LAPORAN AKHIR EVALUASI PROGRAM PROMOSI...

89
LAPORAN AKHIR EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS KADER POSYANDU LANSIA DUSUN NGLABAN, DESA SINDUHARJO, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA Koordinator Mata Kuliah: Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D Anggota Kelompok: Agatha Astri R 17/418186/PKU/16678 Andham Dewi 17/418191/PKU/16683 Debby Febriani 17/418216/PKU/16708 Mohammad Fikri 17/418297/PKU/16789 Minat/Angkatan : Perilaku dan Promosi Kesehatan/2017 Mata Kuliah : Blok Evaluasi Program Promosi Kesehatan MINAT PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2018

Transcript of LAPORAN AKHIR EVALUASI PROGRAM PROMOSI...

LAPORAN AKHIR EVALUASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN

UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA

MELALUI PENINGKATAN KAPASITAS KADER POSYANDU LANSIA

DUSUN NGLABAN, DESA SINDUHARJO, NGAGLIK,

SLEMAN, YOGYAKARTA

Koordinator Mata Kuliah:

Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si, Ph.D

Anggota Kelompok:

Agatha Astri R 17/418186/PKU/16678

Andham Dewi 17/418191/PKU/16683

Debby Febriani 17/418216/PKU/16708

Mohammad Fikri 17/418297/PKU/16789

Minat/Angkatan : Perilaku dan Promosi Kesehatan/2017

Mata Kuliah : Blok Evaluasi Program Promosi Kesehatan

MINAT PERILAKU DAN PROMOSI KESEHATAN

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT, DAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018

i

PERNYATAAN

Kami yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Minat Perilaku dan

Promosi Kesehatan, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa pekerjaan tugas laporan

UPAYA PEMELIHARAAN KESEHATAN LANSIA MELALUI PENINGKATAN

KAPASITAS KADER POSYANDU LANSIA DUSUN NGLABAN, DESA SINDUHARJO,

NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA adalah benar-benar hasil pekerjaan kami dan

bukan hasil pekerjaan menyalin, atau meniru keseluruhan maupun sebagian hasil

pekerjaan teman atau orang lain.

Apabila kami sengaja maupun tidak sengaja melakukan hal tersebut di atas maka

kami bersedia menerima sanksi yang berupa: dianggap tidak mengerjakan tugas

tersebut. Selain itu jika ada 2 naskah yang sama tidak keseluruhan atau sebagian,

keduanya dianggap tidak mengumpulkan tugas.

Yogyakarta, 25 September 2018

Yang memberi pernyataan

1. Agatha Astri R ( )

2. Andham Dewi ( )

3. Debby Febriani ( )

4. Mohammad Fikri ( )

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

penyertaan-Nya yang dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan laporan

akhir program promosi kesehatan dengan judul “Upaya Pemeliharaan Kesehatan Lansia

Melalui Peningkatan Kapasitas Kader Posyandu Lansia.” Laporan ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Evaluasi Program Promosi

Kesehatan.

Selama proses penyusunan laporan akhir ini, kami banyak mendapatkan bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Ibu Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari., Msi., PhD selaku Ketua Minat Perilaku dan

Promosi Kesehatan Universitas Gadjah Mada serta koordinator mata kuliah Evaluasi

Program Promosi Kesehatan.

2. Bapak Drs. Subagya, M.M. selaku Camat Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

3. Bapak Sudarja selaku Lurah Desa Sinduharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

4. Ibu drg. Isah Listiyani selaku Kepala Puskesmas Ngaglik I.

5. Bapak R. Sunar Wibowo selaku Kepala Dukuh Nglaban.

6. Bapak dr. M. Indriyanto Cahyandaru selaku narasumber dari Puskesmas Ngaglik I.

7. Ibu Gunarti, Amd. Kep. selaku penanggung jawab kesehatan lansia di Puskesmas

Ngaglik I.

8. Ibu-Ibu kader Padukuhan Nglaban.

9. Masyarakat Padukuhan Nglaban.

10. Syafriani, SKM, MPH selaku pembimbing lapangan.

11. Seluruh dosen dan staff akademik Peminatan Perilaku dan Promosi Kesehatan

Universitas Gadjah Mada.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

selanjutnya. Semoga laporan akhir program promosi kesehatan ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 20 September 2018

Tim Penulis

iii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... v

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR .......................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................... 1

I. Latar Belakang .......................................................................... 1

II. Rumusan Masalah .................................................................. 3

III. Tujuan dan Manfaat Program ................................................ 3

1. Tujuan ......................................................................... 3

2. Manfaat Program ........................................................ 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 4

I. Landasan Teori ........................................................................ 4

1.1 Posyandu Lansia ...................................................... 4

1.2 Kader Posyandu Lansia ........................................... 5

1.3 Konsep Lanjut Lansia ............................................... 6

1.4 Kerangka Kirkpatrick ................................................ 10

1.5 Model PRECEDE PROCEED .................................. 11

II. Kerangka Konsep .................................................................. 13

III. Hipotesis ............................................................................... 13

IV. Pernyataan Penelitian ........................................................... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 14

I. Desain Penelitian .................................................................... 14

II. Lokasi Penelitian ................................................................... 15

III. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 15

BAB 4 REVIU DAN PENYESUAIAN PROGRAM .................................. 16

I. Rencana Program Promosi Kesehatan .................................. 16

II. Pelaksanaan Program ........................................................... 21

1.1 Penyuluhan Lansia ................................................... 21

1.2 Senam Lansia .......................................................... 22

1.3 Pelatihan Kader Posyandu Lansia ........................... 23

III. Evaluasi Program ................................................................. 24

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 26

I. Hasil Evaluasi ........................................................................ 26

1.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan Lansia .......................... 26

iv

1.2 Hasil Evaluasi Senam Lansia .................................. 27

1.3 Hasil Evaluasi Pelatihan Kader ............................... 28

1.3.1 Peningkatan pengetahuan kader ............. 28

1.3.2 Peningkatan keterampilan kader .............. 32

1.3.3 Evaluasi reaksi peserta pelatihan ............. 32

1.4 Jumlah Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia ......... 34

1.5 Faktor Pemungkin dan Penguat dalam

Pelaksanaan Posyandu Lansia ............................... 35

1.5.1 Faktor Pemungkin (Enabling Factor) ........ 35

1.5.2 Faktor Penguat (Reinforcing Factor) ........ 36

II. Pembahasan ......................................................................... 37

2.1 Pengetahuan kader mengenai penyakit tidak

menular pada lansia dan upaya pencegahannya ..... 38

2.2 Keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia .... 39

2.3 Pengetahuan dan kesadaran lansia tentang

pentingnya pemantauan kesehatan rutin ................. 40

2.4 Partisipasi lansia dalam posyandu lansia

dan senam lansia ..................................................... 41

2.5 Pelaksanaan Posyandu Lansia ditinjau

berdasarkan Model Precede Procede ...................... 42

BAB 6 PENUTUP ................................................................................... 44

I. Kesimpulan .............................................................................. 44

II. Saran dan Rekomendasi ........................................................ 44

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45

LAMPIRAN

1. Logbook Kegiatan

2. Dokumentasi Kegiatan

3. Media Poster Bahasa Indonesia

4. Media Poster Bahasa Jawa

5. Banner Edukasi Kesehatan Lansia 1

6. Banner Edukasi Kesehatan Lansia 2

7. Surat Izin Kegiatan

8. Surat Permohonan Narasumber

9. Daftar Hadir Lansia Posyandu Lansia Nglaban

10. Daftar Hadir Kader Posyandu Lansia Nglaban

11. Daftar Hadir Pelatihan Kader

12. TOR Pelatihan Kader

13. Lembar pre-test dan post-test

14. Lembar ceklis observasi KMS Lansia

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana Awal Kegiatan ............................................................... 17

Tabel 2. Realisasi dan Penyesuaian Kegiatan ........................................... 18

Tabel 3. Evaluasi Program Promosi Kesehatan ......................................... 24

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Nglaban ........................ 28

Tabel 5. Skor Keterampilan Kader Posyandu Nglaban

dalam Pengisian KMS Lansia ....................................................... 32

Tabel 6. Jumlah Kunjungan Lansia Bulan April-September 2018

pada Posyandu Lansia di Dusun Nglaban ................................... 34

vi

DAFTAR GRAFIK DAN GAMBAR

Grafik 1. Jumlah Kunjungan Lansia Bulan April-September 2018

pada Posyandu Lansia di Dusun Nglaban ............................... 34

Gambar 1. Model Precede Proceed untuk Perencanaan

Program dan Evaluasi ............................................................ 7

Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 13

Gambar 3. Matrices Of Change .................................................................. 16

1

BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Penduduk lanjut usia atau yang biasa disebut dengan lansia, adalah penduduk

yang berumur 60 tahun atau lebih. Indonesia sendiri termasuk dalam lima besar

negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia. Berdasarkan data

sensus penduduk Indonesia, jumlah penduduk lanjut usia pada tahun 2010 adalah

18,1 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2014 adalah sebanyak 18,781 juta jiwa.

Jumlah tersebut semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut proyeksi dari

Bappenas diperkirakan jumlah usia lanjut akan mencapai 36 juta jiwa pada tahun

2025.

Lansia merupakan salah satu usia yang rentan terhadap berbagai penyakit.

Adapun risiko masalah kesehatan pada lansia, jika diurutkan dari kasus tertingi

antara lain: gangguan sendi; hipertensi / darah tinggi; katarak; stroke; gangguan

mental emosional; penyakit jantung; dan diabetes mellitus/ penyakit gula darah.

(Riskesdas, 2007). Tidak hanya tingginya morbiditas, melainkan juga mortalitas

akibat penyakit tersebut. Penyebab kematian pada laki-laki lansia antara lain karena

stroke (20,6%), penyakit saluran nafas bawah kronik (10,5 %), Tuberkulosis Paru

(TB) (8,9 %), hipertensi (7,7 %), NEC (7,0 %), penyakit jantung iskemik (6,9 %),

penyakit jantung lain (5,9 %), diabetes mellitus (4,9 %), penyakit hati (4,4 %),

pnemonia (3,8 %). Sementara pada perempuan lanjut usia juga tidak jauh berbeda

yaitu stroke (24,4 %), hipertensi (11,2 %), NEC (9,6 %), penyakit saluran pernafasan

bawah kronik (6,6 %), diabetes mellitus (6,0 %), penyakit jantung iskemik (6,0 %),

penyakit jantung lain (5,9%), TB (5,6 %), pnemonia (3,0 %) dan penyakit hati (2,2%).

Mengingat banyaknya jumlah lansia serta tingginya morbiditas dan mortalitas,

pemerintah telah mengeluarkan komitmen dalam mengupayakan kesehatan

penduduk usia lanjut. Hal tersebut tertuang dalam UU Nomor 13 tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, UU Nomor 11 Tahun 2009, tentang Kesejahteraan

Sosial, UU Nomor 36 Tahun 2009, tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah RI

Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan

Sosial Lanjut Usia, Rencana Aksi Nasional Kesejahteraan Lanjut Usia tahun 2010-

2014 yang disusun dibawah koordinasi Kementerian Koordinasi Kesejahteraan

Rakyat dan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 52. Tahun 2004 Tentang

Komisi Nasional Lanjut Usia.

2

Pemerintah memiliki Program Kesehatan Lanjut Usia yang bertujuan untuk

meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia agar tetap sehat, mandiri dan berdaya

guna serta tidak menjadi beban bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat.

Salah satu program yang mendukung kesehatan lansia adalah Posyandu Lansia.

Program tersebut merupakan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

dimana pemberntukan dan pelaksanaannya merupakan inisiatif sendiri dari

masyarakat/desa. Dalam Posyandu Lansia terdapat pelayanan penimbangan berat

badan, pengukuran tekanan darah, serta cek gula darah dan kolesterol.

Dusun Nglaban merupakan salah satu dusun dalam wilayah desa Sinduharjo,

Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis komunitas yang

dilakukan dengan metode wawancara dengan bidan desa, tokoh-tokoh masyarakat

serta melakukan FGD dengan kader posyandu di Desa Nglaban, ditemukan

permasalahan kesehatan utama yaitu masalah hipertensi pada lansia. Dusun

Nglaban telah memiliki Posyandu Lansia yang aktif dilaksanakan setiap bulan.

Adapun jumlah lansia di Dusun Nglaban yang terdata adalah kurang lebih 70 jiwa.

Berdasarkan data kunjungan posyandu lansia yang dilakukan pada tanggal 10 April

2017, didapatkan data bahwa dari 70 lansia di Dusun Ngaban hanya terdapat 19

lansia yang mengikuti posyandu. Dari 19 lansia yang memeriksakan tekanan

darahnya, 11 diantaranya masuk dalam kategori hipertensi. Bahkan terdapat lansia

yang tekanan darahnya mencapai 204/108 mmHg namun tidak ada keluhan dan

pada saat diberikan edukasi lansia tersebut menyampaikan bahwa kondisi tersebut

sudah biasa dialaminya.

Berdasarkan FGD kader, hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kedua

posyandu adalah partisipasi masyarakat yang belum terlalu baik. Hasil wawancara

dan FGD menunjukkan bahwa kurang terdapatnya kesadaran dalam diri lansia untuk

melakukan kontrol kesehatan sebagai langkah awal deteksi dini penyakit maupun

pengobatan. Selain itu, kegiatan senam lansia masih belum dilakukan dengan efektif

karena kader merasa kurang mampu untuk memimpin senam lansia. Keterbatasan

media seperti video senam juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan senam

lansia. Pelaksanaan posyandu lansia yang bersamaan dengan posyandu balita juga

menjadi salah satu tantangan. Pelaksanaan kedua posyandu dalam waktu dan

tempat yang bersamaan membuat pelaksanaan posyandu kurang berjalan efektif dan

kondusif. Selain itu, pembagian kerja antara kader posyandu balita dan kader

posyandu lansia masih belum berjalan baik sehingga ketika posyandu berjalan, dapat

terjadi kekurangan sumber daya atau beban kerja yang tumpang tindih. Oleh karena

itu diperlukan peningkatan kapasitas kader dalam pengelolaan posyandu lansia,

3

peningkatan efektivitas kegiatan posyandu lansia, serta peningkatan kesadaran

lansia atas pentingnya pemantauan kesehatan rutin hipertensi.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian

yaitu bagaimana pengaruh kegiatan pelatihan kader terhadap peningkatan kapasitas

kader posyandu lansia serta partisipasi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu

lansia.

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Program

1.1 Tujuan Umum

Meningkatkan upaya pemeliharaan kesehatan lansia melalui peningkatan

kapasitas kader posyandu lansia.

1.2 Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada

lansia dan upaya pencegahannya

b. Meningkatkan keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia

c. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya

pemantauan kesehatan rutin

d. Meningkatkan partisipasi lansia dalam posyandu lansia dan senam lansia

2. Manfaat Program

2.1 Manfaat bagi kader posyandu lansia

a. Peningkatan pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada

lansia dan upaya pencegahannya

b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader tentang pemanfaatan

dan cara pengisian KMS Lansia

2.2 Manfaat bagi lansia Dusun Nglaban

- Peningkatan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya

pemantauan kesehatan rutin

- Peningkatan perilaku aktivitas fisik (senam lansia) sebagai pencegahan

hipertensi/penyakit tidak menular pada lansia

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

I. LANDASAN TEORI

1.1 Posyandu Lansia

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya

Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Posyandu lansia merupakan wadah

pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat lanjut usia. Bentuk pelayanan

posyandu lansia, antara lain meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental

emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk

mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah

kesehatan yang dihadapi. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan

kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan

memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti

senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran.

Menurut Kemenkes RI (2010), tujuan pembentukan posyandu lansia sebagai berikut :

1. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga

terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

2. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta

dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi antara

masyarakat usia lanjut

Sasaran posyandu lansia adalah: (Kemenkes RI, 2010)

1) Sasaran langsung

a. Pra lansia (usia 45-59 tahun)

b. Lansia (usia 60-69 tahun)

c. Lansia risiko tinggi (usia lebih dari 70 tahun)

2) Sasaran tidak langsung

a. Keluarga lansia

b. Masyarakat disekitar lansia

5

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia menggunakan sistem pelayanan 3

meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Meja 1, meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran tinggi badan dan

penimbangan berat badan.

2. Meja 2, meliputi kegiatan pencatatan berat badan, tinggi badan, Indeks Massa

Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengukuran tekanan darah,

pengobatan sederhana dan rujukan kasus.

