LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK -...

46
i LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK PENERAPAN IPTEKS MELALUI PELATIHAN ERGO- ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KULINER DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI Oleh: Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. (NIP. 196812171993031003) Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. (NIP. 195001041980032001) Ida Ayu Putu Suryanti, S.Si., M.Si. (NIP. 198212052014042001) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 29/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Pebruari 2016 JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016

Transcript of LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK -...

Page 1: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

i

LAPORAN AKHIR

PENERAPAN IPTEK

PENERAPAN IPTEKS MELALUI PELATIHAN ERGO-

ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENGEMBANGKAN

SIKAP KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KULINER DI

DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI

Oleh:

Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. (NIP. 196812171993031003)

Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. (NIP. 195001041980032001)

Ida Ayu Putu Suryanti, S.Si., M.Si. (NIP. 198212052014042001)

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 29/UN48.16/PM/2016

Tanggal 25 Pebruari 2016

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MIPA

LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

TAHUN 2016

Page 2: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

ii

Page 3: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha

Kuasa, karena berkat rahmat’Nyalah maka Laporan Pengabdian pada Masyarakat yang

berjudul: “ Penerapan IPTEKS Melalui Pelatihan Ergo-Entrepreneurship untuk

Mengembangkan Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner di Desa Peliatan Ubud

Gianyar Bali” dapat diselesaikan sesuai rencana. Dalam penulisan laporan pengabdian ini,

kami banyak mendapat masukan-masukan atau saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu

kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

penulisan laporan pengabdian tersebut.

Kami menyadari sepenuhnya akan kekurangan isi laporan pengabdian ini, sehingga

dengan kerendahan hati kami mohon kritik dan saran untuk kelengkapan dan kesempurnaan

laporan pengabdian tersebut. Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

bermanfaat terutama bagi mereka yang tertarik dengan masalah-masalah ergonomi di bidang

kuliner, khususnya yang berkaitan dengan sikap kewirausahaan.

Singaraja, Oktober 2016

Pelaksana Pengabdian

Page 4: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

iv

ABSTRAK

PENERAPAN IPTEKS MELALUI PELATIHAN ERGO-ENTREPRENEURSHIP

UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KULINER

DI DESA PELIATAN UBUD GIANYAR BALI

Oleh:

I Made Sutajaya, Ni Putu Ristiati, dan Ida Ayu Putu Suryanti

Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNDIKSHA

Tujuan pengabdian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan ergo-

entrepreneurship untuk mengembangkan sikap kewirausahaan yang akan berdampak positif

terhadap pendapatan pedagang kuliner. Pendekatan yang digunakan dalam pelatihan ini adalah

pendekatan partisipatori berbasis ergonomi. Kegiatan pelatihan ergo-entrepreneurship yang

dilakukan, diawali dengan identifikasi masalah, kemudian dibuat prioritas masalah dan

selanjutnya dibuat rencana tindak (action plan). Rencana tindak ini digunakan sebagai

intervensi terhadap pedagang kuliner yanng merupakan salah satu penerapan IPTEKS di

sektor informal. Pengabdian berupa pelatihan ergo-entrepreneurship dilakukan untuk

mengenalkan prinsip-prinsip ergonomi yang dipadukan dengan konsep kewirausahaan yang

dapat diimplementasikan dalam usaha kuliner lokal. Pengabdian ini melibatkan 15 orang

pedagang kuliner lokal yang berjualan di Alun-alun Desa Peliatan, Ubud, Gianyar.

Keberhasilan pengabdian ini dievaluasi dari perubahan sikap kewirausahaan pedagang kuliner

antara sebelum dan sesudah pelatihan. Sikap kewirausahaan didata dengan menggunakan

kuesioner kewirausahaan dengan skala Likert dan hasilya dianalisis dengan uji t paired karena

datanya berdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pelatihan ergo-entrepreneurship ternyata dapat meningkatkan sikap kewirausahaan pedagang

dan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan pedagang kuliner yang tentunya

akan berimbas kepada pendapatan masyarakat setempat serta terjalinnya kerjasama dengan

event organizer yang memerlukan kuliner. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa: (a)

penerapan IPTEKS melalui pelatihan ergo-entrepreneurship cukup memadai dilakukan dilihat

dari antusiasme pedagang kuliner untuk mengembangkan sikap kewirausahaannya dan (b)

penerapan IPTEKS melalui pelatihan ergo-entrepreneurship dapat meningkatkan sikap

kewirausahaan pedagang kuliner lokal secara bermakna sebesar 9,57% (p < 0,05).

Kata Kunci: Ergo-entrepreneurship, Kuliner, dan Kewirausahaan

Page 5: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

v

ABSTRACT

THE APPLICATION OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

THROUGH ERGO-ENTREPRENEURSHIP TRAINING TO DEVELOP

ENTREPRENEURSHIP ATTITUDES OF TRADERS IN PELIATAN VILLAGE

UBUD GIANYAR BALI

By

I Made Sutajaya, Ni Putu Ristiati, and Ida Ayu Putu Suryanti

Biology Department MIPA Faculty UNDIKSHA

The purpose of community service is to empower the community through training

ergo-entrepreneurship in developing of entrepreneurial attitude that will positively affect

revenue culinary merchants. The approach used in this training is based on participatory

approach ergonomics. Ergo-entrepreneurship training activities were carried out beginning

with the identification of the problems then made a priority issue and subsequently created an

action plan (action plan). This action plan is used as an intervention against traders culinary

which is one application of science and technology in the informal economy. Dedication form

ergo-entrepreneurship training conducted to introduce the principles of ergonomics, combined

with an entrepreneurial concept that can be implemented in local culinary business. This

devotion involves 15 subjects who selling goods on the local culinary square in Peliatan

Village, Ubud, Gianyar. The success of this service is evaluated from the change in the

entrepreneurial attitude of culinary merchants between before and after training.

Entrepreneurial attitudes were collected by using an entrepreneurship questionnaire with

Likert scale and the result was analyzed by paired t test for normally distributed data at the 5%

significance level. The results showed that the training ergo-entrepreneurship may increase

entrepreneurial attitude and the merchant directly impact the revenue increase of culinary

merchants that will certainly impact on the revenue of local communities and establishment of

cooperation with the event organizer that requires culinary. It can be concluded that: (a) the

application of science and technology through training ergo-entrepreneurship adequate done

seen from the enthusiasm of traders culinary to develop an attitude of entrepreneurship and (b)

the application of science and technology through training ergo-entrepreneurship may increase

entrepreneurial attitudes merchants local culinary significantly by 9.57% (p <0.05).

Keywords: Ergo-entrepreneurship, Entrepreneurship, and Culinary.

Page 6: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul.................................................................................................... i

Halaman Pengesahan............................................................................................. ii

Kata Pengantar........................................................................................................ iii

Abstrak.................................................................................................................... iv

Abstract................................................................................................................... v

Daftar Isi................................................................................................................... vi

Daftar Tabel.............................................................................................................. vii

Daftar Gambar........................................................................................................... viii

Daftar Lampiran......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

1.1 Analisis Situasi......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah.................................................... 3

1.3 Tujuan Kegiatan...................................................................................... 4

1.4 Manfaat Kegiatan.................................................................................... 4

BAB II METODE PELAKSANAAN....................................................................... 5

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 20

BAB IV PENUTUP..................................................................................................... 31

4.1 Simpulan..................................................................................................... 31

4.2 Saran........................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 32

LAMPIRAN................................................................................................................. 34

Page 7: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah melalui Penerapan IPTEKS...................... 5

Tabel 3.1. Karakteristik Kuliner yang Dijajakan (n = 15)............................................ 20

Tabel 3.2. Kondisi Lingkungan di Sekitar Tempat Berjualan (n = 15)...................... 20

Tabel 3.3. Hasil Analisis Deskriptif Penerapan IPTEKS dengan Kajian

Ergo-entrepreneurship.................................................................................... 21

Tabel 3.4. Hasil Uji Beda Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner

antara Sebelum dan Sesudah Pelatihan (n = 15)............................................. 24

Page 8: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Suasana Kuliner di Alun-alun Desa Peliatan..................................... 24

Gambar 3.2. Barang Dagangan yang Dijajakan Kuliner

di Alun-alun Desa Peliatan......................................................................... 25

Gambar 3.3. Suasana Kuliner saat Ada Turnamen Bola Voli.................................... 25

Page 9: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Absensi Peserta Kegiatan…………………………………………. 34

Lampiran 2. Hasil Analisis Hasil Analisis Statistik Sikap Kewirausahaan

Pedagang Kuliner Sebelum dan Sesudah Pelatihan……………… 35

Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan……………………………………..…………… 36

Lampiran 4. Peta Lokasi Daerah Sasaran................................................................. 37

Page 10: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Kondisi ekonomi masyarakat Desa Peliatan mulai tahun 2002 tampaknya mengalami

penurunan. Itu terjadi sebagai akibat terpuruknya usaha dalam bidang pariwisata sebagai

dampak dari Bom Bali pada saat itu. Itu terjadi karena masyarakat di Desa Peliatan lebih

dominan menggantungkan nasibnya di bidang pariwisata (RPJM, 2011). Kondisi tersebut

semakin diperparah oleh melambungnya harga sembako di pasaran. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa perekonomian di Desa Peliatan mengalami goncangan yang sangat serius

dan memerlukan penanggulangan sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak yang

lebih buruk lagi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan jumlah penduduk miskin.

