Laporan Akhir Fitokimia Percobaan 1

65
BAB I PEMBUATAN SIMPILISIA NABATI DAN RAMUAN JAMU TRADISIONAL I. Tujuan 1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia dari tahap awal pengumpulan bahan baku sampai pemeriksaan mutu. 2. Agar mahasiswa dapat membuat ramuan jamu daari simplisiadan tahu manfaan dan cara penggunaannya. II. Cara Percobaan 1. Dalam percobaan ini akan dibuat simplisia nabati saja yaitu simplisia yangberuoa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, dan pembuatannya dilakukan dengan cara pengeringan. 2. Mahasiswa bekerja secara kelompok dalampembuatan simplisia dari tanaman obat yang sudah ditentukan. Setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut harus membuat pengepakan sendiri terhadap ramuannya dan melengkapinya dengan etiket. Etiket jamu dibuat perorangan berisi nama jamu, nama produsen, komposisi, khasiat, dan cara pemakaian.

description

h

Transcript of Laporan Akhir Fitokimia Percobaan 1

BAB IPEMBUATAN SIMPILISIA NABATI DAN RAMUAN JAMU TRADISIONAL

I. Tujuan1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia dari tahap awal pengumpulan bahan baku sampai pemeriksaan mutu.2. Agar mahasiswa dapat membuat ramuan jamu daari simplisiadan tahu manfaan dan cara penggunaannya.

II. Cara Percobaan1. Dalam percobaan ini akan dibuat simplisia nabati saja yaitu simplisia yangberuoa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, dan pembuatannya dilakukan dengan cara pengeringan.2. Mahasiswa bekerja secara kelompok dalampembuatan simplisia dari tanaman obat yang sudah ditentukan. Setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut harus membuat pengepakan sendiri terhadap ramuannya dan melengkapinya dengan etiket. Etiket jamu dibuat perorangan berisi nama jamu, nama produsen, komposisi, khasiat, dan cara pemakaian.

III. Tinjauan PustakaSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia terdiri dari 3 golongan yaitu berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia NabatiSimplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.

Simplisia HewaniSimplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu (Mel depuratum). Simplisia Pelikan atau MineralSimplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng dan serbuk tembaga (Dep.KesRI,1989).Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif, keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain :1. Bahan baku simplisia.2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara penyimpanan bahan baku simplisia.3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut harus memenuhi syarat minimal yang ditetapkan.

A. Pembuatan Simplisia Secara Umum1. Bahan BakuTanaman obat yang menjadi sumber simplisia nabati , merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi mutu simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di hutan atau tempat lain, atau tanaman yang sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi bukan dengan tujuan untuk memproduksi simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi simplisia. Tanaman simplisia dapat di perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh petani secara kecil-kecilan berupa tanaman tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga. Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan pekarangan yang sengaja digunakan untuk menanam tumbuhan obat.2. Dasar Pembuatan Simplisiaa. Simplisia yang Dibuat Dengan Cara PengeringanPembuatan simplisia dengan cara ini dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan yang terlalu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu yang tinggi akan mengakibatkan perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut, untuk simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur panjang perajangannya, sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringan tidak mengalami kerusakan.b. Simplisia Dibuat Dengan FermentasiProses fermentasi dilakukan dengan seksama, agar proses tersebut tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.c. Simplisia Dibuat Dengan Proses KhususPembuatan simplisia dengan penyulingan, pengentalan eksudat nabati, penyaringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan berpegang pada prinsip bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d. Simplisia Pada Proses Pembuatan Memerlukan AirPati, talk dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air. Air yang digunakan harus terbebas dari pencemaran serangga, kuman patogen, logam berat dan lain-lain.

