UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA -...

34
LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN PERANGKAT PEMANDU WISATA OTOMATIS BERBASIS RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION DI MUSUEM BULELENG Oleh I Gede Nurhayata,S.T, M.T. (Ketua) NIP. 197504042002121001 Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si,M.T (Anggota) NIP. 197106161999031007 I Gede Siden Sudaryana,S.T (Anggota) NIP.197010082001121001 Ni Made Wahyuni ,S.Pd (Anggota) NIP. 19841201200812006 Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha SPK No: 163/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 5 Maret 2015 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2015

Transcript of UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA -...

LAPORAN AKHIR

PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

PELATIHAN PERANGKAT PEMANDU WISATA OTOMATIS

BERBASIS RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION

DI MUSUEM BULELENG

Oleh

I Gede Nurhayata,S.T, M.T. (Ketua)

NIP. 197504042002121001

Dr. Nyoman Santiyadnya,S.Si,M.T (Anggota)

NIP. 197106161999031007

I Gede Siden Sudaryana,S.T (Anggota)

NIP.197010082001121001

Ni Made Wahyuni ,S.Pd (Anggota)

NIP. 19841201200812006

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha

SPK No: 163/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 5 Maret 2015

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2015

i

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat rahmat-Nya maka penyusunan Laporan Akhir Program P2M Penerapan

IPTEKS tahun 2015 dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan Akhir ini menjelaskan tentang pelaksanaan program P2M dalam

bidang penerapan IPTEKS melalui kegiatan “Pelatihan Perangkat Pemandu

Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID) di Museum

Buleleng ”. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan layanan informasi benda - benda

bersejarah di Museum Buleleng melalui perangkat RFID secara otomatis dan

mandiri sehingga dapat menggantikan peran petugas museum.

Kami menyadari bahwa penyusunan Laporan Akhir ini masih jauh dari

sempurna, karena itu segala kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami berharap semoga laporan

akhir ini dapat berguna meningkatkan wawasan bagi para pembaca demi

kemajuan pembangunan bangsa dan negara.

Singaraja, 30 September 2015

Hormat kami

Tim Penyusun

iii

DAFTAR ISI

Pengesahan i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Tabel iv

Bab I Pendahuluan

1.1 Analisis Situasi 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Kegiatan 5

1.4 Manfaat Kegiatan 5

Bab II. Metode Pelaksanaan

2.1 Kerangka Pemecahan Masalah 6

2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan 7

2.3 Rancangan Evaluasi 8

Bab III. Hasil dan Pembahasan

3.1 Hasil Kegiatan 9

3.2 Pembahasan 11

Bab IV. Penutup

4.1 Simpulan 14

4.2 Saran 14

Daftar Pustaka

Lampiran

a. Foto-Foto Kegiatan

b. Absensi Peserta

c. Peta Lokasi

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah 6

Tabel 2.2. Keterkaitan Tujuan dengan Metode Pelaksanaan 7

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Analisis Situasi

Desa Buleleng adalah sebuah desa di kecamatan Buleleng Kabupaten

Buleleng Provinsi Bali, merupakan daerah yang menjadi pusat pemerintahan kota

Singaraja. Di desa ini pula terdapat beberapa kantor pemerintahan seperti kantor

DPRD, kantor Dinas Kesehatan, Perpustakaan Daerah, Pusat penyimpanan benda

sejarah di Museum Buleleng dan Gedong Kertia.

Museum Buleleng merupakan satu-satunya museum terbesar di Bali Utara

terletak tepatnya di Jalan Veteran No. 23 Singaraja dan berdiri pada tanggal 30

Maret 2002 serta dikelola oleh Yayasan Pelestarian Warisan Budaya Bali Utara.

Museum ini berada dekat dengan pusat penyimpanan pustaka berupa lontar yakni

Gedong Kertia. Museum Buleleng dengan luas area yang luas menyimpan

segudang informasi tentang benda-benda prasejarah yang memiliki nilai sejarah

sangat tinggi. Koleksi museum Buleleng mencakup benda-benda peninggalan

purbakala seperti patung, sarkofagus dan senjata.