Padahal Desa Peliatan memiliki berbagai potensi ekonomi yang cukup handal dan

dapat mendatangkan penghasilan yang memadai. Misalnya dari hasil uji coba usaha kuliner

khas Desa Peliatan yang dibuka di Alun-alun depan Puri Peliatan selama 11 hari dari tanggal 4

s.d. 15 Maret 2012 diperoleh data: (a) penghasilan pedagang mencapai 1,5 s.d. 2,3 juta selama

kegiatan; (b) jumlah pelaku kuliner semakin meningkat yang semula hanya 9 pedagang

meningkat menjadi 31 pedagang; (c) antusiasme masyarakat untuk mengunjungi tempat

tersebut cukup tinggi, karena rerata kunjungan per hari kurang lebih 300 orang. Akan tetapi

dengan semakin banyaknya para pendatang yang membuka usaha di Desa Peliatan membuat

masyarakat Desa Peliatan semakin terdesak dan kehilangan peluang untuk usaha-usaha

tertentu karena ketatnya persaingan ekonomi saat ini dan rendahnya pengetahuan masyarakat

dalam bidang kewirausahaan.

Pemberdayaan masyarakat merupakan strategi pembangunan. Dalam perspektif

pembangunan ini, disadari betapa penting kapasitas manusia dalam upaya meningkatkan

kemandirian dan kekuatan internal atas sumber daya materi dan nonmaterial (Muchtar, 2007).

Potensi kuliner sesunguhnya adalah modal besar bagi masyarakat di Desa Peliatan, akan tetapi

karena tersendat-sendatnya upaya pemasaran kuliner tersebut mengakibatkan banyak

masyarakat yang beralih ke usaha lain. Permasalahan mendasar inilah yang tampaknya dapat

ditanggulangi melalui pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan ergo-entrepreneurship.

Dalam pelatihan tersebut ditekankan bahwa prinsip-prinsip ergonomi selalu dijadikan acuan di

Page 11: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

2

dalam memperbaiki kondisi kerja pada usaha kuliner baik pada proses pembuatan makanan

maupuun saat menjajakan makanan tersebut. Hal itu dilakukan demi terwujudnya kuliner lokal

yang layak jual dan sehat sehingga berpeluang untuk dikembangkan ke arah yang lebih maju

di era global yang ditandai dengan persaingan yang semakin ketat dan keras.

Perlunya dilakukan pengabdian masyarakat berupa pelatihan ergo-entrepreneurship,

karena dari hasil analisis situasi, dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang berkaitan

dengan pengembangan usaha ekonomi produktif atau usaha mikro masyarakat khususnya

dalam usaha kuliner yaitu: (a) kurangnya modal usaha; (b) ketidakberanian masyarakat untuk

memanfaatkan pinjaman di Bank sebagai modal usahanya; (c) kurangnya pengetahuan dan

pengalaman masyarakat tentang kewirausahaan; (d) kurangnya aset dan akses usaha; (e) mutu

hasil olahan yang relatif rendah; (e) sulitnya pemasaran produk yang dihasilkan; dan (f)

minimnya fasilitator yang dapat membantu masyarakat untuk memfasilitasi usaha pemasaran

dan pengadaan bahan baku. Hal ini mengakibatkan banyak usaha mikro yang tidak mampu

berkembang dan terancam bangkrut.

Di samping itu keberanian pedagang kuliner lokal untuk bersaing dengan pedagang-

pedagang dari luar desa atau dari luar Pulau Bali, tampaknya sangat mengkhawatirkan. Itu

terbukti dari ketidaksabaran pedagang pada saat sepi pengunjung. Pedagang kuliner lokal lebih

mudah menyerah dibandingkan dengan pedagang dari luar desa. Ini menunjukkan bahwa sikap

kewirausahaan mereka perlu dikembangkan lagi agar mereka lebih ulet, gigih, dan optimis

untuk mengembangkan kulinernya. Dalam hal ini prinsip-prinsip ergonomi yang lebih

menekankan kepada unsur kesehatan dan manajerial dalam beraktivitas yang dipadukan

dengan konsep-konsep kewirausahaan sangat perlu disosialisasikan kepada pedagang kuliner

local agar sikap kewirausahaannya dapat ditingkatkan. Ini merupakan modal dasar untuk

bersaing di era global.

Dilihat dari aspek ergonomi, ternyata para pedagang belum mempertimbangkan aspek-

aspek yang harus diterapkan dalam menjalankan usaha kuliner. Misalnya: (a) ketika memilih

tempat yang strategis untuk berjualan tidak mempertimbangkan kenyamanan pengunjung; (b)

ketika memilih warna sarana dan prasarana yang digunakan tidak mengacu kepada konsep

ergonomi yang menekankan bahwa warna merah sangat cocok untuk usaha kuliner; (c) ketika

menentukan waktu berjualan tidak mempertimbangkan perilaku masyarakat setempat yang

gemar berpetualang di bidang kuliner; dan (d) ketidakberanian menambah omset penjualan

Page 12: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

3

pada hari-hari tertentu atau event tertentu yang dilaksanakan oleh desa, yang merupakan

peluang untuk meningkatkan pendapatan.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Bertolak dari analisis situasi yang telah diungkapkan di atas dan hasil diskusi dengan

pedagang kuliner serta observasi terhadap situasi dan kondisinya teridentifikasi permasalahan

sebagai berikut.

1. Pedagang kuliner belum memiliki kerjasama dengan pihak lain dalam memasarkan

dan mempromosikan produknya.

2. Pemasaran terhadap produk yang dihasilkan masih terbatas pada lokasi tempat

berjualan.

3. Upaya pemasaran produk kuliner melalui kerjasama dengan event organizer yang

memerlukan kuliner masih sangat minim

4. Promosi melalui media terkait belum dilakukan, karena terbatasnya fasilitator atau

mediator yang bersedia untuk melalukan hal tersebut.

5. Ketidakberanian pedagang kuliner untuk memproduksi barang dagangannya dengan

jumlah yang lebih banyak, karena mekanisme pemasaran belum jelas.

Rumusan Masalah

Bertolak dari identifikasi permasalahan di atas dapat dibuat rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Perlu disosialisasikan konsep-konsep ergo-entrepreneurship dalam mengatasi

permasalahan ergonomi dan kewirausahaan yang dihadapi oleh pedagang kuliner lokal

di Desa Peliatan.

2. Perlu pelatihan ergo-entrepreneurship melalui pendekatan partisipatori untuk

mengembangkan sikap kewirausahaan pedagang kuliner di Desa Peliatan.

3. Perlu penanganan segera terhadap permasalahan ergonomi dan kewirausahaan yang

selama ini menyertai pedagang kuliner di Desa Peliatan.

Page 13: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

4

1.3 Tujuan Kegiatan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiattan pengabdian masyarakat melalui penerapan

IPTEKS ini adalah sebagai berikut.

1. Menanamkan konsep-konsep ergo-entrepreneurship dalam mengatasi masalah

ergonomi dan kewirausahaan pada pedagang kuliner di Desa Peliatan.

2. Mengetahui cara mengatasi permasalahan ergonomi dan kewirausahaan yang dihadapi

pedagang kuliner di Desa Peliatan.

3. Mengetahui keberhasilan pelatihan ergo-entrepreneurship dilihat dari perubahan sikap

kewirausahaan pedagang kuliner di Desa Peliatan.

1.4 Manfaat Kegiatan

Manfaat yang diharapkan dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat melalui

penerapan IPTEKS ini adalah sebagai berikut

1. Dapat dimanfaatkan sebagai acuan di dalam mengatasi kondisi kerja yang tidak

ergonomis dan sikap kewirausahaan yang belum memadai sehingga tidak

berdampak buruk terhadap keberlanjutan usaha kuliner di Desa Peliatan.

2. Dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan pemikiran bagi pedagang kuliner dan

instansi terkait berkenaan dengan upaya mengatasi masalah ergonomi dan

kewirausahaan.

3. Dapat dimanfaatkan sebagai suatu alternatif solusi yang efektif dan efisien di

dalam mengatasi sikap kewirausahaan yang belum memadai dan masalah

pemasaran yang dihadapi oleh pedagang kuliner di Desa Peliatan.

Page 14: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

5

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Kerangka pemecahan masalah yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan

pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut.

a. Melalui implementasi Teknologi Tepat Guna yang menekankan pada upaya

perbaikan sikap kewirausahaan yaitu: (1) secara teknis perbaikan tersebut dapat

dikalukan; (b) secara ekonomis dapat dibiayai; (3) secara kesehatan dapat

dipertanggung-jawabkan; (4) secara sosial budaya tidak bertentangan; (5) hemat

energi; dan (6) tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2008)

b. Melalui implementasi pendekatan ergonomik partisipatori yang dapat dijelaskan

bahwa semua orang yang terlibat dalam pemecahan masalah harus dilibatkan sejak

awal secara maksimal agar dapat diwujudkan mekanisme kerja yang kondusif dan

diperoleh produk yang berkualitas sesuai dengan tuntutan jaman (Manuaba, 2008)

c. Melalui model Enthrepreneurship Capasity Building (ECP) yang diterapkan

melalui awareness program sebagai upaya untuk meningkatkan wawasan

pedagang kuliner tentang kewirausahaan dan pemasaran serta cara memonitoring

dan mengevaluasi perkembangan usahanya.

d. Melalui kerjasama usaha antara pedagang kuliner dengan event organizer yang

akan memberi peluang cukup besar untuk pemasaran produk.