3. Meja 3, meliputi kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa dilakukan

pelayanan pojok gizi.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia menggunakan sistem pelayanan 5

meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Meja 1 tempat pendaftaran

2. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan, pengukuran dan

pencatatan tinggi badan serta penghitungan index massa tubuh (IMT)

3. Meja 3 tempat melakukan kegiatan Pemeriksaan dan pengobatan sederhana

(tekanan darah, gula darah, Hb dan pemberian vitamin, dan lain - lain)

4. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi dan

kesejahteraan)

5. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan sosial (pemberian

makan tambahan, bantuan modal, pendampingan, dan lain – lain sesuai

kebutuhan)

1.2 Kader Posyandu Lansia

Kader posyandu adalah seseorang atau tim sebagai pelaksana posyandu yang

berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan

diberikan tugas serta tanggung jawab untuk melaksanakan peran sebagai penggerak

masyarakat, melakukan penyuluhan dan pemantauan serta mau dan mampu bekerja

bersama dalam kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. (Depkes RI, 2003)

Beberapa syarat menjadi Kader, antara lain: (Depkes RI, 2003)

1. Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat

2. Bersedia dan mampu bekerja bersama masyarakat secara sukarela

3. Bisa membaca dan menulis huruf latin

4. Sabar dan memahami usia lanjut

6

Peran dan tugas kader posyandu usia lanjut antara lain: (Depkes RI, 2003 dan

Kementerian Kesehatan RI, 2010)

1) Memberitahukan hari dan jam buka posyandu kepada masyarakat

2) Menyiapkan peralatan sebelum pelaksanaan posyandu

3) Melakukan pendaftaran masyarakat lanjut usia yang hadir di posyandu

4) Melakukan penimbangan dan pengukuran tinggi badan

5) Melakukan pemeriksaan kesehatan sederhana (pemeriksaan tekanan darah)

dan pelayanan lainnya

6) Mencatat hasil penimbangan, pengukuran tinggi badan, dan pemeriksaan

kesehatan pada KMS lansia

7) Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan karya) sesuai

dengan kemampuan kader

8) Melakukan kunjungan rumah pada masyarakat usia lanjut yang memiliki kendala

untuk hadir langsung pada posyandu lansia

1.3 Konsep Lanjut Usia

1.3.1 Pengertian

Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab I pasal 1 ayat II

yang dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke

atas. Batasan lansia menurut WHO adalah sebagai berikut :

a. Usia pertengahan (middle age): 45-59 tahun

b. Lanjut usia (elderly): 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old): 75- 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old): diatas 90 tahun

1.3.2 Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Menurut Andayani (2011) beberapa perubahan fisik dan intelektual yang akan

terjadi pada lansia adalah sebagai berikut:

a. Perubahan fisik

1) Sel

Seseorang yang memasuki usia lanjut akan mengalami perubahan sel

dalam tubuh seperti penurunan jumlah sel, ukuran sel yang bertambah

besar sehingga terjadi gangguan mekanisme perbaikan sel, serta

penurunan proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.

7

2) Sistem persyarafan

Pada lansia akan terjadi pengecilan syaraf panca indera sehingga dapat

terjadi gangguan pendengaran, munculnya kekeruhan pada kornea

mata, hilangnya daya akomodasi dan penurunan lapang pandang mata,

penurunan respon terhadap nyeri, penurunan kekuatan otot pernafasan

sehingga kemampuan membau juga berkurang.

3) Sistem gastrointestinal

Pada lansia akan terjadi penurunan selera makan, berkurangnya

produksi air liur (saliva), dan penurunan peristaltik usus sehingga sering

terjadi konstipasi.

4) Sistem genitourinaria

Ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal

menurun.

5) Sistem musculoskeletal

Tulang akan kehilangan cairan dan makin rapuh, persendian kaku dan

tendon mengerut.

6) Sistem Kardiovaskuler

Akan terjadi penurunan fungsi pompa jantung, pembesaran jantung,

serta penebalan dan kekakuan katup jantung. Tekanan darah pada

lansia juga akan meningkat karena hilanya distensibilitas arteri jantung.

b. Perubahan intelektual

Akibat terjadinya proses penuaan maka lansia akan mengalami

penurunan fungsi otak kanan sehingga lansia akan mengalami kesulitan

dalam berkomunikasi, mengingat, berkonsentrasi, dan kesulitan

mengenali wajah seseorang.

1.3.3 Penyakit Pada Lansia

Berikut ini adalah beberapa penyakit yang sering diderita oleh lansia, yaitu:

a. Osteo Artritis (OA)

OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan

biologik yang mengakibatkan penipisan tulang rawan sendi, tidak stabilnya

sendi, dan pengapuran sendi. OA dapat bertambah berat apabila lansia

mengalami trauma dan obesitas.

8

b. Osteoporosis

Osteoporosis merupakan kondisi di mana terjadi penurunan massa dan

kepadatan tulang. Osteoporosis dapat terjadi karena terganggunya

produksi vitamin D maupun terjadi percepatan kehilangan massa tulang.

c. Hipertensi

Hipertensi merupakan kondisi di mana tekanan darah sistolik sama atau

lebih tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg.

Kondisi ini dapat terjadi karena terjadi penurunan elastisitas pembuluh

arteri. Apabila hipertensi tidak segera diatasi maka dapat memicu

terjadinya stroke, arteriosclerosis, gagal jantung, dan gagal ginjal.

d. Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan kondisi di mana tubuh mengalami gangguan

dalam memproduksi insulin sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa

dalam darah. Obesitas, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik

dan olah raga merupakan faktor risiko DM. Beberapa gejalanya adalah

sering haus dan lapar, sering buang air kecil, mudah lelah, berat badan

terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang sukar sembuh.

e. Penyakit jantung koroner

Merupakan gangguan penyempitan pembuluh darah jantung sehingga

aliran darah menuju jantung terganggu. Hipertensi dan obesitas

merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner pada lansia.

Gejala umum yang sering terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, dan

kehilangan kesadaran.

f. Stroke

Stroke merupakan keadaan yang timbul karena terjadinya gangguan

peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan

otak. sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau

kematian (Smeltzer, 2012). Seseorang yang mengalami stroke seringkali

mengalami gejala seperti nyeri kepala hebat, pandangan kabur,

merasakan kelemahan pada anggota gerak, bicara tidak jelas, dan

kehilangan keseimbangan.

1.3.4 Aktivitas Fisik Pada Lansia

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang membutuhkan energi untuk

mengerjakannya seperti berjalan, berlari, dan bersepeda. Aktivitas fisik yang

terencana dan terstruktur untuk meningkatkan kebugaran jasmani disebut

9

olahraga. Menurut Direktorat Bina Kesehatan Komunitas (2010) manfaat

olahraga pada lansia adalah dapat menyehatkan jantung, otot, tulang,

mencegah obesitas, mengurangi kecemasan, membuat lansia lebih mandiri,

serta meningkatkan sosialisasi dengan lingkungannya.

a. Program Olahraga

Program olahraga dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah sebagai

berikut:

1) Baik, bila olahraga:

a) Dimulai sejak diini sampai lanjut usia

b) Dilakukan di mana saja dengan memperhatikan lingkungan yang

sehat, aman, dan nyaman

c) Dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan-peregangan 10-

15 menit, diikuti dengan latihan inti 20 menit, dan diakhiri dengan

pendinginan 5-10 menit.

2) Benar, bila olahraga dilakukan sesuai dengan kemampuan dan kondisi

tubuh lansia.sebelum melakukan program latihan, sebaiknya lansia

melakukan pengukuran kebugaran jasmani untuk mengidentifikasi

terjadinya kelainan yang merupakan indikasi untuk tidak melakukan

olahraga tertentu.

3) Teratur, bila olahraga dilakukan 3-5 kali dalam seminggu untuk

mencapai hasil yang optimal.

b. Jenis Latihan Olahraga

Jenis olahraga pada lansia perlu diperhatikan faktor keamanan dan

kemudahannya. Contoh olahraga yang relatif aman dan dapat dilakukan

oleh lansia adalah:

1) Jalan kaki

Kelebihan: mudah dilakukan, relatif aman dan resiko cidera kecil,

murah dan tidak membutuhkan peralatan khusus, dapat membina

sosialisasi dengan orang lain.

2) Jogging

Kelebihan: mudah dan murah untuk dilakukan, dapat membakar kalori

lebih banyak.

3) Bersepeda

Kelebihan: memperkuat daya tahan dan kekuatan otot kaki, terdapat

unsur rekreasi karena sekaligus dapat melihat lingkungan sekitar.

10

4) Senam lansia

Kelebihan: hampir seluruh otot tubuh ikut bergerak, dapat menjaga

kelenturan tubuh, dapat dilakukan di dalam ruangan atau di tempat

terbuka.

c. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Lansia Saat Melakukan Olahraga

1) Konsultasi ke dokter, jika:

a) Memiliki berat badan berlebih (obesitas)

b) Memiliki keluhan: sering pusing, nyeri dada, sesak nafas

c) Memiliki riwayat penyakit: jantung, rematik, asma, diabetes

mellitus

d) Memiliki keluhan sewaktu/ setelah melakukan olahraga

2) Istirahat yang cukup

3) Makan dilakukan selambat-lambatnya 2 jam sebelum olahraga

4) Minum dapat dilakukan sebelum/selama/dan setelah melakukan

olahraga

5) Bila olahraga dilakukan di luar ruangan, sebaiknya dilakukan pagi atau

sore hari

6) Olahraga harus segera dihentikan apabila terjadi cidera olahraga

1.4 Kerangka Kirkpatrick

Kirkpatrick merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengevaluasi

kegiatan pelatihan atau program promosi kesehatan. Kirkpatrick memiliki 4 tahap

penilaian yaitu reaction level, learning level, behavior level, dan result level (Sopacua

and Budijanto, 2007).

Tahap 1. Reaksi

Pada tahap ini evaluator akan menilai reaksi dari peserta pelatihan baik

perasaan, pemikiran, keinginan terkait pelaksanaan pelatihan. Untuk meilai reaksi

perlu ditentukan tujuan dari pembuatan pelatihan kemudian membuat lebar penilaian

sebagai alat penunjang dalam melakukan observasi. Pada tahap ini berbagai cara

pengukuran dapat digunakan baik kuantitatif melalui kuesioner maupun kualitatif

menggunakan wawancara.

11

Tahap 2. Pembelajaran

Tahap ini dilakukan untuk mengukur proses belajar dalam pelatihan yang

melihat keberhasilan pemberian materi pelatihan. Pada tahap ini akan menilai

pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta sebelum dan sesudah pelatihan

dilakukan. Hasil ini akan menggambarkan sejauh mana materi pelatihan yang

dilakukan dapat diterima oleh peserta pelatihan.

Tahap 3. Perilaku

Pada tahap ini akan menilai perilaku apa yang terjadi setelah diberikan

pelatihan. Perubahan perilaku dapat terjadi selesai pelatihan karena ada kesempatan

untuk itu, tetapi dapat saja tidak terjadi perubahan karena tidak pernah ada

kesempatan. Untuk itu perlu penentuan waktu yang disepakati oleh peserta dan

evaluator untuk menilai perubahan perilaku yang ingin dilihat. Perlu dipahami jika

tidak ada perubahan perilaku pada tahap ini maka tidak aka nada hasil akhir yang

nyata dari pelatihan yang teah diberikan.

Tahap 4. Hasil

Pada tahap ini akan menjawab hasil akhir apa yang diharapkan dari pelatihan

yang dilakukan. Untuk itu perlu adanya penilaian pengetahuan maupun keterampilan

peserta peserta baik sebelum maupun sesudah pelaihan dilakukan. Perlu adanya

kesepakatan waktu dari evaluator dan peserta pelatihan untuk melihat hasil dari

pelatihan.

Pada tahap 1 dan 2 akan memberikan hasil evaluasi yang bersifat formative

dan pada tahap 3 dan 4 menghasilkan informasi yang bersifat summative yang

menggambaran dampak dari pelatihan yang dilihat pasca pelatihan kepada

organisasi ataupun evaluator program (Instructional System Development, 2004).

1.5 Model PRECEDE PROCEED

PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,

Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation) merupakan langkah perencanaan

program yang meliputi tahap 1-5, yaitu:

1) Penilaian sosial

2) Penilaian epidemiologi

3) Penilaian perilaku dan lingkungan

4) Penilaian edukasional dan organisasional

5) Penilaian administrasi dan kebijakan

12

PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational,

Enviromental, Development) merupakan bagian implementasi dan evaluasi yang

meliputi tahap 6-9, yaitu:

6) Implementasi

7) Evaluasi proses

8) Evaluasi dampak

9) Evaluasi hasil

Gambar 1. Model Precede Proceed untuk Perencanaan Program dan Evaluasi

Sumber: Model Precede-Proceed

(Green LW and Kreuter MW, 2015 dalam Porter, 2015)

13

II. KERANGKA KONSEP

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Sumber: diadaptasi dari Model Precede-Proceed

(Green LW and Kreuter MW, 2015 dalam Porter, 2015)

III. HIPOTESIS

1. Terdapat pengaruh pelatihan kader terhadap peningkatan pengetahuan kader

mengenai penyakit tidak menular pada lansia dan upaya pencegahannya

2. Terdapat peningkatan keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia

3. Terdapat peningkatan partisipasi lansia dalam posyandu lansia dan senam lansia

IV. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana peningkatan pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada

lansia dan upaya pencegahannya?

2. Bagaimana pengetahuan kader tentang fungsi KMS lansia?

3. Bagaimana partisipasi lansia dalam posyandu lansia dan senam lansia?

Pelatihan Kader

Faktor Penguat

(Reinforcing Factor):

1) Struktur organisasi

2) Penghargaan eksternal

3) Kebijakan

Faktor Pemungkin

(Enabling Factor):

1) Dana dusun

2) Fasilitas dan peralatan

3) Waktu dan tempat

Faktor Pemudah

(Predisposing Factor):

1) Pengetahuan Kader

2) Keterampilan Kader

Perilaku:

Penyelenggaraan

posyandu lansia

14

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

I. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dimana peneliti

mengamati satu kelompok utama dan melakukan intervensi tanpa ada kelompok

kontrol. Pengamatan tersebut bertujuan untuk menguji dampak suatu intervensi

terhadap hasil. Rancangan penelitian pre-eksperimental dalam studi ini

menggunakan pendekatan one-group pre-test post-test dan one shot case study.

Pendekatan one-group pre-test post-test dilakukan untuk mengukur

pengetahuan kader mengenai PTM dan pencegahannya serta pengetahuan tentang

posyandu lansia. Pretest dilakukan sebelum pelaksanaan pelatihan sedangkan post

test dilakukan setelah pelatihan berlangsung.

O1_________________X_________________O2

Pendekatan one shot case study dilakukan untuk mengukur pengetahuan

lansia mengenai pencegahan hipertensi dan pentingnya pemeriksaan kesehatan

rutin, serta kemampuan kader mengenai pengisian KMS lansia. Dalam pendekatan

ini, pengukuran dilakukan sebanyak 1 kali yaitu setelah pelatihan/kegiatan

berlangsung.

X______________________O

Penelitian ini menggunakan metode campuran konvergen yaitu menggunakan

data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dan kualitatif didapatkan secara

bersamaan, kemudian dianalisis secara terpisah, serta diamati apakah kedua hasil

saling mengonfirmasi.

1.1 Rancangan Penelitian Kuantitatif

Metode kuantitatif digunakan untuk mendapatkan data mengenai:

a. Pengetahuan kader

Pengetahuan kader diukur dengan menggunakan kuesioner pre-test dan

post test.

Pre Test Intervensi Post Test

Intervensi Post Test

15

b. Kemampuan kader dalam pengisian KMS

Kemampuan kader dalam pengisian KMS diukur dengan lembar ceklis

observasi yang diukur sebanyak 1 kali setelah pelatihan

c. Jumlah kunjungan lansia

Data kunjungan lansia diperoleh dari catatan kehadiran posyandu lansia

1.2 Rancangan Penelitian Kualitatif

Metode kualitatif dilakukan dengan cara wawancara tidak terstruktur dan

observasi

II. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian berada di Padukuhan Nglaban, Desa Sinduharjo, Kecamatan

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi ini adalah:

1) Posyandu lansia baru terbentuk sejak tahun 2016

2) Kehadiran lansia dalam posyandu masih rendah (<30%)

3) Pelatihan kader posyandu lansia baru dilaksanakan satu kali dan masih

memerlukan pendampingan teknis kader

III. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

1) Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat lanjut usia serta kader

posyandu di Padukuhan Nglaban, dengan kriteria inklusi:

- Anggota aktif kader posyandu Padukuhan Nglaban yang berjumlah 11 orang

- Kelompok usia lanjut yang hadir di posyandu lansia

2) Sampel penelitian

a. Sampel penelitian kuantitatif

Sampel pada penelitian kuantitatif adalah kader posyandu lansia

sebanyak 9 orang. Dua (2) kader tidak diikutsertakan dalam pengukuran

karena mengalami penurunan kemampuan baca tulis (usia >60 tahun)

b. Sampel penelitian kualitatif

Sampel penelitian kualitatif adalah:

- Kelompok lanjut usia yang hadir dalam posyandu lansia

- Kader posyandu

- Kepala padukuhan Nglaban

- Puskesmas Ngaglik I (Penanggung jawab kesehatan lansia-Bu

Gunarti dan dr. Indriyanto)

16

BAB 4

IMPLEMENTASI DAN RENCANA EVALUASI

I. REVIU DAN PENYESUAIAN PROGRAM

1.1 Rencana Program Promosi Kesehatan

Gambar 3. Matrices Of Change

Environmental Agent Outcome/Keluaran Logic of change Sumber: (Bartholomew, 2006)

Peningkatan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan lansia dalam pencegahan

PTM

Waktu pelaksanaan

posyandu lansia

disesuaikan dengan

aktivitas lansia

Kepatuhan lansia

melakukan pemeriksaan

kesehatan dan senam lansia

Peningkatan jumlah

kunjungan lansia di

Posyandu Lansia

Nglaban

Peningkatan upaya preventif

dan promotif PTM pada

lansia

Peningkatan Kualitas Hidup

Lansia

Tujuan perubahan

Determinan Tujuan

pelaksanaan Keluaran perilaku

Status Kesehatan

Kualitas Hidup

Pembangunan kapasitas kader

dalam pengelolaan

posyandu lansia

Kader memiliki modul

penyuluhan; kader menguasai

gerakan senam lansia; kader

memiliki video senam sendiri

Kader melakukan pencatatan pada

KMS, Penkes perorangan pada lansia, mampu

melakukan senam lansia

Posyandu lansia menyediakan

pelayanan berupa: penyuluhan, pemeriksaan

kesehatan, dan pelaksanaan senam lansia

Tujuan perubahan

Determinan Tujuan

pelaksanaan Keluaran

lingkungan

17

Tabel 1. Rencana Awal Kegiatan

No Nama

Kegiatan Deskripsi Kegiatan Sasaran Tempat/Waktu pelaksanaan Media

1 Penyuluhan Dilaksanakan setiap

pelaksanaan posyandu

Lansia

Lansia - Frekuensi: 1 kali

- Waktu: tanggal 10 Mei pukul

16.00 WIB

- Tempat: Rumah Kepala

Dukuh

Banner edukasi kesehatan

lansia

Powerpoint

Poster

2 Senam

Lansia

Dilaksanakan setiap

pelaksanaan posyandu

Lansia

Lansia

- Frekuensi: 3 kali (Mei, Juli,

Agustus)

