Laporan 2 Kelompok 10

23
LAPORAN PEMICU 2 BLOK 20 EDENTULOUS PENUH “Gigi Palsu Saya Longgar, Dok” Di susun oleh: Kelompok 10 Pembimbing: Prof. Ismet Daniel Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K) Sayuti Hasibuan drg., Sp.PM dr. Dina Ridha FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

description

itu

Transcript of Laporan 2 Kelompok 10

LAPORAN PEMICU 2BLOK 20EDENTULOUS PENUHGigi Palsu Saya Longgar, Dok

Di susun oleh:Kelompok 10Pembimbing:Prof. Ismet Daniel Nasution, drg., Ph.D., Sp.Pros (K)Sayuti Hasibuan drg., Sp.PMdr. Dina Ridha

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGIUNIVERSITAS SUMATERA UTARAMEDAN2015

Ketua : Carven (120600086)Sekretaris : Vikneswary Asokan (120600183)Anggota :Try Yudha Tarigan (120600081) Christinawaty Sutan (120600082) Gita M Zulfi (120600083) Kevin (120600084) Prajoko Yanto (120600085)Maria Novita (120600087) Bendvri A Silitonga (120600088) Siti Muthiatul Naila (120600089) Liew Jia En (120600181) Phoebe Lee Pei (120600182) Prisca Soo (120600184) Hifzan Nurhaziqah (120600185) Baldeep Kaur (120600187)Monica Dashni Aruldas (120600188) Dhashini Santharasakaran (120600189) Gunavathie Vijayandran (120600190)

BAB IPENDAHULUAN1. Latar belakangPenting untuk diperhatikan bahwa kehilangan gigi, dapat menimbulkan kondisi patologi yang tidak dirasakan pasien secara langsung. Bagaimanapun juga, seiring berjalannya waktu, kondisi patologis seperti ini dapat timbul dan menyebabkan perubahan yang merugikan pada jaringan tulang residual, mukosa oral, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem persarafan.1,2 Oleh karena itu, untuk menghindari dampak dari tidak menggantikan gigi yang hilang yang telah disebutkan tadi, biasanya dibuat suatu gigitiruan sebagai pengganti gigi yang hilang.Gigi palsu atau gigi lepasan adalah salah satu jenis gigi tiruan yang bisa dilepas dan dipasang sendiri oleh pasien. Gigitiruan penuh didefinisikan sebagai suatu prostesis dental yang menggantikan keseluruhan gigi-geligi dan berhubungan dengan struktur rahang atas dan rahang bawah.1 Gigitiruan penuh harus dapat berfungsi mengembalikan estetik, mastikasi, dan fonetik sehingga diharapkan dapat memperbaiki rasa percaya diri, aktivitas sosial pasien, dan kualitas hidup pasien. Gigi palsu tersebut dirancang agar bisa menempel erat, tepat, dan rapi di dalam mulut. Ia bisa berfungsi sebagai alat pengunyah, bicara, dan mempercantik diri seperti gigi asli. Namun, gigi palsu itu juga harus mudah dilepas dan dipasang kembali tanpa bantuan dokter gigi.2

Karena itu, syarat utama gigi tiruan adalah sebagian lepasan harus dirancang dengan tepat sesuai fungsinya. Tentu, harus memperhatikan kesehatan rongga mulut serta kesehatan tubuh pada umumnya. Gigi tiruan yang dirancang sembarangan akan mngganggu fungsi mengunyah, bicara, kecantikan, bahkan rawan membahayakan pemakainya.2 Gigi palsu yang dirancang dengan pertimbangan para ahli gigi palsu (prosthodontist) yang cermat tak akan mengakibatkan alergi, kerusakan jaringan gusi, serta tidak gampang lepas. Meski, si pemakai sedang bersin, tertawa lebar, atau sedang tersedak sekalipun.2,3Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan gigi tiruan lepasan harus diganti di antaranya, gigi palsu retak, pecah sebagian, atau berubah bentuk karena pemeliharaan kurang baik. Pemeliharaan gigi tiruan yang kurang tepat juga memberi efek perubahan bentuk fisik dan kekenyalan gigi tiruan.3 Kestabilan gigi palsu berkurang dan membuat luka pada jaringan atau gusi yang menyangganya.

