lap blok8
-
Upload
nur-fitri-widiningrum -
Category
Documents
-
view
18 -
download
3
Transcript of lap blok8
SKENARIO 3
Seorang ibu G2P1A0, berhasil melahirkan anaknya setelah melewati waktu yang cukup lama
yaitu 21 jam denngan bantuan vakum. Ketika lahir anak tidak menangis dan kulit ekstremitas
dan bibir warna kebiruan.
STEP I
1. G2P1A0 : Gravida (kehamilan) ke 2, Partus (persalinan) 1 dan Abortus (aborsi) 0
2. Vakum: alat yang digunakan untuk melakukan penyedotan-tarikan pada kulit kepala
janin untuk membantu kelahirannya.
STEP II
1. Bagaimana jika persalinan dikatakan sebagai persalinan lama?
Mengapa?
2. Mengapa proses persalinan dibantu dengan bantuan vakum?
3. Mengapa bayi tidak menangis, kulit ekstremitas dan bibir berwarna kebiruan?
4. Apa akibat dari partus lama?
5. Bagaimana pertolongan pertama untuk kasus tersebut?
STEP III
1. Persalinan lama disebut juga distorsia
Menurut WHO persalinan lama adalah
lebih dari 24 jam jika ibu tersebut baru pertama kali melahirkan (Limipara)
lebih dari 18 jam jika ibu tersebut sudah pernah melahirkan
Etiologi
a. rendah dan sulitnya kontraksi uterus
b. uterus terus berkontraksi, sedangkan rahim tidak berkontraksi
c. janin besar ataupun letyak janin yang sungsang
d. panggul ibu sempit
e. kelainan vagina
f. terdapat penyakit kongenital pada janin misalnya hidrocephalus
2. indikasi penggunaan vakum
indikasi
a. Ibu lelah
b. Adanya infeksi berat pada janin misalnya TBC, thiposa
c. Anestesi yang diberika kepada ibu berlebihan
d. Gagal berorientasi
e. Adanya kegawatan pada janin
kontraindikasi
a. perdarahan pada ibu
b. kepala berisi cairan limfe (caput suxedanium)
syarat
a. pembukaan sudah lengkap atau sudah setengahnya bayi keluar
b. panggul tidak sempit
c. kontraksi uterus ibu sulit
3. Bayi tidak menangis, kulit ekstremitas dan bibir sianosis
a. Kemungkinan bayi kekurangan oksihen sehingga terjadi hipoksia
b. Asfiksia neonatus : tidak ada nafas spontan
c. Hipotermia suhu < 35°C sehingga bisa terjadi hipoglikemia pada bayi karena
glukosa dan ATP digunakan untuk membentuk energi dan bisa terjadi penurunan
oksigen sehingga bisa terjadi gagal nafas
d. Plasenta terjepit, saluran pernafasan menjadi menutup.
e. Sindrom aspirasi mekonium sehingga bisa menyumbat saluran nafas
Penyumbatan saluran nafas, gagal nafas berakibat penurunan oksigen sehingga
oksigen yang di perifer menurun (ekstremitas sedikit karena oksigen lebih
memenuhi kebutuhan ke organ vital) sehingga ekstremitas dan bibir berwarna
kebiruan (sianosis).
4. Akibat partus lama (komplikasi) :
a. Gangguan keseimbangan asam basa pada ibu
b. Dehidrasi pada ibu
c. Pada janin bisa terjadi lecet, fraktur, bahkan kematian.
