LAPORAN AKHIR TAHUN -...
Transcript of LAPORAN AKHIR TAHUN -...
LAPORAN AKHIR TAHUN
PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI SEBESAR 30% MELALUI INTENSIFIKASI DAN INTEGRASI TERNAK DAN
TANAMAN DI PROVINSI BENGKULU
Tim Pengkaji:
Dedi Sugandi Wisri Puastuti Harwi Kusnadi
Yahumri Yulie Oktavia
Kementerian Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU Jl. Irian KM 6,5 Bengkulu 38119 Telp. (0736) 23030 Fax (0736) 23030
E-mail: bptp-bengkulu@litbang/deptan.go.id
2011
Kode Registrasi :633996-2010-4.3-6
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul : Peningkatan Pendapatan Petani Sebesar 30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan Tanaman di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu. 3. Alamat Unit Kerja : Jalan Irian Km 6,5 Bengkulu 38119 4. Sumber Dana : DIPA BBP2TP TA. 2011 5. Status Kegiatan : Baru 6. Penanggung Jawab
a. Nama : Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP b. Pangkat/golongan : Pembina Utama/IVb c. Lokasi : Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
7. Agroekosistem : Lahan Kering Dataran Rendah Iklim Basah
8. Jangka Waktu : 1 (satu) tahun 9. Tahun dimulai : 2011 10. Biaya : Rp. 88.534.000 (Delapan Puluh Delapan Juta Lima Ratus Tiga Puluh Empat Ribu Rupiah).
Mengetahui Kepala Balai,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
Penanggung Jawab Kegiatan,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga laporan akhir tahun ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Biaya Pengkajian Kompetitif ini bersumber dari Satker Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, dengan
tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sebesar 30% melalui intensifikasi
dan integrasi ternak dan tanaman. Laporan ini berisi tentang hasil kegiatan dari
awal hingga akhir kegiatan dan dibuat sebagai wujud pertanggung jawaban
pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Balai.
Akhirnya Kami sampaikan terima kasih kepada Kepala Balai yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyempurnaan penulisan laporan ini,
serta kepada semua pihak yang telah mendukung dan bekerjasama dalam
kegiatan pengkajian ini, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami
harapkan.
Bengkulu, Desember 2011 Penanggung jawab,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MP NIP. 19590206 198603 1 002
iv
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR JUDUL ...................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii KATA PENGANTAR .................................................................................. iii DAFTAR ISI ............................................................................................ iv DAFTAR TABEL ....................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi I. PENDAHULUAN ....................................................... ..................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2. Tujuan .................................................................................... 3 1.3. Keluaran ................................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4 III. METODE PELAKSANAAN......... ........................................................ 6
3.1. Waktu dan Lokasi Kegiatan ...................................................... 6 3.2. Metode Pengkajian Percobaan....................................... .......... 6 3.3. Pengamatan Data...................................... ............................. 7 3.4. Analisis Data..................................................... ...................... 7
IV. HASIL dan PEMBAHASAN …………… ................................................. 8 4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian ................................................ 8
4.2. Optimasi Pemanfaatan Limbah Tanaman Sawit untuk Pakan .................................................................................... 9 4.3. Peningkatan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Melalui Penggunaan Kompos .............................................................. 10 4.4. Peningkatan Pendapatan Petani ............................................... 12
V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 12 5.1. Kesimpulan ............................................................................. 12 5.2. Saran. .................................................................................... 12 VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN.. ........................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian ternak sapi. ..................... 6
2. Komposisi pupuk pada pengkajian tanaman kelapa sawit. .................... 7
3. Jumlah dan rata-rata pertambahan berat badan sapi per Perlakuan ......................................................................................... 9
4. Jumlah dan rerata berat TBS setiap pengamatan per perlakuan ............ 10
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil uji varian terhadap peubah pertambahan berat badan sapi. .......... 17
2. Hasil uji varian terhadap peubah produksi TBS pada tanaman sawit. ..... 18
3. Data hasil penghitungan berat badan sapi per perlakuan....................... 19
4. Data jumlah dan rata-rata hasil penghitungan pertambahan berat badan sapi per perlakuan.. .................................................................. 20
5. Data jumlah dan rata-rata produksi TBS sawit per perlakuan ................. 21
6. Foto-foto kegiatan “Pengkajian Peningkatan Pendapatan Petani Sebesar 30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan Tanaman di Provinsi Bengkulu” .......................................................................... 24
7. Data curah hujan harian di Pos Hujan Sukaraja Januari-Oktober 2011 .................................................................................................. 26
vii
RINGKASAN
Perkembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia menunjukkan hal yang kurang menggembirakan, sehingga produksi daging dan susu nasional saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhambatnya pengembangan populasi ternak ruminansia di Indonesia adalah semakin terbatasnya lahan pertanian, baik sebagai basis pengembangan ternak maupun sebagai sumber pakan hijauan, sehingga jumlah dan nilai gizi pakan yang diberikan peternak belum mencukupi kebutuhan gizi, sehingga penampilan sapi belum sesuai dengan potensi genetiknya. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan, perkembangannya cukup pesat terutama di Sumatera dan Kalimantan. Kelapa sawit menghasilkan produk samping baik dari lapangan maupun pabrik yang bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Pengertian Intensifikasi disini adalah mengintensifkan pemeliharaan kelapa sawit dengan memberikan pupuk kimia dan pupuk organik secara teratur, sedangkan untuk sapi diberikan pakan tambahan sehingga tidak hanya mengandalkan rumput alam. Integrasi disini adalah mengintegrasikan pemeliharaan kelapa sawit dan sapi dalam kegiatan terpadu dimana sapi diberi pakan tambahan yang berasal dari limbah pabrik kelapa sawit (solid) sedangkan kelapa sawit dipupuk dengan kotoran sapi yang sudah dikomposkan. Pengkajian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai pakan tambahan untuk ternak ruminansia (sapi) yang dapat meningkatkan tambahan berat harian sehingga meningkatkan pendapatan petani lebih cepat dibanding bila sapi hanya diberi pakan tradisional berupa pakan hijauan alami. Pengkajian ini merupakan kegiatan integrasi sapi dan kelapa sawit dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 (tiga perlakuan) yaitu: diberi pakan rumput lapangan+solid 2,5% berat badan, pakan rumput lapangan 50%+pelepah sawit 50%, dan pakan rumput lapangan 50%+pelepah sawit 50%+solid 2,5% berat badan dengan 4 (empat) ulangan. Sebagai kontrol sapi diberi pakan rumput lapangan saja. Sedangkan tanaman kelapa sawit dirancang 2 (dua perlakuan) yaitu: pupuk NPK 75%+kompos 25% dan NPK 50%+Kompos 50%, sedangkan kontrol dengan aplikasi pemupukan NPK 100%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan sapi perlakuan A, B, C, dan D masing-masing 0,584 kg, 0,411 kg, 0,425 kg, dan 0,667 kg. Pertambahan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada perlakuan B (0,411 kg/hari). Sedangkan rata-rata produksi TBS tanaman kelapa sawit perlakuan A, B, dan C masing-masing, 1.828,5 kg/ha/panen, 1.667,5 kg/ha/panen, dan 1.667,5 kg/ha/panen, tertinggi pada perlakuan A dan terendah pada perlakuan B dan C. Tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada sapi dan sawit.
