein dari tulang ayam solvent larutan NaOH. hasil
penelitian menunjukan bahwa semakin cepat pengadukan dan semakin basa
kondisi ekstraksi, maka semakin besar kadar protein yang terekstrak. namun, pada
94
kecepatan pengadukan yang terlalu besar (340 ppm0 dan kondisi yang terlalu basa
(pH 11,5) justru menurunkan efektivitas ekstraksi (Tanjung, 2008).
Pada percobaan yang dilakukan oleh Margaretha (1992), diperoleh hasil
bahwa tannin dari buah pinang menggunakan pelarut alcohol menghasilkan tanin
yang lebih banyak dibanding dengan menggunakan pelarut air. Sedang penelitian
yang dilakukan Wibowo (2001), menunjukkan bahwa ektraksi tanin dari buah
pinang dipengaruhi oleh kecepatan putar pengadukan. Semakin besar kecepatan
putar pengadukan maka semakin besar pula nilai koefisien transfer massa
volumetrisnya. Pada penelitian ekstraksi tanin dari jambu mete ini variabel yang
ditinjau adalah kecepatanputar pengadukan dan suhu operasi. Untuk variasi
kecepatan putar pengadukan pengambilan sampel pada fase cair untuk
perhitungan jumlah tanin yang terkandung dalam solven (C) dilakukan setiap
interval waktu 30 menit selama 180 menit, sedangkan untuk variasi suhu operasi
waktu ekstraksi selama 300 menit. Kondisi operasi dijaga pada berat jambu mete
60 gram dan volume pelarut 250 mL. Analisa tanin di fase cair dilakukan dengan
cara gravimetri (Artati, 2007).
Salah satu teknologi pengolahan air limbah yang cocok untuk menurunkan
kadar bahan organik adalah High RateAlgal Ponds (HRAP). HRAP adalah
raceway-type pondsdan memiliki kedalaman 0,2-1 m. Pengadukan secara
normaloleh kincir air untuk menimbulkan kecepatan air horizontal rata- rata
sebesar 0,15-0,3 m/detik . alga dan bakteri mempunyai simbiosis mutualisme di
HRAP akibat terbatasnya CO2 dan O2 yang dibutuhkan untuk respirasi alga dan
bakteri.CO2dari bakteri berguna untuk pertumbuhan alga dan O2 dariaktifitas
alga berguna bagi pertumbuhan bakteri.Pada penelitian ini akan diuji kemampuan
High Rate Algal Reactor (HRAR) yang menggunakan alga yang berasaldari
Boezem Morokrembangan dalam menurunkan kadarbahan organik pada air
limbah perkotaan dengan variasipencahayaan alami dan waktu kontak dalam
performa HRAR. HRAR adalah replika HRAP yang digunakan dalam penelitian
ini dalam skala laboratorium.Air limbah domestik yang digunakan sebagai acuan
95
dalam pembuatan sampel adalah air limbah Boezem Morokrembangan, Surabaya
(Isnadia, 2012).
Proses anaerob merupakan proses fermentasi dimana memiliki proses yang
berlangsung cukup lama. Dan pada bioreaktor anaerob sistem batch, diduga
terdapat indikasi pada penurunan jumlah produksi biogas, yang disebabkan
karena tejadi pengendapan atau pemisahan antara limbah cair dengan
padatannya.Untuk itu muncul upaya untuk melakukan system pengadukan agar
terjadi homogenitas dan bisa menyerupai seperti kondisi awal, sehingga
diharapkan dapat memperpanjang masa produksi biogas.Adapun pengadukan
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada kehidupan mikroba. Dan
pada penelitian ini akan dilakukan perancangan sistem pengaduk yang digerakkan
oleh sebuah motor dimana menggunakan timer dan pengatur kecepatan. Desain
disesuaikan dengan substrat yang digunakan yaitu limbah cair tahu dan eceng
gonsdok, yang mengalami pengendapan sehingga pada pengaduk memiliki blade
yang diletakkan di dasar dalam bioreaktor. Sistem pengadukan dilakukan pada
saat nilai pH yang diamati tiap harinya mengalami penurunan, yaitu pada hari ke–
24 pH bernilai 6,49. Dan pada pengukuran berikutnya ditunjukkan dengan pH
bernilai 6,89. Pengadukan dilakukan secarapelan dengan putaran 170 rpm selama
2 x 1 menit. Hasil daripada jumlah produksi biogas yang dihasilkan bisa
dibandingkan antara bioreaktor batch tidak berpengaduk dengan bioreaktor batch
berpengaduk, dimana berturut-turut memiliki jumlah volume 467 mL (25 hari)
dan 873 mL (31 hari) (Yuwono, 2013).
Pengadukan zat cair dilakukan untuk berbagi maksud bergantung dari tujuan
langkah pengolahan itu sendiri.pengadukan zat caik biasanya diaduk didalam
suatu tangki atau bejana, biasanya berbentuk silinder dengan sumbu terpasang
vertical. Bagian atas bejana itu mungkin terbuka keudara atau tertutup. Ukuran
dan promosi tangki itu macam-macam, bergantung pada masalah pengadukan itu
sendiri (Warren, 1995).
96
Pengaduk berfungsi sebagai penggerak bahan(cair,cair/padat,cair/cair,
cair/gas,cair/padat, gas) didalam bejana pengaduk. Biasanya yang berlangsung
adalah gerak turbulen (misalnya untuk melaksanankan raksi kimia, proses
pertukaran panas, proses pelarutan).Alat pengaduk dapat dibuat dari bebagai
bahan sesuai dengan bejana pengaduknya, misalnyadari baja, baja tahan karat,
baja berlapis email, baja berlapis karet (Bernasconi, 1992).
Pentingnya adonan pencampuran, pengetahuan tentang persyaratan jenis
individu tepung dalam pencampuran, dan mencapai kualitas yang tepat
sehubungan dengan sifat adonan akhir masih masalah yang sebenarnya. Penelitian
ini menjelaskan perubahan konsistensi, energy extensographic, dan kemajuan
suhu sehubungan dengan energi mekanik mengalir ke dalam adonan selama
pencampuran. Hasil tes pencampuran pada gigi pertama menunjukkan input
energy yang berbeda menyebabkan perubahan yang berbeda dalam konsistensi,
waktu pengembangan, dan peningkatan suhu adonan campuran. Dengan
perubahan dari pencampuran energy mungkin untuk memanfaatkan energy ini
mencapai, adonan dengan kualitas yang lebih baik, meskipun faktabahwa ini tidak
terbukti secara statistik( Muchova, 2010).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 8.1 Alat atau Mesin Pengadukan
97
Bagian Utama dan Fungsi :
a. Panci penampung produk = tempat penampungan produk
b. Tuas agitator = untuk mengunci agitator agar berfungsi
dengan baik
c. Agitator aktif = mengocok dan mengaduk produk
d. Agitator pasif = membantu perputaran pengaduk bahan
e. Saklar = menghidupkan dan mematikan mesin
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat pengadukan adalah produk
dihaluskan/diaduk/dikocok dengan menggunakan agigator agar dapat tercampur
dengan baik.
E. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja alat tersebut yaitu produk dimasukkan ke dalam loyang,
kemudian mixer dihidupkan dengan kecepatan terendah. Kemudian dengan
kecepatan tertinggi sehingga produk dapat tercantum dan mengembang. Setelah
produk mengembang, mesin dimatikan.
98
F. Cara kerja
Mesin dihidupkan
Bahan dimasukkan dalam tempat adonan
Tempat adonan diletakkan di bawah agitator
Dikunci dengan tuas pengunci
Saklar on dinyalakan
Mesin hidup
Bahan diaduk dengan agitator sampai mengembang
Saklar off dipencet
Mesin mati
99
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 8.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengadukan
kelompok Hasil
1 Kalis
2 Kalis
3 Tidak tercampur secara merata
4 Tidak tercampur secara merata
5 Tidak homogen, tidak halus
6 Tidak homogen, tidak halus
7 Kalis dan homogen
8 Kalis dan homogen
9 Homogen, pulen, mengembang
10 Homogen, pulen, mengembang
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Pengadukan merupakan proses pencampuran bahan agar menjadi satu
komponen (menyatu) dan homogen. Pengadukan dilakukan untuk mencampur
bahan agar menjadi satu. Bahan yang dicampur berbentuk adonan yang
diletakkan pada tempat adonan kemudian dipasangkan mixer dan mengunci
agar pengaduk bekerja dengan baik. Secara ideal, proses pencampuran
dimulai dengan mengelompokkan masing-masing komponen pada beberapa
wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah atau satu sama lain dalam
bentuk komponen-kompoenn murni. Pencampuran yang sempurna kemudian
dapat didefinisikan bahwa besar proporsi masing-masing komponen dalam
campuran, sama. Kenyataannya, keadaan ini hanya dapat dicapai oleh
100
beberapa pengelompokkan yang teratur dan akan merupakan hasil yang paling
memungkinkan dari setiap proses pencampuran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengadukan adalah
kecepatan pengadukan, lama waktu pengadukan, dan berat total pengadukan.
Kecepatan pada proses pengadukan harus dimulai dari rendah ke tinggi, agar
hasil homogenisasi produk tercampur dengan baik. Semakin rendah berat
produk, maka semakin cepat proses pengadukan. Sedangkan, semakin banyak
produk yang akan diaduk, maka semakin lama proses pengadukan.
Kelebihan dari mesin pengaduk adalah dapat dengan mudah
mencampur bahan dengan merata tanpa menggunakan cara manual. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa mesin pengaduk memiliki nilai ekonomis dalam
menghomogenkan bahan dengan kapasitas yang cukup besar. Tetapi, apabila
terlalu sedikit bahan yang akan diaduk, dan terlalu banyak bahan yang akan
diaduk atau melebihi kapasitas panci maka mesin pengaduk tidak dapat
mencampur dengan maksimal bahan tersebut. Kapasitas maksimal bahan yang
dapat diaduk dengan mesin pengaduk adalah setengah dari panci tersebut.
Sehingga apabila bahan yang akan diaduk terlalu banyak atau terlalu sedikit,
maka harus menggunakan pengadukan dengan cara manual atau tradisional.
Mekaisme kerja pengadukan dimulai dari mengatur semua bagian
mesin. Tempat panci untuk adonan diturunkan agar dapat memasukkan bahan.
Setelah bahan yang akan diaduk dimasukkan kedalam panci, maka panci
dinaikkan kembali. Setelah itu saklar dihidupkan, sehingga agitator akan
berputar dan semua bahan akan tercampur dengan rata.
Pada praktikum ini dihasilkan pada kelompok 1 dan 2 hasil adonannya
kalis, pada kelompok 3 dan 4 hasil adonannya tidak tercampur merata, pada
kelompok 5 dan 6 hasil adonannya tidak homogen dan tidak halus, pada
kelompok 7 dan 8 hasil adonannya kalis dan homogen, sedangkan pada
kelompok 9 dan 10 hasil Adonannya homogen, pulen dan mengembang. Hal
101
ini disebabkan pada saat proses pencampuran bahan sebelum dilakukan
pengadukan pada beberapa kelompok takaran bahan kurang pas.
H. Kesimpulan
Dari percobaan pengadukan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pengadukan merupakan proses pencampuran bahan agar menjadi satu.
2. Alat yang berperan dalam proses pengadukan adalah agitator.
3. Faktor yang mempengaruhi proses pengadukan adalah lama pengadukan,
banyaknya bahan, kecepatan pengadukan, dan jenis bahan.
4. Proses pengadukan dimulai dengan mengelompokkan masing-masing
komponen pada beberapa wadah.
5. Proses pengadukan bertujuan untuk mencampur bahan dengan tingkat
kesolidan tertentu dengan gerakan rotasi dari ujung pengaduk.
6. Pada praktikum ini dihasilkan pada kelompok 1 dan 2 hasil adonannya kalis,
pada kelompok 3 dan 4 hasil adonannya tidak tercampur merata, pada
kelompok 5 dan 6 hasil adonannya tidak homogen dan tidak halus, pada
kelompok 7 dan 8 hasil adonannya kalis dan homogen, sedangkan pada
kelompok 9 dan 10 hasil Adonannya homogen, pulen dan mengembang. Hal
ini disebabkan pada saat proses pencampuran bahan sebelum dilakukan
pengadukan pada beberapa kelompok takaran bahan kurang pas.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
102
DAFTAR PUSTAKA
Adawyah, Ir. Rabiatul. 2011. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta : Bumi
Aksara.
Artati. 2007. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Bernasconi. 1992. Kajian Kinerja Mesin Pengaduk pada Proses Pembuatan Pati
Aren (Arenga Pinnata Merr). Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian,
Yogyakarta.
Isnadia. 2012. Advanced Measurements of Microwave Oven Leakage. Juornal of
EMC Technoligies, Australian Radiation Protection and Nuclear Safety Agency.
Muchova. 2010. Physics of the Microwave Oven. Journal of Food Physics Education.
Vol 39 No 1.
Pranta. 2002. Effects of Agitation and Endoglucanase Pretreatment on the Hydrolysis
of Cotton Fabrics by a Total Cellulase. Textile Research Journal. Vol 66 No 5.
Sulikah., Leopoid O. Nelwan., I Nengah Suastawa. 2006. Desain dan Uji Kinerja
Pengeringan Rotary Tumpukan untuk Pengeringan Jagung Pipilan. Jurnal
Keteknikan Pertanian. Vol 22 No 2.
Suprapti, Ir. M. Liesb. 2005. Kerupuk Udang Sidoarjo. Yogyakarta : Kanisius.
Syarifuddin., Dwi Prasetyo Purwanto. 2009. Oven Pengering Kerupuk Berbasis
Mikrokontroler Atmega 8535 Menggunakan Pemanas pada Industri Rumah
Tangga. Juranl teknik Elektro. Institut Sains & teknologi AKPRIND
Yogyakarta.
Tanjung. 2008. Budidaya dan Pengolahan Rosela si Merah Segudang Manfaat.
Jakarta : Agro Media Pustaka.
Warren. 1995. Aneka Olahan Mengkudu Berkhasiat Obat. Yogyakarta : Kanisius.
Yuwono. 2013. Pengeringan Kunyit menggunakan Microwave dan Oven. Jurnal
Teknik Kimia. Universitas Diponegoro.
103
ACARA IX
PEMARUTAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara IX Pemarutan yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar mesin pemarut, bagian-bagian utama alat berikut
fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin :
a. Kapasitas pemarutan
b. Kwalitas pemarutan
B. Tinjauan Pustaka
Industri rumah tangga produksi minyak kelapa atau usaha pemarutan dalam
proses produksi pengambilan putih lembaga masih melalui proses pemarutan
sabut dan pematikan tempurung yang dilakukan dengan cara manual, yaitu untuk
proses pengupasan sabut menggunakan alat sejenis linggis (slumbat)atau dengan
sebilah parang, dan untuk proses pematikan menggunakan parang berbentuk
kampak. Kedua tahapan proses tersebut selain beresiko kecelakaan bagi operator
juga banyak menguras tenaga dan waktu, dan hasil pematikan putih lembaga
masih terdapat sisa tempurung yang menempel, serta kapasitasnya hanya
mencapai 30 buah kelpa/jam. Proses pemisahan dengan cara manual dirasakan
kurang efesien, oleh karen itu perlu perbaikan proses secara mekanis, yaitu
dengan membuat mesin pemisah putih lembaga dari tempurungnya, agar
kapasitas persatuan waktu dapat ditingkatkan dengan hasil pemisahan yang lebih
baik dari cara manual yaitu putih lembaga bersih dari tempurung, dan pada
akhirnya, agar kapasitas peesatuan waktu dapat ditingkatkan dengan hasil
pemisahan yang lebih baik dari cara manual yaitu putih lembaga bersih dari
tempurung, dan pada akhirnya dapat menekan biaya produksi (Supriyadi, 2005).
104
Pemarutan ketela pohon untuk penghasilkan tepung tapioka merupakan suatu
proses untuk memecahkan dinding sel pada umbi ketela pohon agar butir
tepung/pati yang terdapat di dalam ketela pohon tersebut dapat diambil. Setelah
proses pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas
dan disaring. Setelahdisaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan
air ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan
tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan
pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang
dirancang ini. Mekanisme yang umumnya dipakai untuk proses pemarutan ada
dua macam. Pertama adalah menggunakan parut berputar. Pada proses pemarutan
ini,ketela pohon yang telah dikupas diparutdengan menggunakan silinder berparut,
yang mendesak pada celah dengan jarak tertentu. Silinder berparut diputar dengan
menggunakan motor pada kecepatan putar tertentu. Sistem ini dipakai pada
proses pemarutan mekanis (Soergihardjo, 2005).
Kelapa yang telah di belah atau dipisahkan dari tempurungnya
diparut.Pemarutan berfungsi untuk memperkecil ukuran dan merusak sel-sel
daging buah kelapa agar minyaknya mudah dikeluarkan.Daging buah kelapa
parutan diperas untuk mendapatkan santannya. Pemerasan dapat dilakukan
sampai beberapa kali sampai kandungan santannya habis dan setiap kali akan
mulai memeras parutan tambahi air secukupnya. Santan hasil perasan ditampung
dalam wajan untuk dipanaskan. Pemanasan bertujuan untuk menguapkan
kandungan air (Palungkun, 1992).
Saat ini, industri tepung aren menghasilkan limbah limbah cair dan limbah
padat. Limbah cair berasal dari proses pemarutan/pelepasan pati dari serat dan
pengendapan tepung aren. Limbah padat yang berupa serbuk serat aren semula
dimanfaatkan oleh industri budidaya jamur di kota Yogyakarta. Namun pada dua
tahun terakhir, industri tersebut tidak beroperasi lagi, akibatnya timbunan limbah
padat memenuhi bantaran sungai dan daerah sekitar sawah. Lindi dari limbah
padat ini mulai terasa mencemari badan air dan sistem irigasi yang ada di daerah
105
tersebut. Dampak yang dirasakan penduduk berupa timbulnya gangguan kulit
setelah menggunakan sumber air yang sudah tercemar oleh lindi ampas aren dan
juga matinya ikan-ikan pada kolam ikan milik penduduk, selain bau yang
menyengat, khususnya setelah ampas terbasahi oleh hujan (Firdayanti, 2005).
Kelapa parut kering pada umumnya dibuat melalui serangkaian tahapan
proses, dimana setiap tahapannya akan memberikan konstribusi terhadap mutu
produk akhir dari kelapa parut kering yang dihasilkan. Permasalahan yang sering
timbul dalam pembuatan kelapa parut kering adalah timbulnya warna dan bau
yang menyimpang serta daya simpannya relatif masih rendah, sedangkan warna
kelapa parut kering yang diinginkan adalah putih alami dan tidak adanya bau
tengik pada kelapa parut kering selama waktu tertentu sampai kelapa parut kering
tersebut siap digunakan. Untuk itu perlu ditelaah secara cermat pada setiap
tahapan proses pembuatan kelapa parut kering, yakni mulai dari preparasi (pra
proses), proses sampai pasca proses, sehingga didapat teknologi proses
pembuatankelapa parut kering yang mempunyai sifat-sifat yang lebih baik
(bermutu) dan mempunyai daya simpan yang lebih tinggi (Witono, 2004).
Alat parut ubi kayu dengan putaran engkol ini juga dapat mengatasi masalah
yang sejenis lainnya, dalam memproduksi berbagai maknan dari bahan baku hasil
pertanian lahan kering, seperti ubi rambat, kelapa dan sejenisnya. alat ini dapat
meningkatkan efisiensi baik dari waktu kerja, tenaga maupun secara kualitas dan
kemampuan industri rekan meningkatkan dalam produksi serta pelayanan pada
konsumen/regional. alat ini nantinya dapat dirancang dan dikembangkan dengan
memanfaatkan motor-motor listrik sebagai alat penggeraknya. secara nasional
hasil limbah ubi kaayu merupakan potensi pakan ternak seperti : babi, ayam, itik
dan yang lainnya (Parsa, 2009).
Setelah umbi dicuci dimasukkan ke dalam mesin pemarut, umbi satu-persatu
masuk kedalam alat pemarut dan dipecahkan dindingselnya.Dengan pecahnya
dinding-dinding sel maka granula pati sama dengan komponen bahan lain akan ke
luar dan pemarutan di ikuti denga penambahan air dimasukan ke dalam alat
106
penyaring pada pengolahan berikutnya. Banyaknya granula pati yang keluar
sangat diharapkan.Dengan pemarutan granula pati yang ke luar dapat mencapai
70 – 90%.Kadang satu industry melengkapi mesin pemarut dengan 2 atau tiga
buah guna mendapat pati sebanyak mungkin (Makfoeld, 1982).
Cara pembuatan santan yang selama ini sangat sederhana, cukup dengan
memarut daging kelapa dan memerasnya.Cara ini kemudian berubah dengan
munculnya mesin pemarut dan pemerah kelapa.System pemarut yang digunakan
sama dengan alat-alat parut lainnya, yaitu daging buah kelapa disandarkan pada
slinder bergigi di permukaan yang berputas dengan kecepatan tinggi sambil
ditekan. Potongan daging buah kelapa akan tergiling menjadi bentuk parutan
(Palungkun, 1992).
Mesin penghancur sukun dengan menggunakan parut manual, merupakan
pekerjaan yang cukup berat dan memakan waktu, padahal pada buatan tepung
sukun diperlukan kerja tersebut terjadi perubahan warna hasilnya.Oleh karena itu,
digunakan mesin parut untuk mempercepat proses pemarutan.Setelah proses
pemarutan dilakukan, hasil parutan dicampur dengan air kemudian diperas dan
disaring. Setelah disaring, campuran yang terdiri dari tepung ketela pohon dan air
ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan dari airnya, maka endapan
tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga kering. Proses penjemuran dan
pengeringan dilakukan terpisah dan tidak merupakan bagian dari mesin yang
dirancang ini (Suprapti, 2002).
Ada kebutuhan untuk proses pengolahan higienis dari singkong. Kondisi
umum didaerah kisi komersial makanan pokok ini menunjukkan kerentanan
terhadap kontaminasi makanan. Sebuah perusahaan telah meningkatkan mesin
parutan singkong pada desain dan fabrikasi. Efisiensi mesin, faktor keamanan,
dan portabilitas yang dipertimbangkan dalam penelitian ini. Kisi hopper dan drum
yang telah diubah dengan drum memiliki lembaran baja stain less melilitinti baja
ringan galvanis, mesin berjalan pada fase satu tenaga kuda motor listrik tunggal
107
pada kecepatan 1440rpm. Kapasitas parutan yang dibuat adalah158kg/hr dan
pengurangan sekitar 50% pada harga yang dicapai (Adetunji, 2011).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 9.1 Alat/ mesin pemrutan
Bagian utama alat dan mesin :
a. Motor listrik : sumber tenaga mesin.
b. Pulley mesin : kedudukan pengambilan tenaga dari motor.
c. Belt : menyalurkan tenaga dari pulley motor ke
mesin.
d. Silinder aktif : mendorong produk ke silinder aktif.
e. Inlet : tempat memasukan produk.
f. Silinder semi aktif : mendorong produk ke silinder aktif.
g. Outlet : tempat keluarnya produk.
h. Pulley motor : tempat kedudukan belt menyalurkan
tenaga ke silinder aktif.
108
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat pemarut tersebut adalah produk atau bahan
didorong silinder semi aktif dan diparut silinder aktif.
E. Mekanisme Kerja
Motor listrik dinyalakan, kemudian produk dimasukkan ke dalam inlet
sehingga silinder aktif akan memarut produk, sedangkan silinder semi aktif akan
mendorong produk. Produk hasil pemarutan keluar melalui outlet.
F. Cara kerja
Mesin parut dibersihkan dan disiapkan
Produk ditimbang
Dicatat waktu awal operasi
Bahan dimasukkan ke dalam mesin
Dicatat waktu akhir operasi
Diamati kualitas pemarutan
Produk hasil parutan ditimbang
109
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 9.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pemarutan
Kel Berat
Awal
(kg)
Berat
Akhir
(kg)
Kapasitas
(kg/jam)
Rande-men
(%)
Waktu
(jam)
1 0,5 0,493
26,315
98,6
0,019
2 0,5 0,493 26,315 98,6 0,019
3 0,5 0,489 33,33 97,8 0,015
4 0,5 0,483 0,568 97,8 0,88
5 0,5 0,524 2,941 104,93 0,170
6 0,5 0,463 25 92,6 0,020
7 0,5
0,497 20 99,4 0,025
8 0,5 0,510 3,125 102 0,016
9 0,5 0,331 5,271 62,2 0,059
10 0,5 0,331 5,271 62,2 0,059
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Pemarutan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh
bahan yang lebih kecil dari ukuran semula yang mempunyi ukuran besar.
Supaya memperoleh parutan yang halus, bahan yang akan diparut dimasukkan
ke dalam mesin melalui inlet secara lurus dari atas ke bawah. Sedangkan jika
ingin memperoleh hasil yang kasar, bahan dimasukkan dalam mesin secara
mendatar melalui inlet. Alat ini memiliki mekanisme kerja yaitu motor listrik
dihidupkan, kemudian produk dimasukkan ke dalam inlet sehingga silinder
aktif akan memarut produk, sedangkan semi aktif akan mendorong produk.
Produk hasil pemarutan keluar dari outlet.