d. Infeksi akibat partus lama
e. Trauma kelahiran
5. Pertolongan pertama untuk kasus tersebut adalah
a. Letakkan bayi tersebut di tempat hangat, diatur suhunya
b. Bebaskan jalan napas bayi(airway)
c. Memberikan rangsangan pada bayi dengan cara ditepuk punggung atau pantatnya,
ditekan tendo achilles
d. Penilaian primery survey selanjutnya (breathung, circulation, dissability)
e. Penilaian scoring sesuai APGAR
Lima kriteria Skor Apgar:
Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2 Akronim
Warna kulitseluruhnya
biru
warna kulit tubuh
normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki
kebiruan
(akrosianosis)
warna kulit tubuh,
tangan, dan kaki
normal merah muda,
tidak ada sianosis
Appearance
Denyut jantung tidak ada <100 kali/menit >100 kali/menit Pulse
Respons refleks
tidak ada
respons
terhadap
stimulasi
meringis/menangis
lemah ketika
distimulasi
meringis/bersin/batuk
saat stimulasi saluran
napas
Grimace
Tonus ototlemah/tidak
adasedikit gerakan bergerak aktif Activity
Pernapasan tidak adalemah atau tidak
teratur
menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur
Respiration
Jumlah skor Interpretasi
7-10 Bayi normal, asfiksia ringan
4-6 Agak rendah, asfiksia sedang
0-3 Sangat rendah, asfiksia berat
STEP IV
STEP V Sasaran Belajar
1. Hipotermi
Ibu G2P1A0 PartusBayi tidak menangis
Vakum Faktor resiko
Hipoksia
Kegawatdaruratan Pediatrik
Henti Jantung
Hipotermi
asfiksia
Kejang
1. Etiologi2. Patofisiologi3. Penanganan
(resusitasi)
2. Henti Jantung etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan (resusitasi)
3. Asfiksia
4. Kejang
STEP VI
Belajar mandiri
STEP VII
A. ASFIKSIA
I. DEFINISI
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan
mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. "Vigorous baby'' skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memikirkan istimewa.
b. "Mild-moderate asphyxia" (asfiksia sedang) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan
fisis akan terlihat frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik,
sianosis, refick iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan' frekuensi
jantung kurang dari l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat,
reflek iritabilitas tidak ada.
Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelu lahir lengkap
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.
II. ETIOLOGI
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau
pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian hes;ir asfiksia bayi baru lahir
meriip;ik;in kcltiniutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang
sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia dalam.
Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran
oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
- Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat.
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
.Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali
pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
1. Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
III. PATOFISIOLOGI
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2
selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan
dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan
penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping)
yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya
berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi
dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3
berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis
glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh
beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus
yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru
sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis
dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi
selanjutnya.
IV. MAN1FESTASI KLINIS
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- Denyut jantung lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat
- sianosis
- penurunan terhadap stimulus.
V. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Tindakan Umum
- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila
perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang
lebih dalam.
- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas
dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
- Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
- Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30
cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang
menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
- Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal
lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal
beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan
dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit.
- Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi
VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
- Pemeriksaan darah Kadar As. Laktat. kadar bilirubin, kadar PaO2, PH
- Pemeriksaan fungsi paru
- Pemeriksaan fungsi kardiovaskuler
- Gambaran patologi
B. HIPOTERMI
I. DEFINISI
Hipotermia pada BBl adalah keadaan suhu dibawah 36,50C, yang terbagi atas :
a. Hipotermia ringan (cold stress): suhu 36-36,50C
b. Hipotermia sedang : suhu antara 32-360C
c. Hipotermia berat : suhu tubuh < 320C
II. ETIOLOGI
Tanda dan gejala :
- Akral dingin
- Bayi tidak mau minum
- Kurang aktif
- Kutis marmorata
- Pucat
- Takikardi tau takipnea
Bila hal ini berkepanjangan :
- Peningkatan konsumsi oksigen
- Distres respiratori
- Keseimbangan asam-basa
- Hipoglikemia
- Defec koagulasi
- Sirkulasi fetal persisten
- Gagal ginjal akut
- Enterokolitis nekrotikan
III. PATOFISIOLOGI
Suhu tubuh diatur dengan mengimbangi produksi panas terhadap kehilangan panas.
Bila keilangan pansa dalam tubuh lebih besar dari pada laju pembentukan panas maka
akan terjadi penurunan suhu tubuh.
Mekanisme
1. Penurunan produksi panas
Kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh
yang menimbulkan proses penurunan produksi panas.
2. Peningkatan panas yang hilang
Terjadi bila panas berpindah ke lingkungan sekitar dan tubuh kehilangan panas.
3. Kegagalan termoregulasi
Kegagalan hipotalamus dalam menjalankan fungsinya dikarenakan berbagai sebab.
