lap. ATT niu me
-
Upload
nahrir-auzaie -
Category
Documents
-
view
72 -
download
2
description
Transcript of lap. ATT niu me
PENETAPAN BAHAN ORGANIK, NITROGEN (N), FOSFAT (P), KALIUM (K) DAN SERAPANNYA PADA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN
KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI METODE
LAPORAN
Oleh:
Vebby Leonawati050303007
TNH
LABORATORIUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
PENETAPAN BAHAN ORGANIK, NITROGEN (N), FOSFAT (P), KALIUM (K) DAN SERAPANNYA PADA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN
KELAPA SAWIT DENGAN BERBAGAI METODE
LAPORAN
Oleh:
Vebby Leonawati050303007
TNH
Laporan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Ditugaskan Oleh: Diperiksa Oleh:
(Ir. Mukhlis, MSi) (Jamali)NIP: 131 762 191 NIM: 050303037Dosen Penanggung Jawab Asisten Korektor
LABORATORIUM ANALISIS TANAH DAN TANAMAN
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik dan tepat waktu.
Adapun judul dari laporan ini adalah “Penetapan Bahan Organik,
Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) dan Serapannya pada Tanaman Padi,
Jagung, dan Kelapa Sawit dengan Berbagai Metode” yang digunakan sebagai
salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di
Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman, Departemen Ilmu Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
dosen-dosen pembimbing mata kuliah Analisis Tanah dan Tanaman, antara lain:
Prof. Ir. Lahuddin Musa, MS., Ir. M. M. B. Damanik, MSc., Ir. Mukhlis, MSi dan
Ir. Fauzi, MP., serta kepada abang dan kakak asisten yang telah banyak memberi
masukan demi selesainya laporan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2008
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUANLatar BelakangTujuan PercobaanHipotesis PercobaanKegunaan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKAAnalisis TanahAnalisis TanamanJenis Tanaman
Padi (Oryza sativa)Jagung (Zea mays L.)Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
BAHAN DAN METODETempat dan Waktu PercobaanBahan dan AlatMetodelogi PercobaanPelaksanaan PercobaanPeubah Amatan
HASIL DAN PEMBAHASANHasil
Analisis TanahAnalisis Tanaman
Pembahasan
KESIMPULAN DAN SARANKesimpulanSaran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
No. Teks Hal.1. Penetapan Bahan Organik Tanah2. Penetapan N Total Tanah3. Penetapan P-tersedia Tanah4. Penetapan K Tukar Tanah5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis tanah dan tanaman dilakukan untuk mengetahui status hara di
tanah dan tanaman. Analisis yang dilakukan untuk tanah berupa analisis bahan
organik, N-total tanah, P-tersedia dan K-tukar, sedangkan analisis yang dilakukan
untuk tanaman berupa penetapan N, P, K dengan menggunakan metode destruksi
basah.
Untuk mengetahui hara tanaman di dalam tanah perlu dilakukan analisis
tanah dan tanaman. Masing-masing analisis dapat berupa uji cepat (quick test)
ataupun analisis laboratorium. Quick test merupakan analisis untuk mengetahui
ada tidaknya hara tanaman dan harkatnya. Sedangkan analisis di laboratorium
hasilnya secara kuantitatif dinyatakan dalam persen (%), ppm (part per million),
milliequivalent (me) dan sebagainya secara pasti sehingga jumlah hara yang
tersedia dalam satu hektar dapat dihitung (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pada tahun 1940-an ditemukan alat-alat dan metode baru untuk analisis
tanah seperti X-ray diffraction unit, Colorimeter, Flamephotometer,
Spectrophotometer, cara-cara ekstraksi untuk mendapatkan unsur-unsur hara yang
aktif dan sebagainya. Penemuan ini menyebabkan perubahan-perubahan yang
sangat cepat dan lebih realistis terhadap metode-metode analisis tanah
(Hardjowigeno, 1993).
Dalam analisis bahan organik tanah, ada beberapa metode yang biasa
dilakukan, antara lain dengan pembakaran dan oksidasi basah. Kebanyakan
metode dari manual hingga otomatis menduga kadar C organik melalui oksidasi
seluruh atau sebagian karbon dan menentukan perkembangan CO2 yang terbentuk
(Mukhlis, 2007).
Analisis senyawa N tanah dapat ditujukan kepada telaah N organik,
N total, N ammonium, dan N nitrat, yang terbukti cukup memuaskan untuk
pemerian hubungan hara N tanah dengan pertumbuhan tanaman
(Poerwowidodo, 1991).
Metode ekstraksi P yang sering digunakan di Indonesia adalah larutan
asam keras HCl 25% (nisbah 1:5), Bray I (HCl 0,025 N + NH4F 0,003 N, nisbah
1:10), Bray II (HCl 0,10N + NH4F 0,03 N, nisbah 1:17), Truog (H2SO4 0,002 N +
(NH4)2SO4, pH 3, nisbah 1:100) untuk tanah masam, serta Olsen (NaHCO3 0,50N,
pH 8,50, nisbah 1:20) dan Colwell untuk tanah alkalin (Al-Jabri, 2007).
Sama seperti nitrogen dan fosfor, kalium (K) juga merupakan produksi
penting pada bibit. Kebanyakan tanah relatif berisi sejumlah besar dari K total
(1-2%) dari komponen relatif mineral tidak tersedia. Bagaimanapun, hanya
sejumlah kecil fraksi (sekitar 1%) diberikan dalam bentuk tersedia bagi tanaman,
seperti ketersediaan air dan K tukar (Ryan and George, 2001).
Pekerjaan ekstraksi pada analisis tanaman/daun pada hakikatnya
merupakan tindakan destruksi bahan organik. Ada dua metode yang umum
digunakan untuk mendestruksi bahan organik, yaitu pengabuan kering dan
destruksi basah (Mukhlis, 2007).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui kadar bahan
organik, Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), dan serapannya pada tanaman
padi, jagung, dan kelapa sawit dengan berbagai metode.
Hipotesis Percobaan
Dengan analisis tanah dan tanaman dapat mengetahui kadar bahan
organik, Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K), dan serapannya pada tanaman
padi, jagung, dan kelapa sawit.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di
Laboratorium Analisis Tanah-Tanaman Departemen Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Analisis Tanah
Uji tanah adalah pengukuran sifat fisika dan kimia yang diperlakukan
terhadap tanah dan dapat memberikan informasi kepada kebutuhan hara tertentu.
Colwel (1967) dalam Nelson dan Anderson (1977) menyatakan bahwa uji tanah
merupakan pengukuran terhadap tanah untuk hara tertentu yang memberikan
informasi tertentu pada kebutuhan kapur (Mukhlis, 2007).
Kandungan bahan organik tanah dapat ditetapkan dengan menggunakan
metode pemanasan, metode pembakaran, dan metode kimiawi. Dasar metode
pemanasan ini adalah adanya pengurangan bobot massa tanah yang dipanaskan
dalam tanur pada temperatur cukup tinggi sebagai akibat terurainya senyawa
organik membentuk gas yang mudah lolos dari massa tanah. Pada metode
pembakaran, dasarnya adalah bahwa bahan organik tanah yang dibakar sempurna
akan menjadi abu (dan gas) dan hanya menyisakan bahan pelikan penyusunan
tanah (Poerwowidodo, 1991).
Tiap-tiap metode untuk menetapkan kandungan bahan organik tanah
memiliki keuntungan. Metode Walkley and Black lebih akurat dan tepat pada
tanah dengan kandungan bahan organik < 2%. Pada tanah yang terdapat bahan
organik, metode Walkley and Black mungkin dihasilkan dalam hasil uji yang
rendah, selama proses oksidasi pada contoh bahan organik (Agvise, 2008).
N total bahan diukur dengan menggunakan metode mikro Kjeldhal.
Prinsip dan metode ini adalah oksidasi senyawa organik oleh asam sulfat untuk
membentuk CO2 dan H2O serta pelepasan nitrogen dalam bentuk ammonia yaitu
penentuan protein berdasarkan jumlah N. Analisa protein Kjeldhal pada dasarnya
dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi
(Anonimous, 2008).
Determinasi N total oleh Kjeldhal termasuk tranformasi N organik
menjadi ammonia (NH4) dengan digesti contoh dengan konsentrasi asam sulfat
(H2SO4) dan kemudian sejumlah NH4 dihasilkan. K2SO4 dan Na2SO4 biasanya
digunakan untuk meningkatkan jumlah boiling dan reaksi konversi selama
berjalan. Rata-rata oksidasi bahan organik juga ditingkatkan pada kondisi di atas
dengan menambahkan tembaga (Cu), selenium (Se), atau air raksa (Hg), dimana
sebagai katalis. Jika Hg dipilih sebagai katalis, kemudian Na2S, Na2S2O3.5H2O
atau zinc (Zn) harus ditambahkan pada digest untuk penguraian Hg-NH4+
kompleks (Baker and Thompson, 1991).
