Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun...

113
Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian KATA PENGANTAR Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) Tahun 2016ini merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban kinerja Satker dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan Kinerja Balitklimat ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja Balitklimat TA 2016 yang ditandatangani oleh Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Kepala Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Dalam dokumen PK tersebut ditetapkan 2 (dua) sasaran strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang ingin dicapai oleh Balitklimat pada TA 2016. Diharapkan Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016 ini dapat bermanfaat sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik dalam memperbaiki dan meningkatkan kinerja Satker selanjutnya. Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada segenap pelaksana kegiatan yang telah berpartisipasi aktif dalam penyusunan laporan ini. Saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Januari 2017 Kepala Balai, Dr. Ir. Harmanto, M.Eng. NIP. 196711231993031001

Transcript of Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun...

Page 1: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LAKIN) Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi (Balitklimat) Tahun 2016ini merupakan

salah satu bentuk pertanggung jawaban kinerja Satker

dalam mendukung pemerintahan yang berdaya guna,

berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, sesuai

dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah, serta Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk

Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata

Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja Balitklimat ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah

ditetapkan dalam Dokumen Penetapan Kinerja Balitklimat TA 2016 yang

ditandatangani oleh Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Kepala

Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Dalam dokumen PK tersebut

ditetapkan 2 (dua) sasaran strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja yang ingin

dicapai oleh Balitklimat pada TA 2016.

Diharapkan Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016 ini dapat bermanfaat sebagai

acuan dalam pengambilan kebijakan program dan umpan balik dalam memperbaiki

dan meningkatkan kinerja Satker selanjutnya.

Penghargaan dan ucapan terima kasih saya sampaikan kepada segenap pelaksana

kegiatan yang telah berpartisipasi aktif dalam penyusunan laporan ini. Saran dan

kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan, semoga laporan ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2017

Kepala Balai,

Dr. Ir. Harmanto, M.Eng.

NIP. 196711231993031001

Page 2: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR LAMPIRAN vi

IKHTISAR EKSEKUTIF vii

BAB I

PENDAHULUAN

1

Page 3: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

BAB II PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA 3

2.1. Perencanaan Strategis 3

2.1.1. Visi

3

2.1.2. Misi Balitklimat

3

2.1.3. Tujuan dan Sasaran

4

Page 4: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii

2.1 4. Target Utama Balai Penelitian Agroklimat dan

4 Hidrologi

2.1.5. Program dan Kegiatan

5

2.1.6. Indikator Kinerja Utama

8 2.2. Perencanaan Kinerja Tahun 2016 10

2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2016 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 15

3.1. Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2016 15

3.2. Analisis Capaian Kinerja 19

3.3. Akuntabilitas Keuangan 91

Page 5: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv

3.4. Kegiatan Kerjasama 93

PENUTUP 94

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 6: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rencana Tindak dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2015-2019 ... 9

Tabel 2. Target IKU yang ingin dicapai Baliktlimat pada TA 2016 ...................... 10

Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016 .................................... 11

Tabel 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Balitklimat tahun 2016 ............................. 12

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Balitklimat Tahun 2016 ................................ 16

Tabel 6. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja sasaran 1 ................. 19

Tabel 7. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja sasaran 2 ............... 65

Tabel 8. Jadwal Seminar harian ...................................................................... 72

Tabel 9. Judul publikasi/karya tulis ilmiah ........................................................ 75

Tabel 10. Daftar Hak Cipta Sudah Sertifikat Desain Pengelolaan Air Kebun

Percobaan sebanyak 21 Lokasi yaitu; ................................................. 82

Tabel 11. Daftar Surat Keterangan 21 HKI Desain KP ......................................... 83

Tabel 12. Target dan Capaian IKU Baliktlimat pada TA 2016 ............................... 87

Tabel 13. Capaian kinerja IKU BalitklimatTahun 2015 – 2019.............................. 89

Tabel 14. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja Balitklimat 2015-2016 ................. 90

Page 7: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tampilan SI katam untuk MK 2016 dan MH 2016/2017 ..................... 21

Gambar 2. Monitoring online katam terpadu menggunakan CCTV ...................... 22

Gambar 3. Wilayah dan indeks iklim global paling signifikan positif pada DJF ...... 26

Gambar 4. Indikator deteksi dini kekeringan dan banjir tanaman padi ................ 26

Gambar 5. Analisis ketersediaan air spasial dan temporal pada wilayah

administratif (kecamatan atau kabupaten) ....................................... 27

Gambar 7. Ekplorasi sumberdaya air ................................................................ 29

Gambar 8. Optimalisasi sumberdaya air ............................................................ 30

Gambar 9. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi ....... 31

Gambar 10. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi ....... 31

Gambar 11. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman bawang merah di Bantul

..................................................................................................... 32

Gambar 13. Hasil prediksi perkembangan hujan 2016 ......................................... 35

Gambar 14. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir

kabupaten/kota di Pulau Jawa ......................................................... 39

Gambar 15. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir

kabupaten/kota di Pulau Jawa ......................................................... 39

Gambar 16. Desain polder kecamatan Labuan amas utara ................................... 41

Gambar 17. Sumber air polder Labuan Amas Utara ............................................. 42

Gambar 18. Lokasi demfarm IP Padi 100 di Kab. Lampung Tengah ...................... 44

Gambar 19. Potensi sumberdaya air permukaan Sungai Way Seputih ................... 44

Gambar 20. Dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi Selatan ...... 46

Gambar 22. Pembukaan lahan tanpa bakar & dibakar ......................................... 50

Gambar 23. FGD ekuatorial di Padang ................................................................ 55

Gambar 24. Temu lapang dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim dan air

Makassar, 18-21 oktober 2016 ......................................................... 56

Gambar 26. Sampul Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan

Iklim Ekstrim dan Air ....................................................................... 57

Gambar 27. Contoh buletin ................................................................................ 67

Gambar 28. Cover Buletin Balitklimat 2016 ......................................................... 68

Gambar 30. Booklet Balitklimat tahun 2016 ........................................................ 70

Gambar 31. Poster Balitklimat tahun 2016 .......................................................... 71

Page 8: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vii

Gambar 32. Seminar PKL Mahasiswa Program Keahlian Teknik Komputer Program

Diploma IPB. 31 Maret 2016 ............................................................ 71

Gambar 33. Beberapa kegiatan saat pameran di karawang Pengelolaan OPT

Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan ..................... 74

Gambar 34. Kunjungan Tamu ke Balitklimat setiap bulan ..................................... 75

Gambar 35. Beberapa contoh Cover Desain Pengelolaan Air KP ........................... 81

Gambar 36. Contoh Sertifikat HKI Desain 21 KP tahun 2016 ................................ 85

Gambar 37. Muka Web Balitklimat ...................................................................... 86

Page 9: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Tim Penyusun LAKIN Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi .......... 90

Lampiran 2. Struktur Organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ............. 90

Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016 ............................... 90

Lampiran 4. Pagu dan Realisasi Per Output Balitklimat TA 2016 ............................ 90

Lampiran 5. IKU Tahun 2015 – 2019 .................................................................. 90

Page 10: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ix

IKHTISAR EKSEKUTIF

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) telah menetapkan tujuan

utama yang ingin dicapai sebagaimana yang tertuang dalam IKU tahun 2015-2019

sebagai berikut: (1) Menghasilkan teknologi dan model pengelolaan sumber daya

iklim dan air terpadu mendukung pertanian bioindustri berkelanjutan; (2)

Menghasilkan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu tanaman pangan lahan

sawah di seluruh Indonesia; (3) Menghasilkan model numerik hidroklimatologis dan

sistem informasi sumberdaya iklim dan air, (4) Menghasilkan teknologi inovatif dan

adaptif untuk pengelolaan sumber daya iklim dan air, dan (5) Menghasilkan bahan

rujukan kebijakan terkait dengan sumber daya iklim dan air. Sasaran akhir yang

ingin dicapai selama tahun 2015-2019 adalah: (1) Meningkatnya kecepatan,

ketepatan dan aksesibilitas serta efisiensi penyajian data dalam bentuk sistem

informasi (yang terkini) serta pemanfaatan sistem informasi sumber daya iklim dan

air, (2) Meningkatnya pendayagunaan sumber daya iklim dan air untuk produksi

pertanian serta mitigasi bencana. Tujuan utama yang ingin dicapai tahun 2015-2019

tersebut, menjadi dasar dalam menentukan sasaran strategis yang ingin dicapai

pada tahun anggaran 2016yang dituangkan dalam Penetapan Kinerja (PK) yakni:

(1) Tersedianya data, informasi geospasial/peta, sistem informasi, teknologi, dan

rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan iklim pertanian

mendukung sistem pertanian berkelanjutan dengan 2 (dua) indikator kinerja, dan

(2) Terselenggaranya diseminasi hasil penelitian teknologi agroklimat dan hidrologi

dengan 1 (satu) indikator kinerja. Berdasarkan hasil Pengukuran Pencapaian Kinerja

(PPK) sampai akhir bulan Desember 2016, seluruh indikator kinerja sasaran yang

ditetapkan telah berhasil diselesaikan dengan rata-rata persentase capaian 264,28%

(sangat berhasil).

Faktor-faktor penghambat/kendala yang dihadapi oleh para peneliti dalam

upaya pencapaian indikator kinerja antara lain: faktor alam, faktor fisik dan faktor

SDM. Faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik penyakit, serta

perubahan iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan sekunder secara

spasial dan temporal, keterbatasan jumlah stasiun pengamat iklim dan hidrologi;

faktor SDM berupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dan

tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang masih rendah.

Keterbatasan data primer dan sekunder secara spasial dan temporal diatasi

melalui kerjasama dengan institusi terkait untuk melakukan sharing data, jumlah

Page 11: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian x

stasiun pengamat iklim dan hidrologi terbatas dapat diatasi dengan membangkitkan

data dari stasiun iklim terdekat (interpolasi dan ekstrapolasi) dan menggunakan

aplikasi model hidrologi berbasis spasial dan temporal. Untuk mengatasi pengaruh

cuaca ekstrim dan endemik penyakit dapat diatasi dengan melakukan percobaan di

rumah kaca yang terkontrol kondisi iklim dan lingkungannya, perubahan iklim dapat

diatasi dengan penyesuaian pola dan waktu tanam, pemanfaatan air yang efisien

dan penjadwalan irigasi. Adapun keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian

khusus dapat diatasi dengan menggunakan tenaga outsourcing dan melibatkan

tenaga luar yang memenuhi kualifikasi sesuai kebutuhan, dan tingkat adopsi

teknologi rendah dapat diatasi dengan sekolah lapang dan demplot gelar teknologi

melalui implementasi di lapangan.

Untuk membiayai pencapaian sasaran strategis di Balitklimat, pada tahun

anggaran 2016, berdasarkan DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) revisi

terakhir (revisi DIPA 4), Baliktlimat mendapat anggaran sebesar Rp

15.175.999.000,-. Anggaran tersebut digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan

dengan target capaian output sebagaimana yang tercantum dalam dokumen

Penetapan Kinerja (PK) yang ditandatangani oleh Kepala Balai Besar Litbang

Sumber Daya Lahan Pertanian dengan Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan

hidrologi. Target capaian output tersebut diantaranya: (1) menghasilkan 5 Teknologi

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian

Modern, (2) menghasilkan 6 Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan

Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, dan (3)

menghasilkan produk inovasi yang terdistribusikan berupa 4 Publikasi, 2 KTI, 1 HKI.

Hingga 31 Desember 2016, total realisasi anggaran yang berhasil diserap oleh

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar Rp. 14.391.772.029,- atau 94,83%

dari pagu hasil revisi terakhir sebesar Rp 15.175.999.000,-. Dengan demikian sisa

anggaran yang tidak terserap sebesar Rp 784.226.971,- atau 5,17%. Untuk capaian

fisik kegiatan rata-rata mencapai 100%. Pencapaian target sasaran yang berhasil

direalisasikan oleh Baliktlimat sampai 31 Desember 2016 adalah sebagai berikut: (1)

menghasilkan 5 teknologi pengelolaan sumber daya air dan iklim pertanian

mendukung sistem pertanian berkelanjutan dari target 5 teknologi, (2)

menghasilkan 6 rekomendasi kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya

lahan, air, dan lingkungan serta perubahan iklim, dan (3) menghasilkan 4 produk

inovasi yang dari 1 target produk inovasi yang dideminasikan. Inovasi yang

didiseminasikan didukung dengan 4 Publikasi, 2 KTI, 1 HKI.

Page 12: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian xi

Dengan capaian tersebut, Balitklimat telah dapat melaksanakan kegiatan

dengan tingkat pencapaian sasaran strategis sebesar 264,28% (sangat berhasil).

Page 13: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

BAB I

PENDAHULUAN

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor:

69/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002, Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi merupakan salah satu Balai Nasional yang secara struktural berada di

bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. Dengan adanya perubahan organisasi lingkup

Departemen Pertanian, yang tertuang dalam SK Menteri Pertanian No.

300/Kpts/OT.140/7/2005 tanggal 25 Juli 2005, Puslitbangtanak berubah nama

menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian,

fungsi koordinasi Balitklimat secara otomatis melekat pada Balai Besar Penelitian

dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian (BBSDLP).

Berdasarkan Permentan Nomor: 22/Permentan/OT.140/3/2013, tugas Pokok

dan Fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi adalah: (1). Pelaksanaan

penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi, dan laporan penelitian

agroklimat dan hidrologi; (2). Pelaksanaan inventarisasi data dan informasi sumber

daya agroklimat dan hidrologi; (3). Pelaksanaan penelitian sumber daya iklim dan

air; (4). Pelaksanaan penelitian komponen teknologi pengelolaan sumber daya iklim

dan air; (5). Pemberian pelayanan teknis penelitian agroklimat dan hidrologi; (6).

Penyiapan kerja sama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi; dan (7). Pelaksanaan

urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga, dan perlengkapan Balitklimat.

Dalam menjalankan perannya ke depan, permasalahan yang dihadapi

semakin kompleks, seperti:(1) terjadinya degradasi sumber daya lahan dan

pencemaran, (2) alih fungsi lahan, (3) land rent dan fragmentasi lahan,(4)

pemanasan global dan perubahan iklim, (5) meluasnya lahan terlantar, dan (6)

masih rendahnya diseminasi inovasi teknologi.

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan langkah-

langkah visioner melalui optimalisasi pemanfaatan dan peningkatan sumber daya

penelitian yang dimiliki.

Balitklimat dalam era pembangunan yang makin kompetitif dituntut untuk

menghasilkan penciptaan teknologi pertanian yang memiliki nilai tambah ekonomi

yang tinggi untuk mendukung peran Balitbangtan dalam pembangunan

pertanian(impact recognition) dan nilai ilmiah tinggi (scientific mission/recognition)

Page 14: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

untuk pencapaian status sebagai lembaga penelitian berkelas dunia (a world class

research institution). Perubahan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal

harus dijawab dengan meningkatkan prioritas dan kualitas hasil Balitbangtan yang

berorientasi pasar baik domestik maupun internasional dan berdaya saing tinggi.

Guna menjawab kesemuanya itu, ke depan Balitklimat akan meningkatkan kerja

sama/networking baik dengan pemerintah daerah, lembaga penelitian, dan pelaku

usaha nasional maupun internasional.

Peran Balitklimat harus didukung oleh sumber daya yang memadai (SDM,

pendanaan, dan sarana-prasarana). Berdasarkan data per 31 Desember 2016,

jumlah SDM Baliktlimat sebanyak 86 orang terdiri dari 61 orang PNS kelompok

fungsional (Tenaga Peneliti sebanyak 23 orang, Peneliti Non Klasifikasi sebanyak 9

orang, Teknisi Litkayasa sebanyak 9 orang, Pustakawan sebanyak 1 orang, Arsiparis

sebanyak 2 orang, dan Fungsional Umum/Fungsional lainnya sebanyak 17 orang).

Selain itu juga dibantu oleh tenaga PPNPN (Pegawai Pemerintan Non PNS) terdiri

dari 12 orang tenaga teknis dan administrasi, satpam 6 orang serta petugas

kebersihan sebanyak 5 orang.

Salah satu sarana pendukung untuk pelaksanaan kegiatan penelitian di

Balitklimat adalah Laboratorium Agrohidromet. Laboratorium Agrohidromet

digunakan untuk membantu institusi dalam memecahkan permasalahan

instrumentasi dan data terkait kegiatan penelitian Agroklimat dan Hidrologi. Lab

Agrohidromet juga melayani dari luar institusi. Aset penting laboratorium adalah

database dan instrumentasi untuk mendukung pengukuran terkait pelaksanaan

kegiatan Agroklimat dan Hidrologi, seperti; AWS, AWLR, serta intrumentasi lainnya.

Page 15: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

BAB II

PERENCANAAN KINERJA DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. Perencanaan Strategis

Indikator Kinerja Utama (IKU) Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 2015-

2019 merupakan lanjutan dari Renstra 2010-2014, yang disesuaikan dengan

dinamika lingkungan strategis global maupun nasional, terutama dalam aspek

sumber daya lahan pertanian. IKU ini disusun dalam rangka memenuhi Peraturan

Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang kewajiban bagi setiap

Kementerian/Lembaga (K/L) untuk menyusun Renstra dan Laporan Kinerja (LAKIN).

Penyusunan IKU Balitklimat 2015-2019 mengacu dan berpedoman pada

Renstra Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Renstra Kementerian

Pertanian2015-2019, dan Renstra Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2015-2019 serta Renstra Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya

Lahan Pertanian 2015-2019. Secara operasional, Renstra-Renstra tersebut menjadi

acuan dalam penyusunan Renstra unit pelaksana teknis (UPT) yang dalam

penjabarannya disesuaikan dengan dinamika lingkungan strategis pembangunan

nasional dan respon stakeholders.

2.1.1. Visi

“Menjadi balai penelitian bertaraf internasional yang menghasilkan teknologi

tepat guna dan informasi sumber daya iklim dan air yang akurat, real time dan

profesional untuk mendukung pembangunan pertanian”.

2.1.2. Misi Balitklimat

(1) Membangun dan mengembangkan sistem informasi sumber daya iklim dan air

dengan memanfaatkan teknologi mutakhir untuk pengambil kebijakan,

perencana, dan pelaksana;

(2) Melaksanakan penelitian pengembangan teknologi agroklimat dan hidrologi

untuk pendayagunaan sumber daya iklim dan air dan mengantisipasi terjadinya

kerugian karena bencana anomali dan perubahan iklim untuk mendukung

ketahanan pangan;

(3) Menghasilkan publikasi ilmiah, baik peringkat nasional maupun internasional;

Page 16: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

(4) Mendiseminasikan hasil penelitian agroklimat dan hidrologi dengan

membangun kerja sama yang sinergis dengan Institusi dalam dan luar negeri.

2.1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan Utama

Tujuan utama Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun 2015-2019

adalah sebagai berikut:

(1) Menghasilkan teknologi dan model pengelolaan iklim dan air terpadu

mendukung pertanian berkelanjutan

(2) Menghasilkan sistem informasi kalender tanam terpadu serta pengelolaan

sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim

(3) Menghasilkan sistem informasi dan data base, serta analisis iklim dan

hidrologi

(4) Menghasilkan teknologi inovatif dan analisis sistem pengelolaan sumberdaya

Iklim dan Air

(5) Menghasilkan bahan rujukan kebijakan terkait dengan sumber daya iklim dan

air.

Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang ingin dicapai Balitklimat pada periode 2015-2019

adalah:

(1) Tersedianya data, informasi, dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan

sumberdaya iklim dan air

(2) Meningkatnya kecepatan, ketepatan, dan aksesibilitas serta efisiensi

penyajian data, dalam bentuk sistem informasi (yang terkini) serta

pemanfaatan sistem informasi sumber daya iklim dan air;

(3) Terselenggaranya diseminasi inovasi teknologi sumber daya iklim dan air dan

meningkatnya pendayagunaan sumber daya iklim dan air untuk produksi

pertanian serta mitigasi bencana.

2.1.4. Target Utama Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Dalam lima tahun (2015-2019), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

mempunyai beberapa target utama diberbagai bidang penelitian dan diseminasi,

yaitu:

(1) Pengembangan dan advokasi sistem informasi kalender tanam terpadu dalam

upaya adaptasi perubahan iklim;

Page 17: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

(2) Penelitian key area keragaman iklim indonesia dalam menghadapi dampak

perubahan iklim;

(3) Sistem informasi sumber daya air mendukung pemanfaatan sumber daya air

berkelanjutan;

(4) Penelitian dan pengembangan model food smart village pada lahan kering

untuk adaptasi perubahan iklim;

(5) Penelitian teknologi inovatif dan adaptif untuk efisiensi pengelolaan sumber

daya iklim dan air;

(6) Monitoring online dinamika ketersediaan air daerah irigasi mendukung upaya

peningkatan produktivitas lahan sawah irigasi;

(7) Pengembangan pompa air tenaga surya untuk irigasi dalam upaya

mendukung peningkatan produksi di lahan kering;

(8) Penelitian kalender tanam terpadu untuk mendukung UPSUS PAJALE pada

lahan sawah irigasi dan lahan rawa untuk adaptasi perubahan iklim;

(9) Penelitian dan pengembangan analisis key area iklim dan neraca air PAJALE

mendukung UPSUS;

(10) Penelitian teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air terpadu pada

berbagai agroekosistem mendukung UPSUS PAJALE, cabe merah dan kakao;

(11) Penelitian dan pengembangan pompa radiasi surya untuk kedelai, cabe merah

dan bawang merah;

(12) Penelitian penentuan Kc tanaman kakao untuk pengembangan neraca air

tanaman dalam menghadapi perubahan iklim;

(13) Analisis sumber daya iklim dan air untuk rekomendasi waktu tanam dan

produksi pajale spesifik lokasi menghadapi perubahan iklim;

(14) Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pengelolaan Resiko Keragaman Iklim

dan Iklim Ekstrim Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan

(15) Model pengelolaan air terpadu untuk peningkatan produksi dan indeks

pertanaman menghadapi perubahan iklim;

(16) Penelitian teknologi inovatif dan adaptif pengelolaan sumber daya iklim dan

air untuk mendukung pertanian;

2.1.5. Program dan Kegiatan

Pada periode 2015-2019, Balitbangtan menetapkan kebijakan alokasi sumber

daya Litbang menurut komoditas prioritas ditetapkan oleh Kementerian Pertanian

terdiri dari: padi, jagung, kedelai, sapi, dan tebu. Sementara yang termasuk dalam 35

Page 18: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

fokus komoditas yaitu: Pangan (padi, kedele, jagung, ubi kayu, dan kacang tanah),

Hortikultura (kentang, cabe merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang,

anggrek, durian, rimpang, dan jeruk), Perkebunan (kelapa sawit, karet, kelapa, kakao,

kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu, tembakau, dan cengkeh), serta

Peternakan (sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras, dan itik).

