Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

197
1

Transcript of Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

Page 1: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

1

Page 2: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

2

Page 3: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

3

da setumpuk harapan disandarkan kepada dunia pen-didikan. Para orangtua kerap berharap: mampukahpendidikan mencetak generasi yang berkarakter kuat?Bilakah pendidikan mampu menghasilkan orang-orang

berintegritas tinggi di negeri ini? Sebuah keinginan yang bolehjadi terdengar berlebihan, meski sesungguhnya amat wajar,mengingat pendidikan memanglah tumpuan solusi dari sekianbanyak persoalan sumber daya manusia dan problem kema-syarakatan. Pendidikan pada hakikatnya adalah perubahan pe-rilaku. Mengikuti kerangka berfikir seperti ini, sudah selayak-nya proses pendidikan sanggup mengubah sikap dan mem-bangun perilaku sesuai harapan.

Acapkali kita mendengar obrolan wali murid tentang buahhatinya. Umumnya mereka menilai anak sekarang itu pandai-pandai, mengalahkan generasi sebelumnya. “Lihat, kecil-kecilmereka sudah pada bisa main komputer”. “Heran, cepat sekalimereka menguasai cara menggunakan hape”. Tetapi manakalaobrolan itu berlanjut, maka pujian itu pada ujungnya bergesermenjadi keluhan dan keprihatinan. Ini tatkala mereka sudahberbincang soal sikap dan perilaku generasi muda pada umum-

A

Page 4: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

4

nya. Anak sekarang susah diatur, tak punya sopan santun!Banyak pihak berandai-andai, kalau saja setiap kepandaian

dibarengi dengan kepribadian yang mulia tentu akan lebih in-dah. Andai peningkatan kepintaran diiringi kematangan men-tal tentu akan melegakan dada semua orangtua. Sayangnyakini “ilmu padi” tidak laku lagi. Makin berisi makin merunduksudah tidak populer lagi. Sebagaimana lagu Pergi Sekolah karyaIbu Sud yang kian jarang didendangkan anak-anak. Padahal,liriknya amat bernas.

……………………………………Selamat belajar Nak, penuh semangatRajinlah selalu tentu kau dapatHormati gurumu sayangi teman,Itulah tandanya kau murid budiman.

Ya, kini menjadi budiman seolah bukan kebanggaan lagi.Padahal itulah puncak capaian pendidikan: menjadi pribadibudiman, menyayangi sesama, memiliki empati, dan berkepe-dulian sosial tinggi. Sudah seharusnya semakin berprestasi se-seorang semakin berbudi.

Sebagaimana jauh-jauh hari ditekankan oleh “Bapak” Pen-didikan Nasional Ki Hajar Dewantoro, bahwa pendidikan me-rupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budipekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect), dan tubuhanak. Undang-undang No.20/2003 tentang Sistem PendidikanNasional dengan tegas juga menggariskan, “Pendidikan nasionalberfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk wa-tak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangkamencerdaskan kehidupan bangsa...”.

Mengapa dunia pendidikan terkesan abai dengan hal-hal

Page 5: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

5

demikian? Sekolah kini lebih sibuk dengan sisi akademik agarsiswa mendapat nilai tinggi. Keberadaan pembelajaran nilai-nilai moral dan karakter mulai dipertanyakan kembali. Padalevel makro, juga muncul keinginan kuat agar pendidikan nasi-onal mampu melahirkan generasi Indonesia yang jujur danberdaya saing tinggi.

Tingginya harapan masyarakat terhadap dunia pendidikantersebut agaknya dipicu oleh kenyataan masih senjangnyaharapan dengan kenyataan di lapangan. Harus diakui dalamberbagai aspek, pendidikan di negeri ini mengalami kemajuan,bahkan pesat. Sarana dan prasarana sekolah terus mengalamiperbaikan. Peningkatan anggaran pendidikan jelas wujud nyatadari tekad Pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan.

Prestasi pelajar dan mahasiswa kita di berbagai ajang kom-petisi internasional juga membanggakan. Generasi penerus itu

OKI NOVENDRA JONATHAN PRADANA MAILOA

Foto

: kab

arpa

lingh

eboh

.blo

gspo

t.com

.

Page 6: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

6

setidaknya mampu membuat dada kita mengembang bangga.Lihatlah anak-anak kita ternyata mampu berkiprah di foruminternasional.

Ambil misal Jonathan Pradana Mailoa dari SMAK 1 PENABURJakarta yang mampu meraih medali emas dan Absolute WinnerOlympiade Fisika Internasional tahun 2006 di Singapura. Ada OkiNovendra, siswa Kelas X SMAN I Bogor yang mampu menga-nalisis misteri kematian penyanyi Michael Jackson dengan ru-mus matematika. Teorinya mampu mengantar dia merebutmedali emas International Conference Young Scientist. Jugamuncul nama Susanto Mega Ranto sebagai grand master caturtermuda di Indonesia.

Mereka memberi bukti nyata bahwa sebetulnya sumber da-ya manusia kita mampu berjaya bilamana kita bersungguh-sungguh mengupayakannya. Kita bukan bangsa kuli atau in-lander bodoh sebagaimana stempel yang ditempelkan kepadakita selama ratusan tahun oleh penjajah.

Realitas BuramDi sela-sela prestasi gemilang tersebut di atas, memang harus

diakui masih terpampang sisi buram di sekitar kita. Jumlah kaummuda pengguna narkoba masih mencemaskan. Informasi dariBalai Diklat Badan Narkotika Nasional, menyebut, terdapatsekitar 3,6 juta pecandu narkoba di Indonesia (TempoInteraktif, 27/8/2009).

Kekerasan juga masih belum sepenuhnya teratasi. Kekera-san pada saat masa orientasi siswa (MOS) masih saja terjadi.Oknum kepala sekolah menempeleng siswa, siswa mengeroyokguru, hingga guru BK mengadu dua siswanya untuk berkelahidi halaman sekolah. Tawuran antarpelajar di jalanan tetap me-

Page 7: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

7

repotkan petugas keamanan. Bahkan kini kelakuan buruk itujuga merembet ke “kakaknya”. Para mahasiswa tidak malu lagibentrok fisik dan baku lempar batu dengan sesama mahasiswa,dengan warga kampung, bahkan dengan polisi. Gang perem-puan ramai-ramai menghajar lawan gangnya di lorong sekolah.

Dari sisi susila juga ada sederet fakta yang membuat kitamengelus dada. Longgarnya pergaulan pria wanita membuatremaja kebablasan. Angka aborsi di kalangan remaja masihtinggi. Kondisi sosial yang semakin permisif, minimnya sanksisosial, membuat mereka gampang melanggar susila. Kini kiansering saja tersiar kabar beredarnya video mesum di ponsel-ponsel para pelajar, dan ironisnya “aktor-aktris”nya adalahrekan-rekan mereka sendiri. Penggunaan internet yang semakinmeluas memang menambah wawasan dan jaringan bagipenggunanya, namun ada dampak ikutan yang harus dicegahyaitu beredar luasnya pornografi.

Tidak hanya remaja, perilaku orang dewasa juga banyakyang tidak patut ditiru. Dekadensi moral, rendahnya tanggungjawab dan sikap amanah, dipertontonkan secara telanjang didepan publik. Betapa banyak pejabat publik yang diseret kemeja hijau gara-gara menelan uang rakyat. Angka korupsi ne-geri ini membubung amat tinggi. Maret 2010, lembaga surveiyang bermarkas di Hongkong yaitu Political & Economic RiskConsultancy (PERC) masih menempatkan Indonesia sebagainegara terkorup di Asia Pasifik, mengalahkan posisi Kamboja,Vietnam, dan Filipina. Tidak sedikit ulah para wakil rakyat yangterhormat yang membikin geleng kepala rakyat yang diwakili-nya, dan masih gemar berantem tatkala bersidang.

Zaman memang terus berubah. Itu hukum alam. Tentu tidakmenjadi masalah sepanjang perubahan itu menuju ke arah

Page 8: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

8

yang lebih baik.Namun kenyataanya, tidak semua perubahan membuat kita

tersenyum senang. Bahkan dalam beberapa hal, perubahanlebih bermakna kemerosotan. Kejujuran, umpamanya, telahmenjadi barang langka. Kecurangan diperagakan secara “sem-bunyi-sembunyi” tapi massal pada saat pelaksanaan Ujian Na-sional (UN) berlangsung.

Tetapi syukurlah, Kementerian Pendidikan Nasional terusberupaya memperbaiki sistem dan mekanisme Ujian Nasional,sehingga kecurangan secara bertahap dapat dieleminasi. Kinidi mana-mana juga berkembang tekad untuk kembali ke jalanyang benar melalui penandatanganan pakta kejujuran.

Disiplin dan tertib berlalu lintas, budaya antri, budaya baca,hingga budaya bersih kita juga masih jauh di bawah standar.Kebanggaan kita terhadap jati diri dan kekayaan budaya sendirijuga masih rendah. Sebagai bangsa, agaknya kita masih sajamengidap “minder kolektif”, terbukti masih suka tergila-giladan melahap tanpa seleksi terhadap segala produk dan budayaasing.

Dengan potret buram dan mozaik realitas seperti itu wajarjika membuat banyak orang risau. Mendiknas MohammadNuh juga tak kalah gelisahnya. Bahkan Presiden Susilo Bam-bang Yudhoyono dalam banyak kesempatan berharap agarjajaran menterinya membuat langkah serius untuk mengatasimasalah-masalah itu.

Mengapa pendidikan belum mampu mengubah perilakumenjadi lebih baik? Mengapa kejujuran, komitmen, keuletan,kerja keras, hingga kesalehan seolah lepas dari persoalan pen-didikan. Kini semua pihak bertanya ulang: bagaimana karakterbangsa ini? Atau dalam pertanyaan yang lebih konseptual tapi

Page 9: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

9

bernada waswas: bagaimana masa depan Indonesia bila ge-nerasi penerusnya tidak memiliki karakter dan jati diri?

“Pembangunan watak (character building) amat penting.Kita ingin membangun manusia Indonesia yang berakhlak, ber-budi pekerti, dan berperilaku baik. Bangsa kita ingin pula me-miliki peradaban yang unggul dan mulia. Peradaban demikiandapat kita capai apabila masyarakat kita juga merupakan ma-syarakat yang baik (good society),” demikian pesan Presidenpada perayaan Hari Raya Nyepi di Jakarta.

Sudah saatnya dibangun kembali kesadaran akan penting-nya pembinaan karakter bagi insan Indonesia. Topik characterbuilding memang mulai mengemuka akhir-akhir ini. Berbagaipelatihan secara sporadis dilakukan untuk karyawan di peru-sahaan-perusahaan besar dalam bentuk outbound maupunworkshop. Tentu itu aktivitas yang bagus, tapi belumlah cu-kup. Perlu ada upaya bersama, sistemik, dan terpadu agar pen-didikan karakter menjadi efektif dan bergaung.

Gerakan NasionalDemi menjawab kegelisahan itu, Kementerian Pendidikan

Nasional menggelar acara ”Sarasehan Nasional PengembanganPendidikan Budaya dan Karakter Bangsa” di Hotel BidakaraJakarta pada 14 Januari 2010.

Sekitar 200 orang yang terdiri dari pakar pendidikan, tokohmasyarakat, budayawan, rohaniwan, akademisi, birokrat, prak-tisi, pengelola pendidikan, dan pihak lain yang terkait hadirdalam acara tersebut. Pada akhir sarasehan disepakati komit-men pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikem-bangkan secara komprehensif sebagai proses pembudayaan.

Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara ke-

Page 10: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

10

lembagaan perlu diwadahi secara utuh, dan “proyek” besarini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah,masyarakat, sekolah, dan orangtua.

Acara sarasehan tersebut kemudian ditindaklanjuti tim khu-sus dengan melakukan pertemuan-pertemuan intensif untukmenggodok rancangan desain induk (grand design) pendidik-an karakter yang dilengkapi panduan pada setiap satuan pen-didikan beserta merancang pelaksanaannya sebagai sebuahgerakan nasional.

Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyonomencanangkan pelaksanaan Gerakan Nasional PembangunanKarakter Bangsa pada Puncak Peringatan Hardiknas 2010. Is-tilah yang digunakan menjadi pembangunan karakter, bukan

GERAKAN nasional pendidikan karakter perludukungan semua pemangku kepentingan.

Page 11: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

11

lagi pendidikan karakter, sebab gerakan ini ternyata tidak hanyadidukung oleh Kementerian Pendidikan Nasional saja, tetapimeluas lintaskementerian yang meliputi KementerianKoordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Politik Hukumdan Keamanan, Kementerian Dalam Negeri, KementerianAgama, Kementerian Keuangan, Kementerian Komunikasi danInformatika, Kementerian Perhubungan dan Pariwisata,Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta KementerianPeranan Wanita dan kementerian lain terkait.

Sasaran gerakan ini adalah seluruh pemangku kepentingan/lintaskementerian demi terbangunnya karakter bangsa yangkokoh. Khusus di bidang pendidikan, fokus utamanya adalahpada sekolah (peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan),keluarga (anak, orangtua, saudara, pembantu), masyarakat(orang-orang di sekitar peserta didik), dan lingkungan. Pelak-sanaannya dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan(multiyears)

Ke depan Pemerintah memasukkan pendidikan karaktermelalui penguatan kurikulum mulai dari tingkat satuan pendi-dikan terendah hingga perguruan tinggi sebagai bagian daripenguatan sistem pendidikan nasional. Namun perlu ditegaskantidak akan ada penambahan mata pelajaran tersendiri. Pendi-dikan karakter diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yangsudah ada, di samping lewat pembiasaan dalam budaya seko-lah, juga melalui ko-kurikuler dan ektrakurikuler, serta meli-batkan partisipasi lingkungan, keluarga, dan masyarakat. (*)

Page 12: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

12

Page 13: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

13

Apakah pendidikan karakter itu? Pertanyaan pendek inibisa memunculkan jawaban panjang dan beragam.Bahkan tak mustahil menjebak kita ke dalam kumparandefinisi yang rumit, silang argumen yang memancing

selisih pendapat. Walaupun pertanyaan itu melahirkan sederetpengertian, namun semua pasti sepakat dalam satu hal yaitubetapa pentingnya pendidikan karakter bagi pengembangangenerasi dan masyarakat Indonesia.

Sejalan dengan hal itu Menteri Pendidikan Nasional, Mo-hammad Nuh, menegaskan bahwa tidak ada yang menolaktentang pentingnya karakter. “Tetapi yang jauh lebih pentingadalah bagaimana menyusun dan menyistemasikan, sehinggaanak-anak dapat lebih berkarakter dan lebih berbudaya,” ka-tanya pada suatu kesempatan.

Buku ini tidak berpretensi mengulas tuntas mengenai definisipendidikan karakter, melainkan lebih memilih memberi infor-masi dan panduan praktis. Dalam realitas di lapangan sebe-narnya diam-diam pendidikan karakter sudah banyak diterap-

Page 14: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

14

kan di berbagai sekolah di Indonesia meskipun mereka tidakkhusus atau tidak secara eksplisit menyatakan bahwa yang me-reka lakukan adalah pendidikan karakter. Ada sekolah yangmenyebutnya sebagai pendidikan nilai-nilai kemanusiaan, adayang menyebut dengan pembinaan akhlak, bahkan ada yangtidak memberi label sama sekali.

Beberapa sekolah unggulan dan sekolah alternatif di kota-kota besar telah berupaya menyelenggarakan pendidikan ka-rakter dengan berbagai variasi dengan mempertimbangkankonteks dan kebutuhan lingkungannya, Bahkan pondok pesan-tren dan sekolah berbasis agama lainnya sudah lama mengem-bangkan pembinaan mental spiritual sehingga mampu mela-hirkan alumni yang berkepribadian dan beriman kuat.

Pada halaman-halaman berikutnya, kita akan dapat melihatbagaimana penerapan nilai-nilai dari pendidikan karakter dibeberapa sekolah, mulai dari taman kanak-kanak hingga se-kolah menengah atas. Mereka siap berbagi pengalaman ten-tang bagaimana proses, kendala, dan hasil positif yang dicapai.

Meski demikian sebagai sebuah catatan pengantar, tetapperlu diuraikan pengertian pendidikan karakter secara umumagar dapat dipakai sebagai dasar pijakan serta untuk menya-makan persepsi bersama. Sebagai suatu konsep akademis, ka-rakter memiliki makna substantif dan proses psikologis yangsangat mendasar. Aristoteles menyebut pengertian karakteryang baik adalah kehidupan berperilaku baik dan penuh ke-bajikan, berperilaku baik terhadap pihak lain (Tuhan Yang MahaEsa, manusia, dan alam semesta), dan terhadap diri sendiri.

Karakter terdiri dari tiga unjuk perilaku yang saling berkaitanyaitu tahu arti kebaikan, mau berbuat baik, dan nyata berpe-rilaku baik (Lickona,1991:51). Ketiga substansi dan proses psi-

Page 15: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

15

kologis tersebut bermuara pada kehidupan moral dan kema-tangan moral individu. Dengan kata lain, karakter dapat di-maknai sebagai kualitas pribadi yang baik,

Menurut dokumen Desain Induk Pendidikan Karakter ter-bitan Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakterdidefinisikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengem-bangkan kemampuan peserta didik untuk mengambil kepu-tusan yang baik, memelihara apa yang baik, dan mewujudkankebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Yang jelas pendidikan karakter selayaknya dikembangkandengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Efektivitas pen-didikan karakter tidak selalu harus dengan menambah pro-gram tersendiri, melainkan bisa melalui transformasi budayadan kehidupan di lingkungan sekolah. Melalui pendidikan ka-rakter semua berkomitmen untuk menumbuhkembangkan pe-serta didik menjadi pribadi utuh yang menginternalisasi keba-jikan (tahu dan mau), dan terbiasa mewujudkan kebajikan itudalam kehidupan sehari-hari.

Hingga saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagaiupaya untuk menjadikan pendidikan lebih bermakna bagi indi-vidu, tidak sekadar memberi pengetahuan (kognitif), tetapi jugamenyentuh tataran afektif dan psikomotor melalui matapelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,Ilmu Pengetahuan Sosial, Bahasa Indonesia, dan Olahraga.

Namun harus diakui semua itu belum mampu mewadahipengembangan karakter secara dinamis dan adaptif terhadappesatnya perubahan. Oleh karena itu pendidikan karakter perludirancang-ulang dalam wadah yang lebih komprehensif danlebih bermakna. Pendidikan karakter perlu direformulasikan

Page 16: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

16

dan direoperasionalkan melalui transformasi budaya dan ke-hidupan satuan pendidikan.

Secara kejiwaan dan sosial budaya pembentukan karakterdalam diri seseorang merupakan fungsi dari seluruh potensiindividu (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dalam konteks inte-raksi sosiokultural (dalam keluarga, satuan pendidikan, danmasyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi ka-rakter dapat dikelompokan dalam olah hati (spiritual and emo-tional development), olah pikir (intellectual development), olahraga dan kinestetik (physical and kinestetic development), ser-ta olah rasa dan karsa (affective, attitude and social develop-ment).Ke empat proses psikososial tersebut secara terpadusaling berkait dan saling melengkapi, yang bermuara pada pem-bentukan karakter yang menjadi perwujudan dari nilai-nilai lu-hur. Hubungan keempat proses itu digambarkan diagram pada

Page 17: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

17

halaman 16.Pada masing-masing lingkaran terkandung sejumlah nilai po-

kok karakter yang hendak dikembangkan. Pada kelompok olahpikir nilai inti yang dikembangkan adalah cerdas dan kreatif.Olah hati fokus pada soal kejujuran dan bertanggung jawab.Sedang bidang garap olah rasa dan karsa adalah nilai kepeduli-an, gotong royong, dan suka menolong. Lingkaran olah ragamengembangkan nilai hidup sehat dan budaya bersih.

Masing-masing kelompok atau kluster nilai luhur tersebuttidaklah terpisah secara tegas tetapi saling bersinggungan satusama lain. Manakala empat lingkaran kluster tersebut berpo-tongan (intersection) dan bertemu dalam satu bidang, makaitulah kristalisasi nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yangdicita-citakan bersama.

Pengelompokan nilai tersebut sangat berguna untuk kepen-tingan perencanaan. Dalam proses pembelajaran dan pem-biasaan keempat kelompok nilai luhur tersebut akan terintegrasimelalui proses internalisasi dan personalisasi pada diri masing-masing individu.

Aneka Penerapan di LapanganPenerapan pendidikan karakter di sekolah-sekolah selama

ini cenderung sporadis, variatif, dan berangkat dari inisiatif inter-nal, sehingga tidak berjalan terpadu dan tidak memiliki efekyang signifikan secara nasional. Meski demikian mencermatibest practice dari lapangan tetaplah berguna, sebab dapat mem-berikan acuan praktis, contoh konkret, dan inspirasi bagi se-kolah lain.

Dalam buku ini akan disajikan praktik pembelajaran pendi-dikan karakter di 10 satuan pendidikan mulai dari TK sampai

Page 18: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

18

SMA/SMK. Tentu saja sekolah-sekolah ini sekadar contoh. Masihbanyak lembaga pendidikan lain yang juga telah melakukanpembinaan karakter dengan cara dan metode tersendiri pula.Pengambilan contoh ini berdasarkan pertimbangan pada aspekpraktik nyata pengembangan pendidikan kararter, bukan dariaspek letak demografi sekolah maupun basis agamanya.Harapannya semoga contoh-contoh itu nanti ini dapatmemberi gambaran konkret dan memancing inspirasi.

Adapun sepuluh satuan pendidikan yang memaparkanpraktik terbaiknya (best practices) adalah:

TK Sekolah Alam Insan Mulia SurabayaTK Budi Mulia Dua Pandeansari YogyakartaSD Insan Teladan BogorSD Al Hikmah SurabayaSMP Negeri 115 JakartaSMP Labschool JakartaSMAK 1 PENABUR JakartaSMA Plus Muthahhari BandungSMK Pondok Pesantren Roudlotul Mubtadiin JeparaSMK Negeri 7 Semarang

TK Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya dipilih sebab meng-inspirasi pemanfaatan alam untuk pengembangan potensi sis-wa, TK Budi Mulia Dua Pandeansari Yogyakarta berhasil me-ngembangkan aspek moral semenjak dini. SD Insan TeladanBogor memberikan wawasan bagaimana mencipta harmonidan mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan. SD Al HikmahSurabaya memberi gambaran konkret cara melibatkan orangtuasiswa demi mengembangkan akhlak dan karakter anak didik.

SMPN 115 Jakarta mewakili sekolah yang mengembangkan

Page 19: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

19

kedisiplinan dan prestasi akademik yang efektif. SMP LabshoolJakarta dipilih karena mampu mengeksplorasi kegiatan eks-trakurikuler dan membangun sekolah umum yang religius.

SMAK 1 PENABUR Jakarta layak ditampilkan sebagai wujudsekolah yang mampu mencetak ilmuwan muda. Sekolah inipaling banyak mengirim siswanya ke even olimpiade sains danmampu merebut banyak medali emas. Sedang SMA Plus Mu-thahhari Bandung berbagi serpihan kisah empati dalam mem-bangun karakter olah karsa dan rasa (peduli, gotong royong,dan suka menolong).

Sekolah kejuruan diwakili SMK Negeri 7 Semarang yangmemberi solusi penyiapan calon tenaga kerja produktif yangkompeten. Sedang SMK Pondok Pesantren Roudlotul Mubta-diin Jepara menampilkan perpaduan unik antara gaya sekolahkejuruan dengan model pendidikan pesantren, yang terbuktimampu meneguhkan sikap mandiri dan budaya hidup bersih.

Masing-masing sekolah itu secara umum memaparkan ber-bagai kiat dan aktivitas pembelajaran yang telah mereka te-rapkan, khususnya yang berkait dengan pendidikan karakter.Dari kegiatan mereka segera terlihat nanti bahwa suatu pro-gram pengembangan karakter tidak selalu identik dengan biayatinggi, (sesuatu yang selalu dikeluhkan sebagian besar gurubilamana sudah bicara soal program), bahkan ada beberapaaktivitas gratis. Yang lebih dibutuhkan ternyata inisiatif, kreati-vitas, komitmen, dan konsistensi pelaksanaan.

Mereka memang tidak secara eksplisit mengembangkannilai-nilai pokok karakter (cerdas dan kreatif, jujur dan tanggungjawab, peduli, gotong royong dan suka menolong, serta bersihdan sehat) namun demikian nilai-nilai tersebut secara tidak lang-sung sudah ikut terkembangkan.

Page 20: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

20

Setiap sekolah mengutarakan dengan gaya tutur dan caraungkap sendiri-sendiri. Sah saja. Dalam iklim keterbukaan dandalam budaya bhineka tunggal ika, kita selayaknya membia-sakan diri berlapang hati dengan keanekaragamanan sepertiitu.

Ke depan direncanakan akan diterbitkan lagi buku kumpulanpengalaman inspiratif edisi berikutnya, tentu dengan menam-pilkan jenis sekolah yang lebih variatif dan letaknya lebih me-luas ke berbagai pelosok daerah di Nusantara.

Selamat mengikuti. (*)

Page 21: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

21

Page 22: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

22

Page 23: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

23

asa kanak-kanak adalah masa emas. Menurut pakar,usia 0 hingga 6 tahun adalah periode emas pertum-buhan. Inilah masa paling tepat untuk mengungkit danmengembangkan segala potensi dalam dirinya. Psiko-

logi perkembangan menekankan betapa pentingnya masalahpengasuhan dan pembimbingan pada fase golden age ini. Pe-riode inilah yang akan menentukan perkembangan seseorangpada masa dewasa.

Bila dalam periode ini anak mendapat stimulus memadai,memperoleh asupan bergizi, serta pola pengasuhan yang tepat,maka perkembangan fisik maupun psikhisnya akan optimal.

Sebuah ungkapan bijak juga menegaskan bahwa mendidikanak usia muda itu bagai kita mengukir di atas batu, sedangmendidik orangtua ibarat mengukir di atas pasir.

MMASA emas perlu diisi berbagai aktivitas positif.

Page 24: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

24

Ukiran di batu pasti lebih membekas dan tahan lama, se-mentara ukiran di pasir pantai bakal segera sirna disapu ombaklautan.

Maka penanaman kebiasaan baik, nilai-nilai moral, hinggaketauhidan pada usia anak tentu lebih melekat, asalkan carapenyampaiannya selaras dengan perkembangan mental anakyang bersangkutan.

Taman Kanak-kanak Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya(TK SAIMS) menyadari benar akan pentingnya masa usia emastersebut. Oleh karena itu sekolah yang berada di Jl. MedokanSemampir Indah 99-101 ini menyelenggarakan berbagai pro-gram pembelajaran demi mengungkit potensi anak didiknyayang sedang dalam periode emas tersebut.

Pengembangan potensi ini tidak hanya dari sisi intelektualsaja, tapi juga mengembangkan sikap, emosi, dan kemampuanmotorik, termasuk mengembangkan karakter anak didik.

Di sekolah ini segala aktivitas dikemas dalam kegiatan belajarmelalui bermain, karena dilandasi pemahaman bahwa duniaanak adalah dunia bermain. Sesuai dengan namanya, sekolahalam, maka alam dieksplorasi sebagai sumber inspirasi belajar.Siswa dikenalkan dengan alam.

Mempelajari semua keterampilan yang dibutuhkan untukbisa survive di dalamnya, mengakrabi kembali habitat dan ke-hidupan sosialnya. Konsekuensinya, kegiatan pembelajarantidak selalu di dalam kelas. Berikut ini beberapa aktivitas sehari-hari di TK SAIMS yang diniatkan untuk memekarkan potensidan membentuk kepribadian siswa.

Salim di Gerbang SekolahPagiku cerahku

Page 25: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

25

Matahari bersinarKugendong tas merahku di pundakSlamat pagi semuaUstadz ustadzahku menantiDi depan pintu gerbang sekolah

Seperti potongan bait lagu di atas, keceriaan pagi anak-anak dimulai dari pintu gerbang sekolah. Masih terngiang ditelinga ajakan untuk enam S (senyum, salam, sapa, salim, sabar,syukur) yang biasa diucapkan anak-anak bersama guru dengantepuk hikmah. Saatnya sekarang, teladan itu dicontohkan guruyang menyambut kedatangan siswa di depan pintu gerbang.

“Saya bangga… hari ini Nana masuk tanpa mama lagi”.“Wah, hebat…!!! Mana senyumnya Rangga… nah begitu

pinter sudah bisa menjawab salam”.Guru memberikan penguatan-penguatan positif, menghar-

gai setiap gerak perubahan perilaku siswa sebagai upaya pe-nguatan agar siswa lebih termotivasi memunculkan perilakubaiknya. Dengan senyum dan salam yang selalu terucap, anak-anak pun membalas dengan salam dan mencium tanganustadz- ustadzah.

“Ritual” pagi biasanya dilakukan dengan cara yang berbedasetiap harinya, agar tidak menjemukan. Terkadang guru harus“melonjak” berlarian mengejar siswa yang dengan sengajamenggoda tidak mau bersalaman. Pagi kali lain guru perlu ber-jongkok untuk menyalami siswa yang kecil agar bisa saling ber-tatap mata dan melempar senyum. Penyambutan di gerbangini selalu disertai harapan agar hari ini menjadi hari yang lebihindah dari hari kemarin.

Guru berdiri di depan pintu pagar sekolah, agar dapat me-

Page 26: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

26

nyambut siswa-siswanya. Menggoda mereka yang baru turundari kendaraan atau mencoba mengajak bercanda siswa yangsedang ngambek lantaran bekalnya tertinggal di rumah.

Guru akan tersenyum pada pengantar atau orangtua yangmengantar putra-putrinya, ini sekaligus untuk meyakinkan bah-wa putra-putri mereka aman bersama guru-guru di sekolah.Rasa hormat kepada orangtua, nilai-nilai kebersamaan, pedulidan rasa sayang terhadap sesama berusaha ditumbuhkan dalamkegiatan pagi yang kelihatannya sederhana itu.

