Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
description
Transcript of Laporan Akhir EKPD 2010 - Maluku - Unpatti
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon i
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Kata Pengantar
Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dengan 33 Universitas Negeri di
Indonesia yang diawali dengan penandatanganan Nota kesepahaman pada hari Kamis
Tanggal Dua Puluh Mei tahun Dua Ribu Sepuluh, telah memasuki tahun ketiga dalam
agenda melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah. Universitas Pattimura sebagai
perguruan tinggi negeri yang berada di Provinsi Maluku dipercayakan melakukan Evaluasi
Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD) di Provinsi Maluku. Pada tahun 2010 ini kegiatan
difokuskan pada dua hal yang pertama adalah membandingkan perencanaan dan strategi
pembangunan dengan menjandingkan RPJMN dan RPJM Daerah Maluku, untuk melihat
relevansi dan konsistensi dan arah perencanaan pembangunan secara nasional dan daerah,
dan kedua mengevaluasi kinerja pembangunan berdasarkan kecenderungan yang terjadi
dan menganalisis mengapa dan bagaimana kondisi pembangunan daerah yang terjadi.
Tim EKPD melakukan pendekatan dengan Pemerintah Provinsi Maluku dalam hal ini
Sekertaris Daerah Maluku, dan sosialisasi kepada Ketua Badan Perencanaan Pembanguan
Daerah (BAPPEDA) Provinsi Maluku dan staf. Berdasarkan pertemuan sosialisasi tersebut
telah dilakukan pertemuan dengan Gubernur Provinsi Maluku dan secara bersama dengan
Sekertaris Bappeda merencanakan pelaksanaan FGD dengan SKPD terkait dan instansi
vertikal, yang diselenggara selama dua kali dalam bulan Juli 2010.
Kinerja pembangunan daerah diukur dari indikator-indikator kinerja pada bidang utama
pembangunan yakni Mewujudkan Indonesia yang aman dan damai; Mewujudkan Indonesia
yang adil dan demokratis dan Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Indikator dipakai
sebagai basis dalam melakukan evaluasi kinerja pembangunan oleh tim evaluasi. Indikator
kinerja adalah uraian ringkas yang menggambarkan tentang suatu kinerja yang diukur dalam
pelaksanaan suatu kebijakan terhadap tujuannya. Indikator merupakan ukuran kuantitatif
dan kualitatif, dalam perumusan indikator yang harus memenuhi asumsi keterukuran.
Indikator EKPD 2010 berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan daerah adalah berupa
indikator dampak (impact) yang capaiannya didukung melalui pencapaian indikator hasil
(outcome). Parameter yang memenuhi lima kaidah untuk menentukan indikator tersebut
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon ii
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
adalah: Specific, yakni dapat diidentifikasi dengan jelas; Measurable, jelas dan dapat diukur
dengan skala penilaian tertentu yang disepakati, berupa ukuran kuantitas, kualitas dan biaya;
Attainable, dapat dicapai; Relevant, mencerminkan keterkaitan secara langsung dan logis
antara target output dalam rangka mencapai target impact yang ditetapkan; dan Timely, yakni
tepat waktu.
Dalam penyelenggaraan evaluasi ini yang menjadi kendala utama adalah sulitnya
memperoleh data dari berbagai instansi (SKPD) terutama instansi vertikal seperti kepolisian
dan kejaksaan, walaupun melalui pendekatan yang lebih persuasif data dapat dikumpulkan
dan dianalisis. Diharapkan laporan EKPD Provinsi Maluku ini dapat menjadi dokumen yang
berharga yang menggambarkan kondisi riil di Maluku dan juga bermanfaat bagi Pemerintah
Provinsi Maluku dalam mengambil kebijakan dan keputusan strategis dalam membuat
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah di Maluku dengan baik, sehingga
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah Maluku dapat terwujud.
Ambon, 2 Desember 2010
Rektor Universitas Pattimura
Prof. Dr. H. B. Tetelepta, M.Pd
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon iii
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Daftar Isi
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar Isi ..................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Tujuan dan Sasaran .......................................................................... 2
C. Keluaran ............................................................................................ 3
BAB II. HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009 ...................... 4
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN
DAN DAMAI ...................................................................................... 4
1. Indikator ...................................................................................... 4
2. Analisis Pencapaian Indikator ................................................... 4
3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................ 11
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN
DEMOKRATIS ................................................................................. 11
1. Indikator .................................................................................. 11
2. Analisis Pencapaian Indikator ................................................... 12
3. Rekomendasi Kebijakan ............................................................. 20
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT .............. 21
1. Indikator .................................................................................. 21
2. Analisis Pencapaian Indikator .................................................. 22
3. Rekomendasi Kebijakan .......................................................... 76
D. KESIMPULAN ............................................................................... 79
BAB III. RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI ............. 81
1. Pengantar ......................................................................................... 81
2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional .......... 83
3. Rekomendasi .................................................................................... 127
a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi ................................ 127
b. Rekomendasi Terhadap RPJMN ............................................... 128
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon iv
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BAB IV. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ..................................................... 129
1. Kesimpulan ....................................................................................... 129
2. Rekomendasi .................................................................................... 130
LAMPIRAN
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 1
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan daerah di Provinsi Maluku merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pembangunan nasional, pada hakekatnya pembangunan daerah di Provinsi Maluku
adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas daerah dalam mewujudkan masa
depan daerah yang lebih baik dan kesejahteraan bagi semua masyarakat.
Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 32 tahun 2004 yang menegaskan bahwa
Pemerintah Daerah diberikan kewenangan secara luas untuk menentukan kebijakan dan
program pembangunan di daerah masing-masing.
Evaluasi kinerja pembangunan daerah (EKPD) 2010 di Provinsi Maluku dilaksanakan
untuk menilai relevansi dan efektivitas kinerja pembangunan daerah di Provinsi Maluku
dalam rentang waktu 2004-2009. Evaluasi ini juga dilakukan untuk melihat apakah
pembangunan daerah di Provinsi Maluku telah mencapai tujuan/sasaran yang diharapkan
dan apakah masyarakat mendapatkan manfaat dari pembangunan daerah tersebut.
Kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan
pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta
evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan,
evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data
serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah
selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
(Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanaan
RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus
pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus
pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak
bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Maluku. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu
pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi
prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Maluku. Di dalam pelaksanaan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 2
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
evaluasi ini, dilakukan dua bentuk evaluasi yang berkaitan dengan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Yang pertama adalah evaluasi atas pelaksanaan
RPJMN 2004-2009 dan yang kedua penilaian keterkaitan antara RPJMD Provinsi Maluku
dengan RPJMN 2010-2014. Metode yang digunakan dalam evaluasi pelaksanaan RPJMN
2004-2009 adalah Evaluasi ex-post untuk melihat efektivitas (hasil dan dampak terhadap
sasaran) dengan mengacu pada tiga agenda RPJMN 2004 - 2009 yaitu agenda Aman dan
Damai; Adil dan Demokratis; serta Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat. Untuk
mengukur kinerja yang telah dicapai pemerintah atas pelaksanaan ketiga agenda tersebut,
diperlukan identifikasi dan analisis indikator pencapaian. Sedangkan metode yang digunakan
dalam evaluasi relevansi RPJMD Provinsi Maluku dengan RPJMN 2010-2014 adalah
membandingkan keterkaitan 11 prioritas nasional dan 3 prioritas lainnya dengan prioritas
daerah. Selain itu juga mengidentifikasi potensi lokal dan prioritas daerah yang tidak ada
dalam RPJMN 2010-2014. Adapun prioritas nasional dalam RPJMN 2010-2014 adalah 1)
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola, 2) Pendidikan, 3) Kesehatan, 4) Penanggulangan
Kemiskinan, 5)Ketahanan Pangan, 6) Infrastruktur, 7) Iklim Investasi dan Iklim Usaha, 8)
Energi, 9) Lingkungan Hidup dan Pengelolaan Bencana, 10) Daerah Tertinggal, Terdepan,
Terluar, & Pasca-konflik, 11) Kebudayaan, Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan 3 prioritas
lainnya yaitu 1) Kesejahteraan Rakyat lainnya, 2) Politik, Hukum, dan Keamanan lainnya, 3)
Perekonomian lainnya.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari sisi prioritas pembangunan sebagai hasil
sandingan RPJMN dan RPJMD Maluku memperlihatkan bahwa prioritas pembangunan di
Daerah Maluku sebagian besar yakni sekitar 70% sudah sesuai dengan prioritas
pembangunan nasional walaupun tidak konsisten dalam urutan prioritasnya, hal ini
disebabkan londisi daerah Maluku berupa daerah kepulauan memiliki spesifikasi yang
berbeda dengan daerah provinsi lainnya.
Kinerja pembangunan di Daerah Maluku yang ditunjukkan oleh berbagai indikator
memperlihatkan bahwa indikator pada agenda Aman dan Damai memperlihatkan kondisi
yang cukup menggembirakan dengan capai-capaian yang signifikan. Selanjutnya agenda
Adil dan Demokratis memperlihatkan hal yang sama dengan agenda aman dan damai yaitu
secara bertahap terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Sebaliknya
agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat, berdasarkan indikator-indikator yang ada
ternyata masih terdapat masalah pembangunan yang belum dapat meningkatkan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 3
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
kesejahteraan rakyat, terutama masih besarnya angka gizi buruk, angka kematian bayi,
angka kemiskinan dan pengangguran.
Atas dasar kondisi riil tersebut Laporan EKPD Provinsi Maluku 2010 diharapkan
dapat memberikan umpan balik dalam perencanaan pembangunan daerah demi perbaikan
kualitas perencanaan di Provinsi Maluku. Selain itu, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai
dasar bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan daerah Provinsi Maluku..
B. Tujuan dan Sasaran
Tujuan kegiatan ini adalah:
Untuk melihat sejauh mana pelaksanaan RPJMN 2004-2009 dapat memberikan
kontribusi pada pembangunan di Provinsi Maluku;
Untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan prioritas/program (outcome) dalam
RPJMN 2010-2014 dengan prioritas/program yang ada dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Maluku.
Sasaran yang diharapkan dari kegiatan ini meliputi:
Tersedianya data/informasi dan penilaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 di Provinsi
Maluku;
Tersedianya data/informasi dan penilaian keterkaitan RPJMD Provinsi Maluku dengan
RPJMN 2010-2014.
C. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari EKPD 2010 adalah
Tersedianya dokumen evaluasi pencapaian pelaksanaan RPJMN 2004-2009 untuk
Provinsi Maluku, tersedianya dokumen evaluasi keterkaitan RPJMN 2010-2014
dengan RPJMD Provinsi Maluku
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 4
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BAB II HASIL EVALUASI PELAKSANAAN RPJMN 2004-2009
A. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI
1. Indikator
Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang aman dan damai adalah indeks
kriminalitas, persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional, dan persentase
penyelesaian kasus kejahatan transnasional. Pada bagian ini, karena indikator indeks
kriminalitas sangat sulit untuk diperoleh maka indikator ini diganti dengan indikator tindak
kriminal dan kejahatan.
2. Analisis Pencapaian Indikator
Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
indikatornya sebagai berikut.
2.1. Tindak Kriminal dan Kejahatan
Indikator yang digunakan untuk membahas bidang ini adalah Tindak Kriminal dan
Tindak Kejahatan yang terjadi di Maluku sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hal
ini disebabkan data yang tersedia belum dikonversi menjadi indeks kriminalitas. Berdasarkan
Tabel 1 berikut dapat dijelaskan sejak tahun 2005 dengan jumlah tindak kriminal dan
kejahatan sebanyak 1134 kasus sesuai yang dilaporkan merangkak naik menjadi 1219 kasus
pada tahun 2006 dan selanjutnya terjadi peningkatan jumlah tiap tahunnya yakni tahun 2007
sebanyak 1599 kasus, tahun 2008 sebanyak 2355 kasus dankemudian agak menurun pada
tahun 2009 menjadi sebanyak 2269 kasus sebagaimana dilaporkan oleh berbagai Markas
Kepolisian Resort di seluruh Provinsi Maluku kepada Kapolda Maluku.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 5
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 1. Tindak Kriminalitas Dan Tindak Kejahatan Di Maluku (2005-2009)
BULAN Tindak Kriminal Tahun -
2005 2006 2007 2008 2009
Januari 111 49 151 120 241
Februari 112 85 112 176 211
Maret 135 69 117 147 141
April 72 150 109 195 114
Mei 76 78 206 271 190
Juni 70 195 129 179 191
Juli 71 65 150 213 173
Agustus 67 52 143 212 222
September 56 148 81 162 194
Oktober 111 181 136 178 198
November 151 73 101 240 210
Desember 102 74 164 262 184
Jumlah 1134 1219 1599 2355 2269 Sumber: Polda Maluku 2010
Tindak kriminal dan tindak kejahatan yang terjadi di Provinsi Maluku sejak tahun 2005
sampai dengan 2009 umumnya didominasi oleh terjadinya tindak kekerasan bersama, akibat
dari perkelahian antar kampung dan juga konflik antar masa pendukung calon pimpinan
daerah pada saat pemilihan kepala daerah. Selain itu kasus-kasus penganiayaan juga
banyak terjadi akibat dari masalah ekonomi dan kekerasan dalam rumah tangga. Angka
tindak kriminalitas tertinggi terjadi pada tahun 2008 didominasi oleh penganiayaan dan
kekerasan bersama akibat dari masalah ekonomi, batas tanah antar kampung, kekerasan
bersama konflik antar kampung dan juga akibat dari penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah. Terjadi 190 kasus penganiayaan berat, diikuti ole 114 kasus kekerasan bersama
yang dilakukan oleh massa antar kampung dan massa antar kelompok pendukung pemilihan
kepala daerah. Pada tahun 2009 kasus-kasus tindak kriminal menurun walaupun belum
signifikan, karena kasus kriminal yang terjadi adalah tindakan kekerasan bersama lebih dari
110 kasus diikuti penganiayaan berat sebanyak 98 kasus. Secara grafik dapat diperlihatkan
dengan Gambar 1 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 6
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 1. Grafik Tindak Kriminal Dan Tindak Kejahatan Di Provinsi Maluku
2.2. Persentase penyelesaian kasus kejahatan konvensional
Data penyelesaian kasus kejahatan konvensional dapat diperlihatkan dengan Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Penyelesaian Kasus Kejahatan Konvensional
BULAN Penanganan Tindak Kriminal Tahun -
2005 2006 2007 2008 2009
Januari 17 22 60 48 108
Februari 45 35 27 73 122
Maret 27 37 39 44 96
April 21 94 32 71 106
Mei 33 44 35 93 94
Juni 28 130 53 83 73
Juli 37 26 68 108 89
Agustus 25 22 60 106 110
September 23 107 15 88 92
Oktober 11 149 44 65 91
November 107 19 68 106 111
Desember 55 38 29 125 113
Jumlah 429 723 530 1010 1205 Sumber: Polda Maluku (2010)
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 7
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Berdasarkan data pada Tabel 2 Penyelesaian Tindak Pidana dan Kejahatan
konvensional menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi angka penyelesaian, pada tahun 2005
dari 1134 kasus dapat diselesaikan 429 kasus, selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan
penyelesaian menjadi 723 dari 1219 kasus yang dilaporkan, walaupun demikian pada tahun
2007 penyelesaian kasus menurun menjadi hanya 530 dari 1599 kasus yang dilaporkan dan
selanjutnya meningkat pada tahun 2008 menjadi 1010 kasus dari 2355 kasus yang
dilaporkan dan meningkat lagi menjadi 1205 kasus yang dapat diselesaikan dari 2269 kasus
yang dilaporkan. Disini dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan kasus dari tahun ke tahun
namun tidak diikuti dengan penyelesaian kasus pada tahun yang bersangkutan sehingga
terjadi penumpukan dari tahun ke tahun.
Penanganan kasus tindak kejahatan konvensional memperlihatkan kenaikan jumlah
yang cukup signifikan dari tahun ke tahun, walaupun demikian setiap tahun kasus yang
terjadi tidak tuntas dapat diselesaikan sehingga terjadi akumulasi tidak selesainya kasus dari
tahun ke tahun. Berdasarkan hasil evaluasi dari informasi yang diperoleh, sebagian besar
kasus yang belum dapat ditangani adalah kasus kejahatan yang terjadi di daerah kabupaten.
Kasus kejahatan terbanyak terdapat di Kabupaten Maluku Tengah, dan dengan jumlah
aparat kepolisian yang belum memadai jumlahnya maka merupakan kendala utama dalam
menyelesaikan kasus-kasus kejahatan tersebut.
Persentase penyelesaian kasus tindak kejahatan di Provinsi Maluku adalah sebesar
37% pada tahun 2005, naik menjadi 59% pada tahun 2006, selanjutnya hanya mencapai
33% pada tahun 2007, dan menjadi 42% pada tahun 2008 kemudian sebesar 53% pada
tahun 2009. Lambatnya penyelesaian kasus juga berdampak pada makin maraknya
kejahatan baru yang mungkin saja terjadi akibat dari ketidak puasan masyarakat terhadap
kinerja aparat keamanan di daerah-daerah. Masih rendahnya rasio jumlah aparat kepolisian
dengan banyaknya jumlah penduduk yang harus dilayani juga merupakan faktor lambatnya
penyelesaian kasus-kasus tersebut. Secara ringkas dapat diperlihatkan dengan Gambar 2
berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 8
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 2. Grafik Penanganan Tindak Kejahatan Konvensional
2.3. Persentase penyelesaian kasus kejahatan transnasional.
Data dan informasi tentang tindak kejahatan transnasional tidak tersedia pada
instansi terkait kepolisian maupun kejaksaan, sehingga untuk menunjukkan secara pasti
informasi ini masih belum dapat dilakukan. Walaupun demikian berdasarkan sumber data
dan informasi dari Polda Provinsi Maluku dapat diidentifikasi beberapa kasus kejahatan yang
identik dengan kegiatan transnasional Kejahatan tersebut adalah seperti disajikan pada
Tabel 3. Tabel 3. memperlihatkan bahwa terjadi fluktuasi jumlah kasus yang terjadi di
Provinsi Maluku. Kasus kejahatan illegal logging misalnya terdapat 4 kasus pada tahun 2005
turun menjadi 1 kasus pada tahun 2006, selanjutnya naik pada tahun 2007 dan 2008
berturut-turut sebesar 12 dan 22 kasus, kemudian turun pada tahun 2009 menjadi sebesar 8
kasus kejahatan. Kasus illegal oil memperlihatkan 6 kasus pada tahun 2005 turun menjadi 4
kasus pada tahun 2006 dan menjadi 1 kasus pada tahun 2007 dan 1 kasus pada tahun 2008
dan menjadi 2 kasus pada tahun 2009. Kasus illegal fishing sebanyak 14 kasus tahun 2005
menjadi 11 kasus pada tahun 2006 dan hanya 10 kasus pada tahun 2007, dan berturut
hanya 6 dan 5 kasus. Kasus kejahatan psikoterapi dan narkoba memperlihatkan jumlah
kasus yang cukup signifikan pada tahun 2005 sebanyak 6 kasus, tahun 2006 4 kasus,
kemudian naik menjadi 11 kasus pada tahun 2007 dan 12 kasus pada tahun 2008, kemudian
meningkat menjadi 18 kasus pada tahun 2009. Selain itu penggunaan dan pemilikan
senpi/handak dan amunisi di Maluku adalah sebanyak 22 kasus pada tahun 2005 turun
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 9
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
menjadi 12 kasus pada tahun 2006 dan 11 kasus pada tahun 2007, 12 kasus pada tahun
2008 dan meningkat menjadi 17 kasus pada tahun 2009. Kasus terorisme terjadi hanya
pada tahun 2006 yakni 3 kasus yang proses penananganannya sudah selesai di pengadilan.
Berdasarkan uraian jumlah kasus di atas ternyata sampai saat ini persentase
penyelesaiannya belum dapat disajikan karena belum tersedianya informasi dan data dari
sumber yang dapat dipercaya.
Tabel 3. Identifikasi Jumlah Kejahatan Transnasional di Provinsi Maluku
TINDAK KEJAHATAN TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
Illegal logging 4 1 12 22 8
Illegal oil 6 4 1 1 2
Illegal fishing 14 11 10 6 5
Psikoterapi/Narkoba 46 14 11 12 18
Senpi/Handak/Amunisi 22 2 11 12 17
Terorisme - 3 - - -
Jumlah 92 35 54 53 50
Sumber: Polda Maluku 2010
Selanjutnya persentase penyelesaian tindak kejahatan transnasional di Maluku dapat
diperlihatkan dengan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 4. Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan Transnasional di Maluku
TINDAK KEJAHATAN TAHUN
2005 2006 2007 2008 2009
Illegal logging 0.75 1.00 0.75 0.68 0.75
Illegal oil 0.50 0.75 1.00 1.00 1.00
Illegal fishing 0.64 0.81 0.70 0.83 0.60
Psikoterapi/Narkoba 0.63 0.71 0.72 0.58 0.44
Senpi/Handak/Amunisi 0.81 1.00 0.73 0.66 0.53
Terorisme 0.00 1.00 0.00 0.00 0.00
Rata‐rata 0.56 0.88 0.65 0.63 0.55 Sumber: Polda Maluku 2010
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 10
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Kemudian data pada Tabel 4 dapat ditunjukkan secara grafik pada Gambar 3 berikut ini.
Gambar 3. Grafik rata-rata Persentase Penyelesaian Tindak Kejahatan Transnasional di Maluku
Persentase penyelesaiannya seperti disajikan pada Gambar 3 memperlihatkan
bahwa proses penyelesaian lebih cepat dibandingkan dengan kejahatan konvensional
dengan jumlah kasus kriminal dan kejahatan yang banyak sehingga terjadi akumulasi dari
tahun ke tahun. Rata-rata penyelesaian kasus kejahatan transnasional pada tahun 2005
adalah 56% kemudian naik menyolok sebesar 88% pada tahun 2006, kemudian menurun
menjadi sebesar 65% pada tahun 2007, kemudian menurun menjadi 63% dan 55% berturut-
turut pada tahun 2008 dan 2009. Kasus terorisme hanya terjadi pada tahun 2006 dengan 3
kasus penangkapan gembong teroris yang semuanya dapat diselesaikan pada tahun yang
sama. Dibandingkan dengan kasus illegal fishing penyelesaian kasusnya hanya 60% artinya
masih tertunda sampai dengan tahun berikutnya. Sebaliknya kasus illegal oil penyelesaian
kasus pada tahun 2005 dan 2006 adalah 50% dan 75% berturut-turut, tetapi kemudian
menjadi 100% pada tahun-tahun berikutnya sampai dengan tahun 2009
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 11
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
3. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan indikator dan hasil analisis seperti diuraikan di atas dapat
direkomnedasikan hal-hal sebagai berikut:
Terjadinya kenaikan tindak kriminal dan kejahatan dari tahun ke tahun merupakan
indikator yang tidak baik dari segi keamanan dan ketentraman kehidupan masyarakat;
Jumlah penanganan kasus kejahatan konvensional belum dapat dilakukan secara
memadai setiap tahun karena penyelesaian kasus tiap tahun kurang dari 50%;
Jumlah kasus yang teridentifikasi sebagai kejahatanan transnasional menunjukkan
penurunan dari tahun ke tahun, walaupun demikian proses penyelesaian kasus berjalan
lebih cepat dibandingkan kejahatan konvensional, yang disebabkan oleh sedikitnya kasus
yang ditangani
Untuk lebih meningkatkan keamanan dan ketentraman masyarakat diperlukan perhatian
pemerintah dalam memenuhi rasio jumlah aparat kepolisian dengan jumlah penduduk di
Provinsi Maluku, mengingat wilayah kepulauan dimana penduduk tersebar di pulau-pulau
kecil yang sulit dalam komunikasi dan transportasi.
B. AGENDA PEMBANGUNAN INDONESIA YANG ADIL DAN DEMOKRATIS
1. Indikator
Indikator pada agenda pembangunan Indonesia yang adil dan demokratis dibagi atas
dua bagian yaitu pelayanan publik dan demokrasi. Indikator yang berkaitan dengan
pelayanan publik adalah persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan
yang dilaporkan, persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
atap, dan persentase instansi (SKPD) provinsi yang memiliki pelaporan wajar tanpa
pengecualian (WTP). Sedangkan indikator yang berkaitan dengan demokrasi adalah Gender
Development Index (GDI) dan Gender Empowerment Meassurement (GEM).