3. Tahap Pembuatan SimplisiaPada umumya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :a. Pengumpulan Bahan BakuKadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada : Bagian tanaman yang digunakan. Umur tanaman yang digunakan. Waktu panen. Lingkungan tempat tumbuh.Waktu panen sangat erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen. Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar.Senyawa aktif terbentuk secara maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Sebagai contoh pada tanaman Atropa belladonna, alkaloid hiosiamina mula-mula terbentuk dalam akar. Dalam tahun pertama, pembentukan hiosiamina berpindah pada batang yang masih hijau. Pada tahun kedua batang mulai berlignin dan kadar hiosiamina mulai menurun sedang pada daun kadar hiosiamina makin meningkat. Kadar alkaloid hios'amina tertinggi dicapai I dalam pucuk tanaman pada saat tanaman berbunga dan kadar alkaloid menurun pada saat tanaman berbuah dan makin turun ketika buah makin tua. Contoh lain, tanaman Menthapiperita muda mengandung mentol banyak dalanl daunnya. Kadar rninyak atsiri dan mentol tertinggi pada daun tanaman ini dicapai pada saat tanaman tepat akan berbunga. Pada Cinnamornunz camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu tanaman yang telah tua. Penentuan bagian tanaman yang dikumpulkan dan waktu pengumpulan secara tepat memerlukan penelitian. Di samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula saat panen dalam sehari. Contoh, simplisia yang mengandung minyak atsiri lebih baik dipanen pada pagi hari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimiawi dan fisik senyawa aktif dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.Secara garis besar, pedoman panen sebagai berikut : Tanaman yang pada saat panen diambil bijinya yang telah tua seperti kedawung (Parkia rosbbrgii), pengambilan biji ditandai dengan telah mengeringnya buah. Sering pula pemetikan dilakukan sebelum kering benar, yaitu sebelum buah pecah secara alami dan biji terlempar jauh, misal jarak (Ricinus cornrnunis). Tanaman yang pada saat panen diambil buahnya, waktu pengambilan sering dihubungkan dengan tingkat kemasakan, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada buah seperti perubahan tingkat kekerasan misal labu merah (Cucurbita n~oscllata). Perubahan warna, misalnya asam (Tarnarindus indica), kadar air buah, misalnya belimbing wuluh (Averrhoa belimbi), jeruk nipis (Citrui aurantifolia) perubahan bentuk buah, misalnya mentimun (Cucurnis sativus), pare (Mornordica charantia). Tanaman yang pada saat panen diambil daun pucuknya pengambilan dilakukan pada saat tanaman mengalami perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif. Pada saat itu penumpukan senyawa aktif dalam kondisi tinggi, sehingga mempunyai mutu yang terbaik. Contoh tanaman yang diambil daun pucuk ialah kumis kucing (Orthosiphon starnineus). Tanaman yang pada saat panen diambil daun yang telah tua, daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna dan terletak di bagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Pada daun tersebut terjadi kegiatan asimilasi yang sempurna. Contoh panenan ini misal sembung (Blumea balsamifera). Tanaman yang pada saat panen diambil kulit batang, pengambilan dilakukan pada saat tanaman telah cukup umur. Agar pada saat pengambilan tidak mengganggu pertumbuhan, sebaiknya dilakukan pada musim yang menguntungkan pertumbuhan antara lain menjelang musim kemarau. Tanaman yang pada saat panen diambil umbi lapis, pengambilan dilakukan pada saat umbi mencapai besar maksimum dan pertumbuhan pada bagian di atas tanah berhenti misalnya bawang merah (Allium cepa). Tanaman yang pada saat panen diambil rimpangnya, pengambilan dilakukan pada musim kering dengan tanda-tanda mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam keadaan ini rimpang dalam keadaan besar maksimum. Panen dapat dilakukan dengan tangan, menggunakan alat atau menggunakan mesin. Dalam ha1 ini keterampilan pemetik diperlukan, agar diperoleh simplisia yang benar, tidak tercampur dengan bagian lain dan tidak merusak tanaman induk. Alat atau mesin yang digunakan untuk memetik perlu dipilih yang sesuai. Alat yang terbuat dari logam sebaiknya tidak digunakan bila diperkirakan akan merusak senyawa aktif siniplisia seperti fenol, glikosida dan sebagainya.Cara pengambilanbagiantanaman untuk pembuatan simplisia dapat dilihat pada table berikut:No.Bagian TanamanCara PengumpulanKadar Air Simplisia

1Kulit BatangDari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu ;untuk kulit batang mengandung minyak atsiri/ golongan senyawa fenol digunakan alat pengelupas bukan logam.

10%

2BatangDari cabang dipotong-potong dengan panjang tertentu dan diameter cabang tertentu.10%

3KayuDari batang atau cabang, dipotong kecil atau diserut(disugu) setelah dikelupas kulitnya.10%

4DaunTua dan muda (daerah pucuk), dipetik dengan tangan satu persatu.5 %

5BungaKuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga, dipetik dengan tangan.5 %

6PucukPucuk berbunga; dipetik dengan tangan (mengandung daun muda dan bunga).8%

7AkarDari bawah permukaan tanah, dipotong dengan ukuran tertentu.10%

8RimpangDicabut, dibersihkan dari akar; dipotong melintang dengan ketebalan tertentu.8%

9BuahMasak, hampir masak, dipetik dengan tangan.8%

10BijiBuah dipetik:dikupas kulit buahnya dengan pisau atau menggilas, kemudian biji dikumpulkan dan dicuci.10%

11Kulit BuahSeperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci.8 %

12BulbusTanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun dan akar dengan cara dipotong kemudian dicuci.-

b. Sortasi BasahSortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacam-macam mikroba dalam jurnlah yang tinggi, oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.c. PencucianPencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih, misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia yang mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Menurut Frazier (1978), pencucian sayur-sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah mikroba awal, jika dilakukan pencucian sebanyak tiga kali, jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan biasanya mengandung juga sejumlah mikroba. Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis dan jumlah rnikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat menipercepat pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umuln terdapat dalam air adalahPseudomonas,Proteus,Micrococcus,Bacillus,Streptococcus,Enterobacter danEscherishia. Pada simplisia akar, batang atau buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar jumlah mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan bersih.d. PerajanganBeberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang dikehendaki.Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama satu hari.e. PengeringanTujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja,menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum bahan dikeringkan, terhadap bahan simplisia tersebut lebih dahulu dilakukan proses stabilisasi yaitu proses untuk menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang lazim dilakukan pada saat itu, merendam bahan simplisia dengan etanol 70 % atau dengan mengaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia kurang dari 10%.Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1 yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, Waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada pengeringan bahan simplisia tidak dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik. Selama proses pengeringan bahan simplisia, faktor-faktor tersebut harus diperhatikan sehingga diperoleh simplisia kering yang tidak mudah mengalami kerusakan selama penyimpanan. Cara pengeringan yang salah dapat mengakibatkan terjadinya "Face hardening", yakni bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah. Hal ini dapat disebabkan oleh irisan bahan simplisia yang terlalu tebal, suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan penguapan air permukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam ke permukaan tersebut, sehingga permukaan bahan menjadi keras dan menghambat pengeringan selanjutnya. "Face hardening" dapat mengakibatkan kerusakan atau kebusukan di bagian dalarn bahan yang dikeringkan.Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 300sampai 90C, tetapi suhu yang terbaik adalah tidak melebihi 60C. Bahan simplisia yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300sampai 450C, atau dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan mengurangi tekanan udara di dalam ruang atau lemari pengeringan, sehingga tekanan kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga tergantung pada bahan simplisia,cara pengeringan, dan tahap tahap selama pengeringan. Kelembaban akan menurun selama berlangsungnya proses pengeringan. Berbagai cara pengeringan telah dikenal dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan. Pengeringan AlamiahTergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan : Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan rnengandung senyawa aktif yang relatif stabil. Pengeringan dengan sinar matahari yang banyak dipraktekkan di Indonesia merupakan suatu cara yang mudah dan murah, yang dilakukan dengan cara membiarkan bagian yang telah dipotong-potong di udara terbuka di atas tampah-tampah tanpa kondisi yang terkontrol sepertl suhu, kelembaban dan aliran udara. Dengan cara ini kecepatan pengeringan sangat tergantung kepada keadaan iklim, sehingga cara ini hanya baik dilakukan di daerah yang udaranya panas atau kelembabannya rendah, serta tidak turun hujan. Hujan atau cuaca yang mendung dapat memperpanjang waktu pengeringan sehingga memberi kesempatan pada kapang atau mikroba lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia tersebut kering. F'IDC (Food Technology Development Center IPB) telah merancang dan membuat suatu alat pengering dengan menggunakan sinar matahari, sinar matahari tersebut ditampung pada permukaan yang gelap dengan sudut kemiringan tertentu. Panas ini kemudian dialirkan keatas rak-rak pengering yang diberi atap tembus cahaya di atasnya sehingga rnencegah bahan menjadi basah jika tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah digunakan untuk mengeringkan singkong yang telah dirajang dengan demikian dapat pula digunakan untuk mengeringkan simplisia. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap. Pengeringan BuatanKerugian yang mungkin terjadi jika melakukan pengeringan dengan sinar matahari dapat diatasi jika melakukan pengeringan buatan, yaitu dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur. Prinsip pengeringan buatan adalah sebagai berikut: udara dipanaskan oleh suatu sumber panas seperti lampu, kompor, mesin disel atau listrik, udara panas dialirkan dengan kipas ke dalam ruangan atau lemari yang berisi bahan yang akan dikeringkan yang telah disebarkan di atas rak-rak pengering. Dengan prinsip ini dapat diciptakan suatu alat pengering yang sederhana, praktis dan murah dengan hasil yang cukup baik.Dengan menggunakan pengeringan buatan dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3 hari untuk penjemuran dengan sinar matahari sehingga diperoleh simplisia kering dengan kadar air 10% sampai 12%, dengan menggunakan suatu alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan kadar air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 jam.Daya tahan suatu simplisia selama penyimpanan sangat tergantung pada jenis simplisia, kadar airnya dan cara penyimpanannya. Beberapa simplisia yang dapat tahan lama dalam penyimpanan jika kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%, sedangkan simplisia lainnya rnungkin masih dapat tahan selama penyimpanan dengan kadar air 10 sampai 12%.

