BAB II Lapkas

27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Anestesi Kata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia ialah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Adapun dr. Gde Mangku, Sp.An.KIC dalam buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi mengatakan ilmu anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk “mematikan” rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga/ mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama mengalami “kematian” akibat obat anestesi. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan 3 . B. Anestesi Umum

description

vzxvz

Transcript of BAB II Lapkas

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi AnestesiKata anestesi diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Analgesia ialah pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien. Adapun dr. Gde Mangku, Sp.An.KIC dalam buku ajar ilmu anestesia dan reanimasi mengatakan ilmu anestesi dan reanimasi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tatalaksana untuk mematikan rasa, baik rasa nyeri, takut dan rasa tidak nyaman dan ilmu yang mempelajari tatalaksana untuk menjaga/ mempertahankan hidup dan kehidupan pasien selama mengalami kematian akibat obat anestesi. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentoleransi prosedur bedah yang akan menimbulkan sakit yang tak tertahankan, mempotensiasi eksaserbasi fisiologis yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan3.B. Anestesi UmumAnestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Komponen anestesi yang ideal terdiri dari : (1) hipnotik (hilangnya kesadaran) (2) analgesia (hilangnya respon terhadap nyeri) (3) relaksasi otot. Obat anestesi yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian menyebar ke jaringan. Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesi ialah jaringan kaya akan pembuluh darah seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang, hilangnya rasa sakit, dan sebagainya3.

