LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH...

98
1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN JL. PERCETAKAN NEGARA NO.29 JAKARTA 2016

Transcript of LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

1

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN

UMRAH DI INDONESIA

OLEH:

RUSTIKA, DKK

PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

JL. PERCETAKAN NEGARA NO.29 JAKARTA

2016

Page 2: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

2

SUSUNAN TIM PENELITI

Ketua Pelaksana : DR. Rustika, SKM., M.Si

Konsultan : 1. Drg. Agus Suprapto, M.Kes

2. DR. Dede Anwar Musadad, SKM., M.Kes

3. DR. dr. Muchtarrudin, Sp.KJ

4. dr. Soesanto

5. DR. dr. Fidiansyah Sp.KJ

6. dr. Wan Al Kadri, MPH

7. dr. Yusharmen, M.Sc

Anggota Peneliti : 1. DR. dr. Dwi Tyas Astuti

2. Drs. Zaenal., M.Si

3. DR. Ali Rohkmat., M.Ag

4. DR. Hj. Kustini, M.Si

5. DR. dr. Zamhir

6. DR. Hermawan Saputra, MARS

7. DR. dr. Eka Jusuf Singka, M.Sc

8. dr. Tjetjep Ali Akbar

9. DR. Ekowati Raharjeng, SKM, M.Kes

10. Abdul Hafiz, SKM., M.Kes

11. Drs. M. Hasyimi, M.Kes

12. M. Arfi, Lc

13. Zolaiha, SKM., M.Kes

14. Siti Husmiati, SKM., M.Kes

15. Ratih Oemiati, AFM, S.Pd

16. Asep Kusnali, SH

Sekretariat : 1. Muawiatul Laisity, SKM

2. Sri Mulyati, SKM

3. Hj. Liliek Oendarwati, SKM

4. Hj. Sugini

5. Zubaidah, SKM

6. Wardana, A.Md

Page 3: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan

karuniaNya, penyusunan laporan akhir penelitian Pengembangan Model

Pelayanan Kesehatan Umrah Di Indonesia dapat diselesaikan.

Hasil penelitian ini merupakan pengembangan model pelayanan kesehatan

bagi jamaah umroh yang diharapkan dapat menjadi acuan teknis bagi petugas

kesehatan pada institusi terkait penyelenggaraan umroh dalam menerapkan

pelayanan kesehatan bagi jamaah.

Dengan tersusunnya laporan ini, diharapkan model pelaksanaan pelayanan

kesehatan pada jamaah umroh dapat diterapkan dengan tepat dan

berkesinambungan. Demikian, semoga laporan ini bermanfaat untuk masyarakat

khususnya instansi yang terkait dengan penyelenggaraan umroh.

Jakarta, Nopember 2016

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan

Humaniora dan Manajemen Kesehatan

Dr. Dede Anwar Musadad, SKM, M.Kes

Page 4: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

4

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH

DI INDONESIA

Peningkatan jumlah Jemaah Umrah setiap tahun yang disertai dengan belum

adanya sistem pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah umrah dapat

menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani sejak dini.

Kajian Rustika (2015) menyebutkan jumlah jemaah umrah bulan Januari sampai

Juni 2015 dari data penerbangan sebanyak 471.250 orang tidak terlaporkan data

jemaah yang sakit maupun meninggal selama penerbangan. Jumlah jemaah umrah

berdasarkan penggunaan vaksin meningitis sampai dengan bulan juni 2015

sebanyak 329.141 orang, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

Jemaah yang berangkat ke Arab Saudi. Menurut pantauan Kementerian Agama

sepanjang tahun 2014 hingga Februari 2015 terdapat 11 jemaah yang sakit

dengan 4 orang meninggal di negara transit Dubai dan Bangkok. Pola penyakit

Jemaah umrah yang paling mendominasi hingga tahun 2015 adalah penyakit

kardiovaskuler, penyakit saluran pernafasan, defisiensi nutrisi, gejala klinik dan

laboratorium abnormal serta serta penyakit infeksi.

Berdasarkan hal tersebut diperlukan adanya suatu model pelayanan kesehatan

bagi Jemaah umrah yang menekankan pada aspek pelayanan kesehatan,

pembinaan dan perlindungan sehingga dapat dijadikan pedoman bagi

Kementerian Kesehatan, Penyelenggara Pelayanan Ibadah Umrah (PPIU),

Kementerian Agama, masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik, pola penyakit dan

perilaku jemaah umrah; mengetahui sistem pembinaan, pelayanan dan

pelindungan jemaah umrah sebelum berangkat, selama diperjalanan, di Arab

Saudi dan setelah kembali ke Indonesia; dan mengembangkan model pelayanan

kesehatan umrah yang terukur dan mampu laksana ditanah air dan di Arab Saudi.

Adapun metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan

jenis penelitian adalah riset operasional. Pengumpulan data kualitatif melalui

Indept interview pada PPIU, Dinkes, KKP, Kanwil Kemenag dan Puskesmas di

DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Aceh, Kaltim, Kalbar, Kalsel, Sulsel,

Page 5: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

5

NTB. Wawancara juga dilakukan pada Jemaah Umrah di Arab Saudi pada bulan

Juli tahun 2016. Data kuantitatif diambil dari Calon jemaah Umrah yang

berangkat pada periode Agustus sd Oktober tahun 2016, sampel sebanyak 166

calon jemaah Umrah (Efisiensi Anggaran).

Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden yang dapat diwawancarai

hanya sebanyak 166 orang dari 440 sampel yang direncanakan, di karenakan

efisiensi anggaran. Gambaran karakteristik responden terbanyak adalah berjenis

kelamin perempuan, kelompok umur 46-65 tahun, tingkat pendidikan tamat

perguruan tinggi, pekerjaan wiraswasta, kawin dan penghasilan pada kuantil 3

(berkisar antara 5-7 juta) . Jemaah umrah yang mempunyai asuransi kesehatan

sebanyak 56,6%. Penyakit yang mendominasi adalah hipertensi, diabetes mellitus

dan asma. Jemaah yang divaksinasi sebanyak 76.5% dengan waktu vaksinasi ≥1

bulan (lebih dari sama dengan satu bulan) sebanyak 74.1%, serta jemaah yang

membawa obat pribadi sebanyak 52.4%. Perilaku jemaah umrah berhubungan

dengan factor risiko PTM adalah merokok setiap hari sebanyak 12%, aktifitas

fisik berat sebanyak 18,7% ,aktifitas fisik sedang sebanyak 80.7%, kebiasaan

mengonsumsi buah dan sayur sebagian besar setiap hari dalam satu minggu (7

hari), kebiasaan mengkonsumsi makanan manis, asin, berlemak dan minum kopi

rata-rata 1-6 kali perminggu, sedangkan bumbu penyedap ≥1 kali perhari serta

jemaah yang menggunakan masker sebanyak 18.7%.

Belum adanya payung hukum yang jelas dalam penanganan kesehatan bagi

Jemaah umrah dilihat dari aspek pembinaan, pelayanan dan perlindungan.

Kewajiban penyediaan tenaga kesehatan oleh PPIU berdasarkan Peraturan

Menteri Agama No. 18 Tahun 2015 sebagian besar tidak dilaksanakan karena

mempengaruhi aspek bisnis PPIU. Hal ini perlu adanya tindak lanjut pengaturan

oleh Kementerian Kesehatan yang berwenang mengatur dalam bidang kesehatan.

Demikian halnya dengan pelayanan asuransi, yang masih cukup beragam di

kalangan Jemaah Umrah, namun sebagian besar tidak di-cover oleh asuransi

selama penyelenggaraan umrah.

Dalam menghadapi situasi dan kondisi selama perjalanan dan di Arab Saudi

tidak ada pembekalan maupun persiapan khusus terkait kesehatan bagi Jemaah

umrah baik dari pemerintah daerah maupun PPIU. Dalam hal Jemaah umrah yang

Page 6: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

6

sakit dan memerlukan perawatan saat di Arab Saudi, beberapa Jemaah didampingi

pihak PPIU diantar ke rumah sakit milik Pemerintah Arab Saudi, namun tidak

sedikit yang terlantar. Kondisi ini juga berlaku jika Jemaah yang sakit selama di

negara transit. Pelayanan kesehatan bagi Jemaah umrah saat ini hanya terbatas

pada pelayanan vaksinasi yang dilaksanakan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan

(KKP) Kementerian Kesehatan. Namun pelayanan vaksinasi pun masih terkendala

dengan maraknya International Certificate of Vaccination (ICV) yang dipalsukan.

Pembinaan kesehatan bagi Jemaah Umrah belum ada. Pelayanan kesehatan yang

ada dilaksanakan oleh KKP hanya sebatas pemberian vaksin bagi calon Jemaah

Umrah. Pelayanan kesehatan di Arab Saudi masih sangat terbatas dimana jika ada

Jemaah yang sakit PPIU akan mengirim ke rumah sakit Pemerintah Arab Saudi

yang diberikan secara cuma-cuma. Namun dalam pelaksanannya masih ada PPIU

yang tidak memberikan pendampingan terhadap Jemaah umrah. Ada PPIU yang

menyerahkan sepenuhnya kepada pihak asuransi yang menjadi fasilitas Jemaah

Umrah namun hal ini masih sangat terbatas. Pelayanan kesehatan Jemaah Umrah

dan kejadian kesakitan di Arab Saudi tidak dilaporkan PPIU baik ke Kementerian

Agama maupun ke Dinas Kesehatan. Perlindungan yang di berikan PPIU pada

Jemaah baru sebatas perlindungan vaksinasi dan asuransi kesehatan masih sedikit,

yang ada hanya asuransi perjalanan saja.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa karakteristik responden terbanyak

adalah berjenis kelamin perempuan, kelompok umur 46-65 tahun, tingkat

pendidikan tamat perguruan tinggi, pekerjaan wiraswasta, kawin dan penghasilan

pada kuantil 3 (berkisar antara 5-7 juta), mempunyai asuransi, penyakit yang

diderita adalah hipertensi, diabetes mellitus dan asma, pada umumnya di

vaksinasi, membawa obat pribadi, merokok,,aktifitas fisik sedang, kebiasaan

mengonsumsi buah dan sayur i makanan manis, asin, berlemak dan minum kopi

rata-rata 1-6 kali perminggu, sedangkan bumbu penyedap ≥1 kali perhari serta

jemaah yang menggunakan masker sebanyak 18.7%.

Pembinaan, pelayanan dan pelindungan kesehatan jemaah umrah sebelum

berangkat, selama diperjalanan, di Arab Saudi dan setelah kembali ke Indonesia

belum dilakukan secara maksimal, yang ada hanya hanya pelayanan vaksinasi

Page 7: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

7

meningitis saja. Kewajiban penyediaan tenaga kesehatan oleh PPIU berdasarkan

Peraturan Menteri Agama No. 18 Tahun 2015 belum terlaksana.

Hasiul penelitian ini telah menghasilkan draft model pelayanan kesehatan

umrah (Lihat Gambar 4). Rekomendasi yang dapat disampaikan berdasarkan

penelitian ini adalah diperlukan uji coba draf model yang telah di buat supaya

dapat di terapkan dan mampu laksana, selanjutnya dibuat aturan SKB dua

menteri (Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama) yang mengatur

penyelenggaraan kesehatan jemaah umrah terkait pelayanan kesehatan umrah;

perlu dibuat regulasi standar pelayanan Minimal Kesehatan bagi jamaah

umrah,sebagai tindak lanjut dari peraturan menteri maka disusun Pedoman

Penyelenggara pelayanan Kesehatan Umrah, juklak/juknis, SOP terkait pelayanan

kesehatan umrah; adanya penguatan peran pembinaan kanwil Kemenak, dinkes

provinsi/kab/kota dalam skrining pelayanan kesehatan jemaah umrah dan

Penguatan peran KKP dalam cegah tangkal penyakit berisiko bagi jemaah umrah;

dan adanya peningkatan koordinasi lintas sektor di tanah air dilakukan antara

pemerintah (Kemenkes, Kemenag, Kemenlu, Kemendagri) dan masyarakat

(asosiasi/penyelenggara perjalanan ibadah umrah). Koordinasi lintas program

pada unit eselon I Kementrian Kesehatan.

Page 8: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

8

ABSTRAK

Latar belakang: Peningkatan jumlah Jemaah Umrah setiap tahun yang disertai

dengan belum adanya sistem pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan ibadah

umrah dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika tidak ditangani

sejak dini. Jumlah jemaah umrah bulan Januari sampai Juni 2015 dari data

penerbangan sebanyak 471.250 orang tidak terdapat laporan data jemaah sakit

maupun meninggal selama penerbangan. Selain itu, jumlah jemaah umrah

berdasarkan penggunaan vaksin meningitis sampai dengan bulan juni 2015

sebanyak 329.141 orang, jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah

Jemaah yang berangkat ke Arab Saudi. Tujuan penelitian ini untuk

mengembangkan model pelayanan kesehatan umrah yang terukur dan mampu

laksana ditanah air dan di Arab Saudi. Metode penelitian adalah cross sectional

dengan jenis penelitian adalah riset operasional. Pengumpulan data kualitatif

melalui Indept interview pada PPIU, Dinkes, KKP, Kanwil Kemenag dan

Puskesmas di DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Sumut, Aceh, Kaltim, Kalbar,

Kalsel, Sulsel, NTB serta Jemaah Umrah di Arab Saudi pada bulan Juli tahun

2016 dan 166 calon jemaah umrah. Hasil penelitian menunjukkan penyakit yang

mendominasi jemaah umrah adalah hipertensi, diabetes mellitus dan asma.

Jemaah yang divaksinasi sebanyak 76.5% dengan waktu vaksinasi ≥1 bulan (lebih

dari sama dengan satu bulan) sebanyak 74.1%, serta jemaah yang membawa obat

pribadi sebanyak 52.4%. Selain itu belum adanya payung hukum yang jelas dalam

penanganan kesehatan bagi Jemaah umrah dilihat dari aspek pembinaan,

pelayanan dan perlindungan jemaah umrah. Kesimpulan: karakteristik responden

terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan, kelompok umur 46-65 tahun,

tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi, pekerjaan wiraswasta, kawin dan

penghasilan pada kuantil 3 (berkisar antara 5-7 juta), mempunyai asuransi,

penyakit yang diderita adalah hipertensi, diabetes mellitus dan asma, pada

umumnya di vaksinasi, membawa obat pribadi, merokok,,aktifitas fisik sedang,

kebiasaan mengonsumsi buah dan sayur i makanan manis, asin, berlemak dan

minum kopi rata-rata 1-6 kali perminggu, sedangkan bumbu penyedap ≥1 kali

perhari serta jemaah yang menggunakan masker sebanyak 18.7%. Draft model

pelayanan kesehatan umrah yang telah di buat agar dapat diterapkan dan mampu

dilaksanakan dan selanjutnya dibuat peraturan pelaksananya.

Page 9: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

9

DAFTAR ISI

Hal

SUSUNAN TIM PENELITI ………………………………………………... 2

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 3

RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………………... 4

ABSTRAK ………………………………………………………………….. 8

DAFTAR ISI ................................................................................................... 9

DAFTAR TABEL ........................................................................................... 11

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... 12

DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... 13

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 14

A. Latar Belakang ......................................................................................... 14

B. Perumusan Masalah Penelitian ................................................................ 15

C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 16

D. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 16

E. Manfaat Penelitian ................................................................................... 16

BAB II. METODE PENELITIAN .................................................................. 17

A. Kerangka Teori ......................................................................................... 17

B. Kerangka Konsep ..................................................................................... 18

C. Desain Penelitian ...................................................................................... 20

D. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 20

E. Jenis penelitian ......................................................................................... 20

F. Populasi dan Sampel ................................................................................. 20

G. Variabel .................................................................................................... 21

H. Definisi Operasional ................................................................................. 21

Page 10: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

10

I. Instrumen ……………………………...................................................... 22

J. Cara Pengumpulan data ............................................................................ 23

K. Pengawasan Kualitas Data ....................................................................... 24

L. Teknik Pengolahan Data ........................................................................... 25

M. Langkah-langkah Penelitian ..................................................................... 26

N. Pertimbangan Etik Penelitian ................................................................... 26

BAB III. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 27

A. Karakteristik Daerah dan Responden Penelitian ……………………....... 27

B Gambaran Karakteristik dan Pola Penyakit jemaah Umrah ..................... 27

C Sistem Pembinaan, Pelayanan Dan Pelindungan Jemaah Umrah

Sebelum Berangkat, Selama Diperjalanan, Di Arab Saudi Dan Setelah

Kembali Ke Indonesia …………………………………………………..

33

D Model Pembinaan, Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Jemaah

Umrah Indonesia ………………………………………………………..

56

E Masalah Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Jemaah Umrah di Indonesia …………………………………………….

69

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................ 73

A. Kesimpulan ......................................................................................... 73

B. Rekomendasi ......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 76

LAMPIRAN-LAMPIRAN ….………………………………………………. 77

Page 11: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

11

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Jemaah Umroh tahun 2016 28

Tabel 2 Penyakit Tidak Menular (PTM) Jemaah Umroh 2016 29

Tabel 3 Penyakit lain yang Berkaitan dengan Jemaah Umroh 2016 30

Tabel 4 Distribusi pemberian vaksin dan status obat 30

Tabel 5 Perilaku Merokok Calon Jemaah Umrah 31

Tabel 6 Aktivitas Fisik Calon Jemaah Umrah 31

Tabel 7 Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur, Makanan Berisiko, Serta

Pemakaian Masker Calon Jemaah umrah

32

Tabel 8 Jumlah PPIU di Wilayah Penelitian Tahun 2016 33

Tabel 9 Karakteristik Responden Jemaah Umrah yang Sedang dan Telah

Melaksanakan Ibadah Umrah

34

Tabel 10 Hasil Wawancara Mengenai Kebijakan dan Aspek Hukum

Pelayanan Kesehatan Umrah

35

Tabel 11 Hasil Wawancara Pemangku Kepentingan Mengenai

Pemeriksaan Kesehatan Umrah

37

Tabel 12 Hasil Wawancara Jemaah Umrah terkait Pemeriksaan Kesehatan 39

Tabel 13 Hasil Wawancara Mengenai Imunisasi Bagi Jemaah Umrah 40

Tabel 14 Hasil Wawancara Mengenai Pembinaan Kesehatan Jemaah

Umrah

42

Tabel 15 Hasil Wawancara Mengenai Layanan Kesehatan Jemaah Umrah

di Arab Saudi

43

Tabel 16 Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Arab Saudi

44

Tabel 17 Masalah Kesehatan Jemaah Umrah di Arab Saudi 45

Tabel 18 Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Negara Transit

46

Tabel 19 Hasil Wawancara Mengenai Peran Pemerintah dalam Pelayanan

Kesehatan Umrah

47

Tabel 20 Hasil Wawancara Mengenai Bimbingan Kesehatan Jemaah

Umrah

48

Tabel 21 Hasil Wawancara Mengenai Pemeriksaan Kesehatan Kembali di

Tanah Air

50

Tabel 22 Hasil Wawancara Mengenai Asuransi bagi Jemaah Umrah 51

Tabel 23 Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Tanah Air

52

Tabel 24 Hasil Wawancara Mengenai Model Pelayanan Kesehatan Umrah 53

Tabel 25 Matriks Model Pelayanan Kesehatan Umroh Di Indonesia 57

Tabel 26 Pilar Pelayanan Kesehatan Jemaah Umrah Dikaitkan dengan

Hasil Wawancara

70

Page 12: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Modifikasi Teori Model Pelayanan Kesehatan Umrah 17

Gambar 2 Konsep Model Pelayanan Kesehatan Umroh Di Indonesia 18

Gambar 3 Alur Model Pelayanan Kesehatan Umrah 1 62

Gambar 4 Model Pelayanan Kesehatan Umrah Sebelum

Keberangkatan

64

Gambar 5 Model Pelayanan Kesehatan Jamaah Umrah Sakit Saat

Perjalanan, di Negara Transit dan Arab Saudi

65

Gambar 6 Model Pelayanan Kesehatan Jamaah Umrah Sakit Saat

Kedatangan di Tanah Air

66

Gambar 7 Alur Model Pelayanan Kesehatan Umrah 2 67

Page 13: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

13

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Matriks Pengumpulan Data 77

Lampiran 2 Matriks Model Pelayanan Kesehatan Jamaah Umroh

Berdasarkan Pelayanan, Pembinaan Dan Perlindungan

87

Lampiran 3 Resume Pengumpulan Data Sistem Pelayanan

Kesehatan Umrah

94

Page 14: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara epidemiologi, jumlah jemaah umrah mencapai jutaan orang

merupakan population at risk yang bisa memicu terjadinya epidemi. Pada saat

pelaksanaan ibadah umrah, jemaah umrah berdatangan dari seluruh belahan dunia.

Kemungkinan terjadinya wabah penyakit menular menjadi sangat besar.

Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2008

tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji bertujuan untuk memberikan bimbingan,

pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat. Hal ini dilaksanakan untuk

mencapai penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang sebaik baiknya, sehingga

pelaksanaan ibadah haji dan umrah berjalan dengan aman, tertib, lancar dan

nyaman.

Namun pada kenyataanya, masyarakat dan penyelenggara umrah belum

secara serius menjaga status kesehatannya pada saat melaksanakan ibadah umrah.