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 12
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2. Analisis Pencapaian Indikator
Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
indikatornya sebagai berikut.
2.1. Pelayanan Publik
2.1.1. Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan.
Persentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan
dapat diperlihatkan dengan menggunakan Tabel 4 berikut ini.
Tabel 5. Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan
Tahun Provinsi
2004 -
2005 -
2006 -
2007 30
2008 19.05
2009 19.05
Data presentase kasus korupsi yang tertangani dibandingkan dengan yang dilaporkan
seperti yang diperlihatkan dengan Tabel 5 hanya data dari tahun 2007 – 2009. Sedangkan
data dari tahun 2004 – 2006 tidak diperoleh karena sistem basis data yang tidak baik dari
instansi terkait. Selanjutnya data Tabel 5 dapat diperlihatkan dengan grafik seperti pada
Gambar 4 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 13
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 4. Grafik Persentase Jumlah Kasus Korupsi Yang Tertangani Dibandingkan Dengan Yang Dilaporkan
Berdasarkan Gambar 4 dan Tabel 5, terlihat bahwa perkembangan penanganan
kasus korupsi di Provinsi Maluku mencerminkan realitas yang cukup memprihatinkan.
Bahkan dari jumlah kasus yang dilaporkan, hanya sebagian kecil yang bisa ditangani. Dari
tahun 2007 – 2009 mengalami penurunan yang sangat signifikan. Rendahnya kinerja
penanganan kasus korupsi, memang tidak bisa dilepas-pisahkan dari faktor-faktor lainnya
seperti jumlah jaksa penyidik, lamanya proses penyelidikan, kelengkapan alat bukti hukum,
situasi masyarakat, dan sebagainya, akan tetapi rendahnya kinerja dimaksud berdampak
negatif terhadap pencitraan institusi dan aparat penegak hukum di mata masyarakat.
Rendahnya derajat kepercayaan (trust) di dalam masyarakat terhadap institusi dan aparat
penegak hukum kasus korupsi di Maluku.
2.1.2. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap.
Data persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu
atap dapat diperlihatkan dengan Tabel 6 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 14
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 6. Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap.
Tahun Provinsi
2004 10
2005 10
2006 10
2007 20
2008 30
2009 30
Selanjutnya data Tabel 6 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan
Gambar 5 berikut ini.
Gambar 5. Grafik Persentase kabupaten/ kota yang memiliki peraturan daerah pelayanan satu atap
Merujuk pada Gambar 5 dan Tabel 6 di atas, data menunjukkan bahwa jumlah
kabupaten/kota di Provinsi Maluku yang memiliki peraturan daerah satu atap sejak tahun
2004 hingga 2006, dapat dikatakan konstan. Perkembangan di tingkat Provinsi Maluku mulai
terjadi memasuki tahun 2007 dan 2008. Meskipun menunjukkan perubahan yang cukup baik,
namun kondisi demikian hakekatnya mencerminkan lambannya kinerja birokrasi daerah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 15
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
dalam mengakselerasi dinamika khususnya pelayanan publik yang memungkinkan
masyarakat memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah. Dua faktor penting di
antaranya yang diduga kuat menyebabkan lambannya perubahan adalah (1) lemahnya
kapasitas lembaga legislatif yang diindikasikan dari tidak pernahnya memanfaatkan hak
inisiatif, dan (2) tidak tersedianya inventarisasi kebutuhan Ranperda sebagai penjabaran dari
berbagai ketentuan normatif yang lebih tinggi.
2.1.3. Persentase Kabupaten / Kota yang memiliki pelaporan wajar tanpa pengecualian
(WTP).
Sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU
No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk daerah diamanatkan dalam
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang diamandemenkan menjadi UU
No. 32 Tahun 2004. Semua UU ini mengamanatkan secara jelas bahwa pemerintah pusat
maupun daerah, selain menyusun Laporan Realisasi Anggaran, wajib pula menyusun
Neraca, Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan keuangan, sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan, dan menyampaikannya kepada DPR oleh pemerintah pusat, dan
kepada DPRD oleh pemerintah provinsi/kabupaten/kota.
Mulai beberapa tahun terakhir, pemerintah pusat dan daerah menyusun la[poran
keuanagan dalam bentuk seperti yang diamanatkan oleh UU tersebut di atas. Upaya ini tidak
mudah, apalagi menyusun neraca, pemerintah pusat, termasuk kementerian dan lembaga,
serta seluruh pemerintah daerah harus menyusun neraca awal. Untuk meyusun neraca awal
ini, seluruh aset tetap dari pemerintah harus diinventarisasi dan dinilai berdasarkan nilai
wajar. Demikian juga jenis aset yang lain, seperti rekening kas pada bendahara umum
daerah, persediaan barang, investasi pemerintah, dan lain-lain, serta utang-utang
pemerintah, semua harus dicatat dan disajikan secara transparan dan menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Undang-Undang ini juga mengamanatkan bahwa enam bulan
sejak tahun anggaran 2006 berakhir, berarti batas waktu tanggal 30 Juni tahun 2007,
pemerintah pusat dan daerah harus sudah menyerahkan laporan keuangan tahun buku 2006
yang sudah diaudit oleh BPK kepada DPR.
Khusus untuk Daerah Maluku Tim EKPD belum dapat menyajikan data persentase
daerah kabupaten/kota yang memiliki opini pelaporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian,
Wajar Dengan Pengecualian atau Disclaimer = Tidak Mendapat Penilaian(TMP). Hal ini
disebabkan hasil audit yang dilakukan oleh BPKP tidak diumumkan dan tidak dapat diakses
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 16
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
oleh Tim. Walaupun demikian, informasi yang diperoleh dapat menjelaskan permasalahan
opini laporan keuangan di daerah ini.
Seperti yang disampaikan oleh Kepala Direktorat Utama Pembinaan dan
Pengembangan Hukum Pemeriksaan Keuangan Negara Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
RI, sesuai dengan hasil pemeriksaan BPK selama tiga tahun terakhir, pemerintah daerah di
Wilayah Maluku, belum ada yang bisa memperoleh Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Bahkan pada dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 dan 2009, semua kabupaten
masih memperoleh opini Tidak Memberikan Pendapat (TMP=Disclaimer). Hal ini
menandakan pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan
penyusunan laporan keuangannya. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan
seluruh daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh
jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). BPKP akan terus mendorong pemerintah daerah di
Maluku untuk memperbaiki kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya.
Upaya yang dilakukan oleh Kabupaten Maluku Tenggara Barat dalam meningkatkan
kualitas pengelolaan dan pelaporan keuangan daerahnya, adalah dengan membuat
kerjasama dengan BPKP untuk mensosialisasi PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Upaya ini dilakukan atas dasar kesadaran
Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat bahwa sesuai informasi BPKP di Maluku,
kualitas laporan keuangan seluruh pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi tahun
2008 masih belum memadai. Hal ini ditandai dengan opini BPK atas laporan keuangan
pemerintah daerah yang seluruhnya memperoleh opini disclaimer yakni menolak untuk
menyatakan pendapat. Menurut perwakilan BPKP Provinsi Maluku (Muh. Sugeng), kualitas
laporan keuangan pemda setidaknya dipengaruhi oleh: Kesesuaian laporan keuangan
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP); diselenggarakannya sistem pengendalian
intern yang memadai, ditaatinya peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
diungkapkannya seluruh kejadian dalam laporan keuangan (full disclouser). Keempat hal
tersebut mustahil terwujud tanpa adanya komitmen yang tinggi dari pimpinan dan dukungan
seluruh komponen organisasi pemerintah daerah.
Sejalan dengan hal itu, dengan telah diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang SPIP yang merupakan amanah dari paket UU Keuangan Negara, yaitu
UU Nomor 17 tahun 2003, UU Nomor 1 Tahun 2004, dan UU nomor 15 tahun 2004, yang
nantinya diselenggarakan di jajaran Pemda MTB secara menyeluruh, diharapkan mampu
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 17
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
menjawab hal tersebut sekaligus mampu memperbaiki kualitas opini laporan keuangan.
Opini yang diperoleh nanti setidaknya setingkat lebih baik, yaitu Wajar Dengan Pengecualian
(WTD), atau bahkan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
Kondisi pengelolaan dan pelaporan keuangan di Maluku yang belum memadai dapat
disebabkan oleh kemampuan sumber daya manusia di bidang keuangan yang belum
memadai dari sisi kualitas, juga disebabkan oleh maraknya kasus-kasus korupsi yang terjadi
di hampir semua SKPD di seluruh kabupaten/kota seluruh Maluku. Tingginya tingkat korupsi
karena penyalahgunaan pengelolaan keuangan adalah faktor utama sehingga
mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang berdampak pada terjadinya opini disclaimer
di semua kabupaten di Maluku.
2.2. Demokrasi
2.2.1. Gender Development Index (GDI)
Gender Development Index (GDI) untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan
menggunakan Tabel 6 berikut ini.
Tabel 7. Gender Development Index (GDI)
Tahun Provinsi
2004 61.93
2005 62.52
2006 64,60
2007 66,30
2008 -
2009 -
Data pada Tabel 7 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 6
berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 18
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI)
Gambar 6. Grafik Gender Development Index (GDI)
Gambar 6 dan Tabel 7 menunjukkan GDI tingkat Provinsi Maluku yang menunjukkan
trend meningkat walaupun tidak secara ekstrim pada tahun 2004 hingga 2007. Kondisi ini
mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap perbaikan tatanan
masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality). Sedangkan tahun
2008 hingga 2009 belum dapat digambarkan karena tim kesulitan mendapatkan datanya.
Kondisi ini mencerminkan adanya kecenderungan (walaupun kecil) terhadap
perbaikan tatanan masyarakat yang mengarah pada persamaan gender (gender equality).
Perkembangan demikian tidak terlepas dari sosialisasi gagasan tentang persamaan gender
yang cukup sering dilakukan oleh sejumlah lembaga baik instansi pemerintah maupun
masyarakat melalui media massa dan beberapa kegiatan lokakarya/seminar. Selain itu,
perubahan struktur kognitif dan sosial dapat terjadi, juga disebabkan adanya sifat
keterbukaan dari konfigurasi kultural kelompok-kelompok etnik dan sub-etnik di Maluku yang
mudah menerima dan beradaptasi dengan gagasan-gagasan baru termasuk gagasan
tentang persamaan gender.
2.2.2. Gender Empowerment Meassurement (GEM).
Gender Empowerment Meassurement (GEM) untuk Provinsi Maluku dapat
diperlihatkan dengan Tabel 8 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 19
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 8. Gender Empowerment Meassurement (GEM).
Tahun Provinsi
2004 51.41
2005 52.18
2006 53,90
2007 56,20
2008 -
2009 -
Kemudian data pada Tabel 8 dapat diperlihatkan secara grafik dengan menggunakan
Gambar 7 berikut ini.
Gambar 7. Grafik Gender Empowerment Meassurement (GEM).
Data GEM dalam Gambar 7 dan Tabel 8 menunjukkan kecenderungan yang
meningkat tidak secara ekstrim (tahun 2004 hingga 2007). Kondisi demikian mencerminkan
adanya kecenderungan persamaan gender di dalam bidang ekonomi dan politik termasuk
proses pengambilan keputusan. Tahun 2008 hingga 2009 belum dapat diuraikan karena data
pada tahun ini sampai saat ini tim kesulitan mendapatkannya.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 20
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Kondisi demikian mencerminkan adanya kecenderungan persamaan gender di dalam
bidang ekonomi dan politik termasuk proses pengambilan keputusan. Kecenderungan
meningkatnya partisipasi ini, sesungguhnya berbanding lurus dengan perkembangan GDI,
meskipun nilainya secara kuantitatif masih lebih kecil. Kondisi ini menunjukkan bahwa
perubahan struktur sosial dalam menerima gagasan tentang persamaan gender, belum
sepenuhnya diikuti dengan pemberian kepercayaan terutama kepada kaum perempuan
untuk lebih banyak terlibat dalam proses pengambilan keputusan baik secara ekonomi
maupun politik.
3. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disampaikan beberapa hal sebagai
rekomendasi kebijakan:
Penanganan kasus korupsi perlu dilakukan secara serius. Selain aspek teknis
penyelidikkan, penyidikan dan peradilan termasuk jumlah aparat, juga diperlukan
pengawasan yang memadai atas proses penanganan yang akan dan sementara
berlangsung dalam rangka menjamin adanya penuntasan dan kepastian hukum atas
suatu kasus yang terindikasi korupsi.
Diperlukan adanya upaya untuk mendorong peningkatan koordinasi dan sinkronisasi
lintas institusi pemerintahan, termasuk memperdalam pemahaman dari substansi
berpemerintahan yang berbasis pada otonomi daerah dan desentralisasi terutama pada
tingkat kabupaten/kota. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengakselerasi pengembangan
Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap yang memungkinkan masyarakat dapat
memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan murah.
Diperlukan pengembangan sistem database yang berperspektif gender dalam berbagai
aspek atau bidang pembangunan.
Kesadaran politik masyarakat yang tinggi perlu terus dipelihara melalui berbagai program
pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan.
Pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan penyusunan
laporan keuangannya. Percepatan tersebut dilakukan dengan mengerahkan seluruh
daya dan upaya termasuk yang paling penting adalah menggugah kesadaran seluruh
jajaran eksekutif mengenai pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 21
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BPKP harus terus mendorong pemerintah daerah di Maluku untuk memperbaiki kualitas
pengelolaan dan penyusunan laporan keuangannya.
C. AGENDA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
1. Indikator
Indikator yang berkaitan dengan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat terbagi
atas sepuluh bagian yaitu indeks pembangunan manusia, pendidikan, kesehatan, keluarga
berencana, ekonomi makro, investasi, infrastruktur, pertanian, kehutanan, kelautan, dan
kesejahteraan sosial.
Indikator yang berkaitan dengan pendidikan adalah HDI angka partisipasi murni
(SD/MI), angka partisipasi kasar (SD/MI), rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir
SMA/SMK/MA, angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus
sekolah menengah, angka melek aksara 15 tahun ke atas, persentase jumlah guru yang
layak mengajar SMP/MTs, persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah.
Indikator yang berkaitan dengan kesehatan adalah umur harapan hidup (UHH), angka
kematian bayi (AKB), prevalensi gizi buruk (%), prevalensi gizi kurang (%), persentase
tenaga kesehatan per penduduk. Sedangkan indikator yang berkaitan dengan keluarga
berencana adalah persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate), laju
pertumbuhan penduduk , dan Total Fertility Rate (TFR).
Indikator yang berkaitan dengan ekonomi makro antara lain laju pertumbuhan
ekonomi, persentase ekspor terhadap PDRB, persentase output manufaktur terhadap PDRB,
dan pendapatan per kapita (dalam juta rupiah), dan laju inflasi. Sedangkan indikator yang
berkaitan dengan investasi adalah nilai rencana PMA yang disetujui, nilai realisasi investasi
PMA (US$ Juta), nilai rencana PMDN yang disetujui, nilai realisasi investasi PMDN (Rp
Milyar), dan realisasi penyerapan tenaga kerja PMA.
Indikator yang berkaitan dengan infrastruktur adalah persentase panjang jalan
nasional dalam kondisi baik, sedang, dan buruk termasuk persentase panjang jalan provinsi
dalam kondisi baik, sedang dan buruk.
Indikator yang berkaitan dengan pertanian adalah rata-rata nilai tukar petani per tahun
dan PDRB sektor pertanian. Kemudian indikator yang berkaitan dengan kehutanan adalah
persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis. Sedangkan indikator
yang berkaitan dengan kelautan adalah jumlah tindak pidana perikanan dan luas kawasan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 22
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
konservasi laut (juta Ha). Indikator yang berkaitan dengan kesejahteraan social adalah
persentase penduduk miskin dan tingkat pengangguran terbuka.
2. Analisis Pencapaian Indikator
Analisis pencapaian setiap indikator pada agenda ini akan diuraikan untuk setiap
indikatornya sebagai berikut.
2.1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan
Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Indeks Pembangunan Manusia
Tahun IPM
2004 69,00
2005 69,20
2006 69,70
2007 69,96
2008 69,96
2009 70,96
Selanjutnya data pada Tabel 9 dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan
Gambar 8 berikut ini.
Gambar 8. Grafik Indeks Pembangunan Manusia
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 23
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Salah satu indikator Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Peningkatan IPM berhubungan langsung dengan perbaikan
indikator-indikator sosial, misalnya, angka melek huruf dewasa, angka kematian bayi,
perbaikan IPM juga diiringi oleh berkurangnya kemiskinan yang mana angka kemiskinan
pendapatan juga tidak dapat mengungkapkan kenyataan bahwa seseorang dapat jatuh
miskin bukan saja karena tidak memiliki pendapatan yang cukup, tapi karena tertinggal dalam
banyak hal. Misalnya tertinggal dalam hal pendidikan, memiliki tingkat kesehatan yang buruk,
atau hidup di lingkungan yang tidak aman.
Berdasarkan data Gambar 8 dan Tabel 9 terlihat bahwa Indeks Pembangunan
Manusia Propinsi Maluku bertumbuh secara perlahan mencapai 70,96 % pada tahun 2009
dari basis tahun 2004 sebesar 69,00 % atau naik 1,96 %, tetapi masih dibawah angka
pencapaian nasional. Hal ini disebabkan karena masih cukup tinggi angka putus sekolah
pada anak 7 – 24 tahun di Maluku yaitu mencapai 27,05 % dan anak yang belum pernah
bersekolah pada usia tersebut mencapai 0,93%. Di lain pihak, indikator kemiskinan juga
masih cukup memprihatinkan karena angka kemiskinan penduduk di Maluku masih tinggi
yaitu 28,10 % pada tahun 2009. Namun di sisi lain terjadi perbaikan terhadap indikator
kesehatan penduduk yang ditunjukkan dengan menurunnya angka kematian bayi yang cukup
signifikan yaitu dari 49,5 % tahun 2006 menjadi 9 % tahun 2009. Faktor lain yang membuat
perubahan IPM Maluku yang lambat selama 5 tahun terakhir adalah kondisi lingkungan sosial
yang tidak aman yang dialami Provinsi Maluku selama kurang lebih 5 tahun yakni sejak tahun
1999 – 2004 dan eksesnya dirasakan sampai sekarang.
2.2. Pendidikan
2.2.1. Angka partisipasi murni (SD/MI)
Angka Partisipasi Murni untuk Provinsi Maluku dapat diperlihatkan dengan Tabel 10
berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 24
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 10. Capaian Indikator Angka Partisipasi Murni SD/MI
Tahun Provinsi
2004 93,46
2005 92,93
2006 92,4
2007 94,37
2008 95,48
2009 97,03
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Selanjutnya data pada Tabel 10 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 9 berikut ini.
Gambar 9. Grafik Persentasi Indikator APM Provinsi Maluku
Berdasarkan Gambar 9 dan Tabel 10 angka capaian APM Provinsi Maluku mengalami
penurunan dari 93,46 persen tahun 2004 menjadi 92,4 persen pada tahun 2006 atau
menunjukan tren penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun sampai tahun 2006,
sebaliknya telah mengalami peningkatan dari 92,4 persen tahun 2006 menjadi 97,03 persen
tahun 2009 atau mengalami peningkatan sebesar 1,11-1,97 % (data tabel 9). Berdasarkan
data tersebut bahwa penurunan APM SD/MI masing-masing 0,53 persen dari tahun 2004 –
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 25
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2006 disebabkan karena jumlah anak usia 7 -12 tahun yang sedang bersekolah pada jenjang
SD/MI mengalami penurunan sebesar 0,53 persen setiap tahun (2004 – 2006). Penurunan
tersebut disebabkan oleh pengaruh dari dampak kerusuhan Maluku dimana kondisi
keamanan masih belum stabil. Banyak anak yang eksodus keluar daerah Maluku mengikuti
orang tua atau banyak pula anak usia tersebut yang belum disekolahkan oleh orang tua
mereka karena tidak kondusifnya keamanan saat itu. Setelah tahun 2006 seiring dengan
membaiknya kondisi keamanan di Maluku dan banyaknya lembaga-lembaga swadaya (NGO)
dalam maupun luar negeri turut berpartisipasi merestorasi pembangunan pasca kerusuhan,
sehingga berdampak kepada kenaikan APM SD/MI yang cukup tinggi yaitu antara 1,11 – 1,97
persen.
Kondisi perbaikan APM SD/MI ini juga dipengaruhi antara lain oleh perbaikan sarana
dan prasarana pendidikan, peningkatan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan
komitmen alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah sebesar 20 persen untuk
pendidikan sesuai dengan amanat UUD 1945 perubahan. Namun demikian, APM SD/MI
belum mencapai 100 persen, masih terdapat kurang dari 3 persen anak usia tersebut yang
belum bersekolah pada jenjang tersebut. Hal ini mengindikasikan program wajib belajar 9
tahun belum tuntas, dan masih tingginya angka kemiskinan sehingga masih ada pekerjaan
rumah bagi pemerintah terutama pemerintah kabupaten/kota di Maluku untuk
menyelesaikannya dengan serius walaupun dilain pihak telah terjadi kenaikan yang sangat
signifikan pada APK (data tabel 10) sebagai dampak dari diluncurkannya program wajib
belajar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi Maluku.
2.1.2.Angka Partisipasi Kasar (SD/MI)
Data mengenai Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk Provinsi Maluku pada tahun
2004 hingga 2006 tidak dapat diperoleh sehingga data yang dapat ditunjukkan hanya data
pada tahun 2007 hingga 2009. Data APK yang dimaksud dapat diperlihatkan dengan Tabel
11 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 26
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 11. Angka Partisipasi Kasar SD/MI
Tahun Angka Partisipasi Kasar
(APK)
2004 97,4
2005 106,8
2006 109,9
2007 116,36
2008 114,35
2009 112,58
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Selanjutnya data pada Tabel 11 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 10 berikut ini.
Gambar 10. Grafik Persentasi Indikator APK Provinsi Maluku
Berdasarkan Gambar 10 dan Tabel 11 data angka Partisipasi Kasar (APK) Provinsi
Maluku di atas, APK SD/MI tahun 2009 telah mencapai 112,58 persen, secara signifikan
lebih tinggi dibandingan dengan capaian APM tahun yang sama yang baru mencapai 97,03
persen. Hal itu menunjukkan banyaknya siswa yang berusia di bawah tujuh tahun
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 27
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
(undergrate) dan di atas 12 tahun (overage). Hal ini dimungkinkan karena pasca kerusuhan
Maluku ada usaha dari berbagai pihak untuk mengatasi problem-problem pembangunan
pendidikan di Maluku sehingga mendorong banyak anak yang berada dibawah usia 7 tahun
telah bersekolah SD/MI maka jumlahnya terus meningkat terutama di kota Ambon dan kota-
kota kabupaten di Maluku. Di samping itu, adanya anak-anak usia di atas 12 tahun yang
masih bersekolah di SD/MI, hal ini disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama, anak-anak
itu masuk SD/MI di atas usia tujuh tahun, dan kedua, adanya anak-anak yang mengulang
kelas, sehingga mereka baru dapat menyelesaikan SD/MI pada usia di atas 12 tahun.
Di lain pihak grafik pada Gambar 10 memperlihatkan ada penurunan APK SD/MI
pada dua tahun terakhir (2008 dan 2009), hal ini disebabkan oleh beberapa kemungkinan,
yaitu dimana lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang selama masa pasca kerusuhan
melakukan advokasi kepada masyarakat telah mengakhiri kegiatannya, dan adanya
gelombang krisis ekonomi yang melanda negeri ini sehingga menyebabkan banyak anak
yang dropout terutama yang mengulang kelas.
2.1.3. Rata-rata nilai akhir SMP/MTs
Data rata-rata nilai akhir SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
menggunakan Tabel 12 berikut ini.
