Lapkas CTS

44
PRESENTASI KASUS Seorang Wanita 27 Tahun dengan Carpal Tunnel Syndrome Dextra Disusun oleh : Fahmi Wahyu Rakhmanda, S.Ked G9911112068 Artha Wahyu Wardana, S.Ked G9911112023 Eka Dewi Pratitissari, S.Ked G9911112060 Cahyaning Gusti Agriani, S.Ked G9911112034 Ahmad Alfin Nurdiana, S.Ked G9911112008

description

tes

Transcript of Lapkas CTS

Page 1: Lapkas CTS

PRESENTASI KASUS

Seorang Wanita 27 Tahun dengan Carpal Tunnel Syndrome Dextra

Disusun oleh :

Fahmi Wahyu Rakhmanda, S.Ked G9911112068

Artha Wahyu Wardana, S.Ked G9911112023

Eka Dewi Pratitissari, S.Ked G9911112060

Cahyaning Gusti Agriani, S.Ked G9911112034

Ahmad Alfin Nurdiana, S.Ked G9911112008

Page 2: Lapkas CTS

Pembimbing :

dr. Agus Soedomo, Sp. S (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2013BAB II

LAPORAN KASUS

A. ANAMNESIS

I. IDENTITAS

Nama : Ny. L

Umur : 54 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Perikanan

Masuk Rumah Sakit : 3 Maret 2016

Status Pasien : Rawat jalan

II. KELUHAN UTAMA

kesemutan tangan kanan.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluh kesemutan di tangan kanan yang dirasakan pertama kali

sejak ± 2 minggu yang lalu. Sejak 1 minggu terakhir ini, pasien sering

mengeluh kesemutan pada tangan kanannya yang terus memberat sampai saat

ini sehingga membuat pasien datang ke rumah sakit untuk mendapatkan

Page 3: Lapkas CTS

pengobatan. Kesemutan terutama dirasakan pada sisi dalam jari. Kesemutan

bersifat hilang timbul dan dirasakan semakin memberat saat pasien sedang

beraktivitas terutama pada malam hari dan berkurang bila dikebas-kebaskan.

Pasien juga mengaku terdapat nyeri di pergelangan tangan yang tidak

menjalar. Nyeri dirasakan ± 1 minggu yang lalu. Nyeri berkurang bila

pergelangan tangan dipijat atau dikibas-kibaskan serta diistirahatkan.

Pasien juga mengeluh nyeri pada telapak kaki kanan sejak ± 1 minggu

yang lalu. Nyeri dirasakan terus menerus, semakin lama semakin memberat.

Nyeri dirasakan terutama saat pasien berdiri.

Pasien tidak pernah memeriksakan keluhan tersebut sebelumnya. Oleh

pasien tangan dan kaki yang sakit masih tetap digunakan untuk bekerja.

Pasien juga mengaku mempunyai kebiasaan mencuci dan memeras pakaian

dengan tangan di rumah.

Pasien menyangkal riwayat bengkak dan panas di pergelangan tangan.

Pasien juga menyangkal riwayat jatuh menumpu pada tangan. Pasien juga

menyangkal kebiasaan tidur menumpu pada pergelangan tangan. Pasien

menyangkal riwayat kelemahan anggota gerak. Pasien menyangkal riwayat

kesulitan dalam memegang botol atau benda-benda berbentuk sejenis. Selain

itu, pasien tidak mengeluhkan kesemutan atau kelemahan pada anggota tubuh

yang lain.

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit gula : disangkal

V. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Page 4: Lapkas CTS

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit gula : disangkal

B. PEMERIKSAAN FISIKI. STATUS GENERALIS

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Compos mentis

c. GCS : E4 V5 M6

d. Tanda vital

Tekanan darah : 120/180 mmHg

Nadi : 72x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,50 C

e. Kepala (Mata dan THT)

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), refleks pupil

±/± diameter (3cm/3cm), pupil bulat dan isokor

Hidung : Kavum nasi lapang, sekret (-)

Telinga : Normal, sekret (-)

Mulut : Sianosis (-)

Tenggorokan : Faring hiperemis (-)

Leher : Pembesaran KGB leher (-)

f. Thoraks

Jantung : S1S2 murni, regular, murmur (-), gallop (-)