Berdasarkan orientasi outputnya, program penelitian dan pengembangan di

masing-masing unit kerja penelitian diarahkan pada 2 kategori, sebagai berikut:

a. Program Bertujuan Nilai Tambah Ilmiah (Scientific Recognation)

adalah kegiatan untuk menghasilkan inovasi teknologi, diseminasi, dan

kelembagaan pendukung untuk peningkatan produksi 5 komoditas

prioritas dan 30 fokus komoditas pertanian.

b. Program Bertujuan Nilai Tambah Komersial (Impact

Recognation) adalah kegiatan Balitbangtan untuk mendukung program

strategis Kementerian Pertanian.

Berdasarkan sasarannya, maka dalam pelaksanaannya, program litbang

sumber daya lahan pertanian dipilah atas tiga koridor atau klaster utama, yaitu:

a. Program penelitian “in house” yang lebih hulu dan berorientasi untuk

menghasilkan invensi, paten, dan produk-produk ilmiah termasuk Karya

Tulis Ilmiah (KTI).

b. Program Penelitian dan Pengembangan untuk mendukung Program Empat

Sukses Pembangunan Pertanian.

a. Program Penelitian dan Pengembangan untuk memecahkan masalah-

masalah strategis dan global, seperti fenomena perubahan iklim, krisis

energi, dan lain-lain.

Prioritas penelitian yang dilaksanakan oleh Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi adalah identifikasi, karakterisasi, evaluasi, dan pengelolaan sumber daya

iklim dan air serta teknologi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim untuk

mendukung pembangunan pertanian.

Dalam lima tahun (2015-2019), Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi,

berinisiatif untuk juga mengambil peran di depan dalam merespons berbagai isu

yang berkaitan dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Seluruh kegiatan

penelitian tersebut dilaksanakan dan telah ditetapkan dalam IKU Balitklimat 2015-

Page 19: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

2019 sebagai Rencana Tindak (Program SATKER) untuk mendukung Program Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

1. Program Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim untuk

Pengembangan Pertanian

a. Pengembangan dan Advokasi Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu

dalam Upaya Adaptasi Perubahan Iklim.

b. Penelitian Key Area Keragaman Iklim Indonesia dalam Menghadapi

Dampak Perubahan Iklim.

c. Sistem Informasi Sumber daya Air mendukung Pemanfaatan Sumber daya

Air Berkelanjutan.

d. Penelitian dan Pengembangan Model Food Smart Village pada Lahan

Kering untuk Adaptasi Perubahan Iklim.

e. Penelitian dan Pengembangan Teknologi Inovatif dan Adaptif untuk

Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air.

f. Monitoring Online Dinamika Ketersediaan Air Daerah Irigasi.

g. Pengembangan Pompa Air Tenaga Surya untuk Irigasi dalam Upaya

Mendukung Peningkatan Produksi di Lahan Kering.

h. Analisis dan pengelolaan informasi sumberdaya iklim dan air untuk

antisipasi dan adaptasi perubahan iklim global dan iklim ekstrim (6

Rekomendasi)

2. Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian

Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertaian diharapkan

dapat menjembatani apa yang dilaksanakan Puslit/BB/LRPI dengan apa yang

dibutuhkan pengguna di berbagai tingkatan di daerah. Upaya memadukan apa yang

dihasilkan berbagai UK/UPT Balitbangtandengan lokal genius yang dikembangkan

masyarakat merupakan inti dari program pengkajian dan percepatan diseminasi

inovasi pertanian, sehingga dapat meningkatkan diseminasi hasil-hasil penelitian

sumber daya iklim dan air.

3. Pengembangan Kelembagaan dan Komunikasi Hasil Litbang

Kegiatan pengembangan kelembagaan mencakup pengembangan budaya

kerja inovatif, reformasi birokrasi, pengembangan sumber daya Litbang (SDM,

sarana, dan prasarana) diikuti pengembangan standarisasi dan akreditasi lembaga

Page 20: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

dan pranata Litbang. Guna memicu output optimal, maka diperlukan pengembangan

manajemen teknologi informasi dan sistem informasi serta koordinasi jaringan

kerjasama penelitian dan pengkajian. Reformasi perencanaan dan penganggaran,

penyempurnaan sistem monitoring dan evaluasi, antara lain:

1. Pengembangan sumber daya manusia bidang agroklimat dan hidrologi;

2. Pengembangan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan

sumber daya agroklimat dan hidrologi;

3. Pengembangan sistem informasi, komunikasi dan umpan balik inovasi

penelitian sumber daya iklim dan Air;

4. Peningkatan kapasitas penerbitan publikasi dan dokumentasi hasil-hasil

penelitian sumber daya agroklimat dan hidrologi;

5. Kegiatan pengembangan perpustakaan dan penyebaran teknologi

pertanian;

6. Peningkatan kerjasama penelitian dan pengembangan dengan lembaga

Nasional dan atau Internasional.

2.1.6. Indikator Kinerja Utama

Indikator kinerja utama merupakan ukuran keberhasilan dari pencapaian

suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan

kinerja dan peringkat akuntabilitas kinerja ke depan. Untuk mencapai tujuan dan

sasaran Balitklimat periode lima tahun, maka disusun Program Utama 2015-2019

dengan rencana tindak dan indikator kinerja utama (IKU) seperti disajikan pada

Tabel 1.

Page 21: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

Rencana Tindak Indikator Kinerja Utama

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Iklim dan Air

Pertanian Mendukung Pertanian Berkelanjutan

Jumlah sistem informasi kalender tanam

terpadu pada setiap musim tanam, sistem informasi sumber daya air nasional;

Jumlah teknologi pengelolaan sumber

dayaiklim dan air untuk pengembangan food smart village, prediksi iklim danindikator

perubahan iklim berdasarkan key area,

pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumberdaya air

(pompa air tenaga surya), sensor curah hujan untuk pertanian presisi, penentuan penciri

iklim mikro untuk peningkatan produktivitas

tanaman,identifikasi dan desain infrastruktur panen air untuk peningkatan indeks

pertanaman, monitoring online dinamika ketersediaan air petak tersier;

Jumlah peta key area keragaman iklim

Indonesia, potensi sumber daya air Indonesia, peta kerentanan usaha tani pangan dan risiko

iklim pada kondisi iklim ekstrim berbasis

sumberdaya lahan, iklim, dan air

Pengkajian dan percepatan

diseminasi hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi

Jumlah buletin agroklimat dan hidrologi,

laporan tahunan agroklimat dan hidrologi,

buku/juknis desain pengelolaan air kebun

percobaan lingkup Balitbangtan dan pengelolaan stasiun iklim otomatis (AWS)

lingkup Balitbangtan, info agroklimat dan hidrologi, booklet/monograf agroklimat dan

hidrologi

Pengembangan Kapasitas Kelembagaan Litbang

Pertanian

Tersusunnya standar baku SDM di Balitklimat;

Terselenggaranya reformasi birokrasi;

Diperoleh dan dipertahankannya sertifikasi

ISO 9001:2008; Meningkatnya penggunaan dan

terakreditasinya Laboratorium Agrohidromet;.

Analisis dan Kebijakan

Pemanfaatan Sumber Daya Lahan Iklim dan Air

Jumlah makalah dan kebijakan tentang

mitigasi dan adaptasi perubahan iklim,

Jumlah makalah dan kebijakan tentang model

pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan kering beriklim kering dan lahan tadah hujan

Tabel 1. Rencana Tindak dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2015-2019

Page 22: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

Sedangkan target capaian IKU Baliktlimat pada tahun 2016 adalah sebagai

berikut:

Tabel 2. Target IKU yang ingin dicapai Baliktlimat pada TA 2016

No Indikator Kinerja Utama (IKU) Target

1 Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air

dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem

Pertanian Berkelanjutan

5

2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan

dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan

Lingkungan serta Perubahan Iklim

6

3a Jumlah publikasi 4

3b Jumlah KTI 2

3c Jumlah HKI 1

2.2. Perencanaan Kinerja Tahun 2016

Dalam dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2016,

telah ditetapkan program, kegiatan utama beserta target output dalam upaya

pencapaian sasaran pada TA 2016.

Seluruh kegiatan utama yang dilaksanakan merupakan dukungan terhadap

Program Penciptaan Teknologi dan Inovasi Pertanian Bio-Industri Berkelanjutan.

Kegiatan utama mendukung sasaran strategis Penelitian dan Pengembangan

Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Dari kegiatan tersebut, target yang ingin

dicapai seperti disajikan pada Tabel 3 berikut:

Page 23: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

Tabel 3. Rencana Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Lahan Pertanian

Tersedianya data, informasi

geospasial/peta, sistem informasi, teknologi, dan

rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan

iklim pertanian mendukung

sistem pertanian berkelanjutan

1. Jumlah teknologi pengelolaan sumber daya

air dan iklim pertanian mendukung sistem

pertanian modern

5 Teknologi

2. Jumlah rekomendasi

kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber

daya lahan, air, dan lingkungan serta

perubahan iklim

6 Rekomendasi

Terselenggaranya diseminasi

hasil penelitian agroklimat dan

hidrologi

3. Jumlah produk inovasi yang

terdistribusikan:

Buletin agroklimat dan

hidrologi, Laporan tahunan

agroklimat dan hidrologi, Info agroklimat dan

hidrologi, Booklet/monograf/juknis

agroklimat dan hidrologi

4 edisi

Prosiding 9 judul

Jurnal nasional dan

internasional

9 judul

Atlas desain irigasi 21 KP

lingkup Balitbangtan

1 HKI

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2016, Balitklimat mempunyai target:

(1) menghasilkan 5 Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian

Mendukung Sistem Pertanian berkelanjutan, (2) menghasilkan 6 Rekomendasi

Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan

serta Perubahan Iklim, serta (3) menghasilkan 4 jenis publikasi (buletin, info,

Page 24: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

laporan tahunan, juknis sejumlah 4 publikasi), prosiding (9 judul), jurnal nasional

dan internasional (9 judul), atlas desain irigasi (1 HKI).

2.3. Penetapan Kinerja Tahun 2016

Dari dokumen Rencana Kinerja Tahunan, selanjutnya disampaikan kepada

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian untuk

ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja. Berdasarkan Penetapan Kinerja yang

ditandatangani oleh Kepala Balai BBSDLP dengan Kepala Balai Penelitian Agroklimat

dan Hidrologi versi perubahan anggaran terakhir pada bulan Agustus 2016, maka

Penetapan Kinerja Balitklimat untuk Tahun Anggaran 2016 adalah sebagai berikut:

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

Penelitian dan Pengembangan

Sumber Daya Lahan Pertanian

Tersedianya data, informasi

geospasial/peta, sistem

informasi, teknologi, dan rekomendasi pemanfaatan dan

pengelolaan sumberdaya air dan

iklim pertanian mendukung sistem pertanian berkelanjutan

1. Jumlah Teknologi

Pengelolaan Sumber Daya

Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem

Pertanian Modern, terdiri atas:

a. Teknologi informasi

kalender tanam terpadu tanaman padi pada

lahan sawah seluruh Indonesia

b. Teknologi informasi Key Area keragaman iklim

seluruh Indonesia

Mendukung UPSUS PJK c. Teknologi pengelolaan

sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan

Berbasis Model Food

Smart Village d. Teknologi pemanfatan

sumber energi alamiah untuk optimalisasi

pengelolaan

sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya)

5 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

Tabel 4. Penetapan Kinerja Kegiatan Balitklimat tahun 2016

Page 25: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

e. Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk

peningkatan produktivitas tanaman

2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan

dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan

Lingkungan serta

Perubahan Iklim, terdiri atas:

a. Rekomendasi strategi serta rencana aksi

adaptasi dan penanggulangan risiko

untuk penyelamatan

dan pengamanan produksi pangan

b. Rekomendasi kebijakan adaptasi

perubahan iklim

berdasarkan tingkat kerentanan terhadap

anomali iklim di Jawa dan Sulawesi

c. Rekomendasi desain pengelolaan air untuk

meningkatkan IP Padi

di Lampung d. Rekomendasi

kebijakan pemanfaatan lahan

berbasis potensi

sumber daya iklim, air dan tanah pada

kawasan pengembangan PJKU

yang potensial dan

berpeluang untuk penerapan IP 300

e. Rekomendasi kebijakan antisipasi

dan pencegahan

1 Teknologi

6 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

Page 26: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET

kebakaran hutan pada kawasan/wilayah

khususnya pada lahan gambut, terutama

terkait dengan iklim

ekstrim dan perubahan iklim

f. Rekomendasi pengelolaan air di

lahan rawa lebak di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel

1 Rekomendasi

Terselenggaranya diseminasi

hasil penelitian agroklimat dan hidrologi

Jumlah produk inovasi yang

terdistribusikan: a. Publikasi, terdiri atas:

Buletin agroklimat

dan hidrologi Laporan tahunan

agroklimat dan

hidrologi

Info agroklimat dan

hidrologi Booklet/monograf

agroklimat dan

hidrologi b. 2 KTI, terdiri atas:

Prosiding

Jurnal nasional dan

internasional

c. 1 HKI, terdiri atas: Atlas desain irigasi 21 KP

lingkup Balitbangtan

2 edisi

1 edisi

6 edisi

2 edisi

9 buah

9 buah

1 HKI

Pagu AnggaranTerakhir (DIPA 4) Rp. 15.175.999.000,-

Page 27: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pada Bab ini diuraikan kriteria keberhasilan (realisasi terhadap target),

sasaran kegiatan yang dilaksanakan serta permasalahan dan upaya yang telah

dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja, ditetapkan 4 (empat) kategori

keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil : > 100 persen; (2) berhasil : 80 – 100

persen; (3) cukup berhasil : 60 – 79 persen; dan (4) tidak berhasil : 0 – 59

persen.

3.1. Pengukuran Pencapaian Kinerja Tahun 2016

Pengukuran capaian kinerja Balitklimat Tahun 2016 dilakukan dengan cara

membandingkan antara target indikator kinerja sasaran dengan realisasinya.

Dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) Tahun Anggaran 2016,

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi mempunyai 2 (dua) Sasaran Strategis

dengan 4 indikator kinerja sasaran yang ingin dicapai.

Berdasarkan data hasil pengukuran kinerja Balitklimat hingga akhir tahun

2016, Pencapaian Indikator Kinerja sasaran kegiatan adalah sebagai berikut:

Page 28: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

Penelitian dan

Pengembangan Sumber Daya Lahan

Pertanian

Tersedianya data,

informasi geospasial/peta,

sistem informasi,

teknologi, dan rekomendasi

pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya air

dan iklim pertanian

mendukung sistem pertanian

berkelanjutan

1. Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Iklim

Pertanian Mendukung Sistem Pertanian

Modern, terdiri atas: a. Teknologi informasi

kalender tanam

terpadu tanaman padi pada lahan

sawah seluruh Indonesia

b. Teknologi informasi

Key Area keragaman

iklim seluruh Indonesia

Mendukung UPSUS PJK

c. Teknologi

pengelolaan sumberdaya iklim

dan air di lahan tadah hujan Berbasis

Model Food Smart Village

d. Teknologi

pemanfatan sumber energi alamiah untuk

optimalisasi pengelolaan

sumberdaya air

(Pompa Air Tenaga Surya)

e. Teknologi penentuan penciri iklim mikro

untuk peningkatan

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

1 Teknologi

100

100

100

100

100

Tabel 5. Hasil Pengukuran Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Page 29: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

produktivitas tanaman

2. Jumlah Rekomendasi

Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan

Sumber Daya Lahan,

Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim,

terdiri atas: a. Rekomendasi

strategi serta

rencana aksi adaptasi dan

penanggulangan risiko untuk

penyelamatan dan

pengamanan produksi pangan

b. Rekomendasi kebijakan adaptasi

perubahan iklim berdasarkan tingkat

kerentanan terhadap

anomali iklim di Jawa dan Sulawesi

c. Rekomendasi desain pengelolaan air

untuk meningkatkan

IP Padi di Lampung d. Rekomendasi

kebijakan pemanfaatan lahan

berbasis potensi sumber daya iklim,

air dan tanah pada

kawasan pengembangan PJKU

yang potensial dan berpeluang untuk

penerapan IP 300

e. Rekomendasi kebijakan antisipasi

dan pencegahan

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

100

100

100

100

100

Page 30: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI %

kebakaran hutan pada

kawasan/wilayah khususnya pada

lahan gambut, terutama terkait

dengan iklim ekstrim

dan perubahan iklim f. Rekomendasi

pengelolaan air di lahan rawa lebak di

Kabupaten Hulu

Sungai Tengah, Kalsel

1 Rekomendasi

1 Rekomendasi

100

Terselenggaranya

diseminasi teknologi hasil

penelitian agroklimat dan

hidrologi

Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan

a. Jumlah Publikasi

Buletin agroklimat

dan hidrologi,

Laporan tahunan

agroklimat dan hidrologi,

Info agroklimat

dan hidrologi,

Booklet/monograf/

agroklimat dan hidrologi

b. Jumlah KTI Prosiding

Jurnal nasional dan

internasional

c. Jumlah HKI

Atlas desain irigasi 21 KP lingkup

Balitbangtan

2 edisi

1 edisi

6 edisi

2edisi

9 buah 9 buah

1 HKI

1 edisi

1 edisi

6 edisi

2 edisi

27 buah 23 buah

21 HKI

50

100

100

100

300 250

2100

Pagu Anggaran Rp. 15.175.999.000,-

Realisasi Anggaran Rp. 14.391.772.029,- (94,83%)

Berdasarkan tabel di atas, capaian indikator kinerja tahun 2016 untuk sasaran

pertama mencapai 100% menunjukkan tingkat keberhasilan berhasil, sedangkan

Page 31: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

untuk sasaran kedua mencapai 428,57% dikarenakan capaian Karya tulis ilmiah dan

Hak Kekayaan Intelektual melampaui target yang direncanakan dengan katagori

tingkat capaian sangat berhasil. Dengan demikian capaian kinerja keseluruhan

Baliktlimat TA 2016 adalah 264,28% dengan katagori tingkat capaian Sangat

Berhasil.

Beberapa kendala umum yang dihadapi dalam upaya pencapaian sasaran

tersebut antara lain: faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik

penyakit, serta perubahan iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan

sekunder secara spasial dan temporal, keterbatasanjumlah stasiun pengamat iklim

dan hidrologi; faktor SDM berupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian

khusus dan tingkat adopsi petani terhadap teknologi yang masih rendah.

3.2. Analisis Capaian Kinerja

Analisis akuntabilitas kinerja tahun 2016 Balitklimat dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Sasaran 1 : Tersedianya data, informasi geospasial/peta, sistem

informasi, teknologi, dan rekomendasi pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air dan iklim pertanian

mendukung sistem pertanian berkelanjutan

Untuk mengukur capaian sasaran tersebut, diukur dengan 2 (dua) indikator

kinerja sasaran. Adapun pencapaian target indikator kinerja sasaran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 6. Target dan realisasi pencapaian indikator kinerja sasaran 1

Indikator Kinerja Target Realisasi %

1. Jumlah Teknologi

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim

Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Modern

2. Jumlah Rekomendasi

Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber

Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta

Perubahan IklimJumlah

5 Teknologi

6 Rekomendasi

5 Teknologi

6 Rekomendasi

100

100

Page 32: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

Indikator Kinerja Target Realisasi %

informasi geospasial sumber daya lahan

pertanian

Berdasarkan data realisasi indikator kinerja sasaran pada Tabel 6 di atas,

pada tahun 2016 berhasil menyelesaikan output 5 Teknologi atau 100% dari target,

serta 6 rekomendasi kebijakan atau 100% dari target. Dengan demikian kategori

keberhasilan pencapaian indikator kinerja sasaran 1 adalah berhasil, karena

capaiannya 100%.

Keberhasilan pencapaian indikator kinerja pertama, tidak terlepas dari

perencanaan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh setiap Tim dalam

melaksanakan kegiatan penelitian.

Adapun pencapaian indikator kinerja 5 teknologi diuraikan sebagai berikut:

Penelitian Kalender Tanam Terpadu untuk Mendukung UPSUS PAJALE

pada Lahan Sawah Irigasi dan Lahan Rawa untuk Adaptasi Perubahan

Iklim

Teknologi informasi kalender tanam terpadu tanaman padi pada lahan sawah

seluruh Indonesia dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Penyusunan sistem informasi Katam Terpadu dilakukan melalui tahapan

pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, diseminasi informasi katam

terpadu. Diseminasi Katam Terpadu dilakukan secara langsung dan tidak langsung.

