Lap Piperin

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Piperin (1–piperilpiperidin ) C 17 H 19 O 3 N merupakan alkaloid dengan inti piperidin. Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,5 0 C, merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air . Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92%. Gambar 1.1.1 Struktur piperin 1.2 Tujuan Percobaan Mempelajari proses pemisahan (ekstraksi) suatu kandungan tertentu dari bahan alam. Mencari titik leleh kristal piperin. 1

description

laporan praktikum piperin

Transcript of Lap Piperin

Page 1: Lap Piperin

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Piperin (1–piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin.

Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,50C, merupakan basa

yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan sedikit larut dalam air .

Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada hitam

maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe jawa. Kandungan

piperin biasanya berkisar antara 5-92%.

Gambar 1.1.1 Struktur piperin

1.2 Tujuan Percobaan

Mempelajari proses pemisahan (ekstraksi) suatu kandungan tertentu dari bahan

alam.

Mencari titik leleh kristal piperin.

1

Page 2: Lap Piperin

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Lada nama lainnya adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan nama latin;

Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi baud an rasa makanan

yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging(Septiatin, 2008). Ada dua macam lada yang

menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan

memetik buah yang masih hijau, mengupasnya,difermentasi untuk menambah rasa lada,

kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada

putih diperoleh dengan memetik biji masak merah,diremas perlahan-lahan dan direndam

dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar matahari(Septiatin,

2008). Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena alkaloid

piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak. Rasa pedas disebabkan

oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat merangsang cairan lambung dan

air ludah. Selain itu lada bersifat pedas, menghangatkan dan melancarkan peredaran

darah(Septiatin,2008).

Khasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu hamil, kolera,

nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan impoten(septiatin, 2008). Beberapa

contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa;

kastoramin dari sejenis musang Kanada; turunan Pirrol, feromon seks serangga; saksitosin,

neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella; pirosiamin dari bakterium Pseudomonas

aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea; dan likopodin dari

genus lumut Lycopodium.

1.      Deteksi

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall meliputi ekstraksi sekitar  20 gram bahan tanaman

kering yang di refluks dengan 95% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan

95% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air,

disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi

Mayer atau dengan siklotungstat. Bila hasil test positif, maka konformasi test dilakukan

2

Page 3: Lap Piperin

dengan cara larutan yang bersifat asam tersebut dibasakan, alkaloid diekstrak ke dalam

pelarut organik, dan kemudian alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan

asam ini menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman

mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya alkaloid

quartener.

2.      Isolasi

Karakter dasar berbagai alkaloid digunakan untuk mengisolasinya. Alkaloid diambil

ke dalam larutan asam berair (umumnya asam hidroklorida, sitrat, atau tartarat) dan

komponen netral atau bersifat asam dari campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut.

Setelah larutan berair dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut

yang sesuai.

3. Ekstraksi

Bahan tanaman, terutama biji dan daun, sering banyak mengandung lemak, lilin yang

sangat non polar. Karena senyawa tersebut sering menimbulkan persoalan terbentuk emulsi,

maka senyawa-senyawa tersebut dipisahkan dari bahan tanaman sebagai langkah awal

dengan cara perkolasi dari bahan tanaman dengan proteleum eter.

Kebanyakan alkaloid tidak larut dalam proteleum eter. Namun demikian ekstrak harus di cek

untuk mengetahui adanya alkaloid dengan menggunakan salah satu pereaksi pengendap

alkaloid seperti disebutkan diatas. Bila sejumlah alkaloid larut dalam proteleum eter, maka

bahan tanaman pada awal ditambah dengan asam berair untuk mengikat alkaloid sebagai

garamnya.

4.      Pemurnian

Kristalisasi Langsung

Meskipun cara ini merupakan prosedur paling sederhana, tetapi jarang memberikan

hasil yang memuaskan untuk pemisahan alkaloid murni, kecuali apabila satu alkaloid yang

terdapat dalam bahan tidak larut. Beberapa kombinasi pelarut yang sering digunakan untuk

kristalisasi alkaloid meliputi metanol, etanol berair, metanol-kloroform, metanol-eter,

metanol-aseton, dan etanol-aseton(Sastrohamodjojo, 1996).