Analisis N total tanah didasari oleh prinsip mengubah N organik menjadi
N ammonium oleh asam sulfat yang dipanaskan sekitar 380oC dan menggunakan
Cu-sulfat + selenium + Na-sulfat sabagai katalisator. Proses ini disebut Kjeldhal
digestasi. Asam digest yang menngandung ammonium dibasakan dengan NaOH
sehingga ion ammonium dikonversi menjadi amoniak lalu didestilasi menjadi
ammonium hidroksida. NH4OH ditentukan jumlahnya dengan mentitrasi dengan
HCl (Mukhlis, 2007).
P tersedia tanah dapat dianalisis dengan berbagai metode. Teknik kimia
dalam analisis P tersedia, telah lama dilakukan dan hingga kini masih diterima,
dengan menggunakan beberapa larutan ekstraktan. Larutan ekstraktan yang
digunakan juga telah cukup banyak, mulai dari larutan asam sulfat pekat hingga
soda alkali panas. Dari sekian banyak ekstraktan, yang umum digunakan adalah
ekstraktan Bray I, Bray II, Olsen dan Truog. Al-Jabri, dkk (1987) menemukan
bahwa Bray I, Bray II, Olsen dan Truog merupakan metode yang terbaik untuk
tanah masam Sumatera Barat, Kalimantan Barat dan Selatan (Mukhlis, 2007).
Analisis P tersedia menurut Olsen lebih cocok diterapkan untuk
tanah-tanah yang banyak mengandung CaCO3. Larutan Na-bikarbonat yang
digunakan dapat menekan kepekatan Ca2+ dalam contoh tanah dengan
mengendapkannya dalam bentuk CaCO3, dan juga mengendapkan Al3+ dan Fe3+
dalam bentuk tersedia yang dapat diekstraksi dari contoh tanah dengan bantuan
larutan Na-bikarbonat. Sebelum Colorisasi, harus dilakukan pengasaman untuk
melenyapkan gelembung gas CO2 yang dapat mengganggu penetapan
Colorimetrik. Metode ini sangat peka dan dapat digunakan untuk penetapan P
sampai aras 0,05 ppm P. Metode Bray I ini digunakan menetapkan kandungan P
terjerap dengan menggunakan larutan pengekstrak NH4F, yang akan
membebaskan ion-ion F untuk menyekap Al, Fe dan Ca dari senyawa P dalam
larutan asam, sehingga ion-ion P dapat dibebaskan, dengan persamaan:
3 NH4F + 3HF + AlPO4 H3PO4 + (NH4)3AlF6
3 NH4F + 3HF + FePO4 H3PO4 + (NH4)3FeF6
3 NH4F + 3HF + CaPO4 H3PO4 + (NH4)3CaF6
Larutan pengekstraksi NH4F ini diperkenalkan oleh Bray dan Krutz untuk
menetapkan indeks ketersediaan P pada aneka macam tanah. Metode Bray I
menggunakan larutan pengekstrak 0,03N NH4F dalam 0,025N HCl dan metode
Bray II menggunakan larutan pengekstrak 0,03N NH4F dalam 0,010N HCl.
Metode Bray II dapat digunakan untuk menetapkan kandungan P terjerap dan P
larut dalam asam (Poerwowidodo, 1991).
Kdd untuk tanah mineral masam tropis kurang dianjurkan untuk
digunakan sebagai indeks ketersediaan hara, karena terdapat banyak
penyimpangan. Oleh karena itu, kebutuhan K pada tanah tropis diduga dari K-HCl
25% (larutan asam keras) dan asam sitrat 2%. Sebaliknya penetapan Kdd untuk
tanah dengan pH > 7 dianjurkan menggunakan larutan 1N NH-asetat pH 7.
Penetapan Kdd dengan 1N NH-asetat pH 7 mungkin tidak sesuai untuk tanah-
tanah mineral masam, karena reaksi antara bentuk K tidak dapat ditukar (Ktdd)
dengan Kdd berlangsung dengan tidak seimbang, akibat Ktdd sangat lambat
diubah menjadi Kdd. Karena indeks ketersediaan K dalam bentuk Kdd yang
ditetapkan dengan larutan 1N NH-asetat pH untuk tanah-tanah dengan Kdd
rendah, baik pada kondisi bentuk Ktdd yang diukur dengan HCl 25% rendah atau
tinggi, mungkin maka ketode ekstraksi Kdd dengan 1N NH-asetat dimodifikasi
dengan mengatur pH larutan (pH 5, 5.5, 6 dan 7). Hubungan antara mineral tanah
dengan ketersediaan K dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: tingkat
pelapukan K mineral, pola tanam, sejarah pemupukan, dan interaksi faktor-faktor
tersebut (Al-jabri, 2007).
Dalam penetapan KTK dapat sekaligus menetapkan K larutan dan K dapat
dipertukarkan. K+ dalam kolid tanah dipertukarkan dengan NH4OAC pH 7. Hasil
perkorat kemudian diukur pada AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometer)
untuk mendapatkan konsentrasi Kdd (Beegle and Wolf, 1995).
Penetapan potassium (K) dengan metode Absorben. Spektrophotometer
mempunyai landasan pilar yakni prinsip-prinsip photometer nyata ditinjau dari
segi alasannya adalah mengukur konsentrasi atom berdasarkan panjang
gelombang. Analisis yang dapat dilakukan terhadap unsur selain K dengan
menggunakan AAS antara lain: Na, Ca, Mg, Al dan Fe (Sutedjo, 2004).
Flamephotometer adalah alat yang dapat mengukur intensitas radiasi emisi
atom yang tereksistasi. Jika suatu analit diaspirasikan kedalam nyala api, maka
atom-atomnya, terutama golongan 1A akan tereksistasi ketingkat energi yang
lebih tinggi (electron kulit terluar dari atom akan terlontarkan) keadaan
tereksistasi ini tidak stanil dan atom akan kembali ketingkat energi semula
(electron kulit terluar kembali keposisi. Pada saat inilah akan dipanaskan energi
emisi. Emisi ini sebanding dengan jumlah intensitas radiasi emisi
(Mukhlis, 2007).
Analisis Tanaman
Analisis tanaman dapat menentukan status hara aktual dari suatu tanaman.
Jika uji tanah menentukan hara yang ditawarkan kepada tanaman, maka analisis
tanaman mengidentifikasikan seberapa baik tanaman memanfaatkan unsur hara
yang disediakan tanah dan yang diaplikasikan. Analisis tanaman dibedakan atas
analisis jaringan tanaman (tissue analysis), ananlisis tanaman total (plant analysis)
dan yang sering dilakukan adalah uji bagian tanaman, biasanya daun, dikenal
sebagai analisis daun (leaf analysis) (Mukhlis, 2007).
Hasil analisis daun menggambarkan jumlah hara yang diserap oleh
tanaman melalui daun. Hasil analisis daun datanya lebih fresh jika dibandingkan
dengan analisis tanah yang sangat global. Meski demikian, data keduanya sangat
dibutuhkan (Hakim, 2006).
Kandungan hara mineral dalam jaringan tanaman hasil diagnosis
berdasarkan analisis tanaman dipengaruhi oleh berbagai faktor penting yaitu :1)
stadia perkembangan tanaman, 2) bagian tanaman yang diambil sebagai sampel,
3) spesies tanaman, 4) interaksi hara dalam tanah dan 5) faktor lingkungan seperti
suhu, kelembaban dan lain-lain. Pada umumnya status nutrisi pada tanaman
paling baik dicerminkan oleh kandungan hara mineral pada daun dibandingkan
dengan organ-organ lain (Grundon, 1987). Oleh karena itu daun biasanya paling
sering digunakan sebagai sampel dalam analisis tanaman. Namun demikian
dalam beberapa jenis tanaman dan jenis-jenis hara tertentu kadang-kadang
kandungannya berbeda antara lembaran daun (“leaf blades”) dan petiole dimana
kadang-kadang petiole lebih cocok digunakan sebagai indikator status nutrisi
tanaman (Bouma, 1983 dalam Marschner, 1986). Untuk tanaman buah-buahan
seringkali buahnya merupakan indikator paling baik terutama untuk kalsium dan
boron yang sangat terkait erat dengan kualitas buah dan daya simpan.
