Lap. Intervensi Anemia Fix

38
PRAKTIKUM INTERVENSI GIZI INTERVENSI GIZI BERBASIS PENDIDIKAN MENGENAI ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI BATURADEN PURWOKERTO Disusun oleh : Umi Faza Rokhmah G1H012026 Widya Lestari N. G1H012029 Zidna Akmala Dewi G1H012038 Endah Utami Tri K G1H012039 Adani Taqiyyah Nurzaman G1H012046 Oktaviani Ajeng Wigiyandiaz G1H012048 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI 2015

description

kesehatan

Transcript of Lap. Intervensi Anemia Fix

Page 1: Lap. Intervensi Anemia Fix

PRAKTIKUM INTERVENSI GIZI

INTERVENSI GIZI BERBASIS PENDIDIKAN MENGENAI ANEMIA

PADA REMAJA PUTRI SMA NEGERI BATURADEN PURWOKERTO

Disusun oleh :

Umi Faza Rokhmah G1H012026

Widya Lestari N. G1H012029

Zidna Akmala Dewi G1H012038

Endah Utami Tri K G1H012039

Adani Taqiyyah Nurzaman G1H012046

Oktaviani Ajeng Wigiyandiaz G1H012048

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

2015

Page 2: Lap. Intervensi Anemia Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan,

baik secara fisik, mental, dan aktivitas sehingga, kebutuhan makanan yang

mengandung zat-zat gizi menjadi cukup besar. Remaja putri banyak

mengalami kekurangan zat-zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-

harinya (Agus, 2009). Satu dari empat masalah gizi yang masih dihadapi

negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah masalah anemia

zat gizi besi (Depkes, 2010). Anemia defisiensi besi lebih rentan terjadi

pada remaja puteri karena meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa

pertumbuhan. Ditambah lagi, kehilangan darah pada masa menstruasi juga

meningkatkan risiko terjadinya anemia (Gibney, 2005).

Menurut data Riskesdas (2013), prevalensi anemia di Indonesia

yaitu 21,7%, dengan proporsi 20,6% di perkotaan dan 22,8% di pedesaan

serta 18,4% laki-laki dan 23,9 % perempuan. Berdasarkan kelompok

umur, penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan sebesar

18,4% pada kelompok umur 15-24 tahun (Riskesdas, 2013). Angka

anemia pada remaja putri di Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 43,2%

(Dinkes Jawa Tengah, 2010). Sedangkan menurut kampanye Sangobion

Indonesia Bebas Anemia, remaja yang positif anemia di Purwokerto

adalah 31% (Syatriani dan Aryani, 2010).

Akibat jangka panjang anemia defisiensi besi pada remaja putri

adalah apabila remaja putri nantinya hamil, maka ia tidak akan mampu

memenuhi zat-zat gizi bagi dirinya dan juga janin dalam kandungannya

serta pada masa kehamilannya anemia ini dapat meningkatkan frekuensi

komplikasi, risiko kematian maternal, angka prematuritas, BBLR, dan

angka kematian perinatal. Salah satu pencegahan anemia defisiensi besi

pada remaja putri adalah dengan meningkatkan pengetahuan tentang

anemia defisiensi besi itu sendiri (Wetipulinge, 2006).

Berdasarkan hasil penelitian Lutfiah dkk (2013) terhadap remaja

puteri di FKM Unhas mengenai pengetahuan masalah gizi dan status gizi,

Page 3: Lap. Intervensi Anemia Fix

menunjukkan bahwa sebagian besar (98,8%) responden memiliki

pengetahuan anemia yang kurang. Pengetahuan gizi berperan dalam

memberikan cara memilih pangan dengan baik sehingga dapat mencapai

keadaan gizi yang cukup (Asmika, 2006). Berdasarkan hal tersebut maka

dilakukanlah kegiatan intervensi pendidikan kepada remaja putri

khususnya SMA 1 Baturaden sebagai upaya untuk meningkatkan

pengetahuan mengenai Anemia Defisiensi Besi (AGB).

B. Tujuan

Adapun tujuan intervensi gizi di SMA N Baturaden yaitu terdiri dari:

1. Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan Remaja Putri SMA Negeri

Baturraden Purwokerto mengenai Anemia Gizi Besi melalui

kegiatan intervensi berbasis pendidikan gizi.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui perbedaan pengetahuan responden tentang anemia,

baik sebelum dan sesudah pendidikan gizi dengan metode

ceramah.

Mengetahui efektivitas intervensi pendidikan dengan metode

ceramah terhadap peningkatan pengetahuan tentang anemia pada

remaja putri di SMA N Baturaden.