110
Faktor yang mempengaruhi proses pemarutan adalah berat bruto, berat
netto, ketajaman pisau pemarut dan lama proses pemarutan. Faktor tersebut
mempengaruhi perhitungan kapasitas kerja mesin dan rendemen. Kualitas
pemarutan padapraktikum di atas kurang baik, karena pada bagian gigi aktif
dan gigi pasif ada renggangan sehingga produk yang diparut tidak bisa hancur
dengan baik (menggumpal).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada acara Pemarutan ini
diperoleh data kapasitas kerja mesin dan rendemen pada kelompok 1 yaitu
sebesar 26,315 kg/jam dan rendemennya 98,6%, pada kelompok 2 yaitu
sebesar 26,315 kg/jam dan rendemennya 98,6%, pada kelompok 3 yaitu
sebesar 33,33 kg/jam dan rendemennya 97,8%, pada kelompok 4 yaitu
sebesar 0,568 kg/jam dan rendemennya 97,8%, pada kelompok 5 yaitu
sebesar 2,941 kg/jam dan rendemennya 104,93%, pada kelompok 6 yaitu
sebesar 25 kg/jam dan rendemennya 92,6%, pada kelompok 7 yaitu sebesar
20 kg/jam dan rendemennya 99,4%, pada kelompok 8 yaitu sebesar 3,125
kg/jam dan rendemennya 102%, pada kelompok 9 dan 10 yaitu sebesar 5,271
kg/jam dan rendemennya 62,2%. Kapasitas paling besar pada kelompok 3
sebesar 33,33 kg/jam dan yang paling kecil pada kelompok 4 sebesar 0,568
kg/jam. Sedangkan rendemen paling besar pada kelompok 4 sebesar 104,93%
dan rendemen terkecil pada kelompok 9 dan 10 sebesar 62,2 %.
Prinsip kerja pemarutan adalah produk diparut oleh silinder aktif,
sedangkan silinder semi aktif untuk mendorong produk. Pada alat pemarutan
ini memiliki bagian-bagian utama yaitu motor listrik sebagai sumber tenaga
mesin, pulley mesin sebagai kedudukan pengambilan tenaga dari motor, belt
untuk menyalurkan tenaga, silinder aktif untuk memarut produk, silinder semi
aktif untuk mendorong produk ke silinder aktif, inlet sebagai tempat
memasukkan produk, outlet sebagai tempat keluarnya produk, dan pulley
motor sebagi tempat kedudukan belt menyalurkan tenaga ke silinder aktif.
111
H. Kesimpulan
1. Pemarutan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memperoleh bahan
yang lebih kecil dari ukuran semula yang mempunyi ukuran besar. Supaya
memperoleh parutan yang halus, bahan yang akan diparut dimasukkan ke
dalam mesin melalui inlet secara lurus dari atas ke bawah.
2. Faktor yang mempengaruhi proses pemarutan adalah berat bruto, berat netto,
ketajaman pisau pemarut dan lama proses pemarutan.
3. Kapasitas paling besar pada kelompok 3 sebesar 33,33 kg/jam dan yang
paling kecil pada kelompok 4 sebesar 0,568 kg/jam.
4. Rendemen paling besar pada kelompok 4 sebesar 104,93% dan rendemen
terkecil pada kelompok 9 dan 10 sebesar 62,2 %.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
112
DAFTAR PUSTAKA
Adetunji. 2011. Desain Unit Pengolahan Bioetanol untuk Petani di Desa Ngajum
Kecamatan Sumber Pucung Kabupaten Malang. Jurnal Rekayasa Mesin
Vol. 2, No.1 Tahun 2011 : 83-91.
Firdayanti. 2005. Kajian Kinerja Mesin Pengadukan pada Proses Pembuatan Pati
Aren (Arenga Pinnata Merr). Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.
Yogyakarta.
Palungkun, Rony. 1993. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Palungkun. 1992. Rancangan dan Uji Teknis Alat Pemarut Sagu Tipe Silinder.
Fakultas Pertanian Bogor. Bogor.
Parsa. 2009. Pembuatan Minyak Kelapa dari Daging Buah Kelapa Segar. Dewaruci
Press. Jakarta.
Siswantoro, Erik. 2007. Perencanaan Proses Produksi Mesi Pemarut Kelapa.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Soergihardjo. 2005. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprapti. 2002. Membuat Aneka Olahan Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.
Supriyadi. 2005. Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka. Jurnal Teknik Mesin
Vol. 7, No. 1, April 2005 : 22-27.
Witono, Yuli. 2004. Kajian Teknologi Pembuatan Kelapa Parut Kering yang
Bermutu dan Berdaya Simpan Tinggi. Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember. Jember.
Worabai, Thomson. 2011. Pengembangan Desain Alat Parut Sagu (Metroxylon sp.)
Tipe Silinder Bertenaga Motor Bakar. Universitas Negeri Papua.
Manokwari.
113
Lampiran Perhitungan Pemarutan
1) Data Kelompok 1
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,019 = 26,315 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,493
0,5𝑥 100% = 98,6 %
2) Data Kelompok 2
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,019 = 26,315 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,493
0,5𝑥 100% = 98,6 %
3) Data Kelompok 3
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,015 = 33,33 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,489
0,5𝑥 100% = 97,6 %
4) Data Kelompok 4
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,88 = 0,568 kg/jam
114
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,483
0,5𝑥 100% = 97,8%
5) Data Kelompok 5
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,170 = 2,941 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,524
0,5𝑥 100% = 104,93 %
6) Data Kelompok 6
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,020 = 25 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,463
0,5𝑥 100% = 92,6 %
7) Data Kelompok 7
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,025 = 20 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,497
0,5𝑥 100% = 99,4 %
8) Data Kelompok 8
115
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,016 = 3,125 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,510
0,5𝑥 100% = 102 %
9) Data Kelompok 9
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,059 = 5,271 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,331
0,5𝑥 100% = 62,2 %
10) Data Kelompok 10
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,059 = 5,271 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,331
0,5𝑥 100% = 62,2 %
116
ACARA X
PRESS (EXTRACTING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari acara X Press (Extracting) adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat ekstrakting (prress), bagian-bagian utama
dari alat berikut fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pemakaian alat berikut cara pengaturannya sesuai
dengan syarat yang dikehendaki.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin, yang meliputi :
a. Kapasitas alat/mesin
b. Kwalitas ekstrakting (data visual)
c. Randement ekstrakting
B. Tinjauan Pustaka
Produk-produk hasil olahan coklat yang utama saat ini adalah lemak dan
tepung coklat.Kandungan lemak pada biji kakao berkisar 55-60%. Proses
pemisahan lemak dan tepung ini dilakukan terhadap biji kakao yang telah
terfermentasi. Pemisahan lemak coklat dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya ekstraksi dengan menggunakan pelarut atau dengan pengepresan
(Venter dkk., 2007). Metode ekstraksi lemak dengan pelarut memiliki kelemahan
yaitu terlarutnya sebagian komponen yang tidak diinginkan dari lemak kakao,
seperti phospolipida.Selain itu diperlukan proses pemisahan kembali antara
lemak dan pelarut. Pemisahan ini kadang kala tidak bisa murni dan dapat
mengurangi aroma coklat yang khas.Selain itu, proses pemurnian lemak ini juga
membutuhkan biaya yang tinggi.Oleh karena itu, teknik pengepresan mekanis
tetap menjadi pilihan.Penggunaan teknik pengepresan dipandang juga jauh lebih
praktis dan murah terutama untuk pemakaian oleh industri kecil dan
menengah.Berdasarkan kebutuhan kandungan lemak pada bubuk kakao yang
berkisar 10-22%(bergantung pada jenis bubuk kakao yang diinginkan), maka
117
recovery lemak menjadilemak kakao seharusnya mencapai 78-90% (Mulato dan
Widyotomo, 1999) mendapatkan yield kakao sebesar 89% pada proses
pengepresan umpan pasta dengan menggunakan tekanan 60 MPa (Indarti, 2007).
Buah kelapa (Cococ nucifera L.) telah menjadi salah satu sumber makanan
sejak jaman dahulu.Buah ini merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan
masyarakat Indonesia.Dalam kehidupan tradisional, daging buah kelapa
merupakan sumber nutrisi yang penuh dengan santan berasa gurih. Terdapat
beberapa cara untuk mengekstraksi minyak dari daging buahnya, yaitu secara
fisika, kimia, dan fermentasi. Proses tradisional melalui cara fisika (pemanasan)
menghasilkan minyak dengan kualitas rendah karena kandungan airnya tinggi dan
menyebabkan ketengikan. Ekstraksi minyak dengan cara kimia dapat
menyebabkan penurunan kualitas beberapa unsur nutrisi penting, antara lain asam
laurat dan tokoferol serta menyebabkan tingginya bilangan peroksida. Buah
kelapa yang sudah tua diparut lalu dicampur dengan air setelah diperas
(diekstraksi) dan disaring, santan ditampung pada wadah berkatup kemudian
dibiarkan selama 1-2 jam. Santan terpisah menjadi dua bagian, yaitu bagian krim
dan skim santan. Krim santan digunakan untuk diproses menjadi minyak
sedangkan skim santan digunakan untuk pembuatan starter (Soeka, 2008).
CNSL merupakan minyak yang tersusun dari senyawa fenolat kompleks
dengan rantai karbon panjang bercabang dan tidak jenuh, yang dapat dihasilkan
dengan cara rendering, pengepressan (ekstraksi) menggunakan pelarut kimia. Bila
menggunakan cara rendering atau pengepressan diperlukan perlakuan
pendahuluan yang memakan waktu cukup lama. Selain itu, rendemen perolehan
minyak masih rendah (minyak masih tersisa pada bungkil atau ampas berkisar 10-
25%) dan kualitasnyapun amsih dianggap rendah karena masih banyak bercampur
minyak. Sedangkan, kalau dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut kimia akan
dapat dihasilkan minyak dengan rendemen cukup tinggi (minyak yang tersisa
pada bungkil kurang dari 1%) dan kualitas minyak jauh lebih baik (kadar air
sangat rendah) (Simpen, 2008).
118
Proses dapat dipersingkat dengan menggabungkan proses penghancuran dan
pengepresan sekaligus dengan menggunakan satu alat yaitu ekspeller. Alat ini
digerakkan oleh motor listrik/mesin diesel. Alat ini juga melakukan penghancuran
dan pengepresan secara kontinu sehingga dapat menyederhanakan kerja sekaligus
memaksimalkan output proses pembuatan minyak jarak. Minyak jarak ini dapat
langsung dipakai ke mesin atau dengan membuatnya menjadi biodiesel melalui
proses transesterifikasi, sebagaimana halnya pada pembuatan biodiesel dari
minyak sawit (Simanjutak, 2000).
Tujuan optimasi dari pengambilan ekstrak daun katuk adalah untuk
menentukan perbandingan jumlah air dengan daun katuk serta optimasi tekanan
pengepresan yang dapat menghasilkan ekstrak yang optimum. Perbandingan air
dengan daun katuk adalah 1:1; 1:2; 1:3.Setelah penambahan airdilakukan
pengepresan dengan alat pengepres, optimasi tekanan 50kg/cm2, 100 kg/cm2, dan
150 kg/cm2.Kondisi yang dipilih adalahyang dapat menghasilkan jumlah ekstrak
yang maksimum.Dasarpemilihan kondisi tersebut ditentukan secara visual
(Hardjanti, 2006).
Teknik menekan adalah metode yang paling umum untuk ekstraksi minyak
yang meliputi berbagai jenis pers seperti press hidrolik, sekrup tekan bergulir
press (Bamgboye dan Adejuno, 2007). Ekstraksi pelarut adalah metode yang
mampu mengekstrak lebih dari 98% minyak (Yoyock et al., 1988). Namun,
metode ini memiliki kelemahan sendiri seperti peralatan yang diperlukan tinggi
dalam biaya, proses ini cukup berbahaya dalam korelasi dengan api dan ledakan,
dan digunakan pelarut membutuhkan proses tertentu sebelum lanjut ke proses
berikutnya (Bargale et al, 1999. ; Ajibola et al, 2002).. Menurut Fitch-Haumann
(1997) dan juga Wiesenborn et al. (2001) mengatakan bahwa screw press
memiliki fitur keamanan yang lebih baik; ramah lingkungan dan dapat ekstrak biji
minyak dari 8 kg sampai 45 kg per jam bahan baku tergantung pada jenis expeller.
Salah satu jenis sekrup tekan adalah screw press Komet yang terdiri dari ukuran
nozzle yang berbeda, kecepatan dan diameter. Aksesoris yang berbeda dari mesin
119
ini mungkin akan menghasilkan sejumlah jenis minyak biji (Mastufah, 2011).
Kedelai (Glycine max) adalah spesies legum asli Asia Timur, banyak ditanam
untuk kacang dimakannya yang memiliki banyak kegunaan. Tanaman ini
digolongkan sebagai biji minyak dari pada pulsa. Hal ini juga dikenal sebagai
kacang kedelai tanaman kadang-kadang disebut sebagai kacang yang lebih besar
(dadou Cina dandaizu Jepang). Kedua kedelai belum matang dan hidangan yang
disebut edamamein pengembangan Japan. Mesin ekstraksi kacang kedelai susu
adalah proses aliran karena kacang kedelai melewati dua tahap yang berseliweran
dan kompresi. Sebagai kacang kedelai basah parut mereka dilewatkan keruang
kompresi di mana susu yang diperlukan diekstrak dengan bantuan saringan logam.
Kompresi kacang kedelai digiling basah dicapai dengan bantuan dari gaya tekan
yang disediakan oleh pedal kaki, filtrat dilewatkan kereservoir dimana ia sedang
dikemas (Akinnuli, 2008).
Penggunaan terfokus frekuensi tinggi energi akustik , dan petugas menembus
kekuatannya , menjanjikan untuk menjadi energi metode yang efisien dan kimia
netral dari ekstraksi . kapanfrekuensi tinggi energi akustik digunakan dalam
hubungannya dengan getaran mekanis / agitasi tertentu dalam medium maka
proses ekstraksi lebih ditingkatkan. Hal ini disebabkan kavitasi dan sifat termal
yang dihasilkan dari agitasi.Teknik ini telah menjadi umum dalam pengolahan
makanan dan penyimpanan metode kontemporer . Ditemukan bahwa ekstraksi
sonikasi dibantu saponin ginseng adalah sekitar tiga kali lebih cepat daripada
metode ekstraksi tradisional . Ekstraksi USG tidak hanya lebih efisien , tetapi juga
proses yang lebih nyaman untuk pemulihan dan pemurnian bahan aktif dari bahan
tanaman . Selain itu, ekstraksi USG dapat meningkatkan energi dan kecepatan
transfer , dan meningkatkan kecepatan penyerapan pelarut terhadap ekstrak . Hal
ini dicapai dengan menghancurkan dinding sel dan dengan demikian
menyebarkan ekstrak yang diinginkan seluruh medium. Hal ini pada gilirannya
membuat ekstraksi yang diinginkan lebih mudah diakses oleh pelarut dalam
medium (Sheu, 2009).
120
Di dalam memuaskan kebutuhan umum untuk minyak ekstraksi dari berbagai
jenis biji-bijian, kacang-kacangan dan daun (sayuran) dan mendukung cobaan
negara untuk mendorong teknologi asli dan dalam upaya untuk menghemat devisa
kita. Ini adalah metode yang minyak dari bahan tanaman yang diekstraksi dengan
pelarut yang mudah menguap seperti petroleumeter atau benzena. Dalam semua
desain ini, masalah dasar adalah sebagai berikut: -dalam pershidrolik, output yang
diinginkan adalah tekanan tinggi, tapi tekanan tinggi ini biasanya tidak mudah
untuk dicapai, ada selalu menekan kerugian akibat kebocoran. Demikian juga,
dalam sekrup menekan atau tekan hidrolik, masalah dasar bahwa dari sekam
dicampur dengan minyak yang diekstraksi dan rendah recovery minyak
persentase. Dan juga dalam pelarut ekstraksi, masalahnya adalah yang
menghilangkan ekstraksi tersebut tidak hanya sebagian besar bahan pewangi
tetapi juga lilin, mewarnai materi dan bahan resin (Onwuka, 2013).
Teknik klasik untuk ekstraksi pelarut nutraceuticals dari matriks tanaman
didasarkan pada pemilihan pelarut ditambah dengan penggunaan panas dan/atau
agitasi. Ada teknik klasik yang digunakan untuk memperoleh nutraceuticals dari
tanaman meliputi:Soxhlet, hydrostillation dan maserasidengan campuran alkohol-
air atau panas lemak. Soxhlet, yang telah digunakan untuk waktu yang lama,
adalah teknik standar dan acuan utama untuk mengevaluasi kinerja ekstraksi
padat-cair lainnya(atau pencucian) metode. Ekstraksi Soxhlet adalah umum dan
teknik mapan, yang melampaui kinerja teknik ekstraksi konvensional lainnya
kecuali, Dalam bidang terbatas aplikasi, ekstraksi senyawa termolabil
(Wang, 2006).
Pengepresan menggunakan alat seperti expeller, roller pengepresan, dan pres
hidrolik. Expeller digunakan sebagai pengepresan pendahuluan, karena pada
proses ini tidak semua minyak dapat dikeluarkan dari bahan. Expeller berbentuk
silinder dan didalamnya terdapat ruang pres. Didalam ruang pres terdapat sumbu
Yng berbentuk kones yang dapat berputar seperti lingkaran sekrup. Ketika di
press akan mengeluarkan minyak yang keluar melalui ruang-ruang ke mpa
121
diantara sumbu utama. Selanjutnya minyak jatuh pada tempat penampungan yang
dibuat miring agar minyak mudah mengalir (Palungkun, 1992).
Alat ekstraksi berbentuk silinder tegak dibagian dalam alat ini, terdapat kisi-
kisi logam yang berlubang dan tersusunsecara horisontal yang dipasang
disekelining selubung tegak di bagian pusat silinder. Bunga diisikan diatas kisi-
kisi logam, dan kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan supaya
pelarut dapat merembes kedalam bahan secara bebeas dan merata. Setelah
pengisian buanga tersebut, maka alat tadi ditutup dengan penutup yang terbuat
dari logam. Ekstraksi dilakukan secara berurutan dengan mencuci bunga pada tiap
batch menggunakan pelarut sebanyak 3 kali (Guenther, 1988).
Bila pemisahan dengan distilasi tidak efektif atau sangat sullit, maka ekstraksi
zat cair merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat
yang titik didihnya berdekatan atau zat yang tidak dapat menahankan suhu
distilasi biarpun dalam vakum sekalipun, biasanya dipisahkan dari
ketakmurniannya dengan cara ekstraksi yang menggunakan perbedaan kimia
sebagai pengganti perbedaan tekanan udara. Suatu pemanfaatan dari ekstraksi
ialah dalam memisahkan hasil-hasil minyak bumi yang mempunyai struktur kimia
yang berlainan tetapi jangkau didihnya hampir sama (Warren, 1999).
Untuk dapat memeras air yang terkandung dalam sukun parut, perlu
digunakan pemeras(press) manual. Setelah disaring, campuran yang terdiri dari
tepung ketela pohon dan air ini diendapkan.Setelah mengendap dan dipisahkan
dari airnya, maka endapan tepung ketela pohon ini kemudian dijemur hingga
kering. Proses penjemuran dan pengeringan dilakukan terpisah dan tidak
merupakan bagian dari mesin yang dirancang ini (Suprapti, 2002).
122
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 10.1 Alat/mesin press
Bagian utama alat dan mesin :
a. Tuas pemutar press : memutar batang pngepress.
b. Plat pengepress : menekan produk.
c. Silinder pengepress : sebagai tempat produk.
d. Outlet : tempat keluar hasil ekstraksi.
e. Pompa hidrolik : mengepres dari bawah.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja alat/mesin press (ekstrakting) adalah produk ditekan oleh tuas
pengepres sehingga didapatkan cairannya.
E. Mekanisme Kerja
Produk diparut terlebih dahulu. Kemudian dimasukkan ke dalam silinder
pengepres. Ekstraksi bahan dilakukan dengan menggunakan tekanan dari atas
(plat pengepres) dan juga tekanan dari bawah (pompa hidrolik). Tuas digunakan
123
sebagai dongkrak (memutar pompa hidrolik), dan cairan hasil ekstraksi ini akan
keluar melalui outlet.
F. Cara kerja
Alat press dibersihkan
Produk bersih ditimbang
Panci penampung disiapkan
Produk parutan dimasukkan ke silinder pengepress
Hasil ekstraksi ditimbang
Dicatat waktu awal dan waktu akhir proses ekstraksi
Randement ekstraksi dihitung
124
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 10.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran pengadukan
2. Pembahasan
Ekstraksi adalah proses pengambilan sari bahan sehingga sarinya
dapat diolah menjadi produk yang diinginkan. Pengepressan ini bertujuan
untuk mendapatkan cairan dari produk yang dipress (extracing). Pada
praktikum pengepresan ini bahan yang digunakan dalam ekstraksi adalah
kelapa. Untuk menghasilkan sari dari kelapa sebelumnya kelapa diparut
terlebih dahulu.
Prinsip kerja dari pengepresan ini adalah produk ditekan oleh tuas
pengepres sehingga didapatkan cairannya sedangkan mekanisme kerja dari
pengepresan ini adalah produk diiris dahulu kemudian dimasukkan ke dalam
silinder pengepres. Pada alat pengepresan ini memiliki bagian-bagian utama
yaitu tuas pemutar, plat pengepress, silinder pengepres, outlet, dan pompa
hidrolik. Untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang maksimal maka dalam
pengepresan dilakukan dari atas dan dari bawah. Pengepresan dari atas
dilakukan dengan memutar tuas pengepres, sedangkan dari bawah
menggunakan pompa hidrolik. Ekstraksi bahan dilakukan dengan
menggunakan tekanan dari atas (pompa pengepres) dan juga tekanan dari
bawah (pompa hidrolik). Tuas digunakan sebagai dongkrak (memutar pompa
hidrolik). Dan cairan hasil ekstraksi ini akan keluar melalui outlet.
Pada praktikum pengepresan ini berat awal kelapa yang diekstraksi
pada kelompok 6 adalah 0,5 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan
menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,463 kg. Dari hasil itu
didapatkan randementnya sebesar 92,6 %, pada kelompok 7 adalah 0,497 kg.
Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan menghasilkan cairan hasil ekstraksi
sebanyak 0,225 kg. Dari hasil itu didapatkan randementnya sebesar 45,271 %,
125
pada kelompok 8 adalah 0,51 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan
menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,29 kg. Dari hasil itu
didapatkan randementnya sebesar 58 %, pada kelompok 9 adalah 0,5 kg. Dari
produk itu dilakukan ekstraksi dan menghasilkan cairan hasil ekstraksi
sebanyak 0,282 kg. Dari hasil itu didapatkan randementnya sebesar 56,4 %,
pada kelompok 10 adalah 0,5 kg. Dari produk itu dilakukan ekstraksi dan
menghasilkan cairan hasil ekstraksi sebanyak 0,282 kg. Dari hasil itu
didapatkan randementnya sebesar 56,4 %. Pada pengamatan dan perhitungan
kelompok 6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa randement yang paling kecil adal
kelompok 7 yaitu dengan randemet 45,271%, sedangkan randement yang
paling besar adalah pada kelompok 6 yaitu dengan randement 92,6%.
Hasil randement dari praktikum ini dipengaruhi oleh kekuatan dalam
melakukan ekstraksi, semakin kuat kita memutar tuas penekan maka hasil
ekstraksi akan semakin banyak begitu sebaliknya. Selain kekuatan
mengekstrak randement juga dipengaruhi parutan produk, apabila parutan
produk sesuai serat maka cairan yang dihasilkan saat ekstraksi semakin
banyak. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah bobot
produk awal, berat cairan hasil ekstraksi dan lama proses ekstraksi.
H. Kesimpulan
1. Ekstraksi adalah proses pengambilan sari bahan sehingga sarinya dapat diolah
menjadi produk yang diinginkan.
2. Pengepressan ini bertujuan untuk mendapatkan cairan dari produk yang
dipress (extracing). Pada praktikum pengepresan ini bahan yang digunakan
dalam ekstraksi adalah kelapa.
3. Pada pengamatan dan perhitungan kelompok 6,7,8,9,10 dapat dilihat bahwa
randement yang paling kecil adal kelompok 7 yaitu dengan randemet
45,271%, sedangkan randement yang paling besar adalah pada kelompok 6
yaitu dengan randement 92,6%.
126
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi adalah bobot produk awal,
berat cairan hasil ekstraksi dan lama proses ekstraksi.
5. Hasil randement dari praktikum ini dipengaruhi oleh kekuatan dalam
melakukan ekstraksi dan parutan produk.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
127
DAFTAR PUSTAKA
Akinnuli. 2008. Kajian Kinerja Mesin Pengadukan pada Proses Pembuatan Pati
Aren (Arenga Pinnata Merr). Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Guenther. 1988. The Effects of Physical Parameters of The Srew Press Oil Expeller
on Oil Yield from Nigella sativa L seeds. International Food Research
Journal 18(4): 1367-1373 (2011).
Hardjanti. 2006. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ketaren, S. 1987. Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-
Pres). Depok.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Agritech. Yogyakarta.
Mastufah. 2011. Pengaruh Proses Pengepresan ( Screw Press ) Terhadap Persentase
Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Yang Terdapat Pada Ampas Press di PT.
Socfin Indonesia Kebun Aek Loba. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Onwuka. 2013. Perancangan Mesin Pembuat Tepung Tapioka. Jurnal Teknik Mesin
Vol. 7, No. 1, April 2005 : 22-27.
Palungkun, Rony. 1992. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sheu. 2009. Pengambilan Minyak Kelapa Secara Fermentasi Berulang dengan
Menggunakan Sel Amobil Saccharomyces Cereviceae. Teknologi Industri.
Surabaya.