Secara langsung melalui internet menggunakan telepon pintar berbasis android dan

website, selain itu melalui komunikasi nirkabel menggunakan sms. Secara tidak

langsung diseminasi dilakukan melalui Tim Gugus Tugas Katam Provinsi. Bahan

yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan ini, diantaranya adalah: (1) peta

digital hasil prakiraan hujan musiman level kecamatan dari BMKG, (2) informasi

kalender tanam yang telah diperbaruhi sesuai dengan jumlah kecamatan dari BPS

2010, (3) informasi wilayah rawan bencana (kekeringan/banjir dan OPT) pada level

kabupaten/ kecamatan yang telah diperbaruhi, (4)rekomendasi varietas dan

kebutuhan benih pada level kecamatan yang telah diperbaruhi, (5) rekomendasi dan

kebutuhan pupuk padi sawah, jagung, dan kedelai pada level kecamatan yang telah

diperbaharui. Selain bahan tersebut di atas diperlukan juga perangkat lunak sebagai

berikut: ArcGIS Desktop 10 untuk penyiapan data vektor seperti peta rupa bumi,

dan peta sawah digital, ArcPy untuk pembuatan otomatisasi pembuatan peta per

Page 33: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

tingkat administrasi, Visual Basic Studio .NET 2010 sebagai alat untuk

pengembangan aplikasi perangkat lunak berbasis ASP.NET, ArcGIS Server 10,

merupakan komponen server pendukung untuk keperluan publikasi peta digital

melalui media internet atau berbasis web.

Kegiatan terdiri dari beberapa sub kegiatan diantaranya: (1) pengembangan

sistem katam terpadu, (2) pemutakhiran prediksi iklim global dan model integrasi

prediksi iklim dan awal tanam untuk mendukung sistem informasi kalender tanam

terpadu (MK 2016 dan MH 2016/2017), (3) informasi prediksi spasial ketersediaan

air dan luas panen tingkat kecamatan untuk setiap musim tanam berdasarkan

skenario awal tanam, (4) pemutakhiran wilayah rawan bencana kekeringan, banjir

dan serangan OPT pada tanaman padi, jagung dan kedelai

(MK 2016 dan MH 2016/2017), (5) pemutakhiran rekomendasi varietas dan

kebutuhan benih yang terbarukan untuk mendukung sistem informasi kalender

tanam terpadu (MK 2016 dan MH 2016/2017), (6) informasi pemupukan

mendukung percepatan peningkatan produksi padi, jagung, kedelai

(MK 2016 dan MH 2016/2017), (7) advokasi sistem informasi kelender tanam

terpadu melalui FGD, dan koordinasi/pendampingan GT katam dan PI, dan (8)

buletin untuk mendukung sistem informasi kalender tanam terpadu.

Gambar 1. Tampilan SI katam untuk MK 2016 dan MH 2016/2017

Page 34: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

Gambar 2. Monitoring online katam terpadu menggunakan CCTV

Keluaran yang dicapai adalah : (1) 2 versi sistem informasi kalender tanam

terpadu MK 2016 dan MH 2016/2017 (sistem katam MK 2016 dan MH 2016/2017

yang terbarukan, verifikasi dan validasi informasi katam terpadu dan standing crop,

1 model updating integrasi katam rawa, model integrasi dat dan bioremediasi), (2)

Pemutakhiran prediksi iklim global dan model integrasi prediksi iklim dan awal

tanam untuk mendukung SI Katam terpadu MK 2016 dan MH 2016/2017 (2 paket

informasi prediksi awal MK 2016 dan MH 2016/2017, 2 paket informasi prediksi awal

tanam dan potensi luas tanam MK 2016 dan MH 2016/2017 pada SI Katam

Terpadu, dan informasi perkembangan iklim Indonesia 2016, (3) informasi prediksi

spasial ketersediaan air dan luas panen tingkat kecamatan untuk setiap musim

tanam berdasarkan skenario awal tanam, (4) pemutakhiran wilayah rawan bencana

kekeringan, banjir dan rawan OPT pada tanaman padi, jagung dan kedelai (MK

2016 dan MH 2016/2017), (5) informasi rekomendasi varietas dan kebutuhan benih

yang terbarukan untuk mengurangi risiko kehilangan hasil padi, jagung dan kedelai

akibat kerawanan banjir, kekeringan, dan OPT serta mendukung SI Katam Terpadu

(MK 2016 dan MH 2016/2017), (6) informasi pemupukan mendukung percepatan

peningkatan produksi padi, jagung, kedelai (MK 2016 dan MH 2016/2017), (7) 1

model updating model rekomendasi dan kebutuhan alsintan, (8) 1 model integrasi

data dan peta bioremediasi untuk mendukung Katam Terpadu, dan (9) advokasi

sistem informasi Katam terpadu

Hasil yang telah dicapai dari kegiatan pengembangan SI Katam Terpadu

diantaranya: pemutakhiran MK 2016, MH 2016/2017 dan updating web, katam SMS,

dan Katam Android. Fitur yang terbaruyaitu: penambahan halaman prediksi curah

hujan dan musim dari situs web IRI Columbia, updating data alsintan, dan

Page 35: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

penambahan fitur baru perhitungan biaya sewa alsin dan analisis Benefit Cost Ratio

(BCR) untuk alsin traktor roda 2 dan combine harvester baik dalam bentuk web

interaktif maupunmicrosoft excel.Hail analisis standing cropdapat diterima dengan

baik oleh stakeholder baik melalui email, web direktori agrogis,info dan situs web

Katam. Integrasi ternak telah dikembangkan, data informasi yang didapatkan dari

Katam pdf dan katam web dalam bentuk peta, data tabular, grafik yang interaktif.

Untuk kegiatan prediksi iklim dihasilkan informasiawal waktu tanam dominan pada

MK 2016 diprediksi terjadi pada April II-III seluas 2.643.648 Ha (42,4%), Mei I-II

seluas 1.414.799 Ha (22,7%) dan Mei III-Juni I 2016 seluas 1.819.098 Ha (29,2%).

Potensi luas tanam di lahan sawah secara nasional pada MK 2016 untuk padi sawah

seluas 5.710.620 Ha, padi rawa seluas 528.011 Ha, jagung/kedelai 1.420.408 Ha

dan kedelai saja seluas 124.002 Ha. Awal waktu tanam dominan pada MH

2016/2017 diprediksi terjadi pada November I-II 2016 seluas 4.785.257 Ha, Maret I-

II 2017 seluas 3.383.550 Ha, Januari I-II seluas 807.618 Ha. Potensi luas tanam di

lahan sawah secara nasional pada MH 2016/2017 untuk padi sawah seluas

10.388.743 Ha, padi rawa seluas 593.073 Ha, jagung/kedelai 2.419.503 Ha dan

kedelai saja seluas 154.959 Ha. Kegiatan informasi ketersediaan air didapatkan

dariDaerah Irigasi (DI) Jatiluhur yang memiliki luas sawah 231,169.7 ha, saluran

induk 372.18 km, saluran sekunder 1,575.39 km serta bangunan bagi sadap 1,561.0

unit yang menyalurkan irigasi melalui saluran tersier menuju petak-petak tersier.

Hasil analisis awal tanam di Kec. Klari, Kab. Karawang pada periode 2013 - 2016,

awal tanam tetap, kejadian El Nino 2015 tidak menyebabkan pergeseran awal

tanam. Hasil analisis di Kec. Tirta Mulya dan Jatisari, terlihat variasi awal tanam

antara 15 hari hingga 1 bulan selama periode pengamatan 2013-2016. Kegiatan

rawan bencana menghasilkan Peta Endemik Bencana, Peta Rawan Bencana, dan

Peta Kerusakan Tanaman akibat bencana. Peta-peta tersebu digunakan sebagai

salah satu rujukan untukpemilihan atau rekomendasi varietas yang sesuai dan

prioritas wilayah penanggulangan bencana serta digunakan untuk memperkirakan

potensi kehilangan hasil yang dialami apabila tidak dilakukan antisipasi atau

penanggulangan. Informasi varietas dan kebutuhan benih yang dihasilkan dari SI

Katam yaitu perbaikan informasi dari Tim Gugus Tugas dan juga dari instansi terkait

varietas padi eksisting yang paling dominan ditanam di Provinsi Jambi, Sumatera

Selatan, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Tengah dan Maluku adalah varietas

Ciherang. Varietas Inpari 12 banyak ditanam di Sumatera Barat, sedangkan varietas

lokal yang banyak ditanam adalah varietas Anak Daro, Tukad Unda dan Logawa.

Page 36: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

Untuk Provinsi Papua, varietas padi yang paling dominan di tanam adalah varietas

Inpari 7, Kebaruan informasi varietas unggul baru terutama untuk varietas toleran

banjir, kekeringan, OPT utama, Pajale, kebutuhan benih padi dan jagung/kedelai

untuk seluruh wilayah Indonesia pada musim kemarau 2016 berturut-turut adalah

126.946 ton dan 27.837 ton, sedangkan pada musim hujan 2016/2017 adalah

169.281 ton dan 14.630 ton.Untuk rekomendasi pupuk yang telah dilakukan yaitu

Rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk MK 2016 dan MH 2016/17 telah diperbaiki

berdasarkan data peta status hara P dan K yang diupdate tahun 2014. Rekomendasi

pupuk majemuk NPK Pelangi 20-10-10 dan NPK Kujang 30-6-8 akan ditiadakan

setelah MK. 2016, Rekomendasi pemupukan N, P, dan K untuk tanaman jagung dan

kedelai telah dikembangkan di seluruh kecamatan di setiap provinsi dengan

menggunakan pilihan pupuk an-organik bentuk tunggal dan majemuk NPK 15-15-15

dikombinasikan dengan pupuk organik berbahan baku sisa jerami atau kotoran

hewan. Pada tahun 2016, Diseminasi SI Katam Terpadu dilaksanakan pada Pekan

Peramalan Tahun di BBPOPT Jatisari Karawang, Fokus Grup Diskusi (FGD)

diselenggarakan di Padang Sumatera Barat, dan FGD Kalender Tanam Terpadu MH

2016/2017 di Makassar.Beberapa hasil analisis iklim yang ditampilkan dalam bulletin

Informasi Agroklimat secara berkala, diantaranya; analisis prediksi, analisis neraca

air, standing crop, serta informasi banjir dan kekeringan di Indonesia. Terdapat 20

buah tulisan mengenai ‘current issue’.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu di dalam menetapkan strategi

penyediaan dan distribusi sarana produksi serta perencanaan pola tanam, teknik

budidaya pengelolaan tanaman untuk menghindari/mengurangi risiko iklim pada

tanaman pangan lahan sawah. Oleh karena itu, diharapkan para pengambil

kebijakan dapat dengan mudah dan cepat melakukan perencanaan pertanian

tanaman pangan di lahan sawah yang mempertimbangkan prediksi iklim near real

time yang meliputi waktu tanam, luas tanam, rekomendasi dan kebutuhan pupuk,

rekomendasi varitas dan kebutuhan benih, serta informasi wilayah rawan banjir,

kekeringan dan rawan OPT.

Penelitian dan Pengembangan Analisis Key Area Iklim dan Neraca Air

PAJALE Mendukung UPSUS PAJALE

Teknologi informasi Key Area keragaman iklim seluruh Indonesia Mendukung UPSUS

PJK, dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Kegiatan ini meliputi beberapa cakupan penelitian yaitu: (1) Penelitian Key

Page 37: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

Area Keragaman Iklim Indonesia Dalam Menghadapi Dampak Perubahan Iklim, (2)

Pengembangan Sistem Informasi dan Prediksi Bencana di Sektor Pertanian,

Penyusunan Basis Data Sumberdaya Air Pertanian serta, (3) Penelitian dan

Pengembangan Pengelolaan Air Kawasan Jagung.

Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan

mengidentifikasi keragaman dan kejadian iklim ekstrim yang menyebabkan adanya

bencana terkait iklim (banjir, kekeringan) di beberapa wilayah di Indonesia.

Keragaman, kejadian iklim ekstrim, dan bencana terkait iklim, akan berdampak

terhadap menurunnya luas tanam dan produksi padi. Hasil-hasil penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara indikator global, curah hujan, dan produksi

padi. Oleh karena itu wilayah kunci (Key Area) menjadi penting sebagai indikator

untuk mengetahui pengaruh perubahan iklim dan kejadian iklim ekstrim terhadap

curah hujan, bencana terkait iklim dan produksi padi baik saat ini maupun yang

akan datang, terutama di sentra produksi padi. Penelitian dan kajian mendalam

perlu dilakukan pada wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim dengan

mengembangkan prediksi iklim, bencana terkait iklim dan produksi padi yang

semuanya dikemas dalam suatu sistem informasi terpadu untuk prediksi, bencana

dan produksi berbasis key area. Perilaku iklim saat ini semakin sulit diprediksi

sebagai akibat dampak perubahan iklim. Untuk menyiasati kondisi tersebut,

diperlukan pendekatan baru dalam upaya mempelajari perilaku iklim melalui aplikasi

analisis numerik. Analisis numerik adalah teknik yang digunakan untuk

memformulasikan masalah matematis agar dapat diselesaikan dengan operasi

perhitungan. Penggunaan metode numerik dapat mengatasi berbagai kelemahan-

kelemahan metode yang ada sebelumnya. Persamaan matematika yang sulit

diselesaikan dengan model analitik, memungkinkan dapat diselesaikan melalui

pendekatan numerik. Di bidang pertanian air merupakan faktor utama penentu

kelangsungan produksi pertanian namun pengelolaannya untuk kelangsungan

sumber daya air tersebut masih menghadapi banyak kendala baik pada skala daerah

irigasi maupun Daerah Aliran Sungai (DAS). Kendala tersebut dapat diatasi dengan

menyediakan data dan informasi neraca air, sumberdaya iklim dan air yang akurat,

terekam dalam format sistem informasi yang handal. Selanjutnya permasalahan

yang dihadapi saat ini terkait data sumber daya air adalah bahwa keberadaan data

tersebut terfragmentasi di berbagai institusi dengan bentuk, format, jenis, waktu

penyajian dan metode yang berbeda. Untuk mengatasi kendala tersebut diperlukan

kuantifikasi dan integrasi data semberdaya iklim dan air sehingga dapat memberikan

Page 38: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

Kejadian Kekeringan

Onset Durasi 3 bulan

Trend Linear

Kab. Aceh Utara

Luas Terkena Kekeringan: 13.192 Ha

(a)

KejadianBanjir

Onset Durasi 3 bulan

Trend Linear

Kab. Langkat

Luas Terkena Banjir: 6.420 Ha

(b)

informasi secara menyeluruh baik spasial, tabular dan temporal tentang kondisi

sumberdaya air di suatu wilayah.

Keluaran yang akan dicapai adalah: model key area keragaman iklim

Indonesia mendukung UPSUS Pajale, Atlas Potensi Sumberdaya Air Pulau Sumatera

dan Kalimantan Skala 1:250.000 dan neraca air berbasis key area mendukung

UPSUS Pajale, sistem Informasi Sumberdaya Air Pertanian Jawa, Bali, Nusa

Tenggara, Sulawesi, Sumatera dan Kalimantan, desain desain pengelolaan air,

irigasi dan neraca air kawasan PJKU, dan model prediksi banjir, kekeringan, OPT

dan dampaknya pada tanaman padi

Gambar 3. Wilayah dan indeks iklim global paling signifikan positif pada DJF

Gambar 4. Indikator deteksi dini kekeringan dan banjir tanaman padi

Page 39: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

Gambar 5. Analisis ketersediaan air spasial dan temporal pada wilayah

administratif (kecamatan atau kabupaten)

Gambar 6. Hasil Pengukuran debit Sungai Way Seputih (base flow)

Hasil yang telah dicapai dari seluruh kegiatan ini sebagai berikut: (1) Indeks

iklim global yang berpengaruh signifikan positif terhadap curah hujan di musim DJF

adalah OLR lag 2 (Sulawesi bagian Barat dan Selatan), sedangkan MEI dan ONI lag

2 berpengaruh signifikan negatif (Sulawesi bagian Barat), serta SML Nino 1.2 lag 2

juga berpengaruh signifikan negatif (Kalimantan bagian Selatan), (2) tanaman padi

terkena kekeringan terjadi jika SPI lebih kecil dari -1 yang berlangsung dalam waktu

2-3 bulan dan 4-5 bulan, sedangkan Banjir terjadi jika SPI lebih besar dari 1 yang

berlangsung dalam periode yang sama, (3) Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan

memiliki 4 indeks ketersediaan irigasi yaitu: ketersediaan irigasi 0,3-0,5; 0,5-0,7;

0,7-0,9; >0,9 l/detik/ha, (4) Perlakuan irigasi hemat air berpengaruh baik terhadap

hasil, bahan hijau dan klobot Jagung. Penambahan air irigasi 85% dari kebutuhan

air tanaman menurut FAO, menghasilkan Jagung paling tinggi dibandingkan dengan

Page 40: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

penambahan air irigasi 100% dan 70% dan berbeda nyata dibandingkan dengan

penambahan air irigasi 100% tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan

penambahan air irigasi 70%.

Penelitian Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Iklim dan Air Terpadu pada

Berbagai Agroekosistem Mendukung UPSUS PAJALE, Cabe Merah dan

Kakao

Teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan Berbasis

Model Food Smart Village dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Pengelolaan sumberdaya air dan iklim terpadu yang dikemas dalam kerangka

desa mandiri pangan (Food Smart Village/FSV) merupakan kawasan budidaya

pertanian skala rumah tangga berbasis inovasi kemandirian pangan pada lahan sub

optimal. FSV bertumpu pada lima pilar untuk adaptasi perubahan iklim yaitu: (1).

optimasi sumberdaya iklim dan air melalui pengelolaan dan pemanfaatan

sumberdaya iklim, air permukaan, air tanah, dan modifikasi iklim mikro; (2).

Keaneka ragaman budidaya tanaman pangan dan hortikultura sesuai dengan zona

agroklimat; (3).sistem integrasi tanaman dan ternak untuk meningkatkan nilai

tambah produksi pertanian dan peternakan serta meningkatkan produktivitas lahan;

(4). Sistem pertanian konservasi yaitu mengurangi praktek pengolahan tanah,

penggunaan mulsa dan tanaman penutup tanah, rotasi tanam, tumpang sari dengan

memanfaatkan tanaman penambat nitrogen; (5). Pemanfaatan kembali limbah

pertanian dan ternak dalam sistem produksi pertanian dengan memanfaatkan

seoptimal mungkin hasil limbah pertanian dan ternak melalui pendekatan 3 R yaitu :

mengurangi sebanyak mungkin kehilangan limbah di luar sistem produksi pertanian

(reduce), dengan cara menggunakan kembali sebanyak mungkin limbah pertanian

dan ternak (reuse), dengan demikian seluruh limbah pertanian dan ternak yang

dihasilkan selalu dalam proses daur ulang (recycle) di dalam sistem produksi

pertanian. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan penelitian pengelolaan

sumberdaya air dan iklim yang terpadu dan dikemas dalam FSV untuk mengurangi

risiko pertanian dan peningkatan produksi komoditas padi, jagung, kedelai, cabe

danatau kakao pada beberapa agroekosistem melalui penyusunan rancang bangun

pemanfaatan SDA dan iklim untuk mendukung swasembada padi, jagung, kedalai,

cabe danatau kakao berbasis desa mandiri pangan untuk adaptasi perubahan iklim.

Keluaran yang ingin dicapai yaitu informasi potensi sumber daya lahan, air,

iklim dan sosial ekonomi pada lokasi pengembangan pajale, cabe dan atau kakao di

Page 41: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, rancang bangun teknik pemanfaatan

potensi sumberdaya air di lokasi pilot pengembangan pajale, cabe dan atau kakao di

Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan serta rekomendasi pengembangan model

pengelolaan sumberaya air dan iklim terpadu di desa/kawasan mandiri pangan

mendukung swasembada pajale, cabe dan atau kakao di Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan. Hasil yang telah dicapai dari kegiatan inidiantaranya sistem

pipanisasi merupakan alternatif sistem irigasi yang efisien untuk penanaman

palawija (kacang tanah dan jagung) pada lahan tadah hujan yang mempunyai

potensi sumberdaya air kurang dari 10 l/dt, pemberian irigasi 60% dengan

pemupukan NPK dan mulsa merupakan perlakuan terbaik dalam menghasilkan

polong basah, pemberian dosis irigasi 100% memberikan hasil berat polong kering

tertinggi, demplot percobaan irigasi hemat air (0,42 l/dt/ha) pada tanaman kacang

tanah relatif memberikan hasil polong kering yang cukup tinggi yaitu rata-rata

ubinan sebesar 3,59 t/ha, demplot irigasi hemat air (0,52 l/dt/ha) pada tanaman

jagung menghasilkan brangkasan basah panen ubinan mencapai 8,75 t/ha dan

berat tongklol mencapai 6,63 t/ha.

Gambar 7. Ekplorasi sumberdaya air

Page 42: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

Gambar 8. Optimalisasi sumberdaya air

Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Pompa Radiasi Surya untuk

Meningkatkan Produksi Pertanian di Lahan Kering

Teknologi pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan

sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya) dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Kendala pengairan di sebagian besar lahan kering salah satunya dapat

diatasi dengan menggunakan penyediaan irigasi pompa. Dikarenakan tidak semua

lahan memiliki infrastruktur energi listrik sehubungan kendala lokasi yang terpencil

maupun keterbatasan pasokan listrik dan semakin tingginya harga BBM maka

tenaga surya dapat menjadi prasarana untuk membangun sarana pengairan.

Potensi radiasi matahari di indonesia cukup besar, sehingga dapat dioptimalkan

untuk menyediakan listrik bagi pengairan sehingga untuk itu telah dikembangkan

solar water pump (pompa tenaga surya/PTS).

Keluaran yang ingin dicapai diantaranya prototipe pompa air tenaga surya

untuk irigasi pertanian, informasi sistem irigasi yang efisiensi pada tananam bawang

merah dan cabe merah, informasi efisiensi irigasi dari PTS.

