LAP BIOKIM.docx

31
BAB I PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS dan PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Untuk mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat jenis dan bau dari urine 2. Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urine II. PRINSIP Adanya kelainan pada ginjal dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan urine secara makroskopis. III. TINJAUAN PUSTAKA Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik dan anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih. Dalam pemeriksaan urine secara makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urine.

Transcript of LAP BIOKIM.docx

Page 1: LAP BIOKIM.docx

BAB I

PEMERIKSAAN URINE SECARA MAKROSKOPIS dan PEMERIKSAAN

SEDIMEN URINE

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk mengetahui volume, warna, kekeruhan, keasaman/reaksi, berat jenis

dan bau dari urine

2. Untuk mengetahui unsur-unsur patologis dalam urine

II. PRINSIP

Adanya kelainan pada ginjal dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

urine secara makroskopis.

III. TINJAUAN PUSTAKA

Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan

organik dan anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh

gamerolus ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih. Dalam

pemeriksaan urine secara makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna,

kejernihan, berat jenis, bau dan pH urine.

Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan hasil

pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urine, dan untuk

menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume

urine yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urine bermanfaat untuk

menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktoryang mempengaruhi

volume urine seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman,

suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah

Page 2: LAP BIOKIM.docx

tropik volume urine dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila

didapatkan volume urine selama 24 jam.

Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini

mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang

berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu

poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus,

diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urine

selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.Keadaan ini

mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis

menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urine selama 24 jam

kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal.

Jumlah urine siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak

dari urine malam 12 jam.

Pemeriksaan terhadap warna urine mempunyai makna karena

kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urine dinyatakan

dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur

merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urine dipengaruhi

oleh kepekatan urine, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya

warna ditentukan oleh kepekatan urine, makin banyak diuresa makin muda warna

urine itu. Warna normal urine berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang

disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan

porphyrin.

Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak

keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urine segar pada orang normal jernih.

Kekeruhan ringan disebutnubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit

yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat

amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urine yang telah

keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkanoleh chilus, bakteri, sedimen

seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Page 3: LAP BIOKIM.docx

Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal,

dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop,

gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat

jenis urine sewaktu padaorang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urine

herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat

jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urine makintinggi berat jenisnya, jadi berat

jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urine sewaktu yang mempunyai berat

jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik.

Untuk menilai bau urine dipakai urine segar, yang perlu diperhatikan

adalah bau yang abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang

mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti

jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada

ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan

biasanya terjadi pada urine yang dibiarkan tanpapengawet. Adanya urine yang

berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran

kemih misalnya pada karsinoma saluran kemih.

Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,

kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urine normal

berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat

memberi petunjuk ke arah etiologi.

Nilai normal urine

1.            Volume                                              =  + 1,5 – 2 L per hari.

2.            Warna                                                = Kuning

3.            Kejernihan atau kekeruhan           =  jernih

4.            Berat Jenis Urinometer                   = 1,015 – 1,025

Berat jenis refraktometer     = 1,002 – 1,030

5.            Bau                                         = amoniak

6.            pH                                                       = 7,0 – 7,5

Page 4: LAP BIOKIM.docx

2.         Protein Urine

Adanya protein dalam urine dinyatakan berdasarkan timbulnya

kekeruhan  setelah penambahan sulfosalisil 20% dan asam asetat 6%. Karena

padatnya atau kasarnya kekeruhan sehingga menggunakan sampel urine yang

jernih betul. Pemeriksaan terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin

untuk menyatakan adanya kekeruhan. Sampel yang digunakan pada percobaan

harus urine yg jernih betul untuk menjadi syarat penting terhadap tes – tes

protein. Jika urine yang akan diperiksa jernih, boleh terus dipakai, kalau keruh

pakailah cairan atas dari urine pusingkan atau fitrat urine.

