Lapkas indah anestesi SC+PEB
-
Upload
rendyaprianpriatama -
Category
Documents
-
view
86 -
download
11
description
Transcript of Lapkas indah anestesi SC+PEB
0
LAPORAN KASUS
ANESTESI PADA SEKSIO CAESAR
DENGAN PREEKLAMSI BERAT
PEMBIMBING
dr. H. Nano Sukarno, Sp. An
dr. Teguh Santoso Efendi, Sp. An-KIC,. M.Kes
dr. Andika Chandra Putri, Sp. An
Oleh :
DEWI INDAH PRATIWI
08310062
1
PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Usia : 35 tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kp. Gunung Kondang Mangkubumi,
Kota Tasikmalaya
Tanggal Masuk RS : 10 Maret 2015
No. CM : 151xxxxx
Dokter Anestesi : dr. Teguh Santoso Efendi Sp. An-KIC, M.Kes
Dokter Bedah : dr. Triono Eddy, Sp.OG, MMKes
B. PERSIAPAN PRE-OPERASI
1. Anamnesa
a. A (Alergy)
Tidak ada alergi terhadap obat-obatan, makanan dan asma;
b. M (Medication)
Tidak sedang menjalani pengobatan penyakit tertentu;
c. P (Past Medical History)
Riwayat DM (-), hipertensi (+), sakit yang sama dan riwayat operasi (-);
d. L (Last Meal)
Pasien terakhir makan 6 jam pre-operasi;
2
e. E (Elicit History)
Pasien datang ke Pelayanan obstetrik neonatal emergency komprehensip
(PONEK) RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya, pada tanggal 23
Februari 2015 pukul 20.45 WIB dibawa keluarganya dengan keluhan
riwayat obstetri G3p2A0 H-37 minggu (hpht 25-06-2014). Mengatakan
telah memeriksakan kehamilannya kebidan, dengan TD terukur 210/130
mmHg, BJJ (+) ada, pasien dirujuk ke RS dr Soekardjo dari tanggal 23
Februari 2015 sampai dengan 27 Februari 2015 atas indikasi G3P2A0 H-
33-34 minggu dengan preeklamsi berat (PEB).
Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat sakit asma, riwayat diabetes melitus,
riwayat hipertensi, riwayat penyakit jantung tidak ada, riwayat alergi
makanan tidak ada, riwayat alergi obat tidak ada.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanggal Periksa : 23 Februari 2015
Waktu pemeriksaan : 20.45 WIB
Dirawat di : Ruang 1, kamar 3
Vital sign
a. KU : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Compos mentis
c. TD : 210/130 mmHg
d. Nadi : 85x/ menit
e. Respirasi : 23 x/ menit
f. Suhu : 36.80 C
3
Status Generalisata
Berat badan sebelum hamil : 65 Kg
Berat badan naik : 75 Kg
Kepala
o Mata
Reflek cahaya : Ada dextra = sinistra
Pupil : bulat Isokor dextra = sinistra
Sclera : Tidak ikterik dextra = sinistra
Konjungtiva : Tidak anemis dextra = sinistra
o Hidung
Pernapasan cuping hidung : Tidak ada
Sekret : Tidak ada
Deviasi Septum : Tidak ada
o Telinga
Nyeri tekan tragus : Tidak ada dextra = sinistra
Auricula : tidak tampak kelainan
Meatus akustikus eksternus : ada dextra = sinistra
o Mulut
Mulut : mukosa bibir tidak kering dan tidak sianosis
o Leher
KGB : Tidak ada pembesaran dextra = sinistra
o Thoraks
Infeksi : Bentuk dan gerak simetris dextra = sinistra,
rektraksi supraclavicula
tidak ada dextra = sinistra,
retraksi intercostalis
tidak ada dextra = sinistra,
retraksi subcostalis
tidak ada dextra = sinistra,
retraksi epigastrium tidak ada
4
Palpasi : iktus kordis teraba,
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi :
Pulmo : Vesiculer breathing sound
dextra dan sinistra,
Tidak ada Weezhing dextra dan sinistra,
Tidak ada Ronki basah atau kering
dextra dan sinistra
Cor : Bunyi Jantung I, II regular,
Gallop tidak ada, Mur-Mur tidak ada
Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar
Auskulasi : Bising usus ( + ) normal
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Hepar dan Lien
Palpasi : Tidak teraba
Ekstremitas
Edema : Ekstremitas atas dan bawah ( - )
Warna : Kemerahan pada ekstremitas atas dan
ekstremitas bawah
Akral hangat pada smua ekstremitas
Capilari Refill Time : Kurang dari 2 detik
5
3. Pemeriksaan Penunjang
- Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 9 Maret 2015
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Metode
Hematologi
C28 Waktu Perdarahan (BT) 1.30 1-3 Menit C28
C27 Waktu Pembekuan (CT) 3.30 1-7 Menit C27
G28 Golongan Darah B G28
G29 Rhesus POSITIF G29
H01 Hemoglobin 9.9 P: 12-16; L: 14-18 g/dl H01
H14 Hematokrit 32 P: 35-45; L: 40-50 % H14
H15 Jml Leukosit 10.900 5.000-10.000 /mm3 H15
H22 Jml Trombosit 279.000 150.000-350.000 /mm3 H22
KARBOHIDRAT
K01 Glukosa Sewaktu 94 76-110 mg/dl K01
FAAL GINJAL
K04 Ureum 11 15-45 mg/dl K04
K05 Keratinin 0.49 P: 0.5-0.9; L: 0.7-1.12 mg/dl K05
ELEKTROLIT
K27 Natrium 138 135-145 mmol/L K27
K28 Kalium 4.8 3.5-5.0 mmol/L K28
K29 Kalsium 1.10 0.80-1.10 mmol/L K29
6
4. Diagnosa Klinis
G3P2A0 H-37 minggu dengan preeklamsi berat
5. Kesimpulan
Status ASA III
C. LAPORAN ANESTESI (DURANTE OPERATIF)
- Diagnosis pra-bedah : G3P2A0 H-37 minggu,
dengan Preeklamsi berat
Jenis Pembedahan : seksio caesar (SC)
Jenis Anestesi : Spinal
Premedikasi : Metoclopramide HCL 5 mg/ml,
Loading cairan WIDAHES 500 cc
Maitenance : Gas Anestesi O2 3 Liter
Posisi : Supine
Cairan Perioperatif
Maintenance Cairan = 4 : 2 : 1
Kebutuhan Basal 10 x 4 = 40 cc
10 x 2 = 20 cc
55 x 1 = 55 cc +
115 cc/jam
Defisit Cairan Puasa = Puasa jam x maintenance cairan
= 6 x 115 cc/jam
= 690 cc
Insensible Water Loss= Jenis Operasi x Berat Badan
= 8 x 75 kg
7
= 600 cc
Kebutuhan cairan 1 jam pertama
= (½ x puasa) + IWL + maintenance
= (345) + 600 + 115 cc
= 1.060 cc
Perdarahan = Suction + Kasa ( besar 5)
= 400 cc + (500)
= 900 cc
TINDAKAN ANESTESI SPINAL
Pada pukul 21.30 pasien dibawa keruang operasi dan dipasang sensor
finger pada tangan kiri pasien untuk monitoring SPO2 Rate,
pemasangan infus ditangan sebelah kiri dan dilakukan loading cairan
memakai cairan koloid 500 cc, dan memasang tensi pada lengan
tangan atas sebelah kanan, karna pemasangan tensi tidak boleh sama-
sama dengan tempat pemasangan infus lalu diberikan gas anestesi O2
3L/Menit.
diberikan Metoclopramide HCL 5 mg/ml IV untuk mencegah mual
muntah.
Pasien diposisikan duduk dengan badan membungkuk agar processus
spinosus teraba untuk dilakukan spinal anestesi. Pada daerah vertebra
lumbal III dengan vertebra lumbal V dibersihkan dengan antiseptik
povidon iodine + alkohol.
8
Untuk menentukan ruang subarachnoid di tarik garis dari SIAS (Spina
Iliaca Anterior Superior) ke vertebra lumbal dan biasanya terdapat di
antara vertebra lumbal IV dan vertebra lumbal V.
Dimasukkan obat bupivacaine 15 mg dengan cara di tusukan oleh
jarum spinal no.25G.
Setelah di spinal anestesi pasien diposisikan pada posisi tidur
terlentang untuk dilakukan operasi.
Memasang sensor finger pada tangan kiri pasien untuk monitoring
SPO2 Rate, pemasangan infus ditangan sebelah kiri, dan memasang
tensi pada lengan tangan atas sebelah kanan, karna pemasangan tensi
tidak boleh sama-sama dengan tempat pemasangan infus dan
diberikan O2 3L/Menit.