Penggunaan organ daun sebagai sampel juga perlu mempertimbangkan umur
daun tergantung jenis hara yang akan dianalisis. Untuk hara N, K dan Mg daun
dewasa lebih baik digunakan sebagai indikator status hara karena pada daun
muda ketiga hara tersebut konsentrasinya konstan. Untuk kalium, daun muda
tidak cocok sebagai indikator karena taraf defisiensi dan toksik berkisar hanya
dari 3,0 sampai 3,5% dibandingkan dengan 1,5 sampai 5,5% pada daun dewasa.
Sebaliknya untuk Ca, daun muda lebih cocok digunakan sebagai indkator karena
gejala defisiensi pertama terjadi pada bagian tersebut (Rai, 2002).
Pada analisis tanaman atau daun, terdapat dua pola. Berdasarkan tindakan
ekstraksi, yaitu ekstraksi destruksi basah dan ekstraksi pengabuan kering. Kedua
metode ekstraksi ini masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya,
tergantung kepada unsur yang akan dianalisis dan sarana yang tersedia. Destruksi
basah adalah proses penghancuran bahan tanaman dengan menggunakan asam-
asam keras dan temperatur tinggi. Asam keras yang biasa digunakan adalah asam
sulfat, asam nitrat, dan asam perklorat. Asam-asam ini digunakan secara terpisah
atau dikombinasikan dua atau ketiganya, atau ditambahkan hydrogen peroksida
30%. Destruksi dengan H2SO4 dan H2O2 30% merupakan prosedur yang baik
untuk contoh kecil (0,10-0,259) dan dipakai untuk analisis kadar unsur N dan
unsur lainnya. Kombinasi ini tidak direkomendasikan untuk analisis Ca dari
tanaman, karena H2SO4 akan membentuk endapan CaSO4 sehingga kadar Ca
tanaman menjadi lebih rendah. Destruksi basah yang lain adalah menggunakan
kombinasi HNO3 dan HClO4 atau kombinasi HNO3 dengan H2O2 30%, dan ada
pula HNO3 dengan H2O2 yang dipanaskan pada oven microwave, metode ini
merupakan prosedur destruksi yang paling cepat, membutuhkan waktu kurang
dari 20 menit tanpa menghilangkan unsur-unsurnya (Mukhlis, 2007).
Atomic Absorbtion Spectrophotometer (AAS) merupakan alat instrument
yang paling banyak digunakan untuk mengukur kadar unsur-unsur. Konsentrasi
unsur diperoleh berdasarkan besarnya radiasi yang diabsorbsi, sesuai dengan
hukum Beer, bahwa hubungan antara absorben dengan konsentrasi berbanding
lurus atau linier. Untuk menentukan konsentrasi suatu unsur dapat diketahui
dengan menggunakan larutan standart untuk mendapatkan kurva kalibrasi
(Mukhlis, 2007).
Jenis Tanaman
Padi (Oryza sativa)
Hara N pada tanaman padi mempunyai beberapa fungsi, antara lain :
(1)Merangsang munculnya anakan, (2)Memacu anakan lebih produktif,
(3) Meningkatkan jumlah malai per rumpun, dan (4)Memacu proses pengisian biji
dan pemasakan yang tepat. Unsur N diserap tanaman padi dalam bentuk nitrat
(NO3-) (Raharja, 2008).
Untuk pertumbuhan, tanaman padi memerlukan unsur utama (makro) dan
unsur penunjang (mikro). Unsur utama yang dibutuhkan padi adalah unsur
Nitrogen, Fosfor, dan Kalium. Sebagai unsur penunjangnya adalah Magnesium,
Molebdenum, Aluminium, besi (Fe), Seng dan Kalsium. Selama pertumbuhannya,
Kebutuhan tanaman padi akan unsur-unsur tersebut sangat tergantung pada stadia
tumbuh (Suparyono dan Agus, 1997).
Tanaman padi memerlukan unsur hara esensial seperti unsur fosfat. Kahat
unsur ini merupakan masalah yang penting dari segi kesuburan tanahnya terutama
di daerah tropis. Pada daerah tropis unsur P bersenyawa denagn Al dan Fe dalam
bentuk persenyawaan kompleks Al-P dan Fe-P sehingga ketersediaan P menurun
dengan meningkatkan fikasai P (Adirtingsih, dkk, 1998).
Hara K (K+) diserap tanaman secara difusi dan sebagian besar K dalam
tanah tidak tersedia bagi tanaman. Sehingga harus ditambahkan baik melalui akar
maupun daun. Sebagai kenyataan bahwa hanya 1-2 % K dalam tanah yang siap
diserap dan digunakan tanaman padi (Raharja, 2008).
Jagung (Zea mays L.)
Secara umum kebutuhan hara tanaman jagung (Zea mays L.) adalah
180 – 240 ppm N, 60 – 90 ppm P2O5 dan 50 ppm K2O (Anonim, 1993).
Kemasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimum tanaman
jagung antara 5,5 – 6,5 tapi paling baik adalah 6,8. unsur N dari tanah diambil
tanaman jagung selama masa pertumbuhan sehingga tanaman masak. Unsur
Fosfor diambil dimana sebagian besar disimpan kedalam biji. Fosfor diserap
dalam bentuk HPO42-, H2PO4-. Sedangkan untuk unsur K dibutuhkan sama seperti
N diserap tanaman dalam bentuk K+ (Tobing, dkk, 1995).
Jagung menghendaki tanah yang gembur, subur, berdrainase baik dengan
pH 5,6 – 7,2. Tanah yang bertekstur berat harus diolah sehingga aerase dan
drainasenya baik (Aak, 2000).
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai
kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di dalam sangat
menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi
(Aak, 2000).
Kelapa Sawit (Elaeis guneensis Jacq.)
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, seperti
podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, atau regosol. Tanah tersebut tidak
sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat kimia an sifat
fisika tanah (Setyamidjaja, 2006).
Kemasaman tanah idealnya pH 5.5 yang baik adalah 4.0 – 6.0 tetapi boleh
juga digunakan pH 5.5 – 7. Tanah harus gembur dan draenase baik sehingga
aerase baik akan dapat mencapai panjang 1.5 – 2 m. Cepat berlignin, hanya
ujung-ujung akar yang baru terbentuk yang mengabsorbsi air dan hara
(Sianturi, 2001).
Kriteria kadar hara K dapat dipertukarkan untuk tanaman kelapa sawit
< 0,15 Me/100g tergolong rendah, 0,15-3,0 me/100g tergolong sedang dan > 3,0
me/100 g tergolong tinggi (Sogiyono dan Pulungan, 1998)
Unsur hara yang diserap tanaman dari dalam tanah sebagian kembali ke
dalam tanah melalui proses dekomposisi bunga jantan dan pelepah yang
dipangkas rutin sedang sebagian lagi terangkut ke luar kebun bersama tandan
buah segar (TBS) yang dipanen (Siahaan, dkk¸1990)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Tanah dan Tanaman,
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan,
dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Percobaan ini dilaksanakan pada hari sabtu,
mulai bulan Agustus – November pada pukul 08.30 WIB sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan:
1. Penetapan Bahan Organik Tanah
a. Metode Pembakaran
- Tanah kering udara sebagai objek percobaan
b. Metode Walkley and Black
- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman
padi yang dikering udarakan sebanyak 25 gram sebagai bahan yang diuji
kandungan bahan organiknya.
- Aquades sebagai pelarut .
- K2Cr2O7 1 N (dilarutkan 49.04 g serbuk K2Cr2O7 ke dalam 1 L aquadest)
sebagai oksidator.
- H2SO4 (pekat) 96% sebagai bahan oksidator.
- H3PO4 85% sebagai penguat reaksi.
- NaF 4% sebagai pengikat NH4+ yang berasal dari Fe(NH4)2(SO4)2
(dilarutkan 40 g NaF dalam 1 L aquadest).
- Diphenylamin sebagai indikator warna berdasarkan Eh.
- Fe(NH4)2(SO4)2 0.5 N sebagai pentitrasi (dilarutkan 196.07 g
Fe(NH4)2(SO4)2 dalam 1 L aquadest).
- BaCl2 0.4 % untuk mengurangi pengaruh SO42- pada saat pembacaan
dengan spektrofotometer (dilarutkan 4 g BaCl2 dalam 1 L aquadest)
- Label nama sebagai penanda tiap perlakuan.
- Tissue sebagai pembersih.
c. Metode Walkley and black Modifikasi
- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman
padi yang dikering udarakan sebanyak 25 gram sebagai bahan yang diuji
bahan organiknya.
- K2Cr2O7 1 N (dilarutkan 49.04 g serbuk K2Cr2O7 ke dalam 1 L aquadest)
sebagai oksidator).
- H2SO4 (pekat) 96% sebagai bahan oksidator.