Benda-benda peninggalan purbakala yang tersimpan di Museum Buleleng

dimanfaatkan untuk mendukung proses kegiatan penelitian ataupun kunjungan

wisata lokal dan mancanegara yang membutuhkan informasi tentang sejarah

benda museum. Layanan informasi benda di Museum Buleleng selama ini masih

dalam bentuk tertulis dan diletakkan langsung dekat bendanya. Layanan informasi

yang disampaikan dengan cara ini sudah memenuhi standar informasi yang baik

dimana informasi yang diterima berlaku sama bagi setiap pengunjung. Namun

layanan ini memiliki kelemahan yakni informasinya sangat ringkas sehingga

kurang memuaskan pengunjung khususnya yang terlibat dalam proses penelitian.

Hal tersebut disebabkan dokumentasi benda museum yang tidak lengkap karena

kurangnya penggalian nilai sejarah benda tersebut.

Disamping layanan informasi tertulis, Museum Buleleng juga memberikan

layanan berbasis pemandu dari petugas museum. Layanan ini dilakukan khusus

untuk kunjungan wisata lokal maupun manca negara secara berkelompok

2

sehingga penyampaiannya menjadi lebih efektif. Namun layanan ini juga

memiliki kelemahan yakni informasi yang disampaikan secara lisan oleh setiap

petugas akan terdapat perbedaan. Hal ini pernah terjadi ketika kepala Museum

Buleleng saat ini Bapak Drs. I Wayan Santika, S.Pd, B.Sc menjelaskan

berulangkali sejarah museum kepada beberapa kelompok pengunjung yang

berbeda maka penyampaian informasinya tidak sama baik secara sistematika

maupun isinya. Oleh karena itu layanan informasi benda museum yang tidak

standar secara lisan dapat berdampak pada kurangnya minat pengunjung datang

ke museum Buleleng. Hal ini terlihat pada kenyataannya jumlah kunjungan ke

museum Buleleng rata-rata 5 orang per hari dan kadang sepi pengunjung. Kondisi

museum Buleleng seperti ini sangat memprihatinkan dan bila dibandingkan

dengan kunjungan di Museum Bali setiap harinya selalu ramai pengunjung lokal

maupun mancanegara.

Dengan kemajuan teknologi informasi, standarisasi layanan informasi

benda museum secara lisan dapat dilakukan secara otomatis dengan

memanfaatkan perangkat elektronik berbasis Radio Frequency Identification

(RFID) sehingga dapat menggantikan peran petugas museum sebagai pemandu

wisata. Namun petugas museum maupun pengunjung belum mengetahui

kemampuan teknologi tepat guna ini. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan

untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi petugas museum dalam

mendokumentasikan benda museum secara lisan untuk digunakan pada perangkat

pemandu berbasis RFID.

Penerapan teknologi tepat guna dengan perangkat pemandu berbasis RFID

oleh petugas museum Buleleng akan meningkatkan standarisasi layanan informasi

benda museum secara lisan sehingga dapat mengurangi adanya perbedaan

penyampaian informasi benda museum oleh petugas museum. Kegiatan ini

diharapkan dapat meningkatkan minat pengunjung lokal maupun mancanegara

untuk datang ke Museum Buleleng secara berkelanjutan dengan memanfaatkan

dokumentasi informasi benda museum secara lisan.

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini akan ditujukan pada petugas

Museum Buleleng, di Jalan Veteran No. 23 kecamatan Buleleng Kabupaten

Buleleng Provinsi Bali. Sampai saat ini petugas pengelola Museum Buleleng

3

berjumlah 6 orang. Selama ini petugas museum dalam pengelolaan dokumentasi

informasi benda museum masih terbatas secara tertulis sehingga belum tersimpan

dokumentasi informasi benda museum secara lisan. Oleh karena itu, layanan

informasi secara lisan melalui panduan langsung oleh petugas museum tidak

memberikan jaminan standarisasi informasi yang dapat dihandalkan.

Benda-benda purbakala di Museum Buleleng jumlahnya cukup banyak

dengan ruangan yang tidak terlalu luas tersimpan benda sarkopagus, patung

maupun lukisan yang memiliki nilai seni dan bersejarah tinggi. Dokumentasi

informasi benda museum tersebut disamping secara tertulis akan lebih menarik

bila didokumentasikan secara lisan.

Sebagian besar petugas Museum Buleleng memiliki kemampuan

dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk tertulis. Karena hampir

semua petugas sudah mampu menggunakan komputer untuk mengetik informasi.

Namun kegiatan mengetik informasi benda museum tidak berkelanjutan karena

minimnya penggalian informasi tentang benda museum sehingga informasinya

singkat dan ringkas.