Menjadi Pemimpin KecilWaktu sudah menunjukkan pukul 07.45, siswa-siswi TK

SAIMS masih asyik bermain di luar kelas, ada yang berlari,ada yang main jungkat-jungkit, atau sekadar duduk-duduk diarena bermain sekolah. Semua tampak riang dan bersema-ngat. Ah, dunia anak-anak memang indah.

Bel berbunyi nyaring, begitu jarum jam menunjuk tepatpukul 08.00. Tunas-tunas bangsa itu berhamburan. Sungguhmenakjubkan ternyata mereka bergegas dengan tertib danlangsung meletakkan tas dan sepatu pada rak yang disediakandi depan kelas. Sesekali terlihat guru mengingatkan beberapaanak untuk menyudahi kegiatannya dan langsung memben-

Page 27: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

27

tuk barisan. Namun, namanya juga anak, dalam barisan, se-bagian dari mereka tetap bercanda dan sibuk berceloteh tentanggame barunya atau bercerita tentang bekal makannya. Riuhsekali. Khas anak-anak.

Tidak berapa lama barisan sudah terbentuk. Barisan anaklaki-laki dan anak perempuan sudah di posisinya masing-ma-sing. Mereka sudah paham bagaimana membentuk barisan.

Pagi itu ada salah satu siswa yang bertugas menjadi pemimpinuntuk mengatur barisan. Petugas ini dipilih dari siswa sendirisecara bergilir. Dengan demikian setiap anak merasakan men-jadi pemimpin. Mengatur barisan adalah hal yang sangat di-nantikan anak-anak, mungkin mereka berkesempatan untuktampil dan unjuk suara. Kegiatan ini memang dirancang gurudengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dantanggung jawab. Pemimpin kecil itu berhak menentukan seka-ligus memutuskan barisan mana yang berhak masuk kelas ter-lebih dahulu. Kriterianya? Bisa dari kerapian, bisa juga daritingkat semangat dan kekompakan mereka meneriakkan yel-yel atau nyanyian sesuai instruksi pemimpin.

Kebiasaan-kebiasaan positif yang dilakukan di pagi hari ter-sebut dirancang dengan muatan nilai-nilai kedisiplinan dan tang-gung jawab. Juga untuk melatih kepemimpinan dan kemam-

Page 28: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

28

puan memecahkan masalah betapapun sederhananya prob-lem mereka.

Kartu Budi PekertiUntuk mengawali kegiatan pagi, tak jarang guru ingin tahu

apa yang dilakukan siswa sebelum berangkat ke sekolah, apayang mereka lakukan kemarin malam sehingga keadaannyamenjadi bahagia atau sedih ketika masuk kelas. Akan terasabahagia, jika guru bisa berbagi kebahagiaan dengan kebaha-giaan yang terkadang dicoba disembunyikan.

Kini saatnya bermain kartu budi pekerti. Penanaman nilai-nilai dalam bersikap dan beramal dituangkan dalam kegiatanini. Guru menyediakan empat kartu yang masing-masing kar-tu memiliki warna dan gambar yang berbeda. Merah melam-bangkan kejujuran, kuning kebersihan, hijau kasih sayang, danbiru bermakna tanggung jawab dan kemandirian

Aturan permainannya begini: Beberapa hari sebelumnya(misalnya Jumat), guru menyampaikan informasi bahwa adakegiatan menggambar orangtua bersama anak yang dilaku-kan di rumah. Temanya nilai-nilai luhur sebagaimana terterapada kartu budi pekerti. Pesan tersebut disampaikan kepadawali murid dan siswa melalui buku penghubung.

Pada Senin di minggu berikutnya, siswa sudah membawahasil karya keroyokan bersama orangtuanya. Dimas, misalnya,memilih kartu biru (nilai tanggung jawab), pada gambarnyaterlihat aktivitas Dimas di rumah membantu papa mencuci mo-bil. Sedangkan Cacha menggambar aktivitasnya yang memilikikepekaan terhadap lingkungan sekitar yaitu tidak membuangsampah sembarangan dan dapat berkreasi dengan menggu-nakan barang-barang bekas untuk bermain. Itu dilakukan Ca-

Page 29: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

29

cha karena dia mengambil kartu kuning.Kemudian siswa mengeluarkan kartu sesuai pilihannya. Sem-

bari menunjukkan gambar yang dibuat, mereka secara ber-gantian bercerita tentang apa yang sudah mereka lakukan dirumah dan apa yang akan dilakukan di hari itu.

Pada kali lain pengembangan perilaku juga dilaksanakanmelalui kegiatan pementasan panggung boneka yang dimain-kan guru.

Sayangi Ciptaan TuhanDi halaman kelas, anak-anak berbaris rapi sambil menge-

nakan celemek, sepatu boot, memanggul cangkul kecil, danalat penyiram air. Mereka bersiap menuju kebun untuk mena-nam jagung

Anak-anak selalu tidak betah menunggu. Mereka cepat-cepat menuju lahan sambil mendendangkan lagu MemanamJagung. Di sekolah alam ini terdapat lahan tanam lumayanluas sehingga bisa menjadi media siswa untuk bercocok tanam.

MENYIRAM bunga sekaligus memupuk tanggung jawab.

Page 30: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

30

Anak-anak berlatih tanggung jawab sederhana dengan me-melihara dan menanam berbagai macam tumbuhan dan sa-yuran di sana. Ada tomat, sayur sawi, hingga jagung.

Setiap hari, ketika datang ke sekolah dan siang sebelumpulang, anak-anak meluangkan waktu untuk menyiram danmenengok hasil tanamnya.Jika dirasa sudah cukup untuk di-panen, anak-anak dibantu guru mengagendakan acara “pa-nen raya”.

Sejauh ini mereka berlatih memiliki tanggung jawab. Gurumembagi tugas piket untuk merawat tanaman setiap harinya.Tugas ini bergilir untuk setiap minggunya.

Setiap permasalahan dibicarakan. Misalnya, mengapa adayang lalai menyiram? Mengapa ada yang sengaja mencabuttanaman untuk dibuat mainan? Guru berperan merefleksikansetiap kejadian kemudian menyisipi aspek moral untuk di-cermati bersama.

Pembiasaan siswa dalam hal tanggung jawab, peduli tana-man ciptaan Allah terangkum dalam kegiatan memelihara ta-naman ini. Pada kesempatan lain anak-anak juga diajak me-nyayangi ciptaan Tuhan yang lain yaitu binatang. Di TK SAIMSsiswa masih bisa menemukan kupu-kupu, capung, atau bela-lang karena sekolah ini memiliki areal sekitar 1,1 hektare, yangsebagian ditanami beraneka pohon dan perdu.

Mereka diajak mengamati dan bermain dengan serangga.Guru bertugas mendampingi dan menjelaskan beberapa halyang berkaitan dengan binatang yang ada. Setelah itu merekamelepaskan serangga itu.

Untuk menanamkan sebentuk tanggung jawab sederhana,siswa kadang diminta membawa binatang dari rumah untukkemudian dipelihara beberapa hari di sekolah. Maka berdata-

Page 31: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

31

nganlah berbagai binatang: ikan hias, kura-kura, kelinci, sampaihamster. Anak-anak diajak memberi makan minum dan mem-bersihkan kandangnya.

Menyulap SampahSudah semestinya aspek kreativitas mendapat perhatian le-

bih, sebagaimana ungkapan kata-kata mutiara, “Di tangan o-rang kreatif, batu bisa menjelma menjadi emas”. Orang kreatifselalu bisa menemukan peluang di sekitarnya, bahkan mampumembalikkan hambatan menjadi peluang yang menguntung-kan.

Demikian halnya sampah. Sesuatu yang dijumpai dalamkeseharian anak. Bagaimana ya membuat lingkungan menjadibersih sekaligus menyulap sampah menjadi sesuatu yang lebihmenarik dan bermanfaat. Ide-ide dari guru dan anak-anak punmulai berlompatan.

Hari ini kebetulan hari Jumat. Di sekolah SAIMS (mulaitingkat TK sampai SMA) ada kegiatan bersama-sama yaitu AksiBersih Lingkungan. Untuk siswa TK ditawarkan permainan ber-sih-bersih yang berbeda. Siswa dibagi menjadi empat kelompokkecil. Ada kelompok daun, plastik, botol, dan kelompok kertas.

Empat kelompok tersebut akan berlomba mengumpulkansampah-sampah yang berada di kelas ataupun di halaman se-

Page 32: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

32

kolah lalu dimasukkan ke kantung plastik Siapa yang berhasilmengumpulkan sampah paling banyak itulah juaranya.

Sampah plastik, botol, dan kertas yang terkumpul kemudiandidaur ulang, disulap menjadi kerajinan tangan. Wah, hasilnyaluar biasa, menjadi vas bunga, robot hingga hiasan gantung.Demikianlah penanaman nilai peduli lingkungan bersih, cerdasdalam memilah sampah serta kreatif dalam menyulap sampahmenjadi hiasan cantik dengan daur ulang di sekolah ini.

Budaya Cuci PiringSaat yang ditunggu-tunggu telah tiba, tepat pukul 11.00

WIB siswa TK makan siang bersama. Seluruh siswa tertib antremenunggu giliran mengambil menu makan siang di ruang ma-kan. Saat mengantre mereka membawa piring dan sendoksendiri-sendiri.

“Harus sabar, tidak pakai dorong-dorong, tidak pakai nye-robot barisan…!” kata anak-anak mengingatkan temannya.Kadang nasihat dari teman sebaya justru lebih mengena ke-timbang dari orang dewasa.

Guru melayani mengambilkan nasi, sayur, lauk, dan buah.Eit, sebelum makan jangan lupa baca doa dahulu. Merekaenjoy menikmati makan siang dan didampingi oleh guru yangsetia menghibur dan merayu manakala mereka tidak maumenghabiskan makan siangnya. Makan siang ditutup dengan

Page 33: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

33

berdoa. Setelah itu mereka mengantri ke tempat cuci piring.Tak lupa membuang sisa makanan pada tempatnya.

“Ayo lomba membersihkan piring”.“Aku bisa mencuci piring sendiri lho…”.Kebiasaan ini dilakukan setiap hari dengan pendampingan

guru untuk membiasakan hidup sehat dan bersih, melatih ke-sabaran dan toleransi berbudaya antri, tanggung jawab, sertakemandirian siswa.

Memang acara cuci piring mandiri ini membuat pemakaianair dan sabun menjadi lebih boros. Apalagi banyak di antaramereka yang tetap saja suka bermain busa dan tidak henti-hentinya bercipratan air. Tetapi tidak terlampau masalah, itulahongkos wajar sebuah pembelajaran.

Kaleng Peduli SesamaPagi itu udara sangat cerah, semua anak bermain di halaman

sekolah. Tiba-tiba guru ingat harus meletakkan sebuah kalengkecil cantik di dekat pintu kelas sebelum anak-anak masuk.Benda itu cukup mengundang perhatian.

Mereka berkerumun dan bertanya-tanya untuk apa kalengitu disediakan. Guru menerangkan, kaleng itu untuk mema-sukkan uang recehan siswa yang nantinya akan diberikan ke-pada yang membutuhkan.

Setelah satu minggu uang recehan anak-anak perkelas ter-

Page 34: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

34

kumpul, kemudian anak-anak bertanya kepada guru tentangbagaimana caranya jika uang recehan mereka sudah penuh.Untuk mengatasi hal ini guru membuat bank kecil yang petu-gasnya terdiri dari anak-anak sendiri. Tugas bank kecil ini adalahmengumpulkan uang recehan tersebut dari kelas-kelas dandicatat oleh teller dengan bantuan ustadzah. Kemudian jikasudah terkumpul akan disalurkan kepada yang membutuhkan.

Petugas bank kecil dilakukan bergiliran oleh siswa-siswa. Adayang menjadi sie keamanan, ada yang mengatur dan siswa TK

B yang menjadi teller. “Aku ingin hebat dan jadi prince agarbisa jadi petugas bank kecil,” celetuk salah satu siswa. Memangmenjadi petugas Bank Kecil merupakan salah satu reward danpenghargaan dari sekolah apabila siswa berakhlak baik di kelas.

Dalam kegiatan tersebut, nilai-nilai luhur seperti peduli, cer-das, jujur dan tanggung jawab berusaha dibudayakan agar siswaterbiasa mewujudkan dalam kesehariannya. Anak-anak me-nyukai kegiatan ini. Mereka bersemangat memasukkan seba-gian uang saku mereka. Terkadang mereka sengaja minta ke-pada orangtuanya untuk turut mengisi kaleng amal itu.

Page 35: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

35

Wali Murid Jadi GuruDi TK SAIMS, orangtua tidak boleh cuek dengan pendidik-

an putra-putrinya di sekolah. Mereka harus aktif mendukungdan turut mengembangkan potensi buah hatinya. Komitmenini sudah mereka sepakati semenjak awal mendaftarkan anak-nya ke sekolah ini. Ya, di sekolah ini setiap calon siswa dancalon wali murid harus mengikuti semacam wawancara denganpsikolog sekolah. Bukan untuk mengetes kemampuan siswa,tetapi lebih kepada melihat kesiapan mental anak memasuki

dunia taman kanak-kanak dan sejauh mana kesiapan orangtuauntuk turut membina putranya.

Ada beberapa kegiatan yang melibatkan peran sertaorangtua dalam rangka membina anak lebih berkarakter diantaranya mengajak menggambar bersama antara siswadengan orangtuanya. Mereka juga diharap intensif membangunkomunikasi dan keakraban dengan anaknya, antara laindengan mendongeng sebelum tidur.

Sekolah juga memberi kesempatan kepada wali murid untukturut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Salah satunya ada-

Page 36: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

36

lah pengenalan profesi orangtua kepada anak-anak. Di luardugaan, banyak orangtua bersedia untuk terlibat. Suatu awalyang bagus. Macam-macam profesi mereka, mulai dari pelaut,dokter, sampai pelatih balet profesional. Akhirnya dijadwal-kanlah para orangtua itu untuk menjadi guru tamu.

Mamanya Ocha (Ibu Yuni), seorang belerina profesional,mengajari anak-anak tarian sederhana. Begitu intro musik me-ngalun, serempak anak-anak bersorak, “Lagunya Sheri-naaaaa…”. Yup! benar! Siang itu Mamanya Ocha berbaik hatimau mengajari anak-anak menari Hari yang Cerah.

Anak-anak berlatih penuh semangat, terutama Ocha. Diaterlihat bangga karena yang menjadi “ibu guru” siang itu adalahmamanya. Mama Ocha tak kalah gembira. Dia puas setelahmelihat sambutan yang begitu heboh. Suatu pengalaman takterlupakan: Mengajar teman-teman anaknya sendiri.

Demikian juga yang dialami dokter Ferdy. Meski awal tam-

DOKTER gigi pun bersemangat jadi guru tamu.

Page 37: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

37

pilnya agak grogi tetapi dia menikmati. Dokter gigi itu mengaku,seumur-umur baru kali ini berhadapan dengan anak-anak yangmenyambutnya dengan begitu antusias. Bukan hal yang mu-dah untuk menyampaikan informasi dan menarik parhatianbocah. Untuk itu dia membekali diri dengan berbagai alat pe-raga medis. Dokter ini berkenan hadir lantaran anaknya, Haqi,memintanya untuk menjadi guru tamu. “Ayahku bawa gigi palsulho…,” celoteh Haqi di hadapan teman-temannya.

Kesaksian Wali Murid

Kemandirian Tumbuh“Yang terlihat paling menonjol tentang perkembangan perilaku

dari anak saya, Athaya, adalah selalu berusaha untuk mandiri. Mes-kipun Athaya belum bisa melakukannya secara sempurna. Contoh,memakai baju sendiri meski terkadang terbalik. Kadang-kadang hal-hal kecil seperti ini lupa kami ajarkan. Selain itu, Athaya terbiasaberdoa sebelum melakukan sesuatu. SAIMS selain mengajarkanpengetahuan juga mengenalkan perilaku dan sikap yang terpuji padaanak didiknya.”

Permadi Kustantyo K & Ratih Astiati Dewi,Orangtua Al Athaya N.H.

Peka Lingkungan“Zaha (Chacha) lebih mandiri dan memiliki kepekaan terhadap

lingkungan sekitar. Dia tidak membuang sampah sembarangan dandapat berkreasi dengan barang bekas untuk bermain. Rasa empatiterhadap saudara, orangtua dan teman. Keberanian yang semakinbertambah dan percaya diri yang tinggi sehingga dapat menyelesaikanpermasalahan. Suasana sekolah yang tidak terlalu formal membuatanak tidak bosan.”

Alit ArswendoOrangtua Zaha Kalisha Azra

Page 38: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

38

Tidak Tertekan Lagi“Pada awalnya anak kami kurang berani berekspresi, hal ini

terkait dengan pengalaman Naufal (Ifal) saat di PG yang membuatdia “trauma sekolah”. Karena sistem di sekolah yang lama masihmewajibkan anak duduk manis mendengarkan guru di depan kelas,dan cenderung membatasi kreativitas dan ekspresi anak. SetelahIfal sekolah di SAIMS, dia jauh lebih ekspresif dan mampumengungkapkan pendapatnya. Ifal juga mampu bertanggung jawabterhadap diri dan lingkungannya.”

Wido Nugroho & dr. Maya IndrawatiOrangtua Naufal Nur Fakhri

Page 39: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

39

Page 40: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

40

Page 41: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

41

egitu memasuki kompleks sekolah ini, kita seolah me-masuki sebuah kerajaan anak-anak. Betapa tidak, ra-tusan siswa usia dini riuh bermain berlarian di halaman“istana” teduh, yang diayomi daun-daun lebar pohon

biola cantik ini. Ya, TK Budi Mulia Dua Pandeansari Yogyakartaini setiap hari dihuni 447 siswa (termasuk 60 siswa Kids Home),yang tertampung dalam 20 rombongan belajar. Bahkan be-berapa tahun sebelumnya pernah mencapai 540 siwa, sehinggasekolah yang didirikan Ibu Kusnasriyati Amien Rais ini sempatdisebut-sebut sebagai TK terbesar se-Asia Tenggara.

Generasi penerus bangsa itu tampak asyik bermain, adayang main papan luncur berkelok-kelok atau bertualang dijembatan goyang. “Aku bisa!,” begitu teriak siswa manakalaberani mencoba atraksi baru seraya sedikit-sedikit melanggaraturan kelaziman yaitu berdiri pada palang besi paling tinggi.

BBERMAIN berarti belajar bersosialisasi.

Page 42: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

42

Ada juga bocah, yang bikin ngeri, berani berdiri di puncakmainan bola dunia, “Hoi…, aku sampai langit!” serunya kepadadunia. Sementara itu suara orkestra serangga tonggeret di po-hon turut meningkahi keceriaan di kawasan kompleks Pande-ansari, tepatnya di Blok II No. 4 Condongcatur, Depok, Sleman,Yogyakarta itu.

Mengapa TK ini memperoleh jumlah siswa sebesar itu? Tentuini sebuah kepercayaan dari masyarakat yang diperoleh dariproses kerja keras dan panjang. Padahal di awal berdirinya,tahun 1987, cuma punya 9 siswa. Sekolah ini berdiri lantaranpendirinya menyadari arti pentingnya pendidikan usia dini, se-hingga merelakan sebagian kediamannya direnov jadi ruangkelas. Barangkali itulah sebabnya mereka memberi nama TKBudi Mulia Dua. Sebuah ikhtiar untuk turut mencetak generasigemilang yang berbudi mulia. Sedang kata dua di belakangnyaternyata bukanlah bilangan. Kabarnya, dua itu sebuah akronimyang artinya dunia dan akhirat.

Menurut pengakuan sebagian wali murid TK ini layak dipilihlantaran berkualitas. Berkualitas di sini mengandung unsur nilai-nilai keagamaan, akademik maupun nonakademik. Banyakpihak juga sering berkunjung ke sini melakukan studi bandinguntuk kepentingan pendirian sekolah maupun untuk pengem-bangan satuan pendidikan yang sudah mereka miliki. Untukitu ada baiknya kita juga mencoba menimba ilmu bagaimanapenerapan pendidikan karakter di tempat ini yang pelaksana-annya diintegrasikan ke dalam kegiatan intra maupun ekstrakurikuler.

Bukan Sekadar BermainSambil bermain membentuk karakter. Prinsip ini membawa

Page 43: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

43

konsekuensi guru harus sejauh mungkin menghindari cara-cara yang bersifat indoktrinatif dalam menanamkan nilai-nilai.Semua pembiasaan dan pelajaran selalu disampaikan lewatmedia permainan. Ada berbagai permainan yang dirancangoleh guru, di antaranya bermain bakiak raksasa, simpai, hinggaberpetualangan di arena bermain.

Sepasang bakiak raksasa bisa dipakai bersamaan oleh tigaanak sekaligus. Ini melatih kekompakan gerak. Bila angkat ka-kinya tidak bareng, mereka pasti tidak bisa melangkah maju.Ada olah raga di sini yaitu kelincahan menggerakkan kaki danmelenturkan otot. Juga ada unsur olah pikir, karena game inibutuh konsentrasi, memadukan pikiran dengan gerakan kaki.Nilai olah rasa dan karsa bisa ditunjukkan dengan adanya rasakerja sama dan rasa peduli antarteman. Sedangkan olah hatibisa diwujudkan lewat rasa tanggung jawab terhadap kelom-poknya.

Pada kali lain guru mengajak siswa bermain simpai atau

LOMBA bakiak raksasa butuh kekompakan dan kerja sama.

Page 44: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

44

holahop. Anak-anak segera berebut mencobanya. Bu gurumemeragakan cara bermain alat berbentuk gelang besar ter-buat dari rotan itu. Guru mengajak Nikko untuk memegangsalah satu sisi simpai sedangkan guru memegang sisi yang lain.Dua anak diminta bergandengan lalu memasuki simpai secarabergantian tanpa melepas gandengan tangannya.

“Karena simpainya terbatas, yang ingin main harus sabartunggu giliran,” kata guru mengajarkan budaya antre. Anak-anak menurut, tapi toh beberapa di antaranya tetap gelisahlantaran tidak betah menunggu. Terdengar sorak-sorai setiapkali ada teman yang sukses memasuki simpai. Seperti halnyabermain bakiak, permainan ini juga kaya muatan nilai-nilai ka-rakter.

Bermain bebas di luar juga menjadi favorit anak-anak. Ba-nyak yang memilih bermain bola. Sebagian lagi lebih suka ber-hamburan menuju arena bermain. Yup... langsung perosotan,ayunan, panjatan, putaran, atau berjungkat-jungkit. Guru me-ngawasi dan bergabung dengan mereka. Dengan bermain be-bas sesungguhnya terjadi praktik bersosialisasi dalam arti yangsesungguhnya. Dalam kegiatan ini keempat kuadran (olah hati,olah pikir, olah rasa-karsa, dan olah raga) akan terasah. Anak-anak tengah belajar menaati aturan permainan (rule of thegame) hingga mengatasi gesekan dan pertengkaran (problemsolving) yang bisa terjadi setiap saat.

Pada bulan tertentu digelar acara istimewa, misalnya masakbersama atau praktik belanja. Guru mendisplai “pasar tradi-sional” di halaman sekolah. Ada siswa yang berperan sebagaipedagang ada pula yang menjadi pembeli. Merekapun tak sa-bar ingin segera bertransaksi. Calon pembeli membuat daftarbelanjaan apa yang akan dimasak hari itu. Dengan uang seribu

Page 45: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

45

rupiah mereka membeli beberapa item barang: sayuran, ba-wang, minyak goreng, dan bumbu. Belanja selesai, merekapunsibuk masak bersama.

Praktik kerja sama, saling menghargai, kebersamaan, ber-bagi, mengendalikan amarah, empati, kemandirian, meme-cahkan masalah, dan berkomunikasi terlihat jelas dalam kegi-atan yang diberi nama cooking class itu.

Jangan Marah, Ma...Anak-anak sungguh peka dengan nilai-nilai kebenaran. Be-

gitu menerima satu informasi tentang nilai-nilai positif segeradicerna dan diinternalisasikan ke dalam dirinya. Ini sangat baguswalau kadang juga membawa dampak ikutan, terutama dalamrelasi di rumah. Kadang terjadi kesenjangan antara nilai-nilaiyang dipelajari di sekolah dengan yang berlaku di rumah. Masihberuntung bila orangtua segera menyadari lalu berupaya me-nyelaraskan perbedaan itu. Tetapi bagi mereka yang tidak pedulibisa membuat anak hidup dalam aturan ganda yang membi-ngungkan.

Saat jam istirahat, seorang wali murid TK Budi Mulai Duamenghampiri guru.

“Bu, saya malu sama anak saya,” katanya.“Kok malu? Memangnya ada apa?”Lalu sang ibu pun bercerita, kemarin dirinya sempat me-

marahi anaknya gara-gara sesuatu hal. Tetapi tanpa dinyanaanaknya balik mengatakan begini: “Laa taghdlob walakaljan-nah, jangan suka marah maka bagimu surga. Jangan marahya Ma... nanti gak masuk surga lho...”.

Perempuan muda itu terpekur. Hatinya mengaku malu lan-taran ditegur anaknya sendiri yang umurnya belum genap 5

Page 46: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

46

tahun.“Tapi saya sangat bersyukur,” katanya dengan raut muka

bahagia, “karena anak saya bisa menyerap apa yang diajarkangurunya. Terima kasih ya Bu Guru”.

Hadits larangan marah tersebut memang sering diucapkananak-anak di kelas. Ini pengingat agar setiap pribadi senantiasamengendalikan emosi. Terbukti anak-anak tidak cuma meng-hafal tetapi juga mampu mengingatkan teman-temannya danbahkan orangtuanya. Manakala ada teman marah-marah pastiada yang “mengerem” dengan hadits itu. Selain mengolah hatiuntuk dapat meredam amarah, pembiasaan seperti ini jugamelatih anak-anak untuk bertanggung jawab terhadap perila-kunya, jangan sampai membuat orang lain marah. Anak-anakjuga menjadi lebih care terhadap orang lain.

Budaya Cinta BukuBudaya bukan barang instan, dia harus dicipta. Demikian

juga budaya cinta buku, harus dibangun semenjak kecil. De-mikian penting keberadaan buku sebab dia merupakan jendelapengetahuan yang akan mengantarkan anak didik menjadi in-san fathonah, kreatif, dan cerdas.

Dalam kesehariannya anak di sekolah ini diberikan kebe-basan mengunjungi perpustakaan sekolah untuk melihat ane-ka buku warna-warni penuh gambar dan memilih beberapaeksemplar yang disukai. Selanjutnya “harta karun” itu bolehdibawa ke kelas agar anak bisa melihat (kadang membacasedikit-sedikit) isi buku secara bebas di kelas. Mereka juga bisamenceritakan gambar-gambar yang tercetak di buku atau mem-bincangkan bentuk buku, warna buku, dan ukurannya. Ke-giatan mendialogkan buku tidak berhenti sampai di kelas, tapi

Page 47: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

47

anak membawa hasil diskripsinya kepada keluarga di rumah.Seusai belajar di perpustakaan, mereka diberi kebebasan

olah pikir dengan cara mendiskripsikan isi buku secara bebasmelalui pengamatan bermacam-macam gambar sehingga me-munculkan pengalaman baru dari setiap anak. Sejak kecil anakdiajak tanggung jawab memelihara buku, dibangun rasa me-milikinya dengan tidak mencoret atau menyobek buku. Setiapanak diberi kesempatan meminjam buku sekali dalam semingguuntuk dibawa pulang. Tentu mereka wajib mengembalikan bu-ku tepat waktu agar terbangun kedisiplinannya.

Pada saat di perpustakaan, setiap anak punya kesempatansama untuk memilih berbagai buku tetapi mereka juga harusbelajar menenggang rasa manakala buku yang diincarnya ke-buru dipungut teman lain.Tidak boleh berebut, hormati pilihanteman lain. Olah rasa dan karsa menjadi pembiasaan anaksejak dini.

TAMPIL di depan kelas, memupuk keberanian dan percaya diri.

Page 48: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

48

Saatnya Salat DuhaSetiap Rabu anak-anak praktik salat duha di musala seko-

lah. Guna melancarkan jalannya acara, mereka dianjurkan su-dah wudlu dari rumah. Bagi yang belum wudlu, diajak wudlubersama. Dengan tertib anak-anak melepas sepatu dan me-natanya dengan rapi di rak. Rak sepatu sudah diberi namakelas masing-masing dari B1 sampai B8.

Anak-anak masuk musala dan langsung menempatkan dirisesuai shafnya. Sajadah-sajadah kecil mulai digelar, anak putrisibuk mengenakan mukena. Ada beberapa anak yang masihkerepotan memakainya, sehingga membutuhkan bantuan gu-ru. Namun untuk membangun sikap mandiri, guru tidak lang-sung menolongnya. Guru hanya menuntun cara memakai mu-kena. Siswa dibimbing mengerjakan sendiri, sedang campurtangan guru diupayakan seminim mungkin.

Anak-anak duduk dengan tenang menunggu temannyayang belum datang sambil menunggu saat salat duha dimulai.Sekitar pukul 07.15, Pak Jakfar, imam salat, bangkit berdiritanda salat berjamaah segera dimulai. Bocah-bocah segera me-ngikuti.

Mereka merapatkan dan meluruskan barisan, siap mendi-rikan salat duha dengan tenang dan tertib. Kegiatan diakhiridengan membaca doa bersama.

Selesai salat, mereka dibiasakan melipat sajadah dan me-ngemasi mukena dengan rapi. Kemudian anak-anak keluarmusala secara berurutan dari kelompok B1 hingga B8 untukmelanjutkan belajar di kelas masing-masing.

