lap. ATT niu me

87
PENETAPAN BAHAN ORGANIK, NITROGEN (N), FOSFAT (P), KALIUM (K) DAN SERAPANNYA PADA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI METODE LAPORAN Oleh: Vebby Leonawati 050303007 TNH LABORATORIUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN

description

khgkh

Transcript of lap. ATT niu me

Page 1: lap. ATT niu me

PENETAPAN BAHAN ORGANIK, NITROGEN (N), FOSFAT (P), KALIUM (K) DAN SERAPANNYA PADA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN

KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI METODE

LAPORAN

Oleh:

Vebby Leonawati050303007

TNH

LABORATORIUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2008

Page 2: lap. ATT niu me

PENETAPAN BAHAN ORGANIK, NITROGEN (N), FOSFAT (P), KALIUM (K) DAN SERAPANNYA PADA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN

KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI METODE

LAPORAN

Oleh:

Vebby Leonawati050303007

TNH

Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman Departemen Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh: Diperiksa Oleh:

(Ir. Mukhlis, MSi) (Jamali)NIP: 131 762 191 NIM: 050303037Dosen Penanggung Jawab Asisten Korektor

LABORATORIUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2008

Page 3: lap. ATT niu me

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkah dan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Penetapan Bahan Organik,

Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan Serapannya pada Tanaman Padi,

Jagung, dan Kelapa Sawit dengan Berbagai Metode” yang digunakan sebagai

salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di

Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman, Departemen Ilmu Tanah,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

dosen-dosen pembimbing mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman, antara lain:

Prof. Ir. Lahuddin Musa, MS., Ir. M. M. B. Damanik, MSc., Ir. Mukhlis, MSi dan

Ir. Fauzi, MP., serta kepada abang dan kakak asisten yang telah banyak memberi

masukan demi selesainya laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna

kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini

bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008

Penulis

Page 4: lap. ATT niu me

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUANLatar BelakangTujuan PercobaanHipotesis PercobaanKegunaan Percobaan

TINJAUAN PUSTAKAAnalisis TanahAnalisis TanamanJenis Tanaman

Padi (Oryza sativa)Jagung (Zea mays L.)Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

BAHAN DAN METODETempat dan Waktu PercobaanBahan dan AlatMetodelogi PercobaanPelaksanaan PercobaanPeubah Amatan

HASIL DAN PEMBAHASANHasil

Analisis TanahAnalisis Tanaman

Pembahasan

KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanSaran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 5: lap. ATT niu me

DAFTAR TABEL

No. Teks Hal.1. Penetapan Bahan Organik Tanah2. Penetapan N Total Tanah3. Penetapan P-tersedia Tanah4. Penetapan K Tukar Tanah5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun

Page 6: lap. ATT niu me

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Analisis tanah dan tanaman dilakukan untuk mengetahui status hara di

tanah dan tanaman. Analisis yang dilakukan untuk tanah berupa analisis bahan

organik, N-total tanah, P-tersedia dan K-tukar, sedangkan analisis yang dilakukan

untuk tanaman berupa penetapan N, P, K dengan menggunakan metode destruksi

basah.

Untuk mengetahui hara tanaman di dalam tanah perlu dilakukan analisis

tanah dan tanaman. Masing-masing analisis dapat berupa uji cepat (quick test)

ataupun analisis laboratorium. Quick test merupakan analisis untuk mengetahui

ada tidaknya hara tanaman dan harkatnya. Sedangkan analisis di laboratorium

hasilnya secara kuantitatif dinyatakan dalam persen (%), ppm (part per million),

milliequivalent (me) dan sebagainya secara pasti sehingga jumlah hara yang

tersedia dalam satu hektar dapat dihitung (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Pada tahun 1940-an ditemukan alat-alat dan metode baru untuk analisis

tanah seperti X-ray diffraction unit, Colorimeter, Flamephotometer,

Spectrophotometer, cara-cara ekstraksi untuk mendapatkan unsur-unsur hara yang

aktif dan sebagainya. Penemuan ini menyebabkan perubahan-perubahan yang

sangat cepat dan lebih realistis terhadap metode-metode analisis tanah

(Hardjowigeno, 1993).

Dalam analisis bahan organik tanah, ada beberapa metode yang biasa

dilakukan, antara lain dengan pembakaran dan oksidasi basah. Kebanyakan

metode dari manual hingga otomatis menduga kadar C organik melalui oksidasi

Page 7: lap. ATT niu me

seluruh atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk

(Mukhlis, 2007).

Analisis senyawa N tanah dapat ditujukan kepada telaah N organik,

N total, N ammonium, dan N nitrat, yang terbukti cukup memuaskan untuk

pemerian hubungan hara N tanah dengan pertumbuhan tanaman

(Poerwowidodo, 1991).

Metode ekstraksi P yang sering digunakan di Indonesia adalah larutan

asam keras HCl 25% (nisbah 1:5), Bray I (HCl 0,025 N + NH4F 0,003 N, nisbah

1:10), Bray II (HCl 0,10N + NH4F 0,03 N, nisbah 1:17), Truog (H2SO4 0,002 N +

(NH4)2SO4, pH 3, nisbah 1:100) untuk tanah masam, serta Olsen (NaHCO3 0,50N,

pH 8,50, nisbah 1:20) dan Colwell untuk tanah alkalin (Al-Jabri, 2007).

Sama seperti nitrogen dan fosfor, kalium (K) juga merupakan produksi

penting pada bibit. Kebanyakan tanah relatif berisi sejumlah besar dari K total

(1-2%) dari komponen relatif mineral tidak tersedia. Bagaimanapun, hanya

sejumlah kecil fraksi (sekitar 1%) diberikan dalam bentuk tersedia bagi tanaman,

seperti ketersediaan air dan K tukar (Ryan and George, 2001).

Pekerjaan ekstraksi pada analisis tanaman/daun pada hakikatnya

merupakan tindakan destruksi bahan organik. Ada dua metode yang umum

digunakan untuk mendestruksi bahan organik, yaitu pengabuan kering dan

destruksi basah (Mukhlis, 2007).

Page 8: lap. ATT niu me

Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar bahan

organik, Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), dan serapannya pada tanaman

padi, jagung, dan kelapa sawit dengan berbagai metode.

Hipotesis Percobaan

Dengan analisis tanah dan tanaman dapat mengetahui kadar bahan

organik, Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), dan serapannya pada tanaman

padi, jagung, dan kelapa sawit.

Kegunaan Percobaan

- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di

Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman Departemen Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Page 9: lap. ATT niu me

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Tanah

Uji tanah adalah pengukuran sifat fisika dan kimia yang diperlakukan

terhadap tanah dan dapat memberikan informasi kepada kebutuhan hara tertentu.

Colwel (1967) dalam Nelson dan Anderson (1977) menyatakan bahwa uji tanah

merupakan pengukuran terhadap tanah untuk hara tertentu yang memberikan

informasi tertentu pada kebutuhan kapur (Mukhlis, 2007).

Kandungan bahan organik tanah dapat ditetapkan dengan menggunakan

metode pemanasan, metode pembakaran, dan metode kimiawi. Dasar metode

pemanasan ini adalah adanya pengurangan bobot massa tanah yang dipanaskan

dalam tanur pada temperatur cukup tinggi sebagai akibat terurainya senyawa

organik membentuk gas yang mudah lolos dari massa tanah. Pada metode

pembakaran, dasarnya adalah bahwa bahan organik tanah yang dibakar sempurna

akan menjadi abu (dan gas) dan hanya menyisakan bahan pelikan penyusunan

tanah (Poerwowidodo, 1991).

Tiap-tiap metode untuk menetapkan kandungan bahan organik tanah

memiliki keuntungan. Metode Walkley and Black lebih akurat dan tepat pada

tanah dengan kandungan bahan organik < 2%. Pada tanah yang terdapat bahan

organik, metode Walkley and Black mungkin dihasilkan dalam hasil uji yang

rendah, selama proses oksidasi pada contoh bahan organik (Agvise, 2008).

N total bahan diukur dengan menggunakan metode mikro Kjeldhal.

Prinsip dan metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk

membentuk CO2 dan H2O serta pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia yaitu

Page 10: lap. ATT niu me

penentuan protein berdasarkan jumlah N. Analisa protein Kjeldhal pada dasarnya

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi

(Anonimous, 2008).

