LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

108

Transcript of LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Page 1: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan
Page 2: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

PUSAT PENELITIAN DAN

PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN

TAHUN 2014

PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2015

Page 3: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ii

KATA PENGANTAR

Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)

Tanaman Pangan merupakan instansi pemerintah di

bawah Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

Sebagai salah satu unit kerja yang mandiri, Puslitbang

Tanaman Pangan wajib membuat dan menyampaikan

laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP)

di bidang penelitian dan pengembangan pertanian

khususnya tanaman pangan.

Penyusunan laporan kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014 ini telah

mengacu pada pedoman penyusunan LAKIP yang disusun Lembaga Administrasi

Negara Republik Indonesia tahun 2004 serta Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010

tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Pencapaian sasaran strategis yang didukung oleh

pelaksanaan berbagai program dan kegiatan di lingkup Puslitbang Tanaman

Pangan merupakan wujud pertanggungjawaban atas amanah yang diembankan

kepada Puslitbang Tanaman Pangan sesuai tugas pokok dan fungsinya.

Laporan ini menyajikan hasil penelitian seperti varietas unggul baru,

teknologi budi daya, benih sumber, dan kegiatan penunjang dalam pencapaian

tujuan dan sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan.

Semoga laporan ini dapat memenuhi harapan masyarakat dan dalam

rangka membangun kinerja khususnya dalam penelitian dan pengembangan

tanaman pangan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pengembangan

IPTEK tanaman pangan.

Bogor, 3 Januari 2015

Kepala Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Pangan,

Dr. Made Jana Mejaya

Page 4: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iii

IKHTISAR EKSEKUTIF

Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah

Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan

pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi di Malang, Balai Penelitian Tanaman Serealia di Maros, dan Loka

Penelitian Penyakit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan.

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi

yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan

Puslitbang Tanaman Pangan adalah: (1) Tersedianya informasi sumber daya

genetik tanaman pangan, (2) Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan,

(3) Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008, (4) Terciptanya teknologi

budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan, dan (5) Tersedianya

rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan.

Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 dapat dilihat pada

pengukuran akuntabilitas kinerja yang mencapai 116,89%, terdiri dari

pengelolaan sumber daya genetik, perakitan VUB, produksi benih, perakitan

teknologi budi daya, dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan.

Sebanyak 21 varietas unggul baru (VUB) telah dilepas tahun 2014 yaitu:

varietas unggul baru padi Inpari 34 Salin Agritan, Inpari 35 Salin Agritan, Inpari

Unsoed79 Agritan, Inpara 8 Agritan, dan Inpara 8 Agritan, VUB kedelai Demas 1,

Dena 1 dan Dena 2, VUB kacang tanah Talam 2 dan Talam 3, VUB kacang hijau

Vima 2 dan Vima 3, VUB ubijalar Antin 2 dan Antin 3, VUB sorgum SURI 3

Agritan dan SURI 4 Agritan, VUB jagung URI 3 H, HJ21 Agritan, dan HJ22

Agritan, VUB gandum GURI 3 Agritan, GURI 4 Agritan, dan GURI 5 Agritan.

Teknologi tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22

paket teknologi budi daya dan panen untuk padi, jagung, kedelai, kacang hijau,

ubijalar, dan kacang tanah. Disajikan pula 11 paket rekomendasi kebijakan dalam

mendukung peningkatan produksi tanaman pangan serta membangun daerah

perbatasan di Kaltim, Kalbar, NTT, Kepulauan Riau, Maluku Utara, dan Papua.

Page 5: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian iv

Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014

Rp. 120.869.273.000,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp.54.856.928.000,- Belanja

Barang Operasional Rp.15.087.092.000, Belanja Barang Nonperasional

Rp.41.561.228.000, dan Belanja Modal Rp.9.364.025.000,-. Anggaran tersebut

tersebar di Puslitbang Tanaman Pangan Rp.18.322.614.000, Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi Rp.42.270.201.000, Balai Penelitian Tanaman Aneka

Kacang dan Umbi Rp.31.309.718.000, Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp.

24.467.752.000, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp. 4.498.988.000.

Realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan sampai dengan 31

Desember 2014 Rp.115.520.864.056 (95,58%), terdiri dari Belanja Pegawai Rp.

51.425.685.687 (93,75%), Belanja Barang Operasional Rp.14.626.142.406

(96,94%), Belanja Barang Nonoperasional Rp.40.607.610.663 (97,71%), dan

Belanja Modal Rp. 8.861.425.300 (94,63%). Realisasi PNBP lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan sampai Desember 2014 Rp. 4.482.875.437,- (205,21%) dari

target PNBP Rp. 2.184.540.712,- terdiri dari target penerimaan umum Rp.

103.373.712,- dan penerimaan fungsional Rp. 2.081.167.000. Sedangkan

realisasi penerimaan umum Rp. 344.600.412,- (333,35%) dan penerimaan

fungsional Rp. 4.138.275.025,- (198,84%).

Secara umum kinerja penelitian dan pengembangan tanaman pangan yang

dituangkan dalam Renstra 2010-2014 telah berhasil dicapai sesuai visi dan misi,

serta mendukung 4 sukses Kementerian Pertanian dan memenuhi kebutuhan 4-F

(Food, Feed, Fiber, dan Fuel). Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan

VUTB), jagung (hibrida dan komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan

food, feed dan fibre. Perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan

dan pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan terus dilakukan. Tersedia

varietas unggul baru ubikayu dan sorgum, serta teknologi pemanfaatan limbah

menjadi sumber energi terbarukan membangun masyarakat mandiri energi.

Data BPS ARAM II tahun 2014, produksi padi 70,61 juta ton GKG menurun

0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada

produksi 2012 hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung 19,13 juta ton

meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan 2012 (18,97

juta ton). Produksi kedelai 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan

tahun 2013 dan 2012 hanya 843,15 ribu ton. Nilai Tukar Petani (NTP) pada

September 2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan Agustus 2014 dari

Page 6: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian v

102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP September 2014 disebabkan kenaikan

indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks

harga barang dan jasa yang dikonsumsi rumah tangga dan keperluan produksi

pertanian. Kenaikan NTP September 2014 karena naiknya NTP subsektor

tanaman pangan 0,37%, hortikultura 0,59%, dan peternakan 1,08%.

Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang (SL)

PTT ke seluruh propinsi. Tahun 2015 guna mencapai kedaulatan pangan,

Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).

Puslitbang Tanaman Pangan dalam melaksanakan penelitian sangat

bergantung pada kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim.

Pengaruh pemanasan global seperti penentuan saat musim hujan atau awal

musim kemarau sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan musim

tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang. Dampak perubahan iklim

menyebabkan kondisi lapang yang tak terduga seperti serangan hama dan

penyakit yang meski sudah diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi

penelitian hanya sebagian kecil dari hamparan pertanaman. Ledakan hama tikus,

wereng coklat disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang

ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang.

Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan

musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi

pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan

prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi.

Varietas unggul dan teknologi baru belum cepat diadopsi petani di lapang.

Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja sama

dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan pemerintah

daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak, ekspose

lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya adopsi

teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui Sekolah

Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia.

Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu

meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.

Page 7: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................. i

Iktisar Eksekutif ............................................................... ii

Daftar Isi .......................................................................... iv

I. Pendahuluan ................................................................ 1

II. Perencanaan dan Perjanjian Kinerja..…………..………... 4

2.1. Perencanaan Strategis ………………………….….…….... 5

2.2. Perencanaan Kinerja..…………………..…………........... 9

2.3. Penetapan Kinerja ................................................ 10

III. Akuntabilitas Kinerja ………………………………….............. 16

3.1. Pengukuran Capaian Kinerja ………………………………. 17

3.2. Analisis Capaian Kinerja ........................................ 19

3.3. Akuntabilitas Keuangan …………………………….......... 88

IV. Penutup ....................................................................... 92

Lampiran:

Struktur Organisasi

Realisasi Keuangan

Rencana Strategis (RS) Puslitbang Tanmaan Pangan

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) tahun 2014

Penetapan Kinerja (PKT) tahun 2014

Page 8: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

Page 9: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

I. PENDAHULUAN

Puslitbang Tanaman Pangan merupakan salah satu unit kerja di bawah

Badan Litbang Pertanian yang memperoleh mandat melaksanakan penelitian dan

pengembangan padi dan palawija. Mandat tersebut dilaksanakan oleh Balai Besar

Penelitian Tanaman Padi di Sukamandi – Jawa Barat, Balai Penelitian Tanaman

Aneka Kacang dan Umbi di Malang – Jawa Timur, Balai Penelitian Tanaman

Serealia di Maros – Sulawesi Selatan, dan Loka Penelitian Penyakit Tungro di

Lanrang, Sidrap, Sulawesi Selatan.

Tugas dan fungsi Puslitbang Tanaman Pangan diatur melalui Peraturan

Menteri Pertanian No.61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang organisasi dan tata

kerja Kementerian Pertanian. Tugas yang diemban menyiapkan perumusan

kebijakan dan program serta melaksanakan penelitian dan pengembangan

tanaman pangan. Penelitian yang dilakukan bersifat mendasar dan strategis

untuk mendapatkan teknologi tinggi dan inovatif yang berlaku bagi agroekologi

dominan di beberapa wilayah. Penelitian yang bersifat hulu (upstream) ditujukan

untuk mengembangkan teknologi dasar dan teknologi generik yang akan diuji

daya adaptasi oleh BPTP sebelum disebarluaskan kepada petani.

Dalam melaksanakan tugasnya, Puslitbang Tanaman Pangan

menyelenggarakan fungsi yaitu: a) penyiapan rumusan dan kebijakan penelitian

dan pengembangan, b) perumusan program penelitian dan pengembangan, c)

pelaksanaan kerja sama dan pendayagunaan hasil penelitian dan

pengembangan, d) pelaksanaan penelitian dan pengembangan, e) evaluasi serta

pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan, dan f)

pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga di tingkat pusat.

Untuk melaksanakan mandat, tugas, dan fungsinya, Puslitbang Tanaman

Pangan didukung sarana kebun percobaan dan laboratorium yang terakreditasi,

serta tenaga fungsional peneliti dan administrasi. Jumlah pegawai di lingkup

Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 berjumlah 816 orang. SDM berkurang

85 orang selama 5 tahun jika dibandingkan dengan tahun 2010 berjumlah 901

orang. Pengurangan pegawai terjadi di seluruh satker lingkup Puslitbang

Tanaman Pangan. Namun, tingkat pendidikan meningkat daripada tahun 2010,

yaitu 63 orang S3 (Doktor), 95 orang S2, dan 184 orang S1 (Tabel 1). Sedangkan

jumlah Profesor Riset tahun 2010 berjumlah 15 orang, saat ini hanya 10 orang

karena sebagian sudah purna tugas.

Page 10: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

Tabel 1. Distribusi SDM di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan

pendidikan, 31 Desember 2014.

Unit Kerja S3 S2 S1 SM/

D3

D2 SLTA SLTP SD Total

Puslitbang

Tanaman Pangan

9 9 16 8 1 44 6 5 98

BBPadi 14 23 62 10 1 100 8 30 248

Balitkabi 24 30 58 7 1 64 17 20 221

Balitsereal 15 30 37 14 - 71 19 33 219

Lolit Tungro 1 3 11 2 - 9 - 4 30

Jumlah 63 95 184 41 3 288 50 92 816

Kontribusi nyata Puslitbang Tanaman Pangan adalah menyediakan varietas

unggul baru padi dan palawija, teknologi budi daya, benih sumber, serta

kebijakan tanaman pangan. Data BPS melaporkan bahwa produksi padi tahun

2014 (ARAM II) diperkirakan 70,61 juta ton GKG menurun 0,67 juta ton (0,94%)

dibandingkan tahun 2013, namun lebih tinggi daripada produksi tahun 2012

hanya 68,96 juta ton GKG. Produksi jagung tahun 2014 diperkirakan 19,13 juta

ton meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013. Demikian pula produksi kedelai

tahun 2014 diperkirakan 921,34 ribu ton meningkat 18,12% dibandingkan tahun

2013.

Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui pendekatan

Pengelolaan Tanaman secara terpadu (PTT) serta pendampingan Sekolah Lapang

(SL) PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh propinsi di Indonesia. Tahun 2015,

dalam upaya mencapai kedaulatan pangan, Kementerian Pertanian telah

mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).

Page 11: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

Page 12: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Visi

Visi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian merupakan bagian

integral dari visi pembangunan pertanian dan perdesaan Indonesia. Visi Badan

Litbang Pertanian adalah: ”Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian dan

pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan

mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian

industrial unggul berkelanjutan berbasis sumber daya lokal”

Sejalan dengan visi Badan Litbang Pertanian, maka Puslitbang Tanaman

Pangan merumuskan visi yaitu: ”Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014

menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat

sesuai kebutuhan pengguna”.

Misi

Misi yang diemban Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi

dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai

tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition).

2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta

efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya.

3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional dalam

rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang Tanaman

Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recoqnition).

Tujuan dan Sasaran

Tujuan Puslitbang Tanaman Pangan pada tahun 2010 – 2014 sebagai berikut:

1. Mengembangkan dan memanfaatkan keragaman sumber daya genetik

untuk bahan perakitan varietas unggul baru guna meningkatkan

produktivitas sesuai preferensi konsumen, serta adaptif terhadap cekaman

faktor biotik dan abiotik dampak perubahan iklim.

Page 13: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

2. Menghasilkan teknologi optimasi pemanfaatan sumber daya tanah (lahan

dan air), tanaman, dan organisme pengganggu tanaman yang dapat

merealisasikan potensi hasil dan mengurangi emisi gas rumah kaca

(methan) di lahan suboptimal dan antisipasi dampak iklim ekstrim.

3. Mempercepat alih teknologi dan distribusi benih sumber tanaman pangan

kepada pengguna mendukung program strategis Kementerian Pertanian.

4. Menghasilkan rekomendasi opsi kebijakan pembangunan pertanian yang

bersifat antisipatif dan responsif dalam rangka pembangunan sistem

pertanian industrial.

5. Mengembangkan jejaring dan kerja sama kemitraan dengan dunia usaha,

pemerintah daerah, lembaga penelitian di dalam dan luar negeri.

6. Meningkatkan kualitas dan mengembangkan sumber daya penelitian.

Untuk dapat menjadi lembaga rujukan iptek dan sumber inovasi teknologi

yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna, sasaran strategis tahunan

Puslitbang Tanaman Pangan adalah:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan.

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman

pangan.

5. Tersedianya rumusan kebijakan pengembangan tanaman pangan.

Arah Kebijakan

Arah kebijakan dan strategi litbang tanaman pangan merupakan bagian

dari arah kebijakan dan strategi litbang pertanian pada Renstra Badan Litbang

Pertanian 2010 – 2014 khususnya yang terkait langsung dengan program Badan

Litbang Pertanian yaitu penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing.

1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan

rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta

pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk

Page 14: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan

bahan baku industri.

2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil

penelitian kepada stakeholders nasional maupun internasional untuk

mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian (impact

recoqnition) pengakuan ilmiah internasional (scientific recognition) dan

perolehan sumber-sumber pendanaan penelitian lainnya di luar APBN.

3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian

melalui perbaikan sistem rekruitmen dan pelatihan SDM, penambahan

sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran yang sesuai dengan

kebutuhan institusi.

4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan

perlindungan HaKI (Hak Kekayaan Intelektual) secara nasional dan

internasional.

5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang

akuntabel dan good governance.

Strategi

1. Menyusun cetak biru kebutuhan inovasi teknologi untuk pencapaian

sasaran pembangunan pertanian dan benchmark hasil penelitian.

2. Mengoptimalkan kapasitas unit kerja untuk meningkatkan produktivitas

dan kualitas penelitian, memperkuat inovasi teknologi tanaman pangan

berorientasi ke depan, memecahkan masalah, berwawasan lingkungan,

aman bagi kesehatan dan menjamin keselamatan manusia serta dihasilkan

dalam waktu yang relatif cepat, efisien dan berdampak luas.

3. Menyusun dan meningkatkan pemanfaatan rekomendasi kebijakan

antisipatif dan responsif dalam kerangka pembangunan pertanian untuk

memecahkan masalah dan isu aktual dalam pembangunan pertanian.

4. Meningkatkan intensitas komunikasi dan partisipasi pada kegiatan ilmiah

nasional dan internasional.

5. Meningkatkan intensitas pendampingan penerapan teknologi kepada calon

pengguna.

Page 15: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

6. Meningkatkan intensitas promosi inovasi teknologi kepada pelaku usaha

industri agro.

7. Meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan dengan lembaga

internasional/nasional berkelas dunia dalam rangka memacu peningkatan

produktivitas dan kualitas penelitian untuk memenuhi kebutuhan pengguna

dan pasar. Kerja sama penelitian dan pengembangan ini juga diarahkan

untuk pencapaian pengakuan kompetensi sebagai impact recoqnition yang

mengarah pada peningkatan perolehan pendanaan di luar APBN.

8. Mengembangkan sistem alih teknologi berbasis HaKI hasil litbang ke dunia

industri melalui lisensi.

9. Menerapkan kebijakan reformasi birokrasi secara konsisten pada semua

jajaran Badan Litbang Pertanian.

Program dan Kegiatan

Sesuai dengan Pokok-pokok Reformasi Perencanaan dan Penganggaran

(SEB Meneg Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menkeu,

No. 0412.M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni 2009), bahwa program hanya berada di

Eselon I, sedangkan kegiatan berada di Eselon II. Program Badan Litbang

Pertanian pad periode 2010 – 2014 adalah Penciptaan teknologi dan varietas

unggul berdaya saing. Sejalan dengan program tersebut, Puslitbang Tanaman

Pangan menetapkan kebijakan alokasi sumber daya penelitian dan

pengembangan menurut komoditas prioritas utama yang ditetapkan oleh

Kementerian Pertanian, yaitu tiga di antara lima komoditas prioritas tanaman

pangan (padi, jagung, dan kedelai) serta ubikayu dan kacang tanah yang

termasuk dalam 30 fokus komoditas lainnya dan komoditas tanaman pangan

yang menjadi penting seiring dinamika pengembangan tanaman pangan.

Sesuai dengan organisasi Badan Litbang Pertanian, program Puslitbang

Tanaman Pangan masuk dalam subprogram penelitian dan pengembangan

komoditas dengan kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan.

Indikator kinerja Unit Kerja adalah Output. Kegiatan litbang tanaman pangan

akan dilaksanakan oleh lima satuan kerja yaitu Puslitbang Tanaman Pangan

sebagai unit kerja eselon II, didukung oleh satuan kerja BBPadi, Balitkabi,

Balitsereal, dan Lolit Tungro.

Page 16: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

Indikator Kinerja Utama

Output yang menjadi indikator kinerja (IKU) litbang tanaman pangan

meliputi: 1) Jumlah varietas unggul baru padi, serealia, dan kabi, 2) Jumlah

teknologi budi daya dan pascapanen primer, 3) Jumlah aksesi sumber daya

genetik (SDG) padi, serealia, dan kabi terkoleksi, teridentifikasi dan terkonservasi

untuk perbaikan sifat varietas, 4) Jumlah produksi benih sumber (BS, FS) padi,

serealia, dan kabi dengan SMM ISO 9001-2000, atau ISO 9001-2008, dan 5)

Publikasi ilmiah untuk diseminasi iptek.

2.2. PERENCANAAN KINERJA

Penyusunan rencana kinerja kegiatan penelitian diselaraskan dengan

sasaran Renstra Puslitbang Tanaman Pangan 2010-2014. Sejalan dengan hal

tersebut Puslitbang Tanaman Pangan setiap tahun telah menyusun Rencana

Kinerja Tahunan (RKT) 2014 yang berisi: 1) Sasaran strategis kegiatan yang akan

dilaksanakan, 2) Indikator kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur,

efektif, efisien, dan akuntabel, dan 3) Target yang akan dihasilkan.

Rencana kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman pangan telah

dituangkan dalam RKT tahun 2014 dengan rincian sebagai berikut:

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik (SDG) tanaman pangan yang

dapat dimanfaatkan untuk perbaikan sifat varietas.

2. Terciptanya varietas unggul baru (VUB) tanaman pangan.

3. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru tanaman pangan untuk

penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

4. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman

pangan.

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.

Adapun matriks Rencana Kinerja Tahunan (RKT) kegiatan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan disajikan pada Tabel 2, yang akan dilaksanakan

oleh satuan kerja lingkup Puslitbang Tanaman Pangan.

Page 17: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan Puslitbang Tanaman Pangan 2014

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Tersedianya informasi sumber

daya genetik

Jumlah aksesi sumber daya genetik

tanaman pangan yang dapat

dimanfaatkan untuk perbaikan sifat

varietas

1.405 aksesi

2. Terciptanya varietas unggul

baru tanaman pangan

Jumlah varietas unggul baru tanaman

pangan

19 varietas

3. Tersedianya benih sumber

varietas unggul baru tanaman

pangan untuk penyebaran

varietas berdasarkan SMM

ISO 9001-2008.

Jumlah produksi benih sumber padi,

serealia, aneka kacang dan ubi

219 ton

4. Terciptanya teknologi budi

daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan

Jumlah teknologi budi daya, panen,

dan pascapanen primer tanaman

pangan

13 teknologi

5. Tersedianya kebijakan

pengembangan tanaman

pangan

Rumusan rekomendasi kebijakan

pengembangan tanaman pangan

10 rekomendasi

2.3. PENETAPAN KINERJA

Penetapan Kinerja 2014 disusun setelah disetujui dan diterbitkannya DIPA

2014. Penetapan kinerja ini merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja

antara Kepala Puslitbang Tanaman Pangan dengan Kepala Badan Litbang

Pertanian sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas

kinerja Puslitbang Tanaman Pangan pada akhir tahun anggaran.

Oleh karena itu, Puslitbang Tanaman Pangan telah menetapkan 3 (tiga)

sasaran strategis yang akan dicapai 2014 guna mendukung program Badan

Litbang Pertanian. Sasaran strategis Puslitbang Tanaman Pangan, yaitu (1)

Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan

produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan, (2) Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan

sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada

berkelanjutan, dan (3) Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan

tanaman pangan.

Page 18: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

Sedangkan indikator kinerja untuk mencapai 3 (tiga) sasaran strategis

tersebut, yaitu (1) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan

tanaman pangan lainnya yang akan dilepas, (2) Jumlah benih sumber padi,

jagung, dan kedelai sesuai dengan SMM ISO 9001-2008 yang akan dihasilkan,

(3) Jumlah teknologi budi daya dan panen tanaman pangan, dan (4) Jumlah

rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diemban Puslitbang Tanaman

Pangan pada tahun 2014, maka diperlukan anggaran Rp.120.869.273.000,0

untuk belanja pegawai, belanja barang operasional, belanja barang

nonoperasional, dan belanja modal. Anggaran tersebut diperoleh dari APBN dan

PNBP, serta kegiatan kerja sama penelitian dengan berbagai instansi pemerintah,

swasta, maupun bantuan luar negeri.

Penetapan kinerja 2014 yang telah disusun pada Tabel 3 telah mengalami

revisi karena adanya perubahan APBN sesuai kebijakan pemerintah akibat

melonjaknya subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).

Tabel 3. Penetapan Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014.

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;

a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya

b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008

20 Varietas

203 Ton

2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Jumlah teknologi budi daya dan panen

22 Teknologi

3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

11 Rekomendasi

Page 19: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

Dalam LAKIP Puslitbang Tanaman Pangan ini dilaporkan juga

perkembangan berbagai kegiatan lain, yaitu: a) Pengelolaan sumber daya

genetik tanaman pangan, b) Kegiatan diseminasi hasil penelitian tanaman

pangan, dan c) Laporan keuangan.

Pencapaian target indikator kinerja dilaksanakan melalui serangkaian

penelitian di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit Tungro, dengan judul

perakitan varietas unggul baru dan produksi benih sumber, dengan rincian

sebagai berikut:

1a. Penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman

pangan, terdiri dari:

a. Perakitan varietas unggul baru padi

Perakitan varietas unggul padi dilaksanakan melalui 4 (empat) kegiatan

setingkat RPTP, yaitu: a) Percepatan pelepasan varietas unggul baru padi

melalui konsorsium padi nasional, b) Perakitan varietas padi sawah, c)

Perakitan varietas unggul padi rawa, dan d) Perakitan varietas padi gogo.

Penelitian ini telah melibatkan 56 orang peneliti dengan pagu anggaran Rp.

5.543.000.000.

