Lap Akhir Aufa
-
Upload
aufa-rahmatika-muswar -
Category
Documents
-
view
10 -
download
6
Transcript of Lap Akhir Aufa
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA LINGKUNGAN
KOAGULASI, pH DAN TURBIDITY
OLEH:
NAMA : AUFA RAHMATIKA
NO.BP : 1210941003
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SABTU/12 OKTOBER 2013
KELOMPOK : VII (TUJUH)
REKAN KERJA : 1. IQBAL MUSTOFA (1210941002)
2. AL FATHUL IHSAN (1210941006)
3. SITI HARIANI R (1210941007)
4. ANNISA MAULIDYA (1210942003)
5. YOSSY ELVITA W (1210942039)
6. NOVI YANTI (1210942041)
ASISTEN:
AFDILA ARDON
BENNY SETYAWAN
LABORATORIUM AIR
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Percobaan
Tujuan pada pratikum ini adalah:
1. Mengetahui banyaknya endapan yang terbentuk dari air yang ditambahkan
koagulan dan menentukan konsentrasi optimum koagulan yang tepat pada
sampel air;
2. Mengukur pH/ derajat keasaman sampel air;
3. Mengukur turbidity atau tingkat kekeruhan sampel air.
1.2 Metode Percobaan
Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Jar-Test;
2. pH meter;
3. Spektrofotometri.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip kerja pada pratikum ini adalah:
1. Koagulasi
Kekeruhan dalam air disebabkan oleh zat-zat tersuspensi dalam bentuk lumpu
kasar, lumpur halus dan koloid. Pada permukaan koloid bermuatan listrik
sehingga koloid dalam keadaan stabil, akibatnya koloid sulit untuk mengendap.
Senyawa koagulan (seperti tawas Aluminium Sulfat) berkemampuan
mendestabilisasi koloid (menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid)
sehingga koloid dapat bergabung satu sama lainnya membentuk flok dengan
ukuran yang lebih besar sehingga mudah mengendap.
Tujuan percobaan Jar-test adalah untuk menentukan dosis koagulan yang
optimum dalam pengolahan air.
Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4
2. Pengukuran pH
Elektroda gelas mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H+/OH-
dalam air secara potensiometri.
3. Pengukuran Turbidity
Pengukuran kekeruhan dalan air berdasarkan pengukuran intensitas cahaya
yang dipendarkan oleh zat-zat tersuspensi dalam air menggunakan
spektofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kondisi Eksisting Wilayah Sampling
Sampel yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel air yang kami ambil
pada hari Jumat tanggal 11 Oktober 2013 pukul 17.45 WIB. Koordinat titik
sampling berada pada 00°55’52,” LS dan 00°24’36,1” BT dan elevasinya 73 m.
Sampel air berasal dari sumur cincin perumahan warga sekitar kecamatan pauh.
Sumur tersebut memiliki kedalaman sekitar 2-3 m, berada di dalam rumah yang
sedang di bangun dan di sekililinya terdapat sawah. Keadaan sampel airnya jernih,
tidak keruh dan tidak berwarna. Warga sekitar menggunakan air tersebut untuk
kebutuhan sehari-hari seperti MCK.
2.2 Teori
Air bersih merupakan faktor yang keberadaannya tak dapat di tawar lagi untuk
menunjang keberlangsungan hidup manusia khususnya maupun makhlup hidup
lainnya. Air bersih harus tersedia setiap saat (Sutapa, 2009).
Beberapa parameter utama yang mempengaruhi kualitas air baku pada sistem
pengolahan air bersih adalah warna, tingkat kekeruhan, kandungan bahan organik
dan tingkat keasaman (Sutapa, 2009).
2.2.1 Koagulasi
Koagulasi merupakan pengumpulan partikel-partikel koloid dan membentuk
endapan yang merupakan zat terdispersi yang tidak lagi membentuk koloid.
Sungai merupakan salah satu sumber air yang memberikan kuantitas cukup besar
dimana air sungai atau air minum yang keruh mengandung lumpur koloidal dan
kadang mengandung zat-zat warna, zat tercemar seperti limbah deterjen (Alaerts,
1984).
Koagulasi merupakan proses penambahan koagulan kedalam air yang berguna
untuk mendestabilisasi koloid atau menetralkan muatan listrik pada permukaan
koloid, sehingga koloid dapat bergabung satu sama lain membentuk flok dengan
ukuran besar sehingga mudah mengendap. Koloid itu sendiri adalah partikulat
yang terdapat dalam bentuk suspensi dalam medium pendispersi. Hal yang sangat
penting diperhatikan dalam percobaan ini adalah proses koagulasi berfungsi untuk
melewati muatan-muatan partikel koloid yang terdapat dalam air, sehingga dalam
proses ini akan terbentuk endapan (Alaerts, 1984).
