Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

download Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

of 19

description

laporan

Transcript of Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    1/19

    LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

    PENGARUH SIKAP DAN KERJA FISIK

    TERHADAP TEKANAN DARAH

    KELOMPOK E1

    Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

    Tahun Ajaran 2011/2012

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    2/19

    Daftar Presensi Kehadiran Anggota Kelompok

    KETUA :

    DEBBY MARIANE LUMBAN TOBING (102011050)

    ANGGOTA :

    ANDREINO ADYTHIA PAUSE (102010020)

    MEGA JULIA THIO (102010028)

    RENOIR VICTOR (102011111)

    SHARON LORISA SIMAMORA (102011115)

    MARIA GRISELDA AMADEA (102011214)

    ALVIN WIJAYA (102011307)

    NURFITRI SETIONINGSIH (102011328)

    KIRANA (102011415)

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    3/19

    Tujuan Percobaan :

    Untuk mengetahui pengaruh sikap tubuh dan kerja fisik terhadap tekanan

    darah seseorang.

    Alat dan Bahan :

    1. Sfigmomanometer

    2. Stetoskop

    Cara Kerja :

    I. PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS PADA SIKAP

    BERBARING,DUDUK, DAN BERDIRI.

    Berbaring terlentang

    1. Suruhlah orang percobaan (OP) berbaring terlentang dengan tenang

    selama 10 menit.

    2. Selama menunggu, pasanglah manset sfigmomanometer pada lengan

    kanan atas orang percobaan.

    3.

    Carilah dengan palpasi denyut a. radialis pada pergelangan tangankanan orang percobaan.

    4.

    Setelah OP berbaring 10 menit, tetapkanlah kelima fase Korotkoff

    dalam pengukuran tekanan darah OP tersebut.

    5. Ulangilah pengukuran sub. 4 sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai

    rata-rata dan catatlah hasilnya.

    Duduk

    6.

    Tanpa melepaskan manset, OP di suruh duduk.

    Setelah di tunggu 3 menit, ukurlah lagi tekanan a. brachialis nya dengan cara

    yang sama.

    Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan

    catatlah hasilnya.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    4/19

    Berdiri

    7.

    Tanpa melepaskan manset, OP di suruh berdiri.

    Setelah di tunggu 3 menit, ukurlah lagi tekanan a. brachialis nya dengan cara

    yang sama.

    Ulangilah pengukuran sebanyak 3 kali untuk mendapatkan nilai rata-rata dan

    catatlah hasilnya.

    8.

    Bandingkan hasil pengukuran tekanan darah OP pada ketiga sikap yang

    berada di atas.

    II. PENGUKURAN TEKANAN DARAH SESUDAH KERJA OTOT

    1.

    Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP dengan penilaian menurut metode baru

    pada sikap duduk (OP tak perlu yang sama seperti di sub. I)

    2. Tanpa melepaskan manset suruhlah OP berlari di tempat dengan frekuensi

    120 kali loncatan/menit, selama 2 menit. Segera setelah selesai, OP disuruh

    duduk dan ukurlah tekanan darahnya.

    3.

    Ulangilah pengukuran tekanan darah ini tiap menit, sampai tekanan darahnya

    kembali seperti semula. Catatlah hasil pengukuran tersebut.

    III.

    PENGUKURAN TEKANAN DARAH A. BRACHIALIS DENGAN

    CARA PALPASI

    1. Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap duduk, dengan cara

    auskultasi (sub. I)

    2.

    Ukurlah tekanan darah a. brachialis OP pada sikap yang sama, dengan cara

    palpasi.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    5/19

    Hasil Percobaan :

    Percobaan I Pengukuran tekanan darah a. Brachialis pad sikap berbaring,

    duduk dan berdiri.

    Posisi Berbaring

    Jenis

    Korotkoff

    Pengukuran I

    (mmHg)

    Pengukuran

    II (mmHg)

    Pengukuran

    III (mmHg)

    Rata-rata

    (mmHg)

    Korotkoff I 110 110 110 110

    Korotkoff II 106 106 106 106

    Korotkoff III 100 90 90 93,3

    Korotkoff IV 80 80 80 80

    Korotkoff V 70 70 70 70

    Posisi Duduk

    Jenis

    Korotkoff

    Pengukuran I

    (mmHg)

    Pengukuran

    II (mmHg)

    Pengukuran

    III (mmHg)

    Rata-rata

    (mmHg)

    Korotkoff I 110 110 110 110

    Korotkoff II 106 106 106 106

    Korotkoff III 100 90 90 93,3

    Korotkoff IV 90 80 80 83,3

    Korotkoff V 80 70 70 73,3

    Posisi Berdiri

    Jenis

    Korotkoff

    Pengukuran I

    (mmHg)

    Pengukuran

    II (mmHg)

    Pengukuran

    III (mmHg)

    Rata-rata

    (mmHg)

    Korotkoff I 110 110 110 110

    Korotkoff II 106 106 106 106

    Korotkoff III 100 100 100 100

    Korotkoff IV 85 80 76 80,3

    Korotkoff V 70 70 70 70

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    6/19

    Percobaan IIPengukuran tekanan darah sesudah kerja otot

    Hasil percobaan berlari:

    OP

    Percobaan Rata-Rata

    I II III

    120/70 130/80 120/70 123/73

    Pembahasan :

    Berdasarkan percobaan pada kedua OP, Pada berlari tekanan rata-rata sistolik

    meningkat dibandingkan diastolik.

