kasus mata Kalazion Hordeolum

25
LAPORAN KASUS OS PALPEBRA SUPERIOR KALAZION OS PALPEBRA INFERIORVHORDEOLUM INTERNUM Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr.Soedjono Magelang Disusun Oleh : Afifatul Hakimah 01.209.5822 Pembimbing : dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M dr. Hari Trilunggono, Sp.M FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

description

penyakit mata

Transcript of kasus mata Kalazion Hordeolum

Page 1: kasus mata Kalazion Hordeolum

LAPORAN KASUS

OS PALPEBRA SUPERIOR KALAZIONOS PALPEBRA INFERIORVHORDEOLUM INTERNUM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Salah Satu Syarat

Dalam Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata RST dr.Soedjono Magelang

Disusun Oleh :

Afifatul Hakimah

01.209.5822

Pembimbing :

dr. Dwidjo Pratiknjo, Sp.M

dr. Hari Trilunggono, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2013

Page 2: kasus mata Kalazion Hordeolum

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

Umur : 20 tahun

Alamat : Secang

Pekerjaan : Mahasiswa

Status Menikah : Belum menikah

Tanggal masuk poli : 19 Agustus2013

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama

Kelopak mata kanan dan kiri terasa mengganjal dan terdapat benjolan.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan kelopak bawah mata kiri mata terasa mengganjal

sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan ini terjadi secara perlahan-lahan. Semula benjolan kecil

lalu membesar. Benjolan terasa mengganjal dan nyeri. Pasien mengaku sering mengucek-

ngucek matanya karena merasakan gatal pada benjolan tersebut. Benjolan tersebut sudah

diobati dengan salep yang dibeli di apotek (esperson), benjolan mengecil tetapi

seminggu kemudian membesar kembali dan sakit. Tidak ada nanah yang keluar dari

benjolan tersebut. Benjolan tersebut menganggu aktifitas pasien sebagai pelajar.

Pasien juga mengaku pada kelopak atas mata kiri juga terdapat benjolan, terasa

tidak mengganjal dan tidak tidak nyeri. Benjolan tersebut sudah ada sejak 3 bulan.

Benjolan tersebut belum pernah di obati karena tidak menimbulkan halangan apapun

pada pasien. Pasien mengaku 2 tahun lalu juga timbul benjolan seperti ini di kelopak

bawah mata kanan, tetapi hilang dengan sendirinya.

Page 3: kasus mata Kalazion Hordeolum

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit mata seperti ini diakui

Riwayat adanya trauma pada mata seperti mata terkena bahan-bahan kimia, terbentur

benda tumpul atau benda tajam disangkal

Riwayat alergi disangkal

Riwayat operasi yang berhubungan dengan mata disangkal .

Riwayat penyakit gula (DM) disangkal

Riwayat darah tinggi (hipertensi) disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti pasien

Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien adalah seorang mahasiswa, biaya ditanggung instansi tempat dia sekolah,

kesan ekonomi cukup.

C. PEMERIKSAAN FISIK

Status Umum

Kesadaran : Compos mentis

Aktivitas : Normoaktif

Kooperatif : Kooperatif

Status gizi : Baik

Vital Sign

TD : 120/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : 36,20

Page 4: kasus mata Kalazion Hordeolum

Gambar

Status Ophtalmicus

PEMERIKSAAN OCULUS DEXTER

(OD)

OCULUS SINISTER

(OS)

Visus 6 / 6 6 / 6

Bulbus okuli Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Gerak bola mata normal,

enoftalmus (-),

eksoftalmus (-),

strabismus (-)

Palpebra Superior dan Inferior

Edema (-), benjolan (-),

hiperemis (-),

nyeri tekan (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-),

Pseudoptosis (-)

Trikiasis (-)

Superior

Edema (-),

benjolan (+) 1 buah,

hiperemis(-),

nyeri tekan (-),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-),

Pseudoptosis (-)

