Lapkas - Penanganan Mioma Uteri
-
Upload
stivano-rizky-valentino-torry -
Category
Documents
-
view
82 -
download
2
description
Transcript of Lapkas - Penanganan Mioma Uteri
BAB I
PENDAHULUAN
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utamanya adalah otot
polos rahim.1-5 Nama lainnya adalah fibroadenoma, leiomioma uteri atau uterine
fibroid.2,3,5 Mioma merupakan tumor uterus yang paling sering ditemukan pada
wanita usia reproduksi. Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia
reproduktif, tetapi oleh faktor yang tidak diketahui secara pasti. Insidensnya 3-9
kali lebih banyak pada ras kulit berwarna dibandingkan dengan ras kulit putih.1
Etiologi mioma hingga kini belum jelas, namun terdapat 2 teori yang
dinyatakan menyebabkan terjadinya mioma. Teori simulasi estrogen memiliki
dasar bahwa mioma uteri hampir tidak pernah ditemukan sebelum menarche,
sering tumbuh lebih cepat pada masa hamil, membesar pada waktu diberikan
terapi estrogen, dan akan mengalami regresi pada masa menopause. Teori ini
masih diragukan karena tidak semua wanita pada masa reproduksi menderita
mioma.6,7 Selain itu, ada juga teori yang mengatakan terjadinya mioma uteri
tergantung pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya
dapat dirangsang terus-menerus oleh estrogen.1 Namun, ada beberapa faktor yang
diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu usia, paritas,
faktor ras, dan genetik serta fungsi ovarium.8
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam miometrium
dan makin lama makin besar. Karena pertumbuhan ini miometrium terdesak dan
menyusun semacam pseudokapsul atau simpai semu yang membatasi tumor dari
jaringan miometrium. Di dalam uterus mungkin ada satu mioma, tetapi lebih
sering multipel. Bila terletak pada dinding depan uterus, mioma dapat menonjol
ke depan sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.6,9,10
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan
lokasinya. Mioma submukosa menempati lapisan di bawah endometrium dan
menonjol ke dalam (kavum uteri). Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas
permukaan endometrium menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Adanya
mioma submukosa dapat dirasakan sebagai sebuah “currette bump” (benjolan
1
waktu kuret). Kemungkinan terjadi degenerasi sarkoma juga lebih besar pada jenis
ini. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang sehingga dapat keluar melalui
serviks atau vagina. Yang harus diperhatikan dalam menangani mioma bertangkai
adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko infeksi
sangatlah tinggi.1,4,5
Mioma intramural atau interstitial adalah mioma yang berkembang di antara
miometrium. Sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Mioma
subserosa adalah mioma yang tumbuh di bawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi
parasit omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.11-
15
Gejala klinik hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma. Hampir sebagian
besar penderita tidak mengetahui bahwa terdapat kelainan di dalam uterusnya,
terutama pada penderita dengan obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung
pula dari lokasi atau jenis mioma yang diderita. Berbagai keluhan penderita dapat
berupa perdarahan abnormal uterus, nyeri serta efek penekanan. Yang
menyulitkan adalah anggapan klasik bahwa mioma adalah asimptomatik karena
hal ini sering menyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba,
ovarium, atau usus) menjadi terabaikan. Masalah lain terkait dengan asimptomatik
mioma adalah mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi
atau histerektomi sehingga miomasarkoma menjadi tidak dikenali.1,2,5,11,12
Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi
pada 30% penderita. Bila terjadi secara kronis maka dapat terjadi anemia
defisiensi zat besi dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah besar maka sulit
untuk dikoreksi dengan suplementasi zat besi. Hal ini dapat dijelaskan oleh karena
bertambahnya area permukaan dari endometrium yang menyebabkan gangguan
kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan
ulserasi dari lapisan endometrium, tekanan dan bendungan pembuluh darah di
area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium di atas tumor. Tumor
bertangkai seringkali menyebabkan nekrosis endometrium akibat tarikan dan
infeksi (vagina dan kavum uteri terhubung oleh tangkai yang keluar dari ostium
2
serviks). Dismenorea dapat disebabkan oleh efek tekanan, termasuk hipoksia lokal
miometrium.1
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila
kemudian terjadi gangguan vaskular. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses
degenerasi akibat oklusi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau
kontraksi uterus sebagai upaya untuk mengeluarkan mioma subserosa dari kavum
uteri. Gejala abdomen akut dapat terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya
infark atau degenerasi merah yang mengiritasi selaput peritoneum (seperti
peritonitis). Mioma yang besar dapat menekan rektum sehingga menimbulkan
sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita mioma yang
menekan persyarafan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi
tidaklah mudah untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma.