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan

ubi

Perakitan varietas unggul aneka kacang dan umbi dilaksanakan melalui

serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Percepatan

pelepasan varietas kedelai nasional melalui konsorsium, b) Perakitan

varietas kedelai tropis toleran kekeringan, naungan, pasang surut, dan

toleran cekaman biotik, c) Perbaikan teknologi produksi ubikayu dan

ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan d) Perakitan varietas

kacang tanah dan kacang hijau untuk lahan sawah, lahan salin, dan lahan

kering masam. Penelitian ini telah melibatkan 67 orang peneliti dengan

pagu anggaran sebesar Rp.1.339.510.000.

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

Perakitan varietas unggul jagung dan serealia lainnya dilaksanakan melalui

serangkaian penelitian setingkat RPTP dengan judul, yaitu: a) Perakitan

Varietas Jagung Hibrida Berdaya Saing, b) Perakitan Varietas Jagung

Page 20: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

Bersari Bebas Toleran Cekaman Lingkungan, c) Perakitan Varietas Gandum

Tropis Adaptif Pada Ketinggian ≤ 400 Mdpl, d) Perakitan Varietas dan

Teknologi Penekanan Hasil Sorgum. Penelitian ini telah melibatkan sekitar

35 orang peneliti dengan pagu anggaran sebesar Rp.1.582.344.000.

1b. Produksi benih sumber tanaman pangan sesuai SMM ISO 9001-

2008, terdiri dari:

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi.

Kegiatan penyediaan benih sumber ini dilaksanakan oleh BBPadi di

Sukamandi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan target

diproduksinya 130 ton benih sumber kelas BS, FS, dan SS. Pagu anggaran

di BBPadi Rp.1.927.350.000 untuk memproduksi 100 ton benih sumber

(kelas BS, FS, dan SS), sedangkan pagu anggaran di Lolit Tungro

Rp.344.586.000 untuk memproduksi benih sumber kelas SS 30 ton. Total

biaya produksi benih sumber sebesar Rp.2.271.936.000.

b. Penyediaan benih sumber varietas unggul kacang dan umbi.

Kegiatan penyediaan benih sumber aneka kacang dan umbi dilaksanakan

di Balitkabi Malang dengan target produksi 83 ton kelas BS dan FS. Pagu

anggaran produksi benih sumber sebesar Rp.2.081.750.000.

c. Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia

lain.

Kegiatan penyediaan benih sumber jagung dan serealia lainnya

dilaksanakan di Balitsereal Maros dengan target produksi benih sumber 34

ton kelas BS dan FS. Pagu anggaran produksi benih sebesar

Rp.1.091.474.000.

2. Perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

Kegiatan perakitan teknologi budi daya dan panen tanaman padi

dilaksanakan oleh BBPadi di Sukamandi dengan target dihasilkannya 6

(enam) teknologi dan Lolit Tungro di Lanrang, Sulawesi Selatan dengan

target dihasilkannya 1 (satu) teknologi.

Page 21: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

Perakitan teknologi budi daya padi di BBPadi dilaksanakan melalui 3 (tiga)

kegiatan setingkat RPTP, yaitu: a) Perbaikan komponen teknologi

pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi sawah irigasi, b) Perbaikan

komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi rawa, dan c)

perbaikan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT) padi gogo.

Jumlah pagu anggaran kegiatan penelitian ini sebesar Rp.2.601.000.000.

Sedangkan penelitian Lolit Tungro dengan judul “inovasi teknologi produksi

padi tahan tungro mendukung upaya kemandirian pangan” dengan pagu

anggaran sebesar Rp.421.659.000.

b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman aneka kacang dam umbi

dilaksanakan di Balitkabi Malang melalui penelitian yaitu a) Perbaikan

komponen teknologi budi daya kedelai untuk lahan sawah, lahan kering,

dan pasang surut menuju swasembada kedelai, b) Perbaikan teknologi

produksi ubikayu dan ubijalar untuk lahan sawah dan lahan kering, dan c)

Perbaikan komponen teknologi budi daya kacang tanah dan kacang hijau

lahan sawah, lahan salin, dan lahan kering. Jumlah pagu anggaran kegiatan

penelitian ini sebesar Rp.834.400.000.

c. Teknologi budi daya tanaman serealia

Kegiatan perakitan teknologi budi daya tanaman serealia dilaksanakan di

Balitsereal Maros melalui penelitian “Perakitan teknologi mendukung

pengembangan VUB jagung” untuk menghasilkan a) Teknologi tanam

tumpangsari jagung dengan kacang-kacangan pada sistem tanam legowo

tanpa menurunkan produktivitas jagung dan menguntungkan petani terkait

peningkatan IP, b) Teknologi pemupukan spesifik lokasi yang efisien

dengan perangkat PUJS dalam pola tanam padi-jagung-jagung, c)

Mikroorganisme dekomposer dan bahan tambahannya yang mempunyai

daya rombak cepat dan efektif terhadap limbah tanaman jagung untuk

pupuk organik, d) Sistem pemasaran jagung berdasarkan subround terkait

peningkatan IP, e) Model penangkaran benih jagung hibrida silang tiga

jalur berbasis komunitas, f) Formulasi fungisida hayati untuk pengendalian

penyakit utama jagung, g) Formulasi yang sesuai untuk dikembangkan

sebagai Bakterisida hayati sehingga memudahkan aplikasi di lapangan, h)

Formulasi Virus HaNPV untuk pengendalian hama utama jagung (H.

Page 22: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

armígera, S.litura) yang ramah lingkungan, dan i) Diketahuinya faktor

utama yang berpengaruh terhadap perkembangan dan tingkat serangan

hama/penyakit serta cara pengendaliannya. Jumlah pagu anggaran kegiatan

penelitian ini sebesar Rp.543.917.000.

3. Analisis Kebijakan Pengembangan Tanaman Pangan

Target output penelitian ini, yaitu: 1) Analisis Kebijakan Mendukung

Peningkatan Produktivitas dan Produksi Komoditas Tanaman Pangan, 2)

Peningkatan Produktivitas Padi Melalui Penyesuaian Varietas Dalam Sistem

Jajar Legowo, 3) Evaluasi Efisiensi Teknologi Pupuk Organik Dalam Pola

Tanam Padi-Kedelai, 4) Studi Rekayasa Ekologi Berbasis Tanaman Pangan

dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah, 5) Studi Sosial Ekonomi

Berbasis Tanaman Pangan Dalam Pola Tanam Setahun di Lahan Sawah

Irigasi, 6) Keragaan Beberapa Varietas Padi Hibrida Jagung Pada Sistem

Tanpa Olah Tanah Pola Tanam Padi-Jagung-Padi, 7) Optimalisasi Produksi

Kedelai Melalui Penerapan Teknologi Varietas dan Beragam Pemupukan

Pada Sistem Tanpa Olah Tanah.

4. Pengelolaan dan Pengkayaan Sumber Daya Genetik Tanaman

Pangan

Target kegiatan ini adalah diperolehnya informasi hasil karakterisasi dan

rejuvinasi sumber daya genetik tanaman padi, jagung, kacang-kacangan,

umbi-umbian, dan serealia lainnya.

5. Diseminasi Inovasi Teknologi Tanaman Pangan

Kegiatan penunjang penelitian dan pengembangan tanaman pangan

adalah menyebarluaskan inovasi teknologi tanaman pangan. Adapun

kegiatan yang dilaksanakan antara lain: a) Publikasi hasil-hasil penelitian,

b) Seminar dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose/pameran skala

nasional dan regional, d) Gelar teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan

inovasi teknologi melalui internet (website).

Page 23: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

Page 24: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

III. AKUNTABILITAS KINERJA

Penelitian tanaman pangan telah memberikan kontribusi dalam

mendukung 4 (empat) target sukses Kementerian Pertanian. Inovasi yang

dihasilkan meliputi penciptaan varietas unggul baru, benih sumber, serta

perakitan teknologi budi daya. Hasil-hasil penelitian disebarluaskan melalui

berbagai pertemuan ilmiah, ekspose dan gelar teknologi di berbagai even

nasional maupun regional, serta menerbitkan publikasi ilmiah tercetak dalam

bentuk jurnal, prosiding, buletin, dan website yang telah terbangun di seluruh

satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan.

Keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah

diterapkannya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di lingkup

Puslitbang Tanaman Pangan. Mekanisme monitoring dan evaluasi penelitian

dilakukan setiap semester melalui peninjauan lapang. Sedangkan realisasi

keuangan dipantau melalui aplikasi i-Monev berbasis web yang dilakukan

updating setiap hari Jumat bagi setiap satker, serta penerapan Permenkeu No.

249 tahun 2011 setiap bulan.

3.1. PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA

Dalam rangka mengukur kinerja dan keberhasilan penelitian dan

pengembangan tanaman pangan secara umum dapat dilihat pada tujuan,

manfaat, dan keluaran pogram penelitian dengan menggunakan indikator tolok

ukur kinerja, alat verifikasi, dan asumsi/risiko yang tertuang dalam matriks

kerangka logis.

Pengukuran tingkat capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun

2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja

sasaran dengan realisasinya. Data diperoleh dari laporan yang telah disusun oleh

peneliti seluruh satker lingkup Puslitbang Tanaman Pangan dan berbagai sumber

lainnya. Capaian kinerja berdasarkan hasil pengukuran disajikan secara rinci pada

Tabel 4.

Page 25: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

Tabel 4. Pengukuran Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan 2014.

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian kinerja

1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;

a. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya

b. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008

20 Varietas

203 Ton

21 Varietas

256,04 Ton

105,0%

126,13%

2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 22 Teknologi 100,0%

3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0%

Page 26: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

3.2. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 Pulitbang Tanaman

Pangan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sasaran 1 : Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka

peningkatan produksi dan produktivitas mendukung

pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Sasaran strategis ini dicapai menggunakan 2 (dua) indikator kinerja, yaitu

(a) Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan

lainnya, dan (b) Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM

ISO 9001-2008. Analisis capaian kinerja diuraikan sebagai berikut:

(a) Indikator kinerja varietas unggul baru (VUB) padi, jagung, kedelai dan

tanaman pangan lainnya yang dilepas dapat dicapai melalui kegiatan

penelitian pemuliaan dan perakitan varietas unggul baru tanaman pangan.

Adapun target yang telah ditetapkan yaitu dilepasnya 20 varietas unggul

baru tanaman pangan, sedangkan realisasi capaiannya 105%, yaitu telah

dilepas 21 varietas unggul baru padi dan palawija antara lain 5 VUB padi, 9

VUB aneka kacang dan umbi, dan 7 VUB serealia (Tabel 5).

Tabel 5. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Varietas unggul baru padi 5 5 100,00

Varietas unggul baru aneka kacang dan umbi 8 9 112,50

Varietas unggul baru serealia 7 7 100,00

Secara umum, kinerja Puslitbang Tanaman Pangan dalam perakitan

varietas unggul baru dapat tercapai sesuai target. Berdasarkan

perbandingan selama 2010-2014 (Tabel 6) sesuai dengan Renstra yang

telah ditetapkan, VUB yang dilepas sangat bervariasi. Hal ini karena

perakitan VUB memerlukan proses dan waktu yang cukup lama karena

dipersyaratkan harus dilakukan uji multilokasi di 16 lokasi yang berbeda,

serta proses pengujian oleh evaluator ahli yang ditetapkan oleh Badan

Benih Nasional (BBN).

Page 27: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

Tabel 6. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.

Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014

Varietas unggul baru

padi

Target 4 4 6 7 5

Realisasi 10

(250%)

17

(400%)

12

(200%)

7

(100%)

5

(100%)

Varietas unggul baru

aneka kacang dan umbi

Target 2 4 4 6 8

Realisasi 2

(100%)

4

(100%)

6

(150%)

6

(100%)

9

(112%)

Varietas unggul baru

serealia

Target 5 3 7 7 7

Realisasi 5

(100%)

7

(233%)

7

(100%)

9

(128%)

7

(100%)

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari VUB yang dilepas

2014 diuraikan sebagai berikut:

Padi

Tahun 2014 telah dilepas sebanyak 5 VUB padi yang sesuai untuk lahan

salin, dan lahan rawa, antara lain 1) varietas Inpari 34 Salin Agritan (SK Mentan

No.1252/Kpts/SR.120/12/2014), 2) varietas Inpari 35 Salin Agritan (SK Mentan

No.1250/Kpts/SR.120/ 12/2014), 3) varietas Inpari Unsoed 79 Agritan (SK

Mentan No.1251/Kpts/SR.120/12/2014), 4) varietas Inpara 8 Agritan (SK Mentan

No.1244/Kpts/SR.120/12/2014), dan 5) varietas Inpara 9 Agritan (SK Mentan

No.1245/Kpts/SR.120/12/2014).

Varietas Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin Agritan toleran salin

dan berpotensi hasil tinggi dalam rangka menyediakan varietas toleran salinitas

yang beradaptasi pada daerah pesisir pantai Pulau Jawa dan Nusa Tenggara.

Kedua varietas ini memiliki toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada

cekaman 12 dSm-1. Potensi hasil Inpari 34 Salin Agritan dan Inpari 35 Salin

Agritan masing-masing 8,1 t/ha dan 8,3 t/ha yang setara dengan varietas Siak

Raya, lebih tinggi daripada varietas Dendang (keduanya telah dilepas beberapa

tahun lalu). Keunggulan lain, lebih tahan hama wereng batang coklat biotipe 1

dan 3, dan mutu giling setara dengan Siak Raya dan lebih baik daripada

Dendang. Sedangkan Inpari Unsoed 79 Agritan mempunyai keunggulan umur

109 hari setelah sebar, potensi produksi 8,2 ton/ha, rata-rata hasil 4,9 ton/ha,

tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi

terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dSm-1.

HiPa 19

Page 28: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

Keragaan varietas Inpari 34 Salin Agritan (Kiri) dan varietas Inpari

35 Salin Agritan (kanan)

Varietas Inpara 8 Agritan dan Inpara 9 Agritan sesuai untuk dikembangkan

di lahan rawa yang tersedia cukup luas di Indonesia. Inpara 8 Agritan memiliki

potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,77 t/ha, berumur genjah, toleran

keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII,

dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera.

Inpara 9 Agritan memiliki potensi hasil 5,6 t/ha dan rata-rata hasil 4,2 t/ha,

berumur 114 HSS, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar

amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah

Kalimantan dan Sumatera.

Pertanaman di lapang Inpara 8 Agritan (Kiri) dan Inpara 9 Agritan (kanan) serta

kualitas gabah dan berasnya.

Page 29: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

Kedelai

Kedelai berpeluang ditingkatkan luas areal tanamnya terutama di lahan

kering masam luasnya 102,82 juta ha yang tersedia di luar Pulau Jawa. Namun,

pengembangannya terkendala keracunan Al dan Mn, serta defisiensi hara

makro.. Salah satu alternatif meningkatkan produktivitas lahan kering dengan

menggunakan varietas unggul toleran lahan masam.

Telah dilepas 3 VUB kedelai antara lain varietas Demas 1, Dena 1, dan

Dena 2. Kedelai varietas Demas 1, memiliki keunggulan adaptif ditanam di lahan

masam. Varietas ini memiliki potensi hasil 2,5 t/ha, ukuran biji 12,88g/100 biji,

rata-rata produksi 1,5 t/ha, memiliki ketahanan terhadap penggerek polong dan

karat daun. Varietas Dena 1 dan Dena 2 merupakan kedelai berumur genjah

masing-masing 78 dan 81 hari, toleran naungan sampai 50% dengan potensi

produksi 2,9 ton/ha dan 2,8 ton/ha.

VUB kedelai varietas Demas 1 untuk lahan masam, potensi hasil 2,5 t/ha.

VUB kedelai Dena 1 (kiri) dan Dena 2 (kanan) potensi hasil 2,9 t/ha dan 2,8 t/ha

Page 30: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

Kacang tanah

Telah dilepas 2 VUB kacang tanah yang diberi nama varietas Talam 2 dan

Talam 3. Varietas Talam 2 memiliki keunggulan potensi hasil 4,0 t/ha polong

kering dengan rata-rata hasil 2,5 t/ha polong kering. Kandungan protein 25,42%

(Bk), lemak 46,53% (Bk), serta agak tahan penyakit layu bakteri, karat daun dan

bercak daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (pH 4,2-4,7) dengan

kejenuhan Al 10-30%.

Varietas Talam 3, mempunyai potensi hasil 3,7 t/ha polong kering dengan

rata-rata hasil 2,6 t/ha polong kering. Kandungan protein 27,58% (Bk), lemak

49,62% (Bk), agak tahan terhadap penyakit layu bakteri, karat daun, dan bercak

daun. Varietas ini adaptif ditanam di lahan masam (pH 4,5-5,6) dengan

kejenuhan Al 10-30%.

Bentuk biji kacang tanah varietas Talam 2 (kiri) dan Talam 3 (kanan)

Kacang hijau

Kacang hijau yang dilepas dengan nama Vima 2 mempunyai potensi hasil

2,4 t/ha dan rata-rata hasil 1,8 t/ha. Warna biji hijau mengkilap, polong mudah

pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan

suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi. Sedangkan varietas Vima 3

mempunyai potensi hasil 2,1 t/ha dan rata-rata hasil 1,78 t/ha. Warna biji hijau

kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah.

Page 31: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

Keragaan VUB kacang hijau varietas Vima 2 (kiri) dan Vima 3 (kanan)

Ubijalar

Telah dilepas 2 (dua) varietas unggul ubijalar dengan nama Antin 2 dan

Antin 3. Varietas Antin 2 memiliki potensi hasil 37,1 ton/ha dan umur panen 4-

4,5 bulan. Keunggulan lain, kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan,

agak tahan penyakit kudis dan boleng. Sedangkan varietas Antin 3 memiliki

potensi hasil 30,6 ton/ha dan umur panen 4-4,5 bulan. Keunggulan lain,

kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan

boleng. Kedua varietas ini sesuai ditanam di lahan tegalan dan lahan sawah

sesudah tanam padi.

Varietas Antin 2 dan Antin 3 dengan kandungan antosianin tinggi

Page 32: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

Jagung

Jagung pulut yang dilepas dengan nama varietas URI 3 H mempunyai

keunggulan utama yaitu mengandung nutrisi amilosa sebesar 7,65% yang

mencirikan sebagai jagung hibrida pulut dengan rasa tongkol muda yang sangat

enak/gurih, kisaran perbedaan 62,8 - 64,2% terhadap varietas Bima Putih 1.

Varietas ini berumur genjah (88 hst) dengan potensi produksi 10,68 t/ha dan

rata-rata hasil 8,57 t/ha pada kadar air 15%. Keunggulan lain memiliki

ketahanan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah.

Jagung varietas HJ 21 Agritan memiliki keunggulan umur 82 HST, potensi

hasil 12,2 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan rata-rata hasil 11,4 t/ha pipilan

kering kadar air 15%. Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta

stay green, umur genjah, dan tahan rebah. Sedangkan varietas HJ 22 Agritan

berumur genjah 80 HST, potensi hasil 12,1 t/ha pipilan kering kadar air 15% dan

rata-rata hasil 10,9 t/ha pipilan kering kadar air 15%. Selain itu tahan terhadap

penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, stay green, dan tahan rebah.

Keragaan jagung pulut varietas URI 3 H

Page 33: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

Jagung hibrida HJ 21 Agritan (Kiri) dan jagung hibrida HJ 22 Agritan (Kanan)

Gandum

Telah dilepas 2 (dua) VUB gandum dengan nama GURI 3 Agritan dan

GURI 4 Agritan. Calon varietas ini memiliki potensi hasil 7,5 t/ha dengan rata-

rata hasil 3,5 t/ha. Dibandingkan dengan varietas Gandum yang sudah dirilis

sebelumnya, calon varietas ini lebih adaptif pada dataran menengah 400 – 700 m

dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun serta hama aphis.

Gandum varietas GURI 3 Agritan pada ketinggian 1000 m dpl di Malino, Sulsel

Sorgum

Telah dilepas 2 (dua) VUB sorgum dengan nama SURI 3 Agritan dan SURI

4 Agritan. Umur panen 95 hari, potensi hasil 6,0 t/ha dan rata-rata hasil 4,5 t/ha

pada kadar air 10% dengan rata-rata bobot biomas batang 21,1 t/ha. Varietas ini

beradaptasi pada lingkungan suboptimal, terutama pada daerah dengan curah

hujan rendah. Dengan kadar tanin rendah, varietas ini sangat sesuai untuk

pangan, terutama bagi daerah rawan pangan karena sering mengalami

Page 34: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

kekeringan. Dapat juga menjadi bahan pembuatan energi terbarukan dengan

kadar gula (brix) 16,0%.

Penampilan sorgum varietas SURI 3 Agritan untuk pangan

Outcome dari VUB tanaman pangan yang telah dilepas, antara lain

perbanyakan benih sumber oleh UPBS dan disebarluaskan ke UPBS di BPTP di 34

propinsi, serta pengembangan VUB ke berbagai daerah dan luar negeri.

VUB dilisensikan kepada Swasta. Sekitar 14 varietas unggul baru

tanaman pangan telah dilisensikan kepada mitra kerja sama, yaitu Jagung

varietas Bima 7 oleh PT Biogene Plantation, varietas Bima 9, Bima 10, dan Bima

11 oleh PT Tosa Agro. Padi varietas Hipa 10 dan Hipa 11 oleh PT Pterokimia

Gresik, varietas Hipa 12 dan 14 oleh PT Saprotan Benih Utama.

Petani kacang hijau Indonesia tidak kalah dengan petani

Australia. Varietas kacang hijau di Australia tidak sebanyak di Indonesia, yaitu

Berken, Crystal, Emerald, White Gold, Satin, Regur, Green, Diamond, dan

Celera. Di antara varietas tersebut, yang paling terkenal dan banyak ditanam

adalah Crystal dan Satin karena daya adaptasinya luas dan produksinya tinggi.

Standar kacang hijau yang baik ukuran biji 2 mm dan warna biji hijau mengkilat.

Produksi riil dicapai 1,2-1,9 t/ha, di Indonesia produksi 1,7 t/ha dengan umur

panen 56-60 hari, sedangkan di Australia panen umur 105-115 hari. Kita harus

lebih bersyukur, karena mempunyai kacang hijau yang berumur panen 56 hari.

Inpari 30 Ciherang Sub 1 dikembangkan di NTB. Badan Litbang

Pertanian telah merespon perubahan iklim dengan merakit varietas padi yang

tahan dalam cekaman lingkungan ekstrim. Varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1

yang dilepas tahun 2012 tahan terhadap rendaman. Varietas ini sesuai ditanam

Page 35: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

di sawah dataran rendah hingga 400 m dpl, di daerah luapan sungai, cekungan

dan rawan banjir dengan rendaman keseluruhan fase vegetatif selama 15 hari.

Umur tanaman Inpari 30 Ciherang Sub 1 hanya 111 hari setelah semai dengan

potensi hasil 9,6 ton/ha. Tekstur nasi pulen yang disukai umumnya masyarakat.

Namun, varietas ini agak rentan wereng batang coklat biotipe 1 dan 2, serta

hawar daun bakteri patotipe III. Kini, varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1 mulai

dikembangkan di NTB. Panen perdana bulan Juli 2014 di areal persawahan

Gadjah Mada, Kelurahan Rabadompu, Kecamatan Raba, Bima dengan produksi 9

ton/ha gabah kering. Panen juga dilakukan di Kelurahan Pagutan, Kecamatan

Mataram, Kota Mataram bulan Agustus 2014), yang dibudi dayakan melalui

teknologi PTT. Selanjutnya akan dikembangkan di wilayah pesisir sungai di Bima.

Kedelai varietas Dering 2, Detam 1, Burangrang, dan Argomulyo

telah dikembangkan di Madagaskar. Pertemuan ini diinisiasi oleh Dubes RI

di Madagaskar (Artanto Salmoen Wargadinata) dengan Direktur Jenderal Teknik

dari Ministere Del L‟Agriculture et du Development Rural (Voahangy Arijona).

Kegiatan Balitbangtan mendapat apresiasi Menteri Pertanian Minagri bahkan oleh

jajaran kepresidenan yang ditunjukkan dengan pencanangan tanam kedelai oleh

Presiden Madagaskar. Diharapkan ke depan dapat diperluas komoditas pertanian

lain untuk meningkatkan pendapatan petani di Madagaskar. Pengembangan

kedelai dilakukan di wilayah Antsirabe seluas 6 ha yang terdiri dari uji adaptasi

varietas kedelai, demplot dan demfarm budi daya kedelai. Penanaman dimulai

sejak akhir November - 10 Desember 2014.

Tanam kedelai di lahan sawah setelah padi di district Ambohimangakey, Region

Analamanga, 18 Juni 2014 (Kiri) dan Pertumbuhan kedelai (kanan)

Page 36: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

Kunjungan lapang Bapak Artanto Wargadinata, KUTAP, KBRI Madagaskar

beserta staf ke lokasi penelitian kedelai di lahan sawah.

Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara. Sedikitnya 20 orang duta

besar dan perwakilan FAO berkunjung ke Maros, Sulawesi Selatan dalam

rangkaian Hari Pangan Sedunia ke-34, 2014. Diplomatic tour ke Balitsereal diikuti

dari Switzerland, Afrika Selatan, Kroasia, Argentina, Kazakshtan, Iraq, China,

Republik Solomon, Laos, Yordania, Papua Nugini, Venezuela, Bosnia, Brunei

Darussalam, India, Peru, Mongolia, dan Vietnam. Rombongan menyaksikan

visitor plot yang menampilkan inovasi serealia terkini. Badan Litbang Pertanian

telah melepas jagung hibrida kaya protein Bima 12Q dan Bima 13Q, serta jagung

kaya vitamin A yang diberi nama hibrida Provit A. Para tamu menyatakan

kekagumannya karena Balitsereal telah memanfaatkan teknologi pengairan

modern hemat air yang diperlukan untuk mendukung ketahanan pangan, serta

fasilitas riset modern yang dimiliki Badan Litbang Pertanian.

Kunjungan Duta Besar dari 16 Negara ke Balitsereal, Maros, Sulsel.

Page 37: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

Tabel 7. Varietas unggul baru tanaman pangan yang dilepas tahun 2014.

Nama VUB Umur (hari)

Potensi hasil (t/ha)

Keterangan

Padi

Inpari 34 Salin Agritan 112 8,1 Tahan wereng batang coklat biotipe 1 dan 3, mutu giling setara Siak Raya dan lebih baik daripada Dendang, sesuai untuk dikembangkan di lahan yang dipengaruhi salinitas

Inpari 35 Salin Agritan 106 8,3 Tahan blas 033, toleran lahan salin dan tahan terhadap wereng batang coklat biotipe 1 dan 3.

Inpari Unsoed 79 Agritan

109 8,2 Tahan blas dan agak tahan HDB III, rasa nasi cukup pulen, serta toleransi terhadap salinitas pada fase bibit dan pada cekaman 12 dSm-1

Inpara 8 Agritan 115 6,0 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, agak tahan penyakit blas ras 133, tahan HDB strain IV dan VIII, dan bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,8% dan tekstur nasi pera.

Inpara 9 Agritan 114 5,6 Berumur genjah, toleran keracunan Fe, bermutu beras baik dengan kadar amilosa 25,7% dan tekstur nasi pera sesuai dengan selera masyarakat di daerah Kalimantan dan Sumatera.

Kedelai

Demas 1 84 2,5 Tahan karat daun dan penggerek, serta agak rentan hama penghisap polong dan ulat grayak, adaptif di lahan kering masam, baik ditanam di dataran rendah sampai sedang (0-600 m dpl).

Dena 1 78 2,9 Umur genjah, tahan karat daun, rentan penghisap polong dan ulat grayak, dan toleran naungan 50%

Dena 2 81 2,8 Tahan karat daun dan penghisap polong, agak tahan ulat grayak, dan toleran naungan sampai 50%.

Kacang tanah

Talam 2 95 4,0 Agak tahan layu bakteri, karat daun dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%.

Talam 3 95 3,7 Agak tahan layu bakteri, karat daun, dan bercak daun. Adaptif di lahan masam kejenuhan Al 10-30%.

Page 38: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

Kacang hijau

Vima 2 56 2,4 Warna biji hijau mengkilap, polong mudah pecah, tahan terhadap thrips dan penyakit tular tanah. Beradaptasi di lingkungan suboptimal atau lingkungan sawah tanpa irigasi

Vima 3 60 2,1 Warna biji hijau kusam, polong mudah pecah, tahan terhadap penyakit tular tanah

Ubijalar

Antin 2 135 37,1 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng.

Antin 3 135 30,6 Kandungan antosianin tinggi, toleran kekeringan, agak tahan penyakit kudis dan boleng.

Jagung

URI 3 H 88 10,68 Kandungan nutrisi amilosa 7,65% mencirikan jagung pulut, rasa tongkol muda enak/gurih. Tahan terhadap penyakit bulai dan hawar daun, serta tahan rebah

HJ21 Agritan 82 12,2 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah

HJ22 Agritan 80 12,1 Tahan penyakit bulai, hawar daun, dan karat daun, serta stay green, dan tahan rebah

Gandum

Guri 3 Agritan 125 7,5 Adaptif di dataran menengah 400 – 700 m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis

Guri 4 Agritan 123 8,6 Adaptif di dataran menengah 400 – 700 m dpl, tahan penyakit karat dan hawar daun, serta aphis

Sorgum

Suri 3 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%

Suri 4 Agritan 95 6,0 Adaptif di lingkungan suboptimal dengan curah hujan rendah. Kadar tanin rendah, sesuai untuk pangan. Bahan pembuatan energi terbarukan dengan kadar gula (brix) 16,0%

Page 39: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

b) Indikator kinerja jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan

SMM ISO 9001-2008, dicapai melalui kegiatan perbenihan tanaman

pangan sesuai SMM ISO 9001-2008.

Adapun target yang telah ditetapkan sesuai dengan PK 2014, yaitu

dihasilkannya benih sumber sebanyak 203 ton kelas BS, FS, dan SS.

Namun, UPBS di Lolit Tungro juga ditargetkan untuk menghasilkan benih

padi kelas SS sebanyak 30 ton. Dengan demikian target produksi benih

sumber padi, jagung, kedelai dan serealia lainnya sebanyak 247 ton.

Realisasi capaian produksi benih sumber tanaman pangan tahun 2014

sebanyak 256,70 ton atau 103,93% (Tabel 8).

Tabel 8. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Benih padi 130 ton 135,6 ton 104,30

Benih aneka kacang dan ubi 83 ton 85,86 ton 103,44

Benih jagung dan serealia 34 ton 35,24 ton 103,65

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun

2010-2014 disajikan pada Tabel 9. Secara umum, target produksi benih

sumber tanaman pangan tercapai setiap tahunnya. Keragaman jumlah

produksi benih sangat bergantung pada permintaan benih dari BPTP serta

penugasan dalam mendukung 4 target sukses Kementerian Pertanian.

Tabel 9. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.

Indikator

Kinerja

2010 2011 2012 2013 2014

Benih padi (ton)

Target 30,0 97,0 430 130,0 130,0

Realisasi 31,6 (105%)

97,0 (100%)

454,8 (105%)

133,57 (102%)

135,6 (104,3%)

Benih aneka kacang dan ubi (ton)

Target 26,0 29,0 65,0 55,0 83,0

Realisasi 26,8 (103%)

36,6 (126%)

65,5 (101%)

55,41 (101%)

85,86 (103,4%)

Benih jagung dan serealia lainnya (ton)

Target 8,0 8,0 34,0 34,0 34,0

Realisasi 8,0 (100%)

18,0 (225%)

37,0 (108%)

34,20 (101%)

35,24 (103,6%)

Page 40: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari penyediaan

benih sumber tanaman pangan diuraikan sebagai berikut:

Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

Sampai dengan 2014 telah diproduksi 135,6 ton benih sumber padi (BS,

FS, dan SS) untuk mendukung kegiatan SL-PTT di 33 propinsi di seluruh

Indonesia serta kegiatan demfarm dan visitor plot di seluruh BPTP.

UPBS di BBPadi telah menghasilkan benih sumber sebanyak 104,9 ton,

terdiri dari BS 41,89 ton, FS 22,91 ton, dan SS 40,10 ton yang terdiri berbagai

varietas unggul padi. Sedangkan UPBS di Lolit Tungro menghasilkan benih

sumber kelas SS sebanyak 30,78 ton, terdiri dari varietas Inpari 7 lanrang, Inpari

8, dan inpari 9 Elo yang tahan penyakit tungro untuk penyediaan dan

penyebarluasan benih sumber padi tahan tungro khususnya daerah-daerah yang

merupakan endemik tungro.

Penyediaan benih sumber varietas unggul aneka kacang dan umbi

Sampai dengan 2014 telah diproduksi sebanyak 85,86 ton benih sumber

tanaman aneka kacang dan umbi kelas NS, BS dan FS. Adapun varietas yang

diproduksi benih antara lain: 1) kedelai sekitar 14 VUB yaitu Grobogan,

Anjasmoro, Argomulyo, Mahameru, Dering 1, Burangrang, Wilis, Panderman,

Gepak Kuning, Gema, Detam 1, Detam 2, Detam 3 Prida dan Detam 3 Prida, 2)

kacang tanah 11 VUB, yaitu Hypoma 1, Hypoma 2, Kancil, Bima, Bison, Tuban

Gajah, Takar 1, Takar 2, Talam 1, Domba, Kelinci dan Jerapah, dan kacang hijau

6 VUB yaitu Vima 1, Murai, Perkutut, Sriti, Kenari, dan Kutilang.

Di samping itu, UPBS di Balitkabi juga memproduksi benih sumber ubikayu

sebanyak 60.000 setek terdiri dari varietas Darul Hidayah, Adira 1, Adira-4,

Malang 1, Malang 4, Malang-6, Litbang UK2, UJ-3, dan UJ-5, dan ubijalar

sebanyak 32.000 setek terdiri dari varietas Beta 1, Beta 2, Kidal, Papua Solossa,

Sawentar, Antin1, Antin2, Antin3, dan Sari.

Penyediaan benih sumber varietas unggul jagung dan serealia lainnya

Sampai dengan 2014 telah diproduksi 35,24 ton benih sumber jagung dan

serealia lainnya kelas BS dan FS. Benih sumber jagung sebanyak 30,04 ton terdiri

dari varietas Bisma, Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Pulut

URI, Gumarang, Arjuna, Anoman, dan Bima 19 URI.

Page 41: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

Gandum sebanyak 388 kg terdiri dari varietas Selayar, Nias, dan Dewata.

Sedangkan Sorgum telah diproduksi sebanyak 4,81 ton terdiri dari varietas

Kawali, Numbu, Super 1, dan Super 2. Penyebaran VUB untuk padi, jagung, dan

kedelai hampir tersebar di seluruh propinsi, komoditas lain sesuai keinginan

petani setempat (Tabel 10).

Tabel 10. Produksi benih sumber dan varietas yang didistribusikan 2014.

Komoditas Nama varietas yang didistribusikan Penyebaran di Propinsi

Padi Batang Piaman, Batutegi, Cibogo, Cigeulis,

Ciherang, , Gilirang, Cilamaya Muncul, Inpago 4,

Inpago 5, Inpago 7, Inpago 9, Inpago 10, Inpara

1, Inpara 2, Inpara 3, Inpara 6, Inpari 7, Inpari 6,

Inpari 10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 13, Inpari

14, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17, Inpari 18,

Inpari 19, Inpari20, Inpari 23, Inpari 24, Inpari 25,

Inpari 28, Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari

32, Inpari 33, Pepe, Logawa, Mekongga, Widas,

Towuti, Sintanur, Memberamo, Situ Bagendit, Situ

Patenggang, Mendawak, Sunggal, Way Apo Buru.

Tersebar di seluruh propinsi

Jagung Lamuru, Anoman, Lagaligo, Bisma, Arjuna,

Srikandi Kuning, Srikandi Putih, Gumarang, Pulut

UIR 1, Provita A1, Provita A2,

Tersebar di seluruh propinsi

Sorgum Super 1, Super 2, Kawali, Numbu. Sumut, Riau, Lampung, Bali,

Banten, DKI, Jabar, NTT,

Jatim, Jateng, Kalbar, Kaltim,

Sulsel.

Gandum Nias, Selayar, Dewata Jabar, Jateng, dan Sulsel

Kedelai Anjasmoro, Argomulyo, Burangrang, Wilis, Gema,

Ijen, Kaba, Sinabung, Tanggamus, Malabar,

Grobogan, Panderman, Gepak Kuning, Mahameru,

Dering 1, Dering 2, Detam 1, Detam 2, Detam 3.

Tersebar di seluruh propinsi

Kacang tanah Bima, Bison, Doma, Gajah, Jerapah, Kancil, Kelinci,

Tuban, Talam 1, Hypoma 1, Hypoma 2, Takar 1,

Takar 2,

NAD, Sumut, Sumsel, NTB,

Lampung, Kep. Riau, Jambi,

Jabar, Jateng, DIY, Jatim,

Maluku, Kalsel, Kalbar, Sulsel,

Gorontalo, Sulteng, Papua.

Kacang hijau Betet, Kenari, Kutilang, Murai, Perkutut, Sriti,

Walet, Vima 1.

NAD, Sumut, Sumsel, Jambi,

Lampung, Kep. Riau, DKI,

Jabar, Jateng, DIY, Jatim,

Bali, NTT, NTB, Maluku,

Kalsel, Kalbar, Sulsel,

Gorontalo, Sulteng, Papua.

Page 42: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

Outcome dari penyediaan benih sumber tanaman pangan selain telah

disebarluaskan hampir di seluruh propinsi di Indonesia, juga perhatian

pemerintah serta adopsi di lapang, berikut ini:.

Presiden Joko Widodo tinjau kesiapan penyediaan benih unggul

padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) mendapat kunjungan

Presiden Joko Widodo untuk melihat kesiapan penyediaan benih unggul padi

tanggal 26/12/2014 dalam upaya mengejar target swasembada beras pada

tahun 2017. Presiden didampingi Menteri Pertanian, Menteri Pekerjaan Umum

dan Menteri Sekretaris Negara melihat berbagai fasilitas penelitian dan kesiapan

benih unggul padi yang dihasilkan para peneliti Balitbangtan. Presiden mendapat

penjelasan langsung dari Kepala BB Padi tentang berbagai macam varietas

unggul baru padi seperti Inpari, Inpago dan melihat secara langsung Benih

Sumber yang berada di BB Padi. “Saya tadi mendapat penjelasan bahwa varietas

Inpari di sini bisa mencapai 8,5 ton/ha, mengapa di tingkat petani rata-rata 4,5 –

5 ton/ha,” ujar Presiden ketika memberikan sambutan. Lebih lanjut Presiden

berharap agar varietas padi yang dihasilkan BB Padi memperoleh hasil 8,5

ton/ha, di tingkat petani juga sama hasilnya.

Presiden Joko Widodo bersama Menteri Pertanian meninjau kesiapan

penyediaan benih unggul padi di BBPadi, Sukamandi.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaksanakan

MoU dengan Ditjen. Tanaman Pangan dan PT. Sang Hyang Seri. Kerja

sama untuk pemanfaatan teknologi dan kualitas profesi peneliti nasional dalam

menghasilkan inovasi pertanian dan varietas unggul baru tanaman pangan. MoU

telah ditandatangani pada hari Selasa 9 Desember 2014 di Jakarta. Inovasi dan

teknologi unggul yang telah tersedia dalam tahap awal dengan komoditas padi

Page 43: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

akan segera dipercepat penyebarannya ke seluruh Indonesia agar tercapai target

swasembada pangan. Kerja sama ini merupakan kontribusi Balitbangtan dalam

percepatan pembangunan pertanian Indonesia dan pengembangan Iptek bidang

pertanian. Tahap berikutnya akan dilakukan untuk jagung dan kedelai.

Balitbangtan akan menyediakan rekomendasi varietas unggul baru tanaman

pangan sesuai dengan kondisi spesifik daerah pengembangan dan preferensi

masyarakat, PT. SHS akan memproduksi varietas unggul baru tanaman pangan

sesuai dengan hasil rekomendasi Balitbangtan, dan Ditjen TP akan mengadopsi

inovasi teknologi yang diproduksi PT. SHS dalam menjalankan tugas dan fungsi.

Diharapkan kerja sama ini dapat mengembangkan teknologi varietas unggul baru

padi untuk peningkatan produksi dan pendapatan petani di Indonesia.

Sasaran 2 : Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan

sumber daya pertanian mendukung pencapaian

swasembada dan swasembada berkelanjutan.

Untuk mencapai sasaran tersebut diukur melalui pencapaian indikator

kinerja utama dengan target yang telah ditetapkan dalam PK 2014, yaitu

dihasilkannya 22 teknologi budi daya dan panen tanaman pangan dalam rangka

mendukung upaya peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan.

Sasaran 4 tersebut telah dicapai melalui kegiatan “Perakitan teknologi budi daya,

panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah

tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%. Perakitan teknologi budi daya

panen tanaman pangan pada tahun 2014 telah dirakit sebanyak 22 paket

(realisasi 100%) dari target dalam PK 22 paket teknologi (Tabel 11).

Tabel 11. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Teknologi budi daya padi 7 7 100

Teknologi budi daya aneka kacang dan ubi 9 9 100

Teknologi budi daya tanaman serealia 6 6 100

Page 44: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

Sebagai perbandingan teknologi yang dihasilkan tahun 2014 sebanyak 22

paket lebih tinggi daripada tahun 2013 (14 paket). Hal ini bergantung pada sifat

teknologi dan waktu penelitiannya yang memerlukan waktu pengujian dan

pemantapan teknologi.

Tabel 12. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.

Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014

Teknologi budi daya padi

Target 4 5 3 5 7

Realisasi 4

(100%)

5

(100%)

6

(200%)

6

(120%)

7

(100%)

Teknologi budi daya aneka

kacang dan ubi

Target 3 7 4 2 9

Realisasi 6

(200%)

8

(114%)

6

(150%)

4

(200%)

9

(100%)

Teknologi budi daya tanaman

serealia

Target 3 5 4 4 6

Realisasi 4

(133%)

6

(120%)

4

(100%)

4

(100%)

6

(100%)

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari perakitan teknologi

budi daya dan panen tanaman pangan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengendalian penyakit HDB berdasarkan kesesuaian patotipe di

setiap agroekosistem

Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit padi utama

yang tersebar di berbagai ekosistem padi di Indonesia. Penyakit ini

disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo).

Patogennya dapat menginfeksi tanaman padi mulai dari pesemaian sampai

menjelang panen melalui luka daun berupa stomata dan merusak klorofil

daun. Akibatnya kemampuan tanaman melakukan fotosintesis menurun.

Bila serangan terjadi di awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan

mati. Pada tanaman dewasa penyakit HDB menimbulkan gejala hawar

(blight). Baik gejala kresek maupun hawar, dimulai dari tepi daun,

berwarna keabu-abuan, dan selanjutnya daun menjadi kering. Bila

serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak

sempurna, gabah tidak terisi penuh bahkan hampa, kehilangan hasil

mencapai 50-70%.

Page 45: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

Gejala penyakit hawar daun bakteri X. oryzae pv. Oryzae

Pengendalian penyakit HDB paling efektif dengan menanam varietas

tahan. Namun, hal ini terhambat oleh adanya kemampuan bakteri patogen

membentuk patotipe (strain) baru yang lebih virulen, menyebabkan

ketahanan suatu varietas tidak bertahan lama. Adanya kemampuan

pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru ini menyebabkan

pergeseran dominasi patotipe pathogen terjadi dari waktu ke waktu. Hal

ini menyebabkan suatu varietas tahan di suatu saat tetapi rentan di saat

yang lain, dan tahan di suatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Oleh

karena itu, pemantauan dominasi dan komposisi patotipe bakteri Xoo di

suatu ekosistem padi (spatial dan temporal) sangat diperlukan sebagai

dasar penentuan penanaman varietas tahan di suatu wilayah. Peta

penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan

penanaman suatu varietas di suatu wilayah. Pada daerah yang dominan

HDB patotipe III disarankan menanam varietas tahan terhadap patotipe

III, daerah dominan patotipe IV disarankan menanam varietas tahan

patotipe IV dan dominan patotipe VIII disarankan menanam varietas

tahan patotipe VIII.

2. Penanganan susut hasil panen padi

Panen merupakan kegiatan akhir dari suatu proses produksi padi di

lapang. Selama waktu panen, susut hasil dapat terjadi karena ada padi

yang rontok di lahan. Oleh karena itu, pemanenan harus dilakukan sesuai

umur panen. Ketidaktepatan saat panen mengakibatkan kehilangan hasil

tinggi dan mutu gabah/beras rendah. Perontokan merupakan tahap

pascapanen setelah pemotongan, penumpukan, dan pengumpulan padi.

Pada tahap ini, kehilangan hasil dapat mencapai lebih dari 5%. Cara

Page 46: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

perontokan padi dapat menggunakan pedal thresher dan power thresher.

Seringkali terjadi keterlambatan panen dan penundaan perontokan karena

kurangnya mesin perontok. Kehilangan hasil di beberapa lokasi dapat

mencapai 18,75% (lebih dari 10% tidak terontok atau tercecer saat

perontokan). Untuk mengurangi susut hasil panen padi, maka perlu

dilakukan perbaikan cara panen dan perontokan. Pemanenan dengan

sistem kelompok dilengkapi mesin perontok mampu menurunkan susut

hasil secara nyata. Pemanenan padi sistem kelompok adalah pemanenan

padi dengan jumlah tenaga pemanen terbatas, kerja secara beregu

dipimpin ketua kelompok dan perontokannya menggunakan mesin

perontok. Jumlah tenaga yang efisien 20 – 30 orang per hektar.

Pelaksanaan pemanenan dan perontokan sistem kelompok dilakukan

dengan tahapan berikut: 1) Penetapan umur panen optimal, yaitu apabila

bulir padi lebih dari 90% menguning, 2) Inventarisasi luas panen, jumlah

kelompok panen dan mesin perontok, 3) Kelompok jasa pemanen dan

UPJA menyiapkan karung dan terpal, 4) Pelaksanaan kerja panen di

lapang, ketua membagi tugas menjadi 3 kelompok, yaitu: (a) pemotongan

padi, (b) pengumpulan potongan padi, dan (c) perontokan dan

pengemasan gabah, 5) Setelah semua siap, panen padi dapat dimulai.

Jumlah tenaga pemanen 20-30 orang/ha dengan satu unit power thresher

kapasitas 1,0–1,2 ton/jam, dan 6) Setelah tumpukan padi cukup, proses

perontokan dapat segera dimulai.

Cara panen sistem kelompok dapat mengurangi susut hasil panen.

Page 47: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

Keuntungan cara panen sistem kelompok bahwa tingkat susut hasil dari

panen sampai perontokan oleh kelompok jasa pemanen (20–30 orang)

3,19–4,9%. Sedangkan susut hasil sistem keroyokan dengan digebot 7,61–

11,31%. Pemanenan sistem kelompok menggunakan mesin perontok

dapat menyelamatkan susut hasil sampai 8%. Bila susut hasil saat panen

dan perontokan dapat diturunkan 3% dengan asumsi produksi gabah di

Indonesia 70 juta ton GKG, maka hasil panen yang dapat diselamatkan

kurang lebih 2,1 juta ton GKG. Apabila harga gabah (GKG) Rp. 5.000/kg,

maka dari kegiatan panen dan perontokan dapat diselamatkan Rp. 10,5

milyar. Selain itu, dengan berkurangnya susut hasil sebesar 2,1 juta ton

GKG yang setara dengan 1,2 juta ton beras akan menunjang upaya

pelestarian swasembada beras.

3. Pemberian amelioran berdasarkan Al-dd pada padi rawa

Pengelolaan Tanaman Terpadu dan Sumber Daya Terpadu (PTT) bukan

merupakan paket teknologi, tetapi merupakan pendekatan dalam

peningkatan produksi melalui pengelolaan tanaman, tanah, air, hara, dan

organisme pengganggu tanaman (OPT) secara menyeluruh dan

berkelanjutan. Dengan pengelolaaan dan penerapan teknologi yang tepat,

lahan rawa dengan tingkat kesuburan rendah dapat dijadikan sebagai

lahan pertanian produktif. Tingkat produktivitas tanah lahan rawa

umumnya rendah, karena tingginya kemasaman tanah (pH rendah), serta

kelarutan Fe, Al, Mn, dan rendahnya ketersediaan unsur hara terutama P

dan K, serta kejenuhan basa yang mengganggu pertumbuhan tanaman.

Takaran amelioran selain bergantung pada kondisi lahan terutama pH

tanah dan kandungan Al, Fe, SO4, dan H+, juga jenis tanaman yang akan

ditanam. Cara aplikasi amelioran disebar di permukaan tanah kemudian

diaduk merata dengan tanah sampai lapisan olah 0 - 20 cm dan diinkubasi

1 minggu sebelum tanam. Aplikasi bahan amelioran atau pembenah tanah

tersebut dapat berupa kapur (Kalsit dan dolomit) maupun bahan organik

(abu sekam, serbuk kayu gergaji, pupuk kandang, kompos jerami, dan

kompos limbah pertanian lainnya). Pemberian amelioran berupa kapur

dalam bentuk kalsit dan dolomit sebanyak (1–2 ton/ha) setara

menurunkan kejenuhan Al 20–60% dan meningkatkan ketersediaan Ca

dan Mg. Hasil penelitian amelioran pada perbaikan komponen teknologi

pemupukan padi rawa di Sumatera Selatan menunjukkan bahwa

penyiapan lahan dilakukan dengan olah tanah sempurna (OTS) + 2 t/ha

amelioran + pupuk sesuai (hasil analisis tanah/PUTR) meningkatkan hasil

gabah tertinggi 5,10 t/ha GKG dan tanpa amelioran 4,05 t/ha.