Tabel 12. Capaian Indikator Rerata Nilai Akhir SMP/MTs
Tahun Nilai Akhir SMP/MTs
2004 4,78
2005 5,85
2006 5,85
2007 5,85
2008 7,04
2009 7,34
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Berdasarkan data pada Tabel 12, rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini didasarkan pada
nilai ujian akhir SMP/MTs. Walaupun tahun 2004 masih rendah yaitu 4,78, namun telah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 28
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
terjadi kenaikan pada tahun 2005 sebesar 1,07 menjadi 5,85 dan nilai itu bertahan sampai
tahun 2007. Rendahnya rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum kondusif seiring dengan situasi
keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang selalu padam sebagai akibat dari
kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang belajar yang bersifat darurat
yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, ketersediaan buku-buku
pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus keluar Maluku saat kerusuhan.
Namun setelah itu, dalam dua tahun terakhir yaitu tahun 2008 terjadi kenaikan sebaesar 1,19
dan 0,34 pada tahun 2009. Kenaikan rata-rata nilai akhir SMP/MTs ini karena telah
kondusifnya atmosfer belajar mengajar, perbaikan ruang belajar, terdistribusi buku-buku
pelajaran dan kembalinya guru-guru dari pengungsian, serta kebijakan pemerintah Propinsi
Maluku mencanangkan program wajib belajar 12 tahun.
2.1.4. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
Data rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 13 berikut ini.
Tabel 13. Rata-rata nilai akhir SMA/SMK/MA
Tahun
Nilai Akhir
SMA/MA/SMK
2004 5,65
2005 5,43
2006 4,40
2007 6,23
2008 6,51
2009 6,96
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Berdasarkan data pada Tabel 13, data rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini
didasarkan pada nilai ujian akhir SMA/SMA/SMK (Undan Ujian Sekolah). Berbeda dengan
rata-rata nilai akhir SMP/MTs, rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK cenderung menurun, tahun
2005 rata-rata nilai turun dari 5,65 ke 5,43 atau turun sebesar 0,22 dan tahun 2006 turun lagi
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 29
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
menjadi 4,40 atau turun sebesar 1,03. Turunnya rata-rata nilai akhir SMA/MA/SMK ini
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi belajar mengajar yang masih belum
kondusif seiring dengan situasi keamanan yang masih tidak stabil, kondisi kelistrikan yang
selalu padam sebagai akibat dari kerusakan jaringan pada saat kerusuhan, banyaknya ruang
belajar yang bersifat darurat yang dipergunakan untuk melaksanakan proses belajar
mengajar, ketersediaan buku-buku pelajaran yang terbatas, dan bayak guru yang eksodus
keluar Maluku saat kerusuhan. Dilain sisi, anak usia 16 – 17 tahun (usia SMA) secara
psikologis mengalami tekanan lebih berat karena harus membagi waktu untuk melakukan
pengamanan lingkungan masing-masing, sehingga alokasi waktu untuk belajar menjadi lebih
sedikit. Namun setelah itu, yaitu tahun 2007, dengan mulai kondusif keamanan dan atmosfir
belajar mengajar mulai pulih, maka terjadi peningkatan rata-rata nilai akhir secara signifikan
dan terus sampai tahun 2009. Hal ini, juga merupakan pengaruh dari dialokasikan pada
anggaran APBD Maluku dana BOS khusus untuk SMA/MA dan SMK sebagai wujud dari
pencanangan Program Wajib Belajar (WaJar) 12 tahun di Provinsi Maluku.
2.1.5. Angka putus sekolah SD
Data angka putus sekolah SD untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel
14 berikut ini.
Tabel 14. Angka putus sekolah SD
Tahun Angka Putus Sekolah SD
2004 3,76
2005 7,12
2006 1,45
2007 1,3
2008 0,17
2009 0,08
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Baerdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa walaupun naik tajam pada tahun 2005 yaitu
kenaikan 3,36 %, angka putus sekolah SD kemudian terus mengalami penurunan yang
sangat signifikan sampai dengan tahun 2009. Penurunan angka putus sekolah SD tertinggi
terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 5,67 %. Kenaikan persentase angka putus sekolah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 30
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
pada tahun 2005 dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain, kondisi keamanan yang kurang
kondusif dimana ada garis demarkasi antara komunitas yang berbeda agama sehingga anak
sulit mengakses sekolah yang berada di luar demarkasi komunitasnya, anak usia SD banyak
yang mengikuti orang tua eksodus, dan tingkat kemiskinan yang tinggi serta bayak anak yang
tamat SD/MI tidak melanjutkan ke SMP/MTs.
Di lain pihak, menurunnya angka putus sekolah SD sejak tahun 2006 itu dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kondisi kemananan yang makin kondusif, advokasi dan konseling
terhadap trauma kerusuhan oleh NGO maupun pemerintah, kebijakan pemberian dana BOS
dan bantuan beasiswa kepada anak miskin dan korban kerusuhan sehingga mereka dapat
menyelesaikan pendidikan SD/MI-nya.
2.1.6. Angka putus sekolah SMP/MTs
Data angka putus sekolah SMP/MTs untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 15 berikut ini.
Tabel 15. Angka putus sekolah SMP/MTs
Tahun Angka Putus Sekolah SMP
2004 3,32
2005 3,03
2006 4,16
2007 9,38
2008 0,13
2009 0,09
Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku
Berbeda dengan angka putus sekolah SD, angka putus sekolah SMP/MTs
berfluktuasi. Berdasarkan data pada Tabel 15, pada tahun 2004 angka putus sekolah
mencapai 3,32 %, turun sebesar 0,29 % pada tahun 2005 sehingga menjadi 3,03%,
kemudian naik lagi menjadi 4,16 % dan naik secara tajam sebesar 5.22 % menjadi 9,38 %
pada tahun 2007. Angka ini merupakan angka putus sekolah SMP/MTs tertinggi selama
kurun waktu lima tahun. Tingginya angka putus sekolah SMP/MTs pada tahun 2007 itu
disebabkan oleh akumulasi dua faktor utama masing-masing tingkat kemiskinan dan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 31
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
penggangguran terbuka yang tinggi pada tahun 2006 dan 2007 dimana angka kemiskinan
Propinsi Maluku di tahun tersebut adalah sebesar 33,03 % dan 31,14 % dan angka
penggangguran terbuka sebesar 19,67 % dan 13,72%.
2.1.7. Angka putus sekolah menengah
Data angka putus sekolah menengah untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 16 berikut ini.
Tabel 16. Angka putus sekolah menengah
Tahun Angka Putus Sekolah SMA
2004 5,96
2005 2,82
2006 3,18
2007 2,61
2008 0,09
2009 0,08
Sumber data: Dinas Pendidikan Maluku
Seperti angka putus sekolah SMP/MTs, angka putus sekolah menengah atas di
Provinsi Maluku juga fluktuatif. Namun angka putus sekolah menengah rata-rata lebih kecil
dibandingkan dengan angka putus sekolah SD maupun SMP. Angka putus sekolah anak
pada usia 16 – 19 tahun (usia SMA) pada tahun 2004 sebesar 5,96 % turun menjadi 2,82 %
pada tahun 2005, naik lagi menjadi 3,18 % tahun 2006, turun lagi menjadi 2,61% tahun 2007
dan turun tajam menjadi 0,09 % dan 0,08 di tahun 2008 dan 2009 (Tabel 15). Nampaknya
faktor penyebabnya adalah kemiskinan penduduk yang masih cukup tinggi yang berpengaruh
pada ekonomi kelauarga, serta faktor penggangguran terbuka yang cukup tinggi. Sedangkan
faktor rendahnya angka putus sekolah menengah atas di tahun 2008 dan 2009 nampaknya
dipengaruhi oleh di canangkan program pendidikan dasar 12 tahun oleh pemerintah Provinsi
Maluku. Namun demikian pelaksanaannya perlu diawasi karena implementasi di kabupaten-
kabupaten sering salah sasaran karena pencarian anggaran pendukung (BOS
SMA/MA/SMK) sering terlambat.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 32
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.1.8. Angka melek aksara 15 tahun ke atas
Data angka melek aksara 15 tahun ke atas untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 17 berikut ini.
Tabel 17. Angka Melek Huruf 15 Tahun Ke atas
Tahun Angka Melek Huruf > 15 Tahun
2004 91,00
2005 91,50
2006 91,70
2007 92,00
2008 98,12
2009 98,69
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Selanjutnya data pada Tabel 17 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 11 berikut ini.
Gambar 11. Grafik Persentasi Angka Melek Aksara 15 tahun ke atas Provinsi Maluku
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 33
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Berdasarkan Tabel 17 dan Gambar 11 terlihat bahwa angka melek aksara 15 tahun
ke atas mengalami kenaikan yang cukup berarti dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa capaian indikator angka melek huruf 15 tahun ke atas di Provinsi
Maluku tergolong tinggi walaupun belum mencapai 100 persen dan masih lebih tinggi dari
capaian nasional.
Angka melek huruf di Provinsi Maluku terlihat makin membaik karena cenderung naik
setiap tahun dari tahun 2004 sampai tahun 2009. Seperti yang terlihat Tabel 17, angka melek
huruf naik tajam dari tahun 2008 sampai tahun 2009, mencapai 98,69%. Pencapaian angka
melek huruf di Provinsi Maluku telah melampaui target nasional. Faktor penting penyebab
naiknya angka melek huruf di Provinsi Maluku adalah makin banyaknya anak-anak usia
SD/MI yang bersekolah dan menamatkan studi. Hal ini terlihat dari angka APM SD/MI yang
naik dan Angka Putus Sekolah yang menurun.
2.1.9. Persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs
Data persentase jumlah guru yang layak mengajar SMP/MTs untuk Provinsi Maluku
dapat ditunjukkan dengan Tabel 18 berikut ini.
Tabel 18. Persentase Jumlah Guru yang Layak
Mengajar SMP/MTs
Tahun Persentase jumlah guru layak mengajar SMP/MTs
2004 73,46
2005 73,71
2006 51,2
2007 56,26
2008 56,26
2009 60,00
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa angka yang ada mengalami fluktuasi dari tahun
2004 hingga tahun 2009. Pada tahun 2004 hingga tahun 2005 mengalami kenaikan yang
cukup nerarti. Kemudian pada tahun 2005 ke tahun 2006 mengalami penurunan. Selanjutnya
mengalami kenaikan pada tahun 2007 hingga tahun 2009.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 34
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Persentase guru SMP/MTs yang layak mengajar cenderung fluktuatif, namun secara
umum persentasenya lebih rendah pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2004.
Kriteria seorang guru layak mengajar di SMP/MTs yang ditetapkan menurut Dinas
Pendidikan Maluku adalah mereka yang memiliki akta mengajar IV atau bergelar S1. Masih
rendahnya guru SMP/MTs yang layak mengajar disebabkan karena sebagian besar guru
SMP/MTS masih berpendidikan D2 atau PGSMP. Di lain pihak belum banyak guru yang
tersertifikasi masih sedikit, demikian pula dengan program peningkatan kualitas guru ke
jenjang S1 terkendala dengan kondisi geografi Propinsi Maluku yang banyak daerah
terpencilnya (pulau-pulau) sehingga sulit mengakses kota Ambon dimana perguruan tinggi
ada, sementara guru tidak boleh meninggalkan kelasnya.
2.1. 10. Persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah
Data persentase jumlah guru yang layak mengajar sekolah menengah untuk Provinsi
Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel 19 berikut ini.
Tabel 19. Persentase Jumlah Guru yang Layak Mengajar Sekolah Menengah
Tahun Persen jumlah guru layak
mengajar Sekolah Menengah
2004 54,37
2005 55,33
2006 65,83
2007 65,43
2008 65,43
2009 68,87
Sumber data: Dinas Pendidikan Provinsi Maluku
Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa dari tahun 2004 hingga tahun 2006 mengalami
kenaikan yang cukup signifikan. Persentase guru SMA/MA yang layak mengajar naik dari
54,37 % tahun 2004 menjadi 68,87 % tahun 2009 atau terjadi kenaikan sebesar 14,5%
selama lima tahun ini. Rinciannya sebagai berikut; pada tahun 2004 ada 54,37% guru
SMA/MA yang tergolong layak mengajar. Angka ini naik menjadi 55,33% pada tahun 2005,
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 35
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
menjadi 65,83% pada tahun 2006, dan sedikit turun menjadi 65,43% pada tahun 2007 dan
tahun 2009, serta naik lagi menjadi 68,87% pada tahun 2009.
Penyebab kenaikan persentase guru yang layak mengajar di Sekolah Menengah Atas
adalah naiknya persentase guru-guru SMA yang berkualifikasi S1 dan Diploma IV serta
jumlah guru SMA/MA yang tersertifikasi. Pada tahun 2006 sebanyak 83,12% guru-guru SMA
telah berpendidikan S1 dan DIV, pada tahun 2009 guru-guru SMA yang berpendidikan S1
dan DIV naik menjadi 87,36%.
2.2. Kesehatan
2.2.1. Umur harapan hidup (UHH)
Data umur harapan hidup (UHH) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
Tabel 20 berikut ini.
Tabel 20. Data Umur Harapan Hidup (UHH)
Tahun Umur Harapan Hidup (UHH)
2004 66,2
2005 66,2
2006 66,6
2007 67,5
2008 67,7
2009 67,20
Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku & BPS Maluku
Umur harapan hidup merupakan indikasi keberhasilan pembangunan bidang
kesehatan. Semakin baik tingkat kesehatan masyarakat maka umur harapan hidup akan
semakin tinggi. Umur harapan hidup penduduk Maluku pada awal RPJMN adalah 66,2 tahun.
Angka ini mengalami peningkatan selama lima tahun pelaksanaan RPJMN di Maluku
sehingga pada tahun 2009 umur harapan hidup penduduk Maluku telah mencapai 67,20
tahun. Data ini (Tabel 20) mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program
pembangunan bidang kesehatan di Maluku pada periode tersebut. Namun demikian, umur
harapan hidup penduduk Maluku sedikit turun terutama pada akhir pelaksanaan RPJM
(tahun 2009) menjadi 67,20. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 dan
2008 pelaksanaan RPJMN di Maluku, dan juga masih lebih rendah dari umur harapan hidup
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 36
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
nasional yang sudah mencapai 70,5 pada tahun 2008. Penurunan umur harapan hidup pada
tahun 2009 ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya sasaran program pembangunan
kesehatan pada tahun yang bersangkutan.
2.2.2. Angka kematian bayi (AKB)
Data Angka Kematian Bayi (AKB) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21. Capaian indikator Angka Kematian Bayi (AKB)
Tahun Angka Kematian Bayi (AKB)
2004 48
2005 48
2006 49,5
2007 49
2008 10
2009 9
Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku
Selanjutnya data pada Tabel 21 dengan menggunakan data prevalensi gizi buruk
sebagai pembanding (indikator pendukung) dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 12 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 37
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 12. Grafik Persentasi Indikator AKB
Berdasarkan Gambar 12 dan Tabel 21 di atas terlihat bahwa angka kematian bayi
Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 rata-rata masih tinggi, namun terjadi penurunan yang
sangat baik pada tahun 2009 yaitu 10 per seribu kelahiran hidup dibandingkan dengan tahun-
tahun sebelumnya.
Semakin tinggi angka kematian bayi mengindikasikan adanya kegagalan pelaksanaan
program bidang kesehatan. AKB Maluku pada awal pelaksanaan RPJMN adalah sebesar 48
orang per 1000 kelahiran hidup. AKB Maluku cenderung mengalami peningkatan selama tiga
tahun pelaksanaan RPJMN, dimana pada tahun 2006 AKB Maluku mencapai angka 49,5
orang per 1000 kelahiran hidup kemudian turun sedikit menjadi 49 orang per 1000 kelahiran
hidup. Penurunan secara drastis terjadi pada tahun-tahun terakhir perjalanan RPJM yakni
tahun 2008 dan 2009. Penurunan AKB ini mengindikasikan ada keberhasilan yang
ditunjukkan dengan adanya perbaikan sasaran-saran program pembangunan bidang
kesehatan, seperti yang tertuang dalam RPJMD Provinsi Maluku 2008 – 2013, misalnya
program peningkatan pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskemas jaringannya
sehingga memungkinkan tersedia layanan kesehatan yang memadai bagi ibu hamil dan
melahirkan.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 38
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Berdasarkan grafik pada Gambar 12 menunjukkan terjadinya penurunan AKB sejalan
dengan makin membaiknya asupan gizi masyarakat yang bergerak naik secara perlahan,
sehingga berakibat kepada menurunnya angka gizi buruk penduduk.
2.2.3. Prevalensi gizi buruk (%)
Data prevalensi gizi buruk (%) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
Tabel 22 berikut ini.
Tabel 22. Data Prevalensi Gizi Buruk (%)
Tahun Prevalensi Gizi Buruk
(%)
2004 2,5
2005 2,3
2006 2,1
2007 0,9
2008 0,7
2009 0,37
Sumber data: Dinas Kesehatan Maluku
Prevalensi gizi buruk adalah persentase balita yang mengalami kekurangan gizi akut.
Penurunan prevalensi gizi buruk mengindikasikan keberhasilan program pembangunan
bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk pada awal pelaksanaan
RPJMN di Maluku adalah sebesar 2,5 % (Tabel 22). Angka ini mengalami penurunan yang
drastis menjadi 0,37% pada akhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini disebabkan karena
ada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat, terutama masyarakat golongan ekonomi lemah,
karena masuknya berbagai bantuan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat dalam
maupun luar negeri, adanya program askeskin, dan program makanan tambahan, serta
pemberian vitamin A bagi anak di sekolah sehingga kebutuhan gizi anak-anak balita
terpenuhi.
Di lain pihak persentase gizi buruk menurun secara drastis menjadi 0,37 % pada
tahun kelima pelaksanaan RPJMN di Maluku. Hal ini tidak terlepas dari optimalisasi
pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. Namun demikian, angka-angka
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 39
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
capaian yang dicapai itu menjadi kontras dengan kenyataan di lapangan, terutama pada
daerah-daeran terpencil yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Maluku. Secara kasat
mata masih banyak ditemui anak balita gizi buruk di desa-desa. Hal ini karena laporan-
laporan yang diberikan kabupaten/kota hanya didasarkan pada persentase program yang
telah dilaksanakan, dan hanya berdasarkan angka prediksi semata bukan pada angka
capaian berdasarkan data survei yang dilakukan secara rutin.
Walaupun terjadi penurunan prevalensi gizi buruk dari tahun ke tahun tapi jika
membuat dan memperhatikan tren akan menunjukan adanya kenaikan. Hal ini memberikan
peringatan kalau pemerintah propinsi Maluku harus kembali serius memperhatikan masalah
ini, atau ada kemungkinan berhubungan dengan krisis global.
2.2.4. Prevalensi gizi kurang (%)
Data prevalensi gizi kurang (%) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
Tabel 23 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 40
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 23. Data Prevalensi Gizi Kurang (%)
Tahun Prevalensi Gizi Kurang
(%)
2004 9,8
2005 9,6
2006 9,5
2007 7,3
2008 7,5
2009 7,13
Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa capaian indikator prevalensi gizi kurang di
Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan penurunan dari tahun ke tahun. Berturut-turut
prevalensi gizi kurang dilaporkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku adalah tahun 2004,
prevalensi gizi kurang adalah 9,8 %, turun jadi 9,6 % pada tahun 2005, turun lagi menjadi 9,5
% tahun 2006, turun menjadi 7,3 % tahun 2007 dan tahun 2008 sedikit naik menjadi 7,5 %
dan tahun 2009 menjadi 7,13 % Angka-angka itu jauh di bawah capaian nasional, artinya
kinerja pembangunan sudah berada pada sasaran yang baik.
Prevalensi balita gizi kurang secara universal digunakan sebagai indikator untuk
memonitor status kesehatan. Penurunan prevalensi gizi kurang mengindikasikan
keberhasilan program pembangunan bidang kesehatan. Prevalensi balita yang mengalami
gizi kurang pada awal pelaksanaan RPJMN di Maluku adalah sebesar 9,8 %. Angka ini
sedikit demi sedikit turun hingga menjadi 9,6% pada tahun terakhir pelaksanaan RPJMN. Hal
ini mungkin disebabkan karena semakin baiknya kondisi ekonomi masyarakat, terutama
masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan gizi
anak-anak balita. Disamping itu, adanya intervensi pemerintah untuk membantu masyarakat
miskin dan implementasi RPJMD Maluku 2008 – 2013 melalui program makanan tambahan
dan pemberian vitamin A, sehingga asupan gizi anak balita tercukupi. Pada umumnya gizi
kurang ini terjadi pada keluarga kurang mampu.
Prevalensi gizi kurang yang menurun di Maluku ini tidak terlepas dari optimalisasi
pelaksanaan program pembangunan bidang kesehatan, terutama dalam hal penyuluhan
kepada masyarakat tentang pentingnya gizi bagi balita. namun demikian, perlu diwaspadai,
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 41
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
karena masih banyak anak balita di pedesaan masih kurang gizi. Diduga angka-angka
capaian fantastis yang berada jauh diatas angka capaian nasional ini hanya berdasarkan
laporan kabupaten/kota dan tidak berdasarkan hasil survei yang dilakukan secara teratur.
2.2.5. Persentase tenaga kesehatan per penduduk
Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan Tabel 24 berikut ini.
Tabel 24. Capaian indikator Persentase Tenaga Kesehatan Per Penduduk
Tahun Persentase Tenaga
Kesehatan per Penduduk
2004 2,80
2005 3,00
2006 3,00
2007 3,41
2008 3,86
2009 2,76
Sumber data: Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (modifikasi)
Berdasarkan Tabel 24 terlihat bahwa capaian indikator persentase tenaga kesehatan
per penduduk di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun ke
tahun. Berturut-turut persentase tenaga kesehatan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
adalah; tahun 2004 adalah 2,8 %, tahun 2005 adalah 3 %, tahun 2006 adalah 3,41 %, dan
tahun 2008 adalah 3,86 % serta tahun 2009 adalah 2,76 %
Dari tren terlihat bahwa menurun pada tahun 2005 ke 2006, lalu naik secara tajam
tahun 2006 ke 2008 dan mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009. Hal
ini disebabkan karena terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk tapi tidak diikuti pertambahan
jumlah tenaga kesehatan setara dengan pertumbuhan tersebut.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 42
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.3. Keluarga Berencana
2.3.1. Persentase penduduk ber-KB (contraceptive prevalence rate)
Data persentase tenaga kesehatan per penduduk untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan Tabel 25 berikut ini.
Tabel 25. Persentase Penduduk Ber-KB
Tahun Persen Penduduk Ber‐KB
2004 39
2005 39,78
2006 63,69
2007 67,35
2008 79,00
2009 79,00
Sumber data: BKKB Provinsi Maluku
Selanjutnya data pada Tabel 25 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 13 berikut ini.
Gambar 13. Grafik Persentasi Penduduk ber-KB
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 43
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 25 terlihat bahwa capaian indikator persentase
penduduk ber-KB di Provinsi Maluku dari 2004 – 2009 menunjukan peningkatan dari tahun
ke tahun di atas capaian nasional. Peningkatan angka capaian dari tahun 2004 ke 2009
mencapai 40 %, suatu angka capaian yang spektakuler. Berdasarkan target RPJMN 2004 –
2009 angka kesertaan penduduk ber-KB adalah 67,5 persen dan target untuk 2015 adalah
71 persen. Kedua target secara nasional telah terlampaui di Maluku.
Persentase Penduduk ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) adalah
perbandingan antara pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan atau memakai alat
kontrasepsi dengan seluruh pasangan usia subur. Persentase penduduk ber-KB di Maluku
pada awal RPJMN adalah sebesar 39 %. Angka ini naik tajam menjadi 79 % pada tahun
terakhir pelaksanaan RPJMN di Maluku. Rendahnya pasangan usia subur yang
menggunakan kontrasepsi dipengaruhi oleh keadaan saat itu yang masih dalam suasana
kerusuhan dimana pelaksaan program KB praktis terhenti. Peningkatan CPR ini
mengindikasikan keberhasilan pelaksanaan program pembangunan bidang keluarga
berencana di Maluku pasca kerusuhan. Peningkatan CPR ini dilakukan melalui penyuluhan
ber-KB kepada masyarakat secara intensif, penyediaan alat kontrasepsi yang memadai, dan
penyediaan layanan KB kepada masyarakat terutama masyarakat miskin.
2.3.2. Laju pertumbuhan penduduk
Data laju pertumbuhan penduduk (LPP) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 26 berikut ini.