Kata kunci: intensifikasi, integrasi, sapi, kelapa sawit, limbah.
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia selama periode 2000–2008
mencapai rataan 1,36% per tahun, populasi Indonesia mencapai lebih dari 228
juta jiwa dengan rataan kepadatan mencapai 123 jiwa per km2 (BPS, 2008).
Pertambahan populasi menuntut ketersediaan pangan yang memadai, termasuk
produk peternakan (daging dan susu). Disisi lain pertumbuhan ternak ruminansia
cenderung melambat (6-8%) per tahun. Sumbangan peternakan terhadap
pengadaan daging nasional pada tahun 2002 adalah 1,9 juta ton, sementara
kebutuhan pada tahun yang sama 1,95 juta ton (Direktorat Jenderal Bina
Produksi Peternakan, 2003). Dari angka tersebut terlihat ada kekurangan daging
yang perlu diimpor. Kondisi tersebut tidak dapat dipertahankan dan perlu diambil
langkah-langkah untuk mengatasinya.
Integrasi usaha peternakan dengan tanaman perkebunan kelapa sawit
memberikan dampak yang sangat besar, terutama dalam memperbaiki
manajemen pengelolaan perkebunan kelapa sawit dan pengelolaan sapi yang
efektif untuk peningkatan produktivitasnya (Zainudin dan Zahari, 1992; Damanik,
1994). Integrasi tanaman kelapa sawit dan ternak sapi yang dikembangkan oleh
PT. Agricinal di Bengkulu memberi manfaat dan nilai tambah bagi karyawan
maupun petani plasma yang dibinanya. Disisi lain integrasi tanaman kelapa sawit
dan sapi membuka peluang pengembangan agribisnis ternak sapi dan
perkebunan sawit yang dapat menjadi sentra bibit sapi dan industri jagung.
Dalam jangka panjang hal ini akan mengurangi ketergantungan Indonesia
terhadap impor dan sapi bakalan terutama dari negara Australia yang pada tahun
2003 mencapai sekitar 400 ribu ekor (Puslitbangnak, 2003), member peluang
untuk terciptanya lapangan kerja, meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
serta menjaga kelestarian lingkungan melalui pemanfaatan limbah kebun dan
pabrik secara optimal ( Soentoro dan Azmi, 2003).
Data tahun 2007 Provinsi Bengkulu mempunyai luas tanaman kelapa
sawit rakyat telah mencapai 105.854 ha dengan produksi 1.126.856 ton tandan
buah segar (TBS). Petani memakai pupuk Phonska dan dolomite serta pupuk
2
kandang yang didatangkan dari provinsi tetangga (Sumatera Barat). Sedangkan
jumlah ternak sapi di Provinsi Bengkulu 2009 sebanyak 97.500 ekor. Sapi potong
merupakan salah satu komoditas unggulan yang dapat memenuhi kebutuhan
protein hewani dan telah berkembang di Kabupaten Seluma. Populasi sapi di
Kabupaten Seluma tahun 2009 mencapai 16.000 ekor. Ketersediaan pakan
untuk kecukupan konsumsi selama terjadinya proses perkembangan dan
penggemukan ternak sapi juga harus terpenuhi dan belum berbasiskan
sumberdaya lokal, begitu juga dengan penggalian sumber pakan lokal terutama
untuk sapi potong belum dilakukan secara maksimal. Sehingga penyediaan
hijauan untuk kebutuhan ternak sapi semakin terbatas dan perlu didukung
dengan pemberian pakan melalui pengoptimalan pemanfaatan limbah tanaman
sebagai salah satu bahan penyusun pakan yang dapat meningkatkan
produktivitas ternak selain pemberian hijauan. Selama ini petani mengandalkan
rumput alam yang terdapat disekitar desa dengan disabitkan. Pelepah sawit
merupakan sumber pakan yang belum dimanfaatkan secara optimal. Solid dalam
bahasa jawa disebut ” blondho sawit ” adalah limbah padat hasil samping
prosesing pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi minyak
mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Bentuk dan konsistensinya
seperti ampas tahu namun berwarna coklat gelap, berbau asam-asam manis,
masih mengandung minyak CPO sekitar 1,5%. Pemanfaatan limbah industri sawit
berupa solid sebagai pakan ternak sapi memberikan hasil positif dan memberikan
peluang kepada masyarakat yang memelihara ternak sapi untuk memanfaatkan
solid bagi kecukupan dan kebutuhan pakan ternak sapinya. Akan tetapi solid
masih belum banyak dimanfaatkan untuk pakan sapi, terbukti masih banyaknya
solid yang dibuang oleh pabrik pengolahan kelapa sawit.
Limbah ternak berupa kotoran sapi belum dimanfaatkan secara efektif
untuk memupuk tanaman sawit karena petani lebih menyukai pupuk kimia yang
praktis dan mendatangkan hasil yang lebih baik. Apabila hal ini berlangsung
terus-menerus akan mengakibatkan tanah menjadi kehilangan unsur hara dan
menjadi gersang, sehingga perlu ada upaya perbaikan antara lain dengan
penambahan kompos dari kotoran sapi di lahan tanaman kelapa sawit.