    Percobaan III - Pengukuran tekanan darah a. Brachialis dengan cara palpasi

    Cara Auskultasi (sistole/diastole) Cara Palpasi (sistole)

    90/70 90

    Landasan Teori :

    Aliran Darah

    Sirkulasi sistemik dan paru masing-masing terdiri dari sistem pembuluh darah

    yang tertutup. Arteri yang mengangkut darah dari jantung ke jaringan, bercabang-

    cabang menjadi suatu pohon pembuluh-pembuluh darah yang semakin kecil,

    dengan berbagai cabang menyalurkan darah ke berbagai bagian tubuh. Sewaktu suatu

    arteri kecil mencapai organ yang dipendarahinya, arteri tersebut bercabang-cabang

    menjadi banyak arteriol. Volume darah yang mengalir melalui suatu organ dapat

    disesuaikan dengan mengatur kaliber (garis tengah internal) arteriol organ. Di dalam

    pembuluh terkecil, tempat semua pertukaran antara darah dan sel-sel di sekitarnya

    terjadi. Kapiler-kapiler kembali menyatu untuk membentuk venula kecil, yang terus

    bergabung membentuk vena kecil yang keluar dari organ. Vena-vena kecil secara

    progresif bersatu untuk membentuk vena yang lebih besar yang akhirnya mengalirkan

    darah ke jantung.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    7/19

    Laju aliran (flow rate) darah melintasi suatu pembuluh (yaitu, volume darah

    yang lewat per satuan waktu) berbanding lurus dengan gradient tekanan dan

    berbanding terbalik dengan resistensi vasku ler.

    Perbedaan tekanan antara tekanan permulaan dan akhir suatu pembuluh adalah

    gaya pendorong utama aliran dalam pembuluh; yaitu, darah mengalir dari suatu

    daerah dengan tekanan tinggi ke daerah dengan tekanan darah yang lebih rendah

    sesuai penurunan gradien tekanan. Kontraksi jantung menimbulkan tekanan terhadap

    darah, tetapi karena adanya friksi (resistensi), tekanan berkurang sewaktu darah

    mengalir melalui suatu pembuluh. Karena tekanan semakin turun di sepanjang

    pembuluh, tekanan akan lebih tinggi di permulaan daripada di akhir pembuluh. Hal

    ini membentuk suatu gradient tekanan untuk mengalirnya darah melalui pembuluh

    tersebut. Semakin besar gradient tekanan yang mendorong darah melintasi suatu

    pembuluh, semakin besar laju aliran darah melalui pembuluh tersebut.

    Faktor lain yang mempengaruhi laju aliran melalui suatu pembuluh darah

    resistensi, yaitu ukuran hambatan terhadap aliran darah melaui suatu pembuluh yang

    ditimbulkan oleh friksi (gesekan) antara cairan yang mengalir dan dinding pembuluh

    yang stationer. Seiring dengan peningkatan resistensi terhadap aliran, darah akan

    semakin sulit melintasi pembuluh, sehingga aliran berkurang. Resistensi meningkat,

    gradient tekanan harus meningkat setara agar laju aliran tidak berubah. Dengan

    demikian, apabila pembuluh memberikan resistensi yang lebih besar terhadap aliran

    darah, jantung harus berkerja lebih keras untuk mempertahankan sirkulasi agar

    adekuat.

    Resistensi terhadap aliran darah bergantung pada tiga faktor: (1) viskositas

    (kekentalan)darah; (2) panjang pembuluh; dan (3) jari-jari pembuluh, yaitu faktor

    terpenting. Viskositas mengacu kepada friksi yang timbul antara molekul suatu cairan

    sewaktu bergesekan satu sama lain selama cairan mengalir. Semakin besar resistensi

    terhadap aliran.

    Karena darah menggesek lapisan dalam pembuluh sewaktu mengalir, semakin

    besar luas permukaan yang berkontak dengan darah, semakin besar resistensi terhadap

    aliran. Luas permukaan ditentukan oleh panjang (L) dan jari-jari (r) pembuluh. Pada

    jari-jari konstan, semakin panjang pembuluh semakin besar luas permukaan dan

    semakin besar resistensi terhadap aliran. Karena panjang pembuluh di dalam tubuh

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    8/19

    konstan, panjang tersebut bukan merupakan faktor variabel untuk mengontrol

    resistensi vaskuler. Dengan demikian, penentu utama resistensi terhadap aliran adalah

    jari-jari pembuluh. Cairan mengalir lebih deras melalui pembuluh berukuran besar

    daripada melalui pembuluh yang lebih kecil, karena di pembuluh berukuran lebih

    kecil darah, dengan volume tertentu, berkontak dengan lebih banyak permukaan dari

    pada di pembuluh besar.