Determinasi N total oleh Kjeldhal termasuk tranformasi N organik

menjadi ammonia (NH4) dengan digesti contoh dengan konsentrasi asam sulfat

(H2SO4) dan kemudian sejumlah NH4 dihasilkan. K2SO4 dan Na2SO4 biasanya

digunakan untuk meningkatkan jumlah boiling dan reaksi konversi selama

berjalan. Rata-rata oksidasi bahan organik juga ditingkatkan pada kondisi di atas

dengan menambahkan tembaga (Cu), selenium (Se), atau air raksa (Hg), dimana

sebagai katalis. Jika Hg dipilih sebagai katalis, kemudian Na2S, Na2S2O3.5H2O

atau zinc (Zn) harus ditambahkan pada digest untuk penguraian Hg-NH4+

kompleks (Baker and Thompson, 1991).

Analisis N total tanah didasari oleh prinsip mengubah N organik menjadi

N ammonium oleh asam sulfat yang dipanaskan sekitar 380oC dan menggunakan

Cu-sulfat + selenium + Na-sulfat sabagai katalisator. Proses ini disebut Kjeldhal

digestasi. Asam digest yang menngandung ammonium dibasakan dengan NaOH

sehingga ion ammonium dikonversi menjadi amoniak lalu didestilasi menjadi

ammonium hidroksida. NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan

HCl (Mukhlis, 2007).

P tersedia tanah dapat dianalisis dengan berbagai metode. Teknik kimia

dalam analisis P tersedia, telah lama dilakukan dan hingga kini masih diterima,

dengan menggunakan beberapa larutan ekstraktan. Larutan ekstraktan yang

digunakan juga telah cukup banyak, mulai dari larutan asam sulfat pekat hingga

soda alkali panas. Dari sekian banyak ekstraktan, yang umum digunakan adalah

Page 11: lap. ATT niu me

ekstraktan Bray I, Bray II, Olsen dan Truog. Al-Jabri, dkk (1987) menemukan

bahwa Bray I, Bray II, Olsen dan Truog merupakan metode yang terbaik untuk

tanah masam Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Selatan (Mukhlis, 2007).

Analisis P tersedia menurut Olsen lebih cocok diterapkan untuk

tanah-tanah yang banyak mengandung CaCO3. Larutan Na-bikarbonat yang

digunakan dapat menekan kepekatan Ca2+ dalam contoh tanah dengan

mengendapkannya dalam bentuk CaCO3, dan juga mengendapkan Al3+ dan Fe3+

dalam bentuk tersedia yang dapat diekstraksi dari contoh tanah dengan bantuan

larutan Na-bikarbonat. Sebelum Colorisasi, harus dilakukan pengasaman untuk

melenyapkan gelembung gas CO2 yang dapat mengganggu penetapan

Colorimetrik. Metode ini sangat peka dan dapat digunakan untuk penetapan P

sampai aras 0,05 ppm P. Metode Bray I ini digunakan menetapkan kandungan P

terjerap dengan menggunakan larutan pengekstrak NH4F, yang akan

membebaskan ion-ion F untuk menyekap Al, Fe dan Ca dari senyawa P dalam

larutan asam, sehingga ion-ion P dapat dibebaskan, dengan persamaan:

3 NH4F + 3HF + AlPO4 H3PO4 + (NH4)3AlF6

3 NH4F + 3HF + FePO4 H3PO4 + (NH4)3FeF6

3 NH4F + 3HF + CaPO4 H3PO4 + (NH4)3CaF6

Larutan pengekstraksi NH4F ini diperkenalkan oleh Bray dan Krutz untuk

menetapkan indeks ketersediaan P pada aneka macam tanah. Metode Bray I

menggunakan larutan pengekstrak 0,03N NH4F dalam 0,025N HCl dan metode

Bray II menggunakan larutan pengekstrak 0,03N NH4F dalam 0,010N HCl.

Metode Bray II dapat digunakan untuk menetapkan kandungan P terjerap dan P

larut dalam asam (Poerwowidodo, 1991).

Page 12: lap. ATT niu me

Kdd untuk tanah mineral masam tropis kurang dianjurkan untuk

digunakan sebagai indeks ketersediaan hara, karena terdapat banyak

penyimpangan. Oleh karena itu, kebutuhan K pada tanah tropis diduga dari K-HCl

25% (larutan asam keras) dan asam sitrat 2%. Sebaliknya penetapan Kdd untuk

tanah dengan pH > 7 dianjurkan menggunakan larutan 1N NH-asetat pH 7.

Penetapan Kdd dengan 1N NH-asetat pH 7 mungkin tidak sesuai untuk tanah-

tanah mineral masam, karena reaksi antara bentuk K tidak dapat ditukar (Ktdd)

dengan Kdd berlangsung dengan tidak seimbang, akibat Ktdd sangat lambat

diubah menjadi Kdd. Karena indeks ketersediaan K dalam bentuk Kdd yang

ditetapkan dengan larutan 1N NH-asetat pH untuk tanah-tanah dengan Kdd

rendah, baik pada kondisi bentuk Ktdd yang diukur dengan HCl 25% rendah atau

tinggi, mungkin maka ketode ekstraksi Kdd dengan 1N NH-asetat dimodifikasi

dengan mengatur pH larutan (pH 5, 5.5, 6 dan 7). Hubungan antara mineral tanah

dengan ketersediaan K dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat

pelapukan K mineral, pola tanam, sejarah pemupukan, dan interaksi faktor-faktor

tersebut (Al-jabri, 2007).

Dalam penetapan KTK dapat sekaligus menetapkan K larutan dan K dapat

dipertukarkan. K+ dalam kolid tanah dipertukarkan dengan NH4OAC pH 7. Hasil

perkorat kemudian diukur pada AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer)

untuk mendapatkan konsentrasi Kdd (Beegle and Wolf, 1995).

Penetapan potassium (K) dengan metode Absorben. Spektrophotometer

mempunyai landasan pilar yakni prinsip-prinsip photometer nyata ditinjau dari

segi alasannya adalah mengukur konsentrasi atom berdasarkan panjang

Page 13: lap. ATT niu me

gelombang. Analisis yang dapat dilakukan terhadap unsur selain K dengan

menggunakan AAS antara lain: Na, Ca, Mg, Al dan Fe (Sutedjo, 2004).

Flamephotometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas radiasi emisi

atom yang tereksistasi. Jika suatu analit diaspirasikan kedalam nyala api, maka

atom-atomnya, terutama golongan 1A akan tereksistasi ketingkat energi yang

lebih tinggi (electron kulit terluar dari atom akan terlontarkan) keadaan

tereksistasi ini tidak stanil dan atom akan kembali ketingkat energi semula

(electron kulit terluar kembali keposisi. Pada saat inilah akan dipanaskan energi

emisi. Emisi ini sebanding dengan jumlah intensitas radiasi emisi

(Mukhlis, 2007).

Analisis Tanaman

Analisis tanaman dapat menentukan status hara aktual dari suatu tanaman.

Jika uji tanah menentukan hara yang ditawarkan kepada tanaman, maka analisis

tanaman mengidentifikasikan seberapa baik tanaman memanfaatkan unsur hara

yang disediakan tanah dan yang diaplikasikan. Analisis tanaman dibedakan atas

analisis jaringan tanaman (tissue analysis), ananlisis tanaman total (plant analysis)

dan yang sering dilakukan adalah uji bagian tanaman, biasanya daun, dikenal

sebagai analisis daun (leaf analysis) (Mukhlis, 2007).

Hasil analisis daun menggambarkan jumlah hara yang diserap oleh

tanaman melalui daun. Hasil analisis daun datanya lebih fresh jika dibandingkan

dengan analisis tanah yang sangat global. Meski demikian, data keduanya sangat

dibutuhkan (Hakim, 2006).

Page 14: lap. ATT niu me

Kandungan hara mineral dalam jaringan tanaman hasil diagnosis

berdasarkan analisis tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor penting yaitu :1)

stadia perkembangan tanaman, 2) bagian tanaman yang diambil sebagai sampel,

3) spesies tanaman, 4) interaksi hara dalam tanah dan 5) faktor lingkungan seperti

suhu, kelembaban dan lain-lain. Pada umumnya status nutrisi pada tanaman

paling baik dicerminkan oleh kandungan hara mineral pada daun dibandingkan

dengan organ-organ lain (Grundon, 1987). Oleh karena itu daun biasanya paling

sering digunakan sebagai sampel dalam analisis tanaman. Namun demikian

dalam beberapa jenis tanaman dan jenis-jenis hara tertentu kadang-kadang

kandungannya berbeda antara lembaran daun (“leaf blades”) dan petiole dimana

kadang-kadang petiole lebih cocok digunakan sebagai indikator status nutrisi

tanaman (Bouma, 1983 dalam Marschner, 1986). Untuk tanaman buah-buahan

seringkali buahnya merupakan indikator paling baik terutama untuk kalsium dan

boron yang sangat terkait erat dengan kualitas buah dan daya simpan.