C. Persiapan Pra AnestesiTujuan utama kunjungan pra anestesi adalah: 1) Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi dan atau pasca bedah. 2) Mengetahui dan menganalisis jenis operasi. 3) Memilih jenis/ teknik anestesi yang sesuai. 4) Mempersiapkan obat/alat guna menanggulangi penyulit yang diramalkan.5) Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American Society Anesthesiology):2 i. ASA I: Pasien normal sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faali, biokimiawi, dan psikiatris. Angka mortalitas 2%.ii. ASA II: Pasien dengan gangguan sistemik ringan sampai dengan sedang sebagai akibat kelainan bedah atau proses patofisiologis. Angka mortalitas 16%.iii. ASA III: Pasien dengan gangguan sistemik berat sehingga aktivitas harian terbatas. Angka mortalitas 38%.iv. ASA IV: Pasien dengan gangguan sistemik berat yang mengancam jiwa, tidak selalu sembuh dengan operasi. Misal : insufisiensi fungsi organ, angina menetap. Angka mortalitas 68%.v. ASA V:Pasien dengan kemungkinan hidup kecil. Tindakan operasi hampir tak ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa operasi / dengan operasi. Angka mortalitas 98%. Untuk operasi cito, ASA ditambah huruf E (Emergency) tanda darurat2D. PremedikasiPremedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun tujuan dari premedikasi antara lain2 :1) Menimbulkan suasana nyaman bagi pasien. 2) Menghilangkan rasa khawatir.3) Membuat amnesia.4) Memberikan analgesia.5) Memudahkan dan memperlancar induksi. 6) Mengurangi dosis anestesia. 7) Menekan dan mengurangi sekresi kelenjar.Obat-obatan yang dapat digunakan untuk premedikasi adalah: 1) Sedatif. Diazepam : 5 - 10 mg. Dipenhidramin: 1 mg/ kg BB Prometazin: 1 mg/ kg BB. Midazolam: 0,1 0,2 mg/ kg BB 2) Analgesik opiat. Petidin: 1 2 mg/ kg BB Morfin: 0,1 0,2 mg/ kg BB Fentanil: 1 2 mcg/ kg BB 3) Antikolinergik. Sulfas Atropin: 0,1 mg/ kg BB. 4) Antiemetik. Ondansentron: 4 8 mg IV. Metoklopramid: 10 mg IV.E. Obat Pelumpuh Otot1) Suksametonium (Succynil choline)Terutama digunakan untuk mempermudah/ fasilitas intubasi trakea karena mula kerja cepat (1-2 menit) dan lama kerja yang singkat (3 5 menit). Juga dapat dipakai untuk memelihara relaksasi otot dengan cara pemberian kontinyu per infus atau suntikan intermitten. Dosis untuk intubasi 1-2 mg/kgBB/I.V2.Obat ini tersedia dalam flacon berisi bubuk 98 mg dan 500 mg. Pengenceran dengan garam fisiologis / aquabidest steril 5 atau 25 ml sehingga membentuk larutan 2 %. Cara pemberian I.V/I.M/ intra lingual/ intra bukal.Komplikasi dan efek samping dari obat ini adalah (1) bradikardi, bradiaritma dan asistole pada pemberian berulang atau terlalu cepat serta pada anak-anak; (2) takikardi dan takiaritmia; (3) lama kerja memanjang terutama bila kadar kolinesterase plasma berkurang; (4) peningkatan tekanan intra okuler; (5) hiperkalemi; (6) dan nyeri otot fasikulasi2.2) Atrakurium besylate (tracrium)Merupakan obat pelumpuhn otot non depolarisasi yang relatif baru yang mempunyai struktur benzilisoquinolin yang berasal dari tanaman leontice leontopeltalum. Dosis atracurium untuk intubasi adalah 0,5 mg/kg dan dosis pemeliharaan adalah 5-10 ug/kg/menit. Kemasan : 2,5 ml dan 5 ml yang berisi 25 mg dan 50 mg atrakurium besylate. Mula kerja pada dosis intubasi 2-3 menit sedangkan lama kerjanya pada dosis relaksasi 15-35 menit2.F. Teknik Napas Spontan dengan Sungkup Mukaa. Indikasi Untuk tindakan singkat (0,5-1 jam) tanpa membuka rongga perut. Keadaan umum pasien cukup baik (status fisik I atau II) Lambung harus kosong4b. Urutan tindakan Periksa peralatan yang akan digunakan (seperti pada masa prainduksi) Pasang infus dengan kanul intravena atau jarum kupu-kupu. Sebaiknya semua pasien yang dianestesi tanpa melihat lamanya tindakan operasi harus dipasang jarum/kanul intra-vena. Selain untuk memasukkan obat anestesi juga untuk obat darurat. Untuk orang dewasa jarum kupu-kupu no.19 atau 21 sedangkan untuk anak no. 21 atau 23.Untuk terapi cairan intravena jangka lama sebaiknya dipasang kanul No. 18 atau 16 untuk orang dewasa, sedangkan untuk anak kecil juga baik jika dipasang kanul misalnya No.18 atau 20. Untuk transfusi darah atau dalam keadaan syok sebaiknya dipakai kanul besar No.14 atau 16 agar dapat memasukkan cairan yang banyak dan cepat. Persiapan obatObat-obat dipersiapkan lebih dahulu. Tiopental 2,5% (bubuk 0,5 gr dilarutkan dalam aquades 20 mL). InduksiDapat dilakukan dengan tipental 2,5% (dosis 4-6 mg/kgBB). Contoh penderita 50 kg diberi 200-250 mg thiopental. Pasien tua yang lemah atau sakit berat dosis ini dikurangi dan harus diberikan perlahan sambil memperlihatkan tensi dan nadi. Penderita muda, kuat atau peminum berat dosis thiopental dapat ditambah menjadi 6-7 mg/kgBB. Selalu diperhatikan agar tidak menyuntik diluar vena (ekstravaskular). Kalau ada segera hentikan penyuntikan dan cari vena lain. Tingkat kedalaman anestesia dinilai dari refleks bulu mata. Tiopental disuntik sampai refleks ini hilang. Cadangan tiopental harus selalu disediakan untuk ditambahkan kalau ternyata dosis awal tidak mencukupi4.