Page 43: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

Gambar 9. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi

Gambar 10. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman cabe di Sukabumi

Page 44: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

Gambar 11. Percobaan implementasi irigasi pada tanaman bawang merah di Bantul

Hasil penelitian menunjukkan bahwa optimalisasi kinerja alat perlu dilakukan

untuk meningkatkan produksi air yang dapat dihasilkan secara optimal, perlu

informasi perhitungan yang lebih detil kapasitas pompa tenaga surya dalam

penyediaan air dan potensi luas layanan pompa dikembangkan untuk pertanian,

penentuan desain simtem irigasi pompa tenaga surya/SIPTS berdasarkan: (1) kurva

kinerja pompa, (2) kurva kinerja sistem irigasi, (3) kurva hubungan debit dan

tekanan operasional pompa, adapun analisis dan desain irigasi ditentukan

berdasarkan : (1). Analisis penentuan potensi luas layanan, (2) analisis kebutuhan

air tanaman, dan (3). Desain SIPTS berbagai tipe, selanjutnya sistem pola

pemanfaatan air perlu dipantau sejak awal untuk menentukan optimalisasi distribusi

air untuk luas lahan eksisting. Selain itu berdasarkan penelitian di lapangan

menunjukkan bahwa teknik irigasi yang sesuai untuk tanaman bawang merah dan

kedelai adalah impact sprinkler, sedangkan untuk cabe adalah streamline,

pengamatan debit emitter pada teknik irigasi impact sprinkler dan streamline

diperlukan untuk memvalidasi total debit yang tersedia untuk irigasi tanaman,

pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah yang direpresentasikan melalui

tinggi tanaman pada perlakuan irigasi dan mulsa lebih tinggi dibandingkan irigasi

dengan pola petani. Perlakuan kombinasi irigasi 85% dan mulsa berpengaruh

signifikan pada partumbuhan dan hasil bawang merah maupun cabe.

Perlu pemanfaatan SIPTS untuk lokasi Muneng ke depan untuk

pengembangan kedelai melalui optimalisasi kinerja pompa sehingga dapat

Page 45: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

beroperasi secara optimal dan menghasilkan produksi kedelai secara optimal, selain

itu perlu menyusun petunjuk teknis SIPTS agar bisa menjadi pedoman bagi

pengguna.

Penelitian Neraca Air Tanaman untuk Pengembangan Sistem Irigasi

Tanaman Kakao dalam Mengantisipasi Dampak Perubahan Iklim

Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk peningkatan produktivitas tanaman

dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Indonesia merupakan produsen ke tiga dunia dan Kakao merupakan salah

satu komoditas perdagangan antar negara yang mempunyai prospek kedepan yang

baik bila dikembangkan secara intensif dalam skala agribisnis. Kakao merupakan

salah satu komoditas unggulan Kementan. Anomali iklim yang akhir-akhir ini

meningkat baik durasi maupun frekuensinya menjadi faktor pemicu penurunan

produksi kakao. Untuk mengetahui faktor penyebabnya diperlukan karakterisasi dan

identifikasi kondisi biofisik baik variabilitas iklim, iklim mikro, ketersediaan air, sifat

tanah diperoleh hubungan antara variabilitas musim, ketersediaan air dengan

produksi kakao. Nantinya informasi tersebut merupakan dasar penetapan dalam

model pengelolaan air pada budidaya kakao di sentra produksi.

Gambar 12. Denah Sistem Irigasi lokasi penelitian

Page 46: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

Penyusunan dan Pengembangan Sistem Informasi dan Komunikasi Iklim

Serta Kebijakan untuk Program Aksi Pertanian Menghadapi Perubahan

Klim dan Iklim Ekstrim

Rekomendasi strategi serta rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko untuk

penyelamatan dan pengamanan produksi pangan dicapai melalui kegiatan sebagai

berikut:

Variabilitas iklim di Indonesia sangat tinggi dikarenakan terdapat berbagai

osilasi yang mempengaruhinya (ENSO, MJO, IOD, QBQ, monsun, cold surge). Pada

saat terjadi anomali akibat dua atau lebih osilasi terjadi saat bersamaan

menyebabkan kejadian iklim ekstrim seperti kekeringan, banjir, angin kencang, dll.

Sebagai contoh kondisi El Nino terus menguat selama tahun 2015 dan diprediksi

akan berlangsung sampai triwukan pertama tahun 2016. Namun beberapa

fenomena lain terjadi pada awal tahun 2015 seperti mulai menguatnya monsun dan

terjadinya fase basah MJO dan seruak dingin menyebabkan curah hujan diatas

normal di beberapa wilayah. Oleh karena itu Informasi prediksi tersebut perlu

dikomunikasikan secara lebih intensif dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan

pengguna di sektor pertanian.

Keluaran yang ingin dicapai yaitu (1) kompilasi data dan informasi

prakiraan/prediksi iklim 3-9 bulan ke depan berdasarkan hasil NCOF (National

Climate Outlook Forum) dan dari berbagai lembaga prediksi lainnya, menganalisis

(downscalling), (2) pemutakhiran dan interpretasi prediksi curah hujan 3-6 bulan ke

depan secara periodik dalam 2-3 bulan untuk wilayah Indonesia terutama daerah

sentra produksi pangan, (3) informasi prediksi iklim dan iklim ekstrim mutakhir dan

implikasinya terhadap sektor pertanian, terutama sistem produksi pangan dalam

pertemuan/diskusi untuk membahas implikasinya dan rencana aksi adaptasi

pertanian pangan, dan (4) rumusan arah dan strategi serta menyusun rencana aksi

adaptasi dan penanggulangan risiko untuk penyelamatan dan pengamanan produksi

pangan.

Page 47: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

Gambar 13. Hasil prediksi perkembangan hujan 2016

Awal semester pertama tahun 2016 mengindikasi kondisi El Nino yang masih

berlangsung yang ditandainya dengan curah hujan di bawah normal dan kejadian

hari kering yang cukup panjang. Pada pertengahan tahun curah hujan atas normal

diprediksi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia dan La Nina semakin menguat

dan mencapai puncaknya pada September 2016. Untuk melengkapan memenuhi

informasi prediksi yang diperlukan sektor pertanian dan dalam skala yang lebih

besar, dilakukan dowscaling prediksi musim. Informasi prediksi tersebut

disampaikan dalam pertemuan NCOF, disampaikan dalam rakor UPSUS seperti

Sumsel dan Aceh. Untuk periode Januari sampai Maret 2007 prediksi curah hujan

berpeluang normal. Prediksi untuk peluang curah hujan <150 mm/bulan

terkonsentrasi di wilayah Aceh bagian utara, sebagian Sumatera Utara, sebagian

kecil Kalimantan Barat, sebagian Nusa Tenggara, Sulawesi Utara, dan Maluku

bagian utara. Kondisi curah hujan diprediksi normal dapat dimanfaatkan untuk

mengoptimalkan luas tanam pada sawah tadah hujan.

Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:

(1) Sampai bulan Mei 2016 masih berlangsung fenomena El-Nino yang semakin

meluruh. Namun, mulai bulan Juli sampai September terjadi kondisi La Nina

lemah yang bertahan sampai awal tahun 2017. Dipole Mode negatif

berlangsung sejak Mei 2016 hingga November 2016 dan kondisi suhu muka

laut yang hangat di sekitar perairan Indonesia yang berkontribusi tinggi

menambah tingginya curah hujan di Sumatera dan Jawa bagian Barat

Page 48: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

(2) Berdasarkan kondisi tersebut, BMKG memprediksi bahwa curah hujan selama

MH 2016/2017 terjadi dengan intensitas >150 mm/bulan hampir di seluruh

wilayah Indonesia, dan sebagian diantaranya melebihi 300 mm/bulan seperti di

Sumatera dan Maluku. Curah hujan rendah (<100 mm/bulan) terjadi di bagian

timur Nusa Tenggara, serta sebagian Sulawesi. Downscaling prediksi musim

menunjukkan peluang deret hari basah cukup tinggi terjadi pada bulan Agustus

yang merupakan puncak musim kemarau. Di sebagian besar Sumatera,

Kalimantan dan Jawa bagian barat dan tengah. Pada MH2016/2017 dan MK

2017, curah hujan di atas normal diprediksi terjadi di wilayah bagian selatan

Indonesia seperti Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan, sedangkan

wilayah lainnya diprediksi normal.

(3) Curah hujan normal sampai atas normal pada periode pada MH2016/2017

meningkatan potensi ketersediaan air waduk dan wilayah tangkapannya.

Kondisi ini berimplikasi dua perspektif teknis. Pertama, memberikan peluang

untuk perluasan tanaman padi secara signifikan, baik di lahan sawah maupun

lahan kering. Lahan tadah hujan seluas 2,17 juta ha dan lahan sawah Irigasi

Sederhana 1,56 jt ha potensial ditanam 2x (padi-padi/jagung) setahun. Kedua,

kurang menguntungkan bagi tanaman kedelai dan sayuran akibat terlalu basah

dan peningkatan gangguan OPT.

(4) Pada daerah rawan banjir yang diprediksi curah hujannya >300 mm/bulan

antara lain Provinsi Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi

Selatan. Pada lokasi-lokasi tersebut dapat diantisipasi agar tetap bisa tanam

dan tidak terjadi puso, antara lain dengan jadual tanam yang tepat,

pemanfaatan benih toleran genangan, normalisasi saluran drainase. Untuk

mengurangi susut hasil dan menjaga mutu hasil panen diperlukan distribusi

alat pengering padi yang tepat, terutama pada daerah dengan curah hujan

>200 mm/bulan.

(5) Peningkatan produksi bawang merah dan cabai selama MH 2016/217 dapat

dicapai, melalui optimasilasi dan peningkatan luas areal tanam di lahan kering

dan dukungan berbagai inovasi teknologi, terutama varietas unggul dan

penerapan PHT, terutama di Garut, Malang, Bima, Lombok Timur, dan

Enrekang, Palu, Simalungun, Batubara, Solok, dan Agam). Pengendalian OPT

bawah merah dan cabe lebih diutamakan di Pulau Jawa, karena kontribusi

nasional luas tanam dan luas panen bawang merah 81%dan cabai 60%.

Page 49: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

Analisis dan Pemetaan Tingkat Kerentanan Usaha Tani Pangan dan Risiko

Iklim

Rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan

terhadap anomali iklim dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Dalam upaya memberikan solusi terhadap permasalah pangan, maka perlu

ada data dan informasi tentang kerentanan usaha tani pangan yang ditinjau dari

aspek sumberdaya lahan, iklim dan air. Data tren banjir dan kekeringan digunakan

untuk mewakili kondisi iklim di setiap kabupaten. Data produksi dan turunannya

juga digunakan sebagai indikator kerentanan. Data sumberdaya lahan dan air

melengkapi analisis sebagai indikator penentu kerentanan. Lokasi yang dipilih dalam

penelitian ini adalah seluruh kecamatan di Provinsi Jawa Barat. Model analisis adalah

dengan pembobotan dan metode kuadran. Faktor determinan diidentifikasi untuk

mengetahui faktor apa yang paling berpengaruh terhadap kerentanan usaha tani

pangan di setiap kabupaten, apakah faktor sumberdaya lahan, iklim, air atau sosial

ekonomi. Survei dan cek lapang dilakukan untuk mendapatkan kesesuaian teknologi

adaptasi pada berbagai tingkat kerentanan usaha tani pangan sehingga dapat

disusun suatu rekomendasi adaptasi terhadap perubahan iklim berdasarkan

sumberdaya lahan, iklim dan air.

Keluaran yang ingin dicapai adalah: (1) indeks kerentanan pangan dan risiko

iklim, (2) informasi faktor determinan yang mempengaruhi kerentanan pangan dan

risiko iklim, dan (3) rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan

tingkat kerentanan pangan dan risiko iklim.

Indeks kerentanan usaha tani pangan dan risiko iklim merupakan suatu

ukuran yang menunjukkan tingkat kerentanan suatu kabupaten terhadap kondisi

sumberdaya lahan, iklim dan air serta sosial ekonomi yang terkait dengan usaha tani

pangan. Indeks dibangun berdasarkan 15 parameter yang mewakili keterpaparan

dan sensitivitas (IKS) serta 6 parameter yang mewakili kapasitas adaptasi (IKA).

Salah satu input data IKS adalah data sumberdaya lahan, iklim dan air yang

merupakan parameter baru dalam analisis kerentanan dan menjadi faktor dominan

dalam usaha tani pangan khususnya padi. Aspek yang dipertimbangkan dalam

sumberdaya lahan adalah tingkat kesuburan tanah yang ditinjau berdasarkan jenis

tanah dan kelerengan. Sumberdaya air digunakan dalam penilaian indeks dalam

bentuk tingkat kekritisan air yang didekati berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan

air di suatu kabupaten/kota. Faktor iklim yang diperhitungkan adalah tipe iklim

menurut Oldeman yang memberikan klasifikasi jumlah bulan basah dan bulan kering

Page 50: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

yang menjadi panduan untuk penetapan waktu atau periode tanam untuk tanaman

pangan terutama padi. Semakin tinggi indeks keterpaparan dan sensitivitas serta

semakin rendah indeks kapasitas adaptasi, maka kabupaten/kota tersebut semakin

rentan. Berdasarkan jenis input data yang digunakan, kerentanan dalam penelitian

ini lebih fokus pada kerentanan usaha tani pangan, sedangkan risiko iklim

digambarkan melalui tren banjir dan kekeringan pada lahan sawah periode 1989-

2015 apakah naik, tetap atau turun. Kedua pendekatan ini selanjutnya

dikombinasikan dan disusun dalam bentuk peta Kerentanan Usaha Tani Pangan dan

Risiko Iklim level kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Peta kerentanan usaha tani pangan dan risiko iklim level kabupaten di Pulau

Jawa dan Sulawesi menggambarkan sebaran tingkat kerentanan setiap kabupaten

terhadap usahatani pangan dan tren banjir dan kekeringan periode 1989-2015

sebagai kondisi yang mewakili risiko akibat kejadian iklim ekstrim. Untuk Pulau Jawa

dari 119 kabupaten, 6% yang memiliki tingkat kerentanan usaha tani pangan dan

risiko banjir “ekstrim tinggi”, 14% “sangat tinggi” dan 7% “tinggi”, sedangkan untuk

Pulau Sulawesi dari 78 kabupaten diperoleh 8% “sangat tinggi”, 17% “tinggi” dan

tidak ada yang tergolong “ektrim tinggi”. Sementara untuk kerentanan usaha tani

pangan dan risiko kekeringan di Pulau Jawa diperoleh 19% “sangat tinggi”. 7%

“tinggi” dan tidak ada yang ekstrim tinggi, sedangkan untuk Pulau Sulawesi

diperoleh 3% “ekstrim tinggi”, 8% “sangat tinggi” dan 17% “tinggi”. Secara umum

faktor determinan di Pulau Jawa yang dominan mempengaruhi kerentanan usaha

tani pangan dan risiko iklim adalah tingkat diversifikasi pangan dan rasio jumlah

penyuluh terhadap luas sawah. Untuk Pulau Sulawesi adalah rasio pengeluaran

untuk beras terhadap total pengeluaran untuk pangan serta panjang jalan

berdasarkan kondisi permukaan.

Hasil analisis dan klasifikasi tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko

iklim membawa konsekuensi bagi setiap kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Kabupaten dengan tingkat tinggi hingga ekstrim tinggi merupakan wilayah yang

harus meningkatkan kapasitas adaptasinya serta mengurangi tingkat keterpaparan

dan sensitivitasnya. Secara umum wilayah ini tingkat kesejahteraan petaninya masih

relatif rendah demikian juga ketahanan terhadap pangannya. Banjir dan kekeringan

dominan terjadi dengan tren yang meningkat.

Page 51: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

Gambar 14. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir

kabupaten/kota di Pulau Jawa

Gambar 15. Peta tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko banjir

kabupaten/kota di Pulau Jawa

Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:

1. Hasil analisis dan klasifikasi tingkat kerentanan usaha tani pangan dan risiko

iklim membawa konsekuensi bagi setiap kabupaten di Pulau Jawa dan Sulawesi.

Kabupaten dengan tingkat tinggi hingga ekstrim tinggi merupakan wilayah yang

harus meningkatkan kapasitas adaptasinya serta mengurangi tingkat

Page 52: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

keterpaparan dan sensitivitasnya. Secara umum wilayah ini tingkat kesejahteraan

petaninya masih relatif rendah demikian juga ketahanan terhadap pangannya.

Banjir dan kekeringan dominan terjadi dengan tren yang meningkat.

2. Prioritas program dan aksi adaptasi diberikan secara berturut-turut kepada

kabupaten yang masih tergolong tingkat kerentanan usaha tani pangan dan

risiko iklim ekstrim tinggi kemudian sangat tinggi dan selanjutnya tinggi.

Rekomendasi adaptasi yang diusulkan berdasarkan tingkat kerentanan dan faktor

dominan di Pulau Jawa adalah meningkatkan diversifikasi pangan,

pengembangan pangan lokal non beras dan pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL). Kapasitas adaptasi dapat ditingkatkan melalui perbaikan

kelembagaan penyuluh, mengangkat penyuluh baru, pembinaan, adovokasi dan

pengawasan serta peningkatan kesejahteraan untuk meningkatkan etos kerja

penyuluh. Untuk Pulau Sulawesi sensitivitas dan keterpaparan dapat diturunkan

melalui peningkatan pendapatan, pengendalian harga beras dan subsidi pangan

non beras, serta diversifikasi pangan dan KRPL, sedangkan perbaikan dan

pembangunan infrastruktur jalan serta penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan keterampilan teknologi adaptif dapat dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan kapasitas adaptasi.

Desain Pengelolaan Air Lahan Rawa Lebak Untuk Pengembangan

Pertanian Modern di Hulu Sungai Tengah

Rekomendasi pengelolaan air di lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, Kalsel dicapai melalui kegiatan sebagai berikut:

Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki luas wilayah sekitar 1.472 km².

Berpenduduk sebanyak 243.460 jiwa (hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010).

Secara topografi, Kabupaten ini terdiri atas tiga kawasan, yakni kawasan rawa,

dataran rendah, dan wilayah pegunungan Meratus. Lahan rawa di Kabupaten Hulu

Sungai Tengah cukup luas namun belum dimanfaatkan secara optimal untuk

pertanian, karena terkendala oleh kesuburan tanah yang rendah dan tantangan

aspek pengelolaan air.

Keluaran yang ingin dicapai diantaranya adalah (1) ATLAS Desain Pengelolaan

Air Lahan Rawa Lebak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel, dan (2) paket

teknologi pertanian moderen pengembangan lahan rawa lebak Kabupaten Hulu

Sungai Tengah, Kalsel.

Page 53: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan memiliki tiga

kawasan dengan ekosistem berbeda yaitu kawasan rawa, dataran rendah, dan

wilayah pegunungan Meratus.

Lahan rawa di Kabupaten Hulu Sungai Tengah cukup luas namun belum

dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian, karena terkendala oleh kesuburan

tanah yang rendah dan sulitnya pengeloaan airnya. Produktifitas lahan rawa sangat

dipengaruhi oleh kondisi tanah, hidrologi dan meteorologi. Sampai saat ini penelitian

di lahan rawa lebih fokus pada aspek pengelolaan lahan (kesuburan tanah),

sedangkan penelitian tentang aspek hidrologi dan meteorologi lahan rawa belum

banyak dilakukan walaupun keberhasilan usaha tani lahan rawa sangat ditentukan

oleh kemampuan pengelolaan tata airnya.

Konsep pengelolaan sumberdaya air lahan rawa adalah dengan membuang

kelebihan air di musim penghujan dan mempertahankan muka air tanah di musim

kemarau sedemikian rupa sehingga lahan rawa dapat dipergunakan untuk budidaya

pertanian sepanjang tahun dengan jaminan tercukupinya air untuk tanaman. Salah

satu strategi pengelolaan air lahan rawa yang cocok diterapkan di Kabupaten Hulu

Sungai Tengah adalah dengan sistem polder. Polder adalah suatu kawasan di dalam

wilayah banjir dan genangan yang didesain sedemikian rupa dan dibatasi dengan

tanggul sehingga limpasan air yang berasal dari luar kawasan tidak dapat masuk.

Dengan demikian hanya aliran permukaan atau kelebihan air yang berasal dari

kawasan itu sendiri yang akan dikelola oleh sistem polder.

Gambar 16. Desain polder kecamatan Labuan amas utara

Page 54: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

Gambar 17. Sumber air polder Labuan Amas Utara

Hasil yang dicapai dari kegiatan ini yaitu di Kecamatan Labuan Amas Utara

dan Pandawan berpotensi dalam pembuatan Polder masing masing seluas 3.000 ha

dan 2.200 ha. Infrastruktur jalan penghubung beberapa desa di Kec. Labuan Amas

Utara dan Kec. Pandawan telah menjadi tanggul yang membatasi lahan dari

pengaruh sungai. Dengan investasi relatif rendah dan desain yang tepat, tanggul

tersebut dapat difungsikan menjadi polder. Pembuatan polder tersebut

memungkinkan meningkatkan indek pertanian dari IP 100 menjadi IP 300.

Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:

1. Pada sistem polder, selain saluran, pintu air dan pompa sebagai infrastruktur

penunjang, tanggul merupakan prasyarat utama agar polder berfungsi optimal

dalam mengatur sistem tata air pada lahan rawa.

2. Pada sebagian wilayah di Kabupaten Hulu Tengah, secara alamiah jalan

penghubung antar desa sudah membentuk tanggul permanen diatas lahan rawa

yang dapat dilalui kendaraan roda empat. Melalui perencanaan dan penyusunan

desain yang tepat, tanggul permanen eksisting yang fungsi utamanya sebagai

jalan penghubung antar desa, dapat difungsikan juga membentuk polder melalui

beberapa rekaya keteknikan berupa pembuatan tanggul tambahan yang

menghubungkan antar tanggul eksisting sehingga membentuk sistem tertutup,

serta pembuatan jalur aliran serta pintu inlet dan pintu outlet. Dengan

memanfaatkan infrastruktur yang sudah tersedia, dapat dipastikan biaya

pembuatan sistem polder dapat ditekan serendah mungkin.

