Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

download Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

of 39

Transcript of Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    1/39

    1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    Anetesi Umum (General Anestesi) merupakan suatu golongan obat yang

    digunakan untuk menekan sistem saraf pusat sampai ke suatu tingkat yang

    memadai untuk memungkinkan dilakukannya pembedahan dan prosedur lain yang

    berbahaya atau tidak menyenangkan. Tidak mengherankan jika anestetik umum

    memiliki indeks terapeutik yang sangat rendah sehingga merupakan obat

    berbahaya yang memerlukan kehati-hatian yang tinggi dalam pemberiannya.

    Anestesi umum (General Anestesi) adalah keadaan hilangnya nyeri di

    seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan

    melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi.

    Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem syaraf pusat (SSP)

    secara reversibel. Anestesi umum mengacu pada hilangnya kemampuan untuk

    merasakan nyeri terkait dengan hilangnya kesadaran yang dihasilkan oleh

    intravena atau anestesi inhalasi agen.

    Salah satu jalan alternatif untuk mendefinisikan keadaan anestetik adalah

    menganggapnya sebagai sekumpulan perubahan komponen perilaku atau

    persepsi. Komponen keadaan anestetik meliputi amnesia, imobilitas dalam

    merespons stimulasi berbahaya, pengurangan respons autonom terhadap stimulasi

    berbahaya, analgesia dan ketidaksadaran.

    Mandibula merupakan bagian tulang yang paling rentan mengalami fraktur

    pada trauma facialis. Hal ini dapat disebabkan karena posisinya yang menonjol

    dan merupakana sasaran pukulan dan benturan.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    2/39

    2

    Mandibula tersusun dari dua bagian keping yaitu keping luar yang tebal

    dan keping dalam yang dipisahkan oleh tulang medulla trabekularis. Dari

    keseluruhan struktur mandibula, bagian yang terlemah adalah daerah sub kondilar,

    angulus mandibula dan region mentalis. Fraktur subkondilar banyak dijumpai

    pada anak-anak sedangkan fraktur angulus sering dijumpai pada remaja dan

    dewasa muda.

    Pada prinsipnya ada dua cara penatalaksanaan fraktur mandibula, yaitu

    cara tertutup atau disebut juga perawatan konservatif dan cara terbuka yang

    ditempuh dengan cara pembedahan. Pada teknik tertutup imobilisasi dan reduksi

    fraktur dicapai dengan penempatan peralatan fiksasi maksilomandibular. Pada

    prosedur terbuka bagian yang mengalami fraktur di buka dengan pembedahan dan

    segmen fraktur direduksi serta difiksasi secara langsung dengan menggunakan

    kawat/plat yang disebut dengan wire atau plate osteosynthesis.

    Anestesi umum berguna selama memudahkan pelaksanaan pembedahan

    atau prosedur berbahaya lainnya. Pelaksanaan pembedahan mensyaratkan pasien

    terimobilisasi yang tidak memberikan respons autonom berlebihan terhdap

    pembedahan (tekanan darah, frekuensi jantung) dan yang mengalami amnesia

    akan prosedur ini. Jadi, Komponen pokok keadaan anestetik adalah imobilisasi,

    amnesia dan penurunan respons autonom terhadap stimulasi berbahaya.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    3/39

    3

    BAB 2

    LAPORAN KASUS

    2.1 IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. MH

    Umur : 32 tahun

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Alamat : Aceh Utara

    Agama : Islam

    Suku : Aceh

    2.2 ANAMNESIS

    Keluhan Utama: Aff Pen et regio Mandibula

    Riwayat Penyakit Sekarang:

    Pasien datang dengan keluhan ingin melepaskan pen pada regio mandibula

    yang telah terpasang sejak 2 bulan yang lalu. Dari anamnesa diketahui bahwa 2

    bulan yang lalu pasien mempunyai riwayat kecelakaan yang menyebabkan fraktur

    pada regio mandibula.

    Riwayat Penyakit Dahulu:

    Riwayat sakit sepeti ini sebelumnya disangkal dan Pasien belum pernah

    menjalani operasi. Riwayat alergi obat disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga:

    Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit seperti pasien.

    Anamnesis Sistem:

    - Sistem saraf pusat : nyeri kepala (-)

    - Sistem kardiovaskular : nyeri dada (-) berdebar (-)

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    4/39

    4

    - Sistem respirasi : sesak napas (-), batuk (-) hidung berair (+)

    - Sistem gastrointestinal : mual (-) muntah (-) BAB (+)

    - Sistem urogenital : tidak ada gangguan BAK

    - Sistem muskuloskeletal : gerakan bebas

    - Sistem integumentum : sianosis(-), ikterik (-)

    2.3 PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum : baik

    Kesadaran : compos mentis, GCS: E4M6V5

    Vital Sign

    TD : 120/80 mmHg

    HR : 89 kali/menit

    RR : 22 kali/menit

    T : 36,7 C

    Berat badan : 70 kg

    Tinggi badan : 166cm

    1. Kepala

    Bentuk kepala : simetris, deformitas (-), tanda trauma (-)

    Rambut : hitam, distribusi rata, tidak mudah dicabut

    Nyeri tekan : (-)

    Mata : konjungtiva anemi (-/-), sklera ikterik (-/-), radang (-/-)

    Hidung : simetris, deformitas (-), sekret (-), darah (-)

    Mulut : tidak ada gangguan dalam membuka rahang, darah (-), susunan

    gigi baik

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    5/39

    5

    Telinga : nyeri tekan tragus (-), darah (-)

    2. Leher

    Trakea : deviasi (-)

    Kelenjar tiroid : tidak membesar

    Kelenjar limfe : tidak membesar

    3. Dada

    a. Jantung

    Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

    Palpasi : Iktus kordis teraba di SIC V linea midclavicula sinistra

    Perkusi : batas jantung dalam batas normal

    Auskultasi : S1-S2 reguler, bising (-)

    b. Pulmo

    Inspeksi : tanda trauma (-), deformitas (-)

    Palpasi : stem fremitus kanan

    Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru

    Auskultasi : vesikuler (+) normal, suara tambahan (-)

    4. Abdomen

    Inspeksi : pada kulit abdomen jejas (-), sikatrik (-)

    Auskultasi : peristaltik (+) normal

    Palpasi : nyeri tekan (-)

    Perkusi : timpani

    5. Genital

    Tidak dilakukan pemeriksaan genital

    6. Ekstremitas

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    6/39

    6

    a. Superior :tanda trauma(-/-), deformitas(-/-), keterbatasan gerak(-/-),

    hangat(+/+) pucat(-/-)

    b. Inferior :tanda trauma(-/-), deformitas(-/-), keterbatasan gerak(-/-),

    hangat(+/+), pucat (-/-)

    2.4 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Hb : 13,3 gr/dL

    LED : 11 mm/jam

    Eritrosit : 4,4 x 106/ mm3

    Leukosit : 7,4 x 103/ mm3

    Hematokrit : 39,1 %

    Trombosit : 258 x 103/mm3

    Golongan darah : B

    Bleeding time : 2 menit

    Cloting time : 6 menit 45 detik

    2.5 DIAGNOSIS KERJA

    - Fraktur Mandibula

    - Status ASA I dengan general anestesi

    2.6 LAPORAN ANESTESI

    Preoperatif

    Pasien menjalani program puasa selama kurang lebih 6 jam sebelum

    operasi dimulai. Keadaan pasien tenang, kooperatif, nadi 89 x/menit, RR 22

    x/menit, suhu 36,7 OC.