Penggunaan organ daun sebagai sampel juga perlu mempertimbangkan umur

daun tergantung jenis hara yang akan dianalisis. Untuk hara N, K dan Mg daun

dewasa lebih baik digunakan sebagai indikator status hara karena pada daun

muda ketiga hara tersebut konsentrasinya konstan. Untuk kalium, daun muda

tidak cocok sebagai indikator karena taraf defisiensi dan toksik berkisar hanya

dari 3,0 sampai 3,5% dibandingkan dengan 1,5 sampai 5,5% pada daun dewasa.

Sebaliknya untuk Ca, daun muda lebih cocok digunakan sebagai indkator karena

gejala defisiensi pertama terjadi pada bagian tersebut (Rai, 2002).

Pada analisis tanaman atau daun, terdapat dua pola. Berdasarkan tindakan

ekstraksi, yaitu ekstraksi destruksi basah dan ekstraksi pengabuan kering. Kedua

Page 15: lap. ATT niu me

metode ekstraksi ini masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya,

tergantung kepada unsur yang akan dianalisis dan sarana yang tersedia. Destruksi

basah adalah proses penghancuran bahan tanaman dengan menggunakan asam-

asam keras dan temperatur tinggi. Asam keras yang biasa digunakan adalah asam

sulfat, asam nitrat, dan asam perklorat. Asam-asam ini digunakan secara terpisah

atau dikombinasikan dua atau ketiganya, atau ditambahkan hydrogen peroksida

30%. Destruksi dengan H2SO4 dan H2O2 30% merupakan prosedur yang baik

untuk contoh kecil (0,10-0,259) dan dipakai untuk analisis kadar unsur N dan

unsur lainnya. Kombinasi ini tidak direkomendasikan untuk analisis Ca dari

tanaman, karena H2SO4 akan membentuk endapan CaSO4 sehingga kadar Ca

tanaman menjadi lebih rendah. Destruksi basah yang lain adalah menggunakan

kombinasi HNO3 dan HClO4 atau kombinasi HNO3 dengan H2O2 30%, dan ada

pula HNO3 dengan H2O2 yang dipanaskan pada oven microwave, metode ini

merupakan prosedur destruksi yang paling cepat, membutuhkan waktu kurang

dari 20 menit tanpa menghilangkan unsur-unsurnya (Mukhlis, 2007).

Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merupakan alat instrument

yang paling banyak digunakan untuk mengukur kadar unsur-unsur. Konsentrasi

unsur diperoleh berdasarkan besarnya radiasi yang diabsorbsi, sesuai dengan

hukum Beer, bahwa hubungan antara absorben dengan konsentrasi berbanding

lurus atau linier. Untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dapat diketahui

dengan menggunakan larutan standart untuk mendapatkan kurva kalibrasi

(Mukhlis, 2007).

Page 16: lap. ATT niu me

Jenis Tanaman

Padi (Oryza sativa)

Hara N pada tanaman padi mempunyai beberapa fungsi, antara lain :

(1)Merangsang munculnya anakan, (2)Memacu anakan lebih produktif,

(3) Meningkatkan jumlah malai per rumpun, dan (4)Memacu proses pengisian biji

dan pemasakan yang tepat. Unsur N diserap tanaman padi dalam bentuk nitrat

(NO3-) (Raharja, 2008).

Untuk pertumbuhan, tanaman padi memerlukan unsur utama (makro) dan

unsur penunjang (mikro). Unsur utama yang dibutuhkan padi adalah unsur

Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Sebagai unsur penunjangnya adalah Magnesium,

Molebdenum, Aluminium, besi (Fe), Seng dan Kalsium. Selama pertumbuhannya,

Kebutuhan tanaman padi akan unsur-unsur tersebut sangat tergantung pada stadia

tumbuh (Suparyono dan Agus, 1997).

Tanaman padi memerlukan unsur hara esensial seperti unsur fosfat. Kahat

unsur ini merupakan masalah yang penting dari segi kesuburan tanahnya terutama

di daerah tropis. Pada daerah tropis unsur P bersenyawa denagn Al dan Fe dalam

bentuk persenyawaan kompleks Al-P dan Fe-P sehingga ketersediaan P menurun

dengan meningkatkan fikasai P (Adirtingsih, dkk, 1998).

Hara K (K+) diserap tanaman secara difusi dan sebagian besar K dalam

tanah tidak tersedia bagi tanaman. Sehingga harus ditambahkan baik melalui akar

Page 17: lap. ATT niu me

maupun daun. Sebagai kenyataan bahwa hanya 1-2 % K dalam tanah yang siap

diserap dan digunakan tanaman padi (Raharja, 2008).

Jagung (Zea mays L.)

Secara umum kebutuhan hara tanaman jagung (Zea mays L.) adalah

180 – 240 ppm N, 60 – 90 ppm P2O5 dan 50 ppm K2O (Anonim, 1993).

Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum tanaman

jagung antara 5,5 – 6,5 tapi paling baik adalah 6,8. unsur N dari tanah diambil

tanaman jagung selama masa pertumbuhan sehingga tanaman masak. Unsur

Fosfor diambil dimana sebagian besar disimpan kedalam biji. Fosfor diserap

dalam bentuk HPO42-, H2PO4-. Sedangkan untuk unsur K dibutuhkan sama seperti

N diserap tanaman dalam bentuk K+ (Tobing, dkk, 1995).

Jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan

pH 5,6 – 7,2. Tanah yang bertekstur berat harus diolah sehingga aerase dan

drainasenya baik (Aak, 2000).

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai

kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di dalam sangat

menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi

(Aak, 2000).

Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.)

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti

podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Tanah tersebut tidak

sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia an sifat

fisika tanah (Setyamidjaja, 2006).

Page 18: lap. ATT niu me

Kemasaman tanah idealnya pH 5.5 yang baik adalah 4.0 – 6.0 tetapi boleh

juga digunakan pH 5.5 – 7. Tanah harus gembur dan draenase baik sehingga

aerase baik akan dapat mencapai panjang 1.5 – 2 m. Cepat berlignin, hanya

ujung-ujung akar yang baru terbentuk yang mengabsorbsi air dan hara

(Sianturi, 2001).

Kriteria kadar hara K dapat dipertukarkan untuk tanaman kelapa sawit

< 0,15 Me/100g tergolong rendah, 0,15-3,0 me/100g tergolong sedang dan > 3,0

me/100 g tergolong tinggi (Sogiyono dan Pulungan, 1998)

Unsur hara yang diserap tanaman dari dalam tanah sebagian kembali ke

dalam tanah melalui proses dekomposisi bunga jantan dan pelepah yang

dipangkas rutin sedang sebagian lagi terangkut ke luar kebun bersama tandan

buah segar (TBS) yang dipanen (Siahaan, dkk¸1990)

Page 19: lap. ATT niu me

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Tanah dan Tanaman,

Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,

dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan pada hari sabtu,

mulai bulan Agustus – November pada pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan:

1. Penetapan Bahan Organik Tanah

a. Metode Pembakaran

- Tanah kering udara sebagai objek percobaan

b. Metode Walkley and Black

- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman

padi yang dikering udarakan sebanyak 25 gram sebagai bahan yang diuji

kandungan bahan organiknya.

- Aquades sebagai pelarut .

- K2Cr2O7 1 N (dilarutkan 49.04 g serbuk K2Cr2O7 ke dalam 1 L aquadest)

sebagai oksidator.

Page 20: lap. ATT niu me

- H2SO4 (pekat) 96% sebagai bahan oksidator.

- H3PO4 85% sebagai penguat reaksi.

- NaF 4% sebagai pengikat NH4+ yang berasal dari Fe(NH4)2(SO4)2

(dilarutkan 40 g NaF dalam 1 L aquadest).

- Diphenylamin sebagai indikator warna berdasarkan Eh.

- Fe(NH4)2(SO4)2 0.5 N sebagai pentitrasi (dilarutkan 196.07 g

Fe(NH4)2(SO4)2 dalam 1 L aquadest).

- BaCl2 0.4 % untuk mengurangi pengaruh SO42- pada saat pembacaan

dengan spektrofotometer (dilarutkan 4 g BaCl2 dalam 1 L aquadest)

- Label nama sebagai penanda tiap perlakuan.

- Tissue sebagai pembersih.

c. Metode Walkley and black Modifikasi

- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman

padi yang dikering udarakan sebanyak 25 gram sebagai bahan yang diuji

bahan organiknya.