Inferior

OD OS

Page 5: kasus mata Kalazion Hordeolum

Edema (+),

benjolan (+) 1 buah,

hiperemis(+),

nyeri tekan (+),

lagoftalmus (-),

ektropion (-),

entropion (-),

Trikiasis (-)

Konjungtiva Edema (-),injeksi

konjungtiva (-), injeksi

siliar (-)

Edema (-),injeksi

konjungtiva (-), injeksi

siliar (-)

Sklera Warna putih Warna putih

Kornea Bulat, edema (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Bulat, edema (-),

infiltrat (-), sikatriks (-)

Camera Oculi

Anterior

(COA)

Jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-)

jernih, kedalaman cukup,

hipopion (-), hifema (-)

Iris Kripta (normal), warna

coklat, edema (-),

sinekia (-),

Kripta (normal), warna

coklat, edema (-),

sinekia (-)

Pupil Isokor (+) , letak sentral,

diameter: ± 3mm,

refleks pupil

langsung/tidak langsung

(+/+)

Isokor (+), letak sentral,

diameter: ± 3mm,

Refleks pupil langsung /

tidak langsung (+/+)

Lensa Jernih,

iris shadow (-)

Jernih

Iris Shadow (-)

Corpus Vitreum Jernih Jernih

Page 6: kasus mata Kalazion Hordeolum

Fundus reflek cemerlang Cemerlang

Funduscopy Papil : batas tegas,

warna merah muda ,

Vasa = AVR 2:3

-Makula : cemerlang

Retina : dalam batas

normal

Papil : batas tegas,

warna merah muda ,

Vasa = AVR 2:3

MAkula : cemerlang

Retina : dalam batas

normal

Sistem Lakrimasi Epifora (-), lakrimasi (-) Epifora (-),lakrimasi (-)

TIO Normal Normal

V. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang karena bisa ditegakkan melalui status

ophtalmologi.

VI. DIFFERENTIAL DIAGNOSA

Oculus Sinister Palpebra Superior

1. OS Kalazion à ditegakkan karena pada pasien ditemukan adanya benjolan pada

kelopak mata, pasien mengaku tidak ada keluhan, dan pada pemeriksaan didapatkan

benjolan teraba keras, melekat pada tarsus akan tetapi lepas dari kulit, benjolan tidak

hiperemi, tidak ada nyeri tekan. Dan ketika palpebra dibalik, konjungtiva pada benjolan

tersebut menonjol berwarna kemerahan berbatas tegas dan daerah sekitarnya tenang.

Tidak terjadi penurunan visus. Serta benjolan telah ada selama 3 bulan.

2. OS Hordeolum internum à disingkirkan karena tidak ada edema palbebra, benjolan

tidak hiperemis, tidak terasa nyeri tekan dan tidak mengganjal, dan benjolan ikut bergerak

pada pergerakan kulit.

3. OS Hordeolum eksternum à disingkirkan karena benjolan tidak menonjol ke arah

kulit, benjolan tidak hiperemis, tidak terasa nyeri tekan dan tidak mengganjal.

Page 7: kasus mata Kalazion Hordeolum

4. Karsinoma kelenjar sebasea à disingkirkan, karena tidak ditemukan proptosis,

strabismus dan penurunan visus.

Oculus Sinister Palpebra Inferior

1. OS Hordeolum internum à ditegakkan karena ada edema palbebra, terdapat benjolan

hiperemis, terasa nyeri tekan dan mengganjal, dan benjolan tidak ikut bergerak pada

pergerakan kulit. Serta benjolan timbul 1 minggu yang lalu.

2. OS Hordeolum eksternum à disingkirkan karena benjolan tidak menonjol ke arah kulit.

3. OS Kalazion à disingkirkankan karena pasien mengeluh mengganjal dan sakit pada

benjolan di kelopak mata, serta pada pemeriksaan didapatkan benjolan hiperemi, ada

nyeri tekan. Muncul benjolan tersebut selama 1 minggu.

4. Karsinoma kelenjar sebasea à disingkirkan, karena tidak ditemukan proptosis,

strabismus dan penurunan visus.