Gambar 1. Teknik Anestesi dengan Sungkup Muka

c. Pemeliharaan Anestesia Selesai dilakukan induksi, sampai pasien tertidur dan refleks bulu mata menghilang, sungkup muka ditempatkan pada muka. Sebaiknya dagu ditahan atau sedikit ditarik ke belakang (posisi kepala ekstensi) agar jalan napas bebas dan pernapasan lancar. Pengikat sungkup muka ditempatkan dibawah kepala. Jika pernapasan masih tidak lancar dicoba mendorong kedua pangkal rahang ke depan dengan jari manis dan tengah tangan kiri kita. Kalau perlu dengan kedua tangan yaitu dengan kedua ibu dan telunjuk jari yang memegang sungkup muka dan dengan jari-jari lain menarik rahang ke atas. Tangan kanan kita bila bebas dapat memegang balon pernapasan dari alat anestesi untuk membantu pernapasan pasien (menekan balon sedikit bila pasien melakukan inspirasi). N2O mulai diberikan 4 L dengan O2 2 L/menit untuk memperdalam anestesi, bersamaan dengan ini halotan dibuka sampai 1% dan sedikit demi sedikit (sesudah setiap 5-10 kali tarikan napas) dinaikkan dengan 1% sampai 3% atau 4% tergantung reaksi dan besar tubuh penderita. Kedalaman anestesia dinilai dari tanda-tanda mata (bola mata menetap), nadi tidak cepat dan terhadap rangsang operasi tidak banyak berubah. Kalau stadium anestesi sudah cukup dalam, rahang sudah lemas, masukkan pipa orofaring (guedel). Halotan kemudian dikurang 1-1,5% tergantung respon terhadap rangsang operasi Halotan dikurangi dan dihentikan beberapa menit sebelum operasi selesai. Selesai operasi N2O dihentikan dan penderita diberi O2 100% beberapa menit untuk mencegah hipoksi difusi. Untuk memperkuat daya analgetik tiopental, 5-10 menit sebelum operasi disuntik petidin 0,5-1 mg/kgBB intravena atau ketalar 0,25-0,5 mg/kgBB secara bertahap4.G. Pengelolaan Pasca OperatifPulih dari anestesia umum atau anestesia regional secara rutin dikelola dikamar pulih atau unit perawatan pasca anestesi (Recovery Room, atau Post Anestesia Care Unit). Idealnya pasien bangun dari anestesi secara bertahap, tanpa keluhan. Kenyataannya sering dijumpai hal-hal yang tidak menyenangkan akibat stress pasca bedah atau pasca anestesia yang berupa gangguan napas, kardiovaskuler,gelisah, kesakitan, mual-muntah, menggigil dan kadang-kadang perdarahan5.Gangguan pernapasan berupa obstruksi napas parsial (napas bunyi) atau total, tak ada ekspirasi paling sering dialami pada pasien pasca anestesia umum yang belum sadar, karena lidah jatuh menutup faring atau oleh edema laring. Penyebab lain ialah kejang laring (spasme laring) pada pasien menjelang sadar, karena laring terangsang benda asing, darah, ludah sekret atau ketidakmampuan menelan atau sebelumnya ada kesulitan intubasi trakhea.Selama di Recovery room pasien dinilai tingkat pulih-sadarnya untuk kriteria pemindahan ke ruang perawatan biasa. Aldrette score dapat dilihat pada tabel di bawah ini5.Nilai210

kesadaran Sadar, orientasi baik Dapat dibangunkan Tak dapat dibangunkan

Warna kulit Merah muda Tanpa O2 SaO2>92% Pucat atau kehitaman Perlu O2 agar SaO2 > 90 Sianosis Dengan O2 SaO2 tetap < 90

Aktivitas 4 ekstremitas bergerak 2 ekstremitas bergerak Tak ada yang bergerak

Respirasi Dapat napas dalam batuk napas dangkal sesak napas apneu atau obstruksi

Kardiovaskuler tekanan darah berubah < 20% Berubah 20-30 % berubah 50 %

H. FrakturH.1. Definisi Fraktur Dan Mekanisme TraumaFraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulangrawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur dapat dibedakan menjadifraktur terbuka apabila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit dan fraktur tertutup apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga dengan frakturbersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi8I. Fraktur radiusI.1. Definisi Fraktur RadiusFraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan tangan menyangga dengan siku ekstensi6.J. Jenis Fraktur J.1. Fraktur terbuka (fraktur kompleks) Fraktur terbuka adalah fraktur yang terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit (Arif, 1999). Menurut Brunner 1997, fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat yang ditentukan oleh berat ringannya luka dan berat ringannya patah tulang yaitu8 :a. grade I : Fraktur dengan luka bersih kurang dari 1cm panjangnya, b. grade II : Fraktur dengan luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif dan c. grade III : Fraktur yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.Ada beberapa jenis fraktur terbuka(fraktur kompleks) diantaranya:1. Fraktur greenstick Fraktur greenstick adalah fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok, fraktur ini biasanya terjadi pada anak karena tulang anak bersifat fleksibel, sehingga fraktur dapat berupa bengkokan tulang di satu sisi dan patahan korteksdi sisi lainnya. Tulang juga dapat melengkung tanpa disertai patahan yang nyata6.2. Fraktur kominutif Fraktur kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen(multiple fraktur), garis patah pada fraktur ini lebih dari satu dan saling berhubungan6.3. Fraktur transversal Fraktur transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang, garis patahan tulang tegak lurus. Terdapat sumbu panjang tulang, fraktur semacam ini segmen-segmen tulang direposisi kembali ketempat semula7.4. Fraktur oblik Fraktur oblik adalah fraktur yang membentuk sudut dengan garis tengah tulang dan lebih tidak stabil dibandingkan dengan transversal. Fraktur semacam ini cenderung sulit diperbaiki8.5. Fraktur patologi Fraktur patologi adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang memeng telah memiliki kelainan, seringkali terjadi setelah trauma trivial, misalnya penyakit paget, osteoporosis, atau tumor.