Beberapa masalah kesehatan yang ada antara lain. Pengurus travel belum

memahami atau peduli tentang kesehatan calon jemaah umrah. Travel hanya fokus

menjadi pengumpul calon jemaah umrah saja. Banyak calon jemaah umrah yang

terlambat divaksinasi (<10 hari pra keberangkatan), atau tidak vaksinasi namun

menggunakan kartu ICV palsu, dan tidak memiliki Health Alert Card (HAC).

Penyelenggara umrah yang kurang profesional akan berdampak juga pada

pemulangan jemaah umrah ke tanah air. Laporan dari Kemenag 2014

menyebutkan terdapat jemaah yang jatuh sakit ditinggalkan oleh travel di rumah

sakit Arab Saudi dan atau di negara transit, maupun di negara tujuan wisata

mereka. Akibatnya kementrian luar negeri yang akan menanggung akibatnya

dengan membayar biaya rawat inap, dan mengurus jenazahnya jika meninggal

(Ali Rachmat,2014).

Berdasarkan hasil penelitian Rustika tahun 2014 menunjukkan bahwa

karakteristik jemaah umrah Indonesia pada umumnya; berisiko tinggi, kelompok

usia tua, terbanyak berjenis kelamin perempuan, berpendidikan rendah, dengan

beragam latar belakang budaya, bahasa dan etnis serta kondisi awal fisik dan

Page 15: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

15

mental jemaah yang kurang memadai. Perbedaan iklim antara Indonesia dan Arab

Saudi (iklim yang ekstrim) merupakan tantangan tersendiri dalam pelaksanaan

ibadah umrah, oleh karena itu di perlukan penyelenggaraan pelayanan ibadah

umrah dan pelayanan kesehatan yang optimal (Rustika, 2014)

Beberapa masalah pelayanan kesehatan pada jemaah umrah yang

teridentifikasi meliputi penyebab kematian jemaah yang belum ada datanya, baik

jumlah dan jenis penyakit; sistem pelayanan kesehatan jemaah umrah yang belum

ada; data status kesehatan jemaah umrah tidak tersedia; belum dilakukannya

pembinaan, pemeriksaan/pelayanan kesehatan dan perlindungan (hanya vaksinasi

meningitis). Hal lain adanya permintaan vaksinasi yang tinggi menyebabkan

timbulnya masalah ikutannya, seperti: jumlah vaksin yang dibutuhkan, harga

vaksinasi yang bervariasi, tempat pelayanan vaksinasi yang masih terbatas di

KKP, pengetahuan jemaah mengenai pentingnya vaksinasi, dan penyalahgunaan

kartu kuning (International Certificate of Vaccination/ICV). Masalah vaksinasi

hanya untuk mendapatkan visa semata.

Belum tersedia payung hukum untuk pelayanan kesehatan umrah sangat

krusial. Akibatnya kebijakan pelayanan kesehatan umrah belum ditangani secara

optimal; belum terkoordinasinya jaringan kemitraan antara pemerintah, swasta,

dan masyarakat; belum adanya pola pemantauan kesehatan umrah; belum

tersedianya sistem surveillance pelayanan kesehatan jemaah umrah. Berdasarkan

permasalahan diatas, untuk perlu dilakukannya penelitian pengembangan model

pelayanan kesehatan umrah di Indonesia yang mampu laksana baik saat jemaah

ada di Indonesia maupun di Arab Saudi.

B. Perumusan Masalah Penelitian

Peningkatan jamaah umrah dari tahun ke tahun yang jumlahnya lebih

besar dari jemaah haji akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius jika

tidak ditangani secara dini. Sampai saat ini belum ada model pelayanan kesehatan

jamaah umroh secara khusus yang meliputi pembinaaan, pelayanan dan

perlindungan kesehatan bagi jamaah umrah, yang ada hanya pelayanan vaksinasi

meningitis saja.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

16

C. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana gambaran karakteristik, pola penyakit dan perilaku jemaah

umrah?

b. Bagaimana sistem pembinaan, pelayanan dan pelindungan jemaah umrah

sebelum berangkat, selama diperjalanan, di Arab Saudi dan setelah

kembali ke Indonesia?

c. Bagaimana model pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang terukur

dan mampu dilaksanakan ditanah air dan di Arab Saudi?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengembangkan model pelayanan kesehatan umrah

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik, pola penyakit dan perilaku jemaah umrah.

b. Mengetahui sistem pembinaan, pelayanan dan pelindungan jemaah

umrah sebelum berangkat, selama diperjalanan, di Arab Saudi dan

setelah kembali ke Indonesia.

c. Mengembangkan model pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang

terukur dan mampu laksana ditanah air dan di Arab Saudi.

E. Manfaat Penelitian

1. Model Pelayanan kesehatan jemaah umrah yang dapat digunakan sebagai

pedoman program pelayanan kesehatan umrah yang akan di manfaatkan

oleh Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan.

2. Model pelayanan kesehatan jemaah umrah dalam pengendalian faktor

risiko dan penyakit, dapat menjadikan masukan program Pengendalian

Penyakit sehingga angka morbiditas dan mortalitas dapat ditekan

serendah mungkin.

3. Model kemandirian jemaah umrah dalam pengendalian faktor risiko dan

penyakit, dapat menjadikan masukkan program PPIU (Penyelenggara

Pelayanan Ibadah Umrah) dalam pembinaan jemaah umrah.

4. Model pelayanan kesehatan jemaah umrah dapat menjadikan masukan

untuk Direktorat Haji dan Umrah, Kementerian Agama.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

17

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Teori

Gambar 1.Modifikasi teori model pelayanan kesehatan umrah

Keterangan :

Status kesehatan jemaah umrah dipengaruhi oleh variabel kesehatan matra

penerbangan, faktor risiko penyakit tidak menular dan transmisi penyakit menular

yang mungkin akan mengenai jemaah umrah. Kesehatan matra penerbangan

antara lain, hamil, Hb < 8, suspect Tb paru, kardiovaskuler yang tidak terkontrol,

dll. Faktor risiko PTM misalnya gangguan jiwa, demensia, dsb. Transmisi

penyakit menular misalnya meningitis, ebola, Mers Cov, dsb.

1. Jemaah dengan status kesehatan baik dapat dilakukan skrining kesehatan

misalnya general chek up dasar (tekanan darah, pemeriksaan gula darah,

kolesterol, Hb, foto thorax) dan imunisasi meningitis. Hasil skrining dapat

kondisi kesehatan

jemaah umroh

Penapisan

Kesehatan dan

Pembinaan

Model Pelayanan

Kesehatan Umroh

Pelayanan kesehatan

Pembinaaan

Pelayanan

Perlindungan

Page 18: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

18

dijadikan sebagai bahan dasar dalam melakukan pembinaan atau pelayanan

kesehatan.

2. Jika hasil pemeriksaan dinyatakan sehat maka jemaah dapat masuk dalam

model pelayanan kesehatan umrah. Pada jemaah yang ditemukan indikasi

penyakit, untuk sementara tidak diperbolehkan untuk berangkat dan masuk ke

Arab Saudi. Jemaah menjalani pengobatan terlebih dulu di fasilitas pelayanan

kesehatan sampai dinyatakan layak berangkat dan tidak ada penyakit yang

membahayakan untuk beribadah maka jemaah masuk ke dalam model

pelayanan kesehatan umrah.

B. Kerangka Konsep

Gambar 2. Konsep Model Pelayanan Kesehatan Umroh Di Indonesia

• Karakterisktik

demografi

• Pengetahuan Jamaah

• Deteksi faktor risiko

PTM

• Anamnesa riwayat PM

• Pengukuran TB,BB,LP

• Pemeriksaan TD, Gula

FAKTOR

JAMAAH

STATUS KESEHATAN JAMAAH UMROH

MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMROH (REGULASI) PROMOTIF PERLINDUNGAN KHUSUS KURATIVE (PGDT, RI) SURVEILANCE

Iklim,

Geografis

Aktivitas Ibadah

di Arab Saudi

FAKTOR

FAKTOR PELAYANAN JEMAAH UMROH DI INDONESIA (KEMENAG, KEMENLU, KEMENKES)

Page 19: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

19

Tujuan pada model pelayanan kesehatan umrah adalah jemaah sehat dan

mandiri saat beribadah. Hal tersebut akan dapat dicapai jika jemaah memenuhi

prasyarat yaitu sehat (atau sakit yang terkontrol) sebelum berangkat, saat dalam

perjalanan pergi dan pulang, saat beribadah, dan saat kembali ke tanah air. Oleh

karena itu perlu pemodelan pelayanan kesehatan umrah sebagaimana pelayanan

kesehatan haji yang telah masuk ke dalam sistem pelayanan kesehatan di

Indonesia. Model pelayanan kesehatan umrah ini berbasis pada tiga pilar yaitu

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan baik pada ranah kementerian kesehatan,

kementrian luar negeri dan kementrian agama. Pada bidang kesehatan peran

pembinaan berkaitan dengan penyuluhan, penerangan, dan pembimbingan.

Pembinaan jemaah umrah secara promotif dan preventif terhadap seluruh

penyakit, kesehatan umrah dan matra. Pelayanan adalah pemeriksaan, perawatan,

dan pemeliharaan. Perlindungan terkait dengan keselamatan dan keamanan

jemaah sebelum berangkat dan setelah kepulangan ke tanah air. Di dalam model

pelayanan mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan surveilans.

Pada ranah kementerian agama ada pembinaan untuk PPIU, pelayanan ibadah

umrah terlaksana dengan baik sesuai dengan syariat Islam, dan perlindungan pada

jemaah dari travel atau pelaksnaan ibadah jemaah umrah. Domain dari

kementrian luar negeri adalah pembinaan untuk jemaah umrah agar memahami

tatacara melakukan perjalanan keluar negeri secara aman dan baik melaui PPIU,

pelayanan jemaah umrah saat mereka berada di luar negeri dan membutuhkan

pertolongan dan perlindungan jemaah sebagai warga negara Indonesia yang

sedang melakukan perjalanan di luar negeri. Pada penelitian ini tiga pilar yang

akan dilihat hanya pada ranah kesehatan saja.

Status kesehatan jemaah umrah tersebut akan dipengaruhi oleh faktor internal

(faktor sosial demografi, dll) dan faktor eksternal saat mereka melakukan ibadah

umrah yaitu iklim Arab Saudi, aktivitas ibadah yang membutuhkan ketahanan

fisik dan mental yang kuat, dll.

Page 20: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

20

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan penerapan model

pelayanan kesehatan jemaah umrah dan pemberdayaan masyarakat.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PPIU (Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah),

KKP, Dinas Kesehatan, Kanwil Kemenag pada 11 Ibu kota provinsi atau kota

besar di Indonesia yaitu DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur,

Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat

dan Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat serta evaluasi selama perjalanan

umrah.

E. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan riset operasional

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jemaah umrah yang telah terdaftar dan akan diberangkatkan

tahun 2016 di 11 provinsi. Pemilihan 11 provinsi dipilih berdasarkan laporan

Kesatuan Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia (KESTHURI) yang

menyatakan bahwa 11 provinsi tersebut memiliki banyak PPIU dan jemaah

umrah. Sampel adalah kelompok terpilih jemaah umrah dan PPIU pada ibukota

provinsi atau kota besar terpilih yang meliputi; Jakarta, Semarang, Surabaya,

Bandung, Banjarmasin, Aceh, Medan, Balikpapan, Pontianak, Makasar, dan

Lombok. Pemilihan kelompok jemaah umrah dilakukan secara random sampling

sederhana.

Besar sampel di gunakan rumus besar sampel untuk estimasi proporsi p

dengan presisi Mutlak d (0,05) p=0,50 dan derajat kepercayaan 95%, sehingga

jumlah sampel didapatkan 440 orang. Sampel di ambil secara random dari 11

provinsi dan ditentukan juga 40 sampel untuk wawancara (kualitatif).

Kriteria inklusi adalah semua jemaah umrah pada kloter terpilih yang bisa

diwawancarai mandiri dan bisa dilakukan pengukuran. Kriteria ekslusi adalah

jamaah umrah yang usianya > 65 tahun dan tidak bisa diwawancarai/diukur.

Page 21: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

21

G. Variabel

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Pembinaan adalah penyuluhan, penerangan, dan pembimbingan. Pembinaan

juga dilakukan untuk pembinaan jemaah umrah secara promotif dan preventif

terhadap seluruh penyakit, kesehatan umrah dan matra. Fokus masalah yang

akan dilihat adalah:

a. Preventif dan promotif PTM dan faktor risikonya serta penyakit lain terkait

perjalanan umrah (Tb paru, Meningitis, Flu)

b. Perilaku pemakaian masker saat melakukan perjalanan umrah.

c. Evaluasi terhadap indikator penyediaan makanan yang sesuai dengan

kebutuhan Jemaah dan kelayakan fasilitas ruang inap/istirahat selama di

Arab Saudi, yaitu, kondisi pondokan, akses dekat dengan masjid, aman,

nyaman dan tidak menimbulkan masalah kesehatan. Makanan dengan gizi

seimbang disesuaikan dengan cuaca dan waktu. Penambahan energi

dilakukan sebesar 5% (200-250 kkal) dari kebutuhan energi.

2. Pelayanan kesehatan umrah adalah pelayanan administratif, pelayanan medis,

dan pelayanan obat. Pelayanan administrasi adalah tersedianya data status

kesehatan jemaah umrah. Pelayanan medis adalah pemeriksaan kesehatan

deteksi dini faktor risiko PTM dan penyakit lain terkait perjalanan umrah (Tb

paru, Meningitis, Flu). Pelayanan obat adalah kesiapan jemaah umrah terhadap

ketersediaan obat sesuai dengan penyakitnya selama perjalanan umrah

3. Perlindungan terkait dengan keselamatan dan keamanan jemaah sebelum

berangkat dan setelah kepulangan ke tanah air. Fokus yang akan dilihat adalah

kepemilikan asuransi kesehatan dan perlindungan terhadap sistem pelayanan

kesehatan yang ada (sistem pelayanan kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap,

dan rujukan di Arab Saudi dan negara transit saat mereka berwisata sebelum

atau sesudah umrah).

H. Definisi Operasional :

1. Pembinaan adalah penyuluhan, penerangan dan pembimbingan meliputi

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dalam melakukan ibadah umrah

Page 22: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

22

(thawaf dan sa’i, serta wisata jiarah) dan kondisi kesehatan calon jemaah

umrah sehingga mereka tahu, mampu untuk mengikuti pedoman yang

diberikan. Metode pengambilan data melalui wawancara langsung, focus group

discussion, konsultasi dan konseling kesehatan umrah, termasuk pemakaian

masker selama mereka beribadah umrah.

2. Pelayanan kesehatan adalah pemeriksaan, deteksi dini faktor risiko, perawatan,

dan pemeliharaan.

a. Karakterisktik sosiodemografi responden

b. Antropometri

c. Pengukuran tekanan darah

d. Pemeriksaan gula darah dan kolestrol total

e. Gangguan mental emosional dengan kuesioner SRQ,

f. Faktor risiko PTM

g. Pengetahuan jemaah terhadap status kesehatannya

h. Sistem pelayanan kesehatan umrah di setiap provinsi (deteksi dini,

immunisasi, aklimatisasi, perawatan pasien umrah, dsb.) yang telah

dilakukan selama ini.

i. Penyakit Tb paru, meningitis, dan flu)

j. Vaksinasi meningitis, dan vaksinasi lainnya.

k. Kesiapan jemaah untuk membawa obat-obatan selama umrah

3. Perlindungan adalah keselamatan dan keamanan jemaah adalah kepemilikan

asuransi kesehatan selama perjalanan umrah. Pengetahuan tentang sistem

pelayanan kesehatan yang ada (sistem pelayanan kesehatan untuk rawat jalan,

rawat inap, dan rujukan di Arab Saudi dan negara tujuan wisata sebelum atau

sesudah ibadah umrah).

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari:

a. Kuesioner terstruktur untuk responden yang berisi:

1) Data sosio demografi responden

2) Faktor risiko PTM

3) Pengetahuan penyakit menular (Tb paru, meningitis, dan flu)

Page 23: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

23

4) Pengetahuan tentang status kesehatan responden

5) Asuransi

b. Panduan Round Table Discussion (RTD) untuk PPIU, Kemenkes (Puskeshaji,

Yanfar), Dinas Kesehatan, Kemenag, Kemenlu, dan KKP

1) Pengetahuan sistem rawat jalan di Arab Saudi

2) Pengetahuan sistem rawat inap di Arab Saudi

3) Pengetahuan sistem rujukan di Arab Saudi

4) Kendala yang dihadapi saat pelaksanaan umrah

c. Indepth interview untuk dinas kesehatan, Kemenag (Kanwil Provinsi)

meliputi:

1) Pembinaan kesehatan jemaah umrah (promosi, preventif)

2) Pelayanan kesehatan jika mereka sakit sesudah ibadah umrah

3) Perlindungan yang diberikan untuk jemaah umrah

d. Pemeriksaan responden

1) Antropometri

2) Pengukuran tekanan darah

3) Pemeriksaan gula darah dan kolestrol total

4) Gangguan mental emosional dengan kuesioner SRQ

J. Cara Pengumpulan data

Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara:

1. Round Table Discussion (RTD)

RTD dilakukan untuk memperoleh data mengenai permasalahan mengenai

kebijakan dan program yang berhubungan dengan pembinaan (promotive dan

preventif), pelayanan (deteksi dini, rujukan dan surveilans) serta perlindungan

(vaksinasi dan asuransi) Jemaah Umrah dan jejaringnya baik sebelum, saat

diperjalanan dan setelah ibadah umrah. RTD dilaksanakan di tingkat pusat dan

daerah penelitian. Di tingkat pusat peserta RTD terdiri dari stakeholder dari

masing-masing 2 (dua) orang penanggung jawab program pada Pusat Kesehatan

Haji Kementerian Kesehatan, Pusat Pelayanan Farmasi Kementerian Kesehatan,

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Sokarno Hatta, Direktorat Haji dan Umrah

Kementerian Agama, dan Kementerian Luar Negeri. RTD di daerah penelitian

Page 24: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

24

terdiri dari peserta dari masing-masing 2 (dua) orang penangyng jawab pada

PPIU, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kanwil Kementerian Agama dan KKP

yang berada di provinsi penelitian. RTD akan menggunakan pedoman RTD dan

disediakan alat perekan (tape recorder).

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) kepada Stakeholders

Wawancara mendalam pada penanggung jawab program pada Dinas

Kesehatan dan Kanwil Kemenag. Wawancara akan dilakukan menggunakan

pedoman wawancara dan disediakan alat perekan (tape recorder).

3. Wawancara Mendalam (Indepth Interview) kepada Responden Jemaah Umrah

Wawancara dilakukan di PPIU sebelum dilaksanakan umrah atau pada saat

manasik untuk memperoleh informasi penyakit tidak menular yaitu, Diabetes

Melitus (DM), jantung koroner (PJK), stroke, hipertensi, dan penyakit lain yang

berkaitan dalam pelaksanaan umrah. Selain itu untuk memperoleh informasi

kesehatan mental, faktor kesehatan merokok, aktifitas fisik dan konsumsi sayur.

4. Pemeriksaan Antropometri

Pemeriksaan antropometri akan dilaksanakan di PPIU sebelum dilaksanakan

perjalanan umrah atau pada saat manasik, terdiri dari:

a. Pemeriksaan Berat Badan: Penimbangan berat badan dilakukan dengan

menggunakan timbangan injak digital merek Uniscal dengan ketelitian 0,1 kg.

b. Pengukuran Tinggi Badan: Tinggi badan diukur menggunakan alat ukur

microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.

c. Pemeriksaan Laboratorium: Dilakukan untuk mengetahui informasi kolesterol

total dan gula darah. Pemeriksaan akan dilakukan menggunakan rapid test.

K. Pengawasan Kualitas Data

Kualitas data akan di buat melalui;

1. Validasi dan standarisasi instrument dan pewawancara

2. Supervisi dan monitoring

3. Verifikasi data, edit data dan pembersihan data

Page 25: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

25

L. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data Kuantitatif

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan tahapan

sebagai berikut :

a. Editing

Merupakan kegiatan memeriksa kembali kelengkapan data, yang telah

diambil pada saat pengumpulan data.Apakah jawaban yang dikumpulkan sudah

tepat, baik, dapat dibaca, dan sesuai dengan keinginan peneliti.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan untuk merubah data dalam bentuk huruf menjadi

data dalam bentuk angka atau bilangan yang lebih singkat.Kegunaan dari coding

adalah untuk mempermudah peneliti pada saat mengolah data menggunakan

komputer.

c. Entry Data

Kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan dan data diberi kode,

dengan mengelompokkan variabel-variabel yang akan di teliti ke dalam bentuk

SPSS.

d. Cleaning

Setelah data dimasukan dalam komputer, kemudian dilakukan cleaning atau

pembersihan data yang merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

dimasukan.Apakah ada kesalahan pada saat memasukan data atau tidak.

2. Pengolahan data kualitatif

Dibuat matrik untuk setiap variabel dan dibuat konstruk (kesimpulan) dari

setiap variable yang dianalisis

3. Analisis Data

Analisa data yang akan dilakukan sebagai berikut:

1) Analisa Univariat bertujuan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi

masing-masing variabel yang diukur, baik variabel dependen maupun

Page 26: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

26

independen. Variabel Independen untuk data kuantitatif: status kesehatan

jemaah umrah yang sehat dan mandiri.

2) Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dan dependen yaitu karakteristik responden, faktor risiko PTM

perilaku penggunaan masker. Uji statistik tabel silang dari masing-masing

variabel dengan chi – square.

3) Analisis tri angulasi untuk data kualitatif

M. Langkah-langkah Penelitian

Tahapan penelitian dilaksanakan sebagai berikut:

1) Pengembangan protokol penelitian dan penyususnan model , kuisioner untuk

responden, pandunan FGD dan Indept Interview oleh peneliti Badan

Litbangkes, Pusat Haji,PPIU , Dinas Kesahatan, Kemenag, dan

Puskesmas/klinik

2) Pengurusan etik dan izin penelitian

3) Persiapan penelitian dan Pembuatan sampling cluster (PPIUterpilih) dan

pemilihan sampel baseline studi.

4) Uji coba kuestioner

5) Sosialisasi tujuan dan manfaat penelitian kepada PPIU dan jemaah umrah.

6) Pengumpulan, pengolahan, dan analisis data

7) Penyusunan laporan dan Policy brief

8) Deseminasi

N. Pertimbangan Etik Penelitian

Surat izin penelitian diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan sedangkan etik penelitian diperoleh dari Komisi Etik penelitian dengan

mengeluarkan Ethical Clearence (EC).

Page 27: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

27

BAB III

HASIL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH

A. Karakteristik Daerah dan Responden Penelitian

Pada penelitian ini, pelaksanaan dan pengambilan data diperoleh di 11

(sebelas) ibu kota provinsi atau kota besar di Indonesia, yaitu DKI Jakarta, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, Banda Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan

Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara dan NTB.

Berdasarkan laporan Kesatuan Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia

(KESTHURI) yang menyatakan bahwa ke-11 provinsi di atas memiliki jumlah

Perusahaan Penyelenggara Ibadah Umrah (PPIU) serta jumlah jemaah umrah

terbanyak di Indonesia. Banyaknya jumlah Jemaah umrah di daerah penelitian

sebanding dengan semakin banyaknya jumlah waiting list calon Jemaah haji,

sehingga umrah merupakan alternatif beribadah ke Tanah Suci.

B. Gambaran Karakteristik, Pola Penyakit dan Perilaku Jemaah Umrah

Pada penelitian ini, data kuantitatif terkait jemaah umroh diperoleh di 3 (tiga)

ibu kota provinsi dari total 11 propinsi, hal ini terjadi karena ada efisiensi

pemotongan dana penelitian sebanyak 50%, responden diambil dari tiga provinsi

terbanyak yaitu sebanyak 166 dari 440 responden yang ditentukan sesuai dengan

besar sampel. Dimana distribusi frekuensi karakteristik, pola penyakit dan

perilaku jemaah umrah dijelaskan dalam tabel berikut.

Page 28: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

28

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Jemaah Umroh tahun 2016

Variabel N %

Jenis Kelamin

Laki-Laki 79 47.6

Perempuan 87 52.4

Kelompok Umur

< 25 Th 6 3.6

25-45 Th 61 36.7

46 – 65 Th 86 51.8

> 65 Th 13 7.8

Pendidikan

Tidak Sekolah 3 1.8

Tamat SD 17 10.2

Tamat SLTP 13 7.8

Tamat SLTA 55 33.1

Tamat PT 78 47.0

Pekerjaan

Tidak Bekerja 40 23.1

PNS/ABRI 30 18.1

Karyawan Swasta 20 12.0

Wiraswasta 61 36.7

Pensiunan 15 9.0

Status perkawinan

Belum kawin 10 6.0

Kawin 145 87.3

Cerai Mati 6 3.6

Penghasilan

Kuintil 1 3 1.8

Kuintil 2 60 36.1

Kuintil 3 70 42.2

Kuintil 4 7 4.2

Kuintil 5 26 15.7

Kepemilikan

asuransi

Ya 94 56.6

Tidak 72 43.3

Suku

Jawa 73 44

Sunda 49 29.5

Melayu 26 15.7

Batak 16 10.8

Tabel 1 diatas menjelaskan distribusi frekuensi jemaah umrah yang meliputi

Jenis kelamin jemaah umrah terbanyak terdapat pada perempuan yaitu 78 orang

(52.4%), kelompok umur terbanyak terdapat pada kelompok umur 46-65 tahun

Page 29: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

29

dengan jumlah 86 orang (51.8%), tingkat pendidikan terbanyak terdapat pada

tamat perguruan tinggi yaitu 78 orang (47.0%), dan latar belakang pekerjaan

terbanyak terdapat pada wiraswasta yaitu 61 orang (36.7%). Jemaah umrah yang

dilihat dari status perkawinan lebih banyak yang kawin yaitu 145 orang (87.3 %),

pengahasilan jemaah umrah sebagian besar terdapat pada kuantil 3 yang berkisar

antara 5-7 juta. Jumlah Jemaah umrah yang mempunyai asuransi kesehatan lebih

banyak yaitu 94 orang (56.6%), serta suku terbanyak jemaah umrah berasal dari

suku jawa yaitu 73 orang (44%).

Tabel 2.

Penyakit Tidak Menular (PTM) Jemaah Umroh 2016

Variabel N %

DM

Ya 15 9.0

Tidak 151 91.0

PJK

Ya 4 2.4

Tidak 162 97.6

Stroke

Ya 4 2.4

Tidak 162 97.6

Hipertensi

Ya 37 22.3

Tidak 129 77.7

Kanker

Ya 1 0.6

Tidak 165 99.4

PPOK

Ya 1 0.6

Tidak 165 99.4

Asma

Ya 8 4.8

Tidak 158 95.2

Ginjal kronik

Ya - -

Tidak 166 100.0

Tabel 2 menjelaskan tentang distribusi penyakit tidak menular jamaah umroh.

Dari total 166 responden, penyakit yang mendominasi adalah hipertensi yaitu

sebanyak 37 (22,3%) orang, diabetes mellitus sebanyak 15 (9%) dan asma

sebanyak 8 (4,8%). Sedangkan untuk penyakit tidak menular lainnya, hanya

berkisar pada 1 sampai 4 penderita.

Page 30: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

30

Tabel 3.

Penyakit lain yang Berkaitan dengan Jemaah Umroh 2016

Variabel N %

Disabilitas

Ya 6 3.6

Tidak 160 96.4

TB paru

Ya 4 2.4

Tidak 162 97.6

Hepatittis

Ya - -

Tidak 166 100.0

Jemaah yang

mengalami sakit di

AS

Ya 71 42.8

Tidak 95 57.2

Kesehatan Mental

Terganggu

Tidak Terganggu

3

163

1.8

98.2

Tabel 3 menguraikan penyakit lain yang berkaitan dengan jemaah umrah.

Jemaah umrah yang mengidap disabilitas sebanyak 6 orang (3.6%), TB paru

sebanyak 4 orang (2.4%), dan kesehatan mental sebanyak 3 orang (1.8%).

Tabel 4.

Distribusi pemberian vaksin dan status obat

Variabel N %

Vaksin

Ya 127 76.5

Tidak 39 23.5

Waktu Vaksin

≥1 bulan 123 74.1

<1 bulan 43 25.9

Bawa obat

Ya 87 52.4

Tidak 79 47.6

Tabel 4 diatas terlihat bahwa jumlah jemaah yang divaksinasi sebanyak 172

orang (76.5%) dari 166 jumlah responden, waktu vaksin lebih banyak yaitu ≥1

Page 31: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

31

bulan (lebih dari sama dengan satu bulan) sebanyak 123 orang (74.1%), serta

jemaah yang membawa obat pribadi untuk dirinya sendiri 87 orang (52.4%).

Tabel 5

Perilaku Merokok Calon Jemaah Umrah

Variabel N %

Ya, setiap hari 20 12

Ya, kadang-kadang 14 8.4

Tidak, tapi sebelumnya pernah 14 8.4

Tidak, kadang-kadang 8 4.8

Tidak pernah sama sekali 110 66.3

Jemaah umrah yang setiap hari merokok sebanyak 20 orang (12%), jemaah

yang kadang-kadang merokok dan sebelumnya pernah merokok sebanyak 14

orang (8.4%). jemaah umrah yang tidak merokok namun kadang-kadang sebanyak

8 orang (4.8), serta jemaah yang tidak pernah sama sekali merokok yaitu 110

orang (66.3%).

Tabel 6

Aktivitas Fisik Calon Jemaah Umrah

Variabel N %

Aktivitas Berat

Ya 31 18.7

Tidak 135 81.3

Aktivitas Sedang

Ya 134 80.7

Tidak 32 19.3

Pada tabel 6 menguraikan bahwa jemaah umrah yang melakukan aktifitas

fisik berat sebanyak 31 orang (18,7%) dan yang tidak melakukan aktifitas berat

sebanyak 135 orang (81,3%). Sedangkan jemaah umrah yang melakukan aktifitas

fisik sedang sebanyak 134 orang (80.7) dan jemaah yang tidak melakukan

aktifitas fisik sedang yaitu 32 orang (19.3%).

Page 32: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

32

Tabel 7

Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur, Makanan Berisiko,

Serta Pemakaian Masker Calon Jemaah umrah

Variabel N %

Konsumsi buah dan sayur

7 hari 89 53.6

<7 hari 77 46.4

Makanan berisiko

Makanan manis

≥1kali per hari 60 36.1

1-6kali per minggu 78 47.0

<3kali per bulan 23 13.9

Tidak pernah 5 3.0

Makanan asin

≥1kali per hari 48 28.9

1-6kali per miggu 60 36.1

<3kali per bulan 51 30.7

Tidak pernah 7 4.2

Makanan Berlemak

≥1kali per hari 52 31.3

1-6kali per miggu 78 47.0

<3kali per bulan 29 17.5

Tidak pernah 7 4.2

Minum kopi

≥1kali per hari 41 24.7

1-6kali per miggu 50 30.1

<3kali per bulan 30 18.1

Tidak pernah 45 27.1

Bumbu penyedap

≥1kali per hari 68 41.0

1-6kali per miggu 27 16.3

<3kali per bulan 50 30.1

Tidak pernah 21 12.7

Pemakaian masker

Ya 31 18.7

Tidak 135 81.3

Penjelasan tabel diatas, terlihat bahwa perilaku calon jemaah umrah dalam

mengonsumsi buah dan sayur sebagian besar setiap hari dalam satu minggu (7

hari). Calon jemaah umrah yang mengkonsumsi makanan manis, asin, berlemak

dan minum kopi rata-rata 1-6 kali perminggu, sedangkan bumbu penyedap ≥1

kali perhari. Untuk pemakaian masker, lebih banyak jemaah yang tidak

Page 33: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

33

menggunakana masker yaitu 135 orang (81.3%) dibandingkan jemaah yang

menggunakan masker yaitu 31 orang (18.7%).

C. Sistem Pembinaan, Pelayanan Dan Pelindungan Jemaah Umrah

Sebelum Berangkat, Selama Diperjalanan, Di Arab Saudi Dan Setelah

Kembali Ke Indonesia.

Informan utama yang diambil dalam penelitian ini adalah PPIU serta

pemangku kebijakan dalam penyelenggaraan kesehatan umrah antara lain, Kantor

Kesehatan Pelabuhan (KKP), Dinas Kesehatan Provinsi, serta Kementerian

Agama pada kantor wilayah provinsi. Repsonden terpilih di PPIU yaitu pemilik

dan/atau pengelola, di Dinas kesehatan provinsi yaitu kepala dinas kesehatan

provinsi dan/atau pelaksana program kesehatan haji, di KKP yaitu kepala KKP

dan/atau bagian Usaha Kesehatan Lintas Wilayah (UKLW), dan di Kantor

wilayah (Kanwil) Kementerian Agama yaitu kepala kanwil dan/atau pelaksana

program penyelenggaraan haji dan umrah.

Tabel 8

Jumlah PPIU di Wilayah Penelitian Tahun 2016

No Provinsi Jumlah

PPIU

1 DKI Jakarta NA

2 Jawa Barat 84

3 Jawa Tengah 8

4 Jawa Timur 23

5 NTB NA

6 Sulawesi Utara NA

7 Kalimantan Barat 4

8 Kalimantan Timur 6

9 Kalimantan Selatan 10

10 Sumatera Utara 7

11 Banda Aceh 4

Selanjutnya terhadap Jemaah Umrah yang sedang dan telah melaksanakan

ibadah umrah dilakukan wawancara mendalam dan observasi sebagai bentuk

penerapan triangulasi metode. Jemaah umrah yang diwawancara sebagai berikut,

Page 34: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

34

Tabel 9

Karakteristik Responden Jemaah Umrah yang Sedang dan Telah

Melaksanakan Ibadah Umrah

No Kode Alamat Umur Jenis Kelamin PPIU

1 WJ1 Jambi 64 P Jakarta

2 WJ2 Jambi 60 P Jakarta

3 WJ3 Medan 71 P Jakarta

4 WJ4 Medan 64 P Jakarta

5 WJ5 Surabaya 36 P Surabaya

6 WJ6 Surabaya 51 L Surabaya

7 WJ7 Jakarta 51 L Jakarta

8 WJ8 Jakarta 45 L Jakarta

9 WJ9 Jakarta 40 P Jakarta

10 WJ10 Jakarta 40 P Jakarta

11 WJ11 Jakarta 43 L Jakarta

12 WJ12 Samarinda 49 P Samarinda

13 WJ13 Samarinda 16 P Samarinda

14 WJ14 Makasar 60 P Makasar

15 WJ15 Bekasi 40 L Jakarta

16 WJ16 Bogor 50 P Bogor

17 WJ17 Jakarta 35 P Jakarta

18 WJ18 Medan 51 L Medan

19 WJ19 Malang 70 L Jakarta

20 WJ20 Jakarta 58 L Jakarta

21 WJ21 Jakarta 36 L Back Packer

22 WJ22 Makasar 66 P Makasar

23 WJ23 Malang 40 P Malang

24 WJ24 Malang 40 P Malang

25 WJ25 Serang 50 P Jakarta

26 WJ26 Serang 50 P Jakarta

27 WJ27 Serang 52 P Jakarta

28 WJ28 Surabaya 45 P Surabaya

29 WJ29 Surabaya 60 P Surabaya

30 WJ30 Bandung 35 P Bandung

31 WJ31 Bandung 25 P Bandung

Dari ketigapuluh satu responden yang diwawancarai terdapat 9 jemaah umrah

laki-laki dan Jemaah perempuan berjumlah 22 orang. Rata-rata usia responden

diatas 40 tahun dan memilih PPIU yang berada di Jakarta sebanyak 16 responden,

sedangkan sisanya berada di domisili masing-masing Jemaah Umrah.

Page 35: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

35

C.1 Kebijakan dan Aspek Hukum Pelayanan Kesehaan Umrah

Informan di KKP, PPIU, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kanwil Kemenag

mengatakan bahwa belum ada payung hukum yang jelas mengenai pelayanan

kesehatan umrah. Belum ada legalitas formal untuk pelayanan kesehatan umrah.

Seperti informasi hasil wawancara mendalam sebagai berikut:

Tabel 10

Hasil Wawancara Mengenai Kebijakan dan Aspek Hukum

Pelayanan Kesehatan Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Dibutuhkan

payung hukum

(permenkes)

tentang pelayanan

kesehatan umrah

yang mencakup

pemberian

vaksinasi bagi

Jemaah umrah

agar jelas siapa

yang bertanggung

jawab dari

terhadap

pengadaan vaksin,

pemberian dan

PNBP. Selain itu

perlu dibuat MoU

antara Kemenag,

KKP dan dinkes

yang berkaitan

dengan vaksinasi.

Sebagian besar

mengatakan belum

ada sosialisasi

PMA No. 18

Tahun 2015.

Selain itu, proses

perijinan PPIU

hanya berlaku

selama 3 tahun,

jika sudah habis

jemaah pada PPIU

tersebut

menumpang pada

PPIU lain.

Beberapa PPIU

ada yang sudah

berijin selama 5

tahun namun

belum melakukan

perpanjangan

Belum ada

payung hukum

untuk pelayanan

kesehatan umrah,

perlu ada payung

hukum berupa

kepmen yang baru

yang mengatur

tentang kesehatan

umrah.

PMA No. 18

Tahun 2015 dari

Kemenag, namun

regulasi terkait

pelayanan

kesehatan umrah

belum jelas.

Belum ada

legalitas formal

(NSPK) untuk

umroh sekalipun

sudah ada PMA

75 namun tidak

punya gigi.

Dari hasil penggalian informasi dari informan di atas, pemangku kepentingan

di KKP mengharapkan adanya payung hukum yang jelas untuk pelayanan

kesehatan umrah karena selama ini KKP hanya menjalankan tugas pokok dan

fungsinya yaitu memberikan vaksin meningitis dan penerbitan International

Certificate of Vaccine (ICV) kepada calon Jemaah umrah. Berkaitan dengan

pemberian vaksinasi kepada Jemaah umrah yang semakin meningkat jumlahnya,

sehingga diperlukannya suatu kerjasama melalui MoU antara KKP, Dinas

Kesehatan dan Kementerian Agama dalam pemberian vaksin. Berdasarkan hal

Page 36: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

36

tersebut, maka aspek hukum yang ada di KKP saat ini hanya berkaitan dengan

pemberian vaksin dan penerbitan ICV saja, sedangkan pemeriksaan kesehatan

bagi calon Jemaah umrah tidak dapat dilaksanakan karena bukan kewenangan dari

KKP.

Informasi tentang pengaturan kesehatan umrahpada dasarnya telah diatur

dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan

Perjalanan Ibadah Umrah, namun seluruh responden dari PPIU tidak pernah

mendapatkan sosialisasi terkait pelayanan kesehatan umrah berdasarkan regulasi

tersebut. Aspek hukum pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan perjalanan

umrah tersebut sifatnya wajib yang meliputi penyediaan petugas kesehatan, obat-

obatan dan pengurusan Jemaah umrah yang sakit selama di perjalanan dan di Arab

Saudi. Selain itu aspek penting lainnya yaitu fasilitasi vaksinasi bagi Jemaah

umrah dan asuransi kesehatan. PPIU sebatas mengetahui aspek perijinan dalam

penyelenggaraan perjalanan umrah, namun itupun terdapat celah pelanggaran

untuk tidak melaksanakan perpanjangan perijinannya manakala habis jangka

waktu usaha penyelenggaraan perjalanan umrah.

Bagi Dinas Kesehatan, sebagian besar berpendapat bahawa pelayanan

kesehatan umrah juga dapat dilaksanakan di bawah program Dinas Kesehatan,

namun karena belum ada payung hukum yang jelas untuk melaksanakannya.

Peraturan yang disarankan yaitu dalam kewenangan Kementerian Kesehatan dan

bekerja sama dengan Kementerian Agama. Walaupun PMA No. 18 Tahun 2015

mengatur kewajiban PPIU untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi

Jemaah umrah namun kewenangan selanjutnya ada pada Kementerian Kesehatan.

Sebagaimana telah didinformasikan responden dari Kanwil Kemenag, bahwa

pelayanan kesehatan umrah masih perlu dibuatkan Norma, Standar, Prosedur dan

Kriteria (NSPK) yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.

C.2 Pemeriksaan Kesehatan Umrah

Sebagian responden yang diwawancarai mengatakan bahwa tidak ada

pemeriksaan kesehatan Jemaah Umrah sebelum dilaksanakannya ibadah umrah.

Kalaupun ada pemeriksaan hanya sebatas inisiatif dari responden sebagian kecil

Page 37: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

37

KKP yang melaksanakan pelayanan kesehatan terbatas. Berikut ikhtisar hasil

wawancara dengan responden,

Tabel 11

Hasil Wawancara Pemangku Kepentingan Mengenai

Pemeriksaan Kesehatan Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil

Kemenag

Pemeriksaan

kesehatan bagi

jemaah umrah

sebagian besar

provinsi

mengatakan hanya

terbatas pada

pemberian vaksin

dan ICV saja,

namun ada sedikit

KKP yang

melakukan

pemeriksaan

kesehatan

sederhana sebelum

diberi vaksin dan

ICV.Selain itu

perlu dibuatMoU

dengan Dinkes

agar dilakukan

pemeriksaan

kesehatanjemaah

umrahdi

KKPTemuan lain

di KKP NTB

melakukan

terobosan dengan

adanya kebijakan

untuk

menempatkan

pelayanan

vaksinasi lebih

dekat dengan

masyarakat

melalui MoU

dengan Dinas

Kab/Kota.

Sebagian

mengatakan tidak

ada pemeriksaan

kesehatan, namun

ada dokter

pendamping, dan

obat-obatan yang

dibawa pemilik

travel. Ada juga

travel yang

melakukan

pemeriksaan

kesehatanpada

jemaah satu

minggu sebelum

keberangkatan.

Disarankan KKP

melaksanakan

pemeriksaan rutin

dan pemeriksaan

kehamilan untuk

jemaah umrah,

Pemeriksaan

kesehatan

dilakukan

bersamaan dengan

vaksin di KKP, bila

dinyatakan sakit

maka tidak bisa

diberangkatkan,

harus diobati dulu

sampai dinyatakan

sembuh. Yang

lainnya mengatakan

bahwa sudah ada

PMK dari

Kemenag, namun

tidak ada standar

Tidak ada, secara

umum

dikoordinasikan

oleh KKP, Dinkes

dan (AKHI)

Tidak ada

koordinasi

(kecuali Jabar

sdh ada

koordinasi antara

kemenag dan

dinkes)

antara dinkes

dan kemenag

tentang umroh.