Tabel 26. Data Persentase LPP Provinsi Maluku
Tahun Persen LPP
2004 2,55
2005 2,55
2006 2,59
2007 1,44
2008 2,44
2009 1,8
Sumber data: BKKB Provinsi Maluku
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 44
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Selanjutnya data pada Tabel 26 dan data persentase penduduk ber-KB dapat
ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan Gambar 14 berikut ini.
Gambar 14. Grafik Persentasi LPP Provinsi Maluku
Berdasarkan Gambar 14 dan Tabel 26 terlihat pada periode tahun 2004 – 2009 laju
pertumbuhan penduduk Maluku bertumbuh sebesar rata-rata 2,12 %. Laju Pertumbuhan
penduduk Provinsi Maluku selama kurun waktu 2000 – 2010 atau selama sepuluh tahun
terakhir sebesar 2,90 % (BPS Provinsi Maluku). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini
dipengaruhi oleh kembalinya penduduk yang sebelumnya mengungsi ke provinsi lain akibat
konflik sosial dan juga adanya pemekaran daerah kabupaten/kota.
Laju pertumbuhan penduduk juga merupakan indikator utama untuk menilai
keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana dalam analisis ini. Pelaksanaan
program pembangunan bidang keluarga berencana dapat dikatakan berhasil apabila laju
pertumbuhan penduduk mengalami penurunan. Laju pertumbuhan penduduk Maluku pada
awal pelaksanaan RPJMN adalah sebesar 2,25 %.
Laju pertumbuhan penduduk Maluku selama pelaksanaan RPJMN bertumbuh rata-
rata sebesar 2,12 %. Sedangkan laju pertumbuhan penduduk Propinsi Maluku selama kurun
waktu 2000 – 2010 atau selama sepuluh tahun terakhir sebesar 2,90 % (BPS Provinsi
Maluku). Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini dipengaruhi oleh kembalinya penduduk
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 45
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
yang sebelumnya mengungsi ke provinsi lain akibat konflik sosial dan juga adanya
pemekaran daerah kabupaten/kota.
2.3.3. Total Fertility Rate (TFR).
Data total fertility rate (TFR) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan Tabel
27 berikut ini.
Tabel 27. Data FTR Provinsi Maluku
Tahun
Total Fertillity Rate (TFR)
2004 3,9
2005 3,9
2006 3,9
2007 3,9
2008 3,9
2009 3,7
Sumber data: BKKB Provinsi Maluku
Sasaran yang ingin dicapai pemerintah dalam upaya mewujudkan keluarga kecil
berkualitas yang ditandai oleh kondisi penduduk tumbuh seimbang adalah menurunkan TFR
paling tidak menjadi sekitar 2,17. Berdasarkan data pada Tabel 27 terlihat bahwa sasaran
program KB di Provinsi Maluku untuk mewujudkan keluarga kecil berkualitas berhasil
menurunkan angka TFR dari 3,9 pada tahun 2004 menjadi 3,7 pada tahun 2009. Capaian
tersebut masih jauh dari sasaran nasional. Hal ini karena beberapa kendala dalam
pembangunan keluarga kecil berkualitas di Maluku yaitu bervariasinya dukungan dan
komitmen pemerintah kabupaten/kota yang diwujudkan dalam kelembagaan, tenaga,
anggaran dan sarana/prasarana untuk mendukung pengelolaan program KB sehingga
berpengaruh pada pembinaan peran institusi masyarakat yang selama ini menjadi basis
pengelolaan KB oleh masyarakat di daerah dan melemahnya mekanisme operasional
program yang selama ini telah menjadi motor penggerak pengelolaan program bersama
masyarakat. Di lain pihak, masih terbatasnya akses kelompok keluarga miskin dan keluarga
rentan lainnya terhadap pelayanan KB termasuk pelayanan yang gratis sehingga kelompok
masyarakat ini merupakan yang partisipasinya rendah.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 46
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.4. Ekonomi Makro
2.4.1. Laju pertumbuhan ekonomi
Data laju pertumbuhan ekonomi untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
Tabel 28 berikut ini.
Tabel 28. Data Laju Pertumbuhan Ekonomi
Tahun Provinsi
2004 4.43
2005 5.07
2006 5.55
2007 5.62
2008 4.21
2009 5.43
Selanjutnya data pada Tabel 28 dan data PDRB berdasarkan harga baku yang
digunakan sebagai pembanding dapat ditunjukkan secara grafik dengan menggunakan
Gambar 15 berikut ini.
Gambar 15. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 47
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Berdasarkan Tabel 28 dan Gambar 15 terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi
Provinsi Maluku sebagai salah satu sub-indikator tidak signifikan dari tahun ke tahun dan
cenderung fluktuatif. Dengan nilai persentase 4,43 pada tahun 2004 hingga mencapai 5,43
pada tahun 2009, memperlihatkan bahwa pertambahan persentase pertumbuhan ekonomi
yang sangat rendah dari tahun ke tahun. Apalagi pada tahun 2008 sempat merosot ke level
4,21.
Ini diakibatkan oleh krisis ekonomi global yang berdampak pada perekonomian
Nasional dan Maluku pada khususnya. Alasan lain yang mendasari belum berkembangnya
pertumbuhan ekonomi Maluku adalah, terjadinya dampak kerusuhan masa lalu, dimana
dampaknya menyebabkan sebagian besar investor meninggalkan daerah ini dalam jangka
waktu hampir sepuluh tahun.
Selanjutnya, dengan alasan keamanan inilah maka belum banyak investor dari dalam
mapun luar negeri yang mau menanamkan modalnya di Daerah Maluku. Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu, Provinsi Maluku semakin terbuka untuk dikunjungi semua pihak.
Kunjungan itu menyusul tingkat kepercayaan, keamanan dan kenyamanan yang terus
tumbuh dari waktu ke waktu.
Beberapa kebijakan pun ditempuh, yaitu dengan membangun beranda daerah
dimana pulau-pulau terluar diposisikan sebagai pintu masuk ke Maluku, tetapi juga pintu
keluar untuk kepentingan produk perekonomian regional dan internasional. Hasilnya
ditunjukkan dengan peningkatan yang cukup signifikan pada tahun 2009 sebesar 5,34. Selain
itu, laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku saat ini juga didukung oleh sektor informal,
usaha mikro dan usaha kecil yang berkembang pesat dalam menampung masyarakat yang
tidak memiliki pekerjaan.
2.4.2. Persentase ekspor terhadap PDRB
Data persentase ekspor terhadap PDRB untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan Tabel 29 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 48
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 29. Persentase Ekspor Terhadap PDRB
Tahun Provinsi
2004 7.32
2005 9.53
2006 1.86
2007 8.18
2008 8.18
2009 10.65
Persentase ekspor terhadap PDRB Provinsi Maluku seperti ditunjukkan pada Tabel
29 adalah sebesar 7,32 pada tahun 2004, kemudian jatuh hingga mencapai angka 1,86 pada
tahun 2006 dan kembali mencapai 8,18 pada tahun 2006-2007 dan mengalami kenaikan
sebesar 9,80 pada tahun 2009. Ini mengindikasikan bahwa persentase pertumbuhan ekspor
Maluku mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, walaupun sempat mengalami penurunan
yang signifikan pada tahun 2006. Menurunnya jumlah ekspor Provinsi Maluku pada periode
tersebut terkait dengan eksodusnya beberapa perusahaan/investor yang bergerak di bidang
kehutanan dan perikanan di Provinsi Maluku. Namun, seiring dengan membaiknya kondisi
keamanan dan perekonomian di Provinsi Maluku, maka akan semakin mempengaruhi
terciptanya ikilim investasi yang baik pula. Ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
persentase ekspor Provinsi Maluku yang menyentuh level 9,80 pada tahun 2009.
2.4.3. Persentase output manufaktur terhadap PDRB
Data persentase output manufaktur terhadap PDRB untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan Tabel 30 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 49
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 30. Persentase Output Manufaktur Terhadap PDRB
Tahun Provinsi
2004 4.59
2005 4.50
2006 4.47
2007 4.72
2008 4.72
2009 4.82
Pertumbuhan persentase output manufaktur terhadap PDRB Provinsi Maluku
menunjukkan kecenderungan yang fluktuatif dari tahun ke tahun seperti pada Tabel 30,
walaupun trendnya berakhir dengan pertumbuhan yang positif pada tahun 2009 sebesar
4,82. Hal ini dikarenakan kinerja pemerintah belum optimal terkait dengan tingkat pelayanan
infrastruktur di daerah Maluku. Dimana, belum optimalnya pelayanan teknologi informasi dan
komunikasi serta sarana dan prasarana perhubungan baik darat, laut, maupun udara secara
adil dan merata ke daerah-daerah terpencil.
2.4.4. Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)
Data Pendapatan per kapita (dalam juta rupiah)untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan Tabel 31 berikut ini.
Tabel 31. Pendapatan Per Kapita (dalam juta rupiah)
Tahun Provinsi
2004 3.25
2005 3.65
2006 4.00
2007 4.38
2008 4.38
2009 4.87
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 50
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Selanjutnya data pada Tabel 31 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 14 berikut ini.
Gambar 16. Grafik Pendapatan Per Kapita (dalam juta rupiah)
Pendapatan perkapita Provinsi Maluku masih rendah, artinya masih banyak penduduk
yang mempunyai pendapatan masih di bawah standar atau garis kemiskinan. Walaupun
masih rendah, namun berdasarkan trend dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa
persentase pendapatan per kapita Provinsi Maluku cenderung naik dari tahun ke tahun. Ini
ditunjukkan seperti pada Tabel 31 dan Gambar 16.
Rendahnya pendapatan per kapita penduduk Maluku dapat dimaklumi, karena
sampai tahun 2009, tingkat pengangguran di Maluku menunjukkan angka sebesar 10,38%
dan tingkat kemiskinan penduduk Maluku sebesar 28,23% dari jumlah penduduk, walaupun
trendnya cenderung turun dari tahun ke tahun.
2.4.5. Laju inflasi.
Data laju inflasi untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan
Tabel 32 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 51
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 32. Laju Inflasi
Tahun Provinsi
2004 5.11
2005 8.60
2006 13.64
2007 4.96
2008 11.23
2009 6.48
Selanjutnya data pada Tabel 32 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 17 berikut ini.
Gambar 17. Grafik Laju Inflasi
Laju inflasi daerah Maluku cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti
ditunjukkan pada Tabel 32 dan Gambar 17. Dimana pada tahun 2004 sebesar 5,11 dan
meningkat menjadi 13,64 pada tahun 2006, kemudian mengalami penurunan yang cukup
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 52
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
signifikan pada tahun 2007 menjadi 4,96. Selanjutnya mengalami kenaikan sebesar 11,23
pada tahun 2008 dan turun lagi sebesar 6,48 pada tahun 2009. Hal ini menunjukkan
ketidakstabilan kondisi perekonomian di Maluku yang selalu peka dan sangat dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar faktor ekonomi itu sendiri, seperti faktor sosial kemasyarakatan
dan kebijakan politik daerah.
2.5. Investasi
2.5.1. Nilai rencana PMA yang disetujui
Data nilai rencana PMA yang disetujui untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan menggunakan Tabel 33 berikut ini.
Tabel 33. Nilai Rencana PMA Yang Disetujui (dalam milyar rupiah)
Tahun Provinsi
2004 6.00
2005 60.00
2006 55.00
2007 82.00
2008 -
2009 -
Nilai rencana PMA yang disetujui untuk Provinsi Maluku seperti pada Tabel 33
cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, nilai rencana PMA yang
disetujui sebesar Rp. 6 Milyar, kemudian naik sebesar Rp. 60 milyar pada tahun 2005.
Kemudian turun sebesar Rp. 55 Milyar pada tahun 2006 dan mengalami kenaikan pada
tahun 2007 sebesar Rp. 82 milyar. Menurunnya angka rencana PMA yang disetujui pada
tahun 2004 disebabkan oleh kekhawatiran BKPM Pusat dengan status keamanan negara
dengan adanya beberapa teror bom di beberapa ibukota provinsi di Indonesia. Selanjutnya
sejak April 2008, BKPM Pusat tidak lagi mempublikasikan data persetujuan rencana investasi
penanaman modal di tiap-tiap daerah.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 53
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.5.2. Nilai realisasi investasi PMA (US$ Juta)
Data nilai realisasi investasi PMA (US$ Juta) untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 34 berikut ini.
Tabel 34. Nilai Realisasi Investasi PMA (US $ juta)
Tahun Provinsi
2004 61,363
2005 333,675
2006 328,069
2007 328,069
2008 340,914
2009 353,760
Selanjutnya data pada Tabel 34 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 18 berikut ini.
Gambar 18. Grafik Nilai Realisasi Investasi PMA
Berdasarkan Tabel 34 dan Gambar 18 menunjukan bahwa Penanaman Modal Asing
(PMA), dalam kurun waktu 2004-2009 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Dari sisi
jumlah, proyek PMA juga mengalami fluktusi. Walaupun demikian, sejak lima tahun terakhir
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 54
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
perkembangan investasi khususnya dari PMA di Provinsi Maluku mengalami peningkatan
yang cukup mengembirakan dibandingkan dengan tahun 2004. Pada tahun 2004 nilai
investasi PMA di Provinsi Maluku hanya sebesar 61,363 juta US $ kemudian pada tahun
2005 meningkat sangat signifikan dengan nilai investasi sebesar 333,675 juta US $ dan
selanjutnya juga mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 353,760 juta US $. Hal ini
disebabkan karena kondisi keamanan di daerah ini yang semakin kondisif sehingga
memungkinkan para invetor asing bersedia untuk menanamkan investasinya di Maluku.
Kegiatan investasi khususnya untuk Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi
Maluku ke depan akan dihadapkan pada tantangan untuk memacu penanaman modal baru
dan mempertahankan penanaman modal yang sudah ada guna mendorong pertumbuhan
ekonomi di daerah ini. Dengan meningkatkan investasi terutama penanaman modal asing
(PMA), secara langsung akan mempercepat pergerakan roda perekonomian dan sekaligus
menyerap tenaga kerja. Oleh sebab itu upaya pemerintah menarik investor asing untuk
menanamkan modalnya di Maluku terus dilakukan secara intensif.
2.5.3. Nilai rencana PMDN yang disetujui
Data nilai rencana PMDN yang disetujui untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan menggunakan Tabel 35 berikut ini.
Tabel 35. Nilai Rencana PMDN Yang Disetujui (dalam milyar rupiah)
Tahun Provinsi
2004 140.00
2005 88.00
2006 95.00
2007 110.00
2008 -
2009 -
Nilai rencana PMDN yang disetujui untuk Provinsi Maluku seperti pada Tabel 35 juga
cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dimana pada tahun 2004, nilai rencana PMDN
yang disetujui sebesar Rp. 140 Milyar, kemudian turun sebesar Rp. 88 milyar pada tahun
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 55
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2005. Kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2007 sebesar Rp. 95 milyar dan naik lagi
sebesar 110 milyar pada tahun 2008. Selanjutnya sejak April 2008, BKPM Pusat tidak lagi
mempublikasikan data persetujuan rencana investasi penanaman modal di tiap-tiap daerah.
Berfluktuasinya angka rencana PMDN yang disetujui dikarenakan kurang gencarnya
kegiatan promosi yang dipadukan dengan kegiatan perdagangan dan pariwisata yang
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Maluku.
2.5.4. Nilai realisasi investasi PMDN (Rp Milyar)
Data nilai realisasi investasi PMDN (Rp Milyar) untuk Provinsi Maluku dapat
ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 36 berikut ini.
Tabel 36. Nilai Realisasi Investasi PMDN (Rp. milyar)
Tahun Provinsi
2004 3.302,64
2005 3.087,87
2006 3.376,01
2007 3.376,01
2008 3.020,00
2009 3.020,00
Selanjutnya data pada Tabel 36 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 19 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 56
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 19. Grafik Nilai Realisasi Investasi PMDN
Nilai realisasi investasi Penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Provinsi Maluku
cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun seperti ditunjukkan pada Tabel 36 dan Gambar
19. Pada tahun 2004 nilai investasi PMDN di Provinsi Maluku sebesar 3,302 triliun rupiah,
kemudian pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 3,087 triliun rupiah dan
selanjutnya mengalami peningkatan pada tahun 2006 dan 2007 menjadi 3,376 triliun rupiah,
kemudian sampai dengan tahun 2009 menurun menjadi 3,02 triliun rupiah.
Kondisi ini disebabkan oleh belum optimalnya kinerja pemerintah daerah terkait
dengan promosi dan perijinan investasi di daerah ini. Namun, dalam pelaksanaanya juga
terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi, dimulai dari perencanaan, pembinaan dan
sampai pada pengendalian pelaksanaan juga sangat mempengaruhi nilai realisasi investasi
PMDN tersebut. Sehingga turut mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah. Pada
tahun 2009, nilai realisasi investasi PMDN Provinsi Maluku sebesar Rp 3,02 triliun tersebut di
atas ditanamkan/diinvestasikan untuk 23 proyek dibidang usaha perikanan, industri kayu,
industri kimia, perhubungan laut, pengangkutan, perumahan, perkebunan, serta listrik, gas,
air dan jasa lainnya.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 57
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 20. Persentase pertumbuhan realisasi investasi PMA dan PMDN
Gambar 20 menunjukan bahwa pertumbuhan realisasi investasi PMA,
memperlihatkan kondisi yang cenderung lebih baik bila dibandingkan dengan realisasi
investasi PMDN, walaupun masih cenderung berfluktuasi. Investasi PMA di Provinsi Maluku
sangat dipengaruhi oleh isu travel warning yang menimbulkan keraguan dan keengganan
investor luar negeri untuk menanamkan modalnya di daerah ini. Akan tetapi, melalui
pencanangan program perdamaian dunia yang pelaksanaannya dipusatkan di Provinsi
Maluku dengan memilih Kota Ambon sebagai kota ke-35 di dunia yang menjadi tempat
penempatan gong perdamaian dunia yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia
pada tanggal 25 November 2009, sekaligus mengukuhkan Kota Ambon dan Provinsi Maluku
pada umumnya sebagai daerah yang telah aman dan kondusif serta siap bersaing dalam
memajukan perekonomian nasional.
Momen ini diharapkan dapat menjadi pencerahan bagi masyarakat dunia terutama
para investor untuk lebih bergairah dalam menanamkan modalnya di Maluku. Nilai realisasi
investasi PMA Provinsi Maluku pada tahun 2009 adalah sebesar $ 353,76 juta dengan total
pekerjaan 19 proyek yang masing-masing berinvestasi dibidang usaha perikanan, pariwisata,
energi, dan jasa lainnya dengan menyerap 5.784 orang tenaga kerja Indonesia dan 121
tenaga kerja asing.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 58
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Dalam rangka meningkatkan investasi, maka pemerintah daerah Provinsi Maluku
diharapkan terus mengupayakan pemulihan kepercayaan investor melalui berbagai kegiatan
promosi yang dipadukan dengan kegiatan perdagangan dan pariwisata. Promosi investasi
dilakukan melalui seminar investasi, temu usaha, pameran investasi dengan mengutamakan
“one on one meeting” antara pengusaha nasional dan pengusaha asing baik di dalam
maupun luar negeri. Selain itu, Pemerintah Provinsi juga harus terus berupaya meningkatkan
kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan antar daerah, bilateral dan multilateral;
mengarahkan pengembangan usaha industri ke sentra-sentra kawasan industri; dan
memberdayakan usaha kecil, menengah dan koperasi melalui hubungan kemitraan dengan
usaha berskala besar.
Kebijakan lain yang diambil Pemerintah Provinsi Maluku adalah mempertahankan
penanaman modal yang sudah ada di Maluku. Kebijakan ini ditempuh dengan meningkatkan
check and balanced system yang mampu menampung keluhan dari berbagai kegiatan
investasi yang ada serta menindaklanjuti secara cepat dan efektif. Sementara itu, dalam
sistem perijinan, Pemerintah Provinsi Maluku melakukan berbagai perbaikan dengan
meningkatkan kualitas pelayanan dan kemudahan dalam proses perijinan investasi berupa
penyederhanaan pelayanan ijin daerah dan memperpendek jangka waktu proses
penyelesaiannya melalui pelayanan di satu pintu (one stop service).
2.5.5. Realisasi penyerapan tenaga kerja PMA.
Jumlah proyek penanaman modal asing (PMA) di Provinsi Maluku pada tahun 2005
berjumlah 16 proyek pada bidang usaha perikanan, pariwisata dan jasa lainnya dengan nilai
investasi sebesar 0.333 juta US$, yang menyerap 2.784 orang tenaga kerja Indonesia dan 51
orang tenaga kerja asing. Sementara untuk tahun 2009, nilai realisasi investasi PMA Provinsi
Maluku sebesar 0.353 juta US$ juta dengan total pekerjaan 19 proyek yang masing-masing
berinvestasi dibidang usaha perikanan, pariwisata, energi, dan jasa lainnya dengan
menyerap 5.784 orang tenaga kerja Indonesia dan 121 orang tenaga kerja asing.
2.6. Infrastruktur
2.6.1. Persentase panjang jalan nasional dalam kondisi baik, sedang, dan buruk
Data persentase panjang jalan nasional dalam kondisi baik, sedang, dan buruk untuk
Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 37 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 59
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 37. Persentase Panjang Jalan Nasional
Persentase Panjang
jalan Nasional
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Kondisi Baik 51.75 55.22 65.44 54.04 43.13 49.00
Kondisi Sedang 16.52 14.18 11.76 19.92 10.67 8.71
Kondisi Buruk 31.73 30.60 22.80 26.04 46.20 42.29
Selanjutnya data pada Tabel 37 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 21 berikut ini.
Gambar 21. Grafik Persentase Panjang Jalan Nasional
Dari Tabel 37 dan Gambar 21 di atas, dapat disimpulkan bahwa ruas jalan nasional
cenderung mengalami kerusakan dari tahun ke tahun. Ini ditunjukkan pada tahun 2008,
dimana ruas jalan nasional dalam kondisi buruk mengalami kenaikan yang signifikan sebesar
46,20 dari tahun 2007 sebesar 26,04. Walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan
sebesar 42,29. Pada tahun 2008, terlihat bahwa jalan nasional dalam kondisi baik dan
sedang mengalami penurunan yang cukup siginifikan sedangkan jalan dalam kondisi buruk
mengalami kenaikan juga cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena sepanjang tahun 2008
mulai dari januari hingga desember hujan turun terus menerus sehingga mengakibatkan
berbagai kerusakan jalan dan banyak jembatan patah selain karena penurunan tingkat
kualitas jalan.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 60
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Kemudian pada tahun 2009, jalan nasional dalam kondisi baik mengalami kenaikan
yang cukup signifikan dan jalan nasional dalam kondisi buruk mengalami penurunan yang
cukup signifikan juga. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah berusaha keras
memperbaiki berbagai jalan yang rusak, baik yang dalam kondisi sedang maupun buruk.
Proses perbaikan jalan juga disebabkan karena pada tahun 2010, Provinsi Maluku
melaksanakan Program Sail Banda yang merupakan program Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah selain ditunjang dengan kondisi iklim yang cukup mendukung. Selain
proses perbaikan jalan, pemerintah daerah melalui SKPD terkait juga melakukan pelebaran
jalan.
2.6.2. Persentase panjang jalan provinsi dalam kondisi baik, sedang dan buruk.
Data persentase panjang jalan provinsi dalam kondisi baik, sedang, dan buruk untuk
Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 38 berikut ini.
