kasus mata Kalazion Hordeolum
description
Transcript of kasus mata Kalazion Hordeolum
LAPORAN KASUS
OS PALPEBRA SUPERIOR KALAZIONOS PALPEBRA INFERIORVHORDEOLUM INTERNUM
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr.Soedjono Magelang
Disusun Oleh :
Afifatul Hakimah
01.209.5822
Pembimbing :
dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M
dr. Hari Trilunggono, Sp.M
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
BAB I
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 20 tahun
Alamat : Secang
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Menikah : Belum menikah
Tanggal masuk poli : 19 Agustus2013
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kelopak mata kanan dan kiri terasa mengganjal dan terdapat benjolan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kelopak bawah mata kiri mata terasa mengganjal
sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini terjadi secara perlahan-lahan. Semula benjolan kecil
lalu membesar. Benjolan terasa mengganjal dan nyeri. Pasien mengaku sering mengucek-
ngucek matanya karena merasakan gatal pada benjolan tersebut. Benjolan tersebut sudah
diobati dengan salep yang dibeli di apotek (esperson), benjolan mengecil tetapi
seminggu kemudian membesar kembali dan sakit. Tidak ada nanah yang keluar dari
benjolan tersebut. Benjolan tersebut menganggu aktifitas pasien sebagai pelajar.
Pasien juga mengaku pada kelopak atas mata kiri juga terdapat benjolan, terasa
tidak mengganjal dan tidak tidak nyeri. Benjolan tersebut sudah ada sejak 3 bulan.
Benjolan tersebut belum pernah di obati karena tidak menimbulkan halangan apapun
pada pasien. Pasien mengaku 2 tahun lalu juga timbul benjolan seperti ini di kelopak
bawah mata kanan, tetapi hilang dengan sendirinya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata seperti ini diakui
Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahan-bahan kimia, terbentur
benda tumpul atau benda tajam disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal .
Riwayat penyakit gula (DM) disangkal
Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang mahasiswa, biaya ditanggung instansi tempat dia sekolah,
kesan ekonomi cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Umum
Kesadaran : Compos mentis
Aktivitas : Normoaktif
Kooperatif : Kooperatif
Status gizi : Baik
Vital Sign
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 18 x/menit
Suhu : 36,20
Gambar
Status Ophtalmicus
PEMERIKSAAN OCULUS DEXTER
(OD)
OCULUS SINISTER
(OS)
Visus 6 / 6 6 / 6
Bulbus okuli Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-),
eksoftalmus (-),
strabismus (-)
Palpebra Superior dan Inferior
Edema (-), benjolan (-),
hiperemis (-),
nyeri tekan (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-),
Pseudoptosis (-)
Trikiasis (-)
Superior
Edema (-),
benjolan (+) 1 buah,
hiperemis(-),
nyeri tekan (-),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-),
Pseudoptosis (-)
Inferior
OD OS
Edema (+),
benjolan (+) 1 buah,
hiperemis(+),
nyeri tekan (+),
lagoftalmus (-),
ektropion (-),
entropion (-),
Trikiasis (-)
Konjungtiva Edema (-),injeksi
konjungtiva (-), injeksi
siliar (-)
Edema (-),injeksi
konjungtiva (-), injeksi
siliar (-)
Sklera Warna putih Warna putih
Kornea Bulat, edema (-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Bulat, edema (-),
infiltrat (-), sikatriks (-)
Camera Oculi
Anterior
(COA)
Jernih, kedalaman cukup,
hipopion (-), hifema (-)
jernih, kedalaman cukup,
hipopion (-), hifema (-)
Iris Kripta (normal), warna
coklat, edema (-),
sinekia (-),
Kripta (normal), warna
coklat, edema (-),
sinekia (-)
Pupil Isokor (+) , letak sentral,
diameter: ± 3mm,
refleks pupil
langsung/tidak langsung
(+/+)
Isokor (+), letak sentral,
diameter: ± 3mm,
Refleks pupil langsung /
tidak langsung (+/+)
Lensa Jernih,
iris shadow (-)
Jernih
Iris Shadow (-)
Corpus Vitreum Jernih Jernih
Fundus reflek cemerlang Cemerlang
Funduscopy Papil : batas tegas,
warna merah muda ,
Vasa = AVR 2:3
-Makula : cemerlang
Retina : dalam batas
normal
Papil : batas tegas,
warna merah muda ,
Vasa = AVR 2:3
MAkula : cemerlang
Retina : dalam batas
normal
Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-) Epifora (-),lakrimasi (-)
TIO Normal Normal
V. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena bisa ditegakkan melalui status
ophtalmologi.
VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Oculus Sinister Palpebra Superior
1. OS Kalazion à ditegakkan karena pada pasien ditemukan adanya benjolan pada
kelopak mata, pasien mengaku tidak ada keluhan, dan pada pemeriksaan didapatkan
benjolan teraba keras, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit, benjolan tidak
hiperemi, tidak ada nyeri tekan. Dan ketika palpebra dibalik, konjungtiva pada benjolan
tersebut menonjol berwarna kemerahan berbatas tegas dan daerah sekitarnya tenang.
Tidak terjadi penurunan visus. Serta benjolan telah ada selama 3 bulan.
2. OS Hordeolum internum à disingkirkan karena tidak ada edema palbebra, benjolan
tidak hiperemis, tidak terasa nyeri tekan dan tidak mengganjal, dan benjolan ikut bergerak
pada pergerakan kulit.
3. OS Hordeolum eksternum à disingkirkan karena benjolan tidak menonjol ke arah
kulit, benjolan tidak hiperemis, tidak terasa nyeri tekan dan tidak mengganjal.
4. Karsinoma kelenjar sebasea à disingkirkan, karena tidak ditemukan proptosis,
strabismus dan penurunan visus.
Oculus Sinister Palpebra Inferior
1. OS Hordeolum internum à ditegakkan karena ada edema palbebra, terdapat benjolan
hiperemis, terasa nyeri tekan dan mengganjal, dan benjolan tidak ikut bergerak pada
pergerakan kulit. Serta benjolan timbul 1 minggu yang lalu.
2. OS Hordeolum eksternum à disingkirkan karena benjolan tidak menonjol ke arah kulit.
3. OS Kalazion à disingkirkankan karena pasien mengeluh mengganjal dan sakit pada
benjolan di kelopak mata, serta pada pemeriksaan didapatkan benjolan hiperemi, ada
nyeri tekan. Muncul benjolan tersebut selama 1 minggu.
4. Karsinoma kelenjar sebasea à disingkirkan, karena tidak ditemukan proptosis,
strabismus dan penurunan visus.
VII. DIAGNOSA KERJA
OS palpebra superior kalazion, OS palbebra inferior hordeolum internum
VIII. TERAPI
a. Terapi non medika mentosa
Kompres hangat selama 5-10 menit 4 kali sehari
b. Terapi medikamentosa
Topical
Gentamicyn OE 3x1 hari, salep OS
Oral
Ciprofloxacyn 2x 500 mg
c. Terapi operatif
-ekskokleasi kalazion
-Insisi Hordeolum interna
IX. PROGNOSIS
OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS)
Quo Ad Visam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Sanam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Functionam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Kosmetikam : ad bonam ad bonam
Quo Ad Vitam : ad bonam ad bonam
X. EDUKASI
• Menjelaskan kepada pasien , apabila benjolan (hordeolum) tidak menunjukkan
perbaikan dengan obat-obatan dan membesar sebaiknya dilakukan tindakan operatif
(insisi hordeolum)
• Menjelaskan kepada pasien bahwa jangan memencet benjolan (hordeolum). Biarkan
hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika
keluar nanah atau cairan dari hordeolum.
• Kompres hangat selama 20 menit 3-4 kali sehari.
• Memakai kacamata saat keluar
• Menjelaskan kepada pasien bahwa benjolan tersebut dapat sembuh dengan sempurna
dan tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan tetapi sewaktu-waktu dapat muncul
kembali.
XI. KOMPLIKASI
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan
kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu dibiopsi untuk
menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra
sudah mengubah kontur kornea.
Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis palpebra, yang merupakan
radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.
XII . RUJUKAN
Dalam kasus ini tidak dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran Lainnya,
karena dari pemeriksaan klinis dan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang berkaitan
dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PALPEBRA
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedangkan
di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada
kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat
pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss
pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo
palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator
Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas
berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke
II n. V.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
1. Kelenjar :
Kelenjar Assesoria (Tambahan) : Krause & wolfring, dibawah konjungtiva palpebra,
menghasilkan komponen air (lapisan tengah air mata)
Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat
Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga
menghasilkan sebum
Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini
menghasilkan sebum (minyak/lapisan terluar air mata)
2. Otot-otot Palpebra:
M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang
disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. Fasialis.
M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan
sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.
Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata
atau membuka mata.