IV. PENATALAKSANAAN
Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan
Bila baju basah atau lembab, ganti baju yang lebih hangat
Hindari paparan panas yang berlebihan dengan sering memindahkan posisi bayi
Gangguan nafas (> 60 kali atau 30 kali / menit) lakukan manajemen ganngguan nafas
Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan dan infus tetap
terpasang di bawah pemancaran panas
Periksa kadar glukosa darah :
< 45 mg/dl (2,6 mmol/l) tangani hipoglikemia dahulu
Nilai tanda kegawatan segera pada bayi
Anjurkan ibu menyususi langsung
Periksa dan pantau suhu tubuh bayu dengan selang 1 jam sekali
C. KEJANG
Kejang pada Neonatus
I. DEFINISI
Kejang pada neonatus adalah kejang yang terjadi pada bayi sampai dengan usia 28
hari. Kejang pada BBL merupakan keadaan darurat karena kejang merupakan suatu
tanda adanya penyakit sistem sayarf pusat (SSP), kelainan metabolik atau penyakit
lain. Kejang Sering tidak dikenali karena berbeda dengan kejang pada anak .
II. ETIOLOGI
Etiologi kejang pada neonatus, yaitu:
1. Bayi tidak menangis pada waktu lahir adalah penyebab yang paling sering. Timbul
dalam 24 jam kehidupan pada kebanyakan kasus.
2. Perdarahan otak, dapat timbul sebagai akibat dari kekurangan oksigen atau trauma
pada kepala. Perdarahan subdural yang biasanya diakibatkan oleh trauma dapat
menimbulkan kejang
3. Gangguan metabolik antara lain :
a. Kekurangan kadar gula darah (Hipoglikemia), sering timbul dengan gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan pada bayi dengan ibu penderita diabetes melitus
(DM). Jangka waktu antara hipoglikemia dan waktu sebelum pemberian awal
pengobatan merupakan waktu timbulnya kejang. Kejang lebih jarang timbul pada ibu
penderita diabetes, kemungkinan karena waktu hipoglikemia yang pendek.
b. Kekurangan kalsium (hipokalsemia), sering ditemukan pada bayi berat badan lahir
rendah, bayi dengan ibu penderita DM, bayi asfiksia, bayi dengan ibu penderita
hiperparatiroidisme.
c. Kekurangan natrium (Hiponatremia)
d. Kelebihan natrium (Hipernatremia), biasanya timbul bersamaan dengan dehidrasi
atau pemakaian bikarbonat berlebihan.
e. Kelainan metabolik lainseperti:
4. Infeksi sekunder akibat bakteri atau nonbakteri dapat timbul pada bayi dalam
kandungan, selama persalinan, atau pada periode perinatal
a. Infeksi bakteri Meningitis akibat infeksi group B Streptococcus, Escherechia coli,
atau Listeria monocytogenes sering menyertai kejang selama minggu pertama
kehidupan.
b. Infeksi nonbacterial Penyebab nonbacterial seperti toxoplasmosis dan infeksi oleh
herpes simplex, cytomegalovirus, rubella dan coxackie B virus dapat menyebabkan
infeksi intrakranial dan kejang.
III. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik kejang dapat dibedakan menjadi 4 antara lain :
1. Kejang tersamar
Hampir tidak terlihat
Menggambarkan perubahan tingkah laku
Bentuk kejang :
o Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai
o Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap,
mengunyah, menelan, menguap
o Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata
berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata
o Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh pada
anggota gerak atas dan bawah
o Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea
o Untuk memastikan : pemeriksaan EEG
2. Kejang klonik
Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran
Dapat disebabkan trauma fokal
BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala untuk
mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri
Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan dengan
BB>2500 gram
Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-
pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri diikuti kejang
klonik tungkai bawah kanan
3. Kejang tonik
Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi dengan
komplikasi perinatal berat
Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik umum
dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi
tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi
4. Kejang mioklonik
Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan
terjadinya cepat
IV. PATOFISIOLOGI
Neuron dalam susunan saraf pusat (SSP) mengalami depolarisasi sebagai akibat dari
masuknya kalium dan repolarisasi timbul akibat keluarnya kalium. Kejang timbul bila terjadi
depolarisasi berlebihan akibat arus listrik yang terus-menerus dan berlebihan.
Sebab terjadinya depolarisasi yang berlebihan yaitu:
1. Gagalnya pompa natrium kalium karena gangguan produksi energi
2. Selisih relatif antara neurotransmitter eksitasi dan inhibisi
3. Defisiensi relative neurotransmitter inhibisi dibanding eksitasi
4. Perubahan membran neuron menyebabkan hambatan gerakan natrium.
Tetapi, dasar mekanisme kejang pada neonatus masih belum dapat diketahui dengan jelas.