Diharapkan dengan kegiatan ini anak-anak mampu men-jalankan ibadah sunnah. Di samping itu juga melatih rasa tang-gung jawab melepas dan meletakkan sepatu dengan rapi,

Page 49: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

49

memakai dan melipat peralatan salat, dan berdiri dengan rapisesuai barisan salat.

Yel-yel Pembangun SemangatUntuk menumbuhkan semangat dan menyalurkan enerji

anak-anak, sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai anak-anak berkumpul di halaman dan melakukan yel-yel bersamadipimpin oleh salah satu guru.

TK Budi Mulia...Kami dari TK A... TK Budi MuliaTempatku bermain, tempatku belajarJadi anak pintar, hormat orangtuaYes... yes... yes... yeeeeee....Teriakan bersama itu dilakukan dengan gerakan tangan dan

tubuh. Dengan yel-yel anak-anak telah melakukan olah ragadan olah pikir yaitu menyelaraskan gerakan dengan yel yang

Page 50: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

50

diucapkan. Ungkapan jadi anak pintar dan hormat orangtuamerupakan penyemangat anak-anak dalam mengolah hati un-tuk bertanggung jawab terhadap ucapan tersebut.

Sementara itu untuk menumbuhkan budaya sapa, para gurudan satpam, setiap pagi sebelum anak didik datang telah siapdi depan pintu gerbang sekolah untuk menyambut anak didik.Setiap pengantar yang datang diarahkan melalui satu jalur sesuairambu-rambu.

Setiap anak yang datang langsung disambut senyum ra-mah oleh bapak ibu guru. Assalamualaikum... demikian salamsapa anak-anak menghampiri guru dan mengulurkan tanganserta mencium tangan guru.

Setelah itu mereka antusias menuju arena bermain berga-bung dengan temannya. Demikian pula pada saat pulang se-kolah, mereka melakukan hal serupa.

Setiap Senin kelompok B berlatih upacara bendera. Petugasupacara dijadwal secara bergiliran, sehingga semua anak ber-kesempatan menjadi petugas upacara. Kegiatan ini melatih anakuntuk bisa mengolah hati yaitu bertanggung jawab terhadaptugas sebagai petugas maupun sebagai peserta upacara.

Selain itu olah karsa juga dapat diasah melalui kegiatan iniyaitu kepedulian anak akan aba-aba dari teman yang harusdilaksanakan. Dari sisi olah raga juga dapat dirasakan anak-anak yaitu dengan bersikap tegap dalam barisan serta kebera-daan anak di halaman yang terkena langsung sinar mataharipagi bermanfaat untuk kesehatan mereka. Oh ya, latihan upa-cara juga memupuk rasa nasionalisme.

Saya Dalang KomputerTerdorong rasa dan tanggung jawab untuk mendidik siswa-

Page 51: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

51

nya selaras dengan zamannya, TK Budi Mulia Dua Pandeansari,sejak lima tahun terakhir ini, telah menerapkan pembelajarankomputer untuk anak-anak. Kini para pemain komputer yangdijuluki dalang-dalang komputer itu banyak bermunculan dansiap menghadapi tantangan masa depan yang serba kompu-terisasi.

Suasana kebebasan dalam mengoperasikan komputer de-ngan jadwal tertentu membentuk keterampilan khusus yangdimiliki anak saat mengoperasikan di depan layar. Jiwa kebe-ranian, kemampuan berimajinasi, serta kemampuan meme-cahkan masalah menjadi terbentuk sewaktu dan sesudah pro-ses pembelajaran disampaikan.

Untuk memfasilitasi olah pikir anak, mereka diberi kesem-patan mendiskripsikan secara bebas melalui pengamatan ber-macam-macam gambar. Mereka akan menjelajah pengetahuanbaru melalui file-file sains dan teknologi. Di samping itu, anakdiberi fasilitas mengolah hati melalui kegiatan memelihara danmerawat komputer yang dia pakai.

Memiliki tanggung jawab dan kedisiplinan saat dia pahamkapan dia bermain dengan komputer dan kapan memberi ke-sempatan kepada teman yang lain. Jarak antara laboratoriumkomputer dengan kelas sekitar 100 meter. Saat moving (ber-pindah) otomatis mereka berolah raga.

Anak-anak masuk ke ruang komputer secara bergiliran danmenyerahkan kartu bimbingan kepada guru komputer. Gurumemandu sesuai dengan materi yang telah direncanakan. Anakdengan percaya diri mengoperasikan komputer sesuai perintahguru.

Anak membantu teman yang mengalami kesulitan menger-jakan tugas. Setelah selesai melaksanakan tugas, anak dipersi-

Page 52: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

52

lahkan kembali ke kelas.

Mengenal Adab BertamuBersilaturrahmi (home visit) juga menjadi bagian dari kiat

pendidikan karakter di TK ini. Kegiatan ini sebagai wadah untukmengenalkan adab bertamu dan menjadi tuan rumah yangbaik kepada anak. Bersilaturrahmi adalah kegiatan berkunjungke rumah salah satu teman. Pada saat itu anak dan keluargayang menjadi tuan rumah menunggu kehadiran teman-temandan guru di rumah.

Guru dan anak-anak mempersiapkan segala sesuatunya mi-salnya oleh-oleh, kendaraan (bila diperlukan), serta bekal ma-kanan dan minuman supaya tidak merepotkan tuan rumah.

Sesampai di tempat tujuan anak-anak mempraktikkan adabbertamu yang baik mulai dari mengetuk pintu dan mengucapsalam.

BELAJAR tata krama menjadi tamu.

Page 53: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

53

Selama menunggu dibukakan pintu tidak diperkenankanmelihat-lihat lewat jendela atau mengetuk pintu berulang-u-lang. Setelah dibukakan pintu dan dipersilahkan masuk anak-anak masuk dan bersalaman dengan tuan rumah lalu duduksetelah dipersilahkan.

“Nama saya Pak Hanafi, ayahnya Azka. Ini Bu Astrid, bun-danya Azka,” begitu tuan rumah memperkenalkan diri.

“Ini adikku lho, namanya Faqih,” Azka menimpali.Kemudian tamu cilik itu beramah tamah dengan tuan ru-

mah. Acara dilanjutkan dengan makan bekal yang dibawa.Anak-anak bermain secukupnya. Ketika akan pulang merekamemberikan kenang-kenangan kepada Azka. Mereka ber-pamitan pulang, bersalaman dengan tuan rumah dan me-ngucap salam.

Bel Terakhir BerbunyiSebagai catatan penutup, perlu diutarakan suasana di akhir

tahun pelaajaran di sekolah ini, bukan tentang kemeriahanpentas seni tapi adansebuah seremoni yang cukup menyentuh.

Begitu bel terakhir berbunyi, dewan guru dan karyawanberdiri berderet siap menyalami satu-persatu siswanya yangsiap berdiri mengular di halaman sekolah. Orangtua mereka,tahu-tahu sudah ikut menyusup dalam barisan, di belakangmasing-masing buah hatinya.

Anak-anak pun segera menyadari bahwa inilah hari terakhirmereka menghuni istana nan rindang itu. Lagu himne gurumengalun merdu menggetarkan hati. Kalau sudah begitu, tanpadisuruh, anak-anak larut dalam keharuan.

Mata mereka basah, bahkan tidak sedikit yang tersedu-sedu.Ibu-ibunya tak jauh beda, tidak pandai menyimpan airmata.

Page 54: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

54

“Saya merasa puas. Apa yang saya cari ada di TK ini, baik itupendidikan agama, adab dalam bersosialisasi dengan teman, ke-mandirian, dan kreativitas. Rasa kasih sayang Sari (putri kami)terhadap temannya juga sangat tinggi. Dari sisi pendidikan agamasudah baik, seperti iqro’, hafalan surat-surat pendek, dan hafalanhadis pendek juga sudah diajarkan.

Dari segi kemandirian, menurut saya sudah sangat baik. Saridulu anaknya sangat pemalu, bahkan ketemu orang lain takut. Tapisekarang, Alhamdulillah, percaya dirinya tinggi sekali, sampai dipilihuntuk ikut lomba menari mewakili sekolah pun dia mau.”

Rohana SaragihWali murid Nafiza Suci Azahri (Sari)

“Kami sebagai orangtua merasa senang karena selama anakkami sekolah di TK Budi Mulia Dua pemahaman tentang agama,cara beribadah, berdoa dan hafalan hadis semakin baik. Watakanak kami terbentuk, terbukti Rafi menjadi tidak egois, pintar, dankritis dalam menyampaikan pendapat.

Anak kami bisa mengucapkan terima kasih kepada siapa sajayang memberikan sesuatu kepadanya, bisa mengucapkan katatolong bila minta bantuan, dan bisa mengucapkan maaf apabilamemang bersalah. Pengertian dan pemahaman itu mengalir sepertiair, tidak ada tekanan atau pemaksaan sehingga anak kami tidakmerasa tertekan.”

Kus EndartoWali murid Rafi Kusuma Daniswara (Rafi)

Perpisahan selalu terasa berat, padahal itu bukan sebuah ke-salahan. Betapapun berat, burung-burung mungil itu harussegera terbang tinggi, untuk memetik bintang-bintang di ang-kasa cita-cita.

Suara Wali Murid

Page 55: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

55

Page 56: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

56

Page 57: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

57

etiap anak Indonesia berhak terhadap pendidikan yangmengembangkan karakter dengan baik. Karena denganpendidikan karakter, pendidikan bukan hanya meng-hasilkan anak-anak yang cerdas tetapi juga anak yang

mempunyai budi pekerti luhur.Sekolah Dasar Insan Teladan Bogor memang tidak secara

SMEMPELAJARI daun tidak sekadar pelajaran IPA.

Page 58: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

58

eksplisit mengajarkan pendidikan karakter. Sekolah yang bera-lamat di Desa Kalisuren, Kecamatan Tajurhalang, KabupatenBogor ini menggunakan istilah Pendidikan Nilai-nilai Kemanu-siaan (PNK) yang pada esensinya ternyata selaras dengan pen-didikan karakter. PNK ini dibagi menjadi lima nilai utama yaitukebenaran, kebajikan, kedamaian, cinta kasih, dan berperilakutanpa kekerasan. Nilai-nilai ini yang dianut oleh seluruh wargasekolah dimulai dari pendiri, pemangku kepentingan (stakehol-ders), guru, siswa, dan seluruh wali murid.

Semua pihak saling bahu-membahu menciptakan iklim se-kolah yang kondusif, agar penerapan PNK dapat berjalan de-ngan optimal. Harapannya nilai-nilai utama itu dapat diprak-tikkan siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk memudahkan pendidikan karakter ada berbagai ma-cam teknik yang digunakan di antaranya melalui berdoa, ku-tipan, kata-kata mutiara, penguatan positif, duduk hening, ber-cerita, bernyanyi, hingga kegiatan kelompok berupa permain-an, bermain peran, diskusi kelompok, dan lain-lain.

Program-program SD Insan Teladan yang sangat berpe-ngaruh terhadap perubahan karakter adalah duduk hening,integrasi nilai kemanusiaan ke dalam mata pelajaran, dan kelasintegrasi khusus yang menghubungkan satu tema tertentu de-ngan banyak mata pelajaran.

Selalu Duduk HeningSetiap pagi, sebelum memulai pelajaran, 86 siswa wajib me-

ngikuti kegiatan duduk hening. Seperti namanya, siswa diajakduduk tenang dalam posisi bersila. Dalam keadaan mata ter-pejam mereka mengatur nafas sembari meresapi makna kali-mat-kalimat yang diungkapkan guru pembimbing mereka. Aca-

Page 59: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

59

ra ini berlangsung selama se-kitar 10 menit.

Dalam duduk hening sis-wa diminta menegakkan ba-dan dan mengatur napas se-cara perlahan-lahan dan ber-konsentrasi.

“Sekarang pusatkan selu-ruh perhatian kepada nafas.Bayangkan di hadapan kitaada sebuah cahaya. Cahayaini adalah cahaya kasih sa-yang yang datangnya dari Tu-han Yang Maha Esa,” kata gu-ru memandu duduk hening.

Kemudian guru itu me-ngajak siswa membiarkan ca-haya itu masuk melalui kening menerangi seluruh pikiran se-hingga pikiran dipenuhi kasih sayang. Cahaya itu dibayangkanperlahan turun menerangi dan membersihkan perasaan, se-hingga hati menjadi bersih diliputi rasa tentram dan selalu pedulipenderitaan orang lain, menerangi kedua tangan hingga mem-buat kita mampu mengerjakan hal-hal yang berguna.

Cahaya turun ke kaki sehingga menuntun setiap langkahke tempat-tempat yang baik dan bertemu orang-orang baik.Ringkasnya, cahaya itu beredar ke seluruh organ tubuh yangmembuat kita menjadi senantasa berbuat kebajikan. Tidak lupapemandu duduk hening juga mengajak siswa mengirimkan ca-haya itu kepada orangtua, saudara, guru, teman, kepada se-mua makhluk ciptaan Tuhan.

BERKONSENTRASImembangun harmoni.

Page 60: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

60

.................................Kita berada dalam cahayaCahaya berada dalam diri kitaKita adalah cahaya.

Sesi duduk hening ini diakhiri dengan membuka mata se-cara perlahan-lahan. Dan kelihatan betul pengaruhnya. Merekaterlihat tenang dan siap memulai aktivitas belajar hari itu dalamrasa damai.

Berdasar pengalaman pihak pengelola sekolah, duduk he-ning itu terbukti bermanfaat untuk mengubah karakter anak.Untaian kata-kata yang berisi penguatan positif yang diucapkanguru ketika memimpin duduk hening, dan itu secara terus-menerus disampaikan setiap hari, akhirnya tertanam di ingatananak dan menjadi kebiasaan baik.

Resapi Nilai Lewat LaguBernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan siswa. Oleh

karena itu perlu dibuatkan lagu-lagu dengan lirik yang saratdengan pesan moral tetapi mudah dicerna. Lewat berdendanganak akan mengenang nilai-nilai bahkan sampai akhir hayatmereka.

Di bawah ini salah satu lagu favorit siswa Insan Teladan yangmenggugah untuk menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri.

Jika Engkau Tak Berhasil

Coba coba coba lagiJangan menyerahJangan putus asaAkhirnya kau kan berhasil

Page 61: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

61

Akan berhasil

Dunia ini banyak tantanganHarus brani menghadapiCoba dengan kerja kerasJangan tergantung nasib Ayo...!

Gunakan sluruh kemampuanmuYakin dan percayalahBahwa kan kau hadapi stiap cobaanDan kaukan berhasil...!

Memaknai Sebutir GabahPagi yang cerah, murid-murid kelas IV turun ke sawah untuk

BELAJAR empati dengan merasakan beratnya pekerjaan petani.

Page 62: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

62

melihat proses pengolahan padi, dimulai dengan menuai, me-rontokkan, menjemur, kemudian menggiling padi. Mereka be-gitu bersemangat dan gembira berjalan di pematang sawahyang kecil, bertegur sapa dengan petani dengan sopan.

Ketika sampai di sawah mereka membantu petani menuaipadi dengan menggunakan sabit. Anak-anak pagi itu tengahbelajar ilmu penting tentang empati sosial: merasakan langsungbagaimana rasanya menjadi seorang petani.

Batang padi yang sudah dipotong dikumpulkan di pinggirsawah lalu diangkut ke sebuah lapangan. Siswa melihat bagai-mana petani merontokkan padi dan dengan antusias merekasecara bergantian membantu. Termasuk membantu mengum-pulkan rontokan padi dan menjemurnya.

Guru sudah menyiapkan padi kering dalam karung ukurankecil yang memungkinkan diangkut siswa. Satu-persatu siswasecara bergantian memanggul karung padi ke tempat peng-gilingan.

Saat berada di tempat penggilingan, spontan Akbar bertanyakepada gurunya.“Bu guru, berarti kita harus melepaskan per-buatan-perbuatan yang tidak baik ya?”

“Memangnya kenapa, Akbar?” tanya guru menanggapi.“Lihat bu, agar menjadi beras yang bersih, padi harus mele-

paskan kulitnya. Kita harus seperi itu, Bu”.Ibu guru tertegun dan bangga, Akbar yang baru kelas IV

SD, sudah bisa mengambil nilai dari sebuah proses penggilinganpadi. Sekembalinya dari sawah, Guru meminta siswa untukmengambil nilai-nilai yang mereka dapatkan.

“Kita harus bersyukur dengan rezeki yang diberikanTuhan,” kata Gita sambil mengangkat tangan.

“Kita harus menghargai jerih payah petani,” kata Hani.

Page 63: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

63

Beberapa sis-wa lain pun me-nambahkan hasilrefleksinya. Itu se-mua makna yangdapat merekaungkapkan dalambahasa lisan. Na-mun guru menemukan pelajaran yang paling berharga yangtidak diungkapkan siswa lewat kata-kata. Sejak saat itu tidakada sebutir nasipun yang tersisa di piring mereka ketika ma-kan siang bersama di sekolah.

Kakiku Melangkah PastiBeberapa siswa sibuk menyiapkan kertas kado bekas, karton,

lem, dan peralatan yang lainnya. Hari ini mereka praktik mem-buat sandal. Masing-masing siswa membuat rancangan hing-ga mengerjakannya. Selama proses pembuatan sandal anak-anak saling berceloteh, menunjukkan betapa menyenangkanpelajaran ini.

“Sandalku sudah jadi nih!” kata Junaidi dengan bangga.Teman-temannya menoleh kepadanya.“ Yaa, baru sebelah!” kata Apit mengeritik.“ Tidak apa-apa ya Bu Guru?” Junaidi membela diri.“Ya, sudahlah diselesaikan satunya ya, Jun!” Bu Aliyah me-

nengahi pembicaraan.Suasana kelas kembali swnyap. Mereka asyik menyelesaikan

tugasnya. Dari tangan mereka lahir aneka sandal jepit dan ke-lompen penuh hiasan. Bila diberi keleluasaan, segera terlihatbahwa sebetulnya setiap anak sangatlah kreatif.

SANDAL cantik mengantar langkah menuju cita.

Page 64: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

64

Begitu pekerjaan mereka selesai -seperti biasa- guru me-ngajak duduk hening sebentar.

“Mari kita merenungkan, apa yang bisa kita pelajari darimembuat sandal ini?” pinta bu guru Aliyah.

Kelas hening beberapa saat.Tiba-tiba Diki berdiri sambil memakai sandal rancangannya,

“Kakiku akan melangkah mengejar cita-citaku!”Dari arah depan kelas Yusuf menyambung sambil menga-

cungkan sandalnya, “kakiku akan selalu kurawat dan kujaga”.“Kalau kakiku melangkah ke tempat yang baik, pasti akan

bertemu dengan orang yang baik,” kata Gita.“Kalau aku, kakiku akan melangkah untuk menolong o-

rang lain ah,” kata Widya dengan santainya.Sepintas barangkali terasa agak janggal, bagaimana mungkin

anak kelas IV SD mampu membuat refleksi mendalam danbahkan terasa filosofis seperti itu? Tetapi ini fakta. Guru InsanTeladan sendiri mengaku kadang dirinya juga terkejut. “Tetapi,”kata Bu Aliyah, “bila ajakan untuk selalu merenung seperti itusering dilakukan, terbukti anak-anak mampu menemukanmakna seperti itu”.

Kegiatan praktik membuat sandal ini diakhiri dengan me-majang karya-karya “masterpiece” itu, disertai teks buah re-nungan mereka, di majalah dinding.

Pembuatan sandal ini merupakan bagian dari mata pe-lajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Di sekolah ini gurutidak hanya berusaha memenuhi standar kompetensi sebagai-mana diamanatkan oleh kurikulum nasional, tetapi juga menga-rahkan anak-anak terbiasa memetik nilai-nilai dari pelajarantersebut. Inilah yang lazim mereka sebut dengan menginte-grasikan PNK (Pendidikan Nilai-nilai Kemanusian) ke dalam

Page 65: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

65

setiap mata pelajaran.Kali lain, pada saat pelajaran Bahasa Indonesia, siswa diajak

praktik membuat makanan murah tapi bergizi: tempe. Dalamhal ini, target pembelajaran tidak hanya “agar siswa dapat men-jelaskan tentang cara membuat sesuatu” tetapi juga mengajakmemungut nilai-nilai kesabaran. Bahwa ternyata membuat tem-pe itu makan waktu lumayan lama. Ada nilai persatuan, untukmenjadi tempe kita butuh ragi untuk menyatukannya. Bahkansempat muncul pendapat dari siswa yang cukup orsinil.

“Kalau menyelesaikan persoalan, kita harus dengan kepaladingin,” katanya.

“Maksudmu?” guru mengail pendapat.“Lihat, kedelai harus didinginkan dahulu sebelum dicampur

ragi,” jawab jenius kecil itu.

Kelas Integrasi, Wow... Seru !Ada lagi satu proses pembelajaraan unik di sekolah ini. Me-

reka menyebutnya dengan nama kelas integrasi. Sebulan sekali,siswa tidak dikelompokkan berdasar kelas. Mereka dibaurkanmenjadi satu mulai dari anak TK hingga siswa SD kelas V (disekolah ini angkatan pertama masih kelas V). Nah, segera ke-lihatan betapa padat unsur pendidikan karakternya. Di situ ba-kal terjadi interaksi yang unik. Kakak kelas belajar memimpindan membimbing adik-adiknya. Siswa kecil pasti gembira dapatbersahabat dengan anak besar. Siswa belajar keterampilan ma-hal yaitu menjalin relasi sosial. Juga terjadi gesekan ilmu. Bukan-kah putihnya beras lantaran gesekan dengan sesama beras?

“Siap graaak….!” Diki menyiapkan barisan dengan gagah.Di barisan lain setiap ketua regu juga melakukan hal serupa.Wakil ketua regu, adik kelas Diki, juga aktif membantu mera-

Page 66: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

66

pikan barisan. Hari itu kelas integrasi dibagi dalam lima kelom-pok. Aha, barisan terlihat tidak begitu rapi. Maklum tinggi danbesar badan anggota kelompok (5 hingga 6 siswa) tidak merata.

Lalu bagaimana pelajarannya? Kelas integrasi ini lebih me-nekankan pada kegiatan praktik, bukan materi teori. Untukbenang merah pengikat dibuatkan tema tertentu. Kali ini temayang disepakati adalah warna. Tema ditentukan sendiri olehsiswa dengan cara mengisi angket. Caranya, guru menebarangket berisi pilihan tema misalnya air, udara, plastik. MiripPemilu, siswa tinggal mencontreng!

Guru menyiapkan kelasnya masing-masing, berdasar matapelajaran, agar proses belajar menjadi aktif dan menyenangkan.Ada juga yang memilih lokasi di luar kelas.

Setiap kelompok secara berputar (moving class) akan me-masuki kelas mata pelajaran misalnya, kelas matematika, ba-

MENGGERUS pewarna alami. Kerja kelompok melatih tenggang rasa.

Page 67: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

67

hasa, seni, IPA, IPS, hingga PKN. Di kelas Bahasa Inggris mereka ber-main mengelompok-kan namabenda-benda berda-sarkan warna-nya. Pada kelas Seni mereka mem-buat warna- warna dari bahan-ba-han alami seperti dari daun suji,

kunyit, maupun arang. Di kelas IPS dan PKN siswa intregrasisibuk mewarnai gambar orang yang berasal dari berbagai sukudi Indonesia.

Wali murid Bersih-bersih SekolahSekolah akan berkembang maju bila semua warga sekolah

terlibat secara aktif untuk saling membantu. Pihak sekolah danorangtua harus memiliki visi sama, sebab semua memiliki tang-gung jawab bersama untuk mengarahkan anak-anak. Orangtuaadalah bagian terpenting dalam proses pendidikan karakteranak. Di SD Insan Teladan wali murid dan guru saling bertemudalam program parenting. Melalui forum ini ditemukan kese-larasan antara pembinaan di rumah dengan sistem pendidik-an di sekolah.

Bukan bermaksud membual, wali murid di sekolah ini mem-punyai tanggung jawab dan peran yang luar biasa. Barangkaliini semacam imbal balik alami. Di sekolah yang didirikan Instituteof Sathya Sai Education Indonesia (ISSEI) dan Yayasan NurIllahi pada 2004 ini, wali murid tidak dipungut biaya pendidikansepeserpun, meski putra mereka mendapat makan siang setiaphari. Oleh karena itu wali murid jadi ringan tangan, bersediamembersihkan sekolah, menata kebun sekolah, dan memasaksecara bergantian.

Page 68: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

68

“Sejak anak saya sekolah di Insan Teladan, perilakunya berubah.Tadinya dewi itu malas kalau disuruh dan sering membantah. Tapisekarang dia jadi rajin, punya tanggung jawab, dan hormat samaorangtua.”

MungOrangtua Dewi Safitri

“Walaupun hanya seorang pedagang tanaman saya sangatbangga, anak saya dapat bersekolah di Insan Teladan. Anak sayamempunyai semangat belajar dan ingin mempunyai cita-cita yang sangattinggi. Ia ingin jadi guru.”

MartaOrangtua murid Yunifa

“Kami merasa terbantu dengan kehadiran sekolah ini. Karena itukami juga merasa bertanggung jawab terhadap kebersihan sekolah,kegiatan memasak di dapur, dan membina kepribadian anak.”

NemiKetua Komite sekolah

“Sekolah ini benar-benar telah merubah (mengubah.red) cara berfikirmasyarakat di lingkungan sekitar sini. Sebelumnya tidak terfikirkan olehkami untuk nyekolahkan anak sampai tinggi.”

AhmadKetua RW 05 Desa Kalisuren

“Pendidikan itu untuk dibagi-bagikan bukan untuk diperjualbelikan.Untuk itulah maka kami tidak memungut biaya dari siswa. Dengandemikian kita mengharapkan anak-anak ini nantinya menjadi pemimpinyang peduli, tidak mementingkan diri sendiri, tapi lebih mengutamakanlingkungan dan negaranya”

Pritam KishordasDirektur ISSEI

Berikut kesaksian warga sekolah dan sekitarnya berkaitandengan keberadaan SD Insan Teladan Bogor.

Page 69: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

69

Page 70: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

70

Page 71: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

71

Telepon SubuhKeteladanan jauh lebih berpengaruh ketimbang sanksi atau

ancaman. Banyak orang sependapat dengan ungkapan itu,namun sayang tidak banyak yang bertekad melaksanakannya.Krisis kepemimpinan, ketidakpercayaan publik, sampai kena-kalan remaja, kalau dirunut berawal dari minimnya suri taula-dan ini.

Tetapi keteladanan memang gampang dilisankan, sebaliknyasungguh berat untuk diterapkan. Apalagi bila faktor lingkungantidak mendukung. Maka harus ada dorongan kuat dan kesa-daran diri yang tinggi bila ingin mewujudkannya.

Dari Surabaya, ada satu contoh konkret bagaimana ketela-danan diterapkan oleh para pengasuh sekolah. Sekolah DasarAl-Hikmah Surabaya mengembangkan pendidikan karakter an-tara lain dengan pendekatan keteladanan. Logikanya seder-hana: bila guru dan orangtua memberi contoh yang baik, makaanak-anak Insya Allah akan mengikuti. Sebaliknya, seperti do-ngeng fabel klasik, bila induk kepiting berjalan miring makaotomatis anak-anaknya ikut miring.

Di sekolah yang berlokasi di Jl Kebonsari Tengah No 10

Page 72: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

72

Surabaya ini, bel masuk kelas secara formal berbunyi pukul07.10 WIB, tanda dimulainya pelajaran jam pertama. Namunsesungguhnya secara nonformal proses pembelajaran telah ber-langsung beberapa jam sebelum itu, sekitar pukul 04.00 WIB,ketika adzan Subuh belum berkumandang.

Di sekolah ini ada program yang bernama Subuh Call atautelepon Subuh. Ini berarti, pada jam segitu, wali kelas SD AlHikmah sudah bangun dan sibuk memulai proses pendidikanpembiasaan: menelepon siswa-siswanya untuk bangun dan ber-gegas mendirikan Salat Subuh. Sekilas menelepon adalah pe-kerjaan ringan, tetapi Subuh Call yang sudah didesain menjadiprogram sekolah tentu tidak segampang itu. Perlu perencana-an, koordinasi, pengawasan, hingga evaluasi secara berkesi-nambungan. Kegiatan ini juga melibatkan siswa- siswa lain de-ngan cara melakukan telepon berantai. Dengan cara itu akanterdeteksi siapa yang aktif dan siapa pula yang masih seringmelepas kewajiban salatnya.

Pada awal program ini diluncurkan, sekitar tahun 2002,tidak semua orangtua langsung menerima. Beberapa walimu-

Page 73: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

73

rid mengaku kurang nyaman bila pagi-pagi teleponnya sudahberteriak. Bahkan ada yang terang-terangan berkomentar bah-wa Subuh Call itu melanggar wilayah privacy. “Subuhan itukan sudah urusan rumah, mengapa sekolah masih ikut cam-pur?” ujarnya.

Namun melalui pembinaan dan komunikasi intens, danterbukti membawa hasil nyata, wali murid akhirnya memahamibahkan berbalik mendukung program tersebut.

Seusai halo Subuh, saat siswa masih di rumah, proses pem-biasaan berperilaku baik pun berlanjut. Siswa wajib melakukanberbagai aktivitas terpuji seperti merapikan tempat tidur hinggaberpamitan kepada orangtua, salim sambil mencium tangan.

Ada 17 butir pembiasaan yang diharapkan dikembangkanwali murid di rumah dan 16 butir pembiasaan yang dikontrolwali kelas di sekolah. Kegiatan pembiasaan ini dipantau denganmenggunakan panduan Buku Penghubung. Orangtua mau-pun wali kelas tinggal memberi tanda ceklist, bilamana anak-anak melakukan perbuatan baik.

Buku penghubung ini juga berisi pesan guru ke orangtua

Page 74: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

74

atau sebaliknya. “Maaf Bu, di kelas tadi Ananda berjanji mulaihari ini akan selalu menggosok gigi sebelum tidur. Mohon dii-ngatkan lagi, terima kasih,” demikian contoh pesan wali kelasdi buku itu.