    Jenis operasi : wire atau plate osteosynthesis

    Jenis anestesi : Anestesi General

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    7/39

    7

    Premedikasi : Pethidine 25 mg

    Medikasi : Halotan+N2O+O2

    Sulfas Atropin 1 amp (0,25 mg)

    Pethidine 25 mg

    Tramus 2,5 mg

    Recofol 140 mg

    Ranitidine 1 amp (50 mg)

    Ondancetron 1 amp (4 mg)

    Ketorolac 1 amp (30 mg)

    Teknik anestesi :

    Preoksigenasi 5 menit Induksi IV Intubasi dengan ETT no. 7

    Respirasi : Sistem control

    Posisi : Terlentang (supine)

    Cairan : infus RL 1000 ml

    Keadaan akhir pembedahan :

    Kesadaran : Compos mentis

    Keadaan umum : Baik

    Tekanan darah : 130/90 mmHg

    Frekuensi nafas : 24x/menit

    Frekuensi nadi : 96x/menit

    Suhu : 37C

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    8/39

    8

    Pemantauan Selama Anestesi

    O2 : 2 liter

    SpO2 : 97-100%

    Mulai anestesi : 10.30 WIB

    Mulai operasi : 11.00 WIB

    Tekanan Darah dan Frekuensi Nadi

    Pukul (WIB) Tekanann darah (mmHg) Nadi (kali/menit)

    10.30 120/80 89

    10.35 126/90 88

    10.40 135/93 84

    10.45 140/110 94

    10.50 138/95 76

    11.00 130/90 80

    Recovery

    Setelah operasi selesai pasien dipindahkan ke recovery room dan

    diobservasi berdasarkanAldrete Score. Jika Aldrete Score 8 dan tanpa ada nilai

    0 atau Aldrete Score > 9, maka pasien dapat dipindahkan ke bangsal.

    tekanan darah : 130/90mmHg

    nadi : 96 kali/menit

    saturasi oksigen : 99%

    observasi dengan Aldrete Score : 9

    Kesadaran : sadar, orientasi baik (2)

    Pernapasan : napas dalam, teratur (2)

    Sirkulasi : baik (2)

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    9/39

    9

    Warna : merah muda, SaO2 > 92% (2)

    Aktivitas : 4 ekstremitas dapat digerakkan (1)

    Program post operasi :

    - Awasi vital sign dan kesadaran

    - Posisi tidur terlentang tanpa bantal sampai sadar

    - Sadar penuh boleh minum secara bertahap

    - Lain-lain sesuai dokter bedah

    - Emergensi lapor dokter anestesi

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    10/39

    10

    BAB 3

    PEMBAHASAN

    3.1 Anestesi Umum

    Anestesi umum (General Anestesi) adalah keadaan hilangnya nyeri di

    seluruh tubuh dan hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan

    melalui penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi.

    Agen anestesi umum bekerja dengan cara menekan sistem saraf pusat (SSP)

    secara reversibel yang dihasilkan oleh intravena atau anestesi inhalasi agen.

    Teknik anestesi Umum adalah sebagai berikut :

    1) Inhalasi Dengan Respirasi Spontana. Sungkup wajah

    b. Intubasi endotrakealc. Laryngeal Aask Airway (LMA)

    2) Inhalasi Dengan Respirasi Kendalia. Intubasi endotrakeal

    b. Laryngeal Mask Airway (LMA)3) Anestesi Intravena Total (TIVA)

    a. Tanpa intubasi endotrakealb. Dengan intubasi endotrakeal

    1. PREMEDIKASI

    Pemberian obat sebelum anestesi untuk menghilangkan kecemasan,

    menghasilkan sedasi dan memfasilitasi pemberian anestesi terhadap pasien

    disebut premedikasi. Tujuan premedikasi pada dasarnya terdiri dari dua yaitu :

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    11/39

    11

    a. Mempengaruhi pasien dalam hal ini terdiri dari :

    - Memberikan sedasi

    - Menghilangkan nyeri (memberikan analgesia)

    - Membuat amnesia

    b. Membantu ahli anestesi :

    - Mempermudah atau memperlancar induksi

    - Mengurangi jumlah obat-obat anestesi

    - Untuk mencegah efek samping dari obat anestesi umum.

    - Mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas (antisialagogue)

    -Mencegah muntah dan aspirasi.Premedikasi dapat diberikan dengan menggunakan satu obat atau

    kombinasi dari kedua obat. Pemilihan obat untuk premedikasi tergatung tujuan

    dari premedikasi itu sendiri misalnya untuk memberikan sedasi dapat diberikan

    golongan benzodiazepin, untuk memberikan analgesia dapat diberikan golongan

    opioid, sebagai antisialagogue dapat diberikan antikolinergik, mencegah muntah

    dan aspirasi dapat diberikan metoklorpropamide atau ondansentron.

    Opioid adalah obat yang paling baik digunakan sebagai premedikasi untuk

    menghilangkan nyeri, dimana opioid bukanlah merupakan obat yang ideal untuk

    menghilangkan kecemasan, menghasilkan sedasi dan memberikan amnesia.

    Pemberian fentanil sebagai premedikasi adalah tindakan yang umum dilakukan

    untuk menumpulkan respon hemodinamik selama induksi pada waktu intubasi.

    Premedikasi dengan opioid menyebabkan beberapa efek samping diantaranya :

    hipotensi, pelepasan histamin, mual dan muntah.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    12/39

    12

    Waktu adalah yang penting dalam pemberian premedikasi dimana waktu

    tepat dalam pemberian premedikasi akan menghasilkan manfaat yang besar.

    Secara umum waktu pemberian secara oral adalah 60-90 menit sebelum

    pembedahan, bila diberikan intramuskular dapat diberikan 30-60 menit sebelum

    pembedahan dan jika diberikan secara intravena dapat diberikan 1-5 menit

    sebelum pembedahan.

    2. OBATOBAT PREMEDIKASI

    a. Petidin

    Petidin secara farmakologik bekerja sebagai agonis reseptor. Seperti halnya

    morfin, petidin menimbulkan efek analgesia, sedasi, euforia, depresi nafas dan efek

    sentral lainnya. Waktu paruh petidin adalah 5 jam. Efektivitasnya lebih rendah

    dibanding morfin, tetapi leih tinggi dari kodein. Durasi analgesinya pada

    penggunaan klinis 3-5 jam. Dibandingkan dengan morfin, meperidin lebih efektif

    terhadap nyeri neuropati.

    Absorbsi petidin setelah cara pemberian apapun berlangsung baik. Akan

    tetapi kecepatan absorbsi mungkin tidak teratur setelah suntikan IM.

    Kadar puncak dalam plasma biasanya dicapai dalam 45 menit dan kadar yang

    dicapai antar individu sangat bervariasi. Setelah pemberian petidin IV, kadarnya

    dalam plasma menurun secara cepat dalam 1-2 jam pertama, kemudian penurunan

    berlangsung lebih lambat. Kurang lebih 60% meperidin dalam plasma terikat

    protein. Metabolisme petidin terutama dalam hati.