3. Pengembangan polder di kawasan rawa lebak melalui pemanfaatan tanggul

eksisting berupa jalan penghubung antar desa, memiliki prospek yang cukup

menjanjikan baik di kabupaten Hulu Sungai Tengah maupun di Kabupaten lain

Page 55: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

yang memiliki kemiripan karakteristik lahan rawa dan wilayah seperti di

Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

4. Upaya optimalisasi pengelolaan air lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai

Tengah dan kabupaten lainnya memerlukan suatu model pengelolaan lahan rawa

yang handal dan teruji. Salah satunya adalah melalui pengembangan polder dan

mini polder dengan memanfaatkan infrastruktur tanggul eksisting. Polder yang

dibangun harus didasarkan pada hasil kajian survei yang komprehensif serta

analisis dan desain yang akurat yang mempertimbangkan aspek teknis, ekologis,

sosial budaya serta ekonomi.

Teknik Penetapan Lokasi dan Pendampingan Implementasi Pengelolaan

Air Permukaan untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman (IP)

Rekomendasi desain pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi dilakukan melalui

kegiatan sebagai berikut:

Produksi pangan khususnya padi yang dihasilkan oleh lahan sawah sentra

produksi pangan di Indonesia sampai saat ini sebagian besar berasal dari lahan

sawah irigasi yang mengandalkan kebutuhan airnya dari pasokan irigasi dari

bendungan yang disalurkan melalui jaringan irigasi. Walaupun selama periode lima

tahun terakhir sektor pertanian berhasil meningkatkan produksi padi rata-rata 2,8%,

namun demikian peningkatan indeks pertanaman (IP) pada lahan sawah irigasi tidak

berbanding lurus dengan investasi yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah.

Sementara itu lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan

sawah irigasi sederhana dan lahan sawah yang terletak di bagian paling hilir daerah

irigasi yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi atau seringkali disebut dengan

“Tail Irrigated Area” mempunyai total sebaran yang cukup luas. Lahan-lahan sawah

non irigasi tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dan 200 dengan kendala

utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dan curah

hujan. Irigasi suplementer yang berasal dari panen hujan, mata air, aliran

permukaan dan air tanah di sekitar lahan-lahan tersebut merupakan peluang untuk

meningkatkan IP pada lahan non irigasi.Survei investigasi dan desain pengelolaan

air irigasi pada lahan sawah IP 100 dan 200 merupakan upaya yang dilakukan untuk

memperoleh data dan informasi primer potensi ketersediaan air alternatif serta

informasi lainnya di lokasi lahan sawah IP 100 serta menyusun desain pengelolaan

air irigasi spesifik lokasi yang dapat diimplementasikan secara tepat, sederhana, dan

berkelanjutan.

Page 56: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

Keluaran yang ingin dicapai yaitu kriteria lokasi dan jenis infrastruktur panen

air yang dapat meningkatkan IP dari 100 menjadi 200 dan dari 200 menjadi 300,

desain pengelolaan air irigasi pada lahan sawah IP 100 dan 200 serta percontohan

demfarm peningkatan IP padi memanfaatkan sumber air permukaan (sungai).

Gambar 18. Lokasi demfarm IP Padi 100 di Kab. Lampung Tengah

Gambar 19. Potensi sumberdaya air permukaan Sungai Way Seputih

Hasil yang dicapai selama kegiatan berlangsung yaitu penentuan kriteria

lokasi untuk implementasi peningkatan IP padi terdiri dari 2 kriteria yaitu kriteria

teknis dan sosial. Teknis, diprioritaskan sawah tadah hujan yang biasanya ditanam 1

– 2 kali setahun, mempunyai sumber air permukaan (sungai) sepanjang tahun,

target irigasi sawah lebih luas dari 30 ha, beda tinggi, antara permukaan air dan

lahan sawah tidak melebihi 16 m. Sosial, Petani pemilik lahan, anggota kelompok

tani, memiliki sawah yang merupakan mata pencaharian utama, bersedia

ditingkatkan IP dari 100 atau 200 menjadi 200 atau 300, bersedia menerima

Page 57: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

bantuan pompa dan kerjasama dalam hal pendanaan.Infrastruktur panen air (5

jenis) yaitu: pemanfaatan air sungai (pompanisasi), dam parit, embung, long

storage, dan sumur dangkal. Peningkatan IP tanaman padi sawah tadah hujan di

Desa Bumi Udik, Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dapat

dilakukan dengan pengelolaan air yang tepat yaitu memanfaatkan potensi air

permukaan (sungai) yang ada dilokasi, melalui system pompanisasi untuk irigasi

tanaman padi dalam upaya meningkatkan indek pertanaman. Pelaksanaan demfarm

dilakukan secara bertahap dari mulai desain pengelolaan air berupa pengambilan air

permukan dari sungai untuk irigasi, penentuan saluran utama, bak pembagi dan

saluran air ke lahan, penanaman padi sawah dengan system jajar legowo 2:1,

pemeliharaan dan panen.

Selanjutnya rekomendasi yang dihasilkan sebagai berikut:

1. Lokasi untuk infrastruktur panen air ditentukan berdasarkan ketersediaan

sumber air yang tersedia sepanjang tahun dan hamparan sawah tadah hujan

IP100-200 yang luasnya melebihi 15 ha. Pemanfaatan air permukaan (sungai,

dam parit, embung, longstorage) dan air tanah dangkal, dapat meningkatkan IP

sawah tadah hujan dan lahan kering.

2. Pada lokasidemfarm seluas 9 ha, direkomendasikan agar luasan sawah tadah

hujan yang ditingkatkan IP nya lebih dari 50 ha, pemanfaatan air permukaan

dari sungai dilengkapi dengan saluran irigasi terbuka dan bak bagi, agar air

irigasi efisien dan efektif dalam meningkatkan IP sawah tadah hujan, selain itu

agar melibatkan peneliti hama dan penyakit untuk mengamankan serangan

hama dan penyakit karena pada areal yang IP nya ditingkatkan akan terjadi

serangan hama dan penyakit yang tinggi.

Pendalaman Identifikasi Wilayah Potensial Pengembangan IP 300

Berdasarkan Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU untuk

Penyusunan Strategi Optimalisasi Pemanfaatannya

Rekomendasi kebijakan pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air

dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang

untuk penerapan IP 300 dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

Luas lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan sawah

irigasi sederhana dan lahan sawah irigasi yang terletak di bagian ujung jaringan

irigasi yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi di Provinsi Sulawesi Selatan

Page 58: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

mencapai 450.340 ha, walaupun di lapangan penyebarannya terpencar

(fragmented), tidak dalam satuan hamparan yang luas. Lahan-lahan sawah non

irigasi tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dengan kendala utama

keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari curah hujan.

Keluaran yang ingin dicapai diantaranya adalah (1) peta potensi sumber daya

iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan

berpeluang peningkatan IP 300 Sulawesi, (2) basis data potensi, strategi dan opsi

teknologi untuk optimalisasi lahan melalui pengelolaan sumberdaya iklim, air dan

tanah secara terpadu pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan

berpeluang untuk penerapan IP 300, dan (3) rekomendasi kebijakan pemanfaatan

lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah pada kawasan

pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300.

Gambar 20. Dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi Selatan

Page 59: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

Gambar 21. Peresmian dam parit/bendung Tampala Parangloe, Maros, Sulawesi

Selatan oleh Menteri Pertanian

Berdasarkan peta potensi pengembangan kawasan pertanian, lahan-lahan

sawah non irigasi pada umumnya mempunyai IP 100 dan atau IP 200 dengan

kendala utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari

curah hujan. Pendalaman identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 yang

dilakukan di Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi

Utara) menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang mempunyai potensi

peningkatan IP yang tergolong pada kawasan non pengembangan merupakan areal

persawahan dengan luas < 100 ha dengan potensi sumberdaya air permukaan yang

belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh petani secara optimal dan masih terdapat

beberapa sumber air yang masih dapat dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik

berupa sumberdaya air permukaan (sungai), mata air dan atau air tanah, terutama

untuk mengantisipasi kekeringan.

Dengan teknologi panen air yang sederhana berupa pembangunan Dam Parit

yang dilakukan di Desa Tampala Parangloe, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten

Maros dengan lebar 60 meter mampu menampung air sungai yang dapat

dimanfaatkan untuk irigasi lahan sawah di sekitarnya sehingga mampu

meningkatkan IP dari 150 menjadi 300 pada lahan seluas 75 ha. Potensi

Page 60: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

sumberdaya air permukaan di Provinsi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara yang

dapat dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian dengan konsep dam

parit/bendung tersebut mempunyai penyebaran yang cukup banyak. Untuk

mendukung program peningkatan indek pertanaman (IP) 100 Kementerian

Pertanian, desain pemanfaatan sumberdaya air sungai sebagai sumber irigasi

dengan model pengembangan dam parit/bendung tersebut dapat di replikasi untuk

wilayah Sulawesi yang mempunyai karakteristik hidrologi yang hampir sama dengan

sungai-sungai yang ada di DAS wilayah Tompobulu. Model pemanfaatan potensi

sumberdaya air dapat dijadikan dasar dalam menentukan lokasi prioritas

pengembangan infrastruktur panen air (embung, dam parit, longstorage) untuk

meningkatkan IP oleh Kementerian Pembangunan Desa Tertinggal.

Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:

1. Lahan sawah non irigasi terutama lahan sawah tadah hujan, lahan sawah irigasi

sederhana dan lahan sawah irigasi yang terletak di bagian ujung jaringan irigasi

yang tidak pernah mendapat bagian air irigasi di Indonesia mempunyai

penyebaran seluas 4 juta ha, walaupun di lapangan penyebarannya terpencar

(fragmented) dan tidak dalam satuan hamparan yang luas. Berdasarkan peta

potensi pengembangan kawasan pertanian, lahan-lahan sawah non irigasi

tersebut pada umumnya mempunyai IP 100 dan atau IP 200 dengan kendala

utama keterbatasan air, karena hanya mengandalkan air irigasi utama dari curah

hujan.

2. Keterbatasan air untuk irigasi dapat disebabkan oleh: (i) sumber air tidak

tersedia atau tidak mencukupi, atau (ii) sumber air tersedia bahkan melimpah

akan tetapi belum dapat dimanfaatkan secara optimal dikarenakan teknologi

ataupun infrastruktur yang sesuai belum tersedia. Dengan demikian diperlukan

upaya optimalisasi pemanfaatan air dengan cara mencari dan memanfaatkan

sumberdaya air yang masih ada yang belum dimanfaatkan oleh petani.

3. Pendalaman identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 yang dilakukan

di Pulau Sulawesi (Provinsi Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara)

menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah yang mempunyai potensi

peningkatan IP yang tergolong pada kawasan non pengembangan merupakan

areal persawahan dengan luas < 100 ha dengan potensi sumberdaya air

permukaan yang belum dimanfaatkan oleh petani secara optimal, masih terdapat

beberapa sumber air yang masih dapat dieksploitasi untuk kebutuhan irigasi baik

Page 61: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

berupa sumberdaya air permukaan (sungai), mata air dan atau air tanah,

terutama untuk mengantisipasi kekeringan.

4. Dengan teknologi panen air yang sederhana berupa pembangunan Dam Parit

yang dilakukan di Desa Tampala Parangloe, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten

Maros dengan lebar 60 meter mampu menampung air sungai yang dapat

dimanfaatkan untuk irigasi lahan sawah di sekitarnya sehingga mampu

meningkatkan IP dari 150 menjadi 300 pada lahan seluas 75 ha.

5. Potensi sumberdaya air permukaan di Provinsi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi

Utara yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi lahan pertanian dengan konsep

dam parit/bendung tersebut mempunyai penyebaran yang cukup banyak

(lampiran)

6. Untuk mendukung program peningkatan indek pertanaman (IP) 100

Kementerian Pertanian, desain pemanfaatan sumberdaya air sungai sebagai

sumber irigasi dengan model pengembangan dam parit/bendung tersebut dapat

di replikasi untuk wilayah Sulawesi yang mempunyai karakteristik hidrologi yang

hampir sama dengan sungai-sungai yang ada di DAS wilayah Tompobulu.

7. Model pemanfaatan data/informasi potensi sumberdaya air hasil pendalaman

identifikasi wilayah potensial pengembangan IP-300 berdasarkan peta potensi

pengembangan kawasan pertanian dijadikan dasar dalam menentukan lokasi

prioritas pengembangan infrastruktur panen air (embung, dam parit,

longstorage) untuk meningkatkan indek pertanaman (IP) oleh Kementrian

Pembangunan Desa Tertinggal.

Identifikasi dan Pemetaan Wilayah SDLP Rawan Kebakaran Akibat Iklim

Ekstrim Penyusun Strategi Antisipasi dan Kebijakannya

Rekomendasi kebijakan antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan pada

kawasan/wilayah khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan iklim

ekstrim dan perubahan iklimdilakukan melalui kegiatan sebagai berikut:

Bencana kebakaran lahan & hutan (“karlahut”) telah memberikan dampak

kerugian yang besar terhadap kesehatan, ekologi, dan ekonomi masyarakat dan

negara. Kejadian “karlahut” memperlihatkan trend yang selalu berulang setiap

tahunnya. ”Karlahut” merupakan masalah yang sangat serius kedepannya.

Identifikasi wilayah rawan “karlahut” penting bagi masyarakat & pemangku

kebijakan, terkait untuk pengelolaan dan upaya pencegahannya. Beberapa

pencegahan dan penanganan “Karlahut” diantaranya terkait biofisik yaitu perbaikan

Page 62: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

sistem tata air/drainase mikro dan makro, untuk menjaga muka air tanah dan

kelembaban (permukaan tanah tetap lembab), kedalaman saluran drainase

disesuaikan dengan komoditas yang ditanam, menerapkan teknik membuka lahan

dan sistem budidaya tanaman tanpa bakar, dan mengaplikasikan ameliorant (tanah

mineral, abu, kapur), serta pemupukan berimbang, lahan terlantar/semak belukar

diusahakan/dibudidayakan.

Gambar 22. Pembukaan lahan tanpa bakar & dibakar

Keluaran yang ingin dicapai adalah; (1). faktor-faktor biofisik, sosial ekonomi,

dan kebijakan yang berpotensi menyebabkan atau pemicu terjadinya kebakaran

SDLP pada satu kawasan, (2). informasi kawasan/wilayah yang berpotensi besar

terjadinya kebakaran lahan khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan

kondisi biofisik lahan, regulasi daerah, sosial ekonomi masyarakat, pada kondisi

iklim ekstrim dan perubahan iklim, dan (3). strategi antisipasi dan opsi teknologi

penanggulangan kebakaran lahan pada kawasan/wilayah khususnya pada lahan

gambut, terutama terkait dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim.Kesimpulan

yang dicapai dari kegiatan ini diantaranya berdasarkan wilayah administrasi

pemerintahan, sebaran titik panas/kebakaran tertinggi terjadi selama beberapa

tahun terakhir berada di provinsi-provinsi yang memiliki lahan gambut luas yaitu:

Provinsi Sumatera Selatan , Riau, Jambi, Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan

Tengah, Kalimantan Timur, dan Papua. Berdasarkan waktu/musim, bulan dengan

sebaran titik panas tertinggi adalah di akhir musim kemarau yaitu di bulan Agustus,

September, Oktober, atau pada saat kejadian Elnino. Berdasarkan data kelas

penutupan lahan, yang rawan kebakaran adalah: semak /belukar, hutan, HTI,

perkebunan, pertanian tanaman semusim.“Karlahut” terjadi pasti ada pemicu

awalnya, dalam hal ini adalah aktivitas manusia.

Kegiatan ini menghasilkan rekomendasi sebagai berikut:

1. Hasil identifikasi wilayah rawan kebakaran lahan dan hutan (Karlahut)

berdasarkan data hot spot dari citra Satelit Aqua/Terra Modis di dua provinsi di

Page 63: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

Sumatera yaitu Riau dan Sumatera Selatan, menemukan bahwa wilayah yang

rawan terjadi kebakaran adalah pada lahan gambut dengan jenis

tutupan/penggunaan lahan: hutan, semak belukar, perkebunan, hutan tanaman

industry (HTI), dan lahan tanaman semusim. Kebakaran biasanya terjadi apabila

kondisi permukaan gambut kering pada kondisi iklim ektrim (elnino dan/atau

kemarau). Sedangkan berdasarkan hasil studi atau observasi lapang,

menginfokan bahwa pemicu terjadinya “karlahut” adalah akibat aktivitas

manusia di lahan gambut tersebut (99%), baik disengaja maupun tidak.

2. Kebakaran lahan gambut biasanya diawali oleh penyulutan api di atas

permukaan lahan gambut yang kering akibat aktivitas manusia baik disengaja

maupun tidak. Api selanjutnya akan bergerak ke segala arah, bawah permukaan,

atas permukaan, bahkan diterbangkan oleh angina kearah kiri, kanan, depan dan

belakang. Penjalaran api ke bawah permukaan yang membakar lapisan gambut

dipengaruhi oleh kadar air lapisan gambut (apabila kadar air < 117 g/g api

merambat dengan cepat, dan apabila kadar air gambut >290 g/g api sulit

merambat atau padam). Pada permukaan tanah, api bergerak dipengaruhi oleh

kecepatan dan arah angin sebagai kebakaran permukaan (surface fire), dan

apabila api telah mencapai tajuk pohon akan menjadi kebakaran tajuk (crown

fire). Bagian pohon/ranting/semak yang terbakar dapat diterbangkan oleh angin

dan jatuh ke tempat baru sehingga menyebabkan kebakaran baru sebagai api

loncat (spot fire/spotting).

3. Pembukaan atau konversi lahan gambut secara luas oleh perusahaan besar,

berdampak nyata terhadap datangnya migran (masyarakat dari daerah lain) dan

juga masyarakat lokal (dekat lokasi areal konversi) yang berlomba

membuka/menjarah lahan yang berdekatan dengan areal konsesi perusahaan

tersebut, karena kemudahan akses yang telah dibuat perusahaan (akses jalan

dan kanal) sehingga memudahkan eksploitasi lahan gambut oleh masyarakat.

Hal ini telah mengakibatkan terjadi pergeseran tata cara atau kebiasaan

pengelolaan lahan gambut oleh masyarakat, dari yang biasanya secara arif dan

bijaksana (kearifan lokal) manjadi pola destruktif (merusak).

4. Pembakaran hutan atau semak belukar dalam membuka dan membersihkan

lahan merupakan kegiatan rutin (turun temurun atau budaya) oleh umumnya

petani di lahan gambut sebelum dilakukan penanaman. Berdasarkan hasil kajian

terhadap persepsi masyarakat/petani, pembukaan dan persiapan lahan dengan

cara dibakar ternyata relatif lebih cepat dan lebih murah, jika dibandingkan

Page 64: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

dengan cara tanpa dibakar. Pembukaan lahan tanpa bakar memerlukan tenaga

kerja hampir 4 kali lipat lebih banyak dibanding pembukaan lahan dengan cara

dibakar. Demikian pula halnya dengan kebutuhan biayanya. Komponen biaya

untuk pembukaan lahan tanpa bakar selain untuk upah kerja, juga untuk biaya

sewa alat (chainsaw) dan pembelian herbisida untuk menyemprot/membunuh

rumput-rumputan. Hasil kajian di Riau dan Sumatera Selatan juga menemukan

bahwa persepsi sebagian besar petani berpendapat bahwa kebakaran lahan

mengakibatkan lahan atau tanah semakin subur untuk ditanami.

5. Perlu memberdayakan posko-posko karhutla, mobilitas SDM (termasuk

masyarakat), dana dan Peralatan, meningkatkan koordinasi dan sharing

informasi antara: lintas instansi, masyarakat dan perusahaan, seperti WA group,

kebijakan pembukaan lahan dan budidaya pertanian tanpa bakar, perlu ada

pendidikan formal dan informal terkait kebakaran lahan dan hutan,

budidaya/sistem usahatani tanpa bakar, pemberian bantuan/subsidi kepada

petani, berupa bahan amelioran dan pupuk, serta alsintan (alat pengelolan

lahan) serta bantuan pemasaran produk hasil pertanian.

6. Berkaitan dengan terjadinya kejadian “karlahut” yang trendnya berulang setiap

tahun, telah mendorong pemerintah pusat dan/atau daerah (Pemda) membuat

regulasi/peraturan yang melarang melakukan pembakaran pada lahan. Regulasi

atau larangan membakar lahan ini menyebabkan sebagian besar usahatani

khususnya budidaya padi di lahan gambut tidak bisa lagi dilaksanakan oleh

petani saat ini. Apabila regulasi ini tetap diberlakukan untuk jangka waktu

panjang, diperkirakan akan berdampak terhadap kerawanan pangan sebagian

besar keluarga petani aau masyarakat disekitar lahan gambut, yang selanjutnya

juga berdampak pada kerawanan sosial ekonomi dan keamanan.

Ada beberapa cara pencegahan kebakaran lahan gambut, yaitu secara

biofisik: (a) Perbaikan sistem tata air/drainase mikro dan makro, untuk menjaga

muka air tanah dan kelembaban (permukaan tanah tetap lembab). (b) Menerapkan

teknik membuka lahan dan sistem budidaya tanaman tanpa bakar, dan

dikombinasikan dengan mengaplikasikan ameliorant (tanah mineral, abu, kapur),

serta pemupukan berimbang pada lahan budidaya. (c) Pembuatan kanal pemisah

lahan dengan lebar dan dalam yang cukup atau memadai sehingga api tidak bisa

merembet ke lahan yang lain. (d) Lahan terlantar/semak belukar

diusahakan/dibudidayakan. Sedangkan secara social dan ekonomi: (a) Perlu adanya

penyuluhan dan sosialisasi yang berkelanjutan dan menyentuh sebagian besar

Page 65: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

petani dan penduduk yang terkait dengan Karhutla, (b) Perlu ada pendidikan formal

dan informal terkait kebakaran lahan dan hutan, budidaya/sistem usahatani tanpa

bakar. (c) Pemberian bantuan/subsidi kepada petani, berupa bahan amelioran dan

pupuk, serta alsintan (alat pengelolan lahan). (d) Perlu ada pelarangan dan

penegakkan hukum yang tegas terkait karhutla.

