Lapkas - Hordeolum

download Lapkas - Hordeolum

of 10

description

Lapkas - Hordeolum

Transcript of Lapkas - Hordeolum

PENDAHULUAN

BAB IPENDAHULUAN

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus(Staphylococcus aureus adalah penyebab pada 90 95% kasus).1 Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran. Insidensi tidak bergantung pada ras dan jenis kelamin. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia, angka kejadian paling banyak ditemukan pada anak usia sekolah. Hordeolum dapat timbul pada satu kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll.2-5Dikenal 2 bentuk hordeolum yaitu : Hordeolum eksternum dimana infeksi terjadi pada kelenjar Zeiss atau Moll dan Hordeolum internum yang merupakan infeksi yang terjadi pada kelenjar Meibom. Pada Hordeolum eksternum tonjolan ke arah kulit palpebra, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit, sedangkan Hordeolum internum, terjadi penonjolan ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri.1-6Gejala hordeolum berawal sebagai kemerahan akibat peradangan, kemudian akan membengkak atau terjadi penonjolan yang terasa sakit dan mengganjal serta bertambah sakit bila penderita menunduk, nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Di tengah daerah yang membengkak atau penonjolan seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.1,3,5Pada umumnya hordeolum dapat sembuh sendiri (self-limited). Namun tak jarang memerlukan pengobatan secara khusus, obat topikal dan antibiotik topikal maupun obat antibiotika sistemik.2,3 Jika tidak membaik perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan fluktuasi terbesar. Hordeolum dapat dicegah dengan cara mencuci tangan terlebih dahulu ketika hendak menyentuh mata atau kelopaknya.1-3Pengobatan hordeolum dapat berupa tindakan konservatif maupun operatif. Tindakan konservatif dapat diberikan berupa kompres hangat untuk mempercepat peradangan kelenjar. Sedangkan untuk medikamentosa dapat diberikan antiinflamasi topikal dan antibiotik topikal maupun antibiotik sistemik. Tindakan operatif dilakukan bila setelah diberikan terapi konservatif tidak terdapat perbaikan. Operasi dilakukan dengan anestesi lokal, berupa tindakan insisi untuk mengeluarkan nanah.1,2,5Penyulit yang dapat terjadi biasanya pada hordeolum yang besar sehingga terjadi selulitis yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra. Selain itu lesi yang besar juga dapat mengakibatkan penurunan penglihatan akibat penonjolan yang menutupi bagian tengah kornea. Apabila berlangsung lama, maka infeksi hordeolum dapat berubah menjadi infeksi granulomatus yang disebut Kalazion. 7-8Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, jika kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.9Berikut ini akan didiskusikan kasus hordeolum externum palpebra superior okulus sinistra dari seorang penderita rawat jalan di Poliklinik Mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.

BAB IILAPORAN KASUS

Identitas PenderitaLaki-laki, umur 22 tahun, alamat Teling, agama Islam, datang ke poliklinik mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou pada tanggal 24 Oktober 2014 dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri atas.

AnamnesisBenjolan pada kelopak mata kiri atas dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Awalnya berupa benjolan kecil kemerahan kemudian semakin lama semakin besar sehingga kelopak mata kiri atas menjadi merah dan bengkak. Benjolan disertai nyeri terutama bila benjolan tersentuh. Terasa mengganjal pada mata kiri. Tidak ada rasa gatal pada benjolan dan tidak ada keluhan gangguan penglihatan.Riwayat trauma disangkal penderita. Riwayat penyakit darah tinggi, gula, asam urat, ginjal disangkal penderita. Riwayat sakit mata sebelumnya disangkal penderita. Riwayat penyakit keluarga, hanya penderita yang sakit seperti ini.