f. Sortasi KeringSortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang masill ada dan tertinggal pada sirnplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia dibungkus untuk kernudian disimpan. Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi disini dapat dilakukan dengan atau secara mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang sering jurnlah akar yang melekat pada rimpang terlampau besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir, besi dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum simplisia dibungkus.g. Penyimpanan dan PengepakanSimplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena berbagai faktor luar dan dalam, antara lain : CahayaSinar dari panjang gelombang tertentu dapat menimbulkan perubahan kimia pada simplisia, misalnya isomerisasi, polimerisasi, rasemisasi dan sebagainya. Oksigen UdaraSenyawa tertentu dalam simplisia dapat mengalami perubahan kimiawi oleh pengaruh oksigen udara terjadi oksidasi dan perubahan ini dapat berpengaruh pada bentuk simplisia, misalnya, yang semula cair dapat berubah menjadi kental atau padat, berbutir-butir dan sebagainya. Reaksi Kimia InternPerubahan kimiawi dalam simplisia yang dapat disebabkan oleh reaksi kimia intern, misalnya oleh enzim, polimerisasi, oto-oksidasi dan sebagainya. DehidrasiApabila kelembaban luar lebih rendah dari simplisia, maka simplisia secara perlahan-lahan akan kehilangan sebagian airnya sehingga rnakin lama makin mengecil (kisut). Penyerapan AirSimplisia yang higroskopik, misalnya agar-agar, bila disimpan dalam wadah yang terbuka akan menyerap lengas udara sehingga menjadi kempal basah atau mencair. PengotoranPengotoran pada simplisia dapat disebabkan oleh berbagai sumber, misalnya debu atau pasir, ekskresi hewan, bahan-bahan asing (misalnya minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah (karung goni). SeranggaSerangga dapat menitnbulkan kerusakan dan pengotoran pada simplisia, baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh bentuk dewasanya. Pengotoran tidak hanya berupa kotoran serangga, tetapi juga sisa-sisa metamorfosa seperti cangkang telur, bekas kepompong, anyaman benang bungkus kepompong, bekas kulit serangga dan sebagainya. KapangBila kadar air dalam simplisia terlalu tinggi, maka simplisia dapat berkapang. Kerusakan yang timbul tidak hanya terbatas pada jaringan simplisia, tetapi juga akan merusak susunan kimia zat yang dikandung dan malahan dari kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengganggu kesehatan.