Sesampai siswa di gerbang sekolah, keteladanan guru kem-bali diperlihatkan. Setiap siswa disambut jabat tangan dan sa-paan ramah oleh 10 guru di selasar depan. Konsekuensi dari“prosesi” ini adalah guru tidak boleh terlambat. Mereka harussudah berjajar di gerbang sebelum siswa pertama menginjakkankaki di halaman sekolah. Bukan hanya guru, kepala sekolahpun tidak terkecuali. Bukankah keteladan seyogyanya datangdari pucuk pimpinan?

“Lho, Bapak Kepala Sekolah kok pagi-pagi sudah ada disini?” celetuk Nina, seorang siswa, suatu saat.

Sungguh, datang pagi di sekolah bukan perkara mudah.Sebab ada sederet alasan “rasional” siap dilontarkan, mulaidari jalanan macet, kendaraan mogok, urusan keluarga men-dadak, dan banyak lagi.

“Ya..awal-awalnya memang berat. Tetapi ini komitmen yangharus diwujudkan bersama. Tapi lama-lama jadi terbiasa,” kataBapak Anwar, Kepala SD Al Hikmah Surabaya, yang rutin stan-by menyalami anak didiknya.

Moral Nomor SatuBila sempat berjalan-jalan di lingkungan sekolah ini, kita

akan menemukan slogan (teks line) di beberapa tempat yangberbunyi Berbudi dan Berprestasi. Rupanya itulah acuan kiprahsekolah. Di era sekarang ini tidak banyak sekolah yang beranimenaruh budi pekerti di depan kata berprestasi, sebab ber-tentangan dengan cara berfikir orang-orang “modern” yang

Page 75: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

75

lebih memilih mengejar prestasi daripada menyempurnakanbudi pekerti.

Tanpa mengesampingkan prestasi akademis, pendidikan ka-rakter menjadi tujuan pokok sekolah ini. Anak-anak dibimbingmenjadi disiplin, jujur, mandiri, taat beribadah, hormat danpatuh pada orangtua, bertanggung jawab, berbudaya bersih,senang membaca, berkomunikasi santun, dan mencintai AlQuran.

Strategi utamanya melalui pembiasaan dalam kehidupansehari-hari di sekolah dan di rumah. Pembiasaan di sekolah,setara dengan empat jam pelajaran per hari dikemas dalambeberapa kegiatan. Sedangkan pembiasaan di rumah dilakukanoleh orangtua melalui panduan Buku Penghubung.

Oleh karena itu pada jam pertama pelajaran, sekolah rutinmenjalankan program Bina Karakter. Sekitar 20 menit gurumemberi nasihat, taushiyah singkat, mendoakan kawan yangsakit sebagai wujud empati kepada sesama, mendiskusikan me-ngapa masih ada yang terlambat salat atau lupa mengerjakantugas, dilanjutkan bersama-sama menghitung infak yang di-dapat pagi itu,

Dari sekian butir akhlak yang dikembangkan program BinaKarakter, ada satu yang mendapat penekanan khusus yaitusoal kejujuran. Kejujuran harus digenggam teguh di manapundan kapanpun, karena keberhasilan bila diraih tanpa kejujuranpada hakikatnya adalah kegagalan. Mencontek pada saat ula-ngan adalah perbuatan tercela, maka guru langsung tegas ber-tindak.

Pada musim Ujian Nasional 2009, siswa dan pihak pemang-ku sekolah bersepakat untuk tetap jujur pada pelaksanaan UjianAkhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN). Manfaat pembia-

Page 76: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

76

saan jujur dalam menghadapi ulangan adalah tumbuhnya bu-daya belajar yang tinggi pada diri anak, sehingga mampu me-metik nilai UASBN yang memuaskan. Penghargaan dari se-mua kerja keras itu, siswa kelas VI mendapat anugerah Al Hik-mah Honesty Award dari Yayasan sekolah.

Bila sikap jujur sudah terpatri, perilaku anak jadi berbeda.Pernah terjadi, pada saat UASBN 2009, ada oknum pengawas—yang mungkin berniat baik— membantu seorang siswa.“Yang itu salah Mbak, yang betul yang ini,” katanya sembarimenuding lembar jawaban siswa.

“Tidak Bu…, saya yakin jawaban saya benar,” jawab siswiitu bersikukuh.

Sangat mungkin jawaban bantuan dari pengawas itu yangbenar, namun siswa yang satu ini agaknya juga menemukankebenaran yang lebih tinggi yaitu bahwa kejujuran dan keya-kinan diri mempunyai nilai tersendiri.

Sekolah Bebas SampahSejak berdiri pada 1990, SD Al Hikmah menempatkan bu-

daya bersih dan sehat sebagai prioritas. Pembiasaan hidup ber-sih, sehat dan bugar melalui olahraga, dan optimalisasi peranUKS merupakan pilar utama untuk mencapai cita-cita itu. Buahkonkret dari komitmen itu, pada tahun 1996 sekolah ini dino-batkan sebagai juara nasional lomba lingkungan sekolah sehat.

Pembiasaan hidup bersih dimulai dari bersih diri seperti ber-pakaian bersih dan rapi, membiasakan anak menggosok gigi,memotong rambut hingga rapi, memotong kuku setiap Jumat,dan berwudhu sebelum tidur. Untuk anak kelas I dan II, sekolahmenyediakan seorang pembimbing khusus untuk membimbinganak-anak pada saat ke toilet (toilet training).

Page 77: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

77

Pembiasaan hidup bersih juga dilakukan dengan cara me-rapikan dan membersihkan kelas sebelum dan sesudah pela-jaran dimulai, membuang sampah pada tempatnya, mencucitangan sebelum makan, menyiram toilet, dan membuang sisamakanan pada tempatnya.

Sekolah juga menyediakan kamar mandi dan perlengkapanmandi. Tempat ini disediakan bagi siswi yang akan melakukan“mandi besar”. Jika ada siswi yang masa haidnya selesai di jamsekolah, maka wali kelas mengarahkan dia untuk segera mela-kukan mandi besar dan melaksanakan salat wajib.

Untuk mendukung suksesnya pola hidup bersih, sekolahmenggalakkan program Jumat Bersih. Setiap Jumat guru ber-sama anak membersihkan kelas dan lingkungan sekitarnya.Sedangkan pola hidup sehat dimulai dari kegiatan olahraga.Untuk mengukur kebugaran siswa, secara berkala sekolah me-lakukan uji kebugaran dengan treadmill.

PEMERIKSAAN gigi sebagai salah satu bentuk pendidikan hidup sehat.

Page 78: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

78

Ala Bisa Karena BiasaJam di dinding kelas menunjukkan pukul 11.30 WIB.“Baiklah anak-anak, mari kita bersiap-siap melaksanakan

salat zuhur,” kata Bapak Suprayitno. Anak-anak segera berba-ris dan bergerak menuju masjid. Sebelum berwudhu merekamelepas sepatu dan menaruh di rak dengan tertib dan rapi.Sekolah menjadikan aktivitas menaruh dan mengambil sepatudengan tertib dan rapi ini sebagai pendidikan tanggung jawab.Demikian pula aktivitas berwudhu, salat berjamaah dengantertib merupakan bentuk tanggung jawab anak pada Allah SWT.Ala bisa, karena biasa, itulah peribahasa lama yang diterapkandalam pendidikan karakter di sini. Siswa bisa bertanggung ja-wab, manakala dibiasakan untuk bertanggung jawab dalamkehidupan sehari-hari.

Saat berwudhu, ada sejumlah anggota Tim Penegak DisiplinSekolah (TPDS) yang bertugas menjaga ketertiban dan me-ngecek kesempurnaan wudhu. Dialog berikut ini sering dide-ngar saat anak-anak berwudhu: “Ayo, diulangi membasuh ta-ngannya…, tuh sikutnya masih garing (kering)”.

Usai mendirikan salat zuhur anak-anak makan siang bersa-ma. Selain bimbingan adab dan tata cara makan, anak-anakdiberi tanggung jawab untuk membuang sisa makanan dansampah pada tempatnya, serta mengembalikan peralatan ma-kan pada tempatnya.

Sementara itu untuk memupuk karakter tanggung jawabjuga dapat dilakukan melalui kegiatan berkebun, Children’sGarden begitu anak-anak menyebutnya. Setiap anak diberitanggung jawab untuk merawat tanaman masing-masing.

Untuk meningkatkan intensitas pembiasaan ini, sekolah be-kerja sama dengan orangtua. Beberapa tanggung jawab anak

Page 79: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

79

yang hendaknya dikembangkan di rumah antara lain memakaidan melepas pakaian sendiri, menaruh tas dan sepatu padatempatnya, dan merapikan tempat tidur sendiri.

Cerdas dengan MembacaMembangun gedung dan fasilitas sekolah boleh berhenti

sementara waktu, tetapi kita tidak boleh berhenti membeli buku.Itulah tekad pengurus yayasan untuk mendukung budayamembaca anak-anak. Kini program ini sangat dirasakan buah-nya. Setiap hari sekitar 2000 eksemplar buku siap dipinjamdan dibaca 1156 siswa. Perpustakaan melayani peminjamanbuku hingga pukul 17.00. Pada tahun 2008 pemerintah me-netapkan perpustakaan sekolah ini sebagai perpustakaan terbaiktingkat nasional.

Lalu bagaimana sekolah ini menumbuhkan minat baca sis-wanya? Ada beberapa program. Pertama, jam perpustakaandua jam perminggu. Tujuan program ini adalah agar siswa tahutata cara mencari, meminjam, dan mengembalikan buku, me-mahami klasifikasi buku, sekaligus memotivasi siswa untuk ge-mar ke perpustakaan. Kedua, program membaca yang bertu-juan agar siswa tertarik dan terbiasa untuk membaca buku.Ketiga, program Aku Membaca, Aku Menulis diniatkan untukmelatih siswa memahami isi buku serta pelajaran. mengung-kapkan kembali secara tertulis. Untuk mewadahi tulisan anak-anak sekolah menerbitkan majalah AHA. Keempat, programbercerita yang bertujuan agar anak mampu mengungkapkansecara lisan apa yang sudah dibaca dan ditulis. Hal ini jugadapat meningkatkan keterampilan komunikasi anak-anak.

Untuk meningkatkan layanan dan minat baca anak, per-pustakaan selalu memajang buku-buku baru setiap hari Kamis,

Page 80: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

80

memberikan hadiah kepada anak dengan minat baca tertinggidi setiap akhir semester. Melengkapi upaya di atas, guru mem-buat daftar minat baca siswa yang di pampang di kelas, dandiisi setiap hari oleh anak-anak.

Tidak berhenti sampai di sini, budaya membaca, menulis,dan berbicara juga dikembangkan melalui kegiatan tematik.Setelah anak menyelesaikan satu tema mereka akan membuatproduk berupa rangkuman, kerajinan tangan, atau dalam ben-tuk karya lainnya. Mereka lalu mempresentasikan karyanya dihadapan teman sekelasnya dalam bentuk General Assembly.

Satu lagi upaya mendidik anak menjadi cerdas yaitu pre-sentasi tugas akhir. Saat duduk di kelas VI, siswa wajib menyusuntugas akhir. Bentuknya membuat karya alat dan karya tulissederhana. Contoh karya alat antara lain miniatur lift, roketsederhana, kereta listrik, atau alat pendeteksi logam. Sedangdeskripsi singkat dan cara kerja karya alat itu dituangkan menjadikarya tulis sederhana. Dengan menggunakan program kom-puter power point, anak-anak berpresentasi di hadapan orang-tua, teman sekelas, dan beberapa orang guru. Presentasi itujuga dilengkapi dengan sesi tanya jawab.

Kreatif KompetitifMenghadapi dunia global yang kian kompetitif, dibutuhkan

SDM yang berdaya saing dan kreatif. Untuk itu maka kreativitasmutlak dikembangkan semenjak dini. Kegiatan melukis meru-pakan salah satu ajang untuk mengangkat daya kreatif siswa.Di sinilah olah cipta, rasa, dan karsa dikembangkan. Setiapsiswa kelas V wajib memamerkan minimal dua lukisan. Padasaat pameran berlangsung, pelukis-pelukis cilik itu dengan sigapmenjelaskan maksud dari lukisannya, bahan yang digunakan,

Page 81: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

81

proses pembuatan, modal yang digunakan, sekaligus hargajualnya. Lukisan yang dipamerkan selama tiga hari itu dapatdibeli pengunjung, utamanya wali murid.

Dari hasil penjualan ini ditentukan aturan sebagai berikut:lima persen untuk panitia yang juga terdiri dari siswa, 2,5 persenuntuk infak kegiatan sosial, dan 82,5 persen menjadi hak pe-lukis. Jadi selain memupuk kreativitas anak, pameran ini jugadiarahkan untuk menumbuhkan rasa peduli kepada sesama.

Pengembangan kreativitas juga dapat dikembangkan melaluikegiatan lain. Setiap akhir semester sekolah ini juga menam-pilkan berbagai macam atraksi dan kreasi anak misalnya teater,parade puisi, hingga seni beladiri.

Demikian pula untuk memupuk rasa peduli, setiap awaltahun atau semester anak-anak memberikan bantuan biaya

MENGGELAR pameran lukisan. Bila laku, harus mau berbagi.

Page 82: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

82

pendidikan kepada mereka yang membutuhkan. Dana ini me-rupakan akumulasi hasil infak yang dikumpulkan anak setiappagi.

Ada lagi kegiatan pasar sekolah atau Business Day. Lewatprogram ini siswa merencanakan apa yang akan dijual, berapamodal yang dibutuhkan, hingga perkiraan laba yang akan di-raih. Pembelinya adalah semua warga sekolah, termasuk se-bagian orangtua.

Banyak pembelajaran yang dikembangkan di antaranyamenanamkan pengertian konsep jual beli, penjumlahan, pe-ngurangan, keterampilan berkomunikasi, termasuk mengenalragam produk khas dan makanan daerah. Kejujuran dalambertransaksi dan kreativitas mencari kiat agar dagangan larismanis, juga ikut terasah. Tema yang diusung dalam pasar se-kolah kali ini adalah Jujur Bisnisku, Berkah Rezekiku.

WALI murid berkesempatan menguji tugas akhir siswa.

Page 83: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

83

Membangun Segitiga EmasJika dicermati hampir 60% hingga 70% waktu anak adalah

bersama orangtuanya. Ini berarti kesempatan orangtua jauhlebih besar daripada guru. Apalagi secara alamiah orangtuamemiliki hubungan emosional yang kuat dengan anak sejakmereka lahir. Untuk itu keterlibatan orangtua sangat dibutuhkandalam proses pendidikan, terutama dalam hal pembentukankarakter.

Setiap tahun ajaran baru, sekolah ini membuat komitmenbersama orangtua. Mereka hadir di sekolah untuk mendengardan sharing tentang apa yang akan dicapai selama satu semes-ter, bagaimana mencapainya, serta apa peran orangtua dalamprogram tersebut.

Pada tahap kedua, diadakan kontrak belajar. Setiap anakbersama kedua orangtuanya wajib hadir di kelas bertemu de-ngan wali kelasnya. Anak diminta menulis target yang akandicapai serta rencana usaha yang bakal dilakukan untuk men-capai target tersebut. Lalu wali murid menulis komitmen apasaja yang akan dilakukan untuk mendukung target anaknya.Tidak ketinggalan wali kelas juga akan menuliskan komitmen-nya.

Format kontrak belajar itu ditandatangani oleh ketiga pihak.Lembar asli dibawa oleh anak dan orangtua sedangkan salinan-nya disimpan wali kelas. Itulah rangkaian aktivitas untuk mem-bentuk komitmen orangtua dalam pendidikan karakter. Beri-kutnya wali kelas akan berkomunikasi dengan wali murid me-lalui buku penghubung.

Sarana komunikasi lain yang dilakukan wali kelas adalahberkunjung ke rumah siswa (home visit). Dalam satu tahunajaran, setiap anak minimal pernah dikunjungi satu kali. Kun-

Page 84: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

84

jungan ini selain untuk mempererat hubungan juga dimanfa-atkan untuk mendiskusikan pencapaian target kontrak belajar,kendala yang dihadapi, dan mencari solusi bersama. Ada satuaturan yang harus ditaati: Selama home visit wali kelas dilarangmenerima hadiah apapun dari wali murid!

Sekolah menyadari bahwa latar belakang, pengetahuan,dan pengalaman wali murid berbeda-beda. Untuk itu makadiadakanlah pembinaan wali murid berupa parenting skill class.Kegiatan ini berguna untuk menyamakan pemahaman walimurid dengan pengelola sekolah. Pembinaan ini juga membe-kali wali murid keterampilan praktis mendidik anak. Denganadanya kesamaan antara, orangtua, dan guru, maka akan ter-jadi efektivitas dalam pembentukan karakter anak. Sinergi tigapihak yaitu murid, orangtua, dan guru ini biasa disebut de-ngan “segi tiga emas”.

WALI kelas mengunjungi rumah siswa. Menyambung hatisambil mengurai kendala siswa.

Page 85: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

85

“Jujur adalah sifat yang sudah saya rasakan dari anak saya,sudah bisa membedakan yang baik dan buruk karena Allah, danbertanggung jawab dalam melaksanakan shalat.”

Nana RoesdiyanaOrangtua ananda Adam Emir Rosyando Syah

“Enam anak kami dididik di SD Al Hikmah, karena ada garansi anakmenjadi berakhlak, tanpa mengabaikan prestasi akademik. Di sinipendidikan akhlaknya aplikatif, bukan teoritik. Guru mengawal langsungamaliah siswa, ibadah, muamalah, maupun akhlak sehari-harinya.”

Misbahul HudaOrangtua ananda Fauzan Zaid

“Pada tahun 2000 kami memutuskan untuk menyekolahkan tigaanak kami di Al Hikmah. Kini anak kami tumbuh dengan mental dankarakter yang sangat baik dan matang. Kedisiplinan, kemandirian,tanggung jawab, dan kerja keras. sudah terbentuk dan makin baik.Bangun malam untuk shalat tahajud, belajar, mengaji, puasa sunnahSenin-Kamis, santun kepada guru dan orangtua, peduli dan berperanserta dalam kegiatan-kegiatan sekolah. Ini semua atas kerja kerasdan doa semua gurunya.”

Keppy DamayantiOrangtua ananda Kunde

Apa Kata Mereka

Page 86: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

86

Page 87: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

87

Page 88: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

88

Page 89: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

89

endidikan akademik dan pendidikan karakter adalah duapilar yang tidak bisa dipisahkan, oleh karena itu pendi-dikan karakter ditanamkan secara terintegrasi ke dalamsetiap pembelajaran. Demikian sikap yang diyakini Seko-

lah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 115 Jakarta. Hal inijuga sejalan dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdik-nas yang mengamanatkan pendidikan berkarakter pula.

Menyadari begitu besar peranan pendidikan karakter, makasekolah yang beralamat Jl. K.H. Abdullah Syafei Tebet JakartaSelatan ini berupaya menanamkan dan mengembangkan pen-didikan karakter yang kuat dengan memberikan keleluasaanbagi peserta didik untuk berani mengambil inisiatif dengan tetapmenekankan rasa tanggung jawab. Berikut ini beberapa kegi-atan yang berkait dengan pengembangan karakter tersebut.

Pembinaan Wali KelasJam pertama sekolah adalah waktu yang terbagus dibanding

jam-jam sekolah lainnya. Pada saat itu siswa —juga guru—kondisi fisiknya masih bugar dan mentalnya siap menangkappelajaran. Demikian strategisnya jam pertama itu, maka SMPN

P

Page 90: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

90

115 Jakarta memanfaatkannya untuk menanamkan ha-halyang juga strategis. Jam pertama di sekolah ini tidak serta mertalangsung masuk pelajaran inti. Awal pagi itu dimulai denganacara pembinaan oleh wali kelas.

“Anak-anak, pada pertemuan yang lalu kita telah bersama-sama membahas pentingnya budaya senyum, sekarang akan kitabahas pentingnya disiplin diri. Tepat waktu adalah salah satu con-toh disiplin diri. Jika kalian tidak membiasakan dari sekarang, makaakan menjadi kebiasaan yang amat buruk dan berdampak padakehidupan kalian kelak,” kata Ibu Wisma, Wali kelas IX – 9.

Kegiatan Pembinaan Wali Kelas ini dialokasikan dalam jadwalrutin harian jam pertama kegiatan belajar mengajar. Harapan-nya, pembinaan dan pembiasaan ini bisa lebih melekat danmenjadi karakter pada diri peserta didik.

Kegiatan ini diselenggarakan dengan melibatkan wali kelasdan guru lainnya sebagai narasumber. Adapun tema yang diu-sung setiap pagi bervariasi, misalnya ketakwaan terhadap Tu-han Yang Maha Esa, cinta tanah air, bela negara, budaya salam,hormat pada guru, disiplin diri, dan lain-lain. Dalam kegiatan inipeserta didik diberi kesempatan untuk berdialog secara terbukamengungkapkan hal-hal atau ide ide sehingga mereka merasabebas dalam berekspresi dan berkreasi.

Peduli SampahBila jam istirahat tiba, terlihat pemandangan unik di sekolah

ini. Sejumlah siswa keluar meninggalkan ruang kelas, sebagianmenuju ke kantin dan sebagian lain langsung menuju lapanganuntuk bermain. Terlihat mereka keluar sambil menentengkantung kresek hitam. Isinya sekumpulan sampah. Tas plastikitu berfungsi sebagai tempat penampungan sementara.

Page 91: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

91

Menjelang pulang, siswa bergegas memilah-milah sampahyang mereka kumpulkan sewaktu istirahat. Siswa akan mem-buang sampah pada tong sampah yang telah bertuliskan jenis-jenis sampah. Dengan kesadaran mereka akan membuangsampah sesuai jenis-jenis sampah.

Pemandangan di atas merupakan wujud konkret dari pem-biasaan budaya hidup bersih. Dengan cara ini diharapkan pe-serta didik terbiasa dengan kebersihan, hidup sehat denganlingkungan yang asri dan menyenangkan. Melalui pembiasaanini, kepada peserta didik ditanamkan rasa kepedulian yang ting-gi terhadap lingkungan sekitar sekaligus bertanggung jawabatas kebersihan lingkungan.

Mengajak hidup bersih tidaklah mudah, sebab ini menyang-kut masalah perilaku budaya. Butuh waktu dan penyesuaianserta kesabaran yang tinggi dalam penegakan pendidikan ka-rakter yang satu ini. Mula-mula memang harus melalui paksaan,tetapi paksaan tersebut lama-lama akan menjadi suatu kebia-saan. Asalkan konsisten, progam ini akan banyak manfaatnyabaik bagi peserta didik maupun lingkungan.

Kotak Peduli SosialBencana alam yang kerap menimpa negeri ini, tak urung

mengakibatkan kerugian dan penderitaan para warga. Banjiryang sering melanda di berbagai daerah, kebakaran yang tidakmengenal toleransi, ataupun bencana bencana lainnya dapatmenggugah empati kita terhadap warga yang mengalami musi-bah itu. Salah satu bentuk kepedulian peserta didik terhadapsituasi seperti itu biasanya dengan pembiasaan membuka KotakPeduli Sosial. Jika mendengar ada bencana alam, maka sudahmenjadi tradisi warga SMPN 115 segera memberikan bantuan.

Page 92: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

92

Jenis bantuan biasanya bersifat situasional.Meskipun tidak ada bencana, kotak peduli sosial tetap di-

buka. Guru secara rutin menginformasikan kepada peserta di-dik tentang jenis barang yang bisa disumbangkan sesuai temayang ditentukan sebelumnya, misalnya minggu ini berkaitandengan buku, minggu depan pakaian layak pakai atau lainnya.Dengan demikian, begitu terbetik kabar ada bencana alammendadak di suatu tempat, maka bantuan itu sudah siap untukdiluncurkan ke lokasi bencana.

Kotak Peduli Sosial ini merupakan salah satu bentuk pen-didikan karakter yang penekannya kepada olah hati. Pesertadidik diajak lebih peka terhadap lingkungan sekitar, mengem-bangkan tenggang rasa dan empati terhadap penderitaansesama.

Kantung Barang TemuanBermula dari banyaknya siswa yang mengeluh kehilangan

barang. Mulai dari yang kecil-kecil seperti alat-alat tulis, topi,

Page 93: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

93

dasi, kaus, baju, uang, hingga telepon seluler. Malah kadangsepatu juga hilang. Bagaimana anak ini, sepatu bisa hilang?Kalau terus-terusan menampung keluhan anak, bagian Bim-bingan Konseling (BK) capai juga.

Maka muncullah ide membuat kantung atau kotak barangtemuan atau lost and found. Barang siapa menemukan barangtertentu, maka diminta kesadarannya untuk memasukkan ketempat tersebut. Ada tiga kantung hijau yang ditempatkan ditiga titik strategis yaitu di ruang piket, di dekat ruang guru, dandi ruang BK. Siswa yang menemukan barang diminta mengisibuku khusus yang berisi catatan tentang siapa menemukanapa dan kapan.

Kiat sederhana tersebut ternyata cukup efektif. Jumlah ke-luhan jadi berkurang. Banyak pemilik barang menemukan kem-bali harta bendanya. Begitu menemukan barangnya, si pemilikbarang juga perlu menuliskan pengakuan atau semacam kon-firmasi bahwa barang tersebut telah diambil pemiliknya. Con-toh: Nama Herman, tgl 12 Januari 2010 pukul 11.00, sudah

Page 94: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

94

mengambil dasi.Toni, siswa kelas VIII-6, bingung mondar-mandir mengelili-

ngi kelasnya. Kotak pensilnya raib. “Tadi waktu istirahat akusempat bawa keluar kelas tapi setelah itu aku lupa naruhnya,”katanya. Teman dekatnya ikut mencari dan menanyakan ke-pada teman lainnya. Tapi tidak ketemu juga.

“Kalo gitu kita cek saja di kotak lost and found,” kata Iwan.Benar, di sana terlihat ada kotak pensil merah miliknya.“Tuh benar kan, ada teman kita yang menemukan dan me-

ngembalikannya,” kata Iwan.Sisi positif dari program ini adalah munculnya perasaan pa-

da diri siswa, bahwa barangnya yang hilang kemungkinan besardapat ditemukan kembali. Sedang bagi yang menemukan diatelah belajar “ilmu mahal” yaitu mengembalikan segala sesuatuyang bukan haknya. Inilah pelajaran dasar antikorupsi yangperlu dikenal siswa semenjak dini. Kotak temuan juga mampumemupuk kejujuran dan tanggung jawab pribadi.

Tetapi ada perkembangan menarik. Biasanya kalau yanghilang itu kaus olah raga, baju atau benda lainnya, sang pemilikcenderung tak peduli. Barang temuan itu lalu menumpuk lama.Daripada membuat pemandangan yang tidak sedap, barang-barang itu dicuci kemudian dikumpulkan lalu dimasukkan keKotak Peduli Siswa.

Manakala barang sudah menumpuk banyak, siswa bersa-ma guru BK mengirimkannya ke panti asuhan atau ke korbanbencana. Kegiatan sosial menyerahkan sumbangan itu dapatmembangkitkan kepekaan terhadap penderitaan orang laindan memunculkan rasa bersyukur, “ternyata saya sangat ber-untung masih diberi orangtua berkecukupan”.

Sementara jika yang masuk kantung barang temuan itu be-

Page 95: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

95

rupa uang, dan pemiliknya tidak juga mengambil, maka dica-rikan jalan pintas yang bijak, “Sudah sana, masukin kotak amalmasjid sekolah..!” Semua warga sekolah sepakat dengan solusiitu.

Kegiatan-kegiatan sosial yang sering diselenggarakan se-kolah ternyata membawa dampak nyata terhadap perilaku dankesadaran siswa. Mereka jadi punya empati yang tinggi danpeduli.

Dalam kesehariannya di sekolahpun anak-anak menjadi baikdan sopan kepada guru, karyawan, bahkan kepada sesamateman. Beberapa wali murid mengaku, bahagia dan bersyu-kur atas perubahan perilaku anak-anaknya yang kini menjadilebih mengerti kondisi orangtuanya.

Begitu pula pada saat di sekolah, terutama di kantin keju-juran, di mana siswa bebas mengambil makanan, kemudianmembayar sesuai harganya. Jika ada siswa yang kedapatanakan berbuat curang, maka temannya mengingatkan, “Hei ja-ngan begitu, perbuatan kamu itu dosa, seberapa sih keuntu-ngan dari jualan itu?” Teguran kecil dari teman seperti itu ka-dang lebih merasuk ke hati, sehingga muncul kesadaran untuktidak mengulangi perbuatan tercela lagi.

Slogan MotivasiJika kita sempat berkeliling di arena sekolah SMPN 115

Jakarta, pasti akan menjumpai aneka slogan (labeling) yangbergelantungan di sepanjang koridor, terpampang di pojokanmajalah dinding, di sekitar tangga, dan beberapa tempatlainnya. Slogan yang dituliskan di atas playwood itu berisikankata-kata bijak, slogan, atau pesan moral yang tujuannya untukmemotivasi warga sekolah, khususnya para peserta didik agar

Page 96: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

96

tergerak untuk berkreasi atau bertindak positif.Kata-kata mutiara atau ungkapan bijak memang bukanlah

kalimat biasa. Dia merupakan “ekstrak” dari pengalaman men-dalam ataupun buah perenungan penciptanya, oleh karenaitu wajar jika memiliki daya sentuh kepada membacanya. Ambilmisal ungkapan, kegagalan adalah sukses yang tertunda, bu-dayakan tepat waktu, tiada hari tanpa prestasi, marilah biasakan4S (senyum, sapa, sopan, dan serasi).