V. PENATALAKSANAAN
Prinsip tindakan untuk mengatasi kejang
Menjaga jalan nafas tetap bebas
Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang
Mengobati penyebab kejang
Penanganan kejang pada BBL
Bayi diletakan dalam tempat hangat, pastikan bayi tidak kedinginan, suhu
dipertahankan 36,5-37ᴼC
Jalan nafas dibersihkan dengan tindakan penghisapan lendir diseputar mulut, hisung
dan nasofaring
Pada bayi apnea, pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat Bag to Mouth Face
Mask oksigen 2 liter/menit
Infus
Obat antispasmodik/anti kejang : diazepam 0,5 mg/kg/supp/im setiap 2 menit sampai
kejang teratasi dan luminal 30 mg im/iv
Nilai kondisi bayi tiap 15 menit
Bila kejang teratasi berikan cairan infus dextrose 10% dengan tetesan 60ml/kgBB/hr
Cari faktor penyebab
o Apakah mungkin bayi dilahirkan dari ibu DM
o Apakah mungkin bayi prematur
o Apakah mungkin bayi mengalami asfiksia
o Apakah mungkin ibu bayi emnghisap narkotika
o Kejang sudah teratasi, diambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk
mencari faktor penyebab, misalnya : darah tepi, elektrolit darah, gula darah,
kimia darah, kultur darah, pemeriksaan TORCH
o Kecurigaan kearah sepsis (pemeriksaan pungsi lumbal)
o Kejang berulang, diazepam dapat diberikan sampai 2 kali
Masih kejang : dilantin 1,5 mg/kgBB sebagai bolus iv diteruskan
dalam dosis 20 mg iv setiap 12 jam
Belum teratasi : phenytoin 15 mg/kgBB iv dilanjutkan 2 mg/kg tiap 12
jam
Hipokalsemia (hasil lab kalsium darah <8mg%) : diberi kalsium
glukonas 10% 2 ml/kg dalam waktu 5-10 menit . apabila belum juga
teratasi diberi pyridoxin 25-50 mg
Hipoglikemia (hasil lab dextrosit/gula darah < 40 mg%) : diberi infus
dextrose 10%
Anamnesa
Keluarga, riwayat kehamilan, riwayat persalinan dan kelahiran
Riwayat kehamilan
Bayi kecil untuk masa kehamilan
Bayi kurang bulan
Ibu tidak disuntik TT
Ibu menderita DM
Riwayat persalinan
Persalinan dengan tindakan
Persalinan presipitatus
Gawat janin
Riwayat kelahiran
Trauma lahir
Lahir asfiksia
Pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril
Pemeriksaan kelainan fisik
Kesadaran
Suhu tubuh
Tanda-tanda infeksi lain
Penilaian kejang
Bentuk kejang : gerakan bola mata abnormal, nistagmus, gerakan mengunyah,
gerakan otot-otot muka, timbulnya episode apnea, adanya kelemahan umum yang
periodik, tremor, gerakan klonik sebagian ekstremitas, tubuh kaku
Lama kejang
Definisi
Kejang merupakan keadaan emerjensi atau tanda bahaya yang sering terjadi
pada BBL, karena kejang dapat mengakibatkan hipoksia otak yang cukup berbahaya
bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan sekuele dikemudian hari.
Patofisiologi
Mekanisme dasar terjadinya kejang akibat loncatan muatan listrik yang
berlebihan dan sinkron pada otak atau depolarisasi otak yang mengakibatkan gerakan
yang berulang. Terjadinya depolarisasi pada syaraf akibat masuknya Natrium dan
repolarisasi terjadi karena keluarnya Kalium melalui membran sel.
Depolarisasi yang berlebihan dapat terjadi pa;ing tidak akibat beberapa hal:
Gangguan produks energi dapat mengakibatkan gangguan mekanisme pompa
Natrium dan Kalium. Hipoksemia dan hipoglikemia dapat mengakibatkan
penurunan yang tajam produksi energi.
Peningkatan eksitasi dibanding inhibisi neurotransmiter dapat mengakibatkan
kecepatan depolarisasi yang berlebihan.