Simanjutak. 2000. Membuat Aneka Abon. Penebar Swadaya. Jakarta.
Simpen, I.N. 2008. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid dari Klit Biji Jambu Mete
(Anacardium occidentale L) dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya.
Jurnal Kimia 2 (2), Juli 2008 : 71-76.
Soeka. 2008. Proses Pengolahan Ubi Kayu menjai Kue Klanting. Jurnal Pengabdian
pada Masyarakat No. 45 Tahun 2008, ISSN : 1410-0770.
Suprapti. 2002. Efek Pemanasan Terhadap Rendemen Lemak pada Proses
Pengepresan Biji Kakao. Universitas Syiah Kuala. Aceh.
Wang. 2006. Isolasi Cashew Nut Shell Liquid dari Klit Biji Jambu Mete (Anacardium
occidentale L) dan Kajian Beberapa Sifat Fisiko-Kimianya. Jurnal Kimia 2
(2), Juli 2008 : 71-76.
Warren, 1999. Extraction of Neem Oil Using N-Hexane and Ethanol: Stuudies of Oil
Quality, Kinetic and Thermodynamic. Departement of Chemical
Engineering Widya Mandala University. Surabaya.
128
Lampiran Perhitungan Press
1) Data Kelompok 9
Kapasitas = )(
)(
jamwaktu
kgberatawal
= 0,5
0,038 = 13,517 kg/jam
Randemen = %100)(
)(
kgberatawal
kgberatakhir
= 0,282
0,5 x 100% = 56,4%
129
ACARA XI
VACUUM FRYING
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara XI Vacuum Frying yaitu :
1. Mengetahui kontraksi dasar alat/mesin untuk penggoreng secara vacum,
bagian-bagian, utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang diingankan/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Salah satu bentuk makanan olahan dari buah-buahan yang mempunyai
peluang pasar internasional adalah makanan kering. Permintaan akan makanan
kering dari buah-buahan terus meningkat karena masyarakat negara-negara maju
menyukai makanan sehat yang banyak mengandung serat. Salah satu makanan
ringan adalah keripik, yang tergolong jenis crackers, yaitu makanan yang bersifat
kering, renyah, tahan lama, praktis, mudah dibawa dan didimpan, serta dapat
dinikmati kapan saja. Keripik yang dihasilkan dengan mesin penggoreng vakum
memiliki rasa dan aroma seperti buah aslinya tekstur renyah. Prospek
pengembangan keripik buah cukup baik karena bahan baku cukup tersedia,
terutama saat panen dan produk ini disukai konsumen. Namun, beberapa kendala
perlu diatasi, meliputi keseragaman bahan baku, mutu produk, pengemasan, dan
peningkatan umur simpan (Kamsiati, 2010).
Mesin vacuum frying adalah mesin pengolahan makanan dengan
menggunakan system vacuum. Dalam pengoperasiannya mesin bekerja pada suhu
maksimal 95°C dengan tabung utama vacuum. Dan peranan dari komponen
utama tersebut sangatlah penting, karena itu perlu dilakukan perancangan yang
baik dan salah satunya yaitu dari segi kekuatan, dimana tabung tersebut menerima
beban dari temperature dan tekanan vacuum. Sistem pengolahan yang dibutuhkan
130
adalah yang cepat, murah, higienis serta memiliki hasil yang baik. Oleh karena itu
sudah tidak asing lagi bagi kelompok masyarakat dalam penggunaan mesin
pengolahan makanan seperti mesin vacuum frying ini (Sari, 2010).
Teknologi lain yang relatif baru yang dapat mengawetkan sayuran adalah
dengan mengolah sayuran segar menjadi produk sayuran siap santap
menggunakan metode pengeringan dengan pemasakan, sehingga sayuran tersebut
dapat langsung dimakan. Metode yang relative baru dan sangat potensial untuk
diterapkan adalah dengan menggunakan alat penggorengan vakum (vacuum
frying). Penggorengan vakum adalah suatu metoda pengurangan kadar minyak
pada produk sambil tetap mempertahankan kandungan nutrisi produk. Teknologi
ini dapat digunakan untuk memproduksi sayuran dan buah-buahan yang
didehidrasi tanpa mengalami reaksi pencoklatan (browning) atau produk menjadi
hangus (Widaningrum, 2009). Menggoreng dengan menggunakan mesin
penggoreng hampa ( vaccum frying) dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
yang pertama disiapkan potongan nangka siap pakai yang memiliki kesamaan
ukuran, bentuk, dan ketebalan dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas mesin.
Lalu kompor dinyalakan, setelah suhunya mencapai 500 C, potongan nangka
dimasukan kedalam bak penampungan bahan pada unit penggorengan. Dan
tabung penggorengan ditutup rapat kemudian di vakumkan hingga mencapai 70
tnm Hg dan suhu penggorengan diatur pada 800 C-1000 C (Ibrahim, 2004).
Vacuum frying adalah teknologi menjanjikan yang dapat diproses oleh
vacuum frying karena rendah pilihan untuk produksi makanan ringan baru seperti
suhu buah. Banyak negara di Asia, (misalnya Jepang, dan keripik sayuran yang
menyajikan kualitas yang diinginkan Thailand, Taiwan) menggunakan teknologi
ini untuk menghasilkan tinggi atribut dan menanggapi tren kesehatan yang baru.
Buah camilan bergizi. Teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan dan sayuran
merupakan sumber penting dari vitamin dan nutrisi dan kesehatan bangsa dengan
memproduksi produk antioksidan. Namun, rata-rata konsumsi buah-buahan yang
enak, menyimpan sebagian besar nilai gizi mereka , memiliki dan sayuran dalam
131
masyarakat modern rendah karena isi lemak lebih rendah dari makanan ringan
konvensional goreng, kerusakan awal dan harga agak tinggi (Mehrjardi, 2012).
Di antara beberapa teknologi deep frying lemak, vacuum frying memiliki
kepentingan strategis yang signifikan untuk masa depan manufaktur gorengan.
Teknologi ini menawarkan manfaat yang signifikan seperti perbaikan keamanan
produk goreng dan kualitas dan mengurangi oksidasi minyak karena pengolahan
suhu rendah. Penelitian baru-baru ini dan kepentingan dalam aplikasi vacuum
frying (Garayo dan Moreira 2002) dan pengembangan desain baru fryer (Moreira
dan lain-lain 1999) memberikan insentif untuk studi mendalam akrilamida
generasi selama penggorengan, sehingga proses yang lebih baik dapat dirancang
untuk mengurangi pembentukan produk beracun ini dalam produk goreng
(Granda, 2004).
Salah satu karakteristik utama dari unit vacuum frying adalah mekanisme
meminyaki. Hal ini digunakan untuk de-minyak produk sebelum dihapus dari
vakum sehingga minyak permukaan tidak diserap oleh produk selama proses
bertekanan. Mekanisme De-meminyaki umumnya sentrifugal, yang dipasang di
sebuah kubah vakum khusus melekat pada penggorengan vakum. Mekanisme
penyerapan minyak dalam produk goreng adalah proses yang kompleks. Menurut
penyerapan minyak Moreira adalah fenomena permukaan yang terjadi sebagai
produk akan dihapus dari fryer karena perbedaan suhu antara produk dan suhu
ambien. Perubahan suhu menyebabkan peningkatan tekanan kapiler di pori-pori
produk, yang menyebabkan minyak mengalir ke ruang pori terbuka
(Amany, 2012).
Konsumen menjadi lebih peduli dengan kualitas makanan. Mereka
menganggap makanan organik sebagai menjadi kualitas yang lebih baik, lebih
sehat dan manfaat lebih bergizi daripada makanan yang diproduksi oleh metode
konvensional. Beberapa penelitian melaporkan bahwa makanan organik
mengandung lebih senyawa bioaktif dari produk konvensional. Olahan okra
merupakan pertanian yang penting produk di Nakhon Pathom (Thailand) dan
132
belum diteliti dengan cara ini. Selama pengolahan, banyak senyawa penting
dalam kualitas okra mungkin hilang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pengolahan dengan pemanasan kelembaban dan vacuum
frying pada kualitas okra organik dan konvensional. Moisture pemanasan
diselidiki dengan blanching okra di 100 oC selama 3 menit, sedangkan vacuum
frying yang terlibat menggoreng okra pada 100 oC selama 20 menit. Kualitas okra
organik dan konvensional tumbuh dibandingkan sebelum dan sesudah
pengolahan (Arlai, 2009).
Metode dalam pembuatan mesin penggoreng vakum ini diawali dengan
proses perencanaan, pembuatan, uji coba, dan pelatihan penggunaan mesin bagi
karyawan mitra kerja. Tahap perencanaan mesin, meliputi: (1) mendisain gambar
rencana, (2) perhitungan kebutuhan bahan, dan (3) perhitungan anggaran biaya
pelaksanaan. Tahap pembuatan mesin, mencakup pekerjaan: (1) pemotongan
bahan sesuai gambar kerja, (2) pengelasan, (3) perakitan, (4) instalasi listrik, (5)
uji unjuk kerja mesin untuk mengetahui unjuk kerjanya, dan (6) pengecatan.
Sedangkan, pelatihan bagi anggota KUB mitra kerja, mencakup: (1) penyampaian
teori penggunaan mesin dengan metode ceramah, (3) demonstarasi penggunaan
mesin, dan (3) praktek penggunaan mesin oleh para anggota mitra kerja
(Tiwan, 2010).
133
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
8 7 6 5
4 10
9
2
3
1
Gambar 11.1 Alat Vacum Frying
Keterangan
1. Bak penampung air : Tempat penampung air.
2. Tabung gas : Tempat gas tabung elpiji.
3. Mesin pompa : Untuk memompa air.
4. Tabung vacum : Tabung sirkulasi air berkecepatan tinggi.
5. Selang gas : Tempat gas mengalir.
6. Kotak panel : Monitor / Mengatur.
7. Pegangan : Untuk mengangkat tutup.
8. Tutup tabung vacum : Sebagai penutup.
9. Tuas pemutar : Pemutar bahan agar merata.
10. Penglihat tekanan : Untuk melihat tekanan.
134
D. Prinsip Kerja
Untuk menggoreng bahan yang berkadar air tinggi dalam tabung hampa
udara dengan suhu rendah dan tekanan vacum.
E. Mekanisme Kerja
Memasukkan air dalam bak, kemudian mesin penyedot dihidupkan,
setelah itu tempat produk diisi minyak goreng penuh kemudian air dalam produk
menguap melalui pipa uap dan produk itu keluar ke bak penampung. Tarjadi
sirkulasi berkecepatan tinggi sehingga tekanan turun sehingga suhu rendah atau
titik didih rendah.
F. Cara kerja
Minyak
Dimasukkan ke dalam tabung
Kompor dinyalakan
Diamati suhu minyak dan tekanan penggorengan
Produk dimasukkan
Diamati tingkat kematangan bahan
Dicatat waktu penggorengan
135
G. Pembahasan
Vacuum frying merupakan alat yang digunakan untuk menggoreng secara
vacuum (hampa udara) dan suhu rendah. Proses pengolahan ini menggunakan
bahan minyak atau lemak lain yang menghantarkan panas.
Prinsip kerja dari vacuum frying ini untuk menggoreng bahan yang berkadar
air tinggi secara vakum (hampa udara) dengan menggunakan suhu rendah.
Mekanisme kerja vacuum frying yaitu pertama bak diisi air dengan penuh, lalu
disedot oleh pompa air melalui pipa penyedot yang kemudian air dialirkan ke
tabung vacuum, di dalam tebung tersebut maka terjadi sirkulasi berkecepatan
tinggi yang akibatnya tekanan dalam tabung vakum akan lebih rendah
dibandingkan tekanan dalam silinder penggorengan. Secara otomatis akan terjadi
aliran fluida dari tekanan tinggi ke tekanan rendah sehingga tekanan dalam
silinder menjadi rendah atau vakum.
Pada kondisi vacuum suhu penggorengan dapat diturunkan sebesar 50-60°C
dengan demikian produk yang dapat mengalami kerusakan akibat pengolahan
dengan panas dapat dihindari. Dalam silinder penggorengan dipanasi dengan
kompor hingga bertekanan tinggi lalu dialirkan ke tabung vacuum hingga
bertekanan 0atm. Pada proses penggorengan secara vakum seperti ini
membutuhkan minyak yang cukup banyak karena agar semua bahan yang
digoreng dapat tercelup secara penuh dan kematangan produk agar merata serta
hanya dapat digunakan untuk satu sampai tiga kali pemakaian. Yang perlu
diperhatikan juga pada minyak goreng adalah penggunaan minyak goreng
haruslah baru agar warna, kerenyahan, rasa, dan aroma tetap terjaga. Apabila
minyak yang digunakan ialah minyak curah, maka warna, kerenyahan, rasa, dan
aroma akan menjadi rusak.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penggorengan vacuum frying adalah
lama penggorengan, suhu penggorengan, tekanan penggorengan, kadar air awal
136
produk, intensitas memutar tuas, besar kecilnya nyala api, minyak yang
digunakan untuk menggoreng dan kualitas penggorengan. Kelebihan produk
yang digoreng dengan menggunakan vacuum frying adalah nutrisi tidak hilang,
karena digoreng pada suhu rendah (80-850C), disertai dengan pemvacuuman,
warna tidak berubah dan tidak gosong, penggorengan alami, tanpa penambahan
zat pewarna dan perasa, keripik renyah dan nikmat, tampilannya menarik, tidak
mengandung bahan-bahan kimia sintesis, aromanya tidak berubah sama seperti
buah aslinya, rasanya enak, tahan lama meskipun tanpa bahan pengawet.
Kelemahan dari penggorengan vacuum adalah terlalu banyak menggunakan
minyak sehingga boros minyak atau minyak terbuang sia-sia.
H. Kesimpulan
1. Vacuum frying merupakan alat yang digunakan untuk menggoreng secara
vacuum (hampa udara) dan suhu rendah. Proses pengolahan ini menggunakan
bahan minyak atau lemak lain yang menghantarkan panas.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penggorengan vacuum frying adalah
lama penggorengan, suhu penggorengan, tekanan penggorengan, kadar air
awal produk, intensitas memutar tuas, besar kecilnya nyala api, minyak yang
digunakan untuk menggoreng dan kualitas penggorengan.
3. Kelebihan produk yang digoreng dengan menggunakan vacuum frying adalah
nutrisi tidak hilang, karena digoreng pada suhu rendah (80-850C), warna tidak
berubah dan tidak gosong, penggorengan alami, nikmat, tampilannya menarik,
tidak mengandung bahan-bahan kimia sintesis, aromanya tidak berubah sama
seperti buah aslinya, rasanya enak, tahan lama meskipun tanpa bahan
pengawet.
4. Kelemahan dari penggorengan vacuum adalah terlalu banyak menggunakan
minyak sehingga boros minyak atau minyak terbuang sia-sia.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
137
DAFTAR PUSTAKA
Amany, 2012. Vacuum frying: An alternative to obtain high quality potato chips and
fried oil. Journal of Microbiology Vol. 1(2) pp. 019-026, March, 2012.
Arlai, A. 2009. Effects Of Moisture Heating And Vacuum Fry On Organic And
Conventional Okra Quality. Bangkok. Thailand
Granda, C. 2004. Reduction of Acrylamide Formation in Potato Chips by Low-
temperature Vacuum Frying. Journal Of Food.
Ibrahim, Joko. 2004. Keripik, manisan kering, dan sirup nangka. Penerbit kanisius.
Yogyakarta.
Kamsiati,Elmi. 2010. Peluang pengembangan teknologi pengolahan keripik buah
dengan menggunakan penggoreng vakum. Jurnal Litbang Pertanian, 29(2),
2010.
Mehrjardi, Parastoo Yasaie. 2012. Developing Vacuum Fried Pumpkin (Cucurbita Moschata
Dutch) Snack. Science and Research Branch, Islamic Azad University, Tehran, Iran.
Sari, Poernomo, Sri. 2010. Perancangan mesin vacuum frying dan analisa thermal
tabung vacuum menggunakan software catia p3 v5r14.
Tiwan. 2010. Rancang Bangun Mesin Penggoreng Vakum (Vacuum Frying Ma-chine)
bagi Industri Kecil Pedesaan Korban Erupsi Gunung Merapi. Yogyakarta.
Widaningrum. 2009. Standarisasi keripik sayuran (wortel) sebagai upaya
peningkatan daya saing produk olahan hortikultura.
138
ACARA XII
OVEN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acra VIII Oven dan Pengadukan yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui Konstruksi dasar alat oven, bagian-bagian utama alat berikut
fungsi masing-masing bagian utama.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
3. Mengetahui penampilan teknis mesin.
B. Tinjauan Pustaka
Oven microwave adalah sebuah peralatan yang menggunakan radiasi
gelombang mikro untuk memasak atau memanaskan makanan. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan radiasi gelombang mikro untuk memanaskan molekulter
polarisasi dalam makanan. Penggorengan dengan Oven microwave untuk produk
makanan dianggap sebagai cara baru untuk meningkatkan kualitas makanan yang
digoreng. Oven microwave mempunyai banyak keuntungan dalam proses
pengolahan makanan tertentu. Oven microwave dapat mempercepat laju
penguapan, sehingga dapat mengurangi waktu pengeringan secara signifikan
(mahmudan, 2014).
Suatu standar yang telah ditetapkan untuk oven pengering haruslah
bersuhu antara 50 0C sampai dengan 60 0C, dalam hal inilah sistem sensor suhu
pada kotak pengering dapat kita atur sesuai ketentuannya. Sistem pengendalian
suhu pada oven pengering ini sudah otomatis karena menggunakan
mikrokontroler ATmega 8535 dan disisi lain pada oven pengering tersebut
tergolong sistem digital dengan adanya penampil LCD sebagai tampilan batasan
suhu yang diinginkan. Jadi untuk oven pengering tersebut telah didesain
sedemikian rupa sehingga suhu yang diinginkan dapat stabil dan sangat praktis
139
tentunya bagi pengusaha kerupuk skala kecil atau industri rumah tangga
(syafriyudin, 2009).
Oven adalah alat untuk memanaskan memanggang dan mengeringkan.
Oven dapat digunakan sebagai pengering apabila dengan kombinasi pemanas
dengan humidity rendah dan sirkulasi udara yang cukup. Kecepatan pengeringan
tergantung dari tebal bahan yang dikeringkan. Penggunaan oven biasanya
digunakan untuk skala kecil. Oven yang kita gunakan adalah elektrik oven yaitu
oven yang terdiri dari beberapa tray didalamnya, serta memiliki sirkulasi udara
didalamnya. Kelebihan dari oven adalah dapat dipertahankan dan diatur suhunya.
Bahan yang akan dikeringkan diletakkan pada rak-raknya (Saputra, 2000).
Di dalam proses pengovenan kacang, kacang harus dibolak-balik
dengan mengunakan tangan pada saat-saat tertentu, supaya panas dari kompor
merata dan kacang menjadi matang seluruhnya. Peningkatan produksi kacang
garing asin dapat dilakukan dengan cara mengubah proses yang dilakukan
secara manual menjadi dilakukan secara mekanik. Untuk mengatasi masalah
ini diperlukan sebuah oven yang besar dan digerakkan dengan cara mekanis.
Sehingga proses pembolak-balikan kacang akan berjalan dengan baik. Mesin
oven juga harus baik dalam hal pengapiannya (pembakarannya), karena kalau
oven tersebut tidak baik pengapiannya (pembakarannya) (Asviando, 2009).
Microwave oven yang digunakan mempunyai daya 900 watt dan
dilengkapi dengan piring putar. Dilakukan penelitian terhadap 9 tipe agregat (5
jenis agregat halus dan 4 jenis agregat kasar) dengan berbagai nilai absorpsi.
Sedangkan untuk beton segar dibuat 4 macam campuran dengan berbagai nilai
absorpsi agregat. Faktor air-semen yang digunakan adalah 0.3, 0.5 dan 0.7. Hasil
pengukuran kadar airnya dengan microwave oven dibandingkan terhadap oven
standard. Cara kerja dari microwave oven memakai prinsip bahwa atom benda
yang dioven akan mengabsorbsi/menyerap energi dari radiasi frekwensi
gelombang mikro (microwave– frequency radiation) yang menyebabkan bergetar
sampai 2450 juta getaran perdetik, dari getaran ini menyebabkan timbulnya panas
140
(friction heat) pada makanan/benda yang ada dalam alat microwave oven
(Sugiharto, 2000).
Sebuah lapisan smear seperti agar-agar patuh lembut menutupi bagian
paling atas Cornsilk NaOH dirawat sementara Cornsilk dirawat oleh NaHClO itu
filled dengan berbagai fitur dari gelembung-gelembung seperti anggur. Jumlah
dari Ca, K, Mg, Mn dan Zn di Cornsilk segar dan kering oven yang relatif lebih
tinggi daripada dalam sampel diobati dengan NaOH dan NaHCl. Isi mineral
tertinggi disajikan dalam segar dan oven Cornsilk kering adalah Ca, K, Mg, Mn
dan Zn. Meskipun tidak terbukti secara ilmiah, retoris, cornsilks telah lama
dilaporkan dalam literatur kuno untuk dapat membantu dengan masalah prostat,
mengompol, carpal tunnel syndrome, edema dan obesitas. Hal ini juga telah
digunakan untuk mengurangi efek sindrom pramenstruasi, dan mempromosikan
relaksasi (Rosli, 2010).
Produk yang diperoleh dari putih telur, kuning telur dan telur utuh harus
disimpan dalam nampan crossgrilled dari oven vakum, suhu dan tekanan dari
sistem vakum harus dikontrol dan hanya pada kondisi optimum eksperimentasi
dapat dengan mudah diramalkan. Sekarang suhu ditetapkan pada 50 º C dan
tekanan pompa harus disesuaikan dengan batas 700 atm (bar). Segera setelah
tekanan dicapai, produk yang diperoleh dikeringkan selama 4-5 jam pengeringan
vakum lengkap dengan suhu sekitar 50 º C. Produk dehidrasi dicapai dan itu
dikirim untuk dicampur menjadi bubuk. Setelah membedaki beberapa studi
banding seperti bau, warna, pH dan suhu yang ditentukan akhirnya
(Kumaravel, 2012).
Penggunaan microwave oven dalam studi kue memiliki baru-baru ini
meningkat. Pemanasan microwave adalah relatif Teknik murah yang
menawarkan keuntungan unik seperti kenyamanan dan pemanasan cepat.
Microwave berinteraksi langsung dengan obyek dipanggang. Penetrasi kecepatan
energi gelombang mikro proses pembakaran dan pemanasan dan perluasan roti
terjadi terlalu cepat. microwave pemanasan meningkatkan suhu dari luar untuk
141
inward dan juga memasak / bakes makanan merata di seluruh sementara radiasi
atau konveksi pemanasan. Meskipun microwave kue mempersingkat waktu
pembakaran konvensional secara signifikan, ada banyak masalah kualitas dengan
produk microwave-dipanggang (Dogan, 2010).
Microwave oven telah digunakan untuk aplikasi pemanasan / memasak
selama lebih dari 50 tahun. Para peneliti dan teknisi telah berjuang panjang
melawan prinsip-prinsip yang terlibat dalam interaksi microwave dengan
makanan. Pada tahun 1976, Osepchuk disebabkan kurangnya microwave oven
untuk teori " kompleksitas konfigurasi oven - makanan over- whelming sebagai
obyek penelitian yang melibatkan persamaan Maxwell '' . Sejak itu, transfer
microwave bidang distribusi dan panas dalam microwave oven telah diselidiki
dengan analisis numerik atau metode eksperimental . Namun, mantan hanya dapat
menganalisis rongga persegi panjang biasa yang berbeda dengan oven microwave
yang sebenarnya dijual di pasar , sehingga tidak membantu dalam membimbing
desain . Desain terutama tetap seni empiris (Ju, 2009).
Sebuah survei gradien medan magnet dilakukan di 30-30 Winchester
( 48CA3030 ) , sebuah situs arkeologi prasejarah yang terletak di Powder River
Basin dari timur laut Wyoming . Tujuan dari survei ini adalah untuk mencari dan
memetakan fitur arkeologi dikuburkan terkait dengan pendudukan prasejarah situs.
Situs ini diduduki selama Late Prasejarah I oleh orang-orang yang menggunakan
gaya khas silinder pit perapian / oven , dan juga membuat apa yang dianggap
patung-patung yang terbuat dari tanah liat yang dibakar , meskipun benda-benda
ini terlalu terfragmentasi untuk menentukan bentuk asli mereka (maki, 2005).
Oven yang dilengkapi dengan pengatur temperatur, merupakan oven yang
berharga cukup tinggi. Namun, secara ekonomi mampu memberikan imbalan
yang cukup seimbang, yaitu dapat menghasilkan tepung telur dalam jumlah
banyak dengan kualitas yang tinggi dan kadar air minimal. Sementara, oven yang
menggunakan kompor sebagai sumber pemanasnya, susah dideteksi
temperaturnya (perlu adanya temperatur) (suprapti, 2002).
142
Oven putar direncanakan untuk memanggang ikan, seta produk-produk
makanan lainnya. Oven (kompor) ini terdiri dari body silinder yang diisolasikan,
rotor pemutar silinder, yang ditumpu bantalan. Udara diatas panas dihasilkan dari
elemen-elemen listrik serta sumber-sumber panas lainnya. Dengan terus
menerusnya putaran silinder dan supplay panas, maka produk dapat diperoleh
(Mito, 1964).