Tabel 38. Persentase Panjang Jalan Provinsi
Persentase Panjang
Jalan Provinsi
Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009
Kondisi Baik 29.83 31.55 54.90 68.93 36.26 39.06
Kondisi Sedang 23.30 22.52 24.11 13.51 20.02 22.03
Kondisi Buruk 46.87 45.93 20.99 17.56 43.72 38.91
Transportasi di Maluku merupakan urat nadi dalam menghidupkan masyarakat dan
sebagai penggerak dalam pelaksanaan kehidupan politik, sosial budaya dan pertahanan
keamanan serta yang terpenting adalah transportasi sebagai alat pemersatu. Merujuk pada
Tabel 38, menunjukkan bahwa ruas jalan provinsi cenderung dalam kondisi baik dari tahun
ke tahun. Namun, kerusakan yang signifikan terjadi pada tahun 2008, dimana terjadi
penurunan tingkat kualitas jalan dengan penurunan sebesar 36,26 dari 68,93 pada tahun
2007. Selain itu karena hujan yang turun terus menerus sepanjang tahun 2008. Walaupun
mengalami sedikit kenaikan pada tahun 2009 sebesar 39,06. Kondisi ini diakibatkan oleh
menurunnya tingkat kualitas jalan karena kurangnya kesadaran dan pemahaman dari
pemakai jalan itu sendiri akan fungsi dan klasifikasi dari jalan yang digunakan. Hal lain yang
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 61
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
mempengaruhi adalah pengawasan yang belum optimal dari pihak-pihak terkait serta
terbatasnya infrastruktur.
Pembangunan transportasi darat di Maluku belum dapat dikatakan berhasil, karena
pembangunan jalan di daerah-daerah tertentu belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh
masyarakat, khususnya pada daerah terpencil. Penyebabnya bukan saja karena rendahnya
kualitas jalan yang dibangun, tetapi menyangkut ketersediaan sarana lain seperti kendaraan,
dan aparat pendukung dalam kelancaran sistem pelayanan transportasi.
2.7. Pertanian
2.7.1. Rata-rata nilai tukar petani per tahun
Data rata-rata nilai tukar petani per tahun untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan menggunakan Tabel 39 berikut ini.
Tabel 39. Persentase Nilai Tukar Petani di Provinsi Maluku
Tahun Provinsi
2004 -
2005 -
2006 -
2007 -
2008 103,07
2009 107,03
Sumber : BPS Provinsi Maluku 2009
Tabel 39 menunjukan bahwa data Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Maluku baru
telihat pada tahun 2008 dan 2009, karena Sebelum tahun 2008 penghitungan NTP oleh
Badan Pusat Statistik hanya dilakukan pada 23 provinsi di Indonesia dan pada tahun 2008
penghitungan NTP sudah dilakukan terhadap 33 provinsi termasuk provinsi Maluku. Nilai
Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator proxy yang dapat mengukur tingkat
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 62
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
kesejahteraan petani. NTP adalah perbandingan antara Indeks harga yang diterima petani
(It) dengan Indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam satuan persentase.
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Maluku periode Januari sampai Desember 2008
tidak begitu bervariasi, namun menunjukan peningkatan dari bulan Januari sampai
Desember. Angka NTP Provinsi Maluku tahun 2008 yang terendah terjadi pada bulan
Januari yakni sebesar 96,11, sedangkan angka NTP tertinggi terjadi pada bulan Desember
yakni sebesar 110,28. Rata-rata NTP Provinsi Maluku pada tahun 2008 berada di atas level
100, yakni 103,07. Angka ini menunjukan bahwa indeks harga yang diterima petani di Maluku
lebih besar dibandingkan indeks harga yang dibayar petani.
Data NTP Provinsi Maluku tahun 2009 dari bulan Januari sampai Desember,
seluruhnya berada di atas level 100, dengan angka NTP terendah pada bulan Oktober yakni
105,16 dan angka tertinggi pada bulan Pebruari yakni 109,46. Sedangkan angka rata-rata
NTP Provinsi Maluku pada tahun 2009 sebesar 107,03, dengan demikian pada tahun 2009
terjadi peningkatan persentase Nilai Tukar Petani sebesar 3,85% dari tahun 2008. Ini
merupakan potret secara umum tentang membaiknya kesejahteraan petani di provinsi
Maluku, jika dibandingkan dengan NTP periode Januari – Desember 2008 yang masih ada
nilai NTP di bawah level 100. Walaupun demikian, tidak semua petani di Provinsi Maluku
tingkat kesejahteraannya di tahun 2009 makin membaik, karena hanya beberapa sub sektor
saja dari sektor Pertanian yang indeks Nilai Tukar Petani diatas angka/level 100 yaitu sub
sektor Hortikultura dan sub sektor Perikanan. Sedangkan beberapa sub sektor lainnya
seperti sub sektor Tanaman Pangan, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat, dan sub
sektor Peternakan indeks Nilai Tukar Petani masih dibawah angka/level 100.
2.7.2. PDRB sektor pertanian
Data PDRB sektor pertanian untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
menggunakan Tabel 40 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 63
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 40. PDRB Sektor Pertanian Provinsi Maluku
Tahun Berlaku Konstan
2004 1.458.781 1.056.184
2005 1.634.107 1.096.737
2006 1.802.961 1.129.295
2007 2.013.093 1.175.896
2008 2.153.759 1.209.850
2009 2.335.409 1.258.949
Sumber : BPS Provinsi Maluku
Data PDRB dari sektor Pertanian Provinsi Maluku pata Tabel 40 disajikan atas dasar
harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun,
sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung dengan menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
perhitungannya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran
struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Dengan demikian, PDRB merupakan indikator
untuk mengukur sampai sejauh mana keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan
sumberdaya yang ada, dan dapat digunakan sebagai perencanaan dan pengambilan
keputusan.
Berdasarkan data pada Tabel 40, Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB
Provinsi Maluku dari sektor Pertanian sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 mengalami
kenaikan dari tahun ke tahun, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga
konstan. Kenaikan PDRB Provinsi Maluku rata-rata per tahun dari sektor Pertanian atas
dasar harga berlaku sejak tahun 2004 – 2009 sebesar 9,89 % dengan kenaikan tertinggi
pada tahun 2005 yakni sebesar 12,02 % dan terendah pada tahun 2008 yakni sebesar
6,99%. Sedangkan kenaikan rata-rata per tahun atas dasar harga konstan sebesar 3,58 %
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 64
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
dengan kenaikan tertinggi pada tahun 2007 yakni sebesar 4,13 % dan terendah pada tahun
2008 sebesar 2,89%.
Tahun 2008 persentase PDRB atas dasar harga berlaku dari sektor Pertanian di
Provinsi Maluku mengalami peningkatan sebesar 6,99 % dan persentase PDRB atas dasar
harga konstan mengalami peningkatan sebesar 2,89%. Walaupun pada tahun 2008 terjadi
peningkatan PDRB baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan dari
tahun sebelumnya, namun persentase peningkatannya adalah yang terendah sejak tahun
2004 sampai tahun 2009. Hal ini disebabkan karena beberapa sub sektor dari sektor
pertanian seperti sub sektor Tanaman Pangan, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat,
dan sub sektor Peternakan pada tahun 2008 produksinya mengalami penurunan.
Tahun 2009 PDRB dari sektor Pertanian di Provinsi Maluku menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan dengan peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku
sebesar 8,43% dan atas dasar harga konstan sebesar 4,06 % dari tahun sebelumnya. Hal ini
disebabkan makin fokusnya pemerintah provinsi untuk minengkatkan produktivitas pada
berbagai sub sektor pada sektor pertanian di Provinsi Maluku. Proses pelaksanaan program
pembangunan pertanian juga mendapat dukungan penuh dari para petani dan dunia usaha.
Demikian pula iklim investasi semakin kondusif sehingga dapat menyerap jumlah tenaga
kerja yang menganggur. Sebagai tulang punggung perekonomian Maluku, sektor Pertanian
(sektor primer) memiliki peranan sebesar 35 persen bila dilihat dari kontribusinya pada
PDRB. Kemudian diikuti dengan sektor lainnya yaitu sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran yang memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah sekitar 26 persen;
sektor Jasa-Jasa sekitar 16 persen; dan sisanya diberikan oleh sektor Pengangkutan dan
Komunikasi, sektor Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan, sektor industri, sektor
Bangunan, sektor Pertambangan & Penggalian serta sektor Listrik dan Air Bersih.
2.8. Kehutanan
2.8.1. Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis.
Data persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis untuk
Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 41 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 65
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 41. Presentasi Luas Lahan Rehabilitasi Dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis
Tahun Provinsi
2004 0.12
2005 0.30
2006 0.02
2007 0.19
2008 0.05
2009 0.07
Selanjutnya data pada Tabel 41 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 22 berikut ini.
Gambar 22. Grafik Persentase Luas Lahan Rehabilitasi Dalam Hutan Terhadap Lahan Kritis
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 66
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Capaian Indikator persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis
(Tabel 40) rata-rata sebesar 0,15 menunjukkan persentase keberhasilan yang sangat kecil
dibandingkan dengan tingkat kerusakan hutan dan bertambah luasnya lahan kritis di Maluku.
Ketidak berhasilan program rehabilitasi lahan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain:
Penyelenggara/pelaksana rehabilitasi lahan tidak profesional dibidang kehutanan,
karena umumnya berasal dari latar belakang pengusaha yang mengutamakan aspek
finansial.
Organisasi penyelenggara yang tidak proporsional dengan tujuan rehabilitasi hutan
dan perbaikan lingkungan;
Belum tersedianya benih dan bibit dari jenis pohon lokal menyebabkan pemilihan
jenis tanaman rehabilitasi tidak sesuai;
Rendahnya persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis yang
terjadi di Maluku sehingga dapat disebutkan bahwa kinerja di sub-bidang ini belum signifikan
dibandingkan dengan tujuan pembangunan kualitas pengelolaan sumberdaya hutan dan
lingkungan hidup.
Berdasarkan Tabel 41 dan Gambar 22 terlihat bahwa terjadi fluktuasi dalam capaian
Persentase luas lahan rehabilitasi dalam hutan terhadap lahan kritis, hal ini ditunjukkan oleh
belum signifikannya perubahan yang terjadi secara positif. Dengan luas lahan kritis di
wilayah Maluku lebih dari 2 juta hektar dan pencapaian indikator seperti yang ditunjukkan
oleh gambar grafik menyatakan bahwa belum ada perubahan yang cukup signifikan untuk
dapat dikatakan berhasil dalam melakukan rehabilitasi lahan-lahan kritis. Hal ini disebabkan
oleh belum terkoordinasinya implementasi gerakan dan program rehabilitasi lahan hutan dan
lahan-lahan kritis.
Dengan demikian upaya rehabilitasi lahan kritis belum relevan dengan kebijakan
secara nasional. Fluktuasi tren kinerja rehabilitasi lahan kritis di Maluku memperlihatkan
belum efektifnya kinerja pembangunan di bidang ini. Sehingga diperlukan strategi baru untuk
lebih meningkatkan kinerjanya. Seperti disebutkan diatas bahwa belum profesionalnya para
penyelenggara rehabilitasi lahan berupa reboisasi menyebabkan tingkat keberhasilan
reboisasi di lahan-lahan hutan sangat kecil. Dalam hal ini pemerintah perlu melakukan
pembinaan kepada perusahaan rekanan pelaksana reboisasi untuk dapat bekerja secara
profesional dimana tenaga-tenaga pelaksana teknis harus memiliki latar belakang pekerjaan
tanaman secara profesional, karena pekerjaan tanaman memerlukan keahlian dan
ketrampilan di bidang silvikultur dan perbenihan tanaman hutan.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 67
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Hal yang sama ditunjukkan oleh Indikator Rehabilitasi Lahan di luar hutan dimana
selama lima tahun pembangunan di bidang ini capaian luas lahan di luar hutan yang dapat
dihijaukan karena penyelenggaraannya di atas lahan rakyat menunjukkan capaian yang
sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan di luar hutan yang perlu dihijaukan. Capaian
luas lahan penghijauan di Maluku pada tahun 2007 seluas 225 hektar, tahun 2008 hanya
seluas 125 hektar dan pada tahun 2009 hanya seluas 100 hektar. Capaian seperti ini
menunjukkan bahwa organisasi penyelenggara juga belum profesional dalam menangani
program penghijauan lahan-lahan rakyat. Adanya sistem penyelenggara proyek yang
ditenderkan tanpa melihat profesionalisme rekanan merupakan faktor tidak berhasilnya
program penghijauan di daerah ini. Pelaksanaan penghijauan dan reboisasi umumnya hanya
pada penanaman, sedangkan pemeliharaan dan perawatan tanaman belum menjadi
perhatian, padahal pemeliharaan merupakan faktor utama keberhasilanan tanaman reboisasi
dan penghijauan.
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Maluku belum terlalu menggembirakan
karena salah satu faktornya adalah belum adanya koordinasi yang baik antara instansi terkait
di daerah ini khususnya instansi teknis kehutanan (SKPD maupun Balai Kehutanan lainnya)
dalam menangani kegiatan reboisasi dan penghijauan. Selain itu masih minimnya kegiatan
pembinaan, pengendalian dan pengawasan gerakan rehabilitasi hutan dan lahan.
Luas kawasan konservasi hutan di Maluku tidak berubah selama lima tahun
pembangunan, hal ini dapat dilihat dari luasan 579.378,32 hektar hutan konservasi yang tidak
pernah bertambah selama periode pembangunan lalu. Apabila dibandingkan dengan luas
hutan produksi seluas 3.100.000 hektar maka luas kawasan konservasi di Maluku adalah
19,3%; Hal ini tentu masih rendah bila didasarkan pada prinsip pengelolaan lahan lestari
dimana kawasan hutan konservasi sebaiknya sebesar 30%, apalagi wilayah kepulauan
luasan ini sebaiknya 40%. Dengan demikian kondisi lingkungan pulau-pulau kecil akan
makin baik lingkungannya. Kondisi ini menunjukkan bahwa perhatian pemerintah dalam
pengelolaan lingkungan belum terlalu serius dan hal ini akan berdampak pada makin
menurunnya fungsi lingkungan dalam kehidupan umat manusia.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 68
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.9. Kelautan
2.9.1. Jumlah tindak pidana perikanan
Data jumlah tindak pidana perikanan untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan menggunakan Tabel 42 berikut ini.
Tabel 42. Jumlah Tindak Pidana Perikanan
Tahun Jumlah Tindak
Pidana Perikanan
2004 48
2005 13
2006 14
2007 14
2008 12
2009 9
Tabel 42 memperlihatkan jumlah tindak pidana perikanan berupa illegal fishing yang
masih selalu terjadi di perairan laut. Penurunan angka-angka jumlah tindak pidana perikanan
memperlihatkan kinerja yang konsisten dari upaya mengatasi maraknya illegal fishing. Hal
yang sama terjadi secara nasional, penurunan jumlah tindak pidana perikanan terjadi cukup
signifikan. Dengan demikian dapat disebutkan bahwa implementasi di bidang ini cukup
relevan dengan kebijakan dan program pemerintah secara nasional sehingga kinerja
pembangunan di bidang ini sudah cukup efektif.
Pada Tabel 42 terlihat bahwa indikator jumlah tindak pidana perikanan
memperlihatkan angka yang menurun dari tahun ke tahun, yakni sebanyak 48 kasus pada
tahun 2004 menjadi 12 kasus pada tahun 2008 dan turun menjadi 9 pada tahun 2009; hal
yang sama terjadi secara nasional yaitu 200 kasus pada tahun 2004 menjadi 62 kasus pada
tahun 2008. Implementasi penanganan tindak pidana perikanan menunjukkan kinerja yang
cukup signifikan, walaupun demikian potensi terjadinya kasus ini masih sangat rawan terjadi
di wilayah Maluku mengingat luasnya laut dibandingkan dengan kemampuan pengawasan
oleh aparat pengawasan di Maluku. Dengan demikian masih diperlukan upaya untuk
Penataan pengelolaan sumberdaya perikanan/ kelautan dan dukungan penetapan
regulasinya serta Penyediaan SDM aparatur kelautan dan perikanan yang lebih profesional.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 69
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.9.2. Luas kawasan konservasi laut (juta Ha).
Data luas kawasan konservasi laut (juta Ha) untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan
dengan menggunakan Tabel 43 berikut ini.
Tabel 43. Luas Kawasan Konservasi Laut
Tahun Luas Kawasan Konservasi Laut
2004 0.0020
2005 0.0020
2006 0.0026
2007 0.0025
2008 0.0025
2009 data belum
tersedia
Luas kawasan konservasi laut seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 43 pada tingkat
provinsi masih sangat kecil dan pertambahan dari tahun ke tahun selama 5 tahun periode
pembangunan tidak menunjukkan kenaikan yang berarti dalam melihat laut sebagai
sumberdaya alam yang harus dilestarikan dari waktu ke waktu. Pada tingkat nasional justru
terjadi kenaikan yang cukup berarti dari sisi konservasi. Hal ini menunjukkan belum
relevannya kinerja pembangunan daerah Maluku terhadap kebijakan pembangunan
lingkungan laut secara nasional. Padahal tingkat kerusakan ekosistem laut di Maluku
khususnya di pulau Ambon sangat memprihatinkan, hal ini terlihat pada Tabel 44.
Penurunan kondisi ekosistem laut ini disebabkan oleh tiga faktor utama yaitu
sedimentasi melalui sungai dan air larian dari daratan pesisir akibat pemanfaatan lahan atas,
sampah dari aktivitas hunian dan fasilitas publik seperti pasar dan aktivitas di pesisir pantai,
serta pemanfaatan lahan daratan pantai dan pantai basah untuk pembangunan fasilitas
publik dan usaha. Dari beberapa penelitian di sekitar Teluk Ambon disimpulkan bahwa
degradasi ekosistem mangrove, lamun dan terutama terumbu karang di Teluk Ambon
disebabkan oleh sedimentasi, sampah dan aktivitas masyarakat, industri dan pasar serta
aktivitas doking dan bongkar muat kapal.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 70
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 44. Perkembangan persen penutupan karang batu dan status terumbu karang antar lokasi terumbu perairan pesisir Teluk Ambon bagian Luar.
Lokasi Terumbu Tutupan Karang (%) Status Terumbu Karang
1994 2004 2008 1994 2004 2008
Wayame 58.6 36.3 21,6 Baik Rusak Sangat Rusak
Hative Besar 77.9 56.2 42,2 Sangat Baik Baik Rusak
Tawiri 76.6 46.1 23,5 Sangat Baik Rusak Sangat Rusak
Laha 56.8 37.9 31,7 Baik Rusak Rusak
Air Manis 69.6 66.7 43,9 Baik Baik Rusak
Liliboi 66.0 63.9 51,3 Baik Baik Baik
Alang 61.3 58.5 56,8 Baik Baik Baik
Kapaha 50.2 15.4 00,0 Baik Sangat Rusak Sangat Rusak
Air Salobar 65.7 36.6 24,3 Baik Rusak Sangat Rusak
Amahusu 65.9 57.4 31,7 Baik Baik Rusak
Eri 79.3 60.5 38,6 Sangat Baik Baik Rusak
Seilale 66.6 57.7 43,8 Baik Baik Rusak
Harahia 77.4 75.6 69,1 Sangat Baik Sangat Baik Baik
Tg. Nusaniwe 62.4 61.2 59,4 Baik Baik Baik
Data pada Tabel 44 menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun sejak tahun 2004
sampai tahun 2008. Hal ini mengindikasikan kinerja pembangunan di bidang ini belum
efektif. Hal ini tentu disebabkan oleh belum berpihaknya pemerintah daerah Maluku terhadap
pelestarian dan peningkatan daya dukung lingkungan khuusnya ekosistem laut. Konservasi
terhadap kawasan laut pesisir terutama wilayah estuari dan manggrove akan dapat
mempertahankan tingkat produksi dan ruang pemijahan bagi makhluk laut secara
berkelanjutan. Data pada Tabel 44 menunjukan bahwa tingkat kerusakan terhadap
ekosistem laut telah terjadi dan mengarah pada kondisi sangat rusak. Dengan demikian
kinerja di bidang ini perlu mendapat perhatian pemerintah Daerah Maluku untuk lebih fokus
memperhatikan keberlanjutan kehidupan masyarakat.
Undang-Undang nomor 27 tahun 2005, tentang pengelolaan pulau-pulau kecil dan
kelautan merupakan dasar bagi diselenggarakannya program korservasi sumberdaya pesisir
secara berkelanjutan karena wilayah pesisir merupakan habitat pendukung kehidupan biota
laut secara berkelanjutan. Kerusakan lingkungan pesisir akan berdampak luas terhadap
ketersediaan sumberdaya laut, dan akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat
kepulauan seperti Provinsi Maluku.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 71
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2.10. Kesejahteraan Sosial
2.10.1. Persentase penduduk miskin
Data persentase penduduk miskin untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
menggunakan Tabel 45 berikut ini.
Tabel 45. Persentase penduduk miskin di Maluku
Tahun Persentase Penduduk Miskin
2005 32.28
2006 33.03
2007 31.14
2008 29.66
2009 28.10
Selanjutnya data pada Tabel 45 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 23 berikut ini.
Gambar 23. Grafik Persentase Penduduk Miskin Di Maluku
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 72
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Persentase penduduk miskin merupakan indikator yang sangat menonjol secara
nasional, Tabel 45 dan Gambar 23, memperlihatkan tren perkembangan persentase
penduduk miskin di Maluku, yang menunjukkan bahwa Provinsi Maluku termasuk dalam
golongan persentase penduduk miskin yang cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain
di Indonesia. Persentase penduduk miskin di Provinsi Maluku pada tahun 2004 sebesar
32,13 % merupakan angka persentase kemiskinan yang sangat signifikan dibandingkan
dengan persentase kemiskinan secara nasional yang hanya 16,66% pada tahun yang sama.
Kemudian pada tahun 2005 menjadi 32,26 % dibandingkan dengan angka kemiskinan
nasional sebesar 15,42% pada tahun 2005.
Selanjutnya angka ini naik menjadi 33,03 pada tahun 2006 yakni merupakan angka
yang sangat memprihatinkan dibandingkan dengan tingkat persentase kemiskinan nasional
yang pada tahun 2006 naik menjadi 33,03 atau sebesar 200 % dari tingkat kemiskinan
nasional maka Daerah Maluku termasuk daerah dengan penduduk miskin terbesar
persentasenya pada tahun itu. Pada tahun 2007 angka kemiskinan di Maluku turun menjadi
31,14 %, dan dan pada tahun 2008 turun lagi menjadi 31.14 %, dan turun menjadi 28,10
pada tahun 2009. Terjadinya kemiskinan penduduk berawal dari terjadinya kerusuhan sosial
pada tahun 1999 sampai dengan tahun 2004, dimana bagian terbesar penduduk menjadi
pengungsi akibat dari kehilangan harta benda termasuk rumah dan pekerjaan. Selain itu
dampak dari kerusuhan menyebabkan eksodusnya banyak perusahaan besar yang
merupakan alasan utama banyak masyarakat kehilangan lapangan kerja. Pemulihan
ekonomi yang berjalan lamban setelah pemulihan dari kerusuhan merupakan alasan kuat
makin meningkatnya penduduk miskin di daerah ini.
2.10.2. Tingkat pengangguran terbuka.
Data persentase penduduk miskin untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan
menggunakan Tabel 46 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 73
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Tabel 46. Persentase Pengangguran Terbuka di Maluku
Tahun Provinsi
2004 11.67
2005 19.67
2006 13.72
2007 12.20
2008 11.05
2009 10.30
Selanjutnya data pada Tabel 46 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 24 berikut ini.
Gambar 24. Grafik Persentase Pengangguran Terbuka di Maluku
Berdasarkan Tabel 46 dan Gambar 24 terlihat bahwa indikator pengangguran terbuka
di Provinsi Maluku berkisar pada angka 11,67 pada tahun 2004, 19,49 % pada tahun 2005
yang kemudian menjadi 11,05 % pada tahun 2008, dan pada tahun 2009 turun menjadi 10,3
%. Angka persentase ini menunjukkan tingkat pengangguran yang terjadi di perkotaan,
sedangkan di daerah pedesaan tidak termasuk dalam angka ini, sehingga secara riil
sebenarnya angka pengangguran lebih besar lagi. Secara nasional persentase
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 74
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
pengangguran terbuka adalah 9,86 pada tahun 2004 dan berfluktuasi tiap tahun yakni 14,22
pada tahun 2005 kemudian menurun menjadi sebesar 8,46 pada tahun 2008 dan menjadi 7,3
% pada tahun 2009. Persentase pengangguran penduduk di Maluku ternyata masih lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata nasional. Sampai dengan tahun 2009 sektor informal
berupa bazar ekonomi yakni usaha mikro dan usaha kecil masih merupakan andalan
penduduk yang menganggur, hal ini tentu karena tidak tersedianya lapangan kerja baru
selama periode kerusuhan dan periode pemulihan kerusuhan, sehingga sebagian besar
penduduk hanya mampu mencukupi kebutuhan makannya saja dan berada dalam kategori
penduduk miskin.