- K2Cr2O7 1 N (dilarutkan 49.04 g serbuk K2Cr2O7 ke dalam 1 L aquadest)

sebagai oksidator).

- H2SO4 (pekat) 96% sebagai bahan oksidator.

- BaCl2 0.4 % untuk mengurangi pengaruh SO42- pada saat pembacaan

dengan spektrofotometer (dilarutkan 4 g BaCl2 dalam 1 L aquadest).

- Larutan standar glukosa 5000 ppm C (larutkan 12,57gram glukosa murni

dengan H2O hingga volume 1L) sebagai bahan.

- H3PO4 85% sebagai penguat reaksi.

Page 21: lap. ATT niu me

2. Penetapan N Total Tanah

- Contoh tanah vegetasi padi sawah sebagai bahan percobaan

- Larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 96 % untuk mengikat nitrat

- Asam salisilat C6H4OHCOOH sebagai

- Larutan campuran asam sulfat-asam salisilat untuk mengikat NO3- tanah

dan NH4+ organik.

Larutkan 25 g asam salisilat ke dalam 1 L asam sulfat pekat.

- Katalis campuran sebagai bahan pengikat NO2

Campurkan dan giling di mortar 100 g K2SO4 anhydrous; 10 g CuSO4

anhydrous; dan 1 g Se powder.

- Larutan NaOH 40% sebagai bahan destilasi (hijau)

Larutkan 400 g NaOH dalam 800 g H2O dan biarkan dingin. Setelah

dingin tambahkan H2O menjadi 1 L.

- Larutan H3BO3 4% sebagai bahan chemical term

Larutkan 40 g H3BO3 dalam H2O sebanyak 1 L.

- Larutan HCl 0,02 N sebagai bahan titrasi.

Buat larutan HCl 1 N dengan cara melarutkan 83 mL HCl pekat menjadi

1L. Kemudian buat larutan HCl 0,02 N dengan mengencerkan 20 mL

larutan HCl 1 N dengan H2O menjadi 1 L.

- Indikator campuran sebagai indikator (merah).

Page 22: lap. ATT niu me

3. Penetapan P Tersedia Tanah

a. Penetapan P –tersedia Metode Bray I

- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman

padi yang dikering udarakan sebanyak 2 gram sebagai bahan yang diuji

P-tersedia

- Aquades sebagai pelarut

- NH4F 1 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray I (dilarutakan 3.7 g

NH4F dalam 100 mL aquadest)

- HCl 5 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray I (dilarutkan 20.2

mL HCl (pekat) dalam 500 mL aquadest)

- Larutan Bray I sebagai pengekstrak (30 mL NH4F 1 N + 5 mL HCl 5 N

dalam 1 L aquadest)

- RPA sebagai bahan pembuat RPB

(12 g (NH4)6MO7O24.4H2O + H2O hingga 250 mL, 0.298 g KsbOC4H4O6+

H2O hingga 100 mL, dilarutkan 140 mL H2SO4 (pk) hingga 1000 mL,

kemudian ketiga bah an tersebut dicampur + 2 L aquadest)

- RPB sebagai pemberi warna biru (indikator adanya P)

- (1 g Asam Ascorbat + 200 mL RPA)

- Larutan standar P 50 ppm sebagai larutan standar patokan (dilarutkan

0.275 g K2HPO4.3 H2O dalam 1 L aquadest)

- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet

larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL

Page 23: lap. ATT niu me

ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai

pembanding

- Label nama untuk menandai tiap perlakuan

- Kertas saring Whatman no. 42 untuk penyaring filtrat

b. Penetapan P –tersedia Metode Bray II

- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman

padi yang dikering udarakan sebanyak 2 gram sebagai bahan yang diuji

P-tersedia

- Aquades sebagai pelarut

- HCl 5 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray II (dilarutkan 20.2

mL HCl (pekat) dalam 500 mL aquadest)

- Larutan Bray II sebagai pengekstrak (30 mL NH4F 1 N + 20 mL HCl 5 N

dalam 1 L aquadest).

- RPA sebagai bahan pembuat RPB

(12 g (NH4)6MO7O24.4H2O + H2O hingga 250 mL, 0.298 g KsbOC4H4O6+

H2O hingga 100 mL, dilarutkan 140 mL H2SO4 (pk) hingga 1000 mL,

kemudian ketiga bahan tersebut dicampur + 2 L aquadest)

- RPB sebagai pemberi warna biru (indikator adanya P)

(1 g Asam Ascorbat + 200 mL RPA)

- Asam Askorbat sebagai bahan pembuat RPB pada Metode Bray II

- Larutan standar P 50 ppm sebagai larutan standar patokan (dilarutkan

0.275 g K2HPO4.3 H2O dalam 1 L aquadest)

- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet

larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL

Page 24: lap. ATT niu me

ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai

pembanding

- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan

- Kertas saring Whatman no. 42 sebagai penyaring filtrat

c. Penetapan P –tersedia Metode Truog

- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman

padi yang dikering udarakan sebanyak 0,5 gram sebagai bahan yang diuji

P-tersedia

- Larutan Asam Sulfat 0,002 N (larutkan 0,055ml H2SO4 96% dengan H2O

menjadi 100 ml) untuk membuat RPA

- Larutan Troug sebagai pengekstrak (3 g (NH4)2SO4 + H2O hingga menjadi

1 L lalu ditambah H2SO4 0.002 N diatur pH 3)

- Amonium molibdat untuk membuat RPA

- Kalium Antimonit Tartarat untuk membuat RPA

- Asam Askorbat untuk membuat RPB

- Preaksi Posfat A sebagai preaksi RPB

- Preaksi Posfat B sebagai preaksi melepaskan P yang terlarut agar dapat

didestruksikan.

- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet

larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL

ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai

pembanding

- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan

- Kertas saring Whatman no. 42 sebagai penyaring filtrate

Page 25: lap. ATT niu me

d. Penetapan P –tersedia Metode Olsen

- Sample tanah kering udara

- Larutan NaHCO3 0,5 M pH 8,5 (42g NaHCO3 dengan H2O menjadi 1L,

disesuaikan dengan pH 8,5 dengan penambahan larutan NaOH) sebagai

bahan pelepas P dalam larutan

- Asam Sulfat 5 N (dilarutkan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 Kg/ L dengan

H2O hingga 250 ml) sebagai bahan pembuat RPA

- Amonium Molibdat (larutkan 12g (NH4)4MO7O24.4H2O dengan H2O

hingga 250 ml) sebagai bahan pembuat RPA

- Kalium Antimonit Tartarat ( larutkan 0,298 g KsbOC4H4O6 dalam 100 ml

H2O) sebagai bahan pembuat RPA

- Asam askorbat untuk membuat RPB

- Preaksi Posfat A sebagai preaksi RPB

- Preaksi Posfat B sebagai preaksi melepaskan P yang terlarut agar dapat

didestruksikan.

- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet

larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL

ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai

pembanding.

- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan

- Kertas saring Whatman no. 42 untuk penyaring filtrat

4. Penetapan K Tukar Tanah

Page 26: lap. ATT niu me

- Tanah sebagai objek percobaan

- Kertas saring untuk menyaring bahan

- Larutan CH3COONH4 1N untuk menukarkan K

- Larutan standart sebagai larutan pembanding

5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun

???????????????????????????????????????????????????????????????

Metode Percobaan

Metode yang digunakan dalam penetapan bahan organik adalah metode

Pembakaran, metode Walkley and Black dan metode Colorimeter (Walkley and

Black Modification).

Metode yang digunakan dalam penetapan N total tanah adalah metode

Kjeldhalterm.

Metode yang digunakan dalam penetapan P tersedia tanah adalah metode

Bray I, Bray II, Olsen dan Truog.

Metode yang digunakan dalam penetapan K tukar tanah adalah metode

Atomic Absorbtion Spectrometric (AAS).

Metode yang digunakan dalam penetapan kadar N, P dan K daun adalah

metode destruksi basah.

Page 27: lap. ATT niu me

Prosedur Percobaan

1. Penetapan Bahan Organik Tanah

a. Metode Pembakaran

- Ditimbang 25 g contoh tanah dan ditempatkan di crucible (berat crucible

ditimbang juga).

- Diovenkan pada temperature 105 0C selama 3 jam, setelah itu dimasukkan

ke dalam eksikator.

- Kemudian ditimbang sehingga dapat diperoleh bobot tanah kering oven

(BTKO).

- Dibakar pada muffle furnance pada temperatur 500 0C selama 3 jam.