6. Fraktur stress dan lelah Fraktur stres dan lelah adalah fraktur akibat trauma minor berulang dan kronis. Daerah yang rentan antara lain metatarsal kedua atau ketiga, batang tibia proksimal, fibula, dan batang femoral (pada pelari jarak jauh dan penari balet.7. Fraktur spiral Fraktur spiral adalah fraktur memuntirseputar batang tulang, arah garis pada fraktur spiral memuntir diakibatkan oleh adanya trauma rotasi pada tulang8. Fraktur impaksi Fraktur impaksi adalah fraktur dengan fragmen-fragmen saling tertekan satu sama lain, tanpa adanya garis fraktur yang jelas8.9. Fraktur efisis Fraktur efisis adalah fraktur epifisis pada anak dibawah usia 16 tahun. Fraktur ini dapat dikelompokkan menjadi tipe 1 sampai 5 berdasarkan klasifikasi Salter Harris yaitutipe 1 : epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis, tetapi periosteumnya masih utuh, tipe 2 : periosteum robek disatu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama sekali dari metafisis, tipe 3 : patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi, tipe 4 : terdapat fragmen patahan tulang yang garis patahnyategak lurus cakram epifisis dan tipe 5 : terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan kematian dari sebagian cakram tersebut8.J.2 Fraktur tertutup (fraktur simpel)Fraktur tertutup adalah fraktur yang apabila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau tidak terjadi perlukaan kulit (Arif, 1999). Pasien dengan fraktur tertutup (sederhana) harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin. Penyembuhan fraktur dan pengembalian kekuatan penuh dan mobilitas mungkin memerlukan waktu sampai berbulan-bulan. Pada fraktur tertutup, ada klasifikasi tersendiri yang di dasarkan pada keadaan jaringan lunak sekitarnya yaitu8 : a. Tingkat 0 : Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak sekitarnya. b. Tingkat 1 : Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan. c. Tingkat 2 : Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.d. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan resiko terjadinya sindroma kompartemen8,9.K. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan eksteremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna8.K.1 Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang intuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang8.K.2 Hilangnya fungsi tubuh Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah(gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabakan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot8.

K.3 Pemendekan Ekstremitas Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur8.K.4 Krepitus Saat ekstremitas diperiksa dengan palpasi, teraba adanya derik tulang(krepitus) yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.K.5 Pembengkakan dan perubahan warna Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera8.L. KomplikasiL.1 Komplikasi AwalKomplikasi awal (dini) setelah fraktur adalah syok, yang bisa berakibat fatal dalam beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih dan sindrom kompartemen yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas permanen jika tidak ditangani segera. Komplikasi awal lainnya yang berhubungan dengan fraktur adalah infeksi, tromboemboli, emboli paru, yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata(KID)8.a. Syok Syok hipovolemik atau traumatik, akibat perdarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan ekstrasel kejaringan yang rusak, dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis, dan vertebra. Penanganan syok meliputi mempertahankan volume darah, mengurangi nyeri yang diderita pasien, memasang pembebatan yang memadai, melindungi pasien dari cedera lebih lanjut8.b. Sindrom Emboli Lemak Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadi globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan bergabung dengan terombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh darah kecil yang memasok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain. Gambaran khasnya berupa hipoksia, takipnea, takikardi, dan pireksia. Dengan adanya emboli sistemik pasien nampak pucat, tampak ada ptekie pada membran pipi dan kantung konjungtiva, diatas dada dan lipatan ketiak depan. Lemak bebas dapat ditemukan dalam urine bila emboli mencapai ginjal dapat terjadi gagal ginjal. Perubahan kepribadian, gelisah , iritabilitas, atau konfusi pada pasien yang mengalami fraktur merupakan petunjuk untuk dilakukannya pemeriksaan gas darah. Penyumbatan pada pembuluh darah kecil meningkatkan tekanan pembuluh darah meningkat, kemungkinan mengakibatkan gagal jantung ventrikel kanan, edema, dan perdarahan dalam alveoli mengganggu transport oksigen, mengakibatkan hipoksia, terjadi peningkatan kecepatan respirasi, nyeri dada prekordial, batuk, dispnea, dan edema paru akut8.c. Sindrom Kompartemen Sindrom kompartemen merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat atau gips(balutan) yang terlalu menjerat dan peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah(iskemi, cedera remuk, penyuntikan bahan penghancur jaringan)8. Pencegahan dan penatalaksanaan sindrom kompartemen dapat dicegah dengan mengontrol edema yang dapat dicapai dengan meninggikan ekstremitas yang cedera setinggi jantung dan memberikan kompres es setelah cedera sesuai resep, Bila terjadi sindrom kompartemen, balutan yang kuat harus dilonggarkan.L.2 Komplikasi LanjutSelain komplikasi awal(dini) terdapat komplikasi lanjut fraktur diantaranya: a. Non-union Non-union merupakan akibat imobilisasi yang tidak adekuat atau adanya fraktur patologis, non union terjadi karena adanya konsolidasi pada fase pembentukan kalus yang dimulai minggu ke 4-8 dan berakhir pada minggu ke 8-14 setelah terjadinya fraktur, sehingga didapat pseudoarthrosis (sendi palsu). Pseudoarthrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi sama sama dengan infeksi disebut infected pseudoarthrosis6.b. Mal-union Mal-union adalah penyembuhan dengan angulasi yang buruk, keadaan ini dikatakan buruk karena fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang terbentuk angulasi, varus / valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna6.c. Nekrosis avaskular Nekrosis avaskular merupakan gangguan aliran darah yang mengakibatkan kematian tulang, lokasi yang paling sering terkena adalah kaput femur dan kaput talus.d. Osteoartritis Proses degeneratif dini pada sendi akibat malaligment yang buruk, pada keadaan ini, sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi6.