Page 48: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

Aplikasi amelioran dengan cara disebar merata

Pemberian bahan amelioran dan pemupukan N, P, dan K yang sesuai

status hara tanah dan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan hasil padi

rawa.

4. Penentuan patotipe HDB di lahan rawa dengan varietas

diferensial

Pengujian reaksi keparahan varietas diferensial di daerah sentra produksi

padi lahan rawa pasang surut yang endemis penyakit hawar daun bakteri

(HDB). Lima (5) varietas diferensial yaitu Kinmaze, Kogyoku, Tetep,

Waseaikoku, dan Java 14, ditanam di antara pertanaman padi milik petani.

Hasil pengujian varietas Kinmaze menunjukkan reaksi perkembangan HDB

dengan kategori parah. Kogyoku dan Tetep juga menujukkan reaksi yang

tergolong rentan terhadap perkembangan Xoo hasil isolasi dari lahan

pasang surut. Wase Aikoku adalah varietas diferensial yang mengandung 2

gen tahan, sedangkan Java 14 mengandung 3 gen tahan, kedua varietas

diferensial ini menunjukkan respon keparahan penyakit HDB yang

bervariasi. Varietas Wase Aikoku menunjukkan reaksi tahan sebesar 66,6%

dan rentan sebesar 33,3%, sedangkan Java 14 menunjukkan reaksi tahan

sebesar 83,3% dan reaksi rentan sebesar 16,6%. Hasil pengujian di rumah

kaca mendapatkan data bahwa patogen HDB tergolong pada Xoo patotipe

III, IV, dan VIII. Komposisi atau dominasi Xoo patotipe III sebesar 66,6%,

patotipe IV sebesar 16,6%, dan patotipe VIII sebesar 16,6%.

Page 49: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

Gejala penyakit hawar daun bakteri

Berdasarkan pengujian lapang dan rumah kaca, HDB di lahan rawa pasang

surut Sumatera Selatan didominasi oleh Xoo patotipe III (>60%),

sedangkan patotipe IV dan VIII masing-masing sebesar (±20%).

Informasi yang diperoleh dari pengujian ini diharapkan berguna sebagai

dasar untuk menyusun strategi pewilayahan varietas dan rekomendasi

penanaman varietas tahan HDB di rawa pasang surut Sumatera Selatan

yang didasarkan pada keberadaan patotipe Xoo.

5. Sistem olah tanah konservasi untuk padi gogo di lahan dataran

rendah

Konservasi lahan datar akan dilihat dari pengaruh cara olah tanah, cara

tanam, dan pengendalian gulma. Perbaikan cara tanam yang optimum

dapat meningkatkan populasi tanaman dan hasil padi gogo. Persiapan

lahan dilakukan dengan olah tanah ringan (OTR) yaitu tanah diolah hanya

pada barisan tanaman yang akan ditanami padi gogo saja dan tanpa olah

tanah (TOT) yaitu tanah dibersihkan dari rerumputan kemudian ditugal

untuk ditanami. Pada olah tanah ringan, pencangkulan setelah lahan

dibersihkan dari rumput dan semak. Setelah bersih dilakukan pencangkulan

hanya pada barisan tanam yang akan ditanami padi gogo. Bongkahan tanah

kemudian diratakan sampai siap tanam untuk mempermudah membentuk

lubang tanam untuk pertumbuhan perakaran padi gogo. Persiapan lahan

tanpa olah tanah, sebelumnya lahan dibersihkan dari rumput dan semak-

semak yang menutupi dengan parang atau herbisida. Lahan yang sudah

bersih dan cukup gembur serta lembab karena air hujan selanjutnya dapat

langsung dilakukan penugalan dengan alat kayu berdiameter sekitar 6-8 cm

yang salah satu ujungnya diruncingkan untuk membentuk lubang tanam.

Page 50: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43

Teknik persiapan lahan olah tanah ringan (OTR) dan tanpa olah tanah (TOT)

6. Teknologi Budi Daya Padi Gogo Sistem Tanam Mozaik Varietas

Teknologi pengendalian penyakit blas dengan proteksi silang diharapkan

mampu menekan tingkat keparahan penyakit blas pada padi gogo yang

memiliki ketahanan sedang-rendah terhadap penyakit blas. Penyakit utama

padi gogo adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pyrycularia

grisea. Penyakit tersebut bila menyerang saat pertumbuhan vegetatif

disebut penyakit blas daun dan pada saat generatif disebut blas leher/neck

blast. Kerugian yang disebabkan penyakit blas dapat menyebabkan

tanaman puso dan akan merugikan bila serangannya telah memasuki fase

generatif atau blas leher. Untuk mengurangi kerugian perlu strategi

pengendalian yang terencana. Untuk mengurangi gangguan penyakit blas

perlu dipilih varietas yang tahan dan sistem tanam multi varietas atau

mozaik varietas agar penyebaran penyakit dalam waktu singkat.

Sistem tanam multi varietas atau mozaik varietas merupakan cara

menanam padi gogo di lahan kering dengan menggunakan 3-4 varietas

yang ditanam sekaligus secara berselang-seling menurut varietas. Dengan

cara ini, akan terbentuk kelompok barisan tanam sesuai varietas dalam

lorong-lorong memanjang. Tujuan dari pengaturan cara tanam ini untuk

menyelamatkan produksi padi gogo terhadap serangan blas yang sering

menyerang padi gogo. Selain itu dengan cara mozaik varietas, maka ras

blas yang dominan menyerang salah satu varietas tidak akan menyerang

varietas yang lain. Dengan kata lain masih ada hasil padi gogo yang

terselamatkan dari varietas padi gogo yang tidak terserang penyakit blas.

Namun bila padi gogo yang ditanam hanya satu varietas saja, sehingga

akan sulit menyelamatkan hasil padi gogo yang sedang diusahakan.

Page 51: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

Inpago 5 Situ Bagendit Limboto Situ Bagendit Inpago 8

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

pat dikurangi.

Gejala serangan penyakit blas daun dan blas leher

Ilustrasi sistem tanam mozaik varietas

Hasil penelitian memperlihatkan persentase tingkat serangan penyakit blas

daun pada fase vegetatif (30 HSTb) dan blas leher pada fase generatif (60

HSTb) dan menjelang panen (90 HSTb) yang ditanam secara mozaik lebih

rendah bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono

varietas pada setiap periode atau fase pertumbuhan padi gogo. Ini

menunjukkan dengan pengaturan varietas pada setiap kelompok atau

lorong justru dapat menekan perkembangan penyakit blas dibandingkan

dengan cara tunggal atau mono varietas.

Blas Daun Blas Leher

Page 52: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

Hasil padi gogo yang ditanam dengan sistem mozaik varietas lebih tinggi

bila dibandingkan dengan yang ditanam secara tunggal atau mono

varietas. Hasil gabah pada sistem tanam mozaik varietas ini terutama

karena turunnya persentase serangan penyakit blas daun dan blas leher.

7. Teknologi pengendalian tungro dengan integrasi komponen

varietas tahan dengan konservasi musuh alami

Teknologi ini dilakukan dengan mengkombinasikan waktu tanam dan

varietas tahan dengan teknik konservasi musuh alami, aplikasi pestisida

hayati, serta praktek budi daya. Pengolahan tanah dilakukan sebelum

membuat pesemaian dan pembersihan pematang secara mekanik setiap 2

minggu sekali. Dilakukan aplikasi Andrometa 2, 4, 6, dan 8 minggu setelah

tanam Aplikasi Andrometa yaitu campuran cendawan entomopatogen

Metharizium anisopliae dengan konsentrasi konidia 2 x 106 dan ekstraks

sambiloto dengan konsentrasi 4 g/l. Varietas yang ditanam yaitu Inpari 9

Elo, merupakan salah satu dari beberapa varietas unggul padi yang meiliki

ketahanan terhadap tungro yang memiliki potensi hasil 9,3 ton/ha.

Penggunaan andrometa dan waktu tanam satu bulan sebelum waktu

tanam anjuran hampir tidak ditemukan adanya wereng hijau baik nimfa

maupun dewasa pada semua varietas. Namun populasi wereng hijau

terendah adalah pada perlakuan satu bulan sebelum waktu tanam anjuran

dengan menggunakan andrometa dan varietas tahan Inpari 9 (W1P1V3)

dengan populasi wereng hijau 0,25 ekor dan ditemukan hanya pada 5

MST. Hal ini membuktikan bahwa dengan memadukan teknologi

pengendalian penggunaan anrometa dan varietas tahan dapat menekan

populasi wereng hijau walaupun ditanam tidak sesuai dengan waktu

tanam anjuran.

8. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan sawah

Telah dirakit paket teknologi budi daya kedelai di lahan sawah (pola-tanam

“padi-padi-kedelai), komponen teknologi budi daya kedelai di antaranya:

varietas unggul yang potensial kurang banyak membutuhkan air, serta

biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan

untuk mengendalikan hama/penyakit kedelai, yakni: (a) varietas unggul

berumur genjah yaitu varietas Gema, Grobogan, Gepak Kuning, dan

Argomulyo, serta varietas toleran kekeringan varietas Dering; serta (b)

Page 53: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV, Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba

(SBM), dan Minyak cengkeh.

Pada lahan sawah di Kecamat Pilangkenceng, Kabupaten Madiun (Jawa

Timur) tanahnya tergolong Vertisol, pada musim tanam MK-2 tahun 2014,

dengan paket teknologi budi daya tersebut, hasil biji kering rata-rata

varietas Anjasmoro dan Dering berturut-turut (a) paket teknologi budi

daya Alternatif I:1,78 t/ha dan 2,23 t/ha; serta (b) paket teknologi budi

daya Alternatif II: 2,30 t/ha dan 2,26 t/ha. Tingkat hasil ini tergolong

tinggi, di atas rata-rata produktivitas kedelai dalam negeri 1,4 t/ha.

Keragaan tanaman kedelai (pola-tanam “Padi-Padi-Kedelai”) varietas

Anjasmoro (kiri) dan Dering (kanan) di lahan sawah (tanah Vertisol) di

Kec. Pilangkenceng, Kab. Madiun (Jawa Timur), MK I, 2014.

9. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan kering masam

Teknologi budi daya kedelai untuk lahan kering masam, komponen

teknologinya meliputi: pupuk hayati, pupuk organik kaya hara, serta

biopestisida (agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan

untuk tanaman kedelai pada lahan kering masam, yakni sebagai berikut:

(a) Rhizobium “Iletrisoy”, (b) Pupuk hayati “bakteri pelarut fosfat”, (c)

Pupuk organik kaya hara “Santap-M”, (d) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec,

SlNPV,Bakteri Pf, Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh.

Pupuk organik kaya hara “Santap M” untuk perbaikan kesuburan tanah

merupakan kunci utama dalam meningkatkan produktivitas lahan kering

masam melalui pemupukan (anorganik dan/atau organik). Umumnya

Page 54: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

petani masih mengandalkan pupuk anorganik buatan pabrik yang

harganya cenderung terus meningkat, dan tidak jarang petani mengalami

kesulitan untuk memperolehnya. Sehubungan dengan hal-hal tersebut,

salah satu upayanya adalah penggunaan pupuk organik.

Pada lahan kering masam di Kecamatan Bajuin, Kabupaten Tanah Laut

(Kalimantan Selatan) pada musim tanam MH-2 tahun 2014, dengan

penerapan paket teknologi budi daya tersebut, pertanaman kedelai

varietas Anjasmoro dan Panderman mampu menghasilkan 2,14 – 2,16 t/ha

biji kering. Tingkat hasil ini tergolong tinggi, di atas rata-rata produktivitas

kedelai dalam negeri yang hanya 1,4 t/ha; dan lebih tinggi dari paket

teknologi budi daya petani domian di lokasi dengan hasil 1,7 t/ha.

Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman

(kanan) di lahan kering masam (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014).

10. Perakitan teknologi budi daya kedelai di lahan pasang surut

Teknologi budi daya kedelai untuk lahan pasang surut Tipe luapan C,

komponen teknologi budi daya kedelai, pupuk hayati, dan biopestisida

(agens hayati dan pestisida nabati) yang efektif digunakan untuk tanaman

kedelai pada lahan yang tanahnya bereaksi masam (termasuk lahan

pasang surut), yakni: (a) Rhizobium “Iletrisoy”, (b) Pupuk hayati “bakteri

pelarut fosfat”, serta (c) Biopestisida: Trichol-8, Bio-Lec, SlNPV,Bakteri Pf,

Serbuk Biji Mimba (SBM), dan Minyak cengkeh. Pengembangan kedelai

dilaksanakan di Kecamatan Wanaraya, Kabupaten Barito Kuala

(Kalimantan Selatan), pada musim tanam MH-2 tahun 2014. Dengan

teknologi tersebut, kedelai varietas Anjasmoro dan Panderman mampu

menghasilkan 1,5 – 1,6 t/ha biji kering, hasil ini sedikit lebih tinggi dari

rata-rata produktivitas kedelai nasional 1,4 t/ha dan lebih tinggi dari paket

teknologi budi daya petani di lokasi yang sama dengan hasil 1,0 t/ha.

Page 55: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

Keragaan tanaman kedelai varietas Anjasmoro (kiri) dan Panderman

(kanan) di lahan Pasang Surut (Kalimantan Selatan, MH-2, 2014).

11. Teknologi pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida

Pengendalian hama utama kedelai menggunakan bioinsektisida terdiri dari

serbuk biji mimba, Virgra, dan Biolec yang telah diuji keefektifannya.

Serbuk biji mimba untuk mengendalikan lalat kacang, kutu kebul, dan

serangan ulat pemakan daun. Virgra untuk mengendalikan ulat pemakan

daun dan ulat penggerek polong, sedangkan Biolec untuk mengendalikan

hama pengisap polong dan kutu kebul. Aplikasi bioinsektisida sebaiknya

dilakukan sore hari (sekitar pukul 16.00) untuk mengurangi paparan sinar

ultraviolet dengan larutan volume semprot sekitar 400-500 l air/ha.

Pengendalian hama kedelai dengan bioinsektisida di dua lokasi (Pasuruan

dan Banyuwangi) menunjukkan bahwa hasil kedelai 1,92 t/ha di Pasuruan

dan 2,16 t/ha di Banyuwangi. Hasil yang dicapai setara dengan teknologi

pengendalian hama kedelai dengan insektisida kimia.

Daun dan biji mimba, bahan dasar insektisida nabati untuk pengendalian

ulat pemakan daun kedelai

Page 56: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

Virgra bioinsektisida berbahan aktif virus untuk pengendalian ulat pemakan

daun dan ulat penggerek polong kedelai

BioLec bioinsektisida berbahan aktif konidia cendawan L. lecanii untuk

pengendalian hama pengisap polong kedelai.

Kondisi pertanaman kedelai yang menggunakan teknologi pengendalian dengan

insektisida kimia (kiri) dan bioinsektisida (kanan).

Page 57: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

12. Teknologi pengendalian penyakit kedelai dengan biofungisida

Teknologi pengendalian penyakit utama kedelai dengan menggunakan

biofungisida yang terdiri atas TRICHOL-8, BACTAG, dan Ceka yang telah

diuji keefektifannya. TRICHOL-8 dan BACTAG untuk pengendalian penyakit

tular tanah yang disebabkan oleh beberapa macam cendawan seperti S.

rolfsii, R. solani, Pythium sp. dan Fusarium yang biasanya nampak gejala

layu tanaman, hawar daun, atau rebah kecambah. Hasil penelitian yang

dilakukan di Kab. Pasuruan dan Banyuwangi (Jatim) menunjukkan hasil

kedelai sebesar 1,678 t/ha di Pasuruan dan 2,028 ton/ha di Banyuwangi.

Minyak cengkeh CEKA (kiri) dan daun kedelai yang diberi Ceka (kanan)

13. Teknik budi daya dan pengendalian hama kacang hijau di lahan

sawah setelah padi

Budi daya kacang hijau di lahan sawah setelah padi seringkali ada

serangan hama Thrips dan Maruca testulalis yang dapat mengakibatkan

kehilangan hasil cukup besar. Serangan Thrips pada awal pertumbuhan

menyebabkan daun pucuk keriting dan tanaman tumbuh kerdil. Serangan

pada fase berbunga menyebabkan bunga rontok, polong tidak terbentuk,

dan menurunkan hasil berkisar 12-64% bergantung pada intensitas

serangannya. Hama lain pada kacang hijau adalah M. testulalis. Larva

hama ini sering menyerang kuncup bunga dan polong, dan dapat

menyebabkan kehilangan 13-59%, bahkan di daerah endemik dapat

mencapai mencapai 83%. Pengendalian hama menggunakan bioinsektisida

secara penuh, atau dikombinasikan dengan pestisida kimia merupakan

salah satu solusi untuk mengatasi gangguan hama.

Tanpa CEKA

Dengan CEKA

Page 58: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

14. Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam

Teknik budi daya kacang tanah di lahan masam lebih baik dibanding

kedelai dan kacang hijau, yakni dapat dibudi dayakan dengan baik pada

tanah masam hingga kejenuhan Al-dd 30%. Kendala bertanam kacang

tanah di lahan masam adalah pH tanah rendah, kandungan C organik,

hara N, P dan Ca rendah, serta tingginya kandungan Al dan Mn yang dapat

bersifat racun. Namun dengan menggunakan varietas toleran tanah

masam, amelioran tanah, pupuk hayati dan NPK yang tepat, hasil kacang

tanah di lahan masam dapat mencapai lebih dari 2,0 t/ha polong kering.

Di samping masalah keharaan, di lahan masam hama penggerek polong

juga sering mengakibatkan kehilangan hasil cukup besar. Penggerek

polong (Etiella zinckenella) saat ini sebagai hama penting yang dapat

merusak polong dan menurunkan hasil hingga 70%. Penggunaan

insektisida kimia dan varietas kacang tanah rentan terhadap penggerek

polong, serta tersedianya tanaman inang sepanjang tahun, diduga sebagai

pemicu meningkatnya serangan penggerek polong pada kacang tanah.

15. Teknologi Produksi Ubi Jalar di Lahan Kering dan Sawah Irigasi

Teknologi produksi ubijalar di lahan kering di Wonosari (Malang) dan KP

Genteng menggunakan ubijalar varietas Ayamurasaki, daging umbinya

berwarna ungu, serta diberi pupuk pupuk kandang 5 t/ha dan 100 kg Urea

+ 100 kg SP36 + 100 kg KCl, dapat mencapai hasil tertinggi 28,60 t/ha.

Di lahan sawah setelah padi, ditanam ubijalar varietas Kidal (warna daging

umbi kuning) dan Shiroyutaka (warna daging umbi putih) memiliki hasil

yang lebih tinggi dibanding Ayamurasaki. Pemupukan ubijalar yang

dianjurkan di lahan sawah setelah padi berdasarkan hasil di tanah Entisol

KP. Genteng cukup dengan Urea 100 kg/ha saja. Meskipun dari hasil

analisis tanah, kondisi keharaan tidak sebaik di lahan kering, namun

pengairan yang diberikan dengan interval 2-3 minggu sangat mendukung

perkembangan dan pembesaran umbi. Meski mutu air irigasi yang

digunakan tidak dianalisis, namun melihat airnya melalui perkampungan

dan areal kandang sapi, sehingga kadar senyawa organik dari urine

maupun kotoran (faeces) ternak berpengaruh positif terhadap peningkatan

hasil umbi, serta keuntungan yang memadai bagi petani.

Page 59: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

Keragaan hasil ubijalar di lahan kering, Wonosari Malang

16. Teknologi produksi ubi kayu di lahan kering alfisol

Teknologi produksi ubikayu di lahan Alfisol di Kalipare (Malang Selatan)

menggunakan varietas Malang-4, Adira-4, dan Litbang UK2. Rata-rata

hasil umbi tertinggi dicapai varietas Malang 4 (62,91 t/ha), diikuti varietas

Litbang UK-2 (55,3 t/ha) dan Adira 4 (49,0 t/ha). Komponen hasil yang

mendukung tingginya hasil umbi adalah rata-rata jumlah umbi dan

diameter umbi. Berdasarkan hasil dan analisis usahatani serta nilai B/C

rasio bahwa teknologi produksi disertai dengan penggunaan varietas

unggul Malang-4, varietas Litbang UK-2 dan Adira-4 dapat memberikan

hasil ubi dan keuntungan yang tinggi sehingga layak untuk dikembangkan

di lahan kering Alfisol.

Cara tanam gulud besar dan hasil varietas Malang 4.

Page 60: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

17. Sistem tanam legowo jagung dalam tumpangsari dengan kedelai

Teknologi sistem tanam legowo pada tanaman jagung dapat

meningkatkan indeks penggunaan lahan dan pendapatan petani. Sistem

tanam legowo pada jagung di mana dua baris tanaman dirapatkan (jarak

tanam antar-baris dirapatkan), sehingga antara setiap dua baris tanaman

lebih longgar, tetapi populasi tanaman tidak berbeda dibanding tanpa

legowo. Hasil jagung sistem tanam legowo yang ditumpangsarikan dengan

kedelai relatif lebih tinggi dibanding dengan sistem tanam legowo tanpa

tumpangsari. Hal ini disebabkan adanya subsidi N yang berasal dari

penambatan N dari tanaman kedelai. Pada bagian baris legowo yang

ditanami kedelai 2 baris dapat menghasilkan >0,5 t/ha.

Tabel 13. Hasil biji jagung dan kedelai pada sistem tanam legowo Jagung Tumpangsari

Kedelai. KP. Bontobili (Gowa) 2014.

Perlakuan Hasil (t/ha)

Jagung Kedelai

(110 – 40) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,70 0,54

(110 – 40) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,66 0,27

(110 – 40) x 20 monokultur jagung (legowo) 7,34 -

(100 – 50) x 20 tumpangsari 2 baris kedelai 7,31 0,53

(100 – 50) x 20 tumpangsari 1 baris kedelai 7,27 0,24

(100 – 50) x 20 monokultur jagung (legowo) 6,65 -

75 cm x 20 cm monokultur jagung sistem normal 6,46 -

40 cm x 20 cm monokultur kedelai sistem normal - 1,07

18. Pemupukan Jagung Spesifik Lokasi di Lahan Sawah

Teknologi Penentuan Takaran Pupuk Spesifik Lokasi dengan Perangkat

PUJS. Pupuk yang diberikan ke dalam tanah tidak semuanya dapat diserap

oleh tanaman. Oleh karena itu, penggunaan pupuk anorganik yang

diaplikasikan pada lahan sawah tadah hujan harus dihitung dalam satu

pola tanam padi-jagung-jagung dengan mempertimbangkan residu pupuk

pada setiap musim tanam.

Di Kabupaten Takalar petani umumnya memupuk pada tanaman jagung

berdasarkan perhitungan jumlah benih yang ditanam, yaitu 1 kg benih

setara dengan 1 zak pupuk, sehingga terdapat kecenderungan

Page 61: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

penggunaan pupuk N (urea) yang berlebih. Sedangkan penggunaan pupuk

P dan K kurang optimal, bahkan sering tidak melakukan pemupukan P dan

K, meskipun di lahan tersebut tanaman jagung responsif jika dipupuk

dengan P dan K, sehingga penggunaan pupuk menjadi tidak efisien yang

berakibat produktivitas tidak optimal. Hasil survei menujukkan bahwa

takaran pupuk yang dipakai petani rata-rata 295 – 345 kg N, 0 – 22,5 kg

P2O5, dan 0 - 22,5 kg K2O per ha dengan tingkat hasil rata-rata yang

diperoleh petani 6,0 – 7,7 t/ha. Berdasarkan hasil perhitungan

menggunakan PUJs, dengan analisis tanah P dari rendah sampai tinggi dan

ketersediaan K sedang-tinggi dan peluang hasil 9 t/ha, maka rekomendasi

takaran pupuknya yaitu 170 kg N, 30 -60 kg P2O5, dan 33 kg K2O

(Rekomendasi spesifik seperti pada Tabel 14). Berdasarkan analisis PUJS

penggunaan N akan menurun dan penggunaan P dan K akan meningkat.

Pemupukan P di Desa Tonasa dan Sanrobone dan pemupukan K seluruh

wlayah di Takalar pada lahan sawah untuk tanaman jagung cukup pada

musim tanam I, sedangkan musim tanam ke II tidak perlu pemupukan.