Paru : Suara nafas vesikular, rhonki -/-, wheezing -/-

Page 5: Lapkas CTS

g. Abdomen : Distensi (-), supel, nyeri tekan epigastrium(-), perkusi

timpani, bising usus (+) normal.

h. Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik

II. Status Neurologis

Kesadaran : Compos mentis

Tanda rangsang meningeal : Tidak ada kelainan

Nervus kranialis : Ttidak ada kelainan

Motorik : 5555 5555

5555 5555

Sensorik : Eksteroseptik baik, propropioseptik baik

Refleks fisiologis : Biseps +2/+2

Triseps +2/+2

Patella +2/+2

Achilles +2/+2

Refleks patologis : Babinsky (-/-)

Hofmann-Tromner (-/-)

Otonom : Inkontinensia urin (-), inkontinensia alvi (-)

III. Tes Provokasi

Tes tinel : Nyeri (+/-) nyeri saat dilakukan perkusi pada

terowongan karpal dengan posisi tangan sedikit

dorsofleksi.

Tes phalen : Kesemutan (+/-) bertambah saat dilakukan

fleksi tangan secara maksimal

Tes flick : Kesemutan (+/-) berkurang saat pasien

mengibas-ngibaskan tangan.

Page 6: Lapkas CTS

C.

A. Kolumna vertebralis :

Kelainan bentuk : (-)

Nyeri tekan/ ketok lokal : (-)

Tanda Patrick : (-)

Tanda Kontrapatrick : (-)

Gerakan vertebra servikal : fleksi, ekstensi dan rotasi pasif dalam

batas normal

Gerakan tubuh : membungkuk, ekstensi dan deviasi

lateral dalam batas normal

B. Nervus kranialis : Kanan Kiri

N. I (Olfaktorius)

Subyektif : - -

Dengan bahan (kopi bubuk) : - -

N. II (Optikus)

Tajam penglihatan : >6/60 >6/60

Lapang penglihatan : dbn dbn

Melihat warna : dbn dbn

Fundus okuli : dbn dbn

N. III (Okulomotorius)

Celah mata : simetris

Posisi bola mata : di tengah di tengah

Pergerakan bola mata : dbn dbn

Strabismus : - -

Page 7: Lapkas CTS

Nistagmus : - -

Exophtalmos : - -

Pupil Besarnya : 3 mm 3 mm

Bentuknya : Bulat Bulat

Refleks cahaya langsung : + +

Refleks cahaya tidak langsung : + +

Refleks konvergensi : + +

Melihat ganda : - -

N. IV (Troklearis)

Pergerakan mata : dbn dbn

(ke bawah-ke dalam)

Sikap bola mata : Tengah

Tengah

Melihat ganda : - -

N.V (Trigeminus)

Membuka mulut : dbn dbn

Mengunyah : dbn dbn

Menggigit : dbn dbn

Refleks kornea : + +

Sensibilitas muka : + +

N. VI (Abdusen)

Pergerakan mata (ke lateral) : - -

Sikap bola mata : Tengah

Tengah

Melihat ganda : - -

Page 8: Lapkas CTS

N. VII (Fasialis)

Mengerutkan dahi : simetris

Menutup mata : simetris

Memperlihatkan gigi : simetris

Bersiul : simetris

Perasaan lidah (2/3 anterior) : dbn dbn

N. VIII

Suara berbisik : dbn dbn

Tes schwabach : dbn dbn

Tes rinne : dbn dbn

Tes weber : dbn dbn

Vertigo : (-)

Nistagmus : (-)

N. IX (Glosofaringeus)

Perasaan lidah (1/3 posterior) : dbn dbn

Sensibilitas faring : dbn dbn

N. X (Vagus)

Arkus faring : normal (tengah)

Menelan : dbn

Refleks muntah : dbn dbn

Fenomena Vernet Rideau : dbn dbn

N. XI (Aksesorius)

Mengangkat bahu : dbn dbn

Memalingkan muka : dbn dbn

Page 9: Lapkas CTS

N.XII (Hipoglossus)

Atrofi lidah : (-) (-)

Kekuatan : simetris simetris

Gerak spontan : (-)