Selanjutnya persentase kemiskinan, pengangguran terbuka dan APBD Pro-Poor
untuk Provinsi Maluku dapat ditunjukkan dengan menggunakan Tabel 47 berikut ini.
Tabel 47. Persen Kemiskinan, Pengangguran Terbuka dan APBD Pro-Poor
Tahun penduduk miskin
tingkat pengangguran terbuka
APBD Pro Poor
2005 32.28 19.67 6.9
2006 33.03 13.72 7.1
2007 31.14 12.20 8.7
2008 29.66 11.05 9.3
2009 28.10 10.30 10.2
Selanjutnya data pada Tabel 47 dapat ditunjukkan secara grafik dengan
menggunakan Gambar 25 berikut ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 75
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Gambar 25. Grafik Persentase Kemiskinan, Pengangguran Terbuka Dan APBD Pro-Poor di Maluku
Data pada Tabel 47 dan Grafik pada Gambar 25, memperlihatkan kecenderungan
penurunan secara perlahan angka kemiskinan dari tahun ke tahun bersamaan dengan
menurunnya angka pengangguran terbuka. Alokasi APBD Pro-poor juga secara perlahan
naik, walaupun dalam jumlah yang belum signifikan jika dibandingkan dengan kebutuhan
dalam percepatan pengentaskan kemiskinan. menjelaskan pengaruh dari tingkat
pengangguran terbuka dan persentase APBD Pro-poor terhadap terjadinya kemiskinan.
Gambar gravik juga memperlihatkan hubungan yang lebih dinyatakan sebagai hubungan
sebab akibat yang didorong oleh peristiwa kerusuhan dimana banyak penduduk kehilangan
pekerjaan tetap akibat dari eksodusnya sebagian besar perusahaan dari Maluku, selain
terbakar dan musnahnya harta benda milik rakyat yang menyebabkan jatuh miskin.
Tingginya angka pengangguran diikuti dengan rendahnya alokasi anggaran belanja daerah
untuk mengentaskan kemiskinan menyebabkan proses pemulihan berjalan lambat, dan
penurunan persentase kemiskinan di daerah ini berjalan lambat.
Selanjutnya program-program pemerintah melalui implementasi proyek pengentasan
kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat belum terarah secara sistemik sehingga sasaran
pembangunan pengurangan angka persentase kemiskinan tidak berhasil baik.
Penanggulangan pengungsi yang berlarut-larut merupakan faktor lambannya penanganan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 76
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
penduduk miskin di Maluku. Kebijakan dan strategi baru dalam penanganan penduduk
miskin di daerah ini perlu dirumuskan secara komprehensif dan holistik memadukan semua
komponen dengan program terpadu dengan model yang diselenggarakan secara bersama.
Seperti tertera dalam RPJMD Provinsi Maluku, terdapat banyak program yang
mengarah pada penemuan model untuk mengentaskan kemiskinan, hal ini menjadi petunjuk
belum terpadunya program pengentasan kemiskinan oleh setiap instansi (SKPD) yang
berkompeten untuk menyelenggarakan program tersebut. Selain program PNPM yang
dilakukan oleh instansi pemeberdayaan masyarakat, seharusnya instansi yang lain harus
menyelenggarakan program pengentasan kemiskinan melalui bidangnya masing-masing.
Peran pemerintah provinsi untuk menarik investor menanam modal di Maluku merupakan
langkah besar yang dilakukan terutama melalui berbagai even internasional seperti Sail
Banda yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2010 lalu.
Walaupun demikian pembenahan infrastruktur ekonomi yang lebih atraktif akan
menjadi modal utama untuk penanaman modal yang lebih besar di daerah ini. Dengan
demikian akan terbuka lapangan kerja baru yang dapat menampung tenaga kerja dalam
jumlah yang signifikan, sehingga kemiskinan dapat diturunkan sampai pada angka yang tidak
menyolok.
3. Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan indikator dan hasil analisis seperti diuraikan di atas maka dapat
direkomendasikan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, keluarga
berencana, ekonomi makro, investasi, infrastruktur, pertanian, kehutanan, kelautan, dan
kesejahteraan sosial. sebagai berikut :
3.1. Bidang Pendidikan dan Kesehatan
Pemerintah daerah harus memberikan perhatian yang lebih maksimal dan bekerja sama
dengan pemerintah pusat melalui program-program yang dibuat di tingkat daerah
maupun pusat dapat memberikan kontribusi yang positif sehingga dapat meningkatkan
APK dan APM Provinsi Maluku.
Pemerintah daerah perlu lebih kerja keras lagi sehingga rata-rata nilai akhir SMP/MTs
dan SMA/SMK/MA tidak mengalami penurunan namun tetap stabil atau mengalami
kenaikan lagi, yang pada gilirannya pencapaian sasaran target bisa lebih baik dan
mampu menjawab tantangan pembangunan pendidikan dalam upaya untuk memperbaiki
kualitas sumber daya manusia.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 77
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Pemerintah daerah perlu lebih berkonsentrasi untuk menurunkan angka putus sekolah
SD, SMP/MTs, dan menengah dengan berbagai program yang dibuat sehingga dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan berakibat pada meningkatnya angka
melek aksara 15 tahun ke atas.
Pemerintah perlu membuat berbagai pelatihan dan program pendidikan bagi guru-guru
baik di tingkat dasar sampai menengah sehingga dapat meningkatkan jumlah guru yang
layak mengajar dan akan berakibat kepada meningkatnya kualitas proses belajar
mengajar.
Pemerintah provinsi harus serius memperhatikan masalah bidang kesehatan yang
berkaitan dengan umur harapan hidup, angka kematian bayi, prevalensi Gizi buruk dan
prevalensi gizi kurang terlebih di daerah pedesaan dan terpencil pada kabupaten/kota.
Persentase tenaga kesehatan per penduduk tetap harus mendapat perhatian yang maksimal
dari pemerintah daerah karena terjadi kenaikan pertumbuhan penduduk tapi tidak diikuti
pertambahan jumlah tenaga kesehatan setara dengan pertumbuhan tersebut sehingga
masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.
Pemerintah daerah Provinsi Maluku harus tetap menumbuhkan kesadaran masyarakat
dalam ber-KB karena penting bagi kesejahteraan masyarakat itu sendiri dan dapat
memberikan kontribusi bagi penekanan pertumbuhan jumlah penduduk.
3.2. Bidang Ekonomi Makro, Investasi dan Infrastruktur
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku harus sepenuhnya didukung oleh sektor
informal, usaha mikro dan usaha kecil yang berkembang pesat dalam menampung
masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan.
Kondisi keamanan harus tetap terjamin maka akan semakin mempengaruhi terciptanya
ikilim investasi yang baik pula.
Pemerintah daerah harus memberikan kemudahan-kemudahan bagi para investor dalam
mengurus administrasi berkaitan dengan penanaman modal usaha baik asing maupun
dalam negeri.
Kinerja pemerintah daerah harus lebih optimal terkait dengan tingkat pelayanan
infrastruktur di daerah Maluku. Dimana, belum optimalnya pelayanan teknologi informasi
dan komunikasi serta sarana dan prasarana perhubungan baik darat, laut, maupun udara
secara adil dan merata ke daerah-daerah terpencil.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 78
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Kondisi perekonomian di Maluku harus diusahakan stabil sehingga tidak akan
terpengaruh oleh faktor-faktor lain di luar faktor ekonomi itu sendiri, seperti faktor sosial
kemasyarakatan dan kebijakan politik daerah.
Pemerintah daerah harus gencar melakukan kegiatan promosi yang dipadukan dengan
kegiatan perdagangan dan pariwisata.
Perlu ditingkatkan fungsi pengawasan yang maksimal terhadap para pembuat maupun
pengguna jalan itu sendiri karena selama ini fungsi tersebut dinilai masih belum optimal
dilaksanakan.
Pembangunan transportasi darat di Maluku belum maksimal karena pembangunan jalan
di daerah-daerah tertentu belum dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat,
khususnya pada daerah terpencil.
3.3. Bidang Pertanian, kehutanan, dan kelautan
Perlu dilakukan revitalisasi peningkatan kebijakan pembangunan di bidang Pertanian,
Kehutanan dan Kelautan oleh Pemerintah Daerah Maluku;
Diperlukan perencanaan dan penentuan program-program pengembangan kualitas
pengelolaan sumberdaya alam di bidang Pertanian, Kehutanan dan Kelautan yang lebih
terarah;
Diperlukan peningkatan kinerja implementasi pelaksanaan program pembangunan di
Bidang Pertanian, Kehutanan dan Kelautan dengan bidang/sektor lain secara
komprehensif pada semua instansi terkait.
Perlu Penguatan Aspek Legal dan Kelembagaan Pengelolaan yang berkaitan dengan
perluasan Kawasan Konservasi Laut di Maluku.
3.4. Bidang Kesejahteraan Sosial
Kemiskinan di Maluku lebih tinggi dari angka kemiskianan rata-rata secara nasional, dan
merupakan daerah dengan persentase angka kemiskinan tertinggi;
Penyelenggaraan program pengentasan kemiskinan di Maluku belum memenuhi
sasaran yang tepat sehingga diperlukan model khusus dalam penyelenggaraannya
Alokasi anggaran pembangunan belum memadai karena masih dalam jumlah yang
sangat kecil dibandingkan dengan kebutuhan untuk mempercepat proses pengurangan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 79
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
penduduk miskin di berbagai daerah di Provinsi Maluku, dengan mencipatakan lapangan
kerja baru di berbagai bidang.
D. KESIMPULAN
D.1. Agenda Pembangunan Indonesia Yang Aman Dan Damai
Angka tindak kriminal dan kejahatan di Provinsi Maluku dari tahun ke tahun
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena belum dipenuhinya rasio jumlah aparat
kepolisian dengan jumlah penduduk di Provinsi Maluku selain pertimbangan wilayah
kepulauan dimana penduduk tersebar di pulau-pulau kecil yang sulit dalam komunikasi dan
transportasi.
D.2. Agenda Pembangunan Indonesia Yang Adil Dan Demokratis
Penanganan dan pengawasan yang belum memadai dan secara serius terhadap
kasus korupsi oleh pemerintah daerah Provinsi Maluku dalam rangka menjamin adanya
penuntasan dan kepastian hukum atas suatu kasus yang terindikasi korupsi. Pemerintah
daerah Provinsi Maluku belum dapat mengakselerasi pengembangan Peraturan Daerah
Pelayanan Satu Atap yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh pelayanan secara
cepat, tepat dan murah. Pengembangan sistem database yang berperspektif gender dalam
berbagai aspek atau bidang pembangunan belum maksimal. Kesadaran politik masyarakat
yang tinggi perlu terus dipelihara melalui berbagai program pembinaan dan pengembangan
wawasan kebangsaan. Pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses
perbaikan penyusunan laporan keuangannya dan memperbaiki kualitas pengelolaan dan
penyusunan laporan keuangannya.
D.3. Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
Pemerintah daerah belum memberikan perhatian yang maksimal dan bekerja sama
dengan pemerintah pusat melalui program-program yang dibuat di tingkat daerah maupun
pusat dapat memberikan kontribusi yang positif sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia di bidang pendidikan dan kesehatan di Provinsi Maluku.
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku harus sepenuhnya ditingkatkan dengan
berbagai program-program yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan
ditunjang stabilitas keamanan yang terjamin serta infrastruktur yang memadai.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 80
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Perlu dilakukan revitalisasi peningkatan kebijakan pembangunan dan selektif dalam
penentuan program-program pengembangan kualitas pengelolaan sumber daya alam di
bidang Pertanian, Kehutanan dan Kelautan oleh Pemerintah Daerah Maluku termasuk
penguatan aspek legal dan kelembagaan pengelolaan yang berkaitan dengan perluasan
kawasan konservasi laut di Maluku.
Penyelenggaraan program pengentasan kemiskinan di Maluku belum memenuhi
sasaran yang tepat sehingga berakibat kemiskinan di Maluku lebih tinggi dari angka
kemiskinan rata-rata secara nasional dan perlu mendapat alokasi anggaran yang memadai.
81
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BAB III RELEVANSI RPJMN 2010-2014 DENGAN RPJMD PROVINSI MALUKU
1. Pengantar
Kegiatan evaluasi merupakan salah satu dari empat tahapan perencanaan
pembangunan yang meliputi penyusunan, penetapan, pengendalian perencanaan serta
evaluasi pelaksanaan perencanaan. Sebagai suatu tahapan perencanaan pembangunan,
evaluasi harus dilakukan secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data
serta informasi untuk menilai sejauh mana pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja
pembangunan tersebut dilaksanakan. Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 telah
selesai dilaksanakan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 39 Tahun 2006 tentang
Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, pemerintah
(Bappenas) berkewajiban untuk melakukan evaluasi untuk melihat sejauh mana pelaksanan
RPJMN tersebut. Saat ini telah ditetapkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2010–2014. Siklus
pembangunan jangka menengah lima tahun secara nasional tidak selalu sama dengan siklus
pembangunan 5 tahun di daerah. Sehingga penetapan RPJMN 2010-2014 ini tidak
bersamaan waktunya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Provinsi Maluku. Hal ini menyebabkan prioritas-prioritas dalam RPJMD tidak selalu mengacu
pada prioritas-prioritas RPJMN 2010-2014. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi relevansi
prioritas/program antara RPJMN dengan RPJMD Provinsi Maluku.
RPJMD Provinsi Maluku disusun sebelum terbitnya dokumen RPJM-Nasional menyebabkan
prioritas program yang tercantum dalam RPJMD Maluku tidak sinkron dan terdapat
perbedaan dalam prioritas program pembangunan. Walaupun demikian secara umum
prioritas program tersebut terdapat dalam program pada Renstra SKPD. Kondisi seperti ini
menyebabkan terjadinya ketidakjelasan fokus program pada masing-masing SKPD. Sebagai
contoh program penanggulangan kemiskinan diprogramkan secara tidak fokus dan tidak
menjadi prioritas dalam RPJMD, sehingga masalah kemiskinan menjadi masalah utama yang
terjadi saat ini dengan posisi Maluku sebagai provinsi dengan penduduk miskin urutan ke tiga
di Indonesia.
82
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
Program-program yang sejalan antara RPJMD Maluku dengan RPJM-Nasional terutama
pada bidang pengelolaan lingkungan dan bencana alam, selain program yang berhubungan
dengan peningkatan kesejahteraan rakyat terutama pendidik, kesehatan, dan kesejahteraan
sosial. Hal yang sama pada program infrastruktur, program pembangunan ekonomi.
Belum konsisten dan relevannya program pembangunan di Daerah Maluku dengan program
nasional merupakan permasalahan yang selayaknya untuk melakukan penyesuaian di waktu
mendatang oleh pemerintah daerah. Penyesuaian yang perlu dilakukan adalah merevisi
RPJD Maluku terutama prioritas program pembangunan agar sejalan dengan program
nasional yang termuat dalam RPJMN secara nasional. Selain perencanaan yang harus
dibenahi, implementasi program oleh masing-masing SKPD belum berjalan sinkron dan
terpadu akibat dari tidak sinkronnya koordinasi antar SKPPD selama ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 83
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2. Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional
Tabel 2. Prioritas dan Program Aksi Pembangunan Nasional
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
1 PRIORITAS 1. REFORMASI BIROKRASI DAN TATA KELOLA
Otonomi Daerah; Penataan otonomi daerah melalui :
Pemerintahan Umum
Penghentian/pembatasan pemekaran wilayah
Fasilitasi penyiapan data dan informasi pendukung proses pemekaran daerah
Pelaksanaan evaluasi perkembangan daerah-daerah baru
Fasilitasi penguatan dan pemanfaatan kapasitas daerah otonom baru
Penataan kelembagaan perangkat daerah kabupaten pemekaran
Evaluasi kelembagaan perangkat daerah kabupaten pemekaran
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional
Pemekaran wilayah merupakan kebutuhan daerah untuk mendekatkan masyarakat dengan pemimpin agar tujuan otonomi tercapai untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pemekaran daerah yang telah dilakukan tidak dapat dibiarkan untuk mengatur otonominya sendiri namun diperlukan adanya evaluasi, fasilitasi dan penataan bagi daerah baru untuk menjamin tercapainya makna otonomi daerah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 84
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO RPJMN 2010-2014
RPJMD PROVINSI MALUKU (TAHUN 2008-2013) Analisis
Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan;
Peningkatan dan pengembangan pengelolaan keuangan daerah
Pembinaan dan fasilitasi pengelolaan keuangan kabupaten/kota
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional
Otonomi daerah dalam pengelolaan keuangan daerah tidak terbatas pada efisiensi dan efektivitas penggunaan dana perimbangan, tetapi diperlukan adanya pendapatan asli daerah untuk mendukung pembiayaan pembangunan daerah
Penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah;
Fasilitas penyelenggaraan pemilukada yang lebih berkualitas, jujur dan demokratis
Tidak ada program daerah yang mendukung prioritas/program nasional
Pemerintah daerah tidak dapat melakukan penyempurnaan pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang merupakan wewenang KPU dan KPUD sebagai lembaga independen, namun hanya dapat memfasilitasi penyelenggaraannya yang berkualitas, jujur dan demokratis.
Regulasi;
Penataan Peraturan Perundang-undangan
Percepatan harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan di tingkat pusat dan daerah, peraturan daerah selambat-lambatnya 2011;
Koordinasi kerjasama permasalahan peraturan perundang-undangan
Penyusunan rencana kerja rancangan peraturan perundang-undangan
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan merupakan tuntutan adanya kesamaan pengaturan di bidang otonomi daerah antara pusat dan daerah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 85
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Legislasi rancangan peraturan perundang-undangan
Kajian peraturan perundang-undangan daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang baru, yang lebih tinggi dari keserasian antar peraturan perundang-undangan daerah
Pengawasan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota
Klarifikasi peraturan daerah kabupaten/kota
Sinergi Antara Pusat dan Daerah;
Perangkat Daerah & Pelayanan Publik
Penetapan dan penerapan Indikator Kinerja Utama Pelayanan Publik yang selaras antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
Penanganan kasus pengaduan di lingkungan pemerintah daerah
Pembentukan unit khusus penanganan pengaduan masyarakat
Fasilitasi pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Penyusunan Standar Anggaran Biaya dan SOP bidang perizinan
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pelayanan publik merupakan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan dalam negara hukum demokratis. Penyelarasan program pemda dan pemerintah pusat dalam penetapan dan penerapan indikator kinerja utama pelayanan publik merupakan keharusan karena pemerintah pusat telah menetapkan standarisasi, kriteria dan norma pelayanan publik.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 86
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Pemanfaatan sistem informasi terhadap layanan publik
Sosialisasi peraturan perundang-undangan bidang pelayanan publik
Bimbingan teknis implementasi peraturan perundang-undangan pelayanan publik dan tata laksana
Penegakan Hukum;
Peningkatan integrasi dan integritas penerapan dan penegakan hukum oleh seluruh lembaga dan aparat hukum;
Penegakan hukum lingkungan
Pengendalian dan pengawasan pemanfaatan SDA
Penyuluhan hukum pertanahan
Kegiatan sosialisasi UU Perlindungan Perempuan dan Anak
Koordinasi pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap tenaga kerja perempuan dan anak
Kegiatan Sosialisasi Perda Provinsi Maluku tentang Perlindungan Korban Kekerasan Perempuan dan Anak
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program merupakan tuntutan tercapainya sistem penegakan hukum terpadu, baik terhadap substansi peraturan perundang-undangan maupun prosedural dalam penegakan hukum. Penegakan hukum harus dilakukan secara komprehensif yang dimulai dari tindakan preventif berupa penyuluhan dan sosialiasi serta pengawasan terhadap kepatuhan peraturan perundang-undangan. Selain itu adanya tindakan represif berupa penindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 87
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN) lingkup Pendidikan/Perguruan Tinggi
Sosialisasi dampak buruk penyalahgunaan Narkoba di Provinsi Maluku
Pemeriksaan dan pengawasan P4GN di tempat-tempat umum
Penyelesaian penyelidikan kasus penyalahgunaan Narkoba
Sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
Koordinasi pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap Tenaga Kerja Perempuan dan Anak
Pengembangan dan pengawasan norma ketenagakerjaan
Monitoring pelaksanaan norma kerja Perempuan dan Anak
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 88
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Sosialisasi berbagai peraturan perundang-undangan tentang Ketenagakerjaan (Hiperkes dan Keselamatan Kerja)
Peningkatan pengawasan, perlindungan dan penegakan hukum terhadap KK (pengujian dan pemeriksaan lingkungan kerja)
Monitoring dan evaluasi perizinan pemanfaatan hutan
Pengawasan dan penertiban pelaksanaan Perda pengelolaan Industri Hasil Hutan
Peningkatan kesadaran masyarakat terutama perencana, pengambil keputusan dan dunia usaha tentang Nilai Strategi Pengelolaan Terpadu Sumber Daya (SD) Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Pengawasan, pengendalian, dan perlindungan Ekosistem Pesisir dan Pulau Kecil
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 89
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Intensifikasi Pengawasan dan Pengendalian Pemanfaatan SD Perikanan dan Kelautan melalui pelaksanaan MCS, Pendayagunaan PNS Peningkatan pengawasan
Kemetrologian Penyuluhan Pencegahan
Peredaran/Penggunaan Minuman Keras dan Narkoba Rapat Koordinasi Lintas
Lembaga Penegak Hukum dan Lembaga Sosialisasi peraturan
perundang-undangan bidang kelembagaan Sosialisasi peraturan
perundang-undangan bidang pelayanan publik
Data Kependudukan;
Kependudukan dan Catatan Sipil
Penetapan Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan pengembangan SIAK dengan aplikasi pertama pada kartu tanda penduduk selambat-lambatnya 2011
Pembangunan dan pengoperasian SIAK Terpadu Pengolahan dan
penyusunan laporan informasi kependudukan Provinsi Maluku Koordinasi DESK
Kependudukan
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Program nasional di bidang kependudukan yang di daerah dilakukan melalui koordinasi DESK Kependudukan dengan pemerintah pusat serta pembangunan dan pengoperasian SIAK Terpadu
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 90
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
2 PRIORITAS 2 : PENDIDIKAN
Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) pendidikanDasar
APM pendidikan setingkat SMP
Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan setingkat SMA
Pemantapan/rasionalisasi implementasi BOS
Penurunan harga buku standar di tingkat sekolah dasar dan menengah sebesar 30-50% selambat-lambatnya 2012
Penyediaan sambungan internet ber-content pendidikan ke sekolah tingkat menengah selambat-lambatnya 2012 dan terus diperluas ke tingkat sekolah dasar;
Pemerintahan Umum
Program Pendidikan Anak Usia Dini
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
Program Pendidikan Menengah
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan SMA / SMK
Program Pendidikan Non Formal
Program Pendidikan Luar Biasa
Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Tingkat Pendidikan Dasar
Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
RPJM Daerah Maluku 2008 – 2013 tidak secara spesifik merencanakan program yang sama dengan program aksi pada RPJMN 2010 – 2014. Beberapa program aksi seperti penurunan harga buku standar dan penyediaan sambungan internet berkonten pendidikan belum direncanakan sehingga terkesan ada ketidak sesuaian namun biasanya ditindaklanjuti pada renstra SKPD
Beberapa program aksi pada RPJMN tidak terprogram secara jelas sehingga sulit untuk diukur. Kesesuaian program aksi RPJMN dengan RPJMD yaitu program aksi 1 – 4 dijabarkan dalam program RPJMD, sedang program 5 – 6 tidak ada dalam rumusan program RPJMD.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 91
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Akses Pendidikan Tinggi;
Peningkatan APK pendidikan tinggi
Tidak ada program RPJMD yang men-dukung program nasional untuk akses pendidikan tinggi.
Ada anggapan bahwa urusan pendidikan tinggi bukan merupa-kan urusan pemerintah daerah.