Menurut kepala Museum Buleleng Bapak Drs I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc

dimana dokumentasi tertulis masih kurang lengkap karena belum banyak adanya

dukungan masyarakat untuk memberikan informasi terkait benda-benda di

Museum Buleleng dan juga kurangnya penggalian benda museum melalui

kegiatan penelitian oleh perguruan tinggi baik dalam maupun luar negeri. Sampai

saat ini, hampir sebagian besar informasi diperoleh melalui Museum Belanda

yang saat itu penjajah Belanda menjajah kerajaan Buleleng dan

mendokumentasikannya. Namun lebih lanjut kepala Museum Buleleng

menambahkan bahwa jika ada pengunjung yang ingin lebih tahu lebih mendalam

sejarah salah satu benda museum Buleleng maka oleh beliau akan dijelaskan lebih

dari apa yang tertulis pada benda museum tersebut. Hal ini berarti bahwa

kemampuan dan pengetahuan lengkap ini tidak dimiliki selain kepala museum

Buleleng. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa standarisasi informasi

benda museum secara lisan oleh setiap petugas museum tidak dapat dijamin

kehandalannya.

4

Disamping kemampuan petugas menggunakan komputer terbatas untuk

mengetik informasi benda museum secara tertulis, sampai saat ini belum ada

petugas museum Buleleng yang mengetahui teknik dokumentasi informasi objek

museum secara lisan dengan menggunakan komputer. Karena perangkat pemandu

berbasis RFID untuk dapat menyampaikan informasi secara lisan membutuhkan

suatu file dokumentasi benda museum dalam format file MP3 sehingga diperlukan

pengetahuan dan keterampilan untuk penyimpanan dokumentasi benda museum

secara lisan melalui komputer.

1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Standariasi layanan informasi benda-benda museum Buleleng secara lisan

melalui petugas museum masih belum optimal. Hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan dan keterampilan mereka tentang teknologi dokumentasi benda-

benda museum secara lisan dengan komputer. Dengan teknik layanan informasi

benda museum yang masih dilakukan secara lisan oleh petugas museum akan

terjadi perbedaan dalam penyampaian informasi sehingga informasinya tidak

standar bagi pengunjung. Disamping itu, petugas museum belum mengetahui

manfaat dari dokumentasi informasi secara lisan selain masalah standarisasi yakni

penyajian informasi menjadi lebih menarik dengan gaya bahasa bertutur sehingga

pengunjung lebih menikmati alur cerita sejarah dari benda museum.

Berdasarkan analisa situasi dan potensi yang dimiliki oleh Museum

Buleleng di desa Buleleng Banjar Paketan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten

Buleleng maka permasalahan pokok yang akan dicari solusi melalui kegiatan

pengabdian pada masyarakat ini adalah perlunya pengetahuan dan ketrampilan

bagi petugas museum Buleleng dalam mendokumentasikan informasi benda

museum Buleleng dalam bentuk lisan dan implementasi penerapan perangkat

pemandu wisata berbasis RFID sehingga dapat meningkatkan layanan informasi

benda museum Buleleng dan stadarisasi informasi secara lisan.

5

1.3. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka tujuan kegiatan

pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan wawasan dan

keterampilan petugas museum Buleleng tentang dokumentasi informasi benda

museum secara lisan melalui komputer sehingga hasil dokumentasi dalam format

MP3 dapat diterapkan pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID.

1.4. Manfaat Kegiatan

Adapun manfaat kegiatan dari pelaksanaan pengabdian pada masyarakat di

museum Buleleng adalah sebagai berikut :

a. Bagi Museum

dapat meningkatkan daya tarik wisata terhadap benda-benda

prasejarah di museum Buleleng melalui penerapan pemandu wisata

otomatis berbasis RFID sehingga secara ekonomi akan meningkatan

sumbangan atau donatur ke museum Buleleng

b. Bagi Undiksha

terjalinnya kerjasama dengan pengelola museum Buleleng demi

kemajuan pembangunan di bidang Seni dan Budaya.

c. Bagi Pelaksana

memberikan kesempatan menerapkan hasil /produk penelitian dalam

membantu permasalahan di masyarakat khususnya masalah pelayanan

informasi benda-benda prasejarah di museum Buleleng.