    Sediaan yang tersedia : tablet 50 dan 100 mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml,75

    mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    13/39

    13

    Dosis : 1-1,5 mg/kgbb

    Pemberian : IM/SC

    b. Sedacum

    Sedacum dalam anestesi digunakan sebagai premedikasi, sedasi sadar,

    obat induksi dan suplementasi anestesia. Setiap ml sedacum mengandung

    midazolam HCl 5 mg. Zat ini tergolong benzodiazepine aksi-pendek yang

    memiliki sifat antiansietas, sedatif, amnesik, antikonvulsan, dan relaksan otot

    skelet.

    Sediaan : dalam ampul 15 mg/3cc

    Dosis : 0,5 mg/kgbb

    Pemberian : IV, IM

    c. Sulfas atropin

    Atropin dapat mengurangi sekresi dan merupakan obat pilihan utama

    untuk mengurangi efek bronchial dan kardial yang berasal dari perangsangan

    parasimpatis, baik akibat obat atau anestesikum maupun tindakan lain dalam

    operasi. Disamping itu efek lainnya adalah melemaskan tonus otot polos organ-

    organ dan menurunkan spasme gastrointestinal.

    Atropin tersedia dalam bentuk atropin sulfat dalam ampul 0,25 mg dan

    0,50 mg. Diberikan secara suntikan subkutis, intramuscular atau intravena dengan

    dosis 0,5-1 mg untuk dewasa dan 0,015 mg/kgBB untuk anak-anak.

    3. INDUKSI

    a. Recofol (Propofol)

    Propofol adalah obat anestesi intravena yang bekerja cepat dengan

    karakter recovery anestesi yang cepat tanpa rasa pusing dan mual-mual. Propofol

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    14/39

    14

    merupakan cairan emulsi minyak-air yang berwarna putih yang bersifat isotonik

    dengan kepekatan 1% (1ml=10 mg) dan mudah larut dalam lemak. Profopol

    menghambat transmisi neuron yang dihantarkan oleh GABA. Propofol adalah

    obat anestesi umum yang bekerja cepat yang efek kerjanya dicapai dalam waktu

    30 detik.

    Dosis induksi 1-2 mg/kgBB. Dosis rumatan 500ug/kgBB/menit infuse.

    Dosis sedasi 25-100ug/kgBB/menit infuse. Pada pasien yang berumur diatas 55

    tahun dosis untuk induksi maupun maintanance anestesi itu lebih kecil dari dosis

    yang diberikan untuk pasien dewasa dibawah umur 55 tahun. Cara pemberian bisa

    secara suntikan bolus intravena atau secara kontinu melalui infus, namun

    kecepatan pemberian harus lebih lambat daripada cara pemberian pada oranag

    dewasa di bawah umur 55 tahun.

    b. Tramus

    Tramus berisi atrakurium besilat yang merupakan relaksan otot skelet non

    depolarisasi. Obat ini berkompetisi untuk reseptor kolinergik pada lempeng akhir

    motorik. Reaksi samping utama berupa hipotensi, vasodilatasi, hipoventilasi,

    apnea, bronkospasme, laringospasme, ruam, dan urtikaria.

    Sediaan : dalam ampul 10 mg/cc

    Dosis : 0,3-0,5 mg/kgbb

    Pemberian : IV

    c. Ranitidin

    Ranitidin merupakan antagonis reseptorH2 histamin yang memblokir

    sekresi hydrogen yang ditimbulkan histamine-pentagastrin-dan asetilkolin oleh sel

    parietal. Pada pemberian i.m./i.v. kadar dalam serum yang diperlukan untuk

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    15/39

    15

    menghambat 50% perangsangan sekresi asam lambung adalah 3694 mg/mL.

    Kadar tersebut bertahan selama 68 jam.

    Ranitidine diabsorpsi 50% setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma

    dicapai 23 jam setelah pemberian dosis 150 mg. Absorpsi tidak dipengaruhi

    secara nyata oleh makanan dan antasida. Waktu paruh 2 3 jam pada pemberian

    oral, Ranitidine diekskresi melalui urin.

    d. Ketorolac

    Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini

    merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik

    yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis

    prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena

    tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.

    Ketorolac tromethamine diserap dengan cepat dan lengkap setelah

    pemberian intramuskular dengan konsentrasi puncak rata-rata dalam plasma

    sebesar 2,2 mcg/ml setelah 50 menit pemberian dosis tunggal 30 mg. Waktu paruh

    terminal plasma 5,3 jam pada dewasa muda dan 7 jam pada orang lanjut usia (usia

    rata-rata 72 tahun). Lebih dari 99% Ketorolac terikat pada konsentrasi yang

    beragam. Farmakokinetik Ketorolac pada manusia setelah pemberian secara

    intramuskular dosis tunggal atau multipel adalah linear. Kadar steady state plasma

    dicapai setelah diberikan dosis tiap 6 jam dalam sehari. Pada dosis jangka panjang

    tidak dijumpai perubahan bersihan. Setelah pemberian dosis tunggal intravena,

    volume distribusinya rata-rata 0,25 L/kg. Ketorolac dan metabolitnya (konjugat

    dan metabolit para-hidroksi) ditemukan dalam urin (rata-rata 91,4%) dan sisanya

    (rata-rata 6,1%) diekskresi dalam feses.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    16/39

    16

    e. Ondansetron

    Ondansetron merupakan suatu antagonis reseptor serotonin 5-HT3 selektif

    yang ditemukan secara perifer pada terminal saraf vagal dan secara sentral dalam

    zona pemicu kemoreseptor. Penggunaan ondansetron yaitu sebagai pencegahan

    dan pengobatan mual dan muntah pasca bedah akibat kemoterapi. Obat dapat

    melintasi plasenta dan dapat diekskresikan dalam ASI. Harus digunakan hati-hati

    pada pasien yang hamil dan ibu yang menyusui. Penggunaan untuk mencegah

    mual pasca bedah yaitu 4 mg IV, berikan tanpa diencerkan dalam 1-5 menit. Jika

    perlu dosis dapat diulangi. Kemasan ampul 2 mg/ml.

    4. PEMELIHARAAN

    a. Halotan

    Halotan merupakan hidrokarbon halogenisasi dengan bau yang manis,

    tidak tajam dan mempunyai titik didih 50C. Konsentrasi yang digunakan untuk

    anestesi bervariasi antara 0,2-3%. Halotan memberikan induksi anestesi yang

    mulus, tapi mempunyai sifat analgesia yang buruk. Efek utama pada

    kardiovaskular yaitu depresi langsung pada miokardium dengan penurunan curah

    jantung dan tekanan darah. Banyak kerugian yang didapat dari dari penggunaan

    halotan, namun bisa diatasi bila dikombinasikan dengan analgesia inhalasi seperti

    nitrogen oksida (50-75%) atau trikloretilen. Dosisnya yaitu titrasi hingga

    mencapai efek untuk induksi atau pemeliharaan anesthesia.

    b. Dinitrogen Oksida (N2O/ gas gelak)

    N2O merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis, tidak iritatif,

    tidak berasa, lebih berat dari pada udara, tidak mudah terbakar/meledak dan tidak

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    17/39

    17

    bereaksi dengan soda lime absorber (pengikat CO2). Penggunaan dalam anestesi

    umumnya dipakai dalam kombinasi N2O:O2 yaitu 60%:40%, 70%:30%, dan

    50%:50%. Dosis untuk mendapatkan efek analgesik digunakan dengan

    perbandingan 20%;80%, untuk induksi 80%:20%, dan pemeliharaan 70%:30%.