Bagi perusahaan kerupuk udang yang sudah besaar, untuk ,mengeringkan
kerupuk tidak cukup hanya dengan mengandalkan sinar matahari saja, apalagi
pada saat musim hujan. Ada yang memanfaatkan panas yang terbuang dari
pengolahan/pemanasan dengan memasang para-para diatas tempat pembungkusan
kerupuk. Adapula yang menggunakan mesin pengering dengan tenaga listrik
(suprapti, 2010).
Cara oven hampa udara dapat digunakan untuk semua jenis minyak dan
lemak kecuali minyak kelapa dan minyak yang sejenisnya yang tidak
mengandung asam lemak bebas lebih dari satu persen. Contoh yang telah diaduk
ditimbang seberat 5gram didalam cawan kadar air. Kemudian dikeringkan di
dalam oven hampa udara pada suhu tidak lebih dari 250 C. Contoh diangkat dari
oven dan didinginkan didalam desikator sampai suhu kamar, kemudian ditimbang
(Kataren, 1986).
143
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 12.1 alat atau mesin Oven Listrik
Bagian dan Fungsi :
a. Rak Oven : Tempat untuk meletakkan bahan
b. Setting : Pengatur suhu dan waktu pemanasan
c. Kaca : Untuk melihat bahan yang dipanggang
d. Cassing : Tempat atau Pelindung agar panas tidak keluar
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada alat/mesin oven adalah produk dioven dengan pipa
pemanas baik pemanas bagian atas maupun bagian bawah.
E. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja alat oven adalah menempatkan produk pada rak yang
ada dalam ruang oven. Kemudian buka tutup tabung gas dan nyalakan korek api
pada pipa pemanas bagian atas dan bagian bawah. Mengamati suhu pemanas
sesuai yang dikehendaki dengan mengatur katup bahan bakar.
b
a
c
d
144
F. Cara kerja
Alat/mesin oven disiapkan
Saklar pada oven dihidupkan
Bahan dimasukkan dalam rak oven
Suhu dan waktu pengovenan diatur
Bahan ditunggu hingga waktu yang diatur selesai
Diamati tingkat kematangan bahan
145
G. Hasil dan pembahsan
1. Hasil pengamatan
Tabel 12.1 Hasil Pengamatan oven
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Pengovenan adalah proses pematangan produk dengan menggunakan
panas. Tujuan dari pengovenan adalah mematangkan dan mengurangi kadar
air suatu produk dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam bahan
dengan jalan pemanasan. Bahan tersebut dipanaskan sampai memiliki berat
yang konstan. Berat konstan tersebut menunjukkan bahwa kandungan air pada
bahan telah menguap seluruhnya dan hanya tersisa berat kering dalam bahan
itu sendiri.
Pada prinsipnya pengovenan menggunakan sumber pemanas untuk
mematangkan produk. Prinsip kerja mesin oven adalah dengan memanaskan
produk dari atas maupun bawah yang dialirkan melalui pipa pemanas. Dalam
proses pengovenan temperatur pemanasan memegang peranan penting karena
kelompok Waktu (menit) Hasil pengamatan Suhu 0c
1 20 Matang 180
2 20 Matang 180
3 15 Setengah matang 180
4 15 Setengah matang 180
5 20 Kurang mengembang,
kurang matang
180
6 20 Kurang mengembang,
kurang matang
180
7 20 Matang, mengembang 180
8 20 Matang, mengembang 180
9 30 Matang, warna coklat,
tekstur lembut
200
10 30 Matang, warna coklat,
tekstur lembut
200
146
dengan temperatur pemanasan dapat diatur cepat lambatnya pengovenan suatu
produk. Dalam pengovenan ini suhu dapat diketahui melalui termometer
sehingga apabila suhu terlalu tinggi tinggal mengatur katub pengeluaran
bahan bakar. Dalam proses pengovenan sebaiknya suhu yang digunakan
jangan terlalu tinggi karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kegosongan produk ataupun kenampakan luar produk matang tetapi ternyata
bagian dalam produk belum matang. Dan juga dalam pengovenan ini jangan
memakai suhu yang terlalu rendah karena suhu yang terlalu rendah
menyebakan produk tidak cepat matang atau memerlukan waktu yang lama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengovenan adalah
temperatur pemanasan, suhu, waktu, besar kecilnya nyala api, katup, dan cara
pengaturan gas yang masih manual. Dalam proses pengovenan temperatur
pemanasan memegang peranan penting karena dengan temperatur pemanasan
dapat diatur cepat lambatnya pengovenan suatu produk. Dalam pengovenan
ini suhu dapat diketahui melalui termometer sehingga apabila suhu terlalu
tinggi tinggal mengatur katup pengeluaran bahan bakar. Dalam proses
pengovenan suhu yang digunakan rata-rata adalah 800C. Dalam proses
pengovenan sebaiknya suhu yang digunakan jangan terlalu tinggi karena suhu
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kegosongan produk ataupun
kenampakan luar produk matang tetapi ternyata bagian dalam produk belum
matang. Dan juga dalam pengovenan ini jangan memakai suhu yang terlalu
rendah karena suhu yang terlalu rendah menyebabkan produk tidak cepat
matang atau memerlukan waktu yang lama.
Kelebihan dari mesin pengovenan adalah dapat lebih mudah
mengeringkan produk sehingga dapat menggantikan sinar matahari sebagai
pengering atau pengeringan tidak tergantung pada sinar matahari. Selain itu,
sistem kerja mesin oven yang mengeringkan produk dengan suhu yang
dikehendaki atau dapat diatur suhunya sesuai dengan tebal tipisnya produk.
Sedangkan kelemahan mesin pengovenan adalah terlalu singkatnya proses
147
pematangan suatu produk, sehingga dapat terjadi pengurangan cita rasa pada
bahan makanan tersebut. Apabila pengeringan dilakukan dengan cara
tradisional dapat menghasilkan produk yang sedikit kecoklatan yang
menandakan makanan tersebut sudah matang dan dapat menambah selera
makan, tetapi apabila menggunakan oven, hasilnya berbeda dengan cara
tradisional dan tidak menambah selera makan.
Pada kelompok 1 dan 2 hasil pengovenan matang ,waktu 20 menit dan
suhu 180 0C. Pada kelompok 3 dan 4 hasil pengovenan setengah matang
dengan waktu 15 menit dan suhu 180 0C. Pada kelompok 5 dan 6 hasil
pengovenan kurang matang dan kurang mengembang dengan waktu 20 menit
dan suhu 180 0C. Pada kelompok 7 dan 8 hasil pengovenan matang dan
mengembang dengan waktu 20 menit dan suhu 180 0C. sedangkan Pada
kelompok 9 dan 10 hasil pengovenan matang, warna coklat dan teksturnya
lembut dengan waktu 30 menit dan suhu 200 0C. hal ini di sebabkan pada
beberapa kelompok ada yang kurangnya waktu penovenan dan pada
pencampuran bahan adonan kurang pas.
H. Kesimpulan
Dari percobaan oven di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Pengovenan adalah suatu proses pematangan produk dengan menggunakan
panas. Pengovenan berfungsi untuk mematangkan dan mengurangi kadar air
suatu produk dengan cara menguapkan air yang terkandung dalam bahan
dengan jalan pemanasan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengovenan adalah temperatur
pemanasan, suhu, dan waktu.
c. Pada kelompok 9 dan 10 hasil pengovenan matang, warna coklat dan
teksturnya lembut dengan waktu 30 menit dan suhu 200 0C.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
148
DAFTAR PUSTAKA
Asviando, Cahya. 2009. Rancang bangun mesin oven putar untuk meningkatkan
kualitas produksi kacang garing asin dalam skala industri rumah tangga.
Dogan, Sait, Ismail. 2010. Spread and Microwave Oven Baking Test for Bread
Making Quality. Pread and microwave-oven baking test for bread making
quality. Int. J. Agric. Biol., 12: 697–700.
Ju, Han –ji. 2009. Simulation and Experimental Method for Microwave Oven. Journal
of electronic science and technology of china, vol. 7, no. 2, june 2009.
Kataren, S. 1986. Pengantar teknologi Minyak dan Pangan. Penerbit UNS press.
Surakarta.
Kumarafel, S. 2012. Effect of Oven drying on the nutritional properties of whole egg
and its components. International journal of food and nutrition science vol.
1 no. 1 jan. 2012.
Mahmudan, Ahmad. 2014. Efek penggorengan kentang dengan oven microwave
terhadap karakteristik fisik dan kimia minyak kelapa sawit sawit (Elaeis
guineensis). Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2 No 3 p.151-160, Juli 2014.
Suprapti, Lies. 2010. Kerupuk udang sidoarjo. Penerbit kanisius. Yogyakarta.
Maki, David. 2005. Lightning Strikes and Prehistoric Ovens: Determining the Source
of Magnetic Anomalies Using Techniques of Environmental Magnetism. An
International Journal, Vol. 20, No. 5, 449–459 (2005).
Mito. 1964. Teknologi pengawetan pangan. Penerbit UNS press. Surakarta.
Rosli, Wan. 2010. Effect of Sodium Hydroxide (naoh) and Sodium Hypochlorite
(nahclo) on Morphology and Mineral Concentration of Zea mays Hairs
(cornsilk). Journal annals of microscopy vol 10, may 2010.
Saputra, Adinda. 2000. Pengeringan kunyit menggunakan microwave dan oven.
Sugiharto, Handoko. 2000. Pengukuran kadar air agregat dan beton segar dengan
menggunakan microwave oven. Dimensi teknik sipil. Vol 2, no. 1, maret 2000:
22 – 36
Suprapti, Lies, M. 2002. Pengawetan telur, telur asin, tepung telur, dan telur beku.
Penerbit Kanisius, Teknologi tepat guna.
Syafrudin. 2009. Oven pengering kerupuk berbasis mikrokontroler atmega 8535
menggunakan pemanas pada industri rumah tangga. Jurnal Teknologi,
Volume 2 Nomor 1 , Juni 2009, 70-79.
149
ACARA XIII
PEMISAHAN CAIRAN DENGAN GAYA SENTRIFUGAL
(CENTRIFUGASING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara XIII yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sentrifugal, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Permasalahan penting dalam desain pompa sentrifugal adalah karaktersitik
pada perhitungan teoritis harus sama atau sangat dekat ke karakteristik praktek
dan hasil pengujian di laboratorium. Pengaruh parameter-parameter
hidrodinamika di sisi masuk, sudu-sudu impeller, diffuser, sudu pengarah dan sisi
keluar menetukan karakteristik pompa, karena itu dalam perencananaan pompa
sentrifugal masalah yang terpenting adalah konstruksi geometri impeller, diffuser
dan sudu pengarah. Masalah ini dapat diselesaikan melalui ketepatan perhitungan
hidrodinamika pada proses desain, pabrikasi dan pemasangan pompa
(Rumaherang, 2008).
Besar kecilnya gaya tekan roller sentrifugal terhadap sliding sheave ini
berbanding lurus dengan berat roller sentrifugal dan putaran mesin. Semakin berat
roller sentrifugal semakin besar gaya dorong roller sentrifugal terhadap sleeding
sheave sehingga semakin besar diameter dari puli primer tersebut. Sedangkan
pada puli sekunder pergerakan puli diakibatkan oleh tekanan pegas, puli sekunder
ini hanya mengikuti gerakan sebaliknya dari puli primer, jika puli primer
membesar maka puli sekunder akan mengecil, begitu juga sebaliknya. Jadi berat
150
roller sentrifugal sangat berpengaruh terhadap perubahan ratio diameter dari puli
primer dengan puli sekunder (Budiana, 2008).
Bahan pengencer yang disiapkan adalah pengencer susu skim dan DV.
Pengencer susu skim yaitu: (1) Pengencer dasar sentrifugasi terdiri atas skim
glukosa skim 2,4 g (Tropicana slim, plain) dan glukosa 4 g dalam milli- Q water
ad 100 ml. Campuran dipanaskan pada suhu 92-950C selama 10 menit,
didinginkan dan disaring. (2) Pengencer semen beku susu skim adalah pengencer
dasar untuk sentrifugasi yang disuplementasi trehalosa 50 mM (Arifiantini, 2007).
Isolasi DNA/RNA merupakan langkah awal yang harus dikerjakan dalam
proses rekayasa genetika sebelum melangkah ke proses selanjutnya. Prinsip dasar
isolasi total DNA/RNA dari jaringan adalah dengan memecah dan mengekstraksi
jaringan tersebut sehingga akan terbentuk ekstrak sel yang terdiri DNA, RNA dan
substansi dasar lainnya. Ekstrak sel kemudian dipurifikasi sehingga dihasilkan
pelet sel yang mengandung DNA/RNA total. Isolasi DNA memiliki beberapa
tahapan, yaitu: (1)Isolasi sel; (2)Lisis dinding dan membran sel; (3)Ekstraksi
dalam larutan; (4)Purifikasi; dan (5)Presipitasi. Prinsip-prinsip dalam melakukan
isolasi DNA ada 2, yaitu sentrifugasi dan presipitasi. Prinsip utama sentrifugasi
adalah memisahkan substansi berdasarkan berat jenis molekul. Dengan
menjalankan prosedur dengan benar akan diperoleh DNA kromosom dan plasmid
dengan kemurniannya cukup tinggi, dapat dilihat dari penampakan hasil
elektroforesis yang baik. Ketelitian dan kecermatan dalam pelaksanaan penelitian,
sangat menentukan hasil kemurnian DNA kromosom dan plasmid (Faatih, 2005).
Sentrifugasi atau pencucian spermatozoa merupakan suatu cara
menyingkirkan komponen-komponen plasma sperma (seminal plasma) yang
mengandung kolesterol, glikosaminoglikan, faktor dekapasitasi, akrosin tripsin
inhibitor, dan unsur plasma sperma lainnya. proses sentrifugasi diduga
menyebabkan perubahan-perubahan pada kualitas spermatozoa. perbedaan
kecepatan sentifugasi pada pencucian spermatozoa untuk persiapan IVF akan
berpengaruh terhadap mobilitas, viabilitas, dan abnormalitas spermatozoa
151
(Indiah, 2010).
Ada data yang diterbitkan tersedia sebagai literatur tentang sifat-sifat
wijen. Produk ini Sesame Blends Paste dan Tahineh. Namun tambahan searching
dilakukan tentang perilaku termal pasta kacang berminyak selama sentrifugasi; di
sana tidak ada data yang ditemukan dalam hal ini. Tidak ada informasi mengenai
suhu wijen sementara disentrifugasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh aksi sentrifugal pada suhu wijen selama ekstraksi minyak
(Kouchakzadeh, 2012).
Karya ini menggambarkan metodologi yang mudah untuk menilai
kompresibilitas partikulat suspensi pada tekanan yang relatif rendah. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah digester anaerobik lumpur air limbah.
Menggunakan mesin pemisah, keseimbangan sedimen tidur tinggi tercatat sebagai
fungsi dari rotasi mempercepat selama sentrifugasi. Pendekatan ini menghindari
kesalahan karena perluasan tempat tidur sedimen setelah sentrifugasi dihentikan,
fenomena biasanya terlihat dengan lumpur air limbah. Sebuah metode numerik
langsung digunakan untuk menyelesaikan suatu model sentrifugasi satu dimensi
yang menggambarkan keseimbangan sedimen tidur tinggi sebagai fungsi dari
kecepatan rotasi (Curvers, 2008).
Teknik vial sentrifugasi-shell telah banyak digunakan untuk isolasi
Rickettsia. Namun, di beberapa negara Amerika Latin akuisisi botol shell yang
bermasalah dan juga mahal. Di sisi lain, penggunaan pelat kultur sel untuk isolasi
Rickettsia lebih murah dan lebih mudah diakses, dan dengan demikian
memungkinkan kita untuk mengisolasi strain rickettsii R. dari terinfeksi kutu
menggunakan prinsip yang sama seperti metode botol shell, tapi memberikan
teknik penanganan yang lebih praktis dan mudah (Rosado, 2013).
Centrifuge pemodelan tes keluar satu langkah yang dilakukan dengan
menggunakan radius 2-m centrifuge geoteknik, dan arus kumulatif dan tekanan
pori sementara yang diukur selama tes di berbagai tingkat gravitasi. Berdasarkan
hukum skala pemodelan centrifuge, pengukuran umumnya menunjukkan
152
perjanjian yang wajar dengan pro-5 Data totype dihitung dari simulasi maju
dengan parameter masukan ditentukan dari tes laboratorium standar. Optimasi
parameter diperiksa selama tiga kombinasi yang berbeda dari set input data
menggunakan uji pengukuran (Nakajima, 2006).
Alat sentrifugasi yang bermantel penuh (separator, dekanter) dapat di
konstruksi sedemikian sehingga dapat dioprasikan secara pertanian (dengan
tangan atau otomatik) ataupun secara kontinu. Pada pemisahan campuran cairan
tidak ada masalah dalam pengeluaran bahan. Namun apabila salah satu
komponennya padat. Perlu dipasang perlengkapan khusus untuk mengeluarkan
bahan. Seperti misalnya spiral pengangkut (Harris, 1989).
Kipas sentrifugal dapat mengembangkan “Head” yang menunjukan
sampai 70 kaki air. Alat-alat ini dapat mengantar jumlah nahan cair yang sangat
besar dengan efisiensi yang tinggi. Teori pompa sentrifugal agak komplek dan
tidak akan didiskusikan. Akan tetapi bila memilih pompa untuk penggunaan
tertentu, pada umumnya pabrikan akan menyertakan kurva-kurva bagai kondisi
pengisian (Earle, 1969).
Pada pembuatan surimi yang digunakan untuk membuat bakso ikan
diperlukan alat yang dapat membantu meniriskan air dalam surimi sebanyak
mungkin tanpa harus merusak surimi. Alat tersebut adalah alat pemusing
(centrifuge). Alat ini berupa wadah silindris yang diputar dengan motor listrik
dengan kecepatan putaran tinggi (Wibowo, 2000).
Sentrifugasi adalah gaya sentrifugal untuk mempercepat pengendapan
padatan-padatan yang terdapat didalam lumpur. Sistem drywatering yang ada
berupa solid bowl dan bucket sentrifuger. Pada beberapa kasus, lupur yang sudah
terkondisikan dipompakan ke dalam horizontal atau silinder bowl yang berputar
dengan kecepatan 1.600-2.000 rpm. Padatan akan dilemparkan keluar dari bowl
dan diambil oleh screw convreyon. Sedangkan cakaran akan dikembalikan ke
dalam IPAL untuk diolah (Siregar, 2005).
153
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 13.1 Alat/Mesin Centrifugasing
Bagian Utama Mesin dan Fungsinya
1. Penutup = untuk menghindari bahan berhamburan keluar.
2. Sentrifuge = tempat tabung reaksi.
3. Tabung reaksi = tempat bahan.
4. Indikator power = mendeteksi menyala/tidak.
5. Pengatur rpm = untuk mengatur rpm yang dikehendaki.
6. Pengatur waktu = untuk mengatur lamanya waktu yang dikehendaki.
7. Colokan (steker) = penghubung sumber listrik.
154
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja daru alat tersebut adalah memisahkan air dan larutan lain
berdasarkan berat jenis.
E. Mekanisme Kerja
Motor diputar sehingga timbul gaya sentrifugal dari prosen mesin. Gaya
tersebut juga akan mengenai/berlaku di dalam tabung crude oil (VCO, yang
belum dimurnikan) karena berat jenis air lebih besar dari pada VCO, akibat gaya
sentrifugal ini VCO dan air akan memisahkan (pemisahan karena perbedaan
berat jenis).
F. Cara kerja
Alat/ mesin sentrifuge disiapkan
Rpm diatur sesuai yang dikehendaki
Produk
Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
Tabung reaksi
Diletakkan pada sentrifuge
Power dihidupkan (ditandai indikator power)
Diamati dan dicatat hasil sentrifugasi
155
G. Pembahasan
Sentrifugasi adalah salah satu cara pemisahan campuran menjadi dua
fraksi atau lebih berdasarkan gaya sentrifugal yang diberikan dan perbedaan
besarnya massa dalam praktikum ini yang dipisahkan adalah air dengan VCO.
Prinsip kerja dari sentrifugasing ini adalah untuk memisahkan air dengan
VCO berdasarkan berat jenis sedangkan mekanisme kerja dari sentrifugasing
ini adalah motor diputar sehingga timbul gaya sentrifugal dari poros mesin.
Gaya tersebut juga akan mengenai atau berlaku atau terjadi di dalam tabung
crude oil (VCO yang belum dimurnikan), karena berat jenis air dengan VCO
lebih besar air, akibat gaya sentrifugal ini VCO dan air akan memisah
(pemisahan karena perbedaan berat jenis).
Cairan dimasukkan kedalam cuvet kemudian disentrifugasi, maka
minyak yang belum murni akan memisah hasil sentrifugasi antara lain volume
berat jenis, berat bruto dan waktu. Pada proses kerja alat sentrifugasi ini berat
jenis antara air lebih besar daripada VCO maka setelah mengalami sentrifuge
VCO akan berada diatas sedangkan air berada dibawah.. Faktor yang
mempengaruhi centrifugasing ialah bahan yang digunakan, rotasi per menit
dan waktu. Walaupun hanya 1 tabung yang berisi bahan yang akan
dipisahkan VCO nya tetapi tabung yang lain juga harus diisi dengan air agar
perputarannya dapat sempurna.
Gaya sentrifugal tergantung pada jari-jari dan kecepatan putaran tetap,
maka faktor yang perlu diamati adalah berat partikel. Hal inilah yang
menyebabkan partikel-partikel tersebut dapat terpisah. Partikel dengan berat
jenis yang paling rendah akan selalu berada di lapisan yang paling atas dan
sebaliknya, partikel dengan berat jenis terbesar akan berada pada lapisan yang
paling bawah. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada keseimbangan dalam
sentrifuge selama proses sentrifugasi berlangsung.
156
H. Kesimpulan
Dari percobaan sentrifugasi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sentrifugasi adalah salah satu cara pemisahan campuran menjadi dua
fraksi atau lebih berdasarkan gaya sentrifugal yang diberikan dan
perbedaan besarnya massa dalam praktikum ini yang dipisahkan adalah air
dengan VCO.
2. Prinsip kerja dari sentrifugasing ini adalah untuk memisahkan air dengan
VCO berdasarkan berat jenis.
3. Mekanisme kerja dari sentrifugasing ini adalah motor diputar sehingga
timbul gaya sentrifugal dari poros mesin. Gaya tersebut juga akan
mengenai atau berlaku atau terjadi di dalam tabung crude oil (VCO yang
belum dimurnikan), karena berat jenis air dengan VCO lebih besar air,
akibat gaya sentrifugal ini VCO dan air akan memisah (pemisahan karena
perbedaan berat jenis).
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
157
DAFTAR PUSTAKA
Arifiantini, 2005. Kualitas Semen Beku Kuda dalam Pengencer Susu Skim dan
Dimitropoulos dengan Dimetilformamida Sebagai Krioprotektan. Vol. 30 No.
2 Media Peternakan, Agustus 2007, hlm. 100-105.
Budiana, Dwi, Made. Variasi berat roller sentrifugal Pada continuosly variable
transmission (CTV) terhadap kinerja traksi sepeda motor. Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin cakram Vol. 2 No. 2, Desember 2008 (97–102).
Curvers, Daan. 2008. A centrifugation method for the assessment of low pressure
compressibility of particulate suspensions. Chemical Engineering Journal 148
(2008) 405–413.
Earle, L, S. 1969. Satuan oprasi dalam pengolahan pangan. Penerbit PT. Sastra
Hudaya.
Faatih, Mukhlissul. 2009. Isolasi dan digesti dna kromosom Isolation and digestion
of chromosomal dna.
Harris, Roberts S. dan Endel karmas. 1989. Evaluasi gizi pada pengolahan bahan
pangan. ISBN 979-8001-32-1, Terjemahan Suminar Ahmadi. Penerbit ITB.
Bandung.
Indiah. 2010. Pengaruh kecepatan sentrifugasi terhadap kualitas semen kambing
peranakan ettawah (PE) post thawing. Jurnal kedokteran hewan, vol. 4 no.2
september 2010.
Kouchakzadeh, Ahmad. 2012. Effect of Centrifugation on Sesame Paste Temperature.
Iranica Journal of Energy & Environment 3 (3): 280-283, 2012.
Nakajima, H. 2006. Centrifuge modeling of one-step outflow tests for unsaturated
parameter estimations. Hydrol. Earth Syst. Sci. Discuss., 3, 731–768, 2006.
Rosado, Dzul, K. 2013. Rickettsia rickettsii isolation from naturally infected
Amblyomma parvum ticks by centrifugation in a 24-well culture plate
technique. Open Veterinary Journal, (2013), Vol. 3(2): 101-105.
Rumaherang, M, W. 2008. Perhitungan aliran dan peramalan karakteristik pompa
sentrifugal bertingkat dengan penggunaan CAD blade’s system. Jurnal Ilmiah
Teknik Mesin cakram Vol. 2 No. 2, Desember 2008 (69 – 76). Siregar, A, Sakti. 2005. Instalasi pengolahan air limbah. Penerbit Kanisius.
Yogyakarya.
Wibowo, Singgih. 2000. Pembuatan bakso ikan dan bakso daging. Penerbit PT.
Penebar Swadaya. Depok.
158
ACARA XIV
ROTARY EVAPORATING
(PEMISAHAN CAIRAN DENGAN PENGUAPAN)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikun acara XIV Rotary Evaporating antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin unntuk rotary evaporating, bagian-
bagian, utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerjanya.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Pada Pelarut THF dipisahkan dengan rotary evaporator sehingga diperoleh
produk yang pekat. Produk ini diekstraksi dengan diklorometan dan akan
terbentuk dua lapisan, yaitu fasa air dan fasa organik. Kemudian, fasa organik
dipisahkan lalu dievaporasi dengan rotary evaporator sehingga senyawa yang
dihasilkan sudah terbebas dari zat-zat pengotor. Padatan yang terbentuk
dikeringkan dalam desikator. Kemudian ditimbang, ditentukan titik lelehnya, dan
dianalisis dengan spektrofotometer FTIR (Nufailah, 2000).