3
Pengkajian intensifikasi dan integrasi ternak dengan tanaman sawit
diharapkan dapat diperoleh manfaat ganda melalui pemanfaatan pupuk kandang
untuk tanaman sawit dan optimasi penggunaan limbah tanaman sawit dalam
bentuk pelepah daun sawit dan solid untuk pakan. Dampak dari manfaat ganda
tersebut akan diperoleh peningkatan produktivitas tanaman maupun ternak yang
berujung pada efesiensi penggunaan input dan meningkatnya pendapatan
petani.
4
I. TINJAUAN PUSTAKA
Sapi potong sebagai ternak ruminansia, kebutuhan dasarnya yang utama
adalah pakan sumber serat, yang umumnya berasal dari pakan hijauan alam.
Sapi memiliki kemampuan untuk mengolah bahan pakan yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh manusia menjadi produk sumber pangan dan sandang seperti
daging dan kulit (Mathius, 2009).
Perkembangan kelapa sawit yang pesat di Indonesia didukung oleh
kondisi tanah dan iklim yang memang sesuai untuk tanaman kelapa sawit yang
merupakan salah satu keuntungan komparatif Indonesia dalam mengembangkan
perkembangan dan industri minyak kelapa sawit (Elizabeth dan Ginting, 2003).
Kebun kelapa sawit menghasilkan hasil sampingan berupa pelepah
beserta daun serta limbah pabrik berupa solid dan tandan kosong. Produk utama
proses ekstraksi buah kelapa sawit (crude palm oli/CPO), sementara hasil ikutan
yang diperoleh berupa tandan kosong, serat perasan, sapi dan sawit (solid), dan
sapi dan sawit kering (solid heavy phase) berwarna kecoklatan yang dihasilkan
dari cairan limbah sawit dengan menggunakan filter membran keramik dengan
maksud meminimalkan polusi limbah cair dari industri kelapa sawit yang
mencemari lingkungan (Sinurat et al., 2008). Liwang (2003) melaporkan bahwa
produksi minyak sawit yang dihasilkan adalah 4 ton per tahun. Jumlah tersebut
diperoleh dari + 16 ton tandan buah segar (TBS) (Jalaluddin et al., 1991). Dari
setiap 1.000 TBS diperoleh hasil ikutan sejumlah 230 kg tandan kosong, 294 kg
lumpur sawit dan 180 kg serat perasan. Jumlah produk samping tanaman dan
hasil ikutan olahan kelapa sawit tersedia dalam jumlah yang banyak dan belum
dimanfaatkan secara optimal (Mohammad et al., 1986), khususnya sebagai
bahan dasar ransum ruminansia (Jalaluddin et al., 1991b; Noel, 2003).
Kandungan nutrisi Solid berdasarkan hasil analisis proksimat laboratorium nutrisi
ternak Fakultas Peternakan Universitas Bengkulu, adalah berupa; Bahan Kering
(BK) 49,57%., Protein Kasar (PK) 10,16%., Lemak Kasar (LK) 12,90%., Serat
Kasar (SK) dan Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) sebesar 23,17%.
Hasil pengamatan pada PT. Agrisinal menunjukkan bahwa setiap pohon
kelapa sawit TM dapat menghasilkan 22 pelepah per tahun (Diwyanto et al.,
5
2004) dengan rataan berat pelepah per buah mencapai 7 kg. Jumlah ini setara
dengan 20 ribu kg (22 x 130 pohon x 7 kg) pelepah segar yang dihasilkan dalam
satu tahun untuk setiap satu hektar kebun kelapa sawit. Jumlah ini diperoleh
dengan asumsi bahwa semua bagian pelepah dapat dimanfaatkan dan total
bahan kering yang dihasilkan dalam setahun 5.214 kg. Dengan asumsi bahwa
luas perkebunan kelapa sawit yang telah berproduksi 5 juta ha (Sekretariat
Direktorat Jenderal Perkebunan, 2008), maka jumlah bahan kering pelepah yang
tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber pakan serat/hijauan adalah
sejumlah 26,4 juta ton. Komposisi nutrisi pelepah sawit berdasarkan hasil analisis
laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Departemen Peternakan FP USU (2005),
adalah berupa; Protein Kasar (PK) 6,5%., Lemak Kasar (LK) 4,47%., Serat Kasar
(SK) 32,55%, Bahan Kering (BK) 93,4%, TDN 56%. Dilihat dari kandungan serat
kasar, maka pelepah daun sawit dapat dijadikan sebagai sumber pengganti serat
kasar. Pelepah daun sawit dapat menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa
mengurangi laju pertumbuhan bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Pelepah
dapat diberikan dalam bentuk segar atau diproses terlebih dahulu menjadi silase
(Siti, 2011).
Menurut Mathius et al., (2003) menyatakan bahwa kurangnya jumlah dan
nilai gizi yang diberikan petani menyebabkan pertumbuhan sapi tidak dapat
berkembang sesuai dengan potensi genetiknya. Selanjutnya Wan Zahari et al.,
(2003) melaporkan bahwa pemberian pelepah sebagai bahan dasar pakan untuk
jangka waktu yang panjang menghasilkan kualitas karkas yang baik.
6
II. METODOLOGI PELAKSANAAN
3.1. Waktu dan Lokasi Pengkajian
Kegiatan pengkajian integrasi sapi dan kelapa sawit dilaksanakan di Desa
Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Waktu pelaksanaan pengkajian dimulai Bulan September 2011 sampai Desember
2011.
3.2. Metode Pengkajian Percobaan
Pengkajian intensifikasi dan integrasi ternak dan tanaman menggunakan
ternak sapi Bali jantan dan tanaman kelapa sawit (Gambar 2). Hal ini didasarkan
pada hasil penelitian sebelumnya dimana sapi tersebut telah lama beradaptasi
dengan lingkungan setempat dan digunakan untuk berbagai program
pengembangan ternak sapi di Provinsi Bengkulu.
Integrasi sapi dan kelapa sawit diawali dengan pengkajian optimasi
pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan sapi yang dirancang melalui
pendekatan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan tiga jenis perlakuan dan
diulang sebanyak 4 ulangan. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian
tersebut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi pakan perlakuan pada pengkajian ternak sapi.