    5. INTUBASI ENDOTRAKEAL

    Tindakan pembedahan terutama yang memerlukan anestesi umum

    diperlukan teknik intubasi endotrakeal. Intubasi endotrakeal adalah suatu tehnik

    memasukkan suatu alat berupa pipa ke dalam saluran pernafasan bagian atas.

    Tujuan dilakukannya intubasi endotrakeal untuk mempertahankan jalan

    nafas agar tetap bebas, mengendalikan oksigenasi dan ventilasi, mencegah

    terjadinya aspirasi lambung pada keadaan tidak sadar, tidak ada refleks batuk

    ataupun kondisi lambung penuh, sarana gas anestesi menuju langsung ke trakea,

    membersihkan saluran trakeobronkial. Komplikasi akibat intubasi endotrakeal

    antara lain nyeri tenggorok, suara serak, paralisa pita suara, edem laring, laring

    granuloma dan ulser, glottis dan subglotis granulasi jaringan, trachealstenosis,

    tracheamalacia, tracheoesophagial fistula.

    Pipa endotrakeal digunakan untuk menghantarkan gas anestesi langsung ke

    trakea dan memfasilitasi ventilasi dan oksigenasi. Pipa endotrakeal terbuat dari

    plastikPolyvinyl Chlorida yang merupakan cetakan dari bentukan jalan nafas. Bahan

    dari ETT harus bersifat radioopaq untuk mengetahui posisi ujung distal ke karina dan

    transparan agar dapat dilihat sekresi atau aliran udara yang dibuktikan oleh adanya

    pengembungan uap air pada lumen pipa selama ekshalasi. Pipa Murphy memiliki

    lubang (Murphy eye) untuk menurunkan resiko oklusi bagian bawah pipa yang

    berbatas langsung dengan carina atau trakea.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    18/39

    18

    Indikasi bagi pelaksanaan intubasi endotrakheal menurut Gisele tahun

    2002 antara lain :

    a. Keadaan oksigenasi yang tidak adekuat (karena menurunnya tekananoksigen arteri dan lain-lain) yang tidak dapat dikoreksi dengan

    pemberian suplai oksigen melalui masker nasal.

    b. Keadaan ventilasi yang tidak adekuat karena meningkatnya tekanankarbondioksida di arteri.

    c. Kebutuhan untuk mengontrol dan mengeluarkan sekret pulmonal atausebagai bronchial toilet.

    d. Menyelenggarakan proteksi terhadap pasien dengan keadaan yang gawatatau pasien dengan refleks akibat sumbatan yang terjadi.

    Menurut Gisele, 2002 ada beberapa kontra indikasi bagi dilakukannya intubasi

    endotrakheal antara lain :

    a. Beberapa keadaan trauma jalan nafas atau obstruksi yang tidakmemungkinkan untuk dilakukannya intubasi. Tindakan yang harus

    dilakukan adalah cricothyrotomy pada beberapa kasus.

    b. Trauma servikal yang memerlukan keadaan imobilisasi tulang vertebraservical, sehingga sangat sulit untuk dilakukan intubasi. Kesukaran yang

    sering dijumpai dalam intubasi endotrakheal.

    Biasanya dijumpai pada pasien-pasien dengan :

    a. Otot-otot leher yang pendek dengan gigi geligi yang lengkap.b. Recoding lower jaw dengan angulus mandibula yang tumpul. Jarak antara

    mental symphisis dengan lower alveolar margin yang melebar

    memerlukan depresi rahang bawah yang lebih lebar selama intubasi.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    19/39

    19

    c. Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus palatum yang tinggi. Gigiincisium atas yang menonjol (rabbit teeth).

    d. Kesukaran membuka rahang, seperti multiple arthritis yang menyerangsendi temporomandibuler, spondilitis servical spine.

    e. Abnormalitas pada servical spine termasuk achondroplasia karena fleksikepala pada leher di sendi atlantooccipital.

    f. Kontraktur jaringan leher sebagai akibat combusio yang menyebabkanfleksi leher. Dalam melakukan suatu tindakan intubasi.

    3.2 MANDIBULA

    3.2.1 Anatomi

    Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah

    muka. Dibentuk oleh dua bagian simetris yang mengadakan fusi dalam tahun

    pertama kehidupan. Tulang ini terdiri dari korpus, yaitu suatu lengkungan tapal

    kuda dan sepasang ramus yang pipih dan lebar yang mengarah keatas pada bagian

    belakang dari korpus. Pada ujung dari masing-masing ramus didapatkan dua buah

    penonjolan disebut prosesus kondiloideus dan prosesus koronoideus. Prosessus

    kondiloideus terdiri dari kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus mandibula

    pada garis median, didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mentum

    yang merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang.

    Bagian korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus alveolaris

    yang mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah korpus

    mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada pertengahan korpus

    mandibula kurang lebih 1 nchi dari simfisis didapatkan foramen mentalis yang

    dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari korpus mandibula

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    20/39

    20

    cekung dan didapatkan linea milohiodea yang merupakan origo m. Milohioid.

    Angulus mandibula adalah pertemuan antara tepi belakang ramus mandibula dan

    tepi bawah korpus mandibula. Angulus mandibula terletak subkutan dan mudah

    diraba pada 2-3 jari dibawah lobulus aurikularis.

    Secara keseluruhan tulang mandibula ini berbentuk tapal kuda melebar di

    belakang, memipih dan meninggi pada bagian ramus kanan dan kiri sehingga

    membentuk pilar, ramus membentuk sudut 1200 terhadap korpus pada orang

    dewasa. Pada yang lebih muda sudutnya lebih besar dan ramusnya nampak lebih

    divergens.

    Dari aspek fungsinya, merupakan gabungan tulang berbentuk L bekerja

    untuk mengunyah dengan dominasi (terkuat) m. Temporalis yang berinsersi disisi

    medial pada ujung prosesus koronoideus dan m. Masseter yang berinsersi pada

    sisi lateral angulus dan ramus mandibula. M. Pterigodeus medial berinsersi pada

    sisi medial bawah dari ramus dan angulus mandibula. M masseter bersama m

    temporalis merupakan kekuatan untuk menggerakkan mandibula dalam proses

    menutup mulut. M pterigoideus lateral berinsersi pada bagian depan kapsul sendi

    temporo-mandibular, diskus artikularis berperan untuk membuka mandibula.

    Fungsi m pterigoid sangat penting dalam proses penyembuhan pada fraktur

    intrakapsuler.

    Pada potongan melintang tulang mandibula dewasa level molar II

    berbentuk seperti U dengan komposisi korteks dalam dan korteks luar yang

    cukup kuat. Ditengahnya ditancapi oleh akar-akar geligi yang terbungkus oleh

    tulang kanselus yang membentuk sistem haversian (osteons) diantara dua korteks

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    21/39

    21

    tersebut ditengahnya terdapat kanal mandibularis yang dilewati oleh syaraf dan

    pembuluh darah yang masuk dari foramen mandibularis dan keluar kedepan

    melalui foramen mentalis.