Mioma intramural sering dikaitkan dengan penekanan terhadap organ sekitar.
Parasitik mioma dapat menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya
dengan omentum menyebabkan strangulasi usus. Mioma serviks dapat
menyebabkan sekret serosanguinea vaginal, perdarahan, dispareunia, dan
infertilitas. Bila ukuran tumor lebih besar lagi, akan terjadi penekanan ureter,
kandung kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui
pemeriksaan IVP, kontras saluran cerna, rontgen dan MRI. Abortus spontan dapat
disebabkan oleh penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri.
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars
interstitial tuba sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya
abortus karena distorsi rongga uterus.1-7
Pemeriksaan bimanual dapat mengungkapkan adanya tumor pada uterus
yang umumnya terletak di garis tengah, seringkali teraba berbenjol-benjol. Mioma
submukosum kadangkala dapat teraba dengan jari yang masuk ke dalam kanalis
servikalis. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan terdiri dari pemeriksaan
laboratorium, D&C, USG, MRI, CT-scan, histerosalfingografi, histeroskopi,
laparaskopi.1,16
Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi
reproduksi, keadaan umum, dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien
3
sangat buruk, lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi,
suplementasi zat esensial ataupun transfusi. Pemberian analog Gonadotropine
Releasing Hormone (GnRH) dimaksudkan untuk menekan sekresi estrogen
sehingga tumor akan mengecil. Preparat ini diberikan secara intermiten karena
dapat menyebabkan osteoporosis. Pada keadaan gawat darurat akibat infeksi atau
gejala abdominal akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk
menyelamatkan penderita. Pilihan prosedur bedah terkait dengan mioma uteri
adalah miomektomi atau histerektomi.1,2,4,11,16
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada pasien dengan mioma uteri.
Pertumbuhan leimiosarkoma, atau suatu mioma uteri yang selama beberapa tahun
tidak membesar, secara tiba-tiba menjadi besar terutama sesudah menopause.
Dapat juga terjadi putaran pada tangkai mioma uteri. Jika proses ini terjadi, tumor
akan mengalami gangguan sirkulasi akut dengan nekrosis jaringan dan akan
nampak gambaran klinik dari abdomen akut. Pada mioma submukosum, tangkai
tumor yang keluar melalui vagina kemungkinan dapat terjadi gangguan sirkulasi
dan menjadi nekrosis dan infeksi sekunder.8
Berikut ini akan disampaikan laporan kasus mengenai diagnosis dan
penanganan mioma uteri.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NG
Umur : 48 tahun
Alamat : Inobonto
Status : Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
MRS : 17 Desember 2014
II. ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Nyeri perut bagian bawah dirasakan sejak 3 bulan yang lalu, hilang timbul,
memberat dalam 1 minggu terakhir.
Pembesaran perut dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, dirasakan semakin lama
semakin membesar secara perlahan.
Riwayat haid memanjang sejak 6 bulan terakhir, lamanya menjadi 7-14 hari,
sebanyak 5-8 pembalut per hari.
Riwayat post-coital bleeding disangkal oleh penderita.