6

BAB II

METODE PELAKSANAAN

2.1. Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalahan yang akan dihadapi dalam pengabdian masyarakat ini

adalah terkait dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas museum

Buleleng tentang dokumentasi informasi benda-benda museum dalam bentuk lisan

melalui perangkat komputer/laptop sehingga hasil dokumentasi tersebut dapat

diterapkan pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID.

Berdasarkan permasalahan tersebut akan dilakukan berbagai kegiatan

untuk memperoleh solusi yang terbaik sehingga sesuai dengan tujuan dari

kegiatan ini. Adapun kerangka pemecahan masalahnya diperlihatkan seperti pada

Tabel 2.1 di bawah.

Tabel 2.1. Kerangka Pemecahan Masalah

No Permasalahan Penyebab Masalah Penanganan

Masalah

1

Petugas museum Buleleng

belum mengetahui metode

dokumentasi informasi

benda museum dalam

bentuk suara dengan

perangkat komputer dan

penerapan teknologi

informasi berbasis RFID

Kurangnya informasi

metode dokumentasi

informasi benda

museum melalui

komputer dan

penerapan teknologi

informasi berbasis

RFID

1. Sosialisasi

2. Dialog interaktif

dengan petugas

museum

2

Petugas museum Buleleng

belum memahami

keterampilan tentang

dokumentasi informasi

benda museum dalam

bentuk suara dengan

perangkat komputer dan

penerapan teknologi

informasi berbasis RFID

Kurangnya pelatihan

dokumentasi

informasi benda

museum melalui

komputer dan

penerapan teknologi

informasi berbasis

RFID kepada petugas

museum Buleleng

1. Pemberian modul

pelatihan

2. Demonstrasi

teknik perekaman

informasi benda

museum ke

komputer

3. Demonstrasi

penggunaan

perangkat RFID

7

2.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan

dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah metode ceramah, diskusi,

demonstrasi dan pelatihan (pendampingan). Dengan metode tersebut diharapkan

mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada petugas museum

Buleleng tentang dokumentasi informasi benda-benda museum secara lisan

melalui komputer dan penerapan perangkat wisata otomatis berbasis RFID.

Keterakiatan antara tujuan dan metode yang digunakan dalam kegiatan

pengabdian masyarakat ini dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2. Keterkaitan Tujuan dan Metode Pelaksanaan

No Tujuan Metode Bentuk Pelaksanaan

1

Meningkatkan wawasan

tentang dokumentasi

informasi benda museum

dalam bentuk suara

dengan perangkat

komputer dan penerapan

teknologi informasi

berbasis RFID

Ceramah

Diskusi

Sosialisasi dan dialog

interaktif tentang

dokumentasi informasi

benda museum secara lisan

melalui komputer dan

penyebaran modul

penerapan perangkat

pemandu berbasis RFID

2

Meningkatkan ketrampilan

tentang dokumentasi

informasi benda museum

dalam bentuk suara

dengan perangkat

komputer dan penerapan

teknologi informasi

berbasis RFID

Ceramah,

Diskusi

Demonstrasi

Demonstrasi perekaman

informasi benda museum ke

komputer dan penggunaan

perangkat RFID

Pelatihan perekaman

informasi benda museu dan

penggunaan perangkat

pemandu berbasis RFID

Diskusi tentang manejemen

file audio dan perawatan

perangkat pemandu berbasis

RFID

Pembimbingan/

Pendampingan secara

berkelanjutan

8

2.3. Rancangan Evaluasi

Evaluasi pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan

terhadap proses dan produk kegiatan. Indikator yang digunakan sebagai

keberhasilan kegiatan telah dilakukan adalah

1. Kehadiran peserta mengikuti kegiatan lebih dari 85 %

2. Kemampuan dan keterampilan peserta mendokumentasikan informasi

benda-benda museum dalam format audio melalui komputer

3. Kemampuan dan keterampilan peserta menggunakan perangkat pemandu

wisata otomatis berbasis RFID

4. Produk berupa dokumentasi informasi benda museum dalam bentuk file

audio format Mp3

Dalam rangka evaluasi program pelaksanaan pengabdian pada masyarakat

di museum Buleleng perlu dibuat suatu rancangan evaluasi sebagai berikut :