C. Manfaat

1. Bagi mahasiswa

Menambah kemapuan dalam memberikan penyuluhan atau

pendidikan gizi

Memberikan pengalaman dan pembelajaran mengenai pemberian

intervensi gizi berbasis pendidikan pada remaja

Berkontribusi untuk membantu mengatasi masalah- masalah gizi

di masyarakat

2. Bagi Prodi/Universitas

Dapat menjalin hubungan yang baik dengan sekolah

Dapat berkontribusi dalam upaya memperbaiki masalah gizi di

daerah

Page 4: Lap. Intervensi Anemia Fix

3. Bagi siswa

Meningkatkannya pengetahuan tentang kesehatan dan gizi,

terutama Anemia Gizi Besi

Membantu meningkatkan produktivitas dan konsentrasi belajar

siswa melalui pencegahan anemia

4. Bagi sekolah

Terjalin kerjasama yang baik dengan prodi/unversitas

Meningkatnya tingkat kehadiran dan prestasi belajar siswa

Page 5: Lap. Intervensi Anemia Fix

BAB II

PERENCANAAN

A. Analisis Situasi

Diskusi kelompok terarah atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Forum Group Discussion (FGD) merupakan salah satu teknik pengumpulan

data kualitatif yang didesain untuk memperoleh informasi yang berkenaan

dengan keinginan, kebutuhan, sudut pandang, kepercayaan dan pengalaman

peserta tentang suatu topik, dengan pengarahan dari seorang fasilitator atau

moderator. Tujuan FGD adalah untuk mengeksplorasi masalah yang spesifik,

yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Teknik ini digunakan dengan

tujuan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari peneliti terhadap

masalah yang diteliti. FGD juga digunakan untuk menarik kesimpulan

terhadap makna-makna intersubjektif yang sulit diberi makna sendiri oleh

peneliti karena dihalangi oleh dorongan subjektivitas peneliti (Kresno S. dkk.,

2002). Atas dasar tersebut, maka dilakukan Forum Group Discussion (FGD)

pada siswi SMA Negeri Baturaden untuk menganalisis situasi dan menggali

informasi yang berkaitan dengan masalah gizi. Topik yang diberikan dalam

diskusi tersebuat adalah mengenai Anemia Gizi Besi (AGB) dan kebiasaan

hidup.

Menurut Krueger (2000), jumlah peserta dalam FGD cukup 7–10

orang, namun dapat diperbanyak hingga 12 orang, sehingga memungkinkan

setiap individu mempunyai kesempatan mengeluarkan pendapatnya. Selain

itu, dalam FGD peserta harus mempunyai ciri-ciri yang sama atau homogen.

Ciri-ciri yang sama ini ditentukan oleh tujuan atau topik diskusi dengan tetap

menghormati dan memperhatikan perbedaan ras, etnik, bahasa, kemampuan

membaca dan menulis, penghasilan dan gender. Biasanya FGD

dilangsungkan selama 60–120 menit dan dapat dilakukan beberapa kali. FGD

yang dilakukan pada pada siswi SMA Negeri Baturraden berlangsung selama

15 menit dengan peserta sebanyak 7 orang dalam setiap kelompok.

Berdasarkan hasil analisis situasi yang di dapatkan dengan teknik

Focus Group Discussion (FGD) diketahui bahwa remaja putri sudah

mengetahui mengenai anemia, namun mereka tidak mengetahui lebih dalam

Page 6: Lap. Intervensi Anemia Fix

dampak dari anemia dan bagaimana cara mencegah sampai

menanggulanginya. Permasalahan yang ada dikarenakan remaja putri kurang

mendapatkan informasi mengenai anemia, di sekolah maupun

dilingkungannya. Selama ini yang mereka tahu, anemia sama dengan darah

rendah atau bila kita ditensi dan hasilnya kurang dari normal itu disebut

anemia. Padahal berdasarkan teori anemia merupakan kondisi berkurangnya

sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin tidak

bisa memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan

(Wasnidar, 2007).

Untuk masalah anemia ini masih dihiraukan karena ketidaktahuan

akan dampak yang ditimbulkan anemia. Berdasarkan hasil analisis situasi

juga didapatkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang anemia dikarenakan

di lingkungan keluarga dan disekolah jarang sekali mendapatkan informasi –

informasi kesehatan terutama masalah anemia. Selain itu, di sekolah juga

tidak ada mata pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang kesehatan

dan gizi. Pengetahuan merupakan hal yang penting karena mendasari perilaku

dan kebiasaan sehari- hari (Ali Khomsan, 2000). Siswi di SMA Baturaden

belum mengetahui penyebab anemia, diantaranya seperti asupan besi yang

tidak memenuhi kebutuhan, gangguan penyerapan zat besi, dan proses

kehilangan darah yang menetap seperti mentruasi (Hoffbrand dkk, 2005).