    Tekanan Darah dan Pengukurannya

    Tekanan darah, gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap dinding pembuluh,

    bergantung pada volume darah yang terkandung di dalam pembuluh dan compliance,

    atau daya regang (distensibility), dinding pembuluh yang besangkutan. Apabila

    volume darah yang masuk arteri sama dengan volume darah yang meninggalkan arteri

    selama periode yang sama, tekanan darah arteri akan konstan. Namun yang terjadi

    bukan seperti ini. Selama sistol ventrikel, volume sekuncup darah masuk arteri dari

    ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga darah dari jumlah tersebut yang

    meninggalkan mereka, terdorong oleh recoil elastic. Tekanan maksimum yang

    ditimbulkan di arteri sewaktu darah disemprotkan masuk kedalam arteri selama sistol,

    atau tekanan sistolik, rata-rata adalah 120 mmHg. Tekanan minimum di dalam arteri

    sewaktu darah mengalir keluar ke pembuluh di hilir selama diastole, yakni tekanan

    diastolik, rata-rata 80 mmHg.

    Perubahan tekanan arteri selama siklus jantung dapat diukur secara langsung

    dengan menghubungkan alat pengukur tekanan ke sebuah jarum yang dimasukkan ke

    dalam sebuah arteri. Namun pengukuran dapat dilakukan secara lebih nyaman dan

    cukup akurat, yaitu secara tidak langsung dengan menggunakan sfignomanometer.

    Pengukuran secara tidak langsung ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu palpasi

    (dengan raba) dan auskultasi (menggunakan stetoskop).

    Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung dengan menggunakan cara

    auskultasi (menggunakan stetoskop) adalah suatu cara pengukuran tekanan darah

    dengan memompa manset yang sudah dilingkarkan di lengan orang yang akan diukur

    tekanan darahnya hingga kantung manset mengembung dan menahan aliran darah

    dengan berarti tidak ada aliran darah dalam pembuluh darah.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    9/19

    Ada dua keadaan dimana tidak akan terdengar bunyi yaitu bila tidak ada aliran

    di dalam pembuluh darah tersebut atau bila alirannya lancar atau laminer. Di antara

    kedua keadaan ekstrim tersebut, turbulensi menyebabkan terjadinya vibrasi dinding

    pembuluh darah. Bila manset dikempiskan perlahan-lahan, vibrasi tersebut terdengar

    sebagai bunyi Korotkoff. Bunyi Korotkoff di bagi menjadi lima fase.

    Fase 1 dimulai saat bunyi terdengar, disebut tekanan sistolik. Pada fase 1,

    tekanan sistolik hanya cukup untuk membuka pembuluh darah untuk sementara waktu

    saja dan menimbulkan bunyi ketukan nyaring, yang makin lama makin meningkat

    intensitasnya. Jika tekanan dalam manset makin di turunkan, aliran yang melewati

    pembuluh darah meningkat, menimbulkan bunyi mendesir yang merupakan ciri khas

    fase 2. Bunyi tersebut menjadi lebih keras dan lebih nyaring pada fase 3. Pada fase 4,

    bunyi tiba-tiba redup, lemah dan meniup. Fase 5 adalah saat dimana bunyi sama

    sekali tidak terdengar. Saat ini biasanya dianggap sebagai tekanan diastolik. Bunyi

    korotkoff fase 1 pada kondisi normal berkisar pada tekanan 120 mmHg, yang

    dilanjutkan dengan fase ke-2 pada tekanan 110 mmHg, fase ke-3 sekitar 100 mmHg,

    fase ke-4 sekitar 90 mmHg, sedangkan fase ke-5 yang di anggap sebagai tekanan

    diastolik adalah sekitar 80 mmHg.

    Pemeriksaan lainnya adalah dengan menggunakan metode palpasi yaitu

    menggunakan metode meraba denyut a. Radialis dari orang yang diukur tekanan

    darahnya. Perlakuan yang sama dilakukan dengan memompa manset hingga kantung

    manset mengembang dan menekan pembuluh darah sehingga tidak ada lagi aliran

    darah pada pembuluh darah tersebut. Tekanan sistolik dapat ditentukan dengan

    memompa manset lengan dan kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan

    pada denyut a. Radialis pertama kali teraba. Oleh karena kesukaran menentukan seara

    pasti kapan denyut pertama teraba, tekanan yang diperoleh dengan metode palpasi

    biasanya 2-5 mmHg lebih rendah dibandingkan dengan pengukuran dengan

    menggunkanan cara auskultasi.