Secara rinci kerangka pemecahan masalah melalui penerapan IPTEKS dapat dicermati

pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah melalui Penerapan IPTEKS

NO KEGIATAN PENERAPAN IPTEKS

1 Identifikasi dan Pemecahan

Masalah Ergonomi

a) Kondisi kerja secara

umum

Melalui kajian ergonomi ditelusuri kondisi kerja yang

berpotensi memunculkan penyakit akibat kerja dan

berdampak kepada keberlanjutan usaha kuliner

b) Kondisi lingkungan di

tempat kerja

Disosialisasikan tentang prinsip-prinsip lingkungan kerja

yang ergonomis (aman, nyaman, dan sehat) serta cara

mengaplikasikan ergonomi dalam mengatasi kondisi

lingkungan yang berisiko memunculkan penyakit akibat

kerja dan berdampak kepada animo masyarakat untuk

Page 15: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

6

berkunjung ke lokasi kuliner

c) Organisasi kerja Disosialisasikan tentang penerapan organisasi kerja yang

mengacu kepada pendekatan ergonomik partisipatori.

2 Diskusi interaktif dalam

menelusuri kendala yang

dijumpai dan alternatif

solusinya terkait dengan

aplikasi ergonomi

Secara partisipatori semua stakeholders yang terkait

diajak berdiskusi, sehingga kendala yang ada betul-betul

merupakan kendala bersama dan alternatif solusi yang

ditawarkan merupakan hasil pemikiran bersama

3 Pelatihan singkat

penyusunan action plan

(rencana tindak)

Setelah dipilah dan dipilih permasalahan yang

teridentifikasi dan berorientasi kepada kendala yang ada,

dilakukan pelatihan membuat rumusan action plan yang

mengacu kepada unsur 5 W, 2 H, dan 1 R (what: apa

yang akan dikerjakan); why: mengapa itu yang

dikerjakan; when: kapan

dikerjakan; who: siapa yang mengerjakan: where: dimana

dikerjakan; How: bagaimana caranya; How much: berapa

biayanya; dan Regulation: apa dasar hukum atau

peraturan yang digunakan

4 Kerjasama dengan pihak

konsumen

Difasilitasi kerjasama pemasaran dengan event organizer

yang memerlukan kuliner

5 Pemantauan keberlanjutan

usaha kuliner

Selalu diupayakan kerjasama mutualisme antara

penghasil produk kuliner dengan event organizer yang

memerlukan produk tersebut

2.2 Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat ini

adalah sebagai berikut.

1. Pedagang kulier di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar yang saat ini mengalami

perrmasalahan ergonomi dan kewirausahaan ketika ingin memasarkan produknya.

2. Para generasi muda di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar yang tertarik untuk menekuni

usaha kuliner yang sudah terbukti dapat menopang penghasilan keluarga.

3. Event Organizer (EO) yang bersedia menjadi perpanjangaan tangan para pedagang

kuliner terkait dengan upaya perluasan pemasaran produk.

2.3 Keterkaitan

Lembaga terkait yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat melalui

penerapan IPTEKS ini adalah sebagai berikut.

1. Undiksha dengan Pemda Kabupaten Gianyar yang bisa secara kolaboratif dapat

membantu pedagang kuliner dalam mengatasi masalah pemasaran produk.

Page 16: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

7

2. Pemerintahan Desa Peliatan melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dapat

merintis kerjasama dengan pihak UNDIKSHA khususnya dalam hal pemecahan

masalah ergonomi dan kewirausahaan pedagang kuliner.

2.4 Metode Kegiatan

Metode kegiatan pengabdian masyarakat melalui penerapan IPTEKS ini adalah

sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan sebagai berikut.

1) Sosialisasi program pengabdian masyarakat kepada mitra.

2) Penyusunan indikator dan instrumen program pengabdian masyarakat yang

berkaitan dengan upaya pemecahan masalah ergonomi dan kewirausahaan yang

dihadapi pedagang kuliner (mitra)

3) Penetapan tim pelaksana program pengabdian masyarakat sesuai dengan

kepakarannya masing-masing

4) Pelatihan terhadap tim pelaksana tentang konsep-konsep ergonomi dan

kewirausahaan yang dapat diaplikasikan dalam usaha kuliner.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan program dilakukan kegiatan sebagai berikut.

1. Pendataan masalah-masalah ergonomi dan kewirausahaan yang menyertai

pedagang kuliner di Desa Peliatan selama ini.

2. Dilakukan ceramah dan diskusi (tanya-jawab) mengenai dampak negatif yang

diakibatkan oleh kondisi kerja yang tidak ergonomis dan sikap kewirausahaan

yang tidak memadai terhadap keberlanjutan usaha kuliner.

3. Mensosialisasikan cara-cara mengaplikasikan prinsip-prinsip ergonomi dan

kewirausahaan dalam mengatasi masalah pemasaran produk kuliner.

4. Menyampaikan kepada padagang kuliner (mitra) tentang prinsip-prinsip

ergonomi dan kewirausahaan yang layak dan tepat diterapkan di tempat

mereka.

Page 17: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

8

5. Melalui diskusi interaktif, ditelususi kendala yang mungkin terjadi terkait

dengan aplikasi ergo-entrepreneurship dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi oleh pedagang kuliner.

6. Memfasilitasi kerjasama antara pedagang kuliner dengan Event Organizer

yangbmemerlukan produk kuliner untuk memperluas pemasaran produk.

c. Tahap Pemantauan

Pada tahap pemantauan terhadap program pengabdian masyarakat dilakukan kegiatan

sebagai berikut.

1. Pemantauan terhadap hasil pendataan masalah ergonomi dan kewirausahaan

yang dihadapi oleh edagang kuliner.

2. Pemantauan terhadap hasil pelatihan ergo-entrepreneurship dalam

mengembangkan sikap kewirausahaan pedagang kuliner.

3. Pemantauan terhadap kesadaran pedagang kuliner dalam mengaplikasikan

prinsip ergonomi dan kewirausahaan untuk menunjang keberlanjutan usaha

kuliner.

4. Pemantauan terhadap kerjasama antara pedagang kuliner dengan event

organizer yang siap memperluas upaya pemasaran produk.

2.5 Rancangan Evaluasi

Rancangan evaluasi yang akan dilakukan dalam menilai keberhasilan kegiatan

pengabdian masyarrakat adalah sebagai berikut.

1. Evaluasi terhadap perubahan sikap kewirausahaan pedagang kuliner setelah

diberikan pelatihan ergo-entrepreneurship.

2. Evaluasi terhadap hasil implementasi prinsip-prinsip ergonomi dan kewirausahaan

dalam mengatasi permasalahan para pedagang kuliner dilihat dari indikator berupa

sikap kewirausahaan.

3. Evaluasi terhadap keberlanjutan usaha kuliner setelah dipahaminya konsep ergo-

entrepreneurship yang dapat diaplikasikan dalam mengatasi masalah yang dihadapi

oleh pedagang kuliner.

4. Evaluasi terhadap keberhasilan kerjasama antara pedagang kuliner dengan event

organizer yang memerlukan produk kuliner.

Page 18: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

9

2.6 Materi Pelatihan

2.6.1 Ergonommi dalam Pemberdayaan Masyarakat

Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan). Definisi

ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan alat, cara kerja dan lingkungan

pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan

lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang

setinggi-tingginya (Manuaba, 2008). Ergonomi sangat diperlukan di dalam suatu kegiatan

yang melibatkan manusia di dalamnya dengan memperhitungkan kemampuan dan tuntutan

tugas.

Kemampuan manusia sangat ditentukan oleh faktor-faktor profil, kapasitas fisiologi,

kapasitas psikologi dan kapasitas biomekanik, sedangkan tuntutan tugas dipengaruhi oleh

karakteristik dari materi pekerjaan, tugas yang harus dilakukan, organisasi dan lingkungan

dimana pekerjaan itu dilakukan (Manuaba, 2008). Dengan ergonomi dapat ditekan dampak

negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan ergonomi berbagai

penyakit akibat kerja, kecelakaan, pencemaran, keracunan, ketidak-puasan kerja, kesalahan

unsur manusia, bisa dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya (Manuaba, 2008). Dalam hal ini

ergo-entrepreneurship dimaknai sebagai konsep-konsep ergonomi yang dapat

diimplementasikan di dalam pengembangan pengetahuan dan sikap kewirausahaan seseorang

sehingga mereka mampu bersaing di era global.