    Lebar kanalis mandibula tersebut sekitar 3 mm (terbesar) dan ketebalan

    korteks sisi bukal yang tertipis sekitar 2.7mm sedang pada potongan level gigi

    kaninus kanalnya berdiameter sekitar 1mm dengan ketebalan korteks sekitar 2.5-

    3mm. Posisis jalur kanalis mandibula ini perlu diingat dan dihindari saat

    melakukan instrumentasi waktu reposisi dan memasang fiksasi interna pada

    fraktur mandibula.

    Gb. 2.1 anatomi tulang mandibula

    Mandibula mendapat nutrisi dari arteri alveolaris inferior yang merupakan

    cabang pertama dari arteri maxillaris yang masuk melalui foramen mandibula

    bersama vena dan nervus alveolaris inferior berjalan dalam kanalis alveolaris.

    Arteri alveolaris inferior memberi nutrisi ke gigi-gigi bawah serta gusi sekitarnya

    kemudian di foramen mentalis keluar sebagai a. Mentalis. Sebelum keluar dari

    foramen mentalis bercabang menuju incisivus dan berjalan sebelah anterior ke

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    22/39

    22

    depan didalam tulang. Arteri mentalis beranastomosis dengan arteri facialis, arteri

    submentalis dan arteri labii inferior. Arteri submentalis dan arteri labii inferior

    merupakan cabang dari arteri facialis. Arteri mentalis memberi nutrisi ke dagu.

    Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris inferior ke vena facialis

    posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena submentalis, yang selanjutnya

    mengalirkan darah ke vena facialis anterior. Vena facialis anterior dan vena

    facialis posterior bergabung menjadi vena fascialis communis yang mengalirkan

    darah ke vena jugularis interna.

    3.2.2 Biomekanik Mandibula

    Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga

    dalam melakukan penanganan fraktur mandibula harus benar-benar diperhatikan

    biomekanik yang terjadi. Gerakan mandibula dipengaruhi oleh empat pasang otot

    yang disebut otot-otot pengunyah, yaitu otot masseter, temporalis, pterigoideus

    lateralis dan medialis. Otot digastricus bukan termasuk otot pengunyah tetapi

    mempunyai peranan yang penting dalam fungsi mandibula.

    Pada waktu membuka mulut, maka yang berkontraksi adalah m.

    Pterigoideus lateralis bagian inferior, disusul m pterigoideus lateralis bagian

    superior ( yang berinsersi pada kapsul sendi) saat mulut membuka lebih lebar.

    Sedangkan otot yang berperan untuk menutup mulut adalah m. Temporalis dan

    masseter dan diperkuat lagi oleh m. Pterigoideus medialis.

    3.2.3 Fraktur Mandibula

    Fraktur didefinisikan sebagai deformitas linear atau terjadinya

    diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh rudapaksa. Fraktur dapat terjadi akibat

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    23/39

    23

    trauma atau karena proses patologis. Fraktur akibat trauma dapat terjadi akibat

    perkelahian, kecelakaan lalulintas, kecelakaan kerja, luka tembak, jatuh ataupun

    trauma saat pencabutan gigi. Fraktur patologis dapat terjadi karena kekuatan

    tulang berkurang akibat adanya kista, tumor jinak atau ganas rahang, osteogenesis

    imperfecta, osteomyelitis, osteomalacia, atrofi tulang secara menyeluruh atau

    osteoporosis nekrosis atau metabolic bone disease. Akibat adanya proses

    patologis tersebut, fraktur dapat terjadi secara spontan seperti waktu bicara,

    makan atau mengunyah.

    Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa tempat

    dijumpai adanya bagian yang lemah. Daerah korpus mandibula terutama terdiri

    dari tulang kortikal yang padat dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat

    lewatnya pembuluh darah dan pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada mandibula

    adalah angulus dan sub condylus sehingga bagian ini termasuk bagian yang lemah

    dari mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada foramen mentale,

    angulus mandibula tempat gigi molar III terutama yang erupsinya sedikit, kolum

    kondilus mandibula terutama bila trauma dari depan langsung mengenai dagu

    maka gayanya akan diteruskan kearah belakang.

    Gb2.2 fr mandibula multiple gb 2.3 fr angulus mandibula

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    24/39

    24

    Beberapa macam klasifikasi fraktur mandibula dapat digolongkan berdasar

    sebagai berikut :

    Insidens fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatomisnya; prosesus

    condiloideus (29.1%), angulus mandibula (24%), simfisis mandibula (22%),

    korpus mandibula (16%), alveolus (3.1%), ramus (1.7%), processus coronoideus

    (1.3%). (10,11,12)

    Berdasarkan ada tidaknya gigi pada kiri dan kanan garis fraktur ; kelas 1 :

    gigi ada pada kedua bagian garis fraktur, kelas II : gigi hanya ada pada satu bagian

    dari garis fraktur, kelas III : tidak ada gigi pada kedua fragmen, mungkin gigi

    sebelumnya memang sudah tidak ada (edentolous), atau gigi hilang saat terjadi

    trauma.

    Berdasarkan arah fraktur dan kemudahan untuk direposisi dibedakan :

    horisontal yang dibagi menjadi favourabledan unfavourable. Vertikal, yang juga

    dibagi menjadi favourable dan unfavourable. Kriteria favourable dan

    unfavourableberdasarkan arah satu garis fraktur terhadap gaya otot yang bekerja

    pada fragmen tersebut. Disebut favourable apabila arah fragmen memudahkan

    untuk mereduksi tulang waktu reposisi sedangkan unfavourablebila garis fraktur

    menyulitkan untuk reposisi.

    Berdasarkan beratnya derajat fraktur, dibagi menjadi fraktur simple/closed

    yaitu tanpa adanya hubungan dengan dunia luar dan tidak ada diskontinuitas dari

    jaringan sekitar fraktur. Fraktur compound atau open yaitu fraktur berhubungan

    dengan dunia luar yang melibatkan kulit, mukosa atau membran periodontal.

    Berdasarkan tipe fraktur dibagi menjadi fraktur greenstick (incomplete);

    fraktur yang biasanya didapatkan pada anak-anak karena periosteum tebal. Fraktur

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    25/39

    25

    tunggal ; fraktur hanya pada satu tempat saja. Fraktur multiple ; fraktur yang

    terjadi pada dua tempat atau lebih, umumnya bilateral. Fraktur komunitif ;

    terdapat adanya fragmen yang kecil bisa berupa fraktursimpleatau compound.

    Selain itu terdapat juga fraktur patologis ; fraktur yang terjadi akibat

    proses metastase ke tulang, impactedfraktur ; fraktur dengan salah satu fragmen

    fraktur di dalam fragmen fraktur yang lain. Fraktur atrophic ; adalah fraktur

    spontan yang terjadi pada tulang yang atrofi seperti pada rahang yang tak bergigi.

    Indirectfractur ; fraktur yang terjadi jauh dari lokasi trauma.