VII. DIAGNOSA KERJA

OS palpebra superior kalazion, OS palbebra inferior hordeolum internum

VIII. TERAPI

a. Terapi non medika mentosa

Kompres hangat selama 5-10 menit 4 kali sehari

b. Terapi medikamentosa

Topical

Gentamicyn OE 3x1 hari, salep OS

Oral

Ciprofloxacyn 2x 500 mg

c. Terapi operatif

-ekskokleasi kalazion

-Insisi Hordeolum interna

Page 8: kasus mata Kalazion Hordeolum

IX. PROGNOSIS

OCULUS DEXTER (OD) OCULUS SINISTER (OS)

Quo Ad Visam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Sanam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Functionam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Kosmetikam : ad bonam ad bonam

Quo Ad Vitam : ad bonam ad bonam

X. EDUKASI

• Menjelaskan kepada pasien , apabila benjolan (hordeolum) tidak menunjukkan

perbaikan dengan obat-obatan dan membesar sebaiknya dilakukan tindakan operatif

(insisi hordeolum)

• Menjelaskan kepada pasien bahwa jangan memencet benjolan (hordeolum). Biarkan

hordeolum pecah dengan sendirinya, kemudian bersihkan dengan kasa steril ketika

keluar nanah atau cairan dari hordeolum.

• Kompres hangat selama 20 menit 3-4 kali sehari.

• Memakai kacamata saat keluar

• Menjelaskan kepada pasien bahwa benjolan tersebut dapat sembuh dengan sempurna

dan tidak mempengaruhi ketajaman penglihatan tetapi sewaktu-waktu dapat muncul

kembali.

XI. KOMPLIKASI

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan

kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu dibiopsi untuk

menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra

sudah mengubah kontur kornea.

Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis palpebra, yang merupakan

radang jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

Page 9: kasus mata Kalazion Hordeolum

XII . RUJUKAN

Dalam kasus ini tidak dilakukan Rujukan ke Disiplin Ilmu Kedokteran Lainnya,

karena dari pemeriksaan klinis dan laboratorium tidak ditemukan kelainan yang berkaitan

dengan Disiplin Ilmu Kedokteran lainnya.

Page 10: kasus mata Kalazion Hordeolum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI PALPEBRA

Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis, sedangkan

di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Pada

kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang terdapat

pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeiss

pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara pada margo

palpebra.

Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M. Levator

Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak mata atas

berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh cabang ke

II n. V.

Page 11: kasus mata Kalazion Hordeolum

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:

1. Kelenjar :

Kelenjar Assesoria (Tambahan) : Krause & wolfring, dibawah konjungtiva palpebra,

menghasilkan komponen air (lapisan tengah air mata)

Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat

Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga

menghasilkan sebum

Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini

menghasilkan sebum (minyak/lapisan terluar air mata)

 2. Otot-otot Palpebra: 

M. Orbikularis Okuli

Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit

kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang

disebut sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang

dipersarafi N. Fasialis.

M. Levator Palpebra

Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan

sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.

Otot ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata

atau membuka mata.

 3. Di dalam kelopak mata terdapat :

Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar

Meibom yang bermuara pada margo palpebra

Page 12: kasus mata Kalazion Hordeolum

Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan

Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di

kelopak mata atas dan 20 buah di kelopak bawah)

Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae

Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V,

sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).

Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan

melakukan eversi kelopak.Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.

Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang

menghasilkan musin.

Gerakan palpebra :

1. Menutup à Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator

Palpebra superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan

bola mata.

2. Membuka à Kontraksi M. Levator Palpebra Superior (N.III). M. Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka.

3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak

didahului oleh stimuli) à Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra. 

I. KALAZION

DEFINISI

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang

tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi

Page 13: kasus mata Kalazion Hordeolum

ringan yang mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini

dimulai penyumbatan kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.

