laporan 5

33
LAPORAN MIKROKONTROLER “Praktek ADC dengan Menu ” OLEH : ISA MAHFUDI NIM. 1141160018 D4-2A JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

Transcript of laporan 5

LAPORAN

MIKROKONTROLER

“Praktek ADC dengan Menu ”

OLEH :

ISA MAHFUDI

NIM. 1141160018

D4-2A JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL

POLITEKNIK NEGERI MALANGJalan Soekarno-Hatta No. 9, PO Box04, Malang-65141

Tel. (0341) 404424, 404425, Fax. (0341) 404420

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Pada praktikum ini bertujuan :

(1) Dapat menjalankan aplikasi Proteus dan AVR

(2) Dapat memahami konsep ADC

(3) Dapat membuat program ADC

1.2 Teori Dasar

1.2.1 Mikrokontroler Atmega 16

Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu chip.

Mikrokontroler lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau

berisikan ROM (Read-Only Memory), RAM (Read-Write Memory), beberapa port

masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti pencacah/pewaktu,

ADC (Analog to Digital converter), DAC (Digital to Analog converter) dan serial

komunikasi. Salah satu mikrokontroler yang banyak digunakan saat ini yaitu

mikrokontroler AVR. Secara umum mikrokontroler AVR dapat dapat dikelompokkan

menjadi 3 kelompok, yaitu keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny. Pada dasarnya

yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fiturnya

Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroler ATMega16

terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit (ALU), himpunan

register kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu serta komponen kendali

lainnya. Berbeda dengan mikroprosesor, mikrokontroler menyediakan memori dalam

chip yang sama dengen prosesornya (in chip).

Arsitektur ATMega16

Mikrokontroler ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori

program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga

pengaksesan program dan data dapat dilakukan secara bersamaan (concurrent),

adapun blog diagram arsitektur ATMega16. Secara garis besar mikrokontroler

ATMega16 terdiri dari :

1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16Mhz.

2. Memiliki kapasitas Flash memori 16Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM

1Kbyte

3. Saluran I/O 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

4. CPU yang terdiri dari 32 buah register.

5. User interupsi internal dan eksternal

6. Port antarmuka SPI dan Port USART sebagai komunikasi serial

7. Fitur Peripheral

Gambar 1 Blok Diagram ATMega 16

Konfigurasi Pin ATMega16

Konfigurasi pin mikrokontroler Atmega16 dengan kemasan 40.

Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega16 memiliki 8 Pin untuk masing-masing

Port A, Port B, Port C, dan Port D.

Gambar 2. Konfigurasi PIN pada Atmega 16

Deskripsi Mikrokontroler ATMega16

• VCC (Power Supply) dan GND(Ground)

• Port A (PA7..PA0)

Port A berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D. Port A juga

sebagai suatu port I/O 8-bit dua arah, jika A/D konverter tidak digunakan. Pin - pin

Port dapat menyediakan resistor internal pull-up (yang dipilih untuk masing-masing

bit). Port A output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya

sink tinggi dan kemampuan sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input

dan secara eksternal ditarik rendah, pin–pin akan memungkinkan arus sumber jika

resistor internal pull-up diaktifkan. Port A adalah tri-stated manakala suatu kondisi

reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.

• Port B (PB7..PB0)

Pin B adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Pin B output buffer mempunyai karakteristik

gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai

input, Pin B yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-

up diaktifkan. Pin B adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif,

sekalipun waktu habis.

• Port C (PC7..PC0)

Pin C adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Pin C output buffer mempunyai karakteristik

gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai

input, pin C yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-

up diaktifkan. pin C adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif,

sekalipun waktu habis.

• Port D (PD7..PD0)

Pin D adalah suatu pin I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up

(yang dipilih untuk beberapa bit). Pin D output buffer mempunyai karakteristik

gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai

input, pin D yang secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-

up diaktifkan. Pin D adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif,

sekalipun waktu habis.