- Didinginkan dan dimasukkan ke dalam eksikator, setelah itu baru

ditimbang sehingga diperoleh bobot tanah setelah pembakaran (BTP).

- Dihitung bahan organik (%) dengan rumus:

{1,724 (0,458 x b)} – 0,4 x 100%Bahan Organik (%) =

BTKO

b = BTKO – BTP

b. Metode Walkley and Black

- Ditimbang 0,1 atau 0,5 g tanah kering udara, masukkan ke dalam

Erlenmeyer 500 cc.

- Ditambahkan 5 mL K2Cr2O7 1 N (dengan menggunakan pipet), digoncang

dengan tangan.

Page 28: lap. ATT niu me

- Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat, kemudian digoncang 3-4 menit,

selanjutnya didiamkan selama 30 menit.

- Ditambahkan 100 mL air suling dan 5 mL H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 mL,

kemudian ditambahkan 5 tetes diphenylamine, digoncang, larutan

berwarna biru tua kehijauan kotor.

- Dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berobah

menjadi hijau terang.

- Dilakukan kerja no. 2 s.d. 5 (tanpa tanah) untuk mendapatkan volume

titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N untuk blanko.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

T 1 100C organik = 5 x 1- x 0,003 x x

S 0,77 BCT

Dimana:T : volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N dengan tanahS : volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N blanko (tanpa tanah)0,003 : 1 mL K2Cr2O7 1 N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 C

organik1/0,77 : metode ini hanya 77% C organik yang dapat ddioksidasiBCT : berat contoh tanah

c. Metode Colorimetri (Walkley and Black Modification)

- Ditimbang 0,5 g contoh tanah dan ditempatkan ke dalam tabung sentrifusi.

- Ditambahkan larutan K2Cr2O7 1 N sebanyak 5 mL kemudian tambahkan

secara perlahan-lahan larutan asam sulfat pekat sebanyak 10 mL.

- Dipanaskan di water bath selama 1,5 jam dengan digoncang setiap 30

menit.

Page 29: lap. ATT niu me

- Didinginkan, setelah itu ditambahkan 25 mL larutan BaCl2 0,4% lalu

digoncang.

- Disentrifusi selama 5 menit, bila tidak ada alat sentrifusi maka larutan

dibiarkan selama 1 malam.

- Dipipet supernatant (larutan sebelah atas) dan ditempatkan ke tabung

reaksi ± 15 mL.

- Diukur transmitance larutan di spectrophotometer dengan panjang

gelombang 600 nm.

- Dibuat deret standart 0 – 50 – 100 – 150 – 200 – 250 ppm C. Dipipet

larutan standart 5000 ppm C sebanyak 0 – 0,4 – 0,8 – 1,6 – 2,0 dan 2,4

mL, ditempatkan di tabung sentrifusi dan dilakukan seperti no. 2 s.d. 7.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

Absorben = - log transmitan/100

2. Penetapan N Total Tanah

a. Destruksi

- Ditimbang 2 g contoh tanah, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

- Ditambahkan 2 g katalis campuran.

- Ditambahkan 10 mL H2O.

- Ditambahkan 10 mL campuran H2SO4 – asam salisilat.

- Dibiarkan 1 malam.

- Didestruksi pada alat digestor (Kjeldhaltherm) dengan suhu rendah dan

dinaikkan secara bertahap hingga larutan jernih/putih (temperatur

< 200oC). Setelah larutan jernih, suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama

30 menit.

Page 30: lap. ATT niu me

- Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 mL H2O.

b. Destilasi

- Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi.

- Dipipet 5 mL H3BO3 4%, ditempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan

ditambahkan 3 tetes indikator campuran, dan ditempatkan sebagai

penampung hasil destilasi.

- Ditambahkan NaOH 40% ± 25 mL ke dalam tabung destilasi dan

langsung didestilasi.

- Amoniak hasil destilasi ditampung di erlenmeyer yang berisis H3BO3.

Destilasi dihentikan bila larutan di erlenmeyer berwarna hijau dan

volumenya ± 75 mL.

c. Titrasi

- Dipindahkan Erlenmeyer hasil destilasi dan dititrasi dengan HCl 0,02 N.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

% N = mL HCl x N HCl x 14 x 100Berat tanah x 1000

= mL HCl x 0,014

Dimana:% N : persentase nitrogenmL HCl : banyaknya HCl yang digunakanN HCl : normalitas HCl14 : berat atom N100 : persen (%)1000 : berat dalam gram

3. Penetapan P Tersedia Tanah

a. Metode Bray I

- Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.

Page 31: lap. ATT niu me

- Tambahkan larutan Bray I sebanyak 20 mL dan goncang pada shaker

selama 30 menit.

- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.

- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.

- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama 5

menit.

- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.

- Untuk standart dipipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0-0,5-

1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10

mL pereaksi fosfat B.

- Diukur juga transmitan standart pada spectronic dengan panjang

gelombang yang sama yaitu 660 nm.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

TransmitanAbsorben = – log

10020

P avl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada) 2

b. Metode Bray II

- Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.

- Tambahkan larutan Bray II sebanyak 20 mL dan goncang pada shaker

selama 30 menit.

- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.

- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.

- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama

5 menit.

Page 32: lap. ATT niu me

- Untuk standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P 0-0,5-

1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan

10 mL pereaksi fosfat B.

- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.

- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang

gelombang yang sama yaitu 660 nm.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

TransmitanAbsorben = – log

100

20Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)

2

c. Penetapan P Tersedia Tanah Metode Troug

- Timbang 0,5 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.

- Tambahkan larutan troug sebanyak 100 mL dan goncang dengan shaker

selama 30 menit.

- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.

- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.

- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama

5 menit.

- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.

- Untu standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P 0-0,5-

1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan

10 mL pereaksi fosfat B.

Page 33: lap. ATT niu me

- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang

gelombang yang sama yaitu 660 nm.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

TransmitanAbsorben = – log

100

20Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)

2

d. Penetapan P Tersedia Tanah Metode Olsen

- Timbang 2 g contoh tanah lalu tempatkan pada gelas

Erlenmeyer 250 cc.

- Tambahkan laruten Olsen sebanyak 20 mL dan goncang pada

shaker selama 30 menit.

- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.

- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.

- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan

selama 5 menit.

- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang

660 nm.

- Untu standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar

P 0-0,5-1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian

tambahkan 10 mL pereaksi fosfat B.

- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang

gelombang yang sama yaitu 660 nm.

- Dihitung dengan mengunakan rumus:

Page 34: lap. ATT niu me

TransmitanAbsorben = – log

100 20

Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)2

4. Penetapan K Tukar Tanah

- Ditimbang 2,5 g tanah.

- Dimasukkan ke dalam tabung speed yang telah dialas dengan kertas

saring.

- Ditambahkan 50 mL larutan CH3COONH4 1N.

- Ditampung pada botol perkolasi

- Diukur pada AAS.

- Dihitung dengan menggunakan rumus;

Kdd = K larut x 20/390

Dimana:20 : Perkolat yang dipipet390 : Berat atom K yang dikonversi ke 1/1000 m

5. Penetapan Kadar N, P dan K Daun

a. Destruksi Basah

- Timbang 0,5 g contoh tanaman yang telah digiling dan lolos ayakan

40 mesh, tempatkan pada tabung reaksi.

- Tambahkan 2,5 mL H2SO4 pekat, biarkan semalam.

- Kemudian panaskan pada elektrotermal, mula-mula pada suhu rendah dan

kemudian naikkan sedikit demi sedikit selama ± 30 menit.

Page 35: lap. ATT niu me

- Tetesi dengan H2O2 5 tetes selang ± 10 menit kemudian diulangi

berulang-ulang hingga cairan dalam tabung menjadi jernih.

- Dinginkan, encerkan dengan H2O dan saring ke labu ukur 50 mL.

Penuhkan sampai tanda garis 50 mL. (cairan ini = cairan destruksi pekat

untuk analisis N).

- Pipet 5 mL cairan destruksi pekat ke labu ukur 50 mL dan encerkan

dengan H2O sampai tanda. (Cairan ini = cairan detruksi encer untuk

analisis P, K).

b. Penetapan N Daun

- Pipet 20 mL cairan destruksi pekat (dari ekstraksi destruksi basah),

tempatkan ke dalam tabung destilasi dan tambahkan H2O 50 mL.

- Tempatkan tabung destilasi di alat destialsi N. Tambahkan NaOH 40%

± 15 mL (langsung pada alat).

- Hasil destilasi berupa amoniak ditampung pada erlenmeyer 250 cc yang

berisi 25 mL H3BO3 4% dan ditetesi indikator campuran.