Ada yang

mengatakan

tidak ada, bukan

tupoksi, serta

perlu dapat

dilakukan

sesudah

vaksinasi di

poliklinik.

Page 38: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

38

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil

Kemenag

resmi dari daerah

yang ada hanya

himbauan dari

kanwil kemenag

yaitu travel hanya

boleh

memberangkatkan

jemaah dengan

biaya perjalanan

semurah-murahnya

20 juta,

sertaPMA.18 tahun

2015. Belum ada

aturan untuk

operasional di

daerah.

Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh KKP hanya sebatas pemberian

vaksin bagi calon Jemaah Umrah. Sebagian besar menyarankan adanya

pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan oleh KKP dan dapat berkoordinasi

dengan Dinas Kesehatan di wilayah kerja KKP atau dengan dibuatnya pelayanan

vaksinasi yang mendekati masyarakat (secara mobile) seperti yang telah dilakukan

oleh KKP di NTB yang telah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat. Beberapa PPIU menyarankan agar pemeriksaan

kesehatan dapat dilaksanakan oleh KKP secara terintegrasi dengan pelayanan

vaksinasi untuk memudahkan akses calon Jemaah Umrah. Sebagian kecil PPIU

telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan secara mandiri satu minggu sebelum

keberangkatan, hal ini dilakukan karena berdasarkan pengalaman

memberangkatkan Jemaah Umrah yang sakit dapat menyulitkan PPIU dan bahkan

Jemaah Umrah yang beribadah. Diharapkan KKP atau instansi terkait dapat

memberikan keputusan berangkat atau tidaknya atas kesehatan Jemaah Umrah

berdasarkan kewenangannya.

Bagi Dinas Kesehatan, pemeriksaan kesehatan bagi Jemaah Umrah biasanya

dapat diketahui setalah kepulangan Jemaah Umrah di tanah air yang sakit. Dari

hasil konsultasi baru dapat diketahui bahwa yang bersangkutan sakit setelah

kepualangannya dari Arab Saudi. Dengan kejadian tersebut, Dinas Kesehatan

Page 39: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

39

berharap adanya informasi atau database kesehatan Jemaah Umrah untuk

memudahkan dalam peningkatan derajat kesehatan di dalam negeri.

Informasi dari Kanwil Kemenag dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada

dasarnya, pemeriksaan kesehatan bukan wilayah kerja dari Kementerian Agama,

walaupun PMA No. 18 Tahun 2015 mengatur kewajiban PPIU memberikan

pelayanan kesehatan umrah, namun secara teknis seharusnya dilaksanakan oleh

Kementerian yang melaksanakan tugas dibidang kesehatan. Pelaksanaan

pemeriksaan kesehatan sudah diinisiasi atas kerjasama antara Kementerian Agama

dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

Informasi tentang pemeriksaan kesehatan sebelum berangkat ke Arab Saudi

dijelaskan oleh informan Jemaah Umrah sebagai triangulasi sumber dan metode,

Tabel 12

Hasil Wawancara Jemaah Umrah terkait Pemeriksaan Kesehatan

No Komponen Kesimpulan

1 Persiapan keberangkatan Mayoritas responden menjawab tidak ada

persiapan khusus untuk menjaga kesehatan

sebelum keberangkatan ke Arab Saudi, hanya

sebagian kecil melaksanakan latihan

kebugaran dengan jalan pagi dan minum

vitamin secara rutin.

2 Pemeriksaan Kesehatan Mayoritas responden tidak melakukan

pemeriksaan kesehatan sebelum pergi ke

Arab Saudi, hanya sebagian kecil yang

memeriksakan kesehatannya ke dokter

praktek mandiri atau poliklinik umum.

3 Jenis Pemeriksaan

Kesehatan

Sebagian kecil responden yang diperiksa

kesehatannya di dokter praktek mandiri

maupun klinik umum diperiksa tensi dan

kolesterol danada satu jemaah yang

memeriksakan jantungnya secara rutin karena

dipasang ring pada jantungnya.

C.3 Imunisasi

Seluruh responden menyatakan bahwa vaksinasi merupakan kewajiban bagi

calon Jemaah Umrah dan telah dilaksanakan oleh KKP sebagai intitusi yang

Page 40: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

40

berwenang menerbitkan ICV. Secara keseluruhan PPIU mendampingi calon

Jemaah Umrah pada saat proses vaksinasi di KKP.

Tabel 13

Hasil Wawancara Mengenai Imunisasi Bagi Jemaah Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Imunisasi berupa

pemberian vaksin

pada jemaah

umrah,selain itu

perlu MoU dengan

embarkasi untuk

mengadakan

tempat pelayanan

imunisasiyang

dapat dijangkau

masyarakat, selain

itu jumlah jemaah

yang divaksinasi

lebih sedikit

dibanding jumlah

jemaah yang

berangkat.

Mewajibkan

jemaah umrah

untuk

mendapatkan

vaksin meningitis

secara legal (kartu

kuning harus asli)

dan di dampingi

oleh KKP, jemaah

umrah yang akan

di vaksin di

lakukan

pemeriksaan

kesehatan terlebih

dahulu ke KKP,

jika jemaah

mempunyai

riwayat penyakit

sebelumnya harus

membawa surat

rekomendasi dari

dokter yang

merawat dan

kelayakan

penerbangan.

Akan tetapi tidak

diharuskan untuk

memeriksakan

kesehatan di KKP,

ICV hanya sebagai

syarat untuk

mendapatkan visa.

Selain itu,

sebagian

mengatakan sudah

melakukan

kerjasama dengan

AKHI dan

puskesmas.

Imunisasi

dikoordinasi

langsung oleh

KKP. Ada Mou

oleh KKP dengan

masing-masing

Dinkes Kab/Kota

agar mudah di

jangkau oleh

masyarakat,

sebagai

perpanjangan

tangan dari KKP

Tidak ada laporan

KKP tentang

Jemaah yang

diimunisasi, juga

tidak ada laporan

PPIU tentang

jemaah yang

berangkat. Ada

yang mengatakan

bukan tupoksi,

jemaah disuntik

atau divaksinasi

untuk

perlindungan di

KKP.

Page 41: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

41

Menurut informasi dari KKP, untuk menjangkau kebutuhan masyarakat

dalam pelayanan vaksinasi, pelaksanaannya perlu kerjasama dengan embarkasi

setempat. Selain itu, data Jemaah Umrah yang divaksin sangat berbeda jauh

dengan data Jemaah Umrah yang berangkat. Hal ini patut menjadi perhatian

kedepan dalam manajemen vaksinasi Jemaah Umrah. Beberapa informasi dari

KKP, kerap ditemukannya ICV palsu, sehingga KKP harus memperketat

pelaksanaan pemeriksaan ICV di embarkasi.

Masukan sebagian PPIU bahwa perlunya pendampingan dalam pelayanan

vaksinasi bagi calon Jemaah Umrah di KKP dan perlunya pemeriksaan kesehatan

dan rekomendasi laik terbang bagi Jemaah Umrah. Agar masyarakat mudah

mendapatkan pelayanan vaksinasi, Dinas Kesehatan mengharapkan adanya kerja

sama dengan Puskesmas atau melalui Dinas Kesehatan sebagai perpanjangan

tangan KKP. Beberapa Dinas Kesehatan menyarankan agar adanya base data yang

terintegrasi antara KKP, Dinas Kesehatan dan Kementerian Agama. Adapun

Informasi responden di Kanwil Kemenag, tidak ada koordinasi maupun data

terkait Jumlah Jemaah Umrah dan Jemaah Umrah yang telah divaksinasi. Hal ini

dikarenakan Kementerian Agama hanya sebatas memberikan perijinan bagi PPIU.

Informasi yang diperoleh dari Jemaah Umrah, sebagian besar memperoleh

vaksinasi yang dilakukan seminggu sampai tiga minggu sebelum keberangkatan

di KKP dimana responden berdomisili. Namun, masih terdapat responden yang

tidak di vaksinasi.

C.4 Pembinaan Kesehatan Jemaah Umrah

Seluruh responden menyebutkan bahwa pembinaan kesehatan bagi Jemaah

Umrah belum ada. Pembinaan yang dilaksanakan hanya sebatas pembinaan

ibadah umrah yang dilakukan oleh Kementerian Agama.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

42

Tabel 14

Hasil Wawancara Mengenai Pembinaan Kesehatan Jemaah Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Pembinaan

jemaah umrah

sebagian besar

tidak ada, hanya

pelaksanaan

kegiatan

pemberian

vaksinasi saja.

Namun ada

sedikit yang

melakukan

pembinaan

kepada jemaah

umrah, tetapi

masih sebatas

pada sosialisasi

untuk mencegah

meningitis yang

tidak dilakukan

secara rutin,

tergantung

anggaran yang

ada serta

melakukan upaya

pendekatan pada

biro-biro

perjalanan pada

saat jemaah

manasik ibadah

haji.

Sebagian

mengatakan tidak

ada pembinaan

jemaah umrah

baik dari travel

maupun dinkes,

ada yang

mengatakan tidak

ada pembinaan

oleh Kemenag.

Kalaupun ada

koordinasi lebih

formalitas

administratif saja.

Ada juga yang

mengatakan ada

pembinaan

keagamaan, serta

ada yang

mengatakan

pembinaan jemaah

umrah dilakukan

di KKP sebagai

syarat untuk

mendapatkan visa.

Sebagian

mengatakan belum

ada pembinaan

jemaah umrah.

Ada yang

mengatakan bukan

tupoksi. Secara

informal

pembinaan

dilakukan oleh

AKHI. Ada SE

dari P2PL

yangmemantau

kepulangan jemaah

umroh.

Bimbingan teknis

dilakukan

berdasarkan

regulasi.

Pembinaan pada

jemaah umroh

hanya sebatas

perizinan pada

pihak travel yang

mengharuskan

menjadi biro

perjalanan wisata.

setelah 2 tahun

baru boleh

mendapat izin

travel umroh,

dengan disertai

akte notaries jika

merupakan cabang

dari Pusat.Selain

itu ada koordinasi

dan turun lapangan

untuk cek

kesesuaian

ketentuan dan

kesiapan PPIU,

serta bekerjasama

dengan AKHI.

Pembinaan yang dilaksanakan KKP sebagian besar terbatas pada pemberian

himbauan kepada calon Jemaah Umrah untuk vaksinasi meningitis, bahkan

beberapa KKP telah melakukan pendekatan kepada biro-biro perjalanan, namun

tidak dilaksanakan secara rutin karena keterbatasan anggaran. Begitupula menurut

responden PPIU, pembinaan kesehatan sama sekali tidak pernah dilaksanakan

baik oleh Dinas Kesehatan maupun KKP.

Dinas Kesehatan masih memerlukan payung hukum dalam pelaksanaan

pembinaan kesehatan bahi Jemaah Umrah, namun secara khsusus ada Surat

Page 43: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

43

Edaran dari Dirjen P2PL yang melaksanakan pemantauan kepulangan Jemaah

Umrah.

Kementerian Agama memberikan pembinaan hanya dalam rangka kegiatan

atau teknin umrah. Berdasarkan peraturan yang ada pembinaan hanya dalam

rangka perijinan bagi biro perjalanan yang akan menjadi PPIU serta peninjauan

lokasi.

Informasi pembinaan kesehatan, seluruh responden menyebutkan tidak ada,

yang ada hanya pembinaan ibadah yang dilakukan pada saat manasik.

C.5 Layanan Kesehatan di Arab Saudi

Sebagian besar PPIU maupun Kanwil Kemenag, telah memahami prosedur

pelayanan kesehatan di Arab Saudi yang dilaksanakan di rumah sakit Pemerintah

Arab Saudi yang diberikan secara Cuma-cuma. Namun dalam pelaksanannya

masih ada PPIU yang tidak memberikan pendampingan terhadap Jemaah Umrah

yang harus mendapatkan perawatan di rumah sakit dan diserahkan sepenuhnya

kepada pihak asuransi yang menjadi fasilitas Jemaah Umrah dari PPIU itu.

Tabel 15

Hasil Wawancara Mengenai Layanan Kesehatan Jemaah Umrah

di Arab Saudi

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Layananan

kesehatan di Arab

Saudi sebagian

besar tidak ada.

Hanya sedikit

yang mengatakan

tidak tahu dan

bukan tupoksi,

serta belum ada

sistem, kecuali

ada laporan dari

maskapai bila ada

kasus di daerah

transit.

Jemaah yang sakit

akan dirujuk ke

RS Pemerintah

Arab Saudi untuk

mendapatkan

pelayanan

kesehatan gratis,

jika hanya sebatas

sakit ringan

ditangani melalui

pemberian obat-

obatan oleh pihak

travel.

Sebagian besar

mengatkaan tidak

tahu. ada yang

mengatakan tidak

ada unit khusus,

dan Umroh

pastinya lebih

sedikit dilayani

dibandingkan

dengan layanan

jemaah haji.

Dilaksanakan oleh

Pemerintah Arab

Saudi. ada yang

mengatakan Tidak

tahu, tidak pernah

ada laporan,

semua travel

mengcover

asuransi jemaah

umrohnya, bila

sakit ditangani

mereka sendiri,

serta Tidak

terjangkau

kemenag.

Pelayanan kesehatan di Arab Saudi saat ini menjadi tanggung jawab

sepenuhnya PPIU, namun belum semua memberikan pendampingan karena

Page 44: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

44

beberapa kendala seperti pihak rumah sakit melarang pendamping Jemaah Umrah

untuk masuk ke rumah sakit. Selain itu, PPIU telah menyediakan obat-obatan

bagi Jemaah Umrah yang sakit ringan. Sebagian besar responden PPIU

mengatakan menghindari perawatan di rumah sakit karena ini akan berdampak

pada proses berjalannya ibadah, yang kerap sekali Jemaah Umrah sakit yang

tertinggal di Arab Saudi. Pelayanan kesehatan Jemaah Umrah dan kejadian

kesakitan di Arab Saudi tidak dilaporkan PPIU baik ke Kementerian Agama

maupun ke Dinas Kesehatan.

C.6 Masalah Kesehatan di Arab Saudi

Seluruh responden mengatakan bahwa tidak ada mekanisme pelaporan

terhadap masalah kesehatan di Arab Saudi. Beberapa kasus penelantaran Jemaah

Umrah yang sakit ditindaklanjuti oleh Kementerian Luar Negeri hingga

kepulangannya sampai ke tanah air.

Tabel 16

Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Arab Saudi

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Sebagian besar

tidak tahu masalah

kesehatan di Arab

Saudi, sebagian

mengatakan tidak

ada laporan dan

bukan tupoksi.

Masalah kesehatan di

Arab Saudi ditangani

petugas Rumah Sakit

pemerintah Arab

Saudi. Jika sakit

ringan, bisa di tangani

oleh petugas

kesehatan yang

mendampingi.Semua

pelayanan kesehatan

di rumah sakit di Arab

Saudi gratis. Jika

jemaah umroh

meninggal pihak

travel lapor ke

muassasah, dan dinas

kesehatan Arab Saudi

akan mengurus

semuanya. Travel

mengurus COD nya

untuk asuransi.

Tidak ada laporan

mengenai masalah

kesehatan di Saudi

Arabia, ada yang

mengatakan tidak

tahu.

Tidak ada laporan

masalah kesehatan

pada jemaah

umroh. Lainnya

mengatakan tidak

tahu.Sesuai dengan

PMA No. 18 Tahun

2015 pelayanan

kesehatan di Arab

Saudi berdasarkan

peraturan

Pemerintah Arab

Saudi, adapun yang

mengatakan

ditemukan masalah

kesehatan jemaah

umrah di Saudi

Arabia maka

diurus oleh

kedutaan seluruh

biayanya sampai

pemulangan.

Page 45: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

45

Masalah kesehatan yang berakibat pada meninggalnya Jemaah Umrah

sebagian besar sudah dipahami prosedurnya oleh PPIU berdasarkan peraturan

Pemerintah Arab Saudi. Adapun informasi masalah kesehatan Jemaah Umrah di

Arab Saudi sebagaimana dalam tabel berikut,

Tabel 17

Masalah Kesehatan Jemaah Umrah di Arab Saudi

No Komponen Kesimpulan

1 Riwayat penyakit Mayoritas responden menyebutkan tidak

memiliki riwayat penyakit khusus, namun obat-

obatan selalu tersedia baik yang di bawa sendiri

maupun dari pihak travel. Namun ada satu

orang yang memiliki riwayat penyempitan

pembuluh darah dan dipasang ring pada

jantungnya. Selain itu, sebagian kecil memiliki

riwayat hipertensi.

2 Pengalaman sakit Mayoritas responden tidak mengalami sakit

saat melaksanakan ibadah umrah. Responden

yang memiliki riwayat penyempitan pembuluh

darah mengalami sakit selama 3 hari dan tidak

mau di bawa ke rumah sakit di Arab Saudi,

pengobatan dilakukan sendiri karena membawa

obat-obatan dari tanah air. Sebagian kecil

responden mengalami sakit batuk, pilek dan

pegal-pegal.

3 Ketersediaan tenaga kesehatan Seluruh responden menjawab tidak ada tenaga

kesehatan yang disediakan pihak travel,

kalaupun ada adalah tenaga kesehatan yang

melaksanakan ibadah umrah, namun secara

sukarela seringkali membantu Jemaah lain

yang mengalami sakit.

4 Masalah lingkungan Secara umum, Jemaah umrah dapat

menyesuaikan kondisi lingkungan di Arab

Saudi, walaupun keluhan cuaca masih ada

karena sangat panas hingga 40 derajat celcius.

5 Keluhan Keluhan penyakit tidak dialami oleh seluruh

responden, kecuali responden berpenyakit

jantung.

Page 46: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

46

C.7 Masalah Kesehatan di Negara Transit

Sebagian besar responden tidak mengetahui mekanisme penyelesaian masalah

kesehatan di negara transit.

Tabel 18

Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Negara Transit

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Masalah

kesehatan di

transit. Sebagian

mengatakan tidak

ada laporan,

belum ada laporan

kasus yang

ditemukan serta

bukan tupoksi.

Sebagian besar

mengatakan bahwa

untuk masalah

kesehatan di transit

belum pernah ada

kasus. Jika ada

jemaah yang sakit

ditangani langsung

oleh RS Arab

Saudi, pihak travel

mengurus semua

transportasinya.

Ada yang

mengatakan ada

masalah yang

ditangani melalui

dana asuransi.

Ada juga yang

mengatakan saat

jemaah transit di

Singapore

(sebelum terbang

langsung ke Saudi

Arabia), dilakukan

pemeriksaan

kesehatan di

bandara.

Tidak ada

masalah kesehatan

di transit. Ada

yang mengatakan

tidak tahu, dan

tidak ada

komunikasi antara

KKP dan kanwil

dengan Dinkes

provinsi.

Tidak terlaporkan

mengenai masalah

kesehatan di

transit, dan yang

lainnya

mengatakan

bukan tupoksi,

tidak tahu, dan

tidak terjangkau

Kemenag.

Responden PPIU belum pernah mengalami permasalahan kesehatan di negara

transit, namun pernah terjadi kejadian meninggal Jemaah dan diselesaikan oleh

pihak kedutaan besar Indonesia di negara transit dan memulangkannya ke tanah

air. Laporan masalah kesehatan di negara transit belum ada. Biasanya laporan

Page 47: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

47

datang dari Kementerian Luar Negeri ke kementerian atau lembaga Pemerintah

terkait.

C.8 Peran Pemerintah dalam Pelayanan Kesehatan Umrah

Menurut informasi responden sebagian besar berpendapat, Pemerintah harus

menyediakan pelayanan kesehatan bagi calon Jemaah Umrah.

Tabel 19

Hasil Wawancara Mengenai Peran Pemerintah dalam

Pelayanan Kesehatan Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Peran pemerintah

dalam umrah KKP

berharap memiliki

kewenangan yang

diatur dalam

regulasi terkait

pemeriksaan

jemaah haji. KKP

siap melakukan

pemberian

vaksinasi jemaah

umrah, namun ada

kendala tempat

pelayanan jemaah

yang terlalu

sempit sehingga

butuh perhatian

status klinik di

KKP.

Pemeriksaan

kesehatan

dilaksanakan

sangat ketat

dengan termal

scanner sehingga

dapat terdeteksi

jika ada suspect

Mers-COV.

Pemerintah harus

menyediakan

pelayanan

kesehatan Umrah,

pihak travel hanya

bisa memfasilitasi

melalui asuransi.

Selain itu

pemerintah

memberi

kemudahan dalam

perijinan dan

vaksinasi. Adanya

wacana untuk

melakukan

pelayanan

kesehatan umrah

yang

dilaksanakan oleh

pemerintah.

Adanya peran

KBRI Jeddah

dalam penanganan

jemaah umrah

yang meninggal.

Dinkes perlu

payung hukum

untuk

melaksanakan

tugas pelayanan

kesehatan jemaah

umrah. Selain itu

perlu monitoring

dan evaluasi,

koordinasi antara

asosiasi travel

umroh untuk

membina ke

daerah mengenai

jemaah umroh,

serta. Selain itu

perlu menghimpun

sistem data

informasi

kesehatan jemaah

umrah

Kanwil secara

internal saja

memberikan

rekomendasi

untuk mengurus

perijinan di

kemenag, serta

MoU dengan

kepolisian, untuk

menjaring travel

tanpa izin. PMA

No. 18/2015 juga

merupakan bentuk

pengawasan dan

pembinaan untuk

memudahkan

penertiban PPIU

di wilayah kerja.