Labeling ini juga berfungsi untuk mengingatkan warga se-kolah untuk senantiasa melakukan hal-hal yang lebih baik. Mi-salnya “ Sudah Senyumkah Anda!” Ungkapan ini akan mem-buat kita selalu tampil ramah, bersahabat, tidak memperlihatkantabiat sombong.

Izin Keluar KelasKegiatan belajar yang baik tentu membutuhkan kondisi ling-

kungan yang kondusif serta dukungan dari semua komponenpembelajar baik guru maupun peserta didik. Seringnya siswaminta izin meninggalkan ruangan kelas, bahkan kadang ramai-ramai, dapat menyebabkan pecahnya konsentrasi dan menga-caukan proses pembelajaran.

Untuk menyikapi problem ini maka dibuatlah aturan khususyang disebut Izin Keluar Kelas (IKK). IKK adalah sejenis name

Page 97: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

97

tag yang dikalungkan di leher, yang berfungsi untuk legalisasibagi peserta didik ketika meninggalkan ruang kelasnya.

Setiap kelas diberi jatah IKK hanya dua buah. Ini artinyasekolah membatasi untuk izin keluar kelas maksimal dua o-rang (tentu tetap ada sedikit perkecualian manakala ada hal-hal yang bersifat khusus).

Jika dijumpai ada seorang siswa ada yang hilir-mudik diluar kelas tanpa berkalung IKK, maka guru piket akan mene-gurnya. Dengan pembiasaan IKK ini diharapkan peserta didikmemiliki disiplin diri yang kuat dengan penuh rasa tanggungjawab.

Pengenalan ProfesiGuru bukan satu-satunya sumber ilmu, oleh karena ini

SMPN 115 Jakarta ini memiliki program rutin mengundang“guru” dari luar untuk berbagi ilmu. Narasumber itu bisa bera-sal dari wali murid atau orang-orang profesional. Acara ini di-

PENGENALAN profesi. Siswa mendapat contoh nyata perilaku orang sukses.

Page 98: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

98

kemas dalam program Pengenalan Profesi. Berbagai profesidihadirkan di kelas, mulai dokter, polisi, pramugari, pilot, pe-lukis, perajin, pengusaha, sampai sekretaris.

Mereka menyampaikan materi sesuai dengan profesi yangdigelutinya. Misalnya ayah dari salah satu peserta didik adalahseorang polisi, maka dia menyampaikan seputar profesinyasebagai polisi. Mulai dari disiplinnya, tata tertibnya, ataupunkondisi di lapangan lainnya. Yang membuat suasana jadi me-narik adalah nara sumber tersebut mengenakan pakaian sera-gam layaknya saat dia sedang bertugas.

Dalam kesempatan pengenalan profesi itu siswa berkesem-patan bertanya jawab mengenai berbagai hal yang berhubu-ngan dengan profesi atau pekerjaan nara sumber. Seperti, “apasuka dukanya menjadi dokter?” atau “bagaimana caranya agarbisa menjadi pengusaha sukses Bapak seperti sekarang?”

Pengenalan profesi ini penting diinformasikan sejak dini agarsiswa memiliki gambaran konkret tentang masa depan, peluangpekerjaan, dan mendapat inspirasi sesuai profesi yang diimpikan.Cerita-cerita narasumber tentang susah payahnya menggapaisukses, akan memberi pemahaman kepada siswa pentingnyakeuletan dan bekerja keras dalam hidup. Sikap dan perilakunarasumber yang tampil juga akan memberi ilham buat siswauntuk bertindak serupa bila kelak ingin menjadi sosok sepertiitu.

Kegiatan ini selain bertujuan menambah wawasan siswa (o-lah pikir), juga menginspirasikan kepada siswa hal-hal yangharus diteladani jika ingin mencapai cita-cita. Siswa bisa mene-ladani karakter polisi yang selalu mengedepankan kedisiplinan,meneladani karakter dokter yang ulet, seorang ustad yang jujuratau yang lainnya. Dengan menghadirkan contoh kongkret

Page 99: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

99

tersebut, diharapkan siswa dapat mengembangkan karakterkarakter positif.

Kreatif dan MandiriKreatif dan mandiri juga perlu ditanamkan ke dalam pribadi

siswa. Sebab dua hal tersebut sangat berguna bagi kesuksesanhidupnya kelak. Kreativitas sangat dibutuhkan di saat persaingankehidupan sudah demikian ketat. Hanya orang-orang kreatifyang mampu melihat peluang dan sisi lain yang tidak dilihatorang kebanyakan.

Hanya orang yang berkepribadian mandiri yang tidak terlalurisau saat menghadapi ulangan atau menghadapi sempitnyalowongan pekerjaan. Pribadi mandiri tidak suka bersandarkepada orang lain, sebab mampu berdiri di atas kaki sendiri(berdikari).

Siswa yang kreatif dan mandiri hendaknya tidak hanya ber-kiprah di sekolah saja, sebaiknya dia juga menularkan kepada

Page 100: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

100

sesama teman di lingkungan masyarakat tempat dia tinggal.Memberikan contoh kegiatan positif produktif seperti mengajakramai-ramai mendaur ulang benda-benda bekas menjadi pro-duk yang menarik dan berdaya jual tinggi.

Seorang siswa bernama Joko melakukan hal seperti itu. Se-tiap hari sepulang sekolah, siswa ini menawarkan beberapaproduk mie instan ke kantin dan sekitarnya dengan harga relatifmurah dibanding toko biasa.

Berkat keluwesannya dalam menawarkan barang dagangan,secara bertahap relasinya bertambah. Ada beberapa kantinyang menjadi pelanggannya, dengan begitu Joko mendapattambahan uang jajan dan biaya untuk membeli alat-alat tulis.Setiap pulang sekolah Joko kulakan ke pusat grosir, paginyasambil bersekolah dia membawa barang pesanan itu ke kantin.

Ada satu lagi contoh siswi kreatif dan mandiri. Andri setiapharinya membawa dagangan milik orangtuanya ke sekolah.Berbagai kue ditawarkan kepada teman-teman sekelasnya.

BERJUALAN di sekolah tak ada salahnya,asal tidak mengganggu tugas pokok siswa.

Page 101: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

101

Awalnya bisnis itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi, diatakut kena tegur guru. “Temen-temen saya punya kue nih,ada yang mau beli? Kue ini buatan mama saya lho... enak...,”katanya mencoba menarik minat calon pembeli. Ternyata res-pon temannya positif. Dalam tempo singkat dagangan itu sudahludes.

Melihat perkembangan yang bagus tersebut dia makin ber-semangat, apalagi guru BK mengizinkan kegiatan itu asal de-ngan syarat Andri tetap mengutamakan pelajarannya. Labayang diperoleh itu digunakan untuk keperluan sehari-hari dansebagian ditabung, sehingga dapat ikut meringankan bebanekonomi orangtuanya.

Tindakan siswa ini menunjukkan bukti bahwa dia memilikikreativitas dan inisiatif tinggi untuk menanggulangi kebutuhansendiri. Ini layak ditiru oleh anak-anak seusianya karena anaktersebut memiliki pendirian lebih baik usaha sendiri daripada

MEMBUAT poster, kegiatan kreatif menyebarkan kesadaran.

Page 102: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

102

“Setelah sekolah di SMPN 115, saya merasa si Djeri Oktafyanbanyak perubahan sekarang. Dulunya anak saya bangunnya siangdan agak malas ke sekolah. Tapi sekarang bangunnya pagi-pagi,langsung mandi dan shalat subuh. Sepertinya dia tidak mau terlambatsampai sekolah.”

Ny. Yani WowilingWali murid Djeri Oktafyan W

meminta sama orang lain. Dengan memahami bahwa mencariuang itu tidaklah mudah, maka kita harus belajar mencari uangsejak dini, sehingga kelak tidak canggung atau kaget.

Testimoni Wali Murid

Page 103: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

103

Page 104: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

104

Page 105: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

105

OUTBOUND bersama Kostrad TNI AD, menggembleng mental.

ermula dari Sekolah Laboratorium. Pada 12 Februari1968 IKIP Jakarta mendirikan sekolah ini untuk praktikmengajar, penelitian, dan inovasi pendidikan, yang ke-mudian dikenal sebagai Laboratory School. Tahun

1972, misi tersebut dianggap selesai, lalu diubah menjadi Com-prehensive School sebagai tempat pembinaan keterampilan(Proyek TPK) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tahun 1974, sekolah ini menjadi sekolah PPSP (Proyek Pe-rintis Sekolah Pembangunan) guna menguji coba ide-ide pen-didikan untuk masukan bagi pembaharuan pendidikan nasio-nal. Sekolah PPSP berlangsung hingga 1986. Seluruh sekolahPPSP, dari jenjang SD hingga SMA, dijadikan sekolah negeri,dan menyisakan TK yang tetap dikelola Yayasan Pembina IKIP.Atas permintaan masyarakat, pada 1992 Yayasan Pembina IKIP

B

Page 106: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

106

Jakarta membuka SMP dan SMA. Tahun 1999, TK, SMP, danSMA tersebut menggunakan nama Labschool.

Labschool mengusung visi mencetak siswa yang beriman,berilmu, beramal, yang dituangkan dalam slogan “membentukpribadi kreatif dan berprestasi”. Visi tersebut diwujudkan dalamsistem pendidikan yang komprehensif, yang memenuhi rumus-an Unesco menyangkut empat pilar pendidikan, yakni belajarmengetahui (learning to know), belajar melakukan (learningto do), belajar hidup bersama (learning to live together), danbelajar menjadi (learning to be). Pilar pendidikan tersebut se-jalan dengan empat pilar karakter yakni olah pikir, olah raga,olah rasa dan karsa, serta olah hati. Semua pilar itu dirangkumdalam program pendidikan yang hangat, yang membuat parasiswa memiliki kedekatan dengan seluruh pendidik.

Mendorong Jujur dan Tanggung JawabSuatu waktu, sekolah ini mendengar kabar tak sedap. Be-

berapa siswa dilaporkan tengah merokok di luar sekolah. Men-dengar berita tersebut, wakil kepala sekolah bidang kesiswaanmemanggil mereka dan menanyakan apakah betul laporantersebut. Tanpa harus didesak, mereka mengakui perbuatan-nya. Mereka mengakui itu bukan perbuatan yang baik, danberjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Mereka tahu, sekolahmenghargai kejujuran. Maka para siswa memilih untuk jujurmeskipun harus menanggung sanksi bila berbuat salah.

Penanaman kejujuran tersebut dibangun dengan landasanpendidikan spiritualitas yang didasarkan pada keyakinan pen-didik bahwa siswa memiliki jiwa murni yang harus ditumbuh-kembangkan dan diberi kepercayaan. Hal tersebut dimulai sejakpagi, saat pimpinan sekolah dan beberapa guru sudah siap di

Page 107: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

107

gerbang menyambut mereka. Siswa sekolah ini datang dariberbagai daerah sekitar, termasuk dari Bogor dan Bekasi yangberasal dari berbagai lapis kalangan berbeda. Semua disambutsecara sama. Labschool dianggap sebagai salah satu peloporsekolah yang pimpinannya menyambut dan menyalami siswasetiap pagi. Suara sapaan Assalamualaikum atau Selamat Pagimenjadi nuansa sekolah ini semenjak awal berdiri.

Begitu ‘jam sekolah’ mulai, siswa tak langsung berhadapandengan pelajaran. Dibimbing guru, siswa muslim wajib tadarusatau membaca ayat Al-Quran lebih dahulu. Hal itu berlangsungrutin Senin hingga Kamis. Khusus Jumat, waktu diperpanjang40 menit guna memperkuat hafalan siswa. Diharapkan siswasudah harus hafal setidaknya Juz 30 Al-Quran selama masapendidikan. Sementara itu siswa Nasrani berkumpul untukmendapat bimbingan tersendiri. Hanya setelah pendalamanagama selama 15 menit itu dilakukan, penyampaian pelajarandapat dilakukan.

Pendidikan spiritualitas demikian dilanjutkan lagi saat zuhur.Begitu adzan berkumandang di masjid sekolah, Masjid BaitulIlmi, guru dan siswa bergegas salat berjamaah. Guru akan ber-gantian menjadi imam salat. Sesudahnya, diadakan ceramah“kultum” selama 5-7 menit yang akan diisi siswa secara bergi-liran setiap hari. Ini untuk melatih keberanian siswa tampil dipublik, mengembangkan inspirasi, sekaligus untuk pendalamankeagamaan.

Berbagai pendekatan tersebut menguatkan posisi Labschoolsebagai sekolah umum yang kuat dalam pendekatan relijiusnya.Kantor Direktorat Pendidikan Agama Islam Dirjen PendidikanIslam menyebut sebagai Sekolah Menengah Pertama bercirikhas Islam. Seorang alumnus menyebut, kalau libur anak-anak

Page 108: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

108

SMP Labschool suka main ke mal-mal. “Tapi anak-anak pastimenyempatkan salat kalau waktunya tiba”. Karakter itudisebutnya sebagai kelebihan sekolah ini.

Labschool mengemban visi mempersiapkan calon pemim-pin masa depan yang bertakwa, berintegritas tinggi, memunyaidaya juang yang kuat, mempunyai kepribadian yang utuh,

budi pekerti yang luhur, mandiri, serta memiliki kemampuanintelektual yang tinggi. Sekolah mendorong siswa untuk men-jadi pribadi yang bertanggung jawab melalui berbagai kegiat-an, di antaranya adalah pelatihan kepemimpinan, yang pun-caknya adalah pelatihan melalui OSIS/MPK.

Studi dan Apresiasi Kepemimpinan Siswa Indonesia yang

Page 109: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

109

biasa disebut SAKSI merupakan program penting untuk melatihtanggung jawab dan kepemimpinan siswa. Program ini olehHarian Media Indonesia edisi 21 Februari 2010 diberi judulBerlatih jadi pemimpin di bawah komando Kostrad. Melaluiprogram ini pula pengurus digembleng menjadi pemimpin,setelah melalui proses seleksi yang ketat baik menyangkut pres-

tasi akademis, uji fisik dan kesehatan, seleksi mental, kemam-puan retorika dan presentasi, serta berbagai uji lainnya. Denganprosesnya yang ketat, menjadi pengurus OSIS/MPK merupakankebanggaan bagi setiap siswa.