2. Deskripsi topik

Pasien pria berusia 63 tahun datan ke klinik prostodonsia RSGMP USU dengan keluhan gigi palsunya longgar sehingga tidak dapat digunakan untuk mengunyah. Pasien telah menggunakan gigitiruan tersebut selama 8 tahun. Pasien ingin gigi tiruannya berfungsi dengan baik.Riwayat medis pasien: hipertensi terkontrol dan osteoporosisPemeriksaan gigi tiruan: Anasir gigi tiruan telah rata dan pendek Retensi (-)Pemeriksaan intra oral: Terdapat angular cheilitis pada kedua sudut mulut Terdapat inflamasi dan ulser pada mukosa linggir alveolaris Palatum dangkal dengan torus yang besar Linggir RB datar dan berbentuk knife edge pada bagian posterior xerostomia

BAB II

PEMBAHASAN

1. Jelaskan faktor penyebab GTP pasien menjadi longgar

Dari anamnesis diperoleh data-data seperti pasien telah memakai GTP selama 8 tahun, dimana dengan seiring berjalannya waktu terjadi suatu proses resorbsi fisiologis dari linggir alveolus. Ditambah dengan adanya keadaan patologis dari pasien yaitu adanya riwayat osteoporosis dimana menyebabkan percepatan pada proses resorbsi tulang alveolar, dan hipertensi yang akan berimplikasi pada menurunnya kuantitas dari saliva sehingga fungsi saliva sebagai pelapis dan retensi berkurang. Faktor-faktor inilah yang menyebabkan GTP pada pasien menjadi longgar2. Jelaskan prosedur diagnostic untuk pasien tersebut

AnamnesisSelama anamnesis kita dapat mengumpul berbagai data pasien yang akan membantu menegakkan diagnosis. Pada anamnesis akan diajukan sejumlah pertanyaan yang akan menuntun kita dalam penegakan diagnosa, pada kasus ini dapat diajukan pertanyaan mengenai riwayat penyakit umum, riwayat dental terutamanya mengenai GTP yang lama dan kita juga bisa menanyakan apakah ada gambar profil wajah sebelum pasien kehilangan seluruh gigi asilnya supaya dapat disesuaikan untuk perawatan yang akan dilakukan selanjutnya.5

Pemeriksaan ekstra oralPada pemeriksaan ektra oral kita memperhatikan bentuk wajah depan dan samping dari pasien, kondisi bibir dari pasien, garis tawa dan juga keadaan dari TMJ pasien.4,5

Pemeriksaan intra oralPada pemeriksaan intra oral kita memeriksa keadaan dalam rongga mulut pasien, hal-hal yang diperhatikan adalah keadaan palatal, adnya torus maksilaris, bentuk linggir, dan keadaan saliva.4,5

Pemeriksaan penunjangPada pemeriksaan penunjang dapat kita melakukan ronsen foto panoramik untuk mengobservasi keadaan tulang alveolar yang tersisa dan kepadatan dari tulang dimana diketahui pasien memiliki riwayat osteoporosis, dan mengobservasi model diagnostic hasil cetakan rongga mulut pasien.5

3. Jelaskan etiologi dan mekanisme terjadinya angular cheilitis pada pasien tersebut.

EtiologiEtiologi terjadinya angular cheilitis pada pasien adalah terjadinya penurunan vertikal dimensi dan didukung oleh keadaan system imun pasien dan adanya kemungkinan kekurangan nutrisi seperti vit. B6 dan B12.6

MekanismePada pemeriksaan gigi tiruan pasien didapati bahwa anasir pasien telah rata, dengan anasir gigi tiruan yang rata maka akan terjadi penurunan vertical dimensi, dengan vertical dimensi yang menurun maka akan menyebabkan reversed smile line yang akan menyebabkan sudut mulut dari pasien menjadi lembab, dengan keadaan yang lembab dari sudut mulut pasien maka akan menyebabkan infeksi dari candida yang akan menyebabkan terjadinya angular cheilitis pada pasien.6

4. Jelaskan prosedur pemeriksaan gigi tiruan yang lamaEkstra oralPemeriksaan dimulai dari ektra oral dimana kita perhatikan vertical dimensi pasien ketika gigi tiruan dipakai, wajah pasien dan keadaan bibir pasien dibandingkan dengan foto ketika masih bergigi apabila ada dibawa oleh pasien.1

Intra oralSetelah pemeriksaan ektra oral, dilanjutkan dengan pemeriksaan intra oral. Hal-hal yang diperhatikan pada gigi tiruan tersebut adalah retensi dan stabilisasi gigi tiruan dalam mulut pasien, perluasan dari basis gigi tiruan apakah ada over extension atau under extension. Dan memeriksa oklusi dari gigi tiruan tersebut.1

Gigi tiruanHal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan gigi tiruan itu sendiri adalah keadaan anasir gigi tiruan dan melihat dataran oklusal dari gigi tiruan tersebut.