Hasil wawancara dengan responden KKP, sebagian besar menyebutkan peran

Pemerintah dalam pelayanan kesehatan umrah dapat mengikuti tata cara

Page 48: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

48

pelayanan kesehatan haji. Dalam hal pelayanan kesehatan dilakukan di KKP,

maka harus memperhatikan status klinik dalam KKP yang masih memberikan

pelayanan kesehatan terbatas. Saat ini pemeriksaan kesehatan di debarkasi saat

kepulangan Jemaah Umrah dilaksanakan melalui penggunaan thermal scanner.

Selanjutnya, PPIU berpendapat bahwa pihaknya hanya dapat memfasilitasi

melalui asuransi dengan konsekuensi biaya perjalanan umrah akan bertambah.

Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan dapat berperan dalam pelayanan

kesehatan umrah, namun perlu didukung payung hukum pelaksanaan pelayanan

kesehatan umrah. Dengan adanya payung hukum yang jelas akan memudahkan

Dinas Kesehatan dalam monitoring, evaluasi dan koordinasi dengan pihak PPIU.

Sangat penting juga untuk disediakan sistem informasi penyelenggaraan umrah

yang didalamnya memuat informasi tentang kesehatan bagi Jemaah Umrah.

Kanwil Kementerian Agama dalam hal ini hanya berperan selaku pemberi

rekomendasi bagi PPIU yang akan memperpanjang atau membuka cabang baru.

Dilaksanakannya MoU antara Kanwil Kementerian Agama dengan Bareskrim

Polri akan dapat memudahkan PPIU dalam pengawasan biro perjalanan nakal

sebagai bentuk perlindungan Jemaah Umrah.

C.9 Bimbingan Kesehatan Jemaah Umrah

Sebagian responden menginformasikan bahwa, bimbingan kesehatan Jemaah

Umrah belum dilaksanakan karena belum ada payung hukumnya.

Tabel 20

Hasil Wawancara Mengenai Bimbingan Kesehatan

Jemaah Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Sebagaian besar

mengatakan

bimbingan jemaah

umrah belum

maksimal

diserahkan ke

KKP. Ada yang

mengatakan

bukan tupoksi dan

ada yang

Tidak ada, kecuali

saat manasik dan

di Arab Saudi.

Lebih banyak

dikerjakan mandiri

oleh jemaah dan

bekerjasama

dengan provider.

Bimbingan

melalui manasik

Sebagian besar

mengatakan

bahwa bimbingan

jemaah umrah

bukan tupoksi.

Ada yang

mengatakan tidak

ada (dilakukan

sendiri-sendiri).

Bimbingan jemaah

umrah menjadi

urusan pihak

travel, selain itu

ada yang

mengatakan

melaksanakan

sesuai tupoksi,

menyediakan

pembimbing dan

Page 49: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

49

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

mengatakan

belum pernah

dilakukan

bimbingan jemaah

umrah, sehingga

perlu diadakan

sosialisasi

mengenai keadaan

Arab Saudi terkait

hal-hal yang perlu

dihindari.

dan pertemuan

(silaturahmi)

setiap tahun untuk

evaluasi dan 5

tahun sekali untuk

pertemuan akbar

(jemaah umrah

dan haji).

manasik kesehatan

bekerjasama

dengan dinkes dan

AKHI.

Lainnya

mengatakan belum

ada hanyasebatas

sosialisasi

perizinan travel

umroh, dan

mendorong untuk

membuka sendiri

travel bukan

cabang dari Pusat.

KKP dalam tugas dan fungsinya tidak dapat memberikan bimbingan

kesehatan bagi Jemaah Umrah, kecuali terkait vaksinasi yang merupakan tugas

dan fungsi pokok KKP dalam pelaksanaan cegah dan tangkal penyakit. Masukan

yang diberikan perlunya sosialisasi yang berkaitan dengan penyakit menular yang

berpotensi wabah. Bagi PPIU, bimbingan kepada Jemaah Umrah hanya

dilaksanakan saat manasik haji atau pada saat pertemuan akbar yang fungsinya

pengikat silaturahmi baik bagi Jemaah Umrah maupun Jemaah Haji. Bimbingan

tersebut tidak jarang melibatkan Pihak Kementerian Agama yang bekerjasama

dengan AKHI dan Dinas Kesehatan. Namun, Dinas Kesehatan secara mandiri

tidak dapat melaksanakan bimbingan kesehatan pada Jemaah Umrah karena

belum ada payung hukumnya.

C.10 Pemeriksaan Kesehatan Kembali di Tanah Air

Berdasarkan informasi seluruh responden, tidak ada pemeriksaan kembali

Jemaah Umrah yang kembali ke tanah air. Pemeriksaan sebatas pantauan thermo

scanner di debarkasi untuk mendeteksi suatu penyakit yang dibawa dari luar

negeri, dalam hal ini dari Arab Saudi sebagai suspek Mers-CoV.

Page 50: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

50

Tabel 21

Hasil Wawancara Mengenai Pemeriksaan Kesehatan

Kembali di Tanah Air

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Sebagian besar

mengatakan ada

pemeriksaan

kesehatan jika

padaPemantauan

suhu tubuh dengan

thermos scanner

dan visual langsung

di Bandara

menunjukkan suhu

yang tinggi

Sebagian besar

mengatakan tidak

ada pemeriksaan.

Pendamping

kesehatan ada jika

jumlah jemaah

lebih dari 100

orang. Bimbingan

kesehatan

diberikan oleh

dokter yang

bekerjasama

dengan travel dan

dinas kesehatan,

tetapi belum

melibatkan KKP.

Belum ada

payung hukum,

kecuali ada

jemaah sakit

secara mandiri

datang ke

puskesmas atau

rumah sakit, yang

lain mengatakan

tergantung ada

atau tidaknya

keluhan. Ada juga

yang bersifat

himbauan dari

P2P untuk

melakukan

perubahan

reemerdiseas bila

menemukan

jemaah baru

pulang umroh.

Belum ada

Pemeriksaan

kembali ke tanah

air, lainnya

mengatakan

Bukan tupoksi,

belum tahu, dan

tidak terjangkau

ke Kemenag.

Sebagian kecil PPIU menyediakan pendamping kesehatan jika jumlahnya

melebihi 100 Jemaah Umrah. Tenaga kesehatan pendamping tersebut yaitu dokter

bekerjasama dengan PPIU dan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat.

Pemeriksaan Jemaah Umrah di tanah air akan terdeteksi di Puskesmas ketika

Jemaah mengalami sakit. Upaya Pemerintah salah satunya melalui Surat Edaran

P2P telah memberikan himbauan kepada KKP, Dinas Kesehatan Provinsi dan RS

rujukan vertical untuk melakukan pengawasan terhadap penumpang dari negara

terjangkit, dengan melakukan penilaian risiko penyebaran MERS-CoV secara

berkala, peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk negara, diantaranya

melalui penyebaran health alert card, pemasangan leaflet dan banner di bandara

dan pelabuhan.

Page 51: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

51

C.11 Asuransi

Seluruh responden dalam wawancara mengatakan bahwa asuransi kesehatan

belum diterapkan dalam perjalanan ibadah umrah.

Tabel 22

Hasil Wawancara Mengenai Asuransi

bagi Jemaah Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Sebagian besar

tidak tahu asuransi

(kesehatan,

perjalanan, dan

kecelakaan),

namun ada yang

mengatakan

bahwa itu

merupakan

kerjasama antara

travel dengan

penerbangan.

Sebagain

mengatakan tidak

ada asuransi, ada

yang mengatakan

ada asuransi untuk

all risk, ada yang

tidak tahu, yang

penting semuanya

terjamin dan

tertangani, serta

Opsi diserahkan

kepada Jemaah,

Harga umrah tidak

termasuk asuransi.

Tidak tahu

asuransinya.

Belum ada

asuransi, lainnya

mengatakan

Sesuai dengan

PMA No.

18/2015, dan Ada

kerjasama travel

dengan asuransi.

Perlindungan Jemaah Umrah melalui asuransi sebagaimana diatur dalam

PMA No. 18 Tahun 2015 belum tersosialisasi di PPIU dan Kanwil Kementerian

Agama sendiri. Sebagian PPIU memehami asuransi untuk all risk untuk menjamin

Jemaah Umrah dan dibebankan dalam biaya umrah. Namun, itupun sifatnya

adalah penawaran. Jika Jemaah tidak bersedia membayar premi asuransi maka

perjalanan ibadahnya tidak ter-cover asuransi.

Informasi dari seluruh responden Jemaah Umrah menyebutkan bahwa tidak

ada asuransi yang meng-cover apabila Jemaah sakit di Arab Saudi karena

berdasarkan pemahamannya, perawatan di rumah sakit Pemerintah Arab Saudi

adalah gratis.

Page 52: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

52

C.12 Masalah Kesehatan Jemaah Umrah di Tanah Air

Informasi masalah kesehatan dari Responden cukup beragam, namun secara

keseluruhan tidak ada mekanisme pelaporan masalah kesehatan Jemaah Umrah di

tanah air.

Tabel 23

Hasil Wawancara Mengenai Masalah Kesehatan Jemaah Umrah

di Tanah Air

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Masalah kesehatan

jemaah di tanah air

sebagian besar

langsung dirujuk

ke RS terkait. Ada

yang melaporkan

ke Dinas

Kesehatan

Kab/Kota sesuai

wilayah masing-

masing, Temuan

yang ada pada

tahun 2015-2016

suspect Mers-Cov

3 orang yang

berasal dari data

penerbangan,

namun tidak semua

me lapokan.

Belum pernah ada

kasus dan tidak ada

laporan.

Belum pernah ada

kasus, tidak ada

laporan serta ada

yang mengatakan

pernah ada kasus,

tapi lupa.

Masalah kesehatan

jamaah di tanah air

tidak terjangkau

oleh kemenag,

tidak pernah

dilaporkan,

lainnya

mengatakan bukan

tupoksi, dan tidak

tahu.

KKP sebagai penjaga pintu masuk negara, temuan penyakit yang dibawa

Jemaah Umrah dari Arab Saudi akan langsung dirujuk ke RS terkait. Bagi Dinas

Kesehatan, informasi penyakit yang dibawa dari luar negeri tidak memperoleh

laporan dari pihak manapun. Secara keseluruhan informasi masalah kesehatan

Jemaah umrah tidak mengetahuinya. Kanwil Kementerian Agama menyebutkan

bahwa itu adalah kewenangan dari Kementerian Kesehatan dalam

pengelolaannya.

Page 53: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

53

C.13 Usulan Model Pelayanan Kesehatan Umrah

Usulan model pelayanan kesehatan bagi Jemaah Umrah dari para responden

cukup beragam tergantung dari tupoksinya.

Tabel 24

Hasil Wawancara Mengenai Model Pelayanan

Kesehatan Umrah

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

Usulan untuk

model pelayanan

umrah, KKP

perlu payung

hukum dan

penambahan

SDM dalam

pelayanan

kesehatan. Setiap

embarkasi

memiliki

poliklinik selain

pelayanan

kesehatan juga

sebagai

pendamping ICV

yang menjadi

tanggung jawab

KKP. selain itu

sebaiknya dibuat

evidence base

yang lengkap dan

sama antara data

pemberian vaksin

di KKP dengan

data jumlah

jemaah di Kanwil

Agama dan perlu

sosialisasi yang

kuat dalam

pemeriksaan

kesehatan jemaah

umrah tentang

pentingnya ICV.

Perlu aturan untuk

mendukung

adanya pelayanan

kesehatan di PPIU.

Perlu aturan yang

bisa menskrining

travel yang tidak

berijin. Pihak

travel harusnya

hanya bisa

menyediakan

asuransi kesehatan

saja, pelayanan

kesehatan umrah

harus ditata.

Sebaiknya

dilakukan

pemeriksaan

kesehatan sama

dengan jemaah

haji. Payung

hukum harus di

buat dari pusat,

perizinan

sebaiknya dari

pusat, namun jika

membuat cabang

di daerah

seharusnya

mengikuti

peraturan

didaerah, sehingga

bisa lebih diawasi

tidak menunggu

Vaksinasi perlu

melibatkan

Dinkes/tingkat

kabupaten. Siap

untuk memberikan

pelayanan

kesehatan seperti

penanganan

kesehatan haji,

diperkuat dengan

payung hukum.

Integrasi sistem

informasi

kesehatan jemaah

umroh melalui

bridging system.

selain itu

Disesuaikan

dengan model

pelayanan

kesehatan haji,

Perlu ada eviden

based reemerging

diseases angka

kesakitan dan

kematian sehingga

dapat diantisipasi

program apa yang

dibutuhkan,

Dinkes dilibatkan

sejak awal untuk

mendapatkan

laporan jumlah

jemaah dsb baik

Ada berbagai

macam usulan

untuk model

layanan umrah,

yaitu

memaksimalkan

pembinaan dengan

penyediaan posko

di bandara. Perlu

adanya tembusan

laporan

pelaksanaan umrah

dari PPIU yang

selama ini

langsung ke Dirjen

Pusat haji dan

Umrah. Perlu

ditertibkan

pemberian ICV

berkaitan dengan

kasus ICV palsu,

Adanya koordinasi

travel dengan

kanwil kemenag,

koordinasi

pemerintah daerah,

izin pusat

ditembuskan ke

provinsi, dan KKP.

Perlu

dikembangkan

pemantauan travel-

travel liar, serta

adanya integrasi

Page 54: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

54

KKP PPIU Dinkes Provinsi Kanwil Kemenag

laporan

masyarakat.

Pihak Kemenag

seharusnya

membuka inisiatif

untuk membuka

posko yang

mengakomodir

keluhan

masyarakat

mengenai layanan

umroh.

Peranan

ASOSIASI

harusnya sampai

di tingkat kab/kota

sehingga dapat

melakukan

pembinaan.

Kementrian

kesehatan perlu

ada regulasi

pemeriksaan

kesehatan jamaah

umroh mulai dari

puskesmas sampai

tingkat kabupaten

agar travel tidak

repot.

dari KKP maupun

PPIU, serta

harusnya

peraturan yang

menyebutkan

tidak boleh

menerima jamaah

umroh kalo tidak

ada rekomendasi

dari kabupaten.

sistem informasi

jemaah umrah.

Informasi sebagian besar KKP, dalam hal pelayanan kesehatan dilaksanakan

di KKP maka perlu adanya beberapa hal sebagai berikut,

1. Setiap embarkasi memiliki poliklinik selain pelayanan kesehatan juga sebagai

pendamping ICV yang menjadi tanggung jawab KKP

1. Sebaiknya dibuat system informasi yang lengkap dan akurat sehingga data

pemberian vaksin di KKP dengan data jumlah jemaah di Kanwil Agama sama

jumlahnya

2. Perlu sosialisasi yang komprehensif dalam pemeriksaan kesehatan jemaah

umrah tentang pentingnya ICV.

3. Perlu mekanisme tertulis hubungan antara KKP dan PPIU.

Page 55: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

55

Bagi PPIU, pada dasarnya tidak ada permasalahan terkait kewajiban

melaksanakan pelayanan kesehatan, model pelayanan kesehatan Jemaah umrah

yang diusulkan dari responden PPIU mencakup hal-hal sebagai berikut :

1. Perlu aturan untuk mendukung adanya pelayanan kesehatan di PPIU

2. Perlu aturan yang bisa mencegah dan mengawasi travel yang tidak berijin

3. Pihak travel harusnya hanya bisa menyediakan asuransi saja

4. Pelayanan kesehatan umrah harus ditata

5. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan jemaah umroh sama dengan

jemaah haji.

6. Payung hukum harus di buat dari Pusat

7. Perizinan sebaiknya dari pusat, namun jika membuat cabang di daerah

seharusnya mengikuti peraturan di daerah

8. Pihak Kemenag seharusnya membuka inisiatif untuk membuka posko yang

melayani keluhan masyarakat mengenai layanan umroh.

9. Peranan ASOSIASI harusnya juga sampai di daerah sehingga dapat

melakukan pembinaan langsung

10. Kementrian kesehatan perlu ada regulasi pemeriksaan kesehatan jamaah

umroh mulai dari puskesmas sampai tingkat kabupaten

Dalam hal pelayanan kesehatan umrah melibatkan Dinas Kesehatan, maka

model yang diharapkan bagi Dinas Kesehatan antara lain

Perlu ada evidence basedreemerging diseases angka kesakitan dan kematian

sehingga dapat diantisipasi program apa yang dibutuhkan :

1. Dinkes dilibatkan sejak awal untuk mendapatkan laporan jumlah jemaah baik

dari KKP maupun PPIU

2. Adanya peraturan yang menyebutkan tidak boleh menerima jamaah umroh

kalo tidak ada rekomendasi dari kabupaten.

3. Dinkes siap memfasilitasi pelayanan umroh jika ada aturan yang sudah

tersusun.

Kementerian Agama sebagai lembaga kementerian yang berwenang mengatur

perjalanan umrah perlu berintegrasi dengan Kementerian Kesehatan dalam hal

pelayanan kesehatan bagi Jemaah Umrah. Beberapa poin penting yang dapat

diterapkan dalam model pelayanan kesehatan Jemaah Umrah meliputi,

Page 56: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

56

1. Memaksimalkan pembinaan dengan penyediaan posko di bandara

2. Perlu adanya tembusan laporan pelaksanaan umrah dari PPIU yang selama ini

langsung ke Dirjen Pusat

3. Perlu ditertibkan pemberian ICV berkaitan dengan kasus ICV palsu

4. Adanya koordinasi travel dengan kanwil kemenag dan pemerintah daerah

5. Izin pusat (kementrian) ditembuskan ke provinsi dan KKP

6. Perlu dikembangkan pemantauan travel-travel liar

7. Adanya integrasi sistem informasi jemaah umrah

D. Model Pembinaan, Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Jemaah

Umrah Indonesia

Terdapat dua draft model pelayanan kesehatan umrah dalam penelitian ini,

yang didasarkan pada matriks model pelayanan kesehatan umrah di Indonesia di

bawah (Tabel 25).

Page 57: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

57

Tabel 25

Matriks Model Pelayanan Kesehatan Umroh Indonesia

No Alur

Jamaah

Ket Lokasi SDM Pembiayaan Kegiatan/ Pelayanan Peraturan

Pendukung

1. PPIU Puskesmas/

Klinik Pratama

Dokter

dan

Nakes

Lain

Mandiri - Pembinaan secara promotif (komunikasi,

informasi, edukasi) mengenai:

� Asupan Gizi

Stadarisasi pembinaan asupan gizi

(nutrient), Penyuluhan gizi oleh ahli gizi

di Puskesmas/ klinikpratama.

Tips tetap sehat :

Tetap minum walaupun tidak haus,

perbanyak makan buah, makan dengan

porsi kecil dan sering, makan dahulu

sebelum aktivitas, hindari makanan pedas

dan asam, pilih makanan sesuai dengan

diet yang disarankan oleh dokter dan ahli

gizi.

PP 28/2004

PMK 14/2014

PMK 75/2013

� Kebugaran

Standarisasi pembinaan kebugaran dan

aklimatisasi Penilaian dengan

mempergunakan tes rockpot dan Harvard

UU 13/2008

PP 79/2013

PMK 15/2016

� PHBS PP 66/2014

Page 58: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

58

No Alur

Jamaah

Ket Lokasi SDM Pembiayaan Kegiatan/ Pelayanan Peraturan

Pendukung

Standarisasi PHBS:

Menggunakan air bersih, mencuci tangan

dengan air bersih dan sabun, makan buah

dan sayur setiap hari, tidak merokok

selama perjalanan umroh, menggunakan

jamban sehat selama perjalanan umroh,

membuang sampah pada tempatnya

� Kesehatan Penerbangan

Pembinaan tentang penjagaan kesehatan

selama penerbangan dikarenakan

terjadinya ketidaknyamanan selama

penerbangan yang disebabkan penurunan

kelembaban dan tekanan yang disesuaikan

dengan kondisi udara di luar pesawat.

Ketidaknyamanan yang terjadi

diantaranya dehidrasi, nyeri hidung dan

tenggorokan , serta penyempitan

pembuluh darah akibat duduk terlalu

lama.

� Sanitasi lingkungan

Pembinaan mengenai penyehatan

lingkungan yang berkaitan dengan

perilaku jamaah dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungan arab yang berbeda

dengan Indonesia misalnya pada

PMK 3/2014

Page 59: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

59

No Alur

Jamaah

Ket Lokasi SDM Pembiayaan Kegiatan/ Pelayanan Peraturan

Pendukung

pemakaian shower, bath up, penggunaan

toilet, tombol-tombol indikator dan lain-

lain.