Banyak diantara siswi yang mengetahui gejala-gelaja apa saja yang

ditimbulkan akibat anemia seperti lemas, letih, lesu, dan lunglai. Akan tetapi,

dampak yang lebih serius dari anemia seperti penurunan prestasi belajar

belum diketahui.

Pengetahuan siswi mengenai cara menanggulangi anemia sudah

cukup baik. Para siswi mengetahui bahwa anemia dapat disembuhkan dengan

mengonsumsi makanan yang mengandung sumber zat besi (Fe). Namun,

pengetahuan mengenai keanekaragaman makanan sumber zat besi masih

sangat kurang. Siswi-siswi tersebut hanya menyebutkan bayam sebagai

makanan sumber Fe. Padahal, banyak sekali bahan makanan yang

mengandung tinggi Fe seperti daging merah, putih telur, brokoli dan lain

sebagainya.

Page 7: Lap. Intervensi Anemia Fix

Memang di Indonesia sendiri belum ada pendidikan yang

dikhususkan untuk kesehatan, walaupun ada pendidikan jasmani dan

kesehatan akan tetapi mata pelajaran tersebut hanya secara umum

mengajarkan akan kesehatan, tetapi kurang spesifik. Padahal menurut

Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO pendidikan

kesehatan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara

dan meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya,

sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Mubarak, 2009). Selain

itu ada beberapa perilaku pada para siswi yang meningkatkan resiko

terjadinya anemia seperti menonton film dan belajar ataupun begadang

hingga larut malam. Kebiasaan- kebiasaan tersebut muncul dari kurangnya

pengetahuan terkait kesehatan dan gizi.

B. Identifikasi Masalah

Berikut adalah beberapa masalah yang teridentifikasi dari hasil FGD

yang dilakukan bersama siswi SMA Negeri Baturaden :

Pengetahuan yang masih rendah terkait anemia.

Pengetahuan yang rendah pada siswi SMA Negeri Baturraden terkait

anemia disebabkan oleh kurangnya informasi- informasi kesehatan dan

gizi. kebanyakan siswi hanya mengetahui pengertian dari anemia dan

memberikan jawaban yang kurang tepat terkait tanda dan gejala, akibat,

pencegahan dan penanggulangan anemia.

Tidak adanya pemberian materi mengenai gizi di sekolah.

Saat dilaksanakan diskusi semua peserta FGD menjawab tidak pernah

mendapat pengetahuan ataupun informasi yang berkenaan dengan gizi dan

kesehatan terutama anemia

Kurangnya pendidikan gizi di lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama bagi

peningkatan pengetahuan dan sikap seorang anak. Keluarga yang memiliki

pengetahuan rendah mengenai kesehatan kecil kemungkinannya untuk bisa

mengajarkan kesehatan terhadap anak- anaknya.

Kebiasaan tidur malam ketika tugas menumpuk atau ada keperluan lain

Page 8: Lap. Intervensi Anemia Fix

Tidur merupakan saat terbaik untuk mengistirahatkan tubuh dan waktu

efektif untuk memproduksi berbagai sel baru, termasuk sel darah merah.

Oleh karena itu, kurang tidur terutama pada malam hari dapat

mengakibatkan gangguan pada pembentukan sel darah merah.

Rendahnya konsumsi tablet tambah darah selama menstruasi

Selama menstruasi, wanita dianjurkan mengkonsumsi tablet tambah darah

1 kapsul/hari untuk mencegah terjadinya anemia akibat kehilangan darah.

Pada saat FGD, peserta menjawab tidak pernah mengkonsumsi tablet

tambah darah selama menstruasi karena dirasa tidak perlu dan baunya

yang membuat mual.

C. Analisis Tujuan

1. Mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan

Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan kehidupannya (Keraf, 2001). Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya dan dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap obyek (Notoatmodjo, 2005). Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan para siswi SMA N

Baturaden mengenai anemia, baik sebelum dan sesudah pemberian

pendidikan adalah menggunakan nilai pre dan posttes. Apabila nilai pretes

dan posttes rendah, maka pengetahuan para siswi terkait anemia rendah.

Sebaliknya apabila dari hasil tes yang diberikan tinggi maka pengetahuan

para siswi sudah baik.

2. Mengetahui efektifitas metode ceramah terhadap peningkatan pengetahuan

mengenai anemia pada remaja putri di SMA N Baturaden

Peningkatan pengetahuan para siswi SMA N Baturaden mengenai anemia

dapat diketahui dari perbedaan nilai pretes dan posttes. Apabila nilai

posttes yang dilakukan jauh lebih tinggi dari pretes maka intervensi gizi

Page 9: Lap. Intervensi Anemia Fix

berbasis pendidikan yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap

peningkatan pengetahuan siswi SMA N Baturaden.