3.         Glukosa / reduksi Urine

Prinsip dalam pemeriksaan ini, yaitu zat pereduksi dalam urine dapat

mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan basa seperti Cu, Bi, Hg dan Fe,

dalam test Benedict dan fehling. Glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urine

akan mereduksi sulfat yang berwarna biru menjadi endapan sukrooksida yang

berwarna merah dalam suasana alkali. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa

dalam urine termasuk pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat

dilakukan dengan cara yang berbeda-beda asasnya.

4.         Bilirubin Urine.

Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam

urine. Jika urine dibiarkan sebagian kecil aripada bilirubin itu berubah menjadi

biliverdin oleh oxidasi; perubahan itu mencepat oleh sinar matahari. Secara

normal, bilirubin tidak dijumpai di urine. Bilirubin terbentuk dari penguraian

hemoglobin dan ditranspor ke hati, tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi

dalam bentuk empedu. Bilirubin terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air

dan diekskresikan ke dalam urine jika terjadi peningkatan kadar di serum.

Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat larut dalam lemak, sehingga

tidak dapat diekskresikan ke dalam urine. Diantara banyak macam test untuk

menyatakan adanya bilirubin,terdapat 4 test dalam pemeriksaan bilirubin  yaitu

test busa,test Harrison,test lugol iodine dan test gemelin.

Page 5: LAP BIOKIM.docx

A.   Pembentukan UrinSebelum menilai hasil analisa urine, perlu diketahui tentang proses

pembentukan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit.

Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu:1.      Filtrasi glomerulus2.      Reabsorbsi tubular3.      Sekresi tubular

1.      Filtrasi GlomerulusPembentukan urin dimulai ketika air dan berbagai bahan terlarut

lainnya disaring melalui kapiler glomerulus dan masuk ke kapsul glomerulus (kapsul Bowman.

2.      Reabsorbsi tubularReabsorbsi tubular adalah proses dimana bahan-bahan diangkut keluar

dari filtrat glomerulus, melalui epitelium tubulus ginjal ke dalam darh di kapiler peritubulus. Walaupun reabsorbsi tubulat terjadi di seluruh tubulus ginjal, peritiwa ini sebagian besar terjadi di tubulus proksimal.

3.      Sekresi tubularSekresi tubular adalah proses dimana bahan-bahan (zat) diangkut dari

plasma kapiler peritubulus menuju ke cairan tubulus ginjal. Sebagai hasilnya, jumlah zat tertentu diekskresikan melalui urin dapat lebih banyak daripada jumlah zat yang diperoleh melalui filtrasi plasma di glomerulus.

B. Kandungan Urin1. Air dan garam-garam dalam jumlah sedemikian rupa sehingga terdapat keseimbangan antara cairan ekstrasel dan cairan intrasel.2.. Asam dan basaSisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh3. Zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan.

C.   Faktor-Faktor Yang Turut Mempengaruhi Susunan UrinUntuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan

beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin.

Page 6: LAP BIOKIM.docx

D.   Memilih Sampel UrinSusunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak

lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan :

o   Urin sewaktuUntuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan

sedimen dapat dipergunakan urin - sewaktu, yaitu urin yang dikeluarkan pada satu waktu yang tidak ditentukan dengan khusus. Urin sewaktu cukup baik untuk pemeriksaan rutin.

o   Urin pagiYaitu urin yang pertama-tama dikeluarkan pada pagi hari setelah

bangun tidur. Urin ini lebih pekat dari urin yang dikeluarkan pada siang hari. Urin pagi baik untuk pemeriksaan sedimen, protein, berat jenis dan tes kehamilan.

o   Urin post prandialMerupakan urin yang pertama kali dikeluarkan 1 ½ – 3 jam setelah

makan. Sampel urin ini baik untuk pemeriksaan terhadap glukosuria.o   Urin 24 jamYaitu urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Ccara

mengumpulkannya sebagai berikut: jam 7 pagi urin pertama dikeluarkan, urin ini dibuang. Semua urin yang dikeluarkan kemudian, termasuk juga urin jam 7 pagi esok harinya, harus dapat ditampung dalam botol urin yang tersedia dan isinya dicampur. Botol harus bersih dan biasanya memerlukan zat pengawet.