Riwayat keputihan dialami oleh penderita, tidak gatal dan tidak bau, hilang-
timbul.
Riwayat KB suntik 3 bulan selama 5 tahun dan pil KB selama 1 tahun.
BAB/BAK biasa.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat penyakit jantung, hati, ginjal, paru, diabetes dan hipertensi disangkal
oleh penderita.
5
Riwayat Penyakit Sosial :
Merokok (-) Alkohol (-)
Anamnesis Ginekologis
Riwayat perkawinan:
Pasien menikah 1 kali pada usia 17 tahun lamanya 29 tahun.
Riwayat Obstetri
P2A1
Hamil pertama : perempuan, lahir spontan letak belakang kepala, aterm,
tahun 1985
Hamil kedua : abortus, umur kehamilan 12 minggu, tahun 1986
Hamil ketiga : laki-laki, lahir spontan letak belakang kepala, aterm,
tahun 1987
Riwayat haid
Menarche umur 12 tahun, siklus teratur 28 hari, lamanya 7 hari
Haid terakhir pada 7 November 2014.
Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan
Riwayat penyakit kelamin (-)
Riwayat operasi (-)
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens:
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg.
Nadi : 84 x/menit.
Respirasi : 20 x/menit.
Suhu badan : 36,6oC.
Warna Kulit : Sawo matang
Edema : (-)
Kepala : normocephal
Mata : conjunctiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
6
Lidah : beslag (-).
Gigi : caries (-)
Kerongkongan : T1/T1, hiperemis (-).
Leher : pembesaran KGB (-).
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Jantung : SI-SII normal, murmur (-)
Paru-paru : suara pernapasan vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-.
Abdomen : datar, lemas, teraba massa setinggi ½
symphisis-pusat
Kelamin : perempuan normal
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat.
Neurologis : Refleks fisiologis (+) normal, refleks patologis (-).
Pemeriksaan Ginekologi
Status Lokalis Abdomen
Inspeksi : abdomen datar
Palpasi : massa (+) padat, mobile, setinggi ½ symphisis-
pusat
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Status Ginekologi
Inspeksi : Fluksus (-), fluor (-), vulva tak ada kelainan
Inspekulo : Fluksus (-), fluor (-), vagina tidak ada kelainan, portio
licin, erosi (-), livide (-), OUE tertutup
Periksa dalam : Fluksus (-), fluor (-), vulva dan vagina tidak ada kelainan,
Portio licin, OUE tertutup, nyeri goyang (-)
C. Uteri : sesuai dengan kehamilan 16 minggu
Adneksa/Parametrium bilateral : massa (-), lemas
Pemeriksaan Rectal touché : sfingter cekat, mukosa licin, ampula kosong
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
Hasil Laboratorium (10/12/2014)
Leukosit : 5.900 u/L
Eritrosit : 4,01 juta u/L
Trombosit : 268.000 u/L
Hemoglobin : 10,2 g/dL
Hematokrit : 32,3%
MCV : 80,5 fL
MCH : 25,4 pg
MCHC : 31,6 g/dL
LED : 28 mm
BT : 1’30”
CT : 4’50”
Natrium : 148 mmol/L
Kalium : 4,52 mmol/L
Clorida : 113,8 mmol/L
SGOT : 34 U/L
SGPT : 21 U/L
Albumin : 4,3 g/dL
Globulin : 2,9 g/dL
Creatinin : 0,9 mg/dL
Ureum : 22 mg/dL
Uric Acid : 3,6 mg/dL
Protein Total : 7,2 g/dL
GDS : 78 mg/dL
Hasil EKG : dalam batas normal
Hasil X-Foto thoraks : dalam batas normal
Hasil PA tanggal 26 November 2014 (Hasil D&C)
Bahan : endocervix dan endometrium
Pemeriksaan PA : Blok Parafin
Kesimpulan : chronic endocervicitis
USG : uterus membesar ukuran 10,11 x 9,50 cm, tampak massa
8
hiperechoic.