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Sasaran Intervensi gizi

Intervensi yang dilakukan berupa pendidikan gizi kepada siswi

kelas X dan XI SMA Negeri Baturaden. Pada awalnya, direncanakan

terdapat 30 siswi yang menjadi subjek penyuluhan. Namun dikarenakan

penyuluhan dilaksanakan pada minggu class meeting/sesudah ujian

kenaikan kelas, sehingga banyak subjek yang mengikuti ujian perbaikan

(remidial), sehingga total subjek yang berpartisipasi saat penyuluhan

adalah sebanyak 21 orang.

B. Waktu dan Tempat

Penyuluhan dilakukan pada hari Senin, 8 Juni 2015 pukul 08.00 di

SMA Negeri Baturraden Purwokerto.

C. Proses Pelaksanaan Intervensi

Acara penyuluhan dibuka dengan memperkenalkan diri serta

menjelaskan tujuan dilakukannya penyuluhan, kemudian dilanjutkan

dengan pre-test seputar anemia. Setelah itu, dilakukan FGD (Forum Group

Discussion) untuk menganalisis situasi yang ada di SMA Negeri

Baturaden terkait dengan pengetahuan siswi terhadap anemia. Siswi dibagi

menjadi 3 kelompok dengan 3 mediator. Setiap kelompok terdiri dari 7

siswi dan dipimpin oleh 1 mediator. Dari FGD tersebut didapat beberapa

masalah mengenai kurangnya pengetahuan siswi mengenai anemia seperti

penyebab, gejala, dampak dan penanggulangan anemia, serta masih

rendahnya penyuluhan tentang anemia di SMA Negeri Baturaden.

Acara selanjutnya adalah pemberian materi melalui metode

ceramah yang disajikan dalam bentuk powerpoint. Materi yang diberikan

diantaranya adalah penyebab, gejala, dampak bagi pelajar, makanan yang

dapat menghambat penyerapan zat besi, makanan yang dapat membantu

penyerapan zat besi, sumber sumber makanan yang mengandung zat besi

Page 10: Lap. Intervensi Anemia Fix

dan lain sebagainya. Pada saat akan diberikan materi, terlebih dahulu

siswi-siswi dibagikan leaflet anemia. Selanjutnya dilakukan pemutaran

video untuk lebih menarik minat dan lebih memahami materi yang

diberikan, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Pada sesi ini banyak

partisipan yang aktif bertanya terkait dengan materi yang diberikan. Setiap

anak yang bertanya diberikan hadiah. Acara penyuluhan anemia ditutup

dengan post-test dan kuisioner pelaksanaan, serta sesi foto.

Selesai penyuluhan, dilanjutkan dengan advokasi kepada pihak

sekolah melalui perantara kepala kurikulum SMA Negeri Baturaden.

Advokasi yang dilakukan berupa penyampaian informasi hasil analisis

situasi serta hasil pre-test dan post-test. Kami juga memberikan poster

anemia kepada sekolah agar menyadarkan siswa untuk melakukan

pencegahan anemia dan menggugah pihak sekolah untuk lebih

memperhatikan masalah anemia remaja putri. Diharapkan setelah

penyuluhan ini, pihak sekolah dapat mendukung pencegahan permasalahan

anemia terutama pada remaja putri dengan menyisipkan materi anemia di

mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan.

D. Teknik atau metode pendidikan gizi

Metode dan teknik pendidikan gizi merupakan kombinasi antara

cara- cara atau metode dan alat bantu atau media yang digunakan dalam

setiap pelaksanaan promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu

cara yang dapat digunakan dalam promosi kesehatan dan pendidikan gizi

adalah metode ceramah. Ceramah pada dasarnya merupakan proses

komunikasi dan yang paling umum digunakan untuk meningkatkan

pengetahuan. Dengan metode ini lebih dapat dipastikan tersampaikannya

informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi jika waktu yang

tersedia sangat minim, maka metode inilah yang dapat menyampaikan

banyak pesan dalam waktu singkat. Namun metode ceramah mempunyai

kelemahan yaitu jika ceramahnya berlangsung terus-menerus selama 1 jam

atau lebih, akan terjadi kebosanan sehingga pesan/materi pelajaran mudah

dilupakan setelah beberapa lama sesudahnya (Lunandi, 1993).