Tabel 14. Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi di lahan sawah beberapa desa di

Kabupaten Takalar.

Kecamatan/

Desa

Takaran pupuk

existing di tingkat

petani (kg/ha)

Hasil

(t/ha)

Rekomendasi pemupukan

spesifik lokasi dengan peluang

hasil 9 t/ha

N P2O5 K2O N P2O5 K2O

Kec. Sanrobone

Banyuanyarang 352,5 7,5 7,5 7,4 170 60 33

Tonasa 342 10 10 7,3 170 30* 33

Sanrobone 295 15 15 7,6 170 30* 33

Paddinging 345 - - 7,7 170 60 33

Kec. Patallasang

Palantikang 355 5 5 6 170 60 33

Sombalabella 750 - - 7,0 170 50 33

Bajeng dan Salaka 237,5 7,5 7,5 7,1 170 50 33

Kec. Galesong Selatan

Barammamase 263,5 22,5 22,5 7,7 170 60 33

Botomarannu 302 15 15 7,4 170 50 33

Kec. Mappakasunggu

Patani 345 - - 6,5 170 60 33

*Diberikan pada musim tanam I, dan tidak diberi pada musim kedua

Page 62: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

19. Teknologi dekomposer untuk pembuatan pupuk organik dari

limbah tanaman jagung.

Pemanfaatan lahan secara intensif dengan penanaman secara

berkelanjutan dapat memperburuk kesuburan dan tekstur tanah.

Penambahan bahan organik, selain berfungsi sebagai sumber hara bagi

tanaman dalam jangka panjang, juga berfungsi untuk memperbaiki tekstur

tanah. Pemanfaatan bahan organik dari limbah tanaman jagung dalam

jangka panjang dapat berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman insitu,

namun memerlukan proses perombakan limbah tersebut yang cukup lama.

Mikroorganisme dekomposer yang diperoleh dapat merombak limbah

batang tanaman jagung secara cepat, sehingga limbah tanaman dapat

diproses insitu dan tidak perlu lagi mengangkut limbah keluar lahan.

Dengan demikian usahatani jagung efisien dan menjaga tingkat

produktivitas lahan sehingga usahatani jagung akan berkelanjutan. Hasil

penelitian telah diperoleh 6 mikroorganisme yang efektif dan cepat dalam

membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil penelitian

Balitsereal Maros, telah diperoleh mikroorganisme yang efektif dan cepat

dalam membuat pupuk organik berbahan biomas jagung. Hasil seleksi

cendawan dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan diperoleh cendawan O5

yang lebih bak dibanding EM4. Cendawan dekomposer O5 mampu

menghasilkan kompos dengan kandungan N lebih tinggi dan C/N lebih

rendah dibandingkan EM4.

20. Pemanfaatan Bacillus subtilis sebagai agensia pengendali hayati

terhadap cendawan tular tanah

Formulasi Pestisida Hayati Bakteri antagonis yang efektif di lapang

mengendalikan penyakit utama jagung. Cara pengendalian penyakit yang

ramah lingkungan dan berpotensi untuk dikembangkan ialah pengendalian

hayati dengan menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar tanaman

sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak langsung untuk

mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah. Jenis

mikrobia (Bakteri) yang dikembangkan dan akan diaplikasi sebagai bahan

baku biofungisida adalah Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus

thuringiensis, Bacillus pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan

Pseudomonas fluorescens. Namun, penelitian tahun 2014 difokuskan pada

pemanfaatan bakteri Bacillus subtilis. B. subtilis TM4 diisolasi dari tanah

dan akar sisa tanaman jagung. Koloni B. subtilis TM4 pada media potato

dextrose peptone agar (PDPA) berbentuk bulat, kering, datar, dan tidak

Page 63: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

beraturan dengan tepi yang bergelombang. Bakteri ini telah diformulasikan

dalam bentuk tepung dan telah diuji efektifitasnya di laboratorium

terhadap cendawan Rhizoctonia soloni, Fusarium moniliforme, dan

Bipolaris maydis dengan hasil yang cukup baik dalam menekan

perkembangan cendawan tersebut. Pengujian yang dilakukan di rumah

kaca, menunjukkan bahwa formulasi B. subtilisTM4 mampu memberikan

vigor tanaman yang lebih baik, meningkatkan berat segar tanaman, dan

mampu menekan perkembangan cendawan patogen R. solani. Bakteri

antagonis B. subtilisTM4 mempunyai harapan untuk dikembangkan.

Namun, penggunaan bakteri ini dalam skala luas di lapangan masih perlu

dikaji lebih lanjut, termasuk daya bertahan hidupnya dalam bentuk

formulasi tepung.

21. Formulasi cendawan antagonis Trichoderma, Gliocladium sp

untuk menekan penyakit utama jagung

Salah satu cara pengendalian penyakit yang ramah lingkungan yaitu

pengendalian hayati menggunakan mikrobia yang hidup di sekitar akar

tanaman sebagai agen biopestisida secara langsung maupun tidak

langsung mengontrol serangan penyakit terutama patogen tular tanah.

Beberapa jenis mikrobia yang sudah banyak dikembangkan dan diaplikasi

sebagai bahan baku biofungisida adalah Trichoderma, Gliocladium sp dan

Aspergillus niger, sedang bakteri yang banyak dikembangkan adalah

Bacillus subtilis, Bacillus polymyxa, Bacillus thuringiensis, Bacillus

pantotkenticus, Burkholderia cepacia dan Pseudomonas fluorescens. Telah

banyak dilaporkan beberapa mikroorganisme antagonis memiliki daya

antagonisme yang tinggi terhadap patogen tanaman dan dapat menekan

perkembangan patogen tular tanah (soil borne pathogen). Karenanya,

eksplorasi dan skrining agen hayati harus dilakukan dalam rangka untuk

menemukan gen-gen baru yang berpotensi sebagai agen pengendalian

hayati penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Mekanisme antagonis

yang dilakukan adalah berupa persaingan hidup, parasitisme, antibiosis

dan lisis. Beberapa mikrobia untuk biofungisida misalnya Trichoderma dan

Gliocladium sp mudah dikembangkan serta dibiakkan secara massal dan

mudah disimpan dalam waktu lama, selain itu dapat diaplikasikan sebagai

seed furrow dalam bentuk tepung atau granular/butiran. Keuntungan dan

keunggulan dari dua mikroba ini mudah dimonitor dan dapat berkembang

biak, sehingga keberadaannya di lingkungan dapat bertahan lama serta

aman bagi lingkungan, hewan, dan manusia karena tidak menimbulkan

residu kimia berbahaya yang persisten di dalam tanah. Trichoderma dan

Page 64: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

Gliocladium merupakan jamur inperfekti (tak sempurna) dari Subdivisi

Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae. Konidiofor

tegak, bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk

klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat,

berwarna putih sampai hijau. Bentuk Sempurna dari jamur ini secara

umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales,

Clacipitales, dan Spheriales.

Potensi dan Mekanisme Antagonistik Trichoderma dan Glicladium

- Beberapa spesies Trichoderma dan Glicladium mampu menghasilkan

metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik

- Beberapa spesies dapat mengeluarkan enzim -1,3-glukanase dan

kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya

- Kemampuan mikoparasit dan persaingan yang kuat dengan patogen

- Kedua cendawan antagonis berperan sebagai mikoparasit terhadap

Phytium apanidermatum, Rhizoctonia solani, dan Sclerotium ralfsii.

- Interaksi awal dari kedua cendawan tersebut yaitu melalui hifanya

yang membelok ke arah jamur inang yang diserangnya.

- Terjadi respon kemotropik pada cendawan antagonis karena adanya

rangsangan dari hifa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan

oleh jamur inang.

- Cendawan antagonis ini juga menghasilkan antibiotik volatile yang

diduga mampu mengurangi pertumbuhan miselium Rhizoctonia solani.

- Trichoderma hamatum juga memproduksi selulase yang diduga

mempunyai kemampuannya dalam memparasiti Pythium spp.

Efektifitasnya: Mempunyai daya hambat > 50%, Trichoderma dapat

menurunkan intensitas serangan penyakit busuk pelepah R. solani yang

diinokulasi R. solani yaitu 63,31– 69,7%, Gliocladium sp dapat menekan

penyakit busuk pelepah dari 23,34% – 54,29 %, dan Enzim dimer dari

Trichoderma-diinokulasi tanaman memiliki aktivitas spesifik yang lebih

tinggi dan kemampuan lebih besar untuk menghambat pertumbuhan

cendawan patogen.

Cara Penggunaannya: Formulasi dicampur dengan air. Penyemprotan

sebaiknya pada sore hari. Bahan disimpan di tempat yang sejuk.

Page 65: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

Formulasi Trichoderma dan Gliocladium

22. Penangkaran benih jagung hibrida silang tiga jalur berbasis

komunitas

Teknologi penangkaran benih berbasis komunitas memungkinkan petani

untuk mendapatkan produksi benih F1 4-8 t/ha dan hasil biji 12 t/ha.

Model penangkaran ini pula yang memungkinkan untuk secara mudah

diperoleh benih dengan harga murah serta alur distribusi lebih sederhana.

Kegiatan dilaksanakan di Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan

NTT. Kegiatan di NTT telah dilaksanakan sosialisasi pada awal April 2014

hanya menanam F1 hibrida. Di wilayah Sulawesi Tengah telah

dilaksanakan penangkaran benih F1 Silang Tiga Jalur (STJ) dan kegiatan

sosialisasi, sementara di Sulawesi Selatan telah pula dilaksanakan produksi

benih dan menjadi model acuan penangkar benih lain seperti di NTB.

Tahapan pelaksanaan, pertama menentukan perkiraan kebutuhan benih di

tingkat komunitas, lingkungan, pesanan swasta/pemerintah, termasuk

masalah dan peluang penyediaan benih untuk musim tanam tertentu.

Selanjutnya menentukan model produksi spesifik lokasi (termasuk harga

benih, penyimpanan sementara, dan distribusi), serta pola pembiayaan

dan pembayaran benih melalui musyawarah gabungan kelompok tani.

Partisipasi aktif petani dalam proses produksi dan dukungan pemerintah

terutama dalam pemasaran dan distribusi benih adalah kunci keberhasilan

penangkaran benih berbasis komunitas secara berkelanjutan. Di samping

teknik produksi dan luas areal tanam disesuaikan jumlah tenaga kerja

petani mengingat waktu pembungaan dan proses detaselling yang

membutuhkan tenaga kerja terampil dalam jumlah yang cukup.

Page 66: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

Outcome dari inovasi teknologi budi daya dan panen tanaman pangan

selain telah diadopsi petani di lapang, juga meningkatnya produksi beras, jagung,

dan kedelai. Meskipun, kenaikan produksi pangan belum berkelanjutan.

Gapoktan Padi Organik di Tasikmalaya. Wakil Menteri Pertanian Dr.

Rusman Heriawan, bersama Kepala Balitbangtan, serta Kapuslitbang Tanaman

Pangan berkunjung ke Gapoktan Simpatik padi organik di Desa Mekar Wangi,

Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, pada September 2014. Produksi

beras organik Gapoktan Simpatik tahun 2009 memiliki anggota 2.200 petani dari

tujuh kecamatan tersebut telah melakukan ekspor perdana beras organik ke

Amerika. Saat ini sasaran ekspor ke Italia, Jerman, Jepang, Malaysia, serta

beberapa negara di Timur Tengah mencapai 565 ribu ton. Bahkan mereka telah

memiliki sertifikat dari IMO Swiss. Gapoktan simpatik menggunakan pupuk

organik dari kotoran sapi dan sabut kelapa, lahan padi organik seluas 113 hektar

dengan produksi 795 ton (produktivitas lebih dari 7 ton/hektar). Adapun varietas

yang ditanam untuk padi organik di Tasikmalaya antara lain Sintanur, Ciherang,

dan Rojolele. Luas lahan sawah di Tasikmalaya sekitar 8.549 hektar, sehingga

terbuka peluang pengembangan pertanian padi organik ke depan.

GPPTT genjot target produksi jagung 20 juta ton tahun 2015.

Berdasarkan data angka ramalan II BPS, produksi jagung tahun 2014

diperkirakan 19,13 juta ton atau meningkat 3,33% dibandingkan tahun 2013

yang produksinya 18,51 juta ton pipilan kering. Kenaikan produksi terjadi karena

kenaikan luas panen 58,72 ribu ha (1,54%) dan kenaikan produktivas 0,85

kuintal/ha (1,75%) dari awalnya 48,44 kuintal/ha menjadi 49,29 kuintal/ha.

Kementerian Pertanian optimis target produksi jagung tahun 2015 sebesar 20

juta ton dapat dicapai. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian akan

Page 67: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

melaksanakan Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT)

menggantikan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).

GPPTT adalah model pengelolaan pertanaman yang dilakukan terbagi dua yaitu

model berbasis kawasan dan nonkawasan. Provinsi yang masuk dalam model

kawasan adalah Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah,

Sulawesi Tenggara, NTB dan NTT.

Training of Master Trainer Widyaiswara Lingkup Badan SDM.

Dalam upaya mendukung program GPPTT, Badan SDM bekerja sama dengan

Badan Litbang Pertanian melaksanakan magang teknologi budi daya, pascapanen

dan perbenihan tanaman jagung. Pelatihan berlangsung dari tanggal 2-16

Desember 2014. Materi magang terdiri dari 45% teori dan 55% praktek

lapangan. Salah satu rangkaian kegiatan pelatihan/magang widyaiswara di

Balitsereal adalah kunjungan ke perusahaan yang memanfaatkan jagung sebagai

bahan baku produknya. Kunjungan lapang juga dilakukan di Kebun percobaan

Balitsereal di Kabupaten Gowa untuk melihat secara langsung teknik

perbanyakan benih jagung hibrida (F1), dan perbanyakan benih parent stock

(induk jantan dan betina) untuk mendukung program 1000 desa mandiri benih

pada tahun 2015. Parent stock ini akan didistribusikan ke tujuh propinsi yaitu

Aceh, Sumsel, Kalteng, Sulteng, NTB, dan NTT. Selain produksi parent seed

peserta meninjau lokasi pemurnian tetua jagung untuk melihat secara langsung

teknik pemurnian benih jagung bersari bebas agar mendapatkan benih murni.

Produsen kedelai Edamame (PT Mitra Tani Jember) berkunjung ke

Balitkabi. Perusahaan penghasil kedelai edamame, PT Mitra Tani, Jember

berkunjung ke Balitkabi dipimpin Direktur Mitra Tani beserta jajarannya. Seperti

diketahui, kedelai edamame yang dikembangkan PT Mitra Tani merupakan hasil

kerja sama dengan Peneliti Balitkabi Malang. Kedatangannya bertujuan untuk

mendapatkan solusi penurunan produktivitas kedelai selama 2012 - 2014.

Kendala penurunan produktivitas disebutkan yaitu polong hampa, bercak

Pseudomonas, populasi kutu kebul yang tinggi, serta serangan jamur

Colletotricum. Beberapa saran pemecahan masalah tersebut disampaikan oleh

peneliti Balitkabi, yang menyarankan untuk melihat kembali pH tanah dan

kandungan rhizobium di pertanaman, pengendalian hama dan penyakit

menggunakan pestisida nabati mimba, serta memasukkan gen-gen ketahanan

terhadap hama atau penyakit baik secara konvensional maupun genetik.

Page 68: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

Sasaran 3: Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan

Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui pencapaian indikator

kinerja utama dengan target yang ditetapkan dalam PK 2014 yaitu tersedianya

11 rekomendasi kebijakan tanaman pangan. Sasaran tersebut dicapai melalui

kegiatan “Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan.”

Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam tahun 2014 telah

tercapai seluruhnya dengan rata-rata 100,00%, yaitu dirakitnya 11 rekomendasi

kebijakan tanaman pangan (Tabel 15).

Tabel 15. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Rumusan Kebijakan Tanaman Pangan

Teknologi budi daya padi

11 11 100

Sebagai perbandingan atas kemajuan yang telah diperoleh dari tahun

sebelumnya 2010-2014 disajikan pada Tabel 15.

Tabel 16. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014.

Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014

Rumusan Kebijakan

Tanaman Pangan

Target 8 8 11 10 11

Realisasi 8 8 11 13 11

Adapun keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-

masing sub kegiatan diuraikan sebagai berikut:

1. Studi sosial ekonomi berbasis tanaman pangan dalam pola tanam

setahun di lahan sawah irigasi

Senjang hasil antarmusim hujan dan musim kemarau diduga disebabkan

oleh pendeknya jeda antarmusim dan ketersediaan air irigasi. Petani yang

memiliki sawah tetapi kesulitan memperoleh air memilih pola tanam padi-padi-

jagung, sedangkan petani yang memiliki akses mudah terhadap air irigasi, lebih

memilih pola tanam padi-padi-kedelai sebagai pola tanam setahunnya.

Analisis usahatani yang dilakukan adalah menentukan pengaruh input yang

digunakan dalam analisis fungsi Cobb-Douglas. Faktor-faktor yang diduga

mempengaruhi hasil produksi padi antara lain: luas lahan (X1), benih (X2), pupuk

kimia (X3), pupuk organik (X4), bahan aktif pestisida (X5), dan tenaga kerja

(X6). Dari hasil pendugaan model fungsi produksi padi diketahui bahwa hanya

Page 69: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

faktor luas lahan (X1), pupuk kimia (X3), dan tenaga kerja (X6) yang

berpengaruh terhadap hasil produksi dalam model. Sedangkan variabel lainnya

yaitu benih (X2), pupuk organik (X4), dan bahan aktif pestisida (X5) tidak

berpengaruh terhadap model fungsi produksi.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani

padi MK-1 adalah : ln(Y) = 0,915 ln(X1). Nilai koefisien determinasi menunjukan

bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi pada MK-1 dipengaruhi oleh luas

lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani

jagung MK-2 adalah : ln(Y) = 0,856 ln(X1). Nilai koefisien determinasi

menunjukan bahwa 99,8% variabel hasil produksi jagung pada MK-2 dipengaruhi

oleh luas lahan, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani

kedelai MK-2 adalah : ln(Y) = 0,376 ln(X1) + 0,736 ln(X2) + 0,069 ln(X4). Nilai

koefisien determinasi menunjukan bahwa 99,6% variabel hasil produksi jagung

pada MK-2 dipengaruhi oleh luas lahan, benih, dan pupuk organic, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

Model fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh pada hasil usahatani

padi MH adalah : ln(Y) = 0,761 ln(X1) + 0,156 ln(X3) + 0,149 ln(X6). Nilai

koefesien determinasi menunjukan bahwa 99,9% variabel hasil produksi padi

pada MH dipengaruhi oleh luas lahan, pupuk kimia, dan tenaga kerja, sedangkan

sisanya dipengaruhi oleh faktor lain

Hasil survei diringkaskan dalam total biaya usahatani padi-padi-jagung dan

padi-padi-kedelai dalam pola tanam setahun dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Keuntungan usahatani padi-padi-jagung sekitar 3,5% lebih tinggi

dibandingkan padi-padi-kedelai.

2. Tenaga kerja merupakan komponen terbesar dari biaya usahatani

(67,0%), diikuti pupuk (18,6%), pestisida (8,5%), dan benih (5,9%).

3. Produksi padi MK-1 sekitar 5,4 t/ha, jagung MK-2 3,9 t/ha, kedelai 0,8

t/ha, dan padi MH 6,5 t/ha.

Page 70: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

Saran Alternatif Kebijakan. Penerimaan tunai petani dari usahatani

padi sawah lebih tinggi daripada usahatani jagung dan kedelai, sehingga tetap

merupakan sumber pendapatan utama keluarga yang mencapai Rp.18-22

juta/ha/musim tanam. Penghasilan dari jagung dan kedelai merupakan sumber

pendapatan tambahan pada musim kemarau, masing-masing Rp.8,6 juta/ha/

musim dan Rp.6,9 juta/ha/musim. Usahatani pola tanam padi – padi – jagung

dalam setahun memiliki keuntungan lebih besar daripada pola tanam lain Rp.26

juta/ha/tahun, sehingga dijadikan pola tanam yang banyak diterapkan petani di

Desa Sugihan. Namun, nilai R/C rasio pola tanam padi – padi – bera memiliki

nilai lebih tinggi yaitu 2,47 dibandingkan nilai R/C rasio pola tanam lain.

2. Studi rekayasa ekologi berbasis tanaman pangan dalam pola

tanam setahun di lahan sawah irigasi

Pertemuan dengan kelompok tani di Desa Sugihan, Kabupaten Grobogan,

Jawa Tengah telah dilakukan beberapa kali selama tahun 2014 dengan topik budi

daya padi, permasalahan yang dihadapi petani, introduksi teknologi budi daya

padi yang diperbaiki, dan cara pengendalian OPT. Pertemuan petani dengan Tim

Peneliti Puslitbang Tanaman Pangan pada tahap awal khusus membahas tentang

pengendalian OPT dengan menayangkan video mengenai “pengendalian hama

wereng batang coklat dengan pendekatan rekayasa ekologi”. Di dalam video itu

dijelaskan mengenai evolusi pengendalian wereng batang coklat hingga

diterapkannya cara pengendalian OPT yang lebih ramah lingkungan, yaitu

menanam bunga di sekitar pertanaman padi. Daerah-daerah yang ditanami

bunga mempunyai karakteristik bahwa populasi wereng batang coklat rendah,

tetapi populasi musuh alami tinggi. Hubungan hama dan musuh alami tersebut,

tercapainya keseimbangan hayati, di mana wereng batang coklat tidak

menimbulkan kerusakan tanaman. Diharapkan petani dapat memahami dan

mengaplikasikannya, karena petani sangat aktif dalam pertemuan tersebut.

Dengan dasar “learning by doing”, petani diajak menanam berbagai jenis bunga,

seperti bunga matahari, bunga kenikir, kembang kertas, atau wijen, terutama

pada kelompok wanita tani. Kendala yang dihadapi dalam menggerakkan

program penanaman bunga antara lain insentif agar petani mau mengikuti

program ini, serta pendekatan petani kepada penggembala ternak untuk tidak

menggembalakan ternaknya di lokasi penanaman bunga.

Page 71: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

Seiring pertumbuhan padi, tanaman bunga juga telah mulai tumbuh besar

dan berbunga. Bunga kenikir (Cosmos caudatus L.) jenis lokal dan kembang

kertas tumbuh subur. Banyak sekali serangga yang hinggap menikmati polen dan

madu bunga. Hal ini menunjukkan tanaman bunga telah berfungsi menarik

perhatian serangga sesuai tujuan program rekayasa ekologi. Akan tetapi,

pembentukan populasi fauna, terutama serangga polinator baru saja dimulai di

lingkungan pertanaman bunga yang dekat dengan pertanaman padi di Desa

Sugihan, sehingga jika saja ada pengaruhnya masih dalam taraf permulaan.

Saran alternatif kebijakan: (1) Teknik pemupukan berimbang dan

menanam tanaman bunga dapat dianjurkan, karena dapat meningkatkan

efisiensi produksi dan dapat menekan populasi wereng batang coklat, (2)

Pengendalian penyakit virus harus mulai dipikirkan, direncanakan dan

diimplementasikan di lapangan, mengingat daya rusak penyakit ini yang luar

biasa, (3) Penanaman varietas tahan perlu dianjurkan.

Kelompok wanita tani dan bapak tani terlibat langsung dalam program

tanam bunga di tepi jalan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Grobogan.

Bunga kenikir tumbuh subur berdampingan dengan pertanaman padi,

tampak lebah dan kupu-kupu.

Page 72: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

3. Evaluasi teknologi pemupukan spesifik lokasi (PHSL) terhadap

peningkatan hasil gabah dan penghematan pupuk

Pemupukan untuk petakan PHSL dilakukan sebelum tanam (0 HST).

Pemupukan cara petani diberikan pada umur 12 HST. Pada perlakukan PHSL,

untuk pemupukan pertama pada 0 HST hanya diberikan pupuk Ponska sesuai

dengan hasil PHSL berbasis web, sedangkan takaran, waktu pemberian, dan

jenis pupuk dengan cara petani diberikan berdasarkan rata-rata hasil survei

terhadap 50 petani responden. Bibit yang digunakan umur 17 hari setelah sebar.

Penanaman dilakukan sesuai perlakuan yaitu a) Pemupukan Hara Spesifik Lokasi

(PHSL) menggunakan sistem tanam Legowo penuh 4:1 (25 cm x 12,5 cm x 50

cm), dan (b) Cara Pemupukan Petani dengan sistem tanam Tegel 25 x 25 cm.

Bibit varietas Ciherang ditanam 2-3 batang per rumpun.