Kegiatan Indikator Kegiatan Metode Evaluasi

Pembukaan acara dan

pelaksanaan kegiatan

P2M

Jumlah peserta mengikuti

kegiatan lebih dari 85 % Daftar hadir

Pelatihan dokumentasi

informasi benda

museum ke format file

audio

mampu memahami teknik

perekaman informasi

benda museum melalui

komputer

mampu menghasilkan file

audio informasi benda

museum dalam format

MP3

Observasi

Pelatihan perangkat

pemandu wisata objek

museum otomatis

mampu memahami fungsi

perangkat RFID dengan

benar

mampu menggunakan

perangkat RFID dengan

benar

mampu melakukan

perawatan pada perangkat

RFID dengan benar

Observasi

9

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Kegiatan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat bidang penerapan iptek di Museum

Buleleng ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2015 yang dihadiri sebanyak 20

peserta diantaranya 6 orang staf petugas museum dan 14 orang mahasiswa jurusan

pendidikan teknik elektro Universitas Pendidikan Ganesha.

Pembukaan acara pelaksanaan pengabdian masyarakat yang seyogyanya

dibuka oleh Prof. Dr. I Ketut Suma, M.Si selaku Ketua LPM Undiksha diwakili

oleh Ketua Pelaksana, karena Ketua LPM sedang dalam acara penting sebagai

Ketua Pengawas SMPTN 2016. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari

Bapak Kepala Museum Buleleng Drs. I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc.

Setelah acara pembukaan dilanjutkan dengan kegiatan penyampaian materi

oleh I Gede Nurhayata, S.T.,M.T, tentang pentingnya standarisasi layanan

informasi benda-benda museum khususnya di Museum Buleleng secara lisan

(verbal) disamping standarisasi yang sudah ada berupa tulisan. Layanan informasi

secara lisan yang umumnya dipandu secara langsung oleh staf/petugas museum

kepada sekelompok pengunjung, pada dasarnya sudah cukup baik namun

standarisasi informasinya masih sangat kurang. Hal ini dapat terjadi mengingat

wawasan dan kemampuan serta gaya bahasa dari setiap staf/petugas museum tentu

akan berbeda sehingga informasi yang disampaikan juga tidak sama baik dari sisi

isi maupun sistematika penyampaiannya. Akibat dari standariasasi informasi yang

masih lemah, tentunya akan berdampak pada minat penunjung untuk datang ke

museum Buleleng dimana jumlah rata-rata pengunjung ke museum Buleleng 5

orang per hari. Bahkan jika dilihat kesehariannya kadang sepi pengunjung. Oleh

karena itu, diperlukan suatu terobosan baru untuk meningkatkan standarisasi

layanan informasi benda museum secara lisan dengan penerapan teknologi

informasi berupa perangkat elektronik sebagai pemandu wisata otomatis berbasis

Radio Frequency Identification (RFID). Perangkat ini mampu menyampaikan

informasi benda museum secara lisan dengan informasi yang sama kepada setiap

10

pengunjung sehingga perangkat ini diharapkan dapat menggantikan peran petugas

museum.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Museum Buleleng tentang

panduan dari petugas museum kepada pengunjung, dijelaskan menurut Bapak Drs.

I Wayan Santika, S.Pd, M.Pd bahwa khususnya bagi pengunjung wisatawan asing

tidak dilakukan pendampingan selama mereka menikmati benda-benda museum.

Hal itu pernah terjadi ketika pendampingan dilakukan oleh staf/petugas museum

kepada wisatawan asing, mereka sangat keberatan karena menurut mereka seolah-

olah segala tindakan mereka selama menikmati benda museum selalu dicurigai

oleh petugas museum. Padahal maksud petugas museum tidak seperti itu,

akhirnya mereka dijelaskan hanya jika ada sesuatu yang ingin ditanyakan terkait

informasi benda sejarah maka mereka diminta untuk menghubungi petugas

museum di ruang kerja. Kemudian secara umum kepada pengunjung lokal akan

dilakukan pendampingan khususnya pada kelompok pengunjung seperti

kunjungan siswa/siswi dengan guru pendampingnya.

Terkait dengan hasil wawancara di atas dan hubungannya dengan

perangkat pemandu wisata otomatis, jelas perangkat ini sangat berkontribusi

untuk meningkatkan layanan yang lebih baik secara lisan sehingga dapat

memberikan kebebasan bagi pengunjung selama menikmati benda museum tanpa

lagi mereka merasa dicurigai.