No Perlakuan
Pakan Rumput
Lapangan (%) Pelepah
Sawit (%) Solid
(% Berat Badan)
1. A 100 - 2,5 2. B 50 50 - 3. C 50 50 2,5 4. D (Kontrol) 100 - -
Jumlah pakan yang diberikan setiap hari sebanyak 10% dari berat badan
sapi. Sedangkan pakan tambahan diberikan dalam bentuk solid. Masing-masing
perlakuan dilaksanakan oleh 4 petani kooperator. Jadi, jumlah petani kooperator
sebanyak 16 orang.
Kegiatan kedua adalah peningkatan produktivitas kelapa sawit melalui
penggunaan pupuk kompos dari kotoran ternak sapi. Rancangan pengkajian
seperti berikut : Tanaman kelapa sawit yang dimiliki petani kooperator diberi
7
perlakuan pupuk kompos secara bertingkat yang dikombinasikan dengan pupuk
kimia dengan rancangan pengkajian seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi pupuk pada pengkajian tanaman kelapa sawit.
No Perlakuan Pupuk Pupuk NPK (%) Kompos Kotoran Sapi (%)
1. A 75 25 2. B 50 50 3. C (Kontrol) 100 0
3.3. Pengamatan Data.
Pengamatan ternak sapi Bali dilakukan terhadap data pertambahan bobot
badan harian (PBBH) (Lampiran 3). Untuk mendapatkan data tersebut, dilakukan
pengukuran panjang badan dan lingkar dada dengan menggunakan alat ukur
yang dapat dikonversi terhadap bobot badan ternak (lampiran 4). Pengamatan
tanaman sawit dilakukan pada produksi kelapa sawit. Data yang diambil
merupakan hasil penimbangan panen sawit yang dilakukan setiap 20 hari sekali,
kemudian dibandingkan pada masing-masing perlakuan (Lampiran 5).
Pengamatan dirancang selama 4 bulan.
3.4. Analisis Data.
Analisis data untuk perlakuan dilakukan dengan uji statistik beda nyata,
menggunakan analisis uji lanjut DMRT dan juga ditampilkan analisis secara
deskriptif. Analisis pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih dari
penerimaan dan pengeluaran kedua jenis usaha dalam jangka waktu satu
periode pemeliharaan ternak sapi dan untuk kelapa sawit dilakukan selama satu
tahun pemeliharaan.
8
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Lokasi Pengkajian.
Desa Lokasi Baru merupakan desa baru hasil pemekaran dari Desa Talang
Benuang di Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma. Luas wilayah Desa
Lokasi Baru mencapai 503 ha dengan topografi dataran. Perbatasan desa di
sebelah utara dengan Desa Talang Benuang, sebelah timur dengan Desa Suka
Maju, sebelah selatan dengan Desa Dermayu dan sebelah barat dengan Desa
Suka Sari. Jumlah penduduk Desa Lokasi Baru 2010 mencapai 1.453 jiwa dengan
713 KK. Dari 503 ha seluas 232 ha dimanfaatkan sebagai lahan pertanian
persawahan, perkebunan karet dan sawit serta lahan tidur, 155 ha digunakan
sebagai pemukiman dan 166 ha lain-lain. Iklim dalam setahun ada 2 macam
yaitu kemarau dan hujan.
Wilayah Desa Lokasi Baru terdiri dari 2 dusun yaitu Dusun Sumber Rukun
dan Dusun Sumber Rejo. Mata pencaharian penduduk desa antara lain petani,
pedagang, buruh tani, PNS, honorer, guru, dan tenaga medis. Desa Lokasi Baru
juga dikenal dengan ternaknya antara lain ayam/itik dengan jumlah 890/150
ekor, kambing 140 ekor, sapi PO 105 ekor dan sapi Bali 175 ekor.
Ternak sapi menjadi andalan bagi masyarakat Desa Lokasi Baru untuk
meningkatkan kesejahteraan. Hal ini ditunjukkan dengan seringnya sapi keluar
masuk desa baik bangsa sapi PO maupun Bali. Pemeliharaan sapi ditujukan
untuk pengembangan dan penggemukan. Kandang dibuat terpisah dengan
rumah penduduk. Sapi dikeluarkan dari kandang pada siang hari dan masuk
kandang lagi pada malam hari. Pakan yang diberikan berupa rumput lapang.
Sedangkan pakan tambahan yang diberikan berupa dedak padi dan solid. Akan
tetapi intensitas pemberiannya tidak secara rutin. Pelepah sawit dimanfaatkan
untuk pakan sapi pada saat panen dan pada saat tidak sempat mencari rumput.
Tanaman sawit sudah menjadi sumber pendapatan bagi warga di
samping tanaman karet. Umur rata-rata tanaman sawit sudah di atas 10 tahun.
Pemberian pupuk kimia dilakukan sekali setahun dengan jenis pupuk urea dan
SP 36 dengan dosis yang rendah. Pemberian pupuk organik hanya diberikan
dalam bentuk pupuk kandang belum diolah menjadi kompos. Pemberian pupuk
9
organik dilakukan setiap 4 bulan sekali dengan dosis pupuk kandang rata-rata
25 kg setiap tanaman.
4.2. Optimasi Pemanfaatan Limbah Tanaman Sawit Untuk Pakan.
Dari pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk
pakan diperoleh data rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH) sapi Bali
yang disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata pertambahan bobot badan harian sapi bali per perlakuan.
No Perlakuan Rata-rata (kg) Rata-rata/hari (kg)
1 A 40,87 0,584
2 B 28,80 0,411 3 C 29,76 0,425 4 D 46,68 0,667
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa pertambahan bobot badan sapi
perlakuan A, B, C, dan D masing-masing 0,584 kg/hari, 0,411 kg/hari, 0,425
kg/hari, dan 0,667 kg/hari. Pertambahan bobot tertinggi terdapat pada perlakuan
D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada perlakuan B (0,411 kg/hari).
Namun Dari hasil uji varian (uji F) menunjukan tidak berbeda nyata antar
perlakuan pada taraf 5% pada peubah penambahan bobot badan sapi
(Lampiran 1). Gambaran ini menunjukkan bahwa pelepah sawit dan solid dapat
digunakan sebagai pakan alternatif sebagai pengganti rumput, hal ini sejalan
dengan pernyataan Suryani (2011) bahwa pelepah daun sawit dapat
menggantikan rumput sampai 80 persen tanpa mengurangi laju pertumbuhan
bobot badan sapi yang sedang tumbuh. Dugaan kandungan serat kasar yang
tinggi pada pelepah daun sawit mempengaruhi pertambahan bobot badan sapi.
