Laporan 7

38
BAB I PENDAHULUAN 1. Maksud Praktikum Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu: a. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan emulsi. b. Mahasiswa dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan emulsi. 2. Tujuan Praktikum Adapun tujuan kegiatan praktikum ini yaitu: a. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter. b. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar. c. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. d. Mahasiswa dapat menimbang dengan benar. e. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan emulsi. f. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dan memberikan informasi tentang sediaan kepada pasien.

description

SUSPENSI

Transcript of Laporan 7

Page 1: Laporan 7

BAB I

PENDAHULUAN

1. Maksud Praktikum

Adapun maksud dari praktikum farmasetika dasar ini yaitu:

a. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembuatan sediaan emulsi.

b. Mahasiswa dapat terampil mengerjakan resep-resep sediaan emulsi.

2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan kegiatan praktikum ini yaitu:

a. Mahasiswa dapat membaca dan memahami resep dokter.

b. Mahasiswa dapat menghitung dosis dengan benar.

c. Mahasiswa dapat menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

d. Mahasiswa dapat menimbang dengan benar.

e. Mahasiswa dapat mengerjakan bahan obat dalam sediaan emulsi.

f. Mahasiswa dapat mengemas sediaan dan memberikan informasi tentang

sediaan kepada pasien.

Page 2: Laporan 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri

dari paling sedikit dua fase sebagai globul-globul dalam fase cair lainnya. Sistem

ini biasanya distabilkan dengan emuulgator. (1)

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang

mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai

tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan penting dalam

sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang dapat diterima dan

bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh

pasien (2).

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.

Berdasarkan fase terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu : (5)

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fase minyak terdispersi di dalam

fase air.

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fase air terdispersi di dalam fase

minyak (5).

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor

yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak

dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang aktif

permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya adalah

menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk

lapisan film pada permukaan globul-globul fase terdispersinya (5).

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :

1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan

emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi

molekul atau ion pada permukaan antara minyak/air. Menurut hukum

Page 3: Laporan 7

Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan

permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena

pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta

bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang

mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler di sekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid

hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan

penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada

kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang

koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan

pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik

polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada

penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur

spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam

ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara

penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat

karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari

dua cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya

sebagai globula-globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya kita

berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat

diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk

sejumlah kepentingan yang berbeda (3).

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah

koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal

yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara

menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan dengan

membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga

Page 4: Laporan 7

mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik

disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi

tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi

selama pencampuran (2).

Menurut teori umum emulsi klasik bahwa zat aktif permukaan mampu

menampilakn kedua tujuan yaitu zat-zat tersebut mengurangi tegangan permukaan

(antar permukaan) dan bertindak sebagai penghalang bergabungnya tetesan karena

zat-zat tersebut diabsorbsi pada antarmuka atau lebih tepat pada permukaan

tetesan-tetesan yang tersuspensi. Zat pengemulsi memudahkan pembentukan

emulsi dengan 3 mekanisme : (1)

1. Mengurangi tegangan antarmuka-stabilitas termodinamis

2. Pembentukan suatu lapisan antarmuka yang halus-pembatas mekanik

untuk penggabungan.

3. Pembentukan lapisan listrik rangkap-penghalang elektrik untuk mendekati

partikel(1).

HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di

bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe

system:

Nilai HLB Tipe system

3 – 6 A/M emulgator

7 – 9 Zat pembasah (wetting agent)

8 – 18 M/A emulgator

13 – 15 Zat pembersih (detergent)

15 – 18 Zat penambah pelarutan (solubilizer)

Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil

surfaktan tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil.

(6)

Cara menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan

eksperimen yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi

zat yang diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase:

Page 5: Laporan 7

a. Fase I

Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang

campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran

Span 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang

terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek maka

percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator.

b. Fase II

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB

yang diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang

terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.

c. Fase III

Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal

dengan menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran

surfaktan.dari emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran

surfaktan mana yang paling baik (ideal) (6).