5. Jelaskan klasifikasi bentuk palatum tersebut, dan termasuk kelas berapakah kondisi palatum pasien tersebutBentuk palatum terdiri atas:Klas I: bentuk U Dimana bentuk ini mempunyai retensi yang baik karena dapat menahan pelepasan kearah vertikal dan lateral, dimana mempunyai kedalaman yang sedang dengan rugae yang jelas di bagian anterior.1

Klas II: bentuk bentuk V Dimana palatum tinggi dan sempit kurang menguntungkan dari segi retensi pada gigi tiruan. Makin kuat gigi tiruan menekan sisi palatum makin cepat gigi tiruan akan terlepas.1

Klas III: bentuk datar Menimbulkan kurangnya daya tahan terhadap pergerakan gigi tiruan atas kearah depan selama melakukan fungsi mastikasi.1Berdasarkan kasus,kondisi palatum pasien termasuk: Klas III (bentuk datar)

6. Dengan kondisi palatum pasien tersebut, bagaimana pengaruhnya terhadap pemakaian GTP.Dengan keadaan palatum pasien yang datar dan memiliki torus maksila yang besar maka akan mengurangi retensi dari gigi tiruan itu sendiri dan akan mengurangi stabilitas gigi tiruan ketika dipakai untuk fungsi seperti pengunyahan.

7. Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis intraoral pada pasien tersebut, perukah dilakukan perawatan pendahuluan? Jelaskan alasannyaBerdasarkan hasil pemeriksaan intraoral pada pasien tersebut, perlu dilakukan perawatan pendahuluan berupa : Perawatan terhadap inflamasi dan ulcer pada mukosa linggir alveolaris inflamasi pada mukosa tersebut mengganggu penggunaan gigi tiruan oleh pasien tersbut, seperti rasa tidak nyaman dan sakit saat digunakan. Selain itu, apabila direncanakan untuk pembuatan gigi tiruan yang baru degan inflamasi pada mukosa yang tidak dirawat terlebih dahulu dapat mengganggu pembuatan dan penggunaan gigi tiruan Perawatan terhadap angular chelitis Perawatan terhadap xerostomiaSaliva merupakan salah satu faktor retensi pada pemakaian gigitituan penuh karena adanya gaya adhesi dan kohesi dari saliva. Adhesi saliva merupakan ikatan antara saliva dengan basis gigitiruan atau ikatan antara saliva dengan mukosa. Sedangkan kohesi merupakan ikatan antara saliva dengan saliva.Pada pasien xerostomia, jumlah saliva menurun dan memiliki konsistensi yang lebih kental yang dapat menyebabkan retensi gigitituan berkurang dan gigitiruan mudah terlepas. Tindakan bedah terhadap torus palatinusApabila keadaan torus palatinus mengganggu dalam pembuatan dan penggunaan gtp dan merupakan indikasi bedah. Apabila tidak mengganggu makan torus tersebut dapat dibebeaskan.

8. Berdasarkan keadaan sistemik pasien tersebut, dapatkah dilakukan perawatan pedahuluan secara bedahBerdasarkan kondisi sistemik pasien tersebut, dapat dilakukan tindakan secara bedah karena pasien memiliki hipertensi yang terkontrol

Berdasarkan kondisi sistemik pasien yang memiliki kondisi hipertensi terkontrol, dapat dilakukan prosedur bedah dengan memperhatikan bahan anestesi yang digunakan tidak boleh mengandung adrenalin dalam jumlah yang banyak. Bahan anestesi yang digunakan biasanya yang noradrenalin 1:100.000