Urin 24 jam dapat digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif semua zat dalam urin. Selain itu, dikenal juga urin siang 12 jam, urin malam 12 jam, urin 2 jam, urin 3 gelas, urin 2 gelas dsb.

o   Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.

E.    Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin1.    Pemeriksaan MakroskopikYang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan

pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.

a.    Volume urinBanyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur,

berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.

Page 7: LAP BIOKIM.docx

Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.

b.    Warna urinPemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-

kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya.

Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.

Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat.Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat seperti jernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih.

c.    Berat jenis urinPemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal,

dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'.

Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.

Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.

d.    Bau urinUntuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan

adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti

Page 8: LAP BIOKIM.docx

jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.

Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

e.    pH urinPenetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,

kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 -- 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi.

Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa.

Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.

2.    Pemeriksaan MikroskopikYang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu

pemeriksaan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.

Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.

Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.

a. Eritrosit atau leukositEritrosit atau leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam

urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.

b. SilinderSilinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus

ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel.

Page 9: LAP BIOKIM.docx

c. KristalKristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam

saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal.

Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.

d. EpitelMerupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal

didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.

3.    Pemeriksaan Kimia UrinDi samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat

dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan.Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.

Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam buli-buli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin, urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Page 10: LAP BIOKIM.docx

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin.

Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung.

Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain.

a. Pemeriksaan glukosa Dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens pita. Selain itu

penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C.

Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.

Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.

Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.

b. Benda- benda keton Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi

butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat lebllh dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin

Page 11: LAP BIOKIM.docx

didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.

Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat.

c. Pemeriksaan bilirubin Dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan

bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.

d. Pemeriksaan urobilinogen Dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar

urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin.Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh

kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan di dalam tubuh.

e. Tes nitrit Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat

ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari 105 mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus.

d. Leukosit esterase Sebuah hasil positif tes esterase leukosit dari adanya sel-sel darah

putih baik sebagai sel utuh atau sebagai sel segaris. Piuria dapat dideteksi bahkan jika sampel urin mengandung WBC yang rusak atau segaris. Sebuah tes esterase leukosit negatif berarti bahwa infeksi tidak mungkin dan bahwa, tanpa bukti tambahan infeksi saluran kemih, pemeriksaan mikroskopis dan / atau kultur urin tidak perlu dilakukan untuk menyingkirkan bakteriuria signifikan.

Page 12: LAP BIOKIM.docx

Sel Eritrosit pada Sedimen Urin kristal Ca oxalat dalam Sedimen Urin

Sel Lekosit pada Sedimen Urin Kristal Asam Urat dalam Sedimen Urin

Silinder pada Sedimen Urin Kristal Tripelfosfat dalam Sedimen Urin

Sel Epitel dalam sedimen Urin

Page 13: LAP BIOKIM.docx

IV. ALAT DAN BAHAN

IV.1 ALAT

- Tabung reaksi

- Beker gelas

- Gelas ukur

- Kertas PH

- Mikroskop

- Objek gelas

- Urinometer

- Cover gelas

IV.2 BAHAN

- Urin pagi

- Urin 24 jam

- Urin sewaktu

- Aquadest

Page 14: LAP BIOKIM.docx

V. CARA KERJA

Ukur volume urin dan catat

Amati warna urin

Amati kekeruhan urin

Mengukur PH urine dengan kertas PH

Mengukur BJ urine dengan alat urinometer

Mengidentifikasi bau urin

Melakukan uji sedimentasi pada urin pagi yakni sampel urin dihomogenkan

kemudian dipindahkan kedalam tabung pemusing sebanyak 5 ml, dipusingkan

dengan sentrifus dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 10 menit. Lalu urin

bagian atas dikeluarkan dengan cara dipipet dan bagian bawahnya (endapan)

dipipet dan diteteskan keatas objek gelas dan ditutup dengan cover gelas lalu

diamati dibawah mikroskop.