Koagulasi adalah metode untuk menghilangkan bahan-bahan limbah bentuk
koloid dengan menambahkan koagulan. Dengan koagulasi, partikel-partikel
koloid akan saling menarik dan menggumpal membentuk flok (Suryadiputra,
1995).
Mekanisme koagulasi terjadi secara (Sudarno, 2004):
1. Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
a. Pemanasan, contoh : Darah;
b. Pengadukan, contoh : tepung kanji;
c. Pendinginan, contoh : agar-agar.
2. Secara Kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
a. Menggunakan prinsip elektroforesis;
b. Penambahan koloid;
c. Penambahan elektrolit.
Untuk pemilihan bahan kimia, perlu pemeriksaan terhadap karakteristik air baku
yang akan diolah, yaitu (Alaerts, 1984):
1. Suhu;
2. pH;
3. Alkalinitas;
4. Kekeruhan;
5. Warna;
6. Karakteristik;
7. Jumlah, dan karakteristik materi koloid;
8. Pengadukan cepat, lambat, dan proses kuagulasi;
9. Kualitas air.
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri (Purba,
2006):
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air
sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut;
2. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan
dengan penambahan asam asetat atau asam format sehingga karet dapat
dipisahkan dari lateksnya;
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan
tawas. Sol tanah liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga
akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas (alumunium sulfat);
4. Asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi
listrik dari Cottrel.
2.2.2 pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau
kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH suatu larutan menunjukan aktifitas
ion hidrogen dalam larutan tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion
hidrogen (mol/P) pada suhu tertentu (Purba, 1994).
2.2.3 Turbidity
Turbidity atau kekeruhan adalah adanya partikel koloid dan supensi dari suatu
bahan pencemar antara lain beberapa bahan organik dan bahan anorganik dari
buangan industri, rumah tangga, budidaya perikanan dan sebagainya yang
terkandung dalam perairan (Febry, 2008).
Kekeruhan dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik yang dihasilkan
oleh buangan industri kekeruhan dapat disebabkan bahan-bahan tersuspensi yang
yang bervariasi dari ukuran koloidal sampai dispersi kasar, tergantung derajat
turbelensinya (Febry, 2008).
Sedimentri pada sungai akan menyebabkan kekeruhan air dan menutupi substansi
dasar air sungai. Turbiditas atau kekeruhan air sungai juga tergantung pada jenis
dasar sungai, polutan, ataupun tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup disungai.
Pengukuran kekeruhan pada air sungai merupakan indikator yang sangat yang
penting dsari konsentrasi sendimen yang tersupensi di air (Febry, 2008).
Kekeruhan dalam air disebabkan adanya zat terdispersi, seperti lempung, lumpur,
zat organic, plankton dan zat-zat halus lainnya. Kekeruhan merupakan zat optis
dari suatu larutan, yaitu hamburan dan absorpsi cahaya yang melaluinya. Tidak
dapat dihubungkan secara langsung antara kekeruhan dengan kadar semua jenis
zat tersuspensi, karena terkandung juga kepada ukuran dan bentuk butir (Alaerts,
1984).
Kekeruhan dalam air banyak disebabkan oleh koloid. Koloid merupakan suatu
bentuk campuran (sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel yang cukup besar yaitu 1 - 1000 nm atau 0, 001-
1μm. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/MEN.KES/IX/1990, kadar
maksimum kekeruhan untuk air minum dan air bersih adalah sebesar 5 NTU.
Kekeruhan didalam air disebabkan oleh materi yang tersuspensi atau tidak larut
Mutiarani, dkk, 2010).
Terjadinya endapan di dasar perairan akan sangat mengganggu kehidupan
organisme dalam air, karena endapan akan menutup permukaan dasar air yang
mungkin mengandung telur ikan sehingga telur-telur tersebut tidak dapat menetas.
Selain itu pembentukan kolonial akan terjadi bila buangan tersebut berbentuk
halus dan membuat air menjadi keruh. Kekeruhan ini juga menghalangi penetrasi
sinar matahari. Selain itu, warna pada perairan juga dipengaruhi oleh jenis
tumbuhan atau makhluk hidup yang ada di perairan (Sumiati, 2005).
BAB IIIPROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:
1. Beaker glass 1 liter;
2. Beaker glass 200 ml;
3. Gelas ukur 500 ml;
4. Gelas ukur 50 ml;
5. Pipet takar 10 ml dan bola hisap;
6. Corong;
7. Kuvet spektro.
3.2Bahan
Bahan yang dibutuhkan adalah:
1. Aluminium Sulfat Al2(SO4);
2. Aquadest;
3. Sampel.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini adalah:
1. 3 buah beaker glass ukuran 1 liter dan 1 beaker glass 200 ml disiapkan.