- Pemeriksaan dasar (screening)

Pemeriksaan kesehatan jemaah umroh

menggunakan protokol standar pelayanan

kesehatan meliputi:

1) Anamnesis

2) Pemeriksaanfisik

3) Pemeriksaanpenunjang

a) laboratoriumklinik

b) radiologi

c) EKG

4) PenilaianKemandirian

5) TesKebugaran

6) PenilaianKesehatanJiwa

- Hasil pemeriksaan dicatat dalam resume medik

dokter penanggung jawab pemeriksaan

- Selanjutnya akan disalin keBuku Kesehatan

Jemaah Umrah (BKJU)

- Tindak lanjut hasil pemeriksaan, perlu kuratif

atau bisa lanjut ke embarkasi

UU 13/2008

PP 79/2013

PMK 15/2016

PMK 58/2013

PMK 29/2013

PMK 61/2013

2. Embarkasi KKP Dokter Mandiri - Pemberian vaksinasi sesuai standar

- KKP Mengeluarkan International Certificate of

Vaccination (ICV) bagi jemaah yang sudah

melakukan pemeriksaan dasar dan vaksinasi.

UU Karantina

tahun 1962

IHR 2005

KMK

Page 60: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

60

No Alur

Jamaah

Ket Lokasi SDM Pembiayaan Kegiatan/ Pelayanan Peraturan

Pendukung

- ICV diberikan kepada Jemaah umroh yang

terdaftar berangkat pada tahun berjalan.

- Kepala kesehatan pelabuhan bertanggungjawab

atas penetapan kelaikan terbang Jemaah umroh

berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan.

2348/2011

PMK 58/2013

KMK 26/2014 KMK 425/2007

3. Negara

Transit

Nakes

PPIU

Mandiri,

Asuransi

Luar Negeri

- Pelayanan rawat inap dan jalan bagi jamaah yang

sakit ketika berada di negara transit

menggunakan asuransi internasional yang telah

dibayar di indonesia

- Pelayaan kesehatan penerbangan jika ada wabah

di KKP setempat.

-

4. Negara

Tujuan

(Arab

Saudi)

Pelayanan

Kesehatan Arab

Saudi

Dokter

dan

Nakes

Mandiri,

Asuransi

Luar Negeri

- Pelayanan rawat inap dan jalan menggunakan

asuransi internasional.

-

5. Debarkasi KKP Nakes Mandiri - Pemeriksaan kesehatan saat kepulangan jamaah

6. Komunitas Dinkes/

Puskesmas

Nakes Mandiri - Jemaah umroh yang sakit wajib lapor ke tempat

pelayanan kesehatan setempat

Page 61: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

61

Berdasarkan matriks di atas prosedur pelayanan kesehatan umrah terdiri dari

enam alur, pertama di mulai dari PPIU yang berkewajiban menyediakan tenaga

kesehatan dan penyediaan obat-obatan selama pelaksanaan umrah, berkoordinasi

dengan puskesmas atau klinik pratama untuk dilakukan screening sebelum

keberangkatan ke Arab Saudi. Kegiatan lain yang dilaksanakan dalam alur ini

setelah dilakukan screening dan dinnayatakan laik terbang maka dilakukan

pembinaan secara promotif (komunikasi, informasi dan edukasi). Tahap kedua, di

embarkasi, KKP akan berperan dalam pemberian vaksin kepada calon jemaah

umrah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang kemudian diterbitkan

ICV sebagai bukti jemaah umrah telah divaksin untuk melindungi dari penyakit

meningitis yang telah menjadi endemis di Arab Saudi.

Pada tahap ketiga di negara transit, pelayanan kesehatan umrah dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan yang disediakan oleh PPIU. Dalam hal terjadi kesakitan di

negara transit maka tenaga kesehatan pendamping akan merujuk ke fasilitas

pelayanan kesehatan di negera setempat. Pembiayaan kesehatan dilakukan secara

mandiri melalui asuransi yang telah dibayarkan oleh jemaah umrah sebelumnya.

Selain itu pelayanan kesehatan selama penerbangan dapat dikoordinasikan antara

tenaga kesehatan pendamping dan tenaga kesehatan penerbangan dari maskapai.

Tahap keempat, pelayanan kesehatan di Arab Saudi dilaksanakan oleh tenaga

kesehatan pendamping dalam hal jemaah umrah mengalami kesakitan yang

memerlukan rawat jalan. Apabila diperlukan rawat inap, maka dapat dirujuk di

rumah sakit Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Selanjutnya tahap kelima,

pelayanan kesehatan di tanah air saat kedatangan, pemeriksaan kesehatan akan

dilaksanakan oleh KKP sebagai point of entry untuk mencegah datangnya

penyakit yang berpotensi wabah melalui jemaah umrah. Selain melalui

pengamatan visual, KKP akan melaksanakan pemeriksaan suhu tubuh jemaah

umrah yang baru sampai menggunakan thermo scanner. Adapau tahap terakhir,

dalam hal jemaah umrah yang mengalami sakit setelah kepulangan dari Arab

Sadui dapat dilayani di puskesmas terdekat.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan alur model pelayanan

kesehatan umrah, sebagai berikut:

Page 62: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

62

Gambar 3: Alur Model Pelayanan Kesehatan Umrah 1

Page 63: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

63

Dalam Gambar 3 di atas, calon Jemaah umrah yang telah terdaftar di PPIU

harus memeriksakan kesehatan dirinya (screening) di Fasilitas Kesehatan Tingkat

Pertama (FKTP) yang telah ditunjuk yaitu di puskesmas atau klinik pratama

dengan pembiayaan menggunakan BPJS Kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini

dilaksanakan untuk mengetahui kondisi kesehatan calon Jemaah umrah yang akan

berangkat ke tanah suci di Arab Saudi dan akan dicatat dalam sebuah Buku

Kesehatan Jemaah Umrah (BKJU) yang akan diterbitkan FKTP tersebut dan

sebagai dasar bahwa Jemaah umrah akan dilakukan pembinaan apabila dalam

kondisi sehat atau diperoleh faktor risiko dalam kesehatannya.

Namun, apabila hasil pemeriksaan calon Jemaah umrah dinyatakan sakit

atau tidak dimungkinkan untuk berangkat maka akan diberikan rujukan untuk

diperiksa lebih lanjut di rumah sakit. Hasil pemeriksaan di rumah sakit tersebut

akan dilakukan pengobatan dan apabila dinyatakan dapat berangkat ke Arab Saudi

dengan didampingi pengobatan maka dapat dilakukan pembinaan terhadap calon

Jemaah tersebut. Pembinaan dilakukan oleh FKTP yang memeriksa kesehatan

calon Jemaah umrah saat pertama kali.

Selanjutnya kepada calon Jemaah umrah yang saat pemeriksaan pertamakali

dinyatakan sehat atau terdapat faktor risiko maka dapat dikaukan vaksinasi di

Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP), sebagai dasar penerbitan visa ke Arab Saudi.

Sebagai bukti telah dilakukannya vaksinasi maka KKP akan menerbitkan ICV

(International Certificate of Vaccination) dan Health Alert Card (HAC).

Paket perjalanan umrah PPIU cukup beragam. Ada beberapa PPIU yang

menawarkan paket wisata baik sebelum dan setelah melaksanakan ibadah umrah.

Sehingga, dalam perjalanan baik menuju maupun dari Arab Saudi perlu dilakukan

persiapan pelayanan kesehatan bagi Jemaah umrah yang tiba-tiba sakit dalam

perjalanan di negara transit. Berdasarkan PMA No. 18 Tahun 2015, menjadi

kewajiban PPIU untuk menyediakan tenaga kesehatan dan obat-obatan dalam

mendampingi jemaah umrah selama melaksanakan ibadah umrah. Demikian pula

ketika di Arab Saudi, tenaga kesehatan yang disediakan oleh PPIU adalah dalam

rangka mendampingi jemaah umrah apabila terjadi kesakitan. Namun, jika jemaah

umrah memerlukan perawatan selama perjalanan maka hal ini dapat di-cover oleh

asuransi yang sebelumnya telah dibayarkan calon jemaah umroh melalui PPIU

Page 64: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

64

atau secara mandiri. Sehingga hal ini dapat melindungi jemaah umrah terhadap

kesehatannya selama perjalanan.

Setibanya jemaah umrah di tanah air, maka KKP berperan dalam

melaksanakan cegah tangkal melalui pemeriksaan jemaah umrah yang baru datang

dari Arab Saudi di debarkasi. Apabila ditemukan penyakit yang dapat

menimbulkan wabah maka dilanjutkan dengan proses karantina kesehatan oleh

KKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Apabila ada jemaah umrah

yang sakit yang tidak menumbulkan wabah maka dapat dilanjutkan di FKTP

untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Berdasarkan draft model di atas maka dapat diuraikan lebih lanjut model

pelayanan kesehatan per lokasi pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan

sebelum keberangkatan, pelayanan kesehatan jemaah umrah sakit saat perjalanan,

di negara transit dan Arab Saudi serta pelayanan kesehatan jemaah umrah sakit

saat kedatangan di tanah air.

Gambar 4 Model Pelayanan Kesehatan Umrah Sebelum Keberangkatan

No Prosedur CJU PPIU FKTP FKRTL KKP

1 Pendaftaran calon jemaah umrah

2 PPIU menyarankan agar CJU

melakukan pemeriksaan kesehatan,

vaksinasi dan mengikuti pembinaan

kesehatan

3 Pemeriksaan kesehatan dasar

(screening) dan pencatatan dalam

BKJU

4 Tindak lanjut pemeriksaan kesehatan

5 Vaksinasi dan penerbitan

International Certificate of

Vaccination (ICV)

6 Manasik dan pembinaan kesehatan

(promotif): manasik kesehatan,

senam, dll

7 Berangkat ke Arab Saudi

Penyakit

Sehat

Faktor Risiko

Sehat

Pengobatan

Laik terbang

Pembinaan

bekerjasama dengan

organisasi kesehatan

haji

Page 65: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

65

Model pelayanan kesehatan umrah sebelum keberangkatan dibagi dalam 7

(tujuh) tahapan dasar yang dilaksanakan oleh PPIU, Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Tingkat Pertama baik oleh puskesmas maupun klinik prtama, Fasilitas

Pelayanan Kesehatan tingkat Lanjut yang dilaksanakan oleh rumah sakit serta

KKP.

Selanjutnya model pelayanan kesehatan jemaah umrah sakit saat perjalanan,

di Negara transit dan Arab Saudi, berdasarkan gambar berikut,

Gambar 5 Model Pelayanan Kesehatan Jamaah Umrah Sakit Saat

Perjalanan, di Negara Transit dan Arab Saudi

No Prosedur CJU PPIU

RS Negara

Transit /

Arab Saudi

KUH /

Konjen RI

Ke/dari/di

Arab Saudi

1 Jemaah umrah sakit

2 Pemeriksaan oleh

petugas kesehatan

3 Pencatatan kesehatan

oleh petugas kesehatan

selama perjalanan

4 Laporan PPIU ke

Kantor Urusan Haji

(KUH)/ Konjen RI

5 Pendampingan

kesehatan oleh petugas

kesehatan selama

perjalanan dan di Arab

Saudi

Dari Gambar 5 di atas, terdapat 5 (lima) prosedur yang harus dilalui dalam

pelayanan kesehatan umrah dengan melibatkan PPIU, RS di Negara transit, serta

Kantor Urusan Haji atau Konjen RI.

Terakhir model pelayanan kesehatan jemaah umrah sakit saat kedatangan di

tanah air, seperti dalam gambar berikut,

Tidak dapat melanjutkan

perjalanan / meninggal

Rawat

Inap

Rawat Jalan

Page 66: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

66

Gambar 6 Model Pelayanan Kesehatan Jamaah Umrah Sakit Saat

Kedatangan di Tanah Air

No Prosedur Jemaah

Umrah KKP

RS +

Karantina

1 Jemaah umrah sakit

2 Pemeriksaan oleh petugas

kesehatan

3 Pendampingan kesehatan

selama perjalanan

Gambar 6 diatas terdapat 3 (tiga) prosedur dalam pelayanan kesehatan

umrah saat kedatangan di tanah air dengan melibatkan KKP dan Rumah Sakit di

tanah air.

Adapun draft model pelayanan kesehatan umrah di Indonesia yang kedua

seperti tergambar di bawah ini,

Penyakit menular

potensi wabah

Penyakit

menular

Page 67: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

67

Gambar 7: Alur Model Pelayanan Kesehatan Umrah 2

Page 68: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

68

Berdasarkan alur model pelayanan kesehatan umrah pada gambar 4 di atas,

maka dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

Calon Jemaah umrah yang telah terdaftar di PPIU harus memeriksakan

kesehatan dirinya (screening) di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut

(FKRTL) yaitu di RSUD yang ditunjuk oleh Dinas Kesehatan setempat.

Pemeriksaan kesehatan ini dilaksanakan untuk mengetahui kondisi kesehatan

calon Jemaah umrah yang akan berangkat ke tanah suci di Arab Saudi dan akan

dicatat dalam sebuah Buku Kesehatan Jemaah Umrah (BKJU) yang akan

diterbitkan FKRTL tersebut dan sebagai dasar bahwa Jemaah umrah akan

dilakukan pembinaan apabila dalam kondisi sehat atau diperoleh faktor risiko

dalam kesehatannya.

Apabila hasil pemeriksaan calon Jemaah umrah dinyatakan sakit atau tidak

dimungkinkan untuk berangkat maka akan diberikan rujukan untuk diperiksa lebih

lanjut di rumah sakit berdasarkan surat rujukan dari FKTP. Pemeriksaan

kesehatan tersebut dapat menggunakan BPJS Kesehatan. Hasil pemeriksaan di

FKTP atau rumah sakit tersebut dapat dilakukan pengobatan dan apabila

dinyatakan dapat berangkat ke Arab Saudi maka dapat dilakukan pembinaan

terhadap calon Jemaah tersebut. Pembinaan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan

setempat berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku di daerah tersebut.

Selain melaksanakan screening pada calon jemaah umrah, RSUD pun dapat

memberikan pelayanan vaksinasi terhadap calon jemaah yang dinyatakan sehat

atau dengan faktor risiko. Namun, ICV dan HAC tetap diterbitkan oleh pihak

berwenang yaitu KKP berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. ICV

merupakan kartu sebagai dasar diterbitkannya visa calon jemaah umrah ke Arab

Saudi.

Paket perjalanan umrah PPIU cukup beragam. Ada beberapa PPIU yang

menawarkan paket wisata baik sebelum dan setelah melaksanakan ibadah umrah.

Sehingga, dalam perjalanan baik menuju maupun dari Arab Saudi perlu dilakukan

persiapan pelayanan kesehatan bagi Jemaah umrah yang tiba-tiba sakit dalam

perjalanan di negara transit. Berdasarkan PMA No. 18 Tahun 2015, menjadi

kewajiban PPIU untuk menyediakan tenaga kesehatan dan obat-obatan dalam

mendampingi jemaah umrah selama melaksanakan ibadah umrah. Demikian pula

Page 69: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

69

ketika di Arab Saudi, tenaga kesehatan yang disediakan oleh PPIU adalah dalam

rangka mendampingi jemaah umrah apabila terjadi kesakitan. Namun, jika jemaah

umrah memerlukan perawatan selama perjalanan maka hal ini dapat di-cover oleh

asuransi yang sebelumnya telah dibayarkan calon jemaah umroh melalui PPIU

atau secara mandiri. Sehingga hal ini dapat melindungi jemaah umrah terhadap

kesehatannya selama perjalanan.

Setibanya jemaah umrah di tanah air, maka KKP berperan dalam

melaksanakan cegah tangkal melalui pemeriksaan jemaah umrah yang baru datang

dari Arab Saudi di debarkasi. Apabila ditemukan penyakit yang dapat

menimbulkan wabah maka dilanjutkan dengan proses karantina kesehatan oleh

KKP sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Apabila ada jemaah umrah

yang sakit yang tidak menumbulkan wabah maka dapat dilanjutkan di FKTP

untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan pembiayaan dari BPJS Kesehatan atau

secara mandiri.

E. Masalah Yang Ditemui Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Jemaah Umrah di Indonesia

Pelayanan kesehatan umrah sebagaimana telah diuraikan di muka akan

tercapai jika jemaah umrah memenuhi prasyarat yaitu sehat (atau sakit yang

terkontrol) sebelum berangkat ke Saudi Arabia, saat dalam perjalanan pergi dan

pulang, saat beribadah, dan saat kembali ke tanah air. Berdasarkan hal tersebut,

maka pelayanan kesehatan Jemaah Umrah perlu diatur dan dibuat model

pelayanan kesehatan ke dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia.

Model pelayanan kesehatan umrah ini berbasis pada tiga pilar yaitu

pembinaan, pelayanan, dan perlindungan baik pada ranah kementerian kesehatan,

kementrian luar negeri dan kementrian agama. Berdasarkan hasil wawancara di

atas maka komponen-komponen hasil wawancara di atas dapat dikategorikan

kedalam pilar-pilar pelayanan kesehatan Jemaah Umrah sehingga dapat terlihat

permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan sebagai berikut,

Page 70: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

70

Tabel 26

Pilar Pelayanan Kesehatan Jemaah Umrah Dikaitkan dengan Hasil

Wawancara

No. Aspek/Fase Kesimpulan

1. Aturan/legal

Aspek yang

sdh ada

Secara khusus belum ada aspek hukum pelayanan

kesehatan umrah. PMA No.18 Tahun 2015 belum

menjabarkan secara rinci pelayanan kesehatan umrah hal

ini dikarenakan kewemangan pengaturan pelayanan

kesehatan umrah berada pada Kementerian Kesehatan.

Agar berlaku efektif, PMA No. 18 Tahun 2015 perlu

ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya peraturan Menteri

Kesehatan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan

umrah.

Pembinaan

2. Pembinaan

jemaah

umrah dan

bimbingan

jamaah

umroh

Seperti halnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan

Jemaah Haji, pembinaan dan bimbingan dalam kesehatan

Jemaah Umrah belum dapat dilaksanakan karena belum

adanya payung hukum yang jelas, berkaitan dengan

kewenangan dan penatalaksanaannya, baik di tingkat

PPIU, KKP, Dinas Kesehatan, dan Kementerian

Kesehatan.

Pelayanan

3. Layanan

dan masalah

di Arab

Saudi dan

negara

transit

Pelayanan kesehatan jemaah umrah di Arab Saudi

dilakukan di Rumah Sakit Arab Saudi, masalah kesehatan

di Arab Saudi ditangani oleh petugas Rumah Sakit

pemerintah Arab Saudi. Jika sakit ringan, bisa ditangani

oleh petugas kesehatanyang bertindak sebagai

petugaspendamping. Untuk masalah kesehatan di negara

transit belum ada mekanisme laporan serta SOP-nya.

Perlindungan

4. Pemeriksaan

kesehatan

dan masalah

Pemeriksaan kesehatan jemaah umroh belum maksimal,

hanya sebatas pemberian vaksin dan ICV. Untuk

Page 71: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

71

No. Aspek/Fase Kesimpulan

di tanah air,

imunisasi

dan asuransi

imunisasi, jumlah jemaah yang divaksinasi lebih sedikit

dibanding jumlah jemaah yang berangkat, namun di

Kemenag tidak ada laporan KKP tentang jemaah yang

diimunisasi, juga tidak ada laporan PPIU tentang jemaah

yang diimunisasi. Namun ada yang mengatakan bahwa

jemaah disuntik atau divaksinasi untuk perlindungan

kesehatan yang dilakukan di KKP. Pemeriksaan kembali

ke tanah air di PPIU dan Kemenag tidak dilakukan, namun

di KKP dilakukan pemantauan melalui thermos scanner,

dan visual langsung di bandara. Dinkes mengatakan

bahwa pemeriksaankesehatan saat jemaah kembaliketanah

airbelum ada payung hukum, kecuali jika ada jemaah sakit

yang secara mandiri datang ke puskesmas atau rumah sakit

untuk dilayani. Untuk asuransi kesehatan (dalam dan luar

negeri) pada jemaah umroh belum ada. Masalah kesehatan

jamaah di tanah air di PPIU dan Dinkes belum pernah ada

kasus karena tidak ada laporan. Di KKP masalah

kesehatan jemaah di tanah air sebagian besar langsung

dirujuk ke RS terkait, dan di Kemenag masalah kesehatan

jamaah di tanah air tidak terjangkau kemenag, tidak

pernah dilaporkan.

5. Peran

Pemerintah

Peran pemerintah dalam umroh di PPIU yaitu harus

menyediakan pelayanan kesehatan Umrah, pihak travel

hanya bisa memfasilitasi melalui asuransi kesehatan saja.

Selain itu pemerintah memberi kemudahan dalam

perijinan dan vaksinasi. Ada wacana pelayanan kesehatan

umrah akan dilaksanakanoleh pemerintah(seperti haji).

Adanya peran KBRI Jeddah dalam penanganan jemaah

umrah yang meninggal. Ada juga yang mengatakan saat

jemaah transit di Singapore dilakukan pemeriksaan

kesehatan di bandara sebelum akhirnya terbang langsung

Page 72: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

72

No. Aspek/Fase Kesimpulan

ke Arab Saudi. KKP berharap memiliki kewenangan yang

diatur dalam regulasi terkait pemeriksaan jemaah haji.

KKP siap dengan pemberian vaksinasi jemaah umrah,

namun ada kendala yaitu tempat pelayanan kesehatan

jemaah yang terlalu sempit sehingga butuh peningkatan

status klinik di KKP. Kanwil Kemenag secara internal saja

memberikan rekomendasi untuk mengurus perijinan

umrah di kementrian, serta MoU dengan kepolisian untuk

menjaring travel tanpa izin. PMA No. 18/2015perlu

adanya pengawasanselain sebagai pembinaan untuk

memudahkan penertiban PPIU di wilayah kerja. Dinkes

perlu payunng hukum untuk melaksanakan tugas

pelayanan kesehatan jemaah umrah. Selain itu perlu

monitoring dan evaluasi, koordinasi antara asosiasi travel

umroh untuk membina ke daerah mengenai jemaah umroh,

serta Perlu mengakomodasi data kesehatan jemaah umrah.