ETIOLOGI

Kalazion disebabkan oleh minyak dalam kelenjar terlalu pekat untuk mengalir keluar

kelenjar atausaluran kelenjar minyak yang tersumbat. Oleh karena tidak dapat

mengalir keluar, produksiminyak tertimbun di dalam kelenjar dan membentuk

benjolan di palpebra. Kelenjar dapat pecah,mengeluarkan minyak ke jaringan

palpebra sehingga menyebabkan inflamasi dan kadang-kadang jaringan parut

FAKTOR RISIKO

Belum diketahui dengan pasti factor resiko apa yang menyebabkan terjadinya

kalazion. Hygiene palpebra yang buruk mungkin dapat dihubungkan dengan kalazion

meskipun perannya masih perlu dibuktikan. Stress juga sering dihubungkan dengan

kalazion namun stress belum dibuktikan sebagai penyebab dan mekanisme stress

dalam menyebabkan kalazion belum diketahui.

PATOFISIOLOGI

Kalazion adalah peradangan noninfeksi granulomatosa pada kelenjar Meibom.

- Nodul kalazion terdiri dari berbagai jenis sel imun yang responsif terhadap

steroid, termasuk makrofag jaringan ikat yang dikenal sebagai histiosit, sel-sel

raksasa multinukleat, sel plasma, leukosit PMN, dan eosinofil.

- Kalazion mungkin merupakan agregasi sisa sel-sel inflamasi setelah infeksi

kelopak mata seperti hordeolum dan selulitis preseptal, atau mungkin berkembang

dari retensi sekresi kelenjar Meibom

- Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan

karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan

inflamasi.

- Proses granulomatous ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum

internal atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul),

walaupun kalazion dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya.

Page 14: kasus mata Kalazion Hordeolum

GEJALA KLINIK

Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi,

tidak ada nyeritekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar.

Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya

sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut

Awalnya, gejala kalazion mungkin menyerupai hordeolum. Setelah beberapa hari,

gejala-gejalaawal hilang, tanpa rasa sakit, tumbuh lambat, benjolan tegas dalam

kelopak mata. Kulit di atasbenjolan dapat digerakkan secara longgar.

Kalazion lebih sering terjadi pada palpebra superior dibandingkan palpebra

inferior karenabanyaknya jumlah kelenjar Meibom di palpebra superior

Gejala yang mungkin dirasakan pasien dengan kalazion adalah sebagai berikut.

- Pembengkakan di kelopak mata- Kekakuan pada kelopak mata- Sensitivitas terhadap cahaya- Peningkatan keluarnya air mata- Berat dari kelopak mata- Rasa seperti mengantuk

DIAGNOSIS

Dari anamnese diriwayatkan pembesaran dari waktu ke waktu, dan mungkin ada

riwayat infeksipada kelopak mata yg nyeri sebelum terbentuk kalazion, tapi ini tidak

selalu terjadi.

- Pemeriksaan yang dilakukan meliputi tes penglihatan masing-masing mata dan

inspeksi muka, palpebra, dan mata itu sendiri. Sebagai tambahan dalam

memeriksa kulit palpebra, dokter mata juga akan melihat bagian dalam palpebra

superior jika benjolan  ada di palpebra superior

- Temuan klinis dan respon terhadap terapi pada pasien kalazion biasanya spesifik.

Materi yang diperoleh dari kalazion menunjukkan campuran sel-sel inflamasi akut

dan kronik.

- Analisis lipid memberikan hasil asam lemak dengan rantai karbon panjang.

Page 15: kasus mata Kalazion Hordeolum

- Kultur bakteri biasanya negatif, tapi Staphylococcus aureus, Staphylococcus

albus, atauorganisme komensal kulit lainnya bisa ditemukan. Propionibacterium

acnes mungkin ada didalam isi kelenjar

- Pencitraan fotografik infra merah dari kelenjar Meibom dapat menunjukkan

dilatasi abnormal yang tampak pada permukaan tarsal palpebra yang dieversi.

- Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk

memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsy/histopatologis

Penatalaksanaan

Kompres hangat dengan cara menempelkan handuk basah oleh air hangat

selama lima sampai sepuluh menit. Kompres hangat dilakukan empat kali

sehari untuk mengurangi pembengkakandan memudahkan drainase kelenjar.