Sejalan dengan pendapat Sutardi (1980) bahwa kandungan serat kasar yang
tinggi mempengaruhi kecernaan bahan pakan.
10
Sedangkan solid sebagai pakan tambahan perlu diolah untuk
meningkatkan nutrisi. Menurut Ilham (2009) bahwa kandungan nutrisi lumpur
sawit (solid) tidak terlalu tinggi dan kaya kadar serat, sehingga diperlukan
teknologi pengolahan lumpur sawit, diantaranya melalui pembuatan pakan blok,
ammoniasi dan fermentasi. Proses fermentasi meningkatkan nilai gizi lumpur
sawit antara lain : protein kasar dari 11,9% menjadi 22,7%, protein sejati dari
10,4% menjadi 17,1%, energi metabolis (TME) dari 1593 Kkal menjadi 1717
Kkal/ kg, asam amino metionin dari 0,14% menjadi 0,16%, lisin dari 0,31 %
menjadi 0,36% serta menurunkan serat kasar dari 29,8% menjadi 18,6%, ADF
dari 44,3% menjadi 33,9% dan NDF dari 62,8% menjadi 54 % (Sinurat, 2007).
Dengan demikian kedepan penelitian ini perlu dilanjutkan guna
diperolehnya hasil yang optimal dari pemanfaatan limbah daun sawit sebagai
bahan pakan alternatif pengganti rumput.
4.3 Peningkatan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Melalui
Penggunaan Pupuk Kompos.
Dari hasil penimbangan diperoleh jumlah dan rata-rata berat produksi
Tandan Buah Segar (TBS) masing-masing perlakuan. Hasil penimbangan tandan
buah sawit disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata berat TBS tanaman kelapa sawit setiap pengamatan (panen) per perlakuan.
No Perlakuan Rata2/btg (kg) Rata2/ha (kg)
1 A 15,9 1.828,5 2 B 14,5 1.667,5 3 C 14,5 1.667,5
Rata-rata hasil penimbangan tandan buah sawit perlakuan A, B, dan C
masing-masing 1.828,5 kg/ha/panen, 1.667,5 kg/ha/panen, dan 1.667,5
kg/ha/panen (Tabel 4). Dari hasil penimbangan, produksi TBS kelapa sawit
tertinggi pada perlakuan A dan terendah pada perlakuan B dan C. Dari hasil uji
varian (uji F) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antar perlakuan pada
taraf 5% pada peubah produksi TBS kelapa sawit (Lampiran 2). Hal ini
menunjukan bahwa, pupuk yang diaplikasikan pada tanaman sawit belum
menunjukan pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas tanaman sawit,
hal ini diduga akibat belum optimalnya penyerapan hara pupuk yang
11
diaplikasikan pada tanaman sawit dan penelitian baru dilakukan selama 3 bulan.
Kondisi seperti ini akan berdampak pada tingkat pelarutan hara pupuk dalam
tanah tidak optimal, sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman yang ada di
bawahnya.
Disamping itu, karakteristik tanaman kelapa sawit sangat membutuhkan
air untuk pertumbuhannya. Kekurangan air dapat menurunkan produksi
sebanding dengan besarnya defisit air yang terjadi karena air berfungsi sebagai
pelarut terhadap pupuk yang diberikan sehingga tanaman dapat menyerap
nutrisi yang terdapat pada pupuk tersebut. Menurut Lumbangaol (2010), air
sangat berpengaruh terhadap banyaknya nutrisi yang dapat diserap oleh
tanaman. Bila dihubungkan dengan pupuk yang akan diaplikasikan maka curah
hujan (air) dengan jenis pupuk yang diaplikasikan merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan. Untuk itu pengamatan pada kegiatan ini masih akan dilakukan
hingga akhir kegiatan selama 12 kali periode panen kedepan.
4.4. Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Intensifikasi dan
Integrasi Ternak Sapi Bali dan Tanaman Kelapa Sawit.
Pendapatan petani melalui usaha ternak sapi belum menunjukan
gambaran yang dapat meningkatkan pendapatan petani karena dari pengamatan
pertambahan bobot badan sapi harian yang diberi 3 perlakuan A, B, dan C tidak
berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 3), demikian juga dengan pendapatan dari
hasil perlakuan produktivitas tanaman sawit belum menunjukan gambaran yang
lengkap selama satu tahun dengan frekuensi panen sebanyak 18 kali, sementara
pengamatan produksi TBS tanaman kelapa sawit baru dilakukan sebanyak 6 kali
(4 bulan). Namun demikian intensifikasi dan integrasi ternak dengan tanaman
sudah dapat diperoleh dengan menekan biaya produksi dari kedua jenis usaha
sebagai dampak optimasi pemanfaatan limbah tanaman untuk pakan ternak, dan
penggunaan limbah ternak untuk sumber pupuk tanaman.
12
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Pelepah daun sawit dan solid dapat digunakan sebagai pengganti
rumput untuk pakan ternak, baik diberikan tunggal maupun
campuran.
2. Hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi tertinggi terdapat
pada perlakuan D (0,667 kg/hari), sedangkan yang terendah pada
perlakuan B (0,411 kg/hari), namun secara statistik tidak ada
perbedaan yang nyata.
3. Penggunaan pupuk organik (kompos) dari kotoran ternak, belum
menunjukan hasil yang memadai karena waktu pelaksanaan
pengamatan belum sesuai, namun dari data sementara menunjukan
indikasi ke arah peningkatan produksi.
4. Pendapatan petani melalui usaha ternak, belum mengalami kenaikan
yang signifikan karena dari hasil analisis pertambahan bobot badan
sapi harian yang diberi 3 perlakuan tidak menunjukan perbedaan
yang nyata, demikian juga peningkatan produksi tanaman kelapa
sawit belum menunjukan hasil yang memuaskan karena pengamatan
produksi TBS tanaman kelapa sawit baru dilakukan sebanyak 6 kali
periode panen dari target 18 kali dalam satu tahun.
5.2. Saran
1. Untuk meningkatkan kualitas dan kandungan nutrisi pada pelepah
maupun solid kelapa sawit perlu pendekatan teknologi pengayaan
nutrisi.