Pengurus dibina secara intensif untuk menjadi teladan bagirekannya. Setiap Jumat pagi, mereka sudah harus di sekolah

````

Page 110: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

110

05.30 untuk lari bersama dan melatih kedisiplinan, tanggungjawab, kerja sama dan solidaritas. Mereka juga ditempa denganLatihan Dasar Kepemimpinan dan Manajemen Siswa (LKMS)yang menghadirkan narasumber dari mantan-mantan aktiviskampus serta pembinaan fisik dari Kostrad TNI AD. Selain itu,pembinaan mental juga dilakukan melalui kegiatan pesantrenatau retret untuk memperkuat pondasi spiritualitas mereka.

Dengan berbagai pendekatan itu, sekolah ini mendidik siswasiap menjadi calon pemimpin yang jujur dan bertanggung ja-wab. Dua sikap ini tecermin dalam perilaku sehari-hari siswa,seperti selalu menyampaikan pada guru piket juga menemukanbarang atau uang, berterus terang saat mengakui kesalahan,serta siap menerima sanksi dengan senang hati bila melakukanpelanggaran.

Mengasah Kecerdasan dan KreativitasPembelajaran di kelas merupakan salah satu aktivitas pen-

ting untuk mengasah kecerdasan siswa. Pembelajaran dilakukandengan cara interaktif yang membuat siswa antusias untuk me-ngikutinya. Hubungan guru dan murid yang sangat dekat mem-bantu proses belajar tersebut. Pengajaran menjadi tidak satuarah, namun berkembang secara diskusif. “Di Labschool enak,gurunya bisa diajak bercanda semua. Tapi kita tetap hormat...,”kata seorang siswa.

Selain melalui pengajaran di kelas, beberapa kegiatan lainjuga mempertajam olah pikir siswa. Di antara kegiatan itu ada-lah studi lapangan, pembuatan dan presentasi karya ilmiah,dan pembinaan kelompok siswa pencinta mata pelajaran. Ke-giatan studi lapangan dilakukan di kelas VII dan VIII dalambentuk kunjungan museum atau kunjungan industri, bahkan

Page 111: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

111

turun ke sawah. Kegiatan ini berupaya memberikan kesempatankepada siswa untuk mendapatkan pengetahuan dan pemaha-man langsung dari objek pembelajaran yang berada di alamatau masyarakat.

Teknik pembelajaran dari kegiatan ini adalah siswa melaku-kan observasi atau pengamatan lapangan sebagai aplikasi darikegiatan penelitian sederhana. Hasil pengamatan lapangan di-laporkan dalam bentuk pembuatan displai dan makalah ilmiahyang dipresentasikan secara kelompok di kelas masing-masing.

"Labschool adalah sekolah yang menonjolkan proses pembel-ajaran interaktif serta praktik-praktik laboratorium, sehinggamemberikan jaminan kepercayaan pada orangtua murid untuk mendidikputra-putri mereka agar menjadi insan yang bermakna bagi lingkungan,keluarga, dan bangsa. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasio-nal, sekolah ini telah memberikan sumbangsih yang cukup besar bagigenerasi yang akan menjadi penentu masa depan bangsa Indonesia.

Dengan adanya suatu ciri khas proses pembelajaran yang ber-beda, selaku salah satu orangtua murid Labschool saya berkeyakinanbahwa siswa-siswi hasil didikan sekolah ini akan dapat bersaingsecara sehat di tengah-tengah perkembangan dunia yang semakinpenuh dengan tantangan dewasa ini. Di samping itu, komitmen yangtelah ditunjukkan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah initentu akan menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang kreatif,produktif, dan bermoral.

Pada kesempatan baik ini, saya menyampaikan rasa bangga danhormat kepada pimpinan dan para pengajar bahwa prosespembelajaran yang diterapkan memberikan suasana kekeluargaansedemikian rupa, sehingga dapat meringankan beban pikiran orangtuadi tengah-tengah perkembangan situasi yang dapat berpengaruhkepada sikap, perilaku, dan pola pikir generasi muda.

Jenderal TNI Ryamizard RyacuduOrangtua dari Riano Patria Amanza

Page 112: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

112

Dari proses tersebut akan ditemukan kelompok terbaik darimasing-masing kelas. Langkah berikutnya, setiap kelompokterbaik itu mempresentasikan secara panel di hadapan seluruhsiswa pada kelas paralel dengan mengundang narasumber yangberhubungan dengan tema yang diangkat oleh kelompok yangmaju presentasi. Peraih juara mendapat reward pada saat upa-cara bendera.

Kegiatan wajib yang harus dilakukan oleh siswa sebagai salahsatu profil lulusan sekolah ini adalah pembuatan dan presentasikarya tulis ilmiah —siswa sering menyebutnya Kartul. Kartulharus ditempuh siswa kelas VIII. Kegiatan ini dimulai denganmembuat karya tulis ilmiah berdasarkan hasil studi pustaka,survei, wawancara, pengamatan, atau hasil penelitian. Untukmengapresiasi karya tulis mereka, dilakukanlah sidang karyatulis yang dijadwalkan pada pertengahan semester II.

Kegiatan olah pikir juga diorientasikan untuk membentuk

Page 113: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

113

siswa berdaya saing tinggi. Mereka dibina dalam kelompoksiswa Pencinta Mata Pelajaran. Mereka dipersiapkan untukmengikuti berbagai jenis lomba. Siswa pecinta matematikamasuk dalam wadah Go Team (Go to The Champion Olym-piad Mathematic). Siswa yang berbakat fisika dikelompokkandalam Pot Labs (Physic Olympiad Training Labschool), dansiswa siswa penggemar biologi pasti bangga bergabung denganBio Pro (Biology Programe for Olympiad).

Labschool berhasil mengirim siswanya pada InternationalJunior Science Olympiad tingkat Nasional dan juara dalamOlimpiade Sains dan Matematika tingkat Nasional, InternationalWorld Youth Mathematics Intercity Competition, InternationalMathematics Competition, dan lain-lain.

Olah pikir yang berorientasi pada pengembangan kreativitasdilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler (ekskul). Terdapat33 jenis ekskul yang dapat dipilih siswa di sekolah ini. Untukmendapat gambaran tentang potensi minat, bakat, dan kre-ativitas dengan jenis ekskul yang cocok, di awal kelas VII siswamengikuti tes psikologi minat dan bakat dengan pendekatanmultiple inteligence. Pada saat kenaikan kelas nilai ekskul dija-dikan salah satu syarat kenaikan kelas.

Untuk memamerkan hasil pembinaan ekskul, pada minggupertama awal tahun pelajaran siswa menggelar Ekspo Ekstra-kurikuler. Mereka membuka stan, demo, atau atraksi. Selainitu juga mengadakan Pentas seni dan mengisi acara pada ber-bagai kegiatan seperti seminar, menyambut tamu, upacara,penerimaan siswa baru, dan pelulusan siswa.

Antusiasme, tanggung jawab, dan totalitas seringkali ditun-jukkan oleh siswa pada saat mereka tampil dalam acara-acaratersebut. Untuk mengapresiasi minat, bakat, dan kreativitas sis-

Page 114: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

114

wa diadakan pentas seni dan pembuatan majalah sekolah (ma-jalah Gema). Pentas seni menampilkan atraksi seni dari ber-bagai jenis ekskul, seni/budaya nasional, dan atraksi dari se-kolah-sekolah lain yang diundang. Kegiatan yang memerlu-kan dana cukup besar ini mendidik siswa secara mandiri untukmemiliki jiwa kewirausahaan. Panitia pelaksana yang semuanyasiswa (sementara guru hanya panitia pengarah), berupaya un-tuk menyukseskan acara dengan mengatur kepanitiaan layak-nya sebagai event organizer (EO), menyebar proposal ke ber-bagai instansi baik pemerintah maupun swasta untuk mencarisponsor atau donatur. Kemampuan komunikasi sangat me-nentukan keberhasilan menggandeng sponsor untuk kegiatantersebut.

Pembuatan majalah sekolah selain mengimplementasikanpotensi siswa di bidang jurnalistik, juga menanamkan nilai-nilaiinterpreneur kepada siswa khususnya redaktur majalah, karenauntuk pencetakan, distribusi dan penjualan majalah memerlu-kan seni tersendiri supaya majalah tersebut tetap eksis dan di-minati. Majalah Gema terbit dua edisi dalam satu tahun dan90% isi dari majalah adalah karya siswa.

Guna menumbuhkan minat dan bakat dilakukan juga de-ngan mendatangkan tokoh karir yang sukses. Kegiatan ini lazimdikenal dengan Career Day.

Membiasakan Bersih dan SehatSesuai dengan posisinya, bersih merupakan salah satu wajah

Labschool. Hal ini dikaitkan pula dengan nilai-nilai spiritualitas,dengan menekankan “kebersihan merupakan sebagian dariiman”. Dalam menekankan soal kebersihan, guru bertindakaktif memberikan teladan.

Page 115: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

115

Kebersihan sekolah bukan hanya merupakan tanggung ja-wab petugas kebersihan. Bila mendapati sampah, guru akanlangsung mengambilnya dan itu menjadi teladan bagi seluruhsiswa, sehingga hidup bersih merupakan nilai-nilai yang diapli-kasikan oleh seluruh keluarga Labschool.

Selain itu guru juga memberi teladan dalam hidup sehattermasuk dalam berolah raga. Setiap Jumat, guru dan pegawaisekolah ramai-ramai bersama siswa lari pagi keluar komplekssekolah. Ini kegiatan terpisah, di luar pelajaran olah raga. Su-asana kebersamaan dan menghibur ditekankan dalam kegiatantersebut. Setiap minggu keempat diadakan pertandingan olah-raga, di antaranya sepakbola. Pertandingan dilakukan baik an-tarkelas, antarangkatan, maupun dengan guru serta pegawaisekolah. Ada juga program Lari Lintas Juang sejauh 12 kmyang melibatkan orangtua siswa. Kegiatan ini dilakukan berkaitdengan pelantikan pengurus OSIS/MPK.

OSIS/MPK juga aktif menyelenggarakan even olahraga. Se-tiap tahun mereka menggelar pesta olah raga dengan meng-undang sekolah lain di wilayah Jakarta dengan nama In Labs.Penyelenggara kegiatan adalah siswa sendiri, termasuk dalam

Page 116: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

116

penggalangan dananya. Sekolah hanya bertindak sebagai pem-bimbing dan pengawas.

Menumbuhkan Jiwa Peduli dan Gotong RoyongSalah satu tantangan yang dihadapi sekolah di metropolis

Jakarta adalah bagaimana mendidik siswa yang kehidupan se-hari-harinya diselimuti iklim budaya hedonis, materialistis, danindividualistis. Sekolah berupaya untuk meminimalisasi hal ter-sebut dengan berbagai kegiatan.

Kegiatan menumbuhkembangkan kesadaran dan kepekaansosial terhadap sesama dikenal dengan Labscare (LabschoolStudent Social Care). Labscare wajib dilakukan minimal 20jam selama mereka menjadi siswa, dapat dilaksanakan secaraindividu atau kelompok di lingkungan tempat tinggal siswa,tempat ibadah, atau tempat-tempat yang memungkinkan me-reka dapat melakukan kegiatan sosial.

Mengajar pramuka di sekolah asal, menjadi “guru cilik” di

Page 117: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

117

sekolah, membereskan sajadah di masjid selesai salat Jumat,kerja bakti di lingkungan RT, RW, atau kelurahan, membantumenyiapkan buka puasa bersama, sampai membersihkan ma-kam merupakan contoh kegiatan yang akrab dilakukan siswa.Sebagai tanda bukti telah melakukan kegiatan, setiap siswamemiliki buku Labscare yang harus ditandatangani/paraf/dicapoleh orang yang berwenang di tempat kegiatan berlangsung.

“Terima kasih Pak atas kegiatan Labscarenya, karena anaksaya ternyata dapat menghibur anak-anak di panti asuhan de-ngan mendongeng dan mengajar menggambar,” kata seorangIbu kepada wakil kepala sekolah bidang akademik.

Selain dalam bentuk Labscare, pengurus OSIS dan MPKsetiap Jumat mengumpulkan dana (infak Jumat) dari uangsaku siswa. Menjelang akhir masa kepengurusannya selain me-

“Sekolah adalah ruang formal di luar aspek lingkungan sosial dan keluargayang mengemban tugas menumbuhkembangkan akal budi siswa-siswi. Akalbudi akan tumbuh bila aspek sains, estetika, teknologi dan etikaditumbuhkembangkan di berbagai kegiatan sehari-hari di sekolah, dan dariruang kelas dan berbagai ekstrakurikuler. Sebutlah dengan berorganisasi siswamelatih diri bermasyarakat dan mengelola daya hidup keutamaan berbangsa(disiplin, respek, kritis). Dengan berkesenian, lingkungan, dan melatih berbagaipenciptaan membaca lingkungan dan ruang yang bersahaja untuk tumbuhkembang tubuh dan pikiran serta rasa. Sementara dengan aktivitas teknologidan sains, daya penemuan dikembangkan. Dan dengan aktivitas sosial, makadaya rasa kemanusiaan ditumbuhkan. Sebagai orangtua murid, saya merasakanLabschool memberi ruang pilihan bagi pengembangan akal budi. Sebuahpengembangan yang hanya bisa dilakukan dengan kecintaan guru-guru danpendiri kepada pendidikan dan keindahan pertumbuhan siswa-siswi. Padayang terakhir ini, sesungguhnya modal sosial terbesar Labschool untukmengemban daya tumbuh akal budi.”

Garin Nugroho, Budayawan

Wali murid Adinda Fudia Hanamichi

Page 118: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

118

ngumpulkan uang mereka juga mengumpulkan pakaian pantaspakai, alat tulis, dan berbagai kebutuhan sekolah. Dana danbarang yang terkumpul disalurkan kepada siswa yang kurangmampu, sekolah, panti asuhan, panti jompo, dan sekolah sing-gah. Kegiatan ini dikenal dengan teman asuh.

Suatu saat, guru BK melaporkan ada orangtua siswa darisalah satu SMA Negeri unggulan Jakarta Timur datang ke se-kolah dan berterima kasih karena anaknya dapat melanjutkansekolah dengan biaya uang pangkal dan SPP bulanan sampaikelas XII ditanggung oleh salah satu orangtua siswa melaluikegiatan teman asuh ini.

Pendidikan karakter di sekolah tidak semata-mata dilakukanoleh guru dan siswa, tetapi peranan orangtua siswa juga takkalah penting. Untuk meningkatkan peran serta orangtua da-lam pembentukan karakter maka setahun sekali sekolah me-ngadakan kegiatan Orangtua Berbagi Wawasan (Parent’s Day).

Kegiatan ini ditargetkan untuk mendekatkan hubungan o-rangtua dengan sekolah dan orangtua dengan siswa di sekolah.Kegiatan dimulai dengan olahraga pagi bersama, yaitu lari pagi

Page 119: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

119

dan senam, dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah isti-rahat, di setiap kelas, tampil satu atau lebih orangtua menjadiguru. Mereka berbagi pengalaman sesuai dengan latar belakangpendidikan atau profesi orang yang bersangkutan.

Kegiatan ini sangat menarik karena orangtua dapat mera-sakan tugas dan peran guru di kelas dan juga dapat memberi-kan informasi (materi pelajaran) yang sesuai dengan bidangkeahliannya sehingga lebih pas dipahami siswa. (*)

Page 120: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

120

Page 121: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

121

Page 122: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

122

Page 123: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

123

GEMAR meneliti, ciri utama calon ilmuwan.

emang orangtua adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas karakter putra-putri mereka. Termasuk didalamnya, memilih sekolah yang tepat. Hal itu meru-pakan salah satu bentuk tanggung jawab dalam rangka

membentuk seorang pribadi yang baik. Begitu pula denganSMAK 1 PENABUR Jakarta.

Sekolah yang terletak di Jalan Tanjung Duren Raya No. 4Jakarta Barat ini terkenal dengan banyaknya jumlah siswa yang

Sesampai di rumah, seorang pelajar memasuki pintu rumah,dengan wajah ceria memanggil ibunya. Di tangannya

sebuah piala digenggam erat."Bu, aku menang lomba hari ini. Terima kasih, Ibu memberiku

dukungan!,'" katanya sambil memeluk sang ibu."Ya. Puji Tuhan. Terima kasih juga kepada Bapak dan Ibu guru

di sekolahmu!'" jawab ibunya tersenyum bangga.Tetangga seberang rumah yang kebetulan sedang mengandung,

melihat dengan haru. Dia membayangkan anaknya kelakakan bertabiat seperti pelajar itu.

M

Page 124: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

124

meraih juara dalam berbagaibidang. Mereka bahkan me-raih berbagai medali di ting-kat internasional. Walaupunbegitu, pendidikan karaktersiswa tetap menjadi perhatian.Seluruh kegiatan dikemassedemikian rupa dengan ha-rapan dapat membentukpribadi yang berkarakter.

Sambut Pagi dengan 3SPagi hari sebelum pukul

06.30, sekolah sudah bersiapmenyambut warganya dengan memperdengarkan lagu-laguyang membangkitkan semangat untuk menjalani hari itu. Dipintu masuk semua orang dapat melihat Pojok Budaya, di manaberbagai budaya daerah Indonesia ditampilkan. Dengan PojokBudaya —yang setiap bulannya diperbarui— ini diharapkansiswa dapat mengenal dan merasa memiliki budaya negaranya.

Tepat di pintu masuk sekolah dua guru petugas menyalamisiapa saja datang. Senyum, Sapa, dan Santun (3S) dari guruyang bertugas mendorong siswa untuk juga menyapa dan ter-senyum kepada teman-temannya.

Sebelum memulai semua aktivitas, seluruh warga sekolahmenyediakan waktu sejenak untuk berdoa dan merenungkanfirman Tuhan, dipimpin oleh siswa atau guru secara bergantian.Dengan harapan, agar seluruh kegiatan berjalan dengan lancar.Doa dan ucapan syukur dilaksanakan pula setelah seluruh ak-tivitas selesai dilakukan. Semua harus selalu ingat akan satu

Page 125: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

125

hal mendasar: Bahwa tanpa pertolongan Tuhan, manusia tidakmampu berbuat apa-apa.

Pendidikan karakter sederhana pun dilanjutkan. Setelah re-nungan, sebelum memulai pelajaran, semua siswa memberisalam kepada guru. Salam dilakukan sebelum dan sesudahpelajaran. Karena dalam satu hari ada sembilan jam pelajaran,sesering itu pula siswa memberi salam. Mungkin sekilas tampaksepele, tapi siswa SMA jadi terbiasa memberi hormat kepadaorang lain, termasuk orangtuanya.

Dalam setiap proses pembelajaran, guru selalu berusahamenyisipkan atau menghubungkan materi pelajaran dengannilai-nilai hidup luhur sehari-hari. Pada saat istirahat, di manasiswa bisa makan, ngobrol, dan berinteraksi satu sama lain,sekolah juga memberikan batasan dan aturan demi kebaikanmereka sendiri. Salah satu tata tertib sekolah yang diterapkandengan tegas adalah para siswa dilarang keras berpacaran disekolah! Hal ini penting agar siswa dapat konsentrasi pada prosesbelajar.

Guru-guru bimbingan konseling di sini sering mengingatkan,masa di SMA adalah masa yang paling baik untuk bergaul de-ngan banyak orang. Maka jika siswa berpacaran, dengan sen-dirinya lingkup pergaulannya mereka menjadi terbatas. Padadasarnya, sekolah tidak melarang siswa memiliki pacar atauteman spesial. Tapi aktivitas berpacaran, seperti berpegangantangan, berduaan, atau bermesraan, tidak diperbolehkan dilingkungan sekolah. Hal ini diatur secara eksplisit dalam Pasal20 Tata Tertib Siswa yang melarang siswa melakukan aktivitasberpacaran atau bermesraan di lingkungan sekolah apalagi me-lakukan kontak fisik.

Dengan adanya tata tertib ini, siswa dan guru bisa langsung

Page 126: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

126

menegur siswa yangkelihatannya mulaimenunjukkan akti-vitas berpacaran.Ketika ada indikasiseperti itu, kadangguru atau teman se-gera mengingatkan:"Awas, pasal 20!" Bi-asanya mereka da-pat menerima teguran itu dan mengubah perilakunya. Sedang-kan di luar sekolah bukanlah tanggung jawab sekolah, tapitanggung jawab orangtua dan siswa itu sendiri. Namun jikaguru melihat prestasi belajar siswa menurun gara-gara berpa-caran, maka guru segera memberi pembinaan.

Tata Tertib sekolah juga mengatur penampilan siswa, mulaidari cara berpakaian, tata rambut, hingga menjaga kebersihanlingkungan sekolah. Tong sampah diletakkan pada tempat-tem-pat yang mudah dijangkau supaya siswa gampang membuangsampah. Tata Tertib wajib dipatuhi. Tidak ada alasan untukmelanggar karena sudah disosialisasi sejak pertama kali merekamenginjakkan kaki di sekolah ini.

Ya, pengenalan tata tertib sekolah dimulai sejak dini. Pertamamemasuki lingkungan sekolah, seluruh siswa kelas X harus me-ngikuti masa orientasi siswa (MOS). Masa di mana mereka mulaimengenal lebih jauh tentang sekolah barunya. Kegiatan MOSmerupakan sarana sosialisasi dan interaksi antara sekolah de-ngan siswanya. Diawali dengan pengenalan visi dan misi seko-lah. Visi sekolah adalah mewujudkan sumber daya manusiaberkualitas unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta

MOS bukan ajang kekerasan.

Page 127: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

127

peduli terhadap sesama berdasarkan nilai-nilai hidup Kristiani.Sedangkan misinya yang menonjol adalah menyiapkan caloninventor/ilmuwan masa depan yang menguasai ilmu pengeta-huan dan teknologi, kreatif, inovatif, mandiri dan proaktif sertamempunyai landasan iman yang teguh.

Tidak ada kekerasan pada saat MOS, malahan kakak-kakakkelas sering memberi tips bagaimana kiat belajar. Yang pastikegiatan berkelompok selama MOS, membuat siswa saling me-ngenal, menjadi akrab, dan dapat bekerja sama dengan baik.Setelah MOS, di awal tahun pelajaran, siswa baru dan guruberkumpul untuk kebaktian dan upacara bersama, dilanjutkandengan berkenalan dengan guru dan tenaga kependidikanlainnya. Upacara bendera rutin dilakukan sebulan sekali gunamemupuk rasa cinta kepada bangsa.

Rasa cinta negara ini terbukti terus berkembang bahkansetelah mereka lulus. Sangat banyak lulusan SMAK 1 PENABURJakarta yang melanjutkan studi ke luar negeri, namun tatkalamusim liburan mau berbagi pengalaman di almamaternya. Bah-kan ada yang rela mengajar di kelas untuk materi-materi ter-tentu yang mereka kuasai.

Alumni itu masih suka bertandang ke sekolah dan berbin-cang dengan gurunya. Mereka bercerita di negara tempat me-reka kuliah ada komunitas mahasiswa Indonesia. Mereka bisasaling menghibur ketika rindu kampung halaman. Mereka jugaberusaha menampilkan seni budaya Indonesia di kampus me-reka. Waktu terjadi bencana gempa di Padang, mereka beru-saha menggalang dana di kampus untuk korban bencana ter-sebut.

Setiap siswa harus memilih satu kegiatan ekstrakurikuler.Kegiatan ini harus diikuti sekali dalam seminggu selama satu

Page 128: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

128

tahun pelajaran.Sedikitnya ada 28 pilihan ekstrakurikuler di sekolah ini, mu-

lai dari berbagai olah raga hingga seni pertunjukan moderndan tradisional. Ada juga ekskul bahasa (Mandarin, Jepang,dan Korea), igo, aikido, desain web dan grafis, club robotic,fotografi, Youth Christian Community, PMR, paskibra, hinggakerajinan tangan. Pilihan berarti tanggung jawab. Oleh karenaitu siswa harus hadir pada kelas ekstrakurikuler yang dipilihnya.

Adu KreativitasSetiap siswa di SMAK 1 PENABUR Jakarta belajar banyak

hal. Berbagai kegiatan dijalani mulai dari kelas X sampai kelasXII. Pelajaran muatan lokal (mulok) contohnya. Kegiatan pem-belajaran ini difokuskan pada pemunculan ide-ide kreatif ten-tang pemberdayaan lingkungan dan hasilnya akan dipamerkanpada hari Kreativitas. Pada hari itu seluruh siswa menampilkankarya kreasi dan inovasi terbaiknya.

Page 129: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

129

Lihat, siswa kelas X memamerkan karya berbasis barangbekas, di antaranya boneka cantik, tas, lampu tidur, akuarium,dan lain-lain. Sementara di ruangan lain siswa kelas XI me-nampilkan hasil penelitian karya ilmiah.

Ada yang melaporkan hasil penelitian tentang proses per-kembangbiakan bakteri pada suhu yang berbeda, ada pulayang membuat detektor erupsi gunung berapi dan banyak lagilainnya. Semua siswa dan wali murid mengunjungi pameran

di hari Kreativitas tersebut. Di situ terjadi suasana belajar, ber-bagi dan berapresiasi.

‘Character Building’ Ala MarinirSelain Hari Kreativitas dan Perayaan Paskah, seluruh kegi-

atan bermuatan pendidikan karakter dilaksanakan pada semes-ter ganjil. Pada waktu yang bersamaan, siswa kelas X mengikuticharacter building, kelas XI retret, dan kelas XII mengadakan

Page 130: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

130

MENANAM mangrove, peduli lingkungan.

karya wisata.Dua tahun lalu,

siswa kelas X mengi-kuti Live-in di Suka-bumi. Mereka ting-gal di rumah pendu-duk desa dan me-ngikuti seluruh kegi-atan warga setem-pat selama tiga hari.Dengan kegiatan itubeberapa siswa me-ngaku menemukankesadaran barubahwa ternyata sulitjuga jadi orang desa.Petani dan buruhtani harus bekerjakeras di sawah ber-

lumpur. Program ini mendidik siswa jadi belajar bertanggungjawab serta menghargai orang lain.

Di sana peserta live-in juga berbagi pengetahuan kepadaanak-anak desa. Mereka datang ke sekolah yang sangat se-derhana dan bersemangat membantu guru-guru mengajar.Diajar kakak kelas seperti itu boleh jadi justru membantu adik-adik kecil itu lebih mengingat pelajaran.

Akan tetapi tahun ini siswa kelas X tidak pergi Live-in. Me-reka mengikuti Character Building dengan bimbingan Marinir.Di Markas Marinir di Cilandak mental mereka dibentuk dengantata cara prajurit. Hasilnya siswa menjadi lebih tangguh (be

Page 131: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

131

tough), disiplin, bertanggung jawab dan menghargai orang lain,serta kerja sama.

Lain halnya dengan siswa kelas XI. Mereka mengikuti retret.Mereka mengikuti berbagai sesi yang banyak mengajarkan hi-dup yang baik dan benar terhadap sesama manusia dan dihadapan Tuhan. Pada kesempatan itu mereka diingatkan lagiakan nilai-nilai luhur yang dikenal di lingkungan PENABURsebagai N2K atau Nilai-nilai Kristiani: Nilai diri berdasarkanKristus, pengendalian diri dan kedisiplinan, keberanian, keju-juran, kerendahan hati, cinta kasih, kepedulian, kesetiaan dantanggung jawab, kebaikan hati, damai, kebijaksanaan, dan ke-adilan. Keinginan untuk melakukan hal yang buruk sering me-ngalahkan yang baik. Untuk itu, solusi yang tepat adalah me-mohon kekuatan dari Tuhan untuk dapat melawan keinginanyang tidak baik.

MENJELAJAH alam membentuk pribadi tangguh.

Page 132: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

132

Karya wisata adalah kegiatan untuk kelas XII. Siswa disertaibeberapa guru mengunjungi beberapa pabrik dan industri pe-rumahan di wilayah Jakarta, Bogor, dan Bandung. Di tempat-tempat tersebut banyak pelajaran yang dapat dipetik, mulaidari penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yangdipelajari di sekolah hingga bagaimana cara hidup masyarakatyang berhubungan dengan industri tersebut.

Mereka juga mengunjungi pusat budaya Sunda SaungMang Ujo di Bandung. Sungguh suatu karya yang mulia me-ngembangkan seni budaya tradisional sambil mengembangkanmasyarakat sekitar.

Selain ketiga kegiatan yang dilaksakanan berbarengan itu,masih banyak kegiatan lain yang mengasah kepedulian sosialseperti, kunjungan ke panti asuhan/werdha, menyantuni pen-jaga lintasan kereta api atau penyapu jalan. Selain itu juga adabakti sosial seperti buka puasa bersama, pembagian sembako,membantu korban gempa, donor darah, sunatan massal, pedulilingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya, dango green. Acara yang disebut paling akhir ini adalah kegiatanmenanam 3.000 pohon bakau di kawasan pantai oleh siswa,guru, dan orangtua. Tujuannya adalah membantu menyela-matkan pantai dan bumi.

Ada lagi satu kegiatan simpatik guna melatih siswa pedulisesama (share with society). Namanya program Sahabat MasaDepan. Dalam program ini siswa secara sukarela menentukansendiri besar sumbangan yang akan diberikan setiap bulannya.Sumbangan itu bertujuan untuk membantu biaya sekolah adik-adik asuh yang berada di kantung-kantung daerah miskin se-perti Kebumen, Sukabumi, Gunung Kidul, dan sebagian wila-yah DKI Jakarta sendiri. Jumlah sumbangan tidak ditentukan

Page 133: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

133

besarnya. Yang penting konstan jumlahnya dan siswa harusdisiplin membayar sesuai dengan janjinya, sebab hal itu berkaitdengan kelangsungan sekolah adik-adik asuh mereka.

Kiprah MenduniaUntuk mengasah kemampuan siswa dalam mata pelajaran

dan menyiapkan mereka agar mampu berkiprah mendunia(excel world-wide) sekolah juga menyelenggarakan berbagaikegiatan pendukung. Ketika siswa duduk di kelas XI merekamengikuti Science Camp. Pada perkemahan sains itu siswa kelasIPA belajar melihat penerapan teori dan rumus-rumus fisika,matematika, kimia, dan biologi dalam kehidupan sehari-hari.Di perkemahan lain siswa kelas IPS belajar penerapan ilmu-ilmu sosial dalam masyarakat. Mengasyikkan dan cukup me-nantang.

Masih berkait dengan sains, sekolah juga mengadakan pe-

MENGEMBANGKAN olah pikir secara maksimal berbuah prestasi gemilang.

Page 134: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

134

ngayaan untuk siswa yang berminat mengikuti olimpiade sains.Kegiatan ini disebut Science Club. Peserta klub ini harus ber-komitmen untuk selalu hadir pada waktu pelatihan dan bersediadiikutsertakan lomba. Banyak piala berhasil diraih oleh pesertaklub sains ini.

Setiap tahunnya tidak sedikit prestasi yang dihasilkan siswaSMAK 1 PENABUR Jakarta, baik untuk kegiatan akademis dannonakademis. Prestasi tersebut diperoleh mulai dari tingkat pro-vinsi, nasional, dan internasional. Setiap tahun ada saja medalikompetisi internasional yang diraih. Pada 2009 sekolah ini me-ngirimkan tujuh siswa untuk membawa nama bangsa Indone-sia berlaga di olimpiade internasional seperti IPhO (Internatio-nal Physics Olympiad), IMO (International Mathematics Olym-piad), IChO (International Chemistry Olympiad), IBO (Interna-tional Biology Olympiad), dan IOI (International Olympiad inInformatics). Dari ketujuh siswa tersebut enam orang di anta-ranya berhasil memboyong medali.

Tahun-tahun sebelumnya juga banyak siswa yang maju di

Page 135: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

135

ajang internasional dan memperoleh prestasi. Prestasi dalambidang Astronomi diperoleh pada 2008 (International Olym-piad in Astronomy and Astrophysics - IOAA). Bahkan pada2006, Jonathan Pradana Mailoa berhasil mengharumkan namabangsa dengan keberhasilannya memperoleh medali emas danAbsolute Winner pada Olimpiade Fisika Internasional (IPhO)2006 di Singapura.

Selain prestasi internasional dalam bidang akademis, SMAK1 PENABUR Jakarta juga berpengalaman mengikuti kompetisiPaduan Suara se-Asia dan berhasil memperoleh medali perak.

Di SMAK 1 PENABUR juga ada program Tutorial. Beberapasiswa menjadi tutor bagi teman-temannya. Ketentuan untukmenjadi tutor tidak harus peserta olimpiade tetapi siapa sajayang berminat dan mendapat referensi dari guru. Peserta tuto-rial adalah siapa saja siswa yang merasa perlu penjelasan me-ngenai materi-materi tambahan tersebut.

Di sini terjadi kegiatan berbagi pengetahuan (sharing know-ledge) dalam suasana saling berbagi dan menghargai. Banyaksiswa yang mau jadi tutor karena mereka akan mendapat suratrekomendasi dari sekolah. Kelak surat itu akan mereka gunakansebagai referensi memasuki perguruan tinggi.

Untuk menambah cakrawala wawasan setiap tahun sekolahini mengadakan program study tour ke Singapura. Dengankunjungan ini siswa diperkenalkan cara belajar dan cara hidupdi luar negeri.

Para siswa disertai guru mengunjungi beberapa universitaskenamaan di Singapura. Karena tidak murah, kegiatan ini tidakdiwajibkan kepada semua siswa.

Dalam kesempatan tersebut siswa juga dipahamkan bahwauniversitas di luar negeri memang kelihatannya baik, tapi uni-

Page 136: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

136

versitas di dalam negeri juga sudah banyak yang bermutu.Siswa diharapkan mampu memilih perguruan tinggi yang pa-ling tepat untuknya sehingga dapat menjadi orang sukses danbijaksana, serta berguna bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Jumpa Motivator InventorSekolah PENABUR juga menyelenggarakan seminar untuk

seluruh siswa. Hal ini penting karena guru bukan satu-satunyasumber belajar. Masing-masing tingkat mengikuti seminar yangberbeda. Untuk siswa kelas X, dihadirkan seorang motivatorandal guna membantu memompa semangat belajar dan ber-kreasi.

Siswa kelas XI dapat bertemu langsung dengan ilmuwan/inventor. Pada kesempatan ini sekolah mengundang inventoryang memang sudah memiliki hak paten untuk temuannya.Dari para ilmuwan ini siswa belajar bagaimana sang inventormembuat temuannya dan mendapat hak paten untuk itu.

Sementara itu siswa kelas XII berkesempatan bertemu de-ngan beberapa alumni yang sudah menjadi pengusaha atauorang yang sudah berhasil di bidangnya. Hal ini akan memo-tivasi siswa karena mereka dapat melihat contoh konkret sese-orang yang pernah bersekolah di tempat yang sama denganmereka kini telah menjadi “orang”.

Demokratis dan JujurBukan hanya menghargai tetapi juga dihargai. Itulah yang

dipelajari siswa di sekolah. Ketika siswa merasa perlu membe-rikan usul atau saran kepada sekolah, ada sarana khusus ter-sedia. Selain menyampaikan saran melalui pengurus OSIS, adajuga sarana Forum Komunikasi setiap akhir semester. Dalam