    Pengaruh Gravitasi

    Tekanan darah yang didapatkan dalam setiap pengukuran tekanan darah

    menggunakan sfigmomanometer merupakan tekanan dalam pembuluh darah setinggi

    jantung. Tekanan setiap pembuluh di bawah jantung lebih tinggi dan dalam pembuluh

    di atas jantung lebih rendah akibat efek gravitasi. Besarnya efek gravitasi (hasil

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    10/19

    densitas darah, akselerasi karena gravitasi (980 cm/s), dan jarak vertikal di atas atau di

    bawah jantung) adalah 0,77 mmHg/ cm pada densitas darah normal. Jadi pada orang

    dewasa dengan posisi berdiri, bila tekanan arteri rata-rata setinggi jantung adalah 100

    mmHg, tekanan rata-rata pada arteri besar di kepala (50 cm di atas jantung) adalah 62

    mmHg (100- [0,77 x 50]) dan tekanan pada arteri besar di kaki (105 cm di bawah

    jantung) adalah 180 mmHg (100 + [0,77 x 105]).

    Darah yang kembali ke atrium jantung di bantu oleh mekanisme dari vena.

    Darah dari seluruh tubuh akan kembali ke jantung melalui sistem peredaran darah

    vena. Proses kembalinya darah ke jantung melalui vena salah satunya dipengaruhi

    oleh gaya gravitasi sama seperti yang terjadi pada arteri. Namun yang terjadi pada

    sistem vena adalah semakin besar pengaruh gaya gravitasi yang bekerja pada

    pembuluh vena tersebut akan menahan aliran darah vena untuk kembali ke jantung

    dan membuat darah terakumulasi pada daerah tersebut. Hal inilah yang membuat

    tekanan vena akan semakin berkurang saat mulai menjauhi gaya gravitasi. Semakin

    mendekati jantung tekanan darah vena akan semakin berkurang di bandingkan dengan

    tekanan vena pada saat berada di daerah dengan pengaruh gaya gravitasi yang besar.

    Pada posisi berbaring, gaya gravitasi bekerja secara merata, sehingga tidak perlu

    dipertimbangkan. Namun, sewaktu seseorang berdiri, efek gravitasi tidak merata.

    Selain tekanan yang ditimbulkan oleh kontraksi jantung, pembuluh yang terletak di

    bawah jantung juga mendapat tekanan yang ditimbulkan oleh berat kolom darah dari

    jantung ke ketinggian kolom darah yang bersangkutan. Terdapat dua konsekuensi

    penting dari peningkatan tekanan ini. Pertama, vena yang dapat melebar menyerah

    di bawah peningkatan tekanan hidrostatik ini, sehingga semakin melebar dan

    kapasitasnya meningkat. Sebagian besar darah yang masuk ke kapiler cenderung

    menumpuk di vena-vena tungkai bawah dan tidak di kembalikan ke jantung. Karena

    aliran balik vena berkurang, curah jantung berkurang dan volume sirkulasi efektif

    juga menurun. Kedua, peningkatan mencolok tekanan darah kapiler yang terjadi

    akibat efek gravitasi menyebabkan filtrasi berlebihan cairan keluar jaringan kapiler di

    ekstremitas bawah dan menimbulkan edema lokal yaitu berupa pembengkakan kaki

    dan pergelangan kaki.

    Dalam keadaan normal terdapat dua tindakan kompensasi yang melawan efek

    gravitasi tersebut. Pertama, penurunan tekanan arteri rata-rata yang terjadi sewaktu

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    11/19

    seseorang berpindah dari berbaring menjadi berdiri memicu vasokontriksi vena

    melalui stimulasi simpatis, yang mendorong sebagian simpanan darah ke arah

    jantung. Kedua, pompa otot rangka mengganggu kolom darah dengan secara total

    mengosongkan segmen-segmen tertentu vena secara intermiten, sehingga bagian

    tertentu vena tidak mendapat beban berat kolom seluruh vena dari jantung ke

    ketinggiannya. Refleks vasokonstriksi vena secara tidak total dapat mengompensasi

    efek gravitasi tanpa bantuan aktivitas otot rangka. Dengan demikian, ketika seseorang

    berdiri untuk waktu yang lama, aliran darah ke otak berkurang karena menurunnya

    volume sirkulasi efektif.

    Pengaruh Kerja Fisik terhadap Tekanan Darah

    Kerja fisik yang sangat berat merupakan kondisi yang sangat menegangkan

    yang harus dihadapi oleh sistem sirkulasi normal. Selama istirahat, rata-rata aliran

    darah yang melalui otot lurik besarnya antara 3 sampai 4 ml/ menit/ 100 gram otot.