Metodologi;
Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test)
Tidak ada program RPJMD yang mendukung program aksi metodologi (teaching to the test)
Sistem pembelajaran di Maluku masih menerapkan metode untuk mengejar tingkat kelulusan sehingga hasil yang diperoleh tinggi namun quasi terlihat pada tingkat kelulusan pada SNMPTN yang rendah
Pengelolaan;
Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul, Revitalisasi peran pengawas
sekolah sebagai entitas quality assurance, Mendorong aktivasi peran
Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten
RPJMD Maluku urusan pendidikan tidak terdapat program pengelo-laan sebagaimana terdapat pada RPJMN 2010 – 2014
Pada dasarnya pemberdayaan peran kepala sekolah, revi-talisasi peran pengawas sekolah, peran komite sekolah dan dewan pendidikan dilaksanakan di Maluku namun tidak diprogram sehingga pada RPJMD, pelaksanaan program tersebut hanya memanfaatkan program pusat
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 92
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Akses Pendidikan Tinggi;
Peningkatan APK pendidikan tinggi
Tidak ada program RPJMD yang men-dukung program nasional untuk akses pendidikan tinggi.
Ada anggapan bahwa urusan pendidikan tinggi bukan merupakan urusan pemerintah daerah.
Metodologi;
Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan ujian (teaching to the test)
Tidak ada program RPJMD yang mendukung program aksi metodologi (teaching to the test)
Sistem pembelajaran di Maluku masih menerapkan metode untuk mengejar tingkat kelulusan sehingga hasil yang diperoleh tinggi namun masih terlihat pada tingkat kelulusan pada SNMPTN yang rendah
Pengelolaan;
Pemberdayaan peran kepala sekolah sebagai manajer sistem pendidikan yang unggul, Revitalisasi peran pengawas
sekolah sebagai entitas quality assurance, Mendorong aktivasi peran
Komite Sekolah untuk menjamin keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pembelajaran, dan Dewan Pendidikan di tingkat Kabupaten
RPJMD Maluku urusan pendidikan tidak terdapat program pengelo-laan sebagaimana terdapat pada RPJMN 2010 – 2014
Pada dasarnya pemberdayaan peran kepala sekolah, revi-talisasi peran penga-was sekolah, perran komite sekolah dan dewan pendidi-kan dilaksanakan di Maluku namun tidak diprogram sehingga pada RPJMD, pelaksanaan program tersebut hanya memanfaatkan program pusat
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 93
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Kurikulum;
Penataan ulang kurikulum sekolah
Tidak ada program penataan kurikulum yang direncanakan pada RPJMD Maluku
Penataam ulang kurikulum sekolah walaupun tidak diprogramkan dalam RPJMD namun tetap dilaksanakan melalui program pusat yang dilaksanakan di daerah melalui LPMP
Kualitas;
Peningkatan kualitas guru, pengelolaan dan layanan sekolah
Peningkatan kualitas guru dilakukan melalui penyediaan beasiswa untuk meningkatan kualifikasi pendidikan guru menjadi S1 & S2 dan melalui diklat kompetensi
Program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan dilaksanakan melalui kegiatan yang antara lain adalah penyediaan beasiswa S1 & S2 untuk guru SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA & SMK. Program lain yang mendukung itu adalah diklat kompetensi, MGMP, MKKS dll.
3 PRIORITAS 3: KESEHATAN
Kesehatan Masyarakat;
Program Upaya kesehatan masyarakat
Sudah terdapat kesesuaian antara program nasional dan program daerah
Program-program yang direncanakan dalam RPJMD sudah memperhatikan program nasional
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 94
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Pelaksanaan Program Kesehatan Preventif Terpadu
Pelayanan Kesehatan penduduk miskin di puskesmas jaringannya
Pemeliharaan & pemulihan kesehatan
Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Peningkatan pelayanan & penanggulangan masalah kesehatan
Penyelenggaraan Penyehatan Lingkungan
Monitoring, Evaluasi & Pelaporan
Pada dasarnya secara detail program-program dan kegiatan pada tingkat daerah sudah menjawab atau mengakomodasi RPJMN
Program dan kegiatan yang direncanakan pada RPJMD sudah mengakomodasi kepentingan secara nasional melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
KB;
Peningkatan kualitas dan jangkauan layanan KB melalui 23.500 klinik pemerintah dan swasta selama 2010 – 2014;
Kegiatan pelayanan KB gugus pulau Kegiatan Sosialisasi dan
pencatatan data keluarga Kegiatan Peringatan
Harganas
Walaupun belum terdapat sasaran kuantitatif seperti yang diinginkan secara nasional namun secara umum RPJMD sdh mengakomodasi RPJMN
Target jumlah jangkauan layanan KB yang mencapai angka tertentu namun dengan menjangkau
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 95
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Obat; Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Sudah sesuai dengan RPJMN
Pemberlakuan Daftar Obat Esensial Nasional sebagai dasar pengadaan obat di seluruh Indonesia dan pembatasan harga obat generik bermerek pada 2010;
Pengadaan Obat & Perbekalan Kesehatan - Pengadaan obat buffer
stock provinsi - Pengadaan Obat Rumah
sakit Pelatihan pengelolaan
obat pelayanan kesehatan dasar
Advokasi penyediaan obat publik & perbekalan kesehatan kabupaten/kota
Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Untuk program obat sudah sesuai dengan program nasional, walaupun belum terlihat program dan kegiatan pembatasan harga obat
Program dan kegiatan yang tertuang dalam RPJMD lebih diarahkan untuk pengadaan obat dan persediaan obat karena kondisi geografi yang terdiri dari pulau-pulau terpencil sehingga dibutuhkan buffer stock
Asuransi Kesehatan Nasional; Asuransi kesehatan
diprogramkan dalam RPJMN
Sudah jelas
Penerapan Asuransi Kesehatan Nasional untuk seluruh keluarga miskin dengan cakupan 100% pada 2011 dan diperluas secara bertahap untuk keluarga Indonesia lainnya antara 2012-2014
Penerapanasuransi kesehatan berjalan sesuai dengan program nasional walau tidak ada program yang diangkat secara spesifik dalam RPJMD
Sudah jelas
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 96
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat
Program ini merupakan program khusus Provinsi Maluku yang tidak terdapat pada program nasional
Kondisi geografis yang banyak terdapat pulau-pulau dan terpencil sehingga diperlukan upaya promosi dan pemberdayaan masyarakat sehingga mereka dapat menjaga kesehatan dan menjadikannya sebagai modal pembangunan
Pengembangan Media Promosi & Sadar Hidup Sehat Penyuluhan masyarakat
pola hidup sehat Peningkatan Pendidikan
Tenaga Penyuluh Kesehatan Monitoring, Evaluasi dan
Pelaporan Pertemuan Kemitraan
dengan Pengelola Media Massa
Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Pemberian tambahan makanan dan vitamin
Penanggulangan KEP, Anemia Gizi Besi, GAKY, Kurang Vitamin A
Monitoring & Evaluasi Program Gizi Tingkat Provinsi
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 97
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Sosialisasi Kebijakan Lingkungan sehat
Monitoring & Evaluasi Lingkungan Sehat
Peningkatan Pendidikan Tenaga Kesehatan Lingkungan
Program Pencegahan danPenanggulangan PenyakitMenular
Pelayanan Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Peningkatan Imunisasi Peningkatan Survei lans
Epidemiologi & Penanggulangan Wabah
Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Pelayanan dan pencegahan penyakit menular
Penunjang KPAD
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 98
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Program Standarisasi pelayanan Kesehatan
Penyusunan Standar pelayanan kesehatan
Program pengadaan,peningkatan dan per-baikansarana dan prasaranapuskesmas/ puskesmaspembantu dan jaringannya
Pemeliharaan Rutin /Berkala Sarana & Prasarana Puskesmas Keliling
Program pengadaan, peningkatan, sarana dan prasarana RS/RSJ/ RS Paru-paru/ RS mata
Pembangunan RS Pengembangan Ruang
Operasi Pengembangan Ruang
Isolasi (R Penyakit dalam ) Rehabilitasi Bangunan
Rumah Sakit Alat-alat kesehatan RS Pengadaan Obat-Obatan Pengadaan Meubilier RS Pengadaan Perlengka-pan
Rumah Tangga RS Pengadaaan bahan logistik Pengadaan Peralatan
Labkes
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 99
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Program Pemeliharaan sarana dan prasarana RS
Pemeliharaan Rutin/ berkala RS Pemeliharaan Rutin/
berkala alat-alat kesehatan Pemeliharaan rutin
ambulance Pemeliharaan rutin
meubeler RS Pemeliharaan Rutin/
berkala Perlengkapan RS
Program Kemitraan Peningkatan pelayanan kesehatan
Kemitraan Alih Teknologi Kedokteran dan kesehatan
Kemitraan Peningkatan Para dokter dan Medis
Kemitraan Ambon Vlisingan
Program Upaya kesehatan Perorangan
Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 100
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Program Sumber Daya Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan Nakes untuk Yankes di puskesmas pada daerah terpencil
Orientasi Tenaga Kesehatan PNS dan PTT serta Tenaga Kesehatan Lainnya
Bantuan Seleksi Dokter Spesialis
Pelatihan Jabatan Fungsional Kesehatan
Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan '(Validasi data tenaga kesehatan)
Pendidikan Lanjutan Nakes RS
Program Khusus Diploma III keperawatan Bagi Nakes
Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Penyusunan Kebijakan Anggaran dan Program pembangunan Kesehatan
Penyusunan data Informasi Kesehatan
Rapat Kerja Kesehatan Daerah (RAKERKESDA)
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 101
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
4 PRIORITAS 4: PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Kemiskinan:
Bantuan Sosial Terpadu: Pemberdayaan Masyarakat:
Integrasi program perlindungan sosial berbasis keluarga yang mencakup Program Bantuan Langsung Tunai (BLT);
Bantuan Pangan, jaminan sosial bidang kesehatan, beasiswa bagi anak berpendapatan rendah, Pendidikan anak usia dini (PAUD), dan Parenting Education mulai 2010 dan program keluarga harapan diperluas menjadi program nasional mulai 2011-2012
Monitoring dan Evaluasi serta Penyusunan Data Publikasi Program Pemberdayaan Masyarakat dan Penanggulangan Kemiskinan;
Simpang siur dalam implementasi program BLT adalah karena data tidak akurat sehingga terjadi bias dalam distribusi BLT tersebut;
Tiap SKPD menerapkan
metode dan cara berbeda dalam mengatasi kemiskinan daerah sehingga diperlukan rumusan umum yang dapat diterapkan oleh semua;
Agenda 1 pada strategi pembangunan provinsi 2008-2013, tidak tercantum secara fokus upaya mengentaskan kemiskinan penduduk sehingga tidak tergambar dalam program, kegiatan yang mengarah pada upaya mengurangi kemiskinan, pada hal angka kemiskinan penduduk sebesar 27,5% di tahun 2009 merupakan angka yang cukup tinggi.
PNPM Mandiri:
Penambahan anggaran PNPM Mandiri
Pembinaan dan Pengendalian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Perdesaan
Implementasi PNPM Mandiri pedesaan belum berjalan sesuai rencana , terjadi kegagalan program PNPM di banyak kecamatan di Maluku, sehingga perlu revitalisasi organisasinya/pembinaan.
Kualitas SDM pelaksana di lapangan merupakan faktor kunci keberhasilan implementasi, selain fungsi monev dalam penyelenggaraan manajemen dan keuangan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 102
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Urusan Pemberda-yaan Masyarakat dan Kemiskinan;
Kredit Usaha Rakyat (KUR): Pemberdayaan Masyarakat:
Pembinaan dan Pengendalian Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) - Mandiri Perdesaan
Implementasi PNPM Mandiri pedesaan di Maluku belum berjalan sesuai rencana , terjadi kegagalan program PNPM di banyak kecamatan di Maluku, sehingga perlu revitalisasi
Kualitas SDM pelaksana di lapangan merupakan faktor kunci keberhasilan implementasi, selain fungsi monev dalam penyelenggaraan manajemen dan keuangan
Koordinasi Penyiapan Penerima Bantuan Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan
------ Kredit Usaha Rakyat (KUR), tidak dimasukkan dalam prioritas program karena merupakan program perbankan secara rutin
Pemerintah menfasilitasi masyarakat untuk akses ke permodalan perbankan dengan cara memberikan kemudahan dalam memperoleh KUR
Tim Penanggulangan Kemiskinan:
Penanggulangan Kemiskinan:
Revitalisasi Komite Nasional Penanggulangan Kemiskinan di bawah koordinasi Wakil Presiden
Penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah; Pembangunan
Percontohan Pemberdayaan Masyarakat Penyusunan Kriteria
Kemiskinan Lokal Daerah Penyusunan Model Pember
-dayaan Masyarakat dan Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Kepulauan
Setiap SKPD mempunyai metode berbeda dalam penanggulangan kemiskinan sehingga diperlukan suatu model dan strategi yang tepat bagi masyarakat di Maluku.
Implementasi model dan strategi pada desa dan masyarakat dalam percontohan.
Tingginya angka kemiskinan di Maluku mendorong pemerintah untuk mengevaluasi program penanggulangan kemiskinan dan mencari solusi dengan menyusun strategi baru yang tepat dan dapat digunakan oleh semua SKPD melalui programnya.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 103
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
5 PRIORITAS 5: PROGRAM AKSI DI BIDANG PANGAN
Lahan, Pengembangan Kawasan dan Tata Ruang Pertanian :
Pertanian Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
Penataan regulasi untuk menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian,
Pengembangan areal
pertanian baru seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar.
Ketahanan Pangan
Penyusunan Kebijakan Pencegahan Alih Fungsi Lahan Pertanian;
Peningkatan Ketahanan Pangan Pengembangan Pertanian
pada Lahan kering Pemanfaatan pekarangan
untuk pengembangan pangan
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Ada program daerah yang
mendukung prioritas/ program nasional.
Program daerah baru pada tataran menyusun kebijakan, dan program ini sangat tergantung pada penetapan RTRW baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota.
Program daerah untuk
pengembangan areal pertanian baru, lebih diarahkan pada Pengembangan pertanian lahan kering. Program ini juga disesuaikan dengan RTRW.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 104
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Infrastruktur : Pekerjaan Umum Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi dan SDA
Pembangunan dan pemeliharaan sarana transportasi dan angkutan, pengairan, jaringan listrik, serta teknologi komunikasi dan sistem informasi nasional yang melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian demi peningkatan kuantitas dan kualitas produksi serta kemampuan pemasarannya;
Komunikasi Dan Informatika
Perencanaan Pembangunan Reservoir
Rehabilitasi/pemeliharaan jaringan irigasi
Rehabilitasi/Pemeliharaan Normalisasi Saluran Sungai
Pemberdayaan Petani Pemakai air.
Program Pembangunan Jalan dan Jembatan Pembangunan Jalan Pembangunan Jembatan Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa Pengadaan Alat Studio dan
Komunikasi; Pembangunan dan
Pengembangan Pusat Komunikasi Daerah (PUSKOMDA);
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Pembangunan dan pemeliharaan Sarana pengairan dalam program daerah berada pada Urusan Pekerjaan Umum. Demikian pula dengan sarana transportasi dan angkutan. Untuk teknologi komunikasi dan sistem informasi secara umum di daerah berada pada Urusan Komunikasi dan Informatika, sedangkan program teknologi komunikasi dan sistem informasi yang khusus melayani daerah-daerah sentra produksi pertanian tidak ada.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 105
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Penelitian dan Pengembangan:
Ketahanan Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan
Peningkatan upaya penelitian dan pengembangan bidang pertanian yang mampu menciptakan benih unggul dan hasil penelitian lainnya menuju kualitas dan produktivitas hasil pertanian nasional yang tinggi;
Penelitian dan pengembangan Sumber daya pertanian
Pengembangan Cadangan Pangan daerah
Pengembangan Intensifikasi Tanaman Padi Palawija
Pengembangan Diversifikasi Tanaman Pengembangan Pertanian
pada Lahan kering Pengembangan
Perbenihan dan Pembibitan
Fasiitasi dan Pengembangan UPTD BPSB
Fasilitasi dan Pengembangan BBI Hortikultura
Fasilitasi dan Pengembangan BBI Padi
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Ada program daerah untuk penelitian yang terkait dengan benih unggul dan kualitas serta produktivitas hasil pertanian, namun masih sangat minim. Diharapkan program-program pengembangan yang ada perlu diawali dengan penelitian secara komprehensif dengan melibatkan para peneliti/pakar dari perguruan tinggi dan lembaga penelitian lainnya yang ada di daerah.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 106
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Investasi, Pembiayaan, dan Subsidi:
Penanaman Modal Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi
Dorongan untuk investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan berbasis produk lokal oleh pelaku usaha dan pemerintah, penyediaan pembiayaan yang terjangkau.
Koordinasi antar lembaga dalam pengendalian pelaksanaan investasi PMDN/ PMA Peningkatan Koordinasi
dan Kerjasama di Bidang Penanaman modal dengan instansi pemerintah dan dunia usaha Penyelenggaraan Pameran
Investasi Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi : Memfasilitasi dan
koordinasi kerjasama di bidang investasi Penyederhanaan Prosedur
Perizinan dan Peningkatan Pelayanan Penanaman Modal
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Program daerah yang terkait dengan investasi pangan, pertanian, dan industri perdesaan
hanya secara umum pada Urusan Penanaman Modal dan baru terbatas pada program koordinasi. Sehingga perlu adanya dorongan pemda yang fokus terhadap program tersebut.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 107
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Pangan dan Gizi: Ketahanan Pangan Peningkatan Ketahanan Pangan
Peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan pola pangan harapan;
Kesehatan
Penyuluhan sumber pangan alternatif
Penanganan daerah rawan pangan
Program Perbaikan Gizi Masyarakat Pemberian Tambahan
Makanan dan Vitamin; Monitoring dan Evaluasi
Program Gizi Tingkat Provinsi.
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Program daerah yang terkait belum terfokus pada peningkatan kualitas gizi dan pangan, masih pada tataran penyuluhan. Demikian pula dengan program yang ada pada Urusan Kesehatan juga belum terfokus, sebab hanya berupa
Pemberian tambahan makanan dan Vitamin serta Monitoring dan Evaluasi, belum terkait dengan peningkatan pola pangan harapan.
Adaptasi Perubahan Iklim: Ketahanan Pangan Peningkatan Ketahanan
Pangan
Pengambilan langkah-langkah kongkrit terkait adaptasi dan antisipasi sistem pangan dan pertanian terhadap perubahan iklim.
Pengembangan Cadangan Pangan daerah Pengembangan Lumbung
Pangan Desa Penyuluhan sumber
pangan alternatif
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Program daerah cukup menunjang, hanya dalam pelaksanaannya perlu memperhitungkan perubahan iklim di setiap kabupaten/kota atau pulau di Maluku.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 108
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Pertanian
Peningkatan Kesejahteraan Petani.
Pemberdayaan Penyuluh Pertanian.
Pencegahan dan Penanggulangan OPT & Penyakit Ternak. Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian. Peningkatan Pemasaran Hasil Pertanian.
Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional
5 PRIORITAS 6: INFRASTRUKTUR
Tanah dan tata ruang: Pertanahan dan Penataan Ruang
Konsolidasi kebijakan Penanganan dan pemanfaatan tanah untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata ruang secara terpadu;
Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah Penyelesaian konflik-konflik
Pertanahan Perencanaan Tata Ruang Pemanfaatan Ruang Pengendalian Pemanfaatan
Ruang
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Beberapa program yang dibuat Pemda Provinsi Maluku belum maksimal dilakukan khususnya oleh beberapa kabupaten/kota terutama kabupaten-kabupaten hasil pemekaran sehingga hasil dan manfaat yang diperoleh dari program ini tidak mengalami progress yang signifikan. Hal ini butuh kerja yang sungguh-sungguh dari Pemda dan SKPD terkait.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 109
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Perhubungan: Perhubungan
Pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi
antarmoda dan antarpulau yang terintegrasi sesuai dengan Sistem Transportasi Nasional dan Cetak Biru
Transportasi Multimoda dan penurunan tingkat kecelakaan transportasi sehingga pada 2014 lebih kecil dari 50% keadaan saat ini;
Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Rehabilitasi dan
Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ Peningkatan Pelayanan
Angkutan Penataan, Penguatan dan
Pengembangan Pemerintahan dan Pembangunan Pengendalian dan
Pengamanan Lalu Lintas
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Program pembangunan jaringan prasarana dan penyediaan sarana transportasi selalu memiliki progress yang signifikan sebagai wujud tanggung jawab pemerintah daerah dalam usaha memajukan daerah. Khususnya untuk transportasi laut masih sangat minim bila mempertimbangkan luas lautan yang lebih besar bila dibandingkan dengan luas daratan yang dimiliki Provinsi Maluku sebagai Provinsi Kepulauan sehingga hal ini harus mendapat perhatian oleh Pemda dengan mengalokasikan dana lebih besar untuk masalah ini.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 110
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Pengendalian banjir: Pekerjaan Umum
Penyelesaian pembangunan prasarana pengendalian banjir
Pengendalian Banjir pada daerah tangkapan dan badan-badan sungai
Pembangunan prasarana pengaman pantai sepanjang 19.550 m
Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi dan SDA lainnya
Ada program daerah yang mendukung prioritas/ program nasional.
Masalah banjir merupakan masalah yang sering terjadi khususnya di ibukota Provinsi Maluku yaitu Kota Ambon sehingga program ini mendapat perhatian yang besar dari pemerintah daerah walaupun dalam realitanya belum maksimal dalam pelaksanaannya.
Transportasi perkotaan:
Perbaikan sistem dan jaringan transportasi di 4 kota besar (Jakarta,
Bandung, Surabaya, Medan)
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 111
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
7 PRIORITAS 7 : IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA
Kepastian hukum;
Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah
Pemulihan kepercayaan Investor dan dunia usaha serta pariwisata
Peningkatan promosi dan kerjasama investasi
Peningkatan iklim Investasi dan realisasi Investasi
Penyiapan potensi sumber daya, sarana dan prasarana daerah
Berdasarkan prioritas pembangunan di daerah yang diimplementasikan dalam bentuk berbagai program maupun kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD terkait, maka nampaknya telah sinkron/relevan dengan reformasi regulasi yang dilakukan secara bertahap baik di tingkat nasional maupun daerah
Kegiatan Investasi di Provinsi Maluku dihadapkan pada tantangan untuk memacu penanaman modal baru dan mempertahankan penanaman modal yang sudah ada guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan meningkatkan Investasi, baik yang berstatus penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing, secara langsung akan mempercepat pergerakan roda perekonomian dan sekaligus menyerap tenaga kerja.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 112
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Kebijakan ketenagakerjaan:
Sinkronisasi kebijakan ketenagakerjaan dan iklim usaha dalam rangka memperluas penciptaan lapangan kerja.