Page 137: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

137

forum ini siswa berkumpul dalam suatu pertemuan bersamakepala sekolah dan wakilnya. Tidak ada guru yang hadir, se-hingga siswa merasa leluasa curhat, menyampaikan saran dankritiknya terhadap sekolah. Ini dilakukan memang demi ke-majuan sekolah.

Sedangkan untuk meningkatkan kejujuran siswa, sekolahsengaja membuka Koperasi Kejujuran berupa kantin. Kantinini dikelola pengurus OSIS dan dipantau guru. Kantin inimenyediakan berbagai alat tulis. Di kantin ini tersedia kotakuang terdiri dari beberapa sekat: ada sekat uang recehanRp. 500,- , Rp. 1.000,-, Rp. 2.000,-, dan Rp. 5.000,- ataulebih. Transaksi jual beli terjadi secara swalayan. Pembeli ting-gal mengambil barang yang dibutuhkan lalu mencemplung-kan uangnya ke kotak sesuai dengan pecahannya dan bolehmengambil sendiri kembaliannya.

Modal awal kantin Rp. 2,5 juta, berasal dari uang OSIS.Sejumlah Rp.1,35 juta digunakan untuk membeli etalase dansisanya untuk membeli barang dagangan. Harga barang yang

Page 138: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

138

dijual di kantin sangat kompetitif, semua harganya di bawahharga toko di luar sekolah. Petugas dari OSIS berbelanja sebulansekali ke toko grosir dengan harga yang sangat murah. Merekajuga secara bergantian memeriksa barang keluar dan uang ma-suk setiap harinya.

Kali pertama kantin kejujuran dibuka, pada awal-awal tahunpelajaran lalu, beberapa kali terjadi kerugian tetapi kadang jugaada uang berlebih. Kemungkinan ada siswa yang hari sebe-lumnya tidak membawa uang lalu membayar di hari kemu-dian. Yang jelas, belakangan ini uang masuk sudah sesuai de-ngan barang yang keluar. Bahkan kantin kejujuran ini sudahmendatangkan keuntungan yang dapat dipakai untuk menam-bah modal penjualan setiap bulannya.

Jalinan Orangtua - SekolahPeranan orangtua dalam mendidik anak juga perlu diper-

hatikan. Sering orangtua terlalu sibuk sehingga tidak memper-hatikan putra-putrinya. Hal ini kadang mengakibatkan reng-

WALIMURID sangat berperan dalam mendukungsuksesnya pembinaan karakter siswa.

Page 139: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

139

"Menurut saya, karakter anak-anak SMAK 1 PENABUR baik. Kalauada yang nakal, ditegur sekali saja mereka sudah menurut, tidakpernah membantah. Mereka sopan, dan suka menegur-sapa kepadasaya.

RahmaSekuriti lobi

"Mereka rajin, sopan, suka menyapa, tidak sombong, dan tidakmudah menyerah."

EvaPetugas kebersihan

"Ketika mengerjakan soal-soal, mereka tidak macam-macam

gangnya hubungan antara orangtua dengan sekolah. Untukmengantisipasi hal itu sekolah menyediakan wadah sebagai sa-rana komunikasi antara sekolah dan orangtua serta antaraorangtua dengan orangtua lainnya. Dengan berdiskusi denganorangtua lainnya, sering masalah-masalah dapat dipecahkandengan lebih mudah. Wadah ini disebut Parent Cell Group.

Orangtua juga dapat mengikuti career club di mana pergu-ruan tinggi dapat memperkenalkan jurusan-jurusan yang pa-ling diminati di masa mendatang. Career Club diselenggarakandi luar jam sekolah sehingga tidak mengganggu jam pelajaran.

Demikianlah pendidikan dan pengajaran yang diselengga-rakan SMAK 1 PENABUR Jakarta. Diharapkan akan lahir lu-lusan yang berkualitas unggul dalam iman, ilmu, dan pelayan-an, serta memiliki BEST character. BEST (Be tough, Excelworld-wide, Share with society, Trust in God) yang berarti tang-guh, mendunia, berbagi dengan sesama, dan percaya padaTuhan. Tuhan memberkati.

Kesaksian-kesaksian

Page 140: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

140

kepada pengawas, selama ujian mereka tidak pernah melanggartata tertib. Mereka sopan dan memperlakukan guru pengawas dariluar sama dengan guru mereka sendiri.

SuryaniPengawas UN dari SMA BHK

"Sikap anak-anak SMAK 1 PENABUR Jakarta sangat baik. Merekasangat baik, sopan. Kalau ada yang ulang tahun atau acara lain,mereka selalu menawarkan makanan ke kita di sini (para penjagakantin), 'Mbak, mau kue gak?"

RibkaPengelola kantin

"Sejak masuk SMUKIE, kita belajar bertanggung jawab. Walaupunliburan, kita berbiasa bagi waktu untuk main dan belajar. Hal itumembuat kita tidak stres, tetapi tugas-tugas tetap bisa diselesaikan."

ChelseaSiswi kelas XI

"Saya biasa berjuang untuk mendapatkan suatu nilai. Saya me-rasa hal itu penting, karena nantinya jika kita sudah terbiasa berju-ang, kita akan mendapatkan prestasi yang lebih baik."

FebySiswi kelas XI

"Karena teman-teman sudah terbiasa dengan peraturan yangketat dan banyak tugas yang harus dikerjakan, maka tidak ada waktulagi untuk nge-geng atau jalan-jalan nge-club."

AbednegoSiswa kelas XI

Page 141: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

141

Page 142: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

142

Page 143: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

143

ekolahnya unik, meski tak begitu besar. Bahkan mungkinterbilang kecil bagi sekolah menengah atas pada umum-nya. Tapi siswa di sekolah itu boleh berbangga dalambeberapa hal. Pertama, di atas pintu masuk sekolah itu

terpampang kaligrafi khas dengan sebaris doa untuk mengan-tar mereka masuk ke dalamnya: Berbahagialah orang yangmenyucikan dirinya, dan merugilah orang yang mengotorinya(Qad aflaha man zakkaha, wa qad khaaba man dassaha).

Nama sekolah itu SMA Plus Muthahhari. Dalam bahasaArab, Muthahhari artinya “yang disucikan”. Para pendiri danguru di sini percaya bahwa pendidikan adalah proses penyuci-an untuk mengantarkan manusia pada tingkat kesempurnaansetinggi-tingginya. Seluruh pembelajaran mesti ditujukan untukmembentuk kepribadian yang suci dalam pikiran, ucapan, danperbuatan. Tugas yang tak ringan, namun begitu mulia untukdiemban.

Hal kedua yang dibanggakan anak-anak adalah justru hik-mah dari bangunan relatif kecil itu. Karena tak banyak ruangbergerak, mereka semakin dekat satu dengan yang lainnya. Didunia yang semakin ditopang oleh komunikasi virtual, hubu-

S

Page 144: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

144

ngan interpersonal menjadi semakin jarang. Karena itulah in-teraksi sosial di antara murid-murid mengisi ruang yang hilangdari dampak kemajuan teknologi. Di Muthahhari, anak-anakbisa terhubung dengan alumni sejak angkatan I hingga angkatanXVIII sekarang ini. Mereka mengikatkan diri dalam satu kafilahruhani: Keluarga besar SMA Plus Muthahhari.

Yang ketiga, masih karena blessing in disguise dari lokasisekolah, adalah kesadaran dan keterlibatan aktif dalam kegiatansosial kemasyarakatan. Sekolah ini terletak di antara perumahanpenduduk, tepatnya di Jln. Kampus II No. 13-17, BabakanSari Kiara Condong, Bandung. Sekolah ini tergabung dalamRW 08 yang pernah ditunjuk walikota Bandung sebagai RWBermartabat. Di RW ini ada sembilan rukun tetangga (RT),tapi bila ada peringatan hari besar, seperti kegiatan memperi-ngati ulang tahun kemerdekaan, anak-anak Muthahhari ber-peran sebagai RT ke sepuluh. Bagaimana hal ini bisa tumbuh?Karena sebagian murid-murid itu tinggal berbaur bersamawarga.

Banyak aktivitas ekonomi warga juga yang tumbuh karenakehadiran anak-anak Muthahhari. Karena itu juga, mereka sa-ma-sama membantu, memantau, dan membina. Barangkali,inilah bentuk konkret community based school. Manfaat bagisekolah adalah tumbuhnya partisipasi aktif murid-murid dalamhal-hal aktual yang berkembang di tengah masyarakat.

SMA yang berdiri 1992 ini memiliki misi mengembangkanintelejensi, kreativitas, dan akhlak. Mereka lazim menyingkatnyamenjadi IKA. Akhlak ditempatkan terakhir justru dengan ha-rapan bahwa pencapaian akademis yang tinggi dan kreativitasyang baik haruslah bermuara pada penyempurnaan akhlak.Murid boleh saja pandai, tetapi jadi berbahaya bila tidak ber-

Page 145: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

145

MENGABDI di panti menimbulkan empati.

akhlak. Murid bisa saja kreatif, tetapi akan timpang bila tidakberakhlak.

Berikut beberapa program yang selalu dilandasi dengan tu-juan berakhlak mulia demi menghasilkan generasi yang ber-karakter.

Baksos Tumbuhkan EmpatiSuatu hari, datang orangtua murid dari Jakarta hendak ber-

temu dengan Wakasek Kemuridan (di sekolah ini istilah kesis-waan diganti dengan kemuridan, sebagai penjabaran dari is-tilah “murid dan mursyid” dalam tradisi tasawuf). Ketika ber-temu dengan Wakasek Kemuridan, segera beliau mengucapkan

Page 146: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

146

terima kasih atas apa yang telah dilakukan sekolah pada putrasemata wayangnya. Padahal, sepanjang pengetahuan guru,murid yang bersangkutan seharusnya dihukum karena me-langgar beberapa aturan. Sesuai dengan sistem yang berlakudi sekolah, murid tersebut harus menjalani hukuman kifarat(untuk mengganti/menghapus) sebagai sanksi. Hukuman ituberupa bakti sosial: ia harus berkhidmat di Panti Asuhan BayiSehat (PABS). Menurut orangtuanya, murid yang satu ini sangatmembenci anak kecil. Setiap liburan, ia selalu menghindar jikadalam pertemuan keluarga banyak anak kecilnya. Padahal,anak-anak kecil itu saudaranya sendiri.

Sekarang, ia harus mengurus anak-anak yatim piatu. Men-cuci bekas ompol, menyiapkan susu, membacakan cerita, atausekadar mengajaknya bermain. Rupanya hal itu berdampakbesar pada perubahan sikapnya. Dalam sebuah pertemuankeluarga, seluruh familinya terkejut melihat sikap anak itu. Iayang biasanya membenci anak-anak berubah menjadi seorangyang penuh perhatian terhadap anak-anak. Tidak segan-segania menggendong anak kecil untuk sekadar mengajak bermain,atau memberi kue. Perubahan inilah yang menyebabkanorangtua murid tadi datang ke sekolah untuk berterima kasihdan menyampaikan berita gembira ini.

“Buat kami,” kata orangtua murid tadi, “perubahan sikapputra saya itu lebih membahagiakan daripada putra saya men-dapat nilai sepuluh dalam ulangan”.

Dengan program kifarat ternyata murid dapat terasah rasapeduli dan tanggung jawabnya. Selain ke Panti Asuhan, SMAPlus Muthahhari juga bekerja sama dengan beberapa pantisosial lainnya, seperti Yayasan Wiyata Guna untuk saudara-saudara tunanetra ataupun Panti Wreda untuk para pinisepuh

Page 147: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

147

yang lansia.Ada banyak kisah menarik dalam bakti sosial ini. Umpama-

nya, anak-anak Muthahhari kadang merayakan ulang tahunbersama penghuni panti jompo, bahkan ada seorang muridmengajak serta seluruh keluarganya untuk berlebaran di tempatitu. Sungguh, apa yang sebelumnya dilakukan mungkin denganterpaksa, berubah menjadi sebuah kepedulian yang tidak perludiminta.

Uniknya lagi, anak-anak tidak pernah memandang kifaratini sebagai sesuatu yang memalukan. Mereka bahkan menja-laninya dengan suka hati, dan teman-teman mereka pun mem-berikan dukungan yang begitu berarti.

Kampung Kerja Ruhaniah“Pak, lihat nih, foto-foto waktu aku membersihkan dan me-

ngecat sekolah!” kata seorang murid perempuan kepada guru-nya seraya memamerkan gambar-gambar yang agaknya me-nyimpan kenangan begitu membekas di hatinya.

MEMBERSIHKAN sekolah di desa, sebentuk kepedulian.

Page 148: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

148

MEMBAUR dengan masyarakat membangkitkan kepedulian sosial.

Foto itu adalah rekaman kegiatan Spiritual Workcamp(SWC), sebuah acara perkemahan spiritual yang mengajak sis-wa tinggal di desa berbaur dengan warga setempat.

Lalu, dia berkata lagi, “Waktu pertama kali kami datang kekampung Cieter (kawasan Kecamatan Ciwidey, Kabupaten

Bandung. pen) lantai sekolah ini penuh dengan tanah. Ketikakami bersihkan dengan gotong royong, ternyata ketebalan ta-nahnya hampir lima sentimeter”. Masih dengan nada semangatmurid itu melanjutkan ceritanya, “Akhirnya, kami dapat me-ngubah penampilan sekolah itu. Sekolah yang tadinya kusam

Page 149: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

149

dan kotor berubah menjadi bersih dan indah. Hebat kami kan,Pak?”

Itulah sepenggal dari setumpuk cerita yang dibawa pulangpeserta SWC. Ternyata kisah indah itu tidak terajut sejak merekaberangkat. Malah sebagian besar murid, pada awalnya emohikut. Tidak sedikit, murid yang berusaha menghindar dengancara membuat surat izin palsu.

Banyak juga wali murid yang memintakan dispensasi karenatidak tega anak-anaknya harus tinggal di daerah kumuh. Tapi,karena kegiatan ini bersifat wajib, meski saat ini mangkir, tetapsaja tahun berikutnya harus mengikutinya. Akhirnya, semuaikut, tanpa kecuali.

Program kampung kerja ruhaniah atau SWC ini menarikuntuk dicermati. Murid-murid harus tinggal di rumah-rumahpenduduk miskin. Mereka harus melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana layaknya tuan rumah. Singkat cerita, merekaharus berkhidmat kepada sesama.

Memasak, mencuci piring, bersih-bersih rumah menjadi ke-giatan sehari-hari mereka. Bila tuan rumah yang mereka tinggaliseorang petani, maka mereka harus ikut turun ke sawah. Begitujuga, bila tuan rumah mereka ternyata seorang tukang kupattahu di pasar, maka Subuh dini hari mereka harus bangununtuk menemani tuan rumah berjualan kupat di pasar.

Setelah beberapa hari kegiatan itu berjalan, alih-alih ber-demo untuk pulang lebih cepat, mereka malah mengusulkanuntuk tinggal lebih lama lagi. Mereka merasa belum cukupuntuk memberikan bantuan bagi “orangtua sementara” me-reka. Hal ini terbukti, saat akhir tahun ajaran atau libur Rama-dan, mereka biasanya bertandang ke tempat itu. Tidak seka-dar menengok, mereka membawa sesuatu. Makanan , pakaian,

Page 150: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

150

buku, obat-obatan; apa saja yang dibutuhkan orang-orang daerah tadi. Tidak jarang diajak pula orangtua kandung me-reka untuk berkunjung ke tempat itu. Menjelang ujian, di antara“ritual” yang biasa mereka lakukan adalah kembali ke tempatperkhidmatan mereka, memohon restu dan doa dari orangtuaasuh mereka.

Spiritual Workcamp ini adalah program kedua setelah Spiri-tual Camp. Ide SWC ini diilhami konsep riyadhah dalam tarekat-tarekat sufiyah. Dalam bentuknya di dunia modern, Bobbiede Porter mengamalkannya dalam SuperCamp, yang mengil-hami pendidikan dan pembelajaran dengan metode Quan-tum Learning. Gabungan dari kedua konsep ini juga yang di-coba untuk dikembangkan dalam program-program lainnya.

SWC dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab merekaterhadap lingkungan sekitar. Juga melahirkan sikap kreatif ketikamereka dihadapkan untuk membuat dan memberi sesuatuyang baru di daerah yang mereka tinggali sementara. Programini mempererat persaudaraan, menyuburkan kepedulian, danmenanamkan pola-pola kehidupan yang bersih dan sehat, yangdapat disesuaikan dengan tempat di mana saja mereka beradadan mengabdi.

‘Smuth Point’ Pencatat AmalSetiap akhir upacara, murid-murid menjadi antusias, karena

mereka sebentar lagi akan mengetahui siapa siswa yang masuktop ten of the month bulan ini. Istilah ini ada sejak mulai sekolahmeluncurkan program Smuth Point.

Smuth Point adalah kitab catatan amal baik dan buruk me-reka selama bersekolah di SMA Percontohan Berbasis BudiPekerti ini. Setiap awal bulan, dalam upacara, akan diumumkan

Page 151: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

151

siapa saja yang berhakmenyandang gelar pe-raih poin positif terba-nyak setiap bulan. Sepu-luh murid akan berdiridengan bangga di la-pangan upacara, di ha-dapan kawan-kawanmereka. Mereka akanmendapatkan pin untukhasil jerih payah merekaselama sebulan itu. Mes-ki “hanya” mendapat-kan sebuah pin yang a-kan mereka pakai di ba-ju selama sebulan, tapipin itu menandakanbahwa murid itu telah banyak melakukan kebaikan. Hal initernyata memicu murid-murid yang lain untuk melakukan halyang sama. Sederhana memang. Setiap kebaikan yang merekalakukan akan dicatat oleh guru, piket, atau pimpinan sekolah,sesuai dengan kriterianya.

Apa sajakah yang dapat masuk dalam smuth point? Setiapsikap atau perilaku yang baik, akan mendapat smuth positifpoint. Sebaliknya setiap sikap atau perilaku yang buruk, akanmendapat smuth negative point. Dengan adanya kitab pencatatamalan ini, murid jadi terpacu untuk berlomba melakukan ke-baikan. Ada yang secara individual seperti membantu temandalam belajar (tutor sebaya), aktif dalam pembelajaran, danlain-lain. Ada juga yang secara komunal seperti menjaga ke-

PIN amal, mengajak ke arah kebaikan.

Page 152: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

152

UJIAN Bahasa penuh tantangan dan kegembiraan.

bersihan, menata kelas, menjadi kelas terbaik kehadirannya,dan sebagainya.

Sekarang, melalui fasilitas jaringan teknologi informasi ko-munikasi, data poin ini dapat diakses lewat internet oleh muridberikut orangtua melalui situs sekolah.

Ujian yang Ditunggu

Setiap akan menghadapi ujian, sebagian murid selalu di-hinggapi rasa takut dan cemas. Tapi lain halnya dengan ujianBahasa di sekolah ini. Mata Pelajaran Bahasa yang masuk da-lam program X-Day diujikan dalam bentuk Festival Bahasa.Dalam festival itu, murid diharuskan menyajikan beberapa hal:

Menghadirkan suasana budaya dan bahasa yang merekapelajari.Berpakaian dengan memakai pakaian khas negara tersebut.Memeragakan satu atau dua bentuk kesenian dengan meng-gunakan bahasa tersebut.Menjual makanan khas negara tersebut. Teknisnya, murid

Page 153: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

153

“Saya memiliki delapan orang anak, dan lima di antaranya sekolahdi SMA Muthahhari. Yang pertama kedua ketiga sudah selesai. Yangdua masih bersekolah di sana. Kesan saya, anak-anak saya berubahsecara signifikan saat sekolah di SMA Muthahhari. Karakter merekamenjadi lebih baik, lebih sopan pada orangtua dan keluarga, lebihpeduli terhadap lingkungan, dan lebih memiliki keinginan untuk hal-halyang bersifat spiritual dan intelektual.

Muthahhari memiliki program-program yang sangat membangunkarakter seperti Spiritual Camp, memiliki guru-guru yang dekat dengansiswa, turut membantu siswa untuk menemukan dirinya, memiliki ling-kungan intelektual maupun library yang luar biasa bagus, dan pro-gram pendidikan yang fleksibel namun tanpa mengabaikan disiplin. Selayaknya saya sebagai orangtua mengucapkan terima kasih sebe-

diberi modal oleh sekolah. Mereka diharapkan dapat me-ngelola modal tersebut. Di akhir kegiatan mereka harus me-ngembalikan kewajibannya.Menampilkan sebuah acara menarik (seperti kuis, game, danlain-lain) yang menggunakan bahasa yang mereka pelajari.

Untuk ujian bahasa ini, murid-murid harus mempersiap-kannya lebih lama, lebih menantang, dan lebih menguras te-naga. Tetapi ujian ini justru yang paling mereka sukai, karenaujian ini menstimulus kecerdasan, kreativitas, kejujuran, dantanggung jawab mereka.

Di sekolah ini prestasi siswa amat dihargai. Kesuksesan me-reka tercantum dalam Wall of Fame di dinding sekolah. Setiapmurid yang berprestasi menorehkan kenangan indah di dindingsekolah yang memotivasi adik-adik kelasnya untuk meneruskanjejak mereka. Di dinding itu, nama mereka tercantum denganprestasi yang mereka ukir.

Testimoni Orangtua

Page 154: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

154

sar-besarnya bagi managemen SMA Muthahhari dan para guru dankaryawan yang telah membina anak-anak yang saya titipkan di sana,hingga mereka menjadi anak-anak yang memiliki akhlaqul karimah, mam-pu mengembangkan intelektualisme dan potensi diri, dan memahamihow we choose to be happy!”

Dr. Dimitri Mahayana, M Eng,Dosen Elektro di Institut Teknologi Bandung

SAYA sangat terkesan dengan pendidikan yang diterapkan di SMAPlus Muthahhari, terutama pendidikan karakternya. Salah satunya ada-lah Sahur Bersama, yang dilakukan setiap Ramadan, siswa disebaruntuk tinggal di rumah kaum duafa. Mereka membawa bahan makananuntuk dimasak dan dimakan bersama keluarga dhuafa pada saat sahur.Dengan kegiatan ini para siswa dapat menghayati kehidupan kaumduafa yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan karakternya.

Demikian juga dengan kegiatan Festival Bahasa, di mana para siswaberlomba menampilkan kemahiran berbahasa asing dan kemampuandalam bidang seni. Kedua anak saya pada kegiatan ini menampilkankemampuan bahasa asing pilihannya, yaitu Bahasa Jepang. Selain itu,anak saya yang pertama mulai mengembangkan bakat seninya di SMAPlus Muthahhari sehingga dia memilih melanjutkan studi seni rupa.

Heri Suherman, SHSekretaris KPUD Jabar

Page 155: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

155

Page 156: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

156

Page 157: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

157

ebagai lembaga pendidikan yang berada di bawah na-ungan pesantren, tentu saja banyak hal spesifik padaSekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pondok PesantrenRoudlotul Mubtadiin, Balekambang, Jepara. Salah sa-

tunya adalah dalam hal membina karakter bagi santrinya. Pen-didikan karakter yang diselenggarakan tentu saja diselaraskandengan tatanan yang telah ditetapkan pondok pesantren(ponpes).

S

LINGKUNGAN luas dan nyaman mendukung iklim kondusif.

Page 158: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

158

Di sekolah yang beralamat di Desa Balekambang, GemiringLor, Gang 02/07, Kec. Nalumsari, Kab. Jepara ini peserta didiktidak disebut siswa melainkan dipanggil dengan sebutan santri.Ternyata ada implikasi positif pada kepribadian ketika merekadisebut santri — di samping sebagai ciri khas sekolah ini.

Berbagai pendidikan karakter dikembangkan di tempat asriini, tetapi yang menonjol adalah kemandirian, tanggung jawab,kedisiplinan dan kebersihan, kreativitas, solidaritas dan keber-samaan, hingga pengembangan ilmu dan akhlak. Mari kita kajisatu demi satu.

Teguhkan KemandirianHari sudah malam, sekitar pukul 21.00. Dalam gelap seo-

rang santriwati lari tunggang langgang di pematang sawah. Re-maja ini berusaha secepatnya menjauhi areal kompleks ponpesRoudlotul Mubtadiin.

“Ada santri kabur...!”Salah seorang pengurus mengetahui tindakan wanita itu.

Cepat-cepat dia melapor ke pengelola pondok dan segera dila-kukan pengejaran. Berkat bantuan pengurus pondok putra,santri tersebut dapat ditemukan. Dia dibawa ke kantor dandiberi nasihat oleh pengurus.

Kisah santri melarikan diri dari ponpes adalah cerita klasikyang selalu saja terulang hingga kini. Kasus semacam ini sangatwajar terjadi karena mereka belum terbiasa dengan lingkunganbaru, tiba-tiba mereka harus pisah dengan orangtua dan ma-suk ke dalam lingkungan yang pola hidup dan tata caranyajuga baru.

Nyaris menjadi pemandangan rutin, setiap tahun selalu adasantri yang dilanda homesick, menangis saban malam sambil

Page 159: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

159

merengek minta pulang, kabur, atau ngambek tidak mau se-kolah. Tentu bervariasi penyebabnya, tapi umumnya karenabelum terbiasa melakukan segala sesuatu secara mandiri de-ngan tangannya sendiri. Begitu masuk pesantren, maka mereka“dipaksa” untuk mandiri dan ternyata, seiring dengan perja-lanan waktu, mereka bisa melaksanakannya. Terbukti dengancontoh peristiwa di pematang sawah tadi. Tiga tahun kemudiansantri tersebut dengan penuh percaya diri siap menjalani ujianakhir sekolah. Artinya dia sukses menjalani kehidupan di pe-santren.

Kemandirian yang menjadi ciri utama pesantren diajarkantidak melalui mata pelajaran akan tetapi lingkungan pesantrenlahyang membentuknya, dan itu melalui proses yang panjang. Dipesantren, anak dituntut melakukan segala sesuatu dengan dirisendiri —hal yang mungkin itu tidak pernah dilakoni tatkalamereka masih tinggal di rumah.

Mencuci baju, menyetrika, membersihkan kamar, hinggamengatur jadwal kegiatan harus dilakukan sendiri. Kemandiriansecara otomatis akan menghilangkan ketergantungan. Keter-gantungan hanya menyebabkan manusia malas untuk berbu-at sesuatu, karena mereka berpikiran tanpa berbuatpun me-reka bakal mendapatkan bantuan dan kemudahan. Jika sejaksekarang generasi muda dilatih mandiri, maka di masa men-datang Indonesia akan menjadi negara kokoh tanpa harus me-nunggu uluran tangan negara lain.

Siaga Piket Masak“Apa yang akan terjadi jika kalian terlambat masak pagi ?”

tanya salah satu pengurus pondok, suatu pagi. Salah satu a-nak yang piket masak nyeletuk, “ seluruh santri akan terlambat

Page 160: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

160

makan, terus terlambat deh masuk sekolahnya”.“Siapa yang bertanggung jawab jika terjadi hal semacam

itu?” lanjut pengurus. Para santri petugas piket masak itu terdi-am, tetapi mereka paham bahwa merekalah yang harus me-mikul kesalahan bilamana hal itu sampai terjadi.

Ya, di pesantren ini seluruh santri putri, 652 orang, secarabergiliran mendapat jatah piket masak. Mereka yang kena piketmasak pagi harus sudah bekerja di dapur sejak pukul 03.00hingga 05.30 untuk menyiapkan sarapan bagi 1365 santri pon-pes. Piket masak siang dilakukan pukul 08.30 sampai 11.30,dan masak sore pukul 15.30 sampai 19.00. Ini semua dilakukanagar santri memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya.

Rasa tanggung jawab setiap santri ditumbuhkan melalui ber-bagai tugas, di antaranya tugas ketua kelompok musyawarah

PIKET memasak, belajar memikul tanggung jawab secara bergiliran.

Page 161: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

161

(belajar malam), tugas piket kebersihan, piket masak, tugaskeorganisasian, dan beberapa tugas kepengurusan lain dalamekstrakurikuler. Untuk menunjang dalam pelaksanaan tugastersebut mereka dibekali pelatihan kepemimpinan, keorgani-sasian, dan team building. Dalam pelatihan tersebut santri di-perkenalkan dengan tanggung jawab sesuai dengan kapasitas-nya. Pelatihan ini dikemas dalam beberapa permainan yangberkaitan dengan materi pembinaan. Begitu antusiasnya, tidakjarang para peserta itu minta tambahan jam pelatihan. Pelatihanini setidaknya juga memberi pelajaran baru tentang tanggungjawab dan kebersamaan.

Pembinaan rasa tanggung jawab juga dilakukan lewat pem-berian ta’ziran bagi anak yang melakukan pelanggaran, Misal-nya harus membantu pekerjaan tukang batu dan membersih-kan lingkungan sekitar. Ini mengajarkan agar anak berani ber-tanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya.

Buah dari pembinaan tanggung jawab dari pesantren ter-sebut dapat terlihat pada saat santri melaksanakan praktik kerjaindustri (prakerin). Pada umumnya para pemilik tempat pra-kerin itu mengaku senang bila ditempati praktik anak-anak pe-santren lantaran perilakunya baik dan bertanggung jawab ter-hadap pekerjaan. Beberapa di antara pengusaha itu bahkanminta tambahan peserta pakerin dari pesantren Roudlotul Mub-tadiin.

Disiplin dan BersihPembinaan kedisiplinan di SMK ini dapat dilacak pada jad-

wal kegiatan harian para santri. Kegiatan santri dimulai pukul03.30. Pagi dini hari itu seluruh pengurus membangunkan gunamendirikan salat tahajud. Setelah itu dilanjutkan dengan salat

Page 162: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

162

Subuh berjamaah.Pengajian Al-Quran yang diampu oleh beberapa guru dila-

kukan setelah salat shubuh. Saat pukul 06.00 mereka mela-kukan persiapan sekolah dengan mandi dan makan, serta piketkebersihan. Piket kebersihan ini dibagi menjadi beberapa ke-lompok, setiap kelompok terdiri dari 12 orang.

Petugas kebersihan semuanya dilakukan santri, mulai darimembersihkan lingkungan sekitar sampai membersihkan ka-mar mandi dan toilet. Ini dilakukan agar muncul kepedulianterhadap lingkungan sekitar dan memiliki kesadaran akan bu-daya bersih dan sehat.

Maka menjadi pemandangan yang lazim bila pagi maupunsore banyak santri sedang menyapu halaman, membersihkanpintu gerbang, lumut tembok, serta mencabuti rumput-rumputliar.

“Saya sebel kalau pulang ke rumah,” keluh seorang santri.“Kenapa ?” tanya temannya.“Ya, karena rumahku kotor” jawabnya.Ucapan tersebut terlontar setelah santri itu hidup beberapa

bulan di pesantren ini. Dia mengaku kalimat itu tidak pernahterlontarkan sebelum dia nyantri. Setelah terbiasa hidup di ling-kungan bersih, dia menjadi tidak nyaman berada di lingkungankumuh.

Kedisiplinan juga bisa dilihat dari jadwal pulang mengunju-ngi orangtua. Setiap santri diizinkan pulang ke rumah satu bu-lan satu kali.Ketika ada santri yang molor, melewati batas ke-tentuan, maka akan dikenai ta’ziran yang berupa menghafalkanbeberapa surat dalam Al Quran. Dampaknya positif. Bahkanada beberapa anak yang hafal beberapa surat dalam kitab sucijustru gara-gara dia sering melanggar peraturan itu.

Page 163: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

163

Kedisiplinan juga diterapkan dalam mengikuti kegiatan salatberjamaah lima waktu. Apabila ada anak yang mangkir atauterlambat berjamaah, lagi-lagi dia akan dikenai ta’ziran. Dilihatdari jadwal yang demikian padat (dari pukul 03.30 sampaipukul 22.00), maka santri harus cermat membagi waktu. Darisinilah proses pembinaan kedisiplinan benar-benar diterapkan.

Siap BerbagiSalah satu peraturan yang berlaku di sekolah ini adalah

para santri tidak boleh menyimpan makanan, ketika punyamakanan atau dapat kiriman dari orangtua, maka harus diha-biskan saat itu juga. Tingkat ekonomi wali santri sangat variatif,ada yang kaya, sedang, miskin, bahkan ada yang berada dibawah garis kemiskinan.

Kenyataan ini menimbulkan kesenjangan. Oleh karena itudibuatlah aturan yang bisa menumbuhkan solidaritas sosial dankebersamaan. Di antaranya dengan peraturan seperti di atas.Coba bayangkan kalau masalah seperti itu tidak diatur? makaakan terjadi kecemburuan sosial dan persaingan tidak sehat.

Kegiatan lain yang mendukung solidaritas sosial dan keber-

PENANAMAN disiplin perlu berkesinambungan.

Page 164: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

164

samaan adalah seringkali pesantren mengajak santri untuk me-lakukan kerja sosial, misalnya membantu pekerjaan tukang batuatau turut mengecor bangunan bersama-sama. Pada awalnyamemang banyak anak dan wali santri yang keberatan denganperaturan tersebut, tapi setelah dipahamkan maksud dan tu-juannya akhirnya mereka menerima. Di samping itu, pengurusjuga sering memberi taushiyah tentang pentingnya berbagidengan sesama.

Sedangkan untuk mengembangkan kreativitas santri, SMKini menyelenggarakan beberapa ekstrakurikuler, di antaranyaseni kaligrafi, seni hadrah, keterampilan sablon, membatik, be-ladiri, klub bahasa, pramuka PMR, dan Karya Ilmiah Remaja.Untuk mengasah kreativitas santri dalam bidang jurnalistik, se-kolah membuat sebuah majalah yang semuanya dikelola olehsantri. Untuk memberi rangsangan dan menambah daya kreatifsantri, setiap tahun SMK ini mengadakan ekspos hasil karya

UNJUK prestasi dan kreativitas lewat ekspo karya santri.

Page 165: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

165

santri, yang menampilkan berbagai karya santri.

Kerja itu IbadahEtos kerja juga menjadi perhatian utama. Pembinaan etos

kerja berkaitan erat dengan daya saing santri setelah merekalulus dari SMK. Artinya pesantren berupaya menyiapkan tenagakerja yang beretos kerja tinggi. Pembinaan etos kerja dibentukdengan pembiasaan disiplin kerja. Sejalan dengan itu, dalambeberapa kali prakerin, para pengguna jasa SMK (dunia usahadan dunia industri atau DU/DI) juga menguatkan pentingnyasoal kedisiplinan kerja, karena hal ini yang akan menentukanberkembang atau tidaknya sebuah usaha. Kedisiplinan kerjadiaplikasikan dalam beberapa hal, seperti tepat waktu dalammengawali dan mengakhiri kerja, tertib mengenakan seragamkerja selama pakerin.

Kemudian soal keselamatan kerja. Pada kali pertama santripraktik kerja, umumnya santri belum tahu mengenai kesela-matan kerja. Misalnya saat praktik mengelas, tidak mengenakankacamata las. Solder panas dijadikan mainan. Oleh karena itusebelum kegiatan prakerin, guru tak bosan-bosan memberipengarahan tentang keselamatan kerja maupun tentangprosedur standar operasional kepada santri program studi Tek-nik Audio Video (Elektronika), Teknik Kendaraan Ringan (Oto-motif), maupun Busana Butik (Tata Busana).