Sumber kerja diartikan sebagai aspek-aspek fisik, social atau organisasional dari

pekerjaan yang dapat: (a) menurunkan tuntutan pekerjaan dan biaya yang berkaitan dengan

faktor fisiologis dan psikologis; (b) berfungsi dalam pencapaian tujuan kerja; (c) menstimulasi

pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan individu. Sumber kerja merupakan predictor

terpenting dari engagement, karena mampu memprediksi komitmen suatu organisasi. Sumber

kerja berperan dalam pembentukan proses motivasi karena karyawan mampu memenuhi

kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan ekonomi, kompetensi, dan berhubungan dengan orang

lain. Penelitian terkini menyatakan bahwa suber kerja termasuk pada level tugas sebagai

umpan balik kinerja, level interpersonal sebagai dukungan dari rekan kerja, dan level

organisasi sebagai pembinaan supervisor (Bakker & Leiter, 2010: .Bakker, 2010; Bakker, et

al, 2011 ; Bakker, et al, 2008; Shimazu, et al, 2010)

Page 19: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

10

Pemanfaatan prinsip-prinsip ergonomi dalam mendesain suatu produk membuat produk

tersebut menjadi lebih sesuai dengan pemakai (users friendly), memuaskan, nyaman dan aman

(Manuaba 2008; Fam, et al, 2007; Limerick, et al, 2007). Untuk memudahkan dan mengurangi

dampak negatif yang mungkin timbul, penerapan ergonomi hendaknya menggunakan bahasa

yang sederhana, bahasa perusahaan atau bahasa masyarakat. Pendekatan sistemik, holistik,

interdisipliner dan partisipatori (SHIP) hendaknya selalu dimanfaatkan dalam setiap

pemecahan masalah atau merencanakan sesuatu sehingga tidak ada lagi masalah yang

tertinggal atau muncul di kemudian hari (Manuaba, 2008; Azadeh, et al, 2007). Di samping itu

pendekatan SHIP hendaknya diterapkan dalam pemilihan dan alih teknologi sehingga menjadi

tepat guna, dengan persyaratan: (a) secara teknik hasilnya lebih baik; (b) secara ekonomi lebih

menguntungkan; (c) secara sosial budaya dapat diterima; (d) kesehatan dapat dijamin dan

dipertanggungjawabkan; (e) hemat dalam pemakaian energi; dan (f) tidak merusak lingkungan

(Manuaba, 2008; Munaf, et al., 2008). Dari beberapa perbaikan ergonomi terbukti bahwa

dengan penerapan ergonomi mampu memberikan keuntungan secara ekonomi, meningkatkan

keselamatan dan kenyamanan kerja. Malah telah sampai pada simpulan good ergonomi is

good economic yang merupakan acuan utama konsep ergo-entrepreneurship (Sutjana, et al.,

2008).

Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa

mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling

berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh

kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud

self-organizing dari masyarakat namun juga perlu memberikan perhatian pada faktor

eksternalnya (Anonim, 2012). Cook (1994) dalam Anonim (2012) menyatakan pembangunan

masyarakat merupakan konsep yang berkaitan dengan upaya peningkatan atau pengembangan

masyarakat menuju ke arah yang positif.

Giarci (2001) (dalam Anonim, 2012) memandang community development sebagai suatu

hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur

untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu

memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan

lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan

collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Itu berarti pemberdayaan

Page 20: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

11

masyarakat melalui pelatihan ergonomi sesungguhnya mengupayakan agar masyarakat

menyadari betapa pentingnya kesehatan dan kebugaran dalam bekerja. Di sisi lain melalui

pelatihan ergonomi dapat diwujudkan pembangunan berkelanjutan, karena akan tercipta

pekerja-pekerja yang tangguh tanpa terpapar oleh kondisi kerja yang tidak aman, tidak sehat,

dan tidak nyaman. Pada akhirnya akan diperoleh mekanisme kerja yang efektif, efisien, dan

produktif.

2.6.2 Pertimbangan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Masyarakat

Kearifan lokal adalah unsur kebudayaan tradisional yang telah memiliki sejarah yang

panjang dan hidup dalam kesadaran kesadaran kolektif manusia dan masyarakat sejagat,

terkait dengan sumber daya alam, sumber daya kebudayaan, sumber daya manusia, ekonomi,

hokum dan keamanan (Geriya, 2007). Secara konseptual kearrifan lokal merupakan bagian

dari sistem pengetahuan sederhana (Sarna, 2008). Di antara keanekaragaman jenis kearifan

lokal, ditemukan beberapa kearifan lokal yang memiliki kualitas dan keunggulan dengan

kandungan nilai-nilai universal seperti historis, religius, etika, estetika, sains dan teknologi

yang disebut lokal genius.

Tri Hita Karana sebagai warisan budaya Bali ternyata memiliki banyak keterkaitan

dengan ergonomi karena kaya dengan filosofi, nilai, etika lokal, dan dengan focus berupa

konfigurasi nilai harmoni. Dalam hal ini prinsip ergonomi yang mengutamakan unsur

kenyamanan, kesehatan, keamanan, efisiensi, dan efektivitas serta produktivitas kerja amat

terkait dengan konsep Tri Hita Karana yang sangat mempengaruhi perilaku orang Bali dalam

beraktivitas. Di samping itu warisan leluhur tentang konsep keseimbangan yang dikenal

dengan istilah Tri Hita Karana tersebut selalu menjadi inspirasi bagi pengelolaan sumber daya

alam di Bali. Dalam hal ini penerapan ergonomi di industri kecil yang berbasis kearifan lokal

sesungguhnya adalah beruasaha agar terjadi keseimbangan antara aktivitas manusia dengan

daya dukung alam di sekitarnya. Penanganan limbah perusahaan dan pembatasan waktu kerja

merupakan upaya ergonomi untuk menserasikan antara tuntutan tugas dengan kemampuan

manusia dan faktor lingkungan yang menyertai para pekerja saat beraktivitas.

Budaya Bali sangat menekankan keseimbangan dari pola relasi hubungan dengan

Tuhan, manusia, dan lingkungan. Kedinamisan keseimbangan pola relasi ini sangat terkait

dengan dinamika perjalanan waktu dan keadaan yang terjadi (desa, kala, patra). Konsep desa

Page 21: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

12

kala patra juga menjadi acuan dalam perbaikan stasiun dan proses kerja di industri kecil,

karena konsep ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi ergonomi di suatu

daerah (Sutajaya & Ristiati, 2011).

Ajaran Catur Purusartha (Dharma, Artha, Kama, Moksa) diarahkan untuk mencapai

tujuan kebebasan yang abadi dan kesejahteraan seantero alam semesta dengan istilah

mokshartam jagadhita. Tujuan untuk mencapainya adalah dengan Catur Marga (Karma,

Bhakti, Jnana, Raja). Konsep ini amat terkait dengan prinsip ergonomi yang menekankan

kepada upaya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam mencapai

kesejahteraan hidup dan tetap terjaganya kualitas kesehatan jasmani dan rohani.

2.6.3 Pertimbangan Faktor Sosial Budaya dalam Pemberdayaan Masyarakat

Geriya (2007) menyatakan bahwa kristalisasi nilai-nilai budaya yang digali dari bumi

Indonesia adalah: (a) unsur ke-Tuhanan yang diungkapkan dengan bhinneka tunggal ika tan

hana dharma mangrua yang artinya berbeda-beda tetapi satu dan tidak ada agama yang

memiliki tujuan berbeda dimana unsur kerukunan dan toleransi agama menjadi bingkai

pemersatu; (b) unsur kemanusiaan yang egaliter dapat dijumpai pada tata kehidupan

bermasyarakat yakni menghargai sesama umat dan saling membantu jika tertimpa musiba;, (c)

unsur persatuan yang terihat jelas dengan adanya kebersamaan (collectives), kekeluargaan,

persatuan dan kesatuan serta kegotong-royongan; (d) unsur kerakyatan sebagai ciri demokrasi

terlihat dalam pengambilan keputusan dilakukan melalui jalan musyawarah mufakat; dan (e)

unsur keadilan tercermin dalam kehidupan hukum adat sebagai salah satu aspek budaya yang

mengatur secara adil dan merupakan kewajiban warga masyarakat setempat. Pendapat ini

sangat berkaitan dengan unsur-unsur yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan ergonomi

khususnya di Bali yaitu: (a) bekerja diyakini sebagai suatu darma seseorang dan hasilnya akan

dipertanggung-jawabkan kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) melalui pelaksanaan

karma marga sebagai wujud bakti kepadaNya; (b) melalui penerapan ergonomi sejak dini

diharapkan dicapai kondisi kerja yang lebih manusiawi dan tidak memaksa seseorang untuk

bekerja di luar batasan, kemampuan dan kebolehannya; (c) suatu pekerjaan akan bisa

dilakukan secara efektif dan efisien dengan hasil maksimal jika dikerjakan secara bersama-

sama melalui tim kerja yang kondusif; (d) unsur kerakyatan sebagai ciri demokrasi sangat

kentara di dalam suatu organisasi kerja yang menerapkan pendekatan SHIP (sistemik, holistik,

Page 22: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

13

interdisipliner dan partisipatori) karena pendekatan tersebut memberi peluang kepada setiap

orang untuk berkontribusi sama dalam setiap mengambil keputusan dan mereka yang ingin

menang sendiri dan otoriter akan tereliminasi; dan (e) unsur keadilan dapat dilihat pada sistem

pengupahan di mana prinsip ergonomi selalu menekankan kepada sistem pengupahan yang

proporsional sesuai dengan beban kerja atau risiko yang dihadapi pekerja.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh unsur

tubuh manusia yaitu: bayu (kekuatan), sabda (suara) dan idep (pikiran) dapat dijelaskan

sebagai berikut (Sutajaya, et al, 2009).

1. Dalam menentukan permasalahan di tempat kerja hendaknya memperhatikan status

nutrisi atau energi dan pemanfaatan tenaga otot (bayu) terkait dengan subjek yang

akan dilibatkan dan intervensi ergonomi yang dikenakan terhadap subjek

penelitian.