    Selama kerja fisik yang hebat, kecepatan ini dapat meningkat 15 sampai 25 kali lipat,

    mencapai 50 sampai 80 ml/menit/100 gram otot. Dalam latihan otot yang kuat dan

    ritmik berlangsung kontraksi otot yang kuat pula. Setiap kontraksi otot yang

    berlangsung terjadi peningkatan dan penurunan aliran darah. Aliran ini menurun

    selama fase kontraksi dan di antara dua kontraksi aliran tersebut meningkat. Pada

    akhir kontraksi yang ritmik, aliran darah tetap tinggi selama beberapa detik tetapi

    kemudian kembali normal setelah beberapa menit berikutnya. Penyebab berkurangnya

    aliran darah selama fase kontraksi otot pada waktu kerja fisik adalah akibat

    tertekannya pembuluh darah oleh otot yang berkontraksi.

    Selama kerja fisik, terjadi tiga efek utama yang penting bagi sistem sirkulasi

    untuk menyediakan banyak aliran darah yang dibutuhkan oleh otot. Efek-efek ini

    adalah pengeluaran rangsangan yang besar dari sistem saraf simpatis diseluruh

    tubuh dengan akibat perangsangan pada sistem sirkulasi, kenaikan tekanan arteri,

    dan kenaikan curah jantung.Salah satu efek paling penting daripeningkatan aktivitas

    simpatis pada kerja fisik adalah menimbulkan penongkatan tekanan arterial. Hal ini

    adalah akibat dari berbagai efek perangsangan, antara lain (1) vasokonstriksi arteriol

    dan arteri kecil pada sebagian besar jaringan tubuh disamping otot-otot aktif, (2)

    peningkatan aktivitas pemompaan oleh jantung, dan (3) peningkatan yang besar pada

    tekanan pengisian sistemik rata-rata terutama disebabkan oleh kontraksi vena.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    12/19

    Bila seseorang melakukan kerja fisik dalam keadaan tegang tetapi hanya

    menggunakan sedikit otot saja, respons simpatis masih tetap terjadi di setiap bagian

    tubuh, tetapi vasodilatsi hanya terjadi pada beberapa otot yang aktif saja. Karena itu

    hasil utama yang didapatkan adalah vasokonstriksi, yang seringkali meningkatkan

    tekanan arteri rata-rata sampai setinggi 170 mmHg. Sebaliknya seseorang yang

    melakukan kerja fisik dengan seluruh tubuhnya, misalnya berlari atau berenang,

    kenaikan tekanan arterinya seringkali hanya 20 40 mmHg. Tidak adanya kenaikan

    yang hebat itu disebabkan oleh terjadinya vasodilatasi hebat pada sejumlah besar otot.

    Baik dalam keadaan istirahat maupun latihan fisik, atlet yang terlatih memiliki

    isi volume sekuncup yang lebih besar dan frekuensi denyut jantung yang lebih rendah

    daripada orang yang tidak terlatih dan para atlet ini cenderung memiliki jantung yang

    lebih besar. Perubahan yang terjadi pada otot rangka dengan latihan adalah

    peningkatan jumlah mitokondria dan enzim yang berperan dalam metabolisme

    oksidatif. Terjadi peningkatan jumlah kapiler, dengan distribusi darah ke serat otot

    menjadi lebih baik. Efek akhir ialah ekstraksi O2yang lebih sempurna dan akibatnya,

    untuk beban kerja yang sama, peningkatan pembentukan laktat lebih rendah dan,

    karena hal ini, kecepatan denyut jantung dan curah jantung kurang meningkat

    dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih. Selain itu, penurunan tekanan darahterjadi juga karena latihan olahraga yang teratur dapat melemaskan pembuluh

    pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarkan

    pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, olahraga dapat mengurangi

    tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat aktivitas

    memompa jantung berkurang. Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan

    dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan

    dengan penurunan tekanan diastolik.

    Refleks baroreseptor merupakan mekanisme terpenting dalam pengaturan

    tekanan darah jangka-pendek.

    Setiap perubahan pada tekanan darah rata- rata akan mencetuskan refleks

    baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta

    pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai

    usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Seperti reflex lainnya, reflex

    baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen dan organ

    efektor.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    13/19

    Reseptor terpenting yang berperan dalam pengaturan terus-menerus tekanan

    darah, yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, adalah mekanoreseptor

    yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata- rata dan tekanan nadi. Ketanggapan

    reseptor- reseptor tersebut terhadap fluktasi tekanan nadi meningkatkan kepekaan

    mereka sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik atau

    diastolik dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata-rata.

    Baroreseptor tersebut terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi

    penting mengenai tekanan darah arteri di pembuluh- pembuluh yang mengalir ke otak

    (baroreseptor sinus karotikus) dan di arteri utama sebelum bercabang- cabang untuk

    mempendarahi bagian tubuh lain (baroreseptor lengkung aorta).

    Baroreseptor secara terus-menerus memberikan informasi mengenai tekanan

    darah; dengan kata lain, mereka secara kontinu menghasilkan potensial aksi sebagai

    respon terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata- rata atau

    nadi) meningkat, potensial reseptor kedua bororeseptor itu meningkat, sehingga

    kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga

    meningkat, sebaliknya, apabila tekanan darah menurun, kecepatan pembentukan

    potensial aksi di neuron aferen oleh baroreseptor berkurang.