    3.2.4 Biomekanik Fraktur Mandibula

    Konsep biomekanik pada perawatan fraktur mandibula perlu dipahami

    sebab keadaan statik dan dinamik dapat mempengarui proses penyembuhan

    fraktur. Tujuan dari semua terapi fraktur ialah mengembalikan bentuk dan fungsi

    seperti semula. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan imobilisasi

    menggunakan fiksasi internal dan eksternal .

    Rahang bawah memiliki bentuk anatomis yang unik, berdasarkan

    arsitektur tulang, bentuk dan perlekatan ototnya mandibula dapat digambarkan

    sebagai sebuah struktur yang mengubah tekanan yang diterimanya menjadi suatu

    bentuk daya tensi dan kompresi. Kekuatan kompresi dihasilkan sepanjang daerah

    basal mandibula sedangkan kekuatan tensi terdapat pada sepanjang daerah

    alveolar. Aksis tranversal imajiner yang terletak kira-kira sepanjang kanalis

    mandibula memisahkan prosesus alveolaris yang merupakan daerah tegangan atau

    disebut dengan tension area dari daerah basal mandibula yang merupakan daerah

    kompresi atau disebut dengan compression area. Pada waktu mandibula

    mengalami fraktur, prinsip perawatan dilakukan dengan mempertimbangkan

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    26/39

    26

    kekuatan-kekuatan pada kedua sisi dari aksis imajiner tersebut, sehingga kedua

    kekuatan tegangan yang berlawanan tersebut harus dinetralisir untuk mendapatkan

    reduksi fungsional yang stabil.

    Hal ini dapat ditempuh dengan penggunaan plat dan tension bar system

    yang secara individual berbeda tergantung dari lokasi dan tipe frakturnya. Secara

    umum, pressure trajectory yang menghasilkan kekuatan kompresi pada

    mandibula kemudain terjadi distorsi misalnya di rahang yang fraktur dapat

    diperbaiki dengan pemasangan plat osteosintesis, sedangkan tension trajectory

    dengan menggunakan arch baryang berfungsi sebagai tension band. Plat sudah

    cukup stabil untuk menetralkan shear dan torsional stress. Tension band

    berfungsi untuk mengurangi kekuatan yang membengkokkan yang terjadi di

    bagian alveolar atau kekuatan menahan yang menjauhi plat.

    Gb 2.6 tensionsite (+) dan compressionsite (-) pada mandibula(6)

    gb. 2.7 tension line pada mandibula(6)

    Gb 2.10 penempatan kawat pada tension line

    utk melaan gaya regangan otot pengunyah (6)

    Gb 2.11 tehnik lag screwuntuk memperoleh

    efek kompresi dan stabilisasi

    (6)

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    27/39

    27

    3.2.5 Diagnosis Fraktur Mandibula

    Didalam penegakan diagnosis fraktur mandibula meliputi anamnesa,

    apabila merupakan kasus trauma harus diketahui mengenai mekanisme traumanya

    (mode of injury), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang..

    Pada kasus trauma, pemeriksaan penderita dengan kecurigaan fraktur

    mandibula harus mengikuti kaidah ATLS, dimana terdiri dari pemeriksaan awal

    (primar survey) yang meliputi pemeriksan airway, breathing, circulation dan

    disability. Pada penderita trauma dengan fraktur mandibula harus diperhatikan

    adanya kemungkinan obstruksi jalan nafas yang bisa diakibatkan karena fraktur

    mandibula itu sendiri ataupun akibat perdarahan intraoral yang menyebabkan

    aspirasi darah dan clot.

    Setelah dilakukanprimary surveydan kondisi penderita stabil, dilanjutkan

    dengan dengan pemeriksaan lanjutan secondary survey yaitu pemeriksaan

    menyeluruh dari ujung rambut sampai kepala.

    1. anamnesa ;meliputi ada tidaknya alergi, medikamentosa, penyakit sebelumnya, last

    meal dan events/enviromentsehubungan dengan injurinya.

    2. Pemeriksaan fisik ; dari inspeksi dilihat ada tidaknya deformitas, lukaterbuka dan evaluasi susunan / konfigurasi gigi saat menutup dan

    membuka mulut, menilai ada/tidaknya maloklusi. Dilihat juga

    ada/tidaknya gigi yang hilang atau fraktur. Pada palpasi dievaluasi daerah

    TMJ dengan jari pada daerah TMJ dan penderita disuruh buka-tutup

    mulut, menilai ada tidaknya nyeri, deformitas atau dislokasi. Untuk

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    28/39

    28

    memeriksa apakah ada fraktur mandibula dengan palpasi dilakukan

    evaluasi false movement dengan kedua ibujari di intraoral, korpus

    mandibula kanan dan kiri dipegang kemudian digerakkan keatas dan

    kebawah secara berlawanan sambil diperhatikan disela gigi dan gusi yang

    dicurigai ada frakturnya. Bila ada pergerakan yang tidak sinkron antara

    kanan dan kiri makafalse movement+, apalagi dijumpai perdarahan disela

    gusi.

    3. pemeriksaan penunjang ; pada fraktur mandibula dapat dilakukanpemeriksaan penunjang foto Rontgen untuk mengetahui pola fraktur yang

    terjadi. Setiap pemeriksaan radiologis diharapkan menghasilkan kualitas

    gambar yang meliputi area yang dicermati yaitu daerah patologis berikut

    daerah normal sekitarnya. Gambar yang dihasilkan seminimal mungkin

    mengalami distorsi, hal ini bisa dicapai dengan proyeksi yang dekat (film

    dan sumber x-ray sedekat mungkin dengan obyek) dan densitas serta

    kontras gambar foto optimal (diatur dari mA dan kVp serta waktu

    penyinaran dan proses pencuciannya).

    Dari gambaran radiologis adanya fraktur mandibula dapat dilihat sebagai

    berikut :

    a. tulang alveolar- gambaran garis radiolusen pada alveolus, uncorticated

    - garis fraktur kebanyakan horizontal

    - letak segmen gigi yang tidak pada tempatnya

    - ligamen periodontal yang melebar

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    29/39

    29

    - bisa didapatkan gambaran fraktur akar gigi

    b. corpus mandibula- terlihat celah radiolusen bila arah sinar x-ray sejajar garis fraktur

    - gambaran tersebut diatas bisa kurang jelas bila garis x-ray tidak

    sejajar garis fraktur

    -step defect

    - biasanya terdapat fraktur pada caput condylus lateral

    c. condylus mandibula- caput condylus biasanya shared off

    -step defect

    - overlap dari garis trabecular, tampak berupa gambaran garis

    radioopaque

    - deviasi mandibula pada sisi yang fraktur (18)

    Beberapa tehnik Roentgen dapat digunakan untuk melihat adanya fraktur

    mandibula antara lain :

    Gb. 2.13 gambaran radiologis fr mandibula dan alveolaris

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    30/39

    30

    - foto skull AP/Lateral

    - foto Eisler ; foto ini dibuat untuk pencitraan mandibula bagian ramus dan

    korpus, dibuat sisi kanan atau sisi kiri sesuai kebutuhan.