Regulasi terkait pengelolaan lahan gambut seharusnya perlu

mempertimbangkan aspek filosofis, yuridis dan sosiologis yang terkait dengan

fungsi ekosistem gambut yaitu sebagai kawasan lindung dan budidaya. Landasan

filosofis seharusnya merujuk pada UUD 1945 pasal 33 ayat (3) bahwa bumi dan

air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Landasan yuridis

adalah bahwa sumberdaya alam, termasuk lahan gambut, harus diatur

pengelolaannya dengan cara yang seadil-adilnya dan berkelanjutan sehingga dapat

bermanfaat untuk seluruh lapisan masyarakat, baik untuk generasi saat ini maupun

mendatang. Landasan sosiologis adalah bahwa masyarakat mempunyai

kebebasan memilih dalam pengembangan lahan gambut berdasarkan tingkat

kesesuaian dan kemampuan lahannya, yang pengelolaanya diatur secara bijaksana

melalui peraturan yang dapat diterima semua pihak.

Pengembangan sistem koordinasi dan komunikasi informasi iklim dan air

serta hasil-hasil penelitian dan pengmbangan terkait dengan antisipasi

dan adaptasi perubahan iklim dan iklim ekstrim

Teknologi adaptasi terhadap perubahan iklim merupakan aspek kunci yang harus

menjadi upaya antisipasi Kementerian Pertanian dalam rangka menyikapi perubahan

iklim. Upaya yang sistematis dan terintegrasi, serta komitmen dan tanggung jawab

bersama yang kuat dari berbagai pemangku kepentingan sangat diperlukan guna

menyelamatkan sektor pertanian. Untuk mencapai upaya tersebut, perlu dilakukan

kegiatan yang menghasilkan informasi, teknologi, dan rekomendasi pengelolaan

berkelanjutan sumber daya iklim dan air untuk adaptasi sektor pertanian pangan

menghadapi perubahan iklim ekstrim. Dalam rangka mendiseminasikan dan

memformulasikan informasi, teknologi, dan rekomendasi tersebut dilakukan

kegiatan “Pengembangan Sistem Koordinasi dan Komunikasi Informasi Iklim dan Air

serta Hasil-Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Antisipasi dan

Adaptasi Iklim Ekstrim dan Perubahan Iklim” yang bertujuan menyusun laporan

hasil koordinasi dan komunikasi, melaksanakan Focus Group Discussion (FGD),

Page 66: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

seminar nasional, temu lapang, dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim

dan air serta untuk menghimpun masukan guna menyusun rumusan dan strategi

kebijakan.

Keluaran kegiatan ini adalah: (1). terselenggaranya secara optimal fungsi

koordinasi dan komunikasi pelaksanaan kegiatan antar Tim dengan stake holder

(penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan kebijakan

sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan iklim), (2)

terselenggaranya kegiatan dan tersusunnya rumusan diskusi rutin, seminar nasional

dan FGD hasil (penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan

kebijakan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan

iklim), (3) terselenggaranya kegiatan sosialisasi dan diseminasi hasil peneltian

(penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan kebijakan

sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan iklim), (4)

laporan lengkap, rumusan hasil akhir dan rekomendasi kebijakan menyeluruh hasil-

hasil (penelitian dan pengembangan analisis, pengembangan informasi dan

kebijakan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi iklim ekstrim dan perubahan

iklim), dan (5) informasi, rumusan, RTL/program aksi, policy brief, policy note

Untuk itu telah dilaksanakan FGD “Pengembangan Teknologi

Pengelolaan Iklim dan Air untuk Antisipasi Iklim Ekstrim di Wilayah

Ekuatorial” yang dilaksanakan di Padang Sumatera Barat 30-31 Mei 2016, FGD

menghasilkan rumusan umum bahwa kemanfaatan dan pemanfaatan hasil-hasil

penelitian dan kajian tentang iklim ekstrim dalam kontek pengamanan produksi

pangan ini, perlu adanya fungsi koordinasi dan komunikasi dengan berbagai

kalangan, baik melalui diskusi rutin dan FGD, maupun seminar nasional dan

pengembangan sistem informasi, sosialisasi dan diseminasi yang didukung oleh

rekomendasi kebijakan. Selain itu, juga dibutuhkan berbagai bahan publikasi berupa

karya tulis ilmiah, policy brief dan sintesis kebijakan. Selain itu telah dilaksanakan

“Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan Iklim Ekstrim dan Air”

di Makassar 18-21 Oktober 2016 dengan tema “Upaya Khusus Optimalisasi Sumber

Daya Air Lahan Kering 4 Juta Ha untuk Meningkatkan serta Mengamankan Luas

Tanam dan Produksi pada Kondisi Iklim Ekstrim”.

Berdasarkan diskusi tetang pembelajaran selama ini serta hasil-hasil

penelitian dan kajian serta bertitik tolak dari kosepsi Gerakan Hemat Air yang

dideklarasikan oleh PERHIMPI, PERAGI dan PERHEPI bersama Lemhanas pada

tahun 1995, tindak lanjut talkshow sebelumnya, Forum Temu Lapang dan Ekspose

Page 67: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

Teknologi sepakat mendeklarasikan komitmen mengatasi dampak iklim ekstrim pada

sektor pertanian melalui Deklarasi Makassar tentang Gerakan Nasional Panen

dan Hemat Air Menghadapi Iklim Ekstrim, yaitu: (1) Berkomitmen mendorong

perubahan sikap dan kepedulian masyarakat dalam mengelola iklim dan air untuk

pertanian yang lebih produktif dan bijaksana, agar dapat dimanfaatkan sebesar-

besarnya untuk kemakmuran rakyat secara berkelanjutan, (2) Bertekad menjaga

keberlanjutan ketersediaan sumber daya iklim dan air untuk pertanian melalui

pemberdayaan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam memperluas penerapan

teknologi panen dan hemat air, menggali kearifan lokal disertai perbaikan tata kelola

air dan lahan, dan (3) Menggalang partisipasi aktif seluruh elemen bangsa secara

terintegrasi, terencana, dan kontinyu sebagai wujud tanggung jawab kolektif

mengamankan ketersediaan pangan nasional yang bermula dari pengelolaan

informasi iklim dan sumberdaya air. Deklarasi Makasar ditandatangani oleh

perwakilan Komunitas Peduli Iklim dan Air yang terdiri pengambil kebijakan, peneliti,

akademisi, organisasi profesi ilmiah, LSM, perusahaan swasta, petani, dll. Deklarasi

Makassar direncanakan menjadi gerakan nasional yang akan dicanangkan pada

Pekan Nasional Kontak Tani Nelayan Andalan (PENAS KTNA) XV pada 6-11 Mei 2017

di Lhong Raya, Banda Aceh.

Gambar 23. FGD ekuatorial di Padang

Page 68: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

Gambar 24. Temu lapang dan ekspose teknologi pengelolaan iklim ekstrim dan air

Makassar, 18-21 oktober 2016

Gambar 25. Naskah Deklarasi Makassar

Page 69: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

Gambar 26. Sampul Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan

Iklim Ekstrim dan Air

Keberhasilan pencapaian target tersebut, merupakan hasil dari kerja keras seluruh

peneliti dengan dukungan sarana penelitian yang memadai seperti: laboratorium,

sarana pengolah data, dan peralatan penelitian lainnya yang berfungsi dengan baik,

menjadikan para peneliti dapat melaksanakan kegiatan penelitian sesuai yang

direncanakan.

Selain itu fungsi pemantauan dan pengendalian yang berjalan cukup baik,

membuat seluruh kegiatan penelitian dapat terselesaikan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai dalam proposal. Pelaksanaan monitoring kegiatan dilakukan setiap

bulan dengan menyiapkan form isian perkembangan kegiatan yang harus diisi oleh

penanggungjawab RPTP, selain itu pada saat tim berada di lapangan juga dilakukan

monitoring kegiatan lapangan baik secara administrasi maupun teknis dengan

melibatkan peneliti senior yang ditunjuk sebagai tim evaluator. Untuk kegiatan

evaluasi terhadap hasil kegiatan, dilakukan sekurang-kurangnya 3 kali setahun,

yaitu:(1) setelah tim pulang dari lapang untuk mengevaluasi hasil kegiatan di

lapangan, (2) setelah dihasilkan draft laporan dan hasil analisis laboratorium, dan

Page 70: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

(3) setelah laporan diselesaikan. Hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi

dijadikan sebagai bahan masukan untuk perbaikan kualitas kegiatan penelitian

maupun pelaporan dan output yang dihasilkan.

Secara lengkap rincian output teknologi yang dihasilkan beserta

kegunaan/manfaatnya adalah sebagai berikut :

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

1 Teknologi informasi kalender tanam terpadu

tanaman padi pada lahan sawah seluruh Indonesia

Penyusunan Sistem Informasi Katam Terpadu digunakan untuk memandu dan memberikan keyakinan kepada para penyuluh

dan pemangku kebijakan di daerah dalam merencanakan dan menetapkan pola dan waktu tanam yang tepat sesuai dengan dinamika iklim setempat, memberikan alternatif acuan dan perangkat untuk memprediksi potensi luas tanam dan produksi padi. Pemanfaatan hasil prediksi kalender tanam yang dipadukan dengan informasi lain seperti wilayah rawan banjir, kekeringan, serangan OPT, varietas unggul yang tepat, rekomendasi pemupukan yang rasional, dan pengawalan alat mesin pertanian (alsintan) menjadi salah satu alat bantu dalam menyusun perencanaan penyiapan sarana produksi bagi pengambil kebijakan, perencanaan surplus beras, kemandirian dan ketahanan pangan nasional, dan mengurangi risiko pertanian sekaligus memberikan dampak pada optimalisasi pemanfaatan lahan sawah

2

Teknologi informasi Key Area keragaman iklim seluruh Indonesia Mendukung UPSUS PJK

Data dan informasi tentang wilayah indikator bisa menjadi wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim di Indonesia, dapat memberikan informasi bagi kondisi iklim Indonesia secara keseluruhan berdasarkan agroekosistem masing-masing, yang selanjutnya menjadi dasar yang penting dalam penetapan teknologi adaptif serta permasalahan adopsinya dalam mengatasi risiko bencana terkait iklim (banjir, kekeringan dan OPT) serta langkah kebijakan inovasi teknologi maupun transfer teknologinya hingga tingkat petani.

Page 71: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

Peta signifikansi curah hujan dan ENSO, DMI serta OLR pada 3 bulanan sebagai batas kritis curah hujan untuk deteksi el-nino dan la-nina serta awal tanam pada key area

3 Teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan Berbasis Model Food Smart Village

Model/teknologi optimalisasi pengelolaan air untuk meningkatkan pendayagunaan sumberdaya air pada lahan tadah hujan yang dikembangkan adalah dengan membangun bendung sadap. Petani di lahan tadah hujan dapat memanfaatkan air dari bendung sadap untuk mengembangkan komoditas tanaman dengan tanaman yang lebih bervariasi (tanaman pangan, sayuran, buah). Implementasi model FSV dapat meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan indeks pertanaman dan diversifikasi tanaman untuk mendukung swasembada padi, jagung, kedelai.

Page 72: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

Bangunan bendung sadap untuk menampung mata air di Desa Limampoccoe, Kec. Cenrana, Kab. Maros, Sulawesi Selatan

4 Teknologi pemanfatan sumber energi alamiah untuk optimalisasi pengelolaan sumberdaya air (Pompa Air Tenaga Surya)

Penerapan teknologi irigasi dengan pompa air menggunakan sumber energi matahari yang hemat energi dan ramah lingkungan, penggunaannya mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama, sehingga pompa energi matahari lebih tepat guna, efisien, dan ekonomis dengan biaya operasi dan pemeliharaan (OP) yang lebih sedikit, dan tidak membebani petani dalam melakukan kegiatan usahataninya.

Pemanfaatan pompa tenaga surya

5 Teknologi penentuan penciri iklim mikro untuk peningkatan produktivitas tanaman

Penelitian ini menghasilkan model pengelolaan iklim dan air khususnya pengelolaan irigasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kakao serta meningkatkan upaya memacu diversifikasi pangan, nilai tambah, daya saing dan ekspor, serta mewujudkan kesejahteraan petani.

Page 73: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

Pot lisimeter di isi tanaman kakao

6 Rekomendasi strategi serta rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko untuk penyelamatan dan pengamanan produksi pangan

Informasi, teknologi, dan rekomendasi pengelolaan berkelanjutan sumberdaya iklim dan air untuk adaptasi sektor pertanian pangan menghadapi perubahan iklim ekstrim ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi antisipasi dan adaptasi perubahan iklim dan/atau kejadian iklim ekstrim (anomali iklim) dalam rangka pengamanan produksi pangan dan komoditas pertanian lainnya.Informasi, teknologi, dan rekomendasi ini bersifat dinamis dan kadang kala bersifat spesifik lokasi, sesuai dengan tingkat perubahan iklim dan tingkat kerawanan wilayah yang setiap waktu bisa berubah (dinamis) sehingga selalu perlu dimutakhirkan atau disesuaikan

Peta prediksi sifat hujan di NTT Oktober 2016 – Maret 2017

Ket. Curah hujan normal sampai di atas normal normal

berpeluang lebih tinggi terjadi di Provinsi NTT pada OND 2016. Pada JFM 2017 sifat hujan diprediksi normal

7 Rekomendasi kebijakan

adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan terhadap anomali iklim di Jawa dan Sulawesi

Memberikan informasi indeks kerentanan pangan dan risiko iklim, faktor determinan yang mempengaruhi kerentanan pangan dan risiko iklim, dan menyusun rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim berdasarkan tingkat kerentanan pangan dan risiko iklim

Page 74: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

Peta Kerentanan Pangan berbasis sumberdaya lahan, iklim dan air di Pulau Jawa

8 Rekomendasi desain

pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi di Lampung

Teknologi dan rekomendasi pengelolaan air irigasi pada lahan IP 100 dan 200 untuk peningkatan IP padi dengan memanfaatkan sumber air permukaan yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi dalam rangka meningkatkan IP padi pada daerah yang mempunyai sumber air permukaan sepanjang tahun yang dapat meningkatkan produksi pangan nasional.

Hasil pemetaan lokasi demfarm seluas 11 ha di Desa Bumi Udik, Kec. Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah

9 Rekomendasi kebijakan

pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber

Informasi, teknologi, model dan rekomendasi pengelolaan air irigasi ini dapat dijadikan sebagai acuan oleh instansi subsektor lingkup Kementerian Pertanian dan atau dinas/SKPD di daerah

Page 75: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

daya iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300

dalam merancang dan melakukan kegiatan/program aksi dalam rangka pemanfaatan lahan berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah pada kawasan pengembangan PJKU yang potensial dan berpeluang untuk penerapan IP 300

Contoh dam parit/bendung Tampala Parangloe, Kab. Maros, Sulsel

10 Rekomendasi kebijakan antisipasi dan

pencegahan kebakaran hutan pada kawasan/wilayah khususnya pada lahan gambut, terutama terkait dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim

Rekomendasi:

• Terkait kebijakan/himbauan tidak boleh membakar: Masyarakat lokal/petani sudah lama tinggaldan beraktivitas di lahan gambut tsb. Untuk itu, perlu pendekatan tertentu, dinamis, dan tidak boleh bertentangan dengan UU/peraturan yang lebihtinggi, dalam memecahkan masalah “karlahut”, agar tidak menimbulkan masalah baru bagi masyarakat/petani (seperti rawan pangan dan kemiskinan)

• Perlu regulasi/kebijakan yang terintegrasi, mencakup aspek sosial, ekonomi, budaya, dan teknologi untuk pengelolaan lahan gambutrawan “karlahut”

• Perlu adanya baku mutu dan peraturan yang harus digunakan sebagai acuan dalampembukaan dan pengelolan lahan gambut berkelanjutan, termasuk mencegah kebakaran

Page 76: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

No. Nama Teknologi dan Rekomendasi

Kegunaan/Manfaat

Contoh Peta wilayah rawan kebakaran Prov. Sumsel

11 Rekomendasi

pengelolaan air di lahan rawa lebak di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalsel

Hasil penelitian ini dapat membantu pemangku kepentingan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan air di lahan rawa untuk mendukung peningkatan produksi beras nasional.

Identifikasi karakteristik hidrologis polder

Rekomendasi:

• Dalam upaya peningkatan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 300 maka perlu pembuatan polder, ada potensi pembuatan Polder masing masing seluas 3.000 ha dan 2.200 hadi Kecamatan Labuan Amas Utara dan Pandawan HST

• Infrastruktur jalan penghubung beberapa desa di Kec. Labuan Amas Utara dan Kec. Pandawan telah menjadi tanggul yang membatasi lahan dari pengaruh sungai. Perlu ada investasi relatif rendah dan desain yang tepat sehingga tanggul tersebut dapat difungsikan menjadi polder

Page 77: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

Keberhasilan yang dicapai dalam menghasilkan output pada indikator kinerja

kedua dan ketiga merupakan bagian dari komitmen peneliti dan tenaga pendukung

untuk menghasilkan target yang telah ditetapkan. Selain itu fungsi pemantauan dan

evaluasi yang berjalan cukup baik, menjadikan seluruh kegiatan terlaksana sesuai

yang diharapkan. Setiap bulan seluruh penanggungjawab diwajibkan melaporkan

perkembangan kegiatannya. Tim Monev yang dibentuk, melakukan monitoring

lapangan pada saat penelitian berjalan, dan selanjutnya dilakukan evaluasi

berdasarkan hasil temuan pada saat monitoring yang dilakukan oleh para peneliti

senior. Dengan cara demikian target yang ditetapkan telah dapat dicapai dengan baik.

Sasaran 2 : Terselenggaranya diseminasi teknologi hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi

Untuk mengukur capaian sasaran tersebut, diukur dengan 1 (satu) indikator

kinerja sasaran. Adapun pencapaian target indikator kinerja sasaran dapat

digambarkan sebagai berikut:

Indikator Kinerja Target Realisasi %

a. Jumlah Publikasi

• Buletin agroklimat dan hidrologi • Laporan tahunan agroklimat dan

hidrologi

• Info agroklimat dan hidrologi • Booklet/monograf agroklimat

dan hidrologi

b. Jumlah KTI 1. Prosiding

2. Jurnal nasional dan internasional

c. Jumlah HKI

1. Atlas desain irigasi 21 KP lingkup Balitbangtan

2 edisi

1 edisi

6 edisi

2 edisi

9 buah

9 buah

1 HKI

1 edisi

1 edisi

6 edisi

2 edisi

27 buah

23 buah

21 HKI

50

100

100

100

300

250

2100

Tabel 7. Target dan Realisasi Pencapaian Indikator Kinerja sasaran 2

Page 78: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

Sasaran pada Tabel 7 di atas, pada tahun 2016 Baliktlimat secara keseluruhan

realisasi jumlah diseminasi teknologi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi

sebesar 428,57%, sehingga katagori keberhasilan pencapaian Sasaran ke 2 adalah

sangat berhasil, karena capaiannya lebih dari 100%. Keberhasilan capaian

melampaui target diantaranya dicapai dari jumlah KTI yang mencapai 250-300%

serta jumlah HKI yang didaftarkan dari satu HKI ternyata 21 HKI yang didaftarkan

sehingga capaiannya mencapai 2100%. Beberapa hasil kegiatan dalam rangka

diseminasi teknologi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi disajikan berikut ini:

Penyusunan dan Pencetakan Buletin Sebagai Alat Diseminasi

Diseminasi dari informasi hasil analisis dilakukan dalam bentuk buletin yang

diterbitkan setiap bulan, yang memuat hasil prediksi iklim dan analisis lainnya

termasuk hasil analisis terkait issue yang sedang berkembang. Buletin yang disusun

mempunyai segmen kelompok target penerima yang hendak dituju diantaranya

adalah Bapak/Ibu Penyuluh di kecamatan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan

dalam buletin lebih bersifat populer, mudah dicerna dan buletin juga dibuat dalam

format yang ringkas dan tidak terlalu tebal. Buletin ini merupakan bagian dari cara

diseminasi Balitklimat dalam menyalurkan informasi dari analisis-analisis yang telah

dilakukan. Diseminasi adalah suatu kegiatan yang ditujukan kepada kelompok target

atau individu agar mereka memperoleh informasi, timbul kesadaran, menerima dan

akhirnya memanfaatkan informasi tersebut. Contoh buletin disajikan pada Gambar

di bawah ini.

Page 79: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

Gambar 27. Contoh buletin

Pada T.A 2016 Penerbitan Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

1 kali terbit yaitu bulan Nopember, naskah-naskah tersebut diperoleh melalui tulisan

hasil penelitian primer maupun sekunder dan diseleksi oleh tim penyunting, sampai

dengan akhir tahun sudah terkumpul 6 naskah untuk sekali penerbitan.

Penyusunan Buletin hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan SK Ka

Balitklimat Tahun 2016.

Page 80: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

Gambar 28. Cover Buletin Balitklimat 2016

Beberapa buletin Balitklimat diantaranya:

1. Informasi wilayah rawan banjir dan kekeringan lahan sawah pada katam

terpadu musim hujan 2014/2015. oleh : Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah

Ramadhani, dan Anindito

2. Delineasi daerah aliran sungai di pulau jawa berbasis system informasi

geografis dengan menggunakan srtm. oleh : Muchamad Wahyu Trinugoho

dan Setyono Hari Adi

3. Peningkatan indeks pertanaman melalui dam parit: studi kasus sungai

mokupa, kecamatan lambandia, kabupaten kolaka, sulawesi tenggara. oleh

: Nani Heryani, Nurwindah Pujilestari, dan Budi Kartiwa.