Page 6: Laporan 7

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Resep 1

I. Resep Asli

Dr. Yarminerva

APOTEK AKFARSAM

Jl. A.W.Syahrani No.51

Samarinda

Smd, 16 April 2012

R/ Ol.Cocos 5

KOH 5,3

Glyserol 4

Borax 0,5

Preservative qs

Parfume qs

Aqua ad 100

m.f.da sue

Pro : Tn. Rusli

A. Resep Standar

-

B. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera - Alamt pasien tidak tertera

- SIP tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera

C. Penggolongan Obat

- O : - G :

- W : - B : Ol. Cocos

Page 7: Laporan 7

d. Komposisi Bahan

Ol.Cocos 5

KOH 5,3

Glyserol 4

Borax 0,5

Preservative qs

Parfume qs

Aqua ad 100

II. Uraian Bahan

1. Ol.Cocos (FI,III,456)

a. Sinonim : Minyak kelapa

b. Kegunaan : Zat tambahan pengisi,pelalarut

c. Pemerian : Cairan jernih tidak berwana atau kuning cat, bau khas atau

tengik.

d. Kelarutan : Larut dalam 2 bagia etanol (95%) pada suhu 60o larut

dalam klorofrom dan eter P.

2. KOH (FI,III,689)

a. Sinonim : Kalium Hidroksida

b. Khasiat : Elmugator

c. Pemerian : Massa berbentuk batang, atau bongkahan kecil sanggat

mudah meleleh basa.

d. Kelarutan : larut dalam 1 bagian air, dalm 3 bagian etanol (95%)P,

sangat mudah larut dalam etanol mutlak P mendidih.

3. Glycerolum (FI,III,271)

a. Sinonim : Gliserol

b. Khasiat : Zat tambahan

Page 8: Laporan 7

c. Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau,

manis, diikuti rasa hangat, higroskopik.

d. Kelarutan : Dapat campur dengan air dan etanol, praktis tidak larut

dalam kloroform dan minyak lemak.

4. Borax

a. Sinonim : Natrium teraborax

b. Kegunaan : Antiseptikum extern.

c. Pemerian : Hablur Transparan tidak berwarna atau serbuk halus putih

tidak berbau rasa asin dan basa dalam udara kering rapuh.

d. Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air dalam 0,6 bagian air mendidih

dan ± bagian gliserol praktis tidak larut dalam etanol

(95%).

5. Nipagin (FI III,378)

a. Sinonim : Methylis parabenum

b. Khasiat : Pengawet

c. Pemerian : Serbuk hablur putih hampir tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa.

d. Kelarutan :Larut dalam 500 bagian air, larut dalam 20 bagian air

mendidih, 3,5 bagian dalam etanol (95%)P, 3 bagian

aseton, mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali

hidroksida.

6. Nipasol (FI,III,535)

a. Sinonim : Propyl Paraben.

b. Khasiat : Pengawet.

c. Pemerian : Serbuk hablur tidak berbau,tidak berasa.

d. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian

etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 40 bagian

gliserol P, dalam 40 bagian minyak lemak mudah larut

dalam larutan alkali hidroksida.

Page 9: Laporan 7

7. Oleum Rosae (FI III,459)

a. Sinonim : Minyak Mawar

b. Indikasi : Pengaroma

c. Pemerian : Cairan kuning pucat, bau lemah rasa

tawar tidak membeku pada suhu 00

d. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah

larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak tanah.

e. Konsentrasi :0,2 %

8. Air Suling (FI,III,96)

a.Sinonim :Aqudest steril

b. Indikasi :Pelarut

c. Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

III. Perhitungan Dosis

-

IV. Penimbangan

- Ol. Cocos : 5 g

- KOH : 5,3 g

Air yang di gunakan : 5,3 g x 1 = 5,3 ml

- Glicerol : 4g

- Borax : 0,5 g = 500 mg

- Nipagin : 0,12 % x 100 = 0,12 g = 120 mg

Air panas : 20 x 0,2 g = 2,4 g = 2,4 ml

- Ol. Rosae : 0,2 % x 100 = 0,2 x 20 tetes = 4 tetes

- Aqua : ad 100 – (5+5,3+5,3+4+0,5+0,12+2,4+0,02)

100 – 22,64 = 77,36 g = 77,36 ml

Page 10: Laporan 7

V. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Kalibrasi botol yang di gunkan.