Dilakukan monitoring tanda-tanda vital pasien nadi, saturasi oksigen,
tanda-tanda komplikasi (perdarahan, nyeri, obstruksi jalan nafas)
Pada pukul 21.45 bayi keluar kemudian diberikan induksin 10 IU
secara drip dan pospargin secara bolus.
Pada pukul 22. 50 TD 119/65 mmHg diberikan efedrin 5 mg
Pada pukul 22.10 operasi selesai.
Cek vital sign Setiap 15 menit
TIME SATURASI HEART RATE TEKANAN
DARAH
21.30 99 % 98 x/Menit 175/108 mmHg
21.45 100 % 80 x/Menit 150/95 mmHg
21.50 100 % 78 x/Menit 119/65 mmHg
22.10 100 % 75 x/Menit 140/90 mmHg
9
D. POST-OPERASI
Setelah pasien dinilai dengan Bromage score dan didapatkan nilai Bromage
Score 2 (0-3), maka pasien diperbolehkan pindah ruangan.
Infuse : futrolit 20 gtt/menit
Analgetik Tramadol 100 mg dan ketorolac 60 mg diberikan perdrip dalam
500 cc futrolit
Antibiotik : Sesuai teman sejawat pembedahan
E. INSTRUKSI POST OPERASI
Makan dan minum dapat dimulai secara bertahap
Tirah baring selama 12 jam setelah operasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap
Posisi tidur head up 30o
Monitoring Post-operasi :
Tensi :140/90
Nadi : 90 x/Menit
Respirasi : 23 x/Menit
10
F. FOLLOW UP PASCA OPERASI
1. Hari Pertama Beberapa Jam Post-Operasi (11 Maret 2015)
Pasien dirawat di ruang 1 kamar 3
Pasien diberikan cairan infus RL 27 gtt/menit
Pasien diberikan antibiotik ceftriaxone 1x2 g iv, skin test
Pasien diberikan metronidazole 3x500 mg iv
Pasien diberikan Ranitidin 2x150 mg iv
Pasien diberikan Vit C 1x1
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD = 140/90
N = 90 x/menit
S = 36.4o C
R = 23 x/menit
2. Hari Kedua Post-Operasi ( 12 Maret 2015)
Pasien sudah diberikan makan
Pasien diberikan cairan infus RL 27 gtt/menit
pasien diberikan antibiotik ceftriaxone 1x2 g iv
Pasien diberikan metronidazole 3x500 mg iv
Pasien diberikan ranitidin 2x150 mg iv
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD = 120/90 mmHg
N = 78x/menit
S = 37,1o C
11
R = 20 x/menit
3. Hari Ketiga Post-Operasi (13 Maret 2015)
Pasien sudah diberikan makan
Pasien diberikan cairan infus RL 27 gtt/menit
pasien diberikan antibiotik ceftriaxone 1x2 g iv
Pasien diberikan metronidazole 3x500 mg iv
Pasien diberikan ranitidin 2x150 mg iv
Keadaan umum : baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign : TD = 140/90
N = 82 x/menit
S = 36, C
R = 23 x/menit
12
G. PEMBAHASAN
1. Pre-Operatif
a. Anamnesa
G3P2A0 H-37 minggu dengan preeklamsi berat
Riwayat asma, diabetes, hipertensi, penyakit jantung disangkal oleh
pasien.
b. Pemeriksaan Fisik
Berat badan sebelum : 65 kg
Berat badan naik : 75 kg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36o C
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kepala : Normocephal
Mata : Reflek cahaya (+/+)
Pupil isokor (+/+)
Sclera ikterik (-/-)
Konjungtiva anemis (-/-)
Telinga : Auricula Tidak ada kelainan
Nyeri tekan tragus (-)
Meatus acusticus eksternus (+) ada
Hidung : Deviasi septum (-)
Sekret (-)
Pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
13
Thoraks : Bentuk simetris ka=ki
P/VBS dex=sin
Ronki basah (-/-)
Ronki kering (-/-)
Wheezing (-/-)
Retraksi intercostalis (-/-)
Retraksi supraklavikula (-/-)
Retraksi subcostal (-/-)
: J/S1,S2 + regular
Gallop (-)
Murmur (-)
Abdomen : Bentuk cembung, Soepal
Ekstremitas : Akral hangat pada smua ekstremitas
Capillari Refill Time < dari 2 detik.