- Waktu: tanggal 10 setiap

bulan, pukul 16.00 WIB

- Tempat: Rumah Kepala

Dukuh

Banner edukasi kesehatan

lansia

Power Point

Poster edukasi

Video dan audio senam

lansia

3 Pelatihan

Kader

Materi:

1) Penyakit Tidak

Menular pada lansia

2) Pengisian KMS

3) Demonstrasi senam

lansia

Kader

Posyandu

Lansia

Waktu: 2 hari di Bulan Agustus

Tempat: Puskesmas Ngaglik I

Powerpoint

Modul kader

KMS Lansia

Poster edukasi

Video dan Audio Senam

Lansia

4 Studi

Banding

Posyandu

Lansia

Kunjungan ke posyandu

lansia di dusun lain untuk

mengambil lesson

learned dan inspirasi

inovasi dalam

penyelenggaraan

posyandu lansia

Kader

Posyandu

Lansia

Tempat: Posyandu Lansia

Gondokusuman

Waktu: Agustus

Banner Posyandu

18

Tabel 2. Realisasi dan Penyesuaian Kegiatan

No Nama

Kegiatan

Deskripsi

Kegiatan Sasaran

Tempat/Waktu

pelaksanaan Media

Alasan Perubahan

1 Penyuluhan Dilaksanakan pada

saat pelaksanaan

posyandu Lansia

Lansia Frekuensi: 1 kali

Waktu: tanggal 10

Mei 2018 pukul

16.00- 17.00 WIB

Tempat: Rumah

Kepala Dukuh

Banner

edukasi

kesehatan

lansia,

power

point,

poster

Tidak ada perubahan dari rencana awal

kegiatan

2 Senam

Lansia

Dilaksanakan pada

saat pelaksanaan

posyandu lansia

Lansia

Frekuensi: 2 kali

Waktu:

a. 10 Mei 2018

pukul 17.00-

17.30 WIB

b. 26 Agustus

2018 Pukul

pukul 08.00-

09.00

Tempat:

Rumah Kepala

Dukuh

Video dan

Audio

Senam

- Pelaksanaan senam lansia hanya

dilakukan 2 kali pada bulan Mei dan

Agustus.

- Pada bulan Juli tidak memungkinkan

untuk melaksanakan senam lansia karena

kekurangan SDM di mana fasilitator hanya

2 orang dan kader posyandu lansia

banyak yang tidak hadir sehingga

fasilitator harus ikut membantu

pelaksanaan posyandu agar tetap

berjalan.

19

3 Pelatihan

Kader

Materi:

1) Penyakit Tidak

Menular pada

lansia

2) Pengisian KMS

3) Demonstrasi

senam lansia

4) Pendampingan

teknis kader

lansia (untuk

pengisian KMS

lansia dan

penggunaan

alat

pemeriksaan

gula darah,

kolesterol, dan

asam urat)

Kader

Posyandu

Lansia

Waktu:

a. 07 September

2018 pukul

08.00- 12.00

WIB

b. 10 September

2018 pukul

08.00 – 09.00

WIB

Tempat:

Rumah Kepala

Dukuh

Modul

Pelatihan

Kader

Powerpoint

Video dan

Audio

Senam

Lansia

KMS

Lansia

Banner

Poster

Pada awalnya pelatihan akan dilakukan pada

01 September 2017 dan telah berkoordinasi

dengan kader serta petugas puskesmas yang

bertindak sebagai narasumber. Karena

narasumber berhalangan hadir dan ada

kesibukan akreditasi Puskesmas, maka

pelatihan diundur ke tanggal 07 September

2018.

Pelaksanaan pelatihan tidak dilaksanakan di

Puskesmas karena sedang dilakukan renovasi

bangunan Puskesmas sehingga pelatihan

kemudian dilaksanakan di rumah Bapak

kepala Dukuh.

Terdapat perubahan waktu untuk

pendampingan teknis kader untuk pengisian

KMS yang dilakukan oleh fasilitator. Hal ini

dikarenakan pihak kader berhalangan apabila

dilakukan dalam 1 hari pelatihan.

Kader juga menginginkan pelatihan alat

pemeriksaan gula darah, asam urat, dan

kolesterol. Kader sendiri sudah memiliki

alatnya, namun karena tidak ada kader yang

dapat mengoperasikan maka alat tersebut

tidak pernah digunakan.

20

3 Studi

banding

Kunjungan ke

posyandu lansia di

dusun lain untuk

mengambil lesson

learned dan

inspirasi inovasi

dalam

penyelenggaraan

posyandu lansia

Kader

Posyandu

Lansia

- - - Studi banding tidak dilakukan karena

adanya keterbatasan waktu dari pihak

kader maupun fasilitator. Pelaksanaan

program yang bersamaan dengan bulan

puasa, Idul Fitri, dan 17an membuat kader

memiliki banyak kesibukan yang tidak

dapat dikesampingkan.

- Selain itu fasilitator yang bekerjasama

dengan bidan desa di Puskesmas juga

belum menemukan lokasi studi banding

yang memiliki karakteristik tempat yang

sama dengan di pedukuhan Nglaban.

- Meskipun studi banding tidak terlaksana,

namun pada saat pelatihan kader

berkesempatan untuk melihat

pelaksanaan posyandu lansia yang baik

melalui pemutaran video tentang

penyelenggaraan posyandu Lansia

Mawar dari pemateri.

21

II. PELAKSANAAN PROGRAM

Tahapan pelaksanaan program terdiri atas persiapan dan pelaksanaan kegiatan.

Kegiatan terdiri atas 3 (tiga) kegiatan, yaitu :

1. Penyuluhan Lansia

a. Persiapan

1) Merencanakan kegiatan dan pembagian peran bersama kader

2) Mendata ulang jumlah lansia, membuat dan menyebarkan undangan

3) Menyusun materi penyuluhan yang relevan dengan masalah di lapangan

4) Membuat daftar kebutuhan, sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel

penyambung, microphone, pointer, kamera) media penyuluhan (Banner

edukasi kesehatan lansia, power point, poster)

b. Pelaksanaan

Penyuluhan dilakukan saat dilaksanakannya posyandu lansia bertempat di

Rumah Kepala Dusun pada tanggal 10 Mei 2018. Fasilitator dan kader sudah

terlebih dahulu mempersiapkan makanan ringan yang sehat sebagai snack (ubi

jalar rebus, kacang tanah rebus, dan pisang rebus), kemudian melakukan setting

ruangan (karpet, posisi layar dan LCD, mengatur posisi duduk lansia). Pada

pukul 16.00 WIB beberapa lansia sudah mulai berkumpul dan sudah dilayani di

posyandu (pendaftaran, pengukuran, dan pencatatan), maka penyuluhan sudah

dapat dilaksanakan. Fasilitator sebagai MC membuka acara dengan menyapa

lansia dan menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan penyuluhan.

Fasilitator mulai melakukan penyuluhan dengan menjelaskan materi

tentang hipertensi (pengertian, gejala – gejala, cara pencegahan (CERDIK), cara

pengobatan serta perawatan dan aturan makan untuk penderita hipertensi). Topik

hipertensi diambil dikarenakan banyaknya lansia yang mengidap tekanan darah

tinggi.

Metode yang dilakukan yaitu presentasi dan diskusi (tanya jawab). Peserta

penyuluhan (lansia di Dusun Nglaban) terlihat antusias dan tertarik dengan materi

yang disampaikan, terlihat dari banyaknya pertanyaan dari peserta. Fasilitator

sebagai notulen mencatat jalannya kegiatan penyuluhan dan merangkum

kegiatan. Fasilitator sebagai penanggungjawab dokumentasi melakukan

pendokumentasian berupa pengambilan foto dan video. Fasilitator menanyakan

pendapat, kritik, masukan dan saran dari lansia dan kader mengenai proses

penyuluhan dan isi materi penyuluhan yang baru dilakukan untuk proses

evaluasi..

22

2. Senam Lansia

a. Persiapan

1. Merencanakan kegiatan dan pembagian peran bersama dengan kader, PKK,

karang taruna Nglaban

2. Mempersiapkan video dan audio senam yang akan dijadikan media pengiring

senam

3. Bekerjasama dengan PKK dan Karang Taruna Nglaban mengenai penyediaan

sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel penyambung, microphone,

kamera)

b. Pelaksanaan

Senam lansia dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali. Senam yang pertama

diselenggarakan pada saat posyandu lansia pada tanggal 10 Mei 2018 di Rumah

Kepala Dukuh. Acara dimulai pada pukul 17.00 WIB setelah pelaksanaan

posyandu. Senam lansia dipimpin oleh mahasiswa dan satu orang kader sebagai

instruktur senam. Jumlah peserta yang hadir adalah 23 orang lansia

Senam yang ke-2 dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 26 Agustus

2018 bertempat di depan Rumah Kepala Dusun Nglaban. Rangkaian kegiatan

dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 09.00 WIB. Kegiatan ini

merupakan kerjasama dengan kegiatan Dusun dan dihadiri oleh warga Dusun

Nglaban. Acara diawali dengan jalan santai, dilanjutkan dengan senam, serta

pemeriksaan kesehatan. Kegiatan dihadiri oleh total 71 warga.

Pada pelaksanaan senam, instruktur senam menjelaskan gerakan –

gerakan dan tahapan – tahapan dalam senam (pemanasan, gerakan inti dan

pendinginan), memperagakan gerakan senam dan menghitung gerakan, peserta

(para lansia) mengikuti dengan melihat instruktur atau tayangan video senam

dilayar. Fasilitator melakukan pendampingan, membantu lansia yang kesulitan

dalam menirukan gerakan senam dan memberikan semangat. Salah seorang

fasilitator melakukan pendokumentasian berupa pengambilan foto dan video.

Diakhir pelaksanaan, fasilitator menanyakan pendapat, kritik, masukan dan saran

dari lansia dan kader mengenai proses kegiatan senam yang baru dilakukan dan

gerakan – gerakan senam . untuk proses evaluasi.

23

3. Pelatihan Kader Posyandu Lansia

a. Persiapan

Pada awal perencanaan kegiatan dijadwalkan pada bulan Agustus 2018,

namun tidak dapat dilaksanakan karena bertepatan dengan momen 17 Agustus

dimana masyarakat Nglaban memiliki banyak acara Dusun. Kegiatan kemudian

direncanakan pada 01 September 2018. Dalam perencanaan kegiatan, fasilitator

berkoordinasi dengan kader serta petugas puskesmas Ngaglik I yang bertindak

sebagai narasumber. Pelatihan pada awalnya akan dlaksanakan di Puskesmas

Ngaglik I, tetapi karena puskesmas sedang dalam proses renovasi bangunan,

maka pelatihan dipindahkan di Rumah Kepala Dukuh. Pelaksanaan pelatihan

kembali mengalami perubahan dikarenakan narasumber berhalangan hadir dan

ada kesibukan akreditasi Puskesmas. Oleh karena itu, pelatihan diundur ke

tanggal 07 September 2018.

Sebelum penyelenggaraan pelatihan, fasilitator mempersiapkan berbagai

hal, seperti ; menghubungi narasumber untuk memastikan kesiapannya,

menyusun modul, menyusun kuesioner pre-test dan post-test, mempersiapkan

sarana dan prasarana (laptop, LCD, layar, kabel penyambung, microphone,

pointer, kamera, seminar kit), memesan snack dan makan siang dan melakukan

setting ruangan. Beberapa hari sebelum hari pelaksanaan, narasumber dan

kader peserta pelatihan diingatkan kembali mengenai jadwal pelatihan.

b. Pelaksanaan

Sebelum pelatihan dimulai dengan pengisian pre-test oleh peserta

pelatihan. Kegiatan dibuka oleh Bapak Kepala Dukuh Nglaban. Metode yang

digunakan saat pelatihan adalah presentasi materi, diskusi dan tanya jawab.

Materi yang disampaikan yaitu mengenai posyandu lansia, penyakit tidak

menular (PTM) dan KMS lansia. Narasumber dalam pelatihan adalah Bu Gunarti

dan dr. Indriyanto dari Puskesmas Ngaglik I. Narasumber menjelaskan materi

mengenai posyandu lansia, penyakit tidak menular dan KMS. Peserta diberikan

kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi. Diskusi dipimpin oleh seorang

moderator. Penjelasan mengenai KMS juga disertai dengan praktek pengisian

kartu KMS. Kader dibimbing langsung oleh pemateri saat belajar mengisi KMS.

Demonstrasi senam lansia juga diperagakan dalam pelatihan. Praktek

Senam lansia dimulai dengan penjelasan singkat mengenai manfaat senam

lansia. Selanjutnya peserta pelatihan ditayangkan video senam lansia. Setelah

melihat video tersebut, fasilitator akan memandu peserta untuk mempraktikkan

senam lansia.

24

Pendampingan teknis pengisian KMS dilakukan pada tanggal 10

September 2018 sebelum pelaksanaan posyandu lansia oleh fasilitator.

Fasilitator menjelaskan ulang tentang teknik pengisian KMS lansia kemudian

kader melakukan simulasi pengisian KMS. Evaluasi dilakukan pada saat

pelaksanaan posyandu. Fasilitator mengobservasi dan menilai keterampilan

kader dalam pengisian KMS lansia.

Terdapat tambahan pendampingan teknis kader yang dilakukan oleh

fasilitator dan dari pihak kader sendiri juga menginginkan untuk dilakukan

pelatihan menggunakan alat pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol

yang alatnya sebenarnya sudah tersedia di rumah bapak dukuh sejak tahun

2014, namun karena tidak ada kader yang dapat mengoperasikan maka alat

tersebut tidak pernah digunakan.

III. EVALUASI PROGRAM

Tabel 3. Evaluasi Program Promosi Kesehatan

No Tujuan Kegiatan Metode

Evaluasi

Desain Evaluasi Instrumen

Evaluasi

1 Pemeliharaan

kesehatan

lansia

Penyuluhan Kualitatif - Observasi respon

lansia selama

mengikuti kegiatan

penyuluhan

- Wawancara dengan

lansia untuk

mengetahui manfaat

penyuluhan bagi

lansia

- Pedoman

wawancara

Senam lansia Kualitatif - Observasi respon

lansia selama

mengikuti kegiatan

senam lansia

- Wawancara dengan

lansia untuk

mengetahui manfaat

senam bagi lansia

- Pedoman

wawancara

25

2 Peningkatan

kapasitas

kader

posyandu

lansia

Peningkatan

pengetahuan

kader melalui

pelatihan

(Materi: PTM

dan

posyandu

lansia)

Kuantitatif

Kualitatif

- Pre dan post test

untuk melihat

peningkatan

pengetahuan kader

tentang PTM dan

pelaksanaan

posyandu lansia

- Untuk melihat respon

dan tanggapan kader

terhadap manfaat

pelatihan

- Kuesioner

- Pedoman

Wawancara

Pelatihan

pengisian

KMS lansia

Kuantitatif Observasi untuk

menilai kemampuan

kader melakukan

pengisian KMS lansia

Lembar

checklist

observasi

Framework evaluasi pada program ini menggunakan teori dari Kirk Patrick yang

memfokuskan pada empat poin penilaian yaitu dengan menilai reaksi sasaran terhadap

program, proses belajar (learning level), perubahan perilaku, serta hasil akhir terhadap

program yang telah dilakukan (Sopacua & Budijanto, 2007). Metode evaluasi kuantitatif

digunakan untuk mengukur adanya peningkatan ataupun penurunan pengetahuan kader

setelah diadakan penyuluhan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil nilai pre dan post test,

serta observasi pengisian KMS oleh kader. Evaluasi kuantitatif juga digunakan untuk

mengetahui peningkatan partisipasi lansia dalam posyandu lansia melalui absensi

kehadiran lansia setiap bulannya. Metode evaluasi kualitatif digunakan untuk mengetahui

respon sasaran terhadap pelaksanaan program dengan melakukan observasi selama

kegiatan berlangsung serta wawancara kepada beberapa kader dan lansia yang menjadi

sasaran program.

26

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL EVALUASI

Evaluasi dilakukan dengan metode campuran untuk mendapatkan data:

1) Evaluasi kegiatan Penyuluhan Lansia

2) Evaluasi kegiatan Senam Lansia

3) Evaluasi kegiatan Pelatihan Kader

4) Jumlah kunjungan lansia melalui tinjauan dokumen buku absensi dan register

posyandu lansia

5) Faktor pemungkin dan penguat pelaksanaan posyandu lansia melalui tinjauan

dokumen dan wawancara kepada kader, kepala dukuh, dan Puskesmas Ngaglik I

1.1 Hasil Evaluasi Penyuluhan Lansia

Penyuluhan kesehatan yang dilakukan pada lansia bertepatan dengan

pelaksanaan posyandu lansia. Penyuluhan dilakukan di dalam kelompok besar

yang dihadiri 23 lansia. Fasilitator menyampaikan materi tentang Hipertensi pada

lansia dan cara pencegahannya dengan CERDIK. Kegiatan dapat berlangsung

dengan lancar dan lansia tampak antusias dalam mengikuti penyuluhan dari awal

kegiatan sampai dengan akhir. Hal tersebut ditunjukkan dengan tidak ada lansia

yang izin undur diri sebelum penyuluhan selesai. Materi yang disampaikan oleh

fasilitator banyak disertai dengan gambar visual sehingga menarik perhatian

lansia dan mempermudah lansia dalam menyimak materi yang disampaikan.