Page 73: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

73

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka dirancang sebuah model

pelayanan kesehatan bagi jamaah umroh yang berbasis pada alur pelaksanaan

umroh mulai dari sebelum keberangkatan sampai kembali ke tanah air. Model

pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada instansi-instansi terkait yang

disajikan dalam bentuk matriks model pelayanan.

Kesimpulan yang dapat kami sampaikan, sebagai berikut

1. Karakteristik responden terbanyak adalah berjenis kelamin perempuan,

kelompok umur 46-65 tahun, tingkat pendidikan tamat perguruan tinggi,

pekerjaan wiraswasta, kawin dan penghasilan pada kuantil 3 ( berkisar antara

5-7 juta), mempunyai asuransi, penyakit yang diderita adalah hipertensi,

diabetes mellitus dan asma, pada umumnya di vaksinasi, membawa obat

pribadi, merokok,,aktifitas fisik sedang, kebiasaan mengonsumsi buah dan

sayur, makanan manis, asin, berlemak dan minum kopi rata-rata 1-6 kali

perminggu, sedangkan bumbu penyedap ≥1 kali perhari serta jemaah yang

menggunakan masker sebanyak 18.7%.

2. Pembinaan, pelayanan dan pelindungan kesehatan jemaah umrah sebelum

berangkat, selama diperjalanan, di Arab Saudi dan setelah kembali ke

Indonesia belum dilakukan secara maksimal, yang ada hanya hanya pelayanan

vaksinasi meningitis saja. Kewajiban penyediaan tenaga kesehatan oleh PPIU

berdasarkan Peraturan Menteri Agama No. 18 Tahun 2015 belum terlaksana.

3. Telah di buat draft model pelayanan kesehatan Jemaah umrah meliputi

pembinaan, pelayanan dan perlindungan.

B. Rekomendasi

1. Pembinaan

Selama ini manasik yang dilakukan oleh jemaah umrah hanya manasik

umrah semata, sebaiknya ada kolaborasi antara Kementerian Agama dengan

Pusat Kesehatan Haji (dan Umrah) untuk menyusun materi manasik

Page 74: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

74

kesehatan bersama dengan program kesehatan terkait sehingga ada standar

manasik kesehatan yang disusun kemenkes.

2. Pelayanan

a. Himbauan kepada jemaah umrah ikut asuransi perjalanan dan kematian

Beradasarkan temuan yang ada maka sudah selayaknya setiap jemaah

umrah memiliki asuransi perjalanan dan asuransi kematian sehingga setiap

risiko yang timbul dari perjalanan ibadah umrah terlindungi

b. PPIU menyampaikan skema pelayanan kesehatan, jangka panjang sesuai

PMA

Profesionalisme PPIU perlu ditingkatkan sehingga setiap PPIU dapat

menyampaikan skema pelayanan kesehatan yang diberikan kepada jemaah

umrah yang dilayani baik jangka panjang maupun jangka pendek

c. Pembicaraan dengan pemerintah Arab Saudi terkait Taklimatul Umah

Sudah saatnya dibuat MoUantara pemerintah Arab Saudi dan Indonesia

menyangkut Taklimatul umah

3. Perlindungan

a. KKP melakukan pemeriksaan ICV di embarkasi.

Untuk pengawasan yang lebih efektif Kartu ICV yang ada agar discan

di bandara keberangkatan sehingga jemaah terlindungi dari ICV palsu

b. Himbauan kepada jemaah umrah ikut BPJS dan asuransi luar negeri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan jemaah umrah

sangat krusial, maka setiap jemaah umrah wajib ikut asuransi kesehatan

luar negeri yang bisadigunakan di negara-negara transit saat perjalanan

umrah

4. Pengawasan

a. Penerapan aturan wajib lapor PPIU ke KUH saat pergi dan pulang

Setiap PPIU wajib melaporkan jemaah umrah ke KUH sehingga jumlah

jemaah dan PPIU yang melayani dapat terdokumentasi secara akurat

saat pergi dan saat kedatangan.

b. Dibuat sistem online pelayanan umrah

Page 75: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

75

Sistem pelaporan PPIU ke KUH sebaiknya secara online sehingga

aspek transparansi dapat terpenuhi dan system surveillance dapat

dilakukan secara mudah dan akurat

c. KUH memberi rekomendasi

Berdasarkan audit PPIU dan system pelaporan PPIU yang baik maka

KUH dapat merekomendasi ke masyarakat PPIU mana yang

akreditasinya baik

d. PPIU wajib serahkan bank garansi

Kewajiban PPIU menyerahkan bank garansi ke KUH agar jika terjadi

sesuatu terhadap jemaah umrah yang dilayani maka dana tersebut dapat

digunakan.

e. PPIU mewajibkan asuransi kesehatan/ perjalanan dan kematian

jemaahnya

PPIU agar mewajibkan jemaahnya untuk ikut asuransi kesehatan BPJS

untuk dalam negeri dan asuransi kesehatan luar negeri pada negara-

negara transit selama perjalanan umrah. Asuransi perjalanan jika terjadi

sesuatu saat perjalanan ibadah umrah dan asuransi kematian jika terjadi

kematian keluarga jemaah tidak dibuat repot.

f. Pemerintah menerapkan sanski untuk PPIU

Sudah saatnya sanksi tegas diterapkan kepada PPIU yang tidak patuh

aturan dan merugikan jemaahnya. Peran pemerintah dalam melindungi

warga negaranya sangat penting, disamping itu kredibilitas PPIU

mencerminkan kredibilitas Indonesia di mata pemerintah Arab Saudi

dalam hal pelaksanaan jemaah umrah

g. Pemerintah menerapkan audit PPIU

Untuk menjaga profesionalitas PPIU sudah saatnya dilakukan audit

PPIU sehingga masyarakat juga ikut mengawasi keberdaan PPIU dan

memilih PPIU yang terakreditasi baik.

Page 76: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

76

DAFTAR PUSTAKA

Ratih Oemiati dan Qomariah Alwi, Pelayanan Kesehatan Jamaah Haji di

Embarkasi dan Debarkasi, Jakarta; Infomedika, 2013.

Departemen Kesehatan, Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji, 2009.

Kementerian Kesehatan RI. Pusat Kesehatan Haji, Pedoman Teknis Pemeriksaan

Kesehatan Jamaah Haji, Jakarta, 2011.

Bonita R et al. Surveillance of risk factors for non-communicable diseases: The

WHO STEPwise approach. Summary.Geneva World Health Organization,

2001

Syah, B. Non-communicable Disease Surveillance and Prevention in South-East

Asia Region, 2002

Departemen Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar 2007, Jakarta, 2008

CDC. State – Specific Trend in Self Report 3d Blood Pressure Screening and High

Blood Pressure – United States, 1991 – 1999. 2002. MMWR, 51 (21) : 456.

CDC. State-Specific Mortality from Stroke and Distribution of Place of Death

United States, 2002. MMWR, 51 (20), : 429

Iwan Ariawan, Besar dan metode pada penelitian kesehatan. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.Jurusan Biostatistik dan Kependudukan

FKMUI, tahun 2000

Kementrian Kesehatan, Petunjuk Teknis Deteksi Dini Faktor Risiko PTM pada

Jamaah Haji, Jakarta; Kementrian Kesehatan, 2013.

Kementerian Kesehatan, Petunjuk teknis pelayanan kesehatan jemaah Haji,

Jakarta,2009

Rustika,dkk. Laporan Analisis kebijakan Umrah di Indonesia, 2014

Rustika,dkk. Laporan Analisis data kebijakan Penyelenggaraan pelayanan dan

perlindungan Kesehatan umrah selama perjalanan, di arab Saudi dan

perjalanan pulang. 2015

Page 77: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

77

LAMPIRAN 1

MATRIKS PENGUMPULAN DATA

Dari beberapa propinsi yang telah diteliti, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah,Medan, NTB, Kalimantan Selatan, Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur, Aceh, Jawa Timur dan Makassar, didapatkan hasil kesimpulan dari beberapa pertanyaan seperti yang dijelaskan

pada tabel berikut:

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

Aturan/legal Aspek

yang sdh ada

Aturan/legal aspek pada

tiap Provinsi yang

dibutuhkan yaitu payung

hukum berupa Permenkes

tentang pelayanan

kesehatan umrah untuk

pemberian vaksinasi

berdasarkan tupoksi, selain

itu perlu ditambahkan

MoU dengan Kemenag

dan Dinkes

Kabupaten/Kota.

Sebagian besar Belum ada

sosialisasi PMA No. 18

Tahun 2015. Selain itu,

Proses perijinan PPIU,

sebelumnya selama 3 tahun

terakhir menumpang pada

PPIU lain, dan ada yang

Sudah berijin selama 5

tahun.

Belum ada payung hukum,

sehingga perlu ada payung

hukum berupa kepmen

yang baru yang mengatur

tentang kesehatan umrah.

PMA No. 18 Tahun 2015

dari Kemenag, namun

Regulasi terkait

pelayanan kesehatan

umrah belum jelas.

Belum ada legalitas

formal untuk umroh

sekalipun sudah ada

PMA 75 namun tidak

punya gigi.

Pemeriksaan

kesehatan umroh

Pemeriksaan kesehatan

untuk jemaah umrah

sebagian besar provinsi

hanya sebatas pemberian

vaksin dan ICV , hanya

sedkit yang sebelum di

Sebagian mengatakan tidak

ada pemeriksaan kesehatan,

namun ada dokter

pendamping, dan obat-

obatan dibawa pemilik

travelpada Jemaah satu

Tidak ada, secara umum

dikoordinasikan oleh KKP,

Dinkes dan AkHI.

Tidak ada koordinasi

(kecuali Jabar sdh ada

koordinasi antara

kemenag dan dinkes)

Antara dinkes dan

kemenag tentang umroh.

Page 78: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

78

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

beri vaksin dan ICV

dilakukan lerlebih dahulu

pemeriksaan kesehatan

sederhana , selain itu

dtambahkan MoU dengan

Kemenag dilakukan di

KKP untuk mendukung

pemeriksaan kesehatan

jemaah umrah. KKP NTB

melakukan terobosan

dengan kebijakan

menempatkan pelayanan

lebih dekat dengan

masyarakat melalui MoU

dengan Dinas Kab/Kota.

minggu sebelum

keberangkatan, selain itu

Disarankan KKP

melaksanakan pemeriksaan

rutin dan pemeriksaan

kehamilan untuk jemaah

umrah,Pemeriksaan

kesehatan dilakukan

bersamaan dengan vaksin di

KKP, bila dinyatakan sakit

maka tidak bisa

diberangkatkan, harus

diobati dulu sampai

dinyatakan sembuh. Yang

lainnya mengatakan bahwa

sudah ada PMK dari

Kemenag, namun tidak ada

standar resmi dari daerah

yang ada hanya himbauan

dari kanwil kemenag yaitu

travel hanya boleh

memberangkatkan jemaah

dengan biaya perjalanan

semurah-murahnya 20 juta,

sertaPMA.18 tahun 2015.

Belum di oprasional di

daerah.

ada yang mengatakan

tidak ada, bukan tupoksi ,

serta Perlu dapat

dilakukan sesudah

vaksinasi di poliklinik.

Page 79: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

79

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

Imunisasi Imunisasi berupa

pemberian vaksin

diberikan untuk jemaah

umrah,selain itu demi

keterjangkauan pelayanan

imunisasi untuk jemaah

umrah yang jauh dari

lokasi imunisasi, selain itu

jumlah jemaah yang

divaksinasi lebih sedikit

dibanding jumlah jemaah

yang berangkat.

Mewajibkan jemaah umrah

untuk mendapatkan vaksin

meningitis secara legal

(kartu kuning harus asli) dan

di dampingi oleh KKP,

jemaah umrah yang akan di

vaksin di lakukan

pemeriksaan kesehatan

terlebih daluhu ke KKP, jika

jemaah mempunyai riwayat

penyakit sebelumnya harus

membawa surat

rekomendasi dari dokter

yang merawat dan

kelayakan penerbangan.

Akan tetapi tidak

diharuskan untuk

memeriksakan kesehatan di

KKP, hanya sebagai syarat

untuk mendapatkan visa.

Selain itu, sebagian

mengatkaan sudah

melakukan kerjasama

dengan AKHI dan

puskesmas.

Imunisasi dikoordinasi

langsung oleh KKP. Ada

Mou Oleh KKP Dengan

Masing-Masing Dinkes

Kab/Kota agar mudah di

jangkau oleh masyarakat,

sebagai perpanjangan

tangan dari KKP

Tidak ada laporan KKP

tentang Jemaah yang

diimunisasi, juga tidak

ada laporan PPIU tentang

jemaahnya. Ada yang

mengatakan bukan

tupoksi, jemaah disuntik

atau divaksinasi untuk

perlindungan di KKP.

Pembinaan Jamaah

Umroh

Pembinaan jemaah umrah

sebagian besar tidak ada,

Sebagian mengatakan Tidak

ada pembinaan jemaah

Sebagian mengatakan

belum ada pembinaan

Bimbingan teknis

berdasarkan regulasi.

Page 80: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

80

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

hanya pelaksanaan

kegiatan pemberian

vaksinasi saja. hanya

sedikit yang melakukan

pembinaan kepada jemaah

umrah, akan tetapi masih

sebatas sosialisasi untuk

mencegah miningitis dan

tidak dilakukan secara

rutin, tergantung anggaran

yang ada serta melakukan

upaya pendekatan pada

biro-biro perjalanan pada

saat jemaah manasik

ibadah haji.

umrah baik dari travel

maupun dinkes, ada yang

mengatakan tidak ada

pembinaan oleh Kemenag,

Kalaupun ada koordinasi

lebih formalitas

administrative saja. Adapun

yang mengatakan ada

pembinaan keagamaan,

serta ada yang mengatakan

pembinaan jemaah umrah

dilakukan di KKP sebagai

syarat untuk mndapatkan

visa.

jemaah umrah. Ada yang

mengatakan bukan tupoksi,

secara informal dilakukan

di AKHI. ada SE dari

P2PL yang memantau

kepulangan jemaah umroh.

Pembinaan pada jemaah

umroh hanya sebatas

perizinan pada pihak

travelyang mengharuskan

menjadi Biro perjalanan

wisata. setelah 2 tahun

baru boleh mendapat izin

travel umroh, dengan

disertai akte notaries jika

merupakan cabang dari

Pusat. selain itu

Koordinasi dan turun

lapangan untuk cek

kesesuaian ketentuan dan

kesiapan PPIU, serta

bekerjasama dengan

AKHI.

Layanan kesehatan

di Saudi Arabia

Layananan kesehatan di

Saudi Arabiah sebagian

besar tidak ada . Hanya

sedikit yang mengatakan

tidak tahu dan bukan

tupoksi, serta Belum ada

system, Kecuali ada

laporan dari Maskapai bila

Jemaah yang sakit akan

dirujuk ke RS Pemerintah

Arab Saudi untuk

mendapatkan pelayanan

kesehatan gratis, jika hanya

sebatas sakit ringan

ditangani melalui pemberian

obat-obatan oleh pihak

Sebagian besar

mengatkaan tidak tahu. ada

yang mengatakan tidak ada

unit khusus, dan Umroh

pastinya lebih sedikit

dilayani dibandingkan

dengan layanan jemaah

haji.

Dilaksanakan oleh

Pemerintah Arab Saudi.

ada yang mengatakan

Tidak tahu, tidak pernah

ada laporan, semua travel

mengcover asuransi

jemaah umrohnya, bila

sakit ditangani mereka

Page 81: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

81

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

ada kasus di daerah transit. travel. sendiri, serta Tidak

terjangkau kemenag.

Masalah kesehatan

di Saudi Arabia

Sebagian besar tidak tahu

Masalah kesehatan di

Saudi Arabia, sebagian

mengatakan tidak ada

laporan dan bukan tupoksi.

Masalah kesehatan di saudi

arabia ditangani petugas

Rumah Sakit pemerintah

arab saudi. Jika sakit ringan,

bisa di tangani oleh petugas

kesehatanyang

mendampingi.Semua

pelayanan kesehatan di

layani gratis oleh Rumah

Sakit pemerintah arab saudi.

Jemaah umroh yang

meninggal pihak travel

lapor ke muassasah, dan

dinas kesehatan arab Saudi

akan mengurus semuanya.

Travel mengurus COD nya

untuk asuransi .

Tidak ada laporan

mengenai masalah

kesehtan di Saudi Arabia,

ada yang mengatakan tidak

tahu.

Tidak ada laporan

masalah kesehatan pada

jemaah umroh. Lainnya

mengatakan tidak tahu,

serta Sesuai dengan PMA

No. 18 Tahun 2015

pelayanan kesehatan di

Arab Saudi berdasarkan

peraturan Pemerintah

Arab Saudi, adapun yang

mengatakan ditemukan

masalah kesehatan

jemaah umrah di Saudi

Arabia maka diurus oleh

kedutaan seluruh

biayanya sampai

pemulangan.

Masalah kesehatan

di transit

Masalah kesehatan di

transit. Sebagian

mengatakan tidak ada

laporan, belum ada laporan

kasus yang ditemukan

serta bukan tupoksi.

Sebagain besar mengatakan

bahwa untuk masalah

kesehatan di transit Belum

pernah ada kasus. Jika ada

jemaah yang sakit ditangani

langsung oleh RS Arab

Saudi, pihak travel

mengurus semua

Tidak ada masalah

kesehatan di transit. ada

yang mengatakan tidak

tahu, dan Tidak ada

komunikasi antara KKP

dan kanwil dengan Dinkes

provinsi.

Tidak terlaporkan

mengenai masalah

kesehatan di transit, dan

yang lainnya mengatkaan

bukan tupoksi, tidak

tahu, dan tidak

terjangkau Kemenag.

Page 82: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

82

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

transportasinya. Ada yang

mengatakan ada, masalah

tersebut ditangani melalui

dana asuransi.

Peran pemerintah

dalam umroh

Peran pemerintah dalam

umrah ini KKP berharap

memiliki kewenangan

yang diatur dalam regulasi

terkait pemeriksaan

jemaah haji. KKP Siap

dengan pemberian

vaksinasi jemaah umrah,

namun ada kendala tempat

pelayanan jemaah yang

terlalu sempit sehingga

butuh perhatian status

klinik di KKP . Salah

satu KKP NTB melakukan

terobosan dengan

kebijakan menempatkan

pelayanan lebih dekat

dengan masyarakat

melalui MoU dengan

Dinas Kab/Kota.

Seharusnya pemerintah

memberlakukan

pemeriksaan kesehatan

Pemerintah harus

menyediakan pelayanan

kesehatan Umrah, pihak

travel hanya bisa

memfasilitasi melalui

asuransi. Selain itu

pemerintah memberi

kemudahan dalam perijinan

dan vaksinasi. ada peraturan

untuk kesehatan umrah akan

siap dilaksanakan

pemerintah. Adanya peran

KBRI Jeddah dalam

penanganan jemaah umrah

yang meninggal. Adapun

yang mengatakan saat

jemaah transit di singapore

sebelum akhirnya

diterbangkan langsung ke

Saudi Arabiah, di lakukan

pemeriksaan di bandara.

Pemeriksaan tersebut

sangat ketat dengan termal

Dinkes perlu payunng

hukum

untukmelaksanakantugasp

elayanankesehatanjemaahu

mrah. Selain itu perlu

Monitoring dan evaluasi,

koordinasi antara asosiasi

travel umroh untuk

membina ke daerah

mengenai jemaah umroh,

serta Perlumengakomodasi

data

kesehatanJemaahumrah

Kanwil secara internal

saja memberikan

rekomendasi untuk

mengurus perijinan di

kemenag, serta MoU

dengan kepolisian, untuk

menjaring travel tanpa

izin. PMA No.

18/2015perlu menjadi

pengawas selain sebagai

pembinaan juga perlu

untuk memudahkan

penertiban PPIU di

wilayah kerja.

Page 83: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

83

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

jemaah umrah sama

dengan haji reguler.

scanner sehingga dapat

terdeteksi jika ada suspect

Mers-COV.

Bimbingan jamaah

umroh

Sebagaian besar

mengatakan Bimbingan

jemaah umrah belum

maksimal diserahkan ke

AKHI. Ada yang

mengatakan bukan tupoksi

dan ada yang mengatakan

belum pernah dilakukan

bimbingan jemaah umrah,

sehingga perlu diadakan

sosialisasi mengenai

keadaan Arab Saudi terkait

hal-hal yang perlu

dihindari.

Tidak ada, kecuali saat

manasik dan di Arab Saudi.

Banyak dikerjakan mandiri

dan bekerjasama dengan

provier. Bimbingan melalui

manasik dan pertemuan

(silaturahmi) setiap tahun

untuk evaluasi dan 5 tahun

sekali untuk pertemuan

akbar (jemaah umrah dan

haji).

Bimbingan jemaah umrah

Sebagian besar

mengatakan bukan tupoksi.

ada yang mengatakan

Tidak ada (dilakukan

sendiri-sendiri).