Selama penyimpanan kemungkinan bisa terjadi kerusakan pada simplisia, kerusakan tersebut dapat mengakibatkan kemunduran mutu, sehingga simplisia yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia, yaitu cara pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Untuk dapat disimpan dalam waktu lama, simplisia harus dikeringkan terlebih dahulu sampi kering, sehingga kandungan airnya tidak lagi dapat menyebabkan kerusakan pada simplisia.Cara menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Berbagai jenis serangga yang dapat menimbulkan kerusakan pada hampir semua jenis simplisia yang berasal dari tumbuhan dan hewan, biasanya jenis serangga tertentu merusak jenis simplisia tertentu pula. Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang perlu mendapatkan perhatian juga ialah kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan pengerat seperti tikus.Cara pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya harus sesuai, dapat melindungi dari kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpanannya.Wadah harus bersifat tidak beracun dan tidak bereaksi(inert) dengan isinya sehingga tidak menyebabkan terjadinya reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau dan sebagainya pada simplisia. Selain itu wadah harus melindungi simplisia dari cemaran mikroba, kotoran, serangga serta mempertahankan senyawa aktif yang mudah menguap atau mencegah pengaruh sinar, masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk simplisia yang tidak tahan terhadap sinar, misalnya yang banyak mengandung vitamin, pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang melindungi simplisa terhadap cahaya, misalnya aluminium foil, plastic atau botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain sebagainya.Bungkus yang paling lazim digunakan untuk simplisia adalah karung goni. Sering juga digunakan karung atau kantong plastik, peti atau drum dari kayu atau karton. Beberapa jenis simplisia terutaman yang berbentuk cairan dikemas dalam botol atau guci porselen. Simplisia yang berasal dari akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan bunga sebaiknya dikemas pada karung plastik. Simplisia dari daun atau herba umumnya dimampatkan terlebih dahulu dalam bentuk yang padat dan mampat, dibungkus dalam karung plastik dan dijahit. Untuk keperluan perdagangandan ekspor simplisia dalam bungkus plastik tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg tiap bal.Simplisia yang mudah menyerap air, udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah terjadinya penyerapan kelembaban tersebut. Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di bungkus dengan karung atau kantong plastic, dalam peti drum atau kaleng besi berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia tersebut dimasukkan dalam wada yang tertutup rapat dan seringkali perlu diberi kapur tohor sebagai bahan pengering.Gom dan damar dikemas dalam wadah drum, peti yang terbuat dari karton, kayu atau besi berlapis sedangkan simplisia aroma atau baunya perlu dipertahankan, harus dikemas dalam peti kayu berlapis timah.Kaleng atau aluminium dapat digunakan sebagai wadah untuk simplisia kering terutama jika diperlukan penutupan secara vakum. Akan tetapi kaleng dan bahan aluminium bersifat korosif dan mudah bereaksi dengan bahan yang disimpan di dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium biasanya harus diberi lapisan khusus misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam ataupun bahan yang lainnya. Sifat wadah gelas yang mengguntungkan adalah tidak beraksi, tetapi penggunaan wadah gelas terbatas, karena gelas mudah pecah dan berat, sehingga menyulitkan dalam pengangkutan. Kertas dan karton tidak dapat digunakan sebagai pembungkus simplisia secara sempurna oleh karena itu, biasanya bahan pembungkus kertas perlu dilapis lagi dengan lilin, damar, atau plastik untuk mencegah keluar masuknya gas dan uap air. Plastik biasanya digunakan untuk membungkus simplisia kering, tetapi penggunaan plastik tidak tahan panas dan mudah menguap. Sekarang ini, aluminium foil mulai banyak digunakan karena sifatnya mengguntungkan, diantaranya mudah dilipat, ringan serta dapat mencegah keluar masuknya air dan zat-zat yang mudah menguap lainnya.Penyimpanan simplisia kering, biasanya dilakukan pada suhu kamar (15sampai 30, tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk (5sampai 15), atau tempat dingin (0sampai 5), tergantung dari sifat dan ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. Di Indonesia daun tembakau dikemas dalam keranjang bambu yang bagian dalamnya diberi lapisan pelepah daun pisang yang telah dikeringkan.Simplisia harus disimpan didalam ruangan penyimpanan khusus atau dalam gudang simplisia, terpisah dari tempat penyimpanan bahan lainnya maupun alat-alat. Gudang simplisia harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sesuai dengan fungsinya, dibuat dengan konstruksi permanen yang cukup kuat dan dipelihara dengan baik. Gudang harus mempunyai ventilasi udara yang cukup baik dan bebas dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan air hujan. Perlu dilakukan pencegahan kemungkinan kerusakan simplisia yang ditimbulkan oleh hewan, baik serangga maupun tikus yang sering memakan simplisia yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya serangga pemakan simplisia ataupun lalat dan nyamuk, gudang harus bersih dan bebas dari sampah. Untuk mencegah masuknya tikus ke dalam gudang simplisia, sedapat mungkun lubang ventilasi, lubang-lubang saluran air dan lubang-lubang lainnya diberi tutup yang sesuai seperti kasa kawat atau yang lainnya.Cara penyimpanan simplisia dalam gudang harus diatur sedemikian rupa, sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan pengeluaran bahan simplisia yang disimpan. Untuk simplisia yang sejenis, harus diberlakukan prinsip pertama masuk, pertama keluar , untuk itu perlu dilakukan administrasi pergudangan yang teratur dan rapi. Semua simplisia dalam bungkus atau wadahnya masing-masing harus diberi label dan dicantumkan nama jenis, asal bahan, tanggal penerimaan, dan pemasukan dalam gudang. Dalam jangka waktu tertentu dilakukan pemeriksaan gudang secara umum, dilakukan pengecekkan dan pengujian mutu terhadap semua simplisia yang dipandang perlu. Simplisia yang setelah diperiksa ternyata tidak lagi memenuhi syarat yang ditentukan misalnya tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah warna, berubah bau dan lain sebagainya dikeluarkan dari gudang dan dibuang.