Setelah acara penyampaian materi pentingnya standarisasi informasi benda

museum secara lisan melalui perangkat pemandu RFID kemudian dilanjutkan

dengan pembagian dan penjelasan modul pelatihan tentang teknik dokumentasi

informasi benda museum secara lisan melalui komputer. Kegiatan ini sepenuhnya

dipandu oleh I Gede Nurhayata, S.T., M.T dan Dr. I Nyoman Santiyadnya,

S.Si,M.T. Dalam kegiatan ini para peserta sangat antusias menerima materi

pelatihan. Peserta diajarkan tentang dasar-dasar instalasi aplikasi Audacity,

pemahaman fungsi peralatan/tool Audacity dan pemasangan serta deteksi

perangkat mikrophone eksternal pada komputer . Kemudian setelah memahami

dasar-dasar aplikasi Audacity, peserta mulai melakukan proses perekaman

informasi benda museum ke komputer dengan cara membaca dokumen tertulis

benda museum pada microphone. Selanjutnya peserta melakukan evaluasi pada

11

informasi yang sudah terekam berupa editing volume dan penyisipan suara latar

gong rindik serta penambahan nada pilot diakhir track audio. Setelah file rekaman

dinyatakan sudah komplit, kemudian peserta menyimpan hasil tersebut ke

komputer sehingga diperoleh file audio dalam tipe format MP3. Hasil dari

kegiatan ini adalah seluruh peserta terampil dengan benar membuat dokumen

informasi benda museum dalam bentuk file suara dengan format MP3.

Setelah kegiatan dokumentasi informasi benda museum selesai disimpan

ke komputer dalam bentuk file audio MP3, selanjutnya dilakukan kegiatan

implementasi file audio yang sudah dibuat pada perangkat pemandu wisata

otomatis berbasis RFID. Acara diawali dengan penjelasan tentang pengenalan

fungsi kerja komponen perangkat RFID, kemudian dilanjutkan pemasangan file

audio ke perangkat RFID. Demonstrasi penggunaan perangkat RFID dilakukan

oleh I Gede Siden Sudaryana, S.T, dimana diperlihatkan cara mendeteksi identitas

benda museum dengan mendekatkan perangkat RFID langsung ke benda yang

diinginkan informasinya. Kemudian kepada peserta ditunjukkan pula hasil

identifikasi benda museum yang dinyatakan dengan menampilkan nomor identitas

benda museum pada layar perangkat RFID. Setelah nomor identitas berhasil

dideteksi dengan benar, peserta ditunjukkan tentang kemampuan perangkat

menghasilkan informasi suara benda museum yang terdengar melalui headphone

atau loudspeaker. Setelah peserta memahami demonstrasi teknik penggunaan

perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID kemudian peserta satu persatu

melakukan pelatihan menggunakan perangkat RFID. Hasil yang diperoleh adalah

peserta sudah terampil menggunakan perangkat pemandu berbasis RFID dengan

benar.

3.2. Pembahasan

Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, peserta telah

mampu memahami penggunaan perangkat lunak atau aplikasi Audacity dalam

proses perekaman informasi benda museum sehingga diperoleh dokumentasi

berupa suara. Beberapa dokumentasi informasi benda museum yang sebelumnya

dalam bentuk teks sudah berhasil diubah menjadi dokumen informasi berbasis

suara dalam format file MP3. Adapun kendala yang dihadapi adalah kurang

12

lengkapnya informasi sejarah untuk setiap benda museum dimana terdapat

informasi benda museum yang uraiannya sangat singkat sehingga berpengaruh

pada durasi dalam proses perekamannya. Menurut kepala museum Buleleng,

singkatnya uraian benda di museum Buleleng disebabkan minimnya dukungan

masyarakat Buleleng khususnya dalam memberikan informasi terkait sejarah

benda yang ada di museum Buleleng, dan juga kurangnya penggalian melalui

penelitian yang dilakukan baik oleh pihak perguruan tinggi lokal maupun luar

negeri. Namun kelebihan dari proses perekaman dokumentasi informasi benda

museum dalam format suara ini adalah adanya fleksibelitas dalam memberikan

informasi tambahan disamping informasi aslinya. Hal ini dinyatakan oleh kepala

museum, dimana ketika beliau mendampingi salah satu pengunjung dapat

memberikan informasi yang lebih dari apa yang sudah tertulis dekat benda

museum tersebut. Pengunjung yang datang ke museum, bukan saja ingin

mengetahui informasi sejarah dari benda museum, namun pengunjung juga ingin

menikmati dari unsur seni yang dipancarkan oleh benda museum. Oleh karena itu

tidak ada salahnya jika diberikan informasi tambahan yang menggambarkan unsur

seni dari benda museum. Contoh misalnya benda museum seperti salah satu

lukisan dimana hanya menunjukkan nama pelukis dan tahun lukisan sehingga

sedikit sekali informasi yang dapat digali dari sejarahnya. Lukisan tersebut dapat