2. Dalam membuat protokol penelitian unsur sabda atau pendapat (suara) subjek

perlu diperhatikan, karena apa yang diinginkan peneliti belum tentu sesuai dengan

keinginan subjek.

3. Saat memperbaiki kondisi kerjanya diharuskan untuk mengajak subjek secara

partisipatori turut berpikir atau memanfaatkan idep mereka demi tercapainya

kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh

unsur sarana berlogika yaitu desa (tempat), kala (waktu) dan patra (kebiasaan) dapat

dijelaskan sebagai berikut (Sutajaya, et al, 2009).

1. Pada proses penelitian karateristik lokasi (tempat) penelitian sangat menentukan

keberhasilan suatu penelitian karena terkait dengan cara pemilihan sampel,

rancangan yang digunakan, dan strategi pendataan. Untuk itu perlu diketahui

karakteristik suatu wilayah yang akan dijadikan objek penelitian sehingga

penelitian dapat berlangsung lancar dengan hasil yang maksimal.

2. Waktu penelitian juga sangat menentukan validitas dan reliabilitas data yang

diperoleh karena jika salah menentukan alokasi waktu penelitian bisa berakibat

fatal atau penelitian mengalami kegagalan, misalnya: penelitian dilakukan saat ada

upacara agama, ini tentu akan mempengaruhi kondisi subjek.

Page 23: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

14

3. Kebiasaan setempat perlu dipertimbangkan agar diperoleh data yang akurat karena

kebiasaan seseorang yang mungkin sudah dilakukan selama bertahun-tahun atau

bahkan berabad-abad lamanya tidak bertindak sebagai variabel pengganggu atau

menjadi masking effect dalam analisis data.

Penelitian pemberdayaan masyarakat yang berorientasi ergonomi yang menyentuh

unsur peradilan yaitu bukti, saksi dan ilikita (logika) dapat dijelaskan sebagai berikut

(Sutajaya, et al, 2009).

1. Bukti keberhasilan intervensi ergonomi sering digunakan sebagai acuan di dalam

melaksanakan intervensi berikutnya, karena bukti yang bisa dilihat dan dirasakan

oleh pekerja dapat bertindak sebagai pemicu motivasi pihak terkait untuk

memperbaiki kondisi kerjanya.

2. Saksi juga diperlukan untuk mempromosikan keberhasilan intervensi ergonomi

karena apa yang dikatakan atau dilaporkan oleh saksi yang dalam hal ini adalah

subjek dan peneliti dapat mempengaruhi minat pekerja atau orang lain yang tertarik

dengan intervensi tersebut untuk diterapkan di tempat mereka.

3. Ilikita atau logika sangat berpengaruh dalam mengambil suatu keputusan terkait

dengan upaya perbaikan yang akan dilakukan, karena dalam penerapan ergonomi

diawali dengan perbaikan yang sifatnya mudah dikerjakan, murah biayanya dan

masuk akal. Itu berarti secara logis apa yang diterapkan dalam penelitian ergonomi

hendaknya masuk akal dan bisa berlanjut atau tidak hanya terbatas sebagai

penelitian saja.

2.6.4 Sikap Kewirausahaan sebagai Penunjang Pemasaran

Wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan menilai

kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan

untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil keuntungan dalam rangka meraih

sukses. Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki

kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Sedangkan

yang dimaksudkan dengan seorang wirausahawan adalah orang-orang yang memiliki

kemampuan melihat dan menilai kesempatankesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-

sumber daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan

Page 24: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

15

serta memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia

nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan (Amperaningrum

& Ichyaudin, 2009).

Orang-orang yang memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi dalam hidupnya. Secara

epistimologis, sebenarnya kewirausahaan hakikatnya adalah suatu kemampuan dalam berpikir

kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan,

siasat dan kiat dalam menghadapi tantangan hidup. Seorang wirausahawan tidak hanya dapat

berencana, berkata-kata tetapi juga berbuat, merealisasikan rencana-rencana dalam pikirannya

ke dalam suatu tindakan yang berorientasi pada sukses. Maka dibutuhkan kreatifitas, yaitu

pola pikir tentang sesuatu yang baru, serta inovasi, yaitu tindakan dalam melakukan sesuatu

yang baru.

Beberapa konsep kewirausahaan seolah identik dengan kemampuan para wirausahawan

dalam dunia usaha (business). Padahal, dalam kenyataannya, kewirausahaan tidak selalu

identik dengan watak/ciri wirausahawan semata, karena sifat-sifat wirausahawan pun dimiliki

oleh seorang yang bukan wirausahawan. Wirausaha mencakup semua aspek pekerjaan, baik

karyawan swasta maupun pemerintahan (Soeparman Soemahamidjaja, 1980 dalam

Amperaningrum & Ichyaudin, 2009).

Wirausahawan adalah mereka yang melakukan upaya-upaya kreatif dan inovatif dengan

jalan mengembangkan ide, dan meramu sumber daya untuk menemukan peluang (opportunity)

dan perbaikan (preparation) hidup (Prawirokusumo, 1997 dalam Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009). Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila seseorang individu

berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses kewirausahaan meliputi

semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan dengan perolehan peluang dan

penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009 ).

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses

pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Menurut Zimmerer (1996) dalam Amperaningrum & Ichyaudin (2009), nilai tambah

tersebut dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology)

2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

Page 25: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

16

3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or

services)

4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih

banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing

more goods and services with fewer resources)

Walaupun di antara para ahli ada yang lebih menekankan kewirausahaan pada peran

pengusaha kecil, namun sifat inipun sebenarnya dimiliki oleh orang-orang yang berprofesi di

luar wirausahawan. Jiwa kewirausahaan ada pada setiap orang yang menyukai perubahan,

pembaharuan, kemajuan dan tantangan, apapun profesinya. Dengan demikian, ada enam

hakekat pentingnya kewirausahaan dengan penjelasan sebagai berikut (Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009).

1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan

sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses dan hasil bisnis (Ahmad

Sanusi, 1994 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

2. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai sebuah usaha dan

mengembangkan usaha (Soeharto Prawiro, 1997 dalam Amperaningrum &

Ichyaudin, 2009)

3. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif)

dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.

4. Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan

berbeda (Drucker, 1959 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

5. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam

memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan

usaha (Zimmerer, 1996 dalam Amperaningrum & Ichyaudin, 2009)

6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan

mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk

memenangkan persaingan.

Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri

dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah: (a)

percaya diri; (b) berorientasikan tugas dan hasil; (c) pengambil risiko; (d) kepemimpinan; (d)

keorisinilan; (e) berorientasi ke masa depan; dan (f) jujur dan tekun (Wikipedia, 2012)

Page 26: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

17

Sifat-sifat seorang wirausaha adalah sebagai berikut (Wikipedia, 2012).

1. Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.

2. Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan

ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik ddan memiliki

inisiatif.

3. Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.

4. Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka

terhadap saran dan kritik yang membangun.

5. Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan

bisnis yang luas.

6. Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.

7. Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.

Bertolak dari ciri dan sifat watak seorang wirausahawan dapat diidentifikasi sikap

seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut

(Wikipedia, 2012)

1. Disiplin

Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan

yang tinggi Arti dari kata disiplin adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas

dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap

waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat

dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu

yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah

kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan Kedisiplinan

terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan

komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan.

Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari

kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

Page 27: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

18

2. Komitmen Tinggi

Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik

terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang

wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi

pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita,

harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen

wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang

berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang

ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan

yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata

konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari

konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target

perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.

3. Jujur

Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang

wirausahawan Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks Kejujuran mengenai

karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang

dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai

segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.

4. Kreatif dan Inovatif

Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya

kreativitas yang tinggi.

Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang

maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah

ada selama ini di pasar Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh

ruang, bentuk ataupun waktu Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-

terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang

kelihatannya mustahil

Page 28: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

19

5. Mandiri

Seseorang dikatakan mandiri apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan

dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau

bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan

pihak lain Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang

wirausahawan Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam

memenuhi kegiatan usahanya.

6. Realistis

Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita

sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun

tindakan/ perbuatannya. ]Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun

pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis,

obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan

kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada

keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.

Page 29: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

20

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penerapan IPTEKS dengan Kajian Ergo-entrepreneurship

Karakteristik kuliner yang dijajakan dan kondisi lingkungan kerja yang menyertai

pedagang kuliner saat beraktivitas dapat dicermati pada Tabel 3.1 dan 3.2.