4. Crop modeling using apsim comparison of several soybean varieties and

planting date in two location as affected by enso (el nino southern

oscillation) and iod (indian ocean dipole) in west javaby Yayan Apriyana

5. Asuransi pertanian berbasis indeks iklim oleh: Woro Estiningtyas

6. Penelitian key area keragaman iklim indonesia : konsep dan ide awal. oleh :

Woro Estiingtyas, Aris Pramudia dan Yayan

Sedangkan Info Agroklimat dan Hidrologi selama setahun terbit 6 kali yaitu,

Februari, April, Juni, Agustus, Oktober dan Desember, diantaranya:

1. Bulan Februari 2016 dengan Judul Fertilization Efficiency and Water

Management in Rice using N15 “Summarized of Country Report of

IAEA_RAS 5065 Project”

Page 81: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

2. Bulan April 2016 dengan Judul : Efisiensi penggunaan air untuk tanaman

cabe pada lahan kering iklim kering di Desa Fatukoa, Kecamatan Maulafa,

Kabupten Kupang

3. Bulan Juni 2016 dengan Judul : Data Iklim Unduhan Gratis Untuk Penelitian

Agroklimat

4. Bulan Agustus 2016 dengan Judul : Pengenalan Sekolah Lapang Iklim (SLI)

5. Bulan Oktober 2016 dengan Judul : Instalasi Irigasi pada HPS ke-36 di Gelar

Teknologi Pertanian Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah

6. Bulan Desember 2016 dengan Judul : Desain Infrstruktur Panen Air

menggunakan Google Earth Pro

Gambar 29. Info Agroklimat dan Hidrologi 6 edisi tahun 2016. Pada tahun anggaran 2017, diterbitkan laporan tahunan Balai yang merupakan

laporan pelaksanaan kegiatan Balai pada tahun anggaran sebelumnya (TA. 2016).

Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, tahun kegiatan 2016

(masih dalam proses penyelesaian).

Page 82: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

Gambar 30. Cover Laporan Tahunan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi TA 2015

Ringkasan Laporan Tahunan adalah sbb : dalam rangka mewujudkan, visi,

misi, dan tupoksi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, penyusunan program

penelitian agroklimat dan hidrologi perlu dilakukan secara teratur dan terarah sesuai

dengan Rencana Strategis tahun 2015-2019. Perencanaan program penelitian

tersebut mengacu pada Rencana Strategis Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian 2015-2019, Renstra Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian 2015-2019, dan Rencana Strategis Kementerian

Pertanian 2015-2019 sebagai perwujudan amanah Undang-Undang.

Penerbitan Leaflet, Poster, CD dan Video

Penerbitan Leaflet dan Poster diperlukan untuk mendukung kegiatan pameran dan

penyebaran informasi teknologi hasil penelitian, sampai dengan akhir tahun. Sudah

dibuat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan. Beberapa contoh poster yang

sudah dibuat :

Gambar 30. Booklet Balitklimat tahun 2016

Page 83: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

Gambar 31. Poster Balitklimat tahun 2016

Tahun anggaran 2016 prosiding rencananya dibuat 9 prosiding, adapun

realisasinya terdapat 27 judul prosiding. Sedangkan untuk jurnal nasional dan

internasional direncanakan ada 9 ternyata realisasinya terdapat 23 judul. Adapun

HKI dari rencana hanya 1, ternyata realisasinya 21 sehingga melebihi target.

Seminar Rutin

Selama bulan Januari sampai Desember 2016, Seminar rutin yang diadakan oleh

Peneliti maupun Mahasiswa yang magang diantaranya:

Gambar 32. Seminar PKL Mahasiswa Program Keahlian Teknik Komputer Program Diploma IPB. 31 Maret 2016

Page 84: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

Nama dan Judul Materi yang di presentasikan adalah sbb;

No Nama Mahasiswa IPB Materi

1 Fani Helfi Tania / J3D213104 Optimalisasi Pemanfaatan Bandwidth di

Balitklimat

2 Hanifah Rananisa/ J3D113060 Perancangan dan Implementasi Filtering Website Menggunakan Layer 7 Protocol

Pada Winbox Dan Mikrotik Di Balitklimat

3 Afif Risyad /J3D113020 Pembangunan Voice Over Internet Protocol (Voip) dengan Metode Pc To Pc

di Balitklimat

4 Adinda Putri Mustika/J3D113052 Perancangan Penyiramantanaman dengan Sistem Pembuangan di

Balitklimat

5 Yuliani Sudardjat / J3D213131 Pembuatan Prototype Smart Room di Ruangan Kalender Tanam Balitklimat

Partisipasi Kegiatan Pameran

Sampai dengan Bulan Desember 2016, partisipasi kegiatan pameran yang telah

diikuti oleh Balitklimat adalah, sebagai berikut:

Pekan Peramalan Tahun 2016 di selengarakan pada tanggal 23-29 Mei 2016

di BBPOPT J Raya Kaliasin Jatisari Karawang Jawa Barat. Pekan permalan bertujuan

untuk menyebar luaskan informasi pengelolaan OPT melalui penerapan teknologi

terkini, ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan mengambil Tema “

Pengelolaan OPT Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan “ (High

Technology and Eco-Friendly For Sustainable Pest Management). Peserta Pameran

terdiri dari petani, petugas, mahasiswa, pelajar, instansi terkait, stakeholder,

pemerhati lingkungan dan budidaya tanaman. Pameran Pekan Peramalan Tahun

2016 di buka Oleh Menteri Pertanian Dr. Ir. Andi Amran Sulaiman MP, di dampingi

Dirjen Tanaman Pangan dan Kepala Balai Besar Peramalan OPT, di lanjutkan keliling

Pameran di sekitar Kantor dan pesawahan belakang kantor Jatisari Karawang.

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, pada kesempatan ini menampilkan

Display Katam Terpadu secara On line, Pengukur Cuaca Otomatis (AWS), Video

berbagai teknologi yang sudah di hasilkan, seperti Desain Pengelolaan Air berbagai

Kebun Percobaan Badan Litbang Pertanian, Video perjalanan Katam terpadu dari

awal sampai generasi Katam Modern Versi 2,4 juga membagikan hasil Publikasi

dalam bentuk Buku, Buklet, Buletin, CD, Info Agroklimat, dan Juknis yang mudah di

Tabel 8. Jadwal Seminar harian

Page 85: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73

aplikasi kan oleh Pengguna. Ratusan Buku hasil Publikasi tersebut langsung diserbu

oleh pengunjung, terutama Mahasiswa, pelajar pertanian, petani, dan penyuluh

Lapangan yang haus akan informasi hasil Penelitian Pertanian, bahkan menjelang

siang Buku sudah habis tidak tersisa, banyak yang masih meminta dikirim ke alamat

email atau alamat kantor.

Dari hasil Pemantauan Redaksi Web, terlihat yang sangat antusias adalah

mahasiswa yang akan menyelesaikan studi untuk bahan rujukan Skripsi atau

laporan, sedangkan Penyuluh sangat membantu dalam tugas nya untuk memberi

penyuluhan kepada petani, pada kesempatan tersebut juga di sampaikan

penggunaan HP untuk mengakses Informasi Katam terpadu dengan sangat mudah,

mulai penggunaan SMS ke 082 123456 400 atau 082 123456 500 atau HP berbasis

android dengan Play Store atau app store untuk Katam Terpadu atau dengan

menggunakan Web katam dari Komputer, berbagai kalangan sangat mengapresiasi

terobosan teknologi berbasis HP, mulai dari Kalangan Dosen, TNI sebagai pengawal

UPSUS, petugas penyuluh maupun mahasiswa.

Page 86: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74

Gambar 33. Beberapa kegiatan saat pameran di karawang Pengelolaan OPT Berteknologi Tinggi, Ramah Lingkungan Berkelanjutan

Page 87: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75

Kunjungan Tamu ke Balai Penelitian Agroklimat dan hidrologi

Selama bulan Januari sampai Desember 2016, kunjungan ke Balitklimat baik

Kunjungan studi Banding maupun magang.

Gambar 34. Kunjungan Tamu ke Balitklimat setiap bulan

Karya Tulis Ilmiah TA 2016

Pada tahun 2016 judul publikasi/jurnal/prosiding yang sudah terbit sudah

ada 50 judul belum termasuk semua peneliti (masih bisa bertambah). Adapun

publikasi/karya tuli ilimiah yang sudah masuk diantaranya:

No. Judul Keterangan

1. Surmaini, E. dan H. Syahbuddin. 2016. Kriteria awal Musim tanam: Tinjuan Prediksi waktu Tanam Padi di Indonesia

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35(2):47-56

2. Surmaini, E. 2016. Pemantauan dan Peringatan Dini Kekeringan Pertanian di Indonesia

Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press)

3. Surmaini, E. dan A. Faqih. 2016. Kejadian Iklim Ekstrem dan Dampaknya Terhadap Pertanian Tanaman Pangan di Indonesia

Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press).

Tabel 9. Judul publikasi/karya tulis ilmiah

Page 88: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76

No. Judul Keterangan

4. Apriyana, Y., E. Susanti, Suciantini, F. Ramadhani, dan E. Surmaini. 2016. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan pada Lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya

Informatika Pertanian 25(1):69-80.

5. Estiningtyas, W. E. Surmaini, dan E. Susanti. 2016. Kerentanan sub-Sektor Tanaman Pangan terhadap Perubahan

Iklim

Jurnal Sumberdaya Lahan Pertanian (in press).

6. Surmaini, E. dan E. Susanti. 2016. Kekeringan Pertanian: Penyebab, Dampak dan Penanganan.

Prosiding Simposium VII Perhimpi. Membangun Kapasitas Adaptasi Menghadapai perubahan iklim melaui Climate Smart Agriculture.

7. Estiningtyas, E., E. Susanti, E. Surmaini dan Sumaryanto. 2016. Analisis Kerentanan Pangan dan Risiko Iklim untuk Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim (Studi Kasus di Provinsi Kalimantan Barat

Prosiding Simposium VII Perhimpi. Membangun Kapasitas Adaptasi Menghadapai perubahan iklim melaui Climate Smart Agriculture.

8. Indeks kecukupan irigasi pada lahan sawah: studi kasus di Provinsi Sulawesi Selatan (Heryani, N., B. Kartiwa, A. Hamdani, B. Rahayu, H. Syahbuddin)

International Journal of Agricultural Sciences (IJAS). 2016. 17(2). (INPRESS)

9. Production and quality enhancement od mango using dan jet sprayer irrigation technique (Heryani, N., B. Kartiwa, Y. Apriyana, H. Syahbuddin)

Jurnal Sumberdaya Air . 2016. (INPRESS)

10. Pengembangan teknologi panen hujan dan aliran permukaan: analisi usahatani pemanfaatan sumberdaya air (Hamdani, A., S. Talaohu, N. Heryani)

Jurnal Pengkajian dan Pengembagan Teknologi Pertanian. 2016. 19(2):153-165

11. Neraca air pada beberapa tipe iklim dan pola hujan di Indonesia (Heryani, N., dan E. Surmaini)

Buletin Iklim Pertanian edisi Juli–Desember 2015*

12. Irigasi sumur renteng (Heryani, N., dan G. Jayanto)

Buletin Iklim Pertanian edisi Agustus 2015*

13. Prototipe sistemi nformasi sebaran hama dan penyakit tanaman

Informatika Pertanian. 2015. 24(2):179-190*

Page 89: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77

No. Judul Keterangan

hortikultura (Susanti, E., E. Surmaini, A. Buono, Mustafa N. Heryani)

14. Teknologi pengelolaan lahan untuk meningkatkan cadangan air di dalam DAS (Heryani, N., H. Sosiawan, B. Kartiwa, A. Hamdani)

Prosiding Semnas Sistem Informasi dan pemetaan sumberdaya lahan mendukung swasembada pangan. BukuIII:Pemetaan SumberDaya Lahan Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2 *

15. Dukungan Pembangunan Irigasi dan Lahan Kering Terhadap Kemandirian Pangan (Sutrisno, N., N,Heryani)

Buku: Memperkuat Kemampuan Swasembada Pangan. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015*

16. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion Dari Perspektif Pengelolaan SumberDaya Lahan dan Air (Sutrisno, N., N. Heryani)

Buku: Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion. Badan Litbang Pertanian. Kementerian Pertanian. 2015*

17. Penentuan Kebutuhan Air Tanaman Kedelai Berdasarkan Sifat Fisika Tanah, Mendukung Swasembada Pangan Nasional (Haryono, B. Kartiwa, N. Heryani)

Prosiding Seminar Nasional "Sistem Informasi dan Pemetaan SumberDaya Lahan Mendukung SwaSembada Pangan, Buku II: Pemetaan SumberDaya Lahan. Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2 *

18. Pemetaan Potensi SumberDaya Air Pertanian dan Tingkat Kekritisan Air Pulau Jawa (B. Kartiwa, A. Hamdani, N. Heryani)

Prosiding Seminar Nasional "Sistem Informasi dan Pemetaan SumberDaya Lahan Mendukung SwaSembada Pangan, Buku II:Pemetaan SumberDaya Lahan. Badan Litbang Kementan 2015. ISBN 978-602-6916-24-2*

19. Analisis Fungsi Hidrologi dan Pengelolaan Lahan di DAS Mikro Cakardipa, DAS Ciliwung Hulu, Jawa Barat

Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi Vol.12. 2015. ISSN 0216-3934*

20. Desain Pengelolaan Air di Kebun Percobaan Margahayu, Balai Penelitian Sayuran, Lembang, Jawa Barat (Heryani, N., B. Kartiwa, H. Syahbuddin)

Prosiding Kongres XI dan Semnas HITI. Universitas Brawijaya, Malang. 2015.*

21. Penentuan koefisien tanaman mangga Berdasarkan analisis karakteristik fisiologi tanaman, iklim serta tingkat ketersediaan air (Susanti, E., B. KArtiwa, N. Heryani)

Prosiding Kongres XI dan Semnas HITI. Universitas Brawijaya, Malang. 2015.*

Page 90: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78

No. Judul Keterangan

22. Kartiwa, B., Nono Sutrisno, Sidik Haddy Talaohu, Adang Hamdani, Haryono, 2016. Desain dan Implementasi Sistem Irigasi Pompa Saluran Portabel

Prosiding Seminar Nasional Iklim Ekstrim. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

23. Andriyani, I., Jourdain, D., Lidon, B., Soni, P., and Kartiwa, B. 2016. Upland Farming System Erosion Yields and Their Constraints to Change for Sustainable Agricultural Conservation Practices: A Case Study of Land Use and Land Cover (LULC) Change in Indonesia. Land Degrad. Develop.

24. Pengembangan Pengelolaan Panen Hujan Mendukung Kemandirian Pangan. Oleh: Nono Sutrisno. 2016

Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospek Pengembangan dan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016.

25. Potensi Pulau Sulawesi Sebagai Penyangga Produksi Beras Nasional. Oleh: Bambang Irawan, Nono Sutrisno dan Gatoet Sroe Hardono. 2016

Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospe kPengembangandan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016

26. Pemanfaatan Lahan Terlantar Di Hulu Daerah Aliran Sungai. Oleh: Tigor Butar butar, Ai Dariah dan Nono Sutrisno. 2016

Buku: SumberDaya Lahan dan Air Prospek Pengembangan dan Pengelolaan. @ IAARD Press, 2016.

27. Upaya Menggerakan Lahan Kering sebagai Lumbung Pangan. Nono Sutrisno

Buletin Baliklimat

28. Optimalisasi Sumber Daya Air dan Iklim untuk Meningkatkan IP Lahan Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering. Nono Sutrisno, Yayan Apriyana

Buku: Rekomendasi Pengelolaan Lahan (RPL). BBSDLP. 2016.

29. Peningkatan Indeks Pertanaman Sawah Tadah Hujan dan Lahan Kering Berbasis SumberDaya Air. Nono Sutrisno, Hendri Sosiawan, Harmanto

Policy Brief. Kelti Sinjak. BBSDLP. 2016

30. Pengembangan Tanaman Mangga Berbasis Iklim dan Dinamika Waktu Panen. Nono Sutrisno, Budi Kartiwa

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains dan Teknologi 2016. Tgl 22 september 2016. UT

Page 91: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79

No. Judul Keterangan

31. Pengelolaan SumberDaya Air Mendukung Peningkatan Indeks Pertanaman Padi. Nono Sutrisno, Adang Hamdani, Hendri Sosiawan

Prosiding Seminar Nasional Matematika, Sains dan Teknologi 2016. Tgl 22 september 2016. UT.

32. Teknologi Pengelolaan Lahan dan Air untuk Adaptasi iklim Ekstrim pada Kawasan Pengembangan Jagung. Nono Sutrisno, Haryono, Budi Kartiwa, Nani Heryani

Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.

33. Melihat Kebutuhan Tanaman Jagung Berdasarkan Sifat Fisika Tanah pada Lahan Kering di Lampung. Haryono, Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Budi Kartiwa

Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.

34. Desain dan Implementasi Sistem Irigasi Pompa Saluran Portable. Budi Kartiwa, Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Adang Hamdami, Haryono

Seminar Nasional PERHIMPI 2016. Makasar 18-21 Oktober 2016.

35. Identifikasi dan Karakterisasi System Drainase Jejangkit Kabupaten Barito Kuala. Nono Sutrisno, Sidik H. Talaohu, Nani Heryani, Budi Kartiwa

Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Gambut Berbasis Karakteritik Wilayah di Kabupaten Kapuas Kalimantan Tengah, 19-20-2015.Terbit 2016.

36. Yayan Apriyana, Erni Susanti, Suciantini, Fadhlullah Ramadhani, dan Elza Surmaini. 2016. Analisis Dampak Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman Pangan pada lahan Kering dan Rancang Bangun Sistem Informasinya

Jurnal Informatika Pertanian. Vol. 25. No. 1. 2016. Sekretariat Badan Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. ISSN 0852-1743. hal 69-81.

37. Yayan Apriyana dan Popi Rejekiningrum. 2016. Analisis Neraca Air Tanah untuk Penetapan Waktu Tanam Padi di Wilayah Terkena Dampak Variabilitas Iklim

Prosiding. Konges XI dan Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. hal 479-488.

38. Yayan Apriyana, Aris Pramudia, dan Elsa Rakhmi Dewi. 2016. DInamika dan Sensitivitas Kalender Tanam pada Lahan Sawah, Tadah Hujan dan Lahan Kering

Prossiding Makassar. In Press

39. Popi Rejekiningrum dan Yayan Apriyana. 2016. Tren Ketersediaan dan Kebutuhan Air Mendukung Optimal Water Sharing untuk Konservasi Air di DAS Bengawan Solo

Prosiding. Konges XI dan Seminar Nasional Himpunan Ilmu Tanah Indonesia. hal 135-143.

Page 92: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80

No. Judul Keterangan

40. Suciantini. 2016. Identifikasi produksi mangga di Jawa Barat berdasarkan Kondisi iklim

Prosiding Temu Lapang dan Ekspose Teknologi Pengelolaan Iklim Ekstrim dan Air. Makassar, 18-21 Oktober 2016.

41. Suciantini, E. Susanti, dan T N. Wihendar. 2016. Respons pertumbuhan dan produksi paprika pada perlakuan modifikasi iklim mikro

Prosiding Membangun kapasitas adaptasi menghadapi perubahan iklim melalui Climate Smart Agriculture. Simposium VIII Perhimpi. Bogor, 7 Juni 2015.

42. Apriyana Y, E. Susanti, Suciantini, F. Ramadhani dan E. Surmaini. 2016. Analisis dampak perubahan iklim terhadap produksi tanaman pangan pada lahan kering dan rancang bangun sistem informasinya

Jurnal Informatika Pertanian Vol 25 (1) : 69-80.

43. Pitono J, N. Maslahah, Setiawan, RA. Permadi, Suciantini dan T. Nandar. 2016. Hydraulic lift dan dinamika lengas tanah harian pada pertanaman jambu mete

Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 27 (2) : 105-116.

44. Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion Dari Perspektif Keragaman Iklim (Haris Syahbuddin, Elza Surmaini dan Woro Estiningtyas)

Buku Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion, Editor Effendi Pasandaran, Dedi Nursyamsi, Kedi Suradisastra, Sudi Mardianto dan Haryono. ISBN 978-602-344-086-3. IAARD PRESS

45. Kerentanan Sub-Sektor Tanaman Pangan Terhadap Perubahan Iklim (Woro Estiningtyas, Elza Surmaini dan Erni Susanti)

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 10 no 2 Desember 2016:85-96. ISSN 1907-0799

46. Analisis Signifikansi Anomali Curah Hujan Dengan Indikator Global Untuk Adaptasi Perubahan Iklim

(Woro Estiningtyas, Haris Syahbuddin, Erni Susanti, Elza Surmaini, Aris Pramudia, Fadhlullah Ramadhani, Yayan Apriyana, Suciantini Dan Yeli Sarfina)

Prosiding Temu Lapang Makasar

47. Analisis Kerentanan Pangan Dan Risiko Iklim Untuk Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim : Studi Kasus Di Provinsi Kalimantan Barat. (Woro Estiningtyas, Erni Susanti, Elza Surmaini dan

Prosiding Simposium PERHIMPI

Page 93: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81

No. Judul Keterangan

Sumaryanto)

48. Potensi sumber daya air dan desain pengelolaan air di kebun percobaan cahaya negeri Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung (Sidik Haddy Tala'ohu, Budi Kartiwa dan Hendri Sosiawan)

Prosiding seminar nasional matematika, sains dan teknologi 2016, tanggal 22 September 2016, Univ Terbuka

49. Pengelolaan sumber daya air untuk

pengembangan taman teknologi pertanian dataran rendah beriklim basah, Kabupaten Aceh (Sidik Haddy Tala'ohu dan Adang Hamdani)

Prosiding seminar nasional matematika, sains dan

teknologi 2016, tanggal 22 September 2016, Univ Terbuka

50. Peranan mulsa untuk efisiensi penggunaan air tanaman cabai dengan berbagai teknik irigasi (Umi Haryati, Sidik H Tala'ohu, K. Subagyono)

Prosiding seminar nasional PERHIMPI, 2016 Makasar, 18-21 Oktober 2016

51.