    - Townes view ; dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan

    mandibula

    - reverse Townes view ; dilakukan untuk melihat adanya fraktur neck condilus

    mandibula terutama yang displaced ke medial dan bias juga melihat dinding

    lateral maksila

    -Panoramic; disebut juga pantomografi atau rotational radiographydibuat untuk

    mengetahui kondisi mandibula mulai dari kondilus kanan sampai kondilus kiri

    beserta posisi geliginya termasuk oklusi terhadap gigi maksila. Dibuat film

    didepan mulut pada alat yang rotasi dari pipi kanan ke pipi kiri, sinar-x juga

    berlawanan arah rotasi dari arah tengkuk sehingga tercapai proyeksi dari kondulus

    kanan sampai kondilus kiri.

    Keuntunganpanoramicadalah ; cakupan anatomis yang luas, dosis radiasi rendah,

    pemeriksaan cukup nyaman, bisa dilakukan pada penderita trismus,. Kerugiannya

    tidak bisa menunjukkan gambaran anatomis yang jelas daerah periapikal

    sebagaimana yang dihasilkan foto intra oral

    - Temporomandibular Joint ; pada penderita trauma langsung daerah dagu sering

    didapatkan kondisi pada dagu baik akan tetapi terjadi fraktur pada daerah kondilus

    mandibula sehingga penderita mengeluh nyeri pada daerah TMJ bila membuka

    mulut, trismus kadang sedikit maloklusi. Pada pembuatan foto TMJ yang standard

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    31/39

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    32/39

    32

    dari dalam keluar, dari bawah keatas. Waktu penggunaan fiksasi intermaksiler

    dapat bervariasi tergantung tipe, lokasi, jumlah dan derajat keparahan fraktur

    mandibula serta usia dan kesehatan pasien maupun metode yang akan digunakan

    untuk reduksi dan imobilisasi. Penggunaan antibiotik untuk kasus compound

    fractures, monitor pemberian nutrisi pasca operasi. Penanganan fraktur mandibula

    secara umum dibagi menjadi 2 metode yaitu reposisi tertutup dan terbuka.

    Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah ;

    penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa operasi langsung pada

    garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan interdental wiring atau eksternal

    pin fixation.

    Reposisi terbuka (open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan

    koreksi defromitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah dengan

    melakukan fiksasi dengan interosseus wiring serta imobilisasi dengan

    menggunakan interdental wiringatau dengan mini plat+skrup.

    Indikasi untuk closed reductionantara lain ;

    a. fraktur komunitif, selama periosteum masih intak masih dapat diharapkankesembuhan tulang

    b. fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat, dimanarekonstruksi soft tissue dapat digunakan rotation flap, free flap ataupun

    granulasi persecundum bila luka tersebut tidak terlalu besar

    c. edentulous mandibula ; closed reduction dengan menggunakan protesemandibula gunning splint dan sebaiknya dikombinasikan dengan kawat

    circum mandibula- circumzygomaticum

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    33/39

    33

    d. Fraktur pada anak-anak ; karena open reduction dapat menyebabkankerusakan gigi yang sedang tumbuh. Apabila diperlukan open reduction

    dengan fiksasi internal, maka digunakan kawat yang halus dan diletakkan

    pada bagian paling inferior dari mandibula. Closed reduction dilakukan

    dengan splint acrylic dan kawat circum-mandibular dan

    circumzygomaticum bila memungkinkan

    e. Fraktur condylus ; mobilisasi rahang bawah diperlukan untukmenghindari ankylosis dari TMJ. Pada anak, moblisasi ini harus dilakukan

    tiap minggu, sedangkan dewasa setiap 2 minggu.

    Tehnik yang digunakan pada terapi fraktur mandibula secara closed reduction

    adalah fiksasi intermaksiler. Fiksasi ini dipertahankan 3-4 minggu pada fraktur

    daerah condylus dan 4-6 minggu pada daerah lain dari mandibula

    Beberapa tehnik fiksasi intermaksilaris ;

    a. tehnik gilmer ; merupakan tehnik yang mudah dan efektif tetapimempunyai kekurangan yaitu mulut tidak dapat dibuka untuk melihat

    daerah fraktur tanpa mengangkat kawat. Kawat tersebut dilingkarkan pada

    leher gigi, kemudian diputar searah jarum jam sampai tegang. Dilakukan

    pada gigi atas dan bawah sampai oklusi baik. Kemudian kedua kawat atas

    dan bawah digabungkan dan diputar dengan hubungan vertika maupun

    silang, untuk mencegah tergelincir ke anterior dan posterior

    b. tehnik eyelet (ivy loop); keuntungan tehnik ini bahan mudah didapat dansedikit menimbulkan kerusakan jaringan periodontal serta rahang dapat

    dibuka dengan hanya mengangkat ikatan intermaksilaris. Kerugiannya

    kawat mudah putus waktu digunakan untuk fiksasi intermaksiler

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    34/39

    34

    c. tehnik continous loop (stout wiring); terdiri dari formasi loop kawat kecilyang mengelilingi arkus dentis bagian atas dan bawah, dan menggunakan

    karet sebagai traksi yang menghubungkannya

    d. tehnik erich arch bar ; indikasi pemasangan arch bar antara lain gigikurang/ tidak cukup untuk pemasangan cara lain, disertai fraktur maksila,

    didapatkan fragmen dentoalveolar pada salah satu ujung rahang yang perlu

    direduksi sesuai dengan lengkungan rahang sebelum dipasang fiksasi

    intermaksilaris. Keuntungan penggunaan arch bar ialah mudah didapat,

    biaya murah, mudah adaptasi dan aplikasinya. Kerugiannya ialah

    menyebabkan keradangan pada ginggiva dan jaringan periodontal, tidak

    dapat digunakan pada penderita dengan edentulous luas.

    e. Tehnik kazanjia ; dengan menggunakan kawat yang kuat untuk tempatkaret dipasang mengelilingi bagian leher gigi. Tehnik ini untuk gigi yang

    hanya sendiri atau insufisiensi pada bagian dari pemasangan arch bar.

    Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction) :

    a. displaced unfavourablefracture melalui angulusb. displaced unfavourable fracture dari corpus atau parasymphysis. Bila

    dikerjakan dengan reposisi tertutup, fraktur jenis ini cenderung untuk

    terbuka pada batas inferior sehingg mengakibatkan maloklusi

    Gb 2.14 eyelet gb . 2.15 archbar

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    35/39

    35

    c. multiple fraktur tulang wajah ; tulang mandibula harus difiksasi terlebihdahulu sehingga menghasilkan patokan yang stabil dan akurat untuk

    rekonstruksi

    d. fraktur midface disertai displaced fraktur condylus bilateral. Salah satucondylus harus di buka untuk menghasilkan dimensi vertical yang akurat

    dari wajah

    e. malunionsdiperlukan osteotomieKontraindikasi penggunaan MMF ; penderita epilepsy, gangguan jiwa dan

    gangguan fungsi paru (20)

    Tehnik operasi open reduction ; merupakan jenis operasi bersih kontaminasi,

    memerlukan pembiusan umum dengan intubasi nasotrakeal, usahakan fiksasi pipa

    nasotrakeal ke dahi. Posisi penderita telentang, kepala hiperekstensi denga

    meletakkan bantal dibawah pundak penderita, meja operasi diatur head up 20-25

    derajat. Desinfeksi dengan batas atas garis rambut pada dahi, bawah pada

    klavikula,lateral tragus ke bawah menyusur tepi anterior m. trapesius kanan kiri.