- BaCl2 0.4 % untuk mengurangi pengaruh SO42- pada saat pembacaan
dengan spektrofotometer (dilarutkan 4 g BaCl2 dalam 1 L aquadest).
- Larutan standar glukosa 5000 ppm C (larutkan 12,57gram glukosa murni
dengan H2O hingga volume 1L) sebagai bahan.
- H3PO4 85% sebagai penguat reaksi.
2. Penetapan N Total Tanah
- Contoh tanah vegetasi padi sawah sebagai bahan percobaan
- Larutan asam sulfat pekat (H2SO4) 96 % untuk mengikat nitrat
- Asam salisilat C6H4OHCOOH sebagai
- Larutan campuran asam sulfat-asam salisilat untuk mengikat NO3- tanah
dan NH4+ organik.
Larutkan 25 g asam salisilat ke dalam 1 L asam sulfat pekat.
- Katalis campuran sebagai bahan pengikat NO2
Campurkan dan giling di mortar 100 g K2SO4 anhydrous; 10 g CuSO4
anhydrous; dan 1 g Se powder.
- Larutan NaOH 40% sebagai bahan destilasi (hijau)
Larutkan 400 g NaOH dalam 800 g H2O dan biarkan dingin. Setelah
dingin tambahkan H2O menjadi 1 L.
- Larutan H3BO3 4% sebagai bahan chemical term
Larutkan 40 g H3BO3 dalam H2O sebanyak 1 L.
- Larutan HCl 0,02 N sebagai bahan titrasi.
Buat larutan HCl 1 N dengan cara melarutkan 83 mL HCl pekat menjadi
1L. Kemudian buat larutan HCl 0,02 N dengan mengencerkan 20 mL
larutan HCl 1 N dengan H2O menjadi 1 L.
- Indikator campuran sebagai indikator (merah).
3. Penetapan P Tersedia Tanah
a. Penetapan P –tersedia Metode Bray I
- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman
padi yang dikering udarakan sebanyak 2 gram sebagai bahan yang diuji
P-tersedia
- Aquades sebagai pelarut
- NH4F 1 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray I (dilarutakan 3.7 g
NH4F dalam 100 mL aquadest)
- HCl 5 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray I (dilarutkan 20.2
mL HCl (pekat) dalam 500 mL aquadest)
- Larutan Bray I sebagai pengekstrak (30 mL NH4F 1 N + 5 mL HCl 5 N
dalam 1 L aquadest)
- RPA sebagai bahan pembuat RPB
(12 g (NH4)6MO7O24.4H2O + H2O hingga 250 mL, 0.298 g KsbOC4H4O6+
H2O hingga 100 mL, dilarutkan 140 mL H2SO4 (pk) hingga 1000 mL,
kemudian ketiga bah an tersebut dicampur + 2 L aquadest)
- RPB sebagai pemberi warna biru (indikator adanya P)
- (1 g Asam Ascorbat + 200 mL RPA)
- Larutan standar P 50 ppm sebagai larutan standar patokan (dilarutkan
0.275 g K2HPO4.3 H2O dalam 1 L aquadest)
- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet
larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL
ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai
pembanding
- Label nama untuk menandai tiap perlakuan
- Kertas saring Whatman no. 42 untuk penyaring filtrat
b. Penetapan P –tersedia Metode Bray II
- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman
padi yang dikering udarakan sebanyak 2 gram sebagai bahan yang diuji
P-tersedia
- Aquades sebagai pelarut
- HCl 5 N sebagai larutan dasar membuat larutan Bray II (dilarutkan 20.2
mL HCl (pekat) dalam 500 mL aquadest)
- Larutan Bray II sebagai pengekstrak (30 mL NH4F 1 N + 20 mL HCl 5 N
dalam 1 L aquadest).
- RPA sebagai bahan pembuat RPB
(12 g (NH4)6MO7O24.4H2O + H2O hingga 250 mL, 0.298 g KsbOC4H4O6+
H2O hingga 100 mL, dilarutkan 140 mL H2SO4 (pk) hingga 1000 mL,
kemudian ketiga bahan tersebut dicampur + 2 L aquadest)
- RPB sebagai pemberi warna biru (indikator adanya P)
(1 g Asam Ascorbat + 200 mL RPA)
- Asam Askorbat sebagai bahan pembuat RPB pada Metode Bray II
- Larutan standar P 50 ppm sebagai larutan standar patokan (dilarutkan
0.275 g K2HPO4.3 H2O dalam 1 L aquadest)
- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet
larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL
ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai
pembanding
- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan
- Kertas saring Whatman no. 42 sebagai penyaring filtrat
c. Penetapan P –tersedia Metode Truog
- Sampel tanah kelapa sawit, tanah tanaman Jagung dan Tanah tanaman
padi yang dikering udarakan sebanyak 0,5 gram sebagai bahan yang diuji
P-tersedia
- Larutan Asam Sulfat 0,002 N (larutkan 0,055ml H2SO4 96% dengan H2O
menjadi 100 ml) untuk membuat RPA
- Larutan Troug sebagai pengekstrak (3 g (NH4)2SO4 + H2O hingga menjadi
1 L lalu ditambah H2SO4 0.002 N diatur pH 3)
- Amonium molibdat untuk membuat RPA
- Kalium Antimonit Tartarat untuk membuat RPA
- Asam Askorbat untuk membuat RPB
- Preaksi Posfat A sebagai preaksi RPB
- Preaksi Posfat B sebagai preaksi melepaskan P yang terlarut agar dapat
didestruksikan.
- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet
larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL
ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai
pembanding
- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan
- Kertas saring Whatman no. 42 sebagai penyaring filtrate
d. Penetapan P –tersedia Metode Olsen
- Sample tanah kering udara
- Larutan NaHCO3 0,5 M pH 8,5 (42g NaHCO3 dengan H2O menjadi 1L,
disesuaikan dengan pH 8,5 dengan penambahan larutan NaOH) sebagai
bahan pelepas P dalam larutan
- Asam Sulfat 5 N (dilarutkan 140 ml H2SO4 pekat BD 1,84 Kg/ L dengan
H2O hingga 250 ml) sebagai bahan pembuat RPA
- Amonium Molibdat (larutkan 12g (NH4)4MO7O24.4H2O dengan H2O
hingga 250 ml) sebagai bahan pembuat RPA
- Kalium Antimonit Tartarat ( larutkan 0,298 g KsbOC4H4O6 dalam 100 ml
H2O) sebagai bahan pembuat RPA
- Asam askorbat untuk membuat RPB
- Preaksi Posfat A sebagai preaksi RPB
- Preaksi Posfat B sebagai preaksi melepaskan P yang terlarut agar dapat
didestruksikan.
- Larutan standar (0, 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 ppm) sebagai pembanding (dipipet
larutan standar 50 ppm P masing-masing sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 8, 10 mL
ke dalam labu ukur 100 mL lalu dipenuhkan sampai batas garis) sebagai
pembanding.
- Label nama untuk memberi tanda tiap perlakuan
- Kertas saring Whatman no. 42 untuk penyaring filtrat
4. Penetapan K Tukar Tanah
- Tanah sebagai objek percobaan
- Kertas saring untuk menyaring bahan
- Larutan CH3COONH4 1N untuk menukarkan K
- Larutan standart sebagai larutan pembanding
5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun
???????????????????????????????????????????????????????????????
Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam penetapan bahan organik adalah metode
Pembakaran, metode Walkley and Black dan metode Colorimeter (Walkley and
Black Modification).
Metode yang digunakan dalam penetapan N total tanah adalah metode
Kjeldhalterm.
Metode yang digunakan dalam penetapan P tersedia tanah adalah metode
Bray I, Bray II, Olsen dan Truog.
Metode yang digunakan dalam penetapan K tukar tanah adalah metode
Atomic Absorbtion Spectrometric (AAS).
Metode yang digunakan dalam penetapan kadar N, P dan K daun adalah
metode destruksi basah.
Prosedur Percobaan
1. Penetapan Bahan Organik Tanah
a. Metode Pembakaran
- Ditimbang 25 g contoh tanah dan ditempatkan di crucible (berat crucible
ditimbang juga).
- Diovenkan pada temperature 105 0C selama 3 jam, setelah itu dimasukkan
ke dalam eksikator.
- Kemudian ditimbang sehingga dapat diperoleh bobot tanah kering oven
(BTKO).
- Dibakar pada muffle furnance pada temperatur 500 0C selama 3 jam.
- Didinginkan dan dimasukkan ke dalam eksikator, setelah itu baru
ditimbang sehingga diperoleh bobot tanah setelah pembakaran (BTP).