Tabel 3.1. Karakteristik Kuliner yang Dijajakan (n = 15)

No Variabel Persentase

1 Berupa makanan tradisional 73,3%

2 Makanan khas desa setempat 40,0%

3 Dimasak sendiri oleh pedagang 73,3%

4 Tidak menggunakan penyedap rasa 46,7%

5 Bahannya berasal dari pasar desa setempat 86,7%

6 Memasak langsung di tempat berjualan 53,3%

Tabel 3.2. Kondisi Lingkungan di Sekitar Tempat Berjualan (n = 15)

No Variabel Keterangan

1 Areal parkir seluas 15 x 40 m Cukup memadai

2 Ada tempat beristirahat berupa bale sakenem(6x4m) Cukup nyaman untuk lesehan

3 Akses menuju kuliner sangat lancar Di pinggir jalan protokol

4 Tempat menyimpan rombong/ meja Di gedung serba guna atau di

sekitar kantor desa

5 Kebersihan areal Terjamin, karena ada petugas

kebersihan

6 Pengaturan parkir Dilakukan oleh seorang tukang

parkir

7 Keberadaan lalat, kecoa, dan tikus Diatasi dengan menutup atau

menggunakan rak kaca

8 Keberadaan debu terpaan angin Diatasi dengan menyiram areal

sebelum kuliner dibuka

9 Terpaan sinar matahari Diatasi dengan penambahan atap

pada rombong

10 Penanganan limbah kuliner Diatasi dengan membuang

limbah di tempat yang jauh dari

areal kuliner

11 Penggunaan detergen untuk mencuci piring dan

peralatan lainnya

Dapat diminimalkan dengan

memanfaat inke beralaskan daun

pisang sebagai wadah makanan

12 Lokasinya di sekitar Gedung Serba Guna Jika ada kegiatan di gedung

tersebut akan menambah jumlah

pembeli

Page 30: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

21

Penerapan IPTEKS dalam pengabdian masyarakat yang berupaya untuk memfasilitasi

antara pedagang kulner lokal dengan akademisi terkait dengan sikap kewirausahaan pedagang

dan mekanisme pemasaran dinilai cukup berhasil. Hasil yang dicapai dalam kegiatan

pengabdian masyarakat bertajuk penerapan IPTEKS melalui pelatihan ergo-entrepreneurship

untuk mengembangkan sikap kewirausahaan pedagang kuliner di Desa Peliatan Ubud Gianyar

Bali dapat dicermati Tabel 3.3 dan 3.4.

Tabel 3.3. Hasil Analisis Deskriptif Penerapan IPTEKS dengan Kajian Ergo-

entrepreneurship

No Kegiatan Penerapan IPTEKS Hasil yang Dicapai

1 Identifikasi dan

Pemecahan Masalah

Ergonomi

a. Kondisi kerja

secara umum

Melalui kajian ergonomi

ditelusuri kondisi kerja yang

berpotensi memunculkan

penyakit akibat kerja dan

berdampak kepada

keberlanjutan usaha kuliner

Ditemukan penyakit akibat

kerja, khususnya sakit

pinggang, punggung, dan

bahu pada pekerja setelah

meraka berjualan kurang

lebih 4 jam. Ini diatasi dengan

penyedian tempat duduk bagi

pedagang yang sewaktu-

waktu bisa dimanfaatkan

untuk istirahat pendek ketika

belum ada pembeli.

b. Kondisi lingkungan

di tempat kerja

Disosialisasikan tentang

prinsip-prinsip lingkungan

kerja yang ergonomis (aman,

nyaman, dan sehat) serta cara

mengaplikasikan ergonomi

dalam mengatasi kondisi

lingkungan yang berisiko

memunculkan penyakit akibat

kerja dan berdampak kepada

animo masyarakat untuk

berkunjung ke lokasi kuliner

Setelah dijelaskan melalui

pelatihan tentang kondisi

lingkungan kerja yang

ergonomis, para pedagang

secara proaktif mengikuti

saran tersebut, akan tetapi

masih ada yang belum

konsisten melaksanakannya

terutama yang berkaitan

dengan pengelolaan sampah.

Di samping itu penanganan

terhadap debu di sekitar areal

kulner juga sering luput dari

perhatian pedagang. Kedua

masalah lingkungan tersebut

ditangani dengan

mempekerjakan petugas

kebersihan di areal tersebut

Page 31: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

22

yang digaji oleh para

pedagang kuliner.

c. Organisasi kerja Disosialisasikan tentang

penerapan organisasi kerja

yang mengacu kepada

pendekatan ergonomik

partisipatori.

Mulai terbentuk organisasi

kerja dengan struktur

organisasi yang jelas. Struktur

organisasi ini sering

dimanfaatkan di dalam

penggalian dana melalui

bantuan sosial (bansos). Di

samping itu dengan

terbentuknya organisasi kerja

yang mantap, mekanisme

pemasaran semakin jelas

apalagi sudah dirintis

kerjasama dengan event

organizer yang

menyelenggaran kegiatan di

sekitar lokasi kuliner

2 Diskusi interaktif

dalam menelusuri

kendala yang

dijumpai dan

alternatif solusinya

terkait dengan

aplikasi ergonomi

Secara partisipatori semua

stakeholders yang terkait

diajak berdiskusi, sehingga

kendala yang ada betul-betul

merupakan kendala bersama

dan alternatif solusi yang

ditawarkan merupakan hasil

pemikiran bersama

Ditemukan kendala dalam

pengembangan sikap

kewirausahaan yaitu: (a)

kurang inovasi dalam

pengembangan kuliner; (b)

disiplin kerja belum

memadai, karena pedagang

sering tidak berjualan

sehingga pelanggan kabur; (c)

kurang tahan banting dalam

menghadapi pemasaran yang

tidak lancar; (d) belum

menyadari bahwa pelayanan

prima (customer services)

adalah kunci sukses

pedagang; dan (e) belum

berani menambah modal

usaha melalui pinjaman; dan

(f) belum berani menambah

jumlah dagangan saat ada

event-event tertentu. Kendala

ini dibahas bersama saat

pelatihan dan dicarikan solusi

melalui pendekatan

partisipatori yang mengacu

kepada kemampuan dan

kemauan serta kesiapan

pedagang untuk

Page 32: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

23

mengembangkan usahanya.

3 Pelatihan singkat

penyusunan action

plan (rencana tindak)

Setelah dipilah dan dipilih

permasalahan yang

teridentifikasi dan berorientasi

kepada kendala yang ada,

dilakukan pelatihan membuat

rumusan action plan yang

mengacu kepada unsur 5 W, 2

H, dan 1 R (what: apa yang

akan dikerjakan); why:

mengapa itu yang dikerjakan;

when: kapan

dikerjakan; who: siapa yang

mengerjakan: where: dimana

dikerjakan; How: bagaimana

caranya; How much: berapa

biayanya; dan Regulation: apa

dasar hukum atau peraturan

yang digunakan

Melalui pembinaan yang

intensif dan pembuatan pola

sederhana dalam membuat

rencana aksi, para pekerja

menyadari bahwa apapun

yang mereka rencanakan

wajib ditulis atau

didokumentasinya dalam

sebuah catatan sehingga bisa

digunakan sebagai acuan di

dalam bertindak atau bisa

dimanfaatkan untuk evaluasi

hasil kegiatan

4 Kerjasama dengan

pihak konsumen

Difasilitasi kerjasama

pemasaran dengan event

organizer yang memerlukan

kuliner

Kerjasama dengan event

organizer yang telah dirintis

adalah dengan EO Turnamen

Bola Voli yang melaksanakan

kegiatan selama satu bulan

dan EO Turnamen Bulu

Tangkis yang melaksanakan

kegiatan selama dua minggu

serta EO SEMARAK Peliatan

yang melaksanakan kegiatan

selama tujuh hari

5 Pemantauan

keberlanjutan usaha

kuliner

Selalu diupayakan kerjasama

mutualisme antara penghasil

produk kuliner dengan event

organizer yang memerlukan

produk tersebut

Keberjanjutan kerjasama

antara akademisi, event

organizer, dan pedagang

kuliner tampaknya cukup

menjanjikan mengingat

antusiasme pedagang untuk

mengembangkan sikap

kewirausahaannya cukup

memadai.

Page 33: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

24

Tabel 3.4. Hasil Uji Beda Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner antara Sebelum dan

Sesudah Pelatihan (n = 15)

No Variabel Periode I

(Sebelum Pelatihan)

Periode II

(Sesudah Pelatihan)

Nilai t Nilai p

Rerata SB Rerata SB

1 Sikap

kewirausahaan

pedagang

56,22 4,01 61,60 4,04 6,282 0,0001

SB: Simpangan Baku

Hasil pemantauan terhadap kondisi kerja pedagang kuliner di Desa Peliatan,

Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dapat dilihat pada Gambar 3.1, 3.2 dan 3.3.

Gambar 3.1. Suasana Kuliner di Alun-alun Desa Peliatan

Page 34: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

25

Gambar 3.2. Barang Dagangan yang Dijajakan Kuliner di Alun-alun Desa Peliatan

Gambar 3.3. Suasana Kuliner saat Ada Turnamen Bola Voli

Page 35: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

26

3.2 Pembahasan

3.2.1 Karakteristik Kuliner

Karakteristik kuliner yang ada di Desa Peliatan adalah: (a) menjajakan makanan

tradisional dilakukan oleh 73,3% pedagang; (b) menjajakan makanan khas desa setempat

dilakukan oleh 40,0% pedagang; (c) memasak sendiri makanan yang dijajakan dilakukan oleh

73,3%; (d) tidak menggunakan penyedap rasa dilakukan oleh 46,7% pedagang; (e)

menggunakan bahan baku dari pasar desa setempat dilakukan oleh 86,7% pedagang; dan (f)

memasak langsung di tempat berjualan dilakukan oleh 53,3% pedagang. Dilihat dari persenase

tersebut tampaknya kuliner di desa tersebut cenderung menjajakan makanan tradisional yang

dibuat sendiri oleh pedagang dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di pasar desa

setempat. Kondisi tersebut tampaknya perlu dipertahankan agar makanan-makan khas Bali

tetap lestari dan semakin digemari oleh masyarakat. Di samping itu ditemukan bahwa hanya

46,7% saja yang tidak menggunakan penyedap rasa. Ditinjau dari unsur kesehatan tampaknya

hal itu perlu ditanggulangi sesegera mungkin agar tidak menimbulkan dampak negatif

terhadap kesehatan konsumen.