Ekstraksi serbuk daun kering patikan kebo dilakukan dengan cara
maserasi dengan etanol 95% selama 48 jam dan dilanjutkan dengan tahap destilasi
menggunakan rotary evaporator. Dalam proses maserasi, sel daun patikan kebo
mengalami kondisi tercekam, sehingga sel-selnya akan mengeluarkan
senyawasenyawa aktif yang kemudian diikat oleh pelarut etanol tersebut. pelarut
etanol ini dapat digunakan untuk mengikat berbagai senyawa aktif, seperti tanin,
polifenol, flavonol, terpenoid, sterol, dan alkaloid. Hasil maserasi dan destilasi
159
serbuk daun kering patikan kebo sebanyak 80 gram diperoleh ekstrak kasar etanol
yang berwarna hijau pekat dan berbentuk pasta sebanyak 13,3 gram
(Hamdiyanti, 2008).
Ekstrak tanin dipekatkan dengan menggunakan vakum rotary evaporator
dan pemanasan di atas waterbath pada suhu 40-50°C. Cairan hasil ekstrak
kemudian diekstraksi dengan kloroform (4x25 mL) menggunakan corong pisah
sehingga terbentuk 2 lapisan. Lapisan kloroform (bawah) dipisahkan dan lapisan
air 1 (atas) diekstraksi dengan etil asetat (1x25 mL) dan terbentuk 2 lapisan.
Lapisan etil asetat 1 (atas) dipisahkan dan lapisan air 2 (bawah) dipekatkan
dengan vacum rotary evaporator (Hayati, 2000).
Vaccuum Rotary Evaporator adalah alat yang berfungsi untuk
memisahkan suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan
kandungan kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Cairan yang ingin diuapkan
biasanya ditempatkan dalam suatu labu yang kemudian dipanaskan dengan
bantuan penangas, dan diputar. Uap cairan yang dihasilkan didinginkan oleh
suatu pendingin (kondensor) dan ditampung pada suatu tempat (receiver flask).
Kecepatan alat ini dalam melakukan evaporasi sangat cepat, terutama bila dibantu
oleh vakum. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada titik didih pelarut dan adanya
tekanan yang menyebabkan uap dari pelarut terkumpul di atas, serta adanya
kondensor (suhu dingin) yang menyebabkan uap ini mengembun dan akhirnya
jatuh ke tabung penerima (receiver flask). Setelah pelarutnya diuapkan, akan
dihasilkan ekstrak yang dapat berbentuk padatan (solid) atau cairan (liquid)
(Sanjaya, 2006).
Simplesia dikeringkan selama beberapa hari, lalu digiling sampai menjadi
serbuk dan diayak. serbuk jaloh dimaserasi dengan menggunakan larutan etanol
70%. penambahan larutan maserasi dilakukan berkali-kali sampai terlihat larutan
bening. larutan hasil maserasi disaring menggunakan kapas dan kertas saring,
kemudian filtrat yang diperoleh , dikumpulkan dan dikentalkan dengan
160
menggunakan alat penguap berputar (rotary evaporator) yang dilengkapi
penangas air dan pompa vakum (Asmilia, 2008).
Dengan demikian lumpur berat 10g ditambahkan ke gel silika dalam
metanol dan campuran dipekatkan di bawah vakum untuk mendapatkan dicampur
kering. Itu kemudian dimuat pada ke kolom yang berisi silika gel 500g AC
dengan kloroform. Ini adalah pertama berjalan dengan kloroform dan kemudian
dengan peningkatan marjinal polaritas. Fraksi yang dikumpulkan dan dianalisis
dengan TLC sampai pengotor yang lebih rendah yang dibuang. Pada 5%
polaritas fraksi 3-demethyl dikumpulkan dari volume 2000ml. Saat itu 2
berkonsentrasi pada evaporator rotary bawah vakum untuk mendapatkan senyawa
warna coklat muda dan selanjutnya mengkristal dalam etanol dan dikeringkan
untuk mendapatkan 135mg dari 3demethylcolchicine dari kemurnian 95%
(Nautiyal, 2011).
Palm adalah salah satu tanaman buah tertua dan utama di Kerajaan Arab
Saudi. Ada, Namun, surplus tanggal kualitas rendah Saudi tidak diuntungkan di
sektor industri. Tanggal dibs lokal diproduksi di beberapa daerah Saudi dengan
pendekatan tradisional (mendidih yang menghasilkan warna gelap dan kekeruhan
tinggi. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas tanggal dibs
menggunakan perangkat evaporator rotary. Dua varietas lokal dari tanggal yang
digunakan dalam penelitian ini , yaitu Sufri (gelap) dan Silase, yang memiliki
kualitas rendah dan umum dalam masyarakat Saudi. jus tanggal tanggal tersebut
diekstraksi, dijelaskan oleh arang aktif dan kemudian dipekatkan dengan
evaporator berputar (Almutairi, 2012).
Campuran reaksi didinginkan dan disaring dan diuapkan pada evaporator
rotary. mengakibatkan kemerahan yang mendalam bahan kental dikeringkan
dalam desikator vakum. itu sangat higroskopis dan perawatan harus diambil
ketika used.The campuran reaksi kemudian disaring dan dicuci. filtrat gabungan
diuapkan pada evaporator rotary dan senyawa keinginan dimurnikan dengan
kromatografi kolom menggunakan cluent approprite (Tamami, 1994).
161
Evaporator adalah alat penguap yang khas dibuat dari tiga bagian yang
penting, yaitu penukar panas, bagian penguapan tempat, bahan cair yang
dididihkan dan diuapkan, dan alat pemisah, tempat uap meninggalkan bahan cair
keluar kealat pengembun atau keperalatan lain. Pada sebagian besar alat
penguapan, ketiga bagian ini diletakan di dalam suatu silinder tegak. Di tenggah-
tengah silinder terdapat bagian pemanasan uap, dengan beberapa pipa, melalui
bagian ini tempat yang akan diuapkan timbul (Earle, 1969).
Evaporasi adalah dasr pengeringan benih, benih merupakan material yang
higroskopis, memiliki susunan yang kompleks dan heterogrn. Air merupakan
bagian yang fundamental terdapat demikian rupa dalam benih, artinya terdapat
disetiap bagian dalam benih. Kadar air benih, karena keadaan yang higroskopis
itu tergantung pada kelembaban relatif dan temperatur (suhu udara). Sebaiknya
jika ternyata tekanan uap air diluar benih lebih tinggi, amka uap menerobos
masuk kedalam benih (Kertasapoetra, 1986).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 14.1 Rotary Evaporator
162
Bagian Utama dan Fungsinya :
1. Waterbath = memanaskan tabung destilat,
2. Sumbu geser = untuk menggeser waterbath,
3. Pompa vacuum = untuk memvacuumkan ruang destilan,
4. Tabung destilan = menampung produk yang akan didistilasi,
5. Tabung destilat = menampung produk hasil distilasi,
6. Pipa kondensor = mendinginkan bahan yang telah dipanasi,
7. Penampung air = menampung air dingin,
8. Tuas geser = menggeser waterbath,
9. Tombol power (on/off) = menghidupkan/mematikan mesin/alat,
10. Indikator suhu = untuk menunjukkan suhu,
11. Pompa vacuum = untuk mengurangi titik didih pada tabung produk
12. Pengatur suhu = untuk mengatur suhu
13. Pengatur rpm = mengatur kecepatan putaran (rotasi)
14. Katup = menetralkan tekanan
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat/mesin Rotary Evaporation adalah memisahkan
dua cairan antara pelarut dan larutan berdasarkan perbedaan titik didih dengan
cara rotasi.
E. Mekanisme Kerja
Larutan yang akan dipisahkan ditempatkan pada tabung tempat produk.
Penangas air diisi air. Alat atau mesin diaktifkan kemudian atur rpm dan suhu
sesuai larutan yang dipisahkan. Setelah itu pompa vacuum diaktifkan. Setelah
mesin rotari evavorator bekerja biarkan hingga batas waktu tertentu dan amati
kejadian yang terjadi. Proses pemisahan produk dengan pelarut diakibatkan
adanya perbedaan titik didihnya sehingga mengakibatkan produk terpisah dengan
pelarut.
163
F. Cara kerja
Air dipanaskan
Tabung distilan berisi larutan dipasang
Pengunci dipasang
Rpm kecepatan diatur
Rpm dinyalakan
Pompa vacuum dinyalakan
Ditunggu sampai proses evaporasi selesai
Rpm dimatikan
Pompa vacuum dimatikan
Katup dibuka
Distilat dan distilan dilepaskan
164
G. Pembahasan
Rotary evaporator merupakan alat yang digunakan untuk memisahkan
produk yang terlarut pada larutan tertentu dengan prinsip perbedaan titik
didih. Alat penguapan yang khas dibuat dari tiga bagian yang penting, yaitu
penukaran panas, bagian penguapan tempat bahan cair didihkan dan diupkan,
dan alat pemisah, tempat uap baahn cair keluar ke alat pengembun atau
keperalatan lain. Pada sebagian besar alat penguapan, ketiga bagian ini
diletakkan didalam suatu silinder tegak. Di tengah-tengah silinder terdapat
bagian pemanasan uap, dengan beberapa pipa, melalui bagian ini tempat yang
akan diuapkan timbul. Pada bagian puncak silinder terdapat pelat yang
membiarkan uap terlepas, akan tetapi butir-butir kecil yang mungkin terbawa
uap dari permukaan bahan cair ditahan. Skema alat penguapan ini yang
biayasanya disebut alat penguapan konvensionil.
Alat ini memiliki prinsip kerja memisahkan dua zat atau lebih yang
berbeda berdasarkan perbedaan titik didih dengan menggunakan tekanan
vacuum dan rotary. Faktor-faktor yang mempengaruhi rotary evaporator
antara lain yaitu penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin, dan tekanan
pompa vacuum. . Faktor yang mempengaruhi kinerja mesin rotari evavorator
adalah penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin dan tekanan pompa
vacum.
Pada bagian pengukur panas disebut celendria pasda jenis alat ini, uap
diembunkan didihkan pada bagian dalam pipa dan di dalam ruangan di atas
piringan pipa paling atas. Tahanan terhadap aliran panas ditimbulkan oleh uap
dan koefisien lapisan bahan cair, dan juga oleh bahan pipa. Perputaran bahan
cair sangat mempengaruhi laju penguapan, akan tetapi kecepatan dan pola
perputaran sangat sulit diperkirakan ssecara terperinci.
Ketika proses penguapan berlangsung, bahan cair yang tertinggal menjadi
lebih pekat dan kerena oleh peningkatan kepekatan ini maka suhu didih
meningkat. Kenaikan suhu didih mengurangi penurunan suhu yang
165
diperkenankan apabila dianggap tidak ada perubahan pada sumber panas. Laju
pindah panas keseluruhan akan menurun. Demikian juga dengan kekentalan
bahan cair akan meningkat, sering sangat tinggi, dan ini mempengaruhi
perputaran dan koefisien pindah panas kembali menjadi lebih rendah daripada
laju pendidihan.
H. Kesimpulan
1. Pemisahan produk pada rotari evavorator disebabkan karena adanya
perbedaan titik didih.
2. Faktor yang mempengaruhi kinerja mesin rotari evavorator adalah
penggunaan suhu, kecepatan berputar mesin dan tekanan pompa vacum.
3. Kenaikan suhu didih mengurangi penurunan suhu yang diperkenankan apabila
dianggap tidak ada perubahan pada sumber panas dan laju pindah panas
keseluruhan akan menurun.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
166
DAFTAR PUSTAKA
Almutairi, K, Saad. 2012. Effect of using Rotary Evaporator on Date Dibs Quality.
Journal of American Science 2012;8(11).
Asmila, Nuzul. 2008. Pengaruh ekstrak etanol daun jaloh (salix tetraperma roxb)
terhadap persentase parasitemia pada mencit (mus musculus) yang diinfeksi
plasmodium berghei. Jurnal kedokteran hewan.
Earle, L, S. 1969. Satuan oprasi dalam pengolahan pangan. Penerbit PT. Sastra
Hudaya.
Kartasapoetra, Ance G. 1986. Teknologi benih pengolahan benih dan tuntunan
praktikum. Penerbit Bina Aksara. Jakarta.
Hamdiyati, Yanti. 2008. Aktivitas antibakteri ekstrak daun patikan kebo
Staphylococcus epidermidis. Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2
Desember 2008.
Hayati, Kamila, Elok. Fraksinasi dan identifikasi senyawa tannin Pada daun
belimbing wuluh (averrhoa bilimbi l.) . Jurnal kimia 4 (2), juli 2010 : 193-200.
Nufailah, Dina. 2000. Uji Aktivitas Antibakteri Produk Reduksi Asam Palmitat
Dalam Sistem NaBH4/ BF3. Et 2 O Terhadap Escherichia coli Dan
Staphylococcus aureus.
Nurtiyal. 2011. Isolation of 3-demethylcolchicine from Gloriosa superba sludge and
coupling with a-acetobromoglucose to yield colchicoside and thiocolchicoside.
Journal of Natural Products, Vol. 4(2011): 87-93.
Senjaya, Andi, yusuf. 2006. Potensi ekstrak daun pinus (Pinus merkusii Jungh. Et de
Vriese) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan Echinochloa
colonum l. Dan Amaranthus viridis.
Tamami, Bahman. 1994. Poly (vinylpyridine) supported versus unsupported ferric
dichromate in oxidation of different organic compounds. Iranian J. of polymer
science and technology vol 3 No 2 (1994).
167
ACARA XV
PENDINGINAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikun acara XV pendinginan antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin unntuk pendinginan, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerjanya.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan pustaka
Kegiatan PLTGU Cilegon menggunakan air laut dengan debit 60.000
mP/jam untuk mendinginkan mesinnya (cooling water system). Hasil proses
pendinginan ini menghasilkan air buangan bersuhu tinggi, selisih nilai suhu air
buangan adalah 5oPC lebih tinggi dari suhu lingkungan yang disalurkan ke
perairan pantai melalui outlet. Air buangan bersuhu tinggi tersebut secara
kontinyu dialirkan ke pantai dengan debit 60.000 m3 P/jam. Dalam model
sebaran bahang dilakukan verifikasi hasil model dengan hasil pengukuran di
lapangan, baik verifikasi terhadap komponen hidrodinamika (pasang surut dan
arus), maupun verifikasi terhadap komponen suhu. Hasil verifikasi menunjukkan
ada kesamaan pola yang cukup baik antara hasil model dan pengukuran di
lapangan (Nurjaya, 2010).
Pada teorinya untuk pengelasan baja tahaan karat austenik dilakukan
pendinginan cepat untuk menghindari terjadinya prespitasi karbida pada daerah
terpengaruh panas. namun pada praktek dilapangan hal ini tidak dilakukan karena
sulit pengaplikasiannya. penggunaan elektroda dan pendinginan yang berbeda
pada proses pengelasan baja tahan karat 316L akan menghasilkan struktur mikro
yang berbeda (Asih, 2005).
168
Pendinginan berlebihan bukan saja membuang-buang energi, tetapi juga
tidak memberikan kenamanan dan kesehatan. Pada saat beban pendinginan ruang
berkurang, seharusnya beban total pada koil pendingin juga dikurangi. Hal ini
mudah saja dilakukan jika digunakan pengendalian otomatis, misalnya dengan
thermostat dan humadistat yang akan mengatur laju aliran udara dikoil pendingin
(Syamsuar, 2008).
Pada sistem konveksi alami seperti NADHRS, suhu udara di dalam kanal
pendinginan akan meningkat bila input listrik (panas) dialirkan kedalam silinder
tembaga. ,meningkatnya suhu udara ini akan menurunkan densitasnya sehingga
terjadi beda tekanan antara udara di setiap titik pada ketinggian yang sama
didalam dan diluar sistem sehingga didalam sistem timbul gaya apung (buoyancy
force). gaya apung juga diperkuat oleh efek stack pada bagian atas sistem ini akan
mengangkat massa udara keatas meninggalkan kanal pendinginan dan bergerak
keluar sistem. sebagai akibatnya pada saat yang sama pada bagian masukan akan
timbul pumping power yang menghisap masuk massa udara luar ke dalam system
(Joyosukarto, 2000).
Quencing adalah proses pengerasan melalui pemanasan. Dalam hal ini
suhu austenisasi 910 o C, dengan tujuan untuk merubah material yang panas ke
bentuk martensit, Proses pendinginan harus sangat cepat, proses pendinginan
yang lambat akan membuat mikrostruktur lain yang tidak diinginkan seperti
bainit dan perlit terbentuk, tapi sayangnya jika kita mendinginkan beberapa kelas
baja dengan sangat cepat, maka akan terjadi cracks , cracking dapat di kurangi
dengan cara mengontrol temperatur cairan quenchant (Budiarto, 2011).
Teknik pendinginan gratis dapat digunakan untuk secara substansial
mengurangi biaya energi . Selama cuaca dingin , di luar ambient suhu membantu
dalam menghemat energi dalam sistem pendingin . Suhu rendah dari pendingin
pasokan udara ambien memungkinkan teknik pendinginan gratis untuk
menyimpan buah-buahan dan sayuran segar . Mengukur efisiensi energi ini dapat
menghemat cukup comressor tenaga listrik untuk membayar modulasi biaya
169
instalasi peredam di sekitar satu tahun . Pendinginan bebas memiliki peredam
bermotor yang melakukan dua aliran udara internal dan eksternal . Ketika damper
terbuka dibutuhkan udara yang diperlukan untuk pendinginan langsung dari luar ,
termasuk operasi kompresor (Alsyalameh, 2010).
Energi dari gas buang dari mesin pembakaran internal digunakan untuk
daya sistem refrigerasi absorpsi untuk air-condition mobil penumpang biasa .
Desain teoritis diverifikasi oleh unit yang diuji di bawah kondisi laboratorium dan
jalan -test . Untuk yang terakhir , unit dipasang di sebuah truk Nissan 1400 dan
hasilnya menunjukkan prototipe berhasil dan prospek menggembirakan bagi masa
depan perusahaan. Dan dengan upaya internasional untuk menemukan energi
alternatif , refrigerasi absorpsi telah menjadi sistem utama untuk banyak aplikasi
pendinginan . dimana energi panas tersedia kulkas penyerapan dapat sangat baik
menggantikan sistem kompresi uap (Vicatos, 2008).
Pembekuan yang dilakukan terhadap buah-buahan dan sayur-sayuran akan
menyebabkan bahan menjadi lunak jika bahan tersebut dikeluarkan dari tempat
pembekuan. Hal ini disebabkan karena diluar, bahan akan mengalami pencairan
dari airnya yang telah membeku (thawing), sehingga tekstur yang tadinya keras
kini menjadi lunak. Kerusakan bahan karena pembekuan juga dapat terjadi pada
bahan yang berbentuk cair, misalnya pada susu. Jika susu dibekukan, emulsinya
akan pecah dan lemaknya terpisah. Pembekuan juga dapat menyebabkan
kerusakan protein susu atau denaturasi dan mengakibatkan penggumpalan
(Winarno, 1980).
Saat air mulai membeku, kecepatan pembekuan es ditentukan oleh
kecepatan penghilang panas dan kecepatan penyebaran air dari struktur sel
disekitarnya. Pada kecepatan beku yang rendah, terbentuk beberapa pusat
kristalisasi yang menyebabkan pecahnya sel dan banyak air yang hilang bila
daging dicairkan. Daging telah diketahui sebagai bahan yang mudah rusak, hal ini
disebabkan karena komposisi gizinya yang baik untuk manusia maupun
170
mikroorganisme, dan juga karena pencemaran permukaan pada daging oleh
mikroorganisme perusak (Buckle, 1968).
Ditinjau dari segi mikroorganisme; penggunaan suhu rendah untuk proses
pengawetan bahan pangan tidaklah begitu kompleks, tapi bila diingat bahwa
proses biologis tetap berlangsung pada bahan-bahan yang di dinginkan ini, maka
proses pendinginan harus dilaksanakan dengan mengingat banyak factor. Pada
penggunaan suhu rendah sebagai salah satu cara pengawetan. Factor yang sangat
menentukan salah satunya adalah suhu. Suhu yang digunakan untuk
mendinginkan setiap makanan berbeda-beda tergantung kepada kandungan air
dari pada bahan makanan tersebut (Mocabe, 1982).
Keluar dari pemasakan, wadah harus segera didinginkan. Pendinginan ini
dimaksudkan agar terjadi pemanasan berkelebihan (over cooking) pada bahan
yang berada didalam wadahnya. Pemanasan yang berkelebihan akan merusak
struktur, tekstur dari bahan yang dikaleng. Setelah didinginkan dengan air dingin
dalam beberapa waktu, segera ditiriskan untuk menghilangkan air yang menempel
oada wadah maka kaleng sudah siap untuk disimpan. Biasanya pemberian label,
etiket pada kaleng atau botol dilakukan setelah proses diatas (Rudaya, 1980).
171
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar15.1 AlatatauMesinPendinginan
BagianUtamadanFungsi :
1. Kompresor = mendistribusikan cairan refrigan ke seluruh sistem,
2. Kondensor = mendinginkan uap panas cairan refrigran,
3. Strainer = menyaring cairan refrifran,
4. Termosta = mengatur suhu dengan mengatur jumlah cairan refrigran
yang akan disemprotkan di evaporator,
5. Evaporator = menguapkan cairan refrigeran yang dingin dengan
menggunakan tekanan serendah mungkin,
6. Ruang pendingin = menempatkan bahan.
D. PrinsipKerja
Prinsip kerja alat atau mesin pendinginan yaitu mengambil panas dari bahan
dengan cairan refrigran.
E. MekanismeKerja
Mekanisme kerja alat atau mesin pendinginan adalah kompresosr
mendistribusikan cairan refrigran. Kondensor mendinginkan uap panas. Setlah
menjadi cair, kemudian masuk ke dalam strainer, lalu disaring. Termosta
mengatur suhu dengan jumlah cairan cfc dalam evaporator. Lalu di blower,
ditransfer pada ruan pendingin. Kemudian kontak dengan makanan dan panas dari
bahan makanan di serap. Setelah itu kembali ke evaporator dalam bentuk uap
panas.
172
F. Cara Kerja
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel15.1 Data HasilPengamatanPendinginan
Kelompok Bahan Parameter Waktu
(jam) Kelayuan Warna Tekstur
Freezer
1-10
Tomat Tidak layu Orange
cerah
Sangat
keras
24 jam
Bayam Sangat layu Tidak
cerah
Keras 24 jam
Kulkas
1-10
Tomat Tidak layu Orange
agak cerah
Agak keras 24 jam
Bayam Sangat layu Tidak
cerah
Tidak keras 24 jam
Sumber :LaporanSementara
Bahan di siapkan
Dimasukkan dalam freezer dan kulkas
Di didamkan selama 24 jam
Setelah 24 jam, diamati perubahan tekstur,
warna, dan kelayuan
Dicatat perubahan
173
2. Pembahasan
Pendinginan adalah suatu operasi dasar dalam pengolahan dan
pengawetan bahan terutama bahan pangan. Pendinginan juga dapat
mempertahankan umur simpan bahan hasil pertanian karena dengan adanya
kondisi rendah suhu, maka reaksi kimia dan biokimia bahan dapat terhambat
dan aktivitas mikroorganisme dapat dihambat. Mekanisme penghambatan
dapat melalui dua cara yaitu karena adanya suhu rendah akan menghambat
reaksi-reaksi kimia dan biokimia serta melalui penurunan Aw. Didalam
pengolahan bahan hasil pertanian, suhu sangat mempunyai peranan penting
karena suhu merupakan faktor yang memepengaruhi pertumbuhan mikroba
serta memberikan hasil pada bahan makanan.
Prinsip kerja alat atau mesin pendinginan yaitu mengambil panas dari
bahan dengan cairan refrigran. Bahan yang digunakan dalam pendinginan
tomat dan bayam. Produk yang dihasilkan yaitu tomat dan bayam layu dan
segar.
Tujuan dari pendinginan adalah mencegah atau menghambat
pertumbuhan mikrobia, mengurangi aktivitas katalitik enzim mikrobia,
terutama proteinase dan lipase tahanpanas. Lalu germinasi spora terhambat
dan freezing dapat menyebabkan kematian sel, namun suhu rendah tidak
ditujukan untuk membunuh mikrobia.
Dari hasil praktikum berdasarkan tabel diatas bahwa bahan (tomat dan
bayam) terdapat perubahan kelayuan warna dan tekstur yng disimpan di
dalam freezer dan kulkas selama 24 jam. Tomat yang disimpan pada freezer
terjadi perubahan yaitu tidak layu, berwarna orange cerah dengan tekstur
sangat keras. Dan bayam yang disimpan di dalam freezer terjadi perubahan
yaitu sangat layu, warnanya tidak cerah dan teksturnya keras. Sedangkan
tomat yang disimpan di dalam kulkas terjadi perubahan yaitu tidak layu,
warnanya tidak cerah dan teksturnya keras. Dan bayam yang disimpan di
174
dalam kulkas terjadi perubahan yaitu sangat layu, warnanya tidak cerah
dengan tekstur yang tidak keras.
