Lapkas 3 Hils

22
LAPORAN KASUS “Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel” Disusun Oleh : dr. Julinda Tri Jayanti DOKTER INTERNSIP RS. BHAYANGKARA KOTA MANADO 1

description

lhoishdoihd

Transcript of Lapkas 3 Hils

Page 1: Lapkas 3 Hils

LAPORAN KASUS

“Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel”

Disusun Oleh :

dr. Julinda Tri Jayanti

DOKTER INTERNSIP RS. BHAYANGKARA

KOTA MANADO

2015

1

Page 2: Lapkas 3 Hils

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia berasal dari kata latin yang berarti ruptur. Hernia merupakan penonjolan isi

rongga abdomen melalui defek atau bagian lemah dinding abdomen. Hernia terdiri atas

cincin, kantong dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi dua macam

yaitu hernia kongenital dan hernia didapat. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif

terbanyak setelah appendicitis. Sampai saat ini masih merupakan tantangan dalam

peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam

penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi.

Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1

% di Amerika Serikat.1

Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami

lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia

inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana

hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis medialis.

Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis. Hernia lebih dikarenakan kelemahan

dinding belakang kanalis inguinalis. Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria

daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.

Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis

atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan

wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh

umur. 1

Berikut ini akan dibahas sebuah laporan kasus pasien dengan diagnosa hernia

inguinalis lateralis sinistra reponibel.

2

Page 3: Lapkas 3 Hils

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn.AT

Umur : 66 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status pernikahan : Menikah

Alamat : Ternate baru lingkungan II

Agama : Islam

No. RM : 040989

Tanggal Masuk : 04 Agustus 2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kiri

Riwayat penyakit sekarang :

Pasien laki-laki umur 66 tahun, datang ke RS Bhayangkara Manado tanggal 30

agustus 2015 dengan keluhan utama benjolan di lipat paha kiri yang muncul sejak

kurang lebih 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut dirasakan hilang timbul.

Benjolan timbul ketika pasien posisi berdiri, berjalan dan saat sedang berktifitas.

Benjolan menghilang ketika pasien posisi tidur dan saat sedang istirahat. Keluhan

nyeri di daerah benjolan disangkal pasien. Keluhan mual muntah dan nyeri perut

disangkal oleh pasien. Riwayat BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Riwayat penyakit dahulu :

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini, pasien juga tidak

pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.

3

Page 4: Lapkas 3 Hils

III. PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Compos Mentis

Keadaan Umum : Sedang

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 37 ºC

Pernapasan : 20 x/menit

Status Generalis :

Kepala : normochephali

Mata : pupil isokor, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-

Telinga : serumen -/-, cairan-/-

Hidung : rhinore-/-, epistasis -/-

Mulut : sianosis (-), atrofi papil (-)

Thorax : Pulmo : SP.Vesikuler ,Ronkhi -/-, Wheezing -/-.

Cor : BJ I-II normal, Bising (-)

Abdomen :

Inspeksi : datar, lemas

Palpasi : NTE (-), NTSP (-), Hepar dan Lien tidak

teraba.

Perkusi : redup, shifting dullnes (-)

Auskultasi : bising usus normal

Status lokalis Regio Inguinalis sinistra : Benjolan ukuran ±5cm, warna sama

dengan kulit sekitar, hiperemis (-), nyeri tekan (-), konsistensi kenyal,

transluminasi tes (-), tes valsava (+).

Ekstremitas : akral hangat, rumple leed test (-), kekuatan otot 5/5/5/5

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium :

Darah lengkap : Leukosit 6,3 ribu/uL

Eritrosit 4,40 juta/uL

Hb 14,1 g/dL

4

Page 5: Lapkas 3 Hils

Hematokrit 42,7 %

Trombosit 204 ribu/uL

GDS 91 mg/dL

LED 35 jam/mm

Waktu Perdarahan / Waktu Pembekuan 3’/14’ menit

SGOT/SGPT 47/47 U/L

Ureum 20 mg/dL

Creatinin 1,1 mg/dL

b. Radiologi : Foto thoraks dalam batas normal

c. EKG : dalam batas normal

V. DIAGNOSIS KERJA

Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Reponibel

VI. PENATALAKSANAAN

Konsul ke bagian bedah untuk rencana operasi Herniotomi

VII. FOLLOW UP

4 Agustus 2015

S : Benjolan di lipat paha kiri (+), hilang timbul

O : kepala : conj an -/-, sklera ikterik -/-

Leher : dbn

Thorax : Cor : BJ I-II normal, bising (-)

Pulmo : SP.Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : datar, lemas, BU(+)normal, Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

A : hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel

P : Rencana operasi herniotomi dan pemasangan MESH tanggal 6 agustus 2015

6 Agustus 2015

5

Page 6: Lapkas 3 Hils

S : Benjolan di lipat paha kiri (+), hilang timbul

O : kepala : conj an -/-, sklera ikterik -/-

Leher : dbn

Thorax : Cor : BJ I-II normal, bising (-)

Pulmo : SP.Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : datar, lemas, BU(+)normal, Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

A : hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel

P : IVFD RL 20 gtt/menit

Ceftriaxone Inj 2x1 gr IV (ST)

Rencana operasi hari ini jam 09.00

7 Agustus 2015

S : nyeri luka operasi (+), luka operasi baik dan terawat

O : kepala : conj an -/-, sklera ikterik -/-

Leher : dbn

Thorax : Cor : BJ I-II normal, bising (-)

Pulmo : SP.Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : datar, lemas, BU(+)normal, Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

A : Post Herniotomi H1

P : IVFD RL 20 gtt/menit

Ceftriaxone Inj 2x1 gr iv (II)

Ranitidin 2x1 amp iv

Antrain 3x1 amp iv

Aff kateter

Rawat Luka

8 Agustus 2015

S : nyeri luka operasi (+), luka operasi terawat

O : kepala : conj an -/-, sklera ikterik -/-

Thorax : Cor : BJ I-II normal, bising (-)

Pulmo : SP.Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : datar, lemas, BU(+)normal, Hepar dan lien tidak teraba

6

Page 7: Lapkas 3 Hils

Ekstremitas : akral hangat

A : Post Herniotomi H2

P : Aff IVFD

Cefixime 2x100 mg tablet

Asam mefenamat 3x1 tab

Diet lunak

Rawat Luka

9 Agustus 2015

S : nyeri luka operasi berkurang, luka operasi terawat

O : kepala : conj an -/-, sklera ikterik -/-

Thorax : Cor : BJ I-II normal, bising (-)

Pulmo : SP.Vesikuler, Rh -/-, Wh-/-

Abdomen : datar, lemas, BU(+)normal, Hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat

A : Post Herniotomi H3

P : Cefixime 2x100 mg tablet

Asam mefenamat 3x1 tab

Diet lunak

Rawat Luka

Pasien boleh rawat jalan, kontrol poliklinik

RESUME

Pasien laki-laki umur 66 tahun, datang ke RS Bhayangkara Manado tanggal 30

agustus 2015 dengan keluhan utama benjolan di lipat paha kiri yang muncul sejak kurang

lebih 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut dirasakan hilang timbul. Benjolan timbul ketika

pasien posisi berdiri, berjalan dan saat sedang berktifitas. Benjolan menghilang ketika pasien

posisi tidur dan saat sedang istirahat. Keluhan nyeri di daerah benjolan disangkal pasien.

Keluhan mual muntah dan nyeri perut disangkal oleh pasien. Riwayat BAB dan BAK tidak

ada keluhan.

7

Page 8: Lapkas 3 Hils

Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis,

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu badan 37˚C.

Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal, pemeriksaan status lokalis ditemukan

Benjolan ukuran ±5cm, warna sama dengan kulit sekitar, hiperemis (-), nyeri tekan (-),

konsistensi kenyal, transluminasi tes (-), tes valsava (+). Pemeriksaan laboratorium darah

lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal serta elektrolit dalam batas normal.

8

Page 9: Lapkas 3 Hils

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Lapisan dinding kulit abdomen terdiri dari, lemak subkutan, scarpa’s fascia,

peritoneum hesselbach’s triangle, external oblique, internal oblique, transversus

abdominis, transversalis fascia. Dan di batasi oleh artery epigastrika inferior,

ligamentum inguinal dan lateralnya di batasi oleh rectus sheath.

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang menembus bagian bawah

dinding anterior abomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Canalis inguinalis

terletak sejajar dan tepat di atas ligamentum inguinale. Dinding canalis inguinalis di

bentuk oleh muskulus obliquus externus abdominis dan di bentuk oleh facsia

abdominalis.

B. Pengertian Hernia

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding

perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.

Hernia iguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk

melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis

inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya

testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi

dilahirkan.

C. Etiologi

Biasanya tidak ditemukan sebab yang pasti, meskipun kadang sering di

hubungkan dengan angkat berat. Hernia inguinalis lateralis dapat terjadi karena

anomaly congenital atau sebab yang didapat, hernia inguinalis lateralis dapat di

jumpai pada semua usia, lebih banyak pada pria dari pada wanita. Berbagai faktor

penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk pada annulus internus yang cukup

lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan

pula faktor yang dapat mendorong isi hernia untuk melewati pintu yang cukup lebar

tersebut. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah, adanya prosesus vaginalis

9

Page 10: Lapkas 3 Hils

yang terbuka, peninggian tekanan dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding

perut karena usia. Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis

lateralis, dan laki-laki lebih sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat

terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat pada usia berapa pun.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis

lateralis, antara lain: kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis, prosesus vaginalis

yang terbuka (baik kongenital maupun didapat), tekanan intra abdomen yang

meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, dan asites, kelemahan otot

dinding perut karena usia, defisiensi otot, dan hancurnya jaringan penyambung oleh

karena merokok, penuaan atau penyakit sistemik.