KLT dapat digunakan untuk memisahkan berbagai senyawa seperti ion ion anorganik,

kompleks senyawa senyawa organik dengan anorganik, dan senyawa senyawa organik baik

yang terdapat di alam dan senyawa senyawa organik sintetik. Kelebihan penggunaan

kromatografi lapis tipis dibandingkan dengan kromatografi kertas ialah karena dapat

dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna, kepekaan yang lebih tinggi, dan dapat

3

Page 4: Lap Piperin

dilaksanakan dengan lebih cepat. Banyak pemisahan yang memakan waktu berjam jam bila

dikerjakan dengan kromatografi kertas, tetapi dapat dilaksanakan hanya beberapa menit saja

bila dikerjakan dengan KLT. Empat macam adsorben yang umum dipakai ialah silika gel,

alumina, kieselguhr, dan selulosa. Sampel yang merupakan campuran senyawa yang akan

dipisahkan, dilarutkan dalam zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat

pelarut lain yang serupa, yang mempunyai titik didih antara 50-1000C. Tetesan sampel harus

di usahakan sekecil mungkin dengan meneteskan berulang kali, dengan di biarkan mengering

sebelum tetesan berikutnya dikerjakan. Pemilihan sistem pelarut yang dipakai didasarkan atas

prinsip like dissolves like, tetapi akan lebih cepat . pemilihan sistem pelarut atas dasar like

dissolves like berarti untuk memisahkan sampel yang bersifat nonpolar digunakan sistem

pelarut yang bersifat non polar juga. Dengan menempatkan plat yang telah dikeringkan dalam

ruangan yang mengandung uap iodium, komponen penyusun dalam bentuk bercak akan

berwarna coklat dengan dasar putih. Penggunaan sinar ultraviolet dapat memberikan

fluoresensi pada plat yang mengandung unsur fosfor.

4

Page 5: Lap Piperin

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Skema Percobaan

3.2.1 Isolasi Piperin

Gambar 3.2.1.1 Skema Prosedur Isolasi Piperin

5

Memasukkan 40 gr serbuk lada hitam kering yang terbungkus kertas saring ke dalam soklet.

Melakukan ekstraksi dengan 150 ml pelarut etanol 95% sampai 7 kali recycle.

Memekatkan larutan ekstrak yang diperoleh dengan cara memanaskannya di atas penangas minyak 600C (pemekatan dilakukan 2 kali).

Menambahkan 60 ml larutan KOH alkoholik 10%, mengaduknya dengan hati-hati, lalu mendiamkan 7 hari.

Memisahkan kristal yang terbentuk dari endapan, akan terbentuk kristal yang berwarna kuning.

Menentukan titik lelehnya.

Page 6: Lap Piperin

3.2.2 Degradasi Piperin

Gambar 3.2.1.1 Skema Prosedur Degradasi Piperin

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Soklet

Labu bundar

Penangas minyak

Corong kaca

Kertas saring

Spatula

Refluk kondensor

Peralatan melting point

3.1.2 Bahan

Lada hitam

Etanol 95%

KOH alkoholik 10%

Larutan HCl 6M

6

Merefluk 0,5 gr priperin dengan 20 ml larutan KOH alkoholik 10% selama 1 jam

Menguapkan pelarutnya.

Suspensikan residu dengan air (±5ml) kemudian diasamkan dengan HCl 6M.

Saring endapan, lalu cuci dengan air dan kristalkan dalam etanol.

Mengeringkan Kristal (piperixdin hidrokhlorida) dan mencari titik lelehnya.