Page 11: Lap. Intervensi Anemia Fix

Pada pelaksanaanya, metode ceramah ini cukup efektif bagi siswa

di SMA Negeri Baturaden karena siswa aktif bertanya dan tertarik

terhadap materi yang diberikan. Metode lain yang digunakan adalah

metode diskusi. Diskusi merupakan salah satu metode yang ampuh dan

menarik. Diskusi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan

pengetahuan, peningkatan pemecahan masalah secara efisien, dan untuk

memengaruhi para anggota agar mau mengubah sikap. Pada diskusi

terdapat interaksi yang timbal-balik, suasana bebas dan arus pemberian

informasi seluas-luasnya (Kartono, 1998). Seperti metode ceramah,

metode diskusi juga mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang

berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan

serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu atau beberapa orang saja.

E. Media Pendidikan Gizi

Penggunaan kombinasi berbagai media akan sangat membantu

dalam proses penyuluhan kesehatan. Menurut Edgar Dale dalam

Notoatmodjo (2003), semakin banyak indera yang digunakan untuk

menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula

pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Penggunaan alat peraga dalam

melakukan penyuluhan akan membantu penyampaian pesan kepada

seseorang/masyarakat secara lebih jelas dan dapat diterima dengan jelas.

Dalam pelaksanaan intervensi ini digunakan beberapa alat bantu untuk

meningkatkan pemahaman terhadap materi yang disampaikan yaitu

dengan pemutaran video dan pemberian leaflet. Video atau bisa juga

disebut film merupakan karya cipta seni dan budaya yang merupakan

komuniksi massa pandang- dengar yang dibuat dengan cara merekam

suatu kegiatan. Sedangkan Leaflet merupakan penyampaian informai atau

pesan- pesan kesehatan melalui lembaran yag dilipat. Isi informasi dapat

dalam bentuk gambar, kalimat ataupun kombinasinya (Notoatmodjo,

2005)

Page 12: Lap. Intervensi Anemia Fix

BAB IV

PELAKSANAAN MONITORING EVALUASI

A. Asumsi Awal situasi

Berdasarkan hasil analisis masalah yang di dapatkan dengan teknik

Focus Group Discussion (FGD) untuk menggali data mengenai persepsi, opini,

kepercayaan dan sikap terhadap suatu produk, pelayanan, konsep atau ide pada

remaja putri di SMA Negeri Baturaden, maka hasil analisis masalah tersebut

didapatkan bahwa remaja putri sudah mengetahui mengenai anemia, namun

mereka tidak mengetahui secara lebih dalam dampak dari anemia dan

bagaimana cara mencegah sampai menanggulanginya.

Permasalahan yang ada yaitu dikarenakan remaja putri tidak

mendapatkan paparan informasi mengenai anemia, di sekolah maupun

dilingkungannya sendiri masih kurang mendukung. Karena selama ini yang

mereka tahu bahwa anemia itu sama dengan darah rendah atau bila kita ditensi

dan hasilnya kurang dari normal itu disebut anemia. Padahal berdasarkan teori

anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

sirkulasi darah atau massa hemoglobin tidak bisa memenuhi fungsinya sebagai

pembawa oksigen ke seluruh jaringan (Wasnidar, 2007).

B. Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Kegiatan

1. Evaluasi Terhadap Input

Kegiatan intervensi yang dilaksanakan pada siswi SMA Negeri

Baturaden telah mendapat respon dan dukungan yang baik dari para siswi dan

pihak sekolah. Terjalin hubungan yang baik antara pihak penyelenggara

kegiatan dengan pihak SMA Negeri Baturaden. Hal ini terlihat dari

antusiasme kepala sekolah dan guru yang juga turut mendukung kegiatan ini.

Selain itu, pihak sekolah juga membantu menyediakan sarana dan prasarana

yang mendukung pelaksanaan kegiatan, seperti ruang kelas, LCD, pengeras

suara dan perlengkapan lain Pada kegiatan ini jumlah peserta kurang sesuai

Page 13: Lap. Intervensi Anemia Fix

dengan target yang ingin dicapai hanya sejumlah 21 siswi dari target 30 siswi

terdiri dari siswi perempuan siswa kelas X dan XI SMA IPA dan IPS.

Keberhasilan suatu program intervensi juga dibutuhkan dukungan

dana dan material alat untuk mencapai target intervensi. Alat dan media yang

digunakan untuk mendukung kegiatan intervensi, seperti kuesioner pre dan

post tes, poster, video, leaflet, materi presentasi, dan snacking tersedia dan

tidak mengalami gangguan.

Penggunaan waktu yang digunakan untuk sebuah metode ceramah

yang diberikan kepada responden yaitu 10 menit. Dimulai dari pemberian

materi sampai pada sesi tanya jawab, 10 menit merupakan waktu yang efektif

karena tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat tetapi tidak mengurangi inti

dari materi yang disampaikan.