    Pusat integrasi yang menerima impuls aferen mengenai status tekanan arteri

    adalah pusat kontrol kardiovaskular, yang terletak di medulla didalam batang otak.

    Sebagai jalur aferen adalah sistem saraf otonom. Pusat kontol kardiovaskular

    mengubah rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ- organ efektor

    (jantung dan pembuluh darah).

    Sekarang marilah kita menyatukan refleks baroreseptor bersama- sama dengan

    menelusuri aktivitas refleks yang terjadi untuk mengkompensasi peningkatan atau

    penurunan tekanan darah. Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas

    normal, baroreseptor sinus karotikus dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan

    pembentukan potensial aksi di neuron aferen masing- masing. Setelah mendapat

    informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh pembentukan potensial aksi

    tersebut, pusat kontrol kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas

    simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke sistem kardiovaskuler. Sinyal-

    sinyal aferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume

    sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya

    menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah

    kembali ke tingkat normal.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    14/19

    Sebaliknya jika tekanan darah turun di bawah normal, aktivitas baroreseptor

    menurun yang menginduksi pusat kardiovaskuler untuk meningkatkan aktivitas

    jantung dan vasokonstriktor simpatis sementara menurunkan keluaran parasimpatis.

    Pola aktivitas eferen ini menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan

    volume sekuncup di sertai oleh vasikonstriksi arteriol dan vena. Perubahan-

    perubahan ini menyebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer total,

    sehinga tekanan darah naik kembali ke normal.

    Berbagai Pengaruh Terhadap Tekanan Darah

    Tekanan arteri rerata adalah tekanan darah yang dipantau dan diatur di tubuh,

    bukan tekanan sistolik atau diastolik arteri atau tekanan nadi dan juga bukan tekanan

    di bagian lain pohon vaskular. Pengukuran tekanan darah rutin merekam tekanan

    sistolik dan diastolik arteri, yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai

    tekanan arteri rerata. Nilai ambang terkini untuk tekanan darah normal yang

    ditentukan oleh National Institutes of Health adalah kurang dari 120/80 mmHg.

    Tekanan darah diatur dengan mengontrol curah jantung, resistensi perifer

    total dan volume darah.

    Tekanan arteri rerata adalah gaya pendorong utama yang megalirkan darah ke

    jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena 2 alasan. Pertama, tekanan ini

    harus cukup tinggi untuk menjamin tekanan pendorong yang memadai, tanpa tekanan

    ini, otak dan organ lain tidak dapat menerima aliran yang memadai, apapun

    penyesuaian lokal yang dilakukan dalam aspek resistansi arteriol yang mendarahi

    organ organ tersebut. Kedua, tekanan kerja bagi jantung dan meningkatkan resiko

    kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan pecahnya pembuluh darah halus.

    Mekanisme mekanisme yang terlibat dalam memadukan kerja bebagai

    komponen sistem sirkulasi dan sistem tubuh lain sangat penting untuk mengatur

    tekanan arteri rerata. Ingatlah bahwa dua penentu tekanan arteri rerata adalah curah

    jantung dan resistensi perifer total: Tekanan arteri rerata = curah jantung x resistensi

    perifer total.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    15/19

    Ingatlah bahwa curah jantung, sebaliknya, ditentukan sejumlah faktor.

    Demikian pula resistensi perifer total. Karena itu anda dapat dengan cepat dapat

    memahami kompleksitas regulasi tekanan darah. Marilah kita bahas faktor yang

    mempengaruhi tekanan arteri rerata.

    1. Tekanan arteri rerata bergantung pada curah jantung dan resistensi perifer

    total.

    2. Curah jantung bergantung pada kecepatan jantung dan isi sekuncup.

    3.

    Kecepatan jantung bergantung pada keseimbangan relatif aktivitas

    parasimpatis yang menurunkan kecepatan jantung dan aktivitas simpatis yang

    meninggalkan meningkatkan kecepatan jantung.

    4.

    Isi sekuncup meningkat sebagai respon terhadap aktivitas simpatis.

    5. Isi sekuncup juga meningkat bila tekanan arah balik vena meningkat.

    6. Aliran balik vena juga ditingkatkan oleh vasokontriksi vena yang diinduksi

    oleh parasimpatis, pompa otot rangka, pompa pernafasan dan penghisapan

    jantung.

    7. Volume darah sirkulasi efektif juga mempengaruhi seberapa banyak darah

    dikembalikan ke jantung . Volume darah jangka pendek bergantung pada

    ukuran perpindahan cairan bulkflow pasif antara plasma dan cairan intersitiummenembus dinding kapiler. Dalam jangka panjang, volume darah bergantung

    pada keseimbangan garam dan air, yang secara hormonal dikontrol masing

    masing oleh sistem renin-antigotensin-aldosteron dan vasopresin.