3. Ditimbang

- Ol. Cocos 5g di penimbangan kasar menggunakan cawan perselin yang

sebulumnya sudah ditara.

- KOH sebanyak 5,3 g di penimbangan kasar.

- Nipagin 120 mg dan nipasol 20 mg di penimbangan halus.

- Glicerol 4 g di penimbangan kasar menggunakan cawan persolin yang

sebelumnya sudah ditara.

- Borax sebanyak 500 mg dengan penimbangan halus.

4. Gerus KOH dengan gliserol sebagai pembasah.

5. Dilarutkan nipagn dengan air sebanyak 2,4 ml hingga larut kemudian

tambahkan borax (Fase Air).

6. Dipanaskan lumpang, dimasukan air panas 1/3 bagian.

7. Dilebur Ol.cocos dan nipasol di atas tangas air hingga lebur (Fase Minyak)

8. Didalam lumpang panas masukan Fase Minyak gerus perlahan kemudian

masukan KOH kemudian gerus homogen.

9. Kemudian ditanbahkan semi demi sedikit fase air gerus hingga homogen

dengan cepat dan hingga dingin.

10. Masukan dalam botol kemudian tambahkan ol.rosae.

11. Kemas dan beri etiket biru.

Page 11: Laporan 7

VI. Penandaan

Etiket Biru

Laboratorium Farmasetika 1

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Nana Caesariana

No. 01 Tgl 24 – 4- 2012

Tn. Rusli

OBAT LUAR

KOCOK DAHULU

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat sebagai sampo.

2. Digunakan untuk pemakaian luar tubuh.

3. Disimpan di tempat sejuk dan terhindar dari sinar matahari.

Page 12: Laporan 7

Resep 2

I. Resep asli

Dr. Yarminerva

APOTEK AKFARSAM

Jl. A.W.Syahrani No.51

Samarinda

Smd, 16 April 2012

R/ Levertraan Oil 5

PGA qs

Flavour qs

Sacharin qs

Presevative qs

Aqua ad 60

m.d S o.m.CI

Pro : Tari (4thn)

A. Resep Standar

-

B. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera - Alamt pasien tidak tertera

- SIP tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera

C. Penggolongan Obat

- O : - G :

- W : - B : Levertraan Oil

Page 13: Laporan 7

d. Komposisi Bahan

Levertraan Oil 5

PGA qs

Flavour qs

Sacharin qs

Presevative qs

Aqua ad 60

II. Uraian Bahan

1. Levertraan Oil (FI,III,457)

a. Sinonim :Minyak ikan

b. Khasiat :Sumber vit A dan D

c. Pemerian :Ciaran kuning pucat, bau khas, agak manis tidak tengik

rasa khas.

d. Kelarutan : Sukar larut dalam etanol, mudah larut dalam kloroform

dan eter dan dalam minyak tanah.

2. Gom Arab (FI,III,748)

a. Sinonim : Gummi Acaciae.

b. Khasiat : Emulgator.

c. Pemerian : Hampir tidak berbau rasa tawar seperti lendir.

d. Kelarutan :Mudah larut dalam air menghasilkan larutan yang kental

dan tembus cahaya praktis tidak larut dalam etanol.