Bimbingan jemaah

umrah mnjadi urusan

pihak travel , selain itu

Melaksanakan sesuai

tuposki, menyediakan

pembimbing dan

manasik kesehatan

bekerjasama dengan

Dinkes dan akhi,

Lainnya mengatakan

belum ada, sebatas

sosialisasi perizinan

travel umroh, dan

mendorong untuk

membuka sendiri bukan

cabang dari Pusat.

Pemeriksaan

kembali ke tanah air

Pemeriksaan kembali ke

tanah air sebagian besar

yaitu pemeriksaan khusus

berupa Pemantauan

melalui thermos scanner,

dan visual langsung di

Bandara.

Sebagian besar mengatakan

tidak ada pemeriksaan.

Pendampingadajika Jemaah

melebihi 100 orang.

Bimbingan kesehatan

diberikan oleh dokter yang

bekerjasama dengan travel

dan dinas kesehatan, tetapi

Belum ada payung hukum,

kecuali jika ada jemaah

sakit secara mandiri datang

ke puskesmas atau rumah

sakit. lainnya mengatakan

Tergantung ada atau

tidaknya keluhan, dan ada

yang bersifat himbauan

Belum ada Pemeriksaan

kembali ke tanah air,

lainnya mengatakan

Bukan tupoksi, belum

tahu, dan tidak

terjangkau ke Kemenag.

Page 84: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

84

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

belum melibatkan KKP. dari P2P untuk melakukan

perubahan reemerdiseas

bila menemukan jemaah

baru pulang umroh.

Asuransi (kesehatan,

perjalanan,

kecelakaan)

Sebagian besar tidak tahu

asuransi (kesehatan,

perjalanan, dan

kecelakaan), namun ada

yang mengatakan bahwa

itu merupakan kerjasama

antara travel dengan

penerbangan.

Sebagain mengatakan tidak

ada asuransi, ada yang

mengatakan ada asuransi

untuk all risk, ada yang

tidak tahu, yang penting

semuanya terjamin dan

tertangani, serta Opsi

diserahkan kepada Jemaah,

Harga umrah tidak termasuk

asuransi. Selain itu, ada

Asuransi Yang dicover

untuk kecelakaan dan

kesehatan 1 bulan setelah

pulang umroh.

Tidak tahu asuransinya. Belum ada asuransi,

lainnya mengatakan

Sesuai dengan PMA No.

18/2015, dan Ada

kerjasama travel dengan

asuransi.

Masalah kesehatan

jamaah di tanah air

Masalah kesehatan jemaah

di tanah air sebagian besar

langsung dirujuk ke RS

terkait. Ada yang

melaporkan ke Dinas

Kesehatan Kab/Kota

sesuai wilayah masing-

masing, ada yang pada

tahun 2015-2016

Belum pernah ada kasus dan

tidak ada laporan.

Belum pernah ada kasus,

tidak ada laporan serta ada

yang mengatakan Pernah

ada kasus, tapi lupa.

Masalah kesehatan

jamaah di tanah airTidak

terjangkau kemenag,

tidak pernah dilaporkan.

lainnya mengatakan

bukan tupoksi, dan tidak

tahu.

Page 85: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

85

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

menemukan suspect Mers-

Cov 3 orang yang berasal

dari penerbangan, serta

ada yang tidak ada

laporan.

Usulan untuk model

layanan umroh

Usulan untuk model

pelayanan umrah, KKP

perlu payung hukum dan

penambahan SDM dalam

pelayanan kesehatan.

Setiap embarkasi memiliki

poliklinik selain pelayanan

kesehatan juga sebagai

pendamping ICV yang

menjadi tanggung jawab

KKP . selain itu sebaiknya

dibuat evidence base yang

lengkap dan sama antara

data pemberian vaksin di

KKP dengan data jumlah

jemaah di Kanwil Agama

dan perlu sosialisasi yang

kuat dalam pemeriksaan

kesehatan jemaah umrah

tentang pentingnya ICV.

Perlu aturan untuk

mendukung adanya

pelayanan kesehatan di

PPIU, Perlu aturan yang

bisa menjegal travel yang

tidak berijin, Pihak travel

harusnya hanya bisa

menyediakan asuransi saja,

pelayanan kesehatan umrah

harus ditata.

Sebaiknya dilakukan

pemeriksaan sama dengan

jemaah haji. Payung hukum

harus di buat dari Pusat,

perizinan sebaiknya dari

pusat, namun jika membuat

cabang di daerah seharusnya

mengikuti peraturan

didaerah, sehingga bisa

lebih diawasi tidak

menunggu laporan

masyarakat.

Vaksinasi perlu melibatkan

Dinkes/tingkat kabupaten .

Siap untuk memberikan

pelayanan kesehatan

seperti penanganan

kesehatan haji, diperkuat

dengan payung hukum.

Integrasi sistem informasi

kesehatan jemaah umroh

melalui bridging system.

selain itu

Disesuaikandengan model

pelayanankesehatan haji,

Perluadaeviden based

reemerging diseases

angkakesakitandankematia

nsehinggadapatdiantisipasi

program apa yang

dibutuhkan, Dinkes

dilibatkan sejak awal untuk

mendapatkan laporan

jumlah jemaah dsb baik

Ada berbagai macam

usulan untuk model

layanan umrah, yaitu

Memaksimalkan

pembinaan dengan

penyediaan posko di

bandara, Perlu adanya

tembusan laporan

pelaksanaan umrah dari

PPIU yang selama ini

langsung ke Dirjen Pusat,

Perlu ditertibkan

pemberian ICV berkaitan

dengan kasus ICV palsu,

Adanya koordinasi travel

dengan kanwil kemenag,

Koordinasi pemerintah

daerah, izin pusat

tembuskan ke provinsi,

KKP. Perlu

dikembangkan

pemantauan travel-travel

Page 86: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

86

Pertanyaan Kesimpulan

KKP PPIU Dinkes Kanwil Kemenag

Pihak Kemenag seharusnya

membuka inisiatif untuk

membuka keluhan

masyarakat menganai

layanan umroh.

Peranan ASOSIASI

harusnya juga ada didaerah

sehingga dapat melakukan

pembinaan, serta

Kementrian kesehatan perlu

adanya regulasi

pemeriksaan kesehatan

jamaah umroh mulai dari

puskesmas sampai tingkat

kabupaten agar travel tidak

repot.

dari KKP maupun PPIU,

serta harusnya peraturan

yang menyebutkan tidak

boleh menerima jamaah

umroh kalo tidak ada

rekomendasi dari

kabupaten.

liar, serta adanya

integrasi sistem

informasi jemaah umrah.

-

Page 87: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

87

LAMPIRAN 2

MATRIKS MODEL PELAYANAN KESEHATAN JAMAAH UMROH BERDASARKAN

PELAYANAN, PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN

1. ASPEK PELAYANAN MODEL KESEHATAN UMROH

Alur Jamaah Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif Ket Lokasi

PPIU - Komunikasi

- Informasi

- Edukasi

- Pemeriksaan dasar

- Tindak lanjut hasil pemeriksaan,

perlu kuratif atau bisa lanjut ke

embarkasi

Keputusan Risiko tinggi atau

tidak

- Puskesmas

Klinik

Pratama

Embarkasi - Komunikasi

- Informasi

Edukasi

- Mengeluarkan International

Certificate of Vaccination (ICV)

bagi jemaah yang sudah melakukan

pemeriksaan dasar dan vaksinasi.

- ICV diberikan kepada Jemaah

umroh yang terdaftar berangkat

pada tahun berjalan.

- Kepala kesehatan pelabuhan

bertanggungjawab atas penetapan

kelaikan terbang Jemaah umroh

berdasarkan hasil pemeriksaan

kesehatan.

Kegiatan rujukan bagi jemaah

umroh yang mempunyai RISTI,

PTM terkontrol, pelayanan

kesehatan Penyakit Menular

(PM)

- KKP

Negara

Transit

- - -Pelayanan rawat inap dan jalan

menggunakan asuransi

internasional yang telah

dibayar di indonesia

- Pelayaan kesehatan

- Nakes PPIU

Page 88: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

88

Alur Jamaah Promotif Preventif Kuratif Rehabilitatif Ket Lokasi

penerbangan jika ada wabah

di KKP setempat.

Negara

Tujuan (Arab

Saudi)

- - - Pelayanan rawat inap dan

jalan menggunakan asuransi

internasional.

- Pelayanan

Kesehatan

Arab Saudi

Debarkasi - - - KKP

Komunitas - - - Jemaah umroh yang sakit

wajib lapor ke tempat

pelayanan kesehatan setempat

- Dinkes/

Puskesmas

Page 89: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

89

2. ASPEK PEMBINAAN MODEL KESEHATAN UMROH

Kemenke

s/ Dinkes/

Puskesma

s

Kemenag/

Kanwil

Kemenkes/

KKP

PPIU Masyarakat Kemenlu/ KBRI Arab Saudi/

Dubes

Harmonisasi

Regulasi,

bedah

regulasi,

contoh

antara PMK

dan PMA

PMK

15/2016

PMA 18/2015 - UU no

2/1962

- PM

K tentang

Vaksinasi

Izin

PMA 18/2015

pasal 5

UU 13/2008

haji umroh

UU No. 39 /1999

Tentang

HAM (TKI mekanisme

perlindungan warga

NKRI)

Persyaratan

visa diatur

dalam PMA

18/2015 pasal

18 ayat 3

Implementa

si Program

Istitha’ah

kesehatan

Penyelenggaraa

n Perjalanan

Ibadah Umrah

tentang

pembinaan

pada pasal 23 :

a. Pembinaan

dilakukan

oleh direktur

jendral dan

kepala

kanwil

b. Pembinaan

meliputi

- Karantina

Udara

- Pemberian

Sertifikat

Vaksinasi

Internasion

al (ICV)

Izin

operasional

sebagai PPIU

:

1. pemilik

dalam akta

perusahaan,

Warga

Negara

Indonesia

yang

beragama

Islam dan

tidak

sebagai

Penyelenggaraa

n ibadah haji

dan umrahpasal

29 :

a. Mekanisme

dan prosedur

Pembinaan

Ibadah Haji

b. Pedoman

pembinaan,

tuntunan

manasik, dan

panduan

perjalanan

Ibadah Haji.

perlindungan HAM

termasukbidangkesehat

an

1. Memiliki

izin

operasional

yang masih

berlaku;

2. Memiliki

kontrak kerja

sama yang

telah

ditandatangani

oleh pimpinan

perusahaan

layanan umrah

di Arab Saudi

dan PPIU

Page 90: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

90

Kemenke

s/ Dinkes/

Puskesma

s

Kemenag/

Kanwil

Kemenkes/

KKP

PPIU Masyarakat Kemenlu/ KBRI Arab Saudi/

Dubes

kebijakan

penyelengga

raan umrah

dan

akreditasi

c. pembinaan

meliputi

penyuluhan

dan

bimbingan

teknis

operasional

PPIU

pemilik

PPIU lain.

2. memiki izin

usaha biro

perjalanan

wisata dari

dinas

pariwisata

setempat

yang sudah

beroperasi

paling

singkat 2

(dua) tahun.

3. memiliki

surat

keterangan

domisili

perusahaan

dari

pemerintah

daerah

setempat

yang masih

berlaku.

yang telah

disahkan oleh

notaris

3. Memiliki

sertifikat

International

Air Transport

Association

(IATA)

4. Memiliki

rekomendasi

dari Asosiasi

Penyelenggara

Umrah

5. Memiliki

kemampuan

finansial yang

dibuktikan

dengan

laporan

keuangan

yang telah di

audit oleh

akuntan publik

6. Memiliki

Page 91: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

91

Kemenke

s/ Dinkes/

Puskesma

s

Kemenag/

Kanwil

Kemenkes/

KKP

PPIU Masyarakat Kemenlu/ KBRI Arab Saudi/

Dubes

4. memiliki

surat

rekomenda

si asli dari

instansi

pemerintah

daerah

provinsi

dan/atau

kabupaten/

kota

setempat

yang

membidan

gi

pariwisata

yang masih

berlaku.

5. menyerahk

an jaminan

dalam

bentuk

bank

garansi atas

nama Biro

komitmen

mentaati

peraturan

perundang-

undangan

yang

dibuktikan

dengan surat

pernyataan/pa

kta integritas.

Page 92: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

92

Kemenke

s/ Dinkes/

Puskesma

s

Kemenag/

Kanwil

Kemenkes/

KKP

PPIU Masyarakat Kemenlu/ KBRI Arab Saudi/

Dubes

Perjalanan

Wisata,

yang

diterbitkan

oleh Bank

Syariah

dan/atau

Bank

Umum

Nasional

disertai

surat kuasa

pencairan

yang

ditujukan

dan

ditetapkan

oleh

Direktur

Jenderal.

Page 93: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

93

3. ASPEK PERLINDUNGAN MODEL KESEHATAN UMROH

Alur

Jamaah

Kemenkes/

Dinkes/

Puskesmas

Kemenag/ Kanwil Kemenkes/

KKP

PPIU Masyarakat Nakes Kemenlu/

KBRI

Arab

Saudi/

Dubes

Kendali

Individu dari individu

terkait asuransi

asuransi jiwa,

kesehatan, dan

kecelakaan

asuransi

jiwa,

kesehatan,

dan

kecelakaan

Institusi maksudnya

kewenangan

institusi ini

terhadap

perlindungan

jamaah itu apa

PPIU : pengurusan

dokumen Jemaah

yang hilang selama

perjalanan ibadah

dan pengurusan

Jemaah yang

meninggal sebelum

tiba kembali di

tempat domisili.

Sistem umroh ini harus

diendorse pada

level kebijakan

apa, apakah

PM, atau

perpres

Pelayanan

perlindungan

Jemaah Umrah dan

petugas umrah

yang diatur dalam

PMA 18/2015

Page 94: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

94

LAMPIRAN 3

RESUME PENGUMPULAN DATA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN UMRAH

PROGRAM/

KEGIATAN

TEMUAN

REKOMENDASI Fakta Regulasi/NSPK

Tempat

layanan SDM Biaya

1. PERLINDUNGAN

a. Vaksinasi meningitis • Banyak Jemaah

umrah yg tidak

divaksinasi

• Kartu ICV tdk

diperiksa, baik di

embarkasi maupun

di debarkasi

• Permenkes No.58/2013; kewajiban

vaksinasi untuk setiap orang yang

akan melakukan perjalanan

internasional dari dan kenegara

terjangkit dan/atau endemis

penyakit menular tertentu dan/atau

atas permintaan Negara tujuan,

dilakukan di KKP

• PMA No.18/2015, jamaah umrah

wajib vaksinasi

• Di KKP/

Embarkasi

• Dokter KKP • Rp. 305.000

langsungdibayar

jamaah

• KKP melakukan

pemeriksaan ICV di

embarkasi

b. Asuransi kesehatan,

kecelakaan, kematian • Sebagian besar

jemaah umrah tidak

punya asuransi

• PPIU tidak

mengasuransi-

kanjamaah

• PMA No.18/2015, PPIU wajib

member perlindungan jamaah dlm

hal asuransi jiwa, kesehatan dan

kecelakaan, pengurusan dokumen

hilang dan Jemaah yang

meninggal

• Dokter KKP • Rp. 305.000

langsungdibayarj

amaah

• Anjuran kepada

Jemaah umrah

untuk ikut asuransi

atau BPJS

2. PEMBINAAN KES

a. Pemeriksaan

kesehatan di tanah air,

sebagai upaya deteksi

• PPIU tdk

mewajibkan jemaah

utk lakukan

• Anjuran kepada

Jemaah umrah

untuk ikut asuransi

Page 95: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

95

PROGRAM/

KEGIATAN

TEMUAN

REKOMENDASI Fakta Regulasi/NSPK

Tempat

layanan SDM Biaya

dini/skrining factor

risiko kesehatan

pemeriksaan

• PPIU tdk

memfasilitasi dan

melakukan

pemeriksaan

kesehatan

• Beberapa jemaah

umrah melakukan

pemeriksaan

kesehatan sesuai

penyakit yang

dideriita

• PPIU

hanyamenganjurkan

msg2

jemaahbawaobat

masing2.

atau BPJS

b. Penyiapan kesehatan

jemaah • PPIU tdk melakukan

pembinaan

kesehatan

• Informasi/ promkes

hanya sedikit yg

diselipkan pada saat

manasik

• Kemenkes

menyusun materi

manasik kesehatan

atau

memasukkanmateri

kesehatan dalam

manasik haji/umrah

1. PELAYANAN KES

a. Pelayanan kesehatan • PPIU tdk • PMA No.18/2015, PPIU wajib

Page 96: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

96

PROGRAM/

KEGIATAN

TEMUAN

REKOMENDASI Fakta Regulasi/NSPK

Tempat

layanan SDM Biaya

di perjalanan (pesawat

udara)

memberikan yankes

di perjalanan

• Hanya sedikit sekali

PPIU yang sediakan

tenaga kes.

menyediakan petugas kesehatan

dan obat-obatan

b. Pelayanan kesehatan

di Arab Saudi (AS) • PPIU ada yg

menyediakan tenaga

kes

• PPIU ada yg

mendayagunakan

jemaah yg kebetulan

nakes

• PPIU ada yg

bekerjasama dg

yankes di AS

• PPIU berpendapat

pelayanankes di AS

tanggungjawabmu’a

sasah

• PMA No.18/2015, PPIU wajib

menyediakan petugas kesehatan

dan obat-obatan

• Taklimatul haj/ umrah

• Di

rombongan

/

pemondok

an

• RS Arab

Saudi

• Direkrut oleh

PPIU

• Pemanfaatan

Jemaah

• Ditangani

muthowif

• Dokter RS

Arab Saudi

• Include BPU

• Masing-masing

• Informasi dari

KUH, jemaah

yang

terlantardan

dirawat di

RSAS,

jemaahwajib

membayar

tinggi

• Dalam jangka

pendek, PPIU

menyampaikan

skema pelayanan

kesehatan

jemaahnya kepada

pemerintah, dan

jangka panjang

sesuai dengan PMA

• Pembicaraandengan

Arab Saudi terkait

taklimatul

haj/umrah

c. Pelayanan kesehatan

di negara transit • Adanya Jemaah

umrah yang terlantar

dan dirawat di

negara transit

• PMA No.18/2015, PPIU wajib

sediakan petugas kesehatan dan

obat-obatan

• Asuransi

kesehatan/kematian

bagi Jemaah umrah

3. PENGAWASAN

a. Ketersediaan data

PPIU dan jemaah • KUH tdk

mempunyai data

• PMA No.18/2015, PPIU wajib

membuat laporan penyelenggaraan

• Penerapan aturan

wajib lapor PPIU

Page 97: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

97

PROGRAM/

KEGIATAN

TEMUAN

REKOMENDASI Fakta Regulasi/NSPK

Tempat

layanan SDM Biaya

umrah PPIU dan jemaah

umrah

• Konjen negara lain

juga tdk mempunyai

data PPIU dan

jemaah

• Data jemaah

diperoleh dari Arab

Saudi berdasarkan

visa yg dikeluarkan

perjalanan umrah, meliputi

rencana perjalanan,

pemberangkatan dan pemulangan

kepemerintahmelalu

i KUH

• Dibuat system

online yang

memudahkanpendat

aan Jemaah umrah

b. Pelaporan jemaah

sakit/ meninggal ke

KUH di Arab Saudi

(AS)

• PPIU sedikit sekali

yang melapor ke

KUH

• PPIU tidak

memberikan bank

garansi ke KUH

• Banyaknya kasus

jemaah umrah

terlantar sakit dan

meninggal yang

ditinggal PPIU

• PMA No.18/2015, PPIU wajib

membuat laporan penyelengga-

raan perjalanan umrah, meliputi

rencana perjalanan, pemberangkat-

an dan pemulangan

• Jemaah

dirawat di

RS Arab

Saudi

• Tidak ada

tenagadari

PPIU yang

memantau

• Dibebankan

kepada jemaah,

yang pada

akhirnyamenjadi

beban

pemerintah

• Wajib lapor PPIU

ke KUH pada saat

dating dan pulang

• KUH memberikan

rekomendasimutho

wwif yang bias

direkrut PPIU

• PPIU wajib

serahkan bank

garansi ke KUH

• PPIU asuransi-kan

jemaahnya

c. Pengawasan dan

pengendalian PPIU

yang menelantarkan

Jemaah sakit di Arab

• Belum ada

mekanisme

pengawasan dan

pengendalian PPIU

• PMA No.18/2015, DirjenPHU

melakukan pengawasan dan

pengendalian terhadap rencana

perjalanan, operasional pelayanan

• Tenaga

terbatas, tidak

ada

tenagakhusus

• Pemerintah

menerapkan sanksi

tegas kepada PPIU

yang menelantarkan

Page 98: LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL ......1 LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL PELAYANAN KESEHATAN UMRAH DI INDONESIA OLEH: RUSTIKA, DKK PUSLITBANG UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT BADAN PENELITIAN

98

PROGRAM/

KEGIATAN

TEMUAN

REKOMENDASI Fakta Regulasi/NSPK

Tempat

layanan SDM Biaya

Saudi secara jelas

• Belum ada sanksi

tegas terhadap PPIU

yang ‘nakal’

• PPIU tidak

memberikan

pelaporan, termasuk

Jemaah sakit atau

meninggal

Jemaah dan ketaatan terhadap

perraturan perundangan

Jemaah umrah