9. Jelaskan etiologi dan mekanisme terjadinya inflamasi dan ulcer pada mukosa linggir alveolaris pasien tersebut

Etiologi : Gigi tiruan longgar yang diperparah oleh kondisi sistemik pasienPada kasus, GTP yang digunakan oleh pasien dikeluhkan longgar. GTP yang longgar apabila digunakan saat pergerakan fungsional tidak dapat mendistribusikan tekanan secara merata ke struktur jaringan pendukung sehingga akan memberikan tekanan yang berlebih dan akan memicu terjadinya iritasi pada struktur jaringan pendukungnya. Keadaan ini diperparah oleh kondisi xerostomia, dimana salah satu fungsi saliva adalanya sebagai pelumas yang melindungi mukosa sehingga GTP yang longgar tersebut akan selalu bergesekan dengan permukaan mukosa dan menyebabkan inflamasi dan ulcerPada rahang bawah, proses terjadinya inflamasi dan ulcer pada mukosa juga diperparah oleh kondisi linggir alveolaris yang tajam pada pasien, sehingga terkanan yang diterimah oleh mukosa akan lebih besar.Keadaan usia juga berpengaruh dimana terjadinya atrofi pada sel-sel epital pada mukosa yang menyebabkan proses regenerasi yang lambat sehingga terjadi penipisan mukosa dimana lebih mudah terjadinya iritasi.10. Perlakuan apa yang dapat dilakukan pada GTP pasien yang lama agar dapat berfungsi dengan baik sementara menunggu GTP yang baru

Perlakuan yang dapat dilakukan pada GTP pasien yang lama antara lain: ReliningMelakukan relining dengan bahan tissue conditioning untuk mencekatkan kembali gigi tiruan dan memicu penyembuhan dari ulcer dan berfungsi untuk mengistirahatkan linggir alveolar.1

Rebase Melakukan modifikasi dari basis gigi tiruan yang bertujuan untuk mengembalikan vertical dimensi dari gigi tiruan pasien tersebut sehingga dapat difungsikan secara maksimal.1

11. Jelaskan pilihan perawatan yang terbaik pada pasien tersebut secara prostodontik

Pilihan perawatan yang terbaik untuk pasien adalah membuat gigi tiruan baru sebab gigi tiruan yang lama telah longgar, dan mengiritasi sewaktu pemakaian sehingga akan sangat tidak nyaman untuk digunakan lagi. Selain itu dengan keadaan sistemik pasien dan keadaan linggir yang telah terjadi resorbsi akan menyebabkan gigi tiruan lama tidak pas lagi untuk digunakan.1

12. Bagaimana penatalaksanaan gizi untuk pasien tersebut

Dengan keadaan pasien yang memiliki riwayat hipertensi, maka kita dapat menganjurkan pasien untuk tidak mengonsumsi makanan yang tinggi kadar garam dan lemak untuk menjaga kestabilan dari hipertensi. Selain itu juga menginstruksikan pasien untuk meminum banyak air putih disebabkan dengan hipertensi pasien, maka obat yang dikonsumsi merupakan diuretic dimana fungsinya yaitu mengeluarkan cairan.

Dengan keadaan osteoporosis dari pasien, kita dapat menganjurkan pasien mengonsumsi makanan yang tinggi kalsium dan vitamin D untuk mendukung mempertahankan keadaan tulang pasien. Kita juga bisa mengimbau pasien untuk mengonsumsi banyak buah-buahan ataupun sayur yang tinggi serat untuk memperlancar system pencernaan mengingat pasien telah berumur 60an.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Gigi tiruan pada pasien menjadi longgar disebabkan oleh banyak hal, antara lain dikarenakan adanya resorbsi dari tulang alveolar, keadaan sistemik dimana mempercepat resorbsi tulang dan keadaan sistemik yang menyebabkan xerostomia. Selain itu keadaan palatum dari pasien yang datar dan adanya torus maksila yang besar juga memegaruhi retensi dan stabilitas dari pasien tersebut.

Dengan keadaan gigi tiruan yang telah longgar, maka perawatan yang terbaik untuk pasien adalah dibuatkan gigi tiruan yang baru, dimana sembari menunggu gigi tiruan yang baru, kita dapat memodifikasi gigi tiruan lama yang bersifat sementara agar gigi tiruan yang lama dapat digunakan kembali oleh pasien secara maksimal.

Daftar pustaka1. Zarb, George A. 2002. Buku Ajar Prostodonti untuk Pasien Tak Bergigi Menurut Boucher. Jakarta: EGC. Pp : 261-2632. Basker, R.M., Davenport. J.C. and Tomlin, H.R. 1996. Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi (terj.), Edisi III. Jakarta : EGC3. Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa Hutauruk C. Jakarta: EGC; 2006. p.208-10, 215.4. Swenson, M. G., 1960, Complete Denture, 5 th ed., C. V. Mosby Co., Saint Louis5. Veeraiyan DN, Ramalingam K, Bhat V. Textbook of prosthodontics. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P) Ltd; 2007. p. 4, 16, 50, 55, 80.6. Arini. Keadaan dan masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. [internet]. Available from URL: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/dentistry-oral-medicine/2300424-keadaan-dan-masalah-kesehatan-gigi/#ixzz2OLd2doBF. 17 April 2015.