V. RESUME MASUK
Pasien P2A1 48 tahun datang pada tanggal 17 November 2014 dengan keluhan
nyeri perut bagian bawah sejak 1 minggu terakhir disertai dengan pembesaran
perut sejak 1 tahun yang lalu. Riwayat haid memanjang dan semakin banyak
dialami oleh penderita sejak 6 bulan yang lalu. Riwayat post-coital bleeding
disangkal. BAB/BAK biasa.
Status praesens: Keadaan umum : cukup Kesadaran : compos mentis
TD: 110/70 mmHg, Nadi: 84x/menit, Respirasi: 20x/menit, Suhu: 36,60C.
Diagnosis kerja :
P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
Sikap :
Rencana HTSO
Lab lengkap, EKG, USG, X-foto Thorax
Rencana D&C
Konfirmasi konsulen
VI. FOLLOW UP
19 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
P : - Rencana HTSO
- Persiapan operasi : makan bubur kecap
20 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
9
P : - Rencana HTSO hari Senin, 22 Desember 2014
- Persiapan operasi : makan bubur kecap
21 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
P : - Rencana HTSO hari Senin, 22 Desember 2014
- Makan bubur kecap
22 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
P : - Rencana HTSO hari ini
LAPORAN OPERASI
Senin, 22 Desember 2014
Nama : Ny. NG
Diagnosis pre op : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri
Diagnosis post op : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri intramural telah
dilakukan Histerektomi Totalis + Salpingoovorektomi
Dextra
Jenis operasi : Histerektomi Totalis + Salpingoovorektomi Dextra
Operator : dr. Rudy Lengkong, SpOG(K) / dr. Aldhie
Assisten operator : dr. Toar, dr. Maurits
Pasien dibaringkan terlentang di atas meja operasi, dalam kondisi spinal
anestesi, dilakukan insisi mediana inferior. Insisi diperdalam lapis demi lapis
sampai fascia. Fascia dijepit dengan 2 klem kocher, digunting kecil, diperlebar
ke atas dan ke bawah. Otot disisihkan secara tumpul ke lateral, peritoneum
10
dijepit dengan dua pinset. Setelah yakin tidak ada usus yang terjepit
dibawahnya, digunting kecil dan diperlebar ke atas dan ke bawah secara
tumpul. Setelah peritoneum dibuka, tampak uterus sebesar bola takraw,
ksplorasi lanjut kedua tuba dan ovarium tampak baik, diputuskan dilakukan
HTSOD.
Ligamentum rotundum kanan dijepit dengan 2 klem, digunting dan dijahit,
juga sisi kiri. Identifikasi plika vesikouterina, dijepit dengan pinset, digunting
dan diperlebar sampai ke pangkal ligamentum rotundum, lalu disisihkan ke
bawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak abdomen. Ligamentum latum
kiri ditembus secara tumpul untuk membuat jendela. Pangkal tuba kiri dan
ligamentum ovarii proprium kiri dijepit dengan 3 klem, kemudian digunting
dan dijahit double ligasi. Lig. Infundibulum pelvikum kanan dijepit dengan 3
klem digunting kemudian dijahit double ligasi. Identifikasi arteri uterina
kanan, dijepit dengan 3 klem, digunting dan dijahit double ligasi, demikian
sisi sebelahnya.
Ligamentum kardinale kiri dijepit, digunting dan dijahit, demikian sisi
kanannya. Ligamentum sakrouterina kanan dijepit, digunting dan dijahit,
demikian sisi kirinya. Identifikasi puncak vagina dijepit dengan 2 klem
bengkok, digunting, kemudian puncak vagina dijepit dengan 4 klem kocher,
dimasukkan kassa betadin kedalamnya. Kemudian puncak vagina dijahit
secara jelujur dengan safil no. 1. Kontrol perdarahan (-). Dilakukan
retroperitonealisasi, kontrol perdarahan (-). Dinding abdomen dijahit lapis
demi lapis. Peritoneum dijahit secara jelujur dengan chromic catgut 2.0, otot
dijahit simpul dengan chromic catgut 2.0, fascia dijahit jelujur dengan safil no
1, lemak dijahit simpul dengan plain catgut, kulit dijahit subkutikuler dengan
Chromic Catgut Cutting 2.0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine.