• RESET (Reset input)

• XTAL1 (Input Oscillator)

• XTAL2 (Output Oscillator)

• AVCC adalah pin penyedia tegangan untuk Port A dan Konverter A/D

• AREF adalah pin referensi analog untuk konverter A/D

Peta Memori ATMega16

Memori Program Arsitektur ATMega16 mempunyai dua memori utama,

yaitu memori data dan memori program. Selain itu, ATMega16 memiliki memori

EEPROM untuk menyimpan data. ATMega16 memiliki 16K byte On-chip In-System

Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Instruksi ATMega16

semuanya memiliki format 16 atau 32 bit, maka memori flash diatur dalam 8K x 16

bit. Memori flash dibagi kedalam dua bagian, yaitu bagian program boot dan

aplikasi. Bootloader adalah program kecil yang bekerja pada saat sistem dimulai

yang dapat memasukkan seluruh program aplikasi ke dalam memori prosesor.

1.2.2 ADC

Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi

kode – kode digital. ADC banyak digunakan sebagai pengatur proses industri,

komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/pengujian. Umumnya ADC digunakan

sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan sistim komputer

seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/berat, aliran dan sebagainya kemudian diukur

dengan menggunakan sistim digital (komputer).

ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu kecepatan

sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan seberapa sering

sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang waktu tertentu.

Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per second (SPS).

Pengaruh Kecepatan Sampling ADC

Gambar 3. Pengaruh kceoatan sampling ADC

Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai

contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input dapat

dinyatakan dalam 255 (2n – 1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit output data

digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai diskrit. Dari contoh

diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil konversi yang jauh lebih baik

daripada ADC 8 bit.

Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk

besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.

Sebagai contoh, bila tegangan referensi (Vref) 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio

input terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan

skala maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153

(bentuk decimal) atau 10011001 (bentuk biner).

ADC Simultan

ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter. Input

analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan pada sisi +

pada komparator tersebut, dan input pada sisi – tergantung pada ukuran bit

converter. Ketika Vi melebihi tegangan input – dari suatu komparator, maka output

komparator adalah high, sebaliknya akan memberikan output low.

Rangkaian Dasar ADC Simultan

Gambar 4. Rangkaian dasar ADC simultan

Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar rangkaian ADC Simultan diatas

didapatkan :

V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,64

V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93

V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21

V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5

V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78

V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07

V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36

Sebagai contoh Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0,

C5=0, C4=1, C3=1, C2=1, C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner,

sehingga diperoleh tabel berikut :

1.2.3 LED

LED adalah singkatan dari Light Emitting Dioda, merupakan komponen yang

dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah

dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa

elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi

panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya.

Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah

gallium, arsenic dan phosphorus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna

cahaya yang berbeda pula.

Gambar 5. Simbol LED

Pada saat ini warna-warna cahaya LED yang ada adalah warna merah,

kuning dan hijau. LED berwarna biru sangat langka. Pada dasarnya semua warna

bisa dihasilkan, namun akan menjadi sangat mahal dan tidak efisien. Dalam memilih

LED selain warna, perlu diperhatikan tegangan kerja, arus maksimum dan disipasi

daya-nya. Rumah (chasing) LED dan bentuknya juga bermacam-macam, ada yang

persegi empat, bulat dan lonjong.

LED terbuat dari berbagai material setengah penghantar campuran seperti

misalnya gallium arsenida fosfida (GaAsP), gallium fosfida (GaP), dan gallium

aluminium arsenida (GaAsP). Karakteristiknya yaitu kalau diberi panjaran maju,

pertemuannya mengeluarkan cahaya dan warna cahaya bergantung pada jenis dan

kadar material pertemuan. Ketandasan cahaya berbanding lurus dengan arus maju

yang mengalirinya. Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah

adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt. Sedangkan

tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt, LED

kuning 5 volt, LED hijau 5 volt.

LED mengkonsumsi arus sangat kecil, awet dan kecil bentuknya (tidak

makan tempat), selain itu terdapat keistimewaan tersendiri dari LED itu sendiri yaitu

dapat memancarkan cahaya serta tidak memancarkan sinar infra merah (terkecuali

yang memang sengaja dibuat seperti itu).

Cara pengoperasian LED yaitu :

Gambar 6. Pengoperasian LED

Selalu diperlukan perlawanan deretan R bagi LED guna membatasi kuat arus dan

dalam arus bolak balik harus ditambahkan dioda penyearah.