Posisi diam : di tengah

Posisi dijulurkan : di tengah

C. Badan dan anggota gerak

1. Badan

Respirasi : Simetris, tidak ada yang

tertinggal

Pergerakan K. Vertebralis : -

Sensibilitas Kanan Kiri

- Taktil : dbn dbn

- Nyeri : dbn dbn

- Suhu : dbn dbn

- Diskriminasi 2 titik : dbn dbn

- Lokalisasi : dbn dbn

2. Anggota gerak atas

Motorik Kanan

atas tengah bawah

Kekuatan : 5 5 5

Trofi : normal normal normal

Tonus : normal normal normal

Motorik Kiri

atas tengah bawah

Kekuatan : 5 5 5

Page 10: Lapkas CTS

Trofi : normal normal normal

Tonus : normal normal normal

Refleks

Biceps : ++ ++

Triceps : ++

++

Brachial : ++ ++

Hoffman Tromner : - -

Sensibilitas

Taktil : turun dbn

Nyeri : dbn dbn

Suhu : dbn dbn

Diskriminan 2 titik : turun dbn

Lokalis : turun

dbn

3. Anggota gerak bawah

Pergerakan : - -

Kekuatan : 5 5

Trofi : Normotrofi Normotrofi

Tonus : normal normal

Sensibilitas

Taktil : dbn dbn

Nyeri : dbn dbn

Suhu : dbn dbn

Diskriminan 2 titik : dbn dbn

Page 11: Lapkas CTS

Lokalis : dbn

dbn

Getar : dbn dbn

Refleks

Patella : ++ ++

Achilles : ++ ++

Babinski : - -

Chaddock : - -

Schaeffer : - -

Oppenheim : - -

Gordon : - -

Klonus

Paha : - -

Kaki : - -

4. Reflek primitif

Reflek memegang : dbn

Reflek snout : dbn

Reflek menghisap : dbn

Reflek palmomental : dbn

D. Pemeriksaan nyeri

Flick’s sign : (+/-)

Thenar wasting : (-/-)

Wrist extension test : (+/-)

Phalen’s test : (+/-)

Torniquet test : (-/-)

Tinels’s sign : (+/-)

Pressure test : (+/-)

Page 12: Lapkas CTS

Luthy’s sign (bottle’s sign) : (-/-)

E. Koordinasi, gait dan keseimbangan

Cara berjalan : dbn

Tes Romberg : dbn

Disdiadokokinesis : dbn

Ataksia : dbn

Rebound phenomenon : dbn

Disemetri : dbn

F. Gerakan-gerakan abnormal

Tremor : Tidak ada

Athetose : Tidak ada

Mioklonik : Tidak ada

Khorea : Tidak ada

G. Alat vegetatif

Miksi : Normal

Defekasi : Normal

Refleks anal : Tidak diperiksa

Refleks kremaster : Tidak diperiksa

Refleks bulbokavernosus : Tidak diperiksa

IV. Resume

A. Anamnesis

Pasien datang ke RSDM dengan keluhan telapak tangan kanan sering

kesemutan yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang

timbul terutama setelah bekerja. Pasien juga mengeluh rasa tebal terutama pada

jari tengah, telunjuk, dan ibu jari tangan kanan. Pasien juga mengeluhkan nyeri di

Page 13: Lapkas CTS

pergelangan tangan kanan yang tidak menjalar sejak 3 hari yang lalu dan

menghilang bila dikebas-kebaskan.

Pasien bekerja mengaduk bubur pada kuali besar setiap hari yang sudah

dijalani selama lebih dari 8 tahun. Pasien juga mengaku sering mencuci baju

dengan tangan dan memeras pakaian.

B. Pemeriksaan Fisik

Status interna : dbn

Status psikiatri : dbn

Status neurologis :

Kesadaran : GCS E4V5M6

Fungsi luhur : dbn

Fungsi sensoris : Lengan

Kanan

Kiri

Taktil : turun dbn

Nyeri : dbn dbn

Suhu : dbn dbn

Diskriminan 2 titik : turun dbn

Lokalis : turun dbn

Fungsi motorik: Ekstremitas Superior Kanan

Atas Tengah Bawah

Kekuatan : 5 5 5

Trofi : normal normal normal

Tonus : normal normal normal

C. Pemeriksaan nyeri

Flick’s sign : (+/-)

Page 14: Lapkas CTS

Wrist extension test : (+/-)

Phalen’s test : (+/-)

Tinels’s sign : (+/-)

Pressure test : (+/-)