3. Saccharum (FI,III,748)

a. Sinonim : Saccharum Natrium.

b. Khasiat : Zat Tambahan, Pemanis

Page 14: Laporan 7

c. Pemerian :Serbuk hablur putih tidak berbau atau agak aromatis sangat

manis.

d. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, dalam klorofrom dan dalam

eter mudah larut dalam air mendidih, etanol dan mudah

larut dalam larutan aromatik encer dan dalam larutan

alkohol hidroksida dan alkali karbonat dengan

pembentukan CO2.

4. Air Suling (FI,III,96)

a. Sinonim :Aqudest steril

b. Khasiat :Pelarut

c. Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

5. Nipagin (FI III,378)

a. Sinonim : Methylis parabenum

b. Khasiat : Pengawet

c. Pemerian :Serbuk hablur putih hampir tidak berbau dan tidak

mempunyai rasa.

d. Kelarutan :Larut dalam 500 bagian air, larut dalam 20 bagian air

mendidih, 3,5 bagian dalam etanol (95%)P, 3 bagian

aseton,mudah larut dalam eter dan dalam larutan alkali

hidroksida.

6. Nipasol (FI,III,535)

a. Sinonim : Propyl Paraben.

b. Khasiat : Pengawet.

c. Pemerian : Serbuk hablur tidak berbau,tidak berasa.

d. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian

etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 40 bagian

gliserol P, dalam 40 bagian minyak lemak mudah larut

Page 15: Laporan 7

dalam larutan alkali hidroksida.

7. Oleum Citri (FI III,455)

a. Sinonim : Minyak Jeruk

b. Khasiat : Pengaroma

c. Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas rasa

pedas dan agak pahit.

d. Kelarutan : Larut dalam 12 bagian

e. Konsentrasi : 0,2 % - 0,3 % (V.Alen, Iyod, 99)

III. Perhitungan Dosis

- Levertran oil

DL anak 1 x : 5- 15 ml

1 h : 15-50 ml

DDR 1 x p :

1 h : 1 x 1,36 ml = 1,36 ml

Kesimpulan : Subterapi

Rekomendasi di naikan sesuai DL

1 x p : 5 ml

1h : 1 x 5 ml = 5 ml

Kesimpulan Terapi

IV. Penimbangan

- Levertran Oil :

- Saccharin (5%) :

Page 16: Laporan 7

- Ol.Citrii (0,2%) :

- FDC Yellow : 0,01 % x 60 = 0,006 g = 6 mg

Pengenceran :

- FDC yellow : 50 mg

- Air : 10 ml

Yang di ambil

- Gom arab : 30 % x 18,34 g = 5,5 g

- Nipagin : 0,1 x 60 = 0,06 g = 60 mg

Air : 20 x 0,06 g = 1,2 g = 1,2 ml

- Nipasol : 0,05 % x 60 = 30 mg

- Air ad : 60 ml

IV. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Kalibrasi botol yang digunakan.

3. Ditimbang

- PGA sebanyak 3 g di penimbangan kasar.

- Levertraan Oil 20 ml di ukur dengan gelas ukur.

- Saccrin sebanyak 3 g di penimbangan kasar.

- Nipagin 60 mg dan Nipasol 30 mg di penimbangan halus.

4. Dilarutkan Nipagin dan dilarutkan dengan air panas sebanyak 1,2 ml di

dalam beker. (campuran 1)

5. Dimasukan PGA dilarutkan dengan air gerus kemudian tambahkan

levertraan oil sedikit demi-sedikit gerus hingga homogen

6. Tambahkan saccrin gerus hingga homogen. .(Campuran 2)

7. Ditambahkan campuran 1 dan campuran 2sedikit – demisedikit gerus

hingga homogen.

Page 17: Laporan 7

8. Ditambahkan FDC Yellow lalu gerus hingga homogen masukan dalam

botol dan tambahkan air hingga batas kalibrasi.

9. Kemas dan beri etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket Putih

Laboratorium Farmasetika 1

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Nana Caesariana

No. 02 Tgl 24 – 4- 2012

Tari (4 thn)

1 x sehari 1 sendok makan tiap pagi hari

Sesudah makan

KOCOK DAHULU

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat sebagai sumber vit A dan D

2. Dinum 1 x sehari 1 sendok makan tiap pagi hari sesudah makan sebelum

digunakan kocok dahulu.

3. Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari.

Page 18: Laporan 7

Resep 3

I. Resep Asli

Dr. Yarminerva

APOTEK AKFARSAM

Jl. A.W.Syahrani No.51

Samarinda

Smd, 16 April 2012

R/ Emulsum Camporae 60

m.f.l.a Emulsum

s.u.e

Pro : Nn. Chyntia

A. Resep Standar

Emulsum Campora 60

- Campora 1 g

- Vit. Oil 1g

- Saccharin 50 g

- Aqua 100 g

B. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera - Alamt pasien tidak tertera

- SIP tidak tertera - No. Telp dokter tidak tertera

Page 19: Laporan 7

C. Penggolongan Obat

- O : - G :

- W : - B : Campora

d. Komposisi Bahan

- Campora 1 g

- Vit. Oil 1g

- Saccharin 50 g

- Aqua 100 g

II. Uraian Bahan

1. Campora (FI,III,130)

a. Sinonim : Kamfer

b. Khasiat : Antiiritan

c. Pemerian : Hablur butiran atau masa hablur tidak berwarna

atau putih bau khas bau tajam rasa pedas aromatis.

d. Kelarutan : Larut dalam 700 bagian air dalam 1 bagian etanol

(95%) dalam 0,25 bagian klorofrom sangat mudah

larut dalam eter dan minyak lemak.

2. Air Suling (FI,III,96)

a. Sinonim :Aqudest steril

b. Khasiat :Pelarut

c. Pemerian :Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.

3. Vitamin Ovi

a. Sinonim : Kuning Telur

b. Khasiat : Bersifat melekat serta dapat menjadi elmugator apabila

tambahkan bahan lain.

Page 20: Laporan 7

c. Pemerian : Berwarna kuning nlendir, warna kuning bau amis

d. Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan klorofrom dan eter mudah

larut dalam air mendidih sukar larut dalam etanol mudah

larut dalam amoniak encer dan dalam alkali.

III. Perhitungan Dosis

-

IV. Penimbangan

- Campora :

- Vit. Oil :

- Sacchari :

- Aqua :

- Air panas untuk sacari: karena mudah larut dalam air panas 1- 10 bagian

; 1 x 2,8 g = 2,8 g = 2,8 ml

- Air ad : 60 ml – (0,5 + 0,5 + 2,8+2,8)

: 60 – 6,6

: 53,4 g = 53,4 ml

- Nipasol : 0,02 % x 60 ml = 0,012

V. Cara Kerja

1. Siapkan alat dan bahan.

2. Kalibrasi botol yang digunakan.

3. Ditimbang

Page 21: Laporan 7

- Campora sebanyak 500 mg dipenimbangan halus.

- Diambil kuning telur dari 1 buah telur lalu di hilngkan putih telurnya.

- Diukur aqua sebanyak 2,8 ml

4. Didalam mortir masukan campora ditetesin dengan etanol gerus hingga

larut.

5. Dilarutkan Saccarin dengan dalam mortir sedikit demi sedikit erus hingga

halus.

6. Dimasukan 500 mg vit.oil gerus hingga homogen tambahkan nipasol gerus

hingga homogen.

7. Ditambahkan air ± 50 ml homogenkan masukan dalam botol

8. Tambahkan air hingga batas kalibrasi.

9 . Kemas dan beri etiket putih.