B. Metodologi dan Parameter Standarisasi SimplisiaAda tiga Parameter standarisasi simplisia sebagai bahan baku yang diperlukan dalam analisa mutu siplisia , yaitu :1. Pengujian Pendahuluan (Kebenaran Simplisia)a. Uji OrganoleptisDilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekhususan bau dan rasa simplisia yang diuji.b. Uji MakroskopikDilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa alat, untuk mencari kekhususan morfologi, ukuran dan warna simplisia yang diuji.c. Uji MikroskopikDilakukan dengan menggunakan mikroskop yang derajat pembesarannya disesuaikan dengan keperluan. Simplisia yang diuji dapat berupa sayatan maupun serbuk. Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian ini akan diketahui jenis simplisia berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan oleh MMI. Ada 4 cara pengamatan menggunakan mikroskop yaitu : Mikroskopik 1Menggunakan medium air atau gliserin. Digunakan untuk mendeteksi hablur lepas, butir pati, butir tepung sari, serabut, sel batu, rambut penutup, rambut kelenjar lepas serta beberapa jenis jaringan khas lainnya. Mikroskopik 2Serbuk terlebih dahulu dididihkan dalam larutan kloral hidra. Butir pati akan larut akan larut dan jaringan yang berisi klorofil menjadi jernih sehingga pengamatan dapat lebih jelas. Akan tampak sel-sel epidermis , mesofil, rongga minyak, parenkim, hablur, sistolit dll. Mikroskopik 3 Diakukan pewarnaan terhadap serbuk. Sebaiknya dilakukan setelah serbuk dijernihkan dengan chloral hidrat, namun dalam hal-hal tertentu boleh langsung menambahkan pereaksi tanpa didahului penjernihan jaringan. Pereaksi yang biasa digunakan misalnya floroglusin-asam klorida akan menimbulkan warna merah pada sel yang berisi lignin ( sel batu, serabut dan xilem ). Mikroskopik 4Dilakukan terhadap serbuk yang telah diabukan. Uji ini khusus ditujukan untuk mendeteksi ada tidaknya kerangka silika pada tanaman yang banyak mengandung silika seperti familia Poaceae / Gramineae dan Equisetaceae.2. Parameter Non Spesifika. Penetapan Kadar Air (MMI)Kandungan air yang berlebihan pada bahan / sediaan obat tradisional akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga dapat mempermudah terjadinya hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat mengakibatkan penurunan mutu dari obat tradisional. Oleh karena itu batas kandungan air pada suatu simplisia sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian yang menyangkut persyaratan dari suatu simplisia.Tujuan dari penetapan kadar air adalah utuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air kurang dari 10%. Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu : Metode TitrimetriMetode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan ion hydrogen. Kelemahan metode ini adalah stoikiometri reaksi tidak tepat dan reprodusibilitas bergantung pada beberapa faktor seperti kadar relatif komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan sistem yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995 ).Zat yang akan diperiksa dimasukkan kedalam labu melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan pengaduk magnit. Penunjuk titik akhir terdiri dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt yang dihubungkan dengan tahanan variable lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikroammeter. Setiap kali penambahan pereaksi Karl Fishcer, penunjuk mikroammeter akan menyimpang tetapi segera kembali ke kedudukan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama. Pada zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Metode Azeotropi (Destilasi Toulena)Metode ini efektif untuk penetapan kadar air karena terjadi penyulingan berulang ulang kali di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya penguapan berlebih. Sistem yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi oleh kelembaban ( Anonim, 1995 ).

Kadar air (V/B) = Metode GravimetriDengan menghitung susut pngeringan hingga tercapai bobot tetap ( Anonim, 1995 ).b. Penetapan Susut Pengeringan (MMI)Susut pngeringan adalah kadar bagian yang menguap suatu zat.kecuali dinyatakan lain , suhu peetapan adalah 105oC , keringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan pada suhu antara 5oC dan 10oC dibawah suhu leburnya selama 1 jam sampai 2 jam, kemudian pada suhu penetapan selama waktu yang ditentukan atau hingga bobot tetap.Susut pengeringan = (bobot awal bobot akhir) / bobot awal x 100% Untuk simplisia yang tidak mengandung minyak atsiridan sisa pelarut organik menguap, susut pengeringan diidentikkan dengan kadar air, yaitu kandungan air karena simplisia berada di atmoster dan ligkungan terbuka sehingga dipengaruhi oleh kelembaban lingkungan penyimpanan.c. Penetapan Kadar Abu (MMI)Penetapan kadar abu merupakan cara untuk mengetahui sisa yang tidak menguap dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada penetapan kadar abu total, abu dapat berasal dari bagian jaringan tanaman sendiri atau dari pengotoran lain misalnya pasir atau tanah.d. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam (MMI)Ditujukan untuk mengetahui jumlah pengotoran yang berasal dari pasir atau tanah silikat.e. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air (MMI)Pengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan air dari suatu simplisia.f. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam EtanolPengujian ini dimaksutkan untuk mengetahui jumlah senyawa yang dapat tersari dengan etanol dari suatu simplisia.g. Uji Cemaran Mikroba Uji AflatoksinUji ini bertujuan untuk mengetahui cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh jamurAspergillus flavus. Uji Angka Lempeng TotalUntuk mengetahui jumlah mikroba/bakteri dalam sample. Batasan angka lempengan total yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC FU/gram.

Uji Angka KapangUntuk mengetahui adanya cemaran kapang, batasan angka lempeng total yang ditetapkan oleh Kemenkes yaitu 104CFU/gram.3. Parameter SpesifikParameter ini digunakan untuk mengetahui identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan kimia simplisia digunakan untuk menetapkan kandungan senyawa tertentu dari simplisia. Biasanya dilakukan dengan analisa kromatografi lapis tipis (KLT). Sebelum dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi dengan penyarian senyawa kimia aktif dari simplisia yang masih kasar.

1. Daun Jambu Biji (Psidi Folium)

KlasifikasiKingdom: Plantae (Tumbuhan)Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Sub Kelas: RosidaeOrdo: MyrtalesFamili: Myrtaceae (suku jambu-jambuan)Genus: PsidiumSpesies:Psidium guajava L.Kandungan: Flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloidKhasiat: Antidiare, antiinflamasi, antimutagenik, diabetik, analgesik

Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas terlihat, berkayu (lignosus), silindris, permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati), batang berwarna coklat muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh cabang condong keatas dan ada pula yang mendatar.Jambu biji memiliki cabang sirung pendek (virgulaatauvirgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek.

Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai (petiolus) dan helaian (lamina) saja disebut daun bertangkai. Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah-tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 1 - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm).

Daun jambu biji memiliki tulang daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan. Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul. Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun tumpul (obtusus). Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer), daging daun (intervinium) seperti perkamen (perkamenteus). Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji memiliki permukaan daun yang berkerut (rogosus).Tangkai daun berbentuk silindris dan tidak menebal pada bagian pangkalnya.