V. Diagnosis

Diagnosis klinis

Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra

Diagnosis topis

Nervus medianus dalam terowongan karpal

Diagnosis etiologis :

Suspek Carpal Tunnel Syndrome dextra

VI. Rencana awal

Rencana pemeriksaan :

- Cek laboratorium (pemeriksaan darah lengkap)

- Foto Rontgen wrist join dextra AP/lat

- Electromielografi

Terapi :

- Medikamentosa

Meloxicam 15 mg 1 x 1

Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1

Injeksi metylprednisolon 20 mg intrakompartemen

- Nonmedikamentosa

Fisioterapi

Fiksasi pergelangan tangan dengan bandage

Mengurangi aktivitas yang memberatkan penyakit seperti mengaduk

bubur, mencuci baju dengan tangan, dan memeras pakaian.

Page 15: Lapkas CTS

Monitoring:

- Perjalanan penyakit

- Pemeriksaan neurologis

VII. Prognosis

Ad vitam : sanam

Ad sanam : sanam

Ad fungsionam : sanam

VIII. Laporan perkembangan (5 Februari 2013)

S (subyektif)

Kesemutan lebih jarang

O (obyektif)

GCS : E 4 V 5 M 6

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 70x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36,50 C

Fungsi Motorik : dbn

Fungsi sensoris : Lengan

Kanan Kiri

Taktil : turun dbn

Nyeri : dbn dbn

Suhu : dbn dbn

Diskriminan 2 titik : turun dbn

Lokalis : turun

dbn

Fungsi motorik: Ekstremitas Superior Kanan

Page 16: Lapkas CTS

Atas Tengah Bawah

Kekuatan : 5 5 5

Trofi : normal normal normal

Tonus : normal normal normal

Laboratorium (30 Januari 2013)

Hb 13,3 g/dl SGOT 17 u/l

Hct 40% SGPT 15 u/l

Eritrosit 4,13. 106/µl Albumin 4,1 g/dl

Leukosit 10,1. 103 /µl Kreatinin 0,9 mg/dl

Trombosit 320. 103 /µl Ureum 43 mg/dl

PT 11,7 detik Asam Urat 5,0 mg/dl

APTT 25,6 detik Kolesterol total 150 mg/dl

HbA1C 5,4 % LDL 90 mg/dl

GDP 90 mg/dl HDL 60 mg/dl

GD 2 jam PP 112 mg/dl Trigliserid 110 mg/dl

T4 5µg/dl fT4 1ng/dl

Interpretasi : normal

Rontgen wrist join dextra AP/Lateral (tanggal 23 Januari 2013)

Alignment baik

Trabekulasi tulang normal

Subchondral bone layer baik

Celah dan permukaan sendi baik

Tak tampak erosi atau destruksi tulang

Tak tampak soft tissue mass atau swelling

Pemeriksaan EMNG (tanggal 23 Januari 2013)

Motorik : dalam batas normal

Page 17: Lapkas CTS

F wave : dalam batas normal

Sensorik : penurunan relatif amplitudo n. medianus kanan

Kesan : lesi axonal loss sensori yang relatif neuropati

n.medianus kanan, menyokong CTS kanan

A (assessment)

Diagnosis klinis :

Hipoestesia palmar dextra, hipoestesia digiti I, II, III dextra

Diagnosis topis

Nervus medianus dalam terowongan karpal

Diagnosis etiologis :

Carpal Tunnel Syndrome Dextra

P (planning)

Meloxicam 15 mg 1 x 1

Vit B 6 (piridoksin) tab 50mg 3x1

Bila nyeri tidak menghilang/ berkurang : injeksi Metyl prednisolon intra

karpal 20mg lagi

Bila 2 minggu lagi keadaan masih tidak membaik dan muncul tanda-

tanda atrofi, segera konsul bedah ortho.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 18: Lapkas CTS

A. Latar Belakang Masalah

Page 19: Lapkas CTS

Gambar 1. Persarafan motorik Nervus medianus

Nervus medianus tersusun oleh belahan fasikulus lateralis dan belahan

fasikulus medialis. N. medianus membawakan serabut-serabut radiks ventralis dan

dorsalis C.6, C.7, C.8, dan T.1. Otot-otot yang dipersarafinya ialah otot-otot yang

melakukan pronasi lengan bawah (m.pronator teres dan m.pronator kuadratus),

fleksi falangs paling ujung jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari (mm.lumbrikales

sisi radial), fleksi jari telunjuk, jari tengah dan ibu jari pada sendi

metakarpofalangeal (mm.lumbrikales dan mm.interoseae sisi radial), fleksi jari sisi

radial di sendi interfalangeal (mm.fleksor digitorum profundus sisi radial), oposisi

dan abduksi ibu jari (m.opones polisis dan m.abduktor polisis brevis).