Page 15: LAP BIOKIM.docx

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

KLP MAKROSKOPIS MIKROSKOPIS

Volume Warna Kekeruhan BauPH

Pagi

PH

Semalam

BJ

Pagi

BJ

SemalamSEDIMEN URINE

1 1240 ml Kuning muda Jernih Aromatik 6 5 1,0296 1,0467

Crystalline crystals,

calcium phosphate, mucus

slinder

2 800 ml Kuning Keruh Aromatik 6 6 1,01067 1,02467

Mucus threads, slinder

leukosit, calcium oxalate,

triple phosphate crystals

3 1200 ml Kuning muda Jernih Aromatik 6 6 1,03067 1,03067

Mucus threads, calcium

oxalate, triple phosphate

crystals

4 900 ml Kuning muda Jernih Aromatik 6 6,5 1,0146 1,0136Mucus threads, granular

cast

5 1050 ml Kuning muda Agak keruh Aromatik 6 6 1,02467 1,02967Mucus threads, erythrocyte,

tyrosin, leucine spheres

Page 16: LAP BIOKIM.docx

i. PEMBAHASAN

Pemeriksaan makroskopik  Yang diperiksa adalah volume, warna,

kejernihan, berat jenis, bau dan pH urine. Pengukuran volume urine berguna

untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat

dalam urine, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan.

Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersamaan dengan berat jenis

urine bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal . Apabila ditemukan

kelainan dalam pemeriksaan urine maka orang tersebut kemungkinan terkena

suatu penyakit atau gangguan dari saluran ureter atau faal ginjal.

Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis urine Pemeriksaan

mikroskopik yang diperiksa adalah. pemeriksaan sedimen urine. Ini penting

untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat

ringannya penyakit.Apabila ditemukan kelainan dalam pemeriksaan urine maka

orang tersebut kemungkinan terkena suatu penyakit atau gangguan dari saluran

ureter atau faal ginjal.

Pemeriksaan urin merupakan pemeriksaan penyaring yang dipakai untuk

mengetahui adanya kelainan di dalam saluran kemih yaitu dari ginjal dengan

salurannya, kelainan yang terjadi di luar ginjal, untuk mendeteksi adanya

metabolit obat seperti zat narkoba dan mendeteksi adanya kehamilan.

Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik/sedimen dan

kimia urin.

Penyakit ginjal dapat diketahui adanya kerusakan ginjal, saluran kemih

seperti infeksi, radang, adanya trauma atau keganasan. Kelainan yang terjadi di

luar ginjal juga dapat dideteksi dengan pemeriksaan urin, seperti adanya diabetes

melitus (DM) dapat diketahui dengan pemeriksaan glukosa urin, hepatitis dengan

memeriksa adanya bilirubin dalam urin.

Page 17: LAP BIOKIM.docx

Pendarahan saluran kemih dapat pula diketahui terutama yang belum

terlihat warna merah dalam urin yang disebut mikrohematuria. Dengan adanya

penyalahgunaan obat akhir-akhir ini dapat diketahui hasil metabolit obat

narkotika di dalam urin.

Pemeriksaan urin meliputi pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, dan

bobot jenis. Tujuan dari pemeriksaan warna urineyaitu untuk menentukan warna

yang ada pada urine. Warna dari urine menunjukan keadaan normal atau

tidaknya urine.

Tujuan dari pemeriksaan bau urine adalah untuk mengetahui bau dari

urine dimana terdiri dari bau amoniak, ketonuria dan bau busuk. Tujuan dari

pemeriksaan pH urine adalah untuk mengetahui derajat keasaman urin dalam hal

ini menggunakan kertas pH universal.