- Dihitung bahan organik (%) dengan rumus:
{1,724 (0,458 x b)} – 0,4 x 100%Bahan Organik (%) =
BTKO
b = BTKO – BTP
b. Metode Walkley and Black
- Ditimbang 0,1 atau 0,5 g tanah kering udara, masukkan ke dalam
Erlenmeyer 500 cc.
- Ditambahkan 5 mL K2Cr2O7 1 N (dengan menggunakan pipet), digoncang
dengan tangan.
- Ditambahkan 10 mL H2SO4 pekat, kemudian digoncang 3-4 menit,
selanjutnya didiamkan selama 30 menit.
- Ditambahkan 100 mL air suling dan 5 mL H3PO4 85%, NaF 4% 2,5 mL,
kemudian ditambahkan 5 tetes diphenylamine, digoncang, larutan
berwarna biru tua kehijauan kotor.
- Dititrasi dengan Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N dari buret hingga warna berobah
menjadi hijau terang.
- Dilakukan kerja no. 2 s.d. 5 (tanpa tanah) untuk mendapatkan volume
titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N untuk blanko.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
T 1 100C organik = 5 x 1- x 0,003 x x
S 0,77 BCT
Dimana:T : volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N dengan tanahS : volume titrasi Fe(NH4)2(SO4)2 0,5 N blanko (tanpa tanah)0,003 : 1 mL K2Cr2O7 1 N + H2SO4 mampu mengoksidasi 0,003 C
organik1/0,77 : metode ini hanya 77% C organik yang dapat ddioksidasiBCT : berat contoh tanah
c. Metode Colorimetri (Walkley and Black Modification)
- Ditimbang 0,5 g contoh tanah dan ditempatkan ke dalam tabung sentrifusi.
- Ditambahkan larutan K2Cr2O7 1 N sebanyak 5 mL kemudian tambahkan
secara perlahan-lahan larutan asam sulfat pekat sebanyak 10 mL.
- Dipanaskan di water bath selama 1,5 jam dengan digoncang setiap 30
menit.
- Didinginkan, setelah itu ditambahkan 25 mL larutan BaCl2 0,4% lalu
digoncang.
- Disentrifusi selama 5 menit, bila tidak ada alat sentrifusi maka larutan
dibiarkan selama 1 malam.
- Dipipet supernatant (larutan sebelah atas) dan ditempatkan ke tabung
reaksi ± 15 mL.
- Diukur transmitance larutan di spectrophotometer dengan panjang
gelombang 600 nm.
- Dibuat deret standart 0 – 50 – 100 – 150 – 200 – 250 ppm C. Dipipet
larutan standart 5000 ppm C sebanyak 0 – 0,4 – 0,8 – 1,6 – 2,0 dan 2,4
mL, ditempatkan di tabung sentrifusi dan dilakukan seperti no. 2 s.d. 7.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
Absorben = - log transmitan/100
2. Penetapan N Total Tanah
a. Destruksi
- Ditimbang 2 g contoh tanah, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 2 g katalis campuran.
- Ditambahkan 10 mL H2O.
- Ditambahkan 10 mL campuran H2SO4 – asam salisilat.
- Dibiarkan 1 malam.
- Didestruksi pada alat digestor (Kjeldhaltherm) dengan suhu rendah dan
dinaikkan secara bertahap hingga larutan jernih/putih (temperatur
< 200oC). Setelah larutan jernih, suhu dinaikkan dan dilanjutkan selama
30 menit.
- Didinginkan dan diencerkan dengan menambahkan 15 mL H2O.
b. Destilasi
- Ditempatkan tabung destruksi pada alat destilasi.
- Dipipet 5 mL H3BO3 4%, ditempatkan pada erlenmeyer 250 cc dan
ditambahkan 3 tetes indikator campuran, dan ditempatkan sebagai
penampung hasil destilasi.
- Ditambahkan NaOH 40% ± 25 mL ke dalam tabung destilasi dan
langsung didestilasi.
- Amoniak hasil destilasi ditampung di erlenmeyer yang berisis H3BO3.
Destilasi dihentikan bila larutan di erlenmeyer berwarna hijau dan
volumenya ± 75 mL.
c. Titrasi
- Dipindahkan Erlenmeyer hasil destilasi dan dititrasi dengan HCl 0,02 N.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
% N = mL HCl x N HCl x 14 x 100Berat tanah x 1000
= mL HCl x 0,014
Dimana:% N : persentase nitrogenmL HCl : banyaknya HCl yang digunakanN HCl : normalitas HCl14 : berat atom N100 : persen (%)1000 : berat dalam gram
3. Penetapan P Tersedia Tanah
a. Metode Bray I
- Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.
- Tambahkan larutan Bray I sebanyak 20 mL dan goncang pada shaker
selama 30 menit.
- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.
- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.
- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama 5
menit.
- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.
- Untuk standart dipipet juga masing-masing 5 ml larutan standar P 0-0,5-
1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan 10
mL pereaksi fosfat B.
- Diukur juga transmitan standart pada spectronic dengan panjang
gelombang yang sama yaitu 660 nm.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
TransmitanAbsorben = – log
10020
P avl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada) 2
b. Metode Bray II
- Timbang 2 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.
- Tambahkan larutan Bray II sebanyak 20 mL dan goncang pada shaker
selama 30 menit.
- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.
- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.
- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama
5 menit.
- Untuk standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P 0-0,5-
1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan
10 mL pereaksi fosfat B.
- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.
- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang
gelombang yang sama yaitu 660 nm.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
TransmitanAbsorben = – log
100
20Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)
2
c. Penetapan P Tersedia Tanah Metode Troug
- Timbang 0,5 g contoh tanah dan tempatkan pada gelas Erlenmeyer 250 cc.
- Tambahkan larutan troug sebanyak 100 mL dan goncang dengan shaker
selama 30 menit.
- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.
- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.
- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan selama
5 menit.
- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang 660 nm.
- Untu standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar P 0-0,5-
1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian tambahkan
10 mL pereaksi fosfat B.
- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang
gelombang yang sama yaitu 660 nm.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
TransmitanAbsorben = – log
100
20Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)
2
d. Penetapan P Tersedia Tanah Metode Olsen
- Timbang 2 g contoh tanah lalu tempatkan pada gelas
Erlenmeyer 250 cc.
- Tambahkan laruten Olsen sebanyak 20 mL dan goncang pada
shaker selama 30 menit.
- Saring dengan kertas saring Whatman No.42.
- Pipet filtrat sebanyak 5 mL dan tempatkan pada tabung reaksi.
- Tambahkan pereaksi fosfat B sebanyak 10 mL lalu biarkan
selama 5 menit.
- Ukur transmitan pada spectronic dengan panjang gelombang
660 nm.
- Untu standar dipipet juga masing-masing 5 mL larutan standar
P 0-0,5-1,0-2,0-3,0-4,0 dan 5,0 ppm P ke tabung reaksi, kemudian
tambahkan 10 mL pereaksi fosfat B.
- Diukur juga transmitan standar pada spectronic dengan panjang
gelombang yang sama yaitu 660 nm.
- Dihitung dengan mengunakan rumus:
TransmitanAbsorben = – log
100 20
Pavl (ppm) = Plrt × × faktor pengencer (bila ada)2
4. Penetapan K Tukar Tanah
- Ditimbang 2,5 g tanah.
- Dimasukkan ke dalam tabung speed yang telah dialas dengan kertas
saring.
- Ditambahkan 50 mL larutan CH3COONH4 1N.
- Ditampung pada botol perkolasi
- Diukur pada AAS.
- Dihitung dengan menggunakan rumus;
Kdd = K larut x 20/390
Dimana:20 : Perkolat yang dipipet390 : Berat atom K yang dikonversi ke 1/1000 m
5. Penetapan Kadar N, P dan K Daun
a. Destruksi Basah
- Timbang 0,5 g contoh tanaman yang telah digiling dan lolos ayakan
40 mesh, tempatkan pada tabung reaksi.
- Tambahkan 2,5 mL H2SO4 pekat, biarkan semalam.
- Kemudian panaskan pada elektrotermal, mula-mula pada suhu rendah dan
kemudian naikkan sedikit demi sedikit selama ± 30 menit.
- Tetesi dengan H2O2 5 tetes selang ± 10 menit kemudian diulangi
berulang-ulang hingga cairan dalam tabung menjadi jernih.
- Dinginkan, encerkan dengan H2O dan saring ke labu ukur 50 mL.
Penuhkan sampai tanda garis 50 mL. (cairan ini = cairan destruksi pekat
untuk analisis N).