Operasi selesai.
Uterus dibelah tampak mioma intramural. Jaringan dikirim ke lab PA
Perdarahan : + 500 cc
Diuresis : + 500 cc
11
FOLLOW UP POST OP
23 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri telah dilakukan HTSOD hari I
P : - IVFD RL : D5% = 2 : 2 = 30 gtt/m
- Ceftriaxone 3 x 1 gr
- Metronidazole 2 x 500 mg drips
- As. Traneksamat 3 x 1 amp
- Kalftrofen 1 x II supp
- Vit C 1 x 1 amp
24 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri telah dilakukan HTSOD hari II
P : - IVFD RL : D5% = 2 : 2 = 30 gtt/m
- Ceftriaxone 3 x 1 gr
- Metronidazole 2 x 500 mg drips
- As. Traneksamat 3 x 1 amp
- Kalftrofen 1 x II supp
- Vit C 1 x 1 amp
25 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri telah dilakukan HTSOD hari III
P : - Aff infus, Aff kateter
- Cefadroxil 2 x 1 tab
- Metronidazole 3 x 1 tab
- Asam mefenamat 3 x 1 tab
- Sulfas ferosus 2 x 1 tab
12
26 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri telah dilakukan HTSOD hari IV
P : - Cefadroxil 2 x 1 tab
- Metronidazole 3 x 1 tab
- Asam mefenamat 3 x 1 tab
- Sulfas ferosus 2 x 1 tab
27 Desember 2014
S : keluhan (-)
O : KU : cukup Kesadaran : compos mentis
A : P2A1 48 tahun dengan mioma uteri telah dilakukan HTSOD hari V
P : - Rencana pulang
- Cefadroxil 3 x 1 tab
- Sulfas Ferosus 2 x 1 tab
- Metronidazole 3 x 1 tab
13
BAB III
PEMBAHASAN
DIAGNOSIS
Pada kasus mioma uteri, diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan ginekologi, dan pemeriksaan penunjang sebagai
berikut :
a. Anamnesis
Pada anamnesis biasa ditemukan adanya perdarahan abnormal dari jalan
lahir. Faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah pengaruh
ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma
endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari biasa, atrofi
endometrium di atas mioma submukosum, dan miometrium tidak dapat
berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium,
sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Gejala lainnya adalah nyeri perut, hal ini dapat terjadi karena gangguan sirkulasi
darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan.1
Pada kasus ini penderita datang dengan keluhan nyeri perut sejak 3 bulan
yang lalu, nyeri dirasakan hilang-timbul, dan memberat dalam 1 minggu terakhir.
Penderita juga merasakan pembesaran perut sejak 1 tahun yang lalu. Terdapat
riwayat haid yang memanjang dan bertambah banyak dalam 6 bulan terakhir.
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan abdomen didapatkan massa padat, mobile, setinggi ½
symphisis-pusat. Dari pemeriksaan ginekologi didapatkan corpus uteri setinggi ½
symphisis-pusat pada pemeriksaan dalam.
c. Pemeriksaan penunjang
Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi dari endoserviks dan endometrium
yang diambil dari D&C, ditemukan chronic endocervicitis. Pemeriksaan USG
14
juga dilakukan. Didapatkan adanya pembesaran uterus berukuran 10,11 x 9,50
cm, tampak massa hiperechoic. Hasil ini menunjang diagnosis mioma uteri.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan mioma uteri dilakukan tergantung usia penderita, paritas,
ukuran mioma uteri, beratnya keluhan yang ditimbulkan serta fungsi reproduksi.