2. Evaluasi Terhadap Output

Keberhasilan unsur output yaitu terselenggaranya kegiatan

penyuluhan dengan baik. Kegiatan dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul

09.30 diawali dengan pemberian pre-test dilanjutkan dengan FGD, materi

penyuluhan, pemutaran video edukasi, snacking dan ditutup dengan post test.

FGD dilakukan dengan tujuan menggali masalah yang ada pada responden

remaja. Materi penyuluhan adalah informasi mengenai anemia serta

bagaimana mencegah terjadinya anemia pada remaja. Ada beberapa metode

yang dapat digunakan dalam melakukan pendidikan kesehatan antara lain

metode ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, panel, bermain peran,

demonstrasi, simposium, dan seminar. Dimana masing-masing metode

mempunyai kelebihan dan kekurangan (Notoatmodjo, 2003).

Metode yang digunakan pada pendidikan kesehatan khususnya pada

saat intervensi ini adalah menggunakan metode ceramah. Selain sederhana,

metode ceramah juga efektif dalam upaya penyampaian informasi secara

cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar (Notoatmodjo, 2003).

Dengan penampilan video edukatif dan pemberian leflet menunjang

tersampaikanya maksud dari materi intervensi tersebut. Materi yang

disampaikan dalam ceramah membuat para siswi tertarik dan mudah untuk

dimengerti . Diharapkan untuk intervensi selanjutnya penambahan peralatan

Page 14: Lap. Intervensi Anemia Fix

yang memadai seperti ada nya flip cart yang lebih menarik, alat peraga, dan

games ditambahkan agar responden lebih tertarik dan lebih mudah lagi dalam

menerima materi yang disampaikan. Namun,. Kegiatan intervensi ini secara

keseluruhan berjalan dengan baik dilihat dari antusiasme dan tanggapan

positif para siswi yang ada pada kuesioner evaluasi pelaksanaan kegiatan.

3. Evaluasi terhadap Outcome

Outcome dievaluasi dengan metode kuantitatif dengan melihat nilai

kuisioner pretest dan posttest yang berisi sejumlah pertanyaan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan responden. Hasil evaluasi dapat memberikan

gambaran mengenai indikator keberhasilan pelaksanaan intervensi yang

sudah dilaksanakan, dengan melihat banyaknya responden yang telah berhasil

menjawab pertanyaan–pertanyaan dengan benar pada kuisioner yang

diberikan. Intervensi tersebut dikatakan berhasil dalam pencapaian tujuan

apabila responden yang dapat menjawab pertanyaan–pertanyaan kuisioner

dengan benar mengalami peningkatan, yakni menjawab benar lebih dari 50%

(Notoatmodjo, 2003). Terjadi peningkatan pengetahuan pada siswi SMA

Negeri Baturaden tentang anemia gizi besi. Ini terlihat dari kenaikan yang

cukup signifikan hasil post test yang diberikan setelah melakukan intervensi.

C. Faktor eksternal

Terdapat factor eksternal yang dapat mengganggu terlakasananya

intervensi anemia terhadap remaja di SMA Negeri Baturaden, yaitu waktu

pelaksanaan yang kurang tepat pada hari Senin dimana siswi melakukan

upacara sebelum pelaksanaan intervensi dimulai sehingga waktu intervensi

sedikit terlambat. Selain itu pelaksanaan pada tanggal 8 Juni 2015 dimana

para siswi terdapat agenda remedial dari sekolah sehingga responden pada

intervensi ini kurang dari target, yaitu 30 siswi sedangkan yang dapat hadir

hanya 21 siswi terdiri dari siswi kelas X dan XI SMA IPA dan IPS.

Page 15: Lap. Intervensi Anemia Fix

DAFTAR PUSTAKA

Dhaki, R.H., Hadi, H., dan Sudargo, T. 2000. Evaluasi Kegiatan Pemberian

MakananTambahan dalam Program Jaringan Perlindungan Sosial Bidang

Kesehatan di Kodya Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan.

Departemen Kesehatan, RI.1999. Petunjuk Teknis Program JPS-BK Bagi

Puskesmas. Jakarta.

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi.

EGC. Jakarta

Lunandi, A.G., 1993. Pendidikan Orang Dewasa, Sebuah Uraian Praktis Untuk

Pembimbing Penatar Pelatih dan Penyuluh Lapangan, Jakarta: Gramedia

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan

Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta

Notoatmodjo, 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya, Jakarta: cetakan

pertama, Rineka Cipta

Kartono, K., 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Pemimpin Abnormal

Itu?, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. IPB. Bogor

Krueger, Richard A. 2000. FOCUS GROUPS: A Practical Guide for Applied

Research. SAGE Publications. California.