- Titrasi berakhir bila H3BO3 telah berwarna hijau dan volumenya telah

mencapai 75 mL.

- Amoniak hasil destilasi di ukur dengan mentitrasi dengan HCl 1 N sampai

warna berubah dari hijau ke warna merah.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

mL HCl x N HCl 20N daun (%) = x 14 x 50 x x 100

BCT x 1000 50

= mL HCl x N HCl x 11,2

Page 36: lap. ATT niu me

c. Penetapan P Daun

- Pipet 5 mL cairan destruksi encer dari ekstraksi destruksi basah tempatkan

pada tabung reaksi.

- Tambahkan 10 mL reagen fosfat B biarkan ± 10 menit. Kemudian ukur

transmitance (absorbance) pada spectronic dengan λ 660 nm.

- Pada saat yang sama dilakukan pula pada larutan standar 0 – 2 – 4 – 6 – 8

dan 10 ppm P, dengan cara memipet masing-masing 5 mL dan

ditambahkan 10 mL reagen fosfat B, dan diukur pada spectronic.

- Dihitung dengan menggunakan rumus:

50 50P daun (%) = Plrt x x x 10-4

0,25 5

= Plarutan x 0,2

d. Penetapan K Daun

- Ukur larutan destruksi encer pada flamephotometer atau Atomic

Absorption Spectrophotometer (AAS).

- Ukur juga larutan standar K dengan konsentrasi 0 – 10 – 20 – 30 dan 40

ppm K pada flamephotometer atau Atomic Absorption Spectrophotometer

(AAS).

- Dihitung dengan mengunakan rumus: 50 50

K daun (%) = Klrt x x x 10-4

0,25 5

Page 37: lap. ATT niu me

DAFTAR PUSTAKA

Aak., 1992. Jagung. Kanisius. Yogyakarta.

Agvise Laboratories., 2008. Soil Organic Matter. Medan.

Al-Jabri., 2007. Perkembangan Uji Tanah dan Strategi Program Uji Tanah Masa Depan di Indonesia. (online) (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi).

Anonimous., 2008. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kecernaan atau Digestibilitas Protein. (online) (http://www.geocities.com/meteorkita/egdp-protein.rtf). Medan.

Baker, W. H., and T. L. Thompson., 1991. Determination of Total Nitrogen In Plant Samples by Kjeldahl.

Hakim, M., 2006. Penerapan Analisis Daun pada Tebu. (online) (http://www.pikiran-rakyat.com). Medan.

Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Aka-Press, Jakarta.

Mukhlis., 2007. Analisis Tanah – Tanaman. USU-Press, Medan.

Poerwowidodo., 1991. Metode Selidik Tanah. Usaha Nasional, Surabaya.

Ryan, J. and G. Estefan., 2001. Soil and Plant Analysis Laboratory Manual. ICARDA, Syria.

Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Tobing, M. C. T; O. Tobing ; S. Ginting dan R. K. Damanik. 1995. Agronomi Tanaman Makanan I FP USU Medan.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta

Sianturi. H.S.D, 2001. Budidaya Kelapa Sawit. USU, Press, Medan.

Rai, I. N., 2002. Diagnosis Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral pada Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 38: lap. ATT niu me

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tabel 1. Penetapan Bahan Organik Tanah

Bahan Organik Tanah dengan metodePembakaran Walkley and Black Colorimetri

Kelapa sawit 5,415 1,275 1,162Padi 7,69 1,440 1,358

Jagung 11,6 1,944 2,236

Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa nilai bahan organik tertinggi pada

kelapa sawit yaitu pada metode pembakaran sebesar 5,415 dan yang terendah

yaitu 1,162 pada metode Colorimetri. Pada komoditi padi, nilai bahan organik

tertinggi adalah 7,69 yang terdapat pada metode pembakaran dan nilai yang

terendah terdapat pada metode Colorimetri sebesar 1,358. Sedangkan pada

komoditi jagung, diperoleh nilai yang tertinggi yaitu 11,6 yang terdapat pada

metode pembakaran dan yang terendah terdapat pada metode Walkley and Black,

yaitu 1, 944.

Tabel 2. Penetapan N Total Tanah

Komoditi N-totalKelapa sawit

PadiJagung

Berdasarkan Tabel 2. Diperoleh nilai N-total tertinggi terdapat pada

komoditi ???????? dan nilai N-total terendah terdapat pada komoditi ???????.

Page 39: lap. ATT niu me

Tabel 3. Penetapan P-tersedia Tanah

Komoditi P-tersedia tanah dengan metodeBray I Bray II Olsen Truog

Kelapa sawit 8,455 19,1125 29,65 4,43Padi 5,276 4,29 20,08 17,12

Jagung 4,996 3,176 20,02 7,04

Berdasarkan Tabel 3. Di atas, diketahui bahwa P-tersedia tanah pada

komoditi kelapa sawit tertinggi terdapat pada metode Olsen, yaitu 29,65 dan yang

terendah yaitu 4,43 yang terdapat pada metode Truog. Sedangkan pada komoditi

padi, nilai tertingginya adalah 20,08 pada metode Olsen dan nilai terendahnya

adalah 4,29 yang terdapat pada metode Bray II. Sedangkan nilai tertinggi P-

tersedia tanah pada komoditi jagung yaitu 20,02 dengan menggunakan metode

Olsen dan nilai terendahnya adalah 3,176 yang terdapat pada metode Bray II.

Tabel 4. Penetapan K Tukar Tanah

Komoditi K tukarKelapa sawit 0,00785

Padi 0,0133jagung 0,02412

Berdasarkan tabel 4. Di atas dapat dilihat bahwa pada komoditi jagung

merupakan nilai K tukar tertinggi, sedangkan nilai yang terendah terdapat pada

komoditi kelapa sawit.

Tabel 5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun

komoditi N daun P daun K daunKelapa sawit

Padijagung

Berdasarkan tabel 5. Di atas diketahui bahwa nilai N daun tertinggi

terdapat pada komoditi ???? yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada

Page 40: lap. ATT niu me

komoditi ???? yaitu ???. Nilai P daun tertinggi terdapat pada komoditi ????

yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada komoditi ???? yaitu ???. Nilai K daun

tertinggi terdapat pada komoditi ???? yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada

komoditi ???? yaitu ???.

Reaksi

1. Penetapan Bahan Organik Tanah

a. Penetapan bahan organik dengan metode Walkley and Black

2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C 2K2SO4 + 2Cr2(SO4)3 + 8H2O + 3CO2

2K2Cr2O7 + 8H2SO4 diberikan berlebih, 2K2Cr2O7 + 8H2SO4 sisa ( yang tidak

mengoksidasi C organik ditetapkan dengan mentitrasi dengan ferro)

2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + Fe(NH4)2(SO4)2 K2SO4 + Cr2(SO4)3 + H2O +

Fe(NH4)2(SO4)2

a. Penetapan bahan organik dengan metode colorimetrik (Walkley and Black Modifikasi)

2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C 2K2SO4 + 2Cr2(SO4)3 + 8H2O + 3CO2