HKI (Hak Kekayaan Intelektual) tahun 2016

Hak Cipta 21 Pengelolaan Desain KP

Gambar 35. Beberapa contoh Cover Desain Pengelolaan Air KP

Page 94: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82

Tabel 10. Daftar Hak Cipta Sudah Sertifikat Desain Pengelolaan Air Kebun Percobaan sebanyak 21 Lokasi yaitu;

No Kebun Percobaan Lokasi Provinsi Keterangan

1

2

3 4

5 6

7

8 9

10 11

12 13

14

15 16

17 18

19

20 21

KP Aripan ;

KP Asembagus ;

KP Bajeng ; KP Cukurgondang ;

KP Kraton ; KP Laing ;

KP Manoko ;

KP Margahayu ; KP Maros ;

KP Pakuwon ; KP Sandubaya ;

KP Subang ; KP Sumani ;

KP Taman Bogo ;

KP Tlekung ; KP Banjarbaru ;

KP Cimanggu ; KP Kima Atas ,

KP Pandean ;

KP Pandu ; KP Segunung

Kab Solok

Kab Sitibondo

Kab Gowa Kab Pasuruan

Kab Pasuruan Kab Solok

Bandung

Bandung Kab Maros

Kab Sukabumi Kab Lombok

Kab Subang Kab Solok

Kab Lampung

Timur Kab Malang

Kab Banjar Baru Kodya Bogor

Kab Manado

Kab Pasuruan Kab Minahasa

Kab Cianjur

Sumatera Barat

Jawa Timur

Sulawesi Selatan Jawa timur

Jawa Timur Sumatera Barat

Jawa Barat

Jawa barat Sulawesi Selatan

Jawa Barat NTB

Jawa Barat Sumatera Barat

Lampung

Jawa Timur Kal- Sel

Jawa Barat Sulawesi Utara

Jawa Timur

Sulawesi Utara Jawa Barat

Page 95: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83

Tabel 11. Daftar Surat Keterangan 21 HKI Desain KP

Page 96: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84

Lanjutan

Page 97: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85

Gambar 36. Contoh Sertifikat HKI Desain 21 KP tahun 2016

Page 98: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86

Update Website

Gambar 37. Muka Web Balitklimat

Inovasi Hasil Teknologi Yang Didiseminasikan

Capaian keluaran yang dihasilkan oleh Balitklimat berdasarkan hasil tim monev

Direktorat Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan yaitu mencapai lebih dari 100%

(104%). Dari kegiatan yang telah didiseminasikan inovasi teknologi hasil penelitian

agroklimat dan hidrologi, target yang diharapkan adalah 1 inovasi teknologi hasil

penelitian yang didiseminasikan ternyata capaiannya mencapai 4 inovasi teknologi hasil

penelitian yang telah didiseminasikan, diantaranya:

1. Teknologi sistem informasi katam terpadu 2016/2017 di Makasar

2. Teknologi pengelolaan air untuk pengembangan lahan kering di Makasar

3. Training of trainer (TOT) identifikasi dan desain infrastruktur untuk

peningkatan IP

4. Prediksi curah hujan untuk pengembangan pertanian

Uraian masing-masing inovasi teknologi tersebut diuraikan pada hasil capaian

sasaran kinerja pertama

Page 99: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87

Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Baliktlimat Tahun 2016

Capaian indikator kinerja utama (IKU) Balai Penelitian Agroklimat dan tahun

2016disajikan dalam Tabel 12.

Tabel 12. Target dan Capaian IKU Baliktlimat pada TA 2016

No IKU Target Realisasi

Jumlah %

1. Jumlah Teknologi Pengelolaan

Sumber Daya Air dan Iklim

Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan

5 Teknologi

5 Teknologi

100

2. Jumlah Rekomendasi Kebijakan

Pemanfaatan dan pengelolaan

Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim

6 Rekomendasi 6 Rekomendasi 100

3. Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan:

a) Jumlah Publikasi • Buletin agroklimat dan

hidrologi • Laporan tahunan agroklimat

dan hidrologi

• Info agroklimat dan hidrologi • Booklet/monograf agroklimat

dan hidrologi b) Jumlah KTI

Prosiding,

Jurnal nasional dan

internasional c) Jumlah HKI

Atlas desain irigasi 21 KP

lingkup Balitbangtan

2 edisi

1 edisi

6 edisi 2 edisi

9 buah

9 buah

1 HKI

1 edisi

1 edisi

6 edisi 2 edisi

27 buah

23 buah

21 HKI

50

100

100 100

300

250

2100

Berdasarkan Tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa target capaian IKU TA 2016

secara keseluruhan telah terpenuhi untuk indikator kinerja (1) Teknologi

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian

Modern, dan (2) Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan

Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, dan 3) Jumlah

produk inovasi diseminasi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi.

Page 100: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88

Grafik pencapaian kinerja Balitklimat serta penyerapan anggaran tersaji dalam grafik

di bawah ini:

Capaian kinerja Balitklimat Tahun 2015-2019

Output yang dihasilkan oleh Baliktlimat secara garis besar terdiri dari sistem

informasi, teknologi, dan peta. Data yang dapat disampaikan dalam LAKIN ini

berupa data target dan realisasi capaian indikator kinerja dari Tahun 2015-2019.

Tahun 2016 realisasi yang dicapai sebanyak 5 teknologi (100%) dan 6 rekomendasi

kebijakan (100%). Untuk lebih jelasnya capaian kinerja Balitklimat Tahun 2015-2019

ditampilkan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Page 101: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89

Tabel 13. Capaian kinerja IKU BalitklimatTahun 2015 – 2019

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Target Realisasi (%)

2015 2016 2017 2018

2019

2015 2016 2017 2018

2019

Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Iklim dan Air

Tersedianya data, informasi dan peningkatan inovasi teknologi pengelolaan sumber daya iklim dan air

Jumlah Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan

Jumlah Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim

5 Teknologi

5 Teknologi

6

Rekomendasi

5 Teknologi

5 Teknologi

5 Teknologi

9 Teknologi

5 Teknologi 6

Rekomendasi

Page 102: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90

SASARAN STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA

Target Realisasi (%)

2015 2016 2017 2018

2019

2015 2016 2017 2018

2019

Terselenggaranya diseminasi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi

Jumlah produk inovasi yang terdistribusikan:

Publikasi 1. Buletin agroklimat

dan hidrologi 2. Laporan tahunan

agroklimat dan hidrologi

3. Info agroklimat dan hidrologi)

4. Booklet/monograf/juknis agroklimat dan hidrologi

KTI 1. Prosiding 2. Jurnal nasional

dan internasional

Jumlah HKI Atlas desain irigasi 21 KP lingkup Balitbangtan

2 edisi 1 edisi 6 edisi 2 edisi

2 edisi 1 edisi 6 edisi 2 edisi 9 buah 9 buah

1 HKI

1 1 4 2

10 7

2 HKI

Page 103: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91

3.3. Akuntabilitas Keuangan

Pencapaian kinerja akuntabilitas bidang keuangan Balitklimat pada umumnya

cukup berhasil dalam mencapai sasaran. Pada tahun 2016 anggaran Balitklimat

hasil revisi terakhir (revisi DIPA 4) sebesar Rp 15.175.999.000,-. Dari total anggaran

tersebut yang berasal dari APBN digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan

dengan target capaian output : 1) Menghasilkan 5 Teknologi Pengelolaan Sumber

Daya Air dan Iklim Pertanian Mendukung Sistem Pertanian Berkelanjutan, 2)

Menghasilkan 6 Rekomendasi Kebijakan Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber

Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta Perubahan Iklim, 3) Terselenggaranya

Diseminasi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

Berdasarkan pagu anggaran Balitklimat, proporsi Belanja Barang Non

Operasional menempati proporsi sebesar 8.450.000.000 (55,68%), Belanja Pegawai

sebesar Rp. 4.621.429.000 (30,45%). Selanjutnya proporsi terakhir Belanja Barang

Operasionalsebesar 2.104.570.000 (13,87%).

Hingga 31 Desember 2016, realisasi anggaran yang berhasil diserap oleh

Balitklimat sebesar Rp. 14.391.772.029,- atau 94,83%. Selengkapnya realisasi per

jenis belanja 2015-2016 dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.

Page 104: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92

Jenis Belanja

2015 2016

Pagu Anggaran (Rp)

Realisasi (Rp.) % Pagu Anggaran (Rp) Realisasi (Rp.) %

BALITKLIMAT 16.096.599.000 15.783.754.079 98,06 15.175.999.000 14.391.772.029 94,83

Belanja Pegawai 4.499.311.000 4.265.002.499 94,79 4.621.429.000 4.357.206.113 94,28

Belanja Barang 7.241.361.000

7.186.801.983 99,25

Belanja Barang Operasional

2.104.570.000 2.047.927.866 97,31

Belanja Barang Non Operasional

8.450.000.000 7.986.638.050 94,52

Belanja Modal 4.355.927.000 4.331.949.600 99,45

Untuk pagu anggaran TA 2015 lebih besar dibandingkan dengan TA 2016 karena pada tahun 2015 mendapat APBNP

sekitar 1 miliar. Sedangkan Pagu anggaran untuk TA 2016 setelah mendapatkan APBNP sebesar 4 miliar dan mendapatkan

penghematan sebesar 450 juta pagu anggaran 2016 menjadi Rp. 15.175.999.000. Sampai dengan tanggal 31 Desember

2016 realisasi anggaran per jenis belanja adalah sebagai berikut: 1) Belanja Pegawai realisasi mencapai 94,28% (kriteria

sangat berhasil); 2) Belanja Barang Operasional realisasi mencapai 97,31% (kriteria sangat berhasil); 3) Belanja Barang Non

Operasional mencapai 94,52% (kriteria sangat berhasil), atau rata-rata realisasi total DIPA Balai Penelitian Agroklimat dan

Hidrologi mencapai Rp. 14.391.772.029 (94,83%) tergolong kategori sangat berhasil.

Dalam hal akuntabilitas keuangan, LAKIN Balitklimat ini baru dapat menginformasikan realisasi penyerapan anggaran

dan belum menginformasikan adanya efisiensi penggunaan sumber daya. Hal ini karena sampai saat ini sistem penganggaran

yang ada belum sepenuhnya berbasis kinerja, sehingga salah satu komponen untuk mengukur capaian efisiensi, yaitu standar

analisis biaya belum ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

Tabel 14. Realisasi Anggaran per Jenis Belanja Balitklimat 2015-2016

Page 105: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 93

Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Tahun 2016 penerimaan umum jauh melebihi taget dikarenakan ada

pengembalian uang negara terkait tuntutan ganti rugi gedung/bangunan dan

pengembalian belanja barang. Penerimaan fungsional (pendapatan sewa

gedungmess) tidak memenuhi target dari yang ingin dicapai. Target Penerimaan

dan capaian PNBP 2016 dibandingkan dengan tahun 2015 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Perbandingan Target Penerimaan dan capaian PNBP 2015-2016

Jenis penerimaan

2015

%

2016

%

Target Capaian Target Capaian

Umum 20.000.000 17.093.147 50,3 23.600.000 128.338.376 543,81

Fungsional 26.900.000 16.940.000 49,7 25.900.000 12.010.000 46,37

Jumlah 46.900.000 34.033.147 72,56 49.500.000 140.348.376 283,53

PNBP tahun 2015 mengalami penurunan di penerimaan umum karena

keterlambatan penyelesaian pekerjaan gedung/bangunan. Untuk penerimaan

fungsional mengalami penurunan karena Gedung mess Balitklmat di renovasi. Pada

tahun anggaran 2016, Balai Penelitan Agroklimat dan Hidrologi menetapkan target

PNBP sebesar Rp. 49.500.000,-. Selama tahun 2016 jumlah penerimaan negara

sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP) adalah sebesar Rp.140.348.376,-

terdiri atas: penerimaan umum Rp. 128.338.376,-(543,8%) dan fungsional

Rp.12.010.000,-(46,37%). Capaian PNBP tahun 2016 mengalami kenaikan di

penerimaan umum karena ada pengembalian uang negara terkait tuntutan ganti

rugi gedung/bangunan dan pengembalian uang dari belanja barang. Untuk

penerimaan fungsional mengalami penurunan dari sewa mess Balitklimat.

3.4. Kegiatan Kerjasama

Pada tahun 2016, Baliktlimat tidak mempunyai kegiatan kerjasama baik dalam

negeri maupun luar negeri.

Page 106: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 94

PENUTUP

Laporan Kinerja Satuan Kerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ini

disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian

pelaksanaan kegiatan SATKER Balitklimat dalam menggunakan anggaran DIPA

tahun 2016.

Capaian sasaran Balitklimat tahun 2016 diukur dengan 3 (lima) indikator

kinerja yaitu teknologi, rekomendasi, diseminasi. Sasaran yang dicapai pada tahun

anggaran 2016, antara lain untuk meningkatkan kualitas perencanaan, monitoring,

evaluasi, pengendalian internal, diseminasi hasil penelitian, pengadaan penunjang

penelitian serta membina kerjasama yang sinergis di bidang penelitian agroklimat

dan hidrologi dengan institusi baik di dalam maupun luar negeri. Sampai dengan 31

Desember 2016, kinerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi telah tercapai dan

melebihi target yang ditetapkandengan rata-rata tingkat capaian di atas 100%

(sangat memuaskan).Keberhasilan pencapaian sasaran secara umum didukung oleh

sumber daya yang handal, terutama SDM peneliti, litkayasa, analis, dan tenaga

administrasi yang menunjukkan kegigihan dan komitmen yang tinggi. Selain

dukungan dari SDM, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk

terlaksananya seluruh kegiatan.

Faktor-faktor penghambat/kendala yang dihadapi dalam pelaksanakan

kegiatan penelitian antara lain antara lain: faktor alam, faktor fisik dan faktor SDM.

Faktor alam berupa pengaruh cuaca ekstrim dan endemik penyakit, serta perubahan

iklim; faktor fisik berupa keterbatasan data primer dan sekunder secara spasial dan

temporal, keterbatasan jumlah stasiun pengamat iklim dan hidrologi; faktor

SDMberupa keterbatasan SDM berkualitas dan berkeahlian khusus dantingkat adopsi

petani terhadap teknologi yang masih rendah. Dengan komitmen dan usaha yang

kuat, seluruh kendala tersebut bisa diatasi sehingga seluruh kegiatan dapat

terselesaikan tepat waktu.

Komitmen pimpinan yang tinggi untuk terus meningkatkan kualitas kinerja,

dibuktikan dengan terus dilakukannya pembinaan etos kerja terhadap satker

Balitklimat dalam rangka pencapaian sasaran kegiatan, meningkatkan koordinasi

dengan pihak-pihak terkait, mengoptimalkan sumber daya yang ada, serta

memperbaiki fungsi manajemen, terutama pada tahap perencanaan dan

pemantauan.

Page 107: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 95

No N a m a Jabatan Penanggung Jawab

1. Dr. Ir. Harmanto, M.Eng. Kepala Balitklimat Penanggungjawab

2.

3.

Dr. Ir. Popi Rejekiningrum, MS

Rasta Sujono, SE., M.Si.

Koordinator Program

dan Evaluasi

Kasie Yantek

Ketua

Sekretaris

4.

5.

6.

7.

8.

Gina Maulana Kurnia, ST

Dian Maya Sari, STP

Risqa Nurkhaida S.R, STP

Drs. Ganjar Jayanto

Haryono, SP., MM

Staf Seksi Yantek

Staf Seksi Yantek

Staf Seksi Yantek

Kasubag TU

Kasie Jaslit

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Kontributor:

1.

2.

3.

4.

5.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Dr. Ir. Nono Sutrisno, MS

Dr. Ir. Yayan Apriyana, M.Sc.

Ir. Hendri Sosiawan, CESA

Dr. Ir. Budi Kartiwa, CESA

Dr. Ir. Nani Heryani, M.Si.

Ir. Sidik Haddy Tala’ohu, MM

Dr. Elza Surmaini, M.Si

Adang Hamdani, SP, MSi

Ir. Erni Susanti, M.Sc.

Dr. Ir. Aris Pramudia, MS

Dr. Ir. Suciantini, M.Si

Kelti Hidrologi

Ka. Kelti Agroklimat

Ka. Kelti Hidrologi

Kelti Hidrologi

Kelti Hidrologi

Kelti Hidrologi

Kelti Agroklimat

Kelti Hidrologi

Kelti Agroklimat

Kelti Agroklimat

Kelti Agroklimat

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Lampiran 1. Tim Penyusun LAKIN Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Page 108: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 96

Lampiran 2. Struktur Organisasi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kepala Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Dr. Ir. Harmanto, M.Eng

Kepala Seksi Pelayanan Jasa

Haryono, SP, MM

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Drs. Ganjar Jayanto

Kepala Seksi Pelayanan Teknis

Rasta Sujono, SE, M.Si

Kelompok Peneliti Hidrologi

Kelompok Peneliti Agroklimat

Page 109: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 97

No.

Sasaran Program/

Kegiatan

Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

1. Tersedianya data,

informasi geospasial/peta,

sistem informasi, teknologi, dan

rekomendasi

pemanfaatan dan pengelolaan

sumberdaya air dan iklim pertanian

mendukung sistem

pertanian berkelanjutan

a. Jumlah Teknologi

Pengelolaan Sumber Daya Air dan Iklim

Pertanian Mendukung Sistem Pertanian

berkelanjutan

b. Jumlah Rekomendasi

Kebijakan

Pemanfaatan dan pengelolaan Sumber

Daya Lahan, Air, dan Lingkungan serta

Perubahan Iklim

5 Teknologi, terdiri atas:

1. Teknologi informasi kalender tanam terpadu

tanaman padi pada lahan sawah seluruh Indonesia

2. Teknologi informasi Key

Area keragaman iklim seluruh

IndonesiaMendukung UPSUS PJK

3. Teknologi pengelolaan

sumberdaya iklim dan air di lahan tadah hujan

Berbasis Model Food Smart Village

4. Teknologi pemanfatan

sumber energi alamiah untuk optimalisasi

pengelolaan sumberdaya air (Pompa Air Tenaga

Surya) 5. Teknologi penentuan

penciri iklim mikro untuk

peningkatan produktivitas tanaman

6 Rekomendasi, terdiri atas:

1. Rekomendasi strategi serta

rencana aksi adaptasi dan penanggulangan risiko

untuk penyelamatan dan pengamanan produksi

pangan

Lampiran 3. Penetapan Kinerja Tahunan Balitklimat TA 2016

Page 110: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 98

No.

Sasaran Program/

Kegiatan

Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

2. Rekomendasi kebijakan adaptasi perubahan iklim

berdasarkan tingkat kerentanan terhadap

anomali iklim di Jawa dan

Sulawesi 3. Rekomendasi desain

pengelolaan air untuk meningkatkan IP Padi di

Lampung 4. Rekomendasi kebijakan

pemanfaatan lahan

berbasis potensi sumber daya iklim, air dan tanah

pada kawasan pengembangan PJKU yang

potensial dan berpeluang

untuk penerapan IP 300 5. Rekomendasi kebijakan

antisipasi dan pencegahan kebakaran hutan pada

kawasan/wilayah khususnya pada lahan

gambut, terutama terkait

dengan iklim ekstrim dan perubahan iklim

6. Rekomendasi pengelolaan air di lahan rawa lebak di

Kabupaten Hulu Sungai

Tengah, Kalsel

2. Terselenggaranya

diseminasi hasil penelitian agroklimat

dan hidrologi

Jumlah produk inovasi

yang terdistribusikan: a. Jumlah Publikasi

4 Publikasi, terdiri atas:

1. Buletin agroklimat dan hidrologi (2 edisi)

2. Laporan tahunan agroklimat dan hidrologi (1

edisi)

3. Info agroklimat dan

Page 111: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 99

No.

Sasaran Program/

Kegiatan

Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

b. Jumlah KTI

c. Jumlah HKI

hidrologi ( 6 edisi) 4. Booklet/monograf

agroklimat dan hidrologi (2 edisi)

2 KTI, terdiri atas: 1. Prosiding (9 buah)

2. Jurnal nasional dan internasional (9 buah)

1 HKI, terdiri atas:

Atlas desain irigasi 21 KP

lingkup Balitbangtan

Kegiatan

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Anggaran (Revisi DIPA 4)

Rp. 15.175.999.000

Bogor, Agustus 2016

Kepala Balai Besar Litbang

Sumber Daya Lahan Pertanian

Kepala Balai Penelitian

Agroklimat dan Hidrologi

Dr. Ir. Dedi Nursyamsi, M.Agr NIP. 196406231989031002

Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEA NIP. 196804151992031001

Page 112: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 0

No. Kode/Nama Kegiatan/output Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Persentase

Realisasi (%)

1. 1 1800. Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian

15.175.999.000 14.391.772.029 94,83%

2. 2 1800.102. Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian (tanah, air, dan lingkungan pertanian

2.463.100.000 2.426.004.000 98,49%

3. 3 1800.006. Diseminasi Inovasi Teknologi Pengelolaan Sumber daya Lahan Pertanian

235.200.000 233.177.000 99,14

4. 1800.007. Rekomendasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian

3.826.900.000 3.446.143.750

90,05%

5. 1800.108. Dukungan Manajemen Litbang SUmberdaya Lahan

1.924.800.000 1.881.313.300 97,74%

6. 1800.994. Layanan Perkantoran 6.725.999.000 6.405.133.979 95,23%

Lampiran 4. Pagu dan Realisasi Per Output Balitklimat TA 2016

Page 113: Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2013balitklimat.ppid.pertanian.go.id/doc/197/LAKIN/LAKIN_Balitklimat_2016.pdfBalai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebesar

Laporan Kinerja Balitklimat Tahun 2016

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 1

Lampiran 5. IKU Tahun 2015 – 2019