Kresno S, Ella Nurlaela H, Endah Wuryaningsih, Iwan Ariawan. 2002. Aplikasi

Penelitian Kualitatif dalam Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit

Menular, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia bekerja

sama dengan Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan

Penyehatan Lingkungan Pemukiman Depkes RI. Jakarta

Page 16: Lap. Intervensi Anemia Fix

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PTRineka

Cipta

Notoatmodjo, S 2005, Metodologi penelitian kesehatan edisi revisi, PT. Rineka

Cipta, Jakarta

Trisnantoro, L. 1996. Prinsip-Prinsip Manajemen Pelayanan Kesehatan. Gadjah

Mada University Press.Yogyakarta

Wasnidar. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan

Penatalaksanaan. Trans Info Media. Jakarta

Page 17: Lap. Intervensi Anemia Fix

LAMPIRAN

Para siswa sedang mendengarkan

materi penyuluhan anemia

Para siswa sedang mendengarkan

materi penyuluhan anemia

Pelaksanaan FGD untuk

menganalisis situasi pengetahuan

siswa (kelompok 1)

Pelaksanaan FGD untuk

menganalisis situasi pengetahuan

siswa (kelompok 2)

Pelaksanaan FGD untuk

menganalisis situasi pengetahuan

siswa (kelompok 3)

Pemberian materi intervensi

anemia kepada siswa SMA

Baturaden

Page 18: Lap. Intervensi Anemia Fix

Salah satu isi slide presentasi anemia

pada remaja putriIntervensi dengan media video

tentang masalah anemia remaja

Para siswa sedang melakukan tanya

jawab dengan penyuluh

Pemberian cinderamata buah jeruk

bagi perwakilan siswa

Para siswa sedang mengerjakan soal

pre test intervensi anemia

Para siswa sedang mengerjakan

soal post-test intervensi anemia dan

kuisioner pelaksanaan

Page 19: Lap. Intervensi Anemia Fix

Foto bersama remaja putri SMA

Baturaden

Page 20: Lap. Intervensi Anemia Fix

ANGGARAN DANA PRAKTIKUM

Nama Satuan Jumlah

Persiapan

Print laporan 4 x 7.500 Rp 30.000

Jilid laporan 4 x 3.000 Rp 12.000

Cetak leaflet 40 x 1.500 Rp 60.000

Fotokopi kuisioner pre test 80 x 125 Rp 10.000

Fotokopi kuisioner post test 40 x 175 Rp 7.000

Fotokopi kuisioner

pelaksanaan40 x 150

Rp 6.000

Frame 1 x 29.500 Rp 29.500

Print poster 1 x 9.000 Rp 9.000

Lain Lain

Jeruk 5 x 2.500 Rp 12.500

Brounies 1 x 32.000 Rp 32.000

Snack 50 x 2.500 Rp 75.000

Air mineral 1 x 25.000 Rp 25.000

Kenang –kenangan 1x 45.000 Rp 45.000

Akomodasi perjalanan 3x 15.000 Rp 45.000

TOTAL Rp 398.050

Page 21: Lap. Intervensi Anemia Fix

KUESIONER PRETEST INTERVENSI PENDIDIKAN MENGENAI ANEMIA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI BATURRADEN

PURWOKERTO

Nama Lengkap :

Usia :

Kelas :

Alamat :

1. Apakah yang dimaksud dengan anemia?a. Darah rendahb. Kurang darahc. Haemoglobin rendah dalam darahd. Darah kurang

2. Mengapa remaja putri rentan mengelami anemiaa. Kurang olahraga dan makan banyakb. Menstruasi dan tidur larut malamc. Aktifitas padat dan makan banyakd. Tidur larut malam dan stress

3. Apakah tanda dan gejala anemiaa. Letih, lemah, pucatb. Letih,lapar, pucat c. Lapar, lunglai, pusingd. Luka, lunglai, pucat

4. Apakah dampak dari anemia bagi remaja putria. Sakit perutb. Prestasi menurunc. Marah dan emosid. Telat menstruasi

5. Apakah penyebab anemia adalaha. Cacing, begadang, kurang makan sumber Feb. Begadang, makan banyak, minum teh bersamaan dengan makanc. Cacing, minum teh bersamaan dengan makan, makan banyakd. Menstruasi, makan banyak, begadang

6. Mineral apakah yang digunakan untuk membuat sel darah merah?a. Zink b. Ferrumc. Calsiumd. Natrium

7. Bagaimana mencegah dan menanggulangi anemiaa. Minum obat

Page 22: Lap. Intervensi Anemia Fix

b. Makan sumber zat besic. Makan sumber zat besi dan suplemend. Makan sumber zat besi dan minum obat

8. Manakah yang termasuk sumber utama zat besia. Jambu, jeruk, ayamb. Bayam, hati, dagingc. Daging, jeruk, nasid. Nasi, bayam, alpukat