Page 20: Lapkas CTS

Gambar21. Persarafan sensoris Nervus medianus

Kawasan sensoriknya mencakup kulit yang menutupi telapak tangan, kecuali

daerah ulnar selebar 11/2 jari. Dan pada dorsum manus kawasan sensoriknya

adalah kulit yang menutupi falangs kedua dan falangs ujung jari telunjuk, jari

tengah, dan separuh jari manis.

N. medianus sering terjepit atau tertekan dalam perjalanannya melalui

m.pronator teres, siku dan retinakulum pergelangan tangan. Pada luka di

pergelangan tangan, misalnya, n.medianus dapat terpotong bersama dengan

n.ulnaris. Hal itu sering terjadi pada kecelakaan di mana tangan menerobos kaca.

Kelumpuhan yang menyusulnya melanda ketiga jari sisi radial, sehingga ibu jari,

jari telunjuk, dan jari tengah tidak dapat difleksikan, baik di sendi

metakarpofalangeal, maupun di sendi interfalangeal. Ibu jari tidak dapat

melakukan oposisi dan abduksi. Atrofi otot-otot tenar akan cepat menyusul

kelumpuhan tersebut.

Page 21: Lapkas CTS

Gambar 3. Jepitan pada Nervus medianus

B. Carpal Tunnel Syndrome (CTS)

CTS Atau juga disebut sebagai sindroma terowongan karpal, merupakan suatu

neuropati jepitan (entrapment) n.medianus di pergelangan tangan yang

menimbulkan parestesia dan kelemahan tangan. Sindroma ini disebabkan oleh

tekanan pada saraf medianus sewaktu saraf ini bersama dengan tendo fleksor jari

tangan melewati terowongan yang dibentuk oleh tulang karpal dan ligamentum

karpal transversus. Penekanan pada n.medianus dapat disebabkan oleh semua

proses yang mencapai saluran karpal. Tenosinovitis lokal pada tendo fleksor jari

tangan sering merupakan penyebab sindroma saluran karpal, terutama pada

perempuan berusia pertengahan. Edema prahaid atau selama kehamilan juga bisa

menimbulkan gejala ini. Gejala dapat dicetuskan oleh aktivitas yang memerlukan

fleksi, pronasi, dan supinasi berulang pergelangan tangan, seperti menyulam,

mengemudi, menjalankan komputer, dan bermain golf. Penyebab sindroma karpal

yang lain (sering bilateral) adalah artritis reumatoid, akromegali, hipotiroidisme,

dan amiloidosis. Sindroma saluran karpal unilateral cenderung disebabkan oleh

Page 22: Lapkas CTS

trauma, aktivitas jasmani yang menggunakan satu pergelangan tangan,

tuberkolosis, gout, atau penyakit endapan kalsium pirofosfat. (Gilliland, 2007)

Pasien merasa baal (mati rasa) atau parestesia pada permukaan palmar ibu

jari, jari telunjuk dan jari tengah, dan separuh radial jari manis. Dapat timbul rasa

baal atau parestesia di seluruh tangan. Nyeri dapat terasa di lengan bawah dan

kadang-kadang ke bahu dan leher. Nyeri atau kesemutan pada jari sering timbul

pada malam hari dan akan berkurang apabila penderita menggoyang atau

menggerak-gerakkan tangan.

Kelemahan dan atrofi otot tenar biasanya timbul belakangan dan dapat timbul

tanpa gangguan sensorik yang bermakna. Kelemahan otot tenar bermanifestasi

sebagai penurunan kekuatan abduksi, oposisi dan fleksi jempol.

Gambar 4. Atrofi m. thenaris

Patogenesis

Terdapat beberapa hipotesis mengenai patogenesis CTS. Pada umumnya

adalah faktor mekanik dan faktor vaskular sangat berperan dalam timbulnya CTS.