Pada saat sesi tanya jawab berlangsung, lansia sangat aktif dan antusias

untuk bertanya kepada fasilitator. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan seputar

masalah kesehatan yang mereka alami dan lebih banyak tentang hipertensi serta

langkah-langkah pencegahannya. Lansia dapat menyebutkan kembali tanda dan

gejala tekanan darah tinggi yaitu pusing, ‘ngglier’, sakit kepala, pundak dan leher

belakang kaku, pandangan kabur, serta mual. Ada pula lansia yang berbagi

pengalaman dengan menceritakan sakit (hipertensi) yang pernah dialami dan hal-

hal yang dilakukan untuk menanganinya yaitu dengan beristirahat, memeriksakan

diri ke puskesmas, dan minum obat secara teratur. Diskusi menjadi lebih aktif

karena banyak lansia lain yang menanggapi dan bertanya lebih lanjut berdasarkan

pengalaman yang telah dibagikan tersebut.

27

Wawancara juga dilakukan kepada beberapa lansia untuk mengumpulkan

data tentang respon dan tanggapan lansia mengenai penyuluhan kesehatan yang

telah dilakukan tersebut. Lansia mengatakan bahwa mereka merasa senang

dengan diadakannya penyuluhan kesehatan sehingga menjadi tahu akan

pentingnya kesehatan dan berupaya untuk mencegah hipertensi dengan

mengubah pola makan yang sehat. Setelah pelaksanaan penyuluhan, beberapa

lansia secara personal berkonsultasi tentang masalah kesehatannya yang terkait

dengan hipertensi kepada fasilitator. Mereka menyampaikan bahwa kelelahan

setelah bekerja (lansia di dusun Nglaban banyak yang bekerja di sawah),

kurangnya istirahat, serta tidak rutin mengkonsumsi obat membuat mereka sering

merasakan tanda dan gejala hipertensi.

1.2 Hasil Evaluasi Senam Lansia

Senam lansia yang pertama diadakan pada tanggal 10 Mei 2018 dihadiri 23

lansia, sedangkan senam kedua pada 26 Agustus 2018 dihadiri kurang lebih 71

warga. Hasil observasi menunjukkan bahwa lansia dapat mengikuti dan

mempraktekkan gerakan senam secara aktif. Seluruh lansia mengikuti kegiatan

senam dari awal sampai akhir dan tidak ada lansia yang menunjukkan tanda

kelelahan maupun gangguan kesehatan setelah mengikuti senam. Fasilitator dan

1 kader posyandu lansia bertindak sebagai instruktur senam, ditampilkan pula

video gerakan senam agar lansia dapat mengikutinya dengan jelas dan lancar.

Lansia mengungkapkan bahwa senam memberikan manfaat yang positif bagi

mereka, yaitu membuat tubuhnya menjadi lebih segar, sehat, dan senang karena

dapat bertemu serta bersosialisasi dengan orang lain.

Lansia juga menyetujui jika senam lansia diadakan secara rutin setiap bulan

dengan gerakan-gerakan yang tidak sulit untuk dilakukan. Seperti yang

disampaikan oleh lansia sebagai berikut:

“... senang kalau ada senam lansia rutin karena badan jadi lebih sehat dan tidak mudah sakit-sakitan.” (Ibu S, 65 tahun)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dengan

beberapa lansia, menunjukkan hasil bahwa sebenarnya lansia mau dan mampu

untuk mengikuti kegiatan senam lansia, namun karena pelaksanaannya tidak

dilakukan rutin setiap bulan maka lansia biasanya akan segera meninggalkan

lokasi posyandu lansia setelah mereka ditimbang, diukur tekanan darahnya dan

memperoleh makanan tambahan.

28

Hasil wawancara dengan kader posyandu lansia menunjukkan bahwa

sebenarnya mereka telah mengetahui bahwa senam lansia ini baik dilakukan

untuk menjaga kesehatan para lansia, tetapi karena tidak dimilikinya media video

senam menjadi kendala bagi kader untuk menghapal gerakan senam lansia.

1.3 Hasil Evaluasi Pelatihan Kader

Evaluasi pelatihan kader dilakukan dengan metode kualitatif dan kuantitatif.

Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran reaksi dan tanggapan

peserta pelatihan. Evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data:

- Peningkatan pengetahuan kader

Yaitu dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui pengetahuan kader

mengenai posyandu lansia serta penyakit menular dan cara pencegahannya.

Responden dalam pengukuran ini adalah 9 orang kader.

- Peningkatan keterampilan kader

Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan lembar ceklis observasi

untuk mendapatkan data mengenai keterampilan kader dalam pengisian KMS

lansia. Responden dalam pengukuran ini adalah 9 orang.

- Reaksi peserta pelatihan melalui metode kualitatif dengan cara wawancara

1.3.1 Peningkatan pengetahuan kader

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Kader Posyandu Nglaban

Karakteristik Frekuensi (n=11) Persentase

Umur kader

31-40 tahun 2 18,2%

41-50 tahun 5 45,4%

51-60 tahun 2 18,2%

61-70 tahun 2 18,2%

Pendidikan terakhir

SD 2 18,2%

SMA 7 63,6%

Perguruan Tinggi 2 18,2%

Lama menjadi kader

< 5 tahun 4 36,3%

≥ 5 tahun 7 63,7%

29

Jumlah kader yang menjadi peserta pelatihan adalah 11 orang. Kader

termuda berusia 34 tahun dan kader tertua berusia 62 tahun. Rata-rata usia

kader adalah 47,6 dengan median 45. Pendidikan terakhir kader yaitu 2 orang

menamatkan SD, 7 orang menamatkan SMA, dan 2 orang Perguruan Tinggi.

Sebanyak 4 orang kader (36,3%) merupakan kader baru dengan lama

menjadi kader dibawah 5 tahun, sedangkan 7 orang kader (63,7%) telah

menjadi kader selama lebih dari 5 tahun. Semua kader baru mendapatkan

pelatihan tentang posyandu lansia sebanyak 1 kali.

Grafik 1. Peningkatan Rata-Rata Pengetahuan Kader

tentang Posyandu Lansia dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Peningkatan rata-rata pengetahuan tentang:

Posyandu lansia =

=

= 17,5%

Setelah diberikan pelatihan, terjadi peningkatan pengetahuan tentang posyandu

lansia pada kader sebesar 17,5%.

PTM =

=

= 37%

Setelah diberikan pelatihan, terjadi peningkatan pengetahuan pada kader tentang

PTM pada lansia adalah sebesar 37%.

Untuk mengetahui kemaknaan perbedaan antara pre-test dan post-test, maka

digunakan analisis statistik dengan menggunakan STATA. Setelah dilakukan uji

normalitas data, maka dilakukan uji untuk mengetahui perbedaan antara pre-test dan

post-test.

Pengetahuan tentangPosyandu Lansia

Pengetahuan tentangPTM

Pre-Test 4 5,4

Post-Test 4,7 7,4

012345678

Sko

r

30

1) Pengetahuan kader tentang posyandu lansia

Nilai p>z pada pre-test tentang pengetahuan mengenai posyandu lansia

adalah 0.27 (<0.5) sehingga data terdistribusi tidak normal. Sedangkan nilai p>z

pada post-test tentang pengetahuan posyandu lansia adalah 0.00 (<0.5) sehingga

dapat disimpulkan data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu dilakukan uji

wilcoxon signed rank test.

Berdasarkan hasil uji wolcoxon signed rank test, diketahui nilai z adalah -

2.41 dengan p value sebesar 0.015 (<0.05) sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pre-test dan post-

test mengenai pengetahuan kader tentang posyandu lansia.

pre_posyandu 9 0.90444 1.404 0.586 0.27887

Variable Obs W V z Prob>z

Shapiro-Wilk W test for normal data

. swilk pre_posyandu

post_posya~u 9 0.58755 6.060 3.814 0.00007

Variable Obs W V z Prob>z

Shapiro-Wilk W test for normal data

. swilk post_posyandu

Prob > |z| = 0.0158

z = -2.414

Ho: pre_posyandu = post_posyandu

adjusted variance 65.25

adjustment for zeros -3.50

adjustment for ties -2.50

unadjusted variance 71.25

all 9 45 45

zero 3 6 6

negative 6 39 19.5

positive 0 0 19.5

sign obs sum ranks expected

Wilcoxon signed-rank test

. signrank pre_posyandu= post_posyandu

31

2) Pengetahuan kader tentang PTM pada lansia dan pencegahannya

Nilai p>z pada pre-test tentang pengetahuan mengenai PTM pada lansia adalah

0.68 (>0.5) sehingga data terdistribusi normal. Sedangkan nilai p>z pada post-test

tentang pengetahuan mengenai PTM pada lansia adalah 0.06 (<0.5) sehingga dapat

disimpulkan data tidak terdistribusi normal. Oleh karena itu dilakukan uji wilcoxon signed

rank test.

Berdasarkan hasil uji wolcoxon signed rank test, diketahui nilai z adalah -

2.754 dengan p value sebesar 0.0059 (<0.05) sehingga Ho ditolak. Oleh karena itu

dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna antara pre-test dan post-

test mengenai pengetahuan kader tentang PTM pada lansia dan cara

pencegahannya.

pre_ptm 9 0.94997 0.735 -0.495 0.68977

Variable Obs W V z Prob>z

Shapiro-Wilk W test for normal data

. swilk pre_ptm

post_ptm 9 0.84463 2.283 1.514 0.06501

Variable Obs W V z Prob>z

Shapiro-Wilk W test for normal data

. swilk post_ptm

Prob > |z| = 0.0059

z = -2.754

Ho: pre_ptm = post_ptm

adjusted variance 66.75

adjustment for zeros 0.00

adjustment for ties -4.50

unadjusted variance 71.25

all 9 45 45

zero 0 0 0

negative 9 45 22.5

positive 0 0 22.5

sign obs sum ranks expected

Wilcoxon signed-rank test

. signrank pre_ptm= post_ptm

32

1.3.2 Peningkatan keterampilan kader

Pengukuran keterampilan kader mengenai pengisian KMS Lansia dilakukan

dengan lembar ceklis observasi. Penilaian terdiri dari 18 aspek yang kemudian

dinilai dengan skor (0-tidak melakukan; 1-melakukan dengan cukup baik; 2-

melakukan dengan baik). Skor total penilaian keterampilan adalah 36. Rata-rata

skor keterampilan adalah 22,8 dengan skor terendah 15 dan skor tertinggi 30. Skor

dikelompokkan berdasarkan:

a. Keterampilan baik

Menggunakan batas 75%-100% yaitu skor 27-36

b. Keterampilan cukup baik

Menggunakan batas 50%-74,9% yaitu skor 18-26

c. Keterampilan kurang baik

Menggunakan batas dibawah 50%yaitu skor <18

Berdasarkan kategori tersebut, 3 kader (33,3%) memiliki keterampilan yang

baik dalam pengisian KMS lansia. Sedangkan 4 kader (44,4%) memiliki

keterampilan cukup baik dan 2 kader (22,2%) memiliki keterampilan kurang baik.

Tabel 5. Skor Keterampilan Kader Posyandu Nglaban

dalam Pengisian KMS Lansia

Skor Keterampilan Kader Frekuensi Persentase Mean

Baik (skor = 27-36) 3 33,3%

22,8 Cukup baik (skor = 18-26) 4 44,4%

Kurang baik (skor = <18) 2 22.2%

1.3.3 Evaluasi reaksi peserta pelatihan

Penilaian reaksi dari peserta pelatihan dilakukan dengan wawancara kepada

peserta dan observasi pada saat pelatihan berlangsung. Peserta antusias untuk

hadir, yang ditunjukkan dengan hadirnya seluruh kader yang berjumlah 11 orang

dengan tepat waktu. Kader juga menunjukkan kekompakan dengan mengenakan

seragam kader posyandu. Saat pelatihan berlangsung, peserta mengikuti

penyampaian materi dari pihak Puskesmas Ngaglik I dengan antusias. Adanya

proses tanya jawab menunjukkan bahwa peserta memiliki rasa ingin tahu dan

membutuhkan informasi lebih dari apa yang disampaikan oleh pemateri.

Hasil wawancara menunjukkan adanya sikap positif dari para peserta terkait

kegiatan pelatihan yang dilakukan. Menurut peserta, kegiatan ini dapat menambah

33

wawasan pengetahuan kader untuk pelaksanaan posyandu lansia yang lebih baik

kedepannya. Kader juga mengatakan bahwa perlu adanya pemantauan untuk

melihat kesesuaian pelaksanaan posyandu lansia dengan materi pelatihan yang

telah diberikan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan informan sebagai berikut:

“Bagus sih itu, nambah banget wawasan. Karena ada sumbernya yang bisa datang langsung bisa ditanya dapat jawabannya langsung itu bisa untuk acuan kita kedepan.” (Bu W) “Iya buat saya cukup efektif juga nggih, narasumbernya sudah ini ya sudah kompeten semua juga sebenarnya. Jadi, tinggal aplikasi dan pemantauan itu juga perlu, kalo pelatihan begitu kita harus praktekin.” (Bu H)

Secara keseluruhan, reaksi peserta pelatihan sangat baik. Mereka

menganggap program tersebut memang diperlukan. Hal tersebut didukung dengan

data bahwa pelatihan yang telah diikuti oleh peserta baru 1 kali. Reaksi positif dari

peserta yang muncul dapat mempengaruhi penerimaan materi oleh peserta. Materi

yang disampaikan diterima dengan baik yang terlihat dari adanya pengetahuan baru

yang didapatkan. Dari hasil wawancara di atas juga menunjukkan adanya kemauan

peserta untuk menerapkan ilmu yang telah didapatkan dan dijadikan acuan untuk

perbaikan pelaksanaan posyandu lansia kedepannya.

Para kader pada awalnya belum mengetahui cara pengisian KMS lansia

bahkan beberapa kader belum pernah melihat bentuk KMS lansia. Setelah

pelatihan, para kader dapat mengetahui manfaat dan cara pengisian KMS lansia.

Pembelajaran yang didapatkan dari pelatihan mendorong para kader untuk mau

dan mampu menerapkan pada saat posyandu lansia berlangsung.

Observasi juga dilaksanakan pada saat posyandu lansia bulan September

setelah pelatihan. Terlihat adanya perbedaan pelaksanaan posyandu lansia

sebelum dan setelah adanya pelatihan kader. Perbedaan tersebut terlihat pada

meja pencatatan, yaitu KMS lansia mulai digunakan. Para kader mampu melakukan

pencatatan yang meliputi identitas lansia, status emosional, pengukuran tekanan

darah, berat badan, dan lain sebagainya. Pada bagian edukasi kesehatan, kader

juga sudah mulai menyempatkan diri untuk memberikan edukasi kesehatan pada

lansia berdasarkan materi pelatihan yang telah didapatkan sebelumnya. Kader juga

memberikan saran dan tindak lanjut kepada lansia yang memiliki risiko tinggi PTM

dengan menuliskan langsung di KMS lansia tersebut.

34

1.4 Jumlah Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia

Posyandu Lansia di Nglaban memiliki buku absensi lansia sebagai

pencatatan kehadiran. Berikut ini jumlah kehadiran lansia setiap bulannya:

Tabel 6. Jumlah Kunjungan Lansia Bulan April-September 2018

Pada Posyandu Lansia di Dusun Nglaban

Posyandu

Lansia

Jumlah

Kehadiran

Lansia

Persentase

Kehadiran

Lansia

Keterangan

April 2018 20 orang 28,6% Total populasi lansia adalah

70 orang

Posyandu Lansia pada bulan

Juni tidak dilaksanakan

karena berdekatan dengan

Idul Fitri

Mei 2018 23 orang 32,8%

Juni 2018 - -

Juli 2018 29 orang 41,4%

Agustus 2018 31 orang 44,2%

September 2018 33 orang 47,1%

Grafik 2. Jumlah Kunjungan Lansia Bulan April-September 2018

Pada Posyandu Lansia di Dusun Nglaban

Data jumlah lansia di Nglaban adalah kurang lebih 70 orang. Berdasarkan

data diatas diketahui terdapat peningkatan jumlah kehadiran lansia. Sebelum

April Mei Juli Agustus September

Jumlah Lansia 20 23 29 31 33

20

23

29

31

33

15

17

19

21

23

25

27

29

31

33

35

Jumlah Kehadiran Lansia di Posyandu Lansia Nglaban April-September 2018

Jumlah Lansia

35

dilakukan intervensi, jumlah lansia yang hadir adalah 20 orang (28,5%). Jumlah

kehadiran meningkat menjadi 23 orang (32,8%) di bulan Mei, 29 orang (41,4%) di

bulan Juli, 31 orang (44,2%) di bulan Agustus, dan 33 orang (47,14%) di bulan

September.

1.5 Faktor Pemungkin dan Penguat dalam Pelaksanaan Posyandu Lansia

1.5.1 Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

a. Dana Desa

Dana pengelolaan posyandu lansia mendapatkan bantuan dari dana

desa, bantuan kelurahan/ kecamatan dan swadaya masyarakat.