Tujuan dari pemeriksaan bobot jenis urine adalah untuk menentukan

kepekatan urin dengan mengukur bobot jenisnya. Makin kecil atau rendah bobot

jenis makin besar diuresis dan sebaliknya.

Pemeriksaan sedimen urine bertujuan untuk mengamati komponen-

komponen yang terdapat dalam urine seperti Kristal asamurat,

leukositdaneritrosi. Pemeriksaan glukosa yaitu untuk memeriksa secara kualitatif

adanya glukosa dalam urin.

Ciri-ciri dari urine normal adalah jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari,

tetapi berbeda dengan jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Banyaknya

protein yang dikonsumsi makin banyak juga volume urine, sehingga tersedia

cukup cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.

Urine yang normal warnanya bening agak kekuningan tanpa endapan,

terkadang juga terdapat jonjot lendir tipis nampak terapung didalam urine.

Baudari urine tajam dan reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-

rata 6, serta berat jenis untuk orang dewasa berkisar dari 1,005 g/ml sampai

1,030 g/ml. Komposisidari urin normal terdiri atas air, urea dan natrium klorida.

Page 18: LAP BIOKIM.docx

Dari praktikum yang telah dilakukan, dimana kelompok kami didapatkan

hasil volume urin yakni sebanyak 800 ml, warna urin yakni kuning, kekeruhan

pada urin dinyatakan keruh, memiliki bau aromatik, untuk PH paginya yakni 6

sama dengan PH semalam, BJ paginya 1,01067, BJ semalamnya 1,02467, dan

diamati mikroskopis sedimen nya didapat bentuk mucus thrads, slinder leukosit,

calcium oxalate crystals dan triple phosphate crystals.

Rata-rata volume urin diantara semua kelompok yakni paling banyak

1200 ml, warna kuning muda, ada yang jernih dan juga keruh, srta memiliki bau

aromatic, dengan PH paginya sama semua yakni 6 dan hasil mikroskopis

sedimennya bervariasi tiap kelompok.

Page 19: LAP BIOKIM.docx

VII. KESIMPULAN

1. Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik

dan anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh glomerolus

ginjal dan dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih.

2. Proses pembentukan urin meliputi tiga tahap, yaitu:1.      Filtrasi glomerulus2.      Reabsorbsi tubular3.      Sekresi tubular

3. Kandungan Urin :1. Air dan garam-garam dalam jumlah sedemikian rupa 2. Sisa-sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh3. Zat-zat yang dikeluarkan dari darah karena kadarnya berlebihan.

4. Jenis pemeriksaan urin: o   Urin sewaktu o   Urin pagi

o   Urin post prandialo   Urin 24 jam

o Pada penderita yang sedang haid

5. Ukur volume urin dan catat

Amati warna urin

Amati kekeruhan urin

Mengukur PH urine dengan kertas PH

Mengukur BJ urine dengan alat urinometer dan Mengidentifikasi bau urin

6. Pemeriksaan MakroskopikYang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin.

7. Pemeriksaan MikroskopikYang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin.

Page 20: LAP BIOKIM.docx

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Azizahwati, Penuntun Praktikum Biokimia, Laboratorium Biokimia Jurusan

Farmasi FMIPA UI, 1994, Hal 36-44.

Ganong, W. F, Fisiologi Kedokteran edisi 14, Penerbit buku kedokteran, EGC,

alih bahasa oleh dr. Petrus Andrianto.

Hardjasasmita, Pantjita. 2006. “Ikhtisar Biokimia Dasar”. Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia : Jakarta.

Koolman Jan dan Klaus, 2001. “Atlas Berwarna dan Teks Biokimia”. Penerbit EGC: Jakarta.

Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”, Penerbit Erlangga : Jakarta.

Murray, K. Robert, Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W.R, Biokimia

Harper edisi 22, Penerbit bku kedokteran, EGC.