Sebagian besar CTS terjadi secara perlahan-lahan (kronis) akibat gerakan pada

pergelangan tangan yang terus menerus sehingga terjadi penebalan atau

tenosinovitits pada fleksor retinakulum. Hal ini merupakan penyebab tersering.

Pada keadaan kronis terdapat penebalan fleksor retinakulum yang menekan saraf

medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada saraf medianus akan

menyebabkan tekanan intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan

Page 23: Lapkas CTS

perlambatan aliran vena intrafasikuler. Bendungan/kongesti ini lama-kelamaan

akan mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan

merusak endotel dan menimbulkan kebocoran protein sehingga terjadi edema

epineural. Hipotesis ini dapat menerangkan keluhan yang sering terjadi pada CTS

yaitu berupa rasa nyeri dan bengkak terutama pada malam/pagi hati yang akan

menghilang atau berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakkan

atau diurut, mungkin karena terjadi perbaikan dari gangguan vaskuler ini. Bila

keadaan ini berlanjut, akan terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf.

Lama kelamaan saraf menjadi atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi saraf

medianus terganggu.

Pada CTS yang akut, biasanya terjadi penekanan/kompresi yang melebihi

tekanan perfusi kapiler sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf dan saraf

menjadi iskemik, selain itu juga terjadi peninggin tekanan fasikuler yang akan

memperberat keadaan iskemik ini. Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah

yang akan menyebabkan edema dan menimbulkan gangguan aliran darah pada

saraf dan merusak saraf tersebut (sama dengan yang kronis). Pengaruh

mekanik/tekanan langsung pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi

nodus Ranvier dan demielinisasi setempat sehingga konduksi saraf terganggu.

Selain dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang

membuat saraf medianus menderita dalam terowongan karpal.

Etiologi

Etiologi dari CTS bisa bermacam-macam. Hal ini bisa salah satunya

merupakan pekerjaan atau aktivitas yang menggunakan tangan secara berulang, hal

ini merupakan faktor predisposisi dan dapat meningkatkan risiko terjadinya CTS.

Namun setiap keadaan yang menyebabkan tekanan/kompresi saraf medianus

dalam terowongan karpal merupakan etiologi CTS, misalnya:

- Semua keadaan yang mengurangi luas/ukuran terowongan karpal, misalnya

kelainan anatomis bawaan, patah tulang. Akromegali osteofit, eksostosis tulang,

perkapuran, dll, yang dapat mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Dapat

Page 24: Lapkas CTS

pula terjadi penebalan fleksor retinakulum (ini yang tersering) misalnya karena

proses radang pada artritis reumatoid.

- Keadaan yang menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan, misalnya terdapat

otot abberant dalam terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri. Yang paling

sering menyebabkan isi terowongan karpal berlebihan adalah proses radang seperti

tenosinovitis nonspesifik yang dapat menyebabkan penebalan dan fibrosis

sinovium, radang tuberkulosis, histoplasmosis. Tofi gout, neoplasma/neurinoma

atau ganglion juga pernah dilaporkan.

- Penyakit sistemik yang berhubungan dengan neuropati seperti diabetes melitus,

uremi, dll yang ternyata menyebabkan saraf medianus di terowongan karpal

menjadi sensitif terhadap jebakan.

- CTS akut biasanya disebabkan oleh trauma (fraktur atau dislokasi) pergelangan

tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan tangan atau lengan bawah.

Perdarahan spontan, trombosis, dll yang kesemuanya dapat menyebabkan

peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan menekan saraf medianus.

- Keadaan sisitemik lainnya seperti kegemukan, kehamilan, menopause,

miksedema, gagal jantung ataupun gangguan keseimbangan hormon yang

mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang juga menimbulkan edema

dalam terowongan.

- Defisiensi vitamin B6 (piridoksin) memegang peranan sebagai penyebab CTS.