Penurunan relatip inhibisi dibanding eksitasi neurotransmiter dapat mengakibatkan
kecepatan depolarisasi yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab kejang pada BBL dapat karena kelainan susunan saraf pusat terjadi
primer karena proses intrakranial (meningitis, cerebrovaskuler accident), enchepalitis,
perdarahan intrakranial, tumor) atau sekunder karena masalah sitemik atau metabolik
(iskemik-hipoksik-hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia)
Etiologi kejang yang sering terjadi dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Ensefalopati iskemik hipoksik
Merupakan penyebab tersering (60%-65%) kejang pada BBL, biasanya terjadi
dalam waktu 24 jam pertama dan sering dimuli 12 jam pertama. Dapat terjadi pada
BCB maupun BKB terutama bayi dengan asfiksia. Kasus iskemik hipoksik disertai
kejang, 20% akan mengalami infark cerebral. Manifestasi klinis ensefalopati
hipoksik-iskemik dapat dibagi dalam 3 stadium, yaitu ringan, sedang, dan berat.
Manifestasi kejang terjadi pada stadium sedang dan berat.
b. Perdarahan intrakranial
Perdarahan matriks germinal atau intraventrikel adalah penyebab kejang
tersering pada bayi preterm.
Perdarahan intrakranial sering sulit disebut sebagai penyebab tunggal kejang,
biasanya berhubungan dengan penyebab lain, yaitu :
1. Perdarahan sub arachnoid
Perdarahan yang sering dijumpai pada BBL, kemungkinan karena robekan
vena superficial akibat partus lama. Pada mulanya bayi tampak baik, tiba-tiiba
dapat terjadi kejang pada hari pertama atau kedua. Pungsi limbal harus dikerjjakan
untuk mengetahui apakah terdapat darah di dalam cairan serebrospinal. Darah
biasanya terdapat di fisura interhemister dan resesus supra dan infra tentorial.
Kemudian bayi tampak sakit berat dalam 1-2 hari pertama dengan tanda
peninggian tekanan intrakranial seperti ubun-ubun besar tegang dan membenjol,
muntah, tangis yang melengking dan kejang-kejang. Pemeriksaan Ct scan sangat
berguna untuk menentukan letak dan luasnya perdarahan. Pemeriksaan
oembekuan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan kemungkinan
koagulopati.
2. Perdarahan subdural
Perdarahan ini umumnya terjadi karena robekan tentorium didekat falks
cerebri. Keadaan ini karena molase kepala yang berlebihan pada letak verteks,
letak muka dan partus lamma. Darah terkumpul di fosa posterior dan dapat
menekan batang otak.bila terjadi penekanan pada batang otak terdapat pernapasan
yang tidak teratur, kesadaran menurun, tangis melengking, kesadaran menurun,
ubun-ubun besar, membenjol dan kejang. Perdarahan pada parenkim otak kadang-
kadang dapat menyertai perdarhan subdural. Deteksi kelainan ini dengan
pemeriksaan USG atau CT scaan. Perdarahan yang kecil tidak membutuhkan
pengobatan, tetapi pada perdarahan yang besar dan menekan batabg otak perlu
dilakukan tindakan bedah untuk mengeluarkan darah. Mortalitas tinggi dan pada
nyeri bayi yang hidup biasanya terdapat gejala sisa neurologis.
3. Perdarahan periventrikuler/intraventrikuler
Gambaran klinis perdarahan intraventrikuler tergantung kepada beratnya
penyakit dan terjadinya perdarahan. Pada bayi yang mengalami trauma atau
asfiksia biasanya kelainan timbul pada hari pertama atau kedua setelah lahir.
Pada BKB dapat mengalami perdarahan hebat, gejala timbul dalam waktu
beberapa menit sampai beberapa jam berupa gangguan napas, kejang tonik umum,
pupil terfiksasi dan stupor. Pada perdarahan sedikit, gejala timbul dalam beberapa
jam sampai beberapa hari sampai penurunan kesadaran, kurang aktif, hipotonia,
kelainan posisi dan pergerakan bola mata seperti deviasi, fiksasi vertikal dan
horisoontal disertaii dengan gangguan respirasi. Bila keadaan memburuk akan
timbul kejang. BCB biasanya disertai riwayat intrapartum misalnya trauma, pasca
pemberian cairan hipertonik secara cepat terutama natrium bikarbonat dan
asfiksia.