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium 12 Maret 2015
HEMATOLOGI :
- Hemoglobin : 10,1 g/dl
- Hematokrit : 30 %
- Leukosit : 14.700/mm3
- Trombosit : 284.000/mm3
14
4. Anestesi : Ternilai ASA III
- Pasien dengan penyakit sistemik berat, dan aktivitas rutin mulai terbatas.
- ASA (American Society of Anesthesiologists) merupakan suatu
klasifikasi untuk menilai kebugaran fisik seseorang.
5. Rencana Anestesi : Regional anestesi
6. Rencana tindakan : Spinal
7. Premedikasi : Metoclopramide HCL 5 mg/ml
8. Loading cairan dengan Widahes 500 cc bertujuan untuk mencegah adanya
hpotensi dari akibat pengaruh obat spinal anestesi.
9. Maitenance : Gas Anestesi O2 3 Liter/menit
10. Kebutuhan Cairan : 1 jam pertama 1.060 cc
Pada kasus ini pemilihan teknik anestesi yang dipilih adalah anestesi
Regional (spinal) karena dalam pembedahan seksio caesar dengan PEB,
dengan onset waktu yang tidak lama dan tidak beresiko pada pasien ini.
Obat anestesi yang digunakan yaitu Bupivacain dalam 5 mg/ml dengan
menggunakan jarum spinal untuk anestesi regional, dan yang dipakai untuk
pasien ini hanya 3 mg atau 15 cc, lalu kita berikan gas yaitu O2 3 liter/menit
per nassal. Pada saat premedikasi diberikan obat anti emetic yaitu
metoclopramide HCL 5 mg/mg, dan harus kita siapkan obat emergency
untuk menstabilkan tekanan darah apabila tekanan darah pasien mengalami
hipotensi, kita siapkan efedrin 1cc ditambahkan aquades 9 ml dengan spuit
10 cc dan diberikan 5 mg – 10 mg.
Untuk bupivacaine merupakan obat anestesi lokal jenis amida yang
memiliki masa kerja panjnang dan mula kerja pendek. Indikasi untuk
pembedahan, pembedahan abdomen selama 45-60 menit (termasuk cesar),
bedah urologi dan ekstremitas bawah selama 2-3 jam. Bedah ekstremitas
15
bawah, urologi dan perineal 1,5-3ml (7,5ml-15mg).Hubungan antara
preeklamsi berat dalam kasus ini dengan obat anestesi bupivacain dapat
menurunkan tekanan darah, sehingga kita perlu obat emergency seperti
efedrin 5 mg/ml apabila tekanan darah pasien turun 10 % dari tekanan
darah awal.
2. Post-Operatif
Seleai operasi pasien boleh minum dan makan
Diberikan obat analgetik : Ketorolac 60 mg, Tramadol 100 mg
Cairan : futrolit dalam 20 tetes/menit
Selalu monitoring tanda tanda vital (suhu, saturasi dan nadi).
16
A. PEMBAHASAN PREEKLAMSI BERAT PADA PASIEN Definisi preeklamsia
Preeklamsi ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria atau edema, akibat dari
kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, bahkan
setelah 24 jam post partum.
Sebelumnya, edema termasuk kedalam salah satu kriteria diagnosis preeklamsia,
namun sekarang tidak lagi dimasukkan kedalam kriteria diagnosis, karena pada
wanita hamil umum ditemukan adanya edema, terutama ditungkai, karena adanya
stasis pembuluh darah.
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis preeklamsia, namun
adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan dijaringan tubuh harus tetap
diwaspadai. Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan tubuh. Normalnya,
wanita hamilmengalami kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu. Apabila
kenaikan berat badannya lebih dari normal perlu dicurigai timbulnya preeklamsia.
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain. Kenaikan
tekanan sitolik > 30 mmHg dari nilai normal atau mencapai 140 mmHg atau kenaikan
tekanan diastolik > 15 mmHg atau mencapai 90 mmHg dapat membantu
ditegakkannya diagnosis hipertensi.Penentuan tekanan darah dilakukan minimal 2
kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat.
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urine 24 jam yang
kadarnya melebihi 0,3 gram/liter.
Preeklamsia pada perkembangannya dapat berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan timbulnya kejang.
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
17
A. GEJALA KLINIS PADA PREEKLAMSIA BERATGejala preeklamsia adalah :
1. Hipertensi
2. Edema
3. Proteinuria
Gejala subjektif :
1. Nyeri kepala
2. Nyeri ulu hati
3. Gangguan penglihatan
Dikatakan preeklamsi berat biladijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut :
1. TD > 160/110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr/24 jam
3. Oliguria < 500 ml/24 jam
4. Peningkatan kadar enzim hati/ikterus
5. Nyeri kepala frontal/gangguan penglihatan
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. HELLP syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver Enzyme,
LP = Low Platelet Counts).