- Pipet 5 mL cairan destruksi pekat ke labu ukur 50 mL dan encerkan
dengan H2O sampai tanda. (Cairan ini = cairan detruksi encer untuk
analisis P, K).
b. Penetapan N Daun
- Pipet 20 mL cairan destruksi pekat (dari ekstraksi destruksi basah),
tempatkan ke dalam tabung destilasi dan tambahkan H2O 50 mL.
- Tempatkan tabung destilasi di alat destialsi N. Tambahkan NaOH 40%
± 15 mL (langsung pada alat).
- Hasil destilasi berupa amoniak ditampung pada erlenmeyer 250 cc yang
berisi 25 mL H3BO3 4% dan ditetesi indikator campuran.
- Titrasi berakhir bila H3BO3 telah berwarna hijau dan volumenya telah
mencapai 75 mL.
- Amoniak hasil destilasi di ukur dengan mentitrasi dengan HCl 1 N sampai
warna berubah dari hijau ke warna merah.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
mL HCl x N HCl 20N daun (%) = x 14 x 50 x x 100
BCT x 1000 50
= mL HCl x N HCl x 11,2
c. Penetapan P Daun
- Pipet 5 mL cairan destruksi encer dari ekstraksi destruksi basah tempatkan
pada tabung reaksi.
- Tambahkan 10 mL reagen fosfat B biarkan ± 10 menit. Kemudian ukur
transmitance (absorbance) pada spectronic dengan λ 660 nm.
- Pada saat yang sama dilakukan pula pada larutan standar 0 – 2 – 4 – 6 – 8
dan 10 ppm P, dengan cara memipet masing-masing 5 mL dan
ditambahkan 10 mL reagen fosfat B, dan diukur pada spectronic.
- Dihitung dengan menggunakan rumus:
50 50P daun (%) = Plrt x x x 10-4
0,25 5
= Plarutan x 0,2
d. Penetapan K Daun
- Ukur larutan destruksi encer pada flamephotometer atau Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS).
- Ukur juga larutan standar K dengan konsentrasi 0 – 10 – 20 – 30 dan 40
ppm K pada flamephotometer atau Atomic Absorption Spectrophotometer
(AAS).
- Dihitung dengan mengunakan rumus: 50 50
K daun (%) = Klrt x x x 10-4
0,25 5
DAFTAR PUSTAKA
Aak., 1992. Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Agvise Laboratories., 2008. Soil Organic Matter. Medan.
Al-Jabri., 2007. Perkembangan Uji Tanah dan Strategi Program Uji Tanah Masa Depan di Indonesia. (online) (http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi).
Anonimous., 2008. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kecernaan atau Digestibilitas Protein. (online) (http://www.geocities.com/meteorkita/egdp-protein.rtf). Medan.
Baker, W. H., and T. L. Thompson., 1991. Determination of Total Nitrogen In Plant Samples by Kjeldahl.
Hakim, M., 2006. Penerapan Analisis Daun pada Tebu. (online) (http://www.pikiran-rakyat.com). Medan.
Hardjowigeno, S., 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Aka-Press, Jakarta.
Mukhlis., 2007. Analisis Tanah – Tanaman. USU-Press, Medan.
Poerwowidodo., 1991. Metode Selidik Tanah. Usaha Nasional, Surabaya.
Ryan, J. and G. Estefan., 2001. Soil and Plant Analysis Laboratory Manual. ICARDA, Syria.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Tobing, M. C. T; O. Tobing ; S. Ginting dan R. K. Damanik. 1995. Agronomi Tanaman Makanan I FP USU Medan.
Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta
Sianturi. H.S.D, 2001. Budidaya Kelapa Sawit. USU, Press, Medan.
Rai, I. N., 2002. Diagnosis Defisiensi dan Toksisitas Hara Mineral pada Tanaman. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 1. Penetapan Bahan Organik Tanah
Bahan Organik Tanah dengan metodePembakaran Walkley and Black Colorimetri
Kelapa sawit 5,415 1,275 1,162Padi 7,69 1,440 1,358
Jagung 11,6 1,944 2,236
Berdasarkan Tabel 1. diketahui bahwa nilai bahan organik tertinggi pada
kelapa sawit yaitu pada metode pembakaran sebesar 5,415 dan yang terendah
yaitu 1,162 pada metode Colorimetri. Pada komoditi padi, nilai bahan organik
tertinggi adalah 7,69 yang terdapat pada metode pembakaran dan nilai yang
terendah terdapat pada metode Colorimetri sebesar 1,358. Sedangkan pada
komoditi jagung, diperoleh nilai yang tertinggi yaitu 11,6 yang terdapat pada
metode pembakaran dan yang terendah terdapat pada metode Walkley and Black,
yaitu 1, 944.
Tabel 2. Penetapan N Total Tanah
Komoditi N-totalKelapa sawit
PadiJagung
Berdasarkan Tabel 2. Diperoleh nilai N-total tertinggi terdapat pada
komoditi ???????? dan nilai N-total terendah terdapat pada komoditi ???????.
Tabel 3. Penetapan P-tersedia Tanah
Komoditi P-tersedia tanah dengan metodeBray I Bray II Olsen Truog
Kelapa sawit 8,455 19,1125 29,65 4,43Padi 5,276 4,29 20,08 17,12
Jagung 4,996 3,176 20,02 7,04
Berdasarkan Tabel 3. Di atas, diketahui bahwa P-tersedia tanah pada
komoditi kelapa sawit tertinggi terdapat pada metode Olsen, yaitu 29,65 dan yang
terendah yaitu 4,43 yang terdapat pada metode Truog. Sedangkan pada komoditi
padi, nilai tertingginya adalah 20,08 pada metode Olsen dan nilai terendahnya
adalah 4,29 yang terdapat pada metode Bray II. Sedangkan nilai tertinggi P-
tersedia tanah pada komoditi jagung yaitu 20,02 dengan menggunakan metode
Olsen dan nilai terendahnya adalah 3,176 yang terdapat pada metode Bray II.
Tabel 4. Penetapan K Tukar Tanah
Komoditi K tukarKelapa sawit 0,00785
Padi 0,0133jagung 0,02412
Berdasarkan tabel 4. Di atas dapat dilihat bahwa pada komoditi jagung
merupakan nilai K tukar tertinggi, sedangkan nilai yang terendah terdapat pada
komoditi kelapa sawit.
Tabel 5. Penetapan Kadar N, P, dan K Daun
komoditi N daun P daun K daunKelapa sawit
Padijagung
Berdasarkan tabel 5. Di atas diketahui bahwa nilai N daun tertinggi
terdapat pada komoditi ???? yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada
komoditi ???? yaitu ???. Nilai P daun tertinggi terdapat pada komoditi ????
yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada komoditi ???? yaitu ???. Nilai K daun
tertinggi terdapat pada komoditi ???? yaitu ??? dan yang terendah terdapat pada
komoditi ???? yaitu ???.