VI. Penandaan

Etiket putih

Laboratorium Farmasetika 1

Akademi Farmasi Samarinda

Apt : Nana Caesariana

No. 03 Tgl 24 – 4- 2012

Ny. Cyntia

Aturan pakai diketahui

Obat Luar

KOCOK DAHULU

VII. Edukasi

1. Obat ini berkhasiat sebagai anti iritasi

2. sebelum digunakan kocok dahulu aturan pakai diketahui

3. Simpan di tempat sejuk dan terhindar dari cahaya matahari.

Page 22: Laporan 7

BAB IV

PEMBAHASAN

Resep 1

Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi

adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang

lain dalam bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif borax yang

berfungsi sebagai antiseptikum ekstern. Selain bahan obat digunakan juga zat

tambahan seperti Oleum cocos, KOH, glyserol, nipagin dan aqua. Pada

pengerjaan emulsi resep ini terdapat dua fase yaitu fase minyak dan fase air. Fase

minyak terdiri dari oleum cocos dan nipasol. Fase air terdiri dari Nipagin, gliserol

dan borax. Emulsi yang dibuat pada resep ini merupakan emulsi tipe o/w karena

fase internal yaitu minyak terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada

pembuatan emulsi juga digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan

tegangan permukaan antara fase minyak dan air sehingga minyak dan air dapat

bercampur. Pada resep ini emulgator yang digunakan adalah KOH

Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 100 ml. Botol di

tara agar diketahui batasan banyak emulsi dalam botol, sehingga memudahkan

dalam menambahkan jumlah pelarut. Pada pengerjaannya bahan dipisahkan

menjadi fase minyak yang terdiri dari oleum cocos dan nipasol, dan fase air yang

Page 23: Laporan 7

terdiri dari nipagin, gliserol dan borax. Pertama-tama dibuat fase air dengan

melarutkan nipagin dalam air panas, kemudian ditambahkan borax dan gliserol

kemudian diaduk. Setelah itu dibuat larutan KOH dengan melarutkan dalam KOH

dalam air. Kemudian dibuat fase minyak dilebur oleum cocos dan nipasol diatas

penangas air. Setelah melebur dimasukkan fase minyak dalam mortir kemudian

ditambahkan fase minyak sedikit demi sedikit sambil digerus cepat dan

ditambahkan larutan KOH. Dimasukkan dalam botol dan kemudian ditambahkan

oleum rosae. Emulsi yang pada resep ini digunakan untuk pemakaian luar tubuh

yaitu digunakan sebagai shampo untuk membersihkan kepala dari ketombe.

Resep 2

Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi adalah

sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam

bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif levertraan oil yang

berfungsi sebagai sumber vitamin A dan B. Selain bahan obat digunakan juga zat

tambaan seperti PGA, flavour, saccharin, nipagin, nipasol dan aqua. Emulsi yang

dibuat pada resep ini merupakan emulsi tipe o/w karena fase internal yaitu minyak

(levertraan oil) terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada pembuatan

emulsi juga digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan

permukaan antara tipe minyak dan air sehingga minyak dan air dapat bercampur.

Pada resep ini emulgator yang digunakan adalah PGA. PGA sangat baik untuk

emulgator tipe o/w dan untuk obat minum karena emulsi yang terbentuk akan

sangat stabil dan tidak terlalu kental. Banyaknya gom arab yang digunakan adalah

½ dari jumlah minyaknya.

Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 60 ml. Botol di

tara agar diketahui batasan banyak sirup dalam botol, sehingga memudahkan

dalam menambahkan jumlah pelarut. Pertama-tama dilarutkan nipagin dan

sacharin masing-masing dalam air. Dimasukkan levertraan oil dan nipasol dalam

mortir kemudian ditambahkan PGA digerus cepat kemudian ditambahkan larutan

nipagin, larutan sacharin digerus hingga homogen kemudian ditambahkan air.

Page 24: Laporan 7

Kemudian dimasukkan dalam botol dan tambahkan oleum citri. Emulsi yang

dibuat pada praktikum kali ini berfungsi sebagai obat dalam/per oral yang

berkhasiat sebagai sumber vitamin A dan D. Obat ini diminum tiap pagi hari

karena diharapkan obat ini memperlancar metabolime dalam tubuh sehingga dapat

mensuplai energi untuk menjalani kegiatan sehari-hari.