Hasil penelitian menunjukkan : (a) rata-rata jumlah anakan baris ke-1 dan

ke-4 pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 cenderung lebih tinggi dibandingkan

rata-rata jumlah anakan baris ke-2 dan ke-3, dan (b) rata-rata jumlah anakan

sistem tanam jajar Legowo 4:1 lebih rendah (20,23 anakan) dibandingkan rata-

rata jumlah anakan pada sistem tegel 25cm x 25cm (25,67 anakan). Jumlah

anakan per meter persegi pada sistem tanam jajar Legowo 4:1 diperoleh 25,6

rumpun/m2 x 20,23 anakan/rumpun = 517,89 anakan/m2. Sedangkan pada

sistem tegel 25cm x 25cm diperoleh 16 rumpun/m2 x 25,7 anakan/rumpun =

411,2 anakan/m2. Pola jarak tanam yang sama, jumlah anakan per satuan luas

sistem tanam jajar legowo lebih tinggi daripada tegel.

Pemupukan berdasarkan PHSL yang dikombinasikan dengan sistem tanam

jajar Legowo 4:1 nyata meningkatkan jumlah malai/m2, menurunkan gabah

hampa, dan meningkatkan hasil. Jumlah gabah per malai lebih rendah, namun

bobot 1.000 butir gabah tidak berbeda nyata. Sistem tanam jajar legowo

bertujuan memperbanyak pengaruh tanaman pinggir (border effect). Sistem

tanam jajar Legowo 2:1 memperoleh 100% pengaruh tanaman pinggir, Legowo

4:1 hanya baris pertama dan keempat sebagai tanaman pinggir.

Pada jarak tanam yang sama dengan sistem tegel, sistem tanam jajar

legowo bertujuan meningkatkan populasi tanaman per satuan luas dengan

mengatur jarak tanam lebih rapat di dalam barisan. Jumlah rumpun tanaman

yang lebih banyak akan menghasilkan lebih banyak malai per meter persegi dan

berpeluang untuk pencapaian hasil yang lebih tinggi. Dibandingkan jarak tanam

Page 73: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

sistem tegel 25cm x 25cm (populasi tanaman 160.000 rumpun/ha), penggunaan

sistem tanam jajar Legowo 2:1 meningkatkan populasi tanaman menjadi 213.333

rumpun/ha atau meningkat 33,3%. Bila menggunakan sistem tanam jajar

Legowo 4:1 jumlah populasi tanaman menjadi 256.000 rumpun/ha atau

meningkat 60%. Karena adanya lorong kosong dan memanjang sejajar dengan

barisan tanaman padi, sistem tanam jajar legowo memudahkan pemeliharaan

tanaman seperti aplikasi pupuk, pengendalian hama, penyakit, dan gulma, serta

memudahkan petani penangkar benih karena logging lebih mudah dilakukan.

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemupukan berdasarkan PHSL

dengan sistem tanam jajar Legowo 4:1 meningkatkan hasil gabah secara nyata

dibandingkan pemupukan berdasarkan cara petani dengan jarak tanam tegel

25cm x 25cm. Dibandingkan takaran pupuk cara petani : urea = 293 kg dan NPK

267 kg/ha dengan takaran pupuk berdasarkan PHSL : urea 200 kg dan NPK 175

kg/ha, terjadi penghematan pupuk urea sebesar 93 kg urea dan NPK 92 kg/ha,

sedangkan hasil gabah meningkat 1.049 kg/ha.

Varietas Ciherang dengan pemupukan berdasarkan rekomendasi PHSL

mempunyai umur panen satu minggu lebih cepat dibandingkan dengan

pemupukan cara petani

Saran Alternatif Kebijakan. Faktor kunci dalam peningkatan produksi padi

Nasional adalah air irigasi, varietas unggul dan pupuk. Di lain pihak, pupuk

merupakan biaya produksi kedua terbesar dalam usahatani padi. Tetapi bila

diberikan terlalu sedikit, terlalu banyak atau pada waktu yang tidak tepat, biaya

produksi yang mahal ini akan gagal dalam meningkatkan produksi dan

pendapatan petani padi. Penggunaan pupuk yang lebih rasional dan spesifik

lokasi diharapkan dalam jangka panjang dapat menurunkan jumlah subsidi pupuk

tanpa harus mengurangi produksi padi.

Page 74: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

4. Peningkatan produktivitas padi melalui penyesuaian varietas dalam

sistem tanam jajar legowo

Upaya mempertahankan peningkatan produksi padi dengan target surplus

10 juta ton beras pada tahun 2014 dengan menerapkan SL-PTT, dan secara

konsisten mengharuskan penerapan sistem tanam jajar legowo. Jarak tanam dan

orientasi pertanaman di lapang memiliki keunggulan, yaitu: (1) meningkatkan

populasi tanaman per ha, sehingga berpeluang meningkatkan produktivitas

tanaman, (2) mudah dalam operasional perawatan tanaman, seperti pemupukan,

penyemprotan hama dan penyakit; (3) memudahkan pergerakan petani di

lapang, karena adanya ruang kosong; dan (4) estetika pertanaman menarik.

Cara yang efektif untuk meningkatkan produktivitas padi adalah dengan

mencari kombinasi terbaik antara beberapa varietas padi unggul yang banyak

tersedia dengan jarak tanam (populasi dan orientasi pertanaman) yang sesuai.

Percobaan lapang dilaksanakan di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan, Jawa

Tengah selama MK1 tahun 2014. Perlakuan petak Utama (jarak tanam) yaitu T1-

Tegel 25 cm x 25 cm; T2- Legowo 2:1 (25---50) cm x 12,5 cm;, T3- legowo 4:1

kosong (25 – 50) cm x 12,5 cm dan T4- legowo 4:1 penuh (25 – 50) cm x 12,5

cm. Varietas yang ditanam Ciherang, Inpari 10, Inpari 15, dan Inpari 16.

Hasil gabah kering giling (GKG) antarvarietas sangat berbeda nyata.

Keunggulan Inpari 16 dibandingkan varietas lainnya terjadi secara konsisten

pada keempat jarak tanam dengan hasil tertinggi pada Legowo 4 : 1 sebesar

6,57 ton GKG/ha. Sedangkan varietas Inpari 10 dan Inpari 15, masing-masing

menghasilkan 5,03 + 0,19 dan 5,00 + 0,22 ton GKG/ha sama atau sedikit lebih

rendah dibandingkan Ciherang. Hasil gabah varietas Ciherang relatif stabil

terhadap perbedaan jarak tanam dibandingkan ketiga varietas lainnya.

Pengaruh jarak tanam tidak nyata terhadap panjang malai dengan

kisarannya 24,4 cm dan 25,0 cm; jumlah malai per rumpun rata-rata antara 21,3

dan 24,2; Namun terdapat indikasi semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit

jumlah malai per rumpunnya, yang berbeda antarvarietas. Inpari 10 dengan

jumlah anakan banyak pada jarak tanam tegel, menurun drastis bila ditanam

rapat secara jajar legowo. Jumlah gabah total per rumpun antara 2.021 dan

2.356 butir dengan jumlah gabah isi antara 89,4 dan 90,4%. Varietas Inpari 15

memiliki malai lebih panjang dibandingkan ketiga varietas lainnya yaitu 26,1 cm,

sedangkan Ciherang, Inpari 10, Inpari 16 masing-masing panjang malai 23,9 cm,

24,1 cm dan 24,8 cm. Bobot seribu butir varietas Inpari 15 tertinggi yaitu 27,6

Page 75: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

gram, menunjukkan ukuran gabahnya lebih besar dibandingkan ketiga varietas

lainnya, sedangkan Inpari 16 berukuran gabah terkecil dengan bobot seribu

butirnya 22,9 gram. Ciherang memiliki ukuran gabah sedang dengan bobot

seribu butirnya 23,9 gram, tidak nyata berbeda dengan Inpari 10 yaitu 25,3

gram. Dengan demikian, varietas Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 :

1 kosong (25 – 50) cm x 12,5 cm terbaik. Dari hasil penelitian ini dapat

disimpulkan sebagai berikut :

a. Rata-rata tinggi tanaman sampai panen tidak berpengaruh nyata pada 4

(empat) perlakuan jarak tanam, sedangkan pengaruh varietas nyata

dimana Inpari 15 lebih tinggi dibandingkan ketiga varietas lainnya.

b. Semakin rapat jarak tanam, semakin sedikit jumlah malai per rumpunnya,

yang berbeda antar varietas. Inpari 10 dengan jumlah anakan terbanyak

pada jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm, menurun drastis bila ditanam

rapat yaitu dengan ketiga cara jajar legowo.

c. Varietas terbaik untuk diterapkan di lokasi percobaan dan sekitarnya

adalah Inpari 16 yang ditanam secara Jajar Legowo 4 : 1 Kosong.

Saran alternatif kebijakan. (1) Perlu memperkenalkan sifat-sifat varietas

Inpari 16 ke petani, apakah sesuai dan dapat diterima, karena dapat

meningkatkan produktivitas, dan (2) Perlu penilaian secara partisipatif apakah

cara tanam jajar Legowo 4 : 1 dapat diterima.

5. Efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi – kedelai

Penelitian evaluasi efisiensi teknologi pupuk organik dalam pola tanam padi-

kedelai dilaksanakan di Desa Sugihan, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan,

pada MK-I untuk tanaman padi (varietas Ciherang) dan MK-II untuk kedelai

(varietas Grobogan). Pemberian pupuk organik pabrikan 5 t/ha disertai pupuk

NPK dengan dosis yang tepat berdasarkan PHSL dapat meningkatkan hasil gabah

6,93 t/ha, atau menghasilkan 600 kg lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik

dan 200 kg lebih tinggi daripada cara petani. Pemberian pupuk organik pabrikan

dan pupuk kandang 10 t/ha dan mengurangi dosis pupuk NPK berdasarkan PHSL

ternyata tidak dapat menaikkan produksi, bahkan hasilnya lebih rendah daripada

yang diberi pupuk organik pabrikan 5 t/ha. Pemberian pupuk organik 10 t/ha

hasilnya relatif hampir sama dengan cara petani 6,7 t/ha. Perlakuan pemupukan

cara petani yaitu dengan memberikan pupuk kandang 5 t/ha ditambah NPK

dengan dosis yang lebih tinggi ternyata tidak dapat meningkatkan hasil. Dengan

Page 76: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

demikian, pemberian dosis NPK yang tinggi tersebut adalah tidak efisien.

Kegiatan penelitian kedelai setelah tanaman padi pada MK-II menunjukkan

pemberikan pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat

pertananaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan hasil

kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan.

Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat

meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara petani, dan

31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik. Sedangkan

pemberian pupuk organik 5 t/ha dapat meningkatkan hasil kedelai 25,7% lebih

tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik, namun relatif sama hasilnya

dengan perlakuan cara petani. Pupuk organik yang diberikan pada saat

pertanaman padi, residunya juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman.

Padi

1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang 5 t/ha disertai

dosis pupuk NPK yang tepat berdasarkan PHSL menunjukkan pemupukan

yang efektif untuk meningkatkan hasil gabah varietas Ciherang di lahan

sawah Kabupaten Grobogan.

2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha disertai pengurangan dosis pupuk NPK

berdasarkan PHSL adalah kurang efisien karena tidak dapat

meningkatkan produksi, bahkan hasil gabah yang dicapai lebih rendah

daripada perlakuan dosis pupuk organik 5 t/ha.

3. Pemberian pupuk urea dan NPK Phonska yang lebih tinggi pada

perlakuan pemupukan cara petani adalah tidak efisien karena tidak dapat

meningkatkan produksi.

4. Pemberian pupuk organik 5 t/ha disertai dengan dosis pupuk NPK yang

tepat berdasarkan PHSL dapat memberikan hasil lebih tinggi daripada

perlakuan pemupukan cara petani dan perlakuan tanpa pupuk organik.

Kedelai

1. Pemberian pupuk organik pabrikan dan pupuk kandang pada saat

pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap peningkatan

hasil kedelai di lahan sawah Kabupaten Grobogan pada MK-II.

Page 77: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

2. Pemberian pupuk organik 10 t/ha pada saat pertanaman padi dapat

meningkatkan hasil kedelai 21% lebih tinggi daripada perlakuan cara

petani, dan 31,4% lebih tinggi daripada perlakuan tanpa pupuk organik.

3. Pemberian pupuk organik 5 t/ha pertanaman padi dapat meningkatkan

hasil kedelai 25,7% lebih tinggi daripada tanpa pupuk organik, namun

relatif sama hasilnya dengan cara petani.

4. Residu pupuk organik juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,

jumlah polong dan bobot biji/tanaman kedelai.

Saran Alternatif Kebijakan. Pemberian pupuk organik yang diberikan

pada saat pertanaman padi, residunya berpengaruh nyata terhadap tinggi

tanaman kedelai, jumlah polong dan bobot biji/tanaman.

6. Optimasi produksi kedelai melalui penerapan teknologi varietas dan

beragam pemupukan pada sistem tanpa olah tanah

Sampai saat ini, produksi kedelai di tingkat petani masih rendah, rata-rata

1,3 ton/ha dengan kisaran 0,6-2,0 ton/ha, sedangkan potensi hasil 3,0 ton/ha.

Senjang produkivitas yang sangat besar tersebut memberikan peluang bahwa

peningkatan produksi melalui peningkatan produktivitas di tingkat petani masih

bisa dilakukan. Produktivitas tanaman kedelai di tingkat petani perlu dipacu

dengan mengembangkan inovasi teknologi pertanian di berbagai komponen.

Dalam hal ini pengembangan suatu rakitan teknologi yang merupakan gabungan

dari penyiapan lahan yang optimal, pemupukan yang sesuai (spesifik lokasi),

serta dengan pemilihan varietas unggul yang sesuai dan dapat beradaptasi

dengan kondisi agroekologi setempat.

Sebelum pelaksanaan kegiatan, dilakukan penetapan dosis pemupukan

untuk tanaman kedelai menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS),

dengan hasil sebagai berikut : (a) Penetapan dosis Urea 50 kg/ha, pemupukan ½

dosis rekomendasi Urea adalah 25 kg/ha; (b) Penetapan dosis SP-36 adalah 100

kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha; (c) Penetapan dosis KCl adalah 100

kg/ha, ½ rekomendasi menjadi 50 kg/ha.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil hanya dipengaruhi oleh

genotipe. Kedelai varietas Grobogan memperoleh hasil paling tinggi (1,37 t/ha)

dan berbeda nyata dibandingkan varietas Gema (1,09 t/ha) dan Dering 1 (1,14

t/ha). Tinggi rendahnya hasil didukung oleh faktor komponen hasil, di antaranya

bobot 100 biji (butir) dan jumlah polong isi per tanaman (buah). Jumlah polong

Page 78: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

isi per tanaman dari varietas Grobogan sedikit (26,3 buah), tetapi varietas

Grobogan mempunyai bobot 100 biji yang paling banyak yaitu 17,2 gram,

dibandingkan kedua varietas lainnya yang mempunyai bobot 100 biji lebih

rendah (varietas Gema yaitu 10,7 gram, varietas Dering yaitu 10,8 gram).

Pada pengujian ini, kondisi tanah dan pemupukan (budi daya) tidak

meningkatkan hasil kedelai secara nyata di Desa Sugihan – Grobogan. Faktor

terpenting yang dapat meningkatkan hasil kedelai, adalah penggunaan varietas.

Varietas kedelai Grobogan mempunyai hasil ubinan tertinggi pada pengujian ini,

sesuai dengan pendapat petani bahwa varietas tersebut pernah menjadi varietas

unggul nasional tahun 2008 sehingga menjadi percontohan, dan petani sudah

banyak menggunakannya serta akan dikembangkan di wilayah Jateng lainnya.

Saran Alternatif Kebijakan. (1) Peningkatan kedelai di Desa Sugihan –

Grobogan tidak bergantung pada budi daya, tetapi hanya bergantung pada

varietas yang cocok di daerah tersebut. Kedelai varietas Grobogan sangat baik

ditanam di Desa Sugihan, (2) Varietas Grobogan perlu diuji secara luas oleh

petani di beberapa lokasi di Grobogan dengan agroekosistem yang berbeda, dan

(3) Perakitan varietas unggul baru kedelai sebaiknya menggunakan varietas

Grobogan sebagai pembanding.

7. Keragaan varietas hibrida jagung pada sistem tanpa olah tanah

pola tanam padi-jagung-padi

Hasil jagung hibrida Bima-19 URI dan P-27 pada musim tanam setelah

padi di Kabupaten Grobogan tidak menunjukkan perbedaan nyata antara jarak

tanam legowo (40 cm x 25 cm) x 70 cm dan 40 cm x 70 cm, dengan rata-rata

akumulatif hasil biji kedua varietas berturut-turut 9,11 t/ha dan 8,99 t/ha pada

kedua jarak tanam tersebut. Perbedaan perlakuan pemupukan yang diberikan

pada pertanaman musim sebelumnya juga tidak berpengaruh nyata terhadap

pertumbuhan kedua varietas pada semua perlakuan, kecuali adanya serangan

penggerek batang yang lebih tinggi pada lahan bekas PHSL-legowo dibanding

lahan bekas non-PHSL-tegel. Hal ini kemungkinan disebabkan karena panen padi

dengan PHSL-legowo dapat dilakukan lebih awal (tanaman kering lebih awal satu

minggu dibanding non-PHSL-tegel) sehingga terdapat jeda waktu untuk

tumbuhnya ratun yang kemudian menjadi media perkembangan larva penggerek

batang. Dari hasil pengujian dapat direkomendasikan 3 (tiga) hal teknis yang

perlu diperhatikan dalam budi daya jagung hibrida setelah padi pada sistem

Page 79: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

tanpa olah tanah, yaitu: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera setelah

panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit jagung

yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2)

Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti

tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh

karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih bisa dianjurkan, dan 3) Bertolak dari

sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada

lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat

memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air. Sistem pengairan “kocor“

di Kabupaten Grobogan relatif membutuhkan biaya tinggi sehingga perlu

dipertimbangkan untuk mengatur pengaliran air irigasi selama musim tanam

palawija agar jagung hibrida yang ditanam petani tidak mengalami cekaman

kekeringan, setidaknya pada fase vegetatif awal, menjelang berbunga, dan

seminggu setelah berbunga yang merupakan waktu kritis dimana kekurangan air

berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Saran Alternatif Kebijakan. Budi daya jagung hibrida setelah padi pada

sistem tanpa olah tanah dan dengan jarak tanam mengikuti sistem legowo perlu

memperhatikan hal-hal berikut: 1) Penanaman jagung harus dilakukan segera

setelah panen padi untuk menutup peluang berkembangnya hama dan penyakit

jagung yang memanfaatkan sisa pertanaman padi sebagai media tumbuhnya, 2)

Pemilihan legowo 2:1 dengan jarak tanam (40 cm x 25 cm) x 70 cm terbukti

tidak cukup nyata meningkatkan hasil dari jarak tanam 40 cm x 70 cm dan oleh

karenanya legowo 4:1 kemungkinan lebih dapat dianjurkan, dan 3) Bertolak dari

sifat alami hibrida yang mampu tumbuh dan berkembang maksimal pada

lingkungan yang optimal, maka budi daya jagung hibrida harus cermat

memperhatikan kecukupan pupuk dan ketersediaan air.

8. Sosialisasi rencana tindak lanjut (RTL) penanggulangan hama

wereng batang coklat dan virus-virus padi di daerah endemik

Hama wereng batang coklat (WBC) dan virus merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh nyata dalam menurunkan produksi padi di Indonesia. Ledakan

hama WBC dan virus tahun 2011 tercatat sebagai yang tertinggi mencapai 240

ribu hektar dan puso 36 ribu haktar. Kerusakan tanaman dan kerugian masih

terus berlanjut di daerah-daerah ledakan/endemik yang kemudian menjadi

daerah endemik. Beberapa teknik pengendalian WBC, seperti tanam varietas

Page 80: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73

tahan serta sistem tanam terencana dan serentak, pernah diaplikasikan dan

berhasil. Gerakan tanam serentak di Kabupaten Klaten (2011-2012) dapat

mengendalikan WBC, pertanaman terkawal dengan baik, dan panen berhasil.

Hasil survei RTL, tanaman bekas terserang WBC dan terinfeksi Virus

(RGSV, RRSV dan RG+RRSV) ditemukan di Desa Babadan, Kecamatan

Karangdowo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Pertanaman padi yang baik

dihasilkan dari cara pengelolaan yang baik dan upaya penekanan populasi WBC

agar tetap rendah di Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, September 2014.

Penanggulangan WBC dan virus yang ditularkan dengan cara:

menggunakan a) varietas tahan, b) tanam serentak, c) hanya membuat

pesemaian di lingkungan/sawah yang sudah dibajak, d) sebaiknya tidak membeli

bibit dari daerah endemik, e) pengaturan waktu tanam disesuaikan dengan

penerbangan WBC (peran light trap), f) pengamatan lapangan populasi WBC

secara berkala, dan g) bilamana perlu saja pestisida akan digunakan.

Permasalahan penanggulangan WBC dan virus padi yaitu a) jumlah petani

penggarap cukup dominan, sehingga pengendalian WBC kurang maksimal, b)

Ketersediaan air sepanjang tahun mendorong hasrat petani menanam padi,

tetapi dengan jumlah tenaga kerja yang kurang memadai dan tidak terbagi

merata (spasial dan temporal) mendorong tanam tidak serentak, c) Penggunaan

pestisida yang kurang baik : aplikasi kelebihan dosis, banyak (4-5) yang tidak

tepat, resistensi, resurgensi, d) Varietas padi yang kurang tahan WBC: hanya

digunakan pada saat wabah, e) Pola tanam: Padi-Padi-Padi dan tidak diselingi

palawija, berkaitan dengan jaminan keamanan hasil usaha tani (penjualan hasil

panen), f) Ketergantungan petani pada bimbingan terus menerus oleh petugas

pertanian, g) Jumlah petugas POPT lebih kecil dibandingkan dengan luas amatan

(Kasus Sukses Polanharjo didukung pengerahan POPT), dan h) Perlu dilakukan

pengamatan tanaman padi terserang virus kerdil hampa dan virus kerdil rumput,

karena setelah serangan virus, tanaman padi jarang sekali yang selamat.

Datanya untuk kebijakan, epidemiologi dan pengendalian

Saran alternatif kebijakan. Meningkatnya serangan WBC karena menanam

varietas tidak tahan WBC, tanam tidak serentak, selalu ada tanaman padi

sepanjang tahun, penyemprotan insektisida kurang tepat. Oleh karena itu,

Personil POPT sebaiknya dimaksimalkan, jumlah ditambah, kualitas ditingkatkan,

program dan pembinaan tepat sasaran. Penelitian WBC ibarat adu balap (racing):

penciptaan varietas tahan tidak dapat dipakai untuk jangka waktu yang lama,

karena WBC juga berkembang dalam berbagai hal.

Page 81: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74

9. Efektivitas bantuan benih bersubsidi pada program SL-PTT

mendukung peningkatan produksi beras nasional

Studi ini dilakukan di Sragen, Sukoharjo, dan Grobogan, diketahui bahwa

kenaikan produksi padi akibat bantuan benih rata-rata 300 kg/ha (sebelum SL-

PTT 6,3 t/ha dan setelah SL-PTT 6,6 t/ha). Rendahnya peningkatan produktivitas

tersebut disebabkan oleh ketidak sesuaian varietas, mutu benih kurang baik,

jumlah benih yang diterima tidak sesuai, dan benih terlambat diterima oleh

petani. Walaupun demikian petani tetap mengharapkan bantuan benih dari

Pemerintah melalui Dipertan yang ditenderkan kepada produsen benih setempat.

Benih bermutu merupakan salah satu komponen produksi yang

mempunyai nilai strategis dalam menentukan keberhasilan P2BN, Sebagai sarana

produksi yang membawa sifat–sifat varietas tanaman, benih berperan penting

dalam menentukan tingkat hasil yang akan diperoleh. Tersedianya benih varietas

unggul padi spesifik lokasi yang bermutu dan memenuhi kriteria enam tepat

(tepat varietas, mutu, waktu, jumlah, lokasi dan harga), maka peningkatan

produktivitas untuk mewujudkan swasembada beras diharapkan dapat tercapai.