Reaksi
1. Penetapan Bahan Organik Tanah
a. Penetapan bahan organik dengan metode Walkley and Black
2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C 2K2SO4 + 2Cr2(SO4)3 + 8H2O + 3CO2
2K2Cr2O7 + 8H2SO4 diberikan berlebih, 2K2Cr2O7 + 8H2SO4 sisa ( yang tidak
mengoksidasi C organik ditetapkan dengan mentitrasi dengan ferro)
2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + Fe(NH4)2(SO4)2 K2SO4 + Cr2(SO4)3 + H2O +
Fe(NH4)2(SO4)2
a. Penetapan bahan organik dengan metode colorimetrik (Walkley and Black Modifikasi)
2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C 2K2SO4 + 2Cr2(SO4)3 + 8H2O + 3CO2
2K2Cr2O7 berwarna oranye
2Cr2(SO4)3 berwarna hijau
2. Penetapan N Total Tanah
a. Destruksi
COOH COOH+ H2SO4 H2O +
OH OHHSO3
COOH NO2 COOH+ HNO3 H2O +
OH OH
HSO3 HSO3
NO2 COOHCamp. Se
OH (NH4)2SO4
HSO3
H camp. SeR – C – C – O + H2SO4 (NH4)2SO4 + CO2 + CH4
NH2 OH
b. Destilasi
(NH4)2SO4 + 2NaOH Na2SO4 + 2NH3 (g) + H2OUap
2NH3(g) 2NH3(l) 2NH3 + 2H3BO3 2NH4H2BO3
c. Titrasi
2NH4H2BO3 + 2HCl 2H3BO3 + 2NH4Cl
3. Penetapan P Tersedia Tanah
a. Metode Bray I
3NH4F + 3HCL + AlPO4 PO43- + NH4
- + Al3+ + Cl- + F-
3NH4F + 3HCL + FePO4 PO43- + NH4
- + Fe3+ + Cl- + F-
Selanjutnya
PO43- + 12MoO4
= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O
H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden
b. Metode Bray II
3NH4F + 3HCL + AlPO4 PO43- + NH4
- + Al3+ + Cl- + F-
3NH4F + 3HCL + FePO4 PO43- + NH4
- + Fe3+ + Cl- + F-
Selanjutnya
PO43- + 12MoO4
= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O
H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden
c. Metode Truog
3NH4SO4 + AlPO4 PO43- + NH4
- + SO4=
3NH4SO4 + FePO4 PO43- + NH4
- + SO4=
selanjutnya
PO43- + 12MoO4
= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O
H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden
d. Metode Olsen
NaHCO3 + Ca3(PO4)2 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Ca2+
NaHCO3 + ALPO4 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Al3+
NaHCO3 + FePO4 PO43- + H2O + CO2 + Na+ + Fe3+
selanjutnya
PO43- + 12MoO4
= + 27H+ H7[P(Mo2O7)6] + 10H2O
H7[P(Mo2O7)6] + vit. C biru molibden
4. Penetapan K
- K+ - NH4+ + K+
- K+ + CH3COONH4 - NH4+ + K+ + CH3COO-
- -
Perhitungan
Penetapan Bahan Organik Tanah
a. Metode Pembakaran
% BO = [1.724 {0.458 (BTKO-BTP)}-0,4 x 100%]BTKO
Ulangan 1% BO = [1.724 {0.458 (23.3-18.4)}-0,4 x 100%] 23.3
= 14.48%
Ulangan 2% BO = [1.724 {0.458 (21.7-17.1)}-0,4 x 100%] 21.7
= 14.98%
Ulangan 3
% BO = [1.724 {0.458 (23-18.9)}-0,4 x 100%] 23
= 12.33%
b. Metode Walkey & Black
C-org = 5[1-T/S ]0.003 x 1/0.77 x 10/BCT
Ulangan 1
C-org = 5[1-8.6/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.58
% BO = 0.58 x 1.724= 0.99
Ulangan 2
C-org = 5[1-7.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 1.00
% BO = 1.00 x 1.724= 1.724
Ulangan 3
C-org = 5[1-8.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.61
% BO = 0.61 x 1.724= 1.051
Ulangan 4
C-org = 5[1-9.5/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.231
% BO = 0.231 x 1.724= 0.398
Ulangan 5
C-org = 5[1-9.7/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.154
% BO = 0.154 x 1.724= 0.265
Ulangan 6
C-org = 5[1-10/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.038
% BO = 0.038 x 1.724= 0.065
a. Metode Walkey & Black Modifikasi
Adsorben = -log T/100C-org (ppm) = Clrt x 40/0.5
Ulangan 1
C-org (ppm) = 149.02 x 40/0.5 = 11921.6 ppm = 1.192
% BO = 1.192 x 1.724= 2.055
Ulangan 2
C-org (ppm) = 133.57 x 40/0.5 = 10685.6 ppm = 1.068
% BO = 1.068x 1.724= 1.84
Ulangan 3
C-org (ppm) = 61.51 x 40/0.5 = 4920,8 ppm = 0.492
% BO = 0.492x 1.724
= 0.846
Penetapan P-tersedia
a. Metode Bray I
Larutan Standart Transmitan Adsorben
O ppm 100 0
0.5 ppm 93.5 0.029
1 ppm 93 0.003
2 ppm 92 0.036
3 ppm 81.5 0.088
4 ppm 78 0.107
5 ppm 73 0.136
0.76 ppm 96 0.01794
3.26 ppm 92 0.086
Ulangan 1 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppmA = -log 0.96 = 0.017
Ulangan 2
Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
b. Metode Bray II9798
98.597.59889
c. Metode Olsen 2.06 ppm 88.5 0.5380.76 ppm 96 0.0173.26 ppm 92 0.086
Ulangan 1 Pavl = 2.06x 10 = 20.6ppmA = -log 0.0885 = 0.053
Ulangan 2 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppm A = -log 0.96 = 0.017
Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
3.26 ppm 92 0.0860.295 ppm 99 0.0041.34 ppm 92.5 0.033
Ulangan 1 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
Ulangan 2 Pavl = 0.295 x 10 = 2.95ppm A = -log 0.99 = 0.004
Ulangan 3 Pavl = 1.34 x 10 = 13.4ppmA = -log 0.925 = 0.033
Pembahasan
??????????????????????????????????????????????????????????????
FLOW CHART
1. Penetapan Bahan Organik
a. Metode Pembakaran
b. Metode Walkey & Black
25 g TKU
Crucible (Ditimbang terlebih dahulu)
Ovenkan 150oC selama 3 jam
Timbang BTKO
Muffle Furnance suhu 500oC, 3 Jam
Ditimbang BTP
B.O (%) = {1.724(0.458 x b)}- 0.4 x 100%BTKO
Desikator
0.5 g TKU
Erlenmeyer 500 cc
5 ml K2Cr2O7 1N goncang dengan tangan
10 ml H2SO4 pekat, digoncang 3-4 menit
c. Metode Walkey & Black Modifikasi
100 ml H2O, 5 ml H3PO4 85%, 2.5 ml
Diphenylamine (biru kehijauan)
Titrasi Fe(NH)4(SO4)2 0.5N (hijau terang)
C-org = 5 x 1- T/S x 0.003 x 1/0.77 x 100/BCT
Absorben = - Log T/100C-Org (ppm) = Clrt x 40
0.5
0.5 g TKU
Tabung sentrifusi
5 ml K2Cr2O7 1N goncang dengan tangan
10 ml H2SO4 pekat, digoncang 3-4 menit
Waterbath 1.5 jam (digoncang 30 menit
25 ml BaCl 0.4% (Diamkan 1 malam)
15 ml dipipet masukkan cuved
Spectronic 660 nm
Larutan standar 0-0.4-0.8-1.6-2.0-2.4 ml
2. Penetapan N-Total Tanah
Katalis campuran , 10 ml H2O, 10 ml H2SO4 –asam salisilat (diamkan 1 malam)
Destruksi(kjedahl term ± 240oC)
Tambahkan 10 ml H2O
Destilasi
H3BO3 5 ml + 3 tetes indikator
campuran (Merah)
2 g TKU
15 ml (tabung destilasi)
+ 50 ml H2O
NaOH 40% 25 ml (Hijau)
2x Penambahan
Dititrasi HCl 0.02 N (merah)
Volume titrasi
N-total (%) = (HCl x N HCl x 14 x 100) BCT x 1000
3. Penetapan P-Tersedia Tanah
a. Metode Bray I
b. Metode Bray II
2 g TKU
Erlenmeyer 250 ml
20 ml Bray I
Shaker 30’’
Saring dengan Whatman no. 42
Pipet filtrat 5 ml
Masukkan dalam cuved
Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5
T dengan spectronic 660 nm
Absorben = - Log T/100
2 g TKU
Erlenmeyer 250 ml
c. Metode Olsen
20 ml Bray II
Shaker 30’’
Saring dengan Whatman no. 42
Pipet filtrat 5 ml
Masukkan dalam cuved
Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5
Absorben = - Log T/100
2 g TKU
Erlenmeyer 250 ml
20 ml Olsen
Shaker 30’’
Saring dengan Whatman no. 42
Pipet filtrat 5 ml
Masukkan dalam cuved
d. Metode Troug
Absorben = - Log T/100 Pavl (ppm) = P lrt x 20
2
Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5
2 g TKU
Erlenmeyer 250 ml
100 ml Troug
Shaker 30’’
Saring dengan Whatman no. 42
Pipet filtrat 5 ml
Masukkan dalam cuved
Pipet larutan standar 5 ml 0-0.5-1-2-3-4-5
Absorben = - Log T/100
Ditimbang 2,5 g tanah
4. Penetapan K- Tukar Tanah
5. Penetapan N, P, K Daun
a. N daun
Destilasi
2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam
Destruksi(kjedahl term ± 150oC
5 tetes H2O2 (selang 10 menit)
0.5 gram bahan tanaman
Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis
(Destruksi pekat)
Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)
Dimasukkan ke dalam tabung speed yang telah dialas dengan kertas saring
Ditambahkan 50 mL larutan CH3COONH4 1N
Ditampung pada botol perkolasi
Diukur pada AAS.