Makanan khas desa setempat yang dijajakan adalah topot, jaja kukus, tipat santok,

betutu, daluman, cendol, loloh, tipat sate, tahu basa lalah, jukut mebejek, pesan celengis, pesan

kakul, pesan lindung, bubuh basa nyuh, jaja giling-giling, dan lain-lain. Barang dagangan

tersebut sangat khas dinilai dari cara pembuatannya, cara penyajiannya, dan bumbu yang

digunakan. Kekhasan ini membuat para pelanggan wajib datang ke tempat tersebut karena di

tempat lain tidak ditemukan makanan khas seperti itu. Kondisi inilah yang membuat para

pedagang yakin bahwa dagangannya akan dicari oleh para pelanggan.

Keunikan makanan tersebut tentu berpotensi untuk dikembangkan dan dipasarkan

secara lebih luas dan dapat memotivasi para pedagang untuk berwirausaha lebih lanjut.

Sutajaya & Gunamantha (2014) melaporkan bahwa melalui pemberdayaan pedagang kuliner

mengakibatkan: (a) munculnya semangat baru bagi pedagang kuliner yang sebelumnya sempat

tidak percaya diri untuk berbisnis di bidang tersebut; (b) munculnya kelompok pedagang

kuliner yang siap berjualan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh desa; (c) berhasil

dibuat tenda knock down yang bisa dibongkar pasang, karena areal yang dimanfaatkan untuk

usaha kuliner tersebut paginya digunakan sebagai tempat parkir; dan (d) usaha kuliner yang

dibangun tersebut menjadi sumber penghasilan baru bagi pihak desa.

Page 36: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

27

3.2.2 Kondisi Lingkungan di Areal Kuliner

Kondisi lingkungan di areal kuliner sangat menentukan keberlanjutan kuliner tersebut.

Dalam hal ini ditemukan bahwa: (a) areal parkir seluas 15 x 40 m dinilai cukup memadai

untuk 100 s.d. 150 orang pengunjung; (b) tersedianya tempat beristirahat berupa bale sakenem

(6x4m) diniilai cukup nyaman untuk lesehan atau sekadar untuk tempat duduk saat konsumen

menikmati hidangan yang disajikan; (c) akses menuju kuliner sangat lancar karena lokasinya

berada di pinggir jalan protokol; (d) tempat menyimpan rombong atau meja dimanfaatkan

gedung serba guna atau di sekitar kantor desa sehingga sangat efektif dan efisien saat

menyimpan peralatan tersebut; (e) kebersihan areal sangat terjamin, karena ada petugas

kebersihan yang selalu menjaga kebersihan di areal tersebut; (f) pengaturan parkir juga dinilai

cukup rapi, karena sudah dipekerjakan seorang tukang parkir yang cukup handal; (g)

keberadaan lalat, kecoa, dan tikus yang sering mengintai makanan yang dijajakan diatasi

dengan cara menutup atau menggunakan rak kaca; (h) keberadaan debu terpaan angin diatasi

dengan menyiram areal sebelum kuliner dibuka; (i) terpaan sinar matahari diatasi dengan

penambahan atap pada rombong; (j) penanganan limbah kuliner diatasi dengan membuang

limbah di tempat yang jauh dari areal kuliner; (k) penggunaan detergen untuk mencuci piring

dan peralatan lainnya dapat diminimalkan dengan memanfaat inke beralaskan daun pisang

sebagai wadah makanan; dan (l) dengan lokasi kuliner di sekitar Gedung Serba Guna

tampaknya sangat strategis karena mudah dijangkau dari segala penjuru dan jika ada kegiatan

di gedung tersebut akan menambah jumlah pembeli.

Kondisi lingkungan tersebut dinilai sangat memadai untuk pengembangan kuliner ke

arah yang lebih maju dan lebih mandiri. Dalam hal ini Adnyana (2013) melaporkan bahwa

kondisi lingkungan yang dipertimbangkan di dalam beraktivitas adalah suhu kering, suhu

basah, dan kelembaban relatif yang dipengaruhi oleh efek termal suatu peralatan. Suhu kering

yang menyertai para tukang banten saat beraktivitas adalah 29 s.d. 31o C dan suhu basahnya

adalah 27 s.d 29oC dengan kelembaban relatif 75 s.d 85%. Kondisi lingkungan tersebut dinilai

nyaman untuk beraktivitas sehingga tidak mengganggu produktivitas pekerja. Sutarja (2012)

melaporkan bahwa kenyamanan termal atau fisik lingkungan di tempat beraktivitas

dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban relatif, kecepatan angin, pencahayaan, dan

kebisingan. Dalam hal ini ditemukan bahwa temperatur di tempat kerja berkisar antara 26,5

s.d. 31oC, kelembaban relatif berkisar antara 63 s.d 75%, dan kecepatan angin antara 0,03 s.d.

Page 37: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

28

0,15 m per detik. Kondisi lingkungan dengan rentangan tersebut dinilai nyaman untuk

beraktivitas.

Di samping itu kondisi lingkungan biologis yang dinilai dari keberadaan lalat, kecoa,

dan tikus juga harus diperhatikan, karena dapat mengganggu kesehatan pembeli atau dapat

memunculkan kesan kumuh. Untuk itu disarankan agar tidak membuang limbah di sekitar

areal kuliner yang dapat mengundang binatang tersebut. Kondisi lingkungan secara fisik

seperti keberadaan debu yang dapat mengotori makanan juga perlu diperhatikan mengingat

areal kuliner berada di pinggir jalan protocol. Hamburan debu akibat terpaan angin atau akibat

laju kendaraan dapat mengotori makanan jika tidak ditanggulangi. Cara paling sederhana yang

dilakukann oleh ara pedagang kuliner adalah dengan jalan menyiram areal kuliner sebelum

kuliner dibuka. Ada juga yang sudah menggunakan rak kaca untuk menghindari paparan debu

tersebut.

Kondisi lingkungan secara kimiawi dilihat dari penggunaan deterjen untuk mencuci

piring dan peralatan kuliner. Hal ini ditanggulangi dengan menganjurkan kepada para

pedagang untuk menggunakan inke beralaskan daun pisang sebagai wadah makanan, sehingga

penggunaan deterjen untuk mencuci piring bisa diminimalkan. Pemanfaatan bahan penyedap

untuk menyedapkan rasa makanan juga termasuk kondisi lingkungan kimiawi yang dapat

mengganggu kesehatan pembeli. Hal ini ditanggulangi dengan sosialisasi bahaya yang

ditimbulkan oleh bahan penyedap yang mengandung monosodium glutamat (MSG) tersebut.

3.2.3 Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner

Pada pengabdian ini ditemukan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan sikap

kewirausahaan pedagang kuliner sebesar 9,57% antara sebelum dan sesudah pelatihan ergo-

entrepreneurship (p<0,05). Ini menandakan bahwa melalui pelatihan tersebut para pedagang

kuliner semakin termotivasi untuk mengembangkan usahanya. Di samping itu muncul

keberanian untuk berwirausaha. Dalam hal ini Sutajaya & Gunamantha (2014) melaporkan

bahwa terjadi peningkatan sikap kewirausahaan dilihat dari indikator: (a) produk kuliner

hanya dipasarkan di areal terbatas (22,2%); (b) usaha mencermati harga pasar (11,1%); (c)

kepedulian dengan harga pasar (38,9%); (d) usaha meningkatkan kualitas produk (0%); (e)

kecenderungan berusaha meningkatkan jumlah produk yang dihasilkan (66,7%); (f) usaha

meningkatkan jumlah dan kualitas produk (33,3%); (g) usaha memasarkan melalui pasar

Page 38: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

29

tradisional di tempat lain (44,4%); (h) usaha memasarkan melalui pasar swalayan (22,2%); (i)

usaha untuk membuka toko kecil di kawasan wisata (22,2%); (j) usaha memasarkan produk

kuliner dengan harapan mendapat keuntungan yang lebih tinggi (11,1%); (k) keberanian

meminjam modal di LPD (27,8%); (l) usaha mengikuti kursus-kursus kewirausahaan (22,2%);

(m) usaha memperluas area pemasaran produk (22,2%); (n) usaha menawarkan produk kuliner

melalui rekanan dalam bidang pemasaran (5,6%); (o) usaha membeli produk kuliner dari

pedagang lain yang produknya berkualitas (27,8%); (p) usaha memenangkan persaingan di

pasaran (16,7%); (q) usaha sebagai penghasil produk sekaligus penjual (5,6%); (r) melakukan

diskusi dengan teman seprofesi (11,1%); (s) menjalin kerjasama dengan kelompok-kelompok

pedagang lainnya (11,1%); dan (t) usaha memperluas pemasaran ke pasar-pasar swalayan,

hotel, restoran, dan pihak lain (16,7%).