Pemeriksaan Fisik UmumPada pemeriksaan fisik status generalis didapatkan keadaan umum baik, kesadaran kompos mentis, dengan tanda vital sebagai berikut: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/ menit, suhu badan 36,5 oC, jantung dan paru tidak ada kelainan, abdomen datar, lemas, peristaltik normal, ekstremitas hangat. Dari status psikiatrik penderita bersikap kooperatif, ekspresi wajar dan respon baik. Pemeriksaan neurologis, kekuatan otot normal, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada.

Pemeriksaan Khusus (Status Oftalmologis)

PemeriksaanOD (Okulus Dextra)OS (Okulus Sinistra)

Visus6/66/6

TIONormal/palpasiNormal/palpasi

Segmen Anterior

SupersiliaRontok (-), Trikiasis (-)Rontok (-), Trikiasis (-)

PalpebraHiperemis (-), benjolan (-)Hiperemis (+),benjolan (+)

KonjungtivaInjeksi (-)Injeksi (-)

SkleraNormalNormal

KorneaJernihJernih

COADalamDalam

IrisNormalNormal

PupilBulatBulat

Refleks Cahaya++

LensaJernihJernih

PalpasiNyeri tekan (-), benjolan mobile (-), fluktuasi (-)Nyeri tekan (+), benjolan mobile (+), fluktuasi (-)

Segmen Posterior

Refleks Fundus(+) Uniform(+) Uniform

PapilBulat, batas tegas, CDR < 0.3, warna vitalBulat, batas tegas, CDR < 0.3, warna vital

RetinadbnDbn

MakulaRefleks fovea (+) normalRefleks fovea (+) normal

RESUME

Seorang penderita laki-laki, 22 tahun datang ke poliklinik mata RSUP Prof. R. D. Kandou tanggal 24 Oktober 2014 dengan keluhan utama benjolan pada kelopak mata kiri atas, warna merah, dan nyeri bila tersentuh sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu.Pemeriksaan fisik : Status generalis : dalam batas normalStatus oftalmologis : Visus : OD : 6/6OS : 6/6Segmen anterior OD : dalam batas normalSegmen anterior OS : Palpebra superior : benjolan ukuran 1x1,5 cm, menonjol keluar, konsistensi kenyal, batas tegas, hiperemis (+), mobile (+), nyeri tekan (+) Konjungtiva : injeksi (-)

Segmen posterior ODS : dalam batas normal

DiagnosisHordeolum Externum Palpebra Superior OS

Terapi1. KonservatifKompres air hangat 10-15 menit, 3 kali sehari2. Simtomatik :a. Antibiotik b. Antiinflamasi 3. Operatifa. Dilakukan apabila setelah 1 minggu dengan pengobatan konservatif, penderita tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikanb. Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.

Pencegahana. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh wajah terutama daerah mata agar hordeolum tidak mudah berulang.b. Usap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk membersihkan ekskresi kelenjar lemak.c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh kuman.d. Gunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.