2. Untuk mengetahui peningkatan pendapatan petani kelapa sawit, akan
dilakukan pengamatan produksi TBS kelapa sawit sampai Bulan Juli
2012.
3. Pencairan anggaran yang sangat terlambat menyebabkan hasil
pengkajian tidak optimal, sehingga perlu pembenahan manajemen
dan perencanaan yang lebih baik.
13
VI. KINERJA HASIL PENGKAJIAN
Kegiatan pengkajian integrasi sapi dan kelapa sawit dilaksanakan di Desa
Lokasi Baru, Kecamatan Air Periukan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Waktu pelaksanaan pengkajian dimulai Bulan September 2011 sampai Desember
2011. Tahapan pelaksanaan kegiatan telah dilaksanakan dengan tujuan
meningkatkan pendapatan petani sebesar 30% melalui intensifikasi dan integrasi
ternak dan tanaman di Provinsi Bengkulu. Kegiatan yang telah dilaksanakan
meliputi kegiatan pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk
pakan dan pengkajian peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit melalui
penggunaan pupuk kompos.
Pengkajian optimasi pemanfaatan limbah tanaman sawit untuk pakan
dilaksanakan dengan kegiatan penggemukan sapi Bali selama 2,5 bulan dengan
memanfaatkan pelepah sawit dan solid yang merupakan limbah sawit. Sapi Bali
yang digunakan merupakan sapi milik peternak dengan jumlah 16 ekor untuk 4
perlakuan. Hasil yang dicapai menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
nyata perlakuan pakan terhadap pertambahan bobot badan sapi dari 4
perlakuan.
Pengkajian peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit melalui
penggunaan pupuk kompos dilaksanakan dengan kegiatan pemupukan tanaman
sawit dengan memanfaatkan kotoran sawi yang dikomposkan. Tanaman sawit
yang digunakan 60 batang untuk 3 perlakuan sehingga masing-masing perlakuan
20 batang. Pengamatan dilakukan pada saat panen TBS setiap 20 hari sekali.
Hasil uji varian (uji F) menunjukan tidak ada perbedaan yang nyata antar
perlakuan pada taraf 5% pada peubah produksi TBS kelapa sawit.
14
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 2008. Badan Pusat Stasistik Indonesia. Damanik, K., 1994. Integrasi Ternak Domba dengan Perkebunan Kelapa Sawit.
Prospek dan Tantangannya. Prosiding Ruminansia Kecil. Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sei. Putih. Sub Balitnak Sei. Putih.
Direktoral Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2002. Integrasi Ternak dengan
Perkebunan Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Direktoral Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2008. Buku Statistik Peternakan
2003. Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Direktoral Jenderal Bina Produksi Perkebunan, 2007. Statistik Perkebunan Kelapa
Sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. Diwiyanto, K., D. Sitompul, I.Manti, I-Wayan Mathius, dan Soentoro, 2004.
Pengkajian Pengembangan Usaha Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agrisinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 11-22.
Elizabeth, J., dan S.P. Ginting, 2003. Pemanfaatan Hasil Samping Industri Kelapa
Sawit Sebagai Bahan Pakan Ternak Sapi Potong. Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Departemen Pertanian Bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu dan PT. Agrisinal. Bengkulu 9-10 September 2003. hal: 110-119.
Jalaluddin, S., Z.A. Zelan, N. Abdullah, and Y.H.Ho, 1991a. Recent Developments
in the Oil PalmBy-Product Based Ruminant Feeding System, MSAP, Penang, Malaysia pp: 35-44.
Jalaluddin, S., Z.A. Zelan, N. Abdullah, and H.Kudo, 1991b. Strategies for Animal
Improvement in Southeast Asia. In Utilization of Feed Resources in Relation to Utilization and Physiology of Ruminant in the Tropics. Trop. Agric. Res. Series. No. 25: 67-76.
Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, 2005. Departemen Peternakan, FP USU,
Medan. Laboratorium Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Pertanian UNIB, Bengkulu. Liwang, T., 2003. Palm Oil Mill Management. Buroptrop Bull No 29:38.Palm Oil
Mill Management. Butotrop Bull No 29:38.
15
Lumbangaol, P., 2010. Pedoman Pembuatan Dosis Pupuk Kelapa Sawit. Rekomendasi Pupuk Kelapa Sawit.
Mathius. I-W., J.E. van Eys, M. Rangkuti, N.Thomas, and W.L. Johnson, 1984. Karakteristik Sistem Pemeliharaan Ternak Ruminansia Kecil di jawa Barat. Aspek Makanan. In. Pros. Domba dan Kambing di Indonesia. Puslitbangnak-Deptan.Bogor Indonesia. p:37-41.
Mathius, I-W., 2009. Produk Samping Industri Kelapa Sawit dan Teknologi
Pengayaan Sebagai Bahan Pakan Sapi yang terintegrasi. Dalam: Sistem Integrasi Ternak Tanaman: Padi-Sawit-Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Litbang Pertanian 2009. Fagi et al., (Eds).
Mathius, I-W., Azmi, A.R. Setioko, B.P. Manurung, D.M. Sitompul, dan Rochman,
2004. Pemanfaatan Produk Samping Tanaman Kelapa Sawit sebagai Bahan Dasar pakan Sapi. Laporan Akhir Penelitian Peternakan. Proyek PAATP dan Bagian Proyek Penelitian Peternakan Ciawi-Bogor. Badan Litbang Pertanian.
Mohammad, H., H.A. Halim, and T.M. Ahmad, 1986. Availability and Potential of
Oil Palm Trunk and Fronds up to the 2000. Palm Oil Research of Malaysia (PORIM) 20:1-17.
Noel, J.M., 2003. Product and by-product. Burotrop 19:8. Puslitbangnak, 2003. Laporan Tahunan Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan. 2003. Sinurat. A.P., 2007. http: //www.sinartani.com/index.php?option= com_ content
&view =article&id=2712&catid= 315:kebun&Itemid =573 diakses pada tanggal 30 Juni 2011.
Sinurat, A.P., T. Purwadaria, D. Zainuddin, N. Bermawie, M. Rizal and M. Raharjo, 2008. Utilization of plant bioactives as feed additives for laying hens. Procs. The Ist Int. Symp. On Temulawak ( Curcuma xanthorhiza Roxb). Biopharmaca Research Center, Bogor Agricultural University. pp 283-286.