Masing-masing beaker glass diisi larutan sampel sesuai kapasitasnya;
2. pH dan turbidity sampel air diukur dengan pH meter dan spektrofotometer;
3. Larutan tawas aluminium (1 mL = 10 mg) ditambahkan ke dalam 3 beaker
glass 500 ml secara bertingkat mulai dari 1 mL, 5 mL dan 10 mL. Sampel yang
ada di dalam beaker glass 200 ml tidak diberi perlakuan;
4. pH diukur dengan pH meter, turbidity diukur dengan spektrofotometer pada
masing-masing beaker glass;
5. Larutan diaduk dengan kecepatan 120 rpm selama 1 menit dengan
menggunakan jar-test;
6. Langkah 4 dilakukan kembali setelah pengadukan;
7. Larutan yang telah diukur diaduk kembali dengan kecepatan 60 rpm selama 10
menit dengan menggunakan jar-test;
8. Flok dibiarkan mengendap;
9. Langkah 4 dilakukan kembali setelah flok diendapkan.
3.4 Rumus
Rumus regresi:
a =
(Σyi ) (Σxi2)−(Σxi ) (Σxi y i )
nΣxi2−(Σx i )2
b
=
nΣxi yi−(Σxi ) (Σy i )nΣx
i2−(Σxi )2
y = a + bx
Keterangan:
a = intersepb = koefisien regresi/slopx = konsentrasi larutan (ppm)y = nilai absorban
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
4.1.1 Data Larutan Standar
Tabel 4.1 Absorban Larutan Standar TurbidityNo
.
Deret Standar Absorban
(NTU)Absorban
1. 0 0
2. 2 0,006
3. 4 0,019
4. 6 0,025
5. 8 0,030
6. 10 0,035
4.1.2 Data sampel
Tabel 4.2 Volume Koagulan, pH, dan Turbidity AwalNo
.Koagulan
Parameter
pH Turbidity(NTU)
1. Sampel awal 6,36 663.89
Masukkan ke Rumus Regresi turbidity:
a =
(Σyi ) (Σxi2)−(Σxi ) (Σxi y i )
nΣxi2−(Σx i )2
a = (0,115 . 220) – (30 . 0,828) = 0,0011
6(220)-900
b =
nΣxi yi−(Σxi ) (Σy i )nΣx
i2−(Σxi )2
b = 6(0,828) - (30.0,115) = 0,0036
6(220) – 900
y = a + bx
y = 0,0011+ 0,0036x
Berdasarkan persamaan diatas maka diperoleh nilai turbidity sebagai berikut:
y = 0,0011+ 0,0036x
x = 0,0011 – y -0,0036
x = 0,0011 – 0,025 = 6,638 x 100 = 663,8 NTU -0,0036
a) Sampel setelah pengadukan dengan kecepatan 120 rpm selama 1 menit
Tabel 4.3 Volume Koagulan, pH dan Turbidity setelah Pengadukan dengan
Kecepatan 120 rpm selama 1 menit
No
.Volume Koagulan (mL)
Parameter
pHTurbidity
(NTU)
1. 1 7,04 497,2
2. 5 7,02 858,3
3. 10 6,92 747,2
b) Sampel setelah pengadukan dengan kecepatan 60 rpm selama 10 menit
Tabel 4.4 Volume Koagulan, pH dan Turbidity setelah Pengadukan dengan
Kecepatan 60 rpm Selama 10 menit
No
.
Volume Koagulan
(mL)
Parameter
pHTurbidity
(NTU)
1. 1 7,05 497,2
2. 5 7,03 275
3. 10 6,99 219,4
4.2.2 Turbidity
Tabel 4.5 Larutan Standar Turbidity Dan Absorban
NoKonsentrasi
(xi)Absorban (yi) xi . yi xi2
1 0 0 0 0
2 2 0,006 0,012 4
3 4 0,019 0,076 16
4 6 0,025 0,15 36
5 8 0,030 0,24 64
6 10 0,035 0,35 100
Total 30 0,115 0,828 220
Tabel 4.6 Volume Koagulan dan Turbidity Sesudah Pengadukan 120 rpmN
o
Volume Koagulan (ml) Turbidity (NTU)
1. 1 497,2
2. 5 858,3
3. 10 747,2
Tabel 4.7 Volume Koagulan dan Turbidity Sesudah Pengadukan 60 rpmN
o
Volume Koagulan (ml) Turbidity (NTU)
1. 1 497,2
2. 5 275
3. 10 219,4
DOKUMENTASI
Hari/tanggal : Jumat/11 Oktober 2013
Waktu : 17.45
Lokasi : Sumur Cincin Warga Sekitar Daerah Pauh
Titik Sampling: Elevasi = 73 m
S = 00°55’52,” LS
E = 00°24’36,1” BT
Gambar 1 : kodisi wilayah sampling Gambar 2 : persiapan sampling
Gambar 3 : Pengambilan Sampel Gambar 4 : memasukan sampel