    8. Penentu utama lain tekanan darah arteri rerata, resitensi tekanan perifer total,

    bergantung pada jarijari semua arteriol serta kekentalan darah adalah jumlah

    sel darah merah. Namun jari jari arteriol adalah faktor yang lebih penting

    dalam menentukan resistensi perifer total.

    9.

    Jarijari arteriol dipengaruhi oleh kontrol metabolik lokal yang menyamakan

    aliran darah dengan kebutuhan metabolik. Sebagai contoh, perubahan lokal

    yang terjadi di otototot rangka yang aktif menyebabkan vasodilatasi arteriol

    lokal dan peningkatan aliran darah ke otototot tersebut.

    10.Jari jari arteriol juga dipengaruhi oleh aktivitas simpatis suatu mekanisme

    kontrol ekstrinsik yang menyebabkan vasokontriksi arteriol untuk

    meningkatkan resitensi perifer total dan tekanan darah arteri rerata.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    16/19

    11.Jari jari arteriol juga dipengaruhi secara ekstrinsik oleh hormon vasopresin

    dan angiotensin II, yaitu vasokontriktor poten serta penting dalam

    keseimbangan garam dan air.

    Perubahan faktor di atas yang mempengaruhi tekanan darah akan mengubah

    tekanan darah, kecuali jika terjadi perubahan kompensasi di variabel lain yang

    menjaga tekanan darah konstan. Aliran darah ke suatu organ bergantung pada gaya

    dorong tekanan arteri rerata dan derajat vasokontriksi arteriol organ tersebut. Karena

    tekanan darah arteri rerata bergantung pada curah jantung dan derajat vasokontriksi

    arteriol, maka jika arteriol arteriol di satu organ melebar, maka aretriolarteriol di

    organ lain harus berkontriksi untuk mempertahankan tekanan darah arteri yang

    adekuat. Tekanan yang memadai diperlukan untuk mendorong darah tidak saja ke

    organ yang mengalami vasodilatasi tetapi juga ke otak, yang bergantung pada aliran

    darah yang konstan. Karena itu variabel variabel kardiovaskular harus terus

    menerus diatur untuk mempertahankan tekanan darah yang konstan meskipun

    kebutuhan akan darah dari masingmasing organ berubahrubah.

    Tindakan kontrol jangka pendek dan jangka panjng tekanan darah arteri secara

    terus terus menerus dipantau oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Ketika

    terdeteksi adanya penyimpangan dari normal maka berbagai sistem refleks teraktifkan

    untuk mengembalikan tekanan arteri rerata ke nilai normalnya. Penyesuaian jangka

    pendek dilakukan dengan mengubah curah jantung dan resistensi perifer total dan

    diperantarai oleh pengaruh sistem saraf otonom pada jantung, vena dan arteriol.

    Kontrol jangka panjang dicapai melalui penyesuaian volume darah dengan cara

    memulihkan keseimbangan garam dan air melalui mekanisme mekanisme yang

    mengatur pengeluaran urin dan rasa haus. Besar dan kecilnya volume darah total,

    sebaliknya berdampak besar pada curah jantung dan tekanan arteri rerata.

    Analisa Hasil Percobaan :

    Pada percobaan pertama, tekanan darah pada orang percobaan dari saat

    berbaring, kemudian duduk, dan berdiri secara berturut turut semakin rendah. Hal

    ini terjadi karena adanya efek gravitasi yang membuat aliran darah pada pembuluh

    balik / vena daerah bawah jantung menjadi berkurang. Berarti volume darah yang

    sampai ke jantung semakin berkurang pula yang menyebabkan berkurangnya volume

    sekuncup dan kemudian kekuatan pompa jantung juga akan semakin melemah, dan

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    17/19

    itu artinya sistol akan menurun. Sistol yang menurun tentu berarti diastol juga

    menurun. Seharusnya apabila pengukuran tidak diberikan waktu kepada orang

    percobaan untuk istirahat, yang berarti ketika melakukan perubahan posisi langsung

    diukur tekanan darahnya, perubahan tekanan darah akan lebih jauh berbeda. Namun,

    karena diberi waktu untuk istirahat, perubahan tekanan darah secara mendadak ini

    telah dikompensasi oleh baroreseptor yang berada di lengkung aorta dan arteri carotis,

    sehingga perubahan tekanan darah tidak terlalu signifikan.