Siti, 2011. http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/06/23/41269/
bptpsumut ujidaundan_pelepah_kelapa_sawit_jadi_pakan_ sapi,diakses
tanggal 1 Juli 2011.
Soentoro dan Azmi, 2003. Pengkajian Model Agribisnis Sapi melalui Sistem Integrasi dengan Perkebunan Kelapa Sawit. Laporan Kegiatan BPTP-Bengkulu. (tidak dipublikasikan)
16
Soeparno dan Sumadi, 1991. Pertambahan berat badan, karkas dan omposisi kimia daging sapi, kaitannya dengan bangsa dan macam pakan penggemukan. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Vol. 2 No. 1. hal: 7-12.
Sutardi, T., 1980. Landasan Ilmu Nutrisi Jilid I. Departemen Ilmu Makanan Ternak
Fakultas Pertanian, IPB Bogor.
Wan Zahari, M., O.B. Hassan, H.K. Wang, and Liang, 2003. Utilization of Oil Palm
Frond based Diets for Beef Cattle Production in Malaysia. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 16 (4); 625-634.
Zainudin, A.T., and M.W. Zahari, 1992. Research and Nutrition and Feed
Resources to enhance Livestock Production in Malaysia. Proc. Utilization of Feed Resources in Relation to Nutrition and Physiology of Ruminants in the Tropics. Trop. Agric. Res Series No 25: 9-25.
17
Lampiran 1: Hasil uji varian terhadap peubah pertambahan berat badan sapi
Statistix 8.0
12/11/2011, 7:02:59 PM
Randomized Complete Block AOV Table for BERAT
Source DF SS MS F P
ULANGAN 3 86.116 28.7052
PERLAKUAN 3 72.384 24.1279 1.53 0.2731
Error 9 142.134 15.7927
Total 15 300.634
Grand Mean 9.4444 CV 42.08
Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity
Source DF SS MS F P
Nonadditivity 1 31.433 31.4326 2.27 0.1702
Remainder 8 110.702 13.8377
Relative Efficiency, RCB 1.12
Means of BERAT for PERLAKUAN
PERLAKUAN Mean
A 11.669
B 11.467
C 7.200
D 7.441
Observations per Mean 4
Standard Error of a Mean 1.9870
Std Error (Diff of 2 Means) 2.8100
18
Lampiran 2: Hasil uji varian terhadap peubah produksi TBS pada tanaman sawit
Statistix 8.0
12/11/2011, 7:04:32 PM
Randomized Complete Block AOV Table for PRODUKSI
Source DF SS MS F P
ULANGAN 19 1172.55 61.7133
PERLAKUAN 2 25.32 12.6593 0.36 0.6980
Error 38 1325.26 34.8753
Total 59 2523.13
Grand Mean 14.961 CV 39.47
Tukey's 1 Degree of Freedom Test for Nonadditivity
Source DF SS MS F P
Nonadditivity 1 66.37 66.3708 1.95 0.1708
Remainder 37 1258.89 34.0241
Relative Efficiency, RCB 1.25
Means of PRODUKSI for PERLAKUAN
PERLAKUAN Mean
A 14.499
B 15.879
C 14.504
Observations per Mean 20
Standard Error of a Mean 1.3205
Std Error (Diff of 2 Means) 1.8675
19
Lampiran 3: Data Jumlah dan rata-rata hasil penghitungan pertambahan berat badan sapi per perlakuan
No Perlakuan A Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah
(kg) Rata-rata
I II III IV
1. Sapi 4 23.16 31.28 2.20 5.01 61.65 15.41
2. Sapi 12 6.45 1.92 1.40 8.85 18.62 4.66
3. Sapi 14 17.13 27.08 11.16 7.31 62.68 15.67
4. Sapi 15 4.35 24.67 4.84 9.90 43.76 10.94
Rata-rata 12.77 21.24 4.90 7.77 186.71 46.68
No Perlakuan B Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah
(kg) Rata-rata
I II III IV
1. Sapi 1 2.72 5.50 4.59 19.74 12.55 8.14
2. Sapi 2 2.38 0.83 4.64 16.18 24.03 6.01
3. Sapi 3 21.23 3.86 22.83 10.26 58.18 14.55
4. Sapi 7 28.49 13.16 2.93 24.14 68.72 17.18
Rata-rata 13.71 5.84 8.75 12.58 163.48 40.87
No Perlakuan C Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah
(kg) Rata-rata
I II III IV
1. Sapi 9 2.68 2.20 8.22 10.74 23.84 5.96
2. Sapi 10 7.17 2.43 1.77 9.98 21.35 5.34
3. Sapi 13 2.31 5.20 9.39 8.44 25.34 6.33
4. Sapi 16 5.79 12.73 15.42 10.73 44.67 11.17
Rata-rata 4.49 5.64 8.70 9.97 115.20 28.80
No Perlakuan D Pertambahan Berat badan sapi (kg) Jumlah
(kg) Rata-rata
I II III IV
1. Sapi 5 21.92 14.10 6.06 6.14 48.22 12.06
2. Sapi 6 2.73 2.41 9.62 8.76 23.52 5.88
3. Sapi 11 17.75 3.82 2.83 10.43 34.83 8.71
4. Sapi 8 0.00 2.26 4.52 5.70 12.48 3.12
Rata-rata 10.60 5.65 5.76 7.76 119.05 29.76
20
Lampiran 4: Data hasil penghitungan berat badan sapi per perlakuan
No Perlakuan A Berat badan sapi (kg)
I II III IV V
1. Sapi 4 159.29 182.45 213.73 215.93 220.94
2. Sapi 12 111.35 117.8 119.72 121.12 129.97
3. Sapi 14 163.34 180.47 207.55 218.71 226.02
4. Sapi 15 173.69 178.04 202.71 207.55 217.45
Rata-rata 151.92 164.69 185.93 190.83 198.60
No Perlakuan B Berat badan sapi (kg)
I II III IV V
1. Sapi 1 211.52 214.24 219.74 224.331 244.07
2. Sapi 2 247.11 249.49 250.32 254.96 271.14
3. Sapi 3 154.39 175.62 179.48 202.31 212.57
4. Sapi 7 192.45 220.94 234.1 237.03 261.17
Rata-rata 201.37 215.07 220.91 229.66 242.24
No Perlakuan C Berat badan sapi (kg)
I II III IV V
1. Sapi 9 206.64 209.32 211.52 219.74 230.48
2. Sapi 10 160.76 167.93 170.36 172.13 182.11
3. Sapi 13 224.83 227.14 232.34 241.73 250.17
4. Sapi 16 167.9 173.69 186.42 201.84 212.57
Rata-rata 190.03 194.52 200.16 208.86 218.83
No Perlakuan D Berat badan sapi (kg)
I II III IV V
1. Sapi 5 205.03 226.95 241.05 247.11 253.25
2. Sapi 6 220.98 223.71 226.12 235.74 244.5
3. Sapi 11 98.68 116.43 120.25 123.08 133.51
4. Sapi 8 216.98 216.98 219.24 223.76 229.46
Rata-rata 185.41 196.02 201.67 207.42 215.18
21
Lampiran 5: Data jumlah dan rata-rata produksi TBS sawit per perlakuan.