Meskipun handuk dan air harus bersih, namun tidak perlu steril. Selain itu,

pasien juga bisa memijat dengan lembut area kalazion beberapa kali

sehari.Namun, kalazion tidak boleh digaruk.

Pemberian antibiotic diperlukan jika dicurigai adanya infeksi bakteri.

Injeksi steroid di area benjolan dapat membantu meredakan inflamasi.

Jika kalazion menimbulkan gejala yang berat atau tidak sembuh setelah

berminggu-minggu,mungkin diperlukan operasi. Jika pembengkakan tidak

berakhir dalam beberapa minggu atau muncul gejala penglihatan kabur, dokter

mata akan menyarankan operasi untuk mengangkat kalazion. Jika penampilan

kalazion mengganggu pasien, operasi juga akan menjadi indikasi

Komplikasi

Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan

kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi

untuk menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa

pada palpebra sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya

sebagian dapat menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas

konjungtiva atau kulit.

Page 16: kasus mata Kalazion Hordeolum

II. HORDEOLUM

Definisi

Hordeolum adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata

bagian atas maupun bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman

Stafilokokus (Staphylococcus aureus).

Hordeolum dapat timbul pada 1 kelenjar kelopak mata atau lebih. Kelenjar

kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeiss atau Moll.

Etiologi

Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.

Faktor Resiko 

1. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis (peradangan menahun dari

margo palpebra dengan kemerahan, edema, & disertai pembentukan krusta)

2. Riwayat hordeolum sebelumnya

3. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih

Klasifikasi

Berdasarkan tempatnya, hordeolum terbagi menjadi 2 jenis :

1. Hordeolum interna, terjadi pada kelenjar Meibom. Pada hordeolum interna ini

benjolan mengarah ke konjungtiva (selaput kelopak mata bagian dalam).

2. Hordeolum eksterna, terjadi pada kelenjar Zeis atau kelenjar Moll. Benjolan

nampak dari luar pada kulit kelopak mata bagian luar (palpebra).

Page 17: kasus mata Kalazion Hordeolum

Gejala klinis

Gejalanya dapat berupa: nampak adanya benjolan pada kelopak mata bagian atas

atau bawah, rasa sakit dan mengganjal, merah dan nyeri bila ditekan. Pada hordeolum

interna, benjolan akan nampak lebih jelas dengan membuka kelopak mata.

Hordeolum dapat membentuk abses di kelopak mata dan pecah dengan mengeluarkan

nanah.

Patogenesis

Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah

dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai

kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi

kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus.

Infeksi  bakteri  stafilokokkus pada kelenjar yang sempit  dan kecil, biasanya

menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan pembentukan

abses (kantong nanah) kearah kulit kelopak mata dan konjungtiva biasanya  disebut

hordeolum internum

Terapi

1. Non Medikamentosa

Kompres hangat selama 20 menit 3-4 kali sehari.

2. Medikamentosa

Page 18: kasus mata Kalazion Hordeolum

1. Oral

2. Topikal

3. Operatif

Insisi Hordeolum

Dianjurkan insisi (penyayatan) dan drainase pada hordeolum, apabila:

Hordeolum tidak menunjukkan perbaikan dengan obat-obat antibiotika topikal

dan antibiotika oral dalam 2-4 minggu.

Hordeolum yang sudah besar atau sudah menunjukkan fase abses.

Pada hordeolum internum, dilakukan insisi vertikal terhadap margo palpebra,

agar jangan memotong gl.Meibom yang lain.

Pada hordeolum eksternum, dilakukan insisi horizontal sesuai dengan lipatan

kulit, supaya kosmetik tetap baik. Setelah insisi dianjurkan kontrol dalam seminggu

atau lebih untuk penyembuhan luka insisi agar benar-benar sembuh sempurna.

Komplikasi

Pada hordeolum yang besar dapat disertai selulitis palpebra, yang merupakan radang

jaringan ikat palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.