Setelah melaksanakan praktikum didapatkan beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan yang
terjadi pada bahan sebelum dimasukkan kulkas dan freezer dan setelah
dimasukkan kulkas dan freezer selama 24 jam yaitu suhu dan kelembapan
yang berada di dalam kulkas maupun freezer. Sehingga dapat mengetahui
faktor dan melakukan dengan cermat.
H. Kesimpulan
Dari percobaan pendinginan di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pendinginan adalah suatu operasi dasar dalam pengolahan dan pengawetan
bahan terutama bahan pangan. Pendinginan juga dapat mempertahankan umur
simpan bahan hasil pertanian karena dengan adanya kondisi rendah suhu,
maka reaksi kimia dan biokimia bahan dapat terhambat dan aktivitas
mikroorganisme dapat dihambat.
2. Didalam pengolahan bahan hasil pertanian, suhu sangat mempunyai peranan
penting karena suhu merupakan faktor yang memepengaruhi pertumbuhan
mikroba serta memberikan hasil pada bahan makanan.
3. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada bahan
sebelum dimasukkan kulkas dan freezer dan setelah dimasukkan kulkas dan
freezer selama 24 jam yaitu suhu dan kelembapan yang berada di dalam
kulkas maupun freezer.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
175
DAFTAR PUSTAKA
Al-syalahmeh, A. 2010. Efficiency of Free Cooling Technique in Air Refrigeration
Systems. Jordan Journal of Mechanical and Industrial Engineering Volume 4,
Number 6, December 2010.
Asih, Wini, Anif. 2005. Pengaruh elektroda dan pendinginan pada pengelasan
GTAW terhadap ketahanan korosi SS316l dalam larutan mixed acid. Buckle,
A, K. 1968. Ilmu pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Budiarto, Rahmad. 2011. Ketidakseragaman struktur produk cor boden plate l 800
excavator pc 3000 akibat perlakuan panas induksi quencing dan tempering
di pt komatsu indonesia.
Joyosukarto, Priyanto. 2000. Prakiraan laju air massa pada model fungsional system
pendinginan relung reactor (RCCS) MHTGR.
Mocabe, Warren L. 1982. Dasar-dasar pengawetan. Penerbit Departemen pendidikan
dan kebudayaan. Jakarta.
Nurjaya, Wayan,I. 2010. Model dispersi bahang hasil buangan air proses
pendinginan pltgu cilegon CCPP ke perairan pantai Margasari di sisi barat
teluk banten. E-Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 2, No. 1, Hal. 31-
49, Juni 2010.
Rudaya, Saripah. 1980. Dasar-dasar pengawetan 1. Penerbit Departemen pendidikan
dan kebudayaan. Jakarta.
Syamsuar, 2008. Analisis beban pendinginan sistem tata udara (STU) ruang
auditorium lantai iii gedung utama politeknik negeri lhokseumawe.
Vicator, G. 2008. A car air-conditioning system based on an absorption refrigeration
cycle using energy from exhaust gas of an internal combustion engine.
Winarno, F, G. 1980. Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
176
ACARA XVI
CONVEYING
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikun acara XVI conveying antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk conveying, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerjanya.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Peralatan pengangkut pada pabrik menggunakan mesin pemindah bahan
(pengangkut bahan) yang bertujuan untuk mengangkut bahan diantara unit
pemroses, dari gudang, dan dapat juga memindahkan keluar pabrik. Peralatan
pengangkut bahan menentukan kelancaran hubungan antara satu departemen
dengan departemen yang lain dan menentukan kelancaran kerja pada umumnya.
Jadi mesin pengangkut memastikan adanya suatu aliran produksi yang tetap
(Toreh, 2010).
Hasil panen dari kebun merupakan tandan buah segar (TBS) yang harus
segera diangkut ke pabrik pengolahan untuk mendapatkan hasil minyak kelapa
sawit yang bermutu tinggi. Proses pengolahan hasil panen ini berlangsung cukup
panjang, dimulai dari pengangkutan TBS dari lahan pertanaman ke pabrik
pengolahan sampai menghasilkan minyak kelapa sawit dan hasil sampingannya
(Tim bina karya, 2009).
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian atau
177
tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua
perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau
untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai
aspek dari pemasaran dan distribusi (Mutiiarawati, 2007).
Ruangan iradiasi produk hasil pertanian yang berisi ozon mempunyai
ukuran panjang, lebar dan tinggi 12 x 7 x 4 meter. Didalam ruangan ini berisi
conveyor pembawa carrier dan tote, didalam tote berisi material yang akan
diiradiasi terdapat kolam demineral water beserta sumber radaisi gamma dan
tentunya harus ada perangkat pemindah bau/ozon dari dalam ruang iradiasi ke
lingkungan atmosfir. Blower banyak digunakan untuk ventilasi dan proses
industri yang memerlukan aliran udara. Sistem blower penting untuk menjaga
pekerjaan proses industri. Blower terdiri dari sudusudu, sistem penggerak motor
listrik, ducting, peralatan pengendali aliran. Blower dalam aplikasinya dapat
mencapai tekanan yang lebih tinggi daripada fan, sampai 1,20 kg/cm2. Blower
sentrifugal hampir serupa dengan pompa sentrifugal, dimana impelernya
digerakan oleh gir dengan putaran mencapai 15.000 rpm. Pada blower multi tahap,
udara dipercepat setiap melewati impeler (Sanda, 2012).
Buah salak pondoh sama dengan hasil hortikultura yang lain yang cepat
mengalami kerusakan selama penyimpanan, kerusakan tersebut dapat terjadi
karena reaksi enzimatis, reaksi kimia dan aktifitas mikroorganisme. Sementara itu
permintaan konsumen baik dari dalam maupun luar negeri mengalami
peningkatan yang begitu pesat, sehingga diperlukan suatu usaha penanganan
untuk mencegah kerusakan atau mempertahankan kualitas buah salak pondoh
selama penyimpanan dan pengangkutan. Dengan penanganan yang tepat
diharapkan kualitas salak pondoh dapat dipertahankan sampai ke konsumen
(Rachmawati, 2010).
178
Setiap saat produk ditumpahkan dari satu wada ke wadah lainnya, harus
dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi kerusakan mekanis terhadap
komoditas. Bila produk ditumpahkan dari wadah lapangan atau kendaraan
transport ke dalam bangsal pengemasan, penumpahan kering maupun basah dapat
dipraktikkan. Dalam penggunaan praktik penumpahan, wadah lapang hendaknya
dikosongkan secara pelan-pelan pada tempat pengangkat dan pemindahan miring
dimana pada bagian sisinya diberi bantalan. Pada ilustrasi di bawah ini, konveyor
sabuk kemudian mebawa produk yang ditumpah kering ka dalam bangsal
pengemasan. Penumpahan basah kadang-kadang digunakan untuk mengurangi
kerusakan mekanis, dapat berupa penumpahan ke dalam air dari pada ke atas
tempat miring yang kering, atau pencelupan atau pengambangan. Jika kerapatan
spesifik atau berat jenis produk, seperti apel, adalah lebih rendah dengan air maka
produk akan mengambang. Untuk beberapa produk, seperti pear, garam (seperti
sodium lignin sulfonate, sodium silicate atau sodium sulfate) harus ditambahkan
ke dalam air untuk meningkatkan berat jenisnya dan dipastikan buah
mengambang (kitinoja, 2002).
Pneumatic menyampaikan adalah metode praktis untuk distribusi di pabrik
dalam jumlah besar kering bubuk, butiran, dan bahan palletized. Berdasarkan
jumlah udara yang digunakan dan tekanan dari sistem, pneumatik menyampaikan
sistem dibagi ke dua yaitu tipe itu. fase padat sistem pneumatik menyampaikan
dan mencairkan tahap pneumatik sistem menyampaikan. Pada fase encer
menyampaikan, partikel padat yang dimasukkan ke dalam aliran gas mengalir
cepat di mana padatan tersuspensi tetap. Sistem proses tersebut beroperasi pada
tekanan yang relatif rendah dan akibatnya relatif murah untuk menginstal
(Dhole, 2011).
Rantai roller konveyor umumnya digunakan dalam produksi atau
perakitan baris di mana benda-benda besar individu perlu disampaikan. Khas
aplikasi konveyor roller konveyor pembawa untuk pengangkutan gulungan baja
di pabrik baja atau slat konveyor yang membawa benda-benda. Sebuah konveyor
179
slat terdiri dari dua atau lebih tak berujung helai rantai dengan bilah saling
melekat atau non logam penerbangan untuk membawa material
(Kerremans, 2011).
Karakteristik pneumatik menyampaikan dari chickpea dari berbagai
Koçbasi ditentukan. Panjang, lebar, tebal, aritmatika berarti diameter, diameter
rata-rata geometrik, kebulatan, volume, 1.000 massa biji, berat isi, kepadatan
benar, porositas, luas proyeksi, kecepatan terminal, koefisien drag, penurunan
tekanan, konsumsi daya, dan kerusakan benih, kerusakan yaitu mekanik, uji
perkecambahan, dan indeks vigor benih, diselidiki secara eksperimental. Sistem
tekanan rendah positif digunakan untuk conveying chickpea. Kebutuhan daya dan
penurunan tekanan didorong dengan meningkatnya revolusi blower dan
conveying kapasitas menurun dengan meningkatnya diameter pipa
(Kilickan, 2009).
Penemuan ini berhubungan dengan palung conveyor untuk scraper
conveyor untuk digunakan dengan mesin pertambangan di penambangan bawah
tanah dimana melalui conveyor adalah dibentuk oleh basis palung dan bagian
lengan divergen memproyeksikan lateral dari sisi longitudinal dasar membentuk
berpotongan batas-batasV-berbentuk spasi. Setiap ruang menyimpang lahiriah
dan meluas ke Fange bagian membentang dari setidaknya satu dari atas wardly-
memperpanjang bagian lengan dan dari bawah memperpanjang bagian lengan.
Bagian fange setiap lebar dan ketebalan untuk membentuk machine way dengan
itu bagian fange atas memperluas sejajar dengan tambang untuk mendukung
mesin pertambangan untuk bergerak sepanjang conveyor wajah (Gehle, 1983).
Konveyor sekrup yang beroperasi di dalam tabung secara luas
digunakan untuk sarana transportasi bahan diskrit sepanjang tabung. Konveyor
tersebut sering dibutuhkan untuk beroperasi lebih panjang panjang hingga
beberapa ratus meter. Sampai sekarang satu-satunya cara praktis untuk
membangun sekrup untuk konveyor tersebut telah untuk mengarang sekrup
dengan pengelasan bagian melawan heliks ke pusat hub. Metode konstruksi
180
mahal dan menyusahkan beberapa dan hanya dapat digunakan di mana
memuaskan bahan dari perkelahian dan hub weldable bahan seperti baja. Ini juga
akan menjadi jelas bahwa eachscrew harus secara individual dibuat untuk
perusahaan tertentu conveyor dan "karakteristik sekrup harus yang telah
ditentukan sesuai dengan persyaratan instal lation dan sekrup dibuat untuk
menghasilkan orang-karakteristik (Kawchitch, 1972).
C. Gambar, Bagian dan Fungsi Alat
Gambar 16.1 Alat atu Mesin Conveyor
Bagian Utama dan Fungsi :
1. Motor listrik = untuk sumber tenaga,
2. Pulley = untuk menggetarkan belt,
3. Pulley pasif = menahan belt atau temapt bahan,
4. Pulley penegang = memberikan tegangan terhadap lempengan belt,
5. Pulley penggerak = menggerakkan lempengan belt,
6. Lempengan belt = meletakkan bahan.
D. PrinsipKerja
Prinsip kerja alat atau mesin conveyor adalah pemindahan barang dari satu
tempat ke tempat yang lain atau proses satu ke proses yang lain.
181
E. MekanismeKerja
Mekanisme kerja alat conveyor adalah pertama-tama motor listrik di
hidupkan. Otomatis pulley bergerak, taruh bahan pada lempengan belt. Kemudian
lempengan belt ikut bergerak. Pulley penegang memberikan tegangan agar stabil,
setelah itu bahan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
F. Cara Kerja
G. Pembahasan
Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak
dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak dan
berkelanjutan. Conveyor terutama berguna dalam aplikasi yang melibatkan
transportasi bahan berat ataubesar. System conveyor memungkinkan transportasi
cepat dan efisien untuk berbagai bahan.Banyak jenis system conveyor yang tersedia,
dan digunakan sesuai dengan kebutuhanberbagai industri yang berbeda. Conveyor
dapat memobilisasi barang dalam jumlah banyak dan kontinyu dari satu tempat ke
tempat lain. Perpindahan tempat tersebut harus mempunyai lokasi yang tetap agar
sistem conveyor mempunyai nilai ekonomis. Kelemahan sistem ini adalah tidak
mepunyai fleksibilitas saat lokasi barang yang dimobilisasi tidak tetap dan jumlah
barang yang masuk tidak kontinyu.
Tujuan dari mesin conveyor sendiri adalah untuk membantu dalam
memindahkan barang dalam skala banyak secara continue. Mesin conveyor juga
Taruh bahan pada lempengan belt
Otomatis bahan pindah dari datu tempat ke
tempat yang lain
Motor listrik dihidupkan
diletakkan pada dudukan
182
memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi conveyor adalah kecepatan pulley, kecepatan conveyor, sehingga
barang yang akan dipindahkan bisa jatuh ataupun alih posisi. Sehingga harus
diteliti dan diamati dengan cermat sebelum menggunakan conveyor.
Prinsip kerja alat atau mesin conveyor adalah pemindahan barang dari satu
tempat ke tempat yang lain atau proses satu ke proses yang lain. Bahan yang
digunakan dalam conveyor adalah barang-barang yang akan dipindahkan, hampir
setiap barang dapat digunakan. Contoh produksinya yaitu makanan, minuman,
dll.
Mekanisme kerja alat conveyor adalah pertama-tama motor listrik di
hidupkan. Otomatis pulley bergerak, taruh bahan pada lempengan belt. Kemudian
lempengan belt ikut bergerak. Pulley penegang memberikan tegangan agar stabil,
setelah itu bahan pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.
H. Kesimpulan
Dari percobaan distilasi di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi
memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain.
2. Tujuan dari mesin conveyor sendiri adalah untuk membantu dalam
memindahkan barang dalam skala banyak secara continue.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi conveyor adalah kecepatan pulley,
kecepatan conveyor, sehingga barang yang akan dipindahkan bisa jatuh
ataupun alih posisi. Sehingga harus diteliti dan diamati dengan cermat
sebelum menggunakan conveyor.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
183
DAFTAR PUSTAKA
Dhole. 2011. Experimental Analysis of Dilute Phase Pull Push Type Pneumatic
Conveying System to convey Powdered and Granular Material. India
Gehle. 1983. Conveyor Trough For A Scraper Conveyor For Use With A Mining
Machine. United States Patent.
Kanisius. 2008. Teknologi Pengolahan Nata De Coco. Yogyakarta
Kawchitch. 1972. Conveyor Screw Element. United States Patent.
Kerremans. 2011. Wear Of Conveyor Chains With Polymer Rollers. Vol. 8 No. 7
Kilickan, Ahmed. 2010. The determination of pneumatic conveyingcharacteristics of
chickpea. Vol. 2 No. 4
Kitinoja, Lisa. 2002. Praktik-Praktik Penanganan Pasca Panen Skala Kecil Manual
Untuk Produk Horti ( Edisi Ke 4). Universitas Udayana.
Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian. Fakultas
Pertanian. Universitas Padjajaran.
Tim Bina Karya Tani. 2009. Taman Kelapa Sawit. Penerbit CV. Yrama Widya.
Bandung.
Rachmawati, Maulida. 2010. Pelapisan Chitosan Pada Buah Salak Pondoh Sebagai
Upaya Memperpanjang Umur Simpan Dan Kajian Sifat Fisiknya
Selama Penyimpanan. Samarinda
Sanda. 2012. Disain Blower Dan Cerobong Untuk Membuang Limbah Bau Dan Ozon
Iradiator Gamma 500Kci. Tanggerang.
Toreh, Anie Amelia. 2010. Proses Pembuatan Tepung Kelapa.
Tekno/Volume07/No.52.
184
ACARA XVII
VACUUM SEALER
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari acara XVI Vacum Sealer antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk vacum sealer, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki.
3. Untuk mengemas produk dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan
dan dapat dikonsumsi di kemudian hari.
B. Tinjauan pustaka
Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,
setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,
kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P< 0,05)
bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik
polyethylene. Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang
nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan
konsistensi. Penyimpanan produk dendeng selama 30 hari berpengaruh nyata
terhadap penurunan kadar air produk yang dikemas dengan kemasan hampa
udara,tetapi tidak berpengaruh nyata (P > 0.05) terhadap kadar TVBN, namun
masih berpengaruh nyata terhadap kenaikan jumlah koloni bakteri (Dewi, 2008).
Pengemasan atau vacum sealer merupakan suatu cara dalam memberikan
kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian
membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari pada yang biasanya
diketahui. industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses
pengalengan dan pembotolan disatu pihak dan apa yang disebut dengan
pengemasan yang berarti metoda lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini
merupakan perbedaan nyata antara metoda pengolahan pangan yang
185
mengikutsertakan sterilisasi atau pasteurisasi terhadap metoda pengawetan
lainnya termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat (Buckle, 1986).
Dalam proses filling (pengisian), ruang kosong dibagian ruang atas kaleng
(head space) harus diperhatikan. Head space ini berfungsi untuk mencegah
pengembungan kaleng akibat pengembangan bahan pada waktu proses
pemanasan. Kaleng yang berubah menjadi cembung sangat dihindari, karena
dapat menurunkan pencitraan mutunya. Selain itu head space juga berfungsi
untuk mendapatkan penutupan kaleng. Tekanan dalam head space akan menurun
ketika uap air mengembun didalam kaleng, akibatnya tutup kaleng akan tertekan
dan menjadi kuat oleh tekanan atmosfire dari luar (Handajani, 2010).
Mesin vacum adalah mesin vacum pengemasan atau vacum frying yang
berfungsi ganda yakni menyedot udara dalam kemasan sekaligus sealing
(merekatkan) kedua sisi plastik. Untuk memakai mesin vaccum, harus
menggunakan jenis plastik tersendiri yakni vaccum. Keunggulan mesin vacum
adalah produk atau makanan yang dikemas lebih awet. Tidak mudah tengik dan
tidak mudah busuk. Mengurangi kandungan udara dalam kemasan bisa
menghambat pertumbuhan bakteri dan mikroba (Yuyun, 2010).
Untuk memenuhi persyaratan kisaran suhu ini adalah penting bahwa efek
ekspansi gas yang terperangkap dihilangkan melalui penggunaan vakum disegel
rongga referensi. Hal ini juga menghasilkan perangkat dengan bandwidth yang
lebih luas dengan menghindari efek redaman yang terkait dengan rongga diisi gas.
Perangkat pertama transfer memimpin tunggal (elektroda pada kaca) dari dalam
rongga ke dunia luar (Chavan, 2001).
Pendinginan dan vakum penyegelan bersama-sama adalah metode yang
paling efektif untuk menjaga kapasitas perkecambahan, secara keseluruhan,
vakum penyegelan saja lebih efektif dari sekedar pendingin. Tingkat
perkecambahan di lapangan sebagian besar mencerminkan hasil ini, meskipun
dengan variabilitas lebih karena sifat mengukur. Hasil ini menunjukkan bahwa
penyegelan vakum mungkin teknik penyimpanan benih lebih efektif daripada
186
pendinginan, terutama untuk menjaga kapasitas benih berkecambah di
laboratorium dan lapangan (Croft, 2010).
Vacuum sealing adalah proses yang diperlukan untuk nanoelectronics
vakum dan perangkat MEMS resonansi berbasis. Untuk vakum dikemas
mikrodivais, air dan gas penetrasi melalui segel atau outgas dari substrat, film,
topi dan bahan penyegelan selama operasi, dapat menurunkan tingkat vakum dan
kinerja perangkat, dan memperpendek masa hidup mereka. Sulit untuk
menghasilkan dan mempertahankan vakum dalam volume yang sangat kecil
(Grzebik, 2011).
C. Gambar, bagian, dan Fungsi alat
Gambar. 17.1 Alat Pengemasan Vacuum Sealer.
1
6
5
4
2 7
3
187
Bagian Utama dan Fungsi
1.pipa vacuum : Untuk keluarnya air
2.pompa vacuum : Untuk memompa
3.sealer : Untuk pengepres dan penutup poduk
4.tombol power : Untuk menghidupkan mesin
5. lampu indicator :Untuk mengetahui tingkat pengemasan atau
kerapatan plastik
6.tempat air : Untuk menampun air
7.pedal pijakan :Untuk proses pengemas sebagai penggerak/ motorik
sealer
D. Prinsip Kerja
Melengketkan dan membuat ruang hampa udara pada pembungkus
makanan yang terbuat dari plastik dan mengemas kemasan dengan tekanan
vakum.
E. Mekanisme Kerja
Penampung air di isi. Lalu air disedot dengan pompa dialirkan kembali
untuk menurunkan tekanan. Kemudian tuas digunakan untuk menyedot bagian
dalam kemasan agar tidak ada udara di dalamnya.
188
F. Cara kerja
G. Pembahasan
Vacum sealer adalah pengepresan kemasan produk dengan cara kedap
udara. Pada peralatan ini memilki bagian-bagian utama yaitu pipa vacuum untuk
tempat pendistribusian udara., pompa vacuum untuk penekanan udara dalam
kemasan produk, sealer untuk tempat untuk menekan/membuka agar kemsan
produk tertutup, tombol power untuk tombol yang digunakan untuk on/off
vacuum sealer, lampu indicator untuk penanda siap atau tidaknya vacuum sealer
digunakan, tempat air untuk tempat penampungan air, pedal pijakan untuk tempat
untuk menekan/membuka agar kemsan produk tertutup. Bahan pengemasan yang
umum digunakan untuk kripik adalah plastik polipropilen dengan ketebalan
minimal 0,8 mm atau aluminium foil. Ruang pengepakan usahakan mempunyai
kelembapan udara (RH) yang rendah mengingat sifat kripik vakum ini
Bak diisi sampai setengah diffurer
Pastikan sambungan-sambungan sudah terpasang dengan baik
dan benar
Pastikan kran dalam posisi tertutup
Steker disambungkan dengan sumber arus AC 220 volt
Suhu diatur sesuai dengan ketebalan plastik yang akan
digunakan
189
higroskopisitasnya tinggi. Setelah produk dikemas, dilakukan pemeriksaan
terhadap penutup kantong plastik.
Prinsip kerja dari vacuum sealer ini adalah dengan kecepatan air akan
membuat tekanan pada tabung semakin bertambah rendah atau kecil. Sedangkan
mekanisme kerja dari vacuum sealer adalah memanaskan kemasan dan menyedot
udara didalam kemasan sehingga tidak ada udara didalamnya. Faktor yang
mempengaruhi kerja vacuum sealer adalah tekanan udara, lama pengemasan, suhu
yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam melakukan pengemasan.
Mekanisme dari pengoperasian mesin vacuum sealer adalah menempatkan
tombol power pada posisi On, menempatkan sealer dan pompa pada posisi On,
menempatkan tombol sealer II pada posisi On, produk yang sudah diisi dengan
bahan ditempatkan pada meja kecil yang berada di depan sealer untuk kemudian
plastik diseal dengan cara menginjak sampai lampu indikator yang berada pada
seal mati, menusuk bagian ujung atas produk dengan jarum penusuk,
menempatkan kemasan seperti mau diseal, membuka kran sampai semua udara
dalam produk terhisap, seal kembali produk dan menutup kembali kran dan
menghilangkan bagian sealing I dengan cara memotongnya. Tahap-tahap
mengakhiri proses adalah dengan memindahkan tombol sealer II, I dan pompa
pada posisi Off, membuang tekanan tabung dengan cara membuka kran dan
mematikan mesin dengan memindahkan tombol power pada posisi Off.
Sedangkan tahap-tahap perawatan dari mesin vacuum sealer adalah dengan
mengontrol sambungan pipa secara periodik, secara periodik ejector harus selalu
dibersihkan dan jika plastik landasan seal sudah rusak, ganti dengan plastik
bagian sebelahnya demikian seterusnya sampai gulungan plastik lepas.
190
H. Kesimpulan
Dari praktikum vacum sealer dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Vacuum sealer bertujuan mengemas produk dalam kemasan plastik agar dapat
mempertahankan kualitas produk dan dapat dikonsumsi kemudian hari.
2. Kualitas vacuum sealer dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lama
pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian dalam
melakukan pengemasan.
3. Prinsip kerja alat ini adalah melengketkan dan membuat ruang hampa udara
pada pembungkus makanan yang terbuat dari plastik sedangkan mekanisme
kerja alat ini adalah memanaskan kemasan dan menyedot udara di dalam
kemasan sehingga tidak ada udara di dalamnya (ruang hampa udara).
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
191
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 1989. Ilmu pangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Chavan, Abhijeet. 2001. Batch-Processed Vacuum-Sealed Capacitive Pressure
Sensors. Vol. 10 No. 4
Croft, Marcia. 2012. Which is the most effective way to store seeds. Vol. 3 No. 2
Dewi, Nurcahya, Eko. 2008. Mutu dan daya simpan fillet dendeng Ikan nila merah
yang dikemas hampa udara dengan Vacuum sealer skala rumah tangga.
Jurnal Saintek Perikanan Vo. 4 No. 1 2008 : 7 – 15.
Grzebyk, Tomasz. 2011. Vacuum in microsystems generation and measurement. Vol.