Prognosis Dubia ad Bonam

BAB IIIDISKUSI

Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata, biasanya disebabkan oleh stafilokokus atau streptokokus. 1,2,3 Diagnosis hordeolum pada penderita ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik mata (oftalmologi). Dari anamnesis pada pasien ini didapatkan data berupa adanya benjolan pada kelopak atas mata kiri bagian lateral. Benjolan ini awalnya kecil berwarna kemerahan dan bengkak pada kelopak mata atas, kemudian semakin membesar dan disertai nyeri terutama bila tersentuh. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penderita hordeolum biasanya menunjukkan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak, terasa mengganjal, kemerahan disertai nyeri bila ditekan. Nyeri yang dirasakan berupa rasa terbakar, menusuk atau hanya berupa perasaan tidak nyaman. Benjolan ini menjadi besar dan mengalami reaksi radang akibat infeksi kuman stafilokokus atau streptokokus pada kelenjar Zeis dan Moll.1-7 Dari pemeriksaan oftalmologis didapatkan adanya benjolan pada palpebra superior OS menonjol ke arah kulit palpebra ukuran 1x1,5 cm, batas tegas, hiperemis dan terdapat pus. Pada pemeriksaan tajam penglihatan tidak terganggu, visus normal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. 1,3,6,7Hordeolum externum pada penderita ini didiagnosis banding dengan kalazion karena sama-sama memiliki gejala adanya benjolan pada kelopak, tapi bedanya pada kalazion tidak terdapat nyeri tekan dan tidak hiperemis oleh karena terjadi peradangan kronis yang telah berlangsung lama. Sesuai dengan teori, apabila berlangsung lama, maka infeksi hordeolum dapat berubah menjadi infeksi granulomatus yang disebut kalazion. kalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tapi tidak hiperemi, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pseudoptosis.1,2,7,8 Penanganan konservatif pada penderita ini dapat berupa kompres hangat selama 15 menit sebanyak 3-5 kali sehari. Pemberian kompres hangat bertujuan untuk mempercepat peradangan kelenjar sampai nanah keluar. Penanganan medikamentosa dengan pemberian antibiotik oral (klindamycin) 3 kali sehari untuk mengobati infeksi akibat stafilokokus atau streptokokus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan dimana pengobatan hordeolum dapat berupa tindakan konservatif maupun operatif. Tindakan konservatif dapat diberikan berupa kompres hangat untuk mempercepat peradangan kelenjar. Sedangkan untuk medikamentosa dapat diberikan antiinflamasi dan antibiotik untuk mengobati infeksi akibat kuman dari stafilokokus atau streptokokus. Apabila dengan terapi konservatif tidak ada perbaikan atau nanah tidak dapat keluar maka dapat dilakukan tindakan operatif. Penanganan pada kasus ini yaitu dilakukan tindakan operatif berupa insisi karena hordeolum sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses. Tindakan operatif pada hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra. Operasi dilakukan dengan anestesi lokal, berupa tindakan insisi untuk mengeluarkan nanah pada benjolan, diteruskan kureta seluruh isi jaringan yang meradang di dalam kantongnya.1,2,5Prognosis pada penderita ini adalah baik, karena sudah dilakukan tindakan yang tepat. Penyakit ini dapat kambuh ataupun menjadi lebih parah jika tidak segera ditangani dengan terapi yang sesuai. Begitu juga bila penderita kurang memperhatikan kesehatan dan kebersihan.Untuk itu, penderita juga dianjurkan untuk tidak terlalu banyak menyentuh daerah yang sakit dan menjaga kebersihan daerah mata agar hordeolum tidak mudah berulang, mempercepat penyembuhan penyakit dan mencegah terjadinya infeksi sekunder. Setelah insisi, penderita dianjurkan kontrol dalam seminggu atau lebih untuk memantau keberhasilan terapi dan penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna.

PENUTUPDemikian telah dilaporkan suatu kasus dengan diagnosis hordeolum eksternum palpebra superior okulus sinistra yang mencakup diagnosis, pemeriksaan oftalmologis, penanganan dan prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. edisi keempat. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, 2011 : 92-4.

2. Ehrenhaus MP. Hordeolum. Available from : http://www.emedicine.medscape.com/htm.

3. Ilyas HS. Hordeolum. Dalam : Ilmu Perawatan Mata. Sagung Seto. Jakarta, 2004 : 96-7.

4. Bessette MJ. Hordeolum and Stye. Available from : http://www.emedicine.medscape. com/htm.

5. Chalazion and Hordeolum. Available from : http://www.merckmanual.com/htm.

6. Wijana N. Palpebra. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Cetakan kelima. Jakarta : 1989; 19-20.

7. Hordeolum. Available from : http://www.indonesiaindonesia.com/f/13173-hordeolum /

8. Hordeolum.Available from: http//www.gadingeyecenter.com/index.php?option=com content&task=view&id=g&Itermid=11.

9. F Dewi Nur. Hordeolum. Available from : http://www.fkumyecase.net/wiki/index. php.

Lampiran :

1