2K2Cr2O7 berwarna oranye

2Cr2(SO4)3 berwarna hijau

2. Penetapan N Total Tanah

a. Destruksi

COOH COOH+ H2SO4 H2O +

OH OHHSO3

COOH NO2 COOH+ HNO3 H2O +

OH OH

Page 41: lap. ATT niu me

HSO3 HSO3

NO2 COOHCamp. Se

OH (NH4)2SO4

HSO3

H camp. SeR – C – C – O + H2SO4 (NH4)2SO4 + CO2 + CH4

NH2 OH

b. Destilasi

(NH4)2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2NH3 (g) + H2OUap

2NH3(g) 2NH3(l) 2NH3 + 2H3BO3 2NH4H2BO3

c. Titrasi

2NH4H2BO3 + 2HCl 2H3BO3 + 2NH4Cl

3. Penetapan P Tersedia Tanah

a. Metode Bray I

3NH4F + 3HCL + AlPO4 PO43- + NH4

- + Al3+ + Cl- + F-

3NH4F + 3HCL + FePO4 PO43- + NH4

- + Fe3+ + Cl- + F-

Selanjutnya

PO43- + 12MoO4

= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O

H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden

b. Metode Bray II

3NH4F + 3HCL + AlPO4 PO43- + NH4

- + Al3+ + Cl- + F-

3NH4F + 3HCL + FePO4 PO43- + NH4

- + Fe3+ + Cl- + F-

Selanjutnya

PO43- + 12MoO4

= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O

Page 42: lap. ATT niu me

H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden

c. Metode Truog

3NH4SO4 + AlPO4 PO43- + NH4

- + SO4=

3NH4SO4 + FePO4 PO43- + NH4

- + SO4=

selanjutnya

PO43- + 12MoO4

= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O

H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden

d. Metode Olsen

NaHCO3 + Ca3(PO4)2 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Ca2+

NaHCO3 + ALPO4 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Al3+

NaHCO3 + FePO4 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Fe3+

selanjutnya

PO43- + 12MoO4

= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O

H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden

4. Penetapan K

- K+ - NH4+ + K+

- K+ + CH3COONH4 - NH4+ + K+ + CH3COO-

- -

Page 43: lap. ATT niu me

Perhitungan

Penetapan Bahan Organik Tanah

a. Metode Pembakaran

% BO = [1.724 {0.458 (BTKO-BTP)}-0,4 x 100%]BTKO

Ulangan 1% BO = [1.724 {0.458 (23.3-18.4)}-0,4 x 100%] 23.3

= 14.48%

Ulangan 2% BO = [1.724 {0.458 (21.7-17.1)}-0,4 x 100%] 21.7

= 14.98%

Ulangan 3

% BO = [1.724 {0.458 (23-18.9)}-0,4 x 100%] 23

= 12.33%

b. Metode Walkey & Black

C-org = 5[1-T/S ]0.003 x 1/0.77 x 10/BCT

Ulangan 1

C-org = 5[1-8.6/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.58

% BO = 0.58 x 1.724= 0.99

Ulangan 2

C-org = 5[1-7.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 1.00

% BO = 1.00 x 1.724= 1.724

Page 44: lap. ATT niu me

Ulangan 3

C-org = 5[1-8.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.61

% BO = 0.61 x 1.724= 1.051

Ulangan 4

C-org = 5[1-9.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.231

% BO = 0.231 x 1.724= 0.398

Ulangan 5

C-org = 5[1-9.7/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.154

% BO = 0.154 x 1.724= 0.265

Ulangan 6

C-org = 5[1-10/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.038

% BO = 0.038 x 1.724= 0.065

a. Metode Walkey & Black Modifikasi

Adsorben = -log T/100C-org (ppm) = Clrt x 40/0.5

Ulangan 1

C-org (ppm) = 149.02 x 40/0.5 = 11921.6 ppm = 1.192

% BO = 1.192 x 1.724= 2.055

Ulangan 2

C-org (ppm) = 133.57 x 40/0.5 = 10685.6 ppm = 1.068

% BO = 1.068x 1.724= 1.84

Ulangan 3

C-org (ppm) = 61.51 x 40/0.5 = 4920,8 ppm = 0.492

% BO = 0.492x 1.724

Page 45: lap. ATT niu me

= 0.846

Penetapan P-tersedia

a. Metode Bray I

Larutan Standart Transmitan Adsorben

O ppm 100 0

0.5 ppm 93.5 0.029

1 ppm 93 0.003

2 ppm 92 0.036

3 ppm 81.5 0.088

4 ppm 78 0.107

5 ppm 73 0.136

0.76 ppm 96 0.01794

3.26 ppm 92 0.086

Ulangan 1 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppmA = -log 0.96 = 0.017

Ulangan 2

Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

b. Metode Bray II9798

98.597.59889

c. Metode Olsen 2.06 ppm 88.5 0.5380.76 ppm 96 0.0173.26 ppm 92 0.086

Page 46: lap. ATT niu me

Ulangan 1 Pavl = 2.06x 10 = 20.6ppmA = -log 0.0885 = 0.053

Ulangan 2 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppm A = -log 0.96 = 0.017

Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

3.26 ppm 92 0.0860.295 ppm 99 0.0041.34 ppm 92.5 0.033

Ulangan 1 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

Ulangan 2 Pavl = 0.295 x 10 = 2.95ppm A = -log 0.99 = 0.004

Ulangan 3 Pavl = 1.34 x 10 = 13.4ppmA = -log 0.925 = 0.033

Pembahasan

??????????????????????????????????????????????????????????????

Page 47: lap. ATT niu me

FLOW CHART

1. Penetapan Bahan Organik

a. Metode Pembakaran

b. Metode Walkey & Black

25 g TKU

Crucible (Ditimbang terlebih dahulu)

Ovenkan 150oC selama 3 jam

Timbang BTKO

Muffle Furnance suhu 500oC, 3 Jam

Ditimbang BTP

B.O (%) = {1.724(0.458 x b)}- 0.4 x 100%BTKO

Desikator

0.5 g TKU

Erlenmeyer 500 cc

5 ml K2Cr2O7 1N goncang dengan tangan

10 ml H2SO4 pekat, digoncang 3-4 menit

Page 48: lap. ATT niu me

c. Metode Walkey & Black Modifikasi

100 ml H2O, 5 ml H3PO4 85%, 2.5 ml

Diphenylamine (biru kehijauan)

Titrasi Fe(NH)4(SO4)2 0.5N (hijau terang)

C-org = 5 x 1- T/S x 0.003 x 1/0.77 x 100/BCT

Absorben = - Log T/100C-Org (ppm) = Clrt x 40

0.5

0.5 g TKU

Tabung sentrifusi

5 ml K2Cr2O7 1N goncang dengan tangan

10 ml H2SO4 pekat, digoncang 3-4 menit

Waterbath 1.5 jam (digoncang 30 menit

25 ml BaCl 0.4% (Diamkan 1 malam)

15 ml dipipet masukkan cuved

Spectronic 660 nm

Larutan standar 0-0.4-0.8-1.6-2.0-2.4 ml

Page 49: lap. ATT niu me

2. Penetapan N-Total Tanah

Katalis campuran , 10 ml H2O, 10 ml H2SO4 –asam salisilat (diamkan 1 malam)

Destruksi(kjedahl term ± 240oC)

Tambahkan 10 ml H2O

Destilasi

H3BO3 5 ml + 3 tetes indikator

campuran (Merah)

2 g TKU

15 ml (tabung destilasi)

+ 50 ml H2O

NaOH 40% 25 ml (Hijau)

2x Penambahan

Dititrasi HCl 0.02 N (merah)

Volume titrasi

N-total (%) = (HCl x N HCl x 14 x 100) BCT x 1000

Page 50: lap. ATT niu me

3. Penetapan P-Tersedia Tanah

a. Metode Bray I

b. Metode Bray II

2 g TKU

Erlenmeyer 250 ml

20 ml Bray I

Shaker 30’’

Saring dengan Whatman no. 42

Pipet filtrat 5 ml

Masukkan dalam cuved

Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5

T dengan spectronic 660 nm

Absorben = - Log T/100

2 g TKU

Erlenmeyer 250 ml

Page 51: lap. ATT niu me

c. Metode Olsen

20 ml Bray II

Shaker 30’’

Saring dengan Whatman no. 42

Pipet filtrat 5 ml

Masukkan dalam cuved

Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5

Absorben = - Log T/100

2 g TKU

Erlenmeyer 250 ml

20 ml Olsen

Shaker 30’’

Saring dengan Whatman no. 42

Pipet filtrat 5 ml

Masukkan dalam cuved

Page 52: lap. ATT niu me

d. Metode Troug

Absorben = - Log T/100 Pavl (ppm) = P lrt x 20

2

Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5

2 g TKU

Erlenmeyer 250 ml

100 ml Troug

Shaker 30’’

Saring dengan Whatman no. 42

Pipet filtrat 5 ml

Masukkan dalam cuved

Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5

Absorben = - Log T/100

Page 53: lap. ATT niu me

Ditimbang 2,5 g tanah

4. Penetapan K- Tukar Tanah

5. Penetapan N, P, K Daun

a. N daun

Destilasi

2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam

Destruksi(kjedahl term ± 150oC

5 tetes H2O2 (selang 10 menit)

0.5 gram bahan tanaman

Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis

(Destruksi pekat)

Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)

Dimasukkan ke dalam tabung speed yang telah dialas dengan kertas saring

Ditambahkan 50 mL larutan CH3COONH4 1N

Ditampung pada botol perkolasi

Diukur pada AAS.