Memperluas penciptaan lapangan kerja di daerah
Peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja
Perluasan dan pengembangan kesempatan kerja
Perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan
Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan hubungan industrial, pembinaan hubungan industrial dan kesejahteraan pekerja
Dari program-program yang dibuat oleh pemerintah daerah yang terimplementasi melalui kegiatan-kegiatan dari SKPD terutama Dinas Ketenaga kerjaan dan Tansmigrasi Maluku nampaknya telah relevan/sinkron dengan kebijakan ketenagakerjaan secara nasional
Penyelenggaraan urusan ketenagakerjaan dalam kaitannya dengan agenda Meningkatkan Kemajuan, Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat Maluku, antara lain diarahkan untuk : Perluas-an kesempatan kerja; Me-ningkatan perlindungan, pengawasan, dan peningkatan kesejahteraan tenaga kerja Penyelenggaraan urusan
ini dalam kaitannya dengan agenda meningkatkan Kemajuan, Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat Maluku, antara lain diarahkan untuk : Me-ngembangan kasawan transmigrasi yang strate-gis, potensial, dan cepat tubuh; Penempatan dan pembinaan transmigran dan masyarakat desa sekitar kawasan transmigrasi
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 113
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
8 PRIORITAS 8 : ENERGI
Energi alternatif:
Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada 2014
Pengembangan energi kelistrikan melalui pembangkit listrik tenaga panas bumi, angin dan arus laut, tenaga surya serta biodiesel sebagai energi terbarukan yang merupakan energi alternatif menggantikan peranan dan fungsi energi listrik tenaga diesel
Peningkatan sumberdaya manusia aparatur melalui pendidikan dan pelatihan aparatur pertambagan dan energi
Pengembangan sumber daya mineral dan energi
Pembinaan dan penga-wasan bidang pertambang-an dan ketenagalistrikan
Pengelolaan potensi bencana geologi
Pengembangan dan pemanfaatan potensi air tanah
Membuat regulasi untuk mendukung usaha biodiesel dan mengundang investor
Percontohan biodiesel kelapa rakyat skala luas 5-10 hektar
Membangun industri biodiesel secara bersama antara BUMD dengan pemilik kelapa di kabupaten/kota
Dilihat dari berbagai program/kegiatan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah tahun 2008-2013, terlihat adanya sinkronisasi/relevansi dengan kebijakan nasional tentang peningkatan pemanfaatan energi terbarukan
Dalam rangka meningkatkan pelayanan publik di bidang kelistrikan, maka energi terbarukan telah dilakukan penyelidikan dimana daerah Maluku memiliki potensi panas bumi yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi listrik yang bisa menggantikan sumber energi kelistrikan yang berasal dari PLTD
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 114
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Hasil ikutan dan turunan minyak bumi/gas:
Revitalisasi industri pengolah hasil ikutan/ turunan minyak bumi dan gas sebagai bahan baku industri tekstil, pupuk dan industri hilir lainnya;
Pengembangan usaha minyak rakyat di Maluku
Pengembangan/pendirian pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak kelapa Pengembangan/pendirian
pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak kayu putih Pengembangan / pendirian
pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak cengkih Pengembangan/pendirian
pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak pala Pengembangan/pendirian
pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak nabati
Usaha industri minyak bumi di Maluku di usahakan sebatas eksploitasi minyak mentah dan belum di olah untuk mendapatkan hasil ikutan sehingga program/kegiatan dilakukan dalam kaitan dengan usaha perminyakan rakyat terfokus pada program pengembangan pabrik industri minyak rakyat seperti pabrik minyak kelapa, minyak kayu putih, minyak cengkih, dan minyak pala serta minyak nabati yang kelihatannya tidak relevan dengan prioritas pembangunan nasional
Program pemerintah tentang produk minyak rakyat lebih banyak terarah pada pemenuhan kebutuhan pemeliharaan kesehatan masyarakat Program pemerintah
tentang BBN (minyak nabati) sebagai usaha ekstensifikasi perminyakan rakyat bisa menghasilkan minyak nabati yang tinggi/bermanfaat untuk mengurangi ketergantungan pada enegri fosil, menurunkan polusi udara karena energi ini tersedia di alam serta dapat diperbaharui yang akhirnya bermuara pada mensubstitusi bahan bakar fosil dan menciptakan energi hijau yang ramah lingkungan.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 115
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Konversi menuju penggunaan gas:
Perluasan program konversi minyak tanah ke gas sehingga mencakup 42 juta Kepala Keluarga pada 2010;
Belum menjadi prioritas dalam pengembangan industri gas karena sumber-sumber gas alam yang dimaksudkan belum di eksplorasi di Maluku
Konversi minyak tanah ke gas belum diberlakukan secara efektif di Maluku karena produksi gas tidak ada di Maluku sehingga masyarakat di pedesaan lebih banyak mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak dan kayu bakar
Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Palembang, Surabaya, dan Denpasar.
Belum ada penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan di Maluku
Angkutan umum di Maluku masih bergantung pada penggunaan bahan bakar bensin dan solar
9 PRIORITAS 9: LINGKUNGAN HIDUP DAN PENGELOLAAN BENCANA
Urusan Lingkungan Hidup:
Perubahan Iklim: Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Ladang SDA:
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 116
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Peningkatan keberdayaan pengelolaan lahan gambut,
Pelatihan Pengelolaan dan Rehabilitasi Terumbu karang padang lamun dan estuaria
Program ini tidak ada dalam RPJMD Maluku karena hampir tidak ada lahan gambut. Acaman lingkungan wilayah pulau adalah rusaknya terumbu karang dan habitat biota laut akibat manusia, sehingga fokus program diarahkan ke rehabilitasi wilayah pesisir dan pantai
Maluku dengan daerah kepulauan tidak memiliki lahan gambut sehingga fokus program diarahkan ke upaya mencegah, memperbaiki dan konservasi terumbu karang.
Peningkatan hasil rehabilitasi seluas 500.000 ha per tahun,
Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan,
Koordinasi penyelenggaraan re- boisasi dan penghijauan hutan;
Pembinaan, pengendalian
dan pengawasan gerakan rehabili tasi hutan dan lahan.
Program ini ada pada Renstra SKPD di daerah, selain menyelenggarakan program Kementerian, juga program daerah dengan biaya APBD
Kecilnya anggaran APBD untuk rehabilitasi hutan memperlihatkan kurang seriusnya pemerintah daerah pada program rehabilitasi hutan.
Penekanan laju deforestasi secara sungguh-sungguh
Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
Penanggulangan kebakaran hutan dan lahan;
Penyuluhan kesadaran masyara kat mengenai dampak perusak an hutan;
Operasi Pengamanan Hutan.
Ada program mengatasi deforestasi. Sebagian besar masyarakat yang berdiam di pulau pulau belum memahami betul tentang dampak akibat eksploitasi SDA yang merusak sehingga upaya yang perlu dilakukan adalah meningkatan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan.
Program pembangunan di bidang penekanan laju deforestasi tidak fokus karena antara SKPD belum terkoordinasi baik sehingga program rehabilitasi lingkungan tidak sinkron antar SKPD Bapedalda dan Dinas Kehutanan & jajarannya
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 117
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Perubahan Iklim: Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup:
Pengembangan Data Dan Informasi Lingkungan
Penyusunan Rencana Strategi Bapedalda Provinsi Maluku Tahun 2008 - 2013
Pelaksanaan Pameran Lingkungan Hidup Indonesia
Peningkatan Edukasi dan Komonikasi masyarakat dibidang lingkungan.
Tidak ada program ini pada RPJMD Maluku. Belum tersedia data yang akurat tentang kondisi lingkungan merupakan kendala dalam penyusunan rencana pengelolaan lingkungan, selain itu belum tersedia regulasi dan mutu baku lingkungan daerah sehingga diperlukan kajian yang dapat menjadi referensi dalam perencanaan dan penanggulangan lingkungan
Program lingkungan belum menjadi prioritas di Maluku. Pemerintah belum dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar dalam penyiapan berbagai infrastruktur dan perangkat peraturan tentang lingkungan hidup karena masih banyak prioritas pembangunan terkait masyarakat yang perlu di lakukan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 118
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
10 PRIORITAS 10 :DAERAH TERDEPAN, TERLUAR, TERTINGGAL DAN PASCA KONFLIK
Kebijakan ;
Pelaksanaan Kebijakan khusus dalam bidang infrastruktur dan pendukung kesejahteraan lainnya
Peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan masyarakat pedesaan
Percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian,infrastruk-tur dan energy
Meningkatkan cakupan pelayanan air bersih di wilayah perkotaan dan pedesaan serta kawasan rawan air
Pembangunan infrastruktur di kawasan perbatasan,daerah terisolir,daerah konflik,daerah bencana dan rawan bencana
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional. Prioritas daerah yang
tidak ada di prioritas nasional.
Baik prioritas pembangunan maupun program di dalam RPJM Provinsi ternyata ada yang mendukung prioritas/program nasional terutama pengembangan infrastruktur yang dipandang penting untuk meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat dalam konteks aktivitas ekonomi maupun sosial.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 119
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Peningkatan upaya anti korupsi,reformasi birokrasi serta pemantapan demokrasi, keamanan dan kualitas perdamaian Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi, nilai investasi, pertumbuhan industri pengolahan dan meningkatkan ekspor komoditas unggulan berbasis masyarakat.
Pembangunan infrastruktur untuk mendukung pusat-pusat produksi dan ketahanan pangan serta mendukung kualitas perumahan dan pemukiman
Sedangkan prioritas pembangunan yang terkait dengan percepatan pertumbuhan ekonomi, penanggulangan korupsi, reformasi birokrasi, pemantapan demokrasi, keamanan dan kualitas perdamaian, tampaknya merupakan prioritas daerah yang belum terakomodasi di dalam prioritas nasional khususnya dalam konteks prioritas 10.
Keutuhan Wilayah;
Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Daerah Tertinggal ;
Pengentasan Paling lambat 2014
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 120
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
11. PRIORITAS 11 : KEBUDAYAAN, KREATIFITAS, DAN INOVASI TEKNOLOGI
Perawatan :
Penetapan dan Pembentukan pengelolaan Terpadu untuk pengelolaan cagar budaya
Memelihara dan mengembangkan cagar budaya dan peninggalan sejarah
Menumbuhkembangkan dan melestarikan seni dan budaya lokal
Mempromosikan keragaman seni dan budaya daerah di tingkat nasional
Pengelolaan Kekayaan Budaya
Pengelolaan keragaman Budaya
Pengembangan Nilai Budaya
Pembuatan peta budaya Pendaftaran Benda Cagar
Budaya Pengangkatan Juru
Pelihara Objek Sejarah Purbakala Sosialisasi UU No.5
tentang BCB Studi kelayakan Pemugaran situs sejarah
purbakala Pengembangan kesenian
dan kebudayaan daerah Penyusunsn system
informasi Database Bidang Kebudayaan Fasilitasi perkembangan
keragaman budaya
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional.
Ada prioritas daerah yang juga menjadi prioritas nasional
Program pembangunan daerah maupun prioritas pembangunan daerah sepenuhnya juga mendukung program maupun prioritas pembangunan nasional terutama dalam menumbuhkembangkan dan melestarikan keragaman seni dan budaya,juga termasuk didalamnya pengelolaan kekayaan budaya yaitu dengan pembuatan peta budaya serta pendaftaran benda-benda cagar budaya.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 121
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Seminar dalam rangka revitalisasi dan reaktualisasi budaya lokal Monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan pengembangan keanekaragaman budaya Pengembangan seni dan
budaya daerah. Peningkatan kelembagaan
Adat dan Sosial budaya Masyarakat Identifikasi dan
inventarisasi adat istiadat dan budaya lokal Temu kelembagaan adat
tingkat provinsi Revitalisasi nilai-nilai
budaya lokal Penguatan kelembagaan
adat sebagi mitra pemerintah dalam pembangunan.
Pemerintah daerah secara berkesinambungan menjalankan prioritas pembangunan yang juga menjadi prioritas pembangunan nasional dalam pengembangan nilai-budaya,revitalisasi dan reaktualisasi budaya,dan ikut mempromosikan keragaman seni dan budaya di tingkat nasional dan juga melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pengembangan keanekaragaman budaya daerah
Untuk terus malakukan pembaharuan dan peningkatan pada bidang seni dan budaya maka prioritas daerah juga di arahkan pada peningkatan kelembagaan Adat dan Sosial Budaya masyarakat dengan melakukan identifikasi dan inventarisasi adat istiadat dan budaya lokal.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 122
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Revitalisasi museum dan perpustakaan di seluruh Indonesia ditargetkan sebelum Oktober 2011
Meningkatkan produktivitas, efektifitas dan efisiensitas pelayanan perpustakaan.
Tidak ada Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional.
Upaya peningkatan efektivitas dan efisiensi pelayanan perpustakaan merupakan prioritas pembangunan daerah yang linier dengan prioritas pembangunan nasional.
Sebagai provinsi yang berkarakter kepulauan, sesungguhnya diperlukan pula penyebaran perpustakaan secara merata agar mudah diakses oleh masyarakat luas.
Sarana :
Penyediaan sarana yang memadai bagi pengembangan, pendalaman dan pagelaran seni budaya di kota besar dan ibu kota kabupaten selambat-lambatnya Oktober 2012;
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 123
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Kebijakan :
Peningkatan perhatian dan kesertaan pemerintah dalam program-program seni budaya yang diinisiasi oleh masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap kemajemukan budaya;
Meningkatkan tata kehidupan masyarakat yang sadar akan kemajemukan dengan tetap menyatu dalam membangun masa depan. Menghargai dan
menghormati tatanan budaya lokal.
Penyelengaraan Dialog Kebudayaan Fasilitasi penyelengaraan
festival budaya daerah
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Pemerintah daerah secara berkesinambungan melakukan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan tata kehidupan masyarakat dan mendorong berkembangnya apresiasi terhadap seni dan budaya Dalam rangka peningkatan
tata kehidupan masyarakat di tengah kemajemukan,pemerintah daerah mengadakan program-program kegiatan dengan penyelenggaraan dialog kebudayaan,serta seminar dan penyelenggaraan festival kebudayaan daerah
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 124
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Inovasi teknologi ;
Peningkatan keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif yang mencakup pengelolaan sumber daya maritim menuju ketahanan energi, pangan, dab antisipasi perubahan iklim; dan pengembangan penguasaan teknologi dan kreativitas pemuda
Meningkatkan kualitas SDM, sarana prasarana dan regulasi bidang komunikasi dan informasi.
Meningkatkan kualitas pelayanan di bidang informasi dan komunikasi
Meningkatkan kualitas pembinaan, pemberdayaan dan kerjasama di bidang informasi dan komunikasi
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan
Menerapkan teknologi informasi dalam manajemen pemerintahan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Menjalin kerjasama dengan lembaga Pendidikan Tinggi yang bergerak di bidang Teknologi Informatika
Ada program daerah yang mendukung sepenuhnya prioritas/program nasional
Ada program daerah
yang mendukun sepenuhnya prioritas/program nasional
Letak geografis negara indonesia memberikan keuntungan khususnya dalam bidang pertanian dimana indonesia merupakan negara agraris,dan juga luas perairan,oleh karena itu pemerintah melakukan berbagai program-program kegiatan dalam rangka peningkatan keunggulan kompetitif untuk mengelola sumber daya maritim,ketahanan pangan dan ketahanan energi untuk mendukung hal tersebut,perlunya penguasaan teknologi yang mumpuni
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 125
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Meningkatkan pembangunan melalui desiminasi informasi
Meningkatkan akselerasi system informasi dan data PNS lingkup Pemerintah Provinsi.
Mengembangkan system ketahanan pangan untuk meningkatkan kemampuan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Meningkatkan system penataan dan pemanfaatan lahan
Pemerintah daerah dengan program pembangunan dalam bidang teknologi dan informasi melakukan terobosan dengan mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui akselerasi sistem informasi dan komunikasi, serta melakukan manajemen berbasis teknologi pada instansi-instansi pemerintah dalam rangka peningkatan pelayanan masyarakat
Prioritas pembangunan daerah juga di fokuskan pada pengembangan sistem ketahanan pangan dalam rangka peningkatan kemampuan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, hal ini menunjukan dukungan pemerintah daerah kepada prioritas/program nasional
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 126
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
NO
RPJMN 2010-2014 RPJMD PROVINSI MALUKU
(TAHUN 2008-2013) Analisis Kualitatif
Penjelasan terhadap Analisis Kualitatif Prioritas
Pembangunan Program Aksi
Prioritas Pembangunan
Program
Prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 127
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
3. Rekomendasi
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada Tabel Prioritas dan Program Aksi
Pembangunan Nasional maka ada beberapa hal yang dapat disampaikan sebagai
rekomendasi baik terhadap RPJMD Provinsi Maluku maupun RPJMN.
a. Rekomendasi Terhadap RPJMD Provinsi Maluku
Program-program daerah di bidang penanggulangan kemiskinan belum konsisten
dengan program nasional karena program daerah tidak fokus dan tidak
mengindikasikan indikator yang akan dicapai dalam penanggulangan kemiskinan di
daerah;
Program daerah berkaitan dengan bidang pendidikan dan kesehatan perlu diselaraskan
dengan program nasional dengan tetap memperhatikan kondisi riil di Provinsi Maluku
yang progresnya belum signifikan.
Berdasarkan analisis kualitatif Prioritas Pembangunan di Bidang Pangan dan
penjelasannya, disimpulkan bahwa: Program-program daerah di bidang Pangan sudah
cukup konsisten dengan program nasional, namun program-program tersebut masih
bersifat umum pada berbagai bidang prioritas (urusan) belum terfokus pada Bidang
pangan.
Program yang dicanangkan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku yang berkaitan
dengan sarana dan prasarana transportasi daerah seharusnya transportasi laut antara
pulau mendapat perhatian yang cukup signifikan karena luas lautan Provinsi Maluku
lebih luas dari luas daratan
Berbagai agenda pembangunan daerah yang terakomodasi di dalam prioritas
pembangunan nasional memerlukan penajaman pada berbagai kegiatan yang (akan)
dilaksanakan agar sesuai dengan realitas kebutuhan masyarakat dan daerah pada
tingkat lokal.
Kebudayaan, kreativitas dan inovasi teknologi merupakan kebutuhan strategis di masa
mendatang, oleh karena itu diperlukan program/kegiatan yang dapat merangsang dan
mendorong tumbuhnya nilai-nilai lokal sebagai salah satu kekuatan pembangunan atau
modal sosial, sekaligus menyediakan iklim yang kondusif untuk mengembangkan daya
kreativitas dan kemampuan inovasi teknologi.
Tidak adanya sejumlah agenda prioritas pembangunan daerah yang linier dengan
prioritas pembangunan nasional menunjukkan kurang bersinerginya perencanaan
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 128
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
pembangunan lintas jenjang pemerintahan pusat-daerah. Oleh karena itu diperlukan
upaya-upaya penyerasian yang dijadikan sebagai bagian integral dari proses
perencanaan pembangunan di antara pusat dan daerah.
b. Rekomendasi Terhadap RPJMN
Program nasional tentang lingkungan hidup terfokus pada daerah kontinental
sedangkan Daerah Maluku sebagai wilayah kepulauan memerlukan perlakuan
lingkungan yang berbeda sasarannya. Sebagai wilayah kepulauan program
penanggulangan lingkungan di Maluku ditujukan pada rehabilitasi hutan pulau-pulau
kecil dan lingkungan pesisir pantai dan terumbu karang, sehingga hal ini dapat menjadi
perhatian pemerintah pusat melalui program nasionalnya
Program nasional yang berkaitan dengan pengembangan bidang pendidikan dan
kesehatan, di daerah khususnya menyangkut sarana dan prasarana perlu mendapat
perhatian pemerintah pusat sehingga pembangunannya akan mengalami progress
yang lebih maksimal.
Program penanggulangan bencana secara nasional harus sejalan dengan program di
daerah Maluku, apalagi Maluku sebagai wilayah kepulauan sangat rentan terhadap
terjadinya bencana alam.
Program yang dicanangkan pemerintah pusat berkaitan dengan transportasi
seharusnya mempertimbangkan luas daratan dan luas lautan dari beberapa provinsi
kepulauan khususnya Provinsi Maluku
Terdapat beberapa Program/Prioritas daerah di bidang Pangan (Pertanian) yang tidak
ada pada Prioritas Nasional. Hal ini disebabkan karena program daerah di bidang
Pangan (Pertanian) tersebut merupakan kebutuhan di daerah sehingga perlu menjadi
bahan pertimbangan oleh pemerintah pusat.
Prioritas pembangunan yang terkait dengan daerah terdepan, terluar, tertinggal dan
pasca konflik merupakan agenda yang sangat penting, oleh karena itu diperlukan
perhatian yang lebih serius untuk merumuskan berbagai program/kegiatan untuk
meningkatkan daya ketahanan masyarakat sekaligus memperbaiki derajat
kesejahteraan masyarakat.
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 129
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
Angka tindak kriminal dan kejahatan di Provinsi Maluku belum mendapat perhatian yang
serius dan maksimal oleh pemerintah daerah
Tingkat pelayanan publikasi dan demokrasi terutama dalam penanganan korupsi,
koordinasi, sistem data base, dan kesadaran politik masyarakat belum menunjukkan
kinerja yang memadai di Provinsi Maluku
Kualitas pengelolaan dan penyusunan laporan keuangan masih sangat rendah
Tingkat kualitas sumber daya manusia masih memerlukan pembenahan kinerja terutama
peningkatan kebijakan, revitalisasi program pengembangan, dan implementasi terkait
peningkatan kesejahteraan penduduk.
Tingkat pembangunan ekonomi provinsi Maluku masih memperlihatkan kinerja
pembangunan yang belum memadai terutama kondisi kondusif bagi aliran penanaman
modal, pembangunan infrastruktur, penerbitan perangkat regulasi perizinan, dan
revitalisasi perencanaan dan program pembangunan ekonomi Provinsi Maluku.
Tingkat kualitas pengelolaan Sumber Daya Alam menunjukkan kinerja yang sangat
rendah baik dari segi relevansi maupun efektifitas pembangunan di bidang ini terkait
maupun prograrn implementasi pembangunan di bidang ini.
Tingkat kesejahteraan sosial menunjukkan kinerja rendah terutama masih terganggu
angka kemiskinan penduduk, dan masih rendahnya tingkat pelayanan kesejahteraan
sosial masyarakat.
Program-program yang dibuat oleh Pemerintah daerah pada RPJMD Provinsi bila
dibandingkan dengan program-program (program nasional) yang dibuat oleh pemerintah
pusat pada RPJMN 2010-2014 ternyata ada program daerah yang tidak mendukung
prioritas/program nasional, ada program daerah yang mendukung sepenuhnya
prioritas/program nasional, dan ada prioritas daerah yang tidak ada di prioritas nasional.
Secara umum kinerja pembangunan Provinsi Maluku belum cukup relevan dengan
arah pembangunan secara nasional. Hal yang sama terkait efektifitas pembangunan yang
kinerjanya masih fluktuatif dan belum konsisten dalam kecenderungan peningkatan
pembangunannya
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 130
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
2. Rekomendasi
Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya maka dapat diberikan
rekomendasi sebagai berikut:
Pemerintah daerah perlu memenuhi rasio jumlah aparat kepolisian dengan jumlah
penduduk di Provinsi Maluku untuk merespon angka tindak kriminal dan kejahatan
yang meningkat di Provinsi Maluku.
Pemerintah daerah termasuk instansi terkait harus secara maksimal berupaya
menangani dan mengawasi kasus korupsi di Provinsi Maluku dalam rangka menjamin
adanya penuntasan dan kepastian hukum
Pemerintah daerah Provinsi Maluku harus dapat mengakselerasi pengembangan
Peraturan Daerah Pelayanan Satu Atap.
Pemerintah daerah di wilayah Maluku perlu mempercepat proses perbaikan
penyusunan laporan keuangannya.
Perlu pengembangan sistem database yang berperspektif gender dalam berbagai
aspek atau bidang pembangunan.
Pemerintah daerah harus memberikan perhatian yang lebih maksimal dan bekerja
sama dengan pemerintah pusat melalui program-program yang dibuat di tingkat
daerah maupun pusat dapat memberikan kontribusi yang positif sehingga dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang pendidikan dan kesehatan di
Provinsi Maluku.
Peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku oleh pemerintah daerah
dapat dilakukan dengan berbagai program yang dibuat dan ditunjang dengan
stabilitas keamanan yang terjamin serta infrastruktur yang memadai.
Pemerintah daerah perlu melakukan revitalisasi peningkatan kebijakan pembangunan
dan selektif dalam penentuan program-program pengembangan kualitas pengelolaan
sumber daya alam di bidang Pertanian, Kehutanan dan Kelautan oleh Pemerintah
Daerah Maluku termasuk penguatan aspek legal dan kelembagaan pengelolaan yang
berkaitan dengan perluasan kawasan konservasi laut di Maluku.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan program pengentasan kemiskinan di
Maluku harus lebih serius sehingga dapat tepat sasaran sehingga dapat ditekan
angka kemiskinan
Dalam penyusunan program-program pada RPJMD Provinsi yang dibuat oleh
pemerintah daerah termasuk SKPD-SKPD terkait harus dapat lebih bijaksana
Tim Evaluasi Universitas Pattimura Ambon 131
Laporan Akhir EKPD Provinsi Maluku 2010
menentukan program-program yang berkualitas bagi peningkatan kesejahteraan
masyarakat.dan tentunya diusahakan selaras dengan program nasional pada RPJMN
2010-2014.
Penentuan prioritas/program nasional pada RPJMN harus tetap memperhatikan
kebutuhan daerah dengan ciri khasnya dan kondisi geografisnya dimana luas lautan
lebih luas dari luas daratannya sehingga pembangunan dapat tepat sasaran dan
merata.