3. Di dalam kelopak mata terdapat :
Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar
Meibom yang bermuara pada margo palpebra
Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan
Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di
kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah)
Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae
Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak.Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang
menghasilkan musin.
Gerakan palpebra :
1. Menutup à Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator
Palpebra superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan
bola mata.
2. Membuka à Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller
mempertahankan mata agar tetap terbuka.
3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak
didahului oleh stimuli) à Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra.
I. KALAZION
DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang
tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi
ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini
dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.
ETIOLOGI
Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar
kelenjar atausaluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat
mengalir keluar, produksiminyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk
benjolan di palpebra. Kelenjar dapat pecah,mengeluarkan minyak ke jaringan
palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut
FAKTOR RISIKO
Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan terjadinya
kalazion. Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion
meskipun perannya masih perlu dibuktikan. Stress juga sering dihubungkan dengan
kalazion namun stress belum dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress
dalam menyebabkan kalazion belum diketahui.
PATOFISIOLOGI
Kalazion adalah peradangan noninfeksi granulomatosa pada kelenjar Meibom.
- Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap
steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel
raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.
- Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi
kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang
dari retensi sekresi kelenjar Meibom
- Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan
karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan
inflamasi.
- Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum
internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul),
walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya.
GEJALA KLINIK
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi,
tidak ada nyeritekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar.
Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya
sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut
Awalnya, gejala kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa hari,
gejala-gejalaawal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam
kelopak mata. Kulit di atasbenjolan dapat digerakkan secara longgar.
Kalazion lebih sering terjadi pada palpebra superior dibandingkan palpebra
inferior karenabanyaknya jumlah kelenjar Meibom di palpebra superior
Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion adalah sebagai berikut.
- Pembengkakan di kelopak mata- Kekakuan pada kelopak mata- Sensitivitas terhadap cahaya- Peningkatan keluarnya air mata- Berat dari kelopak mata- Rasa seperti mengantuk
DIAGNOSIS
Dari anamnese diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan mungkin ada
riwayat infeksipada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk kalazion, tapi ini tidak
selalu terjadi.
- Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata dan
inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan dalam
memeriksa kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam palpebra
superior jika benjolan ada di palpebra superior
- Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya spesifik.
Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut
dan kronik.
- Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang.
- Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus
albus, atauorganisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium
acnes mungkin ada didalam isi kelenjar
- Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan
dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.
- Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk
memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsy/histopatologis
Penatalaksanaan
Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat
selama lima sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali
sehari untuk mengurangi pembengkakandan memudahkan drainase kelenjar.
Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu,
pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion beberapa kali
sehari.Namun, kalazion tidak boleh digaruk.
Pemberian antibiotic diperlukan jika dicurigai adanya infeksi bakteri.
Injeksi steroid di area benjolan dapat membantu meredakan inflamasi.
Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh setelah
berminggu-minggu,mungkin diperlukan operasi. Jika pembengkakan tidak
berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala penglihatan kabur, dokter
mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion. Jika penampilan
kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi
Komplikasi
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan
kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi
untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa
pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya
sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas
konjungtiva atau kulit.
II. HORDEOLUM
Definisi
Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata
bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman
Stafilokokus (Staphylococcus aureus).
Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar
kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeiss atau Moll.
Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.
Faktor Resiko
1. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis (peradangan menahun dari
margo palpebra dengan kemerahan, edema, & disertai pembentukan krusta)
2. Riwayat hordeolum sebelumnya
3. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
Klasifikasi
Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :
1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini
benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).
2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis atau kelenjar Moll. Benjolan
nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).
Gejala klinis
Gejalanya dapat berupa: nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas
atau bawah, rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Pada hordeolum
interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.
Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan
nanah.
Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai
kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi
kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus.
Infeksi bakteri stafilokokkus pada kelenjar yang sempit dan kecil, biasanya
menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan
abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan konjungtiva biasanya disebut
hordeolum internum
Terapi
1. Non Medikamentosa
Kompres hangat selama 20 menit 3-4 kali sehari.
2. Medikamentosa
1. Oral
2. Topikal
3. Operatif
Insisi Hordeolum
Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:
Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal
dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu.
Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.
Pada hordeolum internum, dilakukan insisi vertikal terhadap margo palpebra,
agar jangan memotong gl.Meibom yang lain.
Pada hordeolum eksternum, dilakukan insisi horizontal sesuai dengan lipatan
kulit, supaya kosmetik tetap baik. Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu
atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna.
Komplikasi
Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis palpebra, yang merupakan radang
jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.