Dihitung dengan menggunakan rumus;Kdd = K larut x 20/390

Page 54: lap. ATT niu me

b. P daun

H3BO3 5 ml + 3 tetes indikator

campuran (Merah)

15 ml (tabung destilasi)

+ 50 ml H2O

NaOH 40% 25 ml (Hijau)

2x Penambahan

Dititrasi HCl 0.02 N (merah)

Volume titrasi

N-daun (%) = HCl x N HCl x 11.2

Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis

(Destruksi Encer)

Pipet 20 ml destruksi pekat ± H2O 50 ml

Tabung destilasi

2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam

Destruksi(kjedahl term ± 150oC

5 tetes H2O2 (selang 10 menit)

0.5 gram bahan tanaman

Page 55: lap. ATT niu me

c. K daun

Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)

Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis

(Destruksi Encer)

Masukkan dalam cuved

Pipet larutan standar 5 ml 0-2-4-6-8-10

ppm P + 10 ml RPB

T dengan spectronic 660 nm

P daun (%) = P lrt x 0.2

Pipet 5 ml Destruksi Pekat

2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam

Destruksi(kjedahl term ± 150oC

5 tetes H2O2 (selang 10 menit)

0.5 gram bahan tanaman

Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis

(Destruksi pekat)

Page 56: lap. ATT niu me

d. Pengambilan Contoh Daun

Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)

Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis(Destruksi Encer)

Ukur dengan AAS

K daun (%) = K larut x 0.2

Pipet 5 ml Destruksi Encer

Dicuci dengan air

Masukkan dalam amplop coklat

Daun tanaman jagung tepat dibawah

ketiaka daun

Grinder dan ayak dengan ayakan 20 mesh

Diovenkan kembali pada suhu 600C

Oven 1 malam 600 C

Page 57: lap. ATT niu me

e. Pembuatan RPA dan RPB

f. Larutan Standar

2 g (NH4)6Mo7O24. 4H2O dengan H2O & 0.298 g KSbC4H4O6

Dicampurkan H2SO4, (NH4)6Mo7O24. 4H2O, KSbC4H4O6 jadi 2 L dengan menambahkan

H2O

Larutkan 140 ml H2SO4 pekat dengan H2O

Larutkan Asam Ascorbat

Campurkan 1 g Asam Ascorbat dalam

200ml RPA

Larut 0.2g K2HPO4. 3H2O dengan H2O jadi 1L

Pipet larutan standart dari 50 ppm P dan penuhkan jadi 100 ml dengan H2O

Tambahkan RPB 5 ml

Pipet 5 ml menajdi 0-2-4-6-8-10 ke cuved

Page 58: lap. ATT niu me

PERHITUNGAN BAHAN

??????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Page 59: lap. ATT niu me

Perhitungan

Penetapan Bahan Organik Tanah

a. Metode Pembakaran

% BO = [1.724 {0.458 (BTKO-BTP)} -0,4 x 100%]BTKO

Ulangan 1% BO = [1.724 {0.458 (2.4 - 22)}- 0,4 x 100%] 24.6

= 6.7%

Ulangan 2% BO = [1.724 {0.458 (24.7 - 21.8)} -0,4 x 100%] 24.7

= 7.6%

Ulangan 3

% BO = [1.724 {0.458 (24.7 - 22.2)}-0,4 x 100%] 24.7

= 6.3%

b. Metode Walkey & Black

C-org = 5[1-T/S ]0.003 x 1/0.77 x 10/BCT

Ulangan 1

C-org = 5[1-9.3/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.30

% BO = 0.30 x 1.724= 0.53

Ulangan 2

C-org = 5[1-9.0/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.42

% BO = 0.42 x 1.724= 0.73

Page 60: lap. ATT niu me

Ulangan 3

C-org = 5 [1 - 9.7 / 10.1] 0.003 x 1 / 0.77 x 10 / 0.5= 0.15

% BO = 0.15 x 1.724= 0.26

b. Metode Walkey & Black Modifikasi

Adsorben = -log T/100C-org (ppm) = Clrt x 40/0.5

Ulangan 1

C-org (ppm) = 61.5 x 40 / 0.5 = 4920 ppm = 0.4920

% BO = 0.4920 x 1.724= 0.84

Ulangan 2

C-org (ppm) = 71.8 x 40 / 0.5 = 5744 ppm = 0.5744

% BO = 0.5744 x 1.724= 0.99

Ulangan 3

C-org (ppm) = 174.7 x 40/0.5 = 13976 ppm = 1.3976

% BO = 1.3976 x 1.724= 2.4

Penetapan N-total tanah

N(%) = mL HCl x N HCl x 14 x 100 Berat Tanah x 1000= mL HCl x 0,014

Ulangan 1N (%) = 3.6 x 0.014

= 0.05 %Ulangan 2N (%) = 3.6 x 0.014

= 0.05 %

Page 61: lap. ATT niu me

Ulangan IIIN (%) = 1.8 x 0.014

= 0.02 %

Penetapan P-tersedia

b. Metode Bray I

Larutan Standart Transmitan Adsorben

O ppm 100 0

0.5 ppm 93.5 0.029

1 ppm 93 0.003

2 ppm 92 0.036

3 ppm 81.5 0.088

4 ppm 78 0.107

5 ppm 73 0.136

0.76 ppm 96 0.01794

3.26 ppm 92 0.086

Ulangan 1 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppmA = -log 0.96 = 0.017

Ulangan 2

Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

b. Metode Bray II9798

98.597.59889

c. Metode Olsen 2.06 ppm 88.5 0.5380.76 ppm 96 0.017

Page 62: lap. ATT niu me

3.26 ppm 92 0.086

Ulangan 1 Pavl = 2.06x 10 = 20.6ppmA = -log 0.0885 = 0.053

Ulangan 2 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppm A = -log 0.96 = 0.017

Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

3.26 ppm 92 0.0860.295 ppm 99 0.0041.34 ppm 92.5 0.033

Ulangan 1 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086

Ulangan 2 Pavl = 0.295 x 10 = 2.95ppm A = -log 0.99 = 0.004

Ulangan 3 Pavl = 1.34 x 10 = 13.4ppmA = -log 0.925 = 0.033

Penetapan K-tukar K tukar (me/100 g) = K lrt x 20/390x FPUlangan 1 0.112 mg/L 0.112 mg/1000 g 0.112 / 39 mmol/1000 g0.0028 me/1000 g0.00028 me/100 g0.00028 x 50/2.5= 0.0056 me/100 g

Ulangan 2 0.112 mg/L 0.112 mg/1000 g 0.112 / 39 mmol/1000 g0.0028 me/1000 g0.00028 me/100 g

Page 63: lap. ATT niu me

0.00028 x 50/2.5= 0.0056 me/100 g

Ulangan 3 0.471 mg/L 0.471 mg/1000 g 0.471 / 39 mmol/1000 g0.012 me/1000 g0.0012 me/100 g0.0012 x 50/2.5= 0.024 me/100 g

Penetapan serapan N, P, dan K Daun

Penetapan N- DaunN(%) = mL HCl x N HCl x 14 x 50 x 20/50 x 100

Berat Tanah x 1000= mL HCl x N HCl x 11,2

Ulangan 1N (%) = 0.2 x 1 x 11,2

= 2.24 %Ulangan 2N (%) = 0.1 x 1 x 11,2

= 1,12 %Ulangan 3N (%) = 0.1 x 1 x 11,2

= 1,12 %

Penetapan P-Daun

Larutan Standart Transmitan Adsorben

O ppm 100 0

2 ppm 91.5 0.038

4 ppm 82.5 0.083

6 ppm 73.5 0.133

8 ppm 61.5 0.211

10 ppm 54 0.267

1.139 ppm 96 0.0171.323 ppm 95 0.0227.757 ppm 63.5 0.197

Page 64: lap. ATT niu me

50 50P Daun(%) = Plrt x x x 10-4

0,25 5 = Plarutan x 0,2

Ulangan 1

P-daun (%) = 1.139 x 0.2 = 0.2278 %

Ulangan 2

P-daun (%) = 1.132 x 0.2 = 0.2646 %

Ulangan 3

P-daun (%) = 7.757 x 0.2 = 1.5514 %

Penetapan K-Daun

50 50K Daun(%) = Klrt x x x 10-4

0,25 5

= Klrt x 0.2Ulangan 1 6.86 mg/L 6.86 mg/1000 g 6.86 / 39 mmol/1000 g0.1758 me/1000 g1.758 me/100 gK daun (%) = 1.758 x 0.2 = 0.3158 %Ulangan 2 13.42 mg/L 13.42 mg/1000 g 13.42/ 39 mmol/1000 g0.3441 me/1000 g3.441 me/100 gK daun (%) = 3.441 x 0.2 = 0.36882 %Ulangan 3 7.02 mg/L 7.02 mg/1000 g

Page 65: lap. ATT niu me

7.02/ 39 mmol/1000 g0.18 me/1000 g1.8 me/100 gK daun (%) = 1.8 x 0.2 = 0.36 %