Resep 3

Pada resep ini, praktikan membuat sediaan berupa emulsi. Emulsi adalah

sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain dalam

bentuk tetesan kecil. Pada resep ini terdapat bahan aktif camphora yang berfungsi

sebagai antiiritan. Selain bahan obat digunakan juga zat tambaan seperti vitellium

ovi (kuning telur), saccharin, dan aqua. Emulsi yang dibuat pada resep ini

merupakan emulsi tipe o/w karena fase internal yaitu minyak (champora)

terdispersi/tersebar dalam fase eksternal yaitu air. Pada pembuatan emulsi juga

digunakan emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara tipe

minyak dan air sehingga minyak dan air dapat bercampur. Pada resep ini

emulgator yang digunakan adalah vit. ovi. Vittelium ovi atau kuning telur

mengandung lecitin (golongan protein/asam amino) dan kolesterol yang

kesemuanya dapat berfungsi sebagai emulgator. Lecitin merupakan emulgator tipe

o/w, tetapi kemampuan lecitin lebih besar dari kolesterol sehingga secara total

kuning telur merupakan emulgator tipe o/w.

Pada pengerjaan, pertama- tama botol ditara sebanyak 60 ml. Botol di

tara agar diketahui batasan banyak sirup dalam botol, sehingga memudahkan

dalam menambahkan jumlah pelarut. Pertama-tama dibuka dulu kuning telur

dengan cara kulit telurnya dilubangi dan diletakkan diatas corong, maka bagian

telur yang bening putih akan keluar, sedangkan yang tinggal dalam kulit bungkus

telur adalah kuning telurnya. Sebutir kuning telur mempunyai daya emulsi sama

dengan PGA seberat 10 g. Kemudian dilarutkan nipagin dalam air panas dan

dilarutkan sacharin dalam air. Dimasukkan camphora dalam mortir kemudian

Page 25: Laporan 7

ditambahkan etanol 95 % sampai larut kemudian ditambahkan nipasol. Kemudian

dimasukkan vittelium ovi kedalam mortir isi camphora, digerus cepat.

Ditambahkan larutan nipagin dan sacharin dalam mortir kemudian tambahkan

aqua. Dimasukkan emulsi dalam botol dan diberi etiket. Emulsi yang dibuat pada

praktikum kali ini adalah untuk pemakaian obat luar yang berkhasiat sebagai

antiiritan, digunakan dengan cara menggosokkan pada kulit yang mengalami

iritasi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Resep 1

Bahan obat yang diracik menghasilkan sediaan dalam bentuk emulsi

berkhasiat sebagai shampo. Sebelum digunakan dikocok terlebih dahulu.

Resep 2

Bahan obat yang diracik menghasilkan sediaan emulsi dan digunakan

peroral/diminum 1x sehari 2 sendok makan sesudah makan tiap pagi hari.

Sebelum digunakan dikocok terlebih dalulu. Sediaan sebaiknya disimpan

ditempat sejuk dan kering serta terhindar dari sinar matahari langsung dan

dalam wadah tertutup rapat .

Resep 3

Pada resep ini dibuat sediaan emulsi. Digunakan untuk pemakaian bagian luar

tubuh dengan digosokkan pada bagian yang iritasi. Sebelum digunakan

dikocok terlebih dahulu. Sediaan sebaiknya disimpan ditempat sejuk dan

kering serta terhindar dari sinar matahari langsung dan didalam wadah tertutup

baik.

B. Saran

Page 26: Laporan 7

Praktikan harus lebih teliti dalam perhitungan dosis, selain itu juga teliti dalam

penimbangan dan pengambilan bahan. Harus perhatikan pengerjaan resep-

resep standar.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen RI : Jakarta

Anief. Moh. 2006. Ilmu Meracik Obat. Gadjah Mada University press :

Yogyakarta

Anonim. 2011. ISO Indonesia. Vol. 45. PT. ISFI Penerbitan : Jakarta

Anonim. 1966. Formularium Indonesia. Departemen Kesehatan RI : Jakarta