Saran alternatif kebijakan, yaitu 1) Program subsidi benih padi perlu

dilanjutkan untuk dapat membantu petani dalam penyediaan benih varietas

unggul bermutu, mengingat harga benih non subsidi cukup mahal (Rp.9000,- –

Rp.12.000,-/kg), sedangkan harga benih subsidi jauh lebih murah dan terjangkau

oleh petani (Rp.2.200,-/kg), 2) Mutu benih bersubsidi yang disediakan oleh

Pemerintah perlu ditingkatkan terutama kemurnian dan daya tumbuh benih,

kesesuaian varietas dan tersedia tepat waktu agar dapat meningkatkan

produktivitas secara optimal, 3) Anggaran subsidi benih ke depan sebaiknya

dialokasikan pada Gapoktan/Kelompok tani agar para petani dapat membeli

langsung pada produsen atau penangkar benih setempat dengan memilih mutu

benih yang baik, varietas yang sesuai dengan keinginan petani.

10. Pengembangan pupuk hayati unggulan nasional

Kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Komite Inovasi Nasional

(KIN) untuk membentuk Konsorsium Pengembangan Pupuk Hayati Nasional

(PHUN) sebagai upaya terobosan untuk mendapatkan inovasi teknologi pertanian

yang melibatkan Badan Litbang Pertanian, LIPI, BPPT, dan Universitas (IPB dan

Unpad) telah disepakati tahun 2011. Kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi

kerja sama dengan melakukan uji multilokasi produk-produk pupuk hayati pada

tanaman pangan. Salah satu kegiatan uji multilokasi pupuk hayati untuk kedelai

Page 82: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75

telah dilakukan di tiga lokasi di Provinsi Lampung. Pengujian ini diperluas

cakupan dan komoditasnya pada tahun 2012-2014.

Kegiatan konsorsium PHUN meliputi: (1) pengujian lapang yang diperluas,

(2) uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru, (3) pengujian interaksi mikroba

dengan tanah dan tanaman, (4) perbaikan karakteristik fungsional pupuk hayati

generasi baru, (5) pembuatan kemasan dan bahan pembawa pupuk mikroba, (6)

identifikasi molekuler DNA mikroba, (7) evaluasi pengendalian mutu, (8) analisis

sosial ekonomi, dan (9) promosi produk pupuk hayati. Pupuk hayati yang diuji

bertambah dari 3 produk menjadi 28 produk. Pengujian yang semula hanya pada

kedelai ditambah dengan padi, jagung, cabai, bawang merah, dan kentang.

Lokasi pengujian juga bekembang selain di Lampung, juga di Banten, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jambi, dan Sulawesi Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk hayati Agrimeth, Biovam, dan

Biopeat layak dikembangkan lebih lanjut pada usahatani padi sawah. Pupuk

hayati Iletrisoy dan Biopeat dapat meningkatkan produksi kedelai di lahan

masam, sedangkan Agrimeth, Iletrisoy, Probio+kompos, Biopeat, dan kedelai

plus+Biovam layak untuk dikembangkan pada usahatani kedelai di lahan subur.

Untuk tanaman cabai, ada enam produk pupuk hayati yang dapat dikembangkan

yaitu Gliocompost, Agrimeth, Biopeat, Biovam, StarTmik, dan BOC-SRF. Pada

tahun 2014 hasil konsorsium sudah dapat direkomendasikan dan dicanangkan

dalam pengembangan dan penyebaran pupuk hayati generasi I untuk padi,

kedelai, dan cabai.

Pengembangan dan penyebaran PHUN melibatkan 6 BPTP yaitu BPTP

Jambi, BPTP Lampung, BPTP Banten, BPTP Jabar, BPTP Jateng, dan BPTP Jatim.

Luas pengembangan mencakup 1.300 ha. Ada 9 jenis PHUN yang sudah

direkomendasikan KIN dikembangkan di lahan petani padi, kedelai, dan cabai

dengan luasan yang bervariasi (Tabel 17). Pupuk hayati Agrimeth (produk

Balitbangtan) dikembangkan paling luas 462 ha, disusul Provibio 340 ha (produk

IPB), dan Biovam 271 ha yang merupakan produk LIPI. Ketiganya diaplikasikan

pada padi dan kedelai. Pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk kedelai

didominasi oleh Kedelai Plus 130 ha, disusul Iletrisoy 55 ha, dan Biopeat 55 ha.

Sedangkan pengembangan PHUN yang dipakai hanya untuk cabai merah

didominasi oleh Gliocompost (9 ha), disusul oleh BOC-SRF, dan StarTmix masing-

masing dengan luasan 6 ha.

Page 83: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76

Tabel 17. Luas pengembangan PHUN yang diintegrasikan dengan program SL-PTT padi dan kedelai

di 6 provinsi, 2014.

Jenis pupuk hayati

Luas areal pengembangan di masing-masing Propinsi (Ha) Total luas areal (ha)

Jatim Jateng Jabar Lampung Banten Jambi

Agrimeth 108 103 108 60 58 25 462

Provibio 85 75 85 25 45 25 340

Biovam 63 63 60 50 35 - 271

Kedelai Plus 25 25 25 10 20 25 130

Iletrisoy - - - 10 20 25 55

Biopeat - - - 30 - 25 55

Gliocompost - 3 3 - 3 - 9

BOC-SRF - - 3 - 3 - 6

StarTmix 3 3 - - - - 6

Total 284 272 284 185 184 125 1334

Dari uji efektivitas pupuk hayati unggulan baru (generasi ke dua) diperoleh

beberapa pupuk yang mempunyai prospek yang baik untuk tanaman jagung

yaitu Agrifit (Badan Litbang), Probio New dan Super Biost (IPB), Biopim dan

Biocoat (BPPT), Biopadjar dan Bion-Up (Unpad), serta Beyonic (LIPI). Sedangkan

yang mempunyai prospek baik untuk tanaman bawang merah adalah Biopadjar

dan Bion-Up (Unpad), Probio New dan Super Biost (IPB), Biotrico dan Agrifit

(Badan Litbang), Beyonic (LIPI), serta Bio-SRF (BPPT).

Sintesis formula pupuk hayati dan komponen formula pupuk hayati

generasi ketiga akan dihasilkan pada tahun berikutnya.

11. Penyusunan model percepatan pembangunan pertanian berbasis

inovasi di wilayah perbatasan.

Wilayah perbatasan NKRI yang sering dikategorikan daerah tertinggal,

mencakup kawasan sangat luas dengan potensi sumber daya alam yang belum

dimanfaatkan optimal. Upaya pengembangan sektor pertanian wilayah

perbatasan menjadi sangat strategis dan potensial sesuai dengan kultur dan

sumber daya yang tersedia. Forum Komunikasi Profesor Riset (FKPR) melalui

kepakarannya diharapkan dapat memberikan sumbangsihnya di bidang

Page 84: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77

pembangunan pertanian. Hasil-hasil kegiatan FKPR selama tahun 2014 yang

dilaksanakan di 6 (enam) propinsi dapat disarikan sebagai berikut:

Kalimantan Barat. Usahatani padi di Desa Sebubus daerah perbatasan

Kecamatan Paloh belum optimal karena faktor cuaca yang ekstrem mengalami

kekeringan selama 2 bulan. Usaha ternak itik tegal perlu ditingkatkan cara

usahataninya melalui pendampingan dan sanitasi. Kegiatan Model Kawasan

Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Dusun Setingga, Desa Sebubus berjalan

dengan baik dan partisipasi aktif 30 Kepala Keluarga dan beberapa KK yang

mencontohnya. Kondisi Kebun Bibit Desa perlu ditambah bibitnya untuk

memenuhi kebutuhan bibit masyarakat. Koordinasi pengembangan model di

lapangan perlu lebih terintegrasi dengan sektor lainnya, baik dari pusat maupun

Pemkab Sambas, khususnya dengan Pemkab Sambas.

Kalimantan Timur. Penerapan PTT padi Adan dan sistem tanam jajar

legowo 2 : 1 di Krayan berhasil meningkatkan produktivitas padi Adan menjadi

4,884 ton/ha dibandingkan cara petani 3,936 ton/ha, terjadi peningkatan

produktivitas 0,948 ton/ha (24%). Hal ini berdampak pada peningkatan

pendapatan petani menjadi Rp.5.836.000,- dibandingkan cara petani. Partisipasi

petani menerapkan PTT meningkat dari semula 4 petani menjadi 10 petani

peserta, yang perlu ditingkatkan kepada petani lain melalui sosialisasi, serta

penerapan model pengembangan padi Adan + kerbau secara utuh. Di Pulau

Sebatik telah dilaksanakan pelatihan pengembangan limbah kakao menjadi

pupuk organik serta pengembangan PTT padi dan pembibitan jeruk.

Nusa Tenggara Timur. Pengembangan pertanian di wilayah perbatasan

RI-RDTL difokuskan pada komoditas tanaman pangan dan peternakan. Pemda

Kabupaten Belu akan mensinergikan program pertanian di kawasan perbatasan,

di mana Pemda juga sudah merintis agar inovasi dari kegiatan LLIP dari Desa

Tohe dapat pula diekstrapolasikan di kecamatan sekitar yang mempunyai areal

persawahan cukup luas (Desa Makir dan Lamaksanulu di Kecamatan Lamaknen).

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan telah membeli seluruh benih

padi yang diproduksi oleh Penangkar dari kegiatan LLIP dan menyebarkan benih

tersebut ke desa-desa lain di daerah Perbatasan untuk memperbanyak pilihan

varietas bagi petani. Hasil penelitian merekomendasikan 3 alternatif inovasi

teknologi peningkatan produktivitas padi di lahan kahat hara mikro, yaitu: 1)

Teknik celup akar/bibit sebagai pilihan pertama, 2) Teknik celup akar/bibit dan

Page 85: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78

penyemprotan pupuk mikro sebagai alternatif kedua, dan 3) Teknik

penyemprotan pupuk mikro sebagai pilihan terakhir. Rekomendasi yang

disarankan untuk perbaikan manajemen pemeliharaan ternak sapi.

Kepulauan Riau. Bintan memiliki lokasi strategis yaitu dekat dengan

lokasi pasar baik domestik di Pulau Batam dan untuk ekspor hortikultura ke

Singapura. Kabupaten Bintan juga merupakan wilayah bebas perdagangan (Free

Trade Zone) sehingga memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah lain.

Pulau Bintan potensial pengembangan hortikultura meliputi tanaman sayuran dan

bauah-buahan dataran rendah toleran suhu panas. Untuk sayuran meliputi jenis

sayuran daun seperti Sawi hijau (caisim), pakcoy, kangkung, bayam, kaelan dan

sejenisnya, sedangan sayuran buah/polong seperti cabe, tomat, timun, gambas,

pare, dan kacang panjang. Jenis buah-buahan adalah nenas, salak, papaya,

semangka, melon, dan pisang, serta pengembangan ayam ras pedaging atau

petelur. Dukungan Pemda berupa penyediaan sarana dan prasarana produksi

pertanian, pembangunan infrastruktur masih sangat diperlukan terutama sarana

jalan dan pasar sebagai terminan/subterminal untuk penjualan produk-produk

pertanian.

Kab. Kepulauan Morotai, Maluku Utara. Kabupaten Pulau Morotai

sebagai wilayah perbatasan yang berada paling utara dan berhadapan dengan

Lautan Pasifik memiliki posisi geografis sangat startegis dan juga memiliki

potensi sumber daya pertanian yang seyogianya mampu mendukung

pembangunan Kabupaten Morotai, terutama untuk pangan dan perkebunan.

Terdapat beberapa lokasi/wilayah strategis percepatan peningkatan produksi

pangan (terutama padi) antara lain di Desa Aha, Kecamatan Morotai Selatan;

Desa Sangowo, Kecamatan Morotai Timur; dan Desa Tiley, Kecamatan Morotai

Selatan Barat. Selain itu potensi peningkatan produksi dan nilai tambah tanaman

perkebunan, khususnya kelapa, pala dan cengkeh, dan tanaman sayuran juga

tigi dan prospektif. Sebagai strategi awal percepatan pembangunan pertanian

Kabupaten Pulau Morotai adalah peningkatan produksi padi melalui perbaikan

jaringan irigasi dan penerapan PTT dengan inovasi teknologi. Kunci sukses

percepatan peningkatan produksi padi di Kabuaten Pulau Morotai adalah

keterpaduan dan sinergi program pemda dengan program pusat dan atar sektor,

terutama pertanian dan pekerjaan umum. Sebagai langkah awal pengembangan

inovasi pertanian, sedang dirancang pengembangan laboratorium lapang inovasi

pertanian (LLIP) di salah satu lokasi dari tiga lokasi hamparan sawah di Morotai.

Page 86: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79

Jayapura. Peluang peningkatan produktivitas tanaman pangan (padi,

jagung, kedelai) terbuka dengan adanya permintaan konsumen yang tinggi, baik

di kawasan Kota Jayapura, maupun di daerah lain di Papua dan juga di daerah

PNG. Permintaan daging (sapi, babi dan unggas) juga masih terbuka mengingat

bahwa jumlah penduduk dan standar kecukupan gizi masih memungkinkan untuk

meningkatkan produktivitas ternak secara keseluruhan. Peluang peningkatan

produktivitas tanaman perkebunan (kelapa, kakao, dan pinang) masih terbuka

melalui pengelolaan pascapanen. Tanaman palawija (kacang tanah, bawang

merah) dan hortikultura (sayuran dan buah-buahan) cocok untuk dikembangkan

di kawasan ini. Di Kecamatan Muara Tami terdapat Bendung Tami yang mampu

mengairi sawah seluas 5.000 ha dengan saluran primer, sekunder, dan tersier

yang sudah tertata. Sarana jalan (transportasi utama) sudah cukup baik, namun

masih perlu ditingkatkan kualitas sarana jalan pertanian yang ada. Tahapan yang

disarankan untuk percepatan pembangunan pertanian yaitu 1) Tahap 1.

Revitalisasi sarana pengairan, 2) Tahap 2. Sosialisasi rencana pengembangan, 3)

Tahap 3. Pembangunan kelembagaan ekonomi, 4) Tahap 4. Perbaikan daya

dukung kawasan dan penerapan inovasi teknologi, dan 5) Tahap 5.

Mempertahankan tingkat produktivitas berkelanjutan.

Merauke. Kabupaten Merauke memiliki sumber daya lahan yang cukup

subur dan prospektif untuk pengembangan pertanian karena kondisi lahan yang

cenderung datar dan memiliki potensi padang penggembalaan ternak yang luas.

Hal tersebut ditunjukkan adanya surplus pangan (beras) serta daging sapi yang

dikirim keluar wilayah bahkan diekspor ke PNG. Pengembangan pertanian di

wilayah perbatasan PNG terpilih sebagai model adalah di Distrik Naukenjerai

yang merupakan areal dataran rendah (wilayah pantai) yang berbatasan dengan

taman nasional Wasur. Kondisi masyarakat memiliki sumber pendapatan dari

kelapa yang merupakan ekonomi masyarakat, di samping usahatani padi dan

ubi-ubian dalam mencukupi kebutuhan pangan. Model pengembangan yang

direkomendasikan adalah “Pengembangan Bioekonomi Barbasis Kelapa”, yang

diprogramkan pengembangan kelapa lokal melalui pembibitan pedesaan, serta

mendukung program pariwisata Pantai Onggaya, dan antisipasi abrasi pantai

akibat gerusan ombak. Hal tersebut dirancang dalam upaya pengembangan areal

kelapa yang merupakan komoditas adat yang harus dilestarikan masyarakat

lokal. Konsep tersebut diharapkan mampu meningkatkan ekonomi penduduk di

wilayah Distrik Naukenjerai sekaligus pengembangan pariwisata pantai Onggaya.

Page 87: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80

Bovendigoel. Kabupaten Bovendigoel berpotensi untuk pengembangan

tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman tahunan. Perkebunan karet

merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan menjadi andalan

sumber pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bovendigoel. Namun kondisi saat ini

masih menyerupai “hutan” karet, sehingga perlu direvitalisasi. Masyarakat di

Distrik Mindiptana dan Kombut sebagian besar masih dalam transisi dari

kebiasaan melakukan lahan berpindah menjadi menetap. Lahan pertanian yang

ada saat ini masih menyatu dengan kebun karet dan hutan. Belum ada lahan

pertanian yang berbentuk hamparan luas dan teknik budi daya juga masih

sederhana, belum menggunakan pupuk dan pestisida. Arah pengembangan

usaha pertanian di Kabupaten Bovendigoel adalah komoditas karet yang

dikombinasikan dengan usaha tanaman pangan dan ternak. Karet dijadikan basis

utama pengembangan usaha pertanian di Distrik Mindiptana dan Kombut adalah:

(i) budi daya karet sudah dikenal sejak jaman Hindia Belanda, namun

pengelolaannya masih sangat sederhana dan salah satu sumber utama

pendapatan rumah tangga; (ii) hasil analisis finansial menunjukkan karet paling

layak diusahakan dibandingkan dengan komoditas lain yang selama ini juga

diusahakan oleh masyarakat setempat; dan (c) karet telah dijadikan salah satu

komoditas unggulan Kabupaten Bovendigoel.

Kegiatan lain yang dapat dilaporkan terkait dengan tugas dan fungsi

Puslitbang Tanaman Pangan, antara lain 1) pengelolaan sumber daya genetik, 2)

Diseminasi hasil penelitian, dan 3) Keuangan.

Sasaran 4 : Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman

pangan

Sumber daya genetik tanaman pangan perlu dilestarikan keberadaannya

karena sangat diperlukan sebagai bahan perakitan varietas unggul baru

memanfaatkan karakteristik sifat-sifat tanamannya. Pelestarian sumber daya

genetik tanaman pangan dilakukan di BBPadi, Balitkabi, Balitsereal, dan Lolit

Tungro sesuai dengan mandat komoditasnya. Kegiatan “Pengkayaan,

pengelolaan, pemanfaatan, dan pelestarian sumber daya genetik tanaman

pangan” terus menerus dilakukan setiap tahunnya agar tidak punah dan terus

dipantau oleh Puslitbang Tanaman Pangan sebagai unit kerja atasan satker yang

berlokasi di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan.

Page 88: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81

Indikator kinerja sasaran yang ditargetkan tahun 2014, yaitu dilakukannya

pengkayaan sumber daya genetik tanaman padi 500 aksesi, sumber daya genetik

aneka kacang dan ubi (kabi) 1.200 aksesi, serta sumber daya genetik tanaman

serealia 700 aksesi. Adapun realisasi tingkat capaian telah diperoleh 4.093 aksesi

(170,54%) antara lain sumber daya genetik tanaman padi 510 aksesi, aneka

kacang dan ubi 2.253 aksesi, dan serealia 1.330 aksesi.

Adapun capaian target masing-masing indikator kinerja sebagai berikut :

Tabel 18. Indikator tingkat capaian kinerja kegiatan tahun 2014.

Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sumber daya genetik padi:

Terkarakterisasi sifat kegenjahan, toleran kekeringan,

salinitas, dan rendaman (Aksesi)

500

510

102,00

Sumber daya genetik kacang dan ubi:

Terbarukan benih aneka kacang dan ubi melalui

konservasi/rejuvenasi (Aksesi)

1.200

2.253

187,75

Sumber daya genetik serealia:

Tersedia materi genetik plasma nutfah tanaman jagung

dan serealia lainnya (Aksesi)

700

1.330

190,00

Sebagai perbandingan jumlah koleksi sumber daya genetik tanaman

pangan tahun 2010 sampai dengan 2014 sebagai berikut :

Tabel 19. Perbandingan capaian kinerja tahun 2010 - 2014

Indikator Kinerja 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber daya genetik padi

Target 1.030 500 500 500 500

Realisasi 2.678 1.363 874 678 510

Sumber daya genetik aneka kacang dan ubi

Target 1.308 200 450 325 1.200

Realisasi 2.308 1154 1.226 1.956 2.253

Sumber daya genetik tanaman serealia

Target 120 555 580 580 700

Realisasi 475 1.030 626 1.273 1.330

Keluaran (output) dan outcome yang telah dicapai dari masing-masing

subkegiatan diuraikan sebagai berikut:

Padi. Kegiatan pengelolaan sumber daya genetik padi dilakukan melalui

korespondensi dengan instansi pemerintah dan non-pemerintah lingkup dalam

Page 89: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82

negeri, perguruan tinggi dan karakterisasi koleksi sumber daya genetik BB Padi.

Capain sebesar itu diperoleh dari hasil eksplorasi varietas lokal di Pulau Jawa

korespondensi/pertukaran genetik (padi lokal, VUB, padi liar, galur/varietas padi

petani asal Jawa Tengah, GSR, dan seleksi plasma nutfah yang memiliki sifat

kegenjahan, toleran kekeringan, toleran terhadap cekaman salinitas, sulfat

masam, dan toleran rendaman, tahan penggerek batang padi, HDB, WBC, Blas

tungro, dan aromatic rice observational nursery.

Aneka Kacang dan Ubi. Jumlah aksesi yang dicapai merupakan hasil dari

konservasi plasma nutfah tanaman kacang dan umbi yang meliputi:

diperbaruinya benih sumber daya genetik aneka kacang (225 aksesi kedelai, 150

aksesi kacang tanah, dan 225 aksesi kacang hijau, 150 aksesi kacang tunggak,

35 aksesi kacang beras, 9 aksesi komak, 2 aksesi koro benguk, dan 6 aksesi koro

pedang) dan bibit aksesi sumber daya genetik aneka umbi (305 ubijalar, dan

323 ubikayu, 50 aksesi tales, 16 aksesi kimpul, 21 aksesi suweg, 64 aksesi uwi-

uwian, 8 aksesi ganyong dan 8 aksesi garut).

Didapatkannya informasi: kandungan flavonoid terhadap 50 aksesi kedelai, dan

karakteristik polong dan bijii 50 aksesi kedelai; dan 75 aksesi ubikayu terhadap

hama kutu putih (mealybug), dan 75 aksesi ubijalar terhadap hama boleng dan

diperbaruinya dokumentasi data karakteristik sumber daya genetik aneka kacang

dan umbi sebagai pendukung pangkalan (database).

Serealia. Telah terkoleksi dan teridentifikasi plasma nutfah tanaman serealia

yang telah direjuvinasi, dikarakterisasi dan dievaluasi sebanyak 1.330 aksesi,

materi plasma nutfah materi untuk pembentukan VUB tanaman serealia.

Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya dan telah dimanfaatkannya

informasi karakteristik sumber daya genetik untuk bahan tetua perakitan calon

varietas unggul baru padi, kacang-kacangan dan umbi-umbian, serta jagung dan

serealia lainnya yang memiliki sifat keunggulan spesifik lokasi dan sesuai dengan

keinginan konsumen. VUB yang dilepas tahun 2014 telah memanfaatkan sumber

daya genetik yang terkoleksi termasuk untuk merakit varietas unggul baru di

masa mendatang.

Pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan melibatkan pula

lembaga riset internasional seperti IRRI Filipina maupun CIMMYT di Mexico, serta

beberapa lembaga riset lainnya. Termasuk di antaranya disimpan di Bank Plasma

Nutfah di BBBiogen.

Page 90: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83

Sasaran 5: Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan

Kegiatan diseminasi inovasi teknologi tanaman pangan dilaksanakan

melalui berbagai cara, antara lain a) Publikasi hasil-hasil penelitian, b) Seminar

dan pertemuan ilmiah lainnya, c) Ekspose skala nasional dan regional, d) Gelar

teknologi di lapang, dan e) Penyebarluasan melalui website.

Hari Pangan Sedunia 2014

Perhelatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Tahun 2014 yang dirangkaikan

dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) di Makassar 6-11 Nopember 2014

resmi dibuka Ibu Wakil Presiden tanggal 6 November 2014. HPS yang mengambil

Tema Nasional “Pertanian Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial”

memperagakan berbagai inovasi baik indoor (pameran, lomba cipta menu, temu

wicara dan seminar), maupun outdor (gelar teknologi, jamboree varietas).

Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Pertanian Amran Sulaiman

berkesempatan mengunjungi lokasi HPS dan lokasi gelar teknologi Balitbangtan.

Stand lapangan diisi sorgum bahan produk bioenergi alternatif, serta Saung Agro

Inovasi dilengkapi demo pembuatan etanol dari sorgum manis serta

pemanfaatan etanol untuk memasak jagung ketan Uri. Presiden terkesan dengan

kompor etanol hasil inovasi Balitbangtan yang mampu memasak 10 jam nonstop

dengan bahan bakar 1 liter etanol (kadar 94%) serta keunikan sorgum yang

dapat diolah menjadi berbagai macam produk baik pangan maupun energi.

Etanol yang didestilasi pada kadar 98% dapat digunakan untuk subtitusi BBM.

Presiden Joko Widodo di Stand Bioenergi Berbasis Sorgum Manis.