A. Perlakuan A (Pupuk NPK-Tanpa Kompos)
Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/
pohon (kg)
rata2 / pohon (kg)
1 2 3 4 5 6
1 35 0 48 0 12 0 95 15.8
2 42 21 0 11.5 0 0 74.5 12.4
3 48 30 0 0 10 0 88 14.7
4 51 0 43.5 0 34 0 128.5 21.4
5 0 60 0 63 0 0 123 20.5
6 30 32 0 0 23 0 85 14.2
7 60 0 33 28 0 0 121 20.2
8 0 35 100 42 0 0 177 29.5
9 0 42 0 58 0 0 100 16.7
10 0 20 0 0 33 0 53 8.8
11 0 15 0 0 15 29 59 9.8
12 0 7 0 0 6 22 35 5.8
13 0 10 0 0 16 0 26 4.3
14 40 0 40 0 35 0 115 19.2
15 14 15 0 30 0 0 59 9.8
16 26 17 0 0 28 0 71 11.8
17 0 35 5 0 13 0 53 8.8
18 41 22 0 35 0 0 98 16.3
19 0 68 0 0 21 22 111 18.5
20 17 0 42 0 0 9 68 11.3
Jumlah 404 429 311.5 267.5 246 82 1.740
Rata-rata 20.2 21.5 15.6 13.4 12.3 4.1 290
22
B. Perlakuan B ( 75% NPK + 25% Kompos)
Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/
pohon (kg)
rata2/ pohon (kg)
1 2 3 4 5 6
1 27 0 45 0 0 41 113 18.8
2 0 22 0 43 33 0 98 16.3
3 0 15 0 43 0 0 58 9.7
4 27 0 49 0 30 21 127 21.2
5 0 0 38 36.5 7 0 81.5 13.6
6 0 65 17 0 24 0 106 17.7
7 0 10 17 14 0 35 76 12.7
8 0 20 91 0 44 0 155 25.8
9 0 43 0 24 0 35 102 17.0
10 56 0 17 0 23 0 96 16.0
11 0 51 0 0 0 21 72 12.0
12 19 17 0 0 16 27 79 13.2
13 0 34 0 15 0 0 49 8.2
14 0 25 20 0 13 0 58 9.7
15 49 0 57 20 0 0 126 21.0
16 0 30 0 32 0 31 93 15.5
17 29 11 0 27 8 0 75 12.5
18 0 44 26 0 0 27 97 16.2
19 0 45 41 0 14 61 161 26.8
20 0 12 24 47 0 0 83 13.8
Jumlah 207 444 442 301.5 212 299 1.905,5
Rata-rata 10.4 22.2 22.1 15.1 10.6 15.0 317.6
23
C. Perlakuan C (50% NPK + 50% Kompos)
Pohon ke- Produksi TBS/panen (kg) Jumlah/
pohon (kg)
rata2/ pohon (kg)
1 2 3 4 5 6
1 35 0 21 0 0 18 74 12.3
2 42 15 0 44 0 23 124 20.7
3 48 11 0 7 8 0 74 12.3
4 51 0 162.5 46 0 0 259.5 43.3
5 0 22 5 0 13 0 40 6.7
6 30 0 40 27 0 0 97 16.2
7 60 8 0 51 0 27 146 24.3
8 0 34 23 0 15 0 72 12.0
9 0 25 0 23 6 0 54 9.0
10 0 35 0 0 35 0 70 11.7
11 0 39 75 0 14 0 128 21.3
12 0 37 0 0 34 0 71 11.8
13 0 12 36 0 0 48 96 16.0
14 40 23 0 0 38 0 101 16.8
15 14 10 0 17 0 0 41 6.8
16 26 0 20 0 0 16 62 10.3
17 0 30 0 0 35 0 65 10.8
18 41 0 0 28 0 0 69 11.5
19 0 17 0 18 20 0 55 9.2
20 17 10 0 0 15 0 42 7.0
Jumlah 404 328 382.5 261 233 132 1.740,5
Rata-rata 20.2 16.4 19.1 13.1 11.7 6.6 290.1
24
Lampiran 6: Foto-foto kegiatan “Pengkajian Peningkatan Pendapatan Petani Sebesar 30% Melalui Intensifikasi dan Integrasi Ternak dan Tanaman di Provinsi Bengkulu”.
Gambar 1. Peneliti BPTP sedang menentukan sampel tanaman dan membuat design penelitian pada tanaman sawit.
Gambar 2. Sampel tanaman sawit umur 15 tahun dan sampel sapi Bali yang digunakan dalam penelitian.
Gambar 3. Peneliti dan petani kooperator sedang menimbang dan menghitung hasil panen TBS pada sawit, mengukur lingkar dada dan panjang badan sapi.
25
Gambar 4. Petani kooperator sedang menimbang dan mengangkut hasil panen TBS pada sawit.
Gambar 5. Sapi sedang diberi makan cacahan pelepah, daun sawit dan solid; contoh solid yang digunakan dalam penelitian.
Gambar 6. Piringan yang dibuat pada tanaman sawit sebagai acuan tempat pemberian pupuk dan Penjab/Kepala Balai (Dr. Dedi Sugandi) sedang melihat keragaan tanaman sawit dan sapi.