D. Klasifikasi

Hernia inguinalis indirek, disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena

keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral

dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis

inguinalis, dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis ekternus.

Apabial hernia inguinalis lateralis berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini

disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada dalam muskulus kremaster terlatak

anteromedial terhadap vas deferen dan struktur lain dalam funikulus spermatikus.

Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis

internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastric inferior, menyusuri kanalis

inguinalis dan keluar dari rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus. Kanalis

inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi

desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik

peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut

prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah

mengalami obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.

Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri

turun lebih dahulu maka kanalis kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal

kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi), akan timbul

hernia inguinalis kongenital. Pada orang tua, kanalis tersebut telah menutup namun

karena lokus minoris resistensie maka pada keadaan yang menyebabkan peninggian

10

Page 11: Lapkas 3 Hils

tekanan intra abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul

hernia inguinalis lateralis akuisita.

Hernia inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, menonjol

langsung kedepan melalui segitiga Hesselbach, daerah yang dibatasi ligamentum

inguinal dibagian inferior, pembuluh epigastrika inferior dibagian lateral dan tepi otot

rektus dibagian medial. Dasar segitiga hasselbach dibentuk oleh fasia transversal yang

diperkuat oleh serat aponeurisis m.tranversus abdominis yang kadang-kadang tidak

sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia medialis, karena

tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak keskrotum, umumnya tidak disertai

strangulasi karena cincin hernia longgar.

Hernia inguinalis direk terjadi sekitar 15% dari semua hernia inguinalis.

Kantong hernia inguinalis direk menonjol langsung ke anterior melalui dinding

posterior kanalis inguinais medial terhadap arteria, dan vena epigastrika inferior,

karena adanya tendo conjunctivus (tendo gabungan insersio musculus obliquus

internus abdominis dan musculus transversus abdominis) yang kuat, hernia ini

biasanya hanya merupakan penonjolan biasa, oleh karena itu leher kantong hernia

lebar. Hernia inguinalis direk jarang pada perempuan, dan sebagian besar bersifat

bersifat bilateral. Hernia ini merupakan penyakit pada laki-laki tua dengan kelemahan

otot dinding abdomen.

E. Manifestasi Klinis

Hernia inguinalis lateralis biasanya terlihat sebagai benjolan pada daerah

inguinal dan meluas ke depan atau ke dalam skrotum. Selama tidur atau apabila pada

keadaan istirahat atau santai, hernia menghilang spontan tanpa adanya benjolan atau

pembesaran skrotum. Riwayat bengkak pada pangkal paha, labia, atau skrotum

berulang-ulang yang hilang secara spontan adalah tanda klasik untuk hernia inguinalis

lateralis. Pemeriksaan fisik akan menunjukkan benjolan inguinal pada setinggi cincin

interna atau eksterna atau pembengkakan skrotum yang ukurannya dapat berkurang

atau berfluktuasi. Cara klasik memeriksa hernia inguinalis orang dewasa dengan

menempatkan jari telunjuk pada kanalis inguinalis.

11

Page 12: Lapkas 3 Hils

F. Penatalaksanaan

Terapi pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena hernia

inguinalis lateralis tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus segera dilakukan

secera elektif setelah diagnosis di tentukan, karena akan beresiko tinggi terjadinya

inkarserata di kemudian hari. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia

sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan

kemudian direposisi. Kantong diajahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

G. Komplikasi

Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada hernia

ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum,

organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis

kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

hernia strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.

Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia

femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.

Jepitan cincin hernia inguinalis lateralis akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan

isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau

struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem

menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran

darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi

transudant berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri usus, dapat terjadi

perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi

hubungan dengan rongga perut. Akibat penyumbatan usus terjadi aliran balik berupa

muntah-muntah sampai dehidrasi dan shock dengan berbagai macam akibat lain.