Page 91: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84

Kunjungan Penyuluh ASEAN ke Balitsereal Maros

Para penyuluh pertanian dari 7 negara ASEAN (Malaysia, Thailand, Filipina,

Kamboja, Myanmar, Laos, dan Indonesia) berkunjung ke Balitseral Maros pada

Bulan Mei 2014 dalam kaitannya dengan Regional Training Course on Production

and Cereal (Corn). Para peserta umumnya sangat senang dan sepakat akan

menerapkan pola penelitian dan pengembangan varietas unggul jagung yang

dilakukan oleh Balitsereal. „‟Kami sangat membutuhkan transfer teknologi dari

daerah ini, terutama pola pembibitan,‟‟ kata Dararith, peserta Regional Training

Course on Production and Cereal (Corn) dari Kamboja. Salah satu bagian dari

kunjungan tersebut adalah kegiatan field visit yang dilaksanakan dalam kaitannya

dengan Regional Training Course on Production and Cereal (Corn). Kunjungan ke

lokasi penangkaran benih jagung hibrida di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan.

Kunjungan lapang peserta Regional Training Course on Production and

Cereal (Corn) ke Balitsereal Maros.

Kunjungan MARD Vietnam di Puslitbang Tanaman Pangan

Kunjungan MARD Vietnam ke Puslitbang Tanaman Pangan dan BBPadi

tanggal 26 Juni 2014 sebanyak 32 orang untuk belajar dan bertukar pengalaman,

serta mengindentifikasi peluang kerja sama penelitian antara Indonesia dan

Vietnam di bidang penelitian pengembangan pertanian. Dr. Pham van Du,

Deputy Dir. General Department of Crop Production, MARD sebagai perwakilan

rombongan menjelaskan tentang kondisi pertanian di Vietnam serta bagaimana

peran pemerintah pada sektor pertanian. Kunjungan MARD Vietnam dilanjutkan

ke BB Padi untuk mengetahui hal-hal yang terkait sistem budi daya, efisiensi

penggunaan pupuk dan manajemen pengendalian OPT.

Page 92: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85

Kunjungan MARD Vietnam dalam rangka knowledge-sharing di Puslitbang

Tanaman Pangan dan BBPadi.

Gelar Teknologi di Kostrad Yonif

Kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian saat ini tidak hanya terbatas

di lahan petani tetapi juga sudah bersifat multi channel dan menjangku semua

kalangan termasuk TNI. Balitsereal bekerjasama dengan Yonif linud 431 Satria

Setia Perkasa (SSP) Kostrad Kariango Maros telah berhasil memanfaatkan lahan

tidur seluas 2 ha di kawasan Kodim serta perumahan karyawan. Lahan yang

dibiarkan tergenang dan tidak terawat selama bertahun-tahun menjadi kawasan

Agrowisata dengan beragam produk sayuran segar seperti jagung manis URI.

Anggota Kostrad juga mendapatkan pelatihan tentang teknik budidaya pertanian.

Pengetahuan praktis dibutuhkan untuk disebarluaskan ke pelosok masyarakat

termasuk masyarakat perbatasan di Indonesia.

Panen perdana Bima 19 Uri di Lahan Kostrad 431.

Page 93: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86

Publikasi Ilmiah dan Website

Hasil-hasil penelitian tanaman pangan tidak hanya disebarluaskan melalui

kegiatan seminar, pameran, dan gelar teknologi saja. Untuk mempercepat

penyebarluasan hasil penelitian disajikan melalui publikasi ilmiah dan website

yang terus menerus diupdate untuk memenuhi kebutuhan stakeholder.

Publikasi ilmiah yang diterbitkan Puslitbang Tanaman Pangan

Hasil penelitian tanaman pangan dapat diakses melalui website Puslitbang

Tanaman Pangan dengan alamat http://pangan.litbang.pertanian.go.id.

Page 94: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87

Pameran Indo-Livestock

Dalam upaya menjembatani usaha industri peternakan di Indonesia maka

pada tanggal 4-6 juli 2014 diselenggarakan pameran Indonesia Livestock Expo.

Pameran berlangsung di Jakarta Convention Center (JCC). Kegiatan expo

mencakup seminar, talk show, demo, kuis dan aneka lomba. Pameran yang

berskala internasional ini diikuti oleh 12 negara peserta seperti Australia, Italia,

Polandia, China, Turki, dan Malaysia, serta pelaku usaha dari Jepang, Perancis,

India, Kuwait serta Thailand.

Pada kesempatan pameran ini ditampilkan sejumlah inovasi teknologi

khususnya teknologi pakan, varietas unggul jagung hibrida Bima 10 yang mampu

menghasilkan hijauan sampai 40-50 ton biomas segar per hektar. Selain varietas

unggul, ditampilkan juga produk olahan berbahan dasar jagung seperti cake

jagung, stick jagung, pop corn dan jagung marning, serta leaflet, booklet

teknologi budi daya jagung dan produk lainnya.

Pameran dalam rangka Indolivestock 2014.

Page 95: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88

3.3. AKUNTABILITAS KEUANGAN

3.3.1. Alokasi Anggaran Lingkup Puslitbang Tanaman Pangan

Pagu anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan tahun anggaran 2014

Rp. 120.869.273.000,- terdiri dari Belanja Pegawai Rp.54.856.928.000,- Belanja

Barang Operasional Rp.15.087.092.000,- Belanja Barang Nonperasional

Rp.41.561.228.000,- dan Belanja Modal Rp.9.364.025.000,-. Anggaran tersebut

tersebar di lingkup Puslitbang Tanaman Pangan, dengan rincian sebagai berikut:

a) Puslitbang Tanaman Pangan Rp.18.322.614.000, b) Balai Besar Penelitian

Tanaman Padi Rp.42.270.201.000,- c) Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang

dan Umbi Rp.31.309.718.000,- d) Balai Penelitian Tanaman Serealia Rp.

24.467.752.000,- dan e) Loka Penelitian Penyakit Tungro Rp. 4.498.988.000,-.

3.3.2. Realisasi Anggaran

Total anggaran lingkup Puslitbang Tanaman Pangan TA 2014 sebesar Rp.

120.869.273.000,- sedangkan realisasi anggaran lingkup Puslitbang Tanaman

Pangan sampai dengan 31 Desember 2014 sebesar Rp.115.520.864.056,- atau

95,58%, yang terdiri dari Belanja Pegawai Rp. 51.425.685.687- (93,75%),

Belanja Barang Operasional Rp.14.626.142.406,- (96,94%), Belanja Barang

Nonoperasional Rp.40.607.610.663 (97,71%), dan Belanja Modal Rp.

8.861.425.300,- (94,63%).

3.3.3. Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan peraturan yang berlaku

mengumpulkan dan menyetorkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP).

Secara umum target yang ditetapkan dapat terlampaui (tercapai 205,21% dari

target tahun 2013).

Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak lingkup Puslitbang Tanaman

Pangan sampai akhir bulan Desember 2014 sebesar Rp. 4.482.875.437,-

(205,21%) dari target PNBP sebesar Rp. 2.184.540.712,- yang terdiri dari target

penerimaan umum Rp. 103.373.712,- dan penerimaan fungsional Rp.

2.081.167.000,- dengan realisasi penerimaan umum Rp. 344.600.412,-

(333,35%) dan penerimaan fungsional Rp. 4.138.275.025,- (198,84%).

Page 96: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89

3.3.4. Analisis Akuntabilitas Keuangan

Capaian kinerja akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan

berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran penelitian pada umumnya telah

berhasil dalam mencapai sasaran dengan baik. Tahun anggaran 2014 untuk pagu

biaya operasional berdasarkan kelompok kegiatan dan sasaran sebesar Rp.

29.662.320.000, sedangkan realisasinya sebesar Rp. 29.318.968.389,- atau

98,82% dengan perincian seperti terlihat pada Tabel 20.

Kinerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan pada tahun

2014 dapat dilihat pada rekapitulasi capaian kinerja dengan rata-rata 116,89%.

Pencapaian kinerja tersebut dapat digolongkan dalam kategori sangat berhasil.

Hal ini berdasarkan capaian indikator kinerja dari setiap sasaran kegiatan yang

telah ditetapkan disajikan pada Tabel 21.

Beberapa varietas unggul baru padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

kacang hijau, sorgum, gandum, dan ubijalar telah dilepas tahun 2014 dan telah

disebarluaskan melalui BPTP dan disosialisasikan kepada pengguna melalui

berbagai kegiatan diseminasi. Varietas unggul yang telah dilepas telah tersedia

benihnya untuk bahan perbanyakan benih di UPBS dan disebarluaskan kepada

petani penangkar maupun swasta yang telah memiliki lisensi. Berbagai inovasi

teknologi yang telah dihasilkan Puslitbang Tanaman Pangan telah mendukung 4

sukses Kementerian Pertanian melalui Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Selanjutnya tidak

hanya peningkatan kesejahteraan petani dan pembangunan pertanian, tetapi

juga meningkatnya pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan

penduduk Indonesia pada umumnya.

Page 97: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90

Tabel 20. Akuntabilitas keuangan Puslitbang Tanaman Pangan berdasarkan indikator sasaran kegiatan TA. 2014.

Indikator Sasaran Kegiatan Anggaran Realisasi %

Tersedianya informasi sumber

daya genetik tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi plasma nutfah padi

karakterisasi, verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan sifat

varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma nutfah tanaman

aneka kacang dan ubi secara konvensional, serta

memanfaatkan teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan evaluasi sumber daya

genetik jagung genjah, sorgum manis, gandum tropis, dan

jawawut

776.274.000

229.262.000

970.013.000

774.876.180

228.944.551

966.257.604

99,82

99,86

99,61

Terciptanya varietas unggul baru

tanaman pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman aneka kacang dan

ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung dan serealia lainnya

5.543.000.000

1.339.510.000

1.582.344.000

5.530.233.450

1.338.345.155

1.575.522.372

99,77

99,91

99,57

Tersedianya teknologi budi daya,

panen, dan pascapanen primer

tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

b. Teknologi budi daya tanaman aneka kacang dan ubi

c. Teknologi budi daya tanaman serealia

2.601.000.000

833.400.000

543.917.000

2.480.502.400

827.187.808

543.623.650

95,37

99,14

99,95

Tersedianya benih sumber varietas

unggul baru padi, jagung, kedelai

untuk penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul padi

b. Penyediaan benih penjenis kedelai dan benih sumber aneka

kacang dan ubi

c. Produksi benih sumber jagung

2.214.769.000

2.081.750.000

840.159.000

2.202.554.572

1.994.702.952

839.687.550

99,45

95,82

99,94

Tersedianya kebijakan

pengembangan tanaman pangan

a. Analisis kebijakan pengembangan tanaman pangan 629.680.000 627.038.372 99,58

TOTAL 20.185.078.000 19.929.476.616 98,73

Page 98: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91

Tabel 21. Rekapitulasi capaian kinerja Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014.

Sasaran Kegiatan Judul Kegiatan Persentase Kegiatan

Tersedianya informasi sumber

daya genetik tanaman pangan

a. Peningkatan sumber genetik koleksi

plasma nutfah padi karakterisasi,

verifikasi, dan rejuvinasi untuk perbaikan

sifat varietas padi

b. Pengelolaan dan pemberdayaan plasma

nutfah tanaman aneka kacang dan ubi

secara konvensional, serta memanfaatkan

teknologi DNA

c. Koleksi, rejuvinasi, karakterisasi, dan

evaluasi sumber daya genetik jagung

genjah, sorgum manis, gandum tropis dan

jawawut

102,00

187,75

190,0

Terciptanya varietas unggul

baru tanaman pangan

a. Perakitan varietas unggul baru padi

b. Perakitan varietas unggul baru tanaman

aneka kacang dan ubi

c. Perakitan varietas unggul baru jagung

dan serealia lainnya

100,0

128,5

100,00

Tersedianya benih sumber

varietas unggul baru padi,

jagung, kedelai untuk

penyebaran varietas

berdasarkan SMM ISO 9001-

2008

a. Penyediaan benih sumber varietas unggul

padi BS, FS, dan SS

b. Penyediaan benih sumber kedelai dan

aneka kacang dan ubi

BS, FS, dan NS

c. Produksi benih sumber jagung

BS, FS, dan F1

104,30

103,44

103,65

Tersedianya teknologi budi

daya, panen, dan pascapanen

primer tanaman pangan

a. Teknologi budi daya tanaman padi

b. Teknologi budi daya tanaman aneka

kacang dan ubi

c. Teknologi budi daya tanaman serealia

100,00

100,00

100,00

Tersedianya kebijakan

pengembangan tanaman

pangan

Analisis kebijakan pengembangan tanaman

pangan

100,00

Rata-rata 116,89

Page 99: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92

Page 100: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93

IV. PENUTUP

Secara umum sasaran strategis penelitian dan pengembangan tanaman

pangan yang dituangkan dalam Renstra 2010-2014 telah berhasil dicapai dalam

mendukung pencapaian produktivitas dan produksi 4-F (Food, Feed, Fiber, dan

Fuel). Dampak nyata dalam pencapaian 4 sukses Kementerian Pertanian secara

tidak langsung tercapainya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai, serta

meningkatnya nilai tukar petani (NTP). Hal ini tidak dapat dipisahkan peran hasil-

hasil penelitian yang dilakukan selama 2010-2014.

Ketersediaan varietas unggul padi (hibrida dan VUTB), jagung (hibrida dan

komposit), dan kedelai untuk memenuhi kebutuhan food, feed dan fibre.

Keberhasilan perakitan varietas unggul baru didukung oleh pengkayaan dan

pengelolaan sumber daya genetik tanaman pangan yang terus menerus

dilakukan. Sedangkan untuk fuel telah dikembangkan ubi kayu dan sorgum

termasuk ketersediaan varietas unggul baru yang sesuai untuk bahan baku

alternatif BBM berasal dari fosil. Ubi kayu, sorgum, limbah pertanian lainnya, dan

kotoran ternak dapat diolah menjadi sumber energi alternatif terbarukan

menunjang penciptaan masyarakat yang mandiri energi yang kini sudah banyak

dikembangkan di berbagai daerah.

Teknologi budi daya tanaman pangan telah tersedia untuk optimalisasi

pemanfaatan lahan kering yang banyak tersedia di luar Jawa dan peningkatan

indeks panen memanfaatkan anomali iklim seperti La-Nina lahan petani tidak

dapat tanam palawija diganti tanam padi umur genjah. Termasuk

mengembangkan Mikroba untuk menghasilkan pestisida hayati yang ramah

lingkungan sehingga dapat mengurangi biaya usahatani, namun produksi tetap

meningkat.

Data BPS menunjukkan bahwa produksi padi tahun 2014 (ARAM II)

diperkirakan 70,61 juta ton gabah kering giling (GKG) atau mengalami

penurunan 0,67 juta ton (0,94%) dibandingkan tahun 2013, meskipun meningkat

1,65 juta ton daripada produksi tahun 2012 hanya 68,96 juta ton GKG.

Penurunan produksi karena terjadi penurunan luas panen seluas 66,93 ribu

hektar (0,48%) dan penurunan produktivitas sebesar 0,24 kuintal/hektar

(0,47%). Produksi jagung tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan 19,13 juta ton

pipilan kering atau mengalami kenaikan sebanyak 0,62 juta ton (3,33%)

Page 101: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94

dibandingkan tahun 2013 (18,51 juta ton) dan tahun 2012 18,97 juta ton.

Kenaikan produksi karena kenaikan luas panen seluas 58,72 ribu hektar (1,54%)

dan kenaikan produktivas sebesar 0,85 kuintal/hektar (1,75%). Produksi kedelai

tahun 2014 (ARAM II) diperkirakan sebanyak 921,34 ribu ton biji kering atau

mengalami peningkatan sebanyak 141,34 ribu ton (18,12%) dibandingkan tahun

2013 dan tahun 2012 hanya 843,15 ribu ton. Peningkatan produksi kedelai

karena kenaikan luas panen 61,01 ribu hektar (11,08%) dan kenaikan

produktivitas 0,90 kuintal/hektar (6,36%).

Menurut BPS Oktober 2014, Nilai Tukar Petani (NTP) pada September

2014 secara nasional naik 0,30% dibandingkan NTP Agustus 2014, yaitu dari

102,06 menjadi 102,36. Kenaikan NTP pada September 2014 disebabkan

kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih tingi jika

dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. NTP

menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang

dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif

semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Kenaikan NTP

September 2014 disebabkan naiknya NTP Subsektor Tanaman Pangan 0,37%,

Hortikultura 0,59%, dan Peternakan 1,08%, sedangkan yang mengalami

penurunan Tanaman Perkebunan Rakyat 0,77%, dan Perikanan 0,12%.

Peningkatan produksi tanaman pangan dicapai melalui penerapan PTT

serta program pendampingan SL-PTT oleh peneliti Balitbangtan ke seluruh

propinsi di Indonesia. Tahun 2015, dalam upaya mencapai kedaulatan pangan,

Kementerian Pertanian telah mencanangkan Gerakan Penerapan PTT (GP-PTT).

Puslitbang Tanaman Pangan merupakan lembaga penelitian pada tanaman

semusim seperti padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, dan umbi-umbian

lainnya. Dalam melaksanakan kegiatan penelitian ini sangat bergantung pada

kondisi lingkungan seperti temperatur, iklim, dan musim. Pengaruh pemanasan

global juga terasa di lapang seperti penentuan saat musim hujan tiba atau awal

musim kemarau sangat sulit diprediksi. Hal ini mempengaruhi saat penentuan

musim tanam dan pelaksanaan penelitian di lapang.

Sebagai dampak perubahan iklim menyebabkan kondisi lapang yang tak

terduga seperti munculnya serangan hama dan penyakit yang meski sudah

diantisipasi tetap tidak dapat terkendali karena lokasi penelitian hanya sebagian

Page 102: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95

kecil dari hamparan pertanaman. Seperti halnya ledakan hama tikus, hama

wereng coklat yang disertai penyakit virus grassy stunt dan ragged stunt yang

ditularkannya pada tahun 2010 mempengaruhi hasil penelitian padi di lapang.

Varietas unggul dan teknologi budi daya tanaman pangan yang telah

dihasilkan pada periode 2010-2014 sudah banyak yang didukung oleh

ketersediaan sumber daya genetik dan logistik benih untuk diseminasi varietas,

meskipun hanya sebagian kecil yang sampai di lahan petani. Adopsi teknologi

sangat bergantung pada daya saing komoditas. Adopsi teknologi untuk

peningkatan produksi kedelai dihadapkan pada beberapa kendala antara lain

persaingan dengan komoditas lain yang lebih menguntungkan, seperti padi,

jagung dan komoditas lainnya. "Belum adanya jaminan pemasaran hasil, harga

kedelai impor yang lebih murah dan risiko kegagalan usahatani kedelai, serta

rentannya kedelai terhadap serangan OPT dan DPI dan tidak tersedianya

tambahan lahan untuk perluasan areal juga menjadi faktor utama tidak

tercapainya target produksi kedelai.

Menghadapi kendala dampak perubahan iklim yang dicirikan dengan

musim yang sulit diprediksi, pelaksanaan penelitian diupayakan dengan optimasi

pemanfaatan laboratorium, rumah kaca, dan kebun percobaan. Sarana dan

prasarana penelitian terus ditingkatkan dan laboratorium yang terakreditasi

diperbanyak.

Adopsi teknologi dipercepat dengan diseminasi multichannel melalui kerja

sama dengan berbagai pihak, terutama penyuluh lapang dan dukungan

pemerintah daerah. Penyebarluasan inovasi teknologi baik melalui media cetak,

ekspose lapang, dan media elektronik sangat bermanfaat dengan meningkatnya

adopsi teknologi yang telah dihasilkan. Termasuk pula pengembangan melalui

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) di seluruh Indonesia.

Memperbanyak jumlah Demplot di berbagai daerah ditengarai mampu

meningkatkan adopsi varietas unggul baru dan teknologi produksi lainnya.

Page 103: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96

Lampiran 1: Struktur organisasi Puslitbang Tanaman Pangan

Page 104: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 97

Lampiran 2. Realisasi keuangan lingkup Puslitbang Tanaman

Pangan TA. 2014.

Instansi Pagu Realisasi %

Puslitbang Tanaman Pangan 18.322.614.000 17.115.849.616 93,41%

BBPadi 42.270.201.000 40.468.538.582 95,74%

Balitkabi 31.309.718.000 29.980.883.057 95,76%

Balitsereal 24.467.752.000 23.682.497.432 96,79%

Lolit Tungro 4.498.988.000 4.273.095.369 94,98%

Total 120.869.273.000 115.520.864.056 95,58%

Page 105: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98

Lampiran 3. Rencana Strategik Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2010-2014.

Instansi : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Visi : Puslitbang Tanaman Pangan tahun 2014 menjadi lembaga rujukan Iptek dan sumber inovasi teknologi yang bermanfaat sesuai kebutuhan pengguna”. Misi : 1. Menghasilkan, mengembangkan, dan mendiseminasikan inovasi teknologi dan rekomendasi kebijakan tanaman pangan yang unggul, bernilai tambah, efisien, dan kompetitif (scientific recognition).

2. Meningkatkan kualitas sumber daya penelitian tanaman pangan serta efisiensi dan efektivitas pemanfaatannya. 3. Mengembangkan jejaring kerja sama nasional dan internasional (networking) dalam rangka penguasaan Iptek dan peningkatan peran Puslitbang

Tanaman Pangan dalam pembangunan pertanian (impact recognition).

Tujuan Sasaran Cara Mencapai Tujuan dan Sasaran Keterangan

Uraian Indikator Kebijakan Program Menghasilkan inovasi teknologi tinggi, strategis, dan unggul, serta alternatif kebijakan tanaman pangan yang diperlukan dalam membangun sektor pertanian yang tangguh.

1. Tersedianya informasi sumber daya genetik tanaman pangan.

2. Terciptanya varietas unggul baru tanaman pangan

3. Terciptanya teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.

4. Tersedianya benih sumber varietas unggul baru padi, jagung, kedelai untuk penyebaran varietas berdasarkan SMM ISO 9001-2008.

5. Tersedianya kebijakan pengembangan tanaman pangan.

6. Terselenggaranya diseminasi teknologi tanaman pangan.

1. Jumlah aksesi sumber daya genetik tanaman pangan yang dapat untuk perbaikan sifat varietas.

2. Jumlah varietas unggul baru tanaman pangan.

3. Jumlah teknologi budi daya, panen, dan pascapanen primer tanaman pangan.

4. Jumlah benih sumber varietas unggul baru padi, serealia, aneka kacang dan ubi.

5. Rumusan kebijakan tanaman pangan.

6. Jumlah publikasi ilmiah dan jumlah pertemuan ilmiah.

1. Memfokuskan penciptaan inovasi teknologi benih/bibit unggul dan rumusan kebijakan guna pemantapan swasembada beras dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai untuk peningkatan produksi produk komoditas pangan substitusi impor, diversifikasi pangan, bioenergi dan bahan baku industri.

2. Memperluas jejaring kerja sama penelitian, promosi dan diseminasi hasil penelitian kepada stakeholders untuk mempercepat proses pencapaian sasaran pembangunan pertanian, pengakuan ilmiah internasional, dan perolehan sumber pendanaan penelitian di luar APBN.

3. Meningkatkan kuantitas, kualitas dan kapabilitas sumber daya penelitian melalui perbaikan sistem rekrutmen dan pelatihan SDM, sarana dan prasarana, dan struktur penganggaran sesuai kebutuhan institusi.

4. Mendorong inovasi teknologi yang mengarah pada pengakuan dan perlindungan HaKI secara nasional dan internasional.

5. Meningkatkan penerapan manajemen penelitian dan pengembangan yang akuntabel dan good governance.

Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing.

Meningkatkan kerja sama penelitian dengan swasta, lembaga penelitian nasional (LIPI, Universitas, swasta) dan luar negeri (IRRI, CYMMYT, UNESCAP-CAPSA, dll) serta kerja sama antar-kementerian

Page 106: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 99

Lampiran 4. Rencana Kinerja Tahunan 2014.

Page 107: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 100

Lampiran 5. Penetapan kinerja 2014

Page 108: LAKIP 2014 Puslitbang Tanaman Pangan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Puslitbang Tanaman Pangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 101

Lampiran 6. Pengukuran kinerja.

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian kinerja

1. Terciptanya varietas unggul, galur/klon dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan;

c. Jumlah varietas unggul baru padi, jagung, kedelai dan tanaman pangan lainnya

d. Jumlah benih sumber padi, jagung, dan kedelai dengan SMM ISO 9001-2008

20 Varietas

203 Ton

21 Varietas

256,04 Ton

105,0%

126,13%

2. Terciptanya inovasi teknologi produksi dan pengelolaan sumber daya pertanian mendukung pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan

Jumlah teknologi budi daya dan panen 22 Teknologi 22 Teknologi 100,0%

3 Tersedianya rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

Jumlah rekomendasi kebijakan pengembangan tanaman pangan

11 Rekomendasi 11 Rekomendasi 100,0%