- Idiopatik

Gejala

Gambaran klinik dari CTS umumnya menimbulkan keluhan yang berangsur-

angsur. Rasa nyeri di tangan yang biasanya timbul malam atau pagi hari. Penderita

sering terbangun karena nyeri dan berusaha mengatasi keluhannya dengan

menggerak-gerakkan tangan atau mengurutnya, ternyata rasa nyeri ini dapat hilang

atau dikurangi. Keluhan juga berkurang bila tangan atau pergelangan istirahat dan

sebaliknya keluhan bertambah pada pergelangan tangan yang menyebabkan

tekanan dalam terowongan bertambah. Lama kelamaan keluhan ini makin sering

Page 25: Lapkas CTS

dan makin berat bahkan dapat menetap pada siang maupun malam hari. Rasa baal,

kesemutan, atau rasa seperti terkena strum listrik pada jari-jari. Biasanya jari ke-1,

2, 3, dan 4 (sisi radial). Kadang-kadang tidak dapat dibedakan jari mana terkena

atau dirasakan gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada

beberapa jari saja, misalnya jari ke-3 dan ke-4, tetapi tidak pernah keluhan pada

jari ke-5 (kelingking saja). Kadang-kadang rasa nyeri dapat terasa sampai lengan

atas dan leher,tetapi rasa baal, kesemutan hanya terbatas pada distal pergelangan

tangan saja. Jari-jari, tangan, dan pergelangan tangan terdapat edema dan kaku

terutama pagi hari dan menghilang setelah mengerjakan sesuatu. Gerakan jari-jari

kurang terampil, misalnya sewaktu menyulam atau memungut benda kecil. Bila

terjadi pada anak-anak, sering dilaporkan bahwa dia bermain hanya dengan jari ke-

4 dan ke-5 saja. Dan juga bisa terjadi otot telapak tangan mengecil dan makin lama

makin mengecil.

Penegakan diagnosis

Pada pemeriksan, gejala parestesia atau nyeri pada jari dapat dicetuskan

dengan perkusi di permukaan voler pergelangan tangan (tanda Tinel) atau dengan

fleksi penuh pergelangan tangan selama 1 menit (tes Phalen). Tes diagnostik yang

lebih peka dan spesifik untuk menimbulkan gejala sindroma saluran karpal adalah

dengan menekan saluran karpal dengan sfignomanometer modifikasi yang diatur

pada 150 mmHg selama 60 detik. Pada distribusi saraf medianus mungkin dapat

dibuktikan adanya penurunan rasa sentuh atau hiperpatia terhadap tusukan jarum

dan pelebaran diskriminasi 2 titik. Penelitian tentang hantaran n.medianus

memperlihatkan perlambatan latensi melintasi pergelangan tangan yang

memastikan diagnosis. Terapi pasien dengan hanya gejala sensorik dan kelainan

minor hantaran saraf adalah bidai pergelangan tangan yang terutama dipakai

malam hari, obat antiradang, dan suntikan lokal dengan steroid. Bila gejala

menetap atau timbul kelainan motorik, diindikasikan dekompresi saluran karpal

secara bedah disertai pembebasan ligamentum karpal transvesus. (Gilliland, 2007)

Page 26: Lapkas CTS

Gambar 5. Pemeriksaan CTS : Wrist extension test (kiri) dan Phalen’s test (kanan)

Diagnosis bisa ditegakkan melalui pemeriksaan fisik yang meliputi

pemeriksaan motorik. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memeriksa otot-otot yang

diinervasi saraf medianus sisi distal dari terowongan karpal, misalnya m.abduktor

polisis brevis, m.fleksor polisis brevis, dan m.lumbrikalis kesatu dan kedua, serta

m.oponens polisis. Dilakukan juga pemeriksaan sensorik. Pada CTS hampir selalu

terdapat parestesia, maka pemeriksaan ini perlu dilakukan. Pemeriksaan ini

meliputi pemeriksan hipoaesteisa, pemeriksaan membedakan 2 titik, pemeriksaan

hiperestesia, dan pemeriksaan persepsi vibrasi. Pemeriksaan fungsi ototnom, bisa

dilihat apakah terdapat perbedaan keringat, kulit kering dan licin yang berbatas

tegas pada distribusi saraf medianus.

Untuk diagnosis mungkin juga perlu dilakukan pemeriksaan penunjang,

misalnya EMG dan pemeriksaan laboratorium (meliputi pemeriksaan kadar gula

darah, kadar hormon tiroid, dan pemeriksaan darah lengkap). Pemeriksaan

radiologi yang dapat dilakukan adalah foto polos, tomografi komputer, resonansi

magnetik, dan ultrasonografi (USG).