9. Manakah yang dapat meningkatkan dan menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh

a. Es jeruk, es tehb. Es teh, es jerukc. Es teh, teh panasd. Susu, es jeruk

10. Apakah perilaku yang mendukung pencegahan anemia pada remaja putria. Memakai alas kaki saat bepergianb. Minum air putihc. Mandi dengan air bersihd. Makan nasi yang cukup

Page 23: Lap. Intervensi Anemia Fix

KUESIONER POSTTEST INTERVENSI PENDIDIKAN MENGENAI ANEMIA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI BATURRADEN

PURWOKERTO

Nama Lengkap :

Usia :

Kelas :

Alamat :

1. Apakah yang dimaksud dengan anemia?a. Darah rendahb. Kurang darahc. Haemoglobin rendah dalam darahd. Darah kurang

2. Mengapa remaja putri rentan mengelami anemiaa. Kurang olahraga dan makan banyakb. Menstruasi dan tidur larut malamc. Aktifitas padat dan makan banyakd. Tidur larut malam dan stress

3. Apakah tanda dan gejala anemiaa. Letih, lemah, pucatb. Letih,lapar, pucat c. Lapar, lunglai, pusingd. Luka, lunglai, pucat

4. Apakah dampak dari anemia bagi remaja putria. Sakit perutb. Prestasi menurunc. Marah dan emosid. Telat menstruasi

5. Apakah penyebab anemia adalaha. Cacing, begadang, kurang makan sumber Feb. Begadang, makan banyak, minum teh bersamaan dengan makanc. Cacing, minum teh bersamaan dengan makan, makan banyakd. Menstruasi, makan banyak, begadang

6. Mineral apakah yang digunakan untuk membuat sel darah merah?a. Zink b. Ferrumc. Calsiumd. Natrium

7. Bagaimana mencegah dan menanggulangi anemiaa. Minum obatb. Makan sumber zat besic. Makan sumber zat besi dan suplemen

Page 24: Lap. Intervensi Anemia Fix

d. Makan sumber zat besi dan minum obat8. Manakah yang termasuk sumber utama zat besi

a. Jambu, jeruk, ayamb. Bayam, hati, dagingc. Daging, jeruk, nasid. Nasi, bayam, alpukat

9. Manakah yang dapat meningkatkan dan menghambat penyerapan zat besi dalam tubuh

a. Es jeruk, es tehb. Es teh, es jerukc. Es teh, teh panasd. Susu, es jeruk

10. Apakah perilaku yang mendukung pencegahan anemia pada remaja putria. Memakai alas kaki saat bepergianb. Minum air putihc. Mandi dengan air bersihd. Makan nasi yang cukup

Page 25: Lap. Intervensi Anemia Fix

KUESIONER PELAKSANAAN KEGIATAN INTERVENSI PENDIDIKAN

MENGENAI ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI

BATURRADEN

1. Bagaimana kesan pelaksanaan kegiatan ini?a. tidak menarikb. agak menarikc. menarikd. sangat menarik

2. Apakah kegiatan ini memberikan manfaat positif bagi anda?a. Tidak bermanfaatb. Agak bermanfaatc. Bermanfaatd. Sangat bermanfaat

3. Apakah kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara teratur dan sistematis?a. Tidak teratur dan tidak sistematisb. Agak teratur dan agak sistematisc. Teratur dan sistematisd. Sangat teratur dan sistematis

4. Apakah suasana penyampaian materi nyaman dan menyenangkan?a. Tidak nyaman b. Agak nyamanc. Nyamand. Sangat nyaman

5. Apakah kegiatan Forum Group Discussion (FGD)/ diskusi kelompok yang membahas anemia menarik bagi anda?a. Tidak menarikb. Menarikc. Menarikd. Sangat menarik

6. Apakah anda faham terhadap materi yang di sampaikan?a. tidak paham b. agak paham c. paham d. sangat paham

7. Bagaimana penyampaian materi oleh pemateri?a. tidak menarikb. agak menarikc. menarikd. sangat menarik

8. Apakah materi yang telah disampaikan menarik menurut anda?a. Tidak menarikb. Agak menarikc. Menarikd. Sangat menarik

Page 26: Lap. Intervensi Anemia Fix

9. Apakah media pendukung (Leaflet, video) yang diberikan dalam penyampaian materi menarik bagi anda?a. Tidak menarikb. Agak menarikc. Menarikd. Sangat menarik

10. Apakah kritik dan saran untuk pelaksanaan selanjutnya?........................................................................................................................

Page 27: Lap. Intervensi Anemia Fix

LEAFLET ANEMIA

POSTER ANEMIA

Page 28: Lap. Intervensi Anemia Fix