Manifestasi klinis yang timbul bervariasi mulai dari asimtomatik sampai
gejala yang hebat. Gejala neurologis yang paling umum dijumpai adalah kejang
yang dapat bersifat fokal, multifokal atau umum. Disamping itu terdapat
manifestasi lain berupa apneu, sianosis, letargi, muntah, ubun-ubun besar
membenjol, tangis melengking dan perubahan tonus otot. Untuk menegakkan
diagnosis perdarahan intraventrikular yang pasti dilakukan pungsi lumbal,
pemeriksaan darah misalnya Hb, Ht, trombosit, pemeriksaan EEG dan USG.
c. Metabolik
Penyebab paling sering kejang metabolik adalah :
1. Hipoglikemia
Bayi dengan kadar < 45 mg/dL disebut hipoglikemia, kadang asimptomatis.
Hipoglikemia yang berkepanjangan dan berulang dapat menyebabkan dampak yang
menetap pada SSP.
BBL yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia adalah bayi kecil
untuk masa kehamilan, bayi besar untuk masa kehamilan dan bayi dari ibu dengan
DM.
Tidak ada keraguan pemberian terapi dextrosa intravena jika ditemukan kadar
glukosa rendah pada bayi kejang, untuk mengembalikan kadar gula darah kembali
normal secepatnya.
2. Hipokalsemia/hipomagnesemia
Kejadian awal kejang akibat hipokalsemia pada hari pertama dan kedua. Lebih
sering didapatkan pada BBLR dan sering dihubungkan dengan asfiksia serta bayi
dari ibu dengan DM. Kejadian kejang lambat akibat hipokalsemia pada BCB yang
mendapat susu formula yang kandungan rasio fosfat dengan kalsium/maggnesium
kurang optimal.
Hipokalsemia didefinisikan kadar kalsium < 7,5 mg/dL, biasanya disertai dengan
kadar fosfat > 3 mg/mL.
3. Hiponatremia dan hipernatremia
Kadar natrium yang sangat tinggi, sangat rendah atau yang mengalami perubahan
dengan cepat, sring terjadi pada kondisi tertentu seperti syndrom of inappropriate
anti-diuretic hormone (SIADH), sindroma bartter atau dehidrasi berat dapat
menyebabkan kejang.
Hiponatremia dapat terjadi akibat minum air, pemberian infus intravena yang
berlebihan atau akibat pengeluaran natrium yang berlebihan lewat kencing dan fases.
Hipernatremia terjadi akibat dehidrasi berat atau iatrogenik atau sekunder akibat
asupan natrium yang berlebihan. Dapat juga terjadi akibat pemberian natrium yang
berlebihan secara oral maupun parenteral.
d. Infeksi
Infeksi terjadi pada sekitar 5-10% dari seluruh penyebab kejang BBL, bakteri,
nonbakteri maupun congenitaal dapat menyebabkkan kejang BBL, biasnya terjadi
setelah minggu pertama kehidupan.
Infeksi digolongkan menjadi :
Infeksi akut
Infeksi bakteri atau virus pada SSP dengan atau tanpa keadaan sepsis dapat
mengakibatkan kejang, biasanya berhubungan dengan maningitis. Kuman gram
negatif sering menyebabkan infeksi intracranial dan sistemik pada BBL. Bakteri
yang sering ditemukan streptococus, E. Coli, stapyloococus dan pseudomonas.
Infeksi kronik
Infeksi intrauterine yang berlangsung lama ; toxoplasmosis, rubella,
citomegalovirus, herpes.
e. Kernikterus/ensefalopati billirubin
Suatu keadaan ensefalopati akut dengan sekuele neurologis yang disertai meningkatnya
kadar serum bilirubin dalam darah. Bilirubin indirek menyebabkan kerusakan otak pada
BCB apabila melebihi 20 mg/dL. Pada bayi prematur yang sakit, kadar 10 mg/dL sudah
berbahaya. Kemungkinan kerusakan otak yang terjadi tidak hanya disebbabkan oleh
kadar bilirubin yang tiinggi, tetapi tergantung pada lamanya hiperbilirubinemia.
f. Kejang yang berhubungan dengan otak
1. Pengaruh pemberhentian obat
Kecanduan metadon pada ibu hamil sering dikaitkan dengan kejang BBL. Karena
effek putus obat dari kecanduan heroin. Ibi yang kecanduan obat narkotik selama
hamil, bayi yang diilahirkan dalam 24 jam pertama terdapat gejala gelisah, jiterines
dan kadang-kadang terdapat kejang
2. Intoksikasi anestesi lokal
Kejang akibat intoksikasi anestesi lokal/anestesi blok pada ibu yang masuk ke
sirkulasi janin. Keadaan ini dapat terjadi akibat anestesi blok paraservical, pudendal
atau epidural serta anestesi lokal pada episiotomi yang tidak tepat.