dikemas menjadi lebih menarik dengan memberikan informasi tambahan dari

sudut pandang yang lain misalnya unsur seninya sehingga lukisan tersebut mampu

memberikan nilai tambah disamping nilai sejarahnya.

Disamping keberhasilan peserta dalam mendokumentasikan informasi

benda museum dalam bentuk suara, juga peserta telah memahami cara

menerapkan hasil perekaman tersebut ke perangkat pemandu wisata otomatis

berbasis RFID. Dalam uji coba ditempatkan terlebih dahulu sebuah kartu Tag ID

pada setiap benda museum. Kemudian peserta mendekatkan perangkat dekat

dengan kartu Tag ID yang dipilih sehingga perangkat mengenali identitas benda

museum dan mengeluarkan suara tentang informasi benda museum tersebut.

Kemampuan yang ditunjukkan oleh perangkat RFID ini membuat staf museum

Buleleng merasa gembira dan merasakan sekali manfaat dari alat tersebut.

Antusias yang ditunjukkan oleh kepala musuem diwujudkan dalam bentuk

13

sosialisai ketika beliau mendapat undangan menghadiri pertemuan antara kepala

museum seluruh Indonesia di Malang beberapa bulan yang lalu. Pada kesempatan

itu beliau dengan penuh semangat menginformasikan dan menjelaskan kepada

seluruh hadirin bahwa di museum Buleleng sedang mengadakan pelatihan

perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Tanggapan yang diperoleh

dari seluruh hadirin secara keseluruhan merasa gembira dan menyambut positip

penerapan teknologi informasi ini dan mereka berharap ingin segera berkunjung

dalam waktu dekat untuk mengetahui unjuk kerja perangkat tersebut.

Perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID ini sudah memberikan

manfaat yang nyata kepada masyarakat khususnya di museum Buleleng. Namun

pada perangkat ini masih memiliki kelemahan melihat dari kebutuhan museum

Buleleng dimana perangkat ini hanya mampu memberikan informasi benda

museum dalam satu bahasa yakni bahasa indonsia. Atas masukan dari kepala

museum Buleleng bahwa pengunjung yang datang ke museum Buleleng bukan

saja pengunjung lokal namun beberapa pengunjung dari mancanegara juga tertarik

datang ke museum Buleleng, maka beliau berharap agar perangkat ini dapat

dikembangkan lebih lanjut menjadi bilingual yakni bahasa indonesia dan bahasa

inggris.

14

BAB IV

PENUTUP

4.1. Simpulan

Berdasarkan hasil kegiatan dan hasil pembahasan kegiatan pengabdian

masyarakat ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Peningkatan pengetahuan masyarakat sasaran dalam proses dokumentasi

informasi benda museum dengan aplikasi audacity dapat dilakukan

melalui metode ceramah dan diskusi. Kemudian metode demonstrasi

dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang keterampilan membuat

dokumen informasi benda museum dalam bentuk suara serta penggunaan

perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID.

2. Kinerja peserta sudah sangat baik dimana peserta mampu dengan cepat

memahami proses perekaman informasi benda museum dengan aplikasi

Audacity dan mampu menghasilkan dokumentasi informasi benda

museum dalam bentuk suara dengan format file MP3 dan menerapkan

pada perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID. Kinerja peserta

yang sangat baik disebabkan karena tingginya rasa ingin tahu dari peserta

terutama berkaitan dengan peningkatan standarisasi layanan informasi

benda museum secara lisan dan melihat peluang untuk meningkatkan

minat masyarakat berkunjung ke museum Buleleng.

4.2. Saran

Berdasarkan simpulan di atas dan beberapa temuan selama pelaksanaan

kegiatan pengabdian masyarakat dapat diajukan saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya kerjasama yang baik antara Lembaga Pengabdian pada

Masyarakat Undiksha dan pemerintah setempat khususnya dalam

penyediaan dana. Karena keterbatasan dana kegiatan sehingga pengadaan

perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID juga terbatas.