Diagnosis banding

Page 27: Lapkas CTS

Diagnosis banding dalam kasus dalam skenario yang juga merupakan

kemungkinan penyakit yang ada bersama CTS adalah neuropati ulnar. Neuropati

ulnar juga hampir sama dengan CTS, dapat menyebabkan keluhan kesemutan atau

kelemahan pada tangan atau nyeri pada lengan. Untuk membedakannya dari CTS,

pada neuropati ulnar, gangguan sensorik biasanya terbatas pada jari ke-5 dan

setengah sisi ulnar jari ke-4. Gangguan motorik akan berpengaruh pada otot-otot

intrinsik tangan kecuali oponen polisis, fleksor polisis brevis, abduktor polisis

brevis, lumbrikalis kesatu dan kedua.

CTS juga sering memiliki gejala mirip dengan fraktur radius distal, sindrom

pronator teres, dan sindrom de Quarvain’s. Kita juga harus dapat membedakannya

dengan hipestesi pada radikulopati servikal dimana penurunan fungsi sensori yang

berjalan sesuai dermatomnya.

Tata laksana

Terapi yang bisa diberikan adalah terapi konservatif dan terapi operatif

(diindikasikan apabila kasus tidak mengalami perbaikan setelah terapi konservatif

atau bila terjadi gangguan sensorik yang berat atau adanya atrofi otot-otot thenar).

Terapi konservatif bisa dilakukan dengan:

- Mengistirahatkan pergelangan tangan.

- Pemberian obat antiinflamasi nonsteroid. Pemberian obat ini diindikasikan

karena penebalan fleksor retinakulum (ini etiologi yang tersering) misalnya karena

proses radang pada artritis reumatoid.

- Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat dipasang

terus menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3 minggu.

- Injeksi steroid, misalnya deksametason 1-4 mg atau hidrokortison 10-25 mg atau

metilprednisolon 20 mg/40 mg diinjeksikan ke dalam terowongan karpal dengan

menggunakan jarum no.23 atau no.25 pada lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat

pergelangan tangan di sebelah medial tendon m.palmaris longus. Bila belum

berhasil, suntikan dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi

bisa dilakukan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3 kali suntikan.

Page 28: Lapkas CTS

- Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.

- Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu

penyebab CTS adalah defisiensi piridoksin sehingga mereka menganjurkan

pemberian piridoksin 100-300 mg/hari selama 3 bulan. Tetapi ada beberapa

penulis lainnya berpendapat bahwa pemberian piridoksin tidak bermanfaat bahkan

dapat menimbulkan neuropati bila diberikan pada dosis besar.

- Fisioterapi, ditujukan pada perbaikan Vaskularisasi pergelangan tangan.

Prognosis

Prognosis dari terapi yang diberikan pada CTS ringan umumnya baik.

Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian

diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik dan otot-otot yang

mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan proses perbaikan CTS

setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.

Komplikasi

Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas

yang persisten di daerah distribusi n.medianus. Komplikasi yang berat adalah

reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat, hiperalgesia,

disestesia, dan gangguan trofik.

Pencegahan

Pencegahan untuk CTS bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

- Usahakan agar pergelangan tangan selalu dalam posisis netral.

- Perbaiki cara memegang atau menggenggam alat benda. Gunakanlah seluruh

tangan dan jari-jari untuk menggenggam sebuah benda, jangan hanya

menggunakan ibu jari dan telunjuk.

- Batasi gerakan tangan yang repetitif.

- Istirahatkan tangan secara periodik.

- Kurangi kecepatan dan kekuatan tangan agar pergelangan tangan memiliki waktu

untuk beristirahat.

Page 29: Lapkas CTS

- Latih otot-otot tangan dan lengan bawah dengan melakukan peregangan secara

teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Page 30: Lapkas CTS

Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S.

L. Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.

Dorland, W. A. N. 2007. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Terjemahan H.

Hartanto, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Gilliland, B. C. 2007. Polikondritis Berulang dan Berbagai Artritis Lain. Dalam:

Isselbacher, K. J., E. Braunwald, J. D. Wilson, J. B. Martin, A. S. Fauci, D. L.

Kasper. 2007.

Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 4. Edisi 13. Terjemahan

Asdie, A. H., et. al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1902-1903

Guyton, A. C., J. E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.

Terjemahan Irawati, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Mardjono, M., P. Sidharta. 2008. Neurologi Klinis Dasar. Edisi 5. Jakarta: Penerbit

Dian Rakyat.