Morfologi DaunDaun merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat pengambilan zat zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan respirasi.Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan helaian saja disebut daun bertangkai.Sifat sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut :1. Bangun daun (Circumscription).Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya berada ditengah tengah dan memiliki bangun jorong karena perbandingan panjang : lebarnya adalah 2 : 1.2. Ujung (epex). Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan membentuk sudut 900.3. Pangkal (basis folii).Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu biji ini, adalah tumpul (obtusus).4. Susunan tulang tulang daun (nervation atau vanation).Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan kita kepada susunan sirip sirip pada ikan.5. Tepi daun (margo).Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)6. Daging daun (intervinium)

Anatomi DaunEpidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus. Stomata: Tipe anomositik, banyak terdapat pada permukaan bawah. Rambut penutup : Terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah, bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel, berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 m, pangkal rambut kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang mengandung zat berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : Terdapat di bawah epidermis atas, terdiri dari 2 sampai 3 lapis sel yang besar, jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Idioblas : terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak : Rongga minyak bentuk lisigen besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah dari pada di bagian atas. Jaringan palisade : Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak di bawah jaringan air, 2 lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya berongga lebih banyak.

Kandungan KimiaKandungan senyawa kimia pada daun tersebut meliputi alkohol, aldehida, hidrokarbon alifatik, alkohol aromatik, kadalena, kalsium,karbohidrat, beta kariofilena, kasuarinin, klorofil A, klorofil B, sineol, tanin terkondensasi, asam krategolat, asam 2-alfa-3-beta-dihidroksi-olean-12en28-oat, asam 2-alfa-3 beta-dihidroksiurs- 12en28-oat, minyak atsiri, galiotanin, 4-gentiobiosida asam elagat, guajaverin, asam guajavolat, guavin A, guavin B, guavin C, guavin D, tanin yang dapat terhidrolisis, asam 2-alfa-hidroksi ursolat, unsur anorganik, isostriktinin, leukosianidin, limonena, D-limonena, DLlimonena, lutein, asam mastinat, monoterpenoid, neo-beta-karotena U, nerolidol, asam oleanolat, asam oksalat, pedunkulagin, pigmen, kalium, asam psidiolat, kuersetin, sesquiguavaena, sesquiterpenoid, beta-sitosterol, stakiurin, striknin, telimagrandin I, triterpenoid, asam ursolat (Soegijanto, 2010: 9).

Khasiat Daun Jambu BijiAdapun khasiat dari daun jambu biji seperti, sebagai deodorant alami, mengobati penyakit diare, sariawan, luka dan borok, ambeien, mengusir kembung, dan sebagai antimikroba.

2. Herba Tapak Dara (Catharanthus Herba)

KlasifikasiKingdom : Plantae (tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)Divisio : Magnoliophyta (berbunga)Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotilSub-kelas : AsteridaeOrdo : GentianalesFamilia : ApocynaceaeGenus : CatharanthusSpesies :Catharanthus roseus(L.) G. DonKandungan: Vinblastin, vinristin, vindolin.Khasiat: Antikanker, antihipertensi, diuretik, diabetes, Menetralkan racun.

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah, umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Tapak dara bias tumbuh di tempat terbuka atau terlindung pada bermacam-macam iklim, ditemukan dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl.Terna atau semak, menahun, tumbuh tegak, tinggi mencapai 120 cm, banyak bercabang. Batang bulat, bagian pangkal berkayu, berambut halus. Warnanya merah tengguli. Daun tunggal, agak tebal, bertangkai pendek,berhadapan bersilang. Helai daun elips, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan menyirip, kedua permukaan daun mengkilap, dan berambut halus. Perbungaan majemuk, keluar dari ujung tangkai dan ketiak daun 5 helai, mahkota bunga berbentuk terompet, warnanya ada yang putih, merah muda, atau putih dengan bercak merah di tengahnya. Buahnya buah bumbung berbulu, menggantung, berisi banyak biji berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji, setek bataang, atau akar.

Morfologi Tapak DaraTinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter. Memilikibatangyang berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil,berkayu, beruas, dan bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip berselingan dan diklasifikasikan berdaun tunggal. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.Bunganyaaksial (muncul dari ketiak daun). Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet dengan permukaan berbulu halus, ujungnya melebar, berwarna putih, biru, merah jambu atauungutergantung kultivarnya. Buahnya berbentuk silinder, ujung lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 2,5 cm, dan memiliki banyak biji.

Ciri-Ciri Tapak DaraTapak dara merupakan tanaman herba/semak yang tegak, hidup lama, tinggi 0,2-0,8 m dan mengandung getah. Batangnya mengandung getah berwarna putih susu, berbentuk bulat dengan diameter berukuran kecil, berkayu, beruas, bercabang, dan berambut sangat lebat. Daun bersusun berhadapan, bertangkai pendek, memanjang bulat telur dengan pangkal serupa baji dan ujung tumpul panjang 2 6 cm, lebar 1 3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek. Bunganya muncul dari ketiak daun. Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri. berbunga sepanjang tahun, berbentuk tubular, panjang 1,5-4 cm, lebar 5 cm memiliki 5 mahkota kecil. Bunga berwarna violet, merah rosa, putih (var. albus), putih dengan bintik merah (var. ocellatus), ungu, kuning pucat. Buahnya berbentuk silindris, ujung lancip, berbulu, panjang sekitar dengan panjang folikel 1-4 cm hijau dan berbiji banyak tanpa rambut gombak. Bijinya mempunyai panjang 1-2mm berbentuk persegi panjang, hitam, kotiledon datar, endosperm kecil. Panjang akar dapat mencapai 70 cm.