2. Berdasarkan saran Kepala Museum Buleleng perangkat ini perlu

dikembangkan lebih lanjut sehingga mampu memberikan layanan dalam

dua bahasa (bilingual) yakni bahasa indonesia dan bahasa inggris.

15

DAFTAR PUSTAKA

Bob Violino. 2005. “The History of RFID Technology”, Tersedia pada http://

www. rfidjournal.com/articles/view?1338. Diakses pada tanggal 10

Oktober 2013.

Benny, Yenniwarti Rafsyam .2012. “Pemanfaatan Infrared Remote Universal

Sebagai Pengendali Pintu “, ORBITH, Vol. 8, No. 3, November 2012:

196-200.

Dedi Setiadi .2003.“Perancangan Perangkat Lunak MP3 Player dengan

Pemodelan Unified Modeling Language”, Tersedia pada

http://eprints.undip.ac.id/2517/ML2F399380.pdf. Diakses pada 14

Oktober 2013.

Li Yang, Rushi Vyas. 2007. “ RFID Tag and RF Structures on a Paper Substrate

Using Inkjet-Printing Technology“, Published by IEEE

TRANSACTIONS ON MICROWAVE THEORY AND TECHNIQUES,

VOL. 55, NO. 12, DECEMBER 2007

M. Azwar A. G. N. 2012. “Pengendali Suara Penjelasan Objek Museum Berbasis

RFID (Radio Frequency Identification)”, Tersedia pada

www.elektro.undip.ac.id/el_kpta/wp_content/uploads/2012/05/L2F00

8055_MTA.pdf. Diakses pada tanggal 2 Oktober 2013.

Rasben Dantes. 2012. “Sistem Pelayanan Informasi Objek Wisata Museum

Berbasis RFID”. Publikasi Penelitian PENPRINAS MP3EI 2011-2015.

Roy Want. 2006. “An Introduction to RFID Technology ”, Published by the

IEEE CS and IEEE ComSoc.

Ying-Wen Bai and Chin-Chung Lee. 2008.” Design and Implementation of an

Automatic Testing System for MP3 Players”, I²MTC 2008 – IEEE

International Instrumentation and Measurement Technology

Conference Victoria, Vancouver Island, Canada

16

Lampiran 01.

Dokumentasi Pembukaan Acara Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat di

Museum Buleleng

Pengisan daftar hadir peserta Acara pembukaan p2m

Pembukaan diwakili Ketua Pelaksana Sambutan Kepala Museum Buleleng

Foto bersama peserta pelatihan P2M di Museum Buleleng

17

Lampiran 02.

Dokumentasi Acara Kegiatan Pelatihan Dokumentasi Informasi Benda Museum

dengan Aplikasi Audacity pada Komputer.

Pengenalan Instalasi Software Audacity

Pemasangan Microphone Eksternal pada Aplikasi Audacity

18

Diskusi Pelatihan Aplikasi Audacity

Pelatihan perekaman dengan aplikasi audacity

19

Proses perekaman dokumentasi sejarah museum Buleleng

Proses dokumentasi benda-benda di Museum Buleleng

20

Lampiran 03.

Dokumentasi Acara Kegiatan Pelatihan Aplikasi Perangkat Pemandu Wisata

Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID)

Pelatihan perangkat pemandu wisata otomatis berbasis RFID

21

Lampiran 04.

Dokumentasi Acara Penutupan Kegiatan Pelatihan Aplikasi Perangkat Pemandu

Wisata Otomatis Berbasis Radio Frequency Identification (RFID)

Acara penutupan kegiatan P2M

Penyerahan bantuan perangkat Pemandu wisata otomatis berbasis RFID kepada

Kepala Museum Buleleng Drs. I Wayan Santika, S.Pd,B.Sc oleh Ketua

Pelaksana Pengabdian Masyarakat I Gede Nurhayata,S.T.,M.T.

22

Lampiran 05.

Peta Lokasi Daerah Sasaran

U

Patung

Singambararaja

Kantor

Bupati

Jalan Veteran

Sasana

Budaya

Museum

Buleleng

Gedong

Kertya

Dari

Undiksha

Ja

lan

Ga

jah

Ma

da

Da

ri D

en

pa

sa

r

Patung

GajahDinas

Kesehatan

Gambar. Peta lokasi Museum Buleleng

23

24

25

26

27

28

29