Motivasi kerja juga harus dibangun semenjak dini. Pekerjaakan melakukan tugas dengan disiplin dan penuh tanggungjawab manakala ada motivasi dalam bekerja. Di sekolah inimotivasi ditanamkan melalui pemahaman bahwa bekerja ituibadah. Ajaran ini memberikan kesadaran kepada santri bahwaibadah itu bukan salat atau puasa saja, tapi banyak bentuk

Page 166: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

166

ibadah selainnya, di antaranya bekerja. Kerja akan bernilai iba-dah bila mana dilandasi niat yang baik dan benar. Materi yangdidapatkan dari bekerja adalah bukan tujuan tetapi sarana un-tuk mendekatkan diri kepada Tuhan.

Motivasi juga bisa dibangun lewat pengenalan tokoh. Secaraberkala sekolah mengundang tokoh pengusaha dan untuk ber-bagi pengalaman dengan santri. Lewat para tokoh itu, akandapat dipetik teladan bahwa sukses itu tidak gampang, butuhproses panjang dan terjal.

Rasa tanggung jawab santri sangat ditekankan ketika mela-kukan praktik di laboratorium. Setiap anak diberi tanggungjawab yang berbeda untuk menjaga barang-barang laborato-rium. Ketika praktik selesai semua peralatan wajib kembali ketempat semula. Di dalam laboratorium tersedia buku catatankeluar masuk barang yang berfungsi untuk memantau tang-

DISIPLIN tinggi wajib dilaksanakan pada setiap praktik kerja.

Page 167: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

167

gung jawab santri dalam menggunakan peralatan. Sebagai se-kolah yang berada di dalam pondok pesantren penggunaaanlaboratorium bisa kapan saja, asalkan tidak mengganggu akti-vitas lainnya. Syaratnya: mereka harus bertanggung jawab ter-hadap keberadaan laboraturium.

Alim Amil NasyirSatu hal yang menjadi landasan sekolah adalah mencetak

santri yang berilmu dan berakhlak mulia. Kerapkali ditekankankepada santri, “apa guna kecerdasan kalau tidak disertai denganakhlak mulia?” Sesungguhnya martabat seseorang dinilai dariakhlaknya, sebagaimana diajarkan dalam kitab rujukan pem-binaan akhlak para santri, yaitu kitab Ta’limul muta’alim.

Untuk menumbuhkan keilmuan, sekolah mewajibkan san-tri rutin belajar malam mulai pukul 20.30 hingga 21.30. Kegi-atan belajar dibagi dalam beberapa kelompok. Pada setiap ke-lompok dipilih satu orang yang dianggap mampu untuk mem-bimbing teman-temannya yang kurang mampu atau biasa di-sebut tutor sebaya. Ketika ada pekerjaan rumah kemudian adaanak yang belum mengerjakan, maka yang bertanggung ja-wab adalah semua anggota kelompok anak tersebut. Di siniditanamkan ajaran tanggung jawab sosial.

Selain itu, untuk menambah kecakapan berbahasa Inggris,pengelola SMK mengadakan kerja sama dengan lembaga swa-daya masyarakat yang berupa mendatangkan relawan dari Ero-pa untuk tinggal di pesantren selama satu tahun. Kehadirannative speaker ini sangat membantu dalam penguasaan bahasaasing dan pengembangan wawasan santri.

Pembinaan ahlaqul karimah terhadap para santri dilakukandengan banyak cara di antaranya penambahan jam mata pe-

Page 168: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

168

lajaran agama, mengaji Al Quran seusai berjamaah Subuh,istighotsah rutin setelah salat Magrib. Kegiatan ini merupakanterapi hati. Juga dapat dimanfaatkan untuk penanggulangankecanduan dan mengendalikan perilaku.

Selain itu masih ada lagi yaitu pengajian balahan (pengajianumum). Dalam balahan inilah santri sering mendapatkan na-sihat, pelajaran yang tidak didapatkan di dalam kelas. Pesertapengajian balahan tidak dibatasi umur. Jadi di situ berbaurguru dan murid, tua dan muda. Ngaji balahan adalah contohkonkret tentang belajar sepanjang hayat (long live education).

Puasa sunnah (Senin Kamis atau puasa Daud) dan salatduha sebagai proses pembinaan akhlak dan riyadah sangatdianjurkan untuk dijalankan para santri. Pembinaan akhlak disini banyak merujuk kepada kitab-kitab klasik. Dalam salahsatu kitab disebutkan betapa banyak orang yang berilmu tetapitidak mendapatkan kemanfaatan ilmu. Apa manfaat ilmu itu?Yaitu mengamalkan dan menyebarkannya. Oleh karena ituSMK PP Roudlotul Mubtadiin bertekad untuk menghadirkanpara santri yang alim (cerdas/pandai) sekaligus amil (maumelakukan) dan nasyir (mau menyebarkan). Semoga.

Testimoni

“Pendidikan yang diterapkan di SMK Roudlotul Mubtadiin, menurutsaya sebagai wali santri sangat menarik, karena setiap anak harusberada di pondok. Sebagai orangtua, saat ini sangat khawatir denganpergaulan yang terjadi di antara para remaja, sehingga saya berfikirbagaimana supaya anak saya tidak terjangkiti virus negatif yangbanyak menimpa para remaja. Memasukkan anak ke PesantrenBalekambang adalah solusi yang saya pilih. Dan ternyata tidak salahmemilih. Saya tidak khawatir lagi dengan anak saya, karena selama

Page 169: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

169

24 jam diawasi oleh pihak sekolah/pesantren.Sebagai orangtua, saya ingin anak saya menjadi anak yang taat

kepada orangtua, rajin beribadah dan tidak menjadi anak yang salahmemilih jalan. Dan di SMK Roudlotul Mubtadiin sangat menekankanakhlaq alkarimah.”

Ahmad SutiyoWali santri

“Pada waktu kami menerima peserta praktek kerja industri(prakerin) dari SMK Roudlotul Mubtadiin, kami berfikir para pesertasama saja dengan peserta prakerin dari sekolah lain. ternyata setelahpelaksanaan berjalan ada sesuatu yang berbeda, yaitu dalamkedisiplinan dan ketaatan terhadap pemilik tempat usaha. Merekadatang tepat waktu, kalau ada keperluan mereka tidak langsung pergi,tetapi meminta izin terlebih dahulu. Kemudian perilakunya juga me-nyenangkan. Mereka mau mengikuti kegiatan masyarakat setempatmisalnya jamaah shalat, mau jadi muadzin di mushala. Oleh karena itukami tidak ragu lagi ketika akan menerima peserta prakerin dari SMKRoudlotul Mubtadiin.”

WarnoPengusaha Wartronik, tempat praktik kerja santri

“Proses pembinaan kemandirian anak yang diterapkanmenyebabkan kami memercayakan anak kami untuk dididik di SMKPonpes Roudlotul Mubtadiin.”

SyafikWali murid

“Segala sesuatu harus dilakukan oleh para santri. Memasak,mencuci baju dan mengatur waktu menjadi rutinitas yang harus dijalanianak saya. Ketergantungan kepada orang lain sudah mulai berkurang.”

Imam SantosoWali murid

Page 170: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

170

Page 171: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

171

Page 172: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

172

Page 173: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

173

ekolah Menengah Kejuruan (SMK) didirikan dengan niatuntuk menghasilkan tenaga kerja terampil yang diha-rapkan siap pakai dan segera terserap ke dalam duniakerja. SMK dibangun berdasarkan kebutuhan tenaga

industri, sesuai dengan tingkat, jenis dan syarat jabatan yangdibutuhkan industri secara kualitatif maupun kuantitatif. Jadidunia SMK adalah dunia kerja.

Berbeda dengan SMA, di sekolah kejuruan porsi praktiklebih tinggi bobotnya ketimbang pelajaran teori. Hal ini jugaterlihat pada praktik pembelajaran di Sekolah Menengah Ke-juruan Negeri (SMKN) 7 Semarang. Bahkan di sini, pada satutahun terakhir para siswa full praktik (lama belajar di sekolahini empat tahun).

Tentu menyiapkan calon tenaga terampil dibutuhkan ba-

SPRAKTIK membuat kompos perlu kesungguhan.

Page 174: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

174

nyak hal. Mulai dari penyiapan kurikulum yang relevan, strategipembelajaran yang tepat, fasilitas praktik yang menunjang, gu-ru yang mumpuni, serta lingkungan dunia usaha dan duniaindustri (DU/DI) setempat yang mendukung.

SMK yang beralamat di Jl. Simpang Lima Semarang inimisalnya mengembangan berbagai strategi untuk keperluanini. Mereka menggunakan kurikulum dengan pola pendekatan

pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasisproduksi (production based training). Tetapi semua itu dirasabelum lengkap. Agar sukses memasuki dunia kerja yang kiankompetitif, dibutuhkan SDM yang punya nilai plus.

Dia tidak saja hanya cakap di bidang keahlian atau lazimdisebut hard skill, tetapi harus punya kemampuan tambahan

Page 175: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

175

yang sering kali justru lebih penting yaitu soft skill. Keahlianberkomunikasi, mengola informasi, keuletan, keluwesan me-ngatasi persoalan, hingga etos kerja yang tinggi merupakanbeberapa contoh keahlian itu.

Keterampilan soft skill sungguh dekat kaitannya dengan pen-didikan karakter. Lulusan SMK musti disiapkan bukan saja se-bagai calon tenaga kerja terampil tetapi juga tenaga kerja pro-

duktif yang berkarakter kuat, memiliki kejujuran tinggi dan ber-tanggung jawab, cerdas, peduli dan kreatif, serta berstaminadan berbudaya bersih.

Bagaimana mengembangkan pendidikan karakter yang khasuntuk siswa kejuruan? SMK yang merupakan Kelompok Tek-nologi dan Industri di Semarang ini ikut berbagi pengalaman

Page 176: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

176

Songsong Dunia KerjaPada abad 20 dunia kerja ditandai dengan produksi massal

dan terstandar untuk menurunkan ongkos produksi. Prosesproduksi semacam ini bersifat mekanistis yang memerlukantenaga kerja khusus namun kontrol tenaga kerja terbatas, sistemkendali mutu jelas, dan proses produksi harus dijauhkan darikemalasan tenaga kerja. Namun proses produksi pada abad21 telah berubah. Pasar dewasa ini bersifat fleksibel, harus dapatsegera menanggapi perubahan, dan kerja sama dalam me-nyusun ongkos merupakan kunci utama untuk dapat menangdalam persaingan. Oleh karena itu dunia kerja saat ini memer-lukan tenaga kerja yang memiliki skill yang berbeda-beda danskill yang lebih tinggi serta lebih terdidik. Pergeseran strukturtenaga kerja dalam dunia industri dewasa ini memberikan im-plikasi kepada sekolah-sekolah kejuruan.

Oleh karena itu SMKN 7 mengantisipasi dengan tiga langkahstrategis yang meliputi pengembangan kemampuan dasar siswa,kemampuan pengembangan di tempat kerja, dan mengem-bangan metoda pembelajaran yang relevan dan efektif. Pe-ngembangan pertama menyangkut pemekaran tiga keteram-pilan mendasar yaitu basic skill, thinking skill, personal skill.Basic skill meliputi keterampilan siswa dalam hal membaca danmenginterpretasikan informasi yang diterima, mampu menulisdan mengembangkan informasi, matematik dan berhitung,mendengarkan, dan berbicara.

Thinking skill terdiri dari kreativitas, pengambilan keputusan,pemecahan masalah, dan penalaran. Sedang keterampilan per-sonal mencakup kemampuan mengendalikan diri, tanggungjawab, punya harga diri, menjalin relasi sosial, dan integritasserta kejujuran.

Page 177: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

177

Sementara itu kemampuan mengembangkan di tempat ker-ja, mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi, mengor-ganisasi, merencanakan dan mengalokasi sumber-sumber,mampu bekerja sama dengan orang lain, menguasai dan me-manfaatkan informasi, memahami hubungan sosial, organisasi,dan teknologi yang kompleks dan dapat bekerja sesuai dengansistem serta menyempurnakan sistem yang ada. Selain itu jugamampu bekerja dengan berbagai teknologi, termasuk pemi-lihan, aplikasi, perawatan dan memecahkan problem.

Kegiatan praktik di SMKN yang berdiri sejak 7 Juni 1972ini dirancang dan digarap dengan sungguh-sungguh, terpadu,dan berkelanjutan. Agar efektif sistem pengelolaan penyampaianbahan pelajaran diberikan dengan pendekatan tematik dengan

PEMBINAAN karakter di antara kegiatan pembelajaran.

Page 178: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

178

mengombinasikan beberapa pokok bahasan yang bersifat lintasbidang. Pengajaran diarahkan ke model guru tim (team tea-ching) bukan lagi individual. Model pembelajaran kooperatiflebih dominan daripada pembelajaran individual.

Sebagaimana tuntutan dunia industri, di samping menguasaihard skill dalam bidangnya masing-masing, lulusan SMK jugadituntut memiliki kompetensi soft skill. Pengembangan kete-rampilan ini dikembangkan dengan selalu mendengar masuk-an-masukan dari dunia industri melalui angket kepuasan pe-langgan. Dengan soft Skill yang memadai diharapkan siswaterampil menyesuaikan diri dalam dunia kerja serta mampumengelola dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Mengingat perkembangan teknologi dewasa ini berkem-bang demikian pesat, sekolah kejuruan ini selalu mengevaluasi

Page 179: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

179

relevansi materi pelajaran dengan kebutuhan dunia kerja diluar. Sekolah perlu mengurangi materi yang “out of date” danmenambah materi-materi baru sesuai yang diperlukan olehdunia industri di masa mendatang.

Membangun jembatan antara sekolah dan dunia kerja men-jadi program prioritas sekolah. Hal ini tidak berarti bahwa teoridan sesuatu yang abstrak tidak perlu dipelajari, melainkan seba-liknya, dalam dunia yang berubah dengan cepat, semakin ba-nyak teori, konsep, dan pemahaman dimiliki oleh seseorang,semakin besar kemampuan orang tersebut untuk mentransferdan menjual skill yang dimiliki.

Aktif Praktik KerjaCiri khas pembelajaran di SMK yang menonjol adalah ada-

nya praktek kerja di dunia industri atau dunia usaha untuksiswa pada tingkat akhir. Hal ini merupakan implementasi daripembelajaran berbasis produksi. Pembelajaran ini selain me-nekankan pencapaian kompetensi yang harus dikuasai, jugamenekankan pada pemberian pengalaman belajar yang lebihbermakna melalui proses kerja yang sesungguhnya. Masing-masing jurusan memiliki institusi pasangan yang sesuai dengankompetensinya.

Kini sekolah yang dulu bernama STM Pembangunan initelah berhasil menggandeng kerja sama formal dengan ratusandunia usaha/industri yang memunyai kualifikasi nasional daninternasional. Institusi bisnis tersebut di samping digunakan se-bagai tempat praktik kerja juga berpartisipasi untuk melakukanuji kompetensi kepada siswa untuk menentukan apakah se-orang siswa sudah kompeten atau perlu diasah lagi.

Kerja sama itu bahkan sudah berkembang lebih jauh dengan

Page 180: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

180

terbentuknya pengelolaan usaha bersama antara sekolah de-ngan produsen dengan kesepakatan tertentu. Pengelolaan usa-ha ini sepenuhnya menjadi wewenang SMK setempat di bawahpengawasan dan koordinasi penyedia produk. Sebagai contoh,kini telah terpilih 32 SMK se-Indonesia sebagai perakit, distri-busi, dan pemasaran dari komputer merek tertentu yang cukupterkenal di Indonesia.

Produk komputer tersebut merupakan hasil karya SMK da-lam bidang teknologi informasi dan telah mendapatkan pe-ngakuan dari industri komputer nasional dengan merek baru.Dengan pendekatan teaching factory seperti itu, produk kom-puter tersebut ternyata justru dapat dijual dengan harga yanglebih terjangkau masyarakat luas.

Untuk memaksimalkan bidang-bidang tertentu, SMKN 7juga menjalin program kerja sama dengan lembaga-lembaga

Page 181: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

181

keterampilan tertentu yang berada dekat dengan lingkungansekolah. Pembelajaran Bahasa Inggris ditekankan pada kemam-puan berkomunikasi dengan pendekatan melalui Test of Eng-lish for International Communication (TOEIC) bekerja samadengan salah satu lembaga pendidikan bahasa.

Sekolah dengan luas areal 33.575 m2 ini memiliki 60 rom-bongan belajar dengan jumlah siswa 2.077. Sebanyak 1.573siswa (kelas X-XII) aktif belajar di sekolah, sedang sejumlah504 siswa (kelas XIII) praktik kerja industri dan bahkan sebagiansudah bekerja. Jenis kejuruan yang dikembangkan meliputiKompetensi keahlian Teknik Bangunan, Teknik Elektro, TeknikMesin, dan Teknik Informasi.

Pembinaan KarakterAda beberapa kegiatan di sekolah yang diarahkan untuk

Page 182: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

182

pengembangan karakter anak didik, di antaranya Kemah Bhak-ti Tahunan. Kegiatan rutin tahunan diikuti siswa kelas X dankelas XI. Pelaksanaannya dilakukan bersamaan dengan kelasXII dan XIII yang mengikuti Ujian Nasional. Kemah ini memilikiarti penting sebagai wadah pembinaan siswa untuk hidup man-diri, tanggung jawab, saling menghormati, dan masih banyaklagi aspek kejiwaan yang dapat dibentuk. Selama empat harikegiatan di lokasi perkemahan cukup padat mulai dari kero-

hanian, olah raga, pentas seni, hingga karya bakti denganmasyarakat sekitar.

Ada lagi program perkemahan Sabtu–Minggu (Persami).Ini salah satu bagian dari kegiatan Pramuka yang bermanfaatuntuk meningkatkan kompetensi, sehingga anak-anak dapatmeningkatkan sikap mental, disiplin, rasa percaya diri, tang-gung jawab, menghormati orang lain, dan tidak kalah pen-tingnya adalah adanya perubahan sikap dan perilaku siswamenuju kedewasaan.

Ketahanan Sekolah sering disebut dengan singkatan Han-

Page 183: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

183

sek, merupakan kegiatan pembinaan sikap mental disiplin danwajib diikuti siswa SMKN 7 Semarang. Targetnya, siswa-siswadapat menghadapi hambatan, tantangan, ancaman, dan gang-guan baik dari dalam maupun luar sekolah dan bisa mem-bedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang dihindari.Kegiatan ini hansek dipandu institusi lain yaitu TNI. Kerjasamadengan institusi militer ini sudah terjalin sejak lama dengan se-kolah.

PembiasaanPembiasaan yang dilakukan di sekolah ini merupakan per-

wujudan dari tradisi yang sudah dibangun sejak berdirinya se-kolah. Dilakukan secara terus-menerus dan senantiasa dilaku-kan perbaikan yang berkelanjutan. Adapun pembiasaan yangsampai kini konsisten dilaksanakan antara lain, siswa masuksekolah sebelum pukul 07.00, melalui pintu 2 (tersendiri). Siswapengendara sepeda motor wajib memiliki SIM dan STNK, dansaat sampai di pintu gerbang sekolah mesin motor dimatikandan dituntun sampai ke tempat parkir. Jaket/sweeter ataupun

Page 184: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

184

rompi wajib dilepas, sehingga yang tampak baju seragam se-kolah.

Membudayakan senyum antara siswa dan guru di pintumasuk. Sebelum pelajaran dimulai siswa selalu berdoa demikianjuga pada jam akhir sekolah. Siswa yang terlambat masuk se-kolah wajib mengetuk pintu untuk izin masuk/ mengikuti kegi-atan.

Pada saat upacara bendara siswa wajib memakai seragamupacara dan mengikuti dengan tertib dan hikmat. Pada saatupacara hari Senin senantiasa digaungkan semboyan “Tiadahari tanpa prestasi” sebagai upaya sekolah untuk memberikanmotivasi agar warga sekolah berusaha berprestasi. Seusai upa-cara diumumkan prestasi yang diraih siswa serta penyerahanpiala dari para juara kepada kepala sekolah. Hal ini diharapkanmampu menumbuhkan kebanggaan pada siswa yang telahberprestasi maksimal dan memberikan dorongan pada siswayang masih belum mendapatkan juara.

Pembiasaan juga diterapkan pada saat pelajaran praktik, se-bab ini berkait dengan penanaman sikap profesional dalambekerja, termasuk menyangkut keselamatan kerja. Pelajaranpraktik memberi pengalaman nyata memasuki dunia kerja yangsesungguhnya, dengan menggunakan benda kerja yang sebe-narnya.

Maka kepada siswa benar-benar ditanamkan disiplin, tang-gung jawab, kerja sama, dan konsentrasi penuh, karena sekecilapapun kesalahan dalam dunia kerja tentu akan ada dampaknya.Dengan berbagai pembiasaan tersebut masing-masing individuakan memiliki modal untuk mencari lapangan kerja yang sesuai.Di samping itu diharapkan mampu mendorong lulusan SMKuntuk berani menjadi wirausaha muda yang tangguh.

Page 185: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

185

Taat Prosedur OperasionalSetidaknya ada tiga hal pokok yang menjadi prioritas berkait

dengan penyiapan tenaga terampil di sekolah ini yaitu masalahstandard operational procedur (SOP), keselamatan kerja, danteam work. Taat SOP adalah kata kunci. Selama proses praktikkerja siswa wajib tunduk kepada prosedur. Berbagai tulisanstandar operasi terpampang di dinding ruang praktik dan tem-pat terbuka lainnya.

Bila kondisi awal ruang kerja terlihat rapi maka selesai bekerjakondisi akhir ruangan harus rapi kembali. Letakkanlah semuaperalatan kerja pada tempatnya. Sebelum bekerja, siswa me-meriksa peralatan (tools) dengan mengisi checklist.

Kalau dijumpai ada peralatan yang kurang maka siswa harusmencatat dan segera melaporkan kepada guru atau supervi-sor. Kehilangan barang merupakan tanggung jawab kelompoksiswa yang praktik pada jam atau hari sebelumnya. Dengandemikian terjadi mekanisme tanggung jawab kerja yang be-rangkai, antara kelompok siswa dengan kelompok siswa lain-nya.

Semua kegiatan yang melanggar SOP adalah pelanggaran,dan itu indikasi nyata bahwa yang bersangkutan belum ber-kompeten. Pada saat praktik kerja, misalnya menyervis mobil,siswa dibiasakan mencatat barang-barang konsumen yang di-tinggal di dalam mobil. Ada STNK dan dompet di dalam laci,ada buku dan tas di bangku mobil dan lain-lain. Catatan ituditandatangani oleh konsumen. Ini melatih tanggung jawabprofesi sekaligus kejujuran siswa.

Kemudian soal keselamatan kerja. Seringkali kecelakaan ker-ja terjadi berawal dari kelalaian manusia (human error). Makahal itu harus dieleminasi dengan cara taat SOP seperti selalu

Page 186: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

186

mengenakan kacamata bila hendak mengelas. Kompresor ha-rus selalu dipantau, bila tabung penuh harus segera dimatikanagar tidak sampai meledak. Siswa dilarang mengenakan ka-lung tatkala praktik di bengkel sebab logam tersebut merupa-kan penghantar listrik yang kuat, yang bisa memancing kece-lakaan kerja.

Keterampilan individual memang penting tetapi kemam-puan bekerja dalam tim (team work) lebih penting. Pembiasaankerja tim terlihat pada penugasan-penugasan. Satu kelompoksiswa menggarap proyek bersama dengan menggunakan satualat secara bersama-sama, seperti membuat presisi baut hinggamenyervis mobil. Kerja tim haruslah solid.

Pekerja tidak boleh egois, sebab sikap ini kerap menjadibiang kecelakaan dan ketidakprofesionalan. Egois cenderungmembentuk kepercayaan diri yang berlebihan dan enggan me-nerima masukan orang lain. Dia lalu berani menyiasati SOP,seperti tidak segera mengganti suku cadang mesin yang rusak,tetapi “mengakali” dengan mengutak-atik suku cadang yangrusak tersebut sampai berfungsi lagi. Padahal tindakan yangkelihatan “cerdik” ini justru riskan dan membahayakan jiwaorang lain. Sekecil apapun kesalahan dalam dunia kerja tentuakan ada dampaknya.

Ringkasnya, penanaman sikap profesional dalam bekerja,termasuk menyangkut keselamatan kerja, menjadi acuan se-kolah. Kepada siswa benar-benar ditanamkan disiplin, tang-gung jawab, kerja sama, dan konsentrasi penuh. Dengan ber-bagai pembiasaan tersebut siswa memiliki modal untuk mencarilapangan kerja yang sesuai. Di samping itu diharapkan mampumendorong lulusan SMK untuk berani menjadi wirausaha mu-da yang tangguh.

Page 187: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

187

“Saya melihat kedisiplinan sudah tertanam di siswa SMKN 7 Semarang.Itu terlihat dari cara mereka masuk kantor tepat waktu, bekerja sesuaiprosedur operasional. Pelanggan saya mengaku puas walaupundilayani siswa OJT atau siswa praktik. Katnya, hasilnya sama denganpelayanan yang diberikan pegawai tetap bengkel kami.”

Beni Morthe DinataKepala Bengkel Nasmoro, Kaligawe

Testimoni

Page 188: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

188

Page 189: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

189

Page 190: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

190

Page 191: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

191

endidikan di dunia, termasuk di Indonesia, melakukanpembaharuan pendidikan dengan menengok dan ak-hirnya mengambil pola pendidikan negara-negara ma-ju. Bagaimanakah sebetulnya potret sekolah di negara-

negara Barat? Profesor Svi Shapiro dari University of NorthCarolina meninjau kembali situasi pendidikan di Amerika dalamLosing Heart: The Moral and Spiritual Miseducation of Ame-rica’s Children.

Ia menyaksikan sekolah-sekolah yang bersaing keras satusama lain demi mencapai kualifikasi tertinggi sesuai denganalat ukur yang ditetapkan pemerintah; ruang-ruang kelas yanglebih mirip pabrik untuk memproduksi sumber daya manusiayang akan dijual di pasar tenaga kerja; guru-guru yang sibukmempersiapkan, melaksanakan, dan memeriksa hasil tes yangmakin lama makin canggih; para siswa yang mengarahkan se-luruh perhatiannya untuk lulus dalam tes-tes itu dengan ukurandan kelulusan yang makin lama makin berat; orangtua yangmemberikan wejangan “Belajarlah yang rajin, dapatkan nilaiyang tinggi”, bukan lagi “Belajarlah yang rajin, jadilah orangyang bijak bestari”.

Pendidikan sudah berubah menjadi sekadar bersekolah.Guru tidak lagi mendidik, ia hanya mengajar. Murid tidak lagitumbuh, ia hanya belajar. Suasana sekolah yang menyenang-kan, menggairahkan, dan mengesankan telah digantikan oleh

P

Page 192: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

192

situasi yang menegangkan, melumpuhkan, dan membo-sankan. Dari lembaga-lembaga pendidikan, keluarlah orang-orang yang mengubah kearifan menjadi informasi, masyarakatmenjadi pasar, agama menjadi komoditas, politik menjadi re-kayasa, dan kesetiakawanan menjadi nepotisme.

Semuanya itu terjadi karena pendidikan telah kehilanganjiwanya, telah dilepaskan dari esensinya. “Education worthyof the name is essentially education of character,” kata MartinBuber. Tujuan pembelajaran ialah menghasilkan pelajar yanglulus dalam ujian sekolah. Tujuan pendidikan ialah menghasil-kan anak didik yang lulus dalam ujian kehidupan. Hasil belajaradalah pengetahuan. Hasil pendidikan adalah karakter.

“The dimensions of character are knowing, loving, and do-ing the good,” kata Thomas Lickona. Saya yakin bahwa parapendidik bangsa ini dahulu mendirikan sekolah agar anak-anakdidik mereka mengetahui yang baik, mencintai yang baik, danmengamalkan yang baik. Bersama mereka, kami membangunsebuah sekolah kecil dengan cita-cita besar, SMA Plus Muthah-hari untuk “mengembangkan intelijensi, kreativitas, dan akhlak”.

Sekarang ini, bersama Kementerian Pendidikan, kami berga-bung dengan seluruh lembaga pendidikan di Indonesia, me-lancarkan bahtera dengan mengibarkan bendera “membangunkarakter dan budaya bangsa.” Jauh dalam ufuk kerinduankami, anak-anak didik kami bersimpuh di depan Ibu Pertiwi,menangis pilu, bukan karena tidak lulus ujian, tetapi karenamereka menggumamkan, “Kulihat Ibu Pertiwi... sedang ber-susah hati...”.

Penulis adalahPakar komunikasi

Page 193: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

193

etelah membaca berbagai kiprah dan model pembela-jaran bermuatan pendidikan karakter di 10 sekolah con-toh, yang disajikan pada halaman-halaman sebelumnya,kita mendapat gambaran nyata dan boleh jadi memetik

beberapa manfaat. Kisah dan pengalaman mereka dapat mem-beri inspirasi dan menggerakkan semangat, dan mungkin me-nyulut penyadaran baru yang memungkinkan kita berseru, “Wah, kalau cuma gitu kami juga bisa”. Lalu muncullah hasratuntuk mewujudkannya.

Best practices tersebut setidaknya telah memberi panduan

S

WALIMURID salah satu pilar penyangga pendidikan karakter.

Page 194: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

194

konkret bahwa sesungguhnya pendidik karakter dapat dite-rapkan secara realistis, menyenangkan, dan murah. Bahkanpada beberapa jenis kegiatan ternyata gratis. Justru yang dibu-tuhkan adalah kreativitas, komitmen, dan perencanaan yangsistematik. Ambil misal kegiatan bersalaman dengan siswa digerbang sekolah adalah kegiatan sederhana, segera dapat di-tiru, tetapi pengaruhnya luar biasa. Anak merasa disambut danmereka jadi berpakaian rapi agar tidak ditegur guru. Berdasarpantauan jumlah murid terlambat bisa menurun dengansendirinya.

Secara umum terlihat kegiatan pendidikan karakter di 10sekolah tersebut dilaksanakan dalam tiga ranah. Pertama pe-ngembangan nilai-nilai pokok karakter yang diintegrasikan kedalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di dalam kelas.

Ranah kedua, memadukan pendidikan karakter dengan ak-tivitas ko-kurikuler yaitu kegiatan belajar di luar kelas yang ter-kait langsung pada suatu materi dari suatu mata pelajaran, jugakegiatan ektrakuriluler, serta program-program khusus sepertiperkemahan atau menggelar pameran di sekolah. Bahkan,ranah ketiga, ada juga yang sudah mulai melibatkan wali mu-rid untuk ikut membangun pembiasaan yang selaras denganyang dikembangkan di sekolahan.

Walimurid diminta mencatat atau “sekadar” memberi con-treng, buku penghubung tentang berbagai kebiasaan yang te-lah dilakukan anak saat di rumah. Juga ada sekolah yang intensifmengadakan pertemuan dengan wali murid (parenting forum)untuk menyamakan persepsi dan memaksimalkan bimbingankarakter terhadap anak didik. Namun dari segi porsi, secaraumum sekolah-sekolah tersebut masih dominan menggarappendidikan karakter di lingkungan kelas dan seputar halaman

Page 195: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

195

sekolah.Padahal pembudayaan dan pembiasaan karakter, sebagai-

mana diuraikan pada bagian prolog, selain dikembangkan didalam kelas memang harus dikembangkan melalui budaya se-kolah, kegiatan ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler, serta da-lam kegiatan keseharian di rumah. Secara diagram dapat di-lukiskan seperti pada gambar di halaman ini.

Tantangan ke depan kita bersama adalah bagaimana kegi-atan pendidikan karakter yang sudah mulai intensif dilaksana-kan di sekolah-sekolah itu, juga mendapat proses penguatan(reinforcement) dari lingkungan keluarga dan masyarakat.Sehingga berbagai perilaku yang dikembangkan di sekolah jugamenjadi kegiatan keseharian di rumah maupun di lingkunganmasyarakat masing-masing.

Dalam konteks masyarakat secara nasional, kerja sama lintassektoral sangat penting dalam mendukung keseluruhan prosespendidikan karakter sebagai suatu gerakan nasional. Syukurlahbeberapa kementerian aktif terlibat yaitu Kementerian

Penerapan pembiasaankehidupan keseharian dirumah yang sama dengandi satuan pendidikan

Integrasi ke dalam kegiatanEkstrakurikuler PramukaOlahraga, Karya Tulis, Dsb.

Pembiasaan dalam kehidupankeseharian di satuan pendidikan

KBM DIKELAS

BUDAYA SEKOLAHKEGIATAN KEHIDUPANKESEHARIAN DISATUAN PENDIDIKAN

KEGIATANEKSTRAKURIKULER

Integrasi ke dalam KBMpada setiap Mapel

KEGIATANKESEHARIANDI RUMAH

Page 196: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

196

Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Politik Hukumdan Keamanan, Kementerian Dalam Negeri, KementarianPendidikan Nasional, Kementerian Agama, KementerianKeuangan, Kementerian Komunikasi dan Informatika,Kementerian Perhubungan dan Pariwisata, KementerianPemuda dan Olahraga, serta Kementerian Peranan Wanita dankementerian lain terkait.

Pendidikan karakter setidaknya dapat dilaksanakan melaluidua cara yaitu, proses intervensi dan pembiasaan. Prosesintervensi dikembangkan dan dilaksanakan melalui kegiatanbelajar mengajar yang sengaja dirancang untuk mencapai tu-juan pembentulkan karakter dengan menerapkan berbagai ke-giatan terstruktur. Dalam proses pembelajaran tersebut guru

KEGIATAN bersama walimurid dengan sekolah, menunjang pembinaan karakter.

Page 197: Buku Pendidikan Karakter Hlm 1-197

197

sebagai pendidik yang mencerdaskan dan mendewasakan dansekaligus sebagai sosok panutan.

Sedang lewat proses pembiasaan diciptakan dan ditumbuh-kembangkan aneka situasi dan kondisi yang berisi aneka pe-nguatan yang memungkinkan siswa di sekolah, di rumah, dandi lingkungan masyarakatnya membiasakan diri berperilakusesuai nilai yang diharapkan.

Siswa juga didorong untuk menjadikan perangkat nilai yangtelah diinternalisasi dan dipersonalisasi melalui proses olah hati,olah pikir, olah raga, dan olah rasa dan karsa itu sebagai karakteratau watak. Inilah proses pembudayaan dan pemberdayaannilai yang dikembangkan secara sistemik, holistik, dan dinamis.

Tentu butuh kesungguhan, kerja keras, dan proses panjanguntuk mewujudkannya. Semoga di masa mendatang, kita se-bagai orangtua bisa duduk tenang bahkan berbangga, mana-kala menyaksikan keberadaan generasi penerus yang berka-rakter kuat dan mampu menghadapi tantangan pada zaman-nya. (*)