Kita curigai intoksikasi bila ditemukan pupil tetap dilatasi pada pemeriksaan reflek
pupil dan gerakan mata terfiksasi pada reflek okulosefalik. Prognosisnya baik, bila
diberikan pengobatan suportif yang memadai dan akan membaik setelah 24-48 jam.
D. HENTI JANTUNG
I. DEFINISI
Henti jantung adalah keadaan dimana sirkulasi darah berhenti akibat
kegagalan jantung untuk berkontraksi secara efektif dari jantung keseluruh tubuh.
Tanda klinik henti jantung secara klinik adalah tidak adanya nadi dan tanda-tanda
sirkulasi lainnya.
II. ETIOLOGI
Terhentinya saluran pernafasan secara tiba-tiba yang dapat disebabkan karena
penyumbatan jalan nafas.
Depresi susunan saraf pusat, yang dapat di sebabkan karena: obat-
obatan,racun,rudapaksa, arus listrik tegangan tinggi, edema otak, hipoksia berat,
hiperkapnia.
Dehidrasi berat dan gangguan keseimbangan asam basa.
Paralisis neuromuskular : rudapaksa, arus listrik tegangan tinggi, edema otak,
hiperkapnia.
Thension pneumothorak bilateral
Manifestasi Klinis
Keadaan – keadaan yang mendahului terjadinya Henti Jantung adalah :
Nyeri dada hebat mendadak
Sesak nafas hebat
Bradicardia ataupun Tachicardia menetap yang lama
Penurunan kesadaran progresif cepat ataupun mendadak sedangkan keadaan – keadaan
yang biasanya ditemukan saat terjadinya henti jantung adalah pingsan mendadak ,
apnea.
Otot – otot seluruh tubuh lemas
III. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi cardiac arrest tergantung dari etiologi yang mendasarinya.
Namun, umumnya mekanisme terjadinya kematian adalah sama. Sebagai akibat dari
henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darah
mencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia
cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran
dan berhenti bernapas normal. Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest
tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10
menit (Sudden cardiac death).
Fase-fase patofisiologi gagal jantung:
Mekanisme kompensasi
Usaha tubuh melakukan kompensasi (fisiologis) bila jantung menghadapi beban
volume atau tekanan.
Bila Kompensasi gagal maka terjadilah gagal jantung yang dimulai dengan fase
dekompensasi
IV. PENATALAKSANAAN
Pemeriksaan penunjang
Foto thorak: kardiomegali, corakan vaskular paru yang meningkat dan tampak
edema paru.
Penatalaksanaan awal secara umum :
Pemberian oksigen
Tirah baring, posisi setengah duduk.
Menenangkan pasien
Mencari kemungkinan faktor yang memperberat atau mencetuskan gagal jantung
misalnya aktivitas yang lebih dari biasanya, demam (diberi antipiretik) atau
infeksi
Mencari kemungkinan faktor penyebab misalnya hipertensi, aritmi, penyakit
jantung bawaan, penyakit jantung didapat dan anemia kronis yang berat
Mengusahakan pemasangan jalur infus intravena bila memungkinkan
Pembatasan asupan cairan dan garam
Jangan memberikan makanan/minuman bila anak sangat sesak napas
Mempersiapkan rujukan medis sesegera mungkin dengan ambulans, oksigen tetap
terpasang sepanjang perjalanan, didampingi tenaga medis/paramedis.
Tatalaksana medika mentosa
Ada tiga jenis obat yang biaa digunakan untuk gagal jantung:
Intropik untuk meningkatkan kontraktilitas miokard, contohnya digoksin
Diuretik untuk mengurangi preload, contohnya furosemid.
Obat untuk mengurangkan afterload, contohnya captopril.
DAFTAR PUSTAKA
Ilmu kesehatan anak.1985.jakarta:FKUI
Kosim.m.shadeh dkk.2009. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : IDAI
Nelson.2001.ilmu kesehatan anak.jilid I.jakarta : EGC
Af.glance.neonatologi
Anestesiologi.FK UI.Jakarta
Wim de Jong.2005.Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.Jakarta:EGC