Penyediaan PMT dilakukan oleh kader per RT secara bergantian. Adapun

keseluruhan dana operasional yang didapatkan dari kas desa untuk

kegiatan posyandu baik posyandu balita maupun lansia adalah

Rp1.200.000,-/tahun. Meskipun demikian, jumlah tersebut dinilai kader

belum mencukupi untuk penyelenggaraan posyandu balita maupun lansia

setiap bulannya. Menurut kader biaya yang dibutuhkan untuk penyediaan

PMT adalah sekitar Rp 250.000,- setiap bulannya, sedangkan dana yang

tersedia dari kas desa adalah Rp 120.000,-. Kekurangan dana tersebut

ditutupi dari iuran sukarela warga ketika posyandu serta iuran dari kader.

b. Fasilitas/ Sarana Prasarana

Posyandu lansia di Padukuhan nglaban memiliki fasilitas berupa

timbangan dewasa 2 unit, Alat pengukur tekanan darah digital 2 unit,

meteran pengukur lingkar perut 2 unit, alat pengukur tinggi badan 1 unit

dan alat pemeriksaan kesehatan (gula darah, cholesterol dan asam urat)1

unit. Sarana penunjang kegiatan posyandu lainnya seperti buku tulis,alat

tulis dan kartu pencatatan untuk lansia juga tersedia.

c. Waktu/ Tempat

Posyandu dilaksanakan setiap tanggal 10 setiap bulannya di

kediaman bapak Kepala Dukuh. Pertimbangan pemilihan lokasi yaitu

karena Bapak Dukuh memiliki rumah yang luas sehingga pelaksanaan

posyandu dapat dilaksanakan tanpa terasa berdesak desakan.

Pertimbangan lainnya adalah posisi letak rumah bapak kepala dusun

berada di tengah-tengah dusun sehingga sangat memudahkan

masyarakat untuk mendatanginya.

Pelaksanaan posyandu lansia bersamaan dengan pelaksanaan

posyandu balita. Kegiatan posyandu dilakukan oleh kader dan

36

diselenggarakan pada tanggal 10 setiap bulan pada pukul 15.30 WIB.

Selain itu juga terdapat puskesmas keliling (pusling) setiap 3 (tiga) bulan

sekali pada pagi hari pukul 10. 00 WIB. Pemilihan waktu pagi hari untuk

puskesmas keliling adalah mempertimbangan jam kerja pegawai

puskesmas. Sedangkan pemilihan waktu sore hari saat tidak bersama

puskesmas adalah dikarenakan kesibukan para kader (kader bekerja) dan

banyaknya lansia yang masih beraktivitas (bekerja di sawah, menjadi

buruh bangunan) mencari nafkah dari pagi hingga sore hari.

1.5.2 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)

a. Struktur Organisasi

Posyandu lansia dusun Nglaban telah memiliki struktur organisasi.

Dengan susunan terdiri atas penasehat, ketua kader, sekretaris,

bendahara dan pelaksana. Kader diberikan tupoksi pada setiap meja

pelayanan. Pengelolaan posyandu berdasarkan 3 meja. Setiap kader

bertanggung jawab atas tugasnya di masing–masing meja pelayanan.

Struktur organisasi ini disusun pada satu tahun yang lalu saat

pembentukan posyandu lansia dan belum berganti hingga saat ini.

b. Lomba Dusun

Padukuhan Nglaban aktif mengikuti beberapa ajang perlombaan

yang dilakukan oleh kelurahan, kecamatan maupun instansi kesehatan.

Pada tahun ini dusun Nglaban mengikuti ajang penilaian Dusun

Berprestasi yang diselenggarakan oleh kelurahan Ngaglik dan berhasil

meraih juara II. Adapun keaktifan posyandu lansia menjadi salah satu

aspek penilaian.

c. Dukungan Pemerintah/Kebijakan

Adanya dukungan dari pemerintah desa berupa dana desa serta

dukungan dari puskesmas berupa puskesmas keliling.

37

II. PEMBAHASAN

Dalam menghadapi tantangan peningkatan jumlah usia lanjut maka perlu

adanya pelayanan yang dapat mengatasi masalah kesehatan lansia serta

meningkatkan kualitas hidup lansia. (Demartoto, 2007 dalam Zakir, 2017).

Posyandu lansia merupakan salah satu wadah dalam Upaya Kesehatan

Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan bersama

masyarakat yang bertujuan memberikan kemudahan kepada masyarakat

khususnya usia lanjut dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.

Sumarnonugroho (1984) mengatakan bahwa pendekatan institusional dalam

upaya kesehatan lansia adalah melalui posyandu lansia yang merupakan

lembaga swadaya masyarakat yang khusus melayani usia lanjut. Bentuk

pelayanan posyandu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan mental

emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat Lanjut Usia

(KMS Lansia) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini)

atau ancaman masalah kesehatan yang dihadapi. Kegiatan lain yang dapat

dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan

santai untuk meningkatkan kebugaran.

Posyandu Lansia di Nglaban telah terbentuk sejak Desember 2016.

Meskipun sudah berjalan dengan rutin setiap bulannya, cakupan kunjungan lansia

masih cukup rendah yaitu <30%. Pelayanan posyandu lansia di Nglaban

dilaksanakan dengan sistem 3 meja, yaitu registrasi, pemeriksaan antropometri

dan tekanan darah, pencatatan, serta Pemberian Makanan Tambahan. Variasi

kegiatan lain antara lain senam lansia dan menyanyi bersama, namun belum

dijalankan dengan rutin. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan SDM serta

kendala waktu dan tempat pelaksanaan posyandu lansia yang bersamaan dengan

posyandu balita.

Berdasarkan penelitian dari Zakir (2017), ada hubungan antara peran kader

dengan pemanfaatan posyandu lansia, sehinga dapat disimpulkan kader memiliki

peran penting dalam pengoptimalan pelayanan di posyandu lansia. Kader

posyandu lansia sendiri baru dipilih dan dilantik pada tahun 2017. Kader

memerlukan pembinaan dan pelatihan untuk peningkatan kemampuan supaya

lansia dapat percaya pada potensi kader sehingga berdampak pada kunjungan

posyandu lansia (Depkes RI, 2004 dalam Fatmah, 2014).

38

2.1 Pengetahuan kader mengenai penyakit tidak menular pada lansia dan upaya

pencegahannya

Pelaksanaan posyandu lansia di Nglaban dilakukan dengan sistem 3 meja,

meskipun demikian, pelayanan meja 3 yang berupa pelayanan

konseling/penyuluhan atau pojok gizi/Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

masih belum dilakukan dengan optimal. Pelayanan konseling/penyuluhan masih

sangat jarang dilakukan oleh kader karena keterbatasan SDM dan fasilitas saat

posyandu. Hal ini dapat disiasati dengan melakukan pendidikan kesehatan

perorangan oleh kader saat melakukan pemeriksaan kesehatan pada lansia.

Pendidikan kesehatan perorangan dapat dilakukan apabila kader memiliki

pengetahuan yang baik mengenai posyandu lansia, penyakit pada lansia, serta

cara pencegahannya.

Menurut Green dan Kreuter (2015) dalam Porter (2015) pengetahuan

merupakan faktor pencetus (presdisposing factor) untuk mempermudah

seseorang untuk bersikap dan berperilaku tertentu. Hasil pelatihan menunjukkan

adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan setelah pelatihan.

Adapun pengetahuan tersebut adalah pengetahuan tentang posyandu lansia serta

PTM pada lansia dan cara pencegahannya. Pelatihan tentang pengetahuan

mengenai konsep posyandu lansia diharapkan dapat meningkatkan pemahaman

kader mengenai posyandu lansia secara menyeluruh. Selain pengetahuan tentang

posyandu lansia, kader dalam program ini juga diberikan materi mengenai

Penyakit Tidak Menular yang dapat timbul pada lansia serta upaya

pencegahannya. Terdapat peningkatan pengetahuan yang signifikan sebelum dan

setelah pelatihan tentang PTM pada lansia.

Berdasarkan analisis kebutuhan yang peneliti lakukan sebelum menentukan

intervensi, ditemukan hasil bahwa baik kader dan lansia masih belum memahami

pentingnya pemantauan kesehatan rutin serta bagaimana tindak lanjut setelah

dilakukan pemantauan kesehatan tersebut. Hal ini mempengaruhi kunjungan

lansia pada posyandu lansia karena lansia tidak mengetahui apa manfaat dari

pengecekan kesehatan rutin. Dengan pemahaman mengenai konsep penyakit

dan pemantauan kesehatan rutin, diharapkan kader mampu melakukan

pendidikan kesehatan kepada lansia sehingga dapat mempengaruhi kunjungan

lansia. Pemahaman yang baik dapat meningkatkan pelayanan kader dalam

menyelengarakan posyandu lansia seperti yang dikemukakan Sucipto (2009)

39

dalam Laraeni (2014), bahwa pengetahuan yang baik akan memotivasi kader

untuk memberikan pelayanan yang baik.

2.2 Keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia

Posyandu lansia di Nglaban dalam pelaksanaannya belum menggunakan

sistem pencatatan di KMS (Kartu Menuju Sehat). Pencatatan hasil pemeriksaan

kesehatan lansia (tekanan darah, berat badan, lingkar perut, tinggi badan) masih

dicatat di lembaran kertas yang kader adopsi dari pelaksanaan posyandu lansia di

padukuhan lain. Kertas berukuran kwarto berwarna biru tersebut berisi informasi

mengenai hasil pemeriksaan lansia berupa tekanan darah, berat badan, lingkar

perut, tinggi badan, ditambah dengan kolom keluhan dan tindakan.

Keluhan adalah apa yang lansia rasakan saat itu, sedangkan untuk kolom

tindakan diisi oleh pihak puskesmas saat diadakan pusling (puskesmas keliling)

yang dijadwalkan setiap 3 (tiga) bulan sekali. Kolom ini biasanya berupa catatan

pemberian obat. Kertas pencatatan tersebut sudah diberi nama dan alamat lansia

(RT/RW). Menurut pengamatan peneliti, kolom yang paling sering diisi adalah

kolom pengukuran tekanan darah dan berat badan. Kolom pengukuran lingkar

perut, keluhan, dan tindakan sangat jarang terisi. Pelaksanaan pusling

(puskesmas keliling) juga tidak selalu dilaksanakan per 3 (tiga) bulan, tetapi lebih

dari itu dikarenakan keterbatasan tenaga di Puskesmas.

Pengisian KMS lansia perlu dilakukan pada pelaksanaan posyandu lansia.

KMS ini memuat semua informasi kesehatan mengenai lansia setiap bulannya.

KMS merupakan sebuah catatan yang berisi kesehatan pribadi orang-orang lanjut

usia baik secara fisik maupun mental. KMS ini diisi tiap bulan oleh kader atau

petugas kesehatan/ puskesmas keliling. Keterampilan kader dalam pengisian

KMS lansia diharapkan dapat sekaligus untuk memantau dan menilai kemajuan

kesehatan lansia. Diharapkan kader dapat menemukan secara cepat resiko

penyakit yang diderita oleh lansia dan sebagai bahan informasi bagi lansia dan

keluarganya dalam memelihara serta meningkatkan kesehatan lansia. Kader juga

diharapkan memiliki keterampilan dalam pengisian KMS lansia dan mampu

membaca serta menyimpulkan isi KMS lansia.

Pelatihan kader posyandu lansia merupakan salah satu cara untuk

meningkatkan kemampuan kader dalam pelaksanaan posyandu lansia serta

meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Upaya

Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) bagi kesehatan Lanjut Usia

(kemenkes, 2015). Materi didalam pelatihan salah satunya adalah pengisian KMS

40

lansia. Kader diberikan pengetahuan mengenai manfaat pengisian KMS dan

diajarkan cara mengisi KMS lansia. Hal ini tentu saja sangat memudahkan kader

dalam memantau kesehatan para lansia agar dapat menghindari hal-hal yang

tidak diinginkan.

Kemampuan kader dalam pengisian KMS diukur dengan lembar ceklist

observasi yang diukur sebanyak 1 kali setelah pelatihan. Pendampingan teknis

pengisian KMS dilakukan pada tanggal 10 September 2018 sebelum pelaksanaan

posyandu lansia yang dilakukan oleh fasilitator. Fasilitator menjelaskan ulang

tentang teknik pengisian KMS lansia kemudian kader melakukan simulasi

pengisian KMS. Evaluasi dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu. Fasilitator

mengobservasi dan menilai keterampilan kader dalam pengisian KMS lansia.

Pada saat pelaksanaan posyandu lansia tanggal 10 September 2018 yang lalu

sudah terlihat adanya perbedaan, yakni sudah mulai dilakukannya pencatatan

menggunakan KMS lansia.

2.3 Pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya pemantauan kesehatan rutin

Lansia di Dusun Nglaban banyak yang memiliki riwayat Hipertensi tetapi

kurang memperhatikan permasalahan kesehatan yang dialaminya. Hal tersebut

dapat terjadi karena persepsi lansia tentang sehat sakit yang kurang tepat. Banyak

lansia di Nglaban yang menganggap bahwa kondisi sehat adalah masih kuat

melaksanakan segala sesuatu dengan mandiri dan masih dapat mengelola

sawahnya meskipun mereka memiliki suatu resiko penyakit. Kondisi sakit menurut

lansia adalah saat di mana mereka sudah tidak mampu untuk bangun dari tempat

tidur, dan merasakan sakit di seluruh badannya. Berdasarkan hal tersebut, penting

bagi petugas kesehatan dan kader yang terlibat untuk memberikan informasi

kesehatan yang sesuai, akurat, dan mudah dimengerti oleh lansia.

Usaha peningkatan pengetahuan dan kesadaran lansia di Dusun Nglaban

dilakukan melalui pemberian penyuluhan terutama tentang hipertensi serta upaya

pencegahannya dengan CERDIK (Cek kesehatan rutin, Enyahkan asap rokok,

Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stress).

Penyampaian materi oleh fasilitator dikemas dengan lebih banyak menampilkan

gambar visual disertai penjelasan-penjelasan yang mudah dimengerti sehingga

dapat menarik perhatian lansia serta mempermudah lansia untuk memahami

informasi yang disampaikan.

Penyuluhan yang dilakukan pun telah mendorong kenginan lansia untuk

mengetahui lebih lanjut tentang kesehatannya yaitu dengan mengajukan

41

pertanyaan serta diskusi terhadap pengalaman yang pernah dialaminya. Hal

tersebut menunjukkan lansia mulai sadar bahwa mereka memiliki faktor-faktor

resiko yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan apabila tidak segera

diatasi. Penyuluhan yang dilakukan tidak hanya sekedar menyampaikan informasi

kesehatan, tetapi juga untuk memotivasi lansia menerapkan hidup sehat. Secara

persuasif lansia juga diajak untuk dapat memantau kesehatannya yaitu dengan

mengunjungi posyandu lansia sehingga tekanan darah, berat badan, dan IMT

dapat selalu terpantau serta menindaklanjuti apabila terdapat keluhan kesehatan

(Janusz, dkk. 2013).

Padukuhan Nglaban telah menyediakan suatu wadah bagi kelompok lanjut

usia melalui pembentukan posyandu lansia sejak tahun 2016 untuk mendukung

usaha peningkatan kesehatan lansia. Melalui pelayanan berbasis masyarakat ini

diharapkan lansia di Dusun Nglaban dapat memanfaatkannya secara maksimal

dengan melakukan pemantauan kesehatan rutin. Pemberian penyuluhan pada

lansia dapat dilakukan tidak hanya dalam kelompok, tetapi dapat pula berupa

pendidikan kesehatan individu terutama pada saat pemeriksaan kesehatan

dengan memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan, beserta pantangan dan

anjuran untuk hidup sehat (Gbenga, dkk. 2013).

2.4 Partisipasi lansia dalam posyandu lansia dan senam lansia

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku kunjungan posyandu lansia,

jumlah lansia yang mengikuti posyandu lansia sejak bulan April-Agustus

mengalami peningkatan setiap bulannya. Hal tersebut tidak lepas dari adanya

upaya-upaya yang dilakukan oleh kader dan mahasiswa UGM sebagai fasilitator

untuk meningkatkan kualitas pelayanan posyandu lansia di Padukuhan Nglaban.

Upaya yang telah dilakukan antara lain adalah mengisi kegiatan posyandu lansia

dengan penyuluhan kesehatan terkait PTM pada lansia. Penyuluhan yang

dilakukan bertujuan untuk menambah pengetahuan lansia terkait kesehatannya

dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengikuti posyandu lansia.

Posyandu lansia juga diisi dengan senam lansia karena kegiatan tersebut

dapat menjadi salah satu daya tarik lansia untuk mengikuti posyandu. Senam

lansia merupakan salah satu upaya pencegahan penyakit tidak menular seperti

hipertensi yang banyak diderita oleh lansia di Padukuhan Nglaban. Selain itu

kader posyandu lansia yang mengikuti pelatihan juga telah memperoleh informasi

dari narasumber (Puskesmas Ngaglik I) akan pentingnya olahraga/ aktivitas fisik

bagi lanjut usia. Senam lansia memberikan pengaruh positif terhadap penurunan

42

tekanan darah lansia sehingga sangat penting untuk dimasukkan ke dalam

rangkaian kegiatan posyandu lansia (Izhar, 2017).