11 No. 2
Handajani, Sri. Dkk. 2010. Pengolahan hasil pertanian; teknologi tradisional dan
terkini. Penerbit UNS perss. Surakarta.
Yuyun, A. 2010. Pengusaha lauk berbumbu siap saji dalam kemasan. Penerbit
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
192
ACARA XVIII
PENGALENGAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum acara X Pengalengan antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pengalengan, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Dengan semakin majunya teknologi perekatan diharapkan dapat
meningkatkan optimalisasi pemanfaat bambu. Dengan menggunakan perekat
tertentu, bambu yang bentuk aslinya bulat dan berlubang dapat diolah menjadi
produk perekatan bambu berbentuk panel seperti bambu lapis. Namun, demikian
tidak menutup kemungkinan bahwa masa datang produk bambu lapis dapat
berkembang dengan pesat sebagaimana produk kayu lapis. Bambu di Indonesia
terdapat 125 species, 39 species diantaranya sudah terindentifikasi dan 11 species
tergolong komersial. Penggunaan bambu di Indonesia dapat digolongkan pada
pengguna tradisional, yaitu petani, masyarakat pedesaan, pengerajin pada upacara
keagamaan/kebudayaan dan pemakai industri, yaitu pengalengan bamboo
(Jasni, 2005).
Kontribusi kandungan beban limbah yang terbesar berasal dari industri
pengalengan dan pengolahan tepung ikan. Pengolahan limbah cair industri
perikanan yang selama ini banyak menggunakan sistem kolam aerasi perlu
ditingkatkan dengan menggunakan teknologi lain, dalam rangka menyisihkan
kandungan nitrogen secara total dalam air limbah tidak hanya mengkonversi
nitrogen organik dan ammonia menjadi nitrat (penurunan beban organik)
(Ibrahim, 2005).
193
Ikan merupakan salah satu hasil perairan yang banyak dimanfaatkan oleh
manusia karena beberapa kelebihannya, antara lain sumber protein hewani yang
sangat potensial. Kandungan zat-zat gizi tersebut menyebabkan ikan sangat
diminati oleh masyarakat sehingga kebutuhan ikan semakin meningkat dengan
berjalannya waktu. Di pasaran, ikan tidak hanya ditemukan dalam keadaan segar
tetapi juga ditemukan dalam bentuk kemasan, baik dalam bentuk kaleng maupun
plastik, hal ini memberikan kemudahan bagi para konsumen. Ikan yang cocok
diolah dengan pengalengan adalah ikan yang memiliki kadar lemak tinggi yaitu
10 - 15%. Produk industri ikan (Sardines) mempunyai limit waktu tertentu untuk
dapat dikonsumsi, jika melebihi limit waktu yang telah ditentukan bakteri dapat
tumbuh dan berkembang biak sehingga makanan tersebut tidak layak lagi
dikonsumsi karena telah mengandung banyak bakteri yangdapat membahayakan
bagi konsumen (Wulandari, 2005).
Minyak ikan di Indonesia pada saat ini Belum sepenuhnya Merupakan
industry yang mandiri, karena minyak ikan pada umumnya diperoleh dari hasil
sampan Pengolahan ikan kaleng dan tepung ikan. Selain itu bahan mentah sangat
beragam jenis, mutu dan ukurannya. Minyak Ikan yang diperoleh dari industry
pengalengan pada umumnya diperoleh Dari bahan mentah yang bermutu tinggi.
Sedangkan Yang didapat dari industri penepungan menggunakan bahan
mentahnya berupa ikan utuh yang bermutu rendah atau limbah dari pengalengan
dan ikan bukan ukuran konsumsi (Permana, 2003).
Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor produk tuna dalam
kaleng. terdapat berbagai jenis ikan tuna di perairan indonesia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pengolahan produk ikan tuna kaleng. Secara
garis besar pengolahan tuna kaleng yang dilakukan oelh pabrik pengalengan ikan
di indonesia adalah penerimaan bahan baku, penyiangan, penyusunan dalam rak,
pemasakan pendahuluan, pendinginan, pembuangan kepala dan kulit ikan,
pembersihan daging, pemotongan, pengisian ke dalam kaleng, penambahan
194
medium, penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan dan pemeraman kaleng,
pelabelan dan pengepakan (Irianto, 2007).
Perlakuan termal awal produk olahan dapat menyebabkan hilangnya
nutrisi larut dalam air dan oksigen-labil seperti vitamin C dan vitamin B. Namun,
nutrisi ini relatif stabil selama penyimpanan kaleng berikutnya karena
kekurangan oksigen. Produk beku kehilangan nutrisi lebih sedikit pada awalnya
karena waktu pemanasan yang singkat di blanching, tapi mereka kehilangan lebih
banyak nutrisi selama penyimpanan karena oksidasi. Senyawa fenolik juga larut
dalam air dan oxygenlabile, tetapi perubahan selama pengolahan, penyimpanan
dan memasak tampaknya sangat bervariasi oleh komoditas. lebih lanjut
Penelitian akan memfasilitasi pemahaman tentang perubahan phytochemical ini.
Perubahan kadar air selama penyimpanan, memasak dan pengolahan dapat
menggambarkan perubahan kandungan gizi (Rickman, 2007).
Di seluruh dunia, ada panggilan untuk meningkatkan konsumsi buah-
buahan dan sayuran, yang merupakan sumber yang kaya nutrisi penting, seperti
vitamin C dan A, serta serat dan fitonutrien. Diet tinggi buah-buahan dan sayuran
mengurangi risiko beberapa penyakit kronis, termasuk obesitas, diabetes dan
penyakit jantung. Di Amerika Serikat, panggilan untuk meningkatkan konsumsi
buah dan sayuran sering menekankan segar. Ada kesalahan persepsi yang
berkembang bahwa pengolahan makanan mengurangi kualitas gizi. Namun,
buah-buahan, sayuran dan makanan lain yang akan dibekukan, kaleng atau kering
biasanya diambil di perdana mereka dan diproses dekat dengan waktu panen dan
lokasi, dan memberikan kualitas yang konsisten, rasa dan keselamatan, serta
nutrisi dan kenyamanan (Kapica, 2012).
Toksisitas akut timah anorganik diwujudkan sebagai iritasi lambung,
mual, muntah dan perut tidak nyaman. Garam timah anorganik yang kurang
diserap oleh saluran pencernaan dan diekskresikan dengan cepat. Namun
demikian, ada beberapa laporan kasus iritasi lambung dan muntah pada manusia
mengkonsumsi makanan atau minuman, terutama produk buah asam dikemas
195
dalam kaleng tinplate dan mengandung tingkat tinggi kaleng kaleng. Makanan
dan terutama makanan kaleng merupakan sumber utama paparan timah.
Maksimum tingkat timah dalam makanan kaleng adalah 200 mg / kg untuk
makanan kaleng selain minuman dan 100 mg / kg untuk minuman kaleng,
termasuk jus buah dan sayuran ( Knapek, 2009).
Total konsentrasi merkuri dalam sampel mentah dan kemudian kalengan
US Pacific troll-tertangkap albacore tuna yang jauh di bawah batas tindakan FDA
dari 1 ppm methylmercury pada ikan. Ada peningkatan yang signifikan (p <0,005)
dalam konsentrasi merkuri total sebagai akibat dari pengalengan, pergi dari 0,17
ppm dalam sampel baku untuk 0,21 ppm dalam kaleng. Meskipun protein persen
meningkat secara signifikan dan kelembaban persen menurun secara signifikan
setelah pengalengan, tidak ada faktor intrinsik berkorelasi dengan perubahan
konsentrasi merkuri secara individual dapat. Packing mentah mengakibatkan
kenaikan persen rata-rata tertinggi dalam konsentrasi merkuri, diikuti oleh
minyak dan kemudian air kemasan; Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan
di antara tiga metode packing (Rassmusen, 2007).
Tinplate adalah lembaran yang tipis, baja lembaran atau strip, dilapisi
pada kedua sisinya dengan timah murni secara komersial dan telah digunakan
selama lebih dari seratus tahun sebagai bentuk kuat dari kemasan makanan.
Secara keseluruhan, sekitar 25.000 juta kaleng makanan diproduksi dan diisi di
Eropa per tahun, sekitar 20% dari ini memiliki intern (unlacquered) badan baja
berlapis timah polos. Di seluruh dunia, total untuk kemasan makanan adalah
sekitar 80.000 juta kaleng. Tinplate juga banyak digunakan untuk produksi
minuman kaleng. Eropa memproduksi dan mengisi lebih dari 15.000 juta kaleng
minuman tinplate per tahun yang semuanya internal dipernis. Penggunaan
tinplate untuk makanan dan minuman kemasan, akan mengakibatkan beberapa
melarutkan timah ke dalam isi makanan, terutama ketika permukaan internal
polos uncoated digunakan (Blunden, 2003).
196
Pengalengan adalah salah satu cara pengawetan makanan. Prinsip dasar
pengalengan dan pembotolan kurang lebih sama. Berbagai variasi yang terdapat
dalam pengalengan karena perbedaan dan faktor-faktor antara lain : macam
bahan disiapkan, bentuk dan struktur bahan, bahan untuk wadah baik kaleng
maupun botol atau botol, peralatan dengan pertimbangan ekonomis lainnya
(Makfoeld, 1982).
Pengawetan santan dalam kaleng dimulai dengan proses pemekatan
santan menggunakan cream separator, agar santan menjadi lebih kental. Setelah
berbentuk pasta, kemudian ditambahkan bahan pemantap berupa campuran
carboxyl methyl cellulose (CMC) yang berfungsi sebagai pengikat air dan Tiveen
80 yang berfungsi sebagai pembunuh bakteri. Campuran ini diaduk selama 5
menit. Selanjutnya disterillisasi. Kemasan santan dilapisi dengan timah putih
yang juga di sterilisasi (McCabe, 1999).
Kaleng ( Tin Plate) adalah suatu wadah yang dibuat dari baja dan dilapisi
timah putih (Sn) yang tipis dengan kadar tidak lebih dari 1,00-1,25 persen dari
berat kaleng. Kadang-kadang lapisan ini dilapisi lagi oleh lapisan bukan metal
yaitu untuk mencegah reaksi dengan makanan didalamnya. Daya tahan timah
terhadap karat tidak sempurna, tetapi terhadap reaksi-reaksi dengan makanan
didalamnya lebih lambat bila dibanding dengan baja (Winarno, 1984).
Tin plate biasanya terdiri atas 9 lapisan dengan bagian tengah terbuat dari
baja yang tiap sisinya dilapisi oleh suatu lapisan campuran timah-besi, kemudian
timah, selapis oksida dan akhirnya suatu lapisan tipis minyak. Tinplate yang
berlapis pernis mempunyai lapisan lainnya yang biasanya hanya pada satu sisi.
Ketebalan reaktif dari masing-masing lapisan kira-kira: baja 10.000, campuran 5,
timah 50, oksida 0,1 dan minyak 0,2 (Buckle, 1968).
197
C. Gambar, bagian, dan fungsi alat
Gambar 18.1 Alat/Mesin Pengalengan
Bagian Utama dan Fungsi :
a. Motor = tenaga penggerak,
b. Transmisi = untuk menyalurkan energi,
c. Rol penutup 2 = untuk merapikan,
d. Rol penutup 1 = untuk merapatkan/menutup kaleng,
e. Handle = mengendalikan rol penutup 1dan 2,
f. Pemegang kaleng = untuk meletakkan kaleng,
g. Pijakan = untu menurunkan pemegang kaleng,
h. Saklar = mematikan dan menghidupkan mesin,
i. Sumber listrik = sumber energi/tenaga,
j. Frame = untuk menopang bagian-bagian utama.
198
D. Prinsip Kerja Alat
Prinsip kerja alat ini adalah mengaitkan dan merapatkan kaleng dengan
menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol 2 (merapatkan dan
merapikan).
E. Mekanisme Kerja Alat
Mekanisme kerja alat ini adalah kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng
dan cetakan atas dengan handle. Kemudian saklar dinyalakan sehingga motor pemutar
menyala dan kaleng berputar. Tekan rol pengait 1 untuk menyatukan kaleng dengan
tutupnya dan rol 2 untuk merapatkan sekaligus merapikan kaleng supaya tidak terjadi
kebocoran.
F. Cara kerja
Kaleng disiapkan
Diisi air
Mesin dinyalakan
Penutup kaleng dirapatkan dengan rol penutup 2
Penutup kaleng dirapikan dengan rol penutup 1
Mesin dimatikan
Diamati kerapatan kaleng
199
G. Hasil dan pembahasan
1. Hasil pengamatan
Tabel 18.1 Hasil Pengamatan pengalengan
Kelompok Hasil pengalengan
1 Kurang rapi
2 Kurang rapi
3 Kurang rapi
4 Rapat, Kurang rapi
5 Kurang rapat, karena masih banyak air
yang keluar
6 Kurang rapat, karena masih banyak air
yang keluar
7 Rapi, karena pengoprasiannya teliti
8 Rapi, karena pengoprasiannya teliti
9 Kurang rapi, karena pengoprasiannya
kurang teliti
10 Rapat, kurang rapi
Sumber : laporan sementara
2. Pembahasan
Pengalengan adalah salah satu pengemasan yang bertujuan untuk
mengawetkan bahan makanan yang dimasukkan ke dalam kaleng sehingga
dapat dikonsumsi di kemudian hari. Pada pengalengan ini dilakukan proses
sterilisasi menggunakan panas, sterilisasi ini bertujuan untuk membunuh
mikroorganisme sehingga produk dapat disimpan lama. Pengemasan dengan
kaleng diperlukan mesin yang digunakan untuk melekatkan antara kaleng
dengan penutup kaleng.
Prinsip kerja dari pengalengan ini adalah mengaitkan dan merapatkan
kaleng dengan menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol
2 (merapatkan dan merapikan) sedangkan mekanisme kerja dari pengalengan
ini adalah kaleng diletakkan pada tempat pegangan kaleng dan cetakan atas
dengan handle. Kemudian saklar dinyalakan sehingga motor pemutar
menyala dan kaleng berputar. Tekan rol pengait 1 untuk menyatukan kaleng
dengan tutupnya dan rol 2 untuk merapatkan sekaligus merapikan kaleng
200
supaya tidak terjadi kebocoran. Pada saat penekanan kaleng diusahakan
jangan terlalu keras, karena hal ini berakibat pada perataan penutupan kaleng.
Praktikum yang dilaksanakan adalah berupa pengenalan alat dan
praktek menutup kaleng. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil kerja mesin
pengalengan adalah tekanan untuk meletakkan tutup kaleng, kondisi mesin,
dan kekuatan penginjakan. Head speace yaitu ukuran dari tutup kaleng
sedangkan body speace yaitu ukuran pada tubuh kaleng tersebut.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ”Pengalengan” ini adalah :
1. Pengalengan adalah salah satu pengemasan yang bertujuan untuk
mengawetkan bahan makanan yang dimasukkan ke dalam kaleng sehingga
dapat dikonsumsi di kemudian hari,
2. Prinsip kerja dari pengalengan ini adalah mengaitkan dan merapatkan kaleng
dengan menggunakan rol 1 (pengaitan antara tutup dengan kaleng), rol 2
(merapatkan dan merapikan),
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengalengan antara lain yaitu jenis
bahan, jenis kaleng, handle/tekanan, suhu, alatnya, dan roll yang digunakan
apakah sudah aus apa belum.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di rawat
dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
201
DAFTAR PUSTAKA
Blunden, Steve, 2003. Tin in canned food: a review and understanding of occurrence
and effect. Food and Chemical Toxicology 41 (2003) 1651–1662.
Buckle, A, K. 1968. Ilmu pangan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Ibrahim, Bustama. 2005. Kaji ulang sistem pengolahan limbah cair industri hasil
perikanan secara biologis dengan lumpur aktif. Vol VIII Nomor 1 Tahun
2005.
Irianto, Eko. 2007. Pengalengan ikan tuna komersial. Squalen Vol.2 No 2, desember
2007.
Jasni. 2005. Pencegahan Serangan Bubuk Dinoderus minutus Farb. pada Bambu
Lapis dan Kayu Lapis. J. Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol.3 • No. 2 • 2005.
Kapica, Cathy. 2012. Canned Fruits, Vegetables, Beans and Fish Provide Nutrients
at a Lower Cost Compared to Fresh, Frozen or Dried. Kapica, J Nutr Food
Sci 2012, 2:4.
Knapek, J. 2009. Determination of Tin in Canned Foods by Atomic Absorption
Spectrometry. Czech J. Food Sci. Vol. 27, 2009, Special Issue. Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.
Yogyakarta .
McCabe, Warren L. 1999. Operasi teknik kimia jilid 2 edisi empat. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Permana, R, Djumawan. 2003. Analisis proksimat tepung hasil Proses ekstraksi
minyak dari puree ikan. Jurnal Iktiologi Indonesia, Volume 3, Nomor 2,
Desember 2003.
Rassmusen, S, Solase. 2007. Effects of canning on total mercury, protein, lipid, and
moisture content in troll-caught albacore tuna (Thunnus alalunga). Food
Chemistry 101 (2007) 1130–1135.
Rickman, C, Joy. 2007. Review Nutritional comparison of fresh, frozen and canned
fruits and vegetables. Part 1. Vitamins C and B and phenolic compounds. J
Sci Food Agric 87:930–944 (2007).
Winarno, F, G. 1984. Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Wulandari, Sri. 2005. Analisis mikrobiologi produk ikan kaleng (sardines) kemasan
dalam limit waktu tertentu (expire). Jurnal Biogenesis Vol. 2(1):30-35, 2005.
202
ACARA XIX
CUP SEALER
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari acara XIX Cup Sealer antara lain :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk cup sealer, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki.
3. Untuk mengemas produk dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan
dan dapat dikonsumsi di kemudian hari.
B. Tinjauan Pustaka
Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn kondisi yang tepat
bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang
diinginkan. Fungsi utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan akibat
kontaminasi, melindungi pangan terhadap kerusakan fisik, dan menghambat
kerusakan mutu. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk melindungai
produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi, dan
kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan
bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak. Plastik polirtrlin dibuat dengan
proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri
arang dan minyak. Polietelin merupakan jenis plastik yang paling banyak
digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya yang mudah dibentuk, tahan
terhadap berbagai bahan kimia, penampakannya jernih, dan mudah digunakan
sebagai laminasi (Dewandari, 2009).
Wadah gelas masih banyak digunakan untuk pengawetan dengan panas
bagi bermacam-macam jenis makanan terutama produk-produk yang bersifat
asam yang hanya membutuhkan perlakuan panas dengan ringan atau bila
makanan terlalu mudah mengakibatkan karat pada kaleng. Akhir-akhir ini
203
kemajuan yang nyata telah dianjurkan dalam pengembangan kantung tipis
fleksibel yang cocok untuk pengolahan dengan retort. Walaupun banyak
keuntungannya dibanding dengan wadah kaleng (misalnya ringan, mudah
dipanaskan dan di dinginkan), penggunaannya secara luas akan membutuhkan
kecepatan produksi yang lebih tinggi, harga kantung yang lebih rendah dan
penerimaan konsumen yang lebih besar (Mcswane, 2001).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng
fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,
setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,
kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05)
bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik
polyethylene. Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang
nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan
konsistensi. (Dewi, 2008).
Bentuk kemasan tergantung pada selera atau permintaan konsumen.
Pengemas yang dapat dan umum digunakan adalah gelas plastik, kantong plastik
duduk, kantong plastik biasa, atau pun kaleng. Namun jenis bahan pengemasan
sebaiknya dipilih yang terbuat dari bahan yang dapat dipanaskan (retortable).
Pengemasan dalam gelas plastik memerlukan alat penutup yang baik agar tidak
bocor. Pengemasan kantong plastik memerlukan alat perekat ( Pambayun, 1983).
Seiring dengan perkembangan bahanpolimer, para ilmuwan telah
melakuakan banyak usaha untuk memperbaiki sifat bahan ini agar lebih stabil,
lebih kuat secara mekanik dan kimia serta taha lama. Saat ini bahan polimer
(plastik) digunakan di berbagai sektor kehidupan untuk berbagai hal, diantaranya
sebagai pembungkus makanan, alas makan dan minum, untuk keperluan sekolah,
kantor, automodif, dan berbagai sektor lainnya. Hal ini dikarenakan plastik
memiliki sifat unggul seperti ringan tetapi kuat, transparan, tahan air serta
harganya relatif murah dan terjangkau oleh semua kalangan masyarakat
(Deswita, 2007).
204
Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan
perdagangan yang semakin tajam adalah melauin desain kemasan. Daya tarik
suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan pemicu
karena ia langsung berhadapan dengan koncumen. Karena itu kemasan harus
dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif, dalam hai ini
membeli produk karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan
penjualan (Cenadi, 2009).
Makanan dan minuman kemasan terdiri dari 55 % sampai 65 % dari $ 130
miliar nilai kemasan di Amerika Serikat. Pengolahan makanan dan kemasan
industri menghabiskan sekitar 15 % dari total biaya variabel pada bahan kemasan.
industri pengolahan makanan, mengurangi konsumsi protein hewani, impor bahan
baku dan bahan-bahan yang akan dikonversi di Amerika Serikat , dan kelangkaan
waktu untuk memilih / menyiapkan makanan dari bahan-bahan segar telah
meningkatkan inovasi dalam makanan dan minuman kemasan. Pencarian terus
untuk inovasi dalam makanan dan minuman kemasan sebagian besar didorong
oleh kebutuhan konsumen dan tuntutan dipengaruhi oleh perubahan tren global,
seperti peningkatan kehidupan harapan, organisasi sedikit investasi dalam
produksi pangan dan distribusi, dan regional berlimpah dan beragam makanan
supply (Brody, 2008).
205
C. Gambar, bagian, dan fungsi alat
Gambar 18.1 Alat Pengemasan Cup Sealer
Bagian utama pada alat :
1. Tuas : Menekan cup.
2. Switch thermo control : Mengatur suhu sesuai yang dikehendaki.
3. Switch sealing timer : Mengatur waktu sesuai yang diinginkan.
4. Indikator power : Mengetahui alat dalam keadaan hidup.
5. Indikator suhu : Mengetahui suhu dalam keadaan normal.
6. Indikator waktu : Mengetahui lamanya waktu menekan tuas.
7. Bagian pemanas : Untuk merekatkan cup.
8. Dudukan silinder : Untuk meletakkan silinder.
9. Silinder : Tempat gelas cup.
10. Colokan : Penghubung sumber panas.
D. PrinsipKerja
Prinsip kerja dari alat atau mesin cup sealer adalah memanaskan dan
mengeratkan tutup cup atau gelas.
206
E. MekanismeKerja
Mekanisme kerja alat atau mesin cup sealer adalah cup dan tutup
dipanaskan oleh mesin sehingga lengket.
F. Cara Kerja
Diulangi kembali jika tutup plastik belum sepenuhnya lengket. Ditekan
perlahan secara handle feeding
Dicatat waktu awal hingga akhir proses kerja mesin cup selaer
Mesin cup sealer disiapkan
Produk yang akan dikemas disiapkan
Gelas penampung produk disiapkan
Produk dimasukkan ke dalam gelas
Gelas ditutup dengan penutup plastik
Tuas penekan ditekan sehingga mesin dapat melengketkan plastik pada
gelas
207
G. Hasil dan Pembahasan
1. HasilPengamatan
Tabel 19.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran cup sealer
Kelompok Hasil
1 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
2 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
3 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
4 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
5 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
6 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
7 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
8 Kurang rapat, rapi, ada kebocoran
9 Rapat dan rapi
10 Rapat dan rapi
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Cup sealer adalah alat untuk mengemas produk dalam cup plastik
dengan tutup plastik yang berasal dari jenis plastik pp. mekanisme kerja
dari cup sealer adalah memanaskan cup dan plastik penutup sehingga
antara cup dan plastik penutup merekat. Suhu yang digunakan dalam
pemanasan cup sealer adalah 175 C . Untuk sekali pengemasan
diperlukan waktu rata – rata 2 detik. Apabila cup sealer digunakan pada
suhu dibawah 175 C maka hasil pengemasan kurang maksimal.
Selain suhu yang harus optimum dalam pengoperasian cup sealer
juga diperhatikan lama pengemasan, pengemasan dengan cup sealer
208
jangan terlalu lama karena hasilnya malah membuat plastik penutup
meleleh. Hasil pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor
diantaranya lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan,
dan keahlian dalam melakukan pengemasan. Cup sealer bisanya
digunakan untuk menutup kemasan, khususnya yang berbentuk gelas
plastik. Mesin ini sangat cocok untuk usaha di bidang minuman ringanm
yang kemasannya berbentuk gelas plastik.
Prinsip kerja dari alat atau mesin cup sealer adalah memanaskan
dan mengeratkan tutup cup atau gelas. Mesin cup sealer digunakan untuk
mengemas produk makanan dan produk cair, contoh dari produk tersebut
adalah minuman kemasan, minuman sari buah, jelly, minuman suplemen
dan lain-lain. Produk-produk tersebut dikemas menggunakan cup sealer
agar tidak terkontaminasi dengan udara luar dan dapat dikonsumsi
dikemudian hari. Mekanisme kerja dari cup sealer adalah merekatkan
pengemas pada suhu tertentu dengan cara memasukkan cup pada dudukan
cup kemudian ditekan dengan tuas cup.
Pada praktikum cup sealer didapatkan hasil tiap kelompok
berbeda-beda. Pada kelompok 1-8 didapatkan hasil kurang rapat, rapi dan
ada kebocoran. Pada kelompok 9 dan 10 didapatkan hasil rapat dan rapi.