Kandungan Herba Tapak DaraHerba mengandung lebih dari 70 macam alkaloid, termasuk 28 biindole alkaloid. Komponen antikanker, yaitu alkaloid seperti vincaleukoblastine (vinblastin = VLB), leurosidin dan katarantin, Alkalod yang berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula darah) antara lain leurosin, katarantin, lochneri, tetrahidroalstonin, vindolin dan vindolinin. Sedangkan akar tapak dara mengandung alkaloid, saponin, flafonoid dan tanin.

Khasiat Herba Tapak DaraHerba sedikit pahit rasanya, sejuk, agak beracun (toksik), masuk meridian hati. Berkhasiat sebagai anti kanker (antineoplastik), menenangkan hati, peluruh kencing (diuretic), menurunkan tekanan darah (hipotensif), penenang (sedative), menyejukkan darah, penghenti perdarahan (hemostatis), serta menghilangkan panas dan racun. Sedangkan akar tapak dara berkhasiat sebagai peluruh haid.

3. Selasih (Ocimum basilicum)

KlasifikasiKingdom : PlantaeDivisio : MagnoliophytaClass : MagnoliopsidaOrdo : LamialesFamili : LamiaceaeGenus : OcimumSpecies : Ocimum basilicumKandungan: Eugenol, linalool, dan geraniolKhasiat: Antifungi, antireppelant, ekspektorant, dan antikanker.

Tanaman selasih merupakan tanaman semusim, tegak, banyak bercabang dibagian atas, berbau harum, tinggi 50 80 cm dengan batang berwarna coklat bersegi empat. Daun letaknya berhadapan dan berdaun tunggal, bertangkai yang panjangnya 0,5 2 cm, helai daun bulat telur sampai memanjang, ujung runcing, permukaan daun berambut halus dengan bintik-bintik kelenjar, tulang daun menyirip. Bunganya berwarna putih atau lembayung, tersusun dalam tandan yang panjangnya 5 30 cm yang keluar dari ujung percabangan. Biji keras warnanya coklat tua, bila dimasukan ke dalam air akan mengembang seperti selai (Wijayakusumah. 1996)

Morfologi SelasihMerupakan herba tegak, sangat harum, tinggi 0,6-1,6 m. Batang cokelat, segi empat. Daun tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2 cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak meruncing, permukaan daun agak halus dan bintil-bintik kelenjar, tulang daun menyirip, tepi bergerigi, panjangnya 3,5-7,5 cm, lebar 1,5-2,5 cm, warna hijau tua. Bunga berwarna putih atau lembayung, kelopak sisi luar berambut, bulat telur terbalik dengan tepi mengecil sepanjang tabung. Biji keras, cokelat tua, bila dimasukkan dalam air akan mengembang(Backer & van den Brink, 1965;Wijayakusumaet al., 1996).Tanaman selasih merupakan tanaman dikotil yang tergolong tanaman yang melakukan fotosintesis (Siklus Calvin). Pada siang hari dengan mengubah RUBP dan CO2 dengan bantuan enzim menjadi amilum yang akhirnya di salurkan keseluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan floem. Untuk pemenuhan nutrisi kelebihannya disimpan oleh tanaman sebagai pati yang juga digunakan kembali untuk proses respirasi tumbuhan.Selasih merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh rimbun. Selasih tumbuh di suatu kawasan yang lapang seperti kawasan pertanian. Bentuk batang selasih bulat dan bercabang banyak, mempunyai tinggi 50 80 cmdan bentuk daun adalah tunggal. Tumbuhan ini mudah membiak dari biji benih yang tersebar di sekitarnya.Selasih mempunyai enam kuntum bunga, megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak bunganya bewarna hijau keunguan dan bagian atas bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat. Selasih mempunyai bau yang khas dan harum. Selain juga dipenggil ruku ruku atau ruku ruku hitam.Jenis selasih yang sering di jumpai adalah kemangi. Kemangi ada yang berdaun agak keriting dan ada pula mempunyai daun yang agak kecil dan sering di makan sebagai ulam.

Kandungan SelasihSelasih mengandung eugenol, linalool, dan geraniol yang dikenal sebagai zat penolak serangga sehingga zat zat tersebut juga berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun selasih sangat tajam bahkan jika tercium agak lama atau disimpan dalam ruangan dapat menimbulkan rasa mual dan pusing. Selasih juga mengandung alkoloid, flavonoid, terpenoid, steroid, dan saponin.

Khasiat SelasihMenurut penelitian selasih dapat berkhasiat sebagai antifungi, antireppelant, ekspektorant, dan antikanker.Selain itu selasih juga dapat meningkatkan pengeluarana bendalir badan melalui air kencin karena bersifat diuretik, sifat analgesik yang membantu menahan atau meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit perut demam, sifat diaforetik yang membantu pengeluaran keringat, menurunkan kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram usus dan melancarkan buang air besar.

4. Daun Keji Beling (Sericoclyx Folium)

KlasifikasiKingdom : Plantae (Tumbuhan)Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Sub divisi : Dicotyledonae (Tumbuhan berkeping dua)Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan dikotil)Sub kelas : AsteridaeOrdo: ScrophularialesBangsa : SolanalesFamili : AcanthaceaeGenus : StrobilanthesSpesies : Strobilanthes crispus Bl.Sinonim : Sericoclyx crispus LKandungan: Kalsium karbonat, kalium, natrium, posfor.Khasiat: DiuretikaKeji beling(Strobilanthes crispus)adalah tanaman terna yang biasa ditanam masyarakat sebagai tanaman pagar, bisa tumbuh hampir diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini juga sebagai tanaman herba liar hidup menahun yang banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam penyembuhan beberapa penyakit.Tanaman keji beling atau Strobilanthes crispus mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. Tumbuhan ini dapat hidup di daerah dengan kondisi ekologis dengan syarat sebagai berikut. Hidupnya di ketinggian tempat 1m 1.000 m di atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan 2.500 mm 4.000 mm/tahun, iklimnya bulan basah (di atas 100 mm/bulan) 8 bulan 9 bulan, bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) 3 bulan 4 bulan, hidup disuhuudara 200 C 250 C dengan kelembapan sedang, penyinaran sedang, tekstur tanah pasir sampai liat, drainase sedang baik, kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan tanah, kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan tanah, kemasaman (pH) 5,5 7 dan kesuburan sedang.