Pada umumnya LED mempunyai tegangan jatuh antara 1,5 Volt sampai 3

Volt dan membutuhkan arus 15 mA sampai 100 mA tergantung dari karakteristik

masing - masing LED. Karakteristik panjang gelombang versus intensitas cahaya

yang dihasilkan led dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 7. Karakteristik panjang gelombang vs intensitas cahaya yang dihasilkan LED

1.2.4 SEVEN SEGMEN

Display 7 segment merupakan komponen yang berfungsi sebagai penampil

karakter angka dan karakter huruf. Display 7 segment sering juga disebut sebgai

penampil 7 ruas. Pada display 7 segment juga dilengkapi karakter titik (dot) yang

sering dibutuhkan untuk karakter koma atau titik pada saat menampilkan suatu

bilangan. Display 7 segment terdiri dari 7 penampil karakter yang disusun dalam

sebuah kemasan sehingga dapat menampilkan karakter angka dan karakter huruf.

Terdapat 7 buah penampil dasar dari LED (Light Emiting Diode) yang dinamakan

karakter A-F dan karakter dot. Bentuk susunan karakter penampil karakter A-F pada

display 7 segmen dapat dilihat pada gambar berikut :

Bentuk Susunan Karakter Display 7 Segment

Gambar 8. Susunan karakter display 7 segmen

Rangkaian Internal Display 7 Segment Common Anoda

Gambar 9. Rangkaian internal display 7 segmen common anoda

Rangkaian LED seperti pada gambar diatas disusun sedemikian rupa

sehingga membentuk display 7 segment yang dapat menampilkan karakter angka

dan huruf. Karena hanya terdiri dari 7 bagian (7 ruas) maka tampilan huruf yang

dihasilkan dispaly 7 segment tidak dapat menampilkn karakter huruf secara lengkap

a-z, akan tetapi dalam aplikasi rangkaian elektronika karakter huruf yang sering

ditampilkan oleh display 7 segment adalah karakter A-F saja. Display 7 segment

dapat menamplikan karakter angka desimal 0 – 9 yang dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Karakter Angka Pada Display 7 Segment

Contoh Bentuk Fisik Display 7 Segment

1.2.5 POTENSIO

Adapun pengertian secara umum potensiometer bisa didefinisikan sebagai

sebuah resistor tiga terminal dengan kontak geser yang membentuk pembagi

tegangan yang diatur. Jika hanya dua terminal yang digunakan (satu sisi dan wiper),

bertindak sebagai variabel resistor atau rheostat. Potensiometer biasanya digunakan

untuk mengontrol perangkat listrik seperti kontrol volume pada peralatan audio.

Potensiometer dioperasikan oleh mekanisme yang dapat digunakan sebagai

transduser posisi, misalnya, dalam joystick.

Dalam kontruksi Potensiometer yaitu dibangun dengan melawan elemen

yang dibentuk menjadi sebuah busur lingkaran, dan salah satu kontak geser (wiper)

bepergian atas busur itu. Elemen resistif, dengan terminal pada satu atau kedua

ujungnya, yang datar atau miring, dan umumnya terbuat dari grafit, meskipun bahan

lain dapat digunakan tetapi wiper ini terhubung melalui kontak lain yang menggeser

ke terminal lain.sedangkan Pada potensiometer panel, wiper biasanya mempunyai

terminal pusat tiga. Untuk potensiometer tunggal-turn, wiper ini biasanya perjalanan

hanya di bawah satu revolusi di sekitar kontak yaitu "Multiturn" potensiometer juga

ada, dimana elemen resistor mungkin heliks dan wiper dapat bergerak 10, 20, atau

lebih revolusi lengkap, meskipun potentimeters multiturn biasanya dibangun dari

elemen dapat melawan konvensional menyeka melalui roda gigi cacing. Selain itu

grafit, bahan yang digunakan untuk membuat elemen resistif termasuk kawat

penghambat, partikel karbon dalam plastik, dan campuran / keramik logam yang

disebut cermet.

Fungsi dan penggunaan potensiometer

Penggunaan alat bantu potensiometer banyak digunakan sebagai kontrol

pengguna, dan dapat mengontrol berbagai fungsi yang sangat luas peralatannya.

tetapi meluasnya dalam penggunaan potensiometer pada barang elektronik

konsumen telah menurun pada 1990-an, dengan adanya kontrol digital yang

sekarang lebih umum digunakan.

Namun mereka tetap dalam banyak aplikasi, seperti kontrol volume dan

sebagai sensor posisi salah satu aplikasi yang penggunaanya paling umum untuk

potensiometer rendah daya modern adalah sebagai alat kontrol audio. Kedua

potensiometer linier (juga dikenal sebagai "fader") dan potensiometer putar

(biasanya disebut tombol-tombol) secara teratur digunakan untuk mengatur

kenyaringan, redaman frekuensi dan karakteristik lain dari sinyal audio dalam audio

control.