Sutajaya & Gunamantha (2014) juga melaporkan bahwa pelatihan yang dilakukan oleh

dua orang pakar kuliner yang sekaligus pakar ekonomi ternyata dapat mengubah sikap

kewirausahaan secara bermakna dimana terjadi peningkatan skor sikap kewirausahaan sebesar

41,59%. Ini menunjukkan bahwa para pedagang kuliner mulai termotivasi untuk menggeluti

bisnis tersebut. Di sisi lain tampak mereka semakin berani untuk menambah modal usaha

dengan harapan agar bisa ditingkatkan kuantitas produk. Upaya pemasaran melalui cara lain,

selain di areal yang disediakan pihak desa juga mulai tampak, karena 7 orang pedagang sudah

mulai memasang iklan bahwa mereka menerima pesanan.

Seirama dengan peningkatan sikap kewirausahaan tersebut diyakini berdampak

terhadap produktivitas pedagang. Itu bisa terjadi karena dengan semangat kewirausahaan

yang tinggi tentu akan berkorelasi positif terhadap peningkatan produk yang dijual dan pada

akhirnya omset penjualan akan meningkat. Ini tentu berdampak positif terhadap peningkatan

produktivitas kerja pedagang kuliner. Hal yang sama juga dilaporkan oleh: (1) Sudiajeng

(2010) melaporkan bahwa pemberdayaan pekerja melalui intervensi ergonomi pada organisasi

dan stasiun kerja dapat meningkatkan kinerja bengkel kayu dilihat dari peningkatan

produktivitas sebesar 87,50%, (2) Suardana (2012) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi

dalam perancangan arsitektur meningkatkan kinerja pengguna bangunan dilihat dari

peningkatan ketelitian kerja sebesar 87,2% dan konstansi kerja sebesar 15,79%, (3) Wijaya

(2012) melaporkan bahwa penerapan manajemen kinerja klinik berbasis Tri Hita Karana

sebagai suatu pemberdayaan terhadap pekerja dapat meningkatkan kualitas kerja perawat dan

Page 39: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

30

bidan di rumah sakit umum Bangli sebesar 43%, dan (4) Purnamawati (2013) melaporkan

bahwa pemberdayaan tukang benten melalui intervensi ergonomi dapat meningkatkan

efisiensi kerja tukang banten ngaben di Kota Denpasar, dilihat dari peningkatan produktivitas

sebesar 78%.

Page 40: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

31

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Bertolak dari hasil analisis dan pembahasan yang dikaji berdasarkan literatur yang

relevan dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penerapan IPTEKS melalui pelatihan ergo-entrepreneurship cukup memadai

dilakukan dilihat dari antusiasme pedagang kuliner untuk mengembangkan sikap

kewirausahaannya.

2. Penerapan IPTEKS melalui pelatihan ergo-entrepreneurship dapat meningkatkan

sikap kewirausahaan pedagang kuliner lokal secara bermakna sebesar 9,57% (p <

0,05).

4.2 Saran

Berdasarkan simpulan di atas, saran yang disampaikan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Kepada pedagang kuliner disarankan agar tetap menggunakan acuan ergo-

entrepreneurship dalam mengembangkan usahanya karena telah terbukti cukup

relevan untuk diaplikasikan.

2. Kepada aparat desa disarankan agar tetap mengembangkan kuliner local sebagai salah

satu ciri khas desa setempat.

3. Kepada dinas terkait hendaknya selalu memfasilitasi pengembangan kuliner di suatu

daerah mengingat usaha tersebut sangat potensial untuk menopang kehidupan

masyarakat.

Page 41: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

32

DAFTAR PUSTAKA

Amperaningrum & Ichyaudin, 2009. Hakekat Kewirausahaan. [Cited 2012 September 10]

Available From http://adesyams.blogspot.com/2009/09/hakekat-kewirausahaan.html

Anonim, 2009, Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan [Cited

2012 March 29] Available at

http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaan-masyarakat-dan-

pembangunan-berkelanjutan.html.

Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design Approach to Enhance

the Productivity in A Complicated Control System. Journal of Information Technology.

6 (7): 1036 – 1042.

Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P. & Taris, T.W. 2008. Work Engagement: An

Emerging Concept in Occupational Health Psychology. Work and Strees Journal,

Vol.22. No. 3., 187-200.

Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where to Go from Here: Integration and Future Research

on Work Engagement; In: Bakker, A.B. & Leiter, M.P. Editor: Work Engagement, A

Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press.

Bakker, A.B. 2010. Engagement and Job Crafting: Engaged Employees Create Their Own

Great Place to Work, In: Albrecht,S. Editor. Handbook of Employee Engagement

Perspectives, Issues, Researches and Practices. USA: Edward Elgar.

Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P. 2011. Key Question Regarding Work Engagement,

European Journal of Work and Organizational Psychology. 20 (1), 4-28

Fam, M., Azadeh, A., Azam, A. 2007. Modeling an Integrated Health, Safety, and Ergonomis

Management System: Application to Power Plants. Journal of Res Health Sciences.

Vol 7 (2): 1 – 10.

Geriya. 2007. Konsep dan Strategi Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Penataan Lingkungan

Hidup di Bali. Denpasar: Universitas Udayana.

Limerick, L.B. Straker, L., Pollock, C. Dennis, G., Leveritt, S., Johnson, S. 2007.

Implementation of the Participative Ergonomis for Manual Tasks (PErforM)

Programme at Four Australian Underground Coal Mines. International Journal of

Industrial Ergonomis. Vol. 37, No. 2. February: 145 – 155.

Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Membangun di Bali. Bali-HESG. Denpasar.

Muchtar, 2007. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Distrik (Kajian

Kebijakan dan Implementasinya di Provinsi Papua) Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Kesejahteraan Sosial. Vol.12.No.02, Mei-Agustus 2007.

Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I., Badar, A.M. 2008. Peran teknologi Tepat Guna untuk

Masyarakat Daerah Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi No. 13 Tahun 7, April.

PLPBK, 2011. Pengembangan Potensi Seni dan Budaya Melalui Penataan Lingkungan

Permukiman Berbasis Komunitas sebagai Upaya untuk Meningkatkan Peluang Kerja

Bagi Warga Miskin di Desa Peliatan Ubud Gianyar Bali. PLPBK Desa Peliatan,

Kecamatan Ubud. Kabupaten Gianyar.

RPJM, 2011, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-DES) Desa Peliatan

Tahun 2011-2015. RPJM Desa Peliatan, Kec. Ubud. Kabupaten Gianyar.

Sarna, K. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Lokal Genius. Makalah

disampaikan dalam Seminar Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja.

Page 42: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

33

Shimazu, A. Miyanaka,D. Schaufeli,W.B. 2010. Work Engagement from A Culture

Perspective: In: Albrecht,S. editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives,

Issue, Researches and Practices. USA: Edward Elgar

Sutajaya, I M. Ristiati, N.P, Setiabudi, G. I. 2009. Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal

untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil. Laporan

Penelitan Strategis Nasional. Jurusan Pendidikan Biologi. F MIPA. UNDIKSHA.

Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011. Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang

Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan

Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Sains dan Humaniora ISSN 1979-7095. Volume 5, No.3, Desember

2011

Sutjana, I D.P. Sutajaya, I M., Purnawati, S. Adiamika, P, Tunas, K. Suardana, E, &

Swamardika, I.B.A. 2008. Preliminary Anthropometric Data of Medical Students for

Equipment Applications. Journal of Human Ergology Vol. 37. No 1.: 45 – 48.

Wikipedia, 2012. Kewirausahaan. [Cited 2012 September 10] Available at

http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan

Page 43: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

34

LAMPIRAN

Lampiran 1. Absensi Peserta Kegiatan

No Nama Tanda Tangan Peserta

1 Desak Made Mudawati

2 Ni Luh Kartikawati

3 Kadek Lebih

4 Ni Ketut Puji

5 Ni Wayan Sari

6 Ni Ketut Mertasari

7 Ni Nyoman Nila Armawati

8 Anak Agung Oka Sasih

9 Ni Made Darmi

10 Ni Ketut Ronen

11 Lasiati

12 Ni Made Ani

13 Ida Ayu Biang

14 Ni Wayan Sekar

15 Ni Kadek Jepun

Page 44: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

35

Lampiran 2. Hasil Analisis Statistik Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner Sebelum

dan Sesudah Pelatihan

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

SikapPI SikapPII

N 15 15

Normal Parameters(a,b) Mean 40.0556 56.7222

Std. Deviation 2.97978 3.44376

Most Extreme Differences

Absolute .124 .145

Positive .090 .107

Negative -.124 -.145

Kolmogorov-Smirnov Z .528 .614

Asymp. Sig. (2-tailed) .943 .845

a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1 SikapPI - SikapPII

-16.66667 4.20084 .99015 -18.75570 -14.57764 -16.833 14 .000

Page 45: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

36

Lampiran 3. Foto-foto Kegiatan

Page 46: LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK - lppm.undiksha.ac.idlppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir_196812171993031003...Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan pengabdian ini

37

Lampiran 4. Peta Lokasi Daerah Sasaran

Peta Kawasan Wisata Peliatan yang Dijadikan Tempat Pengabdian Masyarakat berupa

Penerapan IPTEKS melalui Pelatihan Ergo-Entrepreneurship untuk Mengembangkan

Sikap Kewirausahaan Pedagang Kuliner

Sumber: http://www.google.co.id/search, diakses 23 Agustus 2014

Lokasi

Pengabdian