    Pada percobaan kedua, tekanan darah orang percobaan jauh meninggi ketika

    olahraga. Peningkatan tekanan ini dipengaruhi berbagai faktor, yaitu adanya kontraksi

    otot pada bagian kaki yang dengan kekuatan pompanya memompa aliran balik vena

    sehingga jantung mendapatkan volume darah yang cukup besar sehingga

    meningkatkan volume sekuncup, regangan otot jantung, dan kemudian meningkatkan

    kontraksi otot jantung. Artinya, sistol dan diastol meningkat. Efek dari stimulasi

    simpatis yang berasal dari pusat pengatur di medulla (norepinephrin) dan medulla

    adrenal (epinephrin) membuat vena menjadi konstriksi dan arteri menjadi dilatasi

    pada seluruh arteri yang mengalirkan darah ke otot yang memerlukan banyak O2,

    sedangkan pada arteri yang mengalirkan darah ke bagian tubuh yang tidak terlalu

    terpakai (seperti traktus digestive dan ginjal) menjadi konstriksi. Vasokonstriksi padaarteri tersebut terjadi agar darah yang mengalir ke bagian organ ini tidak terlalu

    banyak sehingga aliran darah lebih dialirkan menuju otot yang terpakai dengan aliran

    darah yang deras (vasodilatasi). Kemudian aliran darah melalui vena yang konstriksi

    sehingga aliran darah yang dikembalikan ke jantung semakin cepat. Reseptor

    metabolisme lokal pada arteri otot tersebut juga membuat vasodilatasi pada arterinya.

    Reseptor bekerja karena kurangnya supplai O2, kelebihan CO2, dan adanya asam

    laktat yang mulai menumpuk. Dengan adanya pelebaran arteri pada daerah ini akan

    memberikan lebih banyak O2 pada jaringan otot tersebut. Pada kasus melompat

    lompat, berarti otot yang terpakai yang memerlukan banyak masukan O2 adalah

    daerah sekitar kaki dan jantung. Selain itu, efek stimulasi simpatis juga meningkatkan

    kekuatan kontraksi otot jantung, sehingga kekuatan kontraksi jantung dalam hal ini

    dipengaruhi oleh isi sekuncup dan efek stimulasi. Setelah berisitirahat dengan jeda

    waktu per satu menit, baroreseptor bekerja memberikan informasi kepada pusat

    pengaturan di medulla oblongata agar stimulasi parasimpatis diberikan lebih kuat,

    sehingga semakin lama semakin kecil cardiac outputnya, keadaan pembuluh darah

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    18/19

    kembali normal menyesuaikan pada keadaan posisi istirahatnya orang percobaan,

    tekanan darah kembali normal dalam keadaan tenang. Selain itu, adanya relaksasi dari

    otot yang terpakai membuat pompaan vena berkurang, dan reseptor metabolisme lokal

    juga membuat arteri pada otot tersebut kembali normal, sehingga aliran balik kembali

    normal (berkurang dibandingkan dengan keadaan simpatis) dan kekuatan kontraksi

    jantung berkurang, yang berarti sistol dan diastol berkurang pula. Perbedaan antara

    orang percobaan yang sering dan jarang berolahraga pada kelompok kami tidak

    membuat perbedaan yang berarti. Bahkan pada yang tidak berolahraga

    peningkatannya tidak lebih tinggi. Hal ini dapat dikarenakan orang percobaan yang

    jarang berolahraga yang kami pakai tidak sepenuhnya jarang berolahraga (lumayan

    sering, walaupun kuantitasnya tidak lebih sering dari yang pertama), sehingga

    perbedaan tidak mencolok dan terlihat sama.

    Pada percobaan ketiga, pengukuran tekanan darah dengan menggunakan

    metode palpasi dan auskultasi tidak jauh berbeda, hanya 5 mmHg. Hal ini

    dikarenakan pada palpasi saat tekanan 125 mmHg dimana saat auskultasi sistol sudah

    terdengar karena turbulensi dari aliran darah, denyutan kurang terasa (sangat lemah).

    Aliran yang melalui arteri masih sangat sedikit sehingga denyutan yang dialirkan

    melalui turbulensi aliran darah belum terlalu terasa, sehingga sangat mengandalkankepekaan dari pelaku percobaan. Apabila kepekaan pelaku percobaan lebih rendah

    lagi, maka denyutan yang dirasakan akan berada pada tekanan yang lebih rendah lagi.

    Kesimpulan :

    1. Tekanan darah dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu pada percobaan ini adalah

    gravitasi, stimulasi simpatis dan parasimpatis, metabolisme lokal, aktivitas

    pompaan otot rangka, dan baroreseptor.

    2.

    Tekanan darah, yaitu sistol dan diastol pada orang normal mencerminkan aktivitas

    jantung saat itu.

  • 5/19/2018 Lap p.fisiologi - Pengaruh Sikap & Kerja Fisik Terhadap Tekanan Darah (E1)

    19/19

    Daftar Pustaka

    1. Burnside JW. Adams Diagnosis Fisik. 17th ed. Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. 1995. h. 69-70

    2. Ganong WF. Buku Ajar Fisiolgi Kedokteran. 20th ed. Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. 2003. h. 565

    3. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 9 th ed. Jakarta : Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. 1997. 317-320

    4. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 2nded. Jakarta : Penerbit Buku

    Kedokteran EGC. 2001. h. 299-333