Seluruh program tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi lansia

untuk datang memeriksakan diri ke posyandu lansia. Hal tersebut perlu dilakukan

karena banyak lansia yang berpendapat bahwa pelayanan posyandu lansia yang

dilakukan selama ini belum komprehensif sesuai dengan standar 3-5 meja

pelaksanaan posyandu pada umumnya. Pemeriksaan terhadap lansia hanya

sebatas pengukuran tekanan darah dan pencatatan hasil. Penyuluhan kesehatan

dan senam lansia tidak dilakukan sehingga posyandu dianggap kurang penting

dan kurang menarik untuk diikuti oleh lansia. Pengetahuan lansia terkait

kesehatan dapat mempengaruhi kesadarannya untuk memeriksakan

kesehatannya di posyandu lansia. Kurangnya pengetahuan dan informasi akan

mempengaruhi sikap lansia terhadap pelayanan posyandu lansia sehingga

berdampak pada partisipasi dalam mengikuti posyandu lansia. Penerimaan positif

pada lansia terhadap pelayanan posyandu juga dapat meningkatkan partisipasi

aktif lansia. Sikap tersebut mampu mendorong lansia untuk mengakses informasi

kesehatan di posyandu lansia sesuai yang dibutuhkannya (Wahyuni, dkk. 2016).

2.5 Pelaksanaan Posyandu Lansia ditinjau berdasarkan Model Precede Procede

Peningkatan partisipasi dalam posyandu lansia juga tidak terlepas dari faktor

pemudah, pemungkin dan penguat (Green dan Kreuter, 2015 dalam Porter, 2015).

Faktor pemudah adalah peningkatan pengetahuan kader dan lansia yang menjadi

target dalam intervensi. Faktor-faktor pemungkin antara lain dana operasional

posyandu lansia, fasilitas dan peralatan posyandu lansia, serta kesediaan tempat

dan pemilihan waktu. Faktor-faktor penguat antara lain struktur organisasi,

penghargaan eksternal, dan kebijakan.

Ketersediaan dana operasional yang dialokasikan dari dana desa menjadi

pendorong terlaksananya posyandu lansia. Penggunaan dana tersebut sebagian

besar untuk penyediaan makanan tambahan baik untuk balita maupun lansia yang

menurut para kader dapat menjadi daya tarik masyarakat. Adanya fasilitas dan

peralatan juga memudahkan kader melaksanakan tugasnya. Pelaksanaan

posyandu dilakukan di rumah Kepala Dukuh yang cukup strategis dan luas.

Pemilihan waktu adalah pada sore hari karena menyesuaikan dengan kesibukan

masyarakat yang bekerja pada pagi-sore hari. Posyandu lansia dan balita

dilaksanakan pada tanggal dan waktu yang bersamaan dinilai memudahkan kader

karena pelayanan dapat selesai dalam satu hari. Meskipun demikian pemilihan

43

waktu yang bersamaan di sisi lain juga menjadi hambatan bagi kader untuk

melakukan pelayanan yang optimal. Hal ini berdampak pada pelaksanaan

penyuluhan dan senam lansia yang masih berjalan belum rutin. Dari hasil evaluasi

pelatihan, beberapa kader termasuk ketua kader dan Ibu Dukuh mengatakan

sedang mempertimbangkan untuk melakukan pemisahan waktu antara posyandu

balita dan lansia.

Kader posyandu lansia baru dibentuk pada tahun 2017, meskipun demikian

kader posyandu Nglaban telah memiliki struktur organisasi serta alur komunikasi

melalui grup Whatsapp. Hal tersebut memudahkan kader dalam melakukan

koordinasi. Hal lain yang menjadi penguat dan memotivasi kader adalah adanya

dukungan dari pihak puskesmas. Pelaksanaan pelatihan dalam penelitian ini

melibatkan pihak Puskesmas Ngaglik I, hal ini menjadi penyemangat dilihat dari

antusiasme kader dalam mengikuti pelatihan. Komunikasi lebih lanjut juga terjalin

antara kader posyandu dengan pihak puskesmas, dilihat dari adanya permintaan

untuk posyandu keliling di bulan September yang disetujui oleh pihak puskesmas.

Puskesmas Ngaglik I juga mengungkapkan apresiasi terhadap keaktifan

posyandu lansia di Dusun Nglaban. Selain apresiasi dari puskesmas, apresiasi

dari kelurahan juga menjadi motivasi bagi kader. Pada bulan Agustus 2018 Dusun

Nglaban memenangkan juara II dalam Lomba Dusun Berprestasi di mana

posyandu lansia merupakan salah satu aspek penilaian.

44

BAB 6

PENUTUP

I. KESIMPULAN

1. Pelatihan kader posyandu lansia tentang konsep posyandu lansia dan penyakit

tidak menular pada lansia serta upaya pencegahannya dapat meningkatkan

pengetahuan dan kapasitas kader dalam menyelenggarakan posyandu lansia.

2. Pelatihan serta pendampingan teknis dalam pengisian KMS lansia dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam pemanfaatan KMS

lansia.

3. Pelaksanaan senam lansia dan penyuluhan kesehatan pada lansia dapat

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran lansia tentang pentingnya

pemantauan kesehatan rutin sehingga berdampak pada peningkatan partisipasi

lansia dalam posyandu lansia.

II. SARAN DAN REKOMENDASI

1. Senam lansia dan penyuluhan kesehatan dapat dimasukkan menjadi kegiatan

rutin pada saat pelaksanaan posyandu lansia.

2. Kader posyandu lansia perlu mengidentifikasi lansia yang memiliki resiko

masalah kesehatan dengan membuat pengelompokan (lansia sehat-sakit) untuk

memudahkan pemantauan serta pelaporan ke puskesmas.

3. Puskesmas Ngaglik I diharapkan dapat melakukan pendampingan secara

berkala terhadap kader serta evaluasi pelaksanaan posyandu lansia secara rutin,

sehingga dapat menjadi percontohan bagi dusun-dusun yang lain.

4. Posyandu balita dan posyandu lansia perlu dipisahkan waktu (hari atau jam)

pelaksanaannya agar kader dapat lebih fokus untuk memberikan pelayanan

yang komprehensif terhadap balita maupun lansia.

5. Perlu adanya pembaharuan dan penambahan anggota kader untuk

meningkatkan kualitas pelayanan posyandu yang diberikan serta mengantisipasi

adanya tugas ganda pada saat pelaksanaan posyandu.

45

DAFTAR PUSTAKA

Andayani, R. 2011. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia

Lanjut. Depkes RI.

Direktorat Bina Kesehatan Komunitas. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut

Usia Bagi Petugas Kesehatan. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Fatmah, F. 2014. Pengaruh Pelatihan pada Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan

Teknis Penyuluhan Obesitas dan Hipertensi Kader Posbindu Kota Depok. Makara

Seri Kesehatan, 17(2). Retrieved September 18, 2018, from

http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/view/3026/2363

Instructional System Development, 2004. Evaluation phase chapter VI. Diakses melalui

laman www.bigdog’s.com.

Izhar, M. D. (2017) ‘Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Luhur Jambi’, Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi,

17(1), pp. 204–210.

Janusz, dkk., 2013. Community-Based Programs to Improve Prevention and

Management of Hypertension: Recent Canadian Experiences, Challenges, and

Opportunities. Canadian Journal of Cardiology Volume 29, Issue 5, Pages 571-578

Gbenga, dkk., 2013. The Counseling Older Adults to Control Hypertension (COACH) trial:

Design and methodology of a group-based lifestyle intervention for hypertensive

minority older adults. Contemporary Clinical Trials 35, pages 70–79.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia Bagi

Petugas Kesehatan. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Bina Kesehatan

Komunitas Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun

2015, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat

Kesehatan Masyarakat. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 25 Tahun 2016. Rencana Aksi Nasional Kesehatan Lanjut Usia Tahun 2016

– 2019.

Laraeni, Yuli. 2014. Pengaruh Penyegaran Kader Terhadap Pengetahuan dan

Keterampilan Kader Posyandu Menggunakan Dacin di Wilayah Kerja Puskesmas

Dasan Cermen Kecamatan Sandubaya Kota Mataram. Jurnal Media Bina Ilmiah,

Vol 8 No. 04, ISSN No. 1978-3787.

Porter, Christine. (2015). Revisiting Precede-Proceed: A leading model for ecological and

ethical health promotion. Health Education Journal. 75.

10.1177/0017896915619645.

Pusat Data dan Informasi (PUSDATIN), 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Setyoadi, et al. 2013. Hubungan Peran Kader Kesehatan dengan Tingkat Kualitas Hidup

Lanjut Usia. Jurnal Ilmu Keperawatan, [S.l.], v. 1, n. 2, p. pp.183-192, nov. 2013.

ISSN 2088-6012. Available at: <http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/view/28/47>.

Date accessed: 18 sep. 2018.

46

Smeltzer C, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC.

Sopacua, E. and Budijanto, D. (2007) ‘Evaluasi 4 Tahap dari Kirkpatrick Sebagai Alat

dalam Evaluasi Pasca Pelatihan’, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 10(4), pp.

371–379. Available at: https://media.neliti.com/media/publications/21049-ID-

evaluasi-4-tahap-dari-kirkpatrick-sebagai-alat-dalam-evaluasi-pasca-pelatihan.pdf

Sumarnonugroho, 1984. Sistim Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. PT

Hanindita.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan

Lanjut Usia.

Wahyuni, I.D. dkk. (2016) 'Analisis Partisipasi Lansia dalam Kegiatan Pembinaan

Kesehatan Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sekar Jaya Kabupaten Ogan

Komering Ulu', Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 7(2):96-107.

Zakir, M. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia

Kencana. Jurnal Keperawatan, 10(1), 64-69. Retrieved from http://ejurnal.poltekkes-

tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/319

LAMPIRAN

LOGBOOK KEGIATAN

NO TANGGAL KEGIATAN HASIL YANG DIPEROLEH KETERANGAN

1 23 Maret

2018

Perizinan ke Desa (Kelurahan,

Kecamatan) dan Kepala Dukuh

Mahasiswa diterima dengan baik dan terbuka. Berkenalan dengan Bapak Kepala

Dukuh

2 30 Maret

2018

Perizinan ke Puskesmas Ngaglik 1

- Kepala puskesmas

- Staf promkes puskesmas

Mahasiswa diterima dengan baik. Puskesmas berkenan

memberikan dukungan dan kerjasama. Staff promkes

memberikan pengarahan untuk melakukan program

promkes

Mendapatkan gambaran kesehatan

Dusun Nglaban dari petugas

Promkes

3 31 Maret

2018

Analisis Lingkungan dan Analisis

Komunitas

Kondisi lingkungan (banyak genangan air), sosio

demografi, profil Dukuh, profil Posyandu Lansia, riwayat

kejadian kesehatan yang pernah ada (DBD & keracunan

makanan). Diperolehnya jadwal kegiatan didusun (tanggal

pelaksanaan posyandu, PKK, pengajian, arisan)

- Berkeliling kampung melakukan

pengamatan /observasi

lingkungan

- Wawancara tidak terstruktur

dengan Ibu Kepala Dukuh

4 7 April 2018 Menemui Bidan Desa (Ibu Rini) dan

Penanggung jawab kesehatan lansia

(Ibu Gunarti) di Puskesmas Ngaglik

- Wawancara dengan petugas puskesmas dilakukan setelah selesai jam pelayanan

- Ibu Gunarti memberikan informasi bahwa di Nglaban belum ada posbindu dan tidak ada

penyuluhan saat pelaksanaan posyandu. Beliau juga menyarankan untuk koordinasi dengan

Kepala Dukuh untuk ikut kegiatan warga agar bisa menggali masalah di masyarakat.

- Bidan Rini menyampaikan kesehatan ibu dan anak di Nglaban sudah cukup baik. Stunting dan

kasus gizi buruk tidak ada (dibawah garismerah tidak ada). Hanya ada Gizi kurang (bukan gizi

buruk) ada 2 org pada tahun 2017 dan sudah diberikan PMT (pemberian makanan tambahan)

dipantau oleh kader posyandu balita. Nglaban bukan pelosok, pendidikan masyarakat sudah

cukup baik.

5 10 April 2018 Mengikuti posyandu lansia

FGD kader posyandu (analisis

kebutuhan)

Memperoleh masalah kesehatan utama di Dusun Nglaban

yaitu hipertensi pada lansia dan kurang optimalnya

pelaksanaan posyandu lansia (tidak ada pengisian KMS).

Rendahnya kunjungan posyandu lansia (belasan hingga 20

an orang saja)

FGD dilakukan setelah pelaksanaan

posyandu

6 22-24 April

2018

Pengembangan media poster Hasil: Poster pencegahan hipertensi dengan CERDIK yang

disampaikan dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

Sulit dalam menerjemahkan

kedalam bahasa Jawa yang lazim

untuk disampaikan ke lansia.

7 29 April 2018 Mengikuti acara senam pagi dalam

rangka hari Kartini Ngaglik

Pendekatan lebih lanjut kepada masyarakat dan kader

Dusun Nglaban. Pendekatan lebih lanjut kepada ketua RT

Tidak semua RT dapat ditemui (ada

kesibukan diluar)

8 1 Mei 2018 Mengumpulkan informasi data lansia Mengelompokkan data-data lansia berdasarkan RT/ RW

untuk mempermudah pendataan. Memperoleh informasi

jumlah lansia (70 orang), penyakit terbanyak hipertensi,

banyak lansia masih produktif masih bekerja kesawah,

ada 7 orang lansia yang dilakukan home visit

Wawancara Ibu Kepala Dukuh dan

beberapa orang Kader

9 3-4 Mei 2018 Membuat Matrices of Change Hasil: Bagan matrice of change dengan sasaran lansia dan

kader posyandu lansia

10 6 Mei 2018 Mengikuti Nyadran di Nglaban

Membagikan undangan posyandu lansia

10 Mei

Dapat lebih berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan

dusun sekaligus membagikan undangan untuk lansia.

Bekerjasama dengan kader dalam

pembagian undangan

11 7 Mei 2018 Kunjungan kembali ke puskesmas

Ngaglik 1

- Staf promkes puskesmas

- Penanggungjawab PPTM

- Penanggungjawab posyandu lansia

- Mendiskusikan hasil analisis komunitas dan kebutuhan

di Nglaban

- Meminta saran dan rekomendasi untuk perencanaan

program

Merencanakan kegiatan pada saat

posyandu (senam dan penyuluhan)

12 10 Mei 2018 Posyandu Lansia Nglaban

- Penyuluhan

- Senam lansia

Lansia mengetahui dan memahami tentang hipertensi

dan pencegahannya. Lansia mengikuti senam dengan

antusias. Lansia mengatakan senang dengan kegiatan

penyuluhan dan senam lansia

Kegiatan ini mungkin sulit kader

laksanakan, karena Dusun tidak

memiliki laptop dan LCD sebagai

sarana penunjang kegiatan tersebut.

13 19-21 Mei

2018

- Pengembangan naskah film

dokumenter dan filler

- Pengembangan media banner

edukasi kesehatan

- Terbentuknya rancangan naskah

- Desain media banner edukasi kesehatan

Materi banner berupa makanan

yang disarankan dan pantangan

untuk hipertensi

14 21-24 Mei

2018

Menulis laporan kemajuan

implementasi program

Hasil: laporan implementasi program sampai dengan

bulan Mei 2018.

Ada 2 program yang sudah

dilaksanakan (senam dan

penyuluhan) dan 2 program yang

belum dilaksanakan (studi banding

dan pelatihan)

15 28 Mei 2018 Presentasi laporan kemajuan

implementasi program

Memperoleh saran dan masukan untuk program,

melanjutkan implementasi berikutnya.

Ditampilkan juga saat presentasi

yaitu film dokumenter, ILM dan

banner

16 10 Juli 2018 Posyandu Lansia Membantu pelaksanaan posyandu karena kekurangan

SDM/ kader

penyuluhan dan senam lansia tidak

dapat dilaksanakan karena

kurangnya tenaga dan tidak adanya

sarana (laptop,lcd)

17 24 Juli 2018 Menghadiri rapat pemuda desa Nglaban

untuk persiapan acara 17 Agustus

Memasukkan senam lansia-senam massal menjadi salah

satu bagian dalam acara 17 Agustus di Dusun Nglaban

(Dijadwalkan 19 Agustus 2018)

Pelaksanaan kegiatan bekerjasama

dengan ibu – ibu PKK

18 27 Juli 2018 Kunjungan ke Puskesmas Ngaglik 1:

Perencanaan program

- Mendapatkan KMS posbindu Dijelaskan bahwa posbindu belum

dilaksanakan di Padukuhan Nglaban

tetapi sudah masuk wacana untuk

dilaksanakan.

19 30 Juli Perencanaan kegiatan senam massal

desa bersama PKK nglaban

- Senam massal dijadwalkan ulang menjadi tanggal 26 Agustus 2018 karena tanggal 19 Agustus 2018 bersamaan dengan senam massal di Kelurahan.

- Membahas hal-hal yang dibutuhkan & mendukung pelaksanaan acara

20 10 Agustus

2018

Pelaksanaan Posyandu Lansia Membantu pelaksanaan posyandu, pencatatan,

memberikan pendidikan kesehatan personal.

21 16 Agustus

2018

Mengikuti kegiatan di Dusun Nglaban –

malam tirakatan 17 Agustus

Bertemu dengan masyarakat Nglaban dari semua

kelompok umur, mendekatkan diri dengan masyarakat.

22 19 Agustus

2018

- Mengikuti kegiatan desa Ngaglik –

senam massal desa

- Kuesioner assessment kader

4 kader mengisi kuesioner assessment. Mendatangi kader dimasing2

rumahnya.

23 20 Agustus

2018

- Kuesioner assessment kader

- Perencanaan bersama kader

posyandu tentang pelatihan kader

Jadwal pelatihan kader 1 September 2018

Mendatangi kader dimasing2

rumahnya.