    Adapun insisi yang dilakukan bisa dua cara yaitu pendekatan intraoral sedikit

    diatas bucoginggival fold pada mukosa bawah bibir. Panjang sayatan sesuai

    kebutuhan atau pendekatan ekstraoral ; submandibular 2 cm di kaudal dan sejajar

    dari margo inferior mandibula dengan titik tengahnya adalah garis fraktur dan

    panjang sayatan sekitar 6 cm. insisi diperdalam sampai memotong muskulus

    platisma, sambil perdarahan dirawat. Identifikasi r. marginalis mandibula nervus

    facialis. Cari arteri dan vena maksilaris eksterna pada level insisi, bebaskan ligasi

    pada dua tempat dan potong diantaranya. Benang ligasi stomp distal diklem dan

    dielevasi ke cranial dengan demikian r. marginalis mandibula akan selamat oleh

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    36/39

    36

    karena ia berjalan melintang tegak lurus superficial terhadap vasa maksilaris

    eksterna. Pada bagian profundanya dibuat flap ke atas sampai pada periosteum

    mandibula. Periosteum mandibula diinsisi, selanjutnya dengan rasparatorium

    periosteum dibebaskan dari tulang. Dengan alat kerok atau knabel dilakukan

    pembersian dari kedua ujung fragmen tulang. Lakukan reposisi dengan

    memperhatikan oklusi gigi yang baik.

    Bila digunakan wire, bor tulang mandibula pada 2 tempat, 1 cm dari garis

    fraktur dan 1 cm dari margo mandibula. Kemudian digunakansnaar wire stainless

    steeldiameter 0.9mm, ikatan tranversal dan figure of 8. pada penggunaan plat

    mini linier pada fraktur mandibula bagian mentum diantara dua foramen mentales

    maka digunakan 2 buah plat masing-masingminimal 4 lobang sehingga

    didapatkan hasil fiksasi dan antirotasi.

    Tolak ukur keberhasilan operasi pemasangan plat mini maupun IOID

    wiring pada mandibula adalah oklusi yang baik, tidak trismus. Jangan tergesa

    melakukan fiksasi sebelum yakin oklusinya sudah sempurna. Posisi plat jangan

    terlalu tinggi karena sekrup akan menembus saraf/akar gigi. Permukaan tulang

    bersih dari jaringan ikat dan jaringan lunak sehingga plat betul-betul menempel

    pada tulang mandibula. Untuk penggunaan bor, sebaiknya arah matabor

    tangensial, stabil dan arah obeng juga sesuai dengan arah bor sebelumnya.

    Gunakan mata bor diameter 1.5mm dengan kecepatan rendah menembus 1

    korteks dikukur kedalamannya kemudian dipasang sekrup yang panjangnya sesuai

    dengan tebal satu korteks.Pemasangan sekrup dimulai dari satu sisi terlebih

    dahulu kemudian menyebrang menyilang pada sisi plat satunya.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    37/39

    37

    Keuntungan dari reposisi tertutup adalah lebih efisien, angka komplikasi

    lebih rendah dan waktu operasi yang lebih singkat. Tehnik ini dapat dikerjakan di

    tingkat poliklinis. Kerugiannya meliputi fiksasi yang lama, gangguan nutrisi

    karena adanya MMF, resiko ankilosis TMJ dan problem airway. Keuntungan dari

    ORIF antara lain ; mobilisasi lebih dini dan reaproksimasi fragmen tulang yang

    lebih baik. Kerugiannya adalah biaya lebih mahal dan diperlukan ruang operasi

    dan pembiusan untuk tindakannya.

    Dalam menangani fraktur mandibula umumnya digunakan lebih dari satu

    modalitas sebab terdapat banyak variasi biomekanik dan problem klinis untuk

    Gb 2.19 penempatan lga screw pada daerah

    yang diarsir(6)

    Gb 2.20 cara pemasangan miniplate yang

    benar(6)

    Gb 2.21 penempatan plat menurut teori champy

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    38/39

    38

    mencapai mobilitas fiksasi di regio fraktur. Ada 5 metode yang umum digunakan

    yaitu dengan biocortical transfacial compression plates pada bagian inferior

    dengan atau tanpa tension band plate, monocortical transoral miniplates pada

    bagian superior, paired miniplates, lag screwsdan noncompression stabilization

    platespada bagian inferior. Hasil yang didapatkan dari pemakaian monocortical

    osteosynthesis adalah tercapainya netralisasi kekuatan tensi dan kompresi serta

    rotasi pada garis fraktur sehingga diperoleh reduksi anatomis yang fisiologis,

    kompresi pada fragmen fraktur dan imobilisasi yang rigid serta perbaikan

    kekuatan self kompresi fisiologis.

    Pada angulus mandibula, plat paling baik diletakkan pada permukaan yang

    paling luas dan setinggi mungkin di daerah linea oblique eksterna. Pada regio

    anterior, diantara kedua foramen mentalis, disamping plat subapikal perlu juga

    ditambahkan plat lain di dekat batas bawah mandibula untuk menetralkan

    kekuatan rotasi pada daerah simfisis tersebut. Pada daerah di belakang foramen

    mentalis sampai mendekati daerah angulus cukup digunakan satu plat yang

    dipasang tepat dibawah akar gigi dan diatas nervus alveolaris inferior.

    Penempatan plat didaerah sepanjang tension trajectory ternyata juga

    menghasilkan suatu fiksasi yang paling stabil bila ditinjau dari prinsip

    biomekaniknya.

    Pada bagian mandibula yang bergigi, archbar sudah cukup berfungsi

    menetralkan kekuatan tension, sedangkan pada daerah angulus dan ramus

    mandibula fungis tersebut baru bisa didapatkan dengan menggunakan plat yang

    kecil.

  • 8/13/2019 Bab 1, Bab 2, Bab 3 Lapkas Anestesi

    39/39

    Fraktur pada daerah angulus mandibula merupakan problem khusus pada

    perawatan dengan menggunakan rigid internal fixation. Angulus merupakan

    bagian yang sulit dicapai lewat intraoral karena adanya otot-otot pengunyah dan

    otot-otot daerah suprahyoid. Batas inferior dari angulus sangat tipis dan tidak

    mungkin dilakukan suatu kompresi. Adanya gigi molar 3 menyebabkan fraktur

    mudah terjadi, distraksi dari kontak tulang menghambat reduksi dan vaskular dari

    sisi fraktur dan dapat menjadi sumber infeksi. Penggunaan rigid internal fixation

    untuk mencegah hilangnya kontrol segmen proksimal, delayed union dan

    malunionyang dapat terjadi bila digunakan terapi lain.

    2.3.7 Komplikasi Fraktur Mandibula

    Komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur mandibula antara lain adanya

    infeksi, dengan kuman patogen yang umum adalah staphylococcus, streptococcus

    dan bacterioides. Terjadi malunion dan delayed healing, biasanya disebabkan oleh

    infeksi, reduksi yang inadekuat, nutrisi yang buruk, dan penyakit metabolik

    lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris inferior, lesi r marginalis mandibulae n.

    fasialis bisa terjadi akibat sayatan terlalu tinggi. Aplikasi vacuum drain dapat

    membantu untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh karena

    genangan darah yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa

    terjadi pada kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang

    sehingga penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi luka..