Page 9: Lap Piperin

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

4.1.1.Isolasi Piperin

Berat serbuk lada hitam : 40,3197 gram

Endapan piperin berwarna kuning kecoklatan

Berat endapan piperin : 0,9975 gram

Titik leleh piperin : 128,9 0C

4.1.2 Degradasi Piperin

Berat piperin : 0,5085 gram

Kristal pierixdin hidrokhlorida berwarna putih

Berat kristal piperixdin hidrokhlorida : 0,9381 gram

Titik leleh piperixdin hidrokhlorida : 180,9 0C

9

Page 10: Lap Piperin

4.2 Pembahasan

Pada percobaan isolasi piperin yang pertama menimbang serbuk lada hitam 40,3197

gram. Serbuk lada hitam yang terbungkus kertas saring kedalam soklet. Lalu melakukan

ekstraksi dengan 150 ml pelarut etanol 95% karena etanol titik didihnya sesuai dengan

larutan yang akan diekstrak dan sampai 7 kali recycle. Hasilnya larutan berwarna coklat tua.

Setelah itu memekatkan larutan ekstrak yang diperoleh dengan cara memanaskan diatas

penangas minyak ± 600C (pemekatan dilakukan 2 kali), lalu menambahkan 60 ml larutan

KOH alkoholik 10% dan mediamkannya selama 7 hari. Hasilnya larutan berwarna coklat tua

dan endapan kuning kecoklatan. Memisahkan kristal yang terbentuk dari endapannya akan

diperoleh kristal-kristal yang berwarna kuning kecoklatan. Jumlah kristal yang didapat dari

proses isolasi piperin adalah 0,6479 gram dengan titik leleh pada proses isolasi piperin adalah

128,9 0C dan titik leleh pada literatur adalah 127- 129,5 0C, maka kristal yang diperoleh

adalah kristal piperin.

Pada percobaan degradasi piperin ini dengan merefluk 0,5085 gr priperin dengan 20

ml larutan KOH alkoholik 10% selama 1 jam. Lalu menguapkan pelarutnya. Residu

disuspensikan dengan sedikit air ±5 ml kemudian diasamkan dengan HCl 6 M. Saring

endapan, lalu cuci dengan air dingin dan kristalkan dalam etanol. Hasilnya kristal putih,

endapan kristal putih dipisahkan dengan cara penyaringan dengan kertas saring, untuk

meminimalkan kandungan resin yang ikut tersaring. Setelah itu mengeringkan kristal yang

terbentuk (piperixdin hidrokhlorida) dan mencari titik lelehnya. Jumlah kristal yang didapat

dari proses degradasi adalah 0,9381 gram dengan titik leleh pada proses degradasi piperin

adalah 180,90C dan titik leleh pada literatur adalah 180-190,5 0C, maka kristal yang diperoleh

adalah kristal piperixdin hidrokhlorida.

10

Page 11: Lap Piperin

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Pada isolasi piperin dilakukan dengan ekstraksi dengan etanol 95% sampai 7x recycle

larutan berwarna coklat tua dan endapan kuning kecoklatan.

Jumlah kristal yang didapat dari proses isolasi adalah 0,9975 gram

Titik leleh pada proses isolasi adalah 128,9 0C

Jumlah kristal yang didapat dari proses degradasi adalah 0,9381 gram

Titik leleh pada proses degradasi piperin adalah 180,90C

11

Page 12: Lap Piperin

DAFTAR PUSTAKA

Adnan,Muhammad. 1997. Teknik Kromatografi. Andi Offset. Yogyakarta. (9-14).

Fessenden, J. 1994. Dasar Kimia Organik. Erlangga: Jakarta.

Modul praktikum kimia organik-teknik kimia itats.

Sastrohamidjojo,Hardjono.1996.Sumber Bahan Alam,ugm press,Yogyakarta.

Septiatin, Eatin.2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan Tanaman

Liar. CV.YRAMA WIDYA. Bandung, (60,61,62).

12

Page 13: Lap Piperin

APPENDIKS

A. Isolasi Piperin

Massa kertas saring = 0,6479 gram

Massa kertas saring dengan endapan = 1,6454 gram

Massa endapan = 1,6454 – 0,6479

= 0,9975 gram

B. Degradasi piperin

Massa kertas saring = 0,6455 gram

Massa kertas saring dengan endapan = 1,5836 gram

Massa endapan = 1,5836 – 0,6455

= 0,9381 gram

13