Morfologi Keji BelingBerdasarkan morfologi tanaman, keji beling dibagi menjadi bagian akar, batang, daun, dan bunga. Akar keji beling berbentuk akar tunggang dan serabut. Akar berwarna putih kekuningan. Fungsi akar untuk memperkuat berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari tanah.Tanaman ini menyerupai rumput besar. Batang berbentuk bulat, beruas dengan diameter 0,2-0,7 cm. Batang berkulit ungu, memiliki bintik-bintik hijau pada saat masih muda, dan berubah menjadi cokelat setelah tua. Daun berbentuk bulat telur, pada bagian tepi bergerigi, serta berbulu halus. Panjang helaian daun adalah 2-5 cm berwarna hijau. Tanaman keji beling berbunga setelah dewasa. Bunga keluar pada waktu tertentu.Tanaman ini berasal dari Mandagaskar, telah dikenal secara pasti untuk pertama kalinya oleh Thomas Anderson (1832-1870) yang mengkelaskan tumbuhan ini di bawah Spermatophyta (tumbuhan berbunga, gymnospermae)Keji beling memiliki batang beruas, bentuk batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 - 0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial. Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau pada waktu muda dan berubah jadi coklat setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal, berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus, tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, panjang helaian daun berkisar 5 - 8 cm, lebar 2 - 5 cm, bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan warna permukaan daun bagian atas hijau tua sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya tergolong bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota bunga bentuk corong, benang sari empat, dan warna bunga putih agak kekuningan. Strobilanthes crispus memiliki buah berbentuk bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau dan setelah tua atau masak berwarna hitam. Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukurannya kecil. Sistem perakarannya tunggang, bentuk akar seperti tombak, dan berwarna putih.

Kandungan Daun Keji BelingDaun keji beling mengandung vitamin C, B1, B2 yang tinggi. Dari berbagai penelitian, diketahui daun keji beling mengandung zat-zat kimia antara lain : kalium, kalsium, natrium, dan asam silikat.Khasiat Daun Keji BelingTanaman keji beling diambil daunnya yang diolah menjadi simplisia atau sebagai daun segar, digunakan sebagai bahan racikan jamu atau obat-obat tradisional. Sebagai tanaman obat, keji beling bisa menyembuhkan beberapa jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu empedu, diabetes, ambeien, kholesterol, sembelit, dll.Kalium pekat yang terkandung dalam keji beling bisa meluruhkan batu ginjal dan batu empedu. Unsur-unsur yang terkandung dalam daun keji beling yang bersifat diuretic dapat memperlancar sekresi gula dalam darah, menghancurkan gumpalan kholesterol dalam darah, membantu memperlancar proses pembuangan tinja yang keras sehingga bisa berfungsi sebagai pencahar. Disamping itu kandungan anti racun yang disinyalir terdapat dalam daun keji beling dapat menyembuhkan sakit akibat gigitan ular berbisa atau semut hitam.

5. Biji Bunga Matahari (Helianthus Semen)

Klasifikasi

Kingdom: PlantaeDivisi : MagnoliophytaKelas : MagnoliopsidaSub Kelas : AsteridaeOrdo : AsteralesFamili : AsteraceaeGenus : HelianthusSpesies :Helianthus annuusLKandungan: Vitamin B1, vitamin E, mangan, magnesium, posfor, folatKhasiat: Antioksidan, antiinflamasi

Bunga matahari juga dikenal dengan berbagai nama sun flower (Inggris), mirasol(Filipina), himawari dan koujitsuki (Jepang), serta xiang ri kui (Cina).Tanaman ini tergolong dalam famili Compositae (Asteraceae) dan memiliki nama latinHelianthus annuus L.Heliberarti matahari, danannuusyaitusemusim.Darisitu, tanaman ini masuk ke dalam jenis tanaman herba annual, yaitu tanaman yang berumur pendek (kurang dari setahun).Tanaman cantik ini berasal dari Meksiko dan Peru, Amerika Tenga.Tanaman ini telah dibudidayakan secara besar-besaran pada abad ke-18 di berbagai negara seperti Amerika, Argentina, Rusia, Hongaria, Meksiko, Perancis, Jerman, Rumania, Bulgaria, dan beberapa negara yang ada di Benua Afrika.Sementara baru pada tahun 1907, bunga matahari diperkenalkan ke Indonesia oleh seorang ahli pertanian Belanda.Bunga matahari dapat tumbuh di daerah dingin ataupun di daerah kering pada ketinggian sampai 1500mdpl.Tanahberpasir hingga tanah liar dengan drainase yang baik dan tidak asam atau asin,serta pH yang berkisar antara 5,7-8,1 merupakan tanah yang baik untuk menanam tumbuhanini.Udarayang kering setelah terbentuknya biji juga sangat penting untuk membuat masak biji tumbuhan bunga matahari.

Morfologi Biji Bunga MatahariBiji bunga matahari ini memiliki kulit yang agak keras.Berbentuk pipih memanjang, warnanya bisa putih keabuan atauhitam.Bijibunga matahari ini dikenal dengan nama kuaci.

Kandungan Biji Bunga MatahariProtein, globuiin, albumin, glutolin, asam amino esensial, Beta sitosterol, prostaglandin E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan 3,4 benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8: lemak tidak jenuh: oleat 11,7 dan linoleat 72,9: kolesterol 3.

Khasiat Biji Bunga MatahariAnti dysentery, membangkitkan nafsu makan, lesu, sakit kepala, , disenteri berdarah, merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon, enzym, dll.), merangsang pengeluaran campak (Measles).

IV. Alat dan BahanV. EvaluasiVI. PembahasanVII.