9. Koma.
Gejala preeklamsia bisa ditegakkan jika terdapat minimal gejala
hipertensi dan proteinuria.
Pada pasien ini terdapat adanya hipertensi > 160/110 maka termasuk
pada kriteria peeklamsi berat.
18
Pada preeklamsi berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.
Jika seksio sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa :
1. Tidak terdapat koagulopati (koagulopati merupakan kontra indikasi anestasi
spinal).
2. Anestesi yang aman untuk pasien ini pada preeklamsia berat adalah anestesi
spinal
3. Harus diperhatikan resiko HELLP Syndrom sebagai salah satu efek PEB. Jika
dilakukan anastesi spinal dan terjadi epidural hematoma, maka blok akan
ireversibel. Kecuali sebelum 7 jam dan diketahui dengan pemeriksaan MRI
atau CT scan dan langsung dilakukan laminektomi maka blok bisa reversibel.
Pada kasus ini pasien sudah mengalami tekanan darah yang tinggi dan sudah
termasuk kriteria preeklamsia berat. Oleh karena itu tidak memungkinkan
untuk menjalani persalinan secara normal, maka terminasi kehamilan
dilakukan secara seksio sesaria. Penggunaan teknik anestesi harus disesuaikan
dengan keadaan pasien. Pada pasien ini jika dilakukan general anestesi dapat
menyebabkan depresi pernapasan yang sangat berbahaya bagi ibu, sehingga
dilakukan spinal anestesi, dengan catatan pasien harus benar – benar
dimonitor selama pemberian anestesi, karena pasien ini berada pada status
ASA III
19
- Bupivacain Hiperbarik : mula kerja lambat kejadian mual muntah dan
hipotensi tinggi
- Bupivacain Isobarik : lama kerja yang panjang, waktu operasi lebih dari
1 jam menghasilkan analgesi pasca operasi yang lebih baik dan kejadian
mual muntah serta hipotensi rendah.
BUPIVACAIN HIPERBARIK
- Hiperbarik lebih cepat secara bermakna dibanding dengan bupivacain
isobarik
- Hiperbarik lama kerja motorik bupivacain
- Efek samping pada kedua kelompok tidak ada perbedaan bermakna
- Mula kerja bupivacain hiperbarik lebih cepat secara bermakna
dibandingkan dengan bupivacain isobarik
BUPIVACAIN ISOBARIK
- Isobarik lebih lama secara bermakna dibanding bupivacain hiperbarik
- Isobarik lebih lama kerja blok motorik
- Efek samping keduanya tidak ada perbedaan bermakna
- Mula kerja bupivacain isobarik lebih lama secara bermakna dibanding
bupivacain hiperbarik
Pada pasien ini yang kita pakai anestesi bupivacain hiperbarik, karna lebih cepat
secara bermakna dibandingkan dengan anestesi bupivacain isobarik.
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, Gant F.G, et all, Wiliam Manual of Obstetrics, 21st Edition
Bostom McGraw Hill, 2003 : 339-47.
2. Anonim. Preeklamsia Berat / Eklamsia. Di unduh dari :
http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/24/preeklamsia-berateklamsia/. Di
akses pada tanggal 18 mei 2010.
3. Subianto, Teguh. Prosedur Penatalaksanaan Pre-eklamsia Berat. Di unduh
dari: http://teguhsubianto.blogsop.com/2009/07/prosedur-penatalaksanaan-
pre-eklampsia.html Diakses pada tanggal 18 Mei 2010
4. Diyoyen. Preeklampsia Berat. Di unduh dari :
http://Diyoyen.blog.friendster.com/2008/11/preeklampsia-berat/. Di akses
pada tanggal 18 Mei 2010.
5. Rahardjo, E., Rahardjo ,P., Sulistiyono, H., Anestesi untuk pembedahan
darurat dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran no. 33, 1984 : 6-9
6. http://eprints.undip.ac.id/28736/1/Budi Wibowo Tesis.pdf Wibowo, Budi
(2008) UJI KLINIS PERBANDINGAN MULA SERTA LAMA KERJA
ANTARA BUPIVACAIN HIPERBARIK DAN ISOBARIK PADA
ANESTESI SPINAL. Master thesis, Master Program In Biomedical Science.