Jenis-jenis potensiometer

o Potensiometer putar yang sering disebut potensiometer String. Potensiometer Ini

adalah multi-turn potensiometer dioperasikan oleh reel yang terpasang kawat

berbalik melawan pegas. Hal ini digunakan sebagai transduser posisi.

o Potensiometer linier slider, potensiometer ini sebagai mengatur fungsi kontrol

didalam sebuah elektronik bukan kontrol dial yang terdapat pada komponen alat

potensiometer. Dan Elemen resistifnya strip persegi panjang, tidak setengah

lingkaran seperti pada potensiometer putar. Karena slot pembukaan besar atau

wiper, potensiometer jenis ini memiliki potensi yang lebih besar untuk

mendapatkan terkontaminasi.Potensiometer dapat diperoleh dengan baik

hubungan linier atau logaritmik antara posisi slider dan ketahanan

(potensiometer hukum atau "kemiringan"). Sebuah kode huruf ("A" lancip, "B"

lancip, dll) dapat digunakan untuk mengidentifikasi meruncing dimaksudkan,

tetapi definisi surat kode bervariasi dari waktu ke waktu dan antara produsen.

o Potensiometer tiga terminal alat ini dapat digunakan sebagai variabel resistor

dua terminal dengan tidak menghubungkan ke terminal ketiga. Praktek ini umum

untuk menghubungkan terminal wiper ke ujung yang tidak terpakai dari trek

perlawanan untuk mengurangi jumlah variasi resistensi yang disebabkan oleh

kotoran di trek.

1.3 Alat

Adapun alat atau komponen yang digunakan pada praktikum ini adalah

(1) IC Atmega 16 : 1buah

(2) LED warna biru : 8 buah

(3) Potensio : 1 buah

(4) IC 7805 : 1 Buah

(5) Kristal 8 MHz : 1 Buah

(6) 7 segmen : 1 Buah

(7) Protoboard : 1 Buah

(8) LED warna Biru : 8 Buah

(9) Resistor 330 Ω : 8 Buah

(10) Resistor 10 kΩ : 1 Buah

(11) Capasitor 22 pF : 2 Buah

(10) Capasitor 10 µF16 V : 1 Buah

(11) Kabel penghubung : Secukupnya

(12) Catu daya 5 Volt : 1 buah

1.4 Skema Blog Rangkaian

Gambar 9. Skema blog rangkaian

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prosedur Percobaan

Adapun prosedur percobaan ini adalah

(1) Merangkai semua komponen seperti skema blog rangkaian dengan menggunakan

aplikasi proteus.

Gambar 10 Skema blog rangkaian

(2) Membuat program di aplikasi code vision AVR.

(3) Program yang dibuat dihubungkan dengan program simulasi proteus dengan

menginputkan file “.hex” nya

(4) Mencatat semua hasil percobaannya.

2.2 Hasil Percobaan

2.2.1 Algoritma

(1) Deklarasi

dataadc;

nama[3]=0xcf,0x92,0x88;

nama2[4]=0x88,0x8e,0xcf,0x8e;

nim[10]=0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,0xf9,0x80;

nim2[10]=0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,8,0xc0;

hello[5]=0x89,0x86,0xc7,0xc7,0xc0;

int i;

(2) Inisialisasi

ADMUX = 0X60

ADCSRA = 0X83

PORTA = INPUT ADC

PORTB = OUTPUT

PORTC = OUTPUT

PORTD = OUTPUT

(3) Start konversi, ADSC = 1

(4) Tunggu sampai ADIF = 1

(5) Ambil data di ADCH => 8 bit, data ADCH diletakkan pada variabel dataadc

(6) Tampilkan dataadc pada PORTB.

(7) Seleksi :

Bila dataadc < 50, maka menampilkan nama1 dan nim1 pada PORTC

Bila dataadc <100, maka menampilkan nama2 dan nim2 pada PORTC

Bila dataadc <150, maka menampilkan led geser ke kiri pada PORTD

Bila dataadc <200, maka menampilkan led geser kekanan pada PORTD

Bila dataadc <250, maka menampilkan hello pada PORTC serta led mati-nyala

pada PORTD.