Dihitung dengan menggunakan rumus;Kdd = K larut x 20/390
b. P daun
H3BO3 5 ml + 3 tetes indikator
campuran (Merah)
15 ml (tabung destilasi)
+ 50 ml H2O
NaOH 40% 25 ml (Hijau)
2x Penambahan
Dititrasi HCl 0.02 N (merah)
Volume titrasi
N-daun (%) = HCl x N HCl x 11.2
Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis
(Destruksi Encer)
Pipet 20 ml destruksi pekat ± H2O 50 ml
Tabung destilasi
2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam
Destruksi(kjedahl term ± 150oC
5 tetes H2O2 (selang 10 menit)
0.5 gram bahan tanaman
c. K daun
Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)
Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis
(Destruksi Encer)
Masukkan dalam cuved
Pipet larutan standar 5 ml 0-2-4-6-8-10
ppm P + 10 ml RPB
T dengan spectronic 660 nm
P daun (%) = P lrt x 0.2
Pipet 5 ml Destruksi Pekat
2.5 ml H2SO4 (PK) – diamkan 1 malam
Destruksi(kjedahl term ± 150oC
5 tetes H2O2 (selang 10 menit)
0.5 gram bahan tanaman
Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis
(Destruksi pekat)
d. Pengambilan Contoh Daun
Pipet 5 ml (Destruksi Pekat)
Labu ukur 50 ml ± H2O sampai batas garis(Destruksi Encer)
Ukur dengan AAS
K daun (%) = K larut x 0.2
Pipet 5 ml Destruksi Encer
Dicuci dengan air
Masukkan dalam amplop coklat
Daun tanaman jagung tepat dibawah
ketiaka daun
Grinder dan ayak dengan ayakan 20 mesh
Diovenkan kembali pada suhu 600C
Oven 1 malam 600 C
e. Pembuatan RPA dan RPB
f. Larutan Standar
2 g (NH4)6Mo7O24. 4H2O dengan H2O & 0.298 g KSbC4H4O6
Dicampurkan H2SO4, (NH4)6Mo7O24. 4H2O, KSbC4H4O6 jadi 2 L dengan menambahkan
H2O
Larutkan 140 ml H2SO4 pekat dengan H2O
Larutkan Asam Ascorbat
Campurkan 1 g Asam Ascorbat dalam
200ml RPA
Larut 0.2g K2HPO4. 3H2O dengan H2O jadi 1L
Pipet larutan standart dari 50 ppm P dan penuhkan jadi 100 ml dengan H2O
Tambahkan RPB 5 ml
Pipet 5 ml menajdi 0-2-4-6-8-10 ke cuved
PERHITUNGAN BAHAN
??????????????????????????????????????????????????????????????????????????
Perhitungan
Penetapan Bahan Organik Tanah
a. Metode Pembakaran
% BO = [1.724 {0.458 (BTKO-BTP)} -0,4 x 100%]BTKO
Ulangan 1% BO = [1.724 {0.458 (2.4 - 22)}- 0,4 x 100%] 24.6
= 6.7%
Ulangan 2% BO = [1.724 {0.458 (24.7 - 21.8)} -0,4 x 100%] 24.7
= 7.6%
Ulangan 3
% BO = [1.724 {0.458 (24.7 - 22.2)}-0,4 x 100%] 24.7
= 6.3%
b. Metode Walkey & Black
C-org = 5[1-T/S ]0.003 x 1/0.77 x 10/BCT
Ulangan 1
C-org = 5[1-9.3/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.30
% BO = 0.30 x 1.724= 0.53
Ulangan 2
C-org = 5[1-9.0/10.1]0.003 x 1/0.77 x 10/0.5 = 0.42
% BO = 0.42 x 1.724= 0.73
Ulangan 3
C-org = 5 [1 - 9.7 / 10.1] 0.003 x 1 / 0.77 x 10 / 0.5= 0.15
% BO = 0.15 x 1.724= 0.26
b. Metode Walkey & Black Modifikasi
Adsorben = -log T/100C-org (ppm) = Clrt x 40/0.5
Ulangan 1
C-org (ppm) = 61.5 x 40 / 0.5 = 4920 ppm = 0.4920
% BO = 0.4920 x 1.724= 0.84
Ulangan 2
C-org (ppm) = 71.8 x 40 / 0.5 = 5744 ppm = 0.5744
% BO = 0.5744 x 1.724= 0.99
Ulangan 3
C-org (ppm) = 174.7 x 40/0.5 = 13976 ppm = 1.3976
% BO = 1.3976 x 1.724= 2.4
Penetapan N-total tanah
N(%) = mL HCl x N HCl x 14 x 100 Berat Tanah x 1000= mL HCl x 0,014
Ulangan 1N (%) = 3.6 x 0.014
= 0.05 %Ulangan 2N (%) = 3.6 x 0.014
= 0.05 %
Ulangan IIIN (%) = 1.8 x 0.014
= 0.02 %
Penetapan P-tersedia
b. Metode Bray I
Larutan Standart Transmitan Adsorben
O ppm 100 0
0.5 ppm 93.5 0.029
1 ppm 93 0.003
2 ppm 92 0.036
3 ppm 81.5 0.088
4 ppm 78 0.107
5 ppm 73 0.136
0.76 ppm 96 0.01794
3.26 ppm 92 0.086
Ulangan 1 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppmA = -log 0.96 = 0.017
Ulangan 2
Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
b. Metode Bray II9798
98.597.59889
c. Metode Olsen 2.06 ppm 88.5 0.5380.76 ppm 96 0.017
3.26 ppm 92 0.086
Ulangan 1 Pavl = 2.06x 10 = 20.6ppmA = -log 0.0885 = 0.053
Ulangan 2 Pavl = 0.76x 10 = 7.6ppm A = -log 0.96 = 0.017
Ulangan 3 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
3.26 ppm 92 0.0860.295 ppm 99 0.0041.34 ppm 92.5 0.033
Ulangan 1 Pavl = 3.26 x 10 = 32.6ppmA = -log 0.082 = 0.086
Ulangan 2 Pavl = 0.295 x 10 = 2.95ppm A = -log 0.99 = 0.004
Ulangan 3 Pavl = 1.34 x 10 = 13.4ppmA = -log 0.925 = 0.033
Penetapan K-tukar K tukar (me/100 g) = K lrt x 20/390x FPUlangan 1 0.112 mg/L 0.112 mg/1000 g 0.112 / 39 mmol/1000 g0.0028 me/1000 g0.00028 me/100 g0.00028 x 50/2.5= 0.0056 me/100 g
Ulangan 2 0.112 mg/L 0.112 mg/1000 g 0.112 / 39 mmol/1000 g0.0028 me/1000 g0.00028 me/100 g
0.00028 x 50/2.5= 0.0056 me/100 g
Ulangan 3 0.471 mg/L 0.471 mg/1000 g 0.471 / 39 mmol/1000 g0.012 me/1000 g0.0012 me/100 g0.0012 x 50/2.5= 0.024 me/100 g
Penetapan serapan N, P, dan K Daun
Penetapan N- DaunN(%) = mL HCl x N HCl x 14 x 50 x 20/50 x 100
Berat Tanah x 1000= mL HCl x N HCl x 11,2
Ulangan 1N (%) = 0.2 x 1 x 11,2
= 2.24 %Ulangan 2N (%) = 0.1 x 1 x 11,2
= 1,12 %Ulangan 3N (%) = 0.1 x 1 x 11,2
= 1,12 %
Penetapan P-Daun
Larutan Standart Transmitan Adsorben
O ppm 100 0
2 ppm 91.5 0.038
4 ppm 82.5 0.083
6 ppm 73.5 0.133
8 ppm 61.5 0.211
10 ppm 54 0.267
1.139 ppm 96 0.0171.323 ppm 95 0.0227.757 ppm 63.5 0.197
50 50P Daun(%) = Plrt x x x 10-4
0,25 5 = Plarutan x 0,2
Ulangan 1
P-daun (%) = 1.139 x 0.2 = 0.2278 %
Ulangan 2
P-daun (%) = 1.132 x 0.2 = 0.2646 %
Ulangan 3
P-daun (%) = 7.757 x 0.2 = 1.5514 %
Penetapan K-Daun
50 50K Daun(%) = Klrt x x x 10-4
0,25 5
= Klrt x 0.2Ulangan 1 6.86 mg/L 6.86 mg/1000 g 6.86 / 39 mmol/1000 g0.1758 me/1000 g1.758 me/100 gK daun (%) = 1.758 x 0.2 = 0.3158 %Ulangan 2 13.42 mg/L 13.42 mg/1000 g 13.42/ 39 mmol/1000 g0.3441 me/1000 g3.441 me/100 gK daun (%) = 3.441 x 0.2 = 0.36882 %Ulangan 3 7.02 mg/L 7.02 mg/1000 g
7.02/ 39 mmol/1000 g0.18 me/1000 g1.8 me/100 gK daun (%) = 1.8 x 0.2 = 0.36 %