e. Osteoporosis Osteoporosis merupakan akibat penggunaan tulang yang tidak benar, dan bentuk yang paling berat, atrofi sudeck, dapat menyebabkan nyeri dan pembengkakan jaringan lunak6.M. Tahap penyembuhan Tulang Proses penyembuhan fraktur bervariasi sesuai dengan ukuran tulang dan umur pasien. Faktor lainnya adalah tingkat kesehatan pasien secara. keseluruhan, atau kebutuhan nutrisi yang cukup. Berdasarkan proses penyembuhan fraktur, maka dapat diklasifikasikan sebagai berikut :a. Proses hematom. Proses hematom merupakan proses terjadinya pengeluaran darah hingga terbentuk hematom (bekuan darah) pada daerah terjadinya fraktur tersebut, dan yang mengelilingi bagian dasar fragmen. Hematom ini kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan vaskuler sehingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler didalamnya10b. Proses pembentukan callus Pada orang dewasa antara 6-8 minggu, sedangkan pada anak-anak 2 minggu. Callus merupakan proses pembentukan tulang baru, dimana callus dapat terbentuk diluar tulang (subperiosteal callus) dan didalam tulang (endosteal callus). Proses perbaikan tulang terjadi sedemikian rupa, sehingga trabekula yang dibentuk dengan tidak teratur oleh tulang imatur untuk sementara bersatu dengan ujung-ujung tulang yang patah sehingga membentuk suatu callus tulang11.c. Proses proliferasi. Pada proses ini, terjadi perubahan pertumbuhan pembuluh darah menjadi memadat, dan terjadi perbaikan aliran pembuluh darah11

d. Proses konsolidasi (penggabungan). Perkembangan callus secara terus-menerus, dan terjadi pemadatan tulangseperti sebelum terjadi fraktur, konsolidasi terbentuk antara 6-12 minggu (ossificasi) dan antara 12-26 minggu (matur). Tahap ini disebut dengan penggabungan atau penggabungan secara terus-menerus12.e. Proses remodeling. Proses remodeling merupakan tahapan terakhir dalam penyembuhan tulang, dan proses pengembalian bentuk seperti semula. Proses terjadinya remodeling antara 1-2 tahun setelah terjadinya callus dan konsolidasi12 N. Therapi/Penatalaksanaan MedikAda beberapa prinsip dasar yang harus dipertimbangkan pada saatmenangani fraktur10:a. RekognisiPengenalan riwayat kecelakaan, patah atau tidak, menentukan perkiraan yangpatah, kebutuhan pemeriksaan yang spesifik, kelainan bentuk tulang dan ketidakstabilan, tindakan apa yang harus cepat dilakukan misalnya pemasanganbidai.b. ReduksiUsaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapatmungkin kembali seperti letak asalnyaCara penanganan secara reduksi :- Pemasangan gipsUntuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.- Reduksi tertutup (closed reduction external fixation)Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulangdengan alat-alat : skrup, plate, pen, kawat, paku yang dipasang di sisi maupun didalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan.c. DebridemenUntuk Mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar frakturpada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.d. RehabilitasiMemulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untukmengembalikan fungsi normal.e. Perlu dilakukan mobilisasi.