Hernia inkarserata inai dapat terjadi apabila isi kantong hernia tidak dapat kembali

lagi ke rongga abdomen. Organ yang terinkarserasi biasanya usus, yang ditandai dengan

gejala obstruksi usus, yang disertai muntah, perut kembung, konstipasi, dan terlihat

adanya batas udara-air pada saat foto polos abdomen. Setiap anak dengan gejala obstruksi

usus yang tidak jelas sebabnya harus dicurigai hernia inkarseta. Pada anak wanita organ

yang sering terinkarserasi adalah ovarium. Apabila aliran darah ke dalam organ

berkurang, terjadilah hernia strangulasi, yang menjadi indikasi pasti untuk operasi.

12

Page 13: Lapkas 3 Hils

BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis hernia inguinalis lateralis sinistra reponibel pada pasien ini ditegakkan

berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut.

Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia.

Dari hasil anamnesis didapatkan pasien laki-laki umur 66 tahun, datang ke RS

Bhayangkara Manado tanggal 30 agustus 2015 dengan keluhan utama benjolan di lipat paha

kiri yang muncul sejak kurang lebih 5 bulan yang lalu. Benjolan tersebut dirasakan hilang

timbul. Benjolan timbul ketika pasien posisi berdiri, berjalan dan saat sedang berktifitas.

Benjolan menghilang ketika pasien posisi tidur dan saat sedang istirahat. Keluhan nyeri di

daerah benjolan disangkal pasien. Keluhan mual muntah dan nyeri perut disangkal oleh

pasien. Riwayat BAB dan BAK tidak ada keluhan.

Berdasarkan anamnesis pasien hernia inguinalis lateralis reponibel akan mengeluhkan

benjolan di lipat paha yang muncul pada saat aktifitas terlebih-lebih saat tekanan intra

abdomen meningkat misalnya ketika mengejan, mengangkat barang berat atau sedang batuk.

Dikatakan reponibel artinya benjolan tersebut dapat masuk kembali ketika pasien sedang

posisi tidur atau istirahat. Pasien juga biasanya akan mengeluhkan rasa nyeri atau rasa tidak

nyaman dirasakan menyebar sampai ke skrotum.2

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran kompos mentis,

tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 80 x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu badan 37˚C.

Pemeriksaan fisik lainnya dalam batas normal, pemeriksaan status lokalis ditemukan

Benjolan ukuran ±5cm, warna sama dengan kulit sekitar, hiperemis (-), nyeri tekan (-),

konsistensi kenyal, transluminasi tes (-), tes valsava (+).

Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring

dan juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat kita dapat

mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya

kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan

pulsasi hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia

dapat dengan jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis

ingunalis pada saat batuk dan hernia dapat didiagnosis. Pemeriksaan fisik seperti

13

Page 14: Lapkas 3 Hils

transluminasi tes dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis hidrokel. Tes valsava dilakukan

untuk mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis karena massa hernia tersebut akan

muncul ketika tekanan intra abdominal meningkat.3

Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis hernia inguinalis lateralis tidak

spesifik. Adapun pemeriksaan laboratorium yang menunjang untuk mengetahui adanya

komplikasi dari hernia tersebut misalnya jika terjadi strangulasi maka bisa ditemukan hasil

pemeriksaan leukosit shift to the left, pemeriksaan elektrolit, BUN dan kreatinin akan

meningkat jika pasien mengalami muntah-muntah dan dehidrasi. Pemeriksaan radiologis juga

tidak dilakukan karena bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk hernia. Ultrasonografi

dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan

juga membedakan penyebab pembengkakan testis.Pada pemeriksaan radiologis kadang

terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini

dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan dimana

berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal.4

Pasien ini dirujuk ke dokter bagian bedah untuk dilakukan herniotomi elektif. Terapi

pililihan untuk hernia inguinalis lateralis adalah operasi, karena hernia inguinalis lateralis

tidak bisa sembuh secara spontan. Operasi ini harus segera dilakukan secera elektif setelah

diagnosis di tentukan, karena akan beresiko tinggi terjadinya inkarserata di kemudian hari.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka

dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan kemudian direposisi. Kantong diajahit-ikat

setinggi mungkin lalu dipotong.5,6

Komplikasi hernia inguinalis lateralis bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi

hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia inguinalis lateralis, pada hernia

ireponibel: ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum,

organ ekstraperitoneal atau merupakan hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali

benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia

strangulata/ inkarserasi yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Bila cincin

hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia hernia femoralis dan hernia

obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial.7

DAFTAR PUSTAKA

14

Page 15: Lapkas 3 Hils

1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th

Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

2. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia

3. Way, Lawrence W. 2 003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.

Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc

Graw-Hill. 783-789.

4. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms

5. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New

York. WB Saunders Company. 795-801

6. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital.

Switzerland. WHO. 151-156.

7. Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingot’s Abdominal Operation. Volume 1.

Tenth edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

15