24 25 Agustus

2018

Kunjungan ke Puskesmas Ngaglik 1:

Perencanaan konsep pelatihan kader

posyandu lansia dan penentuan jadwal

pelaksanaan

- Mendapatkan KMS lansia dari puskesmas sebanyak

60 lembar

- Perubahan jadwal pelaksanaan pelatihan yang

semula 1 September menjadi 7 September

- Fiksasi narasumber: Ibu Gun dan dr Indri

Karena poswindu masih belum

dilaksanakan, maka kms yang

digunakan adalah kms lansia

25 26 Agustus

2018

Senam massal dukuh Senam diikuti oleh warga Nglaban (observasi pelaksanaan

senam lansia) dilanjutkan dengan pemeriksaan

kesehatan.

Pemeriksaan yang dilakukan

pengukuran TD,BB, gula darah dan

cholesterol

26 29 Agustus

2018

Pengambilan video senam lansia Rekaman gerakan senam lansia (nantinya akan digunakan

sebagai panduan kader untuk mengadakan senam lansia)

Dengan pembagian tugas :

1 orang kameramen

2 orang model senam

1 orang dubber

27 1-4

September

2018

Penyusunan dan fiksasi modul pelatihan Materi: PTM, Gizi pada lansia, Posyandu lansia, KMS

lansia, Olahraga pada lansia

28 3 September

2018

- Mengantar undangan narasumber

puskesmas Ngaglik 1

- Pemesanan konsumsi snack dan

makan siang pelatihan

- Undangan diterima oleh pihak Puskesmas, memperoleh

KMS lansia.

- Snack dipesan pada salah satu warga Nglaban, makan

siang juga dipesan di tempat kenalan Bapak Dukuh.

Surat undangan narasumber

ditandatangani oleh ketua

peminatan PPK

29 5 September

2018

Penyebaran undangan pelatihan kader

posyandu

Seluruh undangan telah disampaikan pada masing-masing

kader secara door to door.

Kader menyatakan antusias untuk

menghadiri pelatihan esok hari

30 6 September Persiapan pelatihan (setting tempat dan Peminjaman alat (meja) di tempat usaha salah satu warga Pelatihan dilaksanakan dirumah pak

2018 logistik)

Ke Puskesmas Ngangglik 1

Nglaban.

Memastikan kesiapan narasumber

dukuh dan tidak memiliki cukup

meja

31 7 September

2018

Pelaksanaan Pelatihan Kader Posyandu

Lansia

Seluruh kader yang diundang hadir tepat waktu;

narasumber menyampaikan materi dengan jelas; diskusi

berlangsung aktif.

Praktek langsung pengisian KMS

lansia dibimbing oleh narasumber

32 10

September

2018

- Pendampingan teknis pengisian

KMS lansia

- Pelaksanaan posyandu lansia dan

Home visit

- Evaluasi pelaksanaan posyandu

lansia

- Pengambilan video wawancara

kepala dukuh dan kader (Bu Asih)

- Kader berlatih mengisi KMS lansia

- Kader melakukan pencatatan menggunakan KMS saat

posyandu lansia berlangsung.

- Video hasil wawancara Pak Dukuh dan kader (Bu Asih)

Suasana tempat yang terlalu gaduh

untuk wawancara (lalu lalang

kendaraan, suara burung

peliharaan)

Pelaksanaan posyandu bersaman

dengan pusling

33 11

September

2018

- Dubbing video senam lansia

- Revisi naskah filler

- Diskusi penulisan laporan

Hasil dubbing, hasil naskah filler, penulisan sebagian

laporan akhir.

34 12

September

2018

- Pengambilan video wawancara

kader (Bu Win, Bu Heni, Bu Ngatini)

- Pengambilan video wawancara

dokter dan petugas puskesmas

(narasumber pelatihan)

- Video hasil wawancara kader,

- Video hasil wawancara dr Indri dan Ibu Gunarti.

Suasana puskesmas yang kurang

mendukung untuk wawancara

karena sedang ada renovasi

bangunan.

35 13

September

- Pengambilan gambar filler

- Revisi naskah dokumenter

Hasil video untuk pembuatan filler, hasil naskah

dokumenter.

Filler berupa ajakan untuk

menghadiri posyandu lansia

36 15

September

- Pengambilan video wawancara

lansia

Video hasil wawancara lansia Lansia kooperatif menjawab setiap

pertanyaan yang diajukan.

DOKUMENTASI

Pelaksanaan Posyandu Lansia FGD dengan Kader Posyandu

Pelaksanaan Penyuluhan Kesehatan

Pelaksanaan Senam Lansia I Pelaksanaan Senam Lansia II

dirangkaikan Kegiatan 17 Agustus

Konseling dan Pengukuran Tekanan

Darah Lansia Kesehatan

Pelaksanaan Pelatihan Kader di Rumah

Bapak Dukuh Nglaban

Penyampaian Materi PTM pada Lansia

dan Rencana Tindak Lanjut Penyakit

Penyampaian Materi Pengisian

KMS Lansia

Kader Mempraktekkan Pengisian KMS

Lansia

Pengisian Kuesioner Pre-Test oleh Kader Pengisian Kuesioner Post-Test oleh

Kader

Observasi Keterampilan Kader Mengisi KMS

Lansia menggunakan Daftar checklist

Observasi Keterampilan Kader melalui role

play menggunakan lembar checklist.

Wawancara Kader tentang Pelaksanaan

Program

Wawancara Pihak Puskesmas terkait

Pelaksanaan Pelatihan Kader

Wawancara Pak Dukuh Pelaksanaan Program

Kesehatan di Padukuhan Nglaban

Wawancara Lansia terkait kesehaan dan

Pelaksanaan Posyandu Lansia

POSTER DAN BANNER

TERM OF REFERENCE PELATIHAN KADER TENTANG PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA

PADUKUHAN NGLABAN, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA JUMAT, 07 SEPTEMBER 2018

Latar Belakang

Berdasarkan data Puskesmas Ngaglik 1, hipertensi merupakan penyakit terbesar

kedua dalam daftar 10 penyakit terbesar pada tahun 2016. Hal ini sejalan dengan

ditemukannya keluhan masyarakat terkait tekanan darah tinggi di Padukuhan Nglaban,

terutama pada lansia. Upaya yang dilakukan dalam pencegahan ataupun deteksi dini

PTM adalah melalui kegiatan UKBM adalah Posyandu Lansia. Posyandu Lansia di

Padukuhan Nglaban mulai dibentuk dan dilaksanakan pertama kali pada 10 Desember

2016. Adapun kegiatan yang berjalan rutin yaitu pemeriksaan dan pencatatan kesehatan,

serta senam lansia yang masih belum berjalan rutin, Peningkatan kapasitas kader perlu

dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pelaksanaan posyandu lansia di

Padukuhan Nglaban.

Tujuan Kegiatan

a. Meningkatkan pengetahuan kader tentang kesehatan lansia dan upaya

pencegahannya

b. Meningkatkan pengetahuan kader dalam manajemen pengelolaan posyandu lansia

c. Meningkatkan keterampilan/kemampuan kader mengenai pengisian KMS Lansia

d. Meningkatkan keterampilan kader dalam melakukan senam lansia

Waktu dan Tempat Kegiatan

Hari/Tanggal : Jumat, 7 September 2018

Pukul : 08.00 – 12.00

Tempat : Rumah Kepala Dukuh Nglaban, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

Materi

1) Penyakit Tidak Menular pada Lansia dan Pencegahannya

- Pengertian Penyakit Tidak Menular

- Jenis PTM pada Lansia

- Penyebab/Faktor Risiko PTM pada lansia

- Cara pencegahan PTM pada lansia

2) Pengelolaan Posyandu Lansia dan KMS Lansia

- Pengertian, fungsi, dan pelayanan di posyandu lansia

- Tugas dan peran kader dalam posyandu lansia

- Pencatatan dalam posyandu lansia (KMS Lansia)

- Tindak lanjut dari pencatatan posyandu lansia

SUSUNAN ACARA PELATIHAN KADER TENTANG PENGELOLAAN POSYANDU LANSIA

PADUKUHAN NGLABAN, NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA JUMAT, 07 SEPTEMBER 2018

WAKTU DURASI ACARA PENANGGUNG

JAWAB

07.30-08.00 30’ Registrasi Peserta Tim UGM

08.00-08.05 5’ Persiapan Acara pembukaan MC

08.05-08.10 5’ Pembukaan oleh MC MC

08.10-08.20 10’ Menyanyikan Lagu Indonesia Raya MC

08.20-08.25 5’ Laporan Ketua Panitia Ketua Panitia

08.25-08.30 5’ Kata Sambutan dari Ibu Dukuh Ibu Dukuh

Nglaban

08.30-08.50 20’

Presentasi Materi Sesi 1

Topik:

Penyakit Tidak Menular pada Lansia dan

Pencegahannya

Puskesmas

Ngaglik 1

08.50-09.30 40’ Diskusi dan tanya Jawab Sesi 1 Moderator

09.30-09.45 15’ BREAK

09.45-10.05 20’

Presentasi Materi Sesi 2

Topik:

Pengelolaan Posyandu Lansia dan KMS Lansia

Puskesmas

Ngaglik 1

10.05-10.45 40’ Diskusi dan tanya Jawab Sesi 2 Moderator

10.45-11.30 45’

Praktik Simulasi Pengisian KMS Lansia

Tim UGM

11.30-11.45 15’ Praktik/Demonstrasi Senam Lansia Tim UGM

11.45-12.00 15’

Penutupan

Foto Bersama (seluruh panitia, peserta,

narasumber)

MC

Kuesioner Pre-Test

Karakteristik Kader Posyandu

Nama :

Alamat (RT/RW) :

Usia :

Pendidikan terakhir :

Status Perkawinan :

Pekerjaan :

Lama menjadi kader :

Pernah mengikuti pelatihan kader lansia?

Motivasi Kader

Pernyataan

Jawaban

Setuju Netral Tidak

Setuju

Motivasi Intrinsik

1. Saya melaksanakan tugas posyandu lansia karena ada keinginan

untuk mengabdi kepada masyarakat.

2. Menambah pengetahuan kesehatan adalah alasan saya menjadi kader

3. Saya menjadi kader posyandu hanya untuk mengisi waktu luang.

4. Saya bertanggung jawab penuh terhadap tugas saya sebagai kader.

5. Saya membutuhkan buku pedoman dari petugas kesehatan tentang

materi tugas kader.

6. Saya berharap diikutkan dalam pelatihan keterampilan bidang

kesehatan yang mendukung posyandu lansia.

7. Saya merasa keberatan jika saya diberikan tugas baru di luar tugas

rutin sebagai kader posyandu lansia.

Motivasi Ekstrinsik

1. Saya menginginkan insentif berupa uang transport dan seragam kader

dalam melaksanakan tugas.

2. Ditunjuk oleh Pak Dukuh/ Ketua RW/ Ketua PKK adalah alasan saya

menjadi kader.

3. Suami atau keluarga mendukung saya untuk menjadi kader posyandu.

4. Saya membutuhkan kondisi lingkungan yang baik dan nyaman untuk

mendukung pelaksanaan posyandu.

5. Saya menginginkan ada pertemuan rutin antara pembina posyandu

(tenaga kesehatan) dengan kader yang lain dalam pelaksanaan tugas.

6. Saya menginginkan semua lansia hadir dan mengikuti posyandu lansia

secara rutin.

SD SMP SMA Perguruan Tinggi

Menikah Belum menikah Janda

Ibu Rumah Tangga Swasta PNS Petani

Kurang dari 5 th Lebih dari 5 tahun

Tidak Ya. Berapa kali .........

Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda

anggap tepat

No Pernyataan Benar Salah

1. Pada pelayanan Posyandu Lansia sistem 3 meja, meja ke-3

adalah penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi

2. Keluarga lansia bukan merupakan sasaran posyandu lansia

3. Usia pra lansia (45-59 tahun) adalah salah satu sasaran dari

posyandu lansia

4. Salah satu tugas kader posyandu lansia adalah mendiagnosa

penyakit lansia dan membuatkan resep obat

5. Tujuan posyandu lansia adalah untuk membentuk pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda

anggap tepat

No Pernyataan Benar Salah

1. Penyakit Tidak Menular dapat disebarkan oleh kuman atau virus

2. Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang berlangsung

dalam waktu yang lama

3. Konsumsi makanan instan dan berpengawet dapat

menyebabkan penyakit tidak menular

4. Untuk mendeteksi obesitas atau kelebihan berat badan dapat

melalui Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut

5. Hipertensi atau darah tinggi adalah apabila tekanan darah

melebihi 120/80 mmHg

6. Sering merasa lapar, haus dan banyak minum merupakan gejala

tekanan darah tinggi

7. Pemeriksaan kesehatan/deteksi dini hanya dapat dilakukan

apabila seseorang merasakan gejala penyakit

8. Anjuran konsumsi buah dan sayur yang baik adalah 3 porsi

sayur dan 2 porsi buah

9. Lanjut usia sebaiknya menghindari makanan yang mengandung

lemak tidak jenuh

10. Gangguan kejiwaan/emosional tidak dapat meningkatkan

peluang seseorang terkena penyakit tidak menular

Catatan:

Pesan dan kesan selama menjadi kader posyandu

...............................................................................................................................................

...............................................................................................................................................

...............................................................................................................................................

..................................................................................................................................

Kuesioner Post-Test

Nama Kader :

Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda anggap tepat

No Pernyataan Benar Salah

1. Pada pelayanan Posyandu Lansia sistem 3 meja, meja ke-3 adalah

penyuluhan atau konseling dan pelayanan pojok gizi

2. Keluarga lansia bukan merupakan sasaran posyandu lansia

3. Usia pra lansia (45-59 tahun) adalah salah satu sasaran dari

posyandu lansia

4. Salah satu tugas kader posyandu lansia adalah mendiagnosa

penyakit lansia dan membuatkan resep obat

5. Tujuan posyandu lansia adalah untuk membentuk pelayanan

kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia

Berilah Tanda Silang (X) pada kolom (Benar) atau (Salah) sesuai jawaban yang Anda anggap tepat

No Pernyataan Benar Salah

1. Penyakit Tidak Menular dapat disebarkan oleh kuman atau virus

2. Penyakit Tidak Menular merupakan penyakit yang berlangsung dalam

waktu yang lama

3. Konsumsi makanan instan dan berpengawet dapat menyebabkan

penyakit tidak menular

4. Untuk mendeteksi obesitas atau kelebihan berat badan dapat melalui

Indeks Massa Tubuh dan lingkar perut

5. Hipertensi atau darah tinggi adalah apabila tekanan darah melebihi

120/80 mmHg

6. Sering merasa lapar, haus dan banyak minum merupakan gejala

tekanan darah tinggi

7. Pemeriksaan kesehatan/deteksi dini hanya dapat dilakukan apabila

seseorang merasakan gejala penyakit

8. Anjuran konsumsi buah dan sayur yang baik adalah 3 porsi sayur dan

2 porsi buah

9. Lanjut usia sebaiknya menghindari makanan yang mengandung

lemak tidak jenuh

10. Gangguan kejiwaan/emosional tidak dapat meningkatkan peluang

seseorang terkena penyakit tidak menular

Catatan:

Pesan dan kesan selama mengikuti pelatihan

...............................................................................................................................................

...............................................................................................................................................

...............................................................................................................................................

..................................................................................................................................

Ceklis Pengisian KMS Posyandu Lansia

Nama Kader:

No Aspek yang dinilai Skor*

1. Mengisi kolom Identitas Pribadi

2. Mengisi Kolom Kunjungan ke- (Tanggal Kunjungan)

3. Mengisi Kolom Kegiatan sehari-hari/Kemandirian

4. Mengisi Kolom Status Mental/Masalah Emosional

5. Status Gizi

a. Melakukan pengukuran tinggi badan dengan benar

b. Melakukan penimbangan berat badan dengan benar

c. Menulis tinggi badan pada kolom yang tersedia

d. Menulis berat badan pada kolom yang tersedia

e. Mengisi kriteria IMT (lebih, normal, kurang) pada kolom yang tersedia

6. Tekanan Darah

a. Menggunakan alat tensimeter

b. Menulis Sistole pada kolom yang tersedia

c. Menulis Diastole pada kolom yang tersedia

d. Mengisi kolom kriteria tekanan darah (tinggi, normal, rendah) pada kolom

yang tersedia

e. Menanyakan konsumsi obat dan menuliskan jawaban pada kolom yang

tersedia

f. Menulis denyut nadi pada kolom yang tersedia

7. Kolom Catatan Keluhan dan Tindakan

a. Menanyakan keluhan yang dirasakan dengan menggunakan tabel

pedoman keluhan

b. Apabila ada, menulis tanggal dan keluhan pada kolom yang tersedia

c. Menentukan dan menuliskan tindakan/kegiatan pada kolom yang tersedia

Total Nilai

Skoring: 0 – Tidak dilakukan 1 – Dilakukan, cukup baik 2 – Dilakukan, baik

1

MODUL PELATIHAN

KADER POSYANDU LANSIA

PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN

PENGISIAN KMS LANSIA

Tim Penyusun:

Agatha Astri

Andham Dewi

Debby Febriani

Mohammad Fikri

Posyandu Lansia Padukuhan Nglaban

Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

DAFT

Praktikum Lapangan Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Perilaku dan Promosi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada Tahun 2018

2

DAFTAR ISI

Penyakit Tidak Menular 3

Kebutuhan Gizi pada Lanjut Usia 7

Posyandu Lansia 9

Kartu Menuju Sehat Lanjut Usia 11

Kebutuhan Olahraga pada Lansia 17

3

PENYAKIT TIDAK MENULAR

Apa yang Menyebabkan Penyakit Tidak Menular?

Konsumsi garam berlebih (lebih dari 1 sendok teh/hari)

Konsumsi lemak berlebih (lebih dari 5 sendok makan/hari)

Konsumsi gula berlebih (lebih dari 4 sendok makan/hari)

Konsumsi makanan yang diawetkan/makanan instan

Kurang konsumsi buah & sayur

Kelebihan berat badan

Kurang aktivitas fisik/olahraga

Gangguan kejiwaan & emosional

Konsumsi alkohol dan rokok

Apa Saja Jenis Penyakit Tidak Menular pada Lansia?