Hasil pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya
lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang
digunakan, penekanan pada saat perekatan dan keahlian dalam melakukan
pengemasan. Kerapian cup dipengaruhioleh lama waktu, suhu, besar
tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.
209
H. Kesimpulan
Dari praktikum di atas dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengemasan menggunakan Cup sealer bertujuan untuk mengemas produk
dalam bentuk plastik agar dapat mempertahankan kualitas produk dan
dapat dikonsumsi kemudian hari.
2. Faktor yang mempengaruhi kualitas pengemasan dengan cup sealer adalah
lama pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, dan keahlian
dalam melakukan pengemasan.
3. Mekanisme kerja alat adalah cup dan tutup dipanaskan oleh mesin
sehingga lengket.
4. Pada kelompok 1-8 didapatkan hasil kurang rapat, rapi dan ada kebocoran.
Pada kelompok 9 dan 10 didapatkan hasil rapat dan rapi. Hasil
pengemasan cup sealer ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya lama
pengemasan, suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang
digunakan, penekanan pada saat perekatan dan keahlian dalam melakukan
pengemasan. Kerapian cup dipengaruhioleh lama waktu, suhu, besar
tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
210
DAFTAR PUSTAKA
Brody, Aaron L. 2008. Innovative Food Packaging Solutions. Journal Of Food
Science Vol. 73, Nr. 8.
Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran.
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Deswita, Aloma K. K., Sudirman, dan Indra Gunawan. 2007. Modifikasi Polietilen
sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal
Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008, hsl 37-42 ISSN :
1411-1098. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), BATAN,
Tangerang.
Dewandari, K. T., I. Mulyawanti, dan D. Amiarsi. 2009. Pembekuan Cepat Puree
Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.
Pascapanen 6(1) 2009 : 27-33. Balai Besar Penelitian dan Pembangunan
Pascapanen Pertanian, Bogor.
Dewi, Eko Nurcahaya, dan Ratna Ibrahim. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet
Dendeng Ikan Nila Merah yang Dikemas hampa Udara dengan Vacuum
Sealer Skala Rumah Tangga. Jurnal saintek Perikanan Vol. 4 No. 1 2008 :
7-15. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Mcswane, David. 2001. Essentials Of Food Safety And Sanitation. Universitas
Sebelas Maret.
Pambayun, Rindit. 1983. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Penerbit: Kanisius.
Universitas Sebelas Maret.
211
ACARA XX
PEMBOTOLAN (BOTTLING)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari acara XX Pembotolan ini sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk pembotolan, bagian-bagian,
utama alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Efisiensi menjadi salah satu faktor pencapaian produktivitas suatu
perusahaan, baik dari segi bahan baku, kualitas, peralatan, serta kepedulian
terhadap lingkungan. Sebagai perusahaan satu-satunya yang menjalankan proses
pembotolan dan distribusi produk minuman ringan ternama di bagian Sumatera
Tengah, PT Coca Cola Bottling Indonesia Central Sumatera selalu berupaya
meningkatkan produktivitas produksi, sehingga kinerja perusahaan dapat terus
dipertahankan. Melalui penelitian ini, dilakukan audit dan evaluasi terhadap
kinerja efisiensi proses produksi minuman ringan di PT Coca Cola Bottling
Indonesia Central Sumatera dengan tahapan melakukan pengukuran terhadap
efisiensi proses produksi dengan menggunakan 12 indikator Barbiroli secara
teknis dan ekonomis. Selain itu, juga dilakukan penentuan status efisiensi proses
produksi berdasarkan penilaian pakar secara kualitatif. Sebagai upaya
peningkatan efisiensi, direkomendasikan beberapa alternatif perbaikan melalui
penentuan prioritas dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process
(Hasan, 2013).
Pada proses pengolahan sari buah jeruk ini telah ditetapkan sebagai CCP
adalah sterilisasi botol dan tutup, pasteurisasi dan penyimpanan produk sari buah.
Sedangkan yang termasuk kategori CP yaitu sortasi, pencucian, penyaringan,
212
pencampuran, pembotolan, dan pendinginan. Dalam pelaksanaannya, proses
verifikasi sangat penting untuk dilakukan agar dapat mengetahui efektifitas
penerapan HACCP. Penerapan HACCP yang sesuai diharapkan akan
meningkatkan kualitas dan keamanan produk sari buah jeruk Siam
(Mulyawanti, 2010).
Dalam sistem pembotolan, proses pengisian bahan dan proses meletakkan
tutup botol merupakan bahagian utama dari keseluruhan sistem tersebut.
Kecepatan pemprosesan pada sistem pembotolan dikira semasa bahan
dimasukkan ke dalam botol hinggalah kepada proses meletakkan tutup botol.
proses pengisian bahan dan meletakkan tutup botol berlaku pada filling unit dan
capping unit. Kedua-dua unit berkenaan menggunakan sistem pneumatik dan
pengesan magnet. Atur cara yang digunakan pada kedua-dua proses ini
menggunakan atur cara gambarajah tangga (Sulaiman, 2009).
Proses pengemasan sirup ke dalam botol. Botol kaca dan tutup dicuci
bersih sebelum digunakan. Kemudian, botol kaca dan tutup direbus dalam air
mendidih selama 30 menit. Botol diangkat dari air panas, kemudian 100 mL
sirup dimasukkan ke dalam masing-masing botol, sirup segera ditutup dengan
penutup botol, kemudian botol berisi sirup ini dipanaskan dengan 2 metode yaitu
pasteurisasi pada suhu 70ºC selama 30 menit dan sterilisasi pada suhu 100ºC
selama 15 menit. Proses pembotolan dan sterilisasi dilakukan dengan metode
yang sama seperti pada pembuatan sirup rosela dengan bunga segar. kemudian
botol berisi sirup ini dipanaskan dengan 2 metode yaitu pasteurisasi pada suhu 70
ºC selama 30 menit dan sterilisasi pada suhu 100 ºC selama 15 menit
(Rienoviar, 2010).
Berdasarkan sifat fisik dan kimia, air kelapa berpotensi untuk diolah
menjadi minuman ringan dan sirup. Pembuatan minuman ringan pada dasarnya
terdiri atas tahap penyiapan bahan baku, penyaringan, pemanasan, pembotolan, ,
karbonasi dan pasteurisasi. Untuk memperoleh minuman ringan yang tahan
simpan perlu dilakukan perlakuan pemberian karbonat dan pemanasan bahan
213
baku, sedangkan pembuatan sirup, air kelapa dimasak bersama gula dengan
perbandingan yang sama. Minuman ringan dan sirup dari air kelapa, dapat
merupakan suatu usaha pengembangan produk. Pendayagunaan air kelapa, selain
menghasilkan produkproduk komersial, juga akan menunjang peningkatan
efisiensi pemanfaatan bahan baku dan nilai tambah komoditas kelapa
(Torar, 2010).
Penjualan air bottoled di Inggris telah tiga kali lipat dalam 5 tahun terakhir
sehingga pasar saat ini sekarang berjumlah 297 juta. sebagian, meningkatkan
pasar ini mungkin mencerminkan konser publik tentang keselamatan air keran di
Inggris. meskipun pasar yang besar untuk air mineral botol ada relatif sedikit
penyelidikan aspek kesehatan masyarakat dari produk ini (Hunter, 1993).
Konsumsi air minum kemasan meningkat di seluruh dunia. Sebelum
penelitian menunjukkan banyak konsumen percaya air minum kemasan nyaman
dan memiliki rasa yang lebih baik daripada air keran, meskipun laporan dari
sejumlah insiden kualitas air dengan botol air. Para penulis mengeksplorasi
faktor-faktor demografi dan sosial yang terkait dengan pengguna air minum
kemasan di Amerika Serikat dan hubungan antara penggunaan botol air dan
persepsi kualitas pasokan air setempat. Mereka menemukan bahwa konsumen AS
lebih mungkin untuk melaporkan botol air sebagai sumber air minum utama
mereka ketika mereka melihat bahwa air minum yang tidak aman. Selanjutnya,
mereka yang memberikan peringkat lebih rendah untuk kualitas air tanah mereka
lebih mungkin untuk secara teratur membeli botol air untuk minum dan
menggunakan botol air sebagai sumber air minum utama mereka (Hu, 2011).
Pembotolan adalah salah satu cara pengawetan makanan. Prinsip dasar
pengalengan dan pembotolan kurang lebih sama. Berbagai variasi yang terdapat
dalam pengalengan karena perbedaan dan faktor-faktor antara lain : macam bahan
disiapkan, bentuk dan struktur bahan, bahan untuk wadah baik kaleng maupun
botol atau botol, peralatan dengan pertimbangan ekonomis lainnya
(Makfoeld, 1982).
214
Vinegar bisa di pasteurisasi secara “bulk” atau setelah dibotolkan. Setelah
dibotolkan, pasteurisasi biasanya dilakukan pada suhu sekitar 60-660 C selama 30
menit, sehingga suhu vinegar didalam botol tidak kurang dari 600 C. ada beberapa
kesulitan pertama adalah karena vinegarnya ada di dalam botol, ini berarti bahwa
panas sebelum mencapai vinegar telah diserap oleh wadah itu sendiri. Kesulitan
kedua ialah disebabkan karena pemakaian botol sebagai wadah (Waluyo, 1990).
Untuk mengemas susu kedelai diperlukan botol kemasan yang telah di
sterrilkan pada tahap persiapan. Agar lebih efektif dan efisien, pelaksanaan
sterilisasi sebaiknya diatur sedemikian rupa sehingga selesai pada sesi yang
bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembotolan. Dengan demikian,
keduanya, baik susu kedelai maupun botol kemasannya masih sama-sama dalam
keadaan panas, sehingga setelah pengisian botol kemasan sapat langsung ditutup
rapat. Pengisian susu kedelai dilakukan hingga 99% dari volume maksimal botol
kemasan (Suprapti, 2005).
Sifat kimia dari gelas adalah inert (Tidak bereaksi), tetapi korosi dari
bagian tutupnya yang terbuat dari logam masih mungkin terjadi. Gelas terdiri dari
campuran oksida-oksida dan sebagian besar adalah silicon dioksisa(SiO2).
Penggunaan wadah dari gelas adalah terbatas karena gelas mudah pecah misalnya
karena tekanan dari dalam, benturan atau perbedaan panas yang mendadak yaitu
perbedaan suhu yang terlalu besar antara bagian dalam dan bagian luar
(Winarno, 1984).
215
C. Gambar, bagian, dan fungsi alat
Gambar 20.1 Alat atau Mesin Bottling
Bagian Utama dan Fungsi
a. Bottle corp = menggerakkan tutup botol,
b. Tuas penekan = menekan tutup botol,
c. Pegas = mengembalikan posisi tuas penekan,
d. Standar cup = tempat meletakkan botol,
e. Mur pengatur = mengatur ketinggian.
D. Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari alat atau mesin bottle corp adalah merapatkan dan menutup
botol.
E. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja alat atau mesin bottle corp adalah meletakkan bahan atau
produk dalam botol yang akan dibotolkan lalu diletakkan pada standar (tempat
untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu penekan.
a
d
b
c
e
216
F. Cara Kerja
G. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Pengamatan
Tabel 20.1 Hasil Pengamatan dan Pengukuran bottle corp
Kelompok Hasil
1 Bagus dan rapi
2 Bagus dan rapi
3 Bagus dan rapi
4 Bagus dan rapi
5 Rapat dan rapi
6 Rapat, tidak ada
kebocoran
Botol disiapkan
Diisi bahan
Masukkan bahan kedalam botol
Meletakkan botol pada tempat yang disediakan
Penutup botol diatur
Botol ditekan dengan sumbu penekan
Dicatat dan diamati kerapatan botol
217
7 Rapat dan rapi
8 Rapat dan rapi
9 Rapat dan rapi
10 Bagus, rapat, dan rapi
Sumber : Laporan Sementara
2. Pembahasan
Pembotolan adalah proses penutupan sebuah kemasan dalam bentuk
botol. Tahap-tahap kerja dari mesin ini adalah mempersiapkan botol yang
telah diisi. Kemudian letakkan botol dan tutup botol pada tempat yang telah
disediakan, kemudian penutup botol diatur. Botol ditekan dengan sumbu
penekan.
Prinsip kerja dari alat atau mesin bottle corp adalah merapatkan dan
menutup botol. Bahan yang digunakan yaoitu botol minuman, makanan,
kecap, susu, dll. Contoh produk yang dihasilkan adalah botol kecap, coca-
colla, dll. Mekanisme kerja alat atau mesin bottle corp adalah meletakkan
bahan atau produk dalam botol yang akan dibotolkan lalu diletakkan pada
standar (tempat untuk bahan) lalu ditekan dengan menggunakan sumbu
penekan. Tujuan dari pembotolan ini adalah untuk mencegah kontaminasi
dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya bisa
memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya.
Setelah melaksanakan praktikum pembotolan, setiap kelompok
mendapatkan hasilnya. Hasil dari kelompok 1-4 adalah bagus dan rapi. Hasil
dri kelompok 5 7 8 9 adalah rapat dan rapi. Hasil dari kelompok 6 adalah
rapat dan tidak ada kebocoran. Hasil dari kelompok 10 adalah bagus, rapat,
dan rapi.
Faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah kecermatan dalam
penekanan pada saat tuas penekan ditekan kebawah, tingkst kerapatan
218
dipengaruhi oleh kondisi botol. Dsn tingkat penekanan. Pada pembotolan
yang perlu diperhatikan adalah ketepatan penempatan tutup botol sebelum
dipacking dan waktu untuk menutup dan merapikan botol.
H. Kesimpulan
Kesimpulan dari acara pembotolan antara lain yaitu :
1. Prinsip kerja dari pembotolan adalah mutup dan merapikan bahan yang akan
dibotolkan
2. Faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah kecermatan dalam penekanan
pada saat tuas ditekan kebawah, tingkat kerapatan diprngaruhi oleh kondisi
botol, dan tingkat penekanan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembotolan adalah suhu, waktu, kekuatan
tekanan, ketelitian, penempatan produk.
4. Hasil dari kelompok 1-4 adalah bagus dan rapi. Hasil dri kelompok 5 7 8 9
adalah rapat dan rapi. Hasil dari kelompok 6 adalah rapat dan tidak ada
kebocoran. Hasil dari kelompok 10 adalah bagus, rapat, dan rapi.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
219
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Alizar. 2013. Audit efisiensi pada proses produksi minuman ringan di pt coca
cola bottling indonesia (ccbi) central sumatera. Jurnal Optimasi Sistem
Industri, Vol. 12 No. 2, Oktober 2013:358-368. Hu, Zhihua. 2011. Bottled Water: United States Consumers and Their Perceptions of Water
Quality. Int. J. Environ. Res. Public Health 2011, 8, 565-578.
Hunter, R, P. 1993. The microbiology of bottled natural mineral waters. Journal of
applied bacteriology 1993, 74, 345-352.
Makfoeld, Djarir. 1982. Deskripsi Pengolahan Hasil Nabati. Penerbit Agritech.
Yogyakarta .
Mulyawanti, Ira. 2010. Studi penerapan haccp pada pengolahan sari buah jeruk siam
(Studi Kasus di Citrus Centre Kab. Sambas, Kalbar).
Rienovar, 2010. Penggunaan asam askorbat (vitamin c) untuk meningkatkan daya
simpan sirup rosela (Hibiscus sabdariffa Linn.). Hasil Penelitian Industri
Volume 23, No. 1, April 2010.
Suprapti, Liens, M. 2005. Kembang tahu dan susu kedelai. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Sulaiman, Riza. 2009. Rekabentuk dan Implementasi Sistem Automasi Pembotolan
MAPS menggunakan Programmable Logic Controller, PLC. Sains
Malaysiana 38(2)(2009): 281–286. Torar, J, Daniel. 2010. Adopsi Teknologi dan Analisis Finansial pada Pengolahan
Minuman Ringan dan Sirup Air Kelapa di Kabupaten Minahasa. Buletin
Palma No. 38, Juni 2010. Waluyo, Sugeng. 1990. Beberapa aspek tentang pengolahan vinegar. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Winarno, G, F. 1984). Pengantar teknologi pangan. Penerbit PT Gramedia. Jakarta.
220
ACARA XXI
SEALER
A. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum dari acara XXI sealer ini sebagai berikut :
1. Mengetahui konstruksi dasar alat/mesin untuk sealer, bagian-bagian, utama
alat berikut fungsinya.
2. Mengetahui mekanisme kerja alat mesin.
3. Mengetahui cara-cara pengoperasian alat/mesin berikut cara pengaturan alat
sesuai yang dikehendaki/disyaratkan.
B. Tinjauan Pustaka
Salah satu usaha yang dapat ditempuh untuk menghadapi persaingan
perdagangan yang semakin tajam adalah melauin desain kemasan. Daya tarik
suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya. Kemasan merupakan pemicu
karena ia langsung berhadapan dengan koncumen. Karena itu kemasan harus
dapat mempengaruhi konsumen untuk memberikan respon positif, dalam hai ini
membeli produk karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan
penjualan (Cenadi, 2009).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan dendeng
fillet ikan Nila Merah hampa udara dengan vacuum sealer skala rumah tangga,
setelah penyimpanan pada suhu kamar selama 30 hari menyebabkan kadar air,
kadar TVBN dan jumlah koloni bakteri produk lebih rendah secara nyata (P<0,05)
bila dibandingkan dengan produk yang dikemas dengan kantong plastik
polyethylene.Kedua cara pengemasan tersebut tidak memberikan perbedaan yang
nyata terhadap nilai kesukaan produk baik dari segi warna, bau,rasa dan
konsistensi (Dewi, 2008).
Pengemasan merupakan salah satu cara memberiakn kondisi yang tepat
bagi pangan untuk mempertahankan mutunya dalam jangka waktu yang
diinginkan. Fungsi utama pengemasan, antara lain menjaga produk pangan akibat
221
kontaminasi, melindungi pangan terhadap kerusakan fisik, dan menghambat
kerusakan mutu. Penggunaan plastik sebagai pengemas untuk melindungai
produk terhadap cahaya, udara atau oksigen, perpindahan panas, kontaminasi, dan
kontak dengan bahan-bahan kimia. Plastik juga dapat mengurangi kecenderungan
bahan pangan kehilangan sejumlah air dan lemak. Plastik polirtrlin dibuat dengan
proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri
arang dan minyak. Polietelin merupakan jenis plastik yang paling banyak
digunakan dalam industri karena sifat-sifatnya yang mudah dibentuk, tahan
terhadap berbagai bahan kimia, penampakannya jernih, dan mudah digunakan
sebagai laminasi (Dewandari, 2009).
Pengemasan atau vacum sealer merupakan suatu cara dalam memberikan
kondisi sekeliling yang tepat bagi bahan pangan dan dengan demikian
membutuhkan pemikiran dan perhatian yang lebih besar dari pada yang biasanya
diketahui . industri pangan cenderung untuk membedakan antara proses
pengalengan dan pembotolan disatu pihak dan apa yang disebut dengan
pengemasan yang berarti metoda lainnya di pihak lain. Sampai batas tertentu, ini
merupakan perbedaan nyata antara metoda pengolahan pangan yang
mengikutsertakan sterilisasi atau pasteurisasi terhadap metoda pengawetan
lainnya termasuk dehidrasi dan pembekuan cepat (Buckle, 1986).
Bentuk kemasan tergantung pada selera atau permintaan konsumen.
Pengemas yang dapat dan umum digunakan adalah gelas plastik, kantong plastik
duduk, kantong plastik biasa, atau pun kaleng. Namun jenis bahan pengemasan
sebaiknya dipilih yang terbuat dari bahan yang dapat dipanaskan (retortable).
Pengemasan dalam gelas plastik memerlukan alat penutup yang baik agar tidak
bocor. Pengemasan kantong plastik memerlukan alat perekat ( Pambayun, 1983).
Pengemasan aktif melibatkan suatu bahan yang berinteraksi dengan
lingkungan gas internal untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan.
Teknologi ini secara kontinu memodifikasi lingkungan gas (dan berinteraksi
dengan permukaan bahan pangan) dengan cara menghilangkan gas dari atau
222
menambah gas ke headspace dalam suatru kemasan. Konsep memperpanjang
umur simpan dengan mengendalikan gas bukanlah hal baru (Darsam, 1998).
Pembukusan adalah kata indonesi ayang disebut dengan bahasa inggris
“sealer” yaitu kegiatan menempatkan produk ke dalam wadah. Produsen atau
pemasar untuk disampaikan kepada konsumen. Pembungkusan berbeda dengan
pengepakan, karena pengepakan ialah kegiatan penempatan ke dalam
wadah/bungkus yang ditujukan untuk memudahkan pengiriman aatau
pengangkutan dengan maksud untuk melindungi atau menjaga barang itu selama
perjalanan saja (Sigit, 1982).
C. Gambar, bagian, dan fungsi alat
Gambar 21.1 Alatatu Mesin Sealer
Bagian Utama dan Fungsi :
1. Dudukan = meletakkan plastik yang akan direkatkan,
2. Alat pemanas = memanaskan plastik yang akan direkatkan,
3. Heat = menekan plastik yang akan direkatkan dari atas ke bawah,
4. Tuas = mempermudah menekan plastik dari atas,
5. Stop kontak = menyambungkan alat dengan listrik.
223
D. PrinsipKerja
Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan merubah
energi listrik menjadi energi panas.
E. MekanismeKerja
Mekanisme kerja alat sealer adalah stop kontak disambungkan dengan
listrik. Lalu sealer dipasnaskan, bahan dimasukkan dalam plastik yang masih
terbuka. Kemudian plastik diletakkan pada dudukan, lalu ditekan dengan heat,
kurang lebih 1 menit. Kemudian jika sudah rapat dilepas.
F. Cara Kerja
G. Pembahasan
sealer adalah suatu cara untuk mencegah kontaminasi bahan makanan
dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya bisa
memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya. Asam-
asam keras, garam-garam racun dapat dicegah dengan cara pengemasan ini.
Sealer dipanaskan
Bahan dimasukan dalam plastik terbuka
diletakkan pada dudukan
Heat ditekan kurang lebih 1 menit
Jika sudah rapat dilepaskan
Stop kontak dihubungkan dengan listrik
224
Karena selain bisa meracuni pemakai, pada batas tertentu justru bisa memacu
pertumbuhan mikroba.
Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan
merubah energi listrik menjadi energi panas. Bahan yang digunakan adalah
plastik,alumunium foil,dll. Contoh produk yang dihasilkan berupa kemasan
kemasan makanan yang pembungkusnya terbuat dari bahan plastik.
Mekanisme kerja alat sealer adalah stop kontak disambungkan dengan
listrik. Lalu sealer dipasnaskan, bahan dimasukkan dalam plastik yang masih
terbuka. Kemudian plastik diletakkan pada dudukan, lalu ditekan dengan heat,
kurang lebih 1 menit. Kemudian jika sudah rapat dilepas.
Dari kualitas sealer ada juga beberapa faktor kualitas hasil mesin sealer
atau pengemasan. Faktor diantaranya lama pengemasan, suhu yang digunakan
dalam pengemasan, bahan yang digunakan, penekanan pada saat perekatan dan
keahlian dalam melakukan pengemasan. Kerapian kemasan dipengaruhi oleh
lama waktu, suhu, besar tekanan, kecermatan dan ketelitian individu.
H. Kesimpulan
Dari percobaan sealer di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
a. Pengemasan atau sealer adalah suatu cara untuk mencegah kontaminasi bahan
makanan dengan udara luar atau angin, sebab udara selain ada kadar airnya
bisa memindahkan mikroba, dan air maupun menyuburkan pertumbuhannya.
b. Prinsip kerja alat atau mesin sealer adalah menjepit plastik dengan merubah
energi listrik menjadi energi panas.
c. Faktor yang mempengaruhi kualitas sealer diantaranya lama pengemasan,
suhu yang digunakan dalam pengemasan, bahan yang digunakan.
I. Saran
Sebaiknya alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum lebih di
rawat dan di perbaharui dan saat menjelaskan lebih jelas lagi.
225
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, 1989. Ilmu pangan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Cenadi, Christine Suharto. 2000. Peranan Desain Kemasan dalam Dunia Pemasaran.
Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Darsam. Dan muchtar afandi. 1998, petunjuk praktek alat/ mesin pengolahan hasil
pertanian. Penerbit UNS perss. Surakarta.
Deswita, Aloma K. K., Sudirman, dan Indra Gunawan. 2007. Modifikasi Polietilen
sebagai Polimer Komposit Biodegradable untuk Bahan Kemasan. Jurnal
Sains Materi Indonesia Edisi Khusus Desember 2008, hsl 37-42 ISSN :
1411-1098. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN), BATAN,
Tangerang.
Dewandari, K. T., I. Mulyawanti, dan D. Amiarsi. 2009. Pembekuan Cepat Puree
Mangga Arumanis dan Karakteristiknya Selama Penyimpanan. J.
Pascapanen 6(1) 2009 : 27-33. Balai Besar Penelitian dan Pembangunan
Pascapanen Pertanian, Bogor.
Dewi, Eko Nurcahaya, dan Ratna Ibrahim. 2008. Mutu dan Daya Simpan Fillet
Dendeng Ikan Nila Merah yang Dikemas hampa Udara dengan Vacuum
Sealer Skala Rumah Tangga. Jurnal saintek Perikanan Vol. 4 No. 1 2008 :
7-15. Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Pambayun, Rindit. 1983. Teknologi Pengolahan Nata de Coco. Penerbit: Kanisius.
Universitas Sebelas Maret.
Sigit, Soehardi. 1982. Marketing Praktis. Penerbit Ammurita. Yogyakarta.