Tindakan operatif dapat berupa miomektomi atau histerektomi yang dapat
dilakukan transabdominal, laparaskopi, ataupun transvaginal. Miomektomi
dilakukan bila fungsi reproduksi masih diperlukan serta keadaan mioma
memungkinkan. Histerektomi dilakukan bila fungsi reproduksi sudah tidak
diperlukan, pertumbuhan tumor cepat, dan terdapat perdarahan yang
membahayakan penderita.
Pada kasus ini, penderita dipersiapkan untuk dilakukan histerektomi totalis +
salphingoovorektomi dekstra mengingat ukuran mioma yang cukup besar, adanya
perdarahan kronis yang dapat membahayakan penderita serta usia penderita yang
menjelang menopause. Ovarium yang satu ditinggalkan dengan maksud untuk
mencegah agar tidak terjadi menopause dini serta mencegah terjadinya gangguan
koronar atau arteriosklerosis umum.
Untuk persiapan praoperatif, dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap
yaitu periksa darah rutin, fungsi hemostasis, fungsi ginjal, fungsi hati, gula darah,
EKG, dan foto thoraks. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui penyakit
penyerta dan untuk mengantisipasi adanya penyulit di saat tindakan anestesia, saat
operasi, dan pascaoperasi.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi dari mioma uteri adalah proses degenerasi
ganas menjadi leiomiosarkoma, torsio mioma yang bertangkai sehingga mioma
mengalami nekrosis dan infeksi akibat gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma.
15
PROGNOSIS
Pada kasus ini, prognosisnya dubia ad bonam karena telah dilakukan
histerektomi. Selain itu, pada hasil PA tidak ditemukan sel-sel ganas ataupun
hiperplasia pada endometrium.
16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Tumor jinak organ genitalia: dari Ilmu
Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
2011.
2. Manuaba IB. Penuntun diskusi obstetri dan ginekologi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 1995.
3. Manuaba IB. Penuntun kepaniteraan klinik obstetri dan ginekologi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.
4. Achadiat CM. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2004.
5. Mioma uteri. Available from: http://miomauteri.com/mioma-uteri/
6. Wexle AS, Pernoll ML. Benign disorders of the uterine corpus. In : De
Cherney AH, Pernoll ML, eds. Current obstetrics and gynaecology
diagnosis and treatment. 8th ed. Connecticut : Appleton and Lange, 1984.
p.731-45.
7. Curtin JP. Pathology of the uterus and endometrium. In: Moore TR, Reiter
RC, eds. Gynaecology obstetrics a longitudinal approach. 1st ed. New York :
Churchill Livingstone Inc, 1993. p.699-721.
8. Parker WH. Etiology, symptomatology and diagnosis of the uterine
myomas. Fertility and sterility. Vol. 87, No. 4, April 2007.
9. Tindall VR. Tumours of the corpus uteri. In: Jeffcoate’s Principles of
Gynaecology. 5th ed. London: Butterworth & Co Ltd,1987. p.417-39.
10. Entman SS. Uterine leiomyoma and adenomyosis. In: Jones HW, Wentz
AC, eds. Novak’s Textbook of Gynaecology. 1st ed. Baltimore: Williams &
Wilkins, 1988. p.443-54.
11. Manuaba IB. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana
untuk pendidikan bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1998.
12. Available from : http://www.gynesurgery.com/fibroids.html
13. Available from : http://www.sirweb.org/patients/uterine-fibroids/
17
14. Available from :
http://www.webmd.com/women/uterine-fibroids/ss/slideshow-fibroid-
overview#
15. Gant NF, Cunningham FG, et al. Benign diseases of the uterus. In : Basic
Gynaecology and Obstetrics. 1st ed. Texas : Prentice – Hall Internationale
Inc, 1993. p.23-8.
18