(8) Ulangi langkah ke 3

2.2.2 Program

#include <mega16.h>

#include <delay.h>

unsigned char dataadc;

unsigned char nama[3]=0xcf,0x92,0x88;

unsigned char nama2[4]=0x88,0x8e,0xcf,0x8e;

unsigned char nim[10]=0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,0xf9,0x80;

unsigned char nim2[10]=0xf9,0xf9,0x99,0xf9,0xf9,0x82,0xc0,0xc0,8,0xc0;

unsigned char hello[5]=0x89,0x86,0xc7,0xc7,0xc0;

int i;

#define ADC_VREF_TYPE 0x60

unsigned char read_adc(unsigned char adc_input)

ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);

delay_us(10);

ADCSRA|=0x40;

while ((ADCSRA & 0x10)==0);

ADCSRA|=0x10;

return ADCH;

void main(void)

PORTA=0x00;DDRA=0x00;

PORTB=0x00;DDRB=0xFF;

PORTC=0x00;DDRC=0xFF;

PORTD=0x00;DDRD=0xFF;

TCCR0=0x00;

TCNT0=0x00;

OCR0=0x00;

TCCR1A=0x00;

TCCR1B=0x00;

TCNT1H=0x00;

TCNT1L=0x00;

ICR1H=0x00;

ICR1L=0x00;

OCR1AH=0x00;

OCR1AL=0x00;

OCR1BH=0x00;

OCR1BL=0x00;

ASSR=0x00;

TCCR2=0x00;

TCNT2=0x00;

OCR2=0x00;

MCUCR=0x00;

MCUCSR=0x00;

TIMSK=0x00;

ACSR=0x80;

SFIOR=0x00;

ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;

ADCSRA=0x83;

while (1)

dataadc=read_adc(0);

PORTB=dataadc;

//MENU 1

if(dataadc<50)

for(i=0;i<3;i++)

PORTC=nama[i];

delay_ms(50);

PORTC=0xff;

delay_ms(70);delay_ms(100);

for(i=0;i<10;i++)

PORTC=nim[i];

delay_ms(50);

PORTC=0xff;

delay_ms(100);

//MENU 2

else if(dataadc<100)

for(i=0;i<4;i++)

PORTC=nama2[i];

delay_ms(50);

PORTC=0xff;

delay_ms(70);delay_ms(100);

for(i=0;i<10;i++)

PORTC=nim2[i];

delay_ms(50);

PORTC=0xff;

delay_ms(100);

//MENU 3

else if(dataadc<150)

for(i=1;i<=128;i=i*2)

PORTD=i;

delay_ms(60);

//MENU 4

else if(dataadc<200)

for(i=128;i>=1;i=i/2)

PORTD=i;

delay_ms(60);

//MENU 5

else

for(i=0;i<5;i++)

PORTC=hello[i];

delay_ms(50);

PORTC=0xff;

delay_ms(70);

PORTD=0xff;delay_ms(100);

;

2.2.3 Flowchart

2.2.4 Simulasi

(1) Menu 1

Menampilkan nama1 dan Nim1

(2) Menu 2

Menampilkan nama2 dan Nim2

(3) Menu 3

Led geser dari kanan kekiri

(4) Menu 4

Led geser dari kiri kekanan

(5) Menu 5

Menampilkan tulisan Hello dan led menyala semua

2.2.5 Hasil Praktikum

(1) Menu 1

Menampilkan nama1 dan Nim1

(2) Menu 2

Menampilkan nama2 dan Nim2

(3) Menu 3

Led geser dari kanan kekiri

(4) Menu 4

Led geser dari kiri kekanan

(5) Menu 5

Menampilkan tulisan Hello dan led menyala semua

BAB III

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah Potensio digunakan untuk mengubah nilai

ADC yang dihubungkan pada PORTA.0 sebagai input. Setiap perubahan nilai adc kurang

dari 50 maka menampilkan NIM1 dan NAMA1 pada PORTC,setiap perubahan nilai adc

kurang dari 100 maka menampilkan NIM2 dan NAMA2 pada PORTC, setiap perubahan nilai

adc kurang dari 150 maka led pada PORTD geser kekiri, setiap perubahan nilai adc kurang

dari 200 maka led pada PORTD geser kekanan dan setiap perubahan nilai adc kurang dari

250 maka menampilkan tulisan HELLO dan led diPORTD mati-menyala. Tegangan referensi

(V ref) nya adalah 5 V.