1. Hipertensi/tekanan darah tinggi

2. Penyakit jantung

3. Stroke

4. Diabetes Mellitus (DM) atau

kencing manis

5. Penyakit paru obstruktif kronik

Apa Itu Penyakit Tidak Menular?

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan

disebabkan oleh bakteri maupun virus, tetapi disebabkan oleh

gaya hidup, pola makan, keturunan, dan lain-lain. PTM

merupakan penyakit yang bersifat kronis (berlangsung dalam

waktu yang lama) dan degeneratif (fungsi organ tubuh

memburuk dari waktu ke waktu).

4

Tanda dan Gejala

Seringkali seseorang tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena

PTM, dan baru diketahui saat sudah parah atau stadium lanjut.

Berikut ini tanda dan gejala dari PTM, yaitu:

1. Berat badan berlebihan/Obesitas

Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 25 kg/m2

Lingkar perut > 90cm (laki-laki) dan > 80cm (perempuan)

Mengorok saat tidur

Nyeri pada pinggul dan sendi-sendi tulang

2. Gejala Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Tekanan darahnya ≥140/90 mmHg

Sering merasa sakit kepala, pusing, terasa berat dan kaku

pada tengkuk bagian belakang, pandangan kabur,

kesemutan, serta merasakan mual/ muntah

3. Gejala Diabetes Mellitus (DM)

Merasa cepat lapar, sering haus dan banyak minum

Sering buang air kecil

Berat badan turun secara drastis

Kesemutan di kaki

Jika memiliki luka akan sulit sembuh/ kering

4. Gejala penyakit jantung koroner

Merasakan nyeri seperti ditekan terutama di dada sebelah

kiri menjalar ke leher-lengan-punggung belakang

Sulit bernafas dan jantung berdebar-debar

5

5. Gejala Stroke

Merasakan lemah, kesemutan, atau lumpuh pada wajah-

kaki-lengan terutama pada satu sisi tubuh

Pandangan kabur, bicara tidak jelas/pelo

Kehilangan keseimbangan, serta sakit kepala yang hebat

6. Gejala PPOK (penyakit paru obstruktif)

Batuk dalam waktu yang lama dan berdahak

Sesak nafas terus menerus bahkan saat melakukan

aktivitas ringan

Bagaimana cara mencegah PTM?

Cara mudah untuk terhindar dan mengatasi PTM yaitu

dengan mengubah gaya hidup dan berperilaku CERDIK, yaitu:

1. Cek kesehatan secara rutin

Terutama bagi mereka yang memiliki faktor resiko terjadinya

suatu penyakit maka dapat melakukan pemeriksaan seperti

tekanan darah, cek gula darah, kolesterol, maupun asam urat.

Pemeriksaan lanjutan seperti rekam jantung maupun check up

rutin juga dapat dilakukan untuk mengetahui status kesehatan

seseorang dan memberikan penanganan segera apabila

ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal.

2. Enyahkan asap rokok

Rokok mengandung bermacam-macam zat yang berbahaya

bagi tubuh serta sebagai faktor resiko untuk timbulnya

berbagai macam penyakit.

6

3. Rajin dan rutin olahraga

Olahraga dan aktivitas fisik yang rutin diperlukan bagi tubuh

karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh, dan kebugaran.

4. Diet sehat

Diharapkan seseorang dapat melakukan diet sehat dengan

menghindari makanan yang mengandung banyak lemak,

mengurangi pemakaian garam dan gula, serta meningkatkan

konsumsi sayur dan buah.

5. Istirahat yang cukup

Tubuh membutuhkan istirahat untuk mengembalikan tenaga,

serta memperbaiki fungsi organ. Istirahat yang kurang dapat

mempengaruhi peningkatan tekanan darah terutama pada

lansia yang mengalami perubahan pola istirahat tidur.

6. Kelola stress

Mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat

jiwa yang kuat. Begitu pula sebaliknya, jiwa dan pikiran yang

sehat sangat mendukung kesehatan fisik seseorang. Stress

harus diatasi dan dikelola dengan baik karena dapat

mempengaruhi inividu untuk berperilaku negatif sehingga

dapat merugikan dirinya sendiri.

7

KEBUTUHAN GIZI PADA LANJUT USIA

Pada prinsipnya kebutuhan gizi lansia mengikuti prinsip gizi

seimbang. Konsumsi makanan yang cukup dan seimbang

bermanfaat bagi lansia untuk mencegah/mengurangi risiko penyakit

degeneratif dan kekurangan gizi. Pesan gizi seimbang pada lansia:

1. Makanlah aneka ragam makanan

Makanan ya beraneka ragam adalah makanan yang terdiri

dari minimal 4 sumber bahan makanan yaitu bahan makanan

pokok, lauk-pauk, sayuran dan buah. Semakin beraneka ragam

dan bervariasi jenis makanan yang dikonsumsi, maka akan

semakin baik. Dianjurkan juga untuk mengkonsumsi 3 porsi

sayur dan 2 porsi buah per hari.

2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi

Bagi lanjut usia, dianjurkan untuk memilih karbohidrat

kompleks seperti beras merah, jagung, sagu, ubi jalar, ubi kayu

dan umbi-umbian. Karbohidrat yang berasal dari biji-bijian dan

kacang-kacangan utuh berfungsi sebagai sumber energi dan

sumber serat. Dianjurkan agar lanjut usia mengurangi konsumsi

gula sederhana seperti gula pasir dan sirup.

3. Batasi konsumsi lemak dan minyak

Bagi lanjut usia, mengkonsumsi makanan yang mengandung

lemak tinggi tidak dianjurkan, karena akan menambah risiko

8

terjadinya berbagai penyakit degeneratif seperti tekanan darah

tinggi, penyakit jantung, dan penyakit ginjal. Sumber lemak

yang baik adalah lemak tidak jenuh yang berasal dari kacang-

kacangan, alpukat, dan minyak jagung. Lemak minyak ikan

mengandung omega 3 yang dapat menurunkan kolesterol

sehingga baik dikonsumsi oleh lanjut usia.

4. Makanlah makanan sumber zat besi

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses

pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah

diperoleh dari makanan seperti daging, hati dan sayuran hijau.

Kekurangan zat besi pada lansia yang berkelanjutan akan

menyebabkan penyakit anemia zat besi dengan tanda tanda

pucat, lemah, lesu, pusing, dan mata berkunang-kunang.

5. Biasakan makan pagi

Makan pagi secara teratur dalam jumlah cukup dapat

memelihara ketahanan fisik, dan mempertahankan daya tahan

tubuh. Lanjut usia sebaiknya membiasakan makan pagi agar

selalu sehat dan produktif.

6. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya

Air minum yang bersih dan aman adalah air yang tidak

berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan telah dididihkan serta

disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Lansia yang

sedikit minum akan beresiko untuk mengalami dehidrasi dan

gangguan fungsi ginjal.

9

POSYANDU LANSIA

Posyandu lansia dapat menggunakan sistem 3 meja atau 5 meja.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia menggunakan sistem

pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Meja 1, meliputi kegiatan pendaftaran lansia, pengukuran

tinggi badan dan penimbangan berat badan.

2. Meja 2, meliputi kegiatan pencatatan berat badan, tinggi

badan, Indeks Massa Tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti

pengukuran tekanan darah, pengobatan sederhana dan

rujukan kasus. 3. Meja 3, meliputi kegiatan penyuluhan atau konseling, disini

juga bisa dilakukan pelayanan pojok gizi.

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia menggunakan sistem

pelayanan 5 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

1. Meja 1 tempat pendaftaran

2. Meja 2 tempat penimbangan dan pencatatan berat badan,

pengukuran dan pencatatan tinggi badan serta penghitungan

index massa tubuh (IMT)

3. Meja 3 tempat melakukan kegiatan pemeriksaan dan

pengobatan sederhana (tekanan darah, gula darah, Hb dan

pemberian vitamin, dan lain - lain)

4. Meja 4 tempat melakukan kegiatan konseling (kesehatan, gizi

dan kesejahteraan)

5. Meja 5 tempat memberikan informasi dan melakukan kegiatan

sosial (pemberian makan tambahan, bantuan modal,

pendampingan, dan lain – lain sesuai kebutuhan)

10

Siapa saja sasaran posyandu lanjut usia?

1) Sasaran langsung

a. Pra lansia (usia 45-59 tahun)

b. Lansia (usia 60-69 tahun)

c. Lansia risiko tinggi (usia lebih dari 70 tahun)

2) Sasaran tidak langsung

a. Keluarga lansia

b. Masyarakat disekitar lansia

Tugas kader dalam posyandu lanjut usia?

1. Mempersiapkan alat yang diperlukan pada kegiatan posyandu.

2. Memobilisasi sasaran pada hari pelayanan posyandu.

3. Melakukan pendaftaran sasaran pada pelayanan posyandu

lanjut usia.

4. Melaksanakan kegiatan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan para lanjut usia dan mencatatnya

dalam KMS atau buku pencatatan lainnya.

5. Membantu petugas dalam pelaksanaan pemeriksaan kesehatan

dan pelayanan lainnya.

6. Melakukan penyuluhan (kesehatan, gizi, sosial, agama dan

karya) sesuai dengan kemampuan kader.

Alat dan Perlengkapan Posyandu Lansia

1. ATK

2. KMS

3. Buku register lansia

4. Meja

5. Timbangan

6. Pengukur tinggi badan

7. Tensimeter

8. Makanan (PMT)

11

KARTU MENUJU SEHAT LANJUT USIA

Petunjuk Pengisian

KMS Lansia

Bagian depan:

1. Nomor urut anggota

posyandu

2. Identitas lengkap pemilik

KMS

KMS lanjut usia adalah alat untuk mencatat kesehatan pribadi

usia lanjut baik fisik maupun mental emosionalnya.

Kegunaan KMS lansia:

Memantau dan menilai kemajuan kesehatan usia lanjut

Menemukan secara dini penyakit pada usia lanjut

Sebagai bahan informasi bagi usia lanjut dan keluarganya

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

12

3. Catatan keluhan & tindakan

Tanyakan pada usia lanjut apakah ada keluhan-keluhan

yang dirasakan

Gunakan tabel keluhan yang tercantum pada halaman luar

bagian tengah KMS sebagai pedoman

Tulislah tanggal dan keluhan pada kolom yang disediakan

Tuliskan tindakan/kegiatan yang diberikan pada lansia saat

kunjungan misal: penyuluhan, pengobatan, anjuran ke

puskesmas.

13

4. Kolom keterangan kunjungan dalam satuan bulan

Kolom diisi tanggal kunjungan Isilah tanggal dan bulan pada kolom

kunjungan pertama & kedua dan seterusnya pada setiap bulan pada saat posyandu lansia.

Apabila usia lanjut tidak datang pada bulan tersebut kosongkan kolom untuk bulan tersebut dan pencatatan berpindah untuk bulan berikutnya.

14

5. Kolom isian

kemandirian/ kemampuan lansia dalam aktivitas sehari-hari

Kategori A: lansia mampu hidup/melakukan aktivitas mandiri tanpa bantuan orang lain

Kategori B: lansia hidup/melakukan aktivitas sebagian dibantu oleh orang lain

Kategori C : lansia dalam tidak mampu beraktivitas/total dibantu orang lain.

15

6. Status Mental/ Masalah Emosional Lansia

Lakukan pemeriksaan status emosional dengan menggunakan pedoman yang ada di lembar KMS lansia Ciptakan lingkungan dan suasana yang

nyaman & agar usia lanjut betah Sikap ramah dan penuih perhatian akan

kebutuhan usia lanjut secara menyeluruh sehingga mempermudah hubungan yang terbuka dan lancar antara usia lanjut dan petugas kader

Ajukan pertanyaan dengan ramah dan tanpa menyinggung perasaan

7. Tekanan Darah

Ukur tekanan darah dengan tensimeter Catat angka sistole dan diastole pada

kolom yang tersedia Cocokkan dengan nilai normalnya:

- Sistole normal 120-130 mmHg - Diastole normal 90 mmHg atau kurang

Apabila salah satu sistole/diastole atau keduanya di atas normal, maka masuk kriteria tinggi

Apabila sistole/diastole di bawah normal, maka masuk kriteria rendah

Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (tinggi, normal, rendah)

Tanyakan apakah waktu itu sedang minum obat tekanan darah; beri tanda (V) pada kolom yang tersedia bila menjawab “Ya”

Catat denyut nadi dan tulis hasilnya pada kolom yang tersedia

16

8. Status Gizi Lansia / Indeks Masa Tubuh (IMT)

Timbanglah berat badan tanpa alas kaki dan catat di kolom yang tersedia

Tentukan indeks massa tubuh dengan mencatat tiitk temu antara garis bantu yang menghubungkan berat badan yang sudah diukur dengan tinggi badan

Nilai normal IMT usia lanjut berkisar antara 18.5 – 25

Bila titik temu terdapat pada daerah grafik berwarna merah, berarti IMT lebih

Bila titik temu terdapat pada daerah grafik berwarna hijau, berarti IMT normal

Bila titik temu terdapat pada daerah grafik berwarna kuning, berarti IMT kurang

Beri tanda (V) pada kolom yang sesuai (kurang, normal, lebih)

17

KEBUTUHAN OLAHRAGA PADA LANSIA

Olahraga untuk kesehatan adalah olahraga yang

meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani yang

dilakukan dengan baik, benar, terukur, dan teratur. Kebugaran

jasmani merupakan kemampuan tubuh utnuk melakukan aktivitas

sehari-hari tanpa mengalami kelelahan fisik dan mental yang

berlebihan. Seseorang yang melakukan aktivitas fisik dengan

terencana, terstruktur, dan melibatkan gerakan tubuh yang

berulang-ulang dapat meningkatkan kebugaran jasmani.

Manfaat Olahraga Rutin

1. Meningkatkan daya tahan tubuh

2. Meningkatkan kepadatan tulang

3. Meningkatkan daya tahan dan kekuatan otot

4. Meningkatkan kualitas tidur pada lansia

5. Mengurangi resiko terjadinya penyakit tekanan darah tinggi,

penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus

6. Mengurangi stress

7. Meningkatkan sosialisasi dengan teman sebaya dan masyarakat

Program Olahraga

Program olahraga dapat dilakukan dengan mengikuti kaidah

sebagai berikut:

1. Baik, bila olahraga:

a. Dimulai sejak dini sampai lanjut usia

18

b. Dilakukan di mana saja dengan memperhatikan lingkungan

yang sehat, aman, dan nyaman

c. Dilakukan secara bertahap mulai dari pemanasan-

peregangan 10-15 menit, diikuti dengan latihan inti 20

menit, dan diakhiri dengan pendinginan 5-10 menit.

2. Benar, bila olahraga dilakukan sesuai dengan kemampuan dan

kondisi tubuh lansia.sebelum melakukan program latihan,

sebaiknya lansia melakukan pengukuran kebugaran jasmani

untuk mengidentifikasi terjadinya kelainan yang merupakan

indikasi untuk tidak melakukan olahraga tertentu.

3. Teratur, bila olahraga dilakukan 3-5 kali dalam seminggu untuk

mencapai hasil yang optimal.

Jenis Latihan Olahraga untuk Lansia

Jenis olahraga pada lansia perlu diperhatikan faktor keamanan

dan kemudahannya. Contoh olahraga yang relatif aman dan dapat

dilakukan oleh lansia adalah:

1. Jalan kaki

Kelebihan: mudah dilakukan, relatif aman dan resiko cidera

kecil, murah dan tidak membutuhkan peralatan khusus, dapat

membina sosialisasi dengan orang lain.

2. Jogging

Kelebihan: mudah dan murah untuk dilakukan, dapat

membakar kalori lebih banyak.

19

3. Bersepeda

Kelebihan: memperkuat daya tahan dan kekuatan otot kaki,

terdapat unsur rekreasi karena sekaligus dapat melihat

keadaan lingkungan sekitar.

4. Senam lansia

Kelebihan: hampir seluruh otot tubuh ikut bergerak, dapat

menjaga kelenturan tubuh, dapat dilakukan di dalam ruangan

atau di tempat terbuka.

Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Lansia

Saat Melakukan Olahraga

1. Konsultasi ke dokter, jika:

a. Berat badan berlebih (obesitas)

b. Memiliki keluhan: sering pusing, nyeri dada, sesak nafas

c. Memiliki riwayat penyakit: jantung, rematik, asma,

diabetes mellitus

d. Memiliki keluhan sewaktu/ setelah melakukan olahraga

2. Istirahat yang cukup

3. Makan sebelum olahraga dilakukan selambat-lambatnya 2 jam

sebelum olahraga

4. Minum dapat dilakukan sebelum/ selama/ dan setelah

melakukan olahraga

5. Bila olahraga dilakukan di luar ruangan, sebaiknya dilakukan

pagi atau sore hari

6. Olahraga harus segera dihentikan apabila terjadi cidera

olahraga

20

REFERENSI

Direktorat Bina Kesehatan Komunitas. 2010. Pedoman Pembinaan

Kesehatan Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Ditjen Bina

Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2012.

Pedoman Pelayanan Gizi Lanjut Usia. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia

Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2016. Pencegahan

Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Di Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Modul Cara Pengisian KMS Usia Lanjut. 2004. Kuliah Kerja

Kesehatan Masyarakat (K3M) Mahasiswa PSIK FK UGM.

Pelatihan Kader Kesehatan Lansia Jetis, Tirtoadi, Mlati,

Sleman, Yogyakarta